Laporan Akhir Tim Pemantauan Dan Inventarisasi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LAPORAN AKHIR Kata Pengantar TIM PEMANTAUAN DAN INVENTARISASI PERKEMBANGAN HUKUM ADAT Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL dengan izinnya tim telah dapat menyelesaikan laporan akhir Tim Pemantauan Dan Inventarisasi Perkembangan Hukum Adat Suku Tengger Di Malang, Jawa Timur. Tim ini dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No: PHN-71-HN.01.05 Tahun 2011 tanggal 1 Maret 2011 tentang Disusun Oleh Tim Kerja “Pemantauan Dan Inventarisasi Perkembangan Hukum Adat Suku Di bawah Pimpinan Tengger Di Malang, Jawa Timur” Noor M. Aziz, S.H., M.H., M.M. Sesuai tugas yang diberikan kepada tim, anggota tim telah melakukan tugasnya dengan baik dengan melakukan pemantauan dan evaluasi tentang perkembangan hukum adat suku tengger Jawa Timur, baik dengan pengambilan data di Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru maupun di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Namun untuk lebih dalam lagi dalam melakukan pemantauan dan inventarisasi perkembangan hukum adat suku Tengger tim juga telah mengadakan pemantauan langsung di desa Ngadisari kecamatan KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI Sukapura Kabupaten Probolinggo. BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL JAKARTA Pada kesempatan penyampaian laporan akhir ini, atas nama 2011 seluruh anggota tim, kami mengucapkan terima kasih kepada Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi DAFTAR ISI Halaman Manusia yang telah memberi kepercayaan kepada kami, untuk melakukan Kata Pengantar tugas pemantauan dan evaluasi hukum Adat Tengger ini. Daftar Isi Laporan akhir dari pemantauan dan evaluasi hukum adat Tengger BAB I : PENDAHULUAN ini dapat diselesaikan adalah atas kerjasama yang baik dari semua A. Latar Belakang B. Permasalahan anggota tim. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih dengan harapan, C. Maksud dan Tujuan D. Ruang Lingkup nilai-nilai budaya masyarakat hukum adat dapat menjadi inspirasi dan E. Metodologi F. Susunan Keanggotaan masuk dalam pembinaan dan pembangunan hukum nasional, sehingga G. Jadwal Kegiatan hukum yang terbentuk benar-benar dapat diterima oleh masyarakat. BAB II : EKSISTENSI, PERKEMBANGAN, DAN PERAN HUKUM ADAT DALAM PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL A. Eksistensi dan Perkembangan Hukum Jakarta, 27 Agustus 2011. Adat Dewasa Ini Pemantauan Dan Inventarisasi Perkembangan Hukum Adat B. Peran Hukum Adat Dalam Suku Tengger Di Malang, Jawa Timur Ketua, Pembangunan Hukum Nasional BAB III : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT ADAT SUKU TENGGER DI MALANG JAWA TIMUR A. Bidang Perkawinan B. Bidang Hukum Waris NOOR M. AZIZ, S.H.,M.H.,M.M. C. Bidang Pertanahan BAB IV : PERKEMBANGAN MASYARAKAT DAN HUKUM ADAT SUKU TENGGER DI MALANG JAWA TIMUR A. Keberadaan Masyarakat dan Hukum Adat Suku Tengger B. Perlindungan Hukum Masyarakat Hukum Adat Tengger C. Pelaksanaan Hukum Adat Tengger Dewasa Ini Hukum Adat. Hukum Adat merupakan hukum yang tidak tertulis D. Hukum Adat Masyarakat Tengger yang bersumber dari adat istiadat dan kebiasaan. Dalam Dalam Tata Hukum di Indonesia E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi perkembangan-nya, hukum yang tumbuh dan berkembang dari nilai- Perubahan dan Perkembangan Hukum nilai dan kaedah-kaedah yang ada di dalam masyarakat tersebut Masyarakat Suku Tengger 1. Faktor Yuridis dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat 2. Faktor Sosiologis dipisahkan. Pada satu sisi Hukum Adat berfungsi untuk melanjutkan 3. Faktor Politis 4. Faktor Ekonomis tradisi leluhur dengan cara mempertahankan nilai-nilai dan pola-pola yang terbentuk dalam budaya dan masyarakatnya, di sisi lain hukum BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan adat harus mampu mengikuti perkembangan masyarakat itu sendiri. B. Saran Dalam sejarah perkembangannya, keberadaan hukum adat Daftar Pustaka di Indonesia diakui dalam system hukum nasional. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18B ayat (2) menyebutkan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan- kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup, dan sesuai dengan perkembangan BAB I masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. PENDAHULUAN Keberadaan budaya masyarakat adat di Indonesia merupakan salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Dari A. Latar Belakang sekian banyak budaya yang ada serta penerapan hukum adat yang Di dalam Ilmu Hukum dikenal adanya adagium “ubi societas diperlukan bagi masyarakat adat itu sendiri, hingga saat ini masih ibi ius” yang artinya bahwa di dalam masyarakat, walaupun sekecil dipatuhi dan dilaksanakan oleh para penguasa adat maupun apapun, pasti ada hukum yang hidup dan tumbuh di dalamnya. lembaga-lembaga adat setempat. Keberadaan hukum sama usianya dengan keberadaan manusia Masyarakat hukum adat beserta norma-norma hukum adat yang ada di bumi ini. Dalam masyarakat adat, aturan-aturan yang yang ada di dalamnya, berkembang dinamis sejalan dengan mengarahkan perbuatan anggota kelompok untuk menjamin perkembangan zaman, Jumlah masyarakat hukum adat yang benar- keharmonisan dan keteraturan hidup kelompok disebut dengan benar asli dan belum tersentuh peradaban dari luar, dalam kenyataannya telah berkurang. Faktor yang mempengaruhi hal Kegiatan adat Suku Tengger dipimpin oleh dukun adat yang tersebut tidak lain adalah akibat dari adanya kemajuan di bidang memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar dalam teknologi komunikasi dan informasi. masyarakat. Masyarakat sangat percaya dan mau mengikuti Keberadaan suku-suku bangsa terkait erat dengan perkataan dukun adat. Dukun adat dipilih secara turun temurun dan keberadaan adat istiadat, tradisi dan seni budaya. Namun demikian diangkat melalui upacara adat yang dilaksanakan di Gunung Bromo. tidak semua tradisi seni dan budaya serta nilai-nilai dalam Selain upacara pengangkatan dukun adat, berbagai upacara adat masyarakat tersebut dapat dikatakan mengandung hukum yaitu lainnya seringkali dilaksanakan di sekitar Gunung Bromo dan Laut hukum adat. Hukum adat, sebagai adat yang normatif, yaitu adat Pasir yang berada dalam kawasan TNBTS. yang mengandung sifat hukum, yang dihormati, dihargai dan Bahasa yang digunakan oleh masyarakat adalah bahasa dipatuhi oleh masyarakat adat yang bersangkutan. Pelanggaran Jawa dengan dialek Tengger. Ciri yang paling mencolok dari bahasa terhadap norma-norma hukum adat itu akan mendapatkan sanksi ini yaitu masih mempergunakan kata-kata di dalam bahasa Jawa sesuai dengan norma hukum adat yang ada.1 kuno seperti ingsun (aku), rika (kamu), paran (apa). Dalam Karakteristik Masyarakat Suku Tengger masyarakat berlaku dua salam, yaitu salam yang mendapat Masyarakat Suku Tengger yang mendiami desa-desa di pengaruh Hindu yakni “Om Swastyastu” dan salam yang bersifat dalam enclave taman nasional masih memegang tradisi nenek adat yakni “Hong Ulun Basuki Langgeng”. moyangnya sehingga masih banyak kegiatan upacara adat dan Ciri masyarakat Tengger lainnya adalah penggunaan keagamaan Suku Tengger yang dilakukan oleh masyarakat hingga sarung oleh hampir semua masyarakat mulai usia muda sampai tua, sekarang. Masyarakat Suku Tengger umumnya memeluk agama laki-laki dan perempuan. Sarung dipercaya memiliki fungsi untuk Hindu Tengger, namun berkembang pula agama Islam, Kristen dan mengendalikan perilaku dan ucapan masyarakat, selain fungsinya Budha. Toleransi dan kerukunan yang tinggi antar pemeluk agama untuk menahan udara dingin di pegunungan. Kesenian campur sari terlihat dari warga yang saling menghormati antar pemeluk agama dan jaranan masih hidup dan digemari masyarakat Suku Tengger.2 yang berbeda dan partisipasi semua warga dalam setiap pelaksanaan kegiatan adat. 2 Tri Sayektiningsih, Resti Meilani dan E.K.S. Harini Muntasih, “Strategi Pengembangan Pendidikan Konservasi pada Masyarakat Suku Tengger di Desa Enclave Taman Nasional, Bromo Tengger, Departemen 1 Forum Dialog: Perencanaan Hukum tentang Peran Hukum Tidak Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Tertulis Pasca Perubahan UUD 1945. BPHN: Yogyakarta, Agustus 2010. Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia, hlm. 32, Februari 2008. Untuk melihat perkembangan masyarakat adat Suku tugas dan fungsi antara lembaga pemuka agama dan lembaga Tengger dapat dilihat dari 6 hal, yaitu: dukun adat yaitu adanya konsepsi ruang yang membagi wilayah 1. Sistem Ilmu Pengetahuan menjadi wilayah administrasi dan wilayah adat. Seperti desa lain Untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan dalam pada umumnya, wilayah administrasi Desa Ngadisari dikepalai masyarakat, dapat dilihat misalnya mereka telah mempunyai oleh seorang kepala desa, namun yang membedakan dengan zona-zona batas wilayah, dan juga dalam menentukan batas desa kebanyakan adalah dukun/tertua adat yang berperan dan kepemilikan mereka telah menggunakan teknologi dan penting dalam memimpin wilayah adat sebagai seorang kepala sertifikat hak milik atas tanah milik mereka. Masyarakat adat adat. yang dahulunya dalam pelaksanaan upacara-upacara Masyarakat Suku Tengger yang terbagi dalam dua keagamaan yang tadinya menggunakan simbol-simbol tertentu wilayah adat, yakni sabrang kulon (diwakili oleh Desa Tosari, untuk mengumpulkan masyarakatnya, saat ini masyarakat adat kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan) dan sabrang wetan telah menggunakan teknologi modern untuk mengumpulkan (diwakili oleh Desa Ngadisari, Wanatara, Jetak, Kecamatan warganya. Sukapura, Kabupaten Probolinggo) terdiri atas kelompok- 2. Sistem Ekonomi kelompok desa yang masing-masing dipimpin oleh kepala adat. Masyarakat Adat Tengger sebagai mata Dengan demikian yang menjadi batas wilayah kerja dukun