Pengaruh Kesurupan Pada Kesenian Tradisional Kuda Lumping Terhadap Persepsi Mahasiswa Pgri Palembang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PENGARUH KESURUPAN PADA KESENIAN TRADISIONAL KUDA LUMPING TERHADAP PERSEPSI MAHASISWA PGRI PALEMBANG Oleh: Novdaly Fillamenta (APIKES WDYA DHARMA PALEMBANG) ABSTRAK Kuda Lumping di Palembang bukan Kesenian Tradisional dari Palembang , kesenian tradisional kuda lumping datang karena akulturasi dari jawa . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kesurupan di Seni Tradisional Kuda Lumping terhadap persepsi mahasiswa Universitas Bina Darma. Subyek penelitian adalah 30 siswa laki-laki dan perempuan , usia berkisar 20-22 tahun mahasiswa mahasiswa semester kelima Universitas PGRI Palembang, tahun ajaran 2009/2010 . Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah menggunakan skala persepsi berdasarkan skala Likert . Data dianalisis menggunakan teknik t-test . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap persepsi mahasiswa Universitas Bina Darma antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Kata kunci: Kesurupan pada Kesenian Tradisional Kuda Lumping, Persepsi A. PENDAHULUAN waktu lalu, diakui juga oleh pihak masyarakat Johor di Malaysia Kesenian Kuda Lumping masih sebagai miliknya di samping Reog menjadi sebuah pertunjukan yang cukup Ponorogo. Fenomena mewabahnya seni membuat hati para penontonnya Kuda Lumping di berbagai tempat, dengan terpikat. Walaupun peninggalan budaya berbagai ragam dan coraknya, dapat ini keberadaannya mulai bersaing ketat menjadi indikator bahwa seni budaya yang oleh masuknya budaya dan kesenian terkesan penuh magis ini kembali ”naik daun” asing ke tanah air, tarian tersebut masih sebagai sebuah seni budaya yang patut memperlihatkan daya tarik yang tinggi. diperhatikan sebagai kesenian asli Hingga saat ini, tidak diketahui siapa Indonesia. atau kelompok masyarakat mana yang Tarian tradisional yang dimainkan mencetuskan (menciptakan) Kuda Lumping secara ”tidak berpola” oleh rakyat pertama kali. Faktanya, kesenian Kuda kebanyakan tersebut telah lahir dan Lumping dijumpai di banyak daerah dan digemari masyarakat, khususnya di Jawa, masing-masing mengakui kesenian ini sejak adanya kerajaankerajaan kuno sebagai salah satu budaya tradisional tempo doeloe. Awalnya, menurut mereka. Termasuk, disinyalir beberapa 8 sejarah, seni Kuda Lumping lahir masalahnya tidak bisa dilihat, hanya sebagai simbolisasi bahwa rakyat perilakunya yang terlihat. juga memiliki kemampuan (kedigdayaan) Kesurupan menurut Supratiknya, dalam menghadapi musuh ataupun melawan merupakan refleksi kegagalan yang sedang kekuatan elite kerajaan yang memiliki bala terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. tentara. Di samping, juga sebagai media Maka pada prakteknya jadi heran kalau menghadirkan hiburan yang murah-meriah kesurupan dikait-kaitkan dengan makhluk namun fenomenal kepada rakyat banyak. halus. Menurut Supratiknya kesurupan bisa Atraksi Kuda Lumping terbukti sangat dijelaskan secara rasional. Kesurupan menggugah rasa ingin tahu para adalah gejala kejiwaan dan kesurupan tamu undangan, terutama saat kedua hanya merefleksichaos luar biasa di pemain mempertontonkan pertarungan tengah masyarakat. antara dua ksatria berkuda yang Menurut Kant (Corsini, 2003:85) dilanjutkan atraksi “ndadi” dimana persepsi adalah pengamatan secara kedua ksatria tersebut kesurupan roh global, belum disertai kesadaran. halus dan “mengamuk” di arena pertunjukan Sedangkan subjek dan objeknya belum ada dengan berjumpalitan kesanakemari perbedaan antara satu dari lainnya (baru sehingga membuat heboh penonton serta proses memiliki tanggapan). Seperti dengan memakan benda-benda yang fenomena kesurupan; karena dalam sebenarnya bukan untuk dikonsumsi persepsi ada yang menyatakan histeria dan oleh manusia biasa, seperti beling, padi, ada yang menyatakan kemasukan mahkluk dan silet. Pada kesenian tradisional Kuda halus dan bahkan ada yang beranggapan Lumping terdapat macam-macam kesurupan adalah perilaku berpura-pura persepsi terhadap kesurupan, ada yang seakan-akan kemasukan mahkluk halus. mengatakan kesurupan adalah kemasukan Mengikuti pengertian histeria mahkluk halus dan ada yang mengatakan maksudnya adalah gangguan neurosis kesurupan itu keadaan lelah serta banyak yang mempunyai berbagai gej ala dan lagi pendapat lainnya. Seperti yang tanda, yang mungkin berbentuk emosi dikatakan salah satu Warga yang akibat dari perasaan takut atau gembira pernah melihat pementasan Kuda yang melampau, sedangkan kemasukan Lumping, mengatakan wajar kalau merujuk kepada perbuatan merasuk, beda pendapat terhadap kesurupan, mengapit atau memadukan dua objek atau 9 sebagainya bertujuan untuk memberi Pada faktor konteks keorganisasian keteguhan pada struktur sesuatu, dalam persepsi, tempat lingkungan yang tetapi mengikut pengertian bidang merupakan lingkup sosial sangat paranormal ia lebih merujuk kepada mempengaruhi persepsi. Perbedaan kemasukan sesuatu unsur halus seperti Jin persepsi antara individu atau roh kedalam tubuh manusia. memperlihatkan tingkah laku yang berbeda di Walaupun demikian, umumnya kedua dalam situasi yang sebagian besar gej ala ini istilah sering diartikan dan dianggap sama diterangkan oleh adanya perbedaan maksudnya (Bertens, 2006:261). sikap (Ahmadi, 1990:163). Perbedaan persepsi yang terjadi Menurut Rokeach (Atkinson & pada fenomena kesurupan dipengaruhi oleh Hilgard, 1983: 374) orang dikatakan faktor konteks antar pribadi yang memiliki sikap positif terhadap suatu objek mempersepsikan dalam hubungan antar psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap pribadi, bila cukup senang dengan orang yang favourable, sebaliknya orang yang tersebut maka pendapat orang lain serupa dikatakan memiliki sikap yang negatif dengan pendapatnya. Namun j ik a terhadap objek psikologi bila ia tidak suka hubungan antar pribadi tidak atau sikap unfavourable terhadap objek menyenangkan, orang cenderung psikologi. Batasan sikap menurut melihat pendapat orang lain agak berbeda. Festinger (Atkinson & Hilgard, 1983:378) Kemudian latar belakang orang lain dalam sebagai suatu kesadaran individu yang pemberian informasi tidak dikenal atau menentukan perbuatan-perbuatan yang tidak diketahui pada mulanya, lalu nyata ataupun yang mungkin akan terjadi informasi itu diterima darinya maka dalam kegiatan- kegiatan sosial. Maka sikap pengakuan pada orang tersebut bertambah. sosial adalah kesadaran individu Konteks keorganisasian dalam suasana menentukan perbuatan yang nyata, yang organisasi atau bagian tempat berulang-ulang terhadap obyek sosial serta lingkungan seseorang mempunyai arti bukan terjadi pada orang-orang lain dalam besar bagi persepsi orang-orang di masyarakat. dalam lingkungan, jika Permasalahan yang terjadi pada masyarakat suasananya lebih menyenangkan dan indonesia terhadap kerasukan yaitu bersahabat (Bertens, 2006:107). kurangnya pengetahuan tentang kerasukan secara ilmiah, sehingga mereka 10 mempunyai persepsi yang non ilmiah. 30 orang yang memenuhi karakteristik ciri- Untuk mengatasi permasalahan diatas, ciri sesuai dengan tujuan penelitian dilakukan apresiasi tentang kesurupan dan yang ditetapkan peneliti sebelumnya. pemahamannya secara ilmiah khususnya Adapun karakteristik dan ciri-ciri subjek terhadap mahasiswa. Apresiasi dan penelitian tersebut adalah mahasiswa pemahaman yang diberikan dilakukan semester V yang yang aktif kuliah usia secara inovasi. Inovasi yang dilakukan 20-22 Tahun. Pengambilan subjek dalam apresiasi dan pemahaman tentang dalam penelitian ini menggunakan teknik kesurupan yaitu melalui kesenian purposive sampling, yaitu pemilihan subjek tradisional Kuda Lumping yang sudah di penelitian berdasarkan karakteristik dan rekam dan diformat dalam bentuk CD ciri-ciri tertentu yang telah dirumuskan oleh .Dengan demikian diharapkan apresiasi peneliti (Azwar, 2004:23). dan pemahaman yang diberikan Metode Pengumpulan data d a p a t mempengaruhi persepsi mahasiswa dalam penelitian ini menggunakan terhadap kesurupan pada kesenian metode skala. Metode skala digunakan tradisional Kuda Lumping yang non ilmiah untuk mengukur variabel skala persepsi menjadi ilmiah. terhadap kesurupanData untuk variabel persepsi terhadap kesurupan diperoleh B. METODE PENELITIAN dengan menggunakan skala persepsi terhadap kesurupan yang dibuat sendiri oleh Pada penelitian ini, dalam penelitian ini penulis dengan mengacu pada faktor- terdiri dari 1 variabel tergantung dan 1 variabel faktor persepsi dari Walgito (2003:70), bebas, variabel-variabel tersebut penulis memodifikasi menjadi persepsi adalah persepsi sebagai variabel terhadap kesurupan, meliputi : konteks antar tergantung dan Kesurupan pada kesenian pribadi, latar belakang orang lain, dan konteks tradisional Kuda Lumping sebagai variabel organisasi. Berdasarkan aspek-aspek bebas. persepsi terhadap kesurupan yang Populasi penelitian ini memfokuskan dikemukan disusunlah 72 pernyataan. pada mahasiswa yang masih aktif kuliah. Setiap pernyataan disajikan dalam dua Populasi dalam penelitian ini adalah semua bentuk yaitu 36 pernyataan favourable mahasiswa semester V Universitas dan 36 pernyataan unfavourable yang PGRI Palembang. Subjek penelitian ini harus direspon oleh subjek berdasarkan 4 adalah mahasiswa Semester V sebanyak 11 alternatif jawaban , yaitu sangat setuju (SS), menggunakan statistic one sample t-test setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak dapat disimpulkanbahwa kesurupan pada setuju (STS). kesenian tradisional Kuda Lumping sangat signifikan terhadap persepsi mahasiswa C. PEMBAHASAN DAN HASIL Universitas Bina Darma Palembang. Dengan PENELITIAN demikian hipotesis yang diajukan dalam Dari hasil analisis data 72 penelitian ini terbukti atau diterima. pernyataan yang disajikan