AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

ANASIR-ANASIR AKULTURASI PADA CANDI PARI

DEWI OCTAVYA SARI Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya Email : [email protected]

Yohanes Hanan Pamungkas Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya

Abstrak Persebaran kebudayaan Hindu di wilayah Asia Tenggara menimbulkan interaksi antar masyarakat yang mendiami wilayah tersebut. Sejalan dengan interaksi yang terjadi maka akulturasi budaya pun ikut terjadi. Akulturasi budaya membawa pengaruh bagi masyarakat yang mendiami wilayah Asia Tenggara. Salah satunya ialah dua kerajaan besar yakni dan Campa. Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni : (1) Bagaimana hubungan sosial budaya kerajaan Majapahit dengan kerajaan Campa ? (2) Adakah wujud akulturasi antara seni bangunan Candi Pari dengan Candi di Campa ? (3) Adakah wujud akulturasi dalam ornamentasi antara Candi Pari dengan Candi di Campa ?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode penelitian sejarah yang terdiri dari : (1) heuristik, (2) kritik, (3) interpretasi dan (4) historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : kerajaan Majapahit benar adanya memiliki hubungan dengan kerajaan Campa di wilayah Asia Tenggara. Keduanya menjalin hubungan sebagai mitreka satata yakni negara sahabat yang menjalin kerjasama dalam bidang ekonomi, politik dan sosial budaya yang memberikan dampak berupa akulturasi budaya pada Candi Pari. Diantaranya ialah bentuk fisik Candi Pari yang secara visual berbentuk tambun seperti Candi di Campa khususnya candi-candi di wilayah Mison. Selanjutnya adalah pahatan deretan medallion yang terlihat pada ambang batas Candi Pari. Kemudian hiasan segitiga sama sisi pada Candi Pari. Kata kunci : Anasir, Akulturasi, Majapahit, Campa, Candi Pari

Abstract Distribution of Hindu culture in the Southeast Asia region that lead to interaction between the communities that inhabit the region. In line with the interaction that happens then acculturation, too happen. Acculturation take effect for the people who inhabited the region of Southeast Asia. One is two great kingdoms namely Majapahit and Campa. The problems of this study are: (1) How do socio-cultural relations with the kingdom of Majapahit kingdom Campa? (2) Is there any form of acculturation between the art of building temple Campa to temple Pari? (3) Is there any form of acculturation in the ornamentation of the temple with the temple at Campa Pari?. The method used in this study is the historical research method consisting of: (1) heuristic, (2) criticism, (3) interpretation and (4) historiography. The research of this study are as follows: the kingdom of Majapahit true relationship with Campa kingdom in Southeast Asia. Both relationships as mitreka satata the friendly countries to establish cooperation in the economic, political and socio-cultural impact of acculturation on the temple in the form of Pari. Among them is the physical form that is visually Candi Pari bulky like a temple in Campa, especially temples in the region of Mison. Next is a row of carved medallion that looks at the threshold of the temple Pari. Then garnish equilateral triangle on Candi Pari. Keywords: Elements, Acculturation, Majapahit, Campa,

392

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

PENDAHULUAN (1389-1400), Suhita, Kertawijaya sampai Bangunan candi mulai dikenal di Girindrawarddhana. utamanya di Jawa bersamaan dengan masuk dan Masa penting dari kerajaan Majapahit ini terjadi berkembangnya pengaruh kebudayaan India. Candi berasal ketika pemerintahan raja . Hayam Wuruk dari kata Candika grha, yang artinya Rumah Dewi dinobatkan menjadi raja Majapahit pada tahun 1350 Candika. Dewi Candika adalah Dewi Maut. Candi banyak Masehi bergelar Sri Rajasanagara. Dalam menjalankan diasumsikan sebagai bangunan suci atau dewaloka (tempat pemerintahannya di Majapahit, Hayam Wuruk dibantu para dewa). 1 Pandangan masyarakat Jawa Kuno tentang oleh yang menduduki jabatan Patih candi, berupa bangunan yang terbuat dari bahan batu bata Amangkubhumi. Selama kurun waktu pemerintahannya atau batu andesit sebagai tempat kuburan raja-raja yang kerajaan Majapahit mencapai kejayaan dengan dibuat dengan tujuan memuliakan orang yang telah klaim hegemoni atas sebagian wilayah kepulauan di meninggal dunia. Dibawah candi biasanya ditanam abu semenanjung Asia Tenggara dan Asia Tenggara Daratan.5 jenazah raja yang diletakkan di sebuah wadah yang disebut Hal ini dibuktikan dengan data epigrafi dari kakawin Desa peripih. Peripih merupakan batu yang terdiri dari 9 lubang, Warnnana uthawi Nagarakrtagama yang dikarang oleh dengan pembagian lubang ditengah berisi abu jenazah raja Mpu Prapanca pada 1365 Masehi. Tidak hanya disebutkan sedangkan lubang disekelilingnya berisi peralatan wilayah yang menjadi kekuasaan Majapahit akan tetapi keagamaan atau lambang-lambang dewa yang dipuja serta kerajaan-kerajaan yang bersahabat pun juga disebutkan benda-benda kesayangan raja seperti batu mulia atau seperti negeri Siya (Siam) Ayodia Pura, Darma Nagari, potongan logam. Marutma, dan Rajapura terutama Singha Nagari, Campa, Masuk dan berkembangnya pengaruh Kamboja, dan Yawana.6 kebudayaan India ke wilayah Nusantara tidak terlepas dari Berdasar pada kerajaan-kerajaan sahabat tersebut hubungan dagang antara keduanya yang terjalin sekitar diatas, terdapat hubungan yang sangat dekat antara awal abad ke V Masehi. Bukti arkeologis yang ditemukan Majapahit dan Campa. Hubungan antara Majapahit dan yakni prasasti-prasasti Sansekerta dari Mulawarman di Campa terus berlangsung dengan baik terutama di bawah daerah Kutai, yang dikenal dengan prasasti pemerintahan Raja Jayasimhavarman di Campa. yupa, prasasti-prasasti kerajaan Tarumanegara yang Hubungan-hubungan antara Campa dengan Majapahit ditemukan di Jawa Barat dan keterangan I-tsing berupa berlanjut terus hingga Raja Che Bo Nga (1360-1390 berita Cina mengenai keberadaan kerajaan Sriwijaya.2 Masehi) dan Raja Indrawarman V (1400-1441 Masehi).7 Secara garis besar tidak semua kebudayaan India Masa pemerintahan Raja Che Bo Nga di Campa hampir memberikan pengaruh yang kuat dalam aspek kebudayaan bersamaan waktunya dengan era kejayaan Majapahit di . Jika diringkas hanya tiga aspek dari ciri khas dalam periode pemerintahan Hayam Wuruk (1351-1389 kebudayaan India yang diterima oleh kebudayaan Masehi). Indonesia yakni agama Hindu dan Budha, aksara Pallawa Pada situs bekas kota Majapahit, dan bahasa Sansekerta, serta sistem penghitungan tahun banyak ditemukan boneka tanah liat bakar yang yakni kalender Saka. 3 Pengaruh kebudayaan India yang menggambarkan figure wajah Asiatic Mongoloid. Besar makin pesat perkembangannya memberikan aspek baru kemungkinan figur-figur itu dimaksudkan sebagai orang- dalam kebudayaan di beberapa pulau di Nusantara seperti orang Asia Tenggara daratan (Campa dan Siam) yang , Jawa dan . Dalam perkembangannya, Jawa banyak berkunjung dan berniaga di kota Majapahit. Tidak menjadi salah satu wilayah yang mendapat pengaruh hanya itu legenda putri Campa, yakni seorang putri Cam Hindu dan Budha paling kuat. Hal ini dibuktikan dengan yang menikah dengan raja Majapahit. Legenda ini banyak adanya kerajaan-kerajaan besar yang bercorak Hindu dan dikisahkan dalam naskah sastra Jawa seperti Serat Kanda. Budha yang memiliki peninggalan-peninggalan purbakala Sehingga sampai sekarang kuburan kuno tersebut dalam jumlah yang sangat banyak dan bisa kita nikmati dinamakan oleh penduduk setempat dengan Makam Putri sampai sekarang. Salah satu yang besar yakni kerajaan Campa.8 Majapahit yang ada di Jawa Timur. Berdasar hubungan yang baik antara Majapahit Kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan dan Campa tentu saja menimbulkan pengaruh atas masing- silsilah dinasti Singasari, sebab Kertarajasa menikah masing kerajaan. Dalam hal ini pengaruh tersebut nampak dengan empat putri Kertanagara yakni raja terakhir pada sebuah candi di Jawa Timur yakni Candi Pari (1293 Singasari. 4 Setelah Kertarajasa selanjutnya terjadi Saka = 1371 Masehi) sebagai salah satu peninggalan beberapa pergantian raja di Majapahit. Mulai dari purbakala kerajaan Majapahit. Menurut N.J Krom gaya Jayanegara (1309-1328), Tribuwanatunggadewi (1328 – bangunan Candi Pari mendapat pengaruh dari Campa , 1350), Hayam Wuruk (1350-1389), Wikramawardhana khususnya candi-candi di Mison. Pengaruh tersebut tampak dari segi bentuk dan ornamentasinya.9

1 Soekmono.1973.Sejarah Kebudayaan Indonesia 5Ibid, hlm 113 2. : Kanisisus, hlm 81 6 I Ketut Riana. 2009. Kakawin Desa Warnnana Uthawi 2 George Coedes.2010.Asia Tenggara Masa Hindu- Nagakrtagama. : Kompas Media Nusantara, hlm 36 Buddha.Jakarta : KPG, hlm 46 7 Bernard Philippe Groslier.2002.Indocina Persilangan 3Agus Aris Munandar. 2015. Keistimewaan Candi-Candi Kebudayaan. Jakarta : KPG, hlm 320 Zaman Majapahit. Jakarta : Wedatama Widya Sastra, hlm 8 8Ibid, hlm 321 4 Lydia Kieven.2014.Menelusuri Figur Bertopi Pada 9 Ecole Francaise D’Extreme-Orient. 1981. Kerajaan Candi Zaman Majapahit.Jakarta : KPG, hlm 112 Campa. Jakarta : Balai Pustaka, hlm 289

393 AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Pendapat dari N.J Krom ini diikuti oleh Agus Aris dan 22 Desember 2016. Disini peneliti Munandar yang mengungkapkan bahwa Candi Pari mendapatkan beberapa penelitian Belanda yang dipandang memiliki anasir gaya arsitektur bangunan suci berkaitan dengan Candi Pari seperti buku Candi Campa di Indo-China.10 Pendapat sejenis juga diikuti oleh Pari yang disusun oleh Budi Sumadi dari Suaka Tim Penelusuran Sejarah Sidoarjo bahwa Candi Pari Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur, disebut sebagai bangunan persembahan bagi Ratu Campa, Rapporten Van Den Oudheidkundigen Dienst atau lebih tepatnya sebagai tempat persinggahan sang ratu (ROD) tahun 1914-1915 oleh Dr. V.D.K Bosch, bila ingin mengunjungi saudaranya di Majapahit.11 Sama Inhoud Oudheidkundig Verslag (OV) tahun 1914, seperti pendapat sebelumnya, Dr.F.D.K Bosch Rapporten van de Commissie in Nederlandsch- menyampaikan pendapat pendukung yakni Candi Pari Indie voor Oudheidkundig Onderzoek op en sebagai salah satu dari benda kuno yang berbentuk Madoera (ROC) tahun 1903 oleh J.L.A Brandes, bangunan persegi dengan ambang batas dan landasan dari Tjandi Pari. Tijdschrift Voor Indische Taal-, gerbang andesit menyerupai dengan Candi di Campa.12 Land- En Volkenkunde, Uitgeven Door Het Berdasarkan pada bukti arkeologis dan epigrafis Bataviaasch Genootschap Van Kunsten En mengenai hubungan antara Majapahit dan Campa serta Wetenschappen (TBG) tahun 1854 oleh J. beberapa pendapat dari sejarawan mengenai keunikan Hageman dan dokumen pemugaran Candi Pari Candi Pari yang memperoleh pengaruh gaya Cam sebagai yang dilakukan selama 4 tahap yakni mulai tahun salah satu hasil akulturasi budaya, maka perlu adanya 1994-1998. penelitian yang mendalam mengenai Candi Pari tersebut Selanjutnya sumber tersier , yaitu dengan sumber-sumber terbaru. karangan mengenai suatu masalah sejarah yang METODE digunakan sebagai rujukan penelitian yang Metode yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk karangan ilmiah atau disertasi. Sumber adalah metode sejarah yang terdiri dari 4 tahap yaitu tersier didapatkan di Arsip Provinsi Jawa Timur heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. yang berada di Jagir Wonokromo, Perpustakaan 1. Heuristik Daerah Provinsi Jawa Timur di Jl. Menur Tahap heuristik dilakukan untuk Pumpungan, dan Perpustakaan Universitas mendapatkan sumber dengan kredibilitas data Negeri Surabaya yakni Skripsi karya Sri yang tinggi, baik sumber primer, sekunder atau Pujiastutik dari Sekolah Tinggi Keguruan dan tersier. Sumber primer merupakan sumber yang Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sidoarjo tahun dihasilkan atau ditulis oleh pihak-pihak yang 1994 yang berjudul Candi Pari di desa Candi Pari terlibat secara langsung dan menjadi saksi mata Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo dan peristiwa sejarah.13 Adapun sumber primer dalam Penelitian oleh Nurul Latifa mengenai studi penelitian ini berupa data otentik tentang kondisi pemanfaatan cagar budaya Candi Pari di Majapahit pada pertengahan abad XIV yang kabupaten Sidoarjo. termuat dalam buku Kakawin Desa Warnnana 2. Kritik Uthawi Nagakrtagama karya I Ketut Riana dan Tahap kedua dari penelitian sejarah pengamatan langsung mengenai seni bangun adalah kritik yang terbagi menjadi dua bentuk Candi Pari di desa Candi Pari, Kecamatan Porong, yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik Kabupaten Sidoarjo. ekstern lebih difokuskan pada originalitas bahan Selain sumber primer, peneliti juga atau unsur fisik yang digunakan dalam sebuah melakukan studi pustaka untuk mendapatkan dokumen, dalam hal ini sebagai contoh sumber sumber sekunder. Sumber sekunder merupakan yang digunakan penulis berupa Kakawin Desa sumber yang dihasilkan atau ditulis oleh orang Warnnana Uthawi Nagakrtagama dan dokumen yang hidup sezaman dengan peristiwa sejarah penelitian Belanda. akan tetapi tidak terlibat secara langsung atau Sedangkan kritik intern lebih menyaksikan secara langsung peristiwa sejarah memperhitungkan kebenaran isi sumber atau tersebut. Penelusuran sumber sekunder berupa dokumen. Fokus utama dari kritik intern adalah data-data kepustakaan dilakukan penulis di Balai berusaha memberikan penjelasan yang kuat Purbakala dan Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur terkait latar belakang yang dominan dalam di Trowulan , Arsip Provinsi Jawa sumber yang digunakan oleh peneliti. Seperti Timur yang berada di Jagir Wonokromo, membandingkan isi pada sumber sekunder Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Timur Jl. dengan sumber primer yakni membandingkan isi Menur Pumpungan dan Perpustakaan Universitas dokumen penelitian Belanda dengan Kakawin Negeri Surabaya. Di BPCB Trowulan Mojokerto, Desa Warnnana Uthawi Nagakrtagama sehingga penelitian dilakukan pada tanggal 16 Desember diperoleh fakta-fakta yang koheren.

10Agus Aris Munandar. Op cit, hlm 24 12 F.D.K Bosch.1915.Rapporten van den Oudhridkundigen 11 M. Bahru Amig,dkk. 2006. Jejak Sidoarjo : Dari Jenggala Dienst in Nederlandsch-Indie (ROD), hlm 171 Ke Suriname. Sidoarjo:Ikatan Alumni Pamong Praja Sidoarjo, hlm 13 Aminuddin Kasdi. 2005. Memahami Sejarah. Surabaya : 30 UNESA University Press, hlm 24

394

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

3. Interpretasi sebelumnya. Selain memuat kesimpulan Interpretasi adalah proses penulisan penelitian, maka dalam bab yang menghubungkan antara fakta satu dengan fakta terakhir ini juga memuat saran-saran yang lainnya dengan melakukan analisis-sintesis yaitu diperlukan bagi pihak-pihak terkait. selain menguraikan fakta yang ditemukan maka penulis juga menyatukan fakta berdasarkan fakta HASIL DAN PEMBAHASAN yang koheren. A. Analisis Morfologi 4. Historiografi Dalam analisis morfologi atau yang Tahapan terakhir dalam penelitian dikenal dengan analisis bentuk maka variabel sejarah adalah historiografi yaitu penulisan yang diamati ialah ukuran bangunan, denah sejarah secara kronologis dan sesuai dengan fakta bangunan, arah hadap, bagian kaki, tubuh dan yang ditemukan di lapangan. Penulisan ini atap. Masing-masing variabel biasanya memiliki berguna sebagai jawaban dari rumusan masalah indikator. Indikator untuk denah bangunan suci yang sudah diuraikan diatas. keagamaan masa klasik atau candi dapat Rancangan sistematika penulisan dalam berbentuk bujursangkar, persegi panjang, bulat penelitian ini terdiri dari empat bab yaitu : atau segi delapan. Sedangkan untuk arah hadap Bab pertama merupakan pendahuluan, terdapat dua indikator yakni menghadap ke salah dalam bab pendahuluan berisi latar belakang, satu arah mata angin dan menghadap ke tempat batasan masalah, rumusan masalah, tujuan yang dianggap suci seperti gunung, pegunungan, penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, bukit, danau, laut atau sungai.14 kajian pustaka dan sistematika penulisan. Indikator untuk bagian kaki candi Bab kedua berjudul pola persebaran biasanya berbentuk bujursangkar, persegi kebudayaan Hindu di Asia Tenggara yang panjang, bulat atau segi delapan dengan menjelaskan unsur-unsur budaya hindu yang ornamentasi berupa pelipit yang berbentuk tersebar di Asia Tenggara mulai dari agama, padma, ratna, nimna atau yang lainnya. Selain bahasa sansekerta, budaya post dan ornamentasi pada bagian kaki candi biasanya Mahayana, bentuk pemerintahan dan seni bangun terdapat tangga naik. Tangga naik tersebut ada serta seni sastra. Dalam bab kedua ini terdiri dari yang mempunyai pipi tangga dengan bentuk siku- empat sub bab. Sub bab yang pertama siku atau ikal lemah, maupun berbentuk ujung menjelaskan kondisi Asia Tenggara sebelum makara, ujung ikalan dan pangkal kepala kala. indianisasi. Sub bab kedua menjelaskan kondisi Umumnya pada sisi kiri dan kanan tangga Asia Tenggara setelah masuknya pengaruh terdapat menara sudut berupa miniatur bangunan indianisasi. Sub bab ketiga menjelaskan kerajaan- baik utuh maupun sebagian bisa juga arca. Pada kerajaan hindu-budha secara umum di wilayah bagian atas kaki candi biasanya memiliki selasar. Asia Tenggara. Sub bab keempat menjelaskan Kaki candi yang berselasar biasanya memimiliki hubungan sosial budaya Majapahit dan Campa. pagar langkan yang terkadang terdapat relief.15 Bab ketiga berjudul akultuasi pada Indikator pada bagian tubuh candi Candi Pari yang terdiri dari empat sub bab. Sub umumnya terdapat lubang pintu, relung-relung bab pertama menjelaskan dan menganalisis yang digunakan untuk meletakkan arca, dan bentuk akulturasi Candi Pari dengan Candi di jendela dengan bentuk persegi panjang, setengah Campa berdasarkan aspek morfologis. Sub bab lingkaran, dan persegi panjang dengan lengkung kedua menjelaskan dan menganalisis wujud setengah lingkaran di atasnya. Indikator bagian akulturasi Candi Pari dengan Candi di Campa atap candi dapat berbentuk limas, limas berundak berdasarkan aspek teknologi. Sub bab ketiga dan kubus atau segiempat. Bagian atap biasanya menjelaskan dan menganalisis wujud akulturasi juga memiliki relung-relung, dengan menara Candi Pari dengan Candi di Campa berdasarkan sudut pada tiap-tiap sudut atap dan diakhiri aspek gaya. Sub bab keempat menjelaskan dan dengan kemuncak berbentuk stupa atau ratna. menganalisis wujud akulturasi Candi Pari dengan Berdasarkan data pemugaran tahun 1994 Candi di Campa berdasarkan aspek kontekstual. oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur, Analisis ini akan dilakukan dengan pengamatan Candi Pari berukuran tinggi 13,80 meter, panjang langsung dan studi dokumentasi untuk 13,55 meter dan lebar 13,40 meter.16 Ukuran ini membandingkan antara seni bangun Candi Pari membuat Candi Pari memiliki bentuk fisik yang dengan Candi di Campa. tambun tidak seperti ciri candi periode Jawa Bab keempat adalah penutup yang berisi Timur yang umumnya berbentuk ramping. Bagian kesimpulan berdasarkan rumusan masalah serta kaki Candi Pari terdiri dari dua tingkatan yakni jawaban yang diuraikan dalam bab-bab kaki I dan kaki II. Denah bagian kaki I dan II

14 Haris, Sukendar,dkk.1999. Metode Penelitian 16 Budi Sumadi,Dkk.2001. Candi Pari. Suaka Arkeologi.Departemen Pendidikan Nasional : Pusat Peninggalan Sejarah Dan Purbakala Jawa Timur : Balai Penelitian Arkeologi Nasional. Hlm 89 Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan, Hlm 5 15Ibid, hlm 90

395 AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Candi Pari berbentuk segi empat. Bagian kaki I Sehingga potensi Candi Pari sebagai cagar budaya berukuran panjang 13,55 meter, lebar 13,40 meter dan wisata menjadi semakin baik. dan tinggi 1,50 meter.17 Diatas pintu masuk Candi Pari terdapat Pada dinding barat kaki I terdapat dua pahatan angka tahun dan hiasan berbentuk jalan masuk berupa anak tangga yang menghadap segitiga. Pahatan angka tahun ini menunjukkan ke utara dan selatan serta pada bidang atasnya angka tahun pendirian Candi Pari. Yakni tahun terdapat sebuah selasar dengan lebar 1,70 meter. 1293 Saka atau 1371 Masehi tepatnya pada masa Sedangkan pada kaki II berukuran panjang 10 kejayaan kerajaan Majapahit, dibawah pimpinan meter, lebar 10 meter dan tinggi 1,95 cm. Bagian Raja Hayam Wuruk. Pada dinding utara, timur badan candi Pari berbentuk segi empat dengan dan selatan masing-masing terdapat dua buah panjang 7,80 meter, lebar 7,80 meter dan tinggi lubang angin. Jadi total dalam Candi Pari terdiri 6,30 meter. Pada dinding baratnya terdapat pinti dari 6 lubang angin. Keberadaan lubang angin ini masuk berbentuk segi empat berukuran panjang menyebabkan kondisi ketika kita memasuki candi 2,90 meter, lebar 1,23 meter dan tebal 1 meter. Pari terasa nyaman dan tidak panas. Hal ini Kondisi bagian atap candi Pari sebagian dikarenakan sirkulasi udara dalam Candi Pari sudah runtuh sehingga yang tersisa hanya sangat baik dengan dukungan lubang angin yang berukuran 4,05 meter dengan panjang 7,80 meter ada. dan lebar 7,80 meter. Hiasan yang tampak pada Bagian atap candi Pari berbentuk dinding atap candi Pari berupa hiasan menara- prasada yakni bentuk atap bertingkat-tingkat menara pejal, namun sudah tidak lengkap dan dengan puncaknya berbentuk kubus. Hal ini telah runtuh. didasarkan pada ornament yang ada pada dinding Candi Pari terdiri atas tiga bagian yaitu sisi utara, timur dan selatan candi yang berbentuk kaki, tubuh dan atap.Pembagian bangunan candi penampil berupa miniatur candi. Miniatur candi secara vertical kedalam tiga bagian,sesuai dengan tersebut memiliki lima tingkat. Pada sisi miniatur pembagian alam semesta yaitu: candi masing-masing terdapat sebuah lubang a. Kaki (bhurloka) adalah angin. Pada bagian atas ambang pintu dan pada lingkungan alam dari makhluk-makhluk yang masing-masing tingkatan atap miniatur candi masih dapat mati, disebut dengan subasement. terdapat hiasan bunga teratai. b. Tubuh (bhuwarloka) adalah Begitupun dengan candi di Mi-son. alam lingkungan dari mereka yang telah Sekilas jika dilihat atap pada kalan (sebutan candi disucikan, disebut dengan garba grha. dalam bahasa Campa) juga berbentuk kubus. c. Atap (Swarloka) adalah alam Bagian candi Mi-son yang serupa dengan candi para dewata, disebut dengan sikara. Pari ialah group G yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Mi-son sesungguhnya merupakan pada tanggal 6 Mei 2017 sebagai bentuk verifikasi kumpulan dari beberapa Candi yang dibangun atas data yang didapatkan dari Balai Pelestarian sejak Raja pertama Campa dan dilanjutkan serta Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur terdapat diperbaiki seiring dengan pergantian raja-raja beberapa perbedaan. Pengukuran yang dilakukan Campa. Seorang peneliti sejarah bernama hanya pada bagian kaki I dan kaki II Parmentier yang melaksanakan penelitian pada (subbasement) sebagai sampel penelitian. situs Mi-son mengelompokkan candi-candi di Mi- Hasilnya tidak terdapat perbedaan yang terlalu son menggunakan huruf alphabet supaya signifikan. Perbedaan tersebut hanya berkisar 50 mempermudah proses penelitian dan identifikasi. cm yakni sekitar seukuran dengan satu batu bata Pengelompokan candi di Mi-son terdiri penyusun candi Pari. Pada bagian kaki I panjang dari 8 kelompok yang diurutkan dengan huruf candi berukuran 14,60 meter, lebar candi 12,95 alphabet yakni mulai Mi-son A, Mi-son B, Mi-son meter dan tinggi candi 1,53 meter. Sedangkan C, Mi-son D, Mi-son E, Mi-son F, Mi-son G, dan pada kaki candi II berukuran panjang 10,50 meter, Mi-son H. berikut denah dari pengelompokan lebar candi 10,48 meter dan tinggi 2,18 meter. tersebut yang oleh Parmentier digunakan kosakata Hal ini dikarenakan perawatan dan Groupe A, Groupe B, Groupe C, Groupe D, pemeliharaan di Candi Pari sangat baik dilakukan, Groupe E, Groupe F, Groupe G, dan Groupe H.18 papar juru pemelihara Candi Pari. Perwatan dan Denah bangunan Candi Pari berbentuk pemeliharaan yang baik ini juga tidak terlepas dari segi empat. Candi Pari menghadap ke arah barat. peran Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan Balai Pada umumnya Candi Jawa Timur berdasarkan Pelestarian Cagar Budaya yang bersinergi dan tata letak asimetris terbagi menjadi 3 halaman baik. Pemberian fasilitas yang ada diberikan oleh yakni, halaman belakang merupakan candi induk, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sejak tahun 2015. halaman tengah merupakan candi yang berfungsi

17Ibid, Hlm 6 18Ecole Francaise D’Extreme-Orient. 1981. Kerajaan Campa. Jakarta : Balai Pustaka, hlm 323 396

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

sebagai upacara dan halaman depan berfungsi tengah dinding timur (diantara lubang angin) sebagai persiapan upacara atau bale agung. terdapat sebuah tonjolan sebagai sandaran arca. Karena Candi Pari bersifat tunggal maka Denah bangunan berkaitan juga dengan tata letaknya mengikuti candi tunggal di Jawa bentukfisikcandiPari y a n g tambun dan tampak Timur yang lain seperti Candi Kidal dan Candi kokoh, karena memiliki selasar. Dalam tradisi Singosari. Sehingga tidak seperti Candi Hindu-Budha, selasar digunakan sebagai ritual yang tidak tunggal. Berdasarkan tata letak untuk mengelilingi pusat candi yang memiliki dua tersebut denah Candi Pari dapat diperbandingkan teknik yakni teknik pradaksina dan prasawya. dengan Candi di Mi-son. Pradaksina ialah cara pembacaan yang Denah pada Candi Mi-son juga mengelilingi pusat dari kiri ke kanan atau searah berbentuk segi empat. Begitupun dengan arah jarum jam. Sedangkan prasawya adalah cara hadapnya, Candi Mi-son Group G yang dijadikan pembacaan yang mengelilingi pusat dari kanan ke sampel juga menghadap ke arah barat. kiri atau berlawanan dengan jarum jam. 20 Pada All of the remaining candi Pari berlaku teknik prasawya yang buildings at Mỹ Sơn are believed to berhubungan erat dengan arah candi yang be religious buildings. They are of menghadap ke barat. Jadi jalannya dari arah kanan the following types: ke kiri yakni dimulai dari Agastya, , dan 1. A kalan is a brick . Begitupun dengan Candi Mi-son yang sanctuary, typically in menghadap ke arah barat maka berlaku pula the form of a tower, teknik prasawya. used to house a deity. 2. A mandapa is an B. Analisis Teknologi entry hallway Dalam analisis teknologi variabel yang contiguous with a diamati terdiri dari bahan-bahan yang digunakan sanctuary. dalam pendirian candi. Pemilihan bahan yang 3. A kosagrha or "fire- digunakan untuk membangun candi nantinya house" is a berkaitan erat dengan teknik yang digunakan construction, dalam pendirian candi. typically with a Pada bangunan suci yang terbuat dari saddle-shaped roof, batu dikenal dengan teknik penyambungan batu, used to house the yaitu teknik pasak, teknik pasak paritan, teknik valuables belonging sambungan langsung, dan teknik sambungan to the deity or to cook dengan pasak. Sedangkan pada bangunan candi for the deity. yang terbuat dari batu bata menggunakan teknik 4. A gopura is a - rubbing (gosok).21 tower leading into a Candi Pari ditemukan pada tanggal 16 walled temple Oktober 1906. Pada masa pemerintahan Hindia complex.19 Belanda Candi Pari dipugar dan diberi tambahan Sedangkan untuk tata letak asimetrisnya kayu pada pada bagian langit-langit pintu masuk. Candi Mi-son terbagi menjadi 3 halaman yakni, Pemugaran kembali dilakukan oleh Balai halaman belakang yang merupakan candi induk Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur pada disebut sebagai kalan. Halaman tengah sebagai tahun 1994-1999.22 tempat upacara disebut sebagai gopura. Dan Candi Pari tersusun atas 90 % batu bata halaman depan sebagai tempat persiapan upacara dan 10 % batu andesit. Pemakaian bahan batu bata disebut sebagai mandapa, serta kosagrha sebagai sesuai dengan ciri khas dari candi-candi di Jawa tempat untuk menyimpan benda-benda dan alat- Timur khususnya periode Majapahit. Candi Pari alat yang digunakan untuk keperluan upacara. dibangun dengan teknik rubbing (gosok) Kesesuaian itulah yang merupakan kemudian pada masa pemugaran oleh BPCB Jawa bagian dari akulturasi budaya disamping Timur menggunakan teknik rubbing (gosok) ornamentasi dan arsitektur antara Candi Pari dan dengan tambahan sedikit air semen sebagai Candi Mison. Candi Pari memiliki bilik dengan perekat, teknik penyambungan dan kamuflage. ukuran 6x6 meter dengan susunan batu bata dan Penyambungan ini dilakukan terhadap bata-bata seluruh permukaan dinding bilik candi ditutupi kulit bagian candi yang patah dengan bata baru. oleh postul-postul garam pada masing-masing Sedangkan kamuflage dilakukan untuk sudut. Dalam bilik candi tepatnya pada bagian

19 Tran Ky Phuong.2008.Vestiges of 22 Edi, Sedyawati, dkk. 2013. Candi Indonesia : Civilization. Hanoi, The Gioi Publishers, hlm 150 Seri Jawa. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan 20 Soekmono.2005. Candi, Fungsi Dan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan : Pengertiannya. Jakarta : Jendela Pustaka, Hlm 56 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 21 Haris, Sukendar, Op cit, hlm 93

397 AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

menyamarkan celah-celah bekas sambungan pada demikian berarti candi Pari merupakan tempat bata kulit candi. pemakaman abu jenazah, hal ini didukung oleh Sedangkan untuk Candi Mison di Campa penemuan pripih, bekas sumuran dan sandaran juga menggunakan bahan batu bata. Menurut arca. cerita tradisional dengan cara lem batu bata Adanya hiasan sangka menunjukkan bersama-sama menggunakan pohon resin asli latar belakang keagamaan Candi Pari yakni Vietnam Tengah. Teknik yang lain ialah Hindu. Hal ini juga didukung dengan penemuan pembangunandi Mi-son menggunakan mortar 23 beberapa arca di sekitar candi Pari sebagai atribut lengket yang terbuat dari tanah liat yang sama hindu yang sekarang disimpan di Museum seperti batu bata sendiri.24 Nasional Jakarta. Hasil penemuan arca tersebut termuat dalam ROD tahun 1915 sebagai berikut C. Analisis Gaya : Dalam analisis gaya terdapat dua Twee beelden in de variabel yang diamati yakni ragam hias nabijheid van tjandi pari … en arsitektural dan ragam hias dekoratif. Ragam hias verscheidene andere, afkomstig uit arsitektural adalah ragam hias yang mutlak de desa’s ladjok, bakalan, … , keberadaannya dan tidak bisa dipisahkan dengan kedong, kampil, pangrek en redjeni bangunan. Bentuk ragam hias arsitektural warden in het museum te Batavia biasanya berupa pilaster atau pelipit. Sedangkan opgenomen t.w. twee ciwa- ragam hias dekoratif adalah ragam hias yang tidak mahadewa’s , twee ciwa-guru’s, mutlak keberadaannya dan bila dihilangkan tidak vier kala’s, … ganeca’s , een akan merusak keseimbangan/keutuhan arsitektur tempelwachter, drie buddha’s , bangunan. Bentuk ragam hias dekoratif seperti twee onbekende beelden, twee … en 25 relief cerita, flora, fauna atau antropomorfis. een gooteinde. Ragam hias hias arsitektural yang Dua gambar di sekitar menjadi ciri khas Candi Pari dan Candi Mi-son Tjandi pari ... dan beberapa lainnya adalah pilaster. Pilaster ini berupa garis-garis atau datang dari desa Ladjok, Bakalan, lis-lis polos yang menghiasi pada bagian badan ..., Kedong, Kampil, Pangrek dan dan atap candi. Yakni bagian garba grha dan Redjeni di museum di Batavia sikara pada Candi Pari dan Candi Mi-son. tercatat yaitu dua Ciwa Mahadewa, Selain pilaster, ragam arsitektural lain dua Ciwa-guru, empat Kala itu ... yang nampak pada Candi Pari ialah tiang semu. Ganeca, tiga Buddha, dua gambar Tiang semu ini terletak pada pintu depan ketika yang tidak diketahui, dua ... dan akan memasuki Candi. Selain pada Candi Pari, ditemukan disekitar selokan.26 pada Candi Mi-son juga nampak tiang semu.

Dari tinjauan arsitektur bentuk kaki candi Pari memiliki selasar dan polatangga 2-1. Hiasan dekoratif pada candi Pari diawali Pola tangga 2-1 adalah sebagai pengganti dari dengan relief pada bergambar kuda dilompati kala. Kala berfungsi untuk menakut-nakuti roh ikan. Keterangan mengenai relief ini peneliti jahat agar tidak mengganggu upacara dalam dapatkan ketika juru pemelihara Candi Pari candi.Pola tangga dengan tidak langsung menuju menyampaikan penjelasan mengenai Candi Pari. bilik, secara simbolis mempunyai arti Awalnya peneliti beranggapan bahwa relief menghalangi roh jahat agar tidak dapat masuk tersebut sama dengan binatang kelinci. Akan menuju bilikcandi. tetapi juru pemelihara Candi Pari menyampaikan bahwa relief tersebut merupakan kuda yang Hiasan sangka terdapat diatas miniatur dilompati ikan. Hal ini memang nampak kurang candi. Sangka merupakan symbol suatu meyakinkan karena relief tersebut sudah cukup pembebasan. Pembebasan ini terutama aus. Namun, juru pemelihara meyakinkan peneliti dihubungkan dengan pembebasan jiwa untuk bahwa relief tersebut memang benar adanya merdeka dari ikatan–ikatan jasmani dan bahaya berupa gambar kuda yang dilompati ikan. Hal ini yang menghimpitnya dari kematian. Miniatur didasarkan pada mitos yang ada di desa Candi candi tersebut mempunyai arti tempat pelepasan Pari. Bahwa tidak ada warga di desa Candi Pari dari ikatan jasmani atau pemakaman abu yang memelihara kuda. Mitos menjadi pantangan jenazah, oleh karena itu diletakkan pada bagi warga di desa Candi Pari. Bagi warga desa tubuh candi Pari (bhuwarloka).Dengan Candi Pari yang memelihara kuda, maka besar

23Mortar adalah campuran semen, pasir dan 25 Haris Sukendar.Op Cit, Hlm 91 kapur mati untuk menempelkan batu bata. Lihat : 26 Bosch, F.D.K. 1915. Rapporten Van Den http://kbbi.web.id , diakses pada Senin, 17 April 2017, Oudhridkundigen Dienst In Nederlandsch-Indie (ROD), pukul 07:15 WIB. Hlm 171 24Ngô Vǎn Doanh. 2005.My Son Relics. Hanoi: The Gioi Publishers, hlm 30-31 398

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

kemungkinan kuda tersebut akan mati. Wilayah pemerintahan kabupaten Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Sidoarjo terbagi atas 4 wilayah kerja pembantu juru pemelihara Candi Pari, mitos ini terus buapati, 18 kecamatan , dan 353 desa/kelurahan. berlanjut hingga sekarang. Batas bagian utara kabupaten Sidoarjo adalah Hiasan segitiga sama sisi pada candi Surabaya dan Gresik, sebelah barat Mojokerto, Pari mempunyai makna lambing kosmos atau sebelah selatan adalah Pasuruan dan sebelah timur cita-cita tertinggi. Gambar segitiga, lingga Selat Madura. dengan empat buah bola dibawahnya Secara topografis, kabupaten Sidoarjo melambangkan Mahameru dengan empat puncak berada di daerah dataran rendah dengan tambahannya dan segitiga melambangkan ketinggian antara 0-25 meter diatas permukaan wanita.Segitiga dengan tonjolan setengah laut. Dataran tersebut diapit oleh dua buah sungai bulatan pada candi Pari merupakan lambang yaitu sungai Surabaya disebelah utara dan sungai dari lingga sedangkan segitiga menggantikan Porong di sebelah selatan. yoni sebagai lambang wanita. Segitiga dengan Lokasi Candi Pari terletak sekitar 6 km tonjolan setengah bulatan merupakan lambing disebelah barat kecamatan Porong. Sedangkan alat kelamin laki-laki dan wanita pada candi Pari dari pantai berjarak 16 km. Candi Pari menempati serta gambaran yang berhubungan dengan fungsi halaman berukuran 1.310 meter persegi dan candi Pari yaitu pemujaan kesuburan. Hal ini berada pada ketinggian 4,42 dari permukaan air juga didukung oleh cerita rakyat bahwa candi laut. Pari dibangun untuk mengenang Jaka Padelegan Lokasi Candi Pari dikelilingi oleh yang hilang dalam tumpukan padi. pemukiman penduduk yang cukup padat. Status Hiasan relung arca dengan sebuah tanah situs Candi Pari adalah hak milik Suaka miniature candi pada candi Pari. Hiasan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur miniature candi pada candi Pari terdapat pada dengan sertifikat No. B. 7763112. kaki candi (candi kecil), tubuh candi dan atap Sebelah selatan pagar halaman Candi candi (menara). Candi kecil merupakan lambang Pari terdapat jalan desa beraspal dengan arah dari dunia makhluk yang penuh dengan hawa timur barat dimana jalan tersebut merupakan jalan nafsu, oleh karena itu diletakkan pada kaki candi umum yang dilalui oleh kendaraan roda empat, (bhurloka). Miniatur candi dengan atap bersusun roda dua, truk sampai angkutan umum pedesaan tujuh, motif kawung pada tiap tingkatan atap jurusan Porong-Krembung. Sebelah barat daya terdapat pada tubuh candi Pari. Motif kawung lokasi Candi Pari terdapat tempat makam desa. pada atap candi memiliki arti kehidupan baru Lokasi makam desa ini hanya berjarak sekitar 8 yang bangkit dari kematian atau kebebasan jiwa meter dari sudut barat daya pagar halaman Candi yang bangkit dari ikatan –ikatan jasmani. Pari. Sedangkan sekitar 50 meter ke arah selatan Miniatur candi (menara) berikutnya dari Candi Pari terdapat peninggalan atau situs terdapat pada atap candi Pari. Menara merupakan purbakala berupa Candi Sumur. replica dari Mahameru, gunung ini menjadi pusat Lingkungan tanah di sekitar Candi Pari jagat raya dan tempat bersemayamnya dewa- merupakan daerah yang subur dan sejak jaman dewa disurga,menara tersebut sebanyak lima Belanda sampai saat ini digunakan sebagai lahan buah secara berderet. Menara bagian tengah tanaman padi dan tebu. Selain pemanfaatan untuk digambarkan lebih menonjol dari lainnya. Lima lahan pertanian, sebagian digunakan untuk buah menara mempunyai arti simbolis sebuah kegiatan produksi batu bata merah. puncak Mahameru dengan empat buah puncak Berdasarkan keterangan yang tambahannya. disampaikan oleh juru pemelihara Candi Pari, kondisi candi Pari saat ini sudah mengalami

kemajuan yang pesat. Pemeliharaan dan D. Analisis Kontekstual perawatan serta dukungan yang diberikan oleh Dalam analisis kontekstual yang menjadi pemerintah kabupaten Sidoarjo memberikan variabel yakni halaman bangunan, pagar keliling, dampak yang baik pengembangan Candi Pari parit keliling dan bangunan-bangunan sebagai cagar budaya dan potensi wisata. Hal ini disekitarnya beserta kondisi lingkungan disekitar nampak pada pagar keliling Candi Pari yang candi guna mengetahui lokasi perolehan bahan sudah diperbaiki yang semula kawat berduri baku bangunan. menjadi tumpukan batu bata yang rapi. Secara administrasi Candi Pari terletak di Penambahan fasilitas di sekitar wilayah desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Candi Pari seperti lampu sorot, lampu di Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur. Kabupaten sepanjang jalan menuju Candi Pari dan halaman Sidoarjo memiliki luas wilayah kurang lebih berupa tanaman hijau yang subur menjadi daya 63.489,534 Ha atau 28.763 Ha dengan kurang tarik tersendiri bagi pengunjung yang datang ke 8.000 Ha lahan perkebunan, 15.000 Ha lahan Candi Pari. Menurut juru pemelihara setelah tambak dan selebihnya merupakan wilayah tanah penambahan fasilitas yang diberikan oleh pekarangan dan lain-lain. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo, pengunjung di

399 AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

situs Candi Pari semakin meningkat. Bahkan judul asli: Notes on The Malay mereka banyak yang mengunjungi Candi Pari Archipelago and Mallaca Compiled from pada malam hari karena nampak keindahan Candi Chinese Sources. Depok: Komunitas Pari. Bambu Peningkatan pengunjung pada situs Groslier, Bernard Phillipe.2002.Indocina Candi Pari banyak dimanfaatkan oleh warga Persilangan Kebudayaan. Penerjemah sekitar Candi Pari sebagai upaya untuk menambah Ida Sundari Hoesen. Jakarta-Paris: penghasilan. Beberapa usaha yang di buat oleh Kepustakaan Populer Gramedia, École warga seperti tempat souvenir, pedagang française d’Extrême-Orient, Pusat makanan-minuman dan warung kopi. Penelitian Arkeologi Guillon, Emmanuel.1997. Hindu-Buddhist Art of DAFTAR PUSTAKA Vietnam: Treasures from Champa (translated from the French by Tom Adrian, Perkasa. 2012. Orang-Orang Tionghoa White). Trumbull, Connecticut: dan Islam di Majapahit. Yogyakarta : Ombak Weatherhill Agus, Aris Munandar. 2008. Ibukota Majapahit, Masa Jaya dan Pencapaian. Jakarta : Hageman, J. 1854. Tjandi Pari. Tijdschrift Voor Komunitas Bambu Indische Taal-, Land- En Volkenkunde, ______. 2010. Gajah Mada : Uitgeven Door Het Bataviaasch Biografi Politik. Jakarta : Komunitas Genootschap Van Kunsten En Bambu Wetenschappen (TBG) ______. 2015. Keistimewaan Hall, D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Candi-Candi Zaman Majapahit. Jakarta Diterjemahkan kedalam bahasa : Wedatama Widya Sastra Indonesia oleh I.P Soewarsha. Surabaya Aminuddin, Kasdi. 2005. Memahami Sejarah. : Usaha Nasional Surabaya : UNESA University Press H.J. De Graaf dan Th. G. Th. Pigeaud. 1974. De Ayatrohaedi.1986.Kepribadian Budaya Bangsa Eerste Moslimse Vorstendommen Of (Local Genius). Jakarta : Dunia Pustaka Java. VKI 69. La Haye. Nijhoff Jaya Hardy, Andrew David, Cucarzi, Mauro, Zolese, Bosch, F.D.K. 1915. Rapporten van den Patrizia.2009. Champa and the Oudhridkundigen Dienst in Archaeology of Mỹ Sơn (Vietnam). NUS Nederlandsch-Indie (ROD). Press Brandes, J.L.A. 1903. Rapporten van de I Ketut Riana. 2009. Kakawin Desa Warnnana Commissie in Nederlandsch-Indie voor Uthawi Nagakrtagama. Jakarta : Oudheidkundig Onderzoek op Java en Kompas Media Nusantara Madoera (ROC). Hubert, Jean-François.2005.The Art of Champa Budi Sumadi,dkk. 2001. Candi Pari. Suaka (translated from the French by Anna Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Allanet). USA: Parkstone Press and Timur : Balai Pelestarian Peninggalan Confidential Concepts Purbakala Trowulan Kieven, Lydia. 2014. Menelusuri Figur Bertopi Coedes, George. 1981. Sejarah Campa dari Awal Dalam Relief Candi Zaman Majapahit : sampai tahun 1471, dalam Kerajaan Pendangan Baru Terhadap Fungsi Campa. Jakarta : Balai Pustaka Religius Candi-Candi Periode Jawa ------.2010.Asia Tenggara Masa Hindu- Timur Abad Ke-14 dan Ke-15. Jakarta : Buddha.Jakarta : KPG Kepustakaan Populer Gramedia Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu Ecole Francaise D’Extreme-Orient. 1981. Antropologi.Jakarta : Rineka Cipta Kerajaan Campa. Jakarta : Balai Pustaka Krom, N.J. 1923. Inleiding tot de Hindoe- Javaansch Kunst, II. “s-Gravenhaget Erlangga, Ibrahim dan Syahrizal Budi Putranto. Martinus Nijhoff 2016. Champa : Kerajaan Kuno di Vietnam. Jakarta : Gramedia Lombart, D. 1981. Campa Dipandang Dari Selatan, dalamKerajaan Campa. Jakarta Finot, M.L. 1904. Notes d'épigraphie: XI. Les : Balai Pustaka inscriptions de Mi-Son, in BEFEO 4 Maspero, Georges. 1928. Le royaume de Champa. Groeneveldt, W.P.2009. Nusantara dalam Paris/Bruxelles, les Editions G. Van Oest Catatan Tionghoa. Terjemahan dari 400

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 5, No. 2, Juli 2017

Munoz, Paul Michael.2009.Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia Dan Semenanjung Malaysia.Yogyakarta : Mitra Abadi Ngo Van Doanh. 2005. My Son Relics. Hanoi: The Gioi Publishers ______.2006.Champa: Ancient Towers. Hanoi: The Gioi Publishers O.W. Wolters.1999.History, Culture and Region in South East Asian Perspective Pelliot, Paul. 1903. Le Fou-nan.BEFEO.3(3) Slamet, Mulyana. 2012. Menuju Puncak Kemegahan : Sejarah Kerajaan Majapahit.Yogyakarta : LKiS Soekmono. 1973. Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta : Kanisius ______. 2005. Candi, Fungsi dan Pengertiannya. Jakarta : Jendela Pustaka Ricklefs, M.C.,dkk.2013.Sejarah Asia Tenggara : Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer. Jakarta : Komunitas Bambu Taufik, Abdullah, dkk. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 2. Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve bekerjasama dengan Kemendikbud Teguh, Panji.2015.Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit. Jakarta : Laksana Tran Ky Phuong.2008.Vestiges of Champa Civilization. Hanoi, The Gioi Publishers Jurnal dan Internet Agus Aris Munandar. Majapahit : Kerajaan Agraris-Maritim di Nusantara (Jurnal Arkeologi), FIB-UI http://www.My Son Vietnam _ The Temple Trail.html/ http://kbbi.web.id http://inspirasimajapahit.wordpress.com

401