Sisi Lain Kartini Pengantar : R
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Sisi Lain Kartini Pengantar : R. Tjahjopurnomo Kepala Museum Kebangkitan Nasional Penulis : Prof. Dr. Djoko Marihandono Nur Khozin Dri Arbaningsih Dr. Yuda B. Tangkilisan Editor : Prof. Dr. Djoko Marihandono Disain dan Tata Letak : Mahmud Hidayat Diterbitkan Dalam Rangka : Pameran Temporer Sisi Lain Kartini ISBN 978-979-83531-0-9 Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Pengantar Kepala Museum Kebangkitan Nasional Assalamualaikum Wr. Wb. Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, buku Sisi Lain Kartini terbit tepat waktu sesuai jadual yang direncanakan. Tujuan diterbitkannya buku ini adalah untuk memberikan pandangan lain tentang pahlawan nasional Raden Ajeng Kartini, yang hidup di akhir abad XIX hingga awal abad XX. Kartini adalah tokoh yang memiliki idealisme tinggi yang berani melawan arus kehidupan, demi majunya pendidikan gadis bumiputera. Kartini memberikan teladan kepada kaum muda untuk peka terhadap lingkungan dan berusaha mengentaskan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat. Gagasan Kartini saat itu membuat orang Belanda kagum dan sadar akan pentingnya wilayah Hindia Belanda bagi Kerajaan Belanda. iii Sisi Lain Kartini Perhatian pihak pemerintah Belanda sebelumnya tidak menyentuh hal- hal penting bagi kehidupan masyarakat Hindia Belanda. Bardasarkan pidato Ratu Belanda dalam menyambut pergantian abad telah dica- nangkan politik balas budi yang diharapkan memberikan kesejahteraan hidup kaum bumiputera. Surat-surat Kartini yang diterbitkan oleh J.H. Abendanon membuat pemerintah Belanda semakin sadar bahwa pen- didikan merupakan faktor penting dalam menyejahterakan masyarakat bumiputera. Gema kumpulan surat-surat Kartini dirasakan baik di Eropa, Asia, bahkan Amerika. Hal ini terbukti dengan diterjemahkannya buku kumpulan surat Kartini oleh J.H. Abendanon yang berjudul Door Duis- ternis tot Licht diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Dampak dari terje- mahan tersebut adalah dikenalnya gagasan Kartini dalam mengangkat derajat kaum perempuan bumiputera oleh dunia internasional. Cita-cita Kartini dalam memajukan pendidikan gadis bumipu- tera dikhawatirkan redup setelah menikah dengan Bupati Rembang. Kenyataannya sangat bertolak belakang, setelah menikah Kartini semakin banyak mencurahkan waktunya untuk pendidikan kaum perempuan bumiputera, khususnya perempuan dari Jawa dan Madura. Sekolah yang sudah dirintis Kartini mengalami kendala setelah kematiannya. Berkat upaya keluarga Abendanon dan Nyonya Van Deventer beberapa sekolah yang menggunakan nama Sekolah Kartini mulai dibangun. Seiring dengan berjalannya waktu, sekolah Kartini ber- kembang dari satu kota ke kota lainnya. Jumlah siswa yang ditampung dalam sekolah Kartini makin lama makin banyak, dengan program pendidikan yang lebih bervariasi, khususnya dalam menyiapkan kete- rampilan para siswa. iv Buku Sisi Lain Kartini ditulis oleh beberapa penulis berpen- galaman, sehingga sumber yang digunakan dalam penulisan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis maupun metodologis. Diha- rapkan dengan terbitnya buku ini dapat menambah khazanah buku yang membahas tentang Kartini, karena meskipun sudah lebih dari 110 tahun Kartini wafat, masih ada hal-hal lain yang belum diketahui oleh masyarakat. Semoga buku Sisi Lain Kartini dapat membawa manfaat bagi masyarakat khususnya generasi muda pewaris bangsa. Jakarta, April 2016 Kepala Museum Kebangkitan Nasional R. Tjahjopurnomo v DAFTAR ISI Pengantar ................................................................................................ iii Dafar Isi .................................................................................................. vii Biografi Kartini ...................................................................................... 1 Kiprah Gadis Kecil Prof Joko .............................................................. 51 Alam Pikiran Kartini ............................................................................ 151 Sekilas tentang Representasi Raden Ajeng Kartini .......................... 217 vii BIOGRAFI KARTINI Oleh : Nur Khozin RADEN MAS ADIPATI ARIO (R.M.A.A.) SOSRONINGRAT : AYAH KARTINI Raden Mas (R.M.) Sosroningrat merupakan anak dari Pangeran Ario (P.A) Tjondronegoro IV, yang dilihat dari silsilah keluarga masih keturunan dari Prabu Brawijaya Raja Majapahit terakhir (Soeroto, 1982 :10). P. A. Tjondronegoro IV diangkat menjadi bupati pada tahun 1836 menggantikan bapaknya yang sudah berusia lanjut. P.A. Tjondronegoro IV dikenal memiliki kecakapan dan kecer- dasan yang luar biasa,1 karena itu pemerintah Hindia Belanda menun- juknya sebagai Bupati Kudus pada saat masih berusia 25 tahun. Pada 1850 P.A. Tjondronegoro IV dipindahkan ke Demak, untuk mengatasi bencana kelaparan akibat kebijakan sistem tanam paksa. Tugas tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik, sehingga pemerintah menganuge- rahi gelar Pangeran yang menjadi gelar tertinggi pejabat pamong praja. 1 Kartini juga sangat menggumi dan memuji pemikiran dan tindakan P.A Tjondronegoro IV, yang berani melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku dikalangan bangsawan pada masa itu. 1 Sisi Lain Kartini P.A. Tjondronegoro IV mempelopori usaha menaikkan tingkat pendidikan anak-anaknya, sehingga mereka tidak hanya lulus Eu- ropesche Lagere School (ELS) atau sekolah dasar bangsa Eropa.2 Belum adanya sekolah menengah di Hindia Belanda tidak menjadi hambatan bagi P.A. Tjondronegoro IV untuk memberikan pendidikan kepada anak-anaknya. Pada 1861 beliau mendatangkan guru dari Belanda ke rumah (Pane, 2008:2) untuk memberikan pelajaran pengetahuan umum dan etika masyarakat Eropa. P.A. Tjondronegoro IV berharap anak-anaknya bisa memenuhi syarat sebagai pejabat tinggi dalam pe- merintahan. Harapan P.A. Tjondronegoro IV terwujud dengan baik, beberapa anaknya berhasil menduduki jabatan sebagai bupati.3 Mereka juga mampu menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan dalam bahasa Belanda sebagaimana orang-orang eropa.4 Salah satu dari anak P.A. Tjondronegoro IV adalah Raden Mas (R.M.) Sosroningrat yang mengawali karirnya sebagai Wedana di Mayong, sebuah kota kecil yang yang masuk dalam wilayah Kariside- nan Jepara. Jabatan sebagai wedana menguras tenaga dan pikiran R.M. Sosroningrat, karena itu ia membutuhkan teman hidup. 2 Sekolah tertinggi pada masa itu hanya sampai tingkat ELS, baru pada tahun 1878 dibuka tiga sekolah menengah pertama yang disebut dengan Hogere Burgere School (HBS) di Batavia, Semarang dan Surabaya. 3 R.M.A.A. Tjondronegoro V (R.M. Prawoto) menjadi Bupati Brebes, R.M.A.A. Purboningrat (R.M. Trenggono) menjadi Bupati Semarang, R.M.A.A. Sosroningrat (R.M. Samingun) menjadi Bupati Jepara, dan P.A. Hadiningrat (R.M. Kadirun) menjadi Bupati Demak meng- gantikan bapaknya. 4 Pada 1902 di Jawa dan Madura hanya ada empat orang yang menguasai dan memaha- mi Bahasa Belanda. Mereka adalah P.A.A. Achmad Djajadiningrat (Bupati Serang), Tumenggung Kusumo Utoyo (Bupati Ngawi), P.A. Hadiningrat (Bupati Demak) dan R.M. Sosroningrat (Bupati Jepara). Dua dari empat orang tersebut anak dari P.A. Tjondronegoro IV. 2 BIOGRAFI KARTINI Pada 1872 R.M. Sosroningrat memutuskan menikah dengan Mas Ajeng Ngasirah, anak dari pasangan Kyai Haji Modirono dan Nyai Haji Siti Aminah (Soeroto, 1982 : 13). Perempuan desa yang memiliki kedudukan terhormat ditengah masyarakat, karena bapaknya menjadi ulama di Desa Teluk Kawur, Jepara. Perkawinan R.M. Sosroningrat dengan Mas Ajeng Ngasirah dikaruniai delapan orang anak (Soeroto, 1983:14), yaitu : 1. Raden Mas Slamet lahir 15 Juni 1873. 2. Raden Mas Boesono lahir 11 Mei 1874. 3. Raden Mas Kartono lahir 10 April 1877. 4. Raden Ajeng Kartini lahir 21 April 1879. 5. Raden Ajeng Kardinah lahir 1 Maret 1881. 6. Raden Mas Moeljono lahir 26 Desember 1885. 7. Raden Ajeng Soematri lahir 11 Maret 1888. 8. Raden Mas Rawito lahir 16 Oktober 1892. Pada 1875 R.M. Sosroningrat melakukan pernikahan kembali dengan Raden Ajeng Woerjan atau Moerjam, puteri Bupati Jepara masa itu.5 Kedudukan Raden Ajeng Woerjan sebagai keluarga bangsawan menjadikannya sebagai isteri utama R.M. Sosroningrat yang disebut dengan garwa padmi atau raden ayu.6 Tugasnya mendampingi suami pada saat upacara-upacara resmi. 5 Kartini dalam suratnya kepada Stella tanggal 18 Agustus 1899 menyebutkan isteri kedua bapaknya merupakan keturunan langsung dari Raja Madura. 6 Isteri-isteri lain bangsawan atau priyayi yang dinikahi secara sah disebut garwa ampil yang bertugas mengurus urusan rumah tangga keluarga. 3 Sisi Lain Kartini Garwa padmi yang berasal dari keturunan bangsawan memiliki kedudukan istimewa, karena puteranya memiliki hak untuk dimasukan dalam daftar nama calon bupati. Jika garwa padmi tidak memiliki anak laki-laki, baru diambil putera dari garwa ampil. Peraturan ini menjadikan pegawai pamong praja berpangkat wedana atau patih yang beristerikan perempuan dari kalangan rakyat biasa, akan menikah lagi dengan perem- puan dari kalangan bangsawan yang akan dijadikan sebagai garwa padmi. Pernikahan R.M. Sosroningrat dengan Raden Ajeng Woerjan dikaruniai tiga orang puteri7, yaitu : 1. Raden Ajeng Soelastri lahir 9 Januari 1877. 2. Raden Ajeng Roekmini lahir 4 Juli 1880. 3. Raden Ajeng Kartinah lahir 3 Juni 1883. MAS AJENG NGASIRAH: IBU KANDUNG KARTINI Mas Ajeng Ngasirah merupakan wanita desa yang dibesarkan dalam lingkungan taat beragama karena bapaknya menjadi guru mengaji. Pendidikan agama dan tata krama diajarkan secara langsung oleh kedua orang tuanya, sementara pendidikan formal tidak pernah diikuti. Masyarakat pada masa itu menilai anak perempuan tidak