Quick viewing(Text Mode)

Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek Berbasis Teknologi Tradisional

Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek Berbasis Teknologi Tradisional

Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek Berbasis Teknologi Tradisional

Ediwar, Rosta Minawati, Febri Yulika, Hanefi Institut Seni (ISI) Padangpanjang Jalan Bahder Johan, Guguk Malintang, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat, 27118 Email: [email protected]; [email protected]

ABSTRACT

Saluang darek is a traditional instrument of which categorizes as aerophone (using air as the main source of vibration) with the type of end-blown without-block fl utes. This mu- sical instrument is used to accompany Minangkabau songs or dendangs. Saluang Darek is made of bamboo. The best bamboos for making saluang darek are (1) talang bamboo (schizostachyum brachy- cladum kurz), (2) buluah kasok bamboo (gingantocholoa apus), (3) tamiang bamboo (schizostachyum zollingeri steud), and (4) cimanak bamboo (schizostachyum longispiculatum). The production of salu- ang darek uses a traditional technology to maintaining the quality of instrument that’s ready to be used for the performing arts, particularly in accompanying dendang. The method used in this research is the qualitative method by using organology study. Data were collected through the library research, observation, interview, and documentation. This study found the importance of the musical instrument in order to give information for the works of musicologists and ethnomusicolo- gists, and the conservation of the musical culture in West Sumatera.

Keywords: saluang darek, organology, aerophone, traditional technology

ABSTRAK

Saluang darek adalah alat musik tradisional Minangkabau yang diklasifi kasikan ke dalam aerophone (udara sebagai sumber getaran utama), dengan jenis end-blown without-block fl utes. Instrumen ini digunakan untuk mengiringi nyanyian atau dendang Minangkabau. Saluang darek terbuat dari bambu. Adapun jenis bambu yang paling baik untuk alat musik salu- ang adalah (1) bambu talang (schizostachyum brachycladum kurz), (2) bambu buluah kasok (gingantocholoa apus), (3) bambu tamiang (scizostachyum zollingeri steud), (4) bambu cimanak (schizotachyum longispiculatum). Pembuatan alat musik saluang darek menggunakan teknolo- gi tradisional dengan tetap menjaga kualitas alat yang siap dipakai untuk seni pertunjuk- an dalam mengiringi dendang. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan kajian organologi. Data dikumpulkan melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Kajian ini menemukan pentingnya kajian instru- men musik untuk memberikan infomasi dalam pekerjaan musikolog dan etnomusikolog, sekaligus pelestarian budaya musikal di Sumatera Barat.

Kata kunci: saluang darek, organologi, aerophone, teknologi tradisional Panggung Vol. 29 No. 2, Juni 2019 117

PENDAHULUAN hanya mencakup sejarah dan deskripsi in- Perkembangan teknologi industri kre- strumen saja, tetapi memperhatikan aspek atif dewasa ini menjadi salah satu program yang terabaikan dalam ilmu instrumen pemerintah dalam upaya menjawab tan- musik, seperti teknik-teknik tertentu dalam tangan global, yang populer dengan isti- memainkan, fungsi secara musikal, hiasan lah revolusi Industri 4.0. Program pemerin- (yang dibedakan dengan konstruksi), dan tah ini menjadi suatu tuntutan yang patut berbagai pendekatan sosial budaya terkait mendapat respon dari berbagai pihak. Se- instrumen tersebut. jumlah upaya dilakukan untuk mengeja- Kesenian Minangkabau kebanyakan me- wantahkan pesan tersebut ke tengah ma- rupakan pamenan anak karena meru- syarakat. Salah satunya adalah pidato pakan kesenian tradisi yang tumbuh dan Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid, dalam berkembang di tengah kehidupan rakyat kuliah umum di ISI Padangpanjang de- dan dimainkan dari rakyat, oleh rakyat, dan ngan tema “Kontribusi dan Peluang Sar- untuk rakyat. Kesenian ini dipertunjukkan jana Seni Bagi Pengembangan Seni Budaya untuk memperingati upacara , agama, Indonesia Memasuki Era Revolusi Industri dan sosial kemasyarakatan. Aluan bunian dan 4.0”. Pada kesempatan tersebut, rektor juga bagurau menjadi bagian dari konsep kesenian merasa optimis bahwa masa depan kese- pamenan anak nagari (Rustiyanti, 2015: 105). nian akan semakin cerah dengan datang- Minangkabau memiliki berbagai ma- nya era revolusi industri 4.0 (h ps://www. cam bentuk kebudayaan melalui proses se- isi-padangpanjang.ac.id). Dalam hal ini, in- jarah yang kemudian melahirkan beragam dustri kreatif berbasis teknologi tradisional bentuk seni budaya yang berkembang di tetap mendapat tempat. Hal ini dibuktikan tengah masyarakat pendukungnya (Nur- dengan lahirnya Undang-undang No. 5 ta- syam & Supriando, 2018). Salah satu dari seni hun 2017 tentang pemajuan kebudayaan. budaya Minangkabau adalah musik tradi- Dalam konteks kebudayaan, terutama sional. Keragaman jenis alat musik yang ter- bidang musik tradisional Minangkabau di dapat di Minangkabau telah memiliki ben- Sumatera Barat, salah satu usaha industri tuk dan karakter musikal yang cukup unik. kreatif berbasis teknologi tradisional adalah Salah satu yang menarik adalah alat musik pembuatan alat musik saluang darek. Pem- tradisi tiup yang termasuk ke dalam klasifi - buatan alat musik saluang darek berbasis kasi aerophone (udara sebagai sumber getar- teknologi tradisional melalui pendekatan an utama) dengan berbagai jenis dan ben- organologi perlu mendapatkan perhatian, tuk, yaitu jenis end-blown without block fl utes, sebagai salah satu upaya untuk mengeta- end-blown block fl utes, dan jenis reed fl utes. hui lebih mendalam mengenai teknik pem- Alat musik tiup jenis end-blown without-block buatan saluang, bahan dan peralatan yang fl u tes seperti saluang darek dan saluang sirom- digunakan secara tradisional. pak; jenis end-blown block fl utes seperti bansi, Menurut Arga Budaya (2009), istilah sampelong, saluang pauah, dan saluang sungai “organologi” telah memperoleh penerima- pagu; jenis reed fl utes seperti pupuik gadang, an yang luas dalam tradisi oral kalangan pupuik sarunai, pupuik baranak, dan sarunai musikolog. Seperti yang biasa digunakan tanduak (Ediwar, dkk., 2017). untuk musik, istilah tersebut cendrung Masing-masing instrumen musik terse- hanya mendeskripsikan bagian fi sik, ben- but memiliki bentuk yang berbeda dalam da-benda yang bersifat akustik, dan sejarah aspek kajian organologi. Demikian juga instrumen musik. Organologi sebagai ilmu dalam hal komposisi musikal yang dihasil- tentang instrumen musik seharusnya tidak kan ketika dipertunjukkan. Hal ini sesuai Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi : Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek 118 dengan pandangan Susandra Jaya bahwa secara emik, agar dapat dipelajari oleh ge- masing-masing instrumen dalam sebuah per- nerasi selanjutnya. tunjukan musik akan memberikan kekuatan Mencermati teknologi mutakhir yang dalam unsur komposisi garapan, kekuatan semakin canggih telah menawarkan ber- tersebut akan lebih variatif dan sangat kon- bagai kemudahan serta gaya hidup baru tekstual dengan repertoarnya ketika disaji- yang terkadang justru meninggalkan pola- kan pada saat yang tepat (Jaya, 2018). pola lama yang bersifat tradisional (Rizal & Alat musik saluang tergolong ke dalam Anwar, 2017). Hak itu telah berdampak ter- klasifi kasi aerophone jenis seruling (fl u te) hadap perkembangan kesenian tradisional, dengan teknik memainkannya disebut end- yaitu semakin mundurnya minat generasi blown fl ute. Keberadaan alat musik saluang muda untuk mempelajari kesenin, terma- lebih terkenal di daerah Luhak Minangka- suk musik saluang. Kondisi demikian dise- bau, namun perkembangannya sudah cu- babkan munculnya bentuk seni lain dan kup meluas ke daerah rantaunya. Fungsi pengaruh budaya dari luar yang dianggap musikal alat musik saluang adalah untuk lebih maju dan modern, sehingga genera- mengiringi dendang darek atau dendang- si muda mulai meninggalkan seni tradisi dendang di luar daerah darek yang telah yang semula mendapat perhatian masyara- dimodifi kasi karakternya oleh tukang den- kat pendukungnya (Ariastuti, 2018). dang dengan konsep musikal gaya ‘den- Dalam hal ini, Jaya (2018) menyatakan dang darek’ sehingga terdaftarlah sebagai bahwa usaha menghidupkan seni pertun- repertoar genre saluang darek. jukan tradisional patut menjadi perhatian, Menyadari pentingnya pelestarian dan termasuk kajian pembuatan alat musik. Pada penyelamatan nilai-nilai organologi musikal kenyataannya, adanya pengaruh dari luar alat-alat musik tiup tradisional Minangka- tradisi membuat semakin menghilangnya ke- bau yang hingga kini bahan tertulis, seperti beradaan seni tradisi di tengah masyarakat. buku-buku, laporan-laporan penelitian, dan informasi-informasi lainnya, masih terba- METODE tas, bahkan dapat dikatakan “memang sulit Tulisan ini merupakan hasil penelitian ditemui” (Ediwar, dkk., 2017). Maka, kajian dengan judul Pelestarian Musik Tradisional terhadap motode dan teknik pembuatan Minangkabau: Strategi Ketahanan Budaya alat musik saluang Minangkabau adalah Bangsa. Salah satu sub-bagiannya adalah sesuatu yang dapat membantu untuk peles- kajian organologi alat musik tradisional tarian dan menjaga ketahanan budaya mu- Minangkabau, khususnya alat musik tiup sikal suku bangsa Minangkabau, sekaligus Minangkabau, dengan studi kasus salu- sebagai ketahanan budaya bangsa. Tulisan ang darek. Penelitian ini dilakukan dengan mengenai alat musik Minangkabau yang menggunakan metode kualitatif. Studi ini ditemui, di antaranya adalah Kartomi melibatkan masalah-masalah yang ber- (1990), yang menyusun taksonomi alat-alat hubungan dengan pandangan peneliti (re- musik tradisi Minangkabau yang mengacu searchers’ view) terhadap objek penelitian pada klasifi kasi alat musik tulisan Bostel organologi alat musik saluang darek. dan Sach. Ia juga mengamati secara sepin- Dalam pengumpulan data digunakan tas dengan memanfaatkan pendekatan tiga tahap penelitian. Tahap pertama, studi studi lapangan. Tulisan Kartomi tersebut kepustakaan untuk mengumpulkan bahan- telah membuka mata kita bahwa alat musik bahan yang diperlukan sesuai masalah yang tradisional Minangkabau itu perlu didata diteliti. Tahap kedua, penelitian di lapang- dan diungkapkan nilai-nilai organologinya an untuk mungumpulkan data dengan Panggung Vol. 29 No. 2, Juni 2019 119 teknik wawancara langsung secara men- ambil adalah seorang sebagai pembuat in- dalam dengan memakai pedoman wawan- strumen yang profesional bernama Zainu- cara (semi-structured interview); sedangkan din, (61 tahun). Menurut Zainudin (1993), tahap ketiga berupa pengolahan dan anali- alat musik yang paling baik dibuat untuk sis data yang dapat dijadikan sebagai bahan jenis alat musik tiup terdiri atas empat jenis laporan ilmiah yang dapat dipublikasikan. bambu, (1) bambu talang (schizostachyum brachycladum kurz), (2) bambu buluah kasok HASIL DAN PEMBAHASAN (gingantocholoa apus), (3) bambu tamiang Bambu sebagai Material Alat Musik Saluang (scizostachyum zollingeri steud), (4) bambu Hood dalam Hajizar (1995) menyebut- cimanak (schizotachyum longispiculatum). kan bahwa istilah organologi telah diterima Jenis-jenis bambu tersebut sangat baik secara luas di tengah-tengah para musiko- untuk bahan pembuatan saluang karena log melalui tradisi oral. Pengkajian ter- memiliki sifat-sifat pertumbuhan bambu hadap masalah organologi pada dasarnya yang dapat diamati, seperti mempunyai adalah mendeskripsikan keadaan peralatan ruas yang panjang, berkulit tipis mempu- musik yang berhubungan dengan keadaan nyai rongga lobang yang bulat, serta ber- fi s iknya, akustiknya, dan kesejarahan alat- serat keras. Bambu yang baik untuk bahan alat musik tesebut. Hal itu sebagaimana pembuatan saluang adalah yang sudah tua. dikemukakan Hood, sebagai berikut. Semakin tua umur bambu tersebut, sema- . . . Selain aspek kesejarahan dan pendeskrip- kin baik untuk dijadikan bahan saluang. sian alat musik itu sendiri, hal-hal yang Batas umur bambu tergolong tua, yaitu se- berkaitan dengan teknik memainkan alat musik tersebut, dalam hal ini pendeskrip- kitar 2 hingga 3 tahun. Sebagai pedoman sian alat musik. Hal-hal yang menyangkut untuk menentukan ciri-ciri bambu saluang dengan keadaan fi sik alat musik itu ha- rus dideskripsikan secara detail untuk bisa yang sudah tua adalah pada bagian pem- mengetahui prinsip-prinsip yang berkaitan bentukan batang yang sudah agak mengu- dengan sumber bunyi, bagaimana proses ning, sebagai pedoman untuk menentukan terjadinya bunyi, dan bagaimana pula pro- ses pembuatan, serta bahan yang digu- bambu yang sudah tua dapat dilihat pada nakan. Selain itu, menentukan klasifi kasi batang dan warna daun. Ciri-ciri bambu yang sebuah alat musik ke dalam sistem klasifi - tergolong tua atau baik, seperti berikut: kasi alat musik yang paling umum dipakai dalam ilmu etnomusikologi (idiphone, mem- 1. Bambu yang tumbuh di tengah-te- branphone, aerophone, dan chordophone) juga ngah rumpun, kemudian batangnya tinggi merupakan bagian studi yang sangat perlu untuk mengetahui dan mengelompokkan dan lurus serta warna kulit batang sudah alat musik dalam dunia ilmiah (dalam Ha- agak menguning. Bulu-bulu yang melekat jizar, 1995: 9-10). pada batang bambu telah hilang. Pertum- Selanjutnya, Picken (1996/1997: 10) me- buhan daun semakin berkurang, dan bah- nyarankan agar kajian organologi sebuah alat kan banyak yang gugur. Warna daun ber- musik yang berhubungan dengan penjelas- bintik-bintik kuning dan bercampur putih. an tentang bentuk fi sik secara cermat dari 2. Batang bambu yang tidak berpanu bagian yang global sampai sekecil-kecilnya, atau berjamur biasanya bekas batang bam- bahan yang digunakan dengan cantuman bu yang berjamur dapat merusak warna foto, bagaimana posisi membuatnya, proses kulit bambu hingga berbentuk bintik-bin- pembentukannya, cara mengukurnya, tahap tik hitam. mengerjakannya, cara memotong, cara meng- 3. Batang bambu yang berpenampang haluskan, membersihkan, dan sebagainya. bulat dan memeiliki ruas panjang, yaitu Berkaitan dengan pembuatan alat sekitar 70 sehingga 90 sentimeter. Diameter musik tradisional saluang, sampel yang di- penampangnya lebih kurang 3 hingga 3,5 Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi : Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek 120

Gambar 1. Jenis Bambu Talang Gambar 2. Jenis bambu Buluah Kasok (Foto: Ediwar, 2018) (Foto: Ediwar, 2018) sentimeter, dan tebal buluh kurang lebih 2 Tebal buluh mencapai 2 hingga 3 milimeter. hingga 3 milimeter. Bambu talang ini biasanya tumbuh di per- 4. Batang bambu yang dihinggapi se- batasan suatu kebun. rangga biasa, seperti sejenis semut. Biasa- 2. Buluah kasok (sikizos tasium) sangat nya batang bambu yang dihinggapi serang- baik untuk pembuatan alat tiup saluang, ga adalah batang bambu yang tergolong dan bansi Minangkabau. Bambu buluah ka- tua umurnya. sok itu rumpunnya agak kurang rapat, dan Setelah ditemukan ciri-ciri bambu yang pertumbuhan batang agak sama besar. sudah tua, kemudian dilakukan penebang- Pada perbatasan ruasnya tampak rata dan an. Masa penebangan bambu yang baik bergaris putih yang melingkar di sekitar dilakukan pada musim panas atau musim pelepah buluh dan biasanya pelepah bu- kemarau. Pada saat penebangan berlang- luh mudah gugur. Tinggi buluh mencapai sung, bambu dipotong dibagian panggkal sekitar 10 hingga 15 meter. Panjang ruas yaitu sekitar satu meter dari rumpunnya. sekitar 80 hingga 90 sentimeter dan di- Bambu atau buluh untuk pembuatan ameter penampang lebih kurang 3 hingga alat musik saluang Minangkabau sesuai 6 sentimeter. Tebal buluh mencapai sekitar dengan spesifi kasi masing-masing alat tiup 2 hingga 3,5 milimeter. Bambu buluah kasok yang terdiri atas beberapa jenis, yaitu: biasanya tumbuh di hutan dataran tinggi 1. Bambu talang (lihat gambar 1). Ta- atau di atas bukit. lang (ninganto tulupus) untuk saluang ini 3. Cimanak, jenis bambu ini sangat bisa juga pangkalnya untuk sampelong, cocok untuk pembuatan alat tiup sarunai dan bahan yang mudanya untuk kalamang. Minangkabau, dan sangat banyak tumbuh Bambu talang, berumpun rapat, buluhnya di daerah Balah Aia, Anduriang, nagari tegak dan bercabang mulai dari ruas-ruas Kayu Tanam. Bambu cimanak itu rumpun- bagian tengah. Daunnya berwarna hijau nya tidak rapat dan buluhnya merambat. tua, bunganya terdapat pada bagian ujung Waktu masih muda, buluhnya tegak kemu- yang tak berdaun. Tinggi buluh mencapai dian setelah tua batangnya agak merambat. sekitar 7 hingga 10 meter, panjang ruas Pelepah buluh mudah gugur, berwarna berkisar antara 70 hingga 80 sentimeter dan ungu tua dan bulu-bulunya berwarna hi- diameter penempang antara 3-5 sentimeter. tam. Tinggi buluh mencapai sekitar 12 Panggung Vol. 29 No. 2, Juni 2019 121

Gambar 3. Jenis bambu Cimanak (Foto: Ediwar, 2018) hingga 15 meter, dengan panjang ruas seki- tar 80 hingga 100 sentimeter (satu meter). Diameter penampang buluh lebih kurang Gambar 4. Jenis Bambu Tamiang 3 hingga 6 sentimeter. Tebal buluh menca- (Foto: Ediwar, 2017) pai sekitar 2 hingga 4 milimeter. Bambu ci- manak biasanya tumbuh disekitar lereng-le- 5. Posisi tumbuhnya berada di tengah reng bukit dan di perbatasan antara kebun rumpun bambu tersebut. yang satu dengan kebun lainnya (Zainu- 6. Bambu yang tua sudah pasti lebih din, Wawancara 30 Juni 2018). berat daripada bambu yang belum matang. 4. Tamiang untuk bansi dengan nada- Dalam rangka memilih bahan yang nada yang berbeda, bisa juga untuk saluang baik sebagai bahan pembuatan alat musik pauah, pangkalnya bisa untuk sampelong, saluang dilakukan melalui proses seleksi dan ujungnya utk sarunai. Bambu tamiang bahan secara tradisional, yaitu setiap bahan sendiri berumpun rapat dan batang buluh bambu yang sudah tua, dan sedang berdiri tegak berwarna hijau. Bambu ini pelepah di rumpunnya itu dipegang badannya de- buluhnya melekat pada batangnya. Tinggi ngan bulatan dua jari tangan (jari panjang buluh mencapai sekitar 7 hingga 10 meter. dan ibu jari) lalu diputar-putarkan jari itu Panjang ruas sekitar 75 hingga 90 senti- pada batangnya, maka kita akan dapat meter dangan diameter penampang lebih merasakan tingkat kebulatan yang baik kurang 2 hingga 4 sentimeter. Tebal buluh sebagai bahan pembuatan setiap alat tiup mencapai 2 hingga 3 milimeter. Bambu tradisional Minangkabau tersebut. Perlu tamiang biasanya tumbuh di lereng-lereng diketahui, bahwa bagian daging bambu bukit yang agak datar. yang baruyuang (beruyung) atau berserat Adapun untuk mengetahui ciri-ciri je- keras dinamakan membran cell, dan bagian nis bambu yang sudah tua, sebagai berikut: daging bambu yang memadukan ruyung 1. Kondisi daunnya sudah manyilaro, yai- dangan ruyung disebut membran plasma, tu sudah berwarna kuning bercampur hijau. sedangkan kesatuan membran cell dengan 2. Pada kulit batangnya telah tumbuh membran plasma disebut ‘dinding sekuler’ jamur (bapanau) berwarna agak putih, atau (Zainudin, wawancara 5 Juli 2018). ada juga yang berwarna kehitaman. Setiap batang bambu memiliki satu garis 3. Pelepah (kalupak daun) yang tum- lurus saga jantan (tulang halus) dari pang- buh pada ruasnya sudah terkelupas. kal ke ujungnya. Posisi saga jantan yang 4. Warna hijau batangnya sudah meng- seketika tumbuh di rumpunnya adalah ber- abu-abu atau hijau kehitaman. ada pada posisi arah sebelah matahari ter- Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi : Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek 122

Gambar 5. Amplas kayu untuk penghalus badan Gambar 6. Bentuk fi sik saluang darek alat tiup (Foto: Ediwar, 2018) (Foto: Ediwar, 2018). bit. Pembuatan lobang-lobang nada berada pak mistis dari binatang penghuni pada pada posisi garisan saga jantan tersebut. batang bambu tersebut. Salah satu aspek teknis pengambilan ba- han yang penting diperhatikan dalam rang- Pengeringan Bambu Talang ka proses pembuatan alat tiup tradisional Proses pengeringan bambu talang Minangkabau ialah cara membersihkan yang akan dijadikan alat musik tiup pada batang bambu itu dari ranting dan daunnya dasarnya sama dengan proses pengeringan yang disebut dengan manyisiak, yaitu posisi bambu talang yang akan dibuatkan saluang mata ruduih (mata parang) haruslah meng- darek. Pertama, pengeringan bambu talang hadap dari pangkal batang yang meng- di tempat yang teduh; kedua, pengeringan arah ke ujung batang, agar keadaan ruas dengan cahaya matahari; ketiga, penge- bambu tetap bagus, dan sembilu bambu itu ringan dengan api sekam; keempat, penge- tidak terkelupas. Kemudian pangkal batang ringan dengan asap api dapur. Proses pe- bambu itu diruncingkan untuk dipancang- ngeringan bambu talang di atas secara rinci kan ke tanah selama sekitar 1 bulan dalam dapat dijelaskan pada uraian berikut. rangka proses pengeringan melalui sinar a. Pengeringan di tempat yang teduh panas matahari pagi dan matahari sore. Bi- Proses pengeringan bambu talang pada asanya, tempat pemancangan ini dilakukan tahap pertama bertujuan untuk menge- di sekitar rumah pembuatnya yang posisi ringkan kandungan dan ngeraskan serat letaknya dapat disinari oleh sinar matahari bambu talang. Pengeringan bambu talang pagi dan sinar matahari sore. tersebut dengan cara ditegakkan pada tem- Persepsi masyarakat tradisional yang pat yang teduh (lindung) atau di bawah menarik sehubungan bahan pembuatan pohon kayu rindang. Posisi bambu talang alat tiup saluang tradisional Minangkabau itu ditegakkan sejajar dengan batang kayu, ini ialah adanya temuan-temuan khas yang dengan maksud agar bambu talang tidak terdapat pada tumbuh batang bambu-bam- mudah rebah atau jatuh. bu tersebut, seperti adanya sarang burung Pengeringan itu dilakukan agar kan- balam perkutut, sarang semut, atau sarang dungan air dalam serat bambu talang ke- tupai. Batang bambu yang telah dihuni luar dengan cara menguap, sehingga kadar oleh berbagai binatang itu menunjukkan air mengalami kekeringan secara berang- bambu yang sudah pasti tergolong tua dan sur-angur dan membuat membran sel dan diyakini sebagai bahan bambu yang bagus membran plasma tidak terlalu menyusut. kualitasnya sehingga dapat menghasilkan Apabila bambu talang terlalu menyusut, bunyi yang bagus sekaligus sebagai dam- penampang bambu talang akan menjadi Panggung Vol. 29 No. 2, Juni 2019 123

Gambar 7. Sebuah saluang darek dalam ukuran Gambar 8. Merapikan potongan pangkal dan meteran kain (Lukisan: Jufri, 2018) ujung saluang (Foto: Ediwar, dkk,, 2018)

Keterangan: sih basah agak keputihan, sedangkan serat 1. Diameter lobang pangkal: 2,8 cm bambu yang telah melalui proses pengering- 2. Jarak dari pangkal ke lobang satu: 9,4 cm an akan bewarna agak kecoklat-coklatan. 3. Panjang saluang: 60 cm Hasil pengeringan bambu talang pada 4. Jarak lobang satu ke lobang dua: 4 cm tahap pertama telah membentuk serat bam- 5. Jarak lobang dua ke lobang tiga: 3,5 cm bu talang menjadi keras dan padat karena 6. Jarak lobang tiga ke lobang empat: 3,8 cm tingkat kekeringan kadar air mengurang, 7. Diameter lobang nada satu : 12 mm sehingga perpaduan membran sel dan me- 8. Diameter lobang nada dua: 11,5 mm bran plasma membaur secara utuh dengan 9. Diameter lobang nada tiga: 11 mm lapisan serat bambu talang. Pengeringan 10. Diameter lobang nada empat: 10,5 mm bambu talang pada tahap ini belum men- 11. Diamete lobang ujung: 2,7 cm capai tingkat kekeringan yang sempurna 12. Tinggi suai: 4,5 mm dan masih mengandung kadar air. Adapun untuk mengeringkan kandungan kadar air kurang bulat karena serat bambu talang tersebut akan diproses pada pengeringan yang demikian belum memiliki serat yang tahap kedua berikut. keras dan padat. Oleh karena itu, untuk b. Pengeringan dengan cahaya matahari menjaga agar bambu talang tidak terlalu Proses pengeringan pada tahap kedua ini menyusut, maka pengeringannya tidak bertujuan untuk mengeraskan serat bambu secara langsung disinari oleh matahari, na- talang dikeringkan pada tempat yanng pa- mun diupayakan suhu diperkirakan saat nas dengan suhu udara sekitar 38o C. Tempat pengeringan berkisar antara 25o C hingga pengeringan bambu talang tersebut dilaku- 39o C. Pengeringan ini berlangsung selama kan di sekitar halaman rumah. Tegakkan 15 hari. bambu talang di atas pancang (sejenis kayu Setelah selesai pengeringan bambu ta- runcing yang ditusukkan ke dalam tanah). lang pada tahap pertama, selanjutnya bam- Pancang tersebut terbuat dari kayu apa bu talang dipotong pada bagian ruasnya. saja asal memiliki serat yang keras. Pan- Pada bambu talang yang dipotong tersebut jang pancang sekitar 30 cm. Pada bagian akan tampak perubahan warna seratnya. pangkal dan ujungnya dibuat agak run- Proses ini untuk mengetahui perubahan se- cing. Pancang diruncingkan ini ditusuk- rat bambu talang tersebut sehingga dapat kan ke dalam tanah sekitar 20 cm atau 2/3 dibandingkan dengan warna serat bambu bagian, sedangkan satu bagian lagi berada talang yang masih agak basah (baru dite- di permukaan luar. Apalagi pancang telah bang). Warna serat bambu talang yang ma- berdiri kokoh, selanjutnya bambu talang Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi : Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek 124

Gambar 9. Pemberian tando 1 untuk penentuan Gambar 10. Pengukuran saluang darek dengan lobang nada (Foto: Ediwar, dkk., 2018). daun kelapa (Foto: Ediwar, dkk., 2018) ditegakkan pada ujung pancang dengan tahap satu, sisa kadar air yang ada dalam posisi tegak lurus ke atas, sehingga bambu serat bambu talang masih tinggal bersama talang yang dikeringkan mendapat udara membran sel dan membran plasma. Tetapi, panas yang merata. Proses pengeringan pada proses pengeringan bambu talang bambu talang tersebut berlangsung sekitar tahap kedua, bambu talang yang dipanas- 15 hari. Selama pengeringan dengan caha- kan api sekam mengeluarkan sisa kadar air ya matahari dilakukan, bambu talang terse- yang terkandung di dalamnya karena sisa but dijaga agar jangan sampai kena hujan, kadar air tersebut bila dipanaskan dengan sehingga bambu talang yang dikeringkan api sekam akan keluar menjadi buih. tidak basah lagi. c. Pengeringan dengan api sekam Perkakas Pengolah Bambu menjadi Alat Tujuan utama pengeringan bambu talang Musik Saluang pada tahap kedua ini adalah untuk menge- Peralatan yang digunakan untuk pem- luarkan sisa kandungan air yang dalam serat buatan alat musik saluang adalah perka- bambu talang. Proses pengeringan ini, yaitu kas bersifat sederhana, tidak ada menggu- bambu talang dikeringkan melalui api sekam, nakan peralatan yang bersifat mesin atau temperatur sekitar 80o C. Lama pengeringan- teknologi modren. Adapun peralatan yang nya sekitar 5-10 menit. Cara melakukannya dipergunakan oleh tukang pembuang salu- adalah dengan memasukkan pangkal dan ang adalah sebagai berikut. ujung bambu talang berganti-ganti ke dalam a. Ruduih (sebutan oleh masyarakat api sekam, yaitu sekitar 2/3 bagian dari pan- Kayu Tanam), yaitu sejenis perkakas yang jang bambu talang, sedangkan bagian lain- berfungsi sebagai pemotong yang sering nya berada di permukaan luar api sekam. disebut masyarakat Minangkabau dengan Pada saat pengeringan berlangsung, bam- ladiang, atau gadubang. Ruduih yang di- bu talang di bagian luar api sekam menge- gunakan pemotong bahan bambu untuk luarkan cairan yang berbentuk buih. Setelah pembuatan alat tiup tradisional Minangka- bambu talang yang dikeringkan mengeluar- bau adalah sejenis ruduih lurus yang tidak kan buih kemudian bambu talang di dalam bungkuk ujungnya (pakai cangkuak) kare- api sekam ditarik keluar dengan mengguna- na ujung yang bungkuk akan mudah ter- kan kain basah sehingga bambu talang yang sangkut pada ranting bambu yang sedang dipegang tidak terasa panas. dibersihkan (disisiak) dahan-dahannya. Besi Proses pengeringan bambu talang de- untuk pembuat parang/ruduih berasal dari ngan api sekam ini sangat berbeda dengan bahan jenis besi baja yang ditempahkan cara pengeringan dengan cahaya matahari, khusus ke Sungai Puar. karena bambu talang dikeringkan pada b. Pisau yang dipergunakan untuk Panggung Vol. 29 No. 2, Juni 2019 125

Gambar 11. Menatak lobang nada Gambar 12. Pembuatan lobang nada sementara (Foto: Ediwar, dkk., 2018) (Foto: Ediwar, dkk., 2018) pembuatan alat musik tiup, menurut Zainu- g. Besi bulat berukuran seperempat da- din, terdiri atas tujuh jenis sesuai dengan ri diameter penampang pangkal yang ber- fungsinya masing-masing, yaitu pisau yang fungsi untuk mengeluarkan sumbek (block) berfungsi untuk pembersih lobang nada, bansi sewaktu memproses pembuatannya pisau pembuat suai tiupan, penatak (torehan dan sekaligus berfungsi untuk pembuat lo- awal) setiap lobang nada, pisau pembentuk bang-lobang nada alat tiup Minangkabau lobang nada yang bersifat sementara (lobang tersebut. nada sementara), pisau pemotong badan alat h. Besi pelobang. Besi yang dipakai tiup sewaktu proses pembuatannya, pisau adalah jenis besi baja berukuran panjang pembersih dahan, ranting, dan kelopak ruas 40–50 cm yang berdiameter ½ inci atau besi setelah bambu ditebang dari rumpunnya, 8. Bagian depan atau ujung besi diruncing- dan pisau penebang batang bambu yang ma- kan, dan bagian ujung besi ini yang diba- sih berada pada rumpunnya. kar selama lebih kurang 15 menit sampai c. Gergaji pemotong berfungsi untuk bagian besi yang dibakar berwarna merah memotong bahan bambu sewaktu proses sekitar 80-100 derajat celsius. pembuatan masing-masing jenis alat tiup tradisional Minangkabau. Pembuatan Alat Musik Saluang Darek d. Daun Kelapa yang lebih mudah Konstruksi badan alat tiup saluang darek dilipat-lipat yang difungsikan sebagai alat terdiri atas badan, ujung, pangkal, suai, pengukur dalam rangka proses pembuatan dan lobang nada. Pada bagian pengkalnya alat tiup tradisional tersebut, karena pe- terdapat empat buah lobang nada. Secara makaian meter kain tidak efektif digunakan tradisional, bagian saluang yang mengarah dalam rangka proses pembuatan alat tiup ke tempat tiupan disebut suai, sedangkan Minangkabau itu. bagian saluang yang mengarah ke tempat e. Panggisa yang terbuat dari ruyung lobang-lobang nada disebut pangka (pang- enau atau ruyung bambu yang didesain kal). Bunyi yang dihasilkan merupakan berbentuk bulat panjang yang kedua ujung- efek tiupan udara dari mulut melalui tepi nya berfungsi untuk merapikan bulatan lo- suai yang dipipihkan. bang nada alat tiup saluang, bansi, saluang Secara alami bahan bambu yang baik di- pauah atau sarunai. gunakan untuk dijadikan alat musik salu- f. Amplas kayu dalam berbagai ukur- ang adalah yang berada arah ke pangkal an nomor yang juga berfungsi untuk mem- ruas akan lebih tebal dagingnya dan agak bersihkan badan bambu dan lobang-lobang lebih kecil diameter rongganya bila diban- nada masing-masing alat tiup. dingkan dengan bahan bambu yang berada Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi : Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek 126

Gambar 13. Pembersihan lobang nada dengan am- Gambar 14. Penyempurnaan bulatan lobang nada plas yang dibulatkan (Foto: Ediwar, dkk., 2018) dengan ruyung panggisa (Foto: Ediwar, dkk., 2018) arah ke ujung ruasnya. Bagian badan salu- 1) Merapikan potongan ujung dan ang yang mengarah ke tempat suai (tempat pangkal bahan bambu saluang, yaitu ber- tiupan ujung saluang) atau bagian badan pedoman kepada penampang bagian pang- saluang yang dekat ke bibir sewaktu me- kalnya yang dimulai dengan mencacak niupnya adalah lebih kecil diameter rong- (memberi tanda garis dengan mata pisau) ganya, dan lebih tebal membran plasma- bagian yang akan dipotong, lalu pemotong- nya, sedangkan posisi badan saluang yang an sementara, dilanjutkan dengan pemo- mengarah ke tempat lobang-lobang nada tongan yang lebih dalam hingga putus, (pangka saluang) akan lebih lebar diameter seterusnya meratakan atau merapikan po- rongganya dan lebih tipis membran plas- tongan bambu. manya bila dibandingkan dengan ukuran Teknis pemotongan terletak pada pe- bagian ujung saluang. makaian perkakas pisau, yaitu pisau di- Selain itu, banyak sekali bahan bambu dorong oleh ibu jari tangan kanan pada yang bungkuak (tidak lurus), namun hal ini daging bahan bagian ujung atau pangkal- tidak otomatis mengurangi kualitas tiupan nya agar tidak pecah. Sewaktu memotong atau kualitas nada saluang itu, karena po- bahan saluang telah diperhitungkan bagus sisi letak semua lobang nada saluang akan tidaknya bagian ujung bahan saluang, tetapi ditempatkan sesuai menurut alur saga bam- bagi seniman tradisi sering memperkirakan bu sebagai tempat posisi lobang nada yang potongannya pada pangkal bahan yang ber- sekaligus membawa kepada keindahan ada dekat ruasnya. akustik bunyi saluang itu sendiri. Keadaan 2) Melakukan pengukuran saluang darek konstruksi badan alat tiup saluang tersebut Dalam kehidupan seni pertunjukan salu- hanya membutuhkan energi tiupan yang ang darek terdapat tiga versi alat tiup salu- relatif kecil sehingga si peniup saluang (tu- ang yang dipakai oleh para tukang saluang kang saluang) bisa meniup saluang salama darek untuk mengiringi repertoar dendang- berjam-jam tanpa berhenti dalam mengi- dendang darek, yaitu Saluang Singgalang, ringi beberapa orang pendendangnya. Saluang Agam, dan Saluang Tanah Datar. a. Proses pembuatan saluang darek Untuk pengukuran saluang dipakai daun Secara berurut proses pembuatan alat kelapa sebagai pengganti meteran (Zainu- tiup tradisional saluang darek yang diawali din, wawancara 5 Juli 2018). pengerjaannya dari ketersediaan seruas ba- Ukuran saluang darek, proses pembe- han bambu yang telah memenuhi kriteria rian tando (tanda) untuk ukurannya, dan tertentu sebagai bahan pembuatan saluang penentuan posisi letak lobang nada, seba- darek sebagai berikut: gai berikut: Panggung Vol. 29 No. 2, Juni 2019 127

Gambar 15. Pembulatan lobang nada saluang Gambar 16. Pembuatan suai Saluang darek yang sempurna (Foto: Ediwar, dkk., 2018) (Foto: Ediwar, dkk., 2018)

a) Ukuran panjang sama dengan enam e) Pembuatan lobang nada sementara. kali lingkaran penampang ujung. Peletakan Pembuatan lobang nada sementara tando samantaro (tanda sementara) untuk dengan ujung pisau pada bagian yang su- pengukuran ini ialah diukur setengah dah ditatak (diberi tanda), dan tidak boleh dari ukuran panjang (enam kali lingkaran langsung dengan besi panas karena akan penampang) yang posisi tandonya terletak terkelupas membran dalamnya. Lobang se- di tengah panjang saluang, tetapi tando ini mentara yang sudah berbentuk bulat, arti- hanya berfungsi sebagai pedoman untuk nya sudah mendekati ukuran besar lobang penentuan posisi letak tando berikutnya yang seharusnya sesuai perbandingan yang berhubungan dengan posisi lobang dengan jenis alat tiup yang sedang dibuat nada saluang. (tinggal membersihkan saja). Seandainya b) Jarak dari pangkal ke tando 1 adalah ingin praktis, bisa saja pembuatan lobang satu kali lingkaran penampang, lalu lobang nada itu langsung dapat dirilis ukuran be- nada 1 (pertama) dibuat di sebelah atas sar lobangnya sesuai yang dikehendaki. tando 1 itu, karena ukuran bagian pangkal Bagi seniman tradisi, bahwa alat tiup yang saluang menjadi nada pangka (nada perta- sedang dibuat itu tidak boleh ditiup dulu ma) dari saluang tersebut. sebelum selesai membuat semua lobang c) Jarak dari tando 1 sampai tando saman- nadanya. taro tersebut dibagi 4 dan setiap pembagi- f) Pembersihan lobang nada. Lobang annya diberi tando yaitu tando 2, tando 3, dan nada sementara yang sudah dibuat itu be- tando 4 yang setiap tando sekaligus berposisi lum sepenuhnya bersih. Untuk membersih- untuk meletakkan tiga buah lobang nada, kan bulu-bulu pada lobang nada sementara yaitu lobang nada 2 (kedua), lobang nada 3 itu dipakai amplas besi yang telah digulung (ketiga), dan lobang nada 4 (keempat) seba- bulat terlebih dahulu. Secara berurutan gu- gai terusan dari lobang nada 1 (pertama). lungan amplas itu dimasukkan ke lobang d) Menatak posisi lobang nada. Setelah alat tiup lalu diputar-putar bagian pangkal dibuat semua tando sebagai pedoman un- gulungan amplas itu dengan dua telapak tuk menentukan posisi letak lobang nada tangan, seterusnya digosokkan ke atas dan sesuai ukuran masing-masing alat tiup, ke bawah sehingga hilang bulu-bulu serpih- lalu ditentukan posisi letak lobang nada. an daging bambu. Setiap lobang nada yang telah ditentukan, g) Penyempurnaan bulatan lobang ditatak (disayat sedikit dengan ujung pisau) nada. Lobang nada tidak bisa sepenuh- sehingga berfungsi sebagai pemberi kepas- nya dibulatkan oleh amplas besi, tetapi tian untuk pembuatan lobang nada. harus dibulatkan dengan ruyung panggisa Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi : Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek 128

Gambar 17. Penghalusan suai saluang Gambar 18. Dama atau Togok untuk pembuat or- (Foto: Ediwar, dkk., 2018) namen alat tiup tradisional Minangkabau (Foto: Ediwar, dkk., 2018) (ruyung enau atau ruyung bambu) yang berbentuk bulat panjang dengan ukuran menghasilkan kemiringan 45 derjat sebagai sebesar lobang nada yang dibutuhkan. pembelah udara yang menghasilkan bunyi- h) Finishing pembulatan lobang nada. nya. Suai inilah yang ditiup untuk meng- Ternyata penyempurnaan bulatan lobang hasilkan bunyi saluang. nada dengan ruyung panggisa masih me- 4) Penghalusan badan saluang. Mera- nyisakan sandiang-sandiang (sudut-sudut) pikan dan menghaluskan saluang secara yang belum sepenuhnya bulat, maka pe- total dengan amplas halus melalui pem- nyempurnaan bulatan lobang nada terakhir bersihan sembilu (bagian kulit luar) salu- adalah dilakukan dengan sayatan mata pi- ang darek, mengatur ketajaman miring suai sau bagian ujungnya sampai lobang nada dengan arah kemiringan sayatan suai agar itu betul-betul sempurna bulatnya. lebih rata, dan merapikan bagian ujung, Dari segi organologis saluang, secara penghalusan sudut atas setiap lobang nada tradisional, terdapat kepercayaan para seni- sehingga tidak ada lagi bagian saluang itu man terkait masalah ‘bunyi saluang’ dan yang terasa kesat. ‘pembuatan lobang nada.’ Dalam proses 5) Pembuatan ornamen saluang sesuai ritualnya, bahan bambu digantung di tiang dengan keinginan si pembuat saluang, atau rumah supaya bunyinya menggelegar ke keinginan si pemakai saluang itu sendiri. mana-mana, dan kalau ada orang mening- Ornamen atau hiasan tersebut terdiri atas gal dibuat 1 lobang, dan kalau terjadi lagi lima motif, yaitu (1) ukiran pucuk rebung; kematian lalu dibuat lagi satu buah lobang (2) ukiran rumah adat Minangkabau; (3) nada hingga sampai 4 lobang. Sebaiknya ukiran kalo; (4) ukiran sipasan; (5) ukiran orang yang meninggal itu adalah dukun tampuak manggih. atau orang bagak/preman supaya memberi Pembuatan Lobang Nada Alat Tiup Tradi- kharismatik kepada bunyi dan eksistensi sional Minangkabau alat saluang tersebut. 1. Ciri-ciri besi yang digunakan 3) Pembuatan suai saluang (pinggir Besi yang dipakai adalah jenis besi baja bambu saluang yang berfungsi sebagai berukuran panjang 40–50 cm yang berdi- pembelah udara saat ditiup), yaitu ditandai ameter ½ inci atau besi 8. Bagian depan garisnya dengan pisau setebal bahan bam- atau ujung besi diruncingkan, dan bagian bu itu sendiri, lalu dipotong miring. Ma- ujung besi ini yang dibakar selama lebih salah kemiringan suai saluang dipedomani kurang 15 menit sampai bagian besi yang setebal membran plasma bambu yang ter- dibakar berwarna merah sekitar 80-100 de- letak pada posisi ujung saluang sehingga rajat celsius, dan selanjutnya siap untuk Panggung Vol. 29 No. 2, Juni 2019 129

b. Setelah ujung besi panas dibakar dengan bara, lalu ujung besi itu ditancap- kan setentang lobang nada itu, dan besi tersebut diputar-putar agar terbentuk lo- bang nada pada badan alat tiup itu sesuai dengan yang telah direncanakan.

Prinsip dalam Finishing Pembuatan Alat Tiup Tradisional Minangkabau 1. Dirapikan lobang nada yang belum bersih dengan bulatan kertas amplas, atau Gambar 19. Pembuatan ornamen saluang darek (Foto: Ediwar, dkk., 2018) kayu panggisa, atau ujung pisau yang tajam. 2. Memastikan tuning nada yang be- digunakan untuk pembuatan lobang nada lum pas sesuai menurut interval nada atau alat tiup tradisional Minangkabau. scale nada dari masing-masing alat tiup tra- 2. Proses pembuatan lobang nada disional yang sedang diproduksi. Dalam Posisi lobang nada yang akan dilobangi hal ini, seandainya tuning nada itu hanya dengan besi panas adalah posisi lobang nada sedikit kurang larasnya, maka bisa dilaras yang telah ditatak (diberi tanda) dengan ujung dengan bantuan bulatan amplas saja, teta- pisau, baik posisinya itu berada setentang pi kalau tuningnya cukup jauh perbedaan dengan tando atau berada pada posisi di larasnya, maka lobang nada yang harus di- bawah, maupun di atas tando sesuai de- perbesar. ngan sifat karakter interval nada dari ma- 3. Merapikan kembali bulatan lobang sing-masing alat tiup tradisional Minang- nada dengan alat panggisa, tetapi kepala lo- kabau tersebut. bang nada biasanya masih tajam sudutnya Selain itu, tidak saja lobang nada yang (basandiang), maka dibulatkan atau dira- dilobangi dengan bantuan besi panas, pikan dengan menggunakan ujung pisau, karena adakalanya ada jenis alat tiup yang dan terakhir dilicinkan kembali dengan mempunyai lobang tonika, atau ada juga amplas halus agar rasa jari memelodikan alat tiup yang memiliki lobang tiupan atau nada-nadanya akan terasa enak. segi empat penempatan lidah suai alat tiup 4. Pembuatan ornamen sesuai dengan tersebut adalah juga diberi bantuan melo- ciri khas pengrajinnya, sekaligus mengkilat- banginya dengan besi panas. kan badan alat tiup itu dengan bantuan par- Sehubungan dengan itu, maka proses nis, atau lem Uhu Cina, dan sebagainya. pembuatan lobang-lobang yang dimiliki suatu alat tiup dengan bantuan besi panas SIMPULAN adalah prinsipnya dimulai pengerjaannya Perkembangan industri kreatif dalam dari lobang yang berada paling arah bawah berbagai bidang, termasuk industri musik atau arah ke ujung dari badan alat tiup tradi- dewasa ini telah mempengaruhi terhadap sional itu. Kemudian, secara berurut penger- perkembangan indsutri pembuatan alat jaannya bergeser arah ke atas, atau arah ke musik secara tradisional. Regenerasi pem- pangkal dari suatu alat tiup tersebut. buatan alat musik secara tradisional oleh 3. Proses pelobangan nada dengan besi panas pelaku atau tukang pembuat alat musik a. Satu kali pembakaran besi pelo- tradisional semakin berkurang, sehingga bang hanya bisa melakukan pembuatan dikhawatirkan tenaga terampil pembuat dua buah lobang nada, lalu ujung besi itu alat musik tersebut sesuai dengan kualitas dipanaskan kembali. bunyi yang diharapkan juga mengalami Ediwar, Minawati, Yulika, Hanefi : Kajian Organologi Pembuatan Alat Musik Saluang Darek 130 penurunan. Kajian organologi alat musik Hajizar. (1995). Seni pertunjukan Rabab Mi- tiup seperti saluang darek secara ilmiah nangKabau (Rabab Darel, Rabab Paria- adalah salah satu strategi untuk mencatat man, Rabab Pasisia, dan Rabab Badooi). dan dokumentasi proses pembuatan alat Laporan Penelitian. Surakarta: Ma- musik. Alat musik dimaksud merupakan syarakat Seni Pertunjukan Indonesia suatu instrumen yang dibuat atau dimodi- (MSPI). fi k asi untuk tujuan menghasilkan musik. Jaya, S., Yurnalis, Indriye i. (2018). Inovasi Pada prinsipnya, segala sesuatu yang Gandang Lasuang dalam memproduksi suara, dan dengan cara ter- Upaya Pelestarian Seni Tradisi. Pang- tentu bisa diatur oleh musisi, dapat disebut gung, 24 (4): 465-481. h p://dx.doi. sebagai alat musik. Walaupun demikian, is- org/ 10.26742/ panggung. v28i4.713. tilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat g423 yang khusus ditujukan untuk musik. Kartomi, M. J. (1990). “Taxonomimal Model Keberagaman jenis alat musik tradisi- of The Instrumentarium and Regi- onal Minangkabau merupakan kekayaan onal Ensambles in Minangkabau.” budaya musikal yang dapat menjadi iden- In On Concepts and Classifi cations of titas budaya lokal yang membedakannya Musical Instruments. Chicago: Uni- dengan budaya musikal masyarakat lain- versity of Chicago Press. nya. Bahan saluang darek terdiri dari seruas Nursyam, Y. dan Supriando. (2018). Makna bambu yang diberi empat buah lobang dan Simbolik Tari Ilau Nagari Sumani, menghasilkan lima buah nada. Pembuat- Kabupaten Solok Sumatera Barat. an alat musik ini waktunya relatif singkat, Panggung, 24 (4): 465-481. h p://dx. tetapi untuk pengolahan bahannya memer- doi.org/ 10.26742/ panggung.v28i4. lukan waktu antara 2 hingga 3 bulan. 715.g425 Dalam pembuatan saluang darek diper- Picken, L. (1996/1997). The Organology of Mu- lukan bambu terpilih, kemudian diukur sic Turkey. Terjemahan Sri Hastanto dan diberi tanda untuk menempatkan lo- (1996). Bahan Kuliah. Sekolah Ting- bang nada. Penempatan lobang nada dibuat gi Seni Indonesia Surakarta. menurut alur saga jantan yang dibuat seki- Rizal, E., & Anwar, R. K. (2017). Media Seni tar 1 hingga 1,5 centimeter. Selanjutnya, Budaya Tradisional Masyarakat Pe- membuat suai atau tempat meniup pada desaan dalam Mendukung Pengem- ujung saluang dengan cara menipiskan bangan Pangan di Kecamatan Ran- sekitar 45 derajat. Akhir dari pembuatan cakalong Sumedang. Panggung, 27 saluang adalah membuat hiasan yang ber- (2): 144–156. ps://doi.org/h! p://dx. guna untuk memperindah bentuk saluang doi.org/10.26742/panggung.v27i2. agar lebih menarik bila dipandang. 256.g257. Rustiyanti, S. (2015). Aluang Bunian Kara- Daftar Pustaka witan Minangkabau dalam Pamenan Budaya, A. (2009). Repertoar Musik Nusanta- Anak Nagari dari Penyajian Bagurau ra. Buku Ajar. Puslit & P2M STSI Pa- ke Presentasi Estetik. Resital, 16 (2), dangpanjang. 104-115. Ediwar, R. Minawati, F. Yulika, Hanefi . (2017). Musik Tradisional Minangkabau. Yog- yakarta: Gre Publishing.