Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

BAB 3 ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DAN STRATEGI BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN KEPAHIANG

3.1 KONSEP PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM DITJEN CIPTA KARYA

Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RIO +20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan Isu-isu Strategis yang mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan.

Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis, yang didasarkan pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan pola ruang yang diwujudkan dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor. Rencana yang lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya. Dokumen perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) bidang Cipta Karya.

Laporan Akhir III-1

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Dalam pelaksanaannya RPI2JM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalam RPI2JM tersebut harus tertuang dalam rencana kerja /RKP/RKPD.

Dengan demikian jelas bahwa RPI2JM Bidang Cipta Karya merupakan perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/kota sampai dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPI2JM.

Gambar 3.1 Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2014-2019 dan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) Kab/Kota bidang Cipta Karya. Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum Program (MP) Provinsi.

Laporan Akhir III-2

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Gambar 2.1 memaparkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, yang membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional.

3.2 AMANAT PEMBANGUNAN NASIONAL TERKAIT BIDANG CIPTA KARYA

Amanat pembangunan nasional dimaksudkan sebagai suatu panduan dalam perencanaan pembangunan. Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan dan perencanaan nasional. Adapun dalam amanat pembangunan nasional yang dimaksudkan meliputi RPJP Nasional, RPJM Nasional, MP3EI, MP3KI, KEK dan Direktif Presiden.

3.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005 – 2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional yang merupakan jabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan nasional untuk masa 20 tahun ke depan yang mencakupi kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga tahun 2025. RPJP Nasional ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan beberapa hal sebagai berikut dalam pembangunan bidang Cipta Karya, yaitu: a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya

Laporan Akhir III-3

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan. b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. c. Salah satu sasaran dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek- proyek yang bersifat komersial. d. Upaya perwujudan kota tanpa permukiman kumuh dilakukan pada setiap tahapan RPJMN, yaitu:

 RPJMN ke 2 (2010-2014): Daya saing perekonomian ditingkatkan melalui percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerjasama antara pemerintah dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan dan permukiman.

 RPJMN ke 3 (2015-2019): Pemenuhan kebutuhan hunian bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh.

Laporan Akhir III-4

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 RPJMN ke 4 (2020-2024): terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

3.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional 2010 – 2014

RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Presiden hasil Pemilihan Umum tahun 2009. RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat berfungsi sebagai: a. Pedoman bagi Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga; b. Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas pemerintah daerah dalam mencapai sasaran Nasional yang termuat dalam RPJM Nasional; c. Pedoman Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah.

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 ini menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:

a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.

Laporan Akhir III-5

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk.

c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah perkotaan.

d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui: a. menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah, b. memastikan ketersediaan air baku air minum, c. meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman, d. meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan, e. meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi, f. meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman, g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur, i. meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta, j. mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

3.2.3 Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan ekonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. MP3EI merupakan langkah awal untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju dan termasuk 10 (sepuluh) negara besar di dunia pada tahun 2025 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif, berkeadilan dan berkelanjutan. Untuk mencapai hal tersebut,

Laporan Akhir III-6

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

diharapkan pertumbuhan ekonomi riil rata-rata sekitar 7-9 persen per tahun secara berkelanjutan.

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

Pelaksanaan MP3EI dilakukan untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi melalui pengembangan 8 (delapan) program utama yang terdiri dari 22 (dua puluh dua) kegiatan ekonomi utama. Strategi pelaksanaan MP3EI dilakukan dengan mengintegrasikan 3 (tiga) elemen utama yaitu: 1. Mengembangkan potensi ekonomi wilayah di 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia, yaitu: Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor Ekonomi Jawa, Koridor Ekonomi Kalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali–Nusa Tenggara, dan Koridor Ekonomi Papua – Kepulauan Maluku 2. Memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara global (locally integrated, globally connected) 3. Memperkuat kemampuan SDM dan IPTEK nasional untuk mendukung pengembangan program utama di setiap koridor ekonomi.

Dalam dokumen MP3EI tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

Pengembangan MP3EI difokuskan pada Kawasan Perhatian Investasi (KPI) yang diidentifikasikan sebagai satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang

Laporan Akhir III-7

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama. KPI dapat menjadi KPI prioritas dengan kriteria sebagai berikut:

a. Total nilai investasi pada setiap KPI yang bernilai signifikan

b. Keterwakilan Kegiatan Ekonomi Utama yang berlokasi pada setiap KPI

c. Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah terhadap sentra-sentra produksi di masing-masing KPI

d. Kesesuaian terhadap beberapa kepentingan strategis (dampak sosial, dampak ekonomi, dan politik) dan arahan Pemerintah (Presiden RI)

Berdasarkan arahan Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 Kabupaten Kepahiang termasuk ke dalam wilayah pengembangan MP3EI Koridor Ekonomi Sumatera dengan kegiatan sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan Lumbung Energi Nasional.

3.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI)

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Dalam MP3KI, upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia.

Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu: a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan, b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

Laporan Akhir III-8

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/P2KP, PPIP, Pamsimas, Sanimas dsb) serta Program Pro Rakyat.

3.2.5 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Dalam UU No. 39 Tahun 2009, Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. KEK terdiri atas satu atau beberapa zona, yaitu: Pengolahan ekspor; Logistik; Industri; Pengembangan teknologi; Pariwisata; Energi; dan/atau dan Ekonomi lain.

Pembentukan KEK tersebut dapat melalui usulan dari Badan Usaha yang didirikan di Indonesia, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah provinsi, yang ditujukan kepada Dewan Nasional. Selain itu, Pemerintah Pusat juga dapat menetapkan suatu wilayah sebagai KEK yang dilakukan berdasarkan usulan kementerian/lembaga pemerintah non kementerian. Sedangkan lokasi KEK yang diusulkan dapat merupakan area baru maupun perluasan dari KEK yang sudah ada. Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK harus memenuhi kriteria: a. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung b. Pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK; c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan, dan d. Mempunyai batas yang jelas.

Laporan Akhir III-9

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Di samping zona ekonomi, didalam KEK juga dilengkapi fasilitas pendukung dan perumahan bagi pekerja. Di dalam setiap KEK disediakan lokasi untuk usaha mikro, kecil, menengah (UMKM), dan koperasi, baik sebagai Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.

Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK. Berdasarkan arahan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Kabupaten Kepahiang tidak termasuk ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus maupun usulan lokasi Kawasan Ekonomi Khusus. Kawasan Ekonomi Khusus di wilayah Sumatera meliputi KEK Sei Mangke dan KEK Tanjung Api-api.

3.2.6 Direktif Presiden Progam Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatan kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

3.3 AMANAT PERATURAN PERUNDANGAN PEMBANGUNAN TERKAIT BIDANG CIPTA KARYA

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan, target Direktorat Jenderal Cipta Karya, dan Standar Pelayanan Minimal.

3.3.1 Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-Undang Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:

Laporan Akhir III-10

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi. b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman. d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota. f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman. h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu: a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

Laporan Akhir III-11

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR. f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota. g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Di samping mengatur tugas dan wewenang, Undang-Undang ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat. Undang-Undang ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

3.3.2 Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung merupakan undang– undang yang dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia dalam mengatur semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembangunan terutama Gedung, sehingga dapat dikontrol dan diuji kualitasnya. Undang–undang ini menjadi dasar pedoman pelaksanaan semua proses pembangunan geduang di Indonesia.

Dalam Undang–Undang No 28 Tahun 2002 dijelaskan bahawa bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,

Laporan Akhir III-12

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Adapun penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Di samping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut: a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building). b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya. c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

3.3.3 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau

Laporan Akhir III-13

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

longsor. Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan. Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya Undang- Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. Isu-isu timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua pihak (water is everyone's business).

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.

Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh

Laporan Akhir III-14

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu: a. Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah. b. Wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi; c. Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.

Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air.

3.3.4 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan

Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja), sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan fasilitas lainnya serta sampah spesifik. Yang terakhir ini adalah sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, dan sampah yang timbul secara tidak periodik.

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang ditujukan

Laporan Akhir III-15

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi: a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu, c. pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, d. pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, dan jumlah sampah, e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Dalam undang-undang pengelolaan sampah ini juga disebutkan larangan bagi setiap orang untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengimpor sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan beracun, mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

3.3.5 Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UU No. 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susun didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang

Laporan Akhir III-16

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan, dan peran masyarakat.

3.3.6 Target Direktorat Jenderal Cipta Karya

Dalam konteks nasional terdapat target dalam Bidang Cipta Karya yang diharapkan tercapai pada tahun 2020. Target tersebut adalah target 100-0-100, yaitu: a. Target capaian air minum tahun 2020 adalah 100% seluruh masyarakat Indonesia b. Target capaian rumah kumuh tahun 2020 adalah 0% di Indonesia c. Target capaian sanitasi tahun 2020 adalah 100% seluruh masyarakat Indonesia.

3.3.7 Permen PU No. 01 Tahun 2014 (Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya)

Standar Pelayanan Minimal untuk Bidang Cipta Karya menurut Permen PU No. 01 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang adalah:

a. Penyediaan Air Minum. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas layanan air minum permukiman perkotaan. Adapun target capaian tahun 2019 untuk SPM ini adalah 81,77% penduduk mendapatkan akses air minum yang aman melalui SPAM dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

b. Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan). Sanitasi adalah upaya untuk menjamin dan meningkatkan penyehatan lingkungan dalam suatu kawasan permukiman, termasuk pengumpulan, pengolahan, dan pembuangan air limbah, air hujan/drainase, dan sampah. Secara umum, sasaran yang ingin dicapai oleh SPM di sektor ini adalah meningkatnya kualitas sanitasi (air

Laporan Akhir III-17

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

limbah, persampahan dan drainase) permukiman perkotaan. Target pencapaian untuk SPM ini untuk tahun 2019 adalah:

i. Pengelolaan Air Limbah Permukiman. Target SPM untuk pengelolaan air limbah permukiman adalah 60% penduduk terlayani sistem pengelolaan air limbah yang memadai.

ii. Pengelolaan Sampah. Target SPM untuk pengelolaan sampah adalah 20% penduduk pengurangan sampah di perkotaan, 70% penduduk terlayani sistem pengangkutan sampah di perkotaan, dan 70% pengoperasian Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah.

iii. Drainase. Target SPM untuk drainase adalah 50% penduduk terlayani sistem jaringan drainase skala kota dan pengurangan luas genangan (lebih dari 30 cm selama 2 jam, lebih dari 2 kali setahun) sebanyak 50%.

c. Penataan Bangunan dan Lingkungan. Penataan bangunan dan lingkungan ini sangat terkait dengna penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh pemerintah kabupaten/kota, dan oleh pemerintah atau pemerintah provinsi untuk bangunan gedung fungsi khusus kepada pemilik bangunan gedung untuk kegiatan meliputi:

 Pembangunan bangunan gedung baru, dan/atau prasarana bangunan gedung;

 Rehabilitasi/renovasi bangunan gedung dan/atau prasarana bangunan gedung meliputi perbaikan/perawatan, perubahan, perluasan/pengurangan; dan

 Pelestarian/pemugaran.

Sasaran untuk SPM ini adalah meningkatnya tertib pembangunan gedung. Adapun target untuk SPM in pada tahun 2019 adalah jumlah IMB yang diterbitkan sebanyak 60%.

d. Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan, kepadatan, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Sasaran untuk SPM ini adalah berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan. Adapun target capaian SPM ini untuk tahun 2019 adalah berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebanyak 10%.

Laporan Akhir III-18

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

3.4 AMANAT INTERNASIONAL

Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.

3.4.1 Agenda Habitat

Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan.

Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan. Pemukiman manusia harus direncanakan, dikembangkan dan ditingkatkan dengan cara yang memperhitungkan penuh prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dan semua komponennya, sebagaimana tercantum dalam Agenda 21 dan terkait hasil dari Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan. Pembangunan pemukiman manusia berkelanjutan harus menjamin pembangunan ekonomi, kesempatan kerja dan kemajuan sosial, selaras dengan lingkungan. Ini mencakup prinsip-prinsip Deklarasi Rio tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan, yang merupakan hasil dari Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan, prinsip-prinsip pendekatan kehati-hatian, pencegahan polusi, perhatian terhadap daya dukung ekosistem, dan pelestarian peluang untuk generasi masa depan. Produksi, konsumsi dan transportasi harus dikelola dengan cara yang dapat melindungi dan melestarikan stok sumber daya. Ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peran penting dalam membentuk pemukiman manusia yang berkelanjutan dan mempertahankan ekosistem mereka.

3.4.2 Rio + 20

Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. KTT Rio+20 merupakan konferensi

Laporan Akhir III-19

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

PBB terbesar yang pernah diselenggarakan dengan jumlah peserta sebanyak 29.373 orang yang terdiri dari para pemimpin Pemerintah, bisnis dan organisasi kemasyarakatan, pejabat PBB, akademisi, wartawan dan masyarakat umum (Delegasi sekitar 12.000 orang, LSM dan Kelompok Utama 10.047 orang dan Media 3.989 orang).

KTT Rio+20 menyepakati Dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan penguatan komitmen untuk menuju pembangunan berkelanjutan (renewing political commitment). Dokumen ini memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002.

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: 1. Green Economy in the context of sustainable development and poverty eradication, 2. pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global (Institutional Framework for Sustainable Development), serta 3. kerangka aksi dan instrumen pelaksanaan pembangunan berkelanjutan (Framework for Action and Means of Implementation). Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs)post-2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs).

Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025). Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup, instansi Pemerintah terkait dan seluruh pemangku kepentingan akan menyusun langkah tindak lanjut yang lebih konkrit untuk pelaksanaan kebijakan di lingkup masing-masing.

Kebijakan Pemerintah Indonesia “pro-growth, pro-poor, pro-job, pro-environment” pada dasarnya telah selaras dengan dokumen The Future We Want. Dalam sesi debat umum, Presiden RI menekankan bahwa untuk mewujudkan tujuan utama pembangunan berkelanjutan yaitu pengentasan kemiskinan, diperlukan tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan yang berkelanjutan dengan pemerataan atau “Sustainable Growth with Equity”.

Laporan Akhir III-20

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Konferensi Rio+20 ini menghasilkan lebih dari US$ 513 Milyar yang dialokasikan dalam komitmen untuk pembangunan berkelanjutan, termasuk di bidang energi, transportasi, ekonomi hijau, pengurangan bencana, kekeringan, air, hutan dan pertanian. Selain itu terbangun sebanyak 719 komitmen sukarela untuk pembangunan berkelanjutan oleh pemerintah, dunia usaha, kelompok masyarakat sipil, universitas dan lain-lain.

3.4.3 Millenium Development Goals

Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma pembangunan global, dideklarasikan Konperensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000, (A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals). Deklarasi MDGs merupakan hasil perjuangan dan kesepakatan bersama antara negara-negara berkembang dan maju. Negera-negara berkembang berkewajiban untuk melaksanakannya, termasuk salah satunya Indonesia dimana kegiatan MDGs di Indonesia mencakup pelaksanaan kegiatan monitoring MDGs. Sedangkan negara- negara maju berkewajiban mendukung dan memberikan bantuan terhadap upaya keberhasilan setiap tujuan dan target MDGs.

Semua negara yang hadir dalam pertemuan tersebut berkomitment untuk mengintegrasikan MDGs sebagai bagian dari program pembangunan nasional dalam upaya menangani penyelesaian terkait dengan isu-isu yang sangat mendasar tentang pemenuhan hak asasi dan kebebasan manusia, perdamaian, keamanan, dan pembangunan. Deklarasi ini merupakan kesepakatan anggota PBB mengenai sebuah paket arah pembangunan global yang dirumuskan dalam beberapa tujuan yaitu:

1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan, 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua, 3. Mendorong Kesetaraan Gender, dan Pemberdayaan Perempuan, 4. Menurunkan Angka Kematian Anak, 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu, 6. Memerangi HIV/AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya, 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup, dan 8. Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan.

Laporan Akhir III-21

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Setiap tujuan menetapkan satu atau lebih target serta masing-asing sejumlah indikator yang akan diukur tingkat pencapaiannya atau kemajuannya pada tenggat waktu hingga tahun 2015. Secara global ditetapkan 18 target dan 48 indikator. Meskipun secara global ditetapkan 48 indikator namun implementasinya tergantung pada setiap negara disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan dan ketersediaan data yang digunakan untuk mengatur tingkat kemajuannya. Indikator global tersebut bersifat fleksibel bagi setiap negara.

Setiap tujuan (goals) dalam MDGs memiliki satu ataupun beberapa target pencapaian. Dimana antara satu goals MDGs satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Adapun pencapaian target (goals) MDGs dalam bidang Cipta Karya tercantum dalam Goal 7: Menjamin kelerstarian lingkungan hidup, dengan memaparkan target :

 Target 7C:

Menurunkan hingga separuhnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada tahun 2015.

 Target 7D:

Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

Adapun indikator MDGs dalam bidang Cipta Karya meliputi:

1. Air Minum yang Layak

Air minum yang layak, adapun indikator yang digunakan dalam pencapaian tersebut adalah:

 Sumber air minum yang layak meliputi air minum perpipaan dan air minum non- perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran dan/atau terlindung dari kontaminasi lainnya

 Sumber air minum layak meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan.

 Air Kemasan tidak dikategorikan sebagai sumber air minum layak terkait akses berkelanjutannya.

Laporan Akhir III-22

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

2. Sanitasi yang Layak

Indikator yang digunakan dalam pencapaian sanitasi yang layak adalah:  Sarana sanitasi yang aman, higienis dan nyaman yang dapat menjauhkan pengguna dan lingkungan di sekitarnya dari kontak dengan kotoran manusia,  Meliputi kloset dengan leher angsa, toilet guyur (flush toilet) terhubung dengan sistem pipa saluran pembuangan atau tangki septik, termasuk jamban cemplung (pit latrine) terlindung dengan segel slab dan ventilasi serta toilet kompos baik untuk pemakaian pribadi atau bersama

3. Permukiman Kumuh

Indikator dalam permukiman kumuh adalah :  Tidak adanya akses terhadap sumber air minum layak,  tidak adanya akses terhadap sanitasi dasar yang layak,  luas minimal lantai hunian >7,2 m2 per kapita (Permenpera Nomor 22/PERMEN/M/2008),  daya tahan material hunian.

Keterkaitan MDGs dengan pembangunan terpaparkan dalam target-target MDGS yang telah diakomodasikan dalam RPJMN sebagai suatu mainstreaming dalam bentuk program, indikator maupun target. Selain itu juga keterkaitan tersebut terlihat dalam adanya indikatif dukungan pembiayan.

Gambar 3.2 Keterkaitan MDGs dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Laporan Akhir III-23

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

3.4.4 Agenda Pembangunan Pasca 2015

Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel tersebut mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca- 2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs.

Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global pasca 2015, sebagai berikut:

1. Mengakhiri kemiskinan 2. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender 3. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup 4. Menjamin kehidupan yang sehat 5. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik 6. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi 7. Menjamin energi yang berkelanjutan 8. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan pertumbuhan berkeadilan 9. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan 10. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif 11. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai 12. Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong 13. pembiayaan jangka panjang.

Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut adalah: a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah, dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,

Laporan Akhir III-24

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%, c. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan pasokan air minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan sebanyak %, d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan dan dari industri sebelum dilepaskan.

Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan tersebut juga menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk bersama-sama untuk bekerja bukan tentang bantuan saja, melainkan juga mendiskusikan kerangka kebijakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

3.5 ARAHAN STRATEGIS BIDANG CIPTA KARYA DALAM PENATAAN RUANG DI KABUPATEN KEPAHIANG

3.5.1 Kabupaten Kepahiang dalam Konteks Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Rencana Tata Ruang Wilayah memuat arahan struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembangunan bidang Cipta Karya harus memperhatikan arahan struktur dan pola ruang yang tertuang dalam RTRW, selain untuk mewujudkan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan juga dapat mewujudkan tujuan dari penyelenggaraan penataan ruang yaitu keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan, keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, serta peRlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008. RTRWN merupakan peraturan yang dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan RPJPN; RPJMN; pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di

Laporan Akhir III-25

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

wilayah nasional; perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor; penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; penataan ruang untuk kawasan strategis nasional, dan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota. Penataan ruang wilayah nasional diperlukan untuk dapat mewujudkan:

a. ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; b. keharmonisan antara lingkungan alamdan lingkungan buatan; c. keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; d. keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia; e. keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; f. pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; g. keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah; h. keseimbangan dan keserasian kegiatan antar sektor; dan i. pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional.

Untuk dapat mencapai tujuan seperti tersebut di atas, diperlukan kebijakan penataan ruang yang dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut, di antaranya kebijakan struktur ruang dan kebijakan pola ruang.

Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki; dan b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah nasional.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi: a. pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan b. pencegahan dampak negatif kegiatan

Laporan Akhir III-26

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Kebijakan pengembangan kawasan budi daya meliputi: a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budi daya; dan b. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Kebijakan pengembangan kawasan strategis nasional meliputi: a. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional; b. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara; c. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalamperekonomian internasional; d. pemanfaatan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; e. pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa; f. pelestarian dan peningkatan nilai kawasan lindung yang ditetapkan sebagai warisan dunia, cagar biosfer, dan ramsar; dan g. pengembangan kawasan tertinggal untuk mengurangi kesenjangan tingkat perkembangan antarkawasan.

Arahan-arahan RTRW Nasional yang harus ditindaklanjuti dalam RPI2JM Kabupaten Kepahiang adalah arahan untuk Bidang Cipta Karya, penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dan Kawasan Strategis Nasional (KSN). Dalam RTRW Nasional, Kabupaten Kepahiang termasuk ke dalam PKL dan Kawasan Andalan Bengkulu dan Sekitarnya.

3.5.2 Kabupaten Kepahiang dalam Konteks Tata Ruang Wilayah Pulau Sumatera

A. Arahan Pola Pengelolaan Struktur Ruang Wilayah Pulau Sumatera

Arahan pengelolaan struktur ruang wilayah Pulau Sumatera ini terdiri atas : sistem pusat permukiman, dan sistem jaringan prasarana wilayah.

1. Arahan Pola Pengelolaan Sistem Pusat Permukiman

Laporan Akhir III-27

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Untuk penetapan PKN (Pusat Kegiatan Nasional), ternyata di Priopinsi Bengkulu tidak ditetapkan adanya PKN. Dalam penetapan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), di Propinsi Bengkulu ditetapkan 2 PKW, yaitu : Bengkulu, dan Manna; yang arah pengembangannya sebagai pusat pelayanan sekunder yang dibatasi perkembangannya sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Dalam penetapan Kabupaten Kepahiang termasuk PKL (Pusat Kegiatan Lokal) yang didorong pengembangannya. 2. Arahan Pola Pengelolaan Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Arahan pola pengelolaan sistem jaringan jalan Sumatera yang diprioritaskan penanganannya yang terletak di Propinsi Bengkulu meliputi : a. Pengembangan jaringan jalan Lintas Barat yang menghubungkan : Bandar Lampung – Manna – Bengkulu – Painan – Padang – Tarutung – Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh; b. Pengembangan jaringan jalan pengumpan Lintas Barat – Lintas Timur, yang menghubungkan : Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu.

Arahan pola pengelolaan jaringan jalan rel di wilayah Sumatera yang terkena dengan wilayah Propinsi Bengkulu adalah jaringan lintas cabang dengan prioritas tinggi pada ruas-ruas :  Tebing Tinggi – Bengkulu;  Bengkulu – Padang.

Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi laut yang diprioritaskan penanganannya yang terletak di Propinsi Bengkulu adalah :  Pelabuhan Pulau Baai, sebagai Pelabuhan Nasional dengan prioritas sedang;  Pelabuhan Enggano, sebagai Pelabuhan Pengumpan Regional dengan prioritas tinggi.

Arahan pengembangan jalur penyeberangan lintas pulau di Propinsi Bengkulu, yaitu jalur Enggano – Bengkulu.

Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana transportasi udara yang terletak di Propinsi Bengkulu adalah Bandar Udara Bengkulu, sebagai pelabuhan udara Pusat Penyebaran Sekunder dengan prioritas sedang.

Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana energi terdapat di Propinsi Bengkulu meliputi :

Laporan Akhir III-28

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Peningkatan kapasitas tenaga listrik pada PLTA Musi,  Pengembangan jaringan untuk : Curup – Lubuk Linggau.

Arahan pola pengelolaan sistem jaringan prasarana sumber daya air permukaan yang diprioritaskan penanganannya yang terdapat di Propinsi Bengkulu meliputi :  Satuan Wilayah Sungai (SWS) dengan prioritas tinggi pada SWS Musi,  Satuan Wilayah Sungai (SWS) dengan prioritas sedang pada SWS Lais-Bintunan, dan SWS Ipuh-Teramang.  Pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan irigasi teknis pada sentra- sentra produksi pangan nasional, yang meliputi : kawasan pertanian tanaman pangan di semua kabupaten, kawasan perkebunan di semua kabupaten, dan kawasan perikanan di Manna.

B. Arahan Pengelolaan Pola Pemanfaatan Ruang

Arahan pengelolaan pola pemanfaatan ruang meliputi : arahan pola pengelolaan kawasan lindung dan arahan pola pengelolaan kawasan budidaya.

1. Arahan Pola Pengelolaan Kawasan Lindung

Arahan pola pengelolaan kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya yang diprioritaskan penanganannnya adalah pengendalian luasan kawasan hutan lindung wilayah Sumatera yang meliputi 9.936.680 Ha, dan yang terletak di Propinsi Bengkulu adalah 328.500 Ha.

Arahan pola pengelolaan kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang diprioritaskan penanganannya di Propinsi Bengkulu mencakup :

 Pengelolaan Cagar Alam, meliputi : Konak, Daspetah I/II, Manna, Pagar Gunung I/II/III, Taba Penanjung, Cawang I/II, Dusun Besar, Raflesia Serbojadi I/II;  Pengelolaan Taman Buru, meliputi : Semidang Bukit Kabu, Gunung Nanu’ua;  Pengelolaan Taman Nasional, meliputi : Taman Nasional Kerinci-Sebelat (TNKS), dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS);  Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Rajo Lelo.

Arahan pola pengelolaan kawasan rawan bencana lingkungan yang diprioritaskan penanganannya di Propinsi Bengkulu mencakup :

 Pengendalian kota-kota dan kawasan budidaya dari bencana gempa bumi terutama di wilayah Kota Bengkulu dan Manna;

Laporan Akhir III-29

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Pengendalian kota-kota dan kawasan budidaya dari bencana gerakan tanah atau longsor di Kabupaten Rejang Lebong.

2. Arahan Pola Pengelolaan Kawasan Budidaya

Arahan pola pengelolaan kawasan andalan yang diprioritaskan penanganannya di Propinsi Bengkulu mencakup :  Penanganan kawasan dengan prioritas sedang pada Kawasan Andalan Bengkulu dan sekitarnya;  Penanganan kawasan dengan prioritas rendah pada Kawasan Andalan Manna dan sekitarnya.

Arahan pola pengelolaan kawasan andalan laut yang diprioritaskan penangannya di Propinsi Bengkulu mencakup :

 Penanganan kawasan dengan prioritas sedang pada Kawasan Andalan Laut Bengkulu;

 Pengembangan kota pantai di Manna, yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung budidaya kelautan.

C. Arahan Pola Pengelolaan Konflik Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

Arahan pola pengelolaan konflik lintas wilayah dan lintas sektor yang terkena dengan Propinsi Bengkulu adalah arah pengelolaan Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Arahan pola pengelolaan kawasan perbatasan lintas propinsi yang diprioritaskan penanganannya yang terkena dengan Propinsi Bengkulu adalah penanganan kawasan perbatasan antar propinsi yakni antara :

 Propinsi Bengkulu – Propinsi Sumatera Selatan – Propinsi Jambi;

 Propinsi Bengkulu – Propinsi Lampung – Propinsi Sumatera Selatan.

D. Keterkaitan Propinsi Bengkulu – Propinsi Sumatera Selatan

Secara administrasi, perbatasan antara kedua wilayah ini adalah antara Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Seluma, Kabupaten Bengkulu Selatan, dan Kabupaten Kaur di Propinsi Bengkulu dengan Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam,

Laporan Akhir III-30

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Kabupaten Muara Enim, dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan di Propinsi Sumatera Selatan.

Secara fisik geografis, perbatasan kedua wilayah ini selain komplek Pegunungan Bukit Barisan juga hamparan dataran lereng sisi timurnya. Salah satu yang menonjol adalah DAS Sungai Musi, di mana hulunya terdapat di Propinsi Bengkulu (Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang) sementara hilirnya di Propinsi Sumatera Selatan. Selain itu di bagian selatan terdapat pula DAS Luas, yang hulunya berada di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sementara hilirnya berada di Kabupaten Kaur.

Secara fungsi kawasan, yang sangat menonjol adalah kawasan lindung yakni Kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat di bagian utara, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di bagian selatan, serta hutan lindung di punggungan pegunungan di bagian tengah. Selain itu terdapat juga kawasan budidaya yang menerus di bagian tengah (Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang dengan Kabupaten Musi Rawas, Kota Lubuk Linggau dan Kabupaten Lahat).

Dari aspek ekonomi dan transportasi hubungan sangat menonjol antara Propinsi Bengkulu dengan Propinsi Sumatera Selatan ini, terutama dengan adanya jaringan jalan yang menghubungkannya. Arus pemasaran produksi wilayah dan arus distribusi bahan kebutuhan antara kedua wilayah ini sangat menonjol, demikian juga dengan mobilitas penduduk. Jaringan jalan yang dapat mengindikasikan adanya keterkaitan yang kuat tersebut adalah :  Jalan Bengkulu – Curup – Lubuk Linggau;  Jalan Kepahiang – Pagar Alam – Lahat;  Jalan Manna – Tanjung Sakti – Pagar Alam;  Jalan Tanjung Iman – Muara Sahung – Pulau Beringin – Muara Dua – Baturaja.

Secara sosial-budaya keterkaitan antara kedua wilayah ini sangat kuat, di mana adat, agama, dan bahasa uang sama. Bahkan diidentifikasikan bahwa sebagian besar suku yang berada di Propinsi Bengkulu berkaitan dengan suku yang berada di Propinsi Sumatera Selatan. Dari aspek historis pemerintahan keterkaitan tersebut memang kuat, karena sebelumnya Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Lampung dan Propinsi Bengkulu adalah merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Selatan sebelum pemekaran.

Laporan Akhir III-31

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

3.5.3 Kabupaten Kepahiang dalam Konteks Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bengkulu

A. Struktur Ruang Provinsi Bengkulu

1. Kabupaten Kepahiang Sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp)

Kabupaten Kepahiang dengan mengacu pada Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi, dan memperhatikan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yang berbatasan, ibukota kabupaten Kepahiang yaitu Kota kepahiang (Kecamatan Kepahiang) dipromosikan menjadi Pusat Kegiatan Wilayah atau yang bisa disebut Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp). Hal ini berdasarkan kriteria penilaian sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri, perdagangan dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

Berdasarkan kondisi saat ini dan juga melihat kebutuhan pada saat mendatang, Kota Kepahiang tidak dapat dipisahkan dari fungsinya sebagai pusat kegiatan perkonomian bagi Kabupaten Kepahiang dan beberapa kabupaten di wilayah Provinsi Bengkulu. Dengan semua fasilitas yang ada khususnya untuk menunjang perekonomian dan sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian dan perkebunan dan hasil sumberdaya alam lain di Kabupaten Kepahiang, untuk itu perlu ditingkatkan pelayanannya dengan memperbaiki dan menyempurnakan sistem pelayanan sesuai dengan fungsi yang diembannya.

Beberapa fasilitas yang mendukung Kota Kepahiang sebagai PKWp, meliputi: Perkantoran Kabupaten; Pelayanan dan jasa penunjang kegiatan pemerintahan; Pusat pemerintahan kabupaten; Pusat perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan beberapa kabupaten; Simpul transportasi untuk beberapa kabupaten; Pusat kegiatan Pertanian dan Perkebunan (teh) skala wilayah; Pariwisata Alam.

2. Kabupaten Kepahiang memiiki Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Selain Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Bengkulu ditetapkan bahwa ada 1 (satu) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Kabupaten Kepahiang yang melayani wilayah di Kabupaten Kepahiang, Pusat Kegiatan Lokal tersebut ditetapkan di Kecamatan yaitu Kota Keban Agung.

Laporan Akhir III-32

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Kota Keban Agung berfungsi sebagai pusat perkantoran kecamatan, yang melayani beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Kepahiang, Kota Keban Agung memiliki fungsi pelayanan perdagangan dan jasa. Beberapa fasilitas yang mendukung Kota Keban Agung sebagai PKL pusat primer dengan fungsi jasa dan pemerintahan meliputi: Perkantoran Kecamatan; Pusat Pemerintahan Kecamatan; Pusat Perdagangan dan jasa skala lokal; Pusat Pertanian dan Perkebunan karet, kelapa sawit, kopi dan kelapa skala lokal.

3. Rencana Sistem Jaringan Transportasi pada Kabupaten Kepahiang

Pengembangan, pemantapan dan pembangunan jaringan jalan penghubung yang berfungsi menghubungkan Jalan Lintas Barat dengan Jalan Lintas Tengah Sumatera, yaitu: pemantapan jaringan jalan arteri primer meliputi Nakau-Batas Kota Kepahiang, Jalan Santoso, Jalan Lintas Bengkulu di kepahiang, Batas Kota Kepahiang– SP Taba Mulan – Batas Kota Curup, Jalan Thamrin, Jalan Merdeka, Jalan A. Yani, Curup – S. Nangka, SP. Nangka – Batas Prov. Sumsel;

4. Rencana Sistem dan Strategi Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air

Strategi pengembangan prasarana irigasi, meliputi: pengembangan jaringan irigasi diutamakan untuk mengairi areal pertanian potensial yang antara lain wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Kaur, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Seluma, dan Kabupaten Bengkulu Selatan.

Rencana Pengembangan dan Kriteria Sistem Jaringan Sumber Daya Air Lintas Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Pengelolaan wilayah sungai lintas provinsi beserta DAS yang termasuk di dalamnya, meliputi: WS Musi (Sumatera Selatan – Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Musi, DAS Lakitan, DAS Kelingi, DAS Rawas, DAS Semangus, dan DAS Batanghari Leko).

B. Pola Ruang Provinsi Bengkulu

1. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung Provinsi Bengkulu yang ada di Kabupaten Kepahiang adalah:

Kawasan hutan lindung tersebut dengan luas seluruhnya kurang lebih 9.588 (sembilan ribu lima ratus delapan puluh delapan) hektar meliputi : kawasan hutan lindung Bukit Daun di kecamatan Kepahiang, dan dengan

Laporan Akhir III-33

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

luas kurang lebih 7.829 (tujuh ribu delapan ratus dua puluh sembilan) hektar; kawasan hutan lindung Konak di kecamatan Kepahiang dengan luas kurang lebih 11 (sebelas) hektar; kawasan hutan lindung Rimbo Donok di kecamatan Bermani Ilir dan kecamatan Tebat Karai dengan luas kurang lebih 433 (empat ratus tiga puluh tiga) hektar; dan kawasan hutan lindung Bukit Balai Rejang di Kecamatan Muara Kemumu dengan luas kurang lebih 1.315 (seribu tiga ratus lima belas) hektar.

2. Kawasan Suaka, Kawasan Pelestarian Alam, dan Cagar Alam, dan Taman Hutan Raya terdiri atas:

Taman wisata alam berupa taman wisata alam Bukit Kaba, terletak di Kecamatan dengan luas kurang lebih 8.518 (delapan ribu lima ratus delapan belas) hektar. Kawasan cagar alam meliputi: Cagar Alam Pagar Gunung 1 Register 105 di Kecamatan Kepahiang dengan luas kurang lebih 1,80 (satu koma delapan puluh) hektar; Cagar Alam Pagar Gunung 2 Register 105A di Kecamatan Kepahiang dengan luas kurang lebih 0,80 (nol koma delapan puluh) hektar; Cagar Alam Pagar Gunung 3 Register 105B di Kecamatan Kepahiang dengan luas kurang lebih 0,25 (nol koma dua puluh lima) hektar; Cagar Alam Pagar Gunung 4 Register 106A di Kecamatan Kepahiang dengan luas kurang lebih 0,22 (nol koma dua puluh dua) hektar; dan Cagar Alam Pagar Gunung 5 Register 106B.

3. Kawasan Lindung Geologi:

Kawasan lindung geologi di Kabupaten Kepahiang meliputi Kawasan rawan gerakan tanah terletak di Kecamatan Ujan Mas, Kepahiang, Tebat Karai, Kabawetan, Muara Kemumu dan Seberang Musi. Kawasan rawan bencana letusan gunung berapi Bukit Kaba denhan daerah bahaya dengan radius 5 (lima) kilometer dari pusat erupsi terletak di: Kecamatan ; Kecamatan Kabawetan; dan Kecamatan Ujan mas. Daerah waspada dengan radius 10 (sepuluh) kilometer dari pusat erupsi terletak di daerah-daeah sekitar aliran sungai yang berhulu di sekitar Bukit Kaba.

Kawasan rawan bencana akibat pergeseran patahan Semangko dengan kerentanan tinggi terletak di wilayah kecamatan: Tebat Karai; Seberang Musi; Muara Kemumu; Ujan Mas; Kabawetan; dan Kepahiang.

4. Pengembangan Kawasan Budidaya

Kawasan peruntukan perkebunan tersebar di wilayah Kabupaten Seluma, Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara,

Laporan Akhir III-34

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang. Adapun kawasan pengembangan perkebunan di Kabupaten Kepahiang dengan luas kurang lebih 25.535 (dua puluh lima ribu lima ratus tiga puluh lima) hektar tersebar di seluruh wilayah kecamatan di wilayah kabupaten.

Kawasan peruntukan perikanan di Provinsi Bengkulu salah satunya terdapat pada pengembangan kawasan budi daya perikanan darat di Kabupaten Kepahiang. pengembangan kegiatan budidaya ikan di kolam air deras terletak di wilayah Kecamatan Kepahiang; Bermani Ilir; dan Tebat Karai. Sedangkan sarana dan prasarana berupa Balai Benih Ikan (BBI) Kepahiang seluas 51.650 (lima puluh satu ribu enam ratus lima puluh) meter persegi terletak di Desa Peraduan Binjai Kecamatan Tebat Karai.

Kawasan pertambangan di Provinsi Bengkulu khususnya di Kabupaten Kepahiang meliputi pasir kuarsa, mineral, batu bara, panas bumi, emas, andesit, dan marmer meliputi: Kecamatan Seberang Musi mencakup kawasan pertambangan batu bara dan emas, Kecamatan Ujan Mas mencakup kawasan pertambangan batu bara dan mas; Kecamatan Kabawetan mencakup sumber daya energi panas bumi; Kecamatan Kepahiang mencakup kawasan pertambangan kaolin, andesit, pasir vulkanik dan pasir kerakal; Kecamatan Tebat Karai mencakup kawasan pertambangan andesit; Kecamatan Muara Kemuru mencakup kawasan pertambangan obsidian; Kecamatan Bermani Ilir mencakup kawasan pertambangan andesit dan obsidian; dan Kecamatan Merigi mencakup kawasan pertambangan pasir vulkanik, pasir kerakal.

Kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Kepahiang diarahkan untuk permukiman berkepadatan sedang yaitu Kota Kepahiang di Kecamatan Kepahiang; Kecamatan Ujan Mas; dan Kecamatan Tebat Karai.

Kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Kepahiang difokuskan kepada wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan. Kawasan wisata alam meliputi: Wisata Alam Kebun Teh di Kecamatan Kabawetan; Wisata Alam Bukit Kaba, Danau Musi Surau Ilir, danau Salak, Pembangkit Listrik (PLTA) Musi di Kecamatan Ujan Mas; Hutan Wisata Konak, Bunga Raflesia, Bunga Kibut, Bukit Jupi di Kecamatan Kepahiang; dan Air terjun Curug Embun, air terjun Bukit Hitam, air terjun Curug Gayung, air terjun air Belimbing, air terjun Tugu Rejo, air terjun Suka Sari, air terjun

Laporan Akhir III-35

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Curug Tembak, air terjun Curug layak, air terjun Bertingkat, air terjun Karang Endah, air terjun Air Ketapang, air terjun Pering, air terjun Air Durian, air terjun Curug Trombone dan air Panas. Kawasan wisata budaya meliputi: Situs Kebun Teh, Graha Utama, Pabrik Teh, Mes Pegawai Kebun Teh yang berada di Kecamatan Kabawetan; Situs Masjid Jamik, Gereja Katolik, Situs Benteng Kuto Aur, Meriam Kuno, Makam Kolonel Santoso, Abjad Rikung, Podium Semen Lapangan Santoso yang berada di Kecamatan Kepahiang; Situs Meriam Kuno dan Corong Sakti yang berada di Kecamatan Seberang Musi; Situs Batu Menhir Keris dan Batu Menhir Belarik yang berada di Kecamatan Bermani Ilir; Pure suro Bali, Situs Keramat Tik Kotok di Kecamatan Tebat Karai; dan Situs Kuburan Panjang di kecamatan Muara Kemumu. Situs rumah pesirah Bermani Ilir di Kecamatan Bermani Ilir. Kawasan wisata buatan berupa wisata arung jeram di Desa Muara Langkap Kecamatan Bermani Ilir.

3.5.4 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepahiang

Rencana Tata Ruang Kabupaten Kepahiang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kepahiang Nomor 08 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kepahiang Tahun 2012 - 2032. Dalam penyususnan dokumen RPI2-JM Bidang Cipta Karya, hal-hal yang perlu diperhatikan dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota di antaranya adalah sebagai berikut: a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan pertahanan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya serta pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi. b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup 1. Arahan pengembangan pola ruang  Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya; dan  Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. 2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan. c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana.

Laporan Akhir III-36

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

A. Arahan Struktur Ruang

Untuk arahan struktur ruang yang tercantum dalam RTRW Kabupaten Kepahiang yang terkait dengan bidang Cipta Karya diantaranya rencana pengembangan sistem drainase, rencana prasarana air baku untuk air bersih dan rencana sistem penyediaan air minum, rencana prasarana air baku untuk air bersih dan rencana sistem penyediaan air minum, rencana pengelolaan sistem persampahan, rencana pengelolaan limbah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair dan limbah B3.

a. Rencana Pengembangan Sistem Drainase

Sistem jaringan drainase Kabupaten Kepahiang merupakan sistem drainase tercampur. Pada saat ini air limpasan hujan dan air limbah domestik masyarakat dialirkan dalam satu saluran (tercampur) dan juga sistem drainase di Kabupaten Kepahiang masih mengandalkan jaringan drainase alam yaitu dengan memanfaatkan sungai-sungai yang mengalir di Kabupaten Kepahiang.

Dengan bertambahnya luas lahan yang dipergunakan sebagai lahan untuk membangun perumahan, industri, sarana dan prasarana, maka daya serap tanah semakin berkurang untuk menahan air hujan, dimana ketinggian muka air dan debit sungai cepat terpengaruh oleh jumlah intensitas hujan. Hal tersebut mengakibatkan daya tampung sungai dan saluran drainase tidak mampu menampung aliran air yang pada akhirnya daerah-daerah rendah yang dilalui oleh aliran sungai atau aliran saluran drainase akan terkena luapan yang mengakibatkan terjadi genangan dan banjir, selain itu ada juga beberapa faktor lainnya yang mengakibatkan banjir di Kabupaten Kepahiang yaitu:

 Pendangkalan saluran akibat endapan lumpur yang berkepanjangan, sehingga akan memperkecil penampang saluran. Dari hal tersebut air yang dapat dialirkan melalui saluran menjadi berkurang, dan akibatnya air menjadi meluap keluar badan saluran akhirnya terjadilah banjir,

 Terjadi sedimentasi dan hambatan sampah pada sebagian besar saluran drainase yang ada. Sehingga aliran airnya terhambat pada musim hujan.

Laporan Akhir III-37

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Kerusakan lingkungan yang terjadi di daerah hulu sungai, sehingga aliran permukaan “Run Off” yang terjadi semuanya masuk ke sungai dan tidak dapat meresap ke dalam tanah.

Untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka perlu pengembangan dan penataan sistem drainase dengan cara menyusun Outline Plan Drainase yang merupakan penanganan drainase secara umum dan menyeluruh. Outline Plan ini disesuaikan dengan rencana kota dan program-program prasarana yang telah ada. Outline Plan Drainase yang akan disusun meliputi jaringan pembuangan utama, saluran sekunder serta sungai-sungai atau pembuangan alamiah yang berfungsi sebagai badan air penampung kota yang masih terletak dalam batas administrasi wilayah perencanaan.

Beberapa kriteria dalam rencana pengembangan sistem drainase yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut :

 Saluran drainase dibuat sedemikian sehingga terjadi aliran secara gravitasi dengan mengikuti bentuk kontur alam.

 Saluran drainase perlu memanfaatkan saluran alam yang ada dan dengan melakukan perbaikan secepatnya.

 Saluran drainase perlu dibatasi kanan–kirinya dengan garis sempadan yang lebarnya cukup untuk melakukan kegiatan perawatan saluran.

 Saluran drainase perlu direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi pengendapan sedimentasi namun tidak terjadi gerusan.

Kecepatan aliran di saluran drainase dibedakan sebagai berikut :

 Saluran dengan lapis perkerasan, kecepatan alirannya berkisar antara 0,60 m/det untuk mencegah pengendapan sedimentasi dan 3,0 m/det untuk keamanan.

 Saluran tanpa lapis perkerasan, kecepatan alirannya berkisar antara 0,60 m/det untuk mencegah pengendapan dan 1,50 m/det untuk mencegah gerusan.

 Untuk daerah komersial dan pusat kota yang padat disarankan pemakaian saluran drainase tertutup yang pada setiap 50-100 m perlu dipasang lubang pemeriksaan (manholes).

Laporan Akhir III-38

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Jika dasar saluran drainase terletak di bawah muka air tanah (khususnya pada musim hujan), perlu dibuat lubang-lubang di bagian bawah saluran untuk memberi kesempatan air tanah masuk, sehingga mengurangi kemungkinan dinding dan dasar saluran pecah karena gaya ke atas air tanah.

 Kriteria sistem pengaliran air hujan dan kapasitas saluran adalah sebagai berikut :  Pengaliran air hujan dari jatuhnya sampai ke lokasi badan air penerima harus secepat mungkin.  Jalur saluran sependek mungkin.  Kecepatan aliran air dalam saluran tidak boleh mengakibatkan kerusakan saluran akibat erosi.  Kemiringan dasar saluran diusahakan mengikuti permukaan tanah.

 Pelengkap saluran drainase adalah :

 Manhole, digunakan pada saluran tertutup yang berfungsi untuk kepentingan perawatan saluran.

 Street intel, digunakan sebagai penyalur aliran menuju saluran di tepi jalan.

 Gorong-gorong digunakan pada saluran yang melintasi jalan, memanfaatkan sistem jaringan drainase yang ada secara maksimal, baik sungai, anak sungai, maupun saluran-saluran alam lainnya.

Rencana pengembangan sistem drainase di Kabupaten Kepahiang umumnya terbagi menjadi dua yaitu:

 Arahan Pengembangan Sistem Drainase Utama (mayor drainase)

Sistem ini adalah sistem drainase penyalur dari darinase pengumpul ke daerah outfull yaitu saluran alam atau sungai. Pengembangan dan penataan saluran drainase utama di wilayah perencanaan meliputi pengembangan dan penataan Sistem Aliran pada sungai – sungai yang tersebar di wilayah perencanaan, terutama sungai – sungai besar diantaranya adalah Sungai Langkap, Sungai Sempiang, Sungai Musi, Sungai Ketapang dan lainnya.

 Rencana Pengembangan Saluran Drainase Pengumpul (minor drainase)

Saluran drainase ini merupakan saluran pengumpul debit air yang berasal dari perumahan dan permukiman, perdagangan, perkantoran, industri dan lain-lain. Saluran berfungsi mengumpulkan dan mengalirkan air hujan dari lingkungan

Laporan Akhir III-39

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

terkecil ke saluran drainase utama. Saluran minor ini terbagi menjadi 3 saluran drainase yaitu meliputi saluran primer, sekunder dan tersier.

Beberapa kriteria dalam rencana pengembangan sistem drainase yang perlu diterapkan adalah sebagai berikut :

 Saluran drainase dibuat sedemikian sehingga terjadi aliran secara gravitasi dengan mengikuti bentuk kontur alam.

 Saluran drainase perlu memanfaatkan saluran alam yang ada dan dengan melakukan perbaikan secepatnya.

 Saluran drainase perlu dibatasi kanan – kirinya dengan garis sempadan yang lebarnya cukup untuk melakukan kegiatan perawatan saluran.

 Saluran drainase perlu direncanakan sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi pengendapan sedimentasi namun tidak terjadi gerusan.

 Kecepatan aliran di saluran drainase dibedakan sebagai berikut :

 Saluran dengan lapis perkerasan, kecepatan alirannya berkisar antara 0,60 m/det untuk mencegah pengendapan sedimentasi dan 3,0 m/det untuk keamanan;

 Saluran tanpa lapis perkerasan, kecepatan alirannya berkisar antara 0,60 m/det untuk mencegah pengendapan dan 1,50 m/det untuk mencegah gerusan.

 Untuk daerah komersial dan pusat kota yang padat disarankan pemakaian saluran drainase tertutup yang pada setiap 50-100 m perlu dipasang lubang pemeriksaan (manholes).

 Jika dasar saluran drainase terletak di bawah muka air tanah (khususnya pada musim hujan), perlu dibuat lubang-lubang di bagian bawah saluran untuk memberi kesempatan air tanah masuk, sehingga mengurangi kemungkinan dinding dan dasar saluran pecah karena gaya ke atas air tanah.

 Kriteria sistem pengaliran air hujan dan kapasitas saluran adalah sebagai berikut :

 Pengaliran air hujan dari jatuhnya sampai ke lokasi badan air penerima harus secepat mungkin;

 Jalur saluran sependek mungkin;

Laporan Akhir III-40

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Kecepatan aliran air dalam saluran tidak boleh mengakibatkan kerusakan saluran akibat erosi.

 Kemiringan dasar saluran diusahakan mengikuti permukaan tanah

 Pelengkap saluran drainase adalah :

 Manhole, digunakan pada saluran tertutup yang berfungsi untuk kepentingan perawatan saluran

 Street intel, digunakan sebagai penyalur aliran menuju saluran di tepi jalan

 Gorong - gorong digunakan pada saluran yang melintasi jalan

Rencana pengembangan sistem prasarana drainase meliputi:  program antisipsi banjir wilayah perkotaan;  peningkatan kapasitas buangan air limbah;  operasional dan pemeliharaan saluran pembuangan permukiman; dan  sosialisasi dan perkuatan kelembagaan.

b. Rencana Prasarana Air Baku untuk Air Bersih dan Rencana Sistem Penyediaan Air Minum

Sistem jaringan air baku Kabupaten Kepahiang yang bisa didapatkan berupa air bawah tanah atau bisa disebut sebagai mata air ditetapkan di sumber mata air WestKust di Kecamatan Kepahiang.

1. Rencana Sistem Penyediaan Air Bersih

Rencana pengembangan sistem prasarana air bersih, meliputi:  peningkatan jangkauan dan pelayanan air bersih di wilayah kabupaten;  pengembangan sarana dan prasarana pendukung air bersih di wilayah Kabupaten;  peningkatan kualitas dan kuantitas air hasil olahan sesuai dengan peraturan yang berlaku mengenai air minum;  optimalisasi pemanfaatan sumber air bersih dengan memanfaatkan kapasitas yang belum terpakai;  menekan penurunan kehilangan air pada sistem perpipaan sesuai dengan standar pelayanan bidang air minum; dan  peningkatan kualitas sumber daya pengelola dan pengembangan air bersih.

Laporan Akhir III-41

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

2. Penyediaan Sistem Air Bersih Perpipaan

Untuk dapat memenuhi kebutuhan air bersih pada masa yang akan datang di wilayah perencanaan perlu dilakukan langkah-langkah strategis dalam upaya mengatasi masalah kebutuhan air pada masa mendatang, yang meliputi :  Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Kepahiang berkaitan dengan pengembangan sumber – sumber air baku.  Merehabilitasi instalasi dan pembangun jaringan pipa air bersih yang ada dalam upaya meningkatan kapasitas dan mengurangi tingkat kebocoran.  Konservasi yang ketat untuk daerah hutan lindung yang berfungsi konservasi air yang sekaligus tanah.  Menyediakan hidran umum (HU) untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan standart pelayanan 30 l/orang/hari.

Fasilitas penyediaan air bersih yang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi aktivitas-aktivitas yang teralokasi dalam wilayah perencanaan meliputi seluruh jaringan distribusi ke seluruh lokasi-lokasi kegiatan yang dialokasikan. Pemenuhan air bersih yang menuju ke jaringan distribusi diambil melalui jaringan induk, jaringan sekunder dan jaringan tersier terdekat dengan lokasi kegiatan.

Daerah pelayanan ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pembebanan debit air yang akan didistribusikan keseluruh daerah pelayanan dan tingkat aktivitas yang direncanakan pada wilayah yang dilayani. Besarnya kebutuhan air bersih yang digunakan untuk menentukan debit air bersih jaringan distribusi ditetapkan berdasarkan :

 Jenis aktivitas;  Rasio daya dukung tiap aktivitas terhadap jumlah orang yang terlibat dalam kegiatan;  Tingkat kebutuhan air dalam kegiatan; dan  Standar perencanaan, yaitu sekitar 120 liter/orang/hari, dengan kebutuhan non domestik adalah 20 % dari total kebutuhan domestik.

Untuk lebih jelasnya mengenai prediksi kebutuhan air bersih dan rencana pengembangan pelayanan air bersih di Kabupaten Kepahiang sampai akhir tahun perencanaan dapat dilihat pada Tabel 3.1. dan Gambar 3.3.

Laporan Akhir III-42

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Tabel 3.1 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih di Kabupaten Kepahiang

Tahun No Uraian Satuan 2010 2015 2020 2025 2030 1 Penduduk Jiwa 2 Tingkat Pelayanan 3 a Sistem Perpipaan % 25 40 60 75 80 4 Penduduk dilayani Jiwa 35836 48379 81639 112254 137766 5 b Sistem non perpipaan % 75 60 40 25 20 6 Penduduk dilayani Jiwa 123436 130802 119939 114522 117356 7 Sistem pelayanan 8 a Sambungan langsung % 80 80 80 80 80 9 Penduduk dilayani Jiwa 28669 48379 48379 81639 112254 10 b Kran umum % 20 20 20 20 20 11 Penduduk dilayani Jiwa 917 1238 2090 2874 3527 12 Pemakaian Air 13 a Sambungan langsung l/o/h 120 120 120 120 120 14 b Kran umum l/o/h 30 30 30 30 30 15 Kebutuhan air Domestiki 16 a Sambungan langsung L/Dtk 39,8 53,8 53,8 90,7 153,1 17 b Kran Umum L/Dtk 0,32 0,43 0,79 1 1,22 Jumlah Kenutuhan 18 L/Dtk 40,14 54,18 91,44 125,72 154,3 Domestik Jumlah Kebutuhan Non 19 L/Dtk 0,135 0,182 0,182 0,422 0,51 Domestik Jumlah Kebutuhan 20 L/Dtk 0,027 0,036 0,036 0,084 0,102 Domestik dan non Domestik 21 Target Kebocoran % 25 25 25 25 25 22 Debit Kebocoran L/Dtk 10,1 13,6 13,6 22,9 38,7 Total Kebutuhan Air 88,09 118,93 200,69 275,95 338,64

Sumber : Hasil Rencana Tahun 2011.

Penyediaan air bersih di Kabupaten Kepahiang diarahkan sebagai berikut :  Sistem sambungan langsung dengan sumber air dari PDAM diarahkan melayani kawasan perkotaan, pusat kegiatan komersil, industri maupun pusat pemerintahan. Daerah-daerah ini merupakan daerah yang menjadi kawasan perkotaan yang tersebar di sekitar Kecamatan Kepahiang dan Ujan Mas.  Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan sumber dari PDAM, diarahkan melayanai daerah diluar kawasan perkotaan. Daerah ini meliputi daerah-daerah yang tidak termasuk dalam kawasan perkotan Kabupaten Kepahiang. Untuk pengelolaannya dapat dilakukan oleh PDAM sendiri atau

Laporan Akhir III-43

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

diserahkan kepada masyarakat setempat dengan membentuk kelompok pemakai air.  Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat, system ini diarahkan untuk wilayah yang belum mendapat pelayanan air bersih dari PDAM seperti di Kecamatan Seberang Musi.

3. Penyediaan Sistem Air Bersih Non Perpipaan Dalam sistem penyediaan air bersih non perpipaan, usaha yang diperlukan adalah melakukan perlindungan terhadap air tanah agar tetap terjaga keseimbangan yang terus menerus, karena eksploitasi air tanah dangkal yang berlebihan akan menyebabkan menurunnya kualitas dan kuantitas air tanah dangkal tersebut. Salah satu upaya untuk melakukan perlindungan terhadap air tanah dangkal yaitu dengan merencanakan atau mensosialisasikan pemanfaatan Sumur Resapan Air Hujan. Sumur resapan air hujan adalah sarana untuk penampungan air hujan dan meresapnya ke dalam tanah. Bangunan ini dibuat seperti bentuk sumur serta berfungsi sebagai resapan sehingga dinamakan Sumur Resapan. Lokasi sumur resapan ditempatkan pada lahan kosong agar memudahkan dalam pengoperasiaanya dan mudah dalam mengumpulkan air hujan, tipe sumur resapan akan tergantung pada luas lahan dan tipe rumah. Meskipun Kabupaten Kepahiang masih merupakan wilayah dengan lahan non terbangun cukup luas, namun konsep sumur resapan sudah dapat diterapkan,

c. Rencana Pengelolaan Sistem Persampahan

1. Rencana Sistem Jaringan Persampahan Sampah Kota Kepahiang berasal dari rumah tangga, pasar, perkantoran, puskesmas, hotel, pertanian, rumah makan, dan lain–lain. Jumlah sampah domestik di Kota Kepahiang dan wilayahnya di Kabupaten Kepahiang cenderung meningkat setiap tahun. Berdasarkan data Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kepahiang, pada tahun 2007, rata–rata timbunan sampah Kota Kepahiang adalah sekitar 50 m3/hari atau sekitar 25 ton per hari. Pengelolaan sampah di Kota Kepahiang hanya dilakukan dengan sistem open dumping, dimana timbulan sampah harian yang terkumpul di kota diangkut ke pemrosesan akhir (TPA) tanpa pengelolaan 3 R (reduce, reuse, dan recyle) pada sumbernya. Untuk TPA di Kabupaten Kepahiang jumlah sampah yang masuk sekitar 40 m3/hari atau

Laporan Akhir III-44

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

20 ton per hari, yang berasal dari sampah rumah tangga dan sampah pasar dari Kota Kepahiang, dengan jumlah armada mobil sekitar 4 mobil per truk per hari. Saat ini, pada umumnya sampah kota Kepahiang di buang ke TPA dan sebagian kecil dibuang ke lingkungan sekitar rumahnya. Sedangkan sampah di wilayah pedesaan umumnya dibuang ke lingkungan. Lokasi TPA di Kabupaten Kepahiang terletak di Kecamatan Bermani Ilir, dengan luas sekitar 1,5 hektar. Pada TPA tersebut tidak dilengkapi fasilitas yang standar untuk sebuah TPA. Pada TPA tersebut belum ditemukan batas jelas yang memisahkan areal TPA dengan areal disekelilingnya. Cara pembuangan sampahnya masih sangat konvensional hanya dengan membuang sampah secara langsung dengan menggunakan dump truk tanpa ada perlakuan lanjutan. Sarana dan prasarana yang menjadi prasyarat suatu TPA juga tidak ada seperti : rumah kerja untuk karyawan, alat berat, peta lokasi, saluran pembuangan lindi, limbah penampungan lindi, pipa pembuangan gas metan, dan sarana prasarana lainnya. Pada TPA sampah ini tidak ada bangunan kantor, batas TPA, drainase, pengelolaan lindi, penanganan gas, pengaturan lahan atau zonasi, fasilitas sumur pntau, serta pencatatan volume sampah yang masuk. Sekitar 200 – 300 meter di depan TPA mengalir Sungai Musi yang menjadi sumber air masyarakat di sebelah hilirnya. Dalam jangka panjang, resapan air lindinya akan berpotensi mencemari Sungai Musi tersebut. Bila tidak ada kebijakan yang bersifat menyeluruh dan konsisten dalam pengelolaan sampah kota oleh pihak pemerintah kabupaten, kecenderungan kondisi fisik TPA ini akan menurun dari tahun ke tahun. Berdasarkan letak koordinatnya, lokasi TPA Kepahiang saat ini terletak di dalam kawasan Hutan Lindung Rimbo Donok. Pemerintah Kabupaten, telah mencari lahan baru yang akan digunakan sebagai lokasi TPA yang baru yaitu tepatnya di Muara Langkap Kecamatan Bermani Ilir; dengan pertimbangan bahwa TPA yang ada sekarang terletak di kawasan hutan dan juga sekitar 200 – 300 meter ke arah selatan ada sungai Musi yang menjadi sungai utama di Kabupaten Kepahiang. Pola konsumsi masyarakat Kota Kepahiang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat wilayah pedesaan, hal ini diindikasikan oleh besarnya pengeluaran per kapita penduduk per bulan. Pola konsumsi masyarakat perkotaan ini akan menghasilkan banyak sampah. Jika sampah di Kota Kepahiang tidak dikelola dengan baik diprediksikan akan menimbulkan permasalahan, baik permasalah lingkungan maupun permasalahan sosial dan budaya.

Laporan Akhir III-45

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Jumlah sampah domestik di Kota Kepahiang cenderung meningkat setiap tahun, karena beberapa hal berikut ini :  Pola konsumsi masyarakat yang belum berwawasan lingkungan, seperti penggunaan kemasan (berupa kertas, kantong plastik, kaleng dan lainnya) yang bersifat non – biodegradable masih tinggi.  Peningkatan jumlah timbunan sampah tidak didukung oleh pengadaan sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratan teknis.  Kurang memadai pengelolaan sampah di tempat pembuangan akhir.  Belum ada kebijakan yang bersifat menyeluruh dan konsisten dalam pengelolaan sampah kota dan desa.  Petunjuk teknis dalam pengelolaan sampah kota masih belum dapat diimplementasikan, hal ini dapat dilihat dari belum adanya rencana induk dalam pengelolaan sampah.  Terbatasnya anggaran pengeloaan sampah serta tidak adanya investasi dalam mendukung pengelolaan sampah kota.

Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan persampahan meliputi:  perluasan cakupan layanan bidang persampahan;  pembangunan tempat pemrosesan akhir (TPA) di wilayah Selatan Kabupaten yaitu di Kecamatan Bermani Ilir;  peningkatan sarana dan prasarana pendukung pengelolaan persampahan; dan  program pemanfaatan limbah dan sampah untuk mengurangi kuantitas sampah dan limbah.

Soedrajat (2006) menjelaskan bahwa volume sampah yang dihasilkan per orang per hari sekitar 0,5 kg. Jadi untuk Kota Kepahiang yang berjumlah sekitar 41.853 jiwa akan menghasilkan sampah sebanyak 20.926 kg atau sekitar 17 ton per hari; berarti Kabupaten Kepahiang yang jumlah penduduknya 174.789 akan menghasilkan sampah sebanyak 87,4 ton per hari. Jika sampah yang dibuang ke TPA 25 ton per hari, berarti ada sekitar 59,4 ton sampah di Kabupaten Kepahiang yang dibuang ke lingkungan warganya.

2. Sampah Terangkut

Pengelolaan sampah di Kota Kepahiang hanya dilakukan dengan sistem open dumping, dimana timbulan sampah harian yang terkumpul di kota diangkut ke

Laporan Akhir III-46

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa pengelolaan 3 R (reduce, reuse, recyle) pada sumbernya. Berdasarkan data dari Kantor Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kepahiang tahun 2007, timbulan sampah Kota Kepahiang lebih kurang 50 m3/hari atau 25 ton per hari. Timbulan sampah ini setiap diangkut ke TPA, jumlah sampah yang terangkut setiap hari hanya lebih kurang 40 m3/hari (80%). Hal ini berarti sampah yang masih tertumpuk dan belum terangkut setiap harinya sekitar 10 m3 atau 5 ton. Sampah yang belum terangkut ini akan menumpuk di tempat penumpukan sampah kota.

Tidak terangkutnya 20% timbulan sampah kota ini ke TPA karena beberapa hal berikut :  Rendahnya kesadaran masyarakat dan sektor swasta membuang sampah ke dalam kontainer dan tempat sampah yang telah tersedia.  Sedikitnya tenaga operasional lapangan, seperti kurangnya pegawai dan tenaga kerja pengangkut/pengumpul sampah  Belum cukupnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang tersedia di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kepahiang.  Kapasitas TPA yang ada sudah tidak mencukupi untuk menampung sampah Kota Kepahiang.

Bila kondisi ini tidak diatasi, akan terjadi tumpukan – tumpukan sampah di wilayah kota. Tumpukan sampah yang tidak terangkut ini berakibat pasa menurunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat. Hal ini diindikasikan antara lain oleh : timbul bau tidak sedap, tercemarnya air tanah oleh air lindi, berkembang biaknya lalat dan nyamuk. Kondisi ini berakibat pada kesehatan masyarakat karena berjangkitnya berbagai penyakit seperti : diare, malaria, sesak napas, kulit gatal – gatal, dan lain – lain. Dengan asumsi bahwa satu jiwa mengahasilkan sampah sebanyak 2.5 liter/orang/hari maka timbulan sampah yang dihasilkan wilayah perencanaan yaitu sebesar 510,228 M3. Untuk lebih jelasnya mengenai perkiraan timbulan sampah di Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada Tabel 3.2. Sementara Kebutuhan sarana persampahan di Kabupaten Kepahiang sampai akhir Tahun 2031 dapat menggunakan Gerobak (1 M3) sebanyak 510 unit atau Container (6 M3) sebanyak 85 unit atau Truk (6 M3) sebanyak 43 unit dengan 2 kali angkut.

Laporan Akhir III-47

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Tabel 3.2 Perkiraan Timbulan Sampah Kabupaten Kepahiang Sampai Tahun 2031

Timbulan Sampah Penduduk No Kecamatan Non Domestik Total (jiwa) M3/Hari (20%) (M3/Hari) 1 Kepahiang 41.596 103,99 20,798 124,788 2 Kabawetan 12.390 30,975 6,195 37,17 3 Bermani Ilir 20.743 51,8575 10,3715 62,229 4 Muara Kemumu 28.504 71,26 14,252 85,512 5 Tebat Karai 16.136 40,34 8,068 48,408 6 Seberang Musi 9.603 24,0075 4,8015 28,809 7 Ujan Mas 27.564 68,91 13,782 82,692 8 Merigi 13.540 33,85 6,77 40,62 Kabupaten Kepahiang 170.076 425,19 85,038 510,228 Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2011

3. Sistem Pengelolaan Sampah Kota

Permasalahan sampah merupakan masalah yang pelik dalam hal pengaturan tata kota. Pada umumnya, hampir di seluruh kota di indonesia, penanganan sampah kota dilakukan dengan menerapkan metode sanitary landfill, yaitu sampah dibuang pada areal lahan yang luas dan kemudian ditutup dengan tanah sehingga lahan ini menjadi lapisan – lapisan yang tersusun bergantian oleh tanah dan sampah. Lahan sanitary lanfill, ini dinyatakan aman serta dapat digunakan kembali untuk perumahan atau tempat aktivitas lainnya setelah ditutup kurang lebih 30 tahun. Metode pembuangan sampah seperti ini dianggap yang berwawasan lingkungan karena tidak menyebabkan bau. Hanya saja aplikasi metode pembuangan sampah di TPA yang betul – betul sesuai aturannya, jarang sekali dilakukan. Hal ini disebabkan oleh kendala biaya yang besar untuk penyediaan alat berat dan oprasionalnya. Dengan metode ini, akan berhadapan dengan daya tampung maksimum dari lahan yang digunakan. Jika dalam TPA – nya sudah pebuh maka harus dicari lahan baru untuk pengganti lahan yang telah penuh tadi; dan begitu seterusnya.

Kota Kepahiang memiliki TPA open dumping dan mulai menuju (metode sanitary landfill). seluas 4 ha yang berlokasi di Kecamatan Bermani ilir. TPA ini kondisinya

Laporan Akhir III-48

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

dikategorikan kurang bagus karena kondisi sampah pada zona aktif jelek. Berdasarkan hasil peninjauan lapangan, TPA ini belum memiliki prasarana dasar dan sarana penunjang seperti kantor/pos jaga, pagar, alat berat; sarana pencegahan dan pengendalian pencemaran seperti drainase, pengolahan lindi, sumur pantau dan penanganan gas; dan cara operasi yang meliputi pengaturan lahan, penimbunan dan penutupan. Pada TPA tersebut tidak ditemukan batas jelas yang memisahkan areal TPA dengan areal disekelilingnya. Cara pembuangan sampahnya masih sangat konvensional hanya dengan membuang sampah secara langsung dengan menggunakan dump truk mulai akan menuju perlakukan lanjutan, seperti ditimbun tanah dan atau dilakukan proses pengomposan. Saran dan prasarana yang menjadi prasyarat suatu TPA juga tidak ada seperti : rumah kerja untuk karyawan, alat berat, peta lokasi, saluran pembuangan lindi, limbah penampungan lidi, pipa pembuangan gas metan, dan sarana prasarana lainnya. Pada TPA di Kepahiang ini, sampah–sampah tergeletak berceceran sepanjang jalan dan menjadi tumpukan berbentuk gunungan di pusat pembuangan sampah. Lokasi TPA terletak di kawasan hutan lindung yang telah dibuka oleh penduduk mejadi kebun kopi.

Sistem pembuangan sampah di TPA ini dilakukan dengan sistem pembuangan sampah terbuka (open dumping), tanpa ada penimbunan dengan tanah (metode sanitary landfill). Bila jumlah volume sampah perhari 5000 m3/hari dibutuhkan lahan 10 ha untuk satu tahun. Namun kondisi ini belum terjadi di Kabupaten Kepahiang, tapi untuk kurun waktu tertentu kedepan sejalan dengan bertambah pesatnya pembangunan di Kabupaten Kepahiang kondisi ini biasa terjadi. Masalah Persampahan di Kabupaten Kepahiang adalah kelembagaan dan tidak lengkapnya saran dan prasarana dalam pembuangan sampah.

Sampah yang dibuang ke TPA di Kepahiang tidak dilakukan pengolahan lebih lanjut, hanya ditumpuk begitu saja tanpa lakukan kegiatan pengaturan lahan pembuatan zonasi, pengomposan, pemilihan sampah organik dan anorganik, penimbunan dan penutupan dengan tanah. Kondisi ini terjadi karena beberapa hal berikut ini :  Tidak memiliki prasarana dasar penunjang sistem pengolahan sampah kota, seperti belum adanya alat berat seperti traktor yang digunakan untuk menimbun sampah.

Laporan Akhir III-49

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Terbatasnya sumber daya manusia (tenaga ahli, tenaga teknis) dibidang sistem pengelolaan sampah kota.  Tebatasnya anggaran pengelolaan sampah yang disebabkan oleh kurangnya kepedulian pemerintah daerah akan pentingnya pengelolaan sampah.  Belum adanya kebijakan yang bersifat menyeluruh dan konsisten dalam pengelolaan sampah kota.

4. Kegiatan 3 R (Reuse, Reduce & Recyle)

Kebijakan pemerintah dalam upaya mengatasi pemasalahan sampah adalah pengelolaan sampah dilaksanakan dengan paradigma baru, yaitu :  Pengurangan/pembatasan sampah. Pemerintah Daerah mendorong dan menciptakan proses dan hasil produksi apapun yang ramah lingkungan terutama mengurangi produksi sampah, menggunakan kembali produk atau kemasan, mendaur ulang sampah.  Reduce, Reuse dan Recyle (3R). Sampah harus dikelola dengan menerapkan prinsip 3R sehingga hanya sampah yang belum / tidak dapat didaur ulang yang boleh dibuang (dengan perlakuan tertentu). Seluruh sumber daya Pemda yang selama ini digunakan untuk kegiatan kumpul–angkut–buang sampah dialihkan ke kegiatan pengelolaan sampah (pengurangan potensi sampah dari produsen, 3R dan pengelolaan TPA berwawasan lingkungan).  Pengelolaan sampah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (kabupaten/ kota), dilaksanakan dengan melibatkan peranan swasta dan partisipasi masyarakat.

Pada saat ini, pemerintah Kabupaten Kepahiang dalam pengelolaan sampah Kota Kepahiang hanya melakukan kegiatan kumpul – angkut – buang sampah ke TPA dengan metode open dumping. Sampah yang tertumpuk di TPA dibiarkan begitu saja tanpa lakukan perlakuan dan pengolahan. Memperhatikan sistem pengelolaan sampah yang sangat konvensionalini, untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan (air, tanah, dan udara), maka Pemerintah Kabupaten berkewajiaban melaksanakan kebijakan pengelolaan sampah dilaksanakan dengan paradigma baru dengan 3R.

Pada sistem pengelolaan 3 R ini, sampah anorganik yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme dipisahkan dari sampah organik dan dikumpulkan sesuai dengan

Laporan Akhir III-50

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

sifat dan jenisnya. Misalnya semua jenis logam (besi, aluminium, seng, tembaga dll) dikumpulkan menjadi satu, dipisahkan dari sampah gelas dan plastik, untuk memudahkan proses daur ulang sampah tersebut. Pemisahan ini sebaiknya dilakukan sejak sampah akan dijadikan limbah domestik, dengan menyediakan tempat sampah yang sudah dibagi dengan sifat dan jenisnya. Cara 3 R ini akan sangat membantu proses daur ulang sampah sehingga menjadi bahan yang masih dapat dimanfaatkan lagi bagi kehidupan manusia.

Kegiatan 3R yang dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten antara lain : teknologi pengomposan, teknologi pembautan kertas daur ulang, dan teknologi pembuatan plastik. Beberapa cara 3R dalam pemanfaatan kembali limbah domestik disajikan pada tabel 3.3 berikut ini :

Tabel 3.3 Limbah Domestik dan Pemanfaatannya Kembali Jenis Limbah No Pemanfaatannya Kembali (Daur Ulang) Domestik 1. Dibuat bubur pulp lagi untuk bahan kertas, cardboard dan produk kertas lainnya. 1 Kertas 2. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi 3. Diinsenerasi sebagai penghasil panas 1. Dibuat kompos untuk pupuk tanaman 2 Bahan Organik 2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas 1. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi Tekstil / Pakaian 3 2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas (Bekas) 3. Disumbangkan kepada yang memerlukan 1. Dibersihkan dan dipakai lagi (botol) 2. Dihancurkan untuk digunakan lagi sebagai bahan pembuat gelas baru. 4 Gelas 3. Dihancurkan dan dicampur aspal untuk pengeras jalan 4. Dihancurkan dan dicampur pasir dan batu untuk pembuatan bata semen. Dicor untuk pembuatan logam baru 5 Logam Langsung digunakan lagi bila keadaannya masih baik dan memungkinkan 1. Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, isolasi Karet, Kulit dan 6 2. Diinsenerasi sebagai penghasil panas Plastik 3. Dibersihkan dan dipakai lagi Sumber : Wisnu Arya Wardana, Dampak Pencemaran Lingkungan.

Kegiatan 3R yang memungkinkan dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Kepahiang pada saat ini adalah metode komposting. Keuntungan metode ini antara lain: mengurangi buangan sampah kota ke TPA, emisi gas metana, dan mengurangi dampak negatif pada lingkungan sekitar seperti bau busuk dan pemcemaran air tanah.

Laporan Akhir III-51

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Metode ini masih berpeluang sangat besar untuk program pemanfaatan timbulan sampah domestik Kota Kepahiang. Memperhatikan timbulan sampah Kota Kepahiang masih relatif kecil, metode komposting cukup berarti dalam mereduksi timbulan sampah. Pemanfaatan sampah dengan metode komposting selain mampu mengurangi volume buangan sampah ke TPA juga memberikan keuntungan ekonomis. Produksi kompos dari sampah padat organik dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebituhan pupuk organik bagi budidaya tanaman di wilayah Kabupaten Kepahiang.

Mengingat bahwa wilayah Kabupaten Kepahiang merupakan daerah produksi pertanian, sangat penring bagi Pemda Kebupaten Kepahiang merintis pengelolaan sampah dengan metode komposting berbasis masyarakat. Kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik secara subsisten dan komersial untuk budidaya tanaman. Untuk lebih jelasnya mengenai lokasi Tempat Pembuangan Akhir sampah di Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Tahapan Pembuangan Sampah

Laporan Akhir III-52

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

d. Rencana Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Pengelolaan Limbah Cair dan Limbah B3

Pengembangan prasarana limbah Kabupaten Kepahiang di dalam RTRW Kabupaten ini mengakomodasi kebijakan sektoral pekerjaan umum yang berkaitan. Berikut ialah rencana pengembangan prasarana drainase berdasarkan RPIJM Sektor Pekerjaan Umum Kabupaten Kepahiang :  Peningkatan akses pelayanan air limbah baik sistem on site maupun off site perkotaan dan perdesaan. Hal ini dapat dilakukan melalui : peningkatan kapasitas pengolahan dengan pembangunan IPAL paket, peningkatan pelayanan air limbah melalui sistem terpusat (sewerage), percepatan pembangunan prasarana air limbah untuk masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan perkotaan, serta optimalisasi PS Air Limbah.  Peningkatan Pembiayaan pembangunan PS Air Limbah Permukiman dengan mendorong kerjasama pemerintah – swasta.  Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan sistem pengelolaan air limbah. Hal ini dapat dilakukan melalui : sosialisasi pendidikan lingkungan, percepatan pembangunan PS Air Limbah berbasis masyarakat, serta pemberian bantuan teknis pembangunan air limbah berbasis masyarakat.  Penguatan kelembagaan baik institusi maupun peraturan.  Penerapan pengelolaan air limbah secara fisik, kimiawi, dan biologis dengan menentukan lokasi pengolahan limbah yang mempertimbangkan kondisi topografi, kondisi pembuangan akhir, peraturan, status tanah, dan land disposal.  Pengembangan Instalasi Pengololahan Lumpur Tinja (IPLT) dengan ketentuan sebagai berikut :  Daerah dengan kepadatan tinggi (> 300 orang/Ha) dan daerah pengembangan baru harus dilayani dengan sisem terpusat yang dibiayai developer serta dikembalikan oleh pengguna.  Daerah kepadatan sedang (100 – 300 orang/Ha) harus dilayani dengan interceptor dan fasilitas pengolahan lumpur tinja ukuran kecil/komunal.  Daerah kepadatan rendah (50 – 100 orang/Ha) dengan lingkungan berkualitas tinggi harus dilayani dengan interceptor terkait dengan aliran kali/sungai terdekat.

Laporan Akhir III-53

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Daerah kepadatan sedang dengan kecepatan perkolasi tinggi (> 3 cm/menit) atau muka air tanah tinggi (< 1,5m) harus dilayani dengan shallow sewer dan septic tank komunal.  Daerah kepadatan rendah dengan kecepatan perkolasi rendah (< 3 cm/menit) atau muka air tanah rendah (> 1,5m) harus dilayani dengan septic tank yang desainnya sesuai dengan lokasi.

Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan air limbah meliputi:  Penyehatan lingkungan permukiman dengan pembangunan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk kawasan perkotaan serta bagian lain yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi di wilayah Kabupaten;  Peningkatan sarana dan prasarana sanitasi permukiman di pedesaan dan pengolahan air limbah secara komunal untuk daerah perkotaan; dan  Pembangunan instalasi pengelolaan limbah B3 di kawasan industri yang dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku.

B. Arahan Pola Ruang

Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Kepahiang berfungsi sebagai berikut: sebagai alokasi ruang untuk kawasan budi daya bagi berbagai kegiatan sosial; ekonomi dan kawasan lindung bagi pelestarian lingkungan dalam wilayah provinsi; mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang skala Kabupaten.

a. Kawasan Lindung

Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Penetapan kawasan yang memberikan perlindungan kawasan di bawahnya bertujuan untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kawasan, dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

1. Kawasan Hutan Lindung

Tujuan perlindungan terhadap kawasan hutan lindung adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan.

Laporan Akhir III-54

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Rincian Luas Kawasan Hutan Kabupaten Kepahiang adalah 18.109,31 Ha, yang terdiri dari; Hutan Lindung (HL) 9.588,11 Ha, Taman Wisata Alam (TWA) 8.518,00 Ha, dan Cagar Alam (CA) 3,20 Ha.

Tabel 3.5. Rincian Luas Kawasan Hutan Kabupaten Kepahiang

No. Fungsi Hutan Luas (Ha) 1 Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam Cagar Alam 3,20 Taman Wisata Alam/Hutan Wisata 8.515,00 2 Hutan Lindung 9.587,91 TOTAL 18.106,11

Sumber: Dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten Kepahiang, Tahun 2010

Penetapan kawasan hutan lindung berdasarkan wilayah kawasan kabupaten Kepahiang, maka kawasan hutan lindung (HL) yang ada di kabupaten Kepahiang mempunyai luas keseluruhan 9.588,11 Ha dengan rincian sebagai berikut;

 Hutan Lindung Bukit Daun, dengan luas 7.829,00 Ha, yang penyebarannya berada di wilayah kecamatan Kepahiang, Seberang Musi dan Ujan Mas :

 Hutan Lindung Konak, dengan luas 11,11 Ha, yang penyebarannya berada di Kecamatan Kepahiang;

 Hutan Lindung Rimbo Donok, dengan luas 433,30 Ha, yang penyebarannya berada di wilayah Kecamatan Bermani Ilir dan Tebat Karai;

 Hutan Lindung Bukit Balai Rejang, dengan luas 1.315,00 Ha, penyebarannya berada di wilayah Kecamatan Muara Kemumu,

Tabel 3.6. Luas Hutan Lindung dan Wilayah Penyebarannya

No NamaHutanLindung Luas (Ha) Wilayah Penyebaran 1 HL Bukit Daun 7.829,00 Kepahiang, Seberang Musi, Ujan Mas 3 HLKonak 11,11 Kepahiang 4 HLRimboDonok 433,00 Bermani Ilir, Tebat Karai 5 HL Bukit Balai Rejang 1.315,00 Muara Kemumu TOTAL 9.588,11 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang 2010.

Permasalahan dalam kawasan hutan lindung di kabupaten Kepahiang berdasarkan review provinsi terhadap kawasan hutan lindung terletak pada kawasan Hutan

Laporan Akhir III-55

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Lindung Bukit Daun dan kawasan hutan lindung Balai Rejang. Permasalahan yang ada seperti diuraikan dibawah ini:

 Hutan Lindung Bukit Daun

 Hasil pengukuhan perluasan Kawasan HL. Bukit Daun dikalahkan oleh Keputusan Mahkamah Agung RI Reg. No.3377/K/Pdt/1995 Yang memenangkan Sdr. Wana bin Sinjar Alam Cs. sehingga perluasan HL. Bukit Daun dikembalikan ke masyarakat ± 216 Ha.

 Sudah ditata batas ulang oleh BIPHUT Bengkulu TA. 2005, proses s/d penyelesaian BA. Tata Batas, dengan mengembalikan trayek batas pada batas sebelum perluasan, BA belum syahkan Menteri.

 Vegetasi dominan : Kopi, sawah dan kebun sayuran.

 Hutan Lindung Bukit Balai Rejang

 Sangat banyak perambahan hutan.

 Vegetasi non hutan : Karet, Kopi dan kebun campur.

2. Kawasan Resapan Air

Tujuan perlindungan terhadap kawasan resapan air adalah untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kawasan resapan air ditetapkan di kawasan :  Kawasan hutan lindung Kabupaten Kepahiang, dengan luas 9.588,11 Ha, terdiri dari Hutan Lindung Bukit Dain, Konak, Rimbo Donok dan bukit Balai Rejang; dan  Kawasan perkebuan yang memiliki jenis tanah regosol, litosol dan podsolik dengan struktur tanah mudah meresapkan air dan geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar.

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang memberikan perlindungan setempat yang mencakup sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar danau atau waduk, sekitar mata air dan hijau kota termasuk di dalamnya hutan kota serta kawasan rawan bencana.

Laporan Akhir III-56

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

1. Kawasan Sempadan Sungai

Dari data yang didapatkan, bahwa di Kabupaten Kepahiang, dialiri oleh: sungai besar (Sungai Sebelat, Sungai Ketahun, Sungai Musi dan Sungai Beliti), dan ± 50 meter di kiri kanan anak sungai (Sungai Air Kelingi, Sungai Air Kati, Sungai Air Kasiho) yang berada di luar permukiman, untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi (± 10–15 meter). Berdasarkan ketentuan Departemen Kehutanan (Maret 1986), bahwa garis sempadan daerah pengamanan aliran sungai di luar kawasan lindung adalah dihitung 5 meter dari luar kaki tanggul untuk sungai yang bertanggul.

Kawasan perlindungan setempat bertujuan untuk melindungi keberlangsungan sumber air baku, ekosistem daratan, keseimbangan lingkungan kawasan, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat; serta meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih.

Sempadan sungai yang termasuk didalam kawasan perlindungan setempat ditetapkan pada : Sungai Musi, dan Sungai Sempaing, dan Sungai Air Belimbing.

2. Kawasan Sekitar Mata Air.

Tujuan perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.Kriteria kawasan sekitar mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air.

3. Kawasan Sekitar Danau/Waduk

Rencana penetapan kawasan sekitar Danau/Situ di Kab. Kepahiang adalah seluas 39,69 Ha dengan sebaran sebagai berikut :

 Kawasan Sempadan Danau/Waduk, dataran sekeliling tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk (± 50 – 100 m), dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Danau/waduk yang mendapat perlindungan yaitu danau/waduk Ujan Mas.

 Kawasan sekitar mata air, yaitu sekurang-kurangnya dengan radius ± 200 meter di sekitar mata air, dan daerah rawan bencana dan kawasan resapan air.

Laporan Akhir III-57

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Tujuan perlindungan terhadap kawasan sekitar danau/waduk adalah untuk melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau/waduk.

Kriteria kawasan sekitar danau/waduk adalah daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Danau/waduk yang mendapat perlindungan yaitu danau/waduk Musi Indah Suro Ilir di Kecamatan Ujan Mas.

4. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau diperlukan terutama pada daerah yang sudah terbangun dengan intensitas bangunan cukup tinggi. Adapun fungsi dari ruang terbuka hijau ini adalah sebagai paru-paru kota. Untuk itu maka perlu disediakan satu RTH dengan pada daerah terbangun di Pusat-pusat Kegiatan.

Luas kebutuhan ruang terbuka hijau di Kabupaten Kepahiang mengacu kepada ketentuan yang terdapat dalam UU no. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, dengan ketentuan penyediaan ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan sebesar 30% dengan proporsi 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang terbuka hijua private. Dengan demikian kebutuhan ruang sebagai ruang terbuka hijau berada dalam kawasan terbangun diantaranya adalah kawasan pusat kota, kawasan pusat pemerintahan dan kawasan permukiman.

Ruang terbuka hijau kota ditetapkan sebagai berikut:  Kawasan pusat Kabupaten Kepahiang, ditetapkan di Kecamatan Kepahiang  Kawasan pusat pemerintahan Kabupaten dan Kecamatan  Kawasan peruntukan pemakaman umum yang terseber di 8 kecamatan.

Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam

Kelompok kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang terdapat di Provinsi Bengkulu terdiri atas: Cagar Alam (CA), Taman Wisata Alam (TWA), Taman Hutan Raya (THR).

1. Cagar Alam (CA)

Tujuan perlindungan terhadap cagar alam (sebagai bagian dari kawasan suaka alam) adalah untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan

Laporan Akhir III-58

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Luas Cagar Alam di Kabupaten Kepahiang adalah 3,20 Ha,yang terletak di Kecamatan Kepahiang.

Tabel 3.7. Luas Cagar Alam dan Wilayah Penyebarannya

No. Cagar Alam Luas Penyebaran 1 Pagar Gunung 1 1,80 ha Kab. Kepahiang 2 Pagar Gunung 2 0,80 ha Kab. Kepahiang 3 Pagar Gunung 3 0,25 ha Kab. Kepahiang 4 Pagar Gunung 4 0,22 ha Kab. Kepahiang 5 Pagar Gunung 5 0,23 ha Kab. Kepahiang Sumber : RTRW Provinsi 2010-2030.

2. Taman Wisata Alam (TWA)

Tujuan perlindungan terhadap taman wisata alam adalah untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata, serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.

Luas taman wisata alam di Kabupaten Kepahiang merujuk pada RTRW Provinsi Sesuai yang telah ditetapkan dalam TGHK adalah Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kaba seluas 13.490,00 Ha, yang terletak di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong dan luas TWA yang merupakan deliniasi wilayah Kabupaten Kepahiang adalah 8.518 Ha. Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong mengajukan pelepasan kawasan hutan seluas 6.350 ha.

Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam, bencana gempa bumi, longsor dan lain-lain. Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten yang berkaitan dengan potensi bencana alam diantaranya:

 Kabupaten Kepahiang termasuk dalam kawasan rawan bencana gunung meletus, segementasi kawasan rawan bencana gunung meletus adalah sebagi berikut : 0 – 5 Km adalah daerah bahaya, tidak boleh ada pemukiman dan infrastruktu, > 5 – 8 Km adalah daerah waspada yang mempunyai dampak lava, lahar panas, semburan belerang, awan panas dsb. Dengan demikian kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan lindung, dimana tidak potensial untuk digunakan sebagai kawasan permukiman, pusat pemerintahan, perdagangan jasa, dsb., > 8 – 15 Km

Laporan Akhir III-59

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

adalah daerah tidak potensial sebagai kawasan pemukiman, pusat-pusat pertumbuhan dan kegiatan lainnya.

 Kondisi eksisting, menunjukkan bahwa pada kawasan dengan radius tersebut diatas terdapat areal permukiman. Dengan demikian kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan budidaya terbatas, dimana sangat tidak potensial untuk dikembangkan.

 wilayah Kabupaten Kepahiang diidentifikasi sebagai kawasan rawan bencana longsor. Dengan demikian perlu diperhatikan kegiatan-kegiatan konversi lahan pada kawasan tersebut.

Penetapan Kawasan rawan bencana alam bertujuan untuk memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas kemungkinan bencana terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya.

Kawasan rawan bencana di wilayah Kabupaten Kepahiang meliputi kawasan rawan tanah longsor, banjir dan Gempa Bumi.

1. Kawasan Rawan Tanah Longsor

Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan di Kecamatan :

 Kecamatan-Kecamatan yang berada pada kawasan-kawasan bukit dan perbukitan dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan dengan kemiringan lereng lebih dari 40 %.

 Kawasan Kecamatan Seberang musi, Kabawetan, Muara Kemumu dan Bermani ilir. pada kawasan-kawasan bukit dan perbukitan dengan struktur geologi dan lapisan tanah yang rentan dengan kemiringan lereng lebih dari 40%.

2. Kawasan Rawan Banjir

Kawasan rawan banjir ditetapkan di Kecamatan Bermani Ilir dan Kecamatan Muara Kemumu pada kawasan yang dilalui oleh Sungai air Belimbing;

Kawasan Lindung Geologi (Kawasan Rawan Bencana Geologi)

Penetapan kawasan lindung geologi bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap fungsi tanah dan batuan yang terkandung di dalam perut bumi yang menjamin keberlangsungan fungsi lingkungan di atasnya. Kawasan lindung geologi meliputi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap tanah dan batuan.

Laporan Akhir III-60

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Kawasan lindung geologi ditetapkan di Kecamatan Muara kemumu dan Kecamatan Seberang Musi.

 Kawasan rawan bencana Gunung berapi

Untuk kawasan rawan Gunung berapi ditetapkan di kawasan sekitar aliran sungai yang bagian hulunya berada di Kecamatan Kabawetan sampai pada radius 15 Km.

Untuk jalur evakuasi bencana di Kabupaten Kepahiang terdiri dari 3 (tiga) jalur penyelamatan bencana, hal ini dilihat dari sisi daerah yang berdekatan dengan lokasi pegunungan Bukit Kaba yang terletak di Kecamatan Kabawetan adapun 3 (tiga) jalur tersebut adalah :  Gunung Kaba ke Desa Suka Sari-Permu, dan Bandung Baru - Tangsi Duren (jalur ini terletak di kecamatan Kabawetan);  Bandung Baru – Taba Ribut Desa Batu Bandung (jalur ini terletak di Kec. Muara Kemumu); dan  Bandung Baru – Bukit Menyan (Kecamatan Bermani Ilir).  Gunung Kaba – Batu Ampar – Pekalongan (Kec. Merigi).  Gunung Kaba – Batu Ampar – Durian Depun (Kec Merigi).

Kawasan lindung lainnya

Kawasan lindung lainnya bertujuan sebagai perlindungan terhadap taman wisata alam yang dapat berfungsi sebagai: pengembangan pendidikan; pariwisata; peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya; dan perlindungan dari pencemaran.

Kawasan lindung lainnya berupa kawasan taman wisata alam di Kecamatan Ujan Mas dan Kabawetan dengan luas kurang lebih 8.518 (delapan ribu lima ratus delapan belas) hektar.

b. Rencana Pola Ruang Kawasan Budi Daya

Kawasan budi daya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia. Kriteria kawasan budi daya merupakan ukuran yang digunakan untuk penentuan suatu kawasan yang ditetapkan untuk berbagai usaha dan/atau kegiatan yang terdiri dari kriteria teknis sektoral dan kriteria ruang.

Kriteria teknis sektoral adalah ukuran untuk menentukan bahwa pemanfaatan ruang untuk suatu kegiatan dalam kawasan memenuhi ketentuan-ketentuan teknis, daya

Laporan Akhir III-61

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

dukung, kesesuaian lahan dan bebas bencana alam. Sedangkan kriteria ruang adalah ukuran untuk menentukan bahwa pemanfaatan ruang untuk suatu kegiatan budi daya dalam kawasan, menghasilkan nilai sinergi terbesar terhadap kesejahteraan masyarakat sekitarnya dan tidak bertentangan dengan pelestarian lingkungan.

Kawasan Peruntukkan Pertanian

Arahan pengembangan budi daya pertanian selain dilandaskan pada arahan kebijakan RTRW Propinsi Bengkulu, juga didasarkan pada aspek potensi komoditas unggulan dan potensial yang ada di wilayah Kabupaten Kepahiang. Rencana pengembangan kegiatan budi daya pertanian ini antara lain didistribusikan melalui wilayah potensial pengembangan yang terbagi atas pusat-pusat, dimana masing- masing pusat memiliki core bisnis yang merupakan komoditas unggulan serta komoditas prospektif.

1. Pertanian Tanaman Pangan

Kawasan ini sebagian besar menyebar di seluruh Kecamatan di kabupaten Kepahiang dengan total luas area 9.300 Ha (luas panen). Tanaman pangan di Kabupaten Kepahiang terkonsentrasi di kecamatan Ujan Mas (2.398,26 Ha), Kecamatan Tebat Karai (2.046,39 Ha) dan Kecamatan Kepahiang (1.494,18 Ha). Kawasan ini berupa dataran datar dengan jenis tanah aluvial yang memiliki status kesuburan tanah tinggi dan dilengkapi infrastruktur irigasi teknis dan setengah teknis. Secara eksisting kawasan ini sebagian berupa lahan sawah irigasi teknis dan setengah teknis dengan pola tanaman sebagian besar padi sedangkan sebagian lainnya berupa kebun campuran.

Pengelolaan kawasan ini ditujukan untuk mempertahankan agar tidak terjadi alih fungsi lahan dan meningkatkan produktivitasnya melalui penyediaan sarana/jaringan irigasi dan jalan usaha tani, sehingga dapat mendorong peningkatan Indek Pertanaman (IP).

2. Pertanian Tanaman Hortikultura

Pertanian Tanaman Hortikultura terdiri dari tanaman sayur-sayuran dan buah- buahan. Pengembangan kawasan ini ditujukan untuk menjaga agar kelestarian lahan dapat dipertahankan dan produktivitas lahan dapat ditingkatkan melalui pola pemanfaatan kebun campuran (talun kebun), dengan berbagai tanaman buah-buahan dikombinasikan tanaman kayu-kayuan dan tumpangsari dengan

Laporan Akhir III-62

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

tanaman hortikulutur sayuran (kacang panjang, cabe, tomat, dan lainnya). Kawasan ini mencakup areal seluas 2.504 hektar yang menyebar di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Kepahiang.

3. Kawasan Peruntukkan Perkebunan

Pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan/tanaman tahunan adalah kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut: Kawasan dengan ketinggian > 1000 m dpl, Kawasan dengan kemiringan 25-40%, Kawasan dengan kedalaman efektif tanah > 30 cm, Memperhatikan kondisi eksisting dan kecendreungan perkembangan perkebunan serta kebutuhan lahan untuk menyerap tenaga kerja optimal. Berdasarkan pada pertimbangan tersebut, maka rencana pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan rakyat pada tahun 2031 adalah seluas 47.794,09 Ha yang terdistribusi di beberapa kecamatan.

Selain memiliki potensi tanaman pangan dan lahan kering, Kabupaten Kepahiang berpotensi dalam pengembangan perkebunan rakyat. Beberapa komoditi perkebunan rakyat yang berpotensi di Kabupaten Kepahiang diantaranya yaitu kopi, kakau, cengkeh, lada, kemiri, kayu manis, aren, serta mendukung program Bupati Kepahiang penanaman sengon dengan program unggulan Siluna seta penanaman lainya. Pengembangan kawasan perkebunan, terutama di Kecamatan Bermani Ilir, Tebat karai, Muara Kemumu dan Seberang Musi Untuk mewujudkan kawasan perkebunan, kebijakan pemanfaatan ruang untuk kawasan perkebunan adalah :

 Intensifikasi dan ekstensifikasi perkebunan (negara, swasta dan masyarakat), sesuai dengan potensi dan kesesuaian lahannya.  Meningkatkan dukungan pengembangan usaha terutama bagi kegiatan perkebunan rakyat baik menyangkut keterampilan, modal dan pemasaran.  Pengendalian kegiatan perkebunan dan atau kegiatan budidaya lain (permukiman) terutama di atas lahan perkebunan rakyat/Negara.

Pengelolaan kawasan perkebunan rakyat adalah sebagai berikut:

 Kawasan perkebunan rakyat dikembangkan di seluruh kecamatan, dengan prioritas utama di Kecamatan Bermani Ilir.  Memperluas wilayah pemasaran produksi perkebuna baik lokal maupun pasar ekspor.

Laporan Akhir III-63

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Menggalakan program penggunaan bibit unggul, serta menciptakan prasaran irigasi (pengembangan tidak tergantung pada musim) yang mendukung perkembangan perkebunan/tanaman tahunan.  Pemberian kredit pinjaman bagi petani perkebunan dalam rangka menunjang kesinambungan usaha tanaman perkebunan.  Pengembangan agroindustri dengan fungsi yang didasarkan pada potensi (basis komoditas) perkebunan dan pengembangan pusat pengumpul dan distribusi bagi pertanian perkebunan dengan memperhatikan jarak minimum (mudah dijangkau).  Menjaga stabilitas harga pupuk, obat-obatan, dan bibit tanaman tahunan/ perkebunan.

4. Kawasan Peruntukkan Peternakan

Kawasan yang diperuntukkan bagi peternakan dan atau padang penggembalaan ternak untuk berbagai jenis hewan ternak. Berbagai jenis ternak telah dikembangkan oleh masyarakat, yang terdiri dari ternak besar dan ternak kecil. Jenis ternak besar yang dikembangkan umumnya adalah kerbau dan sapi. Sedangkan jenis ternak kecil yang dikembangkan antara lain kambing, domba, dan unggas.

Pengembangan peternakan di Kabupaten Kepahiang terintegrasi dengan pengambangan pertanian lainnya. Limbah pertanian yang dihasilkan oleh kegiatan budidaya tanaman perkebunan dan tanaman hortikultura dapat difungsikan sebagai Hijauan Pakan Ternak (HPT). Biji-bijian produksi pertanian juga dapat dijadikan untuk pakan unggas. Untuk itu kawasan pengembangan peternakan dapat tetapkan untuk seluruh wilayah administrasi kabupaten dengan sentra kawasan peternakan berada di Kecamatan Kabawetan dan Kecamatan Ujan Mas.

Kawasan Peruntukan Pertambangan

Potensi sumberdaya mineral di Kabupaten Kepahiang yang beragam dan tersebar di beberapa kecamatan belum dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal. Pengusahaan dan pemanfaatan sumberdaya bahan mineral batuan akan mencapai hasil yang optimal apabila ditunjang oleh penerapan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan serta dapat memberdayakan potensi sumberdaya manusia. Namun demikian, kegiatan penambangan bahan mineral batuan sering kali

Laporan Akhir III-64

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

menimbulkan dampak kerusakan lingkungan pascaproduksi, sehingga perlu fungsi kontrol yang kuat (law enforcement) dari pihak berwenang terkait.

Kawasan yang diperuntukkan bagi kawasan pertambangan yang bersifat strategis untuk pertahanan, keamanan, dan ketahanan ekonomi negara berdasarkan undang- undang yang berlaku.

Dalam mengelola usaha pertambangan, Pemerintah telah menetapkan Wilayah Pertambangan (WP), yang terdiri dari Wilayah Usaha Pertambangan (WUP), Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Wilayah Pencadangan Negara (WPN). WUP adalah bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.

Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) adalah bagian dari WP tempat dilakukannya usaha pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh bupati atau walikota, sesuai pasal 21, Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan. Kriteria untuk menetapkan WPR adalah:  Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;  Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter;  Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;  Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima) hektar;  Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau  Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.

Wilayah pencadangan negara (WPN) adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan WPN dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tetap memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktunya. WPN yang diusakan sebagaian luasnya statusnya berubah menjadi Wilayah Usaha Pertambangan Khusus (WUPK).

Laporan Akhir III-65

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut.  Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri;  Sumber devisa negara;  Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana;  Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi;  Daya dukung lingkungan; dan/atau  Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.

Lokasi kawasan pertambangan mineral, batubara, dan panas bumi meliputi:  Kecamatan Seberang Musi mencakup kawasan pertambangan batubara dan emas;  Kecamatan Ujan Mas mencakup kawasan pertambangan batubara;  Kecamatan Kabawetan mencakup sumber daya energi panas bumi;  Kecamatan Kepahiang mencakup kawasan pertambangan kaolin, andesit, pasir vulkanik dan pasir kerakal;  Kecamatan Tebat Karai mencakup kawasan pertambangan andesit;  Kecamatan Muara Kemuru mencakup kawasan pertambangan obsidian;  Kecamatan Bermani Ilir mencakup kawasan pertambangan andesit dan obsidian ; dan  Kecamatan Merigi mencakup kawasan pertambangan pasir vulkanik, pasir kerakal.

Kawasan Peruntukan Perikanan Budidaya

Kawasan peruntukan perikanan yang dimaksud, meliputi:

1. Kawasan Perikanan Budidaya

Di Kabupaten Kepahiang, Kawasan budidaya perikanan air tawar menyebar di perairan sungai dan rawa-rawa yang ada. Hingga saat ini pengembangan perikanan air tawar masih didominasi oleh penangkapan ikan di perairan umum (sungai dan rawa), dengan produktivitas 745,29 ton/tahun. Sedangkan pengembangan perikanan budidaya, yakni melalui kolam dan tambak masih tergolong belum berkembang, dengan produktivitas 671,79 ton/tahun.

Kawasan Perikanan budidaya tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kepahiang, terutama Kecamatan Seberang Musi, kepahiang, Tebat Karai, dengan luas total

Laporan Akhir III-66

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

sekitar 44,37 hektar. Peruntukan kawasan Perikanan budidaya di Kabupaten Kepahiang terdiri dari :  pengembangan kegiatan budidaya ikan di sawah terletak di wilayah kecamatan Seberang Musi, Bermani Ilir, Muara Kemumu, dan Kepahiang.  pengembangan kegiatan budidaya ikan karamba terletak di wilayah kecamatan Tebat Karai dan Kepahiang;  pengembangan kegiatan budidaya ikan di kolam air deras terletak di wilayah kecamatan Kepahiang dan Tebat karai.  pengembangan kegiatan budidaya ikan di saluran irigasi terletak di wilayah Kecamatan Kepahiang, Bermani Ilir, Seberang Musi dan Ujan Mas;  Kawasan peruntukan perikanan tangkap perairan danau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan luas kurang lebih 10.261 (sepuluh ribu dua ratus enam puluh satu) hektar terletak di Kecamatan Ujan Mas dan Kecamatan Muara Kemumu.

2. Kawasan Pengolahan Ikan

Kawasan peruntukan pengolahan ikan dialokasikan di Kecamatan Ujan Mas, sedangkan kawasan peruntukan perikanan dikembangkan kawasan Minapolitan Ujan Mas, Bermani Ilir, Tebat Karai dan Merigi.

Kawasan Peruntukkan Industri

Pemanfaataan ruang untuk pengembangan peruntukan Industri bertujuan: Mendukung wilayah produksi, khususnya pertanian agar tetap terjaga kesinambungan aktivitas kegiatannya, Terciptanya pertumbuhan perekonomian wilayah, Terciptanya penyerapan tenaga kerja maksimal, Pengembangan industri mendukung struktur ruang/hirarki pelayanan.

Kriteria kawasan yang dikembangkan sebagai peruntukkan industri adalah: Kawasan dengan ketinggian < 1000 m dpl, Kawasan dengan kemiringan lereng < 8%, Kawasan dengan ketersediaan air baku yang cukup, Kawasan dengan adanya sistem pembuangan limbah, Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi teknis dan berpotensi untuk pengembangan irigasi, Tidak menimbulkan dampak sosial yang besar.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Kabupaten Kepahiang merupakan wilayah yang memiliki potensi agroindustri yang cukup tinggi, dengan dukungan penyediaan

Laporan Akhir III-67

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

bahan baku yang memadai. Dalam rangka menciptakan kondisi yang sinergis antara ketersediaan bahan baku dengan industri, maka perlu dikembangkan lahan dengan peruntukan industri di Kabupaten Kepahiang adalah seluas 25 Ha (0,03%dari luas wilayah Kabupaten) yang terdistribusi di Kecamatan Tebat Karai, Bermani Ilir, Kabawetan, Merigi, Seberang Musi dan Kepahiang. Industri yang sesuai dikembangkan di Kabupaten Kepahiang adalah industri sedang dan industri kecil/rumah tangga yang memanfaatkan bahan bakunya dari kegiatan pertanian wilayah sendiri.

Pengelolaan peruntukkan industri adalah sebagai berikut:

 Industri yang dikembangkan adalah industri yang memiliki dampak ikutan tinggi dan berpolusi rendah sehingga tidak mengganggu lingkungan.

 Prioritas pengembangan industri pengolahan (dan atau agroindustri) pada komoditas bukan konsumsi langsung (perlu pengolahan terlebih dahulu untuk dikonsumsi) sehingga dapat membangkitkan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif besar.

 Pemanfaatan teknologi industri tepat guna, yaitu pemanfataan teknologi yang memperhatikan kemampuan produksi, tenaga kerja dan modal.

 Di seluruh kecamatan dikembangkan sentra industri yang mendukung terhadap kesinambungan kegiatan pertanian seperti perkebunan, pertanian lahan basah dan kering.

 Penataan struktur industri dan rencana ruang/relokasi pengusaha industri kecil dan menengah yang meliputi kegiatan Kajian Penataan Ruang Peruntukkan Industri seperti pembuatan peta lokasi potensi industri kecil, perencanaan relokasi potensi industri kecil, pembinaan dan pengembangan industri kecil menengah serta promosi investasi bagi pengembangan industri agro dan penanggulangan pencemaran industri.

 Pengembangan infrastruktur penunjang, seperti jalan, air, dan bangunan penunjang lainnya.

Kawasan peruntukan industri terdiri atas kawasan peruntukan industri sedang dan kawasan peruntukan industri kecil. Kawasan peruntukkan industri sedang berupa industri pengelolaan hasil pertanian meliputi jenis industri teh dan kopi bubuk yang

Laporan Akhir III-68

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

terletak di wilayah Kecamatan Kabawetan, Merigi dan Ujan Mas dan Tebat karai. Kawasan peruntukkan industri kecil berupa jenis industri kerajinan anyaman bambu, rotan dan ukiran kayu, terletak di Kecamatan Kepahiang dan Kecamatan Seberang Musi.

Kawasan Peruntukkan Pariwisata

Pengembangan kawasan pariwisata didasarkan pada wilayah-wilayah yang memiliki obyek dan daya tarik wisata serta tersedianya dukungan sarana dan prasarana pariwisata. Pengembangan kawasan pariwisata ini bertujuan: mendukung lingkungan atau kelestarian alam (ekosistem) dan budaya setempat, dan mendukung perekonomian wilayah.

Kawasan yang dikembangkan dengan peruntukkan sebagai pariwisata adalah kawasan dengan kriteria: memiliki keindahan dan panorama alam, memiliki kebudayaan yang bernilai tinggi, dan memiliki bangunan sejarah.

Pengembangan kegiatan wisata di Kabupaten Kepahiang mutlak diperlukan terutama pada pengembangan wisata alam, antara lain adalah :  Kawasan Wisata Alam Kebun Teh, berada di Kecamatan Kabawetan, dimana wisata alam tersebut merupakan salah satu kawasan wisata dalam menunjang kegiatan Agropilitan di Kab. Kepahiang.  Lokasi Wisata Bukit Kaba kawasan wisata dengan dengan ketinggian  1.937 mdpl.  Sumber Panas Bumi (geotermal), dengan panorama alamnya yang indah serta dikelilingi kawasan agro dan mempunyai sumber air panas dari pegunungan.

Berkaitan dengan jenis wisata yang berkembang, sebagian besar memiliki jenis wisata alam yang memanfaatkan potensi panorama alamnya sehingga pada beberapa obyek wisata selain memiliki fungsi budi daya, juga memiliki fungsi lindung yang perlu diawasi dan dikendalikan perkembangan kegiatan fisik yang terjadi.

Rencana pengembangan diarahkan pada optimalisasi pengelolaan dan penciptaan aksesibilitas yang menunjang kegiatan pariwisata; perlunya disusun suatu masterplan kawasan wisata dengan pertimbangan bahwa beberapa potensi objek wisata membentuk kluster-kluster, serta perlunya monitoring dan pengendalian perkembangan objek wisata yang termasuk kedalam kategori kawasan yang memiliki fungsi lindung. Pengelolaan kawasan pariwisata adalah sebagai berikut:

Laporan Akhir III-69

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten Kepahiang dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata.

 Membangkitan usaha wisata, sebagai industri pariwisata (mempermudah upaya investor untuk investasi pada sektor pariwisata).

 Pengembangan pemasaran dan promosi kawasan wisata di Kabupaten Kepahiang dalam rangka memperluas pangsa pasar wisata melalui kegiatan pameran, pengadaan sarana promosi, event kepariwisataan (pentas seni, lomba-lomba wisata) untuk menarik wisatawan berkunjung ke Kabupaten Kepahiang.

 Pengembangan infrastuktur yang mendukung terrhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Kepahiang. dan

 Menciptakan kemudahan jangkauan terhadap obyek wisata.

Pengembangan obyek wisata melalui kegiatan penataan-penataan kawasan obyek wisata di Kabupaten Kepahiang.

Kawasan Permukiman

1. Kawasan Permukiman Perdesaan

Menunjukkan areal kawasan permukiman perdesaan. Kawasan ini menempati areal dengan bentuk wilayah datar-bergelombang. Jenis tanah kambisol, latosol, dan podsolik, dengan pola penggunaan lahan eksisting permukiman dan pekarangan. Kawasan permukiman perdesaan teralokasi menyebar di tiap kecamatan dan penyebarannya pada sepanjang jalan raya.

Arahan pemanfaatan ruang ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi layanan bagi masyarakat perdesaan dengan pengaturan tata ruang permukiman dan pengadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum perdesaan yang mendukung kegiatan pertanian.

2. Kawasan Permukiman Perkotaan

Menunjukkan areal kawasan permukiman perkotaan. Kawasan ini menempati areal dengan bentuk wilayah datar-berombak (0-8 persen), jenis tanah kambisol dan podsolik, dengan pola penggunaan lahan eksisting permukiman tingkat kepadatan tinggi dan pekarangan.

Laporan Akhir III-70

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Arahan pemanfaatan ruang ditujukan untuk mengoptimalkan dan mengendalikan peruntukan lahan dengan tetap mempertahan keberadaan fungsi resapan melalui Ruang Terbuka Hijau (RTH). Untuk itu perlu pengaturan aktivitas pembangunan melalui penerapan Koefisien Dasar Bangunan (KDB). Guna mengoptimalkan fungsi layanan bagi penduduk kota serta pelayanan ekonomi bagi wilayah belakangnya, maka perlu penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang memadai dan dukungan prasarana jalan dan terminal antar kota baik berupa penumpang maupun barang.

Kawasan perkotaan di kabupaten Kepahiang di tetapkan di Kota Kepahiang (kecamatan Kepaiang), Ujan Mas Atas (kecamatan Ujan Mas), Keban Agung (kecamatan Bermani Ilir) dan durian Depun (Kecamatan Merigi).

Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya dialokaskan berupa kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten, Kawasan Pertahanan dan Keamanan, dan Kawasan Pusat Peribadatan. Kawasan budidaya lainnya tersebut merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Penetapan kawasan budidaya lainnya dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan, dan pemantauan kegiatan termasuk penyediaan prasarana dan sarana maupun penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan budidaya.

1. Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten

Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Kepahiang saat ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Kepahiang. Bila dirunut berdasarkan kelurahan, lokasi kawasan pemerintahan tersebut berada pada Desa Kelobak Berdasarkan letak geografisnya, kawasan pusat pemerintahan kabupaten memiliki keuntungan nilai strategis yang sangat besar. Lokasinya berada sisi jalan arteri primer yang menghubungkan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan dan berada dekat dengan pusat kota Kepahiang yang terus tumbuh dan berkembang dengan pesat.

Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten didukung dengan fasilitas transportasi yang cukup baik yang menghubungkan dengan beberapa lokasi di sekitar Kota Kepahiang dan kota Curup. Kawasan Pusat Pemerintahan kabupaten saat ini merupakan kawasan perkantoran yang mencakup perkantoran untuk

Laporan Akhir III-71

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

dinas/instansi pemerintah daerah, termasuk kantor polisi dan Legislatif dan unsur- unsur muspida di Kabupaten Kepahiang. Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Kepahiang letaknya dekat dengan kawasan perdagangan dan jasa serta kegiatan ekonomi usaha kecil dan menengah terletak di sekitar Pasar Kepahiang sepanjang koridor Jalan arteri primer yang membentuk pola memita (ribbon pattern).

Pengembangan Kawasan Pusat Pemerintahan Kabupaten Kepahiang, sesuai dengan rencana mencakup seluas ± 85 Ha. Saat ini luas area yang telah dikembangkan sudah mencapai 20,5 Ha. Pengembangan selanjutnya akan dilakukan secara bertahap mengingat sampai saat ini belum seluruh dinas/instansi pemerintah daerah sudah berkantor di Pusat Pemerintahan kabupaten. Sesuai dengan rencana, pengembangan kawasan Pusat merupakan bagian dari rencana pengembangan Kota Kepahiang.

2. Kawasan Peruntukan Pusat Peribadatan

Pengembangan Kawasan Pusat Peribadatan. berlokasi di Kecamatan Kepahiang. Bila dirunut berdasarkan kelurahan, lokasi kawasan pusat peribadatan tersebut berada pada desa Kelobak tepat di depan kantor DPRD kab Kepahiang. Berdasarkan letak geografisnya, kawasan pusat peribadatan memiliki keuntungan nilai strategis yang sangat besar. Lokasinya berada sisi jalan arteri primer yang menghubungkan Provinsi Bengkulu dan Sumatera Selatan dan berada dekat dengan pusat pemerintahan kabupaten.

Kawasan Pusat Peribadatan didukung dengan fasilitas transportasi yang cukup baik yang menghubungkan dengan beberapa lokasi di sekitar Kota Kepahiang dan kota Curup. Kawasan Pengembangan Kawasan Pusat Peribadatan, sesuai dengan rencana mencakup seluas 10 Ha Pengembangan area Pusat Peribadatan akan dilakukan secara bertahap dan diperuntukan untuk mesjid jamik, pusat kegiatan kajian Islam (Islamic Centre), dan hotel. Sesuai dengan rencana, pengembangan kawasan Pusat Peribadatan tersebut merupakan bagian dari rencana pengembangan Kota Kepahiang.

3. Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan

Pembangunan kantor untuk Pertahanan dan Keamanan atau Koramil rencananya di Kecamatan Bermani Ilir desa Talang Pito dan Pengembangan Kawasan Pertahanan dan Keamanan berlokasi di Desa Muara langkap perbatasan antara

Laporan Akhir III-72

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Kecamatan Bermani Ilir dan Simpang Perigi (Kab. Empat Lawang) Berdasarkan letak geografisnya, kawasan pertahanan dan keamanan cukup strategis. Lokasinya berada sisi jalan kolektor primer yang menghubungkan Kota Bengkulu dan Pagar Alam (Provinsi Sumatera Selatan).

Pengembangan Kawasan Pertahanan dan Keamanan, sesuai dengan rencana mencakup seluas ±10 Ha. Pengembangan area Pusat Pertahanan dan Keamanan akan dilakukan secara bertahap dan diperuntukan untuk kantor, lapangan olahraga, lapangan untuk latihan, dan asrama.

c. Rencana Kawasan Strategis Kabupaten

Berdasarkan kondisi serta potensi yang ada, maka Kabupaten Kepahiang memiliki beberapa Kawasan Strategis yang mencakup kepentingan ekonomi, fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi

Kawasan Strategis Ekonomi yang diutamakan dalam program pengembangan kawasan diprioritaskan, terutama terkait dengan kontribusi pengembangan kawasan yang diprioritaskan dalam strategi pengembangan wilayah yang lebih luas. Strategi dasar pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi tersebut, pada dasarnya mengalami perkembangan kebutuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh perubahan sosial ekonomi dan modernisasi yang mendorong terciptanya kegiatan ekonomi yang lebih berkembang.

Berdasarkan pengaruh dan perkembangan serta dampak yang ditimbulkannya, dikenal adanya tingkat kepentingan perekonomian pada tingkat regional dengan sub serta regional dengan nasional, yang berpotensi terhadap pengembangan simpul-simpul jasa ekonomi, permukiman perkotaan, pengembangan industri, pertanian, pariwisata.

Berdasarkan arah kebijakan dari Provinsi Bengkulu, maka Kabupateng Kepahiang termasuk ke dalam Kawasan Strategis Wilayah Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Kepahiang sebagai Kawasan pertanian, perkebunan, agro industri dan peternakan. Kawasan ini merupakan kawasan yang menjadi salah satu sumber pendapatan utama Provinsi Bengkulu sampai saat ini masih merupakan salah satu andalan pendapatan daerah hingga 20 tahun mendatang. Kawasan ini merupakan

Laporan Akhir III-73

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuan ekonomi dengan memanfaatkan komoditas unggulan bidang pertanian.

Kawasan pertumbuhan ekonomi ini memiliki karakteristik :  Potensi ekonomi cepat tumbuh;  Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;  Potensi ekspor;  Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;  Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;  Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;  Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi; atau  Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten;

Berdasarkan kondisi serta potensi yang ada, di Kabupaten Kepahiang saat ini sudah terdapat Kawasan Strategis Provinsi yaitu Kawasan Strategis Agropolitan, yang meliputi 4 (empat) kecamatan di Kabupaten Kepahiang. Kecamatan yang menjadi pusat Kawasan Strategis Agropolitan tersebut adalah Kecamatan Ujan Mas dengan komiditi unggulan adalah sayur-sayuran. Adapun 4 (empat) kecamatan yang termasuk wilayah Kawasan Strategis Agropolitan tersebut adalah: 1) Kecamatan Kepahiang, 2) Kecamatan Ujan Mas 3) Kecamatan Merigi 4) Kecamatan Kabawetan

Sedangkan 4 (empat) kecamatan yang tidak termasuk didalam Kawasan Strategis Agropolitan dan secara karakteristik wilayah memang memiliki produk unggulan yang berbeda dengan Kawasan Strategis Agropolitan. Adapun produk unggulan yang dimiliki 4 (empat) kecamatan yang tidak termasuk kawasan strategis agropolitan adalah Tanaman Perkebunan: Kopi, Lada Persawahan Irigasi. dan Hortikultura Empat kecamatan yang dimaksud adalah : 1) Kecamatan Tebat Karai. 2) Kecamatan bermani Ilir.

Laporan Akhir III-74

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

3) Kecamatan Muara Kemumu. 4) Kecamatan Seberang Musi

Dengan melihat produk unggulan yang dihasilkan oleh 4 (empat) kecamatan tersebut, maka sebaiknya Kawasan Strategis Kabupaten Kepahiang juga ditetapkan menjadi Kawasan Strategis Tanaman Perkebunan dengan pusat kegiatan berada di kecamatan Bermani Ilir, Muara Kemumu, Kecamatan Tebat Karai, dan Kecamatan Seberang Musi.

Pemilihan kecamatan Bermani Ilir sebagai pusat kawasan strategis kabupaten dengan mempertimbangkan dukungan dari prasarana dan sarana yang ada dan sangat strategis. Hal ini dapat membuka peluang didirikannya Pergudangan hasil tanaman perkebunan dan industri turunan dari Lada, Kopi, dll. Sedangkan untuk Tebat Karai ditetapkan sebagai Kota Terpadu Mandiri (KTM), dimana keberadaannya memiliki posisi yang strategis dalam Pusat koleksi komoditas pertanian yang dihasilkan sebagai bahan mentah industri.

Penetapan kawasan trategis perkebunan di Bermani Ilir ini adalah dari sisi Kawasan Strategis Ekonomi, yang mengutamakan program pengembangan kawasan prioritas, terutama terkait dengan kontribusi pengembangan kawasan wilayah yang lebih luas. Strategi dasar pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi tersebut, pada dasarnya mengalami perkembangan kebutuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh perubahan social ekonomi dan modernisasi yang mendorong terciptanya kegiatan ekonomi yang lebih berkembang.

Berdasarkan pengaruh dan perkembangan serta dampak yang ditimbulkannya, dikenal adanya tingkat kepentingan perekonomian pada tingkat regional dengan sub serta regional dengan nasional, yang berpotensi terhadap pengembangan simpul-simpul jasa ekonomi, permukiman perkotaan, pengembangan industri, pertanian, pariwisata.

2. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup ditetapkan dengan :  Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati.

Laporan Akhir III-75

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan.  Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara.  Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro.  Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkunganhidup.  Rawan bencana alam nasional.  Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Yang termasuk ke dalam kawasan strategis dengan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup di Kabupaten Kepahiang adalah kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam sebagai Kawasan Strategis Kabupaten, Kawasan Strategis Hutan Lindung dan Taman Wisata Alam tersebar di :  Hutan Lindung Bukit Daun, dengan luas 7.829,00 Ha, yang penyebarannya berada di wilayah kecamatan Kepahiang, Seberang Musi dan Ujan Mas :  Hutan Lindung Konak, dengan luas 11,11 Ha, yang penyebarannya berada di Kecamatan Kepahiang;  Hutan Lindung Rimbo Donok, dengan luas 433,30 Ha, yang penyebarannya berada di wilayah Kecamatan Bermani Ilir dan Tebat Karai;  Hutan Lindung Bukit Balai Rejang, dengan luas 1.315,00 Ha, penyebarannya berada di wilayah Kecamatan Muara Kemumu, dan  Taman Wisata Alam Bukit Kaba yang merupakan deliniasi wilayah Kabupaten Kepahiang adalah 8.518 Ha.

Kawasan Strategis Hutan Lindung dengan arahan pengembangan sebagai berikut:  Pengembangan Kegiatan Evakuasi Bencana.  Pengembangan Kegiatan Rekreasi Luar Ruang.  Kegiatan Pengembangan Satwa Langka.  Pembatasan dan Pengendalian Pembangunan.  Pemanfaatan ruang untuk budidaya hanya diizinkan bagi fasilitas pendukung dengan tidak mengurangi fungsi kawasan lindung dan di bawah pengawasan ketat;

Laporan Akhir III-76

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

 Melarang pemanfaatan ruang yang mengganggu bentang alam, mengganggu kesuburan serta keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna, serta kelestarian lingkungan hidup;  Melarang kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistemnya, seperti perambahan hutan, pembukaan lahan, penebangan pohon dan berburu satwa yang dilindungi.

3.6 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KEPAHIANG

Amanat kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun sejumlah dokumen perencanaan pembangunan daerah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008. Kedua Undang-Undang tersebut mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah untuk menyusun rencana pembangunan daerah, termasuk ke dalamnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan jangka waktu 5 tahun. Kabupaten Kepahiang pada Bulan Desember 2015 telah menyelenggarakan pemilihan Kepala Daerah dan telah berhasil menetapkan pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode 2016–2021. Berkaitan dengan hal-hal tersebut diatas, maka disusun RPJMD Kabupaten Kepahiang Tahun 2016-2021 yang kemudian ditetapkan melalui Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Kepahiang. Dokumen RPJMD ini disusun guna menjabarkan Visi dan Misi serta Program Kepala Daerah kedalam tujuan dan sasaran, arah kebijakan, strategi, kebijakan umum dan program pembangunan, program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan, serta indikator kinerja pembangunan.

3.6.1 Kebijakan Pembangunan Daerah

Dokumen RPJMD Kabupaten Kepahiang Tahun 2016-2021 merupakan penjabaran Visi dan Misi Kepala Daerah Terpilih untuk kurun waktu 5 tahun. Dokumen RPJMD Kabupaten Kepahiang Tahun 2016-2021 menjadi bagian integral sistem perencanaan pembangunan nasional, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004. RPJMD disusun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kepahiang Tahun 2005-2025. Berdasarkan permasalahan dan identifikasi isu-isu strategis yang terjadi di tingkat global, nasional, regional dan lokal, isu strategis yang menjadi prioritas

Laporan Akhir III-77

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

pembangunan di Kabupaten Purwakarta dalam 5 (lima) tahun kedepan adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan Bidang Infrastruktur

Kualitas dan kuantitas Infrastruktur wilayah masih belum memadai sehingga perlu perbaikan dan pembangunan Jalan, Jembatan, Sarana Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan, masih perlunya keberlanjutan pembangunan dalam membuka keterisolasian wilayah yang belum terselesaikan dan belum optimal, masih kurangnya ketersediaan sarana prasarana lalu lintas angkutan jalan, sarana parkir dan penerangan jalan umum, belum maksimalnya pemerataan pasokan energi listrik antar wilayah, masih banyaknya desa yang di katagorikan sebagai desa tertinggal dan aset pemerintah daerah kurang terkelolah dan termanfaatkan dengan baik.

2. Bidang Kesejahteraan Masyarakat.

Masih tingginya angka kemiskinan dan pengangguran di Kabupaten Kepahiang, produktifitas dan daya saing produk pertanian masih belum mampu menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), pembangunan sektor pertanian dalam arti luas mesih bersifat parsial dan belum terintegrasi dari sektor hulu hingga hilir sehingga belum mampu memberikan percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat, masih rendahnya tingkat kemandirian daerah Kabupaten Kepahiang karena sumber PAD belum dikelolah secara maksimal.

Masih perlu ditingkatkan komitmen kerjasama antar daerah atau antar wilayah, Pembangunan perekonomian masyarakat yang berbasis agribisnis dan pariwisata belum dibangun secara konprehensif, produktifitas pertanian dan pengetahuan teknologi pertanian petani masih rendah, infrastruktur pertanian dalam mendukung usaha tani masih rendah dan belum optimalnya pengelolaan pasca panen dan sitem pemasaran.

3. Bidang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Adanya kesenjangan kualitas sumber daya manusia, belum terentasnya program wajib belajar 9 tahun, Akses pendidikan lanjutan tingkat SLTP dan SLTA, Belum semua masyarakat memiliki jaminan pelayanan masyarakat, Belum optimalnya pelayanan kesehatan pada tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, Masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang paradigma sehat, tatanan kehidupan bermasyarakat cenderung semakin kurang disentuh oleh nilai-nilai agama, semakin meningkatnya

Laporan Akhir III-78

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

penyalagunaan narkoba, Penempatan PNS yang belum tepat sasaran dan tidak sesuai dengan potensi.

4. Bidang Pengelolaan Pemerintahan.

Belum optimalnya pelaksanaan pemerintahan dan birokrasi dalam efektifitas, efisien, transparansi dan akuntabilitas, masih rendahnya transpalansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

5. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Belum optimalnya pengelolaan bidang pariwisata, masih tingginya kerusakan Hutan, Lahan dan Daerah Aliran Sungai (DAS), kapasitas pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup masih belum optimal, belum optimalnya konservasi hutan dan keanekaragaman hayati serta lingkungan hidup yang berkelanjutan dan Kabupaten Kepahiang termasuk wilayah dalam kategori rawan bencana.

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang terangkum pada isu strategis yang telah diuraikan dan mengacu pada arah pembangunan tahap ketiga pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kepahiang Tahun 2006-2025 serta memperhatikan Visi Misi Kepala Daerah terpilih antisipasi untuk menjawab permasalahan umum daerah dimasa mendatang, maka dapat selanjutnya disusun strategi dan arah kebijakan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Laporan Akhir III-79

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

TABEL 3.8 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Visi : Terwujudnya Kabupaten Kepahiang yang maju, mandiri dan sejahtera Misi I : Mengembangkan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kepahiang yang sehat, cerdas, terampil dan produktif yang dilandasi nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatnya kualitas Meningkatnya kualitas Meningkatkan kualitas kesehatan  Meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak dan kuantitas kesehatan masyarakat masyarakat  Meningkatkan pecegahan dan penanggulangan penyakit pelayanan menular kesejahteraan sosial  Menjamin pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang tidak dan layanan dasar mampu/miskin  Menurunkan Prevalensi gizi buruk Meningkatkan akses, Meningkatkan ketersediaan  Meningkatkan sarana dan prasarana serta peralatan kesehatan pemerataan dan standar sarana dan ketenaga kesehatan di RSUD dan Puskesmas layanan kesehatan  Meningkatkan ketersediaan dan mutu SDM Kesehatan  Meningkatkan fasilitas pelayanan spesialistik secara bertahap Meningkatkan akses dan Meningkatkkan jangkauan dan  Mengembangkan program wajib belajar 12 tahun (semua anak pemerataan layanan akses layanan pendidikan yang usia sekolah harus bersekolah) pedidikan serta adil, merata dan berkualitas  Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan meningkatkan minat dan peningkatan pusat-pusat pembelajaran dan pelatihan baca disemua lapisan masyarakat Kab. serta meningkatkan minat baca masyarakat. Kepahiang Meningkatkan standar Meningkatkan kualitas tenaga  Meningkatkan mutu pendidikan dan kompetensi tenaga layanan pendidikan dan pendidik dan standar pendidikan pendidik relevansi pendidikan  Meningkatkan standar akreditasi pendidikan terhadap pengembangan potensi daerah Misi II : Meningkatkan efektivitas pemerintah daerah dalam mewujudkana reformasi birokrasi

Laporan Akhir III-80

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatnya kualitas Meningkatnya kualitas Meningkatkan dan memperluas 1. Meningkatkan standar kualitas pelayanan publik tata kelola pelayanan publik pelayanan publik 2. Mempercepat proses pelayanan publik pemerintahan dalam Meningkatnya Meningkatkan kompetensi dan 1. Penempatan ASN sesuai dengan kualifikasi pendidikan dan rangka pencapaian profesionalisme Aparatur kualifikasi aparatur jenjang karir. pemerintahan yang 2. Distribusi ASN yang merata berdasarkan kebutuhan dan baik dan bersih tupoksi SKPD 3. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aparatur berbasis kompetensi. Meningkatnya kinerja Meningkatkan kinerja pengawasan Penguatan sistem pengendalian internal Pengawasan internal Pemerintahan Daerah Meningkatnya kualitas Meningkatkan akuntabilitas 1. Optimalisasi penerapan sistem akuntabilitas kinerja pengelolaan kinerja dan keuangan serta 2. Optimalisasi pengelolaan keuangan dan aset daerah pemerintahan penerapan e-government 3. Optimalisasi pelaksanaan reformasi birokrasi 4. Penerapan e-planning dan e–budgeting dalam perencanaan dan pengelolaan pemerintahan.

Misi III : Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatnya Meningkatnya kualitas Membangun, mengembangkan  Peningkatan dan pemeliharaan Pembangunan infrastruktur ketersediaan dan kuantitas dan memelihara infrasruktur dasar kelistrikan infrastruktur dasar dan infrasruktur dasar diseluruh wilayah  pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur pertanian infrastruktur strategis untuk peningkatan produksi pasca panen dalam rangka peningkatan  Peningkatan dan pembangunan serta pemeliharaan produktifitas ekonomi infrastrukturjalan dan jembatan dan pelayanan dasar  Peningkatan akses penduduk terhadap sanitasi dan air bersih  Peningkatan dan pembangunan sarana informasi dan komunikasi masyarakat Meningkatnya kuantitas Membangun dan meningkatkan  Meningkatkan cakupan dan akses masyarakat terhadap dan kualitas infrastruktur pemanfaatan infrastruktur ketenagalistrikan potensial daerah yang strategis.

Laporan Akhir III-81

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

strategis dan berdaya  Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan dan saing keselamatan transportasi darat

Misi IV : Mengembangkan Perekonomian Kabupaten Kepahiang Yang Berdaya Saing, Berkeadilan dan Memberdayakan Ekonomi Kerakyatan Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Terwujudnya Meningkatkan Mengembangkan kawasan  Mengembangkan industri berbasis sumberdaya lokal dan Perekonomian yang pemberdayaan dan ekonomi terpadu potensi unggulan daerah berdaya saing, ekonomi kerakyatan berkeadilan dan berbasis potensi memberdayakan unggulan daerah dan ekonomi kerakyatan berdasarkan ciri khas lokal. Merehabilitasi pasar-pasar  Meningkatkanpotensipemudadalamkewirausahaan, tradisional kepeloporandankepemimpinandalampembangunan Meningkatkan kualitas kehidupan  Meningkatkanperandanpemberdayaanperempuan dan peran perempuan dalam  Meningkatkankualitashidupdanperlindunganperempuan pembangunan Misi V : Mendorong Peningkatan Penerimaan Pajak dan Penerimaan Negara bukan Pajak (PNBP) serta meningkatkan penerimaan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli Daerah lainnya. Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Meningkatnya Meningkatnya sumber Menggali potensi penerimaan  Optimalisasi penerimaan daerah dari sektor pajak dan retribusi dukungan pendanaan pendanaan dari sektor pajak baru sebagai sumber pembangunan daerah Pajak dan bukan Pajak pendapatan asli daerah. dari sektor Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Meningkatnya persentase Memaksimalkan peranan sumber  Membangun dan mengembangkan infrastruktur untuk dana APBD dari daya aparatur dan peranan menggerakkan ekonomi kreatif dan pariwisata pendapatan asli daerah kelembagaan dalam optimalisasi (PBB, Retribusi, dll) penarikan pajak daerah

Laporan Akhir III-82

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Tabel 3.9 Program Prioritas dan Kebutuhan Anggaran Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Laporan Akhir III-83

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-84

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

3.7 KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Analisis kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu mencakup penggunaan anggaran (Belanja Daerah) dan Pembiayaan Daerah. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah sangat menentukan hasil pembangunan yang diperoleh dalam kurun waktu tertentu, sehingga perlu mengedepankan efesiensi, efektifitas dan penghematan sesuai dengan prioritas yang diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap program-program strategis daerah.

3.7.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) memiliki unsur pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah. Kinerja keuangan daerah dapat diketahui dari kinerja pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah tersebut. Pendapatan daerah meliputi pendapatan asil daerah, dana perimbangan dan pendapatan lain-lain yang sah. Sedangkan belanja daerah meliputi belanja tidak langsung dan belanja langsung, sedangkan pembiayaan meliputi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Kondisi keuangan Kabupaten Kepahiang selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir mengalami fluktuasi seiring dengan perkembangan perekonomiannya. Indikatornya pada fluktuasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) selama ini yang komposisinya meliputi pendapatan, belanja dan pembiayaan.

3.7.2 Kinerja Pelaksanaan APBD

Analisis pendapatan daerah berikut ini memberikan gambaran kondisi pendapatan daerah yang tercermin dalam APBD. Pendapatan daerah mencakup Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah. PAD mencakup: 1) Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang meliputi Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus; serta 3) Kelompok Lain- lain Pendapatan Daerah yang Sah meliputi Hibah, Pendapatan Bagi Hasil Pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, Dana Penyesuaian, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya.

Kinerja pendapatan daerah dapat diukur dengan indikator derajat kemandirian keuangan daerah (desentralisasi fiskal). Indikator ini dihitung dari rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap total Pendapatan Daerah. Dengan mengetahui kemandirian keuangan daerah ini akan diketahui seberapa besar local taxing power suatu daerah, serta seberapa besar

Laporan Akhir III-85

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

kemampuan PAD dalam mendanai belanja daerah yang dianggarkan untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.

Derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Kepahiang dalam kurun waktu tahun 2011-2015 tergolong masih rendah, terlihat dari proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah hanya sekitar 3,35%-5,40%. Kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat ketergantungan Kabupaten Kepahiang terhadap dana transfer dari pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Bengkulu sangat tinggi.

1. Kondisi Pendapatan Daerah Periode Tahun 2011-2015

Kondisi pendapatan berdasarkan data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dari tahun 2011-2015, Pendapatan Daerah Kabupaten Kepahiang mengalami trend peningkatan. Peningkatan pendapatan Kabupaten Kepahiang seiring dengan peningkatan pendapatan yang diperoleh semua pos pendapatan baik melalui Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Kontribusi terbesar dalam Pendapatan Daerah dalam APBD Kabupaten Kepahiang selama 5 (lima) tahun terakhir bersumber dari pos Dana Perimbangan yang setiap tahunnya mengalami trend naik. Pertumbuhan rata-rata dana perimbangan tahun 2011- 2015 lebih kurang sebesar 12,22%. Adapun proporsi Dana Perimbangan dalam pendapatan daerah mencapai porsi 92,38% dari Pendapatan Daerah dalam APBD.

Untuk PAD sumbangsihnya terhadap pendapatan Kabupaten Kepahiang cukup tinggi, yakni berkisar 7,56%-95,09%. Dalam kurun waktu antara tahun 2011-2015 fluktuatif, mengalami pertumbuhan rata-rata 25,72% per tahunnya. Namun lain halnya dengan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah pertumbuhan rata-rata (25,49)%. Untuk lebih lengkapnya fluktuasi perkembangan pendapatan Kabupaten Kepahiang seperti pada Tabel 3.10.

Gambaran kondisi seperti di atas menunjukan eksisnya beberapa persoalan dan tantangan yang dihadapi Kabupaten Kepahiang. Persoalan mendasar dibidang keuangan ini adalah relatif tingginya tingkat ketergantungan fiskal Kabupaten Kepahiang terhadap transfer dana dari Pusat. Selama tahun 2011 s/d 2015 rata-rata kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah hanya 3,91%. Konsekuensinya, ketergantungan pemerintah daerah terhadap transfer dari pusat sangat tinggi.

Laporan Akhir III-86

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

2. Estimasi Pendapatan Daerah Tahun 2016-2021

Tantangan untuk lima tahun ke depan adalah meningkatkan proporsi PAD terhadap total penerimaan daerah melalui peningkatan realisasi potensi rill PAD. Diperlukan upaya maksimal dan kreatif agar kontribusi PAD terhadap penerimaan daerah meningkat. Untuk itu estimasi pendapatan daerah lima tahun yang akan datang menggunakan analisis pertumbuhan, maka gambarannya dapat dilihat pada Tabel 3.11.

Laporan Akhir III-87

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Tabel 3.10 Kondisi Pendapatan Daerah Kabupaten Kepahiang Tahun 2011-2015

Rerata Jenis Pendapatan Daerah 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan

28.77 A. Pendapatan Asli Daerah 16,161,744,606 17,384,371,194 13,306,845,000 18,078,746,681 35,270,023,898

17.33 1. Pajak Daerah 2,324,700,000 1,704,500,000 1,704,500,000 3,229,225,487 3,440,043,347

2. Retribusi Daerah 25.05 6,175,173,412 1,830,000,000 5,760,000,000 6,775,000,000 2,588,379,000 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 807.60 dipisahkan 2,347,676,194 2,275,676,194 72,000,000 2,347,676,194 6,330,451,551 4. Lain-lain Pendapatan Asli 91.74 Daerah yang sah 5,314,195,000 11,574,195,000 5,770,345,000 5,726,845,000 22,911,150,000

12.38 B. Dana Perimbangan 321,188,534,612 374,376,191,180 433,723,170,180 515,289,660,100 506,603,351,000 1. Dana Bagi Hasil Pajak/Dana Bagi Hasil 6.21 Bukan Pajak 22,808,706,612 27,027,531,180 27,027,531,180 26,507,531,180 28,700,048,000

16.91 2. Dana Alokasi Umum 264,545,028,000 317,587,000,000 357,903,449,000 402,021,565,000 415,341,353,000 3. Dana Alokasi Khusus 29,761,660,000 48,792,190,000 62,561,950,000 19.72 33,834,800,000 59,017,010,000 4. Dana penyesuaian 27,743,553,920 C. Lain-lain Pendapatan 39,036,523,794 39,036,523,794 84,290,806,365 (25.60) Daerah Yang Sah 81,331,018,498 14,232,527,870

1. Pendapatan Hibah 27,743,553,920 - 9,656,000,000 (38.82) 62,060,592,520 27,743,553,920

Laporan Akhir III-88

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Rerata Jenis Pendapatan Daerah 2011 2012 2013 2014 2015 Pertumbuhan 2. Dana darurat - - - - - 3. Dana bagi hasil pajak dari

provinsi dan pemda 11,292,969,874 20,284,829,365 23.95 9,719,850,978 11,292,969,874 11,292,969,874 lainnya 4. Dana penyesuaian dan - - - 54,349,977,000 117.27 otonomi khusus 9,550,575,000 5. Bantuan keuangan dari - - - - - provinsi/pemda lainnya

6. Pendapatan Lainnya - - - 2,939,557,996

PENDAPATAN DAERAH 430,797,086,168 418,681,297,716 486,066,538,974 547,600,934,651 626,164,181,263 10.68

Laporan Akhir III-89

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Tabel 3.11 Perkembangan Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2016-2021

PROYEKSI PENDAPATAN DAERAH (Rp) JENIS BELANJA 2016 2017 2018 2019 2020 2021

PENDAPATAN ASLI 31.064.880.486 33.640.380.486 31.140.380.486 31.141.890.486 31.141.890.486 34.256.079.535 DAERAH Pajak Daerah 3.820.473.076 4.820.473.076 4.202.520.383 5.085.049.664 5.085.049.664 5.593.554.630 Retribusi Daerah 2.039.479.000 2.617.479.000 2.329.226.900 2.818.364.549 2.818.364.549 3.100.201.004 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang 4.246.595.410 4.246.595.410 4.671.254.951 5.652.218.490 5.652.218.490 6.217.440.339 dipisahkan

Lain-Lain Pendapatan 20.958.333.000 23.051.416.300 27.892.213.723 27.892.213.723 30.681.435.095 Daerah Yang Sah 21.955.833.000 890.520.875.13 DANA PERIMBANGAN 586.844.002.000 565.588.485.000 669.061.514.000 809.564.431.940 809.564.431.940 4 Bagi Hasil Pajak / Non 15.632.118.000 17.674.607.000 25.259.718.000 30.564.258.780 30.564.258.780 33.620.684.658 Pajak Dana Alokasi Umum 616.565.261.91 421.122.370.000 421.122.369.000 463.234.607.000 560.513.874.470 560.513.874.470 7

240.334.928.55 Dana Alokasi Khusus 150.089.514.000 126.791.509.000 180.567.189.000 218.486.298.690 218.486.298.690 9

Laporan Akhir III-90

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

PROYEKSI PENDAPATAN DAERAH (Rp) JENIS BELANJA 2016 2017 2018 2019 2020 2021 LAIN-LAIN 120.335.498.10 PENDAPATAN 87.190.764.365 99.381.425.365 90.409.840.801 109.395.907.369 109.395.907.369 6 DAERAH YANG SAH Hibah 5.000.000.000- 0 - - - - Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Daerah 17.884.829.365 17.884.829.365 19.673.312.301 23.804.707.884 23.804.707.884 26.185.178.672 lainnya Dana Penyesuaian dan 64.305.935.000 81.496.596.000 70.736.528.500 85.591.199.485 85.591.199.485 94.150.319.434 Otonomi khusus PENDAPATAN 1.056.449.004.3 705.099.646.851 698.610.290.851 793.725.773.336 960.408.185.735 960.408.185.735 DAERAH 09

Sumber Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (Data diolah)

Laporan Akhir III-91

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-92

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-93

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-94

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-95

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-96

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-97

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-98

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-99

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-100

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-101

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)

Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Laporan Akhir III-102

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

3.8 ARAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Perda Bangunan Gedung mengatur tentang persyaratan administrasi dan teknis bangunan gedung. Salah satunya mengatur persyaratan keandalan gedung, seperti keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. Persyaratan ini wajib dipenuhi untuk memberikan perlindungan rasa aman bagi pengguna bangunan gedung dalam melakukan aktifitas di dalamnya dan sebagai landasan operasionalisasi penyelenggaraan bangunan gedung di daerah. Utamanya untuk daerah rawan bencana, Perda Bangunan Gedung sangat penting sebagai payung hukum di daerah dalam menjamin keamanan dan keselamatan bagi pengguna. Ketersediaan Perda BG merupakan salah satu prasyarat dalam prioritas pembangunan bidang Cipta Karya di kabupaten/kota.

Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan mengenai pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungan maupun keandalannya serta sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam RTRW Kabupaten Kepahiang dan/atau RTBL. a. Bangunan gedung fungsi hunian, dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggal; b. Bangunan gedung fungsi keagamaan dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan ibadah; c. Bangunan gedung fungsi usaha dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usaha; d. Bangunan gedung fungsi sosial dan budaya dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya; e. Bangunan gedung fungsi khusus dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi dan/atau tingkat risiko bahaya tinggi; dan f. Bangunan gedung lebih dari satu fungsi.

A. Persyaratan Bangunan Gedung

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Adapun persyaratan administratif bangunan gedung meliputi:

Laporan Akhir III-103

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

1. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; 2. Status kepemilikan bangunan gedung, dan IMB.

Sedangkan persyaratan teknis bangunan gedung meliputi:

1. Persyaratan tata bangunan dan lingkungan yang terdiri atas: a. persyaratan peruntukan lokasi; b. intensitas bangunan gedung; c. arsitektur bangunan gedung; d. pengendalian dampak lingkungan untuk bangunan gedung tertentu; e. rencana tata bangunan dan lingkungan.

2. persyaratan keandalan bangunan gedung terdiri atas: a. persyaratan keselamatan; b. persyaratan kesehatan; c. persyaratan kenyamanan; d. persyaratan kemudahan.

B. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Penyelenggaraan bangunan gedung terdiri atas kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

1. Kegiatan pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui proses perencanaan teknis dan proses pelaksanaan konstruksi.

2. Kegiatan pemanfaatan bangunan gedung meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pemeriksaan secara berkala, perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi (SLF), dan pengawasan pemanfaatan bangunan gedung.

3. Kegiatan pelestarian bangunan gedung meliputi kegiatan penetapan dan pemanfaatan termasuk perawatan dan pemugaran serta kegiatan pengawasannya.

4. Kegiatan pembongkaran bangunan gedung meliputi penetapan pembongkaran dan pelaksanaan pembongkaran serta pengawasan pembongkaran.

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, penyelenggara bangunan gedung wajib memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis untuk menjamin keandalan bangunan gedung tanpa menimbulkan dampak penting bagi lingkungan. Penyelenggaraan

Laporan Akhir III-104

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

bangunan gedung dapat dilaksanakan oleh perorangan atau penyedia jasa di bidang penyelenggaraan gedung.

C. Peran Masyarakat dan Pembinaan Dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan gedung dapat terdiri atas: 1. Pemantauan dan penjagaan ketertiban penyelenggaraan bangunan gedung; 2. Pemberian masukan kepada pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam penyempurnaan peraturan, pedoman dan standar teknis di bidang bangunan gedung; 3. Penyampaian pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang berwenang terhadap penyusunan RTBL, rencana teknis bangunan tertentu dan kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan; 4. Pengajuan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang mengganggu, merugikan dan/atau membahayakan kepentingan umum.

3.9 ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK) KABUPATEN KEPAHIANG

Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Kabupaten Kepahiang adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan untuk memberikan arah yang jelas, tegas dan menyeluruh bagi pembangunan sanitasi Kabupaten Kepahiang dengan tujuan agar pembangunan sanitasi dapat berlangsung secara sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan.Untuk memperbaiki perencanaan dan pembangunan sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor sanitasi kabupaten, diperlukan dokumen perencanaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman semua pihak dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif. Untuk itu dipandang perlu menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kepahiang Tahun 2014 – 2018. Dalam konteks yang lebih luas, SSK adalah sebuah langkah penting menuju pencapaian Millennium Development Goals (MDGs) di tahun 2015.

3.9.1 Kerangka Kerja Pembangunan Sanitasi

Pembangunan di suatu daerah adalah suatu proses yang bersifat multidimensi yang terdiri dari banyak aspek yang saling terkait secara langsung dan tidak langsung antara satu aspek dengan aspek lainnya. Idealnya semua aspek pembangunan dapat bergerak serentak dan tumbuh secara berbarengan dan setara dari waktu ke waktu. Namun karena terbatasnya

Laporan Akhir III-105

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

sumber daya yang tersedia maka pemerintah daerah harus menentukan visi, misi, tujuan dan sasaran pembangunan yang akan dicapai agar setiap tahapan dalam proses pembangunan akan terlaksana secara berkelanjutan dan berkesinambungan.

Berdasarkan evaluasi dan analisa kondisi daerah, Pembangunan Kabupaten Kepahiang tahun 2011 – 2015 merupakan kelanjutan pembangunan kurun waktu sebelumnya, yang menitik beratkan pada Industri, Pertanian dan Pariwisata sebagai sektor pemacu pembangunan sektor-sektor lainnya guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan peningkatan pada kwalitas sumberdaya manusia pelaku pembangunan di Kabupaten Kepahiang. Isu – isu daerah yang muncul akibat adanya permasalahan dan kebutuhan yang dihadapi oleh masyarakat, apabila tidak ditangani akan menimbulkan situasi dan kondisi sosial, ekonomi, fisik/lingkungan yang tidak layak secara kualitatif/normatif atau kuantitatif. Guna mengatasi hal – hal tersebut, maka ditetapkan Visi Pembangunan Daerah Tahun 2011 – 2015 yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai, yaitu : ”Kabupaten Kepahiang Terdepan Dalam Industri dan Pariwisata Berbasis Pertanian dan Sumber Daya Manusia”.

Berdasarkan kesepakatan Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Kepahiang yang dilaksanakan pada tanggal 28 September 2013 di Aula Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kepahiang dengan mengacu pada Visi dan Misi Kabupaten Kepahiang, maka Pokja Sanitasi Kabupaten Kepahiang menyepakati Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Kepahiang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.13 Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Kepahiang

Visi Kabupaten Misi Kabupaten Yang terkait Visi Sanitasi Misi Sanitasi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kepahiang  Misi Ke 2. Meningkatkan Terwujudnya 1. Melaksanakan Terdepan Dalam Industri Kesadaran Hukum Kabupaten pengelolaan air dan Pariwisata Berbasis Masyarakat Kepahiang yang limbah yang Pertanian dan Sumber bersih, sehat, indah, terintegrasi dan Daya Manusia dan nyaman untuk ramah mendukung sektor lingkungan industri dan pariwisata yang berwawasan lingkungan.

Laporan Akhir III-106

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Visi Kabupaten Misi Kabupaten Yang terkait Visi Sanitasi Misi Sanitasi Sanitasi Kabupaten Kabupaten  Misi ke 5. Meningkatkan 2. Mewujudkan Kualitas Sumber Daya system Manusia Melalui pengelolaan Pengembangan sarana persampahan dan Prasarana Pendidikan yang terpadu dan Perluasan Kesempatan Belajar Bagi Masyarakat.  Misi ke 6. Memanfaatkan 3. Mewujudkan dan Mengelola Sumber system drainase Daya Alam (SDA) Secara yang handal, Optimal dan terintegrasi dan Berkelanjutan. ramah lingkungan.  Misi ke 8. Meningkatkan 4. Meningkatkan Pemberdayaan promosi hygiene Masyarakat Secara sanitasi untuk Berkeadilan mengubah pola piker dan pola prilaku masyarakat untuk membudayakan PHBS.  Misi ke 9. Membangun Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat yang Berkeadilan

3.9.2 Tahapan Pengembangan Sanitasi

Pengembangan Sanitasi di Kabupaten Kepahiang akan dilaksanakan secara bertahap. Tahapan Pengembangan Sanitasi ini meliputi tahapan jangka pendek (1 – 2 Tahun), jangka menengah (5 – 10 Tahun) dan Jangka Panjang (10 – 15 Tahun). Dalam pembagian tahapan ini Pokja Sanitasi Kabupaten Kepahiang memperhatikan skala prioritas penanganan dengan mempertimbangkan beberapa aspek yaitu: Kepadatan Penduduk, karateristik fisik lingkungan, resiko sanitasi dan arah pengembangan wilayah (RTRW). Disamping itu tahapan pengembangan sanitasi Kabupaten Kepahiang juga diklasifikasikan berdasarkan sub sector yaitu sub sektor air limbah, sub sector persampahan dan subsector drainase.

A. Tahapan Pengembangan Sanitasi Sub Sektor Air Limbah

Pengembangan sanitasi sub sektor Air Limbah di Kabupaten Kepahiang dibagi dalam dua bentuk penanganan yaitu penanganan dengan system on site dan off site. Penganganan

Laporan Akhir III-107

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Air Limbah dengan system on site dibagi dalam 3 (tiga) zona wilayah pengembangan yaitu:

1. Zona I meliputi Kecamatan Kepahiang, Merigi dan beberapa desa dalam wilayah kecamatan Ujan Mas; Zona ini memiliki karateristik : kepadatan penduduk tinggi, resiko sanitasi sedang sampai tinggi, topografi bergelombang dan sebagai pusat pelayanan wilayah promosi. Pada zona ini diprioritaskan pembangunan MCK Komunal karena keterbatasan lahan dan kepadatan penduduk.

2. Zona II meliputi Kecamatan Ujan Mas, Kabawetan, Tebat Karai dan Bermani Ilir dengan karateristik kepadatan penduduk tinggi, resiko sanitasi sedang-tinggi, Topografi bergelombang. Pada wilayah ini pengembangan sanitasi air limbah diarahkan pada pengembangan septi tenk individu yang berstandar internasional

3. Zona III meliputi Kecamatan Seberang Musi, Muara Kemumu dan beberapa desa dalam wilayah Kecamatan Bermani Ilir, dengan karateristik: Kepadatan penduduk rendah-sedang, resiko sanitasi rendah-sedang, topografi bergelombang. Penanganan air limbah pada zona ini diarahkan untuk mengurangi praktek BABS dengan menyediakan septi tenk bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Disamping itu penanganan air limbah domistik juga akan dilakukan dengan system off site terutama di Kecamatan Kepahiang untuk skala kota. Hal ini dilakukan karena factor keterbatasan lahan dan kepadatan penduduk. Pembagian dari zona tersebut merupakan skala prioritas pengembangan sanitasi sub sector air limbah di Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada peta 2.1a dan 2.1b berikut ini. Tahapan Pengembangan Sanitasi subsector Air Limbah di Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.14 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domistik Kabupaten Kepahiang

Target Cakupan Layanan (%) Cakupan Layanan No Sistem Jangka Jangka Jangka Eksisting Pendek Menengah Panjang Black Water A Sistem On site 1 Individual 61,2 % 70 85 100 2 Komunal 2,2 % 5 10 15 3 Cubluk dan 2,1 % 1,5 1 0 Sejenisnya B Sistem Out site

Laporan Akhir III-108

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Target Cakupan Layanan (%) Cakupan Layanan No Sistem Jangka Jangka Jangka Eksisting Pendek Menengah Panjang 1 Skala Kota 0 5 10 20 2 Skala wilayah 0 0 0 0 C Buang Air Besar 51 % 40 25 0 Sembarangan (BABS) Grey Water D Sistem on site 1 Individual 13,6 % 15 20 25 2 Komunal 45,1 % 50 55 65 E Sistem Out site 1 Skala Kota 0 3 6 10 2 Skala wilayah 0 0 30 70

B. Tahapan Pengembangan Sanitasi Sub Sektor Persampahan

Pengembangan sanitasi sub sektor Persampahan di Kabupaten Kepahiang dibagi dalam 3 (tiga) zona wilayah pengembangan yaitu:

1. Zona I meliputi Kecamatan Kepahiang, Merigi, Ujan Mas, Tebat Karai dan Bermani Ilir; Zona ini memiliki karateristik : kepadatan penduduk tinggi, resiko sanitasi sedang sampai tinggi, topografi bergelombang dan sebagai pusat pelayanan wilayah promosi. Pada zona ini penanganan sampah akan dilaksanakan secara langsung oleh SKPD Teknis karena zona ini terletak pada jalur utama Kabupaten Kepahiang dan dapat diakses dengan mudah oleh kendaraan sampah. Pada zona ini penyebaran penduduk merata disepanjang jalan utama sehingga memudahkan penanganan sampah secara langsung.

2. Zona II meliputi Kecamatan Seberang Musi dan Muara Kemumu dengan karateristik kepadatan penduduk rendah-sedang, resiko sanitasi rendah-tinggi, Topografi bergelombang sebagai pusat pelayanan lingkungan. Pada zona ini penanganan sampah akan dilakukan secara tidak langsung hal ini dikarenakan kesulitan aksesibilitas.

3. Zona III meliputi Kecamatan Kabawetan dengan karateristik: Kepadatan penduduk sedang, resiko sanitasi rendah-sedang, topografi bergelombang, sebagai pusat pelayanan lingkungan. Pada zona ini penanganan persampahan akan dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat setempat atau berbasis masyarakat. Sampah- sampah organic akan diolah sebagai pupuk oleh masyarakat sedang sampah an

Laporan Akhir III-109

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

organic akan diolah baik dalam bentuk bahan jadi maupun bahan setengah jadi oleh masyarakat.

Pembagian dari zona tersebut merupakan skala prioritas pengembangan sanitasi subsector persampahan di Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada peta 2.2 berikut ini Tahapan pengembangan sanitasi sub sector persampahan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.15. Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Kepahiang

Cakupan Target Cakupan Layanan (%) No Sistem Layanan Jangka Jangka Jangka Eksisting Pendek Menengah Panjang A Penanganan Langsung (Direct) 1 Skala Perkotaan 78,7 % 80 90 100 2 Skala Wilayah 33 % 40 50 65 B Penanganan tidak langsung (indirect) 1 Skala zona 0 15 25 45 C Penanganan berbasis masyarakat 1 Skala Zona 0 15 30 60

3.9.3 Tahapan Pengembangan Sanitasi Sub Sektor Drainase

Pengembangan sanitasi sub sektor Drainase di Kabupaten Kepahiang akan didasarkan pada kalobarasi system Daerah Aliran Sungai dan Wilayah Administratif. Berdasarkan hal tersebut peanganan drainase dibagi dalam 3 (tiga) zona wilayah pengembangan yaitu:

1. Zona I meliputi Kecamatan Kepahiang, Kabawetan dan Tebat Karai; Zona ini memiliki karateristik : kepadatan penduduk tinggi, resiko sanitasi sedang sampai tinggi, topografi bergelombang dan aliran sungai berada pada titik terendah di Desa Taba Air Pauh dan sebagai pusat pelayanan wilayah promosi (PKWp).

2. Zona II meliputi Kecamatan Ujan Mas dan Merigi dengan karateristik kepadatan penduduk tinggi, resiko sanitasi sedang-tinggi, Topografi bergelombang dengan titik terendah berada pada Desa Pungguk Beringang, wilayah ini terletak pada bagian hulu dari Sub Das Musi dan sebagai pusat pelayanan local.

3. Zona III meliputi Kecamatan Bermani Ilir, Seberang Musi dan Muara Kemumu dengan karateristik: Kepadatan penduduk rendah-sedang, resiko sanitasi rendah-sedang,

Laporan Akhir III-110

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

topografi bergelombang, terletak dibagian hilir dari Subdas Musi dan sebagai pusat pelayanan local.

Pembagian dari zona tersebut merupakan skala prioritas pengembangan sanitasi subsector Drainase di Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada peta 2.3 berikut ini

Tahapan Pengembangan sanitasi subsector drainase dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 3.16 Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Kepahiang

Cakupan Target Cakupan Layanan (%) No Sistem Layanan Jangka Jangka Jangka Eksisting Pendek Menengah Panjang A Zona I 1 Kepahiang 60 65 75 85 2 Tebat Karai 30 35 45 55 3 Kabawetan 30 35 45 55 B Zona II 1 Merigi 40 50 60 80 2 Ujan Mas 40 50 60 80 C Zona III 1 Bermani Ilir 10 20 30 50 2 Muara Kemumu 10 20 30 50 3 Seberang Musi 10 20 30 50

3.9.4 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Sektor Sanitasi

Dalam penyusunan Penetapan Strategi Percepatan Pembangunan Sanitasi, Strategi Didefinisikan SebagaiUpaya Mencapai Tujuan Yang Terdiri Dari Berbagai Cara Atau Pendekatan. Mengingat strategi didefinisikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan, sebagai langkah awal perlu ditetapkan tujuan yang jelas yang hendak dicapai tentang pengelolaan sanitasi. Tujuan ini dirumuskan salah satunya berdasarkan hasil dari penetapan Tahapan Pengembangan Sanitasi. Terdapat beberapa pengertian dari Tujuan, diantaranya adalah sesuatu yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu tertentu, mengacu kepada pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisis stratejik. Selanjutnya disusun Sasaran atas tujuan yang hendak dicapai untuk dapat memberikan arahan yang lebih operasional. Sasaran diartikan sebagai hasil yang akan dicapai secara nyata oleh suatu organisasi dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.

Laporan Akhir III-111

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Dengan memperhatikan hasil identifikasi isu-isu strategis di dalam Buku Putih Sanitasi terutama mengenai isu strategis, permasalahan mendesak, dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat ini maka dirumuskanlah Tujuan, Sasaran dan strategi masing–masing komponen sanitasi sebagaimana didiskripsikan berikut ini:

3.9.5 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini, diharapkan pada akhir periode program jangka pendek, menengah dan jangka panjang akan terjadi peningkatan pelayanan prasarana dan sarana air limbah domestik. Walaupun hingga saat ini masih ditemukan sebagian penduduk Kabupaten Kepahiang yang dalam melakukan aktifitas pengelolaan air limbahnya masih menggunakan cara-cara pengelolaan secara konvensional atau Non Urban System , yaitu dengan cara membuang limbahnya di daerah terbuka seperti sungai, parit atau pun di kebun sebagaimana hasil daripada studi EHRA yang telah dilakukan. Upaya mencapai tujuan, sasaran dan strategi pengembangan program pengelolaan air limbah domestik yang diinginkan akan dilakukan secara bertahap.

Dalam pengelolaan air limbah domestik, terutama yang ingin dicapai adalah : tercapainya Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk layanan Air limbah domestik Tahun 2017 dan meningkatkan kondisi dan kualitas lingkungan. Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Pengelolaan Air limbah menurut RTRW Kabupaten Kepahiang secara umum rencana yang dikembangkan dalam hal pengelolaan Air limbah meliputi 5 aspek, yaitu Manajemen Operasioanal, Pendanaan, Komunikasi, Kelembagaan dan Peran Serta Masyarakat.

Kebijakan Pengembangan Air LimbahDomestik : Pengembangan sistem pengelolaan Air Limbah yang efisien dan efektif dan Penerapan mekanisme pengelolaan Air Limbah yang baik dan sesuai dengan masing-masing daerah. Adapun tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan Air Limbah Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:

Tabel 3.17 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Terbangunnya Meningkatnya Tidak ada air limbah Meningkatkan akses saluran air limbah aksesibilitas yang di buang ke layanan air limbah dari rumah pengelolaan air lingkungan tanpa bagi masyarakat limbah di diolah terlebih

Laporan Akhir III-112

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran masyarakat ke pemukiman yang dahulu di tahun yang tidak memiliki saluran sekunder berdasarkan hasil 2020 saluran air limbah. Ehra mencapai 78,7 % tidak memiliki saluran pembuangan air limbah selain tinja. Terpeliharanya Meningkatnya Tidak ada saluran air Meningkatkan saluran air limbah pemeliharaan limbah yang tidak pemeliharaan sarana prasarana terpelihara di Tahun sarana dan pengolahan air 2010 prasarana limbah. pengolahan air limbah. Terbangunnya Adanya instalasi Terbangunnya Membangun instalasi pengolahan air instalasi pengolahan Sarana-prasarana pengelolaan air limbah dan jaringan air limbah dan pengolahan air limbah dan pendukungnya. jaringan limbah di 3 zona. jaringan pendukungnya di pendukungnya tahun 2018 Terpenuhinya Berkurangnya air Tidak ada air limbah Meningkatkan standar teknis limbah yang belum yang dibuang ke pengawasan pengelolaan air memenuhi standar lingkungan tanpa pengolahan air limbah teknis yang mengalami limbah. dibuang ke pengolahan di tahun Meningkatkan lingkungan. 2019 sosialisasi pengolahan air limbah kepada masyarakat. Tersedianya Adanya peraturan Ditetapkannya Menyusun peraturan daerah daerah yang Peraturan Daerah Peraturan Daerah yang mengatur mengatur regulasi yang mengatur yang mengatur regulasi pengolahan air regulasi pengelolaan regulasi pengelolaan pengolahan air limbah air limbah di tahun air limbah di tahun limbah pemukiman. 2015. 2015 pemukiman. Tersedianya dana Adanya dana yang Teranggarkannya Meningkatkan yang cukup untuk cukup untuk Program/kegiatan program/kegiatan mengelola air mengelola air pengelolaan air pengelolaan air limbah pemukiman limbah limbah pemukiman limbah ke dalam pemukiman. sejak tahun 2015 APBD Kabupaten, APBD propinsi dan APBN.

Laporan Akhir III-113

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

3.9.6 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan

Rencana Tujuan, Sasaran, danstrategipembangunan/pengembangan persampahan dalam strategisanitasi Kabupaten Kepahiang memiliki jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun merupakan salah satu tahapan pengembangan lima tahunan daerah. Skenario pengembangan wilayah Kabupaten Kepahiang berdasarkan RTRW dan Renstra SKPD Kabupaten Kepahiang, didasarkan pada pertimbangan : 1) Struktur ruang kabupaten yang telah terbentuk (kawasan terbangun); 2) Pola jaringan infrastruktur utama yang telah ada (khususnya jaringan jalan). 3) Potensi dan kendala yang ada. 4) Kecenderungan perkembangan (berkaitan dengan pengembangan sektor unggulan). 5) Kebijakan pengembangan yang telah disusun dalam lingkup makro dan mikro, seperti arahan RTRWN dan RTRW Provinsi Bengkulu, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kepahiang. 6) kebijakan sektoral yang ada seperti rencana pengembangan jaringan jalan, drainase, listrik, serta penerbitan ijin lokasi untuk kegiatan industri, perumahan, perdagangan dll.

Tujuan, Sasaran, danStrategiPengembanganPengelolaan Persampahan menurut RTRW Kabupaten Ketek secara umum rencana yang dikembangkan dalam hal pengelolaan persampahan meliputi 5 aspek, yaitu manajemenoperasioanal, pendanaan, Komunikasi, Kelembagaan dan peran serta masyarakat.

Kebijakan Pengembangan Persampahan : 1) Pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang efisien dan efektif 2) Penerapan mekanisme pengelolaan persampahan yang baik dan sesuai dengan masing-masing daerah.

Adapun tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan persampahan Kabupaten Kepahiang dapat dilihat pada tabel 3.18 dibawah ini :

Tabel 3.18. Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Persampahan

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Tersedianya TPS di - Meningkatnya Berkurangnya - Meningkatkan wilayah pemukiman peran serta tumpukan sampah kemitraan pihak swasta di pinggir jalan di dengan pihak dalam tahun 2016 swasta dalam

Laporan Akhir III-114

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran menyediakan menyediakan TPSdi Wilayah TPS terutama di pemukiman. sekitar - Meningkatnya perkantoran pendanaan swasta dan APBD dalam pemukiman yang Pengelolaan dikembangkan Persampahan oleh pihak swasta. - Meningkatkan pendanaan APBD untuk pengadaan TPS Tersedianya Sarana Adanya sarana dan Meningkatnya Menyediakan alat dan Prasarana prasarana kinerja berat untuk Pengelolaan pengelolaan sampah pengelolaan menimbun dan sampah. berupa alat berat sampah di tahun memadatkan untuk menimbun 2016. sampah di TPA. dan memadatkan sampah sebanyak 2 unit. Tersedianya sarana Adanya sarana dan Meningkatnya Meningkatkan dan prasarana prasarana peran pihak peran pengembang persampahan di persampahan di swasta khususnya perumahan untuk permukiman permukiman pengembang menyediakan masyarakat. masyarakat perumahan dalam sarana dan khususnya menyediakan prasarana permukiman yang sarana prasarana persampahan dibangun oleh pihak persampahan dilingkungan swasta dilingkungan permukiman. permukiman. Termanfaatkannya Adanya Meningkatnya Meningkatkan sampah yang pemanfaatan usaha pendidikan dan bernilai ekonomis. sampah bernilai pemanfaatan pelatihan ekonomis oleh sampah bernilai pemanfaatan masyarakat. ekonomis oleh sampah bernilai masyarakat. ekonomis. Memberikan - Meningkatkan Masyarakat sadar Meningkatkan kesadaran kepada kesadaran akan pentingnya pengetahuan masyarakat akan masyarakat kebersihan masyarakat tentang pentingnya penanganan dampak sampah kebersihan sampah dan lingkungan kebersihan

Laporan Akhir III-115

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran - Melibatkan pihak swasta dalam sosialisasi pengangan sampah - Memberikan sosialisasi penanganan sampah Menambah sebaran Meningkatkan Wilayah - Menambah luasan penanganan wilayah pelayanan pelayanan yang armada angkut pelayanan persampahan meningkat dan crew persampahan - Membentuk transper depo disetiap kecamatan - Menciptakan kesadaran masyarakat untuk mengurangi sampah pada sumbernya

Kesadaran Meningkatkan Kesadaran - Sosialisasi masyarakat kesadaran masyarakat peraturan mengurangi sampah masyarakat untuk kabupaten menteri LH dan pada sumbernya mengurangin kepahiang menteri PU sampah pada - Membuat usulan sumbernya Perda sebagai turunan permen LH dan Permen PU

3.9.7 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase

Dalam perencanaan drainase perlu disusun petunjuk umum untuk tujuan penyiapan: Program penanganan drainase, dan Institusi pengelola system dan jaringan drainase, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU & PERA) Kabupaten dan kawasan tertentu dimungkinkan melibatkan pihak swasta (developer).

Laporan Akhir III-116

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Dalam konteks itu, acuan yang digunakan adalah Kepmen PU No 239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir. Dalam pengembangan system drainase harus memperhatikan sektor- sektor lain, karena pembangunan sector drainase tidak dapat dilepaskan dari pembangunan infrastruktur lainnya, termasuk rencana pengembangan daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota. 1. Rencana Pengembangan Kota Komponen program drainase harus mendukung scenario pengembangan dan pembangunan kota, serta terpadu dengan rencana pengembangan prasarana lainnya. 2. Perumahan Rakyat dan Tata Bangunan Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan penanganan dan pengelolaan sistem yang disiapkan oleh instansi lain (developer, perumnas, dan masyarakat) 3. Jalan Kota Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan dengan komponen jalan hendaknya disinkronkan dengan sistem yang disiapkan oleh penyusun system dan jaringan dalam komponen drainase.

Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Drainase menurut RPIJMD Kabupaten Kepahiang secara umum rencana yang dikembangkan dalam hal pengembangan tahapan pembangunan Drainase meliputi 5 aspek, yaitu Manajemen Operasioanal, Pendanaan, Komunikasi, Kelembagaan dan Peran Serta Masyarakat.

Kebijakan tahapan Pengembangan Drainase: Pengembangan sistem pembangunan Drainase yang efisien dan efektif, Penerapan mekanisme pembangunan Drainase yang baik dan sesuai dengan masing-masing kondisi daerah (Zoning). Adapun tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian pengembangan drainase dapat dilihat pada tabel 3.19 dibawah ini :

Tabel 3.19 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengembangan Drainase

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran Tersedianya Adanya target Tidak ada saluran Menetap target rencana dan target penyelolaan drainase drainase yang pembangunan pembangunan dan skala kabupaten . dibangun tanpa drainase pengelolaan target di Tahun 2015

Laporan Akhir III-117

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran drainase skala kabupaten

Terkelolanya Adanya tata kelola Tidak ada saluran Menyusun drainase secara drainase yang drainase yang dokumen menyeluruh mulai menyeluruh sehingga dibangun dengan perencanaan dari tahap drainase berfungsi tidak terencana pembanguan dan perencanaan, untuk mengalirkan Tahun 2015 pengelolaan konstruksi, operasi air permukaan ke drainase skala dan pemeliharaan badan air atau ke kabupaten. ditunjang dengan bangunan resapan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisifasi masyarakat Tersedianya perda Terwujudnya Adanya regulasi Menyusun yang mengatur penanganan drainase yang mengaatur regulasi penanganan saluran sesuai dengan wewenang dan pengelolaan drainase ketentuan yang tanggung jawab drainase berlaku penanganan drainase di tahun 2015 Tersedianya saluran Adanya saluran Adanya saluran Membangun drainase drainase disepanjang drainase di saluran drainase disepanjang jalan jalan sepanjang jalan disepanjang jalan Tersedianya Adanya Adaanya anggaran Menyediakan anggaran untuk keseimbangan dana drainase dalam anggaran untuk pengelolaan pembangunan jalan setiap pembangunan drainase dengan dana pembangunan drainase disetiap pembangunan jalan pembangunan drainase jalan. Tersosialisasinya Meningkatnya Berkurangnya Melaksanakan fungsi saluran pengetahuan dan pembuangan sosialisasi dan drainase kepada pemahaman limbah rumah advokaasi fungsi pelaksana dan pelaksana dan tangga ke saluran saluran drainase masyarakat masyarakat terhadap drainase sebesar ke pelaksana dan fungsi saluran 20% di tahun 2015. masyarakat. drainase Terbangunnya Adanya system Berkurangnya Melaksanakan system drainase drainase yang wilayah genangan pembangunan saluran drainase

Laporan Akhir III-118

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran yang berwawasan berwawasan dan rawan banjir di pada wilayah lingkungan lingkungan tahun 2015 genangan denga berwawasan lingkungan. Terlaksananya Meningkatnya Adanya pelibatan Melibatkan Pengelolaan partisifasi kelompok masyarakat drainase yang masyarakat dalam masyarakat yang dalam melibatkan pengelolaan berpartsifasi aktif pembangunan masyarakat drainase. dalam pengelolan drainase mulai disekitar lokasi drainase di sekitar tahap kegiatan. lokasi kegiatan. perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Terpeliharanya Adanya Berkurangnya Melaksanakan saluran drainase pemeliharaan dan saluran drainase pemeliharaan perbaikan saluran yang rusak dan rehabilitasi drainase yang rusak. sebanyak 30 % saluran drainase. ditahun 2016 Tersalurnya air Adanya koneksi Berkurangnya Mengalirkan air genangan pada saluran drainase saluran drainase dari dearah wilayah pada wilayah yang tidak tangkapan hujan permukiman pemukiman dengan terkoneksi dengan ke badan system drainase system drainase penerima air.

3.9.8 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengelolaan Promosi Higiene dan Sanitasi

Dengan memperhatikan tingkat pelayanan yang ada saat ini, diharapkan pada akhir periode program jangka, pendek, menengah dan jangka panjang telah direncanakan program- program PHBS. Walaupun, pada saat ini masih ada sebagian penduduk Kabupaten Kepahiang berprilaku hidup belum sehat. Upaya mencapai tujuan, sasaran, dan strategi pengembangan program yang di inginkan akan dilakukan secara bertahap.

Dalam mencapai dan memperbaiki pola hidup bersih dan sehat adalah : tercapainya Standar Pelayanan Minimum (SPM) untuk prilaku hidup bersih dan sehat Tahun 2017 dan meningkatkan kondisi dan kualitas lingkungan.

Untuk mencapai Tujuan, sasaran, dan strategi yang telah ditetapkan, maka akan ada strategi yang ditempuh antara lain: 1) Pemberdayaan Berwawasan kesehatan, 2)

Laporan Akhir III-119

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Pemberdayaan masyarakat, 3) Pengembangan upaya dan pembiayaan kesehatan, 4) Pengembangan dan Pemberdayaan SDM kesehatan.

Keberhasilan pelaksanaan rencana strategic instansi Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang ini sangat tergantung kepada konsistensi, komitmen dan kemauan yang kuat dari seluruh jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang dalam melaksanakannya. Untuk itu visi dan misi, tujuan, sasaran, kebijakan yang telah ditetapkan hendaknya dijadikan acuan dalam meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan kesehatan di Kabupaten Kepahiang dalam kurun waktu lima tahun (2013- 2018). Penyusunan SSK ini dilakukan sedemikian rupa sehingga hasil pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan kinerja tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepahiang.

Tabel 3.20 Tujuan, Sasaran dan Strategi Pengelolaan Promosi Higiene dan Sanitasi

Sasaran Tujuan Pernyataan Indikator Sasaran Strategi Sasaran Tersosialisasinya Meningkatnya Berkurangnya Sosialisasi dampak dampak negatip kesadaran prosentase pembuangan pembuangan masyarakat untuk masyarakat yang sampah sembarang sampah sembarang membuang sampah membuang sampah tempat terhadap tempat kepada pada tempatnya disekitar kesehatan masyarakat. pemukiman masyarakat. masyarakat di tahun 2020. Tersosialisasinya Meningkatnya Meningkatnya Sosialisasi dan dampak pengetahuan prosentase rumah advokasi Sanitasi pencemaran air masyarakat dalam yang sehat menjadi Total Berbasis limbah rumah mengelola limbah 85% di tahun 2015 Masyarakat (STBM) tangga terhadap cair rumah tangga yang pilar kesehatan kelimanya adalah masyarkat. Pengelolaan Limbah Cair rumah tangga. Terlaksananya Peningkatan Meningkatnya Melaksanakan inspeksi sanitasi kualitas air minum prosentase kualitas inspeksi sanitasi air sumur gali melalui dari sumber air air minum yang sumur gali. pengujian kualitas sumur gali melalui memenuhi syarat air sumur. inspeksi sanitasi kesehatan menjadi 100 % di tahun 2015

Laporan Akhir III-120

Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Kepahiang Tahun 2018 -2022

Sasaran Tujuan Pernyataan Indikator Sasaran Strategi Sasaran Tersosialisasinya Meningkatnya Meningkatnya Sosialisasi dan dampak pengetahuan dan prosentase rumah advokasi Sanitasi pencemaran limbah kesadaran prilaku yang sehat menjadi Total Berbasis padat (sampah) masyarakat dalam 85 % di tahun 2015 Masyarakat (STBM) terhadap status menangani sanitasi yang pilar kesehatan disekitar rumah. keempatnya adalah masyarakat Pengelolaan sekitarnya. sampah rumah tangga. Tersosialisasinya Meningkatnya Meningkatnya Sosialisasi dan fungsi penting pengetahuan prosentase advokasi di jamban sehat dalam masyarakat tentang penduduk yang masyarakat tentang rumah tangga sanitasi dasar di menggunakan sanitasi dasar dalam rumah jamban sehat rumah tangga. tangga menjadi 75 % di Tahun 2015

Laporan Akhir III-121