PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
STUDI ETNOBOTANI PEMANFAATAN TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Yeri Lona 091434028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
iii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
“Kata-kata dalam tulisan adalah kuat”
Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendedikasikan seluruh hidup mereka demi tercapainya cita-cita yang saya inginkan.
iv
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
v
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
vi
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRAK
Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan 50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan data yang utuh. Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuh- tumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi, batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata.
Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan Upacara, Suku Dayak Tunjung, Upacara Adat, Organ Tumbuhan.
vii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local wisdom and actively participates in the preservation of the environment which has not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk and Dayak Tunjung Tonyoi, which has similarities in the implementation of traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of plants which are used as a tools or medium in the ceremony. This research aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional ceremonies process, plant organs used, the process of obtaining organs of plants used and the type of ceremony that uses the plant organs. This research is a qualitative study using descriptive method. Data was collected through observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa, Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 primary informants and 50 secondary informants. Data were analyzed inductively, starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get complete data. Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their needs, especially the utilization of herbs. This research was managed to record the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many as 78 species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There are 17 type Dayak Tunjung traditional ceremonies that were successfully recorded.
Keywords: Ethnobotany, Ceremony Plant, Dayak Tunjung, Traditional Ceremony, Plant Organ.
viii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur” ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akedemik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi besar, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih, khususnya kepada: 1. Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan dan juga mendanai penulis untuk melaksanakan tugas belajar di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Kepala Kampung Linggang Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Mapan, Bigung Baru, Linggang Amer dan Balok Asa yang sudah membantu penulis dalam pemberian izin penelitian dan juga memberikan informasi kepada penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan. 3. Pelaku Upacara adat, Dewan Adat dan Masayarakat Suku Dayak Tunjung yang telah bersedia menjadi narasumber. 4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing. 5. Bapak Simson dan Ibu Murni Lawati Selaku Orang tua penulis dan adik kecil ku Petrina yang tanpa batas dan tak kenal lelah meberikan dukungan, bantuan, Doa,dan semangat kepada penulis. 6. Willy Mulyati Jelly, selaku kekasih dari penulis yang telah memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis. 7. Rebanon, selaku paman dari penulis yang menjadi relawan dan selalu menemani penulis dalam proses perekaman data tumbuhan. 8. Nabe dan Alex dan Faldi yang telah terlibat dalam proses penelitian di Desa Linggang Melapeh. 9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 10. Teman-teman seperjuangan,yang selama ini selalu memberikan dukungan moril kepada penulis (Adit Bantul, Fajar, Leo, Yoren, Jimmy Hendry, Yulius Tri Kurniawan, dll) dan juga seluruh teman-teman dari pendidikan Biologi USD angkatan 2009.
ix
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
x
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... vi
ABSTRAK ...... vii
ABSTRACT ...... viii
KATA PENGANTAR ...... ix
DAFTAR ISI ...... xi
DAFTAR TABEL...... xv
DAFTAR GAMBAR ...... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...... xx
BAB I. PENDAHULUAN ...... 1
A. Latar Belakang ...... 1
B. Rumusan Masalah...... 3
C. Tujuan Penelitian ...... 3
D. Batasan Penelitian...... 4
E. Manfaat Penelitian ...... 4
xi
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...... 6
A. Etnobotani ...... 6
B. Tumbuhan upacara adat ...... 9
C. Suku Dayak Tunjung ...... 11
BAB III. METODE PENELITIAN ...... 13
A. Jenis dan metode Penelitian ...... 13
B. Subjek (informan) Penelitian ...... 13
C. Tempat dan Waktu Penelitian...... 14
D. Data dan Sumber Data...... 15
E. Teknik Pengumpulan Data...... 15
F. Analisis Data...... 16
1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan ...... 16 2. Pengumpulan Data ...... 16 3. Reduksi Data ...... 17 4. Penyajian Data ...... 17 5. Menarik Kesimpulan/verifikasi ...... 18 Bagan proses analisis data ...... 19
G. Instrumen Penelitian ...... 20
H. Alat – alat Penelitian ...... 24
I. Bagan Alur Penelitian ...... 25
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ......
A. Daerah Penelitian ...... 26 B. Suku Dayak Tunjung ...... 29 C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ...... 34 1. Jojot (Musa sp) ...... 45 2. Sempat ...... 46
xii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Juangk (Cordyline terminalis) ...... 47 4. Jeloq (Musa sp) ...... 48 5. Nancangk ...... 49 6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera) ...... 51 7. Tabak ...... 52 8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)...... 54 9. Gaka malongk ...... 55 10. Cahai/Kunyit (curcuma domestica) ...... 57 11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale) ...... 58 12. Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) ...... 59 13. Ntugaq ...... 61 14. Tempera ...... 62 15. Tokongk ...... 63 16. Kuayant...... 64 17. Tuuq/Tebu (Saccharum sp) ...... 66 18. Pangir/bungaq ...... 67 19. Pujaq ...... 69 20. Ami/ Uncaria gambir ...... 70 21. Gaka Kedot ...... 71 22. Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) ...... 72 23. Harump ...... 74 24. Komat/puring hijau ...... 75 25. Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus) ...... 76 26. Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera) ...... 77 27. Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum) ...... 78 28. Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus) ...... 79 29. Paant/Pinang (Areca catechu) ...... 81 30. Sarap/Aren (Arenga pinnata) ...... 82 31. Rakap/Sirih (Piper betle) ...... 84 32. Wangun...... 86 33. Nyelutui/Kayu gabus (Alstoniae cortex) ...... 87
xiii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
34. Pengoq ...... 89 35. Pengoq peai ...... 90 36. Sewet/pisang hutan...... 92 37. Mawa ...... 94 38. Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) ...... 95 39. Jiee...... 96 40. Persiah ...... 98 41. Paku paramp (Polypodium vulgare) ...... 99 42. Tu-tawa ...... 101 43. Memaliq/semeneo ...... 102 44. Gaka ngelagit ...... 103 45. Lempung ngayo ...... 104 46. Rekep ...... 106 47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) ...... 107 48. Gai sokak (Calamus caesius) ...... 109 49. Biruq ...... 111 50. Terincingk/Nanas (Ananas comosus) ...... 112 51. Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta) ...... 114 52. Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)...... 116 53. Ketapuq...... 118 54. Pegangk lau ...... 119 55. Bunglew ...... 121 56. Deraya ...... 123 57. Peringk taliq ...... 124 58. Kuayant kuning ...... 126 59. Nturui ...... 127 60. Lunuk (Ficus benjamina) ...... 129 61. Raja pengalah ...... 131 62. Pentar ...... 132 63. Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ...... 134 64. Lancingk senit (Ficus minahassae) ...... 136
xiv
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
65. Mermungk ...... 137 66. Engkehuyo (Chromolaena odorata) ...... 139 67. Tuuq salah...... 141 68. Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana) ...... 142 69. Isak-isik ...... 145 70. Akar ...... 146 71. Ukor ...... 148 72. Bemant/Bemban (Donax canniformis) ...... 149 73. Botoq/Ramban (Trema orientalis) ...... 151 74. Niungk ...... 152 75. Jauq/Palem hutan ...... 154 76. Belayant ...... 156 77. Ntrarant ...... 158 78. Biruq torungk ...... 159 D. Organ Tanaman Yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung ...... 161 E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung ...... 165 F. Sumber Perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi Lingkungan ...... 166 G. Pemanfaatan jenis tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan ...... 167 H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian ...... 170
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 172
A. Kesimpulan ...... 172 B. Saran ...... 172
DAFTAR PUSTAKA ...... 174
LAMPIRAN...... 176
xv
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung ...... 15
Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat...... 15
Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan ...... 20
Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur...... 23
Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi ...... 36
Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ...... 37
Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung ...... 161
xvi
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan proses analisa data ...... 19
Gambar 3.2 Bagan alur penelitian ...... 25
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian ...... 28
Gambar 4.2 Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek ...... 32
Gambar 4.3 Daun Jojot muda ...... 45
Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya ...... 47
Gambar 4.5 Hanjuang merah ...... 48
Gambar 4.6 Pisang (Musa sp) ...... 49
Gambar 4.7 Pohong mahang muda ...... 50
Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera) ...... 51
Gambar 4.9 Tabak ...... 53
Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp) ...... 54
Gambar 4.11 Gaka malongk ...... 56
Gambar 4.12 Kunyit (curcuma domestica) ...... 57
Gambar 4.13 Jahe (Zingiber officinale)...... 59
Gambar 4.14 Kayu Ulin...... 60
Gambar 4.15 Cabang kayu ntugaq dan daunnya...... 61
xvii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 4.16 Tempera ...... 62
Gambar 4.17 Bunga tokongk ...... 63
Gambar 4.18 Tokongk tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan ...... 54
Gambar 4.19 Batang kuayant ...... 65
Gambar 4. 20 Tebu ...... 67
Gambar 4.21 Tumbuan pangir ...... 68
Gambar 4.22 Tumbuhan pujaq ...... 69
Gambar 4.23 Tumbuhan gambir ...... 70
Gambar 4.24 Gaka kedot ...... 72
Gambar 4.25 Gai pelas ...... 73
Gambar 4.26 Harump ...... 74
Gambar 4.27 Puring hijau ...... 75
Gambar 4.28 Paku sarang burung ...... 76
Gambar 4.29 Tumbuhan sembung ...... 77
Gambar 4.30 Bunga/buah Heredong ...... 78
Gambar 4.31 Peridangk atau Rumput teki ...... 80
Gambar 4.32 Pohong pinang ...... 82
Gambar 4.33 Pohon aren (Arenga pinnata) ...... 83
Gambar 4.34 Rakap/Sirih (Piper betle) ...... 85
xviii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun ...... 87
Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex) ...... 88
Gambar 4.37 pengoq ...... 90
Gambar 4.38 Pengoq peai ...... 91
Gambar 4.39 Sewet ...... 92
Gambar 4.40 Mawa ...... 94
Gambar 4.41 Keledang ...... 96
Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee ...... 97
Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus ...... 99
Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare) ...... 100
Gambar 4.45 Tu-tawa ...... 101
Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo ...... 102
Gambar 4.47 Gaka ngelagit ...... 104
Gambar 4.48 Lempung ngayo...... 105
Gambar 4.49 Rekep ...... 106
Gambar 4.50 Gai syi’it ...... 108
Gambar 4.51 Gai sokak ...... 110
Gambar 4.52 Biruq ...... 111
Gambar 4.53 Nanas ...... 114
Gambar 4.54 Kumar/ Lempucant (Eleiodoxa conferta) ...... 115
xix
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 4.55 Selasih...... 117
Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi ...... 118
Gambar 4.57 Pegangk lau ...... 120
Gambar 4.58 Bunglew ...... 122
Gambar 4.59 Deraya...... 124
Gambar 4.60 Peringk taliq ...... 125
Gambar 4.61 Kuayant kuning ...... 126
Gambar 4.62 Nturui ...... 127
Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina) ...... 130
Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp) ...... 132
Gambar 4.65 Pentar ...... 133
Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ...... 135
Gambar 4.67 lancingk senit ...... 137
Gambar 4.68 mermungk ...... 138
Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata) ...... 140
Gambar 4.70 Tuuq salah ...... 141
Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)...... 144
Gambar 4.72 Isak-isik ...... 145
Gambar 4.73 Tumbuhan akar ...... 147
Gamabr 4.74 Ukor ...... 149
xx
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis) ...... 150
Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)...... 151
Gambar 4,77 Niungk ...... 153
Gambar 4.78 Tumbuhan jauq ...... 155
Gambar 4.79 Tumbuhan belayant ...... 157
Gambar 4.80 Batang tumbuhan Ntrarant ...... 159
Gambar 4.81 Biruq Torungk ...... 160
Gambar 4.82 Persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung ...... 162
Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara adat Suku Dayak tunjung ...... 163
xxi
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PETA WILAYAH PENELITIAN ...... 176
LAMPIRAN 2 INFORMAN PRIMER ...... 178
LAMPIRAN 3 JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...... 180
LAMPIRAN 4 ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...... 184
LAMPIRAN 5 TABEL KLASIFIKASI TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG...... 187
LAMPIRAN 6 JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI ...... 191
LAMPIRAN 7 JUMLAH ORDO TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ...... 192
LAMPIRAN 8 JUMLAH DEVISI DAN KELAS TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ...... 193
LAMPIRAN 9 TABEL DATA TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...... 194
LAMPIRAN 10 SILABUS ...... 200
LAMPIRAN 11 RPP ...... 204
LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN ...... 217
LAMPIRAN 13 BUKTI PEREKAMAN DATA ...... 220
LAMPIRAN 14 SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN ...... 226
LAMPIRAN 15 DOKUMENTASI PENELITIAN...... 232
xxii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan pesatnya peningkatan pendidikan masyarakat
akan cenderung menjadikan generasi muda memandang kebudayaan leluhur
mereka sebagai ciri dari masyarakat yang terbelakang. Rasa rendah diri
(inferiory Complex) terhadap kebudayaan sendiri, akan mengakibatkan mereka
meninggalkan pola hidup tradisional dan lebih tertarik pada produk-produk
diluar wilayah budayanya (Attamimi,1997). Hal ini belum terjadi dalam
kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, namun
tidak menutup kemungkinan akan terjadi seiring perjalanan waktu dan
perkembangan peradaban manusia yang kompleks.
Terus bertahannya budaya masyarakat Suku Dayak Tunjung di wilayah
Kaputaen Kutai Barat tidak lepas dari peranan lingkungan yang masih
menyediakan sumber daya untuk terus bertahannya kebudayaan masyarakat
secara utuh. Sumber daya yang disediakan oleh lingkungan salah satunya berupa
materi yaitu tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai media Upacara adat
Suku Dayak Tunjung.
Tidak ada data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung, dari hasil obervasi di
lapangan data yang bisa diperoleh tentang asal-usul Suku Dayak Tunjung dan
budayanya hanya dari orang-orang tua dan para Pemuka adat. Informasi tentang
sejarah Suku Dayak Tunjung disampaikan secara lisan turun-temurun dari
nenek-moyang mereka, dengan demikian ada perubahan versi cerita dari setiap
generasi, hanya inti dari silsilah tersebut yang masih dipertahankan.
1
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 2
Kearifan lokal turut berperan dalam mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan yang semakin parah. Di mana para pemuka adat dan masyarakat
setempat menciptakan area hutan adat dan beberapa kebijakan bagaimana SDA
dapat dimanfaatkan dan bagaimana pelestariannya, tentunya jika hal tersebut
dilanggar maka akan dikenakan sangsi adat berupa denda ataupun ancaman
“murka” alam, semua sangsi disesuaikan dengan regulasi adat yang berlaku dan
dianut secara lisan.
Kearifan lokal merupakan permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut melalui
studi Etnobotani. Mawardi, (2000) menyatakan bahwa untuk mendapatkan data
tentang penggunaan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat tradisional dari
suku bangsa dapat dilakukan dengan suatu survey etnobotani. Etnobotani berasal
dari bahasaYunani yaitu Ethnos (bangsa) dan Botany (tumbuhan). Etnobotani
adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara
menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem
pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.
Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan
berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum
banyak diungkap dan didata agar menjadi suatu acuan informasi yang relevan
dan dapat digunakan secara terus menerus di masa yang akan datang. Seiring
dengan berjalannya waktu dan berkembangnya budaya moderen terjadi
pengikisan budaya tradisonal yang membahayakan keberadaan dari budaya
tersebut untuk tetap berlanjut ditengah kehidupan masyarakat moderen. Oleh PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3
karena itu penelitian ini dirancang untuk mengkaji secara lebih mendalam,
tentang budaya masayarakat Suku Dayak Tunjung di kawasan Kecamatan
Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, dalam proses pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan untuk upacara adat. Tema dari penelitian ini adalah studi
Etnobotani pemanfaatan tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di
Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur
B. Rumusan Masalah
Dalam observasi di lapangan diketahui bahwa ada variasi tumbuhan yang
digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku
Dayak Tunjung?
2. Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku
Dayak Tunjung?
3. Bagaimana proses mendapatkan tumbuhan tersebut dari lingkungan?
4. Jenis upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung
2. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak
Tunjung
3. Proses mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung
4. Upacara yang mengunakan tumbuhan upacara tersebut. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 4
D. Batasan Penelitian
Penelitian ini terfokus dan dibatasi oleh beberapa pokok berikut:
1. Studi entobotani hanya digunakan untuk mengetahui proses pemanfaatan
tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung.
2. Penelitian tentang Suku Dayak Tunjung hanya sebatas untuk mengetahui
sejarah, jenis upacara adat, sistem adat dan hubungannya dengan pelestarian
lingkungan.
3. Tumbuhan yang akan diteliti terbatas pada tumbuhan yang digunakan dalam
upacara adat Suku Dayak Tunjung.
4. Tumbuhan akan diidentifikasi, identifikasi tumbuhan dilakukan pada tingkat
famili hingga tingkat spesies
5. Variabel penelitian ini akan mengarahkan penelitian tentang bagaimana
pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung, bagian organ
tumbuhan yang digunakan dalam upacara, upacara apa saja yang
menggunakan tumbuhan tersebut, dan proses mendapatkan tumbuhan
tersebut.
E. Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Dapat menjadi referensi dan menjembatani bagi peneliti selanjutnya
2. Memperkaya ranah ilmu nasional, khususnya di bidang ilmu etnobotani PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 5
3. Menjadi data tertulis tentang budaya Suku Dayak Tunjung, sehingga dapat
menjadi catatan dan referensi khususnya di bidang kebudayaan Kabupaten
Kutai Barat.
4. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat.
5. Dapat memberi masukan kepada pemerintah setempat mengenai kondisi
lingkungan sehingga dapat diambil langkah konservatif bila perlu. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Etnobotani
Etnobotani merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara manusia dengan Sumber Daya Alam (SDA), awalnya istilah etnobotani
pertama kali muncul pada tanggal 5 Desember 1895 dalam satu artikel yang
diterbitkan oleh Evening Telegram pada suatu konferensi erkeolog J. W.
Harsberger (Castetter, 1944). Dan pada tahun berikutnya berikutnya terbit artikel
dari konferensi tersebut yang mengemukakan objek etnobotani yang meliputi :
1. Mengungkapkan situasi kultural suatu etnik yang memanfaatkan berbagai
jenis tumbuhan untuk bahan makanan, bahan bangunan dan bahan
sandang.
2. Mengungkapkan penyebaran jenis-jenis tumbuhan pada masa lampau.
3. Mengungkapkan jalur distribusi komersial suatu jenis turnbuhan.
4. Mengungkapkan berbagai jenis turnbuhan berguna.
Dalam publikasi tersebut Harsberger sendiri memberikan batasan bahwa
etnobotani adalah llmu yang mempelajari tentang pemanfaatan berbagai jenis
tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat primitif. Seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, etnobotani berkembang menjadi
cabang ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan surnber daya
alam, tumbuhan, dan Iingkungannya.
6
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 7
Pada kurun waktu 1873 sampai 1980an dianggap sebagai masa munculnya
disiplin ilmu baru, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan berbagai jenis
tumbuhan oleh masyarakat lokal. Dan berkembang menjadi disiplin ilmu yang
diterima oleh masyarakat akademik. Dalam perkembangannya ilmu etnobotani
pada tahun 1980 telah dikenal oleh masyarakat di semua kalangan, baik
kalangan awam maupun akademik. Pada tahun1983 untuk pertama kali didirikan
perhimpunan masyarakat etnobotani yang diprakarsai oleh perhimpunan
arkeologi amerika. Di kawasan asia perkembangan etnobotani dimulai pada
tahun 1920 melalui publikasi tumbuhan obat dan selanjutnya berkembang
hingga sekarang.
Seiring dengan perkembangannya, etnobotani dapat digunakan
mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional tentang pemanfaatan
tumbuhan untuk menunjang kehidupanya. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh
masyarakat tradisional yang dapat dikaji melalui studi etnobotani antara lain:
a. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan
b. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan
c. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan bangunan
d. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan upacara adat
e. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pewarna dan lain-lain.
Ruang lingkup etnobotani terus berkembang dan tidak hanya digunakan
untuk mengungkapkan pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan oleh
masyarakat tradisional, ruang lingkup etnobotani berkembang dengan pesat
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 8
dengan sangat luas meliputi berbagai bidang. Purwanto (1999: 220)
menyatakan bahwa ruang lingkup etnobotani sekarang ini meliputi:
1) Etnoekologi : menitik beratkan pada pengetahuan tradisional tentang adaptasi
dan interaksi di antara organisme, dan pengaruh pengelolaan tradisional
lingkungan alam terhadap kualitas lingkungan.
2) Pertanian tradisional : pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan
sistem pertanian serta pengaruh alam dan lingkungan pada tanaman dan
pengelolaan lahan.
3) Etnobotani kognitif : persepsi tradisional terhadap sumber daya alam
tumbuhan, rnelalui analisis simbolik dalarn ritual dan mitos, dan konsekuensi
ekologisnya. Organisasi dari sistern pengetahuan melalui studi
etnotaksonomi.
4) Budaya materi : pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dan
produk tumbuhan dalarn seni dan teknologi.
5) Fitokimia tradisional : pengetahuan tradisional penggunaan tumbuhan dan
kandungan bahan kirnianya, contohnya sebagai bahan insektisida lokal dan
tumbuhan obat-obatan.
6) Paleoetnobotani : interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan
tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi.
Penelitian ini akan mengunakan studi etnobotani dengan ruang lingkup
etnobotani kognitif, dengan tema studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan untuk
Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi
Kalimantan Timur
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 9
B. Tumbuhan upacara adat
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan
juga keanekaragaman kultural dan pengetahuan tradisionalnya. Keankeragaman
hayati dan juga pengetahuan tradisional ini dipadu menjadi suatu budaya yang
khas bagi setiap suku di Indonesia. Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan khas
setempat yang tidak terdapat di daerah lain, sehingga jenis pemanfaatannya pun
khas dan hanya terdapat pada daerah tersebut. Dalam hal ini adalah pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan sebagai sarana atau alat dalam upacara adat.
Wahyuni, (2011) menyatakan bahwa tumbuhan upcara adat merupakan
tumbuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, jenis tumbuhan yang
digunakan berbeda-beda, baik spesies dan juga organ tumbuhan yang digunakan.
Jenis upacara adat berbeda-beda setiap daerahnya tergantung dari kultur buadaya
yang lahir, dipercaya dan dijalankan di daerah tersebut. Dan setiap daerah
memiliki lebih dari satu jenis upacara adat dengan tujuan yang berbeda pula,
dalam setiap upacara adat jenis tumbuhan yang digunakan bisa berbeda-beda
dan juga tidak menutup kemungkinan tumbuhan yang sama digunakan dalam
jenis upacara dengan tujuan yang berbeda.
Organ tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat tidak terbatas pada satu
organ tumbuhan saja,tergantung dari jenis upcara dan bagaimana keyakinan
masyarakat setempat tentang tata cara pembuatan alat-alat upacara tersebut.
Tidak ada data tertulis tentang bagaimana awalnya tumbuh-tumbuhan tersebut
digunakan dalam suatu kegiatan upacara adat, semua pengetahuan tentang
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 10
upacara adat diwariskan turun-temurun secara lisan. Sedangkan Wahyudi Pantja
Sunjata, (1997) menyatakan fungsi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang
digunakan dalam upacara tidak dapat digantikan, karena sudah terikat dengan
hukum adat yang apabila dilanggar akan medapatkan sangsi dari dewan adat
baik langsung maupun tidak langsung.
Upacara adat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok
masyarakat atau individu atas dasar keyakinan yang diwariskan secara turun-
temurun dengan sebuah tujuan tertentu baik tujuan nyata maupun tidak nyata,
yang dengan sangsi langsung berdasarkan peraturan adat yang berlaku juga
sangsi tidak langsung berupa ancaman dari kepercayaan yang dianut berupa
nasib buruk jika proses upacara tidak dilaksanakan. Upacara adat sendiri
memiliki banyak tujuan seperti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita
seseorang, penghormatan terhadap roh nenek-moyang yang telah meninggal
dunia, permintaan akan keselamatan dan lain-lain.
Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung
kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997: 1). Walapun jenis dan
tujuan dari upacara adat tesebut adalah sama, namun tata cara pelaksanaan dan
juga bahan-bahan yang digunakan akan berbeda setiap daerahnya. Dan apa saja
alat yang dibutuhkan dalam setiap upacara adat tidak semua masyarakat pelaku
adat mengetahuinya secara menyeluruh. Hanya para pemimpin dan pelaku
adatlah yang mengetahui secara detail apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan
dalam setiap pelaksanaan upacara adat. Orang-orang yang terlibat dalam
pelaksanaan upacara adalah mereka yang bertindak sebagai pemimpin jalanya
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 11
upacara dan beberapa orang yang paham dalam ritual upacara adat
(Koentjaraningrat, 1967: 241)
C. Suku Dayak Tunjung Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis sub-suku
Dayak yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan
Timur, tidak ada data resmi tentang Suku Dayak Tunjung. Dalam kehidupan
sehari-hari Suku Dayak Tunjung menggunakan bahasa daerah atau bahasa khas
Suku Dayak Tunjung untuk berkomunikasi dengan lawan biacara sesama Suku
Dayak Tunjung, atau Suku Dayak lainya yang masih memiliki keterkaitan baik
bahasa dan kebudayaan dengan Suku Dayak Tunjung, sehingga memungkinkan
terjadinya komunikasi dua arah dan tercapainya maksud dan tujuan dalam
komunikasi.
Untuk melakukan komunikasi dengan suku-suku lain, Suku Dayak Tunjung
menggunakan Bahasa Indonesia. Dewasa ini Suku Dayak Tunjung juga
menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari untuk
berkomunikasi, baik dengan sesama Suku Dayak Tunjung atau dengan lawan
bicara yang berbeda suku dan budayanya.
Dalam hal kebudayaan saat ini, Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada
tradisi dan budaya yang telah ada dan diwariskan turun-temurun secara lisan. Di
mana hukum dan aturan yang mengatur serta menjadi patokan dalam hubungan
kemasyarakatan adalah hukum adat, tentunya dengan masih berlakunya hukum
adat dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung maka secara tidak
langsung budaya-budaya yang ada masih terus terjaga dan tidak ditinggalkan.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 12
Hal ini juga yang menyebabkan masih adanya proses pelaksanaan Upacara Adat
oleh Suku Dayak Tunjung, Suku Dayak Tunjung sangat peduli terhadap hal-hal
disekitar mereka termasuk keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) beserta
kondisinya. Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang masih berpegang pada adat
dan kebudayaan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat akan
mengusahakan semampu mereka tanpa harus diminta oleh pihak-pihak tertentu
dalam melakukan pelestarian terhadap SDA, salah satu faktornya adalah karena
kaitan erat antara SDA dan kebudayaan, serta Upacara-upacara Adat Suku
Dayak Tunjung. Kehidupan ekonomi Suku Dayak Tunjung ditopang oleh sektor
perkebunan, di mana komoditas utama yang dibudidayakan adalah karet.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan metode penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor (1993: 30), Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang atau prilaku yang diamati. Menurut Prastowo (2012) metodologi
penelitian kualitatif mengutamakan kondisi sealamiah mungkin di lapangan
dalam proses pengamatan dan pengambilan data. Hakikat penelitian ini adalah
suatu penelitian atau kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah
lapangan, bukan dengan tujuan menguji atau membuktikan teori atau hipotesis.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif.
B. Subjek (informan) penelitian
Data atau informasi dalam penelitian kualitatif tidak akan didapatkan jika
tidak ada informan atau narasumber. Narasumber berperan penting dalam
pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dalam
penelitian ini, subjek penelitian adalah perorangan atau kelompok masyarakat
yang berasal dari Suku Dayak Tunjung. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi
dalam pemilihan subjek penelitian ini adalah sebagai berikut:
13
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 14
1. Berasal Suku Dayak Tunjung.
2. Memiliki pengetahuan yang luas akan budaya Suku Dayak Tunjung, dimana
pengetahuan yang dimiliki diakui keabsahaanya.
3. Terlibat dalam kegiatan upacara adat dalam waktu yang lama
4. Pelaku Upacara adat atau tokoh adat
5. Memiliki pengaruh dalam kebudayaan Suku Dayak Tunjung dan juga dalam
kehidupan masyarakat.
Dari kriteria tersebut diatas maka dalam proses penelitian, peneliti
menetapkan beberapa informan primer dalam penelitian ini yaitu para pelaku
atau tokoh upacara adat dan tokoh ada, tsedangkan informan lainnya adalah
informan sekunder. Karena dalam pengamatan langsung di lapangan, diketahui
bahwa hampir semua pelaku upacara mengetahui seluk-beluk upacara, termasuk
tanaman apa yang digunakan. Sedangkan para tokoh adat lainnya tidak
semuanya menguasai atau memiliki pengetahuan secara menyeluruh tentang
upacara adat Suku Dayak Tunjung.
C. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kabupaten Kutai Barat, Provinsi
Kalimantan Timur, dengan wilayah penelitian meliputi 2 kecamatan yaitu
Kecamatan Barong Tongkok dan Kecamatan Linggang Bigung. Sedangkan
spesifik kampung yang diteliti adalah Kampung Balok Asa, Kampung Linggang
Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung
Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Penelitian dilaksanakan pada
awal bulan Desember 2013 dan berakhir pada akhir bulan Februari 2014.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 15
D. Data dan sumber data
Data dan sumber data dalam penelitian ini meliputi:
Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian
Sejarah Suku Dayak Tunjung Tokoh adat Wawancara Kehidupan Sosial dan Pelaku Upacara Observasi Budaya. adat lapangan Hubungan antara Masyarakat Dokumen dan Telaah pustaka dengan Lingkungannya. Sumber lain yang Telaah dokumen relevan. Dokumentasi
Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat. Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian Jenis Tumbuhan yang 1. Pelaku Upacara Wawancara, dimanfaatkan adat dan tokoh Observasi lapangan Organ Tumbuhan yang terkait lainnya dan Dokumentasi dimanfaatkan yang relevan Cara mendapatkan Organ 2. Lingkungan dan tumbuhan alam sekitar Pengunaan Organ Tumbuhan
E. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan agar data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian terpenuhi. Dalam proses penelitian di lapangan, peneliti menggunakan
tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara, teknik observasi dan
teknik dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dari
sumber data berupa Pelaku Upacara Adat dan tokoh-tokoh masyarakat terkait
lainnya. Sedangkan teknik observasi dilakukan untuk mendapatkan data dari
lapangan, yang termasuk mendapatkan data tumbuhan dari habitatnya, dan juga
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 16
proses Upacara Adat. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga
mengunakan tiga teknik sekaligus dalam mendapatkan data, yaitu teknik
wawancara, teknik observasi yang kemudian ditunjang dengan teknik
dokumentasi, agar data yang dihasilkan lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
F. Analisis data
Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif tidak dapat dihitung secara
matematis, karena data yang dihasilkan berupa keterangan verbal (kalimat dan
kata). Menurut Prastowo (2013: 237), analisis data dalam penelitian kualitatif
pada hahikatnya adalah suatu proses. Dengan pengertian bahwa pelaksanaan
analisis data harus dimulai sejak tahap pengumpulan data di lapangan dan
kemudian dilakukan dengan lebih intensif setelah data terkumpul seluruhnya.
Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan
Analisis data sebelum terjun ke lapangan digunakan terhadap data hasil studi
yang sudah ada, dan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun
fokus penelitian dalam hal ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah
proses analisis data dilapangan yang akan dilakukan pada tahapan analisis data
berikutnya.
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan
dalam penelitian, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 17
terjun langsung ke lapangan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan
kenyataan di lapangan dan tanpa perlakuan khusus terhadap sumber data, di
mana keadaan alamiah sumber data dipertahankan semaksimal mungkin. Data
harus dikumpulkan sebanyak mungkin untuk kemudian diolah pada tahap
analisis data selanjutnya. Dalam proses penelitian ini, penulis berhasil
mengumpulkan data yaitu 78 jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam
upcara adat Suku Dayak Tunjung, data yang terkumpul adalah data faktual tanpa
rekayasa.
3. Reduksi data
Reduksi data adalah proses di mana peneliti memproses data yang didapatkan
dari lapangan, data yang sudah ada masih berupa data mentah, sehingga pada
tahapan ini dilakukan pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengekstrakkan
data, dan juga penggabungan beberapa data terkait sehingga menjadi data yang
utuh untuk kemudian digunakan dalam proses selanjutnya. Dalam proses reduksi
data ini peneliti menyeleksi data, di mana data yang didapatkan tidak berkaitan
dengan fokus penelitian disingkirkan (diabaikan), tidak digunakan dalam proses
selanjutnya.
4. Penyajian data
Penyajian data merupakan tidak lajut terhadap data yang telah melewati tahap
reduksi data pada tahap sebelumnya, di mana data yang telah disusun
ditampilkan dengan bentuk penyajian data yang paling mudah dipahami.
Penyajian data memungkinkan diambil tindakan selanjutnya dan juga penarikan
kesimpulan. Dalam hal penyajian data penulis menggunakan beberapa model
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 18
penyajian data berupa teks naratif, grafik dan deskripsi. Dalam pemilihan
penggunaan model penyajian data, peneliti memilih 3 model penyajian data
diatas, kerena ketiganya merupakan model penyajian yang paling cocok dalam
menyajikan data dan mudah untuk dipahami.
5. Menarik kesimpulan/Verifikasi
Setelah data melewati tahap penyajian data, maka ditarik kesimpulan dari
data yang ada. Proses penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses di
mana data yang telah ada diambil intisarinya dan menjadi butir-butir informasi
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Informasi yang dihasilkan dapat
berupa deskripsi atau gambaran atas suatu objek. Dalam menarik kesimpulan,
peneliti mencari tahu tentang pola, tema, alur sebab-akibat, penjelasan, hal-hal
terkait yang sering muncul, hipotesis dan berbagai hal lainnya. Dalam proses
penelitian ini peneliti menemukan 5 butir kesimpulan dan 3 butir saran.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 19
Bagan proses analisa data
Langkah 1: Langkah 2: Analisis data sebelum terjun Pengumpulan data ke lapangan
Langkah 4: Langkah 3: Penyajian data Reduksi data
Langkah 5: Menarik kesimpulan/Verifikasi
Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 20
G. Instrumen penelitian
Pengumpulan data tentang pemanfaatan tumbuhan upacara adat suku Dayak
Tunjung di Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok,
Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan dengan
mengunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan
beberapa pertanyaan, berdasarkan konsep pertanyaan yang telah disusun oleh
peneliti. Pertanyaan yang diajukan tidak bersifat Text-book namun disesuaikan
dengan alur pembicaraan, di mana proses wawancara sepenuhnya berpegang
teguh pada poin-poin permasalahan yang telah disiapkan sebelumnya.
Penggunaan bahasa dalam pengambilan data disesuaikan dengan kondisi
narasumber atau sumber data dilapangan, sumber data yang mampu
berkomunikasi mengunakan bahasa indonesia secara lancar maka bahasa
indonesia yang digunakan. Pada sumber data yang tidak mampu berbahasa
indonesia dengan lancar, untuk memudahkan proses komunikasi maka peneliti
menggunakan bahasa daerah dalam proses wawancara. Adapun poin-poin yang
ditanyakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan
No Poin pertanyaan Tujuan 1 Bagaimana sejarah suku Dayak Tunjung? Untuk mengetahui tentang sejarah suku Dayak Tunjung
2 Bagaimana kehidupan sosial dan budaya Untuk mengetahui suku Dayak Tunjung? bagaimana kehidupan sosial budaya suku Dayak Tunjung
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 21
No Poin pertanyaan Tujuan 3 Adakan perbedaan antara kehidupan sosial Untuk mengetahui dan budaya suku Dayak Tunjung jaman perkembangan dahulu dan sekarang? kehidupan sosial dan budaya Suku Dayak Tunjung, apakah ada pengaruhnya terhadap proses upacara adat dan bahan yang digunakan dalam upacara, serta pengaruhnya bagi lingkungan sekitar.
4 Bagaimana keadaan lingkungan sekarang Untuk mengetahui menurut pandangan suku Dayak Tunjung? pandangan suku Dayak (pertanyaan akan dikembangkan dilapangan Tunjung terhadap berdasarkan jawaban narasumber). keadaan lingkungan sekitar
5 Adakah aturan tertentu yang diberlakukan Untuk mengetahui suku Dayak Tunjung dalam rangka bagaimana suku Dayak pelestarian lingkungan? Apakah aturan Tunjung melakukan tersebut merupakan regulasi wajib yang interaksi dengan harus ditaati oleh suku Dayak Tunjung lingkungan sekitar dalam melakukan interaksi dengan beserta peraturan lingkungan? setempat. Mengetahui upaya yang Suku Dayak Tunjung ambil dalam menghadapi keadaan lingkungan yang semakin rusak.
Dalam melakukan kegiatan upacara adat, Untuk mengetahui jenis tumbuhan apa saja yang digunakan jenis-jenis tumbuhan oleh suku Dayak Tunjung? yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam pelaksanaan upacara adat.
6 Dalam melakukan upacara adat yang Untuk mengetahui tentunya memiliki tujuan yang berbeda- Organ tumbuhan yang beda, Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam digunakan? upacara adat suku Dayak Tunjung.
7 Bagaimana cara mendapatkan Organ Untuk mengetahui
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 22
No Poin pertanyaan Tujuan Tumbuh-tumbuhan dalam pelaksanaan bagaimana cara Suku upacara adat suku Dayak Tunjung? Apaka Dayak Tunjung dibutuhkan upacara khus untuk mendapatkan organ mendapatkan organ tumbuhan, apakah tumbuhan yang semua masyarakat Suku Dayak Tunjung digunakan dalam atau hanya orang tertentu saja yang dapat upacara adat. mengambil tumbuhan upacara tersebut? 8 Bagaimana penggunaan organ tumbuhan Untuk mengetahui dalam upacara adat suku Dayak Tunjung? bagaimana penggunaan organ tumbuhan dalam proses upacara adat suku Dayak Tunjung.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 23
Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur Nama Organ Cara Sumber Ketersediaan di Jenis upacara No Daerah/ Ilmiah Famili yang Umum penggunaan prolehan lapangan lokal (Spesies) digunakan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 24
H. Alat-alat penelitian
Dalam proses perekaman data di lapangan, peneliti menggunakan beberapa
alat untuk menunjang proses perekaman data di lapangan. Alat-alat yang
digunakan berupa media dokumentasi yang terdiri dari: kamera DSLR yang
digunakan untuk merekam video dan pangambilan gambar, telepon genggam
dan tablet yang digunakan untuk perekaman suara. Selain alat-alat dokumentasi,
dalam proses penelitian dan perekaman data, peneliti juga menggunakan alat-
alat tulis yang terdiri dari buku, pensil, spidol, polpen dan lain-lain untuk
mencatat hasil dari proses penelitian dan perekaman data.
Pada tahap proses wawancara dengan narasumber, peneliti juga menggunakan
instrumen penelitian berupa daftar poin-poin pertanyaan dan lembar perekaman
data, hal ini dimaksudkan agar proses wawanacara dapat berjalan dengan lancar,
dan semua data yang dibutuhkan dari informan terkumpul secara runtut dan
lengkap, karena pertanyaan disampaikan mengikuti alur poin pertanyaan yang
telah disiapkan sebelumnya.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 25
I. Bagan alur penelitian
Mulai
Mencari dan menentukan Studi litelatur Menentukan fokus masalah penelitian dan rumusan masalah
Menyusun kajian pustaka Menentukan tujuan Menentukan penelitian metode penelitian Menyusun waktu dan Menyusun panduan lokasi penelitian pengambilan data
Pengurusan izin penelitian Menentukan alat-alat yang digunakan
Penelitian Reduksi data lapangan
Pengumpulan data Penyajian data Tidak Ya
Analisis data
Penarikan kesimpulan
Data lengkap? Ya/tidak dan saran
Selesai
Gambar 3.2 Bagan alur penelitian
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Daerah penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat, yang merupakan
tempat berdomisili Suku Dayak Tunjung. Kabupaten Kutai Barat merupakan
sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, luas
wilayah setelah pemekaran 16,314 km2, dengan topografi lahan landai,
bergelombang dan curam.
Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat menurut Soil Taxonomi
USDA, tergolong kedalam jenis tanah Ultisol, Entisol, Histosol, Incepticol dan
Mollisol, menurut data Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang
teradpat di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvial,
Andosol dan Renzina. Kabupaten Kutai Barat memiliki karekteristik iklim hutan
tropika humida, di mana dengan iklim hutan tropika humida, tidak terdapat
perbedaan yang jelas antara muasim kemarau dan musim hujan. Curah hujan
tahunan di Kabupaten Kutai Barat berkisar antara 1000 – 3000 mm/tahun, di
mana curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober hingga bulan April. Suhu
rata-rata di Kabupaten Kutai Barat berkisar di 260 C, dengan perbedaan suhu
antara siang dan malam mencapai 5 – 7 0C.
Kabupaten Kutai Barat secara administratif memiliki 16 kecamatan yaitu
Kecamatan Bongan, Kecamatan Jempang, Kecamatan Penyinggahan,
Kecamatan Muara Pahu, Kecamatan Muara Lawa, Kecamatan Damai,
Kecamatan Barong Tongkok, Kecamatan Melak, Kecamatan Long Iram,
26
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 27
Kecamatan Bentian Besar, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Nyuatan,
Kecamatan Siluq Ngurai, Kecamatan Manor Bulatn, Kecamatan Sekolaq Darat
dan Kecamatan Tering. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Barat masih
didominasi oleh hutan hujan tropis dengan kekayaan keanekeragaman hayati
yang komplek, dari tumbuh-tumbuhan Anggrek Hitam menjadi tumbuhan khas
Kabupaten Kutai barat, sedangkan dari jenis binatang diwakili oleh Berung
Madu, Macan Dahan, Ikan Pesut dan Burung Rangkong.
Penelitian ini dilakukan meliputi 6 Kampung yang termasuk kedalam 2
Kecamatan yang berbeda, dimana Kampung Balok Asa termasuk kedalam
wilayah Kecamatan Barong Tongkok, sedangkan Kapung Linggang Bigung,
Kampung Linggang Amer, Kampung Linggang Mapan, Kampung Melapeh
Lama dan Kampung Bigung Baru termasuk kedalam wilayah Kecamatan
Linggang Bigung. Kapung Balok Asa didominasi oleh Sub-Suku Dayak
Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung Tengah/Tonyoi, sedangkan 5 kapung
lainnya yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Linggang Bigung
didominasi oleh Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung
Rentenungk. Perbedaan ini tidak banyak mempengaruhi bidang budaya
khususnya upacara adat. Upacara adat Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku
Dayak Tunjung Rentenungk masa kini adalah sama, karena telah terjadi
pelebutan budaya khususnya dibidang Upacara Adat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 28
Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian
Tidak ada data maupun fakta yang dapat dijadikan data otentik kapan terjadinya peleburan budaya ini, hal ini tidak lepas dari proses perkawinan antar suku dan interaksi berkesinambungan antara kedua suku tersebut. Proses peleburan budaya ini dibuktikan dengan proses upacara adat yang sama di PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 29
kedua suku, di mana pelaku upacara adat dari Suku Dayak Tunjung Tonyoi
dapat memimpin upacara adat Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan sebaliknya.
B. Suku Dayak Tunjung Suku Dayak Tunjung meliputi beberapa Sub-Suku yang berdomisili di
Kabupaten Kutai Barat dan tidak ada batasan tertulis mengenai Suku mana saja
yang menjadi bagian dari Suku Dayak Tunjung, dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan penelitian terhadap dua Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Dayak
Tunjung Tonyoi dan Dayak Tunjung Rentenungk.
Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah Suku dayak yang berdomisili di wilayah
Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa
Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan
Asa. Sedangkan Suku Dayak Tunjung Rentenungk adalah Suku Dayak yang
berdomisili di dataran Linggang yang meliputi wilayah Desa Linggang Bigung,
Desa Linggang melapeh, Desa Linggang Amer, Desa Kebut, Desa Bigung Baru,
Desa Melapeh Baru, Desa Linggang Mapan, Desa Tering dan Desa Muara
Lebandan Desa Mujan.
Data tertulis mengenai sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku Dayak
Tunjung Rentenungk masih sanggat sedikit dan akurasi data tersebut masih perlu
diverifikasi kembali, hal ini merupakan permasalahan utama yang dihadapi
dalam melakukan penelitian ini. Data-data yang ada hanya berupa data lisan dari
beberapa sumber yang kemudian diperkuat dengan keterangan yang
berhubungan dari sumber-sumber lainnya. Untuk saat ini sumber-sumber PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 30
dilapangan adalah para Pemuka Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dari
Suku Dayak Tunjung Sendiri.
Sejarah mengenai Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah permasalahan besar
dalam penelitian ini untuk mengetahui asal-usul terciptanya kebudayaan mereka,
tidak ada data akurat yang dapat menjadi acuan mengenai sejarah Suku Dayak
Tunjung Tonyoi. Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ada banyak
sekali persepsi tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Suku Dayak
Tonyoi adalah penduduk asli dari wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa,
Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau
Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Dari data dilapangan, hanya ada
satu pernyataan mengenai asal-usul Suku Dayak Tonyoi. Pernyataan-pernytaan
ini menunjuk pada satu kesimpulan yaitu Suku Dayak Tonyoi berasal dari
“Dewa”, sejenis orang pada masa lalu yang dikenal dengan nama Tulur Aji
Jangkat, yang kemudian bermukim di daerah yang terletak di kawasan
Kecamatan Melak, darah ini dikenal dengan nama Sentawar. Dari Sentawar,
kemudian keturunan dari Tulur Aji Jangkat kemudian menyebar dan mendiami
daerah-daerah baru dan menetap disana hingga sekarang.
Berbeda dengan pandangan yang mengacu pada kesimpulan tunggal tentang
sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi, ada tiga pandangan berbeda tentang
sejarah Suku Dayak Tunjung Rentenungk atau yang dikenal pula sebagai Suku
Dayak Tunjung Linggang. Pandangan pandangan tersebut menghasilkan tiga
kesimpulan yang berbeda, dalam penelitian ini peneliti mengelompokan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 31
pandangan-pandangan tersebut menjadi tiga kesimpulan utuh. Dari hasil
penelitian di dilapangan, data tertulis tentang Suku Dayak Rentenungk juga tidak
memadai ketersediaannya. Dalam hal ini data hanya diperoleh melalui metode
wawancara secara menyeluruh terhadap narasumber yang mewakili setiap
lapisan masyarakat.
Padangan pertama menghasilkan kesimpulan bahwa Suku Dayak Rentenungk
bukanlah suku asli dari dataran Linggang melainkan berasal dari bagian hulu
sungai Mahakam, dan merupakan perpecahan dari Suku Dayak Penihing atau
Oaheng. Pandangan ini diperkuat dengan kesamaan pandangan dari para
Antropolog yang telah melakukan penelitian tentang Suku Dayak Tunjung
Linggang. Nieuwenhuis (1994), Mallinkrodt (1928), Sellato (1989), Coomans
(1987), Boyce (1986), dan Rosseau (1990) berpandangan bahwa suku Dayak
Tunjung Rentenungk merupakan Suku yang berpindah dari daerah perhuluan
sungai Mahakam. Diperkirakan bahwa Suku Dayak Rentenungk merupakan
bagian dari Suku Penihing yang terdesak oleh suku Dayak Bahau dam kemudian
bermigrasi dari daerah Apau Kayan di bagian utara Kalimantan Timur (sekarang
Kalimantan Utara), sekitar tahun 1700 – 1750.
Pernyataan kedua menyatakan bahwa Suku Dayak Rentenungk adalah Suku
asli dari dataran Linggang, hal ini merupakan pendapat dari masyarakat Suku
Dayak Rentenungk Linggang sendiri berdasarkan legenda dan cerita yang
berkembang secara turun temurun. Legenda tersebut menyatakan bahwa Suku
Dayak Rentenungk merupakan turunan dari delapan bersaudara sakti yang
mediami dataran Linggang, mereka adalah dewa yang kemudian menjadi cikal PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 32
bakal Suku rentenungk, dalah legenda ini menunjukan kenapa adanya persamaan
budaya antara Suku Dayak Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi.
Dikatakan bahwa keturunan anak angkat dari delapan bersaudara tersebut yang
dikenal dengan nama Tulur Aji Jangkat, kemudian menjadi menjadi Suku Dayak
Tonyoi. Sedangkan keturunan asli dari delapan bersaudara tersebutlah yang
menjadi Suku dayak Rentenungk.
Pandangan ketiga mengatakan bahwa Suku Dayak Tunjung Rentenungk
merupakan suku yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah, yang bermigrasi
ke dataran Linggang melalui perhuluan sungai Mahakam. Hal ini tentunya
berhubungan dengan pandangan pertama, dimana pandangan tersebut
menyebutkan bahwa Suku dayak Rentenungk berasal dari perhuluan sungai
Mahakam.
Gambar 4.2 : Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 33
Sistem perekonomian Suku Dayak Tonyoi dan Rentenungk ditunjang oleh
sektor pertanian tradisional, dimana sistem perladangan tradisional memenang
peran penting dalam kehidupan ekonomi. Pada tahun 1988-1997 perkebunan
karet mulai diperkenalkan kepada Suku Dayak Tunjung, dan kemudian perlahan
sistem perladangan tradisional mulai ditinggalkan. Pada masa sekarang ini,
perekonomian Suku Dayak Tunjung ditunjang oleh perkebunan karet.
Flora dan fauna yang sangat melimpah dalam kehidupan Suku Dayak
Tunjung menyebabkan kehidupan Suku Dayak Tunjung sangat bergantung
dengan lingkungan sekitar dalam kesehariannya. Masyarakat Suku Dayak
Tunjung sejak dahulu sangat memperhatikan keadaan alam sekitar dan
bagaimana memanfaatkannya. Tata-cara pemanfaatan sumber daya alam diatur
dalam hukum adat dan diwariskan turun-termurun secara lisan. Aturan-aturan
tersebut berkaitan tentang tata cara membuka lahan pertanian, pengaturan batas
lahan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, tata-cara
berburu dan lain-lain.
Kebudayaan Suku Dayak Tunjung berhubungan erat dengan kepercayaan
mereka, dimana Suku Dayak Tunjung percaya bahwa terdapat Roh-Roh dan
Dewa-dewa yang mengarahkan kehidupan mereka menuju kemakmuran dan
keselamatan. Untuk memberikan penghormatan terhadap roh dan dewa tersebut,
maka lahir lah upacara-upacara adat. Hampir semua jenis tumbuhan yang
digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung dipercaya merupakan
pengetahuan yang didapat langsung dari roh dan dewa Suku Dayak Tunjung, di PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 34
mana para Pelaku Upaca Adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan dewa
dan roh-roh yang menjadi kepercayaan mereka.
Kepercayaan ini juga mempengaruhi sistem dan hukum adat yang berlaku, di
mana hukuman atas tidakan pelanggaran dibagi menjadi menjadi dua. Pertama
yaitu hukuman langsung berupa denda materil dan atau bisa berupa pencabutan
atas hak-hak yang dijatuhkan oleh dewan adat. Kedua, yaitu hukuman tidak
langsung atas pelanggaran yang dilakukan terhadap lingkungan sektar atau
kepada anggota masyarakat lainnya, di mana kesalahan tidak memiliki cukup
bukti bagi dewan adat untuk menjatuhkan sanksi, maka hukuman yang akan
diterima oleh yang bersangkutan adalah langsung oleh para roh dan dewa
kepercayaan Suku Dayak Tunjung.
C. Jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam proses pelaksanaan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung
Dalam proses penelitian dilapangan, penelitian ini berhasil mendata 78 jenis
tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam kegiatan upacara
adat (Tabel 4.1). Untuk mendapatkan data jenis-jenis tumbuhan yang digunakan
dalam proses upacara adat, peneliti melakukan wawancara terhdapat 7 informan
primer,dari 7 informan primer tersebut 5 diantaranya adalah pelaku upacara adat
dan sisanya merupakan pemuka adat Suku Dayak Tunjung. Untuk memperkuat
keakuratan data, peneliti juga melakukan wawancara terhadap 50 informan
sekunder, yang merupakan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang memiliki
pemahaman tentang proses upacara adat ataupun sering terlibat dalam
pelaksanaan upacara adat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 35
Terdapat beberapa tumbuhan yang identik, yang digunakan dalam upacara
adat Suku Dayak Tunjung, namun fungsi dari tumbuhan tersebut dalam upacara
tidak dapat digantikan satu dengan yang lain.
Dari 78 jenis tumbuhan yang berhasil di data, 71 tumbuhan merupakan
bagian dari divisi Magnoliophyta, dan 1 tumbuhan dari devisi Pteridophyta.
Devisi Magnoliophyta terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Magnoliopsida dengan
36 jenis tumbuhan, dan kelas Liliopsida terdiri dari 35 jenis tumbuhan. Devisi
Pteridophyta terdiri dari 1 kelas yaitu Pteridopsida. Jenis tumbuhan yang
berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini terdiri dari Dari 23 ordo yang
berbeda, 72 jenis tumbuhan berhasil identifikasi hingga tingkat famili (Tabel
4.1), 53 jenis tumbuhan berhasil di indentifikasi hingga tingkat spesies. Tidak
semua jenis tumbuhan berhasil didata hingga tingkat spesies, hal ini disebabkan
minimnya data tentang tumbuhan tersebut.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 36
Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi
No FAMILI Jumlah 1. Musaceae 3 2. Cannabaceae 2 3. Moraceae 5 4. Zingiberaceae 6 5. Agavaceae 1 6. Euphorbiaceae 3 7. Arecoideae 1 8. Poaceae 9 9. Lauraceae 1 10. Urtiaceae 1 11. Rubiaceae 3 12. Apocynaceae 2 13. Fabaceae 1 14. Arecaceae 11 15. Acanthaceae 1 16. Polypodiaceae 2 17. Asteraceae 2 18. Melastomataceae 1 19. Cyperaceae 1 20. Piperaceae 2 21. Meliaceae 1 22. Sapindaceae 2 23. Leguminosae 2 24. Rhizophoraceae 1 25. Bromeliaceae 1 26. Lamiaceae 2 27. Moreceae 1 28. Loranthaceae 1 29. Marantaceae 2 30. Menispermaceae 1 31. Tidak teridentifikasi 6 Total 78
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 37
Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung (Istilah dalam proses upacara dan jenis dari masing-masing proses upacara adat dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4)
Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Daun, Batang, Dijadikan patung, pembungkus Liar Melimpah Papat Penyembuhan, hajatan Akar sesaji, dan juga media penyampaian mantra. 2. Sempat - - Zingiberacea Batang dan akar Dijadikan patung Liar Melimpah Beliant Loangan Penyembuhan e (Mantir) 3. Juangk Hanjuang Cordyline Agavaceae Daun - Dijadikan media penyampian Budiadaya Kurang Beliant Semur, Penyembuhan dan hajatan Merah terminalis L mantra dalam upacara adat Beliant Bawo, - Dijadikan Pengumak Beliant Sentiu, Beliant Kencong 4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Daun, Batang, Dijadikan patung, pembungkus Budidaya Melimpah Semua Upacara - Akar sesaji, dan juga media Adat penyampaian mantra. 5. Nancangk Mahang Macaranga Euphorbiacea Batang, Kulit Batang dijadikan bahan pembuat Liar Melimpah Timeq, Papat Penyembuhan mappa e batang dan Daun balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas dalam meletakan sesaji pada balai. 6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Daun Buah dijadikan alat dalam Budidaya Melimpah Semua Upacara - upacara, sedangkan daun selain Adat sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll. 7. Tabak - - Poaceae Akar Dibakar dan dijadikan media Budidaya/liar Kurang Semua Upacara - perantara antara pelaku upacara Adat dengan alam sekitar. 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang Dijadikan media tempat memasak Liar Melimpah Semua Upacara - sesaji, dan dijadikan media dalam Adat upacara adat 9. Gaka - - - Batang Dijadikan tali pengikat dalam Liar Melimpah Papat, Pakant Penyembuhan, permintaan malongk pembuatan alat-alat upacara Talunt pertolongan kpd alam, penebusan kesalahan dan permintaan maaf kpd alam PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 38
Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 10. Cahai Kunyit Curcuma Zingiberacea Umbi Dijadikan pewarna dalam Budidaya Melimpah Semua Upacara - domestica e pembuatan media upacara adat Adat
11. Lejaq Jahe Zingiber Zingiberacea Umbi Dijadikan bumbu dalam Budidaya Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan officinale e pembuatan sesaji upacara perlindungan & keselamatan 12. Teliant Ulin Eusideroxylon Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang Liar Langka Papat, Hajat Penyembuhan, Permintaan zwageri balai dalam upacara adat akan suatu tujuan kpd alam 13. Ntugaq - - - Batang dan Daun Dijadikan patung dan juga tempat Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan menggantungkan ancak disetiap perlindungan & sudut balai keselamatan 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan tali pengikat dalam Liar Melimpah Papat, Pakant - pembuaran media upacara, jeak. Talunt. Dll. 15. Tokongk - Amomum Zingiberacea Batang dan akar Dijadikan bahan pembuatan Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan aculeatum e Balai, rempah sesaji. 16. Kuayant Bambu Bambusa Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu Pentabisan dan perkenalan arundinacea dengan alam 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont Penyembuhan, upacara pemeliharaan hubungan dengan alam 18. Pangir/Bung - Morinda sp. Rubiaceae Bunga Media dalam menyampaikan Liar/Budidaya Kurang Semua Upacara - aq “berkat” upacara kepada objek Adat upacara 19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Digunakan sebagai pewarna Liar/Budidaya Langka Semua Upacara - atribut upacara Adat 20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Liar/Budidaya Langka Papat, Kenu, Penyembuhan, permintaan, Banyungk perkenalam dengan alam 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan pembuatan balai 22. Gai pelas Rotan Calamus Arecaceae Batang Digunakan untuk Liar Kurang Melas Pentabisan & perkenalam penicillatus menggantungkan subbai kpd alam Roxb 23. Harump - - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budidaya Kurang Beliant Mantir Penyembuhan 24. Komat Puring hijau Codiaeum Euphorbiacea Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar/Budidaya Melimpah Beliant Semur Penyembuhan variegatum. e PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 39
Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 25. Ngkapaq Paku sarang Asplenium nidus Polypodiacea Daun Dijadikan anjat dalam upacara Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan burung e adat 26. Muungk/He Sembung Blumea Asteraceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan mungk balsamifera 27. Kuncengk Heredong Melastoma Melastomata Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku Liar Melimpah Beliant Sentiu Penyembuhan affine ceae upacara yang mengalami kesurupan. 28. Peridangk Rumput Teki Cyperus Cyperaceae Daun Digunakan menjadi jeak Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan rotundus 29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Daun, Bunga, Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Liar Melimpah Banyungk dan - Buah, Batang haampir semua upacara adat Suku Dayak Tunjung 30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Daun Muda Kabungk Budiaya, Liar Melimpah Timeq, Beliant Penyembuhan Bawo, Semur, Sentiu 31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi Budidaya, Liar Melimpah Hampir semua - upacara adat 32. Wangunt - - Meliaceae Batang Untuk Rautan (Reff), diletakan Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam pada Benawingk sekitar 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan kelamin wanita 34. Pengoq - - Sapindaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - Adat 35. Pengoq peai - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - Adat 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah, Batang dijadikan patung, daun Liar Melimpah Beliant Nyenturuh Penyembuhan, penebusan Daun, Batang dijadikan media penyampaian Bukur atas suatu kesalahan yang matra dan pembungkus sesaji, dilakukan kepada alam jantung dijadikan alat upacara 37. Mawa - - Cannabaceae Daun, Kulit Daun dijadikan Jeak, Kulit batang Liar Melimpah Hampir semua - batang dijadikan Ancak Upacara Adat 38. Puant Keledang Artocarpus Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Semua Upacara - lanceifolius Adat Roxb 39. Jiee - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - Adat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 40
Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - Adat 41. Paku-paramp - Polypodium Polypodiacea Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - vulgare e Adat 42. Tu-tawa - Costus speciosus Zingiberacea Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - e Adat 43. Memaliq/Sm - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - eneo Adat 44. Gaka - - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam Ngelagit dijadikan Jeak sekitar 45. Lempung Liana - Rhizophorac Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam ngayo eae sekitar 46. Rekep - - Sapindaceae Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar Kurang Melas Perkenalan dengan alam sekitar 47. Gai syi‟it Rotan Calamus Arecaceae Semua organ Wuint awoi( digunakan utuh dari Lair Langka Timeq Penyembuhan balingensis tumbuhan (utuh) akar sampai daun) Furtado 48. Gai sokak Rotan Calamus caesius Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq Penyembuhan
50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Batang, Daun, Dijadikan pencawangk Budidaya, Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan Buah 51. Kumar/Lemp - Eleiodoxa Arecaceae Daun dan Batang Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Liar Kurang Ngawat Penyembuhan (diagnosa ucant conferta penyakit) 52. Telasih Selasih Ocimum Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Penyembuhan basilicum Beliant Bawo 53. Katapuq - Thymus vulgaris Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Penyembuhan Beliant Bawo 54. Pegangk Lau Ilalang Imperata Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq Penyembuhan brevifolia 55. Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam 56. Deraya - - - Batang Dijadikan patung dengan jenis Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan kelamin laki-laki 57. Peringk - Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam Taliq 58. Kuayant - Bambusa Poaceae Batang Digunakan untuk melakukan Lair Melimpah Ritual Kenu, Penyembuhan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 41
Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan Kuning vulgaris Schard ritual jika ada kesalahan dalam Beliant Semur melakukan upacara. 59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Timeq Penyembuhan 60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq, Beliant Penyembuhan dan Rantau Perangk, perkenalan dengan alam & Melas lingkungan 61. Raja Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan Pengalah perkenalan dengan alam & lingkungan 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Dijadikan makanan patung Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan (Kernyamp) 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan citrifolia (Kernyamp) 64. Lancingk Langusei Ficus Moraceae Daun dan Batang Dijadikan jeak (pada batang Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan senit minahassae dijadikan patung) perkenalan dengan alam & lingkungan 65. Mermungk - - - Buah Dijadikan sebagai sumpit dalam Lair Kurang Rantau perangk Penyembuhan uapcara adat 66. Engkehuyo - Chromolaena Asteraceae Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak Menghilangkan aura odorata negatif dari lingkungan 67. Tuq salah Tebu Saccharum Poaceae Batang dan daun Jeak Budidaya, Lair Kurang Pejeak Menghilangkan aura officinarum L negatif dari lingkungan
68. geriq Kemiri Aleurites Euphorbiacea Buah Buah digunakan sambil Budidaya, Liar Melimpah Beliant semur Penyembuhan moluccana e membacakan mantra (banci) (digunakan dalam tempurung kelapa) 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq Penyembuhan, perkenalna dengan alam 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Dijadikan sampo dalam ritual Lair Kurang Semua jenis - membersihkan diri sebelum upacara adat upacara 71. Ukor - - Arecaceae Batang, daun, Digunakan sebagai pencawangk Liar Kurang Beliant Ngawat Pencarian jenis penyakit, buah Penyembuhan 72. Bemant Bemban Donax Marantaceae Batang Dianyam menjadi Kelangkangk Liar Melimpah Beliant kencong Penyembuhan canniformis burung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 42
Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 73. Botoq Ramban Trema orientalis Cannabaceae Batang dan Daun DijadikanTempusoq dan pondasi Liar Melimpah Beliant Rantau Penyembuhan pada Balai Perangk 74. Niungk - - Arecaceae Tulang Daun Dijadikan “pancing” dalam Liar Kurang Timeq Penyembuhan uapcara adat 75. Jauq - - Arecaceae Buah dan Daun Digantung pada Longan Bayat Liar Kurang Nalint taont, timeq Pemeliharaan hubungan dengan alam, Penyembuhan 76. Belayant - Tinospora Menispermac Batang dan Daun Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar Melimpah Beliant Nyumangk Penyembuhan crispa eae 77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberacea Batang Dijadikan longan Liar Kurang Beliant Bawo Penyembuhan e 78. Biruq - Livistona sp Arecaceae Semua organ Dijadikan tongkat atau Alu Liar Kurang Nalint taont Pemeliharaan hubungan Torungk tumbuhan secara (penumbuk) dalam upacara adat dengan alam utuh
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 43
Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa Suku Dayak Tunjung
memiliki kemampuan untuk mengenali tumbuhan berdasarkan habitat, bentuk
dan warna daun, warna dan jenis batang, jenis akar tumbuhan, warna bunga dan
juga aroma dari tumbuhan tersebut. Kemampuan mengenali tumbuhan yang
dimiliki oleh Suku Dayak Tunjung, lahir dari proses interaksi antara Suku Dayak
Tunjung dengan alam dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang
telah dikenali kemudian diberi nama, dan nama tersebut diturunkan dari generasi
ke generasi secara lisan.
Penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung didasari oleh
beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik morfologi tumbuhan dan
habitatnya, selain itu penamaan tumbuhan bisa dipengaruhi oleh fungsi
tumbuhan tersebut dan dampak yang ditimbulkan oleh tumbuhan terhadap
makhluk hidup atau tumbuhan lain. Selain dua faktor di atas, penamaan
tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga bisa dipengaruhi oleh
faktor kesamaan bentuk tumbuhan tersebut dengan makhluk hidup lain.
Contoh penamaan tumbuhan yang dipengaruhi oleh ciri mofologi salah
satunya adalah pada tumbuhan Gaka ngelagit. Kata „Gaka‟ dalam dalam bahasa
Tunjung adalah sebutan untuk tumbuhan liar, khususnya yang memiliki batang
semu panjang dan lurus dengan ukuran maksimal 20 cm, sedangkan „Ngelagit‟
berasal dari kata „Agit‟ yang berarti alat pengait. Jadi nama Gaka ngelagit
merupakan penamaan untuk salah satu spesies tumbuhan dengan batang semu
yang panjang dan memiliki alat pengait (gambar 4.47). PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 44
Contoh penaman tumbuhan berdasarkan fungsi tumbuhan tersebut dan
dampak yang ditumbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau
tumbuhan lain adalah pada penamaan Raja pengalah pada tumbuhan benalu.
Kata „Raja‟ dalam bahasa Dayak Tunjung sama dengan arti kata raja dalam
bahasa Indonesia, yang dapat diartikan memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih
dibandingkan dengan yang lain dalam ruang lingkup yang sama dengan dirinya,
sedangkan kata „Pengalah‟ dalam bahasa Indonesia memiliki arti Penakluk.
Berdasarkan penjelasan ini maka spesies tumbuhan dengan nama Raja pengalah
menunjuk pada sauatu tumbuhan yang memiliki kemampuan menguasai atau
mengalakan tumbuhan lainnya.
Dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung, sering dijumpai
penamaan tumbuhan yang identik. Sebagai contoh penamaan tumbuhan Pengoq
peay dan Pengoq. Dari pembahasan tumbuhan nomor 34 dan 35 jelas kedua
tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berbeda, penamaan yang identik ini
berdasarkan organ tumbuhan yang paling menonjol. Pengoq peay dan pengoq
memiliki buah dengan warna dan bentuk morfologi yang hampir sama, hanya
saja ukuran buah pengoq peay lebih kecil dari pengoq, hal inilah yang menjadi
dasar pemberian nama yang identik terhadap kedua tumbuhan tersebut.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 45
Deskripsi dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku
Dayak Tunjung seperti yang terdapat pada tabel 4.1, adalah sebagai berikut :
1. Jojot (Musa sp)
Jojot atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pisang hutan (Musa
sp), merupakan jenis pisang yang tumbuh liar dihutan Kalimantan, khususnya di
wilayah Kabupaten Kutai Barat.
Daun dan buah: Jojot sekilas mirip seperti pisang pada umumnya, hal yang
membedakan adalah buahnya yang berukuran kecil dan banyak terdapat
berbiji, pada daun jojot muda teradapat banyak bintik berwarna merah.
Batang: Jojot umumnya tumbuh tegak jika dibandingkan dengan jenis pisang
yang ditanam pada umumnya, tinggi dapat mencapat 3,5 meter, dengan
diameter batang jojot dewasa berkisar antara 14 sampai 25 centi meter.
Gambar 4.3 Daun Jojot muda (Musa balbisiana) Penggunaan dalam upacara adat: Dalam segala jenis Upacara adat Suku
Dayak Tunjung, jojot merupakan komponen yang selalu ada. Bagian dari
tumbuhan yang dimanfaatkan berupa batang, akar, daun dan bahkan
tumbuhan ini secara utuh diambil dan gunakan dalam upacara. Batang beserta PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 46
akar digunakan sebagai patung yang melambangkan manusia ataupun
roh/dewa yang dipuja dalam upacara tersebut. Daun Jojot digunakan sebagai
pembungkus sesaji, alas peralatan upacara dan juga dapat digunakan sebagai
jampi, yaitu alat untuk menyampaikan mantra kepada subjek upacara adat.
Jojot dapat digunakan secara utuh dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
jojot yang digunakan biasanya jojot muda dengan diameter batang 5 hingga 8
cm.
2. Sempat Sempat merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh
disemua tempat dan digolongkan sebagai tanaman liar. Sempat memiliki
kemiripan dengan kecombrang, daun dan batang identik dengan kecombarang.
Batang dan akar: Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga
3,5 meter, memiliki batang semu tegak dengan diameter 2 hingga 4 cm.
Tumbuhan ini tumbuh bergerombol, dan membentuk akar rimpang yang
kemudian berbuah dari akar rimpang tersebut.
Daun: Sempat berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan lebar
berkisar antara 40-50 cm, lebar daun berkisar antara 8-10 cm. ujung dan
pangkal daun runcing, berwarna hijau.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, sempat digunakana sebagai patung, sama halnya dengan batang
pisang hutan, di mana bagian dari tumbuhan ini yang digunakan adalah
pangkal batang.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 47
Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya
3. Juangk (Cordyline terminalis) Juangk atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama hanjuang merah
(Cordyline terminalis), tanaman ini pertama kali ditemukan di asia timur.
Daun: Juangk dapat dikenali dengan ciri-ciri di mana daun berupa daun
tunggal, berbentuk lanset lebar, berwarna merah tua, merah muda ataupun
bisa berwarna hijau. Daun Juangk memili panjang antara 15-30 cm, dengan
lebar berkisar antara 14-15 cm.
Buanga dan Buah: Bunga berbentuk malai, panjang berkisar antara 25
sampai 30 cm, berwarna hijau keunguan atau kuning muda. Buah berbentuk
bola, berwarna merah mengkilat.
Batang: Tumbuhan Juangk memiliki batang semu tidak berkayu, tidak
memiliki kambium. Lebar batang antara 2 hingga 8 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 48
Gambar 4.5 Hanjuang merah (Cordyline terminalis L)
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Hanjuang merah digunakan sebagai alat penyampaian mantra.
Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang.
Tanaman ini sudah dikenal hampir diseluruh wilayah Indonesia, di mana
pemanfaatan tanaman ini sebagian besar adalah sebagai tanaman hias, tanaman
pagar, dan ada juga yang memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat.
4. Jeloq (Musa sp)
Jeloq atau juga yang dikenal nangan nama umum pisang dalam bahasa
Indonesia merupakan tumbuhan dari Famili Musaceae. Tumbuhan terna ini
menghasilkan buah yang baik untuk konsumsi, sehingga menghasilkan nilai
ekonomis dalam perannya bagi kehidupan manusia, sehingga pisang pun
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kutai
Barat khususnya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 49
Gambar 4.6 Pisang (Musa sp)
Pengunaan pisang dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah
sebagai media penyampaian mantra, pembungkus sesaji dan alas alat-alat
upacara dan juga bisa digunakan sebagai atribut upacara. Bagian dari tumbuhan
yang digunakan adalah daun, batang, dan tandan beserta buah dan jantung
pisang.
5. Nancangk
Nancangk atau yang juga dikenal dengan nama mahang (Macaranga mappa)
dalam bahasa Indonesia, merupakan tumbuhan dari keluarga Euphorbiaceae.
Daerah penyebaran mahang di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan
Kalimantan (Kartasujana dan Martawijaya, 1979 dalam Damiri dkk, 2009). PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 50
Batang: Mahang dapat tumbuh dengan ketinggian 10 hingga 35 meter,
batang bulat dan lurus, berwarna coklat abu-abu hingga keputih-putihan.
Mahang muda memiliki batang berongga pada bagian tengah, rongga ini di isi
oleh semut.
Daun: Mahang berdaun tunggal berbentuk bulat telur, melebar dan pada
bagian ujung bercabang tiga meruncing pada bagian ujung. Permukaan bawah
daun putih, berbuku halus dengan urat daun menjari, sedangkan bagian atas
daun berwarna hijau.
Gambar 4.7 Pohong mahang muda (Macarangan mappa)
Penggunaan dalam upacara adat: Mahang dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung digunakan dalam pembuatan Balai, Ancak dan pembungkus sesaji,
di mana sesaji yang dibungkus biasanya berupa nasi dan daging, atau bisa
juga dalam bentuk lainnya. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit
batang dijadikan ancak, daun sebagai alas untuk meletakan sesaji pada balai. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 51
Pemanfaatan lebih jauh dari kayu mahang dalam kehidupan Suku Dayak
Tunjung adalah sebagai material untuk membangun pondok.
6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera)
Nyoo atau juga yang kita kenal dengan kelapa merupakan tumbuhan dari
famili Arecoideae, yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia.
Batang dan akar: Kelapa memiliki batang tunggal, namun tidak menutup
kemungkinan bisa bercabang karena pengaruh lingkungan. Kelapa, yang
merupakan tumbuhan monokotil memiliki akar tipe akar serabut.
Daun: Daun kelapa merupakan tipe daun mejemuk menyirip, dengan
penampang melintang pipih, unjung daun meruncing dengan panjang daun
hingga 110 Cm. Tulang daun sejajar, daging daun tipis dan cukup kaku,
permukaan daun licin dan berwarna hijau.
Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 52
Penggunaan dalam upacara adat: Nyoo atau kelapa digunakan sebagai
media upacara, ataupun pembungkus makanan dan atribut upacara. Buah
dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga
dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dan
sebagainya. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung
melibatkan organ dari kelapa, baik daun, buah ataupun bunga yang biasa
disebut Lancangk.
7. Tabak
Tabak merupakan tumbuhan dari famili Poaceae, dapat dijumpai di daerah
yang memiliki kontur tanah kering.
Batang: Batang tumbuhan tabak merupakan batang semu, batang tersusun
atas helaian daun.
Daun: Tabak memiliki daun berwarna hijau, dengan tekstur permukaan daun
lembut. Tulang daun sejajar, penampang melintang pipih, daging daun tipis.
Tumbuhan tabak memiliki daun dengan lebar 2 hingga 3,5 cm, dengan
panjang daun berkisar antara 30 sampai 45 cm.
Akar: Tumbuhan tabak memiliki sistem perakaran tipe akar serabut.
Penggunaan dalam upacara adat: Tabak adalah salah satu tumbuhan
penting dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, dimana tabak wajib
ada dalam setiap proses upacara adat. Bagian dari tumbuhan ini yang
dimanfaatkan adalah akarnya, di mana akar tabak yang dibakar menghasilkan
aroma khas yang menjadi penghubung dari proses upacara atau pelaku
upacara beserta mantranya dengan roh/dewa yang dipuja dalam upacara PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 53
tersebut. Sebuah upacra harus dimulai dengan pembakaran akar tabak, jika
tidak, dipercaya tujuan dari upacara tersebut tidak akan tercapai dan proses
upacara menjadi sia-sia.
Gambar 4.9 Tabak
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 54
8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)
Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp)
Bambu adalah tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk
rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 21 meter.
Batang: Batang bambu berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak
10-45 cm, permukaan batang bambu berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna
putih.
Daun: Daun bambu berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly
triangular). panjang daun bambu berkisar antara 21 sampai 35 cm dan lebar
5-6 cm, dengan ujung rucing.
Akar: Bambu memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada
dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, bambu digunakan untuk perabotan membuat Balai, Telusuq, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 55
Lemang, Tara, tongkat dan lain-lain. Hampir semua jenis upacara adat Suku
Dayak Tunjung melibatkan komponen dari bambu dalam pelaksanaannya.
Setelah melaksakan upacara, pihak yang mengadakan upacara, pelaku
upacara dan semua yang menerima Burai, tidak dapat menyentuh bambu
untuk beberapa hari. Hal ini disebabkan bambu memiliki miang yang terasa
gatal apabila terkena kulit, hal ini menyebabkan penurunan makna atau
bahkan kegagalan pencapaian tujuan upacara yang dilaksanakan.
9. Gaka malongk
Gaka malongk merupakan tumbuhan jenis tumbuhan merambat yang tumbuh
dan merambat pada pohon-pohon besar di dalam hutan, khusunya hutan hujan
tropis Kalimantan Timur. Gaka malongk tumbuh dan berkembang diatas
pepohonan yang menjadi inang perkembangbiakannya, di mana gaka malongk
memiliki dua sumber makanan, pertama adalah dari tumbuhan inangnya dan dari
tanah.
Pada gaka malongk tua akan tumbuh batang semu yang merupakan
percabangan dari batang utamanya, batang semu ini akan menghasilkan tunas
gaka malongk baru. Batang semu gaka malongk akan bertumbuh menuju tanah
dari atas pohon inangnnya, di mana pada bagian ujung batang yang telah
mencapai tanah akan tumbuh akar, akar yang tumbuh adalah tipe akar serabut
yang kemudian digunakan untuk mendapatkan makan.
Batang: Batang semu gaka malongk memiliki panjang yang tidak terbatas,
tergantung tinggi pohon inang yang di tempatinya dengan tanah. Batang ini
dilapisi oleh kulit batang berwarna coklat, teradapat lapisan kambium pada PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 56
batang gaka malongk. Batang gaka malongk tidak tampak lapisan usia,
dengan tekstur sangat lentur dan kuat menjadikan batang semu ini cocok
dijadikan tali untuk mengikat. Diameter dari batang gaka malongk bervariasi,
batang terbesar bisa mencapai 9 cm.
Gambar 4.11: Gaka malongk
Daun: Daun gaka malongk berbentuk bundar dan meruncing pada ujungnya,
dengan tulang daun melengkung, berwarna hijau gelap.
Akar: Sistem perakaran akar serabut
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
gaka malongk digunakan untuk mengikat alat-alat upacara, yang juga dikenal
dengan nama Ruyaq.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 57
10. Cahai/Kunyit (Curcuma domestica)
Kunyit merupakan tanaman rempah-rempah yang telah dikenal diseluruh
dunia, kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara, yang kemudian menyebar
ke seluruh Dunia.
Batang: Kunyit memiliki batang semu, memiliki akar rimpang yang tumbuh
membesar menjadi umbi pada bagian pangkal batang. Umbi bagian luar
berwarna cokelat, dan bagian dalam berwarna kekuningan.
Daun dan Bunga: Memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur (lanset),
memanjang hingga 40 cm, dengan lebar berkisar antara 7-14 cm, pertulangan
daun menyirip dan berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk, dengan warna
putih kekuningan.
Gambar 4.12 : Kunyit (Curcuma domestica)
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, kunyit dimanfaatkan sebagai pewarna (kuning) pada sesaji dan juga
antribut upacara. Istilah mewarnai dalam Upacara Adat ini sering disebut
dengan istilah Noccou. Kunyit adalah bahan mutlak dalam proses pewarnaan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 58
atribut dan bahan upacara, tidak dapat digantikan dengan zat-zat pewarna
buatan.
11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale)
Seperti halnya kunyit, jahe merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, dengan demikian maka jahe sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan sudah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia.
Batang: Jahe merupakan tanaman berbatang semu, berbentuk silindris
dengan tinggi tanaman berkisar antara 30 hingga70 cm. Memiliki rimpang
berwarna putih, putih kekuningan atau jingga, rimpang inlah yang kemudian
dimanfaatkan sebagai rempah atau bumbu dapur.
Daun: Memiliki daun berpasangan tersusun berseling-seling secara teratur
dengan panjang 15 – 23 cm, lebar 1– 3 cm, dengan panjang tangkai daun
berkisar 2–4 mm. Tulang daun sejajar, permukaan daun bagian atas berbulu
putih. Ujung daun berbentuk runcing yang membulat pada bagian pangkal.
Penggunaan dalam upacara adat: Jahe digunakan oleh Suku Dayak
Tunjung dalam upacara adat mereka sebagai rempah sesaji, di mana hewan
korban yang dipotong akan diambil hatinya untuk sesaji, sesaji ini dalam
pembuatannya diberi jahe dan garam kemudian panggang hingga setengah
matang.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 59
Gambar 4.13 : Jahe (Zingiber officinale)
12. Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Kayu ulin merupakan tumbuhan khas dari Kalimantan dan Sumatra bagian
selatan, memiliki tekstur batang yang keras, padat dan berat membuat kayu ini
menjadi pilihan utama untuk bahan konstruksi bangunan, karena mampu
bertahan dalma waktu yang cukup lama bahkan dalam kondisi basah atau berada
di dalam tanah sekalipun. Kayu ulin dapat tumbuh hingga mencapai 80 meter,
dengan lebar pohon hinngga 3 meter. Pohon ulin dengan batang mencapai
diameter lebih dari 1 meter akan berlubang pada bagian tengahnya.
Batang: Pohon ulin memiliki batang dengan kulit luar berwarna merah
kecolatan, dengan permukaan halus.
Daun dan Buah: Tulang daun kayu ulin menyirip, bentuk daun oval dengan
panjang 6 -20 cm, dan lebar berkisar antara 8-14 cm. Daun kayu ulin PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 60
berwarna hijau, di mana ulin muda akan memiliki daun yang lebar, senakin
tua kayu ulin, semakin kecil daun yng ia miliki. Buah ulin dapat bertahan dari
segala kondisi lingkungan, hal ini disebabkan buah kayu ulin memiliki tiga
lapisan.
Gambar 4.14 : Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)
Lapisan terluar adalah kulit buah yang kemudian dilanjutkan dengan lapisan
dari zat yang sangat keras, yang melindungi inti buah dari kerusakan,
kemudian inti buah. Buah kayu ulin memiliki diameter kurang lebih 7 cm,
dengan panjang hingga 15 cm.
Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan kayu ulin dalam upacara adat
Suku Dayak Tunjung adalah sebagai patung dan juga bahan pondasi dari
Balai. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 61
13. Ntugaq
Gambar 4.15 : Cabang kayu entugaq dan daunnya
Batang: Ntugaq adalah jenis kayu endemik daerah Kalimantan, khususnya
Kutai Barat. Entugaq adalah jenis kayu berbatang keras, terdapat kambium,
kulit batang tipis dan berwarna hitam abu-abu dan terdapat corak keputih-
putihan. Batang entugaq dapat tumbuh dan berkembang mencapai ketinggian
10 meter, dengan lebar hingga 40 cm, setelah itu entugaq akan mati.
Daun: Memiliki bunga lengkap, daun berwarna hijau sedangkan daun muda
berwarna merah atau ungu, lebar daun berkisar antara 4 sampai 7 cm, dengan
panjang 10 sampai 14 cm. Tulang daun dan urat daun sejajar, dengan bagian
atas daun halus dengan tekstur keras serta licin, ujung daun meruncing.
Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan entugaq dalam upacara adat
Suku Dayak Tunjung adalah sebagai Reef, Tempusoq dan juga digunakan
sebagai tiang Ancakq.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 62
14. Tempera
Gambar 4.16 : Tempera
Daun: Tempera merupaka tumbuhan merambat yang tumbuh di daerah yang
memiliki tanah dengan kandungan air yang sedikit. Tumbuhan ini memiliki
daun tunggal dengan tulang daun menjari sejajar. Daun lebar dengan bagian
ujung meruncing serta bergerigi pada bagian tepi. Memiliki daun dengan
lebar berkisar antara 11-17 cm, sengan panjang dapat mencapai 26 cm, bagian
bawah daun kasar dan berbulu. Bagian atas daun licin dan bergelombang.
Batang dan Akar: Memiliki batang semu yang cukup lentur dengan dan kuat,
batang dilapisi kulit luar berwarna merah, bagian dalam putih dengan batang
pokok berserat. Memiliki akar tipe akar tunggang. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 63
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam proses upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Tempera digunakan sebagai bahan pengikat atribut upacara atau
bisa juga digunakan sebagai Jeak. Bagian yang digunakan adalah batang
semu dan daun, daun bisa juga digunakan untuk mencuci alat upacara, di
mana fungsinya adalah sebagai pengganti spons.
15. Tokongk
Tokongk, merupakan tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh dengan
batang semu, sekilas sangat mirip dengan tumbuhan kecombrang dan sempat.
Gambar 4.17 : Bunga tokongk (Amomum aceleatum)
Batang: Tokongk tumbuh dengan batang semu dengan ketinggian dapat
mencapai 2 meter, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4,5 cm.
Daun: Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan panjang 40-50 cm,
lebar 8-10 cm, ujung dan pangkal daun runcing, memiliki daun tunggal
dengan tulang daun menjari. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 64
Akar, Bunga, Buah: Tokongk memiliki akar rimpang dalam tanah yang
cukup banyak, dengan panjang dapat mencapai 2 hingga 3 meter. Akar
rimpang ini dapat menghasilkan bunga yang mucul ke permukaan tanah,
bunga dari tumbuhan tokongk termasuk bunga majemuk.
Gambar 4.18 : Tokongk (Amomum aceleatum), tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, tokongk digunakan sebagai bahan baku pembuatan Balai, di mana
bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah batang semu dari tokongk.
16. Kuayant
Kuayant adalah bambu hijau dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari
bambu hijau biasa. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 65
Batang: Kuayant dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih besar
dari bambu pada umumnya dengan jarak internodus berkisar antara 30-50 cm,
kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm, dengan lebar
daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm.
Daun: Daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-7
cm dengan lebar maksimal 5cm, ujung daun meruncing, berambut pada
kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan.
Gambar 4.19 : Batang kuayant (Bambusa sp)
Akar: Akar serabut
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, kuayant dimanfaatkan sebagai Balai atau Pantiq, di mana bagian
yang dimanfaatkan adalah batang dari kuayant. Meskipun bambu memiliki
banyak jenis, dalam upacara adat telah ditentukan fungsi dan bahan dari alat-
alat yang digunakan sehingga tidak dapat diganti dengan bambu dari jenis
lainnya. Selain dalam upacara adat, kuayant juga banyak dimanfaatkan dalam PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 66
kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Dayak Tunjung, mengingat tebalnya
daging batang yang dimiliki, sehingga mampu bertahan dalam waktu yang
relatif lama.
17. Tuuq/Tebu (Saccharum sp)
Tebu merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam kelas rumput-rumputan,
dan hanya mampu tumbuh dan berkembang di daerah yang beriklim tropis.
Tumbuhan ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman industri, hal ini tidak
terlepas dari batang semu tebu yang banyak mengandung glukosa.
Biji dan Akar: Tebu merupakan tumbuhan biji berkeping satu, sehingga
memiliki sistem perakaran akar serabut.
Batang: Batang tumbuh tegak lurus beruas-ruas dan dapat mencapai
ketinggian hingga 3,8 meter, permukaan batang dilapisi lilin yang berwarna
putih keabu-abuan. Batang memiliki warna yang bervariasi, mulai dari hijau,
kuning hingga ungu, hal ini tergantung dari jenis spesies tebu itu sendiri.
Daun: Daun tebu berbentuk lanset atau pita, dengan panjang dapat mecapai
1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki pelepah yang
menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian tengahnnya
berlekuk (midrip).
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 67
Gambar 4. 20 : Tebu (Saccharum sp)
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, tebu digunakan sebagai tiang pusat upacara, dimana pelaku upacara
yang menjalankan ritual, akan mengelilingi tiang ini melakukan beberapa
tarian.
18. Pangir/bungaq
Pangir atau bungaq merupakan tumbuhan termasuk dalam famili rubiaceae,
tumbuhan ini memiliki bunga merah berkelompok dalam 1 tangkai bunga.
Batang: Pangir memiliki batang yang keras dan berkambium, kulit batang
halus dan berwarna coklat atau abu-abu. Pangir dapat tumbuh hingga
mencapai ketinggian 5 meter, dan lebar batang hingga 25 cm.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 68
Gambar 4.21 : Tumbuan pangir (Morinda sp)
Daun: Daun pangir berwarna hijau dengan pertulangan daun menyirip,
meruncing pada bagian ujung dan pangkal, bagian tepi daun rata. Lebar daun
berkisar antara 15 hingga 18 cm, dan panjang hingga 21 cm.
Bunga: Bunga pangir berwarna merah, kelopak bunga merupakan perpaduan
warna merah dan putih, termasuk kedalam jenis bunga sejati.
Penggunaan dalam upacara adat: Suku Dayak Tunjung menggunakan
bunga pangir dalam upacara adat sebagai media untuk menyampaikan berkat
upacara terhadap orang atau barang yang menjadi objek upacara.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 69
19. Pujaq
Batang: Pujaq adalah tumbuhan semak dengan batang berkayu, batang
berwarna hijau, ukuran batang maksimal 0,4 cm.
Bunga: Bunga banci berwarna merah, kelopak bunga berwarna merah atau
merah muda.
Daun: Daun tunggal berulang sejajar, dengan lebar daun 3-5 cm dan panjag
berkisar antara 6 sampai 8 cm. pinggir daun datar, permukaan daun halus
dengan tekstur keras namun daun secara keseluruhan lentur. hingga 0,6 cm.
Daun berwarna hijau, daun duduk berhadapan.
Gambar 4.22 : Tumbuhan pujaq
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pujaq digunakan untuk mewarnai daun kelapa yang dikenal dengan
istilah Noccou. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun, di mana daun
pujaq dapat menghasilkan warna merah dari sari-sari daun yang telah
dihancurkan dan dicampurkan dengan air. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 70
20. Ami/ Uncaria gambir
Gambir (Uncaria gambir) secara tradisional digunakan untuk menyirih,
mengandung senyawa katekin yang digunakan di industri kesehatan untuk
berbagai keperluan, industri kosmetik, industri minuman dan makanan serta
sebagai pewarna alami. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan
ranting. Gambir tumbuh pada ketinggian 200 hingga 900 meter diatas
permukaan laut, termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang keras.
Gambar 4.23 : Tumbuhan gambir (Uncaria gambir)
Batang: Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat pucat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 71
Daun: Daun tunggal, berhadapan, bentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal
bulat, ujung meruncing, panjang 8 - 13 cm, lebar 4-7 cm, warna hijau dengan
tulang daun sejajar.
Bunga: Bunga majemuk, bentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang
kurang lebih 5 cm, mahkota bunga 5 helai berbentuk lonjong, berwarna warna
ungu.
Buah: Buah gambir berbentuk polong semu berpenampang dengan ukuran 2
cm dan penuh dengan biji-bijian halus yang berukuran rata-rata 1-2 mm. Pada
bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar
cukup jauh dari pohonnya karena dibawa oleh angin.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, gambir digunakan untuk membuat urapan upacara atau yang dikenal
dengan istilah Jampiq.
21. Gaka Kedot
Gaka dalam bahasa Suku Dayak Tunjung berarti tumbuhan merambat yang
memiliki batang semu, batang lentur dan tidak berkayu, hidup dengan membelit
tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar matahari. Gaka kedot termasuk kedalam
jenis tumbuhan liana, dimana gaka kedot membelikan batang semunya dan
merambat melalui batang bohon untuk mencapai kenopi hutan hujan tropis, hal
ini supaya gaka kedot mendapatkan cahaya yang cukup untuk mengolah
makanan. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 72
Gambar 4.24 : Gaka kedot
Daun: Gaka kedot memiliki daun yang lebar dengan pertulangan daun
menyirip, lebar daun dapat mencapai 15 cm dan panjang 21 cm. daun
merucing pada bagian ujung dan pangkal, tepi daun rata, berwarna biru,
memiliki tangkai daun dengan panjang rata-rata 15 cm.
Batang: Gaka kedot memiliki batang berupa serat dengan alur seperti tali
pada bagian dalamnya, alur ini bersifat lentur dan kuat, alur inilah yang
dimanfaatkan sebagai tali pengikat atribut upacara. Batang gaka kedot
memiliki kulit luar berwarna coklat, bagian dalam putih kekuningan.
22. Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb)
Gai dalam bahasa Dayak Tunjung berarti rotan, sedangkan Pelas berasal dari
kata Melas, mengacu pada upacara pengukuhan atau peresmian, bisa juga PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 73
diartikan sebagai penabisan. Gai pelas adalah jenis rotan yang digunakan dalam
acara Melas.
Batang: Rotan ini dikenali dengan ciri-ciri berbatang kecil, dengan ukuran
batang 0,4 cm, dan panjang dapat mencapai 40 meter.
Gambar 4.25 : Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb)
Daun: Gai pelas memiliki daun berbentuk lanset, dengan lebar daun berkisar
antara 4-7 cm dan panjang daun berkisar anatara 18 hingga 22 cm, tulang
daun sejajar, bagian tepi dan bawah daun berduri, tulang daun pada bagian
ujung daun memanjang membentuk alam pembelit dengan panjang hingga 1
meter, dengan duri-duri kecil dan kokoh.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, gai pelas digunakan untuk menggantungkan Subbai.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 74
23. Harump
Batang: Harump merupakan tumbuhan dari famili Acanthaceae, memiliki
batang berkayu, dapat tumbuh hingga 1,7 meter dan berwarna ungu
kehitaman.
Daun dan Bunga: Berdaun tunggal, tangkai daun pendek, bentuk tangkai
daun bulat, pertulangan daun menyirip, permukaan atas daun mengkilap dan
licin, tepi daun rata dan berwarna ungu, bunga harup merupakan bunga
majemuk.
Gambar 4.26 : Harump PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 75
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam proses upacara adat Suku Dayak
Tunjung, harump digunakan seagai alat upacara, di mana harump digantung
pada Longan bayat.
24. Komat/puring hijau
Puring merupakan tanaman asli Indonesia, termasuk kedalam jenis tumbuhan
perdu dengan ketinggian bisa mencapai 2 meter.
Batang: Puring memiliki batang bulat berkayu, memiliki kulit batang dan
kambium, kulit batang puring berwarna coklat.
Gambar 4.27 : Puring hijau (Condieaum variegatum)
Daun: Puring hijau memiliki daun dengan bintik kuning pada permukaan
daun, tulang daun menyirip dan bagian tepi daun rata serta meruncing pada
bagian pangkal dan ujung daun. Tumbuhan dari famili Euphorbiaceae ini PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 76
memiliki daun dengan lebar 5 hingga 7 cm, dan panjang daun berkisar antara
10 hingga 17 cm.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, puring hijau dijadikan Pengasi, di mana bagian tumbuhan yang
digunakan adalah daun hingga sebagian batang.
25. Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus)
Merupakan jenis tumbuhan paku yang sering dijadikan sebagai tanaman hias
halaman. Tumbuhan ini memiliki ental (frond), dengan panjang dapat mencapai
1,5 meter, yang berguna untuk menyimpan cadangan air.
Daun, Spora: Tulang daun menyirip tunggal, warna helai daun hijau cerah,
dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi
bawah helai daun, atau pada urat-urat daun bagian bawah. Sorus dilindungi
oleh semacam kantung dengan bentuk memanjang.
Gambar 4.28 : Paku sarang burung (Asplenium nidus) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 77
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, paku sarang burung dijadikan Anjat/Bakeq, yang penggunaannya
secara simbolis sebagai tas bagi pelaku upacara dalam melaksanaan jalannya
ritual upacara.
26. Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera)
Muungk dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan nama sembung, adalah
tumbuhan jenis perdu yang bisa digunakan sebagai obat-obatan.
Gambar 4.29 : Tumbuhan sembung (Blumea balsamifera) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 78
Batang: Sembung memiliki batang dengan tinggi dapat mencapai 2 meter,
batang tegak, bagian atas batang berbulu, warna hijau abu-abu.
Daun: Daun tunggal, tersebar, helai daun lonjong, pangkal dan ujung
meruncing, tepi bergerigi, permukaan daun bagian atas dan bawah berbulu,
berdaun lebar, lebar daun 14-16cm, panjang daun 21-24 cm, dengan
pertulangan daun menjari.
Bunga dan Biji: Bunga berbentuk tandan, tumbuh diketiak daun dan ujung
batang, mahkota berwarna putih kekuningan. Buah kotak, bentuk silindris,
berambut warna putih kecokelatan. Biji pipih dan berwarna warna putih.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, sembung digunakan sebagai pengasi.
27. Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum)
Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh liar di dataran tinggi
yang banyak mendapat paparan sinar matahari.
Batang: Batang heredong berkayu, berbentuk bulat dan berbulu,
percabangan batang simpodial dan batang heredong berwarna coklat.
Daun: Heredong berdaun tunggal, berbentuk bulat telur dengan panjang
panjang 2-20 cm, lebar daun kerang lebih 1-8 cm, duduk daun berhadapan,
ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, permukaan atas dan bawah daun
berbulu,daun bagian atas berwarna hijau, bagian bawah berwarna hijau pucat
dan abu-abu.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 79
Gambar 4.30 : Bunga/buah Heredong (Melastoma polyanthum)
Bunga: Bunga heredong majemuk, kelopak bunga berlekatan, memiliki daun
pelindung, berwarana ungu kemerahan, benang sari 8 sampai 12, panjang
kurang lebih 3 cm berwarna merah muda, memiliki satu putik, kepala putik
berbintik hijau, bakal buah beruang empat sampai enam, mahkota lima buah
berbentuk bulat telur berwarna ungu.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, heredong digunakan sebagai ramuan untuk diminum pelaku upacara
ketika proses upacara berlangsung dan pelaku upacara mengalami kerasukan.
28. Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus)
Rumput teki atau yang dikenal dalam bahasa latin adalah Cyperus rotundus,
merupakan salah satu tumbuhan rumput semi menahun yang tingginya bisa
mencapai 10 hingga 95 cm.
Batang: Rumput teki termasuk jenis tumbuhan terna yang memiliki batang
lunak, berbentuk segi tiga dan berwarna warna hijau. Rumput teki PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 80
membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panjang yang
kemudian dapat membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal
batang.
Gambar 4.31 : Peridangk atau Rumput teki (Cyperus rotundus)
Daun: Daun Rumput teki memiliki pertulangan daun sejajar, permukaan
daun licin dan tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan
permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian
tengah, ujung daun meruncing. Daun rumput teki merupakan daun tunggal
berbentuk lanset dan berpelepah, pada bagian tepi daun tajan dan rata.
Akar: Rumput teki memiliki sistem perakaran akar serabut.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung,rumput teki digunakan sebagai Jeak dalam upacara Banyungk.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 81
29. Paant/Pinang (Areca catechu)
Batang: Pohon pinang meiliki batang yang lurus dan langsing, pohon pinang
dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter 15 hingga 25cm.
Daun: Tajuk tidak rimbun, pelepah daun membentuk tabung dengan panjang
80 cm, tangkai daun pendek, helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak
daun 85 x 5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi, bentuk daun lanset
dengan pertulangan daun sejajar, sistem perakaran pinang adalah akar
serabut.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pinang digunakan sebagai Kabungk. Hampir semua upacara adat
Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari tumbuhan pinang, salah satu
jenis upacara yang menggunakan daun pinang adalah Banyungk.
Pinang saat ini dimanfaatkan sebagai tanaman konsumsi, di mana buah
pinang dimakan bersama dengan daun sirih dan kapur. Piang juga dimanfaatkan
sebagai tanaman industri, kini pinang dibudidayakan dalam sekala besar sebagai
komoditi ekspor dari Indonesia.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 82
Gambar 4.32 : Pohong pinang (Areca catechu)
30. Sarap/Aren (Arenga pinnata)
Enau atau aren (Arenga pinnata), merupakan tumbuhan dari suku Arecaceae.
Aren adalah palma yang merupakan tanaman serba guna, penghasil gula dan
juga buah aren dapat dimanfaatkan sebagai makanan, yaitu kolang kaling. Aren
dapat tumbuh pada lahan mulai dari tanah liat, tanah berlumpur sampai dengan
berpasir, dengan kesamaan tanah rendah. Tempat tumbuh yang paling baik 500 –
800 m dpl, curah hujan lebih dari 1.200 mm/tahun. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 83
Gambar 4.33 : pohon aren (Arenga pinnata)
Batang: Batang aren lurus, tinggi, dan ditutupi ijuk di bagian bawah pelepah
daun. Bagian dalam dari batang eran meiliki serat, dengan batang bagian luar
dilindungi oleh lapisan yang keras, batang bagian dalam lunak, batang aren
tidak memiliki kambium.
Daun: Daun aren memiliki tulang daun menyirip, tangkai daun 1-1,5 m
dengan pelepah daun pada pangkalnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip,
pangkal membulat, ujung runcing, bagian tepi rata, tangkai pendek.
Buah: Buah aren seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang
5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 - 3 biji, hitam. Bunga aren jantan dan betina
berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, dengan panjang
berkisar antara 1 hingga 1,2 meter. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 84
Bunga: Bunga aren memiliki tandan, dengan malai bunga yang menggantung
pada tandan tersebut. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau
ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga
mula- mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya
ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal,
yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung paling atas batang, sedangkan
bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah.
Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan
yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Tandan dari bunga
aren ini yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan zat cair yang
disebut Nira.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, daun aren digunakan sebagai Kabungk, dimana upacara adat yang
mengunakan kabungk adalah Belian Sentiu, Beliant Bawo dan Belian Semur.
31. Rakap/Sirih (Piper betle)
Piper bettle tumbuh di daerah hutan yang mempunyai curah hujan 2250 -
4750 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 900 m dpl, dan
menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah yang
kaya bahan organik dengan pH 7 – 7,5.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 85
Gambar 4.34 Rakap/Sirih (Piper betle)
Batang: Batang sirih umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk
bulat, memiliki ruas, pada bagian ruas ini merupakan tempat tumbuhnya akar.
Daun: Daun sirih berbentuk oval, tunggal, bagian ujung daun runcing,
tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai pendek, panjang daun
berkisar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm.
Bunga dan Akar: Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun
pelindung kurang lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang, akar sirih
termasuk kedalam jenis akar serabut atau akar gantung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 86
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, sirih digunakan untuk membuat Jampiq, yaitu alat penyampaian
mantra upacara. Selain digunakan sebagai jampiq, sirih juga digunakan dalam
kegiatan makan sirih, dimana daun sirih dimakan mentah dicampur dengan
kapur sirih, buah pinang dan gambir.
32. Wangun
Merupakan tumbuhan dari famili Meliaceae, tumbuhan ini merupakan jenis
tumbuhan berbatang keras, dan menghasilkan aroma yang khas dari daunnya
bila dibakar.
Batang: Wangun memiliki batang berwarna coklat kehitaman pada bagian
luarnya, dengan batang berbentuk bulat, berkambium. Tumbuh lurus dan
jarang memiliki cabang, dapat mencapai tinggi 5 meter, dengan diameter
batang dapat mencapai 5 cm.
Daun: Daun wangun adalah daun majemuk dengan tulang daun menyirip
genap, berwarna hijau cerah. Bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian
ujung dan pangkal daun, lebar daun berkisar antara 5 sampai 7 cm, dan
panjang daun berkisar antara 12 hingga 15 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 87
Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, wangun digunakan untuk Reff, dan diletakan pada Benawingk, di
mana bagian tumbuhan yang digunakan adalah batang. Wangun juga
digunakan untuk mengusir hama di ladang, di mana daun wangun dibakar dan
menghasilkan aroma yang semerbak, aroma ini tidak disukai oleh hama
wereng dan belalang.
33. Nyelutui/Kayu gabus (Alstoniae cortex)
Merupakan tumbuhan dari famili Apocynaceae, tumbuhan ini tumbuh hampir
diseluruh wilayah Indonesia, dan dikenal dengan banyak nama. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 88
Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex)
Batang: Kayu gabus dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl,
memiliki batang dengan warna putih abu-abi pada bagian luar, memiliki getah
berwarna putih, batang lurus dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 100
meter dengan lebar batang dapat mencapai 1 hinggi 1,5 meter, memiliki
percabangan menggarpu.
Daun: Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, pertulangan daun
menyirip, bertangkai dengan panjang berkisar antara 7,5 – 15 cm, bentuknya
lanset atau lonjong, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata,
panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warna hijau.
Bunga: Kayu gabus memiliki bunga majemuk tersusun dalam malai yang
bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau
terang sampai putih kekuningan, berambut halus dan rapat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 89
Buang: Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50
cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian
tepinya dan berjambul pada ujungnya.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, kayu gabus digunakan menjadi patung, bagian yang digunakan
adalah batang, patung dari kayu gabus melambangkan dewa atau manusia
laki-laki.
34. Pengoq
Pengoq merupakan tumbuhan dari familli Sapindaceae, yang tumbuh dan
berkembang pada hutan hujan tropis. Pengoq dapat tumbuh dan berkembang
dengan ketinggian mencapai 15 meter.
Batang: Pengoq memiliki batang bulat berkayu keras, tidak berbanir dan
memiliki kulit batang dengan tekstur halus berwarna coklat, batang
berkambium dengan diameter dapat mencapai 45 cm.
Daun: Pengoq memiliki daun berwarna hijau tua dengan pertulangan daun
menyirip, bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung daun, bagian
bawah daun berwarna hijau pucat, permukaan daun licin dan halus. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 90
Gambar 4.37 pengoq
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pengoq digunakan sebagai Jeak, oran tumbuhan yang digunakan
adalah daun hingga batang bagian atas. Terdapat dua jenis tumbuhan dengan
nama yang sama dan fungsi yang sama pula, yaitu pengoq dan pengoq peai,
namun tumbuhan ini berbeda jika dilihat dari ciri morfologinya. Fungsi
masing-masing tumbuhan dalam upacara adat tidak dapat digantikan satu
dengan yang lainnya.
35. Pengoq peai
Batang: Pengoq peai merupakan tumbuhan dari famili piperaceae, memiliki
batang berkayu keras, dengan bagian luar batang berwarna putih, batang lurus
dan memiliki lapisan kambium. Pengoq peai dapat tumbuh hingga 2 meter
dengan lebar batang hingga 4 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 91
Daun: Daun tunggal dengan pertulangan daun melengkung, daun berwarna
hijau tua, bagian atas daun licin, bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun
meruncing. Daun pengoq peai memiliki lebar 13 cm, dan panjang 17 hingga
20 cm.
Akar dan Bunga: Pengoq peai memiliki sistem perakaran akar tunggang,
bunga banci tanpa hiasan bunga, terletak di ujung batang.
Gambar 4.38 Pengoq peai
Penggunaan dalam upacara adat: Pengoq peai dalam upacara adat Suku
Dayak Tunjung digunakan sebagai Jeak, yang berfungai untuk
menyingkirkan segala jenis hal-hal negatif yang ada disekitar tempat
berlangsungnya upacara ataupun pengaruh-pengaruh negatif yang timbul dari PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 92
proses upacara yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat disekitar
tempat upacara ataupun pelaku upacara itu sendiri.
36. Sewet/pisang hutan (Musa sp)
Sewet merupakan jenis pisang liar dari familli Musaceae yang tumbuh subur
pada daerah hutan hujan tropis, khususnya pada hutan hujan tropis Kabupaten
Kutai Barat.
Gambar 4.39 Sewet (Musa sp)
Sewet dapat dikenali dengan bentuk morfologinya yang tampak kokoh, baik
dari batang, pelepah dan juga pertulangan daun serta buah yang besar.
Buah: Sewet memiliki buah yang cukup besar, dengan diameter buah 2,5
hingga 4 cm dan panjang 12 hingga 14 cm. Buah sewet memiliki biji yang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 93
sangat banyak, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Buah sewet
yang telah matang berwarna kuning, sedangkan buah muda berwarna hijau,
buah sewet yang telah matang memiliki rasa manis jika dikonsumsi.
Batang: Sewet termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk
pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur, pada sewet,
diameter batang dapat mencapai 30 cm. Percabangan tanaman bertipe
simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu
buah. Bagian bawah batang sewet menggembung berupa umbi yang disebut
bonggol.
Daun: Daun sewet bentuknya lanset memanjang, berbeda dengan daun
pisang pada umumnya, daun sewet tidak mudah mudah terkoyak, panjang
1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang
jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya
hijau.
Bunga: Sewet memiliki bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus
oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke
tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara
normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang
dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Jantung
pisang ini harus dipangkas setelah selesai berubah. Tiap kelompok bunga
disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 94
buah. Akar sewet termasuk dalam jenis akar serabut seperti jenis pisang
lainnya.
Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
sewet digunakan untuk bahan pembuatan patung. Organ tumbuhan yang
digunakan adalah batang, yang kemudia dibentuk menjadi patung manusia.
Daun sewet digunakan untuk alas sesaji, pembungkus makanan dan lain-lain.
37. Mawa
Mawa merupakan tumbuhan dari familli Cannabaceae, tumbuh pada daerah
dengan ketinggian 400 hingga 900 dpl.
Gambar 4.40 Mawa PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 95
Batang: Mawa merupakan tumbuhan berbatang keras, memiliki batang lurus
dan dapat tumbuh hingga 15 meter, kulit batang berwarna coklat kehitaman
dengan permukaan halus, batang berkambium.
Akar: Sistem perakaran adalah akar tunggang.
Daun: Daun mawa berbentuk segitiga, meruncing pada bagian ujung daun.
Daun bagian bawah berwarna kekuningan dan memiliki serbuk yang
menyerupai tepung halus, bagian permukaan atas daun berwarna hijau tua dan
licin. Tulang daun menjari, bagian tepi rata, lebar daun 10 hingga 14 cm dan
panjang daun 15 hingga 20 cm.
Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
daun mawa digunakan menjadi Jeak, kulit batang dijadikan Ancakq.
38. Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb)
Batang: Tumbuhan dengan batang sejati berkayu keras, tinggi tumbuhan ini
dapat tumbuh mencapai tinggi 36 m dengan batang lurus; memiliki cabang,
kulit batang berwarna coklat kehitaman dengan permukaan yang kasar,
memiliki lateks berwarna putih pucat dan kental. Kayu teras keledang
berwarna cokelat-kekuningan jingga, kadang-kadang dengan kilauan hijau-
zaitun, menjadi lebih gelap bila terpapar cahaya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 96
Gambar 4.41 Keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb)
Daun: Keledang memiliki daun tunggal yang tersebar dan memiliki daun
penumpu, pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun rata dan berbentuk
lanset. Permukaan daun kasar dan berbulu, berwarna hijau, lebar daun 11
hingga 15 cm dengan panjang dapat mencapai 30 cm.
Bunga: Bunga keledang berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk
berbentuk periuk.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
organ tumbuhan keledang yang digunakan adalah daun, daun keledang
difungsikan sebagai Jeak. Daun yang digunakan dikenal dengan istilah
Rakas, hampir semua jenis upacara adat dengan durasi lebih dari 1 hari
menggunakan jeak, yang melibatkan daun tumbuhan keledang.
39. Jiee
Jiee merupakan tumbuhan yang memiliki hubungan dengan tumbuhan dari
suku paku-pauan, tumbuhan ini berkembang dengan cara bertunas. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 97
Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee
Akar dan Batang: Jiee memiliki sistem perakaran akar serabut, dengan
batang keras pada bagian luarnya, bagian dalam lunak. Tumbuhan ini tumbuh
dan berkembang dapat mencapai ketinggian 70 cm. batang berwarna hitam
kemerahan, bagian luar batang halus dan licin, sedangkan bagian dalam
batang berlendir jika dipotong, diameter maksimal batang hanya 0,4 cm,
menjadikan batang jiee tampak kurus seperti tali.
Daun: Jiee memiliki daun tunggal berbentuk lanset yang duduk berhadapan,
dengan pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun berberigi. Permukaan
daun bagian atas rata dan halus, sedangkan bagian bawah akan terasa kasar
jika diraba dengan tangan. Daun tumbuhan jiee memiliki lebar 6 cm dan
panjang 20 cm. Tumbuhan jiee tidak memiliki bunga ataupun buah,
tumbuhan ini berkembang biak dengan cara bertunas. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 98
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung
jiee digunakan sebagai Jeak, oragan tumbuhan yang digunakan adalah daun
hingga batang.
40. Persiah
Persiah merupakan tumbuhan dari familli Poaceae, tumbuh dan berkembang
dalam koloni-koloni.
Batang dan Akar: Tumbuhan persiah memiliki batang semu berbuku, dengan
sistem perakaran adalah akar serabut. Persiah mampu tumbuh di daerah yang
memiliki tanah kandungan unsur hara sedikit. Tumbuhan ini sekilas mirip
dengan rumput gajah, namun ukurannya jauh lebih kecil dari tumput gajah.
Daun: Persiah memiliki daun berbentuk lanset dengan pertulangan daun
sejajar, bagian tepi daun tipis dan tajam. Ujung daun meruncing, permukaan
daun kasar, lebar daun dapat mencapai 3 cm dengan panjang daun 17 hingga
20 cm. Bunga persiah merupakan bunga banci, berukuran kecil dan tidak
menarik.
Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
persiah digunakan Jeak, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta
batang semu.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 99
Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus
41. Paku paramp (Polypodium vulgare)
Paku paramp adalah tumbuhan dari jenis paku-pakuan yang tumbuh dan
berkembang pada daerah beriklim tropis.
Daun: Tumbuhan ini memiliki bangun daun linier, pada bagian ujung daun
meruncing dan tepi daun beringgit. Ukuran daunnya isofil yakni mempunyai
ukuran sama atau serupa, sekitar kurang lebih 7,5 cm. Terdapat tangkai daun
dengan panjang 0,5-2 mm. Warna daun hijau muda, tekstur daun
pada Polypodium vulgare berupa helaian, permukaan daun halus dan
mempunyai ramenta, urat daun menyirip. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 100
Batang: Batang Polypodium vulgare bulat beralur dan berusuk secara
longitudinal. Pada permukaan batang terdapat rambut-rambut atau sisik
berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Batangnya sudah memiliki berkas
pengankut, tumbuh tegak, rimpang (batang saling mengait).
Akar: Polypodium vulgare memiliki sistem perakaran serabut yang
bercabang cabang secara dikotom. Polypodium vulgare tumbuh di tanah
(epifit).
Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare)
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, paku paramp digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang
digunakan adalah daun. Dalam proses mendapatkan tumbuhan dari PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 101
habitatnya, paku param yang diambil adalah helaian daun yang mengarah
pada arah terbitnya matahari (timur).
42. Tu-tawa
Tu-tawa merupakan tumbuhan dari familli Commelinaceae yang tumbuh dan
berkembang pada daerah dengan kandungan air yang banyak, oleh karena itu
habitat tumbuhan ini adalah hutan hujan tropis dan tumbuh di darah pinggiraan
kali atau sungai.
Gambar 4.45 Tu-tawa (Costus speciosus)
Batang: Tu-tawa memiliki batang semu dengan dan berbuku, daun tumbuh
dari buku tersebut. Batang tu-tawa memiliki warna hijau, batang bagian luar
halus dan licin, sedangkan bagian dalam batang berbentuk serat-serat.
Daun: Daun tu-tawa berupa daun tunggal dengan pertulangan daun
melengkung berwarna hijau. Daun tebal dan elastis, bagian permukaan daun PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 102
sebelah atas halus dan lembut, sedangkan bagian bawahnya lebih kasar. Daun
tu-tawa memiliki daging daun yang banyak dan menyerupai daging daun
tumbuhan bakung. Tepi daun rata, daun meruncing pada bagian ujung, lebar
daun 10 hingga 13 cm, panjang daun 18-22 cm.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, daun dan batang tu tawa digunakan sebagai Jeak.
43. Memaliq/semeneo
Memaliq atau juga yang dikenal dengan nama semeneo oleh masyarakat Suku
Dayak Tunjung, merupakan tumbuhan yang tumbuh di semak belukar.
Tumbuhan ini bukan merupakan tumbuhan sejjati yang dapat hidup diatas 10
tahun, dan hanya akan tumbuh hingga 5 meter dengan lebar batang 10-15 cm.
Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo
Batang: Memaliq memiliki batang yang lurus dengan percabangan semu,
cabang atau ranting ini yang merupakan tempat tumbuhnya daun akan mati
dan terlepas dari batang utama pada saat memaliq bertambah tinggi. Batang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 103
memaliq berupa kayu keras, bagian tengah terdapat gabus yang kemudia
dimanfaatkan oleh semut sebagai tempat berkembang biak.
Daun: Memaliq memiliki daun yang lebar, pertulangan daun menyirip dan
permukaan atas dan bawah daun kasar. Lebar daun memaliq berkisar antara
14 hingga 17 cm, dan panjang daun 20-22 cm. Permukaan daun berbulu,
bagian tepi daun bergerigi.
Akar: Sistem perakaran memaliq adalah sistem perakaran akar tunggang.
Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
memaliq digunakan sebagai jeak, bagian tumbuhan yang digunakan adalah
daun.
44. Gaka ngelagit
Gaka ngelagit adalah tumbuhan dari familli Leguminosae, berupa tumbuhan
liana yang mebutuhkan wadah atau tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar
matahari yang cukup.
Batang: Gaka ngelagit memiliki batang yang keras dan berkayu, serta
memiliki latek. Memiliki kulit batang berwarna putih, memiliki cabang
dengan alat pengait pada ujung batang.
Daun: Daun gaka ngelagit berupa daun tunggal dengan pertulangan daun
menyirip genap. Daun berawarna hijau muda kekuning-kuningan, bagian tepi
daun rata dan meruncing pada bagian ujung daun. Permukaan atas daun gaka
ngelagit rata dan halus, sedangkan bagian bawah terasa lebih kasar. Lebar
daun 4-6 cm dan panjang 11-15 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 104
Gambar 4.47 Gaka ngelagit
Akar: Gaka ngelagit memiliki sistem perakaran akar tunggang.
Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung,
oragan dari tumbuhan gaka ngelagit yang dimanfaatkana dalah batang dan
daun yang dijadikan properti Jeak.
45. Lempung ngayo
Lempung ngayo adalah tumbuhan khas daerah tropis, tumbuhan ini tumbuh di
pinggir sungai dan juga diatas bebatuan sungai. Tumbuh pada daerah yang di
tutupi oleh kanopi yang rimbun dan tidak terkena matahari langsung secara terus
menerus. Sekilas lempung ngayo sangat idetik secara pisik dengan tumbuhan
bakau, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 105
Gambar 4.48 Lempung ngayo
Daun: Lempung ngayo memiliki daun dengan pertulangan daun sejajar,
bagian tepi dain bergerigi dan meruncing pada bagian ujungnnya. Bagian atas
dan bawah daun halus dan sedikit kaku. Lebar daun 3 hingga 5 cm dan
panjang 8 hingga 11 cm.
Akar: Akar tumbuhan lempung ngayo adalah perpaduan dari Akar
Pasak (Pneumatophore), Akar Lutut (Knee root), Akar Tunjang (Stilt root),
Akar Papan (Buttress root) dan Akar Gantung (aerial root). Sistem perakaran
ini berkembang sedemikian rupa sehingga mampu menembus lapisan kerikil
dasar sungai dan juga menyerap zat-zat yang ada sehingga lempung ngayo
mempu bertahan hidup diatas bebatuan sungai.
Batang: Lempung ngayo memiliki batang berkayu yang sangat keras dan
padat, bagian luar batang dilapisi oleh kulit batang yang berwarna putih dan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 106
licin. Tumbuhan ini tumbuh dengan percabangan majemuk sehingga batang
tersembunyi oleh rimbunnya dedauan. Lempung ngayo dapat berkembang
hingga mencapai tinggi 1 meter dan lebar batang dapat mencapai 7 cm.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, lempung ngayo digunakan sebagai Jeak.
46. Rekep
Rekep adalah tumbuhan yang memiliki buah mirip dengan buah rambutan,
hanya ukuran buhanya yang lebih kecil dari buah rambutan pada umumnya.
Gambar 4.49 Rekep
Daun: Rekep memiliki daun tunggal berbentuk lanset, pertulangan daun
menyirip genap, pada bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun
meruncing. Daun berwarna hijau muda kekuningan, daun muda berwarna
merah tua kehitaman. Permukaan daun kasar, daun rekep muda memiliki PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 107
lebar 10 cm dan panjang 20 cm, sedangkan rekep yang sudah berbuah
daunnya relatip lebih kecil, rekep memiliki daun penumpu.
Buah: Buah tumbuhan ini sangat identik dengan buah rambutan pada
umumnya, namun ukurannya yang kecil dan bulu pada kulit buahnya lebih
kaku dari buah rambutan pada umunnya. Diameter buah rekep berkisar antara
2-2,5 cm, dan panjang 3 cm, berwana merah menyala dan terasa manis jika
dimakan, daging buah sangat tipis, dengan kisaran 0,1 mm.
Batang: Rekep memiliki batang keras dengan kulit batang berwarna coklat
keputihan, memiliki kambium. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga 15 meter.
Sistem perakaran tumbuhan ini adalah sistem perakaran akar tunggang.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, rekep digunakan untuk meletakan atau sebagai sandaran
Benawingk, oragan tumbuhan yang digunakan adalah batang tumbuhan.
47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado)
Rotan ini ditemukan soliter, pada daerah kering datar maupun berbukit, pada
hutan primer atau sekunder tua. Merupakan tumbuhan yang sanagat sulit
dijumpai pada daerah kecamatan linggang bigung dan kecamatan barong
tongkok. Tingkat regenerasi rotan ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak
mudah tumbuh pada daerah yang memiliki tanah lembab, merupaka tumbuhan
yang langka dari jenisnya.
Batang: Batang tanpa pelepah diameternya berkisar antara 1-2cm,
panjangnya dapat mencapai 40m, atau lebih, berunti, panjang ruas berkisar
antara 10-15cm, berwarna hijau, kecuali batang yang baru terlepas dari PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 108
pelepah atau tertutup serasah berwarna putih. Diameter batang dengan
pelepah berkisar antara 1,5 hingga 2,3cm, berduri rapat berwarna kecoklatan.
Flagellum panjangnya dapat mencapai 10 m lebih.
Gambar 4.50 Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado)
Daun: Panjang daun antara 1,5-2,5m panjang tangkai daun 40-50cm, jumlah
anak daun berkisar antara 40-50 helai tiap sisi rachis, berhadapan. Panjang
anak daun 25-30 x 1,5-2cm.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Gai syi‟it digunakan secara utuh mulai dari ujung daun hingga akar. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 109
Properti dari rotan syi‟it ini dinamakan Wuint awooiy, adalah hal wajib dalam
upacara adat Timeq.
48. Gai sokak (Calamus caesius)
Gai sokak (Calamus caesius) merupakan rotan yang paling terkenal diantara
semua jenis rotan yang ada di daerah Kabupaten kutai barat. Gai sokak telah
dikenal sejak 100 tahun yang lalu oleh nenek-moyang Suku Dayak Tunjung, gai
sokak dimnfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gai sokak merupakan
rotan yang dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan berbagai macam kerajian
tangan, tali, dan juga hiasan pada sarung parang dan dinding rumah. Gai sokak
telah lama dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk saat ini
gai sokak telah menjadi salah satu rotan yang di ekspor keluar negeri.
Batang: Gai sokak tumbuh pada daerah basah/rawa sampai tanah kering
berbukit, berumpun dan tiap rumpun jumlah batangnya bervariasi antara 10
sampai 60 tergantung kesuburan tanah. Panjang batang dapat mencapai 60
meter, sedang diameter tanpa pelepah antara 1 cm sampai 2 cm, berunti
(silica) yang bila batang dibengkokkan akan terlaepas/terlontar dengan
mengeluarkan suara “tik-tik”. Diameter batang dengan pelepah antara 1,5 cm
sampai 2,6 cm, berwarna hijau tua, berduri berbentuk segitiga dengan panjang
1 cm dan lebar 0,5 cm meruncing pada bagian ujung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 110
Gambar 4.51 Gai sokak (Calamus caesius)
Warna batang tanpa pelepah yang tua dan terbuka adalah hijau mengkilat,
sedang yang pelepahnya baru terbuka atau batang tertutup serasah atau tanah
adalah putih kekuningan mengkilat, panjang ruas 40 sampai 50 cm.
Daun: Daun gai sokak memiliki panjang 30 hingga 45 cm, terdapat cirrus
(duri akit diujung daun) dengan panjang 50-75 cm.
Buah: Buah bila masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna putih
dengan diameter 1 cm, panjang 1,5 cm, tersusun dalam tangkai yang axiliaris,
buah gai sokak ini dapat dimakan. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 111
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, gai sokak dijadikan Simpai, dan juga digunakan dalam mengikat
berbagai atribut dan alat-alat upacara lainnya.
49. Biruq (Livistona sp)
Biruq atau yang juga disebut daun biruq merupakan tumbuhan dari familli
Arecaceae, tumbuhan ini hidup dan berkembang pada daerah yang memiliki
suhu lembab dengan tanah yang banyak mengandung unsur hara.
Gambar 4.52 Biruq (Livistona sp)
Daun: Biruq sangat mudah dikenali dari ciri morfologinya, tumbuhan ini
memiliki daun yang sangat lebar dan terbentuk seperti kipas. Biruq memiliki
pelebah, berdaun tunggal dengan pertulangan daun sejajar. Bagian tepi daun
rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada arah pangkal daun. Duduk PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 112
daun tersebar menjari pada pelepah. Daun berwarna hijau tua. Lebar daun 40-
60 cm dan panjang daun 50-70 cm.
Batang: Batang biruq merupakan batang semua yang tidak berkayu dan
ditutupi oleh pelepah daun palem. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 50 cm.
Akar: Sistem perakaran biruq adalah sistem perakaran akar serabut, seperti
palem jenis lainnya.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak
Tunjung,biruq digunakan untuk Wuint awooiy,organ tumbuhan yang
digunakan adalah daun.
50. Terincingk/Nanas (Ananas comosus)
Tanaman nanas tumbuh dan berbentuk semak, hidupnya bersifat tahunan
(perennial). Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah
dan tunas-tunas.
Akar: Akar nanas melekat pada pangkal batang dan merupakan tumbuhan
berakar serabut. Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak
lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30
cm.
Batang: Batang tanaman berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal
batang nanas berdiameter 2,0 hingga 3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku)
pendek. Batang sebagai tempat melekatnya akar, daun bunga, tunas dan
buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 113
disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan
perpanjangan batang .
Daun: Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama.
Daun nanans ada yang memiliki duri tajam pada bagian pinggir daun dan ada
yang tidak berduri. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap
ujung daun. Bentuk daun nanas lanset, tumbuh memanjang sekitar 130-150
cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus
mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerah-
merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-
putihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat
bervariasi antara 70-80 helai, letaknya spiral, yaitu mengelilingi batang mulai
dari bawah hingga atas, dengan arah lingkaran yang jelas, arah kanan dan kiri.
Bunga: Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya.
Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing
berkedudukan di ketiak daun pelindung.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, nanas digunakan untuk Pencawangk, organ tumbuhan yang
digunakan adalah buah hingga batang.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 114
Gambar 4.53 Nanas (Ananas comosus)
51. Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta)
Kumar atau yang juga dikenal dengan nama daerah lempucant, merupakan
tumbuhan dari keluarga salak yang tumbuh liar di dalam hutan hujan tropis.
Kumar/lempucan sering juga dikenal dengan nama salak hutan, tumbuhan ini
meliki buah yang mirip dengan salak secara morfologi, buah berwarna merah
dengan daging yang terasa asam jika dikonsumsi.
Akar dan Batang: Tubuhan kumar atau salak hutan berakar serabut dan
memiliki batang pohon menyerupai pohon palem dan terlihat seolah-olah
tidak berbatang, karena duduk batang rendah dan tegak dengan tinggi 50
hingga 1,7 meter. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh
pelepah daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 115
panjang. Batang tumbuhan kumar lemah dan mudah rebah, tunas tumbuh dari
batang yang memiliki sistem perakaran sendiri sendiri, tunas-tunas tersebut
dapat tumbuh menjadi rumpun tanaman salak hutan.
Gambar 4.54 Kumar/ Lempucant (Eleiodoxa conferta)
Daun: Kumar memiliki daun majemuk, tersusun roset, menyirip genap
terputus-putus, beranak daun gasal, pada bagian ujung 2 – 3 helai anak daun
menyatu, duduk daun tersebar berjejal di ujung batang, tangkai daun silinder,
panjang 100 – 200 cm, pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri
banyak, tajam, pipih dengan panjang 4 – 5 cm, berwarna kelabu sampai
kehitaman, helai daun memiliki panjang 140 – 300 cm, poros daun berduri
temple, anak daun tipis berwarna hijau sampai kelabu, berbentuk garis lanset
50 x 4,5 cm dengan ujung meruncing, dan tepi berduri temple yang halus,
pada bagian bawah daun berlapis lilin. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 116
Bunga, Buah, Biji: Tumbuhan Kumar berbunga banyak, tersusun dalam
tandan rapat dan bersisik dengan tandan bunga jantan dan tandan bunga
betina terletak pada pohon yang berlainan, sebagian tandan bunga terbungkus
oleh seludang atau tongkol yang berbentuk seperti perahu yang terletak
diketiak pelepah daun. Tongkol bunga jantan memiliki panjang 50 – 100 cm,
terdiri atas 4 – 12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7 –
15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang
tersusun rapat, sedangkan tongkol bunga betina panjangnya antara 20 – 30
cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1 – 3 bulir yang panjangnya mencapai 10
cm. Buah kumar muda berwarna hitam kecoklatan dan berwarna merah ketika
masak, daging buah tipis, biji berwarna hitam.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, salak hutan atau kumar dijadikan atribut atau alat upacara yang
biasa dekenal dengan nama Pencawangk. Organ dari tumbuhan yang
digunakan adalah daun dan batang, tentunya tumbuhan kumar yang diambil
adalah tumbuhan kumar yang masih dalam masa pertumbuhan, karena
memiliki ukuran yang relatif lebih kecil.
52. Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)
Tumbuhan selasih dapat ditemukan di tempat lembab dan teduh di dataran
rendah sampai ketinggian 450 m dpl. Tersebar di seluruh pulau di Indonesia,
bahkan di Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.
Batang: Selasih merupakan herba tegak, memiliki aroma yang sangat harum,
tinggi tumbuhan ini 0,6-1,6 m. Batang cokelat, berbentuk segi empat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 117
Daun: Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2 cm, bulat telur,
ujung dan pangkal daun meruncing, permukaan daun halus dan memiliki
bintik-bintik kelenjar, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi, panjang
daun 3,5-7,5 cm dan lebar daun 1,5-2,5 cm, warna hijau tua.
Gambar 4.55 Selasih (Ocimum basilicum)
Bunga: Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak sisi luar berambut,
bulat telur terbalik dengan tepi mengecil, tumbuhan selasih sepanjang tabung.
Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan mengembang.
Pemanfaatan: Daun selasih dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan obat-
obatan herbal karena kandungan zat-zat yang terkandung di dalamnya. Daun
selasih mengandung asam kafeat, asam kumarat, Myresin, Rutin, Kuersetin.
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, selasih digunakan sebagai PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 118
Pengasi, organ yang dimanfaatkan adalah daun, karena daun selasih memiliki
aroma yang sangat harum.
53. Ketapuq
Ketapuq dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama herba timi, tumbuhan
ini berkembang secara spontan, terutama di kering dan penuh sinar matahari,
berbatu, pegunungan, dapat tumbuh hingga ketinggian 1.400-1.500 meter
dpl. Tumbuhan herba timi dapat tumbuh hingga ketinggian 50 cm, memiliki
percabangan yang banyak sehingga menimbulkan kesan rimbun.
Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi
Daun: Timi memiliki daun tunggal, pertulangan daun menyirip, panjang
daun 4-12 mm, lebar daun 3mm, memiliki tangkai daun yang sangat pendek. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 119
Daun berbentuk lonjong sampai bulat telur. Permukaan daun kasar dan
berbulu, bagian tepi daun rata.
Bunga: Kelopak bunga berwarna putih, sering disertai bintik-bintik ungu,
dan berbentuk tubular. Setelah berbunga, tabung kelopak ditutup oleh
mahkota yang panjang dan berambut kaku. Mahkota bunga biasanya
berwarna kecoklatan dalam keadaan kering.
Batang: Batang tumbuhan berurapa batang semu tidak berkayu, tidak
memiliki kambium. Diameter batang berkisar antara 0,2 hinga 1 cm.
berwarna hijau.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
herba timi dimanfaatkan mejadi Pengasi. Organ tumbuhan yang
dimanfaatkan adalah daun.
54. Pegangk lau (Imperata brevifolia)
Pegangk lau merupakan jenis rumput dari keluarga ilalang, ternasuk jenis
rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah.
Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri.
Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 120
Gambar 4.57 Pegangk lau (Imperata brevifolia)
Daun: Helaian daun berbentuk garis (pita panjang) lanset berujung runcing,
dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang 12-80 cm,
berbeada dengean ilalang pada umumnya yang memiliki daun bertepi sangat
kasar dan bergerigi tajam, pegangk lau memiliki daun dengan permukaan
daun halus dan tepi daun yang hluas pula. Memiliki daun dengan lebar 3
sampai 4 cm, lebih lebar dari daun ilalalng pada umumnya dan lebih lentur.
Daun berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan
pucat di tengahnya.
Bunga: Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm panjangnya, dengan anak
bulir berambut panjang (putih) dengan panjang 1 cm, sebagai alat melayang
bulir buah bila masak. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 121
Perkembangbiakan: Pegangk lau dapat tumbuh mencapai 50 sampai 200
cm. Perkembangbiakan pegangk lau sama dengan ilalalang pada umumnya,
berkembang biak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan
rimpang. Tumbuhan ini dapat menghasilkan 3000 biji per tanaman.
Pembungaan umumnya terjadi pada musim kering atau setelah mengalami
stres seperti adanya kebakaran, penebasan atau kekeringan. Bijinya dapat
berkecambah dalam waktu 1 minggu dan mampu bertahan selama 1 tahun.
Alang - alang umumnya menyebar dengan rimpang yang di dalam tanah
membentuk tajuk baru setiap panjang rimpang 25-50 cm. Potongan rimpang
sepanjang 15 cm dapat menghasilkan 350 alang - alang baru hanya dalam
waktu 6 minggu.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pegangk lau digunalan sebagai Jeak, dalam upacara adat Timeq.
Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta batang.
55. Bunglew
Bunglew adalah jenis tumbuhan dari famili moraceae yang tumbuh dan
berkembang di hutan hujan tropis kalimantan. Ciri utama tumbuhan ini adalah
pada bagian ujung ranting memiliki bagian yang memanjang seperti tali, mirip
alat pengait pada tumbuhan liana. Organ tumbuhan ini memanjanghingga 1
meter, dan diameter 0,5cm, merupakan bagian dari modifikasi batang.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 122
Gambar 4.58 Bunglew
Batang dan Akar: Bunglew memiliki batang berkayu keras, berkambium dan
dapat tumbuh hingga ketinggian 15 meter, dengan diameter batang 20 hingga 30
cm. Kulit batang berwarna hitam atau coklat, berbulu dan memiliki latek
berwarna putih. Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran akar tunggang, dengan
sebagian akar gantung pada batangnya yang kemudian menghasilkan buah. Buah
bunglew berwarna merah, tumbuh pada akar gantung dan sebagian berada di
tanah.
Daun: Daun bunglew berbentuk lonjong, pertulangan daun menyirip,
berwarna hijau. Lebar daun bunglew berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng
daun berkisar antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada
bagian ujung dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar
dan berbulu tipis. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 123
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, bunglew dimanfaatkan sebagai Jeak dalam upacara Melas, oragan
tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun.
56. Deraya
Deraya merupakan tumbuhan hutan hujan tropis yang tumbuh pada daerah-
daerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dalam satu tahun.
Tumbuhan ini tumbuh pada daerah-daerah yang memiliki tanah dengan
kandungan unsur hara yang banyak.
Penggunaan dalam upacara adat: Deraya dalam upacara adat suku Dayak
Tunjung digunakan menjadi patung yang melambangkan laki-laki. Tumbuhan
ini merupakan bahan untuk pembuatan patung karena memiliki getah atau
latek berwarna merah. Patung yang dihasilkan dari organ tumbuhan deraya
akan disandingkan dengan patung yang dibuat dari tumbuhan kayu gabus
yang memiliki latek berwarna putih.
Batang: Deraya dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 20 meter,
dengan lebar batang 30 hingga 40 cm. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
berkayu keras, berkambium. Deraya memiliki kulit batang halus, berwarna
hitam kecoklatan, permukaan kulit batang halus dan memiliki lajur
menyerupai parit. Batang muda dan daerah ujung percabangan yang
ditumbuhi daun memiliki bulu-bulu halus yang lembut berwarna putih.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 124
Gambar 4.59 Deraya
Daun: Deraya memiliki daun lebar berwarna hijau tua, daun deraya memiliki
lebar 18 hingga 22 cm dan panjang daun gingga 25 cm. permukaan daun
sangat kasar dan berbulu halus, tepi daun rata dan meruncing pada bagian
pangkal dan ujung daun. Tangkai daun berwarna merah kehitaman dengan
panjang 3 hingga 5 cm, pertulangan daun menyirip.
57. Peringk taliq (Bambusa sp)
Batang: Peringk taliq merupakan tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan
membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 15 meter.
Batang peringk taliq berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45
cm, permukaan batang peringk taliq berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna
putih. Dalam bahasa Dayak Tunjung, kata Taliq berarti tali atau tambang.
Penamaan peringk taliq kepada jenis bambu ini adalah karena bentuk
morfologi batangnnya yang kecil dan panjang menyerupai tali. Bambu PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 125
peringk taliq memiliki batang bulat dengan diameter 2 hingga 3 meter, bagian
dalam batang berongga seperti bambu pada umumnya. Daging batang peringk
taliq memiliki tebal 0,8 hingga 1 cm.
Daun: Daun berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular).
panjang daun berkisar antara 18 sampai 25 cm dan lebar 4 hingga 6 cm,
dengan ujung rucing.
Akar: Peringk taliq memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya
berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.
Gambar 4.60 Peringk taliq (Bambusa sp)
Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan peringk taliq dalam upacara
adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai Benakak.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 126
58. Kuayant kuning (Bambusa sp)
Kuayant kuning adalah bambu dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari
bambu hijau biasa.
Gambar 4.61 Kuayant kuning (Bambusa sp)
Batang: Kuayant kuning dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih
besatr dari bambu pada umumnya dan dengan jarak internodus berkisar antara
30-50 cm, kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm,
dengan lebar daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm.
Daun: Daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-7
cm dengan lebar maksimal 4 cm, ujung daun meruncing, berambut pada
kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan. Batang
kuayant kuning berwarna kuning seperti namanya.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, organ tumbuhan bambu kuayant kuning yang digunakan adalah
batang. Batang bambu kuayant kuning dignakan sebagai Balai.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 127
59. Nturui (Artrocarpus sp)
Nturui adalah salah satu jenis tanaman dari famili moraceae yang tumbuh
secara liar pada hutan hujan tropis. Buahnya biasa dimanfaatkan pada waktu
masih muda sebagai bahan sayur.
Gambar 4.62 Nturui (Artrocarpus sp)
Akar: Akar tumbuhan nturui berkayu, merupakan jenis akar tunjang,
berbentuk bulat, berwarna cokelat kehitam-hitaman. Kulit relatif mudah
terkelupas, beraroma spesifik, dan mudah mengeluarkan getah atau katek
berwarna putih. Nturui yang berasal dari perbanyakan generatif maupun
vegetatif membentuk suatu forma perakaran yang kuat menebus dan melekat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 128
pada tanah. Oleh karena itu, tanaman Nturui mampu tumbuh ditempat yang
kurang ideal, antara lain ditebing-tebing dan sungai.
Batang: Tumbuhan nturui berkayu dengan warna kulit putih abu-abu, kulit
bertekstur keras dan tidak beraroma spesifik. Tinggi tanaman dapat mencapai
10 hingga 20 m. lebar tajuk pohon lebih dari 5 meter. Tumbuhan nturui pada
umumnya telah membentuk percabangan sejak ketinggian 50 cm dari atas
tanah.
Daun: Pada ujung cabang dan ranting tumbuhan tumbuh tunas pucuk
sepanjang 10-20 cm. pucuk tersebut tertutup oleh selaput contong atau
seludang. Setelah tunas pucuk mekar, akan muncul daun muda, yang
kemudian tumbuh mencapai ukuran maksimal. Daun-daun nturui terletak
pada cabang atau ranting dengan teratur secara spiral, berjarak antara 2-10
cm. tangkai daun ranting dengan panjang antara 3-5 cm. daun tebal seperti
belulang, kaku, berwarna hijau tua, mengkilat di bagian atasnya dan berwarna
hijau pucat serta kasar karena berbulu di bagian bawahnya. Daun nturui
memiliki bulu berwarna putih, terletak di atas dan bawah daun tulang daun.
Ukuran daun bermacam-macam, panjang daun berkisar antara 30-60 cm da
lebar daun berkisar antara 20 hingga 40 cm, memiliki 7-9 lekuk dalam dengan
ujung yang menyempit. Pangkal daun utuh, dengan tulang daun menonjol.
Pertulangan daun nturui adalah jenis pertulangan daun menjari.
Bunga: Bunga tumbuhan nturui berumah satu. tandan bunga jantan dan
bunga betina masing-masing terletak pada ketiak daun, bunga jantan
menyerupai busa, panjang mencapai 25 cm atau lebih, berwarna kuning, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 129
mirip ekor kucing, terkulai ke bawah. Tandan bunga jantan tersebut terdiri
atas kumpulan bunga kecil dengan stamen tunggal. Bunga betina berbentuk
bulat atau bulat telur, berwarna hijua. Bunga betina terletak tegak kaku, pada
tangkai tebal, yang memiliki panjang antara 4-8 cm. Bunga betina terdiri dari
kumpulan bunga kecil yang terletak pada dasar bunga dengn kelopak
berbentuk tabung. Bunga nturui berkembang dengan pernyerbukan silang dari
pohon yang sama.
Buah: Buah nturui merupakan buah majemuk, berbentuk tandan, dengan
garis tengah antara 10-20 cm, berduri pendek, dan berwarna hijau dan kuning
pada saat matang. Di dalam buah terdapat biji berbentuk ginjal, panjang 3-5
cm, berwarna cokelat kehitaman.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, nturui digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang digunakan
adalah daun yang telah mati. Daun yang telah mati ini dikenal dengan nama
Rakas.
60. Lunuk (Ficus benjamina)
Lunuk atau beringin (Ficus benjamina) adalah tumbuhan yang memulai
hidupnya sebagai epifit ketika bijinya bersemai di celah atau retakan pohon
induknya (atau struktur seperti bangunan dan jembatan). Biji beringin
disebarkan oleh burung pemakan buah. Bijinya tumbuh dan akarnya
berkembang pada kulit tumbuhan induknya menuju tanah dan dapat
menyelubungi sebagian pohon inang atau struktur bangunan dengan akarnya,
memberikan kesan sebagai pohon pencekik. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 130
Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina)
Batang dan Daun: Sifat percabangannya adalah monopodial dengan arah
tumbuh batang tegak lurus, batangnya berbentuk bulat dengan permukaan
yang kasar. Bagian batang yang masih muda berwarna merah, daun penumpu
tunggal, bentuk lanset, bertangkai cukup panjang dan ujung meruncing, tepi
rata, permukaan bagian atas hijau tua dan mengkilat, permukaan daun bagian
bawah lebih muda dan buram berbintik-bintik.
Buah: Buah Ficus kerapkali duduk berpasangan, pada permulaannya tertutup
dengan selundang, berwarna kuning kehijauan.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, lunuk dihunakan sebagai Jeak. organ tumbuhan yang digunakan
adalah daun. Selain digunakan sebagai Jeak, lunuk juga merupakan pohon PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 131
yang sering dijadikan objek pemujaan ataupun tempat dilangsungkannya
suatu upacara adat.
61. Raja pengalah (Loranthus sp)
Benalu atau Raja pengalah dalam bahasa Suku Dayak Tunjung merupakan
tumbuhan parasit obligat yang hidup tumbuh di batang atau dahan tumbuhan
lain. Sebagai tumbuhan parasit, benalu hidup dengan mengambil nutrisi dasar
yang dimiliki oleh inang untuk selanjutnya diolah menjadi makanan dan energi
guna kepentingan tumbuh benalu tersebut.
Daun: Benalu merupakan tumbuhan perdu yang bercabang banyak, memiliki
ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai pendek, eliptis sampai
bentuk lanset,kadang-kadang bulat telur, permukaan daun bagian atas dan
bawah gundul dengan panjang 3,5 hingga 17 cm, dan lebar 1,5-7 cm, ujung
daun meruncing, permukaan daun mengkilat berwarna hijau. Karangan bunga
5 hingga 7 di ketiak, kadang-kadang dalam berkas pada ruas yang tua.
Tangkai bunga pendek, tabung kelopak elipsoid, panjang lingkaran 3 mm,
pinggiran mahkota sangat pendek.
Bunga: Mahkota sebagai tunas dewasa memiliki panjang 1 hingga 1,5 cm,
bagian bawah melebar, bungan berwarna kuning atau hijau kekuningan,
kuning sampai merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnya melengkung
jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari benang sari panjangnya 3-
5 mm. Kepala putik bentuk gada.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 132
Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp)
Buah: Buah bulat peluru, panjang 6mm, akhirnya coklat violet tua . Tumbuh
di atas berbagai jenis pohon.Tumbuh di dataran menengah sampai
pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter diatas permukaan laut. Berbunga
pada bulan Juni hingga September.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, organ tumbuhan benalu yang digunakan adalah batang dan daun,
organ ini digunakan sebagai Jeak.
62. Pentar (Ficus carica)
Pentar adalah tumbuhan dari familli moraceae, merupakan tumbuhan yang
tumbuh dan berkembang pada semak belukar yang memiliki cukup sinar
matahari. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 133
Gambar 4.65 Pentar (Ficus carica)
Batang: Tumbuhan pentar memiliki batang berkayu lunak dengan bagian
tengah batang bergabus. Pentar memiliki latek berwarna putih atau putih
kekuningan, dengan kulit kayu berwarna merah atau kecoklatan hingga
kehijau-hijauan. Batang lurus dan memiliki ruas-ruas yang kemudian menjadi
tempat munculnya buah pentar.
Buah: Buah pentar tersembunyi di ketiak daun, dan tumbuh hingga
pertengahan batang. Bentuk buah bulat hingga bulat lonjong berwarna hijau
dan berwarna kuning hingga merah pada saat buah matang. Buah pentar pada
umumnya merupakan makanan bagi burung dan serangga, buah pentar baik
dimakan dan terasa manis. Buah memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 cm,
dan lebar 1 hingga 1,5 cm.
Daun: Daun pentar lebar dan berbentul palmate, pertulangan daun menjari.
Permukaan daun bagian atas kasar dan meiliki bulu-bulu halus, bagian bawah
halus. Daun berwarna hijau dan bagian ujung daun meruncing, tepi daun rata.
Panjang daun 17 hingga 20 cm, dan lebar daun 15 hingga 17 cm. memiliki PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 134
tanggkai daun berwarna kecoklatan hingga merah gelap dengan panjang
antara 5 hingga 8 cm.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pentar digunakan menjadi makanan patung atau yang juga dikenal
dengan istilah Kerenyamp. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun
yang masih muda.
63. Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Batang: Mengkudu merupakan tumbuhan berkayu keras, tinggi tumbuhan
antara 4-6 m. batang lurus dan memiliki bongol-bongol yang merupakan
bekas percabangan semu, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang
yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu–abuan atau cokelat
kekuning – kuningan , berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya
bersegai empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun.
Daun: Mengkudu memiliki daun tebal mengkilap. Daun mengkudu duduk
berhadap–hadapan. Ukuran daun lebar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-
lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek.
Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap,
permukaan daun tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm.
Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar.
Bunga: Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm.
Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang
tumbuh normal. Bunganya berkelamin ganda. Mahkota bunga putih,
berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 135
mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak
berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum. Kelopak bunga tumbuh
menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter
7,5-10 cm.
Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
Buah: Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak)
yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau,
menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih
transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk
piramida, berwarna cokelat merah.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, pentar digunakan menjadi makanan patung atau yang juga dikenal PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 136
dengan istilah Kerenyamp. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun
yang masih muda.
64. Lancingk senit (Ficus minahassae)
Batang: Lancingk senit merupakan pohon yang tumbuh dan berkembang
pada daerah dengan kontur tanah lembab dan banyak mengandung air. Pohon
lancingk senit (Ficus minahassae) berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15
meter. Pohon lancingk senit rindang karena mempunyai banyak cabang dan
lebat. Permukaan kulit batangnya halus dan berwarna coklat kehitam-
hitaman, sedangkan batang pohon lancingk senit sendiri memiliki lateks
berwarna putih.
Daun: Daun tumbuhan lancingk senit pertulangan daun menyirip, berwarna
hijau. Lebar daun berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng daun berkisar
antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung
dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar dan berbulu
tipis.
Bunga: Perbungaannya muncul dari batangnya, sering dimulai dari dekat
tanah sampai pada cabang-cabang utamanya. Bunga ini tersusun menjuntai ke
bawah dengan panjang mencapai 1 meter lebih. Bunga-bunga lancingk senit
membentuk bongkol sehingga nampak seperti buahnya. Bunga sebenarnya
teradapat di dalam bongkol dan akan tampak jika bongkol dipotong secara
melintang dipotong secara melintang. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 137
Gambar 4.67 lancingk senit (Ficus minahassae)
Buah: Bunga yang ada di dalam bongkol kemudian menjadi buah. Buah
tunbuhan lancingk senit tidak akan gugur hingga buah tersebut masak. Di
dalam buah tersebut terdapat biji berukuran sangat kecil, buah bagina luar
berwarna coklat kekuningan pada saat muda dan berwarna merah pada saat
matang. Buah langcingk senit mengandung banyak air, dan dapat di
konsumsi.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, lancingk senit dijadikan Jeak, oragan tumbuhan yang digunakan
adalah daun.
65. Mermungk
Pohon dan Batang: Mermungk merupakan tumbuhan hutan hujan tropis,
tubuh tinggi dengan batang lurus dan berbanir. Dapat tumbuh mencapai
tinggi 30 meter dan lebar batang dapat mencapai 50 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 138
Gambar 4.68 mermungk
Kulit batang: Mermungk memiliki kulit batang berwarna putih dengan motif
seperti sisik. Permukaan kulit batang kasar, dengan tebal kulit batang berkisar
antara 1 hingga 1,8 cm.
Daun: Daun mermungk berukuran kecil, dengan panjang 7 hingga 11 cm dan
lebar daun 5 hingga 6,5 cm. permukaan daun halus, tepi daun rata dan
meruncing pada bagian ujung dan pangkal daun.
Buah: Buah mermungk mirip seperti pipa dengan panjang berkisar antara 1
hingga 2,5 meter, dengan diameter antara 2,5 hingga 4 cm. Buah mermungk
memiliki kulit buah yang berbentuk memilit seperti cincin (Gambar 4.67), PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 139
bagian dalam buah yang telah gugur kosong. Buah pada saat muda berwarna
hijau hingga coklat, sedangkan buah yang telah matang dan gugur akan
berwarna coklat gelap kehitam-hitaman.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, oragan tumbuhan monengk yang digunakan adalah buah yang telah
gugur. Dalam penggunaannya monengk ini dijadikan sebagai Sumpit dalam
upacara adat.
66. Engkehuyo (Chromolaena odorata)
Engkehuyo (Chromolaena odorata) merupakan tumbuhan yang berasal dari
Amerika Selatan, tumbuh pada tanah lembab sampai kering, lokasi terbuka
maupun ternaung, penyebarannya meliputi 50-1000 meter diatas permukaan
laut.
Daun: Bentuk daun oval dan bagian bawahnya lebih lebar, makin ke ujung
makin runcing. Panjang daun 6–10 cm dan lebarnya 3–6 cm. Tepi daun
bergerigi, menghadap ke pangkal, letaknya juga berhadap-hadapan. Bentuk
tulang-tulang daun yaitu daun bertulang melengkung. Dimana satu tulang di
tengah paling besar dan yang lain mengikuti tepi daun (melengkung).
Bunga: Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal), dan setiap
karangan terdiri atas 20–35 bunga. Warna bunga pada saat muda kebiru-
biruan, semakin tua menjadi coklat. Waktu berbunga serentak pada musim
kemarau selama 3–4 minggu. Pada saat biji masak tumbuhan akan mengering
kemudian bijinya pecah dan terbang terbawa angin. Kurang lebih satu bulan
setelah awal musim hujan, potongan batang, cabang dan pangkal batang akan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 140
bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah juga mulai berkecambah
sehingga dalam waktu dua bulan berikutnya kecambah dan tunas-tunas telah
terlihat mendominasi area.
Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata)
Batang: Tinggi tumbuhan dewasa dapat mencapai lebih dari 5 m. Batang
muda agak lunak dan berwarna hijau kemudian berangsur-angsur menjadi
coklat dan keras (berkayu) apabila sudah tua. Letak cabang biasanya
berhadap hadapan dan jumlahnya sangat banyak. Cabangnya yang rapat
menyebabkan berkurangnya cahaya matahati kebagian bawah, sehingga
menghabat pertumbuhan spesies lain, termasuk rumput yang tumbuh di
bawahnya.
Akar: Engkehuyo memiliki sususnan akar berupa akar tunggang, besar dan
dalam. Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang bercabang. Akar ini PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 141
berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kedalam tanah, dan bercabang.
Warna akar kekuning-kuningan.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
egkehuyo digunakan sebagai Jeak, dimana organ tumbuhan yang digunakan
adalah daun.
67. Tuq salah (Saccharum officinarum L)
Tuq salah adalah tumbuhan dari familli poaceae yang juga dikenal dengan
nama Tebu dalam bahasa indonesia.
Gambar 4.70 Tuuq salah (Saccharum officinarum L)
Daun: Tuq salah memiliki daun berbentuk lanset atau pita, dengan panjang
dapat mecapai 1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki
pelepah yang menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian
tengahnnya berlekuk (midrip). PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 142
Batang: Ciri khusus yang dimiliki tumbuhan ini dari tebu pada umumnya
adalah batang yang dapat tumbuh dan berkembang hingga mencapai 3,5
meter atau bahkan lebih. Batang berwarna kuning cerah, dengan diameter 3
hingga 4,5 cm. Tumbuhan ini mampu tumbuh dan berkembang pada lahan
yang dipenuhi tumbuhan gulma seperti rerumputan dan sejenisnya. Daya
tahan terhadapa lingkungan tinggi membuat tuuq salah mampu bertahan pada
kondisi lingkungan yang ekstrim.
Akar: Akar serabut
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Tuuq salah digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang
digunakan adalah daun, adapun uapcara yang menggunakan organ tumbuhan
tebu adalah upacara adat Pejeak.
68. Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana)
Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan
sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini merupakan kerabat
dari tumbuhan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Pohon kemiri
banyak dijumpai di daerah tropis yang lembab sampai ketinggian 1200 m di atas
permukaan laut. Di daerah yang berdekatan dengan garis khatulistiwa, kemiri
dapat tumbuh pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut.
Daun: Tanaman kemiri pada masa sekrang ini sudah tersebar luas di daerah-
daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai 15-25 meter. Daunnya berwarna
hijau pucat. Kemiri mempunyai daun yang mudah dikenali dari bentuknya
yang khas, umumnya terdiri dari 3-5 helai daun dari pangkal, berselang-seling PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 143
dan pinggir daun bergelombang. Panjang satu helai daun sekitar 10-20 cm
dengan dua kelenjar di bagian perpotongan antara pangkal dan tangkai yang
mengeluarkan getah bening. Daun yang muda biasanya sederhana dan
berbentuk seperti delta atau oval. Bagian atas permukaan daun yang masih
muda berwarna putih mengkilap seperti perak, yang kemudian akan berubah
warna menjadi hijau seiring dengan bertambahnya umur tmbuhan.
Permukaan daun bagian bawah berbulu halus dan mengkilap seperti karat.
Batang: Kemiri tergolong pohon yang berukuran sedang dengan tajuk lebar
yang dapat mencapai ketinggian sampai 25 m dan diameter setinggi dada
hingga 90 cm. Umumnya bentuk cabang pohon kemiri adalah berliku, tidak
beraturan, membentang lebar dan menggantung pada cabang bagian samping.
Pada lembah yang sempit, pohon kemiri biasanya memiliki sedikit
percabangan dan tumbuh menjulang tinggi. Kulit batangnya berwarna abu-
abu coklat dan bertekstur agak halus dengan garis-garis vertikal.
Bunga: Kemiri memiliki bunga kelamin ganda, dimana bunga jantan dan
betina berada pada pohon yang sama. Bunga kemiri berwarna putih
kehijauan, harum dan tersusun dalam sejumlah gugusan sepanjang 10-15cm,
di mana terdapat banyak bunga jantan kecil mengelilingi bunga betina.
Mahkota bunga berwarna putih dengan lima kelopak bunga berwarna putih
kusam (krem), berbentuk lonjong dengan panjang 1,3 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 144
Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)
Buah: Kemiri memiliki buah berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk
oval sampai bulat dengan panjang 5-6 cm dan lebar 5-7 cm. Satu buah kemiri
pada umumnya berisi 2-3 biji, tetapi pada buah jantan kemungkinan hanya
ditemukan satu biji. Biji kemiri dapat dimakan jika dipanggang terlebih
dahulu. Kulit biji kemiri umumnya kasar, hitam, keras, dan berbentuk bulat
panjang sekitar 2,5-3,5 cm. kemiri memiliki akar yang tunggang dan
berwarna coklat.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, organ tumbuhan kemiri yang digunakan adalah buah atau tepatnya
biji kemiri yang memilki cangkang keras. Biji kemiri ini diletakan di dalam
tempurung kelapa dan kemudia mantra dibacakan. Ritual upacara Beliant
Semur adalah jenis upacara adat yang menggunakan alat seprti ini.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 145
69. Isak-isik (Ctenanthe sp)
Isak-isik adalah tumbuhan dari familli Marantaceae. Isak-isik merupakan
tumbuhan herba berizoma, tidak memiliki batang, atau batang bersifat sub-
teranean (tertutup dalam tanah).
Daun: Isak-isik tidak memiliki batang, tumbuh dengan tinggi berkisar antara
30 hingga 40 cm, dengan tangkai daun yang sangat panjang. Panjang tangkai
daun isak-isik dapat mencapai 25 cm. Daun isak-isik berwarna hijau terang,
permukaan bagian atas dan bawah halus dan licin. Pertulanagn daun
menyirip, struktur daun kaku. Ujung dan pangal daun meruncing. Lebar daun
berkisar antara 10 hingga 12 cm, dan panjang daun berkisar antara 18 hingga
23 cm.
Gambar 4.72 Isak-isik (Ctenanthe sp) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 146
Akar: Akar isak-isik adalah tipe akar serabut, pangkal batang semu dan akar
berwarna merah.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang digunakan
menjadi Jeak dalam upacara Timeq dan Melas.
70. Akar
Akar adalah jenis tumbuhan liana yang tumbuh dan berkembang dalam hutan
hujan tropis, khususnya hutan dengan pohon-pohon besar yang membentuk
kanopi.
Batang: Tumbuhan akar tumbuh dengan cara membelitkan batangnya pada
pepohonan untuk mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup. Batang
tumbuhan akar berwarna putih, dapat tumbuh dan berkembang mencapai
panjang 25 meter, dengan diameter batang 5 cm. batang tidak berkayu,
namun terdiri dari serat-serat berwarna putih kekuningan, kulit batang
berwarna putih. Batang tumbuhan akar menghasilkan cairan berwarna putih
yang akan terasa pedas jika terkena mata.
Daun: Daun tumbuhan akar berukuran kecil, lebar daun berkisar antara 3
hingga 5,5 cm, dengan panjang daun 8 hingga 10 cm, berwarna hijau cerah.
Pertulangan daun menyirip, tepi daun rata, daun berbentuk oval, pada bagian
pangkal dan ujung daun meruncing.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 147
Gambar 4.73 Tumbuhan akar
Penggunaan dalam upacara adat: Tumbuhan akar digunakan untuk
membersihkan diri, sebelum melakukan sebuah ritual upacara adat. Organ
tumbuhan yang digunakan adalah batang, karena batang memiliki cairan atau
getah bila dihancurkan, getah ini selanjutnya yang digunakan sebagai sampo.
Getah tumbuhan akar pada jaman dahulu kala digunakan oleh Nenek moyang
orang Suku Dayak Tunjung sebagai sampo untuk membunuh kutu yang
bersarang dalam rambut.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 148
71. Ukor
Ukor adalah tumbuhan dari jenis palem yang tumbuh dan berkembang
secara liar pada hutan hujan tropis. Tumbuhan ukor merupaka tumbuhan dengan
ciri morfologi yang mirip dengan tumbuhan pinang dan aren.
Batang: Ukor memiliki batang yang lurus dengan ketinggian dapat mencapai
10 meter, dan lebar batang 15 hingga 20 cm. batang bagian luar keras, tidak
berkayu dan berwarna putih pada bagian dalam, sedangkan bagian luar
berwarna kecoklatan. Batang berpelepah, dengan serat-serat ijuk tipis
mengelilingi pelepahnya ( gambar 4.73).
Daun: Daun tumbuhan berbentuk segitiga, berwarna hijau, bagian tepi daun
rata, ujung daun bergelombang. Permukaan daun memiliki parit semu,
pertulangan duan sejajar.
Akar: Ukor memiliki tipe akar serabut seperti jenis palem lainnya.
Buah: Buah ukor tampak seperti buah aren, terdapat tandan atau tangkai buah
dengan panjang tandan berkisar antara 20 hingga 30 cm, hanya ukuran tandan
dan buah secara keseluruhan lebih kecil dari buah aren.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Ukor dijadikan sebagai Pencawangk dalam upacara atau ritual adat
Ngawat. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta pelepah daun
dan juga batang,tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan yang masih
muda.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 149
Gambar 4.74 Ukor
72. Bemant/Bemban (Donax canniformis)
Bemban (Donax canniformis), merupakan tumbuhan terna yang berumpun,
tumbuh dan berkembang pada daerah dengan ketinggian 1-1000 m dpl. Bemban
dapat tumbuh dan berkembang pada daerah dengan lahan yang banyak
mengandung air, seperti rawa dan daerah aliran sungai (DAS).
Daun: Tumbuhan bemban dapat mencapai tinggi 1 sampai 3 m, bercabang
seperti semak, dengan batang bulat torak berwarna hijau tua, beruas panjang-
panjang antara 1–2,5 m, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 150
Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis)
Daun: Daun-daun tunggal bertangkai 8–20 cm, dengan helaian bundar telur
lebar hingga jorong, 10–25 × 10–45 cm. tepi daun rata, ujung dan pangkal
daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus dan licin, berwarna hijau
tua, bagigan bawah daun berwarna hijau pucat, pertulangan daun
melengkung.
Bunga: Perbungaan sering bercabang di pangkal, panjang hingga 20 cm.
Kelopak berwarna putih, bundar telur menyegitiga, gundul, 3–3,5 mm.
Tabung mahkota 8–10 mm; taju mahkota bentuk garis, 1–1,4 cm × 2–3
mm. Buah putih hingga krem pucat, diameter 1–1,5 cm, kering, tidak
memecah. Biji 1 atau 2, coklat dan memiliki rambut halus.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, Bemban (Donax canniformis) dimanfaatkan sebagai Kelangkangk
dalam upacara Beliant Kencong. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 151
batang, femanfaatannya dengan cara batang dibelah dan dijadikan bagian tipis
kemudian dianyam menyerupai keranjang.
73. Botoq/Ramban (Trema orientalis)
Batang: Botoq atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama angrung
(Trema orientalis), adalah tumbuhan berkayu keras yang dapat tumbuh dan
berkembang dengan tinggi mencapai 15 hingga 20 meter. Botoq memiliki
batang tegak, berbentuk silindris, berkayu, permukaan kulit batang halus,
percabangan simpodial, kulit kayu berwarna hitam kecoklatan.
Akar: Tipe akar botoq adalah akar tunggang.
Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)
Daun: Botoq memiliki daun majemuk, berseling, bentuk daun lonjong
dengan panjang 4,5 hingga 9 cm, lebar daun 2,5-3,5 cm, bagian tepi daun
rata, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, pertulangan daunmenyirip, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 152
tangkai silindris dengan panjang tangkai 1 hingga 1,5 cm, daun botoq
berwarna hijau cerah.
Bunga: Bunga botoq adalah bunga majemuk, dan tumbuh di ketiak daun,
tangkaibunga silindris, dengan panjang panjang 0,3 hingga 0,5 cm, bunga
berwarna hijau pucat hingga putih, benang sari panjang 1 hingga 1,7 cm,
kepala sari bentuk ginjal dengan panjang ± 0,5 cm, mahkota bunga kecil
berwarna putih.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, botoq atau anggrung digunakan sebagai pondasi pembuatan Balai
organ yang dimanfaatkan adalah batang dan daun. Jenis upacara adat yang
menggunakan organ tumbuhan botoq dalam pelaksanaannya adalah Rantau
perangk.
74. Niungk
Niungk adalah tumbuhan dari keluarga Arecaceae yang tumbuh dan
berkembang di hutan kalimantan. Tumbuhan ini secara morfologi mirip dengan
morfologi rotan Ennau, hanya saja niungk memiliki batang yang tegak lurus
dengan duri-duri panjang dan tajam pada batangnnya.
Batang: Niungk berbeda dengan rotan pada umumnya, niungk memiliki
batang yang tegak, berpelepah, tumbuh tunggal dan kemudiam bertunas.
Batang memiliki duri-duri yang tumbuh lebat diseluruh permukaan batang,
duri memiliki panjang 5 hingga 8 cm, dan lebar 0,5 meruncing pada bagian
ujung. Batang bagian dalam berwarna putih dan mengandung air jika PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 153
dipotong, berwarna putih. Permukaan batang secara keseluruhan berwarna
cokelat kehitaman.
Gambar 4.77 Niungk
Daun: Daun niungk seperti daun rotan pada umumnya, berpelepah dan
berbentuk lanset meruncing pada bagian pangkal dan ujung daun. Pertulangan
daun sejajar, permukaan daun halus, tepi daun rata, lebar daun 2 hingga 3 cm,
panjang daun 70 hingga 80 cm.
Akar: Jenis perakaran niungk adalah jenis perakaran serabut.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, niungk dimanfaatkan menjadi pancing dalam upacara adat Timeq,
oragan yang dimanfaatkan adalah bagian tulang daun yang memanjang dan
berdui, organ ini biasanya disebut Lawe dalam bahasa Suku Dayak Tunjung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 154
75. Jauq/Palem hutan
Jauq adalah tumbuhan yang tumbuh dan berkembang secara liar pada hutan
kalimantan, khususnya daerah aliran sungai (DAS). Tumbuhan jauq tumbuh
tegak lurus dan merupakan raja dari jenis palem dalam ukuran besar dan tinggi
batang. Jauq dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 50 meter dan lebar
batang hingga 80 cm.
Daun: Daun jauq memiliki pelepah, tangkai, helain dan daun mempunyai
anak-anak daun. Jauq memiliki daun mirip daun ukor, yaitu bentuk daun
segitiga, berwarna hijau tua. Susunan tulang daun berbentuk sejajar, satu ibu
tulang daun membujur pada tengah daun, dari pangkal sampai ke ujung daun,
Sedangkan anak daunnya bertulang daun sejajar. Tepi daun rata, ujung daun
bergelombang. Permukaan daun jauq jika di pegang terasa licin baik
permukaan atas bawah dan daging daunnya keras seperti kertas. Serta bagian
atas lebih hijau dari pada bagian bawah daunnya.
Gambar 4.78 Tumbuhan jauq PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 155
Akar: Akar jauq berupa akar serabut. Radikula pada bibit terus tumbuh
memanjang menuju arah bawah. Akar primer terus berkembang. Susunan
akar terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertical ke dalam tanah dan
horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar
sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya cabang-cabang ini juga akan
bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran
jauq bisa mencapai 8 meter dan 16 meter ke arah horizontal
Batang: Batang berbentuk bulat besar. Batang tidak bercabang dengan daun
di ujung batang seperti mahkota, batang bisa tinggi mencapai 50 m. Batang
ini juga mempunyai permukaan halus dan kadang terdapat bekas pelepah
daun yang gugur. Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati.
Bila diiris melintang, batangnya memperlihatkan saluran pembuluh yang
menyebar di bagian dalamnya. Luka batang ini cenderung tidak tertutup
kembali, justru malah membesar atau malah membusuk.
Buah: Buah berbentuk bulat bulat. Buah jauq memiliki kulit luar yang relatif
tebal, yang menutupi bagian dalam (mesokarpium) yang berair atau berserat.
Buah terbentuk setelah penyerbukan dan pembuahan. Secara anatomi, buah
jauq terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian yang pertama adalah
perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium, sedangkan yang
kedua adalah biji yang terdiri dari endokaprium, endosperm, dan lembaga
atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang kerak dan licin, sedangkan
mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut mengandung minyak dengan
rendemen paling tinggi, Sedangkan lembaga merupakan bakal tanaman. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 156
Biji: Biji dilindungi oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang
keras dan berkayu. Serat buah dikenal juga sebagai sabut. Di dalam batok
terdapat biji yang ketika buah masih muda relatif cair dan berangsur-angsur
membentuk endapan yang semakin lama mengeras. Endapan ini biasanya
mengandung banyak lemak dan protein.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, jauq dimanfaatkan sebagai ornamen pada Longan Bayat . Organ
tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun dan bunga.
76. Belayant (Tinospora crispa)
Belayant adalah jenis liana atau tumbuhan merambat yang tumbuh dan
berkembang pesat pada daerah beriklim tropis. Tumbuhan ini tumbuh dan
berkembang denngan biji dan tunas, dan menjadi gulma atau tanaman
penggangu pada lahan pertanian, karena dapat berkembang mendominasi
seluruh lahan dalam wangktu yang sangat singkat.
Batang: Belayant memiliki batang semu dan memanjang mejadi sulur,
kemudian membelit tumbuh-tumbuhan lain dan bahkan pepohonan. Batang
semu berwarna hijau, lurus dan tidak berbuku, batang semu ditutupi oleh kulit
batang tipis. Batang bagian dalam memiliki serat-serat yang mengandung
latek atau getah berwarna putih. Batang dapat tumbuh mencapai panjang 20
meter dan menutupi tumbuhan atau pepohonan hingga tumbuhan inangnya
mati karena tidak mendapatkan sinar matahari.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 157
Gambar 4.79 Tumbuhan belayant (Tinospora crispa)
Daun: Daun belayant berbentuk oval, dengan pertulangan daun melengkung,
memiliki getah atau latek berwarna putih. Daun memiliki batang daun dengan
pajang 6 hingga 8 cm. ujung daun meruncing tepi daun rata. Permukaan daun
bagian bawah adan atas rata dan licin, tepi daun rata. Lebar daun berkisar
antara 10 hingga 13 cm, dan panjang daun 13 hingga 16 cm.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung, belayant digunakan menjadi menjadi ornamen yang dibelitkan
mengelilingi Logan Bayat dalam upacara adat Beliant Nyumangk.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 158
77. Ntrarant (Amomum sp)
Ntrarant merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, morfologi
secara keseluruhan sama dengan tumbuhan teniq/tokongk yang telah dibahas
dalam pembahasan ini (Gambar 4.18).
Perbedaan antara teniq/tokongk dengan ntrarant adalah pada ukuran
batangnya. Ukuran batang ntrarant lebuih besar, diameter batang dapat mencapai
5 cm dan tumbuhh dengan ketinggian mencapai 3,5 meter.
Ntrarant dapat ditemukan pada daerah dengan struktur tanah yang banayak
mengandung air dan kaya akan kandungan unsur-unsur hara. Tumbuhan ini
biasanya tumbuh pada daerah yang memiliki pohon-pohon besar dan belum
mengalami kerusakan, karena tumbuhan ini tidak dapat berkembang dengan baik
jika terkena paparan sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak tujung,
ntrarant digunakan untuk membuat Longan dalam upacara adat Beliant Bawo.
Organ tumbuhan yang digunakan adalah batang.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 159
Gambar 4.80 batang tumbuhan Ntrarant (Amomum sp)
78. Biruq torungk (Livistona sp)
Batang: Biruq torungk atau yang juga disebut daun biruq merupakan
tumbuhan dari familli Arecaceae, tumbuhan ini merupakan saudara dari biruq
yang telah dibahas dalah pembahasan ini (Gambar 4.52). Perbedaan antara
biruq dengan biruq torungk adalah pada batang semunya, biruq torungk
memiliki batang semu yang dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi
2 meter, dan lebar batang 8 hingga 11 cm, lebih besar dari biruq biasa. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 160
Gambar 4.81 Biruq Torungk (Livistona sp)
Daun: Bagian tepi daun rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada
arah pangkal daun. Duduk daun tersebar menjari pada pelepah. Daun
berwarna hijau tua. Lebar daun 40-90 cm dan panjang daun 50-100 cm. Biruq
torungk memiliki sistem perakaran berupa akar serabut.
Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,
biruq torungk digunakan untuk tongkat atau Alu (Penumbuk) dalam upcra
Nalint Taont. Organ tumbuhan yang digunakan adalah keseluruhan dari organ
tumbuhan, mulai dari akar, batang hingga daun.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 161
D. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung
Organ tumbuhan yang dimanfaatkan dalam upacara adat Suku Dayak
Tunjung bervariasi dalam setiap jenis upacara adat. Organ dari satu tumbuhan
dapat memiliki fungsi yang berbeda dalam setiap jenis upacara, namun ada juga
yang memiliki fungsi sama dalam setiap jenis upacara. Dari hasil penelitian
dapat diketahui bahwa organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat
Suku Dayak Tunjung meliputi akar, batang, kulit batang, daun, bunga dan buah.
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung terdapat beberapa tubuhan yang
digunakan dalam setiap upacara adat, tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat dilihat
pada tabel 4.1. Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa tumbuhan
tersebut memiliki peran penting dalam proses upacara adat, pemanfaatannya
antara lain sebagai pewarna alami, pembuatan Jampi, media penyampaian
mantra dan lain-lain, yang peran dari masing masing ini tidak dapat digantikan
oleh tumbhan lainnya.
Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
Jenis organ No Jumlah tumbuhan 1. Akar 5 2. Umbi 2 3. Batang 36 4. Kulit batang 2 5. Daun 49 6. Bunga 3 7. Buah 8 Semua 8. 2 organ
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 162
Gambar 4.82 persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
Persentase pengunaan organ tumbuhan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung
2% 2% 3% 7% 5% Akar Umbi Batang 33% Kulit batang Daun 46% Bunga Buah Semua organ 2%
Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pemanfaatan organ yang berasal
dari tumbuhan yang sama, berbeda fungsinya dalam upaca adat, dan organ yang
sama dari tumbuhan yang sama juga terkadang dimanfaatkan menjadi beberapa
alat atau media yang berbeda dalam upacara. Sebagai contoh, batang Jojot atau
pisang hutan dimanfaatkan menjadi talenan dalam membuat Tara, dan batang
jojot juga digunakan menjadi patung. Daun jojot digunakan menjadi Jampiq,
sedangkan sisanya dijadikan pembungkus sesaji, pembungkus penutup
Sempotant. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 163
Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara adat Papat Suku Dayak Tunjung
Dalam pelaksanaan upacara adat, akar tumbuhan dalam upacara adat Suku
Dayak tunjug dimnfaatkan untuk beberapa alat upacara, namun akar tumbuhan
yang memiliki peran vital dalam semua upacara adalah akar tumbuhan tabak.
Akar tumbuhan tabak dimanfaatkan dalam upacara dengan cara dibakar, akar
tabak yang dibakar akan menghasilkan aroma yang khas, aroma ini dalam
pelaksanaan upacara dipercaya dapat memanggil roh-roh atau dewa yang
menjadi objek pemujaan dalam upacara, untuk hadir di tempat upacara. Akar
dari tumbuhan lain biasanya dimanfaatkan bersama-sama dengan tumbuhannya
secara utuh dalam proses upacara.
Umbi dalam upacara adat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna dan juga
bumbu sesaji. Batang tumbuhan yang miliki presentase pengunaan terbanyak
setelah daun, digunakan untuk berbagai alat upacara, di antaranya adalah
digunakan sebagai tongkat, patung, bahan pembuatan balai, alat memasak sesaji, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 164
tiang untuk menggantungkan sesaji dan lain-lain. Daun digunakan untuk
membungkus sesaji, digunakan untuk media penyampaian mantra atau berkat
dari upacara, pewarna dan lain-lain. Kulit batang digunakan untuk membuat
Kelangkangk, bunga digunakan sebagai Jeak, Pengasi dan lain-lain. Buah
dijadikan alat penyampaian mantra, perlengkapan pada Balai dan lain-lain.
Selain pengunaan organ tumbuhan secara terpisah, dalam pelaksanaan upacara
adat suku Dayak Tunjung, ada bebrapa alat upacara yang menggunakan
tumbuhan secara utuh, dari akar hingga daun dan bunga.
Istilah yang digunakan dalam upacara adat dan nama-nama alat yang
digunakan, yang berasal dari dari organ tumbuhan, memiliki arti yang sama
dalam setap upacara adat yang berbeda. Untuk istilah yang digunakan dan jenis
upacara dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.
Dalam pembuatan alat atau media upacara yang berasal dari tumbuhan,
menyisakan beberapa organ tumbuhan yang tidak dapat digunakan dalam
upacra. Sisa-sisa organ tumbuhan ini akan dibuang pada suatu tempat dan
diperlakukan secara khusus, dalam hal ini semua sisa organ tumbuhan akan
dibuang pada suatu tempat di alam bersama dengan alat-alat upacara lainnya
setelah upacara dilaksanakan. Organ tumbuhan dan juga sisa-sisa alat upacara
dan yang telah dibuang tidak dapat disentuh atau digunakan kembali jika telah
dibuang dan tidak digunakan. Membakar sisa-sisa organ tubuhan yang tidak
terpakai merupakan larangan dalam adat dan tata-cara upacara Suku Dayak
Tunjung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 165
Menurut kepercayaan Suku Dayak Tunjung, setiap upacara menimbulkan
dampak atau hawa negatif bagi kehidupan manusia setelah upacara selesai
dilaksanakan, hal ini kemudian diatasi dengan Jeak, yaitu media pengusir hawa
negatif yang berasal dari proses upacara adat.
Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, teradapat 6 jenis tumbuhan
utama yang dijadikan alat atau media untuk mengusir efek negatif dari upacara
terhadap kehidupan manusia, yaitu Jeak (defisini jeak secara lengkap dapat
dilihat pada Lampiran 4. Tumbuhan yang dijadikan jeak adalah Puant, Pengoq,
Mawa, Pakuq-paramp, Tu-tawa dan Tempoka/Persiah. Jeak merupakan
kumpulan dari organ-organ tumbuhan yang kemudian dibentuk menjadi satu
kesatuan dalam bentuk alat atau media upacara. Organ tumbuhan yang paling
banyak digunakan dalam jeak adalah daun beserta pelepah atau juga sebagian
dari batang tumbuhan.
E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung
Suku Dayak Tunjung percaya bahwa setiap tumbuhan memiliki peran
masing-masing dalam kehidupan, untuk itu sangat tidak dibenarkan jika
mengambil suatu organ tumbuhan, dan atau mengambil tumbuhan secara utuh
dari alam tanpa didasari tujuan dan maksud penggunaan yang jelas. Tumbuhan
dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga dipercaya sebagai milik dari alam,
maka untuk mengamil tumbuhan tersebut untuk kebutuhan upacara terkadang
harus dilakukan ritual-ritual, hal ini dimaksudkan agar fungsi dari tumbuhan
tersebut tercapai dalam penggunaannya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 166
Sebagai contoh proses mendapatkan tumbuhan yang digunakan dalam
upacara Ngawai, bambu yang diambil adalah bambu yang telah mati atau patah
bagian atasnya, dan diambil dengan satu kali tebasan dengan parang, agat sisa
bambu yang ditinggalkan tidak rusak. Contoh lain adalah tumbuhan yang
digunakan dalam upacara dengan maksud mengobati biasanya diambil pada pagi
atau paling lambat siang hari, dan organ tumbuhan yang diambil adalah organ
tumbuhan yang mengarah ke arah matahari terbit, karena jika jika mengambil
tumbuhan dari alam disaat sore atau malam hari dipercaya memiliki dampak
negatif, begitu juga dengan mengambil organ tumbuhan yang mengarah pada
arah matahari terbenam.
F. Sumber perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi lingkungan
Ada dua sumber perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung,
yaitu liar dan budidaya. Masyarakat Dayak Tunjung mengenali dengan baik
semua jenis tumbuhan upacara adat yang akan mereka gunakan, dan dapat
dengan tepat menentukan daera-daerah yang menjadi habitat tumbuhan tersebut.
Terkadang ada beberapa tumbuhan yang sangat susah ditemui, hal ini
menyebabkan tumbuhan tersebut kemudian dijadikan tumbuhan budidaya. jika
tidak dibudidayakan, tumbuhan-tumbuhan yang masuk dalam kategori langka
akan dipelihara di habitatnya agar tidak mati dan punah.
Dalam kesehariannya, suku Dayak Tunjung akan memperhatikan jenis-jenis
tumbuhan yang ada disekitar mereka, baik tumbuhan upacara maupun tumbuhan
lain yang memiliki peran penting dalam kehidupan, jika tumbuhan tersebut
sangat susah untuk dijumpai, maka jika ada masyarakat yang menemukan, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 167
tumbuhan tersebut akan di pelihara, meskipun posisi tumbuh dari tumbuhan
tersebut menggangu dari aktivitas keseharian, misalnya tumbuhan tersebut
tumbuh di area hutan yang akan dijadikan ladang, maka hutan disekeliling
tumbuhan tersebut akan disisakan, jika tumbuhan tersebut tidak mungkin untuk
dibudidayakan atau dpindahkan karena beberapa faktor.
Dalam hal konservasi, pemanfaatan tumbuhan dan hewan, baik langka
ataupun yang masih melimpah keberadaannya bergantung pada kesadaran
individu Suku Dayak Tunjung, konservasi dilakukan dengan kesadaran masing-
masing tanpa paksaan. Sebagai contoh, beberapa burung seperti tiung, betet,
Kappow (sejenis burung parkit), dan merak Kalimantan merupakn burung
langka yang tidak akan diburu atau dibunuh bila dijumpai, begitu juga dengan
tumbuh-tumbuhan seperti anggrek bulan, ulin, meranti dan lain-lain yang saat ini
sudah hampir punah akan dipelihara di alam atau akan dibudidayakan pada
habitat yang layak untuk tumbuhan tersebut tumbuh dan berkembang.
G. Pemanfaatan jenis tumbuh-tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan.
Tingkatan pengetahuan masyarakat Suku Dayak Tunjung tentang tumbuh-
tumbuhan dan keberadaannya di alam saat ini memang masih sangat tinggi,
namu tidak bagi anak-anak remaja dan pemuda. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa anak-anak remaja dan pemuda di wilayah Kabupaten Kutai Barat pada
umumnya dan khususnya remaja dan pemuda Suku Dayak Tujung sangat minim
pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka dan terlebih
hubungan tumbuhan tersebut dengan kehidupan sehari-hari dan juga budaya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 168
Pada masa kini, hal-hal disekitar kehidupan anak-anak remaja dan pemuda
khususnya yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, kurang
diperhatikan. Pengetahuan tentang tumbuhan dan tindakan konservasi serung
dianggap hal yang tidak menguntungkan dan hanya menghabiskan waktu, anak-
anak remaja lebih tertarik dengan urusan teknologi dan juga perkembangan
dunia maya.
Kurangnya pemahaman tentang tumbuh-tumbuhan dan juga kaitannya
dengan budaya, yang dalam hal ini adalah para remaja yang beranjak dewasa,
perlu di tingkatkan. Dengan meningkatnya pemahaman dan pengetahuan tentang
lingkungan sekitar, khususnya tumbuh-tumbuhan dan juga kaitannya dengan
budaya, dapat menciptakan suatu tindakan konservasi di masa yang akan datang.
Kurangnya pemahaman tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar oleh
anak-anak muda, khususnya di daerah Kabupaten Kutai Barat, perlu
ditingkatkan dengan mengaplikasikan materi baru yang disesuaikan, tentang
tumbuh-tumbuhan lokal yang ada di sekitar dan pemanfaatannya dalah
kehidupan sehari-hari kedalam materi pelajaran tikat satuan pendidikan SMP
maupun SMA.
Hasil dari penelitian ini merupakan rintisan dan data tertulis yang dapat
digunakan, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, dengan cara
menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai sumber dan bahan kajian dalam
proses pembelajaran biologi. Hasil dari penelitian ini dapat diaplikaksikan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 169
kedalam materi keanekaragaman hayati pada kompetensi dasar
“Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya
bagi kelangsungan hidup di bumi” di satuan pendidikan SMA kelas X
semester II (Silabus & RPP terlampir).
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan ajar bagi guru
dalam memberi dan menyampaikan materi pelajaran biologi, khususnya pada
pokok bahasan keanekaragaman hayati, sehingga siswa khususnya di daerah
kabupaten Kutai Barat, akan lebih mudah memahami, menemukan dan
mengenali jenis tumbuhan apa saja yang ada di sekitar mereka, dan
pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, dan khususnya dalam upacra-
upacara adat.
Dalam proses pembelajaran, khususnya untuk lebih mudah bagi siswa dalam
memahami, menemukan dan mengenali jenis tumbuhan apa saja yang ada
disekitar mereka serta pemanfaatannya sebagai tumbuh upacara, penerapan
model pendekatan Inquiry menjadi salah satu model pendekatan dalam
pembelajaran yang cocok digunakan. Dengan menggunakan model pendekatan
inquiry, guru tidak perlu menghabislkan semua jam pelajaran untuk menjelaskan
tentang tumbuh-tumbuhan. Proses pembelajaran dengan model pendekatan
inquiry akan memberikan pengalaman baru bagi siswa, bagaimana
keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar, dan menemukan
langsung jawaban serta pemahaman di lapangan berdasarkan teori yang mereka
dapat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 170
Selain materi, pemberian tugas dan melakukan kegiatan praktikum juga
merupakan proses yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tetang tumbuh-
tumbuhan. Adapaun salah satu tugas yang dapat diberikan adalah siswa diminta
untuk menentukan salah satu jenis tumbuhan, mendeskripsikan,
mengklasifikasikan, dan kemudian menemukan perannya dalam kehidupan
sehari-hari. Tentunya tugas tersebut diberikan beserta batasan waktu yang sesuai
dan memadai. Praktikum dapat dilakukan dengan membuat herbarium
berdasarkan tumbuhan yang dipilih secara mandiri oleh siswa pada tugas
terdahulu. Dengan proses pembelajaran seperti ini diharapkan siswa akan lebih
memahami tentang materi keanekaragaman hayati, terutama perannya dalam
terhadap kelangsungan hidup manusia, khususnya tumbuhan upacara.
Selainnya meningkatkan pemahaman, diharapkan hasil dari proses
pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan kepedulian yang mendalam dalam
setiap pribadi siswa, tentang kondisi lingkungan, dan serta langkah-langkah yang
harus diambil ke depan, untuk melestarikan lingkungan sekitar, dalam hal ini,
peran guru saat mendampingi siswa sangat penting.
H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian
Dalam proses penelitian dilapangan, peneliti mangalami hambatan-hambatan
yang disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Kurangnnya data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung dibidang budaya,
khususnya tentang proses upacara adat, pengetahuan lokal tentang tumbuh-
tumbuhan dan proses pemanfaatannya, dan bahkan sejarah dari Suku Dayak PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 171
Tunjung itu sendiri masih sangat jarang dijumpai dalam bentuk data tertulis
baku. Semua data yang ada bersifat lisan.
2. Masih banyak tumbuh-tumbuhan endemik di daerah Kabupaten Kutai Barat,
khususnya di lingkungan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang belum di
identifikasi, dan hanya dikenal dalam nama daerah.
3. Kurangnya pengetahuan kaula muda yang berasal dari Suku Dayak Tunjung
tentang tumbuh-tumbuhan endemik disekitarnya, khususnya fungsi dan
pemanfaatan tumbuh-tumbuhan itu sendiri.
4. Hambatan yang terakhir adalah medan, dimana akses yaitu jalanan masih
sangat buruk kualitasnya untuk dilalui, untuk mencapai daerah-daerah yang
memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung
terdiri dari 78 spesies tumbuhan yang berbeda, 78 spesies ini merupakan
bagian dari 30 famili yang berbeda.
2. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan dalam upacara adat adalah akar, umbi,
batang, kulit batang, daun, bunga, buah dan semua organ.
3. Cara mendapatkan tumbuhan dari alam adalah dengan ritual khusus dan juga
tanpa ritual..
4. Pemanfaatan tumbuhan dalam upacara adat sebagian besar dijadikan bahan
pembuatan alat upacara, dijadikan media penyampaian mantra, bumbu sesaji,
dan pewarna alami dalam upacara penyembuhan, permohonan dan
pemeliharaan.
B. Saran
1. Penelitian ini merupakan rintisan bagi peneliti selanjutnya tentang
pemanfaatan tumbuhan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung,
karena masih banyak data-data yang tidak tercantum, penulis mengharapkan
peneliti selanjutnya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut agar
pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan dalam bidang budaya,
khususnya upacara adat oleh Suku Dayak Tunjung, dapat menjadi satu
172
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 173
kesatuan data yang benar-benar utuh dan tidak akan hilang seiring
berjalannya waktu.
2. Saat penelitian ini dilaksanakan, peneliti menemukan fakta bahwa sangat
sedikit data tertulis tentang kebudayaan Suku Dayak Tunjung, khususnya
pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung,
sehingga dalam hal ini penulis menyarankan untuk diadakan suatu upaya
dokumentasi dan inventarisasi tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan baik
endemik maupun non endemik oleh Suku Dayak Tunjung, sehingga menjadi
suatu data yang kelak dapat digunakan dalam proses pelestarian lingkungan
dan juga tentunya kebudayaan Suku Dayak Tunjung itu sendiri.
3. Dalam bidang pendidikan, penulis menganjurkan agar diadakan materi
khusus yang disesuaikan, tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan lokal pada
satuan pendidikan SMP maupun SMA, baik kaitannya dalam bidang Bidang
budaya, khususnya pemnfaatan tumbu-tumbuhan dalam proses upacara adat,
maupun pemanfaatan tumbuhan pada bidang lainnya dalam kehidupan sehari-
hari. Sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam,
tentang tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka dan juga proses pemanfaatannya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 20011. Penelitian Hutan Kita,Hidup Kita: Keanekatagaman hayati di Gunung Eno. Jakarta: Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat & TML Anonim, 2010, The Plant List, www.theplantlist.org, diakses tanggal 12 mei 2014 Anonim, 2012, Your Plant Database, www.plantamor.com, diakses tanggal 10 juni 2014 Attamimi, F. 1997. Pengetahuan Masyarakat Suku Mooi Tentang Pemanfaatan Sumber Daya Nabati di Dusun Maibo Desa Aimas Kabupaten Sorong. Skripsi sarjana Kehutanan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari Bogdan, Robert C. dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif (Dasar-dasar penelitian). Diterjemahkan oleh: A. Khozin Afandi. Surabaya: Usaha Nasional. Cunningham, A.B. 2001. Applied Ethnobotany (People, Wild Plant Use, and Conservation). Earthscan. London Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, BALITBANG Kehutanan, Jakarta. Lahajir Y. 2001. Etnoekologi perladangan orang Dayak Tunjung Linggang (Etnografi lingkungan hidup di Dataran Tinggi Tunjung). Yogyakarta: Galang Press. Madrah D. 2001. Adat Sukat Dayak Benuaq dan Tonyooi. Jakarta: Puspa Swara dan Yayasan Rio Tinto. Nababan, A., 1995, Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia. Jurnal : Kebudayaan, Kearifan Tradisional, dan Pelestarisn Lingkungan. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Nathanael, Lahajir Y, Kedoi Y, Dedy T, Nikolaus, Rindarwoko, Yustinus. 2010. Kebudayaan Linggang. Linggang Melapeh. CERD/ Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Prastowo, A. 2012. Metode penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: AR-Ruzz Media Purwanto, Y.1999. Etnobotani-Bioteknologi : Keterkaitan system Pengetahuan Tradisional dan Modern. Makalah Pada Seminar Ilmiah : Membangun Lingungan Hidup yang Lestari Dengan Memanfaatkan Bioteknologi Berbasis Keanekaragaman Hayati. Fak. Pertanian Univ. Janabadra. Fak. Biologi dari Prodi Sosiologi Ffisip Universitas Atma Jaya dan Kehati. Yogyakarta, 30 Juni 1999.
174
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 175
Rahail, J.P., 1995, Kearifan Budaya Masyarakat Lokal Melestarikan Lingkungan, tahun XXIV, No. 6, November – Desember. Hal. 417 – 420. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Runtunuwu, E, A. 2013. Studi Etnoekologi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Biologi Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Silaban, R. 2013. Jenis Jenis Rotan. www.raymoon760.wordpress.com. Diakses tanggal 12 April 2014. Sirat, M., E, Djaenuderadjat, dan Budiono.1990. Pengobatan tradisional padamasyarakat pedesaan daerah lampung. Eds Nurana dan Ahmad Yunus. Depdikbud. Dirjen. Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung. Stenis. V.C.G.J. 1981. Flora Voor De Scholen In Indonesia. Sanduran. Suryo. Dkk. Cet. II. Yogyakarta: Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas gajah Mada Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan. Cet IX. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Wahyudi P,S. (1997). Kupatan Jalasutera Tradisi, Makna dan Simboliknya. Yogyakarta: Depdikbud. Yati, K. 2004. Studi Etnobotani Tentang Bahan Obat Tradisional yang digunakan oleh Masyarakat pada Tiga Kenagarian di Kabupaten Agam. Skripsi Sarjana Biologi FMIPA UNAND.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 1
PETA WILAYAH PENELITIAN
176
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 177
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 2
INFORMAN PRIMER Berikut ini merupakan data-data informan primer dalam penelitian ini: 1. Nama : Ardin Nama Panggilan : Taman Nani Domisili : Kampung Linggang Bigung, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : 76 Tahun Agama : Kristen Protestan Jabatan : Ketua Dewan Adat Linggang
2. Nama : Digot Nama Panggilan : Taman Sawai/Boq Moq Domisili : Kampung Linggang Bigung, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 105 Tahun Agama : Katolik Jabatan : Pelaku Upacara Adat dan Ahli Pengobatan Tradisional
3. Nama : Ibu Minah
Nama Panggilan : Men Saban Domisili : Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, Kab. KutaiBarat Jenis kelamin : Perempuan Umur : 76 Tahun Agama : Katolik Jabatan : Pelaku Upacara Adat
4. Nama : Mpo Mong Nama Panggilan : - Domisili : Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, Kab. KutaiBarat Jenis kelamin : Laki-laki Umur : - *(berkisar Antara 94 Hingga 102) Tahun Agama : - Jabatan : Pelaku Upacara Adat Regional Kab. Kutai Barat dan Guru dari Pelaku Upacara Lainnya
178
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 179
5. Nama : Nata Nama Panggilan : - Domisili : Kampung Linggang Amer, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat
Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : - *(Berkisar Antara 60 Hingga 70) Tahun Agama : - Jabatan : Pelaku Upacara Adat
6. Nama : Jadi** Nama Panggilan : Taman Saban Domisili : Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, Kab. KutaiBarat Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : -*(Berkisar antara 67 hingga 80 tahun) Agama : Katolik Jabatan : Pelaku Upacara Adat
7. Nama : Ngeliq Nama Panggilan : Taman Seloi/Kakek Mapan Domisili : Kampung Linggang Mapan, Kec.Linggang Bigung, Kab. Kutai Barat Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : -*(Berkisar antara 67 hingga 77 Tahun) Agama : Katolik Jabatan : Sekretaris Desa Linggang Mapan, Anggota Dewan Adat Linggang, Penasehat Dewan Adat Linggang.
Catatan: (*) Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang lahir sebelum tahun 45, tidak mengingat atau mencatat tahun kelahiran mereka, sehingga pada masa sekarang, banyak dari para tetua Suku Dayak Tunjung yang tidak mengetahui secara tepat umur mereka. (**) Narasumber atau informan primer yang telah meninggal,beberapa waktu setelah penulis selesai melakukan perekaman data.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 3
JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG Sebuah upacara adat memiliki tujuan dalam pelaksanaannya, begitu juga upacara adat Suku Dayak Tunjung. Upacara adat Suku Dayak Tunjung dilksanakan dengan tujuan penyembuhan suatu penyakit dan ganguan kesehatan, permintaan bantuan serta perlindungan dan keselamatan kepada alam, bersukur kepada alam, dan juga permintaan maaf kepada alam. Upacara adat Suku Dayak Tunjung terbagi kedalam tiga jenis ketegori, yaitu upacara kecil,sedang dan besar. Kategoti ini terbentuk berdasarkan jumlah dari alat, sesaji, jumlah pelaku upacara, dan durasi upacara. Semakin lama durasi upacara maka sesaji yang digunakan akan semakin banyak, jenis hewan yang dikorbankan semakin besar dan banyak, dan jumlah pelaku upacara lebih dari 1 orang. Berikut ini adalah deskripsi upacara adat Suku Dayak Tunjung. 1. Banyungk Banyungk adalah upacara adat dengan durasi waktu upacara 1 hari dengan 1 orang pelaku upacara adat. Hewan kurban yang digunakan biasanya berupa anjing dan ayam, dan upacara ini bertujuan untuk menyembuhkan atau meminta pertolongan kepada alam. Upacara adat banyungk tergolong kedalam upacara adat skala sedang dan pelaksanaanya adalah pada waktu siang hari.
2. Beliant Bawo Beliat Bawo adalah upacara adat Suku Dayak tunjung yang bertujuan untuk mengobati ataupun menemukan segala macam bentuk ganguan kesehatan yang terjadi. Upacara ini dilaksanakan pada malam hari dengan 1 atau lebih pelaku upacara, dan bisa dilaksanakan dalam durasi lebih dari 1 hari jika penyebab gangguan kesehatan belum ditemukan. Meski demikian, upacara ini merupakan upacara adat yang tergolong kedalam upacara adat skala sedang yang berdasarkan alat dan sesaji upacara serta hewan yang dikorbankan dalam upacara adat.
3. Beliant Kencong Beliant Kencong adalah upacara adat dengan tujuan yang sama dengan Beliant Bawo, yaitu penyembuhan. Upacara adat ini dilaksanakan malam hari dengan durasi waktu 6 hingga 12 jam dalam keseluruhan waktu pelaksanaannya. Beliant Kencong melibatkan 1 pelaku upacara dan tergolong kedalam skala upacara menengah.
4. Beliant Loangan (Mantir) Beliant Loawangan adalah jenis upacara yang bertujuan untuk penyembuhan suatu penyakit dan sekaligus merupakan permintaan maaf kepada alam karena individu yang menjadi objek upacara telah melakukan kesalahan kepada alam dan untuk itu menderita suatu ganguan kesehatan. Durasi upacara ini hanya 1 hari dengan pelaku upacara tunggal, tergolong kedalam upacara berskala menengah.
180
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 181
5. Beliant Nyenturuh Bukur Beliant nyenturuh Bukur adalan upacara dengan tujuan penyembuhan. Upacara dilaksanakan dalam durasi waktu lebih dari satu hari dan tergolong dalam upacara berskala besar karena melibatkan banyak organ tumbuhan yang dijadikan alat dan bahan dalam upacara, dan juga hewan yang dikorbankan biasanya berupa babi, pelaku upacara tunggal.
6. Beliant Nyumangk Beliant Nyumangk adalah proses upacara berskala sedang, dan dilaksanakan dalam durasi waktu 1 hari. Pelaku upacara tunggal, adapun maksud dan tujuan dari upacara adat ini adalah penyembuhan. Dalam pelaksanaannya upacara adat Beliant Nyumangk dilaksanakan untuk mengobati orang yang mengalami ganguan kepribadian dan mental.
7. Beliant Rantau Perangk Beliant Rantau Perangk adalah proses upacara yang berskala besar, dilaksanakan dalam durasi waktu 2 hari atau lebih dengan pelaku upacara wanita tunggal, hewan yang dikorbankan berupa babi, dan mengukan banyak alat dan juga media yang dibuat dari organ tumbuh-tumbuhan. Biasanya orang-orang yang aktif dalam bidang kebudayaan, khususnya dewan adat pada suatu desa Suku Dayak Tunjung yang sering menderita penyakit atau gangguan kesehatan yang kemudian menjadi objek dari dilaksanakannya proses upacara ini.
8. Beliant Semur Beliant Semur adalah proses upacara adat yang bertujuan untuk mengobati suatu penyakit, dan atau membayar suatu permintaan yang ditujukan kepada alam. Proses upacara ini berlangsung dalam kurun waktu 2 hari, pelaku upacara adalah laki-laki.
9. Beliant Sentiu Beliant sentiu merupakan proses upacara yang hampir sama dengan Beliant Semur, namun berbeda dalam gaya bahasa upacaranya. Merupakan pengobatan dan penyampaian terima kasih kepada alam atas suatu permintaan. Proses upacara dilaksanakan dalam waktu 2 hari atau lebih, pelaku upacara tunggal dan merupakan proses upacara berskala menengah.
10. Gugu taont Gugu taont adalah upacara berskala besar, yang biasanya dilakukan oleh persatuan adat suatu kampung. Upacara adat ini bertujuan untuk menyampaikan syukur kepada alam atas segala sumberdaya yang telah disediakan, sehingga masyarakat dapat hidup dalam keadaan SDA yang melimpah, sekaligus permohonan kepada alam agar terus dalam keadaan yang stabil dan tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti bencana alam dan lain-lain. upacara ini berlangsung dalam durasi waktu lebih dari 2 hari dan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 182
melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara. Tempat pelaksanaannya biasanya di hutan ataupun pada rumah adat Suku Dayak Tunjung yang dikenal dengan nama Lamin Adat.
11. Hajat Hajat adalah upacara yang dilakukan oleh satu keluarga atau individu dan tergolong kedalam upacara berskala kecil. Hajat adalah upacara permintaan kepada alam, baik permintaan atas keselamatan, kesembuhan, kemakmuran dan lain-lain. Pelaku upacara dalam jenis upacara adat ini adalah pelaku upacara tunggal, durasi waktu yang digunakan proses upacara tidak lebih dari 1 hari.
12. Ngawai Ngawai adalah upacara adat yang bertujuan untuk menyembuhkan atau menghilangkan suatu gangguan terhadap kesehatan individu ataupun gangguan terhadap lahan pertanian berupa hama dan lain-lain. Gangguan yang ditimbulkan kebanyakan berupa ulang iseng dari individu-individu dalam masyarakat itu sendiri. Upacara ngawai adalah upacara adat berskala kecil dengan durasi pelaksanaan hanya 3 hingga 4 jam. Pelaku upacara tunggal.
13. Pakant Talunt Pakant Talunt adalah jenis upacara yang dilakukan oleh individu, organisasi ataupun oleh dewan adat. Upacara adat ini bertujuan untuk menyampaikan permintaan maaf kepada alam khususnya hutan. Upacara ini dilaksanakan bisasanya setelah terjadi suatu perusakan alam, baik penebangan liar dan lain- lain yang merusak hutan, bisa juga karena telah membunuh hewan tertentu tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Segala perbuatan tersebut menimbulkan murka alam sehingga terjadinya beberapa gangguan kepada pihak yang bersangkutan secara terus menerus. Upacara pakant talunt juga bisa merupakan permintaan izin kepada alam, untuk membuka lahan baru diarea tersebut. Upacara pakant talunt merupakan upacara yang dilaksanakan dalam durasi waktu 2 hari atau lebih, dan termasuk dalam upacara adat berskala besar. Upacara adat pakant talunt melibatkan lebih atau hanya 1 pelaku upacara.
14. Papat Papat dalah jenis upacara adat yang bertujuan untuk meminta perlindungan dan pertolongan kepada alam, biasanya permintaan yang diajukan kepada alam berupa keselamatan. Pelaku upacara adat tunggal, upacara dilaksanakan pada waktu siang hari dengan durasi waktu upacara 6 hingga 8 jam. Termasuk upacara dengan skala sedang.
15. Timeq Timeq adalah jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang bertujuan untuk mengobati suatu penyakit, tergolong kedalam upacara dengan skala besar karena dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama, durasi keseluruhan proses PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 183
upacara adat ini adalah 8 hari dan mengunakan banyak sekali organ tumbuh- tumbuhan untuk menajadi alat dan juga media dalam pelaksanaanya. Timeq melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara, dan memerlukan 8 ekor babi yang nantinya dalam proses upacara akan dijadikan hewan korban.
16. Ngelakuq bangkai Ngelakuq bangkai adalah upacara yang dilaksanakan untuk mengantarkan roh orang-orang yang telah meninggal dunia ke peristirahatan terakhir mereka, agar dapat beristirahat dengan tenang dan damai. Upacara ini dilaksanakan dalam durasi waktu 1 minggu atau lebih. Upacara adat ngelakuq bangkai merupakan upacara adat berskala besar, melibatkan hingga 3 pelaku upacara, dan hewan yang dikorbankan biasanya berupa kerbau, babi dan ayam.
17. Sentangih Sentangih adalah jenis upacara Suku Dayak Tunjung untuk melepaskan roh orang yang telah meninggal ke alam lain, upacara ini dilaksanakan dalam waktu 1 hingga 2 minggu, dan melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara. Sentangih merupakan proses upacara berskala besar, dengan melibatkan banyak media dan alat upacara yang berasal dari daun tumbuh-tumbuhan. Hewan korban dalam proses upacara ini adalah babi dan ayam.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 4
ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, teradapat istilah- istilah yang dalam bahasa tunjung yang menggambarkan suatu proses atau alat, berikut definisi dari istilah-istikah tersebut. 1. Ancakq Kulit kayu yang dianyam menjadi berbentuk keranjang atau nampan, ancakq berfungi untuk meletakan sesaji dalam proses upacara adat.
2. Anjat/Bakeq Anjat atau Bakeq adalah tas khas suku Dayak Tunjung, terbuat dari bahan dasar rotan yang dianyam. Berbentuk kurang lebih seperti gentong air dengan tinggi antara 30 hingga 70 cm dan dimeter berkisar antara 30 hingga 45 cm. Anjat digunakan untuk membawa barang sehari-hari dengan cara dijinjing.
3. Burai Burai dalam bahasa tunjung berarti bedak, biasanya terbuat dari tepung beras dan dicampurkan dengan berbagai organ tumbuhan, untuk menghasilkan kasiat tertentu.
4. Gaka Gaka merupakan sebutan Dalam Bahasa Dayak Tunjung, untuk jenis tumbuhan merambat yang memiliki akar semu, penambahan kata Gaka dibelakang nama tumbuhan akan menggambarkan deskripsi tumbuhan tersebut sebagai tumbuhan merambat atau liana.
5. Jampiq Jampiq merupakan alat atau media dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, terbuat dari daun pisang yang dirobek kecil berbentuk pita, bisa juga berbentuk cairan atau ramuan dari daun tumbuhan. Jampiq berfungsi untuk menyampaikan mantera ataupun berkat upacara kepada subjek upacara.
6. Jeak Jeak merupakan media untuk menghilangkan segala pengaruh negatif dari proses upacara adat, selama dan setelah upacara adat berlangsung. Jeak merupakan media yang dibuat dari gabungan beberapa organ tumbuhan dari berbagai spesies, biasanya organ yang digunakan adalah daun dan sebagian kecil batang atau ranting serta pelepah.
7. Kabungk Kabungk adalah alat dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung yang dibuat dari daun punang dan aren, dan dibentuk seperti pagar dan diletakan melintang atau horizontal mengeliligi pusat upacara adat.
184
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 185
8. Kelangkangk Kelangkangk merupakan alat untuk meletakan sesaji dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, terbuat dari bambu yang dianyam berbentuk nampan segi empat dengan ukuran 20x20 cm. kelangkangk hanya digunakan dalam upacara kematian.
9. Kerenyamp. Kerenyamp adalah patung yang terbuat dari bedak dan berbentuk manusia, dan diletakan dalam beras, bedak ini berasal dari daun kayu yang dicampur dengan tepung beras.
10. Lemang Lemang merupakan makanan khas dari Suku Dayak Tunjung, yaitu nasi dari beras ketan yang dimasak didalam bambu dan dicampurkan dengan santan. Bambu bagian dalam dilapisi dengan daun pisang.
11. Longan Bayat Kabungk adalah alat upacara adat Suku Dayak Tunjung yang dibuat dari batang tumbuhan. Batang tumbuhan dibelah menyerupai pisau, dan kemudian dirangkai bersilangan pada sebuah papan dengan panjang 50 cm. dipasang didalam rumah dengan cara digantung.
12. Noccou Proses mewarnai daun kelapa untuk alat atau keperluan kebudayaan, warna yang dihasilkan biasanya merah dan kuning. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami yang diciptakan dari organ tumbuh-tumbuhan lainnya.
13. Pantiq Pantiq merupakan alat dalam upacara melas, pantiq diciptakan dari bambu kuayant, dengan bentuk menyerupai kursi, berfungsi untuk tepat duduk objek upacara dalam menerima berkat upacara.
14. Pencawangk Sebuah alat upacara dari daun beserta pelepah Kumar (salak hutan), yang kemudian ditancapkan di tanah. Kabungk ini sekilas tampak seperti pahon natal, karena ada tumbuhan merambat atau liana yang dilitkan mengelilingi kabungk, pada bagian bawah terdapat buah nanas yang digantungkan pada kabungk.
15. Pengasi Pengasi adalah bunga ataupun daun tumbuh-tumbuhan yang dicampurkan dengan air dalam suatu wadah, dan air ini dipercikan ataupun diteteskan kepada peserta upacara, hal ini dimaksud untuk menyucikan peserta upacara tesebut.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 186
16. Pengumak Pengumak adalam istilah untuk alat upacara yang dibuat dari daun hanjuang merah dalam upacara ngawat, daun hanjunag merah ini digunakan sebagai replika parang atau mandau yang melambangkan senjata dalam upacara adat.
17. Reef Reef adalah sebutan untuk rautan dari batang tumbuh-tumbuhan. Biasanya rautan ini dibuat dengan pisau raut khas Suku Dayak Tunjung yang disebut isa. Selain dalam upacara adat, reef juga berfungsi untuk menyalakan api didalam hutan, karena reef merupaka rautan tipis seperti pita,sehingga mudah terbakar. Reef yang digunakan dalam upacara adat adalah reef yang dibiarkan melekat pada batang tumbuhan tersebut.
18. Ruyaq Ruyaq dalam bahasa dayak tunjung adalah kesatuan suatu alat untuk menciptakan atau membangun sesuatu.
19. Simpai Simpai merupakan anyaman dari rotan yang telah diraut halus, anyam ini membentuk suatu simpul yang sangat kokoh.
20. Subbai Subbai merupakan bambu panjang yang ditancap di tanah, pada seluruh batang bambu ini diberi rautan dari batang tumbuhan (reef).
21. Tara Tara adalah cara memasak makanan Suku Dayak tunjung yang hampir mirip dengan Lemang, yaitu makanan dimasak didalam batang bambu. Biasa makanan yang dimasak dengan cara ini bisa berupa daging atau beras. Hasil dari cara memasak ini yang kemudian dikenal dengan istilah Tenara.
22. Telusuq Telusuq adalah nasi yang dimasak dengan cara Tenara, setelah matang, bambu dikupas bagian luarnya, bagian atas bambu diberi tutupan daun pisang/pisang hutan. Nasi dalam bambu inilah yang disebut telusuq. Telusuq hanya dibuat untuk sesaji upacara saja. Untuk konsumsi, nasi yang dimasak didalam bambu setelah matang langsung dibelah dan dimakan, tidak perlu diberikan perlakuan apapun lagi.
23. Wuint awooiy Wuint awooiy adalah sebutan untuk alat upacara dari tumbuhan biruq dan tumbuhan gai syi’it. Kedua tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan utama dalam pembuatan wuint awooiy, tumbuhan digunakan secara utuh (semua organ tumbuhan) . wuint awooiy diletakan didalam rumah atau pada pusat upacara yang sedang berlangsung.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 5
TABEL KLASIFIKSI TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG
No Nama Famili Ordo Kelas divisi Daerah Umum Ilmiah 1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta
2. Sempat - - Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 3. Juangk Hanjuang Merah Cordyline Agavaceae Liliales Liliopsida Magnoliophyta terminalis L 4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 5. Nancangk Mahang Macaranga Euphorbiaceae Malpighiales Magnoliopsida Magnoliophyta mappa 6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 7. Tabak - - Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 9. Gaka malongk ------10. Cahai Kunyit Curcuma Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta domestica 11. Lejaq Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 12. Teliant Ulin Eusideroxylon Lauraceae Laurales Magnoliopsida Magnoliophyta zwageri 13. Ntugaq ------14. Tempera - - Urticaceae Rosales Magnoliopsida Magnoliophyta 15. Tokongk - Amomum Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta aculeatum 16. Kuayant Bambu Bambusa Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta arundinacea 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta
18. Pangir/Bungaq - Morinda sp. Rubiaceae Rubiales Magnoliopsida Magnoliophyta
187
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 188
No Nama Famili Ordo Kelas divisi Daerah Umum Ilmiah 19. Pujaq - - Apocynaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta
20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta 22. Gai pelas Rotan Calamus Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta penicillatus Roxb 23. Harump - - Acanthaceae Scrophulariales Magnoliopsida Magnoliophyta 24. Komat Puring hijau Codiaeum Euphorbiaceae Euphorbiales Magnoliopsida Magnoliophyta variegatum. 25. Ngkapaq Paku sarang Asplenium nidus Polypodiaceae Polypodiales Pteridopsida Pteridophyta burung 26. Muungk/Hemungk Sembung Blumea Asteraceae Asterales Magnoliopsida Magnoliophyta Balsamifera 27. Kuncengk Heredong Melastoma affine Melastomataceae Myrtales Magnoliopsida Magnoliophyta
28. Peridangk Rumput Teki Cyperus rotundus Cyperaceae Cyperales Liliopsida Magnoliophyta 29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta
30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta
31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Piperales Magnoliopsida Magnoliophyta 32. Wangunt - - Meliaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta
33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta 34. Pengoq - - Sapindaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta 35. Pengoq peai - - Piperaceae Piperales Magnoliopsida Magnoliophyta 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 37. Mawa - - Cannabaceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 38. Puant Keledang Artocarpus Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta lanceifolius Roxb 39. Jiee ------PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 189
No Nama Famili Ordo Kelas divisi Daerah Umum Ilmiah 40. Persiah - - Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta
41. Paku-paramp - Polypodium Polypodiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta vulgare 42. Tu-tawa - Costus speciosus Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 43. Memaliq/Smeneo ------44. Gaka Ngelagit - - Leguminosae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta 45. Lempung ngayo - - Rhizophoraceae Myrtales Magnoliopsida Magnoliophyta 46. Rekep - - Sapindaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta 47. Gai syi’it Rotan Calamus Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta balingensis Furtado 48. Gai sokak Rotan Calamus caesius Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Bromeliales Liliopsida Magnoliophyta
51. Kumar/Lempucant - Eleiodoxa Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta conferta 52. Telasih Selasih Ocimum Lamiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta basilicum 53. Katapuq - Thymus vulgaris Lamiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta 54. Pegangk Lau Ilalang Imperata Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta brevifolia 55. Bunglew - - Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 56. Deraya ------57. Peringk Taliq - Bambusa sp. Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 58. Kuayant Kuning - Bambusa Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta vulgaris Schard 59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta
60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 190
No Nama Famili Ordo Kelas divisi Daerah Umum Ilmiah 61. Raja Pengalah Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Santalales Magnoliopsida Magnoliophyta
62. Pentar - Ficus carica Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Rubiales Magnoliopsida Magnoliophyta 64. Lancingk senit Langusei Ficus minahassae Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 65. Mermungk ------66. Engkehuyo - Chromolaena Asteraceae Asterales Magnoliopsida Magnoliophyta odorata 67. Tuq salah Tebu Saccharum Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta officinarum L 68. geriq Kemiri Aleurites Euphorbiaceae Euphorbiales Magnoliopsida Magnoliophyta moluccana 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 70. Akar Liana - Leguminosae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta 71. Ukor - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 72. Bemant Bemban Donax Marantaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta canniformis 73. Botoq Ramban Celtis australis Cannabaceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 74. Niungk - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 75. Jauq - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 76. Belayant - Tinospora crispa Menispermaceae Ranunculales Magnoliopsida Magnoliophyta 77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 78. Biruq Torungk - Livistona sp Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 6
TABEL JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI
No FAMILI Jumlah 1. Musaceae 3 2. Cannabaceae 2 3. Moraceae 5 4. Zingiberaceae 6 5. Agavaceae 1 6. Euphorbiaceae 3 7. Arecoideae 1 8. Poaceae 9 9. Lauraceae 1 10. Urtiaceae 1 11. Rubiaceae 3 12. Apocynaceae 2 13. Fabaceae 1 14. Arecaceae 11 15. Acanthaceae 1 16. Polypodiaceae 2 17. Asteraceae 2 18. Melastomataceae 1 19. Cyperaceae 1 20. Piperaceae 2 21. Meliaceae 1 22. Sapindaceae 2 23. Leguminosae 2 24. Rhizophoraceae 1 25. Bromeliaceae 1 26. Lamiaceae 2 27. Moreceae 1 28. Loranthaceae 1 29. Marantaceae 2 30. Menispermaceae 1 31. Tidak teridentifikasi 6 Total 78
191
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 7
TABEL JUMLAH ORDO TUMBUAHN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI
No Ordo Jumlah 1. Zingiberales 11 2. Liliales 1 3. Malpighiales 1 4. Arecales 12 5. Poales 9 6. Laurales 1 7. Rosales 1 8. Rubiales 2 9. Gentianales 3 10. Fabales 3 11. Scrophulariales 1 12. Euphorbiales 2 13. Polypodiales 1 14. Myrtales 2 15. Cyperales 1 16. Piperales 2 17. Sapindales 3 18. Urticales 8 19. Lamiales 3 20. Bromeliales 1 21. Santalales 1 22. Asterales 2 23. Ranunculales 1
192
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 8
JUMLAH KELAS DAN DEVISI TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI
JUMLAH KELAS 1. Liliopsida 35 2. Magnoliopsida 36 3. Pteridopsida 1
JUMLAH DEVISI YANG TERINDENTIFIKASI 1. Magnoliophyta 71 2. Pteridophyta 1
193
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 9
Tabel Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung
Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 1. Jojot Pisang hutan Musa Musaceae Daun, Dijadikan patung, pembungkus Liar Melimpah Papat balbisiana Batang, Akar sesaji, dan juga media penyampaian mantra. 2. Sempat - - Zingiberaceae Batang dan Dijadikan patung Liar Melimpah Beliant Loangan akar (Mantir) 3. Juangk Hanjuang Cordyline Agavaceae Daun - Dijadikan media penyampian Budiadaya Kurang Beliant Semur, Merah terminalis L mantra dalam upacara adat Beliant Bawo, Beliant - Dijadikan Pengumak Sentiu, Beliant Kencong 4. Jeloq Pisang Musa Musaceae Daun, Dijadikan patung, pembungkus Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat acuminata Batang, Akar sesaji, dan juga media penyampaian mantra. 5. Nancangk Mahang Macaranga Euphorbiaceae Batang, Kulit Batang dijadikan bahan pembuat Liar Melimpah Timeq, Papat mappa batang dan balai, kulit batang dijadikan Daun ancak, daun sebagai alas dalam meletakan sesaji pada balai. 6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Buah dijadikan alat dalam Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat Daun upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll. 7. Tabak - - Poaceae Akar Dibakar dan dijadikan media Budidaya/li Kurang Semua Upacara Adat perantara antara pelaku upacara ar dengan alam sekitar. 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang Dijadikan media tempat memasak Liar Melimpah Semua Upacara Adat sesaji, dan dijadikan media dalam upacara adat 9. Gaka - - - Batang Dijadikan tali pengikat dalam Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt malongk pembuatan alat-alat upacara 10. Cahai Kunyit Curcuma Zingiberaceae Umbi Dijadikan pewarna dalam Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat domestica pembuatan media upacara adat 11. Lejaq Jahe Zingiber Zingiberaceae Umbi Dijadikan bumbu dalam Budidaya Melimpah Papat officinale pembuatan sesaji upacara
194
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 195
Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 12. Teliant Ulin Eusideroxylon Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang Liar Langka Papat, Hajat zwageri balai dalam upacara adat 13. Ntugaq - - - Batang dan Dijadikan patung dan juga tempat Liar Melimpah Papat Daun menggantungkan ancak disetiap sudut balai 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan tali pengikat dalam Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt. pembuaran media upacara, jeak. Dll. 15. Tokongk - Amomum Zingiberaceae Batang dan Dijadikan bahan pembuatan Liar Melimpah Banyungk aculeatum akar Balai, rempah sesaji. 16. Kuayant Bambu Bambusa Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu arundinacea 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont upacara 18. Pangir/Bung - Morinda sp. Rubiaceae Bunga Media dalam menyampaikan Liar/Budida Kurang Semua Upacara Adat aq “berkat” upacara kepada objek ya upacara 19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Digunakan sebagai pewarna Liar/Budida Langka Semua Upacara Adat atribut upacara ya 20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Liar/Budida Langka Papat, Kenu, ya Banyungk 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam Liar Melimpah Banyungk pembuatan balai 22. Gai pelas Rotan Calamus Arecaceae Batang Digunakan untuk Liar Kurang Melas penicillatus menggantungkan subbai Roxb 23. Harump - - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budida Kurang Beliant Mantir ya 24. Komat Puring hijau Codiaeum Euphorbiaceae Daun dan Dijadikan pengasi Liar/Budida Melimpah Beliant Semur variegatum. Batang ya 25. Ngkapaq Paku sarang Asplenium Polypodiaceae Daun Dijadikan anjat dalam upacara Liar Melimpah Beliant Bawo burung nidus adat 26. Muungk/He Sembung Blumea Asteraceae Daun dan Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur mungk Balsamifera Batang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 196
Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 27. Kuncengk Heredong Melastoma Melastomataceae Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku Liar Melimpah Beliant Sentiu affine upacara yang mengalami kesurupan. 28. Peridangk Rumput Teki Cyperus Cyperaceae Daun Digunakan menjadi jeak Lair Melimpah Banyungk rotundus 29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Daun, Bunga, Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Melimpah Banyungk dan Buah, Batang Liar haampir semua upacara adat Suku Dayak Tunjung 30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Daun Muda Kabungk Budiaya, Melimpah Timeq, Beliant Bawo, Liar Semur, Sentiu 31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi Budidaya, Melimpah Hampir semua Liar upacara adat 32. Wangunt - - Meliaceae Batang Untuk Rautan (Reff), diletakan Liar Melimpah Melas pada Benawingk 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis Liar Melimpah Beliant Semur kelamin wanita 34. Pengoq - - Sapindaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 35. Pengoq peai - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah, Batang dijadikan patung, daun Liar Melimpah Beliant Nyenturuh Daun, Batang dijadikan media penyampaian Bukur matra dan pembungkus sesaji, jantung dijadikan alat upacara 37. Mawa - - Cannabaceae Daun, Kulit Daun dijadikan Jeak, Kulit batang Liar Melimpah Hampir semua batang dijadikan Ancak Upacara Adat 38. Puant Keledang Artocarpus Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Semua Upacara Adat lanceifolius Roxb 39. Jiee - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 41. Paku-paramp - Polypodium Polypodiaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat vulgare 42. Tu-tawa - - Commelinaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 43. Memaliq/Sm - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat eneo PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 197
Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 44. Gaka - - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun Liar Melimpah Melas Ngelagit dijadikan Jeak 45. Lempung Liana - Rhizophoraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas ngayo 46. Rekep - - Sapindaceae Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Kurang Melas Liar 47. Gai syi’it Rotan Calamus Arecaceae Semua organ Wuint awoi( digunakan utuh dari Lair Langka Timeq balingensis tumbuhan akar sampai daun) Furtado (utuh)
48. Gai sokak Rotan Calamus Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Melimpah Timeq caesius Liar 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq
50. Terincingk Nanas Ananas Bromeliaceae Batang, Dijadikan pencawangk Budidaya, Melimpah Beliant Bawo comosus Daun, Buah Liar 51. Kumar/Lemp - Eleiodoxa Arecaceae Daun dan Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Kurang Ngawat ucant conferta Batang Liar 52. Telasih Selasih Ocimum Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Kuarang Beliant Semur, basilicum Liar Beliant Bawo 53. Katapuq - Thymus Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Kuarang Beliant Semur, vulgaris Liar Beliant Bawo 54. Pegangk Lau Ilalang Imperata Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq brevifolia 55. Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas
56. Deraya - - - Batang Dijadikan patung dengan jenis Liar Melimpah Papat kelamin laki-laki 57. Peringk - Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Taliq 58. Kuayant - Bambusa Poaceae Batang Digunakan untuk melakukan Lair Melimpah Ritual Kenu, Beliant Kuning vulgaris Schard ritual jika ada kesalahan dalam Semur melakukan upacara. 59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Timeq 60. Lunuk Beringin Ficus Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq, Beliant Rantau benjamina Perangk, Melas PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 198
Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 61. Raja Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Pengalah 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Dijadikan makanan patung Lair Melimpah Banyungk (Kernyamp) 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung Lair Melimpah Banyungk citrifolia (Kernyamp) 64. Lancingk Langusei Ficus Moraceae Daun dan Dijadikan jeak (pada batang Liar Melimpah Melas senit minahassae Batang dijadikan patung) 65. Mermungk - - - Buah Dijadikan sebagai sumpit dalam Lair Kurang uapcara adat 66. Engkehuyo - Chromolaena Asteraceae Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak odorata 67. Tuq salah Tebu Saccharum Poaceae Batang dan Jeak Budidaya, Kurang Pejeak officinarum L daun Lair 68. geriq Kemiri Aleurites Euphorbiaceae Buah Buah digunakan sambil Budidaya, Melimpah Beliant semur (banci) moluccana membacakan mantra Liar (digunakan dalam tempurung kelapa) 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Dijadikan sampo dalam ritual Lair Kurang Semua jenis upacara membersihkan diri sebelum adat upacara 71. Ukor - - Arecaceae Batang, daun, Digunakan sebagai pencawangk Liar Kurang Beliant Ngawat buah 72. Bemant Bemban Donax Marantaceae Batang Dianyam menjadi Kelangkangk Liar Melimpah Beliant kencong canniformis burung 73. Botoq Ramban Celtis australis Cannabaceae Batang dan DijadikanTempusoq dan pondasi Liar Melimpah Beliant Rantau Daun pada Balai Perangk 74. Niungk - - Arecaceae Tulang Daun Dijadikan “pancing” dalam Liar Kurang Timeq uapcara adat 75. Jauq - - Arecaceae Buah dan Digantung pada Longan Bayat Liar Kurang Nalint taont, timeq Daun 76. Belayant - Tinospora Menispermaceae Batang dan Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar Melimpah Beliant Nyumangk crispa Daun 77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberaceae Batang Dijadikan longan Liar Kurang Beliant Bawo PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 199
Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 78. Biruq - Livistona sp Arecaceae Semua organ Dijadikan tongkat atau Alu Liar Kurang Nalint taont Torungk tumbuhan (penumbuk) dalam upcara adat secara utuh
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 10
SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN
SATUAN PENDIDIKAN : SMA MATA PELAJARAN : BIOLOGI KELAS/SEMESTER : X/II MATERI POOKOK : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia ALOKASI WAKTU : 2 45 menit
KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
200
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 201
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Kompetensi Pembelajaran Waktu 1.3 Peka dan peduli 1.3.1 Menerapkan sikap Ciri-ciri umum Kegiatan Pendahuluan Jenis penilaian : tes 2 45 menit Buku Biologi X, Dyah terhadap peduli terhadap plantae dan (10 menit) (uraian) dan non tes Aryulina dkk, Esis, permasalahan permasalah di peranya dalam - Salam pembuka &do’a ( kinerja ) BAB VIII lingkungan hidup, lingkungan sekitar kehidupan manusia Siswa diminta untuk 1. Tes (uraian) : Buku Kerja Biologi menjaga dan menjawab pertanyaan: Soal uji IB, Ign. Kristiyono menyayangi - Ada yang pernah kompetensi/evalu P.S, Esis lingkungan sebagai memperhatikan asi manisfestasi tumbuhan di sekitar 2. Non tes Pengamatan lapangan pengamalan ajaran kita? (kinerja): dan sumber belajar lain agama yang - Adakah perbedaan Sikap ingin tahu yang relevan. dianutnya. antara tumbuhan satu Tanggung jawab 2.2 Peduli terhadap 2.2.1Mengutamakan dengan yang lainnya? Kedisiplinan keselamatan diri dan keselamatan kerja saat - Guru menanggapi jawaban Laporan hasil lingkungan dengan melakukan pengamatan. siswa, kemudian pengamatan dan menerapkan prinsip menampilkan materi pokok diskusi. keselamatan kerja : Ciri-ciri umum plantae saat melakukan dan pemanfaatannya kegiatan dalam kehidupan manusia pengamatan dan serta tujuan pembelajaran percobaan di yang akan dicapai. laboratorium dan di lingkungan sekitar. Kegiatan inti 3.7 Menerapkan prinsip 3.7.1. Mengidentifikasi ciri- (60 menit) klasifikasi untuk ciri umum Plantae menggolongkan 3.7.2. Membandingkan Mengamati: tumbuhan ke dalam ciri morfologi Siswa diminta untuk divisio berdasarkan antara tumbuhan mengamati hubungan antara pengamatan Bryophyta, penomena di lingkungan morfologi dan 3.7.3 Mengidentifikasi sekitar (dalam bentuk teori) metagenesis pemanfaatan dan hubungannya dengan tumbuhan serta tumbuhan Bryophyta, materi pembelajaran. mengaitkan Pteridophyta, dan Guru menyampaikan materi peranannya dalam Spermatophyta dalam secara singkat dengan cara yang kelangsungan kehidupan manusia interaktif, menarik namun kehidupan di bumi disiplin kepada siswa sehingga menciptakan hubungan 4.7 Menyajikan data 4.7.1 Mempresentasikan ciri- komunikasi, antara guru dengan tentang morfologi ciri umum Plantae. siswa, dan siswa dengan siswa. dan peran tumbuhan 4.7.2 Mempresentasikan pada berbagai aspek perbedaan antara PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 202
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Kompetensi Pembelajaran Waktu kehidupan dalam antara tumbuhan Menanya: bentuk laporan Bryophyta, Siswa dimotivasi untuk bertanya tertulis. Pteridophyta, dan terkait dengan materi ciri-ciri Spermatophyta umum plantae dan 4.7.3 Mempresentasikan pemanfaatannya dalam proses pemanfaatan kehidupan manusia. tumbuhan dalam kehidupan Mengumpulkan data manusia. (Eksplorasi/ekperimen): Dalam kelompok, siswa melakukan pengamatan diluar kelas untuk mendapatkan data. Setelah melakukan pengamatan di luar kelas, siswa kemudian menelaah litelatur dan sumber- sumber terkait topik bahasan pembelajaran yang relevan untuk melengkapi data yang telah didapatkan.
Mengasosiasikan: Dalam kelompok, siswa mendiskusikan hasil pengamatan diluar kelas, untuk menemukan konsep terstruktur sehubungan dengan hasil pengamatan yang dilakukan.
Mengkomunikasi: Siswa mempresentasikan konsep hasil diskusi kelompok di depan kelas. Diikuti dengan sesi tanya jawab antar kelompok.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 203
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Kompetensi Pembelajaran Waktu Penutup (10 menit)
Melakukan refleksi dan evaluasi: - Siswa diminta menyampaikan manfaat dari pembelajaran yang telah dilakukan dan merangkum butir-butir pembelajaran. - Penugasan pembuatan laporan pengamatan secara lengkap dan terstruktur (Salam penutup)
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 11
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X (Sepuluh)/II Alokasi waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 45 Menit) Materi Pokok : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia
A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun, responsif, dan pro aktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menerapkan pengetahuan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humanoira dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar & Indikator Pencapaian Kompetensi
Kopentensi dasar Indikator 1.3 Peka dan peduli 1.3.1: terhadap permasalahan Menerapkan sikap peduli terhadap lingkungan hidup, permasalah di lingkungan sekitar menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.2 Peduli terhadap 2.2.1: keselamatan diri dan Mengutamakan keselamatan kerja saat lingkungan dengan melakukan pengamatan. menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan
204
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 205
Kopentensi dasar Indikator percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar. 3.7 Menerapkan prinsip 3.7.1. Mengidentifikasi ciri-ciri umum klasifikasi untuk Plantae menggolongkan 3.7.2. Membandingkan ciri morfologi tumbuhan ke dalam antara tumbuhan Bryophyta, divisio berdasarkan 3.7.3 Mengidentifikasi pemanfaatan pengamatan morfologi tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan metagenesis dan Spermatophyta dalam tumbuhan serta kehidupan manusia mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi
4.7 Menyajikan data 4.7.1: tentang morfologi Mempresentasikan ciri-ciri umum dan peran tumbuhan Plantae. pada berbagai aspek 4.7.2: kehidupan dalam Mempresentasikan perbedaan antara bentuk laporan antara tumbuhan Bryophyta, tertulis. Pteridophyta, dan Spermatophyta 4.7.3: Mempresentasikan proses pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia.
C. Tujuan Pembelajaran 1.3.1.1 Siswa dapat menerapkan sikap peduli terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya, baik di lingkungan sekolah atau dalam lingkungan masyarakat. 2.2.1.1 Siswa mampu mengutamakan keselamatan kerja saat melakukan pengamatan. 3.7.1.1 Siswa mampu Mengidentifikasi ciri-ciri umum Kingdom Plantae 3.7.2.1 Melalui pengamatan, siswa dapat mengetahui perbedaan ciri morfologi antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 206
3.7.3.1 Melalui Pengamatan dan studi litelatur, siswa dapat mengetahui jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia 4.7.1.1 Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri umum Kingdom Plantae. 4.7.2.1 Siswa mampu Menjelaskan perbedaan antara antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta 4.7.3.1 Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia.
D. Materi pembelajaran Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Model Pembelajaran 1. Model pembelajaran Pembelajaran kooperatif 2. Metode pembelajaran Diskusi Ceramah, eksperimen pengamatan
E. Kegiatan pembelajaran
Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit)
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
Kegiatan Salam Salam dan Do’a Pendahuluan pembuka,Membangkitkan Siswa diminta untuk menjawab (10 menit) minat dan perhatian, pertanyaan: melakukan apersepsi, - Ada yang pernah menyampaikan tujuan memperhatikan tumbuhan di dan memotivasi siswa sekitar kita? - Adakah perbedaan antara tumbuhan satu dengan yang lainnya? Guru menanggapi jawaban siswa, kemudian menampilkan materi pokok : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 207
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
Kegiatan inti Mengamati: Siswa diminta untuk mengamati (60 menit) hubungan antara penomena di lingkungan sekitar (dalam bentuk teori) dan hubungannya dengan materi pembelajaran. Guru menyampaikan materi secara singkat dengan cara yang interaktif, menarik namun disiplin kepada siswa sehingga menciptakan hubungan komunikasi, antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Menanya: Siswa dimotivasi untuk bertanya terkait dengan materi ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia.
Mengumpulkan data Dalam kelompok, siswa (Eksplorasi/ekperimen) melakukan pengamatan diluar kelas untuk mendapatkan data. Setelah melakukan pengamatan di luar kelas, siswa kemudian menelaah litelatur dan sumber- sumber terkait topik bahasan pembelajaran yang relevan untuk melengkapi data yang telah didapatkan.
Mengasosiasikan Dalam kelompok, siswa mendiskusikan hasil pengamatan diluar kelas, untuk menemukan konsep terstruktur sehubungan dengan hasil pengamatan yang dilakukan.
Mengkomunikasikan Siswa mempresentasikan konsep hasil diskusi kelompok di depan kelas. Diikuti dengan sesi tanya jawab antar kelompok.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 208
Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa
Penutup Melakukan refleksi dan Siswa diminta menyampaikan (10 menit) evaluasi manfaat dari pembelajaran yang telah dilakukan dan merangkum Salam penutup butir-butir pembelajaran
Salam penutup dan penugasan pembuatan laporan pengamatan secara lengkap dan terstruktur
F. Sumber dan media pembelajaran Sumber - Buku Biologi X, Dyah Aryulina dkk, Esis, BAB VIII - Buku Kerja Biologi IB, Ign. Kristiyono P.S, Esis - Pengamatan lapangan dan sumber belajar lain yang relevan. Media pembelajaran - Power point - LKS - G. Penilaian Jenis penilaian : tes (uraian) dan non tes ( kinerja ) 1. Tes (uraian) : Soal uji kompetensi/evaluasi 2. Non tes (kinerja): Sikap ingin tahu Tanggung jawab Kedisiplinan Laporan hasil pengamatan dan diskusi.
Mengetahui, …..,…………………… 20 ……. Kepala Sekolah ...... Guru MaPel Ilmu Pengetahuan Alam
(______) (______) NIP/NIK : NIP/NIK :
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 209
KISI-KISI SOAL EVALUASI
Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia
Aspek Indikaotor esensial Jenis soal Ingatan Pemahaman Penerapan Analisis Evaluasi Mencipta (C 1) (C 2) (C 3) (C 4) (C 5) (C 6) Ciri-ciri umum Kingdom Plantae Uraian B1 Perbedaan ciri morfologi antara tumbuhan Bryophyta, Uraian B4 B2 B3 Pteridophyta, dan Spermatophyta
Jenis-jenis pemanfaatan Uraian B5 tumbuhan dalam kehidupan manusia
Keterangan: B = Butir/Nomor soal
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 210
SOAL EVALUASI
Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Nama : Kelas : Mata Pelajaran : Tanggal : No Presensi :
Jawablah pertanyaan berikut secara singkat padat dan jelas!
1. Sebutkan minimal 2 (dua) ciri-riri umum dari Kingdom plantae? (Skor 10)
2. Apa peran dari kingdom plantae dalam ekosistem? Jawablah disertai dengan bagan rantai makanan! (Skor 20)
3. Berdasarkan ciri-cirinya, Apa perbedaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta! (skor 20)
4. Lengkapilah bagan Bagan metagenesis tumbuhan paku berikut: (Skor 30)
5. Apa saja jenis pemanfaatan tumbuhan dari devisi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta yang ada disekitar mu! (Skor 20)
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 211
Kunci jawaban
1. Sebutkan minimal 2 (dua) ciri-riri umum dari Kingdom plantae? (skor 10) Kingdom Plantae anggota kelompoknya terdiri atas organisme yang telah mempunyai membran inti dan terdiri atas banyak sel (multiseluler). Mampu meciptakan makanan sendiri melalui proses fotosintesis. Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak sendiri, meskipun beberapa alga hijau bersifat motil (mampu berpindah) karena memiliki flagelum. 2. Apa peran dari kingdom plantae dalam ekosistem? Jawablah disertai dengan bagan rantai makanan! (Skor 20)
(3) Konsumen (Hewan)
(1) (2) Dekomposer Produsen (Bakteri/Jamur) (Tumbuhan)
3. Berdasarkan ciri-cirinya, apa perbedaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta! (skor 20) A. BRYOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Belum memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Mengalami metagenesis - Atrakeophyta yaitu belum memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat di tempat lembap.
B. PTERIDOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Kormophyta yaitu memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Mengalami metagenesis. - Trakeophyta yaitu memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat di tempat lembap. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 212
C. SPERMATOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Kormophyta yaitu memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Berkembang-biak dengan biji/tunas - Trakeophyta yaitu memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat: Air, Tempat lembab dan tempat kering
4. Lengkapilah bagan Bagan metagenesis tumbuhan paku berikut: (Skor 30)
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 213
5. Apa saja jenis pemanfaatan tumbuhan dari devisi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia yang ada disekitar mu! (Skor 20)
- Bryophyta: Pemanfaatan Bryophyta contohnya adalah penggunaan organ tumbuhan lumut dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, yaitu dimanfaatkan sebagai alat penyampaian mantra upacara. - Pteridophyta: Contoh pemanfaatan Pteridophyta salah satunya adalah pada proses upacara Pejeak (upacara pengukuhan/penghilang aura negatif) oleh Suku Dayak Tunjung. Tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan paku, sedangkan organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang digunakan untuk menyampaikan mantra. - Spermatophyta: Contoh sederhana dari pemanfaatan tumbuhan dari divisi Spermatophyta adalah pengunaan daun pisang sebagai pembungkus makanan. Jahe dan kunyit yang dijadikan bumbu masakan serta masih banyak lagi.
Pedoman Penilaian:
푵푺x4 = Nilai 푻푵 Keterangan: NS= Nilai yang diperoleh siswa, TN= Nilai Maksimum dari soal
Tabel konversi nilai Huruf Nilai angka Huruf Nilai angka A 3,67 – 4.00 C+ 2,01 – 2,33 A- 3,34 – 3,66 C 1,67 – 2,00 B+ 3,01 – 3,33 C- 1,34 – 1,66 B 2,67 – 3,00 D+ 1,01 – 1,33 B- 2,34 – 2,66 D < 1,00
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 214
Penilaian Sikap Disiplin Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : Ya = Apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan Tidak = Apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan.
Nama Peserta Didik : …………………. Kelas : …………………. Tanggal Pengamatan : ………………….. Materi Pokok : …………………..
Melakukan No Sikap yang diamati Ya Tidak 1 Masuk kelas tepat waktu 2 Mengumpulkan tugas tepat waktu 3 Memakai seragam sesuai tata tertib 4 Mengerjakan tugas yang diberikan 5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran 6 Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan
Petunjuk Penskoran : Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : 푆푘표푟 푥 4 = 푠푘표푟 푎푘ℎ𝑖푟 푆푘표푟 푇푒푟푡𝑖푛𝑔𝑔𝑖
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 215
PENILAIAN SIKAP TANGGUNG JAWAB
Nama Peserta Didik : …………………. Kelas : …………………. Materi Pokok : …………………. Tanggal : ………………….
Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam tanggung jawab. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = Apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = Apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = Apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = Apabila tidak pernah melakukan
Skor No Aspek Pengamatan 1 2 3 4 1 Mengerjakan tugas-tugas individu dengan baik 2 Berani menerima resiko atas tindakan yang dilakukan 3 Bertanggung jawab dalam mengunakan barang/fasilitas umum dan atau inventaris sekolah 5 Berani meminta maaf jika melakukan kesalahan yang merugikan orang lain 6 Bertangung jawab dalam kelompok
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 216
Petunjuk Penskoran 푆푘표푟 푥 4 = 푠푘표푟 푎푘ℎ𝑖푟 푆푘표푟 푇푒푟푡𝑖푛𝑔𝑔𝑖 Contoh: Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor akhir : 14 푥 4 = 2,3 24
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai sebagai berikut :
Sangat Baik : Apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00 Baik : Apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33 Cukup : Apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33 Kurang : Apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 12
SURAT IJIN PENELITIAN
217
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 218
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 219
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 13
BUKTI PEREKAMAN DATA
220
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 221
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 222
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 223
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 224
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 225
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 14
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
1. Desa Linggang Bigung
226
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 227
2. Desa Linggang Melapeh
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 228
3. Desa Linggang Mapan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 229
4. Desa Bigung Baru
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 230
5. Desa Balok Asa
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 231
6. Desa Linggang Amer
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 15
DOKUMENTASI PROSES PENELITIAN
Proses wawancara dengan narasumber Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan
232
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 233
Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 234
Proses observasi vegetasi di Hutan Gelongk. Pada poto, Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan di Linggang tampak beberapa relawan yang membantu peneliti Amer melakukan proses observasi. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 235
Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan didampingi oleh ahli tumbuhan dari Suku Dayak Tunjung. Poto (kanan), ahli tumbuh-tumbuhan dan peneliti harus memanjat diding batu untuk menemukan salah satu tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 236
Pelaku upacara adat sedang memulai proses upacara Proses upacara adat sedang berlangsung adat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 237
Proses pembuatan Lemang Proses memasak Lemang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 238
Ancak, salah satu alat dalam proses upacara Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 239
Kelangkangk, salah satu alat upacara kematian Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 240
Alat upacara kematian Suku Dayak Tunjung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 241
Telusuq, beras yang dimasak didalam bambu dan digunakan sebagai sesaji dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 242
Balai, merupakan pusat dari proses salah satu upacara Patung yang terbuat dari kayu ulin, merupakan tugu adat Suku Dayak Tunjung beringatan akan suatu peristiwa bersejarah dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 243
Pisang hutan (Jojot), yang dimanfaatkan secara keselurun meliputi semua organ dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 244
Sesaji beserta berbagai macam alat upacara yang diletakan pada Balai PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 245
Salah satu sesaji dalam upacara Pakant Talunt. Telur ayam diletakan pada batang tumbuhan yang dibelah. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 246
Balai, tempat melaksanakan proses upacara Pakant Talunt, daun pinang digunakan menjadi pagar atau yang dikenal dengan istilah Kabungk PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 247
Miniatur pondok yang dikenala dengan istilah Dangau Umaq, dibuat dari kulit kayu dan merupakan alat dari upacara Pakant Talunt. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 248
Kemah yang digunakan peneliti saat bermalam dihutan dalam proses pendataan tumbuh-tumbuhan upacara bersama satu orang ahli tumbuh-tumbuhan dari Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 249
Kiangk, alat yang digunakan oleh suku dayak tunjung dalam membawa peralatan atau mengangkat beban yang berat. Kiangk memiliki kapasitas muatan berkisar antara 60 hingga 90 Liter. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 250
Peneliti sedang menikmati santap malam dihutan sebelum beristirahat setelah melakukan pendataan tumbuhan upacara adat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 251
Aktivitas Minguq Hojant, merupakan aktivitas klasik dari Suku Dayak Tunjung. Yaitu proses mengumpulkan buah durian yang berbuah secara musiman dari hutan. Aktivitas ini telah ada sejak dahulu kala.