Bab V Rekonstruksi Perlindungan Hukum Hak
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB V REKONSTRUKSI PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA KARYA CIPTA BATIK YANG BERBASIS NILAI KEADILAN 1. Hasil Kuesioner dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta Berdasarkan hasil kuesioner yang peneliti lakukan di Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta, Menurut Indar Daniel, salah satu Staf Pengelola, Pengembangan, dan Pembinaan Usaha Bidang Koperasi dan UKM Kota Surakarta bahwa Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta sudah melakukan pembinaan kepada Pencipta atau Pengrajin Batik seperti berikut :63 (1)Program Perkuatan a. Program perkuatan permodalan dengan memfasilitasi penyediaan informasi sumber permodalan; b. Program perkuatan kelembagaan dengan pengelompokan usaha kecil menjadi KUBE (Kelompok Kerja Bersama) atau Pra Koperasi. (2)Program Pemberdayaan a. Program kemitraan UKM pengrajin batik dengan pengusaha besar; b. Program pendidikan dan pelatihan membatik; dan c. Pameran dan promosi dagang bagi pengrajin batik. (3)Program Perlindungan a. Memfasilitasi kegiatan sosialisasi Hak Kekayaan Intelektual yang diselenggarakan oleh Kementerian dan Dinas Koperasi UKM Kota Surakarta. Walaupun penulis sudah mewawancarai sebagian kecil Pencipta atau Pengrajin Batik dan sudah mengerti Undang-Undang Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014, namun beliau mencatat bahwa sebagian besar para pencipta atau pengrajin batik di Surakarta belum 63 Indar Daniel, Salah satu Staf Pengelola, Pengembangan, dan Pembinaan Usaha Bidang Koperasi dan UKM Kota Surakarta, Wawancara (Surakarta, I Juni 2017). 315 mengetahui UU Hak Cipta. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman akan pentingnya hak cipta atas karyanya dan lebih fokus pada produksi. Selain itu, hanya sebagian kecil dari Pencipta atau Pengrajin Batik sudah mendaftarkan karya cipta batiknya melalui fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM RepubIik Indonesia. Menurut beliau, pihaknya sudah mensosialisasikan UU Hak Cipta sehingga mereka Para Pencipta dan Pengrajin Batik mempunyai keinginan untuk mendaftarkan ciptaannya ke dinas tersebut. Namun tidak diketahui berapa persen karya cipta yang didaftarkan oleh Para Pencipta atau Pengrajin Batik. Selain itu, kendala-kendala dalam pendaftaran hak cipta motif-motif batik tersebut dikarenakan biaya pendaftaran serta waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasil pendaftaran merek atau motif batik. Sehingga banyak Pencipta atau Pengrajin Batik enggan mendaftarkan hak cipta motif batik tersebut di Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta. Ada 4 (empat) cluster atau kelompok batik di Surakarta yang menjadi perhatian dan pembinaan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta yaitu : a. Kampung Batik Kauman; b. Kampung Batik Laweyan; c. Kampung Batik Sondakan; dan d. Kampung Batik Semanggi. Penginventarisasi motif-motif atau corak-corak lama menurut beliau sudah dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta. Namun sayangnya, pihak Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta belum mempunyai Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kekayaan Intelektual. Padahal Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kekayaan Intelektual sangat penting karena untuk melindungi karya cipta para Pencipta dari penjiplakan, khususnya di bidang motif-motif batik dalam proses penegakan hukum di bidang Kekayaan Intelektual. Disamping itu, Problematika yang dihadapi adalah 316 sangat sulit pada masa sekarang ini untuk mendapatkan karya cipta batik yang disebabkan semakin pesatnya perkembangan motif yang setiap Pencipta atau Pengrajin Batik sendiri dapat mengklaim bahwa hal itu adalah hasil karyanya. Oleh karena itu, Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta sudah menfasilitasi Sosialisasi Kekayaan Intelektual terutama di bidang karya seni batik dan juga mendorong para Pencipta atau Pengrajin Batik untuk segera mendaftarkan hasil karya-karya tersebut. 2. Hasil Kuesioner dengan Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta Berdasarkan hasil kuesioner yang peneliti lakukan di Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta, Menurut Dra. Sri Hening Widyastuti, M. M., Kepala Seksi Sertifikasi, Pengembangan Usaha, dan Produktivitas Bidang Peningkatan Produktivitas Sertifikasi dan Inovasi Industri Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta bahwa Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang tenaga kerja dan bidang perindustrian berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan.64 Seksi yang beliau pimpin mempunyai tugas melakukan pembinaan dan pengembangan usaha tekstil dan produk tekstil, fasilitasi kemitraan dan fasilitasi pendampingan pelaku usaha tekstil dan produk tekstil. Menurut beliau, sebagian para Pencipta atau Pengrajin Batik di Surakarta sudah mengetahui adanya Undang-Undang Hak Cipta Nomor Nomor 28 Tahun 2014 melalui sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta sebanyak 2 kali dalam 1 tahun meliputi sosialisasi Kekayaan Intelektual, Sertifikasi, dan Standarisasi Produk Industri. Sama halnya dengan Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta, Para Pencipta atau Pengrajin Batik belum menyeluruh mendaftarkan karya 64 Sri Hening Widyastuti, Kepala Seksi Sertifikasi, Pengembangan Usaha, dan Produktivitas Bidang Peningkatan Produktivitas Sertifikasi dan Inovasi Industri Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta, Wawancara (Surakarta, 1 Juni 2017). 317 cipta batiknya karena masih kurang kesadaran bagi Pencipta atau Pengrajin Batik untuk mendaftarkan hasil karyanya. Sosialisasi Undang-Undang Hak Cipta yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta tidak menemui kendala, namun dalam pendaftaran hak cipta menemui 2 (dua) kendala, seperti mereka masih menggunakan satu merek yang sudah ada sejak turun-temurun dan tidak mempunyai katalog maupun administrasi produknya yang terdokumentasi oleh pihak Pencipta atau Pengrajin Batik. Jadi, Para Pencipta atau Pengrajin Batik di Surakarta belum bisa membedakan antara perlindungan Hak Cipta dan Perlindungan Merek karena mereka beranggapan bahwa sudah memiliki merek secara turun-temurun. Sehingga ada rasa keengganan untuk mendaftarkan setiap Karya Cipta batik yang mereka ciptakan. Dalam perlindungan hukum di bidang Hak Cipta, pendaftaran bukan merupakan pemberian hak karena dengan pendaftaran karya cipta hanya sebuah pengakuan sementara sampai terbukti sebaliknya apabila ada pihak lain yang bisa membuktikan jika Hak Cipta motif batik tersebut adalah ciptaannya. Karena sistem perlindungan hukum di bidang Hak Cipta menganut asas deklaratif negatif. Dengan tidak adanya katalog yang dimiliki oleh para Pencipta atau Pengrajin Batik di Kota Surakarta sebetulnya akan merugikan penciptanya sendiri. Lain halnya jika setiap pencipta mempunyai katalog sendiri tentang motif-motif batik yang mereka ciptakan. Sehingga walaupun motif batik tersebut tidak didaftarkan di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia melalui Dinas Koperasi dan UKM atau Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian, maka Karya Cipta tersebut tetap mendapat perlindungan hukum sesuai dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta asal motif batik yang mereka ciptakan adalah motif batik yang orisinil dan kapan motif tersebut pertama kali dipublikasikan atau dijual. 318 Berbeda dengan Dinas Koperasi dan UKM Kota Surakarta yang mempunyai 4 (empat) cluster, sedangkan versi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta mempunyai 2 (dua) cluster yaitu : 1. Kampung Batik Laweyan; dan 2. Kampung Batik Kauman. Menurut beliau, ada peningkatan ciptaan batik setiap tahun dan juga melakukan ekspor batik ke luar negeri, namun sayangnya mereka tidak melaporkannya sehingga bagi Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta sulit untuk menginventarisasi. Selain itu, banyak Pencipta atau Pengrajin Batik berskala kecil secara tidak formal masih menginduk pada perusahaan lain, kecuali untuk perusahaan batik berskala menengah dan besar seperti Danar Hadi, Semar, dan sebagainya. Penginventarisasi motif-motif atau corak-corak lama yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta sudah didaftarkan yaitu sekitar 400 (empat ratus) motif yang diketahui oleh penciptanya namun ditolak oleh Kementerian Hukum dan HAM dengan alasan sudah disurati oleh Direktur Hak Cipta dan Desain Industri Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia untuk melengkapi kekurangan persyaratan pendaftaran, misalnya kapan pertama kali karya cipta batik tersebut diumumkan. Karena tidak ada balasan dari Pencipta selama 2 (dua) bulan sejak Surat Pemenuhan Persyaratan dari Direktur Hak Cipta dan Desain Industri Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, maka dianggap Pencipta tidak memenuhi syarat-syarat pendaftaran walaupun sudah diperjuangkan oleh Komunitas Batik di Surakarta. Usaha-usaha yang dilakukan Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta dalam memberikan perlindungan terhadap Pencipta atau Pengrajin ada 3 (tiga) cara yaitu: 319 1. Sosialisasi Kekayaan Intelektual; 2. Pendampingan; dan 3. Penganggaran lewat APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah). Kasus pembajakan batik di Surakarta menurut Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Surakarta memang tidak terekspos. Hal ini disebabkan bahwa pembajakan karya cipta batik sudah menjadi lumrah. Jika batik tersebut dijiplak, maka karya tersebut akan dihargai karena dianggap berbagi rezeki kepada mereka yang masih pemula atau memulai karir. Hal ini berlangsung hingga sekarang walaupun Undang- Undang Hak Cipta mengharuskan untuk didaftarkan atau diinventarisasi. Dalam Kekayaan