1 BAB I 1.1 Latar Belakang Indonesia Adalah Negara Yang Menggunakan Internet Dalam Melaksanakan Sistem Tata Kelola Pemerintahann

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

1 BAB I 1.1 Latar Belakang Indonesia Adalah Negara Yang Menggunakan Internet Dalam Melaksanakan Sistem Tata Kelola Pemerintahann BAB I 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menggunakan internet dalam melaksanakan sistem tata kelola pemerintahannya. Dengan adanya internet, pemerintah dengan mudah menyampaikan segala informasi maupun melayani masyarakat dengan mudah. Sehingga dizaman sekarang ini sudah jarang sekali terlihat menggunakan sistem manual atau tradisional dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Perkembangan teknologi menuntut semua lembaga Pemerintah harus tanggap dalam melayani masyarakat tanpa pandang bulu, cepat, dan terukur. Ini terlihat dimana pelayanan sistem pelayanan publik mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam sebuah organisasi, instansi maupun lembaga, arus peningkatan informasi dan komunikasi penting untuk dikontrol, sebab nantinya akan memiliki dampak serta reputasi dimata masyarakat atau publik. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini membuat sebuah terobosan agar masyarakat memperoleh informasi dengan lebih transparan dan mudah dimengerti bagi semua warganya dengan sistem elektronik yang lebih teratur yaitu E-Government. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, e-Government merupakan sebuah aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet dan perangkat lainnya yang dikelola oleh pemerintah untuk keperluan penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat, mitra bisnisnya, dan lembaga-lembaga lain secara online (sumber: https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/8554/implementasi-penerapan-e- goverment/0/sorotan_media diakases pada tanggal 14 September 2018, pukul 23:00). Sistem e-Goverment diyakini menjadi solusi yang paling ampuh dalam menghadapi kendala pelayanan yang tujuan akhirnya yaitu dapat meningkatkan kualitas kinerja baik itu pemerintah usat sampai kepada Pemerintah daerah serta meminimalisir praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan pedoman bagi pemerintah untuk memberlakukan pemerintah yang baik (Good Governance) dengan menerapkan memaksimalkan sistem elektronik dari fungsi pemerintah yang terintegrasi serta transparan. Sebuah artikel pada Kompas.id, Ketua KPK Agus Rahardjo menyebutkan pertumbuhan indeks persepsi korupsi Indonesia tertinggi didunia dengan skor 20. Artikel tersebut menyatakan bahwa banyaknya OTT kepala daerah menyebabkan 1 indeks tersebut merangkak naik, selain itu banyaknya kolusi didaerah menyebabkan maraknya pertumbuhan korupsi, utamanya daerah di Pulau Sumatera. (https://nasional.kompas.com/read/2018/12/04/10400111/ketua-kpk-pertumbuhan- indeks-persepsi-korupsi-indonesia-tertinggi-di-dunia Diakes pada tanggal 23 November 2018). Tentunya dari permasalahan diatas konsep smart city menjadi inovasi paling tepat dalam memajukan sebuah daerah kabupaten/kota yang memiliki tingkat KKN yang tinggi. Salah satu wujud pemerintah dalam menerapkan sistem e-Government diseluruh kabupaten/kota di Indonesia, melalui Kementerian Dalam Negeri yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika membuat sebuah konsep kota cerdas atau biasa dikenal dengan Smart City. Pengembangan e-Government mengacu kepada Instruksi Presiden (INPRES) No.3 tahun 2003, yaitu tentang pengembangan e-Government dengan tujuan mengembangkan penyelenggaran pemerintah berbasis elektronik untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Semenjak dikeluarkannya instruksi tersebut hampir semua daerah melakukan inovasi pengembangan tata kelola pemerintahan secara online melalui pemanfaatan teknologi yang bertujuan untuk membangun sebuah kota dengan konsep Smart City. Menurut guru besar ITB sebagai salah satu inisator Smart City di Indonesia Suhono S. Supangkat yang dikutip dari pemaparan dalam seminar “Festival Smart City Smart Money”, Smart City sebuah konsep kota cerdas yang diharapkan membantu solusi kendala yang ada disebuah kota. Selain itu, kota cerdas adalah kota yang dapat membangun Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga masyarakat dapat hidup dengan nyaman, aman dan bekelanjutan. (sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3224822/ini-konsep-kota-cerdas- menurut-pencetus-smart-city diakses pada tanggal 14 September 2018 pukul 21.08 WIB). Berdasarkan kutipan dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwasannya Smart City adalah sebuah kota yang menyediakan berbagai kebutuhan warganya dengan memaksimalkan segala aspek dari sebuah kota baik dari sumber daya manusia dan alam yang tersedia didukung dengan perkembangan teknologi. Smart city dinilai sebagai inovasi dalam wujud transparansi kepada publik untuk menurunkan tingkat korupsi, kolusi, dan nepotisme disetiap daerah terlebih pada akhir-akhir ini banyak fenomena kepala daerah tersangkut korupsi karena tingkat KKN pada daerah tersebut. Konsep smart city sejatinya sudah lama diterapkan di Indonesia untuk meminimalisir korupsi dan pembangunan pelayanan pada sebuah kota. Hasilnya kota- 2 kota tersebut meraih banyak penghargaan-penghargaan dari pemerintah pusat dalam hal keterbukaan dan transparansi informasi kepada publik. Dalam hal ini penghargaan diserahkan dan dimonitoring oleh RKCI (Rating Kota Cerdas Indonesia). RKCI adalah sebuah kegiatan melakukan pemetaan sehingga setiap kota mampu menjadi kota cerdas berdasarkan potensi daerah tersebut (sumber: http://ratingkotacerdas.id/ di akses pada tanggal 15 September 2018 pukul 22.00 WIB). RKCI melakukan kegiatan yang dipelopori oleh ITB. Dalam kegiatan ini RKCI memberikan penghargaan kepada peraih Kota Cerdas di Indonesia. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla yang dilakukan di Istana Wakil Presiden Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin 11 Desember 2017. (sumber: http://kabar24.bisnis.com/read/20171211/15/717112/ini-15-kota-peraih-predikat- smart-city-di-indonesia diakses pada tanggal 14 September 2018 pukul 22.00 WIB) Kota Binjai, dibawah kepemimpinan Walikota Idaham, memperlihatkan keseriusannya untuk membawa Binjai menjadi smart city. Berbagai pendekatan dilakukan untuk dapat berkolaborasi untuk mewujudkan Binjai Smart City. Mulai dari pengikutsertaan dalam Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk menunjang infrastruktur dan subfrastruktur. Dilansir dari berita yang dipublikasikan oleh Indo Security System yang bertajuk “Penerapan Smart City Kota Binjai Diapresiasi Oleh Apeksi” Binjai merupakan kota pertama dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara yang menerapkan smart city. (sumber:https://www.indosecuritysystem.com/read/news/2017/04/01/1682/penerapa n-smart-city-kota-binjai-diapresiasi-apeksi diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 pukul 20.00). Hal tersebut merupakan sebuah motivasi bagi Pemerintah Kota Binjai dalam meningkatkan mutu pelaksanaan public service agar lebih maju lagi seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut pemerintah maupun seluruh stake holder memaksimalkan teknologi informasi. Selain itu, Kota Binjai telah mendapatkan penghargaan sebagai kota sedang dalam menerapkan smart city. Berikut ini peneliti paparkan beberapa kota yang telah mendapatkan penghargaan dari RKCI: 3 Tabel 1.1 Nama Kota Peraih Penghargaan Rating Kota Cerdas Indonesia Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Surabaya Denpasar Magelang Bandung Binjai Sawahlunto Semarang Manado Bontang Jakarta Yogyakarta Tual Tangerang Selatan Kediri Bukittinggi (Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2018) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 3 kategori kota yaitu kota besar, kota sedang, dan kota kecil. Menurut Dirjen Otonomi daerah Kementerian Dalam Negeri perbedaan kota besar, kota sedang, dan kota kecil dapat dilihat dari jumlah penduduknya. Kota besar yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000 jiwa sampai dengan 1.000.000 jiwa, kota sedang yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000 jiwa sampai dengan 500.000 jiwa, dan kota kecil yaitu kota yang berpenduduk 20.000 jiwa sampai dengan 100.000 jiwa. Binjai merupakan salah satu kategori kota sedang yang masuk dalam rating tersebut. Binjai adalah suatu kota yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Utara. Dengan pengelompokan kategori diatas dapat dilihat Kota Binjai sebagai salah satu kategori kota sedang di Provinsi Sumatera Utara. Kota Binjai memiliki luas 9.023,62 Ha (± 90,23 Km2) terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan. Penduduk Kota Binjai berjumlah 261.490 jiwa, terdiri dari 130.551 laki- laki dan 130.939 perempuan. Berdasarkan kriteria pada tabel diatas Kota Binjai termasuk kedalam kategori kota sedang dikarenakan jumlah penduduk yang mencapai diatas 100.00 jiwa. (Bappenas Kota Binjai, 2018) Binjai merupakan kota yang terletak di ujung Sumatera Utara dan dihimpit oleh tiga (3) kabupaten/kota yaitu Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Kota Binjai adalah satusatunya kota yang terlebih dahulu menerapkan smart city di Provinsi Utara mendahului kota Medan dan Pemerintah Sumatera Utara dalam menerapkan sistem tata kelola kota cerdas. Kota Medan sebagai pusat kota 4 seharusnya sedikit lebih maju daripada daerah disekitarnya. Tetapi pada kenyataannya, Binjai terlebih dahulu dalam menerapkan smart city. Dengan keterbatasan anggaran, Kota Binjai mampu mengimplementasikan seluruh dimensi- dimensi kota cerdas melalui sinergitas yang dibangun oleh pemerintah kota kepada seluruh stake holder. Dengan diterapkannya smart city di kota Binjai, maka diharapkan kota Binjai mampu berkembang seperti kota-kota lain yang terlebih dahulu menerapkan smart city seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Terlihat dari tabel diatas bahwasannya kota-kota yang menerapkan smart city adalah
Recommended publications
  • USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) PROJECT Final Report
    USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) PROJECT Final Report November 20th, 2015 – June 30th, 2020 CONTRACT NO: AID-497-C-16-00003 I | FINAL REPORT – USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) USAID.GOV USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) PROJECT FINAL REPORT November 20th, 2015 – June 30th, 2020 Program Title: USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) Project Sponsoring USAID Office: USAID/Indonesia Office of Environment Contract Number: AID-497-C-16-00003 Contractor: DAI Date of Publication: April 2020 (revised June 30, 2020) Author: DAI Cover photo: © USAID APIK Photos of the three APIK Landscapes: East Java watershed (left), Southeast Sulawesi coastal areas (center), and Maluku small islands (right) The author’s views expressed in this publication do not necessarily reflect the views of the United States Agency for International Development or the United States Government. USAID.GOV FINAL REPORT – USAID ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DAN KETANGGUHAN (APIK) | II COVER STORY A Place-Based Approach to Building Resilience in Indonesia For over four years, USAID, through its Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) project, has been working to support the Government of Indonesia, communities and the private sector to better manage climate and disaster risk. This effort has been delivered using a place-based approach to building resilience in the three provinces; East Java, Southeast Sulawesi, and Maluku, which represent watershed, coastal, and small island landscapes respectively. The place-based approach emphasizes that climate vulnerability is directly linked to each locale’s unique landscape, as well as socioeconomic, and institutional characteristics. Therefore, strategies to build resilience to climate and disaster risk also need to take into account these diverse, context specific characteristics.
    [Show full text]
  • Panel Presentation 4: Perspective of Indonesian City Mayors' Association
    ASIAN CITIES: FOSTERING GROWTH AND INCLUSION INDONESIAN CITIES AIRIN RACHMI DIANY, S.H., M.H. KETUA DEWAN PENGURUS ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA (APEKSI) TANGGAPAN UMUM ▪ Menyambut baik atas diluncurkannya Asian Development Outlook Update 2019 ▪ Outlook ini bisa menjadi referensi untuk penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkotaan Asia ke depan khususnya Indonesia ▪ Perkotaan ke depan akan menghadapi beban dan tantangan yang USULAN lebih berat mengingat hampir 60% penduduk akan tinggal di perkotaan REKOMEN DASI ▪ Namun penguatan sumber daya di perkotaan baik apparat maupun keuangan juga harus perlu diperkuat ▪ Saat ini pemerintah Indonesia mungkin masih memberikan porsi yang lebih besar ke desa. Namun dengan berbagai kajian dan outlook tentang kondisi perkotaan yang telah banyak dibuat termasuk Outlook ADB ini, semoga memberi referensi kuat untuk Pemerintah dalam penguatan kapasitas perkotaan yang garda terdepannya dikelola oleh kelurahan ▪ Untuk itu penguatan kapasitas perkotaan dengan berbagai inovasi harus dikuatkan seperti membangun kota kreatif dan kota cerdas agar mampu berdaya saing TANTANGAN PERKOTAAN KETERBATSAN LAHAN BIROKRASI PENDUDUK PARTISIPASI SAMPAH PUBLIK TANTANGAN PERKOTAAN SDM KESEHATAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI PUBLIK PENGANGGURAN MENCIPTA LAPANGAN KERJA Kota mayoritas tidak Kesenjangan tenaga Jumlah tenaga kerja punya SDA kerja dalam hal sector jasa dan Kota sangat tergantung produktivitas, kualitas perdagangan di dari sector jasa kerja, gender dan Indonesia Pertumbuhana sector disparitas antar jasa
    [Show full text]
  • Programme Book High Level Seminar for Inclusive Cities, Le
    Programme Book HIGH LEVEL SEMINAR for INCLUSIVE CITIES Le Meridien Hotel, Jakarta, 31 October 2017 BACKGROUND UNESCO, ILO, WHO and in cooperation with APEKSI (Association of Indonesian City Government) have joined forces with the city authorities, the national government and the civil society to promote the rights of persons with disabilities in Indonesia. The UN partners are pursuing a multidimensional approach that involves exchange of best practices among the Network of Mayors for Inclusive Cities, supporting innovative policy solutions to the challenges of disability inclusion, and assisting the national government in the implementation of the newly adopted disability law. Today, these mutual efforts are beginning to bear fruit, as manifested in the following developments and achievements: • The Network of Mayors for Inclusive Cities with eight members (Ambon, Banda Aceh, Banjarmasin, Denpasar, Metro, Mojokerto, Padang and Yogyakarta) and growing! A Secretariat hosted by APEKSI (Association of Indonesian City Governments) and the capacity-building trainings provided by the UN partners have further reinforced the Network for a higher impact on the lives of persons with disabilities. • Assessment Tool for Disability Inclusion in the Cities – developed to help cities and their citizens measure progress made towards the fulfillment of international (UN Convention on Promoting the Rights of Persons with Disability) and domestic (2016 Law no. 8 on Disability) commitments. • Participatory Data Collection and Mapping Tool and the Disability-Inclusive
    [Show full text]
  • Elected Executive Bureau
    ELECTED COUNCIL East and Northeast Asia • Governors Association of Korea (GAOK) • Seoul Metropolitan Government • Changsha Municipal People’s Government • Harbin Municipal People’s Government • Taipei City Government • Hamamatsu City • Gunsan City • Nanning Municipal People’s Government • Daegu Metropolitan City • Chinese People's Association for Friendship with Foreign Countries (CPAFFC) • Gwangju Metropolitan City • Taichung City Government • Jinan Municipal People's Government • New Taipei City • Hangzhou Municipal People's Government • Busan Metropolitan City ELECTED COUNCIL East and Northeast Asia • Jeju Special Self-Governing Province • Xi'an Municipal People's Government • Guangzhou Municipal People's Government • Haikou Municipal People's Government • Daejeon Metropolitan City • Goyang City Government • Korean Cities Federation (KCF) • Dalian Municipal People's Government • Chongqing Municipal People's Government • Shanghai Municipal People's Government • Gyeongsangbuk-do Provincial Government • Wuhan Municipal People's Government • Fuzhou Municipal People's Government • Yiwu Municipal People's Government • Changchun People’s Association for Friendship with Foreign Countries ELECTED COUNCIL South and Southwest Asia • Local Councils Association of the Punjab (LCAP) • Dhankuta Municipality • Kirtipur Municipality • Local Councils Association of Balochistan (LCAB) • Association for Development of Local Governance (ADLG) ELECTED COUNCIL Southeast Asia • City Government of Makati • Jambi City • National League of Local Council (NLC) • National Association of Capital and Provincial Councils, Cambodia (NACPC) • Padang Municipality • League of Cities of the Philippines (LCP) • APEKSI • Surabaya City Government • Jayapura City ELECTED COUNCIL Pacific • Kiribati Local Government Association.
    [Show full text]
  • Conurbations in Java, Indonesia
    Wita Simatupang, Conurbations in Java, 44 th ISOCARP Congress 2008 Conurbations in Java, Indonesia Sprawl as the predominant form of urbanization in Indonesia is an obvious fact yet statistically hidden. In order to better understand urbanization in Indonesia, it is important for me to briefly describe the legal basis for administrative-spatial configuration of urban areas in Indonesia, which hitherto influences our statistic calculation, and later on our planning and budgeting system. The first level of local government in Indonesia is (i) Propinsi local government, which is headed by Gubernur ; while the second level of local government comprised of 2(two) different types: (ii) Kota local government, which is headed by WaliKota ; and (iii) Kabupaten local government, which is headed by Bupati . Therefore, urban area is further administratively differentiated into: 1. An autonomous area called Kota (which literally means City); which is governed by Kota local government 2. A partial area of Kabupaten with urban characteristics; which is governed by Kabupaten local government or management body established by and responsible to Kabupaten local government 3. A partial area of two or more directly bordering areas with urban characteristics; which is managed together by related local governments in terms of spatial planning and provision of certain public services (Law 32/2004 on Local Government, chapter 10, Article 199 on Urban Area ) Our law of spatial planning differentiates urban area to rural area based on its activity and function . Urban area is then defined as an area whose main activity is not agriculture; with function as urban settlement and act as centre and distribution point for governmental, social, and economic services (Law No.26/2007 on Spatial Planning, chapter 1, Article 1 on General Terminology ).
    [Show full text]
  • Table of Contents DISCLAIMER
    Volume 8 : As of 4 May 2020 Table of Contents DISCLAIMER ....................................................................................................................................................... 2 NATIONAL OVERVIEW ...................................................................................................................................... 3 1. Policy and regulation ............................................................................................................................... 3 2. Budget and program shifting ................................................................................................................... 3 3. Food supply ............................................................................................................................................. 4 East Java ......................................................................................................................................................... 5 1. Policy and regulation ............................................................................................................................... 5 2. Budget and program shifting ................................................................................................................... 6 3. Food supply ............................................................................................................................................. 6 4. Rural economy ........................................................................................................................................
    [Show full text]
  • World Bank Document
    31559 Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Improving The Business Environment in East Java Improving The Business Environment in East Java Views From The Private Sector i i 2 Improving The Business Environment in East Java TABLE OF CONTENTS FOREWORD | 5 ACKNOWLEDGMENT | 6 LIST OF ABBREVIATIONS | 7 LIST OF TABLES | 9 LIST OF FIGURES | 10 EXECUTIVE SUMMARY | 11 I. BACKGROUND AND AIMS | 13 II. METHODOLOGY | 17 Desk Study | 19 Survey | 19 Focus Group Discussions | 20 Case Studies | 22 III. ECONOMIC PROFILE OF EAST JAVA | 23 Growth and Employment | 24 Geographic Breakdown | 27 Sectoral Breakdown | 29 East Java’s Exports | 33 IV. INVESTMENT AND INTERREGIONAL TRADE CONDITIONS IN EAST JAVA | 35 Investment Performance in East Java | 37 Licensing and Permitting | 40 Physical Infrastructure | 43 Levies | 45 Security | 48 Labor | 50 V. COMMODITY VALUE CHAINS | 53 Teak | 54 Tobacco | 63 Sugar cane and Sugar | 70 Coffee | 75 Salt | 82 Shrimp | 90 Beef Cattle | 95 Textiles | 101 VI. CONCLUSION AND RECOMMENDATIONS | 107 Conclusions | 108 General Recommendations | 109 Sectoral Recommendations | 111 APPENDIX I Conditions Of Coordination Between Local Governments Within East Java | 115 Bibliography | 126 2 3 4 Improving The Business Environment in East Java FOREWORD As decentralization in Indonesia unfolds and local governments assume increased responsibility for develo- ping their regions, it is encouraging to see positive examples around the country of efforts to promote eco- nomic cooperation among local governments and solicit private sector participation in policymaking. East Java Province is one such example. This report is the product of a series of activities to address trade and investment barriers and facilitate the initiation of East Java Province’s long-term development plan called Strategic Infrastructure and Develop- ment Reform Program (SIDRP).
    [Show full text]
  • Strategic Plan Sustainable Tourism and Green Jobs for Indonesia
    Copyright © International Labour Organization 2012 ILO Country Office Jakarta Menara Thamrin, 22nd Floor Jalan MH Thamrin Kav. 3 Jakarta 10250 Indonesia First published 2012 Publications of the International Labour Office enjoy copyright under Protocol 2 of the Universal Copyright Convention. Nevertheless, short excerpts from them may be reproduced without authorization, on condition that the source is indicated. For rights of reproduction or translation, application should be made to ILO Publications (Rights and Permissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland, or by email: [email protected]. The International Labour Office welcomes such applications. Libraries, institutions and other users registered with reproduction rights organizations may make copies in accordance with the licences issued to them for this purpose. Visit www.ifrro.org to find the reproduction rights organization in your country. The designations employed in ILO publications, which are in conformity with United Nations practice, and the presentation of material therein do not imply the expression of any opinion whatsoever on the part of the International Labour Office concerning the legal status of any country, area or territory or of its authorities, or concerning the delimitation of its frontiers. The responsibility for opinions expressed in signed articles, studies and other contributions rests solely with their authors, and publication does not constitute an endorsement by the International Labour Office of the opinions expressed in them. Reference to names of firms and commercial products and processes does not imply their endorsement by the International Labour Office, and any failure to mention a particular firm, commercial product or process is not a sign of disapproval.
    [Show full text]
  • Analisis Strategi Komunikasi Dinas Komunikasi Dan Informatika Kota Binjai Dalam Program Binjai Smart City Tahun 2017-2018 Analys
    ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.1 April 2019 | Page 1441 ISSN : 2355-9357 e-Proceeding of Management : Vol.6, No.1 April 2019 | 533 Analisis Strategi Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Program Binjai Smart City tahun 2017-2018 Analysis of Communications Strategy for Communication and Informatics Department of Binjai City in Binjai Smart City Program Period 2017-2018 M.Fariz Al Hafiz Diah Agung Esfandari, B.A., M.Si Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom telkomuniversity.ac.id [email protected] ABSTRAK Smart city merupakan sebuah kota yang menyediakan berbagai kebutuhan masyarakatnya dengan memaksimalkan segala aspek dari sebuah kota itu sendiri baik sumber daya manusia dana lam yang didukung dengan perkembangan teknologi. Kota Binjai merupakan kota yang menerapkan smart city di Provinsi Sumatera Utara. Namun dalam pelaksanaannya smart city di Kota Binjai menemui beberapa kendala salah satunya sosialisasi yang kurang merata, serta belum meratanya arus informasi mengenai penggunaan pada aplikasi yang terdapat pada Binjai Smart City. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui strategi komunikasi dan membangun program Binjai smart city menggunakan tiga tahap yaitu perencanaan, implementasi dan evaluasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang mengungkapkan kegiatan yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika kota Binjai. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dilapangan, dan didukung dokumentasi dari instansi. Hasil dari penelitian ini bahwa strategi komunikasi meliputi pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2016-2021, Mou dengan universitas, Bank BNI, Telkom Indonesia, sosialisasi, pembentukan forum-forum pemuda serta komunitas kelompok informasi masyarakat di kelurahan wilayah kota Binjai dalam pemerataaan arus informasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
    [Show full text]
  • Indonesia Should Eliminater Discriminations Towards Lgbt…
    1 1 International Conference ASEAN Golden Anniversary: Embracing ASEAN Community, Harmonizing Diversity 22nd-23rd August 2017 Brawijaya University 54th Anniversary of Brawijaya University Malang, Indonesia Published by: International Relations Program Faculty of Social and Political Science Brawijaya University Indonesia 2018 "International Conference ASEAN Golden Anniversary: Embracing ASEAN Community, Harmonizing Diversity" PROCEEDING OF International Conference ASEAN Golden Anniversary: Embracing ASEAN Community, Harmonizing Diversity 22nd-23rd August 2017 Brawijaya University ISBN : 978-602-51603-0-1 Editor : Dewa Ayu Putu Eva Wishanti, S. IP, M.Si (International Relations Department, Brawijaya University) International Board of Reviewer : 1. Nur Ain binti Shahrier, PhD (University of Malaya, Malaysia) 2. Ron Bridget Vilog, PhD (De La Salle University Manila, The Philippines) 3. Prof. Ronel Solis Castilerro (Panama University, Panama) 4. Dr. Phakpoom Tippakoon (Thammasat University, Thailand) 5. Dr. George Towar Ikbal T. J (Government Studies Department, Brawijaya University) Cover Design and Layout : Isma Adila, S. I.Kom, MA (Communication Studies Department, Brawijaya University) Nia Lavinia (International Relations Department, Brawijaya University) Publisher : International Relations Department Permanent Mission of Republic of Faculty of Social and Political Indonesia Science to ASEAN Brawijaya University Indonesia Ministry of Foreign Affairs Malang, Indonesia Jakarta Indonesia Publisher Address: Prof. Darsono Wisadirana, MS Building, 4th Floor Faculty of Social and Political Science Brawijaya University Veteran Street, 65145 Malang, East Java, Indonesia (0341) 575755 Fax. (0341) 570038 e-mail : [email protected] January 2018 Copyrights are protected by law. All substantial contents are subject to each author’s rights to distribute. Please do not copy, misuse, and reproduce this publication with commercial intentions.
    [Show full text]
  • Agenda of the High Level Seminar for Inclusive Cities
    Agenda of the High Level Seminar for Inclusive Cities Le Meridien Hotel, Jakarta, 31 October 2017 BACKGROUND UNESCO, ILO, WHO and in cooperation with APEKSI (Association of Indonesian City Government) have joined forces with the city authorities, the national government and the civil society to promote the rights of persons with disabilities in Indonesia. The UN partners are pursuing a multidimensional approach that involves exchange of best practices among the Network of Mayors for Inclusive Cities, supporting innovative policy solutions to the challenges of disability inclusion, and assisting the national government in the implementation of the newly adopted disability law. Today, these mutual efforts are beginning to bear fruit, as manifested in the following developments and achievements: The Network of Mayors for Inclusive Cities with eight members (Ambon, Banda Aceh, Banjarmasin, Denpasar, Metro, Mojokerto, Padang and Yogyakarta) and growing! A Secretariat hosted by APEKSI (Association of Indonesian City Governments) and the capacity-building trainings provided by the UN partners have further reinforced the Network for a higher impact on the lives of persons with disabilities. Assessment Tool for Disability Inclusion in the Cities – developed to help cities and their citizens measure progress made towards the fulfillment of international (UN Convention on Promoting the Rights of Persons with Disability) and domestic (2016 Law no. 8 on Disability) commitments. Participatory Data Collection and Mapping Tool and the Disability-Inclusive City Profile of Solo – produced in collaboration with Kota Kita Foundation, as a scalable model for a countrywide dissemination. Health Sector Roadmap on Inclusive Health System and Service for People with Disability 2017-2030, developed to assist Yogyakarta in addressing the data gaps for effective policy design and implementation.
    [Show full text]
  • Buku Program Seminar Tingkat Tinggi Kota Inklusif, Hotel Le Meridien, Jakarta, 31 Oktober 2017Pdf
    Buku Program SEMINAR TINGKAT TINGGI KOTA INKLUSIF Hotel Le Meridien, Jakarta, 31 Oktober 2017 LATAR BELAKANG UNESCO, ILO, WHO bekerjasama dengan APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia), telah berkolaborasi dengan pemerintah kota, pemerintah pusat dan masyarakat sipil untuk mempromosikan hak- hak penyandang disabilitas di Indonesia. Adapun kerjasama PBB ini bertujuan untuk melakukan pendekatan multidimensional yang melibatkan best practice di antara Jaringan Walikota Indonesia untuk Kota Inklusif, mendukung solusi kebijakan yang inovatif terhadap tantangan inklusi disabilitas, dan membantu pemerintah pusat dalam mengimplementasikan Undang-Undang Penyandang Disabilitas yang baru diadopsi. Saat ini, kolaborasi bersama ini telah membuahkan hasil, sebagaimana diwujudkan dalam perkembangan dan pencapaian berikut ini: • Jaringan Walikota Indonesia untuk Kota Inklusif yang beranggotakan delapan kota (Ambon, Banda Aceh, Banjarmasin, Denpasar, Metro, Mojokerto, Padang dan Yogyakarta) dan berkembang! Sekretariat yang telah diselenggarakan oleh APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia) dan pelatihan pengembangan kapasitas yang diberikan oleh PBB telah memperkuat Jaringan untuk mendapatkan dampak yang lebih tinggi pada kehidupan penyandang disabilitas. • Alat penilaian Kota Inklusif – dikembangkan untuk membantu kota dan masayarakatnya untuk mengukur perkembangan yang telah dicapai dalam pemenuhan komitmen internasional (Konvensi tentang mempromosikan hak-hak penyandang disabilitas) dan komitmen lokal (Undang-undang No. 8. •
    [Show full text]