Upaya Pelestarian Silat Perisai Di Bangkinang Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 16 No. 1, April 2020 UPAYA PELESTARIAN SILAT PERISAI DI BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU Nike Suryani, Muslim Universitas Islam Riau Email: [email protected] Abstrack Preservation efforts as activities or carried out continuously, directed and integrated to realize certain goals that reflect the existence of something that is permanent and eternal. Silat Shield is one of the traditions in Kampar District that needs to be preserved. The purpose of this study looks at the form of Shield Silat and Shield Silat Preservation Efforts in the District of Bangkinang, Kampar Regency. The theory in this writing can be put forward in the opinion of Hadiwanto Conservation must live and develop in the community. Conservation must be fought by the wider community. Chaedar alwasilah said there were three steps, namely: (1) understanding to generate awareness, (2) collective planning, and (3) creativity generation. This research method is a type of research used is qualitative with the Phenomenology approach. Data collection techniques by observation, interview and documentation. Keywords:Tradition, Silat Perisai, Preservation efforts Abstrak Upaya Pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi .Silat perisai merupakansalah satu tradisi di kabupaten kampar yang perlu untuk dilestarikan.Tujuan penelitian ini melihatbentuk Silat Perisai dan Upaya Pelestarian Silat Perisai Di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar.Teori dalam penulisan ini dapat dikemukakan menurut pendapat Hadiwanto Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat.Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat luas. Chaedar alwasilah mengatakan ada tiga langkah, yaitu: (1)pemahaman untuk menimbulkan kesadaran, (2)perencanaan secara kolektif,, dan (3) pembangkitan kreatifias.Metode penelitian ini adalah jenis penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Kata kunci : Tradisi, Silat Perisai, Upaya Pelestarian 48 ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 16 No. 1, April 2020 Pendahuluan Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat diseluruh Indonesia.Setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Provinsi riau adalah salah satu provinsi yang kaya akan budaya melayu di Indonesia. Riau sejak dahulu sudah menjadi daerah lalu lintas perdagangan negara-negara tetangga, sehingga riau melahirkan sosok dan warna budaya yang beragam.Riau mempunyai banyak macam kebudayaan dan bentuk kesenian tradisi, baik dari segi tari, musik, dan silat.Kesenian riau tumbuh, hidup dan berkembang di pedalaman, di desa- desa terpencil, juga di kota-kota.Saraswati (2015) mengatakan bahwa kesenian mencerminkan suatu peradaban manusia yang terus berkembang makan kesenian yang telah ada tidak lepas dari keberadaan kesenian tradisional Sejumlah daerah di Provinsi Riau memiliki keunikan dalam seni bela diri pencak silat. Ada silat pangaian , ada pula silat rokan. Kabupaten kampar salah satu daerah memiliki silat perisai. Silat perisai awalnya bernama poncak silat perisai atau poncak yag berasal dari kata moncak-moncak yang artinya menari-nari. Silat perisai ini menggunakan alat atau properti pedang dan perisai sebagai alat penangkis yang dibuat dari urat-urat kayu besar dan lebar serta dilapisi dengan kulit kerbau yang diukir berfungsi untuk melawan musuh/perlindungan diri.Silat perisai disajikan di alam yang terbuka dan memiliki ruang gerak yang besar dan kecil. Bagong (1997:98), silat dan tari merupakan suatu ekspresi yang tali temali yang saling mengisi karena kedua-duanya mempergunakan tubuh manusia sebagai materipokok, disamping ketajaman pikiran dan perasaan yang selalu berdampingan sewaktu orang melaksanakan silat dan menari, ditambah dengan ketahanan fisik dan keuletan, teknik silat dan tari. Dinas pariwisata dan kebudayaan kabupaten Kampar (2010) mengatakan Silat perisai memiliki hakikat diri manusia (pernyataan jati diri), merupakan sampiran dari kata panca kaki silaturahmi yang maknanya perjalanan kehidupan yang menciptakan persaudaraan. Adapun nama-nama gerak dari silat perisai yang terdapat adalahsambah pembukaan, langkah tigo,gayuong, simbu, umban bancang, tusuok, tusuok bawah, concang manau, concak tadadek, kilieran podang, sombah ponutuik . Silat perisai biasanya diiringi dengan musik tradisi yaitu “Gondang Baoguang”.Kostum silat perisai berwarna hitam dengan menggunakan ikat kepala. 49 ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 16 No. 1, April 2020 Keberadaan silat perisai dimulai pada masa wilayah negeri Kampar dulunya sebelum kemerdekaan RI pernah mempunyai system pemerintah Andiko dimana yang berkuasa adalah pucuk adat yang disebut ninik mamak. (Datuk Panglimo Tuo, wawancara 02 Februari 2019) Silat perisai pada saat ini memang merupakan salah satu kesenian yang ada di kabupaten Kampar. Awalnya silat perisai berkembang dilingkungan keluarga saja, untuk mempertahankan silat perisai mereka melakukan latihan minimalnya dengan anak-anak mereka sendiri agar tetap terjaga pelestarian dari silat perisai ini supaya tidak terjadikepunahan. Koentjaraningrat:,(1979:38) (Koentjaraningrat, 2009)mengatakan keluarga dan lingkungan sebagai kesatuan sosial yang paling kecil adalah tempat kehidupan sosial, ekonomi, maupun budaya pertama kali ditanamkan. Pada saat ini silat perisai sudah ditetapkan sebagai warisan budaya sejak tahun 2017 ini merupakan program pelestaraian dan pengembangan budaya daerah, dinas perhubungan, pariwisata dan seni budaya.. Selain itu salah satu kelompok yang terus mempertahankan silat perisai adalah komunitas seni pencak silat perisai, komunitas ini selalu diundang untuk menampilkan silat perisai dalam rangka menambut kedatangan tamu pejabat daerah pada sebuah acara hal ini merupakan salah satu sebuah usaha dari seniman dan masyarakat untuk mempertahan silat perisai Istiqomah (2015) menegaskan bahwa kesenian daerah harus dilestarikan karena didalam kesenian tradisional terdapat nilai-nilai kearifan lokal. A.W. Widjaja (1986) mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi bersifat dinamis, luwes, dan selektif.Fenomena yang menarik disini adalah usaha salah seorang seniman dalam pelestarian silat perisai silat perisai hingga saat sekarang ini. Penelitian yang berkaitan dengan silat perisai oleh fhiken tri wulandari (2017) , dengan judul sistem pewarisan silat perisai di riau. Menjelaskan tentang proses pewarisan yang terjadi dari silat perisai dipengaruhi oleh pendidikan informal dari keluarga, masyarakat dan adat yang berlaku pada daerah lahirnya silat perisai.Penelitian yang berkaitan selanjutnya dengan silat perisai oleh Yoegi Aditya (2018) dengan judul Silat Perisai ke Bentuk Tari Poncak 12 Di Kecamatan Bangkinang 50 ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 16 No. 1, April 2020 Kota Kabupaten Kampar.menjelaskan tentang perubahan silat perisai dengan ke bentuk tari poncak 12. Metode Penelitian ini menggunakan maka jenis penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.Untuk memenuhi standar data yang ditetapkan atau ditentukan, maka teknik pengumpulan data merupakan langkah strategis dalam penelitiain, karena tujuan utama dari penelitian adalah data. Menurut suharsimi Arikunto (2006:225), setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang bertugas mengolah data.Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut dikumpulkan, dikelompokkan, diseleksi, sesuai dengan permasalahan yang ingin dijawab agar nantinya setelah diproses, hasil yang diperoleh menjadi data yang akurat. Untuk tahap awal peneliti menentukan lokasi penelitian yaitu daerah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Provinsi Riau.Langkah awal yang dilakukan yaitu terjun ke lapangan untuk berjumpa langsung dengan subjek penelitian yang berjumlah 1 orang yang merupakan seniman tradsi dari Silat Perisai. Kemudian melakukan wawancara kepada seniman tersebut mengenai bentuk silat perisai dan bagaimana upaya pelestarian silat perisai di kecamatan bangkinang kabupaten kampar Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data yaitu berupa kamera foto (kamera digital, dan camera handphone) untuk mendapatkan foto- foto Silat Perisai. Hasil dan Pembahasan 1. Silat Perisai Silat Perisai merupakan salah satu tradisi yang ada di Kampar Provinsi Riau, yang ditampilkan untuk mencari sebuah kemufakatan dari perselisihan yang terjadi di antara suku.Keberadaan Silat Perisai diimulai pada masa Wilayah Negeri Kampar dulunya sebelum kemerdekaan RI dimana wilayah tersebut pernah mempunyai sistem pemerintahan Andiko dimana yang berkuasa adalah Pucuk Adat yang disebut Ninik Mamak.Ninik Mamak menaungi masyarakat yang disebut AnakKemenakan dan Urang Sumondo.Setiap kelompok Masyarakat yang terdiri dari Anak Kemanakan dan Urang 51 ISSN: 2580-6009 (daring) 0854-817X (cetak) Jurnal Puitika Volume 16 No. 1, April 2020 Semondo disebut Pesukuan.Setiap pasukuan memiliki dubalang/pendekar Silat Perisai.Pada masa itu yang berlaku hukum adat. Bila terjadi silang sengketa antara pasukuan misalnya tentang wilayat hutan tanah, menurut hukum adat sama-sama kuat mempunyai hak maka oleh lembaga Kerapatan