1 BAB I 1.1 Latar Belakang Indonesia Adalah Negara Yang Menggunakan Internet Dalam Melaksanakan Sistem Tata Kelola Pemerintahann
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang menggunakan internet dalam melaksanakan sistem tata kelola pemerintahannya. Dengan adanya internet, pemerintah dengan mudah menyampaikan segala informasi maupun melayani masyarakat dengan mudah. Sehingga dizaman sekarang ini sudah jarang sekali terlihat menggunakan sistem manual atau tradisional dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Perkembangan teknologi menuntut semua lembaga Pemerintah harus tanggap dalam melayani masyarakat tanpa pandang bulu, cepat, dan terukur. Ini terlihat dimana pelayanan sistem pelayanan publik mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam sebuah organisasi, instansi maupun lembaga, arus peningkatan informasi dan komunikasi penting untuk dikontrol, sebab nantinya akan memiliki dampak serta reputasi dimata masyarakat atau publik. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini membuat sebuah terobosan agar masyarakat memperoleh informasi dengan lebih transparan dan mudah dimengerti bagi semua warganya dengan sistem elektronik yang lebih teratur yaitu E-Government. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, e-Government merupakan sebuah aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet dan perangkat lainnya yang dikelola oleh pemerintah untuk keperluan penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat, mitra bisnisnya, dan lembaga-lembaga lain secara online (sumber: https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/8554/implementasi-penerapan-e- goverment/0/sorotan_media diakases pada tanggal 14 September 2018, pukul 23:00). Sistem e-Goverment diyakini menjadi solusi yang paling ampuh dalam menghadapi kendala pelayanan yang tujuan akhirnya yaitu dapat meningkatkan kualitas kinerja baik itu pemerintah usat sampai kepada Pemerintah daerah serta meminimalisir praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan pedoman bagi pemerintah untuk memberlakukan pemerintah yang baik (Good Governance) dengan menerapkan memaksimalkan sistem elektronik dari fungsi pemerintah yang terintegrasi serta transparan. Sebuah artikel pada Kompas.id, Ketua KPK Agus Rahardjo menyebutkan pertumbuhan indeks persepsi korupsi Indonesia tertinggi didunia dengan skor 20. Artikel tersebut menyatakan bahwa banyaknya OTT kepala daerah menyebabkan 1 indeks tersebut merangkak naik, selain itu banyaknya kolusi didaerah menyebabkan maraknya pertumbuhan korupsi, utamanya daerah di Pulau Sumatera. (https://nasional.kompas.com/read/2018/12/04/10400111/ketua-kpk-pertumbuhan- indeks-persepsi-korupsi-indonesia-tertinggi-di-dunia Diakes pada tanggal 23 November 2018). Tentunya dari permasalahan diatas konsep smart city menjadi inovasi paling tepat dalam memajukan sebuah daerah kabupaten/kota yang memiliki tingkat KKN yang tinggi. Salah satu wujud pemerintah dalam menerapkan sistem e-Government diseluruh kabupaten/kota di Indonesia, melalui Kementerian Dalam Negeri yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika membuat sebuah konsep kota cerdas atau biasa dikenal dengan Smart City. Pengembangan e-Government mengacu kepada Instruksi Presiden (INPRES) No.3 tahun 2003, yaitu tentang pengembangan e-Government dengan tujuan mengembangkan penyelenggaran pemerintah berbasis elektronik untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Semenjak dikeluarkannya instruksi tersebut hampir semua daerah melakukan inovasi pengembangan tata kelola pemerintahan secara online melalui pemanfaatan teknologi yang bertujuan untuk membangun sebuah kota dengan konsep Smart City. Menurut guru besar ITB sebagai salah satu inisator Smart City di Indonesia Suhono S. Supangkat yang dikutip dari pemaparan dalam seminar “Festival Smart City Smart Money”, Smart City sebuah konsep kota cerdas yang diharapkan membantu solusi kendala yang ada disebuah kota. Selain itu, kota cerdas adalah kota yang dapat membangun Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga masyarakat dapat hidup dengan nyaman, aman dan bekelanjutan. (sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3224822/ini-konsep-kota-cerdas- menurut-pencetus-smart-city diakses pada tanggal 14 September 2018 pukul 21.08 WIB). Berdasarkan kutipan dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwasannya Smart City adalah sebuah kota yang menyediakan berbagai kebutuhan warganya dengan memaksimalkan segala aspek dari sebuah kota baik dari sumber daya manusia dan alam yang tersedia didukung dengan perkembangan teknologi. Smart city dinilai sebagai inovasi dalam wujud transparansi kepada publik untuk menurunkan tingkat korupsi, kolusi, dan nepotisme disetiap daerah terlebih pada akhir-akhir ini banyak fenomena kepala daerah tersangkut korupsi karena tingkat KKN pada daerah tersebut. Konsep smart city sejatinya sudah lama diterapkan di Indonesia untuk meminimalisir korupsi dan pembangunan pelayanan pada sebuah kota. Hasilnya kota- 2 kota tersebut meraih banyak penghargaan-penghargaan dari pemerintah pusat dalam hal keterbukaan dan transparansi informasi kepada publik. Dalam hal ini penghargaan diserahkan dan dimonitoring oleh RKCI (Rating Kota Cerdas Indonesia). RKCI adalah sebuah kegiatan melakukan pemetaan sehingga setiap kota mampu menjadi kota cerdas berdasarkan potensi daerah tersebut (sumber: http://ratingkotacerdas.id/ di akses pada tanggal 15 September 2018 pukul 22.00 WIB). RKCI melakukan kegiatan yang dipelopori oleh ITB. Dalam kegiatan ini RKCI memberikan penghargaan kepada peraih Kota Cerdas di Indonesia. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla yang dilakukan di Istana Wakil Presiden Jalan Medan Merdeka Selatan, Senin 11 Desember 2017. (sumber: http://kabar24.bisnis.com/read/20171211/15/717112/ini-15-kota-peraih-predikat- smart-city-di-indonesia diakses pada tanggal 14 September 2018 pukul 22.00 WIB) Kota Binjai, dibawah kepemimpinan Walikota Idaham, memperlihatkan keseriusannya untuk membawa Binjai menjadi smart city. Berbagai pendekatan dilakukan untuk dapat berkolaborasi untuk mewujudkan Binjai Smart City. Mulai dari pengikutsertaan dalam Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk menunjang infrastruktur dan subfrastruktur. Dilansir dari berita yang dipublikasikan oleh Indo Security System yang bertajuk “Penerapan Smart City Kota Binjai Diapresiasi Oleh Apeksi” Binjai merupakan kota pertama dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara yang menerapkan smart city. (sumber:https://www.indosecuritysystem.com/read/news/2017/04/01/1682/penerapa n-smart-city-kota-binjai-diapresiasi-apeksi diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 pukul 20.00). Hal tersebut merupakan sebuah motivasi bagi Pemerintah Kota Binjai dalam meningkatkan mutu pelaksanaan public service agar lebih maju lagi seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut pemerintah maupun seluruh stake holder memaksimalkan teknologi informasi. Selain itu, Kota Binjai telah mendapatkan penghargaan sebagai kota sedang dalam menerapkan smart city. Berikut ini peneliti paparkan beberapa kota yang telah mendapatkan penghargaan dari RKCI: 3 Tabel 1.1 Nama Kota Peraih Penghargaan Rating Kota Cerdas Indonesia Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Surabaya Denpasar Magelang Bandung Binjai Sawahlunto Semarang Manado Bontang Jakarta Yogyakarta Tual Tangerang Selatan Kediri Bukittinggi (Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2018) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 3 kategori kota yaitu kota besar, kota sedang, dan kota kecil. Menurut Dirjen Otonomi daerah Kementerian Dalam Negeri perbedaan kota besar, kota sedang, dan kota kecil dapat dilihat dari jumlah penduduknya. Kota besar yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000 jiwa sampai dengan 1.000.000 jiwa, kota sedang yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000 jiwa sampai dengan 500.000 jiwa, dan kota kecil yaitu kota yang berpenduduk 20.000 jiwa sampai dengan 100.000 jiwa. Binjai merupakan salah satu kategori kota sedang yang masuk dalam rating tersebut. Binjai adalah suatu kota yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Utara. Dengan pengelompokan kategori diatas dapat dilihat Kota Binjai sebagai salah satu kategori kota sedang di Provinsi Sumatera Utara. Kota Binjai memiliki luas 9.023,62 Ha (± 90,23 Km2) terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan. Penduduk Kota Binjai berjumlah 261.490 jiwa, terdiri dari 130.551 laki- laki dan 130.939 perempuan. Berdasarkan kriteria pada tabel diatas Kota Binjai termasuk kedalam kategori kota sedang dikarenakan jumlah penduduk yang mencapai diatas 100.00 jiwa. (Bappenas Kota Binjai, 2018) Binjai merupakan kota yang terletak di ujung Sumatera Utara dan dihimpit oleh tiga (3) kabupaten/kota yaitu Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Kota Binjai adalah satusatunya kota yang terlebih dahulu menerapkan smart city di Provinsi Utara mendahului kota Medan dan Pemerintah Sumatera Utara dalam menerapkan sistem tata kelola kota cerdas. Kota Medan sebagai pusat kota 4 seharusnya sedikit lebih maju daripada daerah disekitarnya. Tetapi pada kenyataannya, Binjai terlebih dahulu dalam menerapkan smart city. Dengan keterbatasan anggaran, Kota Binjai mampu mengimplementasikan seluruh dimensi- dimensi kota cerdas melalui sinergitas yang dibangun oleh pemerintah kota kepada seluruh stake holder. Dengan diterapkannya smart city di kota Binjai, maka diharapkan kota Binjai mampu berkembang seperti kota-kota lain yang terlebih dahulu menerapkan smart city seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Terlihat dari tabel diatas bahwasannya kota-kota yang menerapkan smart city adalah