Kompleks Ratu Boko: Latar Belakang Pemilihan Tempat Pembangunannya
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Kompleks Ratu Boko: Latar Belakang Pemilihan Tempat Pembangunannya nfn. Kusen Keywords: spatial, site location preference, Hindu-Buddha, temple, classic How to Cite: Kusen, nfn. Kompleks Ratu Boko: Latar Belakang Pemilihan Tempat Pembangunannya. Berkala Arkeologi, 15(3), 128–132. https://doi.org/10.30883/jba.v15i3.684 Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/ Volume 15 No. 3, 1995, 128-132 DOI: 10.30883/jba.v15i3.684 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial- ShareAlike 4.0 International License. KOMPLEKS RATU BOKO: LATAR BELAKANG PEMILIHAN TEMPAT PEMBANGUNANNYA Kusen (Jurusan Arkeologi FS-UGM) 1. Masalah adaptasi terhadap lingkungan fisik. Untuk itu te-lah Di dalam disertasinya yang berjudul Pertim dipilih Kompleks Ratu Boko sebagai contoh kasus bangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa dengan pertimbangan sebagai berikut: Pertama, Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta: Kajian Ar data sejarah mengenai situs Ratu Boko cukup keologi-Ruang Skala Makro, Mundardjito me memadai sehingga analisis kesejarahan dapat ngelompokkan situs-situs di daerah Yogyakarta dilakukan. Kedua, pembatasan pengamat-an menjadi empat kelompok. Pengelompokan ini di dalam skala keruangan meso (terbatas pada dasarkan- pada nilai-nilai variabel sumber daya sebuah situs) memungkinkan dilakukannya des lingkungannya (�undardjito, 1993:203-212) Situs kripsi dan analisis data arkeologi secara lebih situs yang termasuk dalam kelompok I (Ratu Bo seksama. Hasil analisis diharapkan dapat menja ko, Sumberwatu, Candi Dawangsari, Candi Sa wab pertanyaan mengapa para pembangun Kom rong, Candi Miri, Gupolo, Klengkong, Candi ljo, pleks Ratu Boko membangun kompleks di lokasi Ledoksari, Candi Tinjon) berada di lokasi yang yang potensi sumberdaya alamnya rendah. .. potensi variabel sumberdaya lingkungannya pa ling rendah dibandingkan ketiga kelompok lain 2. Latar Belakang Sejarah, Fungsi Situs dan nya. Dari sembilan variabel sumberdaya lingku Bentuk Adaptasi Lingkungan ngan (ketinggian tempat, kelerengan, bentuk la Selama terlibat dalam penyusunan Rencana han, jenis tanah, batuan, kemampuan tanah, air lnduk Pengembangan Pariwisata Kawasan Boko tanah, jarak situs ke sungai, dan jarak situs ke tahun 1992 dan penyusunan Studi Kelayakan Pe sumber air) kelompok I hanya memiliki dua va ngembangan Kawasan Ratu Boko tahun 1994/ riabel berpotensi tinggi (ketinggian tempat dan ja 1995, penulis telah mengumpulkan dan menga rak situs ke sungai) sedangkan variabel lainnya nalisis berbagai data sejarah-arkeologi mengenai cenderung berpotensi rendah (lbid:231-232). situs Ratu Boko. Dalam makalah singkat ini se Selain hal tersebut di atas, dalam disertasi mua yang dipaparkan dalam kedua laporan ke nya, Mundardjito juga telah membahas tentang giatan tersebut tidak mungkin diuraikan. Oleh ka syarat-syarat dan prosedur pemilihan tempat un rena itu apa yang akan dikemukakan hanya ter tuk bangunan suci di India menurut kitab Mana batas pada ringkasan hasil analisis dan interpre sara-Silpasastra dan Si/pa Prakasa. Uraian ten tasinya. tang pemilihan tempat untuk bangunan suci da Berdasarkan analisis dan interpretasi data lam kedua kitab tersebut dapat dikaitkan dengan prasasti, bangunan dan artefak lain yang ditemu potensi sumberdaya lingkungan fisik di calon lo kan di kawasan Ratu Boko, dapat ditarik bebera kasi bangunan bersangkutan. Selanjutnya disim pa kesimpulan tentang latar belakang sejarah dan pulkan bahwa pertimbangan ekologi dalam pe fungsi kompleks Ratu Boko sebagai berikut. nempatan situs-situs di daerah penelitian pada 1) Kompleks Ratu Boko semula merupakan se dasarnya sesuai dengan prinsip yang termuat da buah .wihara yang bemama Abhayagiri. Pem lam kedua kitab India Kuno tersebut. Namun de bangunan wihara ini dilakukan oleh Rakai Pa mikian, kesesuaian ini tidak sepenuhnya berlaku, nangkaran antara tahun 784-792 M. Fungsi si sebab ada sebagian kecil situs yang tidak ditem tus sebagai wihara ditunjukkan oleh adanya patkan pada lahan berpotensi tinggi seperti ditun batur-batur bangunan rumah dan temuan lain .. jukkan oleh situs-situs yang termasuk dalam ke yang berlatarbelakang agama Buddha seper lompok I. Kenyataan ini rnenimbulkan pertanyaan ti area Buddha, reruntuhan stupa, stupika ser besar yang menurut Mundardjito mungkin ada ta lempengan emas dan perak yang bertulis baiknya tidak dijawab melalui penelitian dengan an mantera agama Buddha. model pendekatan ekologi. Akhirnya dikemuka 2) Pada sekitar tahun 856 M fungsi kompleks Ratu kan bahwa masalah tersebut dapat ditelaah lebih Boko berubah menjadi kraton dari . seo-rang lanjut dengan cara pandang lain {lbid:238-250). penguasa daerah bernama Rakai Wa-laing Pu "Tantangan" Mundardjito akan penulis tang Kumbhayoni yang menganut agama Hindu. gapi dalam makalah ini melalui analisis data se Nama tokoh ini masih disebut dalam prasasti jarah-arkeologi dan analisis mengenai bentuk Pereng tahun 863 M. Bukti adanya perubahan Berka/a Arlceologi• EDIS/ KHUSUS- 1995 128 fungsi situs antara lain berupa te-muan yoni, cara tidak langsung juga dapat dipakai sebagai tiga miniatur candi, area Ganesa dan petunjuk bahwa dahulu kawasan ini memang Durgamahis�suramardini serta lempeng-an merupakan daerah yang cukup padat penduduk emas bertulisan mantera Hindu. Pada ma-sa nya. Sebab, pembangunan candi apalagi candi ini Kawasan Ratu Boko disebut dengan na-ma candi yang besar seperti Candi Sewu, Plaosan Walaing. dan candi Prambanan· tentu memerlukan tenaga 3) Pada tahun 907 M, Walaing sebagai nama kerja yang cukup banyak. Padatnya pemukiman tempat disebut dalam prasasti Mantyasih yang menunjukkan bahwa Prambanan dan sekitarnya dikeluarkan oleh raja Balitung. Dalam prasasti dahulu merupakan kawasan subur yang cocok ini disebutkan bahwa penulis pra- sasti untuk dihuni oleh masyarakat agraris. adalah Pu Tarka yang berasal dari Wa-laing. Tingginya potensi sumberdaya lingkungan Dengan demikian setidak-ticlaknya sam-pai sejumlah situs di kawasan dataran Prambanan awal abad X kawasan Ratu Boko masih juga dibuktikan oleh Mundardjito melalui model menjadi pemukiman penting. pendekatan ekologi. Situs-situs tersebut dalam klasifikasi berdasarkan potensi sembilan variabel Selanjutnya berdasarkan analisis data ling sumberdaya lingkungan termasuk dalam kelom kungan dan unsur-unsur bangunan dapat diper pok IV yaitu kelompok situs yang potensinya pa oleh gambaran sebagai berikut. Kompleks Ratu ling tinggi (Mundardjito,1993:213 dan 231-232). Boko berada di atas perbukitan batu yang miskin Dalam masyarakat Jawa Kuna, raja dan pa sumber air. Para pembangun kompleks di masa ra penguasa daerah (raka1) mempunyai tiga hak lampau telah menunjukkan kemampuan bera istimewa yaitu drawya haji, gawai haji dan anu daptasi dengan kondisi lingkungan setempat. Bu graha. Drawya haji adalah hak untuk memungut kit-bukit batu dipangkas, permukaan tanah yang sebagian dari hasil produksi rakyatnya, gawai haji rendah ditimbun, halaman-halaman dibuat berte adalah hak untuk mengerahkan tenaga rakyat dan ras-teras dengan talud dan pagar batu yang ko anugraha adalah wewenang untuk memberi-kan koh. Air hujan sebagai satu-satunya sumber air anugerah kepada mereka yang dianggap berjasa yang potensial ditampung dalam kolam-kolam (Naerssen, 1977:41-43). buatan dan kelebihannya dikendalikan pembu Hak pertama yaitu drawya haji menempat angannya dengan sistem drainage yang sekali kan raja dan para penguasa daerah sebagai ke gus berfungsi sebagai cara konservasi air tanah. lompok konsumen. Sebagai konsumen yang me Tiang-tiang bangunan rumah didirikan di atas um miliki hak istimewa, mereka tidak perlu secara pak-umpak batu baik yang terletak di atas batur langsung menggarap tanah untuk memproduksi maupun di atas tanah untuk menghindari kelem sendiri bahan makanan yang mereka pertukan. baban tanah. Dengan demikian lokasi "kraton", tempat pengua sa bermukim, tidak harus berada di lahan yang 3. Pembahasan subur. Hal terpenting "kraton" setidak-tidaknya Prasasti-prasasti Jawa Kuno banyak yang terletak di lokasi yang mudah dijangkau (tingkat menyebut tentang adanya sawah. Dari sini dapat aksesibilitasnya tinggi) dan tidak jauh dari kawas diketahui bahwa masyarakat Jawa Kuno adalah an yang subur serta padat penduduknya. Ketiga masyarakat agraris. Sebagai masyarakat yang hal ini antara lain sangat diperlukan untuk mem kehidupannya bersandar pada produk pertanian, beri kemudahan bagi penguasa menjalankan hak mereka tentu memilih lingkungan yang subur se drawya haji dan gawai hajinya. bagai tempat hunian mereka. Desa tempat ting-gal Kompleks Ratu Boko meskipun terletak di mereka disebut dengan istilah wanua. Se atas bukit yang potensi sumberdaya lingkungan lanjutnya beberapa wanua berada di dalam sa nya rendah, namun ditinjau dari segi keletakan tuan wilayah administratif yang lebih besar yang nya memiliki tingkat aksesibilitas yang cukup tinggi disebut watak. dan relatif dekat dengan area yang subur serta Berdasarkan 11 buah prasasti abad IX - X M padat penduduknya. Faktor aksesibilitas yang yang ditemukan di Prambanan dan sekitarnya, cukup tinggi dan letaknya yang relatif dekat penulis berhasil mendata adanya 69 nama watak dengan area yang subur serta padat penduduk dan 175 nama wanua. Meskipun tidak semua na nya inilah yang kemungkinan dipertimbangkan ma tempat yang disebut dalam prasasti terletak di oleh Rakai Pan_angkaran ketika membangun wi Prambanan dan sekitarnya, namun dapat di hara di atas bukit Ratu Boko. Sebab, seperti dike pastikan bahwa pada masa itu Prambanan dan tahui, kehidupan