Kompleks Ratu Boko: Latar Belakang Pemilihan Tempat Pembangunannya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kompleks Ratu Boko: Latar Belakang Pemilihan Tempat Pembangunannya Kompleks Ratu Boko: Latar Belakang Pemilihan Tempat Pembangunannya nfn. Kusen Keywords: spatial, site location preference, Hindu-Buddha, temple, classic How to Cite: Kusen, nfn. Kompleks Ratu Boko: Latar Belakang Pemilihan Tempat Pembangunannya. Berkala Arkeologi, 15(3), 128–132. https://doi.org/10.30883/jba.v15i3.684 Berkala Arkeologi https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/ Volume 15 No. 3, 1995, 128-132 DOI: 10.30883/jba.v15i3.684 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial- ShareAlike 4.0 International License. KOMPLEKS RATU BOKO: LATAR BELAKANG PEMILIHAN TEMPAT PEMBANGUNANNYA Kusen (Jurusan Arkeologi FS-UGM) 1. Masalah adaptasi terhadap lingkungan fisik. Untuk itu te-lah Di dalam disertasinya yang berjudul Pertim­ dipilih Kompleks Ratu Boko sebagai contoh kasus bangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa dengan pertimbangan sebagai berikut: Pertama, Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta: Kajian Ar­ data sejarah mengenai situs Ratu Boko cukup keologi-Ruang Skala Makro, Mundardjito me­ memadai sehingga analisis kesejarahan dapat ngelompokkan situs-situs di daerah Yogyakarta dilakukan. Kedua, pembatasan pengamat-an menjadi empat kelompok. Pengelompokan ini di­ dalam skala keruangan meso (terbatas pada dasarkan- pada nilai-nilai variabel sumber daya sebuah situs) memungkinkan dilakukannya des­ lingkungannya (�undardjito, 1993:203-212) Situs­ kripsi dan analisis data arkeologi secara lebih situs yang termasuk dalam kelompok I (Ratu Bo­ seksama. Hasil analisis diharapkan dapat menja­ ko, Sumberwatu, Candi Dawangsari, Candi Sa­ wab pertanyaan mengapa para pembangun Kom­ rong, Candi Miri, Gupolo, Klengkong, Candi ljo, pleks Ratu Boko membangun kompleks di lokasi Ledoksari, Candi Tinjon) berada di lokasi yang yang potensi sumberdaya alamnya rendah. .. potensi variabel sumberdaya lingkungannya pa­ ling rendah dibandingkan ketiga kelompok lain­ 2. Latar Belakang Sejarah, Fungsi Situs dan nya. Dari sembilan variabel sumberdaya lingku­ Bentuk Adaptasi Lingkungan ngan (ketinggian tempat, kelerengan, bentuk la­ Selama terlibat dalam penyusunan Rencana han, jenis tanah, batuan, kemampuan tanah, air lnduk Pengembangan Pariwisata Kawasan Boko tanah, jarak situs ke sungai, dan jarak situs ke tahun 1992 dan penyusunan Studi Kelayakan Pe­ sumber air) kelompok I hanya memiliki dua va­ ngembangan Kawasan Ratu Boko tahun 1994/ riabel berpotensi tinggi (ketinggian tempat dan ja­ 1995, penulis telah mengumpulkan dan menga­ rak situs ke sungai) sedangkan variabel lainnya nalisis berbagai data sejarah-arkeologi mengenai cenderung berpotensi rendah (lbid:231-232). situs Ratu Boko. Dalam makalah singkat ini se­ Selain hal tersebut di atas, dalam disertasi­ mua yang dipaparkan dalam kedua laporan ke­ nya, Mundardjito juga telah membahas tentang giatan tersebut tidak mungkin diuraikan. Oleh ka­ syarat-syarat dan prosedur pemilihan tempat un­ rena itu apa yang akan dikemukakan hanya ter­ tuk bangunan suci di India menurut kitab Mana­ batas pada ringkasan hasil analisis dan interpre­ sara-Silpasastra dan Si/pa Prakasa. Uraian ten­ tasinya. tang pemilihan tempat untuk bangunan suci da­ Berdasarkan analisis dan interpretasi data lam kedua kitab tersebut dapat dikaitkan dengan prasasti, bangunan dan artefak lain yang ditemu­ potensi sumberdaya lingkungan fisik di calon lo­ kan di kawasan Ratu Boko, dapat ditarik bebera­ kasi bangunan bersangkutan. Selanjutnya disim­ pa kesimpulan tentang latar belakang sejarah dan pulkan bahwa pertimbangan ekologi dalam pe­ fungsi kompleks Ratu Boko sebagai berikut. nempatan situs-situs di daerah penelitian pada 1) Kompleks Ratu Boko semula merupakan se­ dasarnya sesuai dengan prinsip yang termuat da­ buah .wihara yang bemama Abhayagiri. Pem­ lam kedua kitab India Kuno tersebut. Namun de­ bangunan wihara ini dilakukan oleh Rakai Pa­ mikian, kesesuaian ini tidak sepenuhnya berlaku, nangkaran antara tahun 784-792 M. Fungsi si­ sebab ada sebagian kecil situs yang tidak ditem­ tus sebagai wihara ditunjukkan oleh adanya patkan pada lahan berpotensi tinggi seperti ditun­ batur-batur bangunan rumah dan temuan lain .. jukkan oleh situs-situs yang termasuk dalam ke­ yang berlatarbelakang agama Buddha seper­ lompok I. Kenyataan ini rnenimbulkan pertanyaan ti area Buddha, reruntuhan stupa, stupika ser­ besar yang menurut Mundardjito mungkin ada ta lempengan emas dan perak yang bertulis­ baiknya tidak dijawab melalui penelitian dengan an mantera agama Buddha. model pendekatan ekologi. Akhirnya dikemuka­ 2) Pada sekitar tahun 856 M fungsi kompleks Ratu kan bahwa masalah tersebut dapat ditelaah lebih Boko berubah menjadi kraton dari . seo-rang lanjut dengan cara pandang lain {lbid:238-250). penguasa daerah bernama Rakai Wa-laing Pu "Tantangan" Mundardjito akan penulis tang­ Kumbhayoni yang menganut agama Hindu. gapi dalam makalah ini melalui analisis data se­ Nama tokoh ini masih disebut dalam prasasti jarah-arkeologi dan analisis mengenai bentuk Pereng tahun 863 M. Bukti adanya perubahan Berka/a Arlceologi• EDIS/ KHUSUS- 1995 128 fungsi situs antara lain berupa te-muan yoni, cara tidak langsung juga dapat dipakai sebagai tiga miniatur candi, area Ganesa dan petunjuk bahwa dahulu kawasan ini memang Durgamahis�suramardini serta lempeng-an merupakan daerah yang cukup padat penduduk­ emas bertulisan mantera Hindu. Pada ma-sa nya. Sebab, pembangunan candi apalagi candi­ ini Kawasan Ratu Boko disebut dengan na-ma candi yang besar seperti Candi Sewu, Plaosan Walaing. dan candi Prambanan· tentu memerlukan tenaga 3) Pada tahun 907 M, Walaing sebagai nama kerja yang cukup banyak. Padatnya pemukiman tempat disebut dalam prasasti Mantyasih yang menunjukkan bahwa Prambanan dan sekitarnya dikeluarkan oleh raja Balitung. Dalam prasasti dahulu merupakan kawasan subur yang cocok ini disebutkan bahwa penulis pra- sasti untuk dihuni oleh masyarakat agraris. adalah Pu Tarka yang berasal dari Wa-laing. Tingginya potensi sumberdaya lingkungan Dengan demikian setidak-ticlaknya sam-pai sejumlah situs di kawasan dataran Prambanan awal abad X kawasan Ratu Boko masih juga dibuktikan oleh Mundardjito melalui model menjadi pemukiman penting. pendekatan ekologi. Situs-situs tersebut dalam klasifikasi berdasarkan potensi sembilan variabel Selanjutnya berdasarkan analisis data ling­ sumberdaya lingkungan termasuk dalam kelom­ kungan dan unsur-unsur bangunan dapat diper­ pok IV yaitu kelompok situs yang potensinya pa­ oleh gambaran sebagai berikut. Kompleks Ratu ling tinggi (Mundardjito,1993:213 dan 231-232). Boko berada di atas perbukitan batu yang miskin Dalam masyarakat Jawa Kuna, raja dan pa­ sumber air. Para pembangun kompleks di masa ra penguasa daerah (raka1) mempunyai tiga hak lampau telah menunjukkan kemampuan bera­ istimewa yaitu drawya haji, gawai haji dan anu­ daptasi dengan kondisi lingkungan setempat. Bu­ graha. Drawya haji adalah hak untuk memungut kit-bukit batu dipangkas, permukaan tanah yang sebagian dari hasil produksi rakyatnya, gawai haji rendah ditimbun, halaman-halaman dibuat berte­ adalah hak untuk mengerahkan tenaga rakyat dan ras-teras dengan talud dan pagar batu yang ko­ anugraha adalah wewenang untuk memberi-kan koh. Air hujan sebagai satu-satunya sumber air anugerah kepada mereka yang dianggap berjasa yang potensial ditampung dalam kolam-kolam (Naerssen, 1977:41-43). buatan dan kelebihannya dikendalikan pembu­ Hak pertama yaitu drawya haji menempat­ angannya dengan sistem drainage yang sekali­ kan raja dan para penguasa daerah sebagai ke­ gus berfungsi sebagai cara konservasi air tanah. lompok konsumen. Sebagai konsumen yang me­ Tiang-tiang bangunan rumah didirikan di atas um­ miliki hak istimewa, mereka tidak perlu secara pak-umpak batu baik yang terletak di atas batur langsung menggarap tanah untuk memproduksi maupun di atas tanah untuk menghindari kelem­ sendiri bahan makanan yang mereka pertukan. baban tanah. Dengan demikian lokasi "kraton", tempat pengua­ sa bermukim, tidak harus berada di lahan yang 3. Pembahasan subur. Hal terpenting "kraton" setidak-tidaknya Prasasti-prasasti Jawa Kuno banyak yang terletak di lokasi yang mudah dijangkau (tingkat menyebut tentang adanya sawah. Dari sini dapat aksesibilitasnya tinggi) dan tidak jauh dari kawas­ diketahui bahwa masyarakat Jawa Kuno adalah an yang subur serta padat penduduknya. Ketiga masyarakat agraris. Sebagai masyarakat yang hal ini antara lain sangat diperlukan untuk mem­ kehidupannya bersandar pada produk pertanian, beri kemudahan bagi penguasa menjalankan hak mereka tentu memilih lingkungan yang subur se­ drawya haji dan gawai hajinya. bagai tempat hunian mereka. Desa tempat ting-gal Kompleks Ratu Boko meskipun terletak di mereka disebut dengan istilah wanua. Se­ atas bukit yang potensi sumberdaya lingkungan­ lanjutnya beberapa wanua berada di dalam sa­ nya rendah, namun ditinjau dari segi keletakan­ tuan wilayah administratif yang lebih besar yang nya memiliki tingkat aksesibilitas yang cukup tinggi disebut watak. dan relatif dekat dengan area yang subur serta Berdasarkan 11 buah prasasti abad IX - X M padat penduduknya. Faktor aksesibilitas yang yang ditemukan di Prambanan dan sekitarnya, cukup tinggi dan letaknya yang relatif dekat penulis berhasil mendata adanya 69 nama watak dengan area yang subur serta padat penduduk­ dan 175 nama wanua. Meskipun tidak semua na­ nya inilah yang kemungkinan dipertimbangkan ma tempat yang disebut dalam prasasti terletak di oleh Rakai Pan_angkaran ketika membangun wi­ Prambanan dan sekitarnya, namun dapat di­ hara di atas bukit Ratu Boko. Sebab, seperti dike­ pastikan bahwa pada masa itu Prambanan dan tahui, kehidupan
Recommended publications
  • Utilizing Vulnerability and Risk Indexes for Cultural Heritage in Yogyakarta and Central Java
    ISSN: 0852-0682, EISSN: 2460-3945 Forum Geografi, Vol 34 (2) December 2020: 161-172 DOI: 10.23917/forgeo.v34i2.12131 © Author(s) 2020. CC BY-NC-ND Attribution 4.0 License. Utilizing Vulnerability and Risk Indexes for Cultural Heritage in Yogyakarta and Central Java Dyah Rahmawati Hizbaron1,*, Radikal Lukafiardi1, Christina Aprilianti1, Raditya Jati2 1 Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 2 National Disaster Management Agency, Republic of Indonesia, Jakarta, Indonesia *) Corresponding Author (e-mail: [email protected]) Received: 15 September 2020/ Accepted: 24 November 2020 / Published: 31 December 2020 Abstract. Indonesia is home to many cultural heritages which are exposed to natural disaster, its number has grown by 400% within the years of 1975-2010. In order to protect the cultural heritages, the national government released InaRisk – a web based geospatial data to identify risk information. This application, however, not fully apprises its users of the potential loss that cultural heritage objects, especially temples, may sustain. For these reasons, the research set out to evaluate the potential loss of temples by making use of disaster vulnerability and risk approaches. Seven temples were exposed to earthquake and landslide hazards; hence, observed as the research object on a micro-scale. The research method combined tabular, spatial, and temporal data of several indicators, namely types of building materials, building’s structural integrity after earthquakes and landslides, the number of salvageable objects, building age, significance, historical value, and the number of visitors. The results showed that Prambanan and Sewu Temples had the most substantial amounts of potential losses incurred from damages to at-risk elements, namely the numbers of visitors, employees, and supporting facilities and their distances to sources of hazards.
    [Show full text]
  • Pesona Candi Ratu Boko Di Yogyakarta
    Domestic Case Study 2018 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Pesona Candi Ratu Boko di Yogyakarta Mely Anita Sari 1702689 Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta Abstract : Makalah ini merupakan hasil laporan Domestic Case Study untuk syarat publikasi ilmiah di Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta dengan judul Pesona Candi Ratu Boko di Yogyakarta. 1. Pendahuluan DCS atau dikenal dengan Domestic Case Study merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan oleh para mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (STIPRAM). Domestic Case Study dilaksanakan pada awal semester ke 3 yang wajib dikumpulkan dalam bentuk laporan atau jurnal ilmiah ang dibuat untuk memennuhi syarat pada saat mengikuti ujian pendadaran di akhir semester ke 8. Ada beberapa tempat tujuan untuk mengikut DCS yang dilaksanakan oleh pihak kampus pada bulan Januari 2018, seperti Jambore Nasional di Kliurang dan Seminar yang dilaksanakan di kampus. Para mahasiswa diperkenankan untuk memilih salah satu tempat tujuan DCS tersebut. Namun mahasiswa juga diperkenankan untuk memilih tujuan DCS selain yang telah ditentukan oleh pihak kampus, seperti yang dilakukan oleh pihak penulis yang mengambil objek tujuan DCS diluar ketentuan kampus, sehingga penulis dapat mengangkat objek wisata yang terdapat di daerahnya sendiri[1]. Dalam hal ini untuk memenuhi syarat DCS harus tercantum sertifikat sertifikat tentang seminar yang berkaitan dengan Pariwisata. Untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mengikuti seminar yang bertemakan “Responsible Tourism”
    [Show full text]
  • Translation Technique of Temple`S Texts in Indonesia Pjaee, 17 (8) (2020)
    TRANSLATION TECHNIQUE OF TEMPLE`S TEXTS IN INDONESIA PJAEE, 17 (8) (2020) TRANSLATION TECHNIQUE OF TEMPLE`S TEXTS IN INDONESIA Wening Sahayu1, Sulis Triyono2, Friyanto3 1,2Applied Linguistics Department, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia 3Universitas Respati Yogyakarta, Indonesia Corresponding Author [email protected] Wening Sahayu, Sulis Triyono, Friyanto. Translation Technique Of Temple`S Texts In Indonesia -- Palarch’s Journal Of Archaeology Of Egypt/Egyptology 17(8), 181-199. ISSN 1567-214x Keywords: Translation Technique, Indonesian Temple`s Text ABSTRACT: The research aims to know the translation technique used by the translator in translating the word, phrase, even the sentence in Indonesian temple`s texts from Indonesian into English. This research employs descriptive qualitative method that is to describe the translation technique used. The data were taken from Indonesian temple`s text in Yogyakarta and the classification is based on the theory of translation technique. The result showed that from 281 data have been identified, there are 10 types of translation techniques applied from the results of the translation in the temple`s texts. The result showed that literal translation and borrowing are the most dominant techniques used. It happens because the translator focuses on source text oriented than the target text. INTRODUCTION Indonesia is one of the biggest country for the heritage. As one of the biggest Hindu and Buddha religious civilizations spread in the past, Indonesia has many temples and sites across the country. Java is one of the big land for the Hindu and Buddha religious civilizations with many temples and sites can be found in the Java land.
    [Show full text]
  • UNESCO World Heritage Site Yogyakarta 57454 Indonesia
    Candi Perwara, Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa UNESCO World Heritage Site Yogyakarta 57454 Indonesia unesco | 1 PRAMBANAN THE LEGEND The astonishing temples of Prambanan, believed to be the proof of love from Bandung Bondowoso to Princess Loro Jonggrang, are the best remaining examples of Java’s extended period of Hindu culture. Located 17 kilometers northeast of Yogyakarta, the temples boast of a wealth of sculptural detail and are considered to be one of Indonesia’s most phenomenal examples of Hindu art. Legend says that there were once a thousand temples standing in the area, but due to a great earthquake in the 16th century, accelerated by the treasure hunters and locals searching for building material, many of the temples are gone now. Initiatives to restore the temples have been conducted to some extent, though many stand in ruin today. The UNESCO World Heritage Site of the Prambanan Temple Compounds. PHOTO BY MICHAEL TURTLE prambanan | 2 prambanan | 3 CONSTRUCTION The Prambanan temple is the largest Hindu temple of ancient Java, and the first building was completed in the mid-9th century. It was likely started by Rakai Pikatan as the Hindu Sanjaya Dynasty’s answer to the Buddhist Sailendra Dynasty’s Borobudur and Sewu temples nearby. Historians suggest that the construction of Prambanan probably was meant to mark the return of the Hindu Sanjaya Dynasty to power in Central Java after almost a century of Buddhist Sailendra Dynasty domination. The construction of this massive Hindu temple signifies that the Medang court had shifted its patronage from Mahayana Buddhism to Shaivite Hinduism.
    [Show full text]
  • Ratu Boko, Sejarah, Dan Potret Keadaanya
    halaman 7 BAH II RATU BOKO, SEJARAH, DAN POTRET KEADAANYA 2.t. Tinjauan Sejarab dan Arkeologis Kawasan Prambanan 2.1.1. Sejarah Mataram Kooo Kebudayaan Jawa kuno di Jawa Tengah merupakan suatu pembauran antara budaya dan kepercayaan masyarakat setempat dengao budaya India dan menghasilkan suatu unique Hinduized religious art yang lebih dikenal dengan kebudayaan Hindu-Jawa (JICA: 1979). Disamping Sumatra, Jawa Tengah merupakan pusat peradaban di Indonesia pada abad vm - X. ketika kerajaan Hindu menapaki kejayaan dan budaya Hindu-Buddha tumbuh subur di sana. Pengaruh budaya India ini merasuk begitu dalam pada kehidupan masyarakatnya, baik dalam struktur pemerintahan. teknologi pertanian dan industri, serta sem rancang bangunnya. Gelombang pertama masuknya Hindu keIndonesia diperkirakan pada abad I - n dan masa poocaknya pada sekitar abad V. Pengaruh agama Buddha masuk sekitar abad vm dan dengan cepat menyebar di Pulau Jawa dalam beberapa taboo. Agama Hindu, khususnya sekte Syiwa berkembang pesat berdampingan dengan kerajaan-kerajaan Jawa dan menjalin kerja sarna diantara mereka. Didalam perjalanannya, agama Hindu dan Buddha dapat berjalan beriringan. Di abad VII dan VIII saat terjadi akulturasi begitu cepat dan mendalam dari budaya India kedalam budaya lokal. Bndaya asing tersebut diterima, bokan saja dalam hal kepercayaan, tetapi juga dalam hal kehidupan sehari-hari, perekonomian masyarakat, pembentukan pemerintaban, sem bina kota, dan sebagainya. Dari reruntuhan bangunan yang ada di Jawa Tengah didapatkan kesimpulan, tinggalan tersebut
    [Show full text]
  • World Heritage Sites in Indonesia Java (October 2009)
    World Heritage Sites in Indonesia Site name Entered Borobudur Temple Compounds 1991 Prambanan Temple Compounds 1991 Komodo National Park 1991 Ujung Kulon National Park 1991 Sangiran Early Man Site 1996 Lorentz National Park 1999 Tropical Rainforest Heritage of Sumatra 2004 The Cultural Landscape of Bali Province: the Subak System as a Manifestation of 2012 the Tri Hita Karana Philosophy Tentative list of Indonesia Banda Islands Banten Ancient City Bawomataluo Site Belgica Fort Besakih Betung Kerihun National Park (Transborder Rainforest Heritage of Borneo) Bunaken National Park Derawan Islands Elephant Cave Great Mosque of Demak Gunongan Historical Park Muara Takus Compound Site Muarajambi Temple Compound Ngada traditional house and megalithic complex Penataran Hindu Temple Complex Prehistoric Cave Sites in Maros-Pangkep Pulau Penyengat Palace Complex Raja Ampat Islands Ratu Boko Temple Complex Sukuh Hindu Temple Taka Bonerate National Park Tana Toraja Traditional Settlement Trowulan Ancient City Wakatobi National Park Waruga Burial Complex Yogyakarta Palace Complex Sites that have been nominated in the past Lore Lindu NP Maros Prehistoric Cave Toraja Java (October 2009) The Indonesian island of Java holds three cultural WHS, among which is the iconic Borobudur. I visited all three sites on daytrips from Yogyakarta, a city that in its Sultan's Palace (kraton) also has a monument worthy of WH status. Borobudur . Sangiran Early Man Site . Prambanan Borobudur The Borobudur Temple Compounds is a ninth century Buddhist temple complex. It was built on several levels around a natural hill. Borobudur is built as a single large stupa, and when viewed from above takes the form of a giant tantric Buddhist mandala, simultaneously representing the Buddhist cosmology and the nature of mind.
    [Show full text]
  • Candi, Space and Landscape
    Degroot Candi, Space and Landscape A study on the distribution, orientation and spatial Candi, Space and Landscape organization of Central Javanese temple remains Central Javanese temples were not built anywhere and anyhow. On the con- trary: their positions within the landscape and their architectural designs were determined by socio-cultural, religious and economic factors. This book ex- plores the correlations between temple distribution, natural surroundings and architectural design to understand how Central Javanese people structured Candi, Space and Landscape the space around them, and how the religious landscape thus created devel- oped. Besides questions related to territory and landscape, this book analyzes the structure of the built space and its possible relations with conceptualized space, showing the influence of imported Indian concepts, as well as their limits. Going off the beaten track, the present study explores the hundreds of small sites that scatter the landscape of Central Java. It is also one of very few stud- ies to apply the methods of spatial archaeology to Central Javanese temples and the first in almost one century to present a descriptive inventory of the remains of this region. ISBN 978-90-8890-039-6 Sidestone Sidestone Press Véronique Degroot ISBN: 978-90-8890-039-6 Bestelnummer: SSP55960001 69396557 9 789088 900396 Sidestone Press / RMV 3 8 Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde, Leiden CANDI, SPACE AND LANDscAPE Sidestone Press Thesis submitted on the 6th of May 2009 for the degree of Doctor of Philosophy, Leiden University. Supervisors: Prof. dr. B. Arps and Prof. dr. M.J. Klokke Referee: Prof. dr. J. Miksic Mededelingen van het Rijksmuseum voor Volkenkunde No.
    [Show full text]
  • Alila Experience… Alila Experiences
    Alila Experience… Alila Experiences... Our Leisure Concierge Concept Discover a destination through its traditions, its cuisine, its environment, the roots of its people and their daily rituals. Being on holiday is much about celebrating your own choices in living and cultivating your personal priorities. Because perfection is defined individually, we've carefully combined our destination know-how with all the ingredients of your lifestyle to make your stay a ‘Surprisingly Different’ experience. Allow our Leisure Concierge Team to guide you on your discovery of the hidden treasures that abound within this fascinating destination. Our Leisure Concierges are local experts who know this region well and are passionate about sharing their knowledge with you. Browse the following pages detailing the Alila Experiences and choose those that appeal to your personality and lifestyle. TALE OF TWO SULTANS 4 Hours I IDR 720,000++ per person I IDR 960,000++ per couple " Take a step back in time to Solo's royal past with a visit to two royal palaces: Keraton Kasunanan and Pura Mangkunegaran. Kasunanan is a two-centuries- old palace, built in 1745 by King Paku Buwono II when he moved the kingdom from Kartasura to Desa (village) Sala, now Solo. The keraton was built in stages and was finished during the reign of Paku Buwono X (1893 – 1939). Interesting landmarks around the keraton complex include, among others, Alun-Alun Lor, Alun-Alun Kidul, Sasana Sumewa, Sitihinggil , Kamandungan, Sri Manganti, and Kedhaton. Sri Susuhunan Pakubuwono XIII is the current descendant of the Pakubuwono dynasty. HOUSE OF DANAR HADI 2 Hours I IDR 420,000++ per person I IDR 560,000++ per couple " Discover the beauty and history of batik at the House of Danar Hadi museum complex, which was founded to preserve and advance the art of batik in Indonesia as part of the nation's cultural legacy.
    [Show full text]
  • Candi Space and Landscape: a Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains
    Candi Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains Proefschrift ter verkrijging van de graad van Doctor aan de Universiteit Leiden, op gezag van Rector Magnificus Prof. mr. P.F. van der Heijden, volgens besluit van het College voor Promoties te verdedigen op woensdag 6 mei 2009 klokke 13.45 uur door Véronique Myriam Yvonne Degroot geboren te Charleroi (België) in 1972 Promotiecommissie: Promotor: Prof. dr. B. Arps Co-promotor: Dr. M.J. Klokke Referent: Dr. J. Miksic, National University of Singapore. Overige leden: Prof. dr. C.L. Hofman Prof. dr. A. Griffiths, École Française d’Extrême-Orient, Paris. Prof. dr. J.A. Silk The realisation of this thesis was supported and enabled by the Netherlands Organisation for Scientific Research (NWO), the Gonda Foundation (KNAW) and the Research School of Asian, African and Amerindian Studies (CNWS), Leiden University. Acknowledgements My wish to research the relationship between Ancient Javanese architecture and its natural environment is probably born in 1993. That summer, I made a trip to Indonesia to complete the writing of my BA dissertation. There, on the upper slopes of the ever-clouded Ungaran volcano, looking at the sulfurous spring that runs between the shrines of Gedong Songo, I experienced the genius loci of Central Javanese architects. After my BA, I did many things and had many jobs, not all of them being archaeology-related. Nevertheless, when I finally arrived in Leiden to enroll as a PhD student, the subject naturally imposed itself upon me. Here is the result, a thesis exploring the notion of space in ancient Central Java, from the lay-out of the temple plan to the interrelationship between built and natural landscape.
    [Show full text]
  • PRESS INFORMATION Subject: H.E. Mr. Guido Westerwelle (The Minister of Foreign Affairs of the Federal Republic of Germany) Visit
    Ministry of Foreign Affairs Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia Republic of Indonesia PRESS INFORMATION Subject: H.E. Mr. Guido Westerwelle (The Minister of Foreign Affairs of the Federal Republic of Germany) Visit to Borobudur Temple Compounds on 10 February, 2013 On 10 February 2013, H.E. Mr. Guido Westerwelle, the Minister of Foreign Affairs of the Federal Republic of Germany, will visit the World Heritage listed Borobudur Temple Compounds. Since 2011, the Federal Republic of Germany has provided generous financial contributions through UNESCO to support the Indonesian government in their research and conservation efforts at Borobudur. H.E. Mr. Guido Westerwelle will be accompanied by representatives from the German Embassy in Jakarta, the Indonesian Ministry of Education and Culture, the Ministry of Foreign Affairs and UNESCO and will visit the Borobudur Temple to meet those involved in the conservation efforts and see some of the conservation challenges and results first hand. H.E. Mrs. Wiendu Nuryanti (Vice Minister for Cultural Affairs, Ministry of Education and Culture), outlined that ‘the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia has been implementing a number of significant conservation actions for the preservation of the Borobudur Temple Compounds. The conservation efforts in the aftermath of the Mt Merapi eruption brought solidarity from various countries, showcasing goodwill and support for the protection of the cultural heritage of humanity. The Government of the Federal Republic of Germany has generously supported our actions, providing financial contributions through UNESCO for the implementation of research and conservation techniques at the Borobudur Temple since 2011.
    [Show full text]
  • Alumni Tour Indonesia
    Exploring Social Change Yogyakarta & Bali, Indonesia January 2nd - 14th, 2017 Itinerary Monday, January 2 Depart SFO to Denpasar, Bali Wednesday, 4 January Arrive in Bali, dinner at hotel in Ubud. Thursday, 5 January Visit Mitra Bali, one of Indonesia’s largest and oldest fair trade organizations, followed by a walk in the rice fields and one of Mitra Bali’s fair trade plantations. Dinner in Ubud, followed by a Balinese dance performance. Friday, 6 January Beach Tour of South Bali with WALHI (Friends of the Earth Indonesia) to look at the environmental and social effects of mass tourism on the island. Dinner in Taman Baca, a local meeting space and library for socially engaged youth. Saturday, 7 January Visit to several sites associated with past political violence and political history in Bali, guided by survivors and witnesses, followed by a trip to ‘Rumah Topeng’ the personal home of a collector of masks and puppets from all over the archipelago. Sunday, 8 January Fly to Yogyakarta Visit to village on the foothills of Merapi Volcano that has organized their own disaster risk reduction program as they have refused to move from the mountain and have had government assistance cut off. Discuss local economic and social issues and how they self-organized to remain in their village. Monday, 9 January Sunrise at Borobudur followed by a visit to Bumi Langit, a wildly popular permaculture center with a delicious café for lunch and a tour and discussion with the founder on what he calls “Islamic Permaculture”. Tuesday, 10 January Visit to Prambanan and Ratu Boko temples with Jaladwara, a local organization dedicated to bringing Indonesian archaeology, architecture and history to life through experiential learning and sustainable tourism.
    [Show full text]
  • Buku Panduan Laboratorium Alam Dan Humaniora Situs Candi Ratu Boko
    BUKU PANDUAN LABORATORIUM ALAM DAN HUMANIORA SITUS CANDI RATU BOKO Tim Penyusun : Saliman, M.Pd. Agus Murdiyastomo, M.Hum. Drs. Audia Haris Hadori Purwanto, MM. Sudaryanto, M.Si. Sekti Jatmiko, S.Pd. Yogyakarta 2007 KATA PENGANTAR Atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Buku Panduan Laboratorium Alam dan Humaniora Situs Candi Ratu Boko dapat diselesaikan dengan baik. Buku Panduan Laboratorium Alam dan Humaniora yang sederhana ini diharapkan dapat digunakan sebagai penuntun/pemandu kepada semua pihak pada umumnya, khususnya bagi sivitas akademika dalam mengembangkan lembaganya. Buku Panduan Laboratorium Alam dan Humaniora Situs Candi Ratu Boko memuat berbagai informasi tentang peta wilayah dan struktur alam, meliputi; 1) bidang sosial dan budaya, 2) bidang ekonomi, 3) bidang olah raga, dan 4) bidang pendidikan. Laboratorium Alam dan Humaniora Situs Candi Ratu Boko ini dirancang sedemikian rupa sehingga laboratorium ini dapat berfungsi sebagai implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi; proses pendidikan dan pembelajaran, proses penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Informasi yang terkait dengan implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi secara garis besar diuraikan dalam Buku Panduan ini yang meliputi; 1) potensi sruktur alam, tanah dan bebatuannya, 2) Potensi sejarah, sosial dan budaya masyarakat, 3) Potensi ekonomi industri dan mata pencaharian masyarakat, 4) Potensi bidang hukum organiasasi olah raga, 5) Potensi Pendidikan. Selayang pandang buku panduan laboratorium alam dan Humaniora Situs Candi Ratu Boko ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu tim penyusun Panduan Laboratorium Alam dan Humaniora UNY mengucapkan terimakasih kepada Kepala Desa, Desa Bokoharjo dan stafnya, terutama Ibu Ngabidah Kepala Ekbang yang telah memberikan bantuan informasi tentang potensi Desa Bokoharjo.
    [Show full text]