Penerapan Weighted Overlay Pada Pemetaan Tingkat Probabilitas Zona Rawan Longsor Di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 1-10 Penerapan Weighted Overlay Pada Pemetaan Tingkat Probabilitas Zona Rawan Longsor di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat Muhammad Farhan Yassar1*, Muhammad Nurul1, Nisrina Nadhifah1, Novia Fadhilah Sekarsari1, Rafika Dewi1, Rima Buana1, Sarah Novita Fernandez1, Kirana Azzahra Rahmadhita2 1Jurusan Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, No. 1, Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung 35141 2 Program Studi Analisis Kimia, Sekolah Vokasi, Institut Pertanian Bogor, Jl. Kumbang No. 14, Cilibende - Bogor Tengah Dikirim: Abstrak: Kabupaten Sumedang berada pada wilayah pegunungan dan perbukitan 9 April 2020 sehingga meningkatkan kemungkinan untuk terjadinya bencana tanah longsor yang dapat menimbulkan kerugian baik secara materi ataupun non materi. Untuk mencegah Direvisi: dan meminimalisir dampak dari bencana tersebut diperlukan pengetahuan mendetail 23 April 2020 mengenai bencana tanah longsor itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan Diterima: penelitian ini dengan tujuan untuk melakukan pemetaan dan memberikan informasi 26 April 2020 tentang wilayah-wilayah yang mempunyai kerawanan terjadinya bencana longsor di Kabupaten Sumedang yang kemudian diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan upaya mitigasi serta diharapkan dapat meminimalkan dampak yang diakibatkan jika terjadinya bencana tanah longsor pada wilayah Kabupaten Sumedang. Penelitian ini memanfaatkan metode skoring, weighting dan overlay yang terdapat pada SIG dalam melakukan pemetaan daerah rawan longsor dengan mengacu terhadap nilai dan parameter yang dikeluarkan oleh Puslittanak 2004. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa * Email Korespondensi: Kabupaten Sumedang didominasi oleh jenis tanah aluvial, jenis batuan vulkanik, [email protected] kemiringan lereng dengan kisaran 15-30%, dan memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Hasil analisis yang dilakukan didapatkan bahwa Kabupaten Sumedang memiliki tingkat kerawanan longsor yang berada pada kategori sedang sampai dengan tinggi. Kata kunci: bencana, longsor, mitigasi, pembobotan, pemetaan Abstract: Sumedang Regency is located in the mainland and hilly areas, thus increasing the possibility to create landslides that can cause problems both materially and nonmaterially. To avoid and urge from the disaster requires detailed knowledge about the landslide disaster itself. Based on this, this research was carried out with the aim of mapping and providing information on areas that have long-term riots in Sumedang Regency, and it is hoped that the results of this study can be used as a reference in this study. Facing a landslide in the Sumedang Regency. This study utilizes the scoring, weighting and overlay methods contained in GIS in mapping landslide-prone areas with reference to the values and parameters issued by Puslittanak 2004. The research conducted has proven that Sumedang Regency uses by soil type aluvial, a type of volcanic rock, slope with a range of 15-30%, and has very high rainfall. The results of the analysis carried out obtained Sumedang District has a level of landslide vulnerability in accordance with the category of moderate to high. Keywords: disaster, landslides, mitigation, weighted, mapping. 1. PENDAHULUAN juga dipengaruhi oleh (Hutomo dkk, 2016), inten- sitas hujan (Rahmi, 2012). Topografi dan guna 1.1. Latar Belakang lahan (Sitepu dkk, 2017) di mana hal-hal tersebut Bencana alam merupakan salah satu fenomena merupakan parameter utama penyebab terjadinya yang dapat terjadi kapan pun, sehingga dapat tanah longsor (Ramadhani dkk, 2017). Peristiwa membahayakan masyarakat baik dalam hal materi tanah longsor yang terjadi sepanjang sejarah dipe- maupun non materi, serta korban jiwa (Faizana ngaruhi oleh faktor geologi, topografi, dan banyak dkk, 2015). Indonesia sendiri merupakan negara atau tidaknya vegetasi yang terdapat pada lokasi dengan jumlah dan variasi bencana terbanyak di tersebut (Wang dkk, 2017). dunia. Contoh dari bencana alam yang lumrah Minimnya pengetahuan akan kemungkinan terjadi di Indonesia yaitu tsunami, gempa bumi, bencana yang dapat terjadi dan kurangnya banjir, tanah longsor, dan masih banyak lagi sosialisi mengenai upaya mitigasi menyebabkan (Santoso, 2012). tingginya tingkat kerugian yang akan diterima oleh Tanah longsor merupakan peristiwa bergerak- masyarakat umum ketika suatu bencana alam nya tanah yang berkaitan langsung dengan sifat- terjadi. Oleh karena itu, informasi awal mengenai sifat alami dari alam itu sendiri. Tanah longsor potensi dan risiko bencana merupakan salah satu adalah bentuk erosi dengan diiringi pergerakan media informasi yang dapat digunakan sebagai tanah yang menyebabkan perpindahan material pendidikan dasar tanggap bencana bagi masya- tanah maupun batuan dalam intensitas yang cukup rakat (Damanik dkk, 2012). Salah satu contoh ke- besar. Kecepatan dari pergerakan dan perpindah- rugian yang dapat ditimbulkan oleh tanah longsor an material tersebut dipengaruhi oleh jenis tanah yaitu kerusakan sarana dan prasarana seperti dan batuan pada lokasi tersebut, selain itu hal ini perumahan, jalan, dan pertanian (Yuniarta dkk, ISSN 2722-3647 Available online at https://jgrs.eng.unila.ac.id/ ISSN 2722-3639 (e) DOI: https://doi.org/10.23960/jgrs.2020.v1i1.13 Yassar dkk. / Jurnal Geosains dan Remote Sensing (JGRS) Vol 1 No 1 (2020) 1-10 2 2015). Bencana pergerakan tanah/ longsor dapat 1.2. Kondisi Geologi Daerah Penelitian terjadi karena adanya perpindahan massa batuan Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44’- dan tanah pada suatu lereng atau jurang yang 70º83’ Lintang Selatan dan 107º21’-108º21’ Bujur memiliki kemiringan tertentu. Pergerakan tanah ini Timur. Sebagian besar wilayah Kabupaten Sume- dipengaruhi karena adanya gaya gravitasi. Gaya dang berada di daerah dengan topografi pegu- gravitasi yang berlebih yang kemudian diiringi oleh nungan dan berbukit yang memiliki ketinggian 25 topografi dan intensitas hujan yang tinggi serta sampai 1667 meter di atas permukaan laut. Kabu- kurangnya vegetasi pada suatu lereng menyebab- paten Sumedang merupakan daerah dengan ting- kan tanah akhirnya terpecah dan terjadi tanah kat gerakan tanah rendah hingga tinggi, hal ini longsor (Ariani, 2017). Bencana tanah longsor sen- dikarenakan wilayah ini berada di Provinsi Jawa diri pada umumnya terjadi pada wilayah yang Barat yang merupakan termasuk daerah yang memiliki topografi curam dan diiringi dengan curah rawan terjadinya gerakan tanah di Indonesia. Ber- hujan yang relatif tinggi pertahunnya. Berdasarkan dasarkan hasil catatan sepanjang tahun 2012 hal tersebut dapat menunjukkan bahwa tanah terjadi peristiwa tanah longsor sebanyak 127 kali di longsor sangat berkaitan erat dengan keadaan a- seluruh wilayah Indonesia dan hampir setengah lam, selain itu manusia pun memiliki andil yang dari jumlah tersebut terjadi di daerah Provinsi Ja- cukup besar dalam bencana tanah longsor seperti wa Barat (Sugianti dkk, 2014). Keunggulan pene- melakukan pengalih fungsi hutan sebagai daerah litian yang saya lakukan dengan mengacu kepada resapan air menjadi perkebunan dan pemukiman. parameter yang dikeluarkan oleh Puslittanak yaitu Terdapat dua faktor yang mempengaruhi terja- pembuatan peta dan klasifikasi yang relatif mudah dinya tanah longsor, faktor yang pertama yaitu dan jelas serta memiliki tingkat keakuratan yang pendorong di mana pada faktor ini mempengaruhi cukup tinggi hal ini dikarenakan parameter yang pergerakan tanah yang terjadi. Faktor yang kedua digunakan berasal dari lembaga yang memiliki adalah pemicu di mana hal ini berkaitan erat de- fokus pada bidang pertanahan dan agroklimat. ngan perilaku manusia terhadap alam maupun Geologi Kabupaten Sumedang termasuk keda- kondisi alam itu sendiri dalam memicu terjadinya lam zona Fisiografi Bogor, zona ini dicirikan de- tanah longsor (Nugraha, 2013). ngan batuan endapan laut yang berasal dari Penelitian mengenai pemetaan pergerakan ta- zaman tersier dan tersusun atas batuan lempung, nah sebagai upaya mitigasi bencana pada suatu tufan, napal, pasir serta endapan vulkanik. (Van, wilayah sudah banyak dilakukan dengan menggu- 1949); Martodjojo, 2003). Berdasarkan pada Peta nakan parameter dan metode yang berbeda-beda, Geologi Indonesia pada Lembar Bandung Provinsi di antaranya dengan menggunakan parameter cu- Jawa Barat (Silitonga, 2003) dan Lembar rah hujan , jenis tanah dan batuan, topografi, guna Arjawinangun yang terletak di Provinsi Jawa Barat lahan, dan kondisi geologi (Rahman, 2010). Selain (Djuri, 1995) lokasi penelitian tersusun dari jenis itu, terdapat penelitian dengan tujuan yang mirip batuan aluvial, produk gunung api muda, dan akan tetapi mengacu pada tingkat stabilitas dan produk gunung api tua. Proses pelapukan yang kekuatan lereng (Zakaria, 2010) penelitian ini juga terjadi pada batuan vulkanik akan menyebabkan dapat dilakukan dengan memodelkan peta ancam- terbentuknya batuan lapuk dan tanah yang bersifat an, kerentanan, kapasitas, dan risiko tanah long- residual pada daerah penelitian. Sifat dari tanah sor yang memanfaatkan metode overlay pada residual sendiri yaitu mudah terlepas dan rentan masing-masing pemodelan (Faizana dkk., 2015). akan terjadinya proses tanah longsor (Wesley, Penelitian ini dilakukan pada wilayah Ka- 2010). Dukungan struktur geologi yang berupa bupaten Sumedang, yang terletak di provinsi Jawa lipatan, rekahan, kekar, dan sesar yang memiliki Barat hal ini dikarenakan wilayah tersebut rata-rata pergerakan