PENDIDIKAN NILAI: DI SEKOLAH MADANIA KABUPATEN

Educational of Value: in Madania School,

Mulyana

Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jl. Jl. Rawa Kuning No. 6 Pulo Gebang Cakung Jakarta Timur Email: [email protected]

Naskah diterima tanggal 27 Maret 2015. Naskah direvisi tanggal 30 April 2015 Naskah disetujui tanggal 03 November 2015

Abstrak

Paper ini menyajikan hasil penelitian terhadap program Pendidikan Menghidupkan Nilai yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat. Penelitian dilakukan dengan melakukan studi kasus terhadap implementasi program tersebut di Sekolah Madania, Parung, Bogor. Penelitian ini mencoba mengkaji apakah program Pendidikan Menghidupkan Nilai dapat menjadi model yang berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah. Hasil studi ini memperlihatkan bahwa program Pendidikan Menghidupkan Nilai telah memberi hasil positif yang teramati dalam perubahan perilaku tenaga pendidik maupun siswa terkait sejumlah nilai yang dipelajari, seperti kejujuran, penghargaan, toleransi, dan tanggung jawab. Berdasarkan hasil riset ini, peneliti menyimpulkan bahwa Pendidikan Menghidupkan Nilai, terutama pada aspek pendekatan dan metodenya, dapat menjadi model bagi pembelajaran PAI di sekolah.

Kata kunci: pendidikan menghidupkan nilai, pendidikan karakter, pendidikan agama Islam (PAI), Sekolah Madania

Abstract

This paper presents the results of the research on Education Program in Living Values conducted a number of elements of society. The study was conducted by doing a case study to the implementation of the program at Madania school, Parung, Bogor. This study investigated whether Education Program in Living Values can become useful model in improving the quality of learning of Islamic Education (PAI) at school. The results showed that this program has given positive results observed in behavior changes of the teachers and the students related to a number of values studied, such as honesty, respect, tolerance and responsibility. Based on the results, the researcher concluded that Education Program in Living Values, especially in the aspect of the approach and method, can be a model for Islamic Education (PAI) learning at school.

Keywords: Education Program in Living Values, character education, Islamic Education (PAI), Madania School

PENDAHULUAN dirumuskan sebagai misi pembangunan untuk mencapai visi pembangunan nasional tersebut alam dokumen Rencana Pembangunan adalah “mewujudkan masyarakat berakhlak Jangka Panjang Nasional Tahun 2005- mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab 2025, yang ditetapkan melalui Undang- berdasarkan falsafah Pancasila.” Secara lebih DUndang No. 17 Tahun 2007, dinyatakan bahwa spesifik, misi tersebut ditempuh dengan cara visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 “memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui adalah terwujudnya “ yang mandiri, pendidikan yang bertujuan membentuk manusia maju, adil, dan makmur.” Butir pertama yang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

Pendidikan Menghidupkan Nilai: Studi Kasus di Sekolah Madania, Parung, Kabupaten Bogor - Mulyana | 303 mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra kurikuler, internal dan antarumat beragama, melaksanakan serta kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. interaksi antarbudaya, mengembangkan modal Dalam konteks kegiatan belajar-mengajar di sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, kelas, pendidikan karakter dilaksanakan dengan dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua dalam rangka memantapkan landasan spiritual, mata pelajaran. Khusus, untuk materi Pendidikan moral, dan etika pembangunan bangsa”. Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan – karena Berdasarkan pernyataan misi tersebut dapat memang misinya adalah mengembangkan nilai disimpulkan bahwa upaya memperkuat jati diri dan sikap – pengembangan karakter harus menjadi dan karakter bangsa sesungguhnya merupakan fokus utama yang dapat menggunakan berbagai misi utama dan prioritas dalam keseluruhan upaya strategi/metode pendidikan karakter (Pemerintah pembangunan nasional. Hal ini dapat dipahami RI 2010, 30-31; Kemdiknas 2010, 26). mengingat upaya untuk mewujudkan kemakmuran Dalam kaitan ini, peran Islam dan pendidikan yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia agama Islam secara khusus penting untuk dikaji. tidak akan tercapai jika hal itu tidak ditopang Pendidikan agama Islam memiliki peran yang dengan keberadaan bangsa yang memiliki jati diri sangat penting dan strategis dalam menentukan arah dan karakter yang kuat. pembentukan dan pembangunan karakter bangsa Namun, ironisnya fenomena yang terjadi Indonesia bukan hanya karena Islam merupakan saat ini justru memperlihatkan rapuhnya jati diri agama yang dianut mayoritas bangsa Indonesia, dan karakter pada sebagian elemen masyarakat tetapi juga karena Islam, sebagaimana diyakini oleh Indonesia, baik di tingkat elite maupun massa. Hari pemeluknya, menyediakan sumber bagi nilai-nilai demi hari berbagai kasus korupsi yang melibatkan luhur universal, yang dapat menghasilkan kebaikan para pejabat, politisi, pelaku usaha, bahkan kalangan bukan hanya bagi pemeluknya, tetapi juga bagi akademisi terus menghiasai pemberitaan berbagai seluruh umat manusia. Kedamaian, toleransi, cinta media massa. Sementara itu di sisi masyarakat kasih, kejujuran, penghargaan dan kerjasama adalah umum, berbagai kasus konflik kekerasan, di antara sebagian nilai luhur yang terkandung intoleransi, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dalam ajaran Islam. dan tawuran antar pelajar—untuk menyebut Meskipun Islam mengandung berbagai beberapa kasus—masih terus menghiasi kehidupan nilai luhur yang telah disebutkan, namun pada sosial masyarakat. kenyataannya nilai-nilai luhur tersebut masih Sebagai respon terhadap kondisi karakter belum tercermin dalam karakter dan perilaku bangsa yang masih sangat memprihatinkan tersebut, bangsa Indonesia, yang mayoritas adalah penganut pemerintah sendiri telah berupaya untuk mengambil agama Islam, seperti antara lain ditunjukkan inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan dengan masih maraknya kasus korupsi, kekerasan, karakter bangsa. Inisiatif tersebut antara lain telah dan intoleransi atas nama agama. Sementara di sisi dirumuskan dalam bentuk Kebijakan Nasional lain, kesalehan ritual menjadi fenomena yang begitu Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, kasat mata, dalam bentuk maraknya perayaan hari- yang disusun oleh berbagai pemangku kepentingan hari besar keagamaan, banyaknya jumlah jamaah yang melibatkan lembaga kementerian, lembaga yang berkunjung ke tempat ibadah, serta semakin nonkementerian maupun lembaga nonpemerintah banyaknya jumlah jamaah yang menunaikan (Pemerintah RI 2010). Pembangunan karakter ibadah haji ke tanah suci Makkah. Hal ini tentu bangsa melalui pendidikan penting dicermati lebih menimbulkan keprihatinan sekaligus pertanyaan jauh karena, seperti disebutkan dalam dokumen tentang sejauh mana efektivitas peran pendidikan kebijakan tersebut, pendidikan merupakan “tulang agama Islam dalam membentuk karakter dan punggung strategi pembentukan karakter bangsa” kepribadian bangsa Indonesia. Apakah keberhasilan (Pemerintah RI 2010, 29). Pentingnya pendidikan pendidikan agama Islam baru sebatas meningkatkan dalam pembangunan karakter bangsa sesungguhnya kesalehan ritual semata? sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan Di tengah kondisi masih kontrasnya antara nasional (Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003). nilai-nilai ideal agama (Islam) dan perilaku Pada tingkat mikro, pendidikan karakter pemeluknya, sebagian elemen masyarakat berpusat pada satuan pendidikan, yang selanjutnya telah menggulirkan inisiatif untuk mendorong dibagi dalam empat pilar, yakni kegiatan belajar- pengembangan karakter bangsa dengan cara mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam mempromosikan proses pembelajaran berbasis nilai bentuk pengembangan budaya satuan pendidikan; di lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan

304 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 2 Desember 2015 umum, seperti sekolah dan perguruan tinggi, pelaksanaan program Pendidikan Menghidupkan maupun lembaga pendidikan berciri agama, seperti Nilai di Sekolah Madania, Parung, Bogor. Alasan madrasah dan pesantren. Inisiatif yang dikenal pemilihan kasus ialah karena Sekolah Madania dengan nama Pendidikan Menghidupkan Nilai adalah termasuk mitra dari lembaga pendidikan (Living Values Education) ini antara lain dilakukan berbentuk sekolah yang mengikuti program oleh Yayasan Wakaf Paramadina, Lembaga Studi ini, sementara di wilayah lain program ini lebih Agama dan Filsafat (LSAF), Pusat Kajian Agama banyak melibatkan mitra dari lembaga pendidikan dan Budaya (Puskadiabuma) UIN Yogyakarta, berbentuk pesantren. Di Sekolah Madania, Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS), dan implementasi program Pendidikan Menghidupkan Yayasan Matapena Yogyakarta. Nilai dalam kaitannya dengan PAI sebgai mata ajar Sejak 2009 hingga saat ini, program lebih dapat teramati. Pendidikan Menghidupkan Nilai yang dijalankan Permasalahan pokok yang hendak dijawab oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat dengan melalui penelitian ini ialah apakah program dukungan Yayasan Asia itu telah berlangsung di Pendidikan Menghidupkan Nilai dapat menyediakan berbagai sekolah dan pesantren di berbagai wilayah, contoh yang berguna bagi upaya pengembangan antara lain Kabupaten Rangkasbitung (Banten), Pendidikan Agama Islam sebagai instrumen utama Kabupaten Bogor, Garut, Cirebon (Jawa Barat), pendidikan karakter di lingkungan sekolah? Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul (Yogjakarta), Pertanyaan tersebut akan dijawab dengan dan Kota Wonosobo (Jawa Tengah). Jumlah tenaga mengkaji: 1) nilai-nilai apa yang dikembangkan pendidik yang telah mengikuti pelatihan Pendidikan melalui program Pendidikan Menghidupkan Nilai? Menghidupkan Nilai hingga saat ini mencapai 2) pendekatan dan aktivitas apa yang digunakan sedikitnya 1.489 orang, termasuk dari kalangan rangka pengembangan dan penggalian nilai? 3) dosen. dampak apa yang dihasilkan program tersebut Inisiatif Pendidikan Menghidupkan Nilai terhadap sikap dan perilaku peserta didik serta penting dikaji berdasarkan sejumlah alasan. Pertama, terhadap kebijakan sekolah terkait pengembangan inisiatif yang lahir dari partisipasi masyarakat karakter komunitas sekolah? itu sejalan dengan gerakan nasional pendidikan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakter yang saat ini tengah digulirkan pemerintah. pelaksanaan program Pendidikan Menghidupkan Inisiatif itu bertujuan untuk mempromosikan Nilai di Sekolah Madania, Parung, Bogor. Secara lebih pembelajaran berbasis nilai, baik di lingkup pribadi, spesifik, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sekolah, maupun komunitas. Kedua, seperti apakah program Pendidikan Menghidupkan Nilai halnya pendidikan karakter yang dikampanyekan itu menghasilkan good practices bagi pengembangan Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kebudayaan, Pendidikan Menghidupkan Nilai dalam rangka pendidikan karakter di lingkungan tidak dirancang untuk menjadi mata ajar tersendiri, sekolah. melainkan diintegrasikan ke dalam seluruh Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan kurikulum pembelajaran. Terkait hal ini, penting informasi berguna bagi pengembangan model- untuk mengetahui apakah program Pendidikan model Pendidikan Agama Islam dalam rangka Menghidupkan Nilai dapat dimanfaatkan untuk pendidikan karakter di lingkup satuan pendidikan meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan sekolah. Hasil penelitian ini juga diharapkan Agama Islam (PAI) di sekolah dalam rangka dapat memberi kontribusi bagi gerakan nasional mendukung tujuan pendidikan karakter bangsa pendidikan karakter yang saat ini sedang yang saat ini tengah digalakkan oleh pemerintah. dicanangkan oleh pemerintah, khususnya melalui Dalam rangka memberi kontribusi bagi Kementerian Agama maupun Kementerian pengembangan PAI dalam rangka pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan. karakter, peneliti bermaksud mengkaji pelaksanaan program Pendidikan Menghidupkan Nilai METODE PENELITIAN (PMN) yang telah dan sedang dilaksanakan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan oleh sejumlah LSM dan lembaga pendidikan. pendekatan studi kasus terhadap pelaksanaan Penelitian ini mengkaji apakah program Pendidikan program Pendidikan Menghidupkan Nilai yang Menghidupkan Nilai itu dapat dimanfaatkan dilaksanakan di Sekolah Madania, Parung, untuk mendukung peningkatan kualitas PAI Bogor. Studi kasus ini bersifat evaluatif (Bassey sebagai instrumen pendidikan karakter. Penelitian 1999:59; Yin 2003: 127-133) karena studi kasus ini dilakukan dengan melakukan studi kasus terhadap digunakan untuk menilai atau mengevaluasi apakah

Pendidikan Menghidupkan Nilai: Studi Kasus di Sekolah Madania, Parung, Kabupaten Bogor - Mulyana | 305 program Pendidikan Menghidupkan Nilai tersebut definisi nilai (values), yaitu “prinsip-prinsip dan menyediakan praktik yang baik (good practices) bagi keyakinan-keyakinan dasar yang menjadi pedoman pengembangan model pembelajaran Pendidikan bagi perilaku, di mana prinsip dan keyakinan itu Agama Islam dalam rangka pendidikan karakter. menjadi ukuran yang digunakan untuk menilai Teknik pengumpulan data melibatkan apakah suatu tindakan tertentu dipandang baik kombinasi antara analisis terhadap berbagai (good) dan dikehendaki (desirable).” Prinsip dan dokumen pelaksanaan dan hasil evaluasi program; keyakinan tentang hal yang baik dan buruk ini juga wawancara dengan pengelola program, dan tenaga terkandung dalam pengertian dari kata “moral” atau pendidik; serta pengamatan terhadap kondisi “moralitas” (Pusat Bahasa 2008: 324). sekolah dan kegiatan belajar-mengajar. Dengan demikian, kendati istilah yang Selanjutnya seluruh data dan informasi yang digunakan kerap berbeda, namun secara umum diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan pendidikan nilai, pendidikan karakter, pendidikan teknik analisis deskriptif-komparatif. Dengan teknik watak, pendidikan budi pekerti, pendidikan akhlak ini, seluruh hasil temuan disajikan secara deskriptif atau pendidikan etika sesungguhnya mengandung sekaligus dilakukan komparasi atau perbandingan pengertian yang relatif sama, kendati aspek yang dengan berbagai data dan temuan yang diperoleh ditekankan berbeda-beda. dari berbagai sumber lainnya. Terlepas dari perbedaan penggunaan istilah, pendidikan karakter atau pendidikan nilai umumnya Tinjauan Pustaka dipahami bukan hanya sebagai proses transfer Dalam berbagai literatur, istilah pendidikan pengetahuan tentang hal yang baik atau hal yang karakter sering dipertukarkan dengan istilah buruk, hal yang seharusnya dilakukan dan hal yang pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, seharusnya dihindari. Dalam rumusan yang dibuat pendidikan moral, pendidikan watak dan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dh. pendidikan etika. Untuk menghindari kebingungan, Kementerian Pendidikan Nasional), pendidikan maka diperlukan klarifikasi terlebih dahulu terhadap karakter “…bukan sekedar mengajarkan mana yang beberapa istilah kunci tersebut. benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia Pusat karakter menanamkan kebiasaan (habituation) Bahasa (2008: 229), kata “karakter” mengacu tentang hal yang baik sehingga peserta didik pada berbagai makna, yaitu “bawaan, hati, jiwa, menjadi paham (domain kognitif) tentang mana kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, yang baik dan salah, mampu merasakan (domain sifat, tabiat, temperamen, watak.” Selain itu, afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya kata “karakter” juga diasosiasikan dengan “ciri, (domain perilaku)” (Kerangka Acuan Pendidikan karakteristik, keunikan”. Berdasarkan makna-makna Karakter Kemdiknas 2010: 10). tersebut, kata “berkarakter” dimengerti sebagai Sementara itu Pemerintah Australia “berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, mendefinisikan pendidikan nilai sebagai “setiap atau berwatak.” Dengan demikian, karakter aktivitas berbasis sekolah yang secara eksplisit dan/ mengacu pada dua dimensi dari kedirian manusia atau implisit mempromosikan pemahaman dan yang saling terkait, yaitu dimensi dalam (watak, sifat pengetahuan siswa tentang nilai, dan menanamkan atau tabiat) dan dimensi luar (perilaku). Karakter ketrampilan dan kecenderungan pada diri siswa hanya dapat teramati lewat perilaku, sebaliknya sehingga mereka dapat mengejawantahkan nilai- perilaku merupakan fenomena yang menunjukkan nilai tertentu sebagai individu maupun sebagai karakter, sifat atau watak seseorang. anggota komunitas yang lebih luas” (DEST 2003: 2, Adapun kata “nilai” dalam Tesaurus tersebut dikutip dalam Lovat Toomey, eds. 2009: xii). Dengan memiliki makna yang lebih beragam lagi, namun demikian, pendidikan nilai atau pendidikan karakter yang paling relevan dengan pembahasan ini bukan sekadar proses transmisi pengetahuan atau ialah “nilai” dalam pengertian “timbangan dan nilai, tetapi melibatkan pula upaya penggalian nilai ukuran” (Pusat Bahasa 2008: 337). Apabila kata dan pembiasaan (habituasi). “nilai” dikaitkan dengan “karakter”, maka nilai Seperti telah dikemukakan, sekolah memiliki mengandung pengertian “ukuran atau pedoman peran penting dalam proses pendidikan nilai. Secara berperilaku”. Dengan kata lain, nilai adalah ukuran khusus, para ahli menyebut peran sentral guru dalam yang digunakan untuk menilai apakah karakter pendidikan nilai atau pendidikan karakter karena atau perilaku seseorang dipandang sebagai baik “nilai merupakan bagian integral proses pengajaran, atau buruk, dikehendaki atau tidak dikehendaki. yang tercermin dalam apa yang diajarkan dan Pengertian tersebut sejalan antara lain dengan juga dalam cara guru berinteraksi dengan siswa”

306 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 2 Desember 2015 (Leenders and Wiel Veugelers, 2009: 22-23). Sangat Berdasarkan kerangka konseptual di atas, ada penting bagi guru memiliki pengetahuan dan tiga aspek utama yang hendak dikaji dari Program menguasai ketrampilan dalam hal pendekatan, Pendidikan Menghidupkan Nilai, yaitu aspek strategi dan metode untuk pembelajaran dan substansi, metodologi, dan hasil. penggalian nilai. Lebih dari itu, peran penting guru juga terkait dengan posisinya sebagai Substansi teladan bagi peserta didik menyangkut bagaimana Substansi dari Program Pendidikan seharusnya nilai-nilai digali, dikembangkan dan Menghidupkan Nilai dan program sejenisnya diimplementasikan. Keberhasilan pendidikan seperti pendidikan karakter adalah nilai-nilai nilai di sekolah, dalam banyak hal, akan sangat yang hendak digali dan dikembangkan melalui terkait dengan pengajaran yang berkualitas (quality proses pembelajaran. Seperti telah disinggung teaching) (Lovat, 2009: 1-11). Oleh sebab itu, sarjana sebelumnya, masing-masing masyarakat atau negara lain menekankan pentingnya guru untuk mendapat memiliki prioritas nilai yang berbeda. Pemerintah pendidikan dan pelatihan yang berkualitas pula Australia, misalnya, menetapkan 9 nilai yang akan (Gellel, 2010:163-177). dikembangkan melalui pendidikan nilai di sekolah- Selain aspek nilai yang dikembangkan (aspek sekolah di Australia, yaitu (1) kepedulian dan substansi) dan cara nilai itu dikembangkan (aspek kasih-sayang, (2) berbuat terbaik, (3) berlaku adil, metodologi atau pendekatan), para pengkaji (4) kebebasan, (5) kejujuran dan dapat dipercaya, juga memberi penekanan pada aspek hasil yang (6) integritas, (7) penghargaan, (8) tanggungjawab dicapai melalui pendidikan nilai (aspek dampak). dan (9) pemahaman, toleransi dan inklusi. Adapun Beberapa peneliti telah mengembangkan berbagai Pemerintah Indonesia menetapkan 18 nilai yang cara untuk mengukur hasil atau dampak dari akan dikembangkan melalui penddikan karakter, pendidikan nilai, baik melalui penelitian kuantitatif yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) maupun kualitatif. Beberapa hasil dari pendidikan disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, nilai yang ditemukan para pengkaji dalam riset (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat mereka tentang implementasi pendidikan nilai di kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai sekolah-sekolah di Australia antara lain dampak prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta pendidikan nilai terhadap kesadaran tentang nilai damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial dan (18) tanggung jawab (Pusat (value consciousness), kondisi siswa yang ‘sehat’ Kurikulum, 2009: 9-10). Meski ada perbedaan (well-being), keberdayaan (agency), keterkaitan dalam nilai-nilai yang dipromosikan antara kedua (connectedness) dan transformasi (transformation) pemerintah, namun ada pula kesamaan, seperti (VASP 2010). Yang dimaksud dengan konsisi siswa kepedulian, kejujuran dan tanggungjawab. yang ‘sehat’ ialah siswa memiliki rasa percaya diri Salah satu pertanyaan yang hendak dijawab serta hasrat untuk mempelajari hal-hal baru dan melalui penelitian ini ialah nilai-nilai apa yang memperoleh ketrampilan-ketrampilan baru (Hill, dikembangkan melalui Program Pendidikan 2010: 650). Menghidupkan Nilai, dan apakah persamaan dan Berdasarkan tinjauan terhadap sejumlah perbedaan dengan nilai-nilai yang dikembangkan literatur di atas, dalam konteks penelitian ini, melalui program pendidikan sejenis, antara lain kerangka konseptual yang dikembangkan sebagai yang dikembangkan oleh Pemerintah Indonesia dan acuan penelitian ini dapat digambarkan sebagai Pemerintah Australia. Hal lain yang juga hendak berikut: digali terkait aspek substansi ialah persepsi guru Pendidikan Agama Islam terhadap butir-butir nilai Gb.1: Kerangka konseptual riset pendidikan nilai yang dikembangkan melalui program Pendidikan Menghidupkan Nilai. Apa pandangan guru-guru Substansi Metodologi Hasil PAI tentang butir-butir nilai PMN? Bagaimana mereka mendialogkan nilai-nilai tersebut dengan Nilai-nilai Pendekatan Guru nilai-nilai luhur yang bersumber dari ajaran Islam Metode Siswa seperti yang mereka pahami selama ini? Apakah dalam persepsi guru-guru PAI program Pendidikan Aktivitas Sekolah Menghidupkan Nilai itu dapat memberi kontribusi bagi pengembangan Pendidikan Agama Islam Evaluasi sebagai instrumen utama pendidikan karakter di sekolah?

Pendidikan Menghidupkan Nilai: Studi Kasus di Sekolah Madania, Parung, Kabupaten Bogor - Mulyana | 307 Metodologi yang digunakan dan indikator keberhasilan atau Para ahli telah mengembangkan sejumlah indikator kinerja apa yang digunakan? Para ahli pendekatan dalam proses pembelajaran nilai di telah menggunakan berbagai jenis penelitian dalam sekolah. Pendekatan itu antara lain mencakup upaya mengidentifikasi hasil dan dampak program pendekatan watak (trait approach), pendekatan pendidikan nilai yang dilakukan di berbagai penanaman nilai (values inculcation approach), negara. Di Australia, baik pendekatan kuantitatif pendekatan perkembangan kognitif (cognitive berupa survei mapun pendekatan kualitatif dengan development approach), pendekatan klarifikasi nilai menggunakan teknik ‘MSC (most significant change) (clarification of values approach), dan pendekatan stories’ telah digunakan untuk menilai hasil dan pratik atau aksi (service learning approach). dampak yang dicapai program pendidikan nilai di Pendekatan watak didasarkan atas gagasan berbagai sekolah (Lovat et al 2009; VASP 2010). bahwa ada sejumlah kualitas atau sifat yang telah ditetapkan sebelumnya yang menentukan orang Hasil bermoral. Sifat-sifat tersebut bersifat ‘mutlak’ dalam Beberapa hasil riset memperlihatkan arti praktik tindakan yang diekspresikan melalui bahwa pendidikan nilai memiliki dampak pada sifat-sifat tersebut merupakan perilaku moral sejumlah hal seperti kesadaran akan nilai (values yang ‘tepat’, ‘baik’ atau dapat diterima. Adapun consciousness), sikap murid dan guru yang ‘sehat’ pendekatan penanaman nilai ialah pendekatan (student and teacher well-being), kondisi lingkungan yang digunakan untuk menanamkan nilai-nilai sekolah yang tenang dan damai (school ambience), yang diterima secara sosial pada diri siswa melalui hubungan guru-murid yang baik, dan partipasi pengajaran atau transmisi langsung maupun secara orang tua dan keluarga. Temuan lain yang menarik tidak langsung melalui praktik-praktik rutin di ialah dampak pendidikan nilai terhadap kecerdasan kelas, model peran, penguatan, pujian, permaian akademis siswa (VASP 2010; Lovat et al 2009; Lovat dan simulasi, serta permaian peran. and Toomey, eds. 2010). Sementara itu, pendekatan perkembangan Hasil dan dampak akan bergantung pada kognitif atau pertumbuhan moral merupakan proses pembelajaran yang dilaksanakan sehingga pendekatan untuk mengembangkan lebih jauh nilai- hasil dan dampak itu akan bervariasi, bukan saja nilai pada diri siswa dengan mempertimbangkan dari satu negara ke negara lain, tetapi bahkan dari tahapan perekembangan moral mereka, melalui satu sekolah ke sekolah lain dalam satu negara yang aktivitas seperti diskusi kelompok kecil, aktivitas sama. Oleh sebab itu, penting pula melihat hasil dan dilema, tugas membuat keputusan, dan sebagainya. dampak dari program Pendidikan Menghidupkan Pendekatan klarifikasi nilai menggunakan aktivitas- Nilai, dan membandingkannya dengan hasil dan aktivitas praktis untuk mengklarifikasi atau dampak yang diperoleh dari program-program memperjelas perasaan terhadap orang/peristiwa/ pendidikan nilai lainnya. Dalam penelitian ini, hasil permasalahan. Terakhir, pendekatan praktik atau dampak yang hendak dikaji dibagi ke dalam atau aksi berpijak pada asumsi bahwa sekolah tiga lingkup, yaitu peserta didik, tenaga pendidik, seharusnya menyediakan peluang bagi siswa untuk dan sekolah. mempraktikkan tindakan membuat keputusan untuk memilih suatu perbuatan tertentu. Terkait PEMBAHASAN aspek metodologi, penelitian ini hendak mengkaji Program Pendidikan Menghidupkan Nilai pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam Pendidikan Menghidupkan Nilai atau LVE program PMN? Apakah pendekatan yang digunakan (Living Values Education) berawal dari proyek dapat dikategorikan ke dalam salah satu pendekatan internasional yang dimulai pada 1995 oleh Yayasan yang telah dikemukakan di atas? Bentuk akvititas Brahma Kumaris dalam rangka merayakan ulang atau kegiatan apa yang dilakukan dalam rangka tahun ke-50 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). pengembangan dan penggalian nilai? Sumber atau Proyek yang saat itu bernama Sharing Our Values bahan-bahan apa yang digunakan sebagai materi for a Better World (Berbagi Nilai-nilai Kita untuk pokok maupun materi penunjang pembelajaran? Dunia yang Lebih Baik). Tema proyek itu diambil Selain metode pembelajaran, penelitian ini dari pasal dalam Pembukaan Deklarasi PBB yang juga akan melihat metode evaluasi yang digunakan berbunyi: “To reaffirm faith in fundamental human untuk mengukur keberhasilan program ini. Hasil rights, in the dignity and worth of the human (outcomes) dan dampak (impacts) menjadi tolok person…” (Untuk memperkokoh keyakinan pada ukur apakah proses pembelajaran nilai dapat hak-hak asasi manusia, martabat dan nilai seorang dikatakan berhasil atau tidak. Metode evaluasi apa manusia…). Sebagai bagian dari proyek itu, ditulis buku Living Values: A Guide Book, yang berisi

308 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 2 Desember 2015 penjelasan dari nilai-nilai inti yang dikembangkan, Training kemudiaan diadakan dengan termasuk aktivitas-aktivitas penunjang. melibatkan 40 orang guru yang dilaksanakan di Untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Graha Sindu, Jl. Taman Hudi, Pasar Baru selama nilai berbasis sekolah, pada Agustus 1996 dua dua setengah hari. Setelah training selesai, kepala puluh pengajar dari seluruh dunia berkumpul di sekolah meminta Helen untuk mengajar LVE dari kantor UNICEF di New York, membentuk LVEI kelas satu sampai kelas sepuluh setiap dua kali dalam (Living Values: An Education Intiative). Mereka seminggu. Helen mengajar dengan mengembangan mendiskusikan kebutuhan para murid, pengalaman setiap nilai pada setiap bulannya, seperti bulan mereka mengajarkan nilai-nilai, dan bagaimana pertama ia mengembangkan nilai kedamaian, para pengajar mengintegrasikan nilai-nilai guna bulan kedua nilai pengharagaan dan seterusnya. menyiapkan para murid untuk proses pembelajaran Kemudian setelah beberapa bulan kemudian, seumur hidup. Dengan menggunakan Living Values: Helen meminta suatu ruangan tersendiri yang A Guide Book dan Convention on the Rights of the di dalamnya ada karpet, di sana ia mengajarkan Child (Konvensi Hak Anak) sebagai kerangka kerja, aktivitas nilai dengan meminta anak-anak untuk para pengajar mengidentifikasi dan menyepakait membuat gambar bermuatan nilai, seperti burung tujuan pendidikan nilai berbasis sekolah di merpati yang merupakan simbol kedamaian dengan seluruh dunia, baik untuk negara maju maupun menggambar pada sayap-sayapnya bendera- berkembang. Akhirnya pada Februari 1997, Living bendera dari beberapa negara serta melakukan Values Educator’s Kit siap digunakan, dan sejak aktivitas-aktivitas nilai lainnya. saat itu LVEP mulai dijalankan. Sampai Maret Kemudian LVE berkembang sangat baik di 2000, LVEP telah dilaksanakan di 1.800 lokasi yang Sekolah Al-Izhar yang dikembangkan oleh Ibu tersebar di 64 negara (Tillman, 2004: ix-xii). Pada Irma Makarim dan Taka Gani. Setelah itu, berbagai 2004, dibentuklah wadah bagi para pendidik yang kegiatan, seminar dan pelatihan Living Values telah bekerja untuk Pendidikan Menghidupkan Education kemudian dilakukan di banyak kota Nilai, yang diberi nama Association for Living Values di Indonesia. Mulai dari Banda Aceh, Tapaktuan, Education International (ALIVE International) Jakarta, Bogor, Bandung,Subang, Sukabumi, yang berkantor pusat di Jenewa, Swiss (lihat http:// Yogyakarta, Salatiga, Solo, Kupang, Tabanan, www.livingvalues.net; diakses 30 Oktober 2012). Singaraja, sampai di Ambon dan Ternate. Program Living Values Education (LVE) pertama kali dan aktivitas Living Values Education tersebut tidak dikembangkan di Indonesia oleh Helen Quirin hanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan, pada tahun 2002. Saat itu beliau banyak mendengar namun juga di kamp pengungsian, dalam komunitas tentang metode LVE yang dipraktikan di beberapa maupun institusi lainnya. sekolah di luar negeri seperti Singapura, sehingga Pada tanggal 1 Desember 2008, Yayasan beliau terpikir untuk mengembangkan LVE di Karuna Bali ditunjuk menjadi perwakilan Asosiasi Indonesia. Beberapa waktu kemudian, pada Living Values Education di Indonesia oleh saat beliau berada di Singapaura, salah seorang ALiVE (Asosiasi LVE) Internasional. Yayasan temannya memberikan lima buah buku LVE untuk Karuna Bali mengemban tugas sebagai payung dikembangkan di Indonesia. hukum, mengeluarkan akreditasi pelatih dan Setiba di Indonesia, Helen menunjukan mengkoordinasi kegiatan-kegiatan Living Values kelima buku tersebut kepada seorang kepala Education di Indonesia (diakses 30 Oktober 2012). sekolah yang sedang mendirikan sekolah baru bernama Universal yang terletak di Kemayoran, Pendidikan Menghidupkan Nilai di Sekolah tepatnya di belakang sekolah Gandhi. Setelah Madania membacanya, kepala sekolah tersebut tertarik Sekolah Madania berada di bawah naungan untuk mengembangkan konsep dan metode LVE Yayasan Pendidikan Madania Indonesia (YPMI) dan meminta Helen untuk memberikan pelatihan yang berdiri pada 1995. Para pendiri yayasan bagi para guru-guru di sekolahnya itu. Mengingat tersebut ialah Prof. Dr. Nurcholish Madjid (alm.), Helen saat itu baru mengenal LVE, sehingga belum Drs. Achmad Fuadi, dan Prof. Dr. Komaruddin memahami bagaimana memberikan pelatihan LVE Hidayat. Kata ‘Madania’ berasal dari bahasa Arab, untuk para guru. Kemudian ia mengontak salah ‘Madaniah’, yang memiliki akar kata yang sama seorang temannya yang bernama Ruth yang berasal dengan ‘Madinah’, yang berarti ‘peradaban’. Madinah dari Korea, yang saat itu kebetulan sedang berada sendiri berarti tempat peradaban, yang sering di Singapura untuk memberikan training LVE bagi diartikan sebagai ‘kota’, yaitu suatu tempat yang para guru-guru tersebut. dihuni oleh masyarakat yang berperadaban, penuh ketaatan, disiplin, dan tunduk-patuh kepada Tuhan.

Pendidikan Menghidupkan Nilai: Studi Kasus di Sekolah Madania, Parung, Kabupaten Bogor - Mulyana | 309 Baik ‘madinah’ maupun ‘madaniah’ merupakan kata memberi pelatihan kepada guru dan manajemen turunan dari kata dasar dāna, yadīnu, dīnan, yang sekolah. Lalu pada 2010-2012, Sekolah Madania berarti taat, tunduk, patuh, dan pasrah. ‘Madinah’ menjalin kerjasama dengan Yayasan Wakaf maupun ‘madaniah’ juga bisa berasal dari kata Paramadina dan Yayasan Asia untuk pelaksanaan dasar madana, yamdunu, madyinah, yang berarti pelatihan PMN bagi guru dan staf manajemen membangun, yaitu membangun peradaban. Lihat sekolah dan juga evaluasi terhadap pelaksanaan booklet sekolah Madania: Indonesian School with program (Wawancara dengan M. Wahyuni Nafis, World Class Standard (t.t.), h. 3. Lihat juga informasi MA; tanggal 8 Oktober di Parung, Bogor; wawancara lebih jauh mengenai Madania di (http://www. dengan Taufik Hidayat, manajer program LVE madiania.net.; diakses 15 November 2012). Yayasan Wakaf Paramadina, tanggal 2 Oktober di Menurut penjelasan Wahyuni Nafis, MA, yang Jakarta). menjabat sebagai Principal Sekolah Madania saat Pelatihan PMN dalam bentuk workshop ini, sekolah Madania bermula dari ide Nurcholish diadakan di Sekolah Madania pada 9 Januari, 20 Madjid (yang akrab disapa dengan Cak Nur) Februari, 27 Maret, dan 24 April 2010. Peserta yang merasa prihatin melihat banyaknya lembaga workshop bukan hanya dari kalangan guru, pendidikan Islam, namun jarang di antara lembaga tetapi juga dari pihak manajamen sekolah. Hal ini pendidikan itu yang mampu mengungguli lembaga- dimaksudkan untuk memberi pemahaman bahwa lembaga pendidikan seperti yang dikelola oleh tugas penggalian nilai bukan berada di pundak guru umat lain. “Banyak lembaga pendidikan Islam, semata, juga tetapi menjadi tugas seluruh warga menurut Cak Nur, tidak memberikan perhatian sekolah. Jumlah peserta yang mengikuti workshop pada aspek kualitas, tetapi lebih pada pendidikan 34 orang, terdiri dari 19 perempuan (63%) dan yang masih mempertahankan cara-cara atau 11 laki-laki (37%). 30 orang adalah guru pada pendekatan yang konvensional. Hal di atas harus tingkat level SD, SMP, SMA, SEN-U (kelas spesial dicarikan jawabannya. Madania akhirnya berdiri untuk anak berkebutuhan khusus), sedangkan 4 sebagai wujud dari cita-cita mulia Cak Nur semasa sisanya berasal dari pihak manajemen. Fasilitator hidupnya,” kata Nafis (Wawancara, M. Wahyuni workshop berasal dari Yayasan Wakaf Paramadina, Nafis, MA, principal Sekolah Madania; tanggal 8 Yayasan Asia, dan beberapa lembaga lain yang Oktober di Parung, Bogor) telah mendapat sertifikasi sebagai trainer LVE dari Pendidikan Madania berusaha memberikan Association for Living Values Education Indonesia fasilitas dan bimbingan bagi pertumbuhan (ALIVE Indonesia). intelegensi siswa secara utuh, sehingga ukuran keberhasilan anak didik tidak diukur secara Aspek Substansi: seragam, melainkan sesuai dengan potensi dan Nilai-Nilai yang Digali minat masing-masing. Di Madania, pendidikan Seperti telah dikemukakan pada bagian karakter sangat dipentingkan karena pendidikan life terdahulu, kendati pendidikan nilai atau pendidikan skill, disamping special skill, akan sangat diperlukan karakter menjadi perhatian banyak pihak dewasa dalam kehidupan mendatang yang penuh ini, namun fokus atau prioritas nilai masing- perubahan. Pada 2003, menurut Wahyuni Nafis, masing pihak cenderung bervariasi. Pemerintah Madania telah merumuskan Moral Values Education Australia, misalnya, memfokuskan pada 9 nilai, menjadi kurikulum, serta mengajarkan nilai-nilai, sementara Indonesia memberi penekanan pada 18 baik pada pelajaran agama maupun pelajaran nilai. Lalu, bagaimana dengan program PMN yang umum lainnya. Pada tahun-tahun berikutnya, dipromosikan oleh ALiVE dan Sekolah Madania? tahun 2007-2008, Madania menambah jam evaluasi Ada 12 (dua belas) nilai yang digali dan proses belajar mengajar dari aspek kognitif, afektif dikembangkan melalui program Pendidikan maupun psikomotorik dengan cara semua guru Menghidupkan Nilai yang dipromosikan oleh harus terlibat menilai karakter siswa, misalnya: ALiVE. Keduabelas nilai itu ialah: 1) Kedamaian, 2) apakah kemandirian anak dan integritas anak Penghargaan, 3) Cinta, 4) Toleransi, 5) Kejujuran, dalam masing-masing pelajaran yang dipandu oleh 6) Kerendahan Hati, 7) Kerjasama, 8) Kebahagiaan, guru-guru bersangkutan itu muncul (Wawancara 9) Tanggungjawab, 10) Kesederhanaan, 11) dengan M. Wahyuni Nafis, MA; tanggal 8 Oktober Kebebasan, dan 12) Persatuan. Dari keduabelas di Parung, Bogor). nilai itu, kedamaian dan penghargaan dipandang Sekolah Madania mulai mengenal Pendidikan sebagai nilai yang paling utama, dan oleh sebab Menghidupkan Nilai (PMN) pada 2004 ketika itu diberi porsi waktu untuk penggalian yang lebih mengundang Yayasan Brahma Kumaris untuk lama dan ditempatkan dalam urutan pertama. Seperti dikemukakan Diane Tillman (2004: xx),

310 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 2 Desember 2015 ada beberapa alasan mengapa nilai kedamaian dan penggalian dan pengembangan karakter bagi siswa penghargaan dipandang sebagai nilai yang utama: untuk level sekolah dasar. Adapun untuk sekolah menengah, pengembangan karakter difokuskan [nilai] kedamaian harus menjadi yang pada 4 nilai, yaitu truth, inclusive, integrity, dan care. pertama karena pengalaman kami Nilai truth mencerminkan keyakinan akan adanya membuktikan bahwa semua murid sangat kebenaran mutlak yang diekspresikan dalam bentuk memperhatikan perdamaian dunia—bahkan upaya menghilangkan ego (hawa nafsu) sehingga pada murid yang sangat sering berkelahi. yang ada tinggal (kehendak) Tuhan. Adapun nilai Murid-murid tampaknya merasa bahwa inclusive mencerminkan niat dan kemampuan untuk [nilai] Kedamaian sangat sesuai dengan menjadi pribadi yang menerima perbedaan secara kehidupan sehari-hari dan menarik untuk ikhlas dalam agama, keyakinan dan kemampuan, dijalani. [Nilai] ini mengurangi “kenakalan” serta keunikan pada diri sendiri dan orang lain. yang ditemui guru pada anak-anak yang Nilai integrity merefleksikan niat, pemikiran, “kurang termotivasi”. Penghargaan adalah perasaan dan perbuatan yang baik dan benar, serta [nilai] kedua yang disarankan karena banyak keberpihakan (komitmen) kepada yang baik dan murid yang merasa [nilai] ini menyentuh benar. Sementara itu, nilai care merefleksikan niat perasaan dan sangat membantu. Guru-guru dan kemampuan untuk peduli dan membantu orang merasakan bahwa para murid menjadi lebih lain demi melaksanakan pelayanan kepada seluruh percaya diri, lebih menghargai orang lain, umat manusia secara adil, penuh penghargaan, dan lebih termotivasi di dalam kelas. dan penuh rasa hormat yang diwujudkan dengan Alasan lain mengapa kami menyarankan dua teladan dalam pengabdian dan pelayanan melalui [nilai] ini dilaksanakan di awal adalah karena dalam mendidik, mengajar, menghormati, membimbing, pelajaran yang ada dalam unit [yang menggali mengarahkan, dan membantu dengan segenap tentang nilai-nilai ini] terkandung ketrampilan yang kasih-sayang (Wawancara, M. Wahyuni Nafis, MA; akan digunakan terus pada pelajaran dalam unit- tanggal 8 Oktober di Parung, Bogor; lihat juga lihat unit [nilai] yang lain. juga booklet Sekolah Madania, h. 6-7). Sementara itu, nilai-nilai yang menjadi fokus Meski nilai yang menjadi fokus pengembangan pendidikan karakter di Sekolah Madania mencakup: bervariasi, namun ada pula kesamaan nilai-nilai 1) kerjasama, 2) sikap menghargai, 3) percaya diri, yang dikembangkan antara ALIVE, Sekolah 4) tepaselira, 5) rasa hormat, 6) tenggang rasa, 7) Madania, Kemdikbud RI, dan pemerintah Australia, rasa keterikatan, 8) daya cipta, 9) komitmen, 10) seperti nilai penghargaan, kejujuran, dan toleransi semangat, 11) keingintahuan, serta 12) kemandirian (tenggang rasa) (lihat Matriks 1 di bawah). dan kebebasan. Nilai-nilai ini merupakan fokus Matriks 1: Perbandingan Fokus Nilai

NO ALIVE Madania Kemdikbud Indonesia Pemerintah Australia 1. Kedamaian Kerjasama Religius Kepedulian dan Kasih Sayang 2. Penghargaan Menghargai Jujur Berbuat terbaik 3. Cinta Percaya diri Toleransi Berlaku adil 4. Toleransi Tepaselira Disiplin Kebebasan 5. Kejujuran Rasa hormat Kerja keras Kejujuran dan Dapat Dipercaya 6. Kerendahan Hati Tenggang rasa Kreatif Integritas 7. Kerjasama Rasa keterikatan Mandiri Penghargaan 8. Kebahagiaan Daya cipta Demokratis Tanggungjawab 9. Tanggungjawab Komitmen Rasa Ingin Tahu Pemahaman, Toleransi, dan Inklusi 10. Kesederhanaan Semangat Semangat Kebangsaan 11. Kebebasan Keingintahuan Cinta Tanah Air Kemandirian dan 12. Persatuan Menghargai Prestasi kebebasan 13. Bersahabat/Komunikatif 14. Cinta Damai 15. Gembar Membaca 16. Peduli Lingkungan 17. Peduli Sosial 18. Tanggungjawab

Pendidikan Menghidupkan Nilai: Studi Kasus di Sekolah Madania, Parung, Kabupaten Bogor - Mulyana | 311 Bervariasinya nilai yang menjadi fokus tanggal 2 Oktober di Jakarta; wawancara dengan pendidikan nilai sesungguhnya tidak perlu Abdullah, guru PAI di Sekolah Madania, tanggal dipandang sebagai masalah. Karena, fokus nilai mana 8 Oktober Parung, Bogor). Bahkan, menurut yang akan dikembangkan memang sepenuhnya keterangan Wahyuni Nafis, pendidikan nilai tergantung pada kebutuhan dan konteks di mana bukan saja diperuntukkan bagi guru, tetapi juga Pendidikan Menghidupkan Nilai dilakukan. bagi seluruh staf manajemen sekolah dan tenaga Dalam konteks sekolah Madania, para pendukung lainnya, seperti office boyWawancara, ( pengelola melihat 12 nilai yang direkomendasikan Wahyuni Nafis, tanggal 21 Oktober di Parung, oleh ALIVE untuk digali dapat disesuaikan dengan Bogor). kebutuhan atau tema pembelajaran. Selain itu, Selain berpijak pada pendekatan lintas- perbedaan atau variasi fokus nilai itu sebagian kurikulum, pendidikan nilai di Sekolah Madania juga hanya disebabkan faktor perumusan redaksi bersandar pada pendekatan ‘penggalian nilai’ yang berbeda atau penggunaan kategori yang (values exploration), bukan penanaman nilai (values berbeda untuk menempatkan nilai. Misalnya, nilai inculcation) (tentang variasi pendekatan pendidikan kedamaian. Menurut pengelola Sekolah Madania, nilai, lihat Zajda 2009: xix). Hal ini disebabkan tidak dicantumkannya nilai kedamaian secara karena pengelola Sekolah Madania bersandar pada eksplisit dalam 12 butir nilai Madania bukan berarti filosofi tentang manusia sebagai makhluk yang nilai kedamaian tidak dipandang penting. Mereka diciptakan dalam kondisi suci (fitrah). Mengutip hanya berpandangan bahwa nilai kedamaian sebuah hadis Nabi, “Setiap anak dilahirkan dalam merupakan konsekuensi dari nilai-nilai lain seperti kesucian”. Akibat dari fitrah ini adalah manusia nilai penghargaan, kepedulian dan toleransi menjadi hanif, yaitu cenderung kepada yang baik (tenggang rasa). Jika orang dapat menggali dan dan benar. Dengan demikian, pendekatan ini mengembangkan nilai dan sikap saling menghargai, menolak pandangan yang mengatakan bahwa toleransi, dan kepedulian terhadap sesama, manusia pada mulanya diciptakan seperti tabula maka pasti hal itu akan mendorong terwujudnya rasa atau kertas putih yang masih kosong (seperti kedamaian di tengah masyarakat. yang dianut filosof John Locke); atau keyakinan yang Hal yang mungkin lebih penting ialah memandang bahwa setiap manusia yang dilahirkan bagaimana nilai-nilai luhur itu dapat digali, telah memiliki dosa warisan (yaitu dosa yang dikembangkan, dan dipelihara, sehingga nilai-nilai ditanggung umat manusia akibat kesalahan yang itu dapat memberi kontribusi nyata pada penciptaan dilakukan Adam). Oleh sebab itu, fungsi pendidikan kondisi sosial ideal yang dicita-citakan bersama. sesungguhnya adalah memandu manusia untuk Dalam bagian berikut ini akan dibahas pendekatan, mengenali, menggali dan menghidupkan nilai-nilai metode, aktivitas dan strategi yang digunakan untuk kebaikan yang sudah tertanam dalam dirinya. penggalian dan pengembangan nilai-nilai tersebut. Ragam Aktivitas Pembelajaran Pendekatan ‘penggalian nilai’ ini dilakukan spek Metodologi: melalui beragam aktivitas pembelajaran, seperti Pendekatan dan Metode Refleksi, Imajinasi, Latihan Relaksasi/Fokus, Pendekatan Ekspresi Seni, Permainan, Diskusi, Permainan Baik Sekolah Madania maupun ALIVE Peran, Pemetaan Pikiran, Menulis Kreatif, dan terlihat memiliki pendekatan yang serupa untuk Latihan Resolusi Konflik. Aktivitas refleksi bertujuan pendidikan nilai atau pendidikan karakter, yaitu untuk mengajak peserta didik untuk merenungkan menggunakan pendekatan terintegrasi atau lintas- konsep nilai yang abstrak atau yang tersaji dalam kurikulum (cross-curricular approach). Pendidikan berbagai ungkapan dan pribahasa. Misalnya, nilai nilai atau pendidikan karakter bukanlah suatu mata kedamaian mengandung butir-butir refleksi seperti: ajar tersendiri, melainkan diintegrasikan ke dalam “Setiap manusia berharga”, “Saat kita menghargai seluruh kurikulum pendidikan. Oleh sebab itu, diri sendiri, mudah untuk menghargai orang lain”, peserta pelatihan pendidikan nilai atau karakter dan sebagainya. bukan sebatas pada guru-guru yang mengampu Selanjutnya melalui aktivitas Imajinasi, siswa mata pelajaran yang umumnya dianggap sebagai diajak untuk membayangkan tentang suasana jika ‘paling bertanggungjawab’ untuk pengembangan nilai-nilai yang sedang digali itu terwujud; apa karakter, seperti guru agama dan guru Pendidikan yang mereka dapat rasakan dan alami. Mereka Kewarganegaraan (Wawancara, Taufik Hidayat, juga diminta membuat visualisasi melalui gambar

312 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 2 Desember 2015 atau lukisan. Aktivitas Imajinasi ini tidak hanya terhadap orang lain melalui ungkapan pujian; dan memancing kreativitas siswa, tetapi juga dapat mendengar secara aktif. Ungkapan pujian dapat mengundang ketertarikan pada nilai yang sedang menciptakan perasaan bahwa seseorang dihargai dibahas. dan selanjutnya memberi dorongan positif kepada Latihan relaksasi/fokus dilakukan dengan orang tersebut untuk mengulangi perbuatan- cara meminta siswa untuk diam selama beberapa perbuatan baiknya di masa mendatang. menit. Tujuannya ialah agar siswa dapat merasakan Sementara itu, aktivitas mendengar aktif kualitas dari suasana hening. Menurut Tillman, para dapat memberi dampak positif baik bagi pendengar guru sudah membuktikan bahwa latihan relaksasi/ maupun pembicara. Mendengar aktif mensyaratkan fokus membantu para murid menjadi lebih tenang, pendengar meninggalkan berbagai prasangka lebih puas diri, dan lebih baik dalam berkonsentrasi dan stereotype terhadap pembicara. Bahkan, ini pada saat belajar (Tillman 2004: xvi). Menurut juga menuntut agar pendengar ‘menunda’ untuk pengakuan guru-guru yang telah mempraktikkan sementara segala pertanyaan atau kritik yang PMN di sejumlah pesantren dan sekolah, latihan ini mungkin ia miliki terhadap pembicara. Hal ini membantu mengatasi suasana kelas yang biasanya memberi kesempatan bagi pendengar untuk bisa riuh dan hingar-bingar (Wawancara, guru PAI Bpk. memiliki pengertian yang lebih baik mengenai Abdullah tanggal 8 Oktober di Parung Bogor). apa yang disampaikan pembicara. Adapun bagi Aktivitas ekspresi seni mendorong siswa pembicara, tindakan mendengar aktif akan untuk dapat membayangkan dan memvisualisasikan menciptakan perasaan pada diri pembicara bahwa nilai-nilai melalui berbagai aktivitas kesenian, ia dihargai oleh si pendengarnya. Suasana positif seperti menggambar, bernyanyi, menari, bermain yang tercipta dari tindakan mendengar aktif akan drama, bercerita, dan sebagainya. Aktivitas ini meningkatkan kualitas komunikasi pada kedua membuat pembelajaran tentang nilai menjadi tidak belah pihak. membosankan, sekaligus menumbuhkan kreativitas Sumber atau materi pembelajaran PMN estetika siswa. Misalnya, siswa diminta untuk dapat sangat beragam, mulai dari buku, koran dan menggambarkan kue perdamaian, atau menuliskan majalah, internet, hingga radio maupun televisi. puisi tentang kesederhanaan, atau menciptakan lagu Untuk beberapa aktivitas, lingkungan alam pun yang mengandung nilai kerjasama, atau membuat digunakan sebagai sumber pembelajaran. Namun video tentang perdamaian dan sebagainya. Seperti demikian, ALIVE International menerbitkan halnya aktivitas ekspresi seni, aktivitas permainan, beberapa panduan yang dapat digunakan dalam selain melatih beberapa ketrampilan, seperti proses pembelajaran. Buku-buku tersebut antara kreativitas dan kerjasama, juga menjadikan aktivitas lain Living Values Education Activities for Children pembelajaran nilai menjadi menyenangkan. Ages 3-7, Living Values Education Activities for Adapun aktivitas permaian peran memberi Children Ages 8-14, Living Values Education peluang bagi siswa untuk merasakan dan mengalami Activities for Children Ages Young Adults, Living nilai melalui berbagai peran yang dijalankan Values Parent Groups: A Fasilitator Guide dan Living ataupun suasana yang dihadapi. Aktivitas permainan Values Activities for Refugees and Children-Affrected- peran mendekatkan pembelajaran tentang nilai by-War. kepada realitas yang sesungguhnya dihadapi. Sementara itu, melalui aktivitas diskusi, siswa dapat Strategi Pengembangan Nilai mengekspresikan pandangannya tentang nilai yang Peran Guru sedang dibahas, dan bersama-sama dengan siswa Dalam mengembangkan pendidikan lainnya dan guru pendamping, saling bertukar berbasis nilai, Madania menyadari bahwa posisi pandangan untuk mencapai pemahaman bersama guru memiliki peran yang cukup sentral. Karena yang lebih baik. Melalui aktivitas ini, siswa dan guru kesadaran ini, Madania sejak awal mempersiapkan juga dapat mendiskusikan problem-problem aktual guru-guru yang yang akan mendidik para siswa yang sedang dihadapi terkait nilai tertentu, seperti dengan persiapan yang memadai. Langkah pertama perang dan perdamaian. yang diperhatikan oleh Madania adalah penerimaan Selain berbagai aktivitas di atas, ada pula selektif para calon guru. Setelah diterima, biasanya aktivitas-aktivitas yang ditujukan untuk membangun para calon guru ini akan dididik dan dilatih selama suasana yang positif atau suasana berbasis nilai. Dua empat bulan. Meski penguasaan materi pelajaran di antaranya ialah mengekspresikan penghargaan menjadi salah satu syarat penting agar dapat bisa

Pendidikan Menghidupkan Nilai: Studi Kasus di Sekolah Madania, Parung, Kabupaten Bogor - Mulyana | 313 mengajar, namun hal yang diharapkan dari para melalui program pelayanan terhadap masyarakat guru tentu bukan hanya soal penguasaan materi (community service). Melalui community service, yang akan diberikan kepada para siswa. Karena itu, Madania meminta kepada seluruh siswa untuk proses pendidikan dan pelatihan selama empat bulan melakukan pelayanan kepada masyarakat selama untuk para guru diharapkan dapat memperkuat sepuluh jam dalam satu tahun. Jenis pelayanan proses pengembangan pendidikan yang tidak hanya yang dilakukan dibuat fleksibel, tergantung pada menekankan transfer ilmu pengetahuan tetapi juga kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. karakter dan integritas. Sebagai contoh, jika seorang siswa memiliki Selain itu, untuk tetap menjaga kualitas kemahiran berbahasa Inggris, mereka dapat para guru sebagai agen sentral proses pendidikan mengajarkan bahasa Inggris kepada komunitas di Madania, mereka juga secara berkala yang dituju. Dengan program ini diharapkan para direkomendasikan untuk mengikuti pendidikan siswa dapat memiliki kepedulian terhadap sesama dan pelatihan, baik yang dilakukan oleh Madania manusia dan kehendak saling membantu. Bentuk atau oleh pihak luar. Dalam skala yang lebih luas, kepedulian tentu tidak selalu berupa materi tetapi Madania tidak hanya memerhatikan pendidikan juga bisa berupa share kemampuan yang dimiliki dan pelatihan untuk para guru, tetapi juga para oleh siswa. karyawan yang bekerja di Madania. Karena sejatinya proses pendidikan, terlebih pendidikan nilai, bukan Evaluasi di Sekolah dan di Rumah hanya yang berlangsung di dalam kelas, tetapi juga Dalam mengembangkan nilai kepada para di luar kelas atau lingkungan sekolah yang lebih siswa Madania menerapkan proses evaluasi yang luas. Secara umum, Madania betul-betul menyadari dilakukan di sekolah dan di luar sekolah. Proses bahwa proses pendidikan yang berkualitas dimulai evaluasi yang dilakukan di sekolah dilakukan dari ketersediaan sumber daya yang memadai sejak oleh para guru, sementara proses evaluasi di luar awal. Tanpa itu, sebuah visi hanya menjadi harapan sekolah, khususnya di rumah, dilakukan oleh yang tidak pernah terwujud. para wali murid. Proses evaluasi didasarkan pada standar lembaran daftar aktivitas yang diberikan oleh sekolah. Melalui lembar evaluasi ini, sekolah Sensitif terhadap Tindakan Anti-Nilai akan melihat apakah aktivitas yang dilakukan oleh Untuk menghindari sikap atau tindakan yang siswa, baik di sekolah maupun di rumah sudah merusak pengembangan nilai, Madania berusaha memenuhi standar sikap yang diharapkan. Proses untuk sensitif terhadap perilaku yang dianggap ini juga menjadi cara bagi sekolah untuk melakukan anti-nilai. Sensitivitas ini tentu sangat penting evaluasi terhadap sikap para siswa dengan segala untuk memastikan kepada para siswa bahwa kekurangan dan kelebihannya. sebagai sebuah institusi pendidikan Madania tidak akan mentolerir sikap-sikap yang bertentangan Aspek Hasil: dengan nilai yang dikembangkan di Madania. Metode Evaluasi dan Hasil Sebagai contoh umum adalah paktik bullying Seperti telah disebut pada bagian yang dilakukan oleh siswa kepada siswa yang lain. terdahulu, beberapa hasil riset memperlihatkan Kampanye anti terhadap praktik bullying tidak bahwa pendidikan nilai memiliki dampak pada hanya dilakukan melalui penempelan poster, tetapi sejumlah hal seperti kesadaran akan nilai (values juga melalui sikap sensitif terhadap segala praktik consciousness), sikap murid dan guru yang ‘sehat’ yang dianggap bullying. Tindakan yang diambil oleh (student and teacher well-being), kondisi lingkungan Madania terhadap praktik bullying tentu saja bukan sekolah yang tenang dan damai (school ambience), hukuman, apalagi hukuman fisik, tetapi justru hubungan guru-murid yang baik, dan partipasi memberikan pengertian secara persuasif kepada orang tua dan keluarga. Temuan lain yang menarik para pelaku bahwa tindakan itu bertentangan nilai- ialah dampak pendidikan nilai terhadap kecerdasan nilai yang dikembangkan oleh Madania. akademis siswa (VASP 2010; Lovat et al 2009; Lovat and Toomey, eds. 2010). Pengembangan Nilai Kepedulian Evaluasi penting dilakukan untuk menilai Salah satu hal penting yang dikembangkan seberapa efektif upaya-upaya Pendidikan oleh Madania untuk membangun kesadaran tentang Menghidupkan Nilai yang telah dilakukan dan pentingnya nilai kepedulian terhadap sesama adalah untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi,

314 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 2 Desember 2015 serta solusi yang mungkin diambil untuk mengatasi pada diri siswa. Terkait nilai penghargaan, misalnya, kendala-kendala tersebut. Bekerjasama dengan sekitar 79 persen mengamati terjadinya perubahan Yayasan Wakaf Paramadina dan Yayasan Asia, positif dalam sikap siswa untuk menghargai orang Sekolah Madania telah dan sedang melakukan lain. 82 persen guru melihat adanya perubahan evaluasi untuk menilai efektivitas dan dampak dari positif dalam prestasi akademik siswa. 77 persen program Pendidikan Menghidupkan Nilai yang guru melihat adanya perubahan positif pada diri tengah dijalankan. siswa dalam kemampuan berkomunikasi ketika Selain catatan lapangan dari lembaga terjadi perselisihan dan memiliki cara yang positif pendamping, yaitu Yayasan Wakaf Paramadina, untuk mengatasi konflik. Sekitar 82 persen guru evaluasi juga dilakukan melalui metode survey juga melihat perubahan positif pada diri siswa dan teknik ‘cerita perubahan terpenting’ (the most dalam hal kemampuan untuk berbicara dengan significant change stories, MSC) (tentang MSC, lihat jujur. Dari sebanyak 12 aktivitas nilai yang diperoleh Davies dan Dart 2005). Evaluasi jenis kedua masih dalam pelatihan Pendidikan Menghidupkan Nilai, berlangsung sampai saat penelitian ini dilakukan, nilai kejujuran menjadi fokus utama kebanyakan sedangkan evaluasi jenis pertama telah dilaksanakan guru (15%), disusul nilai penghargaan dan pada Agustus 2010, sekitar 6 bulan setelah pelatihan tanggungjawab (masing-masing 12%). (Laporan Pendidikan Menghidupkan Nilai dilaksanakan di Hasil Asesmen Pendidikan Menghidupkan Nilai Sekolah Madania. di Sekolah Madania, Yayasan Wakaf Paramadina Survei itu dilakukan terhadap 34 orang tenaga bekerjasama dengan Yayasan Asia, 1 September pendidik dan 106 siswa. Berdasarkan hasil survei 2010). guru, diketahui bahwa sekitar 71 persen (dari 34 Berikut adalah beberapa testimoni guru orang) guru mengamati terjadinya perubahan positif tentang pelatihan Pendidikan Menghidupkan Nilai yang diikuti para guru. Matrik 2 Testimoni Guru Peserta Pelatihan Pendidikan Menghidupkan Nilai No Nama Testimoni 1. Mega Arsyianti Menyadari bahwa anak/siswa dikelas ingin dianggap berniali, ingin merasa aman, dan butuh penghargaan tentang potensi yang mereka miliki. Ingin membuat murid- murid saya menjadi orang yang lebih positif dan memberikan pengaruh positif, kepada lingkungan sekitarnya sehingga suatu saat dunia kita berisi generasi-generasi “positif”. Menenangkan hati saya sendiri dan memuat diri saya dengan nilai-nilai positif sehingga saya dapat menyebarkan nilai-nilai positif kepada orang lain. 2. Dinda Nauli Puji Syukur, kehadiran saya dikegiatan/program ini membuat saya mengingat kembali Nasution pencapaian karakter baik apa yang sudah tumbuh dengan baik dan yang belum saya pupuk agar kepribadian saya semakin mengkristal dari karakter-karakter baik yang ada pada diri. Dua nilai yang perlu saya pupuk adalah cinta dan bahagia. Selama ini saya lupa, bahwa keduanya penting untuk terus saya hidupkan agar senantiasa menjadi gudang energi. Amin! 3. Nuraeni Saya merasa training kali ini memberi saya banyak insight, mengingat dan menguatkan kembali apa yang pernah saya dapatkan dari training living values sebelumnya. Saya percaya jika semua orang memahami dan mau menghidupkan nilai nilai-nilai positif yang ada dalam dirinya, kita akan punya dunia yang lebih baik dengan anak-anak yang kehidupannya juga lebih baik. Saya yakin, nilai-nilai itu sudah ada dalam diri setiap orang. Training ini mengubah banyak hal positif dalam diri saya menjadi jauh lebih positif dalam berbagai kehidupan saya. Saya lebih bersyukur dengan nilai-nilai yang saya yakini dan saya ingin berbagi dengan anak-anak tentang hal positif yang diperoleh dari training. Insya Allah, training ini memperkuat dan membantu saya menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut. 4. Jusufi Samsuhari LVE (Living Values Education) yang menjadi mainstream amanat pembelajaran saya menjadi lebih variatif dan bermakna, mendalam dan semoga semakin membawa manfaat. 5. Abd. Hakim Lebih menghargai keragaman sifat, perilaku, adab, pola pikir dari setiap diri manusia. Anshory Lebih bersyukur bahwa dengan keragaman bisa lebih mempererat persaudaraan.

Pendidikan Menghidupkan Nilai: Studi Kasus di Sekolah Madania, Parung, Kabupaten Bogor - Mulyana | 315 6. Ari Winarko Saat mengajarkan pentingnya tanggung jawab akan tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Pada saat akan mengumpulkan ada yang tidak bisa mengerjakan tepat waktu, dengan beragam alasan. Dengan arahan dan motivasi. Selanjutnya mereka dapat lebih bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas. Kesan dan Pesan: a) Indahnya menjadi guru b) Jadi semakin sayang dengan keluarga (anak dan isteri) c) Sesi sharing juga sangat menarik, bisa berbagi pengalaman hidup. (Contoh: orang yang paling berpengaruh dalam hidup kita). Saya bisa berkaca dari pengalaman orang lain untuk menjadi pribadi yang baik dan guru yang menjadi contoh bagi murid-muridnya. Pendidikan Menghidupkan Nilai beberapa cara untuk mendukung terciptanya Sebagai Model Pembelajaran PAI suasana berbasis nilai yang nyata. Abdullah, guru Berdasarkan paparan pada bagian sebelumnya, PAI di Sekolah Madania, mengungkapkan bahwa pertanyaan yang tersisa ialah apakah Pendidikan “hasil nyata dari PMN dapat terlihat dari sikap siswa Menghidupkan Nilai (PMN) dapat menyediakan yang lebih dapat saling menghargai perbedaaan dan model bagi pembelajaran Pendidikan Agama Islam bekerkerjasama dalam tim. Siswa juga lebih dapat (PAI)? mengekpresikan diri melalui kegiatan sosial, seperti Peneliti berpandangan bahwa pelajaran membantu di panti jompo, membersihkan masjid, penting dari PMN bagi upaya pengembangan dan lain-lain. Selain itu, siswa lebih terlihat bebas model pembelajaran PAI yang lebih efektif dalam mengemukakan pendapat walaupun tetap terletak pada aspek pendekatan dan metode yang berpegang pada aturan yang telah ditetapkan.” digunakan. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, Terkait dengan PAI, menarik untuk mengutip PMN menggunakan pendekatan penggalian atau hasil survei yang dilakukan Lembaga Kajian Islam eksplorasi nilai yang bersandar pada keyakinan dan Perdamaian (LaKIP 2011) yang menyebutkan positif terhadap manusia sebagai makhluk yang bahwa sekitar 27,9 persen (dari 993) siswa diciptakan oleh Tuhan dalam kondisi kesucian menyebutkan pokok bahasan tarikh/sejarah Islam (fitrah). Keyakinan ini juga berimplikasi pada sebagai pokok bahasan PAI yang tidak disukai, keyakinan lain bahwa pada dasarnya manusia sementara 26,2 persen lainnya menyebut pokok secara alamiah akan cenderung kepada kebaikan bahasan al-Quran dan Hadis sebagai yang tidak (hanif) karena pada dirinya telah tertanam nilai- disukai. Alasan utama yang dikemukakan siswa nilai kebaikan yang diberikan oleh Sang Pencipta mengapa kedua pokok bahasan ini tidak disukai pada saat penciptaan dirinya. Oleh sebab itu, ialah karena cara kedua pokok bahasan itu diajarkan, fungsi utama dari pendidikan, termasuk PAI, yaitu penekanan pada metode hafalan. Terkait sesungguhnya adalah mengajak manusia untuk keluhan siswa semacam itu, Taufik Hidayat, manajer mengenali dan menggali nilai-nilai kebaikan yang program PMN di Yayasan Wakaf Paramadina, telah bersemayam pada dirinya. mengemukan bahwa hal itu sesungguhnya dapat Melalui beragam aktivitas pembelajaran, diatasi dengan cara mengubah metode pembelajaran PMN memperkenalkan begitu banyak metode dengan memanfaatkan ragam aktivitas yang telah atau cara tentang bagaimana nilai-nilai kebaikan disediakan oleh Pendidikan Menghidupkan Nilai. yang telah tertanam pada diri manusia itu digali “Terkait dengan pokok bahasan tarikh, misalnya, dan dikembangkan sehingga dapat tercermin jika guru dapat meningkatkan ketrampilan dalam dalam sikap dan perilaku keseharian manusia. Di teknik storytelling, maka niscaya pembelajaran tarikh antara beragam aktivitas yang telah disebutkan akan menjadi lebih menarik dan menyenangkan antara lain meliputi refleksi, imajinasi, ekspresi bagi siswa, yang pada gilirannya akan membantu seni, diskusi dan berbagi pandangan, permainan siswa lebih mudah memetik nilai-nilai pelajaran peran, pemetaan pikiran, dan sebagainya. Beragam dari berbagai materi pokok bahasan tarikh yang aktivitas itu terbukti telah mampu menciptakan dipelajari,” ungkapnya (Wawancara dengan Taufik suasana pembelajaran nilai menjadi lebih hidup Hidayat, tanggal 2 1 November di Jakarta). dan menyenangkan, serta lebih membekas pada diri Hal terakhir yang penting dikemukakan peserta pembelajaran. ialah perlunya sebuah community of practice, yaitu Beberapa ketrampilan, seperti mendengar komunitas yang secara konsisten mempraktikkan aktif dan mengekspresikan pujian, juga telah menjadi

316 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 2 Desember 2015 dan mengekspresikan nilai-nilai yang telah Ketiga, program PMN menekankan dipelajari yang dapat menjadi model bagi pihak lain. pentingnya evaluasi sebagai bagian penting dan Komunitas ini juga berperan untuk menciptakan integral dari program. Karena, melalui evaluasi suasana yang kondusif bagi pembelajaran dan inilah kemajuan-kemajuan yang telah dicapai pemeliharaan nilai. Komunitas ini bukan hanya melalui program dapat dikenali. Selain itu, melalui terdiri dari para tenaga pendidik, tetapi melibatkan evaluasi ini, kendala-kendala yang dihadapi seluruh warga sekolah, termasuk orangtua siswa. program juga dapat diidentifikasi dan dicarikan Dengan demikian, sikap dan praktik positif yang solusinya. Evaluasi dilakukan secara regular pada telah dihasilkan melalui PMN dapat terus dipelihara. awal, pertengahan maupun di akhir program. Selain itu, evaluasi yang melibatkan seluruh warga sekolah, PENUTUP termasuk orangtua siswa, menjadi bagian penting Beberapa temuan utama dari penelitian ini untuk menilai keberhasilan atau kemajuan yang dapat diringkaskan sebagai berikut: dicapai terkait pembelajaran nilai. Hasil evaluasi Pertama, berbagai pihak yang yang telah dilakukan sejauh ini memperlihatkan mempromosikan pendidikan nilai atau pendidikan bahwa PMN telah menghasilkan berbagai karakter cenderung memberi penekanan yang perubahan positif, baik pada guru, siswa maupun berbeda terhadap nilai-nilai yang menjadi fokus manajemen sekolah. perhatiannya. Program Pendidikan Menghidupkan Keempat, program PMN memberi contoh Nilai yang dijalankan sejumlah lembaga swadaya atau model yang berguna yang dapat dimanfaatkan masyarakat dan lembaga pendidikan di Indonesia, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran misalnya, memberi penekanan pada 12 nilai, Pendidikan Agama Islam (PAI). Dari segi nilai, meliputi 1) Kedamaian, 2) Penghargaan, 3) Cinta, banyak dari nilai yang menjadi fokus dalam PMN 4) Toleransi, 5) Kejujuran, 6) Kerendahan Hati, 7) sebenarnya juga telah termuat dalam PAI, seperti kejujuran, penghargaan, toleransi, kasih-sayang, Kerjasama, 8) Kebahagiaan, 9) Tanggungjawab, 10) dan tanggungjawab. Namun, pembelajaran PAI Kesederhanaan, 11) Kebebasan, dan 12) Persatuan. selama ini cenderung masih miskin dari segi Sekolah Madania sendiri, yang menjadi fokus metode pembelajaran. Dalam kaitan ini, berbagai penelitian ini, menekankan nilai yang bervariasi metode dan aktivitas pembelajaran yang telah sesuai dengan level pendidikan yang dikelolanya. dikembangkan PMN dapat menjadi contoh yang Untuk jenjang sekolah dasar, nilai yang menjadi berguna bagi pembelajaran PAI. fokus meliputi: 1) kerjasama, 2) sikap menghargai, Terakhir, hasil penelitian ini harus dibaca 3) percaya diri, 4) tepaselira, 5) rasa hormat, 6) dengan mengingat bahwa penelitian ini hanya tenggang rasa, 7) rasa keterikatan, 8) daya cipta, mengambil satu kasus di mana program Pendidikan 9) komitmen, 10) semangat, 11) keingintahuan, Menghidupkan Nilai (PMN) ini dijalankan. serta 12) kemandirian dan kebebasan. Sedangkan Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi untuk jenjang sekolah menengah, fokus hanya bahwa implementasi PMN di lembaga-lembaga diberikan pada empat nilai, yaitu: 1) truth, 2) pendidikan lainnya juga mencapai keberhasilan inclusive, 3) integrity, dan 4) care. Variasi fokus nilai seperti yang telah dijalankan di Sekolah Madania. itu sendiri bukan menjadi persoalan karena fokus Diperlukan perluasan wilayah penelitian untuk nilai sangat ditentukan oleh konteks dan situasi di dapat mendukung kesimpulan bahwa PMN secara mana Pendidikan Menghidupkan Nilai itu akan umum dapat menjadi model pembelajaran PAI yang dijalankan. lebih efektif. Kedua, program PMN menggunakan ragam aktivitas yang sangat kaya dalam rangka proses UCAPAN TERIMA KASIH penggalian dan pembelajaran nilai. Jenis-jenis Tulisan yang ada ditangan pembaca ini tidak aktivitas itu antara lain meliputi refleksi, imajinasi, terlepas dari masukan dan saran berbagai pihak ekspresi seni, diskusi, permainan peran, pemetaan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. pikiran, dan berbagai aktivitas lain. Selain itu, Atas bantuannya penulis ucapkan terima kasih beberapa ketrampilan lain dalam mendukung terutama kepada informan penulis ketika penelitian terciptanya suasana berbasis nilai juga diperkenalkan, ini dilakukan khususnya kepala sekolah Madania seperti mendengar aktif, mengungkapkan pujian, Parung Kabupaten Bogor beserta guru dan siswa. resolusi konflik, dan sebagainya. Kepada Pimpinan Redaksi Al Qalam terima kasih untuk terbitnya tulisan ini.

Pendidikan Menghidupkan Nilai: Studi Kasus di Sekolah Madania, Parung, Kabupaten Bogor - Mulyana | 317 DAFTAR PUSTAKA Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Bassey, Michael. 1999. Case Study Research Tahun 2005-2025. Jakarta. in Educational Settings. Buckingham & Pusat Kurikulum. 2009. Pengembangan dan Philadelphia: Open University Press. Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Department of Education, Science and Training Pedoman Sekolah. Jakarta: Kementerian (DEST). 2005. The National Framework for Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Values Education in Australian Schools. Pengembangan. Gellel, Adrian. 2010. “Teachers as Key Players in Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan Values Education: Implications for Teacher Budaya dan Karakter Bangsa. Bahan Pelatihan Formation.” Dalam International Research Penguatan Metodologi Pembelajaran Handbook on Values Education and Student Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Wellbeing, eds. Terence Lovat et al. London & Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. New York: Springer. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional, Hill, Brian V. 2010. “Values Education, Mental Badan Penelitian dan Pengembangan. Reality Constructs and Student Wellbeing.” Terry Lovat. 2009. “Values Education and Quality Dalam International Research Handbook on Teaching: Two Sides of the Learning Coin.” Values Education and Student Wellbeing, eds. Dalam Values Education and Quality Terence Lovat et al. London & New York: Teaching: The Double Helix Effect, eds. Terry Springer. Lovat and Ron Toomey. London & New York: Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Kerangka Springer. Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran Yayasan Wakaf Paramadina. 2010. Laporan Hasil 2010. Jakarta: Kementerian Pendidikan Asesmen Pendidikan Menghidupkan Nilai di Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Sekolah Madania. Jakarta: Yayasan Wakaf Tinggi, Direktorat Ketenagaan. Paramadina bekerjasama dengan Yayasan LaKIP. 2011. Pembelajaran PAI di Sekolah: Laporan Asia. Hasil Survei. Jakarta: Lembaga Kajian Islam Yin, Robert K. 2002. Case Study Research: Design dan Perdamaian. and Methods. Third Edition. California: Sage Leenders, Hélène, and Wiel Veugelers. 2009. Publication Inc. “Different Perspectives on Values and Tillman, Diane. 2004. Living Values Activities for Citizenship Education.” Dalam Global Values Young Adult (Pendidikan Nilai untuk Kaum Education: Teaching Democracy and Peace, Dewasa-Muda). Jakarta. PT Gramedia eds. Joseph Zajda and Holger Daun. London Widiasarana Indonesia & New York: Springer. Lovat, Terence, et al. 2009. “Project to Test and Peraturan Perundang-Undangan Measure the Impact of Values Education on Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Student Effects and School Ambience.” Final Pendidikan Nasional Report for Australia Government Department Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang of Education, Employment and Workplace Rencana Pembangunan Jangka Panjang Relations. The University of Newcastle, Nasional Tahun 2005-2025 Australia, January 12th.

318 | Jurnal “Al-Qalam” Volume 21 Nomor 2 Desember 2015