KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Muhammad Basrowi1*, Medi Hendra1, Nova Hariani1 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Mulawarman Corresponding author: 1*[email protected]

Abstract

The aim of this study is to assess the design of physiognomy of riparian trees and the composition and vegetation structure of riparian trees formation in some forest types in Kahala river of Kutai Kartanegara district, East Kalimantan. The method used in this study was the vegetation ecology which the quadrant technique was applied to collect main primary data of the riparian trees. Points of data retrieval were carried out by as much as 3-point observations at the upper, middle and lower of Kahala river basin. The location of each point was marked by GPS with the length of each transect was 1 km away. The parameters of composition and structure ware analyzed by measuring density (K-i), frequency (F) and (dominance). The result showed that physiognomy of riparian trees in 3 main locations was mature secondary forest (in the upstream), perupuk forest (the midstream) and early immature secondary forest (the downstream). There were 22 species belonging to 16 families of riparian trees were recorded in Kahala river. The plant species that have high the importance value (I.V) were recoded namely Antidesma ghaemsembilla which 122.8 % (in the downstream) and javanicum which 58.5 % (in the upstream).

Keywords: Kahala River, Riparian Trees and Quadrant Method.

PENDAHULUAN dapat diklasifikasikan menjadi daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) hulu, tengah dan hilir (Notohadiprawiro, secara umum didefinisikan sebagai suatu 2006). hamparan wilayah atau kawasan yang Hutan mempunyai peranan penting dibatasi oleh pembatas topografi yang dalam mengkonservasi DAS. Dengan menerima, mengumpulkan air hujan, semakin berkurangnya hutan, maka sedimen, dan unsur hara serta timbul berbagai masalah dalam mengalirkannya melalui anak-anak pengelolaan DAS, karena hutan sungai dan keluar pada satu titik (outlet) mempunyai sifat: (Sinukaban, 1995). 1. Meredam tingginya debit sungai pada DAS merupakan ekosistem, di musim hujan, dan berpotensi mana unsur organisme dan lingkungan memelihara kestabilan aliran air biofisik serta unsur kimia berinteraksi sungai pada musim kemarau. secara dinamis dan di dalamnya terdapat 2. Mempunyai serasah yang tebal keseimbangan inflow dan outflow dari sehingga memudahkan air meresap ke material dan energi (Asdak, 1995). dalam tanah dan mengalirkannya Dalam mempelajari ekosistem DAS, secara perlahan ke sungai. Selain itu,

637 ISSN e-journal 2579-7557 Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018

lapisan serasahnya juga melindungi (DAS) sangatlah penting untuk dilakukan permukaan tanah dari gerusan aliran guna menganalisis kaitannya dengan permukaan sehingga erosi pada tanah peranannya atau manfaatnya pada suatu hutan sangat rendah. DAS. Tujuan penelitian adalah 3. Mempunyai banyak pori makro dan menganalisis komposisi dan struktur pipa di dalam tanah yang vegetasi pohon-pohon riparian di DAS memungkinkan pergerakan air secara Kahala, Kabupaten Kutanegara. cepat ke dalam tanah (Agus dan Penelitian secara khusus yaitu (1) Ruijter, 2004). mengkaji fisiognomi vegetasi pohon Riparian biasanya menggambarkan riparian di ketiga wilayah DAS Kahala; komunitas biotik yang terdapat pada dan (2) mengkaji komposisi jenis tepian sungai, kolam, danau dan lahan tumbuhan pohon riparian di DAS Kahala. basah lainnya (Naiman et al. 2000; Naiman et al. 2005). METODE PENELITIAN Kehadiran vegetasi pada suatu Lokasi dan Waktu Penelitian landscape akan memberikan dampak Penelitian ini dilaksanakan pada positif bagi keseimbangan ekosistem bulan September - Desember 2017. dalam skala yang lebih luas. Secara Lokasi penelitian dilakukan di sepanjang umum, peranan vegetasi dalam suatu sungai Kahala Kecamatan Kenohan ekosistem terkait dengan pengaturan Kabupaten Kutai Kartanegara, keseimbangan karbon dioksida dan Kalimantan Timur dan melewati tiga desa oksigen dalam udara, perbaikan sifat yaitu desa Semayang, Tubuhan dan fisik, kimia dan biologis tanah, kahala, dengan koordinat S 0008,717' pengaturan tata air tanah dan lain – lain. dan E 11624.941'. Identifikasi dan Meskipun secara umum kehadiran pengolahan data dilakukan di vegetasi pada suatu area memberikan Laboratorium Anatomi dan Sistematika dampak positif, tetapi pengaruhnya Tumbuhan Fakultas Matematika dan bervariasi tergantung pada struktur dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas komposisi vegetasi yang tumbuh pada Mulawarman Samarinda. daerah itu (Indriyanto, 2006). Oleh karena itu, pengkajian komposisi dan struktur vegetasi dari suatu kawasan Daerah Aliran Sungai

638 ISSN e-journal 2579-7557 Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Gambar 1. Lokasi pengambilan data vegetasi poh on riparian di Sungai Kahala

Pengumpulan Data Lapangan pengukuran jarak pengukuran pohon Pengukuran dan pengambilan dengan kriteria memiliki garis lingkar sampel dilakukan di 3 lokasi Penentuan sebesar <31 cm dengan tinggi titik koordinat dengan menggunakan GPS pengukuran setinggi dada. Penentuan titik di setiap titik. Di dalam metode kuadran sampling menggunakan teknik purposive pada setiap titik pengukuran dibuat garis sampling, dengan penentuan lokasi ini absis dan ordinal khayalan, sehingga mengacu pada fisiografi lokasi agar dapat pada setiap titik pengukuran terdapat mewakili keadaan dari hutan riparian. empat buah kuadran. Dipilih 4 pohon Berdasarkan kondisi fisiognomi terdekat di setiap titik pengamatan dan lokasi penelitian, maka lokasi penelitian diukur jarak dari masing-masing pohon dibagi menjadi 3 wilayah Daerah Aliran ke titik pengukuran dan dilakukan Sungai (Hulu, Tengah dan Hilir), yakni pengukuran dimensi pohon. Penentuan sungai dengan melewati 3 desa yang jarak kuadran antara titik pertama ke titik dialiri Sungai Kahala yaitu Desa Kahala, selanjutnya yaitu sejauh lebih besar dua Tubuhan dan Semayang. Untuk kali jarak rata-rata antar pohon yang ada pengambilan data vegetasi dilakukan di daerah vegetasi yang akan dianalisis dengan menggunakan teknik kuadran Pada setiap kuadran dilakukan yang mana teknik ini hanya digunakan

639 ISSN e-journal 2579-7557 Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018

untuk pengambilan sampel bertipe pohon a. Kerapatan suatu spesies (K-i) yang menjadi objek kajiannya. Panjang total transek untuk setiap titiknya yaitu b. Kerapatan relatif (KR) sejauh 1 km. Titik pengambilan transek KR x 100 % dilakukan dengan mengambil garis lurus c. Frekuensi (F) dengan menggunakan kompas untuk arah pergerakan disesuaikan dengan arah transek. d. Frekuensi relatif (FR) Untuk pengumpulan data lapangan menggunkan berbagai alat dan bahan, e. Dominansi (D) seperti meteran gulung, meteran kain, D = rata – rata basal area per pohon Global Positioning System (GPS), x jumlah pohon dalam jenis kompas, tally sheet, alat tulis, kamera, f. Dominansi relatif (DR) gunting tanaman, parang, oven dan buku identifikasi. Sementara itu, beberapa bahan yang digunakan dalam penelitian, g. Indeks nilai penting (INP) antara lain tali, alkohol 70%, plastik INP = KR + FR + DR sampel, kertas koran, label gantung dan Indeks nilai penting (INP) sampel tumbuhan. merupakan nilai yang menggambarkan Analisis data peranan keberadaan suatu jenis dalam Untuk mengetahui komposisi dan komunitas tumbuhan. Jenis yang struktur pohon riparian dinanalisis memiliki INP tertinggi merupakan jenis dengan menggunakan beberapa yang sangat mempengaruhi suatu parameter yaitu kerapatan (K-i), komunitas tumbuhan. Parameter Indeks kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), Nilai Penting, berdasarkan pendapat yang frekuensi relatif (FR), dominansi (D), dikemukakan oleh Sutrisno (1993) dalam dominansi relatif (DR) dan indeks nilai Heriyanto (2004) bahwa tingkatan penting (INP). vegetasi (pohon dan tiang) suatu jenis Penghitungan beberapa parameter dapat dikatakan berperan jika INP > 15 tersebut menggunanakan rumus sebagai %. Jenis tersebut tergolong memiliki berikut: (Muller-Dombois & Ellenberg peran untuk komunitas jenis tumbuhan 1974; Soerianegara dan Indrawan 1978 riparian yang tumbuh disekitarnya. Bratawinata 2001).

640 ISSN e-journal 2579-7557 Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Kehilangan spesies ini akan berdampak itu, tidak dilakukan perhitungan analisa terhadap kestabilan ekosistem. vegetasi pada lokasi ini, tetapi tetap diamati tumbuhan-tumbuhan yang dapat HASIL DAN PEMBAHASAN berasosiasi di lokasi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan Komposisi Vegetasi Pohon Riparian bahwa kondisi di wilayah hulu Sungai Sungai Kahala Kahala termasuk kedalam hutan sekunder Komposisi vegetasi pohon riparian tua yang masih belum banyak gangguan di Sungai Kahala diperoleh bahwa di di dalamnya, sedangkan di wilayah hilir wilayah hilir paling banyak ditemukan kondisi hutan termasuk kedalam hutan dari jenis . Hal campuran antara hutan sekunder dengan ini disebabkan tumbuhan ini dapat hutan pinggir danau. Pada bagian tengah beradaptasi dengan kondisi habitat yang sungai yang merupakan wilayah secara berkala tergenang. Jenis yang pertemuan muara sungai dengan pinggir paling sedikit ditemukan adalah danau, terbentuk formasi vegetasi yang Lophopetalum javanicum, Mitragyna khas di dominasi oleh perupuk speciosa dan Pternandra coerulescens. (Lophopetalum javanicum). Oleh karena

Gambar 2. Komposisi Pohon Riparian di Sungai Kahala

641 ISSN e-journal 2579-7557 Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018

Vegetasi pohon riparian di wilayah tubifera Mitragyna speciosa; Gluta hulu Sungai Kahala yang paling banyak renghas Mangifera gedebe; Lagerstromia ditemukan yaitu dari jenis speciosa; Lophopetalum javanicum dan Lophophetalum javanicum. Jenis yang Vitex pinnata. Jenis yang hanya paling sedikit ditemukan yaitu Gardenia ditemukan pada bagian hilir, yaitu tubifera. Tumbuhan Lophopetalum Antidesma ghaesembilla; Hevea javanicum (Perupuk) sangat banyak brasiliensis; Vernonia arborea; Syzygium ditemukan di sungai Kahala. oligomyrum; Memecylon sp.; Pternandra Bratawinata (1994) melaporkan coerulescens; Symplocos sp. Famili yang bahwa spesies ini merupakan jenis ditemukan hanya pada bagian hulu endemik yang tumbuh di habitat rawa Sungai Kahala yaitu Artocarpus dan juga termasuk jenis yang sangat kemando; Artrocarpus sp.; Ficus sp.; toleran. Sesuai dengan tipe hutannya, Aporosa sp.; Flacortia rukam dan maka jenis ini tumbuh di daerah yang Milletia borneensis. masih terpengaruh genangan air pada Jenis-jenis pohon riparian beragam wilayah sungai Kahala tumbuhan ini antara tempat yang satu dengan yang membentuk satuan besar dan suatu lainnya. Misalnya Nursal et al. (2013), formasi tersendiri pada pertemuan sungai melaporkan jenis riparian yang Kahala dan bagian pinggir danau. didapatkan di kawasan Hutan Wisata Gardenia tubifera atau dikenal Rimbo Tujuh Danau Desa Buluh Cina dengan nama Cempaka Rantau Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar merupakan jenis yang memiliki Provinsi Riau yaitu Hevea brasiliensis, komposisi rendah karena tumbuhan ini Bacaurea monthleyana, Magifera indica, merupakan salah satu pohon berukuran Gluta renghas, Nephelium sp. kecil. Menurut Slik, (2018) jenis ini Selanjutnya, Eko et al. (2015) dalam biasanya hidup sebagai sisa dari tempat penelitiannya di Tanjung Una Kabupaten yang terganggu pada hutan sekunder. Kutai Kartanegara mendapatkan jenis – Jenis ini sering ditemukan satu-satu di jenis yaitu Syzygium grande, Gluta pinggir sungai. rengas, Vitex pinnata dan Heritiera Jenis yang ditemukan di kedua globosa. (Gambar 2) stasiun (hilir dan hulu) Struktur Vegetasi Pohon Riparian di Sungai Kahala yaitu Lagerstromia Sungai Kahala speciosa; Dillenila excelsa; Gardenia

642 ISSN e-journal 2579-7557 Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Berdasarkan hasil penelitian Hasil analisis dari nilai frekuensi pembagian lokasi sampling pada bagian diketahui bahwa pada wilayah hilir hulu, hilir dan tengah Sungai Kahala terdapat 1 jenis yang menyebar secara memperlihatkan perbedaan struktur luas yaitu Antidesma ghaesembilla floristik dan fisiognomi yang berbeda, dengan nilai 32,8 %. Jenis yang yang mana di wilayah hulu disusun oleh menyebar secara rendah pada wilayah tumbuhan hutan sekunder tua yang hilir yaitu Lophopetalum javanicum, merupakan hutan campuran, di bagian Mitragyna speciosa, Pternandra tengah didominasi utama oleh pohon coerulescens dan Vernonea arborea yang Lophopetalum javanicum (perupuk) dan masing-masing memiliki 1 individu di bagian hilir Sungai Kahala atau pinggir dengan nilai 0,02 % (Tabel 1). danau tergolong ke dalam hutan sekunder Jenis Antidesma ghaesembilla muda yang didominasi oleh jenis menguasi ruang di bagian hilir Sungai Antidesma ghaesembilla. Struktur Kahala. Berdasarkan luas bidang vegetasi pohon riparian dapat dilihat pada dasarnya yang memiliki tingkat Tabel 1 dan Tabel 2. penutupan tinggi di wilayah hilir dengan Berdasarkan data pengamatan nilai 4,85 dengan tingkat penutupan (Tabel 1), didapatkan bahwa kerapatan mulai sebesar 39%. Jenis yang memiliki vegetasi pohon riparian di wilayah hilir nilai dominansi yang rendah di wilayah yaitu untuk Antidesma ghaesembilla hilir yaitu Mitragyna speciosa dengan dengan jumlah 90 individu dan yang nilai 0.01 dengan tingkat penutupan memiliki nilai kerapatan yang paling sebesar 0,05%. tinggi 290,360 individu/ha. Hal ini Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi menunjukkan pola penyesuaian yang di wilayah hilir yaitu jenis Antidesma besar terhadap kondisi habitatnya, ghaesembilla memiliki nilai yaitu 117,21 sehingga dapat dijadikan salah satu daya %. Jenis ini sangat mempengaruhi suatu dukung habitat. Jenis yang memiliki nilai komunitas tumbuhan. terendah yaitu Lophopetalum javanicum, Pada wilayah Hulu yang memiliki Mitragyna speciosa, Pternandra nilai kerapatan tinggi yaitu Lophopetalum coerulescens dan Vernonea arborea yang javanicum dengan jumlah 34 individu masing-masing memiliki 1 individu dengan nilai 77,62 individu/Ha dan jenis dengan nilai 3,23 individu/ha. yang memiliki nilai terendah yaitu

643 ISSN e-journal 2579-7557 Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018

Tabel 1. Struktur Vegetasi Pohon Riparian di Wilayah Hilir

K – i KR DR FR Taksa D F INP (ha) (%) (%) (%) Antidesma ghaesembilla 290,36 45,00 4,85 39,39 0,84 32,81 117,21 Dilenia excels 48,39 7,50 0,33 2,64 0,24 9,38 19,52 Gardenia tubifera 45,17 7,00 0,20 1,59 0,26 10,16 18,74 Gluta renghas 38,71 6,00 1,86 15,09 0,22 8,59 26,69 Hevea brasiliensis 51,62 8,00 3,08 25,04 0,16 6,25 39,29 Lagerstromia speciosa 35,49 5,50 0,68 5,50 0,16 6,25 17,25 Lophopetalum javanicum 3,23 0,50 0,04 0,32 0,02 0,78 1,60 Mangifera gedebe 12,90 2,00 0,23 1,90 0,08 3,13 7,03 Mitragyna speciosa 3,23 0,50 0,01 0,05 0,02 0,78 1,33 Pternandra coerulescens 3,23 0,50 0,05 0,40 0,02 0,78 1,69 Symplocos sp. 54,85 8,50 0,55 4,46 0,28 10,94 23,90 Syzygium oligomyrum 16,13 2,50 0,08 0,62 0,10 3,91 7,03 Vernonea arborea 3,23 0,50 0,02 0,13 0,02 0,78 1,41 Vitex pinnata 38,71 6,00 0,35 2,85 0,14 5,47 14,32 Total 645,24 100 12,30 100 2,56 100 300

Gardinea tubifera dengan 1 individu dan nilai dominansi yang rendah di wilayah memiliki nilai 2,28 individu/ha (Tabel 2). hulu yaitu Gardinea tubifera dengan nilai Nilai frekuensi pada wilayah hulu 0,01 dengan tingkat penutupan sebesar sungai terdapat 1 jenis yang menyebar 0,05%.speciosa dengan nilai 0,01 dengan secara luas yaitu jenis tingkat penutupan sebesar 0,05%. Ficus Antidesma ghaesembilla dengan nilai sp. sangat mendominasi dari tingkat 32,8 %. Jenis yang menyebar secara penguasannya di wilayah hulu Sungai rendah pada wilayah hilir yaitu Kahala. Ridwan dan Pamungkas (2015) Lophopetalum javanicum, Mitragyna melaporkan pada penelitiannya di sekitar speciosa, Pternandra coerulescens dan sumber mata air di kecamatan Panekan, Vernonea arborea yang masing-masing Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Jenis memiliki 1 individu dengan nilai 0,02 % ini memiliki nilai 20 – 100 dari total jenis (Tabel 2). yang di dapatkan dari tempat tersebut. Jenis Ficus sp. menguasi ruang di Indeks Nilai Penting tertinggi di bagian hulu Sungai Kahala. Berdasarkan wilayah hulu yaitu jenis Ficus sp. luas bidang dasarnya yang memiliki memiliki tingkat penutupan tinggi di wilayah hulu nilai yaitu 51,62 %. Jenis ini sangat yaitu jenis Ficus sp. dengan nilai sebesar mempengaruhi suatu komunitas 13,07 dengan tingkat penutupan lainnya tumbuhan. yaitu sebesar 49 %. Jenis yang memiliki

644 ISSN e-journal 2579-7557 Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Tabel 2. Struktur Vegetasi Pohon Riparian di Wilayah Hulu K - i KR DR FR Taksa D F INP (ha) (%) (%) (%) Aporosa sp. 54,79 12,00 3,07 11,43 0,34 11,33 34,77 Artrocarpus kemando 41,09 9,00 1,35 5,01 0,28 9,33 23,34 Artrocarpus sp. 11,41 2,50 0,19 0,72 0,10 3,33 6,55 Dilenia excels 43,37 9,50 0,38 1,43 0,30 10,00 20,93 Dysoxylum excelsum 29,68 6,50 0,87 3,24 0,22 7,33 17,07 Ficus sp 4,57 1,00 13,07 48,69 0,04 1,33 51,62 Flacortia rukam 6,85 1,50 0,04 0,13 0,06 2,00 3,63 Gardinea tubiferaa 2,28 0,50 0,01 0,05 0,02 0,67 1,21 Gluta renghas 50,22 11,00 3,10 11,54 0,34 11,33 33,88 Lagerstromia speciosa 59,35 13,00 1,69 6,29 0,30 10,00 29,29 Lophopetalum javanicum 77,62 17,00 1,02 3,79 0,40 13,33 34,12 Mangifera gedebe 25,11 5,50 0,69 2,56 0,22 7,33 15,39 Memecylon sp 9,13 2,00 0,07 0,24 0,08 2,67 4,91 Milletia borneensis 15,98 3,50 0,37 1,37 0,12 4,00 8,87 Vitex pinnata 25,11 5,50 0,94 3,52 0,18 6,00 15,02 Total 456,56 100 26,8 100 3,00 100 300

Jenis yang memiliki nilai kerapatan spesies yang mempunyai frekuensi 81- yang tinggi menunjukkan pola 100 % tergolong kategori sangat tinggi. penyesuaian suatu jenis yang besar Dominansi adalah proporsi antara terhadap kondisi habitatnya, sehingga luas tempat yang ditutupi oleh spesies dapat dijadikan salah satu daya dukung tumbuhan dengan luas total habitat. Dari habitat. hasil ini dapat dikatakan bahwa jenis Frekuensi suatu jenis menunjukkan yang memiliki nilai dominansi yang penyebaran suatu jenis dalam suatu areal. tinggi menunjukkan jenis yang dapay Pengelompokan frekuensi didasarkan beradaptasi dengan baik serta mampu kepada indriyanto (2006) terdiri atas 5 memanfaatkan semua sumber daya yang kelas, yaitu: Kelas A adalah spesies yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Jenis mempunyai frekuensi 1-20 % tergolong ini kurang mampu dalam memanfaatkan kategori sangat rendah, Kelas B adalah lingkungan yang ditempatinya secara spesies yang mempunyai frekuensi 21-40 efisien sehingga spesies ini tertekan oleh % tergolong kategori rendah, Kelas C jenis lain yang mendominasi. adalah spesies yang mempunyai Indeks nilai penting (INP) frekuensi 41-60 % tergolong kategori merupakan nilai yang menggambarkan sedang, Kelas D adalah spesies yang peranan keberadaan suatu jenis dalam mempunyai frekuensi 61-80 % tergolong komunitas tumbuhan. Jenis yang kategori tinggi dan Kelas E adalah memiliki INP tertinggi merupakan jenis 645 ISSN e-journal 2579-7557 Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018

yang sangat mempengaruhi suatu tingkat keberadaanya yang sangat rendah. komunitas tumbuhan. Odum (1971) menambahkan jenis yang Parameter INP, berdasarkan dominan mempunyai produktivitas yang pendapat yang dikemukakan oleh besar, dan dalam menentukan suatu jenis Sutrisno (1993) dalam Heriyanto (2004) vegetasi dominan yang perlu diketahui bahwa tingkatan vegetasi (pohon dan adalah keliling atau diameter batangnya. tiang) suatu jenis dapat dikatakan Keberadaan jenis dominan pada lokasi berperan jika INP > 15 %. Jenis tersebut penelitian menjadi suatu indikator bahwa tergolong memiliki peran untuk komunitas tersebut. komunitas jenis tumbuhan riparian yang Vegetasi Pohon Riparian pada tumbuh disekitarnya. Kehilangan spesies Wilayah Tengah Sungai ini akan berdampak terhadap kestabilan Kondisi bagian tengah sungai ekosistem. Penebangan pohon secara Kahala sangat didominasi oleh jenis besar-besaran pada jenis ini akan Lophopetalum javanicum (Perupuk) menciptakan ruang yang luas di antara dengan kondisi yang selalu tergenang air tajuk karena memiliki kerapatan yang (Gambar 3). sangat tinggi, penyebaran yang luas dan Adapun jenis-jenis yang berasosiasi ukuran pohon yang besar, sehingga pada wilayah ini yaitu Antidesma memungkinkan munculnya spesies lain ghaesembilla, Dillenia excelsa, Gluta yang dominan. Bengen (2001) renghas, Mangifera gedebe, Mangifera menambahkan bahwa nilai penting sp., Mitragyna speciosa, Pavetta indica berkisar antara 0 - 300. Ini memberikan dan Syzygium sp. gambaran besarnya sumber daya Jenis Lophopetalum javanicum lingkungan yang dimanfaatkan oleh jenis (perupuk) sangat mendominasi dari tersebut dalam pertumbuhannya. jumlah individu dan frekuensinya. Jenis yang memiliki nilai INP yang Spesies ini merupakan jenis endemik rendah menunjukkan bahwa jenis yang tumbuh di habitat rawa dan juga tersebut merupakan jenis yang kritis termasuk jenis yang sangat toleran. karena disusun oleh kerapatan, frekuensi Sesuai dengan tipe hutannya, maka jenis dan dominansi yang kecil dengan nilai ini tumbuh di daerah yang masih INP kurang dari 15% yang berarti jenis- terpengaruh genanggan air, baik yang jenis tersebut sangat rentan untuk hilang bersifat teta\p atau periodik. Dari adanya dari ekosistem hutan riparian karena pengaruh pasang surut air tawar atau

646 ISSN e-journal 2579-7557 Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA rawa daratan yang genanggannya tetap. bagian hilir yang tergolong ke dalam Jenis ini penyebaran tumbuhnya tidak hutan sekunder muda, dan pada bagian merata atau jarang. Diperkirakan tengah sungai yang didominasi oleh penyebarannya kelompok perupuk pada Lophopetalum havanicum dan habitatnya dalam satuan luas 1 Ha hanya membentuk suatu formasi tersendiri pada 20-30 % dan komunitas pun tidak pertemuan sungai Kahala dan bagian seragam. Kadang hanya ditemukan\ satu pinggir danau. Hal ini mempunyai arti jenis ke kelompok berikutnya terpisah penting terutama dari segi perlindungan dengan jarak yang pendek kurang lebih fungsi tata air seperti menjaga kualitas air 200 – 500 m, namun ada juga sampai 1 sungai melalui pengaturan suhu air, km atau lebih baru dijumpai adanya pengendalian erosi dan sedimentasi, kelompok perupuk kembali. Pada sebagai sumber serasah (energi) dan kelompoknya sendiri perupuk tumbuh penyerap pencemar dari daratan yang sangat rapat sampai ada berjarak 1 meter terbawa ke sungai melalui air limpasan antar pohon. Satuan ini membentuk suatu (Siahaan, 2014). formasi tersendiri pada pertemuan sungai Kahala dan bagian pinggir danau. KESIMPULAN (Bratawinata, 1994). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Fisiognomi vegetasi pohon riparian di ketiga wilayah DAS Kahala yaitu berupa hutan sekunder tua yang merupakan hutan campuran di bagian Gambar 3. Kondisi vegetasi bagian Tengah hulu, hutan dengan dominasi utama Sungai Kahala pohon Lophopetalum javanicum Kondisi vegetasi di bagian hulu (perupuk) di bagian tengah dan hutan yang mana di wilayah ini disusun oleh sekunder muda yang didominasi oleh tumbuhan hutan sekunder tua yang jenis Antidesma ghaesembilla di merupakan hutan campuran, dicirikan bagian hilir / pinggir danau. sebagai daerah konservasi dikarenakan 2. Vegetasi pohon riparian di DAS spesies-spesies di bagian ini nilai yang di Kahala di dapatkan 22 jenis dari 16 dapatkan lebih tinggi dibandingkan di spesies. Jenis yang memiliki Indeks

647 ISSN e-journal 2579-7557 Jurnal Pro-Life Volume 5 Nomor 3, November 2018

Nilai Penting (INP) terbesar adalah memberikan ijin penelitian dan seluruh dari jenis Antidesma ghaemsembilla masyarakat desa Kahala, desa Tubuhan 122,8 % di bagia hilir dan dan desa Semayang yang telah Lophopetalum javanicum 58,5 % di memberikan bantuan baik secara bagian hulu. langsung maupun tidak langsung kepada UCAPAN TERIMA KASIH peneliti. Terima kasih diucapkan kepada para kepala desa setempat yang telah

DAFTAR PUSTAKA Agus dan Ruijter J. 2004. Perhitungan Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan kebutuhan pupuk. pidra. Konservasi Alam, 1 (2): 5-11 participatory intergrated Indrianto. 2006. Ekologi hutan. Jakarta: development in rainfed areas. Penerbit Erlangga. world agroforestry center. Mueller-Dombois, D., Ellenberg H, 1974. transforming lives and landscapes. Aims and methods of vegetation Jakarta. ecology. John Willey & Sons, Inc, Asdak C. 1995. Hidrologi dan New York Chichester Brisbane pengelolaan daerah aliran sungai. Toronto. Yogyakarta: Gajah Mada Naiman RJ, Billy RE and Bisson PA. University Press. 2000. Riparian ecology and Bengen DG. 2001. Pedoman teknik management in the Pasific Coastal pengenalan dan pengelolaan Rain Forest. Bioscience, 50 ekosistem mangrove. pusat kajian (11):96-101. sumber daya pesisir dan laut. Naiman RJ, DeCamps H and McClain Bogor: Institusi Pertanian Bogor. ME. 2005. Riparia: Ecology, Bratawinata AA. 1994. Forest structure, Conservation, and Management of floristic composition and Streamide Communities. dominance of species of Lowland, Amsterdam: Elsevier Academic Hilly and Swamp Tropical Rain Press. Forests in East Kalimantan, Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2006. . Faculty of Forestry. Pengelolaan daerah aliran sungai Mulawarman University, 01 (02): dan program penghijauan. Repro: 101 – 102 Ilmu Tanah Universitas Gadjah Hariyadi, E. Hendra, M. Winata A, Mada. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Rahmatullah K. Mislan, dan Zaii Pertanian UGM. M. 2015. Profil Vegetasi Riparian Nursal, Suwondo dan Novita I. 2013. Tanjung Una Kabupaten Kutai Karakteristik Komposisi dan Kartanegara. Jurnal Bioprospek, 10 Stratifikasi Vegetasi Strata Pohon (2): 1-6. Riparian Komunitas Riparian di Heriyanto NM. 2004. Suksesi hutan Kawasan Hutan Wisata Rimbo bekas tambahan dikelompok Sungai Tujuh Danau Kabupaten Kampar Lekawi-Sungai Jengonoi, Provinsi Riau. Jurnal Biogenesis, 9 Kabupaten Sintang Kalimantan (2), Februari 2013.

648 ISSN e-journal 2579-7557 Basrowi Muhammad: KOMPOSISI DAN STRUKTUR POHON RIPARIAN DI SUNGAI KAHALA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Odum EP. 1971. Dasar - dasar ekologi minahasa selatan. Jurnal LPPM edisi ketiga. Yogyakarta: UGM Bidang Sains dan Teknologi, 1 (1): Press. 7 – 9. Ridwan M dan Pamungkas D. 2015. Sinukaban N. 1995. Pengelolaan Keanekaragaman vegetasi pohon di daerah aliran sungai. Bahan sekitar sumber mata air di Kuliah pada Program Pascasarjana, Kecamatan Panekan, Kabupaten IPB, Bogor. Magetan, Jawa Timur. Pros Sem Slik F. 2018. of Southeast Asia. Nas Masy Biodiv Indon, 6 (1): Online at www.asianplant.net. 1375 – 1379. Soerianegara I dan A.Indrawan. 1978. Siahaan R dan Ai NS. 2014. Jenis-jenis Ekologi hutan Indonesia. Bogor: vegetasi riparian sungai ranoyapo, Fakultas Kehutanan IPB.

649 ISSN e-journal 2579-7557