Handep Jurnal Sejarah dan Budaya Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120 BUDAYA KEMPONAN PADA MASYARAKAT MELAYU PONTIANAK (KAJIAN KEARIFAN LOKAL DALAM KEHIDUPAN SOSIAL ETNIK MELAYU)

THE CULTURE OF KEMPONAN IN PONTIANAK MALAY SOCIETY (A STUDY OF LOCAL WISDOM ON THE SOCIAL LIFE OF MALAY ETHNIC)

Muhammad Asyura Universitas Pendidikan Jln. Setia Budi No.229 , Indonesia [email protected]

Diterima tanggal 10 Januari 2019 Disetujui tanggal 14 Agustus 2019 ABSTRACT Kemponan is an embodiment of Pontianak Malay local culture which teaches social values in the form of suggestion. Kemponan is regarded as the culture which acknowledges and appreciates someone‘s offer or gift especially food and beverage. This research was quali- tative research with in-depth interview technique. The purpose of this research was to de- scribe kemponan according to the reason, its media, prevention pattern and social culture value within it. This research has shown that kemponan happened because of negative suggestion in someone who believes that harm or accident may happen if he/she does not eat or drink what has been offered by the host. Media of kemponan is food and beverage, even sacred refreshment of Pontianak Malay. As a negative suggestion, some certain actions can break kemponan, either by touching the refreshment or saying the words ”cempalet‘ and ”palet‘ which contain social values to prevent unexpected harm if someone refuses the offer of sacred refreshment. The local wisdom of kemponan in touching the offer or saying ”cempalet‘ ”palet‘ are 1) the cultural value which appreciates fellow human beings; 2) the cultural value which appreciates the nature; and 3) the religious and cultural value.

Keywords: kemponan, local wisdom, and Pontianak Malay.

ABSTRAK Kemponan merupakan perwujudan kebudayaan lokal masyarakat Melayu Pontianak yang mengajarkan nilai sosial dalam bentuk sugesti. Kemponan merupakan budaya menghargai dan mengapresiasi sebuah tawaran ataupun pemberian orang lain berupa makanan dan minuman. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya kemponan berdasarkan sebab dan media terjadinya, pola pencegahannya, dan nilai sosial budaya yang terkandung 101 DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 102 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120 di dalamnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebab terjadinya budaya kemponan ialah adanya sugesti negatif dalam diri seseorang mana kala tidak memakan atau meminum yang disuguhkan atau yang diinginkan sehingga akan menimbulkan bala atau celaka bagi orang tersebut. Media terjadinya kemponan ialah makanan dan minuman, bahkan terdapat beberapa makanan dan minuman yang disakralkan oleh masyarakat Melayu Pontianak. Sebagai sebuah ”sugesti negatif‘ kemponan dapat dicegah dengan cara ”dipatahkan‘ melalui perilaku khas yang disebut jamah, cempalet, dan palet; yang mengandung nilai-nilai sosial yang berfungsi sebagai penangkal bala atau celaka mana kala seseorang menolak ajakan untuk menyantap makanan ataupun minuman tertentu yang dianggap sakral. Di dalam perilaku menjamah, cempalet dan palet, budaya kemponan mengandung nilai kearifan lokal yaitu 1) nilai budaya saling menghargai sesama manusia, 2) nilai budaya menghargai alam, dan 3) nilai budaya religi.

Kata kunci: kemponan, kearifan lokal, dan Melayu Pontianak.

A. PENDAHULUAN Selain memiliki kekayaan budaya Kebudayaan adalah cara hidup yang etnikal, Kalbar juga diperkaya dengan dianut secara kolektif dalam suatu letak geografis. Kalbar merupakan masyarakat (Sumarto dalam Mardimin, daerah destinasi yang strategis yang 1994: 55). Kebudayaan tercipta karena merupakan teras terdepan Indonesia. keberadaan manusia. Manusialah yang Kalbar berbatasan langsung dengan menciptakan kebudayaan dan manusia Malaysia dan Brunei Darussalam. pula yang menjadi pemakainya Keunikan budaya di Kalbar juga sehingga kebudayaan akan selalu ada muncul dari polarisasi identitas pelaku sepanjang peradaban manusia. kebudayaan atau etnik masyarakatnya. Kebudayaan dari sudut pandang Satu di antara identitas etnik ”asli‘ antropologi dianggap sebagai tata Kalbar yaitu etnis Melayu yang kehidupan, way of life, dan tata tingkah memiliki khazanah kebudayaan yang laku (Pelly, 1994: 5). Kebudayaan dan menarik. masyarakat merupakan dua hal yang Melayu sebagai sebuah identitas tidak bisa dipisahkan. pelaku kebudayaan Kalbar terbagi Dalam perkembangannya, budaya menjadi lima wilayah kebudayaan masyarakat menghasilkan corak-corak besar. Satu di antara kebudayaan khas yang tercermin dalam budaya itu adalah kebudayaan Melayu etnikal. Satu daerah yang memiliki Pontianak dengan wilayah domisili di kekayaaan budaya etnikal adalah Kota Pontianak dan Kabupaten Kalimantan Barat (selanjutnya ditulis Pontianak (Effendi, 2006: 85). Wilayah Kalbar). Kalbar memiliki tingkat kebudayaan ini memiliki khazanah keragaman budaya yang tinggi. kebudayaan lokal yang unik. Satu di Kalimantan Barat merupakan provinsi antara kebudayaan Melayu yang unik yang unik dalam kajian etnik dan dan menarik untuk diteliti ialah budaya kebudayaan. kemponan.

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 103 Kemponan merupakan perwujudan budaya kemponan pada masyarakat kebudayaan lokal masyarakat Melayu Melayu menjadi budaya yang Pontianak yang mengajarkan nilai sarat dengan nilai-nilai yang sakral. sosial. Hal ini diperkuat dengan teori Karena itu, budaya kemponan sangat bahwa kebudayaan juga dianggap menarik untuk diteliti sebagai kajian sebagai sebuah sistem sosial kebudayaan. (Koentjaraningrat dalam Pelly, 1994: Masalah dalam penelitian ini 33) yang akan memberi gambaran adalah bagaimana perilaku kemponan tentang aktivitas manusia dalam berdasarkan sebab dan media terjadi- berinteraksi dan bertingkah laku nya, pola pencegahan, dan nilai budaya dengan pola-pola tertentu sesuai adat- yang terkandung di dalamnya? Dengan kelakuan. Hal tersebut juga dikuatkan demikian, tujuan penelitian ini tentunya oleh Anwar (1995: 12) bahwa sistem untuk mendeskripsikan sebab dan sosiokultural amat erat kaitannya media terjadinya, pola pencegahan, dan untuk menganalisis semua komponen nilai budaya yang terkandung dalam termasuk bahasa, tingkah laku, dan pola budaya kemponan pada masyarakat pikir masyarakat. Melayu Pontianak. Di era modern saat ini, peng- hayatan terhadap tradisi kemponan B. METODE mulai merosot khususnya di kalangan Penelitian ini merupakan penelitian anak muda. Hal ini menggambarkan kualitatif dengan teknik observasi dan bahwa budaya dan tradisi kemponan wawancara mendalam. Penelitian pada etnik Melayu Pontianak mulai kualitatif merupakan penelitian ditinggalkan. Minimnya pengetahuan bertujuan yang mendeskripsikan secara dan pewarisan budaya pada generasi utuh suatu gejala. Pendeskripsian muda membuat mereka tidak paham tersebut dapat bersumber dari naskah akan tradisi kemponan. Generasi muda wawancara, catatan lapangan, dokumen belum memahami sisi positif dari pribadi, catatan, memo, dan dokumen budaya kemponan sebagai sebuah resmi lainnya.Tujuan dari penelitian apresiasi terhadap pemberian orang kualitatif ini adalah menggambarkan lain. Hal ini semakin membuat generasi realita empirik di balik fenomena muda cenderung untuk hidup dalam secara mendalam, rinci, dan tuntas. kegiatan yang konsumtif dan mubazir. Oleh karena itu, penggunaan pendekat- Kemponan merupakan sebuah an kualitatif dalam penelitian ini adalah sugesti yang menyebabkan masyarakat dengan mencocokkan antara realita Melayu memiliki perilaku atau sikap empirik dengan teori yang berlaku sosial. Sikap sosial ini memiliki nilai- (Moleong, 2004: 131). nilai yang arif, seperti menghargai Pendekatan atau kajian yang hubungan sosial antara sesama digunakan dalam penelitian adalah manusia, alam, dan Tuhan. Sehingga kajian antropologi. Antropologi adalah

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 104 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120 salah satu cabang ilmu pengetahuan 1. umur informan harus benar-benar sosial yang mempelajari tentang budaya dapat mewakili dari suatu masyarakat suatu etnis tertentu. masyarakat Antropologi lebih memusatkan pada 2. mutu kebudayaan dan psikologi penduduk yang merupakan masyarakat seorang informan harus luas dan tunggal (tinggal di daerah yang sama). dapat berbicara secara relevan Hal ini sejalan dengan pendapat 3. informan hendaknya seorang penutur Koentjaraningrat (1986: 8) bahwa asli. Ketiga narasumber tersebut antropologi adalah ilmu yang telah sesuai dengan persyaratan mempelajari umat manusia pada narasumber. umumnya, dengan mempelajari bentuk Dalam penelitian ini pengumpulan fisik masyarakat serta kebudayaan yang data penelitian menggunakan teknik dihasilkan. observasi dan wawancara. Observasi Berdasarkan kebutuhan dalam dilakukan dengan dua cara yakni masalah penelitian, dipilihlah kajian observasi sistematis dan observasi antropologi budaya. Antropologi nonsistematis. Observasi sistematis budaya, dibedakan lagi menjadi dapat dilakukan oleh pengamat lima yaitu etnoliguistik (bahasa dalam dengan menggunakan pedoman sebagai kebudayaan), prehistori (sejarah instrumen pengamatan. Sementara aksara), antropologi spesifikasi observasi non-sistematis dilakukan oleh (pengembangan antropologi murni), pengamat yang tidak menggunakan antropologi terapan, dan etnologi instrumen pengamatan (Arikunto, (Koentjaraningrat, 1986: 23). 2006: 157). Penelitian ini akan berfokus pada kajian Pada penelitian ini, peneliti etnologi yaitu mendeskripsikan secara mengobservasi perilaku masyarakat mendalam adat kebudayaan etnik Melayu Pontianak menggunakan Melayu Pontianak khususnya budaya observasi sistematis dan terbuka. Hal kemponan. ini dilakukan dengan mengamati secara Ihwal sumber data, peneliti langsung perilaku khas masyarakat mengambil tiga orang narasumber. Melayu Pontianak terkait kemponan di Pemilihan tiga orang narasumber tiga wilayah tersebut. Pada saat-saat tersebut berasal dari tiga daerah di tertentu, peneliti tidak berpartisipasi wilayah kebudayaan Melayu Pontianak. langsung tapi hanya bersifat sebagai Narasumber tersebut antara lain pemerhati atau pengamat dan tidak Sataruddin Ramli (Pontianak), Maimun terlibat secara langsung dalam Binti Husin (Kabupaten Mempawah), percakapan. Namun, dengan penuh dan Syarifah Dayang (Kabupaten Kubu ketekunan peneliti menyimak, Raya). Menurut Badudu (1985: 55-56) memperhatikan, dan menyadap hal pemilihan informan harus memiliki yang dituturkan oleh para narasumber syarat umum seperti: dan partisipan dalam bersosialisasi

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 105 khususnya yang berkaitan dengan data kualitatif dilakukan secara budaya kemponan. Hal ini dilakukan interaktif dan berlangsung secara terus komunikasi dan kegiatan yang menerus sampai tuntas hingga datanya mereka lakukan berjalan secara menjadi penuh. Aktivitas dalam alamiah. Dalam proses observasi menganalisis data tersebut meliputi tersebut, peneliti melakukan pencatatan reduksi data, penyajian data, dan tentang berbagai hal yang terjadi penarikan simpulan atau verifikasi data. dan proses pengambilan data secara Semua hal terkait metodologi langsung yang kemudian peneliti penelitian dilakukan secara saksama interpretasi. dan runtun yang tentunya juga ditunjang Pada penelitian ini, teknik oleh teori-teori kebudayaan guna wawancara dilakukan secara ter- mendapatkan hasil penelitian yang baik struktur. Wawancara dilakukan (Huberman dan Miles, 2014: 20). terhadap tiga orang yang menjadi informan kunci penelitian ini. Selain C. HASIL DAN BAHASAN itu, wawancara juga dilakukan terhadap 1. Masyarakat Melayu Pontianak beberapa individu terutama orang tua dan Tradisi Kemponan yang sangat memahami budaya Secara geografis, kebudayaan Melayu kemponan. Hal ini dilakukan untuk Pontianak berkembang di Kota mendapatkan data dan fakta yang Pontianak, Kabupaten Mempawah, dan relevan dengan tujuan penelitian. Kabupaten Kubu Raya (Effendi, 2006: Instrumen penelitian yang 96-97). Penyebaran perkembangan digunakan adalah lembar observasi dan wilayah kebudayaan Melayu Pontianak lembar wawancara (interview). Lembar ini dilatarbelakangi oleh perkembangan observasi digunakan untuk mencatat kerajaan Melayu di Mempawah dan secara singkat hal-hal penting saat Pontianak yang memiliki sejarah berada di lingkungan masyarakat yang begitu erat. Selain itu, silsilah Melayu Pontianak dengan pengkondisi- keturunan kerajaan Mempawah dan an terkait gejala kemponan. Lembar Pontianak sangat erat sehingga wawancara digunakan sebagai berkembanglah sebuah budaya Melayu pedoman penelitian yaitu menemukan yang kokoh khas Pontianak yang juga gambaran tentang kemponan menurut diceritakan dalam sastra lisan dan adat narasumber yang memahami adat tradisinya. Migrasi besar-besaran dari tersebut. Dengan menggunakan lembar Kerajaan Mempawah ke Pontianak observasi dan wawancara, peneliti lebih rombongan Sultan Abdurahman Al- fokus untuk mendapatkan informasi Qadrie yang menikah dengan Putri yang dibutuhkan. Cendramidi anak dari raja Mempawah Penelitian ini menggunakan teknik Opu Daeng Manambun juga membuat analisis data kualitatif Huberman dan kebudayaan Pontianak berkembang Miles. Aktivitas dalam menganalisis (Asfar, 2010: 167).

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 106 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120

Pada era modern, wilayah Kerajaan mantra, dan tundang), drama/ teater Mempawah dan Pontianak telah rakyat mendu dan makyong (Saad, berkembang yang secara administratif 2003: 67). Ritual unik terkait dengan dinamai dengan Kabupaten Pontianak sugesti tertentu juga ada seperti robo- (sekarang Kabupaten Mempawah) robo, tepung tawar, pantang larang, dan dan Kota Pontianak serta wilayah kemponan. pemekaran Kabupaten Pontianak yaitu Budaya unik Melayu Pontianak Kabupaten Kubu Raya. Ketiga wilayah yang menjadi fokus penelitian ini ialah membuat khazanah budaya Melayu budaya kemponan. Kemponan atau Pontianak menjadi beragam dan khas. dalam bahasa Indonesia disebut dengan Selain itu, jika dikaji melalui ”kempunan‘ merupakan sebuah budaya sensus penduduk, komposisi jumlah yang berkembang pada kebudayaan penduduk berdasarkan etnisitas, Melayu Pontianak. masyarakat Melayu mendominasi Secara etimologis kemponan atau khususnya di wilayah Kota Pontianak. kempunan bermakna hal sangat ingin; Hal ini juga menjadikan identitas keadaan selalu ingat karena sangat kemelayuan masyarakat di wilayah ingin; dalam kesukaran (kebingungan, Kota Pontianak tetap lestari dan kebimbangan, serba salah, merugi, berkembang serta mendominasi. dsb); keadaan merasa sangat celaka karena amat kecewa (https:// No. Wilayah Jumlah Etnis Administratif kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ Dayak Melayu Tionghoa kempunan). Secara definisi, istilah 1 Kota 21.449 143.348 106.897 kemponan merupakan sebuah ungkap- Pontianak

2 Kabupaten 57.150 170.787 75.631 an yang dimanifestasikan dengan rasa Pontianak takut atau cemas yang timbul karena (Sekarang Kabupaten adanya sugesti dalam diri seseorang, Mempawah dan akan terjadi hal buruk akibat dari Kubu Raya) seseorang menolak tawaran untuk Kebudayaan 78.599 314.135 182.528 Melayu Pontianak makan dan minum (Wawancara Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan etnis Satarrudin Ramli, Pontianak, Januari di Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak. 2015). Sumber: BPS Kalbar, 2010. Kemponan juga dapat diartikan sebagai sebuah konsep menjamah Etnis Melayu merupakan etnis hidangan yang disajikan walaupun mayoritas di Pontianak. Kekhasan sedikit dengan pola perilaku tertentu kebudayaan Melayu Pontianak (Wawancara Maimun binti Husin, mengakibatkan munculnya berbagai Mempawah, Januari 2015). Bagi kesenian khas. Budaya asli yang masyarakat Melayu, selera seseorang dikembangkan antara lain seperti sastra tidak boleh dipermainkan. Jika lisan (berpantun, bersyair, prosa, seseorang berkeinginan untuk sekadar

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 107 mencicipi sebuah hidangan namun di depan pintu dianggap tidak sopan. tidak tersampainya hajat orang tersebut Pandangan masyarakat terkait sopan maka akan dikhawatirkan timbul rasa santun seorang perempuan terutama was-was dan takut terjadi sesuatu. anak gadis menjadi tolak ukur pertama Menurut kepercayaan masyarakat untuk meminangnya menjadi seorang Melayu Pontianak, melanggar istri. Laki-laki akan mengurungkan kemponan sangat besar risikonya niatnya untuk menikahi perempuan (wawancara Syarifah Dayang, Kubu yang dianggap tidak menjunjung tinggi Raya, Februari 2015). Orang yang sopan santun. melanggar hal tersebut bisa terkena Selain makna kata kemponan, perlu musibah (bala). Contoh terjadinya bala diketahui juga mengenai penyebab yaitu ketika seseorang menolak untuk terjadinya kemponan dan cara sekadar menjamah makanan yang mencegahnya serta nilai yang ter- akibatnya orang tersebut terjatuh dan kandung di dalam budaya tersebut. terluka saat beraktivitas. Musibah pun Manusia membuat suatu budaya pasti dapat terjadi hingga merenggut nyawa. diikuti oleh alasan yang masuk akal. Hingga saat ini, budaya tersebut masih Terkait hal ini, maka nilai budaya dipegang kuat oleh sebagian besar kemponan yang termasuk ke dalam masyarakat Melayu Pontianak bahkan kearifan lokal akan diuraikan secara sudah menjadi sebuah kebiasaan sehari- khusus dalam kajian ini. hari. Budaya kemponan hampir mirip 2. Sebab Terjadinya dan Media dengan budaya pantang larang. Hal Penyebab Kemponan yang membedakannya adalah tentang Sebagai suatu identitas yang di- —rasa“ berupa sugesti negatif yang imajinasikan, Melayu memiliki muncul khusus berkaitan dengan dimensi mistis (Prentiss dalam makanan maupun minuman sedangkan Gaspersz, TT: 3). Melayu memiliki pada pantang larang berlaku secara referensi simbolis untuk menegosiasi- umum dan lebih difokuskan pada nilai kan perbedaan-perbedaan demi men- tata karma dalam kehidupan sehari- capai ikatan kultural dengan nilai-nilai hari. Contoh pantang larang misalnya yang dihidupi bersama. Tidak jarang perempuan dilarang duduk bersantai di nilai-nilai dalam kehidupan orang depan pintu. Mitosnya, jika hal tersebut Melayu diajarkan lewat sugesti (seperti dilakukan maka perempuan tersebut kemponan) yang dikaitkan dengan akan sulit mendapatkan jodoh. Pantang mitos. larang tersebut bermakna positif untuk Hal ini dipertegas oleh Shah dan mengingatkan bagi perempuan agar Wahid (2010: 182) bahwa mitos dalam berperilaku sopan dan tidak meng- budaya Melayu bukan hanya sebuah halangi jalan. Masyarakat Melayu warisan namun merupakan jelmaan menilai bahwa perempuan yang duduk dari berbagai adat istiadat dan

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 108 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120 kepercayaan yang masih dihayati. Hubungan antara kebiasaan dan Perbincangan tentang mitos dalam mental dalam kemponan dibalut dalam kajian kosmologi Melayu selalu mitos sehingga terus menerus diwaris- berkaitan dengan ritual, magis, dan kan. Shah dan Wahid, (2010: 186) elemen-elemen animisme. menegaskan bahwa mitos akan Masyarakat Melayu Pontianak menjelma menjadi idealisme dalam percaya bahwa kemponan akan terjadi masyarakat dan membuka sebuah bila seseorang menolak ajakan pemahaman terhadap proses kognitif orang lain untuk menyantap makanan yang mempengaruhi tingkah laku atau minuman yang telah disajikan hingga kini. (Wawancara Satarudin Ramli, Secara umum, semua makanan dan Pontianak, Januari 2015). Hal ini minuman dapat mengundang dan dipercaya akan mengundang sugesti menyebabkan terjadinya kemponan. negatif yang menimbulkan bala atau Namun, ada beberapa makanan dan celaka pada orang tersebut. Hal ini juga minuman yang dianggap paling sakral sejalan dengan pendapat Effendi dan paling cepat mengundang (dalam Mustansyir, 2017: 14) bahwa terjadinya kemponan. Makanan dan masyarakat Melayu di Kalimantan minuman tersebut dapat dikelompok- Barat memandang tradisi kemponan kan sebagai berikut. sebagai sebuah penanda (signifier) yang menjadi kebiasaan, sehingga mem- a. Makanan bentuk petanda (signifed) berupa Ada beberapa makanan yang dianggap mental yang sudah dijalankan sejak mampu mempercepat proses terjadinya lama secara turun temurun. kemponan dan sangat sakral untuk ditolak dan dikonsumsi. Makanan tersebut antara lain sebagai berikut. 1) Nasi dan Olahannya Nasi yang berasal dari padi merupakan makanan pokok masyarakat Melayu Pontianak. Nasi merupakan makanan yang dianggap paling sakral bagi masyarakat Melayu Pontianak (Wawancara Maimun binti Husin, Mempawah, Januari 2015). Selain nasi Gambar 1. Meninggalkan sajian saat ditawarkan disuatu pertemuan akan yang disajikan sebagai panganan menimbulkan kemponan. utama, olehan dari nasi seperti nasi Sumber: dokumentasi pribadi. goreng juga dianggap sakral.

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 109 Dalam kajian historis, rasa Selain itu, sastra lisan seperti hormat manusia animisme khususnya cerita rakyat dari Mempawah yaitu masyarakat Melayu Nusantara terhadap —nasi menangis“ juga menggambarkan padi sangat besar. Mereka menganggap bahwa nasi tidak boleh dibuang dan bahwa padi mempunyai sifat seperti mubazir. Pesan tersebut digambarkan manusia. Padi mempunyai —semangat jelas oleh masyarakat Melayu (daya hidup)“ yang harus dijaga supaya Pontianak bahwa sebutir nasi yang jatuh jangan —lari (hilang)“ akibat sesuatu. dan terselip di lantai kayu dapat Banyak usaha yang dilakukan terutama —menangis“. Hal ini menunjukkan pada bibit padi seperti ditepung-tawari, betapa tingginya penghargaan terhadap diberi —makan“, ditegur dengan lemah nasi sebagai makanan pokok. lembut dan lain-lain yang semuanya Kemponan juga pastinya memiliki dimaksudkan agar bibit itu tetap keterkaitan dengan kisah dan pantang mempunyai semangat yang teguh dan larang tersebut. Hal ini tersirat makna berisi. Hal ini dilakukan agar jika bahwa beras merupakan kebutuhan ditanam nanti akan menghasilkan bulir- pokok yang harus diusahakan dan bulir padi yang lebat, padat, besar, dan dijaga agar tidak mubazir. berlipat ganda (Husny, 1986: 45). Jika kita kaji lebih dalam, terdapat hubungan antara nasi sebagai sebab kemponan dengan budaya pantang larang dan sastra lisan Melayu Pontianak. Ada sebuah pantang larang yang menyatakan bahwa pedaringan (wadah menampung) beras tidak boleh habis isinya dan jika kita mengambil beberapa canting (wadah kecil sebesar kaleng susu sebagai satuan memasak Gambar 2. (olahan nasi). nasi) beras untuk masak hendaklah Sumber: dokumentasi pribadi. canting tersebut diisi penuh lagi dengan beras sambil membacakan selawat 2) Pulut (Ketan) dan Olahannya nabi. Namun ada pula budaya Hindu Pulut atau ketan merupakan dari yang masih dipakai yaitu memasukkan tumbuhan keluarga padi-padian yang beras di dalam canting dan juga dianggap memiliki kekuatan untuk mengikatnya dengan kain kuning dan mengundang terjadinya kemponan. Hal simpul berwarna kuning dengan ini karena pulut sering digunakan dalam membacakan mantra dan disimpan di upacara adat. Pada acara pernikahan, pedaringan agar beras terus bertambah tak jarang masyarakat Melayu dan rezeki tidak akan pernah putus. Pontianak menyajikan pulut di pokok

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 110 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120 telok sebagai satu di antara bahan Kedudukannya yang disamakan hantaran pengantin. dengan nasi berpengaruh terhadap statusnya sebagai makanan yang sakral untuk ditolak saat disajikan. Hal ini menjadikan pulut sebagai satu di antara makanan yang dapat menyebabkan kemponan (Wawancara Syarifah Dayang, Kubu Raya, Februari 2015).

3) Kudapan atau Camilan Jenis kudapan yang paling dianggap sakral bagi masyarakat Melayu Gambar 3. Pokok telok yang sedang dihias dan akan disajikan nasi pulut kuning Pontianak adalah lempeng sagu. dibawahnya tatanannya. Camilan lempeng sagu adalah olahan Sumber: dokumen pribadi. tepung sagu yang dicampur dengan parutan kelapa dan dipanggang dengan Pulut yang memiliki tekstur dan sedikit minyak dan disajikan dengan aroma yang khas ketika dibumbui taburan gula pasir di atasnya. Makanan dengan santan memberikan rasa yang ini merupakan makanan tradisional menarik. Banyak sekali olahan khas Mempawah dan juga dikenal di makanan yang berbahan dasar pulut Kota Pontianak untuk dijadikan kudapan dalam kebudayaan Melayu camilan saat sarapan pagi dan biasanya Pontianak seperti pulut, beserta air kopi. , pengkang, dan lempar. Hidangan tersebut dijadikan camilan ataupun ”makan besar‘ dan dianggap istimewa oleh masyarakat sebagai pengganti nasi.

Gambar 5. Lempeng sagu. Sumber: dokumentasi pribadi.

Sagu sebagai bahan pengganti beras juga disamakan statusnya sebagai bahan makanan pokok pada zaman Gambar 4. Lemang (olahan Pulut). dahulu. Olahan sagu umumnya Sumber: dokumentasi pribadi.

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 111 dijadikan makanan yang mengenyang- tidak terampil membuat air kopi. Kopi kan layaknya nasi seperti mi sagu khas yang disajikan terlalu encer dan air yang Pontianak dan lempeng sagu khas digunakan untuk menyeduhnya tidak Mempawah. Hal inilah yang membuat terlalu panas sehingga mengurangi cita olahan sagu juga dapat menyebabkan rasa. terjadinya kemponan. Kebiasaan masyarakat Melayu Pontianak dalam mengkonsumsi olahan sagu juga diceritakan dalam sebuah sastra lisan di Mempawah. Cerita tersebut mengisahkan tentang mudarat lempeng sagu yang telah menyelamat- kan seorang ibu dari perampok yang hendak beraksi di rumahnya. Perampok tersebut mengurungkan niatnya karena takut terkena tulah (pamali atau sial) karena telah memakan lempeng saguk Gambar 6. Minuman kopi. yang secara tidak sengaja tersaji di Sumber: dokumentasi pribadi. dapur ibu tersebut (Wawancara Maimun binti Husin, Mempawah, Minuman kopi dianggap penting Februari 2015). oleh masyarakat Melayu Pontianak menjadikannya sebagai minuman b. Minuman pokok yang mirip statusnya sebagai Minuman yang sangat terkenal untuk makanan pokok (nasi). Hal ini mengundang kemponan adalah air membuat minuman kopi lebih kopi (wawancara Satarudin Ramli, cenderung membuat seseorang Pontianak, Januari 2015). Air kopi mengalami kemponan. Selain kopi, dianggap sangat cepat mendatangkan minuman lain juga dapat membuat efek kemponan karena merupakan minuman kemponan. Namun tidak seperti utama yang biasa disajikan dalam minuman kopi yang dianggap paling kehidupan sehari-hari dan bisa cepat membuat peluang terjadinya dikatakan sebagai minuman kebangga- nahas (kecelakaan atau bala) akibat an masyarakat Melayu Pontianak. kemponan terjadi (Wawancara Maimun Air kopi disajikan dalam kegiatan binti Husin, Mempawah, Februari adat maupun sebagai teman camilan. 2015). Masyarakat Melayu Pontianak sangat pandai meracik kopi dan men- 3. Pola Pencegahan Kemponan ghidangkannya. Contoh konkretnya Kemponan dapat terjadi bukan hanya adalah adanya sebuah istilah ‘kopi Mak adanya rasa takut ketika menolak Jande‘ sebutan negatif bagi orang yang tawaran untuk makan dan minum,

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 112 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120 namun juga memiliki beberapa pola 2015). Penyentuhan makanan di bagian dan juga melahirkan beberapa istilah leher dianalogikan bahwa orang baru sebagai —penangkal atau tersebut telah mencicipi dan makanan pencegah“ terjadinya bala atau tersebut telah masuk ke kerongkongan musibah. Pola-pola tersebut terdiri atas untuk dicerna. tiga hal berikut. a. Perilaku Jamah Perilaku jamah merupakan pola pertama yang memunculkan tindakan khas yang secara etimologis berarti menyentuh dengan jari; meraba; memegang (KBBI Edisi V Offline, 2017). Istilah ini muncul saat seseorang ditawari hidangan namun orang Gambar 7. Jamah pada kudapan pancong. Sumber: dokumentasi pribadi. tersebut bergegas pergi dan segera melakukan aktivitas lain sehingga tidak 2) Menjamah Minuman sempat untuk makan maupun minum. Untuk minuman tidak jauh berbeda Tindakan yang harus dilakukan pada cara menjamahnya. Hal yang mem- situasi tersebut agar tidak terjadi bedakannya hanya pada wujud objek- kemponan yang berujung pada bala nya saja yaitu berupa cairan atau air adalah dengan cara menjamah makanan bukan dalam wujud padat. Karena atau minuman tersebut. wujudnya tersebut, maka menjamahnya Cara menjamah sangatlah unik dan cukup dengan menyentuhkan jari memiliki pola yang berbeda sesuai jenis tangan ke air tersebut (misalnya kopi hidangannya berikut. atau teh) dan kemudian menyentuhkan- 1) Menjamah Makanan Pokok dan nya ke lidah. Kudapan Makanan pokok seperti nasi dan b. Perilaku Campalet Kemponan berbagai jenis kudapan cara Istilah ”cempalet kemponan‘ muncul menjamahnya cukup mengambil ketika seseorang ditawari hidangan sebagian kecil dari makanan tersebut ketika berada di lingkungan —keluarga“, dengan jari tangan lalu sentuhkan namun orang tersebut terlanjur dengan lidah. Selain cara tersebut, ada pergi dan segera melakukan aktivitas pula cara yang dianggap praktis yaitu lain sehingga tidak sempat untuk dengan mengambil sebagian kecil dari menjamah. Namun, ia teringat untuk makanan tersebut dengan jari tangan merasakan dan mencicipi hidangan lalu sentuhkan di bagian leher hingga yang disajikan oleh keluarganya itu pangkal leher (Wawancara Maimun dan sangat terbayang-bayang akan binti Husin, Mempawah, Februari

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 113 kenikmatan sajian tersebut. Ia merasa c. Perilaku Palet Kemponan takut sehingga menimbulkan pikiran Pola yang terakhir ini memiliki terjadinya kemponan. Tindakan yang perbedaan yang paling kentara. harus dilakukan saat situasi seperti ini Kemponan juga akan terjadi jika agar tidak terjadi kemponan yang seseorang yang dalam perjalanan berujung pada bala atau musibah adalah melihat makanan dan minuman yang dengan cara ”cempalet‘ makanan atau disajikan atau dijual di jalan atau pusat- minuman tersebut. pusat pertokoan. Orang tersebut Cempalet murupakan istilah lain sebenarnya hanya melihat hidangan dari ”jamah‘ yang berasal dari kata yang sangat ia gemari lalu ia tinggal- ”palet‘ dalam bahasa Melayu Pontianak kan dengan berbagai alasan (misalnya yang berarti menyentuh benda atau tidak memiliki cukup uang untuk sesuatu yang lembut dengan jari membelinya). Beberapa selang waktu telunjuk. Biasanya objek yang disentuh kemudian keinginannya untuk men- berupa krim seperti selai dan sebagai- cicipi hidangan tersebut semakin nya. Istilah ini membedakannya dengan memuncak. Ia merasa sangat ingin pola pertama yaitu ”jamah‘. Pada kasus menikmati hidangan itu sehingga ini, makanan yang berupa benda padat muncullah anggapan bahwa hal dan cairan pun tetap memakai istilah tersebut bisa mengundang terjadinya ”cempalet‘. kemponan. Tindakannya pun sangat sederhana Tindakan pertama yang harus yaitu cukup menyentuhkan jari tangan dilakukan orang tersebut adalah ke lidah dan menyentuhkannya lagi ke melakukan —palet kemponan“ Cara leher hingga pangkal leher sambil melakukannya tidak jauh berbeda mengucapkan —cempalet kemponan ... dengan pola ke-2. Hal yang mem- (menyebutkan hidangan yang bedakannya terletak pada penyebab disajikan)“. Misalnya orang tersebut terjadinya kemponan. Pola —memalet“ lupa mencicipi buah yang juga sama dan yang membedakannya disajikan oleh ayahnya di rumah, maka hanya pada sugesti yang berupa ucapan ia menyebutkan —cempalet kemponan —palet kemponan …(menyebutkan durian.“ Air liur yang disentuhkan pada hidangan yang sangat ia inginkan)“. leher akan menciptakan sensasi —sakral Misalnya orang tersebut sangat ingin atau magis“ yang luar biasa dengan sekali mencicipi ikan yang menganalogikan bahwa orang tersebut ia lihat di rumah makan Melayu, maka telah mencicipi dan makanan tersebut ia menyebutkan —palet kemponan ikan telah masuk ke kerongkongan untuk asam pedas.“ dicerna.

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 114 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120

Secara umum, ketiga pola Melayu Pontianak dan cenderung kemponan dan pembentukan istilah di ditinggalkan. dalamnya memang sangat mirip dan Istilah Tindakan berdasarkan wujud hidangan berkaitan. Namun, ketiga pola tersebut dalam kempon- tetap memiliki perbedaan dan ciri khas an Makanan dan Minuman Menjamah Mengambil Mengambil masing-masing. Berikut letak per- makanan/ sebagian kecil sebagian kecil dari minuman. dari makanan makanan tersebut bedaannya yang disajikan secara tersebut dengan dengan jari tangan ringkas. jari tangan lalu lalu sentuhkan di sentuhkan bagian leher dengan lidah. hingga pangkal Istilah Konteks penyebab dalam leher. kemponan Ditawarkan Hendak Berkeinginan hidangan oleh mencicipi untuk makanan jamah V - - pemilik rumah makanan atau atau minuman kepada tamu, minuman namun tidak cempalet - V - anggota namun lupa bisa memakan Palet - - V keluarga atau dan terlanjur atau meminum teman sejawat pergi tapi pada karena alasan namun saat tertentu tertentu seperti Tabel 3. Tindakan yang harus dilakukan sesuai menolaknya teringat bahwa tidak mampu dengan sopan sebelumnya membelihnya, hidangan. dengan alasan ada keinginan atau makanan sudah makan untuk makan dan minuman atau minum atau minum tersebut sedang sebelumnya tidak tersedia 4. Nilai Sosial Budaya Dalam Budaya atau perut dalam Kemponan Masyarakat Melayu keadaan penuh saat itu Pontianak Nilai budaya adalah suatu konsepsi Jamah V - -

Cempalet - V - yang merupakan kesatuan ide yang Palet - V sifatnya abstrak, yang hanya berada di dalam pikiran manusia. Konsepsi- Tabel 2. Konteks penyebab yang membedakan konsepsi tersebut mengenai hal-hal tindakan penangkal kemponan. yang dianggap paling prinsip dan mendasari oleh masyarakat, sehingga Berdasarkan wujud hidangan, merupakan suatu hal yang wajib atau terdapat versi lain yang menyebut harus dilakukan. Agar dapat melakukan bahwa —penangkal atau pencegah“ hal-hal yang prinsip tersebut harus ada melalui perilaku cempalet kemponan suatu pedoman dan tuntunan yang dan palet kemponan dengan cara yang berupa norma ataupun peraturan yang berbeda. Cara yang berbeda itu dengan bersifat konkret. menyentuhkan jari telunjuk ke lidah Menurut Koentjaraningrat (2015) dan menyentuhkannya lagi ke dahi sistem nilai budaya biasanya berfungsi (Wawancara Satarudin Ramli, sebagai pedoman tertinggi bagi Pontianak, Februari 2015). Pola ini kelakuan manusia. Sistem tata kelakuan sepertinya masih terpengaruhi oleh manusia lain yang tingkatnya lebih budaya Hindu yang —memaletkan“ konkret, seperti aturan-aturan khusus, sejenis pewarna merah ke dahi sebagai hukum, dan norma-norma semuanya pemberkatan. Pola jenis ini sangat juga berpedoman pada sistem nilai jarang dilakukan oleh masyarakat budaya.

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 115 Selanjutnya C. Kluckhohn dalam e. Masalah mengenai hakikat dari Koentjaraningrat (2015: 42-47) juga hubungan manusia dengan manusia mengemukakan lima masalah dasar yang menyatakan terhadap konsep dalam kehidupan manusia berikut. mengenai hal itu. Konsepsi-konsepsi a. Masalah mengenai hakikat dari hidup yang dimaksud yakni ada yang menyatakan ada kebudayaan kebudayaan yang mementingkan yang mengonsepsikan bahwa pada hubungan vertikal antara manusia hakikatnya hidup ini buruk dan dengan sesamanya. Dalam pola menyedihkan. Ada kebudayaan kelakuannya, manusia yang hidup yang mengonsepsikan bahwa pada dalam kebudayaan ini akan hakikatnya kehidupan ini menye- berpedoman pada tokoh-tokoh, nangkan. pemimpin, orang-orang senior atau b. Masalah mengenai hakikat dari orang-orang atasan, artinya orientasi karya manusia yang menyatakan mereka hanya kepada orang-orang kebudayaan di dunia ini dalam yang dianggap penting. memandang hasil karya manusia itu Ada kebudayaan yang lebih pada hakikatnya beraneka ragam, mementingkan hubungan horizontal ada kebudayaan yang memandang antara manusia dengan manusia. bahwa pada hakikatnya karya itu Orang yang hidup dalam konsepsi memungkinkan hidup, karya ini membutuhkan sesamanya yang manusia itu memberi kedudukan sederajat dan usahanya untuk dalam masyarakat, dan karya itu bekerjasama dan saling menjalin suatu gerak hidup untuk menghasil- hubungan baik dengan sesama kan lebih banyak karya lagi. tetangganya baik yang statusnya sama c. Masalah mengenai hakikat ke- maupun yang berbeda dianggap dudukan manusia dalam ruang dan penting. waktu yang ada kehidupan yang Berdasarkan kelima uraian di atas, mengandung penting masa lalu kehidupan manusia yang ada dalam dalam kehidupan manusia. Ada sistem budaya pada akhirnya ber- kebudayaan yang beroroentasi hubungan erat dengan nilai-nilai sejauh mungkin terhadap masa yang budaya merupakan abstraksi dari adat akan datang. istiadat yang merupakan konsep- d. Masalah mengenai hakikat dari konsep mengenai apa yang hidup dalam hubungan manusia dengan alam masyarakat. Hal positif yang terdapat sekitarnya menyatakan ada dalam sebuah budaya termasuk kebudayaan yang memandang alam kemponan dapat diambil hikmahnya itu sebagai suatu hal yang bisa untuk memperkaya khazanah sebagai dilawan oleh manusia, dan sebuah kearifan lokal masyarakat mewajibkan manusia itu Melayu Pontianak. Kemponan melakukannya. merupakan perwujudan budaya

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 116 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120 masyarakat Melayu yang di dalam makanan tersebut tanpa sisa. Ia pun terkandung nilai kearifan lokal yaitu: sangat kecewa dan bersedih hati dan meratapi dirinya sambil bernyanyi 1) Nilai Budaya Saling Menghargai sedih di antara puaka batu belah (batu Sesama Manusia keramat) hanya karena kemponan telur Apabila masyarakat Melayu tembakul. Batu keramat yang semula berkunjung ke rumah kerabat, biasanya hanya bongkahan batu terbelah itu tiba- akan dihidangkan makanan dan tiba bergerak dan menghimpit sang ibu minuman. Adat masyarakat Melayu yang sedang meratapi diri karena mengajarkan bahwa melayani tamu merasa kemponan. Anak-anaknya pun dengan baik merupakan hal penting. merasa menyesal karena tidak Sebagai tamu, jika dihidangkan mendengarkan pesan ibunya untuk makanan dan minuman namun kita disisakan makanan yang sangat ibunya tidak menyentuh hidangan itu, maka dambakan itu. pasti tuan rumah akan berkecil hati. Pada cerita tersebut mengambar- Supaya tidak menyinggung perasaan kan bahwa anak harus menghargai tuan rumah, hendaklah masyarakat orang tua, menjaga amanah, dan tidak Melayu menjamah sedikit, supaya tidak mementingkan diri sendiri. Melalui kemponan. Orang Melayu percaya, cerita ini juga, konsep kemponan bagi walaupun tamu belum berselera untuk masyarakat Melayu dapat ditilik dari menjamah hidangan, secara tidak sadar, ”world view‘ dapat berujuk pada bala hati sudah berkata-kata tentang hingga kematian yang mengenaskan. makanan yang terhidang. Makanan itu harus dijamah supaya kita tidak akan 2) Nilai Budaya Menghargai Alam teringat tentang makanan itu apabila Budaya Melayu yang tersebar luas di pulang. Tindakan menjamah makanan kepulauan nusantara dan Asia Tenggara dilakukan untuk mencegah terjadinya akan mengalami perkembangan sesuai kemponan. dengan hubungannya dengan Budaya kemponan digambarkan lingkungan dan alam. Hal inilah yang dalam cerita rakyat Melayu Sambas menjadi perbedaan antara Melayu yang ”Batu Ballah Batu Betangkup‘. terdapat di suatu daerah dengan daerah Dikisahkan ada seorang ibu (janda) yang lain. Menurut Sunandar (2015: 2) dengan dua orang anak yang masih ke ekspresi budaya Melayu yang ada di sebuah desa pesisir. Sang ibu sangat Kalbar misalnya Melayu Sambas akan ingin menyantap olahan telur tembakul berbeda dengan Melayu Pontianak dan dan menyajikannya pula untuk anak- Mempawah. Perbedaan tersebut tentu anaknya tersebut. Namun malang, saat saja tidak dapat dilepaskan dari faktor sang Ibu pergi sbentar untuk sejarah dan pengalaman orang-orang mengerjakan sesuatu ia mendapati Melayu dengan alam dan lingkungan- anak-anaknya telah menghabiskan nya.

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 117 Alam sebagai anugerah Sang Maha Pontianak), dan robo-robo (Melayu Pencipta menyediakan segala Mempawah) yang berupa ritual kebutuhan hidup manusia. Satu di melarung sesajian ke laut. Inti dari antara kebutuhan itu adalah beras berbagai budaya termasuk kemponan sebagai kebutuhan pokok dalam tentunya memiliki pembelajaran bahwa peradaban Melayu. Dalam kajian masyarakat Melayu sepatutnya men- kemponan, beras yang diolah menjadi syukuri hasil alam dan mengkonservasi nasi dikhawatirkan akan mengundang serta mengeksplorasinya dengan bijak. kemponan. Hal ini wajar karena nasi yang manusia nikmati memerlukan 3) Nilai Budaya Religi proses yang panjang untuk kemudian Kemponan merupakan suatu ke- konsumsi. percayaan turun-temurun dan dapat Nasi yang dikonsumsi masyarakat menjawab fenomena alam serta telah melalui banyak tahapan sehingga hubungannya terhadap hidup dan mati perlu dihargai. Dengan proses yang manusia (wawancara Syarifah Dayang, panjang mulai dari pembibitan padi, Februari 2015). Kepercayaan penanaman, panen padi, pengolaha kemponan bisa mengantarkan pada menjadi bulir beras hingga dimasak syirik dalam konsep agama Islam. menjadi nasi memerlukan perjuangan Misalnya, seseorang tidak menjamah dan waktu yang tidak sedikit. Tidak makanan dan kemudian meninggal jarang berbagai bencana alam seperti dunia. Ada orang yang mengatakan, banjir, angin topan dan sebagainya akan —kalaulah almarhum/ almarhumah menghancurkan dan menggagalkan makan dahulu sebelum beraktivitas, dia panen padi. Disinilah diajarakan bahwa mungkin tidak meninggal dunia“. kemponan memberikan pendidikan Tanggapan tersebut menjadi syirik moral tentang menghargai alam yang karena tidak mempercayai qada dan sebenarnya tidak sesederhana yang qadar Tuhan. Kesimpulannya, tiada dipikirkan manusia. istilah atau konsep ”kemponan‘ dalam Nilai dalam menghargai alam dan agama Islam. prosesnya yang panjang tersebut Kaitannya dengan kajian ini, maka diaplikasikan dalam budaya kemponan dimensi isi dalam konsep kemponan dan budaya lainnya. Masyarakat itu menyangkut makna religius tentang Melayu diajarkan untuk menjaga, sebab-sebab kematian. Sedangkan mengolah, dan mensyukuri hasil alam dimensi lain dari kemponan menyang- yang diwujudkan dalam berbagai ritual kut tentang kepatuhan terhadap nilai- tertentu. Seperti yang dicontohkan oleh nilai di luar kuasa manusia khususnya Sunandar (2015: 2) bahwa budaya ketuhanan. Konsep kepatuhan dan Melayu semacam ini telah diaplikasi- penerimaan apa adanya tentang takdir, kan dalam ritual antar ajong (Melayu menghargai manusia, dan alam Sambas), buang-buang (Melayu merupakan perwujudan budaya religi

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 118 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120 masyarakat Melayu. Kemponan Melayu Pontianak dalam menghargai sebenarnya digunakan sebagai sarana individu, sesama manusia, alam, dan untuk menyampaikan pesan moral dan sang pencipta. Secara khusus ada tiga tuntunan cara hidup yang baik bagi nilai yang diajarkan yaitu yaitu 1) nilai masyarakat Melayu. budaya saling menghargai sesama Islam sebagai agama mayoritas manusia, 2) nilai budaya menghargai yang dianut masyarakat Melayu alam, dan 3) nilai religi. memandang bahwa takdir baik dan buruk dalam konsep qada, qadar, dan 2. Saran tawakal. Jika ditilik antara kemponan Diharapkan akan ada peneliti yang dan konsep tersebut, seyogyanya ada mendalami berbagai hal terkait budaya sebuah kaitan yang berujung pada Melayu pada penelitian sejenis. Hal ini pandangan tentang takdir yang dimulai penting untuk menemukan hikmah atau dari sugesti dan dilakukan lewat usaha. maksud positif dari adat istiadat Hal yang membedakan keduanya ataupun budaya pada etnik tertentu hanya terletak pada kemponan yang yang telah dibangun dari zaman dahulu. cenderung mengarah pada takdir buruk Selain itu, perlu adanya penelitian yang (negatif) yang akan terjadi yang khusus membahas mengenai budaya disebabkan oleh keinginan sehingga kemponan dan budaya pantang larang. perlu dicegah terjadinya bala (takdir Apakah keduanya memiliki keterkaitan buruk). ataupun merupakan satu kesatuan bagian kebudayaan yang menyangkut D. SIMPULAN pola pikir masyarakat Melayu. 1. Simpulan Kemponan merupakan sebuah budaya DAFTAR SUMBER yang muncul karena adanya sugesti Anwar, Khaidir. 1995. Beberapa Aspek negatif yang disebabkan oleh keinginan Sosio-Kultural Masalah Bahasa. yang tidak tersampaikan. Jika Yogyakarta: UGM. keinginan tersebut tidak tersampaikan atau bahkan disepelekan maka akan Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: mengundang bala (musibah). Terjadi- Suatu Pendekatan Praktik. : nya kemponan dapat dicegah dengan Rineka. perilaku khas yang disebut jamah atau Asfar, Dedy Ari. 2010. Bahasa Ibu cempalet. Hal ini bersumber dari pola Sebagai Identitas Etnik: pikir individu masyarakat Melayu Sosiolingusitik Melayu di Kota Pontianak jika melanggar ajakan Pontianak. Prosiding Pada Seminar seorang untuk makan dan minum serta Nasional Pelestarian Bahasa. mengabaikan keinginan pada sesuatu. Bandung: BBJB, hlm. 167. Hal ini merupakan ciri umum dari sebuah kearifan lokal masysrakat

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Budaya Kemponan Pada Masyarakat Melayu Pontianak (Muhammad Asyura) 119 BPS Kalbar. 2010. Kalbar Dalam Moleong, L.J. 2010. Metode Penelitian Angka. Pontianak: Artha Kualitatif. Bandung: Remaja Grafistama. Rosdakarya. Badudu, J. S. 1985. Ilmu Bahasa Mustansyir, Rizal. 2017. Semiotika Lapangan. Jakarta: Gramedia. Kemponan Dalam Tradisi Masyarakat Melayu Sambas Effendi, Chairil. 2006. Becerite dan Kalbar: Dilemma Antara Agama Bedande Tradisi Kesastraan dan Budaya. diunduh dari Melayu Sambas. Pontianak: STAIN religidanbudaya.filsafat.ugm.ac.id/ Press. 2017/10/26/semiotika-kemponan- Effendi, Chairil. 2006. Sastra Sebagai dalam-tradisi-masyarakat-melayu- Wadah Integrasi Budaya. sambas-kalimantan-barat-di- Pontianak: STAIN Press. lemma-antara-budaya-agama/, diakses pada 23 Agustus 2019. Gaspersz, Steve G. TT. Masuk Melayu: Menegosiasikan Islam dan Huberman, A.M. dan Matthew B.M. Kemelayuan di Malaysia. Civic- 2014. Analisis Data Kualitatif. Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan Jakarta: UI Press. PKn dan Sosial Budaya Vol. 3 No. Pelly, Usman dan Asih Menanti. 1994. 1, hlm. 3. Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: Husny. 1986. Butir-butir Adat Budaya Depdikbud. Melayu Pesisir Sumatra Timur. Saad, Muhammad Zubdi. 2003. Nasib Jakarta: Depdikbud. Mendu dan Sejumlah Renungan https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/ Sufistik Anak Melayu. Pontianak: kempunan, diakses pada Agustus Mulyatama. 2019. Shah, Abdul Hadi Harman dan Julaihi Ibrahim, dkk. 2012. Pantang Larang Wahid. 2010. Konsepsualisasi Melayu Kalimantan Barat. Ruang dan Habitat Tradisional Pontianak: STAIN Press. Melayu. International Journal of the Malay World and Civilisation Koentjaraningrat. 2015. Kebudayaan, Vol. 28, No.1, hlm. 177-187. Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia. Sunandar. 2015. Melayu Dalam Tantangan Globalisasi: Refleksi Mardimin, Johannes, dkk. 1994. Sejarah dan Berubahnya Sistem Jangan Tangisi Tradisi, Referensi Budaya. Jurnal Transformasi Budaya Menuju Khatulistiwa Vol. 5, No.1, hlm. 2. Masyarakat Indonesia Modern. Yogyakarta: Kanisius. Wawancara. Maimun Binti Husin. Mempawah, 8 Januari 2015.

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38 Handep Jurnal Sejarah dan Budaya 120 Vol. 3, No. 1, Desember 2019, hlm. 101-120

Wawancara. Sataruddin Ramli. Pontianak, 16 Januari 2015.

Wawancara. Syarifah Dayang. Batu Ampar (Kubu Raya), 10 Februari 2015.

DOI: 10.33652/handep.v3i1.38