Unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours Di Indosiar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA
PRINCESS HOURS
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam
Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
Rizky Adiyana Cahyanti
D1206563
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit2011 to user
i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul :
UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA
PRINCESS HOURS
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
Disusun oleh : RIZKY ADIYANA CAHYANTI D 1206563
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji skripsi Program S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Nuryanto, M.Si Drs. Aryanto Budhy S., M.Si
NIP. 194908311978021001 NIP. 195811231986031002
commit to user
ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta Pada hari : Kamis Tanggal : 31 Maret 2011 Tim Penguji :
1. Drs. Haryanto, M. Lib ( ) NIP. 196006131986011001 Ketua Penguji
2. Drs. Widyantoro, M. Si ( ) NIP. 195802021990101001 Sekretaris
3. Drs. Nuryanto, M.Si ( ) NIP. 194908311978021001 Penguji I
4. Drs. Aryanto Budhy S., M.Si ( ) NIP. 195811231986031002 Penguji II
Mengetahui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Dekan,
Drs. H. Supriyadi S. N., SU NIP. 195301281981031commit to user 001
iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini, Nama : RIZKY ADIYANA CAHYANTI
NIM : D1206563 Program Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi Judul : UNSUR BUDAYA KOREA DALAM DRAMA KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)
adalah karya asli saya dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian, serta belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Apabila ada footnote ataupun kutipan dari buku atau pendapat lain, sudah dikutip menurut tata cara penulisan ilmiah. Saya bersedia menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata di kemudian hari terdapat bukti-bukti yang kuat, bahwa karya saya ternyata bukan karya saya yang asli atau sebenarnya.
Surakarta, Maret 2011
Yang memberikan pernyataan,
Penulis
commit to user
iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
We do the best, God does the rest
commit to user
v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana yang tidak sempurna ini penulis persembahkan untuk :
Allah SWT yang selalu memberikan bimbingan dan kekuatan dalam setiap
detik kehidupan
Almarhum Papa dan Adik tersayang (I ALWAYS MISS YOU ALL)
Mama tercinta
Teman teman yang selalu ada dalam suka maupun duka
commit to user
vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan juga bimbingan, sehingga akhirnya penulis dapat
menyusun dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Budaya Korea Dalam
Drama Korea Princess Hours (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur
Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar) ”. Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah ikut membantu kegiatan penulis dari awal mula penelitian hingga akhirnya penelitian ini selesai disusun. Penulis meyakini bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait dalam proses penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kepada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhirnya skripsi ini selesai. 1. Drs. H. Supriyadi SN, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Priyanto Susiloadi, M.Si selaku Pembantu Dekan I atas kesempatan yang diberikan.
3. Drs. Surisno Satrijo Utomo,M.Si selaku sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi
Program S1 non Reguler.
4. Drs. Nuryanto, M.Si dan Drs. Aryanto Budhy S., M.Si selaku Pembimbing I
dan Pembimbing II terima kasih atas segala kesabaran bapak dalam
memberikan bimbingan, kritik dan saran sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Hamid Arifin, M.Si selaku Pembimbing Akademis terima kasih atas
segala bimbingan, motivasi dan pengarahan yang diberikan selama penulis
menjadi mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Non Reguler Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, terima kasih atas semua
ilmu yang telah diberikan.
7. Para Responden yang telah menyumbang banyak untuk keberhasilan skripsi
ini. Tanpa kalian penulis tidak akan mungkin menyelesaikan penelitian ini.
8. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu dengan rendah hati serta tangan terbuka, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca sekalian. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan menambah pengetahuan bagi kita semua
Surakarta, Maret 2011
Penulis
commit to user
viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ...... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...... iii
SURAT PERNYATAAN...... iv MOTTO ...... v PERSEMBAHAN ...... vi KATA PENGANTAR ...... vii DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... xi ABSTRAK ...... xii ABSTRACT ...... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 5 C. Tujuan Penelitian ...... 5 D. Manfaat Penelitian ...... 6
E. Kerangka Konsep ...... 6
F. Definisi Konsepsional ...... 17
G. Metodologi Penelitian ...... 26
BAB II DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...... 33
1. Universitas Sebelas Maret Surakarta ...... 33
2. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas
Maret Surakarta ...... 37
B. Deskripsi Objek Penelitian ...... 42
1. Korea ...... 42
2. Indosiar ...... 46
commit to user
ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III SAJIAN DATA
A. Karakter Pemain ...... 47
B. Jalan Cerita ...... 49
C. Lokasi ...... 51
BAB IV ANALISIS DATA
A. Unsur-unsur Budaya Dalam Tayangan Drama Korea Princess
Hours ...... 55 1. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan ...... 56 2. Sistem Pengetahuan ...... 58 3. Kesenian ...... 61 4. Sistem Teknologi dan Peralatan ...... 67 B. Faktor Mengapa Tayangan Drama Korea Princess Hours Mudah Diterima oleh Masyarakat Indonesia ...... 69 1. Data Responden Penelitian ...... 70 2. Selektifitas Terhadap Tayangan Drama Korea ...... 74 3. Selektifitas Terhadap Tayangan Drama Princess Hours .. 82 4. Penilaian Responden Terhadap Tayangan Drama Korea Princess Hours ...... 89
BAB V KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan ...... 99
B. Saran ...... 102
DAFTAR PUSTAKA ...... 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 106
commit to user
x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Komunikasi Antar Budaya...... 12
Gambar 2 : Pengaruh Timbal Balik Antara Masyarakat, Budaya, dan 14
Kepribadian Individu......
Gambar 3 : Model Analisis Interaktif...... 32
Gambar 4 : Suami dan Istri ...... 3657
Gambar 5 : Menantu ...... 58
Gambar 6 : Kelas Seni Rupa...... 59
Gambar 7 : Kelas Film ...... 59
Gambar 8 : Kelas Tari ...... 60
Gambar 9 : Bangunan Tradisional Korea ...... 61
Gambar 10 : Alat Musik Tradisional Korea ...... 62
Gambar 11 : Pakaian Wanita Tradisional Korea ...... 62
Gambar 12 : Pakaian Pria Tradisional Korea ...... 63
Gambar 13 : Sanggul Wanita Korea...... 64
Gambar 14 : Han Bok dan Pelengkapnya ...... 64
Gambar 15 : Museum Teddy Bear...... 66
Gambar 16 : Handphone...... 68
Gambar 17 : Laptop ...... 68
Gambar 18 : Peralatan Makan ...... 69
commit to user
xi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Rizky Adiyana Cahyanti, D1206563, “KOREAN CULTURE in KOREAN DRAMA PRINCESS HOURS (Qualitative Descriptive Study of Korean Cultural Elements in
Korean Drama Princess Hours in Indosiar)”, Communication Science Major, Faculty of Social and Politics Science, Sebelas Maret University, Surakarta, 2011.
Different from Indonesian drama todays, Korean drama still hold their national cultural elements. Korean drama always try to insert several cultural elements in every single episode, therefore Korean drama can be such an effective media to build Korean culture in its own country and to promote Korean culture to other countries. That is why the writer is interested to hold a research about what Korean cultural elements mostly presented in Korean drama are. Korean drama Princess Hours, which has been presented three times in Indosiar tv channel, is chosen as the object of the research. Princess Hours is chosen because the drama brings a thick Korean culture into a light story, therefore the cultural elements inside can be easily appreciated by the audience. Despites, Princess Hours also combines Royal family life with modern life, therefore the culture presented are not only traditional culture, but also culture used by Korean in their daily life. The writer then continue to hold a research by holding several interviews with several informants about what are the factors causing Korean drama Princess Hours is easily appreciated in Indonesia. Through this research, the writer wants to prove whether the Korean cultural elements are being point of interest for the informants or not. The students of Non Regular Communication Science major in the faculty of Social and Politics Science, Sebelas Maret University in the generation of 2006 are chosen to be informants of the research. They are chosen because they have learned about Intercultural Communication and Mass Communication which are more or less related to the research. As the come from various background of diploma degrees, it is expected that they can give
any answers from various point of views.
Consider to the result of the research, it can be concluded that Korean drama
Princess Hours has four cultural elements which are mostly presented, which are system and social organization, knowledge system, art, technology and equipment system. Despites, it is also concluded that cultural elements inside, is one of point of interest to
make the drama can be easily appreciated by the informants.
commit to user
xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Rizky Adiyana Cahyanti, D 1206563, “BUDAYA KOREA DALAM DRAMA
KOREA PRINCESS HOURS (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Unsur-unsur Budaya Korea Dalam Drama Korea Princess Hours di Indosiar)”, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Non Reguler, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, 2011.
Berbeda dengan drama produksi Indonesia saat ini, drama Korea masih memegang unsur-unsur budaya nasionalnya. Drama Korea selalu berusaha menyisipkan unsur-unsur budaya Korea dalam setiap episodenya, sehingga drama Korea mampu berfungsi secara efektif sebagai media untuk membangun budaya Korea di negara sendiri dan memperkenalkan budaya Korea di negara lain. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai unsur-unsur budaya Korea apa saja yang menonjol dalam tayangan drama Korea. Terpilih sebagai objek penelitian ini adalah drama Korea Princess Hours, yang sudah tayang tiga kali di stasiun televisi Indosiar. Drama Korea Princess Hours terpilih sebagai objek penelitian karena drama tersebut mengemas budaya Korea yang kental dalam cerita yang ringan, sehingga unsur-unsur budaya yang terkandung mudah diserap oleh pemirsanya. Selain itu drama tersebut juga memadukan kehidupan kerajaan dengan kehidupan modern, sehingga budaya yang ditampilkan tidak melulu budaya yang sifatnya tradisional namun juga budaya yang digunakan oleh masyarakat Korea dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis juga melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan wawancara dengan beberapa informan mengenai factor apa yang menyebabkan drama Korea
mudah diterima di Indonesia. Melalui penelitian ini, penulis ingin mengetahui juga
apakah unsur budaya Korea menjadi daya tarik tersendiri bagi informan, sehingga mereka mudah menerima drama Korea Princess Hours. Terpilih sebagai informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS
angkatan 2006, dengan pertimbangan para mahasiswa tersebut tengah mempelajari mata kuliah Komunikasi Antar Budaya dan Komunikasi Massa yang sedikit banyak
berhubungan dengan penelitian ini. Mahasiswa non reguler terpilih juga karena mereka berasal dari bermacam latar belakang pendidikan diploma sebelumnya, sehingga diharapkan dapat memberikan jawaban dari sudut pandang yang beragam
pula.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa drama Korea Princess
Hours mengandung empat unsur budaya yang paling menonjol, yakni sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, serta sistem teknologi dan
peralatan. Dari hasil penelitian juga diperoleh kesimpulan bahwa unsur budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours memang menjadi salah satu daya tarik yang menonjol, sehingga drama tersebut mudah diterima oleh para informan. commit to user
xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, arus budaya baik ke dalam maupun luar negeri semakin tak terkendali. Budaya asing dengan mudahnya masuk melalui berbagai media seiring dengan perkembangan teknologi, seperti internet dan televisi. Meluasnya budaya asing menyebabkan semakin terkikisnya budaya nasional suatu negara. Indonesia merupakan salah satu contoh negara yang mengalami kemerosotan nilai budaya nasional. Pengikisan budaya di Indonesia ditandai juga dengan semakin hilangnya jati diri sebagai bangsa Indonesia dengan berbagai hal yang berbau barat, seperti gaya berpakaian, gaya hidup, dan bentuk interaksi dengan sesama. Sebagian masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda bahkan tidak mengenal budaya bangsanya sendiri. Tak dapat dipungkiri kemajuan teknologi selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif. Apa yang ditayangkan di televisi sedikit banyak akan mempengaruhi pemirsanya dalam dunia nyata, sebagai contoh
tayangan Smack Down yang berbuntut dengan adanya korban jiwa dari
golongan anak-anak. Ironisnya tayangan buatan dalam negeri pun juga
mengalami kemerosotan kualitas, sehingga tak heran jika pemirsa televisi
Indonesia lebih memilih tayangan asing. Walaupun tidak semua tayangan asing
membawa dampak negatif bagi masyarakat Indonesia, namun perlu diwaspadai
dampak negatif yang mungkin terjadi di kemudian hari. Masyarakat harus
selektif dalam memilih tayangan di televisi untuk dikonsumsi. Stasiun televisi
seharusnya juga berperan aktif dalam memilih program-program apa saja yang
akan ditayangkan di televisi. Program-program yang ditayangkan di televisi
hendaknya merupakan program-program yang berkualitas dan mempunyai nilai
edukasi yang tinggi.
commit to user
1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
Sebagai contoh tayangan yang meraih rating tertinggi di Indonesia adalah
drama. Drama baik buatan dalam maupun luar negeri hampir memenuhi
sebagian besar waktu mengudara stasiun televisi di Indonesia. Perlu
digarisbawahi bahwa walaupun tayangan drama meraih rating yang tinggi,
namun tayangan drama tersebut belum tentu mempunyai kualitas yang tinggi. Sebagian tayangan drama ada yang tidak mempunyai nilai edukasi bahkan hanya membawa pengaruh buruk, baik ditinjau dari segi budaya maupun pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat dari drama buatan dalam negeri yang sebagian besar hanya mengekspos kehidupan kelas atas yang menjual mimpi dan kekerasan yang berakibat buruk bagi perkembangan jiwa pemirsanya. Ironisnya hal tersebut tidak membuat stasiun televisi semakin selektif dalam menayangkan program-program drama di televisi tetapi mereka justru semakin berlomba-lomba menayangkan drama baik buatan dalam maupun luar negeri yang menjadi tayangan favorit masyarakat. Diantara berbagai drama asing yang masuk di Indonesia, tayangan drama dari kawasan Asia lah yang paling menonjol dalam sejarah penayangan drama di Indonesia. Pada periode tahun 1990an tayangan drama Jepang, Oshin,
merebut perhatian pemirsa televisi Indonesia yang kemungkinan besar terjadi
karena pemirsa membutuhkan tayangan yang tidak monoton di TVRI. Hal
tersebut diikuti dengan kesuksesan drama Hongkong, The Return of the Condor
Heroes. Pada periode tahun 2000, tayangan drama Meteor Garden berhasil
membius pemirsa televisi di Indonesia. Tayangan drama Asia bahkan menjadi
tayangan andalan dari salah satu stasiun televisi swasta, yaitu Indosiar.
Kesuksesan tayangan drama Asia terus berlanjut dengan masuknya
tayangan drama Korea ke Indonesia. Tayangan drama Korea tersebut sukses
besar di Indonesia bahkan secara umum mengungguli tayangan drama dari
kawasan Asia lainnya. Meledaknya pemirsa tayangan drama Korea membuat
stasiun televisi swasta lain di Indonesia mengekor Indosiar untuk menayangkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
tayangan drama Korea sejak tahun 2002 karena melihat permintaan dari pasar,
yang dalam hal ini adalah pemirsa televisi.
Indosiar memang jeli melihat peluang pasar dengan menayangkan drama-
drama Korea yang telah sukses di negeri asalnya. Lebih dari 20 judul drama
Korea telah tayang di stasiun televisi tersebut. Drama Korea memang mempunyai kualitas yang tinggi jika ditinjau dari segi budaya maupun pendidikan yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh serial drama Korea, Jewel in The Palace yang sudah dua kali tayang di Indosiar berhasil menaikkan pamor masakan Korea. Selain itu drama yang bersetting pada awal abad ke-16 tersebut juga menanamkan etos kerja, perjuangan dan pengetahuan bagi pemirsanya. Berbeda dengan Indonesia, Korea sebagai salah satu negara maju di Asia memang masih memegang unsur-unsur budaya nasionalnya. Salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah Korea dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya Korea adalah dengan melakukan pengenalan melalui drama. Drama Korea selalu berusaha menyisipkan unsur-unsur budaya Korea dalam setiap episodenya sehingga drama Korea diharapkan mampu berfungsi
secara efektif sebagai media untuk membangun sekaligus mempertahankan
budaya Korea di negaranya sendiri. Bahkan menurut Asia Times edisi 22
Januari tahun 2004, pihak Kementrian Luar Negeri Korea Selatan mengakui
bahwa negaranya menggunakan drama-drama Korea sebagai media untuk
mempromosikan budaya Korea ke negara lain, termasuk negara di luar Asia.
Salah satu manfaat yang diharapkan dari kandungan unsur-unsur budaya
dalam drama Korea adalah generasi muda Korea akan mudah menyerap,
memahami dan menerapkan budaya negaranya sendiri dengan cara dan media
yang menarik. Budaya dalam hal ini tidak hanya melulu soal kesenian, tetapi
juga etos kerja dan pengetahuan. Dengan ditayangkannya drama Korea di
Indonesia melalui stasiun televisi Indosiar, maka secara tidak langsung.nilai-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
nilai positif yang terkandung dalam drama tersebut dapat ditularkan pada
masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia juga akan mudah menyerap nilai-nilai positif dari
tayangan drama Korea melalui kemasan cerita yang ringan mengenai kehidupan
sehari-hari. Ditambah lagi dengan adanya fakta bahwa budaya Korea sebenarnya tak jauh berbeda dengan budaya Indonesia mengingat perbedaan geografis yang tidak terlalu jauh yakni masih dalam satu kawasan Asia. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama Korea. Terpilih sebagai objek dalam penelitian ini adalah drama Korea Princess Hours yang sudah tiga kali tayang di stasiun televisi Indosiar. Drama Korea Princess Hours terpilih sebagai objek penelitian karena drama tersebut mengemas budaya Korea yang kental dalam cerita yang ringan, sehingga unsur-unsur budaya yang terkandung mudah diserap oleh pemirsanya. Drama yang ditayangkan di stasiun televisi Indosiar tersebut bercerita tentang perjuangan seorang gadis biasa bernama Chae Kyeong yang tiba-tiba harus menikah dengan calon pewaris tahta kerajaan untuk kemudian diangkat sebagai
calon permaisuri raja di kemudian hari. Dalam drama tersebut digambarkan
bahwa Korea memegang sistem pemerintahan monarki konstitusional. Cerita
kemudian berkembang dengan adanya konflik atau perbedaan antar kehidupan
di luar istana yang sudah modern dan bebas dengan kehidupan dalam istana
yang masih memegang teguh budaya asli Korea. Dari konflik tersebut maka
akan tergambar jelas perpaduan antara kehidupan modern dan budaya asli
Korea. Hal tersebut yang menjadikan drama Korea Princess Hours merupakan
drama yang unik sekaligus mempunyai unsur-unsur budaya yang tinggi dengan
adanya perpaduan dua budaya yang saling melengkapi.
Peneliti juga melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan
wawancara dengan beberapa mahasiswa mengenai faktor apa yang
menyebabkan drama Korea mudah diterima di Indonesia. Melalui hasil commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
wawancara tersebut peneliti ingin mengetahui apakah bahwa kandungan unsur
budaya dalam drama Korea Princess Hours merupakan salah satu faktor yang
menjadi daya tarik bagi pemirsa di Indonesia, yang selanjutnya menyebabkan
drama Korea mudah diterima di Indonesia. Terpilih sebagai responden adalah
mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006, dengan pertimbangan para mahasiswa tersebut telah mempelajari mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya yang sedikit banyak berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu mahasiswa non reguler terpilih sebagai informan, karena mahasiswa non reguler berasal dari beragam latar belakang pendidikan diploma, sehingga diharapkan para informan tersebut dapat memberikan jawaban yang lebih beragam pula. Melalui penelitian ini maka secara umum diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami budaya Korea beserta unsur-unsur positif yang terkandung dalam drama Korea.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja unsur-unsur budaya yang terkandung dalam tayangan drama
Korea Princess Hours di Indosiar?
2. Apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh
masyarakat Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk memberikan gambaran unsur-unsur budaya apa saja yang
terkandung dalam tayangan drama Korea Princess Hours di Indosiar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
2. Untuk mengetahui apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah
diterima oleh masyarakat Indonesia
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wawasan tentang unsur-unsur budaya asing dalam kaitannya dengan proses komunikasi antar budaya. b. Dapat dijadikan sebagai bahan penelitian awal yang mendasari penelitian yang lebih luas cakupannya 2. Manfaat praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi tayangan drama Indonesia untuk lebih menonjolkan unsur-unsur budaya Indonesia yang selanjutnya dapat membantu pemerintah dalam mempromosikan budaya Indonesia
E. Kerangka Konsep
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses sosial yang sangat mendasar dan
vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan vital karena setiap individu
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu lainnya.
Dengan kata lain manusia tidak dapat tidak berkomunikasi. Menurut
paradigma Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media, yang menimbulkan efek
tertentu.1
1 Onong Uchjana Effendy, Drs. MA. Prof., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT Remadja Rosdakarya, Bandung, 1990, Hal 10 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
Pengertian komunikasi juga dapat ditinjau dari dua sudut pandang,
yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara
paradigmatik. Komunikasi dalam pengertian umum dapat dilihat dari dua
segi:
a. Pengertian komunikasi secara etimologis Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicate, yang bersumber dari kata communis yang berarti sama maknua mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. b. Pengertian komunikasi secara terminologis Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. .2
Sedangkan secara paradigmatis, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.3 Dari pengertian komunikasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi apabila setidaknya ada
sumber, pesan, media, dan penerima. Unsur-unsur tersebut biasa disebut
komponen atau elemen komunikasi. Setiap komponen mempunyai
peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi, yang artinya
ketidaksertaan salah satu komponen akan memberi pengaruh pada
jalannya komunikasi. Komunikasi terbagi menjadi empat macam tipe,
sebagai berikut:
a. Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication) Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi
di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.
2 Onong Uchjana, Drs., MA.Dinamika Komunikasi, CV Remaja Karya, Bandung, 1986, Hal 3 3 Ibid, Hal 3 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
b. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)
Komunikasi antar pribadi yang dimaksud disini adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap
muka. c. Komunikasi publik (public communication) Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi, dimana
pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak. d. Komunikasi massa (mass communication) Komunikasi massa menunjukkan suatu proses komunikasi,dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal, melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti: radio, televisi, surat kabar, dan film.4
Dari beberapa tipe komunikasi diatas, tipe komunikasi yang akan digunakan oleh penulis untuk diteliti adalah tipe komunikasi massa. Tipe tersebut terpilih karena pada hakekatnya penelitian ini berusaha mempelajari pesan-pesan dalam proses komunikasi yang berlangsung melalui media massa yakni televisi, khususnya dalam tayangan drama Korea. 2. Komunikasi massa Komunikasi massa merupakan penyebaran pesan dengan
menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak, yakni
sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan.5 Fungsi
komunikasi massa yaitu:
a. Fungsi pengawasan
Komunikasi massa memberikan peringatan mengenai ancaman dan bahaya menunjukkan pengumpulan dan distribusi arus informasi
mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan, baik di luar maupun di dalam suatu masyarakat tertentu. b. Fungsi korelasi
Fungsi ini meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berrperilaku dalam reaksinya terhadap peristiwa atau kerjadian tertentu.
4 Hafied Cangara, MSc. Dr. Prof., Pengantar Ilmu Komunikasi Cet. ke 6, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, Hal 30 5 Ibid, Hal 76 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
c. Fungsi sebagai transmisi budaya
Fungsi ini berfokus pada komunikasi pengetahuan, nilai-nilai dan norma-norma sosial dari satu generasi ke generasi lain atau dari
anggota suatu kelompok kepada para pendatang baru. d. Fungsi hiburan Fungsi ini menunjukkan tindakan-tindakan komunikatif yang terutama
dimaksudkan untuk menghibur, dengan tidak mengindahkan efek-efek instrumental yang dimilikinya.6
Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antar sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya. Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.7 Komunikasi juga sangat erat hubungannya dengan budaya karena melalui budayalah manusia belajar berkomunikasi, dan memandang dunia mereka melalui kategori- kategori, konsep-konsep, dan label-label yang dihasilkan budayanya. 8
Berbagai tayangan dalam media televisi baik drama, film, berita
akan mempengaruhi kejiwaan pemirsa. Dari sekian banyak tayangan yang
ada di televisi, drama merupakan tayangan yang mendapat sambutan
hangat dari pemirsa. Masyarakat Indonesia saat ini tengah dimanjakan
dengan banyaknya tayangan drama di berbagai stasiun televisi. Kehadiran
drama yang ditayangkan di televisi hakekatnya merupakan bagian dari
pewarisan nilai sosial budaya kepada pemirsa. Drama menggambarkan
sisi-sisi sosial dan moral dalam kehidupan masyarakat yang tergambar
6 Charles R. Wright, Sosiologi Komunikasi Massa, CV Remadja Karya, Bandung, 1988, Hal 8 7 Wawan Kuswandi, Drs. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1996, Hal 21. 8 Alo Liliweri, M.S. DR., Gatra-Gatra Komunikasi Antar Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001,Hal 160 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
secara simbolis dalam alur ceritanya. Drama yang ditayangkan di televisi
pun tak hanya berasal dari produk negeri sendiri tetapi juga banyak drama
dari negara asing yang ternyata berhasil merebut hati pemirsa Indonesia.
Tak dapat dipungkiri bahwa media massa merupakan salah satu
media penyebaran budaya, baik budaya lokal, nasional, maupun asing kepada masyarakat. Ketika stasiun televisi memutuskan untuk menayangkan program tayangan dari negara lain, maka secara otomatis stasiun televisi tersebut mengenalkan dan mensosialisasikan budaya bangsa dari tayangan tersebut. Secara umum proses pengenalan dan sosialisasi budaya tersebut dapat dikatakan berhasil, terbukti dengan banyaknya jumlah penggemar tayangan drama Korea di Indonesia. Melalui tayangan drama Korea maka akan terjadi komunikasi antar budaya seiring dengan proses pengenalan dan sosialisasi dari budaya Korea dalam drama tersebut. Masyarakat Indonesia yang sebelumnya kurang mengenal budaya Korea akan lebih mengenal budaya Korea melalui tayangan drama dari negeri ginseng tersebut. Dalam proses pengenalan dan sosialiasi budaya Korea itulah
terjadi proses komunikasi antar budaya.
3. Komunikasi Antar Budaya
Budaya berkenaan dengan cara hidup manusia. Manusia belajar
berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan sesuatu yang patut
menurut budayanya. Istilah budaya berasal dari istilah bahasa Inggris
culture yang merupakan turunan dari istilah bahasa Latin colore yang
artinya adalah daya dan kegiatan manusia untuk mengelola dan merubah 9 alam. Menurut Sapardi, budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,
9 Koentjaraningat, PengantarIlmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, Hal 45 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
rasa, dan karsa. Sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan
10 karsa tersebut.
Goodenough seperti yang dikutip Sapardi menyatakan bahwa
pengertian budaya mencakup dua hal.
Pertama, budaya digunakan untuk mengacu pada pola kehidupan suatu masyarakat. Kedua, budaya untuk mengacu pada sistem pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalaman dan persepsi mereka, menentukan tindakan, dan memilih di antara alternative yang ada.11
Seorang antropolog, yaitu E.B. Taylor juga pernah mencoba memberi definisi mengenai kebudayaan yaitu bahwa kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan- kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.12 Kebudayaan mempunyai beberapa unsur yang dikenal sebagai unsur-unsur kebudayaan yang universal. Unsur-unsur kebudayaan yang universal merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia. Unsur- unsur kebudayaan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sistem religi
b. Sistem dan organisasi kemasyarakatan c. Sistem pengetahuan
d. Bahasa e. Kesenian f. Sistem mata pencaharian 13 g. Sistem teknologi dan peralatan
Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti
budaya adalah komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi.
Budaya yang tercipta tersebut pada saatnya nanti juga akan mempengaruhi
10 Sapardi, Drs., MSi, Antropologi Budaya, Universitas Tanjungpura, Pontianak, 2000, Hal 76 11 Ibid, Hal 80 12 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 172 13 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004, Hal 2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
komunikasi anggota budaya bersangkutan. Hubungan antara budaya dan
komunikasi adalah timbal balik. Budaya tidak akan eksis tanpa
komunikasi dan komunikasi pun tidak akan eksis tanpa budaya. Setiap
pola budaya dan setiap tindakan melibatkan komunikasi. Untuk dapat
dipahami keduanya harus dipelajari bersama-sama. Budaya tidak akan dapat dipahami tanpa mempelajari komunikasi, dan komunikasi hanya dapat dipahami dengan memahami budaya yang mendukungnya. Menurut Alo Liliweri, definisi yang paling sederhana dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara dua orang atau lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan.14 Komunikasi antar budaya terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima adalah anggota budaya lainnya. Proses komunikasi antar budaya dapat digambarkan dalam bagan berikut:15
Budaya A Budaya B
Budaya C Gambar 1
Komunikasi Antar Budaya
Pengaruh budaya atas individu dan masalah-masalah penyandian dan
penyandian balik pesan terlukis pada gambar diatas. Tiga budaya diwakili
14 Alo Liliweri, Op Cit, Hal 9 15 Deddy Mulyana dan Jalaludin Rachmat, Komunikasi Antar Budaya, PT Remaja Rodakarya, Bandung, 2001, Hal 21 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
dalam model ini oleh tiga bentuk geometrik yang berbeda. Budaya A dan
budaya B relatif serupa dan masing-masing diwakili oleh suatu segi empat
dan suatu segi delapan tak beraturan yang hampir menyerupai segi empat.
Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang
lebih besar ini tampak pada bentuk melingkar budaya C dan jarak fisiknya dari budaya A dan budaya B. Perlu digaris bawahi bahwa komunikasi antar budaya terjadi apabila produsen pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima adalah anggota budaya lainnya. Masalah-masalah yang timbul dalam keadaan dimana suatu pesan disandi balik dalam budaya lain. Budaya mempengaruhi cara orang dalam berkomunikasi, bertanggungjawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Dalam penelitian ini komunikasi antar budaya berlangsung melalui proses pengenalan budaya oleh suatu negara kepada negara lain melalui media televisi yang selanjutnya membentuk suatu hubungan komunikasi antar budaya negara yang dilakukan melalui tayangan drama Korea di televisi.
Tak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan dimiliki oleh setiap
masyarakat. Perbedaan terletak pada kebudayaan masyarakat yang satu
lebih sempurna daripada kebudayaan yang lainnya. Kebudayaan juga
memiliki fungsi yang sangat besar bagi masyarakat. Kebudayaan
mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, dan menentukan sikap apabila mereka berhubungan dengan yang
lainnya. Budaya mempengaruhi cara orang berkomunikasi,
bertanggungjawab atas budaya dan komunikasi memiliki keterkaitan yang
sangat kuat. Budaya mempunyai komponen yang bersifat abstrak dan
konkret. Meskipun budaya merupakan sebuah konsep yang umum tetapi
budaya memiliki efek yang sangat kuat terhadap perilaku individu,
termasuk perilaku komunikasi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
Komunikasi antar manusia, termasuk juga komunikasi antar budaya,
selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang
efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan.
Komunikasi antar budaya yang efektif dapat mengubah persepsi dan sikap 16 orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia. Hal tersebut juga berkaitan dengan kenyataan bahwa budaya sangat mempengaruhi persepsi dan sikap individu. Masyarakat, kebudayaan dan pribadi individu termasuk perilakunya memiliki pengaruh timbal balik, yang dapat digambarkan dalam gambar berikut:
Masyarakat kebudayaan
Individu serta perilakunya
Kepribadian
Gambar 2
Pengaruh timbal balik antara masyarakat, budaya dan
kepribadian individu
Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
mempunyai pengaruh terhadap suatu kebudayaan. Selanjutnya
kebudayaan dan juga masyarakat tersebut akan mempengaruhi pribadi
individu, dimana individu tersebut pada hakekatnya adalah anggota atau
16 Alo Liliweri, Op Cit, Hal 254 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
bagian dari masyarakat. Sehingga antara individu, masyarakat dan
17 kebudayaan saling mempengaruhi.
4. Televisi
Televisi sebagai salah satu media massa yang paling digemari
masyarakat memang merupakan salah satu media massa yang mampu mempengaruhi pandangan atau persepsi masyarakat terhadap segala hal. Menurut Mc Luhan seperti dikutip Wawan Kuswandi, media massa merupakan perpanjangan dari alat indera kita. Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang tidak kita alami secara langsung.18 Menurut Kuswandi sendiri, komunikasi berlangsung dari satu budaya ke budaya yang lain melalui media massa dengan pesan-pesan yang terkandung dalam setiap pesan yang terkandung di dalamnya.19 Hal tersebut berlaku pula terhadap informasi mengenai budaya, melalui tayangan drama Korea di televisi maka masyarakat Indonesia akan mendapat informasi tentang budaya Korea. Menurut Skornis dalam bukunya Television and Society seperti yang dikutip oleh Wawan Kuswandi, televisi merupakan gabungan dari media
dengar dan gambar yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, dan
20 pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Televisi
menciptakan suasana tertentu yaitu para pemirsa dapat melihat sambil
duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya. Penyampaian isi
pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Informasi
yang disampaikan televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar
secara audio dan terlihat secara visual. Televisi mempunyai lima fungsi
yang dikenal sebagai teori lima fungsi sebagai berikut:
17 Astrid Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bina Cipta, Bandung, 2002, Hal 57 18 Wawan Kuswandi, Op Cit, Hal 25 19 Ibid, Hal 13 20 Ibid, Op Cit, Hal 8 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
a. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia
Fungsi ini juga biasa disebut sebagai fungsi informasi. Fungsi televisi adalah untuk mengamati kejadian di dalam masyarakat dan kemudian
melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. b. Menghubungkan satu dengan yang lain Menurut Neil Postman televisi tidak berkesinambungan. Televisi yang
menyerupai sebuah mosaic dapat saja menghubungkan hasil pengawasan satu dengan hasil pengawasan lain secara jauh lebih gampang daripada sebuah dokumen tertulis. c. Menyalurkan kebudayaan Televisi juga turut serta dalam pengembangan suatu kebudayaan. Kebudayaan tersebut disampaikan melalui setiap program yang di tayangkan di televisi. d. Hiburan Pada umumnya setiap orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar televisi untuk mendapatkan hiburan. Sehingga setiap program di televisi setidaktidaknya mempunyai unsur hiburan. e. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat Televisi seringkali digunakan untuk memberitakan keadaan darurat yang terjadi di suatu wilayah agar masyarakat dapat segera bertindak.21
5. Drama Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Drama berasal dari bahasa Yunani, draomai yang berarti
berbuat, bertindak, dan beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau 22 action.
Drama dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu:
a. Tragedi
Tragedi adalah drama yang melukiskan kisah sedih, dimana tokoh- tokohnya terlibat dalam bencana yang besar. Dengan kisah tentang bencana ini, penulis naskah mengharapkan agar penontonnya
memandang kehidupan secara optimis.
21 Ruedi Hofmann, Dasar-Dasar Apresiasi Program Televisi, PT Grasindo, Jakarta, 1999,Hal 54 22 Herman J. Waluyo, Prof., Drama Teori dan Pengajarannya, PT Hanindita Graha Widya, Yogyakarta, 2002, Hal 2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
b. Komedi
Komedi adalah drama ringan yang sifatnya menghiburdan di dalamnya terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir dan biasanya berakhir
dengan kebahagiaan. c. Melodrama Melodrama adalah lakon yang sangat sentimental dengan tokoh dan
cerita yang mendebarkan hati dan mengharukan. d. Dagelan Dagelan disebut juga banyolan. Dagelan adalah drama kocak dan ringan yang alurnya tersusun berdasarkan arus situasi. Ciri khas yang membedakan banyolan dengan komedi adalah banyolan hanya mementingkan hasil tertawa yang diakibatkan oleh lakon yang dibuat selucu mungkin.23
Pada kenyataanya, suatu drama terkadang merupakan penggabungan beberapa jenis drama, seperti misalnya: penggabungan melodrama dan komedi.
F. Definisi Konsepsional Definisi konsepsional adalah definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial dari seorang peneliti.24 Definisi tersebut bertujuan untuk menjembatani perbedaan penafsiran antara
peneliti dengan pembaca terhadap variabel-variabel yang akan diuji. Definisi
konsepsional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Drama Korea
Drama Korea beberapa tahun terakhir ini memang merebut perhatian
pemirsa televisi Indonesia. Indonesia sebenarnya termasuk negara terakhir
di Asia yang terkena gelombang drama Korea setelah Singapura, Taiwan,
Jepang, Malaysia, Vietnam, dsb.
Drama Korea sangat khas dibanding dengan drama dari negara lain.
Drama Korea mempunyai karakteristik sebagai berikut:
23 Herman J. Waluyo, Op Cit, Hal 38 24 Masri Singarimbun, Sofian Effendi. Metode Penelitian Survey, PT Perpustakaan, LP3ES, Jakarta. 1989, Hal 7 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
a. Unsur Budaya
Drama Korea tidak pernah meninggalkan unsur budaya Korea. Budaya
dalam hal ini tidak hanya berarti kebudayaan tradisional yang
menyangkut kebendaan, tetapi juga budaya yang menyangkut
kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari mereka. b. Sinematografi Pengambilan gambar dalam drama Korea sangat variatif, tidak melulu mengambil gambar close up pemainnya saja tetapi juga menonjolkan setting atau latar dari drama tersebut untuk menarik pemirsa. Sinematografi sangat menunjang penggambaran unsur budaya dalam drama Korea, karena unsur budaya yang ada dapat ditonjolkan. c. Soundtrack dan Sound Effect Drama Korea selalu mempunyai beberapa jenis soundtrack dan sound effect untuk adegan yang berbeda. Soundtrack dan sound effect tersebut pun bervariasi, ada yang bernuansa musik modern maupun tradisional dalam setiap drama. d. Memperkenalkan Teknologi
Sebagai salah satu negara maju dalam bidang teknologi di Korea,
drama Korea juga dimanfaatkan sebagai media untuk memperkenalkan
teknologi dalam negeri mereka. Sebagian besar gadget maupun alat
transportasi yang digunakan dalam adegan drama Korea merupakan
buatan dalam negeri sendiri.
e. Mengungkap Sisi Lain Kehidupan
Tema yang diangkat dalam drama Korea sangat beragam. Drama
Korea tidak hanya mengangkat tema kekayaan atau kelas atas, tetapi
juga kehidupan kelas bawah yang ada di Korea. Beberapa drama
Korea bahkan dibuat berdasarkan sejarah kehidupan beberapa tokoh
di Korea, seperti Dae Jang Geum yang merupakan dokter wanita
pertama di Korea. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
Drama Korea juga mempunyai ciri khas sebagai berikut:
“Korean dramas unravel a simple love story between men and women. Although the stories are sometimes unrealistic, such as with sudden deaths caused by car accidents or leukemia, Korean dramas do not
demand from its audience a high level of complicated thought. Therefore, Korean dramas are able to approach viewers in friendlier manner.”25
(Drama Korea mengungkap cerita cinta sederhana antara pria dan wanita. Meskipun ceritanya terkadang tidak realistis, sepeti kematian karena kecelakaan mobil atau leukemia, drama Korea tidak membutuhkan pemahaman yang rumit dari pemirsanya. Hal tersebutlah yang menyebabkan drama Korea mampu menarik hati pemirsanya dengan pendekatan yang lebih mudah diterima). Drama Korea juga selalu berusaha memberikan kualitas dalam setiap episodenya, hal tersebut diperkuat dengan penyataan berikut: “Korean drama considers “broadcasting for the good of the people” as an important motto. The important function of broadcasting in Korea is to enlighten people while responding to audience interests.”26
(Drama Korea mengacu pada “menayangkan demi kebaikan masyarakat” sebagai mottonya. Fungsi penting dari penayangan di
Korea adalah untuk memberi disamping mengikuti minat pemirsa).
Beberapa orang berpendapat bahwa drama Korea terlalu cengeng, namun
beberapa orang lainnya justru menganggap bahwa drama Korea memang
menyentuh dalam setiap ceritanya. Penggemar dari drama Korea pada
umumnya adalah wanita, namun tak bisa dikatakan sedikit pula
penggemar dari kaum pria. Sebagian besar drama Korea yang tayang di
Indonesia sukses besar menarik hati pemirsa, baik pria maupun wanita.
25 Kim Hyun Mee, Korean TV Dramas in Taiwan: With an Emphasis on the Localization Process, Yonsei University, Korea, 2005, Hal. 196 26 Do Goan Kim, TV, Culture, and Audience in Korea: A Reception Study of Korean Drama, Texas Tech University, USA, 1998, Hal.6 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
Beberapa drama Korea yang sukses di Indonesia dalam kurun waktu lima
tahun terakhir diantaranya adalah:
a. Endless Love
b. Winter Sonata
c. Full House d. Lovers In paris e. Sassy Girl-Chun Yang f. Dae Jang Geum g. Princess Hours h. All About Eve i. Friends j. Hotelier 2. Budaya Korea Korea selama ini dikenal sebagai salah satu negara paling maju di Asia. Namun dibalik kesuksesan dalam bidang ekonomi, Korea juga sukses dalam melestarikan budaya asli negara tersebut. Korea sangat kaya akan budaya, khususnya budaya tradisional mulai dari dari pakaian,
bangunan bersejarah hingga kulinernya sangat menarik dan khas. Banyak
wisatawan luar negeri datang ke Korea untuk menikmati kebudayaan asli
Korea. Pemerintah Korea pun tak main main dalam usaha melestarikan
budaya Korea. Upaya sosialisasi atau pengenalan budaya Korea ke negara
lain juga dilakukan oleh pemerintah Korea. Salah satunya melalui drama
Korea yang sukses dinegara-negara Asia, dan mulai merambah kawasan
Amerika dan Eropa.
Drama Korea sangat menjunjung tinggi unsur-unsur budaya
negaranya. Dalam setiap drama yang dibuat sedapat mungkin terkandung
unsur-unsur budaya yang coba diperkenalkan kepada pemirsa. Beberapa
budaya Korea yang paling khas dari negara Korea diantaranya adalah
sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
a. Bahasa
Bahasa rakyat Korea adalah bahasa Korea, yang memakai abjad
Hangeul. Terdapat 78 juta orang yang berbicara bahasa Korea di
seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, AS,
Kanada dan Jepang. Penulisan bahasa Korea dinamakan Hangeul. Hangeul diciptakan oleh Raja Sejong pada abad ke 15. Hangeul terdiri dari 10 huruf vokal dan 14 konsonan yang bisa dikombinasikan menjadi banyak sekali huruf-huruf dalam bahasa Korea. Hangeul sangat mudah dibaca dan dipelajari. Hangeul juga dianggap sebagai bahasa tulisan yang paling sistematik dan scientifik di dunia. Berikut adalah contoh Hangeul.
Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling
bertalian satu sama lain. Setiap wilayah dapat memahami dialek
lainnya, kecuali dialek Pulau Jeju yang dianggap kurang bisa
dimengerti dari dialek-dialek propinsi lainnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
b. Pakaian
Pakaian tradisional Korea disebut Han bok (Korea Utara menyebut
Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana
panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima). Orang Korea
berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan- perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin. Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian. c. Musik Pertunjukkan musik tradisional Korea mementingkan improvisasi, berjalan terus-menerus, serta sedikit jeda dalam setiap pertunjukkannya. Pansori contohnya, dapat berlangsung sampai lebih dari 8 jam dengan hanya satu penyanyi. Kontras dengan perbedaan
alunan musik barat, sebagian besar pertunjukkan musik tradisonal
Korea dimulai dari gerakan (alunan) yang paling lambat sampai paling
cepat.
Alat musik tradisional Korea dapat dibagi menjadi alat musik tiup,
petik (memiliki senar), dan perkusi. Beberapa jenis alat musik tiup:
piri, taepyeongso, daegeum, danso, saenghwang dan hun. Alat musik
petik: kayageum, geomungo, ajaeng, serta haegeum. Alat musik
perkusi tradisional Korea sangat beragam, seperti kwaenggwari, jing,
buk, janggu, bak, pyeonjong, dan sebagainya. Musik istana, Jeongak,
pada zaman dahulu dipentaskan oleh masyarakat kelas atas. Jeongak
dimainkan dengan sangat lambat, dengan hanya satu ketukan dalam
setiap 3 detik. Ketukan ini diselaraskan dengan kecepatan nafas, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
sehingga berasa statis (monoton). Alat musik yang digunakan dalam
pementasan Jeongak dibuat dari bahan alam, sehingga suaranya
lembut dan tenang. Hampir semua alat musik tiup dibuat dari bambu,
sedangkan alat musik petik memiliki senar yang dibuat dari sutra.
Pungmul adalah jenis musik rakyat Korea yang kencang dan ekspresif. Pungmul dikategorikan dalam jenis minsogak atau musik rakyat kebanyakan. d. Tarian Seperti halnya musik, ada perbedaan dalam bentuk tarian antara rakyat kelas atas (tarian istana) dan kelas bawah. Tarian istana yang umum contohnya jeongjaemu yang dipentaskan dalam pesta kerajaan, ilmu yang dipentaskan dalam upacara Konghuchu. Jeongjaemu dibagi dalam jenis yang asli dari Korea (hyangak jeong Jae) dan jenis yang dibawa dari Cina (dangak jeong jae). Tarian lainnya adalah tarian shamanisme yang dipentaskan oleh shaman dalam upacara-upacara tertentu. e. Kerajinan
Kerajinan Korea umumnya dibuat untuk digunakan dalam kehidupan
dan kegiatan sehari-hari. Bahan-bahan yang digunakan dalam
pembuatan kerajinan khas Korea umumnya metal, kayu, kain, tanah
liat, kaca, kulit dan kertas. Artefak kerajinan prasejarah seperti
tembikar merah dan hitam memiliki banyak kesamaan dengan
tembikar Cina kuno yang ditemukan di sekitar wilayah kebudayaan
Sungai Kuning. Dalam masa dinasti Koryo, pembuatan kerajinan yang
menggunakan bahan perunggu dan kuningan berkembang pesat. Selain
itu dinasti ini juga terkenal akan kerajinan celadon (keramik) yang
indah. Pembuatan kerajinan pada masa dinasti Choson berkembang
pesat yakni kerajinan keramik, ukiran kayu, serta benda-benda
furniture. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
f. Peninggalan Bersejarah
Di Korea terdapat banyak peninggalan sejarah yang berasal dari masa
Dinasti Joseon, seperti Taman Jongmyo yang didalamnya terdapat
banyak prasasti-prasasti dan disini biasa dilaksanakan upacara-upacara
keagamaan atau mistik yang besar. Ada juga istana-istana Dinasti Joseion antara lain Gyeongbokgung (dibangun pada tahun 1394), Changdeokgung (tidak diketahui kapan dibangun tetapi bangunan ini ditemukan pada tahun 1592), Changgyeonggung (anak istana dari istana Changdeokgung), dan Deoksugung yang saat ini telah dijadikan sebagai kantor Walikota Seoul . Korea pada saat ini merupakan negara berkembang di Asia yang paling maju. Korea dikenal sebagai “choson” yang artinya “negeri setenang pagi hari”. Tapi sejarah Korea yang penuh perang sangat berbeda dengan kata “choson” yang dikenal pada saat ini g. Kuliner Kuliner Korea sangat terkenal hingga ke manca negara. Kuliner Korea sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah berkembang
sejak lama. Contohnya adalah kimchi dan doenjang . Makanan
fermentasi sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin
ketika musim dingin. Dalam kenyataannya (menurut hasil penelitian
kesehatan WHO), jenis-jenis kimchi memiliki total gizi yang jauh
lebih tinggi dari buah manapun. Hal yang membuat kimchi menjadi
makanan yang spesial ada banyak faktornya. Faktor pertama adalah
pembuatannya. Kimchi (dalam hal ini adalah kimchi yang dihidangkan
untuk acara-acara spesial, bukan kimchi untuk acara makan biasa dan
sehari-hari) dibuat oleh wanita dari keluarga bersangkutan yang
mengadakan acara tersebut dan hanya bisa dibuat pada hari di mana
acara tersebut dilaksanakan. Semakin banyak wanita yang turut
membantu dalam pembuatan kimchi ini, semakin “bermakna” pula commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
kimchi tersebut. Kimchi juga merupakan faktor penentu kepintaran
atau kehebatan seorang wanita dalam memasak. Konon katanya, jika
seorang wanita mampu membuat kimchi yang enak, tidak diragukan
lagi kemampuan wanita tersebut dalam memasak makanan lain.
Faktor ketiga adalah asal mula kimchi. Kimchi pada awalnya dibuat oleh permaisuri dari Raja Sejong sebagai hidangan untuk perayaan Sesi. Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa khusus seperti festival atau upacara seperti ulang tahun anak yang ke-100 hari, ulang tahun pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan sebagainya. Makanan kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena sudah dapat dinikmati seluruh lapisan rakyat. h. Sistem Pendidikan Sistem pendidikan di Korea saat ini mirip dengan di Indonesia, yaitu 6 tahun pendidikan dasar, 3 tahun pendidikan menengah awal, 3 tahun menengah atas, baru kemudian pendidikan tinggi. Usia untuk sekolah dasar pun sama dengan di negara kita yaitu dari mulai usia sekitar 6
tahun, dan untuk tingkat pendidikan seterusnya pun tak jauh berbeda.
Sekolah menengah atas di korea biasanya dibagi menjadi dua jenis,
sekolah umum dan kejuruan. Ada juga beberapa sekolah yang disebut
sekolah komprehensif, yaitu sekolah umum dan kejuruan digabung.
Sekolah-sekolah khusus pun ada, misalnya sekolah menengah khusus
seni, olahraga, ilmu pengetahuan, dll. Tujuan dari sekolah-sekolah ini
adalah untuk menyediakan pendidikan yang tepat untuk murid-murid
dengan bakat-bakat istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk
memaparkan situasi atau peristiwa. Pada penelitian deskriptif, peneliti bertugas untuk mengembangkan konsep dan menghidupkan fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.27 Dalam penelitian kualitatif, data bersifat kualitas dan berbentuk verbal, yakni berwujud kata-kata serta merupakan suatu penelitian yang menekankan proses serta makna. Metode deskriptif sendiri dapat diartikan sebagai suatu metode dalam meneliti suatu status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode deskriptif ini tidak terbatas pada pengumpulan data tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi data. Moleong menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif digunakan berdasarkan pertimbangan: a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan.
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara
peneliti dengan responden. c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang 28 dihadapi.
Bertolak dari sifat-sifat metode deskriptif tersebut, peneliti berupaya
mendeskripsikan secara sistematis dan akurat dengan dukungan data-data
yang diperoleh di lapangan, dokumen,dan buku-buku yang berhubungan
dengan objek yang diteliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini
27 Jalaludin Rakhmat, Drs., MSc. Metode Penelitian Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999, Hal 24
28 Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, CV Remadja Rosdakarya, Bandung, 1998 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
peneliti juga berusaha mempelajari fakta-fakta yang ada dan relevan
dengan masalah penelitian serta menggambarkan dan menghubungkannya
dengan teori-teori yang ada.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus FISIP, khususnya di gedung perkuliahan mahasiswa non reguler, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Pertimbangan atas pemilihan lokasi tersebut adalah karena lokasi ini berpopulasikan mahasiswa, terutama mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. 3. Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang cirinya dapat diduga. Dalam penelitian ini, terpilih sebagai populasi adalah mahasiswa. SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. Mahasiswa tersebut dipilih sebagai responden dengan pertimbangan bahwa para mahasiswa tersebut telah mendapat mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya yang menjadi dasar dari penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini bersifat purposive
sampling dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap
tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang memiliki
kebenaran dan pengetahuan yang dalam. Namun demikian informan yang
telah dipilih dapat menunjukkan informan lain yang dipandang lebih tahu,
maka pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan 29 kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
Penelitian ini lebih tepatnya menggunakan teknik snow ball
sampling. Snow ball sampling adalah pengumpulan data oleh peneliti yang
berupa informasi dari informan dalam suatu lokasi yang pertama kali
ditemui. Dari informan pertama, peneliti dapat bertanya dan meminta
29 H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2002, Hal 56 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
petunjuk bilamana informan tersebut mengetahui orang lain yang lebih
memahami informasinya, sehingga peneliti bisa menemui informan 30 selanjutnya dan bertanya lebih jauh dan mendalam.
Penelitian ini menggunakan enam mahasiswa sebagai responden,
dari enam puluh mahasiswa sebagai populasi. Enam mahasiswa tepilih sebagai responden karena jumlah tersebut dinilai sudah memiliki keterwakilan informasi dari keseluruhan jumlah populasi. 4. Jenis Data a. Data Primer adalah sejumlah data yang akan terkumpul dari hasil observasi. Sehingga dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari sumber-sumber primer yang berupa fakta atau keterangan yang diperoleh secara langsung untuk mendapatkan data-data yang diperlukan. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang meliputi: buku, hasil penelitian, dan artikel di internet sebagai tambahan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan maksud untuk mendeskripsikan
mengenai orang, kejadian, kegiatan, perasaan, motivasi, dan lain-
lain. Teknik wawancara yang digunakan adalah bentuk wawancara
terstruktur. Wawancara terstruktur ini bersifat lentur dan terbuka,
tidak dalam suasana formal sehingga diharapkan cara ini akan
mampu mengorek kejujuran informasi untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan menyangkut penelitian ini.
30 Ibid. Hal 57 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
b. Observasi
Metode observasi adalah suatu teknik atau metode untuk
pengumpulan data dan informasi dalam penelitian dengan jalan
mengadakan pengamatan atas peristiwa dan gejala-gejala sosial
dengan inderanya. c. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan membaca buku, jurnal, laporan penelitian dan sumber bacaan lain, seperti koran atau pun majalah yang relevan dengan obyek penelitian. Teknik telaah pustyaka ini dimaksudkan sebagai sumber referensi atau pun bahan rujukan bagi penulis untuk memperoleh orientasi dan wawasan yang lebih luasdalam memperdalam obyek yang diteliti. 6. Validitas Data Untuk menguji validitas data, penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi. Teknik trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Dalam penelitian ini digunakan trianggulasi sumber data. Trianggulasi
sumber data yaitu menggali data yang sama atau sejenis yang diperoleh
dari beberapa data yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh
dari sumber yang satu, bisa lebih teruji kebenarannya bilamana
dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang 31 berbeda. Patton dalam H.B. Sutopo menyatakan ada empat macam
teknik trianggulasi, yaitu:
a. Trianggulasi sumber data Trianggulasi sumber yang memanfaatkan jenis sumber data berbeda-
beda untuk menggali data yang sejenis. Teknik ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib menggunakan
beragam data yang tersedia.
31 H.B. Sutopo, Op cit, Hal 79 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
b. Trianggulasi peneliti
Yang dimaksud dengan teknik trianggulasi ini adalah hasil penelitian baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau
keseluruhannya bias diuji validitasnya dari beberapa peneliti. c. Trianggulasi metodologis Teknik trianggulasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis
tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data berbeda. d. Trianggulasi teoritis Teknik trianggulasi dilakukan dengan menggunakanperspektif lebih dari satu teori dalam membahas perasalahan yang dikaji. Dari beberapa perspektif teori tersebut akan pandangan yang lebih lengkap.32
7. Teknik Analisa Data Proses analisis dalam penelitian kualitatif mempunyai tiga komponen utama, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan serta verifikasinya. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis.33 a. Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama yang berupa proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari
fieldnote. Proses ini terus berlangsung sepanjang pelaksanaan
penelitian.
b. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat
dilakukan. Sajian ini juga merupakan rakitan kalimat yang disusun
secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, berbagai hal akan
dapat mudah dipahami dan memungkinkan peneliti untuk berbuat
sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan
32 Ibid, Hal 78 33 H. B. Sutopo, Op Cit, Hal 91 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
pemahamannya tersebut. Kedalaman dan kemantapan hasil analisis
sangat ditentukan oleh kelengkapan sajian datanya.
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Simpulan akhir tidak akan terjadi sampai pada waktu proses penelitian
berakhir. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar- benar bisa dipertanggung-jawabkan. Selanjutnya perlu dilakukan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan cepat, yang mungkin terjadi sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar pada catatan lapangan. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih dipercaya. Adapun model analisis yang digunakan adalah model analisis interaktif. Dalam model ini, tiga komponen pokok analisis, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu bentuk siklus.34 Untuk lebih jelasnya, model analisis interaktif dapat digambarkan dengan skema berikut ini:
34 H. B. Sutopo,Op Cit, Hal 37 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Pengumpulan
data
Reduksi sajian data data
Penarikan simpulan / verifikasi
Gambar 3 Model Analisis Interaktif
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
BAB II
DESKRIPSI LOKASI DAN OBJEK PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Universitas Sebelas Maret Surakarta a. Sejarah dan Perkembangan Universitas Sebelas Maret Surakarta Universitas Sebelas Maret atau disingkat UNS diresmikan pada tanggal 11 Maret Surakarta 1976 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia. UNS merupakan penggabungan lima unsur perguruan tinggi yang ada di Surakarta pada saat itu. Kelima perguruan tinggi tersebut adalah: 1) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Negeri Surakarta. 2) Sekolah Tinggi Ilmu Olah Raga ( STO) Negeri Surakarta. 3) Akademi Administrasi Niaga (AAN) Surakarta yang telah diintegrasikan ke dalam AAN Negeri di Yogyakarta. 4) Universitas Gabungan Surakarta (UGS) merupakan gabungan beberapa Universitas Swasta di Surakarta, yaitu Universitas Islam
Indonesia (UII) cabang Surakarta, Universitas 17 Agustus 1945
cabang Surakarta, Universitas Cokroaminoto Surakarta, Universitas
Nasional Saraswati Surakarta.
5) Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional
(PTPN) Veteran cabang Surakarta.
Penggabungan beberapa perguruan tinggi tersebut, mempunyai satu
tujuan yang besar, yakni meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di
Surakarta. Setelah melebur menjadi Universitas Sebelas Maret, UNS
memiliki 9 fakultas, yaitu:
1) Fakultas Ilmu Pendidikan
2) Fakultas Keguruan
3) Fakultas Sastra Budaya commit to user
33 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
4) Fakultas Sosial Politik
5) Fakultas Hukum
6) Fakultas Ekonomi
7) Fakultas Kedokteran
8) Fakultas Pertanian 9) Fakultas Teknik Setelah 5 tahun melakukan konsolidasi, UNS mempersiapkan diri untuk memulai proses perkembangannya. Pembangunan secara fisik dimulai pada tahun 1980. Di bawah kepemimpinan dr. Prakosa, kampus yang semula terletak di beberapa tempat disatukan dalam suatu kawasan. Lokasi tersebut adalah di daerah Kenthingan, di tepi Sungai Bengawan Solo, dengan cakupan area sekitar 60 hektar. Di daerah Kenthingan inilah, pembangunan kampus tahap pertama berakhir pada tahun 1985. Pembangunan fisik kampus yang tergolong cepat, juga diimbangi dengan perkembangan di sektor yang lain. Sekarang ini, UNS Surakarta merupakan universitas muda dengan pertumbuhan yang luar biasa. Dengan berbagai potensi yang ada, misal
seperti dokter bedah kulit dengan reputasi nasional (Fakultas Kedokteran),
penemuan starbio dan padi tahan garam (Fakultas Pertanian), dan
beberapa kemajuan yang terjadi di setiap fakultas dan unit-unit kerja
lainnya. UNS juga melakukan langkah maju dalam perkembangan
teknologi informasi. Dengan ekspansi jaringan teknologi informasi yang
lebih besar lagi, Pusat Komputer UNS Solo membuat torehan sejarah
UNS dalam buku kemajuan dan perkembangan UNS. Torehan-torehan
sejarah yang lebih mengesankan lainnya akan terjadi seiring dengan
pertumbuhan dan perkembangan universitas ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
b. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Universitas Sebelas Maret hingga saat ini
mengalami 4 kali penyusunan. Struktur organisasi UNS disusun
berdasarkan Keputusan Mendikbud RI No. 0297/O/ 1996 pada tanggal 1
Oktober 1996, Surat Keputusan Rektor No. 161/ J27/ KM/ 1997 tanggal 27 Mei 1997 serta Surat Keputusan Rektor No. 207/ J27/PP/1997 tanggal 7 Juli 1997. Struktur organisasi UNS saat ini terdiri dari: 1) Rektor dan Pembantu Rektor 2) Biro Administrasi Akademik 3) Biro Administrasi Umum dan Keuangan 4) Biro Administrasi Kemahasiswaan 5) Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi 6) Fakultas (Fak. Sastra & Seni Rupa, FKIP, Fak. Hukum, Fak. Ekonomi, Fak. ISIP, Fak. Kedokteran, Fak. Pertanian, Fak. Teknik, Fak. MIPA) 7) Lembaga Penelitian 8) Lembaga Pengabdian Masyarakat
9) Lembaga Pengabdian pada Masyarakat
10) Lembaga Pengembangan Kewirausahaan
11) Unit Pelaksanaan Teknis (Perpustakaan, Komputer, Unit Program
Pengenalan Lapangan, Pelayanan dan Pengembangan, UNS Press,
Laboratorium MIPA Pusat, Pembinaan Olahraga dan Seni
Mahasiswa)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
c. Lambang Universitas Sebelas Maret Surakarta
1) Lambang berbentuk bunga dengan 4 daun bunga, melambangkan bangsa, maksudnya Universitas mendidik putra-putri bangsa yang kelak akan membawa keharuman tanah air. 2) Tiga daun bunga: atas, samping kanan dan samping kiri, merupakan pengejawantahan Tri Dharma Perguruan Tinggi. 3) Satu daun bunga di bawah terdiri atas lima satuan melambangkan sila-sila Pancasila
4) Garis pembentuk 4 daun bunga dibuat secara berantai sedemikian
rupa, menggambarkan kesatuan Civitas Akademika UNS.
5) Bentuk putik bunga digambarkan sebagai Wiku.
6) Tulisan melingkar yang mirip aksara Jawa itu adalah Candra
Sangkala (hitungan tahun Jawa) "Mangesthi Luhur Ambangun
Nagara", melambangkan angka tahun Jawa 1908 atau tahun Masehi
1976.
Secara keseluruhan tulisan tersebut berarti bahwa UNS bercita-cita
membangun negara dengan sifat-sifat yang luhur. Candra sangkala
itu seolah-olah praba yang bersinar. Praba dalam sejarah agama dan
pewayangan dipakai oleh orang suci, bijaksana dan berbudi luhur.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Pusat lambang itu adalah otak Wiku yang digambarkan sebagai
nyala api, mengisyaratkan sinar keabadian ilmu pengetahuan. Ini
berarti bahwa UNS ikut berperan untuk menyumbangkan ilmu
pengetahuan kepada negara. Warna biru laut melambangkan ikrar
kesetiaan dan kebaktian kepada negara, bangsa dan ilmu pengetahuan.
2. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta a. Sejarah Singkat Perkembangan FISIP UNS Sejarah FISIP UNS dimulai pada tahun 1976 di Surakarta, bersamaan dengan berdirinya UNS secara resmi yang dikukuhkan dengan Keputusan Presiden RI No. 10 Tahun 1976. FISIP UNS termasuk salah satu diantara delapan fakultas di lingkungan UNS yang diresmikan secara bersamaan melalui Keputusan Presiden tersebut. Pada saat berdiri fakultas ini bernama Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dan memiliki dua jurusan, yaitu jurusan Administrasi Negara dan jurusan Publisistik. Pada tahun 1982, berdasarkan SK Presiden RI Nomor
: 55 Tahun 1982 tentang Susunan Organisasi Universitas Sebelas Maret,
nama fakultas dirubah menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret (FISIP-UNS). Kemudian berdasarkan SK
Mendikbud RI Nomor : 017/0/1983, tertanggal 14 Maret 1983 nama
jurusan juga berubah, menjadi jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu
Komunikasi.
Dengan keluarnya SK Mendikbud RI Nomor : 055/0/1983 tanggal 8
Desember 1983 tentang Jenis dan Jumlah Jurusan pada Fakultas di
Lingkungan Universitas Sebelas Maret, FISIP UNS menambah satu
jurusan baru, yaitu jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Jurusan
ini khusus melayani Mata Kuliah Dasar Umum di semua Program Studi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
(Prodi) di lingkungan Universitas Sebelas Maret dan berada di bawah tim
MKDU Universitas Sebelas Maret. Berdasarkan Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan R.I (SK Dirjen Dikti Depdikbud) Nomor :
27/Dikti/Kep./1986 tanggal 29 Mei 1986, di FISIP UNS dibentuk Program studi Sosiologi yang mengawali programnya pada semester Juli-Desember 1986. Terakhir dengan SK Dirjen Dikti Nomor : 66/Dikti/Kep./1998, tanggal 2 Maret 1998 Program Studi Sosiologi menjadi jurusan Sosiologi yang merupakan Program Sarjana (S1) dan berada dibawah Dekan. Kemudian jenis dan jumlah Program Studi di setiap jurusan pada fakultas di lingkungan UNS juga ditata atau dibakukan berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdikbud R.I. Nomor : 222/Dikti/Kep./1996 tentang Program Studi pada Program Sarjana di Lingkungan Universitas Sebelas Maret. Program studi untuk jurusan Ilmu Administrasi dan jurusan Ilmu Komunikasi masing-masing adalah Ilmu Administrasi Negara dan Ilmu Komunikasi. FISIP UNS juga mempunyai serangkaian visi, misi, tujuan sebagai
berikut:
1) Visi
Mengembangkan konsep-konsep dan teori-teori keilmuan sosial dan
politik yang sesuai dengan perubahan masyarakat baik pada tingkat
global, regional, nasional maupun lokal. Dengan demikian terjadi
link and match antara perguruan tinggi dengan masyarakat
penggunanya.
2) Misi
a) Menghasilkan sarjana ilmu sosial dan ilmu politik yang
memiliki power of reasoning, kepakaran dalam bidang
penelitian, keahlian dalam menerapkan ilmu pengetahuan bagi
kemaslahatan manusia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
b) Menghasilkan sarjana yang sujana (berbudi luhur), yang
memiliki kepekaan (sensitif) dan kepedulian sosial, khususnya
terhadap masyarakt miskin, tidak berdaya, tidak mempunyai
hak suara dan tertindas.
c) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme tenaga akademik dan tenaga adminitrasi. d) Menumbuhkembangkan suasana ilmiah dan terbentuknya pola sikap budaya keilmuan di kalangan civitas akademika. e) Melengkapi sarana penunjang bagi kegiatan proses belajar mengajar. f) Meningkatkan sistem pembinaan penalaran, minat dan bakat, serta kesejahteraan mahasiswa. g) Melengkapi sarana penunjang bagi kegiatan mahasiswa. h) Peningkatan mutu profesionalisme organisasi mahasiswa. i) Peningkatan mutu dan pembinaan mahasiswa melalui berbagai media. 3) Tujuan
a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yaitu dosen,
karyawan dan mahasiswa.
b) Melaksanakan pemberdayaan fakultas dan jurusan dalam
rangka menuju otonomi kampus.
c) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah
maupun swasta baik dalam negeri maupun luar negeri.
d) Menjadikan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai
pusat kegiatan ilmiah.
e) Mewujudkan cita-cita Universitas Sebelas Maret (UNS)
sebagai teaching university menuju research university.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
b. Struktur Organisasi
FISIP UNS dipimpin oleh Dekan yang bertanggung jawab langsung
kepada Rektor. Dekan mempunyai tugas memimpin penyelenggaraan
pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, membina tenaga
kependidikan, mahasiswa, tenaga administrasi dan administrasi fakultas. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari Dekan dibantu oleh tiga orang Pembantu Dekan yang bertanggung jawab langsung kepada Dekan yaitu: 1) Pembantu Dekan Bidang Akademik (PD I) Bertugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 2) Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum (PD II) Bertugas membantu Dekan dalam memimpinpelaksanaan kegiatan di bidang keuangan dan administrasi umum. 3) Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan (PD III) Bertugas membantu Dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan di bidangpembinaan serta layanan kesejahteraan mahasiswa. c. Unsur Pelaksana Akademik
Unsur pelaksana akademik FISIP UNS meliputi:
1) Jurusan atau Program studi
Jurusan atau Program Studi (Prodi) adalah unsur pelaksana fakultas
di bidang studi tertentu yang berada di bawah Dekan. Jurusan atau
Prodi dipimpin oleh seorang Ketua Jurusan atau Program Studi yang
dipilih diantara para dosen menurut Peraturan Perundangan yang
berlaku. Dalam melakukan tugas sehari-hari Ketua Jurusan atau
Prodi dibantu oleh seorang Sekretaris Jurusan atau Prodi.
Tugas Jurusan atau Prodi adalah melaksanakan pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam
sebagian atau satu cabang ilmu teknologi atau kesenian tertentu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
sesuai dengan program pendidikan yang ada dan ketentuan
Perundang-undangan yang berlaku.
2) Laboratorium
Laboratorium atau studio merupakan perangkat penunjang pelaksana
pendidikan pada jurusan dalam pendidikan akademik dan atauprofesional. Laboratorium atau studio dipimpin oleh dosen yang keahliannya telah memenuhipersyaratan sesuai dengan cabang ilmu pengetahuan, teknologi, atu kesenian tertentu dan bertanggung jawab kepada Ketua Jurusan atau Prodi. 3) Dosen Dosen adalah tenaga pengajar di lingkungan fakultas yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dekan. Dosen terdiri dari Dosen Biasa, Dosen Luar Biasa, dan Dosen Tamu. Jenis dan jenjang kepangkatan tenaga pengajar diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Dosen mempunyai tugas utama mengajar, membimbing, dan atau melatih mahasiswa serta melakukan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
d. Unsur Penunjang
1) Perpustakaan
Perpustakaan mempunyai tugas memberikan pelayanan bahan
pustaka dan kegiatan-kegiatan lain untuk kkeperluan pendidikan dan
pengajaran, penelitian serta pengabdian kepada masyarakat, kepada
mahasiswa, dosen, dan karyawan di lingkungan FISIP pada
khususnya dan UNS pada umumnya.
2) Organisasi Kemahasiswaan
Mahasiswa FISIP diberi kebebasan untuk membentuk organisasi
kemahasiswaan yanmg berperan menangani, mengelola atau
menyelenggarakan berbagai macam kegiatan yang diperlukan
mahasiswa. Saat ini organisasi kemahasiswaan yang ada di masing- commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
masing fakultas tidaklah sama. Khususc untuk FISIP nama yang
digunkan adalah Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) untuk badan
legislative, sedang untuk badan eksekutif bernama Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) yang membawahi beberapa Himpunan
Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
e. Unsur Pelaksana Administrasi Bagian Tata Usaha adalah pembantu pimpinan fakultas yang mempunyai tugas melaksanankan administrasi umum, perlengkapan, keuangan, kepegawaian, kemahasiswaan dan pendidikan di fakultas. Bagian Tata Usaha di FISIP UNS mempunyai empat sub bagian yang meliputi: 1) Sub Bagian Pendidikan Bertugas melakukan administrasi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 2) Sub Bagian Umum dan Perlengkapan Bertugas melakukan urusan Tata Usaha, rumah tangga dan
perlengkapan.
3) Sub Bagian Keuangan
Bertugas melakukan administrasi keuangan dan kepegawaian.
4) Sub Bagian Kemahasiswaan
5) Berugas melakukan administrasi kemahasiswaan dan alumni.
B. Deskripsi Objek Penelitian
1. Korea
a. Sejarah Korea
Sejarah awal Korea berkisar di sekitar kerajaan kuno Choson yang
muncul sekitar 2.300 tahun sebelum Masehi. Pada sekitar abad ke 2
sebelum Masehi, bangsa Cina mendirikan koloni di daerah kerajaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
tersebut. Namun, lima abad kemudian, bangsa Korea mengusir mereka
keluar. Sejak itu, muncul sebuah kerajaan, yaitu kerajaan Silla. Kerajaan
Silla (668 – 935) membawa puncak ilmu pengetahuan dan budaya yang
besar. Akibat adanya kerusuhan yang terjadi di dalam negeri pada abad ke
10, dinasti Silla jatuh dan digantikan oleh dinasti Koryo. Selama periode kepemimpinan dinasti Koryo (935 – 1392), Korea mengalami banyak serbuan. Tentara Mongol yang dipimpin oleh Genghis Khan menyerbu dan akhirnya menguasa Korea sehingga Korea menjadi bagian kekaisaran Mongol. Setelah runtuhnya Mongol pada akhir abad ke 14, berbagai golongan bangsawan dan militer berusaha memegang kekuasaan di Korea . Akhirnya, seorang jenderal yang bernama Yi Sung-Gy menghilangkan pemerintahan yang korup dan mendirikan dinasti Yi (1392 – 1910). Kongfucuisme diperkenalkan sebagai agama resmi. Reformasi politik dan social dimulai. Ibu kota negara dipindahkan dari Kaesong ke Seoul . Namun , Korea masih tetap terancam oleh Cina dan Jepang. Kedua negara tersebut ingin menguasai Korea untuk memperluas wilayah mereka.
Setelah serangan yang gagal dari kepang pada tahun 1592 – 1598, Korea
jatuh di bawah kekuasaan Manchu dari utara.
Beberapa abad berikutnya, Korea menutup diri dari pergaulan dunia
menjadi negara pertapa. Pada tahun 1800-an, Rusia, Jepang, dan Cina
bersaing untuk menguasai Korea . Setelah perang Rusia – Jepang pada
tahun 1904 - 1905, Jepang bergerak ke semenanjung Korea dan
mendudukinya pada tahun 1910. Pada tahun 1919, penduduk Korea
mengadakan demonstrasi secara damai karena menginginkan
kemerdekaan. Akan tetapi, polisi Jepang membubarkannya, malah ada
yang dibunuh dalam aksi tersebut. Pada tahun 1945, di akhir perang dunia
II, tentara Uni Soviet menduduki bagian utara Korea sedangkan tentara
Amerika di bagian selatan. Setelah membuat suatu perjanjian, Korea commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
dibagi sejajar dengan garis lintang 38˚. Pada bagian selatan berdirilah
Republik Korea, sedangkan di daerah utara didirikan Republik
Demokratik Rakyat Komunis.
Pada tanggal 25 Juni 1950, tentara Korea Utara menyerang Korea
Selatan dalam upaya menyatukan Korea dibawah kekuasaan komunis. Korea Utara yang memakai persenjataan yang disediakan oleh Uni Soviet menang atas Korea Selatan. Akan tetapi, atas bantuan PBB, Korea Selatan diselamatkan atas kekalahan dan pertempuran pun diakhiri dengan gencatan senjata pada bulan Juli 1953. Sejak saat itu, berbagai perundingan yang dilakukan untuk menyatukan Korea selalu gagal. Saat ini Korea Selatan lah yang menjadi perhatian dunia. Hal tersebut karean Korea Utara menutup diri dari dunia luar. Sebaliknya, Korea Selatan berkembang pesat sebagai negara maju di kawasan Asia. Korea Selatan berbentuk Republik, dengan sistem pemerintahan Presidensial terpusat. Kepala pemerintahannya adalah Perdana Menteri, sedangkan Kepala negaranya adalah Presiden. Korea Selatan beribu kota di Seoul dan mempunyai mata uang Won. Agama yang berkembang di Korea Selatan
adalah Buddha dan Kristen.
b. Keadaan Sosial Budaya
Dalam budaya Korea , keturunan atau anak dianggap sebagai sebuah
anugerah yang amat besar dari Tuhan. Setiap keluarga disarankan untuk
memiliki paling tidak seorang keturunan. Oleh karena budaya yang amat
menghormati anugerah Tuhan tersebut, aborsi yang bersifat sengaja akan
diberikan hukuman yang amat berat secara adat, yaitu hukuman mati
kepada sang ibu dan orang lain yang mungkin terlibat di dalamnya, seperti
suaminya (jika suaminya yang memaksa), dokter (jika dokter yang
memberikan sarana untuk aborsi), dan lain-lain. Akan tetapi, secara
hukum, tidak akan diadakan hukuman mati. Hukuman mati biasanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
hanya dilaksanakan di daerah pedalaman Korea di mana adat masih
berpengaruh secara kuat.
Pembagian harta warisan dalam budaya ini amatlah adil. Tanpa
memperdulikan jenis kelamin, keturunan dari seseorang akan
mendapatkan pembagian harta dengan jumlah yang sama dengan saudara- saudaranya. Akan tetapi, dalam prakteknya ini tidak selalu terjadi. Kebanyakan orang tua menyisihkan lebih banyak harta warisan kepada anak tertua mereka. Dalam budaya Korea , ada satu makanan khas yang memiliki suatu arti yang tidak dimiliki oleh makanan lainnya. Makanan ini disebut kimchi. Di setiap session makanan, ketidakberadaan kimchi akan memberikan kesan tidak lengkap. Kimchi adalah suatu makanan yang biasanya merupakan sayuran yang rendah kalori dengan kadar serat yang tinggi (misalnya bawang, kacang panjang, selada, dan lain-lain) yang dimasak sedemikian rupa dengan bumbu dan rempah-rempah sehingga menghasilkan rasa yang unik dan biasanya pedas. c. Kesenian
Kesenian tradisional di Korea, dalam hal ini musik dan tarian,
diperuntukkan khusus sebagai suatu bagian dalam penyembahan “lima
dewa”. Ada beberapa alat musik tradisional yang digunakan, misalnya
hyeonhakgeum (sejenis alat musik berwarna hitam yang bentuknya seperti
pipa dengan tujuh buah senar) dan gayageum (alat musik mirip
hyeonhakgum tetapi bentuk, struktur, corak, dan cara memainkannya
berbeda dan memiliki dua belas buah senar). Tarian tradisional yang
cukup terkenal di Korea antara lain cheoyongmu (tarian topeng), hakchum
(tarian perang), dan chunaengjeon (tarian musim semi). Tarian
chunaengjeon ditarikan sebagai tanda terima kasih kepada dewa
irwolseongsin dan dewa sancheonsin atas panen yang berhasil.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
d. Kerjasama Antar Negara
Korea mengadakan banyak kerjasama ke negara lain dalam hal
industri, pariwisata, dan lain-lain. Dalam hal industri, Korea banyak
mengekspor barang seperti bahan pangan (beras, padi-padian, jagung,
tembakau, sayuran), bahan tambang (bijih besi, tembaga, fosfat), dan bahan hasil industri (tekstil, pupuk, barang elektronik). Korea juga mengadakan impor barang terutama dalam hal bahan bakar. Dalam masalah kerja sama perdamaian dunia, Korea merupakan salah satu anggota PBB dan telah menjadi anggota dari kira-kira 38 badan-badan PBB. PT Samsung yang didirikan Korea di Indonesia merupakan salah satu bukti nyata dari bentuk kerja sama yang dilakukan Korea dalam bidang industri. 2. Indosiar a. Riwayat Singkat Perusahaan Stasiun televisi Indosiar, berdiri pada tanggal 19 Juli 1991 dengan nama awal PT Indovisual Citra Persada. Kemudian perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT Indosiar Karya Media Tbk (Perseroan). Pada
tahun 2004 perseroan tersebut berkembang menjadi perusahaan induk
operasional usaha penyiaran televisi yaitu PT Indosiar Visual Mandiri,
salah satu televisi swasta nasional terkemuka, dan selanjutnya melakukan
pencatatan efek di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (kini telah
bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia). Perseroan
yang beralamatkan di Jl. Damai no.11 Daan Mogot, Jakarta ini kini
memiliki sebanyak 1565 karyawan.
b. Bidang Usaha
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perseroan, maksud dan tujuan
Perseroan adalah berusaha dalam bidang perdagangan umum dan jasa
dalam bidang hukum dan pajak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
BAB III
SAJIAN DATA
Dalam penelitian ini, drama Korea yang digunakan sebagai objek
penelitian adalah drama Korea Princess Hours. Drama ini sangat sukses di negara asalnya dan negara di kawasan Asia. Drama ini sebenarnya bertema kehidupan anak muda namun dalam kenyataannya drama ini sukses menggaet kaum wanita maupun pria, tua dan muda sebagai pemirsa setia. Drama ini sudah tiga kali tayang di layar kaca Indonesia melalui stasiun televisi Indosiar. Drama Korea Princess Hours pertama kali tayang di Indosiar pada tahun 2006, dan diputar lagi di stasiun yang sama pada tahun 2007 dan 2008. Walaupun sudah diputar berulangkali, namun penayangan Princess Hours selalu mampu manarik banyak pemirsa. Drama Korea Princess Hours sebenarnya diangkat dari komik Korea, atau yang biasa disebut manhwa, berjudul Goong karya Park So Hee. Di Korea drama ini berjudul sama dengan komiknya, yakni Goong, di Indonesia berjudul Princess
Hours, dan di Amerika Utara berjudul The Palace.
Drama yang dibuat oleh MBC ini bersetting abad 21 dimana Korea
masih mengnut sistem pemerintahan Monarkhi Konstitusional. Drama ini
menggabungkan kehidupan kerajaan dan di luar kerajaan dalam setiap
adegannya, sehungga drama ini kental dengan unsur budaya, walaupun
mempunyai tema modern.
A. Karakter Pemain
Drama ini mempunyai empat tokoh utama, yaitu:
1. Lee Shin diperankan oleh Joo Ji Hoon
Lee Shin adalah seorang putra mahkota kerajaan Korea.
Dibesarkan di dalam istana membuatnya menjadi orang yang
kurang sensitif, kurang memperhatikan perasaan orang lain, commit to user
47 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
dingin, kesepian, dan penuh misteri dengan sikap-sikapnya.
disamping itu ia merupakan sosok yang pintar dan sangat
cocok menjadi seorang raja. Ia menyadari takdirnya sebagai
calon raja dengan segala peraturan istana membuatnya
membatasi perbuatan dan keinginannya di dunianya yang membosankan. Kehadiran Chae Kyeong di istana membuat kehidupannya lebih terasa hidup membuatnya jatuh hati pada permaisurinya itu. 2. Shin Chae Kyeong diperankan oleh Yoon Eun Hye Shin Chae Kyeong adalah seorang siswa sekolah seni dari sebuah keluarga biasa. Kakeknya pernah menyelamatkan Raja terdahulu, sehingga Raja tersebut membuat perjanjian dengan kakeknya bahwa Chae Kyeong akan menikahi putra mahkota nantinya. Pembawaan Chae Kyeong yang ceria dengan segala tingkah polah lucunya mampu merubah suasana yang tadinya kaku menjadi lebih hidup. Hal inilah yang membuat Lee Shin akhirnya jatuh cinta padanya.
3. Lee Yool diperankan oleh Kim Jeong Hoon
Lee Yool adalah sepupu Lee Shin. Ayahnya merupakan kakak
ayah Lee Shin. Dulu ketika ayahnya masih hidup, ialah yang
diangkat menjadi putra mahkota. Namun, ketika ayahnya
meninggal, kedudukan putra mahkota jatuh ketangan Lee Shin.
Ia merupakan orang yang lembut, hangat, dan romantis,
sifatnya kebalikan dari Lee Shin. Ia menyukai Chae Kyeong,
karena itulah ia memiliki penyesalan atas kedudukannya
sebagai putra mahkota dulu, karena seharusnya ialah yang
menjadi suami Chae Kyeong.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
4. Hyo Rin diperankan oleh Sung Ji Hyo
Min Hyo Rin merupakan pacar Lee Shin. Pada awal cerita, Lee
Shin melamarnya, namun ia menolak demi karir baletnya.
Setelah merasa terancam kedudukannya sebagai pacar oleh
Chae Kyeong, ia berusaha mempertahankan hubungannya dengan Lee Shin, walaupun akhirnya tidak berhasil. Ia merupakan wanita yang cantik dan pintar. Ia berusaha mewujudkan mimpinya menjadi balerina sukses, namun, dalam kehidupan cintanya, ia mengejar sesuatu yang bukan miliknya.
B. Jalan Cerita Cerita bermula ketika ayah Lee Shin, sebagai pemegang kekuasaan kerajaan pada masa itu, menderita sakit. Keadaan tersebut membuat kerajaan memutuskan bahwa Lee Shin harus segera mempunyai istri, agar sewaktu waktu apabilan hal buruk terjadi, Lee Shin bisa segera diangkat menjadi raja. Shin diharuskan menikah dengan seorang gadis biasa, yang telah dipilih oleh almarhum
kakeknya di masa lalu. Perjodohan itu terjadi karena kakek Lee Shin
pernah ditolong oleh kakek Chae Kyeong, sebagai tanda
persaudaraan maka diadakan perjodohan antar kedua cucu mereka
yang akan diadakan di kemudian hari ketika mereka sudah
menginjak dewasa.
Lee Shin sebenarnya tidak mau menjadi raja, karena cita
citanya adalah menjadi sutradara. Lee Shin pun sebenarnya telah
mempunyai kekasih bernama Hyo Rin yang bercita-cita menjadi
seorang balerina, sehingga Lee Shin sebenarnya tidak setuju
dijodohkan dengan Chae Kyeong. Sebelum menikah dengan Chae
Kyeong sebenarnya Lee Shin sudah melamar Hyo Rin, namun Hyo
Rin menolak dengan alasan bahwa kehidupan di istana akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
menghambat cita-citanya untuk menjadi balerina. Penolakan Hyo
Rin membuat Lee Shin mau menikah dengan Chae Kyeong. Chae
Kyeong sendiri mau menikah dengan Lea Shin karena ingin
membantu keluarganya yang terlilit hutang. Pernikahan dengan
anggota kerajaan menurutnya akan membebaskan keluarganya dari masalah. Masalah muncul ketika Chae Kyeong merasa tidak nyaman di kerajaan. Pribadi Chae Kyeong yang bebas dan ceria tidak cocok dengan kehidupan istana yang menurutnya sangat mengekang. Pada saat itulah muncul Lee Yool, yang merupakan anak dari paman Lee Shin. Paman Lee Shin sebenarnya merupakan pemegang kekuasaan yang sah setelah kakek Lee Shin. Namun karena sakit dan akhirnya meninggal maka tahta kerajaan diserahkan kepada ayah Lee Shin. Lee Yool berniat untuk merebut kembali tahta kerajaan yang seharusnya jatuh ke tangannya. Di istana, Chae Kyeong berteman baik dengan Lee Yool hingga akhirnya Lee Yool jatuh cinta padanya. Sayangnya Chae Kyeong terlanjur mencintai Lee Shin, walaupun Lee Shin selalu kasar terhadapnya. Sadar bahwa Chae
Kyeong harus menjadi istri dari pemegang tahta kerajaan, maka Lee
Yool pun semakin bertekad untuk merebut tahta kerajaan. Konflik
semakin memanas ketika akhirnya Hyo Rin merasa iri terhadap Chae
Kyeong yang berhasil mendampingi Lee Shin. Hyo Rin pun
akhirnya melupakan cita citanya untuk menjadi balerina dan
bertekad merebut Lee Shin kembali ke tangannya. Drama ini
selanjutnya terfokus pada berhasilkah Lee Shin memimpin kerajaan,
berhasilkah Chae Kyeong beradaptasi dengan lingkungan kerajaan,
berhasilkah Chae Kyeong merebut hati Lee Shin, berhasilkah Lee
Yool merebut tahta kerajaan dan juga hati Chae Kyeong, dan
berhasilkah Hyo Rin mendapatkan kembali hati Lee Shin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
C. Lokasi
Sebagian besar adegan di dalam ruangan diambil di Osan.
Produser sengaja membuat set untuk adegan indoor, terutama untuk
setting bangunan istana. Set untuk bangunan istana didesain dengan
gaya klasik dan modern. Set tersebut menghabiskan dana senilai hampir lima milyar won. Selain mengambil adegan di dalam set, drama Korea Princess Hours juga mengambil setting di tempat yang memang benar-benar ada di Korea, diantaranya: 1. Villa Gangneung Seongyojang
Villa tersebut digunakan sebagai lokasi dimana dua tokoh
utama yakni Lee Shin dan Chae Kyeong berlibur bersama.
Villa yang bergaya tradisional Korea tersebut, terletak di
provisi Gangwondo. Seongyojang adalah sebuah villa pribadi
yang mempunyai empat bangunan terpisah dengan dikelilingi
beberapa kolam bunga teratai.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
2. Sekolah Seni Kaywon
Lokasi set untuk sekolah keempat tokoh utama diambil di Sekolah Seni Kaywon yang terletak di Bundang. Sekolah seni Kaywon sangat terkenal. Sekolah tersebut mempunyai desain arsitektur bergaya modern. Sekolah tersebut mempunyai tiga jurusan seperti halnya yang diceritakan dalam drama Korea Princess Hourse, yakni jurusan seni rupa, film dan tari. Sekolah tersebut merupakan sekolah unggulan, hingga setiap tahun hanya 320 siswa yang mendaftar agar diterima dalam delapan kelas yang dimiliki oleh sekolah tersebut.. 3. Universitas Duksung
Jika set istana kerajaaan di dalam ruangan adalah buatan, lain
halnya dengan set bangunan luar istana. Bangunan luar istana
diambil dari bangunan Universitas Duksung.di ibukota Korea
Selatan, yakni Seoul. Bangunan tersebut bergaya Renaissance
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
dengan dinding putih yang berkesan antik dengan dikelilingi
taman yang indah.
4. Distrik Myeongdong
Distrik Myeongdong adalah tempat dimana dua tokoh utama menghabiskan waktu bersama sebelum mereka terpisah karena salah satu dari mereka harus dikirim keluar negeri. Distrik Myeongdong adalah salah satu tempat wisata belanja yang paling ramai di Korea Selatan. Disini orang dapat berjalan- jalan menikmati pemandangan dari gedung-gedung yang ada di Korea sambil berbelanja. 5. Museum Teddy Bear
Dalam suatu episode diceritakan ibu suri dan cucu
menantunya, Chae Kyeong mengunjungi museum Teddy Bear.
Museum tersebut terletak di Pulau Jeju. Museum tersebut
adalah museum terbesar di seluruh dunia yang mengkoleksi
boneka Teddy Bear. Di museum tersebut pengunjung dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
melihat Teddy Bear dari berbagai penjuru dunia dan juga
tempat-tempat yang menarik untuk berfoto.
Seluruh lokasi benar benar diperhitungkan dan dipersiapkan
dengan matang agar sedapat mungkin menggambarkan unsur budaya
Korea secara lebih nyata. Pemilihan lokasi sangat menunjang dalam penggambaran unsur budaya dalam drama Korea Princess Hours. Drama ini berhasil meraih beberapa penghargaan di Korea, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. MBC Acting Awards 2006: Aktris wanita terpopuler diraih oleh Yoon Eun Hye. 2. MBC Acting Awards 2006: Aktor pria terpopuler diraih oleh Joo Ji Hoon. 3. MBC Acting Awards 2006 : Pasangan terbaik diraih oleh Joo Ji Hoon dan Yoon Eun Hye. 4. MBC Acting Awards 2006: Princees Hours terpilih sebagai drama terbaik tahun 2006. Drama ini telah diputar di beberapa negara seperti:
1. Singapura (2006)
2. Thailand (2006)
3. Filipina (2006 dan 2007)
4. Malaysia (2007)
5. Kanada (2007)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
BAB IV
ANALISIS DATA
Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan menggambarkan atau
mendeskripsikan secara obyekif keadaan dan kondisi yang bisa ditangkap dan dilihat dari suatu obyek penelitian. Dalam penelitian ini kondisi obyek yang dimaksud adalah unsur-unsur budaya Korea dalam drama Korea Princess Hours di Indosiar. Sebagaimana telah dikemukakan dalam rumusan masalah, penelitian ini berusaha memberikan gambaran mengenai apa saja unsur-unsur budaya Korea yang terkandung di dalam drama Korea Princess Hours dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima masyarakat Indonesia. Dari faktor-faktor tersebut peneliti berusaha menggali, apakah memang salah satu faktor yang menyebabkan tayangan drama Korea Princess Hours mudah diterima masyarakat Indonesia adalah unsur-unsur buadaya yang terkandung di dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Tak dapat dipungkiri bahwa tayangan drama Korea Pricess Hours yang
ditayangkan melalui media televisi, berusaha menjalankan fungsi dari
komunikasi massa. Namun dalam pembahasan ini, peneliti akan lebih
memfokuskan penelitian pada fungsi sebagai transmisi budaya. Selain itu
peneliti juga ingin menyoroti tayangan drama Korea Princess Hours dalam
kaitannya dengan komunikasi antar budaya. Hal ini mengingat sebagai
komunikan dari penayangan drama Korea ini adalah orang Korea, sedangkan
sebagai komunikatornya adalah orang Indonesia.
A. Unsur-Unsur Budaya Dalam Tayangan Drama Korea Princess Hours
Digunakan sebagai pedoman untuk mendeskripsikan unsur-unsur budaya
dalam tayangan drama Korea Princess Hours ini adalah pendapat dari
Koentjaraningrat, yang mengemukakan bahwa ada tujuh unsur budaya yang
bersifat universal. Penelitian ini akan berusaha mendeskripsikan unsur budaya commit to user
55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
yang bersifat universal tersebut, yang tergambar dalam tayangan drama Korea
Princess Hours. Dari ketujuh unsur kebudayaan universal yang ada, memang
tidak semua tergambar secara menonjol dalam tayangan drama Korea Princess
Hours, namun setidaknya ada empat unsur kebudayaan universal yang
tergambar secara menonjol dalam tayangan drama ini. Untuk memberikan gambaran mengenai unsur-unsur budaya yang terkandung dalam tayangan drama Korea Princess Hours, peneliti menggunakan beberapa potongan adegan dari tayangan drama Korea princess Hours yang mencerminkan unsur-unsur budaya Korea. 1. Sistem dan Organisasi Kemasyarakatan Tayangan drama Korea Princess Hours menggambarkan sistem dan organisasi kemasyarakatan Korea dalam beberapa adegan. Sistem dan organisasi kemayarakatan yang tergambar dari drama ini diantaranya adalah gambaran mengenai bentuk sistem perkawinan di Korea. Menurut Korea Overseas Information Service menjelaskan bahwa kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan atas sistem patrilinial. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarga dan diwajibkan
untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau
diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja suaminya tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan keluarga. Tugas utama wanita adalah untuk
mengasuh anak dan menjaga rumah. Hal tersebut tergambar dalam
potongan gambar berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
Gambar 4. Suami dan Istri Dalam potongan gambar diatas, terlihat sepasang suami istri dimana sang suami memakai celemek dan sarung tangan, sedangkan sang istri menggunakan baju kerja. Dalam drama Korea Princess Hours ini, ayah dari tokoh utama wanita diceritakan sebagai seorang ayah rumah tangga. Dia bertugas mengurusi semua tetek bengek rumah tangga, seperti memasak dan membersihkan rumah, sedangkan istrinya bertindak sebagai pencari nafkah keluarga. Dia bekerja sebagai seorang agen di perusahaan asuransi. Sang istri bertindak sebagai pencari nafkah karena sang suami tidak mempunyai pekerjaan. Seperti yang telah diutarakan diatas, menjadi
pencari nafkah bagi seorang wanita adalah hal lumrah jika sang suami
tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Di sisi lain, sang suami lah
yang kemudian bertugas mengurus semua urusan rumah tangga.
Menyangkut sistem dan organisasi kemasyarakatan, di Korea juga
berlaku semacam ketentuan dimana budaya perkawinan Korea sangat
menghormati kesetiaan. Para janda, walaupun jika suami mereka mati
muda, tidak dizinkan menikah lagi dan harus mengabdikan hidupnya
untuk melayani orang tua dari suaminya. Begitu juga yang terjadi pada
seorang duda yang harus melayani orang tua dari istrinya walaupun
istrinya tersebut mati muda. Dalam drama Korea princess Hours, menantu
dari raja dan ibu suri tidak menikah lagi setelah suaminya yang merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
pewaris tahta meninggal. Dia hanya mengabdi pada keluarga mendiang
suaminya, dan tinggal di lingkungan mendiang keluarga suaminya.
Gambar 5. Menantu Gambar diatas menunjukkan bahwa dia mengikuti adat dari keluarga mendiang suaminya, yang notabene adalah keluarga kerajaan, dengan selalu menggunakan pakaian tradisional Korea di lingkungan kerajaan. Gambar diatas juga menunjukkan bahwa selepas kepergian suaminya, hidupnya hanyalah untuk mengurus dan membesarkan anaknya. Menikah kembali tidak menjadi pemikirannya selepas kepergian suaminya.
2. Sistem Pengetahuan
Sejauh pengamatan penulis, salah satu hal yang menarik dari
tayangan drama Korea, terutama tayangan drama Korea Princess Hours
adalah bahwa drama ini memberikan gambaran mengenai bagaimana
sistem pengetahuan yang berlaku di Korea. Empat tokoh utama yang
digambarkan sebagai pelajar SMA beberapa kali ditampilkan sedang
melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya. Dari adegan-adegan
tersebut, penonton dapat mendapatkan gambaran mengenai sekolah
menengah khusus di Korea. yang tidak mengelompokkan siswa ke dalam
dua jurusan, yakni IPA dan IPS, seperti layaknya sistem pendidikan di
Indonesia. Dalam tayangan drama Korea Princess Hours, sekolah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
menengah khusus yang digambarkan adalah sekolah menengah khusus
seni, dimana sekolah tersebut terbagi menjadi beberapa jurusan yang lebih
spesifik yakni film, seni rupa dan tari. Hal tersebut tercermin dalam
potongan gambar berikut:
Gambar 6. Kelas Seni Rupa Gambar diatas menunjukkan kegiatan kelas seni rupa, yang diantaranya meliputi kegiatan melukis dan membuat patung. Gambar diatas juga menunjukkan bahwa kegiatan tidak hanya dilakukan secara individu namun juga secara kelompok.
Gambar 7. Kelas Film
Gambar diatas menunjukkan seorang siswa yang sedang melakukan
kegiatan praktek pembuatan film. Teks narasi juga menunjukkan bahwa
siswa sedang mempelajari tekhnik pencahayaan dalam pembuatan sebuah
film.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
Gambar 8. Kelas Tari Gambar diatas menunjukkan beberapa siswa yang sedang melakukan kegiatan menari balet. Seorang siswa telihat bermain piano untuk mengiringi beberapa siswa lain berlatih balet. Sedangkan gambar selanjutnya menunjukkan beberapa siswa melakukan pemanasan sebelum berlatih balet. Dari beberapa gambar diatas juga dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di sekolah, dalam hal ini di Korea, tidak melulu mempelajari teori namun juga banyak melakukan praktek, sehingga siswa lebih bisa menguasai ilmu yang dipelajarinya. Sejauh pengamatan peneliti, hal ini berbeda dengan drama Indonesia pada umumnya, atau yang biasa
dikenal dengan sebutan sinetron. Walaupun banyak sekali sinetron yang
menggambarkan kehidupan pelajar mulai dari SD hingga kuliah, namun
bisa dikatakan hampir tidak ada sinetron yang menunjukkan kegiatan
belajar mengajar mereka.
Seringkali sinetron hanya menyoroti kisah percintaan mereka di
sekolah, atau yang lebih ironis lagi terkadang digambarkan seorang siswa
yang sedang mengerjai gurunya. Penggambaran kegiatan belajar mengajar
tentu saja diharapkan setidaknya dapat secara tidak langsung mengajak
siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal inilah yang
jarang bisa didapat dari sinetron di Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
3. Kesenian
Menyangkut kesenian, tayangan drama Korea Princess Hours cukup
banyak memberikan gambaran mengenai beberapa bentuk kesenian dari
Korea. Beraneka ragam benda dan kegiatan bernilai seni dapat kita jumpai
dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Sutradara sangat cermat dalam membidik berbagai hal-hal yang mencerminkan kesenian asli Korea.
Gambar 9. Bangunan tradisional Korea Beberapa kali adegan dalam tayangan drama Korea Princess Hours diambil dengan setting bangunan istana yang notabene mempunyai bentuk bangunan tradisional Korea. Sebagai penonton, tidak hanya orang awam
saja seperti orang Indonesia yang akan memperoleh pengetahuan
mengenai bangunan tradisional Korea, namun juga pastinya orang Korea
sendiri sebagai sasaran utama dari drama Korea Princess Hours ini. Hal
tersebut karena tentu saja tidak semua orang Korea tahu bangunan
tradisional Korea, seperti halnya tidak semua orang Indonesia mengenal
berbagai bentuk bangunan tradisional yang ada di Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
Gambar 10. Alat Musik tradisional Korea Gambar diatas menunjukkan beberapa orang, termasuk tokoh utama dari tayangan drama Korea Princess Hours, yakni Chae Kyeong, yang sedang memainkan alat musik tradisional Korea. Beberapa potong adegan diatas menunjukkan permainan alat musik tradisional Korea, baik yang dimainkan dengan ditiup maupun dipetik. Secara audio penonton pun dapat mendengarkan alunan alat musik tradisional tersebut. Sehingga penonton tidak hanya dapat menikmati beberapa alat musik tradisional tersebut secara visual namun juga secara audio.
Gambar 11. Pakaian Wanita Tradisional Korea
Pakaian tradisional Korea tak dapat dipungkiri merupakan daya tarik
tersendiri dalam tayangan drama Korea Princess Hours. Banyak sekali
adegan dimana para pemain wanita mengenakan pakaian tradisional Korea
yang disebut Han Bok. Dari gambar diatas memang terlihat perbedaan
antara gambar di sebelah kiri dan kanan. Han Bok memang mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
perbedaan, menyangkut siapa yang memakainya. Terlihat Han Bok untuk
bangsawan mempunyai warna yang cerah dan merupakan perpaduan dari
beberapa warna. Selain itu Han Bok yang dikenakan oleh bangsawan juga
dihiasi dengan ornamen keemasan sehingga Han Bok terlihat sangat
indah. Sedangkan Han Bok untuk masyarakat dari kalangan biasa, cenderung tidak berwarna cerah, atau setidaknya tidak secerah yang dipakai oleh kaum bangsawan, dan tidak memakai ornamen keemasan. Selain Han Bok yang dikenakan para pemain wanita, Han Bok yang dikenakan para pemain pria pun tak kalah beragam. Walaupun tidak sesering pemain wanita namun pemain pria pun beberapa kali terlihat memakai Han Bok, seperti yang terlihat dalam beberapa potongan gambar berikut:
Gambar 12. Pakaian Pria Tradisional Korea
Dari gambar diatas, secara visual terlihat bahwa Han Bok Pria untuk
bangsawan tidak terlalu menonjolkan perpaduan warna. Meskipun Han
Bok tersebut juga menggunakan ornamen emas. Dari gambar diatas pun
dapat terlihat bahwa orang Korea mempunyai beberapa jenis penutup
kepala sebagai pelengkap pemakaian Han Bok. Jika pria Korea
mempunyai beragam penutup kepala, demikian halnya dengan wanita
yang mempunyai beragam bentuk sanggul sebagai pelengkap pemakaian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
Han Bok. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa potongan gambar
berikut:
Gambar 13. Sanggul Wanita Korea Dari gambar diatas terlihat beberapa perbedaan bentuk sanggul. Sejauh yang terlihat dalam tayangan drama Korea Princess Hours, pemakaian sanggul berbeda, biasanya tergantung dari siapa pemakainya serta acara yang akan dihadiri oleh si pemakai. Dalam beberapa adegan terlihat bagaimana posisi atau kedudukan dan juga status si pemakai menentukan bentuk sanggul, seperti yang terlihat dalam gambar berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
Gambar 14. Han Bok dan Pelengkapnya Dalam gambar diatas wanita yang selalu berdiri nomer dua dari kiri, mempunyai sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut karena perbedaan kedudukan yang dimilikinya ketika pengambilan foto. Foto sebelah kiri diambil ketika dia masih berstatus sebagai menantu dari seorang pria yang meskipun adalah anak raja,namun dia bukanlah sebagai pewaris tahta. Gambar sebelah kanan diambil ketika suaminya beralih menjadi pewaris tahta setelah kakaknya meninggal. Hal tersebut secara otomatis merubah posisnya atau kedudukannya sebagai calon permaisuri. Dalam foto sebelah kiri, dia tidak menggunakan ornamen diatas
kepalanya. Sedangkan calon permaisuri sebelumnya yang berdiri paling
kanan mengenakan ornamen diatas kepalanya. Namun kedua wanita
tersebut mempunyai persamaan yakni, rambutnya yang tidak dibentuk
ekor kuda dan digelung keatas. Hal ini karena posisi mereka sama-sama
menjadi menantu dalam keluarga. Berbeda dengan wanita yang terlihat
duduk, secara kedudukan, dialah wanita yang mempunyai kedudukan
paling tinggi dalam keluarga tersebut. Bagi wanita yang belum menikah
pun, rambut hanya dikepang atau dibentuk ekor kuda, namun tidak
digelung ke atas. Dari gambar diatas terlihat pula perbedaan antara
penutup kepala para pria. Pria yang menjadi raja dan calon raja hanya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
memakai penutup kepala yang menjulang keatas, namun tidak memakai
ornamen di belakangnya.
Kekayaan ragam khasanah Han Bok, ditampilkan dalam beberapa
adegan tayangan drama Princess Hours dengan sangat menarik. Hal
tersebut secara tidak langsung juga akan menarik perhatian penonton untuk mengenal lebih jauh tentang budaya Korea, khususnya dalam bentuk pakaian tradisional Korea.
Gambar 15. Museum Teddy Bear Bicara mengenai seni, ada satu hal yang menarik perhatian peneliti. Dalam tayangan drama Korea Princess Hours, tergambar pula bahwa orang Korea juga menghargai seni yang bisa dikatakan berasal dari
kebudayaan modern. Dalam satu adegan diceritakan bahwa ibu suri pergi
dengan cucu menantunya ke museum teddy bear. Museum tersebut
bukanlah rekayasa atau sekedar fiksi, karena museum tersebut memang
benar-benar ada di pulau Jeju, sebuah pulau yang sangat terkenal di Korea.
Hal tersebut menunjukan bahwa orang Korea mengapresiasi berbagai
macam bentuk seni. Dengan diperkenalkannya museum teddy bear di
pulau Jeju tersebut kepada penonton, bukan tidak mungkin, dapat menarik
hati penonton pula untuk berkunjung kesana. Terlebih lagi Korea selama
ini memang menyediakan tour ke tempat-tempat syuting drama Korea,
sebagai dampak dari kesuksesan drama Korea.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
4. Sistem Teknologi dan Peralatan
Seperti kita ketahui, Korea merupakan salah satu negara maju di
Korea terutama dalam hal teknologi. Kemajuan teknologi Korea juga
tergambar dalam beberapa adegan drama Korea Pincess Hours. Faktanya,
Korea sudah sangat maju dalam bidang alat komunikasi terutama handphone, hampir semua orang mempunyai handphone. Namun drama Korea biasanya menggunakan handphone buatan dalam negeri Korea sendiri sebagai properti syuting. Hal tersebut tentu saja juga secara tidak langsung dapat mengajak penonton yang berasal dari Korea untuk lebih mencintai produk dalam negeri, dan juga memperkenalkan produk buatan Korea bagi penonton drama Korea di luar negara tersebut. Begitu pula halnya dengan tayangan drama Korea Princess Hours. Beberapa kali, terdapat adegan penggunaan handphone. Bahkan salah satu poster resmi dari drama Korea Princess Hours ini pun menggambarkan tokoh utama wanitanya berpakaian Han bok dan menggunakan handphone, yang seolah ingin menggambarkan bahwa orang Korea memang “melek teknologi” dan yang lebih menarik lagi yang
digunakan adalah teknologi buatan dalam negeri. Meskipun tidak terlihat
jelas merk dari handphone yang dipakai, namun kita dapat mengenalinya
melalui bentuk handphone. Bentuk handphone produksi Korea sangat
khas, yakni rata-rata berbentuk flip, seperti yang dapat dilihat dalam
beberapa potongan gambar beikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
Gambar 16. Handphone Selain penggunaan handphone, kemajuan teknologi Korea juga tergambar melalui beberapa adegan. Dalam tayangan drama Korea Princess Hours terdapat beberapa adegan, dimana raja, putra mahkota dan bibinya menggunakan laptop sebagai alat bantu dalam menjalankan tugasnya. Hal ini dapat menggambarkan pula bahwa orang Korea “melek teknologi.”
Gambar 17. Laptop
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
Dalam hal peralatan, penulis akan menyorot hal sederhana mengenai
salah satu peralatan yang digunakan oleh orang Korea,yakni peralatan
makan. Seperti kita ketahui, sama halnya dengan orang Jepang, orang
Korea juga menggunakan sumpit sebagai alat makan. Namun sumpit
orang Korea biasanya terbuat dari besi, berbeda dengan sumpit orang Jepang yang rata-rata terbuat dari kayu. Selain itu makanan biasanya disajikan beraneka ragam pilihan dalam beberapa wadah, diantaranya dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 18. Peralatan Makan
B. Faktor Mengapa Tayangan Drama Korea Princess Hours Mudah Diterima
Oleh Masyarakat Indonesia
Untuk memberikan gambaran lebih mendalam mengenai unsur-unsur
budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours, dalam penelitian ini
peneliti juga menggunakan beberapa responden agar diperoleh gambaran
apakah unsur budaya merupakan salah satu faktor yang menyebabkan drama
Korea Princess Hours mudah diterima di Indonesia.
1. Data Responden Penelitian
Responden berjumlah enam orang yakni mahasiswa SI Non Reguler
Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006. Penulis mengambil
mahasiswa tersebut sebagai responden dengan pertimbangan bahwa para
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
mahasiswa tersebut telah mendapat mata kuliah Komunikasi Massa dan
Komunikasi Antar Budaya yang menjadi dasar dari penelitian ini.
Dari keenam responden tersebut semua mengaku mengikuti secara
aktif tayangan Princess Hours yang dimaksud dalam penelitian. Hal
tersebut menunjukkan adanya perhatian dari para mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006 terhadap tayangan tersebut yang memang sedikit banyak bersinggungan dengan mata kuliah yang mereka pelajari, khususnya mata kuliah Komunikasi Massa dan Komunikasi Antar Budaya. Dengan demikian pertimbangan pengambilan mahasiswa SI Non Reguler Ilmu Komunikasi FISIP UNS angkatan 2006 dengan kondisi tersebut cukup mendukung dalam penelitian ini. Berikut adalah data responden dari penelitian ini: a. Diana Puspa Negara Perempuan yang akrab dipanggil Didi ini adalah mahasiswi SI Non Reguler Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret, lulusan diploma Akademi Radya Binatama Yogyakarta, jurusan Broadcasting. Mahasiswi kelahiran
Bogor, 19 Januari 1985 ini mempunyai perawakan sedang, dan
berkulit sawo matang. Perempuan berjilbab ini mengaku sangat
menyukai drama Korea. Namun tak semua drama Korea yang ada di
televisi dia suka. Menurutnya, dia akan menonton drama Korea jika
drama tersebut mempunyai jalan cerita yang bagus dan pemain
utama pria yang ganteng. Jika tak ada kedua syarat tersebut, dia akan
malas mengikuti drama itu. Drama Korea menurut pendapat didi
adalah media untuk mencari hiburan yang tepat. Dia selalu bisa
“cuci mata” jika menonton drama Korea. Kegemaran sulung dari
empat bersaudara ini terhadap drama Korea tak hanya sebatas
menontonnya saja di televisi, tetapi jika ada drama Korea yang dia
suka, dia akan mendownload soundtrack dan juga gambar-gambar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
dari drama tersebut. Tak lupa pula dia akan browsing segala berita
tentang drama Korea yang dia suka, terutama berita tentang
pemainnya.
b. Eka Ernawati
Eka adalah lulusan diploma tiga jurusan Politeknik PPKP Yogyakarta, yang sekarang sedang menempuh studi S1 di jurusan Ilmu Komunikasi Non Reguler, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret. Sulung dari tiga bersaudara ini dikenal sebagai ratu download oleh teman-temannya. Dia gemar sekali mendownload film, musik, dan juga serial drama baik dari Amerika maupun Asia. Dari beberapa drama Asia yang ada, dia lebih menyukai drama Korea dan drama Jepang. Mahasiswi yang menjalani kuliah sambil kerja ini mengaku, hobinya itu semakin menjadi karena perusahaan tempatnya bekerja mempunyai fasilitas internet, sehingga di sela-sela waktu kerjanya dia kadang mendownload beberapa hal yang dia suka. Perempuan kelahiran Yogyakarta 22 Februari 1985 ini juga mengaku sering meminjam
VCD atau DVD drama Korea dan Jepang. Dia mempunyai rental
langganan di dekat rumahnya di Jogjakarta. Dia juga mengaku tak
pelit untuk berbagi info dengan teman mengenai drama Korea dan
Jepang. Dia selalu memberi info jika ada VCD atau DVD drama
Korea terbaru kepada teman-temannya. Perempuan ini pun tak segan
untuk membagi hasil downloadan drama-drama yang dia punya.
c. Esti Wardani
Esti adalah perempuan yang melanjutkan kuliah di jurusan S1
Ilmu Komunikasi Non Reguler, Universitas Sebelas Maret, setelah
sebelumnya menyelesaikan studi diploma tiganya di jurusan Public commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gajah
Mada pada tahun 2004. Perempuan yang mengajar bahasa Inggris di
sebuah sekolah swasta di Solo ini terlihat antusias untuk
membicarakan drama Korea. Menonton tv adalah hobinya dan
drama Korea adalah salah satu acara favoritnya. Walaupun dia kini telah menikah dan mempunyai seorang anak namun hal itu tidak mengurangi kecintaanya terhadap drama Korea. Jika dia tak punya waktu untuk menonton tayangan drama Korea di tv karena kesibukan, terkadang dia akan pergi ke rental VCD untuk menyewa beberapa VCD sekaligus. Sulung dari dua bersaudara yang lahir di Karanganyar 17 Januari 1982 ini bahkan mengaku, terkadang suaminya pun ikut menonton drama Korea baik yang ditayangkan di tv maupun lewat VCD. d. Miranti Dian Mira adalah lulusan diploma tiga jurusan Public Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gajah Mada tahun 2006. Perempuan yang juga telah menikah pada tahun 2010 lalu ini,
tak jauh berbeda dengan Eka. Mereka sama-sama merupakan
penggila drama Korea. Mira tak segan segan merogoh kocek untuk
membeli DVD drama Korea yang dia sukai. Sulung dari dua
bersaudara, kelahiran Probolinggo, 22 Februari 1985 ini mengaku
telah mempunyai lima judul DVD drama Korea, dimana setiap judul
mempunyai sekitar enam belas samapai dua puluh empat episode.
Perempuan yang juga telah bekerja sebagai PNS di Pemkab
Probolinggo ini mengaku tak semua koleksi DVDnya original.
Namun hal itu dia lakukan demi memuaskan rasa kecintaanya pada
drama Korea.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
e. Danik Ratna Kusuma
Danik adalah perempuan yang melanjutkan studi S1 di jurusan
ilmu Komunikasi Non Reguler Universitas Sebelas Maret setelah
meraih gelar diploma tiganya di jurusan Disain Komunikasi Visual
fakultas Sastra dan Seni Rupa,di universitas yang sama pada tahun 2006. Perempuan berjilbab yang satu ini, mengaku tidak terlalu suka menonton tv. Namun memang sesekali jika ada drama Korea di televisi, dia akan menyaksikannya. Danik, yang lahir di Solo 24 Maret 1984 ini mengaku sangat moody, walaupun dia cukup menyukai drama Korea, namun terkadang jika dia sedang tidak mood, dia tidak akan menyaksikan drama Korea tersebut. Bungsu dari dua bersaudara, yang hobi jalan-jalan ini, juga mengaku jarang ada di kos, karena dia memang sering keluar bersama teman- temannya. Jika sedang berada di rumahnya di Solo Baru, dia pun juga jarang menonton tv. Dia lebih memilih mengahabiskan waktu bersama keluarga atau pergi dengan temannya. Hal ini menjadi salah satu faktor juga mengapa dia tidak selalu mengikuti setiap drama
Korea yang tayang di televisi.
f. Risma Hasnawati
Risma adalah mahasiswa S1 Non Reguler Ilmu Komunikasi
Universitas Sebelas Maret yang telah menyelesaikan studi diploma
tiganya di jurusan Komunikasi, Institut Pertanian Bogor, pada tahun
2006. Perempuan yang mencintai dunia jurnalistik ini merupakan
pecinta berbagai serial drama baik dari Amerika maupun dari Asia.
Salah satu drama Asia yang dia suka adalah drama Korea.
Perempuan yang pernah aktif di LPPM Pers UNS ini, kegiatannya
yang padat kadang membuatnya tak dapat selalu dapat mengikuti
setiap episode drama Korea di televisi. Namun, perempuan kelahiran
Bogor 15 November 1985 yang merupakan anak tunggal ini commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
mengaku cukup sering menyewa VCD Drama di rental belakang
kampus UNS. Risma yang tinggal di sebuah kos ini berpendapat
bahwa drama Korea lebih asyik jika ditonton sendiri ketimbang
beramai-ramai. Meskipun begitu menurutnya lebih enak menikmati
drama Korea di televisi karena sudah didubbing, ketimbang menonton lewat VCD yang terkadang narasi teksnya membingungkan.
2. Selektifitas terhadap Tayangan Drama Korea Selektifitas terjadi karena tidak semua stimulus mampu diolah oleh individu, hanya stimulus yang menonjol dalam kesadaran individu yang akan diperhatikan atau lebih banyak diperhatikan. Dalam hal ini, drama Korea yang tayang di televisi tentu saja mempunyai banyak pesaing untuk meraih perhatian dari penonton. Proses selektifitas terhadap tayangan drama Korea akan menunjukkan apakah memang tayangan tersebut sebagai stimulus, memang mampu menarik perhatian responden. Dengan kondisi seperti itu, selektifitas responden terhadap tayangan drama Korea
akan mempengaruhi penilaian yang mereka berikan terhadap tayangan
drama Korea Princess Hours.
a. Pengenalan responden terhadap tayangan drama Korea
Penilaian terhadap suatu obyek tentunya berawal dari
pengenalan tehadap obyek tersebut. Dalam hal ini berbagai media
massa terutama televisi dapat menjadi media pengenalan yang
efektif bagi berbagai tayangan drama Korea. Stasiun televisi Indosiar
bahkan konsisten untuk menayangkan drama Korea secara
berkelanjutan. Dari apa yang diungkapkan responden penayangan
drama Korea di Indosiar memang mendominasi jawaban responden
atas awal perkenalan mereka terhadap tayangan tersebut. Seperti
yang diungkapkan Diana Puspa Negara: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
“aku pertama kali tahu tayangan drama Korea tu dari Indosiar, 35 waktu itu ada iklan Endless Love.” (Didi, 25 Agustus 2008)
Ketiga responden lain pun mengungkapkan hal serupa:
“aku pertama kali tahu ada drama Korea karena lihat iklan
Endless Love di Indosiar, tapi sebenarnya waktu itu aku belum tertarik nonton karena aku pikir cuma kayak drama Filipina yang pernah tayang juga dulu.”(Danik, 02 September 2008)*
“Bener, pertama kali tahu dan kenal drama Korea ya dari Indosiar, soalnya yang pertama nayangin di Indonesia kan emang Indosiar.”(Esti, 29 Agustus 2008)
“Aku pertama lihat drama Korea tu di Indosiar, aku langsung antusias pengin nonton, lagian udah bosan juga sama sinetron.” (Risma, 03 September 2008)*
Berbeda dengan beberapa responden diatas, dua responden lainnya mengenal drama dari DVD: “Aku tahu drama Korea pertama kali, sebelum drama Korea masuk TV, Aku tahu karena diajak temanku nonton DVDnya, waktu itu judulnya Winter Sonata.” (Eka, 26 Agustus 2008)*
“Aku tahu dan kenal drama Korea pertama kali dari DVD, aku
nonton sama temanku, aku dapet DVDnya dari kakakku, judulnya Winter Sonata.” (Mira, 01 September 2008)*
Dari apa yang diungkapkan oleh responden diatas dapat dilihat
bahwa selain dari spot iklan drama Korea yang ditayangkan oleh
Indosiar, responden juga pertama kali mengenal drama Korea dari
DVD. Meskipun mayoritas responden mengenal drama Korea dari
Indosiar, namun mereka juga mengenal drama Korea yang
ditayangkan oleh stasiun televisi lain. Seperti yang diungkapkan oleh
salah satu responden berikut ini:
35 Media pengenalan pertama terhadap tayangan drama Korea commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
“Ya aku tahu beberapa drama Korea selain yang tayang di
Indosiar, kayak RCTI, TV7 waktu itu, tapi menurutku lebih bagus yang di Indosiar, cerita sama pemainnya lebih ** bagus.”(Risma, 03 September 2008)
Pernyataan Risma tersebut juga didukung oleh pernyataan responden
berikut: “sebenarnya aku tahu juga beberapa drama Korea yang tayang di stasiun TV lain, kayak misalnya The Days of the Youth di RCTI, Beautiful Life sama Tomato di TV7. Tapi ya yang tayang di Indosiar tu lebih variatif, terutama pilihan cerita atau temanya, mungkin karena yang paling banyak nayangin drama Korea juga Indosiar, jadi terus terang aku lebih suka yang di Indosiar.”(Esti, 29 Agustus 2008)**
Selain itu Danik juga menambahkan: “aku tahu juga sih drama Korea di stasiun tv lain, tapi kok nggak menarik ya, soalnya ceritanya sedih melulu, aku jadi males, kalo Indosiar ka nada lucu lucunya juga, jadi variatif, nggak membosankan.”(Danik, 02 September 2008)**
Demikian halnya dengan tiga responden lain, mereka mengungkapkan hal serupa:
“Kalau yang tayang di stasiun tv lain sih tahu, tapi waktu
tayangnya kurang pas, rata- rata drama Korea yang tayang di TV7 waktu itu jam 11 siang, selain itu ceritanya kurang
menarik juga, menurutku stasiun TV lain kurang selektif milih drama Koreanya, asal drama Korea aja.” (Didi, 25 Agustus 2008)**
“Drama Korea di stasiun tv lain tahu juga, kayak yang pernah
dijiplak jadi sinetron Liontin tu, tapi aku lupa judulnya, pokoknya tayang di TV7 waktu itu, tapi rata-rata yang di stasiun tv lain tu ceritanya monoton ya, sedih melulu,
pemainnya juga nggak secakep yang di Indosiar.” (Mira, 01 September 2008) **
** Pengenalan terhadap tayangan drama Korea yang tayang selain di Indosiar ** Pengenalan terhadap tayangan drama Korea yang tayang selain di Indosiar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
“Indosiar menurutku kayak udah jadi trend setternya drama
Korea di Indonesia ya, jadi kalau nonton drama Korea di stasiun tv lain kayak males gitu, nggak semenarik yang di
Indosiar dari cerita sama pemainnya.”(Eka, 26 Agustus 2008)**
Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa responden lebih memilih menonton drama Korea yang tayang di Indosiar, diantaranya karena pilihan jalan cerita dan jajaran pemain yang lebih menarik dari drama Korea yang tayang di stasiun tv lain. Selain hal diatas, dari wawancara yang dilakukan juga diperoleh suatu fakta yang menarik dimana beberapa responden mengidentikan drama Korea dengan budaya Korea. Salah satu responden bahkan mengungkapkan hal tersebut dengan antusias: “menurutku drama Korea merupakan serial drama yang berasal dari Korea, dimana Korea merupakan bagian dari benua Asia. Selain ceritanya yang menyentuh, drama Korea juga menyajikan detil-detil budaya negara itu sendiri, sehingga tidak hanya menyajikan cerita-cerita yang menarik tetapi juga ditempatkan dalam sebuah kemasan budaya yang menarik dari negara itu sendiri. Maka bagi orang yang menonton, khususnya aku sendiri menjadi lebih tahu bagaimana budaya dan
kehidupan sehari-hari di Korea. Selain menikmati cerita, kita juga bisa sekaligus belajar dan menambah pengetahuan tentang *** budaya lain” (Mira, 01 September 2008)
Responden lain juga mengungkapkan hal serupa, meskipun
tidak sedetil apa yang sebelumnya diungkapkan oleh Mira:
“drama Korea adalah drama yang berasal dari Korea, pada umumnya bertema percintaan, keluarga maupun sejarah dan yang jelas sarat dengan adat dan budaya yang dimiliki oleh *** Korea.”(Didi, 25 Agustus 2008)
*** Pemahaman terhadap tayangan drama Korea *** Pemahaman terhadap tayangan drama Korea commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
Dari informasi yang didapat dapat diinterpretasikan bahwa
responden mendiskripsikan tayangan drama Korea adalah drama
yang bersetting kehidupan sehari hari masyarakat Korea beserta
berbagai budayanya. dan sebagian besar dari drama tersebut
bertema percintaan.
b. Motivasi menonton tayangan drama Korea Kegiatan seseorang untuk menonton suatu tayangan tentunya tidak lepas dari faktor motivasi dalam diri orang tersebut. Motivasi adalah dorongan, hasrat atau penggerak yang berasal dari dalam diri khalayak untuk melakukan tindakan tertentu. Dalam hal ini motivasi akan mempengaruhi perhatian responden terhadap tayangan drama Korea dan pada akhirnya dari adanya perhatian tersebut akan mempengaruhi penilaian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours. Responden dalam menonton suatu tayangan pasti disesuaikan dengan keinginannya. Hal ini ditentukan oleh motif yang terdapat
dalam dirinya. Motivasi responden menonton tayangan drama Korea
dapat dilihat dari alasan yang menyebabkan mereka menonton
tayangan tersebut. Seperti apa yang diungkapkan salah satu
responden sebagai berikut:
“ya seperti yang aku bilang juga tadi, awalnya karena aku nggak suka sinetron, jadi aku pengin aja nonton drama dengan
kemasan yang beda. Dulu waktu serial drama Amerika tayang aku suka nonton, tapi sekarang kan udah nggak tayang, makanya waktu ada drama produksi Korea, aku langsung
antusias pengin nonton, penasaran kayak apa sih drama Korea itu.”(Risma, 03 September 2008)*
* Motivasi menonton tayangan drama Korea karena rasa penasaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
Hal senada juga diungkapkan oleh responden lain:
“awalnya penasaran aja kayak apa sih tayangan drama Korea itu, sama nggak sama sinetron Indonesia. Sinetron kan ya gitu, ceritanya nggak menarik, akting pemainnya kacangan, * pokoknya nggak banget.”(Danik,02 September 2008)
Dalam kesempatan lain beberapa responden mengungkapkan awal dari ketertarikan mereka menonton tayangan drama Korea adalah untuk sekadar mencari hiburan. Salah satunyaadalah sebagai berikut: “aku ini emang dasarnya suka nonton drama Asia, cari hiburan yang beda lah, yang asyik buat ditonton gitu, makanya waktunya waktu diajak temenku nonton, aku langsung mau, dan ternyata emang menghibur.”(Eka, 26 Agustus 2008)**
Dari hasil wawancara dengan responden, maka dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1) Motif responden menonton tayangan drama Korea adalah karena rasa penasaran yang berawal dari rasa jenuh terhadap tayangan sinetron di televisi. 2) Motif responden menonton tayangan drama Korea adalah untuk
mencari hiburan.
c. Rutinitas menonton tayangan drama Korea
Rutinitas menonton tayangan drama Korea menjadi salah satu
ukuran dalam mengukur selektifitas. Yang dimaksud selektifitas
dalam hal ini adalah sejauh mana tayangan drama Korea menarik
perhatian penonton dibanding dengan berbagai tayangan lain di
televisi. Perhatian responden terhadap tayangan drama Korea dapat
dilihat dari rutinitas mereka menonton tayangan tersebut.
** Motivasi menonton tayangan drama Korea untuk mencari hiburan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
Dari hasil wawancara yang didapat,menunjukkan bahwa
setiap responden rata-rata mengikuti minimal lima drama Korea
yang pernah tayang di televisi, terutama yang ditayangkan oleh
Indosiar. Seperti yang diungkapkanresponden berikut ini:
“wah kalo aku, banyak yang aku ikutin, soalnya gimana ya, drama Korea tu punya daya tarik, jadi sekali aja nggak nonton, pasti nyesel banget. Yang paling aku suka dan aku ikutin terus tu All About Eve, Full House, My Girl, Jang Geum sama Princess Hours.”(Esti, 29 Agustus 2008)*
Pernyataan Esti tersebut juga senada dengan apa yang diungkapkan responden lain: “walaupun awalnya skeptis sama drama Korea, akhirnya aku malah jadi suka banget. Yang paling aku ikutin tu Full House, Princess Hours, Sassy Girl Chun Yang, Winter Sonata, Lovers in Paris, All About Eve, banyak deh.”(Risma, 03 Agustus 2008)*
Meskipun responden mengungkapkan bahwa mereka mengikuti beberapa drama Korea di televisi, namun beberapa responden mengungkapkan bahwa mereka tidak selalu mengikuti
setiap drama Korea yang ditangkan di televisi. Dari hasil wawancara
yang didapat menunjukkan bahwa beberapa responden tidak selalu
mempunyai ketertarikan untuk menonton atau mengikuti setiap drama
Korea yang ditayangkan di televisi. Salah satunya diungkapkan oleh
responden berikut ini:
“kalau aku, meskipun aku suka drama Korea, tetapi kadang ada juga beberapa yang nggak aku ikutin, ya karena ceritanya atau pemainnya. Misalnya: Hwang Jini sama Jang Geum, latar
belakang ceritanya sama-sama sejarah, tapi aku nggak ngikutin Hwang Jini karena nggak suka sama pemainnya, tapi kalo Jang
* Mengikuti sedikitnya lima tayangan drama yang tayang di televisi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
Geum aku suka, cerita sama pemainnya menarik ** soalnya.”(Didi, 25 Agustus 2008)
Senada dengan yang diungkapkan Didi, Danik menambahkan
bahwa dia akan menonton kalau waktu menyalakan tv bertepatan
dengan tayangan drama Korea dan melihat cerita dan penampilan fisik pemainnya menarik, dia akan mengikuti tayangan drama tersebut: “kalau ngikutin tiap drama Korea yang tayang di tv sih enggak, tapi kalau pas nyalain tv ada tayangan drama Korea dan kelihatannya pemain sama ceritanya menarik aku akan nonton drama itu.”(Danik, 02 September 2008)**
d. Penyediaan waktu khusus khusus untuk menonton tayangan drama Korea Penyediaan waktu khusus untuk menonton akan menunjukkan penegasan adanya perhatian yang lebih terhadap tayangan drama Korea pada diri responden. Hal tersebut akan dapat menunjukkan seberapa besar perhatian responden terhadap tayangan drama Korea
Princess Hours. Selanjutnya, adanya perhatian dari responden
terhadap tayangan drama Korea Princess Hours akan mempengaruhi
pula kedalaman penilaian mereka terhadap tayangan tersebut. Dari
hasil wawancara dari keenam responden yang peneliti wawancarai,
hanya satu dari mereka yang tidak menyediakan waktu khusus untuk
menonton drama tersebut.
“kalau aku, ya itu tadi, nggak pernah nyediain waktu khusus, walaupun suka ceritanya pun, kadang kalau lagi nggak mood
juga aku nggak nonton, kadang juga karena lupa.”(Danik, 02 September 2008)*
** Tidak selalu mengikuti setiap drama Korea yang tayang di televisi
* Tidak menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
Namun responden lain mempunyai alternatif lain apabila dia
tidak dapat menonton tayangan drama Korea di tv. Salah satu
responden yang sudah bekerja di salah satu perusahaan percetakan di
Klaten ini, sangat gigih untuk tidak melewatkan drama Korea yang
dia suka: “kadang aku nggak bisa nonton drama Korea yang aku suka ditv karena jadwal tayangnya tabrakan sama jam kerjaku, kalau udah gitu biasanya aku sewa VCDnya di rental atau kadang juga download di internet, biasanya aku tonton pas malam sehabis pulang kerja at pas weekend, pokoknya jangan sampai kelewatan.”(Eka, 26 Agustus 2008)
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea melalui media televisi. Responden juga mempunyai alternatif lain, yakni VCD apabila tidak sempat menonton drama Korea di televisi.
3. Selektifitas terhadap Tayangan Drama Princess Hours Selektifitas terhadap tayangan berawal dari pengenalan mereka pada
tayangan tersebut. Selain itu selektifitas berhubungan dengan perhatian
mereka terhadap tayangan drama Princess Hours khususnya dalam hal
nilai nilai budaya yang terkandung dalam drama tersebut. Perhatian disini
dilihat dari intensitas dan penyediaan waktu khusus untuk menonton
tayangan tersebut.
a. Pengenalan responden terhadap tayangan drama Princess Hours
Penilaian seseorang terhadap suatu obyek harus melalui proses
pengenalan terlebih dahulu. Dengan pengenalan terhadap suatu
obyek, seseorang dapat mendeskripsikan segala hal yang
berhubungan dengan obyek tersebut. Dalam hal ini responden dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
mendeskripsikan segala hal tentang drama Korea, khususnya drama
Korea Princess Hours.
Pengenalan mereka pertama kali terhadap tayangan drama
Korea ini bervariasi. Salah satunya berawal dari cerita-cerita teman.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden berikut ini: “aku pertama kali nonton dan tahu tentang tayangan drama Korea Princess Hours karena dikasih tahu Didi yang selalu nonton, dengan cerita yang sangat mengasyikan, jadi aku penasaran banget pengen nonton dan membuktikan sebagus apa sih drama ini.”(Eka, 26 Agustus 2008)*
Apa yang diungkapkan oleh Eka didukung juga oleh pernyataan Danik yang mengenal dan tahu tayangan drama Korea Princess Hours dari cerita teman-teman kosnya: “iya, aku tu pertama kali tahu dan kenal Princess Hours gara- gara temen-temen kosku yang suka ngerumpi soal drama itu. Sebenarnya aku tahu tayangan itu pertama kali dari iklan di Indosiar tapi aku belum tertarik. soalnya drama itu pertama kali tayang kan hari minggu jam 11 siang, aku jadi males, mendingan tidur. Tapi setelah dikomporin sama temen-temen kos, aku jadi penasaran.” (Danik, 02 September 2008)*
Pernyataan senada juga diungkapkan oleh responden lain:
“adik-adik kos tu suka heboh ngomong soal Princess Hours. Mereka ngajak aku untuk nonton, aku jadi penasaran sebagus
apa, kok mereka bisa sebegitu sukanya.” (Esti, 29 Agustus 2008)*
Hal ini memperlihatkan bahwa peran teman juga berpengaruh.
Selain itu terlihat adanya saling interaksi antara penggemar
tayangan drama Korea sehingga diantara mereka dapat saling
* Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari teman
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
bertukar pikiran, karena secara tidak langsung hal ini juga
mempengaruhi ketertarikan mereka terhadap suatu tayangan televisi.
Majalah dan tabloid juga merupakan salah satu sumber
informasi yang efektif dalam menarik penonton. Hal ini terbukti
dengan pengakuan Risma. Berbeda dengan dua responden diatas, Risma mengaku perkenalannya dengan tayangan drama Princess Hours berawal dari salah satu artikel di salah satu majalah remaja, GAUL. Seperti yang diungkapkannya berikut ini: “aku tahu Princess Hours tu tadinya dari artikel di GAUL yang membahas drama itu, katanya drama itu booming banget di Korea, Malaysia dan Jepang kalo ga salah, makanya aku penasaran banget pengen nonton walaupun udah ketinggalan beberapa episode.”(Risma, 03 September 2008)**
Iklan spot acara yang ditayangkan oleh Indosiar juga menjadi daya tarik bagi responden untuk menonton tayangan drama Korea Princess Hours. Informasi dari iklan spot acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi yang bersangkutan memperlihatkan adanya perhatian pada stasiun televisi tersebut. Dalam hal ini iklan memang
merupakan hal yang tidak bisa dihindarkan bagi penonton televisi.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan sebagai berikut:
“aku tertarik sama Princess Hours pas aku lihat iklannya di Indosiar jauh hari sebelum drama itu mulai tayang. Wah aku langsung aktifin pengingat di hp-ku biar ga lupa nonton pas
nanti tayang di Indosiar, tanggal berapa Princess Hours mau tayang aku lupa tapi kalo ga salah sekitar 2 minggu setelah *** iklan itu.”(Didi, 25 Agustus 2008)
Pernyataan Didi tersebut juga didukung pernyataan responden
lain sebagai berikut:
** Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari tabloid *** Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari spot iklan di Indosiar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
“sebenarnya aku lihat tayangan itu setelah aku melihat
tayangan iklannya di tv, waktu itu aku pikir kayaknya Princess Hours bagus,jadi pas hari Minggu aku nyoba nonton.”(Mira, *** 01 September 2008)
Variasi sumber informasi mengenai tayangan drama Korea
tersebut diatas menunjukkan keberhasilan komunikator dalam suatu proses komunikasi, karena adanya respon dari komunikan setelah menerima pesan yang disajikan oleh komunikator baik itu melalui media massa. Selain itu hal diatas juga menunjukkan banyaknya alternatif bagi responden serta penikmat televisi dalam mencari informasi tentang acara-acara yang menarik.
b. Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours Menonton tidak melulu berhubungan dengan aspek meluangkan waktu tetapi juga berhubungan dengan motivasi dan minat. Motivasi adalah dorongan, hasrat atau penggerak yang berasal dari dalam diri khalayak untuk melakukan tindakan tertentu. Motivasi akan mendorong adanya perhatian dari responden terhadap
tayangan drama Korea Princesss Hours. Perhatian responden dalam
menonton tayangan drama Korea Princess Hours sedikit banyak
akan mempengaruhi pula kedalaman penilaian mereka terhadap isi
dari tayangan tersebut.
Dari data yang diperoleh kebanyakan dari responden
menyatakan bahwa motivasi utama mereka menonton tayangan
drama Korea, khususnya drama Korea Princess Hours adalah untuk
mencari hiburan dan rasa penasaran yang berawal dari rasa jenuh
terhadap sinetron, mengingat selama ini stasiun televisi kita kurang
*** Mengenal tayangan drama Korea Princess Hours dari spot iklan di Indosiar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
sekali dalam menayangkan drama-drama produksi Indonesia yang
benar-benar berkualitas. Rata-rata responden merasa jenuh dengan
drama-drama produksi Indonesia yang semakin lama semakin tidak
berkualitas.
“ya aku kepingin nonton aja tadinya, sebagus apa sih Princess itu, soalnya aku tu ngga suka sinetron Indonesia, yang ngga mutu banget itu, jadi ya pengin bandingin aja tadinya” (Esti, 29 Agustus 2008)*
“aku pengin liat soalnya emang aku suka banget drama-drama Korea dari dulu, habisnya jenuh di Indonesia dramanya kacau semua.” (Didi, 25 Agustus 2008)*
Motivasi senada juga dingkapkan oleh dua responden lain:
“ awalnya sih pengen lihat aja drama Korea lagi soalnya udah lama ga nonton drama Korea karena sibuk, lagipula kan waktu itu tayangnya hari minggu jadi aku ada waktu, lagian bosen sama sinetron Indonesia.” (Risma, 03 September 2008)*
“aku nonton karena kata anak-anak enggak norak kaya sinetron Indonesia, makanya aku adi penasaran” (Danik, 02 September 2008)*
Sedangkan Eka dan Mira menyatakan bahwa kegemarannya
menonton tayangan drama Princess Hours berawal dari keinginan
mencari hiburan.
“awalnya sih pengin nonton Princess Hours, karena kata Didi
ceritanya lucu jadi menghibur banget, aku jadi penasaran buat nonton” (Eka, 26 Agustus 2008)**
“ya pengin nonton aja yang lucu kan bisa mengibur diri, habis kalo kalo sinetron Indonesia menurutku enggak menghibur ** sama sekali deh.”(Mira, 01 September 2008)
* Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours karena rasa jenuh terhadap sinetron ** Motivasi menonton tayangan drama Korea Princess Hours karena untuk mencari hiburan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
Tingginya minat responden pada tayangan drama Korea
Princess Hours dengan motivasi yang berawal dari kejenuhan pada
sinetron memperlihatkan bahwa tayangan drama Korea, khususnya
drama Korea Princess Hours merupakan alternatif baru bagi pemirsa
televisi yang mulai jenuh dengan tayangan drama Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan sinetron.
c. Rutinitas menonton tayangan drama Princess Hours Rutinitas menonton tayangan drama Korea Princess Hours menjadi salah satu ukuran dalam mengukur selektifitas. Rutinitas disini adalah keaktifan responden dalam mengikuti tayangan drama Korea Princess Hours. Selanjutnya dari tinggi rendahnya keaktifan responden dalam menonton tayangan drama Korea Princess Hours akan mempengaruhi ketajaman penilaian mereka terhadapp isi dari tayangan tersebut. Dengan penayangan seminggu sekali pada penayangan perdana di televisi dan setiap Senin-Jumat pada penayangan kedua dan
ketiga, hasil wawancara menunjukkan bahwa tidak semua responden
mengikuti tayangan tersebut setiap episodenya. Mereka cenderung
rutin menonton tayangan tersebut pada penayangan perdana di
televisi namun pada penayangan kedua dan ketiga mereka cenderung
jarang mengikuti tayangan drama Korea Princess Hours karena
waktu tayang yang bersamaan dengan waktu kuliah mereka. Alasan
tersebut diantaranya dinyatakan oleh Didi, Esti dan Eka:
“waktu tayang pertama kali sih aku selalu berusaha nonton
setiap episodenya, tapi waktu tayang yang kedua dan ketiga kali aku hanya nonton kalo pas ga ada kuliah ato kegiatan lain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
aja, walaupun sebenarnya masih pengin banget ngikutin setiap
episodenya.” (Didi, 25 Agustus 2008)
“sebenernya sih pengin nonton terus tiap episodenya pas tayang pertama sampe yang ketiga di tv, tapi yang kedua sama ketiga kalah sama kuliah, tapi kadang masih bisa nonton juga
kalo nggak ada kuliah jam kosong gitu.” (Esti, 29 Agustus 2008)
“kalo ngikutin tiap episodenya tu pas tayang perdana di tv aja, soalnya pas tayang kedua dan ketiga sering bentrok sama jadwal kuliah, jadi terpaksa nggak nonton deh.” (Eka, 26 Agustus 2008)
d. Penyediaan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Princess Hours Penyediaan waktu khusus untuk menonton akan menunjukkan penegasan adanya perhatian yang lebih terhadap tayangan drama Korea Princess Hours pada diri responden. Dari keenam responden yang peneliti wawancarai, sebagian besar menyatakan bahwa mereka menyediakan waktu khusus untuk menonton drama Korea Princess pada masa tayang perdananya. Diantaranya, Eka dan Didi, kedua
mahasiswi berjilbab ini bahkan mempunyai cerita unik seputar
keinginanya untuk tidak melewatkan satu episode pun dari drama
ini.
“waktu itu jadwal matrikulasiku dan Eka bentrok sama jadwal
tayang Princess Hours, akhirnya aku bela-belain bolos kuliah sama Eka, dan sialnya ban motorku bocor di depan fakultas ekonomi, akhirnya kita nekat ngomong sama satpam disana
minta channel tv diganti Indosiar, akhirnya kita nonton sambil duduk di tangga sampe selesai. Satpamnya sampai ketawa ketiwi lihat kita.”(Didi, 25 Agustus 2008)*
* Berusaha menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea Princess Hours commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
Hanya dua orang dari responden yang tidak menyediakan
waktu khusus atau waktu tersendiri untuk menonton tayangan itu.
Seperti yang diungkapkan responden berikut ini:
“kalau nonton di TV, menyediakan waktu khusus sih tidak, tapi biasanya kalo anak kos pada nonton, aku ikut nonton, tapi untungnya aku punya kopian VCDnya, jadi aku bisa lihat sewaktu-waktu.”(Mira, 01 September 2008)**
“kalo aku, ga ada waktu khusus sih, karena kadang aku suka lupa juga, tapi kalo pas di kos suka diajak nonton ma anak kos, kadang kalo lupa nonton ya nyesel juga”(Danik, 01 September 2008)**
Dari data yang diperoleh memperlihatkan bahwa responden menyukai tayangan drama Korea Princess Hours, walaupun tidak semua dari mereka menyediakan waktu khusus untuk menontonnya, yang diantaranya karena jam tayang yang bertabrakan dengan jadwal kuliah mereka. Hal diatas memperlihatkan kecenderungan responden yang menyatakan bahwa drama Korea Princess Hours adalah tayangan yang menarik. 4. Penilaian Responden terhadap Tayangan Drama Princess Hours
Penilaian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours
merupakan salah satu efek dari proses komunikasi, yaitu efek yang terjadi
pada mahasiswa dari hasil menonton. Efek tersebut berupa bentuk
penghargaan yang diberikan oleh mahasiswa, melalui unsur penilaian dan
penghayatan. Dari tinggi rendah penilaian-penilaian yang diberikan pada
unsur-unsur yang mendukung tayangan drama Korea Princess Hours dapat
disimpulkan baik buruk apresiasi yang diberikan.
Penilaian responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours
dipengaruhi oleh proses selektifitas yang dilakukan, dimana lebih
** Tidak menyediakan waktu khusus untuk menonton tayangan drama Korea Princess Hours
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
mengacu pada kondisi individu atau pada Psikologi Komunikasi lebih
dikenal sebagai faktor-faktor personal. Selain itu juga dipengaruhi oleh
adanya faktor struktural dan fungsional yang terkandung dalam tayangan
drama Korea Princess Hours.
Faktor struktural mengacu pada sifat tayangan sebagai stimuli fisik yang menerpa, sehingga menimbulkan efek-efek syaraf pada khalayak. Pada stimuli fisik bisa digali dari penilaian-penilaian menurut pandangan responden terhadap tayangan drama Korea Princess Hours sebagai suatu stimulus. a. Penilaian tehadap pemain Sebagai pelaku atau pusat perhatian, seorang pemain selalu mempunyai sesuatu yang mejadi ciri khasnya sendiri. Tak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor yang memempengaruhi ketertarikan seseorang dalam menyaksikan tayangan sebuah drama adalah faktor pemain. Kelebihan yang dimiliki pemain, baik aktor maupun aktris, akan menjadi nilai tambah dari tayangan drama Korea Princess Hours dalam menarik penonton. Penampilan fisik
pemain ternyata menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi
responden. Hal ini mengingat tipikal fisik orang Korea yang berkulit
putih, berbeda dengan rata-rata orang Indonesia yang berkulit sawo
matang. Alasan tersebut jugalah yang membuat responden tertarik
untuk menyaksikan tayangan drama Korea Princess Hours di
Indosiar. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut:
“menurutku pemainnya tu cakep-cakep, kulitnya putih-putih, secara fisik mereka ganteng dan cantik pula. Mereka rata-rata
berpostur tinggi, walaupun sepintas tidak terlihat berbeda jauh dengan postur orang Indonesia sih. Tokoh Shin cocok banget diperanin sama Joon Ji Hoon, karena postur tubuhnya cocok
banget dipakein baju resmi yang rata-rata model jas gitu. Yoon Eun Hye juga cocok meranin tokoh Chae Kyeong, sosok gadis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
ceria berwajah agak chubby dengan rambut dicepol.”(Didi, 25 * Agustus 2008)
Salah satu responden, Eka mengungkapkan pendapatnya
sambil sesekali tertawa mengingat pengalamannya:
“menurutku kadang penampilan fisik mereka juga bisa mengacaukan emosi penonton, kayak misalnya tokoh Lee Yool adalah tokoh yang digambarkan licik tapi pemeran Lee Yool kan cakep, imut lagi, jadi aku nggak peduli, nggak bisa benci sama dia.”(Eka, 26 Agustus 2008)*
Namun penilaian terhadap pemain tidak melulu soal penampilan fisik mereka. Responden menilai kemampuan akting semua pemeran dalam tayangan drama Korea Princess Hours sangat pas untuk peran masing-masing. Kemampuan akting para pemain, terutama akting empat pemain utama, dinilai mumpuni oleh responden. Seperti apa yang diungkapkan responden berikut ini: “akting pemainnya kelihatan natural, apalagi kalo liat aktingnya aktor yang jadi pangeran Yool waktu nangis, menghayati banget. Kan nggak semua aktor bisa berakting sedih sama nangis dengan natural, liat aja sinetron Indonesia, aktornya rata-rata cuma modal tampang. Kalo lihat mereka
akting nangis, kadang aku malah pengin ketawa.”(Esti, 29 ** Agustus 2008)
Dalam kesempatan lain, seorang responden menambahkan:
“aku akui akting mereka bagus sih, Yoon Eun Hye sangat
menghayati perannya sebagi gadis SMA yang ceria, padahal aku nonton dia di drama lain jadi gadis super tomboy pun
menjiwai banget. Dia tu selalu bisa masuk ke peran yang dia bawakan, aku paling terkesan waktu dia akting nangis, natural banget, kadang aku sampai ikut nangis karean terbawa ** emosi.”(Risma, 03 September 2008)
* Penilaian terhadap penampilan fisik pemain ** Penilaian terhadap kualitas akting pemain
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
Hal senada juga diungkapkan oleh responden lain:
“iya, menurutku akting mereka bagus, karena kadang aku juga terbawa emosi, misalnya waktu adegan ibunya pangeran Yool memfitnah pangeran Shin, wah aku rasanya emosi banget, jadi
benci banget sama dia.”(Mira, 01 September 2008)
Dari hasil wawancara yang didapat responden menilai penampilan para pemain secara fisik bagus dan sesuai dengan peran yang mereka bawakan. Dari segi fisik, para pemain dinilai sesuai untuk membawakan peran mereka masing-masing. Sedangkan dari segi kualitas akting pun, para pemain dinilai sangat menghayati peran. Setiap pemain dinilai mampu menjiwai peran masing-masing, hingga terkadang mampu membawa penonton larut dalam emosi selama kegiatan menonton berlangsung.
b. Penilaian terhadap jalan cerita Di dalam penyajian drama, setiap drama akan menonjolkan jalan atau isi cerita yang berbeda-beda. Jalan cerita merupakan inti dari setiap tayangan drama, dalam hal ini tayangan drama Korea Princess Hours.
Jalan cerita yang dimaksudkan disini adalah apakah menarik, dapat
diterima oleh akal sehat, dan yang terakhir apakah menurut responden
jalan cerita dari drama Korea Princess Hours memang sesuai dengan
kehidupan sehari-hari masyarakat Korea.
Rata-rata drama Korea memang mengambil tema seputar percintaan,
pertemanan dan keluarga. Drama Korea Princess Hours dinilai
mempunyai komposisi yang pas dalam meramu ketiga tema tersebut.
Beberapa responden bahkan mengaku larut dalam cerita, sehingga
seringkali larut dalam emosi ketika menonton tayangan drama Korea
Princess Hours. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
“ walaupun aku nggak selalu nonton, tapi menurutku ceritanya
bagus, masuk akal, nggak berlarut larut kayak sinetron. Drama ini tu ada kisah pertemanannya, keluarga dan yang pasti percintaan, tapi
dikemas dengan menarik dan nggak lebay.”(Danik, 02 September 2008)
Seorang responden bahkan terang-terangan mengungkapkan alasan kuatnya mengikuti tayangan drama Korea Princess Hours adalah karena ceritanya. “aku suka Princess Hours karena ceritanya sangat menyentuh dan unik karena drama ini memadukan kehidupan di dalam kerajaan yang penuh tradisi dengan kehidupan modern. Jadi aku bisa tahu gimana kehidupan di lingkungan kerajaan sekaligus kehidupan sehari-hari orang Korea tu kayak apa.”(Didi, 25 Agustus 2010)
Hal serupa juga diungkapkan oleh responden lain: “ceritanya unik banget, karena baru pertama kali ada drama Korea yang memadukan kehidupan kerajaan yang penuh adat tradisi dengan kehidupan modern yang cenderung lebih bebas. Seperti yang digambarkan dalam drama ini, Chae Kyeong, yang semula gadis dari keluarga biasa yang harus masuk ke lingkungan kerajaan dalam perjalanannya akan mengalami masalah seperti percintaan dan keluarga. Jadi asyik ngikutinnya, karena selalu bikin penasaran juga.”(Esti, 29 Agustus 2008)
Dari apa yang diungkapkan responden, dapat disimpulkan bahwa
responden tertarik dengan cerita drama Korea Princess Hours yang dinilai
unik dan berbeda karena memadukan kehidupan kerajaan dengan
kehidupan modern. Selain itu tema percintaan, pertemanan dan keluarga
dinilai berhasil dikemas dengan menarik sehingga menjadi daya tarik
tersendiri bagi responden untuk menonton drama Korea Princess Hours.
c. Penilaian terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama
Korea Princess Hours
Secara umum selama berlangsungnya wawancara, responden dengan
antusias mengungkapkan ketertarikannya terhadap unsur-unsur budaya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
yang ada dalam drama Korea Princess Hours. Mereka mengungkapkan
bahwa unsur-unsur budaya dalam drama tersebut tidak terkesan berat. Hal
ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut dikemas dengan cerita yang
ringan. Namun demikian, mereka berpendapat bahwa unsur-unsur budaya
tersebut sangat terasa dan juga tergambar baik secara visual maupun audio. Satu hal yang menarik adalah bahwa responden tidak hanya mampu melihat dan merasakan unsur-unsur budaya yang terwujud dalam hal-hal yang konkret seperti: pakaian dan bentuk bangunan, namun juga hal-hal abstrak seperti adat istiadat dan budaya sopan santun yang berlaku di Korea. Beberapa pendapat mengenai unsur-unsur budaya yang bersifat abstrak yang ada dalam tayangan drama Korea Princess Hours diantaranya: “Unsur budayanya menurutku emang sukses memancing perhatian pemirsanya, nggak heran jadi banyak yang nonton. Aku seneng banget karena drama ini mengajarkan budaya sopan santun kepada orang tua, biar bagaimanapun orang tua, tapi mereka tetap orang tua. Dalam drama ini digambarkan betapa Yool, berbesar hati mengambil alih tanggung jawab atas kejahatan ibunya dan tetap menerima dan menyayangi ibunya. Hal ini menurutku bagus karena secara nggak
langsung kan mengajarkan pada pemirsanya untuk selalu hormat dan menyayangi orang tua. Selain itu aku juga jadi tahu hal-hal lain,
seperti kebiasan orang Korea untuk melepas alas kaki kalau masuk rumah, juga kebiasaan tidur di lantai tanpa tempat tidur.” (Risma, 03 September 2008)*
Namun dari hasil wawancara, unsur-unsur budaya yang bersifat
konkretlah yang paling menyita perhatian responden. Berbagai hal yang
mendukung drama Korea Princess Hours baik secara audio maupun visual
sangat mengena di hati responden, terutama jika dilihat dari segi nilai
budayanya. Salah satunya adalah unsur penggunaan musik dalam drama
Korea Princess Hours. Penggunaan musik dalam tayangan drama Korea
* Penilaian unsur budaya dalam wujud abstrak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
Princess Hours selain dapat menghidupkan cerita, juga secara tidak
langsung dapat memperkenalkan musik Korea kepada penonton. Beberapa
responden merasa terkesan dengan unsur musik yang digunakan dalam
drama Korea Princess Hours seperti yang diungkapkan oleh responden
berikut ini: “musiknya tu beragam, kan memang rata-rata setiap drama Korea mempunyai banyak musik sebagai soundtrack. Musik di drama ini tu ada unsur musik tradisional Korea. Dalam satu adegan bahkan ada scene permainan alat musik tradisional Korea yang dimainkan untuk raja dan permaisuri. Pokoknya aku suka banget musiknya,aku sampai download soundtracknya. Beberapa ada yang aku pakai buat ringtone hp.”(Didi, 25 Agustus 2010)**
Unsur-unsur budaya dalam tayangan drama Korea Princess Hours juga dapat dilihat dari properti yang digunakan, seperti: kostum, dekorasi, maupun adegan-adegan dalam tayangan itu sendiri. Responden mengungkapkan bahwa drama Korea Princess Hours sarat akan budaya Korea. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden: “Princess Hours tu banyak ya benda-benda bernilai budaya, yang paling menonjol sih bangunan tradisional Koreanya. Selain itu, ada puisi dan tarian juga. Aku amazed banget liatnya, jadi pengin ke
Korea. Menurutku emang unsur budaya di drama ini memang jadi salah satu daya tarik drama ini.”(Esti, 29 Agustus 2008)**
Pakaian tradisional Korea , yang disebut Han Bok pun juga menjadi
salah satu cerminan budaya Korea yang seringkali menarik perhatian
responden.
“aku rasa unsur budaya dalam drama ini sukses banget memancing pemirsa untuk terus ngikutin. Banyak banget unsur budayanya,
misal: pakaian tradisional yang dipakai dalam pernikahan, maupun yang dipakai sehari-hari oleh ibu suri dan permaisuri yang sangat menonjol secara tidak langsung juga memperkenalkan salah satu
** Penilaian unsur budaya dalam wujud konkret
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
budaya Korea kepada penonton, apalagi drama ini kabarnya tayang
di beberapa negara. Belum lagi berbagai macam bentuk sanggul yang dipakai wanita Korea dalam drama ini pastinya bisa menambah pengetahuan penonton juga tentang budaya Korea.” (Danik, 02 ** September 2008)
Apa yang diungkapkan oleh Danik, didukung oleh pernyataan responden lain sebagai berikut: “aku rasa drama ini berhasil memperkenalkan budaya Korea dengan kemasan drama yang ringan. Orang jadi penasaran dengan unsur budayanya, yang otomatis membuat orang pengin nonton terus. Drama ini tu unik karena pakaian tradisional, sanggul wanita Korea bisa diperkenalkan dengan cara yang menarik. Waktu Jang Geum memang ada juga hal-hal kayak gitu, tapi kan ya itu emang drama berlatar belakang sejarah, jadi wajar kalo ada Han Bok, nggak akan terlihat menonjol, tapi Princess Hours ini kan sebenarnya drama remaja, jadi hal-hal semacam itu akan mudah menarik perhatian penonton..”(Mira, 01 September 2008)
Dari hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa responden menilai bahwa drama Korea Princess Hours mempunyai unsur-unsur budaya yang sangat menonjol. Diantaranya dapat dilihat dari kostum yang juga menggunakan pakaian tradisional Korea atau biasa disebut Han Bok,
sanggul tradisional Korea, dan juga bangunan tradisional Korea.
Responden juga bahkan tidak melewatkan adat istiadat Korea yang
ditampilkan dalam drama Korea Princess Hours, seperti: budaya sopan
santun sebagai nilai budaya yang coba diperkenalkan kepada penonton.
Dari pernyataan responden dapat disimpulkan pula bahwa unsur budaya
dalam tayangan drama Korea Princess Hours merupakan salah satu faktor
mengapa drama ini menarik perhatian dan diterima dengan oleh
responden.
** Penilaian unsur budaya dalam wujud konkret
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
d. Penilaian terhadap keberhasilan drama Korea Princess Hours diterima
oleh masyarakat Indonesia
Beragam respon dan jawaban diperoleh menyangkut keberhasilan
drama Korea Princess Hours diterima oleh masyarakat Indonesia.
Beberapa responden bahkan mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Korea setelah menyaksikan tayangan drama Korea Princess Hours di Indosiar. Seperti yang diungkapkan oleh responden berikut ini: “menurutku drama Princess Hours sukses dalam mempromosikan budaya Korea karena khalayak yang menonton drama ini jadi tahu tentang budaya yang ada di Korea, bahkan jadi tertarik dengan budaya-budaya Korea. Nonton Princess Hours tu bikin aku jadi pengin pergi ke Korea. Unsur budaya di drama ini tu menarik dan membuat orang jadi penasaran untuk nonton.”(Danik, 02 September 2008)
Apa yang diungkapkan Danik, serupa dengan apa yang diungkapkan responden lain berikut ini: “menurutku Princess Hours cukup berhasil memperkenalkan budaya Korea, khususnya kepada masyarakat Indonesia karena penonton secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan tentang tata cara dan nilai kehidupan masyarakat Korea, contohnya: aku jadi tahu tentang tata cara memberi hormat kepada orang yang lebih tua di
Korea, menurutku caranya unik dan beda dengan tata cara memberi hormat di Indonesia. Belum lagi bangunan, pakaian dan musik
tradisionalnya. Drama ini paket komplit banget buat mengenal budaya Korea. Wah jadi pengin ke Korea jadinya.”(Esti, 29 Agustus 2008)
Pernyataan diatas juga didukung oleh pernyataan responden lain
sebagai berikut:
“menurutku drama ini sukses banget memperkenalkan budaya
Korea, karena meskipun ditujukan untuk kalangan remaja, tapi kenyataannya drama ini juga merupakan tontonan keluarga, dimana semua orang bisa nonton. Unsur budayanya menarik untuk dilihat.
Cerita yang unik dan ringan menurutku juga sangat membantu keberhasilan drama ini memperkenalkan budaya Korea karena unsur
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
kebudayaannya ditata dan dikemas secara apik dan tidak
rumit.”(Eka, 26 Agustus 2008)
Dari hasil wawancara, diperoleh kesimpulan bahwa responden
menilai bahwa tayangan drama Korea Princess Hours berhasil
memperkenalkan budaya Korea kepada penonton. Responden juga berpendapat bahwa faktor keberhasilan drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia ialah karena drama tersebut mengandung banyak unsur-unsur budaya, namun unsur-unsur budaya tersebut dikemas dalam cerita yang ringan sehingga lebih mudah menarik perhatian penonton.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dan dievaluasi dengan model analisis interaktif dengan pendekatan kualitatif dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Tayangan drama Korea Princess Hours menampilkan empat unsur budaya universal, yang paling menonjol diantaranya adalah: sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, kesenian, serta sistem teknologi dan peralatan. a. Sistem dan organisasi kemasyarakatan Drama Korea Princess Hours menggambarkan budaya Korea, dimana kebudayaan garis keluarga di Korea adalah berdasarkan sistem Patrilineal. Pria memegang peranan penting dalam kesejahteraan keluarga dan diwajibkan untuk bekerja. Wanita diperbolehkan untuk bekerja hanya kalau diperbolehkan oleh suami atau jika hasil kerja
suaminya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hal
tersebut digambarkan dalam satu adegan dimana seorang suami
dengan memakai celemek bertindak sebagai “ayah rumah tangga”, dan
sang istri sebagai pencari nafkah, karena sang suami tidak mempunyai
pekerjaan.
Sistem dan organisasi kemasyarakatan di Korea juga digambarkan
dalam satu adegan dimana seorang menantu tidak menikah lagi
walaupun suaminya telah meninggal. Sepeninggal sang suami, dia
harus tetap mengabdi pada keluarga sang suami. Kenyataannya,
memang begitulah budaya perkawinan yang berlaku di Korea.
commit to user
99 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
b. Sistem pengetahuan
Tayangan drama Korea Princess Hours menggambarkan bahwa sistem
pendidikan di Korea, khususnya untuk tingkat Sekolah Menengah
Atas, terdapat sekolah menengah khusus, seperti sekolah khusus seni
yang mengklasifikasikan 3 macam jurusan,yakni: jurusan, film,tari dan seni rupa. c. Kesenian Terdapat berbagai wujud dari unsur kesenian Korea dalam tayangan drama Korea Princess Hours, diantaranya adalah: bangunan tradisional Korea, alat musik tradisional Korea, dan pakaian tradisional Korea yang biasa disebut Han Bok. Drama ini dalam satu adegan juga menampilkan museum teddy bear, yang menunjukkan bahwa Korea juga mengapresiasi dengan baik wujud seni budaya modern. Hal tersebut juga sekaligus mempromosikan museum yang benar-benar berdiri di pulau Jeju tersebut. d. Sistem teknologi dan peralatan Sistem teknologi dalam tayangan drama ini ditunjukkan dalam poster
resmi dan juga beberapa adegan yang menggambarkan tokoh dalam
drama tersebut sedang menggunakan handphone dengan bentuk flip,
yang notabene merupakan bentuk khas handphone buatan Korea
Sedangakan sistem peralatan di Korea diperkenalkan melalui peralatan
sederhana yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Korea, yakni
peralatan makan. Seperti yang tergambar dalam beberapa adegan,
orang Korea makan dengan menggunakan sumpit. Sumpit tersebut
terbuat dari besi, berbeda dengan sumpit orang Jepang yang terbuat
dari kayu. Orang Korea juga biasa makan dengan berbagai jenis
makanan yang ditaruh dalam beberapa wadah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
2. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal
dibawah ini:
a. Secara umum pengenalan responden terhadap tayangan drama Korea,
pada umumnya dan drama Korea Princess Hours, pada khususnya,
baik. Hal tersebut disebabkan oleh adanya selektifitas yang tinggi terhadap tayangan drama Korea pada umumnya dan drama Korea Princess Hours, pada khususnya. Indikasi baiknya pengenalan responden juga dapat terlihat dari perilaku menonton tayangan drama Korea, pada umumnya dan drama Korea Princes Hours, pada khususnya, serta penilaian-penilaian yang mereka berikan pada kualitas tayangan tersebut secara keseluruhan. b. Penilaian terhadap pemain drama Korea Princess Hours, baik. Hal tersebut teridentifikasi dari penilaian mereka terhadap para pemain, khususnya terhadap aktor dan aktris utama. Menurut responden para pemain secara fisik menarik, cocok dengan karakter peran yang mereka bawakan. Responden juga menilai bahwa para pemain mempunyai kualitas akting yang mumpuni, sehingga tak jarang akting
pemain membuat responden larut dalam emosi selama kegiatan
menonton berlangsung.
c. Penilaian terhadap jalan cerita
Berdasarkan hasil wawancara, responden menilai jalan cerita drama
Korea Princess Hours unik, karena memadukan kisah kehidupan
kerajaan dengan kehidupan modern. Selain itu, drama tersebut juga
dinilai berhasil mengemas tema percintaan, pertemanan dan
kekeluargaan dengan cerita yang ringan dan menarik.
d. Penilaian terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam tayangan drama
Korea Princess Hours ternyata baik. Responden menaruh perhatian
yang tinggi terhadap unsur-unsur budaya Korea dalam drama tersebut.
Responden menilai bahwa unsur-unsur budaya dalam tayangan drama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
Korea Princess Hours sangat menonjol. Hal tersebut terindikasi dari
perhatian mereka terhadap unsur-unsur budaya dalam wujud konkret,
seperti: pakaian tradisional (Han Bok), bangunan tradisional, serta
alat musik tradisional Korea. Responden bahkan juga menaruh
perhatian pada nilai-nilai sopan santun, sebagai unsur budaya dalam wujud abstrak yang coba diperkenalkan dalam drama ini. e. Responden menilai bahwa salah satu faktor mengapa drama Korea Princess Hours mudah diterima oleh masyarakat Indonesia adalah karena drama ini mengemas beragam unsur budaya Korea dalam cerita yang ringan. Drama ini tidak terkesan berat walupun sarat akan unsur- unsur budaya Korea. Unsur-unsur budaya Korea yang terkandung dalam drama tersebut berhasil memancing rasa penasaran responden untuk mengikuti drama Korea Princess Hours, dan bahkan membuat responden berkeinginan untuk pergi ke Korea. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan diatas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Berhubung penelitian ini merupakan penelitian yag bersifat kualitatif,
dimana interpretasi yang diberikan masih terkait dengan adanya
subyektifitas dan kedalaman hasil penelitian masih sangat terbatas, maka
untuk mendapatkan deskripsi yang luas dan lengkap dengan berbagai
argumen dan dimensi yang lebih luas, perlu diadakan penelitian lebih
lanjut dengan menggunakan pendekatan lain.
2. Perlu adanya penambahan tayangan drama Korea di stasiun-stasiun
televisi kita, mengingat sekarang ini hanya Indosiar saja yang intens
menayangkan drama Korea.
3. Drama produksi Indonesia (sinetron) sebaiknya berkaca pada tayangan
drama Korea, yang tidak mempunyai jumlah episode yang terlalu panjang,
namun isinya sarat dengan unsur-unsur budaya yang bersifat positif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
Mengingat sekarang ini sinetron tengah menjamur di hampir semua
stasiun televisi, namun secara umum sinetron tersebut minim kualitas dan
juga kurang memberikan unsur-unsur budaya yang sifatnya positif kepada
penontonnya.
commit to user