Pengaruh Kesurupan Pada Kesenian Tradisional Kuda Lumping Terhadap Persepsi Mahasiswa Pgri Palembang

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pengaruh Kesurupan Pada Kesenian Tradisional Kuda Lumping Terhadap Persepsi Mahasiswa Pgri Palembang PENGARUH KESURUPAN PADA KESENIAN TRADISIONAL KUDA LUMPING TERHADAP PERSEPSI MAHASISWA PGRI PALEMBANG Oleh: Novdaly Fillamenta (APIKES WDYA DHARMA PALEMBANG) ABSTRAK Kuda Lumping di Palembang bukan Kesenian Tradisional dari Palembang , kesenian tradisional kuda lumping datang karena akulturasi dari jawa . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kesurupan di Seni Tradisional Kuda Lumping terhadap persepsi mahasiswa Universitas Bina Darma. Subyek penelitian adalah 30 siswa laki-laki dan perempuan , usia berkisar 20-22 tahun mahasiswa mahasiswa semester kelima Universitas PGRI Palembang, tahun ajaran 2009/2010 . Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah menggunakan skala persepsi berdasarkan skala Likert . Data dianalisis menggunakan teknik t-test . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap persepsi mahasiswa Universitas Bina Darma antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Kata kunci: Kesurupan pada Kesenian Tradisional Kuda Lumping, Persepsi A. PENDAHULUAN waktu lalu, diakui juga oleh pihak masyarakat Johor di Malaysia Kesenian Kuda Lumping masih sebagai miliknya di samping Reog menjadi sebuah pertunjukan yang cukup Ponorogo. Fenomena mewabahnya seni membuat hati para penontonnya Kuda Lumping di berbagai tempat, dengan terpikat. Walaupun peninggalan budaya berbagai ragam dan coraknya, dapat ini keberadaannya mulai bersaing ketat menjadi indikator bahwa seni budaya yang oleh masuknya budaya dan kesenian terkesan penuh magis ini kembali ”naik daun” asing ke tanah air, tarian tersebut masih sebagai sebuah seni budaya yang patut memperlihatkan daya tarik yang tinggi. diperhatikan sebagai kesenian asli Hingga saat ini, tidak diketahui siapa Indonesia. atau kelompok masyarakat mana yang Tarian tradisional yang dimainkan mencetuskan (menciptakan) Kuda Lumping secara ”tidak berpola” oleh rakyat pertama kali. Faktanya, kesenian Kuda kebanyakan tersebut telah lahir dan Lumping dijumpai di banyak daerah dan digemari masyarakat, khususnya di Jawa, masing-masing mengakui kesenian ini sejak adanya kerajaankerajaan kuno sebagai salah satu budaya tradisional tempo doeloe. Awalnya, menurut mereka. Termasuk, disinyalir beberapa 8 sejarah, seni Kuda Lumping lahir masalahnya tidak bisa dilihat, hanya sebagai simbolisasi bahwa rakyat perilakunya yang terlihat. juga memiliki kemampuan (kedigdayaan) Kesurupan menurut Supratiknya, dalam menghadapi musuh ataupun melawan merupakan refleksi kegagalan yang sedang kekuatan elite kerajaan yang memiliki bala terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. tentara. Di samping, juga sebagai media Maka pada prakteknya jadi heran kalau menghadirkan hiburan yang murah-meriah kesurupan dikait-kaitkan dengan makhluk namun fenomenal kepada rakyat banyak. halus. Menurut Supratiknya kesurupan bisa Atraksi Kuda Lumping terbukti sangat dijelaskan secara rasional. Kesurupan menggugah rasa ingin tahu para adalah gejala kejiwaan dan kesurupan tamu undangan, terutama saat kedua hanya merefleksichaos luar biasa di pemain mempertontonkan pertarungan tengah masyarakat. antara dua ksatria berkuda yang Menurut Kant (Corsini, 2003:85) dilanjutkan atraksi “ndadi” dimana persepsi adalah pengamatan secara kedua ksatria tersebut kesurupan roh global, belum disertai kesadaran. halus dan “mengamuk” di arena pertunjukan Sedangkan subjek dan objeknya belum ada dengan berjumpalitan kesanakemari perbedaan antara satu dari lainnya (baru sehingga membuat heboh penonton serta proses memiliki tanggapan). Seperti dengan memakan benda-benda yang fenomena kesurupan; karena dalam sebenarnya bukan untuk dikonsumsi persepsi ada yang menyatakan histeria dan oleh manusia biasa, seperti beling, padi, ada yang menyatakan kemasukan mahkluk dan silet. Pada kesenian tradisional Kuda halus dan bahkan ada yang beranggapan Lumping terdapat macam-macam kesurupan adalah perilaku berpura-pura persepsi terhadap kesurupan, ada yang seakan-akan kemasukan mahkluk halus. mengatakan kesurupan adalah kemasukan Mengikuti pengertian histeria mahkluk halus dan ada yang mengatakan maksudnya adalah gangguan neurosis kesurupan itu keadaan lelah serta banyak yang mempunyai berbagai gej ala dan lagi pendapat lainnya. Seperti yang tanda, yang mungkin berbentuk emosi dikatakan salah satu Warga yang akibat dari perasaan takut atau gembira pernah melihat pementasan Kuda yang melampau, sedangkan kemasukan Lumping, mengatakan wajar kalau merujuk kepada perbuatan merasuk, beda pendapat terhadap kesurupan, mengapit atau memadukan dua objek atau 9 sebagainya bertujuan untuk memberi Pada faktor konteks keorganisasian keteguhan pada struktur sesuatu, dalam persepsi, tempat lingkungan yang tetapi mengikut pengertian bidang merupakan lingkup sosial sangat paranormal ia lebih merujuk kepada mempengaruhi persepsi. Perbedaan kemasukan sesuatu unsur halus seperti Jin persepsi antara individu atau roh kedalam tubuh manusia. memperlihatkan tingkah laku yang berbeda di Walaupun demikian, umumnya kedua dalam situasi yang sebagian besar gej ala ini istilah sering diartikan dan dianggap sama diterangkan oleh adanya perbedaan maksudnya (Bertens, 2006:261). sikap (Ahmadi, 1990:163). Perbedaan persepsi yang terjadi Menurut Rokeach (Atkinson & pada fenomena kesurupan dipengaruhi oleh Hilgard, 1983: 374) orang dikatakan faktor konteks antar pribadi yang memiliki sikap positif terhadap suatu objek mempersepsikan dalam hubungan antar psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap pribadi, bila cukup senang dengan orang yang favourable, sebaliknya orang yang tersebut maka pendapat orang lain serupa dikatakan memiliki sikap yang negatif dengan pendapatnya. Namun j ik a terhadap objek psikologi bila ia tidak suka hubungan antar pribadi tidak atau sikap unfavourable terhadap objek menyenangkan, orang cenderung psikologi. Batasan sikap menurut melihat pendapat orang lain agak berbeda. Festinger (Atkinson & Hilgard, 1983:378) Kemudian latar belakang orang lain dalam sebagai suatu kesadaran individu yang pemberian informasi tidak dikenal atau menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak diketahui pada mulanya, lalu nyata ataupun yang mungkin akan terjadi informasi itu diterima darinya maka dalam kegiatan- kegiatan sosial. Maka sikap pengakuan pada orang tersebut bertambah. sosial adalah kesadaran individu Konteks keorganisasian dalam suasana menentukan perbuatan yang nyata, yang organisasi atau bagian tempat berulang-ulang terhadap obyek sosial serta lingkungan seseorang mempunyai arti bukan terjadi pada orang-orang lain dalam besar bagi persepsi orang-orang di masyarakat. dalam lingkungan, jika Permasalahan yang terjadi pada masyarakat suasananya lebih menyenangkan dan indonesia terhadap kerasukan yaitu bersahabat (Bertens, 2006:107). kurangnya pengetahuan tentang kerasukan secara ilmiah, sehingga mereka 10 mempunyai persepsi yang non ilmiah. 30 orang yang memenuhi karakteristik ciri- Untuk mengatasi permasalahan diatas, ciri sesuai dengan tujuan penelitian dilakukan apresiasi tentang kesurupan dan yang ditetapkan peneliti sebelumnya. pemahamannya secara ilmiah khususnya Adapun karakteristik dan ciri-ciri subjek terhadap mahasiswa. Apresiasi dan penelitian tersebut adalah mahasiswa pemahaman yang diberikan dilakukan semester V yang yang aktif kuliah usia secara inovasi. Inovasi yang dilakukan 20-22 Tahun. Pengambilan subjek dalam apresiasi dan pemahaman tentang dalam penelitian ini menggunakan teknik kesurupan yaitu melalui kesenian purposive sampling, yaitu pemilihan subjek tradisional Kuda Lumping yang sudah di penelitian berdasarkan karakteristik dan rekam dan diformat dalam bentuk CD ciri-ciri tertentu yang telah dirumuskan oleh .Dengan demikian diharapkan apresiasi peneliti (Azwar, 2004:23). dan pemahaman yang diberikan Metode Pengumpulan data d a p a t mempengaruhi persepsi mahasiswa dalam penelitian ini menggunakan terhadap kesurupan pada kesenian metode skala. Metode skala digunakan tradisional Kuda Lumping yang non ilmiah untuk mengukur variabel skala persepsi menjadi ilmiah. terhadap kesurupanData untuk variabel persepsi terhadap kesurupan diperoleh B. METODE PENELITIAN dengan menggunakan skala persepsi terhadap kesurupan yang dibuat sendiri oleh Pada penelitian ini, dalam penelitian ini penulis dengan mengacu pada faktor- terdiri dari 1 variabel tergantung dan 1 variabel faktor persepsi dari Walgito (2003:70), bebas, variabel-variabel tersebut penulis memodifikasi menjadi persepsi adalah persepsi sebagai variabel terhadap kesurupan, meliputi : konteks antar tergantung dan Kesurupan pada kesenian pribadi, latar belakang orang lain, dan konteks tradisional Kuda Lumping sebagai variabel organisasi. Berdasarkan aspek-aspek bebas. persepsi terhadap kesurupan yang Populasi penelitian ini memfokuskan dikemukan disusunlah 72 pernyataan. pada mahasiswa yang masih aktif kuliah. Setiap pernyataan disajikan dalam dua Populasi dalam penelitian ini adalah semua bentuk yaitu 36 pernyataan favourable mahasiswa semester V Universitas dan 36 pernyataan unfavourable yang PGRI Palembang. Subjek penelitian ini harus direspon oleh subjek berdasarkan 4 adalah mahasiswa Semester V sebanyak 11 alternatif jawaban , yaitu sangat setuju (SS), menggunakan statistic one sample t-test setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak dapat disimpulkanbahwa kesurupan pada setuju (STS). kesenian tradisional Kuda Lumping sangat signifikan terhadap persepsi mahasiswa C. PEMBAHASAN DAN HASIL Universitas Bina Darma Palembang. Dengan PENELITIAN demikian hipotesis yang diajukan dalam Dari hasil analisis data 72 penelitian ini terbukti atau diterima. pernyataan yang disajikan
Recommended publications
  • Analysis on Symbolism of Malang Mask Dance in Javanese Culture
    ANALYSIS ON SYMBOLISM OF MALANG MASK DANCE IN JAVANESE CULTURE Dwi Malinda (Corresponing Author) Departement of Language and Letters, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 813 365 182 51 E-mail: [email protected] Sujito Departement of Language and Letters, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 817 965 77 89 E-mail: [email protected] Maria Cholifa English Educational Department, Kanjuruhan University of Malang Jl. S Supriyadi 48 Malang, East Java, Indonesia Phone: (+62) 813 345 040 04 E-mail: [email protected] ABSTRACT Malang Mask dance is an example of traditions in Java specially in Malang. It is interesting even to participate. This study has two significances for readers and students of language and literature faculty. Theoretically, the result of the study will give description about the meaning of symbols used in Malang Mask dance and useful information about cultural understanding, especially in Javanese culture. Key Terms: Study, Symbol, Term, Javanese, Malang Mask 82 In our every day life, we make a contact with culture. According to Soekanto (1990:188), culture is complex which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom and any other capabilities and habits acquired by man as a member of society. Culture are formed based on the local society and become a custom and tradition in the future. Culture is always related to language. This research is conducted in order to answer the following questions: What are the symbols of Malang Mask dance? What are meannings of those symbolism of Malang Mask dance? What causes of those symbolism used? What functions of those symbolism? REVIEW OF RELATED LITERATURE Language Language is defined as a means of communication in social life.
    [Show full text]
  • KAJIAN STRUKTUR PERTUNJUKAN LUDRUK TOBONG DI PONOROGO Oleh Abdul Fatah Jaelani [email protected] Dr. Autar Abdillah, S.Sn
    KAJIAN STRUKTUR PERTUNJUKAN LUDRUK TOBONG DI PONOROGO Oleh Abdul Fatah Jaelani [email protected] Dr. Autar Abdillah, S.Sn., M.Si Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya [email protected] ABSTRAK Ludruk tobong adalah salah satu pertunjukan ludruk yang dipertunjukkan di panggung tertutup. Penonton membeli tiket untuk menyaksikan. Ludruk tobong merupakan kerja seni pertunjukan mandiri dengan penghasilan yang didapatkan dari penjualan tiket. Kelompok ludruk tobong di Jawa Timur sangat minim, di Ponorogo terdapat 3 kelompok Ludruk yang masih melaksanakan tobongan, yakni Ludruk Suromenggolo, Irama Muda, dan Wahyu Budaya. Ludruk tobong di Ponorogo menampilkan pertunjukan dengan mengurangi esensi dagelan dan meniadakan lakon pada struktur pertunjukannya. Sebagai acara utama dalam pertunjukan ludruk tobong ini adalah monosuko, lagu-lagu yang di pesan oleh penonton dan dinyanyikan oleh para tandhak ludruk. Penelitian ini menggunakan struktur pertunjukan ludruk oleh Peacock, Konvensi ludruk oleh Lisbianto, Teater Kitchs dan tandhak oleh Supriyanto. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan sumber data manusia dan non manusia. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi yang divalidasi dengan menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan cara reduksi data, interpretasi data, serta penarikan simpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ketiga ludruk tobong di Ponorogo melaksanakan tobongan dengan struktur pertunjukan tari remo, bedhayan, lawak, monosuko. Struktur pertunjukan tersebut didasari atas tuntutan pasar hiburan. Dengan demikian Ludruk Suromenggolo, Wahyu Budaya dan Irama Muda dengan sadar bahwa apa yang dipertunjukan adalah Ludruk Campursari. Ketiga ludruk ini tergolong sebagai Teater Kitchs yang menanggapi permintaan sebagai komoditi komersial untuk khalayak penontonnya.
    [Show full text]
  • Applying E-Commerce in the Marketing Information System As a Tool to Increase Ludruk Art Income Case Study at Irama Budaya Group, Surabaya
    Applying E-Commerce in the Marketing Information System as a Tool to Increase Ludruk Art Income Case Study at Irama Budaya Group, Surabaya Debby Ratna Daniel, Ivana Laksmono, Eko Warsiyanto Nugrahadi Faculty of Economics and Business, Universitas Airlanggay, Surabaya, Indonesia [email protected], [email protected], [email protected] Keywords: Budgeting, Comparability, E-Commerce, Ethnography, Income, Marketing Information System, Regional Minimum Wage Standard (UMR), Timing. Abstract: Ludruk, which comes from East Java province, is one of the non-agrarian art forms in Indonesia that still exists. Irama budaya is known as a famous Ludruk group that is still actively performing several live shows and has an official website, which can be easily accessed by all people. The current income of this group is obtained from the number of shows produced. Based on this, the amount of income received between March 2016 and May 2016 had increased by 40.63%. This escalation rate was not comparable with the regional minimum wage standard (UMR) of Surabaya city. This research used a qualitative approach with ethnography method to analyze the current marketing information system.d As the result, there were some weaknesses in this system due to the low amount of marketing media and the lack of product mix. Therefore, Irama Budaya need to design an e-commerce facility in the marketing information system to increase its amount of income, such as by giving extracurricular activities in national junior high school in order to expand the range of audiences and players, producing education materials about Ludruk through YouTube programs, etc.
    [Show full text]
  • Falidasi Data Lingkung Seni Se-Kecamatan Ujungberung Tahun 2014
    FALIDASI DATA LINGKUNG SENI SE-KECAMATAN UJUNGBERUNG TAHUN 2014 Tahun Tempat NO Nama Lingkung Seni Jenis Kesenian Pimpinan Alamat Perangkat Kesenian Anggota Legalisasi Berdiri Latihan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pasar Kaler RT.01 1 Pas Nada Elektone Ibu. Heny Organ, Kibord,Gitar, Kendang, Suling, 5 Orang Tidak Ada 2010 Rumah RW.01 Cigending RT.03 Gendang, Bedug, Goong, Terompet, Toa Ampli. 2 Sancang Pusaka Benjang Agus Sulaeman RW.03 Mixer, Badut, Kecrek, Kuda Lumping, Gendang, Goong, Bedug, Terompet, Kepang, 3 LS Benjang Kalimasada Benjang Gugun Gunawan Cipicung RT.04 RW.04 25 Orang Dalam Proses 2004 Rumah Lumping, Toa, Ampli,MixerBadut 4 Karinding Nukula Upit Supriatna Cipicung RT.01 RW.04 Karinding,Celempung,Toleot, Kecrex 15 Orang Tidak Ada 2011 Rumah Gendang, bedug, Goong, Terompet, Toa Ampli, Rumah ketua 5 Pusaka Gelar Putra Benjang Asep Dede Cinangka RT.02 RW.05 25 Orang Tidak Ada 2007 Barong, Badut, Kecrek RT Rumah ketua 6 Pusaka Wirahman Putra Penca Silat Enay Darso Cinangka RT.01 RW.05 Gendang Besar/Kecil, Golok (untuk atraksi) 25 Orang Tidak Ada 2010 RT Gendang, Rabab, Bonang, Goong, Kecrek, 7 Arum Gumelar Jaipongan I n d r a Cinangka RT.02 RW.05 30 Orang Tidak Ada 2006 Rumah Terompet 8 R e o g E m u l Cinangka RT.03 RW.05 Dog-dog, Goong, Gendang 9 Elektone Dangdut E m u l Cinangka RT.03 RW.05 Organ, Gendang Suling Gitar, Kecrex 7 Orang Tidak Ada 2010 Rumah Sakeburuy RT.01 RW 10 Dwi Shinta Rock Dangdut Dede Dadan Kibord, Gitar, Gendang, Suling, Kecrex 9 Orang Ada 1993 Gedung 06 Gendang, Goong, Bedug, Terompet, Toa, Ampli, 11 Pusaka Wargi Benjang Didi / Ono Ranca RT.01 RW.06 25 Orang Ada 1930 Hal.
    [Show full text]
  • Eksistensi Kesenian Masyarakat Transmigran Di Kabupaten Pringsewu Lampung Studi Kasus Kesenian Kuda Kepang Turonggo Mudo Putro Wijoyo
    Volume 10 No 2 Oktober 2017 ISSN: 1858-3989 P565-576 EKSISTENSI KESENIAN MASYARAKAT TRANSMIGRAN DI KABUPATEN PRINGSEWU LAMPUNG STUDI KASUS KESENIAN KUDA KEPANG TURONGGO MUDO PUTRO WIJOYO Oleh: Mutiara Dini Primastri (Pembimbing Tugas Akhir: Dra. Budi Astuti M.Hum dan Indah Nuraini, S.S.T., M.Sn) Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indoonesia Yogyakarta Alamat Email: [email protected] RINGKASAN Penelitian ini merupakan sebuah analisis deskriptif yang menggunakan pendekatan sosiologi dan antropologi untuk membedah tentang eksistensi kesenian masyarakat transmigran berupa kesenian kuda kepang di Kabupaten Pringsewu Lampung. Kesenian kuda kepang yang eksis di Kabupaten Pringsewu yaitu komunitas seni Turonggo Mudo Putro Wijoyo (TMPW). Eksistensi adalah adanya sebuah keberadaan yang tidak hanya sebagai sesuatu yang “diam” akan tetapi menjadi sesuatu yang aktif dan memiliki peran di dalam lingkungannya. Melalui kajian sinkronik, kesenian kuda kepang TMPW tetap eksis saat ini karena memiliki fungsi sebagai seni pertunjukan yang menghibur (presentasi estetis), memuat nilai-nilai budaya, serta dapat menjadi identitas orang Jawa di Pringsewu. Kajian sinkronik didukung oleh kajian diakronik, yaitu kemunculan kesenian kuda kepang TMPW merupakan hasil dari rangkaian sejarah berupa eksistensi orang-orang yang bertransmigrasi di Pringsewu, melalui tahap eksistensi yaitu eksistensi estetis, etis dan religius. Eksistensi kesenian kuda kepang TMPW tidak lepas dari faktor-faktor pendukungnya. Komunitas TMPW terus menunjukkan eksistensinya
    [Show full text]
  • Television, Nation, and Culture in Indonesia
    Philip Kitley Political Science/Media Studies Kitley “T in Indonesia is that of a country invent- T elevision, Nation, and Culture in Indonesia ing itself by promoting a national cultural identity. Philip Kitley, who is not only a media scholar but has also worked as a diplomat in Indonesia, shows how important television has been to both the official and popular imagination since its beginnings in the early s. It’s a fascinating tale, with implications going well beyond re- gional specialists, since the use of popular media to promote nation, citizenship, and identity is common to many countries, new and old. “As Indonesia attracts increasing international attention in the post-Soeharto era, it is important to understand the cultural as well as political issues that have led to the current turbulent situation. Kitley’s book is a well-researched, wise, and elegantly written ac- count of the forces, dreams, and policies that link public and private life in and after ‘New Order’ Indonesia.” —John Hartley, Dean of Arts, Queensland University of Technology Philip Kitley is Senior Lecturer in the Department of Humanities and International Studies, University of Southern Queensland. Research in International Studies Southeast Asia Series No. elevision, Nation, and Culture in Indonesia ISBN 0-89680-212-4 T ,!7IA8J6-iacbce! Television, Nation, and Culture in Indonesia This series of publications on Africa, Latin America, and Southeast Asia is designed to present significant research, translation, and opinion to area specialists and to a wide community of persons interested in world affairs. The editor seeks manu- scripts of quality on any subject and can generally make a decision regarding publi- cation within three months of receipt of the original work.
    [Show full text]
  • Bandem, I Made Dada Mauraxa Danandjaja, James Durverger
    DAFTAR PUSTAKA Bandem, I Made 1996 Etnologi Tari Bali. Yogyakarta; Kanisius Dada Mauraxa 1973 Sejarah Kebudayaan Suku-suku Di Sumatera Utara. Medan; t.p Danandjaja, James 1986 Folklor Indonesia.Jakarta: Graviti Press Durverger, Maurice 1985 Sosiologi Politik. Terj. Naniel Dhakidae. Jakarta; C.V. Rajawali Erikson, Erik H 1989 Identitas Dan Siklus Hidup Manusia. Terj. Agus Cremers. Jakarta; Gramedia Geertz, Clifford 1983 Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Terj. Aswab Mahasin. Jakarta; Pustaka Jaya Hadiningrat, K 1982 Kesenian Tradisional Debus. Jakarta; Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Hamengku Buwono XII 1994 Konsep Nusantara Dalam Fialsafah Jawa Kaitannya Dengan Transmigrasi. Budaya Kepeloporan Dalam Mobilitas Penduduk (1997). Rofiq Ahmad (ed). Jakarta; Peneba Swadaya Haviland, William A 1985 Antropologijilid 2. Terj. R.G. Soekadijo. Jakarta; Erlangga Haviland, William A 1975 Cultural Anthropology. New York: Holt Rinehart and Winston, Inc 100 Heristina Dewi 1992 "Jaran Kepang Pada Masyarakat Desa Cengkeh Turi, Sumatera Utara: Suatu Studi Kasus Musik dan Trance dalam Konteks Sosio Budaya". Skripsi untuk mendapat kan gelar satjana sastra (SS) Universitas Sumatera Utara Herusatoto, Budiono 2000 Simbolisme Dalam Budaya Jawa. Y ogyakarta; Hanindita Holt, Claire 1967 Art In Indonesia: Contiuties and Change. Ithaca, New York; Cornell University Press Kayam, Umar ( ed) 1987 Kebudayaan dan Pembangunan: Sebuah Pendekatan terhadap Antropologi Terapandi Indonesia. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia Lincoln, Yvonna & Egon G Guba 1985 Naturalistik Inquiry. Beverly Hills; Sage Publications Lull, James 1998 Media, Komunikasi, Kebudayaan. Suatu Pendekatan Global. Jakarta; Yayasan Obor Indonesia Moleong, Lexy J 1994 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; Remaja Rosdakarya Murgiyanto, Sal 1970 Ketika Cahaya Memudar. Jakarta; Deviri Ganan Pamungkas, Ragil 2006 Lelaku dan Tirakat. Cara Orang Jawa Menggapai Kesempumaan Hidup.
    [Show full text]
  • View / Download the Full Paper in a New Tab/Window
    Binary Opposition, Binary Pair, and the Aftermath Sri Herminingrum, Universitas Brawijaya, Indonesia The Asian Conference on Arts & Humanities 2018 Official Conference Proceedings Abstract This paper uncovers the study about the presence of gender system being at work in one of the Indonesian folk dances, namely Reog Ponorogo. According to historical notes, this traditional dance-drama art has been performed since the 13th century. Together with the changing era, however, this folk-dance experiences upturns and downturns, even dying. Only did it get reinvigorated after Indonesian independence. Subsequently, Reog is widely known as the icon of Ponorogo, its originating town in East Java province. For Reog dance is created based on the plot of the story whose characters are all men, it is perceived as a masculine artwork. As a result, over decades the binary opposition concept manifested in this folk dance nullified the presence of women. The women’s journey from absence to presence, which was studied based on the dimensions of form, space, and time; depicts a cyclic cultural phenomenon. Male-female dichotomy which was firstly viewed as polar opposites has shifted to be equal binary pair attributing woman dancers as man’s partners. The values of harmony and beauty, then, take predominant part in coloring the dynamic creativity process. Self-actualization consciousness which is ever-raising amongst the dancers signifies that today those of women and men can substitute each other; not only because of the embodiment of self-determination concept but also because of the orientation of art for mart. Keywords: gender system; folk dance; Reog Ponorogo; harmony and beauty; self- determination.
    [Show full text]
  • Pengembangan Potensi Pariwisata Situ Sanghyang Di Kecamatan Tanjungjaya Kabupaten Tasikmalaya
    Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 2017 ISBN: 978–602–361–072-3 PENGELOLAAN SUMBERDAYA WILAYAH BERKELANJUTAN PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA SITU SANGHYANG DI KECAMATAN TANJUNGJAYA KABUPATEN TASIKMALAYA Nandang Hendriawan Jurusan Pendidikan Geografi FKIP Universitas Siliwangi; Kota Tasikmalaya E-mail: [email protected] ABSTRAK Kepariwisataan Kabupaten Tasikmalaya memiliki peranan yang penting dalam kepariwisataan Jawa Barat maupun dalam pembangunan wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Melalui perencanaan dan perancangan yang baik, Kawasan Situ Sanghyang diharapkan dapat menjadi salah satu daya tarik wisata andalan bagi Kabupaten Tasikmalaya untuk mewujudkan diversifikasi produk pariwisata di Kabupaten Tasikmalaya, sekaligus mendukung pengembangan Kawasan Wisata Unggulan Kria dan Budaya Priangan. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi yang dimiliki kawasan Situ Gede untuk Potensi Pariwisata di Kecamatan Tanjung Jaya Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: Survey Lapangan, Wawancara, Studi Dokumentasi, Studi Literatur. Pengembangan SDM pariwisata pada Kawasan Situ Sanghyang harus diarahkan untuk mendukung terlaksananya kebijakan dan strategi pengembangan SDM pariwisata Kabupaten Tasikmlaya melalui Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia, Pemberdayaan dan mengikutsertakan masyarakat lokal dalam kegiatan kepariwisataan di daerah, Peningkatan pemahaman, pengetahuan, kesadaran seluruh
    [Show full text]
  • ISI LAPORAN Rev 14022020
    LAPORAN KINERJA 2019 Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan YME & Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Kata Penganta Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tantangan gelombang perubahan Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat teknologi yang arusnya semakin deras dalam rahmatnya, kami mampu menyelesaikan era Revolusi Industri 4.0 telah menyebabkan Laporan Kinerja tahun 2019 ini dengan tepat adanya perubahan dalam gaya hidup serta waktu Berdasarkan amanat Peraturan pandangan hidup generasi muda penghayat Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang kepercayaan dan masyarakat adat selaku Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi pelestari tradisi. Kedepannya, terpaan Pemerintah serta Peraturan Presiden Nomor 29 gelombang tersebut akan semakin kuat Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas membawa perubahan sosial-budaya dan sulit Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan bagi rasanya untuk menghindar dari proses instansi pemerintah untuk menyusun laporan perubahan tersebut. Berbagai kegiatan kinerja seLap tahun. Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan YME Laporan kinerja yang telah kami susun dan Tradisi sampai saat ini belum mencoba ini menyajikan capaian kinerja Direktorat menggunakan pendekatan inovaf dalam Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi bidang teknologi informasi dan komunikasi dengan merefleksikan rencana target kinerja Melalui laporan kinerja ini diharapkan yang telah ditetapkan dalam perjanjian kinerja. dapat memberikan gambaran objekLf tentang Perlu kami sampaikan bahwa pada tahun ini kinerja yang dihasilkan Direktorat kami telah menetapkan 4 (empat) sasaran Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi kegiatan dengan 10 (sepuluh) indikator kinerja pada tahun 2019. Semoga laporan kinerja ini kegiatan dalam Perjanjian Kinerja Direktur dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Tradisi perencanaan program/kegiatan dan anggaran, tahun 2019.
    [Show full text]
  • Oideion 3 (2003)
    OIDEION The performing arts world-wide 3 edited by WIM V AN ZANTEN Nederlandse Vereniging voor Etnomusicologie "Arnold Bake" Department of Cultural Anthropology and Development Studies Leiden University, the Netherlands 2003 This volume was published by the Dutch Society for Ethnomusicology 'Arnold Bake' Editor: Wim van Zanten Editorial. Board: Ben Arps Saskia Kersenboom Emmie te Nijenhuis Rembrandt F. W olpert ISBN 90-808399-1-4 NUR: 664 Subject headings: ethnomusicology, performing arts, music, theatre Front cover design: Nelleke Oosten Printing: Copy- & Printshop F.S.W., Leiden University AH correspondence should be addressed to: Secretariat Nederlandse Vereniging voor Etnomusicologie "Arnold Bake", c/o Department of Cultural Anthropology and Development Studies, Faculty of Social Sciences, Leiden University, P.O. Box 9555, 2300 RB Leiden, the Netherlands http://www .abake.nl/ Copyright 2003 Nederlandse Vereniging voor Etnomusicologie "Arnold Bake", the Netherlands CONTENTS EDITOR'S PREFACE i.v KI MANTLE HOOD The musical river of change and innovation; The fourth John Blacking Memorial Lecture, ESEM, Rotterdam, 14 September 1995 1 EVERT BISSCHOP BOELE Teaching a multimusical soundscape; Non-Western music in Dutch basic education teaching materials 9 JEROEN DE K.LOET To seek beautiful dreams; Rock in China 29 JAN VAN BELLE Dafsaz in Tajik Badaxshan; Musical genre and rhythmic pattern 48 HANNEM. DEBRUIN What practice? Whose practice? 62 MA TTIIEW ISAAC COI-IEN Details, details: Methodological issues and practical considerations in a
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia Sebagai
    1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki wilayah yang luas, terbentang dari Aceh sampai sampai ke Papua. Ada 17.504 pulau yang tersebar di seluruh kedaulatan republik Indonesia (Nuraeni dan Alfan 2012:19). Indonesia di kenal juga masyarakat majemuk. Masyarakat Indonesia yang majemukdapat di pandang secara horizontal dan vertikal.Pemahaman secara horizontal di dasarkan pada fakta yang menunjukkan adanya satuan-satuan yang keragamannya dicirikan berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat istiadat atau tradisi, dan perbedaan unsur-unsur kedaerahan.Kemudian, dipandang secara vertikal artinya ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan antar lapisan sosial (Ali, 2007:271).Kemajemukan masyarakat Indonesia disatu sisi merupakan anugerah yang tidak ternilai, hal ini karena masyarakat yang majemuk tersebut tersimpan berbagai potensi budaya merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga tetap untuk dipertahankan dan terus dilestarikan. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009:144). Di samping istilah kebudayaan, ada pula istilah peradaban.Istilah tersebut biasa di pakai untuk menyebut bagian dan unsur dari kebudayaan yang halus, maju, dan indah, misalnya kesenian. 2 Istilah “peradaban” sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai seni bangunan dan seni rupa (Koentjaraningrat, 2009:146). Kebudayaan tidak bisa dipisahkan
    [Show full text]