PENGEMBANGAN POTENSI AYAM LOKAL UNTUK MENUNJANG PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI

Achmad Gozali Nataamijaya

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor 16114 Telp. (0251) 8351277, Faks. (0251) 8350928, E-mail: [email protected]

Diajukan: 28 Januari 2010; Diterima: 29 Juni 2010

ABSTRAK

Ayam lokal memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi bibit unggul dalam upaya menunjang ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani. Di Indonesia dilaporkan terdapat 32 jenis ayam lokal (ecotype) dan masing-masing jenis memiliki keunggulan tersendiri, seperti ayam pelung, sentul, kedu, merawang, gaok, dan nusa penida. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan (Gallus gallus) dan dapat dikelompokkan menjadi tipe pedaging, petelur, dwiguna, atau sebagai ayam hias atau kegemaran. Pemerintah perlu memberikan prioritas lebih besar karena pemeliharaan ayam lokal melibatkan sebagian besar petani di perdesaan. Usaha ternak ayam lokal dapat dikembangkan dengan menerapkan teknologi maju sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan peternak. Penyakit pada ayam lokal umumnya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, protozoa, dan parasit. Namun, ayam lokal umumnya lebih tahan terhadap penyakit, terutama penyakit (AI) atau flu burung, dibanding ayam ras karena memiliki persentase gen antivirus (Mx+) yang lebih tinggi. Program pemuliaan untuk membentuk galur ayam lokal yang tahan terhadap penyakit, terutama AI dan tetelo atau newcastle disease (ND), perlu direalisasikan dan didukung dengan program pengendalian penyakit menular. Kata kunci: Ayam lokal, tampilan reproduksi, persilangan, usaha ternak, kesejahteraan petani

ABSTRACT

Native potential development for supporting farmers' welfare improvement

Indonesian native chickens have very good potential to be developed to create a commercial strain for supporting food security and to improve farmers' welfare. So far, at least 32 ecotypes of native chickens were documented. Each of them has special characteristics, e.g. pelung, sentul, kedu, merawang, gaok, and nusa penida. Most of the local chickens were resulted from domestication of Gallus gallus since hundred years ago. The birds could be classified into several types, i.e. meat, egg layer, dual purpose, and fancy. Government attention for developing these native chickens is limited, even though native keeping activity involves most of the farmers in the villages. Native chicken diseases are commonly caused by infections of viruses, bacteria, protozoa, and parasites, however native chickens have better resistance to diseases especially avian influenza (AI) because its body contains higher percentage of Mx+ gene compared with the imported hybrid chicken. Selection for resistance toward AI and newcastle disease should be implemented and supported with disease control program. Keywords: Native chickens, reproductive performance, crossbreeding, farming, farmers' welfare

ermintaan terhadap produk peter- hadap PDB nasional sebesar 1%. Se- budi daya yang tidak efisien. Di negara P nakan meningkat setiap tahun se- bagian besar (98%) produksi telur berasal berkembang, usaha ternak ayam lokal iring dengan bertambahnya jumlah pen- dari peternakan ayam ras (Badan Pusat berperan penting dalam meningkatkan duduk serta meningkatnya pengetahuan Statistik 2007). pendapatan masyarakat karena usaha dan kesadaran masyarakat tentang pen- Ayam peliharaan dari daerah tropis tersebut melibatkan sebagian besar tingnya mengonsumsi pangan yang merupakan sumber pangan paling penting penduduk miskin (Sonaiya 2007). bergizi. Pada tahun 2006, kontribusi di dunia (National Research Council 1993). Industri peternakan ayam ras di produk peternakan (daging, telur, dan Namun, usaha peternakan ayam lokal Indonesia berkembang pesat, namun susu) terhadap Produk Domestik Bruto belum berkembang antara lain karena masih sangat bergantung pada pasokan (PDB) pertanian mencapai 7% dan ter- belum tersedianya bibit unggul serta cara bibit dan bahan baku pakan dari luar negeri

Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010 131 sehingga kurang mampu menjaga keda- Asal Usul Ayam Peliharaan tahun yang lalu. Ayam lokal yang tidak ulatan pangan masyarakat Indonesia. memiliki karakteristik khusus disebut Pasokan bahan baku pakan, terutama Berdasarkan analisis variasi sekuen D- sebagai ayam kampung. Masyarakat jagung (80%) dan bungkil kedelai (87%), loop mitokondria diketahui bahwa domes- perdesaan umumnya memelihara ayam masih diimpor. Di lain pihak, pasokan tikasi ayam dimulai di Asia Selatan kampung untuk mendapatkan daging, jagung, kedelai, dan bungkil kedelai di (Lembah Indus) dan lembah Sungai telur maupun sebagai tabungan yang pasar dunia makin berkurang dan harga- Kuning/Henan Cina (Hanotte 2002) dan sewaktu-waktu dapat diuangkan. nya mahal. Akibatnya, banyak peternak Indonesia (Sulandari et al. 2007). Ayam Ayam lokal dapat digolongkan se- yang gulung tikar sehingga ketersediaan lokal di Eropa, Afrika, dan negara-negara bagai tipe pedaging (pelung, nagrak, produk ternak (susu, daging, dan telur) Timur Tengah (Turki, Suriah, Yordania, gaok, dan sedayu), petelur (kedu hitam, makin menurun dan harganya melonjak. Israel, Palestina, Irak, Georgia, Armenia, kedu putih, nusa penida, nunukan, Keadaan ini akan semakin parah pada saat dan Azerbaijan) berasal dari Asia Selatan, merawang, wareng, dan ayam sumatera), mulai diberlakukannya World Trade sedangkan ayam lokal Jepang berasal dan dwiguna (ayam sentul, bangkalan, Organization (WTO) 2020, yang memung- dari Cina (Hanotte 2002). Ayam lokal olagan, kampung, ayunai, melayu, dan kinkan produk impor dengan segala ke- Indonesia merupakan hasil domestikasi ayam siem). Selain itu dikenal pula ayam unggulannya menyerbu pasar Indonesia. ayam hutan merah (Gallus gallus) oleh tipe petarung (ayam banten, ciparage, Kondisi ini dapat dihindari dengan penduduk setempat dan memiliki ciri yang tolaki, dan bangkok) dan ternak kegemar- memacu produktivitas dan kualitas sangat berbeda dengan ayam dari negara an/hias, seperti ayam pelung, gaok, tu- produk serta memberdayakan sumber lain (Sulandari et al. 2007). kung, burgo, bekisar, dan walik (Gambar daya lokal, antara lain ayam lokal. Ayam 1; Tabel 1). lokal merupakan tulang punggung Ayam lokal merupakan aset yang perekonomian masyarakat miskin, khu- Ayam Lokal lndonesia sangat berharga dalam pembentukan bibit susnya di perdesaan. unggul ayam lokal yang terbukti mampu Pengembangan ayam lokal di Indo- Di Indonesia terdapat berbagai jenis ayam beradaptasi pada lingkungan setempat nesia hendaknya diarahkan pada pening- lokal, baik yang asli maupun hasil adaptasi (Nataamijaya 2000). Peningkatan produk- katan skala kepemilikan dan perbaikan yang dilakukan puluhan bahkan ratusan tivitas ayam melalui manipulasi genetik, teknik budi daya dengan mengubah pola pemeliharaan dari pola ekstensif tradi- sional (sistem umbaran) ke usaha intensif komersial sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan kesempatan kerja. Upaya pengembangan tersebut diha- rapkan pula dapat menggairahkan pereko- nomian dan sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di perdesaan, karena Indonesia memiliki sumber daya alam yang memadai untuk menciptakan bibit unggul, bahan pakan, dan obat-obatan yang dibutuh- kan dalam industri peternakan ayam modern, intensif, dan efisien. Tulisan ini menguraikan perkembangan hasil penelitian ayam lokal dalam upaya pe- ngembangan ayam lokal di Indonesia.

SUMBER DAYA GENETIK AYAM LOKAL

Ayam lokal berperan penting sebagai bahan pangan sumber protein, selain sebagai tabungan waktu paceklik, dan ternak kesayangan. Ayam lokal juga bermanfaat sebagai sumber daya genetik yang sangat berharga sehingga perlu di- lestarikan dan dikembangkan. Di banyak tempat, ayam lokal merupakan salah satu Gambar 1. Beberapa jenis ayam lokal Indonesia, ayam bangkok (a), ayam pelung pelengkap dalam upacara tradisional dan (b), ayam hutan hijau (c), ayam kampung (d), ayam kedu hitam (e), dan keagamaan. ayam Nunukan (f).

132 Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010 PRODUKTIVITAS DAN Tabel 1. Ayam lokal, daerah asal, dan potensi pemanfaatannya. PENYAKIT AYAM LOKAL

Nama Daerah asal Potensi pemanfaatan Produktivitas ayam lokal pada pemeliha- Pelung Cianjur Daging, suara raan secara tradisional bervariasi, tetapi Sentul Ciamis Dwiguna sampai batas tertentu sesuai dengan input Nagrak Sukabumi Daging yang diberikan. Sistem tersebut memer- Banten Banten Petarung Ciparage Karawang Petarung lukan lahan pekarangan yang luas agar Siem Jawa Dwiguna tidak mengganggu lingkungan perumah- Wareng Jawa Petelur an. Agar ayam lokal dapat diternakkan Kedu hitam Temanggung Petelur secara efisien dan menguntungkan, perlu Kedu putih Temanggung Petelur upaya meningkatkan produktivitasnya. Kedu cemani Temanggung Obat tradisional Sedayu Magelang Pedaging Gaok Madura Daging Produktivitas Bangkalan Madura Dwiguna Olagan Bali Dwiguna Nusa penida Bali Petelur Ayam lokal Indonesia dikenal memiliki Nunukan Kalimantan Timur Petelur keunggulan sehingga pada zaman pen- Ayunai Merauke Dwiguna jajahan diekspor dan dikembangkan di Tolaki Sulawesi Selatan Petarung banyak negara, seperti ayam kedu hitam Tukung Kalimantan Barat Hias yang dikembangkan di Amerika Serikat Sumatera Sumatera Bagian Tengah Petelur Burgo Sumatera Selatan Hias menjadi black java atau black giant. Merawang Sumatera Selatan Petelur Sebagian masyarakat juga memercayai Kukuak balenggek Sumatera Barat Suara ayam kedu cemani sebagai bahan obat Melayu Sumatera Utara Dwiguna tradisional sehingga bernilai jual tinggi. Bangkok Tersebar Petarung Ayam sumatera juga dikembangkan di Bekisar Madura Suara Walik/Rintit Tersebar Hias Belanda menjadi ayam hias unggul Kampung Tersebar Dwiguna (Sastroamidjojo 1971), namun di Indonesia Galus varius Jawa, Bali, Sumatera Satwa langka belum mendapat perhatian. Galus galus Jawa, Bali, NTB, NTT Satwa langka Dengan sistem umbaran, tanpa biaya Maleo Sulawesi Tengah, Maluku Satwa langka produksi disertai ancaman predator dan Sumber: Nataamijaya (2000). penyakit, ayam kampung masih mampu menghasilkan 3040 butir telur setiap tahun, dengan bobot badan 1,201,50 kg (Kingston 1979, Nataamijaya et al. 1986). Produktivitas ayam lokal pada fisiologis, dan lingkungan dapat menu- patan tunai pada musim kemarau panjang. umumnya masih di bawah potensi gene- runkan keragaman sumber daya genetik Hasil penelitian di Batumarta, Sumatera tiknya. Ayam pelung dan ayam sentul, ternak. Oleh karena itu, konservasi Selatan, menunjukkan bahwa komposisi misalnya, bobot badannya pada umur 20 sumber daya genetik untuk memper- populasi ayam lokal yang dipelihara minggu masing-masing dapat mencapai tahankan keragaman genetik perlu peternak pada umumnya adalah pejantan 2,20 kg dan 1,60 kg bila dipelihara secara dilakukan secara berkelanjutan (National 4,50%, induk betina 15%, ayam muda 57%, intensif. Bila dipelihara dengan cara di- Research Council 1993). dan anak ayam 25% (Nataamijaya et al. umbar, bobot badan kedua jenis ayam Ayam lokal, terutama ayam lokal 1986). Dari total populasi ayam lokal 290 tersebut pada umur yang sama masing- spesifik, perlu dilindungi dari pengu- juta ekor di Indonesia, sekitar 43 juta ekor masing hanya 1,60 kg dan 1,10 kg. Ayam rasan populasi yang dapat berujung pada di antaranya adalah induk betina. Apabila kedu dan ayam sentul masing-masing kepunahan (Nataamijaya 2006). Sebagai kita mampu memperbaiki cara budi daya mampu menghasilkan telur lebih dari 200 contoh, populasi ayam sentul saat ini dengan menerapkan biosecurity, vak- dan 150 butir/tahun bila dipelihara secara diperkirakan kurang dari 1.000 ekor, ayam sinasi, dan pemakaian creep feeder untuk intensif, namun dengan sistem umbaran kedu putih kurang dari 100 ekor, dan ayam anak ayam pada 20 juta ekor induk saja hanya menghasilkan telur 60 dan 50 butir ciparage sudah punah. Konservasi juga maka dalam satu tahun penyelamatan aset setahun (Nataamijaya 1985; Nataamijaya harus dilakukan karena adanya dua dan nilai tambah yang diperoleh tidak dan Diwyanto 1994; Nataamijaya 1996, tantangan yang perlu diatasi, yaitu kurang dari Rp5 triliun. Penggunaan creep 2000; Nataamijaya et al. 2003). permintaan akan produk ternak yang terus feeder dimaksudkan agar hanya anak meningkat serta berkurangnya sumber ayam yang dapat mengonsumsi pakan daya genetik di hampir seluruh dunia yang khusus diperuntukkan bagi anak Penyakit (Subandriyo 2003). ayam. Hal ini karena kematian anak ayam Ayam lokal memiliki peran yang sangat pada pemeliharaan secara tradisional Meskipun produktivitasnya rendah, penting dalam kehidupan masyarakat. antara lain karena kalah bersaing dengan ayam lokal Indonesia memiliki keunggulan Bahkan di banyak daerah, ayam lokal ayam dewasa dalam memperoleh pakan tersendiri. Sulandari et al. (2007) menya- merupakan satu-satunya sumber penda- (Nataamijaya et al. 1986). takan bahwa 63% ayam lokal Indonesia

Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010 133 tahan terhadap virus highly pathogenic 80 g protein/kapita/hari dan 50% di lebih tinggi dibandingkan dengan ayam H5N1 avian influenza (HPAI virus) atau antaranya adalah protein hewani (ikan, lokal spesifik lokasi, namun laju per- flu burung karena memiliki frekuensi gen susu, daging, dan telur), untuk mencukupi tumbuhan badannya lambat. Untuk itu, antivirus Mx+ yang lebih tinggi (Seyama kebutuhan 200 juta penduduk dibutuh- dilakukan persilangan ayam pelung et al. 2006). Sebagai contoh, gen Mx+ kan 292 miliar g protein hewani. Sekitar jantan dengan ayam kampung betina di ayam kedu cemani sebesar 0,89, pelung 10% dari kebutuhan tersebut diharapkan daerah transmigrasi Batumarta Sumatera 0,75, dan merawang 0,75 sehingga lebih berasal dari daging ayam lokal. Dengan Selatan. Kegiatan ini menghasilkan tahan terhadap penyakit AI dibandingkan demikian, produksi daging ayam lokal keturunan yang pada umur 20 minggu dengan ayam petelur coklat (0,35), harus mencapai 1,46 juta ton yang dapat pertumbuhan badannya 20% lebih cepat (0,20), ayam lokal Cina (0,22), dan ayam diperoleh dari minimal 7,30 miliar ekor dibanding ayam lokal. Sebagai tetua dan lokal Afrika (0,44). Seluruh virus in- ayam lokal pedaging tiap tahun. Bila 10% sumber daya genetik, ayam pelung asli fluenza pada ternak peliharaan termasuk kebutuhan protein hewani diperoleh dari tetap dipertahankan serta dikembang- tipe A, yaitu tipe yang paling sering telur ayam lokal, diperlukan sekitar 16 biakkan dan telah menjadi situs peles- menimbulkan wabah dan menulari miliar ekor ayam lokal petelur yang tarian sumber daya genetik dan pem- manusia, bahkan telah memakan korban produktif setiap tahun. Oleh karena itu, bibitan pertama di Sumatera (Nataamijaya jutaan jiwa (WHO 2009). ayam lokal mempunyai prospek pasar dan Diwyanto 1994). Penyakit lain yang sering menyerang yang sangat baik. Usaha peternakan Salah satu kelebihan ayam pelung ayam dan menimbulkan kerugian besar ayam lokal akan membuka peluang kerja adalah suaranya merdu dan khas. Suara adalah penyakit yang disebabkan oleh yang besar karena bersifat padat karya ayam pelung dapat dibagi ke dalam virus, seperti tetelo (newcastle disease/ dibandingkan industri ayam ras yang beberapa kategori sebagai dasar dalam ND) (Orsi et al. 2010), cacar (avian pox) bersifat padat modal. penilaian kualitas suara, yaitu kukudur, (Islam et al. 2008), gumboro (infectious kukulir, dan tetelur (Jarmani dan Nata- bursal disease) (Mazengia et al. 2009), amijaya 1996). dan infectious bronchitis (Jones 1997), UPAYA PENINGKATAN Menurut Gunawan et al. (1998), marek (Lobago dan Woldemeskel 2004), PRODUKTIVITAS generasi pertama (F1) persilangan ayam serta penyakit yang disebabkan oleh AYAM LOKAL pelung jantan dengan ayam kampung bakteri, yaitu coryza/snot (Mouahid et al. betina menghasilkan pertambahan bobot 1991), berak kapur/pulorum (Damayanti et badan 85,90 g/ekor (9%) pada umur 12 Untuk meningkatkan produktivitas ayam al. 2009), kolera (Zhang et al. 2004), minggu, dengan koefisien variasi yang lokal diperlukan upaya perbaikan mutu chronic respiratory disease/CRD, dan lebih baik (5,95% vs. 8,61%). Sartika et al. genetik, pakan, budi daya, dan pengen- Colibacillosis (Rahman et al. 2004). (2002) yang menyeleksi sifat mengeram dalian penyakit. Hal ini dapat dilakukan Penyakit juga disebabkan oleh protozoa ayam kampung berhasil meningkat- dengan memanfaatkan hasil-hasil pene- seperti koksidiosis (Marusich et al. 1972) kan produksi telur dari 29,53% menjadi litian ayam lokal yang telah dilakukan di atau parasit seperti cacingan (Damayanti 48,89% pada generasi ketiga selama 6 Indonesia. et al. 2009). bulan masa produksi. Nataamijaya (2000) telah mendo- Perbaikan Mutu Genetik kumentasikan 32 rumpun ayam lokal PROSPEK PASAR PRODUK Indonesia (Tabel 1). Sulandari et al. (2007) AYAM LOKAL Untuk memperbaiki mutu genetik ayam juga telah melakukan karakterisasi lokal, kelompok peternak dan Dinas molekuler terhadap ayam lokal Indo- Pada tahun 1990, dari kontribusi penye- Peternakan Kabupaten Cianjur, misalnya, nesia. Seleksi terhadap sifat mengeram diaan daging unggas sebesar 29,50%, melakukan kerja sama pembibitan, per- menunjukkan bahwa ayam kampung ayam lokal menyumbang 21,30%, ayam ras kandangan, perbaikan pakan, pengen- memberikan respons 5,20% selama 6 pedaging 5,40%, ayam ras petelur 1,70%, dalian penyakit, biosekuriti, dan peles- bulan masa seleksi pada generasi pertama. dan itik 1%. Ternak bukan unggas (sapi, tarian sumber daya genetik ayam pelung Dengan metode marker assisted selec- kerbau, kambing, domba, dan babi) (Nataamijaya 1985). Kegiatan ini bertujuan tion (MAS), respons seleksi mencapai menyumbang produksi daging 70,50%. untuk mencegah kepunahan ayam dan 50% pada generasi ketiga (Sartika et al. Pada tahun 2006, kontribusi daging cacat fisik akibat inbreeding. Selain itu, 2004), sesuai dengan pendapat Meu- unggas meningkat menjadi 65,60%, melalui program grading up menggunakan wissen (2003) dan Solberg et al. (2008). yaitu dari ayam lokal 15,70%, ayam ras ayam pelung jantan sampai generasi Karakterisasi terhadap warna bulu pedaging 46,20%, ayam ras petelur 2,60%, ketiga, ayam kampung di Sukabumi, Jawa memperlihatkan bahwa tingkat ke- dan itik 1,10%, sedangkan dari ternak Barat, menghasilkan keturunan yang seragaman warna bulu ayam pelung dan bukan unggas menurun menjadi hanya pertumbuhan badannya meningkat 40 ayam sentul cukup tinggi, mencapai 75%. 34,40% (Badan Pusat Statistik 2007). 60% lebih cepat dibanding ayam kam- Hal ini merupakan modal awal yang baik Untuk mencapai konsumsi protein pung sehingga meningkatkan penda- dalam upaya pembentukan bangsa ayam bermutu tinggi, sesuai dengan norma patan peternak minimal 50% (Nataami- lokal unggul (Nataamijaya 2005). kecukupan protein hewani, maka laju jaya et al. 1993b). Kualitas semen ayam lokal tergolong konsumsi produk ayam lokal, baik daging Ayam lokal Indonesia mempunyai baik dengan konsentrasi spermatozoa maupun telur, perlu ditingkatkan.Apabila karakteristik morfologis dan produksi 1,80 miliar/ml, motilitas 3,39 dari skala 4, setiap orang ditargetkan mengonsumsi yang berbeda. Populasi ayam kampung jumlah spermatozoa hidup 75,40%, dan

134 Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010 pH 7,80 (Nataamijaya et al. 2005). Data kasar dengan energi metabolis 2.400 Program tersebut berhasil meningkatkan ini menunjukkan bahwa ayam lokal 2.500 kkal/kg pakan, disesuaikan dengan produksi daging dan telur sehingga usaha tidak memiliki hambatan dalam hal tingkat produktivitas dan kondisi ling- ternak ayam lokal pada saat itu ber- kesuburan, walaupun tidak sebaik ayam kungan setempat. Pada masa pertum- kembang dengan pesat. Pada saat terjadi ras yang spermatozoa hidupnya men- buhan, diperlukan pakan dengan kadar krisis moneter tahun 1997, usaha peter- capai 87% (Partyka et al. 2007). Di masa protein kasar 1418% dan energi meta- nakan ayam ras sebagian besar tidak mendatang, perlu diupayakan program bolis 2.6002.800 kkal/kg (Nataamijaya mampu bertahan. Namun, peternak ayam pemuliaan dengan memanfaatkan tekno- et al. 1988; Gultom et al. 1989; Widodo lokal masih tetap bertahan karena sebagian logi MAS untuk menghasilkan ayam lokal dan Sudjarwo 1989). Optimalisasi protein besar input produksi seperti bibit, pakan, yang berproduktivitas tinggi dan tahan kasar dan energi metabolis dalam pakan dan vaksin berasal dari bahan baku lokal. terhadap penyakit menular yang mema- dapat menurunkan harga pakan yang Untuk meningkatkan produksi ayam tikan, seperti AI dan ND. nilainya mencapai 70% dari total biaya lokal, Nataamijaya et al. (1986) memper- Upaya memperbaiki sifat genetik ayam produksi sehingga meningkatkan keun- kenalkan sistem pemeliharaan setengah kampung melalui persilangan dengan tungan peternak 1020% (Nataamijaya terkurung di daerah transmigrasi Batu- ayam ras juga telah dilakukan di Sulawesi 1988). Untuk menurunkan biaya pakan, marta. Pada saat tanaman pangan masih Selatan, dan menghasilkan keturunan jagung dapat disubstitusi dengan tepung rentan terhadap gangguan unggas, ayam yang disebut Kalosi Pute. Ayam ini mulai sagu sebanyak 20% dari total formula dibatasi ruang geraknya di sekitar bertelur pada umur 5,50 bulan dan mampu pakan sehingga menghemat biaya pakan halaman kandang yang dipagari dan menghasilkan telur 180 butir/tahun sampai 15% (Nataamijaya et al. 1988). diberi pakan 75 g untuk dewasa, 40 g (Anonim 1996). Sumber pakan lainnya adalah bungkil untuk yang muda, dan 25 g untuk anak inti sawit (Iman-Rahayu 2002), glirisidia per ekor per hari. Selepas periode tersebut (Odunsi et al. 2002), kulit ubi kayu (Salami ayam dilepas agar mampu mencari pakan Perbaikan Pakan dan Odunsi 2003), eceng gondok (Soehar- tambahan di sekitar pekarangan rumah. sono 1979), lumpur sawit (Sinurat et al. Kandang dibangun secara sederhana Pakan khusus ayam lokal sulit diperoleh 2001), onggok (Supriyati et al. 2003), dan dengan memerhatikan persyaratan keber- di perdesaan sehingga peternak meng- cassapro (Ginting et al. 2002). Kulit buah sihan kandang. Pengendalian penyakit gunakan pakan ayam ras yang harganya kakao (KBK) sangat berpotensi sebagai dilakukan dengan vaksinasi ND strain La mahal dan tidak efisien. Untuk mengatasi bahan pakan alternatif mengingat keter- Sota dan pengobatan dengan sulfa dan masalah tersebut, pakan ayam ras petelur sediaannya cukup banyak (luas areal antibiotik untuk penyakit parasit dan 100% hendaknya hanya diberikan pada kakao 992.448 ha dengan produksi bakteri. Dengan sistem ini, produksi telur anak ayam lokal sampai umur 1 minggu. buah 560.800 t/tahun) dan mempunyai meningkat 40%, produksi anak ayam Selanjutnya, pakan dicampur dedak halus kandungan nutrisi yang baik. KBK pada umur potong meningkat 250%, dengan rasio 1 : 1, ditambah Ca (2%) dan yang telah difermentasi meningkat kadar tingkat kematian turun 44%, dan pen- P (1 %) (Nataamijaya et al. 1992). Cara ini protein kasarnya dari 9,88% menjadi dapatan dari penjualan ayam siap potong dapat menghemat biaya pakan 25% dan 17,12% dengan energi metabolis 2.100 meningkat 200%. Selain itu, tanaman ter- meningkatkan pendapatan sekitar 30%. kkal/kg (Soeharto 2007). hindar dari kerusakan akibat gangguan Penambahan vitamin D-3 600 IU/kg Ayam lokal mempunyai kebutuhan ayam. pakan dapat mencegah defisiensi vitamin nutrisi yang berbeda. Konsumsi energi Dengan sistem semiintensif, produksi D-3 akibat pemberian pakan yang bermutu per kg bobot badan pada ayam pelung, telur ayam pelung meningkat lebih dari rendah (Nataamijaya et al. 1993a). gaok, sentul, kedu putih, kedu hitam, 200%, dari sekitar 30 butir menjadi lebih Penambahan mineral Ca dan P dengan dan wareng berturut-turut adalah 0,14; dari 90 butir/ekor/tahun, dan daya tetas rasio 3,40% : 1,70% diperlukan untuk 0,16; 0,18; 0,22; dan 0,22 kkal (Nata- telur meningkat 86,40% (Nataamijaya et mempertahankan kualitas telur ayam amijaya dan Diwyanto 1994). Menurut al.1989). Sistem integrasi tanaman kampung yang dipelihara secara intensif Chambers (1990), makin cepat pertum- pangan, perkebunan, sapi, kambing, dan (Nataamijaya et al. 1995b). Pemberian buhan ayam, makin efisien pemanfaatan ayam lokal meningkatkan pendapatan rumput lapangan dan rumput raja 20 g/ pakannya. petani di daerah transmigrasi Batumarta ekor/hari sebagai sumber xantofil memper- sebesar 25% (Ismail et al. 1987). Keun- baiki warna kuning telur mendekati warna tungan lain yang diperoleh petani yang kuning yang disukai konsumen (skor > 9) Perbaikan Budi Daya tergabung dalam kelompok adalah lebih sehingga nilai jualnya 10% lebih tinggi mudah memperoleh informasi, modal, dan (Nataamijaya 2006). Pemberian vitamin E Sebelum tahun 1980-an, sistem peme- sarana produksi, selain posisi tawar lebih 8 IU/ekor/hari memperbaiki kualitas liharaan semiintensif meningkatkan kuat (Syukur 1993, 2006). semen ayam pelung dan ayam lokal produktivitas ayam lokal lebih dari 100%, Peternak ayam lokal yang tergabung (Arscott dan Parker 1965; Nataamijaya et walaupun angka kematian masih cukup dalam kelompok lebih mudah mengadopsi al. 2005). tinggi, yaitu sekitar 20% (Nataamijaya teknologi yang diintroduksikan sehingga Kandungan protein kasar dan energi 2000). Pada awal tahun 1980-an, pe- produksi dan pendapatan meningkat metabolis menentukan kualitas pakan, merintah melalui Dinas Peternakan mem- lebih dari 50% (Nataamijaya et al. 1986; kinerja ayam, dan efisiensi produksi. perkenalkan program intensifikasi ayam Dirdjopratono et al. 1989). Kelompok Dalam pemeliharaan secara intensif, ayam buras (Intab) dan intensifikasi vaksinasi wanita tani “Wargi Saluyu” di Kecamatan betina lokal memerlukan 1315% protein (Invak) (Nataamijaya dan Jarmani 1992). Cisaga, Kabupaten Ciamis, misalnya,

Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010 135 mampu memperoleh laba sebesar 63% sebesar 60% (Nataamijaya et al. 1999). diidentifikasi dan teknologi budi daya dari modal usaha pemeliharaan ayam Penambahan tepung bawang putih 0,02% untuk meningkatkan produksinya telah sentul secara intensif (Nataamijaya et al. dalam pakan meningkatkan kinerja dan tersedia. 1995a). Usaha ternak ayam lokal yang mengurangi angka kematian anak ayam Ayam lokal memiliki ketahanan yang terintegrasi dengan tanaman layak hingga 0% (Nataamijaya dan Muhammad lebih baik terhadap penyakit, terutama AI, dikembangkan dengan menerapkan azas 2001). Penambahan tepung kencur 0,50% dibanding ayam ras pada umumnya nir limbah dan input minimal, disertai dan tepung bawang putih 0,02% men- karena memiliki frekuensi gen antivirus kegiatan agribisnis berkelanjutan yang cegah kematian akibat penyakit dan Mx+ yang lebih banyak. Pemberian obat dilakukan secara berkelompok. meningkatkan pendapatan sebesar 25% alami dapat mencegah penyakit akibat (Bintang dan Nataamijaya 2003). Pem- infeksi virus, parasit, protozoa, dan Pengendalian Penyakit berian tepung lempuyang 0,08% dalam bakteri. pakan menurunkan angka kematian dan Program pemuliaan untuk membentuk Good farming practices dan biosekuriti meningkatkan pendapatan sebesar 15% galur ayam lokal yang tahan terhadap sulit diterapkan pada pemeliharaan ayam (Jarmani dan Nataamijaya 2003). Senyawa penyakit, terutama AI dan ND, perlu lokal secara umbaran. Namun, dengan aktif dalam tanaman obat yang berfungsi segera direalisasikan. Potensi sumber daya pendayagunaan kelompok peternak sebagai antimikroba adalah kurkumin genetik untuk meningkatkan produksi disertai dengan program yang berke- pada kunyit dan alisin pada bawang pu- ayam lokal sangat besar dan prospeknya lanjutan, angka kematian ayam menurun tih (Mirkin 2007), sedangkan antiradang sangat baik. Sebagian besar (63%) ayam hampir mencapai 70% di daerah trans- zerumbon terdapat pada lempuyang lokal tahan terhadap virus AI sehingga migrasi Batumarta (Nataamijaya et al. (Agung 2008). Pemanfaatan tanaman tindakan pemusnahan sebaiknya dila- 1986). Vaksinasi ND pada ayam lokal berkhasiat obat/fitofarmaka sangat kukan hanya terhadap ayam yang positif dapat meningkatkan pendapatan (Kitalyi penting seiring meningkatnya kesadaran tertular berdasarkan hasil pengujian. 1995), sedangkan untuk mencegah konsumen akan bahaya residu obat kimia Dibutuhkan strategi, kebijakan, dan penyakit yang disebabkan oleh cacing, pada produk pangan. program aksi yang sesuai dengan kondisi protozoa, dan bakteri dapat menggunakan dan potensi wilayah, serta penanganan obat-obatan sulfa dan antibiotik (North penyakit menular yang terintegrasi. 1978). Diseminasi teknologi produksi ayam Potensi khasiat obat-obat alami/ KESIMPULAN DAN SARAN lokal perlu dilakukan secara cepat dan fitofarmaka juga terus digali. Pemberian tepat sasaran. Pemerintah berperan pen- kunyit pada pakan dengan proporsi 0,02% Usaha peternakan ayam lokal perlu ting dalam penyediaan modal usaha dan lempuyang 0,08% dapat mencegah dikembangkan dengan menerapkan ternak ayam lokal untuk meningkatkan kematian akibat penyakit dan mening- teknologi yang mampu meningkatkan skala usaha. Diperlukan stratifikasi katkan kinerja sehingga menambah produktivitas dan pendapatan peternak. wilayah pengembangan ayam lokal di pendapatan dari penjualan anak ayam Berbagai rumpun ayam lokal telah perdesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, E.A. 2008. Artikel kesehatan alternatif. Chambers, J.R. 1990. Genetics of growth and riner, 30 September1 Oktober. 2002. Balai Artikel Alternatif.blogspot.com/2008.01. meat production in chickens. p. 599611. Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor. 01.archive.html. [25 Mei 2009]. In R.D. Crawford (Ed.). Poultry Breeding Gultom, D., D. Wiloeto, dan Primasari. 1989. and Genetics. Elsevier Science Publishers Anonim. 1996. Profil peternakan ayam buras Protein dan energi rendah dalam ransum Amsterdam. CV Fauna Mulia Jaya. Gelar Teknologi ayam buras periode bertelur. hlm. 5153. Perunggasan Agribisnis II KTI, Ujung Damayanti, E., A. Sofyan, H. Julendra, and T. Prosiding Seminar Nasional tentang Unggas Pandang, Oktober 1996. Untari. 2009. The use of earthworm meal Lokal, Semarang, 28 September 1989. Fa- (Lumbricus rubel/us) as antipullorum agent kultas Peternakan Universitas Diponegoro, Arscott, G.H. and J.E. Parker. 1965. Effect of in feed additive of broiler chickens. JITV Semarang. dietary linoleic acid, vitamin E and 14(2): 8389. ethoxyquin on fertility of male chickens. J. Gunawan, B., Z. Desmayati, T. Sartika, A.G. Nutr. Feb. 91(2): 219222. Dirdjopratono, W., D. Goeltom, Subiharta, dan Nataamijaya, K. Diwyanto, Abubakar, B. D. Pramono. 1989. Efektivitas kelembagaan Wibowo, dan E. Juarini. 1998. Cross- Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia. petani penunjang intensifikasi ayam buras breeding ayam pelung jantan dengan ayam Badan Pusat Statistik, Jakarta. di Jawa Tengah. hlm. 108112. Prosiding buras betina untuk menciptakan ayam buras Bintang, L.A.X. dan A.G. Nataamijaya. 2003. Seminar Nasional tentang Unggas Lokal, pedaging. Laporan Penelitian UAT/BRE- Pengaruh penambahan tepung kencur Semarang, 28 September 1985. Fakultas Pe- A03/APBN. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, (Kaempferia galanga L.) dan tepung bawang ternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Bogor. putih (Allium sativum L.) ke dalam pakan Ginting, S.P., K. Simanihuruk, M. Doloksaribu, terhadap performans broiler. hlm. 395401. Hanotte, O. 2002. Origin and domestication of D. Sihombing, dan Sihite. 2002. Peman- Prosiding Seminar Nasional Teknologi chicken, a mitochodrial DNA perspective. faatan cassapro dalam usaha ternak ayam Peternakan dan Veteriner, 2930 September Chicken Diversity Consortium, Interna- lokal. hlm. 320326. Prosiding Seminar 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan tional Livestock Research Institute. www. Nasional Teknologi Peternakan dan Vete- Peternakan, Bogor. animalscience.com/uploads/additional/Files/ WPSA2files/Hanotte.pdf. [21 March 2009].

136 Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010 Iman-Rahayu, H.S. 2002. Upaya pemanfaatan nology in Food and Agriculture. MAS, a fast Subarna. 1993a. Pengaruh level penambahan bungkil inti sawit (palm kernel cake) pada track to increase genetic gain in plant and vitamin D-3 pada anak ayam buras yang pakan ayam. hlm. 320326. Prosiding animal breeding, session II, MAS in animal. dipelihara dalam kandang kotak secara Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan FAO Conference 10. http://www.gho.org./ intensif. hlm. 236240. Prosiding Seminar Veteriner, 30 September1 Oktober 2002. Torino. [16 May 2009]. Nasional Pengembangan Ternak Ayam Buras Pusat Penelitian dan Pengembangan Peter- melalui Wadah Koperasi Menyongsong PJPT Mirkin, G. 2007. Allicin in garlic. www.drmirkin. nakan, Bogor. II. Universitas Padjadjaran-Direktorat Jen- com/nutrition/8868html-6k. [26 May 2009]. deral Peternakan-Pemda Tk I Jawa Barat. Islam, M.R., M.S.R Khan, M.A. Islam, M.E.H. Mouahid, M., K. Bouzoubaa, and Z. Zouaqui. Kayesh, M.R. Karim, M.A. Gani, and A. Kabir. Nataamijaya, A.G., P. Sitorus, I.A.K. Bintang, 1991. Preparation and use of an autogenous 2008. Comparative efficacy of imported Haryono, dan E. Bunyamin. 1993b. Pertum- bacterin against infectious coryza in chic- fowl pox virus vaccine with locally produced buhan badan ayam silangan (pelung x kam- kens. Vet. Res. Comm. 15: 413419. one in backyard chicks. BangI. J. Vet. Med. pung) yang dipelihara di pedesaan. hlm. 232 6(1): 2326. Nataamijaya, A.G. 1985. Ayam pelung: Per- 235. Prosiding Seminar Nasional Pengem- formans dan permasalahannya. hlm. 150 bangan Ternak Ayam Buras melalui Wadah Ismail, I.G., U. Kusnadi, H. Supriadi, D. Sugandi, 158. Prosiding Seminar Nasional Peternakan Koperasi Menyongsong PJPT II. Universitas dan Y. Supriyatna. 1987. Penelitian pola dan Forum Peternak Unggas dan Aneka Padjadjaran - Direktorat Jenderal Peter- usaha tani tanaman-ternak di daerah trans- Ternak, 1920 Maret 1985. Pusat Penelitian nakan - Pemda Tk I Jawa Barat. migrasi Batumarta. hlm. 316. Risalah dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Lokakarya Pola Usaha Tani, 23 September Nataamijaya, A.G. dan K. Diwyanto. 1994. 1987. Buku 1. Badan Penelitian dan Nataamijaya, A.G., D. Sugandi, D. Muslih, U. Konservasi ayam buras langka. hlm. 273 Pengembangan Pertanian, International Kusnadi, H. Supriadi, dan I.G. Ismail. 1986. 298. Prosiding Review Hasil dan Program Development Research Center. Peningkatan keragaan ayam bukan ras Penelitian Plasma Nutfah Pertanian, 26 (buras) di daerah transmigrasi Batumarta 27 Juli 1994. Pusat Penelitian dan Pengem- Jarmani, S.N. dan A.G. Nataamijaya. 1996. Karak- Sumatera Selatan. hlm. 6887. Risalah Loka- bangan Peternakan, Bogor. teristik suara ayam pelung. hlm. 243247. karya Pola Usaha Tani. 23 September 1986. Nataamijaya, A.G., A. Susanto, dan Anggorodi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Plasma Buku 1. Badan Penelitian dan Pengembangan Nutfah Pertanian.13 Maret 1996. Proyek 1995a. Kegiatan agribisnis wanita tani dalam Pertanian-International Development Re- meningkatkan pendapatan melalui kelom- Pemanfaatan dan Pelestarian Plasma Nutfah search Center. Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengem- pok peternak ayam buras di Kecamatan bangan Peternakan, Bogor. Nataamijaya, A.G. 1988. Produktivitas ayam Cisaga Kabupaten Ciamis. hlm. 761764. buras di kandang litter pada berbagai imbangan Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Jarmani, S.N. dan A.G. Nataamijaya. 2003. kalori-protein. hlm. 238244. Prosiding Veteriner, 8 November 1995, Pusat Penampilan ayam ras pedaging dengan Seminar Nasional Peternakan dan Forum Penelitian dan Pengembangan Peternakan, menambahkan tepung lempuyang (Zingiber Peternak Unggas dan Aneka Ternak II, 18 Bogor. aromaticum Val.) di dalam ransum dan 20 Juli 1988. Pusat Penelitian dan Pengem- Nataamijaya, A.G., Haryono, Nuraina, E. kemungkinan pengembangannya. hlm. 605 bangan Peternakan, Bogor. 608. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Sumantri, dan Suhendar. 1995b. Pengaruh Peternakan dan Veteriner, 1718 September Nataamijaya, A.G., T. Herawati, H. Resnawati, level Ca dan P pada ransum berkadar dedak 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan dan A. Habibie. 1988. Penggunaan tepung tinggi terhadap kualitas telur ayam buras Peternakan, Bogor. sagu sebagai bahan ransum anak ayam pada masa awal produksi. hlm. 207212. buras. hlm. 231237. Prosiding Seminar Prosiding Seminar Nasional Sains dan Jones, R.C. 1997. Infectious bronchitis virus: Nasional Peternakan dan Forum Peternak Teknologi Peternakan, 2528 Januari 1995. Immunopathogenesis of infection in the Unggas dan Aneka Ternak II, 1829 Juli Pusat Penelitian dan Pengembangan Peter- chicken. Avian Pathol. 26: 677706. 1988. Pusat Penelitian dan Pengembangan nakan, Bogor. Peternakan, Bogor. Kingston, D.J. 1979. Peranan ayam berkeliaran Nataamijaya, A.G. 1996. Kumpulan Hasil-hasil di Indonesia. hlm. 1329. Laporan Seminar Nataamijaya, A.G., D. Sugandi, D. Muslich, dan Kegiatan Pelestarian dan Penelitian Ayam IImu dan Industri Perunggasan II, 2123 Mei Mijono. 1989. Performans ayam pelung di Lokal Langka. hlm. 5760. Proyek Pene- 1979. Pusat Penelitian dan Pengembangan daerah transmigrasi Batumarta Sumatera litian dan Pelestarian Plasma Nutfah Peternakan, Bogor. Selatan. hlm. 7780. Prosiding Seminar Pertanian, Badan Penelitian dan Pengem- Kitalyi, A.J. 1995. Village chicken production Nasional tentang Unggas Lokal, 29 Septem- bangan Pertanian, Jakarta. systems in rural Africa: Household food ber 1989. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Nataamijaya, A.G., S.N. Jarmani, U. Kusnadi, dan security and gender issues. www.fao.org/ L. Praharani. 1999. Pengaruh pemberian DOCREP/003/w8989E08.html-51k. [25 Nataamijaya, A.G., A.P. Sinurat, A. Habibie, kunyit (Curcuma domestica Val.) dan May 2009]. Yulianti, Nurdiani, Suhendar, dan Subarna. Lempuyang (Zingiber ammaticum Val.) Lobago, F. and M. Woldemeskel. 2004. An 1992. Pengaruh penambahan kalsium ter- terhadap bobot badan dan konversi pakan hadap anak ayam buras yang diberi ransum outbreak of marek’s disease in chickens in pada broiler. hlm. 332335. Prosiding Central Ethiopia. Trop. Anim. Health Prod. komersial dicampur dedak padi. hlm. 400 Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, 36(4): 397406. 406. Prosiding Seminar Agro Industri Peter- 1819 Oktober 1999. Pusat Penelitian dan nakan di Pedesaan, 1011 Agustus 1992. Pengembangan Peternakan, Bogor. Marusich, W.L., E. Schildknecht, E.F. Ogrinz, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peter- P.R. Brown, and M. Mitrovic. 1972. Effect nakan, Bogor. Nataamijaya, A.G. 2000. The native chickens of coccidiosis on pigmentation in . of Indonesia. Bul. Plasma Nutfah 6(1): 16. Nataamijaya, A.G., dan S.N. Jarmani. 1992. Br. Poult. Sci. 13(13): 577585. Pelaksanaan Intensifikasi Ayam Buras Nataamijaya, A.G. dan Z. Muhammad. 2001. Mazengia, H., S.T. Bekele, and T. Negash. 2009. (INTAB) di daerah Jawa Barat. Prosiding Pengaruh penambahan tepung bawang putih Incidence of infectious bursal disease in Lokakarya Penelitian Komoditas Khusus. (Allium sativum) terhadap performans, kar- village chickens in two districts of Amhara Vol. 1. Proyek Pengembangan Penelitian kas dan organ jeroan ayam pedaging. hlm. Region, Northwest Ethiopia. Livestock Res. Terapan (AARD). Badan Penelitian dan Pe- 140145. Prosiding Seminar Nasional Peter- Rural Dev. 21: 214217. ngembangan Pertanian-Direktorat Jenderal nakan, Februari 2001. Fakultas Peternakan Pendidikan Tinggi. hlm. 369378. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Meuwissen. 2003. Genomic selection: The future of marker assisted selection and animal Nataamijaya, A.G., A. Lasmini, P. Setiadi, B. Nataamijaya, A.G., A.R. Setioko, B. Brahmantyo, breeding. Electronic Forum on Biotech- Gunawan, I.A.K. Bintang, Suhendar, dan dan K. Diwyanto. 2003. Performans dan

Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010 137 karakteristik tiga galur ayam lokal (pelung, for maize in diets of layers. Int. J. Poult. Sci. Subandriyo. 2003. Merentang Potensi Plasma arab, dan sentul). hlm. 353359. Prosiding 2(2): 112116. Nutfah Domba Ekor Tipis dan Peningkatan Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Mutu Genetik melalui Persilangan. Orasi Sartika, T., B. Gunawan, R. Matondang, dan P. Veteriner, 2930 September 2003. Pusat Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Badan Mahyudin. 2002. Seleksi generasi ketiga Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian, untuk mengurangi sifat mengeram dalam Bogor. Jakarta. meningkatkan produksi telur ayam lokal. Nataamijaya, A.G., A. Soetisna, dan S. Rejeki. Laporan No. UAT/BRE/F-01/APBN/2001. Sulandari, S., M.S.A. Zein, S. Paryanti, dan T. 2005. Kuantitas dan kualitas semen ayam Balai Penelitian Ternak, Bogor. Sartika. 2007. Taksonomi dan asal-usul ayam kampung dan arab yang mendapat suplemen domestikasi. hlm. 525. Dalam K. Diwyan- Sartika, T. Duryadi, S.S. Mansjoer, A. Saefudin, vitamin E (alpha-tocopherol). J. Anim. to dan S.N. Prijono (Ed.). Keanekaragaman dan H. Martojo. 2004. Gen promotor pro- Prod. 7(2): 7480. Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia: laktin sebagai penanda pembantu seleksi Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Nataamijaya, A.G. 2005. Karakteristik penam- untuk mengontrol sifat mengeram pada Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indo- pilan pola warna bulu, kulit, sisik kaki, dan ayam kampung. JITV 9(4): 239245. nesia, Bogor. paruh pada ayam pelung di Garut dan ayam Sastroamidjojo, A.S. 1971. IImu Beternak Ayam. sentul di Ciamis. Bul. Plasma Nutfah 11(1): Supriyati, D. Zainudin, I P. Kompiang, P. Jilid 3. NV Masa Baru, Bandung­ Djakarta. 15. Soekamto, dan D. Abdurachman. 2003. Pe- hlm. 123124. ningkatan mutu onggok melalui fermentasi Nataamijaya, A.G. 2006. Egg production and Seyama, T., J.H. Ko, M. Ohe, N. Sasaoka, A. dan pemanfaatannya sebagai bahan baku quality of kampung chicken fed rice Okade, H. Gomi, A. Yoneda, J. Ueda, M. pakan ayam Kampung. hlm. 381386. bran diluted commercial diet and forages Nishibori, S. Okamoto, Y. Maeda, and T. Prosiding Seminar Nasional Teknologi supplement. J. Anim. Prod. 8(3): 206210. Watanabe. 2006. Population research of Peternakan dan Veteriner, 2930 September National Research Council. 1993. Managing genetic polymorphism at amino acid posi- 2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Global Livestock Resources. Commitee on tion 631 in chicken Mx protein with different Peternakan, Bogor. Managing Global Genetic Resources. Agricul- antiviral activity. Biochem. Genet. 44: 432 Syukur, M. 1993. Karya Usaha Mandiri: An tural Imperatives. National Academic Press, 443. action research on rural credit to poverty Washington DC, USA. 163 pp. Sinurat, A.P., T. Purwadaria, T. Pasaribu, J. alleviation in Indonesia. ln I.P. Getubig et North, M.O. 1978. Commercial Chicken Produc- Darma, I.A.K. Bintang, dan M.H. Togatorop. al. (Eds.) Overcoming Poverty Through tion Manual. 2nd Ed. Avi Pub. Co., Inc., 2001. Pemanfaatan lumpur sawit untuk Credit; The Asian Experience in Replicating Westport, Connecticut. p. 587647. ransum unggas: 4. Penggunaan produk fer- the Grameen Bank Approach. Asia Pacific mentasi lumpur sawit sebelum dan setelah Development Center, Kuala Lumpur, Malay- Odunsi, A.A., M.O. Ogunlele, O.S. Alagbe, and dikeringkan dalam ransum ayam kampung sia. T.O. Ajani. 2002. Effect of feeding Gliricidia sedang tumbuh. hlm. 561567. Prosiding sepium leaf meal on the performance and Syukur, M. 2006. Membangun Lembaga Ke- Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan egg quality of layers. Int. J. Poult. Sci. 1(1 uangan Mikro (LKM) Pertanian yang Ber- Veteriner, 1718 September 2001. Pusat 3): 2628. kelanjutan: Sebuah Pengalaman Lapang. Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Warta Prima Tani 1(1): 1. Orsi, M.A., L. Doretto Jr. S. C.A. Camillo, D. Bogor. Reischak, S.A.M. Ribeiro, A. Ramazzoti, A.O. Widodo, E. dan E. Sudjarwo. 1989. Pengaruh Solberg, T.R., A.K. Sonesson, J.A. Wooliams, Mendonca, F.R. Spilki, M.G Buzinaro, H.L. berbagai tingkat protein ransum pada per- and T.H.E. Meuwissen. 2008. Genomic Ferreira, and C.W. Arns. 2010. Prevalence tumbuhan ayam buras jantan. hlm. 4850. selection using different marker types and of Newcastle Disease virus in broiler chickens Prosiding Seminar Nasional tentang Unggas densities. J. Anim. Sci. 86: 24472454. (Gallus domesticus) in Brazil. Braz. J. Lokal, 28 September 1989. Fakultas Peter- Mirobiol. 41(2): 114119. Sonaiya, E.B. 2007. Family poultry, food security nakan Universitas Diponegoro, Semarang. and the impact of HPAI. J. World’s Poult. Partyka, A., A. Jerysz, and P. Pokorny. 2007. WHO. 2009. Cumulative Number of Confirmed Sci. 63: 132138. Lipid peroxidation in fresh and frozen semen Human Cases of Avian Influenza A (H5N1) of green legged Partridge. Elect. J. Polish. Soeharsono. 1979. Pemanfaatan eceng gondok Reported to WHO. www.who.in/csr/disease/ Agric. Univ. 10(2). www.ejpau.media. pI/ sebagai makanan ternak nonruminansia. hlm. avianinfluenza/country/cases table 2008 04 volume10/issue2/art-08.html_40k. [26 May 38. Prosiding Seminar Penelitian dan 17/en/index. html. [29 April 2009]. 2009]. Penunjang Pengembangan Peternakan, 58 Zhang, P., N. Fegan, I. Fraser, P. Duffy, R.E. November 1979. Lembaga Penelitian Peter- Rahman, M.A., M.A. Samad, M.B. Rahman, and Bowles, A. Gordon, P.I. Ketterer, W. nakan, Bogor. S.M.L. Kahir. 2004. Bacteria pathological Shinwari, and P.J. Blackall. 2004. Molecular studies on Salmonellosis, Colibacillosis and Soeharto, N.P. 2007. Jangan remehkan kulit epidemiology of two fowl cholera outbreaks Pasteurellosis in natural and experimental kakao: Olah jadi pakan bergizi. Sinar Tani on a free-range chicken layer farm. J. Vet. infections in chickens. Bang1. J. Vet. Med. No. 3220/XXXVIII, 26 September2 Diagnostic Invest. 16(5): 458460. 2(1): 0108. Oktober 2007. Salami, R.I. and A.A. Odunsi. 2003. Evaluation of processed cassava peel meals as substitutes

138 Jurnal Litbang Pertanian, 29(4), 2010