WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW (ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW MASTER CHEF INDONESIA SESSION 3 DI RCTI)

TESIS

Oleh:

ENDAH RUNDIKA PRATIWI 117045002

M A G I S T E R I L M U K O M U N I K A S I FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW (ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW MASTER CHEF INDONESIA SESSION 3 DI RCTI)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ilmu Komunikasi dalam Program Magister Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

ENDAH RUNDIKA PRATIWI 117045002

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW (ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW MASTER CHEF INDONESIA SESSION 3 DI RCTI) Nama Mahasiswa : Endah Rundika Pratiwi Nomor Pokok : 117045002 Program Studi : Ilmu Komunikasi

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

(Dra.Mazdalifah, M.Si, Ph.D) (Yovita Sabarina, S.Sos, M.Si) NIP. 196507031989032001 NIP. 198011072006042002

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA,Ph.D) (Prof.Dr. Badaruddin. M.Si) NIP.196704051990032002 NIP.196007281987032002

Tanggal Lulus : 3 September 2014

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS

Telah diuji pada Tanggal : 3 September 2014

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA, Ph.D Anggota : 1. Dra. Mazdalifah, M.Si, Ph.D 2. Yovita Sabarina, S.Sos, M.Si 3. Drs. Amir Purba, MA, Ph.D 4. Dr. Nurbani, M.Si DISCOURSE IN THE REALITY SHOW COMPETITION (A CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS OF DISCOURSE IN THE REALITY SHOW COMPETITION MASTER CHEF SESSION 3 ON RCTI INDONESIA)

ABSTRACT

This thesis was titled a discourse in the Reality Show Competition (a critical Discourse Analysis Of Discourse in the Reality Show Competition Master Chef Session 3 on RCTI Indonesia). The purpose of this research is to know more about the meaning of competition contained in the macro structure, superstructure and micro structure presented in the reality show impressions of Master Chef Session 3 on RCTI Indonesia in segments of 6 (six) top three episodes at once to find out hidden ideologies in discourses of competition contained in the structure of discourse (macro-structures, micro-structure and superstructure). This research uses Critical Discourse Analysis theory, Teun A. Van Dijk. The unit of analysis in this study is Master Chef reality show impressions of Indonesia Session 3 i.e. the 6th segment (six) top three episodes and producer working on a direct impression that RCTI reality show Master Chef Indonesia Session 3. The technique of data collection is done by watching the youtube video's Master Cheff Indonesia Session 3 6th segment (six) episodes of the top three. observing the scene, dialogue, and display settings in the Session Indonesia Cheff Master 3, mentranskrip scenes, dialogues and pictures that appear in the Session Indonesia Cheff Master 3, selecting scenes, dialogue and images that are relevant to the needs of research, analyze transcripts based on theory of discourse Teun a. Van Dijk, and do interviews by email confirmation with the producer of RCTI Indonesia Chef Masters Viewing Session 3. The research found that the commodification and hegemony are ideology concealed within the Session Indonesia Chef Master impressions 3 segments of the 6th episode of the top three

Keywords: Discourse, Competition, Reality Show, Critical Discourse Analysis.

i

WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai makna persaingan yang terdapat dalam struktur makro, superstruktur dan struktur mikro yang disampaikan dalam tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI dalam segmen ke-6 (enam) episode top three sekaligus untuk mengetahui ideologi tersembunyi di dalam wacana persaingan yang terdapat di dalam struktur wacana (struktur makro, superstruktur dan struktur mikro). Penelitian ini menggunakan Teori Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 yaitu segmen ke-6 (enam) episode top three dan Produser RCTI yang menggarap langsung tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menonton video youtube Master Chef Indonesia Session 3 segmen ke-6 (enam) episode top three. mengamati adegan, dialog, dan setting dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3, mentranskrip adegan-adegan, dialog-dialog maupun gambar-gambar yang tampak dalam tayangan Master Cheff Indonesia Session 3, memilih adegan, dialog serta gambar yang relevan dengan kebutuhan penelitian, menganalisis transkrip berdasarkan teori wacana Teun A. Van Dijk, dan melakukan konfirmasi wawancara by email dengan pihak produser RCTI Tayangan Master Chef Indonesia Session 3. Hasil penelitian menemukan bahwa komodifikasi dan hegemoni merupakan ideologi tersembunyi yang terdapat di dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3 segmen ke-6 episode top three

Kata Kunci: Wacana, Persaingan, Reality Show, Analisis Wacana Kritis.

ii

PERNYATAAN

WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW (ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW MASTER CHEF INDONESIA SESSION 3 DI RCTI)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa: 1. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. 2. Tesis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain. 3. Tesis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Komisi Pembimbing dan Masukan Tim Penguji. 4. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 15 September 2015 Penulis,

Endah Rundika Pratiwi

iii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Selama melakukan penelitian tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H,M.Sc,(CTM),Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara. 2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Lusiana Andriani Lubis, MA,Ph.D, selaku Ketua Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan Ketua Penguji. 4. Ibu Dra. Mazdalifah, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. 5. Ibu Yovita Sabarina, S.Sos, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. 6. Bapak Drs. Amir Purba, MA, Ph.D dan Ibu Dr. Nurbani, M.Si, selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan. 7. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, selaku Sekretaris Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 8. Orang tua dari penulis yang terkasih Bapak Suprapto, S.Fil dan Ibu Hj. Elida Hanum Pohan atas dukungan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini. 9. Suami dari penulis yang terkasih Adam Syahputra Nasution, ST dan anak dari penulis Danish Kairav Nasution, atas dukungan dan semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, 15 September 2015 Penulis,

Endah Rundika Pratiwi

iv

DAFTAR ISI

Hal ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii PERNYATAAN ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv DAFTAR ISI ...... v DAFTAR GAMBAR ...... vii DAFTAR TABEL ...... viii DAFTAR LAMPIRAN ...... ix DAFTAR SINGKATAN ...... x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2.Fokus Masalah ...... 11 1.3.Tujuan Penelitian ...... 12 1.4.Manfaat Penelitian ...... 13 BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Paradigma Kritis ...... 14 2.2. Penelitian Terdahulu ...... 16 2.3. Uraian Teori ...... 23 2.3.1. Analisis Wacana Kritis ...... 23 2.3.2. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk ...... 33 2.3.3. Ideologi ...... 45 2.3.4. Hegemoni ...... 49 2.3.5. Wacana Persaingan Versi Reality Show ...... 51 2.4. Kerangka Pemikiran ...... 53 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian ...... 56 3.2.Aspek Kajian ...... 57 3.3.Unit Analisis ...... 58 3.4.Metode Pengumpulan Data ...... 59 3.5.Metode Analisis Data ...... 59 BAB IV. TEMUAN PENELITIAN 4.1.Proses Penelitian ...... 61 4.1.1. Sinopsis Data ...... 63 4.2.Temuan Penelitian Model Teun A. Van Dijk ...... 66 4.2.1. Struktur Mikro ...... 66 4.2.2. Superstruktur ...... 105 4.3.3. Struktur Makro ...... 121 BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Analisis Struktur Makro ...... 125 5.2. Analisis Superstruktur ...... 128 5.3. Analisis Struktur Mikro ...... 133

v

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1.Simpulan ...... 141 6.2.Saran ...... 143 DAFTAR REFERENSI ...... 144 LAMPIRAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian ...... 53

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal 2.3.2.1. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk ...... 35 2.3.2.2. Unsur Analisis Teks ...... 36

viii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Deskripsi Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 RCTI Episode Top Three Segmen ke-6 2. Daftar Pertanyaan dan Hasil Wawancara by Email dengan Produser RCTI Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 RCTI Episode Top Three Segmen ke-6. 3. Copy Email Permohonan Peneliti untuk Melakukan Wawancara by Email dengan Produser RCTI Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 RCTI Episode Top Three Segmen ke-6.

ix

DAFTAR SINGKATAN

1. AWK : Analisis Wacana Kritis 2. CDA : Critical Discourse Analysis 3. SBY : Susilo Bambang Yudhoyono 4. LSM : Lembaga Sosial Masyarakat

x

DISCOURSE IN THE REALITY SHOW COMPETITION (A CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS OF DISCOURSE IN THE REALITY SHOW COMPETITION MASTER CHEF SESSION 3 ON RCTI INDONESIA)

ABSTRACT

This thesis was titled a discourse in the Reality Show Competition (a critical Discourse Analysis Of Discourse in the Reality Show Competition Master Chef Session 3 on RCTI Indonesia). The purpose of this research is to know more about the meaning of competition contained in the macro structure, superstructure and micro structure presented in the reality show impressions of Master Chef Session 3 on RCTI Indonesia in segments of 6 (six) top three episodes at once to find out hidden ideologies in discourses of competition contained in the structure of discourse (macro-structures, micro-structure and superstructure). This research uses Critical Discourse Analysis theory, Teun A. Van Dijk. The unit of analysis in this study is Master Chef reality show impressions of Indonesia Session 3 i.e. the 6th segment (six) top three episodes and producer working on a direct impression that RCTI reality show Master Chef Indonesia Session 3. The technique of data collection is done by watching the youtube video's Master Cheff Indonesia Session 3 6th segment (six) episodes of the top three. observing the scene, dialogue, and display settings in the Session Indonesia Cheff Master 3, mentranskrip scenes, dialogues and pictures that appear in the Session Indonesia Cheff Master 3, selecting scenes, dialogue and images that are relevant to the needs of research, analyze transcripts based on theory of discourse Teun a. Van Dijk, and do interviews by email confirmation with the producer of RCTI Indonesia Chef Masters Viewing Session 3. The research found that the commodification and hegemony are ideology concealed within the Session Indonesia Chef Master impressions 3 segments of the 6th episode of the top three

Keywords: Discourse, Competition, Reality Show, Critical Discourse Analysis.

i

WACANA PERSAINGAN DALAM TAYANGAN REALITY SHOW (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI)

ABSTRAK

Tesis ini berjudul Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai makna persaingan yang terdapat dalam struktur makro, superstruktur dan struktur mikro yang disampaikan dalam tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI dalam segmen ke-6 (enam) episode top three sekaligus untuk mengetahui ideologi tersembunyi di dalam wacana persaingan yang terdapat di dalam struktur wacana (struktur makro, superstruktur dan struktur mikro). Penelitian ini menggunakan Teori Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk. Unit analisis dalam penelitian ini adalah tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 yaitu segmen ke-6 (enam) episode top three dan Produser RCTI yang menggarap langsung tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menonton video youtube Master Chef Indonesia Session 3 segmen ke-6 (enam) episode top three. mengamati adegan, dialog, dan setting dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3, mentranskrip adegan-adegan, dialog-dialog maupun gambar-gambar yang tampak dalam tayangan Master Cheff Indonesia Session 3, memilih adegan, dialog serta gambar yang relevan dengan kebutuhan penelitian, menganalisis transkrip berdasarkan teori wacana Teun A. Van Dijk, dan melakukan konfirmasi wawancara by email dengan pihak produser RCTI Tayangan Master Chef Indonesia Session 3. Hasil penelitian menemukan bahwa komodifikasi dan hegemoni merupakan ideologi tersembunyi yang terdapat di dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3 segmen ke-6 episode top three

Kata Kunci: Wacana, Persaingan, Reality Show, Analisis Wacana Kritis.

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan (competition) adalah suatu proses sosial ketika berbagai pihak saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Persaingan dilakukan dengan norma dan nilai yang diakui bersama sehingga kecil kemungkinan persaingan menggunakan kekerasan atau ancaman dan persaingan dilakukan secara sehat dan terbuka (Sumadji, 2000: 4).

Perhatikan ilustrasi persaingan dalam kehidupan masyarakat berikut ini:

Tanggal 13 April 2014 merupakan tanggal yang sangat penting bagi Kakak Arif, karena pada tanggal tersebut dia akan melakukan pembuktian apakah dia dapat berhasil menjadi juara olimpiade IPA tingkat provinsi atau tidak. Olimpiade

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) tingkat provinsi yang akan diselenggarakan di Kota Medan tersebut akan diikuti oleh 26 kabupaten/kota seluruh Sumatera Utara. Kakak Arif akan melakukan persaingan memperebutkan tiket juara satu agar bisa mewakili Provinsi Sumatera Utara di tingkat nasional.

Hal yang dilakukan oleh Kakak Arif untuk menghadapi persaingan tersebut adalah meningkatkan ketekunannya dalam belajar dengan lebih banyak memahami pelajaran-pelajaran yang berhubungan dengan sains. Kakak Arif juga tidak melakukan satu pun hal untuk menyakiti lawan. Sebaliknya, kompetitornya dari kabupaten/kota yang lain, juga melakukan hal yang sama dengan apa yang

1 2

dilakukan oleh kakak Arif untuk memenangkan perlombaan. Hal di atas merupakan salah satu contoh persaingan dalam kehidupan bermasyarakat

(http://sosiologi.yahubs.com).

Persaingan dapat juga diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Definisi persaingan sebagai salah satu bentuk disosiatif yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai suatu tujuan tanpa melakukan ancaman fisik kepada para pesaingnya (Sumadji,

2000:13). Persaingan disebut juga dengan kompetisi. Persaingan merupakan salah satu bentuk disosiatif yang paling aman sebab konflik yang terjadi tidak dipicu oleh kepentingan untuk menjatuhkan atau mencelakakan pihak lawan. Adapun yang dimaksud lawan adalah bukan pihak-pihak yang harus dikalahkan atau sampai mencelakakan.

Persaingan adalah suatu kegiatan antar individu dengan individu lainnya ataupun berkelompok yang bersaing atau berlomba untuk memperebutkan hasil/tujuan yang sama. Persaingan juga diartikan sebagai proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba atau bersaing antar individu atau antar kelompok tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih kuat. Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi, yaitu pertama; menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif, kedua;

3

sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang pada suatu masa mendapat pusat perhatian tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing, ketiga; sebagai alat untuk mengadakan seleksi atas dasar gender dan sosial, keempat; menempatkan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan kemampuannya (Sumadji, 2000: 18).

Persaingan banyak terjadi dalam ruang lingkup kehidupan bermasyarakat misalnya persaingan dalam bidang kedudukan, contohnya seorang karyawan tentunya mempunyai keinginan untuk menaikkan jabatannya di dalam perusahaan. Hal tersebut akan berbanding lurus dengan naiknya gaji dan kedudukannya di masyarakat. Bidang persaingan ras, ras identik dengan keturunan dan suku bangsa. Ras dengan warna kulit hitam diidentikkan dengan ras yang rendah, bodoh, dan miskin. Namun seiring dengan berjalannya waktu, setiap ras terus berusaha meningkatkan kualitasnya. Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya Barack Husein Obama yang berasal dari ras kulit hitam menjadi

Presiden Amerika Serikat selama dua periode. Hal tersebut menjadi kebanggaan tersendiri bagi seluruh ras berkulit hitam di dunia. Persaingan bidang ekonomi, contohnya persaingan harga yang ditawarkan oleh pasar-pasar modern dengan tempat yang nyaman, murah dan aman.

Persaingan tidak hanya terjadi di dalam ruang lingkup kedudukan, ras, dan ekonomi tetapi hampir mencakup seluruh aspek kehidupan seperti di bidang seni misalnya Indonesian Idol, X-Factor, Indonesia Mencari Bakat, dan lain-lain.

Persaingan dalam kompetisi Indonesian Idol ini misalnya, peserta diwajibkan untuk mengikuti beberapa tahap penyeleksian yang sangat ketat diawali dari audisi di beberapa kota di Indonesia yang diikuti lebih dari 25.000 peserta. Peserta

4

yang berhasil mendapatkan golden ticket diberikan kesempatan untuk berangkat ke untuk mengikuti tahap audisi selanjutnya.

Proses penyaringan dari 25.000 peserta dari masing-masing kota dilakukan secara ketat untuk mendapatkan 25 peserta dari masing-masing kota yang mengharuskan peserta untuk bersaing secara sehat dan terbuka dengan memberikan penampilan terbaik mereka dalam bernyanyi dan bermain musik dengan keunikan khas dari suara mereka masing-masing. Proses penyeleksian ini terus berlangsung hingga diperoleh 13 orang peserta yang masuk ke dalam babak spektakuler yang kemudian kembali berjuang dan bersaing untuk memperebutkan juara pertama.

Persaingan tidak hanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat namun juga terjadi dalam konsep reality show ditelevisi. Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khalayak umum biasa, bukan aktor ataupun aktris. Acara realitas biasanya menggunakan tema seperti persaingan, kehidupan sehari-hari seorang selebritas, pencarian bakat, dan lain sebagainya (Morissan, 2008: 208).

Master Chef Indonesia merupakan suatu ajang pencarian bakat yang diadopsi dari MasterChef (Inggris) dengan sponsor dari FremantleMedia yang bekerja sama dengan RCTI. Acara ini pertama kali dimulai pada tahun 2011.

Ajang ini merupakan salah satu program pencarian bakat dalam bidang memasak yang menyajikan unsur reality show dengan menggunakan tema persaingan yang dilakukan oleh para peserta dalam menghadapi beberapa tantangan memasak yang diberikan oleh para juri seperti meniru masakan, menghasilkan masakan dengan

5

kreativitas terbaik yang dimiliki oleh masing-masing peserta dan berlomba-lomba untuk menjadi peserta terbaik dengan cara berhasil memperebutkan golden pin .

Reality show ini awalnya dipandu oleh tiga orang Chef ternama di

Indonesia pada Master Chef Indonesia Season 1 (2011) yang berperan serta sebagai juri yaitu Chef Marinka, Chef Juna, dan Chef Tatang yang ketika itu meninggal dunia lalu digantikan oleh Chef Vindex. Selanjutnya pada Master Chef

Indonesia Season 2 (2012) acara ini dipandu oleh Chef Marinka, Chef Juna dan

Chef Degan. Setelah Master Chef Indonesia Season 2 berakhir, Master Chef

Indonesia Season 3 (2013) ditayangkan kembali pada bulan Juni 2013 dengan juri yang sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman terbaik dalam bidang memasak yaitu Chef Marinka, Chef Degan dan Chef Arnold yang ditayangkan di

RCTI setiap hari sabtu dan minggu pada pukul 16.30 – 18.00 WIB.

Program reality show Master Chef Indonesia ini menayangkan sebuah konsep pencarian bakat dalam bidang memasak dengan jumlah peserta 70 orang yang dipilih melalui proses seleksi menjadi 50 orang lalu diseleksi kembali menjadi 30 orang lalu diseleksi kembali hingga mencapai 24 orang yang akhirnya berhasil masuk untuk mengikuti challenge yang memiliki latar belakang usia, pendidikan, pekerjaan, suku, tempat tinggal, hobi, jenis kelamin dan budaya yang berbeda-beda yang dipertemukan dalam suatu ajang pencarian bakat untuk mencari chef yang memiliki potensi, pengetahuan, dan kreativitas yang baik dalam bidang memasak untuk menciptakan masakan yang memiliki cita dan rasa yang baik. Nama-nama peserta yang berhasil lolos dalam seleksi Master Chef

Indonesia Session 3 adalah Angella, Brian, Denty, Ernest, Gio, Kevin, Lilian,

Lius, Maichael, Melati, Nino, Nurul, Patty, Rani, Ratna, Ray, Revaldi, Rissa,

6

Setiyono, Tya, Wiliam, dan Yogi. Proses penyeleksian dilanjutkan hingga mencapai posisi top ten, top five, top three hingga grandfinal.

Pemandu acara Master Chef Indonesia Session 3 yang berperan serta sebagai juri memberikan tantangan satu menu masakan kepada para peserta dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi dengan batasan waktu sekitar empat puluh lima hingga enam puluh menit untuk menciptakan masakan yang memiliki rasa yang lezat dan memiliki estetika yang menarik.

Peserta disediakan sejumlah bahan dan resep masakan untuk segera diolah untuk menjadi masakan yang bercita rasa tinggi dan menarik. Setelah para juri memberikan aba-aba tanda dimulainya proses memasak, para peserta berlari ke arah kitchen shop dan dengan waktu yang terbatas peserta memilih bahan masakan yang akan digunakan untuk memasak sesuai dengan menu masakan yang diberikan oleh para juri. Dalam proses memasak sesekali para peserta melihat dan memperhatikan gerak gerik peserta lainnya sambil mengamati kemajuan proses masakan dari peserta lainnya. Peserta ini juga terlihat kebingungan ketika ia melihat kompetitornya sudah selesai memasak sebelum waktu yang ditentukan habis.

Peserta Master Chef Sesssion 3 ini mengeluarkan semua kemampuan, kreativitas dan pengetahuan yang mereka miliki dalam bidang memasak dan berusaha menciptakan masakan yang memiliki cita rasa dan estetika yang menarik. Jika waktu yang sudah diberikan kepada peserta sudah habis maka satu persatu nama peserta akan dipanggil oleh juri dan peserta harus menghidangkan makanan ke hadapan para juri untuk segera dicicipi. Beragam komentar, kritik dan saran dari para juri yang menyakitkan hampir membuat peserta menangis dan

7

kecewa. Namun ada peserta yang berbahagia ketika mendapatkan komentar yang baik dari para juri sehingga menimbulkan kecemburuan dari para kontestan lainnya.

Strategi wacana persaingan yang ditonjolkan dalam tayangan reality show

Master Chef Indonesia Session 3 ini juga tampak pada berbagai komentar yang dilontarkan oleh masing-masing peserta ketika ditanya mengenai kemajuan pesaingnya dalam kompetisi invention test dengan mengundang salah seorang keluarga peserta untuk memasak sedangkan tangan peserta dalam keadaan diborgol misalnya seperti kutipan ;

“Aku ngeliat cara kerja papa ku lama banget ya, aduh aku udah panik sendiri, cuma aku juga ga bisa bandingin sama peserta yang lain, karena yang lain kayaknya lancar-lancar aja ya, aduh aku udah gregetan”.

Selain itu wacana persaingan juga tampak pada komentar yang dilontarkan oleh peserta mengenai keinginan dan harapan mereka untuk menang misalnya seperti kutipan dari Wiliam yang mengatakan ;

“Dari komentar para juri yang aku dengar semua cukup positif, kemungkinan besar kayaknya aku sama papaku bisa menjadi pemenang dalam challenge ini”.

Dari beberapa kutipan tersebut penelitian ini layak untuk diteliti dan menarik untuk diteliti karena peneliti meyakini ada strategi wacana yang berkaitan dengan proses produksi wacana persaingan yaitu bagaimana cara pekerja media menyusun bagian-bagian dari adegan demi adegan dapat menyatu kedalam tayangan secara utuh. Selain itu, peneliti juga melihat adanya ideologi kekuasaan secara implisit yang ditampilkan yaitu munculnya beberapa nama produk makanan, alat memasak, merek sepatu dan lain sebagainya sebagai sponsor dari acara tersebut sehingga peneliti melihat bahwa ada pesan-pesan kekuasaan

8

tersembunyi yang dengan sengaja ditampilkan oleh pekerja media dari tayangan

Master Chef Indonesia Session 3.

Menurut hasil pengamatan peneliti melalui kumpulan penelitian dan makalah berupa skripsi, tesis, disertasi ataupun jurnal komunikasi belum pernah ada penelitian sebelumnya yang meneliti penelitian dengan judul Wacana

Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia 3 dengan menggunakan pisau analisis Teun A. Van Dijk. Oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.

Peneliti memilih tayangan reality show Master Chef Indonesia karena tayangan ini merupakan acara pencarian bakat dengan unsur reality show.

Tayangan ini juga menampilkan banyak strategi pewacanaan dan peletakan ideologi dan kekuasaan secara ekspilisit. Selain itu tayangan ini juga menunjukkan adanya persaingan dalam bidang memasak dengan jumlah peserta yang cukup banyak. Oleh sebab itu diperlukan penyeleksian dan persaingan yang sangat ketat diantara masing-masing peserta. Adegan persaingan yang dilakukan oleh para peserta seperti persaingan untuk merebut golden pin, chef jacket dan lain sebagainya untuk dapat berhasil meloloskan diri dari pressure test dan lain sebagainya.

Selain itu tayangan Master Chef Indonesia Session 3 mampu menampilkan kemampuan dari para peserta dalam memasak dan meniru tantangan menu masakan dari para juri seolah-olah tanpa menggunakan resep dan menampilkan kelebihan dan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta dalam bidang memasak untuk bersaing dengan peserta lainnya dan memperebutkan posisi pemenang juara satu. Master Chef Indonesia Session 3 ini juga merupakan

9

salah satu tayangan reality show yang memiliki rating tertinggi berdasarkan pada hasil survei AGB Nielson. Selain itu MasterChef Indonesia memenangkan

Panasonic Gobel Awards untuk kategori pencarian bakat terbaik selama 2 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2012 dan tahun 2013

(http://id.wikipedia.org/wiki/MasterChef_Indonesia).

Unsur persaingan dalam tayangan reality show dipilih oleh peneliti karena tayangan Master Chef Indonesia merupakan ajang pencarian bakat dalam bidang memasak dengan jumlah peserta yang cukup banyak yang berjumlah 25 orang yang telah berhasil melewati proses penyeleksian yang cukup kuat di antara masing-masing kontestan dan menghasilkan satu orang kontestan sebagai pemenang pertama di galerry Master Chef . Proses penyeleksian yang cukup kuat yang tercipta di antara masing-masing kontestan mengarahkan tema persaingan menjadi salah satu indikator penting dalam tayangan reality show yang berbasis ajang pencarian bakat ini.

Konsep nuansa persaingan yang beraneka ragam yang tercipta di antara masing-masing kontestan, hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkuasa dengan menggunakan media wacana persaingan yang ada dalam masyarakat untuk menghegemoni dan mempengaruhi kesadaran mental masyarakat. Selain itu wacana persaingan ini juga dijadikan oleh pihak-pihak berkuasa sebagai ajang bersembunyinya para kapitalis untuk memasarkan produk mereka secara implisit diantaranya munculnya merek sepatu, merek penyedap rasa makanan, merek bumbu bahan masakan, dan lain sebagainya sehingga menghasilkan keuntungan tersendiri bagi pihak-pihak yang berkuasa tersebut melalui media wacana persaingan yang ada dalam masyarakat.

10

Analisis wacana kritis dipakai untuk meneliti ideologi yang tersembunyi di dalam teks, bagaimana di dalam teks terdapat sebuah dominasi kekuasaan dan ketidakadilan dari pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak yang berkuasa tersebut menggunakan media wacana yang ada dalam masyarakat, khususnya teks berita untuk menghegemoni dan mempengaruhi kesadaran mental masyarakat. Aspek bahasa dalam media massa, teks dan segala bentuk wacana di masyarakat merupakan tempat bersemayamnya kuasa-kuasa yang dipakai oleh pihak-pihak tertentu untuk melegitimasi dan melanggengkan posisi mereka (Eriyanto, 2001:

224). Oleh sebab itu peneliti menggunakan pendekatan analisis wacana kritis untuk membongkar ideologi dan strategi pewacanaan apa yang dilakukan oleh produsen tayangan Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI.

Analisis wacana kritis menurut Teun A Van Dijk mengatakan bahwa penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi sehingga kita memperoleh suatu pengetahuan kenapa teks bisa semacam itu. Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana. Di sini ada dua bagian : teks yang mikro yang merepresentasikan suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen besar berupa struktur sosial.

Van Dijk juga membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Arti pertama ia menunjukkan bagaimana proses teks tersebut

11

diproduksi oleh wartawan/ media, dalam arti kedua ia menggambarkan nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan dan akhirnya digunakan untuk membuat teks berita (Eriyanto 2001:222). Dalam buku Eriyanto,

Van Dijk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran dan kesadaran membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/ bangunan : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial (Eriyanto, 2001: 223). Oleh sebab itu peneliti memilih model analisis wacana kritis Teun A Van Dijk karena peneliti ingin melihat struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan kognisi/ pikiran dan kesadaran membentuk dan berpengaruh terhadap wacana persaingan dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui mengenai bagaimana proses produksi , strategi wacana persaingan serta strategi peletakan ideologi tersembunyi yang terdapat di dalam tayangan reality show Master Chef

Indonesia Session 3 dalam episode top five segmen ke-6 (enam).

1.2. Fokus Masalah

Perumusan masalah sebagai upaya membatasi penelitian agar lebih terarah, dan tidak terlalu luas dalam fokus penelitian yang sudah ditentukan

(Hariwijaya dan Basri. 2005:59). Berdasarkan latar belakang dan pengertian di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan permasalahan pada fokus masalah, kemudian dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

12

1) Bagaimana makna persaingan yang terdapat dalam struktur makro,

superstruktur dan struktur mikro yang disampaikan dalam tayangan reality

show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI dalam segmen ke-6

(enam) episode top three?

2) Dalam analisis wacana kritis, analisis wacana dipakai untuk meneliti

ideologi yang tersembunyi di dalam teks. Ideologi tersembunyi apakah

yang terdapat di dalam struktur wacana (struktur makro, superstruktur dan

struktur mikro) dalam tayangan reality show Master Chef Indonesia

Session 3 dalam segmen ke-6 (enam) episode top three?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui lebih dalam mengenai makna persaingan yang terdapat

dalam struktur makro, superstruktur dan struktur mikro yang disampaikan

dalam tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI

dalam segmen ke-6 (enam) episode top three.

2) Untuk mengetahui ideologi tersembunyi di dalam wacana persaingan yang

terdapat di dalam struktur wacana (struktur makro, superstruktur dan

struktur mikro) yaitu bagaimana di dalam sebuah wacana terdapat sebuah

dominasi kekuasaan dan ketidakadilan dari pihak-pihak tertentu dimana

pihak-pihak yang berkuasa tersebut menggunakan media wacana yang ada

dalam masyarakat, khususnya wacana persaingan untuk menghegemoni

dan mempengaruhi kesadaran mental masyarakat.

13

1.4. Manfaat Penelitian

1) Aspek teoritis, penelitian berdasarkan pendekatan analisa wacana kritis ini

bermanfaat dalam mengungkapan ideologi tersembunyi yang terdapat di

dalam struktur makro, superstruktur dan struktur mikro dalam tayangan

reality show Master Chef Indonesia Session 3 serta kekuasaan-kekuasaan

yang ada didalamnya tentang wacana persaingan serta cara media tersebut

merealisasikan ideologinya secara ekspilisit ke dalam wujud-wujud

kebahasaan dan adegan sebagai sebuah strategi tayangan. Di samping itu,

penelitian ini juga dapat memperkaya bidang kajian analisis wacana kritis.

2) Aspek praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat guna

mengetahui dan memahami ideologi dan strategi media massa, khususnya

media elektronik, dalam mewacanakan sebuah tayangan reality show. Di

samping itu penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan

kepekaan para pemirsa dalam melihat ideologi tersembunyi di dalam suatu

tayangan serta strategi yang digunakan oleh pekerja media dalam

mewacanakan sebuah tayangan reality show. Kemudian juga, bisa

dimanfaatkan pada aplikasi dalam kajian atau penelitian lain tentang

wacana media massa secara kritis.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Paradigma Kritis

Penelitian dengan judul Wacana Persaingan Dalam Tayangan Reality

Show (Analisis Wacana Kritis Tentang Wacana Persaingan Dalam Tayangan

Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 RCTI ) menggunakan paradigma kritis. Pada dasarnya paradigma kritis bersumber dari pemikiran mashab

Frankfurt. Paradigma atau aliran ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang berangkat dari pemikiran marxisme tokoh- tokohnya adalah Max Horkheimer,

Theodore Adorno, Herbert Marcuse, dan tokoh pemikir teori kritis kontemporer sampai sekarang yaitu, Jurgen Habermas. Paradigma ini muncul ketika Jerman tengah berlangsung proses propaganda besar-besaran Hitler. Media dan saluran komunikasi sosial dipenuhi oleh prasangka, retorika, dan propaganda. Media menjadi alat pemerintah untuk mengontrol publik, menjadi sarana mengobarkan semangat perang. Terkait dengan ini, media bukan merupakan entitas yang netral, tetapi bisa dikuasai oleh kelompok dominan. Oleh karena itu, paradigma ini selalu memper- tanyakan adanya kekuatan-kekuatan yang berada dalam masyarakat yang mengontrol komunikasi (Yasir, 2005:55).

Bagi paradigma kritis tugas ilmu sosial adalah justru melakukan penyadaran kritis masyarakat terhadap sistem dan struktur sosial yang cenderung

“mendehumanisasi” atau membunuh nilai-nilai kemanusiaan (Yasir, 2005: 71).

Gramsci menyebut proses penyadaran ini sebagai counter hegemony. Dominasi

14 15

suatu paradigma harus dikonter dengan paradigma alternatif lainnya yang bisa memecahkan permasalahan dalam realitas sosial kemasyarakatan yang tidak terselesaikan oleh paradigam yang mendominasi. Proses dehumanisasi sering melalui mekanisme kekerasan, baik fisik dan dipaksakan, maupun melalui cara yang halus, di mana keduanya bersifat struktural dan sistemik. Artinya kekerasan dalam bentuk dehumanisasi tidak selalu jelas dan mudah dikenali karena ia cendrung sulit dilihat secara kasat mata dan dirasakan bahkan umumnya yang mendapatkan perlakuan kekerasan cendrung tidak menyadarinya. Kemiskinan struktural misalnya, pada dasarnya adalah bentuk kekerasan yang memerlukan suatu analisis yang lebih kritis untuk menyadarinya. Tegasnya, sebagian besar kekerasan terselenggara melalui proses hegemoni, yakni yaitu dalam bentuk mendoktrin dan memanipulasi cara pandang, cara berpikir, ideologi, kebudayaan seseorang atau sekelompok orang, dimana semuanya sangat ditentukan oleh orang yang mendominasi.

Kekuatan dominasi ini biasa dilanggengkan dengan kekuatan ekonomi maupun kekuatan politik, bahkan dengan ilmu pengetahuan. Seperti diungkapkan oleh Micheal Faucoult knowledge is power, siapa yang menguasai ilmu pengetahuan ialah yang menguasai dunia ini. Bagi paradigma atau aliran kritis, dunia positivisme dan empirisme dalam ilmu sosial, struktural memang tidak adil.

Karena ilmu sosial yang bertindak tidak memihak, netral, objektif serta harus mempunyai jarak, merupakan suatu sikap ketidakadilan tersendiri, atau bisa dikatakan melanggengkan ketidakadilan (status quo) (Yasir, 2005: 83).

Oleh karena itu, paradigma ini menolak bentuk objektivitas dan netralitas dari ilmu sosial. Jadi paradigma mengharuskan adanya bentuk subjektivitas,

16

keberpihakan pada nilai-nilai kepentingan politik dan ekonomi golongan tertentu

–terutama kaum lemah, penonton tak berdaya, golongan yang tertindas dan kelompok minoritas dimana keberpihakan ini merupakan naluri yang dimiliki oleh setiap manusia. Beberapa teoritikus kritis, seperti Stuart Hall (1981) memiliki pandangan bahwa ketidakadilan dan ketidakseimbangan kekuasaan tidak selalu merupakan hasil yang disengaja oleh pihak yang berkuasa. Sebaliknya ideologi melakukan representasi, menginterpretasi, memahami dan mencari makna dari beberapa aspek keberadaan sosial, yang kesemua ini diproduksi dan direproduksi secara tidak sengaja.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian Analisis Wacana Kritis dengan menggunakan model Teun A Van

Dijk dengan judul “Analisis Wacana Kritis dalam Sinopsis Novel “Negara

Kelima” Karya Es Ito yang ditulis oleh Nurul Hikmah

(http://flawless.e.journal.com) memberikan hasil kesimpulan bahwa analisis wacana kritis tidak hanya memfokuskan pada struktur wacana secara kebahasaan saja tetapi juga menyambungkannya dengan konteks dan melihat secara historis, yang akan membantu untuk menemukan ideologi pada suatu wacana. Selain itu, hasil analisis menjelaskan, bagaimana satu pihak, kelompok, orang, gagasan,dan peristiwa ditampilkan dengan cara tertentu dalam wacana yang berbentuk teks dan dapat mempengaruhi interpretasi pembaca.

Penelitian dengan judul “Representasi SBY Dalam Delapan Artikel The

Jakarta Post Terkait Isu Keharmonisan Umat Beragama : Analisis Wacana

Kritis” yang dilakukan oleh Grace Natalia (http://e.journal-fakultas ilmu budaya-

17

unpad.com) dengan menggunakan model Teun A Van Dijk Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa kesimpulan yakni pada tataran makro, bentuk kuasa The Jakarta

Post dalam merepresentasikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait isu keharmonisan umat beragama dapat terlihat melalui pola akses salah satunya pada akses controlling communicative events. Kuasa The Jakarta Post terlihat dari pemilihan topik pemberitaan yakni kekerasan dan diskriminasi umat beragama di mana SBY terlihat powerless dalam isu ini, pemakaian kalimat pada headlines dan penjabaran main events yang memunculkan representasi negatif terhadap SBY, pemilihan narasumber yakni pendapat tokoh agama dan Lembaga Sosial Masyarakat

(LSM) yang lebih dominan dibandingkan aparat pemerintah serta penilaian negatif dari mereka terhadap kinerja Susilo Bambang Yudhoyono dan pemberian detil-detil yang mendeskripsikan SBY secara negatif dalam pemberitaannya.

Pada tataran mikro, cara The Jakarta Post merepresentasikan SBY terlihat pada struktur mikro dan superstruktur. Pada bagian superstruktur, SBY direpresentasikan negatif oleh The Jakarta Post melalui headlines dan main events pada delapan artikel. Representasi negatif muncul karena SBY dianggap sebagai pemimpin yang belum berhasil menjaga keamanan dan kebebasan umat beragama di

Indonesia. Pada struktur mikro, representasi negatif SBY muncul pada analisis level

14 Detil-detil yang diberikan terhadap SBY dalam delapan artikel The Jakarta Post membentuk representasi negatif terhadap SBY terkait isu keharmonisan umat beragama dalam bentuk negative other presentation.

Penelitian yang dilakukan oleh Rinasari Kusuma dan Dewi Kartika Sari

(dalam Jurnal Komunikator, Vol.3, No. 1, halaman 61-94, Yogyakarta, Mei 2011) dengan judul “Wacana Asimilasi Dalam Film Televisi “Jangan Panggil Aku

Cina”” yang menggunakan model analisis Teun A Van Dijk menghasilkan

18

kesimpulan dengan kategorisasi pertama, analisis mikro level yaitu tema, dalam konteks wacana asimilasi, tema film ini adalah kebingungan seornag keturunan

Cina akan kepastian identitas budayanya. Kebingungan antara dualitas budaya yang diabutnya, Cina dan Padang. Hal ini menjadi gambaran besar, bagaimana etnis Cina selama ini merasa terkungkung dalam dua identitas yang saling bertolak belakang. Identitas darah mereka yang Cina mengharuskan mereka untuk mengikuti ajaran dan peraturan nenek moyangnya. Sedangkan identitas keseharian tempat mereka tinggal memliki streotipenya sendiri yang cenderung negatif mengenai hal tersebut. Kemudian setting, setting film Jangan Panggil Aku

Cina mengambil setting tahun 1990 an. Walaupun tidak ditunjukkan secara eksplisit, tapi hal ini terlihat dari model pakaian dan gaya rambut tokoh-tokohnya.

Kemudian karakter, pengkarakteran individu dalam film ini merepresentasikan beberapa golongan yang berada dalam lingkaran asimilasi. Lalu dialog, dialog yang digunakan dalam film Jangan Panggil Aku Cina adalah dialog bahasa

Minang dan bahasa Indonesia. Kemudian dalam kostum, Olivia yang diceritakan beretnis Cina mengenakan pakaian khas Padang dalam hidupnya sehari-hari.

Kedua, Analisis Makro Level yaitu pertama, Birasial Cultural Identity merujuk pada dimilikinya dua identitas budaya oleh seseorang. Seperti yang telah disebutkan dalam analisis mengenai tema film, terdapat kebingungan Pia akan identitas budayanya. Kedua, Resistensi dan Diskriminasi yang tinggi akan ke-

Cina-an Pia ditunjukkan secara eksplisit oleh Mama Yuzril dan keluarga Ninik

Mamak. Hanya dengan meihat fisik Pia yang cenderung berkulit putih dan bermata sipit, mereka serta merta langsung tidak menyukainya. Resistensi ini berasal dari rasialisme yang secara tidak sadar masih dianut oleh mama Yuzril dan

19

keluarga Ninik Mamak. Ketiga, Identitas Budaya dalam film ini Pia dan keluarganya sebagai warga keturunan Cina berada pada level bicultural, memiliki dua identitas kebudayaan, identitas budaya Cina sebagai identitas ras/darah dan agama mereka, Pia dan keluarganya masih menganut agama nenek moyang mereka, dan identitas budaya Padang sebagai pemandu kehidupan keseharian mereka.

Dengan memakai paradigma kritis, Ibnu Hamad, dalam penelitian berjudul

“Media Massa dan Konstruksi Realitas Politik (Studi CDA tentang Berita-berita

Politik di Surat Kabar)” , (dalam Jurnal Kajian Komunikasi, Vol 1, No.1,

Halaman 1-92, Jatinangor Des 2012) mengungkapkan faktor kesejarahan dan kekuatan-kekuatan sosial budaya dan ekonomi politik dibalik pengkonstruksian

(pewacanaan/pemberitaan) sembilan partai politik oleh 10 surat kabar dalam kampanye Pemilu 1999. Alih-alih mewacanakan partai sebagai perantara dalam bursa ide-ide, Koran-koran yang diteliti umumnya menggambarkan Sembilan partai itu dalam wajah yang berbeda-beda. Selanjutnya Hamad menemukan, bahwa sebagian digambarkan sebagai partai yang pro status quo, ada pula yang diberitakan sebagai partai yang reformis, ada juga yang diwacanakan dari sudut popularitas figur tokoh partai. Perbedaan pewacanaan ini, disebabkan perbedaan orientasi masing-masing media; sebagian dipengaruhi ideologis, idealis, politis, dan ada juga yang berorientasi ekonomi (pasar).

Penelitian Eka Wenats Wurianta, yang berjudul “Ideologi Militerisme dan

Media Massa: Representasi Legitimasi dan Delegitimiasi Ideologi (Studi CDA pada Harian Angkatan Bersenjata dan Berita Yudha Periode 1965-1968)” , menemukan bahwa pada proses komunikasi krisis, terutama ketika kepentingan

20

ideologi masuk dan menjadi penentu signifikan, media massa merepresentasikan kekuasaan militer yang represif dan koersif dalam proses konsolidasi ekonomi politiknya. Selain itu, Wurianta berupaya mencari pemahaman utuh mengenai hubungan antara media massa, proses ideologisasi, dan dinamika militerisme dalam konteks perpolitikan di Indonesia. Suratkabar Angkatan Bersenjata dan

Berita Yudha telah memberikan beberapa pokok produksi teks yang sarat ideologis dan kepentingan kebenaran, serta peminggiran sosial kelompok tertentu.

Kedua harian itu menciptakan dunia realitas dalam konteks situasi krisis, di mana sistem kebenaran simbolis yang menindas penuh dengan manipulasi dan sarat kepentingan politik militer di Indonesia.

Kajian analisis wacana juga dilakukan oleh Idfie Widya Pratama dengan judul “‘Tubuh Dalam Komedi’ Analisis Wacana Tubuh Dalam Program Acara

Bukan Empat Mata Dan Untung Ada Budi” (dalam Jurnal Komunikator, Vol.3,

No. 1, halaman 113 - 138, Yogyakarta, Mei 2011) menghasilkan kesimpulan pertama, tubuh yang sengaja dicetak sehingga menyerupai binatang, tubuh disini difungsikan untuk menyampaikan suatu maksud dan tujuan. Sehingga ketika komedian berusaha meniru karakter seekor binatang, disinilah terjadi salah satu bentuk pemanfaatan tubuh.

Binatang sebagai makhluk yang derajatnya rendah, juga menjadi alasan para komedian memanfaatkan binatang sebagai bahan lelucon. Tujuannya tak lain supaya dirinya (komedian) juga terkesan rendah di mata orang lain, sehingga akan muncul kelucuan dari pemaknaan tersebut. Kedua, tubuh yang dijadikan bahan lelucon karena bentuk fisiknya yang tidak menarik. Lelucon yang tercipta lantaran dipicu adanya bentuk tubuh tidak menarik merupakan suatu bentuk eksploitasi

21

atas tubuh, pemaknaan lucu sebenarnya juga muncul berdasarkan atas bentuk eksploitasi tubuh tersebut. Ketidakmenarikan fisik sebenarnya merupakan hasil perbandingan antara bentuk fisik menarik dan tidak menarik. perbandingan tersebut menjadikan jenis lelucon yang satu ini cenderung memposisikan orang bertubuh tidak menarik ditempatkan dan diperlakukan berbeda, daripada orang bertubuh menarik. kemudian kategori terakhir, adalah tubuh yang dimanfaatkan sebagai media untuk mengekspresikan penampilan unik. Kelucuan dapat tercpita karena ada obyek lain yang coba dilekatkan pada tubuh, “obyek” yang dimaksud adalah suatu yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh dalam mendukung sebuah aktivitas lucu. Obyek tersebutlah yang sebenarnya menjadi sumber datangnya kelucuan, dimana untuk berfungsi dengan baik obyek tersebut tidak ditampilkan secara wajar, tetapi ditampilkan dan dikemas ke dalam bentuk-bentuk yang tidak sewajarnya. Tujuannnya tidak lain supaya tubuh terkesan semakin jelek, sehinggan akan muncul asumsi lucu dari perpaduan bentuk tubuh dan obyek tersebut.

Kajian analisis wacana lainnya juga dilakukan oleh Diandra Shafira

Ramadhaniar Sofiah seorang mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul

“‘Identitas Perempuan Dalam Social Media’ Studi Analisis Wacana Konstruksi

Identitas Online Peranan Perempuan Dewasa Awal dalam Situs Jejaring Sosial

Facebook”, (http://e.journal.paper.diandra.com) memberikan kesimpulan bahwa permainan identitas dalam Facebook merupakan fenomena dari kemunculan media sosial yang menggempur kehidupan generasi muda saat ini. Identitas yang ditampilkan perempuan dewasa awal dalam profil Facebook merupakan bagian

22

dari sisi kehidupan di dunia nyata dari renovated hierarchies menjadi online hierarchies. Yang paling utama adalah perempuan usia dewasa awal menyadari betul perilaku mereka ketika mengakses Facebook dan konsekuensi apa yang akan dihadapi.

Perilaku yang ditunjukkan perempuan dewasa awal di media sedikit banyak menggambarkan sifat dan kepribadian mereka sebenarnya. Namun, dampak dari kehadiran jejaring sosial ini juga tidak dapat diabaikan begitu saja.

Kemudahan pengekspresian diri yang dilakukan pengguna Facebook dapat memancing permasalahan akibat tutur kata yang mereka tuliskan di saat mereka masih dalam keadaan emosi.

Pemahaman akan perilaku pengguna media sosial terbesar di dunia ini menjadi menarik agar dapat dikelola dengan baik, dan dapat memberikan wawasan kepada perempuan dewasa awal untuk tidak serta-merta mengungkapkan apa saja yang ada di pikiran mereka dan menjaga tingkah polah layaknya di dunia nyata.

Jurnal penelitian dengan studi analisis wacana juga dilakukan oleh Drs.

Sumarto, MSI seorang dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas

Diponogoro tahun 2002 dengan judul “Analisis Wacana: Kekerasan Terhadap

Wanita Dalam Cerita Dongeng Di Indonesia” yang merupakan sebuah laporan penelitian memberikan kesimpulan secara pragmatis bagi pengarang (yang tidak tampak itu) hampir keseluruhan tokoh utama dalam dongeng ini digunakan sebagai simbol untuk memperjuangkan suatu nilai-nilai moral tertentu. Akan tetapi dari semua nilai oral yang secara eksplisit disebutkan, tidak ada satu nilai pun yang mecoba melihat dari perspektif gender yaitu pandangan yang

23

mempersoalkan relasi antara wanita dan pria dimasyarakat. Semua nilai-nilai moral yang ditegaskan oleh pengarang merupakan nilai-nilai moral yang bersifat umum. Harapannya dengan nilai tersebut, bisa dilakukan kegiatan edukatif terhadap nilai-nilai normatif tertentu yang hidup dan dijadikan dasar perilaku anggota masyarakat. Tiadanya nilai-nilai moral yang memfokuskan pada relasi gender antara pria dan wanita menjadikan semua bentuk kekerasan terhadap wanita dalam semua cerita rakyat tiu menjadi tidak tampak (laten) dan seolah-olah semua bentuk kekerasan yang ada itu merupakan suatu kewajaran belaka. Tentu hal ini sangat berbahaya bagi pembaca yang nilai kepekaan kulturalnya masih rendah seperti anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun.

2.3. Uraian Teori

2.3.1. Analisis Wacana Kritis

Jorgensen dan Phillips (2007; 114) menyebut, analisis wacana kritis

(AWK) menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda. Analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam beberapa disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Awal perkembangan analisis wacana kritis dikemukakan oleh Van Dijk pada tahun 1970-an. Analisis ini mendapat pengaruh teori linguistik kritis, teori sosial kritis Frankfurt, dan teori pascastrukturalisme yang berkembang di Perancis.

Titik singgung dari setiap pengertian tersebut adalah analisis wacana berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau pemakaian bahasa. Kalau

24

analisis isi kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan ‘apa’ (what), analisis wacana lebih melihat pada ‘bagaimana’ (how) dari pesan atau teks komunikasi.

Lewat analisis wacana kita bukan hanya mengetahui isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Lewat kata, frasa, kalimat, metafora seperti apa suatu berita disampaikan.

Analisis wacana kritis (AWK) adalah sebuah upaya atau proses

(penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan. Oleh karena itu, analisis yang terbentuk nantinya disadari telah dipengaruhi oleh si penulis dari berbagai faktor. Selain itu harus disadari pula bahwa di balik wacana itu terdapat makna dan citra yang diinginkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan (Badara, 2012: 21). Analisis wacana yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah sebagai upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) yang mengemukakan suatu pernyataan.

Pemahaman mendasar analisis wacana adalah wacana tidak dipahami semata-mata sebagai objek studi bahasa. Pada akhirnya, memang analisis wacana kritis menggunakan bahasa bahasa dalam teks yang dianalisis, tetapi bahasa yang dianalisis dalam analisis wacana kritis berbeda dengan studi bahasa dalam pengertian linguistik tradisional. Bahasa yang dianalisis oleh analisis wacana kritis bukan menggambarkan aspek bahasa saja, tetapi juga menghubungkannya dengan konteks. Konteks dalam hal ini berarti bahasa yang dipakai untuk tujuan tertentu termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Analisis wacana kritis melihat

25

bahasa sebagai fakta penting, yaitu bagaimana bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan-ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat (Darma, 2009: 32).

Konsep Critical Discourse Analysis (CDA) menurut Eriyanto (2001: 31) adalah “lebih mementingkan aspek kualitatif dari daripada kuantitatif”. CDA menekankan perhatiannya pada pemaknaan teks ketimbang penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar dari CDA adalah interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti. Sementara analisis isi kuantitatif, pada umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan CDA justru berpretensi memfokuskan pada pesan laten (tersembunyi).

Menurut Fairclough dan Wodak (1997:44) melihat CDA sebagai pemakaian bahasa baik tuturan maupun tulisan yang merupakan praktik dari bentuk sosial. Hal ini menyebabkan adanya hubungan dialektis antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya. Norman Fairclough juga mengatakan, konsep yang dia bentuk menitik beratkan pada tiga level, pertama, setiap teks secara bersamaan memiliki tiga fungsi, yaitu representasi, relasi dan identitas. Kedua, praktik wacana meliputi cara-cara para pekerja media memproduksi teks. Hal ini berkaitan dengan sifat dan culture wartawan itu sendiri. Ketiga, praktik sosial-budaya menganalisis tiga hal yaitu ekonomi, politik (khususnya berkaitan dengan isu-isu kekuasaan dan ideologi) dan budaya (khususnya berkaitan dengan nilai dan identitas) yang juga mempengaruhi stitusi media dan wacananya.

Dalam analisis wacana kritis, analisis wacana dipakai untuk meneliti ideologi yang tersembunyi di dalam teks, bagaimana di dalam teks terdapat

26

sebuah dominasi kekuasaan dan ketidakadilan dari pihak-pihak tertentu. Pihak- pihak yang berkuasa tersebut menggunakan media wacana yang ada dalam masyarakat, khususnya teks berita untuk menghegemoni dan mempengaruhi kesadaran mental masyarakat. Istilah wacana kritis sendiri digunakan untuk membedakan pengertian dua pendekatan terhadap wacana yang lain, dimana menurut Eriyanto, wacana tidak hanya menganalisis kebenaran suatu teks dari segi struktur kalimatnya saja menurut kaidah sintaksis dan semantik, tidak saja meletakkan subjek atau penutur sebagai pihak yang paling menentukan makna secara netral tanpa ada pengaruh kuasa sosial di sekitarnya, tetapi juga menganalisis suatu pernyataan dalam teks lewat konteks sosialnya (Eriyanto

2001:224).

Aspek bahasa dalam media massa, teks dan segala bentuk wacana di masyarakat merupakan tempat bersemayamnya kuasa-kuasa yang dipakai oleh pihak-pihak tertentu untuk melegitimasi dan melanggengkan posisi mereka. Oleh karena itu, sama seperti hermeneutika, untuk meneliti sebuah teks perlulah penempatan sebuah teks pada konteks interaksi, sejarah, kekuasaan dan ideologi tertentu. Analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks (Eriyanto, 2001: 24). Ahmad Zaini Akbar (Bungin, 2003: 154), menyebutkan ciri-ciri analisis kritis:

Pertama, aliran kritis lebih menekankan pada unsur-unsur filosofis komunikasi. Pertanyaan yang sering dikemukakan oleh kaum kritis adalah, siapa yang mengontrol arus informasi? Siapa yang diuntungkan oleh arus dan struktur komunikasi yang ada? Ideologi apa di balik media? Kedua, aliran kritis melihat struktur sosial sebagai konteks yang sangat menentukan realitas, proses, dan dinamika komunikasi manusia, khususnya (termasuk komunikasi massa). Ketiga, aliran kritis lebih memusatkan perhatiannya pada siapa yang mengendalikan komunikasi. Aliran ini beranggapan bahwa komunikasi hanya

27

dimanfaatkan oleh kelas yang berkuasa, baik untuk mempertahankan kekuasaanya maupun untuk merepresi pihak-pihak yang menentangnya. Keempat, aliran kritis sangat yakin dengan anggapan bahwa teori komunikasi manusia, khususnya teori komunikasi massa, tidak mungkin dapat menjelaskan realitas secara utuh dan kritis apabila ia mengabaikan teori-teori masyarakat. Oleh karena itu, teori komunikasi massa harus selalu berdampingan dengan teori-teori sosial. Kridalaksana (dalam Darma 2009: 69) membahas bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirarki gramatikal tertinggi dan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Jadi, wacana adalah unit linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa. Terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana menurut Eriyanto (2001: 4-6). Pandangan pertama disebut positivisme-empiris yang melihat bahasa sebagai jembatan antara manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada kendali atau distorsi, sejauh ia dinyatakan dengan memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis dan memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana, konsekuensi logis dari pemahaman ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari pernyataannya, sebab yang penting adalah apakah pernyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik.

Pandangan kedua, disebut sebagai konstruktivisme. Aliran ini menolak pandangan positivisme-empiris yang memisahkan subjek dan objek bahasa.

Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan

28

sosialnya. Dalam hal ini, seperti dikatakan A.S Hikam (dalam Eriyanto, 2001: 6), subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Bahasa dipahami dalam paradigma ini diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan.

Analisis wacana kritis, tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran struktur tata bahasa atau proses penafsiran. Paradigma ini menekankan, padan konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Individu tidak dianggap sebagai subjek netral yang bisa menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema dan wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalamnya (Stubs,

1983: 32). Eriyanto dalam bukunya Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks

Media, menyebutkan;

“Dengan demikian dapat dipahami analisis wacana kritis dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif, yang mesti dipakai dan topik apa yang dibicarakan”. Oleh sebab itu, bahasa dilihat selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Pada akhirnya, analisis wacana kritis menganalisis bahasa bukan dengan menggambarkan dari aspek kebahasaan saja tetapi juga menghubungkan dengan konteks, yang diartikan sebagai bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan.

Analisis wacana kritis melihat bahasa digunakan untuk melihat ketimpangan kekuasaan dalam masyarakat. Kemudian diselidiki, bagaimana

29

melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing (Eriyanto, 2001: 7). Adapun karakteristik analisis wacana kritis menurut Teun Van Dijk, Norman Fairclough dan Ruth Wodak (dalam

Eriyanto, 2001 : 9) adalah:

1) Tindakan

Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan yang diasosiakan sebagai bentuk interaksi. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, beraksi dan sebagainya. Seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.

2) Konteks

Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana disini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Mengikuti Guy Cook, analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa; dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak. Guy Cook menyebutkan ada tiga hal yang sentral dalam pengertian wacana; teks, konteks, dan wacana. Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan sebagainya.

30

Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa, seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama-sama dalam suatu proses komunikasi.

Wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu; wacana berada dalam situasi sosial tertentu. Meskipun demikian, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang relevan dan dalam banyak hal berpengaruh atas produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana. Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana. Oleh karena itu, wacana harus dipahami dan ditafsirkan dari kondisi dan lingkungan sosial yang mendasarinya.

3) Historis

Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis di mana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial politik, suasana pada saat itu. Oleh karena itu, pada waktu melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa yang dipakai seperti itu, dan seterusnya.

4) Kekuasaan

Di sini, setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan atau apa pun, tidak dipandang sebagai seusatu yang alamiah, wajar dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Analisis wacana kritis tidak

31

membatasi dirinya pada detil teks atau struktur wacana saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya tertentu. Kekuasaan itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk melihat apa yang disebut sebagai kontrol. Kontrol di sini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung tetapi juga kontrol secara mental atau psikis. Bentuk kontrol terhadap wacana tersebut dapat berupa kontrol atas konteks, atau dapat juga diwujudkan dalam bentuk mengontrol struktur wacana.

5) Ideologi

Wacana dipandang sebagai medium kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar. Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif jika didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang didominasi menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran. Analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dari kelompok- kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana. Seperti dikatakan Teun A Van Dijk, ideologi utamanya dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Dalam perspektif ini, ideologi memiliki beberapa implikasi penting.

Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial tidak personal dalam arti dia membutuhkan saling berbagi antara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. Hal yang dibagi itu digunakan untuk membentuk sikap solidaritas, dan kesatuan dalam bertindak dan bersikap. Kedua, meskipun bersifat sosial, ideologi digunakan secara internal di antara anggota

32

kelompok. Karena itu ideologi, tidak hanya menyediakan fungsi koordinasi dan kohesi tetapi juga membentuk identitas diri kelompok dan membedakannya dengan kelompok lain. Oleh karenanya, analisis wacana kritis tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dari kelompok yang ada itu berperan dalam bentuk wacana.

Dalam teks berita misalnya, dapat dianalisis apakah teks yang muncul merupakan cerminan dari ideologi seseorang. Dalam analisis Laclau dan Mouffe, disebutkan praktik kewacanaan memberikan kontribusi bagi penciptaan dan reproduksi hubungan kekuasaan yang tidak setara antar kelompok sosial (Jorgensen &

Phillips, 2007:119).

Analisis wacana kritis, juga mengambil teori –teori mengenai wacana yang dikemukakan Michel Focault dan Louis Althusser. Sumbangan terbesar Focault terutama mengenalkan wacana sebagai praktik sosial. Wacana berperan dalam mengontrol, menormalkan dan mendisiplinkan individu. Sementara Althusser, menyebut wacana berperan dalam mendefenisikan individu dan memosisikan seseorang dalam posisi tertentu. Analisis wacana kritis juga dipengaruhi oleh pemikiran Antonio Gramsci tentang hegemoni (Eriyanto, 2001: 14). Gramsci berperan besar terutama dengan teorinya mengenai hegemoni. Ada beberapa pendekatan dalam analisis wacana kritis ini. Di antaranya adalah, pendekatan perubahan sosial. Analisis wacana ini terutama memusatkan perhatian pada bagaimana wacana dan perubahan sosial. Fairclough banyak dipengaruhi oleh

Foaucault dan pemikiran intertekstualitas Julia Kristeva dan Bakhtin. Wacana di sini dipandang sebagai praktik sosial, ada hubungan dialektis antara praktik kewacanaan tersebut dengan identitas dan relasi sosial. Memaknai wacana

33

demikian, bisa menjelaskan bagaimana wacana dapat memproduksi dan mereproduksi status quo dan mentransformasikannya (Eriyanto, 2001: 17).

2.3.2. Analisis Wacana Kritis Teun A Van Dijk

Dari begitu banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin disebabkan karena Van Dijk menformulasikan elemen-elemen wacana, sehingga bisa dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial” (Eriyanto 2001:221).

Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi.

Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.

Teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana dimana terdapat dua bagian, yaitu teks yang mikro yang merepresentasikan suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen besar berupa struktur sosial.

Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh wartawan/ media, di sisi lain ia menggambarkan nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi wartawan dan akhirnya digunakan untuk membuat teks berita (Eriyanto 2001:222).

34

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam 3 tingkatan pertama, struktur makro merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka sutau teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun kedalam berita secar utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar.

Menurut Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001) meskipun terdiri dari atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks

(tema) didukung oleh kerangka teks, pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Menurut Little john, antar bagian teks dan model Van Dijk dilihat saling mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua teks dipandang Van Dijk memiliki suatu aturan yang dapat dilihat sebagai suatu piramida. Makna global dari suatu teks didukung oleh kata, kalimat dan proposisi yang dipakai. Pertanyaan/tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat atau retorika tertentu. Proses ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana suatu teks terbangun oleh elemen-elemen yang lebih kecil. Skema ini juga memberikan peta untuk mempelajari suatu teks.

35

Tabel 2.3.2.1. Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya Sumber: Teun A. Van Dijk, Critical Discourse Analysis.1998

Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001) melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran dan kesadaran membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/ bangunan : teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.

Dalam dimensi teks yang pertama, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Ketiga dimensi ini merupakan bagian yang integral dan dilakukan secara bersama-sama dalam analisis Van Dijk (Eriyanto, 2001:225).

1) Teks

Van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 226) membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang

36

berhubungan dengan kerangka atau skema suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, parafrase dan lain-lain.

Meskipun terdiri atas berbagai elemen, semua elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks dan baru kemudian pilihan kata dan kalimat yang dipakai.

Pemakaian kata, kalimat, proposisi, retorika tertentu oleh media dipahami

Van Dijk sebagai bagian dari strategi wartawan. Pemakaian kata-kata tertentu, kalimat, gaya tertentu bukan semata dipandang sebagai cara berkomunikasi melainkan sebagai politik berkomunikasi, suatu cara untuk mempengaruhi pendapat umum, menciptakan dukungan, memperkuat legitimasi, dan menyingkirkan lawan atau penentang. Struktur wacana adalah cara yang efektif untuk melihat proses retorika dan persuasi yang dijalankan ketika seseorang menyampaikan pesan. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu elemen dalam teks

Tabel 2.3.2.2. Unsur Analisis Teks Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Struktur Makro Tematik Topik Tema/Topik yang dikedepankan dalam suatu berita.

Superstruktur Skematik Skema Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks utuh

Struktur Mikro Semantik Makna yang ingin ditekankan Latar, detil, dalam teks berita, misal dengan maksud, pra- member detil pada satu sisi atau anggapan, membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain. Bentuk kalimat,

37

Sintaksis Koherensi, Kata Bagaimana kalimat (bentuk, ganti. susunan) yang dipilih. Stilistik Leksikon Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita. Grafis, Retoris Metafora, Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan. Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media.2001.

2) Tematik

Elemen tematik mempostulatkan pada gambaran umum dari suatu teks.

Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks.

Topik menggambarkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik yang lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum.

Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh. Misalnya suatu teks berita mengenai Soeharto. Tema umum dari berita tersebut adalah hal-hal positif yang dimiliki oleh Soeharto dan hal-hal positif yang didapat oleh masyarakat Indonesia pada masa pemerintahannya.

Kalau kita menggunakan kerangka Van Dijk, dalam teks akan didukung oleh beberapa subtopik, misalnya : harga barang-barang atau sembako yang murah, pembangunan dimana-mana, perekonomian maju. Selain itu masing-masing subtopik ini kalau diperhatikan mendukung, memperkuat bahkan membentuk

38

topik utama berupa kemajuan pemerintahan Soeharto. Masing-masing subtema ini juga akan didukung oleh bagian yang lebih kecil. Misalnya dalam subtema akan diuraikan bahwa keluarga Cendana juga mendirikan yayasan amal. Dengan kata lain, semua fakta saling dukung membentuk satu pengertian umum yang koheren.

Namun, peristiwa yang sama bisa jadi dipahami secara berbeda oleh wartawan yang berbeda, dan ini dapat diamati dari topik suatu pemberitaan.

3) Skematik

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Meskipun mempunyai bentuk dan skema yang beragam, berita umumnya mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang biasanya ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting. Judul umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita ini juga mempunyai dua subkategori yang pertama berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa, sedang yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks.

Subkategori situasi yang menggambarkan kisah suatu peristiwa umumnya terdiri atas dua bagian. Yang pertama mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa tersebut, dan yang kedua latar untuk mendukung episode yang disajikan kepada khalayak misalnya berita tentang konser Dewi Persik yang batal diselenggarakan karena mendapat protes dan kecaman keras dari masyarakat.

39

Episode ini umumnya juga akan didukung oleh latar, misalnya, dengan mengatakan ini pembatalan konser Dewi Persik yang kesekian kali. Dengan demikian, latar umumnya dipakai untuk memberi konteks agar suatu peristiwa lebih jelas ketika disampaikan kepada khalayak .

Sedangkan subkategori komentar yang menggambarkan bagaimana pihak- pihak yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa terdiri atas dua bagian. Pertama, reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip wartawan.

Kedua, kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari komentar beberapa tokoh.

Menurut Van Dijk, arti penting dari skematik adalah strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian- bagian dengan urutan-urutan tertentu. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang disembunyikan. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol.

4) Latar

Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan. Seorang wartawan ketika menulis berita biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan masyarakat hendak dibawa misalnya ada berita mengenai Bibit

Waluyo, seorang kandidat atau calon Gubernur untuk propinsi Jawa Tengah. Bagi yang pro atau mendukung Bibit Waluyo, latar yang dipakai adalah prestasi- prestasi dan keberhasilan Bibit Waluyo sedangkan yang kontra atau tidak mendukung tentu akan sebaliknya. Latar dipakai untuk menyediakan dasar hendak ke mana teks itu dibawa.

40

5) Detil

Elemen detil merupakan strategi bagaimana wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit, selain itu elemen wacana detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Detil yang lengkap dan panjang merupakan penonjolan yang dilakukan secara sengaja untuk menciptakn citra tertentu kepada khalayak. Detil yang lengkap ini akan dihilangkan kalau berhubungan dengan sesuatu yang menyangkut kelemahan atau kegagalan komunikator. Hal yang menguntungkan komunikator/pembuat teks akan diuraikan secara detil, sebaliknya fakta yang tidak menguntungkan, detil informasi akan dikurangi. Dalam mempelajari detil, yang harus dipelajari atau diteliti adalah keseluruhan dimensi peristiwa, bagaian mana yang diuraikan secara panjang lebar oleh wartawan misalnya kekalahan tim Thomas Indonesia yang diekspos terlalu berlebihan tetapi dengan cara menyajikan berbagai informasi yang tidak perlu.

6) Maksud

Elemen wacana maksud, hampir sama dengan elemen detil, hanya saja elemen maksud melihat informasi yang menguntungkan komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar, implicit, dan tersembunyi misalnya pendeskripsian secara jelas dan gamblang cara-cara kekerasan dan koersif yang dilakukan oleh polisi dalam upaya menertibkan pedagang kaki lima.

7) Koherensi

Koherensi adalah pertautan atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks.

Dua kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak koheren. Koherensi merupakan elemen yang menggambarkan

41

bagaimana peristiwa dihubungkan atau dipandang saling terpisah oleh wartawan misalnya proposisi “demonsterasi mahasiswa” dan “nilai tukar rupiah melemah” adalah dua buah fakta yang berlainan. Dua buah proposisi itu menjadi berhubungan sebab-akibat ketika ia dihubungkan dengan kata hubung

“mengakibatkan” sehingga kalimatnya menjadi “Demonsterasi mahasiswa mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah” dua buah kalimat itu menjadi tidak berhubungan ketika dipakai kata hubung “dan” kalimatnya kemudian menjadi

“Demonsterasi mahasiswa dan nilai tukar rupiah melemah”. Dalam kalimat ini, antara fakta banyaknya demonsterasi dan nilai tukar rupiah dipandang tidak saling berhubungan, kalimat satu tidak menjelaskan kalimat lain. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandaang terpisah, berhubungan, atau merupakan hubunagn sebab-akibat.

Pilihan yang diambil ditentukan oleh sejauh mana kepentingan komunikator terhadap peristiwa tersebut.

8) Koherensi Kondisional

Koherensi kondisional diantaranya ditandai dengan pemakaian anak kalimat sebagai penjelas yang dihubungkan dengan konjungsi. Disini ada dua kalimat, dimana kalimat kedua adalah penjelas atau keterangan dari proposisi pertama, yang dihubungkan dengan kata hubung, seperti “yang” atau “di mana”.

Kalimat kedua hanya berfungsi sebagai penjelas (anak kalimat), sehingga ada atau tidak anak kalimat itu, tidak akan mengurangi arti kalimat. Anak kalimat itu menjadi cermin kepentingan komunikator karena ia dapat memberikan keterangan yang baik/buruk terhadap suatu pernyataan seperti dalam sebuah kalimat “PSSI,

42

yang selalu kalah dalam pertandingan internasional, tidak jadi dikirim ke Asian

Games”. Arti kalimat tersebut tidak akan berubah jika seandainya diubah menjadi

“PSSI tidak jadi dikirim ke Asian Games “, Anak kalimat “yang selalu kalah dalam pertandingan” selain menjadi penjelas juga juga bermakna ejekan terhadap

PSSI. Selain itu juga member informasi kepada public bahwa PSSI tidak dikirim karena prestasinya selama ini buruk.

9) Bentuk Kalimat

Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir yang logis, yaitu prinsip kausalitas. Di mana ia menanyakan apakah A yang menjekaskan B, atau B yang menjelaskan A. Logika kausalitas ini jika diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan objek (diterangkan) dan predikat

(menerangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya, sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya.

Kasus pemukulan mahasiswa oleh polisi dapat disusun ke dalam bentuk kalimat aktif, dapat juga pasif. Kalimat “Polisi memukul Mahasiswa” menempatkan polisi sebagai subjek dan memberi glorifikasi kepada kesalahan polisi. Sebaliknya, kalimat “Mahasiswa dipukul Polisi”, polisi ditempatkan secara tersembunyi. Pada umumnya, pokok yang dipandang penting selalu ditempatkan di awal kalimat. Bentuk lain adalah dengan pemakaian urutan kata-kata yang mempunyai dua fungsi sekaligus. Pertama, menekankan atau menghilangkan dengan penempatan dan pemakaian kata atau frase yang mencolok dengan menggunakan permainan semantik. Yang juga penting dalam sintaksis selain

43

bentuk kalimat adalah posisi proposisi dalam kalimat. Bagaimana proposisi- proposisi diatur dalam satu rangkaian kalimat. Proposisi mana yang ditempatkan di awal kalimat dan mana yang di tempat diakhir kalimat. Penempatan ini memengaruhi makna yang timbul karena menunjukkan bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang disembunyikan.

10) Kata Ganti

Elemen kata ganti merupakan elemen untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.

Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti

“saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Akan tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan. Pemakaian kata ganti yang jamak seperti “kita” atau “kami” mempunyai implikasi menumbuhkan solidaritas, aliansi serta mengurangi kritik dan oposisi.

11) Leksikon

Elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata/ diksi atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Suatu fakta umumnya terdiri atas beberapa kata yang merujuk pada fakta. Kata “ditangkap”, misalnya mempunyai kata lain : diamankan, disekap, ditahan dan lain-lain. Di antara beberapa kata itu seseorang dapat memilih pilihan yang tersedia. Secara ideologis,

44

pilihan kata yang dipakai menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas.

12) Praanggapan

Elemen wacana praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks. Praanggapan adalah upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpecaya sehingga tidak perlu dipertanyakan. Misalnya dalam suatu aksi pengrusakan sebuah diskotik oleh FPI.

Seseorang yang setuju dengan hal itu akan memakai pranggapan berupa pernyataan “Perjuangan FPI ini membela Islam”

13) Metafora

Dalam suatu wacana, seorang wartawan tidak hanya menyampaikan pesan pokok lewat teks, tetapi juga kiasan, ungkapan, metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita . akan tetapi penggunaan metafora tertentu bisa jadi dipakai oleh wartawan secara sterategi sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas pendapat tertentu kepada publik. Penggunaan ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, leluhur, kata-kata kuno, bahkan ungkapan ayat suci dipakai untuk memperkuat pesan utama.

14) Grafis

Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolakan (yang berat dianggap penting) oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Dalam berita elemen grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisanyang dibuat berbeda dibandingkan dengan tulisan lain, seperti pemakain huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf dengan ukurun lebih besar, termasuk

45

pemakaian caption, raster,grafik, gambar, foto dan atau table untuk mendukung pesan. Elemen grafis member efek kognitif, dalam arti, ia mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukka apakah suatu informasi itu dianggap penting sehingga harus difokuskan. Pemakaian jumlah, ukuran statistik menurut Van Dijk bukan semata bagian dari standar jurnalistik, melainkan juga menyugestikan presisi dari apa yang hendak dikatakan dalam teks. Pencantuman jumlah mahasiswa dalam bentrokan misalnya, selain sebagai standar jurnalistik, juga upaya dan strategi wartawan untuk meyakinkan publik, hal itu dikarenakan angka masih dianggap paling benar (Eriyanto, 2001: 56).

2.3.3. Ideologi

Sukarna (dalam Sobur, 2006: 64) secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Sedangkan logis berasal dari kata logos yang berarti word. Kata ini berasal dari kata legein berarti science atau pengetahuan atau teori. Jadi ideologi menurut kata adalah pencakupan dari yang terlihat atau mengutarakan apa yang terumus dalam pikiran sebagai hasil dari pemikiran. Asal mula ideologi sebagai sebuah konsep kritis dalam teori sosial dapat ditelusuri ke Perancis pada akhir abad ke – 18. Sejak saat itu ideologi menurut definisi manapun menjadi perhatian utama para sejarahwan, filsuf, kritikus, sastra ahli semiotika, ahli retorika yang dapat mewakili semua bidang ilmu humaniora dan sosial (Lull,

1998:2).

Sejumlah perangkat ideologi yang diangkat atau dibentuk dan diperkuat oleh media massa diberikan suatu legitimasi oleh mereka dan didistribusikan

46

secara persuasif, sering menyolok kepada sejumlah khalayak yang besar dalam kategori jumlahnya (Lull, 1998:4). Dalam pengertian yang paling umum, ideologi adalah pikiran yang terorganisir yakni nilai, orientasi dan kecenderungan yang saling melengkapi sehingga membentuk perspektif-perspektif ide yang diungkapkan melalui komunikasi dengan media teknologi dan komunikasi antar pribadi. Ideologi dipengaruhi asal-usulnya, asosiasi kelembagaan dan tujuannya, meskipun sejarah dan hubungan-hubungannya tidak pernah jelas seluruhnya (Lull,

1998: 1).

Konsep ideologi yang penting diantaranya adalah pemikiran Althusser.

Ideologi atau suprastruktur dalam konsep Althusser adalah dialektika yang dikarakteristikkan dengan kekuasaan yang tidak seimbang atau dominasi. Salah satu hal yang paling penting dalam teori Althusser adalah konsepnya mengenai subjek dan ideologi. Pada intinya, seperti yang ditulis Hari Cahyadi (Eriyanto,

2001: 99), ideologi dalam pengertian Althusser selalu memerlukan subjek, dan subjek memerlukan ideologi. Ideologi menempatkan seseorang bukan hanya dalam posisi tertentu dalam relasi sosial tetapi juga hubungan individu dengan relasi sosial tersebut. Menurut Aart Van Zoest, dalam sebuah teks tidak akan pernah luput dari sebuah ideologi dan memiliki kemampuan untuk memanipulasi pembaca ke arah suatu ideologi (Sobur, 2006: 60). Setiap makna yang dikonstruksikan selayaknya memiliki suatu kecenderungan ideologi tertentu.

Ideologi sebagai kerangka berpikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya

(Sudibyo, 2001: 12).

47

Dalam konsep Marx, ideologi adalah bentuk kesadaran palsu. Kesadaran seseorang, siapa mereka dan bagaimana mereka menghubungkan dirinya dengan masyrakat dibentuk dan diproduksi oleh masyarakat. Menurut Hall (Eriyanto,

2001: 94) ada tiga bentuk hubungan pembaca dan penulisan dan bagaimana pesan itu dibaca oleh keduanya. Pertama posisi pembaca dominan terjadi ketika penulis menggunakan kode-kode yang diterima oleh umum, sehingga akan menafsirkan dan membaca pesan/tanda itu dengan pesan yang sudah diterima umum tersebut.

Tidak terjadi perbedaan penafsiran antara penulis dan pembaca disebabkan keduanya mempunyai ideologi yang sama. Kedua, pembaca dinegoisasikan karena tidak ada pembaca dominan, yang terjadi adalah kode apa yang disampaikan penulis ditafsirkan secara terus-menerus diantara kedua belah pihak.

Ketiga pembacaan oposisi dimana pembaca akan menandakan secara berkala atau membaca secara berseberangan dengan apa yang disampaikan oleh khalayak tersebut, karena keduanya memiliki ideologi yang berbeda. Raymond William mengklasifikasikan penggunaan ideologi dalam tiga ranah. Pertama, suatu sistem kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat atau kelompok atas stratifikasi kelas tertentu. Sebuah ideologi dipahami sebagai sesuatu yang berlaku di masyarakat dan tidak berasal dari dalam diri individu itu sendiri.

Ideologi bukan sistem unik yang dibentuk oleh pengalaman seseorang, tetapi ditentukan oleh masyarakat di mana ia hidup, posisi sosial dia, pembagian kerja dan sebagainya. Kedua adalah suatu sistem kepercayaan yang dibuat, dalam ranah ini ideologi merupakan ide palsu atau kesadaran palsu yang akan hancur ketika dihadapkan dengan pengetahuan ilmiah. Jika diartikan, ideologi adalah seperangkat kategori yang dibuat dan kesadaran palsu dimana kelompok yang

48

berkuasa atau yang menempatkan diri sebagai posisi yang dominan menggunakan kekuasaannya untuk mendominasi kelompok yang tidak dominan. Ideologi digambarkan bekerja dengan membuat hubungan-hubungan sosial yang tampak nyata, wajar dan alamiah. Dengan sadar ataupun tidak kita dibuat untuk menerima ideologi tersebut sebagai suatu kebenaran. Di sini, ideologi disebarkan melalui berbagai instrumen dari pendidikan, politik sampai media massa. Ranah yang ketiga, merupakan suatu proses umum produksi makna dan ide. Ideologi diartikan sebagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi makna yang melayani kekuasaan (Jorgensen & Phillips, 2007: 139).

Berita yang disajikan secara tidak sengaja merupakan gambaran dari ideologi tertentu. Sejumlah perangkat ideologi yang diangkat atau dibentuk dan diperkuat oleh media massa diberikan suatu legitimasi oleh mereka dan didistribusikan secara persuasif, sering menyolok kepada sejumlah khalayak yang besar dalam kategori jumlahnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa batasan ideologi ini adalah sebuah sistem nilai atau gagasan yang dimiliki oleh kelompok atau lapisan masyarakat tertentu, termasuk proses-proses yang bersifat umum dalam produksi makna dan gagasan. Ideologi memiliki beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan share di antara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain.

49

Ideologi di sini bersifat umum, abstrak, dan nilai-nilai yang terbagi antar anggota kelompok menyediakan dasar bagaimana masalah harus dilihat. Dengan pandangan semacam ini, wacana lalu tidak dipahami sebagai sesuatu yang netral dan berlangsung secara alamiah, karena dalam setiap wacana selalu terkandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh. Oleh karena itu, analisis wacana bisa tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dari kelompok-kelompok yang ada tersebut berperan dalam membentuk wacana. Ada beberapa pendekatan dalam mengkaji ideologi:

1) Orang dapat melihat ideologi sebagai manifestasi popular filsafat atau

tradisi politik tertentu suatu kumpulan, pandangan, ide-ide atau dogma

yang cukup koheren yang dianut oleh suatu kelompok.

2) Menelaah ideologi yang menyatakan “Apakah faktor-faktor pentingnya?”,

apakah kelas, kedudukan sosial atau afiliasi etnis atau agama.

3) Pengujian ideologi dengan melihat kebutuhan-kebutuhan individu maupun

kebutuhan masyarakat yang terpenuhi.

Ideologi tidak hanya menghubungkan masyarakat secara prinsipil, tapi juga penguasa dengan rakyat. Ideologi merupakan bisnis legitimasi kekuasaan yang sah (Ritzer, 1992: 34).

2.3.4. Hegemoni

Sementara itu, teori Antonio Gramsci tentang hegemoni membangun suatu teori yang menekankan bagaimana penerimaan suatu kelompok yang

50

didominasi terhadap kehadiran kelompok dominan berlangsung dalam suatu proses yang damai, tanpa tindakan kekerasan. Media menjadi sasaran dimana suatu kelompok mengukuhkan posisinya dan merendahkan kelompok lain. Seperti yang dikatakan Raymond William (Eriyanto, 2001:104) hegemoni bekerja melalui dua saluran: ideologi dan budaya melalui bagaimana nilai-nilai itu bekerja. Melalui hegemoni, ideologi kelompok dominan dapat disebarkan, nilai dan kepercayaan dapat ditukarkan.

Hegemoni tidak hanya merupakan dominasi namun juga proses negosiasi yang melahirkan konsensus tentang makna. Salah satu kekuatan hegemoni adalah bagaimana dia menciptakan cara berpikir atau wacana tertentu yang didominan, dianggap benar, sementara wacana lain dianggap salah. Di sini media secara tidak sengaja dapat menjadi alat bagaimana nilai atau wacana yang dipandang dominan itu disebarkan dan meresap dalam benak khalayak sehingga menjadi konsensus.

Dalam produksi berita proses itu terjadi melalui cara yang halus. Sehingga apa yang terjadi dan diberitakan oleh media tampak sebagai suatu kebenaran. Pada kerja jurnalistik, apa yang disebut sebagai nilai berita kadang secara tidak sadar menggiring pada upaya untuk memarjinalkan kelompok bawah. Common sense lain yang berhubungan dengan praktik kerja jurnalistik adalah kecenderungan untuk menempatkan unsur dramatisasi dalam pemberitaan. Teori hegemoni

Gramsci menekankan bahwa dalam lapangan sosial, ada pertarungan untuk memperebutkan penerimaan publik (Rosenberg, 1990: 22).

51

2.3.5. Wacana Persaingan Versi Reality Show

Berdasarkan pada sumber data dari Komisi Penyiaran Indonesia pada tahun 2012 (Kurnia, 2012: 15) menyebutkan bahwa konten dari tayangan televisi indonesia didominasi oleh 35% tayangan reality show, 25%, 20% iklan, kartun berjumlah 10% dan sisanya berupa konten tayangan yang bersifat news. Reality show adalah genre acara televisi yang menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario, dengan pemain yang umumnya khayalak biasa, acara realitas umumnya menampilkan kenyataan yang dimodifikasi, seperti menaruh partisipan di lokasi-lokasi eksotis atau situasi-situasi yang tidak lazim, memancing reaksi tertentu dari partisipan dan melalui penyuntingan dan teknik- teknik pasca produksi lainnya. Reality show pertunjukkan yang asli (real), tidak di rekayasa dan tidak dibuat-buat, kejadian diambil dari keseharian kehidupan masyarakat apa adanya. Reality show merupakan salah satu gaya atau aturan dalam pertelevisian yang menampilkan “real life” seseorang, reality show juga tidak mengekpos kehidupan orang , tetapi juga menjadi ajang kompetisi atau bukan program yang menjahili orang (Bancin, 2009: 13). Reality show di

Indonesia muncul sejak Spontan pertama kali hadir pada tahun 1995 di layar kaca, sejak itu pemirsa televisi swasta Indonesia mulai mengenal konsep acara reality show. Kesuksesan acara reality show tersebut segera diikuti oleh program sejenis di stasiun televisi swasta lain. Rating yang tinggi dengan biaya produksi murah mendorong terus diproduksinya acara-acara reality show yang hingga saat ini tidak terhitung jumlahnya. Beberapa acara yang fenomenal dengan variasi konsep di antaranya Paranoid, Katakan Cinta, Tolong, Bedah Rumah, Kena Deh, Ketok

Pintu, Termehek-Mehek, Dunia Lain, Pemburu Hantu, Playboy Kabel, Curhat

52

Anjasmara, Kacau, Uang Kaget, Tukar Nasib, Jika Aku Menjadi, Super Trap,

Realigi, dan lainnya.Tayangan reality show di Indonesia banyak menggunakan tema kehidupan sehari-hari seorang selebritas, pencarian pasangan hidup, rekayasa jebakan, perbaikan rumah, pencarian bakat dan persaingan.

Persaingan adalah suatu kegiatan antar individu dengan individu lainnya ataupun berkelompok yang bersaing atau berlomba untuk memperebutkan hasil/tujuan yang sama. Persaingan juga diartikan sebagai proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba atau bersaing antar individu atau antar kelompok tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih kuat (Sumadji, 2000:24).

Program tayangan reality show yang menggunakan tema persaingan misalnya ajang pencarian bakat dalam bidang memasak, menari, dan menyanyi.

Program dalam bidang menyanyi misalnya Indonesian Idol, The Voice Indonesia,

X-Factor Indonesia, dan lain sebagainya. Tema persaingan antar kontestan ini dapat dibuktikan dari antusiasme para peserta untuk rela mengantri dengan nomor antrian peserta yang mencapai angka ribuan dalam proses audisinya. Setelah para kontestan melewati audisi pertama, kontestan harus kembali bertarung untuk dapat mengalahkan puluhan kontestan lainnya untuk dapat masuk ke gala show

X-Factor Indonesia yaitu dengan melewati Judges Home Visit X-Factors

Indonesia dimana peserta yang bertahan dibagi dalam 4 kategori dan harus menampilkan yang terbaik di hadapan juri yang berbeda. Juri di X Factor

Indonesia ini tidak sekedar menjadi juri biasa. Empat orang juri yaitu Ahmad

Dhani, Rossa, C Sasmi dan Bebi Romeo akan sekaligus menjadi mentor untuk peserta yang lolos.

53

Ketatnya persaingan ajang pencarian bakat semakin terasa. Peserta dengan karakter suara serta gaya unik, mampu membuat lagu yang mereka bawakan terasa begitu khas dan berbeda. Para peserta dibagi ke 4 lokasi spesial dengan konsep home judge visit. Dari Ubud Bali, Bagus mencoba menarik perhatian Anggun dan Lilo dengan membawakan lagu I Feel Good dari James

Brown. Suara khasnya terdengar merdu ketika tampil di tepi kolam renang yang tampak indah. Sementara itu Nur Fadhila mencoba menarik perhatian Maia dan Rossa di Jakarta dengan membawakan lagu Without

You dari Mariah Carey yang terdengar begitu mempesona. Nur Fadhila mengaku ingin membuat bangga orang tuanya yang telah mengorbankan motor agar ia bisa bersaing di X Factor (http://x-factor-RCTI Official.com).

2.4. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Penelitian

Faktor Internal AWK Model Metode Teun A. Van 1.Pengamatan terhadap tema Wacana Dijk dan topik Hasil: Persaingan Dalam 1.Struktur Makro 2.Pengamatan Something Tayangan Reality kerangka suatu Behind

Show Episode Top teks dan Text Three Segmen ke- 2.Superstruktur Wawancara 3.Pengamatan 3.Struktur bagian terkecil Mikro dari suatu teks. Faktor Eksternal

54

Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi.

Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial dari seorang pekerja media. Teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana dimana terdapat dua bagian, yaitu teks yang mikro yang merepresentasikan suatu topik permasalahan dalam berita, dan elemen besar berupa struktur sosial.

Van Dijk membuat suatu jembatan yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang dinamakan kognisi sosial. Kognisi sosial tersebut mempunyai dua arti. Di satu sisi ia menunjukkan bagaimana proses teks tersebut diproduksi oleh pekerja media, di sisi lain ia menggambarkan nilai-nilai masyarakat itu menyebar dan diserap oleh kognisi pekerja media dan akhirnya digunakan untuk membuat suatu teks pewacanaan (Eriyanto 2001:222).

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam 3 tingkatan pertama, struktur makro merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka sutau teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun kedalam berita secar utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar.

55

Melalui pisau analisis wacana kritis Teun A Van Dijk dengan bangunan struktur makro, superstruktur dan struktur mikro peneliti dapat membongkar ideologi yang tersembunyi di dalam teks, bagaimana di dalam teks terdapat sebuah dominasi kekuasaan dan ketidakadilan dari pihak-pihak tertentu. Pihak- pihak yang berkuasa tersebut menggunakan media wacana yang ada dalam masyarakat, khususnya teks berita untuk menghegemoni dan mempengaruhi kesadaran mental masyarakat. Aspek bahasa dalam media massa, teks dan segala bentuk wacana di masyarakat merupakan tempat bersemayamnya kuasa-kuasa yang dipakai oleh pihak-pihak tertentu untuk melegitimasi dan melanggengkan posisi mereka (Eriyanto, 2001: 224).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan studi kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam- dalamnya (Kriyantono, 2006:56) . Lincoln dan Guba (dalam Tischer, 2009:53) menggambarkan serangkaian teknik yang dapat digunakan untuk melakukan penelitian kualitatif yang mencapai kriteria kebaikan yang mereka garis. Pertama, kredibilitas yaitu kepercayaan pada kebenaran dari temuan. Kedua, transferabilitas yaitu menunjukkan bahwa temuan memiliki peluang untuk diteliti dalam konteks lain. Ketiga, keteguhan yaitu menunjukkan bahwa temuan yang konsisten dan dapat diulang. Keempat, konfirmabilitas yaitu tingkat neutraility atau sejauh mana temuan penelitian yang dibentuk oleh informan dan peneliti tidak bias motivasi, atau kepentingan.

Salah satu dari Lincoln dan Guba berpendapat bahwa kebenaran dan perjanjian mengenai apa yang berlaku dalam suatu pengetahuan itu timbul dari hubungan antara beberapa peserta penelitian dengan peneliti. Perjanjian tentang kebenaran negosiasi subjek peserta penelitian ini mungkin akan diterima sebagai suatu kebenaran (walaupun ada kesulitan dengan perumusannya) atau mungkin perjanjian sebagai hasil dari pernyataan dialog mengenai masalah kebenaran atau keabsahan dari objektivitas dan relativitas menuju validitas melalui pernyataan peserta dalam suatu wacana.

56 57

Kriteria terbaik lainnya adalah Kriteria keaslian, disebut keaslian karena mereka menjadi keunggulan ‘otentik’ yang dapat dipercaya. Kriteria keaslian dalam penelitian dengan kajian konstruktivis atau fenomenologis yaitu keadilan, keaslian ontologis, keaslian edukatif, katalitik keaslian dan keaslian taktis. Keadilan dianggap sebagai kualitas keseimbangan; maksudnya, semua yang menjadi peserta penelitian harus dilihat, diamati, diteliti baik dari perspektif, permasalahan yang hendak dikaji, dan suara yang jelas sehinggan tidak menimbulkan bias yang merupakan masalah utama dari kriteria keunggulan dalam kajian kostruktivis.

Pada kriteria keaslian ontologis dan edukatif dirancang sebagai kriteria untuk menentukan tingkat kesadaran, sebagai contoh tingkat kesadaran peran dari peserta penelitian, lalu dari individu tentang orang-orang atau fenomena yang ada di sekeliling mereka atau dengan tujuan apa mereka hendak diteliti.

Keaslian katalitik dan taktis merujuk pada kemampuan diberikannya tindakan dari para peserta penelitian lalu keterlibatan peneliti/evaluator peserta pelatihan dalam spesifikasi bentuk aksi sosial dan politik dari peserta pelatihan.

Dari pernyataan itu jelas bahwa kajian konstruktivis mulai menyerupai bentuk tindakan teori kritis, penelitian tindakan, atau berpartisipasi dalam suatu tindakan tertentu yang masing-masing didasarkan untuk menciptakan kapasitas peserta penelitian untuk perubahan sosial yang positif dan bentuk-bentuk aksi masyarakat yang ‘emansipatoris’.

3.2. Aspek Kajian

Kellner (2003: 70) menjelaskan, paradigma adalah basis kepercayaan atau metaphysics utama dari sistem berpikir: basis dari ontologi, epistimologi dan

58

metodologi. Paradigma dalam pandangan filosofis, memuat pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang.

Karenanya paradigma membawa konsekuensi praktis dalam berprilaku, cara berpikir, interpretasi dan kebijakan dalam pemilihan masalah.

Penelitian yang berjudul Persaingan Dalam Tayangan Reality Show

(Analisis Wacana Kritis Teun A Van Dijk Terhadap Persaingan Dalam Tayangan

Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI) menggunakan model analisis kognisi sosial Teun A Van Dijk karena dari begitu banyak model analisis wacana yang diintoduksikan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van

Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini mungkin disebabkan karena Van Dijk menformulasikan elemen-elemen wacana, sehingga bisa dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai

“kognisi sosial” (Eriyanto 2001:221). Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Di sini harus dilihat juga bagaimana suatu teks diproduksi. Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.

3.3 Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3 yaitu segmen ke-6 (enam) episode top three dan Produser RCTI yang menggarap langsung tayangan reality show

Master Chef Indonesia Session 3.

59

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah:

1) Menonton video youtube Master Cheff Indonesia Session 3 segmen ke-6

(enam) episode top three sebanyak lebih dari 20 kali.

2) Mengamati adegan, dialog, dan setting dalam tayangan Master Cheff

Indonesia Session 3.

3) Mentranskrip adegan-adegan, dialog-dialog maupun gambar-gambar yang

tampak dalam tayangan Master Cheff Indonesia Session 3.

4) Memilih adegan, dialog serta gambar yang relevan dengan kebutuhan

penelitian.

5) Menganalisis transkrip berdasarkan teori wacana Teun A. Van Dijk.

6) Melakukan konfirmasi wawancara melalui media elektornik yaitu email

yang dilakukan oleh peneliti dengan seorang pihak produser RCTI

Tayangan Master Chef Indonesia Session 3.

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif mempergunakan kata-kata yang disusun dalam sebuah teks yang diperluas dan dideskriptifkan. Pada saat memberikan makna pada data yang dikumpulkan, maka penulis menganalisis dan menginterpretasikan. Karena penelitian yang bersifat kualitatif maka dilakukan analisis data pertama hingga penelitian terakhir secara simultan dan terus menerus. Selanjutnya interpretasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan atau berkaitan dengan permasalahan penelitian (Iskandar, 2009:155).

60

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat kembali pada metode Teun van Dijk. Van Dijk melihat suatu teks terdiri dari beberapa struktur atau tingkatan, dimana masing-masing bagiannya saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama, struktur makro.

Struktur makro merupakan makna umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang digunakan dalam sebuah berita. Kedua, superstruktur. Superstruktur merupakan bagian dari wacana yang berhubungan dengan kerangka dari suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni latar, detail, maksud, nominalisasi, bentuk kalimat, koherensi, leksikon, grafis, metafora dan ekspresi

(Sobur, 2006: 54).

Dalam penelitian ini, penjelasan tentang wacana persaingan dalam tayangan “Master Chef Indonesia Session 3” menggunakan struktur makro tematik; superstruktur alur; dan mikro struktur berupa karakter, adegan, dan dialog.

Teknik analisis data yang akan dilakukan peneliti adalah:

1) Seleksi, bagian-bagian sesuai dengan tujuan penelitian

2) Klasifikasi

3) Analisis, dengan menggunakan analisis wacana menurut teori Teun A. Van

Dijk.

4) Interpretasi, berupa hasil interpretasi hasil analisis peneliti.

5) Kesimpulan.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1. Proses Penelitian

Sesuai dengan metode yang digunakan, penelitian ini merupakan kajian analisis isi media dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Teun A

Van Dijk. Menurut Van Dijk, ia melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya kedalam 3 tingkatan. Petama, struktur makro merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua, superstruktur merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun kedalam berita secar utuh. Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, paraphrase, dan gambar.

Penelitian ini dilakukan terhadap wacana persaingan yang ditampilkan dalam tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI. Adapun tayangan yang akan dianalisis yaitu pada episode top three segmen ke-6 (enam) yang berdurasi 15:32 detik. Peneliti memilih episode top three sebagai bahan analisis penelitian karena peneliti mengindikasi episode top three merupakan episode dengan persaingan yang cukup ketat di antara ketiga kontestan yang tersisa yaitu Brian sebagai seorang kepala rumah tangga yang bekerja sebagai

61 62

pegawai restoran, William yang bekerja sebagai pegawai toko alat-alat memasak dan Rissa sebagai ibu rumah tangga. Masing-masing kontestan berusaha semaksimal mungkin untuk berhasil memperebutkan posisi sebagai grandfinalis pertama dan kedua di galerry Master Chef Indonesia Session. Episode top three

Master Chef Indonesia Session 3 terdiri atas 7 segmen dimana masing-masing segmen memiliki tema persaingan yang berbeda-beda yang didasarkan pada tingkat kesulitan tantangan yang diberikan oleh para juri. Peneliti memilih segmen ke-6 dalam tayangan Master Chef karena tantangan dalam segmen ke-6 ini merupakan tantangan terakhir yang diberikan oleh para juri kepada kedua kontestan yang tersisa sekaligus sebagai tantangan penentu mengenai siapa dari salah satu kontestan yang berhasil masuk sebgai grandfinalis kedua di galerry

Master Chef. Selain itu yang menjadi alasan bagi peneliti dalam memilih segmen ke-6 ini adalah banyaknya indikator-indikator persaingan yang dilakukan oleh para kontestan yaitu berupa reaksi verbal dan non verbal yang ditampilkan sehingga peneliti melihat ada kesesuaian dengan judul penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Untuk keperluan pembahasan, peneliti menganalisa semua tayangan yang ditampilkan pada segmen ke-6 (enam) pada episode top three dalam kaitannya dengan wacana persaingan pada tayangan Master Chef Indonesia

Session 3 di RCTI.

Untuk memaksimalkan analisis, peneliti akan menonton video youtube

Master Chef Indonesia Session 3 segmen ke-6 (enam) pada episode top three lalu peneliti mengamati adegan, dialog, dan setting dalam tayangan Master Chef

Indonesia Session 3 segmen ke-6 (enam) pada episode top three, lalu melakukan transkrip adegan-adegan, dialog-dialog maupun gambar-gambar yang tampak

63

dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3, lalu memilih adegan, dialog serta gambar yang relevan dengan kebutuhan penelitian lalu menganalisis transkrip berdasarkan teori wacana Teun A. Van Dijk.

Peneliti juga akan menuliskan kembali adegan-adegan, dialog-dialog maupun gambar-gambar yang tampak pada segmen ke – 6 (enam) pada episode top three secara lengkap. Dari tayangan yang sudah dideskripsikan kembali, peneliti akan meneliti satu persatu tayangan atas pewacanaan persaingan dari masing-masing segmen dengan menggunakan pisau analisis wacana kritis Teun A

Van Dijk untuk melihat bagaimana struktur sosial, dominasi, dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/ pikiran dan kesadaran membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.

4.1.1. Sinopsis Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3 RCTI

Episode Top Three, Segmen ke-6

Tayangan Master Chef Indonesia Session 3 pada episode top three segmen ke-6 ini diselenggarakan di Putra Jaya Malaysia dengan jumlah 3 (tiga) orang peserta yaitu Brian, Rissa dan William yang telah berhasil melewati challenge pada episode top four dimana para juri harus menyisihkan kembali satu orang peserta untuk bisa masuk ke babak grandfinal yang akan diselenggarakan di gallery Master Chef Indonesia di RCTI Jakarta.

Episode top three segmen ke-6 ini diadakan di kawasan Kota Putra Jaya

Malaysia dimana Kota Putra Jaya ini dibangun oleh Pemerintahan Malaysia untuk pemerintahan yang dibangun pada tahun 1995 oleh Tengku Abdul Rahman yang sekaligus menjadi lokasi pengumuman bagi para kontestan top three untuk mengetahui siapa yang akan berhasil masuk ke babak grandfinal. Ketika para

64

kontestan sudah sampai dilokasi pengumuman mereka disambut oleh juri Chef

Arnold yang sudah bersiap untuk memberikan hasil pengumuman kepada para kontestan siapa yang berhasil masuk ke babak grandfinal. Chef Arnold disusul oleh Chef Degan dan Marinka memberikan 3 (tiga) buah Fortune Cookies kepada para kontestan yang di dalamnya sudah terdapat hasil keputusan dari para juri yang membuat wajah para kontestan menjadi panik dan cemas. Isi dari fortune cookies tersebut membuat ketiga kontestan semakin gelisah ditandai dengan ekspresi wajah dan gerak gerik tubuh para kontestan seperti menggigit bibir dan menunduk. Chef Arnold menyebutkan nama Brian sebagai kontestan pertama yang berhasil masuk ke dalam galerry grandfinal Master Chef.

Keberhasilan Brian berhasil masuk sebagai kontestan pertama di grandfinal membuat para kontestan lainnya kesal ditandai dengan ekspresi wajah mereka yang kaku, memukul-mukul Fortune Cookies yang ada digenggaman tangan mereka dan tidak mengucapkan selamat kepada Brian sebagai kompetitor mereka. Dengan masuknya Brian sebagai grandfinalis membuat kontestan lainnya harus mengikuti pressure test terakhir yang berat yang ada di gallery Master Chef

Indonesia Session 3 di RCTI dimana kontestan yang berhasil melewati pressure test akan masuk sebagai peserta selanjutnya di babak grandfinal menemani Brian dan yang kalah akan pulang. Ketika para juri memberikan kesempatan kepada

Brian untuk beristirahat dan menyaksikan kompetitornya bersaing untuk memasak, Rissa kesal dan kecewa lalu menggeleng-gelengkan kepala dan badannya tanda tidak setuju dengan keputusan para juri.

Para juri mengundang guest chef dari Malaysia Chef yang pertama sekali membuat fortune cookies yaitu Chef Frank Bruwier pada pressure test terakhir

65

dalam galerry Master Chef untuk menantang para kontestan menduplikasi masakan yang ia masak. Chef Marinka pun membuka menu makanan yang dibuat oleh Chef Frank untuk segera diduplikasi oleh para kontestan. Menu masakan tersebut bernama Sole Paupiette Glazed with Oyster Sauce Vegetable Julienne

Sauted in Sesame Oil and Tangy Soy Sauce. Chef Frank sengaja memilih menu masakan di pressure test ini untuk melihat teknik menggunakan pisau yang baik sehingga menghasilkan hasil masakan dengan bentuk yang baik dan menarik.

Chef Marinka memberikan kesempatan kepada Chef Frank untuk menjelaskan sedikit tentang menu masakan tersebut dengan menggunakan Bahasa Inggris yang membuat kontestan Rissa tidak mengerti dengan penjelasan Chef Frank tersebut ditandai dengan ekspresi wajah kebingungan namun tidak sesuai dengan gerak- gerik tubuh seperti mengangguk-anggukan kepala sebagai tanda memahami masakan tersebut.

Setelah mencicipi menu masakan tersebut, para juri mempersilahkan para kontestan untuk mulai memasak dengan resep dan bahan yang sudah disiapkan.

Ketika juri memulai pertandingan para kontestan pun langsung segera berlari ke meja memasak mereka masing-masing dan segera memulai proses memasak.

Sesampainya di meja memasak, semua bahan masakan sudah tersedia dan di sudut sebelah kanan depan terdapat sponsor produk masakan buatan Malaysia yaitu beberapa botol Saus Tiram Cap Panda .Sedangkan William dengan mengenakan celemek memasak yang bertuliskan Sasa dan Lee Kum Kee mulai mengambil bahan masakan.

Ketika proses masak memasak sedang berlangsung, William memasukkan dengan sengaja Saus Tiram Cap Panda kedalam wajan penggorengannya dan

66

mulai melanjutkan memasak bahan yang lain. Ketika sedang memasak meskipun dalam tekanan pressure test Rissa berusaha untuk tetap tenang dalam memasak.

Bertolak belakang dengan Rissa, William memasak dengan sangat cepat dan berusaha untuk bisa melewati pressure test terakhir ini. Ketika proses masak memasak sedang berlangsung, Rissa juga memasukkan produk Saus Tiram Cap

Panda ke dalam mangkuk dan mulai mencampurkan semua bahan masakan ke dalam saus yang sudah dibuat dengan sangat cepat dan terburu-buru begitu juga dengan William yang bersaing cukup kuat dengan Rissa untuk memperebutkan posisi grandfinalis di gallery Master Chef Indonesia Session 3.

4.2. Temuan Penelitian Model Teun A Van Dijk

4.2.1. Struktur Mikro

Struktur Mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yakni pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

1) Latar

Struktur Wacana Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Diamati Struktur Mikro Semantik Latar Kawasan Kota Putra Jaya Malaysia

Pada segmen ke-6 episode top three Master Chef Indonesia Session 3 latar yang dipilih adalah kawasan Putra Jaya Malaysia. Hal ini dapat dibuktikan dari komentar Chef Arnold kepada para kontestan top three yang mengatakan;

“Selamat datang di Putra Jaya, ini adalah kota yang sengaja dibangun oleh pemerintah malaysia untuk pemerintahan”. Berdasarkan pada hasil pengamatan peneliti dengan menonton video tayangan Master Chef Indonesia Session 3 mulai dari episode twenty five hingga episode top four lokasi kompetisi selalu diadakan di galerry Master Chef

67

Indonesia RCTI Jakarta. Namun pada episode top three lokasi kompetisi secara khusus diadakan di negara Kuala Lumpur, Malaysia dan bukan diadakan di negara

Indonesia sendiri. Peneliti mencurigai adanya indikasi-indikasi kepentingan dari pihak produksi tayangan reality show ini yang mungkin saja memiliki kerja sama dengan salah satu sponsor produk terbesar dari Malaysia sehingga kompetisi top three ini diadakan di negara Malaysia. Selain itu juga, jika peneliti merujuk pada nama tayangan reality show ini sendiri yaitu Master Chef Indonesia seharusnya tayangan ini diadakan di negara Indonesia dan tentunya dengan tantangan menu- menu masakan khas Indonesia dan melalui tayangan Master Chef Indonesia ini sendiri mestinya dapat memperkenalkan masakan-masakan khas Indonesia sendiri kepada negara lain karena tayangan reality show Master Chef ini merupakan tayangan yang diadopsi langsung dari Master Chef Inggris.

2) Detil

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Detil Adegan Rissa merasa Mikro kebingungan dengan presentasi menu masakan Chef Frank menggunakan bahasa Inggris yang disertai dengan penekanan pada ekspresi dan reaksi verbal yang dilakukan Rissa sehingga menjadikan adegan ini lebih menonjol dibandingkandengan William.

Hal yang diamati oleh peneliti adalah mengapa Rissa lebih ditonjolkan secara ekspresi dan reaksi verbalnya ketika ia merasa kebingungan dengan presentasi masakan Chef Frank dibandingkan dengan Wiilliam dan mengapa

William lebih ditonjolkan kepahamannya mengenai presentasi masakan Chef

68

Frank baik dari segi ekspresi dan komentar verbalnya. Peneliti mencurigai pekerja media ini sengaja menciptakan image tersebut seolah-olah untuk memberikan penekanan bahwa William lebih menguasai maksud presentasi masakan tersebut dengan menggunakan bahasa Inggris yang fasih sekaligus memberikan penekanan bahwa William lebih unggul dari Rissa dari segi penguasaan presentasi masakan sehingga dengan adanya penonjolan adegan ini kemungkinan dapat memberikan pemaknaan kepada pemirsa bahwa Rissa memiliki kekurangan dalam hal penguasaan Bahasa Inggris dan juga pemahaman yang kurang baik mengenai presentasi masakan dari Chef Frank sehingga peneliti mencurigai adegan dari ekspresi wajah kebingungan yang ditampilkan Rissa sengaja dimanfaatkan oleh pekerja media untuk membuat tayangan ini lebih lucu dan menarik untuk ditonton.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Detil Adegan persaingan Rissa dan Mikro William tampak Rissa lebih ditampilkan kemampuannya dalam memotong wortel dengan menggunakan pisau dengan rapi, tipis, kecil yang sesuai dengan kriteria penilaian juri dan muncul beberapa kali adegan kecepatan Rissa memasak dibandingkandengan William. Hal yang diamati oleh peneliti adalah mengapa pada adegan ini Rissa lebih ditampilkan kemampuannya dalam hal teknik menggunakan pisau dibandingkan dengan William. Selain itu mengapa Rissa digambarkan lebih unggul dibandingkan dengan William yang ditandai dengan beberapa kali munculnya adegan kecepatan Rissa dalam memasak. Padahal sebelumnya, Rissa ditampilkan

69

cenderung memiliki kekurangan dalam penguasaan presentasi masakan Chef

Frank. Peneliti mencurigai adegan ini sengaja ditonjolkan oleh para pekerja media untuk menunjukkan kepada pemirsa bahwa Rissa memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan William dalam hal teknik menggunakan pisau sekaligus memberikan penekanan bahwa dari segi skill Rissa mampu lebih unggul dibandingkan dengan William dan selain itu para pekerja media ini juga lebih menunjukkan indikator-indikator persaingan yang dilakukan oleh Rissa dalam tantangan pressure test ini khususnya dalam hal penonjolan kelebihan serta kekurangan kemampuan memasak yang dimiliki oleh masing-masing peserta.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Detil Munculnya beberapa kali Mikro adegan penggunaan produk Saus Tiram Cap Panda yang dimasukkan ke dalam masakan yang dimasak oleh peserta serta pengaturan tata letak produk tersebut yang berada tepat di depan para kontestan sehingga ketika kamera melakukan pengshootan kepada peserta dari berbagai angle produk tersebut selalu tampak di layar kamera.

Hal yang diamati peneliti adalah mengapa secara berulang-ulang kali muncul penggunaan produk Saus Tiram Cap Panda yang digunakan oleh peserta sebagai salah satu bahan memasak dan mengapa muncul beberapa kali pengshootan kamera terhadap produk tersebut, dan mengapa tata aturan dari peletakan produk tersebut diatur tepat di depan table cooking dari masing-maisng peserta, sehingga ketika adegan memasak diambil dari masing-masing peserta

70

produk tersebut selalu tampak dari berbagai sudut pengambilan gambar. Peneliti mencurigai hal ini sengaja ditonjolkan oleh pekerja media untuk memberikan perhatian pemirsa terhadap produk yang mungkin menjadi salah satu sponsor dari tayangan Master Chef Indonesia Session 3 sekaligus menjadi strategi penjualan dari produk tersebut. Selain itu peneliti juga mencurigai penonjolan adegan penggunaan dari Saus Tiram Cap Panda untuk menciptakan pemaknaan baru kepada masyarakat bahwa dengan menggunakan produk tersebut masakan yang dimasak akan menghasilkan cita rasa yang menarik sama seperti masakan yang dimasak oleh para kontestan di tantangan pressure test ini.

3) Maksud

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Maksud Adegan penantian keputusan Mikro dari para juri mengenai siapa dari salah satu kontestan top three yang berhasil masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef dimana Brian ditampilkan lebih menonjol dari segi ekspresi gelisah dalam menanti hasil keputusan dari para juri dibandingkan dengan ekspresi gelisah William dan Rissa.

Hal yang diamati oleh peneliti adalah mengapa pada adegan tersebut Brian berulang-ulang kali ditampilkan dalam kondisi panik, gelisah dan cemas dibandingkan dengan kontestan yang lainnya padahal semestinya ada keseimbangan penonjolan dari ekspresi masing-masing kontestan dimana semua kontestan mestinya ditampilkan cemas dan gelisah ketika menanti hasil keputusan

71

dari para juri karena keputusan dari pengumuman para juri akan menentukan apakah dua dari tiga kontestan akan berlanjut ke grandfinal atau mungkin saja akan gugur dari kompetisi ini. Akan tetapi peneliti mencurigai adegan ini kemungkinan sengaja ditonjolkan untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa

Brian adalah satu-satunya kontestan yang bersaing dengan sungguh-sungguh dan memiliki harapan yang cukup besar ingin masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Maksud Adegan Rissa lebih Mikro ditonjolkan secara lengkap mulai dari reaksi verbal dan non verbalnya yang tidak menyukai kemenangan Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia serta penonjolan keambisiussan Rissa untuk menang.

Hal yang diamati peneliti adalah mengapa pada adegan ini Rissa ditonjolkan ketidaksetujuannya dengan keberhasilan Brian yang berhasil masuk sebagai grandfinalis dibandingkan dengan William yang ditandai dengan penekanan terhadap ekspresi kesal dan kecewa serta komentar verbal yang diucapkan Rissa yang mengandung makna konflik serta kecemburuan dengan prestasi yang dimiliki dengan Brian. Selain itu mengapa konflik persaingan pada adegan ini terlalu ditonjolkan oleh pekerja media. Peneliti mencurigai adegan ini sengaja ditonjolkan oleh pekerja media untuk menciptakan pemaknaan baru bahwa Rissa memiliki kecemburuan yang cukup kuat dengan keberhasilan Brian sekaligus menciptakan sebuah citra baru bahwa Rissa memiliki kesombongan

72

yang cukup tinggi terhadap kemampuannya dalam memasak dan menyepelekan kemampuan Brian dalam hal memasak sehingga ketika para juri memutuskan

Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Rissa merasa keberatan dengan keputusan dari para juri tersebut. Selain itu juga peneliti juga mencurigai adegan konflik persaingan ini sengaja ditonjolkan agar tayangan lebih menarik dengan adanya indikasi-indikasi persaingan yang dilakukan oleh peserta seperti kecemburuan, kesombongan dan lain sebagainya.

4) Praanggapan

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Praanggapan “Saya tidak berkecil hati Mikro karena dari hasil komentar Chef Wan itu jelas gua ga akan mungkin menang”.

Hal yang diamati peneliti adalah mengapa muncul pernyataan dari komentar Rissa yang menyebutkan kalimat ‘...dari hasil...’ tersebut selain itu juga mengapa ada indikasi penekanan makna mengenai praanggapan tersebut. Peneliti mencurigai kemungkinan penggunaan pernyataan ‘...dari hasil komentar....’ sengaja digunakan untuk dengan tujuan untuk menjelaskan dan mengingatkan dirinya bahwa dari hasil komentar Chef Wan yang negatif mengenai hasil masakannya membuat Rissa tidak menaruh harapan akan keberhasilannya untuk bisa masuk sebagai grandfinalis pertama di gallery Master Chef.

73

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Praanggapan “Saya waktu ngeliat Brian Mikro menang biasa aja juga gak pengen ngasih selamet, saya juga gak mau munafik karena kalau memang dia layak jadi pemenang saya akan kasih selamet tapi kalau menurut saya.... (diam sebentar) sorry ya secara kualitas dia dibawah ini... saya gak pantes kasih selamat sih...(sambil mengangkat kedua bahu dan tangannya disertai dengan wajah apatis)”

Hal yang diamati peneliti adalah mengapa muncul pernyataan kalimat penjelas dari Rissa yang tidak ingin mengucapkan selamat kepada Brian.

Mengapa pernyataan Rissa yang tidak ingin mengucapkan selamat didukung oleh pernyataan bahwa Brian memiliki kualitas memasak yang masih berada jauh di bawah Rissa. Peneliti mencurigai komentar Rissa yang menggunakan praanggapan dengan kalimat ‘....kalau memang dia layak jadi pemenang...’ komentar tersebut menunjukkan bahwa Rissa memberikan kalimat pendukung terhadap komentarnya untuk menjelaskan bahwa Rissa tidak menyetujui hasil keputusan para juri yang memenangkan Brian sebagai grandfinalis pertama di

Master Chef dan Rissa tidak ingin memberikan selamat kepada Brian dengan alasan karena Rissa menganggap kualitas Brian masih berada di bawah dirinya sehingga Brian tidak layak menjadi grandfinalis di galerry Master Chef Indonesia

Session 3.

74

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Praanggapan “Brian kamu layak jadi Mikro pemenang karena menurut Chef Wan kemarin masakan kamu meskipun dari cita rasa lebih manis sedikit tapi dari tekstur dan warna sudah mendekati dia punya masakan”.

Hal yang diamati oleh peneliti adalah mengapa muncul pendapat dari Chef

Wan ketika Chef Degan menjelaskan alasan yang memperkuat Brian layak menjadi grandfinalis pertama di galerry Master Chef padahal sebelumnya komentar Chef Wan tersebut terdapat pada segmen ke 5. Peneliti mencurigai kemungkinan Chef Degan sengaja menggunakan praanggapan pada kalimat

‘....menurut Chef Wan kemarin...’ untuk menjelaskan kepada para kontestan lainnya mengenai apa yang menjadi alasan bagi para juri untuk memenangkan

Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef yaitu berdasarkan pada kutipan komentar dari Chef Wan yang menjadi guest chef pada tantangan sebelumnya yaitu pada tantangan menduplikasi masakan.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Praanggapan “Selama di overseas aku Mikro selalu menang dan itu aku bisa menunjukkan ke semua lawan kalau aku tuh bener- bener mempunyai passion, benar-benar mempunyai kemampuan dan aku layak berada di grandfinal Master Chef Indonesia 3”.

75

Hal yang diamati peneliti adalah mengapa muncul pernyataan yang memperjelas bahwa Brian memang benar-benar layak menjadi grandfinalis di galerry Master Chef karena selama berada di overseas ia selalu menang dan mengapa Brian memberikan kalimat penjelas tersebut. Apakah pernyataan tersebut muncul untuk memberikan penjelasan dan penegasan kepada masyarakat dan kompetitornya bahwa Brian memang layak untuk menjadi pemenang karena selama kompetisi berlangsung di Malaysia, Brian selalu memenangkan setiap tantangan yaitu cara membuat roti tissue, teh tarik dan lain sebagainya.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Praanggapan “Kenapa mesti dia sih yang Mikro masuk pertama kali ke grandfinal kenapa gak gua... padahal sebelumnya masakan gua tuh paling positif ya komennya”.

Hal yang diamati peneliti adalah mengapa muncul pernyataan William yang seolah-olah menegaskan bahwa sebenarnya ia yang layak berada di grandfinal karena dalam beberapa tantangan di galerry ia selalu mendapatkan komentar yang positif. Selain itu mengapa pada komentar di atas William menggunakan praanggapan dengan kalimat ‘.....sebelumnya masakan gua....’?

Peneliti mencurigai praanggapan tersebut digunakan untuk menjelaskan bahwa seharusnya kontestan top three yang masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef adalah William dimana selama kompetisi di galerry Master

Chef berlangsung William selalu mendapatkan komentar yang positif dari para juri dan selalu berhasil dalam melewati setiap tantangan yang diberikan oleh para juri.

76

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Praanggapan “Waktu Chef Frank Mikro presentasi masakannya sejujurnya gua gak ngerti Chef Frank ngomong apa karena bahasa inggrisnya fluent banget dan gua ngeliat responnya William tuh yang angguk.. ngangguk... ngangguk...... ngerti... sedangkan gua tu lebih ke ara yang ngangguk ..ngangguk.. ngangguk tapi gua gak ngerti”.

Hal yang diamati peneliti adalah mengapa muncul pernyataan Rissa yang mengatakan bahwa ia tidak mengerti dengan apa yang disampaikan oleh Chef

Frank karena bahasa inggris Chef Frank yang sangat fluent. Apakah Rissa sengaja menggunakan kalimat pernyataan tersebut untuk menunjukkan bahwa Rissa ingin menjelaskan bahwa ia tidak faham dengan presentasi masakan dari Chef Frank dikarenakan kefasihan Chef Frank dalam menggunakan bahasa inggris sehingga membuat Rissa tidak faham dengan maksud presentasi masakan dari Chef Frank.

Apakah kalimat pernyataan tersebut sekaligus sebagai kalimat pembelaan diri

Rissa yang tidak faham dengan presentasi Chef Frank yang sangat fasih menggunakan bahasa inggris?

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Semantik Praanggapan “Saat masak gua gak Mikro ngerasa kesulitan karena itu potongan sayurannya semua julient dan gua terbiasa motong rapi,tipis, kecil itu gua udah biasa”.

77

Hal yang diamati peneliti adalah mengapa muncul pernyataan Rissa yang mengatakan bahwa ia sudah terbiasa memotong dengan rapi, tipis dan kecil.

Mengapa Rissa memberikan pernyataan kalimat penjelas tersebut? Peneliti mencurigai Rissa menggunakan praanggapan dengan kalimat ‘.....gua terbiasa motong rapi....’ untuk menjelaskan dan menegaskan bahwa Rissa memiliki kemampuan teknik menggunakan pisau yang baik sekaligus menunjukkan bahwa

Rissa sudah terbiasa memasak dengan bentuk tipis, kecil dan rapi sehingga ia tidak mengalami kesulitan dalam memasak dengan potongan julient dan ia ingin menunjukkan bahwa ia menguasai tantangan pada menu masakan Prancis ini.

5) Bentuk Kalimat

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Bentuk “Gua ambil fortune cookies Mikro Kalimat pedenya gua ambil gua remuk pake tangan gua dan guaharap isinya menunjukkan gua sebagai orang pertama yang masuk ke grandfinal Master Chef Session 3”.

Bentuk kalimat pada komentar diatas merupakan bentuk kalimat aktif dimana terdapat kalimat ‘...gua ambil fortune cookies, gua remuk pake tangan gua dan gua berharap.....’ menempatkan William sebagai subjek yang melakukan action dan memberikan penekanan bahwa William merasa yakin dan percaya diri bahwa ia akan menang dan berhasil masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

78

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Bentuk “Orang yang pertama masuk Mikro Kalimat ke grandfinal itu...... aduhhh (sambil tersenyum)...aku ngerasa kayak badan itu lemas kayak beban itu hilang semuanya deh dan ga bisa diungkapkan dengan kata-kata lah akhirnya bisa masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia”.

Bentuk kalimat pada komentar tersebut merupakan bentuk kalimat aktif dimana Brian ditempatkan sebagai subjek pada kalimat ‘...aku ngerasa kayak badan itu lemas kayak beban itu hilang...’ menekankan bahwa Brian sebagai subjek seolah-olah memiliki tekanan dan beban yang cukup berat dalam berkompetisi di galerry Master Chef Indonesia Session 3 dan merasa bahwa semua beban yang dimilikinya hilang setelah mengetahui bahwa ia masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Bentuk “Saya waktu ngeliat Brian Mikro Kalimat menang biasa aja juga gak pengen ngasih selamet, saya juga gak mau munafik karena kalau memang dia layak jadi pemenang saya akan kasih selamet tapi kalau menurut saya.... (diam sebentar) sorry ya secara kualitas dia dibawah ini... saya gak pantes kasih selamat sih...(sambil mengangkat kedua bahu dan tangannya disertai dengan wajah apatis)”.

79

Bentuk kalimat ‘....Saya waktu ngeliat Brian...’ menjadikan Rissa sebagai subjek yang memiliki hak untuk tidak mengucapkan selamat atas keberhasilan

Brian memenangkan posisi sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef dan menjadikan Brian sebagai objek yaitu seseorang yang merasa direndahkan oleh Rissa karena ketidaklayakannya menjadi grandfinalis di galerry Master Chef

Indonesia Session 3. Kalimat tersebut memberikan penekanan mengenai karakter

Rissa yang buruk yang tidak bisa menerima kemenangan Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Bentuk “Bagi gua kali ini adalah satu Mikro Kalimat kehormatan bisa dibattle bareng William”

Bentuk kalimat di atas menunjukkan bentuk kalimat pasif dimana Rissa ditempatkan sebagai objek yang diadu oleh William dimana pada kalimat tersebut memberikan penekanan mengenai kekuatan yang dimiliki oleh William sebagai kompetitor terberat Rissa di galerry Master Chef.

6) Koherensi

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Perasaan tegang sangat Mikro dirasakan oleh William, Rissa dan Brian, tetapi mereka tetap menikmati hidangan di restoran”.

80

Berdasarkan pada analisis peneliti yang terdapat pada bagian pengantar ringkasan di atas tidak menunjukkan adanya koherensi atau pertautan antara teks yang disampaikan dengan tampilan gambar yang ditampilkan oleh pihak produksi tayangan Master Chef Indonesia Session 3 ini, dimana pada bagian teks di atas tidak ditampilkan adegan dari para kontestan yang sedang menikmati hidangan makanan di restoran. Pada adegan tersebut hanya ditampilkan adegan perbincangan di antara masing-masing kontestan dan munculnya seorang chef yang bernama Federico Micheletto yang membawa satu menu masakan untuk dipresentasikan di hadapan para kontestan yang membuat para kontestan merasa kebingungan. Selain itu pada teks yang bertuliskan ‘...Perasaan tegang sangat dirasakan oleh William, Rissa dan Brian, tetapi mereka tetap menikmati hidangan di restoran...’ tidak memiliki hubungan antar jalinan kata dimana ‘....perasaan tegang....’ yang sedang menyelimuti para kontestan dihubungan dengan kata

‘...menikmati hidangan di restoran....’. Namun, pihak produksi dari tayangan

Master Chef Indonesia Session 3 ini mencoba untuk menghubungkan antar jalinan kata tersebut dengan menggunakan kata hubung ‘....tetapi...’ sehingga dengan adanya kata hubung ‘..tetapi..’ teks tersebut memiliki arti meskipun para kontestan merasa tegang dengan menanti hasil keputusan dari para juri tetapi mereka masih tetap bisa menikmati hidangan di restoran.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Saya tidak berkecil hati Mikro karena dari hasil komentar Chef Wan itu jelas gua ga akan mungkin menang”.

81

Pada teks komentar yang berbunyi ‘...saya tidak berkecil hati...’ ditampilkan ekspresi dan gerak-gerik kontestan Rissa yang merasa kecewa dan kesal dengan maksud dari isi kertas yang ada di dalam fortune cookies tersebut sehingga tidak menciptakan koheren antara adegan yang ditampilkan dengan teks yang disampaikan tersebut. Dalam adegan tersebut Rissa ditampilkan seolah-olah merasa kecewa dan kesal dengan isi dari fortune cookies tersebut yang memberikan kesimpulan bahwa ia telah kalah bersaing dengan William dan Brian dan tidak akan mungkin menang sebagai grandfinalis pertama di galerry Master

Chef Indonesia Session 3. Rissa juga menggunakan kata hubung ‘karena’ untuk memberikan penekanan mengenai alasan bahwa ia tidak pantas untuk berkecil hati.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Ternyata ada Chef dari Mikro Malaysia ya, karena gua udah stres banget masuk pressure test gue sampe ga inget deh namanya siapa”.

Antar jalinan kata dari komentar yang membentuk satu kesatuan kalimat tidak memiliki koherensi dimana pada teks pertama berbunyi ‘....ternyata ada chef dari Malaysia ya...’ yang menceritakan tentang munculnya seorang chef pada tantangan pressure test yang terakhir di galerry Master Chef lalu diikuti dengan teks kedua yang berbunyi ‘...karena gua udah stres banget masuk pressure test gue sampe ga inget deh namanya siapa...’. Jika diperhatikan pertautan antara teks pertama dan teks kedua pada mulanya tidak memiliki koherensi antar kalimat.

Namun dengan menggunakan kata hubung ‘..karena..’ sebagai kata hubung penjelas dan membuat kalimat tersebut menjadi koheren dan menggambarkan

82

kondisi tertekan dan ketidaksiapan mental yang dialami oleh kontestan William untuk mengikuti pressure test dan bersaing dengan kontestan Rissa sehingga pada awalnya ia tidak memperdulikan kehadiran dari guest chef tersebut dan tidak mengingat identitas diri dari guest chef tersebut. Selain itu, ekspresi dan gerak- gerik tubuh dari William tidak mendukung teks komentar yang disampaikan tersebut dimana dalam adegan tersebut William ditampilkan tersenyum dan tidak menunjukkan tanda-tanda kestressannya dan ketidaksiapannya dalam mengikuti challenge pressure test terakhir ini sehingga bertolak belakang dengan adegan yang ditampilkan dan teks yang disampaikan sehingga tidak menciptakan koheren di antara masing-masing bagian tersebut.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Waktu Chef Frank Mikro presentasi jujur gua gak ngerti ngomong apa bahasa inggrisnya fluent banget dan gua liat responnya William angguk, ngerti sedangkangua ngangguk tapi gak ngerti”.

Dari teks pertama tersebut yang berbunyi ‘...Waktu Chef Frank presentasi masakannya sejujurnya gua gak ngerti Chef Frank ngomong apa karena bahasa inggrisnya fluent banget...’ yang menggambarkan ketidakfahaman Rissa mengenai presentasi masakan yang dijelaskan oleh Chef Frank karena kefasihan Chef Frank dalam menggunakan bahasa inggris tersebut sehingga tidak sesuai dengan kemampuan Rissa dalam berbahasa inggris sehingga menyebabkan kesulitan bagi

Rissa untuk memahami presentasi masakan dari chef tersebut. Lalu diikuti dengan teks kedua yang berbunyi ‘...gua ngeliat responnya William tuh yang angguk..ngangguk...ngangguk ngerti...sedangkan gua tu lebih ke arah yang

83

ngangguk..ngangguk..ngangguk tapi gua gak ngerti...’. Pada awalnya pertautan antara teks pertama dan kedua tidak memiliki koherensi karena teks pertama menceritakan kefasihan Chef Frank dalam berbahasa inggris sehingga membuat

Rissa tidak memahami maksud dari presentasi masakan chef tersebut dan teks kedua menceritakan respon dari lawan pesaingnya yaitu William yang menganggukan kepala sebagai tanda memahami presentasi masakan dari Chef

Frank tersebut. Kedua kalimat tersebut menjadi koheren dengan dihubungkannya dengan kata hubung ‘dan’ untuk menambahkan pernyataan lain bahwa kompetitornya William menganggukan kepala tanda mengerti dengan presentasi masakan Chef tersebut.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Biasanya gua itu masak Mikro sangat panik, sangat terburu-buru.. ini gua berusaha sangat tenang”.

Antara teks komentar dengan adegan yang ditampilkan tidak memiliki koheren dimana pada adegan tersebut ditampilkan gerak-gerik memasak Rissa yang sangat terburu-buru dalam memasak misalnya dari cara meletakkan peralatan memasak yang sedikit dibanting lalu menunjukkan ekspresi panik yang ditandai dari ekspresi wajah Rissa yang merasa kebingungan dan merasa takut disaingi oleh William dan tidak menujukkan ketenangan dalam memasak sehingga tidak tampak koheren dengan teks komentar tersebut.

84

7) Koherensi Kondisional

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Gua ngambil fortune Mikro Kondisional cookies dan dengan pedenya gua ambil gua remuk pake tangan gua dan gua berharap isinya menunjukkan bahwa gua sebagai orang pertama yang masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia Session 3”.

Pada komentar teks tersebut yang menjadi induk kalimat adalah ‘....Gua ngambil fortune cookies dan gua berharap isinya menunjukkan bahwa gua sebagai orang pertama yang masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia Session 3....’.

Pada induk kalimat tersebut sudah menjelaskan bahwa William mengambil fortune cookies dan ia berharap ia akan masuk sebagai garndfinalis pertama di galerry Master Chef. Pada induk kalimat tersebut sudah memiliki makna yang jelas tanpa harus disertai dengan anak kalimat yang menggunakan kata hubung

‘dan’ yang berfungsi untuk menjelaskan bahwa dengan kepercayaan diri yang cukup tinggi yang dimiliki oleh William, ia mengambil fortune cookies tersebut lalu meremuknya dengan menggunakan tangannya sendiri. Hal ini menunjukkan seolah-olah William ingin menunjukkan ambisinya dan kepercayaan dirinya bahwa ia pasti akan menang dan masuk sebagai grandfinalis pertama di Master

Chef .

85

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Saya tidak berkecil hati Mikro Kondisional karena dari hasil komentar Chef Wan itu jelas gua ga akan mungkin menang”.

Pada teks tersebut yang menjadi induk kalimat dari komentar di atas adalah ‘...dari komentar Chef Wan itu jelas gua ga akan mungkin menang...’ dimana teks tersebut sudah menjelaskan bahwa berdasarkan dari komentar Chef

Wan pada challenge yang lalu dimana Chef Wan mengatakan bahwa tekstur warna masakan duplikasi Rissa berbeda dengan masakan yang dimasak oleh Chef

Wan dan dari masakan Rissa ada bagian yang tidak matang. Berdasarkan dari komentar Chef Wan tersebut Rissa sudah merasa yakin bahwa ia tidak akan mungkin menang. Pada induk kalimat tersebut sudah menjelaskan inti dari maksud kalimat tersebut tanpa harus disertai dengan anak kalimat yang berbunyi

‘..saya tidak berkecil hati...’ yang memberikan penjelasan bahwa seolah-olah

Rissa memiliki kesabaran dan jiwa semangat yang kuat untuk terus bersaing dengan kontestan lainnya dan tidak kecewa dengan isi dari fortune cookies yang bertuliskan ‘...Sangat bagus tidak cukup kami mencari yang terbaik dia ada disebelah kamu...’.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Saya waktu ngeliat Brian Mikro Kondisional menang biasa aja juga gak pengen ngasih selamet, saya juga gak mau munafik karena kalau memang dia layak jadi pemenang saya akan kasih selamet tapi kalau menurut saya.... (diam sebentar)

86

sorry ya secara kualitas dia dibawah ini... saya gak pantes kasih selamat sih...(sambil mengangkat kedua bahi dan tangannya disertai dengan wajah apatis)”.

Berdasarkan pada analisis peneliti yang menjadi induk kalimat dari komentar di atas adalah teks yang berbunyi ‘...saya waktu ngeliat Brian menang biasa aja, menurut saya.... sorry ya secara kualitas dia dibawah ini.. saya gak pantes kasih selamat sih...’. Pada induk kalimat tersebut sudah menjelaskan bahwa ketika Rissa mengetahui Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master

Chef, Rissa tidak ingin mengucapkan selamat kepada Brian karena Rissa menganggap bahwa kualitas memasak Brian masih rendah sehingga ia tidak layak menjadi grandfinalis pertama di galerry Master Chef. Dari induk kalimat tersebut sudah memiliki maksud yang jelas tanpa harus disertai dengan anak kalimat yang berfungsi sebagai kalimat penjelas kekesalan dan ketidaksetujuan Rissa atas kemenangan Brian yang berbunyi ‘...saya gak pengen ngasih selamet, saya juga gak mau munafik karena kalau memang dia layak jadi pemenang saya akan kasih selamet...’. Dengan munculnya anak kalimat tersebut menunjukkan seolah-olah

Rissa menyimpan kecemburuan atas prestasi yang diperoleh Brian dan enggan untuk mengucapkan selamat kepada Brian karena Rissa menganggap kemampuan

Brian masih dibawah rata-rata dan tidak layak untuk menjadi grandfinalis pertama di galerry Master Chef.

87

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Selama di overseas aku Mikro Kondisional selalu menang dan itu aku bisa menunjukkan ke semua lawan kalau aku tuh bener-bener mempunyai passion, benar-benar mempunyai kemampuan dan aku layak berada di grandfinal Master Chef Indonesia 3”.

Pada teks komentar di atas yang menjadi induk kalimat adalah ‘...Selama di overseas aku selalu menang dan aku layak berada di grandfinal Master Chef

Indonesia 3..’. Pada induk kalimat tersebut sudah menjelaskan bahwa selama berada di Malaysia di setiap tantangan yang diberikan oleh para juri, Brian selalu dapat memenangkan tantangan memasak tersebut sehingga dengan prestasinya tersebut Brian merasa ia sudah layak untuk menjadi grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3 tanpa harus disertai anak kalimat yang menjelaskan ‘....aku bisa menunjukkan ke semua lawan kalau aku tuh bener-bener mempunyai passion, benar-benar mempunyai kemampuan..’ karena dengan keberhasilan Brian memenangkan setiap challenge di over seas itu sudah menunjukkan bahwa ia memiliki passion dan kemampuan memasak yang baik.

Pada komentar ini Brian seolah-olah ingin menunjukkan kemampuannya memasak kepada lawan kompetitornya bahwa ia memang benar-benar layak untuk menjadi peserta pertama yang berhasil masuk di grandfinal Master Chef

Indonesia Session 3.

88

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Kenapa mesti dia sih yang Mikro Kondisional masuk pertama kali ke grandfinal kenapa gak gua... padahal sebelumnya masakan gua tuh paling positif ya komennya”.

Induk kalimat yang terdapat pada teks komentar tersebut berbunyi

‘.....Kenapa mesti dia sih yang masuk pertama kali ke grandfinal.. padahal sebelumnya masakan gua tuh paling positif ya komennya....’ dari induk kalimat tersebut sudah menjelaskan mengenai ketidaksetujuan William dengan keberhasilan Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef karena pada tantangan menduplikasi masakan dari Chef Wan, William merasa mendapatkan komentar yang positif dari para juri sehingga William tidak menyangka bahwa Brian yang akan masuk sebagai grandfinalis. Oleh sebab itu pada komentar tersebut tidak perlu disertai dengan anak kalimat yang berbunyi

‘...kenapa gak gue...’ karena pada induk kalimat maksud dari kalimat tersebut sudah dijelaskan bahwa William merasa mendapatkan komentar yang positif dari para juri.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Waktu Chef Frank Mikro Kondisional presentasi masakannya sejujurnya gua gak ngerti Chef Frank ngomong apa karena bahasa inggrisnya fluent banget dan gua ngeliat responnya William tuh yang angguk.. ngangguk... ngangguk ngerti... sedangkan gua tu lebih ke arah yang ngangguk...... ngangguk.. ngangguk tapi gua gak ngerti”.

89

Induk kalimat pada teks tersebut berbunyi ‘.....Waktu Chef Frank presentasi masakannya gua ngeliat responnya William tuh yang angguk..ngangguk.. ngangguk ngerti.. sedangkan gua tu lebih ke arah yang ngangguk..ngangguk... ngangguk tapi gua gak ngerti...’. Induk kalimat pada teks tersebut menjelaskan ketidakfahaman Rissa dengan presentasi masakan dari Chef

Frank sementara Rissa merasa William lebih menguasai dan faham dengan presentasi masakan yang disampaikan oleh Chef Frank yang ditandai dengan anggukan kepala dari William yang menyatakan kefahamannya dengan prentasi masakan tersebut. Pada anak kalimat dari teks tersebut berbunyi ‘...sejujurnya gua gak ngerti Chef Frank ngomong apa karena bahasa inggrisnya fluent banget...’ merupakan kaliamt penjelas yang menyatakan bahwa Rissa tidak memahami presentasi masakan dari Chef Frank dikarenakan kurang fasihnya Rissa dalam berbahasa inggris. Hal itu menunjukkan bahwa William lebih menguasai maksud dari masakan yang dimasak oleh Chef Frank dibandingkan dengan Rissa sehingga

William lebih mengetahui mengenai hal apa yang paling terpenting yang harus diutamakan dari menu masakan tersebut.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Sebenarnya gua faham Mikro Kondisional konsepnya tapi yang mungkin crusial disini adalah cooking time untuk fishnya dan vegetable nya”.

Induk kalimat dari teks tersebut berbunyi ‘....mungkin crusial disini adalah cooking time untuk fishnya dan vegetable nya....’ yang menjelaskan bahwa hal yang terpenting pada tantangan memasak pada pressure test ini adalah waktu

90

untuk memasak ikan dan sayuran yang harus diperhatikan oleh masing-masing kontestan. Namun pada anak kalimat terdapat teks yang berbunyi ‘...sebenarnya gua faham konsepnya...’ yang sebenarnya tidak perlu dijadikan sebagai anak kalimat karena dengan William mengatakan yang paling penting dari tantangan memasak pada pressure test ini adalah waktu untuk memasak ikan dan sayuran tentunya William sudah mengetahui mengenai konsep dari masakan tersebut.

Dengan ditambahkannya anak kalimat tersebut menjelaskan bahwa William ingin menunjukkan bahwa ia faham mengenai konsep masakan tersebut dan ia merasa yakin bahwa ia dapat memenangkan tantangan tersebut.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Aku lebih tertarik untuk Mikro Kondisional melawan William ya mungkin karena bagiku William adalah saingan terberat jadi aku pengen buktiin kepada diriku sendiri aku pengen ngalahin dia”.

Induk kalimat pada teks komentar di atas berbunyi ‘..Aku lebih tertarik untuk melawan William ya mungkin karena bagiku William adalah saingan terberat...’ dari induk kalimat tersebut sudah menjelaskan bahwa saingan terberat

Brian selama berada di galerry Master Chef adalah William karena William merupakan salah satu kontestan yang paling sering mendapatkan komentar positif dari para juri dan paling sering memenangkan setiap challenge dan tidak pernah masuk di tantangan pressure test Master Chef Indonesia Session 3, sehingga Brian merasa sangat tertantang untuk dapat bersaing lebih ‘ekstrem’ dengan William di

91

session grandfinal Master Chef Indonesia Session 3. Anak kalimat yang terdapat pada komentar teks di atas berbunyi ‘....jadi aku pengen buktiin kepada diriku sendiri aku pengen ngalahin dia...’. Menurut peneliti anak kalimat tersebut tidak perlu disertai dalam teks tersebut karena dengan menjadikan William sebagai saingan terberat Brian, tentunya Brian ingin membuktikan kemampuannya kepada semua orang bahwa Brian ingin mengalahkan William di grandfinal Master Chef dimana William memiliki citra best image contestant dari para juri dengan kemampuannya untuk selalu memenangkan tantangan di galerry Master Chef dan tidak pernah masuk sebagai peserta di pressure test.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Saat masak gua gak Mikro Kondisional ngerasa kesulitan karena itu potongan sayurannya semua julient dan gua terbiasa motong rapi,tipis, kecil itu gua udah biasa”.

Induk kalimat pada teks tersebut berbunyi ‘...Saat masak gua gak ngerasa kesulitan karena itu potongan sayurannya semua julient..’ yang menjelaskan bahwa ketika kompetisi pressure test itu sedang berlangsung Rissa tidak merasa kesulitan dalam memasak karena semua potongan sayurannya julient (potongan tipis dan kecil) yang merupakan salah satu tantangan utama dari menu masakan tersebut. Sementara pada anak kalimat terdapat kalimat ‘gua terbiasa motong rapi,tipis, kecil itu gua udah biasa’ menurut peneliti anak kalimat tersebut tidak perlu disertai dalam kalimat tersebut dimana maksud dari kalimat tersebut sudah dijelaskan pada anak kalimat yang mengatakan bahwa Rissa tidak merasa

92

kesulitan dalam memotong sayuran yang julient. Hal ini yang menjelaskan bahwa

Rissa ingin menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan memotong rapi, tipis dan kecil dan ia sudah terbiasa menggunakan teknik memotong rapi, tipis dan kecil tersebut sehingga ia merasa yakin dapat melewati tantangan dari menu masakan tersebut.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Koherensi “Kemampuannya William Mikro Kondisional itu gak bisa dianggap enteng ya, karena dia itu cukup pinter, dia cukup detail juga dalam memasak.” Induk kalimat pada teks tersebut terdapat pada kalimat ‘...William itu cukup pinter, dia cukup detail juga dalam memasak...’ yang menjelaskan bahwa

William sebagai pesaing terberatnya memiliki keahlian dan kemampuan yang sangat bagus dalam bidang memasak karena William mampu mengolah makanan tersebut menjadi sebuah masakan yang memiliki tekstur dan cita rasa yang tinggi dan William juga sangat detail dan sangat berhati-hati dalam memasak.

Sedangkan pada anak kalimat terdapat kalimat ‘...kemampuannya William itu ga bisa dianggap enteng ya..’ menurut peneliti dengan kemampuan William yang diketahui Brian cukup pintar dan cukup detail dalam memasak tidak perlu disertai dengan anak kalimat yang menjelaskan bahwa kemampuan William tidak dapat dianggap rendah oleh kontestan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Brian ingin menyampaikan bahwa William adalah saingan terberatnya selama berada di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

93

8) Kata Ganti

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Sintaksis Kata Ganti “Jadi yang kita cari adalah Mikro teknik untuk memotong yang sangat presize ya, teknik prancis tapi rasanya rasa asia”.

Kata ganti ‘..kita...’ yang digunakan oleh Chef Marinka seolah-olah menjadi sebuah representasi dari sikap semua para juri pada tantangan pressure test di galerry Master Chef yang menyetujui pernyataan dari Chef Frank yang mengatakan bahwa tantangan memasak dalam pressure test ini ada pada teknik memotong yang julient namun memiliki cita rasa asia.

9) Leksikon

Struktur Hal Yang Elemen Data yang dianalisis Wacana Diamati Struktur Stilistik Leksikon “Paling deg-degan mungkin Mikro ya selama di galerry Master Chef karena ini menentukan siapa yang pertama akan masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia 3”.

Pemilihan kata di atas memiliki arti yang sama dengan kata gelisah, cemas, risau, panik, kuatir dan lain-lain. Brian menggunakan kata deg-deg-an untuk menunjukkan kondisi mental Brian yang tidak karuan dalam menanti hasil keputusan para juri.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Stilistik Leksikon “Saya tidak berkecil hati Mikro karena dari hasil komentar Chef Wan itu jelas gua ga akan mungkin menang”.

94

Pemilihan kata di atas memiliki arti sama dengan kata sedih, kecewa, putus asa dan lain-lain. Rissa menggunakan makna kiasan ‘..berkecil hati..’ untuk menujukkan ketidakputusasaannya terhadap komentar Chef Wan yang membuat kepercayaan dirinya untuk menang menjadi hilang.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Stilistik Leksikon “Bagi gua kali ini adalah satu Mikro kehormatan bisa dibattle bareng William”.

Pemilihan kata di atas memiliki arti yang sama dengan kata kebahagiaan, keinginan, cita-cita, dan lain-lain untuk menunjukkan rasa bangganya dapat bersaing dengan William sebagai pesaing terberat Rissa di galerry Master Chef

Indonesia.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Stilistik Leksikon “Konsep yang diberikan gak Mikro sesimple yang loe lihat, jadi sebenarnya tuh banyak teknik cooking disana dan life skill loe mesti wow banget”.

Pemilihan kata di atas memiliki arti yang sama dengan kata bagus, tinggi, sempurna, hebat dan lain-lain. Pemilihan kata tersebut menujukkan bahwa

William ingin menunjukkan betapa sulitnya tantangan memasak tersebut sehingga dibutuhkan keahlian memasak yang memadai agar dapat melewati tantangan tersebut.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Stilistik Leksikon “Hari ini saya akan tempur Mikro dengan William saya merasa ini grandfinal buat saya sendiri”.

95

Pemilihan kata di atas juga memiliki arti yang sama dengan kata bersaing, diadu, berlomba, bertanding dan lain-lain. Rissa memilih kata ‘...tempur...’ untuk menujukkan pertandingan memasak yang sangat ketat dan membutuhkan perjuangan yang cukup besar untuk dapat melewati tantangan memasak mengalahkan William.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Stilistik Leksikon “Lawan gua Rissa di Mikro pressure test cukup mengerikan ya, jadi gua harus waspada banget”.

Pemilihan kata di atas sama dengan kata menyeramkan, membahayakan, menakutkan dan lain-lain. William memilih menggunakan kata ‘...mengerikan...’ untuk menggambarkan sesuatu hal yang sangat membahayakan posisi William untuk dapat merebut posisi sebagai grandfinalis kedua di galerry Master Chef.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Stilistik Leksikon “Aku lebih tertarik untuk Mikro melawan William ya mungkin karena bagiku William adalah saingan terberat jadi aku pengen buktiin kepada diriku sendiri aku pengen ngalahin dia”.

Pemilihan kata di atas memiliki arti yang sama dengan kata menantang, menyaingi, bertarung dan lain-lain. Brian melakukan pemilihan kata

‘...melawan...’ untuk menunjukkan keinginan Brian untuk berkompetisi dengan

William untuk memenangkan posisi sebagai juara pertama di galerry Master Chef

Indonesia Session 3.

96

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Stilistik Leksikon “Kemampuannya William itu Mikro ga bisa dianggap enteng ya, karena dia cukup pinter, dia detail juga dalam memasak kalau Rissa lumayanlah”.

Pemilihan kata di atas memiliki arti yang sama dengan kata mudah, sepele, gampang, dan lain-lain. Brian memilih menggunakan kata ‘...enteng...’ untuk menggambarkan bahwa kemampuan William dalam memasak cukup dapat diperhitungkan sehingga tidak mudah bagi Brian untuk dapat mengalahkan

William di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

10) Grafis

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Grafis Pengshootan kamera pada Mikro tampilan banner yang bertuliskan merek Saus Tiram Cap Panda (Oyster Sauce Panda Brand) dan banner masakan produk Indonesia dengan merek Sasa yang berada tepat di sebelah kanan para kontestan.

Peneliti melihat adanya penekanan pengambilan gambar terhadap tampilan banner yang berukuran besar dari suatu produk secara fokus sehingga membuat perhatian peneliti secara terus menerus dialihkan secara sengaja untuk memperhatikan tulisan serta gambar dari produk yang terdapat di dalam banner tersebut yang sekaligus menjadi background dari para kontestan berjalan. Selain itu tampilnya berulang kali merek sepatu yang dikenakan oleh para juri dengan merek sepatu Yongki Komaladi yang merupakan salah satu perusahaan merek

97

sepatu terbesar di dunia. Peneliti melihat munculnya merek sepatu tersebut tidak memiliki kaitan dengan genre program tayangan reality show Master Chef

Indonesia Session 3 dalam bidang masak-memasak. Peneliti mencurigai adanya pesan-pesan terselubung yang sengaja diciptakan oleh pihak-pihak berkuasa kepada pihak kapitalis untuk memasarkan produk mereka melalui wacana persaingan yang ada dalam masyarakat untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Grafis Pengshootan kamera yang Mikro dilakukan berkali-kali oleh pihak produksi untuk menekankan ekspresi gelisah kontestan Brian ketika sedang menanti hasil keputusan dari para juri mengenai siapa dari salah seorang kontestan top three yang berhasil masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI.

Peneliti melihat adanya pengambilan gambar yang menekankan ekspresi gelisah dari raut wajah dan gerak-gerik tubuh Brian ketika sedang menanti hasil keputusan dari para juri seperti menggigit bibir, menunduk ketakutan, menutup mata dan lain sebagainya. Peneliti beranggapan bahwa pengshootan kamera ini sengaja dilakukan untuk memberikan penekanan terhadap komentar Brian yang mengatakan bahwa ia sangat deg-deg an ketika sedang menanti hasil keputusan dari para juri.

98

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Grafis Pengshootan kamera untuk Mikro menekankan ekspresi kekecewaan dari wajah kontestan William ketika dikatakan ‘....bukan kamu sebagai pemenangnya tapi Brian...’ pada adegan tersebut terdapat penekanan gerak- gerik William seperti menundukkan kepala yang mencerminkan tanda kekecewaan William atas kekalahannya bersaing dengan Brian untuk menjadi grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

Peneliti melihat adanya pengambilan gambar yang dilakukan secara zoom in untuk menekankan ekspresi kekecewaan dari kontestan William berupa gerak- gerik tubuh dan ekspresi kekecewaan yang ditunjukkannya seperti pengshootan kamera ketika William menundukkan kepala sambil membuka mulutnya yang memberi tanda bahwa ia terkejut dengan hasil keputusan para juri yang mengatakan bahwa bukan ia yang masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry

Master Chef. Peneliti melihat ada unsur kesengajaan dalam pengshootan kamera ini untuk menekankan dan menegaskan kmentar William yang mengatakan bahwa ia sangat kecewa dengan keputusan para juri.

99

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Grafis Pengshootan kamera yang Mikro dilakukan oleh para kru Master Chef Indonesia Session 3 terhadap kontestan Rissa ketika mengetahui Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef. Pada adegan tersebut Rissa menunjukkan gerak- gerik tanda tidak tidak setuju dengan hasil keputusan para juri yang menyatakan bahwa Brian adalah grandfinalis pertama di grandfinal Master Chef dengan memukul-mukul fortune cookies dan membolak-balikkan arah badannya

Peneliti melihat pengambilan gambar tersebut merupakan hal yang disengaja untuk memberikan penekanan terhadap komentar Rissa yang mengatakan bahwa ia tidak menyetujui hasil keputusan dari para juri dan mengungkapkan kekesalannya dengan memukul-mukul fortune cookies tersebut.

Selain itu juga pengshootan kamera tersebut memberikan penekanan bahwa Rissa menganggap Brian memiliki kualitas yang masih rendah dan tidak layak menjadi grandfinalis pertama di galerry Master Chef.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Grafis Adegan dimana Brian Mikro mengatakan ingin bersaing dengan William, kamera langsung mengshoot wajah William

100

Penekanan elemen grafis ini juga terdapat dalam adegan dimana Brian mengatakan ingin bersaing dengan William, kamera langsung mengshoot wajah

William sehingga mengontrol ketertarikan pemirsa untuk memperhatikan William sehingga memberikan pemaknaan bahwa pernyataan Brian tersebut dianggap penting sehingga harus difokuskan.

11) Metafora

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Arti mungkin artinya ya Mikro belum pasti gue dan itu bikin gua gregetan banget.”

Kata ‘....gregetan...’ digunakan William untuk memperkuat makna bahwa ia sedang cemas, gelisah dan gundah gulana dengan munculnya kata

‘...mungkin...’ yang terdapat di dalam fortune cookies yang membuat dirinya merasa yakin dan tidak yakin dapat berhasil masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Saya tidak berkecil hati Mikro karena dari hasil komentar Chef Wan itu jelas gua ga akan mungkin menang”.

Ungkapan di atas digunakan oleh Rissa karena ia tidak ingin menunjukkan rasa sedih dan kecewa yang ia rasakan atas isi kertas dari fortune cookies yang berisikan ‘Sangat bagus tidak cukup kami mencari yang terbaik dia ada disebelah kamu’ karena jika Rissa menggunakan kata tidak bersedih dan tidak kecewa maka

101

akan ada penekanan makna secara eksplisit bahwa Rissa merasa kecewa dengan isi kertas dari fortune cookies tersebut.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Agak kurang yakin ya bisa Mikro masuk di grandfinal tapi aku mencoba tetep positive thinking kalau aku tuh bisa masuk ke grandfinal”.

Ungkapan kata di atas digunakan oleh Brian untuk memberikan penekanan secara eksplisit bahwa ia ingin menunjukkan keyakinannya bahwa ia dapat berhasil masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Saya waktu ngeliat Brian Mikro menang biasa aja juga gak pengen ngasih selamet, saya juga gak mau munafik karena kalau memang dia layak jadi pemenang saya akan kasih selamet tapi kalau menurut saya.... (diam sebentar) sorry ya secara kualitas dia di bawah ini... saya gak pantes kasih selamat sih...(sambil mengangkat kedua bahu dan tangannya disertai dengan wajah apatis)”.

Ungkapan kata di atas yang digunakan Rissa adalah untuk memberikan penekanan bahwa kualitas dari kemampuan Brian memasak masih berada di bawah standar sebagai grnadfinalis pertama di galerry Master Chef.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Selama di overseas aku Mikro selalu menang dan itu aku bisa menunjukkan ke semua

102

lawan kalau aku tuh bener- bener mempunyai passion, benar-benar mempunyai kemampuan dan aku layak berada di grandfinal Master Chef Indonesia 3”.

Ungkapan kata di atas digunakan oleh Brian untuk memberikan penekanan bahwa sesungguhnya ia memiliki keinginan untuk menjadi chef profesional dengan kemampuan memasak yang ia miliki.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Bagi gua kali ini adalah satu Mikro kehormatan bisa dibattle bareng William”.

Kata di atas digunakan oleh Rissa untuk memberikan penekanan bahwa ia sangat bangga dan senang dapat diadu dengan William dalam kompetisi memasak di pressure test karena bagi Rissa, William adalah kontestan terberat bagi Rissa karena William memiliki kemampuan memasak yang sangat baik.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Ternyata ada Chef dari Mikro Malaysia ya, karena gua udah stres banget masuk pressure test gue sampe ga inget deh namanya siapa”.

Kata di atas digunakan oleh William untuk memberikan penekanan bahwa ia sangat tertekan dan tidak siap dengan kondisi gagalnya William masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

103

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Konsep yang diberikan gak Mikro sesimple yang loe lihat, jadi sebenarnya tuh banyak teknik cooking disana dan life skill loe mesti wow banget”.

Kata ‘...teknik cooking...’ digunakan oleh William untuk memberikan penekanan bahwa hal terpenting dari tantangan memasak dalam menu menduplikasi masakan Prancis ini adalah teknik cara memasak dan menggunakan pisau’. Kata ‘..lifeskill..’ juga digunakan untuk memberikan penekanan bahwa untuk memenangkan tantangan menu masakan Prancis harus memiliki pengalaman memasak yang cukup baik. Kata ‘..wow..’ juga digunakan untuk memberikan penekanan bahwa setiap kontestan harus memiliki teknik memotong dengan menggunakan pisau yang baik dan pengalaman memasak yang juga harus diutamakan.

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Hari ini saya akan tempur Mikro dengan William saya merasa ini grandfinal buat saya sendiri”.

Kata di atas digunakan oleh Rissa untuk memberikan penekanan bahwa kompetisi yang akan ia jalani bukan kompetisi biasa sehingga dibutuhkan semangat dan perjuangan yang cukup besar untuk dapat melawan William di galerry Master Chef.

104

Struktur Hal Yang Elemen Data Yang Dianalisis Wacana Diamati Struktur Retoris Metafora “Untuk sekarang ini siapa Mikro pun lawan gua udah gak ngaruh lagi kayaknya ya, yang penting adalah gua bisa masuk ke grandfinal dan siapa pun lawannya ntar yang terakhir ya gua akan mati-matian disitu”.

Kata di atas digunakan oleh William untuk memberikan penekanan mengenai makna dari suatu usaha yang sangat kuat dan membutuhkan perjuangan besar untuk mendapatkan posisi sebagai juara pertama di galerry Master Chef.

4.2.2. Superstruktur

Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Pada proses penyusunan scene per scene tayangan Master Chef Indonesia Session 3 kru melakukan penyusunan rundown editing. Brahmantyo Nugroho Wikastopo seorang Produser RCTI yang menggarap langsung tayangan Master Chef

Indonesia Session 3 mengatakan;

“Setelah proses shooting selesai, kami menyusun rundown editing berdasarkan materi shooting yang sudah ada. Kami susun adegan per adegannya dan memberikan backsound yang sesuai dengan adegan yang ada agar story bisa lebih mengena ke pemirsa.” Berdasarkan pada kutipan di atas para kru / pekerja media melakukan startegi penyusunan rundown editing yaitu memilih adegan per adegan dan mengatur adegan per adegan mana yang akan diambil dan diedit sesuai dengan

105

materi shooting yang sudah ada dan disepakati sehingga adegan per adegan dapat disusun menjadi satu kesatuan yang utuh.

1) Summary

Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Superstruktur Skematik (Summary) Judul

Pada episode top three segmen ke-6 tayangan reality show Master Chef

Indonesia Session 3 ini mengusung tema persaingan antar kontestan top three.

Beliau mengatakan;

“Master Chef Indonesia 3 merupakan program TV berbasis ajang kompetisi antar kontestan top three dalam merebut posisi sebagai grandfinalis di galerry Master Chef Indonesia 3. Jadi, persaingan menjadi salah satu ciri khas dari tayangan ini yang sekaligus menjadi tema dalam episode ini”. Tema persaingan yang terdapat dalam episode top three segmen ke-6 tayangan Master Chef Indonesia Session 3 ini merupakan iklim persaingan yang tercipta secara alami di setiap kompetisi namun masih terdapat campur tangan dari pihak kru yang terlibat dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3.

Pernyataan tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Brahmantyo;

“Pada dasarnya iklim persaingan akan secara alami tercipta di setiap kompetisi, jadi kru hanya mengcapture kejadian yang sudah ada namun tetap saja sambil mengarahkan agar sesuai dengan standar broadcast yang sudah ada”.

Dari kutipan di atas jelas bahwa sesungguhnya persaingan yang dilakukan oleh kontestan awalnya merupakan persaingan yang tercipta secara alami namun dibalik adegan tersebut terungkap bahwa ada pengarahan-pengarahan yang dilakukan oleh pekerja media agar persaingan yang diciptakan dapat terbentuk sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah persaingan ketat yang ditampilkan

106

secara berlebihan sehingga dapat mengaburkan kesadaran pemirsa yang menonton tayangan tersebut.

Struktur Wacana Hal Yang Diamati ELEMEN Superstruktur Skematik (Summary) Lead (Pengantar Ringkasan)

Pada episode top three segmen ke-6 ini terdapat pengantar ringkasan yang berisi kalimat;

“Perasaan tegang sangat dirasakan oleh William, Rissa dan Brian. Tetapi mereka tetap menikmati hidangan di restoran. Besok mereka akan tau siapa yang akan menjadi grandfinalis pertama. Untuk mengendurkan rasa cemas top three diberi kesempatan untuk berbelanja oleh-oleh”. Berdasarkan analisis peneliti pada elemen Van Dijk pada bagian pengantar ringkasan yang terdapat dalam segmen tersebut tidak menekankan apa yang ingin dikatakan sebagai kalimat pengantar sebelum masuk ke dalam isi tayangan secara lengkap. Namun Bramantyo mengatakan bahwa pengantar ringkasan tersebut dipilih berdasarkan pada pengendalian tempo jalannya alur cerita itu sendiri.

Bramantyo berkata;

“Pada bagian lead ini kami tidak menceritakan kalimat pengantar yang menceritakan mengenai persaingan kontestan top three dalam merebut posisi grandfinalis di galerry Master Chef. Sebenarnya kami lebih kearah pengendalian tempo jalannya alur cerita itu sendiri karena kita tidak bisa mengedepankan ketegangan semata dalam sebuah persaingan yang menjadi tema dari tayangan ini, jadi butuh formula untuk ‘tarik ulur’ emosi pemirsa.” Berdasarkan pada elemen Van Dijk sub kategori lead dengan isi lead dari kutipan di atas tidak memiliki hubungan dimana seharusnya pada bagian lead menceritakan atau menggambarkan ringkasan dari isi tayangan yang akan ditayangkan di dalam segmen ke-6 yaitu persaingan perebutan posisi sebagai grandfinalis di galerry Master Chef yang dilakukan oleh kontestan top three

Master Chef Indonesia Session 3.

107

Selain itu pada bagian lead (pengantar ringkasan) terdapat adegan makan siang di sebuah restoran yang dilakukan oleh kontestan dimana para kontestan duduk dengan membentuk circle (setengah lingkaran) dimana kontestan Rissa duduk di posisi bagian tengah yang secara kebetulan Rissa merupakan kontestan yang tidak berhasil masuk sebagai grandfinalis di galerry Master Chef.

Brahmantyo mengatakan;

“Sebenarnya alasannya lebih ke look on air saja, karena kita sedikit banyak harus memikirkan estetika look dari angle pengambilan gambarnya. Untuk perihal ini, kita memang harus mengatur posisi duduk kontestan tersebut”. Jika diperhatikan secara lebih mendetail ternyata untuk penempatan posisi duduk dari masing-masing kontestan sudah diatur sedemikian rupa oleh pekerja media demi mengutamakan kepentingan estetika semata dan bukan merupakan tindakan yang memang sengaja dilakukan oleh para kontestan.

2) Story

Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Superstruktur Skematik (Story) Situasi (Episode/Kisah Utama)

Pada segmen ke-6 episode top three Master Chef Indonesia Session 3 latar yang dipilih adalah kawasan Putra Jaya Malaysia. Hal ini dapat dilihat dari komentar dari Chef Arnold kepada para kontestan top three yang mengatakan;

“Selamat datang di Putra Jaya, ini adalah kota yang sengaja dibangun oleh pemerintah malaysia untuk pemerintahan”.

Menurut Brahmantyo Nugroho Wikastopo seorang Produser RCTI

Production dari tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3 yang diwawancarai oleh peneliti melalui email mengatakan kawasan Putra Jaya

Malaysia dipilih sebagai latar pada segmen ke-6 episode top three dengan view di

108

tepi laut karena berdasarkan pada pertimbangan estetika dan look on air, berikut hasil wawancaranya;

“Pada episode top three segmen ke-6 ini kami memilih kawasan Putra Jaya Malaysia dengan latar belakang view di tepi laut karena berdasarkan pada pertimbangan nilai estetika dan tentu saja look on air. Apalagi ini challenge overseas, kami harus menyajikan satu view yang benar-benar menunjukkan bahwa kami memang sedang overseas”. Dari kutipan ‘.....apalagi ini challenge overseas, kami harus menyajikan satu view yang benar-benar menunjukkan bahwa kami memang sedang overseas....’ menjelaskan bahwa para pekerja media ini sengaja memilih kawasan

Putra Jaya Malaysia dengan view tepi laut untuk menunjukkan dan menekankan kepada pemirsa bahwa kompetisi episode top three ini memang benar-benar diadakan di luar negeri yaitu Negara Malaysia. Selain itu penggunaan kata

‘....menunjukkan...’ memberi penekanan makna bahwa para pekerja ingin memberikan pembuktian kepada para pemirsa bahwa episode top three ini merupakan episode overseas sehingga kompetisinya juga diadakan di overseas.

Kisah utama dari episode top three awalnya terdapat pada fortune cookies yang digunakan sebagai media pemberitahuan keputusan dari para juri mengenai siapa dari salah satu kontestan yang berhasil masuk sebagai grandfinalis pertama dimana masing-masing dari peserta mengambil salah satu dari fortune cookies yang disediakan oleh para juri. Menurut Brahmantyo, fortune cookies dipilih sebagai media pemberitahuan keputusan para juri hanya semata-mata untuk memberikan nuansa baru yang lebih segar dan fortune cookies yang diambil oleh peserta merupakan murni pilihan dari masing-masing kontestan. Brahmantyo menjelaskan;

109

“Sebenarnya semata-mata lebih kepada pemberian gimmick agar treatment punya nuansa baru yang lebih segar. Untuk pemilihan fortune cookies kontestan tidak ada pengaturan dari para kru”. Adegan selanjutnya terdapat pada adegan penantian keputusan dari para juri mengenai siapa dari salah satu kontestan top three yang berhasil masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef dimana Brian ditampilkan lebih menonjol dari segi ekspresi gelisah dalam menanti hasil keputusan grandfinalis pertama dari pada juri dibandingkan dengan ekspresi gelisah William dan Rissa. Brahmantyo menjawab;

“Brian merupakan salah satu kontestan yang mampu memperlihatkan ekspresi dengan baik jadi kami sengaja menonjolkan ekspresi Brian. Sebenarnya tidak hanya Brian, William dan Rissa pun juga kami tunjukkan, namun hanya saja yang lebih mengena kepada pemirsa khususnya adalah ekspresi Brian.”

Dari wawancara tersebut menjelaskan bahwa para pekerja media sengaja menonjolkan kontestan Brian dari sisi ekpresi karena menurut para pekerja media

Brian adalah salah satu kontestan yang mampu memperlihatkan ekspresi yang baik sehingga dengan kemampuan ekspresi yang Brian miliki para pekerja media memanfaatkan adegan tersebut agar cerita yang disampaikan lebih mengena dan lebih menarik untuk ditonton oleh pemirsa televisi.

Pada adegan selanjutnya juga muncul Chef Frank Bruwier sebagai chef terakhir dari Prancis di tantangan pressure test yang memberi tantangan menduplikasi masakan Prancis dengan menu Sole Paupiette Glazed With Oyster

Sauce Vegetable Julienne Sauted in Sesame Oil and Tangy Soy Sauce dimana pada segmen sebelumnya di episode top three para kontestan diberi tantangan memasak dengan menu khas Malaysia. Selain itu juga dalam tantangan menduplikasi masakan menu Prancis ini teknik memotong yang baik merupakan salah satu penilaian yang diutamakan oleh para juri. Brahmantyo mengatakan;

110

“Alasan dipilihnya menu masakan Prancis karena Prancis merupakan salah satu negara yang mempunyai teknik memasak yang cukup rumit dalam proses memasaknya dan banyak sekolah memasak disana dan banyak chef handal yang merupakan lulusan sekolah kuliner disana salah satunya adalah chef Degan yang merupakan lulusan dari sekolah kuliner disana. Selain daripada itu ya lebih kepada alasan secara teknik dan skill memasak saja. Karena ini masih termasuk challenge duplicate dish maka menu yang dipilih merupakan signature dish dari Chef Frank. Selain itu teknik memotong atau knife skill merupakan salah satu aspek dalam penilaian selain rasa dan plating”. Dari kutipan di atas jelas bahwa pemilihan menu masakan dari Prancis serta guest chef yang berasal dari Prancis tidak terlepas dari pengaruh pihak dominan yang ikut menentukan menu masakan Prancis dan guest chef dari Prancis tersebut yaitu Chef Degan yang merupakan lulusan dari sekolah memasak di

Prancis. Selain itu pertimbangan lainnya adalah negara Prancis merupakan salah satu negara dengan tekhnik memasak yang cukup rumit dalam proses memasaknya.

Pada bagian isi jalannya suatu peristiwa terdapat tampilan adegan dimana

Rissa merasa kebingungan dengan presentasi masakan dari Chef Frank yang menggunakan bahasa Inggris sedangkan William lebih ditampilkan memahami presentasi masakan menu dari Chef Frank . Brahmantyo mengatakan;

“Kru secara umum mengetahui perihal ini dan secara off air jika ada hal yang kurang jelas pasti akan kami bantu. Bukan bermaksud menonjolkan kelebihan atau kekurangan dari salah satu masing-masing peserta, William dan Risaa sama-sama kami angkat ceritanya dari dua sisi, yakni sisi William yang dengan gampang mengerti arahan Chef Frank dan Rissa yang agak sedikit susah mengartikan arah tersebut. Karena kami harus bisa menyajikan variasi cerita yang tentu saja harus beragam agar jalannya story di challenge ini tetap ada dan menarik pemirsa”. Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa Rissa dan William ditonjolkan dalam dua sisi yang berbeda dimana William ditonjolkan dan digambarkan lebih menguasai arahan dan presentasi dari Chef Frank sedangkan Rissa ditonjolkan memiliki kekurangan dengan penguasaan bahasa Inggris sehingga Rissa mengalami kesulitan dalam memahami presentasi dari Chef Frank. Hal tersebut

111

tentunya menyebabkan terciptanya image yang kurang baik dengan karakter Rissa yang terlihat tidak menguasai bahasa Inggris dalam memahami arahan dari Chef

Frank.

Pada adegan persaingan dalam episode top three segmen ke-6 terdapat adegan dimana Rissa ditampilkan memotong wortel dengan rapi dibandingkan dengan William dimana salah satu aspek penilaian dari para juri adalah teknik memotong dengan menggunakan pisau yang baik. Brahmantyo menjelaskan;

“Tidak ada yang lebih ditonjolkan, karena pemilihan gambar itu kami selalu usahakan seimbang. Jika Rissa ditampilkan menonjol ketika memotong wortel, William sebelumnya sudah ditampilkan ketika dia lebih mudah mengerti arahan dari Chef Frank. Jadi sistemnya seperti tambal sulam saja. Jika di part A Rissa tidak perform, kita akan tampilkan di part B juga ketika Rissa bisa perform bagus disitu. Teknik memotong seperti yang sudah kami jawab sebelumnya merupakan salah satu aspek saja bukan aspek satu-satunya dalam penentuan Grandfinalis Master Chef Indonesia 3.” Berdasarkan pada kutipan di atas para pekerja media melakukan strategi penyusunan dan pergantian adegan per adegan yang menunjukkan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing kontestan secara seimbang sehingga di setiap scene terdapat pergantian adegan yang menampilkan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing kontestan sehingga tidak terjadi tumpang tindih di setiap scenenya. Peneliti melihat seharusnya penonjolan terhadap kemampuan dari kedua peserta ini ditonjolkan di dalam satu scene yang sama agar terlihat kelebihan yang dimilki oleh masing-masing perserta. Akan tetapi penonjolan kemampuan dari masing-masing kontestan ini tidak ditampilkan di dalam satu scene sehingga menimbulkan pemaknaan di benak pemirsa televisi bahwa kontestan William kurang memiliki kemampuan yang baik dalam menggunakan pisau untuk memotong wortel dengan rapi, tipis, dan kecil. Hal ini membuktikan ada bagian scene dari adegan William yang sedang memotong wortel dengan

112

menggunakan pisau yang disembunyikan dan tidak ditampilkan oleh pekerja media.

Selain itu pada proses berlangsungnya kompetisi antara Rissa dan William untuk memperebutkan posisi sebagai grandfinalis kedua di galerry Master Chef

Indonesia Session 3 terdapat dialog antara kontestan Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3 dengan para juri dan Chef

Frank di tengah-tengah berjalannya kompetisi untuk membahas mengenai siapa dari salah satu kontestan yang akan masuk sebagai grandfinalis kedua di galerry

Master Chef dan siapa dari salah satu kontestan yang ingin Brian tantang di grand final Master Chef Indonesia Session 3. Brahmantyo mengatakan;

“Dialog yang dimaksudkan merupakan salah satu part dari tayangan Master Chef Indonesia Session 3 yang biasa kami sebut dengan Huddle. Biasanya huddle juga mengikutsertakan chef tamu atau kontestan yang tidak memasak (karena menang dalam challenge sebelumnya) untuk menambah variasi komentar dan bahasan dalam huddle tersebut.” Para pekerja media dengan sengaja menyisipkan dialog di antara kontestan

Brian dengan para juri untuk menciptakan berbagai komentar yang bervariasi dan untuk lebih menambah nuansa ketegangan dari kompetisi tersebut.

Selain itu terdapat adegan proses memasak yang Rissa lakukan dimana pada adegan tersebut Rissa lebih banyak digambarkan secara jelas dan lengkap tahap demi tahap dalam proses memasak seperti memotong, memasak hingga mencicipi dibandingkan dengan William. Brahmantyo menjelaskan;

“Kekuatan narasi Rissa memang dirasa lebih detail dari William, sehingga Rissa lebih banyak ditonjolkan dalam adegan ini. Sebenarnya pemaparan tahap demi tahap juga ada pada William hanya saja pemaparannya mungkin tidak sedetail Rissa.” Pada kutipan wawancara di atas menjelaskan bahwa para pekerja media dengan sengaja menonjolkan dan memanfaatkan kekuatan narasi Rissa yang

113

dirasakan lebih detail dari William untuk menunjukkan kepada pemirsa mengenai bentuk persaingan dalam sebuah kompetisi memasak yang dilakukan oleh Rissa untuk mengalahkan William di pressure test.

Selain itu juga ada tampilan reaksi verbal (komentar negatif) dan non verbal (ekspresi wajah dan memukul-mukul fortune cookies) Rissa yang tidak menyetujui keberhasilan Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master

Chef Indonesia Session 3. Brahmantyo mengatakan;

“Itu merupakan ekspresi murni dari Rissa dan tidak ada penyettingan dalam adegan ini”. Para pekerja media menyangkal telah melakukan penyettingan terhadap ungkapan dan ekspresi negatif yang dilakukan oleh Rissa dan mengatakan bahwa ungkapan dan ekspresi tersebut merupakan ekspresi murni yang dilakukan oleh

Rissa tanpa adanya penyettingan di dalamnya. Sementara dalam wawancara sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti, Brahmantyo mengatakan bahwa “pada dasarnya iklim persaingan akan secara alami tercipta di setiap kompetisi, jadi kru hanya mengcapture kejadian yang sudah ada namun tetap saja sambil mengarahkan agar sesuai dengan standar broadcast yang sudah ada”. Selain itu terungkap juga bahwa pembahasan dari segi ekspresi kontestan yang berlebihan juga diatur sedemikian rupa oleh pekerja media dimana hal ini terungkap dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pihak Produser Master Chef

Brahmantyo yang mengatakan bahwa “Interview kontestan Master Chef Indonesia dilakukan setelah proses shooting selesai, sifat interview lebih kepada pemaparan cerita sebagai penguat gambar yang sudah ada. Para kontestan akan menceritakan pengalaman mereka selama proses memasak dan sebagainya. Selain itu juga tentu saja ada pengaturan dari para kru, dimana kami harus mengatur pembahasan dan

114

ungkapan ekspresi dari setiap kontestan agar sesuai dengan feel adegan yang sedang terjadi”. Dari penjelasan kalimat tersebut jelas bahwa pekerja media ikut serta dalam mengarahkan dan melakukan penyettingan pada setiap gerakan, ungkapan, dan ekspresi dari para kontestan top three. Oleh sebab itu jelas bahwa setiap ekspresi maupun ungkapan dari para kontestan sudah disetting oleh para pekerja media agar terlihat lebih menarik.

Brahmantyo juga mengatakan;

“Ini merupakan ungkapan ekspresi alami Rissa dan tentu saja akan kami tonjolkan mengingat ini merupakan ajang kompetisi bukan hanya acara televisi semata. Tujuannya tentu saja agar cerita lebih menarik untuk diikuti pemirsa.”

Berdasarkan pada wawancara di atas para pekerja media sengaja menonjolkan ungkapan negatif dan ekspresi negatif yang dilakukan oleh Rissa untuk menunjukkan indikasi persaingan yang ketat yang dilakukan oleh Rissa serta keambisiussannya untuk mengalahkan Brian dan William di episode top three.

Adegan selanjutnya yang terdapat di episode top three segmen ke-6 ini adalah munculnya beberapa kali adegan penggunaan produk Saus Tiram Cap

Panda yang dimasukkan ke dalam masakan yang dimasak oleh peserta serta pengaturan tata letak produk tersebut yang berada tepat di depan para kontestan sehingga ketika kamera melakukan pengshootan kepada peserta dari berbagai angle produk tersebut selalu tampak di layar kamera. Untuk hal ini Brahmantyo menjelaskan;

“Kami mempunyai kepentingan dengan pihak lain yaitu sponsor dan ini merupakan salah satu benefit dari perjanjian yang sudah dilakukan. Tentu saja

115

kami dengan sengaja mengatur peletakan produk tersebut demi menjaga angle kamera dan look on air di televisi agar tetap terjaga.” Dari kutipan wawancara di atas terungkap bahwa adegan detil memasak yang dilakukan oleh peserta dengan menggunakan dan memasukkan produk Saus

Tiram Cap Panda ke dalam masakan yang dimasak oleh peserta merupakan strategi dari pekerja media untuk melakukan promosi terhadap produk tersebut dimana produk Saus Tiram Cap Panda merupakan sponsor utama dari tayangan

Master Chef Indonesia Session 3. Selain itu peletakan dari produk tersebut juga dipertimbangkan sedemikian rupa untuk menjaga angle kamera dapat dishoot dari berbagai angle untuk memberikan penonjolan kefokusan di benak pemirsa.

Selain itu juga terdapat beberapa kali pengshootan kamera dalam beberapa adegan seperti aktivitas Rissa dalam proses memasak, lalu ekspresi kekecewaan William dan terdapat juga pengshootan kamera dalam adegan dimana

Brian mengatakan ingin bersaing dengan William, kamera langsung mengshoot wajah William sehingga mengontrol ketertarikan pemirsa untuk memperhatikan

William sehingga memberikan pemaknaan bahwa pernyataan Brian tersebut dianggap penting sehingga harus difokuskan. Brahmantyo memberikan alasan;

“Sebenarnya ini merupakan penguatan ekspresi saja. Ada ritme secara editing yang harus dilakukan agar cerita tetap menarik untuk diikuti dan pemaparan gambar tidak menimbulkan pemaknaan yang berbeda dan cerita yang kami ingin sampaikan bisa dimengerti oleh pemirsa lebih sempurna.” Berdasarkan pada hasil kutipan wawancara di atas peneliti melihat bahwa ada unsur kesengajaan yang dilakukan pekerja media dalam melakukan penekanan dalam hal pemaknaan terhadap gambar dan komentar yang diciptakan sehigga tampak memiliki penekanan hubungan yang kuat antar makna. Selain itu juga terungkap bahwa dalam hal teknik pengambilan gambar jelas ada proses pengeditan dan pengaturan kamera yang dilakukan agar ada koherensi antara

116

gambar dan komentar yang ditampilkan agar pesan yang disampaikan dapat lebih mudah difahami oleh pemirsa dan tentunya agar tayangan lebih menarik untuk ditonton.

Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Superstruktur Skematik (Story) Situasi (Latar)

Pada episode top three segmen ke-6 terdapat latar yang dijelaskan oleh

Chef Degan mengenai alasan terpilihnya Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef yang mengatakan berdasarkan pada pendapat Chef Wan pada tantangan sebelumnya cita rasa masakan Brian lebih manis sedikit namun dari tekstur dan warna mendekati masakan duplikasi dari Chef Wan. Selain itu juga terdapat latar pada komentar Rissa yang mengatakan berdasarkan pada komentar negatif dari Chef Wan memperjelas bahwa Rissa tidak akan mungkin menang sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

Brahmantyo mengatakan;

“Latar tersebut dipilih untuk ditampilkan lebih untuk menunjukkan rangkuman cerita saja beserta track record masing-masing kontestan selama mengikuti challenge overseas untuk mengingatkan pemirsa tentang challenge sebelumnya.” Dari penjelasan tersebut membuktikan bahwa para pekerja media dengan sengaja menampilkan latar tersebut untuk mengingatkan kepada pemirsa tentang challenge sebelumnya sekaligus menegaskan kepada pemirsa bahwa para pekerja media mempunyai alasan untuk menjatuhkan ataupun memenangkan salah satu dari kontestan top three.

Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Superstruktur Skematik (Story) Komentar (Reaksi/Komentar Verbal yang Dikutip oleh Pekerja Media)

117

Pada episode top three segmen ke-6 terdapat komentar verbal dari Rissa yang mengatakan;

“Saya waktu ngeliat Brian menang biasa aja juga gak pengen ngasih selamet, saya juga gak mau munafik karena kalau memang dia layak jadi pemenang saya akan kasih selamet tapi kalau menurut saya.... (diam sebentar) sorry ya secara kualitas dia dibawah ini... saya gak pantes kasih selamat sih...(sambil mengangkat kedua bahu dan tangannya disertai dengan wajah apatis)”. Komentar Rissa yang dikutip oleh kru tersebut merupakan suatu komentar dan reaksi murni dari Rissa tanpa adanya penyettingan oleh kru Master Chef. Hal tersebut diperkuat oleh penjelasan Brahmantyo yang mengatakan;

“Itu merupakan ekspresi murni dari Rissa dan tidak ada penyettingan dalam adegan ini”. Pada tayangan Master Chef Indonesia 3 peneliti melihat ada beberapa komentar dari para kontestan yang diwawancarai mengenai kompetisi yang sedang berlangsung dan kemudian disisipkan ke dalam tayangan Master Chef secara utuh. Brahmantyo menjelaskan mengenai perihal tersebut;

“Interview kontestan Master Chef Indonesia dilakukan setelah proses shooting selesai, sifat interview lebih kepada pemaparan cerita sebagai penguat gambar yang sudah ada. Para kontestan akan menceritakan pengalaman mereka selama proses memasak dan sebagainya. Selain itu juga tentu saja ada pengaturan dari para kru, dimana kami harus mengatur pembahasan dan ungkapan ekspresi dari setiap kontestan agar sesuai dengan feel adegan yang sedang terjadi”. Jika diperhatikan dalam tayangan Master Chef tersebut para pekerja media melakukan strategi penyisipan komentar di antara adegan per adegan yang dilakukan oleh kontestan dimana wawancara dengan kontestan dilakukan setelah proses shooting selesai dan kemudian hasil wawancara tersebut dipilih dan disesuaikan dengan gambar sebagai penguat dari gambar yang sudah ada. Selain itu juga terungkap bahwa dalam setiap ungkapan dan ekspresi yang dilakukan oleh para kontestan tidak murni dan tidak tercipta secara alami melainkan

118

diarahkan dan diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan feel adegan yang sedang terjadi.

Selain itu juga muncul beberapa pertarungan komentar dari para kontestan

Master Chef Indonesia Session 3 pada episode top three segmen ke-6,

Brahmantyo membenarkan hal tersebut dengan mengatakan;

“Sebenarnya pertarungan komentar tersebut juga kami butuhkan untuk memberikan variasi komentar dan untuk menguatkan jalannya cerita dengan tema persaingan di Master Chef Indonesia Session 3 ini.” Dari pernyataan tersebut jelas bahwa pertarungan komentar di antara para kontestan sengaja diciptakan oleh para pekerja media untuk memberikan variasi komentar agar tema persaingan yang ditampilkan terkesan lebih menarik perhatian pemirsa televisi.

Struktur Wacana Hal Yang Diamati Elemen Superstruktur Skematik (Story) Komentar (Kesimpulan yang Diambil oleh Pekerja Media dari Komentar Beberapa Tokoh)

Brahmantyo mengatakan bahwa dalam mengambil kesimpulan komentar dari beberapa kontestan tentu saja ada komentar yang dipotong karena sudah masuk proses editing. Ia mengatakan;

“Untuk pengambilan kesimpulan komentar dari beberapa kontestan tentu saja ada yang dipotong, karena sudah masuk proses editing untuk mencegah hal- hal yang kurang berkenan, jika ada hal-hal yang kurang pantas tidak akan kami masukkan ke dalam materi siar.” Dari pernyataan tersebut membuktikan bahwa telah terjadi proses pengeditan materi setelah proses shooting selesai termasuk komentar yang diungkapkan oleh para kontestan sehingga semua isi komentar yang diucapkan oleh kontestan tidak ditampilkan secara utuh dan kemungkinan ada kalimat- kalimat dari isi komentar tersebut yang disembunyikan dengan alasan kurang

119

berkenan untuk ditampilkan. Selain itu juga tidak diketahui secara pasti bagaimana para pekerja media memutuskan untuk mengambil kesimpulan dari beberapa komentar yang ada dari para kontestan untuk dipilih dan ditampilkan di layar kaca televisi.

4.2.3. Struktur Makro

Struktur makro merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita.

Elemen tematik mempostulatkan pada gambaran umum dari suatu teks bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik yang lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Subtopik ini juga didukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga saling mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan membentuk teks yang koheren dan utuh.

Tema yang dikedepankan dalam segmen ke-6 (enam) episode top three tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3 adalah suatu kompetisi antar kontestan top three dalam merebut posisi sebagai grandfinalis di galerry

Master Chef Indonesia 3 dimana kontestan yang berhasil melewati challenge dan pressure test menduplikasi masakan Chef Frank dengan menu Prancis akan langsung masuk sebagai grandfinalis di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

120

Hal ini sejalan dengan pernyataan Brahmantyo yang mengatakan;

“Master Chef Indonesia 3 merupakan program TV berbasis ajang kompetisi antar kontestan top three dalam merebut posisi sebagai grandfinalis di galerry Master Chef Indonesia 3. Jadi, persaingan menjadi salah satu ciri khas dari tayangan ini yang sekaligus menjadi tema dalam episode ini. Tema iklim persaingan yang diciptakan juga pada dasarnya merupakan iklim persaingan yang terjadi secara alami yang tercipta di setiap kompetisi, jadi kru hanya mengcapture kejadian yang sudah ada namun tetap saja sambil mengarahkan agar sesuai dengan standar broadcast yang sudah ada”. Tema persaingan yang ditampilkan dalam episode top three segmen ke-6 ini berupa persaingan dalam bentuk reaksi verbal dan reaksi non verbal yang diciptakan oleh masing-masing kontestan mengenai keberhasilan kompetitor mereka yang berhasil memenangkan tantangan di challenge sebelumnya misalnya tidak bersedia mengucapkan selamat atas keberhasilan kompetitornya, lalu ekspresi wajah kesal dan kaku sambil memukul-mukul fortune cookies yang ada di dalam genggaman tangannya sebagai tanda kekesalan dari salah satu kontestan terhadap keberhasilan lawannya juga munculnya komentar negatif dari masing- masing kontestan seperti ungkapan kata ‘tidak pantas dan tidak layak’ lalu mengatakan bahwa ‘kualitas memasak Brian masih berada di bawah saya’ lalu munculnya komentar ‘kenapa musti dia sih yang harus menang’ yang semakin menciptakan persaingan yang cukup kuat di antara masing-masing kontestan.

Selain itu bentuk-bentuk dari penguatan tema persaingan lainnya yang ditampilkan adalah berbagai aktivitas memasak dari para kontestan dalam tantangan pressure test yaitu menduplikasi masakan dari Chef Frank dengan menu

Prancis yaitu Sole Paupiette Glazed with Oyster Sauce Vegetable Julienne Sauted in Sesame Oil and Tangy Soy Sauce. Meskipun resep dan bahan sudah disediakan, namun bagian yang sulit bagi kontestan adalah menduplikasikan rasa dan tekstur masakan yang diduplikasi sehingga menghasilkan rasa dan tekstur masakan yang

121

berbeda-beda. Selain itu untuk memenangkan tantangan pressure test ini para kontestan harus memiliki kemampuan teknik menggunakan pisau yang baik karena masing-masing bahan masakan yang disediakan harus dipotong dan diiris secara julient sehingga menghasilkan bentuk irisan yang kecil, tipis dan rapi.

Dengan tantangan yang cukup rumit tersebut terlihat masing-masing kontestan mengeluarkan semua kemampuan mereka dalam memasak dengan cepat dan teliti karena tidak hanya bentuk irisan wortel yang rapi, tipis dan kecil saja yang diperhitungkan di dalam menu menduplikasi masakan ini akan tetapi cita rasa khas masakan Asia juga harus dipertimbangkan dalam menu masakan tersebut karena merupakan salah satu kriteria penilaian dari para juri.

Ekspesi dan gerak-gerik persaingan dalam aktivitas memasak para kontestan yang ditampilkan beranekaragam diantaranya munculnya gerak gerik memasak kontestan yang terlalu terburu-buru lalu diperkuat kembali dengan ekspresi kepanikan yang diciptakan oleh masing-masing kontestan seperti raut wajah kebingungan dan kecemasan ketika melihat kemajuan memasak dari lawan pesaingnya yang hampir menyelesaikan tantangan memasak yang diinstruksikan oleh para juri lalu kecepatan memasak dari masing-masing kontestan juga ditampilkan dalam ajang kompetisi memasak ini.

Selain itu Meskipun persaingan yang terjadi cukup ketat dan masing- masing kontestan saling berebut posisi, namun tidak sampai menciptakan sebuah konflik maupun ancaman fisik untuk mencelakakan lawan kompetitornya walaupun ada prasangka-prasangka negatif yang terjadi di antara para kontestan.

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Analisis Struktur Makro

Hasil analisis terhadap tema yang dikedepankan dalam segmen ke-6

(enam) episode top three tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3 adalah suatu kompetisi antar kontestan top three dalam merebut posisi sebagai grandfinalis di galerry Master Chef Indonesia 3 dimana kontestan yang berhasil melewati challenge dan pressure test menduplikasi masakan Chef Frank dengan menu masakan Prancis akan langsung masuk sebagai grandfinalis di galerry

Master Chef Indonesia Session 3. Bentuk-bentuk penguatan dari tema persaingan yang tampak adalah seperti berbagai aktivitas memasak dari para kontestan dalam tantangan pressure test yaitu menduplikasi masakan dari Chef Frank dengan menu

Prancis yaitu Sole Paupiette Glazed with Oyster Sauce Vegetable Julienne Sauted in Sesame Oil and Tangy Soy Sauce dimana untuk memenangkan tantangan ini para kontestan harus memiliki kemampuan teknik menggunakan pisau yang baik karena masing-masing bahan masakan yang disediakan harus dipotong dan diiris secara julient sehingga menghasilkan bentuk irisan yang kecil, tipis dan rapi, selain itu munculnya gerak gerik memasak kontestan yang terlalu terburu-buru lalu diperkuat kembali dengan ekspresi kepanikan yang diciptakan oleh masing- masing kontestan seperti raut wajah kebingungan dan kecemasan ketika melihat kemajuan memasak dari lawan pesaingnya dan masing-masing kontestan juga

122 123

harus berkejar-kejaran dengan waktu yang sudah disediakan oleh para juri dan menjadikan lawan kompetitornya sebagai acuan progress mereka dalam memasak.

Tema persaingan yang dibentuk ini cukup kuat dan peneliti mencurigai ada sebagian dari tema persaingan yang ditampilkan mengarah kepada sebuah penciptaan konflik di antara masing-masing kontestan dalam merebut posisi sebagai grandfinalis di galerry Master Chef dengan tujuan untuk menekankan bahwa ada persaingan yang cukup kuat yang terjadi di antara masing- masing kontestan diantaranya persaingan dalam bentuk reaksi verbal dan reaksi non verbal yang diciptakan oleh masing-masing kontestan mengenai keberhasilan kompetitor mereka yang berhasil memenangkan tantangan di challenge sebelumnya misalnya tidak bersedia mengucapkan selamat atas keberhasilan kompetitornya, lalu ekspresi wajah kesal dan kaku sambil memukul-mukul fortune cookies yang ada di dalam genggaman tangannya sebagai tanda kekesalan dari salah satu kontestan terhadap keberhasilan lawannya juga munculnya komentar negatif dari masing-masing kontestan seperti ungkapan kata ‘tidak pantas dan tidak layak’ lalu mengatakan bahwa ‘kualitas memasak Brian masih berada di bawah saya’ lalu munculnya komentar ‘kenapa musti dia sih yang harus menang’ yang semakin menciptakan unsur-unsur persaingan dalam bentuk konflik yang cukup kuat di antara masing-masing kontestan. Jika peneliti mengacu kepada Sumadji (2008:15) yang mengatakan:

“ Persaingan adalah suatu kegiatan antar individu dengan individu lainnya ataupun berkelompok yang bersaing atau berlomba untuk memperebutkan hasil/tujuan yang sama. Persaingan juga diartikan sebagai proses sosial yang ditandai dengan adanya saling berlomba atau bersaing antar individu atau antar kelompok tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan untuk mengejar suatu nilai tertentu supaya lebih maju, lebih baik, atau lebih kuat”.

124

Peneliti melihat mengapa tema dari persaingan dalam bentuk konflik yang ditekankan dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3 dan tidak menampilkan tema persaingan yang dilakukan secara sehat dan terbuka yang dikuatirkan peneliti akan munculnya pemaknaan baru tentang wacana persaingan di masyarakat.

Selain itu tema persaingan yang ditampilkan dalam episode top three adalah tantangan menduplikasi masakan menu Prancis dari Chef Frank yaitu Sole

Paupiette Glazed with Oyster Sauce Vegetable Julienne Sauted in Sesame Oil and

Tangy Soy Sauce. Peneliti melihat ada pertarungan ideologi di dalam scene ini dimana pada adegan ini mengapa menu masakan dengan tema menduplikasi masakan menu Prancis dari Chef Frank yang dipilih sebagai tema persaingan dalam pressure test yang terakhir di galerry Master Chef Indonesia Session 3 padahal sebelumnya menu tantangan yang ditampilkan dalam episode top three adalah menu masakan khas dari negara Malaysia dan mengapa pada tema persaingan di episode top three ini tidak menampilkan tema persaingan dengan menduplikasi menu masakan khas Indonesia dimana jika kita merujuk kepada label dari tayangan reality show ini sendiri adalah Master Chef Indonesia yang mestinya mengutamakan dan menampilkan menu-menu masakan khas Indonesia sebagai tema persaingan dalam menduplikasi masakan yang juga tidak kalah menarik dari segi cita rasa, tekstur dan penampilan dari masakan-masakan luar negeri yang tentunya juga memiliki tingkat kesulitan memasak yang cukup tinggi.

125

5.2. Analisis Superstruktur

Hasil analisis terhadap tayangan reality show Master Chef Indonesia

Session 3 episode top three segmen ke-6 memperlihatkan bagaimana keterlibatan para pekerja media dalam melakukan praktik produksi pesan dalam membentuk wacana persaingan dalam suatu ajang kompetisi memasak di televisi.

Wacana tema persaingan yang ditampilkan dalam tayangan reality show

Master Chef Indonesia Session 3 episode top three segmen ke-6 yang diciptakan oleh para kontestan baik dari segi ekspresi kegelisahan serta kepanikan, gerak- gerik tubuh yang menunjukkan indikasi kekecewaan seperti memukul-mukul fortune cookies yang ada di dalam genggaman tangan kontestan dan komentar negatif yang ditujukan para kontestan kepada lawan kompetitornya serta aktivitas memasak terburu-buru yang dilakukan secara berlebihan oleh para kontestan tidak terbentuk secara alami sebagaimana mestinya konsep tayangan reality show yang menceritakan adegan yang sebenar-benarnya akan tetapi masih diintervensi oleh adanya hegemoni dan pengaruh dominasi dari para pekerja media yang mengarahkan setiap gerakan, ungkapan maupun ekspresi yang diciptakan oleh masing-masing kontestan top three Master Chef Indonesia Session 3 dengan tujuan agar tampilan tayangan yang diproduksi menjadi sebuah kemasan tayangan yang lebih menarik untuk ditonton oleh pemirsa televisi. Kecurigaan dari pernyataan peneliti terbukti dari hasil wawancara by email yang dilakukan oleh peneliti dengan salah seorang Produser RCTI yang menggarap langsung tayangan

Master Chef Indonesia Session 3 Brahmantyo Nugroho Wikastopo yang mengatakan bahwa iklim persaingan yang tercipta secara alami di setiap kompetisi namun masih terdapat campur tangan dari pihak kru yang terlibat dalam

126

tayangan Master Chef Indonesia Session 3 yang memberikan makna bahwa persaingan yang dilakukan oleh kontestan awalnya merupakan persaingan yang tercipta secara alami namun dibalik adegan tersebut terungkap bahwa ada pengarahan-pengarahan yang dilakukan oleh pekerja media agar persaingan yang diciptakan dapat terbentuk sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah persaingan ketat yang ditampilkan secara berlebihan sehingga dapat mengaburkan kesadaran pemirsa yang menonton tayangan tersebut sehingga dapat memunculkan pemaknaan persaingan yang baru di masyarakat.

Selain itu dari hasil analisis tayangan Master Chef Indonesia Session 3 episode top three segmen ke-6 juga mengungkapkan bahwa tidak ada konsistensi pendapat yang diberikan oleh pekerja media kepada peneliti dimana menurut hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti para pekerja media dari tayangan Master

Chef ini mengatakan bahwa setiap ekspresi, ungkapan maupun gerakan yang ditampilkan di dalam tayangan Master Chef adalah murni dan tidak ada penyettingan di dalamnya. Namun di lain sisi para pekerja media ini memberikan pernyataan yang bertolak belakang dengan mengatakan bahwa “Interview kontestan Master Chef Indonesia dilakukan setelah proses shooting selesai, sifat interview lebih kepada pemaparan cerita sebagai penguat gambar yang sudah ada.

Para kontestan akan menceritakan pengalaman mereka selama proses memasak dan sebagainya. Selain itu juga tentu saja ada pengaturan dari para kru, dimana kami harus mengatur pembahasan dan ungkapan ekspresi dari setiap kontestan agar sesuai dengan feel adegan yang sedang terjadi”. Dari penjelasan kalimat tersebut kecurigaan peneliti terbukti dengan jelas bahwa pekerja media ikut serta dalam mengarahkan dan melakukan penyettingan pada setiap gerakan, ungkapan,

127

dan ekspresi dari para kontestan top three. Oleh sebab itu jelas bahwa setiap ekspresi maupun ungkapan dari para kontestan sudah disetting oleh para pekerja media agar terlihat lebih menarik.

Selain itu dari hasil analisis superstruktur yang diperoleh peneliti juga memperlihatkan bagaimana para pekerja media melakukan penyusunan terhadap kerangka-kerangka tayangan yang masih terpecah-pecah kemudian disusun menjadi satu kesatuan tayangan yang utuh dan menarik untuk ditonton oleh pemirsa televisi. Para pekerja media melakukan strategi penyusunan rundown editing yaitu memilih adegan per adegan dan mengatur adegan per adegan mana yang akan diambil dan diedit sesuai dengan materi shooting yang sudah ada dan disepakati bersama sehingga adegan per adegan dapat disusun menjadi satu kesatuan yang utuh. Selain itu pekerja media juga menentukan backsound yang sesuai dengan adegan yang ada agar cerita yang disampaikan dapat lebih dipahami dengan mudah oleh pemirsa.

Selain strategi dari penyusunan kerangka-kerangka tayangan ada bagian yang disembunyikan dimana pada bagian pengantar ringkasan (lead) yang terdapat dalam segmen tersebut tidak menekankan apa yang ingin dikatakan sebagai kalimat pengantar sebelum masuk ke dalam isi tayangan secara lengkap.

Berdasarkan pada elemen Van Dijk sub kategori lead dengan isi lead dalam tayangan Master Chef episode top three segmen ke-6 tidak memiliki hubungan dimana seharusnya pada bagian lead menceritakan atau menggambarkan ringkasan dari isi tayangan yang akan ditayangkan di dalam segmen ke-6 yaitu persaingan perebutan posisi sebagai grandfinalis di galerry Master Chef yang dilakukan oleh kontestan top three Master Chef Indonesia Session 3. Brahmantyo

128

mengatakan “Pada bagian lead ini kami tidak menceritakan kalimat pengantar yang menceritakan mengenai persaingan kontestan top three dalam merebut posisi grandfinalis di galerry Master Chef. Sebenarnya kami lebih kearah pengendalian tempo jalannya alur cerita itu sendiri karena kita tidak bisa mengedepankan ketegangan semata dalam sebuah persaingan yang menjadi tema dari tayangan ini, jadi butuh formula untuk ‘tarik ulur’ emosi pemirsa.” Dari kutipan wawancara tersebut terungkap bahwa para pekerja media ini sengaja menyembunyikan ketegangan dalam wacana persaingan yang menjadi tema dari episode ini dan digantikan dengan pengalihan jalannya alur cerita dan melakukan efek ‘tarik ulur’ emosi pemirsa dengan memberikan teks dan adegan yang tidak sikron dengan pengantar ringkasan pada umumnya.

Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti juga terungkap bahwa menu masakan Prancis dengan nama Sole Paupiette Glazed With Oyster Sauce

Vegetable Julienne Sauted in Sesame Oil and Tangy Soy Sauce yang dijadikan sebagai tantangan terakhir di pressure test bukanlah hanya sekedar menu masakan

Prancis biasa yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi baik dari rasa, plating hingga kemampuan dengan menggunakan teknik pisau akan tetapi tidak terlepas dari pengaruh pihak dominan yaitu Chef Degan yang merupakan lulusan dari sekolah memasak di Prancis itu sendiri.

Selain itu pada bagian lead terdapat adegan dimana ketiga kontestan top three ini sedang menikmati hidangan di restoran dengan duduk bersama membentuk setengah lingkaran dimana Rissa berada di tengah dan diapit oleh kedua kontestan yaitu Brian dan William. Hal yang diamati peneliti adalah mengapa Rissa duduk di tengah dan diapit oleh kedua kontestan pria lainnya.

129

Untuk hal ini Brahmantyo mengatakan “Sebenarnya alasannya lebih ke look on air saja, karena kita sedikit banyak harus memikirkan estetika look dari angle pengambilan gambarnya. Untuk perihal ini, kita memang harus mengatur posisi duduk kontestan tersebut”. Namun, dari pengaturan tempat duduk tersebut peneliti mencurigai kemungkinan adanya unsur gender di dalam adegan ini dimana Rissa sebagai satu-satunya kontestan wanita yang tersisa yang berhasil masuk sebagai kontestan top three diapit oleh kedua kontestan pria yaitu Brian dan William. Hal ini menunjukkan seolah-olah karakter Rissa adalah sosok wanita yang lemah dan tidak berdaya yang harus diapit oleh kedua pria dimana pada karakter ini Brian dan William ditampilkan seolah-olah memiliki karakter yang kuat dan tangguh. Selain itu juga secara kebetulan kontestan yang berhasil masuk sebagai grandfinalis di galerry Master Chef Indonesia Session 3 adalah kedua kontestan pria yaitu Brian dan William yang diidentifikasi memiliki sosok yang kuat dan tangguh yang lebih pantas berkompetisi di babak grandfinal galerry

Master Chef Indonesia Session 3 dibandingkan dengan Rissa. Hal ini sejalan dengan Sadhily (1983:256) yang mengatakan:

“Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang luas”. Oleh sebab itu peneliti semakin menyakini ada unsur gender yang terdapat di dalam pengaturan tempat duduk dari ketiga kontestan tersebut.

Selain itu peneliti melihat ada unsur komodifikasi intrinsik yang terdapat di dalam wacana ini melalui strategi dari pengshootan kamera yang dilakukan oleh pekerja media dimana terdapat berulang kali pengambilan gambar terhadap produk Malaysia dengan merek Saus Tiram Cap Panda dan penyedap rasa

130

makanan dengan merek Sasa serta munculnya merek sepatu Yongki Komaladi di dalam tayangan Master Chef Indonesia Session 3 episode top three. Peneliti mecurigai ada ideologi kapitalis di dalam upaya pengshootan kamera yang dilakukan oleh pekerja media atau pihak-pihak yang berkuasa yang kemungkinan memiliki hubungan kerja sama dengan para kapitalis dalam memasarkan beberapa produk mereka dalam bentuk sponsor iklan. Selain itu peneliti juga melihat ada pertarungan ideologi di dalam adegan ini dimana terdapat tampilan merek sepatu

Yongki Komaladi yang dikenakan oleh para juri Master Chef sehingga tidak memiliki koherensi dengan genre program acara Master Chef Indonesia yang berbasis ajang pencarian bakat dalam bidang memasak.

5.3. Analisis Struktur Mikro

Hasil analisis struktur mikro terhadap tayangan Master Chef Indonesia

Session 3 episode top three segmen ke-6 adalah pada bagian latar, tayangan

Master Chef pada episode ini diadakan di negara Malaysia dan berdasarkan hasil pengamatan peneliti dengan menonton video tayangan Master Chef Indonesia

Session 3 mulai dari episode twenty five hingga episode top four lokasi kompetisi selalu diadakan di galerry Master Chef Indonesia RCTI Jakarta. Namun pada episode top three lokasi kompetisi secara khusus diadakan di negara Kuala

Lumpur, Malaysia dan bukan diadakan di negara Indonesia sendiri. Peneliti mencurigai adanya indikasi-indikasi kepentingan dari pihak produksi tayangan reality show ini yang mungkin saja memiliki kerja sama dengan salah satu sponsor produk terbesar dari Malaysia sehingga kompetisi top three ini diadakan di negara Malaysia. Selain itu juga, jika peneliti merujuk pada nama tayangan

131

reality show ini sendiri yaitu Master Chef Indonesia seharusnya tayangan ini diadakan di negara Indonesia dan tentunya dengan tantangan menu-menu masakan khas Indonesia dan melalui tayangan Master Chef Indonesia ini sendiri mestinya dapat memperkenalkan masakan-masakan khas Indonesia sendiri kepada negara lain karena tayangan reality show Master Chef ini merupakan tayangan yang diadopsi langsung dari Master Chef Inggris.

Selanjutnya pada bagian detil salah satu contoh terdapat pada adegan Rissa merasa kebingungan dengan presentasi menu masakan Chef Frank yang fasih menggunakan bahasa Inggris yang disertai dengan penekanan pada ekspresi dan reaksi verbal yang dilakukan Rissa sehingga menjadikan adegan ini lebih menonjol dibandingkan dengan William. Peneliti melihat mengapa Rissa lebih ditonjolkan secara ekspresi dan reaksi verbalnya ketika ia merasa kebingungan dengan presentasi masakan Chef Frank dibandingkan dengan Wiilliam dan mengapa William lebih ditonjolkan kepahamannya mengenai presentasi masakan

Chef Frank baik dari segi ekspresi dan komentar verbalnya. Peneliti mencurigai pekerja media ini sengaja menciptakan image tersebut seolah-olah untuk memberikan penekanan bahwa William lebih menguasai maksud presentasi masakan tersebut dengan menggunakan bahasa Inggris yang fasih sekaligus memberikan penekanan bahwa William lebih unggul dari Rissa dari segi penguasaan presentasi masakan sehingga dengan adanya penonjolan adegan ini kemungkinan dapat memberikan pemaknaan kepada pemirsa bahwa Rissa memiliki kekurangan dalam hal penguasaan Bahasa Inggris dan juga pemahaman yang kurang baik mengenai presentasi masakan dari Chef Frank sehingga peneliti mencurigai adegan dari ekspresi wajah kebingungan yang ditampilkan Rissa

132

sengaja dimanfaatkan oleh pekerja media untuk membuat tayangan ini lebih lucu dan menarik untuk ditonton. Selain itu juga terdapat dalam pernyataan Rissa yang mengatakan saat masak gua gak ngerasa kesulitan karena itu potongan sayurannya semua julient dan gua terbiasa motong rapi,tipis, kecil itu gua udah biasa.

Berdasarkan pada kedua pernyataan tersebut peneliti mencurigai kemungkinan adanya unsur gender di dalam adegan ini dimana Rissa ditampilkan kekurangannya dalam penguasaan bahasa inggris yang mencerminkan seolah-olah

Rissa sebagai seorang wanita dan ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya bekerja, dan mengurusi urusan rumah tangga yaitu suami dan anak sehingga tidak memiliki pengetahuan wawasan penguasaan bahasa asing dan dianggap sebagai wanita yang lemah. Sementara William lebih ditampilkan kemampuannya dalam penguasaan bahasa inggris karena William ditampilkan seolah-olah sebagai pria yang memiliki pendidikan dan pengetahuan yang baik. Selain itu juga di sisi yang lain merupakan hal yang wajar jika Rissa tidak memiliki kesulitan ketika ia harus memotong sayuran wortel tersebut dengan bentuk yang kecil, tipis dan rapi karena

Rissa dicerminkan seolah-olah sebagai wanita dengan status ibu rumah tangga yang memang sudah menjadi hal kebiasaan sehari-hari untuk memasak didapur dan bukan suatu kemampuan yang luar biasa yang dimiliki oleh Rissa.

Selanjutnya pada bagian maksud misalnya saja pada adegan Rissa lebih ditonjolkan secara lengkap mulai dari reaksi verbal dan non verbalnya yang tidak menyukai kemenangan Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef

Indonesia serta penonjolan keambisiussan Rissa untuk menang. Peneliti melihat mengapa pada adegan ini Rissa ditonjolkan ketidaksetujuannya dengan keberhasilan Brian yang berhasil masuk sebagai grandfinalis dibandingkan

133

dengan William yang ditandai dengan penekanan terhadap ekspresi kesal dan kecewa serta komentar verbal yang diucapkan Rissa yang mengandung makna konflik serta kecemburuan dengan prestasi yang dimiliki dengan Brian. Selain itu mengapa konflik persaingan pada adegan ini terlalu ditonjolkan oleh pekerja media. Peneliti mencurigai adegan ini sengaja ditonjolkan oleh pekerja media untuk menciptakan pemaknaan baru bahwa Rissa memiliki kecemburuan yang cukup kuat dengan keberhasilan Brian sekaligus menciptakan sebuah citra baru bahwa Rissa memiliki kesombongan yang cukup tinggi terhadap kemampuannya dalam memasak dan menyepelekan kemampuan Brian dalam hal memasak sehingga ketika para juri memutuskan Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Rissa merasa keberatan dengan keputusan dari para juri tersebut. Selain itu juga peneliti juga mencurigai adegan konflik persaingan ini sengaja ditonjolkan agar tayangan lebih menarik dengan adanya indikasi-indikasi persaingan yang dilakukan oleh peserta seperti kecemburuan, kesombongan dan lain sebagainya. Peneliti juga mencurigai kemungkinan adanya unsur emansipasi yang ditampilkan oleh pekerja media di dalam adegan ini dimana Rissa sebagai seorang wanita yang lemah lembut dan memiliki perasaan halus ternyata disamping itu memiliki perilaku yang keras, kuat dan tegas ketika ia menuntut bahwa ia merasa lebih pantas untuk menang dan masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

134

Hal ini sejalan dengan Faqih (1999:8) yang mengatakan:

“Emansipasi artinya memberikan hak yang sepatutnya diberikan kepada orang atau sekumpulan orang di mana hak tersebut sebelumnya dirampas atau diabaikan dari mereka”. Kemudian pada bagian praanggapan terdapat dalam pernyataan Chef

Degan yang mengatakan Brian kamu layak jadi pemenang karena menurut Chef

Wan kemarin masakan kamu meskipun dari cita rasa lebih manis sedikit tapi dari tekstur dan warna sudah mendekati dia punya masakan. Peneliti melihat mengapa muncul pendapat dari Chef Wan ketika Chef Degan menjelaskan alasan yang memperkuat Brian layak menjadi grandfinalis pertama di galerry Master Chef padahal sebelumnya komentar Chef Wan tersebut terdapat pada segmen ke 5.

Peneliti mencurigai kemungkinan Chef Degan sengaja menggunakan praanggapan pada kalimat ‘....menurut Chef Wan kemarin...’ untuk menjelaskan kepada para kontestan lainnya mengenai apa yang menjadi alasan bagi para juri untuk memenangkan Brian sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef yaitu berdasarkan pada kutipan komentar dari Chef Wan yang menjadi guest chef pada tantangan sebelumnya yaitu pada tantangan menduplikasi masakan.

Kemudian pada bagian bentuk kalimat terdapat dalam komentar William yang mengatakan gua ngambil fortune cookies dengan pedenya gua ambil gua remuk pake tangan gua dan gua berharap isinya menunjukkan bahwa gua sebagai orang pertama yang masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia Session

3.Peneliti melihat bentuk kalimat pada komentar diatas merupakan bentuk kalimat aktif dimana terdapat kalimat ‘...gua ambil fortune cookies, gua remuk pake tangan gua dan gua berharap.....’ menempatkan William sebagai subjek yang melakukan action dan memberikan penekanan bahwa William merasa yakin dan

135

percaya diri bahwa ia akan menang dan berhasil masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3.

Selanjutnya pada bagian koherensi terdapat pada bagian lead yaitu perasaan tegang sangat dirasakan oleh William, Rissa dan Brian, tetapi mereka tetap menikmati hidangan di restoran. Berdasarkan pada analisis peneliti yang terdapat pada bagian pengantar ringkasan di atas tidak menunjukkan adanya koherensi atau pertautan antara teks yang disampaikan dengan tampilan gambar yang ditampilkan oleh pihak produksi tayangan Master Chef Indonesia Session 3 ini, dimana pada bagian teks di atas tidak ditampilkan adegan dari para kontestan yang sedang menikmati hidangan makanan di restoran. Pada adegan tersebut hanya ditampilkan adegan perbincangan di antara masing-masing kontestan dan munculnya seorang chef yang bernama Federico Micheletto yang membawa satu menu masakan untuk dipresentasikan di hadapan para kontestan yang membuat para kontestan merasa kebingungan. Selain itu pada teks yang bertuliskan

‘...Perasaan tegang sangat dirasakan oleh William, Rissa dan Brian, tetapi mereka tetap menikmati hidangan di restoran...’ tidak memiliki hubungan antar jalinan kata dimana ‘....perasaan tegang....’ yang sedang menyelimuti para kontestan dihubungan dengan kata ‘...menikmati hidangan di restoran....’. Namun, pihak produksi dari tayangan Master Chef Indonesia Session 3 ini mencoba untuk menghubungkan antar jalinan kata tersebut dengan menggunakan kata hubung

‘....tetapi...’ sehingga dengan adanya kata hubung ‘..tetapi..’ teks tersebut memiliki arti meskipun para kontestan merasa tegang dengan menanti hasil keputusan dari para juri tetapi mereka masih tetap bisa menikmati hidangan di restoran.

136

Selanjutnya pada bagian kata ganti terdapat dalam pernyataan Chef

Marinka yang mengatakan jadi yang kita cari adalah teknik untuk memotong yang sangat presize ya, teknik prancis tapi rasanya rasa asia. Kata ganti ‘..kita...’ yang digunakan oleh Chef Marinka seolah-olah menjadi sebuah representasi dari sikap semua para juri pada tantangan pressure test di galerry Master Chef yang menyetujui pernyataan dari Chef Frank yang mengatakan bahwa tantangan memasak dalam pressure test ini ada pada teknik memotong yang julient namun memiliki cita rasa asia.

Selanjutnya pada bagian leksikon terdapat dalam komentar Rissa yang mengatakan hari ini saya akan tempur dengan William saya merasa ini grandfinal buat saya sendiri. Pemilihan kata di atas juga memiliki arti yang sama dengan kata bersaing, diadu, berlomba, bertanding dan lain-lain. Rissa memilih kata

‘...tempur...’ untuk menujukkan pertandingan memasak yang sangat ketat dan membutuhkan perjuangan yang cukup besar untuk dapat melewati tantangan memasak mengalahkan William.

Selanjutnya pada bagian grafis terdapat pada pengshootan kamera untuk menekankan ekspresi kekecewaan dari wajah kontestan William ketika dikatakan

‘....bukan kamu sebagai pemenangnya tapi Brian...’ pada adegan tersebut terdapat penekanan gerak-gerik William seperti menundukkan kepala yang mencerminkan tanda kekecewaan William atas kekalahannya bersaing dengan Brian untuk menjadi grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3. Peneliti melihat adanya pengambilan gambar yang dilakukan secara zoom in untuk menekankan ekspresi kekecewaan dari kontestan William berupa gerak-gerik tubuh dan ekspresi kekecewaan yang ditunjukkannya seperti pengshootan kamera

137

ketika William menundukkan kepala sambil membuka mulutnya yang memberi tanda bahwa ia terkejut dengan hasil keputusan para juri yang mengatakan bahwa bukan ia yang masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef.

Peneliti melihat ada unsur kesengajaan dalam pengshootan kamera ini untuk menekankan dan menegaskan komentar William yang mengatakan bahwa ia sangat kecewa dengan keputusan para juri.

Bagian terakhir terdapat pada metafora yang terdapat pada komentar

William yang mengatakan konsep yang diberikan gak sesimple yang loe lihat, jadi sebenarnya tuh banyak teknik cooking disana dan life skill loe mesti wow banget.

Peneliti melihat kata ‘...teknik cooking...’ digunakan oleh William untuk memberikan penekanan bahwa hal terpenting dari tantangan memasak dalam menu menduplikasi masakan Prancis ini adalah teknik cara memasak dan menggunakan pisau’. Kata ‘..lifeskill..’ juga digunakan untuk memberikan penekanan bahwa untuk memenangkan tantangan menu masakan Prancis harus memiliki pengalaman memasak yang cukup baik. Kata ‘..wow..’ juga digunakan untuk memberikan penekanan bahwa setiap kontestan harus memiliki teknik memotong dengan menggunakan pisau yang baik dan pengalaman memasak yang juga harus diutamakan.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan tentang Wacana

Persaingan Dalam Tayangan Reality Show Master Chef Indonesia Session 3

(Analisis Wacana Kritis tentang Wacana Persaingan dalam Tayangan Reality

Show Master Chef Indonesia Session 3 di RCTI) dapat disimpulkan bahwa:

1) Makna dari tema persaingan yang terdapat di dalam struktur makro dalam

tayangan Master Chef Indonesia Session 3 episode top three segmen ke-6

adalah tema persaingan yang mengarah kepada sebuah penciptaan konflik

di antara masing-masing kontestan dalam merebut posisi sebagai

grandfinalis di galerry Master Chef dengan tujuan untuk menekankan

bahwa ada persaingan yang cukup kuat yang terjadi di antara masing-

masing kontestan.

2) Makna persaingan yang terdapat di dalam superstruktur adalah persaingan

yang dilakukan oleh kontestan merupakan persaingan yang sudah di

setting sedemikian rupa dengan pengarahan-pengarahan yang dilakukan

oleh pekerja media agar persaingan yang diciptakan dapat terbentuk

menjadi sebuah persaingan ketat yang ditampilkan secara berlebihan

sehingga dapat mengaburkan kesadaran pemirsa yang menonton tayangan

tersebut. Selain itu juga para pekerja media melakukan strategi

138 139

penyusunan rundown editing dan menentukan backsound yang sesuai

dengan adegan yang ada.

3) Makna persaingan yang terdapat di dalam struktur mikro adalah adanya

penonjolan dan penekanan terhadap salah satu kontestan berupa

penonjolan terhadap kekurangan serta kelebihan kemampuan memasak

yang dimiliki oleh masing-masing peserta seperti terdapatnya deksripsi

mendetail dalam hal memasak yang dilakukan oleh para pekerja media

untuk menciptakan penekanan bahwa kontestan tersebut memiliki

kemampuan yang lebih unggul dibandingkan dengan peserta yang lainnya.

4) Komodifikasi Intrinsik merupakan urutan pertama dari ideologi

tersembunyi yang terdapat di dalam tayangan Master Chef Indonesia

Session 3 dimana wacana persaingan ini dijadikan oleh pihak-pihak

berkuasa sebagai ajang bersembunyinya para kapitalis untuk memasarkan

produk mereka secara implisit diantaranya penggunaan bumbu bahan

masakan, munculnya merek sepatu, merek penyedap rasa makanan dan

lain sebagainya sehingga menghasilkan keuntungan tersendiri bagi pihak-

pihak yang berkuasa tersebut melalui media wacana persaingan yang ada

dalam masyarakat.

5) Hegemoni merupakan urutan kedua dari ideologi tersembunyi yang

terdapat di dalam tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3

dimana media dapat sengaja menjadi alat bagaimana nilai atau wacana

yang dipandang dominan itu disebarkan dan meresap dalam benak

khalayak sehingga menjadi konsensus yaitu bagaimana nilai persaingan

yang dianggap masyarakat dalam tayangan reality show adalah bentuk

140

persaingan yang tercipta secara alami namun ternyata wacana persaingan

yang dibentuk merupakan wacana persaingan yang sudah direkayasa dan

disetting sedemikian rupa sehingga mengaburkan kesadaran masyarakat.

6) Gender merupakan urutan ketiga dari ideologi tersembunyi yang terdapat

di dalam tayangan reality show Master Chef Indonesia Session 3 dimana

pada tayangan ini terdapat beberapa adegan yang mendiskriminasikan

sifat, peranan, fungsi dan status wanita yang lemah dibandingkan dengan

pria.

6.2. Saran

1) Dalam memproduksi tayangan reality show Master Chef Indonesia, para

pekerja media hendaknya menciptakan suatu makna persaingan yang

benar-benar nyata (real) tanpa adanya unsur rekayasa dan kemasan adegan

yang terlalu berlebihan agar tidak menciptakan pemaknaan tentang wacana

persaingan yang baru di masyarakat.

2) Kepada peneliti lain, disarankan untuk menindaklanjuti penelitian sejenis

dengan unsur-unsur reality show yang lainnya agar lebih mengetahui

ideologi lainnya yang tersembunyi di dalam tayangan reality show Master

Chef Indonesia.

DAFTAR REFERENSI

Badara, Aris. (2012). Analisis Wacana; Teori, Metode, dan Penerapannya pada Media Wacana. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Darma, Yoce Aliah. (2009). Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LkiS.

Fairclough, Nourman. (1997). Critical Discourse Analisis: The Crutical Study Language. London-NewYork: Longman.

Grace, Natalia. Representasi SBY Dalam Delapan Artikel The Jakarta Post Terkait Isu Keharmonisan Umat Beragama : Analisis Wacana Kritis. (http://e.journal-fakultas ilmu budaya-unpad.com

Hamad, Ibnu. Media Massa dan Konstruksi Realitas Politik (Studi CDA tentang Berita-berita Politik di Surat Kabar)”. Jurnal Kajian Komunikasi, Vol 1, No.1, Halaman 1-92, Jatinangor Des 2012.

Hariwijaya, M dan Basri M. Jaelani. (2005). Teknik Menulis Bidang Skripsi dan Thesis. Yogyakarta: Zenith Publisher. Hikmah, Nurul. Analisis Wacana Kritis dalam Sinopsis Novel “Negara Kelima” Karya Es Ito (http://flawless.e.journal.com).

Idfie Widya Pratama. ‘Tubuh Dalam Komedi’ Analisis Wacana Tubuh Dalam Program Acara Bukan Empat Mata Dan Untung Ada Budi. Jurnal Komunikator, Vol.3, No. 1, ISSN 1979-6765 Hal 113- 138.Yogyakarta, Mei 2011.

Iskandar. (2009). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press. Jorgensen, Marianne W dan Phillips, Louis J. (2007). Analisis Wacana: Teori dan Metode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . Kellner,D. (2003). Teori Sosial Radikal (terjemahan Eko-Rindang Farichah). Yogyakarta: Syarikat Indonesia.

Kriyantono, Rachmat.(2006) Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

141 142

Kurnia.(2012). Informasi Penyiaran : Ciptakan Isi Siarah Televisi Yang Sehat Dan Mendidik. Medan: KPIDSU PRESS.

Kusuma, Rinasari dan Dewi Kartika Sari. Wacana Asimilasi Dalam Film Televisi “Jangan Panggil Aku Cina. (dalam Jurnal Komunikator, Vol.3, No. 1, halaman 61-94, Yogyakarta, Mei 2011) Morisson, MA. (2008). Manajemen Media Penyiaran : Kencana Prenada Media Group.

Ritzer, George.(1992). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Press.

Rosenberg, Morris & Turner, Ralph H. (1990). Social Psychology: Sociological Perspectives. New York : Basic Books, Inc.

Sari, Dewi Kartika. Wacana Asimilasi Dalam Film Televisi; Jangan Panggil Aku Cina. Jurnal Komunikator ISSN 1979-6765 VOL. 3, No.1 Hal- 61-94.

Sobur, Alex. (2006). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Sofiah, Diandra Shafira Ramadhaniar. ‘Identitas Perempuan Dalam Social Media’ Studi Analisis Wacana Konstruksi Identitas Online Peranan Perempuan Dewasa Awal dalam Situs Jejaring Sosial Facebook, Skripsi. FISIP. Univeristas Sebelas Maret. Surakarta. 2006. (http://e.journal.paper.diandra.com)

Stubs, Michael. (1983). Discourse Analysis. Chicago: The University at Chicago Press.

Sudibyo, Agus.(2001.) Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS.

Sumadji, As (ed).(2000). Manusia dan Dinamika Budaya: Dari Kekerasan Sampai Baratayuda. Yogyakarta : BIGRAF.

Sumarto.(2002). Analisis Wacana: Kekerasan Terhadap Wanita Dalam Cerita Dongeng Di Indonesia. Jurnal. FISIP. Universitas Diponogoro.

Titscher, Stefan, Michael Mayer, Ruth Wodak, Eva Vetter.(2009). Metode Analisis Teks & Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Van Dijk, Teun A. (1998). Critical Discourse Analysis.

Yasir. Paradigma Komunikasi Kritis: Suatu Alternatif Bagi Ilmu Komunikasi. 2005. Jurnal Ilmu Komunikasi. Volume 1.Nomor 1. Maret 2012. Hlm.1-55.

143

Situs Internet www.wikipedia.com (Diakses pada tanggal 20 Juni 2013) http://theextreme-facts.blogspot.com (Diakses pada tanggal 9 Oktober 2013) http://google.agbnielson.com/-survei-tayangan-realityshow2013// (Diakses pada tanggal 20 Desember 2013) http://www.discourses.org/OldArticles/Critical%20discourse%20analysis.pdf (diakses pada tanggal 12 Januari 2014). (http://x-factor-RCTI Official.com) di akses pada tanggal 21 Februari 2014

(http://masterchefindonesiasession3.youtube.com) di akses pada tanggal 25

Februari 2014 http://sosiologi.yahubs.com/proses-interaksi-sosial-disosiatif// (Diakses pada tanggal 19 April 2014).

Deskripsi Data

Episode Top Three, Segmen ke-6 Tayangan Reality Show Master Chef

Indonesia Session 3 RCTI

Tayangan Master Chef Indonesia Session 3 pada episode top three segmen ke-6 ini diselenggarakan di Putra Jaya Malaysia dengan jumlah 3 (tiga) orang peserta yaitu Brian, Rissa dan William yang telah berhasil melewati challenge pada episode top four dimana para juri harus menyisihkan kembali satu orang peserta untuk bisa masuk ke babak grandfinal yang akan diselenggarakan di gallery Master Chef Indonesia di RCTI Jakarta. Sebelumnya para kontestan telah diadu bakat memasaknya pada challenge menduplikasi masakan dari Chef

Redzuawan Ismail yaitu Lamb Kuzi suatu masakan khas Malaysia yang sering disajikan pada acara-acara pernikahan ataupun perjamuan makan malam majelis

Perdana Menteri Malaysia. Sebelumnya, sembari menanti hasil keputusan dari para juri mengenai siapa dari salah seorang kontestan yang berhasil masuk sebagai grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3, top three diberi kesempatan untuk menikmati hidangan direstoran dan berbelanja di salah satu tempat pusat perbelanjaan di Malaysia yaitu Central Market. Hal ini sesuai dengan bagian pengantar ringkasan (lead) yang berisikan:

“Perasaan tegang sangat dirasakan oleh William, Rissa dan Brian, tetapi mereka tetap menikmati hidangan di restoran (tiba-tiba muncul seorang chef yang bernama Federico Micheletto sambil membawa satu menu masakan). Untuk mengendurkan rasa cemas top three diberi kesempatan untuk berbelanja oleh- oleh”. Kota Putra Jaya yang dibangun oleh Pemerintahan Malaysia untuk pemerintahan yang dibangun pada tahun 1995 oleh Tengku Abdul Rahman ini menjadi lokasi pengumuman bagi para kontestan top three untuk mengetahui siapa yang akan berhasil masuk ke babak grandfinal. Ketika para kontestan top

three memasuki area kota Putra Jaya Malaysia yang berlokasi outdoor di pinggir laut terdapat tampilan banner masakan produk Malaysia dengan merek Saus

Tiram Cap Panda (Oyster Sauce Panda Brand) dan banner masakan produk

Indonesia dengan merek Sasa yang berada tepat di sebelah kanan para kontestan.

Ketika para kontestan sudah sampai dilokasi pengumuman mereka disambut oleh juri Chef Arnold yang sudah bersiap untuk memberikan hasil pengumuman kepada para kontestan siapa yang berhasil masuk ke babak grandfinal, Brian salah seorang kontestan berkomentar ;

“Paling deg-degan mungkin ya selama di galerry Master Chef karena ini menentukan siapa yang pertama akan masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia 3”. Chef Arnold disusul oleh Chef Degan dan Marinka memberikan 3 (tiga) buah Fortune Cookies kepada para kontestan yang di dalamnya sudah ada hasil keputusan dari para juri yang membuat wajah para kontestan menjadi panik dan cemas. William salah seorang kontestan diberikan kesempatan untuk terlebih dahulu mengambil salah satu fortune cookies dan ia berkomentar ;

“ Gua ngambil fortune cookies dengan pedenya gua ambil gua remuk pake tangan gua dan gua berharap isinya menunjukkan bahwa gua sebagai orang pertama yang masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia Session 3”. Setelah meremuk fortune cookies tersebut William membaca dengan suara lantang isi kertas yang ada di dalam Fortune Cookies yang disaksikan oleh kontestan lainnya dengan wajah cemas yang berisikan ;

“ Kamu beruntung masih ada satu posisi yang tersisa di grandfinal yang mungkin menjadi milik anda”. Setelah membaca isi kertas tersebut William berkomentar;

“Arti mungkin artinya ya belum pasti gue dan itu bikin gua gregetan banget”.

Kemudian Chef Degan memberi kesempatan kepada Rissa untuk mengambil Fortune Cookies dan memberikan instruksi kepada Rissa untuk membaca isi kertas yang ada di dalam Fortune Cookies tersebut ;

“Sangat bagus tidak cukup kami mencari yang terbaik dia ada disebelah kamu”. Setelah mendengar isi dari fortune cookies Rissa, Brian tampak semakin gelisah dan cemas karena posisi Rissa ada ditengah Brian dan William. Rissa berkomentar ;

“Saya tidak berkecil hati karena dari hasil komentar Chef Wan itu jelas gua ga akan mungkin menang”. Ucapan chef Marinka yang mengatakan ‘ada disebelah mana ya’ , membuat kontestan Brian dan William semakin gelisah dan cemas ditandai dari raut wajah Brian yang berulang kali menunduk, menggigit bibir, bergerak ke kanan dan kiri dan meringis. Ekspresi Brian pun diikuti dengan komentar;

“Agak kurang yakin ya bisa masuk di grandfinal tapi aku mencoba tetep positive thinking kalau aku tuh bisa masuk ke grandfinal”. Lalu juri mempersilahkan Brian untuk mengambil dan membaca isi dari kertas fortune cookies tersebut;

“Bersabarlah jawaban akan segera kamu ketahui sebentar lagi”. Isi dari fortune cookies Brian membuat ketiga kontestan semakin gelisah ditandai dengan ekspresi wajah dan gerak gerik tubuh para kontestan seperti menggigit bibir dan menunduk. Chef Arnold memberikan hasil keputusan kepada para kontestan siapa yang akan masuk sebagai peserta pertama di grandfinal

Master Chef Indonesia Session 3. Ketika Chef Arnold menyebutkan nama Brian sebagai kontestan pertama yang berhasil masuk ke dalam galerry grandfinal

Master Chef, Brian tampak tidak percaya dan menangis haru mendengar keputusan para juri dan dengan wajah bahagia Brian melakukan sujud syukur atas keberhasilannya dan ia pun berkomentar;

“Orang yang pertama masuk ke grandfinal itu...... aduhhh (sambil tersenyum)...aku ngerasa kayak badan itu lemas kayak beban itu hilang semuanya deh dan ga bisa diungkapkan dengan kata-kata lah akhirnya bisa masuk ke grandfinal Master Chef Indonesia”. Keberhasilan Brian berhasil masuk sebagai kontestan pertama di grandfinal membuat para kontestan lainnya kesal ditandai dengan ekspresi wajah mereka yang kaku, memukul-mukul Fortune Cookies yang ada digenggaman tangan mereka dan tidak mengucapkan selamat kepada Brian sebagai kompetitor mereka. Hal ini sejalan dengan komentar yang dilontarkan Rissa;

“Saya waktu ngeliat Brian menang biasa aja juga gak pengen ngasih selamet, saya juga gak mau munafik karena kalau memang dia layak jadi pemenang saya akan kasih selamet tapi kalau menurut saya.... (diam sebentar) sorry ya secara kualitas dia dibawah ini... saya gak pantes kasih selamat sih...(sambil mengangkat kedua bahu dan tangannya disertai dengan wajah apatis)”. Chef Degan mengatakan bahwa Brian layak jadi pemenang karena menurut Chef Wan kemarin masakan Brian meskipun dari cita rasa lebih manis sedikit tapi dari tekstur dan warna mendekati. Brian berkomentar;

“Selama di overseas aku selalu menang dan itu aku bisa menunjukkan ke semua lawan kalau aku tuh bener-bener mempunyai passion, benar-benar mempunyai kemampuan dan aku layak berada di grandfinal Master Chef Indonesia 3”. William tidak menerima keberhasilan Brian sebagai grandfinalis, dan ia pun berkomentar;

“Kenapa mesti dia sih yang masuk pertama kali ke grandfinal kenapa gak gua... padahal sebelumnya masakan gua tuh paling positif ya komennya”. Dengan masuknya Brian sebagai grandfinalis membuat kontestan lainnya harus mengikuti pressure test terakhir yang berat yang ada di gallery Master Chef

Indonesia Session 3 di RCTI dimana kontestan yang berhasil melewati pressure test akan masuk sebagai peserta selanjutnya di babak grandfinal menemani Brian dan yang kalah akan pulang. Brian pun berkomentar;

“Tinggal William dan Rissa aku berharap banget ya yang masuk ke grandfinal adalah William daripada Rissa karena mungkin aku merasa lebih tertantang kalau di grandfinal itu melawan William”. Ketika para juri memberikan kesempatan kepada Brian untuk beristirahat dan menyaksikan kompetitornya bersaing untuk memasak, Rissa kesal dan kecewa lalu menggeleng-gelengkan kepala dan badannya tanda tidak setuju dengan keputusan para juri. Ia pun berkomentar;

“Bagi gua kali ini adalah satu kehormatan bisa dibattle bareng William”. Para juri mengundang guest chef dari Malaysia Chef yang pertama sekali membuat fortune cookies yaitu Chef Frank Bruwier pada pressure test terakhir dalam galerry Master Chef untuk menantang para kontestan menduplikasi masakan yang ia masak. William berkomentar;

“Ternyata ada Chef dari Malaysia ya, karena gua udah stres banget masuk pressure test gue sampe ga inget deh namanya siapa”. Berbeda dengan William yang tidak siap mengikuti pressure test, Rissa memiliki komentar lain;

“Bangga karena dari kemaren..kemaren.. kemaren..saya ketemu dengan orang-orang penting, chef-chef penting”. William mengomentari challenge pressure test terakhir ini;

“Pressure test kali ini bener-bener beda banget ya semua pressurnya bener-bener eksekusi loe jelek ya harapan loe untuk masuk grandfinal benar- benar gak ada sama sekali (sambil menyilangkan kedua tangannya)”. Chef Marinka pun membuka menu makanan yang dibuat oleh Chef Frank untuk segera diduplikasi oleh para kontestan. Menu masakan tersebut bernama

Sole Paupiette Glazed with Oyster Sauce Vegetable Julienne Sauted in Sesame

Oil and Tangy Soy Sauce. Chef Marinka memberikan kesempatan kepada Chef

Frank untuk menjelaskan sedikit tentang menu masakan tersebut dengan menggunakan Bahasa Inggris yang membuat kontestan Rissa tidak mengerti dengan penjelasan Chef Frank tersebut ditandai dengan ekspresi wajah

kebingungan namun tidak sesuai dengan gerak-gerik tubuh seperti mengangguk- anggukan kepala sebagai tanda memahami masakan tersebut. Rissa berkomentar;

“Waktu Chef Frank presentasi masakannya sejujurnya gua gak ngerti Chef Frank ngomong apa karena bahasa inggrisnya fluent banget dan gua ngeliat responnya William tuh yang angguk..ngangguk...ngangguk ngerti...sedangkan gua tu lebih ke arah yang ngangguk..ngangguk..ngangguk tapi gua gak ngerti”. Komentar William tentang menu masakan duplikasi;

“Konsep yang diberikan gak sesimple yang loe lihat, jadi sebenarnya tuh banyak teknik cooking disana dan life skill loe mesti wow banget”. Rissa dan William diberikan kesempatan oleh para juri untuk mencicipi menu masakan duplikasi tersebut, dan Rissa berkomentar;

“Pada saat ngeliat hidangannya saya kira itu singkong digulung dimakan pake acar (dengan wajah tidak yakin dan percaya)”. Ketika William mencicipi menu masakan duplikasi tersebut, William memiliki komentar berbeda dengan Rissa , ia pun berkomentar;

“Sebenarnya gua faham konsepnya tapi yang mungkin crusial disini adalah cooking time untuk fishnya dan vegetable nya”. Setelah mencicipi menu masakan tersebut, para juri mempersilahkan para kontestan untuk mulai memasak dengan resep dan bahan yang sudah disiapkan dalam waktu 60 menit. Ketika juri memulai pertandingan para kontestan pun langsung segera berlari ke meja memasak mereka masing-masing dan segera memulai proses memasak.

Sesampainya di meja memasak, semua bahan masakan sudah tersedia dan di sudut sebelah kanan depan terdapat sponsor produk masakan buatan Malaysia yaitu beberapa botol Saus Tiram Cap Panda dan Rissa pun mulai mengambil bahan-bahan masakan dan berkomentar;

“Hari ini saya akan tempur dengan William saya merasa ini grandfinal buat saya sendiri”. Sedangkan William dengan mengenakan celemek memasak yang bertuliskan Sasa dan Lee Kum Kee mulai mengambil bahan masakan yaitu ikan

yang sudah dihaluskan dan mulai untuk mengirisnya dengan cepat, lalu sambil mengupas kulit wortel William berkata;

“Untuk sekarang ini siapa pun lawan gua udah gak ngaruh lagi kayaknya ya, yang penting adalah gua bisa masuk ke grandfinal dan siapa pun lawannya ntar yang terakhir ya gua akan mati-matian disitu”. Sambil memotong wortel yang sudah dikupas dengan cepat, William mengomentari tentang menu masakan yang akan dimasaknya tersebut;

“Masakannya sebenarnya ga begitu sulit ya simple tapi banyak detailnya kayak cuttingnya julient lo harus liat semua”. William juga mengomentari mengenai Rissa sebagai kompetitornya dalam challenge presurre test;

“Lawan gua Rissa di pressure test cukup mengerikan ya, jadi gua harus waspada banget”. Chef Frank sengaja memilih menu masakan di pressure test ini untuk melihat teknik menggunakan pisau yang baik sehingga menghasilkan hasil masakan dengan bentuk yang baik dan menarik.

Brian juga mengomentari keinginannya untuk bersaing melawan William di grandfinal;

“Aku lebih tertarik untuk melawan William ya mungkin karena bagiku William adalah saingan terberat jadi aku pengen buktiin kepada diriku sendiri aku pengen ngalahin dia”. Disamping itu, Rissa bekerja dengan sangat cepat dan cekatan sambil berkomentar;

“Saat masak gua gak ngerasa kesulitan karena itu potongan sayurannya semua julient dan gua terbiasa motong rapi,tipis, kecil itu gua udah biasa”. Ketika proses masak memasak sedang berlangsung, William memasukkan dengan sengaja Saus Tiram Cap Panda kedalam wajan penggorengannya dan mulai melanjutkan memasak bahan yang lain.

Brian sebagai grandfinalis memperhatikan kinerja William dan Rissa yang sangat gesit dan berkomentar;

“Kemampuannya William itu gak bisa dianggap enteng ya, karena dia itu cukup pinter, dia cukup detail juga dalam memasak. Sedangkan kalau Rissa itu ya cukup lumayanlah”. Ketika sedang memasak meskipun dalam tekanan pressure test Rissa berusaha untuk tetap tenang dalam memasak. Hal ini sejalan dengan komentarnya;

“Biasanya gua itu masak sangat panik, sangat terburu-buru.. ini gua berusaha sangat tenang”. Bertolak belakang dengan Rissa, William memasak dengan sangat cepat dan berusaha untuk bisa melewati pressure test terakhir ini, berikut komentarnya;

“Sebenarnya gua ga merasa yakin kalau Brian dan Rissa itu bisa masuk, tapi ya sudah masuk ke top five, berarti ya dia emang ngebuktiin kalau dia jago”. Ketika Chef Arnold mendekati Rissa yang sedang memasak dan bertanya mengenai kesulitannya Rissa pun menjawab;

“Lebih ke arah panik Chef ya, karena ini kan perebutan posisi jadi ya lima puluh lima puluh..”. Ketika proses masak memasak sedang berlangsung, Rissa juga memasukkan produk Saus Tiram Cap Panda ke dalam mangkuk dan mulai mencampurkan semua bahan masakan ke dalam saus yang sudah dibuat dengan sangat cepat dan terburu-buru begitu juga dengan William yang bersaing cukup kuat dengan Rissa untuk memperebutkan posisi grandfinalis di gallery Master

Chef Indonesia Session 3.

Brian pun mengomentari gerak gerik Rissa yang cukup cekatan dalam memasak;

“Menurut aku Rissa itu lebih enerjik, speednya Rissa itu cepet banget”.

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA SERTA HASIL WAWANCARA TAYANGAN REALITY SHOW MASTER CHEF INDONESIA SESSION 3 RCTI EPISODE TOP THREE (TOP 3) SEGMEN KE-6. 1. Peneliti :

Menurut Anda apakah tema yang ditampilkan pada episode top three (top

3) segmen ke 6 ini adalah persaingan antar kontestan top three dalam

merebut posisi sebagai grandfinalis di galerry Master Chef Indonesia

Session 3? Jika ya, mengapa dipilih tema persaingan tersebut? Namun jika

tidak, tema apa yang dipilih? Dan mengapa?

Produser RCTI :

“Masterchef Indonesia 3 merupakan program tv berbasis ajang kompetisi antar kontestan top three dalam merebut posisi sebagai grandfinalis di galerry Master Chef Indonesia Session 3. Jadi persaingan menjadi salah 1 ciri khas dari tayangan ini yang sekaligus menjadi tema dalam episode ini”.

2. Peneliti :

Bagaimana cara kerja dari para kru untuk menciptakan tema persaingan di

antara masing-masing peserta?

Produser RCTI :

“Masih berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya, pada dasarnya iklim persaingan akan secara alami tercipta di setiap kompetisi, jadi kru hanya meng-capture kejadian yang sudah ada namun tetap saja sambil mengarahkan agar sesuai dengan standar broadcast yang sudah ada”.

3. Peneliti :

Pada lead (pengantar ringkasan/bagian pendahuluan) terdapat kalimat

“Perasaan tegang sangat dirasakan oleh William, Rissa dan Brian. Tetapi

mereka tetap menikmati hidangan di restoran. Besok mereka akan tau

siapa yang akan menjadi grandfinalis pertama. Untuk mengendurkan rasa

cemas, top three diberi kesempatan untuk berbelanja oleh-oleh”. Mengapa

pengantar ringkasan tersebut yang dipilih? Mengapa pada pengantar

ringkasan tidak menceritakan dan menampilkan persaingan antar kontestan

dalam merebut posisi sebagai grandfinalis kedua di galerry Master Chef

Indonesia Session 3?

Produser RCTI:

“Pada bagian lead ini kami tidak menceritakan kalimat pengantar yang menceritakan mengenai persaingan kontestan top three dalam merebut posisi grandfinalis di galerry Master Chef. Sebenarnya kami lebih kearah pengendalian tempo jalannya alur cerita itu sendiri karena kita tidak bisa mengedepankan ketegangan semata dalam sebuah persaingan yang menjadi tema dari tayangan ini, jadi butuh formula untuk ‘tarik ulur’ emosi pemirsa.” .

4. Peneliti:

Bagaimana pihak produksi menyusun scene per scene pada bagian

pendahuluan (pengantar ringkasan) ini? Lalu sebenarnya kegiatan terlebih

dahulu mana yang dilakukan? Lalu mengapa adegan makan di restoran

dipilih untuk ditampilkan terlebih dahulu lalu disusul dengan adegan

berbelanja?

Produser RCTI:

“Sebelumnya sudah ada rundown cerita yang menentukan pengurutan adegan per adegan, hanya saja kenapa dipilih adegan makan terlebih dahulu karena format adegan makan untuk Top 3 adalah lunch dan adegan jalan-jalan merupakan scene malam. Jadi kurang lebih pertimbangannya adalah lebih keurutan waktu saja”.

5. Peneliti:

Mengapa ketika sedang makan di restoran para peserta duduk dengan

membentuk circle (setengah lingkaran) dimana Rissa duduk diposisi bagian

tengah? Apakah ada pengaturan tempat duduk tersebut? Mengapa

demikian?

Produser RCTI:

“Sebenarnya alasannya lebih ke look on air saja, karena kita sedikit banyak harus memikirkan estetika look dari angle pengambilan gambarnya. Untuk perihal ini, kita memang harus mengatur posisi duduk kontestan tersebut”.

6. Peneliti:

Pada bagian isi (jalannya suatu peristiwa/isi tayangan) mengapa chef

Arnold yang dipilih sebagai juri pertama yang menyambut para kontestan?

Produser RCTI:

“Sebenernya tidak selalu Chef Arnold, jika diperhatikan dari episode- episode yang lain, anda bisa menjumpai Chef Degan atau Chef Marinka yang menyambut kontestan di awal challenge”.

7. Peneliti:

Mengapa Fortune Cookies dipilih sebagai media pemberitahuan keputusan

para juri? Dan apakah sebelumnya telah ditentukan oleh kru mengenai

fortune cookies mana yang akan diambil oleh peserta?

Produser RCTI:

“Sebenarnya semata-mata lebih kepada pemberian gimmick agar treatment punya nuansa baru yang lebih segar. Untuk pemilihan fortune cookies kontestan tidak ada pengaturan dari para kru”.

8. Peneliti:

Mengapa memilih Chef Frank Bruwier sebagai chef terakhir di tantangan

pressure test untuk memberi tantangan menduplikasi masakan dengan

menu masakan Prancis? Dimana pada segmen sebelumnya di episode top

three, para kontestan diberi tantangan memasak dengan menu khas

Malaysia. Dan mengapa menu masakan dari Prancis dengan nama Sole

Paupiette Glazed With Oyster Sauce Vegetable Julienne Sauted in Sesame

Oil and Tangy Soy Sauce yang dipilih sebagai menu tantangan masakan

duplikasi? Apakah untuk persaingan dalam merebut posisi grandfinalis

kedua ini tantangan memasak untuk para kontestan adalah tekhnik

memotong menggunakan pisau dan kecepatan memasak? Mengapa dipilih

tantangan tersebut?

Produser RCTI:

“Alasan dipilihnya menu masakan Prancis karena Prancis merupakan salah satu negara yang mempunyai teknik memasak yang cukup rumit dalam proses memasaknya dan banyak sekolah memasak disana dan banyak chef handal yang merupakan lulusan sekolah kuliner disana salah satunya adalah chef Degan yang merupakan lulusan dari sekolah kuliner disana. Selain daripada itu ya lebih kepada alasan secara teknik dan skill memasak saja. Karena ini masih termasuk challenge duplicate dish maka menu yang dipilih merupakan signature dish dari Chef Frank. Selain itu teknik memotong atau knife skill merupakan salah satu aspek dalam penilaian selain rasa dan plating”.

9. Peneliti:

Apakah kru dari Master Chef mengetahui bahwa ada salah seorang

kontestan yang bernama Rissa merasa kebingungan dengan bahasa asing

(English) Chef Frank yang sangat fasih berbicara dengan bahasa inggris

sehingga menimbulkan kebingungan bagi kontestan Rissa? Dan alasan apa

scene itu ditampilkan? Dan mengapa William ditonjolkan lebih memahami

maksud dari menu masakan tersebut?

Produser RCTI:

“Kru secara umum mengetahui perihal ini dan secara off air jika ada hal yang kurang jelas pasti akan kami bantu. Bukan bermaksud menonjolkan kelebihan atau kekurangan dari salah satu masing-masing peserta, William dan Risaa sama-sama kami angkat ceritanya dari dua sisi, yakni sisi William yang dengan gampang mengerti arahan Chef Frank dan Rissa yang agak sedikit susah mengartikan arah tersebut. Karena kami harus bisa menyajikan variasi cerita yang tentu saja harus beragam agar jalannya story di challenge ini tetap ada dan menarik pemirsa”.

10. Peneliti:

Bagaimana cara kerja kru menyusun scene per scene yang terpisah menjadi

satu tayangan utuh?

Produser RCTI:

“Setelah proses shooting selesai, kami menyusun rundown editing berdasarkan materi shooting yang sudah ada. Kami susun adegan per adegannya dan memberikan backsound yang sesuai dengan adegan yang ada agar story bisa lebih mengena ke pemirsa.”

11. Peneliti:

Mengapa Rissa lebih ditonjolkan dalam adegan memotong wortel dengan

rapi? sementara seperti yang diketahui bahwa tantangan dalam memasak di

segmen ke-6 pressure test ini adalah tekhnik memotong menggunakan

pisau. Dan mengapa William tidak ditampilkan dalam keahliannya

memotong wortel? Dan mengapa Rissa lebih ditonjolkan akan unggul

dalam memenangkan pressure test dalam menu masakan Prancis? Dimana

hal itu dapat ditandai dengan munculnya beberapa kali adegan kecepatan

dan kemampuan Rissa dalam memasak.

Produser RCTI:

“Tidak ada yang lebih ditonjolkan, karena pemilihan gambar itu kami selalu usahakan seimbang. Jika Rissa ditampilkan menonjol ketika memotong wortel, William sebelumnya sudah ditampilkan ketika dia lebih mudah mengerti arahan dari Chef Frank. Jadi sistemnya seperti tambal sulam saja. Jika di part A Rissa tidak perform, kita akan tampilkan di part B juga ketika Rissa bisa perform bagus disitu. Teknik memotong seperti yang sudah kami jawab sebelumnya merupakan salah satu aspek saja bukan aspek satu-satunya dalam penentuan Grandfinalis Master Chef Indonesia 3.” 12. Peneliti:

Mengapa dihadirkan dialog antara kontestan Brian sebagai grandfinalis

pertama di gallery Master Chef Indonesia Session 3 dengan para juri dan

Chef Frank di tengah-tengah berjalannya kompetisi? Lalu mengapa muncul

pertanyaan juri kepada kontestan Brian mengenai keinginannya untuk

bersaing dengan William di grandfinal? Dimana secara kebetulan yang

menjadi pasangan Brian di grandfinal adalah William. Apakah ada

intervensi Brian di dalam pengambilan keputusan juri dalam penentuan

grandfinalis kedua digalerry Master Chef Indonesia Session 3?

Produser RCTI:

“Dialog yang dimaksudkan merupakan salah satu part dari tayangan Master Chef Indonesia Session 3 yang biasa kami sebut dengan Huddle. Biasanya huddle juga mengikutsertakan chef tamu atau kontestan yang tidak memasak (karena menang dalam challenge sebelumnya) untuk menambah variasi komentar dan bahasan dalam huddle tersebut.”

13. Peneliti:

Mengapa ada komentar yang ditampilkan dari kontestan Rissa yang

memperjelas bahwa dia tidak akan mungkin menang berdasarkan pada

komentar Chef Wan pada tantangan di episode top three dengan segmen

sebelumnya? Dan mengapa ditampilkan komentar flashback dari para juri

yang menceritakan bahwa Brian layak memenangkan tantangan Chef Wan

karena menurut Chef Wan dari cita rasa masakan Brian lebih manis sedikit,

namun dari tekstur dan warna mendekati masakan Chef Wan? Lalu

mengapa disambung dengan lanjutan komentar Brian yang memperkuat

bahwa ia memang layak untuk menang karena selama di overseas ia selalu

memenangkan semua tantangan sehingga ia layak masuk sebagai

grandfinalis pertama di galerry Master Chef Indonesia Session 3?

Mengapa flashback komentar dari para juri itu ditampilkan? Apa

tujuannya?

Produser RCTI:

“Latar tersebut dipilih untuk ditampilkan lebih untuk menunjukkan rangkuman cerita saja beserta track record masing-masing kontestan selama mengikuti challenge overseas untuk mengingatkan pemirsa tentang challenge sebelumnya.”

14. Peneliti:

Mengapa ditampilkan reaksi verbal (komentar negatif) dan non verbal

(ekspresi wajah dan memukul-mukul fortune cookies) Rissa yang tidak

menyetujui keberhasilan Brian masuk sebagai grandfinalis pertama di

galerry Master Chef? Apa tujuannya? Dan apakah ada

pengaturan/penyettingan dalam adegan tersebut?Apakah ada pengaturan

dari kru mengenai gerak-gerik dan adegan dengan unsur persaingan yang

dilakukan oleh kontestan top three dalam memasak?

Produser RCTI:

“Itu merupakan ekspresi murni dari Rissa dan tidak ada penyettingan dalam adegan ini”.

15. Peneliti:

Bagaimana para kru menyusun adegan demi adegan dengan menyisipkan

komentar dari para kontestan? Lalu kapan wawancara dengan kontestan

dilakukan? Dan mengapa komentar-komentar itu yang dipilih untuk

disisipkan? Apakah ada komentar dari kontestan yang

dipotong/disembunyikan? Dan atas pertimbangan apa komentar tersebut

dipotong/disembunyikan? Dan apakah kalimat komentar dari kontestan

sudah diatur sedemikian rupa oleh kru atau murni dari kontestan sendiri

tanpa ada penyettingan?Bagaimana cara kru mengambil kesimpulan

komentar dari para kontestan yang diwawancarai sehingga dipilih untuk

diedit dan ditampilkan pada episode top three segmen ke-6? Pertimbangan

apa yang dilakukan?

Produser RCTI:

“Interview kontestan Master Chef Indonesia dilakukan setelah proses shooting selesai, sifat interview lebih kepada pemaparan cerita sebagai penguat gambar yang sudah ada. Para kontestan akan menceritakan pengalaman mereka selama proses memasak dan sebagainya. Selain itu juga tentu saja ada pengaturan dari para kru, dimana kami harus mengatur pembahasan dan ungkapan ekspresi dari setiap kontestan agar sesuai dengan feel adegan yang sedang terjadi”.

16. Peneliti:

Mengapa muncul pertarungan komentar dari para kontestan Master Chef

Indonesia Session 3 pada episode top three segemen ke-6?

Produser RCTI:

“Sebenarnya pertarungan komentar tersebut juga kami butuhkan untuk memberikan variasi komentar dan untuk menguatkan jalannya cerita dengan tema persaingan di Master Chef Indonesia Session 3 ini.”

17. Peneliti:

Mengapa pada episode top three segmen ke 6 dipilih lokasi kompetisi

memasak di kawasan Putra Jaya Malasyia? Dan mengapa dipilih lokasi

memasak dengan latar belakang view di tepi laut?

Produser RCTI:

“Kembali seperti sebelumnya, pada episode top three segmen ke-6 ini kami memilih kawasan Putra Jaya Malaysia dengan latar belakang view di tepi laut karena berdasarkan pada pertimbangan nilai estetika dan tentu saja look on air. Apalagi ini challenge overseas, kami harus menyajikan satu view yang benar-benar menunjukkan bahwa kami memang sedang overseas”.

18. Peneliti:

Mengapa Brian lebih ditonjolkan dari segi ekspresi kegelisahan dalam

menanti hasil keputusan grandfinalis pertama dari para juri?

Produser RCTI:

“Brian merupakan salah satu kontestan yang mampu memperlihatkan ekspresi dengan baik jadi kami sengaja menonjolkan ekspresi Brian. Sebenarnya tidak hanya Brian, William dan Rissa pun juga kami tunjukkan, namun hanya saja yang lebih mengena kepada pemirsa khususnya adalah ekspresi Brian.”

19. Peneliti:

Mengapa Rissa lebih ditonjolkan tidak menyukai kemenangan Brian? Dan

mengapa Rissa lebih ditonjolkan keambisiussannya untuk menang dan

bersaing dengan Brian di grandfinal?

Produser RCTI:

“Ini merupakan ungkapan ekspresi alami Rissa dan tentu saja akan kami tonjolkan mengingat ini merupakan ajang kompetisi bukan hanya acara televisi semata. Tujuannya tentu saja agar cerita lebih menarik untuk diikuti pemirsa.”

20. Peneliti:

Mengapa Rissa lebih banyak digambarkan secara jelas tahap demi tahap

dalam proses memasak seperti memotong, memasak, hingga mencicipi

dibandingkan dengan William?

Produser RCTI:

“Kekuatan narasi Rissa memang dirasa lebih detail dari William, sehingga Rissa lebih banyak ditonjolkan dalam adegan ini. Sebenarnya pemaparan tahap demi tahap juga ada pada William hanya saja pemaparannya mungkin tidak sedetail Rissa.”

21. Peneliti:

Mengapa ada pengaturan tata letak produk Saus Tiram Cap Panda di table

cooking Rissa?

Produser RCTI:

“Kami mempunyai kepentingan dengan pihak lain yaitu sponsor dan ini merupakan salah satu benefit dari perjanjian yang sudah dilakukan. Tentu saja kami dengan sengaja mengatur peletakan produk tersebut demi menjaga angle kamera dan look on air di televisi agar tetap terjaga.”

22. Peneliti:

Mengapa ketika Brian mengatakan ingin bersaing dengan William, kamera

langsung mengshoot William?

Produser RCTI:

“Sebenarnya ini merupakan penguatan ekspresi saja. Ada ritme secara editing yang harus dilakukan agar cerita tetap menarik untuk diikuti dan pemaparan gambar tidak menimbulkan pemaknaan yang berbeda dan cerita yang kami ingin sampaikan bisa dimengerti oleh pemirsa lebih sempurna.”