Kesenian Sisingaan Atau Odong Odong

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Kesenian Sisingaan Atau Odong Odong Kesenian sisingaan atau odong odong Moch fauzi nursalam Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia E-mail:[email protected] Abstract. Sisingaan art or odong odong is a typical art of eardrop that is still actively carried out until now. However, there are still many people who do not know the meaning or meaning that exists in this sisingaan tradition. By presenting this research we can describe more fully the tradition of this sisingaan. The method of this research is descriptive qualitative using the perspective of the participants as the preferred description in obtaining research results. The results obtained from the results of this research are the art of sisingaan or odong odong which is a form that can be accounted for by the people of Subang and the VOC that is applied into this language. For example, children as lion riders symbolize the younger generation who rule or dominate the invaders. With this research, the general public can learn and preserve this sisingaan tradition Keywords:art,subang ,history,sisingaan 1. Pendahuluan indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya di setiap daerahnya. Seni dan budaya tersebut tumbuh dan berkembang melalui pewarisan dari generasi ke generasi. Dalam pertumbuhannya, seni tidak hanya berkembang di daerah aslinya, juga berkembang ke wilayah lain yang tertarik untuk mengembangkan seni budaya tersebut (Susanti & Esih, 2019). Kesenian sisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah di sebelah utara Provinsi Jawa Barat bernama Kabupaten Subang. Sampai saat ini, kesenian sisingaan dipersepsikan oleh banyak orang sebagai bagian dari perjuangan rakyat yang dalam hal ini perlawanan terhadap tuan tanah atau penjajah (Junaedi, Lubis, & Sofianto, 2017). Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat dari kemajemukan tersebut adalah terdapat beraneka ragam ritual, tradisi atau upacara keagamaan yang dilaksanakan dan di lestarikan oleh masing-masing pendukungnya(Junita & Sidiq, 2017). Saat esenian sisingaan dewasa ini tidak hanya dipergelarkan dalam kaitannya dengan upacara khitanan, melainkan juga kaitannya dengan peristiwa-peristiwa upacara resmi yang bersikap lokal maupun nasional. Namun demikian, oleh karena memang pertunjukkan kesenian ini lebih sering dipergelarkan untuk menghibur anak yang akan dikhitan, maka dalam deskripsi ini pun lebih ditekankan pada jalannya pertunjukkan kesenian ini ketika ditampilkan dalam kesempatan upacara khitanan. 2. Metode Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berfokus pada pemahaman terhadap feno mena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode penelitian ini, peneliti menggunakan pe rspektif dari partisipan sebagai gambaran yang diutamakan dalam memperoleh hasil peneliti an.Metode sejarah adalah suatu proses menganalisis secara kritis terhadap sumber serta peni nggalan sejarah masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan dengan jejak-jejak sejara h yang diperoleh yang disebut historiografi (Dewi & Sumarno, n.d.) 3. Hasil dan Pembahasan Kesenian Sisingaan adalah kesenian khas Kabupaten Subang yang menampilkan 2-4 boneka singa yang diusung. Sisingaan yaitu patung boneka yang menyerupai singa sebagai simbol dari dua negara Belanda dan Inggris. Kesenian Sisingaan merupakan ungkapan rasa ketidaksenangan atau upaya pemberontakan dari masyarakat Subang kepada kaum penjajah. Dengan demikian sepasang Sisingaan muncul melambangkan kaum penjajah yaitu Belanda dan Inggris yang menindas rakyat Subang atau lambang kebodohan dan kemiskinan, maka diciptakan kesenian Sisingaan oleh para seniman (Sumarno,2017). Kesenian memiliki nilai apabila kesenian memiliki makna yang mendukung unsur didalamnya. Kesenian Sisingaan salah satu budaya yang memiliki unsur nilai yang memiliki makna. Kesenian Sisingaan memiliki makna filosofi yaitu makna perjuangan. Makna kesenian Sisingaan terdiri dari boneka atau patung singa, pengusung dan diusung (anak sunat), lagu, pengiring kesenian Sisingaan (Dewi, 2013) Sisingaan merupakan kesenian khas dari masyarakat Subang (Jawa Barat) yang menampilakan boneka sisingaan yang dinaiki 1 orang yang berjumlah 2 sampai 4 yang di usung oleh para pemainnya sambal menari. Biasanya yang naik di atas sisingaan adalah seorang anak kecil di khitan atau tokoh masyarakat. Banyak yang berpendapat kesenian ini muncul pada tahun 70-an. Waktu di anjungan jawa barat pada saat itu penampilan sisingaan ini masih sangat sederhana dan penampilan di anjungan jawa barat itu lah yang menjadi sisingaan yang di kenal oleh masyarakat sampai saat ini. Pertunjukan Sisingaan merupakan pertunjukan bentuk tarian di atas tandu yang di atas nya terdapat boneka yang berbentuk singa.pada umumnya di gunakan untuk pawai (arak-arakkan) atau pada acara khitanan (Witriani & Malarsih, 2019). Sisingaan pada umunnya di mainkan oleh laki-laki dewasa yang tergabung pada sebuah kelompok yang terdiri dari 8 orang. 1 boneka bdi gotong oleh 4 orang seorang pemimpin kelompok beberapa pemain waditra, dan 2 orang pemain jajangkungan atau engrang ( pemain menggunakan kayu sepanjang 3-4 meter). Para pemain memiliki keterampilan khusus, baik dalam menari atau memainkan waditra. Keterampilan khusus di perlukan karna di dalam pertunjukan di perlikan tim yang solid agar semua gerak tari yang di mainkan sambil mengotong benea sisingaan dapat selaras dengan musik yang dimainkan. Kesenian ini pada umumnya di mainkan pada siang hari dengan berkeliling kampung pada saat acar khitanan atau perayaan lainnya. Durasinya sebuah pementasan biasanya memakan waktuu cukup lama, tergantung rute yang di pilih untuk jalur sisingaan. Peralatan yang digunakan dalam permainan sisingaan adalah dua atau empat buah usungan boneka singa yang terbuat dari kayu yang di beri kain dan di beri tempat duduk di atasnya .sedangkan buru buru pada kepala dan ekos biasanya di buat dari kain yang di bentuk menyerupai bulu. Seperangkat waditra atau alat musik yang teridir dari dua buah kendang besar, sebuah terompet, tiga buah ketuk (bonang), sebuah kentrung (kulanter), sebuah gong kcil dan sebuah kecrek. Busana yang du gunakan pemain yaitu baju kampret atau pangsi, iket barangbang semplak, alas kaki salompak atau tarumpah. Pertunjukan sisingaan diawali dengan kata-kata sambutan yang dilakukan oleh pemimpin kelompok. Setelah pemimpin kelompok memberikan kata sambutan, barulah anak yang akan dikhitan atau tokoh masyarakat yang akan diarak dipersilahkan untuk menaiki boneka singa. Selanjutnya, alat pengiring ditabuh dengan membawakan lagu-lagu yang berirama dinamis sebagai tanda dimulainya pertunjukan. Kemudian, sejumlah 8 orang pemain akan mulai menggotong dua buah boneka singa (satu boneka digotong oleh 4 orang). Setelah para penggotong boneka singa siap, maka sang pemimpin akan mulai memberikan aba-aba agar mereka mulai melakukan gerakan-gerakan tarian secara serempak dan bersamaan. Para penggotong boneka itu segera melakukan gerakan-gerakan akrobatis yang cukup mendebarkan. Gerakan-gerakan tarian yang biasa dimainkan oleh para penggotong boneka singa tersebut adalah: igeul ngayun glempang, pasang/kuda-kuda, mincid, padungdung, gugulingan, bangkaret, masang, sepakan dua, langkah mundur, kael, ewag, jeblang, depok, solor, sesenggehan, genying, putar taktak, nanggeuy singa, angkat jungjung, ngolecer, lambang, pasagi tilu, melek cau, nincak rancatan, dan kakapalan. Sedangkan, lagu-lagu yang dimainkan oleh juru kawih untuk mengiringi tarian biasanya diambil dari kesenian Ketuk Tilu, Doger, dan Kliningan, seperti: Keringan, Kidung, Titipatipa, Gondang, Kasreng, Gurudugan, Mapay Roko, Kembang gadung, Kangsring, Kembang Beureum, Buah Kawung, Gondang, Tenggong Petit, Sesenggehan, Badudud, Tunggul Kawing, Samping Butut, Sireum Beureum, dan lagu Selingan (Siyur, Tepang Sono, Awet Rajet, Serat Salira, Madu dan Racun, Pria Idaman, Goyang Dombret, Warudoyong dan lain sebagainya). Pertunjukan sisingaan ini dilakukan sambil mengelilingi kampung atau desa, hingga akhirnya kembali lagi ke tempat semula. Dan, dengan sampainya para penari di tempat semula, maka pertunjukan pun berakhir. Makna dan Nilai Budaya Ada beberapa makna yang terkandung pada kesenian ini diantaranya: • Makna sosial, masyarakat subang masih percaya bahwa jiwa kenesian rakyat subang sangat berperan dalam diri mereka seperti egalitarian, spontanitas, dan rasa memiliki dari setiap rakyat yang ada. • Makna teatrikal, makna teatrikal ini dapat jelas di lihat dengan di tambahkannnya jajangkungan . • Makna komersial, karena sisingaan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka maka antusianisme yang berakibat munculnya puluhan bahwa ratusan kelompok sisingaan di berbagai daerah untuk mengikuti festival. Menunjukan peluang karena si pemenang akan mendapatkan bisnis yang sangat menggiurkan sama seperti bajidoran.. • Makna Spiritual, tradisi ini masih dipercaya oleh masyarakat lingkungannya untuk syukuran. Kreativitas mereka terhadap seni tradisi melalui penciptaan ide penambahan perangkat atau alur cerita yang sesuai dengan kondisi saat ini atau bahkan menciptakan sebuah kesenian tradisional yang diambil dari kekayaan budaya di Subang (Setiawan, 2013).Sisingaan tidak hanya mengandung nilai nilai estetika semata. Tetapi, ada nilai-nilai yang lainnya yang dapat di jadikan sebagi acuan pada kehidupan sehari hari dan bagi masyarakat. Nilai nilai itu antara lain adalah nilai kerja sama, kekompakan, ketertiban, dan ketekunan. Nilai nilai ini dapat di lihat dari adanya kebersamaan dalam melestarikan warisan budaya dan dalam pementasan yang dapat berjalan dengan lancar dan dalam penguasaan
Recommended publications
  • Boran Dance, Between Identity and Dance of Lamongan Tradition in the Perspective of Cultural Studies
    Proceding - International Seminar Culture Change and Sustainable Development in Multidisciplinary Approach: Education, Environment, Art, Politic, Economic, Law, and Tourism BORAN DANCE, BETWEEN IDENTITY AND DANCE OF LAMONGAN TRADITION IN THE PERSPECTIVE OF CULTURAL STUDIES Desty Dwi Rochmania Hasyim Asy'ari University of Tebuireng Jombang East Java [email protected] ABSTRACT Boran Dance which was originally created with the aim of following the traditional art festival organized by the East Java art council currently transformed into a traditional dance Lamongan. Stunted Boran dance is transformed into a traditional dance Lamongan does not appear suddenly but the results of the ideology of the ruling class (government Lamongan) through various systems and institutions, ranging from media, advertising, educational institutions and so on. This practice the researchers consider as an unnatural problem because the context of the construction of dance is outside of the traditional aesthetic rules of dance. Referring to the phenomenon of the researcher will analyze this problem with the perspective of western philosophy that is by approach theories of cultural studies. Through the approach of theories of cultural studies researchers trying to peel the extent to which Boran dance is transforming into traditional dance Lamongan and become Lamongan dance identity. Through critical thinking Gramsci, researchers try to analyze how far Boran dance transform itself into traditional Lamongan dance, and is there any legality of hegemony also in it. So as to make dance boran, as the identity of traditional dance Lamongan. Boran Dance was born from an iven of traditional art performances organized by the East Java Arts Council. Because to the existence and success of this dance is transformed from festival dance into traditional Lamongan dance.
    [Show full text]
  • Strategi Kolaborasi Dalam Seni Pertunjukan Tradisional Di Kabupaten Subang
    1 STRATEGI KOLABORASI DALAM SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL DI KABUPATEN SUBANG COLLABORATION STRATEGIES IN TRADITIONAL PERFORMING ARTS IN SUBANG Oleh Irvan Setiawan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung Jln. Cinambo No. 136 Ujungberung Bandung Email: [email protected] Naskah Diterima: 28 Februari 2013 Naskah Disetujui: 2 April 2013 E Abstrak Kesenian tradisional memegang peranan dalam pencirian dan menjadi kekhasan suatu daerah. Bagi wilayah administratif yang menjadi cikal bakal suatu kesenian daerah tentu saja tidak sulit untuk menyebut istilah kesenian khas dan menjadi milik daerah tersebut. Lain halnya dengan wilayah administratif yang tidak memiliki kesenian daerah sehingga akan berusaha menciptakan sebuah kesenian untuk dijadikan sebagai kesenian khas bagi daerahnya. Beruntunglah bagi Kabupaten Subang yang menjadi cikal bakal beberapa kesenian yang terlahir dan besar di daerahnya. Tidak hanya sampai disitu, Pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional tampak serius dilakukan. Hal tersebut terlihat dari papan nama berbagai kesenian (tradisional) di beberapa ruas jalan dalam wilayah Kabupaten Subang. Seiring berjalannya waktu tampak jelas terlihat adanya perubahan dalam pernak pernik atau tahapan pertunjukan pada beberapa seni pertunjukan tradisional. Kondisi tersebut pada akhirnya mengundang keingintahuan mengenai strategi kolaborasi apa yang membuat seni pertunjukan tradisional masih tetap diminati masyarakat Subang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang didukung dengan data lintas waktu baik dari sumber sekunder maupun dari pernyataan informan mengenai seni pertunjukan tradisional di Kabupaten Subang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kolaborasi yang dilakukan meliputi kolaborasi lintas waktu dan lintas ruang yang masih dibatasi oleh seperangkat aturan agar kolaborasi tidak melenceng dari identitas ketradisionalannya. Kata kunci: Strategi kolaborasi, pertunjukan tradisional Abstract Traditional arts play a role in the characterization of a region.
    [Show full text]
  • Analisis Partisipasi Kebudayaan
    ANALISIS PARTISIPASI KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN JAKARTA, 2016 ANALISIS PARTISIPASI KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN i KATALOG DALAM TERBITAN Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Analisis Partisipasi Kebudayaan/Disusun oleh: Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan. – Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, Kemdikbud, 2016 xi, 101 hal, bbl, ilus, 23 cm ISSN 0216-8294 Pengarah: Bastari Siti Sofiah Dwi Winanta Hadi Penulis Indardjo Penyunting: Darmawati Desain Cover Abdul Hakim ii KATA PENGANTAR Buku “Analisis Partisipasi Kebudayaan” ini merupakan hasil pendayagunaan data budaya hasil survai BPS. Partisipasi budaya merupakan derajat tertentu tentang keterlibatan warga masyarakat dalam melakukan serangkaian aktivitas budaya. Data yang digunakan dalam menyusun Analisis Partisipasi Kebudayaan ini bersumber dari Susenas 2015. Variabel-variabel yang dianalisis khususnya yang menyangkut aktivitas budaya seperti memasang bendera merah putih, berbusana daerah, produksi budaya, menghadiri dan menyelenggarakan upacara adat dari responden rumah tangga. Selain itu, dianalisis pula aktivitas budaya di dalam rumah dan luar rumah dari responden angota rumah tangga. Sifat dari analisis ini adalah diskriptif dengan responden rumah tangga dan anggota rumah tangga yang masing-masing mengacu pada analisis nasional, antar wilayah (desa kota), dan antar provinsi. Pusat Data dan Statistik Pendidikan
    [Show full text]
  • Upaya Pelestarian Pertunjukan Kuda Lumping Pada Paguyuban Putra Kendalisodo Kabupaten Semarang
    UPAYA PELESTARIAN PERTUNJUKAN KUDA LUMPING PADA PAGUYUBAN PUTRA KENDALISODO KABUPATEN SEMARANG Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari Oleh Vina Nur Oktaviani 2501416002 PENDIDIKAN SENI DRAMA TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020 ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: “Jika bisa kerjakan, jika tidak usahakan. Dibalik kesulitan pasti ada jalan. Berusaha dan berdoa adalah kunci utama” (Vina Nur Oktaviani) PERSEMBAHAN: 1. Universitas Negeri Semarang. 2. Paguyuban Putra Kendalisodo Kabupaten Semarang 3. Untuk Ayah, Ibu, dan Adik-Adik v PRAKATA Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikann skripsi dengan judul “Upaya Pelestarian Pertunjukan Kuda Lumping pada Paguyuban Putra Kendalisodo Kabupaten Semarang” ditulis untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar sarjana dalam bidang Pendidikan Seni Tari di Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni. Keberhasilan penelitian dengan judul Upaya Pelestarian Pertunjukan Kuda Lumping pada Paguyuban Putra Kendali Sada Kabupaten Semarang tidak lepas dari bimbingan, bantuan serta partisipasi dari berbagai pihak. Pada kesempatan yang sangat baik, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan studi di Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas ijin penulis. 3. Dr. Udi Utomo, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Sendratasik yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan penelitian. 4. Dr. Wahyu Lestari M.Hum., Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing, memberi motivasi, dan membantu peneliti menyelesaikan skripsi.
    [Show full text]
  • PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI KESENIAN SAMPYONG MAJALENGKA MICHAEL ARIYESTA TITALEY 146010084 Pembimbing 1: Adi Surahman,. M.Ds P
    PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI KESENIAN SAMPYONG MAJALENGKA TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Desain Komunikasi Visual Oleh MICHAEL ARIYESTA TITALEY 146010084 Pembimbing 1: Adi Surahman,. M.Ds Pembimbing 2: Fadhly Abdillah,. M.Ds PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS ILMU SENI DAN SASTRA UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2018 i HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Michael Ariesta Titaley NRP : 146010084 Program Studi : Desain Komunikasi Visual Judul Skripsi / Tugas Akhir :Perancangan Buku Ilustrasi Kesenian Sampyong Majalengka Telah berhasil diperhatankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Seni pada Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Ilmu Seni dan Sastra, Universitas Pasundan DEWAN PENGUJI Pembimbing 1 : Adi Surahman, M.Ds ………………. Pembimbing 2 : Fadhly Abdillah, M.Ds ………………. Ditetapkan di : ……………………………… Tanggal : ……………………………… ii HALAMAN PERNYATAAN ATAS ORISINALITAS Dengan ini saya menyatakan (menjamin) bahwa pengkaryaan Tugas Akhir ini dilakukan secara mandiri dan disusun tanpa menggunakan bantuan yang tidak dibenarkan, sebagaimana lazimnya pada penyusunan sebuah Tugas akhir. Semua elemen karya, kutipan tulisan dan atau pemikiran orang lain yang digunakan didalam penyusunan pengkaryaan baik dari sumber yang dipublisakikan ataupun tidak, telah dikutip dan disertakan sumbernya dengan baik dan benar menurut kaidah akademik yang berlaku. Pengkaryaan ini belum pernah diajukan pada pendidikan program sarjana di perguruan tinggi lain dan tindak plagiarism akan dikenakan sanksi seperti yang tercantum dalam peraturan akademik dan kemahasiswaan Universitas Pasundan. Michael Ariesta Titaley Perancangan Buku Ilustrasi Kesenian Sampyong Majalengka 146010084 iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Pasundan, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ………………………………………………………………………..
    [Show full text]
  • BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesenian Sisingaan
    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesenian Sisingaan adalah kesenian tradisional asli dari daerah Jawa Barat, tepatnya berada di kota Subang. Kesenian ini sangatlah disukai dan diminati oleh semua kalangan masyarakat di Subang dari dulu hingga sekarang. Bukan hanya masyarakat Subang saja yang menyukai kesenian Sisingaan, namun masyarakat dari kota dan daerah lain juga menggemari kesenian ini. Maka tak heran pada saat ini kesenian Sisingaan juga bisa ditemukan di kota-kota tetangga, seperti kota Bandung, Sumedang, Purwakarta dan sebagainya. Kita tahu bahwa kesenian Sisingaan adalah kesenian heleran atau hiburan rakyat. Namun pada perkembangannya sekarang kesenian Sisingaan bukan hanya sebagai kesenian heleran, yang fungsinya yaitu untuk mengarak anak sunat, tetapi juga menjadi kesenian pertunjukan dalam bentuk kemasan, yang fungsinya untuk menyambut para tamu-tamu agung atau tamu-tamu negara. Hal ini terjadi karena pada awalnya untuk menyambut Presiden kedua Indonesia yaitu Presiden Soeharto dalam rangka Kridha Pertanian di desa Muara kecamatan Ciasem, pada bulan oktober tahun 1968. Setelah itu Sisingaan menjadi salah satu kesenian yang berfungsi sebagai penyambut tamu-tamu negara, tepatnya pada tahun 1972 kesenian Sisingaan juga berkesempatan tampil di Istana Bogor dan pada tahun 1973 kesenian Sisingaan tampil di Istana Negara, serta tempat resmi kenegaraan lainnya hingga sekarang. Selain itu yang membuat kesenian Sisingaan menjadi lebih terkenal lagi adalah pada saat kesenian Sisingaan menjadi perwakilan kesenian dari Jawa Barat
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 519 Proceedings of the 3rd International Conference on Arts and Design Education (ICADE 2020) Art Perform in Saung Angklung Udjo as Memorable Tourism Experience Laras Ramadhania Putri*, Trianti Nugraheni, Juju Masunah Program Studi Pendidikan Seni Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Indonesia *[email protected] Abstract—This research was conducted to find out how the Angklung Udjo is one of the tourist destinations that has a Performing Arts at Saung Angklung Udjo became an Art cultural tourist attraction. Tourism in Bandung. The aim is to examine how the art performance presented at Saung Angklung Udjo and how the art According to the Law of the Republic of Indonesia Number performance becomes an attractive tour for local and foreign 10 of 2009 concerning tourism, a tourist attraction is anything tourists. This study uses a qualitative research design and that is unique, beautiful and valuable in the form of a diversity descriptive analysis method, researchers obtain data and examine of natural, cultural and man-made wealth, that is the target or it further for analysis. Data obtained from research instruments purpose of tourists visit. The condition of nature, flora and namely observation, interview, literature review and study fauna, as a gift from God Almighty, as well as historical documentation. After the data is obtained, its validity will be ancient, artistic and cultural heritage owned by the Indonesian processed by triangulation. Findings of this research show that people are the resources and capital for tourism development to Saung Angklung Udjo not only displays angklung performances, increase the prosperity and welfare of the people as contained but also presents other art performances such as dance and in Pancasila and the Preamble of Laws.
    [Show full text]
  • Pembelajaran Sejarah Dan Kesadaran Sejarah
    KESENIAN SISINGAAN DI KABUPATEN SUBANG Sumarno, Sumarjono, Sugiyanto dan Jilly Nuari Dewi E-mail: [email protected] Abstrak: Kesenian Sisingaan adalah kesenian khas Kabupaten Subang yang menampilkan dua sampai empat boneka singa yang diusung. Sisingaan merupakan patung boneka yang menyerupai singa sebagai simbol dari dua negara Belanda dan Inggris. Lahirnya Sisingaan merupakan bentuk perlawanan secara tertutup atau ungkapan sindiran terhadap penjajah. Tahun 1900an bentuk penyajian Sisingaan mengalami perubahan penyajian, gerak dan unsur pendukung. fungsi Sisingaan yaitu sebagai alat perjuangan untuk mengusir penjajah dan upacara ritual khitanan anak sunat. Kesenian Sisingaan menjadi multifungsi yaitu sebagai penyambutan tamu, peresmian gedung, pertunjukan, dan festival. Makna lahirnya kesenian Sisingaan terdapat pada boneka singa, pengusung & anak diatas singa, pengiring musik, dan gerakan. Artinya boneka singa merupakan lambang penjajah yaitu Belanda dan Inggris. Lambang singa digunakan sebagai ketegasan, kekuatan, kegarangan dalam melawan penjajah. Pengusung merupakan rakyat Subang yang tertindas oleh Penjajah, sedangkan anak di atas singa merupakan generasi muda yang mampu melawan penjajah yang iringi dengan musik salah satu cara memberikan semangat dalam melawan Belanda dan inggris. Gerakan yang dimainkan di kesenian Sisingaan ungkapan pantang menyerah dan selalu mencari segala cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kata Kunci: Kesenian, Sisingaan PENDAHULUAN Kebudayaan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia (Koenjaraningrat, 2009:144). Unsur kebudayaan terdapat tujuh yaitu: (1) peralatan dan perlengkapan hidup manusia; (2) mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi;(3)sistem kemasyarakatan; (4) bahasa; (5) kesenian; (6) sistem pengetahuan; dan (7) sistem kepercayaan; (religi) (Koenjaraningrat, 2009: 164-165). Kesenian adalah salah satu wujud hasil kebudayaan yang diciptakan oleh masyarakat dan memiliki nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan wilayah yang memiliki keanekaragaman kebudayaan dan masyarakat multikultural. Setiap wilayah memiliki corak dan kekhasannya masing-masing, berbeda-beda sesuai dengan letak geografisnya. Salah satu diantaranya wilayah Indramayu, yang merupakan salah satu wilayah yang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat. Posisinya yang berbatasan antara dua wilayah yang memiliki corak kebudayaan berbeda, akibatnya Indramayu memiliki kekhasan tertentu dalam Provinsi Jawa Barat. Indramayu memiliki adat dan kebudayaan yang beragam yang khas diantaranya yaitu, pesta laut nadran, mapag sri, sedekah bumi, memitu atau tingkeban, puputan, cukuran, baritan, rasulan, ruatan atau ngaruat, ngunjung, mapag tamba, jaringan, sintren, tari topeng, tari trebang randu kentir, berokan, rudat, sisingaan atau singa barong, dan sandiwara. Begitu pun dengan upacara adat atau tradisional yang masih perlu digali nilai-nilai budayanya dan menjadi tradisi yang kuat, yang dilakukan oleh masyarakat tersebut yang dari tahun ke tahun dirayakan oleh sebagaian besar masyarakat Eretan. Upacara adat atau tradisional merupakan salah satu bentuk ungkapan budaya yang saat ini masih dipertahankan. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: “negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai budaya suatu daerah salah satunya adalah upacara tradisional sebagai cerminan penghargaan terhadap kebudayaan bangsa. Dengan dilestarikannya suatu tradisi, maka generasi penerus dapat mengetahui warisan budaya nenek moyangnya. Sebagaimana dikemukakan oleh Wahjudi Pantja Sunjata (2008: 415) bahwa “dengan mengamati suatu tradisi yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat pendukungnya dapat diketahui tujuan, fungsi, makna, dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam tradisi yang dilakukannya itu”.
    [Show full text]
  • Ddcef07dd6db2bb316733023f7f
    Jurnal Seni Budaya Mudra, Volume 31 No 3 September 2016 WONDERFUL ARCHIPELAGO AS THE RESULT OF CULTURE DIASPORA THROUGH CARNAVALS IN INDONESIA Lois Denissa 1, Yasraf Amir Piliang2 Pribadi Widodo 3, Nuning Yanti Damayanti Adisasmito 4 1 Fine Art and Design Faculty, Maranatha Christian University, Bandung E-mail : [email protected] 2 ,3,4 Doctor Study Program, Fine Art and Design Study Program , The Bandung Institute f Technology, Bandung ABSTRAK Fenomena Fashion Karnaval yang terjadi di kota Kabupaten Jember sejak tahun 2003 telah diperhelatkan di bulan Juli-Agustus secara konsisten tiap-tiap tahun hingga sekarang. Keberadaannya telah memberi dampak positif bagi masyarakat kota kabupaten Jember. Bukan hanya mendorong kreativitas kawula muda dalam fashion karnaval namun juga meningkatkan perbaikan kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik dan pariwisata kota Jember. Jember Fashion Carnaval sedang berproses menjadi ikon kota Jember, kita kenali aktivitasnya lewat komunikasi lintas batas, media massa dan rutinitas kegiatan panggilan roadshownya dalam, luar negeri serta prestasinya di berbagai ajang kecantikan internasional. Keberhasilan JFC mengangkat nama kotanya sampai ke kancah internasional, menyebarkan pengaruh-pengaruh dan menciptakan daya tarik kota-kota lain di Tanah Air. Daerah lain terdorong untuk menggali potensi lokalitas masing-masing mengolahnya sedemikian rupa menjadi bentuk fashion karnaval yang serupa guna meraih kesuksesan. Masyarakat Indonesia telah mengenal seni pertunjukkan yang menampilkan iring-iringan pesta rakyat di sepanjang jalanan sebagai bagian dari religi, kegiatan ini telah menjadi tradisi yang mengakar sejak dahulu dan masih dilakukan sampai sekarang. Mengubah seni helaran menjadi seni pertunjukan kontemporer dalam bentuk fashion karnaval bukanlah hal yang bertentangan dengan budaya masyarakat Indonesia. Keduanya memiliki keserupaan visual dengan menggunakan jalanan sebagai tempat pertunjukan hanya berbeda tujuan.
    [Show full text]
  • Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
    MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN KEPROFESIAN MODUL PENGEMBANGAN MODUL PENGEMBANGAN A Kelompok KEPROFESIAN Kompetensi BERKELANJUTAN SENI BUDAYA SENI TARI SMA SENI TARI SENI BUDAYA Edisi Revisi 2018 SENI BUDAYA SENI TARI SMA TERINTEGRASI PENGUATANPENDIDIKANKARAKTER PEDAGOGI KELOMPOK KOMPETENSI A KOMPETENSI KELOMPOK KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK PROFESIONAL PENGETAHUAN SENI TARI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2018 PEDAGOGI : KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK 1. Penulis : Drs. Taufiq Eko Yanto 2. Editor Substansi : Winarto, M.Pd. 3. Editor Bahasa : Drs. Irene Nusanti, M.A. 4. Reviewer : Digna Sjamsiar, S.Pd. Bambang Setya Cipta, S.E, M.Pd. PROFESIONAL : PENGETAHUAN SENI TARI 1. Penulis : Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn. 2. Editor Substnsi : Dr. I Gede Oka Subagia, M.Hum. 3. Editor Bahasa : Rohmat Sulistya, S.T., M.T. 4. Reviewer : Dra. Gusyamti, M.Pd. Dra. Lilin Candrawati S., M.Sn. Desian Grafis dan Ilustrasi: Tim Desain Grafis Copyright © 2018 Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. SAMBUTAN Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru. Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam upaya peningkatan kompetensi guru.
    [Show full text]
  • Mamaos Art at Sanggar Sekar Panghegar in Cianjur City M
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 509 4th International Conference on Language, Literature, Culture, and Education (ICOLLITE 2020) Mamaos Art at Sanggar Sekar Panghegar in Cianjur City M. Rifki Rizaldin*, Nunuy Nurjanah, Chye Retty Isnendes Sundanese Language and Culture Education, School of Postgraduates Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT The purpose of this research is to describe the development and the way to preserve mamaos art in Cianjur City. A qualitative method for this research was employed to reveal the development and the efforts to preserve Mamaos art at Sanggar Sekar Panghegar in Cianjur City. Data were collected through observation, documentation, and interview. The results of this study reveal (1) the development of Mamaos art has experienced much progress; (2) the efforts to preserve the Mamaos art has received the support of the government, artists, and the community in Cianjur City. Mamaos Art at the Sekar Panghegar Studio has developed since 2000 with a majority of young players. In terms of development, Mamaos art at Sanggar Sekar Panghegar is considerably advancing, which is evidenced by the existence of Mamaos art to perform at celebrations both in the area and outside the region. The efforts to preserve the Mamaos art at Sanggar Sekar Panghegar have been made by all levels of society, artists, and government officials in Cianjur City to ensure the vitality of the art. Keywords: Cianjur, local art, mamaos 1. INTRODUCTION especially in Java, such as kuda lumping, sisingaan, angklung wayang golek, kuda rénggong and others, are Indonesia is very rich in culture from Sabang to the cultural heritage of the ancestors of the Indonesian.
    [Show full text]