PENANGANAN SAMPAH DI PESISIR PROPINSI (STUDI KASUS DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIMEULUE TIMUR)

TESIS

Oleh :

CUT HANNELIDA ERIZA 167004015

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara PENANGANAN SAMPAH DI PESISIR SIMEULUE PROPINSI ACEH (STUDI KASUS DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIMEULUE TIMUR)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

CUT HANNELIDA ERIZA 167004015/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Tanggal Lulus : 11 April 2019

Telah diuji pada

Tanggal : 11 April 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si

Anggota : 1. Dr. Drs. Fikarwin, M. Antropologi

2. Dr. Ir. Fatimah, MT

3. Rahmawati, S.Hut, M.Si, Ph.D

Universitas Sumatera Utara PENANGANAN SAMPAH DI PESISIR SIMEULUE PROPINSI ACEH (STUDI KASUS DI DESA SUKA MAJU KECAMATAN SIMEULUE TIMUR)

ABSTRAK

Permaslahan sampah tidak henti-hentinya dibahas, karena berkaitan dengan pola hidup serta kebudayaan masyarakat itu sendiri. Kabupaten Simeulue adalah salah satu kabupaten yang mengalami pertumbuhan penduduk dan ekonomi sehingga mengakibatkan peningkatan produksi limbah buangan atau sampah. Setiap pesisir di Kabupaten Simeulue tidak terlepas dari sampah seperti di kawasan pesisir Desa Suka Maju. Kawasan tersebut hampir disepanjang tanggul laut dipenuhi sampah penduduk. Penelusuran lapangan bahwa pemicu penumpukan sampah disebabkan kebiasaan warga yang masih sembarangan membuang sampah serta pihak pemerintah yang kurang memperhatikan kawasan tersebut. kelemahan pemerintah Kabupaten Simeulue adalah pengangkutan sampah, berdasarkan informasi bahwa interval pengangkutan sampah yang terlalu lama hinga 4-5 hari. Kemudian pengangkutan setiap rute petugas tidak dilaksanakan hingga selesai. Dari segi kebijakan pemerintah yang lemah sehingga warga mudah tidak mematuhi aturan. Meningkatnya produksi sampah tanpa pengolahan yang tepat menjadi alasan tidak terciptanya lingkungan yang bersih. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini lebih mengutamakan informasi dari informan yang dianggap dapat memberikan informasi. Informan dipilih dari kalangan masyarakat dan kalangan kedinasan terkait. Hasil penelitian menunjukan bahwa, penangan sampah di Desa Suka Maju masih banyak yang harus diperbaiki, faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan sampah yakni kebiasaan, budaya dan prilaku masyarakat, sarana pengumpulan, pengankutan dan pembuangan akhir sampah.

Kata Kunci: penanganan sampah, peran pemerintah, peran masyarakat, Simeulue.

i

Universitas Sumatera Utara WASTE MANAGEMENT IN THE SIMEULUE COAST OF ACEH PROVINCE (CASE STUDY IN SUKA MAJU VILLAGE, SIMEULUE TIMUR DISTRIC)

ABSTRACT

Waste management is constantly being discussed, because it is related to the lifestyle and culture of the community itself. Simeulue Regency is one of the districts that experienced population and economic growth, resulting in increased production of waste or garbage. Every coastal area in Simeulue Regency is inseparable from garbage such as in the coastal area of Suka Maju Village. The area is almost along the sea wall filled with resident garbage. Field searches that trigger the accumulation of garbage are caused by the habit of residents who are still carelessly dispose of garbage and the government which is not concerned about the area. the weakness of the Simeulue Regency government is the transportation of waste, based on information that the garbage transport interval is too long to 4-5 days. Then the transportation of each officer route is not carried out until it is finished. In terms of government policies that are weak so people easily fail to comply with the rules. Increasing waste production without proper processing is the reason for not creating a clean environment. This research is a type of qualitative research. This research prioritizes information from informants who are considered able to provide information. Informants were selected from the community and related service circles. The results of the study show that there are still many things to handle garbage in Suka Maju Village, the factors that influence waste management are habits, culture and behavior of the community, the means of collecting, transporting and disposing of waste.

Keywords: wasted handling, the role of the government, the role of the community, Simeulue.

ii

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan hiyah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan judul “Penanganan Sampah di Pesisir Simeulue Propinsi Aceh (Studi Kasus di Desa Suka Maju Kecamatan Simeulue Timur)” Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapatn terimakasih yang tulus kepada : 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara; 2. Prof, Dr. Robert Sibarani, MS, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 3. Bapak Dr. Miswar Budi Mulya, S.Si., M.Si selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 4. Bapak Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku ketua pembimbing dan Bapak Dr. Drs. Fikarwin, M. Antropologi selaku anggota pembimbing, yang telah banyak membantu penulis dalam mjemberingan dorongan, ide, saran, petunjuk dan bimbingan sehingga tesis ini dapat diselesaikan; 5. Ibu Dr.Ir Fatimah, MT dan Ibu Rahmawaty, S.Hut, M.Si, Ph.D selaku dosen pembanding yang banyak memberikan masukan dan saran serta nasehat; 6. Seluruh dosen dan pegawai yang telah banayak berjasa selama perkuliahan penulis; 7. Ayah saya T. Hanafiah dan ibu saya Suarnida yang tercinta serta Pakcik Ihsan Mikaris, ST, SE yang tersayang selalu mendukung saya dan mendoakan saya dalam menyelesaikan pendidikan; 8. Kepada Engga Sakriadi, S.Sos yang selalu menjadi penyemangat saya setiap hari dan spesial untuk adik Cut Amelia Shopia Zahra yang hendak melanjutkan studi perkuliahan dan saya doakan semoga sukses selalu; 9. Terkhusus teman-teman Gambuters (bang beny, bang jay, bang naek dan oca) yang selalu suport dalam menyelesaikan perkuliahan ini

Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, pemerintah dan masyarakat luas. Tesis ini masih jauh dari kata sempurna karena masih terdapat kelemahan dan kekurangan dari berbagai sisi, oleh karena itu saran dan kritikan sangat diharapkan guna penyempurnaannya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2019 Penulis,

Cut Hannelida Eriza

iii

Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP

Cut Hannelida Eriza lahir di Kabupaten Simeulue Kecamatan Simeulue Tengah, Kampung Aie tanggal 18 September 1994. Jenjang pendididkan dasar ditempuh di SD Negeri 1 Lamamek, Simeulue Barat (tahun 2001-2006) dan SMP Negeri III Sigulai, Simeulue Barat (tahun 2006-2009). Adapun jenjang pendidikan menenga di SMA Negeri 1 Malasin (tahun 2009-2012). Kemudian penulis melanjutkan kuliah S-1 (tahun 2012-2016) di Universitas Sumatera Utara jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP) di bawah Fakultas Pertanian. Diselah perkuliahan penulis mengikuti beberapa organisasi seperti oraganisasi Horas Diving Club (tahun 2015-2016) yang beranggota seluruhnya dari mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan USU. Kemudian merupakan anggota Himpunan Mahasiswa Perikanan wilayah Sumatera (tahun 2015 hingga sekarang). Penulis juga sempat menjadi Asisten Laboraturium Oceanografi (tahun 2015-2016). Setelah wisudah pada pada bulan Agustus tahun 2016 kembali mendaftar untuk mengikuti kuliah selanjutnya (S-2) pada tahun 2016 diterima kembali menjadi bagian Universitas Sumatera Utara, jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Pada tahun 2019 penulis menyelesaikan studi di Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan dengan judul Tesis “(Penanganan Sampah di Pesisir Simeulue Propinsi Aceh (Studi Kasus di Desa Suka Maju Kecamatan Simeulue Timur)”. Penulis melakukan penelitian di daerah asal dengan tujuan selain lebih bermanfaat kapada daerah penulis juga ingin tau fakta mengenai kebersihan lingkungan di Kabupaten Simeulue sendri. Selanjutnya adalah penulis bertujuan agar penelitian ini dapat dimanfaatkan di kalangan Kabupaten Simeulue.

iv

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...... iv DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL ...... viii DAFTAR GAMBAR ...... ix BAB I . PENDAHULUAN...... 1 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 5 1.3 Tujuan Penelitian ...... 6 1.4 Manfaat Penelitian ...... 6

BAB II .TINJAUAN PUSTKA ...... 7 2.1 Permasalahan Lingkungan ...... 7 2.2 Sumber pencemaran Lingkungan ...... 9 2.3 Partisipasi Masyarakat Menjaga Kebersihan Lingkungan... 11 2.4 Peran Pemerintah dalam Mengelola Sampah ...... 12 2.5 Persyaratan Teknis Pengelolaan Sampah ...... 15 2.5.1 Teknik Operasional Sampah ...... 15 2.6 Faktor-Falktor yang Mempengaruhi Sistem Pengelolaan Sampah (SNI 19-24554-2002) ...... 16 2.7 Tingkat Operasional ...... 17 2.7.1 Pewadahan Sampah ...... 17 2.7.1.1 Pola Pewadahan ...... 17 2.7.1.2 Kriteria Lokasi dan Penetapan Wadah...... 19 2.7.1.3 Persyaratan Bahan Wadah ...... 19 2.7.1.4 Penentuan Ukuran Wadah ...... 20 2.7.1.5 Pengadaan Wadah ...... 20 2.7.1.6 Pengumpulan Sampah...... 20 2.7.1.7 Perencanaan Operasional Pengumpulan ...... 22 2.7.1.8 Pelaksanaan Pengumpulan Sampah ...... 23 2.7.1.9 Pembuangan Akhir ...... 27 2.7.1.10 Peralatan...... 28 2.8 Pengelolaan Sampah di Kabupaten Simeulue ...... 28 2.9 Qanun yang mengatur Mengenai Lingkungan di Kabupaten Simeulue ...... 31

v

Universitas Sumatera Utara BAB III . METODOLOGI ...... 32 3.1 Waktu dan Tempat ...... 32 3.2 Lokasi Penelitian...... 32 3.3 Pemilihan Alat ...... 34 3.4 Teknik Pengumpulan Data...... 34 3.4.1 Wawancara...... 35 3.4.1 Observasi Pengumpulan Data ...... 35 3.4.2 Bahan Visual ...... 36 3.5 Pengukuran Timbulan Sampah Selama 8 Hari ...... 36 3.6 Peta Daerah Penelitian ...... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 39 4.1 Kondisi Wilayah Penelitian ...... 39 4.2 Kebijakan Pnanganan Sampah di Kabupaten Simeulue ...... 40 4.3 Pelayanan Dinas Kabupaten Simeulue ...... 47 4.3.1 Proses Pewadahan ...... 49 4.3.2 Proses Pengangkutan Sampah ...... 55 4.3.3 Proses Pembuangan Akhir ...... 60 4.3.4 Besaran Retribusi dan Pembiayaan...... 62 4.3.4.1 Ketentuan Wajib Retribusi ...... 63 4.3.4.2 Besaran Tarif yang di Tentukan ...... 63 4.3.4.3 Besaran Tariif Retribusi di Kab. Simeulue ... 64 4.3.4.4 Wilayah Pemungutan ...... 66 4.3.4.5 Sanksi Administratif ...... 67 4.3.4.6 Cara Penagihan ...... 67 43.4.7 Ketentuan Pidana ...... 68 4.4 Daerah Pelayanan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Simeulu 68 4.4.1 Kecamatan Simeulue Tengah ...... 69 4.4.2 Kecamatan Simeulue Timur ...... 70 a. Rute Pelayanan ...... 71 b. Pewadahan Sampah ...... 73 c. Pengangkutan Smpah ...... 73 4.4.3 Kecamatan Teupah Tengah ...... 74 4.4.4 Kecamatan Teupah Barat ...... 75 4.5 Hasil Timbulan Sampah di desa Suka Maju ...... 76 4.5.1 Berdasarkan Berat Sampah ...... 76 4.5.2 Berdasarkan Volume Sampah ...... 78 4.6 Penanganan Sampah ...... 80 4.7 Kelemahan Pemerintah Kabupaten Simeulue Dalam Menangani Sampah ...... 82 4.7.1 Pewadahan Sampah ...... 84 4.7.2 Penyaluran Wadah ...... 86 4.7.3 Pengangkutan Sampah ...... 86 4.7.4 Retribusi ...... 91

vi

Universitas Sumatera Utara 4.7.5 Kebijakan Pemerintah Tidak Terlaksana ...... 92 4.7.5 TPA ...... 92 4.7.6 Pemeliharaan Alat ...... 93 4.7.7 Aturan Kerja Petugas ...... 93 4.7.8 Edukasi...... 94 4.7.8 Kekurangan Data ...... 94 4.8 Peran Warga Desa Suka Maju Dalam Menangani Sampah . 95 4.8.1 Partisipasi Masyarakat ...... 96 4.5 Implementasi Dalam Penanganan Sampah ...... 97

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 101 5.4 Kesimpulan ...... 101 5.5 Saran ...... 102

DAFTAR PUSTAKA ...... 103

vii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1 Tipe Pemindahan (Transfer) ...... 24

4.3 Batasan Wilayah Desa suka Maju ...... 39

4.4 Jumlah Penduduk Menurut Dusun di Desa Suka Maju ...... 40

4.5 Alat Berat yang dioperasikan di Kabupaten Simeulue ...... 47

4.6 Tarif Retribusi ...... 65

4.7 Pelayanan dan Fasilitas setiap kecamatan ...... 69

4.8 Alat pendukung kebersihan di kecamatan Simeulue Timur ...... 71

4.9 Rute Petugas pengangkutan sampah ...... 71

4.10 Rute roda 3 dan ptugas pengangkutan ...... 72

4.11 Petugas Pengangkutan dan container...... 72

4.12 Rute dan nama Petugas pembersih di Kecamatan Teupah Tengah ...... 79

4.13 Rute dan Nama petugas pembersihan di Kecamatan Teupah Barat ...... 89

viii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan persampahan ...... 16

2.2 Pola Pengangkutan sistem Transfer Depo tipe I dan II ...... 26

3.1 Sampah yang menumpuk diarea perumahan warga ...... 33

3.2 Penampakan Sampah yang Langsung dibuang Kelaut ...... 33

3.3 Tempat Pembangan Sampah...... 33

3.4 Peta Kabupaten Simeuleu Propinsi Aceh ...... 38

4.1 Wadah Fiber Sumbangan Pemerintah ...... 50

4.2 Tipe Wadah dari Kaleng dan Ember Bekas ...... 51

4.3 Wadah Sampah Keranjang dan Kotak ...... 53

4.4 Wadah Sampah dari Keranjang ...... 54

4.5 Wadah Sampah Dari Kantong Pelastik...... 55

4.6 Container Kabupaten Simeulue ...... 56

4.7 Truck yang dignakan untuk mengangkut Sampah...... 57

4.8 Arm – Roll yang digunaka di Kabupaten Simeulue ...... 58

4.9 Motor Roda 3 yang Digunakan di Kabupaten Simeulue

untuk Mengangkut Sampah ...... 59

4.10 Poloa Pengumpulan dan Pengankutan Sampah ...... 60

4.11 Lahan yang dijadikan TPA Kabupaten Simeulue di Kecamatan

Simeulue Timur ...... 61

4.12 Excavator dignakan untuk membantu proses persampahan di TPA

ix

Universitas Sumatera Utara Kabupaten Simeulue ...... 62

4.13 Data Berat Timbulan yang dihitung jika dilihat dari pendapatan

Desa Suka Maju Kecamatan Simeulue Timur ...... 77

4.14 Timbulan Sampah Berdasarkan Volume ...... 79

4.15 Sampah Penduduk Seputaran Desa Suka Maju ...... 81

4.16 Kondisi TPS yang ada dik Kecamatan Teupah Barat ...... 89

4.17 Aksi anak membuang sampah di Aerea tanggul Laut ...... 91

x

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Aktivitas manusia dalam memanfaatkan alam selalu meninggalkan sisa yang dianggap sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai barang buangan yaitu sampah, selain itu pola hidup konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang mulai beragam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, sehingga masyarakat langsung membuang sampah terus-menerus tanpa memproses atau memilah terlebih dahulu (Widiastuti dan Susilo, 2015).

Sampah merupakan material sisah tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefenisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefenisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya (Rozak, 2014).

Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah basah adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup, seperti daun-daunan, sampah dapur, dan lain-lain. Sampah jenis ini dapat terdegradasi

(membusuk/hancur) secara alami. Sebaliknya dengan sampah kering, seperti kertas, plastik, kaleng, dan lain-lain. Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami (Sulistyowaty, 2006).

Universitas Sumatera Utara 2

Sampah plastik menjadi masalah lingkungan berskala global. Plastik banyak dipakai dalam kehidupan seharihari, karena mempunyai keunggulan-keunggulan seperti kuat, ringan dan stabil. Namun plastik yang beredar di pasaran saat ini merupakan polimer sintetik yang terbuat dari minyak bumi yang sulit untuk terurai di alam. Akibatnya semakin banyak yang menggunakan plastik, akan semakin meningkat pula pencemaran lingkungan seperti pencemaran tanah

(Kadir, 2012).

Pengelolaan sampah dapat didefenisikan sebagai suatu bidang yang berhubungan dengan pengendalian terhadap timbulan sampah, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan dan pengankutan, pengolahan dan pembuangan sampah dengan suatu cara dengan prinsip-prinsip yang baik yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik dan perlindungan alam, keindahan dan pertimbangan lingkungan lainnya dan memprtimbangkan masyarakat luas (Tchobanoglous, dkk., 1993).

Pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat diikuti dengan pertumbuhan penduduk. Hal tersebut semakin terasa dampaknya terhadap lingkungan yaitu manusia cenderung merusak lingkungan demi mempertahankan hidupnya. Kualitas lingkungan secara terus menerus semakin menurun sehingga menimbulkan permasalahan degradasi lingkungan pada kehidupan masyarakat. Salah satu permasalahan lingkungan yang masih menjadi problematika di perkotaan yaitu pengelolaan sampah

(Candrakirana, 2015).

Pada umumnya, sebagian besar sampah yang dihasilkan di Indonesia merupakan sampah basah, yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah.

Universitas Sumatera Utara 3

Oleh karena itu pengelolaan sampah yang terdesentralisisasi sangat membantu dalam meminimasi sampah yang harus dibuang ke tempat pembuangan akhir.

Pada prinsipnya pengelolaan sampah haruslah dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya. Selama ini pengelolaan persampahan, terutama di perkotaan, tidak berjalan dengan efisien dan efektif karena pengelolaan sampah bersifat terpusat

(Sulistyowaty, 2006).

Penerapan UU No. 18 Tahun 2008 tetang Pengelolaan Sampah dan peraturan daerah mengenai pengelolaan sampah dirasa belum berjalan secara efektif. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan Indonesia didaulat sebagai negara peringkat ke-

2 penghasil sampah domestik yaitu sebesar 5,4 juta ton per tahun. Selain itu Berat timbunan sampah di Indonesia secara nasional mencapai 200 ribu ton per hari atau setara dengan 73 juta ton per tahun dan paling dominan sampah rumah tangga sebanyak 48 persen, pasar tradisional 24 persen, dan kawasan komersial sebesar 9 persen. Sisanya dari fasilitas publik, sekolah, kantor, jalan, dan sebagainya (Candrakirana, 2015).

Untuk mendapatkan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi dalam penanganan sampah di kota maka dalam pengelolaannya harus cukup layak diterapkan yang sekaligus disertai upaya pemanfaatannya sehingga diharapkan mempunyai keuntungan berupa nilai tambah. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu pemilihan cara dan teknologi yang tepat, perlu partisipasi aktif dari masyarakat sumber sampah berasal dan mungkin perlu dilakukan kerjasama antar lembaga pemerintah yang terkait (antara Departemen Koperasi, Departemen

Pertanian, Departemen Perdagangan, dan Industri maupun lembaga keuangan).

Disamping itu juga perlu aspek legal untuk dijadikan pedoman berupa

Universitas Sumatera Utara 4

peraturanperaturan mengenai lingkungan demi menanggulangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sampah. Untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan maka perlu dicari suatu cara pengelolaan sampah secara baik dan benar melalui perencanaan yang matang dan terkendali dalam bentuk pengelolaan sampah secara terpadu. Selain itu diperlukan juga suatu sistem penegakan hukum lingkungan, sehingga system hukum tersebut mampu menjawab secara efektif persoalan yang timbul dari benturan-benturan kepentingan yang timbul dari pemanfaatan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini

(Sulistyowati, 2006).

Kabupaten Simeulue merupakan salah satu kabupaten dengan kategori kota

Pulau Terluar Indonesia. Kabupaten Simeulue pun merupakan kepulauan yang hampir seluruh penduduknya mendiami wilayah pesisir. Hanya sebagian dari penduduk Kabupaten Simeulue yang menempati area pegunungan. Selain itu, mata pencaharian penduduk di Kabupaten Simeulue rata-rata sebagai petani dan nelayan sementara beberapa persen merupakan karyawan swasta dan PNS.

Setiap tahun penduduk semakin bertambah dan tingkat kebutuhan pun semakin meningkat. Kebutuhan yang meningkat memberi dampak terhadap lingkungan sekitar, contohnya seperti penambahan jumlah timbulan sampah.

Penambahan jumlah timbulan sampah tidak diikuti dengan penambahan fasilitas kebersihan akibatnya penangan sampah semakin melambat. Belum lagi masyarakat yang tidak mematuhi aturan kebersihan, kebiasaan-kebiasaan masyarakat membuang sampah secara sembarangan masih terus dilakukan tanpa kesadaran. Problematika tersebut diikuti dengan kebijakan-kebijakan yg disusun

Universitas Sumatera Utara 5

oleh pemerintah yang tidak semua berjalan sehingga kejadian ini akan sering terlihat di wilayah Kabupaten Simeulue khususnya Desa Suka Maju.

Saat ini, produksi sampah yang hampir tidak sebanding dengan sistem pengangkutan dan pengelolaan yang selama ini terjadi sehingga tidak heran jika kita melihat penumpukan sampah dimana-mana. Mengenai persoalan sampah hingga kini masih menjadi permaslahan yang dihadapi baik dikota maupun di daerah-daerah dan jika terus menerus sampah tidak ditangani dengan baik maka akan menimbulkan masalah (Yuliana dan Haswindi, 2017).

Permaslahan sampah kerap kali menimbulkan keresahan di masyarakat, padahal penyebab tumpukan sampah juga adalah masyarakat itu sendiri. saat ini di Desa Suka Maju penangan sampah tidak dilakukan dengan serius, tahap yang di lakukan hanya mengumpul, mengangkut dan membuang. Proses ini tanpa adanya pemilahan mana sampah organik dan mana sampah anorganik. Sampah yang dibuang tercampur menjadi satu di lahan TPA.

1.3 RUMUSAN MASALAH Dengan melihat latar belakang diatas maka timbul pertanyaan kepada penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana keterlibatan atau peran mengatasi sampah oleh warga masyarakat

wilayah pesisir Desa Suka Maju.

2. Apa permasalahan yang dihadapi dalam menangani sampah oleh masyarakat

maupun pemerintah.

3. Sejauh mana peran pemerintah dalam memfasilitasi, mengembangkan dan

melaksanakan upaya mengurangi sampah wilayah pesisir Desa Suka Maju

Kabupaten Simeulue.

Universitas Sumatera Utara 6

1.4 TUJUAN PENELITIAN Jika melihat latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini untuk menjawab kepastian yang ada di Desa Suka Maju Kabupaten Simeulue, maka tujuan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh gambaran tentang peran penanganan sampah di Desa Suka Maju

Kabupaten Simeulue.

2. Menemukan permasalahan penangan sampah oleh masyarakat dan pemerintah

3. Menganalisis tindakan masyarakat dan pemerintah upaya penangan sampah di

Desa Suka Maju.

1.5 MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan refrensi untuk perbaikan sistem penangan sampah di

Kabupaten Simeulue.

2. Sebagai sumbangsih dan saran upaya meningkatkan kualitas lingkungan di

Kabupaten Simeulue dalam hal kebersihan.

3. Sebagai bahan acuan penelitin dalam bidang peran menangani sampah yang

langsung melbatkan informan.

Universitas Sumatera Utara 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERMASALAHAN LINGKUNGAN Manusia selalu melakukan pembangunan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Diharapkan sumber daya alam yang digunakan oleh generasi sekarang dapat digunakan oleh generasi yang akan datang baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada dasarnya, kepedulian penduduk terhadap lingkungan tidak dapat tercipta dengan sendirinya. Diperlukan berbagai perangkat untuk mewujudkannya, seperti penegakan hukum, infrastruktur yang memadai, dan program-program edukasi (Beni, dkk., 2014).

Sampah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan sekitar.

Oleh karena itu, sampah haruslah diolah atau di daur ulang dengan baik agar tidak mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia. Sampah yang selama ini kita buang begitu saja, ternyata masih dapat diolah kembali antara lain dalam bentuk kerajinan yang bernilai ekonomi, bercita rasa seni dan unik. Secara umum pengelolaan sampah dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu : pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan akhir/pengolahan. Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami proses-proses tertentu, baik secara fisik, kimiawi, maupun biologis. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan yang hijau, bersih dan sehat serta menguatkan inisiatif masyarakat dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi lingkungan (Rozak, 2014).

Sampah plastik akan berdampak negatif terhadap lingkungan karena tidak dapat terurai dengan cepat dan dapat menurunkan kesuburan tanah. Sampah plastic yang dibuang sembarangan juga dapat menyumbat saluran drainase,

Universitas Sumatera Utara 8

selokan dan sungai sehingga bisa menyebabkan banjir. Sampah plastik yang dibakar bisa mengeluarkan zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia

(Surono, 2013).

Dilihat dari kepadat penduduknya Indonesia termasuk penyumbang sampah terbesar di dunia. Kasus ini bukan hanya dialami oleh Negara Indonesia namun seperti Negara berkembang sampah menjadi permasalahan yang serius.

Perkembangan kota akan diikuti pertambahan jumlah penduduk, yang juga akan di ikuti oleh masalah – masalah sosial dan lingkungan. Akar dari permasalahan sampah di perkotaan yang dihadapi oleh banyak negara berkembang adalah peningkatan jumlah timbulan sampah perkotaan. Produksi sampah perkotaan secara bertahap meningkat di kota-kota pada negara berkembang

(Manurung, 2013).

Besarnya penduduk dan keragaman aktivitas di kota-kota metropolitan di

Indonesia seperti Jakarta, mengakibatkan munculnya persoalan dalam pelayanan prasarana perkotaan, seperti masalah sampah. Diperkirakan hanya sekitar 60 % sampah di kota-kota besar di Indonesia yang dapat terangkut ke Tempat

Pemrosesan Akhir (TPA), yang operasi utamanya adalah pengurugan (landfilling).

Banyaknya sampah yang tidak terangkut kemungkinan besar tidak terdata secara sistematis, karena biasanya dihitung berdasarkan ritasi truk menuju TPA. Jarang diperhitungkan sampah yang ditangani masyarakat secara swadaya, ataupun sampah yang tercecer dan secara sistematis dibuang ke badan air (Damanhuri dan

Padmi, 2010).

Paradigma lama pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir

(end of pipe) yaitu hanya sebatas kumpul, angkut dan buang yang berakhir di

Universitas Sumatera Utara 9

TPA. Cara pengelolaan sampah dengan pendekatan lama menimbulkan banyak masalah salah satunya pencemaran air. Pradigma pengelolaan sampah dengan pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah terpadu. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang

Pengelolaan Sampah mengamanatkan pengelolaan sampah bertumpu pada konsep

3R (Lestari, dkk., 2014).

Penyingkiran dan pemusnahan sampah atau limbah padat lainnya ke dalam tanah merupakan cara yang selalu digunakan, karena alternatif pengolahan lain belum dapat menuntaskan permasalahan yang ada. Cara ini mempunyai banyak resiko, terutama akibat kemungkinan pencemaran air tanah. Di Negara majupun cara ini masih tetap digunakan walaupun porsinya tambah lama tambah menurun.

Cara penyingkiran limbah ke dalam tanah yang dikenal sebagai landfilling merupakan cara yang sampai saat (Damanhuri dan Padmi, 2010).

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah bisa meliputi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, membayar retribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, swadaya dalam pengadaan tong sampah dan gerobak sampah dan sebagainya. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah tergantung dari cara pendekatan pemerintah dalam mensosialisasikan program-programnya dalam penanggulangan kebersihan. Memberikan dorongan pada masyarakat agar membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan apa yang telah diprogramkan (Manurung 2013).

2.2 SUMBER PENCEMARAN LINGKUNGAN Sampah yang berasal dari pemukiman/tempat tinggal dan daerah komersial, selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga dapat berkategori B3.

Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi,

Universitas Sumatera Utara 10

sedangkan sampah anorganik bersifat non-biodegradable sehingga sulit terdekomposisi. Bagian organik sebagian besar terdiri atas sisa makanan, kertas, kardus, plastik, tekstil, karet, kulit, kayu, dan sampah kebun. Bagian anorganik sebagian besar terdiri dari kaca, tembikar, logam, dan debu. Sampah yang mudah terdekomposisi, terutama dalam cuaca yang panas, biasanya dalam proses dekomposisinya akan menimbulkan bau dan mendatangkan lalat

(Damanhuri dan Padmi, 2010).

Jika dilihat dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, sampah yang dapat dikelola terdiri dari (1) sampah rumah tangga merupakan sampah campuran antara organik dan anorganik, sampah tersebut dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga dan dapat disebut sebagai sampah pemukiman. (2) sampah sejenis sampah rumah tangga, sampah tersebut biasanya berasal dari kegiatan kawasan komersial seperti sampah yang berasal dari hotel, perkantoran, kawasan pariwisata, rumah sakit dan lain-lain. (3) sampah yang dikatakan sebagai sampah spesifik adalah sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya beracun) sampah ini ditimbulkan dari bencana dan sebagainya (Yuliana dan Haswindy, 2017)

Bahan plastik dalam pemanfaatannya di kehidupan manusia memang tak dapat dielakkan. Sebagian besar penduduk di dunia memanfaatkan plastik dalam menjalankan aktivitasnya. Berdasarkan data Environmental Protection Agency

(EPA) Amerika Serikat, pada tahun 2001, penduduk Amerika Serikat menggunakan sedikitnya 25 juta ton plastik setiap tahunnya. Belum ditambah pengguna plastik di negara lainnya. Bukan suatu yang mengherankan jika plastik banyak digunakan. Plastik memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan lainnya. Secara umum, plastik memiliki densitas yang rendah, bersifat isolasi

Universitas Sumatera Utara 11

terhadap listrik, mempunyai kekuatan mekanik yang bervariasi, ketahanan suhu terbatas, serta ketahanan bahan kimia yang bervariasi. Selain itu, plastik juga ringan, mudah dalam perancangan, dan biaya pembuatan murah. Sayangnya, di balik segala kelebihan itu, limbah plastik menimbulkan masalah bagi lingkungan.

Penyebabnya tak lain sifat plastik yang tidak dapat diuraikan dalam tanah. Perlu waktu berpuluh‐ puluh tahun untuk tanah menguraikan limbah‐ limbah dari bahan plastik tersebut (Kadir, 2012).

2.3 PARTISIPASI MASYARAKAT MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN Sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir

(Candrakirana, 2015).

Dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, masyarakat sebagai pelaku utama dalam membentuk budaya masyarakat dalam bersikap dan berprilaku terhadap penanganan sampah perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Sikap dan prilaku yang kemudian membentuk sebuah kesadaran terhadap kebersihan lingkungan merupakan faktor terpenting dalam mewujudkan lingkungan yang bersih. Banyak cara untuk menumbuhkan budaya bersih kepada masyarakat baik

Universitas Sumatera Utara 12

melalui pendidikan dan penyuluhan, maupun yang bersifat menyeluruh berupa sebuah gerakan (kerja bakti massal) alam konteks memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga cukup penting. Karena sampah dihasilkan oleh masyarakat itu sendiri. Salah satu yang dapat dilakukan masyarakat untuk berperan serta mengelola sampah dan melestarikan lingkungan adalah meninggalkan pola lama dalam mengelola sampah domestik (rumah tangga) seperti membuang sampah di sungai dan pembakaran sampah, dengan menerapkan prinsip 3R serta melakukan pemisahan sampah organik dan sampah anorganik (Joni, 2015).

2.4 PERAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA SAMPAH Banyak program pemerintah yang melibatkan masyarakat salah satunya berbagai upaya dalam menjaga kebersihan melalui Dinas Kebersihannya walaupun dapat dinilai belum maksimal. Jika pemerintah melaksanakan tugas dengan baik dalam menjaga kebersihan dan masyarakat ikut memelihara kebersihan lingkungannya, alangkah indahnya kondisi lingkungan tempat kita melaksanakan aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, kita harus memulai dari hal terkecil dan harus mulai dari lingkungan terdekat dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan (Joni, 2015).

Permasalahan pengelolaan sampah sudah menjadi permasalahan yang krusial karena daerah-daerah (Kabupaten/Kota) juga mengalami banyak kendala dalam pengelolaan sampah. Salah satu hal yang menjadi kendala mengenai penerapan dan penegakan hukum dalam pengelolaan sampah yang merupakan bagian dari penegakan hukum lingkungan terutama dalam penerapan sanksinya. Di Indonesia sebenarnya terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang mempunyai korelasi maupun berkaitan langsung dengan pengelolaan sampah yaitu Undang-

Universitas Sumatera Utara 13

Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah diganti dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 18

Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan beberapa peraturan daerah yang sudah dibentuk oleh pemerintah daerah baik di tingkat Kabupaten atau Kota seperti di Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 tahun 2010 Tentang Pengelolaan

Sampah. Sanksi-sanksi yang terdapat dalam peraturan terutama yang menyangkut pengelolaan sampah tidak memberikan efek jera bagi masyarakat yang tidak melakukan pengelolaan sampah dengan berwawasan lingkungan sehingga perlu dikaji mengenai efektifitas sanksi dalam penegakan hukum dalam pengelolaan sampah (Candrakirana, 2015).

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah, pelibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah kota adalah dengan berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Peran masyarakat dalam pengelolaan sampah tersebut mencakup: pemberian usul, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah atau pemda; perumusan kebijakan pengelolaan sampah, dan; pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa (Maulina, 2012).

Dalam UU Pengelolaan sampah didasari dengan Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam semakin beragam. Substansi UU ini yang terkait dengan langsung mengenai pengelolan

Universitas Sumatera Utara 14

sampah yaitu Pasal 19 mengatur mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga. Pasal tersebut menyebutkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah (Candrakirana, 2015).

Penanganan masalah sampah yang terangkum dalam UU No 18 Tahun 2008 adalah merubah paradigma lama dengan paradigma baru yaitu merubah cara pandang terhadap sampah yaitu memandang sampah bukan lagi sebagai sesuatu yang tidak berguna, tetapi melihat sampah sebagai sesuatu yang berharga dan menjadi sumber ekonomi dalam masyarakat dan Negara (Abrauw, dkk., 2011).

Masalah pencemaran lingkungan akibat minimnya pengelolaan sampah merupakan masalah yang pada beberapa wilayah belum teratasi dan menjadi beban serta permasalahan serius di hampir seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Masalah tersebut muncul disebabkan karena sampah (khusunya sampah yang bersumber dari rumah tangga) tidak tertangani dengan baik. Rendahnya kesadaran masyarakat, keterbatasan lahan TPA, serta keterbatasan kemampuan pemerintah daerah dalam hal pembiayaan menjadi faktor pendukung yang mengakibatkan semakin kompleksnya masalah sampah tersebut. Kendala keterbatasan pendanaan dari pemerintah mengakibatkan harus dilakukannya upaya pencarian alternatif penanganan persampahan dengan tidak mengandalkan pendanaan dari

Pemerintah. Melihat kondisi tersebut, penanganan sampah rumah tangga tidak dapat menjadi hanya tanggungjawab pemerintah saja, namun idealnya masalah penanganan sampah juga menjadi tanggungjawab masyarakat itu sendiri sebagai penghasil sampah. Karena pada dasarnya masyarakat mempunyai potensi besar

Universitas Sumatera Utara 15

dalam memberikan kontribusinya dalam hal pengolahan sampah

(Krisnani, dkk., 2017).

Untuk menjaga kesejahteraan masyarakat maka pemerintah diharapkan membuat sebuah regulasi untuk mengatur kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah dalam pengelolaan sampah. Sampah harus dikelola dengan baik dengan aturan-aturan yang sesuai agar tidak menjadi permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Pemerintah harus berfungsi sebagai pembuat peraturan yg akan mengikat warganya. selain membuat, pemerintah juga harus mensosialisasikan, menegakkan dan mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut (Joni, 2015).

2.5 PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH 2.5.1 Teknik Operasional Sampah Teknik operasional sampah meliputi pewadahan sampah, pengumpulan, pemindahan dan pemilahan sampah, pengangkutan serta pembuangan ke TPA.

Untuk mewujudkan lingkungan yang bersih maka setiap dari tahap kegiatan harus dilaksanakan dengan benar sesuai aturan dari dinas terkait. Kegiatan pengolahan sampah yang baik, tak hannya memberikan output pada lingkungan namun termasuk bagi kesehatan. Jika lingkungan terbebas dari sampah maka kesehatan akan tercipta.

Petunjuk SNI 19-2454-2002 bahwa Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu dengan melakukan pemilihan sejak dari sumbernya termasuk pemilahan sampah organik maupun non organik. Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara 16

TIMBULAN SAMPAH

PEMILAHAN, PEWADAHAN DAN PENGOLAHAN DI SUMBER SAMPAH

PENGUMPULAN

PEMILAHAN DAN PEMINDAHAN PENGOLAHAN

PEGANGKUTAN

PEMBUANGAN AKHIR

Gambar 1. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan Sumber SNI 19-2454-2002

2.6 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH (SNI 19-2454-2002) Berbagai faktor yang menimbulkan pengaruh yang besar saat pengolahan sampah contohnya seperti kepadatan penduduk, bentuk lingkngan, sosial dan ekonomi masyarakat serta faktor kebiasaan masyarakat juga sangat mempengaruhi. Tak hanya itu ternyata peraturan daerah juga sangat mempengaruhi pengelolaan sampah, sehingga setiap daerah perlu membuat suatu

Universitas Sumatera Utara 17

kebijakan yang baik dan layak dijalankan. Aturan SNI 19-2454-2002 Faktor- faktor yang memepengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan yaitu :

1. Kepadatan Penduduk

2. Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi

3. Timbulan dan karakteristik sampah

4. Budaya sikap dan prilaku masyarakat

5. Jarak dan sumber sampah ketempat pembuangan akhir sampah

6. Rencana tata ruan dan pengembangan kota

7. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir

sampah

8. Biaya yang tersedia

9. Peratran daerah setempat

2.7 TINGKAT OPERASIONAL Sebelum melaksanakan kegiatan pengolahan sampah perlu kita kaji mengenai teknik operasionalnya. Keberhasilan pengelolaan bukan hanya pada peraturan atau kebijakan semata namun tingkat operasional adalah yang paling utama.

2.7.1 Pewadahan Sampah 2.7.1.1 Pola pewadahan Berbagai jenis pewadahan yang dapat kita temui di seputaran perumahan, perkantoran, sekolah, rumah sakit maupun lainnya, contoh seperti wadah yang terbuat dari fiber, wadah dari kantong palstik, wadah dari kranjang bambu, wadah dari kayu dan lain-lain. Namun seharusnya setiap sampah di memiliki jenis berbeda dan wadah yang berbeda pula. Seperti peraturan SNI 19-2454-2002 melakukan pewadahan sampah sesuai dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu :

Universitas Sumatera Utara 18

1. sampah organik seperti daun, sisa sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan

dengan wadah warna gelap

2. sampah anorganik seperti gelas, pelastik, logam dan lainnya dengan wadah

warna terang

3. sampah bahan berbahaya beracun rumah tangga jenis sampah B3 dengan

waranah merah yang diberi lambing khsusu atau semua ketentuan yang

berlaku.

4. pola pewadahan sampah dapat dibagi dalam individu dan komunal.

Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual

maupun komunal sesuai dengan pengelompokan pengelolaan sampah.

2.7.1.2 Kreteria lokasi dan penepatan wadah Peletakan wadah sampah juga ada aturannya, penempatannya tidak sembarangan dan harus memikirkan beberapa kriteria baik secara individual maupun komunal. Beberapa kriteria penempatan wadah seperti jarak jangkauan, diharapkan sedekat mungkin dengan sumber sampah. dalam aturan SNI 19-2454-

2002 Lokasi Penempatan wadah sebagai berikut :

1. wadah Individual ditempatkan

a. Dihalaman muka

b. Dihalaman belakang untuk sumber sampah dari hotel restoran

2. wadah komunal

a. sedekat mungkin dengan sumber sampah

b. tidak menggagu pemakai jalan atau sarana umum lainnya

c. diluar jalur lalu lintas, pada suatu lokasi yang mdah untuk

pengoperasiannya

d. diujung gang kecil

Universitas Sumatera Utara 19

e. disekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah pejalan kakai)

untuk pejalan kaki minimal 100m

f. jarak antara wadah sampah

2.7.1.3 Persyaratan bahan wadah Untuk persyaratan wadah biasanya mempertimbangkan bahan serta bentuk wadah sampah. Aturan SNI 19-2454-2002 persyaratan bahan adalah sebagai berikut :

1. tidak mudah rusak dan kedap air

2. ekonomis, mudah diperoleh dibuat oleh masyarakat

3. mudah dikosongkan

4. persayaratan untuk bahan dengan pola individual dan komunal seperti pada

Table 1.

Tabel 1. Persyaratan Wadah

No Pola Pewadahan Individual Komunal Karakteristik 1 Bentuk Kotak silinder, Kotak, silinder, container, bin container, bin (tong), semua (tong), semua bertutup, dan bertutup kantong plastik 2 Sifat Ringan, mudah Ringan, mudah dipindahkan dan dipindahkan dan mudah mudah dikosongkan dikosongkan 3 Jenis Logam, Plastik, Logam, plastic, Fibergalas (GPR) fiberglas (GPR), Kayu, bamboo, kayu, bamboo, rotan rotan 4 Pengadaan Pribadi, Instansi, Instansi pengelola pengelolaan

SNI 19-2454-2002 dalam Direktoral Jendral Cipta Karya, Direktur PLP

Universitas Sumatera Utara 20

2.7.1.4 Penentuan ukuran wadah Ukuran wadah sampah biasanya di sesuaikan dengan bebrapa kategori seperti kemudahan saat memindahkan sampah dan dapat juga disesuaikan dengan seberapa banyak penghuni dalam tiap rumah. Ukuran wadah juga dapat ditentukan berapa kali pengambilan sampah serta sampah yang dihasilkan dalam 1 hari/orang/kg. Maka berdasarkan aturan SNI 19-2454-2002 Penentuan ukuran volume ditentukan berdasarkan :

1. jumlah penghuni tiap rumah

2. timbulan sampah

3. frekuensi pengabilan sampah

4. cara pemindahan sampah

5. sistem pelayaan (individu atau komunal)

2.7.1.5 Pengadaan Wadah Sampah Pengadaan wadah sampah tidak selalu dari pemerintah, perumahan yang belum mendapatkan wadah dari pemerintah dapat mengupayakan sendiri. wadah dari pemerintah biasanya menyesuaikan anggaran APBD, APBN maupun

Aspirasi. Sementara wadah yang disediakan individual tidak perlu dana yang besar, cukup dengan kaleng bekas atau keranjang dan sebagianya. Paeraturan SNI

19-2454-2002 maka pengadaan wadah sebagai berikut :

1. wadah untuk sampah individual oleh pribadi atau instansi atau pengelola.

2. wadah sampah komunal oleh instansi pengelolan.

2.7.1.6 Pengumpulan Sampah Beberapa pola pengumpulan sampah dapat dibagi dalam individual langsung, individual tidak langsung, komunal langsung dan komunal tidak langsung.

Pengumpulan sampah ditentukan dengan beberapa sayarat seperti dapat

Universitas Sumatera Utara 21

ditentukan berdasarkan topografi, peran masyarakat dan lain sebagainya. Maka aturan SNI 19-2454-2002 pengumpulan sampah terdiri dari :

1. pola individual langsung dengan persyaratan sebagai berikut :

a. kondisi topografi bergelombang (> 15-40%0, hanya alat pengumpul mesin

yang dapat beroperasi

b. kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak menggagu pekai jalan lainnya

c. kondisi dan jumlah alat memadai

d. jumlah timbulan sampah >0,3m3 / hari

e. bagi penghuni yang beralokasi dijalan protocol

2. pola individual tidak langsung dengan persayaratan sebagai berikut :

a. bagi daerah yang partisipasi masyarakat pasiflahan untuk lokasi

pemidahan tersedia

b. bagi kodsisi topografi relative datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan

alat penumpul non esin (gerobak, becak)

c. alat pengumpul masih dapat enjangkau alat pengumpul tanpa menggangu

pekaian jalan lainnya

d. harus ada organisai peneglolaan pengumpul sampah

3. pola komunal langsung dengan persyaratan sebagai berikut :

a. bila alat angkut berbatas

b. bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relative rendah

c. alat pengumpulan sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual

(kondisi daerah berbukit, gang/jalan sempit)

d. peran serta masyarakat tinggi

Universitas Sumatera Utara 22

e. wadah komunla ditempatkan sesuai kebutuhan dan alokasi yang mudah

dijangkau oleh alat pengangkutan (Truck)

f. untuk pemukiman tidak teratur

4. pola komunal tidak langsung dengan persyarat berikut

a. peran masyarakat tinggi

b. wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang

mudah dijangkau alat pengumpul

c. lahan untuk lokasi pemindahan tersedia

d. bagai kondisi topografi relative datar (rata-rata < 5 %), dapat

menggunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak) bagi kondisi

topografi > 5% dapat menggunakan cara lain seperti pikulan, container

kecil beroda dan karung

e. lebar jalan/gang dpat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai

jalan lainnya

f. harus ada organisasi pengelolaan pengumpulan sampah

2.7.1.7 Perencananan operasi pengumpulan SNI 19-2454-2002 perencanaan operasional pengumpulan sebagai berikut :

1. rotasi antara 1-4 / hari

2. periodisasi : 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari sekali tergantung dari

komposisi sampah yaitu, :

a. semakin besar prosentasi sampah organic, perodisasi pelayanan maksimal

sehari 1 kali

b. untuk sampah kering, periode pengumpulannya disesuaikan dengan jadwal

yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3 hari 1 kali

c. untuk sampah b3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku

Universitas Sumatera Utara 23

d. mempunya daerah pelayanan tertentu dan tetap

e. mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara periodic

f. pembenahan pekerjaan diusahakan merata denagan criteria jumlah sampah

terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah

2.7.1.8 Pelaksanaan pengumpulan sampah Setiap persoalan sampah harus ditangani berbagai piihak baik pemerintah maupun masyarakat dan swadaya, begitu halnya dengan pengumpulan sampah bukan hanya membebani dari petugas kebersihan namun peran dari warga sangat diperlukan seperti aturan SNI 19-2454-2002 maka,

1) Pelaksana pengumpulan sampah dapat dilaksanakan oleh

a. institusi kebersihan

b. lembaga swadaya masyarakat

c. swasta

d. masyarakat (oleh/RT/RW)

2) Pelaksana Pengumpulan Jenis sampah yang terpisah dan berniali ekonomi dapat dikumpulkan oleh pihak yang berwenang pada waktu yang telah disepakati bersama antara petugas pengumpulan masyarakat penghasil sampah. biasanya pengumpulan sampah dilakukan dengan tahap ppemindahan sampah dari rumah warga yang dilakukan oleh warga itu sendiri kemudian diletak pada wadah. Warga penghasil sampah harus bekerja sama dengan petugas guna mempermudah pekerjaan petugas itu sendiri. Pengumpulan sampahyang baik adalah dengan melalui pemilahan sampah terlebih dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik. Stelah pengumpulan selesai pada wadah yang ditetapkan selanjutnya adalah tugasnya petugas yang sudah di tetapkan.

Universitas Sumatera Utara 24

3) Pemindahan Sampah a. Tipe Pemindahan

Tipe Pemindahan sampah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tipe Pemindahan (Transfer) No Uraian Transfer Depo Transfer Depo Transfer Depo Tipe I Tipe II Tipe II 1 Luas Lahan > 200 m2 60 m2 – 200 10-20 m2 m2 - Tempat - Tempat - Tempat 2 pertemuan pertemuan pertemuan peralatan peralatan gerobak pengumpulan pengumpula container dan n dan (60-10 m3) pengangkutan pengangkut sebelum an sebelum pemindahan pemindahan

- Tempat - Tempat - Lokasi penyimpanan parker penempatan atau kebersihan gerobak container komunal (1- 10 m3) - Bengkel - Tempat sederhana Pemilihan

- Kantor wilayah/ pengendalian

- Tempat pemilihan

- Tempat - Daerah pengomposan yang sulit mendapat lahan yang kosong dan daerah protocol

3 Daerah - Baik sekali pemakai untuk daerah yang mudah mendapat lahan Sumber. SNI 19-2454-2002

Universitas Sumatera Utara 25

b. Lokasi Pemindahan

Lokasi Pemindahan adalah sebagai berikut :

1. Harus mudah keluar masuk bagi sarana pengumpul dan pengangkutan

sampah

2. Tidak jauh dari sumber sampah

3. Berdasarkan tipe, lokasi pemindahan terdiri dari :

a. Terpusat (transfer depo tipe I)

b. Tersebar tersebar (transfer depo tipe II atau III)

4. Jarak antara transfer depo untuk tipe T dan II adalah (1,0 – 1,5) km

c. Pemilihan

Pemilihan di lokasi pemindahan dapat dilakukan dengan cara manual oleh petugas kebersihan dan atau masyarakat yang berminat

d. Cara pemindahan

Cara pemindahan dapat dilakukang sebagai berikut :

1) Manual

2) Mekanis

3) Gabungan manual dan mekanis, pengisisna container dilakukan secara

manual oleh petugas pengumpulan, sedangkan pengangkutan container ke

atas truk dilakukan secara mekanis (load haul)

e. Pengangkutan sampah

Pola pengangkutan

1. Pengumpulan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung door

to door)

Universitas Sumatera Utara 26

a. Truk pengangkutan sampah dari pool menuju titik sumber pertama untuk

mengambil sampah.

b. Selanjutnya mengambil sampah pada titik sumber sampah berikutnya

sampai truck penuh sesuai dengan kapasitasnya.

c. Selanjutnya diangkut ke TPA sampah.

d. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju kelokasi sumber sampai

berikutnya, sampai terpenuhi ritasi yang telah ditentukan.

2. Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo type I dan

II, pola pengakutan dapat dilihat pada Gambar 2.

POOL KENDERAAN

TRANSFER TPA DEPO TIPE I & II

Gambar 2. Pola pengangkutan sistem Transfer Depo tipe I dan II Sumber. SNI 19-2454-2002

3. Kenderaan pengangkutan sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi

pemindahan di transfer depo untuk pengangkutan sampah ke TPA

4. Dari TPA kenderaan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan

pada rit berikutnya.

4) Pengolahan (SNI 19-2454-2002) menerangkan bahwa teknik-teknik sampah pengolahan dapat berupa :

1. Pengomposan

Universitas Sumatera Utara 27

a. Berdasarkan kapasitas (individual, komunal, skla lingkungan)

b. Berdasrkan proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan

mikroorganisme, tambahan)

2. Insinerasi yang berwawasan lingkungan

3. Daur ulang

a. Sampah anorganik disesuaikan dengan jenis sapah

b. Menggunakan kembali sampah organic sebagai makanan ternak

4. Pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan

5. Biogasifikasi (pemanfaatan energy hasil pengolahan sampah)

Rincian masing-masing tekni pengolahan sampah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2.7.1.9 Pembuangan akhir Pembuangan sampah biasanya disesuaikan dengan peraturan daerah yang berlaku. metodenya tergantung dengan memakai apa. Bebrapa metode sesuai aturan SNI 19-2454-2002 adalah sebagai berikut :

Metode pembuangan akhir sampah kota dapat dilakukan sebagi berikut

1. Penimbunan terkkendali termasuk pengolahan lindi dan gas

2. Lahan urug saniter termasuk pengolahan lindi dan gas

3. Metode penimbunan sampah untuk daerah pasang surut dengan sistem kolam

(anaerob fakultatif, maturasi)

Rincian masing-masing metode pembuangan akhir sampah kota sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara 28

2.7.1.10 Peralatan Sesuai dengan SNI 19-2454-2002, peralatan dan perlengkapan yang digunakan di TPA sampah sebagai berikut :

1. Buldoser untuk peralatan, pengurugan dan pemadatan

2. Crawl/track dozer untuk pemadatan pada tanah lunak

3. Wheel dozer untuk perataan, pengurugan

4. Loader dan powershowel untuk penggalian, perataan, pengurugan dan

pemadatan

5. Dragline untuk penggalian dan pengurugan

6. Scraper untuk pengurugan tanah dan peralatan

7. Kompaktor (landfrill compactor0 untuk pemadatan timbunan sampah pada

lokasi dalam

8. Jenis peralatan di tempat pembuangan akhir.

2.5 PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN SIMEULUE Salah satu masalah krusial di hampir semua daerah perkotaan adalah masalah sampah. Dari hari ke hari sampah semakin menggunung dan menyebabkan pencemaran, sementara tidak akan ada yang mau ketika wilayah atau tempat mereka dekat dengan posisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah sebab selain mengganggu pemandangan, sampah yang menumpuk menjadi faktor penyebab utama polusi lingkungan, baik itu pencemaran tanah, air bahkan termasuk udara (Utami dan Mardikanto, 2016).

Pasar tradisional memiliki dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif adanya pasar secara umum adalah meningkatkan retribusi daerah, menyerap tenaga kerja di area pasar, dan mempermudah warga sekitar membeli kebutuhan pangan sehari-hari. Dampak negatif terhadap lingkungan dengan

Universitas Sumatera Utara 29

adanya pasar adalah sampah dari kegiatan jual beli di pasar. Sampah pasar yang berupa sisa sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya, dapat membusuk dan menimbulkan bau yang tidak sedap.Sisa bahan makanan yang tidak laku terjual juga menjadi sampah yang dapat mengotori pasar.Kebiasaan masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya juga dapat mengurangi nilai estetika pasar.Selain itu, sampah juga dapat menyebabkan pencemaran air dan perusakan tanah.Pencemaran air disebabkan oleh bahan buangan organik yang pada umumnya berupa limbah yang dapat membusuk atau (Triastantra, 2016).

Masalah pencemaran lingkungan akibat minimnya pengelolaan sampah merupakan masalah yang pada beberapa wilayah belum teratasi dan menjadi beban serta permasalahan serius di hampir seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota.

Masalah tersebut muncul disebabkan karena sampah (khusunya sampah yang bersumber dari rumah tangga) tidak tertangani dengan baik. Rendahnya kesadaran masyarakat, keterbatasan lahan TPA, serta keterbatasan kemampuan pemerintah daerah dalam hal pembiayaan menjadi faktor pendukung yang mengakibatkan semakin kompleksnya masalah sampah tersebut. Kendala keterbatasan pendanaan dari pemerintah mengakibatkan harus dilakukannya upaya pencarian alternatif penanganan persampahan dengan tidak mengandalkan pendanaan dari Pemerintah.

Melihat kondisi tersebut, penanganan sampah rumah tangga tidak dapat menjadi hanya tanggungjawab pemerintah saja, namun idealnya masalah penanganan sampah juga menjadi tanggungjawab masyarakat itu sendiri sebagai penghasil sampah. Karena pada dasarnya masyarakat mempunyai potensi besar dalam memberikan kontribusinya dalam hal pengolahan sampah (Krisnani, dkk., 2017).

Universitas Sumatera Utara 30

Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang/material yang kita gunakan sehari-hari. Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang dikonsumsi. Oleh karena itu pegelolaan sampah tidak bisa lepas juga dari „pengelolaan‟ gaya hidup masyarakat

(Kasam, 2011).

Saat ini yang masih menjadi keprihatinan kita, beberapa kegiatan pembangunan di kawasan daratan dan lautan, masih banyak yang memberikan dampak negatif pada lingkungan yang akhirnya berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan pesisir dan laut maupun kelestarian sumberdaya alam, yaitu berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemanfaatan yang berlebih atas sumberdaya pesisir dan laut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yang mungkin timbul harus menjadi bagian dari kebijakan dan langkah aksi pengelolaan lingkungan pada setiap sektor kegiatan pembangunan (Pramudyanto, 2014).

Sampah merupakan salah satu permasalahan terbesar di negara ini di sungai, di jalan, bahkan di dalam rumah kitapun bisa kita temui sampah. Sampah ini biasanya berasal dari hasil buangan atau limbah pabrik dan limbah rumah tangga.

Sampah yang dihasilkan di Kabupaten Simeulue adalah sampah rumah tangga sebab pabrik belum ada di pulau tersebut. Dengan luasan yang hanya 2.310 KM² tidak tertutup kemungkinan akan tenggelam dengan sampah jika tidak diolah dengan baik.

Universitas Sumatera Utara 31

2.6 QANUN YANG MENGATUR MENGENAI LINGKUNGAN DI KABUPATEN SIMEULUE Pemerintah merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha. Selain itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah di wilayah Kota

Surakarta salah satunya adalah usaha untuk mewujudkan Kota Surakarta sebagai kota yang bersih, sehat, rapi dan indah (BERSERI) sesuai dengan visi dan misinya, yang harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan

(Candrakirana, 2015).

Pengelolaan lingkungan di Kabupaten Simeulue diatur dalam Qanun

Kabupaten Simeulue Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup :

1. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Aceh Tahun 2011 Nomor 07).

2. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup

(Lembaran Aceh Tahun 2011 Nomor 07, Tambahan Lembaran Aceh Nomor

03).

Qanun Kabupaten Simeulue Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2015 Pasal 1 point ke-5 Menjelaskan Bahwa

Lingkungan Hidup Adalah Kesatuan Ruang dengan Semua Benda, Daya,

Keadaan, dan Makhluk Hidup, Termasuk Manusia dan Perilakunya, Yang

Mempengaruhi Alam Itu Sendiri, Kelangsungan Perikehidupan, Dan

Kesejahteraan Manusia Serta Makhluk Hidup Lain.

Universitas Sumatera Utara 32

BAB III METODOLOGI

3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini saya laksanakan mulai bulan September 2018 – Oktober 2018 di

Desa Suka Maju Kecamatan Simeulue Timur. Adapun alasan mengapa penelitian ini saya lakukan di Desa tersebut, mengingat bahwa saat saya melakukan survei lokasi awal, banyak dijumpai sampah seputaran tanggul laut dan pekarangan warga. Jenis sampah bukan hanya organic akan tetapi jenis seperti sampah anorganik banyak di jumpai di area tersebut. Hal ini penandakan bahwa warga kerap kali membuang sampah secara sembarangan. Bahan pertimbangan lainnya adalah Desa ini termasuk bagian dari Kota Kabupaten. Oleh karena itu saya berpikir akan tepat jika saya melakukan penelitian di Desa tersebut.

Selain itu, Desa Suka Maju merupakan daerah yang langsung berbatasan dengan samudera sehingga dikhawatirkan bukan hanya sampah warga yang masuk namun sampah dari luar juga masuk. Mengingat pulau Simeulue memiliki luas hanya 2,230 Km2, merupakan daerah yang jauh dari Provinsi dan dikategorikan daerah pulau terluar.

3.2 LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian terletak di Desa Suka Maju dengan titik koordinat

2048‟918”N dan 9603‟591”E. Sebuah area yang menjadi bagian Kecamatan

Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue. Desa Suka Maju dibagi dalam 3 Dusun yaitu Dusun Melati, Dusun Mawar dan Dusun Sedap Malam. Penetapan dan penentuan lokasi bagi saya didasarkan pada pertimbangan dibawah ini : a) Warga masih terlihat sembarangan membang sampah di laut, di pekarang

rumah, slokan, maupun ditempat-tempat umum lainnya.

Universitas Sumatera Utara 33

b) Penanganan sampah yang belum maksimal oleh dinas terkait seperti

pewadahan, pengangkutan dan pembuangan.

Gambar 3. Sampah yang menumpuk di area perumahan warga, TPI dan sekitarnya

Gambar 4. Penampakan sampah yang langsung dibuang warga ke Laut

Gambar 5. Tempat pembuangan sampah oleh dinas Terkait

Universitas Sumatera Utara 34

3.3 PEMILIHAN ALAT Adapun alat yang saya gunakan untuk mengukur timbulan sampah di Desa

Suka Maju Kecamatan Simeulue Timur, berupa Pulpen, Buku Tulis, Kamera,

GPS, timbangan dan Box (20 cm x 20 cm x 100 cm).

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Penelitian ini dimaksud untuk melihat dan mengamati bagaimana peran masyarakat pesisir Desa Suka Maju dalam menangani sampah. Oleh karena itu, penelitian ini bersifat kualitatif yang menggambarkan tentang keadaan dan partisipasi masyarakat itu sendiri. Sifat dari penelitian kualitatif tidak semua berdasarkan laporan namun dapat cek langsung dan digalih dari sumber yang terpercaya. Penelitian ini juga dituntut untuk lebih memahami keadaan yang sesungguhnya tanpa direkayasa.

Tidak mudah masuk di tengah-tengan masyarakat yang kebanyakan adalah nelayan. Seperti yang kita ketahui bahwa sikap dan sifat masyarakat nelayan memiliki ciri khas tersendiri. Metode yang saya lakukan agar diterima oleh masyarakat adalah dengan cara pendekatan dengan masyarakat itu sendiri mulai menyesuaikan bahasa, lingkungan maupun kebiasaan sehari-hari. Hubungan kekerabatan menjadi modal utama bagi saya agar lebih dekat dengan masyarakat.

Pengenalan diri dan menyebut silsilah keturunan membuat masyarakat menerima saya dengan senang hati.

Teknik pengumpulan data yang saya lakukan adalah dengan melakukan metode survei primer dan survei skunder. Data primer meliputi kegiatan wawancara dengan informan masyarakat maupun informan dari dinas terkait, observasi dan dokumentasi. Sementara pengumpulan data skunder saya peroleh dengan mengumpulkan literature, dan data tambahan dari dinas terkait. Pada

Universitas Sumatera Utara 35

penelitian ini data yang akan menjadi pelengkap adalah dari Kantor Desa, Dinas

Lingkungan Hidup, Dinas Catatan Sipil, Dinas BAPEDA dan Dinas Statistik.

3.4.1 Wawancara Untuk mendapatkan informasi, saya melakukan pengecekan data dari dinas yang terkait dengan penelitian ini. Namun, tak lepas kegiatan wawancara bersama warga untuk memperoleh data yang lebih pasti. Wawancara inipun tidak terlalu fokus dan monoton melainkan bersifat terbuka. Kegiatan tersebut saya lakukan dengan berabagai cara seperti mengajak informan duduk di warung kopi, duduk dirumah informan atau ikut membantu pekerjaan informan tersebut sambil menanyakan kepentingan penelitian saya. Sementara data dari petugas kebersihan saya memilih informan yang bisa dipercaya dan pendekatanya sama seperti pendekatan dengan masyarakat lainnya. Kegiatan seperti ini saya lakukan agar antara saya dan masyarakat pada saat wawancara tidak terkesan kaku.

Informan yang saya wawancara tidak terbatas atau tidak ditentukan berapa jumlahnya. Saya mengupayakan informan sebanyak mungkin agar data yang saya peroleh lebih kongkrit. Informan yang dipilih juga tidak ditentukan berdasarkan kalangan seperti harus yang berpendidikan atau duduk di pemerintahan, namun semua orang yang saya anggap bisa memberikan informasi akan saya tanyakan.

3.4.2 Observasi dan Pengumpulan Data Teknik ini digunakan untuk melihat dan mengamati kegiatan kehidupan masyarakat sehari-hari pada umumnya. Teknik ini pula dituntut harus saling berinteraksi dengan masyarakat. Data yang dikumpulkan semua hasil pemikiran masyarakat atau informan itu sendiri. Masyarakat juga saya bebaskan untuk berbicara dan memberikan pendapat.

Universitas Sumatera Utara 36

Data yang saya peroleh dari hasil pengamatan informan sangat bermanfaat bagi penelitian saya. Oleh karena itu, para informan benar-benar saya tanyakan semua informasi terkait penelitian ini. Data lain saya peroleh melalui pengamatan langsung selama penelitian baik dari masyarakatnya maupun dari kegiatan pekerja dari dinas yang terkait.

3.4.3 Bahan Visual Teknik bahan visual adalah teknik pengumpulan data berupa bahan fotografi yang terdiri dari foto-foto yang digunakan untuk mengabadikan proses kegiatan saat penelitian di lakukan. Hasil visual ini sangat berguna bagi saya selaku peneliti, karena merupakan bukti yang nyata ketika hendak ditanya nantinya. Foto yang di peroleh merupakan hasil langsung dari lapangan dan sumber foto tidak semua bersumber dari saya namun beberapa dokumentasi diberikan dari beberapa sumber informan lain.

3.5 PENGUKURAN TIMBULAN SAMPAH SELAMA 8 HARI Sesuai ketentuan SNI 19-3964-1994 untuk mengukur timbulan sampah maka pelaksanaannya adalah, pertama saya menentukan lokasi pengambilan sampel.

Terkait lokasi ini maka saya sebagai peneliti menentukan lokasi pengambilan sampel khusus hanya sampah perumahan. Kemudian di bagi berdasarkan pendapatan yaitu Low Income, Middle Income dan High Income. Pembagian pendapatan saya peroleh atas dasar estimasi.

Setelah selesai menentukan titik pengambilan sampel selanjutnya adalah pengambilan sampah dari sumber masing-masing perumahan. Kegiatan pengambilan sampah saya lakukan selama 2 hari sekali dengan membagikan kantong plastik ukuran besar yang sudah di beri kode label Income, hari dan tanggal. Kemudian sampah langsung dihitung berapa berat yang diukur dengan timbangan (Kg) dan

Universitas Sumatera Utara 37

volume (Vs) diukur dengan menggunakan kotak yang sudah dibuat sesuai dengan SNI

19-3964-1994. Langkah-langkah pengambilannya seperti berikut. Perlengkapan yang digunakan terdiri dari:

1. Alat pengambil contoh berupa kantong plastik dengan volume 40 liter;

2. Alat pengukur volume contoh berupa kotak berukuran 20 cm x 20 cm x 100

cm, yang dilengkapi dengan skala tinggi;

3. Timbangan (0 – 5) kg dan (0 – 100) kg;

4. Alat pengukur, volume contoh berupa bak berukuran (1,0 m x 0,5 m x 1,0 m)

yang dilengkapi dengan skala tinggi; 5) perlengkapan berupa alat pemindah

(seperti sekop) dan sarung tangan (SNI 19-3964-1994.)

Saat penelitian lapangan, tidak semua rumah yang memberi izin kepada saya untuk diambil sampahnya dan tidak semua warga pula yang memberikan izin mau mengumpul sampah sesuai intruksi saya. Ini merupakan suatu kendala terberat saat penelitian berlangsung. Karena kurangnya dukungan dan pertisipasi masyarakat sekitar sehingga menjadi penghambat dan memperlambat jalannya penelitian. Padahal sebelum melakukan penelitian saya dan teman yang membantu dilapangan memberikan edukasi atau pehaman terlebih dahulu, agar masyarakat dapat menerima saya dan tidak merasa kaget saat pengambilan sampel di rumah masing-masing warga.

3.6. PETA DAERAH PENELITIAN Dalam RPJMD Kabupaten Simeulue 2017-2018, Kabupaten Simeulue merupakan gugus kepulauan dengan panjang ± 100,2 Km dan lebarnya antara 8 -

28 Km. Daerah ini terdiri dari pulau-pulau besar dan beberapa pulau kecil disekitarnya. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, terdapat sekitar 63 buah pulau-pulau besar dan kecil antara lain Pulau Siumat, Pulau

Universitas Sumatera Utara 38

Panjang, Pulau Batu Berlayar, Pulau Teupah, Pulau Mincau, Pulau Simeulue Cut,

Pulau Pinang, Pulau Dara, Pulau Langgeni, Pulau Linggam, Pulau Lekon, Pulau

Silaut Besar, Pulau Silaut Kecil, Pulau Tepi, Pulau Ina, Pulau Alafula, Pulau

Penyu, Pulau Tinggi, Pulau Kecil, Pulau Khala-khala, Pulau Asu, Pulau Baby,

Pulau Lasia, Pulau Simanaha dan pulau-pulau kecil lainnya.

Daerah yang akan saya amati dan teliti adalah Desa Suka Maju, Kecamatan

Simeulue Timur. Semua penduduk Desa tersebut mendiami wilayah pesisir, sehingga tak jarang jika kita melihat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan laut. seperti kegiatan membuang sampah kelaut masih di lakukan oleh warga, padahal jika kita lihat potensi laut Simeulue yang kaya akan hasil lautnya. Jika hal ini tidak ditangani dengan serius oleh pemerintah dan masyarakat maka bisa jadi

20 tahun kemudian terumbu karang akan rusak dan menghilang segala biota di laut. Peta penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Kabupaten Simeulue Propinsi Aceh Sumber : pkbmsimeulue.wordpress

Universitas Sumatera Utara 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 KONDISI WILAYAH PENELITIAN Desa Suka Maju, tempat penelitian ini di lakukan merupakan salah satu desa di Kecamatan Simeulue Timur yang terletak ditengah kota Sinabang. Berdasarkan batas wilayah Desa Suka Maju Kecamatan Simeulue Timur maka dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Batasan wilayah Desa Suka Maju No Batasan Dengan Batasan Dengan Batasan Dengan Wilayah Desa Lain 1. Sebelah Utara Laut Samudra - 2. Sebelah Timur Laut Samudra - 3. Sebelah Barat Desa Suka Karya - 4. Sebelah Selatan Desa Sinabang - Sumber : Desa dan BPS Kab. Simeulue

Desa Suka Maju merupakan desa yang tergolong area pesisir dan langsung berbatasan dengan laut. Rata-rata hampir sebagian penduduk Desa merupakan warga pindahan baik dari luar pulau maupun warga asli pulau Simelue. Faktor perpindahan warga karena tugas dan adapula mencari pekerjaan yang menguntungkan seperti berdagang atau usaha lainnya. Desa ini merupakan kampung yang kaya akan bahasa sebab mereka menggunakan 3 bahasa daerah dalam kesehariannya, yaitu bahasa Lekkon, Defayan, dan Evulai (Sigulai).

Jumlah penduduk Desa Suka Maju ± 2.677 jiwa yang terdiri atas 1.397 jiwa laki-laki dan 1.280 jiwa perempuan. Desa ini pun terbagi lagi dalam 3 dusun yaitu

Dusun Sedap Malam, Dusun Melati dan Dusun Mawar. sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara 40

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Dusun di Desa Suka Maju Jenis Jumlah Jumlah No Dusun Kelamin KK (jiwa) Lk Pr 1. Dusun Melati 251 581 513 1094 2. Dusun Mawar 217 437 409 846 3 Dusun Sedap Malam 195 379 358 737 TOTAL 663 1397 1280 2677 Sumber : Desa dan BPS Kab. Simeulue

Mata pencaharian penduduk desa bervariasi, ada yang berprofesi sebagai pedagang, sebagai petani, nelayan dan adapula yang di pemerintahan. Namun, kebanyakan warga Desa Suka Maju berprofesi dibidang pertanian, perikanan dan peternakan. Tak heran jika kita berkunjung ke desa tersebut terdapat banyak perahu dan kapal nelayan yang bersandar di seputaran tanggul laut.

4.2 KEBIJAKAN PENANGANAN SAMPAH DI KABUPATEN SIMEULUE Regulasi memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan suatu tindakan kegiatan. Regulasi sebagai pedoman atau dasar hukum yang digunakan dalam mengatur permasalahan sampah yang ada di masyarakat agar dapat diterapkan dan sebagai pembanding sesuai ketentuan pasal yang berlaku

(Fangga dan Mulasari, 2016).

Dasar Hukum yang digunaka oleh pemerintah Kabupaten Simeulue adalah, dituang dalam Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 11 Tahun 2015 Tentang perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Beberapa point dalam Qanun

Kabupaten Simeulue yang mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup di

Kabupaten Simeulue adalah sebagai berikut :

a) Kemitraan Pengelolaan Pasal 33

1. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan dilakukan dengan pola

kemitraan.

Universitas Sumatera Utara 41

2. Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan antara

Pemerintah Kabupaten, dunia usaha, masyarakat, dan pemangku

kepentingan lainnya.

3. Ketentuan mengenai pola kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) diatur dalam Peraturan Bupati. b. Pemantauan Dan Pengawasan Pasal 34 1) BAPEDALSIHMAN wajib melakukan pemantauan terhadap usaha

dan/atau kegiatan yang berdampak terhadap lingkungan hidup secara

periodik dan/atau sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan.

2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. penaatan persyaratan yang dicantumkan dalam izin melakukan usaha

dan/atau kegiatan;

b. proses produksi yang diperkirakan dapat menjadi sumber

pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan hidup;

c. sistem pengelolaan limbah;

d. penggunaan sistem peringatan dan pencegahan dini; dan

e. hal-hal lainnya yang diperkirakan mempunyai keterkaitan terhadap

kemungkinan pencemaran dan/atau pengrusakan lingkungan hidup.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemantauan diatur dalam

Peraturan Bupati. c. Pasal 35 1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan

pemantauan berdasarkan ketentuan yang disyaratkan dalam izin

lingkungan.

Universitas Sumatera Utara 42

2) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

dilaporkan kepada Bupati melalui BAPEDALSIHMAN. d. Pasal 36 1) Masyarakat dapat meminta BAPEDALSIHMAN untuk melakukan

pemantauan terhadap suatu usaha dan/atau kegiatan yang diduga

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

2) Masyarakat dapat melakukan pemantauan lingkungan hidup sesuai

dengan peraturan perundang-undangan. e. Pasal 37 1) BAPEDALSIHMAN wajib melakukan pengawasan terhadap

pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemegang izin atau

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.

2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

lebih lanjut dalam peraturan bupati. f. Penanggulangan dan Pemulihan Pasal 38 1) Setiap orang dan atau Badan Usaha yang melakukan pencemaran

dan/atau pengrusakan lingkungan hidup wajib melakukan

penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

2) Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup kepada masyarakat;

b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup;

d. pengurangan risiko bencana; dan/atau

Universitas Sumatera Utara 43

e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanggulangan pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dalam Peraturan Bupati.

g. Pasal 39

1) Setiap orang dan atau Badan Usaha yang melakukan pencemaran

dan/atau pengrusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan

fungsi lingkungan hidup.

2) Pemulihan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan dengan tahapan:

a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;

b. remediasi;

c. rehabilitasi;

d. restorasi; dan/atau

e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemulihan fungsi lingkungan

hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan

Bupati.

Qanun No 11 Tahun 2015 yang mengatur tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkunga Hidup saat ini sudah diterapkan di masyarakat namun tidak sepenuhnya berjalan. Hal ini belum dapat dilaksanakan terkait seperti

Universitas Sumatera Utara 44

pemantauan terhadap pelaku usaha dan pemulihan lingkungan yang dicantumkan pada pasal 39 nomor 2 bagian kedua tentang pemulihan.

Sementara untuk sanksi di tuang dalam Qanun Kabupaten Simeulue Nomor 4

Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan dalam Pasal 18 mengenai Sanksi Pidana “setiap orang dan/atau badan hukum yang dengan sengaja dan/atu karena kelalaiannya melanggar ketentuan Qanun ini maka diacama dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyaka Rp. 50.000.000, (lima puluh juta rupiah).

Pada hakikatnya, peraturan tersebut semestinya harus dilaksanakan baik masyarakat maupun pemerintah. Hal tersebut tentu akan membuat masyarakat bijak dalam hal mengelola sampah namun hingga saat ini peraturan tersebut hanyalah peraturan yang hanya tertulis saja tanpa pelaksanaan dari pihak terkait.

Kemudian setiap kegiatan menyangkut lingkungan Kabupaten Simeulue di jelaskan lagi dalam Peraturan Bupati Simeulue Nomor 13 Tahun 2017 Tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Simeulue.

Paragraf 4 : Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun dan Pertamanan

a. Pasal 15 : Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun

dan Pertamanan adalah unsur pelaksana teknis dibidang Pengelolaan

Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun serta Pertamanan.

b. Pasal 16 : Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun

dan Pertamanan mempunyai tugas melakukan kebijakan teknis kegiatan

Universitas Sumatera Utara 45

pelaksanaan dibidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya

Beracun dan Pertamanan. c. Pasal 17 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16,

Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun dan

Pertamanan. d. Pasal 18

1) Seksi Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun

mempunyai tugas melakukan kebijakan teknis dibidang pelaksanaan

Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Beracun.

2) Seksi Pertamanan dan Penerangan Lampu Taman mempunyai tugas

melakukan kebijakan teknis dibidang pelaksanaan Pertamanan dan

Penerangan Lampu Taman. e. Pasal 19 : Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Hidup adalah unsur pelaksana teknis dibidang Pengendalian Pencemaran,

Kerusakan, pemeliharaan dan peningkatan kapasitas Lingkungan Hidup. f. Pasal 20 : Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Hidup mempunyai tugas melakukan kebijakan teknis kegiatan pelaksanaan

dibidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup. g. Pasal 21 : Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal

20, Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup. h. Pasal 22

1) Seksi Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Kerusakan dan

Pemeliharaan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melakukan

Universitas Sumatera Utara 46

kebijakan teknis di bidang pelaksanaan pengendalian pencemaran

lingkungan, kerusakan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

2) Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup mempunyai tugas

melakukan kebijakan teknis dibidang pelaksanaan peningkatan

kapasitas lingkungan hidup. Laporan dari Dinas Lingkungan Hidup,

jumlah alat yang aktif dan masih layak di gunakan.

Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2017 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup

Kabupaten Simeulue diatas belum sepenuhnya terlaksana, beberapa peraturan seperti pembinaan pembatasan timbunan, menyediakan fasilitas pendaur ulang serta pemanfaatan kembali sampah sama sekali tidak terlakasana. Hasil penelusuran bahwa, sampai saat ini pemerintah Kabupaten Simeulue hanya melaksanakan bentuk penanganan seperti hanya mengangkut, mengumpulkan dan membuang. Kebijakan-kebijakan yang di buat oleh pemerintah seperti hanya pelengkap regulasi, sementara pelaksanaannya masih belum tercapai.

Manajemen pengelolaan sampah tentu sangat perlu untuk dilakukan oleh pemerintah. Tanpa adanya manajemen, sampah akan menjadi masalah bagi pemerintah daerah karena efeknya langsung pada kesehatan masyarakat, sumber daya alam, dan lingkungan. Untuk mengetahui respon Pmerintah Daerah dalam pengelolaan sampahsampah yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, dapat dikelompokan menjadi enam elemen sebagai upya pengelolaan sampah, yakni: Pertama, pengendalian bangkitan (control of generation). Kedua, penyimpanan (storage). Ketiga, pengumpulan (collection). Keempat, pemindahan

Universitas Sumatera Utara 47

dan pengangkutan (transfer and transport). Kelima, pemrosesan (processing), dan keenam, yaitu pembungan (disposal) ( Fangga dan Mulasari, 2016).

4.3 PELAYANAN DINAS KABUPATEN SIMEULUE Penangan secara kelembagaan, ditangangi langsung oleh Dinas Lingkungan

Hidup khususnya di Bidang Pertamanan dan Penerangan Lampu Taman Bidang

Pengelolaan Sampah Limbah Bahan Beracun, Berbahaya dan Pertamanan. Bidang ini yang mengotrol masalah kebersihan mulai dari memantau, merencanakan dan pengangkutan sampah. segala bentuk yang berhubungan dengan lingkungan akan ditindak oleh DLH. Dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Alat berat yang dioperasikan di Kabupaten Simeulue No Nama Alat Banyaknya 1. Dump Truck 5 2. Arm Roll 1 3. Truck Tinja 1 4. Roda 3 9 5. Bak Container 9 6. Excavator 2

Pelayanan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simeulue hanya melayani 4

Kecamatan dari 10 Kecamatan yang ada di Kabupaten Simeulue, yaitu Kecamatan

Simeulue Tengah, Kecamatan Simeulue Timur, Kecamatan Teupah Tengah dan

Kecamatan Teupah Barat. Akan tetapi tingkat pelayanan disetiap kecamatan berbeda-beda, tergantung kondisi wilayahnya. Seperti di Kecamatan Simeulue

Timur yang merupakan pusat kota serta kepadatan penduduk baik penduduk asli kecamatan maupun penduduk dari kecamatan lain, sehingga tingkat pelayanannya sedikit berbeda dibandingkan dengan Kecamatan lainnya. Contohnya seperti jumlah bak container, dump truck, excavator lebih banyak dibanding 3 kecamatan lainnya. Sementara 6 Kecamatan lainnya belum ada pelayanan kebersihan dari

Universitas Sumatera Utara 48

Perintah Kabupaten Simeulue. Hasil wawancara dari DLH bahwa, 6 kecamatan yang belum terlayani di karenakan :

1. Jenis sampah, ketika masuk ke area perkampungan yang jauh dari pusat kota

maka tak heran jika kita menemui hanya beberapa produk di pasaran,

sehingga jenis sampah yang ada biasanya hanya sedikit ragamnya dan

dipastikan sampah yang dihasilkan hanya bebrapa kemasan saja,

2. Intensitas sampah, semakin padat jumlah penduduk maka semakin banyak

sampah yang dihasilkan, sehingga intensitas sampah yang ada di 6 kecamatan

tidak sebanding dengan sampah yang ada di 4 kecamatan yang sudah

terlayani oleh pemerintah.

3. Lahan untuk membuang sampah di area perkampungan lebih luas sementara

di perkotaan pembuangan hanya mengharap dari petuga pengangkut dan di

buang ke TPA. Tidak tersedia lagi lahan di perkotaan karena padatnya

perumahan penduduk, sehingga sampah tidak bisa di bakar maupun ditanam.

Dan hasil peninjauan pembuangan sampah di area perkampungan mereka

lebih cenderung membakar sampah, namun adapula yang membuang di area

yang sudah di sediakan oleh warga masing-masing. Tetapi tak jarang masih

ada yang membuang sampah secara sembarangan namun dalam jumlah yang

sedikit.

Fangga dan Mulasari 2016, mengatakan bahwa peran pemerintah dalam pengelolaan sampah terpadu di Negara ini memang sangat penting, namun keterlibatan seluruh stakeholders dalam pengelolaan sampah terpadu akan menjadikan segala sesuatunya menjadi lebih efektif dan efisien. Adapun stakeholders lain yang sangat penting dalam pengelolaan sampah adalah

Universitas Sumatera Utara 49

masyarakat, karena masyarakat tersebut yang menghasilkan sampah. Jadi jika masyarakat mau untuk bekerja sama dalam pengelolaan sampah, maka pemerintahpun dapat memberikan pelayanan dengan baik. Untuk itu maka perlu pengaturan pengelolaan sampah khususnya : a. Pemilahan sampah pada sumbernya, b. tentang perilaku masyarakat dari kebiasaan membuang sampah secara

tercampur menjadi sudah terpilah, c. memotivasi masyarakat dalam membiasakan memilah sampah pada

sumbernya, d. meningkatkan peran serta masyarakat dalam merumuskan konsep regulasi di

bidang persampahan dalam pengelolaan sampah dengan sistem pilah. e. Merubah pola konsumtif yang boros sampah menjadi hemat sampah,

sehingga upaya mengurangi sampah pada sumbernya dapat lebih efektif.

4.3.1 Proses Pewadahan Jika dilihat dari fungsinya wadah hanya tempat pembuangan sampah, namun pemilihan jenis wadah perlu diperhatikan. Pemerintah memberikan wadah sampah yang seluruhnya terbuat dari fiber mengingat ketahanannya maka wadah jenis sampah ini termasuk tahan terhadap paparan sinar matahari dan hujan. Selain itu, wadah ini termasuk sangat mudah diangkut ke truck karena bahannya yang ringan.dan tentunya memiliki penutup guna menghindari dari hewan. Jenis wadah sampah dapat dilihat pada Gambar 7.

Universitas Sumatera Utara 50

Gambar 7. Wadah fiber sumbangan pemerintah

Masayarakat menggunakan kaleng, bak dan ember bekas yang tidak terpakai untuk dimanfaatkan sebagai wadah. Warga membuat wadah tersebut secara pribadi dari barang bekas yang sebelumnya sudah dipakai untuk keperluan lain.

Secara operasional, tipe wadah ini mudah diangkut karena bahannya ringan, namun disisi lain wadah ini tidak memiliki tutup serta tidak kedap terhadap bau.

Kebanyakan warga memanfaatkan kaleng dan ember bekas yang sudah pecah sebagian sehingga jika sampah mengandung air maka langsung keluar melalui cela atau lubang kaleng, bak dan ember. Air yang keluar langsung meresap kedalam tanah sehingga dapat pula meninggalkan bau busuk sekitar pekarangan perumahan warga, wadah dapat dilihat pada Gambar 8.

Universitas Sumatera Utara 51

a. Kaleng bekas cat

b. Ember bekas c. Bak Bekas

Gambar 8. Tipe wadah dari kaleng dan ember bekas Penggunaan wadah keranjang dan kotak ini masih sebatas sampah sesaat, yang di pakai warga sebelum di buang ke wadah sampah ukuran besar yang

Universitas Sumatera Utara 52

diletakan di area pekarangan rumah warga. Namun, adapula warga memanfaatkan wadah keranjang dan kotak ini dikarenakan tidak memiliki wadah lain, sehingga ketika sampah sudah memenuhi keranjang dan kotak, sampah dimasukan lagi dalam kantong pelastik dan di gantung seputar pagar atau tempat yang sudah disediakan warga itu sendiri.

Biasanya wadah ini di pakai seputaran ruangan rumah saja seperti dapur, kamar tidur, kamar mandi dan area teras yang tidak terkena paparan matahari dan hujan. Wadah keranjang seperti ini banyak kita jumpai di tokoh yang menjual keperluan sehari-hari, kelemahannya adalah sampah yang ditampung hanya sedikit dan tipe wadah hanya menampung sampah jenis kering dan ukuran besar

(tidak melewati celah keranjang) jika sampah seperti ampas kelapa atau sisa nasi, tulang dan potongan kecil lainnya, harus dimasukan kedalam kantong pelastik lagi agar sampah tidak keluar melewati celah.

Sementara untuk wadah sampah seperti jenis kotak baik kecil maupun besar tidaklah efesien jika terus digunakan. Jika dilihat dari bahannya, wadah kotak sama sekali tidak tahan dengan air dan langsung pecah, sehingga penggunaanya hanya sekali atau dua kali pakai saja. peletakannya pun seputaran teras rumah dan biasanya hanya sampah jenis kering. Kotak tersebut di dapat dari tempat belanjaan warga yang tidak dimanfaatkan lagi sehingga dijadikan wadah sementara, dapat dilihat pada Gambar 9.

Universitas Sumatera Utara 53

a. Kotak dan keranjang b. Keranjang

Gambar 9. Wadah sampah keranjang dan kotak

Wadah ini seluruhnya berbahan dari bambu dan bentuknya bulat melingkar dengan kapasitas penampung lumayan banyak. Memiliki celah disetiap lingkarannya sehingga sampah yang ditampung akan keluar jika berukuran kecil.

Kebanyakan yang memakai jenis wadah ini adalah pedagang di pasar. Mereka memilih wadah jenis ini, karena tidak memerlukan biaya yang mahal untuk mendapatkannya. Biasanya pun, pedagang memperoleh wadah ini dari orang yang membuat keranjang atau pengrajin khusus keranjang ini, namun ada juga pedagang memperoleh dari buatannya sendiri, wadah ini dihargai berkisar ±

Rp.10.000. sifat dari wadah ini adalah tahan terhadap cuaca, baik panas maupun hujan serta tidak mudah rusak, hanya saja pemakaiannya tidak selama wadah fiber ataupun wadah yang terbuat dari stainless. dapat dilihat pada Gambar 10.

Universitas Sumatera Utara 54

Gambar 10. Wadah sampah dari keranjang

Hasil observasi bahwa, warga yang belum mendapatkan wadah sampah dari pemerintah maka solusi lain adalah membuat wadah sendiri seperti gambar 6, 7 dan 8. Namun ternyata adapula dari sekian warga yang yang memanfaatkan kantong plastik sebagai tempat sampah. setiap sampah yang dihasilkan warga akan ditampung langsung kedalam pelastik. Awalnya, sampah semula di letakan di belakang rumah kemudian setelah sampah sudah memenuhi dalam kantong pelastik, kemduian sampah diletak di depan rumah, pagar atau tempat yang sudah disediakan khsusu untuk sampah. Hal ini, untuk memudahkan petugas dalam mengangkut sampah ke dalam bak truck. Selain itu, dilihat dari kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan sehingga jika sampah sudah didalam kantong maka dengan mudah, sampah langsung di buang kelaut atau area tanggul, dapat dilihat pada Gambar 11.

Universitas Sumatera Utara 55

a. Sampah di gantung area pagar b. sampah diletak dalam pelastik

Gambar 11. Wadah sampah dari kantong pelastik

Apapun jenis wadah sampah yang paling penting adalah, kesadaran masyarakat meletakan sampah pada tempatnya dan tidak membuang sembarangan. Menjaga lingkungan tetap bersih adalah kewajiban kita selaku masyarakat dan pemerintah, tetap bekerja sama walau di sisi lain peralatan masih memadai.

4.3.2 Proses Pengangkutan Sampah Proses pengangkutan sampah di Kabupaten Simeulue adalah dengan cara warga mengumpul sampah di dalam wadah masing-masing perumahan, baik wadah dari pemerintah maupun wadah pengadaan warga itu sendiri. Kemudian, petugas mengangkut sampah dalam wadah langsung ke bak truk. Petugas hanya akan mengangkat sampah yang ada di dalam wadah dan pada saat proses pengangkutan kedalam bak truk, hanya petugas (supir dan kernep) yang mengangkut sampah.

Universitas Sumatera Utara 56

Di beberapa perkantoran sampah tidak langsung di buang ke TPA, namun sampah terlebih dahulu dikumpulkan. Setiap petugas khusus pembersih kantor, mengumpulkan sampah ke TPS (container) yang telah disediakan oleh pemerintah kemudian setelah pengumpulan selesai dilanjutkan petugas pengangkutan khusus container dan langsung di buang ke TPA dapa dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Container Kabupaten Simeulue

Keberhasilan penanganan sampah bisa dilihat dari efektivitas dan efisiensi pengangkutan sampah dari sumber ke TPA. Pengangkutan tidak boleh ditunda karena hal ini akan menambah beban pengangkutan berikutnya dan beresiko menimbulkan gangguan kenyamanan lingkungan di sekitar tempat penyimpanan.

Tahap ini istimewa karena banyak porsi biaya, waktu, tenaga, dan koordinasi dibutuhkan. Evaluasi dan perencanaan terhadap jenis sarana, jadwal operasi, dan rute pengangkutan merupakan hal penting dalam pengangkutan (Faizah, 2008).

Ada berbagai jenis sarana pengangkutan yang digunakan untuk pengangkutan sampah di Kabupaten Simeulue yaitu :

Universitas Sumatera Utara 57

1. Truck : merupakan kenderaan yang multifungsi yang dapat dipergunakan

mengangkut barang. Kabupaten Simeulue masih menggunakan ini sebagai

pengangkut sampah. Biasanya truck akan mengangkut sampah dari rumah

warga langsung ke TPA. Truck dipilih sebagai alat pengangkut dikarenakan

truck memiliki bak yang cukup luas sebagai tempat sampah diletakan (Faizah,

2008).

2. Dump Truck. Kendaraan ini merupakan modifikasi dari truck biasa, bak truck

dapat digerakkan secara hidrolik sehingga proses bongkar sampah bisa

efektif, sedangkan lama operasionalisasi sama dengan truck biasa. Bak

terbuat dari baja dengan kapasitas bervariasi 8 m3, harganya relatif lebih

mahal dari truck biasa dengan kapasitas operasional adalah 2-3 rit perhari.

Jenis kendaraan ini digunakan pada pola operasional sistem door to door,

jemput bola, transfer depo, dan juga sistem TPSS atau container yang

berfungsi sebagai TPSS (Faizah, 2008). Dapat dilihat pada Gambar 13

Gambar 13. Truck yang digunakan untuk mengangkut sampah di Kabupaten Simeulue

Universitas Sumatera Utara 58

3. Arm-Roll Truck. Yaitu truck tanpa bak dengan lengan hidrolik untuk

menggerakkan container. Dengan kendaraan ini, operasi pengangkutan dan

pembuangan sampah menjadi lebih praktis. Bentuk dan ukurannya bervariasi

menurut container. Harga kendaraan relatif lebih mahal dari dump truck.

Kapasitas operasional adalah 4-6 rit perhari, tergantung pada jarak

pengangkutan. Jenis kendaraan ini digunakan pada pola operasional sistem

(Faizah, 2008). Dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Arm Roll yang digunakan di Kabupaten Simelue

4. motor roda 3 adalah Sarana pengangkutan lainnya yang biasa digunakan

untuk pengangkutan sampah adalah mobil jenis pick-up, motor roda 3 dan

sepeda sampah, yang biasanya digunakan secara insidental dan untuk

Universitas Sumatera Utara 59

melayani sampah pada wilayah yang sulit dijangkau kendaraan pengangkut

sampah pada umumnya (Faizah, 2008). Dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Motor Roda 3 yang digunakan Kabupaten Simeulue untuk mengangkut sampah

Cara pengangkutan yang saat ini terlaksana di Kabupaten Simeulue berbeda- beda yaitu :

1. secara komunal, pengangkutan dilakukan dengan setiap rumah membuang

atau meletakan sampah ke dalam wadah yang telah disedia kan baik dari

pemerintah, wadah plastik, wadah keranjang maupun wadah lainnya kemudia

petugas mengangkut sampah ke dump truck. Setelah pengangkutan selesai,

petugas langsung membuang sampah ke TPA. Selain dump truck, untuk

pengangkutan sampah perumahan digunakan roda 3. Sampah dari perumahan

warga akan diangkut dan langsung di buang ke TPA.

2. Secara individual, biasanya sampah bersumber dari Rumah Sakit dan

Perkantoran lainnya. Tahap awal adalah petugas kebersihan perkantoran

Universitas Sumatera Utara 60

masing-masing membuang sampah ke TPS (container), kemudian petugas

kebersihan akan mengangkut sampah ke arm roll, setelah selesai terangkut

semua petugas langsung membuang sampah ke TPA.

Tugas Masyarakat Kewajiban Pemerintah

Komunal Wadah Sampah Dump Truck Langsung

Roda 3 TPA

Individual Tidak Wadah Sampah Container Arm Roll Langsung

Gambar 16. Pola pengumpulan dan pengangkutan sampah

4.3.3 Proses Pembuangan Akhir Cara Pembuangan sampah di Kabupaten Simeulue adalah dengan langsung mengangkut sampah dari wadah masing-masing warga dan langsung dibuang ke

TPA. Namun sebagian, seperti perkantoran memiliki TPS yang sudah di sediakan oleh pemerintah berupa bak container. Biasanya petugas pengangkut sampah sekitaran Kota Sinabang langsung membuang sampah ke TPA baik organik maupun anorganik. Sampah akan bercampur dalam satu dan tempat tanpa proses pemilahan terlebih dahulu, dapat dilihat pada Gambar 17.

Universitas Sumatera Utara 61

Gambar 17. Lahan yang dijadikan TPA Kabupaten Simeulue di Kecamatan Simeulue Timur . Lokasi yang diperuntukan untuk tempat pembuangan sampah di Kabupaten

Simeulue cukup luas. Diperkirakan berkisar ± 5 Ha dan mampu menampung sampah yg cukup banyak. Pemerintah memilih lahan ini karena area tersebut merupakan lahan kosong dan jauh dari pemukiman warga. Jarak tempu antara

Kabupaten Kota dengan TPA berkisar ±8 KM.

Proses pengangkutan pun, hanya sekedar membuang ke TPA tanpa tindakan atau treatment khusus. Setelah sampah sudah dibuang TPA dibantu escavator untuk proses pemadatan agar sampah tidak terlalu menumpuk. Setelah penumpukan selesai jika kondisi matahari panas petugas langsung membakar sampah namun jika kondisi matahari kurang terik petugas akan menunggu ketika matahari sudah panas. Ini dimaksud untuk dapat mengurangi kadar air di sampah dan proses pembakaran lebih mudah. Dapat dilihat pada Gambar 18.

Universitas Sumatera Utara 62

Gambar 18. Excavator yang digunakan untuk membantu proses persampahan di TPA Kabupaten Simeulue

4.3.4 Besaran Retribusi Dan Pembiayaan Beberapa kegiatan seperti pengadaan barang atau pemeliharaan alat memerlukan dana. Dana yang digunaka untuk proses pengadaan barang, pemeliharaan alat serta biaya operasional bersumber dari APBD dan APBN.

Namun, adapula dana yang diberikan beberapa pihak swasta atau aspirasi yang turut berpartisipasi. Aspirasi tersebut tidak semua berbentuk uang, tetapi adapula yang seperti bantuan lain contohnya kenderaan roda 3, teng semprot, alat pemotong rumput, racun rumput dan lain-lain. Namun dana yang dikeluarkan oleh swasta tidak bisa menjadikan patokan untuk sumber anggaran, sebab anggaran yang diberikan swasta masih tergolong sedikit dan tentunya tidak dapat memenuhi keperluan. Oleh sebab itu, anggaran dari pemerintah yang menjadi pembiayaan utama dan tentunya mengeluarkan dana yang cukup banyak.

Universitas Sumatera Utara 63

4.3.4.1 Ketentuan wajib retribusi Adapun sesuai dengan aturan pemerintah bahwa pelaku yang dikenakan retribusi adalah seperti rumah tangga, pasar, pertokoan, rumah makan, industri, hotel, perkantoran dan lain-lain. Tingkat jasa pelayanan sampah di ukur melalui jenis serta volume sampah yang dibuang. Seperti yang di tuang pada Pasal 7

Qanun Nomor 18 Tahun 2012 tentang Cara Mengukur Tingkat Pengguna Jasa

1) Tingkat penggunaan jasa pelayanan persampahan/ kebersihan diukur

berdasarkan jenis dan volume sampah yang dibuang.

2) Jenis-jenis yang dikenakan retribusi adalah :

a. Rumah tangga;

b. Pasar;

c. Pertokoan;

d. Rumah Makan ;

e. Industri;

a. Kantor;

g. Hotel;

h. Rumah Sakit;

i. Wisma;

j. Pabrik.

k. Losmen dan sejenisnya.

4.3.4.2 Besaran tarif yang di tentukan Sesuai aturan pemerintah bahwa setiap bentuk usaha, rumah tangga dan perkantoran pembayaran retribusi berbeda-beda. Seperti pada qanun yang telah ditetapkan oleh pemerintah bahwa Qanun Nomor 18 Tahun 2012 pasal 8 tentang

Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi yaitu :

Universitas Sumatera Utara 64

1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif ditetapkan dengan memperhatikan

biaya penyediaan jasa, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan

efektivitas pengendalian atas pelayanan.

2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya operasi dan

pemeliharaan.

3) Dalam hal penetapan tarif sepenuhnya memperhatikan biaya penyediaan jasa,

penetapan tarif hanya untuk menutup sebagian biaya.

Retribusi tersebut wajib dibayarkan kepada pemerintah sesuai tarif yang sudah ditentukan. Retribusi yang dikumpul adalah sebagai tambahan untuk membiayai perlengkapan sarana dan prasarana yang digunakan dinas untuk tujuan kebersihan lingkungan. Kewajiban retribusi sudah diatur dalam Undang-Undang baik dari segi tariff retribusi maupun sanksi-sanksi yang tidak membayar iuran.

4.3.4.3 Besaran Tarif Retribusi di Kabupaten Simeulue Besarnya tariff retribusi biasanya bisa di lihat dari sumber sampah terlebih dahulu yang meliputi sumber sampah dari rumah tangga, pertokoan, wisma, hotel, pasar, pabrik, industri, rumah sakit dan sebagainya. Kemudian di hitung berapa luas bangunan tersebut sesuai ketentuan. Beberapa ukuran luas bangunan yang diambil adalah dimulai dari 50m2 sampai dengan 200m2. Lalu sampah dihitung dengan kategori kecil, sedan dan besar. Jika hasil tersebut sudah diperoleh maka tindakan selanjutnya adalah menetapkan berapa tarif yang sesuai dengan luas bangunan yang dimiliki oleh swasta maupun Negara. dan Sesuai ketentuan Pasal 9

Qanun Nomor 18 Tahun 2012 tentang Struktur dan Besaran Tarif Retribusi bahwa :

1) Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

adalah pad Tabel 6.

Universitas Sumatera Utara 65

Tabel 6. Tarif Retribusi No Sumber Sampah Luas / Volume Tarif 1. Rumah Tangga 1. Luas Bangunan < Rp. 5.000/bln 50 M² 2. Luas Bangunan > Rp.10.000/bln 51 M² s/d 100 M² 3. Luas Bangunan > Rp.15.000/bln 101 M² s/d 200 M² 4. Luas Bangunan > Rp.20.000/bln 200 M² 2. Pertokoan 1. Kecil (volume Rp.15.000/bln Wisma sampah <0,51 Hotel M³/hari Kantor 2. Sedang (volume Rp.20.000/bln Pasar sampah >0,51 M³ s/d 0,75 M³/hari) 3. Besar (volume Rp.30.000/bln sampah >0,75 M³/hari) 3. Industri, 1. Kecil (volume Rp.30.000/bln Rumah Makan sampah < 0,51 Pabrik M³/hari) Rumah sakit 2. Sedang (volume Rp.40.000/bln sampah > 0,51 M³ s/d 0,75 M³/hari) 3. Besar (volume Rp.50.000/bln sampah > 0,75 M³ s/d 100 M³/hari) 4. Kontiner sampah Rp.200.000/bln (volume sampah diatas 100 M³/hari)

2) Besarnya retribusi dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan

jasa dengan tarif retribusi.

3) Tarif retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali dengan

memperhatikan kenaikan harga dan perkembangan ekonomi. Penetapan

perubahan tarif retribusi pelayanan persampahan/kebersihan ditetapkan

dengan Peraturan Bupati.

Universitas Sumatera Utara 66

4.3.4.4 Wilayah Pemungutan Untuk wilayah pemungutan diatur pada Pasal 10 Qanun Nomor 18 tahun

2012 bahwa “Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Simeulue”.

Sementara untuk penentuan pembayaran, tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pemayaran diatur dalam pasal 11 bahwa :

1) Retribusi tidak dapat diborongkan.

2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang

dipersamakan.

3) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat

berupa karcis, kupon atau kartu langganan.

4) Wajib Retribusi membayar lunas retribusi terutang pada saat SKRD atau

dokumen lain yang dipersamakan diterbitkan.

5) Wajib Retribusi melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang

terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh

Bupati dengan menggunakan SSRD.

6) SSRD diberikan kepada Wajib Retribusi sebagai tanda bukti pembayaran atau

penyetoran retribusi.

7) Bentuk isi serta tata cara penerbitan dan penyampaian SKRD atau dokumen

lainya yang dipersamakan, STRD dan SSRD sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), ayat (3), ayat (5) dan ayat (6) diatur lebih lanjut oleh Peraturan

Bupati.

8) Bentuk isi serta tata cara penerbitan dan penyampaian SKRD atau dokumen

lainnya yang dipersamakan, STRD dan SSRD sebagaimana dimaksud pada

ayat (2), ayat(3), ayat (5) dan ayat (6) diatur lebuh lanjut oleh Peraturan

Bupati.

Universitas Sumatera Utara 67

9) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

4.3.4.5 Sanksi administratif Sementara untuk sanksi administratif di atur dalam Qanun Pasal 12 Nomor

18 Tahun 2012 bahwa “Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah

(STRD)”.

4.3.4.6 Cara Penagihan Penagihan retribusi kepada masyarakat baik pelaku usaha, perumahan maupun perkantoran juga diatur dalam Qanun Pasal 13 Nomor 18 Tahun 2012 yaitu :

1. Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

dilakukan dengan menggunakan STRD dan didahului dengan surat

teguran/peringatan/surat lain yang sejenis.

2. Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagai tindakan awal

pelaksanaan penagihan retribusidikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak

tanggal jatuh tempo pembayaran.

3. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat

teguran/peringatan/surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi

retribusi yang terutang.

4. Surat teguran/peringatan/surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk Bupati.

Universitas Sumatera Utara 68

4.3.4.7 Ketentuan Pidana Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Simeulue bahwa, bagi masyarakat yang tidak membayar sesuai aturan atau tidak melunasi utang retribusi akan dikenakan sanksi dan pidana. Seperti yang tertuang pada Qanun Pasal 16 Nomor

18 Tahun 2012 tentang Ketentuan Pidana yaitu :

1. Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan

keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau

pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak

atau kurang dibayar.

2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran

Penuturan seorang pegawai DLH bahwa, biaya operasional diambil dari

APBD dan APBN, tetapi retribusi yang dikutip secara rutin dari warga juga dimanfaatkan membantu melengkapi saat operasional. Walaupun dana yang dikutip tidak seberapa namun akan tetap diusahakan agar bisa menambah biaya keperluan operasional.

4.4 DAERAH PELAYANAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SIMEULUE Hasil observasi lapangan bahwa, saat ini tingkat pelayanan di Kabupaten

Simeulue baru 4 Kecamatan dari 10 Kecamatan yang ada. dari ke 4 Kecamatan tersebut, setiap Kecamatan memiliki tingkat pelayanan yang berbeda-beda.

Perbedaan tersebut di lihat dari tingkat kepadatan penduduk serta kegiatan masyarakat. Sementara 6 Kecamatan lainnya belum terlayani oleh Dinas

Lingkungan Hidup Kabupaten Simeulue dan penanganan sampah dilakukan oleh masyarakat itu sendiri tanpa tersentuh dari dinas terkait. Adapun tingkat pelayanan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simeulue pada setiap kecamatan pada Tabel 7.

Universitas Sumatera Utara 69

Tabel 7. Pelayanan dan fasilitas setiap kecamatan Fasilitas No Kecamatan arm Truck Roda wadah truck Container roll Tinja 3 1 Simeulue Barat ------2 Simeulue Tengah √ √ - - - 3 Simeulue Cut ------4 Simeulue Timur √ √ √ √ √ √ 5 Teupah Barat √ - - - - √ 6 Teupah Tengah √ - - - - √ 7 Teupah Selatan ------8 Alafan ------9 Salang ------10 Teluk Dalam ------

4.4.1 Kecamatan Simeulue Tengah Kecamatan Simeulue Tengah merupakan kota yang kepadatan aktifitas masyarakatnya nomor 2 setelah Kecamatan Simeulue Timur yang merupakan Ibu

Kota Simeulue. Jika di lihat dari jumlah penduduk Kecamatan Simeulue Tengah ±

7.101 (BPS Kabupaten Simeulue) maka bukanlah faktor utama mengapa pemerintah termasuk memperioritaskan daerah ini dengan fasilitas kebersihan walaupun tidak seperti Kecamatan Simeulue Timur. Namun, yang menjadi pertimbangan Dinas Lingkungan Hidup adalah daerah ini merupakan tempat dimana aktivitas jual beli lebih padat dibandingkan dengan kecamatan lain sehingga tidak di pungkiri bahwa tingkat sampah yang dihasilkan juga meningkat.

Fasilitas yang diberikan oleh dinas seperti wadah sampah ± 70, tidak semua warga mendapatkan wadah tersebut karena seperti penjelasan seorang staf dinas bahwa

“jika masih ada wadah yang kita salurkan ternyata belum rata, itu bukan disengaja tetapi kita mengingat dan memikirkan ke daerah lainnya, penyaluran ini secara bertahap makanya belum semua

Universitas Sumatera Utara 70

rata. Kami dari dinas selalu mengupayakan yang terbaik, namun masyarakat juga harus bersabar. Setiap tahun akan ada anggaran dan itu di pertimbangangkan lagi dimana harus di kasih”

Fasilitas lainnya adalah 2 container (TPS), 2 kenderaan roda 3 dan 1 alat pengangkut berupa truck sampah yang di operasikan keseluruh jalan yang dapat jangkau truck pengangkut. Sementara untuk teknis pengangkutan adalah warga membuang sampah ke wadah, petugas mengangkut sampah ke bak truck dan sampah langsung di buang ke TPA Kecamatan Simeulue Tengah yang terletak di

Araban. Untuk jadwal pengangkutan biasanya 3-4 hari sekali sebab sampah tidak selesai dikerjakan kalau hanya dalam 1 hari, mengingat alat berat atau alat pengangkutan hanya 1.

Untuk retribusi atau iuran perbulan, warga dikenakan 10.000, penjelasan dari informan bahwa iuran tersebut akan di pungut langsung oleh petugas yang di tunjuk oleh Dinas Lingkungan Hidup. Kemudian petugas tersebut setiap bulannya menyetor ke dinas guna biaya tambahan operasional.

4.4.2 Kecamatan Simeulue Timur Kecamatan Simeulue Timur merupakan daerah ibu Kota Kabupaten Simeulue dengan kepadatan penduduk ± 28. 429 jiwa (BPS Kabupaten Simeulue). Tak heran jika kita menemui segala aktifitas di Kecamatan ini, karena merupakan pusat kotanya Simeueulue. Kecamatan ini sangat diperhatikan oleh pemerintah sebab harus menjadi contoh dari seluruh Kecamatan, baik kebersihan maupun aktifitas warganya. Selain itu seluruh pejabat Kabupaten berdomisili di

Kecamatan Simeulue Timur. Dari seluruh Kecamatan yang terlayani oleh Dinas

Lingkungan Hidup Simeulue hanya di Kecamatan Simeulue Timur yang alat operasinya lebih banyak dibanding kecamatan lainnya. Setelah di hitung alat yang beroperasi di Kecamatan Simeulue Timur yaitu dapat dilihat pada Tabel 8.

Universitas Sumatera Utara 71

Tabel 8. Alat Pendukung Kebersihan di Kecamatan Simeulue Timur No Alat Operasi Jumlah 1 Dump Truck 4 2 Roda 3 5 3 Excavator 1 4 Truck Tinja 1 5 Container 8 6 Arm Roll 1

a. Rute Pelayanan Setiap petugas sudah dibagi rute sesuai dengan aturan dari Dinas Lingkungan

Hidup sehingga penyelesaian pengakutan sudah tanggung jawab masing-masing. dan rute tersebut harus diselesaikan sesuai dengan target. Maka pembagian rute dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rute petugas pengangkutan sampah No Nama Petugas Rute 1 Hendrik Mulai dari jembatan Suka Jaya lanjut ke lorong Tauhau Selesai di SD 1, Putar balik menuju pertigaan Bank BRI dan masuk ke Lorong Nangka kemudian menuju Bank BPD lanjut ke gerbang pelabuhan. Seterusnya balik arah masuk kiri arah pertigaan swalayan ke Suka damai dan mutar ke Potongan serta belok arah kea rah Suka Jaya dan selseai di Bank BSM. 2 Uyumanggi Dari Polres Simeulue Desa Suak Buluh masuk ke Desa Air Dingin menuju ke Bank BSM. Kemudian lanjut ke jalan saka sebelah kiri sampai simpang kargo ke Bank BSM (sebelah kanan merupakan rute Hendrik). Lanjut ke kantor DPRD dan lorong Perjuangan, lorong Dukcapil terus kearah belakang kantor Bupati sampai ke Kolok pengungsian. 3 Aslan Turunan gunung jalan baru tembus ke pajak impress, maiteng, kodim, lorong belakang SD14 masuk ke Desa Suka Karya selsai di doorsmir. 4 Ilyawalidin Mulai dari Bank BPD menuju lapas, masuk ke pajak masuk ke rumah Dinas Polisi dan seluruh Desa Suka Maju, lanjut ke Desa Suka Karya selsesai di doorsmir. Lanjut lagi ke gunung arah rumah sakit umum dan selesai di hotel kemuning 5 Husni Container

Universitas Sumatera Utara 72

Rute pengemudi roda 3 biasanya berfokus pada kebersihan jalan kota, taman kota dan perkantoran. Untuk rute dan petugas pengangkutan dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Rute roda 3 dan petugas pengangkutan

No Nama Petugas Wilayah Tugas pengakutan 1 Rustam Ameria Bahagia Khusus pembersihan taman Kota 2 Iwan Suka Maju Lorong-lorong yang tidak dapat dijangkau oleh truk 3 Jeri ambe Suka Maju Lorong-lorong yang tidak dapat dijangkau oleh truk 4 Kamiudin Air dingin Lorong-lorong yang tidak dapat dijangkau oleh truk 5 Jusran Suak Buluh Petugas membersihkan jalan khusus kotoran hewan 6 - Suak Buluh Petugas membersihkan jalan khusus kotoran hewan 7 Rizki Suka Karya Lorong-lorong yang tidak dapat dijangkau oleh truk 8 Agung Suka jaya Lorong-lorong yang tidak dapat dijangkau oleh truk

Sementara container yang terpakai di Kabupaten Simeulue Kecamatan

Simeule Timur dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Petugas pengangkut dan continer No Nama Petugas Container -SEKDAKAB -Keuangan -Pajak Impres -SMA 1 1 Husni -SMK -Polres -Dinas Pendidikan -Cargo -Rumah Sakit -Salur

Universitas Sumatera Utara 73

b. Pewadahan sampah Sistem pewadahan sampah yang di laksanakan adalah dengan cara individu atau perumahan meletekan sampah langsung kewadah. Pembuangan sampah yang dilakukan tidak melalui pemilahan antara sampah organic maupun anorganik, hanya saja jika perumahan memiliki hewan ternak biasanya sisa makanan seperti nasi, tidak langsung dibuang oleh warga tetapi sisa tersebut akan dijadikan pakan ternak.

Berbagai jenis wadah sampah yang digunakan di Kecamatan Simeulue Timur seperti kantong pelastik, timba bekas, kaleng bekas, ember bekas, keranjang kotak dan keranjang yang terbuat dari kayu dan seperti pada gambar 6 sebelumnya.

Sementara wadah dari Dinas Lingkungan Hidup masih belum merata. sehingga penduduk menggunakan wadah sampah seadanya.

c. Pengangkutan Sampah Proses pengangkutan sampah di Kecamatan Simeulue Timur adalah sampah yang ada di wadah masyarakat langsung di angkut ke dalam dump truck kemudian petugas membuang sampah ke TPA. Sementara untuk petugas pengangkut sampah menggunakan roda 3 biasanya sampah yang dikumpul sebagian dimasukan kedalam TPS (container), namun ada pula petugas langsung membuang sampah ke TPA. Jika sampah sudah di dalam container petugas pengangkut sampah dengan truck container langsung mengangkut dan membuang sampah ke TPA Suak Buluh.

Interval pengangkutan sampah 3-4 hari dan terbilang cukup lama, melihat intensitas warganya yang dapat dikatakan sering. Biasanya pengangkutan dialakukan pada malam hari dan sesuai rute petugas masing-masing. Petugas slesai mengangkut sampah ketika bak sudah penuh dan jika dalam satu rute belum

Universitas Sumatera Utara 74

selsai , akan dilaksanakan esok malamnya disambung mulai dari perumahan yang terakhir diangkut. Pengangkutan sampah oleh petugas juga tidak dilakukan pemilahan sampah sehingga sampah organic dan anorganik saling tercampur.

Penjelasan dari petugas bahwa.

4.4.3 Kecamatan Tepah Tengah Selain jarak tempuh yang tidak begitu jauh, fasilitas kebersihan yang diberikan ke Teupah tengah di lihat dari kegiatan jual beli termasuk padat. Banyak masyarakat setempat maupun masyarakat luar daerah yang melakukan transaksi jual beli di Kecamatan tersebut. selain kegiatan jual beli, Kecamatan Teupah

Tengah juga merupakan tempat wisata bagi para turis, baik turis luar maupun turis lokal.

Maka dari itu, pemerintah memberikan fasilitas kebersihan seperti wadah dan alat pengangkut sampah. wadah yang diberikn oleh dinas juga masih belum merata, hanya bagian perumahan area jalan besar sedangkan perumahan bagian belakang masih menggunakan wadah yang dibuat oleh warga itu sendiri.

Pewadahan dari dinas berupa tong fiber dan Container (TPS).

Sampah yang dihasilkan oleh warga langsung di buang ke tempat wadah atau ada juga warga yang langsung membuang ke TPS (container) kemudian tim petugas pengangkut langsung mengangkut sampah menuju TPA Suak Buluh.

Pekerjaan ini dilakukan dalam jangka waktu 3-4 hari pengabilan. Untuk teknis operasi, petugas yang melakukan baik pengangkutan maupun pembersihan jalan ditangani langsung petugas, dapat dilihat pada Tabel 12.

Universitas Sumatera Utara 75

Tabel 12 Rute dan nama petugas pembersihan di Kec. Teupah Tengah No Nama Petugas Pekerjaan 1 Sahab Rute pengambilan seluruh Ibu Kota Kecamatan Teupah Tengah dan beberapa Desa lainnya, tugas sahib adalah membersihkan area jalan dan mengangkut sampah yang tidak bisa dilalui oleh truck 2 Husni Merupakan Supir Container khusus Kecamatan Teupah tengah

Setiap petugas sudah diberikan tugas masing dan ketika seluruhnya bekerja, petugas harus menyelesaikan pekerjaanya. Kecuali bila salah satu petugas mendapa musibah maka petugas lain membantu pekerjaannya. Seperti penjelasan seorang petugas yaitu

“saya akan membersihakan seluruh rute yang sudah ditetapkan dan itu hanya rute saya saja, kecuali ada petugas lain yang mendapat musibah semisal petugas sakit, atau keluarga yang sakit ataupun musibah lain (alasan yang jelas) hingga dia tiadak masuk, maka saya dan teman- teman akan membereskan pekerjaannya. Nanti kalau dia uda kembali bekerja maka diapun ikut membantu pekerjaan kami”

Pembaran retribusi sama seperti kecamatan lainnya, warga dikenakan

10.000/rumah, pengutipan dilakukan oleh petugas dan langsung diserahkan ke

DLH. Pembayaran tersebut merupakan iuran wajib warga dan diperlukan untuk penambahan biaya operasional petugas kebersihan.

4.4.4 Kecamatan Teupah Barat Pemerintah memberikan fasilitas kebersihan di Kecamatan Teupah Barat dikarenakan adanya Bandara Lasikin dan jarak tempuh hanya 15 menit dari Kota

Sinabang (tanpa macet). Sehingga penunjang kebersihan masih dapat di alokasikan dan terlayani dengan baik. Selain itu, sama seperti Kecamatan Teupah tengah, Kecamatan Teupah Barat merupakan tempat turis berwisata sehingga dapat dikatakan daerah ini merupakan icon nya Simeulue.

Universitas Sumatera Utara 76

Fasilitas yang diberikan seperti wadah sampah, namun sama seperti

Kecamatan lainya bahwa tidak setiap rumah mendapatkan wadah. selain itu, pemerintah juga memfasilitasi 1 container dan peletakannya di area Bandar

Udara Lasikin. Proses pengangkutan dan pembersihan langsung ditangai oleh petugas yang telah ditetapkan yaitu pada Tabel 13.

Tabel 13. Rute dan nama petugas pembersihan di Kec. Teupah Barat No Nama Petugas Pekerjaan 1 Jusran Petugas membersihkan jalan khusus kotoran hewan 2 - Petugas membersihkan jalan khusus kotoran hewan 3 Husni Merupakan Supir Container khusus Kecamatan Teupah tengah

Teknis pengangkutan dengan, warga membuang sampah ke wadah yang sudah tersedia kemudian petugas mengangkut ke roda 3, ataupun sebagian warga membuang sampah ke container dan petugas pengangkutan langsung membuang sampah ke TPA. Sama seperti Kecamatan lainnya, biaya retribusi dibayar sebesar

10.000 dan pengutipan langsung idtangani oleh petugas.

4.5 HASIL TIMBULAN SAMPAH DI DESA SUKA MAJU 4.5.1 Berdasarkan Berat Sampah Dari hasil perhitungan timbulan sampah bahwa pada Berat sampah yang dihasilkan selama 8 hari (kg/orang/hari ) untuk pendapatan Low Income sebanyak

0,46 kg/orang/hari dan 0,05 kg/orang/hari. Untuk pendapatan Middle Income sebanyak 0,48 (kg/orang/hari ) dan 0,06 (kg/orang/hari ). Sementara pada pendapatan High Income sebanyak 0,44 (kg/orang/hari ) dan 0,06 (kg/orang/hari ).

Dapat dilihat pada gambar Gambar 19.

Universitas Sumatera Utara 77

Gambar 19. Data Berat Timbulan sampah yang dihitung jika dilihat dari pendapatan Desa Suka Maju Kecamatan Simeulue Timur

Hasil perhitungan timbulan sampah bahwa angka penyumbang sampah yang paling banyak jika dilihat dari pendapatan adalah Middle Income. Saat melakukan pengambilan sampah diketahui bahwa profesi pekerjaan Middle Income hampir semua sebagai pedagang dan lokasinya di pekarangan rumah warga itu sendiri.

Berbagai jenis yang dijual dan yang paling dominan adalah penjual jajanan serta makanan seperti gorengan dan berbahan mie. Dapat disimpulkan bahwa sampah tidak hanya dihasilkan anggota keluarga melainkan kemasan yang dijual baik berupa plastik, daun maupun sampah kulit pisang dan ubi.

Dari grafik bahwa untuk pendapatan Low Income merupakan penyumbang sampah nomor 2 (dua). Hal ini karena kegiatan sehari-hari warga lebih sering dihabiskan di rumah sehingga apapun kegiatan yang menghasilkan sampah akan di buang di pekarangan rumah. Selain itu dilihat dari kehidupan secara finansial maka wajar jika Low Income menyumbang sampah lebih sedikit dibanding Midlle

Income. Sebab mereka hanya menggunakan dan membeli seperlunya saja menimbang kurangnya keuangan.

Universitas Sumatera Utara 78

Dari pengamatan bahwa pendapatan High Income menyumbang sampah dengan kategori berat yang paling sedikit bila di banding Middle Income dan Low

Income. Jika dilihat dari segi ekonomi pendapatan yang paling banyak berada di

High Income, Namun, justru mereka yang sedikit menghasilkan sampah dari kesehariannya maka pendapatan High Income jarang berada dirumah dan selalu di luar. Rata-rata kehidupan pendapatan High Income merupakan Pegawai Negeri

Sipil dan kesehariannya sibuk dengan pekerjaan dikantor. Maka dari itu kurangnya aktivitas dirumah akan semakin sedikit menghasilkan sampah.

4.5.2 Berdasarkan Volume Sampah Kebutuhan sehari-hari manusia terus beragam sejalan perkembangan jaman yang semakin modern. Begitu halnya dengan gaya hidup dan persaingan antara satu sama lain terus berjalan. Ditambah dengan tingkat kepadatan penduduk setiap tahun semakin pesat. Perubahan ini memiliki dampak positif dan dampak negative terhadap kehidupan. Salah satu contoh dampak negative adalah volume sampah yang dihasilkan semakin meningkat.

Berdasarkan volume timbulan sampah yang dihitung selama 8 hari maka

Low Income menyumbang paling sedikit yaitu sebesar 13,89 kg/orang/hari dan disusul dengan pendapatan Middle Income sebanyak 19,43 kg/orang/hari dan yang paling banyak adalah dengan pendapatan High Income sebesar 24,82 kg/orang/hari. Dapat dilihat pada Gambar 20.

Universitas Sumatera Utara 79

Gambar 20. Timbulan sampah berdasarkan volume

Hasil penelitian ini menujukan tingkat penghasil sampah bila dilihat dari volume maka yang paling banyak adalah dengan pendapatan High Income kemudian disusul dengan pendapatan Middle Income dan yang trakhir Low

Income. Jelas bahwa semakin meningkat gaya hidup maka semakin beragam sampah yang di hasilkan.

Jika di amati dari besaran volumenya dapat disimpulkan bahwa untuk pendapatan High Income sampah yang di dapat saat penelitian lebih banyak jenisnya contoh seperti kemasan baik berbahan plastik maupun berbahan kertas.

Kemasan seperti ini tidak berat namun besar volumenya. Jika dihentak atau kompaksi kemasan tidak akan besar tingkat susutnya.

Sedangkan volume sampah pada pendapatan Middle Income lebih sedikit dibanding High Income. Dilihat dari jenis sampah seperti kulit pisang, kulit ubi, sisah makanan dan lain- lain. Bentuk sampah seperti ini mengandung berat namun tidak besar volumenya. Berbeda dengan warga yang pendapatannya High Income, mereka lebih membeli dari pada menjual. Sementara warga dengan pendapatan

Universitas Sumatera Utara 80

Middle Income lebih banyak menjual daripada membeli. Sehingga volume sampah yang dihasilkan lebih sedikit.

Lain halnya dengan warga yang pendapatannya dikategorikan Low Income, seperti penjelasan sebelumnya bahwa tingkat pengeluaran lebih sedikit sehingga sampah yang dihasilkan juga sedikit. Biasanya sampah yang dihasilkan hanya beberapa kemasan saja per harinya sedangkan sampah sisah makanan biasanya dijadikan makan ternak seperti ayam dan itik.

4.6 PENANGANAN SAMPAH DI DESA SUKA MAJU Upaya pengelolaan sampah pada daerah tujuan wisata meliputi pembentukan unit teknis pengolahan sampah di sekitar lokasi wisata dan penanganan sampah yang komprehensif. Sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi harus mencakup proses pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahannya. Penciptaan kawasan wisata bebas sampah dapat dilakukan melalui pengolahan sampah menjadi biogas sebagai penggerak industri kreatif, pembuatan kompos dan daur ulang. Timbulan sampah dapat berupa sampah organik dan sampah anorganik yang memerlukan penanganan pengolahan yang berbeda (Dewi, 2017).

Dewasa ini permasalahan sampah tidak pernah terlepas dari kehidupan kita.

Pertumbuhan semakin meningkat maka tingkat sampah yang dihasilkan semakin meningkat pula. Bukan hanya di kota yang besar namun dikota kecil permaslaahan mengenai sampah juga terjadi. Seperti di Desa Suka Maju yang tergolong kecil namun sampah sudah mengotori area desa khususnya bagian tanggul dan laut. septaran tanggul Desa Suka Maju masih banyak kita jumpai sampah baik jenis anorganik maupun organi. Sampah tersebut di buang secara sembarangan oleh penduduknya sendiri karena seluruh sampah adalah sampah rumah tangga, dapat dilihat pada Gambar 21.

Universitas Sumatera Utara 81

Gambar 21. Sampah penduduk seputaran Desa Suka Maju

Banyak permasalahan penanganan sampah seperti di Desa Suka Maju,

Kabupaten Simeulue adalah :

1. Sampah yang semakin hari semakin meningkat dan beragam hal ini

dibuktikan dengan jumlah penduduk Desa Suka Maju semakin bertambah.

Selain itu pola konsumsi masyarakat semakin beragam mulai dari kemasan

berbahan Plastik hingga berbahan kertas.

2. Wadah yang diberikan kepada masyarakat saat ini belum merata

3. Interval waktu pengangkutan yang terlalu lama sehingga tak jarang wadah

meluap.

4. Kenderaan pengangkutan masih dianggap kurang dan mengharapkan

seadanya

5. Sebagian lorong tidak bisa dilalui kenderaan pengangkutan sehingga perlu

dikaji ulang model alat pengangkut maupun proses pengangkutan.

Universitas Sumatera Utara 82

6. Kurangnya partisipasi dan tindakan masyarakat Desa Suka Maju dalam

menjaga lingkungan sekitar.

7. Kurangnya kesadaran masyarakat membayar retribusi kepada petugas.

Dalam aspek pembiayaan, permasalahan yang umum terjadi terutama adalah masih rendahnya retribusi kebersihan yang tidak sebanding dengan biaya operasional dan pemeliharaan. Dalam aspek kelembagaan, yang umum terjadi adalah jumlah personil yang tidak sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan maupun pengetahuan personil terhadap sistem pengelolaan sampah masih rendah. Dalam hal penyediaan sarana persampahan adalah masih terbatasnya peralatan seperti kontainer, dan truk pengangutan. Pola pengangkutan sampah yang tidak efektif juga akan mempengaruhi jangkauan layanan maupun biaya operasional pengangkutan. Karena keterbatasan pemerintah dalam pengelolaan sampah tersebut maka perlu didukung adanya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah baik peranserta aktif maupun pasif (Hartanto, 2006).

4.7 KELEMAHAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE DALAM MENANGANI SAMPAH Sampah merupakan permasalahan yang umum dihadapi oleh setiap kota maju maupun berkembang yang ada di dunia terutama di Indonesia. Masalah pengelolaan sampah perkotaan seolah merupakan masalah yang selalu menghantui para pemangku pemerintahan di wilayah perkotaan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk perkotaan maka masalah persampahanpun akan turut meningkat, karena tidak dapat dipungkiri setiap orang memang sudah pasti akan menghasilkan sampah setiap harinya. Jika hal ini tidak dapat dikelola dengan baik, maka dapat dipastikan sampah akan selalu menumpuk dan menyebabkan masalah lain yang lebih berbahaya seperti munculnya berbagai sumber penyakit

(Alfath, 2018).

Universitas Sumatera Utara 83

Secara normatif, pengelolaan sampah telah diundang-undangkan dalam UU.

No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah yang dimaksud adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Dalam undang-undang ini juga disebutkan tugas dan kewajiban pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah. Kebijakan nasional dan provinsi dalam pengelolaan sampah selanjutnya dapat dirumuskan oleh pemerintah daerah sebagai bentuk pengurangan dan penanganan sampah dari sumber timbulan sampah itu sendiri. Oleh karena itu, pada aspek pengelolaan sampah sendiri, dapat disimpulkan bahwa pemerintah memiliki peran dalam pengelolaan sampah (Jati, 2016).

Sistem pengelolaan persampahan terutama untuk daerah perkotaan, harus dilaksanakan secara tepat dan sistemastis. Kegiatan pengelolaan persampahan akan melibatkan penggunaan dan pemanfaatan berbagai prasarana dan sarana persampahan yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan maupun pembuangan akhir. Masalah sampah berkaitan erat dengan dengan pola hidup serta budaya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu penanggulangan sampah bukan hanya urusan pemerintah semata akan tetapi penanganannya membutuhkan partisipasi masyarakat secara luas. Jumlah sampah ini setiap tahun terus meningkat sejalan dan seiring meningkatnya jumlah penduduk dan kualitas kehidupan masyarakat atau manusianya dan disertai juga kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang menghasilkan pula pergeseran pola hidup masyarakat yang cenderung konsumtif (Sahil, dkk., 2016).

Setiap permaslahan yang berhubungan dengan sampah tidak bisa diselesaikan hanya satu pihak namun perlu melibatkan seluruh anggota baik dari pemerintah

Universitas Sumatera Utara 84

maupun anggota masyarakat. Pemerintah dalam perannya memegang kekuasaan penuh terhadapa kebijakan sementara masyarakat berperan menjalankan seluruh kebijakan yang sudah disusun. Untuk mendapatkan hasil yang optimal masyarakat dan pemerintah dituntut untuk saling bersinergi. Pemerintah pun, selain memberikan kebijakan, kewajiban lain adalah memberikan edukasi serta contoh yang nyata sehingga menjadi panutan oleh masyarakat itu sendiri.

Sejauh ini, peran pemerintah khususnya Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Simeulue bisa dikatakan cukup dan belum cukup baik atau sangat baik. Sebagai contoh adalah, sejauh ini pemerintah hanya memberikan himbauan baik secara langsung maupun berbentuk poster atau sejenisnya, namun tidak secara perlakuan.

Masyarakat tidak membutuhkan hanya sekedar ucapan namun mereka ingin melihat bagaimana pemerintah bertindak saat dilapangan.

4.7.1 Pewadahan Sampah Pemerintah memberikan wadah kepada masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan. Wadah tersebut di anggarkan melalui dana APBD, APBN maupun Aspirasi. Dari pihak pemerintah mengupayakan agar wadah dapat terbagi dengan rata sesuai kebutuhan sehingga meminimalisir pembuangan sampah yang semakin sembarangan.

Tujuan dari sebuah tempat sampah adalah memberikan tempat khusus bagi orang – orang yang ingin membuang sampah, baik sampah tersebut organik maupun non-organik. Karena dengan adanya tempat sampah, maka akan menjadi lebih dapat menjaga kebersihan, karena sampah – sampah tidak berserahkan lagi.

Dengan adanya tempat sampah juga dapat mengurangi polusi udara. Dengan adanya tempat sampah maka sampah organik dan non-organik akan berada pada

Universitas Sumatera Utara 85

tempatnya dan pengelolaannya masing – masing. Dan banyak lagi manfaat yang akan terjadi jika tujuan dari tempat sampah tersebut dapat terpenuhi.

4.7.2 Penyaluran Wadah Hasil pengamatan bahwa, wadah yang diberikan kepada masyarakat belum semua tercukupi atau belum merata. Istilahnya, warga harus menunggu antrean dari dinas sebab pemerintah membagi wadah sesuai kebutuhan dan anggaran. tidak semua wadah diambil dari anggaran DLH, tetapi pihak swasta berperan menyumbang sejumlah wadah kepada masyarakat. Biasanya pihak swasta bekerja sama dengan pemerintah untuk menentukan daerah mana yang harus di berikan wadah.

Namun, ketidak kemerataan ini menyebabkan sebagian masyarakat mengeluh dan berharap agar pemerintah membagi wadah dengan adil. Akibanya ini dijadikan alasan masyarakat untuk membuang sampah secara sembarangan, penjelasan seorang informan yang saya temui bahwa ia mengungkapkan,

“kami membuang sampah di seputaran kampung aja, gak keluar kampung walaupun gak punya wadah. Sampah kami kumpul di kantong plastik, jika sudah penuh sampah langsung kami buang. Karena gak punya tong sampah mau gak mau kami buang kelaut atau pinggiran tanggul, itulah alternative yang ada. dirumah ini gak ada tong sampah, dulu pernah ada tong tapi sekarang entah kemana. Sudah hampir 6 tahun kami gak pakai tong sampah. tong sampah sudah kami minta kepada DLH namun katanya untuk tahun ini belum ada anggaran. Setiap tahun begitu katanya, jadi kami Cuma nunggu aja sekarang. jadi kalau buang ya terus kelaut atau dibakar. Cuma kadang kalau bakar suka ganggu asapnya dan lahan bakarpun tah kemana. Itulah tadi langsung buang aja. Kalau untuk sampah kayak sisa makanan atau kayak ampas kelapa biasanya kalau ada warga yang mintak dijadikan makan ternak tapi kalau gak ya dibuang sama sampah yang lainnya” Keadaan ini sungguh disayangkan ketika kita bayangkan selama 6 tahun warga aktif membuang sampah kelaut, pertanyaannya bagaimana yang tak punya wadah ?. Semestinya pemerintah harus lagi membuka mata dan hati lebar-lebar, jika permasalahan anggaran terbatas, pengalokasian dapat dipilih oleh

Universitas Sumatera Utara 86

pemerintah mana yang sangat membutuhkan mana yang belum begitu membutuhkan serta menyampingkan kepentingan individual. Hal ini dimaksud agar tidak ada sengketa dan praduga masyarakat tentang penyaluran wadah.

Penulusuran saya pada saat penelitian bahwa keterangan dari pihak dinas mengenai berapa total wadah yang sudah di sebar ke masyarakat mereka tidak memberikan data. Penuturan pegawai Dinas DLH menyakut alasan ini bahwa

“Sebenarnya data ada dilaptop saya, tapi laptopnya lagi rusak. mau di cek tapi gak bisa. Kemudian itupun harus di liat lagi, data kita semua ada hanya saja kalau sudah mutasi dan berpindah jabatan biasanya data harus sudah sama yang sebelumnya”

Inipun, menjadi permasalahan lagi bahwa kesimpulannya, data yang ada di DLH

Kabupaten Simeulue belum lengkap. Bisa jadi tingkat keseriusan pegawai DLH masih dipertanyakan.

4.7.3 Pengangkutan Sampah a. Arm-Roll dan Dump Truck Pengangkutan yang dilakukan di Kabupaten Simeulue dengan menggunakan jenis bak terbuka dan Arm-roll truck dengan kapasitas 8m3 . penggunaan Arm- roll hanya mengangkut sampah TPS sementara sementara truck jenis bak terbuka mengangkut sampah perumahan, took dan lain-lain sesuai rute yang dapat dilauluinya. Sampah yang diangkut akan berhasil jika sampah tidak tercecer dimana-mana. Namun, pada saat pengangkutan sampah dengan sistem bak terbuka sering kali sampah berserakan dijalan karena di tiup angin. Sehingga banyak kita jumpai sampah berserakan di jalan. Selain sampah yang tercecer, bau sampah juga sangat mengganggu pengguna jalan.

b. Jadwal Pengangkutan Sampah Hasil obesrvasi bahwa, sebagian masyarakat mengeluh dengan interval pengangkutan yang dianggap terlalu lama. petugas pengangkut, biasanya

Universitas Sumatera Utara 87

mengangkut sampah selama 3-4 hari sekali, masyarakat berharap pengangkutan ini paling di tolerir selam 2 hari saja karena mengingat sampah yang sudah menumpuk, seperti penjelasan informan berikut.

“sampah ini sudah menumpuk sekitar 3 hari lamanya, kami merasa risih dengan sampah yang melampaui tong. Orang pekerja baru angkat sampah sekitar 3-4 hari dan biasnya diangkut malam hari. Sampah yang di tong bukan cuma plastik atau kain tapi banyak sampah seperti sisah makanan, tulang dan sebagainya, malahan tetangga saya buang tikus mati. Ini cukup menganggu kalau jarak pengakutan begitu lama. sebagian warga sekitaran sini, kalau emang sampah uda numpuk ya dibuang kelaut juga ujung-ujungnya, kami juga gak mungkin cium bau busukkan, siapa yang tahan bangkai busuk uda berulat jelas ini membawa penyakit. Makanya untuk menghindari langsung aja dibuang. Saat ditemui salah satu informan untuk menanyakan teknis dilapngan ia mengatakan bahwa

“ Rute saya mulai dari BPD tujuan lapas trus masuk pajak belok kanan arah rumah dinas polisi dan seluruh Desa Suka Maju, sampai dibelakang Telkom, Mesjid Agung dan selurh lorong. Kemudian seluruh Desa Suka Karya saya yang angkut dan arah Rumah Sakit saya yang angkut. Sampah akan diangkut sampai bak mobil full. Jika ada di rute masing-masing masih ada sampah maka pengangkutan akan disambung besok malam dan dimulai finishnya kemarin malam. Point pentingnya adalah kerja akan selesai jika bak sudah penuh dan langsung dibuang ke TPA begitu seterusnya malam ke malam. kemudian untuk sampah yang dapat kami jangkau di rute tersebut akan kami ambil sementara yang tidak dapat diangkut seperti masuk lorong dan jalanan sempit tidak kami ambil. Kami tidak tau itu yang ambil siapa bisa jadi odong-odong (Becak roda 3)”.

Dapat disimpulkan bahwa, dalam 1 hari petugas tidak dapat menyelesaikan pengangkutan sampah selama itu rute mereka. Petugas berpatokan ketika bak sudah penuh maka pekerjaan untuk hari ini selesai dan jika masih ada dilanjutkan esoknya ditempat hari sebelumnya berakhir.

Universitas Sumatera Utara 88

c. Biaya Operasional Untuk biaya operasional bahwa Dinas Lingkungan Hidup langsung memberikan seperti bon kepada supir. Kemudian setelah bon diterima, pada saat operasional supir langsung memberikan bon tersebut kepada petugas SPBU.

Untuk tatah perminggu, 1 truck 50 liter, seperti penjelasan dibawah

“Untuk tahap operasional, uang minyak selalu disediakan oleh dinas dan biasanya berupa bon. Nanti minyaknya kita ambil di SPBU. Kalau seandainya minyak kosong maka kami bakal nomboin uang minyak dengan uang pribadi dan membeli minyak yang eceran. Bon yang belum terpakai akan digunakan saat minyak sudah tersedia di SPBU. Hitungan minyak 50 Liter itu sangat pas-pasan, memang sudah diukur oleh dinas”.

Beda halnya dengan truck pengangkut container untuk biaya operasional seperti bahan bakar langsung ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten

Simeulue. Dinas memberikan bon setiap minggunya kepada petugas container sebanyak 80 liter/minggu. Saat pengisian bahan bakar di SPBU, bon tersebut diberikan petugas langsung ke petugas pengisian bahan bakar. Jumlah bon minya container lebih banyak karena langsung menangai seluruh TPS container di Kota

Sinabang dan Teupah Barat.

d. Container Penulusar lapangan bahwa, untuk teknis operasional container berbeda-beda sesuai jarak tempuh seberapa jauh dan seberapa dekatnya, sesuai penjelasan salah satu informan petugas bahwa,

“pengangkutan saya itu khusus untuk container dan pengangkutan itu gak setiap hari tergantung mana yang saya angkat. Pekerjaan ini saya lakukan pada pagi hari hingga sore. Biasnya mulai dari jam 9 sehabis ngopi langsung kelapangan. Pengangkutan awal saya mulai dari Kecamatan Simeulue Timur dulu kemudian saya susul ke Teupah Barat dan setelah selsai langsung ke Teupah Tengah. Ini bisa memakan waktu sampai 5 hari, makanya kalau ke Teupah Tengah saya angkutnya 5 hari sekali sebab saya selseaikan dulu yang disini”

Universitas Sumatera Utara 89

Jika hanya mengandalkan 1 alat pengangkut saja maka tidak heran jika waktu pengangkutan sedikit lama. Seharusnya, truck pengangkut container ini di anggarkan beberapa alat lagi, mengingat container yang diangkut tidaklah sedikit, sehingga pekerjaan petugas dapat tertolong dan meminimalisir penumpukan sampah yang di container. Dapat dilihat pada Gambar 22.

Gambar 22. Kondisi TPS yang diKecamatan Teupah Barat

Gambar tersebut merupakan TPS untuk Kecamatan Teupah Barat yang diletakan di pinggiran jalan yang sedikit masuk ke dalam lorong. Namun, yang menjadi kewaspadaan adalah, ± 10 meter terdapat sungai, jika sampah seperti ini tidak ditangani dengan cepat akan menimbun dan jatuh berserakan kedalam sungai. Selain itu karena sifat tanah lebih rendah area sungai kemungkinan air dari sampah tersebut masuk dan mengalir kedalam sungai, sehingga mencemari kawasan sungai.

Karena kekurangan alat pengangkut sehingga mengakibatkan sampah menumpuk seperti ini dan tanpa tindakan. Petugas pengangkut khusus container hanya ada 1 orang saja dan jumlah alat yg dioperasikannya pun hanya 1 dari 2

Universitas Sumatera Utara 90

Kecamatan yang terlayani oleh Dinas Lingkungan Hidup. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi hal-hal yang seperti ini. Jika dibiarkan maka beberapa tahun kemudian sampah akan menggunung dan mengotori kawasan tersebut.

f. Roda 3 (Odong-Odong) Sudah ditetapkan semua rute pangangkutan oleh dinas dan petugas melaksanakannya. Setiap petugas roda 3 memiliki tugas dan rute masing-masing, ada yang membersihkan taman, membersihakan kotoran hewan, membersihakan jalan dan lain-lain. Hasil wawancara dengan petugas bahwa

“kami bekerja sesuai intruksi dinas dan susai rute yang sudah dutentukan, kalau untuk roda 3 biasanya kami bekerja 1-2 hari, karena kami khusus untuk kebersihan kota (selain sampah)”.

Keterangan dinas bahwa untuk bagian lorong ataupun gang akan langsung ditangani oleh roda tiga (odong-odong). Penuturan dinas bahwa

“untuk kawasan yang susah dilalui oleh truck pengangkut maka akan diangkut oleh odong-odong, karena sifat odong-odong juga kecil jadi gampang masuk dalam gang”

Hasil pengamatan bahwa, tidak semua odong-odong masuk kedalam gang dan tidak semua odong-odong mengangkut sampah masyarakat. Masih banyak sampah yang belum tertangani oleh kenderaan odong-odong. Hasil wawancara dengan masyarakat penghuni lorong bahwa

“sampah kami jarang diangkut, kadang diangkut kadang gak, waktunya juga lumayan lama, jadi sampah uda menumpuk. jadi kami juga gak tau apa masalahnya, gak semua dari kami tidak melunasi uang sampah hanya sebagian”

Akibatnya, sampah yang lama diangkut oleh petugas dan yang sudah menumpuk akan langsung dibuang oleh warga ke area tanggul dan laut. sehingga area tersebut dipenuhi oleh sampah dari perumahan warga, seperti terlihat pada

Gambar 23.

Universitas Sumatera Utara 91

Gambar 23. Aksi seorang anak membuang sampah di area tannggul laut

Untuk biaya operasional seperti bahan bakar, semua sama dengan dump truck dan container. Bahan bakar disediakan SPBU melalui bon dinas dan untuk roda 3 bon diberikan langsung ke supir sebanyak 6 liter/minggu.

4.7.3 Retribusi Pemerintah memberikan peraturan bahwa setiap warga membayar uang sampah sebesar 10.000, dana ini akan digunakan untuk tujuan membantu membiayai operasional petugas. Tidak ada yang salah dengan retribusi yang dipatok oleh dinas. Menurut saya ini masih tahap wajar karena besaran retribusi memang sudah di pikirkan sedemikian rupa oleh pemerintah. Namun di satu sisi pemerintah harus benar-benar melihat kembali masyarakat yang kehidupannya dibawah rata-rata. Tak heran jika kita melihat sampah yang berserakan sebab mereka tidak mampu membayar.

Seharunya ada metode lain yang dapat mengurangi sampah melalui retribusi yang sudah ditetapkan. Seperti, dengan adanya pengurangan retribusi bisa jadi masyarakat giat memikirkan lingkungan. Sehingga bukan hanya pemerintah yang dimudahkan namun masyarakat pun terjaga dari ancama sampah.

Universitas Sumatera Utara 92

4.7.4 Kebijakan Pemerintah Tidak Terlaksana Kebijakan-kebijakan pemerintah yang di buat sampai saat ini tidak terlaksana. Contoh pada Qanun pasal 16 Nomor 18 tahun 2012 yang mengatur tentang sanksi pidana. Pasal ini sama sekali tidak berjalan di masayarakat sehingga masyarakat dengan gampang tidak membayar uang retribusi.

Pemerintah kurang tegas menindak lanjuti pekara ini padahal uang retribusi sangat membantu seagai tambahan untuk proses operasional.

Qanun dan Peraturan Bupati yang di Kabupaten Siemulue sampai saat ini kebanyakan tidak terlaksana, akhirnya masyarakat sampai saat ini menggaggap itu hanya seuah peraturan yang tertulis saja. penuturan inorman bahwa

“untuk uang sampah saya gak bayar, karena gak ada sampah juga jadi untuk apa bayar. Sampah yang adapun kami bakar aja atau kami buang kelaut. Dari dinaspun lama kali ngangkut sampah yaa dari apda numpuk mending dibuang aja. Lagian kami gak bayarpun gak ada tu di hokum atau segala macam.” 4.7.5 TPA Saat penelusuran bahwa Kabupaten Simeulue ternyata sudah mengadopsi

TPA sistem Sanitary Landfill dengan luas lahan ± 5 Ha, peresmian dilakukan pada tanggal 11 November 2017. Sistem Sanitary Landfill sendiri merupakan pembuangan sampah (pemusnahan) dengan cara membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung, memadatkan sampah dan kemudian menutup dengan tanah.

Tetapi, berdasarkan pengamatan lapangan sistem TPA di Kabupaten

Simeulue lebih ke Open Dumping yang hanya membuang sampah dan diratakan alat berat seperti excavator. Informasi yang saya terima dari informan bahwa beliau mengatakan

“kami pekerjaannya beda sementara yang di TPA juga beda, nah biasanya sampah yang di buang ke TPA hanya akan di ratakan alat

Universitas Sumatera Utara 93

berat seperti beco (excavator) setelah itu ya sudah cuma begitu aja. Karenakan itu luas, berapa hektar yang harus dikerjakan beco (excavator) apalagi beconya cuma satu jadi beratlah kalau harus ditimbun lagi”.

Luasan TPA yang mencapai ± 5 Ha belum bisa dikatakan layak sebagai sanitary landfill. Sampah yang ada di TPA pun masih berserakan sehingga memakan badan jalan. Tentu saat ini belum menjadi masalah kepada warga, sebab area yang masih jauh dengan perumahan. namun ketika sekitar area sudah dipenuhi warga akan menjadi masalah yang besar baik estetika maupun dampak kualitas air yang tercemar.

Namun dilapangan, program ini belum berjalan, sebab setelah melakukan survei baik data di DLH maupun di lapangan. Mereka membenarkan bahwa program ini juga belum berjalan. Penuturan informan bahwa

“Program ini belum berjalan, untuk peresmiannya uda tahun lalu tapi sampai sekarng belum dilaksanakan, mungkin karena masih baru. Jadi untuk proses sekarang masih biasa kayak pembuangan sebelumnya aja”

4.7.6 Pemeliharanaan Alat Untuk perawatan alat dan kerusakan semua dilimpahakan ke Dinas

Lingkungan Hidup. Semua alat jenis apapun baik truck maupun roda 3 ketika rusak langsung dipebaiki oleh petugas dan setelah selesai bengkel memberikan bon seberpa kehabisan untuk penangan/perawatan alat tersebut kepada petugas.

Kemudian petugas memberikan bon kepada dinas agar dapat melunasi segala biaya.

4.7.7 Aturan Kerja Petugas Sistem aturan kerja di Kabupaten Simeulue adalah pekerjaan apapun yang baik tim bersih sampah maupun tim pembersihan lainnya tidak ada SOP (Standar

Operasi Kerja). Seperti aturan rute maupun jadwal pengangkutan, Dinas

Universitas Sumatera Utara 94

Lingkungan Hidup hanya mengintruksikan melalui aturan yang sudah berjalan.

Sehingga ketika ada pekerja baru, pekerja tersebut langsung aturan awal pekerjaan yang pertama. Penjelasan dari dinas adalah

“ tidak ada SOP pekerja, kami tidak pernah bat SOP, sehingga kalau bekerja ya sesuai intruksi dari dinas saja. misalnya ada perubahan rute cukup di atur ulang balik melalui mengupulkan petugas dan duduk bersama”

4.7.7 Edukasi Masyarakat yang sudah terbiasa dengan sebuah kebiasaan maka akan terus terbiasa sampai dengan waktu tidak ditentukan. Kebiasaan-kebiasaan buruk itu akan terus berlangsung jika tidak segera di atasai. Banyak yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi, salah satunya kurang diberi edukasi, kurang memahami, terlalu sepele dan kurang adanya kemauan. Dan jika ini berlarut akan menurun ke generasi selanjutnya sehingga bisa jadi membudaya.

Begitu yang terjadi di lokasi penelitian saya, seolah setiap kalimat yang terucap tidak merasa terbebani. Bisa jadi ini kuranya edukasi yang diberikan oleh pemerintah sehingga apapun bentuknya mengenai sampah dianggap remeh oleh masyarakat. Hal lain, dapat dilihat dari kurangnya kesadaran masyarakat tentang budaya hidup bersih. Tentunya pemerintah harus lebih giat lagi untuk memberikan edukasi tentang pemahaman-pemahaman mengenai lingkungan agar masyarakat sadar akan dampak dari sampah yang tidak terkelola.

4.7.9 Kekurangan Data Hasil penelitian bahwa, kendala terbatasnya data dari dinas adalah, kurangnya data yang di peroleh dinas. Contoh seperti tidak adanya data timbulan sampah baik berat maupun volume sampah. padahal jika kita telusuri data timbulan merupakan faktor penentu seberapa banyak masyarakat simeulue

Universitas Sumatera Utara 95

menghasilkan sampah baik hari, minggu, bulan maupun pertahunnya. Dari data timbulan kita dapat melihat dan dapat menindak lanjuti penimbunan sampah.

Permasalahan lain dari pemerintah adalah menurut sumber dari informan lapangan dan hasil observasi adalah, ketidak pedulian masyarakat terhadap lingkungan tak lebih dari tidak tegaknya hokum dan peraturan yang telah dibuat dan bersihnya kota karena bersihnya pola pikir atasan. Dapat kita simpulkan bahwa sebenarnya pemerintah memiliki tujuan tersendiri. Dilihat dari atasan yang tidak memiliki program, tidak peduli dan tidak berani mengambil sebuah tindakan dan keputusan. Ditambah lagis saat ini masyarakat hidup apatis dan suka berkeluh kesah mengenai keadaannya.

4.8 PERAN WARGA DESA SUKA MAJU DALAM MENANGANI SAMPAH Upaya mengatasi permasalahan sampah yang kian memperihatinkan membutuhkan pengelolaan sampah dengan mengikut sertakan masyarakat. Tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam proses ini, maka dapat dikatakan mustahil pemerintah sendiri bisa mengatasi masalah sampah yang kian hari kian menumpuk. Jika ada partisipasi demikian setidaknya dapat mengurangi beban sampah di TPA, pewadahan dan pengumpulan/pengangkutan dari sumber sampah

(Martinawati, dkk.,2016).

Permaslahan sampah bukan hanya melibatkan satu pihak saja namun semua kalangan harus ikut berperan serta dan ambil bagian. tidak bisa kita hanya melihat pemerintah yang bekerja atau sekumpulan orang yang peduli. Akan tetapi warga harus turun dan ikut serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Aplikasinya pemerintah berperan membuat kebijakan atau peraturan sementara masyarakat

Universitas Sumatera Utara 96

berperan secara langsung dan menjalankan kebijakan yang di terapakan, ini yang dimaksud dengan bekerja sama.

4.8.1 Partisipasi Masyarakat Hasil observasi bahwa, pandangan warga tentang kebersihan lingkungan masih dianggap kurang. Tentunya dapat kita lihat dari aktivitas masyarakat yang masih membuang sampah secara sebarangan. Banyak kita jumpai sampah seputaran Desa, tidak hanya sekitar pekarangan perumahan masing-masing, akan tetapi yang paling memprihatinkan adalah area tanggul dan laut warga yang semakin hari semakin dipenuhi sampah.

Banyak alasan masyarakat mengapa harus membuang sampah di laut yang paling mendasar adalah permsalahan wadah dan retribusi. Sejauh ini warga mengharapkan wadah dari pemerintah yang masih dipertanyakan. Usaha warga seperti menyiasati dan mengupayakan wadah lain masih kurang, hanya sebagian kecil saja yang mengupayakan wadah lain seperti timba bekas sementara kebanyakan warga yang tidak memiliki wadah lebih memilih sampah dikumpul dalam satu kantong plastik dan akan dibuang ke laut. Sebenarnya pola pikir warga ini dapat kita nilai bahwa mereka selalu lebih memilih pemerintah yang harus berbuat dan baru mereka yang melaksankan.

Masalah lain adalah mengenai retribusi, setiap rumah tangga dikenakan pembayaran retribusi sampah sebesar 10.000 termasuk Desa Suka Maju. Tetapi pengamatan saya dan diperkuat informan bahwa masih banyak warga yang tidak membayar retribusi kepada petugas dan alasannya adalah karena mereka tidak menghasilkan sampah sehingga tidak ada kewajiban untuk melunasinya. Menurut informan yang saya wawancarai adalah

Universitas Sumatera Utara 97

“masyarakat yang sebagian rumahnya dipinggiran laut dan yang masuk gang/lorong rata-rata tidak membayar uang sampah kepada petugas, karena mereka mengganggap tidak ada sampah yang mereka hasilkan. Padahal sampahnya sudah di buang kelaut atau kadang mereka membakarnya. Biaya uang sampah itu dipatok dinas 10.000 tidak lebih dari itu. Uang retribusi itu dimanfaatkan untuk operasional. Makanya sampah yang seputaran gang/lorong tidak diangkut, karena mereka gak mau bayar uang sampah, terakhir malah mereka ngurus sampah masing-masing”

Jika kita pahami pengaruh pembayaran retribusi berimbas kepada petugas pengangkutan. Mestinya warga sudah memikirkan sampai sejauh ini tetapi faktanya warga sudah nyaman dengan kebiasaan membuang sampah ke laut. Tak heran jika sepanjang tanggul dipenuhi berbagai jenis sampah masyarakat.

Penangan sampah merupakan tanggung jawab bersama mulai dari hulu hingga hilir harus terlibat. Sebab isu sampah bukanlah permasalahan yang baru melainkan sudah lama dan berlarut-larut. Perlu aturan yang tegas dan tindakan yang nyata sehingga masayarakatpun menaati apa yang sudah di buat. Penangan sampah juga harus dipikir secara matang bagaimana penangan dilapangan, seperti bagaimana operasional, bagaimana kondisi TPA semua harus di hitung dengan benar. Sebab banyak hal yang akan terjadi jika tidak terpikir secara tepat.

5. IMPLEMENTASI DALAM PENANGAN SAMPAH Kabupaten Simeulue merupakan area kepulauan yang seluruh penduduknya mendiami wilayah pesisir. Begitu juga dengan mata pencaharian penduduk setempat adalah dengan memancing atau sebagai nelayan. Sehingga kegiatan masyarakat lebih sering berhubungan dengan laut. Desa Suka Maju termasuk wilayah pesisir, bahkan beberapa rumah warga sudah berada diatas laut dengan bentuk rumah panggung. Lahan desa sudah tidak mampu menahan banyaknya

Universitas Sumatera Utara 98

perumahan warga, selain itu dikarenakan terbatasnya ekonomi sehingga masyarakat mencari jalan lain sebagai tempat rumah mereka di dirikan.

Namun, yang menjadi permaslahan di Kabupaten Simeulue khususnya di

Desa Suka Maju adalah mengenai sampah. Begitu minimnya tingkat kesadaran masyarakat Desa Suka Maju perihal kebersihan lingkungan dan yang paling mencolok adalah penduduk yang mendiami sekitaran tanggul laut. Ketika lahan yang tersedia sudah tidak ada maka jalan pintas yang tempuh warga adalah membuang sampah secara langsung kelaut. Tidak hanya ke laut, sampah juga dapat kita temukan di pinggiran tanggul dan pekarangan warga, di selokan dan di tempat-tempat dilalui warga.

Sampah yang menumpuk di dan berserakan perlu ditangani dengan serius baik dari pemerintah maupun dari masyarakatnya. Beberapa langkah harus ditempuh dan dijalankan baik dari pihak pemerintah maupun pihak masyarakatnya. Adapun peran masing-masing pihak sebagai berikut : a. Tahap Perencanaan 1. Pembuatan aturan atau kebijakan merupakan langkah yang tepat dan

pemerintah adalah pihak yang paling tepat.

2. Keterlibatan dalam membuat sebuah kebijakan tidak terlepas dari adanya

masyarakat. Mereka juga perlu ikut ambil bagian sebab kegiatan akan

sukses jika satu sama lain saling mengetahui.

3. Menunjuk beberapa orang yang berpengaruh di Desa tersebut sebagai

penghubung masyarakat dan pemerintah baik itu dari Kepala Desa atau yang

lainnya. hal ini memudahkan komunikasi antara ke dua pihak.

4. Poin yang paling penting adalah bagaimana caranya agar masyarakat

paham tentang penanganan sampah yang baik dan benar.

Universitas Sumatera Utara 99

5. Lebih baik jika pemerintah mengikut sertakan Kepala Desa dan perangkat

Desa lainnya meninjau Desa mana yang sudah dikatakan bebas dari sampah.

6. Sebagai orang yang berpengaruh dilingkungan tersebut harus mencoba

dengan perlahan menjelaskan tentang manfaat kegiatan penangan sampah

dan hasil peninjauan di Desa yang sudah bebas dari sampah dan baik kepada

warganya serta warga berhak mengajukan pendapat yang baik kemudian

hasil diskusi dengan warga di bicarakan dengan pemerintah yang akan

membuat kebijakan serta di sempurnakan dengan hasil tersebut. b. Tahap Implementasi 1. Pada tahapan ini pemerintah wajib membantu warga mengenai

pembiayaan dan memfasilitasi kegiatan.

2. Sebaiknya untuk permasalahan retribusi pemerintah menyusun ulang

berapa yang harus di bayar oleh warga dan harus disesuaikan dengan rata-

rata pendapatan warga. Mengingat angka pekerjaan nelayan dan petani di

Desa Suka Maju lebih banyak.

3. Melengkapai segala bentuk alat operasi sampah saat dilapangan

4. Pengetahuan masyarakat mengenai sampah masih banyak yang belum

paham, ini dikarena kurangnya sosialisasi. Maka dari itu pemerintah harus

melakukan gerakan perubahan seperti melakukan kampanye tentang

program-program pemilahan sampah, cara yang baik membuang sampah

dan lain-lain.

5. Kegiatan sosialisai juga tidak lepas dari dukungan pemerintah oleh karena

itu pemerintah harus memfasilitasi kegiatan tersebut guna mendorong

semangat para pekerja.

Universitas Sumatera Utara 100

6. Sebaiknya interval pengangkutan sampah cukup 1 atau 2 hari mengingat

banyaknya sampah yang diangkut bukan sedikit. Apabila perlu pemerintah

menambah truck agar proses pengangkutan lebih cepat.

7. Untuk mengurangi sampah, alternatif lain adalah sebaiknya pemerintah

membuat program pemilahan sampah antara organik dan anorganik.

Pemerintah bekerja sama dengan pengelola khusus untuk sampah

anorganik. Penampung wajib membayar setiap sampah yang di berikan

masyarakat dengan hitungan kg.

8. Pemerintah memfasilitasi pengelola atau penampung baik berupah uang

maupun pengangkutan sampah ke penampung sampah.

9. Untuk sampah organik masyarakat dapat mengolah sampah menjadi

kompos yang di awasi langsung oleh pengelola dibawahi pemerintah.

Universitas Sumatera Utara 101

BAB V KESIMPULAN

5.1 KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian saya di Desa Suka Maju adalah sebagai berikut :

1. Penanganan sampah di Desa Suka Maju masih hanya sebatas kumpul, angkut

dan buang. Kegiatan tersebut tanpa melalui pemilahan sampah organik

maupun non organik. Seharusnya penanganan yang baik sampah terlebih

dahulu di pisah, hal ini agar jenis sampah masing-masing masih dapat diolah.

Sementara sampah yang banyak ditemukan di Desa Suka Maju adalah

sampah non organik atau jenis sampah pelastik. Hasil timbulan sampah

selama 8 hari bahwa setiap jiwa menyumbang sampah 0.4-0.8 kg/or/hr dan

1.7-3.1 l/or/hr mulai dari sampah organik maupun non organik.

2. Sampah sampai saat ini masih menjadi hal yang sangat luar biasa kebanyakan

kebijakan yang di buat tidak terimplementasi. Seperti di Desa Suka Maju,

kebijakan yang sudah ada baik berupa perda, qanun maupun perbub tidak

terealisasi. Begitu juga dengan fasilitas penunjang kebersihan lingkungang

dianggap masih belum layak. Seperti wadah sampah yang tidak merata

kemudian keluhan masyarakat tentang interval pengangkutan sampah yang

terlalu lama belum lagi fasilitas pengangkutan sampah sangat terbatas.

Akibatnya adalah, warga lebih baik membuang sampah kelaut dari pada ke

wadah atau tempat pengumpulan sampah lainnya.

3. Upaya penanganan sampah di Desa Suka Maju adalah dengan cara (door to

door). Petugas pengangkutan mengambil sampah yang ada di wadah sampah

Universitas Sumatera Utara 102

warga dan kemudian berakhir di TPA tanpa pemilahan. Sesampai di TPA

sampah akan di ratakan dengan eksavator, sampah tidak di timbun melainkan

sampah dibakar sehingga menimbulkan asap.

5.2 SARAN

Sebagai saran dari penelitian ini adalah, sebaiknya pemerintah dan masyarakat harus lebih giat lagi dalam menangani sampah. Bekerja sama merupakan tindakan yang lebih baik. Pemerintah harus lebih tegas lagi dalam menindak lanjuti permasalahan yang dihadapi sehingga ada efek jerah kepada yang berbuat, begitu halnya masyarakat agar dapat bahu membahu dengan pemerintah demi kesuksesan bersama.

Universitas Sumatera Utara 103

DAFTAR PUSTAKA

Abrauw. A, E, S., Yunus, H, S dan Giyarsih, S, R. 2011. Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Anorganik Di Kecamatan Abepura Kota Jayapura. Majalah Geografi Indonesia. Vol. 25 (1). Issn : 0125-1790.

Beni, M, T., Arjana, I,G,B dan Ramang, R. 2014. Pengaruh Faktor-Faktor Sosial- Ekonomi Terhadap Perilaku Pengelolaan Sampah Domestik Di Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol. 12 (2). Issn : 1829-8907.

BPS (Badan Pusat Statistik Kabupaten Simeulue). Tentang kependudukan kabupaten Simeulue.

Candrakirana, R. 2015. Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Bidang Pengelolaan Sampah Sebagai Perwujudan Prinsip Good Environmental Governance Di Kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Vol 4 (3).

Damanhuri, E dan Padmi, T. 2010. Pengelolaan Sampah. Diktat Kuliah TL-3104. Insitut Teknologi Bandung. Bandung.

Dewi, R, P. 2017. Perencanaan Sistem Pengelolaan Sampah Untuk Mendukung Perkembangan Industri Kreatif di Daerah Pariwisata. Prosiding. ISBN 9-789- 7936-499-93.

Fangga dan Mulasari, A. 2016. Kebijakan Pemerintah Dalam Pengelolaan Sampah Domestik di Kabupaten Bantul Propinsi D.I. Yogyakarta. Junal Kesehatan Masyarkat. Vol. 9 No (2).

Faizah. 2008. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Yogyakiarta). Tesis. Iniversitas Diponegoro. Semarang.

Hartanto, W. 2006. Kinerja Pengelolaan Sampah di Kota Gombong Kabupaten Kebumen. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Jati, T, K. 2013. Peran Pemerintah Boyolali dalam Pengelolaan Sampah Lingkungan Permukiman Perkotaan. Jurnal Wilayah dan Lingkungan. Vol. 1 No (1)

Joni, 2015. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Studi Pada Bank Sampah Di Kelurahan Sei Jang Tahun 2014). Naskah Publikasi. Universitas Maritim Raja Haji. Tanjung Pinang.

Universitas Sumatera Utara 104

Lestari, A.P., Mochammad Saleh Soeaidy, M,S Dan Said. A. 2014. Program Inovasi Pengelolaan Sampah Di Kota Malang. Jurnal Administrasi Publik (Jap). Vol. 2, No. 3.

Kasam. 2011. Analisis Resiko Lingkungan Pada Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Sampah (Studi Kasus: Tpa Piyungan Bantul). Jurnal Sains Dan Teknologi Lingkungan. Vol3 (1). ISSN: 2085‐ 1227.

Kadir, 2012.Kajian Pemanfaatan Sampah Plastik Sebagai Sumber Bahan Bakar Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin. Vol. 3, No. 2. Issn : 2085-8817

Krisnani, H., Humaedi. S., M, Fedryansyah., Asiah, D,H,S., Gigin, G., Basar, K., Sulastri, S., dan Mulyana, N. 2017. Perubahan Pola Pikir Masyarakat Mengenai Sampah Melalui Pengolahan Sampah Organik Dan Non Organik Di Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kab. Sumedang. Jurnal Penelitian & Ppm. Vol 4, No: 2. Issn: 2442-448.

Manurung, R,A. 2013. Peran Masyarakat Dan Swasta Dalam Pengelolaan Sampah Di Kota Kecil Jawa Tengah(Studi Kasus: Kawasan Kupang Kidul, Kota Ambarawa).Jurnal Wilayah Dan Lingkungan. Vol.1 No.3.

Martinawati. Zahri, I dan Faizal, M. 2016. Partisispasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga : Sebuah Studi di Kecamatan Sukaramai Kota Palembang. Vol. N18 No (1)

Pramudyanto, B. 2014. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan di Wilayah Pesisir. Jurnal Widyaiswara. Edisi 1 No.4. ISSN 2355-4118.

Peraturan Bupati Simeulue Nomor 13 Tahun 2017. Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Peran serta Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Simeulue.

Rozak, A. 2014. Peran Bank SampahWarga PeduliLingkungan (WPL) dalam Pemberdayaan Perekonomian Nasabah. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sahil. J., Muhdar., M,l H, I, A., Rohman. F dan Samsuari, I. 2016. Sistem pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah di Kelurahan Dufa-Dufa Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi. No 2 ISSN : 2301-4678. . Sulistyowaty. 2006. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Dalam Pengelolaan Sampah Kota (Studi Akses Masyarakat Dalam Amdal Di Lokasi Tpa Ngronggo Salatiga). Tesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Universitas Sumatera Utara 105

SNI (Standar nasional Indonesia) 19-3964-1994. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan.

SNI (Standar Nasional Indonesia) 19-2454-2002. Tata Cara Teknik Operasi Pengelolaan Sampah Perkotaan.

SNI (Standar Nasional Indonesia) 193983-1995. Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota sedang di Indonesia.

Tchobanoglous, George. Theisen, Hilary. Vigil, Samuel. 1993. Integrated Solid Waste Managemen, New York, McGraw-Hill.

Triastantra, M. 2016. Pengelolaan Sampah Pasar Sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Lingkungan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah (Studi Kasus Di Pasar Giwangan Kota Yogyakarta). Jurnal Ilmiah. Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Utami, B, W Dan Mardikanto, T. 2016. Pengelolaan Lingkungan Melalui Pengolahan Sampah Rumah Tangga Terintegrasi. Fakultas Prtanian Uns. Surabaya. Vol. 20 (2).

Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2013. Tentang Tata Laksana Penilaian dan pemeriksaan Doumen Lingkungan Hidup Serta Penerbitan Izin Lingkungan.

Widiastuti. F.S Dan Susilo, E.F.X. 2015. Pengelolaan Sampah Pasar Segiri Sebagai Upaya Pencegahan Pencemaran Sungai Karangmumus Di Kota Samarinda. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Qanun Kabupaten Simeulue. Nomor 11 Tahun 2015. Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Qanun Kabupaten Simeulue. Nomor 4 Tahun 2008. Tentan Pengelolaan Kebersihan dan Pertamanan.

Yuliana, F dan Haswindy, S. 2017. Partisipasi Masyarakat dalam Mengelola Sampah Pemukiman pada Kecamatan Tungkil Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jurnal Ilmu Lingkungan. Vol 15 No (2) ISSN : 1829-8907.

Universitas Sumatera Utara