PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2025

HASIL KONVENSI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2009-2015 YANG DISELENGGARAKAN PADA PEKAN PRODUK BUDAYA INDONESIA 2008 JCC, 4 -8 Juni 2008

DR. Mari Elka Pangestu AGENDA: “KONVENSI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF INDONESIA 2009-2015”

• Rangkuman Hasil Pembahasan Permasalahan Pada 14 Subsektor Industri Kreatif • Kesimpulan Pembahasan pada 14 Subsektor Industri Kreatif. • Quick Wins Pengembangan Ekonomi Kreatif oleh Departemen Perdagangan 2009-2010

Nelson Mandela Bono-U2

Batik Designed by Iwan Tirta 2 14 SUBSEKTOR INDUSTRI KREATIF INDONESIA SESUAI DENGAN KBLI 2005

3 KONTRIBUSI EKONOMI INDUSTRI KREATIF DI BEBERAPA NEGARA

Periode studi tahun 1997-2000 di beberapa negara: • Kontribusi GDP IK berkisar 2,8% (Singapura) sampai dengan 7,9% (Inggris) • Pertumbuhan PDB industri kreatif berkisar antara 5,7% (Australia) dan 16% (Inggris) • Tingkat partisipasi tenaga kerja berkisar antara 3,4% (Singapura) sampai dengan 5,9% (US). Studi Pemetaan Industri Annual Growth 5,7% Kreatif Departemen Perdagangan 2007 • Penyerapan tenaga kerja mencapai 5,4 juta pekerja Indonesia dengan tingkat partsipasi 5,8% • Nilai ekspor mencapai 81,4 6,3% GDP from Creative triliun rupiah dan berkontribusi Industry 104,73 trillion rupiah sebesar 9,13% terhadap total nilai ekspor nasional (pertumbuhan nominal ekspor)

4 PROFIL KONTRIBUSI PDB INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA

. Rata-rata Kontribusi PDB Industri Nilai PDB 9 Sektor Lapangan Usaha Utama dan Kreatif Tahun 2002-2006 berdasarkan Industri Kreatif di Indonesia Tahun 2006 Berdasar Harga Konstan Tahun 2000 (Ribu Rp) harga konstan 2000 adalah sebesar Rp 104,6 Triliun Rupiah , yaitu 6,3% dari total nilai PDB Nasional. . Kontribusi PDB IK tahun 2006 berdasarkan harga konstan 2000 sebesar 104,8 triliun Rupiah, yaitu 5,7% dari total PDB Nasional. . Kontribusi PDB IK terbesar adalah di tahun 2004, sebesar Rp 108,412 triliun rupiah, yaitu sebesar 6,54% . Kontribusi rata-rata PDB IK menduduki peringkat ke-7 dari 10 lapangan usaha utama yang telah didefinisikan oleh BPS. . PDB Industri Kreatif banyak disumbangkan oleh Kelompok Fesyen, Kerajinan, Periklanan & Desain dengan rata-rata nilai PDB kelompok industri kreatif tersebut tahun 2002-2006 secara berturut-turut adalah Rp 46 triliun (44,18%), Rp 29 triliun (27,72%), Rp 7 triliun (7,03%), dan Sumber: Pemetaan Industri Kreatif DEPDAG 2007 (Diolah dari Data BPS dan beberapa sumber lainnya) Rp 7 triliun (6,82%). MENGAPA INDUSTRI KREATIF PERLU DIKEMBANGKAN?

Kontribusi Ekonomi • PDB • Menciptakan Lapangan Pekerjaan Industri Kreatif perlu • Ekspor dikembangkan di Indonesia Dampak Sosial Iklim Bisnis karena: • Kualitas Hidup •Penciptaan Lapangan • Pemerataan usaha . Memberikan kontribusi kesejahteraan • Dampak bagi sektor Ekonomi yang signifikan • Peningkatan lain . Menciptakan Iklim bisnis yang Toleransi sosial • Pemasaran positif Mengapa . Membangun citra dan identitas Ekonomi Bangsa Kreatif . Berbasis kepada Sumber Daya Citra & yang terbarukan Inovasi & Identitas bangsa . Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan Kreativitas • Turisme • Ikon Nasional keunggulan kompetitif suatu • Ide & Gagasan bangsa • Penciptaan Nilai • Membangun budaya, warisan budaya & nilai . Memberikan dampak sosial Sumber Daya lokal yang positif Terbarukan • Berbasis Pengetahuan, kreativitas • Green Community

6 AKTOR & FAKTOR PENGGERAK INDUSTRI KREATIF

Cendekiawan

Kurikulum Berorientasi Kreatif & Entrepreneur ship Kebebasan Pers & Riset Akademik Inovatif Multidisiplin Lembaga Pendidikan & Kewirausahaan, Pelatihan Business Arahan Coaching & Mentoring Edukatif Skema Pembiayaan Pemasaran & Penghargaan Business Insan Kreatif & Matching, Konservasi Komunitas Iklim Usaha Insentif Kreatif yang kondusif

PEMERINTAH BISNIS 7 PETA JALAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2009-2015

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

“Masyarakat dengan mindset Fasilitasi creative talent untuk berkreasi dan moodset kreatif yang Jumlah & kualitas Creative Worker didukung oleh talenta dan

People Creative mindset pada masyarakat Entrepreneurship pekerja kreatif”

Industry attractiveness “Industri kreatif yang unggul di Efisiensi untuk keunggulan komparatif pasar domestik & asing, Inovasi bermuatan lokal untuk keunggulan kompetitif dengan peran dominan

Industry wirausahawan nasional”

Basis-basis teknologi menuju klaster teknologi ”Teknologi yang mendukung Kapasitas penguasaan teknologi dan computer literacy desain dan melayani Iklim usaha kondusif untuk investasi dan infrastruktur kebutuhan pasar” Technology

Kemampuan memanfaatkan bahan baku Alam “Pemanfaatan bahan baku Apresiasi dan sadar lingkungan dengan nilai tambah dan Basis-basis teknologi pengolah sumber daya alam tingkat utilisasi yang tinggi Iklim kondusif untuk ketersediaan pasokan bahan baku domestik serta ramah lingkungan” Resource

“Masyarakat berpemikiran Apresiasi budaya dan warisan budaya Indonesia di dalam & luar negeri terbuka yang Masyarakat kreatif yang saling menghargai dan bertukar pengetahuan mengkonsumsi produk kreatif lokal” Institution

“Tercapainya tingkat Penguatan hubungan aktor IK dengan lembaga keuangan kepercayaan & distribusi Skema dan lembaga pembiayaan yang sesuai Informasi yg simetris antara lembaga keuangan dgn Financial

Intermediary industri kreatif” RANGKUMAN HASIL PEMBAHASAN MASALAH DALAM KONVENSI

• Cetak biru dapat diterima secara umum dengan berbagai pendalaman per sektor. • Yang penting adalah implementasi dan lanjutan komitmen dari triple helix supaya program dapat segera dirangkum dan direalisasikan. • Khususnya bagi lembaga pemerintah, kesimpulan pada 14 subsektor industri kreatif diharapkan dapat dijadikan alternatif/prioritas dalam menyusun program aksi pengembangan industri kreatif sesuai kewenangannya. • Secara umum komitmen triple helix ini harus meliputi 5 hal utama yaitu: – Kuantitas dan kualitas sumber daya insani sebagai pelaku dalam industri kreatif, yang membutuhkan perbaikan dan pengembangan: lembaga pendidikan dan pelatihan, serta pendidikan bagi insan kreatif Indonesia; – Iklim kondusif untuk memulai dan menjalankan usaha di industri kreatif, yang meliputi: sistem administrasi negara, kebijakan & peraturan, infrastruktur yang diharapkan dapat dibuat kondusif bagi perkembangan industri kreatif. Dalam hal ini termasuk perlindungan atas hasil karya berdasarkan kekayaan intelektual insan kreatif Indonesia ; – Penghargaan/apresiasi terhadap insan kreatif Indonesia dan karya kreatif yang dihasilkan, yang terutama berperan untuk menumbuhkan rangsangan berkarya bagi insan kreatif Indonesia dalam bentuk dukungan baik finansial maupun non finansial; – Percepatan tumbuhnya teknologi informasi dan komunikasi, yang sangat erat kaitannya dengan perkembangan akses bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, bertukar pengetahuan dan pengalaman, sekaligus akses pasar kesemuanya yang sangat penting bagi pengembangan industri kreatif, antara lain: implementasi dari UU Transaksi Elektronik; – Lembaga Pembiayaan yang mendukung pelaku industri kreatif, mengingat lemahnya dukungan lembaga pembiayaan konvensional dan masih sulitnya akses bagi entrepreneur kreatif untuk mendapatkan sumber dana alternatif seperti modal ventura, atau dana Corporate Social Responsibility (CSR)

9 PROGRAM KERJA PEMERINTAH

Rancangan perlu dilengkapi dengan Program Kerja masing-masing yang bermuara pada Rancangan Pengembangan Industri Kreatif

Misalnya: • Menko Bidang Perekonomian/Kesra: Koordinasi • Bappenas: Perencanaan. • Deperind: industri Kerajinan, TPT, komputer, mainan, musical instrument, desain industri • Kominfo: infrastruktur IT, kontent piranti lunak, konten industri berbasis IT, periklanan • Budpar: film, musik, performing arts • Ristek: penelitian dan pengembangan, inovasi • Depdag: Pemahaman trend pasar, komersialisasi/pemasaran (desain, packaging, branding), jasa-jasa berpotensi daya saing dan ekspor, promosi dan kerjasama internasional di bidang ekonomi • Timnas HKI: rejim perlindungan dan pemberdayaan • Diknas: kurikulum yang berbasis kompetensi dan kreativitas dan yang menciptakan mindset kreatif, insentif untuk dunia akademik • UKM dan Koperasi: pemberdayaan UKM di industri kreatif • Depdagri/Pemda: identifikasi daerah berpotensi, e.g. Bandung, Yogya, Jateng, Bali • Kehutanan, Pertanian, DKP, ESDM: bahan baku, keberlanjutan • Keuangan: struktur insentif dan model pembiayaan • Deplu: Koordinasi Kerjasama Internasional, promosi • Pemerintah Daerah: memahami pentingnya ekonomi kreatif, identifikasi potensi daerahnya, membangun sentra dan cluster SUBSEKTOR PERIKLANAN

• Merancang kurikulum & metode • Membangun pendidikan belajar sejak pre-school, dasar & tinggi iklan baru menengah, membentuk mindset kreatif • Melakukan sosialisasi HKI • Merancang Kurikulum pendidikan tinggi periklanan (sutradara & produksi)

• Mencari bentuk lain pengganti tender, untuk memperoleh iklan terbaik: minimum price, sayembara • Mencari bentuk sinergi antara Depkominfo, Depbudpar, Badan Pengawas Periklanan, • Menghormati etika beriklan memonitor dan yang jujur & kreatif (tidak menegakkan regulasi & meniru) etika iklan • Memberikan bantuan investasi peralatan pendidikan iklan • Mengoptimalkan konsumsi produk iklan lokal yang baik/bisa bersaing SUBSEKTOR ARSITEKTUR

• Pengembangan sumber daya insani arsitek Indonesia meliputi hardskill dan softskill (Multibahasa, kepercayaan diri, kepekaan lingkungan) • Praktisi masuk ke kampus • Meningkatkan Publikasi hasil untuk berbagi pengetahuan riset arsitektur • Memberikan kesempatan • Tenaga pendidik dibekali magang di biro arsitek kemampuan praktis di lapangan • Berani mengundang pembicara • Mempromosikan/ internasional untuk membuka mempublikasikan arsitek wawasan dan meningkatkan lokal ke luar negeri, dengan kreativitas mengirim arsitek lokal ke sayembara internasional, pameran-pameran internasional • Memberikan kesempatan pada • Memberikan beasiswa arsitek lokal dalam kepada arsitek pembangunan fasilitas publik/ gedung pemerintahan melalui sayembara desain arsitektur • Membuat ruang publik yang • Perlu segera diselesaikan Undang-undang profesi arsitek memadai sebagi tempat • Revitalisasi Perlindungan hukum atas karya insan kreatif yang bertukar pikiran hanya terbatas pada gambar dan maket • Revitalisasi kebijakan yang mengharuskan industri arsitek harus berbentuk PT. • Pengembangan public spaces yang lebih memadai • Mengevaluasi arahan kebijakan edukatif terkait dengan masa pendidikan arsitektur hanya selama 4 tahun 12 SUBSEKTOR LAYANAN KOMPUTER DAN PIRANTI LUNAK

• Mengenalkan pendidikan IT berbasis opensource

• Mengupayakan penurunan harga koneksi dan telekomunikasi di • Mengupayakan CSR Indonesia dan Modal ventura • Membuat sertifikasi bagi bagi software house software house Indonesia Indonesia sehingga lebih kompetitif • Mengupayakan di pasar domestik Hardware murah • Mengupayakan • Mengupayakan pemanfaatan aplikasi terciptanya CMM opensource dalam organisasi • Meningkatkan computer • Mempercayai piranti literacy para pegawai lunak buatan lokal pemerintah • Menciptakan lingkungan usaha yang kondusif • Mempercayai piranti lunak buatan lokal

13 SUBSEKTOR PASAR BARANG SENI

• Memperbanyak kurator seni yang berpengetahuan

• Memperjelas regulasi tentang batasan barang seni yang bisa diperdagangkan dengan yang dilindungi • Sosialisasi regulasi tsb • Memperkuat jaringan • Penegakan hukum antar pebisnis di • HAKI bidang pasar barang • Merevitalisasi musium- seni musim barang seni • Banyak mengikuti event internasional untuk ‘branding’

• Membuat event-event besar yang mempromosikan barang-barang seni Indonesia (ART FAIR) yang dikelola dengan baik • Banyak mengikuti event-event pasar barang seni internasional (seperti lelang, galeri, dsb) • Memberikan penghargaan bagi para seniman yang menghadilkan ‘barang seni’ maha karya

14 SUBSEKTOR KERAJINAN

• Memberantas 3 buta: buta bahasa Inggris, • Melakukan pelatihan buta komputer, desain, teknologi buta internet produksi, kewirausahaan, marketing, ekspor-impor • Menggiatkan riset dan budidaya bahan baku

• Self development: mengembangkan kapasitas usaha dengan cara mengikuti sosialisasi, mengikuti workshop desain, produksi, komersialisasi, & mekanisme • Memfasilitasi promosi pembiayaan dalam negeri: mall, • Melakukan sistem lokomotif- pameran gerbong, dari pengusaha • Memfasilitasi promosi luar besar ke pengusaha kecil negeri • Melakukan revitalisasi bahan baku • Mengintensifkan bantuan modal usaha SUBSEKTOR DESAIN

• Melakukan perbaikan- perbaikan kurikulum, menuju kurikulum berbasis • Menjamin terjadinya link and kreativitas, sejak pendidikan match antara industri dan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi, dalam hal pendidikan tinggi kompetensi lulusan, dan riset • Mengupayakan lahirnya ide, desain yang aplikatif konsep, produk dan prototipe desain baru, secara berkesinambungan • Aktif dalam asosiasi desain dunia, seperti ICSID, ICOGRADA, IFIAD • Melakukan riset kolaboratif • Menjalin jaringan yang baik desain dengan desainer lokal yang • Mengembangkan pendidikan telah berkelas internasional dan pelatihan desain

• Membentuk Forum Desain • Mengikutsertakan universitas Nasional sebagai media dan praktisi desain dalam komunikasi perumusan program-program • Membuat studi pasar untuk desain menentukan desain produk • Menyelenggarakan kompetisi yang sesuai dengan selera desain yang • Menghargai karya-karya desainer lokal dengan pasar tujuan berkesinambungan dan menggunakan jasa desainer lokal dalam berwibawa industri/proyek pemerintah • Memberikan insentif kepada • Mesponsori keikutsertaan desainer, dalam Perguruan Tinggi yang promosi, pengembangan, dan pameran desain mengembangkan desain yg di dunia internasional dapat diaplikasikan ke sektor • Mengupayakan standarisasi dan sertifikasi riil kecakapan untuk praktisi desain 16 SUBSEKTOR FESYEN

• Pusat Studi, Informasi & • Memperbanyak Sekolah di Teknologi Bidang Fesyen Bidang Fesyen • Memperbanyak Literatur Fesyen • Memperbaiki Kurikulum (diterjemahkan ke Bahasa Ind.) • Upgrading kualitas pengajar di • Perubahan Sistem Pendidikan Bidang Fesyen (pelatihan, bidang Fesyen lebih diarahkan seminar, beasiswa) pada eksplorasi (Studio)

• Lembaga Trend Mode Nasional • Konsursium Kerjasama ‘Triple • Menghasilkan produk- Helix’ produk berkualitas dengan brand yang kuat

• Memberikan penghargaan lebih pada pekerja kreatif • Tarif pajak yang berbeda bidang fesyen non-desainner antara produk lokal dengan • Banyak mengadakan lomba-lomba/kompetisi produk asing • Mengangkat fashion tradisional selain • Insentif baga penyelenggara • Membuat event-event promosi skala nasional, event-event promosi fesyen internasional (pameran, karnafal, festival, dsb) Indonesia • Promosi Produk Fesyen ke luar negeri • Memperbanyak ruang • Banyak mengikuti lomba-lomba skala internasional publik • HAKI 17 SUBSEKTOR FILM, VIDEO & FOTOGRAFI

Mengupayakan penguasaan teknologi produksi (digital sound) di dalam negeri

• Merancang kurikulum & • Mengoptimalkan pasar domestik metode belajar sejak sekolah melalui: dasar & menengah,  Fasilitasi penambahan layar membentuk mindset kreatif  Subsidi untuk menekan harga dan media literacy tiket, sehingga terjangkau • Menciptakan kritikus-kritikus masyarakat film berkualitas, melalui  Penegakan HKI lembaga pendidikan film  Peningkatan apresiasi • Kemudahan perijinan lokasi syuting. (Perijinan satu pintu) • Mengupayakan iklim persaingan • Menjaga semangat usaha yang sehat, terutama di demokrasi, keberagaman, rantai distribusi tidak ditekan salah satu • Mengatur pemotongan film/sensor unsur agama dilakukan di rumah produksi • Mengupayakan Festival Film • Membangun Lembaga Arsip Film yang berkesinambungan & Nasional berwibawa • Fasilitasi & pembiayaan untuk: film • Mencari bentuk yang tepat dokumenter, independen, asosiasi untuk sinergi triple helix: bridging film daerah Membangun sekolah film baru SUBSEKTOR PERMAINAN INTERAKTIF

• Memperbanyak jurusan yang • Membuat Laboratorium fokus di bidang ini (baru Binus, Game Interaktif Nasional UI, ITB)  memperbanyak SDM yang handal

• Meningkatkan kurikulum berbasis • Memperbanyak inkubator industri (siap kerja) • Memperbanyak Kompetisi • Memperbanyak dibidang permainan ‘edugames’ interaktif • Membangun iklim usaha yang kondusif melalui • Meningkatkan apresiasi kebijakan pajak bagi pekerja kreatif di • Mempermudah HAKI bidang ini • Meningkatkan kemampuan ‘bukan sekedar outsourcing’

• Membangun Cyber Park • Membuat event-event promosi skala nasional, internasional • Banyak mengikuti lomba-lomba skala internasional • Mengoptimalkan pasar dalam negeri dengan merebut kepercayaan 19 SUBSEKTOR MUSIK

• Perlu ditingkatkan intensitas • Membuat jaringan dengan untuk melakukan pertunjukan sekolah-sekolah kesenian di di pendidikan tinggi seni Luar negeri • Tenaga pendidik harus memiliki • Mengundang Praktisi musik kemampuan praktis dalam dan luar negeri untuk ikut mengajar di sekolah- sekolah musik • Membentuk pusat kebudayaan Indonesia di luar negeri untuk mempromosikan musik • CSR dan penyediaan Indonesia media publikasi bagi Musik • Memberikan bebas fiskal bagi tradisional ataupun ‘world para musisi yang akan bermain music’ di luar negeri • Label rekaman dapat lebih • Mengupayakan bahwa untuk menghargai musisi tentang perusahaan label rekaman hal royalti yang seharusnya transnasional yang berada di diberikan Indonesia, wajib • Memahami bentuk bisnis mendistribuskan 10% album musik di dunia digital musisi Indonesia di Luar negeri • Mensosialisasikan dan melakukan penegakan hukum • Pembuatan database mengenai musik mengenai pembajakan di tradisional Indonesia Indonesia • Mengadakan festival musik • Memanfaatkan hari musik 9 maret untuk • Keringanan atas stiker PPN tradisional meningkatkan image positif Indonesia di musik • Memberikan beasiswa kepada mata dunia • Mengupayakan konversi pajak peminat musik • Dibuat sebuah media informasi yang menjadi bentuk CSR bagi • Mempromosikan musik berbasis dapat diakses oleh triple helix sebagai Industri Musik khususnya budaya pada kegiatan nasional sarana komunikasi musik tradisional maupun internasional 20 SUBSEKTOR SENI PERTUNJUKAN

• Memperkenalkan seni • Merancang kurikulum & pertunjukkan di dunia metode belajar sejak sekolah pendidikan dasar & dasar & menengah, menengah membentuk mindset kreatif • Mengupayakan penguasaan teknologi pertunjukan • Kolaborasi I-B-G  I: terus berkarya  B: promosi (mengemas karya)  G: fasilitasi: ijin, tempat • Membentuk Dewan Kesenian Nasional: proporsi terbesar dari • Mengupayakan berdirinya pemerhati seni, dilengkapi televisi budaya unsur pemerintah dan seniman • Mengupayakan dana abadi untuk seni nonkomersial (konservasi) • Memberikan insentif pajak • Mengusahakan ruang publik, dan subsidi pada suatu dan art centre pertunjukan seni. Khususnya untuk peralatan pertunjukan yang mahal • Menyelenggarakan Festival yang berkesinambungan SUBSEKTOR PENERBITAN & PERCETAKAN

PENERBIT : • Mendefinisikan kembali • Mengadakan Kurikulum Tingkat Satuan pelatihan di bidang Pendidikan , penambahan penulisan, editing, pelajaran mengarang di dalam dsb kurikulum • Berani mengeluarkan buku-buku kreatif • Menyikapi tren penerbitan digital

• Merubah budaya lisan PENULIS : menjadi budaya tulis • Mengadakan pelatihan di bidang penulisan, editing, dsb • Meningkatkan perlindungan • Memperbaiki sikap bagi : ‘profesional dan • Pencipta (hak cipta) totalitas’ • Penerbit (iklim bisnis) • Pembaca (akses & • Banyak mengadakan lomba-lomba/kompetisi penulisan harga) • Memperbanyak pameran-pameran buku berkualitas dan • Tax insentif (pembebasan murah PPn Kertas, percetakan & • Memperbanyak ikut pameran-pameran di internasional penjualan media cetak) • Memperbanyak perpustakaan-perpustakaan • Mengurangi PPh 15 % • Kampanye Gemar Membaca • Mengatur discount 47,5 – 50 % buat distributor 22 SUBSEKTOR TELEVISI & RADIO

• Mengupayakan pemahaman yang sama dalam pengelolaan Sistem Stasiun Berjaringan

• Menyempurnakan kurikulum pendidikan penyiaran • Merancang kurikulum & metode belajar sejak sekolah dasar & menengah, membentuk mindset kreatif

• Melanjutkan Pilot Project peralihan teknologi analog ke digital • Menyempurnakan • Menyelenggarakan program pengawasan konten kemitraan televisi nasional penyiaran yang dan lokal, untuk seimbang antara edukasi mengembangkan televisi dan hiburan lokal • Menjamin iklim • TV & Radio Lokal persaingan usaha yang mengupayakan program dan sehat konten yang menarik, • Penegakan hukum radio- mengutamakan kearifan lokal radio ilegal • Memberdayakan pekerja TV & Radio freelance lokal SUBSEKTOR RISET & PENGEMBANGAN

• Membangun budaya meneliti dan mengembangkan di kampus-kampus • Melakukan program-program • Menyempurnakan kurikulum kemitraan antara perusahaan untuk membentuk mindset berskala besar dengan kreatif perusahaan start-up & inventor independen, dalam rangka pemberdayaan • Melanjutkan dan menambah pusat-pusat informasi mengenai riset yang telah dilakukan dan akan dilakukan • Menyempurnakan kebijakan dan • Menyusun program-program regulasi sistem penelitian dan penelitian dan pengembangan nasional, pengembangan yang dengan menjadikan kampus mendukung UKM sebagai pusat-pusat riset, didukung oleh lembaga- lembaga riset pemerintah dan • Mencari suatu bentuk swasta, sehingga terjadi linkage program sebagai insentif yang kuat antara: peraturan, untuk mencegah dan instansi dan kebutuhan mengubah kondisi brain- • Membangun dan mensosialisasi drain, menjadi brain sikap, dimana riset dan circulation pengembangan adalah motor • Sedapat mungkin memberdayakan industri R • Mencari bentuk kemitraan, penggerak kemajuan setiap & D lokal, dengan mengkonsumsi jasa-jasa agar para peneliti nasional industri yang diberikan industri tersebut yang berkelas di luar negeri, • Pembentukan wadah profesi • Membantu pembiayaan aktivitas riset dan bisa berbagi pengalaman peneliti dan pengembang, pengembangan, khususnya di universitas- (kuliah & proyek bersama) di sebagai tempat knowledge & universitas, termasuk alternatif melalui CSR dalam negeri experience sharing 24 LANGKAH PENGEMBANGAN SELANJUTNYA

• Melanjutkan sosialisasi oleh triple helix (pemangku kepentingan) terus menerus termasuk ke daerah • Implementasi cetak biru pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 (plus “quick wins” yang dapat dilakukan dalam 1-2 tahun kedepan) • Pemerintah: mekanisme koordinasi (kemungkinan INPRES atau PERPRES), program aksi oleh masing-masing Instansi Pemerintah Pusat (dan juga oleh Pemda - sudah ada yang melakukan e.g. Jawa Barat) • Intelektual: penyempurnaan kurikulum dan membentuk mindset kreatif sejak usia dini, dll • Bisnis: pembiayaan (bagaimana perbankan paham, bagaimana dengan modal ventura, modus lain spt dana abadi dll), komersialisasi, apresiasi terhadap desain dan R&D dll.

25 CONTOH ‘QUICK WIN’

• Peningkatan penghargaan terhadap insan kreatif: mengadakan Sayembara desain arsitektur, desain produk, film animasi • Revitalisasi ruang publik • Mendukung pengembangan kota kreatif, misal: mendukung Bandung Creative City, Jakarta Kota Tua, Bali Creative Forum, Jember Fashion Festival, Solo Batik Festival,dsb • Membentuk pusat kebudayaan Indonesia di luar negeri • Acara /kegiatan yang sudah ada (mohon dukungan) • Pameran industri kreatif • Pembuatan Portal Industri Kreatif • World Music Festival (Tentative Bulan Maret 2009 dikaitkan dengan Jazz Festival)

26 SELESAI

27