PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

STUDI ETNOBOTANI PEMANFAATAN TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG DI KABUPATEN KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Yeri Lona 091434028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

iii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

“Kata-kata dalam tulisan adalah kuat”

Karya Ilmiah ini saya persembahkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendedikasikan seluruh hidup mereka demi tercapainya cita-cita yang saya inginkan.

iv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

v

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

vi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRAK

Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum banyak diungkap dan didata kedalam bentuk tulisan, khususnya pemanfaatan tumbuh-tumbuhan untuk proses upacara adat. Suku Dayak Tunjung terdiri dari beberapa Sub-suku, diantaranya adalah Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi, yang memiliki kesamaan dalam pelaksanaan upacara adat. Proses upacara adat Suku Dayak Tunjung menggunakan organ tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai alat atau media dalam upacara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengungkap, serta mendata Etnobotani masyarakat suku Dayak Tunjung, terkait dengan jenis tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, organ tumbuhan yang digunakan, proses mendapatkan organ tumbuhan yang digunakan serta jenis upacara yang mengunakan organ tumbuhan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi di 6 kampung, yaitu Kampung Balok Asa, Kampung Linggang Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Terdapat 57 informan dalam proses penelitian ini, 7 informan primer dan 50 informan sekunder. Analisis data dilakukan secara induktif, dimulai dari terjun ke lapangan, mempelajari fenomena yang ada di lapangan hingga mendapatkan data yang utuh. Hasil penelitian menunjukan bahwa Masyarakat Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada adat istiadat dalam mengatur tata-cara pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup, khususnya pemanfaatan tumbuh- tumbuhan. Penelitian ini berhasil mendata tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung sebanyak 78 spesies tumbuhan, yang terdiri 35 famili yang berbeda. Organ tumbuhan didapatkan dengan melakukan ritual atau tanpa ritual, jenis organ tumbuhan yang digunakan terdiri dari akar, ubi, batang, kulit batang, daun, bunga,buah, dan semua organ. Terdapat 17 Jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang berhasil didata.

Kata kunci : Etnobotani, Tumbuhan Upacara, Suku Dayak Tunjung, Upacara Adat, Organ Tumbuhan.

vii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

ABSTRACT Dayak Tunjung traditional culture in the West Kutai is rich of local wisdom and actively participates in the preservation of the environment which has not been revealed and recorded into written form, especially in relation to the utilization of herbs for the traditional ceremony. Dayak Tunjung ethnic group consists of several sub-ethnics, among them are the Dayak Tunjung Rentenungk and Dayak Tunjung Tonyoi, which has similarities in the implementation of traditional ceremonies. Dayak Tunjung ceremonial process is using organs of which are used as a tools or medium in the ceremony. This research aimed to find out, uncover, and record Ethnobotany of Dayak Tunjung society, related to the type of plants used in traditional ceremonies process, organs used, the process of obtaining organs of plants used and the type of ceremony that uses the plant organs. This research is a qualitative study using descriptive method. Data was collected through observation, interview and documentation in six villages; namely Balok Asa, Linggang Melapeh, Linggang Bigung, Bigung Baru, Linggang Mapan and Linggang Amer. There are 57 informants in this research process, 7 primary informants and 50 secondary informants. Data were analyzed inductively, starting from the fieldwork, studying phenomena that exist in the field to get complete data. Research results showed that Dayak Tunjung Society still adhered to the tradition in regulating procedure utilization natural resources to fulfill their needs, especially the utilization of herbs. This research was managed to record the plants used in the traditional ceremony of Dayak Tunjung as many as 78 species of plants, which comprise of 35 different family. Plant organs obtained by performing a ritual or directly taken, the type of plant organs that are used consist of roots, tubers, stems, bark, leaves, flowers, fruit, and all of organs. There are 17 type Dayak Tunjung traditional ceremonies that were successfully recorded.

Keywords: Ethnobotany, Ceremony Plant, Dayak Tunjung, Traditional Ceremony, Plant Organ.

viii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Studi Etnobotani Pemanfaatan Tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung Di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur” ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akedemik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang telah memberikan kontribusi besar, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Karena itu, pada kesempatan ini, penulis menghaturkan banyak terima kasih, khususnya kepada: 1. Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan kesempatan dan juga mendanai penulis untuk melaksanakan tugas belajar di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Kepala Kampung Linggang Bigung, Linggang Melapeh, Linggang Mapan, Bigung Baru, Linggang Amer dan Balok Asa yang sudah membantu penulis dalam pemberian izin penelitian dan juga memberikan informasi kepada penulis terkait dengan penelitian yang dilakukan. 3. Pelaku Upacara adat, Dewan Adat dan Masayarakat Suku Dayak Tunjung yang telah bersedia menjadi narasumber. 4. Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc selaku Dosen Pembimbing. 5. Bapak Simson dan Ibu Murni Lawati Selaku Orang tua penulis dan adik kecil ku Petrina yang tanpa batas dan tak kenal lelah meberikan dukungan, bantuan, Doa,dan semangat kepada penulis. 6. Willy Mulyati Jelly, selaku kekasih dari penulis yang telah memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis. 7. Rebanon, selaku paman dari penulis yang menjadi relawan dan selalu menemani penulis dalam proses perekaman data tumbuhan. 8. Nabe dan Alex dan Faldi yang telah terlibat dalam proses penelitian di Desa Linggang Melapeh. 9. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dan seluruh Staf pada Program Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 10. Teman-teman seperjuangan,yang selama ini selalu memberikan dukungan moril kepada penulis (Adit Bantul, Fajar, Leo, Yoren, Jimmy Hendry, Yulius Tri Kurniawan, dll) dan juga seluruh teman-teman dari pendidikan Biologi USD angkatan 2009.

ix

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

x

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... vi

ABSTRAK ...... vii

ABSTRACT ...... viii

KATA PENGANTAR ...... ix

DAFTAR ISI ...... xi

DAFTAR TABEL...... xv

DAFTAR GAMBAR ...... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...... xx

BAB I. PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang ...... 1

B. Rumusan Masalah...... 3

C. Tujuan Penelitian ...... 3

D. Batasan Penelitian...... 4

E. Manfaat Penelitian ...... 4

xi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...... 6

A. Etnobotani ...... 6

B. Tumbuhan upacara adat ...... 9

C. Suku Dayak Tunjung ...... 11

BAB III. METODE PENELITIAN ...... 13

A. Jenis dan metode Penelitian ...... 13

B. Subjek (informan) Penelitian ...... 13

C. Tempat dan Waktu Penelitian...... 14

D. Data dan Sumber Data...... 15

E. Teknik Pengumpulan Data...... 15

F. Analisis Data...... 16

1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan ...... 16 2. Pengumpulan Data ...... 16 3. Reduksi Data ...... 17 4. Penyajian Data ...... 17 5. Menarik Kesimpulan/verifikasi ...... 18  Bagan proses analisis data ...... 19

G. Instrumen Penelitian ...... 20

H. Alat – alat Penelitian ...... 24

I. Bagan Alur Penelitian ...... 25

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ......

A. Daerah Penelitian ...... 26 B. Suku Dayak Tunjung ...... 29 C. Tumbuh-tumbuhan yanng digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ...... 34 1. Jojot (Musa sp) ...... 45 2. Sempat ...... 46

xii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

3. Juangk (Cordyline terminalis) ...... 47 4. Jeloq (Musa sp) ...... 48 5. Nancangk ...... 49 6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera) ...... 51 7. Tabak ...... 52 8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)...... 54 9. Gaka malongk ...... 55 10. Cahai/Kunyit (curcuma domestica) ...... 57 11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale) ...... 58 12. Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) ...... 59 13. Ntugaq ...... 61 14. Tempera ...... 62 15. Tokongk ...... 63 16. Kuayant...... 64 17. Tuuq/Tebu (Saccharum sp) ...... 66 18. Pangir/bungaq ...... 67 19. Pujaq ...... 69 20. Ami/ Uncaria gambir ...... 70 21. Gaka Kedot ...... 71 22. Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb) ...... 72 23. Harump ...... 74 24. Komat/puring hijau ...... 75 25. Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus) ...... 76 26. Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera) ...... 77 27. Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum) ...... 78 28. Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus) ...... 79 29. Paant/Pinang (Areca catechu) ...... 81 30. Sarap/Aren (Arenga pinnata) ...... 82 31. Rakap/Sirih (Piper betle) ...... 84 32. Wangun...... 86 33. Nyelutui/Kayu gabus (Alstoniae cortex) ...... 87

xiii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

34. Pengoq ...... 89 35. Pengoq peai ...... 90 36. Sewet/pisang hutan...... 92 37. Mawa ...... 94 38. Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb) ...... 95 39. Jiee...... 96 40. Persiah ...... 98 41. Paku paramp (Polypodium vulgare) ...... 99 42. Tu-tawa ...... 101 43. Memaliq/semeneo ...... 102 44. Gaka ngelagit ...... 103 45. Lempung ngayo ...... 104 46. Rekep ...... 106 47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado) ...... 107 48. Gai sokak (Calamus caesius) ...... 109 49. Biruq ...... 111 50. Terincingk/Nanas (Ananas comosus) ...... 112 51. Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta) ...... 114 52. Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)...... 116 53. Ketapuq...... 118 54. Pegangk lau ...... 119 55. Bunglew ...... 121 56. Deraya ...... 123 57. Peringk taliq ...... 124 58. Kuayant kuning ...... 126 59. Nturui ...... 127 60. Lunuk (Ficus benjamina) ...... 129 61. Raja pengalah ...... 131 62. Pentar ...... 132 63. Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ...... 134 64. Lancingk senit (Ficus minahassae) ...... 136

xiv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

65. Mermungk ...... 137 66. Engkehuyo (Chromolaena odorata) ...... 139 67. Tuuq salah...... 141 68. Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana) ...... 142 69. Isak-isik ...... 145 70. Akar ...... 146 71. Ukor ...... 148 72. Bemant/Bemban (Donax canniformis) ...... 149 73. Botoq/Ramban (Trema orientalis) ...... 151 74. Niungk ...... 152 75. Jauq/Palem hutan ...... 154 76. Belayant ...... 156 77. Ntrarant ...... 158 78. Biruq torungk ...... 159 D. Organ Tanaman Yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung ...... 161 E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung ...... 165 F. Sumber Perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi Lingkungan ...... 166 G. Pemanfaatan jenis tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan ...... 167 H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian ...... 170

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...... 172

A. Kesimpulan ...... 172 B. Saran ...... 172

DAFTAR PUSTAKA ...... 174

LAMPIRAN...... 176

xv

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung ...... 15

Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat...... 15

Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan ...... 20

Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur...... 23

Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi ...... 36

Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung ...... 37

Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung ...... 161

xvi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan proses analisa data ...... 19

Gambar 3.2 Bagan alur penelitian ...... 25

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian ...... 28

Gambar 4.2 Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek ...... 32

Gambar 4.3 Daun Jojot muda ...... 45

Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya ...... 47

Gambar 4.5 Hanjuang merah ...... 48

Gambar 4.6 Pisang (Musa sp) ...... 49

Gambar 4.7 Pohong mahang muda ...... 50

Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera) ...... 51

Gambar 4.9 Tabak ...... 53

Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp) ...... 54

Gambar 4.11 Gaka malongk ...... 56

Gambar 4.12 Kunyit (curcuma domestica) ...... 57

Gambar 4.13 Jahe (Zingiber officinale)...... 59

Gambar 4.14 Kayu Ulin...... 60

Gambar 4.15 Cabang kayu ntugaq dan daunnya...... 61

xvii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Gambar 4.16 Tempera ...... 62

Gambar 4.17 Bunga tokongk ...... 63

Gambar 4.18 Tokongk tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan ...... 54

Gambar 4.19 Batang kuayant ...... 65

Gambar 4. 20 Tebu ...... 67

Gambar 4.21 Tumbuan pangir ...... 68

Gambar 4.22 Tumbuhan pujaq ...... 69

Gambar 4.23 Tumbuhan gambir ...... 70

Gambar 4.24 Gaka kedot ...... 72

Gambar 4.25 Gai pelas ...... 73

Gambar 4.26 Harump ...... 74

Gambar 4.27 Puring hijau ...... 75

Gambar 4.28 Paku sarang burung ...... 76

Gambar 4.29 Tumbuhan sembung ...... 77

Gambar 4.30 Bunga/buah Heredong ...... 78

Gambar 4.31 Peridangk atau Rumput teki ...... 80

Gambar 4.32 Pohong pinang ...... 82

Gambar 4.33 Pohon aren (Arenga pinnata) ...... 83

Gambar 4.34 Rakap/Sirih (Piper betle) ...... 85

xviii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun ...... 87

Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex) ...... 88

Gambar 4.37 pengoq ...... 90

Gambar 4.38 Pengoq peai ...... 91

Gambar 4.39 Sewet ...... 92

Gambar 4.40 Mawa ...... 94

Gambar 4.41 Keledang ...... 96

Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee ...... 97

Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus ...... 99

Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare) ...... 100

Gambar 4.45 Tu-tawa ...... 101

Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo ...... 102

Gambar 4.47 Gaka ngelagit ...... 104

Gambar 4.48 Lempung ngayo...... 105

Gambar 4.49 Rekep ...... 106

Gambar 4.50 Gai syi’it ...... 108

Gambar 4.51 Gai sokak ...... 110

Gambar 4.52 Biruq ...... 111

Gambar 4.53 Nanas ...... 114

Gambar 4.54 Kumar/ Lempucant (Eleiodoxa conferta) ...... 115

xix

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Gambar 4.55 Selasih...... 117

Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi ...... 118

Gambar 4.57 Pegangk lau ...... 120

Gambar 4.58 Bunglew ...... 122

Gambar 4.59 Deraya...... 124

Gambar 4.60 Peringk taliq ...... 125

Gambar 4.61 Kuayant kuning ...... 126

Gambar 4.62 Nturui ...... 127

Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina) ...... 130

Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp) ...... 132

Gambar 4.65 Pentar ...... 133

Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.) ...... 135

Gambar 4.67 lancingk senit ...... 137

Gambar 4.68 mermungk ...... 138

Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata) ...... 140

Gambar 4.70 Tuuq salah ...... 141

Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)...... 144

Gambar 4.72 Isak-isik ...... 145

Gambar 4.73 Tumbuhan akar ...... 147

Gamabr 4.74 Ukor ...... 149

xx

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis) ...... 150

Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)...... 151

Gambar 4,77 Niungk ...... 153

Gambar 4.78 Tumbuhan jauq ...... 155

Gambar 4.79 Tumbuhan belayant ...... 157

Gambar 4.80 Batang tumbuhan Ntrarant ...... 159

Gambar 4.81 Biruq Torungk ...... 160

Gambar 4.82 Persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung ...... 162

Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara adat Suku Dayak tunjung ...... 163

xxi

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PETA WILAYAH PENELITIAN ...... 176

LAMPIRAN 2 INFORMAN PRIMER ...... 178

LAMPIRAN 3 JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...... 180

LAMPIRAN 4 ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...... 184

LAMPIRAN 5 TABEL KLASIFIKASI TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG...... 187

LAMPIRAN 6 JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI ...... 191

LAMPIRAN 7 JUMLAH ORDO TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ...... 192

LAMPIRAN 8 JUMLAH DEVISI DAN KELAS TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI ...... 193

LAMPIRAN 9 TABEL DATA TUMBUHAN YANG DIGUNAKAN DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG ...... 194

LAMPIRAN 10 SILABUS ...... 200

LAMPIRAN 11 RPP ...... 204

LAMPIRAN 12 SURAT IJIN PENELITIAN ...... 217

LAMPIRAN 13 BUKTI PEREKAMAN DATA ...... 220

LAMPIRAN 14 SURAT KETERANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN ...... 226

LAMPIRAN 15 DOKUMENTASI PENELITIAN...... 232

xxii

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB I

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi dan pesatnya peningkatan pendidikan masyarakat

akan cenderung menjadikan generasi muda memandang kebudayaan leluhur

mereka sebagai ciri dari masyarakat yang terbelakang. Rasa rendah diri

(inferiory Complex) terhadap kebudayaan sendiri, akan mengakibatkan mereka

meninggalkan pola hidup tradisional dan lebih tertarik pada produk-produk

diluar wilayah budayanya (Attamimi,1997). Hal ini belum terjadi dalam

kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat, namun

tidak menutup kemungkinan akan terjadi seiring perjalanan waktu dan

perkembangan peradaban manusia yang kompleks.

Terus bertahannya budaya masyarakat Suku Dayak Tunjung di wilayah

Kaputaen Kutai Barat tidak lepas dari peranan lingkungan yang masih

menyediakan sumber daya untuk terus bertahannya kebudayaan masyarakat

secara utuh. Sumber daya yang disediakan oleh lingkungan salah satunya berupa

materi yaitu tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai media Upacara adat

Suku Dayak Tunjung.

Tidak ada data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung, dari hasil obervasi di

lapangan data yang bisa diperoleh tentang asal-usul Suku Dayak Tunjung dan

budayanya hanya dari orang-orang tua dan para Pemuka adat. Informasi tentang

sejarah Suku Dayak Tunjung disampaikan secara lisan turun-temurun dari

nenek-moyang mereka, dengan demikian ada perubahan versi cerita dari setiap

generasi, hanya inti dari silsilah tersebut yang masih dipertahankan.

1

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 2

Kearifan lokal turut berperan dalam mencegah terjadinya kerusakan

lingkungan yang semakin parah. Di mana para pemuka adat dan masyarakat

setempat menciptakan area hutan adat dan beberapa kebijakan bagaimana SDA

dapat dimanfaatkan dan bagaimana pelestariannya, tentunya jika hal tersebut

dilanggar maka akan dikenakan sangsi adat berupa denda ataupun ancaman

“murka” alam, semua sangsi disesuaikan dengan regulasi adat yang berlaku dan

dianut secara lisan.

Kearifan lokal merupakan permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut melalui

studi Etnobotani. Mawardi, (2000) menyatakan bahwa untuk mendapatkan data

tentang penggunaan tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat tradisional dari

suku bangsa dapat dilakukan dengan suatu survey etnobotani. Etnobotani berasal

dari bahasaYunani yaitu Ethnos (bangsa) dan Botany (tumbuhan). Etnobotani

adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara

menyeluruh antara masyarakat lokal dengan alam lingkungannya meliputi sistem

pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.

Budaya tradisional Suku Dayak Tunjung di Kutai Barat yang kaya akan

berbagai kearifan lokal dan berperan aktif dalam pelestarian lingkungan belum

banyak diungkap dan didata agar menjadi suatu acuan informasi yang relevan

dan dapat digunakan secara terus menerus di masa yang akan datang. Seiring

dengan berjalannya waktu dan berkembangnya budaya moderen terjadi

pengikisan budaya tradisonal yang membahayakan keberadaan dari budaya

tersebut untuk tetap berlanjut ditengah kehidupan masyarakat moderen. Oleh PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3

karena itu penelitian ini dirancang untuk mengkaji secara lebih mendalam,

tentang budaya masayarakat Suku Dayak Tunjung di kawasan Kecamatan

Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok, dalam proses pemanfaatan

tumbuh-tumbuhan untuk upacara adat. Tema dari penelitian ini adalah studi

Etnobotani pemanfaatan tumbuhan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di

Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur

B. Rumusan Masalah

Dalam observasi di lapangan diketahui bahwa ada variasi tumbuhan yang

digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku

Dayak Tunjung?

2. Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam proses upacara adat Suku

Dayak Tunjung?

3. Bagaimana proses mendapatkan tumbuhan tersebut dari lingkungan?

4. Jenis upacara apa saja yang menggunakan tumbuhan tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung

2. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak

Tunjung

3. Proses mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung

4. Upacara yang mengunakan tumbuhan upacara tersebut. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 4

D. Batasan Penelitian

Penelitian ini terfokus dan dibatasi oleh beberapa pokok berikut:

1. Studi entobotani hanya digunakan untuk mengetahui proses pemanfaatan

tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung.

2. Penelitian tentang Suku Dayak Tunjung hanya sebatas untuk mengetahui

sejarah, jenis upacara adat, sistem adat dan hubungannya dengan pelestarian

lingkungan.

3. Tumbuhan yang akan diteliti terbatas pada tumbuhan yang digunakan dalam

upacara adat Suku Dayak Tunjung.

4. Tumbuhan akan diidentifikasi, identifikasi tumbuhan dilakukan pada tingkat

famili hingga tingkat spesies

5. Variabel penelitian ini akan mengarahkan penelitian tentang bagaimana

pemanfaatan tumbuhan upacara oleh Suku Dayak Tunjung, bagian organ

tumbuhan yang digunakan dalam upacara, upacara apa saja yang

menggunakan tumbuhan tersebut, dan proses mendapatkan tumbuhan

tersebut.

E. Manfaat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat menjadi referensi dan menjembatani bagi peneliti selanjutnya

2. Memperkaya ranah ilmu nasional, khususnya di bidang ilmu etnobotani PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 5

3. Menjadi data tertulis tentang budaya Suku Dayak Tunjung, sehingga dapat

menjadi catatan dan referensi khususnya di bidang kebudayaan Kabupaten

Kutai Barat.

4. Hasilnya dapat dikaitkan dengan materi Keanekaragaman Hayati di Sekolah

Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Kutai Barat.

5. Dapat memberi masukan kepada pemerintah setempat mengenai kondisi

lingkungan sehingga dapat diambil langkah konservatif bila perlu. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Etnobotani

Etnobotani merupakan bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik

antara manusia dengan Sumber Daya Alam (SDA), awalnya istilah etnobotani

pertama kali muncul pada tanggal 5 Desember 1895 dalam satu artikel yang

diterbitkan oleh Evening Telegram pada suatu konferensi erkeolog J. W.

Harsberger (Castetter, 1944). Dan pada tahun berikutnya berikutnya terbit artikel

dari konferensi tersebut yang mengemukakan objek etnobotani yang meliputi :

1. Mengungkapkan situasi kultural suatu etnik yang memanfaatkan berbagai

jenis tumbuhan untuk bahan makanan, bahan bangunan dan bahan

sandang.

2. Mengungkapkan penyebaran jenis-jenis tumbuhan pada masa lampau.

3. Mengungkapkan jalur distribusi komersial suatu jenis turnbuhan.

4. Mengungkapkan berbagai jenis turnbuhan berguna.

Dalam publikasi tersebut Harsberger sendiri memberikan batasan bahwa

etnobotani adalah llmu yang mempelajari tentang pemanfaatan berbagai jenis

tumbuhan secara tradisional oleh masyarakat primitif. Seiring dengan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, etnobotani berkembang menjadi

cabang ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia dengan surnber daya

alam, tumbuhan, dan Iingkungannya.

6

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 7

Pada kurun waktu 1873 sampai 1980an dianggap sebagai masa munculnya

disiplin ilmu baru, yaitu ilmu yang mempelajari penggunaan berbagai jenis

tumbuhan oleh masyarakat lokal. Dan berkembang menjadi disiplin ilmu yang

diterima oleh masyarakat akademik. Dalam perkembangannya ilmu etnobotani

pada tahun 1980 telah dikenal oleh masyarakat di semua kalangan, baik

kalangan awam maupun akademik. Pada tahun1983 untuk pertama kali didirikan

perhimpunan masyarakat etnobotani yang diprakarsai oleh perhimpunan

arkeologi amerika. Di kawasan asia perkembangan etnobotani dimulai pada

tahun 1920 melalui publikasi tumbuhan obat dan selanjutnya berkembang

hingga sekarang.

Seiring dengan perkembangannya, etnobotani dapat digunakan

mendokumentasikan pengetahuan masyarakat tradisional tentang pemanfaatan

tumbuhan untuk menunjang kehidupanya. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh

masyarakat tradisional yang dapat dikaji melalui studi etnobotani antara lain:

a. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan

b. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat-obatan

c. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan bangunan

d. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan upacara adat

e. Pemanfaatan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan pewarna dan lain-lain.

Ruang lingkup etnobotani terus berkembang dan tidak hanya digunakan

untuk mengungkapkan pemanfaatan keanekaragaman jenis tumbuhan oleh

masyarakat tradisional, ruang lingkup etnobotani berkembang dengan pesat

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 8

dengan sangat luas meliputi berbagai bidang. Purwanto (1999: 220)

menyatakan bahwa ruang lingkup etnobotani sekarang ini meliputi:

1) Etnoekologi : menitik beratkan pada pengetahuan tradisional tentang adaptasi

dan interaksi di antara organisme, dan pengaruh pengelolaan tradisional

lingkungan alam terhadap kualitas lingkungan.

2) Pertanian tradisional : pengetahuan tradisional tentang varietas tanaman dan

sistem pertanian serta pengaruh alam dan lingkungan pada tanaman dan

pengelolaan lahan.

3) Etnobotani kognitif : persepsi tradisional terhadap sumber daya alam

tumbuhan, rnelalui analisis simbolik dalarn ritual dan mitos, dan konsekuensi

ekologisnya. Organisasi dari sistern pengetahuan melalui studi

etnotaksonomi.

4) Budaya materi : pengetahuan tradisional dan pemanfaatan tumbuhan dan

produk tumbuhan dalarn seni dan teknologi.

5) Fitokimia tradisional : pengetahuan tradisional penggunaan tumbuhan dan

kandungan bahan kirnianya, contohnya sebagai bahan insektisida lokal dan

tumbuhan obat-obatan.

6) Paleoetnobotani : interaksi masa lalu antara populasi manusia dengan

tumbuhan yang mendasarkan pada interpretasi peninggalan arkeologi.

Penelitian ini akan mengunakan studi etnobotani dengan ruang lingkup

etnobotani kognitif, dengan tema studi etnobotani pemanfaatan tumbuhan untuk

Upacara Adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinsi

Kalimantan Timur

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 9

B. Tumbuhan upacara adat

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan keanekaragaman hayati dan

juga keanekaragaman kultural dan pengetahuan tradisionalnya. Keankeragaman

hayati dan juga pengetahuan tradisional ini dipadu menjadi suatu budaya yang

khas bagi setiap suku di Indonesia. Setiap daerah memiliki jenis tumbuhan khas

setempat yang tidak terdapat di daerah lain, sehingga jenis pemanfaatannya pun

khas dan hanya terdapat pada daerah tersebut. Dalam hal ini adalah pemanfaatan

tumbuh-tumbuhan sebagai sarana atau alat dalam upacara adat.

Wahyuni, (2011) menyatakan bahwa tumbuhan upcara adat merupakan

tumbuhan yang digunakan dalam setiap upacara adat, jenis tumbuhan yang

digunakan berbeda-beda, baik spesies dan juga organ tumbuhan yang digunakan.

Jenis upacara adat berbeda-beda setiap daerahnya tergantung dari kultur buadaya

yang lahir, dipercaya dan dijalankan di daerah tersebut. Dan setiap daerah

memiliki lebih dari satu jenis upacara adat dengan tujuan yang berbeda pula,

dalam setiap upacara adat jenis tumbuhan yang digunakan bisa berbeda-beda

dan juga tidak menutup kemungkinan tumbuhan yang sama digunakan dalam

jenis upacara dengan tujuan yang berbeda.

Organ tumbuhan yang digunakan dalam upcara adat tidak terbatas pada satu

organ tumbuhan saja,tergantung dari jenis upcara dan bagaimana keyakinan

masyarakat setempat tentang tata cara pembuatan alat-alat upacara tersebut.

Tidak ada data tertulis tentang bagaimana awalnya tumbuh-tumbuhan tersebut

digunakan dalam suatu kegiatan upacara adat, semua pengetahuan tentang

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 10

upacara adat diwariskan turun-temurun secara lisan. Sedangkan Wahyudi Pantja

Sunjata, (1997) menyatakan fungsi dari setiap tumbuh-tumbuhan yang

digunakan dalam upacara tidak dapat digantikan, karena sudah terikat dengan

hukum adat yang apabila dilanggar akan medapatkan sangsi dari dewan adat

baik langsung maupun tidak langsung.

Upacara adat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok

masyarakat atau individu atas dasar keyakinan yang diwariskan secara turun-

temurun dengan sebuah tujuan tertentu baik tujuan nyata maupun tidak nyata,

yang dengan sangsi langsung berdasarkan peraturan adat yang berlaku juga

sangsi tidak langsung berupa ancaman dari kepercayaan yang dianut berupa

nasib buruk jika proses upacara tidak dilaksanakan. Upacara adat sendiri

memiliki banyak tujuan seperti untuk menyembuhkan penyakit yang diderita

seseorang, penghormatan terhadap roh nenek-moyang yang telah meninggal

dunia, permintaan akan keselamatan dan lain-lain.

Upacara pada umumnya memiliki nilai sakral oleh masyarakat pendukung

kebudayaan tersebut (Wahyudi Pantja Sunjata, 1997: 1). Walapun jenis dan

tujuan dari upacara adat tesebut adalah sama, namun tata cara pelaksanaan dan

juga bahan-bahan yang digunakan akan berbeda setiap daerahnya. Dan apa saja

alat yang dibutuhkan dalam setiap upacara adat tidak semua masyarakat pelaku

adat mengetahuinya secara menyeluruh. Hanya para pemimpin dan pelaku

adatlah yang mengetahui secara detail apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan

dalam setiap pelaksanaan upacara adat. Orang-orang yang terlibat dalam

pelaksanaan upacara adalah mereka yang bertindak sebagai pemimpin jalanya

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 11

upacara dan beberapa orang yang paham dalam ritual upacara adat

(Koentjaraningrat, 1967: 241)

C. Suku Dayak Tunjung Suku Dayak Tunjung merupakan salah satu dari sekian banyak jenis sub-suku

Dayak yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan

Timur, tidak ada data resmi tentang Suku Dayak Tunjung. Dalam kehidupan

sehari-hari Suku Dayak Tunjung menggunakan bahasa daerah atau bahasa khas

Suku Dayak Tunjung untuk berkomunikasi dengan lawan biacara sesama Suku

Dayak Tunjung, atau Suku Dayak lainya yang masih memiliki keterkaitan baik

bahasa dan kebudayaan dengan Suku Dayak Tunjung, sehingga memungkinkan

terjadinya komunikasi dua arah dan tercapainya maksud dan tujuan dalam

komunikasi.

Untuk melakukan komunikasi dengan suku-suku lain, Suku Dayak Tunjung

menggunakan Bahasa Indonesia. Dewasa ini Suku Dayak Tunjung juga

menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari untuk

berkomunikasi, baik dengan sesama Suku Dayak Tunjung atau dengan lawan

bicara yang berbeda suku dan budayanya.

Dalam hal kebudayaan saat ini, Suku Dayak Tunjung masih berpegang pada

tradisi dan budaya yang telah ada dan diwariskan turun-temurun secara lisan. Di

mana hukum dan aturan yang mengatur serta menjadi patokan dalam hubungan

kemasyarakatan adalah hukum adat, tentunya dengan masih berlakunya hukum

adat dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung maka secara tidak

langsung budaya-budaya yang ada masih terus terjaga dan tidak ditinggalkan.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 12

Hal ini juga yang menyebabkan masih adanya proses pelaksanaan Upacara Adat

oleh Suku Dayak Tunjung, Suku Dayak Tunjung sangat peduli terhadap hal-hal

disekitar mereka termasuk keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) beserta

kondisinya. Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang masih berpegang pada adat

dan kebudayaan sebagai acuan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat akan

mengusahakan semampu mereka tanpa harus diminta oleh pihak-pihak tertentu

dalam melakukan pelestarian terhadap SDA, salah satu faktornya adalah karena

kaitan erat antara SDA dan kebudayaan, serta Upacara-upacara Adat Suku

Dayak Tunjung. Kehidupan ekonomi Suku Dayak Tunjung ditopang oleh sektor

perkebunan, di mana komoditas utama yang dibudidayakan adalah karet.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan metode penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan

Taylor (1993: 30), Metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang atau prilaku yang diamati. Menurut Prastowo (2012) metodologi

penelitian kualitatif mengutamakan kondisi sealamiah mungkin di lapangan

dalam proses pengamatan dan pengambilan data. Hakikat penelitian ini adalah

suatu penelitian atau kegiatan sistematis untuk menemukan teori dari kancah

lapangan, bukan dengan tujuan menguji atau membuktikan teori atau hipotesis.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif.

B. Subjek (informan) penelitian

Data atau informasi dalam penelitian kualitatif tidak akan didapatkan jika

tidak ada informan atau narasumber. Narasumber berperan penting dalam

pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian, dalam

penelitian ini, subjek penelitian adalah perorangan atau kelompok masyarakat

yang berasal dari Suku Dayak Tunjung. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi

dalam pemilihan subjek penelitian ini adalah sebagai berikut:

13

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 14

1. Berasal Suku Dayak Tunjung.

2. Memiliki pengetahuan yang luas akan budaya Suku Dayak Tunjung, dimana

pengetahuan yang dimiliki diakui keabsahaanya.

3. Terlibat dalam kegiatan upacara adat dalam waktu yang lama

4. Pelaku Upacara adat atau tokoh adat

5. Memiliki pengaruh dalam kebudayaan Suku Dayak Tunjung dan juga dalam

kehidupan masyarakat.

Dari kriteria tersebut diatas maka dalam proses penelitian, peneliti

menetapkan beberapa informan primer dalam penelitian ini yaitu para pelaku

atau tokoh upacara adat dan tokoh ada, tsedangkan informan lainnya adalah

informan sekunder. Karena dalam pengamatan langsung di lapangan, diketahui

bahwa hampir semua pelaku upacara mengetahui seluk-beluk upacara, termasuk

tanaman apa yang digunakan. Sedangkan para tokoh adat lainnya tidak

semuanya menguasai atau memiliki pengetahuan secara menyeluruh tentang

upacara adat Suku Dayak Tunjung.

C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Kabupaten Kutai Barat, Provinsi

Kalimantan Timur, dengan wilayah penelitian meliputi 2 kecamatan yaitu

Kecamatan Barong Tongkok dan Kecamatan Linggang Bigung. Sedangkan

spesifik kampung yang diteliti adalah Kampung Balok Asa, Kampung Linggang

Melapeh, Kampung Linggang Bigung, Kampung Bigung Baru, Kampung

Linggang Mapan dan Kampung Linggang Amer. Penelitian dilaksanakan pada

awal bulan Desember 2013 dan berakhir pada akhir bulan Februari 2014.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 15

D. Data dan sumber data

Data dan sumber data dalam penelitian ini meliputi:

Tabel 3.1. Data yang dibutuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mendeskripsikan Suku Dayak Tunjung Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian

Sejarah Suku Dayak Tunjung  Tokoh adat  Wawancara Kehidupan Sosial dan  Pelaku Upacara  Observasi Budaya. adat lapangan Hubungan antara Masyarakat  Dokumen dan  Telaah pustaka dengan Lingkungannya.  Sumber lain yang  Telaah dokumen relevan.  Dokumentasi

Tabel 3.2 Data yang dibuhkan, sumber data dan teknik penelitian untuk mengetahui pemanfaatan Tumbuh-tumbuhan sebagai sarana Upacara Adat. Data yang dibutuhkan Sumber data Teknik penelitian Jenis Tumbuhan yang 1. Pelaku Upacara Wawancara, dimanfaatkan adat dan tokoh Observasi lapangan Organ Tumbuhan yang terkait lainnya dan Dokumentasi dimanfaatkan yang relevan Cara mendapatkan Organ 2. Lingkungan dan tumbuhan alam sekitar Pengunaan Organ Tumbuhan

E. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan agar data-data yang dibutuhkan dalam

penelitian terpenuhi. Dalam proses penelitian di lapangan, peneliti menggunakan

tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara, teknik observasi dan

teknik dokumentasi. Teknik wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dari

sumber data berupa Pelaku Upacara Adat dan tokoh-tokoh masyarakat terkait

lainnya. Sedangkan teknik observasi dilakukan untuk mendapatkan data dari

lapangan, yang termasuk mendapatkan data tumbuhan dari habitatnya, dan juga

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 16

proses Upacara Adat. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti juga

mengunakan tiga teknik sekaligus dalam mendapatkan data, yaitu teknik

wawancara, teknik observasi yang kemudian ditunjang dengan teknik

dokumentasi, agar data yang dihasilkan lebih akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

F. Analisis data

Data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif tidak dapat dihitung secara

matematis, karena data yang dihasilkan berupa keterangan verbal (kalimat dan

kata). Menurut Prastowo (2013: 237), analisis data dalam penelitian kualitatif

pada hahikatnya adalah suatu proses. Dengan pengertian bahwa pelaksanaan

analisis data harus dimulai sejak tahap pengumpulan data di lapangan dan

kemudian dilakukan dengan lebih intensif setelah data terkumpul seluruhnya.

Dalam penelitian ini, proses analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai

berikut:

1. Analisis data sebelum terjun ke lapangan

Analisis data sebelum terjun ke lapangan digunakan terhadap data hasil studi

yang sudah ada, dan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun

fokus penelitian dalam hal ini bersifat sementara dan akan berkembang setelah

proses analisis data dilapangan yang akan dilakukan pada tahapan analisis data

berikutnya.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan

dalam penelitian, pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 17

terjun langsung ke lapangan. Data yang dikumpulkan harus sesuai dengan

kenyataan di lapangan dan tanpa perlakuan khusus terhadap sumber data, di

mana keadaan alamiah sumber data dipertahankan semaksimal mungkin. Data

harus dikumpulkan sebanyak mungkin untuk kemudian diolah pada tahap

analisis data selanjutnya. Dalam proses penelitian ini, penulis berhasil

mengumpulkan data yaitu 78 jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam

upcara adat Suku Dayak Tunjung, data yang terkumpul adalah data faktual tanpa

rekayasa.

3. Reduksi data

Reduksi data adalah proses di mana peneliti memproses data yang didapatkan

dari lapangan, data yang sudah ada masih berupa data mentah, sehingga pada

tahapan ini dilakukan pemusatan perhatian dan penyederhanaan, pengekstrakkan

data, dan juga penggabungan beberapa data terkait sehingga menjadi data yang

utuh untuk kemudian digunakan dalam proses selanjutnya. Dalam proses reduksi

data ini peneliti menyeleksi data, di mana data yang didapatkan tidak berkaitan

dengan fokus penelitian disingkirkan (diabaikan), tidak digunakan dalam proses

selanjutnya.

4. Penyajian data

Penyajian data merupakan tidak lajut terhadap data yang telah melewati tahap

reduksi data pada tahap sebelumnya, di mana data yang telah disusun

ditampilkan dengan bentuk penyajian data yang paling mudah dipahami.

Penyajian data memungkinkan diambil tindakan selanjutnya dan juga penarikan

kesimpulan. Dalam hal penyajian data penulis menggunakan beberapa model

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 18

penyajian data berupa teks naratif, grafik dan deskripsi. Dalam pemilihan

penggunaan model penyajian data, peneliti memilih 3 model penyajian data

diatas, kerena ketiganya merupakan model penyajian yang paling cocok dalam

menyajikan data dan mudah untuk dipahami.

5. Menarik kesimpulan/Verifikasi

Setelah data melewati tahap penyajian data, maka ditarik kesimpulan dari

data yang ada. Proses penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses di

mana data yang telah ada diambil intisarinya dan menjadi butir-butir informasi

baru yang sebelumnya belum pernah ada. Informasi yang dihasilkan dapat

berupa deskripsi atau gambaran atas suatu objek. Dalam menarik kesimpulan,

peneliti mencari tahu tentang pola, tema, alur sebab-akibat, penjelasan, hal-hal

terkait yang sering muncul, hipotesis dan berbagai hal lainnya. Dalam proses

penelitian ini peneliti menemukan 5 butir kesimpulan dan 3 butir saran.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 19

 Bagan proses analisa data

Langkah 1: Langkah 2: Analisis data sebelum terjun Pengumpulan data ke lapangan

Langkah 4: Langkah 3: Penyajian data Reduksi data

Langkah 5: Menarik kesimpulan/Verifikasi

Gambar 3.1 Bagan alur proses analisa data

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 20

G. Instrumen penelitian

Pengumpulan data tentang pemanfaatan tumbuhan upacara adat suku Dayak

Tunjung di Kecamatan Linggang Bigung dan Kecamatan Barong Tongkok,

Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur dilaksanakan dengan

mengunakan metode wawancara. Wawancara dilakukan dengan mengajukan

beberapa pertanyaan, berdasarkan konsep pertanyaan yang telah disusun oleh

peneliti. Pertanyaan yang diajukan tidak bersifat Text-book namun disesuaikan

dengan alur pembicaraan, di mana proses wawancara sepenuhnya berpegang

teguh pada poin-poin permasalahan yang telah disiapkan sebelumnya.

Penggunaan bahasa dalam pengambilan data disesuaikan dengan kondisi

narasumber atau sumber data dilapangan, sumber data yang mampu

berkomunikasi mengunakan bahasa indonesia secara lancar maka bahasa

indonesia yang digunakan. Pada sumber data yang tidak mampu berbahasa

indonesia dengan lancar, untuk memudahkan proses komunikasi maka peneliti

menggunakan bahasa daerah dalam proses wawancara. Adapun poin-poin yang

ditanyakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Poin yang ditanyakan dan tujuan dari pertanyaan

No Poin pertanyaan Tujuan 1 Bagaimana sejarah suku Dayak Tunjung? Untuk mengetahui tentang sejarah suku Dayak Tunjung

2 Bagaimana kehidupan sosial dan budaya Untuk mengetahui suku Dayak Tunjung? bagaimana kehidupan sosial budaya suku Dayak Tunjung

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 21

No Poin pertanyaan Tujuan 3 Adakan perbedaan antara kehidupan sosial Untuk mengetahui dan budaya suku Dayak Tunjung jaman perkembangan dahulu dan sekarang? kehidupan sosial dan budaya Suku Dayak Tunjung, apakah ada pengaruhnya terhadap proses upacara adat dan bahan yang digunakan dalam upacara, serta pengaruhnya bagi lingkungan sekitar.

4 Bagaimana keadaan lingkungan sekarang Untuk mengetahui menurut pandangan suku Dayak Tunjung? pandangan suku Dayak (pertanyaan akan dikembangkan dilapangan Tunjung terhadap berdasarkan jawaban narasumber). keadaan lingkungan sekitar

5 Adakah aturan tertentu yang diberlakukan Untuk mengetahui suku Dayak Tunjung dalam rangka bagaimana suku Dayak pelestarian lingkungan? Apakah aturan Tunjung melakukan tersebut merupakan regulasi wajib yang interaksi dengan harus ditaati oleh suku Dayak Tunjung lingkungan sekitar dalam melakukan interaksi dengan beserta peraturan lingkungan? setempat. Mengetahui upaya yang Suku Dayak Tunjung ambil dalam menghadapi keadaan lingkungan yang semakin rusak.

Dalam melakukan kegiatan upacara adat, Untuk mengetahui jenis tumbuhan apa saja yang digunakan jenis-jenis tumbuhan oleh suku Dayak Tunjung? yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam pelaksanaan upacara adat.

6 Dalam melakukan upacara adat yang Untuk mengetahui tentunya memiliki tujuan yang berbeda- Organ tumbuhan yang beda, Organ tumbuhan apa saja yang digunakan dalam digunakan? upacara adat suku Dayak Tunjung.

7 Bagaimana cara mendapatkan Organ Untuk mengetahui

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 22

No Poin pertanyaan Tujuan Tumbuh-tumbuhan dalam pelaksanaan bagaimana cara Suku upacara adat suku Dayak Tunjung? Apaka Dayak Tunjung dibutuhkan upacara khus untuk mendapatkan organ mendapatkan organ tumbuhan, apakah tumbuhan yang semua masyarakat Suku Dayak Tunjung digunakan dalam atau hanya orang tertentu saja yang dapat upacara adat. mengambil tumbuhan upacara tersebut? 8 Bagaimana penggunaan organ tumbuhan Untuk mengetahui dalam upacara adat suku Dayak Tunjung? bagaimana penggunaan organ tumbuhan dalam proses upacara adat suku Dayak Tunjung.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 23

Tabel 3.4 Instrumen perekaman data tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung di Kabupaten Kutai Barat Provinisi Kalimantan Timur Nama Organ Cara Sumber Ketersediaan di Jenis upacara No Daerah/ Ilmiah Famili yang Umum penggunaan prolehan lapangan lokal (Spesies) digunakan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 24

H. Alat-alat penelitian

Dalam proses perekaman data di lapangan, peneliti menggunakan beberapa

alat untuk menunjang proses perekaman data di lapangan. Alat-alat yang

digunakan berupa media dokumentasi yang terdiri dari: kamera DSLR yang

digunakan untuk merekam video dan pangambilan gambar, telepon genggam

dan tablet yang digunakan untuk perekaman suara. Selain alat-alat dokumentasi,

dalam proses penelitian dan perekaman data, peneliti juga menggunakan alat-

alat tulis yang terdiri dari buku, pensil, spidol, polpen dan lain-lain untuk

mencatat hasil dari proses penelitian dan perekaman data.

Pada tahap proses wawancara dengan narasumber, peneliti juga menggunakan

instrumen penelitian berupa daftar poin-poin pertanyaan dan lembar perekaman

data, hal ini dimaksudkan agar proses wawanacara dapat berjalan dengan lancar,

dan semua data yang dibutuhkan dari informan terkumpul secara runtut dan

lengkap, karena pertanyaan disampaikan mengikuti alur poin pertanyaan yang

telah disiapkan sebelumnya.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 25

I. Bagan alur penelitian

Mulai

Mencari dan menentukan Studi litelatur Menentukan fokus masalah penelitian dan rumusan masalah

Menyusun kajian pustaka Menentukan tujuan Menentukan penelitian metode penelitian Menyusun waktu dan Menyusun panduan lokasi penelitian pengambilan data

Pengurusan izin penelitian Menentukan alat-alat yang digunakan

Penelitian Reduksi data lapangan

Pengumpulan data Penyajian data Tidak Ya

Analisis data

Penarikan kesimpulan

Data lengkap? Ya/tidak dan saran

Selesai

Gambar 3.2 Bagan alur penelitian

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Daerah penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kutai Barat, yang merupakan

tempat berdomisili Suku Dayak Tunjung. Kabupaten Kutai Barat merupakan

sebuah kabupaten yang terletak di wilayah Provinsi Kalimantan Timur, luas

wilayah setelah pemekaran 16,314 km2, dengan topografi lahan landai,

bergelombang dan curam.

Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Kutai Barat menurut Soil Taxonomi

USDA, tergolong kedalam jenis tanah Ultisol, Entisol, Histosol, Incepticol dan

Mollisol, menurut data Lembaga Penelitian Tanah Bogor, jenis tanah yang

teradpat di Kabupaten Kutai Barat terdiri dari jenis tanah Podsolik, Alluvial,

Andosol dan Renzina. Kabupaten Kutai Barat memiliki karekteristik iklim hutan

tropika humida, di mana dengan iklim hutan tropika humida, tidak terdapat

perbedaan yang jelas antara muasim kemarau dan musim hujan. Curah hujan

tahunan di Kabupaten Kutai Barat berkisar antara 1000 – 3000 mm/tahun, di

mana curah hujan cukup tinggi pada bulan Oktober hingga bulan April. Suhu

rata-rata di Kabupaten Kutai Barat berkisar di 260 C, dengan perbedaan suhu

antara siang dan malam mencapai 5 – 7 0C.

Kabupaten Kutai Barat secara administratif memiliki 16 kecamatan yaitu

Kecamatan Bongan, Kecamatan Jempang, Kecamatan Penyinggahan,

Kecamatan Muara Pahu, Kecamatan Muara Lawa, Kecamatan Damai,

Kecamatan Barong Tongkok, Kecamatan Melak, Kecamatan Long Iram,

26

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 27

Kecamatan Bentian Besar, Kecamatan Linggang Bigung, Kecamatan Nyuatan,

Kecamatan Siluq Ngurai, Kecamatan Manor Bulatn, Kecamatan Sekolaq Darat

dan Kecamatan Tering. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Barat masih

didominasi oleh hutan hujan tropis dengan kekayaan keanekeragaman hayati

yang komplek, dari tumbuh-tumbuhan Anggrek Hitam menjadi tumbuhan khas

Kabupaten Kutai barat, sedangkan dari jenis binatang diwakili oleh Berung

Madu, Macan Dahan, Ikan Pesut dan Burung Rangkong.

Penelitian ini dilakukan meliputi 6 Kampung yang termasuk kedalam 2

Kecamatan yang berbeda, dimana Kampung Balok Asa termasuk kedalam

wilayah Kecamatan Barong Tongkok, sedangkan Kapung Linggang Bigung,

Kampung Linggang Amer, Kampung Linggang Mapan, Kampung Melapeh

Lama dan Kampung Bigung Baru termasuk kedalam wilayah Kecamatan

Linggang Bigung. Kapung Balok Asa didominasi oleh Sub-Suku Dayak

Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung Tengah/Tonyoi, sedangkan 5 kapung

lainnya yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Linggang Bigung

didominasi oleh Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Suku Dayak Tunjung

Rentenungk. Perbedaan ini tidak banyak mempengaruhi bidang budaya

khususnya upacara adat. Upacara adat Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku

Dayak Tunjung Rentenungk masa kini adalah sama, karena telah terjadi

pelebutan budaya khususnya dibidang Upacara Adat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 28

Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kutai Barat dan daerah penelitian

Tidak ada data maupun fakta yang dapat dijadikan data otentik kapan terjadinya peleburan budaya ini, hal ini tidak lepas dari proses perkawinan antar suku dan interaksi berkesinambungan antara kedua suku tersebut. Proses peleburan budaya ini dibuktikan dengan proses upacara adat yang sama di PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 29

kedua suku, di mana pelaku upacara adat dari Suku Dayak Tunjung Tonyoi

dapat memimpin upacara adat Suku Dayak Tunjung Rentenungk dan sebaliknya.

B. Suku Dayak Tunjung Suku Dayak Tunjung meliputi beberapa Sub-Suku yang berdomisili di

Kabupaten Kutai Barat dan tidak ada batasan tertulis mengenai Suku mana saja

yang menjadi bagian dari Suku Dayak Tunjung, dalam penelitian ini peneliti

memfokuskan penelitian terhadap dua Sub-Suku Dayak Tunjung yaitu Dayak

Tunjung Tonyoi dan Dayak Tunjung Rentenungk.

Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah Suku dayak yang berdomisili di wilayah

Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa, Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa

Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan

Asa. Sedangkan Suku Dayak Tunjung Rentenungk adalah Suku Dayak yang

berdomisili di dataran Linggang yang meliputi wilayah Desa Linggang Bigung,

Desa Linggang melapeh, Desa Linggang Amer, Desa Kebut, Desa Bigung Baru,

Desa Melapeh Baru, Desa Linggang Mapan, Desa Tering dan Desa Muara

Lebandan Desa Mujan.

Data tertulis mengenai sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi dan Suku Dayak

Tunjung Rentenungk masih sanggat sedikit dan akurasi data tersebut masih perlu

diverifikasi kembali, hal ini merupakan permasalahan utama yang dihadapi

dalam melakukan penelitian ini. Data-data yang ada hanya berupa data lisan dari

beberapa sumber yang kemudian diperkuat dengan keterangan yang

berhubungan dari sumber-sumber lainnya. Untuk saat ini sumber-sumber PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 30

dilapangan adalah para Pemuka Adat, Tokoh Masyarakat, dan Masyarakat dari

Suku Dayak Tunjung Sendiri.

Sejarah mengenai Suku Dayak Tunjung Tonyoi adalah permasalahan besar

dalam penelitian ini untuk mengetahui asal-usul terciptanya kebudayaan mereka,

tidak ada data akurat yang dapat menjadi acuan mengenai sejarah Suku Dayak

Tunjung Tonyoi. Berdasarkan data yang didapat dari lapangan, ada banyak

sekali persepsi tentang sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi. Suku Dayak

Tonyoi adalah penduduk asli dari wilayah Desa Balok Asa, Desa Juhan Asa,

Desa Ngenyan Asa, Desa Muara Asa, Desa Pepas Asa, Desa Asa, Desa Ombau

Asa, Desa Geleo Asa dan Desa Gemuhan Asa. Dari data dilapangan, hanya ada

satu pernyataan mengenai asal-usul Suku Dayak Tonyoi. Pernyataan-pernytaan

ini menunjuk pada satu kesimpulan yaitu Suku Dayak Tonyoi berasal dari

“Dewa”, sejenis orang pada masa lalu yang dikenal dengan nama Tulur Aji

Jangkat, yang kemudian bermukim di daerah yang terletak di kawasan

Kecamatan Melak, darah ini dikenal dengan nama Sentawar. Dari Sentawar,

kemudian keturunan dari Tulur Aji Jangkat kemudian menyebar dan mendiami

daerah-daerah baru dan menetap disana hingga sekarang.

Berbeda dengan pandangan yang mengacu pada kesimpulan tunggal tentang

sejarah Suku Dayak Tunjung Tonyoi, ada tiga pandangan berbeda tentang

sejarah Suku Dayak Tunjung Rentenungk atau yang dikenal pula sebagai Suku

Dayak Tunjung Linggang. Pandangan pandangan tersebut menghasilkan tiga

kesimpulan yang berbeda, dalam penelitian ini peneliti mengelompokan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 31

pandangan-pandangan tersebut menjadi tiga kesimpulan utuh. Dari hasil

penelitian di dilapangan, data tertulis tentang Suku Dayak Rentenungk juga tidak

memadai ketersediaannya. Dalam hal ini data hanya diperoleh melalui metode

wawancara secara menyeluruh terhadap narasumber yang mewakili setiap

lapisan masyarakat.

Padangan pertama menghasilkan kesimpulan bahwa Suku Dayak Rentenungk

bukanlah suku asli dari dataran Linggang melainkan berasal dari bagian hulu

sungai Mahakam, dan merupakan perpecahan dari Suku Dayak Penihing atau

Oaheng. Pandangan ini diperkuat dengan kesamaan pandangan dari para

Antropolog yang telah melakukan penelitian tentang Suku Dayak Tunjung

Linggang. Nieuwenhuis (1994), Mallinkrodt (1928), Sellato (1989), Coomans

(1987), Boyce (1986), dan Rosseau (1990) berpandangan bahwa suku Dayak

Tunjung Rentenungk merupakan Suku yang berpindah dari daerah perhuluan

sungai Mahakam. Diperkirakan bahwa Suku Dayak Rentenungk merupakan

bagian dari Suku Penihing yang terdesak oleh suku Dayak Bahau dam kemudian

bermigrasi dari daerah Apau Kayan di bagian utara Kalimantan Timur (sekarang

Kalimantan Utara), sekitar tahun 1700 – 1750.

Pernyataan kedua menyatakan bahwa Suku Dayak Rentenungk adalah Suku

asli dari dataran Linggang, hal ini merupakan pendapat dari masyarakat Suku

Dayak Rentenungk Linggang sendiri berdasarkan legenda dan cerita yang

berkembang secara turun temurun. Legenda tersebut menyatakan bahwa Suku

Dayak Rentenungk merupakan turunan dari delapan bersaudara sakti yang

mediami dataran Linggang, mereka adalah dewa yang kemudian menjadi cikal PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 32

bakal Suku rentenungk, dalah legenda ini menunjukan kenapa adanya persamaan

budaya antara Suku Dayak Rentenungk dan Suku Dayak Tunjung Tonyoi.

Dikatakan bahwa keturunan anak angkat dari delapan bersaudara tersebut yang

dikenal dengan nama Tulur Aji Jangkat, kemudian menjadi menjadi Suku Dayak

Tonyoi. Sedangkan keturunan asli dari delapan bersaudara tersebutlah yang

menjadi Suku dayak Rentenungk.

Pandangan ketiga mengatakan bahwa Suku Dayak Tunjung Rentenungk

merupakan suku yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah, yang bermigrasi

ke dataran Linggang melalui perhuluan sungai Mahakam. Hal ini tentunya

berhubungan dengan pandangan pertama, dimana pandangan tersebut

menyebutkan bahwa Suku dayak Rentenungk berasal dari perhuluan sungai

Mahakam.

Gambar 4.2 : Masyarakat Suku Dayak Tunjung sedang mengumpulkan Latek PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 33

Sistem perekonomian Suku Dayak Tonyoi dan Rentenungk ditunjang oleh

sektor pertanian tradisional, dimana sistem perladangan tradisional memenang

peran penting dalam kehidupan ekonomi. Pada tahun 1988-1997 perkebunan

karet mulai diperkenalkan kepada Suku Dayak Tunjung, dan kemudian perlahan

sistem perladangan tradisional mulai ditinggalkan. Pada masa sekarang ini,

perekonomian Suku Dayak Tunjung ditunjang oleh perkebunan karet.

Flora dan fauna yang sangat melimpah dalam kehidupan Suku Dayak

Tunjung menyebabkan kehidupan Suku Dayak Tunjung sangat bergantung

dengan lingkungan sekitar dalam kesehariannya. Masyarakat Suku Dayak

Tunjung sejak dahulu sangat memperhatikan keadaan alam sekitar dan

bagaimana memanfaatkannya. Tata-cara pemanfaatan sumber daya alam diatur

dalam hukum adat dan diwariskan turun-termurun secara lisan. Aturan-aturan

tersebut berkaitan tentang tata cara membuka lahan pertanian, pengaturan batas

lahan, pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, tata-cara

berburu dan lain-lain.

Kebudayaan Suku Dayak Tunjung berhubungan erat dengan kepercayaan

mereka, dimana Suku Dayak Tunjung percaya bahwa terdapat Roh-Roh dan

Dewa-dewa yang mengarahkan kehidupan mereka menuju kemakmuran dan

keselamatan. Untuk memberikan penghormatan terhadap roh dan dewa tersebut,

maka lahir lah upacara-upacara adat. Hampir semua jenis tumbuhan yang

digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung dipercaya merupakan

pengetahuan yang didapat langsung dari roh dan dewa Suku Dayak Tunjung, di PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 34

mana para Pelaku Upaca Adat dipercaya mampu berkomunikasi dengan dewa

dan roh-roh yang menjadi kepercayaan mereka.

Kepercayaan ini juga mempengaruhi sistem dan hukum adat yang berlaku, di

mana hukuman atas tidakan pelanggaran dibagi menjadi menjadi dua. Pertama

yaitu hukuman langsung berupa denda materil dan atau bisa berupa pencabutan

atas hak-hak yang dijatuhkan oleh dewan adat. Kedua, yaitu hukuman tidak

langsung atas pelanggaran yang dilakukan terhadap lingkungan sektar atau

kepada anggota masyarakat lainnya, di mana kesalahan tidak memiliki cukup

bukti bagi dewan adat untuk menjatuhkan sanksi, maka hukuman yang akan

diterima oleh yang bersangkutan adalah langsung oleh para roh dan dewa

kepercayaan Suku Dayak Tunjung.

C. Jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam proses pelaksanaan Upacara Adat Suku Dayak Tunjung

Dalam proses penelitian dilapangan, penelitian ini berhasil mendata 78 jenis

tumbuhan yang digunakan oleh Suku Dayak Tunjung dalam kegiatan upacara

adat (Tabel 4.1). Untuk mendapatkan data jenis-jenis tumbuhan yang digunakan

dalam proses upacara adat, peneliti melakukan wawancara terhdapat 7 informan

primer,dari 7 informan primer tersebut 5 diantaranya adalah pelaku upacara adat

dan sisanya merupakan pemuka adat Suku Dayak Tunjung. Untuk memperkuat

keakuratan data, peneliti juga melakukan wawancara terhadap 50 informan

sekunder, yang merupakan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang memiliki

pemahaman tentang proses upacara adat ataupun sering terlibat dalam

pelaksanaan upacara adat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 35

Terdapat beberapa tumbuhan yang identik, yang digunakan dalam upacara

adat Suku Dayak Tunjung, namun fungsi dari tumbuhan tersebut dalam upacara

tidak dapat digantikan satu dengan yang lain.

Dari 78 jenis tumbuhan yang berhasil di data, 71 tumbuhan merupakan

bagian dari divisi Magnoliophyta, dan 1 tumbuhan dari devisi Pteridophyta.

Devisi Magnoliophyta terdiri dari dua kelas, yaitu kelas Magnoliopsida dengan

36 jenis tumbuhan, dan kelas Liliopsida terdiri dari 35 jenis tumbuhan. Devisi

Pteridophyta terdiri dari 1 kelas yaitu Pteridopsida. Jenis tumbuhan yang

berhasil diidentifikasi dalam penelitian ini terdiri dari Dari 23 ordo yang

berbeda, 72 jenis tumbuhan berhasil identifikasi hingga tingkat famili (Tabel

4.1), 53 jenis tumbuhan berhasil di indentifikasi hingga tingkat spesies. Tidak

semua jenis tumbuhan berhasil didata hingga tingkat spesies, hal ini disebabkan

minimnya data tentang tumbuhan tersebut.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 36

Tabel 4.1 Jumlah Famili Yang Teridentifikasi

No FAMILI Jumlah 1. Musaceae 3 2. Cannabaceae 2 3. Moraceae 5 4. Zingiberaceae 6 5. Agavaceae 1 6. Euphorbiaceae 3 7. Arecoideae 1 8. 9 9. Lauraceae 1 10. Urtiaceae 1 11. Rubiaceae 3 12. Apocynaceae 2 13. Fabaceae 1 14. Arecaceae 11 15. Acanthaceae 1 16. Polypodiaceae 2 17. Asteraceae 2 18. Melastomataceae 1 19. Cyperaceae 1 20. Piperaceae 2 21. Meliaceae 1 22. Sapindaceae 2 23. Leguminosae 2 24. Rhizophoraceae 1 25. Bromeliaceae 1 26. Lamiaceae 2 27. Moreceae 1 28. Loranthaceae 1 29. Marantaceae 2 30. Menispermaceae 1 31. Tidak teridentifikasi 6 Total 78

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 37

Tabel 4.2 Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung (Istilah dalam proses upacara dan jenis dari masing-masing proses upacara adat dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4)

Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Daun, Batang, Dijadikan patung, pembungkus Liar Melimpah Papat Penyembuhan, hajatan Akar sesaji, dan juga media penyampaian mantra. 2. Sempat - - Zingiberacea Batang dan akar Dijadikan patung Liar Melimpah Beliant Loangan Penyembuhan e (Mantir) 3. Juangk Hanjuang Cordyline Agavaceae Daun - Dijadikan media penyampian Budiadaya Kurang Beliant Semur, Penyembuhan dan hajatan Merah terminalis L mantra dalam upacara adat Beliant Bawo, - Dijadikan Pengumak Beliant Sentiu, Beliant Kencong 4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Daun, Batang, Dijadikan patung, pembungkus Budidaya Melimpah Semua Upacara - Akar sesaji, dan juga media Adat penyampaian mantra. 5. Nancangk Mahang Macaranga Euphorbiacea Batang, Kulit Batang dijadikan bahan pembuat Liar Melimpah Timeq, Papat Penyembuhan mappa e batang dan Daun balai, kulit batang dijadikan ancak, daun sebagai alas dalam meletakan sesaji pada balai. 6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Daun Buah dijadikan alat dalam Budidaya Melimpah Semua Upacara - upacara, sedangkan daun selain Adat sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll. 7. Tabak - - Poaceae Akar Dibakar dan dijadikan media Budidaya/liar Kurang Semua Upacara - perantara antara pelaku upacara Adat dengan alam sekitar. 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang Dijadikan media tempat memasak Liar Melimpah Semua Upacara - sesaji, dan dijadikan media dalam Adat upacara adat 9. Gaka - - - Batang Dijadikan tali pengikat dalam Liar Melimpah Papat, Pakant Penyembuhan, permintaan malongk pembuatan alat-alat upacara Talunt pertolongan kpd alam, penebusan kesalahan dan permintaan maaf kpd alam PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 38

Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 10. Cahai Kunyit Curcuma Zingiberacea Umbi Dijadikan pewarna dalam Budidaya Melimpah Semua Upacara - domestica e pembuatan media upacara adat Adat

11. Lejaq Jahe Zingiber Zingiberacea Umbi Dijadikan bumbu dalam Budidaya Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan officinale e pembuatan sesaji upacara perlindungan & keselamatan 12. Teliant Ulin Eusideroxylon Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang Liar Langka Papat, Hajat Penyembuhan, Permintaan zwageri balai dalam upacara adat akan suatu tujuan kpd alam 13. Ntugaq - - - Batang dan Daun Dijadikan patung dan juga tempat Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan menggantungkan ancak disetiap perlindungan & sudut balai keselamatan 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan tali pengikat dalam Liar Melimpah Papat, Pakant - pembuaran media upacara, jeak. Talunt. Dll. 15. Tokongk - Amomum Zingiberacea Batang dan akar Dijadikan bahan pembuatan Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan aculeatum e Balai, rempah sesaji. 16. Kuayant Bambu Bambusa Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu Pentabisan dan perkenalan arundinacea dengan alam 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont Penyembuhan, upacara pemeliharaan hubungan dengan alam 18. Pangir/Bung - Morinda sp. Rubiaceae Bunga Media dalam menyampaikan Liar/Budidaya Kurang Semua Upacara - aq “berkat” upacara kepada objek Adat upacara 19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Digunakan sebagai pewarna Liar/Budidaya Langka Semua Upacara - atribut upacara Adat 20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Liar/Budidaya Langka Papat, Kenu, Penyembuhan, permintaan, Banyungk perkenalam dengan alam 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam Liar Melimpah Banyungk Penyembuhan pembuatan balai 22. Gai pelas Rotan Calamus Arecaceae Batang Digunakan untuk Liar Kurang Melas Pentabisan & perkenalam penicillatus menggantungkan subbai kpd alam Roxb 23. Harump - - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budidaya Kurang Beliant Mantir Penyembuhan 24. Komat Puring hijau Codiaeum Euphorbiacea Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar/Budidaya Melimpah Beliant Semur Penyembuhan variegatum. e PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 39

Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 25. Ngkapaq Paku sarang Asplenium nidus Polypodiacea Daun Dijadikan anjat dalam upacara Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan burung e adat 26. Muungk/He Sembung Blumea Asteraceae Daun dan Batang Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan mungk balsamifera 27. Kuncengk Heredong Melastoma Melastomata Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku Liar Melimpah Beliant Sentiu Penyembuhan affine ceae upacara yang mengalami kesurupan. 28. Peridangk Rumput Teki Cyperus Cyperaceae Daun Digunakan menjadi jeak Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan rotundus 29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Daun, Bunga, Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Liar Melimpah Banyungk dan - Buah, Batang haampir semua upacara adat Suku Dayak Tunjung 30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Daun Muda Kabungk Budiaya, Liar Melimpah Timeq, Beliant Penyembuhan Bawo, Semur, Sentiu 31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi Budidaya, Liar Melimpah Hampir semua - upacara adat 32. Wangunt - - Meliaceae Batang Untuk Rautan (Reff), diletakan Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam pada Benawingk sekitar 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis Liar Melimpah Beliant Semur Penyembuhan kelamin wanita 34. Pengoq - - Sapindaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - Adat 35. Pengoq peai - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - Adat 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah, Batang dijadikan patung, daun Liar Melimpah Beliant Nyenturuh Penyembuhan, penebusan Daun, Batang dijadikan media penyampaian Bukur atas suatu kesalahan yang matra dan pembungkus sesaji, dilakukan kepada alam jantung dijadikan alat upacara 37. Mawa - - Cannabaceae Daun, Kulit Daun dijadikan Jeak, Kulit batang Liar Melimpah Hampir semua - batang dijadikan Ancak Upacara Adat 38. Puant Keledang Artocarpus Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Semua Upacara - lanceifolius Adat Roxb 39. Jiee - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - Adat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 40

Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - Adat 41. Paku-paramp - Polypodium Polypodiacea Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - vulgare e Adat 42. Tu-tawa - Costus speciosus Zingiberacea Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - e Adat 43. Memaliq/Sm - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara - eneo Adat 44. Gaka - - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam Ngelagit dijadikan Jeak sekitar 45. Lempung Liana - Rhizophorac Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam ngayo eae sekitar 46. Rekep - - Sapindaceae Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Liar Kurang Melas Perkenalan dengan alam sekitar 47. Gai syi‟it Rotan Calamus Arecaceae Semua organ Wuint awoi( digunakan utuh dari Lair Langka Timeq Penyembuhan balingensis tumbuhan (utuh) akar sampai daun) Furtado 48. Gai sokak Rotan Calamus caesius Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Liar Melimpah Timeq Penyembuhan 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq Penyembuhan

50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Batang, Daun, Dijadikan pencawangk Budidaya, Liar Melimpah Beliant Bawo Penyembuhan Buah 51. Kumar/Lemp - Eleiodoxa Arecaceae Daun dan Batang Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Liar Kurang Ngawat Penyembuhan (diagnosa ucant conferta penyakit) 52. Telasih Selasih Ocimum Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Penyembuhan basilicum Beliant Bawo 53. Katapuq - Thymus vulgaris Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Liar Kuarang Beliant Semur, Penyembuhan Beliant Bawo 54. Pegangk Lau Ilalang Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq Penyembuhan brevifolia 55. Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam 56. Deraya - - - Batang Dijadikan patung dengan jenis Liar Melimpah Papat Penyembuhan, permintaan kelamin laki-laki 57. Peringk - Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Perkenalan dengan alam Taliq 58. Kuayant - Bambusa Poaceae Batang Digunakan untuk melakukan Lair Melimpah Ritual Kenu, Penyembuhan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 41

Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan Kuning vulgaris Schard ritual jika ada kesalahan dalam Beliant Semur melakukan upacara. 59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Timeq Penyembuhan 60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq, Beliant Penyembuhan dan Rantau Perangk, perkenalan dengan alam & Melas lingkungan 61. Raja Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan Pengalah perkenalan dengan alam & lingkungan 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Dijadikan makanan patung Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan (Kernyamp) 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung Lair Melimpah Banyungk Penyembuhan citrifolia (Kernyamp) 64. Lancingk Langusei Ficus Moraceae Daun dan Batang Dijadikan jeak (pada batang Liar Melimpah Melas Penyembuhan dan senit minahassae dijadikan patung) perkenalan dengan alam & lingkungan 65. Mermungk - - - Buah Dijadikan sebagai sumpit dalam Lair Kurang Rantau perangk Penyembuhan uapcara adat 66. Engkehuyo - Chromolaena Asteraceae Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak Menghilangkan aura odorata negatif dari lingkungan 67. Tuq salah Tebu Saccharum Poaceae Batang dan daun Jeak Budidaya, Lair Kurang Pejeak Menghilangkan aura officinarum L negatif dari lingkungan

68. geriq Kemiri Aleurites Euphorbiacea Buah Buah digunakan sambil Budidaya, Liar Melimpah Beliant semur Penyembuhan moluccana e membacakan mantra (banci) (digunakan dalam tempurung kelapa) 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq Penyembuhan, perkenalna dengan alam 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Dijadikan sampo dalam ritual Lair Kurang Semua jenis - membersihkan diri sebelum upacara adat upacara 71. Ukor - - Arecaceae Batang, daun, Digunakan sebagai pencawangk Liar Kurang Beliant Ngawat Pencarian jenis penyakit, buah Penyembuhan 72. Bemant Bemban Donax Marantaceae Batang Dianyam menjadi Kelangkangk Liar Melimpah Beliant kencong Penyembuhan canniformis burung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 42

Jenis dan No Nama Organ yang Ketersediaan Jenis upacara Famili Cara penggunaan sumber Tujuan Upacara digunakan di lapangan Daerah Umum Ilmiah perolehan 73. Botoq Ramban Trema orientalis Cannabaceae Batang dan Daun DijadikanTempusoq dan pondasi Liar Melimpah Beliant Rantau Penyembuhan pada Balai Perangk 74. Niungk - - Arecaceae Tulang Daun Dijadikan “pancing” dalam Liar Kurang Timeq Penyembuhan uapcara adat 75. Jauq - - Arecaceae Buah dan Daun Digantung pada Longan Bayat Liar Kurang Nalint taont, timeq Pemeliharaan hubungan dengan alam, Penyembuhan 76. Belayant - Tinospora Menispermac Batang dan Daun Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar Melimpah Beliant Nyumangk Penyembuhan crispa eae 77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberacea Batang Dijadikan longan Liar Kurang Beliant Bawo Penyembuhan e 78. Biruq - Livistona sp Arecaceae Semua organ Dijadikan tongkat atau Alu Liar Kurang Nalint taont Pemeliharaan hubungan Torungk tumbuhan secara (penumbuk) dalam upacara adat dengan alam utuh

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 43

Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa Suku Dayak Tunjung

memiliki kemampuan untuk mengenali tumbuhan berdasarkan habitat, bentuk

dan warna daun, warna dan jenis batang, jenis akar tumbuhan, warna bunga dan

juga aroma dari tumbuhan tersebut. Kemampuan mengenali tumbuhan yang

dimiliki oleh Suku Dayak Tunjung, lahir dari proses interaksi antara Suku Dayak

Tunjung dengan alam dalam kehidupan sehari-hari. Tumbuh-tumbuhan yang

telah dikenali kemudian diberi nama, dan nama tersebut diturunkan dari generasi

ke generasi secara lisan.

Penamaan tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung didasari oleh

beberapa faktor, diantaranya adalah karakteristik morfologi tumbuhan dan

habitatnya, selain itu penamaan tumbuhan bisa dipengaruhi oleh fungsi

tumbuhan tersebut dan dampak yang ditimbulkan oleh tumbuhan terhadap

makhluk hidup atau tumbuhan lain. Selain dua faktor di atas, penamaan

tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga bisa dipengaruhi oleh

faktor kesamaan bentuk tumbuhan tersebut dengan makhluk hidup lain.

Contoh penamaan tumbuhan yang dipengaruhi oleh ciri mofologi salah

satunya adalah pada tumbuhan Gaka ngelagit. Kata „Gaka‟ dalam dalam bahasa

Tunjung adalah sebutan untuk tumbuhan liar, khususnya yang memiliki batang

semu panjang dan lurus dengan ukuran maksimal 20 cm, sedangkan „Ngelagit‟

berasal dari kata „Agit‟ yang berarti alat pengait. Jadi nama Gaka ngelagit

merupakan penamaan untuk salah satu spesies tumbuhan dengan batang semu

yang panjang dan memiliki alat pengait (gambar 4.47). PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 44

Contoh penaman tumbuhan berdasarkan fungsi tumbuhan tersebut dan

dampak yang ditumbulkan oleh tumbuhan terhadap makhluk hidup atau

tumbuhan lain adalah pada penamaan Raja pengalah pada tumbuhan benalu.

Kata „Raja‟ dalam bahasa Dayak Tunjung sama dengan arti kata raja dalam

bahasa Indonesia, yang dapat diartikan memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih

dibandingkan dengan yang lain dalam ruang lingkup yang sama dengan dirinya,

sedangkan kata „Pengalah‟ dalam bahasa Indonesia memiliki arti Penakluk.

Berdasarkan penjelasan ini maka spesies tumbuhan dengan nama Raja pengalah

menunjuk pada sauatu tumbuhan yang memiliki kemampuan menguasai atau

mengalakan tumbuhan lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat Suku Dayak Tunjung, sering dijumpai

penamaan tumbuhan yang identik. Sebagai contoh penamaan tumbuhan Pengoq

peay dan Pengoq. Dari pembahasan tumbuhan nomor 34 dan 35 jelas kedua

tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang berbeda, penamaan yang identik ini

berdasarkan organ tumbuhan yang paling menonjol. Pengoq peay dan pengoq

memiliki buah dengan warna dan bentuk morfologi yang hampir sama, hanya

saja ukuran buah pengoq peay lebih kecil dari pengoq, hal inilah yang menjadi

dasar pemberian nama yang identik terhadap kedua tumbuhan tersebut.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 45

Deskripsi dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku

Dayak Tunjung seperti yang terdapat pada tabel 4.1, adalah sebagai berikut :

1. Jojot (Musa sp)

Jojot atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama pisang hutan (Musa

sp), merupakan jenis pisang yang tumbuh liar dihutan Kalimantan, khususnya di

wilayah Kabupaten Kutai Barat.

 Daun dan buah: Jojot sekilas mirip seperti pisang pada umumnya, hal yang

membedakan adalah buahnya yang berukuran kecil dan banyak terdapat

berbiji, pada daun jojot muda teradapat banyak bintik berwarna merah.

 Batang: Jojot umumnya tumbuh tegak jika dibandingkan dengan jenis pisang

yang ditanam pada umumnya, tinggi dapat mencapat 3,5 meter, dengan

diameter batang jojot dewasa berkisar antara 14 sampai 25 centi meter.

Gambar 4.3 Daun Jojot muda (Musa balbisiana)  Penggunaan dalam upacara adat: Dalam segala jenis Upacara adat Suku

Dayak Tunjung, jojot merupakan komponen yang selalu ada. Bagian dari

tumbuhan yang dimanfaatkan berupa batang, akar, daun dan bahkan

tumbuhan ini secara utuh diambil dan gunakan dalam upacara. Batang beserta PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 46

akar digunakan sebagai patung yang melambangkan manusia ataupun

roh/dewa yang dipuja dalam upacara tersebut. Daun Jojot digunakan sebagai

pembungkus sesaji, alas peralatan upacara dan juga dapat digunakan sebagai

jampi, yaitu alat untuk menyampaikan mantra kepada subjek upacara adat.

Jojot dapat digunakan secara utuh dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,

jojot yang digunakan biasanya jojot muda dengan diameter batang 5 hingga 8

cm.

2. Sempat Sempat merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh

disemua tempat dan digolongkan sebagai tanaman liar. Sempat memiliki

kemiripan dengan kecombrang, daun dan batang identik dengan kecombarang.

 Batang dan akar: Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga

3,5 meter, memiliki batang semu tegak dengan diameter 2 hingga 4 cm.

Tumbuhan ini tumbuh bergerombol, dan membentuk akar rimpang yang

kemudian berbuah dari akar rimpang tersebut.

 Daun: Sempat berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan lebar

berkisar antara 40-50 cm, lebar daun berkisar antara 8-10 cm. ujung dan

pangkal daun runcing, berwarna hijau.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, sempat digunakana sebagai patung, sama halnya dengan batang

pisang hutan, di mana bagian dari tumbuhan ini yang digunakan adalah

pangkal batang.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 47

Gambar 4.4 Tumbuhan Sempat dan Buahnya

3. Juangk (Cordyline terminalis) Juangk atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama hanjuang merah

(Cordyline terminalis), tanaman ini pertama kali ditemukan di asia timur.

 Daun: Juangk dapat dikenali dengan ciri-ciri di mana daun berupa daun

tunggal, berbentuk lanset lebar, berwarna merah tua, merah muda ataupun

bisa berwarna hijau. Daun Juangk memili panjang antara 15-30 cm, dengan

lebar berkisar antara 14-15 cm.

 Buanga dan Buah: Bunga berbentuk malai, panjang berkisar antara 25

sampai 30 cm, berwarna hijau keunguan atau kuning muda. Buah berbentuk

bola, berwarna merah mengkilat.

 Batang: Tumbuhan Juangk memiliki batang semu tidak berkayu, tidak

memiliki kambium. Lebar batang antara 2 hingga 8 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 48

Gambar 4.5 Hanjuang merah (Cordyline terminalis L)

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, Hanjuang merah digunakan sebagai alat penyampaian mantra.

Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan batang.

Tanaman ini sudah dikenal hampir diseluruh wilayah Indonesia, di mana

pemanfaatan tanaman ini sebagian besar adalah sebagai tanaman hias, tanaman

pagar, dan ada juga yang memanfaatkan tanaman ini sebagai tanaman obat.

4. Jeloq (Musa sp)

Jeloq atau juga yang dikenal nangan nama umum pisang dalam bahasa

Indonesia merupakan tumbuhan dari Famili Musaceae. Tumbuhan terna ini

menghasilkan buah yang baik untuk konsumsi, sehingga menghasilkan nilai

ekonomis dalam perannya bagi kehidupan manusia, sehingga pisang pun

dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat Kutai

Barat khususnya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 49

Gambar 4.6 Pisang (Musa sp)

Pengunaan pisang dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung adalah

sebagai media penyampaian mantra, pembungkus sesaji dan alas alat-alat

upacara dan juga bisa digunakan sebagai atribut upacara. Bagian dari tumbuhan

yang digunakan adalah daun, batang, dan tandan beserta buah dan jantung

pisang.

5. Nancangk

Nancangk atau yang juga dikenal dengan nama mahang (Macaranga mappa)

dalam bahasa Indonesia, merupakan tumbuhan dari keluarga Euphorbiaceae.

Daerah penyebaran mahang di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera dan

Kalimantan (Kartasujana dan Martawijaya, 1979 dalam Damiri dkk, 2009). PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 50

 Batang: Mahang dapat tumbuh dengan ketinggian 10 hingga 35 meter,

batang bulat dan lurus, berwarna coklat abu-abu hingga keputih-putihan.

Mahang muda memiliki batang berongga pada bagian tengah, rongga ini di isi

oleh semut.

 Daun: Mahang berdaun tunggal berbentuk bulat telur, melebar dan pada

bagian ujung bercabang tiga meruncing pada bagian ujung. Permukaan bawah

daun putih, berbuku halus dengan urat daun menjari, sedangkan bagian atas

daun berwarna hijau.

Gambar 4.7 Pohong mahang muda (Macarangan mappa)

 Penggunaan dalam upacara adat: Mahang dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung digunakan dalam pembuatan Balai, Ancak dan pembungkus sesaji,

di mana sesaji yang dibungkus biasanya berupa nasi dan daging, atau bisa

juga dalam bentuk lainnya. Batang dijadikan bahan pembuat balai, kulit

batang dijadikan ancak, daun sebagai alas untuk meletakan sesaji pada balai. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 51

Pemanfaatan lebih jauh dari kayu mahang dalam kehidupan Suku Dayak

Tunjung adalah sebagai material untuk membangun pondok.

6. Nyoo/kelapa (Cocos nucifera)

Nyoo atau juga yang kita kenal dengan kelapa merupakan tumbuhan dari

famili Arecoideae, yang telah dikenal luas oleh masyarakat dunia.

 Batang dan akar: Kelapa memiliki batang tunggal, namun tidak menutup

kemungkinan bisa bercabang karena pengaruh lingkungan. Kelapa, yang

merupakan tumbuhan monokotil memiliki akar tipe akar serabut.

 Daun: Daun kelapa merupakan tipe daun mejemuk menyirip, dengan

penampang melintang pipih, unjung daun meruncing dengan panjang daun

hingga 110 Cm. Tulang daun sejajar, daging daun tipis dan cukup kaku,

permukaan daun licin dan berwarna hijau.

Gambar 4.8 Kelapa (Cocos nucifera) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 52

 Penggunaan dalam upacara adat: Nyoo atau kelapa digunakan sebagai

media upacara, ataupun pembungkus makanan dan atribut upacara. Buah

dijadikan alat dalam upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga

dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dan

sebagainya. Hampir semua jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung

melibatkan organ dari kelapa, baik daun, buah ataupun bunga yang biasa

disebut Lancangk.

7. Tabak

Tabak merupakan tumbuhan dari famili Poaceae, dapat dijumpai di daerah

yang memiliki kontur tanah kering.

 Batang: Batang tumbuhan tabak merupakan batang semu, batang tersusun

atas helaian daun.

 Daun: Tabak memiliki daun berwarna hijau, dengan tekstur permukaan daun

lembut. Tulang daun sejajar, penampang melintang pipih, daging daun tipis.

Tumbuhan tabak memiliki daun dengan lebar 2 hingga 3,5 cm, dengan

panjang daun berkisar antara 30 sampai 45 cm.

 Akar: Tumbuhan tabak memiliki sistem perakaran tipe akar serabut.

 Penggunaan dalam upacara adat: Tabak adalah salah satu tumbuhan

penting dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, dimana tabak wajib

ada dalam setiap proses upacara adat. Bagian dari tumbuhan ini yang

dimanfaatkan adalah akarnya, di mana akar tabak yang dibakar menghasilkan

aroma khas yang menjadi penghubung dari proses upacara atau pelaku

upacara beserta mantranya dengan roh/dewa yang dipuja dalam upacara PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 53

tersebut. Sebuah upacra harus dimulai dengan pembakaran akar tabak, jika

tidak, dipercaya tujuan dari upacara tersebut tidak akan tercapai dan proses

upacara menjadi sia-sia.

Gambar 4.9 Tabak

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 54

8. Lutuq/ Bambu (Bambusa Sp)

Gambar 4.10 Bambu (Bambusa sp)

Bambu adalah tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan membentuk

rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 21 meter.

 Batang: Batang bambu berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak

10-45 cm, permukaan batang bambu berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna

putih.

 Daun: Daun bambu berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly

triangular). panjang daun bambu berkisar antara 21 sampai 35 cm dan lebar

5-6 cm, dengan ujung rucing.

 Akar: Bambu memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya berada

dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, bambu digunakan untuk perabotan membuat Balai, Telusuq, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 55

Lemang, Tara, tongkat dan lain-lain. Hampir semua jenis upacara adat Suku

Dayak Tunjung melibatkan komponen dari bambu dalam pelaksanaannya.

Setelah melaksakan upacara, pihak yang mengadakan upacara, pelaku

upacara dan semua yang menerima Burai, tidak dapat menyentuh bambu

untuk beberapa hari. Hal ini disebabkan bambu memiliki miang yang terasa

gatal apabila terkena kulit, hal ini menyebabkan penurunan makna atau

bahkan kegagalan pencapaian tujuan upacara yang dilaksanakan.

9. Gaka malongk

Gaka malongk merupakan tumbuhan jenis tumbuhan merambat yang tumbuh

dan merambat pada pohon-pohon besar di dalam hutan, khusunya hutan hujan

tropis Kalimantan Timur. Gaka malongk tumbuh dan berkembang diatas

pepohonan yang menjadi inang perkembangbiakannya, di mana gaka malongk

memiliki dua sumber makanan, pertama adalah dari tumbuhan inangnya dan dari

tanah.

Pada gaka malongk tua akan tumbuh batang semu yang merupakan

percabangan dari batang utamanya, batang semu ini akan menghasilkan tunas

gaka malongk baru. Batang semu gaka malongk akan bertumbuh menuju tanah

dari atas pohon inangnnya, di mana pada bagian ujung batang yang telah

mencapai tanah akan tumbuh akar, akar yang tumbuh adalah tipe akar serabut

yang kemudian digunakan untuk mendapatkan makan.

 Batang: Batang semu gaka malongk memiliki panjang yang tidak terbatas,

tergantung tinggi pohon inang yang di tempatinya dengan tanah. Batang ini

dilapisi oleh kulit batang berwarna coklat, teradapat lapisan kambium pada PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 56

batang gaka malongk. Batang gaka malongk tidak tampak lapisan usia,

dengan tekstur sangat lentur dan kuat menjadikan batang semu ini cocok

dijadikan tali untuk mengikat. Diameter dari batang gaka malongk bervariasi,

batang terbesar bisa mencapai 9 cm.

Gambar 4.11: Gaka malongk

 Daun: Daun gaka malongk berbentuk bundar dan meruncing pada ujungnya,

dengan tulang daun melengkung, berwarna hijau gelap.

 Akar: Sistem perakaran akar serabut

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung

gaka malongk digunakan untuk mengikat alat-alat upacara, yang juga dikenal

dengan nama Ruyaq.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 57

10. Cahai/Kunyit (Curcuma domestica)

Kunyit merupakan tanaman rempah-rempah yang telah dikenal diseluruh

dunia, kunyit merupakan tanaman asli Asia Tenggara, yang kemudian menyebar

ke seluruh Dunia.

 Batang: Kunyit memiliki batang semu, memiliki akar rimpang yang tumbuh

membesar menjadi umbi pada bagian pangkal batang. Umbi bagian luar

berwarna cokelat, dan bagian dalam berwarna kekuningan.

 Daun dan Bunga: Memiliki daun tunggal berbentuk bulat telur (lanset),

memanjang hingga 40 cm, dengan lebar berkisar antara 7-14 cm, pertulangan

daun menyirip dan berwarna hijau. Memiliki bunga majemuk, dengan warna

putih kekuningan.

Gambar 4.12 : Kunyit (Curcuma domestica)

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, kunyit dimanfaatkan sebagai pewarna (kuning) pada sesaji dan juga

antribut upacara. Istilah mewarnai dalam Upacara Adat ini sering disebut

dengan istilah Noccou. Kunyit adalah bahan mutlak dalam proses pewarnaan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 58

atribut dan bahan upacara, tidak dapat digantikan dengan zat-zat pewarna

buatan.

11. Lejaq/Jahe (Zingiber officinale)

Seperti halnya kunyit, jahe merupakan tanaman yang dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, dengan demikian maka jahe sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari dan sudah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia.

 Batang: Jahe merupakan tanaman berbatang semu, berbentuk silindris

dengan tinggi tanaman berkisar antara 30 hingga70 cm. Memiliki rimpang

berwarna putih, putih kekuningan atau jingga, rimpang inlah yang kemudian

dimanfaatkan sebagai rempah atau bumbu dapur.

 Daun: Memiliki daun berpasangan tersusun berseling-seling secara teratur

dengan panjang 15 – 23 cm, lebar 1– 3 cm, dengan panjang tangkai daun

berkisar 2–4 mm. Tulang daun sejajar, permukaan daun bagian atas berbulu

putih. Ujung daun berbentuk runcing yang membulat pada bagian pangkal.

 Penggunaan dalam upacara adat: Jahe digunakan oleh Suku Dayak

Tunjung dalam upacara adat mereka sebagai rempah sesaji, di mana hewan

korban yang dipotong akan diambil hatinya untuk sesaji, sesaji ini dalam

pembuatannya diberi jahe dan garam kemudian panggang hingga setengah

matang.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 59

Gambar 4.13 : Jahe (Zingiber officinale)

12. Teliant/ Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)

Kayu ulin merupakan tumbuhan khas dari Kalimantan dan Sumatra bagian

selatan, memiliki tekstur batang yang keras, padat dan berat membuat kayu ini

menjadi pilihan utama untuk bahan konstruksi bangunan, karena mampu

bertahan dalma waktu yang cukup lama bahkan dalam kondisi basah atau berada

di dalam tanah sekalipun. Kayu ulin dapat tumbuh hingga mencapai 80 meter,

dengan lebar pohon hinngga 3 meter. Pohon ulin dengan batang mencapai

diameter lebih dari 1 meter akan berlubang pada bagian tengahnya.

 Batang: Pohon ulin memiliki batang dengan kulit luar berwarna merah

kecolatan, dengan permukaan halus.

 Daun dan Buah: Tulang daun kayu ulin menyirip, bentuk daun oval dengan

panjang 6 -20 cm, dan lebar berkisar antara 8-14 cm. Daun kayu ulin PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 60

berwarna hijau, di mana ulin muda akan memiliki daun yang lebar, senakin

tua kayu ulin, semakin kecil daun yng ia miliki. Buah ulin dapat bertahan dari

segala kondisi lingkungan, hal ini disebabkan buah kayu ulin memiliki tiga

lapisan.

Gambar 4.14 : Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri)

Lapisan terluar adalah kulit buah yang kemudian dilanjutkan dengan lapisan

dari zat yang sangat keras, yang melindungi inti buah dari kerusakan,

kemudian inti buah. Buah kayu ulin memiliki diameter kurang lebih 7 cm,

dengan panjang hingga 15 cm.

 Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan kayu ulin dalam upacara adat

Suku Dayak Tunjung adalah sebagai patung dan juga bahan pondasi dari

Balai. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 61

13. Ntugaq

Gambar 4.15 : Cabang kayu entugaq dan daunnya

 Batang: Ntugaq adalah jenis kayu endemik daerah Kalimantan, khususnya

Kutai Barat. Entugaq adalah jenis kayu berbatang keras, terdapat kambium,

kulit batang tipis dan berwarna hitam abu-abu dan terdapat corak keputih-

putihan. Batang entugaq dapat tumbuh dan berkembang mencapai ketinggian

10 meter, dengan lebar hingga 40 cm, setelah itu entugaq akan mati.

 Daun: Memiliki bunga lengkap, daun berwarna hijau sedangkan daun muda

berwarna merah atau ungu, lebar daun berkisar antara 4 sampai 7 cm, dengan

panjang 10 sampai 14 cm. Tulang daun dan urat daun sejajar, dengan bagian

atas daun halus dengan tekstur keras serta licin, ujung daun meruncing.

 Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan entugaq dalam upacara adat

Suku Dayak Tunjung adalah sebagai Reef, Tempusoq dan juga digunakan

sebagai tiang Ancakq.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 62

14. Tempera

Gambar 4.16 : Tempera

 Daun: Tempera merupaka tumbuhan merambat yang tumbuh di daerah yang

memiliki tanah dengan kandungan air yang sedikit. Tumbuhan ini memiliki

daun tunggal dengan tulang daun menjari sejajar. Daun lebar dengan bagian

ujung meruncing serta bergerigi pada bagian tepi. Memiliki daun dengan

lebar berkisar antara 11-17 cm, sengan panjang dapat mencapai 26 cm, bagian

bawah daun kasar dan berbulu. Bagian atas daun licin dan bergelombang.

 Batang dan Akar: Memiliki batang semu yang cukup lentur dengan dan kuat,

batang dilapisi kulit luar berwarna merah, bagian dalam putih dengan batang

pokok berserat. Memiliki akar tipe akar tunggang. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 63

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam proses upacara adat Suku Dayak

Tunjung, Tempera digunakan sebagai bahan pengikat atribut upacara atau

bisa juga digunakan sebagai Jeak. Bagian yang digunakan adalah batang

semu dan daun, daun bisa juga digunakan untuk mencuci alat upacara, di

mana fungsinya adalah sebagai pengganti spons.

15. Tokongk

Tokongk, merupakan tumbuhan dari famili Zingiberaceae, tumbuh dengan

batang semu, sekilas sangat mirip dengan tumbuhan kecombrang dan sempat.

Gambar 4.17 : Bunga tokongk (Amomum aceleatum)

 Batang: Tokongk tumbuh dengan batang semu dengan ketinggian dapat

mencapai 2 meter, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4,5 cm.

 Daun: Daun tunggal, berbentuk lanset memanjang dengan panjang 40-50 cm,

lebar 8-10 cm, ujung dan pangkal daun runcing, memiliki daun tunggal

dengan tulang daun menjari. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 64

 Akar, Bunga, Buah: Tokongk memiliki akar rimpang dalam tanah yang

cukup banyak, dengan panjang dapat mencapai 2 hingga 3 meter. Akar

rimpang ini dapat menghasilkan bunga yang mucul ke permukaan tanah,

bunga dari tumbuhan tokongk termasuk bunga majemuk.

Gambar 4.18 : Tokongk (Amomum aceleatum), tumbuh dan berkembang menjadi koloni yang dominan  Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, tokongk digunakan sebagai bahan baku pembuatan Balai, di mana

bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah batang semu dari tokongk.

16. Kuayant

Kuayant adalah bambu hijau dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari

bambu hijau biasa. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 65

 Batang: Kuayant dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih besar

dari bambu pada umumnya dengan jarak internodus berkisar antara 30-50 cm,

kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm, dengan lebar

daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm.

 Daun: Daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-7

cm dengan lebar maksimal 5cm, ujung daun meruncing, berambut pada

kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan.

Gambar 4.19 : Batang kuayant (Bambusa sp)

 Akar: Akar serabut

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, kuayant dimanfaatkan sebagai Balai atau Pantiq, di mana bagian

yang dimanfaatkan adalah batang dari kuayant. Meskipun bambu memiliki

banyak jenis, dalam upacara adat telah ditentukan fungsi dan bahan dari alat-

alat yang digunakan sehingga tidak dapat diganti dengan bambu dari jenis

lainnya. Selain dalam upacara adat, kuayant juga banyak dimanfaatkan dalam PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 66

kehidupan sehari-hari masyarakat Suku Dayak Tunjung, mengingat tebalnya

daging batang yang dimiliki, sehingga mampu bertahan dalam waktu yang

relatif lama.

17. Tuuq/Tebu (Saccharum sp)

Tebu merupakan tumbuhan yang termasuk kedalam kelas rumput-rumputan,

dan hanya mampu tumbuh dan berkembang di daerah yang beriklim tropis.

Tumbuhan ini banyak dibudidayakan sebagai tanaman industri, hal ini tidak

terlepas dari batang semu tebu yang banyak mengandung glukosa.

 Biji dan Akar: Tebu merupakan tumbuhan biji berkeping satu, sehingga

memiliki sistem perakaran akar serabut.

 Batang: Batang tumbuh tegak lurus beruas-ruas dan dapat mencapai

ketinggian hingga 3,8 meter, permukaan batang dilapisi lilin yang berwarna

putih keabu-abuan. Batang memiliki warna yang bervariasi, mulai dari hijau,

kuning hingga ungu, hal ini tergantung dari jenis spesies tebu itu sendiri.

 Daun: Daun tebu berbentuk lanset atau pita, dengan panjang dapat mecapai

1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki pelepah yang

menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian tengahnnya

berlekuk (midrip).

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 67

Gambar 4. 20 : Tebu (Saccharum sp)

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, tebu digunakan sebagai tiang pusat upacara, dimana pelaku upacara

yang menjalankan ritual, akan mengelilingi tiang ini melakukan beberapa

tarian.

18. Pangir/bungaq

Pangir atau bungaq merupakan tumbuhan termasuk dalam famili rubiaceae,

tumbuhan ini memiliki bunga merah berkelompok dalam 1 tangkai bunga.

 Batang: Pangir memiliki batang yang keras dan berkambium, kulit batang

halus dan berwarna coklat atau abu-abu. Pangir dapat tumbuh hingga

mencapai ketinggian 5 meter, dan lebar batang hingga 25 cm.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 68

Gambar 4.21 : Tumbuan pangir (Morinda sp)

 Daun: Daun pangir berwarna hijau dengan pertulangan daun menyirip,

meruncing pada bagian ujung dan pangkal, bagian tepi daun rata. Lebar daun

berkisar antara 15 hingga 18 cm, dan panjang hingga 21 cm.

 Bunga: Bunga pangir berwarna merah, kelopak bunga merupakan perpaduan

warna merah dan putih, termasuk kedalam jenis bunga sejati.

 Penggunaan dalam upacara adat: Suku Dayak Tunjung menggunakan

bunga pangir dalam upacara adat sebagai media untuk menyampaikan berkat

upacara terhadap orang atau barang yang menjadi objek upacara.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 69

19. Pujaq

 Batang: Pujaq adalah tumbuhan semak dengan batang berkayu, batang

berwarna hijau, ukuran batang maksimal 0,4 cm.

 Bunga: Bunga banci berwarna merah, kelopak bunga berwarna merah atau

merah muda.

 Daun: Daun tunggal berulang sejajar, dengan lebar daun 3-5 cm dan panjag

berkisar antara 6 sampai 8 cm. pinggir daun datar, permukaan daun halus

dengan tekstur keras namun daun secara keseluruhan lentur. hingga 0,6 cm.

Daun berwarna hijau, daun duduk berhadapan.

Gambar 4.22 : Tumbuhan pujaq

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, pujaq digunakan untuk mewarnai daun kelapa yang dikenal dengan

istilah Noccou. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun, di mana daun

pujaq dapat menghasilkan warna merah dari sari-sari daun yang telah

dihancurkan dan dicampurkan dengan air. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 70

20. Ami/ Uncaria gambir

Gambir (Uncaria gambir) secara tradisional digunakan untuk menyirih,

mengandung senyawa katekin yang digunakan di industri kesehatan untuk

berbagai keperluan, industri kosmetik, industri minuman dan makanan serta

sebagai pewarna alami. Bagian dari tumbuhan yang digunakan adalah daun dan

ranting. Gambir tumbuh pada ketinggian 200 hingga 900 meter diatas

permukaan laut, termasuk jenis tumbuhan perdu yang memiliki batang keras.

Gambar 4.23 : Tumbuhan gambir (Uncaria gambir)

 Batang: Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat pucat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 71

 Daun: Daun tunggal, berhadapan, bentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal

bulat, ujung meruncing, panjang 8 - 13 cm, lebar 4-7 cm, warna hijau dengan

tulang daun sejajar.

 Bunga: Bunga majemuk, bentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang

kurang lebih 5 cm, mahkota bunga 5 helai berbentuk lonjong, berwarna warna

ungu.

 Buah: Buah gambir berbentuk polong semu berpenampang dengan ukuran 2

cm dan penuh dengan biji-bijian halus yang berukuran rata-rata 1-2 mm. Pada

bagian luarnya terdapat sayap yang memungkinkan biji gambir tersebar

cukup jauh dari pohonnya karena dibawa oleh angin.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, gambir digunakan untuk membuat urapan upacara atau yang dikenal

dengan istilah Jampiq.

21. Gaka Kedot

Gaka dalam bahasa Suku Dayak Tunjung berarti tumbuhan merambat yang

memiliki batang semu, batang lentur dan tidak berkayu, hidup dengan membelit

tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar matahari. Gaka kedot termasuk kedalam

jenis tumbuhan liana, dimana gaka kedot membelikan batang semunya dan

merambat melalui batang bohon untuk mencapai kenopi hutan hujan tropis, hal

ini supaya gaka kedot mendapatkan cahaya yang cukup untuk mengolah

makanan. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 72

Gambar 4.24 : Gaka kedot

 Daun: Gaka kedot memiliki daun yang lebar dengan pertulangan daun

menyirip, lebar daun dapat mencapai 15 cm dan panjang 21 cm. daun

merucing pada bagian ujung dan pangkal, tepi daun rata, berwarna biru,

memiliki tangkai daun dengan panjang rata-rata 15 cm.

 Batang: Gaka kedot memiliki batang berupa serat dengan alur seperti tali

pada bagian dalamnya, alur ini bersifat lentur dan kuat, alur inilah yang

dimanfaatkan sebagai tali pengikat atribut upacara. Batang gaka kedot

memiliki kulit luar berwarna coklat, bagian dalam putih kekuningan.

22. Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb)

Gai dalam bahasa Dayak Tunjung berarti rotan, sedangkan Pelas berasal dari

kata Melas, mengacu pada upacara pengukuhan atau peresmian, bisa juga PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 73

diartikan sebagai penabisan. Gai pelas adalah jenis rotan yang digunakan dalam

acara Melas.

 Batang: Rotan ini dikenali dengan ciri-ciri berbatang kecil, dengan ukuran

batang 0,4 cm, dan panjang dapat mencapai 40 meter.

Gambar 4.25 : Gai pelas (Calamus pinicillatus Roxb)

 Daun: Gai pelas memiliki daun berbentuk lanset, dengan lebar daun berkisar

antara 4-7 cm dan panjang daun berkisar anatara 18 hingga 22 cm, tulang

daun sejajar, bagian tepi dan bawah daun berduri, tulang daun pada bagian

ujung daun memanjang membentuk alam pembelit dengan panjang hingga 1

meter, dengan duri-duri kecil dan kokoh.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, gai pelas digunakan untuk menggantungkan Subbai.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 74

23. Harump

 Batang: Harump merupakan tumbuhan dari famili Acanthaceae, memiliki

batang berkayu, dapat tumbuh hingga 1,7 meter dan berwarna ungu

kehitaman.

 Daun dan Bunga: Berdaun tunggal, tangkai daun pendek, bentuk tangkai

daun bulat, pertulangan daun menyirip, permukaan atas daun mengkilap dan

licin, tepi daun rata dan berwarna ungu, bunga harup merupakan bunga

majemuk.

Gambar 4.26 : Harump PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 75

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam proses upacara adat Suku Dayak

Tunjung, harump digunakan seagai alat upacara, di mana harump digantung

pada Longan bayat.

24. Komat/puring hijau

Puring merupakan tanaman asli Indonesia, termasuk kedalam jenis tumbuhan

perdu dengan ketinggian bisa mencapai 2 meter.

 Batang: Puring memiliki batang bulat berkayu, memiliki kulit batang dan

kambium, kulit batang puring berwarna coklat.

Gambar 4.27 : Puring hijau (Condieaum variegatum)

 Daun: Puring hijau memiliki daun dengan bintik kuning pada permukaan

daun, tulang daun menyirip dan bagian tepi daun rata serta meruncing pada

bagian pangkal dan ujung daun. Tumbuhan dari famili Euphorbiaceae ini PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 76

memiliki daun dengan lebar 5 hingga 7 cm, dan panjang daun berkisar antara

10 hingga 17 cm.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, puring hijau dijadikan Pengasi, di mana bagian tumbuhan yang

digunakan adalah daun hingga sebagian batang.

25. Engkapaq/ paku sarang burung (Asplenium nidus)

Merupakan jenis tumbuhan paku yang sering dijadikan sebagai tanaman hias

halaman. Tumbuhan ini memiliki ental (frond), dengan panjang dapat mencapai

1,5 meter, yang berguna untuk menyimpan cadangan air.

 Daun, Spora: Tulang daun menyirip tunggal, warna helai daun hijau cerah,

dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi

bawah helai daun, atau pada urat-urat daun bagian bawah. Sorus dilindungi

oleh semacam kantung dengan bentuk memanjang.

Gambar 4.28 : Paku sarang burung (Asplenium nidus) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 77

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, paku sarang burung dijadikan Anjat/Bakeq, yang penggunaannya

secara simbolis sebagai tas bagi pelaku upacara dalam melaksanaan jalannya

ritual upacara.

26. Muungk/Hemuungk (Blumea balsamifera)

Muungk dalam bahasa Indonesia juga dikenal dengan nama sembung, adalah

tumbuhan jenis perdu yang bisa digunakan sebagai obat-obatan.

Gambar 4.29 : Tumbuhan sembung (Blumea balsamifera) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 78

 Batang: Sembung memiliki batang dengan tinggi dapat mencapai 2 meter,

batang tegak, bagian atas batang berbulu, warna hijau abu-abu.

 Daun: Daun tunggal, tersebar, helai daun lonjong, pangkal dan ujung

meruncing, tepi bergerigi, permukaan daun bagian atas dan bawah berbulu,

berdaun lebar, lebar daun 14-16cm, panjang daun 21-24 cm, dengan

pertulangan daun menjari.

 Bunga dan Biji: Bunga berbentuk tandan, tumbuh diketiak daun dan ujung

batang, mahkota berwarna putih kekuningan. Buah kotak, bentuk silindris,

berambut warna putih kecokelatan. Biji pipih dan berwarna warna putih.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, sembung digunakan sebagai pengasi.

27. Kuncengk/Heredong (Melastoma polyanthum)

Tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh liar di dataran tinggi

yang banyak mendapat paparan sinar matahari.

 Batang: Batang heredong berkayu, berbentuk bulat dan berbulu,

percabangan batang simpodial dan batang heredong berwarna coklat.

 Daun: Heredong berdaun tunggal, berbentuk bulat telur dengan panjang

panjang 2-20 cm, lebar daun kerang lebih 1-8 cm, duduk daun berhadapan,

ujung dan pangkal daun runcing, tepi rata, permukaan atas dan bawah daun

berbulu,daun bagian atas berwarna hijau, bagian bawah berwarna hijau pucat

dan abu-abu.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 79

Gambar 4.30 : Bunga/buah Heredong (Melastoma polyanthum)

 Bunga: Bunga heredong majemuk, kelopak bunga berlekatan, memiliki daun

pelindung, berwarana ungu kemerahan, benang sari 8 sampai 12, panjang

kurang lebih 3 cm berwarna merah muda, memiliki satu putik, kepala putik

berbintik hijau, bakal buah beruang empat sampai enam, mahkota lima buah

berbentuk bulat telur berwarna ungu.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, heredong digunakan sebagai ramuan untuk diminum pelaku upacara

ketika proses upacara berlangsung dan pelaku upacara mengalami kerasukan.

28. Peridangk/Rumput teki (Cyperus rotundus)

Rumput teki atau yang dikenal dalam bahasa latin adalah Cyperus rotundus,

merupakan salah satu tumbuhan rumput semi menahun yang tingginya bisa

mencapai 10 hingga 95 cm.

 Batang: Rumput teki termasuk jenis tumbuhan terna yang memiliki batang

lunak, berbentuk segi tiga dan berwarna warna hijau. Rumput teki PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 80

membentuk umbi di pangkal batang, membentuk rimpang panjang yang

kemudian dapat membentuk tunas baru, daun-daun terdapat di pangkal

batang.

Gambar 4.31 : Peridangk atau Rumput teki (Cyperus rotundus)

 Daun: Daun Rumput teki memiliki pertulangan daun sejajar, permukaan

daun licin dan tidak berambut, warna permukaan atas hijau tua sedangkan

permukaan bawah hijau muda, mempunyai parit yang membujur di bagian

tengah, ujung daun meruncing. Daun rumput teki merupakan daun tunggal

berbentuk lanset dan berpelepah, pada bagian tepi daun tajan dan rata.

 Akar: Rumput teki memiliki sistem perakaran akar serabut.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung,rumput teki digunakan sebagai Jeak dalam upacara Banyungk.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 81

29. Paant/Pinang (Areca catechu)

 Batang: Pohon pinang meiliki batang yang lurus dan langsing, pohon pinang

dapat mencapai ketinggian 25 m dengan diameter 15 hingga 25cm.

 Daun: Tajuk tidak rimbun, pelepah daun membentuk tabung dengan panjang

80 cm, tangkai daun pendek, helaian daun panjangnya sampai 80 cm, anak

daun 85 x 5 cm, dengan ujung sobek dan bergerigi, bentuk daun lanset

dengan pertulangan daun sejajar, sistem perakaran pinang adalah akar

serabut.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, pinang digunakan sebagai Kabungk. Hampir semua upacara adat

Suku Dayak Tunjung melibatkan organ dari tumbuhan pinang, salah satu

jenis upacara yang menggunakan daun pinang adalah Banyungk.

Pinang saat ini dimanfaatkan sebagai tanaman konsumsi, di mana buah

pinang dimakan bersama dengan daun sirih dan kapur. Piang juga dimanfaatkan

sebagai tanaman industri, kini pinang dibudidayakan dalam sekala besar sebagai

komoditi ekspor dari Indonesia.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 82

Gambar 4.32 : Pohong pinang (Areca catechu)

30. Sarap/Aren (Arenga pinnata)

Enau atau aren (Arenga pinnata), merupakan tumbuhan dari suku Arecaceae.

Aren adalah palma yang merupakan tanaman serba guna, penghasil gula dan

juga buah aren dapat dimanfaatkan sebagai makanan, yaitu kolang kaling. Aren

dapat tumbuh pada lahan mulai dari tanah liat, tanah berlumpur sampai dengan

berpasir, dengan kesamaan tanah rendah. Tempat tumbuh yang paling baik 500 –

800 m dpl, curah hujan lebih dari 1.200 mm/tahun. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 83

Gambar 4.33 : pohon aren (Arenga pinnata)

 Batang: Batang aren lurus, tinggi, dan ditutupi ijuk di bagian bawah pelepah

daun. Bagian dalam dari batang eran meiliki serat, dengan batang bagian luar

dilindungi oleh lapisan yang keras, batang bagian dalam lunak, batang aren

tidak memiliki kambium.

 Daun: Daun aren memiliki tulang daun menyirip, tangkai daun 1-1,5 m

dengan pelepah daun pada pangkalnya. Anak daun bentuk lanset, menyirip,

pangkal membulat, ujung runcing, bagian tepi rata, tangkai pendek.

 Buah: Buah aren seperti buah batu, bulat sampai bulat telur dengan panjang

5-8 cm, berdaging, terdiri dari 2 - 3 biji, hitam. Bunga aren jantan dan betina

berpisah, besar, tangkai perbungaan muncul dari batang, dengan panjang

berkisar antara 1 hingga 1,2 meter. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 84

 Bunga: Bunga aren memiliki tandan, dengan malai bunga yang menggantung

pada tandan tersebut. Bunga tersebut tumbuh pada ketiak-ketiak pelepah atau

ruas-ruas batang bekas tempat tumbuh pelepah. Proses pembentukan bunga

mula- mula muncul dari pucuk, kemudian disusul oleh tunas-tunas berikutnya

ke arah bawah pohon. Dalam hal ini bunga aren tumbuh secara basiferal,

yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung paling atas batang, sedangkan

bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah.

Tandan bunga yang ada di bagian atas terdiri dari bunga betina. Sedangkan

yang di bagian bawah, biasanya terdiri dari bunga jantan. Tandan dari bunga

aren ini yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan zat cair yang

disebut Nira.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, daun aren digunakan sebagai Kabungk, dimana upacara adat yang

mengunakan kabungk adalah Belian Sentiu, Beliant Bawo dan Belian Semur.

31. Rakap/Sirih (Piper betle)

Piper bettle tumbuh di daerah hutan yang mempunyai curah hujan 2250 -

4750 mm/tahun. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 900 m dpl, dan

menyukai tempat yang teduh dan terlindung dari angin, serta pada daerah yang

kaya bahan organik dengan pH 7 – 7,5.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 85

Gambar 4.34 Rakap/Sirih (Piper betle)

 Batang: Batang sirih umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk

bulat, memiliki ruas, pada bagian ruas ini merupakan tempat tumbuhnya akar.

 Daun: Daun sirih berbentuk oval, tunggal, bagian ujung daun runcing,

tumbuh berselang seling, setiap daun memiliki tangkai pendek, panjang daun

berkisar 5-8 cm dengan lebar sekitar 2-5 cm.

 Bunga dan Akar: Bunga sirih majemuk berbentuk bulir, memiliki daun

pelindung kurang lebih 1 mm dengan bentuk bulat panjang, akar sirih

termasuk kedalam jenis akar serabut atau akar gantung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 86

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, sirih digunakan untuk membuat Jampiq, yaitu alat penyampaian

mantra upacara. Selain digunakan sebagai jampiq, sirih juga digunakan dalam

kegiatan makan sirih, dimana daun sirih dimakan mentah dicampur dengan

kapur sirih, buah pinang dan gambir.

32. Wangun

Merupakan tumbuhan dari famili Meliaceae, tumbuhan ini merupakan jenis

tumbuhan berbatang keras, dan menghasilkan aroma yang khas dari daunnya

bila dibakar.

 Batang: Wangun memiliki batang berwarna coklat kehitaman pada bagian

luarnya, dengan batang berbentuk bulat, berkambium. Tumbuh lurus dan

jarang memiliki cabang, dapat mencapai tinggi 5 meter, dengan diameter

batang dapat mencapai 5 cm.

 Daun: Daun wangun adalah daun majemuk dengan tulang daun menyirip

genap, berwarna hijau cerah. Bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian

ujung dan pangkal daun, lebar daun berkisar antara 5 sampai 7 cm, dan

panjang daun berkisar antara 12 hingga 15 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 87

Gambar 4.35 Tumbuhan Wangun

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, wangun digunakan untuk Reff, dan diletakan pada Benawingk, di

mana bagian tumbuhan yang digunakan adalah batang. Wangun juga

digunakan untuk mengusir hama di ladang, di mana daun wangun dibakar dan

menghasilkan aroma yang semerbak, aroma ini tidak disukai oleh hama

wereng dan belalang.

33. Nyelutui/Kayu gabus (Alstoniae cortex)

Merupakan tumbuhan dari famili Apocynaceae, tumbuhan ini tumbuh hampir

diseluruh wilayah Indonesia, dan dikenal dengan banyak nama. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 88

Gambar 4.36 Kayu gabus (Alstoniae cortex)

 Batang: Kayu gabus dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl,

memiliki batang dengan warna putih abu-abi pada bagian luar, memiliki getah

berwarna putih, batang lurus dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 100

meter dengan lebar batang dapat mencapai 1 hinggi 1,5 meter, memiliki

percabangan menggarpu.

 Daun: Daun tunggal, tersusun melingkar 4 – 9 helai, pertulangan daun

menyirip, bertangkai dengan panjang berkisar antara 7,5 – 15 cm, bentuknya

lanset atau lonjong, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata,

panjang 10 – 23 cm, lebar 3 – 7,5 cm, warna hijau.

 Bunga: Kayu gabus memiliki bunga majemuk tersusun dalam malai yang

bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau

terang sampai putih kekuningan, berambut halus dan rapat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 89

 Buang: Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 – 50

cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 – 2 cm, berambut pada bagian

tepinya dan berjambul pada ujungnya.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, kayu gabus digunakan menjadi patung, bagian yang digunakan

adalah batang, patung dari kayu gabus melambangkan dewa atau manusia

laki-laki.

34. Pengoq

Pengoq merupakan tumbuhan dari familli Sapindaceae, yang tumbuh dan

berkembang pada hutan hujan tropis. Pengoq dapat tumbuh dan berkembang

dengan ketinggian mencapai 15 meter.

 Batang: Pengoq memiliki batang bulat berkayu keras, tidak berbanir dan

memiliki kulit batang dengan tekstur halus berwarna coklat, batang

berkambium dengan diameter dapat mencapai 45 cm.

 Daun: Pengoq memiliki daun berwarna hijau tua dengan pertulangan daun

menyirip, bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung daun, bagian

bawah daun berwarna hijau pucat, permukaan daun licin dan halus. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 90

Gambar 4.37 pengoq

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, pengoq digunakan sebagai Jeak, oran tumbuhan yang digunakan

adalah daun hingga batang bagian atas. Terdapat dua jenis tumbuhan dengan

nama yang sama dan fungsi yang sama pula, yaitu pengoq dan pengoq peai,

namun tumbuhan ini berbeda jika dilihat dari ciri morfologinya. Fungsi

masing-masing tumbuhan dalam upacara adat tidak dapat digantikan satu

dengan yang lainnya.

35. Pengoq peai

 Batang: Pengoq peai merupakan tumbuhan dari famili piperaceae, memiliki

batang berkayu keras, dengan bagian luar batang berwarna putih, batang lurus

dan memiliki lapisan kambium. Pengoq peai dapat tumbuh hingga 2 meter

dengan lebar batang hingga 4 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 91

 Daun: Daun tunggal dengan pertulangan daun melengkung, daun berwarna

hijau tua, bagian atas daun licin, bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun

meruncing. Daun pengoq peai memiliki lebar 13 cm, dan panjang 17 hingga

20 cm.

 Akar dan Bunga: Pengoq peai memiliki sistem perakaran akar tunggang,

bunga banci tanpa hiasan bunga, terletak di ujung batang.

Gambar 4.38 Pengoq peai

 Penggunaan dalam upacara adat: Pengoq peai dalam upacara adat Suku

Dayak Tunjung digunakan sebagai Jeak, yang berfungai untuk

menyingkirkan segala jenis hal-hal negatif yang ada disekitar tempat

berlangsungnya upacara ataupun pengaruh-pengaruh negatif yang timbul dari PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 92

proses upacara yang dapat mengganggu kehidupan masyarakat disekitar

tempat upacara ataupun pelaku upacara itu sendiri.

36. Sewet/pisang hutan (Musa sp)

Sewet merupakan jenis pisang liar dari familli Musaceae yang tumbuh subur

pada daerah hutan hujan tropis, khususnya pada hutan hujan tropis Kabupaten

Kutai Barat.

Gambar 4.39 Sewet (Musa sp)

Sewet dapat dikenali dengan bentuk morfologinya yang tampak kokoh, baik

dari batang, pelepah dan juga pertulangan daun serta buah yang besar.

 Buah: Sewet memiliki buah yang cukup besar, dengan diameter buah 2,5

hingga 4 cm dan panjang 12 hingga 14 cm. Buah sewet memiliki biji yang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 93

sangat banyak, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Buah sewet

yang telah matang berwarna kuning, sedangkan buah muda berwarna hijau,

buah sewet yang telah matang memiliki rasa manis jika dikonsumsi.

 Batang: Sewet termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk

pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan

tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur, pada sewet,

diameter batang dapat mencapai 30 cm. Percabangan tanaman bertipe

simpodial dengan meristem ujung memanjang dan membentuk bunga lalu

buah. Bagian bawah batang sewet menggembung berupa umbi yang disebut

bonggol.

 Daun: Daun sewet bentuknya lanset memanjang, berbeda dengan daun

pisang pada umumnya, daun sewet tidak mudah mudah terkoyak, panjang

1,5-3 m, lebar 30-70 cm, permukaan bawah berlilin, tulang tengah penopang

jelas disertai tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip, warnanya

hijau.

 Bunga: Sewet memiliki bunga majemuk, yang tiap kuncup bunga dibungkus

oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke

tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara

normal, sedang bunga jantan yang berada di ujung tandan tidak berkembang

dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. Jantung

pisang ini harus dipangkas setelah selesai berubah. Tiap kelompok bunga

disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Jumlah sisir betina antara 5-15 PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 94

buah. Akar sewet termasuk dalam jenis akar serabut seperti jenis pisang

lainnya.

 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,

sewet digunakan untuk bahan pembuatan patung. Organ tumbuhan yang

digunakan adalah batang, yang kemudia dibentuk menjadi patung manusia.

Daun sewet digunakan untuk alas sesaji, pembungkus makanan dan lain-lain.

37. Mawa

Mawa merupakan tumbuhan dari familli Cannabaceae, tumbuh pada daerah

dengan ketinggian 400 hingga 900 dpl.

Gambar 4.40 Mawa PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 95

 Batang: Mawa merupakan tumbuhan berbatang keras, memiliki batang lurus

dan dapat tumbuh hingga 15 meter, kulit batang berwarna coklat kehitaman

dengan permukaan halus, batang berkambium.

 Akar: Sistem perakaran adalah akar tunggang.

 Daun: Daun mawa berbentuk segitiga, meruncing pada bagian ujung daun.

Daun bagian bawah berwarna kekuningan dan memiliki serbuk yang

menyerupai tepung halus, bagian permukaan atas daun berwarna hijau tua dan

licin. Tulang daun menjari, bagian tepi rata, lebar daun 10 hingga 14 cm dan

panjang daun 15 hingga 20 cm.

 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,

daun mawa digunakan menjadi Jeak, kulit batang dijadikan Ancakq.

38. Puant/keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb)

 Batang: Tumbuhan dengan batang sejati berkayu keras, tinggi tumbuhan ini

dapat tumbuh mencapai tinggi 36 m dengan batang lurus; memiliki cabang,

kulit batang berwarna coklat kehitaman dengan permukaan yang kasar,

memiliki lateks berwarna putih pucat dan kental. Kayu teras keledang

berwarna cokelat-kekuningan jingga, kadang-kadang dengan kilauan hijau-

zaitun, menjadi lebih gelap bila terpapar cahaya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 96

Gambar 4.41 Keledang (Artocarpus lanceifolius Roxb)

 Daun: Keledang memiliki daun tunggal yang tersebar dan memiliki daun

penumpu, pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun rata dan berbentuk

lanset. Permukaan daun kasar dan berbulu, berwarna hijau, lebar daun 11

hingga 15 cm dengan panjang dapat mencapai 30 cm.

 Bunga: Bunga keledang berkelamin tunggal, tersusun dalam bunga majemuk

berbentuk periuk.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,

organ tumbuhan keledang yang digunakan adalah daun, daun keledang

difungsikan sebagai Jeak. Daun yang digunakan dikenal dengan istilah

Rakas, hampir semua jenis upacara adat dengan durasi lebih dari 1 hari

menggunakan jeak, yang melibatkan daun tumbuhan keledang.

39. Jiee

Jiee merupakan tumbuhan yang memiliki hubungan dengan tumbuhan dari

suku paku-pauan, tumbuhan ini berkembang dengan cara bertunas. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 97

Gambar 4.42 Tumbuhan Jiee

 Akar dan Batang: Jiee memiliki sistem perakaran akar serabut, dengan

batang keras pada bagian luarnya, bagian dalam lunak. Tumbuhan ini tumbuh

dan berkembang dapat mencapai ketinggian 70 cm. batang berwarna hitam

kemerahan, bagian luar batang halus dan licin, sedangkan bagian dalam

batang berlendir jika dipotong, diameter maksimal batang hanya 0,4 cm,

menjadikan batang jiee tampak kurus seperti tali.

 Daun: Jiee memiliki daun tunggal berbentuk lanset yang duduk berhadapan,

dengan pertulangan daun menyirip, bagian tepi daun berberigi. Permukaan

daun bagian atas rata dan halus, sedangkan bagian bawah akan terasa kasar

jika diraba dengan tangan. Daun tumbuhan jiee memiliki lebar 6 cm dan

panjang 20 cm. Tumbuhan jiee tidak memiliki bunga ataupun buah,

tumbuhan ini berkembang biak dengan cara bertunas. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 98

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung

jiee digunakan sebagai Jeak, oragan tumbuhan yang digunakan adalah daun

hingga batang.

40. Persiah

Persiah merupakan tumbuhan dari familli Poaceae, tumbuh dan berkembang

dalam koloni-koloni.

 Batang dan Akar: Tumbuhan persiah memiliki batang semu berbuku, dengan

sistem perakaran adalah akar serabut. Persiah mampu tumbuh di daerah yang

memiliki tanah kandungan unsur hara sedikit. Tumbuhan ini sekilas mirip

dengan rumput gajah, namun ukurannya jauh lebih kecil dari tumput gajah.

 Daun: Persiah memiliki daun berbentuk lanset dengan pertulangan daun

sejajar, bagian tepi daun tipis dan tajam. Ujung daun meruncing, permukaan

daun kasar, lebar daun dapat mencapai 3 cm dengan panjang daun 17 hingga

20 cm. Bunga persiah merupakan bunga banci, berukuran kecil dan tidak

menarik.

 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,

persiah digunakan Jeak, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta

batang semu.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 99

Gambar 4.43 Persiah tumbuh pada daerah tandus

41. Paku paramp (Polypodium vulgare)

Paku paramp adalah tumbuhan dari jenis paku-pakuan yang tumbuh dan

berkembang pada daerah beriklim tropis.

 Daun: Tumbuhan ini memiliki bangun daun linier, pada bagian ujung daun

meruncing dan tepi daun beringgit. Ukuran daunnya isofil yakni mempunyai

ukuran sama atau serupa, sekitar kurang lebih 7,5 cm. Terdapat tangkai daun

dengan panjang 0,5-2 mm. Warna daun hijau muda, tekstur daun

pada Polypodium vulgare berupa helaian, permukaan daun halus dan

mempunyai ramenta, urat daun menyirip. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 100

 Batang: Batang Polypodium vulgare bulat beralur dan berusuk secara

longitudinal. Pada permukaan batang terdapat rambut-rambut atau sisik

berwarna hitam, atau merah kecoklatan. Batangnya sudah memiliki berkas

pengankut, tumbuh tegak, rimpang (batang saling mengait).

 Akar: Polypodium vulgare memiliki sistem perakaran serabut yang

bercabang cabang secara dikotom. Polypodium vulgare tumbuh di tanah

(epifit).

Gambar 4.44 Paku paramp (Polypodium vulgare)

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, paku paramp digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang

digunakan adalah daun. Dalam proses mendapatkan tumbuhan dari PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 101

habitatnya, paku param yang diambil adalah helaian daun yang mengarah

pada arah terbitnya matahari (timur).

42. Tu-tawa

Tu-tawa merupakan tumbuhan dari familli Commelinaceae yang tumbuh dan

berkembang pada daerah dengan kandungan air yang banyak, oleh karena itu

habitat tumbuhan ini adalah hutan hujan tropis dan tumbuh di darah pinggiraan

kali atau sungai.

Gambar 4.45 Tu-tawa (Costus speciosus)

 Batang: Tu-tawa memiliki batang semu dengan dan berbuku, daun tumbuh

dari buku tersebut. Batang tu-tawa memiliki warna hijau, batang bagian luar

halus dan licin, sedangkan bagian dalam batang berbentuk serat-serat.

 Daun: Daun tu-tawa berupa daun tunggal dengan pertulangan daun

melengkung berwarna hijau. Daun tebal dan elastis, bagian permukaan daun PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 102

sebelah atas halus dan lembut, sedangkan bagian bawahnya lebih kasar. Daun

tu-tawa memiliki daging daun yang banyak dan menyerupai daging daun

tumbuhan bakung. Tepi daun rata, daun meruncing pada bagian ujung, lebar

daun 10 hingga 13 cm, panjang daun 18-22 cm.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, daun dan batang tu tawa digunakan sebagai Jeak.

43. Memaliq/semeneo

Memaliq atau juga yang dikenal dengan nama semeneo oleh masyarakat Suku

Dayak Tunjung, merupakan tumbuhan yang tumbuh di semak belukar.

Tumbuhan ini bukan merupakan tumbuhan sejjati yang dapat hidup diatas 10

tahun, dan hanya akan tumbuh hingga 5 meter dengan lebar batang 10-15 cm.

Gambar 4.46 Memaliq/Semeneo

 Batang: Memaliq memiliki batang yang lurus dengan percabangan semu,

cabang atau ranting ini yang merupakan tempat tumbuhnya daun akan mati

dan terlepas dari batang utama pada saat memaliq bertambah tinggi. Batang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 103

memaliq berupa kayu keras, bagian tengah terdapat gabus yang kemudia

dimanfaatkan oleh semut sebagai tempat berkembang biak.

 Daun: Memaliq memiliki daun yang lebar, pertulangan daun menyirip dan

permukaan atas dan bawah daun kasar. Lebar daun memaliq berkisar antara

14 hingga 17 cm, dan panjang daun 20-22 cm. Permukaan daun berbulu,

bagian tepi daun bergerigi.

 Akar: Sistem perakaran memaliq adalah sistem perakaran akar tunggang.

 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung

memaliq digunakan sebagai jeak, bagian tumbuhan yang digunakan adalah

daun.

44. Gaka ngelagit

Gaka ngelagit adalah tumbuhan dari familli Leguminosae, berupa tumbuhan

liana yang mebutuhkan wadah atau tumbuhan lain untuk mendapatkan sinar

matahari yang cukup.

 Batang: Gaka ngelagit memiliki batang yang keras dan berkayu, serta

memiliki latek. Memiliki kulit batang berwarna putih, memiliki cabang

dengan alat pengait pada ujung batang.

 Daun: Daun gaka ngelagit berupa daun tunggal dengan pertulangan daun

menyirip genap. Daun berawarna hijau muda kekuning-kuningan, bagian tepi

daun rata dan meruncing pada bagian ujung daun. Permukaan atas daun gaka

ngelagit rata dan halus, sedangkan bagian bawah terasa lebih kasar. Lebar

daun 4-6 cm dan panjang 11-15 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 104

Gambar 4.47 Gaka ngelagit

 Akar: Gaka ngelagit memiliki sistem perakaran akar tunggang.

 Penggunaan dalam upacara adat:Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung,

oragan dari tumbuhan gaka ngelagit yang dimanfaatkana dalah batang dan

daun yang dijadikan properti Jeak.

45. Lempung ngayo

Lempung ngayo adalah tumbuhan khas daerah tropis, tumbuhan ini tumbuh di

pinggir sungai dan juga diatas bebatuan sungai. Tumbuh pada daerah yang di

tutupi oleh kanopi yang rimbun dan tidak terkena matahari langsung secara terus

menerus. Sekilas lempung ngayo sangat idetik secara pisik dengan tumbuhan

bakau, hanya saja ukurannya jauh lebih kecil. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 105

Gambar 4.48 Lempung ngayo

 Daun: Lempung ngayo memiliki daun dengan pertulangan daun sejajar,

bagian tepi dain bergerigi dan meruncing pada bagian ujungnnya. Bagian atas

dan bawah daun halus dan sedikit kaku. Lebar daun 3 hingga 5 cm dan

panjang 8 hingga 11 cm.

 Akar: Akar tumbuhan lempung ngayo adalah perpaduan dari Akar

Pasak (Pneumatophore), Akar Lutut (Knee root), Akar Tunjang (Stilt root),

Akar Papan (Buttress root) dan Akar Gantung (aerial root). Sistem perakaran

ini berkembang sedemikian rupa sehingga mampu menembus lapisan kerikil

dasar sungai dan juga menyerap zat-zat yang ada sehingga lempung ngayo

mempu bertahan hidup diatas bebatuan sungai.

 Batang: Lempung ngayo memiliki batang berkayu yang sangat keras dan

padat, bagian luar batang dilapisi oleh kulit batang yang berwarna putih dan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 106

licin. Tumbuhan ini tumbuh dengan percabangan majemuk sehingga batang

tersembunyi oleh rimbunnya dedauan. Lempung ngayo dapat berkembang

hingga mencapai tinggi 1 meter dan lebar batang dapat mencapai 7 cm.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, lempung ngayo digunakan sebagai Jeak.

46. Rekep

Rekep adalah tumbuhan yang memiliki buah mirip dengan buah rambutan,

hanya ukuran buhanya yang lebih kecil dari buah rambutan pada umumnya.

Gambar 4.49 Rekep

 Daun: Rekep memiliki daun tunggal berbentuk lanset, pertulangan daun

menyirip genap, pada bagian tepi daun rata dan bagian ujung daun

meruncing. Daun berwarna hijau muda kekuningan, daun muda berwarna

merah tua kehitaman. Permukaan daun kasar, daun rekep muda memiliki PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 107

lebar 10 cm dan panjang 20 cm, sedangkan rekep yang sudah berbuah

daunnya relatip lebih kecil, rekep memiliki daun penumpu.

 Buah: Buah tumbuhan ini sangat identik dengan buah rambutan pada

umumnya, namun ukurannya yang kecil dan bulu pada kulit buahnya lebih

kaku dari buah rambutan pada umunnya. Diameter buah rekep berkisar antara

2-2,5 cm, dan panjang 3 cm, berwana merah menyala dan terasa manis jika

dimakan, daging buah sangat tipis, dengan kisaran 0,1 mm.

 Batang: Rekep memiliki batang keras dengan kulit batang berwarna coklat

keputihan, memiliki kambium. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga 15 meter.

Sistem perakaran tumbuhan ini adalah sistem perakaran akar tunggang.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, rekep digunakan untuk meletakan atau sebagai sandaran

Benawingk, oragan tumbuhan yang digunakan adalah batang tumbuhan.

47. Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado)

Rotan ini ditemukan soliter, pada daerah kering datar maupun berbukit, pada

hutan primer atau sekunder tua. Merupakan tumbuhan yang sanagat sulit

dijumpai pada daerah kecamatan linggang bigung dan kecamatan barong

tongkok. Tingkat regenerasi rotan ini membutuhkan waktu yang lama dan tidak

mudah tumbuh pada daerah yang memiliki tanah lembab, merupaka tumbuhan

yang langka dari jenisnya.

 Batang: Batang tanpa pelepah diameternya berkisar antara 1-2cm,

panjangnya dapat mencapai 40m, atau lebih, berunti, panjang ruas berkisar

antara 10-15cm, berwarna hijau, kecuali batang yang baru terlepas dari PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 108

pelepah atau tertutup serasah berwarna putih. Diameter batang dengan

pelepah berkisar antara 1,5 hingga 2,3cm, berduri rapat berwarna kecoklatan.

Flagellum panjangnya dapat mencapai 10 m lebih.

Gambar 4.50 Gai syi’it (Calamus balingensis Furtado)

 Daun: Panjang daun antara 1,5-2,5m panjang tangkai daun 40-50cm, jumlah

anak daun berkisar antara 40-50 helai tiap sisi rachis, berhadapan. Panjang

anak daun 25-30 x 1,5-2cm.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, Gai syi‟it digunakan secara utuh mulai dari ujung daun hingga akar. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 109

Properti dari rotan syi‟it ini dinamakan Wuint awooiy, adalah hal wajib dalam

upacara adat Timeq.

48. Gai sokak (Calamus caesius)

Gai sokak (Calamus caesius) merupakan rotan yang paling terkenal diantara

semua jenis rotan yang ada di daerah Kabupaten kutai barat. Gai sokak telah

dikenal sejak 100 tahun yang lalu oleh nenek-moyang Suku Dayak Tunjung, gai

sokak dimnfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gai sokak merupakan

rotan yang dimanfaatkan untuk bahan baku pembuatan berbagai macam kerajian

tangan, tali, dan juga hiasan pada sarung parang dan dinding rumah. Gai sokak

telah lama dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis tinggi, untuk saat ini

gai sokak telah menjadi salah satu rotan yang di ekspor keluar negeri.

 Batang: Gai sokak tumbuh pada daerah basah/rawa sampai tanah kering

berbukit, berumpun dan tiap rumpun jumlah batangnya bervariasi antara 10

sampai 60 tergantung kesuburan tanah. Panjang batang dapat mencapai 60

meter, sedang diameter tanpa pelepah antara 1 cm sampai 2 cm, berunti

(silica) yang bila batang dibengkokkan akan terlaepas/terlontar dengan

mengeluarkan suara “tik-tik”. Diameter batang dengan pelepah antara 1,5 cm

sampai 2,6 cm, berwarna hijau tua, berduri berbentuk segitiga dengan panjang

1 cm dan lebar 0,5 cm meruncing pada bagian ujung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 110

Gambar 4.51 Gai sokak (Calamus caesius)

Warna batang tanpa pelepah yang tua dan terbuka adalah hijau mengkilat,

sedang yang pelepahnya baru terbuka atau batang tertutup serasah atau tanah

adalah putih kekuningan mengkilat, panjang ruas 40 sampai 50 cm.

 Daun: Daun gai sokak memiliki panjang 30 hingga 45 cm, terdapat cirrus

(duri akit diujung daun) dengan panjang 50-75 cm.

 Buah: Buah bila masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna putih

dengan diameter 1 cm, panjang 1,5 cm, tersusun dalam tangkai yang axiliaris,

buah gai sokak ini dapat dimakan. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 111

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, gai sokak dijadikan Simpai, dan juga digunakan dalam mengikat

berbagai atribut dan alat-alat upacara lainnya.

49. Biruq (Livistona sp)

Biruq atau yang juga disebut daun biruq merupakan tumbuhan dari familli

Arecaceae, tumbuhan ini hidup dan berkembang pada daerah yang memiliki

suhu lembab dengan tanah yang banyak mengandung unsur hara.

Gambar 4.52 Biruq (Livistona sp)

 Daun: Biruq sangat mudah dikenali dari ciri morfologinya, tumbuhan ini

memiliki daun yang sangat lebar dan terbentuk seperti kipas. Biruq memiliki

pelebah, berdaun tunggal dengan pertulangan daun sejajar. Bagian tepi daun

rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada arah pangkal daun. Duduk PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 112

daun tersebar menjari pada pelepah. Daun berwarna hijau tua. Lebar daun 40-

60 cm dan panjang daun 50-70 cm.

 Batang: Batang biruq merupakan batang semua yang tidak berkayu dan

ditutupi oleh pelepah daun palem. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 50 cm.

 Akar: Sistem perakaran biruq adalah sistem perakaran akar serabut, seperti

palem jenis lainnya.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak

Tunjung,biruq digunakan untuk Wuint awooiy,organ tumbuhan yang

digunakan adalah daun.

50. Terincingk/Nanas (Ananas comosus)

Tanaman nanas tumbuh dan berbentuk semak, hidupnya bersifat tahunan

(perennial). Tanaman nanas terdiri dari akar, batang, daun, batang, bunga, buah

dan tunas-tunas.

 Akar: Akar nanas melekat pada pangkal batang dan merupakan tumbuhan

berakar serabut. Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak

lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah biasa jarang mencapai kedalaman 30

cm.

 Batang: Batang tanaman berukuran cukup panjang 20-25 cm atau lebih, tebal

batang nanas berdiameter 2,0 hingga 3,5 cm, beruas-ruas (buku-buku)

pendek. Batang sebagai tempat melekatnya akar, daun bunga, tunas dan

buah, sehingga secara visual batang tersebut tidak nampak karena PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 113

disekelilingnya tertutup oleh daun. Tangkai bunga atau buah merupakan

perpanjangan batang .

 Daun: Daun nanas panjang, liat dan tidak mempunyai tulang daun utama.

Daun nanans ada yang memiliki duri tajam pada bagian pinggir daun dan ada

yang tidak berduri. Duri nanas tersusun rapi menuju ke satu arah menghadap

ujung daun. Bentuk daun nanas lanset, tumbuh memanjang sekitar 130-150

cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, permukaan daun sebelah atas halus

mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau coklat kemerah-

merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-

putihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang tanaman sangat

bervariasi antara 70-80 helai, letaknya spiral, yaitu mengelilingi batang mulai

dari bawah hingga atas, dengan arah lingkaran yang jelas, arah kanan dan kiri.

 Bunga: Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya.

Bunga bersifat hermaprodit dan berjumlah antara 100-200, masing-masing

berkedudukan di ketiak daun pelindung.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, nanas digunakan untuk Pencawangk, organ tumbuhan yang

digunakan adalah buah hingga batang.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 114

Gambar 4.53 Nanas (Ananas comosus)

51. Kumar/lempucant (Eleiodoxa conferta)

Kumar atau yang juga dikenal dengan nama daerah lempucant, merupakan

tumbuhan dari keluarga salak yang tumbuh liar di dalam hutan hujan tropis.

Kumar/lempucan sering juga dikenal dengan nama salak hutan, tumbuhan ini

meliki buah yang mirip dengan salak secara morfologi, buah berwarna merah

dengan daging yang terasa asam jika dikonsumsi.

 Akar dan Batang: Tubuhan kumar atau salak hutan berakar serabut dan

memiliki batang pohon menyerupai pohon palem dan terlihat seolah-olah

tidak berbatang, karena duduk batang rendah dan tegak dengan tinggi 50

hingga 1,7 meter. Batangnya hampir tidak kelihatan karena tertutup oleh

pelepah daun yang tersusun rapat, pelepah dan tangkai daunnya berduri PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 115

panjang. Batang tumbuhan kumar lemah dan mudah rebah, tunas tumbuh dari

batang yang memiliki sistem perakaran sendiri sendiri, tunas-tunas tersebut

dapat tumbuh menjadi rumpun tanaman salak hutan.

Gambar 4.54 Kumar/ Lempucant (Eleiodoxa conferta)

 Daun: Kumar memiliki daun majemuk, tersusun roset, menyirip genap

terputus-putus, beranak daun gasal, pada bagian ujung 2 – 3 helai anak daun

menyatu, duduk daun tersebar berjejal di ujung batang, tangkai daun silinder,

panjang 100 – 200 cm, pada bagian bawah dan tepi tangkai daun berduri

banyak, tajam, pipih dengan panjang 4 – 5 cm, berwarna kelabu sampai

kehitaman, helai daun memiliki panjang 140 – 300 cm, poros daun berduri

temple, anak daun tipis berwarna hijau sampai kelabu, berbentuk garis lanset

50 x 4,5 cm dengan ujung meruncing, dan tepi berduri temple yang halus,

pada bagian bawah daun berlapis lilin. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 116

 Bunga, Buah, Biji: Tumbuhan Kumar berbunga banyak, tersusun dalam

tandan rapat dan bersisik dengan tandan bunga jantan dan tandan bunga

betina terletak pada pohon yang berlainan, sebagian tandan bunga terbungkus

oleh seludang atau tongkol yang berbentuk seperti perahu yang terletak

diketiak pelepah daun. Tongkol bunga jantan memiliki panjang 50 – 100 cm,

terdiri atas 4 – 12 bulir silindris yang masing-masing panjangnya antara 7 –

15 cm, dengan banyak bunga kemerahan terletak di ketiak sisik-sisik yang

tersusun rapat, sedangkan tongkol bunga betina panjangnya antara 20 – 30

cm, bertangkai panjang, terdiri atas 1 – 3 bulir yang panjangnya mencapai 10

cm. Buah kumar muda berwarna hitam kecoklatan dan berwarna merah ketika

masak, daging buah tipis, biji berwarna hitam.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, salak hutan atau kumar dijadikan atribut atau alat upacara yang

biasa dekenal dengan nama Pencawangk. Organ dari tumbuhan yang

digunakan adalah daun dan batang, tentunya tumbuhan kumar yang diambil

adalah tumbuhan kumar yang masih dalam masa pertumbuhan, karena

memiliki ukuran yang relatif lebih kecil.

52. Telasih/Selasih (Ocimum basilicum)

Tumbuhan selasih dapat ditemukan di tempat lembab dan teduh di dataran

rendah sampai ketinggian 450 m dpl. Tersebar di seluruh pulau di Indonesia,

bahkan di Asia, Eropa, dan Amerika Selatan.

 Batang: Selasih merupakan herba tegak, memiliki aroma yang sangat harum,

tinggi tumbuhan ini 0,6-1,6 m. Batang cokelat, berbentuk segi empat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 117

 Daun: Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2 cm, bulat telur,

ujung dan pangkal daun meruncing, permukaan daun halus dan memiliki

bintik-bintik kelenjar, tulang daun menyirip, tepi daun bergerigi, panjang

daun 3,5-7,5 cm dan lebar daun 1,5-2,5 cm, warna hijau tua.

Gambar 4.55 Selasih (Ocimum basilicum)

 Bunga: Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak sisi luar berambut,

bulat telur terbalik dengan tepi mengecil, tumbuhan selasih sepanjang tabung.

Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan mengembang.

 Pemanfaatan: Daun selasih dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan obat-

obatan herbal karena kandungan zat-zat yang terkandung di dalamnya. Daun

selasih mengandung asam kafeat, asam kumarat, Myresin, Rutin, Kuersetin.

Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, selasih digunakan sebagai PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 118

Pengasi, organ yang dimanfaatkan adalah daun, karena daun selasih memiliki

aroma yang sangat harum.

53. Ketapuq

Ketapuq dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama herba timi, tumbuhan

ini berkembang secara spontan, terutama di kering dan penuh sinar matahari,

berbatu, pegunungan, dapat tumbuh hingga ketinggian 1.400-1.500 meter

dpl. Tumbuhan herba timi dapat tumbuh hingga ketinggian 50 cm, memiliki

percabangan yang banyak sehingga menimbulkan kesan rimbun.

Gambar 4.56 Tumbuhan Herba timi

 Daun: Timi memiliki daun tunggal, pertulangan daun menyirip, panjang

daun 4-12 mm, lebar daun 3mm, memiliki tangkai daun yang sangat pendek. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 119

Daun berbentuk lonjong sampai bulat telur. Permukaan daun kasar dan

berbulu, bagian tepi daun rata.

 Bunga: Kelopak bunga berwarna putih, sering disertai bintik-bintik ungu,

dan berbentuk tubular. Setelah berbunga, tabung kelopak ditutup oleh

mahkota yang panjang dan berambut kaku. Mahkota bunga biasanya

berwarna kecoklatan dalam keadaan kering.

 Batang: Batang tumbuhan berurapa batang semu tidak berkayu, tidak

memiliki kambium. Diameter batang berkisar antara 0,2 hinga 1 cm.

berwarna hijau.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,

herba timi dimanfaatkan mejadi Pengasi. Organ tumbuhan yang

dimanfaatkan adalah daun.

54. Pegangk lau (Imperata brevifolia)

Pegangk lau merupakan jenis rumput dari keluarga ilalang, ternasuk jenis

rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di bawah tanah.

Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa ranjau duri.

Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 120

Gambar 4.57 Pegangk lau (Imperata brevifolia)

 Daun: Helaian daun berbentuk garis (pita panjang) lanset berujung runcing,

dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang 12-80 cm,

berbeada dengean ilalang pada umumnya yang memiliki daun bertepi sangat

kasar dan bergerigi tajam, pegangk lau memiliki daun dengan permukaan

daun halus dan tepi daun yang hluas pula. Memiliki daun dengan lebar 3

sampai 4 cm, lebih lebar dari daun ilalalng pada umumnya dan lebih lentur.

Daun berambut panjang di pangkalnya, dengan tulang daun yang lebar dan

pucat di tengahnya.

 Bunga: Karangan bunga dalam malai, 6-28 cm panjangnya, dengan anak

bulir berambut panjang (putih) dengan panjang 1 cm, sebagai alat melayang

bulir buah bila masak. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 121

 Perkembangbiakan: Pegangk lau dapat tumbuh mencapai 50 sampai 200

cm. Perkembangbiakan pegangk lau sama dengan ilalalang pada umumnya,

berkembang biak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan

rimpang. Tumbuhan ini dapat menghasilkan 3000 biji per tanaman.

Pembungaan umumnya terjadi pada musim kering atau setelah mengalami

stres seperti adanya kebakaran, penebasan atau kekeringan. Bijinya dapat

berkecambah dalam waktu 1 minggu dan mampu bertahan selama 1 tahun.

Alang - alang umumnya menyebar dengan rimpang yang di dalam tanah

membentuk tajuk baru setiap panjang rimpang 25-50 cm. Potongan rimpang

sepanjang 15 cm dapat menghasilkan 350 alang - alang baru hanya dalam

waktu 6 minggu.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, pegangk lau digunalan sebagai Jeak, dalam upacara adat Timeq.

Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta batang.

55. Bunglew

Bunglew adalah jenis tumbuhan dari famili moraceae yang tumbuh dan

berkembang di hutan hujan tropis kalimantan. Ciri utama tumbuhan ini adalah

pada bagian ujung ranting memiliki bagian yang memanjang seperti tali, mirip

alat pengait pada tumbuhan liana. Organ tumbuhan ini memanjanghingga 1

meter, dan diameter 0,5cm, merupakan bagian dari modifikasi batang.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 122

Gambar 4.58 Bunglew

Batang dan Akar: Bunglew memiliki batang berkayu keras, berkambium dan

dapat tumbuh hingga ketinggian 15 meter, dengan diameter batang 20 hingga 30

cm. Kulit batang berwarna hitam atau coklat, berbulu dan memiliki latek

berwarna putih. Tumbuhan ini memiliki sistem perakaran akar tunggang, dengan

sebagian akar gantung pada batangnya yang kemudian menghasilkan buah. Buah

bunglew berwarna merah, tumbuh pada akar gantung dan sebagian berada di

tanah.

Daun: Daun bunglew berbentuk lonjong, pertulangan daun menyirip,

berwarna hijau. Lebar daun bunglew berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng

daun berkisar antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada

bagian ujung dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar

dan berbulu tipis. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 123

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, bunglew dimanfaatkan sebagai Jeak dalam upacara Melas, oragan

tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun.

56. Deraya

Deraya merupakan tumbuhan hutan hujan tropis yang tumbuh pada daerah-

daerah yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi dalam satu tahun.

Tumbuhan ini tumbuh pada daerah-daerah yang memiliki tanah dengan

kandungan unsur hara yang banyak.

 Penggunaan dalam upacara adat: Deraya dalam upacara adat suku Dayak

Tunjung digunakan menjadi patung yang melambangkan laki-laki. Tumbuhan

ini merupakan bahan untuk pembuatan patung karena memiliki getah atau

latek berwarna merah. Patung yang dihasilkan dari organ tumbuhan deraya

akan disandingkan dengan patung yang dibuat dari tumbuhan kayu gabus

yang memiliki latek berwarna putih.

 Batang: Deraya dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 20 meter,

dengan lebar batang 30 hingga 40 cm. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan

berkayu keras, berkambium. Deraya memiliki kulit batang halus, berwarna

hitam kecoklatan, permukaan kulit batang halus dan memiliki lajur

menyerupai parit. Batang muda dan daerah ujung percabangan yang

ditumbuhi daun memiliki bulu-bulu halus yang lembut berwarna putih.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 124

Gambar 4.59 Deraya

 Daun: Deraya memiliki daun lebar berwarna hijau tua, daun deraya memiliki

lebar 18 hingga 22 cm dan panjang daun gingga 25 cm. permukaan daun

sangat kasar dan berbulu halus, tepi daun rata dan meruncing pada bagian

pangkal dan ujung daun. Tangkai daun berwarna merah kehitaman dengan

panjang 3 hingga 5 cm, pertulangan daun menyirip.

57. Peringk taliq (Bambusa sp)

 Batang: Peringk taliq merupakan tumbuhan dari famili poaceae, tumbuh dan

membentuk rumpun, tumbuh dapat mencapai ketinggian 10 sampai 15 meter.

Batang peringk taliq berbentuk lurus, terdapat internodus yang berjarak 10-45

cm, permukaan batang peringk taliq berwarna hijau, dilapisi lilin berwarna

putih. Dalam bahasa Dayak Tunjung, kata Taliq berarti tali atau tambang.

Penamaan peringk taliq kepada jenis bambu ini adalah karena bentuk

morfologi batangnnya yang kecil dan panjang menyerupai tali. Bambu PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 125

peringk taliq memiliki batang bulat dengan diameter 2 hingga 3 meter, bagian

dalam batang berongga seperti bambu pada umumnya. Daging batang peringk

taliq memiliki tebal 0,8 hingga 1 cm.

 Daun: Daun berwarna hijau, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular).

panjang daun berkisar antara 18 sampai 25 cm dan lebar 4 hingga 6 cm,

dengan ujung rucing.

 Akar: Peringk taliq memiliki jenis akar serabut, perakaran dan rizomanya

berada dibawah tanah dan kemudia menghasilkan tunas untuk berkembang.

Gambar 4.60 Peringk taliq (Bambusa sp)

 Penggunaan dalam upacara adat: Penggunaan peringk taliq dalam upacara

adat Suku Dayak Tunjung adalah sebagai Benakak.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 126

58. Kuayant kuning (Bambusa sp)

Kuayant kuning adalah bambu dengan ukuran lingkar batang lebih besar dari

bambu hijau biasa.

Gambar 4.61 Kuayant kuning (Bambusa sp)

 Batang: Kuayant kuning dapat dikenali dengan ukuran batangnya yang lebih

besatr dari bambu pada umumnya dan dengan jarak internodus berkisar antara

30-50 cm, kuayant memiliki diameter batang rata-rata 17 hingga 20 cm,

dengan lebar daging batang berkisar antara 1 hingga 1,5 cm.

 Daun: Daun lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-7

cm dengan lebar maksimal 4 cm, ujung daun meruncing, berambut pada

kedua permukaan daun, daun berwarna hijau pucat keputih-putihan. Batang

kuayant kuning berwarna kuning seperti namanya.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, organ tumbuhan bambu kuayant kuning yang digunakan adalah

batang. Batang bambu kuayant kuning dignakan sebagai Balai.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 127

59. Nturui (Artrocarpus sp)

Nturui adalah salah satu jenis tanaman dari famili moraceae yang tumbuh

secara liar pada hutan hujan tropis. Buahnya biasa dimanfaatkan pada waktu

masih muda sebagai bahan sayur.

Gambar 4.62 Nturui (Artrocarpus sp)

 Akar: Akar tumbuhan nturui berkayu, merupakan jenis akar tunjang,

berbentuk bulat, berwarna cokelat kehitam-hitaman. Kulit relatif mudah

terkelupas, beraroma spesifik, dan mudah mengeluarkan getah atau katek

berwarna putih. Nturui yang berasal dari perbanyakan generatif maupun

vegetatif membentuk suatu forma perakaran yang kuat menebus dan melekat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 128

pada tanah. Oleh karena itu, tanaman Nturui mampu tumbuh ditempat yang

kurang ideal, antara lain ditebing-tebing dan sungai.

 Batang: Tumbuhan nturui berkayu dengan warna kulit putih abu-abu, kulit

bertekstur keras dan tidak beraroma spesifik. Tinggi tanaman dapat mencapai

10 hingga 20 m. lebar tajuk pohon lebih dari 5 meter. Tumbuhan nturui pada

umumnya telah membentuk percabangan sejak ketinggian 50 cm dari atas

tanah.

 Daun: Pada ujung cabang dan ranting tumbuhan tumbuh tunas pucuk

sepanjang 10-20 cm. pucuk tersebut tertutup oleh selaput contong atau

seludang. Setelah tunas pucuk mekar, akan muncul daun muda, yang

kemudian tumbuh mencapai ukuran maksimal. Daun-daun nturui terletak

pada cabang atau ranting dengan teratur secara spiral, berjarak antara 2-10

cm. tangkai daun ranting dengan panjang antara 3-5 cm. daun tebal seperti

belulang, kaku, berwarna hijau tua, mengkilat di bagian atasnya dan berwarna

hijau pucat serta kasar karena berbulu di bagian bawahnya. Daun nturui

memiliki bulu berwarna putih, terletak di atas dan bawah daun tulang daun.

Ukuran daun bermacam-macam, panjang daun berkisar antara 30-60 cm da

lebar daun berkisar antara 20 hingga 40 cm, memiliki 7-9 lekuk dalam dengan

ujung yang menyempit. Pangkal daun utuh, dengan tulang daun menonjol.

Pertulangan daun nturui adalah jenis pertulangan daun menjari.

 Bunga: Bunga tumbuhan nturui berumah satu. tandan bunga jantan dan

bunga betina masing-masing terletak pada ketiak daun, bunga jantan

menyerupai busa, panjang mencapai 25 cm atau lebih, berwarna kuning, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 129

mirip ekor kucing, terkulai ke bawah. Tandan bunga jantan tersebut terdiri

atas kumpulan bunga kecil dengan tunggal. Bunga betina berbentuk

bulat atau bulat telur, berwarna hijua. Bunga betina terletak tegak kaku, pada

tangkai tebal, yang memiliki panjang antara 4-8 cm. Bunga betina terdiri dari

kumpulan bunga kecil yang terletak pada dasar bunga dengn kelopak

berbentuk tabung. Bunga nturui berkembang dengan pernyerbukan silang dari

pohon yang sama.

 Buah: Buah nturui merupakan buah majemuk, berbentuk tandan, dengan

garis tengah antara 10-20 cm, berduri pendek, dan berwarna hijau dan kuning

pada saat matang. Di dalam buah terdapat biji berbentuk ginjal, panjang 3-5

cm, berwarna cokelat kehitaman.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, nturui digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang digunakan

adalah daun yang telah mati. Daun yang telah mati ini dikenal dengan nama

Rakas.

60. Lunuk (Ficus benjamina)

Lunuk atau beringin (Ficus benjamina) adalah tumbuhan yang memulai

hidupnya sebagai epifit ketika bijinya bersemai di celah atau retakan pohon

induknya (atau struktur seperti bangunan dan jembatan). Biji beringin

disebarkan oleh burung pemakan buah. Bijinya tumbuh dan akarnya

berkembang pada kulit tumbuhan induknya menuju tanah dan dapat

menyelubungi sebagian pohon inang atau struktur bangunan dengan akarnya,

memberikan kesan sebagai pohon pencekik. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 130

Gambar 4.63 Lunuk (Ficus benjamina)

 Batang dan Daun: Sifat percabangannya adalah monopodial dengan arah

tumbuh batang tegak lurus, batangnya berbentuk bulat dengan permukaan

yang kasar. Bagian batang yang masih muda berwarna merah, daun penumpu

tunggal, bentuk lanset, bertangkai cukup panjang dan ujung meruncing, tepi

rata, permukaan bagian atas hijau tua dan mengkilat, permukaan daun bagian

bawah lebih muda dan buram berbintik-bintik.

 Buah: Buah Ficus kerapkali duduk berpasangan, pada permulaannya tertutup

dengan selundang, berwarna kuning kehijauan.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, lunuk dihunakan sebagai Jeak. organ tumbuhan yang digunakan

adalah daun. Selain digunakan sebagai Jeak, lunuk juga merupakan pohon PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 131

yang sering dijadikan objek pemujaan ataupun tempat dilangsungkannya

suatu upacara adat.

61. Raja pengalah (Loranthus sp)

Benalu atau Raja pengalah dalam bahasa Suku Dayak Tunjung merupakan

tumbuhan parasit obligat yang hidup tumbuh di batang atau dahan tumbuhan

lain. Sebagai tumbuhan parasit, benalu hidup dengan mengambil nutrisi dasar

yang dimiliki oleh inang untuk selanjutnya diolah menjadi makanan dan energi

guna kepentingan tumbuh benalu tersebut.

 Daun: Benalu merupakan tumbuhan perdu yang bercabang banyak, memiliki

ranting dengan ruas yang membesar. Daun bertangkai pendek, eliptis sampai

bentuk lanset,kadang-kadang bulat telur, permukaan daun bagian atas dan

bawah gundul dengan panjang 3,5 hingga 17 cm, dan lebar 1,5-7 cm, ujung

daun meruncing, permukaan daun mengkilat berwarna hijau. Karangan bunga

5 hingga 7 di ketiak, kadang-kadang dalam berkas pada ruas yang tua.

Tangkai bunga pendek, tabung kelopak elipsoid, panjang lingkaran 3 mm,

pinggiran mahkota sangat pendek.

 Bunga: Mahkota sebagai tunas dewasa memiliki panjang 1 hingga 1,5 cm,

bagian bawah melebar, bungan berwarna kuning atau hijau kekuningan,

kuning sampai merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnya melengkung

jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari benang sari panjangnya 3-

5 mm. Kepala putik bentuk gada.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 132

Gambar 4.64 Benalu (Loranthus sp)

 Buah: Buah bulat peluru, panjang 6mm, akhirnya coklat violet tua . Tumbuh

di atas berbagai jenis pohon.Tumbuh di dataran menengah sampai

pegunungan dari ketinggian 800-2300 meter diatas permukaan laut. Berbunga

pada bulan Juni hingga September.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, organ tumbuhan benalu yang digunakan adalah batang dan daun,

organ ini digunakan sebagai Jeak.

62. Pentar (Ficus carica)

Pentar adalah tumbuhan dari familli moraceae, merupakan tumbuhan yang

tumbuh dan berkembang pada semak belukar yang memiliki cukup sinar

matahari. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 133

Gambar 4.65 Pentar (Ficus carica)

 Batang: Tumbuhan pentar memiliki batang berkayu lunak dengan bagian

tengah batang bergabus. Pentar memiliki latek berwarna putih atau putih

kekuningan, dengan kulit kayu berwarna merah atau kecoklatan hingga

kehijau-hijauan. Batang lurus dan memiliki ruas-ruas yang kemudian menjadi

tempat munculnya buah pentar.

 Buah: Buah pentar tersembunyi di ketiak daun, dan tumbuh hingga

pertengahan batang. Bentuk buah bulat hingga bulat lonjong berwarna hijau

dan berwarna kuning hingga merah pada saat buah matang. Buah pentar pada

umumnya merupakan makanan bagi burung dan serangga, buah pentar baik

dimakan dan terasa manis. Buah memiliki panjang sekitar 1,5 hingga 2 cm,

dan lebar 1 hingga 1,5 cm.

 Daun: Daun pentar lebar dan berbentul palmate, pertulangan daun menjari.

Permukaan daun bagian atas kasar dan meiliki bulu-bulu halus, bagian bawah

halus. Daun berwarna hijau dan bagian ujung daun meruncing, tepi daun rata.

Panjang daun 17 hingga 20 cm, dan lebar daun 15 hingga 17 cm. memiliki PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 134

tanggkai daun berwarna kecoklatan hingga merah gelap dengan panjang

antara 5 hingga 8 cm.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, pentar digunakan menjadi makanan patung atau yang juga dikenal

dengan istilah Kerenyamp. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun

yang masih muda.

63. Nggkuduq/Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

 Batang: Mengkudu merupakan tumbuhan berkayu keras, tinggi tumbuhan

antara 4-6 m. batang lurus dan memiliki bongol-bongol yang merupakan

bekas percabangan semu, berdahan kaku, kasar, dan memiliki akar tunggang

yang tertancap dalam. Kulit batang cokelat keabu–abuan atau cokelat

kekuning – kuningan , berbelah dangkal, tidak berbulu, anak cabangnya

bersegai empat. Tajuknya selalu hijau sepanjang tahun.

 Daun: Mengkudu memiliki daun tebal mengkilap. Daun mengkudu duduk

berhadap–hadapan. Ukuran daun lebar, tebal, dan tunggal. Bentuknya jorong-

lanset, berukuran 15-50 x 5-17 cm. tepi daun rata, ujung lancip pendek.

Pangkal daun berbentuk pasak. Urat daun menyirip. Warna hiaju mengkilap,

permukaan daun tidak berbulu. Pangkal daun pendek, berukuran 0,5-2,5 cm.

Ukuran daun penumpu bervariasi, berbentuk segi tiga lebar.

 Bunga: Perbungaan mengkudu bertipe bonggol bulat, bergagang 1-4 cm.

Bunga tumbuh di ketiak daun penumpu yang berhadapan dengan daun yang

tumbuh normal. Bunganya berkelamin ganda. Mahkota bunga putih,

berbentuk corong, panjangnya bisa mencapai 1,5 cm. Benang sari tertancap di PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 135

mulut mahkota. Kepala putik berputing dua. Bunga itu mekar dari kelopak

berbentuk seperti tandan. Bunganya putih, harum. Kelopak bunga tumbuh

menjadi buah bulat lonjong sebesar telur ayam bahkan ada yang berdiameter

7,5-10 cm.

Gambar 4.66 Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

 Buah: Permukaan buah seperti terbagi dalam sel-sel poligonal (segi banyak)

yang berbintik-bintik dan berkutil. Mula-mula buah berwarna hijau,

menjelang masak menjadi putih kekuningan. Setelah matang, warnanya putih

transparan dan lunak. Daging buah tersusun dari buah-buah batu berbentuk

piramida, berwarna cokelat merah.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, pentar digunakan menjadi makanan patung atau yang juga dikenal PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 136

dengan istilah Kerenyamp. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun

yang masih muda.

64. Lancingk senit (Ficus minahassae)

 Batang: Lancingk senit merupakan pohon yang tumbuh dan berkembang

pada daerah dengan kontur tanah lembab dan banyak mengandung air. Pohon

lancingk senit (Ficus minahassae) berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15

meter. Pohon lancingk senit rindang karena mempunyai banyak cabang dan

lebat. Permukaan kulit batangnya halus dan berwarna coklat kehitam-

hitaman, sedangkan batang pohon lancingk senit sendiri memiliki lateks

berwarna putih.

 Daun: Daun tumbuhan lancingk senit pertulangan daun menyirip, berwarna

hijau. Lebar daun berkisar antara 8 hingga 10 cm, panajng daun berkisar

antara 23 hingga 27 cm. bagian tepi daun rata, meruncing pada bagian ujung

dan pangkal daun. Permukaan daun bagian atas dan bawah kasar dan berbulu

tipis.

 Bunga: Perbungaannya muncul dari batangnya, sering dimulai dari dekat

tanah sampai pada cabang-cabang utamanya. Bunga ini tersusun menjuntai ke

bawah dengan panjang mencapai 1 meter lebih. Bunga-bunga lancingk senit

membentuk bongkol sehingga nampak seperti buahnya. Bunga sebenarnya

teradapat di dalam bongkol dan akan tampak jika bongkol dipotong secara

melintang dipotong secara melintang. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 137

Gambar 4.67 lancingk senit (Ficus minahassae)

 Buah: Bunga yang ada di dalam bongkol kemudian menjadi buah. Buah

tunbuhan lancingk senit tidak akan gugur hingga buah tersebut masak. Di

dalam buah tersebut terdapat biji berukuran sangat kecil, buah bagina luar

berwarna coklat kekuningan pada saat muda dan berwarna merah pada saat

matang. Buah langcingk senit mengandung banyak air, dan dapat di

konsumsi.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, lancingk senit dijadikan Jeak, oragan tumbuhan yang digunakan

adalah daun.

65. Mermungk

 Pohon dan Batang: Mermungk merupakan tumbuhan hutan hujan tropis,

tubuh tinggi dengan batang lurus dan berbanir. Dapat tumbuh mencapai

tinggi 30 meter dan lebar batang dapat mencapai 50 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 138

Gambar 4.68 mermungk

 Kulit batang: Mermungk memiliki kulit batang berwarna putih dengan motif

seperti sisik. Permukaan kulit batang kasar, dengan tebal kulit batang berkisar

antara 1 hingga 1,8 cm.

 Daun: Daun mermungk berukuran kecil, dengan panjang 7 hingga 11 cm dan

lebar daun 5 hingga 6,5 cm. permukaan daun halus, tepi daun rata dan

meruncing pada bagian ujung dan pangkal daun.

 Buah: Buah mermungk mirip seperti pipa dengan panjang berkisar antara 1

hingga 2,5 meter, dengan diameter antara 2,5 hingga 4 cm. Buah mermungk

memiliki kulit buah yang berbentuk memilit seperti cincin (Gambar 4.67), PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 139

bagian dalam buah yang telah gugur kosong. Buah pada saat muda berwarna

hijau hingga coklat, sedangkan buah yang telah matang dan gugur akan

berwarna coklat gelap kehitam-hitaman.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, oragan tumbuhan monengk yang digunakan adalah buah yang telah

gugur. Dalam penggunaannya monengk ini dijadikan sebagai Sumpit dalam

upacara adat.

66. Engkehuyo (Chromolaena odorata)

Engkehuyo (Chromolaena odorata) merupakan tumbuhan yang berasal dari

Amerika Selatan, tumbuh pada tanah lembab sampai kering, lokasi terbuka

maupun ternaung, penyebarannya meliputi 50-1000 meter diatas permukaan

laut.

 Daun: Bentuk daun oval dan bagian bawahnya lebih lebar, makin ke ujung

makin runcing. Panjang daun 6–10 cm dan lebarnya 3–6 cm. Tepi daun

bergerigi, menghadap ke pangkal, letaknya juga berhadap-hadapan. Bentuk

tulang-tulang daun yaitu daun bertulang melengkung. Dimana satu tulang di

tengah paling besar dan yang lain mengikuti tepi daun (melengkung).

 Bunga: Karangan bunga terletak di ujung cabang (terminal), dan setiap

karangan terdiri atas 20–35 bunga. Warna bunga pada saat muda kebiru-

biruan, semakin tua menjadi coklat. Waktu berbunga serentak pada musim

kemarau selama 3–4 minggu. Pada saat biji masak tumbuhan akan mengering

kemudian bijinya pecah dan terbang terbawa angin. Kurang lebih satu bulan

setelah awal musim hujan, potongan batang, cabang dan pangkal batang akan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 140

bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah juga mulai berkecambah

sehingga dalam waktu dua bulan berikutnya kecambah dan tunas-tunas telah

terlihat mendominasi area.

Gambar 4.69 Engkehuyo (Chromolaena odorata)

 Batang: Tinggi tumbuhan dewasa dapat mencapai lebih dari 5 m. Batang

muda agak lunak dan berwarna hijau kemudian berangsur-angsur menjadi

coklat dan keras (berkayu) apabila sudah tua. Letak cabang biasanya

berhadap hadapan dan jumlahnya sangat banyak. Cabangnya yang rapat

menyebabkan berkurangnya cahaya matahati kebagian bawah, sehingga

menghabat pertumbuhan spesies lain, termasuk rumput yang tumbuh di

bawahnya.

 Akar: Engkehuyo memiliki sususnan akar berupa akar tunggang, besar dan

dalam. Akar tunggang tersebut adalah akar tunggang bercabang. Akar ini PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 141

berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus kedalam tanah, dan bercabang.

Warna akar kekuning-kuningan.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung

egkehuyo digunakan sebagai Jeak, dimana organ tumbuhan yang digunakan

adalah daun.

67. Tuq salah (Saccharum officinarum L)

Tuq salah adalah tumbuhan dari familli poaceae yang juga dikenal dengan

nama Tebu dalam bahasa indonesia.

Gambar 4.70 Tuuq salah (Saccharum officinarum L)

 Daun: Tuq salah memiliki daun berbentuk lanset atau pita, dengan panjang

dapat mecapai 1,5 meter dan lebar 5 sampai 7 cm. Daun tebu memiliki

pelepah yang menutupi sebagian batangnya, tulang daun sejajar dan bagian

tengahnnya berlekuk (midrip). PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 142

 Batang: Ciri khusus yang dimiliki tumbuhan ini dari tebu pada umumnya

adalah batang yang dapat tumbuh dan berkembang hingga mencapai 3,5

meter atau bahkan lebih. Batang berwarna kuning cerah, dengan diameter 3

hingga 4,5 cm. Tumbuhan ini mampu tumbuh dan berkembang pada lahan

yang dipenuhi tumbuhan gulma seperti rerumputan dan sejenisnya. Daya

tahan terhadapa lingkungan tinggi membuat tuuq salah mampu bertahan pada

kondisi lingkungan yang ekstrim.

 Akar: Akar serabut

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, Tuuq salah digunakan sebagai Jeak, organ tumbuhan yang

digunakan adalah daun, adapun uapcara yang menggunakan organ tumbuhan

tebu adalah upacara adat Pejeak.

68. Geriq/Kemiri (Aleurites moluccana)

Kemiri (Aleurites moluccana), adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan

sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini merupakan kerabat

dari tumbuhan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Pohon kemiri

banyak dijumpai di daerah tropis yang lembab sampai ketinggian 1200 m di atas

permukaan laut. Di daerah yang berdekatan dengan garis khatulistiwa, kemiri

dapat tumbuh pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut.

 Daun: Tanaman kemiri pada masa sekrang ini sudah tersebar luas di daerah-

daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai 15-25 meter. Daunnya berwarna

hijau pucat. Kemiri mempunyai daun yang mudah dikenali dari bentuknya

yang khas, umumnya terdiri dari 3-5 helai daun dari pangkal, berselang-seling PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 143

dan pinggir daun bergelombang. Panjang satu helai daun sekitar 10-20 cm

dengan dua kelenjar di bagian perpotongan antara pangkal dan tangkai yang

mengeluarkan getah bening. Daun yang muda biasanya sederhana dan

berbentuk seperti delta atau oval. Bagian atas permukaan daun yang masih

muda berwarna putih mengkilap seperti perak, yang kemudian akan berubah

warna menjadi hijau seiring dengan bertambahnya umur tmbuhan.

Permukaan daun bagian bawah berbulu halus dan mengkilap seperti karat.

 Batang: Kemiri tergolong pohon yang berukuran sedang dengan tajuk lebar

yang dapat mencapai ketinggian sampai 25 m dan diameter setinggi dada

hingga 90 cm. Umumnya bentuk cabang pohon kemiri adalah berliku, tidak

beraturan, membentang lebar dan menggantung pada cabang bagian samping.

Pada lembah yang sempit, pohon kemiri biasanya memiliki sedikit

percabangan dan tumbuh menjulang tinggi. Kulit batangnya berwarna abu-

abu coklat dan bertekstur agak halus dengan garis-garis vertikal.

 Bunga: Kemiri memiliki bunga kelamin ganda, dimana bunga jantan dan

betina berada pada pohon yang sama. Bunga kemiri berwarna putih

kehijauan, harum dan tersusun dalam sejumlah gugusan sepanjang 10-15cm,

di mana terdapat banyak bunga jantan kecil mengelilingi bunga betina.

Mahkota bunga berwarna putih dengan lima kelopak bunga berwarna putih

kusam (krem), berbentuk lonjong dengan panjang 1,3 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 144

Gambar 4.71 Kemiri (Aleurites moluccana)

 Buah: Kemiri memiliki buah berwarna hijau sampai kecoklatan, berbentuk

oval sampai bulat dengan panjang 5-6 cm dan lebar 5-7 cm. Satu buah kemiri

pada umumnya berisi 2-3 biji, tetapi pada buah jantan kemungkinan hanya

ditemukan satu biji. Biji kemiri dapat dimakan jika dipanggang terlebih

dahulu. Kulit biji kemiri umumnya kasar, hitam, keras, dan berbentuk bulat

panjang sekitar 2,5-3,5 cm. kemiri memiliki akar yang tunggang dan

berwarna coklat.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, organ tumbuhan kemiri yang digunakan adalah buah atau tepatnya

biji kemiri yang memilki cangkang keras. Biji kemiri ini diletakan di dalam

tempurung kelapa dan kemudia mantra dibacakan. Ritual upacara Beliant

Semur adalah jenis upacara adat yang menggunakan alat seprti ini.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 145

69. Isak-isik (Ctenanthe sp)

Isak-isik adalah tumbuhan dari familli Marantaceae. Isak-isik merupakan

tumbuhan herba berizoma, tidak memiliki batang, atau batang bersifat sub-

teranean (tertutup dalam tanah).

 Daun: Isak-isik tidak memiliki batang, tumbuh dengan tinggi berkisar antara

30 hingga 40 cm, dengan tangkai daun yang sangat panjang. Panjang tangkai

daun isak-isik dapat mencapai 25 cm. Daun isak-isik berwarna hijau terang,

permukaan bagian atas dan bawah halus dan licin. Pertulanagn daun

menyirip, struktur daun kaku. Ujung dan pangal daun meruncing. Lebar daun

berkisar antara 10 hingga 12 cm, dan panjang daun berkisar antara 18 hingga

23 cm.

Gambar 4.72 Isak-isik (Ctenanthe sp) PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 146

 Akar: Akar isak-isik adalah tipe akar serabut, pangkal batang semu dan akar

berwarna merah.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang digunakan

menjadi Jeak dalam upacara Timeq dan Melas.

70. Akar

Akar adalah jenis tumbuhan liana yang tumbuh dan berkembang dalam hutan

hujan tropis, khususnya hutan dengan pohon-pohon besar yang membentuk

kanopi.

 Batang: Tumbuhan akar tumbuh dengan cara membelitkan batangnya pada

pepohonan untuk mendapatkan asupan sinar matahari yang cukup. Batang

tumbuhan akar berwarna putih, dapat tumbuh dan berkembang mencapai

panjang 25 meter, dengan diameter batang 5 cm. batang tidak berkayu,

namun terdiri dari serat-serat berwarna putih kekuningan, kulit batang

berwarna putih. Batang tumbuhan akar menghasilkan cairan berwarna putih

yang akan terasa pedas jika terkena mata.

 Daun: Daun tumbuhan akar berukuran kecil, lebar daun berkisar antara 3

hingga 5,5 cm, dengan panjang daun 8 hingga 10 cm, berwarna hijau cerah.

Pertulangan daun menyirip, tepi daun rata, daun berbentuk oval, pada bagian

pangkal dan ujung daun meruncing.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 147

Gambar 4.73 Tumbuhan akar

 Penggunaan dalam upacara adat: Tumbuhan akar digunakan untuk

membersihkan diri, sebelum melakukan sebuah ritual upacara adat. Organ

tumbuhan yang digunakan adalah batang, karena batang memiliki cairan atau

getah bila dihancurkan, getah ini selanjutnya yang digunakan sebagai sampo.

Getah tumbuhan akar pada jaman dahulu kala digunakan oleh Nenek moyang

orang Suku Dayak Tunjung sebagai sampo untuk membunuh kutu yang

bersarang dalam rambut.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 148

71. Ukor

Ukor adalah tumbuhan dari jenis palem yang tumbuh dan berkembang

secara liar pada hutan hujan tropis. Tumbuhan ukor merupaka tumbuhan dengan

ciri morfologi yang mirip dengan tumbuhan pinang dan aren.

 Batang: Ukor memiliki batang yang lurus dengan ketinggian dapat mencapai

10 meter, dan lebar batang 15 hingga 20 cm. batang bagian luar keras, tidak

berkayu dan berwarna putih pada bagian dalam, sedangkan bagian luar

berwarna kecoklatan. Batang berpelepah, dengan serat-serat ijuk tipis

mengelilingi pelepahnya ( gambar 4.73).

 Daun: Daun tumbuhan berbentuk segitiga, berwarna hijau, bagian tepi daun

rata, ujung daun bergelombang. Permukaan daun memiliki parit semu,

pertulangan duan sejajar.

 Akar: Ukor memiliki tipe akar serabut seperti jenis palem lainnya.

 Buah: Buah ukor tampak seperti buah aren, terdapat tandan atau tangkai buah

dengan panjang tandan berkisar antara 20 hingga 30 cm, hanya ukuran tandan

dan buah secara keseluruhan lebih kecil dari buah aren.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, Ukor dijadikan sebagai Pencawangk dalam upacara atau ritual adat

Ngawat. Organ tumbuhan yang digunakan adalah daun beserta pelepah daun

dan juga batang,tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan yang masih

muda.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 149

Gambar 4.74 Ukor

72. Bemant/Bemban (Donax canniformis)

Bemban (Donax canniformis), merupakan tumbuhan terna yang berumpun,

tumbuh dan berkembang pada daerah dengan ketinggian 1-1000 m dpl. Bemban

dapat tumbuh dan berkembang pada daerah dengan lahan yang banyak

mengandung air, seperti rawa dan daerah aliran sungai (DAS).

 Daun: Tumbuhan bemban dapat mencapai tinggi 1 sampai 3 m, bercabang

seperti semak, dengan batang bulat torak berwarna hijau tua, beruas panjang-

panjang antara 1–2,5 m, diameter batang berkisar antara 2,5 hingga 4 cm. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 150

Gambar 4.75 Bemban (Donax canniformis)

 Daun: Daun-daun tunggal bertangkai 8–20 cm, dengan helaian bundar telur

lebar hingga jorong, 10–25 × 10–45 cm. tepi daun rata, ujung dan pangkal

daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus dan licin, berwarna hijau

tua, bagigan bawah daun berwarna hijau pucat, pertulangan daun

melengkung.

 Bunga: Perbungaan sering bercabang di pangkal, panjang hingga 20 cm.

Kelopak berwarna putih, bundar telur menyegitiga, gundul, 3–3,5 mm.

Tabung mahkota 8–10 mm; taju mahkota bentuk garis, 1–1,4 cm × 2–3

mm. Buah putih hingga krem pucat, diameter 1–1,5 cm, kering, tidak

memecah. Biji 1 atau 2, coklat dan memiliki rambut halus.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, Bemban (Donax canniformis) dimanfaatkan sebagai Kelangkangk

dalam upacara Beliant Kencong. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan adalah PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 151

batang, femanfaatannya dengan cara batang dibelah dan dijadikan bagian tipis

kemudian dianyam menyerupai keranjang.

73. Botoq/Ramban (Trema orientalis)

 Batang: Botoq atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama angrung

(Trema orientalis), adalah tumbuhan berkayu keras yang dapat tumbuh dan

berkembang dengan tinggi mencapai 15 hingga 20 meter. Botoq memiliki

batang tegak, berbentuk silindris, berkayu, permukaan kulit batang halus,

percabangan simpodial, kulit kayu berwarna hitam kecoklatan.

 Akar: Tipe akar botoq adalah akar tunggang.

Gambar 4.76 Ramban (Trema orientalis)

 Daun: Botoq memiliki daun majemuk, berseling, bentuk daun lonjong

dengan panjang 4,5 hingga 9 cm, lebar daun 2,5-3,5 cm, bagian tepi daun

rata, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, pertulangan daunmenyirip, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 152

tangkai silindris dengan panjang tangkai 1 hingga 1,5 cm, daun botoq

berwarna hijau cerah.

 Bunga: Bunga botoq adalah bunga majemuk, dan tumbuh di ketiak daun,

tangkaibunga silindris, dengan panjang panjang 0,3 hingga 0,5 cm, bunga

berwarna hijau pucat hingga putih, benang sari panjang 1 hingga 1,7 cm,

kepala sari bentuk ginjal dengan panjang ± 0,5 cm, mahkota bunga kecil

berwarna putih.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, botoq atau anggrung digunakan sebagai pondasi pembuatan Balai

organ yang dimanfaatkan adalah batang dan daun. Jenis upacara adat yang

menggunakan organ tumbuhan botoq dalam pelaksanaannya adalah Rantau

perangk.

74. Niungk

Niungk adalah tumbuhan dari keluarga Arecaceae yang tumbuh dan

berkembang di hutan kalimantan. Tumbuhan ini secara morfologi mirip dengan

morfologi rotan Ennau, hanya saja niungk memiliki batang yang tegak lurus

dengan duri-duri panjang dan tajam pada batangnnya.

 Batang: Niungk berbeda dengan rotan pada umumnya, niungk memiliki

batang yang tegak, berpelepah, tumbuh tunggal dan kemudiam bertunas.

Batang memiliki duri-duri yang tumbuh lebat diseluruh permukaan batang,

duri memiliki panjang 5 hingga 8 cm, dan lebar 0,5 meruncing pada bagian

ujung. Batang bagian dalam berwarna putih dan mengandung air jika PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 153

dipotong, berwarna putih. Permukaan batang secara keseluruhan berwarna

cokelat kehitaman.

Gambar 4.77 Niungk

 Daun: Daun niungk seperti daun rotan pada umumnya, berpelepah dan

berbentuk lanset meruncing pada bagian pangkal dan ujung daun. Pertulangan

daun sejajar, permukaan daun halus, tepi daun rata, lebar daun 2 hingga 3 cm,

panjang daun 70 hingga 80 cm.

 Akar: Jenis perakaran niungk adalah jenis perakaran serabut.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, niungk dimanfaatkan menjadi pancing dalam upacara adat Timeq,

oragan yang dimanfaatkan adalah bagian tulang daun yang memanjang dan

berdui, organ ini biasanya disebut Lawe dalam bahasa Suku Dayak Tunjung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 154

75. Jauq/Palem hutan

Jauq adalah tumbuhan yang tumbuh dan berkembang secara liar pada hutan

kalimantan, khususnya daerah aliran sungai (DAS). Tumbuhan jauq tumbuh

tegak lurus dan merupakan raja dari jenis palem dalam ukuran besar dan tinggi

batang. Jauq dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi 50 meter dan lebar

batang hingga 80 cm.

 Daun: Daun jauq memiliki pelepah, tangkai, helain dan daun mempunyai

anak-anak daun. Jauq memiliki daun mirip daun ukor, yaitu bentuk daun

segitiga, berwarna hijau tua. Susunan tulang daun berbentuk sejajar, satu ibu

tulang daun membujur pada tengah daun, dari pangkal sampai ke ujung daun,

Sedangkan anak daunnya bertulang daun sejajar. Tepi daun rata, ujung daun

bergelombang. Permukaan daun jauq jika di pegang terasa licin baik

permukaan atas bawah dan daging daunnya keras seperti kertas. Serta bagian

atas lebih hijau dari pada bagian bawah daunnya.

Gambar 4.78 Tumbuhan jauq PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 155

 Akar: Akar jauq berupa akar serabut. Radikula pada bibit terus tumbuh

memanjang menuju arah bawah. Akar primer terus berkembang. Susunan

akar terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertical ke dalam tanah dan

horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar

sekunder ke atas dan ke bawah. Akhirnya cabang-cabang ini juga akan

bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya. Kedalaman perakaran

jauq bisa mencapai 8 meter dan 16 meter ke arah horizontal

 Batang: Batang berbentuk bulat besar. Batang tidak bercabang dengan daun

di ujung batang seperti mahkota, batang bisa tinggi mencapai 50 m. Batang

ini juga mempunyai permukaan halus dan kadang terdapat bekas pelepah

daun yang gugur. Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati.

Bila diiris melintang, batangnya memperlihatkan saluran pembuluh yang

menyebar di bagian dalamnya. Luka batang ini cenderung tidak tertutup

kembali, justru malah membesar atau malah membusuk.

 Buah: Buah berbentuk bulat bulat. Buah jauq memiliki kulit luar yang relatif

tebal, yang menutupi bagian dalam (mesokarpium) yang berair atau berserat.

Buah terbentuk setelah penyerbukan dan pembuahan. Secara anatomi, buah

jauq terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian yang pertama adalah

perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokaprium, sedangkan yang

kedua adalah biji yang terdiri dari endokaprium, endosperm, dan lembaga

atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang kerak dan licin, sedangkan

mesokarpium yaitu daging buah yang berserabut mengandung minyak dengan

rendemen paling tinggi, Sedangkan lembaga merupakan bakal tanaman. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 156

 Biji: Biji dilindungi oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang

keras dan berkayu. Serat buah dikenal juga sebagai sabut. Di dalam batok

terdapat biji yang ketika buah masih muda relatif cair dan berangsur-angsur

membentuk endapan yang semakin lama mengeras. Endapan ini biasanya

mengandung banyak lemak dan protein.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, jauq dimanfaatkan sebagai ornamen pada Longan Bayat . Organ

tumbuhan yang dimanfaatkan adalah daun dan bunga.

76. Belayant (Tinospora crispa)

Belayant adalah jenis liana atau tumbuhan merambat yang tumbuh dan

berkembang pesat pada daerah beriklim tropis. Tumbuhan ini tumbuh dan

berkembang denngan biji dan tunas, dan menjadi gulma atau tanaman

penggangu pada lahan pertanian, karena dapat berkembang mendominasi

seluruh lahan dalam wangktu yang sangat singkat.

 Batang: Belayant memiliki batang semu dan memanjang mejadi sulur,

kemudian membelit tumbuh-tumbuhan lain dan bahkan pepohonan. Batang

semu berwarna hijau, lurus dan tidak berbuku, batang semu ditutupi oleh kulit

batang tipis. Batang bagian dalam memiliki serat-serat yang mengandung

latek atau getah berwarna putih. Batang dapat tumbuh mencapai panjang 20

meter dan menutupi tumbuhan atau pepohonan hingga tumbuhan inangnya

mati karena tidak mendapatkan sinar matahari.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 157

Gambar 4.79 Tumbuhan belayant (Tinospora crispa)

 Daun: Daun belayant berbentuk oval, dengan pertulangan daun melengkung,

memiliki getah atau latek berwarna putih. Daun memiliki batang daun dengan

pajang 6 hingga 8 cm. ujung daun meruncing tepi daun rata. Permukaan daun

bagian bawah adan atas rata dan licin, tepi daun rata. Lebar daun berkisar

antara 10 hingga 13 cm, dan panjang daun 13 hingga 16 cm.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung, belayant digunakan menjadi menjadi ornamen yang dibelitkan

mengelilingi Logan Bayat dalam upacara adat Beliant Nyumangk.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 158

77. Ntrarant (Amomum sp)

Ntrarant merupakan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae, morfologi

secara keseluruhan sama dengan tumbuhan teniq/tokongk yang telah dibahas

dalam pembahasan ini (Gambar 4.18).

Perbedaan antara teniq/tokongk dengan ntrarant adalah pada ukuran

batangnya. Ukuran batang ntrarant lebuih besar, diameter batang dapat mencapai

5 cm dan tumbuhh dengan ketinggian mencapai 3,5 meter.

Ntrarant dapat ditemukan pada daerah dengan struktur tanah yang banayak

mengandung air dan kaya akan kandungan unsur-unsur hara. Tumbuhan ini

biasanya tumbuh pada daerah yang memiliki pohon-pohon besar dan belum

mengalami kerusakan, karena tumbuhan ini tidak dapat berkembang dengan baik

jika terkena paparan sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat Suku Dayak tujung,

ntrarant digunakan untuk membuat Longan dalam upacara adat Beliant Bawo.

Organ tumbuhan yang digunakan adalah batang.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 159

Gambar 4.80 batang tumbuhan Ntrarant (Amomum sp)

78. Biruq torungk (Livistona sp)

 Batang: Biruq torungk atau yang juga disebut daun biruq merupakan

tumbuhan dari familli Arecaceae, tumbuhan ini merupakan saudara dari biruq

yang telah dibahas dalah pembahasan ini (Gambar 4.52). Perbedaan antara

biruq dengan biruq torungk adalah pada batang semunya, biruq torungk

memiliki batang semu yang dapat tumbuh dan berkembang mencapai tinggi

2 meter, dan lebar batang 8 hingga 11 cm, lebih besar dari biruq biasa. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 160

Gambar 4.81 Biruq Torungk (Livistona sp)

 Daun: Bagian tepi daun rata, bagian ujung daun rata dan meruncing pada

arah pangkal daun. Duduk daun tersebar menjari pada pelepah. Daun

berwarna hijau tua. Lebar daun 40-90 cm dan panjang daun 50-100 cm. Biruq

torungk memiliki sistem perakaran berupa akar serabut.

 Penggunaan dalam upacara adat: Dalam upacara adat suku Dayak Tunjung,

biruq torungk digunakan untuk tongkat atau Alu (Penumbuk) dalam upcra

Nalint Taont. Organ tumbuhan yang digunakan adalah keseluruhan dari organ

tumbuhan, mulai dari akar, batang hingga daun.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 161

D. Organ tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung

Organ tumbuhan yang dimanfaatkan dalam upacara adat Suku Dayak

Tunjung bervariasi dalam setiap jenis upacara adat. Organ dari satu tumbuhan

dapat memiliki fungsi yang berbeda dalam setiap jenis upacara, namun ada juga

yang memiliki fungsi sama dalam setiap jenis upacara. Dari hasil penelitian

dapat diketahui bahwa organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat

Suku Dayak Tunjung meliputi akar, batang, kulit batang, daun, bunga dan buah.

Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung terdapat beberapa tubuhan yang

digunakan dalam setiap upacara adat, tumbuhan-tumbuhan tersebut dapat dilihat

pada tabel 4.1. Dari hasil penelitian dilapangan, diketahui bahwa tumbuhan

tersebut memiliki peran penting dalam proses upacara adat, pemanfaatannya

antara lain sebagai pewarna alami, pembuatan Jampi, media penyampaian

mantra dan lain-lain, yang peran dari masing masing ini tidak dapat digantikan

oleh tumbhan lainnya.

Tabel 4.3 Jumlah organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung

Jenis organ No Jumlah tumbuhan 1. Akar 5 2. Umbi 2 3. Batang 36 4. Kulit batang 2 5. Daun 49 6. Bunga 3 7. Buah 8 Semua 8. 2 organ

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 162

Gambar 4.82 persentase organ tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung

Persentase pengunaan organ tumbuhan dalam upacara adat Suku Dayak tunjung

2% 2% 3% 7% 5% Akar Umbi Batang 33% Kulit batang Daun 46% Bunga Buah Semua organ 2%

Dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, pemanfaatan organ yang berasal

dari tumbuhan yang sama, berbeda fungsinya dalam upaca adat, dan organ yang

sama dari tumbuhan yang sama juga terkadang dimanfaatkan menjadi beberapa

alat atau media yang berbeda dalam upacara. Sebagai contoh, batang Jojot atau

pisang hutan dimanfaatkan menjadi talenan dalam membuat Tara, dan batang

jojot juga digunakan menjadi patung. Daun jojot digunakan menjadi Jampiq,

sedangkan sisanya dijadikan pembungkus sesaji, pembungkus penutup

Sempotant. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 163

Gambar 4.83 Pemanfaatan Organ tumbuhan pisang dalam upacara adat Papat Suku Dayak Tunjung

Dalam pelaksanaan upacara adat, akar tumbuhan dalam upacara adat Suku

Dayak tunjug dimnfaatkan untuk beberapa alat upacara, namun akar tumbuhan

yang memiliki peran vital dalam semua upacara adalah akar tumbuhan tabak.

Akar tumbuhan tabak dimanfaatkan dalam upacara dengan cara dibakar, akar

tabak yang dibakar akan menghasilkan aroma yang khas, aroma ini dalam

pelaksanaan upacara dipercaya dapat memanggil roh-roh atau dewa yang

menjadi objek pemujaan dalam upacara, untuk hadir di tempat upacara. Akar

dari tumbuhan lain biasanya dimanfaatkan bersama-sama dengan tumbuhannya

secara utuh dalam proses upacara.

Umbi dalam upacara adat dimanfaatkan untuk menghasilkan warna dan juga

bumbu sesaji. Batang tumbuhan yang miliki presentase pengunaan terbanyak

setelah daun, digunakan untuk berbagai alat upacara, di antaranya adalah

digunakan sebagai tongkat, patung, bahan pembuatan balai, alat memasak sesaji, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 164

tiang untuk menggantungkan sesaji dan lain-lain. Daun digunakan untuk

membungkus sesaji, digunakan untuk media penyampaian mantra atau berkat

dari upacara, pewarna dan lain-lain. Kulit batang digunakan untuk membuat

Kelangkangk, bunga digunakan sebagai Jeak, Pengasi dan lain-lain. Buah

dijadikan alat penyampaian mantra, perlengkapan pada Balai dan lain-lain.

Selain pengunaan organ tumbuhan secara terpisah, dalam pelaksanaan upacara

adat suku Dayak Tunjung, ada bebrapa alat upacara yang menggunakan

tumbuhan secara utuh, dari akar hingga daun dan bunga.

Istilah yang digunakan dalam upacara adat dan nama-nama alat yang

digunakan, yang berasal dari dari organ tumbuhan, memiliki arti yang sama

dalam setap upacara adat yang berbeda. Untuk istilah yang digunakan dan jenis

upacara dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

Dalam pembuatan alat atau media upacara yang berasal dari tumbuhan,

menyisakan beberapa organ tumbuhan yang tidak dapat digunakan dalam

upacra. Sisa-sisa organ tumbuhan ini akan dibuang pada suatu tempat dan

diperlakukan secara khusus, dalam hal ini semua sisa organ tumbuhan akan

dibuang pada suatu tempat di alam bersama dengan alat-alat upacara lainnya

setelah upacara dilaksanakan. Organ tumbuhan dan juga sisa-sisa alat upacara

dan yang telah dibuang tidak dapat disentuh atau digunakan kembali jika telah

dibuang dan tidak digunakan. Membakar sisa-sisa organ tubuhan yang tidak

terpakai merupakan larangan dalam adat dan tata-cara upacara Suku Dayak

Tunjung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 165

Menurut kepercayaan Suku Dayak Tunjung, setiap upacara menimbulkan

dampak atau hawa negatif bagi kehidupan manusia setelah upacara selesai

dilaksanakan, hal ini kemudian diatasi dengan Jeak, yaitu media pengusir hawa

negatif yang berasal dari proses upacara adat.

Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, teradapat 6 jenis tumbuhan

utama yang dijadikan alat atau media untuk mengusir efek negatif dari upacara

terhadap kehidupan manusia, yaitu Jeak (defisini jeak secara lengkap dapat

dilihat pada Lampiran 4. Tumbuhan yang dijadikan jeak adalah Puant, Pengoq,

Mawa, Pakuq-paramp, Tu-tawa dan Tempoka/Persiah. Jeak merupakan

kumpulan dari organ-organ tumbuhan yang kemudian dibentuk menjadi satu

kesatuan dalam bentuk alat atau media upacara. Organ tumbuhan yang paling

banyak digunakan dalam jeak adalah daun beserta pelepah atau juga sebagian

dari batang tumbuhan.

E. Tata cara mendapatkan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung

Suku Dayak Tunjung percaya bahwa setiap tumbuhan memiliki peran

masing-masing dalam kehidupan, untuk itu sangat tidak dibenarkan jika

mengambil suatu organ tumbuhan, dan atau mengambil tumbuhan secara utuh

dari alam tanpa didasari tujuan dan maksud penggunaan yang jelas. Tumbuhan

dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung juga dipercaya sebagai milik dari alam,

maka untuk mengamil tumbuhan tersebut untuk kebutuhan upacara terkadang

harus dilakukan ritual-ritual, hal ini dimaksudkan agar fungsi dari tumbuhan

tersebut tercapai dalam penggunaannya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 166

Sebagai contoh proses mendapatkan tumbuhan yang digunakan dalam

upacara Ngawai, bambu yang diambil adalah bambu yang telah mati atau patah

bagian atasnya, dan diambil dengan satu kali tebasan dengan parang, agat sisa

bambu yang ditinggalkan tidak rusak. Contoh lain adalah tumbuhan yang

digunakan dalam upacara dengan maksud mengobati biasanya diambil pada pagi

atau paling lambat siang hari, dan organ tumbuhan yang diambil adalah organ

tumbuhan yang mengarah ke arah matahari terbit, karena jika jika mengambil

tumbuhan dari alam disaat sore atau malam hari dipercaya memiliki dampak

negatif, begitu juga dengan mengambil organ tumbuhan yang mengarah pada

arah matahari terbenam.

F. Sumber perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung dan Konservasi lingkungan

Ada dua sumber perolehan tumbuhan upacara adat Suku Dayak Tunjung,

yaitu liar dan budidaya. Masyarakat Dayak Tunjung mengenali dengan baik

semua jenis tumbuhan upacara adat yang akan mereka gunakan, dan dapat

dengan tepat menentukan daera-daerah yang menjadi habitat tumbuhan tersebut.

Terkadang ada beberapa tumbuhan yang sangat susah ditemui, hal ini

menyebabkan tumbuhan tersebut kemudian dijadikan tumbuhan budidaya. jika

tidak dibudidayakan, tumbuhan-tumbuhan yang masuk dalam kategori langka

akan dipelihara di habitatnya agar tidak mati dan punah.

Dalam kesehariannya, suku Dayak Tunjung akan memperhatikan jenis-jenis

tumbuhan yang ada disekitar mereka, baik tumbuhan upacara maupun tumbuhan

lain yang memiliki peran penting dalam kehidupan, jika tumbuhan tersebut

sangat susah untuk dijumpai, maka jika ada masyarakat yang menemukan, PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 167

tumbuhan tersebut akan di pelihara, meskipun posisi tumbuh dari tumbuhan

tersebut menggangu dari aktivitas keseharian, misalnya tumbuhan tersebut

tumbuh di area hutan yang akan dijadikan ladang, maka hutan disekeliling

tumbuhan tersebut akan disisakan, jika tumbuhan tersebut tidak mungkin untuk

dibudidayakan atau dpindahkan karena beberapa faktor.

Dalam hal konservasi, pemanfaatan tumbuhan dan hewan, baik langka

ataupun yang masih melimpah keberadaannya bergantung pada kesadaran

individu Suku Dayak Tunjung, konservasi dilakukan dengan kesadaran masing-

masing tanpa paksaan. Sebagai contoh, beberapa burung seperti tiung, betet,

Kappow (sejenis burung parkit), dan merak Kalimantan merupakn burung

langka yang tidak akan diburu atau dibunuh bila dijumpai, begitu juga dengan

tumbuh-tumbuhan seperti anggrek bulan, ulin, meranti dan lain-lain yang saat ini

sudah hampir punah akan dipelihara di alam atau akan dibudidayakan pada

habitat yang layak untuk tumbuhan tersebut tumbuh dan berkembang.

G. Pemanfaatan jenis tumbuh-tumbuhan upacara adat sebagai sumber belajar biologi dan kaitannya dengan kebudayaan.

Tingkatan pengetahuan masyarakat Suku Dayak Tunjung tentang tumbuh-

tumbuhan dan keberadaannya di alam saat ini memang masih sangat tinggi,

namu tidak bagi anak-anak remaja dan pemuda. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa anak-anak remaja dan pemuda di wilayah Kabupaten Kutai Barat pada

umumnya dan khususnya remaja dan pemuda Suku Dayak Tujung sangat minim

pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka dan terlebih

hubungan tumbuhan tersebut dengan kehidupan sehari-hari dan juga budaya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 168

Pada masa kini, hal-hal disekitar kehidupan anak-anak remaja dan pemuda

khususnya yang berdomisili di wilayah Kabupaten Kutai Barat, kurang

diperhatikan. Pengetahuan tentang tumbuhan dan tindakan konservasi serung

dianggap hal yang tidak menguntungkan dan hanya menghabiskan waktu, anak-

anak remaja lebih tertarik dengan urusan teknologi dan juga perkembangan

dunia maya.

Kurangnya pemahaman tentang tumbuh-tumbuhan dan juga kaitannya

dengan budaya, yang dalam hal ini adalah para remaja yang beranjak dewasa,

perlu di tingkatkan. Dengan meningkatnya pemahaman dan pengetahuan tentang

lingkungan sekitar, khususnya tumbuh-tumbuhan dan juga kaitannya dengan

budaya, dapat menciptakan suatu tindakan konservasi di masa yang akan datang.

Kurangnya pemahaman tentang tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar oleh

anak-anak muda, khususnya di daerah Kabupaten Kutai Barat, perlu

ditingkatkan dengan mengaplikasikan materi baru yang disesuaikan, tentang

tumbuh-tumbuhan lokal yang ada di sekitar dan pemanfaatannya dalah

kehidupan sehari-hari kedalam materi pelajaran tikat satuan pendidikan SMP

maupun SMA.

Hasil dari penelitian ini merupakan rintisan dan data tertulis yang dapat

digunakan, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat

tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya

tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat, dengan cara

menggunakan hasil dari penelitian ini sebagai sumber dan bahan kajian dalam

proses pembelajaran biologi. Hasil dari penelitian ini dapat diaplikaksikan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 169

kedalam materi keanekaragaman hayati pada kompetensi dasar

“Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya

bagi kelangsungan hidup di bumi” di satuan pendidikan SMA kelas X

semester II (Silabus & RPP terlampir).

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan ajar bagi guru

dalam memberi dan menyampaikan materi pelajaran biologi, khususnya pada

pokok bahasan keanekaragaman hayati, sehingga siswa khususnya di daerah

kabupaten Kutai Barat, akan lebih mudah memahami, menemukan dan

mengenali jenis tumbuhan apa saja yang ada di sekitar mereka, dan

pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, dan khususnya dalam upacra-

upacara adat.

Dalam proses pembelajaran, khususnya untuk lebih mudah bagi siswa dalam

memahami, menemukan dan mengenali jenis tumbuhan apa saja yang ada

disekitar mereka serta pemanfaatannya sebagai tumbuh upacara, penerapan

model pendekatan Inquiry menjadi salah satu model pendekatan dalam

pembelajaran yang cocok digunakan. Dengan menggunakan model pendekatan

inquiry, guru tidak perlu menghabislkan semua jam pelajaran untuk menjelaskan

tentang tumbuh-tumbuhan. Proses pembelajaran dengan model pendekatan

inquiry akan memberikan pengalaman baru bagi siswa, bagaimana

keanekaragaman tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar, dan menemukan

langsung jawaban serta pemahaman di lapangan berdasarkan teori yang mereka

dapat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 170

Selain materi, pemberian tugas dan melakukan kegiatan praktikum juga

merupakan proses yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tetang tumbuh-

tumbuhan. Adapaun salah satu tugas yang dapat diberikan adalah siswa diminta

untuk menentukan salah satu jenis tumbuhan, mendeskripsikan,

mengklasifikasikan, dan kemudian menemukan perannya dalam kehidupan

sehari-hari. Tentunya tugas tersebut diberikan beserta batasan waktu yang sesuai

dan memadai. Praktikum dapat dilakukan dengan membuat herbarium

berdasarkan tumbuhan yang dipilih secara mandiri oleh siswa pada tugas

terdahulu. Dengan proses pembelajaran seperti ini diharapkan siswa akan lebih

memahami tentang materi keanekaragaman hayati, terutama perannya dalam

terhadap kelangsungan hidup manusia, khususnya tumbuhan upacara.

Selainnya meningkatkan pemahaman, diharapkan hasil dari proses

pembelajaran ini juga dapat menumbuhkan kepedulian yang mendalam dalam

setiap pribadi siswa, tentang kondisi lingkungan, dan serta langkah-langkah yang

harus diambil ke depan, untuk melestarikan lingkungan sekitar, dalam hal ini,

peran guru saat mendampingi siswa sangat penting.

H. Hambatan-hambatan dalam proses penelitian

Dalam proses penelitian dilapangan, peneliti mangalami hambatan-hambatan

yang disebabkan oleh hal-hal berikut:

1. Kurangnnya data tertulis tentang Suku Dayak Tunjung dibidang budaya,

khususnya tentang proses upacara adat, pengetahuan lokal tentang tumbuh-

tumbuhan dan proses pemanfaatannya, dan bahkan sejarah dari Suku Dayak PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 171

Tunjung itu sendiri masih sangat jarang dijumpai dalam bentuk data tertulis

baku. Semua data yang ada bersifat lisan.

2. Masih banyak tumbuh-tumbuhan endemik di daerah Kabupaten Kutai Barat,

khususnya di lingkungan masyarakat Suku Dayak Tunjung yang belum di

identifikasi, dan hanya dikenal dalam nama daerah.

3. Kurangnya pengetahuan kaula muda yang berasal dari Suku Dayak Tunjung

tentang tumbuh-tumbuhan endemik disekitarnya, khususnya fungsi dan

pemanfaatan tumbuh-tumbuhan itu sendiri.

4. Hambatan yang terakhir adalah medan, dimana akses yaitu jalanan masih

sangat buruk kualitasnya untuk dilalui, untuk mencapai daerah-daerah yang

memiliki tingkat keanekaragaman tumbuhan yang cukup tinggi.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung

terdiri dari 78 spesies tumbuhan yang berbeda, 78 spesies ini merupakan

bagian dari 30 famili yang berbeda.

2. Organ tumbuhan yang dimanfaatkan dalam upacara adat adalah akar, umbi,

batang, kulit batang, daun, bunga, buah dan semua organ.

3. Cara mendapatkan tumbuhan dari alam adalah dengan ritual khusus dan juga

tanpa ritual..

4. Pemanfaatan tumbuhan dalam upacara adat sebagian besar dijadikan bahan

pembuatan alat upacara, dijadikan media penyampaian mantra, bumbu sesaji,

dan pewarna alami dalam upacara penyembuhan, permohonan dan

pemeliharaan.

B. Saran

1. Penelitian ini merupakan rintisan bagi peneliti selanjutnya tentang

pemanfaatan tumbuhan dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung,

karena masih banyak data-data yang tidak tercantum, penulis mengharapkan

peneliti selanjutnya untuk melengkapi kekurangan-kekurangan tersebut agar

pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan dalam bidang budaya,

khususnya upacara adat oleh Suku Dayak Tunjung, dapat menjadi satu

172

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 173

kesatuan data yang benar-benar utuh dan tidak akan hilang seiring

berjalannya waktu.

2. Saat penelitian ini dilaksanakan, peneliti menemukan fakta bahwa sangat

sedikit data tertulis tentang kebudayaan Suku Dayak Tunjung, khususnya

pemanfaatan tumbuh-tumbuhan dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung,

sehingga dalam hal ini penulis menyarankan untuk diadakan suatu upaya

dokumentasi dan inventarisasi tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan baik

endemik maupun non endemik oleh Suku Dayak Tunjung, sehingga menjadi

suatu data yang kelak dapat digunakan dalam proses pelestarian lingkungan

dan juga tentunya kebudayaan Suku Dayak Tunjung itu sendiri.

3. Dalam bidang pendidikan, penulis menganjurkan agar diadakan materi

khusus yang disesuaikan, tentang pemanfaatan tumbuh-tumbuhan lokal pada

satuan pendidikan SMP maupun SMA, baik kaitannya dalam bidang Bidang

budaya, khususnya pemnfaatan tumbu-tumbuhan dalam proses upacara adat,

maupun pemanfaatan tumbuhan pada bidang lainnya dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam,

tentang tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka dan juga proses pemanfaatannya. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 20011. Penelitian Hutan Kita,Hidup Kita: Keanekatagaman hayati di Gunung Eno. Jakarta: Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat & TML Anonim, 2010, , www.theplantlist.org, diakses tanggal 12 mei 2014 Anonim, 2012, Your Plant Database, www.plantamor.com, diakses tanggal 10 juni 2014 Attamimi, F. 1997. Pengetahuan Masyarakat Suku Mooi Tentang Pemanfaatan Sumber Daya Nabati di Dusun Maibo Desa Aimas Kabupaten Sorong. Skripsi sarjana Kehutanan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Cenderawasih Manokwari Bogdan, Robert C. dan Steven J. Taylor. 1993. Kualitatif (Dasar-dasar penelitian). Diterjemahkan oleh: A. Khozin Afandi. Surabaya: Usaha Nasional. Cunningham, A.B. 2001. Applied Ethnobotany (People, Wild Plant Use, and Conservation). Earthscan. London Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, BALITBANG Kehutanan, Jakarta. Lahajir Y. 2001. Etnoekologi perladangan orang Dayak Tunjung Linggang (Etnografi lingkungan hidup di Dataran Tinggi Tunjung). Yogyakarta: Galang Press. Madrah D. 2001. Adat Sukat Dayak Benuaq dan Tonyooi. Jakarta: Puspa Swara dan Yayasan Rio Tinto. Nababan, A., 1995, Kearifan Tradisional dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Indonesia. Jurnal : Kebudayaan, Kearifan Tradisional, dan Pelestarisn Lingkungan. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Nathanael, Lahajir Y, Kedoi Y, Dedy T, Nikolaus, Rindarwoko, Yustinus. 2010. Kebudayaan Linggang. Linggang Melapeh. CERD/ Badan Perancangan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat. Prastowo, A. 2012. Metode penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta: AR-Ruzz Media Purwanto, Y.1999. Etnobotani-Bioteknologi : Keterkaitan system Pengetahuan Tradisional dan Modern. Makalah Pada Seminar Ilmiah : Membangun Lingungan Hidup yang Lestari Dengan Memanfaatkan Bioteknologi Berbasis Keanekaragaman Hayati. Fak. Pertanian Univ. Janabadra. Fak. Biologi dari Prodi Sosiologi Ffisip Universitas Atma Jaya dan Kehati. Yogyakarta, 30 Juni 1999.

174

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 175

Rahail, J.P., 1995, Kearifan Budaya Masyarakat Lokal Melestarikan Lingkungan, tahun XXIV, No. 6, November – Desember. Hal. 417 – 420. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies. Runtunuwu, E, A. 2013. Studi Etnoekologi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat Suku Dayak Tunjung Linggang di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Skripsi Sarjana Biologi Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Silaban, R. 2013. Jenis Jenis Rotan. www.raymoon760.wordpress.com. Diakses tanggal 12 April 2014. Sirat, M., E, Djaenuderadjat, dan Budiono.1990. Pengobatan tradisional padamasyarakat pedesaan daerah lampung. Eds Nurana dan Ahmad Yunus. Depdikbud. Dirjen. Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung. Stenis. V.C.G.J. 1981. Flora Voor De Scholen In Indonesia. Sanduran. Suryo. Dkk. Cet. II. Yogyakarta: Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Fakultas Biologi Universitas gajah Mada Yogyakarta.

Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan. Cet IX. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Wahyudi P,S. (1997). Kupatan Jalasutera Tradisi, Makna dan Simboliknya. Yogyakarta: Depdikbud. Yati, K. 2004. Studi Etnobotani Tentang Bahan Obat Tradisional yang digunakan oleh Masyarakat pada Tiga Kenagarian di Kabupaten Agam. Skripsi Sarjana Biologi FMIPA UNAND.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 1

PETA WILAYAH PENELITIAN

176

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 177

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 2

INFORMAN PRIMER Berikut ini merupakan data-data informan primer dalam penelitian ini: 1. Nama : Ardin Nama Panggilan : Taman Nani Domisili : Kampung Linggang Bigung, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : 76 Tahun Agama : Kristen Protestan Jabatan : Ketua Dewan Adat Linggang

2. Nama : Digot Nama Panggilan : Taman Sawai/Boq Moq Domisili : Kampung Linggang Bigung, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 105 Tahun Agama : Katolik Jabatan : Pelaku Upacara Adat dan Ahli Pengobatan Tradisional

3. Nama : Ibu Minah

Nama Panggilan : Men Saban Domisili : Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, Kab. KutaiBarat Jenis kelamin : Perempuan Umur : 76 Tahun Agama : Katolik Jabatan : Pelaku Upacara Adat

4. Nama : Mpo Mong Nama Panggilan : - Domisili : Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, Kab. KutaiBarat Jenis kelamin : Laki-laki Umur : - *(berkisar Antara 94 Hingga 102) Tahun Agama : - Jabatan : Pelaku Upacara Adat Regional Kab. Kutai Barat dan Guru dari Pelaku Upacara Lainnya

178

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 179

5. Nama : Nata Nama Panggilan : - Domisili : Kampung Linggang Amer, Kec, Linggang Bigung, Kab.Kutai Barat

Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : - *(Berkisar Antara 60 Hingga 70) Tahun Agama : - Jabatan : Pelaku Upacara Adat

6. Nama : Jadi** Nama Panggilan : Taman Saban Domisili : Kampung Balok Asa, Kec.Barong Tongkok, Kab. KutaiBarat Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : -*(Berkisar antara 67 hingga 80 tahun) Agama : Katolik Jabatan : Pelaku Upacara Adat

7. Nama : Ngeliq Nama Panggilan : Taman Seloi/Kakek Mapan Domisili : Kampung Linggang Mapan, Kec.Linggang Bigung, Kab. Kutai Barat Jenis kelamin : Laki-Laki Umur : -*(Berkisar antara 67 hingga 77 Tahun) Agama : Katolik Jabatan : Sekretaris Desa Linggang Mapan, Anggota Dewan Adat Linggang, Penasehat Dewan Adat Linggang.

Catatan: (*) Masyarakat Suku Dayak Tunjung yang lahir sebelum tahun 45, tidak mengingat atau mencatat tahun kelahiran mereka, sehingga pada masa sekarang, banyak dari para tetua Suku Dayak Tunjung yang tidak mengetahui secara tepat umur mereka. (**) Narasumber atau informan primer yang telah meninggal,beberapa waktu setelah penulis selesai melakukan perekaman data.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 3

JENIS UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG Sebuah upacara adat memiliki tujuan dalam pelaksanaannya, begitu juga upacara adat Suku Dayak Tunjung. Upacara adat Suku Dayak Tunjung dilksanakan dengan tujuan penyembuhan suatu penyakit dan ganguan kesehatan, permintaan bantuan serta perlindungan dan keselamatan kepada alam, bersukur kepada alam, dan juga permintaan maaf kepada alam. Upacara adat Suku Dayak Tunjung terbagi kedalam tiga jenis ketegori, yaitu upacara kecil,sedang dan besar. Kategoti ini terbentuk berdasarkan jumlah dari alat, sesaji, jumlah pelaku upacara, dan durasi upacara. Semakin lama durasi upacara maka sesaji yang digunakan akan semakin banyak, jenis hewan yang dikorbankan semakin besar dan banyak, dan jumlah pelaku upacara lebih dari 1 orang. Berikut ini adalah deskripsi upacara adat Suku Dayak Tunjung. 1. Banyungk Banyungk adalah upacara adat dengan durasi waktu upacara 1 hari dengan 1 orang pelaku upacara adat. Hewan kurban yang digunakan biasanya berupa anjing dan ayam, dan upacara ini bertujuan untuk menyembuhkan atau meminta pertolongan kepada alam. Upacara adat banyungk tergolong kedalam upacara adat skala sedang dan pelaksanaanya adalah pada waktu siang hari.

2. Beliant Bawo Beliat Bawo adalah upacara adat Suku Dayak tunjung yang bertujuan untuk mengobati ataupun menemukan segala macam bentuk ganguan kesehatan yang terjadi. Upacara ini dilaksanakan pada malam hari dengan 1 atau lebih pelaku upacara, dan bisa dilaksanakan dalam durasi lebih dari 1 hari jika penyebab gangguan kesehatan belum ditemukan. Meski demikian, upacara ini merupakan upacara adat yang tergolong kedalam upacara adat skala sedang yang berdasarkan alat dan sesaji upacara serta hewan yang dikorbankan dalam upacara adat.

3. Beliant Kencong Beliant Kencong adalah upacara adat dengan tujuan yang sama dengan Beliant Bawo, yaitu penyembuhan. Upacara adat ini dilaksanakan malam hari dengan durasi waktu 6 hingga 12 jam dalam keseluruhan waktu pelaksanaannya. Beliant Kencong melibatkan 1 pelaku upacara dan tergolong kedalam skala upacara menengah.

4. Beliant Loangan (Mantir) Beliant Loawangan adalah jenis upacara yang bertujuan untuk penyembuhan suatu penyakit dan sekaligus merupakan permintaan maaf kepada alam karena individu yang menjadi objek upacara telah melakukan kesalahan kepada alam dan untuk itu menderita suatu ganguan kesehatan. Durasi upacara ini hanya 1 hari dengan pelaku upacara tunggal, tergolong kedalam upacara berskala menengah.

180

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 181

5. Beliant Nyenturuh Bukur Beliant nyenturuh Bukur adalan upacara dengan tujuan penyembuhan. Upacara dilaksanakan dalam durasi waktu lebih dari satu hari dan tergolong dalam upacara berskala besar karena melibatkan banyak organ tumbuhan yang dijadikan alat dan bahan dalam upacara, dan juga hewan yang dikorbankan biasanya berupa babi, pelaku upacara tunggal.

6. Beliant Nyumangk Beliant Nyumangk adalah proses upacara berskala sedang, dan dilaksanakan dalam durasi waktu 1 hari. Pelaku upacara tunggal, adapun maksud dan tujuan dari upacara adat ini adalah penyembuhan. Dalam pelaksanaannya upacara adat Beliant Nyumangk dilaksanakan untuk mengobati orang yang mengalami ganguan kepribadian dan mental.

7. Beliant Rantau Perangk Beliant Rantau Perangk adalah proses upacara yang berskala besar, dilaksanakan dalam durasi waktu 2 hari atau lebih dengan pelaku upacara wanita tunggal, hewan yang dikorbankan berupa babi, dan mengukan banyak alat dan juga media yang dibuat dari organ tumbuh-tumbuhan. Biasanya orang-orang yang aktif dalam bidang kebudayaan, khususnya dewan adat pada suatu desa Suku Dayak Tunjung yang sering menderita penyakit atau gangguan kesehatan yang kemudian menjadi objek dari dilaksanakannya proses upacara ini.

8. Beliant Semur Beliant Semur adalah proses upacara adat yang bertujuan untuk mengobati suatu penyakit, dan atau membayar suatu permintaan yang ditujukan kepada alam. Proses upacara ini berlangsung dalam kurun waktu 2 hari, pelaku upacara adalah laki-laki.

9. Beliant Sentiu Beliant sentiu merupakan proses upacara yang hampir sama dengan Beliant Semur, namun berbeda dalam gaya bahasa upacaranya. Merupakan pengobatan dan penyampaian terima kasih kepada alam atas suatu permintaan. Proses upacara dilaksanakan dalam waktu 2 hari atau lebih, pelaku upacara tunggal dan merupakan proses upacara berskala menengah.

10. Gugu taont Gugu taont adalah upacara berskala besar, yang biasanya dilakukan oleh persatuan adat suatu kampung. Upacara adat ini bertujuan untuk menyampaikan syukur kepada alam atas segala sumberdaya yang telah disediakan, sehingga masyarakat dapat hidup dalam keadaan SDA yang melimpah, sekaligus permohonan kepada alam agar terus dalam keadaan yang stabil dan tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan seperti bencana alam dan lain-lain. upacara ini berlangsung dalam durasi waktu lebih dari 2 hari dan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 182

melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara. Tempat pelaksanaannya biasanya di hutan ataupun pada rumah adat Suku Dayak Tunjung yang dikenal dengan nama Lamin Adat.

11. Hajat Hajat adalah upacara yang dilakukan oleh satu keluarga atau individu dan tergolong kedalam upacara berskala kecil. Hajat adalah upacara permintaan kepada alam, baik permintaan atas keselamatan, kesembuhan, kemakmuran dan lain-lain. Pelaku upacara dalam jenis upacara adat ini adalah pelaku upacara tunggal, durasi waktu yang digunakan proses upacara tidak lebih dari 1 hari.

12. Ngawai Ngawai adalah upacara adat yang bertujuan untuk menyembuhkan atau menghilangkan suatu gangguan terhadap kesehatan individu ataupun gangguan terhadap lahan pertanian berupa hama dan lain-lain. Gangguan yang ditimbulkan kebanyakan berupa ulang iseng dari individu-individu dalam masyarakat itu sendiri. Upacara ngawai adalah upacara adat berskala kecil dengan durasi pelaksanaan hanya 3 hingga 4 jam. Pelaku upacara tunggal.

13. Pakant Talunt Pakant Talunt adalah jenis upacara yang dilakukan oleh individu, organisasi ataupun oleh dewan adat. Upacara adat ini bertujuan untuk menyampaikan permintaan maaf kepada alam khususnya hutan. Upacara ini dilaksanakan bisasanya setelah terjadi suatu perusakan alam, baik penebangan liar dan lain- lain yang merusak hutan, bisa juga karena telah membunuh hewan tertentu tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Segala perbuatan tersebut menimbulkan murka alam sehingga terjadinya beberapa gangguan kepada pihak yang bersangkutan secara terus menerus. Upacara pakant talunt juga bisa merupakan permintaan izin kepada alam, untuk membuka lahan baru diarea tersebut. Upacara pakant talunt merupakan upacara yang dilaksanakan dalam durasi waktu 2 hari atau lebih, dan termasuk dalam upacara adat berskala besar. Upacara adat pakant talunt melibatkan lebih atau hanya 1 pelaku upacara.

14. Papat Papat dalah jenis upacara adat yang bertujuan untuk meminta perlindungan dan pertolongan kepada alam, biasanya permintaan yang diajukan kepada alam berupa keselamatan. Pelaku upacara adat tunggal, upacara dilaksanakan pada waktu siang hari dengan durasi waktu upacara 6 hingga 8 jam. Termasuk upacara dengan skala sedang.

15. Timeq Timeq adalah jenis upacara adat Suku Dayak Tunjung yang bertujuan untuk mengobati suatu penyakit, tergolong kedalam upacara dengan skala besar karena dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama, durasi keseluruhan proses PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 183

upacara adat ini adalah 8 hari dan mengunakan banyak sekali organ tumbuh- tumbuhan untuk menajadi alat dan juga media dalam pelaksanaanya. Timeq melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara, dan memerlukan 8 ekor babi yang nantinya dalam proses upacara akan dijadikan hewan korban.

16. Ngelakuq bangkai Ngelakuq bangkai adalah upacara yang dilaksanakan untuk mengantarkan roh orang-orang yang telah meninggal dunia ke peristirahatan terakhir mereka, agar dapat beristirahat dengan tenang dan damai. Upacara ini dilaksanakan dalam durasi waktu 1 minggu atau lebih. Upacara adat ngelakuq bangkai merupakan upacara adat berskala besar, melibatkan hingga 3 pelaku upacara, dan hewan yang dikorbankan biasanya berupa kerbau, babi dan ayam.

17. Sentangih Sentangih adalah jenis upacara Suku Dayak Tunjung untuk melepaskan roh orang yang telah meninggal ke alam lain, upacara ini dilaksanakan dalam waktu 1 hingga 2 minggu, dan melibatkan lebih dari 1 pelaku upacara. Sentangih merupakan proses upacara berskala besar, dengan melibatkan banyak media dan alat upacara yang berasal dari daun tumbuh-tumbuhan. Hewan korban dalam proses upacara ini adalah babi dan ayam.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 4

ISTILAH DALAM UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG Dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, teradapat istilah- istilah yang dalam bahasa tunjung yang menggambarkan suatu proses atau alat, berikut definisi dari istilah-istikah tersebut. 1. Ancakq Kulit kayu yang dianyam menjadi berbentuk keranjang atau nampan, ancakq berfungi untuk meletakan sesaji dalam proses upacara adat.

2. Anjat/Bakeq Anjat atau Bakeq adalah tas khas suku Dayak Tunjung, terbuat dari bahan dasar rotan yang dianyam. Berbentuk kurang lebih seperti gentong air dengan tinggi antara 30 hingga 70 cm dan dimeter berkisar antara 30 hingga 45 cm. Anjat digunakan untuk membawa barang sehari-hari dengan cara dijinjing.

3. Burai Burai dalam bahasa tunjung berarti bedak, biasanya terbuat dari tepung beras dan dicampurkan dengan berbagai organ tumbuhan, untuk menghasilkan kasiat tertentu.

4. Gaka Gaka merupakan sebutan Dalam Bahasa Dayak Tunjung, untuk jenis tumbuhan merambat yang memiliki akar semu, penambahan kata Gaka dibelakang nama tumbuhan akan menggambarkan deskripsi tumbuhan tersebut sebagai tumbuhan merambat atau liana.

5. Jampiq Jampiq merupakan alat atau media dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, terbuat dari daun pisang yang dirobek kecil berbentuk pita, bisa juga berbentuk cairan atau ramuan dari daun tumbuhan. Jampiq berfungsi untuk menyampaikan mantera ataupun berkat upacara kepada subjek upacara.

6. Jeak Jeak merupakan media untuk menghilangkan segala pengaruh negatif dari proses upacara adat, selama dan setelah upacara adat berlangsung. Jeak merupakan media yang dibuat dari gabungan beberapa organ tumbuhan dari berbagai spesies, biasanya organ yang digunakan adalah daun dan sebagian kecil batang atau ranting serta pelepah.

7. Kabungk Kabungk adalah alat dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung yang dibuat dari daun punang dan aren, dan dibentuk seperti pagar dan diletakan melintang atau horizontal mengeliligi pusat upacara adat.

184

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 185

8. Kelangkangk Kelangkangk merupakan alat untuk meletakan sesaji dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung, terbuat dari bambu yang dianyam berbentuk nampan segi empat dengan ukuran 20x20 cm. kelangkangk hanya digunakan dalam upacara kematian.

9. Kerenyamp. Kerenyamp adalah patung yang terbuat dari bedak dan berbentuk manusia, dan diletakan dalam beras, bedak ini berasal dari daun kayu yang dicampur dengan tepung beras.

10. Lemang Lemang merupakan makanan khas dari Suku Dayak Tunjung, yaitu nasi dari beras ketan yang dimasak didalam bambu dan dicampurkan dengan santan. Bambu bagian dalam dilapisi dengan daun pisang.

11. Longan Bayat Kabungk adalah alat upacara adat Suku Dayak Tunjung yang dibuat dari batang tumbuhan. Batang tumbuhan dibelah menyerupai pisau, dan kemudian dirangkai bersilangan pada sebuah papan dengan panjang 50 cm. dipasang didalam rumah dengan cara digantung.

12. Noccou Proses mewarnai daun kelapa untuk alat atau keperluan kebudayaan, warna yang dihasilkan biasanya merah dan kuning. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami yang diciptakan dari organ tumbuh-tumbuhan lainnya.

13. Pantiq Pantiq merupakan alat dalam upacara melas, pantiq diciptakan dari bambu kuayant, dengan bentuk menyerupai kursi, berfungsi untuk tepat duduk objek upacara dalam menerima berkat upacara.

14. Pencawangk Sebuah alat upacara dari daun beserta pelepah Kumar (salak hutan), yang kemudian ditancapkan di tanah. Kabungk ini sekilas tampak seperti pahon natal, karena ada tumbuhan merambat atau liana yang dilitkan mengelilingi kabungk, pada bagian bawah terdapat buah nanas yang digantungkan pada kabungk.

15. Pengasi Pengasi adalah bunga ataupun daun tumbuh-tumbuhan yang dicampurkan dengan air dalam suatu wadah, dan air ini dipercikan ataupun diteteskan kepada peserta upacara, hal ini dimaksud untuk menyucikan peserta upacara tesebut.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 186

16. Pengumak Pengumak adalam istilah untuk alat upacara yang dibuat dari daun hanjuang merah dalam upacara ngawat, daun hanjunag merah ini digunakan sebagai replika parang atau mandau yang melambangkan senjata dalam upacara adat.

17. Reef Reef adalah sebutan untuk rautan dari batang tumbuh-tumbuhan. Biasanya rautan ini dibuat dengan pisau raut khas Suku Dayak Tunjung yang disebut isa. Selain dalam upacara adat, reef juga berfungsi untuk menyalakan api didalam hutan, karena reef merupaka rautan tipis seperti pita,sehingga mudah terbakar. Reef yang digunakan dalam upacara adat adalah reef yang dibiarkan melekat pada batang tumbuhan tersebut.

18. Ruyaq Ruyaq dalam bahasa dayak tunjung adalah kesatuan suatu alat untuk menciptakan atau membangun sesuatu.

19. Simpai Simpai merupakan anyaman dari rotan yang telah diraut halus, anyam ini membentuk suatu simpul yang sangat kokoh.

20. Subbai Subbai merupakan bambu panjang yang ditancap di tanah, pada seluruh batang bambu ini diberi rautan dari batang tumbuhan (reef).

21. Tara Tara adalah cara memasak makanan Suku Dayak tunjung yang hampir mirip dengan Lemang, yaitu makanan dimasak didalam batang bambu. Biasa makanan yang dimasak dengan cara ini bisa berupa daging atau beras. Hasil dari cara memasak ini yang kemudian dikenal dengan istilah Tenara.

22. Telusuq Telusuq adalah nasi yang dimasak dengan cara Tenara, setelah matang, bambu dikupas bagian luarnya, bagian atas bambu diberi tutupan daun pisang/pisang hutan. Nasi dalam bambu inilah yang disebut telusuq. Telusuq hanya dibuat untuk sesaji upacara saja. Untuk konsumsi, nasi yang dimasak didalam bambu setelah matang langsung dibelah dan dimakan, tidak perlu diberikan perlakuan apapun lagi.

23. Wuint awooiy Wuint awooiy adalah sebutan untuk alat upacara dari tumbuhan biruq dan tumbuhan gai syi’it. Kedua tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan utama dalam pembuatan wuint awooiy, tumbuhan digunakan secara utuh (semua organ tumbuhan) . wuint awooiy diletakan didalam rumah atau pada pusat upacara yang sedang berlangsung.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 5

TABEL KLASIFIKSI TUMBUHAN UPACARA ADAT SUKU DAYAK TUNJUNG

No Nama Famili Ordo Kelas divisi Daerah Umum Ilmiah 1. Jojot Pisang hutan Musa balbisiana Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta

2. Sempat - - Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 3. Juangk Hanjuang Merah Cordyline Agavaceae Liliales Liliopsida Magnoliophyta terminalis L 4. Jeloq Pisang Musa acuminata Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 5. Nancangk Mahang Macaranga Euphorbiaceae Malpighiales Magnoliopsida Magnoliophyta mappa 6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 7. Tabak - - Poaceae Liliopsida Magnoliophyta 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 9. Gaka malongk ------10. Cahai Kunyit Curcuma Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta domestica 11. Lejaq Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 12. Teliant Ulin Eusideroxylon Lauraceae Laurales Magnoliopsida Magnoliophyta zwageri 13. Ntugaq ------14. Tempera - - Urticaceae Rosales Magnoliopsida Magnoliophyta 15. Tokongk - Amomum Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta aculeatum 16. Kuayant Bambu Bambusa Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta arundinacea 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta

18. Pangir/Bungaq - Morinda sp. Rubiaceae Rubiales Magnoliopsida Magnoliophyta

187

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 188

No Nama Famili Ordo Kelas divisi Daerah Umum Ilmiah 19. Pujaq - - Apocynaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta

20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta 22. Gai pelas Rotan Calamus Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta penicillatus Roxb 23. Harump - - Acanthaceae Scrophulariales Magnoliopsida Magnoliophyta 24. Komat Puring hijau Codiaeum Euphorbiaceae Euphorbiales Magnoliopsida Magnoliophyta variegatum. 25. Ngkapaq Paku sarang Asplenium nidus Polypodiaceae Polypodiales Pteridopsida Pteridophyta burung 26. Muungk/Hemungk Sembung Blumea Asteraceae Asterales Magnoliopsida Magnoliophyta Balsamifera 27. Kuncengk Heredong Melastoma affine Melastomataceae Myrtales Magnoliopsida Magnoliophyta

28. Peridangk Rumput Teki Cyperus rotundus Cyperaceae Cyperales Liliopsida Magnoliophyta 29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta

30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta

31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Piperales Magnoliopsida Magnoliophyta 32. Wangunt - - Meliaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta

33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Gentianales Magnoliopsida Magnoliophyta 34. Pengoq - - Sapindaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta 35. Pengoq peai - - Piperaceae Piperales Magnoliopsida Magnoliophyta 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 37. Mawa - - Cannabaceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 38. Puant Keledang Artocarpus Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta lanceifolius Roxb 39. Jiee ------PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 189

No Nama Famili Ordo Kelas divisi Daerah Umum Ilmiah 40. Persiah - - Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta

41. Paku-paramp - Polypodium Polypodiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta vulgare 42. Tu-tawa - Costus speciosus Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 43. Memaliq/Smeneo ------44. Gaka Ngelagit - - Leguminosae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta 45. Lempung ngayo - - Rhizophoraceae Myrtales Magnoliopsida Magnoliophyta 46. Rekep - - Sapindaceae Sapindales Magnoliopsida Magnoliophyta 47. Gai syi’it Rotan Calamus Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta balingensis Furtado 48. Gai sokak Rotan Calamus caesius Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 50. Terincingk Nanas Ananas comosus Bromeliaceae Bromeliales Liliopsida Magnoliophyta

51. Kumar/Lempucant - Eleiodoxa Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta conferta 52. Telasih Selasih Ocimum Lamiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta basilicum 53. Katapuq - Thymus vulgaris Lamiaceae Lamiales Magnoliopsida Magnoliophyta 54. Pegangk Lau Ilalang Imperata Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta brevifolia 55. Bunglew - - Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 56. Deraya ------57. Peringk Taliq - Bambusa sp. Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta 58. Kuayant Kuning - Bambusa Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta vulgaris Schard 59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta

60. Lunuk Beringin Ficus benjamina Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 190

No Nama Famili Ordo Kelas divisi Daerah Umum Ilmiah 61. Raja Pengalah Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Santalales Magnoliopsida Magnoliophyta

62. Pentar - Ficus carica Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Rubiales Magnoliopsida Magnoliophyta 64. Lancingk senit Langusei Ficus minahassae Moraceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 65. Mermungk ------66. Engkehuyo - Chromolaena Asteraceae Asterales Magnoliopsida Magnoliophyta odorata 67. Tuq salah Tebu Saccharum Poaceae Poales Liliopsida Magnoliophyta officinarum L 68. geriq Kemiri Aleurites Euphorbiaceae Euphorbiales Magnoliopsida Magnoliophyta moluccana 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 70. Akar Liana - Leguminosae Fabales Magnoliopsida Magnoliophyta 71. Ukor - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 72. Bemant Bemban Donax Marantaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta canniformis 73. Botoq Ramban Celtis australis Cannabaceae Urticales Magnoliopsida Magnoliophyta 74. Niungk - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 75. Jauq - - Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta 76. Belayant - Tinospora crispa Menispermaceae Ranunculales Magnoliopsida Magnoliophyta 77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberaceae Zingiberales Liliopsida Magnoliophyta 78. Biruq Torungk - Livistona sp Arecaceae Arecales Liliopsida Magnoliophyta

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 6

TABEL JUMLAH FAMILI YANG TERIDENTIFIKASI

No FAMILI Jumlah 1. Musaceae 3 2. Cannabaceae 2 3. Moraceae 5 4. Zingiberaceae 6 5. Agavaceae 1 6. Euphorbiaceae 3 7. Arecoideae 1 8. Poaceae 9 9. Lauraceae 1 10. Urtiaceae 1 11. Rubiaceae 3 12. Apocynaceae 2 13. Fabaceae 1 14. Arecaceae 11 15. Acanthaceae 1 16. Polypodiaceae 2 17. Asteraceae 2 18. Melastomataceae 1 19. Cyperaceae 1 20. Piperaceae 2 21. Meliaceae 1 22. Sapindaceae 2 23. Leguminosae 2 24. Rhizophoraceae 1 25. Bromeliaceae 1 26. Lamiaceae 2 27. Moreceae 1 28. Loranthaceae 1 29. Marantaceae 2 30. Menispermaceae 1 31. Tidak teridentifikasi 6 Total 78

191

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 7

TABEL JUMLAH ORDO TUMBUAHN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI

No Ordo Jumlah 1. Zingiberales 11 2. Liliales 1 3. Malpighiales 1 4. Arecales 12 5. Poales 9 6. Laurales 1 7. Rosales 1 8. Rubiales 2 9. Gentianales 3 10. Fabales 3 11. Scrophulariales 1 12. Euphorbiales 2 13. Polypodiales 1 14. Myrtales 2 15. Cyperales 1 16. Piperales 2 17. Sapindales 3 18. Urticales 8 19. Lamiales 3 20. Bromeliales 1 21. Santalales 1 22. Asterales 2 23. Ranunculales 1

192

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 8

JUMLAH KELAS DAN DEVISI TUMBUHAN UPACARA ADAT YANG TERIDENTIFIKASI

JUMLAH KELAS 1. Liliopsida 35 2. Magnoliopsida 36 3. Pteridopsida 1

JUMLAH DEVISI YANG TERINDENTIFIKASI 1. Magnoliophyta 71 2. Pteridophyta 1

193

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 9

Tabel Data tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Adat Suku Dayak Tunjung

Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 1. Jojot Pisang hutan Musa Musaceae Daun, Dijadikan patung, pembungkus Liar Melimpah Papat balbisiana Batang, Akar sesaji, dan juga media penyampaian mantra. 2. Sempat - - Zingiberaceae Batang dan Dijadikan patung Liar Melimpah Beliant Loangan akar (Mantir) 3. Juangk Hanjuang Cordyline Agavaceae Daun - Dijadikan media penyampian Budiadaya Kurang Beliant Semur, Merah terminalis L mantra dalam upacara adat Beliant Bawo, Beliant - Dijadikan Pengumak Sentiu, Beliant Kencong 4. Jeloq Pisang Musa Musaceae Daun, Dijadikan patung, pembungkus Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat acuminata Batang, Akar sesaji, dan juga media penyampaian mantra. 5. Nancangk Mahang Macaranga Euphorbiaceae Batang, Kulit Batang dijadikan bahan pembuat Liar Melimpah Timeq, Papat mappa batang dan balai, kulit batang dijadikan Daun ancak, daun sebagai alas dalam meletakan sesaji pada balai. 6. Nyoo Kelapa Cocos nucifera Arecoideae Buah dan Buah dijadikan alat dalam Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat Daun upacara, sedangkan daun selain sebagai alat juga dijadikan pembungkus makanan wajib dalam upacara seperti ketupat dll. 7. Tabak - - Poaceae Akar Dibakar dan dijadikan media Budidaya/li Kurang Semua Upacara Adat perantara antara pelaku upacara ar dengan alam sekitar. 8. Lutuq Bambu Bambusa Sp Poaceae Batang Dijadikan media tempat memasak Liar Melimpah Semua Upacara Adat sesaji, dan dijadikan media dalam upacara adat 9. Gaka - - - Batang Dijadikan tali pengikat dalam Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt malongk pembuatan alat-alat upacara 10. Cahai Kunyit Curcuma Zingiberaceae Umbi Dijadikan pewarna dalam Budidaya Melimpah Semua Upacara Adat domestica pembuatan media upacara adat 11. Lejaq Jahe Zingiber Zingiberaceae Umbi Dijadikan bumbu dalam Budidaya Melimpah Papat officinale pembuatan sesaji upacara

194

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 195

Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 12. Teliant Ulin Eusideroxylon Lauraceae Batang Dijadikan patung dan juga tiang Liar Langka Papat, Hajat zwageri balai dalam upacara adat 13. Ntugaq - - - Batang dan Dijadikan patung dan juga tempat Liar Melimpah Papat Daun menggantungkan ancak disetiap sudut balai 14. Tempera - - Urtiaceae Daun, Batang Dijadikan tali pengikat dalam Liar Melimpah Papat, Pakant Talunt. pembuaran media upacara, jeak. Dll. 15. Tokongk - Amomum Zingiberaceae Batang dan Dijadikan bahan pembuatan Liar Melimpah Banyungk aculeatum akar Balai, rempah sesaji. 16. Kuayant Bambu Bambusa Poaceae Batang Dijadikan Balai atau Pantiq Liar Melimpah Upacara Adat Kenu arundinacea 17. Tuuq Tebu Saccharum sp. Poaceae Batang Dijadikan Tiang pusat tari Budidaya Melimpah Timeq, Gugu Taont upacara 18. Pangir/Bung - Morinda sp. Rubiaceae Bunga Media dalam menyampaikan Liar/Budida Kurang Semua Upacara Adat aq “berkat” upacara kepada objek ya upacara 19. Pujaq - - Apocynaceae Daun Digunakan sebagai pewarna Liar/Budida Langka Semua Upacara Adat atribut upacara ya 20. Ami Gambir Uncaria gambir Rubiaceae Daun Dijadikan Jampiq Liar/Budida Langka Papat, Kenu, ya Banyungk 21. Gaka kedot Liana - Fabaceae Batang Digunakan untuk mengikat dalam Liar Melimpah Banyungk pembuatan balai 22. Gai pelas Rotan Calamus Arecaceae Batang Digunakan untuk Liar Kurang Melas penicillatus menggantungkan subbai Roxb 23. Harump - - Acanthaceae Daun Digantung pada Longan Bayat Liar/Budida Kurang Beliant Mantir ya 24. Komat Puring hijau Codiaeum Euphorbiaceae Daun dan Dijadikan pengasi Liar/Budida Melimpah Beliant Semur variegatum. Batang ya 25. Ngkapaq Paku sarang Asplenium Polypodiaceae Daun Dijadikan anjat dalam upacara Liar Melimpah Beliant Bawo burung nidus adat 26. Muungk/He Sembung Blumea Asteraceae Daun dan Dijadikan pengasi Liar Melimpah Beliant Semur mungk Balsamifera Batang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 196

Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 27. Kuncengk Heredong Melastoma Melastomataceae Bunga Dijadikan minuman bagi pelaku Liar Melimpah Beliant Sentiu affine upacara yang mengalami kesurupan. 28. Peridangk Rumput Teki Cyperus Cyperaceae Daun Digunakan menjadi jeak Lair Melimpah Banyungk rotundus 29. Paatn Pinang Areca catechu Arecaceae Daun, Bunga, Digunakan menjadi Kabungk Budidaya, Melimpah Banyungk dan Buah, Batang Liar haampir semua upacara adat Suku Dayak Tunjung 30. Sarap Aren Arenga pinnata Arecaceae Daun Muda Kabungk Budiaya, Melimpah Timeq, Beliant Bawo, Liar Semur, Sentiu 31. Rakap Sirih Piper betle Piperaceae Daun Bahan pembuatan Jampi Budidaya, Melimpah Hampir semua Liar upacara adat 32. Wangunt - - Meliaceae Batang Untuk Rautan (Reff), diletakan Liar Melimpah Melas pada Benawingk 33. Nyelutui Kayu Gabus Alstoniae cortex Apocynaceae Batang Dijadikan patung dengan jenis Liar Melimpah Beliant Semur kelamin wanita 34. Pengoq - - Sapindaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 35. Pengoq peai - - Piperaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 36. Sewet Pisang Hutan Musa Sp Musaceae Jantung buah, Batang dijadikan patung, daun Liar Melimpah Beliant Nyenturuh Daun, Batang dijadikan media penyampaian Bukur matra dan pembungkus sesaji, jantung dijadikan alat upacara 37. Mawa - - Cannabaceae Daun, Kulit Daun dijadikan Jeak, Kulit batang Liar Melimpah Hampir semua batang dijadikan Ancak Upacara Adat 38. Puant Keledang Artocarpus Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Semua Upacara Adat lanceifolius Roxb 39. Jiee - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 40. Persiah - - Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 41. Paku-paramp - Polypodium Polypodiaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat vulgare 42. Tu-tawa - - Commelinaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat 43. Memaliq/Sm - - - Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Semua Upacara Adat eneo PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 197

Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 44. Gaka - - Leguminosae Batang, daun Batang dijadikan patung, Daun Liar Melimpah Melas Ngelagit dijadikan Jeak 45. Lempung Liana - Rhizophoraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas ngayo 46. Rekep - - Sapindaceae Batang Untuk menyandarkan Benawingk Budidaya, Kurang Melas Liar 47. Gai syi’it Rotan Calamus Arecaceae Semua organ Wuint awoi( digunakan utuh dari Lair Langka Timeq balingensis tumbuhan akar sampai daun) Furtado (utuh)

48. Gai sokak Rotan Calamus Arecaceae Batang Dijadikan tali pengikat Budidaya, Melimpah Timeq caesius Liar 49. Daun biruq - Livistona sp Arecaceae Daun Daun dijadikan Wuint awooiy Liar Kurang Timeq

50. Terincingk Nanas Ananas Bromeliaceae Batang, Dijadikan pencawangk Budidaya, Melimpah Beliant Bawo comosus Daun, Buah Liar 51. Kumar/Lemp - Eleiodoxa Arecaceae Daun dan Digunakan sebagai pencawangk Budidaya, Kurang Ngawat ucant conferta Batang Liar 52. Telasih Selasih Ocimum Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Kuarang Beliant Semur, basilicum Liar Beliant Bawo 53. Katapuq - Thymus Lamiaceae Daun Dijadikan pengasi Budidaya, Kuarang Beliant Semur, vulgaris Liar Beliant Bawo 54. Pegangk Lau Ilalang Imperata Poaceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq brevifolia 55. Bunglew - - Moraceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas

56. Deraya - - - Batang Dijadikan patung dengan jenis Liar Melimpah Papat kelamin laki-laki 57. Peringk - Bambusa sp. Poaceae Batang Dijadikan Benakak Liar Melimpah Melas Taliq 58. Kuayant - Bambusa Poaceae Batang Digunakan untuk melakukan Lair Melimpah Ritual Kenu, Beliant Kuning vulgaris Schard ritual jika ada kesalahan dalam Semur melakukan upacara. 59. Nturui - Artocarpus.sp Moreceae Daun Dijadikan Jeak Liar Kurang Timeq 60. Lunuk Beringin Ficus Moraceae Daun Dijadikan Jeak Liar Melimpah Timeq, Beliant Rantau benjamina Perangk, Melas PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 198

Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 61. Raja Benalu Loranthus sp. Loranthaceae Daun Daun dijadikan Jeak Liar Melimpah Melas Pengalah 62. Pentar - Ficus carica Moraceae Daun Dijadikan makanan patung Lair Melimpah Banyungk (Kernyamp) 63. Nggkuduq Mengkudu Morinda Rubiaceae Daun Dijadikan makanan patung Lair Melimpah Banyungk citrifolia (Kernyamp) 64. Lancingk Langusei Ficus Moraceae Daun dan Dijadikan jeak (pada batang Liar Melimpah Melas senit minahassae Batang dijadikan patung) 65. Mermungk - - - Buah Dijadikan sebagai sumpit dalam Lair Kurang uapcara adat 66. Engkehuyo - Chromolaena Asteraceae Daun Jeak Lair Melimpah Pejeak odorata 67. Tuq salah Tebu Saccharum Poaceae Batang dan Jeak Budidaya, Kurang Pejeak officinarum L daun Lair 68. geriq Kemiri Aleurites Euphorbiaceae Buah Buah digunakan sambil Budidaya, Melimpah Beliant semur (banci) moluccana membacakan mantra Liar (digunakan dalam tempurung kelapa) 69. Isak-isik - Ctenanthe sp. Marantaceae Daum Dijadikan jeak Liar Melimpah Melas, Timeq 70. Akar Liana - Leguminosae Batang Dijadikan sampo dalam ritual Lair Kurang Semua jenis upacara membersihkan diri sebelum adat upacara 71. Ukor - - Arecaceae Batang, daun, Digunakan sebagai pencawangk Liar Kurang Beliant Ngawat buah 72. Bemant Bemban Donax Marantaceae Batang Dianyam menjadi Kelangkangk Liar Melimpah Beliant kencong canniformis burung 73. Botoq Ramban Celtis australis Cannabaceae Batang dan DijadikanTempusoq dan pondasi Liar Melimpah Beliant Rantau Daun pada Balai Perangk 74. Niungk - - Arecaceae Tulang Daun Dijadikan “pancing” dalam Liar Kurang Timeq uapcara adat 75. Jauq - - Arecaceae Buah dan Digantung pada Longan Bayat Liar Kurang Nalint taont, timeq Daun 76. Belayant - Tinospora Menispermaceae Batang dan Dililitkan mengelilingi Lonngan Liar Melimpah Beliant Nyumangk crispa Daun 77. Ntrarant - Amomum sp. Zingiberaceae Batang Dijadikan longan Liar Kurang Beliant Bawo PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 199

Nama Jenis dan No Organ yang Ketersediaan Famili Cara penggunaan sumber Jenis upcara Daerah Umum Ilmiah digunakan di lapangan perolehan 78. Biruq - Livistona sp Arecaceae Semua organ Dijadikan tongkat atau Alu Liar Kurang Nalint taont Torungk tumbuhan (penumbuk) dalam upcara adat secara utuh

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 10

SILABUS KEGIATAN PEMBELAJARAN

SATUAN PENDIDIKAN : SMA MATA PELAJARAN : BIOLOGI KELAS/SEMESTER : X/II MATERI POOKOK : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia ALOKASI WAKTU : 2 45 menit

KI 1 : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

KI 3 : 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

200

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 201

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Kompetensi Pembelajaran Waktu 1.3 Peka dan peduli 1.3.1 Menerapkan sikap  Ciri-ciri umum Kegiatan Pendahuluan Jenis penilaian : tes 2  45 menit  Buku Biologi X, Dyah terhadap peduli terhadap plantae dan (10 menit) (uraian) dan non tes Aryulina dkk, Esis, permasalahan permasalah di peranya dalam - Salam pembuka &do’a ( kinerja ) BAB VIII lingkungan hidup, lingkungan sekitar kehidupan manusia  Siswa diminta untuk 1. Tes (uraian) :  Buku Kerja Biologi menjaga dan menjawab pertanyaan:  Soal uji IB, Ign. Kristiyono menyayangi - Ada yang pernah kompetensi/evalu P.S, Esis lingkungan sebagai memperhatikan asi manisfestasi tumbuhan di sekitar 2. Non tes  Pengamatan lapangan pengamalan ajaran kita? (kinerja): dan sumber belajar lain agama yang - Adakah perbedaan  Sikap ingin tahu yang relevan. dianutnya. antara tumbuhan satu  Tanggung jawab 2.2 Peduli terhadap 2.2.1Mengutamakan dengan yang lainnya?  Kedisiplinan keselamatan diri dan keselamatan kerja saat - Guru menanggapi jawaban Laporan hasil lingkungan dengan melakukan pengamatan. siswa, kemudian  pengamatan dan menerapkan prinsip menampilkan materi pokok diskusi. keselamatan kerja : Ciri-ciri umum plantae saat melakukan dan pemanfaatannya kegiatan dalam kehidupan manusia pengamatan dan serta tujuan pembelajaran percobaan di yang akan dicapai. laboratorium dan di lingkungan sekitar. Kegiatan inti 3.7 Menerapkan prinsip 3.7.1. Mengidentifikasi ciri- (60 menit) klasifikasi untuk ciri umum Plantae menggolongkan 3.7.2. Membandingkan Mengamati: tumbuhan ke dalam ciri morfologi  Siswa diminta untuk divisio berdasarkan antara tumbuhan mengamati hubungan antara pengamatan Bryophyta, penomena di lingkungan morfologi dan 3.7.3 Mengidentifikasi sekitar (dalam bentuk teori) metagenesis pemanfaatan dan hubungannya dengan tumbuhan serta tumbuhan Bryophyta, materi pembelajaran. mengaitkan Pteridophyta, dan Guru menyampaikan materi peranannya dalam Spermatophyta dalam secara singkat dengan cara yang kelangsungan kehidupan manusia interaktif, menarik namun kehidupan di bumi disiplin kepada siswa sehingga menciptakan hubungan 4.7 Menyajikan data 4.7.1 Mempresentasikan ciri- komunikasi, antara guru dengan tentang morfologi ciri umum Plantae. siswa, dan siswa dengan siswa. dan peran tumbuhan 4.7.2 Mempresentasikan pada berbagai aspek perbedaan antara PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 202

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Kompetensi Pembelajaran Waktu kehidupan dalam antara tumbuhan Menanya: bentuk laporan Bryophyta, Siswa dimotivasi untuk bertanya tertulis. Pteridophyta, dan terkait dengan materi ciri-ciri Spermatophyta umum plantae dan 4.7.3 Mempresentasikan pemanfaatannya dalam proses pemanfaatan kehidupan manusia. tumbuhan dalam kehidupan Mengumpulkan data manusia. (Eksplorasi/ekperimen):  Dalam kelompok, siswa melakukan pengamatan diluar kelas untuk mendapatkan data. Setelah melakukan pengamatan di luar kelas, siswa kemudian menelaah litelatur dan sumber- sumber terkait topik bahasan pembelajaran yang relevan untuk melengkapi data yang telah didapatkan.

Mengasosiasikan: Dalam kelompok, siswa mendiskusikan hasil pengamatan diluar kelas, untuk menemukan konsep terstruktur sehubungan dengan hasil pengamatan yang dilakukan.

Mengkomunikasi: Siswa mempresentasikan konsep hasil diskusi kelompok di depan kelas. Diikuti dengan sesi tanya jawab antar kelompok.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 203

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Kegiatan Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar Kompetensi Pembelajaran Waktu Penutup (10 menit)

Melakukan refleksi dan evaluasi: - Siswa diminta menyampaikan manfaat dari pembelajaran yang telah dilakukan dan merangkum butir-butir pembelajaran. - Penugasan pembuatan laporan pengamatan secara lengkap dan terstruktur (Salam penutup)

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 11

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Biologi Kelas / Semester : X (Sepuluh)/II Alokasi waktu : 2 Jam Pelajaran (2 x 45 Menit) Materi Pokok : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia

A. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, peduli, santun, responsif, dan pro aktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menerapkan pengetahuan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingintahuannya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humanoira dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kejadian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar & Indikator Pencapaian Kompetensi

Kopentensi dasar Indikator 1.3 Peka dan peduli 1.3.1: terhadap permasalahan Menerapkan sikap peduli terhadap lingkungan hidup, permasalah di lingkungan sekitar menjaga dan menyayangi lingkungan sebagai manisfestasi pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2.2 Peduli terhadap 2.2.1: keselamatan diri dan Mengutamakan keselamatan kerja saat lingkungan dengan melakukan pengamatan. menerapkan prinsip keselamatan kerja saat melakukan kegiatan pengamatan dan

204

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 205

Kopentensi dasar Indikator percobaan di laboratorium dan di lingkungan sekitar. 3.7 Menerapkan prinsip 3.7.1. Mengidentifikasi ciri-ciri umum klasifikasi untuk Plantae menggolongkan 3.7.2. Membandingkan ciri morfologi tumbuhan ke dalam antara tumbuhan Bryophyta, divisio berdasarkan 3.7.3 Mengidentifikasi pemanfaatan pengamatan morfologi tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan metagenesis dan Spermatophyta dalam tumbuhan serta kehidupan manusia mengaitkan peranannya dalam kelangsungan kehidupan di bumi

4.7 Menyajikan data 4.7.1: tentang morfologi Mempresentasikan ciri-ciri umum dan peran tumbuhan Plantae. pada berbagai aspek 4.7.2: kehidupan dalam Mempresentasikan perbedaan antara bentuk laporan antara tumbuhan Bryophyta, tertulis. Pteridophyta, dan Spermatophyta 4.7.3: Mempresentasikan proses pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia.

C. Tujuan Pembelajaran  1.3.1.1 Siswa dapat menerapkan sikap peduli terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya, baik di lingkungan sekolah atau dalam lingkungan masyarakat.  2.2.1.1 Siswa mampu mengutamakan keselamatan kerja saat melakukan pengamatan.  3.7.1.1 Siswa mampu Mengidentifikasi ciri-ciri umum Kingdom Plantae  3.7.2.1 Melalui pengamatan, siswa dapat mengetahui perbedaan ciri morfologi antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 206

 3.7.3.1 Melalui Pengamatan dan studi litelatur, siswa dapat mengetahui jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia  4.7.1.1 Siswa mampu menyebutkan ciri-ciri umum Kingdom Plantae.  4.7.2.1 Siswa mampu Menjelaskan perbedaan antara antara tumbuhan Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta  4.7.3.1 Siswa dapat menjelaskan jenis-jenis pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan manusia.

D. Materi pembelajaran  Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Model Pembelajaran 1. Model pembelajaran  Pembelajaran kooperatif 2. Metode pembelajaran  Diskusi  Ceramah,  eksperimen  pengamatan

E. Kegiatan pembelajaran

Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Waktu : 2 jam pelajaran (2 x 45 Menit)

Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa

Kegiatan Salam Salam dan Do’a Pendahuluan pembuka,Membangkitkan  Siswa diminta untuk menjawab (10 menit) minat dan perhatian, pertanyaan: melakukan apersepsi, - Ada yang pernah menyampaikan tujuan memperhatikan tumbuhan di dan memotivasi siswa sekitar kita? - Adakah perbedaan antara tumbuhan satu dengan yang lainnya?  Guru menanggapi jawaban siswa, kemudian menampilkan materi pokok : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia serta tujuan pembelajaran yang akan dicapai. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 207

Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa

Kegiatan inti Mengamati:  Siswa diminta untuk mengamati (60 menit) hubungan antara penomena di lingkungan sekitar (dalam bentuk teori) dan hubungannya dengan materi pembelajaran.  Guru menyampaikan materi secara singkat dengan cara yang interaktif, menarik namun disiplin kepada siswa sehingga menciptakan hubungan komunikasi, antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Menanya:  Siswa dimotivasi untuk bertanya terkait dengan materi ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia.

Mengumpulkan data  Dalam kelompok, siswa (Eksplorasi/ekperimen) melakukan pengamatan diluar kelas untuk mendapatkan data.  Setelah melakukan pengamatan di luar kelas, siswa kemudian menelaah litelatur dan sumber- sumber terkait topik bahasan pembelajaran yang relevan untuk melengkapi data yang telah didapatkan.

Mengasosiasikan  Dalam kelompok, siswa mendiskusikan hasil pengamatan diluar kelas, untuk menemukan konsep terstruktur sehubungan dengan hasil pengamatan yang dilakukan.

Mengkomunikasikan  Siswa mempresentasikan konsep hasil diskusi kelompok di depan kelas. Diikuti dengan sesi tanya jawab antar kelompok.

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 208

Kegiatan Fase Kegiatan guru dan siswa

Penutup Melakukan refleksi dan  Siswa diminta menyampaikan (10 menit) evaluasi manfaat dari pembelajaran yang telah dilakukan dan merangkum Salam penutup butir-butir pembelajaran

 Salam penutup dan penugasan pembuatan laporan pengamatan secara lengkap dan terstruktur

F. Sumber dan media pembelajaran  Sumber - Buku Biologi X, Dyah Aryulina dkk, Esis, BAB VIII - Buku Kerja Biologi IB, Ign. Kristiyono P.S, Esis - Pengamatan lapangan dan sumber belajar lain yang relevan.  Media pembelajaran - Power point - LKS - G. Penilaian Jenis penilaian : tes (uraian) dan non tes ( kinerja ) 1. Tes (uraian) :  Soal uji kompetensi/evaluasi 2. Non tes (kinerja):  Sikap ingin tahu  Tanggung jawab  Kedisiplinan  Laporan hasil pengamatan dan diskusi. 

Mengetahui, …..,…………………… 20 ……. Kepala Sekolah ...... Guru MaPel Ilmu Pengetahuan Alam

(______) (______) NIP/NIK : NIP/NIK :

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 209

KISI-KISI SOAL EVALUASI

Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia

Aspek Indikaotor esensial Jenis soal Ingatan Pemahaman Penerapan Analisis Evaluasi Mencipta (C 1) (C 2) (C 3) (C 4) (C 5) (C 6) Ciri-ciri umum Kingdom Plantae Uraian B1 Perbedaan ciri morfologi antara tumbuhan Bryophyta, Uraian B4 B2 B3 Pteridophyta, dan Spermatophyta

Jenis-jenis pemanfaatan Uraian B5 tumbuhan dalam kehidupan manusia

Keterangan: B = Butir/Nomor soal

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 210

SOAL EVALUASI

Materi : Ciri-ciri umum plantae dan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia Nama : Kelas : Mata Pelajaran : Tanggal : No Presensi :

Jawablah pertanyaan berikut secara singkat padat dan jelas!

1. Sebutkan minimal 2 (dua) ciri-riri umum dari Kingdom plantae? (Skor 10)

2. Apa peran dari kingdom plantae dalam ekosistem? Jawablah disertai dengan bagan rantai makanan! (Skor 20)

3. Berdasarkan ciri-cirinya, Apa perbedaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta! (skor 20)

4. Lengkapilah bagan Bagan metagenesis tumbuhan paku berikut: (Skor 30)

5. Apa saja jenis pemanfaatan tumbuhan dari devisi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta yang ada disekitar mu! (Skor 20)

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 211

Kunci jawaban

1. Sebutkan minimal 2 (dua) ciri-riri umum dari Kingdom plantae? (skor 10)  Kingdom Plantae anggota kelompoknya terdiri atas organisme yang telah mempunyai membran inti dan terdiri atas banyak sel (multiseluler).  Mampu meciptakan makanan sendiri melalui proses fotosintesis.  Tumbuhan bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak sendiri, meskipun beberapa alga hijau bersifat motil (mampu berpindah) karena memiliki flagelum. 2. Apa peran dari kingdom plantae dalam ekosistem? Jawablah disertai dengan bagan rantai makanan! (Skor 20)

(3) Konsumen (Hewan)

(1) (2) Dekomposer Produsen (Bakteri/Jamur) (Tumbuhan)

3. Berdasarkan ciri-cirinya, apa perbedaan dari Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta! (skor 20) A. BRYOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Belum memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Mengalami metagenesis - Atrakeophyta yaitu belum memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat di tempat lembap.

B. PTERIDOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Kormophyta yaitu memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Mengalami metagenesis. - Trakeophyta yaitu memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat di tempat lembap. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 212

C. SPERMATOPHYTA - Memiliki klorofil, dapat berfotosintesis - Kormophyta yaitu memiliki akar, batang, dan daun sejati. - Berkembang-biak dengan biji/tunas - Trakeophyta yaitu memiliki pembuluh pengangkut. - Habitat: Air, Tempat lembab dan tempat kering

4. Lengkapilah bagan Bagan metagenesis tumbuhan paku berikut: (Skor 30)

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 213

5. Apa saja jenis pemanfaatan tumbuhan dari devisi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta dalam kehidupan manusia yang ada disekitar mu! (Skor 20)

- Bryophyta: Pemanfaatan Bryophyta contohnya adalah penggunaan organ tumbuhan lumut dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung, yaitu dimanfaatkan sebagai alat penyampaian mantra upacara. - Pteridophyta: Contoh pemanfaatan Pteridophyta salah satunya adalah pada proses upacara Pejeak (upacara pengukuhan/penghilang aura negatif) oleh Suku Dayak Tunjung. Tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan paku, sedangkan organ tumbuhan yang digunakan adalah daun yang digunakan untuk menyampaikan mantra. - Spermatophyta: Contoh sederhana dari pemanfaatan tumbuhan dari divisi Spermatophyta adalah pengunaan daun pisang sebagai pembungkus makanan. Jahe dan kunyit yang dijadikan bumbu masakan serta masih banyak lagi.

Pedoman Penilaian:

푵푺x4 = Nilai 푻푵 Keterangan: NS= Nilai yang diperoleh siswa, TN= Nilai Maksimum dari soal

Tabel konversi nilai Huruf Nilai angka Huruf Nilai angka A 3,67 – 4.00 C+ 2,01 – 2,33 A- 3,34 – 3,66 C 1,67 – 2,00 B+ 3,01 – 3,33 C- 1,34 – 1,66 B 2,67 – 3,00 D+ 1,01 – 1,33 B- 2,34 – 2,66 D < 1,00

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 214

Penilaian Sikap Disiplin Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : Ya = Apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan Tidak = Apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan sesuai aspek pengamatan.

Nama Peserta Didik : …………………. Kelas : …………………. Tanggal Pengamatan : ………………….. Materi Pokok : …………………..

Melakukan No Sikap yang diamati Ya Tidak 1 Masuk kelas tepat waktu 2 Mengumpulkan tugas tepat waktu 3 Memakai seragam sesuai tata tertib 4 Mengerjakan tugas yang diberikan 5 Tertib dalam mengikuti pembelajaran 6 Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan

Petunjuk Penskoran : Jawaban YA diberi skor 1, dan jawaban TIDAK diberi skor 0 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : 푆푘표푟 푥 4 = 푠푘표푟 푎푘ℎ𝑖푟 푆푘표푟 푇푒푟푡𝑖푛𝑔𝑔𝑖

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 215

PENILAIAN SIKAP TANGGUNG JAWAB

Nama Peserta Didik : …………………. Kelas : …………………. Materi Pokok : …………………. Tanggal : ………………….

Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam tanggung jawab. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap tanggung jawab yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = Apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = Apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = Apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = Apabila tidak pernah melakukan

Skor No Aspek Pengamatan 1 2 3 4 1 Mengerjakan tugas-tugas individu dengan baik 2 Berani menerima resiko atas tindakan yang dilakukan 3 Bertanggung jawab dalam mengunakan barang/fasilitas umum dan atau inventaris sekolah 5 Berani meminta maaf jika melakukan kesalahan yang merugikan orang lain 6 Bertangung jawab dalam kelompok

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 216

Petunjuk Penskoran 푆푘표푟 푥 4 = 푠푘표푟 푎푘ℎ𝑖푟 푆푘표푟 푇푒푟푡𝑖푛𝑔𝑔𝑖 Contoh: Skor diperoleh 14, skor maksimal 4 x 6 pernyataan = 24, maka skor akhir : 14 푥 4 = 2,3 24

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor No 81A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai sebagai berikut :

Sangat Baik : Apabila memperoleh skor : 3,33 < skor ≤ 4,00 Baik : Apabila memperoleh skor : 2,33 < skor ≤ 3,33 Cukup : Apabila memperoleh skor : 1,33 < skor ≤ 2,33 Kurang : Apabila memperoleh skor : skor ≤ 1,33

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 12

SURAT IJIN PENELITIAN

217

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 218

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 219

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 13

BUKTI PEREKAMAN DATA

220

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 221

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 222

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 223

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 224

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 225

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 14

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

1. Desa Linggang Bigung

226

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 227

2. Desa Linggang Melapeh

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 228

3. Desa Linggang Mapan

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 229

4. Desa Bigung Baru

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 230

5. Desa Balok Asa

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 231

6. Desa Linggang Amer

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN 15

DOKUMENTASI PROSES PENELITIAN

Proses wawancara dengan narasumber Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan

232

PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 233

Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 234

Proses observasi vegetasi di Hutan Gelongk. Pada poto, Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan di Linggang tampak beberapa relawan yang membantu peneliti Amer melakukan proses observasi. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 235

Proses perekaman data tumbuh-tumbuhan didampingi oleh ahli tumbuhan dari Suku Dayak Tunjung. Poto (kanan), ahli tumbuh-tumbuhan dan peneliti harus memanjat diding batu untuk menemukan salah satu tumbuhan yang digunakan dalam proses upacara adat. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 236

Pelaku upacara adat sedang memulai proses upacara Proses upacara adat sedang berlangsung adat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 237

Proses pembuatan Lemang Proses memasak Lemang PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 238

Ancak, salah satu alat dalam proses upacara Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 239

Kelangkangk, salah satu alat upacara kematian Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 240

Alat upacara kematian Suku Dayak Tunjung. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 241

Telusuq, beras yang dimasak didalam bambu dan digunakan sebagai sesaji dalam upacara adat Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 242

Balai, merupakan pusat dari proses salah satu upacara Patung yang terbuat dari kayu ulin, merupakan tugu adat Suku Dayak Tunjung beringatan akan suatu peristiwa bersejarah dalam kehidupan Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 243

Pisang hutan (Jojot), yang dimanfaatkan secara keselurun meliputi semua organ dalam proses upacara adat Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 244

Sesaji beserta berbagai macam alat upacara yang diletakan pada Balai PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 245

Salah satu sesaji dalam upacara Pakant Talunt. Telur ayam diletakan pada batang tumbuhan yang dibelah. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 246

Balai, tempat melaksanakan proses upacara Pakant Talunt, daun pinang digunakan menjadi pagar atau yang dikenal dengan istilah Kabungk PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 247

Miniatur pondok yang dikenala dengan istilah Dangau Umaq, dibuat dari kulit kayu dan merupakan alat dari upacara Pakant Talunt. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 248

Kemah yang digunakan peneliti saat bermalam dihutan dalam proses pendataan tumbuh-tumbuhan upacara bersama satu orang ahli tumbuh-tumbuhan dari Suku Dayak Tunjung PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 249

Kiangk, alat yang digunakan oleh suku dayak tunjung dalam membawa peralatan atau mengangkat beban yang berat. Kiangk memiliki kapasitas muatan berkisar antara 60 hingga 90 Liter. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 250

Peneliti sedang menikmati santap malam dihutan sebelum beristirahat setelah melakukan pendataan tumbuhan upacara adat PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 251

Aktivitas Minguq Hojant, merupakan aktivitas klasik dari Suku Dayak Tunjung. Yaitu proses mengumpulkan buah durian yang berbuah secara musiman dari hutan. Aktivitas ini telah ada sejak dahulu kala.