BAB I

1.1 Latar Belakang adalah negara yang menggunakan internet dalam melaksanakan sistem tata kelola pemerintahannya. Dengan adanya internet, pemerintah dengan mudah menyampaikan segala informasi maupun melayani masyarakat dengan mudah. Sehingga dizaman sekarang ini sudah jarang sekali terlihat menggunakan sistem manual atau tradisional dikarenakan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Perkembangan teknologi menuntut semua lembaga Pemerintah harus tanggap dalam melayani masyarakat tanpa pandang bulu, cepat, dan terukur. Ini terlihat dimana pelayanan sistem pelayanan publik mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam sebuah organisasi, instansi maupun lembaga, arus peningkatan informasi dan komunikasi penting untuk dikontrol, sebab nantinya akan memiliki dampak serta reputasi dimata masyarakat atau publik. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini membuat sebuah terobosan agar masyarakat memperoleh informasi dengan lebih transparan dan mudah dimengerti bagi semua warganya dengan sistem elektronik yang lebih teratur yaitu E-Government. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika, e-Government merupakan sebuah aplikasi teknologi informasi yang berbasis internet dan perangkat lainnya yang dikelola oleh pemerintah untuk keperluan penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat, mitra bisnisnya, dan lembaga-lembaga lain secara online (sumber: https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/8554/implementasi-penerapan-e- goverment/0/sorotan_media diakases pada tanggal 14 September 2018, pukul 23:00). Sistem e-Goverment diyakini menjadi solusi yang paling ampuh dalam menghadapi kendala pelayanan yang tujuan akhirnya yaitu dapat meningkatkan kualitas kinerja baik itu pemerintah usat sampai kepada Pemerintah daerah serta meminimalisir praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik merupakan pedoman bagi pemerintah untuk memberlakukan pemerintah yang baik (Good Governance) dengan menerapkan memaksimalkan sistem elektronik dari fungsi pemerintah yang terintegrasi serta transparan. Sebuah artikel pada Kompas.id, Ketua KPK Agus Rahardjo menyebutkan pertumbuhan indeks persepsi korupsi Indonesia tertinggi didunia dengan skor 20. Artikel tersebut menyatakan bahwa banyaknya OTT kepala daerah menyebabkan

1 indeks tersebut merangkak naik, selain itu banyaknya kolusi didaerah menyebabkan maraknya pertumbuhan korupsi, utamanya daerah di Pulau Sumatera. (https://nasional.kompas.com/read/2018/12/04/10400111/ketua-kpk-pertumbuhan- indeks-persepsi-korupsi-indonesia-tertinggi-di-dunia Diakes pada tanggal 23 November 2018). Tentunya dari permasalahan diatas konsep smart city menjadi inovasi paling tepat dalam memajukan sebuah daerah kabupaten/kota yang memiliki tingkat KKN yang tinggi. Salah satu wujud pemerintah dalam menerapkan sistem e-Government diseluruh kabupaten/kota di Indonesia, melalui Kementerian Dalam Negeri yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika membuat sebuah konsep kota cerdas atau biasa dikenal dengan Smart City. Pengembangan e-Government mengacu kepada Instruksi Presiden (INPRES) No.3 tahun 2003, yaitu tentang pengembangan e-Government dengan tujuan mengembangkan penyelenggaran pemerintah berbasis elektronik untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Semenjak dikeluarkannya instruksi tersebut hampir semua daerah melakukan inovasi pengembangan tata kelola pemerintahan secara online melalui pemanfaatan teknologi yang bertujuan untuk membangun sebuah kota dengan konsep Smart City. Menurut guru besar ITB sebagai salah satu inisator Smart City di Indonesia Suhono S. Supangkat yang dikutip dari pemaparan dalam seminar “Festival Smart City Smart Money”, Smart City sebuah konsep kota cerdas yang diharapkan membantu solusi kendala yang ada disebuah kota. Selain itu, kota cerdas adalah kota yang dapat membangun Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) sehingga masyarakat dapat hidup dengan nyaman, aman dan bekelanjutan. (sumber: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3224822/ini-konsep-kota-cerdas- menurut-pencetus-smart-city diakses pada tanggal 14 September 2018 pukul 21.08 WIB). Berdasarkan kutipan dari pemaparan tersebut dapat diketahui bahwasannya Smart City adalah sebuah kota yang menyediakan berbagai kebutuhan warganya dengan memaksimalkan segala aspek dari sebuah kota baik dari sumber daya manusia dan alam yang tersedia didukung dengan perkembangan teknologi. Smart city dinilai sebagai inovasi dalam wujud transparansi kepada publik untuk menurunkan tingkat korupsi, kolusi, dan nepotisme disetiap daerah terlebih pada akhir-akhir ini banyak fenomena kepala daerah tersangkut korupsi karena tingkat KKN pada daerah tersebut. Konsep smart city sejatinya sudah lama diterapkan di Indonesia untuk meminimalisir korupsi dan pembangunan pelayanan pada sebuah kota. Hasilnya kota-

2 kota tersebut meraih banyak penghargaan-penghargaan dari pemerintah pusat dalam hal keterbukaan dan transparansi informasi kepada publik. Dalam hal ini penghargaan diserahkan dan dimonitoring oleh RKCI (Rating Kota Cerdas Indonesia). RKCI adalah sebuah kegiatan melakukan pemetaan sehingga setiap kota mampu menjadi kota cerdas berdasarkan potensi daerah tersebut (sumber: http://ratingkotacerdas.id/ di akses pada tanggal 15 September 2018 pukul 22.00 WIB). RKCI melakukan kegiatan yang dipelopori oleh ITB. Dalam kegiatan ini RKCI memberikan penghargaan kepada peraih Kota Cerdas di Indonesia. Penghargaan ini diserahkan langsung oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla yang dilakukan di Istana Wakil Presiden Jalan Merdeka Selatan, Senin 11 Desember 2017. (sumber: http://kabar24.bisnis.com/read/20171211/15/717112/ini-15-kota-peraih-predikat- smart-city-di-indonesia diakses pada tanggal 14 September 2018 pukul 22.00 WIB) Kota , dibawah kepemimpinan Walikota Idaham, memperlihatkan keseriusannya untuk membawa Binjai menjadi smart city. Berbagai pendekatan dilakukan untuk dapat berkolaborasi untuk mewujudkan Binjai Smart City. Mulai dari pengikutsertaan dalam Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk menunjang infrastruktur dan subfrastruktur. Dilansir dari berita yang dipublikasikan oleh Indo Security System yang bertajuk “Penerapan Smart City Kota Binjai Diapresiasi Oleh Apeksi” Binjai merupakan kota pertama dari 33 kabupaten/kota di Sumatera Utara yang menerapkan smart city. (sumber:https://www.indosecuritysystem.com/read/news/2017/04/01/1682/penerapa n-smart-city-kota-binjai-diapresiasi-apeksi diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 pukul 20.00). Hal tersebut merupakan sebuah motivasi bagi Pemerintah Kota Binjai dalam meningkatkan mutu pelaksanaan public service agar lebih maju lagi seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut pemerintah maupun seluruh stake holder memaksimalkan teknologi informasi. Selain itu, Kota Binjai telah mendapatkan penghargaan sebagai kota sedang dalam menerapkan smart city. Berikut ini peneliti paparkan beberapa kota yang telah mendapatkan penghargaan dari RKCI:

3 Tabel 1.1 Nama Kota Peraih Penghargaan Rating Kota Cerdas Indonesia

Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Binjai Bontang Jakarta Tual Selatan

(Sumber: Diolah Oleh Penulis, 2018)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 3 kategori kota yaitu kota besar, kota sedang, dan kota kecil. Menurut Dirjen Otonomi daerah Kementerian Dalam Negeri perbedaan kota besar, kota sedang, dan kota kecil dapat dilihat dari jumlah penduduknya. Kota besar yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000 jiwa sampai dengan 1.000.000 jiwa, kota sedang yaitu kota yang berpenduduk antara 100.000 jiwa sampai dengan 500.000 jiwa, dan kota kecil yaitu kota yang berpenduduk 20.000 jiwa sampai dengan 100.000 jiwa. Binjai merupakan salah satu kategori kota sedang yang masuk dalam rating tersebut. Binjai adalah suatu kota yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Utara. Dengan pengelompokan kategori diatas dapat dilihat Kota Binjai sebagai salah satu kategori kota sedang di Provinsi Sumatera Utara. Kota Binjai memiliki luas 9.023,62 Ha (± 90,23 Km2) terdiri dari 5 (lima) Kecamatan dan 37 (tiga puluh tujuh) Kelurahan. Penduduk Kota Binjai berjumlah 261.490 jiwa, terdiri dari 130.551 laki- laki dan 130.939 perempuan. Berdasarkan kriteria pada tabel diatas Kota Binjai termasuk kedalam kategori kota sedang dikarenakan jumlah penduduk yang mencapai diatas 100.00 jiwa. (Bappenas Kota Binjai, 2018) Binjai merupakan kota yang terletak di ujung Sumatera Utara dan dihimpit oleh tiga (3) kabupaten/kota yaitu Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Kota Binjai adalah satusatunya kota yang terlebih dahulu menerapkan smart city di Provinsi Utara mendahului kota Medan dan Pemerintah Sumatera Utara dalam menerapkan sistem tata kelola kota cerdas. Kota Medan sebagai pusat kota

4 seharusnya sedikit lebih maju daripada daerah disekitarnya. Tetapi pada kenyataannya, Binjai terlebih dahulu dalam menerapkan smart city. Dengan keterbatasan anggaran, Kota Binjai mampu mengimplementasikan seluruh dimensi- dimensi kota cerdas melalui sinergitas yang dibangun oleh pemerintah kota kepada seluruh stake holder. Dengan diterapkannya smart city di kota Binjai, maka diharapkan kota Binjai mampu berkembang seperti kota-kota lain yang terlebih dahulu menerapkan smart city seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Terlihat dari tabel diatas bahwasannya kota-kota yang menerapkan smart city adalah kota-kota yang popular dikalangan masyarakat sedangkan Binjai sebagai satu-satunya kota sedang di Provinsi Sumatera Utara ingin mengenalkan smart city-nya kepada seluruh masyarakat Indonesia. Maka dari itu, ini akan menjadi menarik untuk melihat kota sedang dan satu-satunya kota di Provins Sumatera Utara yang menerapkan smart city untuk dapat berkembang dan setara dengan kota-kota besar maupun kecil dalam hal kemajuan kota dengan berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Dengan Visi Pembangunan Kota Binjai Tahun 2016 – 2021 " Terwujudnya Kota Cerdas Yang Layak Huni, Berdaya Saing Dan Berwawasan Lingkungan Menuju Binjai Yang Sejahtera ". Dalam mewujudkan visi dan misi pemerintah kota Binjai menerapkan konsep Smart City, sehubungan dengan hal tersebut maka pemerintah Kota Binjai melalui Walikota Binjai serta Wakil Walikota mewujudkan Smart City yang bertujuan untuk memaksimalkan teknologi komunikasi dan informasi, komunikasi serta layanan kepada masyarakat. Dalam acara peresmian Binjai Smart City dan Binjai Command Center yang dilaksanakan di Aula Kantor Walikota Binjai Jumat (2/12/16), Walikota Binjai H.M.Idaham mengatakan “dengan peresmian Binjai Smart City menjadi babak baru bagi terciptanya peningkatan pelayanan publik yang lebih berkualitas kepada masyarakat dan dunia usaha di daerah yakni pelayanan yang lebih modern dengan sistem yang lebih akuntabel, transparan, demokratis, dan lebih interaktif”. (sumber:https://sumut.antaranews.com/berita/163290/gubsu-launching- binjai-smart-city diakses pada tanggal 14 September 2018 pukul 17.06 WIB)

5

Gambar 1.1 Portal Binjai Smart City (sumber:www.smartcity.binjaikota.go.id) Dengan peresmian Binjai Smart City serta peresmian Binjai Command Center pada tanggal 12 Desember 2016 yang dihadiri oleh pengurus APEKSI (Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia), pemerintah kota Binjai dalam peresmian ini menghadirkan 5 aplikasi e-Government yaitu di antara lain e-RA (Rencana & Anggaran), e-Dokter, e-Perizinan, e-Masyarakat, dan e-PBB. Menurut wawancara singkat dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) Dinas Komunikasi dan Informatika Pemko Binjai bekerjasama dengan beberapa lembaga/instansi untuk mewujudkan portal smart city antara lain dengan Politeknik Negeri Medan sebagai perancang website serta fitur di dalamnya, kemudian PT. Telkom Indonesia sebagai penyedia sarana jaringan, dan PT. Bank Negara Indonesia sebagai mitra dalam membuat Binjai Card yang memiliki fungsi terintegrasi sama halnya seperti ATM. Sampai dengan tahun 2018 pemerintah kota Binjai telah menambah aplikasi terbaru yaitu e- SSH, e-SDM, TransBinjai, e-Pajak, e-Kliping.(www.smartcity.binjaikota.go.id) Dalam penelitian yang dilakukan oleh Nur Alfiana Wulandari (2018) yang berjudul “Strategi Dinas Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika dalam meningkatkan kesadaran pengguna aplikasi Taprose Smart City” menyatakan bahwa Dinas Kominfo menjadi sorotan utama dalam penerapan smart city sebagai pemegang kekuasaan dalam hal komunikasi dan informasi tertinggi di sebuah kota yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan transparansi publik agar lebih efektif dan efisien. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai adalah pihak yang menjadi sorotan utama pada penerapan smart city. Penerapan Smart City yang dilakukan kota Binjai dengan mempersiapkan segala infrastruktur dan sumber daya manusia

6 memerlukan persiapan yang sangat panjang dan matang. Seperti penyiapan sumber daya manusia dilingkungan pemerintah kota serta teknologi terkini yang hasil akhirnya dapat memperbaiki kualitas layanan kepada warganya. Banyak kita lihat sekarang tentang berita keluhan masyarakat terkait dengan buruknya kualitas pelayanan publik baik itu jalan, jembatan, sampai kepada penerangan dan kondisi lainnya. Program Smart City ini pun diusung dalam langkah memperbaiki semua keluhan masyarakat dalam langkah memperbaiki pandangan buruk terhadap pemerintah. Dalam mengenalkan smart city kepada masyarakat kota Binjai, pemerintah juga menggandeng wartawan serta koran online sebagai media untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwasannya Kota Binjai sudah memiliki sebuah program untuk mempermudah segala urusan masyarakat baik itu kesehatan, perizinan, maupun keterbukaan informasi publik. Hal ini ini menunjukkan bukti keseriusan pemerintah Kota Binjai dalam membangun konsep smart city dengan menggandeng semua media cetak maupun online sebagai sarana dalam mempublikasikan kegunaan dan pemanfaatan konsep kota cerdas kepada warganya. Untuk memperkuat komitmen Pemerintah Kota Binjai dalam membangun konsep kota cerdas, Pemerintah membuat inovasi baru pada bidang pelayanan dan pengaduan masyarakat, dimana Pemerintah meluncurkan aplikasi pengaduan masyarakat berbasis online yang resmikan pada saat peresmian bulan Agustus 2016 Binjai Smart City & Binjai Command Center saat ini dikenal di Kota Binjai dengan sebutan e-Masyarakat yang diperuntukkan bagi seluruh warga Binjai dalam rangka memudahkan laporan serta aduan kepada pemerintah terkait kondisi yang terjadi disekitar tempat tinggal. Aplikasi E-masyarakat memiliki fungsi mirip dengan Qlue yang ada di Jakarta. E-Masyarakat adalah aplikasi berbasis online mengenai pengaduan masyarakat yang hanya bisa diakses oleh masyarakat kota Binjai dengan memasukkan nomor induk penduduk KTP setempat, yang dikelola oleh Dinas Komunikasi dan Informatika dan Binjai Command Center sebagai pusat database dan monitoring. Berdasarkan pra-penelitian aplikasi e-masyarakat sebagai aplikasi yang banyak mendapat respon baik dari masyarakat meskipun ada banyak masalah yang sampai sekarang belum menemukan solusi, tetapi dengan adanya aplikasi ini masyarakat merasa sangat terbantu dalam menyampaikan keluhan di sekitar tempat tinggalnya. Aplikasi ini memudahkan menampung keluhan masyarakat tentang kondisi disebuah

7 tempat domisili baik itu masalah lingkungan, ekonomi, pelayanan pemerintah terkait perizinan yang kemudian direspon oleh Command Center dan akan langsung disampaikan kepada instansi yang berwenang. Kemudian, setelah disampaikan ke instansi terkait untuk penangangan lebih lanjut. Selanjutnya, intansi yang berwenang akan memproses berdasarkan skala prioritas didaerah tersebut dengan jangka waktu paling cepat satu minggu. Berdasarkan hasil pra penelitian juga diketahui E- masyarakat merupakan termasuk dimensi smart city yaitu smart people yang berguna untuk membuka wawasan masyarakat pentingnya pemanfaatan IT dalam mewujudkan pembangunan yang merata dan kondusifitas diseluruh wilayah kota Binjai. Sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2016 aplikasi ini jauh dari kata memuaskan karena dalam pengaduan banyak masyarakat yang belum paham mengenai aplikasi ini serta ada banyak keluhan masyarakat yang belum menemukan solusi pada aplikasi E-Masyarakat disebabkan mungkin karena ketidaktahuan masyarakat pada fungsi dan manafaat aplikasi E-masyarakat.

Gambar 1.2 Portal Aplikasi E-Masyarakat Binjai Smart City (sumber:www.emas.binjaikota.go.id) Fungsi aplikasi ini antara lain yaitu sebagai sarana aduan masyarakat tentang permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan kegiatan baik itu ekonomi, pelayanan, perizin dan tempat tinggal. Kemudian fungsi berikutnya dari aplikasi ini yaitu sebagai sarana bagi pemerintah kota Binjai untuk mengumumkan serta himbauan dalam bentuk tertulis yang berisi pesan singkat secara cepat. Selain itu aplikasi ini berguna untuk mengurangi kesenjangan sosial masyarakat dengan pemerintah yang dinilai sebelum adanya aplikasi ini membuat warga merasa

8 kesulitan harus mengadu kemana jika terjadi sesuatu didaerah tempat tinggalnya. Serta yang terakhir yaitu meningkatkan sinergitas sebagai mitra Pemerintah Kota Binjai kepada instansi lainnya seperti Kepolisian, PDAM, PLN, Kemenag, BPN dan lainnya. Sampai dengan saat ini aplikasi ini sudah disosialisasikan kepada masyarakat melalui video, spanduk di pusat titik keramaian di Kota Binjai. Setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara awal, ternyata ada beberapa temuan awal mengenai program aplikasi dan proses penerapannya yang melibatkan seluruh masyarakat, adapun temuan yang peneliti mengenai smart city di Kota Binjai: Pertama, sumber daya yang seharusnya menjadi faktor penunjang terwujudnya smart city terhitung masih kurang, karena dalam hal ini pembentukan Dinas Komunikasi dan Informatika terhitung masih baru, sedangkan untuk menunjang diterapkannya seluruh aplikasi harus dibutuhkan pegawai yang mumpuni dibidangnya. Dan yang kedua, tingkat sosialisasi oleh Dinas Komunikasi dan Informatika yang rendah kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga menyebabkan penggunaan aplikasi pada program Binjai smart city kurang maksimal. Hal ini yang mungkin menyebabkan tingkat partisipasi pada aplikasi program smary city rendah dikarenakan ketidaktahuan masyarakat akan fungsi dan manfaat dari aplikasi pengaduan masyarakat tersebut. Disamping aplikasi memberikan kemudahan dalam penerapannya, nyatanya dalam pelaksanaan dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 terdapat beberapa masalah yang seharusnya perlu penanganan yang cepat dan tepat apabila program smart city ingin terus berjalan kedepannya. Ketua LSM Hijau Kota Binjai, Ikhsan, yang seperti yang diberitakan rmol.sumut.com, Sabtu, (12/8/2017) “Jelas kurang maksimal, masyarakat belum merasakan hal itu disebab kurangnya sosialisasi ke masyarakat bawah yang menyebabkan kurangnya partisipasi dari masyarakat mengenai aplikasi smart city”. (http://www.rmolsumut.com/read/2017/08/12 diakses pada tanggal 15 September pukul 9.00 WIB). Berdasarkan berita di atas bahwa salah satu penyebab tidak maksimalnya program BSC (Binjai Smart City) disebabkan kurangnya sosialisasi yang merata dari pemerintah Kota Binjai ke masyarakat bawah yang menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap masalah-masalah dan solusi yang dihadapi oleh warga kota. Kemudian, dari hasil dari pengamatan dan wawancara singkat peneliti dengan masyarakat asli Kota Binjai Kahfi (22) pada tanggal 31 Agustus 2018, menyatakan

9 bahwa masih banyak masyarakat yang belum paham bagaimana tata cara menggunakan salah satu aplikasi portal Binjai Smart City yaitu aplikasi e- Masyarakat. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam hal ini masih belum tanggap dalam menanggapi seluruh keluhan masyarakat terlihat dari lambatnya proses penanganan yang dilakukan. Kemudian Pemerintah Kota Binjai belum melakukan sosialisasi sampai kepada masyarakat bawah, hanya sampai masyarakat menengah yang paham dalam menggunakan handphone berbasis internet. Kedua, seharusnya Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai meninjau kembali bagaimana langkah komunikasi yang dilakukan agar masyarakat paham dalam penggunaan portal aplikasi ini dengan melihat kondisi sosial, ekonomi, dan budaya serta memberikan edukasi kepada masyarakat yang belum paham dalam menggunakan teknologi, melihat hanya masyarakat menengah saja yang paham menggunakan, sementara masyarakat bawah kurang menerima sosialiasi dan edukasi dari pemerintah. Dan yang ketiga, peneliti melihat pemerintah masih belum menyediakan ruang publik untuk fasilitas internet gratis dibeberapa titik kota, sehingga masyarakat enggan menggunakan aplikasi e-Masyarakat dikarenakan menggunakan kuota internet. Terakhir , peneliti melihat pemerintah dalam hal ini antar SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang belum maksimal dan tanggap dalam menanggapi seluruh keluhan masyarakat. Berdasarkan wawancara singkat dengan salah satu Staff Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Binjai, Rahmad Fauzy Salim tanggal 30 September 2018. Strategi komunikasi pada aplikasi e-masyarakat yang telah dilakukan hingga dari periode tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 dalam hal perencanaan dengan melakukan edukuasi terlebih dahulu kepada masyarakat. Kemudian, kegiatan sosisalisasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan sejumlah program yang ada di aplikasi ini. Salah satu strategi komunikasi dalam hal mensosialisasikan kepada publik yang digunakan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai yaitu; dengan mengedukasi masyarakat melalui tampilan video singkat yang ada pada beberapa aplikasi dengan memanfaatkan beberapa titik penting seperti Kantor Walikota maupun Kantor- Kantor pemerintah lainnya seperti Kantor Badan Kepegawaian Daerah, Kantor Badan Penanaman Modal, dan Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika serta pembuatan akun sosial media Youtube dan Twitter. Dalam langkah implementasi Pemerintah Kota Binjai melalui Dinas Komunikasi dan Informatika juga telah membuat masyarakat melek internet dengan;

10 menyediakan jaringan internet gratis di beberapa titik keramaian seperti Tanah Lapang Merdeka, Terminal Ikan Paus, dan titik penting lainnya. Semua kantor Kelurahan di Kota Binjai juga sudah terpasang jaringan internet yang memudahkan masyarakat dalam upaya untuk lebih paham internet. Disamping hal itu, untuk memaksimalkan sumber daya manusia dijajaran pegawainya, pemerintah mengadakan bimbingan teknis bagi para pegawai disemua lingkup instansi, misalnya bimtek e-Government, bimtek e-SDM, dan bimtek e-Kinerja. Serta evaluasi strategi komunikasi kedepannya, pemerintah Kota Binjai sedang membuat bimbingan teknis pembuatan masterplan induk Binjai Smart City bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam gerakan menuju 100 Smart City Indonesia dan sedang berlangsung pembangunan fiber optik untuk memudahkan pemberian jaringan kepada seluruh perangkat daerah. Selain itu, dalam tahap akhir dari program ini, pemerintah Kota Binjai akan merubah alur proses bisnis yang terjadi disuatu kota dan tata cara melayani masyarakat dengan lebih mudah dengan cara merancang alur komunikasi secara langsung melalui aplikasi Binjai Smart City, nantinya segala pengaduan masyarakat serta perizinan akan lebih mudah dengan adanya masterplan induk Binjai Smart City. Dari tiga tahap strategi komunikasi perencanaan, implementasi dan evaluasi diatas yang dijabarkan dapat diketahui yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Binjai dalam membangun program smart city tahun 2017 sampai dengan 2018, dapat ditarik kesimpulan bahwa Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai telah melaksanakan tahapan-tahapan strategi komunikasi yang ada, yang pertama adalah perencanaan meliputi menyebarkan video edukasi dititik Kantor Pemerintahan dan titik keramaian. Yang kedua yaitu implementasi dengan menyediakan jaringan internet gratis dan yang terakhir evaluasi dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan bimbingan teknis di dinas terkait serta merubah proses alur bisnis dan tata cara pelayanan masyarakat agar lebih mudah. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Philip Lesly (Cangara 2013) bahwa strategi komunikasi meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi untuk mengukur tingkat kesuksesan dalam suatu program. Proses strategi komunikasi yang terdiri atas tiga pilar yaitu perencanaan, implementasi dan evaluasi sebagaimana dijelaskan diatas menunjukkan mengenai pentingnya strategi komunikasi dalam pelaksanaan kegiatan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam program Binjai smart city bagi masyarakatnya. Strategi komunikasi merupakan seperangkat

11 kemampuan dari manajemen Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam mengatur program kerjanya secara sistematis dari awal hingga proses evaluasi sebagaimana hal itu yang diungkapkan oleh Soemanagara (2008;4) bahwa strategi komunikasi dalam kegiatan pemasarannya tujuan utamanya adalah bentuk pembelian dari audiens dibutuhkan sebuah strategi komunikasi yang tepat. Seiring dengan penjabaran fenomena diatas serta kegiatan komunikasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam smart city, maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana langkah komunikasi yang dilakukan institusi tersebut meliputi perencanaan, implementasi dan evaluasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dan bagaimana perannya serta pendapat keluhan maupun ide dari masyarakat dalam membangun smart city di Kota Binjai. Berdasarkan beberapa fenomena yang terjadi di masyarakat maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui lebih dalam mengenai strategi perencanaan, implementasi dan evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informasi untuk mencapai tujuannya, dengan penelitian yang berjudul “Analisis Strategi Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Membangun Program Binjai Smart City Melalui aplikasi E-Masyarakat tahun 2017-2018”

1.2 Fokus Penelitian Agar pembahasan masalah yang ingin peneliti bahas tidak meluas, maka dalam penelitian ini penulis terfokus pada penelitian yaitu 1. Bagaimana langkah perencanaan strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Membangun Program Binjai Smart City melalui Aplikasi E-Masyarakat tahun 2017- 2018 2. Bagaimana langkah implementasi strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Membangun Program Binjai Smart City melalui Aplikasi E-Masyarakat tahun 2017- 2018 3. Bagaimana langkah evaluasi strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Membangun Program Binjai Smart City melalui aplikasi E-Masyarakat tahun 2017-2018.

12 1.3 Tujuan Penelitian Merujuk pada fokus penelitian, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mengetahui dan menganalisis Strategi Komunikasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Membangun Program Binjai Smart City. 1. Untuk mengetahui perencanaan strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Membangun Program Binjai Smart City melalui aplikasi E-Masyarakat tahun 2017-2018. 2. Untuk mengetahui implementasi strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Membangun Program Binjai Smart City melalui aplikasi E-Masyarakat tahun 2017-2018. 3. Untuk mengetahui langkah evaluasi strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dalam Membangun Program Binjai Smart City melalui aplikasi E-Masyarakat tahun 2017- 2018. 1.4 Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Beberapa kegunaan teoritis yang ingin dicapai oleh peneliti adalah: 1. Menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi bagi para mahasiswa Ilmu Komunikasi untuk memperdalam ilmu tentang strategi komunikasi. 2. Memberikan pemahaman tentang pentingnya sebuah strategi komunikasi guna menyampaikan program-program pemerintah. b. Kegunaan praktis Beberapa kegunaan praktis yang ingin dicapai oleh peneliti diantaranya adalah: 1. Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai dan tim Binjai Smart City dalam membuat strategi komunikasi yang lebih efektif kepada masyarakat disemua kalangan yang berdomisili di Kota Binjai. 2. Memberikan pemahaman mengenai strategi komunikasi yang dilakukan Dinas Komunikasi dan Informatika dalam menjalankan aplikasi Smart City.

13 1.5 Waktu dan Periode Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Binjai. Dimulai dari bulan September 2018. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.2

Waktu dan Periode Penelitian

No Tahapan Bulan

SEPT OKT NOV DES JAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mencari informasi awal penelitian 2 Penyusunan Proposal

3 Desk Evaluation Seminar Proposal 4 Pengumpulan dan Pengolahan data 5 Penyusunan Skripsi Bab 4-5 6 Sidang Skripsi

Sumber: Diolah penulis, 2018

14

15