PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)

TESIS

OLEH

FRIZA KINANTI RAMBE 187020006 / AR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

FRIZA KINANTI RAMBE 187020006 / AR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERNYATAAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN

RUANG TERBUKA PUBLIK

(STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 31 Maret 2021

(Friza Kinanti Rambe)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA JUDUL TESIS : PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN) NAMA MAHASISWA : FRIZA KINANTI RAMBE NIM : 187020006 PROGRAM STUDI : TEKNIK ARSITEKTUR BIDANG KEKHUSUSAN : MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Dr. Achmad Delianur Nasution,ST,MT,IAI,AA) (Dr. Imam Faisal Pane,ST,MT,IPM) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM) (Ir. Seri Maulina, M.Si., Ph.D)

Tanggal Lulus : 31 Maret 2021

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Telah Di Uji Pada : 2021

Panitia Penguji Tesis

Ketua Komisi Penguji : Dr. Achmad Delianur Nasution,ST,MT,IAI,AA

Anggota Komisi Penguji : 1. Dr. Imam Faisal Pane,ST,MT,IPM

2. Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc, PhD, IPM

3. Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc, PhD, IPM

4. Amy Marisa, ST, M.Sc, PhD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK

Ruang terbuka publik di pusat kota adalah ruang milik bersama, tempat masyarakat melakukan aktivitas fungsional dalam suatu ikatan komunitas, baik kehidupan sehari-hari maupun kesempatan khusus. Ruang terbuka memiliki beberapa kriteria yaitu dapat memberikan arti bagi masyarakat, dapat mengkomodasi kebutuhan dan kegiatan pengguna, serta dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi.Sejalan dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan sosial penyebabkan pola penggunaan dan kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka publik mengalami perubahan. Perubahan pemanfaatan dan fisik ruang terbuka publik memberi pengaruh pada persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat dipengaruhi beberapa faktor seperti latar belakang sosial budaya, sejarah, serta fisik tempat. Salah satu ruang terbuka publik di pusat kota yang telah mengalami perubahan pemanfaatan dan fisik adalah Lapangan Merdeka Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perubahan bentuk fisik dan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka Medan. Adapun metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif yang akan dilakukan dengan observasi, pembagian kuesioner dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisa untuk menghasilkan temuan bahwa telah terjadi perubahan persepsi masyarakat yang dipengaruhi perubahan fisik Lapangan Merdeka Medan, kemudian menghasilkan pula kesimpulan dan saran perlu dilakukan penataan ulang atribut fisik Lapangan Merdeka serta edukasi kepada masyarakat agar dapat mengembalikan apresiasi masyarakat terhadap nilai sejarah lapangan Merdeka Medan .

Kata Kunci : Persepsi Masyarakat, Ruang Terbuka Publik, Lapangan Merdeka Medan

i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRACT

Public open spaces in the city center are co-owned spaces, where people perform functional activities in a community bond, both daily life and special occasions. Open space has several criteria that can provide meaning for the community, can accommodate the needs and activities of users, and can accept the presence of various levels of society without discrimination. In line with the rapid pace of economic and social growth causes the pattern of use and the need for public open space to change. Changes in the utilization and physicality of public open spaces influence public perception. People's perception is influenced by several factors such as socio-cultural background, history, and physical place. One of the public open spaces in the city center that has changed utilization and physical is Lapangan Merdeka Medan. This research aims to find out people's perception of changes in physical form and utilization of space in Lapangan Merdeka Medan. The research method used in this study is a qualitative and quantitative method that will be done by observation, questionnaire distribution, and interview. The data obtained were then analyzed to produce findings that there has been a change in public perception influenced by physical changes in Lapangan Merdeka Medan, then also produced conclusions and suggestions need to be reorganized physical attributes of Merdeka Square and education to the community to restore public appreciation to the historical value of Merdeka Medan field.

Keywords: Community Perception, Public Open Space, Medan Merdeka Square

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Bissmillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tanpa suatu hambatan berarti. Adapun tesis yang berjudul “PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK (STUDI KASUS : LAPANGAN

MERDEKA MEDAN)” disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur jurusan Manajemen

Pembangunan Kota pada Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Dengan ini pula, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua dan sekretaris

Program studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara serta sekretaris

Program studi Magister Teknik Arsitektur. Terimakasih kepada Pembimbing I, bapak

Dr. Achmad Delianur nasution, ST, MT, IAI, AA dan Pembimbing II, bapak Dr.

Imam Faisal Pane, ST, MT, IPM serta kepada dosen penguji, Ibu Ir. Nurlisa Ginting,

M.Sc, PhD, IPM, Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini, MSc, serta Ibu Amy Marisa, ST., M.Sc.,

PhD, yang telah banyak memberikan masukan, arahan serta ikut membantu dalam penyusunan hasil laporan penelitian hingga selesai pada waktu yang telah ditetapkan.

Serta ucapan terimakasih saya ucapkan kepada Bapak/ibu Dosen civitas akademika yang ada di Program Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara yang memberikan pembekalan ilmu arsitektur, khususnya pada bidang Manajemen Pembangunan Kota.

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Terimakasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada orang tua saya, Ibu Siti

Zahara Sembiring Meliala, Bapak (Alm) Kol. (Purn) Banua Ispensyah Rambe, MM,

MBA, dan Bapak Brigjen. (Purn) Mochammad Ali Imran Siregar, MM, serta ketiga abang saya, Drs. Muhammad Rizaldi Rambe, Ir. Jefrizal Leonard Rambe, MM, dan

Ir. Afriansyah Rambe, MM, kakak ipar saya Ir. Candra Priwasningrum, dan keponakan-keponakan, serta teristimewa kepada kedua puteri kecil saya Alysha Kiara dan Alitha Kayla yang selalu tanpa henti memberikan dukungan dan doa bagi saya.

Tak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada sahabat-sahabat saya, Ulia Safitri,

ST, MT, Suci Ananda Puteri Tarigan, ST, MT, Selly Veronica, ST, MT dan

Syahidullah Habibie Lubis, ST, dr. OK Ilham A. Irsyam, SpOT, serta seluruh teman- teman pada jurusan Manajemen Pembanganan Kota angkatan 2018, yang telah memberi dukungan dan membantu saya dalam proses menyelesaikan tesis saya ini.

Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam penulisan laporan penelitian ini. Akhir kata, penulis mengharapkan kiranya laporan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, dapat memberikan manfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya, serta dapat menjadi kritik dan saran yang membangun bagi semua pihak.

Medan, April 2021

Friza Kinanti Rambe

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RIWAYAT HIDUP

Nama : Friza Kinanti Rambe

Tempat/Tanggal Lahir : , 28 Februari 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Kompleks Taman Setia Budi Indah 1 Blok.B No.8,

Medan

Golongan Darah : O

PEKERJAAN

Desainer Interior

PENDIDIKAN 1. SD NEGERI 112143 RANTAU PRAPAT 2. SMP SWASTA HARAPAN 1 MEDAN 3. SMA NEGERI 1 MEDAN 4. UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 5. UNIVERSITAS SAHID

v

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...... i

ABSTRACT...... ii

KATA PENGANTAR...... iii

RIWAYAT HIDUP...... v

DAFTAR ISI...... vi

DAFTAR GAMBAR...... x

DAFTAR TABEL...... xiii

BAB I PENDAHULUAN...... 1

1.1 Latar Belakang...... 1

1.2 Perumusan Masalah...... 4

1.3 Tujuan Penelitian...... 4

1.4 Batasan Penelitian...... 4

1.5 Manfaat Penelitian...... 4

1.6 Kerangka Berfikir...... 5

1.7 Sistematika Pembahasan...... 7

BAB II KAJIAN TEORI...... 8

2.1 Ruang Terbuka Publik...... 8

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.1 Kriteria Ruang Terbuka Publik...... 9

2.2 Identitas Suatu Tempat...... 11

2.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu Tempat...... 14

2.4 Rangkuman Teori Penelitian...... 17

2.5 Kerangka Teori Penelitian...... 22

2.6 Rangkuman Kajian Teori Penelitian...... 24

2.7 Penelitian Sejenis...... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...... 31

3.1 Pendekatan Penelitian...... 31

3.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian...... 32

3.3 Metode Penentuan Variabel...... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data...... 33

3.4.1 Observasi Lapangan...... 35

3.4.2 Wawancara...... 36

3.2.3 Penyebaran Kuesioner...... 39

3.5 Populasi dan Sampel...... 44

3.6 Metode Analisa...... 46

BAB IV KAWASAN PENELITIAN...... 49

4.1 Kota Medan...... 49

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.1.1 Sejarah Kota Medan...... 49

4.2 Lapangan Merdeka Medan...... 53

4.2.1 Lapangan Merdeka Sebagai Saksi Sejarah Kota

Medan...... 54

4.2.2 Perubahan Fisik pada Lapangan Merdeka Medan

dari Waktu ke Waktu...... 61

4.2.3 Lapangan Merdeka Sebagai Tempat Interaksi

Sosial Budaya Msyarakat Kota Medan...... 68

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...... 73

5.1 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Sejarah

Lapangan Merdeka Medan...... 73

5.2 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Atribut Fisik

pada Lapangan Merdeka Medan...... 81

5.3 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Sosial

Budaya pada Lapangan Merdeka Medan...... 90

5.4 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Bentuk

Fisik dan Pemanfaatan Ruang Pada Lapangan Merdeka

Medan...... 98

5.5 Rangkuman Hasil Wawancara Narasumber Kunci...... 100

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...... 106

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6.1 Kesimpulan...... 106

6.2 Saran...... 109

Daftar Pustaka...... 111

Lampiran...... 118

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Kerangka Berfikir...... 6

2.1 Kerangka Teori...... 23

3.1 Template Kuesioner Yang Disebarkan Kepada Responden Melalui

Google Form...... 39

3.2 Kerangka Metode Analisa...... 47

4.1 Peta Kota Medan...... 48

4.2 Perkebunan Tembakau di Deli tahun 1865 - 1892...... 50

4.3 Medan of Medanpoetri (1873)...... 50

14.4 Jalur Perkotaan Medan Era Deli Spoorweg Tahun 1893...... 51

4.5 Peta Penguasaan Lahan di Medan Setelah Berubah Status Menjadi

Kota...... 52

4.6 Lokasi Lapangan Merdeka Medan...... 53

4.7 Esplanade Tahun 1895...... 55

4.8 Pesawat Pertama yang Mendarat di Medan...... 56

4.9 Pidato Mohammad Hatta tahun 1949 di Medan...... 58

4.10 Parade Militer RI pada Peringatan Hari Proklamasi Tahun 1950 di

Lapangan Merdeka Medan...... 59

x

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.11 Pidato Presiden Soekarno Tahun 1955 Ketika Kunjungan ke

Medan...... 59

4.12 Rapat Raksasa Menyambut Berlaku Kembalinya UUD

1945...... 60

4.13 Suasana Merdeka Walk di Malam Hari...... 61

4.14 Peta Perubahan Kawasan Sekitar Lapangan Merdeka

Medan...... 62

4.15 Suasana Lapangan Merdeka pada Tahun 1880-an...... 63

4.16 Suasana Lapangan Merdeka pada Tahun 1905...... 63

4.17 Foto Udara Lapangan Merdeka pada Tahun 1930 Oleh EMF Eijsberg-

Klasser...... 63

4.18 Monumen Tamiang pada Tahun 1910...... 64

4.19 Foto Jambur Lige pada tahun 1948 Oleh Capt. George S.

White...... 64

4.20 Foto Monumen Perjuangan Kemerdekaan Nasional

Indonesia...... 66

4.21 Deretan Kios Pasar Buku Bekas...... 67

4.22 Suasana Merdeka Walk...... 67

4.23 Suasana Espalanade Tahun 1893...... 68

4.24 Pasar Malam di Esplanade Tahun 1923...... 69

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4.25 Tribun Penonton Sepak Bola di Esplanade tahun 1925...... 70

4.26 Tugu Kemenangan Tentara Jepang di Sumatera, 1944...... 71

5.1 Proses Meratakan Altar Sisi Timur Monumen Proklamasi...... 71

5.2 Kondisi Sisi Timur Monumen Proklamasi...... 71

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Aspek Pembentuk Ruang Terbuka Kota...... 9

2.2 Aspek Kriteria Ruang Terbuka Kota...... 11

2.3 Aspek Yang Membentuk Identitas Suatu Tempat...... 14

2.4 Aspek Yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu

Tempat...... 16

2.5 Rangkuman Landasan Teori...... 17

2.6 Indikator Sejarah...... 19

2.7 Indikator Atribut Fisik...... 20

2.8 Indikator Sosial Budaya...... 22

2.9 Rangkuman Teori Variabel Penelitian...... 24

2.10 Penelitian Terdahulu...... 29

3.1 Variabel dan Indikator Penelitian...... 33

3.2 Metode Pengumpulan Data Primer...... 34

3.3 Data Yang Diperlukan Dalam Observasi Lapangan...... 35

3.4 Kategori Narasumber Kunci...... 37

3.5 Daftar Pertanyaan Wawancara...... 38

3.6 Karakteristik Responden...... 40

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.7 Daftar Pertanyaan Kuesioner...... 41

3.8 Skala Penilaian Persepsi Masyarakat...... 47

5.1 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan Indikator

Nilai Tempat...... 69

5.2 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan Indikator

Pengalaman...... 72

5.3 Nilai Rata-rata Total Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan

Indikator Nilai Tempat dan Pengalaman...... 73

5.4 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan Indikator

Bentuk Fisik...... ,...... 76

5.5 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan Indikator

Fasilitas...... 79

5.6 Nilai Rata-rata Total Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan

Indikator Bentuk Fisik dan Fasilitas...... 81

5.7 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sosial Budaya Dengan

Indikator Aktivitas...... 85

5.8 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sosial Budaya Dengan

Indikator Interaksi...... 87

5.6 Nilai Rata-rata Total Kuesioner Terkait Aspek Sosial Busaya Dengan

Indikator Aktivitas dan Interaksi...... 89

xiv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5.10 Nilai Rata-rata Total Variabel Pada Lokasi Penelitian...... 91

5.11 Rangkuman Wawancara Narasumber Kunci...... 92

xv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ruang terbuka publik adalah ruang milik bersama, tempat masyarakat melakukan aktivitas fungsional dalam suatu ikatan komunitas, baik kehidupan sehari- hari maupun kesempatan khusus. Ruang terbuka memiliki beberapa kriteria yaitu dapat memberikan arti bagi masyarakat, dapat mengakomodasi kebutuhan dan kegiatan pengguna, serta dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat tanpa diskriminasi (Stephen Carr, 1992). Salah satu ruang terbuka publik yang dimiliki kota Medan yaitu Lapangan Merdeka Medan. Lapangan Merdeka Medan selain menjadi ruang terbuka publik di pusat kota, juga menjadi saksi rekam jejak sejarah perkembangan kota Medan sejak masa kolonial Belanda.

Pada tahun 1880an, Belanda membuat satu lapangan yang disebut Esplanade di daerah Kesawan sebagai titik sumbu seluruh bangunan administrasi di sekelilingnya yang merupakan upaya mengembangkan infrastuktur untuk menunjang seluruh aktivitas perkebunan yang mereka kembangkan di Sumatera. Esplanade pada masa kolonial dijadikan dan dianggap sebagai pusat interaksi sosial masyarakat serta sebagai simbol kemajuan dan keberadaban suatu budaya (dalam hal ini Belanda).

Pada tahun 1942, nama Esplanade berubah menjadi Fukuraido yang juga bermakna

“Lapangan di tengah kota”. Di era pendudukan Jepang, fungsi lapangan ini tidak jauh

1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2

berbeda, yaitu hanya dipergunakan sebagai tempat dilangsungkannya upacara- upacara resmi pemerintahan Jepang. Dengan takluknya Jepang pada 15 Agustus

1945, para pemimpin di kota Medan berkeinginan untuk menyuarakan berita kemerdekaan Republik (Proklamasi) di depan seluruh masyarakat kota

Medan. Pembacaan proklamasi pada Oktober 1945 menjadi momentum untuk mengubah nama lapangan Fukuraido menjadi Lapangan Merdeka Medan. Peralihan nama menjadi Lapangan Merdeka dilakukan dan disahkan Walikota Medan saat itu,

Luat Siregar pada 9 Oktober 1945. Selama masa pasca kemerdekaan atau sering disebut Masa Orde Lama, Lapangan Merdeka difungsikan sebagai alun-alun kota dan merupakan titik nol dari kota Medan. Pada masa Orde Baru, Lapangan Merdeka tidak mengalami perubahan fungsi signifikan, namun melalui penelitian dalam suatu Tesis

Desain (Nasution, 2000) Lapangan Merdeka Medan terdefinisi belum berfungsi secara optimal berdasarkan indikator waktu operasional, sebagai ruang terbuka publik di pusat kota. Sejalan dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi dan sosial di

Indonesia khususnya di kota Medan menyebabkan pola penggunaan dan kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka publik mengalami perubahan. Perubahan ini dipengaruhi oleh kekuatan politik, ekonomi, sosial, lingkungan serta teknologi.

Keberadaan ruang terbuka publik adalah saksi dari perubahan kebutuhan manusia dari waktu ke waktu untuk menemukan kembali fakta fisik suatu komunitas di pusat kota (Spiro Kostof, 2005, 172). Pada masa Reformasi, Lapangan Merdeka mengalami perubahan / penambahan fungsi. Diawali pada tahun 2002 didirikan bangunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3

permanen sebagai Pasar Buku di sisi Timur Lapangan Merdeka yang merupakan relokasi para pedagang buku bekas yang sebelumnya berjualan di titi gantung, kemudian pada tahun 2004 walikota Medan saat itu memprakarsai pembangunan pusat kuliner yang diberi nama Merdeka Walk. Kontrak yang disepakati dengan pihak investor berbentuk hak konsesi, yang mana pada saat masa perjanjian kerja sama berakhir maka aset dan bangunan yang berupa bangunan-bangunan permanen, akan diserahkan kepada Pemko Medan. Dengan adanya fungsi-fungsi ini luas

Lapangan Merdeka yang kini masih tersisa -- berdasarkan catatan Koaliasi

Masyarakat Sipil Peduli Kota Medan -- adalah seluas 28.800 m2 atau 2,88 Ha yang pada awalnya Lapangan Merdeka memiliki luas 48.877 m2 atau 4,88 Ha (Sakeh,

Choking Susilo. Kemerdekaan Lapangan Merdeka. Medan Merdeka, 2019. http://www.medanmerdeka.com).

Berdasarkan penjelasan mengenai perjalanan sejarah Lapangan Merdeka

Medan yang telah dipaparkan di atas, diketahui bahwasanya terjadi perubahan dalam bentuk dan pemanfaatan Lapangan Merdeka. Perubahan ini dipengaruhi oleh kekuatan politik, ekonomi, sosial, lingkungan serta teknologi (Nasution, 2000).

Perubahan wujud fisik pada ruang terbuka publik mempengaruhi persepsi masyarakat selaku penghuni kota, sebagaimana teori yang dikemukakan oleh Stephen Carr (1992) yang mana berkenaan pula dengan faktor-faktor sejarah, sosial budaya dan aktivitas pengguna seperti diungkapkan oleh Darmawan (2009), sehingga dalam hal ini perlu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4

diketahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana persepsi masyarakat terhadap perubahan bentuk fisik dan pemanfaatan ruang yang terjadi pada Lapangan Merdeka Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Menemukan perspepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan Lapangan

Merdeka Medan.

1.4 Batasan Penelitian

Adapun yang menjadi batasan pada penelitian ini adalah :

Batasan pada penelitian ini hanya berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan Lapangan Merdeka Medan

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5

1. Secara akademis, sebagai referensi bagi penulisan-penulisan sejenis di masa

akan datang, serta menjadi pelengkap bagi penelitian sebelumnya mengenai

perepsi masyarakat terhadap ruang terbuka publik di pusat kota.

2. Secara praktis, sebagai acuan pemerintah dan stakeholder untuk melakukan

konservasi dan revitalisasi Lapangan Merdeka Medan agar dapat memenuhi

kebutuhan masyarakat kota Medan.

1.6 Kerangka Berfikir

Proses berpikir peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini diawali dengan pengamatan awal dan menghubungkanya kepada teori-teori yang berkaitan, dalam rangka menemukan kerangka pemikiran yang siap untuk dikembangkan, peneliti membuat beberapa variabel yang kemudian dihubungkan dengan beberapa pendekatan sehingga ditemukannya Hipotesa-Hipotesa penelitian yang siap untuk diuji. Pendekatan yang diambil dalam penyusunan penelitian ini meliputi serangkaian kegiatan yang saling terkait, seperti yang digambarkan dalam diagram kerangka berfikir, Gambar 1.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 6

Latar Belakang Perubahan Pemanfaatan Lapangan Merdeka dari waktu ke waktu

Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Persepsi masyarakat Menemukan persepsi terhadap perubahan masyarakat terhadap pemanfaatan Lapangan perubahan pemanfaatan Merdeka Medan Lapangan Merdeka Medan

Landasan Teori Data ❖ Stephen Carr (1992) Analisis dan Hasil ❖ Mengkaji proses ❖ Identifikasi perubahan melihat ruang terbuka pemanfaatan Lapangan publik sebagai ruang perubahan pemanfaatan Merdeka per-periode. milik bersama yang ❖ Identifikasi pandangan memiliki beberapa Lapangan Merdeka Medan per-periode. masyarakat terhadap kriteria yang secara proses perubahan yang esensial dibagi tiga, yaitu ❖ Mengkaji persepsi masyarakat terhadap terjadi di Lapangan Meaningful, Responsive, Merdeka. & Democratic perubahan ❖ Sejarah memiliki peran pemanfaatan dalam membentuk Lapangan Merdeka identitas suatu tempat Medan. (Ernawati, 2011) ❖ Persepsi dipengaruhi situasi dan kondisi dari Metode Penelitian suatu objek yang di Metode campuran yaitu kualitatif interpretasi (Kartikasari, dam kuantitatif Wahyono, 2014) ❖ Kuantitatif : Wawancara, Penyebaran Kuesioner & Observasional ❖ Kualitatif : Studi Literatur & PENEMUAN Penelitian Sebelumnya

KESIMPULAN

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7

1.7 Sistematika Pembahasan

Adapun urutan pembahasan yang digunakan dalam menerangkan penelitian ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

BAB I Pendahuluan berisi Latar Belakang, Permasalahan penelitian, Tujuan

Penelitian, Batasan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Berfikir serta

Sistematika Pembahasan.

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka mengemukakan dasar teori yang menjadi landasan kajian yang digunakan peneliti dalam proses meneliti.

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III Metodologi Penelitian menjelaskan mengenai metode yang dipakai dalam proses penelitian.

BAB IV Kawasan Penelitian

BAB IV Kawasan Penelitian memaparkan tentang gambaran umum lokus penelitian.

BAB V Hasil dan Pembahasan

BAB V Hasil dan Pembahasan berisikan hasil kajian dan analisa terhadap landasan teori dan rumusan temuan penelitian.

BAB VI Kesimpulan

BAB VI beriski kesimpulan dan saran yang didapat dari pembahasan pada tahap- tahapsebelumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka publik menurut Darmawan (2009) adalah merupakan suatu ruang yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya, serta fungsi politik, ideologi dan estetika. Ruang terbuka publik adalah ruang tidak terbangun dalam kota yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas estetika, lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks historis dan perkembangan budaya, ruang terbuka publik pada suatu kota merupakan sebuah pusat kegiatan sosial sebagai ruang interaksi sosial budaya yang kemudian oleh pengambil kebijakan dalam hal ini pemerintah diformalkan menjadi ruang publik sekaligus ruang terbuka kota yang menjadi ikon kota. Carr (1992) melihat ruang terbuka publik sebagai ruang milik bersama yang memiliki beberapa kriteria yang secara esensial dibagi tiga, yaitu Meaningful yang mana ruang terbuka memiliki makna bagi masyarakat, Responsive yang artinya ruang terbuka harus dapat digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan, serta Democratic yaitu ruang terbuka publik dapat dimanfaatkan berbagai lapisan masyarakat tanpa batasan sosial, ekonomi dan budaya, bahkan aksesibel bagi masyarakat dengan berbagai kondisi fisik maupun usia. Carr (1995) mengemukakan pemenuhan terhadap kebutuhan (needs)

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 9

menunjukkan bahwa ruang telah berfungsi sebagai wadah aktivitas pengguna serta tersedianya fasilitas (fisik), pemenuhan terhadap hak (rights) menunjukkan adanya pengakuan terhadap kebebasan beraktivitas, dengan demikian ruang terbuka yang baik bermuara kepada tiga aspek dasar yaitu fisik, aktivitas, dan makna. Ruang

Terbuka Publik di pusat kota digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan tempat untuk melakukan kediatan sosial-budaya, ekonomi dan politik (Nasution,

2000), (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Aspek Pembentuk Ruang Terbuka Kota

No. Referensi Aspek 1. Darmawan a. Sejarah (2009) b. Sosial Budaya c. Aktivitas 2. Carr a. Makna Tempat (1995) b. Aktivitas c. Fungsi Ruang d. Fisik 3. Nasution a. Sosial (2000) b. Budaya c...Ekonomi d. Politik

2.1.1 Kriteria Ruang Terbuka Publik

Berdasarkan beberapa kriteria yang dipaparkan Carr (1992), ruang terbuka publik harus memiliki makna bagi masyarakat. Makna tempat terbentuk dari ikatan emosi individu terhadap suatu tempat (Ujang, 2015). Makna tempat merupakan gambaran pemikiran individu terhadap suatu tempat yang mencerminkan karakteristik fisik serta interaksi sosial yang dialami individu pada tempat tersebut

(Wynveen, Kyle dan Sutton, 2012), dapat dikatakan makna tempat timbul dari adanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 10

pengalaman yang terjadi ketika individu berada pada suatu tempat (Park, 2005).

Makna pada ruang terbuka publik dapat berupa aspek fisik, serta non fisik seperti keterkaitan sejarah, sosial politik dan budaya, hubungan individu, hubungan kelompok dalam masyarakat serta meliputi berbagai kepentingan (Prihastoto, 2003).

Selain memiliki makna, ruang terbuka publik juga dikatakan harus bersifat responsif yaitu dapat mengakomodir berbagai kegiatan bagi masyarakat. Ruang terbuka publik dikatakan berhasil apabila ruang terbuka publik tersebut dapat membuat pengunjung tinggal lebih lama dengan berbagai pilihan aktivitas yang dapat dilakukan masyarakat di tempat tersebut (Gehl, 1996) serta dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat ketika berada pada tempat tersebut (Kallus, 2001), berupa kenyamanan, relaksasi, aktivitas aktif, aktivitas pasif serta pengalaman (Prihastoto, 2003). Kenyamanan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelengkapan fasilitas, aksesibilitas, sirkulasi, iklim, kebisingan dan aroma, keamanan, kebersihan, keindahan serta keleluasaan dalam menikmati ruang terbuka publik (Hakim, 2003). Lalu kriteria terakhir yang dipaparkan Carr adalah Demokratis, yang mana ruang terbuka publik berfungsi untuk masyarakat umum melakukan berbagai aagai kondisi fisik termasuk orang dengan keterbatasan fisik (cacat) serta lansia (Gehl, 2011), dengan adanya kemudahan akses untuk bergerak (Prihastoto, 2003), (Tabel 2.2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 11

Tabel 2.2 Aspek Kriteria Ruang Terbuka Kota

No. Referensi Aspek 1. Makna Tempat : a. Ikatan Emosi (Ujang, 2015; b. Fisik Tempat Wynveen, Kyle & c. Interaksi Sutton, 2012; Park, d. Pengalaman 2005; Prihastoto, 2003) e. Sejarah f. Sosial Budaya

2. Responsif : a. Aktivitas (Gehl, 1996; Kallus, b. Fasilitas 2001; Prihastoto, 2003; c. Aksesibilitas Hakim, 2003) d. Sirkulai

3. Demokratis : a. Aktivitas (Azzaki & Suwandono, b. Fasilitas 2013; Gehl, 2011; c. Aksesibilitas Prihastoto, 2003)

Ruang terbuka publik yang keberadaannya ada di pusat kota lama akan selalu menjadi ruang yang mengikat masyarakat untuk menggunakannya sebagai tempat bersosialisasi. Masyarakat akan merasakan ruang terbuka publik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari penghuni kota. Transformasi yang terjadi dalam suatu wujud fisik pada ruang terbuka publik pada kota lama tentunya akan mempengaruhi karakteristiknya. Perubahan wujud fisik pada ruang terbuka publik kota lama, tentunya juga akan mempengaruhi persepsi masyarakat selaku penghuni kota.

2.2 Identitas Suatu Tempat

Tempat adalah suatu ruang yang memiliki makna tertentu bagi penghuni atau penggunanya. Konsep “tempat” (place) didasarkan pada interaksi antara seseorang,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12

fisik, dan aktivitas yang terjadi pada lokasi tersebut (Ruback, Pandey & Kohli, 2008).

Place sebagai suatu lokasi spasial yang diberi arti serta nilai oleh individu atau masyarakat yang menempatinya. Berbeda dengan Space (ruang) yang bersifat abstrak dan universal, Place bersifat spesifik dan memiliki nilai dari pangalaman yang dialami individu atau masyarakat yang menempatinya. Beberapa tempat dapat pula dianggap lebih bernilai tinggi dibandingkan tempat lainnya dikarenakan atribut- atribut fisik yang dimilikinya dan jenis-jenis kegiatan yang mungkin dilakukan atau terjadi pada tempat tersebut. Identitas suatu tempat terbentuk dari atribut fisik yang dimiliki tempat tersebut dan aktivitas yang terjadi di tempat tersebut dari masa lalu hingga masa sekarang sehinga menimbulkan keterikatan (Ernawati, 2011). Menurut

Prihastoto (2003) terdapat tiga komponen pembentuk identitas tempat yaitu fisik tempat, aktivitas atau fungsi, serta makna tempat. Pembentukan identitas tempat membutuhkan waktu yang panjang serta melewati berbagai ritme sejarah. Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan identitas dari suatu tempat diantaranya adalah organisasi ruang yang berdampak pada perubahan fisik, serta keberbedaan jeni-jenis aktivitas (Adrian & Setioko, 2017). Lalli (1992) mengemukakan lima aspek identitas suatu tempat dalam konteks perkotaan, yaitu continuity atau keberlanjutan dengan masa lalu individu, attachment atau kelekatan hubungan dengan suatu tempat, familiarity yang diasumsikan sebagai dampak pengalaman sehari-hari individu, commitment yang mengacu pada signifikansi yang dirasakan seseorang untuk tetap tinggal di suatu tempat, dan external evaluation yang berasal dari lingkungan luar diri individu. Berdasarkan kelima aspek diatas, dapat dikatakan bahwa identitas suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13

tempat terbentuk dari pengalaman yang pernah dilalui seseorang, yang menimbulkan rasa keterikatan ketika pengalaman tersebut berulang menjadi pengalaman sehari- hari, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan komitmen untuk tetap tinggal di kota tersebut dan menjadikan kota tersebut dinilai memiliki karakter khusus ketika dibandingkan dengan kota lain. Salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya identitas suatu tempat menurut Lalli, yaitu Faktor Lingkungan Fisik (External

Evaluation). Bangunan, artefak, dan objek-objek budaya yang memiliki cerita sejarah tertentu dari suatu tempat, memberikan kenangan tersendiri bagi masyarakat

(Zerubavel, 1996). Faktor lingkungan fisik yang paling dominan adalah peninggalan bersejarah atau warisan budaya. Kenangan yang diberikan oleh artefak yang memiliki nilai sejarah bagi masyarakat pada suatu kota, tentunya akan menjadikan keberbedaan dari kota-kota lainnya. Keberadaan baik bangunan bersejarah maupun objek budaya pada suatu kota selain menciptakan keberbedaan, juga dapat menimbulkan perasaan bangga pada masyarakat kota tersebut akan keunikan kotanya yang bisa jadi tidak dimiliki oleh kota lain. Sejarah terbentuknya sebuah kota dapat menjadi gambaran perubahan citra pada sebuah tempat. Identitas sebuah tempat adalah proses pengenalan terhadap suatu objek yang menimbulkan makna yang merupakan hasil persepsi seseorang terhadap citra tempat tersebut. (Nugroho, 2018). Pada tempat bersejarah, perasaan nyaman bagi pengunjung yang memunculkan interaksi dengan kawasan sekitarnya akan dapat membentuk identitas tempat (Pane, Harisdani, 2013).

Perasaan nyaman yang dirasakan pengunjung pada sebuah tempat akan memunculkan rasa keterikatan serta apresiasi terhadap tempat tersebut, (Tabel 2.3).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 14

Tabel 2.3 Aspek yang Membentuk Identitas Suatu Tempat

No. Referensi Aspek 1. Ruback et all a. Fisik Tempat (2008) b. Aktivitas

2. Ernawati a. Atribut Fisik (2011) b. Aktivitas

3. Prihastoto a. Fisik Tempat (2003) b. Aktivitas c. Makna Tempat

4. Adrian, Setioko a. Sejarah (2017) b. Fisik Tempat c. Aktivitas

5. Lalli a. Pengalaman (1992) b. Lingkungan Fisik

6. Zerubavel a. Sejarah (1996) b. Pengalaman

7. Nugroho Sejarah (2018)

8. Pane, Harisdani a. Interaksi (2013) b. Kenyamanan

2.3 Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu Tempat

Persepsi masyarakat adalah sebuah proses dimana sekelompok orang/individu yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, kemudian memberikan penilaian atau menginterpretasikan suatu objek yang dianggap menarik berdasarkan pengalaman mereka. Proses penafsiran atau penilaian suatu objek dipengaruhi beberapa faktor seperti pengamat, objek, dan situasi. Penilaian dan pemahaman tiap-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 15

tiap individu terhadap suatu objek dapat berbeda satu dengan lainnya. Situasi dan kondisi memiliki pengaruh kuat terhadap persepsi masyarakat untuk menginterpretasikan suatu objek tertentu (Kartikasari, & Wahyono, 2014).

Bagaimana seseorang berpikir dan kemudian memberikan penilaian tentunya berbeda antar individu satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut tidak hanya timbul dari perbedaan latar belakang individu, namun juga dari perbedaan kepentingan, rasa kedekatan dan kepuasan akan suatu tempat baik secara fisik dan psikologis tentunya tidak sama antar individu, beberapa orang cenderung lebih mengutamakan keadaan fisik suatu tempat dan yang lainnya lebih mengutamakan dampak psikologis yang ditimbulkan dari tempat tersebut, hal-hal ini kemudian yang menjadi beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat dari suatu tempat.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, Faktor Psikologis, mencakup Ingatan individu, pengetahuan dan nilai-nilai yang dianggap penting,

Faktor Fisik, meliputi apa yang dilihat dan dirasakan, citra yang terbentuk (Horovitz,

2000). Berdasarkan teori diatas, salah satu faktor penting pembentuk persepsi selain faktor psikologis adalah faktor fisik. Faktor fisik yang dimaksud disini adalah bentuk yang tentunya akan berkaitan dengan fungsi. Kecenderungan dari berubahnya bentuk fisik suatu tempat juga diikuti perubahan fungsi dari tempat tersebut. Dari perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi apa yang dilihat dan dirasakan individu atau masyarakat terhadap tempat yang mengalami perubahan. Pengalaman terhadap perubahan situasi sosial dan fisik suatu objek mempengaruhi persepsi (Bintari, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 16

Interpretasi dan kesan yang muncul setelah seseorang berinteraksi dengan suatu tempat, akan menimbulkan beberapa implikasi atas pengalaman orang tersebut

(Tabata, 1992). Implikasi yang timbul dapat berbeda-beda dari setiap individu.

Implikasi positif akan membentuk citra positif, sebaliknya implikasi negatif akan membentuk citra negatif. Citra positif terhadap suatu tempat akan menjadi motivasi untuk mengunjungi tempat tersebut. Citra yang terbentuk dari suatu tempat berkaitan erat dengan rasa dan persepsi seseorang terhadap fisik tempat serta peristiwa yang dialami pada tempat tersebut (Nugroho, 2018), (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Aspek yang Mempengaruhi Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu Tempat

No. Referensi Aspek 1. Kartikasari; Wahyono a. Latar Belakang Individu (2014) b. Fisik Tempat

2. Horovitz a. Pengalaman (2000) b. Fisik Tempat c. Citra Tempat

3. Bintari a. Pengalaman (2011) b. FisikTempat

4. Tabata Pengalaman (1992)

5. Nugroho a. Fisik Tempat (2018) b. Pengalaman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 17

2.1 Rangkuman Teori Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian, peneliti merangkum teori (Tabel 2.5).

Tabel 2.5 Rangkuman Landasan Teori No. Ruang Terbuka Publik Aspek 1. Darmawan a. Sejarah (2009) b. Sosial Budaya c. Aktivitas 2. Carr a. Makna Tempat (1992 & 1995) b. Aktivitas c. Fungsi Ruang d. Fisik 3. Nasution a. Sosial (2000) b. Budaya c. Politik d. Ekonomi No. Kriteria Ruang Terbuka Publik Aspek 1. Makna Tempat : a. Ikatan Emosi (Ujang, 2015; Wynveen, Kyle & Sutton, 2012; Park, b. Fisik Tempat 2005; Prihastoto, 2003) c. Interaksi d. Pengalaman e. Ingatan Individu f. Sejarah g. Sosial Budaya 2. Responsif : a. Aktivitas (Gehl, 1996; Kallus, 2001; Prihastoto, 2003) b. Fasilitas 3. Demokratis : a. Aktifitas (Azzaki & Suwandono, 2013; Gehl, 2011; b. Fasilitas Prihastoto, 2003) c. Aksesibilitas No. Identitas Suatu Tempat Aspek 1. Ruback et all a. Fisik Tempat (2008) b. Aktivitas 2. Ernawati a. Atribut Fisik (2011) b. Aktivitas 3. Prihastoto a. Fisik Tempat (2003) b. Aktivitas c. Makna Tempat 4. Adrian, Setioko a. Sejarah (2017) b. Fisik Tempat c. Aktivitas 5. Lalli a. Pengalaman (1992) b. Lingkungan fisik 6. Zerubavel a. Sejarah (1996) b. Ingatan Individu 7. Nugraha Sejarah (2018)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 18

Tabel 2.5 (lanjutan)

No. Identitas Suatu Tempat Aspek 8. Pane, Harisdani a. Interaksi (2013) b. Kenyamanan No. Persepsi Masyarakat Terhadap Suatu Tempat Aspek 1. Kartikasari; Wahyono a. Latar Belakang Individu (2014) b. Fisik Tempat 2. Horovitz a. Ingatan Individu (2000) b. Fisik Tempat c. Citra Tempat 3. Bintari a. Pengalaman (2011) b. Fisik tempat 4. Tabata Pengalaman (1992) 5. Nugraha a. Fisik tempat (2018) b. Sejarah

Berdasarkan rangkuman faktor-faktor yang Membangun Persepsi Terhadap

Suatu Tempat diatas, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang dominan. Faktor- faktor tersebut yaitu: (1) Faktor Sejarah, (2) Faktor Atribut Fisik, (3) Faktor Sosial

Budaya.

a. Faktor Sejarah

Menurut Powell (1994), bangunan-bangunan lama merupakan suatu warisan yang mempunyai nilai sejarah serta mempunyai nilai yang saling berkaitan dengan tata cara hidup masyarakat dan secara tidak langsung membentuk lingkungan yang memiliki arti dari segi fungsi fisik dan kepentingan kebudayaan masyarakat setempat pada kurun waktu tertentu. Ahmad (2010) berpendapat bahwa bangunan lama dapat berfungsi sebagai penanda suatu masa atau peristiwa bersejarah yang terjadi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19

suatu tatanan masyarakat. Adapaun ciri-ciri bangunan Bersejarah menurut Tonapa,

Rondonuwu, Tungka (2015) adalah memiliki arti dan fungsi khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan yang dapat menjadi cerminan kepribadian masyarakat. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, indikator pada faktor sejarah yaitu : Nilai Tempat, dan Pengalaman,(Tabel 2.6).

Tabel 2.6 Indikator Sejarah No. Sejarah Indikator 1. Powell b. Nilai Tempat (1994) c. Fungsi Tempat d. Pengalaman

2. Ahmad a. Nilai Tempat (2010) b. Pengalaman

3. Tonapa, at all a. Nilai Tempat (2015) b. Fungsi Tempat c. Pengalaman

b. Faktor Atribut Fisik

Atribut fisik dari suatu tempat seperti arsitektur bangunan, simbol-simbol, artefak sejarah, maupun lanskap kawasan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung (Jenkins, & Pigram, 2006). Suatu tempat yang memiliki atribut fisik berbeda dari tempat lain menjadikan tempat tersebut memiliki nilai lebih sehingga menjadikan tempat tersebut menarik untuk dikunjungi. Bentuk fisik yang secara visual dapat menggambarkan fungsi ruang dari suatu tempat merupakan daya tarik bagi pengunjung, selain bentuk fisik atribut tersebut dapat pula berupa fasilitas yang mendukung pengunjung dalam melakukan beragam aktivitas pada tempat tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

(Oktavia, & Mahendra, 2016). Pada ruang terbuka publik, atribut fisik pada ruang tersebut harus dapat menimbulkan rasa nyaman dan aman yang didapat dari adanya fasilitas fisik buatan, perasaan tenang yang didapat dari adanya elemen natural seperti pepohonan dan elemen air, memungkinkan tidak hanya dilakukan aktivitas langsung namun juga memungkinkan pengunjung untuk melakukan aktivitas pasif seperti berhenti bergerak untuk mengamati lingkungan, hingga dapat menghasilkan pengalaman yang beragam bagi para pengunjung (Carmora et all, 2010). Kualitas ruang terbuka publik dapat dilihat dari dua aspek yaitu fungsi yang berkaitan dengan latar belakang masyarakat dan kegiatan yang dilakukan di ruang terbuka publik, serta bentuk fisik (Nasution, & Zahrah, 2014). Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, indikator pada faktor atribut fisik yaitu : Bentuk Fisik, dan Fasilitas, (Tabel 2.7).

Tabel 2.7 Indikator Atribut Fisik

No. Atribut Fisik Indikator 1. Jenkins & Pigram (2006) a. Bentuk Fisik b. Lanskap

2. Oktavia & Mahendra a. Fasilitas (2016) b. Bentuk Fisik

3. Carmora et all a. Fasilitas (2010) b. Bentuk Fisik c. Lanskap

4. Nasution & Zahrah a. Fasilitas (2014) b. Bentuk Fisik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20

c. Faktor Sosial Budaya

Budaya sebagai suatu perpaduan dari gagasan dan pikiran manusia yang terwujud melalui pandangan hidup, nilai-nilai dalam bersosialisasi dan berinteraksi, cara hidup, dan aktivitas (Rapoport, 2009). Budaya memiliki nilai-nilai yang senantiasa diwariskan, ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan proses perubahan sosial kemasyarakatan. Joesoef (2004: 47) menyebutkan bahwa ketika manusia memberikan nilai budaya pada suatu monumen, hal ini menandakan bahwa manusia telah menganggap monumen tersebut sebagai sebuah saksi tentang perkembangan budaya serta aktivitas dan interaksi sosial, baik secara pribadi maupun kolektif. Pada sebuah ruang terbuka publik, selain bentuk fisik salah satu faktor penarik bagi masyarakat untuk berkunjung adalah adanya aktivitas khusus yang dapat dilakukan secara bersama-sama (Nasution, & Zahrah, 2011). Pada ruang terbuka di pusat kota terdapat aspek sosial budaya yang memiliki nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonomi, nilai religius dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan adanya nilai kesehatan dan olah raga, yang menjadi ciri utama ruang terbuka di pusat kota adalah ruang terbuka di pusat kota memiliki nilai politik (Delianur, 2000). Nilai sosial budaya pada sebuah ruang terbuka publik di pusat kota dapat dilihat dari terjadinya kegiatan sosial, interaksi antara pengunjung baik individu maupun kelompok, serta adanya interaksi antara pengunjung dengan lingkungan sekitar. Whyte (1989 : 17),

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan, indikator pada faktor sosial budaya yaitu :

Interaksi, dan Aktivitas, (Tabel 2.8).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22

Tabel 2.8 Indikator Sosial Budaya

No. Sosial Budaya Indikator 1. Rapoport a. Pandangan Hidup (2009) b. Interaksi c. Aktivitas

2. Joesoef a. Aktivitas (2004: 47) b. Interaksi

3. Nasution dan Zahrah a. Aktivitas (2011) b. Interaksi

4. Delianur a. Nilai Sosial (2000) b. Nilai Budaya c. Nilai Religi d. Nilai Jasmani e. Nilai Politik

5. Whyte a. Interaksi (1980) b. Aktivitas

2.5 Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Kota (Studi Kasus :

Lapangan Merdeka Medan) dapat dilihat pada skema berikut (Gambar 1.2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23

Persepsi Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Kota

Ruang Terbuka Publik : Identitas Tempat Persepsi Masyarakat Meaningful Responsive Democratic

Sejarah Atribut Fisik Sosial Budaya

Nilai Pengalaman Bentuk Fisik Fasilitas Interaksi Aktivitas Tempat

HASIL

KESIMPULAN

SARAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24

2.6 Rangkuman Kajian Teori Variabel Penelitian

Berdasarkan kajian teori, peneliti membuat rangkuman teori dari variabel penelitian, (Tabel 2. 9)

Tabel 2.9 Rangkuman Teori Variabel Penelitian

No. Variabel Landasan Teori Kajian Teori Penelitian 1. Sejarah Menurut Powell (1994), bangunan-bangunan lama Berdasarkan merupakan suatu warisan yang mempunyai nilai sejarah kajian yang telah serta mempunyai nilai yang saling berkaitan dengan tata diuraikan, cara hidup masyarakat dan secara tidak langsung indikator pada membentuk lingkungan yang memiliki arti dari segi faktor sejarah fungsi fisik dan kepentingan kebudayaan masyarakat yaitu: Nilai setempat pada kurun waktu tertentu. Ahmad (2010) Tempat, dan berpendapat bahwa bangunan lama dapat berfungsi Pengalaman. sebagai penanda suatu masa atau peristiwa bersejarah yang terjadi pada suatu tatanan masyarakat. Adapaun ciri-ciri bangunan Bersejarah menurut Tonapa, Rondonuwu, Tungka (2015) adalah memiliki arti dan fungsi khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan yang dapat menjadi cerminan kepribadian masyarakat. 2. Atribut Fisik Atribut fisik dari suatu tempat seperti arsitektur Berdasarkan bangunan, simbol-simbol, artefak sejarah, maupun kajian yang telah lanskap kawasan dapat menjadi daya tarik tersendiri diuraikan, bagi pengunjung (Jenkins, & Pigram, 2006). Suatu indikator pada tempat yang memiliki atribut fisik berbeda dari tempat faktor atribut fisik lain menjadikan tempat tersebut memiliki nilai lebih yaitu : Bentuk sehingga menjadikan tempat tersebut menarik untuk Fisik, dan dikunjungi. Bentuk fisik yang secara visual dapat Fasilitas. menggambarkan fungsi ruang dari suatu tempat merupakan daya tarik bagi pengunjung, selain bentuk fisik atribut tersebut dapat pula berupa fasilitas yang mendukung pengunjung dalam melakukan beragam aktivitas pada tempat tersebut (Oktavia, & Mahendra, 2016). Pada ruang terbuka publik, atribut fisik pada ruang tersebut harus dapat menimbulkan rasa nyaman dan aman yang didapat dari adanya fasilitas fisik buatan, perasaan tenang yang didapat dari adanya elemen natural seperti pepohonan dan elemen air, memungkinkan tidak hanya dilakukan aktivitas langsung namun juga memungkinkan pengunjung untuk melakukan aktivitas pasif seperti berhenti bergerak untuk mengamati lingkungan, hingga dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 25

Tabel 2.9 (lanjutan) No. Variabel Landasan Teori Kajian Teori Penelitian menghasilkan pengalaman yang beragam bagi para pengunjung (Carmora et all, 2010). Kualitas ruang terbuka publik dapat dilihat dari dua aspek yaitu fungsi yang berkaitan dengan latar belakang masyarakat dan kegiatan yang dilakukan di ruang terbuka publik, serta bentuk fisik (Nasution, & Zahrah, 2014). 3. Sosial Budaya Budaya sebagai suatu perpaduan dari gagasan dan Berdasarkan pikiran manusia yang terwujud melalui pandangan kajian yang telah hidup, nilai-nilai dalam bersosialisasi dan berinteraksi, diuraikan, cara hidup, dan aktivitas (Rapoport, 2009). Budaya indikator pada memiliki nilai-nilai yang senantiasa diwariskan, faktor sosial ditafsirkan dan dilaksanakan seiring dengan proses budaya yaitu : perubahan sosial kemasyarakatan. Joesoef (2004: 47) Interaksi, dan menyebutkan bahwa ketika manusia memberikan nilai Aktivitas. budaya pada suatu monumen, hal ini menandakan bahwa manusia telah menganggap monumen tersebut sebagai sebuah saksi tentang perkembangan budaya serta aktivitas dan interaksi sosial, baik secara pribadi maupun kolektif. Pada sebuah ruang terbuka publik, selain bentuk fisik salah satu faktor penarik bagi masyarakat untuk berkunjung adalah adanya aktivitas khusus yang dapat dilakukan secara bersama-sama (Nasution, & Zahrah, 2011). Pada ruang terbuka di pusat kota terdapat aspek sosial budaya yang memiliki nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonomi, nilai religius dan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan adanya nilai kesehatan dan olah raga, yang menjadi ciri utama ruang terbuka di pusat kota adalah ruang terbuka di pusat kota memiliki nilai politik (Delianur, 2000). Nilai sosial budaya pada sebuah ruang terbuka publik di pusat kota dapat dilihat dari terjadinya kegiatan sosial, interaksi antara pengunjung baik individu maupun kelompok, serta adanya interaksi antara pengunjung dengan lingkungan sekitar. Whyte (1989 : 17).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 26

2.7 Penelitian Sejenis

Untuk melengkapi tinjauan pustaka, dikemukakan juga beberapa penelitian berupa tesis yaitu (Citra Lapangan Merdeka Medan Menurut Apresiasi Perempuan) dan (Perancangan Kawasan Lapangan Merdeka di Medan) yang terkait dengan topik kajian penelitian dalam tesis ini.

Tesis yang berjudul “Citra Lapangan Merdeka Medan Menurut Apresiasi

Perempuan” ini disusun oleh Anna Lucy Rahmawati pada tahun 2010 sebagai syarat penyelesaian Program Magister Teknik Arsitektur pada Program Pasca sarjana

Universitas Sumatera Utara. Tesis ini dilatarbelakangi oleh citra dan identitas

Lapangan Merdeka Medan yang memiliki beberapa kriteria kualitas ruang terbuka di pusat kota, diantaranya dapat memenuhi kebutuhan perempuan baik dari segi fisik tempat maupun segi psikologis, dan menemukan penilaian serta apresiai perempuan terhadap citra Lapangan Merdeka Medan. Tesis Penelitian ini merumuskan dua permasalahan yaitu: (1) Bagaimana penilaian dan apresiasi perempuan terhadap

Lapangan Merdeka Medan saat ini, (2) Berdasarkan penilaian dan apresiasi tersebut, bagaimana Citra Lapangan Merdeka saat ini. Adapun kajian teoritis yang dilakukan meliputi: (1) Citra Tempat, (2) Ruang Terbuka Publik, (3) Persepsi dan Apresiasi, serta, (4) Issue Gender Dalam Konteks Ruang Terbuka Publik. Dari hasil kajian teoritis diperoleh temuan sebagai berikut: (1) Citra ruang terbuka publik adalah hasil dua arah antara pengamat dan objek yang diamati dalam hal ini Lapangan

Merdeka, (2) Citra suatu tempat dapat bervariasi tergantung penilaian pengamat.

Dalam penelitian ini juga dikemukakan bahwa perubahan fisik dan sosial dari ruang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 27

publik berperan dalam pembentukan budaya masyarakat. Terdapat 3 aspek ruang publik yang esential yaitu: (1) Meaningful, (2) Responsive, dan (3) Democratic.

Selain itu kualitas ruang terbuka publik dari segi kegiatan juga terbagi atas: (1)

Necessary activities, (2) Optional Activities, dan (3) Social Activities. Pada tesis ini menghasilkan penemuan yaitu : (1) Ditemukannya indikator keberhasilan suatu ruang tebuka publik di pusat kot yang ditemukan pada lapangan merdeka berupa : (a)

Kehadiran pengunjung dari segala lapisan dan latar belakang, (b) Waktu operasional yang optimal, (c) Dapat memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat, dan (d) Terdapat kegiatan komersial, (2) Lapangan Merdeka memiliki citra cukup positif pada dimensi aktifitas, menurut apresiasi perempuan. Tesis ini memberi beberapa rekomendasi yang berguna untuk peningkatan kualitas Lapangan Merdeka Medan yaitu : (1)

Ruang personal dan batas teritorial penting bagi perempuan, (2) Sistem pengelolaan yang terpadu dibutuhkan untuk menciptakan karakter dan identitas kawasan

Lapangan Merdeka Medan sebagai aset kota, (3) Bentuk-bentuk pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan sangat dibutuhkan.

Tesis Desain yang disusun oleh Achmad Delianur Nasution pada tahun 2000 dan berjudul “Perancangan Kawasan Lapangan Merdeka di Medan” ini disusun sebagai syarat menyelesaikan Program Magister Teknik Arsitektur pada Program

Pasca Sarjana ITB. Latar belakang tesis ini berdasarkan belum optimalnya keberadaan Lapangan Merdeka Medan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat kota terhadap ruang terbuka publik di pusat kota. Terdapat dua permasalahan sebagai dasar kajian pada tesis ini yaitu : (1) Bagaimana Lapangan Merdeka Medan sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 28

suatu ruang terbuka publik di pusat kota dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pemakainya, dan (2) Apakah yang menjadi tolok ukur suatu ruang terbuka publik dapat dikatakan telah memenuhi kebutuhan masyarakat pemakainya. Adapun kajian teoritis yang dilakukan pada tesis ini mencakup : (1) Pengertian ruang terbuka di pusat kota, (2) perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap ruang terbuka publik,

(3) unsur fisik ruang terbuka publik di pusat kota, serta melakukan studi banding pada objek Union Square - San Francisco dan Dataran Merdeka - Kuala Lumpur. Dari kajian teoritis didapat temuan sebagai berikut: (1) Kebutuhan masyarakat di ruang terbuka publik selalu berubah, (2) Ruang terbuka publik sering menjadi simbol kota, negara, kekuasaan, dan politik, (3) Aktifitas ekonomi didorong oleh berkumpulnya masyarakat pada suatu tempat, (4) Pendefinisian ruang terbuka publik dipusat kota ditandai dengan adanya : (a) Fasade bangunan yang menerus, (b) Pusat perhatian berupa monumen, patung, air mancur atau pohon, (c) Bangunan monumental berupa istana, balai kota, keraton, gereja atau mesjid. Analisis dan temuan dari tesis ini adalah ditemukannya masalah utama pada kawasan Lapangan Merdeka Medan yaitu kurang atau tidak adanya aktifitas publik yang berkesinambungan, hal ini disebabkan kurangnya generator aktifitas publik. Dengan pengembangan potensi bangunan, tanaman dan aktifitas, Lapangan Merdeka dapat digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya akan tempat untuk melakukan kediatan sosial-budaya, ekonomi dan politik. Tesis ini menghasilkan solusi berupa konsep dan strategi perancangan yang bertemakan: Ruang Terbuka Publik di Pusat Kota yang Memenuhi

Kebutuhan Masyarakat, (Tabel 2.10).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 29

Tabel 2.10 Penelitian Terdahulu

No Judul Latar Permasalahan Kajian Rekomendasi . Penelitian Belakang Teoritis 1. Citra Citra dan Bagaimana Citra Tempat, Ruang personal Lapangan identitas penilaian dan Ruang Terbuka dan batas Merdeka Lapangan apresiasi Publik, teritorial penting Medan Merdeka perempuan Persepsi dan bagi perempuan, Menurut Medan yang terhadap Apresiasi, Sistem Apresiasi memiliki Lapangan serta, pengelolaan yang Perempuan. beberapa Merdeka Medan Issue Gender terpadu (Anna Lucy kriteria saat ini, Dalam Konteks dibutuhkan untuk Rahmawati, kualitas Berdasarkan Ruang Terbuka menciptakan 2010) diantaranya penilaian dan Publik. karakter dan dapat apresiasi identitas kawasan memenuhi tersebut, Lapangan kebutuhan bagaimana Citra Merdeka Medan perempuan Lapangan sebagai aset kota, baik dari segi Merdeka saat ini. Bentuk-bentuk fisik tempat pelibatan maupun segi masyarakat dalam psikologis, proses dan perencanaan menemukan sangat penilaian dibutuhkan serta apresiai perempuan terhadap citra Lapangan Merdeka Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 30

Tabel 2.10 (lanjutan) No Judul Latar Permasalahan Kajian Rekomendasi . Penelitian Belakang Teoritis 2. Peran- Belum Bagaimana Pengertian Konsep dan cangan optimalnya Lapangan ruang terbuka strategi Kawasan keberadaan Merdeka Medan di pusat kota, perancangan yang Lapangan Lapangan sebagai suatu perkembangan bertemakan: Merdeka di Merdeka ruang terbuka kebutuhan Ruang Terbuka Medan Medan dalam publik di pusat masyarakat Publik di Pusat (Achmad memenuhi kota dapat terhadap Kota yang Delianur kebutuhan memenuhi ruang terbuka Memenuhi Nasution, masyarakat kebutuhan publik, Kebutuhan 2000) kota terhadap masyarakat unsur fisik Masyarakat. ruang terbuka pemakai-nya. ruang terbuka publik di Apakah yang publik di pusat pusat kota. menjadi tolok kota, serta ukur suatu ruang melakukan terbuka publik studi banding dapat dikatakan pada objek telah memenuhi Union Square - kebutuhan San Francisco masyarakat dan Dataran pemakainya. Merdeka Kuala Lumpur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Dalam menganalisa persepsi masyarakat terhadap proses perubahan pemanfaatan ruang Lapangan Merdeka Medan, peneliti melakukan kajian terhadap perubahan fungsi dan bentuk fisik Lapangan Merdeka Medan dimulai pada saat periode Kolonial Belanda sampai dengan masa sekarang periode Pasca Reformasi.

Data yang didapat sebagai dasar kajian adalah bersumber dari hasil wawancara narasumber kunci, dan dihubungkan dengan data hasil observasi dan kuesioner responden. Proses perubahan yang diamati secara fisik diinterpretasi dan dianalisa berdasarkan teori perubahan suatu tempat dalam konteks area yang berperan sebagai cikal bakal berdirinya suatu kota, kemudian dijabarkan secara deskriptif kualitatif, yang mana bertujuan menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas tersebut kepermukaan (Bungin, 2009), yang kemudian dikaitkan dengan teori yang dikemukakan Carr (1992) bahwanya ruang terbuka memiliki beberapa kriteria yaitu Meaningful, Responsive, & Democratic.

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 32

3.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan mempertimbangkan permasalahan yang diangkat pada penelitian ini, dihadapkan pada jumlah sampling lokasi yang ada di kota Medan terkait permasalahan yang ada, maka peneliti dalam menentukan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

a. Lokasi penelitian harus mempunyai peranan penting sebagai cikal bakal

berdirinya kota Medan.

b. Lokasi penelitian mempunyai identitas yang kuat di mata masyarakat kota

Medan.

c. Lokasi penelitian mengalami proses perubahan pemanfaatan ruang yang

berdampak pada persepsi masyarakat kota Medan.

3.3. Metode Penentuan Variabel

Berdasarkan permasalahan penelitian dan Landasan Teori yang akan dipakai peneliti untuk melakukan penelitian, maka peneliti menentukan 3 variabel penelitian yaitu 1) Sejarah, dengan Indikator Nilai Tempat dan Pengalaman, 2) Atribut Fisik, dengn Indikator Bentuk Fisik dan Fasilitas, serta 3) Sosial Budaya, dengan Indikator

Interaksi dan Aktivitas. Indikator yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merupakan simpulan dari indikator-indikator yang didapat melalui kajian literatur,

(Tabel 3.1).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 33

Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Penelitian

No. Variabel Indikator 1. Sejarah a. Nilai Tempat b. Pengalaman

2. Atribut Fisik a. Bentuk Fisik b. Fasilitas

3. Sosial Budaya a. Interaksi b. Aktivitas

3.4. Metode Pengumpulan data

Dalam menyelesaikan penelitian ini, data yang digunakan peneliti terdiri dari data primer dan data sekunder dimana data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti berupa data kualitatif dan data kuantitafit. Data kualitatif yang dikumpulkan peneliti adalah berupa wawancara dengan narasumber kunci (W) yang bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka perperiode, dan observasi lapangan untuk mendapatkan foto keadaan aktual Lapangan merdeka Medan (O), sedangkan data kuantitatif didapatkan melalui penyebaran kuesioner kepada 100 responden untuk mendapatkan data persepsi masyarakat terhadap keadaan aktual Lapangan Merdeka

Medan (K). Data sekunder yang merupakan data-data pendukung dikumpulkan peneliti melalui kajian literatur, peta-peta lama dan foto-foto yang berkaitan dengan perubahan Lapangan Merdeka Medan per-periode dimulai dari periode kota Medan menjadi Gementee. Adapun yang dijadikan parameter pengumpulan data primer pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 34

penelitian ini merupakan hasil kajian literatur penelitian terdahulu. Metode pegumpulan data primer parameter penelitian, (Tabel 3.2).

Tabel 3.2 Metode pengumpulan data primer METODE VARIABEL INDIKATOR PARAMETER K W O Adanya respon emosional yang Nilai Tempat timbul pada individu berupa rasa

kagum dan hormat terhadap lokasi penelitian. Sejarah Timbulnya rasa bangga dalam diri

individu terhadap lokasi penelitian Pengalaman Timbulnya rasa memiliki sehingga menjadikan rasa ingin melestarikan dan menjaga lokasi penelitian. Lokasi penelitian dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa batasan status sosial, usia, gender maupun kondisi fisik, sebagai ruang terbuka Fasilitas publik kota.

Lokasi penelitian menjadi tempat Atribut Fisik masyarakat melakukan berbagai kegiatan. Perasaan aman dan nyaman yang Bentuk Fisik timbul pada diri individu saat berada di lokasi penelitian. Adanya aktivitas yang menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk berkunjung ke lokasi penelitian Aktivitas Adanya aktivitas yang menimbulkan rasa keterikatan bekaitan dengan

minat khusus individu terhadap lokasi Sosial Budaya penelitian. Lokasi penelitian menjadi titik temu

pengunjung bersosialisasi Lokasi penelitian menjadi tempat Interaksi berkegiatan yang menjadi titik

kumpul individu dengan minat yang sama. Keterangan : K : Kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 35

W : Wawancara O : Observasi

3.4.1 Observasi Lapangan

Observasi Lapangan dilakukan untuk mendapatkan data fisik dari Lapangan

Merdeka Medan berupa foto-foto kondisi aktual yang digunakan untuk memperkuat gambaran mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan Lapangan

Merdeka Medan. Adapun data-data yang dibutuhkan dalam observasi lapangan,

(Tabel 3.3)

Tabel 3.3 Data Yang Diperlukan Dalam Observasi Lapangan

VARIABEL INDIKATOR DATA YANG DIPERLUKAN

Dokumentasi karakteristik dan keunikan dari Nilai Tempat Lapangan Merdeka Medan. Sejarah Dokumentasi gambaran emosi individu saat Pengalaman berada di dalam kawasan Lapangan Merdeka Medan Dokumentasi jenis-jenis fasilitas pendukung Fasilitas aktivitas yang terdapat di dalam kawasan Lapangan Merdeka Medan. Atribut Fisik Dokumentsi kondisi aktual Lapangan Merdeka ditinjau dari segi keamanan dan Bentuk Fisik kenyamanan bagi pengunjung termasuk pengunjung dengan disabiltas. Aktivitas Dokumentasi jenis-jenis aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung di Lapangan Merdeka Medan. Sosial Budaya Dokumentasi interaksi individu dengan Interaksi lingkungan sekitar dan individu lain di dalam kawasan Lapangan Merdeka Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 36

3.4.2 Wawancara

Untuk memperoleh data mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang Lapangan Merdeka Medan per-periode, dilakukan wawancara kepada narasumber kunci yaitu tokoh masyarakat dengan kriteria usia yang telah mengalami periode dimulai dari masa kolonial Belanda hingga pasca reformasi dan memiliki latar belakang militer, akademisi yang memahami sejarah perkembangan kota Medan sejak periode kolonial Belanda, sejarawan yang juga merupakan birokrat dari Dinas Budaya dan Pariwisata Sumatera Utara bagian Perlindungan dan

Pengawasan Sejarah Purbakala, serta praktisi arsitektur yang memahami atribut fisik pada Lapangan Merdeka Medan. Hasil wawancara digunakan untuk menguatkan data sekunder mengenai perubahan pemanfaat Lapangan Merdeka Medan. Hasil wawancara akan dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel penelitian. Kriteria pemilihan narasumber kunci wawancaran adalah, narasumber memiliki batasan usia telah melalui perubahan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka Medan perperiode, narasumber kunci juga memiliki pengetahuan mengenai sejarah perubahan yang terjadi pada Lapangan Merdeka Medan, juga memahami aspek arsitektur pada lapangan Merdeka Medan. Kriteria ini ditentukan berdasarkan variabel yang digunakan pada penelitian yaitu sejarah, atribut fisik, dan sosial budaya

(Tabel 3.4).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 37

Tabel 3.4 Kategori Narasumber Kunci

No. Nama Kategori Narasumber 1. Brigjen (Purn) H. Tokoh Masyarakat Mochammad Ali Imran (Ketua PEPABRI Sumut) Siregar 2. Dra. Misnah Shalihat Birokrat M.Hum (Kepala Seksi Perlindungan dan Pengawasan, Bidang Sejarah Purbakala, Dinas Budaya dan Pariwisata Sumatera Utara) 3. Dr. Phil. Ichwan Azhari, Akademisi dan Sejarawan MS (Dose Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan) 4. Ir. Soehardi Hartono, MSc Praktisi Arsitektur

Dalam penelitian ini, disusun daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada para narasumber kunci dalam proses wawancara terkait persepsi terhadap perubahan fisik dan pemanfaatan Lapangan Merdeka Medan perperiode (Tabel 3.5).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 38

Tabel 3.5 Daftar Pertanyaan Wawancara

Variabel No Pertanyaan

Lapangan Merdeka Medan adalah Ruang Terbuka Publik yang ada di pusat kota Medan, dan keberadaannya telah ada sejak masa pemerintahan kolonial Belanda di Kota Medan. Lapangan Merdeka telah melewati beberapa periode dimulai dari periode Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan sekarang, Pasca Reformasi sebagai ruang terbuka publik di pusat kota Medan 1 Apakah saudara mengetahui mengenai makna sejarah yang terdapat Sejarah pada Lapangan Merdeka Medan? 2 Apakah sejarah yang ada pada Lapangan Merdeka Medan memberi anda rasa bangga dan rasa memiliki terhadap Lapangan Merdeka Medan?

Seiring perubahan periode dimulai dari periode Kolonial Belanda, Lapangan Merdeka Medan mengalami beberapa perubahan dan Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan sekarang Pasca Reformasi, terdapat beberapa elemen fisik yang telah ada pada Lapangan merdeka dan terjadi pula penambahan aspek pendukung aktivitas pada bentuk fisiknya. Diantara beberapa elemen seperti, Pohon Trembesi, Lapangan Rumput, Tugu- tugu Peringatan, jalur Sentleban lari, Merdeka Walk, Tempat berjualan buku bekas, area parkir dan lain-lain. 1 Menurut persepsi saudara apakah ada elemen fisik yang bermanfaat Atribut keberadaannya di Lapangan Merdeka pada masing-masing periode tersebut Fisik diatas? 2 Menurut persepsi saudara apakah ada elemen fisik yang sangat membekas diingatan saudara pada masing-masing periode tersebut diatas?

Sejak awal dibangunnya Lapangan Merdeka oleh pemerintah kolonial Belanda, Lapangan Merdeka yang dahulunya dinamakan Esplanade difungsikan sebagai pusat interaksi sosial masyarakat. Penggunaannya pada masa kolonial hanya diperuntukkan bagi kalangan masyarakat Belanda dan juga kalangan dengan status sosial tertentu. Seiring waktu, interaksi masyarakat yang terjadi di Lapangan Merdeka mengalami perubahan. 1 Menurut persepsi saudara apakah pada periode-periode yaitu periode Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan sekarang, Pasca Sosial Budaya Reformasi, Lapangan Merdeka Medan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan interaksi sosial maupun kegiatan sosial? 2 Menurut persepsi saudara apakah pada periode-periode yaitu periode Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan Pasca Reformasi, Lapangan Merdeka Medan memiliki nilai politik bagi pemerintah? 3 Merurut persepsi saudara apakah pada periode-periode yaitu periode Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan Pasca Reformasi, Lapangan Merdeka Medan memiiki nilai-nilai seperti nilai budaya, nilai religius, nilai ekonomi serta nilai kesehatan dan olah raga?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 39

3.4.3 Penyebaran Kuesioner

Kuesioner dibagikan kepada masyarakat yang berdomisili di Kota Medan, serta pernah mengunjungi Lapangan Merdeka Medan lebih dari dua kali kunjungan.

Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mengumpulkan data kuantitatif terkait persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang Lapangan Merdeka

Medan pada masa kini. Penyebaran kuesioner dilakukan secara online yang melalui aplikasi Google Form dengan alamat link yaitu https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSfycrpXo-IZFOE-bF (Gambar 3.1)

Gambar 3.1 Template Kuesioner Yang Disebarkan Kepada Responden Melalui Google Form

Adapun kriteria responden pada penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di kota Medan, berusia minimal 18 tahun dengan pendidikan minimal

SMU dengan asumsi mengunjungi Lapangan Merdeka Medan dengan tujuan yang ditentukan sendiri, serta telah mengunjungi Lapangan Merdeka Medan lebih dari 2 kali kunjungan dengan asumsi telah memiliki kesan tersendiri terhadap Lapangan

Merdeka Medan (Tabel 3.6).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 40

Tabel 3.6 Karakteristik Responden

No. Karakteristik Responden Persentase 1. Domisili Medan 100 % 2. Pendidikan Terakhir SMA 18 % Sarjana (S1) 66 % Magister (S2) 9 % Profesi 7 % 3. Status Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 30 % Ibu Rumah Tangga 19 % Wiraswasta 16 % Pegawai Negeri 9 % Pegawai Swasta 8 % Pegawai BUMN 3 % Lainnya 15 % 4. Jumlah Kunjungan Ke 2 Kali Kunjungan 16 % Lapangan Merdeka > 2 Kali Kunjungan 84 % 5. Lama Waktu yang 1 Jam 23 % Dihabiskan Saat 2 Jam 37 % Mengunjungi Lapangan > 2 Jam 40 % Merdeka 6. Tujuan Mengunjungi Berolahraga 34 % Lapangan Merdeka Wisata Kuliner 31 % Rekreasi & Bersosialisasi 18 % Mengikuti Acara Khusus 17 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 41

Adapun daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden (Tabel 3.7).

Tabel 3.7 Daftar Pertanyaan Kuesioner

No. Variabel Indikator Pertanyaan STS TS N S SS 1. Sejarah Nilai Ketika melihat foto Tempat dokumentasi Lapangan (Lapangan Merdeka Merdeka Medan di atas saya Medan adalah merasa bangga memiliki Ruang Terbuka Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka di pusat kota Publik yang ada di pusat kota Medan, tempat saya tinggal. dan keberadaannya Ketika berada di dalam telah ada sejak kawasan Lapangan Merdeka masa pemerintahan saya dapat merasakan kolonial Belanda di kemegahannya sebagai Kota Medan. Lapangan Terbuka di pusat Lapangan Merdeka kota. Medan) Pengalaman Setelah melihat foto-foto dokumentasi perjalanan sejarah Lapangan Merdeka Medan, memberi saya pengetahuan bahwasanya Lapangan Merdeka Medan adalah tempat bersejarah dan membuat saya ingin ikut serta menjaga makna sejarah yang terkandung pada tempat tersebut. Ketika melihat tugu proklamasi yang masih berdiri di Lapangan Merdeka hingga sekarang, saya merasa bahwa Lapangan Merdeka memiliki makna penting dalam perjalanan perkembangan kota Medan. 2. Atribut Bentuk Dari aspek-aspek fisik yang ada pada Lapangan Merdeka, saya Fisik Fisik merasa suka bentuk dari aspek : Pohon Trembesi Raksasa (Seiring Pendopo berjalannya waktu Lapangan Merdeka Area Parkir Medan mengalami Jalur Sentleban Lari beberapa perubahan Taman Olah Raga dan penambahan aspek pendukung Taman Bermain aktivitas pada Merdeka Walk bentuk fisiknya. Tempat Berjualan Buku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 42

Tabel 3.7 (lanjutan) No. Variabel Indikator Pertanyaan STS TS N S SS Tugu Juang Taman Sekeliling Lapangan Tiang Bendera Lapangan Rumput di Tengah Gerbang Utama Sisi Selatan Jembatan Penyebrangan ke

Stasiun Kereta Api Mushola Jalur Trotoar Keliling Kantor Polisi Ketika datang ke Lapangan Merdeka Medan, elemen fisik yang

paling berbekas pada ingatan saya adalah : Pohon Trembesi Raksasa Pendopo Area Parkir Jalur Sentleban Lari Taman Olah Raga Taman Bermain Merdeka Walk Tempat Berjualan Buku Tugu Juang Taman Sekeliling Lapangan Tiang Bendera Lapangan Rumput di Tengah Gerbang Utama Sisi Selatan Jembatan Penyebrangan ke

Stasiun Kereta Api Mushola Jalur Trotoar Keliling Kantor Polisi Fasilitas Dari aspek-aspek fisik yang ada pada Lapangan Merdeka, saya merasa aspek tersebut dibawah bermanfaat : Pohon Trembesi Raksasa Pendopo Area Parkir Jalur Sentleban Lari Taman Olah Raga Taman Bermain

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 43

Tabel 3.7 (lanjutan) No. Variabel Indikator Pertanyaan STS TS N S SS Merdeka Walk Tempat Berjualan Buku Tugu Juang Taman Sekeliling Lapangan Tiang Bendera Lapangan Rumput di Tengah Gerbang Utama Sisi Selatan Jembatan Penyebrangan ke

Stasiun Kereta Api Mushola Jalur Trotoar Keliling Kantor Polisi 3. Sosial Budaya Aktivitas Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat diadakannya (Sejak awal kegiatan religius tahunan, dibangunnya seperti solat IED, Acara Lapangan Merdeka Tabligh Akbar, Acara MTQ dan oleh pemerintah lain-lain. Melihat hal ini saya kolonial Belanda, merasa bahwa Lapangan Lapangan Merdeka Merdeka Medan bernilai yang dahulunya religius. dinamakan Pada Lapangan Merdeka Esplanade terdapat kegiatan ekonomi difungsikan sebagai seperti makan dan minum, di pusat interaksi Merdeka Walk, berbelanja buku sosial masyarakat). dan lain-lain, melihat hal ini saya merasa Lapangan Merdeka memiliki nilai ekonomi. Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat masyarakat berolah raga seperti lari, bersepeda dan lain-lain, melihat hal ini saya merasa Lapangan Merdeka Medan bernilai Kesehatan dan Olah Raga. Interaksi Masyarakat Kota Medan terdiri dari berbagai suku dan status sosial, ketika saya datang ke Lapangan Merdeka saya merasa bahwa Lapangan Merdeka saat ini telah dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik untuk melakukan interaksi sosial maupun melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 44

Tabel 3.7 (lanjutan) No. Variabel Indikator Pertanyaan STS TS N S SS kegiatan sosial. Oleh karena itu saya merasa bahwa Lapangan

Merdeka Medan memiliki nilai sosial. Pemerintah menyelenggarakan upacara-upacara kenegaraan di Lapangan Merdeka Medan, seperti acara upacara peringatan 17 Agustus, peringatan Hari

Kesaktian Pancasila dan lain- lain. Melihat hal ini saya merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai politik. Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat diakannya festival kebudayaan, seperti festival budaya melayu dan lain-lain. Dengan adanya acara- acara tersebut di Lapangan Merdeka saya merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai budaya. Dari nilai-nilai tersebut, nilai yang menurut saya paling

dominan pada Lapangan Merdeka Medan adalah : Sosial Politik Religius Budaya Ekonomi Kesehatan dan Olah Raga TOTAL SKOR

3.5 Populasi dan Sample

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di kota Medan dan pernah berkunjung ke Lapangan Merdeka Medan. Adapun penghitungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 45

sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan rumus Slovin yang mana digunakan untuk menghitung jumlah sampel minimal ketika perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti :

n = N ______...... (3.1) 1 + Ne2 Keterangan n = Jumlah Sampel Minimal

N = Jumlah Populasi e = error margin (10 % atau 0,1)

Berdasarkan data jumlah penduduk kota Medan tahun 2019 yaitu 2.264.145 jiwa (Bps, 2019), maka jumlah sampel yang akan diambil adalah sebesar :

n = N ______...... (3..2) 1 + Ne2

n = 2.264.145 ______1 + (2.264.145 x 0,12)

n = 2.264.145 ______1 + (2.264.145 x 0,01)

n = 2.264.145 = 99,99 = 100 ______1 + 22.641,45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 46

Pada penelitian ini sampel yang akan diambil adalah berjumlah 100 respoden yang dilakukan dengan cara Random Sampling, dimana teknik penentuan sampel dilakukan dengan teknik acak berdasarkan pertimbangan tertentu seperti domisili.

3.6 Metoda Analisa

Metode analisa yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah dengan mengolah data sekunder berupa data yang bersumber dari kajian literatur seperti peta dan foto-foto lama yang menunjukkan proses perubahan pemanfaatan ruang pada

Lapangan Merdeka Medan per-periode, yang kemudian diperkuat dengan beberapa data primer berupa wawancara dengan warasumber kunci untuk mendapatkan data mendasar mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang yang terjadi pada Lapangan Merdeka Medan dimulai dari masa kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, masa setelah kemerdekaan atau Orde Lama, Masa Orde

Baru, dan masa setelah Reformasi, lalu kemudian dilakukan menyebaran kuesioner untuk mendapat data persepsi masyarakat terhadap keadaan aktual Lapangan

Merdeka Medan yang diukur dengan memakai skala likert, data hasil kuesioner tersebut kemudian dianalisa menggunakan SPSS dengan tujuan memperoleh data nilai rata-rata yang objektif. Untuk dapat memperoleh nilai rata-rata dari instrumen penelitian digunakan parameter. Pada penelitian ini yang diukur adalah persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka Medan.

Skala penilaian untuk mengidentifikasikan persepsi masyarakat terhadap lokasi kajian dapat dilihat dari perhitungan (Tabel 3.8) berdasarkan pada distribusi normal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 47

yang diperoleh dari nilai rata-rata dan standar deviasi (Marisa & Yusof, 2020), Tabel

3.8.

Tabel 3.8 Skala Penilaian Persepsi Masyarakat Persepsi Masyarakat Nilai Total Rata-Rata Persepsi Masyarakat Sangat Tidak Baik 1 ≤ X < 1,8 Persepsi Masyarakat Tidak Baik 1,8 ≤ X < 2,6 Persepsi Masyarakat Cukup Baik 2,6 ≤ X < 3,4 Persepsi Masyarakat Baik 3,4 ≤ X < 4,2 Persepsi Masyarakat Sangat Baik 4,2 ≤ X ≤ 5

3.2 Kerangka Metode Analisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV

KAWASAN PENELITIAN

4.1 Kota Medan

Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan yang memiliki luas 26.510 hektare (265,10 km²) ini secara geografis terletak pada 3° 30' –

3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Bagian Timur, Selatan, dan

Barat kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, sedangkan bagian

Utara berbatasan dengan Selat Malaka (Gambar 4.1 ).

Gambar 4.1 Peta Kota Medan

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 49

Berbatasan dengan Selat Malaka menjadikan kota Medan menjadi salah satu kota perdagangan, industri dan bisnis di Indonesia. Medan juga disebut sebagai pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dengan keberadaan Pelabuhan Belawan sebagai akses masuknya.

4.1.1 Sejarah Kota Medan

Berdasarkan hasil penelitian tim peneliti sejarah Kota Medan, disebutkan dalam Riwayat Hamparan Perak yang dokumen aslinya ditulis dalam huruf Karo pada rangkaian bilah bambu, tercatat Guru Patimpus Sembiring Pelawi, tokoh masyarakat Karo, sebagai orang yang pertama kali membuka "kampung" yang diberi nama “Medan Putri” yang terletak diantara Sungai Babura dan Sungai Deli pada tahun 1590.

Wilayah yang sekarang disebut Medan pada awalnya adalah perkampungan yang sederhana, bertransformasi menjadi pusat pemerintahan dan ekonomi yang kompleks dimasa kolonial Belanda dengan masuknya kapitalisme perkebunan pada tahun 1860an. Dimulai tahun 1863, seorang pengusaha perkebunan berkebangsaan

Belanda, Jacobus Nienhuys datang ke Deli setelah mendengar bahwa tembakau yang ditanam di tanah Deli berkualitas sangat baik. Nienhuys kemudian berhasil mendapatkan konsesi tanah dari Deli, Sultan Mahmud Perkasa Alam untuk penanaman tembakau di wilayah Deli (Gambar 4.2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 50

Gambar 4.2 Perkebunan Tembakau di Deli Tahun 1865-1891 Sumber : kitlv.nl

Pada 1 November 1869 perusahaan tembakau Deli Maatschappij didirikan.

Dalam perkembangnnya, usaha perkebunan tembakau Nienhuys di Labuhan Deli terbilang berhasil. Keberhasilan ini lantas dimanfaatkan Nienhuys untuk memperluas lahan perkebunan tembakaunya dengan menyusuri sungai Deli ke hulu hingga dia sampai ke sebuah kampung di pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura, yaitu

Kampung Medan Putri. Pada 1869, Nienhuys memindahkan kantor perusahaanya,

Deli Maatschappij, dari Labuhan ke Kampung Medan Putri. Peta yang menunjukkan letak Medanpoetri dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Medan of Medanpoetri (1873) Sumber : akhirmh.blogspot, 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 51

Dahulunya wilayah yang kini dikenal sebagai kota Medan secara administrasi sejak tahun 1860 hingga 1870 adalah bagian dari wilayah residen Riau, namun sejak tahun 1886 dibentuk Keresidenan Sumatra Timur, lalu pada 1 Maret 1887 Medan resmi ditetapkan pemerintah kolonial Belanda sebagai ibukotanya. Dalam perkembangannya pada masa kolonial, di Medan dibangun infrastruktur kota, seperti fasilitas pemerintahan, fasilitas umum, fasilitas penunjang kegiatan ekonomi seperti pelabuhan Belawan, serta dibangun sarana transportasi kereta api untuk mempercepat mobilitas ekonomi pada tahun 1881 atas inisiatif dari Cremer (Menejer Deli

Maatschappij) untuk pembuatan jalan kereta api dari Medan menuju Labuhan mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli. Pada 23 Januari

1883, ide Cremer ini direalisasikan pemerintah kolonial Belanda dengan memberikan konsesi kepada Deli Maatschappij untuk membangun jalan kereta api (Gambar 4.4).

Fasilitas pemerintahan, serta fasilitas penunjang kegiatan perdagangan tembakau tersebut dibangun mengelilingi sebuah ruang terbuka publik atau alun-alun yaitu

Esplanade sebagai pusatnya.

Gambar 4.4 Jalur Perkotaan Medan Era Deli Spoorweg tahun 1893 Sumber : sumaterarailways.blogspot, 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 52

Sektor perdagangan yang maju pesat mendorong perkembangan kota Medan menjadi pusat pemerintahan. Pada tahun 1891 Istana Kesultanan Deli yang awalnya berada di Labuhan dipindahkan ke Medan. Lalu pada periode selanjutnya, Medan dijadikan sebagai sebuah Gemeente (kotapraja) pada 1 April 1909. Belanda yang awalnya hanya berkonsentrasi pada perkebunan dan segmen perekonomian lainnya kini mulai berkonsentrasi lebih menjadi sebuah pemerintahan berwujud kota. Dengan adanya Esplanade sebagai titik pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi perdagangan kolonial Belanda, serta Istana Maimoon sebagai pusat pemerintahan lokal Kesultanan Deli serta pusat budaya, dapat dikatakan bahwa Medan memiliki pusat kegiatan yang tidak hanya berpusat pada satu kawasan saja (Rukayah &

Juwono, 2018). Untuk menopang bentuk pemerintahan yang baru ini kesultanan Deli menyerahkan secara formal tanah kota Medan kepada Gemeente (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Peta Penguasaan Lahan di Medan Setelah Berubah Status Menjadi Kota. Sumber : Digital File Tropen Museum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 53

Seiring perubahan kemajuan perkembangan kota Medan sebagai Gementee,

Esplanade yang merupakan titik pusat fasilitas pemerintahan dan kegiatan ekonomi juga menjadi tempat pusat interaksi sosial masyarakat Belanda di kota Medan.

4.2 Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka adalah sebuah alun-alun di Kota Medan, Sumatera Utara,

Indonesia. Letaknya di area Kesawan, tepat di pusat kota, dan merupakan titik nol

Kota Medan seperti ditetapkan pemerintah kota Medan. Secara administratif, lokasinya berada dalam Kecamatan Medan Petisah. Lapangan Merdeka dikelilingi berbagai bangunan bersejarah dari zaman kolonial Hindia Belanda, di antaranya

Kantor Pos Medan, Hotel De Boer (Dharma Deli), Gedung Balai Kota Lama dan

Gedung de Javasche bank (Bank Indonesia). Di sekelilingnya juga ditanami pohon trembesi yang sudah ada sejak zaman Belanda (Gambar 4.6)

Gambar 4.6 Lokasi Lapangan Merdeka Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 54

Alun-alun ini direncanakan pembangunannya sejak 1872, sejalan dengan kepindahan Kesultanan Deli dan pusat administrasi bisnis perusahaan perkebunan dari Labuhan Deli ke Medan. Lapangan ini aktif digunakan sejak 1880.

4.2.1 Lapangan Merdeka Sebagai Saksi Sejarah Kota Medan

A. Periode Kolonial Belanda

Lapangan Merdeka Medan adalah merupakan ruang terbuka publik di

pusat kota Medan yang telah ada sejak masa kolonial Belanda. Perkembagan

Kota Medan dimulai dari perpindahan ibukota (pada saat itu Sumatra Timur)

dari Labuhan Deli ke tanah konsesi Kesultanan Deli di Kesawan, Belanda

mulai mengembangkan infrastruktur untuk menunjang seluruh aktivitas

perkebunan yang mereka kembangkan. Merunut pada pola perencanaan

wilayah dunia Barat, pada tahun 1880an, Belanda membuat satu lapangan

yang disebut Esplanade, sebagai titik sumbu seluruh bangunan administrasi di

sekelilingnya seperti De Javasche Bank (Bank Indonesia), stasiun kereta api,

kantor perhubungan udara (Kantor Pos), Hotel De Boer (Hotel Dharma Deli)

dan balai kota (Old City Hall), (Gambar 4.7).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 55

Gambar 4.7 Esplanade Tahun 1895 Sumber : akhirmh.blogspot, 20

Pada Tahun 1885, dengan resmi berdirinya berdirinya Deli Spoor Weg dan Stasiun Besar Medan di sebelah Timur Esplanade. Esplanade memenuhi kebutuhan akan ruang terbuka di depan stasiun KA sebagai ruang transisi untuk berganti moda transportasi dan ruang terbuka hijau yang mengantarkan pejalan kaki dari stasiun ke hotel yang ada di sebelah selatan Esplanade

(Husni Thamrin, 2003: 18).

Esplanade menjadi saksi peristiwa bersejarah yang terjadi di Kota

Medan, diantara upacara penyambutan pilot pesawat yang mendarat pertama kali di Medan pada 22 November 1924. Peristiwa bersejarah ini diawali niat seorang penerbang asal Belanda bernama Braham Nicolass Jan Thomassen atau lebih dikenal dengan nam Jan Van Der Hoop, yang berusaha memecahkan rekor penerbangan dari Amsterdam ke Batavia. Rute udara

Amsterdam ke Batavia berhenti di 21 kota termasuk Medan (Gambar 4.8).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 56

Gambar 4.8 Pesawat Pertama yang Mendarat di medan Sumber : Tropen Museum

B. Periode Pendudukan Jepang

Pada tahun 1942 di era pendudukan Jepang, nama Esplanade dirubah menjadi Fukuraido yang juga bermakna “Lapangan di tengah kota”. Pada era ini fungsi Fukuraido dipergunakan sebagai tempat dilangsungkannya upacara- upacara resmi pemerintahan Jepang.

C. Periode Pasca Kemerdekaan (Orde Lama)

Dengan takluknya Jepang pada tentara sekutu, proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan namun pada awalnya proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 kurang disambut antusias masyarakat Medan karena mendengar bahwa setelah menaklukkan Jepang, sekutu akan mendarat.

Namun setelah Jepang mengumumkan di Medan bahwa mereka telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 22 Agustus 1945, para pemimpin di Medan berkeinginan untuk menyuarakan berita kemerdekaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 57

Republik Indonesia (Proklamasi) di depan seluruh masyarakat kota Medan.

Pengumuman resmi tersebut baru dapat direalisasikan pada tanggal 6 Oktober

1945, setelah pengambilalihan kantor-kantor jawatan Jepang, pembentukan

Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dam Komite Nasional Indonesia.

Pembacaan proklamasi dan pengibaran Bendera Merah Putih pada Oktober

1945 menjadi momentum untuk mengubah nama lapangan Fukuraido menjadi

Lapangan Merdeka Medan. Lapangan Merdeka kemudian menjadi salah satu simbol bahwa Indonesia khususnya kota Medan sudah tidak lagi berada dalam kekuasaan pendudukan Jepang. Peralihan nama menjadi Lapangan Merdeka dilakukan dan disahkan Wali Kota Medan saat itu, Luat Siregar pada 9

Oktober 1945. Seiring waktu Lapangam Merdeka Medan menjadi tempat banyak peristiwa bersejarah di kota Medan. Pada tanggal 29 November 1949

Lapangan Merdeka menjadi tempat berkumpulnya masyarakat kota Medan mendengarkan pidato Mohammad Hatta dalam perjalanannya mengunjungi daerah-daerah di Indonesia, pada pidato tersebut beliau menjelaskan hasil

Konferensi Meja Bundar (Gambar 4.9).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 58

Gambar 4.9 Pidato Mohammad Hatta Tahun 1949 di Medan Sumber : ANRI, RVD 91129AA4

Setelah akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia resmi dibentuk, pada 17 Agustus 1950 dilakukan upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-5 bertempat di Lapangan Merdeka. Perayaan ulang tahun hari proklamasi tersebut berlangsung dengan khidmat dan meriah. Diawali berkumpulnya masyarakat kota Medan untuk melakukan upacara di pagi hari, dilanjutkan mendengarkan relay radio dari Jakarta yang berisi pidato Presiden

Soekarno, pada siang hari dilakukan pawai yang rutenya diawali dari

Lapangan Merdeka, lalu sore hari diadakan pertunjukan musik (Gambar 4.10).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 59

Gambar 4.10 Parade Militer RI pada Peringatan Hari Proklamasi Tahun 1950 di Lapangan Merdeka Medan Sumber : akhirmh.blogspot, 2016

Pada 5 Desember 1955, Lapangan Merdeka menjadi tempat Presiden

Soekarno berpidato pada rapat raksasa yang diadakan dalam rangka

perjalanan beliau mengunjungi Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan

Sumatera Selatan (Gambar 4.11).

Gambar 4.11 Pidato Presiden Soekarno Tahun 1955 Ketika Kunjungan ke Medan (Sumber : ANRI, Kepmen 551205 AA 13)

Lapangan Merdeka juga menjadi tempat dilangsungkannya rapat

raksasa menyambut kembalinya Undang-Undang Dasar 1945 pada 19 April

1959 (Gambar 4.12).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 60

Gambar 4.12 Rapat Raksasa Menyambut berlaku kembalinya UUD 1945 Sumber : ANRI, Kepmen 590419 AA 1

Selama masa pasca kemerdekaan atau sering disebut Masa Orde

Lama, Lapangan Merdeka difungsikan sebagai alun-alun kota dan merupakan titik nol dari kota Medan.

D. Periode Orde Baru

Pada masa Orde Baru, Lapangan Merdeka tidak mengalami perubahan fungsi signifikan, Lapangan Merdeka tetap berfungsi sebagai alun-alun kota, tempat dilangsungkannya upacara-upacara resmi dan perayaan penting baik skala daerah maupun nasional, serta menjadi pusat kegiatan publik.

E. Periode Reformasi

Pada masa Reformasi, Lapangan Merdeka mengalami perubahan / penambahan fungsi ekonomi. Walikota Abdillah menggagas pendirian pusat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 61

kuliner Medan yang dinamakan Merdeka Walk pada tahun 2005, dengan

mamanfaatkan lahan di sekitar Lapangan Merdeka Medan (Gambar 4.13).

Gambar 4.13 Suasana Merdeka Walk di Malam Hari (Sumber : Dokumentasi Peneliti)

Keberadaan Merdeka Walk menambah tujuan wisata kuliner di kota

Medan, serta tentunya memberi kontribusi terhadap perkembangan

perekonomian kota Medan.

4.2.2 Perubahan Fisik pada Lapangan Merdeka dari Waktu ke Waktu

Menilik dari perjalanan sejarah yang telah dilalui Lapangan Merdeka Medan, dapat kita ketahui bahwasanya telah tejadi perubahan pada fisik Lapangan tesebut yang terjadi seiring berjalannya waktu dan pergantian periode. Perubahan-perubahan tesebut diantaranya dapat dilihat dari peta perkembangan kawasan sekitar Lapangan

Merdeka dibawah ini (Gambar 4.14).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 62

Gambar 4.14 Peta Perubahan Kawasan Sekitar Lapangan Merdeka Medan Sumber : Arsip Badan Warisan Sejarah

Perubahan fisik Lapangan Merdeka Medan pada periode awal dibangunnya dapat dilihat dari beberapa foto di bawah ini (Gambar 4.15 - 4.17).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 63

Gambar 4.15 Suasana Lapangan Merdeka pada tahun 1880-an Sumber : Tropen Museum

Gambar 4.16 Suasana Lapangan Merdeka pada tahun 1905 Sumber : ANRI, KIT Sumut 266/22

Gambar 4.17 Foto Udara Lapangan Merdeka pada tahun 1930 oleh EMF Eijsberg- Klasser. Sumber : Arsip Badan Warisan Sejarah, 2012

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 64

Dahulu pada Lapangan Merdeka terdapat dua buah monumen yang kini telah tidak ada lagi yaitu Monumen Tamiang dan Jambur Lige yang sering juga disebut

Geriten (Gambar 4.18 - 4.19).

Gambar 4.18 Monumen Tamiang pada Tahun 1910 Sumber : akhirmh.blogspot, 2016

Gambar 4.19 Foto Jambur Lige pada Tahun 1948 oleh Capt. George S. White Sumber : karosiadi.blogspot, 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 65

Monumen Tamiang adalah monumen yang dibangun pemerintah kolonial

Belanda pada tahun 1894, untuk mengenang para korban Perang Tamiang (1893) yang banyak diantaranya adalah tentara Belanda dan prajurit Kesultanan Deli.

Jambur Lige adalah sebuah bangunan yang merupakan kombinasi dari Jambur

(tempat persidangan atau runggu masyarakat adat Karo) dengan Geriten (rumah tengkorak, dari sinilah bangunan ini dikenal sebagai jambur Lige, dikarenakan bagian bawah bangunan berbentuk jambur sedangkan bagian atap berbentuk Lige-Lige yaitu alat untuk membawa jenazah orang besar ke makam yang ditarik menggunakan tali dan roda.

Kedua monumen tersebut merupakan artefak yang sangat berharga bagi pengetahuan sejarah perkembangan kota Medan namun sekarang sudah tidak dapat lagi dinikmati pengunjung Lapangan Merdeka Medan. Pada masa sekarang ini hanya tinggal 1 monumen bersejarah yang tersisa di Lapangan Merdeka Medan yaitu

Monumen Perjuangan Kemerdekaan Nasional Indonesia yang dibangun untuk mengenang perjuangan dari para pemuda yang mengibarkan sang saka merah putih secara resmi di Kota Medan, pada tanggal 6 Oktober 1945. Monumen ini diresmikan pada tanggal 9 Agustus 1986 oleh Almarhum Jenderal (Purn) Achmad Thaher.

Namun saat ini kondisi monumen memprihatinkan dan tak terurus (Gambar 4.10).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 66

Gambar 4.20 Foto Monumen Perjuangan Kemerdekaan Nasional Indonesia

Salah satu periode yang memberi kontribusi besar terhadap perubahan fisik

Lapangan Merdeka adalah masa Reformasi. Pada tahun 2003 Walikota Abdillah merelokasi para pedagang buku bekas yang sebelumnya berjualan di titi gantung ke sisi Timur Lapangan Merdeka dengan membangun bangunan permanen untuk mengakomodir aktifitas berjualan para pedagang buku, langkah ini diambil dengan pertimbangan Titi Gantung yang tadinya berada didekat stasiun kereta api Medan, adalah cagar budaya peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Bangunan tempat berjualan buku bekas tersebut dapat dilihat langsung dari Stasius Kereta Api Medan

(Gambar 4.21).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 67

Gambar 4.21 Deretan Kios Pasar Buku Bekas Sumber : semedan.com, 2016

Selanjutnya pada tahun 2005 masih dibawah kepemimpinan Walikota

Abdillah, pemerintah kota Medan menggagas pendirian Merdeka Walk sebagai salah satu pusat kuliner Medan. Kontrak yang disepakati dengan pihak investor berbentuk hak konsesi, yang mana pada saat masa perjanjian kerja sama berakhir maka aset dan bangunan yang berupa bangunan-bangunan permanen, akan diserahkan kepada

Pemko Medan (Gambar 4.22).

Gambar 4.22 Suasana Merdeka Walk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 68

4.2.3 Lapangan Merdeka Sebagai Tempat Interaksi Sosial Budaya Masyarakat Kota

Medan

A. Periode Kolonial Belanda

Pada masa pemerintah kolonial Belanda, seperti umumnya lapangan

pusat kota di negara-negara Eropa terutama Belanda, Esplanade berfungsi

sebagai tempat dilangsungkannya pertunjukan pawai, pawai miniatur perahu

dalam skala menengah, pasar malam, dan liga sepak bola. Esplanade pada

masa kolonial dijadikan dan dianggap sebagai pusat interaksi sosial

masyarakat serta sebagai simbol kemajuan dan keberadaban suatu budaya

(dalam hal ini Belanda), di lapangan ini hanya orang-orang dengan kelas

sosial ekonomi yang dipandang cukup tinggi yang dapat dengan bebas

berkunjung dan saling berinteraksi (Gambar 4.23).

Gambar 4.23 Suasana Esplanade Tahun 1893 Sumber : MEDAN BEELD VAN EEN STAD, 1997

Pada tahun 1895 di Esplanade diadakan pertandingan sepakbola antara

kesebelasan dari Penang melawan kesebelasan Medan. Antara tahun 1900

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 69

sampai dengan tahun 1907 Esplanade menjadi homebase klub sepakbola pertama di kota Medan yang bernama Medan Sport Club. Pada saat itu pemerintah kolonial melarang klub pribumi untuk menggunakan Esplanade.

Setelah Medan resmi menjadi Gementee paha tahun 1909, disekitar

Esplanade berdiri bangunan-bangunan penting seperti : Kantor Pos (titik nol kota), Balai Kota, Bank , Kantor NHN, Kantor Harison dan Crossfield.

Sejak saat ini acara ulang tahun ratu Belanda, penyambutan tamu Negara dan acara kenegaraan besar lainnya selalu diadakan di Lapangan Merdeka,

Esplanade memenuhi kebutuhan kota akan sebuah lapangan yang bernilai politik dan ekonomis (Husni Thamrin, 2003: 18).

Pada tahun 1923 di Esplanade diadakan pasar malam besar selama seminggu dan kemudian diadakan sekali dalam setahun (Gambar 4.24).

Dengan adanya festival ini, Esplanade telah memenuhi kebutuhan masyarakat akan ruang terbuka untuk aktifitas sosial, budaya dan ekonomi (Husni

Thamrin, 2003: 19).

Gambar 4.24 Pasar Malam di Esplanade Tahun 1923 Sumber : MEDAN BEELD VAN EEN STAD, 1997

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 70

Pada Tahun 1927 Espalanade yang sebelumnya secara regular digunakan sebagai lapangan olahraga (Gambar 4.25), dijadikan sebuah taman kota dengan kecenderungan menggunakan pola taman Inggris, dimana secara regular club sociteet mengadakan pertunjukan musik di bagian utara

Esplanade (di depan gedung socieet).

Gambar 4.25 Tribun Penonton Sepak Bola di Esplanade Tahun 1925 Sumber : akhirmh.blogspot, 2016

B. Periode Pendudukan Jepang

Pada masa pendudukan Jepang setelah nama Esplanade diganti menjadi Fukuraido, didirikan tugu kemenangan bala tentara Jepang di

Sumatera (Gambar 4.26). Hal ini semakin menguatkan bukti bahwa Lapangan

Merdeka memiliki nilai politik dimana lapangan menjadi tempat pengakuan kekuasaan (Husni Thamrin, 2003: 19). Pada masa ini Fukuraido menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 71

tempat dilangsungkannya upacara-upacara pemerintahan dan kemiliteran

Jepang.

Gambar 4.26 Tugu Kemenangan Bala Tentara Jepang di Sumatera, 1944 Sumber : MEDAN BEELD VAN EEN STAD, 1997

C. Periode Pasca Kemerdekaan (Orde Lama)

Husni Thamrin dalam Lapangan Merdeka Medan sebagai Ruang

Terbuka Publik di Pusat Kota (2013) mengungkapkan, sebelum kemerdekaan

Lapangan Merdeka yang berada di bawah pemeliharaan pemerintah Gementee menjadi lambang kekuasaan Hindia-Belanda di Sumatera Timur.

Penggunaannya dibatasi hanya bagi kebutuhan dan kepentingan orang Eropa atau bangsawan Melayu, rakyat biasa hanya bisa masuk jika ada pasar malam besar. Setelah kemerdekaan, Lapangan Merdeka berada di bawah pemeliharaan pemerintah Kota Madya Medan. Pada sekitar tahun 1970-an

Pemko Medan membangun pagar dan membuat jalur lari atletik 400m yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 72

digunakan atlet PASI untuk berlatih. Jalur lari ini kemudian juga dipergunakan masyarakat untuk olahraga pada pagi dan sore hari.

D. Periode Orde Baru

Pada masa Orde Baru, Lapangan Merdeka tidak mengalami perubahan fungsi secara signifikan namun belum berfungsi secara maksimal dikarenakan adanya pembatasaan waktu operasional (Nasution, 2000).

E. Periode Reformasi

Pada masa Pasca Reformasi yaitu dimulai tahun 2003 Lapangan

Merdeka menjadi pusat kegiatan ekonomi dan sosial dengan dipindahkannya tempat berjualan buku yang awalnya berada di Titi Gantung, serta pada tahun

2005 dibangun pusat kuliner khas Medan, Merdeka Walk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Sejarah Lapangan

Merdeka Medan

Berdasarkan hasil penelitian pada kajian persepsi masyarakat terhadap aspek sejarah Lapangan Merdeka Medan, melalui penilaian rata-rata (mean) kepada 100 responden dari jawaban masing-masing pertanyaan yang menggunakan skala likert, sejarah Lapangan Merdeka diteliti berdasarkan 2 indikator yaitu : (1) Nilai Tempat dan, (2) Pengalaman.

a. Nilai Tempat

Lapangan Merdeka Medan adalah ruang terbuka di pusat kota Medan,

dari sumber literatur diketahui bahwa Lapangan Merdeka adalah ruang

terbuka yang telah dibangun sejak masa pemerintahan kolonial Belanda,

letaknya berada di kawasan pusat pemerintahan Kolonial Belanda sejak awal

Medan dijadikan Gementee. Lapangan Merdeka Medan yang dahulu bernama

Esplanade telah menjadi saksi perjalanan sejarah perkembangan kota Medan

serta menjadi tempat berlangsungnya peristiwa-peristiwa bersejarah di kota

Medan. Menurut Powell (1994), bangunan-bangunan lama mempunyai nilai

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 74

sejarah yang saling berkaitan dengan tata cara hidup masyarakat dan secara

tidak langsung membentuk lingkungan yang memiliki arti dari segi fungsi

fisik dan kepentingan kebudayaan masyarakat setempat. Nilai sejarah yang

dimilikinya menjadikan Lapangan Merdeka Medan memiliki arti tersendiri

bagi masyarakat kota Medan. Ini sejalan dengan pernyataan dari Bapak

Brigjen (Purn) H. Mochammad Ali Imran Siregar :

“ “Lapangan Merdeka Medan telah melewati perjalanan panjang dan menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia, dan kota Medan pada khususnya. Dari awal dibangunnya pada masa Kolonial Belanda, saat itu dinamakan Esplanade, lalu berganti nama menjadi Fukuraido pada masa pendudukan Jepang, dan pada masa kemerdekaan berganti nama menjadi Lapangan Merdeka, lapangan ini lapangan ini menjadi tempat penguasa menunjukkan kekuasaannya. Tempat pemerintah yang berkuasa di kota Medan melakukan upacara, rapat besar dan menyampaikan hal-hal penting kepada masyarakat kota Medan, termasuk pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia, di Medan pun dilakukan di Lapangan Merdeka. Lapangan Merdeka menjadi saksi perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan masyarakat kota Medan khususnya.”

Namun begitu arti Lapangan Merdeka Medan bagi masing-masing

individu tentunya berbeda, tergantung pada pengetahuan atau informasi yang

didapat individu mengenai sejarah Lapangan merdeka Medan. Hal ini sejalan

dengan pernyataan dari Ibu Dra. Misnah Shalihat M.Hum :

“ Bagi orang yang tidak mengetahui sejarah, Lapangan Merdeka hanya dinilai dari apa yang ada sekarang. Karena tidak ada pusat informasi mengenai perjalanan sejarah Lapangan Merdeka Medan, pengunjung jadi hanya mengetahui kalau Lapangan Merdeka itu hanya memiliki nilai ekonomi, pusat kuliner.”

Atas pertimbangan kemungkinan kurangnya informasi mengenai

sejarah Lapangan Merdeka Medan yang diketahui para responden, maka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 75

peneliti melampirkan beberapa foto dokumentasi mengenai perjalanan sejarah

Lapangan Merdeka dalam kuesioner yang disebarkan peneliti kepada para

responden. Hasil dari penyebaran kuesioner, responden memberi jawaban

setuju dengan nilai rata-rata 4,43 bahwa mereka merasa bangga memiliki

Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka di pusat kota tempat tinggal

mereka, lalu responden mejawab bahwa mereka dapat merasakan kemegahan

Lapangan Merdeka ketika berkunjung dengan nilai rata-rata 3,77 (Tabel 5.1).

Tabel 5.1 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan Indikator Nilai Tempat

No. Aspek Indikator Faktor-faktor Nilai Rata-Rata 1. Sejarah Nilai Tempat Timbulnya perasaan bangga ketika 4,43 melihat foto dokumentasi Lapangan Merdeka Medan sebagai ruang terbuka di pusat kota tempat tinggalnya. Adanya perasaan bangga terhadap 3,77 kemegahan Lapangan Merdeka Medan sebagai ruang terbuka di pusat kota, ketika pengunjung berada di dalam kawasan Lapangan Merdeka Medan. Nilai Rata-rata total 4,1

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti, nilai

rata-rata responden terhadap elemen nilai tempat adalah 4,1. Nilai tersebut

berdasarkan skala penilaian persepsi masyarakat adalah 3,4 ≤ X < 4,2, dapat

disimpulkan bahwa masyarakat memiliki persepsi yang baik terhadap

Lapangan Merdeka Medan dilihat dari elemen nilai tempat, ini diperkuat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 76

dengan pernyataan dari tokoh masyarakat serta sejarawan, diketahui bahwa

Lapangan Merdeka Medan memiliki makna bagi masyarakat kota Medan, hanya saja dari hasil observasi diketahui beberapa responden baru mengetahui makna sejarah yang terdapat pada Lapangan Merdeka setelah melihat foto- foto dokumentasi yang disertakan peneliti dalam kuesioner, ini disebabkan ketiadaan pusat informasi sejarah Lapangan Merdeka di dalam kawasan

Lapangan Merdeka itu sendiri.

b. Pengalaman

Proses terbentuknya persepsi individu terhadap suatu tempat dipengaruhi pengalaman yang dialami individu ketika berada pada tempat tersebut. Ketika berada pada suatu tempat, pengalaman individu terhadap tempat tersebut akan berbeda antara satu dengan lainnya. Pengalaman yang dialami individu merupakan cerminan dari ikatan perilaku, afektif, dan kognitif antara individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik disekitarnya (Ernawati, 2011). Bangunan bersejarah pada suatu kawasan memberikan kenangan tersendiri kepada masyarakat sekitarnya (Zebruvel,

1996). Berdasarkan wawancara kepada narasumber kunci diketahui bahwa kondisi aktual monumen proklamasi yang ada pada Lapangan Merdeka

Medan dinilai tidak lagi diapresiasi dengan baik nilai historisnya, hal ini sesuai pernyataan dari Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, MS :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 77

“ Salah satu bukti Lapangan Merdeka adalah saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan adalah dengan dibangunnya Monumen Proklamasi. Dulunya monumen bersejarah ini dapat dilihat dari 4 sisi, namun altar sisi Timur, tempat terukir prasasti peresmian Monumen telah diratakan dan dibangun tembok yang menjadi pembatas dengan area parkir dan tempat berjualan buku. Ini terjadi tentunya karena kepentingan ekonomi, tugu monumen bersejarah jadi hilang keasliannya.”

Keberadaan monumen proklamasi di Lapangan Merdeka adalah bukti bahwa Lapangan Merdeka Medan adalah salah satu saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia, namun seperti diketahui bahwa keadaan fisiknya saat ini telah mengalami perubahan karena dibangunnya area parkir yang menyebabkan Monumen Proklamasi tidak lagi dapat dilihat dari keempat sisinya (Gambar 5.1).

.

Gambar 5.1 Proses Meratakan Altar Sisi Timur Monumen Proklamasi

Selain itu, penataan area parkir dan deretan kios-kios tempat berjualan buku bekas yang dibangun disisi Timur Monumen Proklamasi menyebabkan tidak hanya monumen tidak dapat dilihat dengan jelas dari keempat sisi, namun juga prasasti yang berisi mengenai momen peresmian monumen tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 78

dapat dilihat oleh pengunjung dari dalam area Lapangan Merdeka. Hal ini dikuatkan dengan pernyataan Bapak Ir. Soehardi Hartono, MSc :

“Menurut saya elemen fisik yang paling signifikan dari Lapangan Merdeka adalah Monumen Proklamasi, tidak ada yang lain. Namun kondisinya sekarang setelah ada kios-kios tempat berjualan buku bekas, menjadi kurang mendapat ruang apresiasi yang cukup karena jaraknya yang terlalu dekat dengan deretan kios-kios tersebut.”

Melalui Observasi lapangan didapat data berupa foto kondisi aktual monumen proklamasi yang memunjukkan telah terjadi perubahan bentuk dan hilangnya altar monumen dari salah satu sisinya (Gambar 5.2)

Gambar 5.2 Kondisi Sisi Timur Monumen Proklamasi

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, responden menjawab setuju dengan nilai rata-rata 4,33 bahwa setelah mengetahui sejarah Lapangan

Merdeka Medan melalui foto-foto yang dilampirkan peneliti dalam kuesioner, membuat responden ingin ikut serta menjaga makna sejarah dari Lapangan

Merdeka. Reponden juga menjawab hampir sangat setuju dengan nilai rata- rata 4,53 bahwa setelah melihat monumen proklamasi, Lapangan Merdeka memiliki makna penting dalam perjalanan sejarah kota Medan (Tabel 5.2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 79

Tabel 5.2 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan Indikator Pengalaman No. Aspek Indikator Faktor-faktor Nilai Rata-Rata 1. Sejarah Pengalaman Setelah melihat foto-foto dokumentasi 4,33 perjalanan sejarah Lapangan Merdeka Medan, responden mendapat pengetahuan bahwasanya Lapangan Merdeka Medan adalah tempat bersejarah dan membuat responden ingin ikut serta menjaga makna sejarah yang terkandung pada tempat tersebut.

Pengunjung merasa Lapangan 4,53 Merdeka Medan memiliki makna penting dalam perjalanan sejarah kota Medan, ketika melihat tugu proklamasi yang masih berdiri di Lapangan Merdeka hingga saat ini. Nilai Rata-rata Total 4,43

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti, nilai

rata-rata responden terhadap elemen pengalaman adalah 4,43. Berdasarkan

nilai tersebut, maka berdasarkan skala penilaian persepsi masyarakat adalah

4,2 ≤ X ≤ 5, dapat disimpulkan persepsi masyarakat terhadap Lapangan

Merdeka ditinjau dari elemen pengalaman adalah sangat baik, namun dari

hasil observasi dan diperkuat pernyataan dari akademisi sejarah serta praktisi

arsitektur, diketahui bahwa nilai sejarah Lapangan Merdeka Medan berkaitan

dengan salah satu atribut fisik yang ada pada Lapangan Merdeka Medan dan

paling signifikan yaitu Monumen Proklamasi, yang keadaan aktualnya

sekarang yang tidak diapresiasi dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 80

Melalui penilaian rata-rata dan nilai rata-rata total berdasarkan hasil

kuesioner yang disebarkan kepada responden, pembahasan aspek sejarah pada

Lapangan Merdeka Medan dapat disimpulkan berdasarkan dua indikator yaitu

: (1) Nilai Tempat, dan (2) Pengalaman (Tabel 5.3 ).

Tabel 5.3 Nilai Rata-rata Total Kuesioner Terkait Aspek Sejarah Dengan Indikator Nilai Tempat dan Pengalaman

Aspek Indikator Faktor-faktor Nilai Rata-Rata Sejarah Nilai Tempat Timbulnya perasaan bangga ketika 4,43 melihat foto dokumentasi Lapangan Merdeka Medan sebagai ruang terbuka di pusat kota tempat tinggalnya. Adanya perasaan bangga terhadap 3,77 kemegahan Lapangan Merdeka Medan sebagai ruang terbuka di pusat kota, ketika pengunjung berada di dalam kawasan Lapangan Merdeka Medan. Pengalaman Setelah melihat foto-foto 4,33 dokumentasi perjalanan sejarah Lapangan Merdeka Medan, responden mendapat pengetahuan bahwasanya Lapangan Merdeka Medan adalah tempat bersejarah dan membuat responden ingin ikut serta menjaga makna sejarah yang terkandung pada tempat tersebut. Pengunjung merasa Lapangan 4,53 Merdeka Medan memiliki makna penting dalam perjalanan sejarah kota Medan, ketika melihat tugu proklamasi yang masih berdiri di Lapangan Merdeka hingga saat ini. Nilai Rata-Rata Total 4,26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 81

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata total persepsi

masyarakat terhadap aspek sejarah pada Lapangan Merdeka Medan adalah

4,26. Berdasarkan rating scale, nilai rata-rata total persepsi masyarakat

terhadap aspek sejarah pada Lapangan Merdeka Medan adalah sangat baik

dengan interval score 4,2 ≤ X ≤ .

5.2 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Atribut Fisik Pada

Lapangan Merdeka Medan

Berdasarkan hasil penelitian pada kajian persepsi masyarakat terhadap aspek

Atribut Fisik Lapangan Merdeka Medan, melalui penilaian rata-rata (mean) kepada

100 responden, atribut fisik Lapangan Merdeka diteliti berdasarkan 2 indikator yaitu :

(1) Bentuk Fisik dan, (2) Fasilitas.

a. Bentuk Fisik

Keberadaan Lapangan Merdeka Medan yang telah melalui beberapa

periode pemerintahan dan mengalami beberapa kali perubahan baik bentuk fisik

maupun pemanfaatan ruang tentunya mempengaruhi persepsi individu yang

mengunjungi Lapangan tersebut. Beberapa tempat dianggap lebih penting

dibanding tempat lain karena atribut atribut fisik yang dimilikinya (Ernawati,

2011). Seiring berjalannya waktu telah terjadi perubahan baik bentuk maupun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 82

pemanfaatan pada Lapangan Merdeka. Dari segi desain beberapa elemen atribut fisik yang ada pada Lapangan Merdeka Medan telah mengalami perubahan dan penambahan, salah satunya adalah deretan kios tempat berjualan buku bekas.

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber kunci, diketahui bahwa secara desain dan penataan, deretan kios tersebut menghalangi pandangan dari arah stasiun kereta api ke Lapangan Merdeka, dan sebaliknya seperti diungkapkan oleh

Bapak Ir. Soehardi Hartono, MSc :

“ Keberadaan Merdeka Walk dan kios buku di Lapangan Merdeka, kalau dilihat dari 2 sudut pandang berbeda, secara fungsi keberadaan keduanya oke tetapi dari segi penataan dan desainnya seharusnya tidak seperti itu. Dengan adanya deretam kios buku itu menghalangi view dari arah stasiun kereta api ke arah dalam Lapangan Merdeka,dan sebaliknya kita yang sedang berada di Lapangan Merdeka merasa dengan adanya keberadaan keduanya membuat kita dibelakangi, karena orientasinya yang ke jalan raya bukan ke arah dalam Lapangan Merdeka. Itu sangat tidak mendukung bahkan tidak menghormati nilai historis Lapangan Merdeka sama sekali.”

Dari segi signifikansi atribut fisik yang ada pada Lapangan Merdeka

Medan, berdasarkan ahsil wawancara narasumber kunci Lapangan rumput di tengah menjadi elemen atribut fisik yang membekas dalam ingatan pengunjung, hal ini senada dengan dengan pernyataan dari Ibu Dra. Misnah Shalihat M.Hum :

“ Dulu Lapangan Merdeka benar-benar Lapangan Hijau Terbuka yang asri, tanpa pembatas, tetapi sekarang tidak lagi terlihat area lapangan hijaunya dari luar karena dibangun bangunan permanen disekelilingnya. Yang paling berbekas dalam ingatan mengenai Lapangan Merdeka tentunya aspek alaminya. Area Lapangan Hijau dan pohon trembesinya. Karena itulah yang awalnya menjadi identitas Lapangan Merdeka Medan sebagai alun-alun kota Medan.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 83

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, yang mendapatkan nilai tertinggi

dari segi desain atribut fisik adalah desain dari jalur sentleban lari dengan nilai

rata-rata 4,39, ini berkaitan dengan tujuan dari mayoritas responden yang

mengunjungi Lapangan Merdeka dengan tujuan untuk beroralraga, sementara

nilai terendah adalah tempat berjualan buku dengan nilai rata-rata 3,44 (Tabel

5.4). Selanjutnya ditanyakan pula elemen dari atribut fisik yang paling membekas

dalam ingatan responden yang mengunjungi Lapangan Merdeka Medan, taman

olah raga mendapatkan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 4,24, nilai ini dapat

divalidasi dari tujuan reponden yang megunjungi Lapangan Merdeka Medan yaitu

berolahraga dengan presentase 34%, nilai tertinggi ini terpaut tipis diikuti dengan

lapangan rumput di tengah dengan nilai rata-rata jawaban responden 4,21, dan

elemen yang mendapat nilai rata-rata terendah tempat berjualan buku bekas

dengan nilai rata-rata 3,44 (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan Indikator Bentuk Fisik

No. Aspek Indikator Faktor-Faktor Nilai Rata- rata 1. Atribut Bentuk Dari elemen-elemen atribut fisik yang ada Fisik Fisik pada Lapangan Merdeka, responden merasa suka bentuk dari elemen : Pohon Trembesi Raksasa 4,21 Pendopo 3,95 Area Parkir 3,57 Jalur Sentleban Lari 4,39 Taman Olah Raga 4,33 Taman Bermain 4,09

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 84

Tabel 5.4 (lanjutan) No. Aspek Indikator Faktor-Faktor Nilai Rata-rata Merdeka Walk 3,98 Tempat Berjualan Buku 3,44 Tugu Juang 4,19 Taman Sekeliling Lapangan 4,25 Tiang Bendera 4,22 Lapangan Rumput di Tengah 4,32 Gerbang Utama Sisi Selatan 4,13 Jembatan Penyebrangan ke Stasiun Kereta Api 4,03 Mushola 4,09 Jalur Trotoar Keliling 4,27 Kantor Polisi 3,79 Nilai Total 4,07 Tiang Bendera 3,87 Lapangan Rumput di Tengah 4,21 Gerbang Utama Sisi Selatan 3,92 Jembatan Penyebrangan ke Stasiun Kereta Api 3,74 Mushola 3,88 Jalur Trotoar Keliling 3,94 Kantor Polisi 3,65 Nilai Total 3,91 Nilai Rata-Rata Total 3,99

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti, nilai

rata-rata responden terhadap elemen bentuk fisik adalah 3,99. Berdasarkan

nilai tersebut, maka berdasarkan skala penilaian persepsi masyarakat adalah

3,4 ≤ X < 4,2, dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki persepsi yang

baik terhadap Lapangan Merdeka Medan dilihat dari elemen bentuk fisik.

Berdasarkan hasil wawancara narasumber kunci, diperkuat dengan

data hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 85

elemen atribut fisik yang paling signifikan adalah area tempat masyarakat berolahraga serta lapangan hijau, ini tentunya erat kaitannya dengan tujuan masyarakat untuk mengunjungi Lapangan Merdeka yang mayoritas adalah berolahraga, sedangkan bangunan permanen yang kini dibangun mengelilingi

Lapangan Merdeka yaitu Merdeka Walk dan terutama deretan kios tempat berjualan buku bekas, secara fungsi dianggap dapat memberi kontribusi terhadap perekonomian masyarakat namun secara desain dan penataan yang berorientasi ke arah jalan raya tidak sesuai, karena membuat area terbuka pada

Lapangan Merdeka menjadi tidak terlihat dari arah luar. b. Fasilitas

Pada ruang terbuka publik, atribut fisik pada ruang tersebut harus dapat menimbulkan rasa nyaman dan aman yang didapat dari adanya fasilitas fisik buatan, serta perasaan tenang yang didapat dari adanya elemen natural hingga dapat meghasilkan pengalaman yang beragam bagi para pengunjung

(Carmora et all, 2010). Sesuai dengan fungsi dari ruang terbuka publik,

Lapangan Merdeka Medan harus dapat mengakomodir kebutuhan segala lapisan masyarakat yang mengunjungi lapangan tersebut. Salah satu yang menjadi indikator keberhasilan tersebut adalah ketersediaan fasilitas pendukung yang terdapat di Lapangan Merdeka Medan. Kepuasan terhadap ketersediaan fasilitas, yang dapat menimbulkan persaaan nyaman tentunya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 86

berbeda-beda bagi setiap pengunjung mengingat kebutuhan masing-masing individu dapat berbeda satu dengan lainnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada narasumber kunci, diketahui bahwa pohon trembesi memiliki nilai signifikansi yang tinggi sebagai elemen hijau kota, hal diperkuat dengan pernyataan Ibu Dra. Misnah Shalihat M.Hum :

“ Pohon Trembesi didatangkan, ditanam dan dirawat sebagai bagian dari Lapangan Merdeka. Keberadaannya telah menyatu dengan Lapangan Merdeka dan ikut membangun makna Lapangan Merdeka sebagai alun- alun kota yang asri dan nyaman bagi masyarakat kota Medan juga sebagai elemen hijau kota.”

Berdasarkan pertanyaan yang ditanyakan didalam kuesioner kepada responden mengenai elemen yang paling bermanfaat pada atribut fisik lapangan merdeka, elemen yang mendaparkan nilai rata-rata tertinggi adalah

Jalur Sentleban Lari dengan nilai 4,29, kemudian diikuti elemen Pohon

Trembesi Raksasa dengan nilai 4,20, sedangkan elemen yang mendapat nilai terendah adalah deretan kios tempat berjualan buku bekas dengan nilai 3,53

(Tabel 5.5).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 87

Tabel 5.5 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan Indikator Fasilitas No. Aspek Indikator Faktor-Faktor Nilai Rata-rata 1. Atribut Fasilitas Dari elemen-elemen atribut fisik Fisik yang ada pada Lapangan Merdeka, responden merasa elemen fisik yang bermanfaat adalah elemen : Pohon Trembesi Raksasa 4,20 Pendopo 4,05 Area Parkir 3,87 Jalur Sentleban Lari 4,29 Taman Olah Raga 4,19 Taman Bermain 4,07 Merdeka Walk 3,87 Tempat Berjualan Buku 3,53 Tugu Juang 3,78 Taman Sekeliling Lapangan 4,01 Tiang Bendera 3,98 Lapangan Rumput di Tengah 4,15 Gerbang Utama Sisi Selatan 3,84 Jembatan Penyebrangan ke Stasiun 3,77 Kereta Api Mushola 4,08 Jalur Trotoar Keliling 4,06 Kantor Polisi 3,65 Nilai Rata-Rata Total 3,96

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti, nilai

rata-rata responden terhadap elemen bentuk fisik adalah 3,96. Berdasarkan

nilai tersebut, maka berdasarkan skala penilaian persepsi masyarakat adalah

3,4 ≤ X < 4,2, dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki persepsi yang

baik terhadap Lapangan Merdeka Medan dilihat dari elemen fasilitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 88

Melalui penilaian rata-rata dan nilai rata-rata total berdasarkan hasil

kuesioner yang disebarkan kepada responden, pembahasan atribut fisik pada

Lapangan Merdeka Medan dapat disimpulkan berdasarkan dua indikator yaitu

: (1) Bentuk Fisik, dan (2) Fasilitas (Tabel 5.6 )

Tabel 5.6 Nilai Rata-rata Total Kuesioner Terkait Aspek Atribut Fisik Dengan Indikator Bentuk Fisik dan Fasilitas Aspek Indikator Faktor-Faktor Nilai Rata-rata Atribut Bentuk Fisik Dari elemen-elemen atribut fisik yang ada pada Fisik Lapangan Merdeka, responden merasa suka bentuk dari elemen : Pohon Trembesi Raksasa 4,21 Pendopo 3,95 Area Parkir 3,57 Jalur Sentleban Lari 4,39 Taman Olah Raga 4,33 Taman Bermain 4,09 Merdeka Walk 3,98 Tempat Berjualan Buku 3,44 Tugu Juang 4,19 Taman Sekeliling Lapangan 4,25 Tiang Bendera 4,22 Lapangan Rumput di Tengah 4,32 Gerbang Utama Sisi Selatan 4,13 Jembatan Penyebrangan ke Stasiun Kereta Api 4,03 Mushola 4,09 Jalur Trotoar Keliling 4,27 Kantor Polisi 3,79 Nilai Total 4,07 Ketika datang ke Lapangan Merdeka Medan, elemen fisik yang paling berbekas pada ingatan saya adalah : Pohon Trembesi Raksasa 3,86 Pendopo 3,89 Area Parkir 3,42 Jalur Sentleban Lari 4,09 Taman Olah Raga 4,28 Taman Bermain 4,01 Merdeka Walk 4,19 Tempat Berjualan Buku 3,44 Tugu Juang 3,98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 89

Tabel 5.6 (lanjutan) Aspek Indikator Faktor-Faktor Nilai Rata-rata Taman Sekeliling Lapangan 4,11 Tiang Bendera 3,87 Lapangan Rumput di Tengah 4,21 Gerbang Utama Sisi Selatan 3,92 Jembatan Penyebrangan ke Stasiun Kereta Api 3,74 Mushola 3,88 Jalur Trotoar Keliling 3,94 Kantor Polisi 3,65 Nilai Total 3,91 Fasilitas Dari elemen-elemen atribut fisik yang ada pada Lapangan Merdeka, responden merasa elemen fisik yang bermanfaat adalah elemen : Pohon Trembesi Raksasa 4,20 Pendopo 4,05 Area Parkir 3,87 Jalur Sentleban Lari 4,29 Taman Olah Raga 4,19 Taman Bermain 4,07 Merdeka Walk 3,87 Tempat Berjualan Buku 3,53 Tugu Juang 3,78 Taman Sekeliling Lapangan 4,01 Tiang Bendera 3,98 Lapangan Rumput di Tengah 4,15 Gerbang Utama Sisi Selatan 3,84 Jembatan Penyebrangan ke Stasiun Kereta Api 3,77 Mushola 4,08 Jalur Trotoar Keliling 4,06 Kantor Polisi 3,65 Total Nilai 3,96 Nilai Rata-Rata Total 3,98

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata total persepsi

masyarakat terhadap aspek atribut fisik pada Lapangan Merdeka Medan

adalah 3,98. Berdasarkan rating scale, nilai rata-rata total persepsi masyarakat

terhadap aspek sejarah pada Lapangan Merdeka Medan adalah sangat baik

dengan interval score 4,2 ≤ X ≤ .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 90

Pada jawaban responden terhadap pertanyaan diatas, jalur sentleban

lari mendapat nilai tertinggi dikaitkan dengan tujuan mayoritas responden

mengunjungi Lapangan Merdeka Medan dengan tujuan berolahraga.

Selanjutnya, pohon trembesi mendapatkan nilai kedua tertinggi. Berdasarkan

observasi peneliti secara langsung, peneliti mengamati penyebab deretan kios

tempat berjualan buku bekas mendapat nilai terendah karena rendahnya

kunjungan masyarakat untuk berbelanja buku di kios-kios tersebut, ini

dipengaruhi karena letaknya yang berada di dalam pagar yang mengelilingi

Lapangan merdeka, menimbulkan rasa kurang bebas bagi pengunjung pada

saat berbelanja.

5.3 Kajian Persepsi Masyarakat Terhadap Aspek Sosial Budaya Pada

Lapangan Merdeka Medan

Berdasarkan hasil penelitian pada kajian persepsi masyarakat terhadap

aspek sosial budaya pada Lapangan Merdeka Medan, melalui penilaian rata-

rata (mean) kepada 100 responden, aspek sosial budaya pada Lapangan

Merdeka diteliti berdasarkan 2 indikator yaitu : (1) Aktivitas dan, (2)

Interaksi.

a. Aktivitas

Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka di pusat kota Medan

tentunya menjadi tempat dilakukannya aktivitas sosial budaya masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 91

yang difasilitasi pemerintah, baik bersifat individu maupun kolektif, ini terkait dengan sistem manajemen pengelolaan Lapangan Merdeka Medan yang berada dibawah pengelolaan pemerintah kota Medan. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan di suatu tempat memunculkan identitas yang timbul dari penilaian masyarakat terhadap tempat tersebut (Ernawati, 2011). Berdasarkan wawancara kepada salah satu narasumber kunci diketahui bahwa Lapangan

Merdeka Medan memiliki nilai ekonomi, hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Ir. Soehardi Hartono, MSc :

“ Keberadaan Merdeka Walk dan deretan kios buku secara fungsi dapat mendatangkan orang ke Merdeka Walk, iya, dari segi ekonomi memberikan dampak baik, bisa jadi iya. Saya tidak menyoroti fungsi ekonomi tersebut, yang saya kritisi adalah cara menata dan membangunnya tidak memberikan kesempatan masyarakat atau pengunjung untuk mengapresiasi Lapangan merdeka yang sarat dengan nilai historisnya, hanya sebagai lapangan biasa sebagai tempat berkegiatan populer seperti berolahraga dan berwisata kuliner.”

Salah satu aktivitas yang diadakan pemerintah di Lapangan Merdeka adalah kegiatan religius tahunan seperti misalnya solat IED, dari pertanyaan mengenai nilai religius yang terkandung pada Lapangan Merdeka, responden menjawab bahwa mereka setuju Lapangan Merdeka memiliki nilai religius dengan nilai 4,22. Selanjutnya responden menyatakan setuju bahwa Lapangan

Merdeka memiliki nilai ekonomi dengan nilai rata-rata 4,07. Responden juga setuju dengan pernyataan bahwa Lapangan Merdeka yang telah menjadi tujuan mayotitas responden mengunjungi Lapangan Merdeka untuk berolahraga, dengan nilai rata-rata 4,08 (Tabel 5.7).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 92

Tabel 5.7 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sosial Budaya Dengan Indikator Aktivitas No. Aspek Indikator Faktor-faktor Nilai Rata-rata 1. Sosial Aktivitas Dengan diadakannya kegiatan 4,22 Budaya religius di Lapangan Merdeka Medan responden merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai religius. Dengan adanya kegiatan ekonomi di 4,07 Lapangan Merdeka terdapat kegiatan ekonomi seperti makan dan minum di Merdeka Walk, berbelanja buku dan lain-lain, responden merasa melihat Lapangan Merdeka memiliki nilai ekonomi. Lapangan Merdeka Medan menjadi 4,08 tempat masyarakat berolah raga, hal ini merasa Lapangan Merdeka Medan bernilai Kesehatan dan Olah Raga. Nilai Rata-Rata Total 4,12

Dari hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti, nilai rata-rata

responden terhadap elemen bentuk fisik adalah 4,12. Berdasarkan nilai tersebut,

maka berdasarkan skala penilaian persepsi masyarakat adalah 3,4 ≤ X < 4,2, dapat

disimpulkan bahwa masyarakat memiliki persepsi yang baik terhadap Lapangan

Merdeka Medan dilihat dari elemen aktivitas. Dari jawaban responden diketahui

bahwa Lapangan Merdeka Medan memiliki nilai ekonomi.

b. Interaksi

Nilai sosial budaya pada sebuah ruang terbuka publik di pusat kota dapat

dilihat dari terjadinya kegiatan sosial, interaksi antara pengunjung baik

individu maupun kelompok, serta adanya interaksi antara pengunjung dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 93

lingkungan sekitar. Whyte (1989 : 17). Sesuai dengan fungsi ruang terbuka publik, Lapangan Merdeka Medan harus dapat mengakomodir interaksi sosial masyarakat tanpa batasan. Berdasarkan wawancara dengan salah satu narasumber kunci diketahui bahwa Lapangan Merdeka Medan sejak awal dibangun telah memili nilai sosial budaya, Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Bapak Dr. Phil. Ichwan Azhari, MS :

“Pada masa Kolonial Belanda, Lapangan Merdeka menjadi lokasi penghijauan pusat kota, selain itu pemerintah kolonial Belanda mengadakan pasar malam, berbagai pameran dan juga pesta budaya. Selain dihadiri oleh bangsa Belanda dan kaum bangsawan Kesultanan Deli, sesekali juga diadakan pesta rakyar kuli Perkebunan Tembakau di Lapangan Merdeka. Tujuannya agar perputaran ekonomi di kalangan kuli perkebunan tetap dikuasai Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, Lapangan Merdeka menjadi tempat mobilisasi dukungan rakyat ke pemerintah pendudukan Jepang dan juga rapat-rapat umum. Fungsi Lapangan Merdeka sebagai tempat interaksi sosial lebih leluasa dan intensif pada era awal kemerdekaan sampai tahun 2000an sebelum dibangun Merdeka Walk. Dengan adanya bangunan-bangunan permanen mengelilingi Lapangan Merdeka seperti restoran, cafe, tempat berjualan buku bekas bahkan kantor polisi, dapat dikatakan nilai historis Lapangan Merdeka menjadi hilang”

Selain memiliki nilai sosial budaya, Lapangan Merdeka Medan juga dinilai memiliki nilai politik yang kuat dikarenakan Lapangan Merdeka menjadi tempat pemerintah meyelenggarakan upacara-upacara kenegaraan, ini sejalan dengan pernyataan Bapak Brigjen (Purn) H. Mochammad Ali Imran

Siregar :

“ Yang paling menonjol menurut saya pada Lapangan Merdeka Medan yang terus ada dari awal hingga sekarang, adalah makna politik. Lapangan Merdeka adalah simbol kekuasaan penguasa atau pemerintah. Ini dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 94

dilihat dari awal dibangunnya Lapangan Merdeka, pemerintah Belanda membangun tugu Tamiang sebagai monumen peringatan bagi pasukan Belanda yang gugur saat perang Tamiang. Pada masa pendudukan Jepang, tugu Tamiang ini dihancurkan kemudian Jepang membangun tugu pengganti sebagai tanda penguasaan mereka di kota Medan. Lalu setelah kemerdekaan Indonesia tugu tersebut dihancurkan dan dibangun tugu proklamasi sebagai pengingat perjuangan bangsa serta momen dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan di Kota Medan, di Lapangan Merdeka.”

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, responden menjawab setuju dengan nilai 4,29 terhadap pernyataan bahwa Lapangan Merdeka memiliki nilai sosial karena saat ini telah dapat dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan interaksi sosial maupun melakukan kegiatan sosial. Selanjutnya responden menyatakan setuju dengan nilai 4,22 terhadap pernyataan

Lapangan Merdeka memiliki nilai politik. Responden juga setuju terhadap pernyataan bahwa Lapangan Merdeka Medan memiliki nilai budaya dengan nilai 4,37 karena Lapangan Merdeka juga menjadi tempat diadakannya festival kebudayaan seperti festival budaya Melayu. Dari keenam nilai yang terkadung pada Lapangan Merdeka Medan, yaitu nilai sosial, nilai politik, nilai religius, nilai budaya, nilai ekonomi, dan terakhir nilai kesehatan dan olah raga, nilai yang menurut responden adalah yang paling dominan adalah nilai kesehatan dan olah raga dengan nilai rata-rata 4,57, lalu diikuti dengan nilai sosial dengan nilai rata-rata 4,39, sedangkan nilai terendah adalah nilai religius dengan nilai rata-rata 3,54 (Tabel 5.8).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 95

Tabel 5.8 Nilai Rata-rata Kuesioner Terkait Aspek Sosial Budaya Dengan Indikator Interaksi No. Aspek Indikator Faktor-faktor Nilai Rata- rata 1. Sosial Interaksi Lapangan Merdeka saat ini telah 4,29 Budaya dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik untuk melakukan interaksi sosial maupun melakukan kegiatan sosial, hal ini membuat responden merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan memiliki nilai sosial. Pemerintah menyelenggarakan 4,21 upacara-upacara kenegaraan di Lapangan Merdeka, hal ini membuat responden merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai politik. Lapangan Merdeka Medan menjadi 4,37 tempat diakannya festival kebudayaan, hal ini membuat responden merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai budaya. Dari nilai-nilai tersebut, nilai yang menurut responden paling dominan pada Lapangan Merdeka Medan adalah : Sosial 4,39 Politik 3,75 Religius 3,54 Budaya 3,94 Ekonomi 4,05 Kesehatan dan Olah Raga 4,57 Nilai Total 4,04 Nilai Rata-Rata Total 4,22

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti, nilai

rata-rata responden terhadap elemen interaksi adalah 4,22. Berdasarkan nilai

tersebut, maka berdasarkan skala penilaian persepsi masyarakat adalah 3,4 ≤

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 96

X < 4,2, dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki persepsi yang sangat

baik terhadap Lapangan Merdeka Medan dilihat dari elemen interaksi.

Melalui penilaian rata-rata dan nilai rata-rata total berdasarkan hasil

kuesioner yang disebarkan kepada responden, pembahasan sosial budaya pada

Lapangan Merdeka Medan dapat disimpulkan berdasarkan dua indikator yaitu

: (1) Bentuk Fisik, dan (2) Fasilitas (Tabel 5.9 )

Tabel 5.9 Nilai Rata-rata total Kuesioner Terkait Aspek Sosial Budaya Dengan Indikator Aktivitas dan Interaksi

Aspek Indikator Faktor-faktor Nilai Rata- rata Sosial Aktivitas Dengan diadakannya kegiatan religius di 4,22 Budaya Lapangan Merdeka Medan responden merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai religius. Dengan adanya kegiatan ekonomi di Lapangan 4,07 Merdeka terdapat kegiatan ekonomi seperti makan dan minum di Merdeka Walk, berbelanja buku dan lain-lain, responden merasa melihat Lapangan Merdeka memiliki nilai ekonomi. Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat 4,08 masyarakat berolah raga, hal ini merasa

Lapangan Merdeka Medan bernilai Kesehatan dan Olah Raga. Interaksi Lapangan Merdeka saat ini telah dimanfaatkan 4,29 oleh seluruh lapisan masyarakat baik untuk melakukan interaksi sosial maupun melakukan

kegiatan sosial, hal ini membuat responden merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan memiliki nilai sosial. Pemerintah menyelenggarakan upacara-upacara 4,21 kenegaraan di Lapangan Merdeka, hal ini

membuat responden merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai politik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 97

Tabel 5.9 (lanjutan) Aspek Indikator Faktor-faktor Nilai Rata- rata Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat 4,37 diakannya festival kebudayaan, hal ini membuat

responden merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai budaya. Dari nilai-nilai tersebut, nilai yang menurut responden paling dominan pada Lapangan Merdeka Medan adalah : Sosial 4,39 Politik 3,75 Religius 3,54 Budaya 3,94 Ekonomi 4,05 Kesehatan dan Olah Raga 4,57 Nilai Total 4,04 Nilai Rata-Rata Total 4,18

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata total persepsi

masyarakat terhadap aspek atribut fisik pada Lapangan Merdeka Medan

adalah 4,18. Berdasarkan rating scale, nilai rata-rata total persepsi masyarakat

terhadap aspek sosial budaya pada Lapangan Merdeka Medan adalah sangat

baik dengan interval score 4,2 ≤ X ≤ 5. Ini menunjukkan bahwa mayoritas

masyarakat yang menjadi responden menilai aspek sosial budaya yang ada

pada Lapangan Merdeka Medan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

pengunjung. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari praktisi arsitektur,

akademisi sejarah serta tokoh masyarakat, diketahui bahwa elemen sosial

budaya pada Lapangan Merdeka Medan telah ada dari awal dibangunnya

hingga sekarang, hanya saja terdapat beberapa perbedaan signifikan. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 98

masa sebelum kemerdekaan aktivitas dan interaksi sosial di dalam Lapangan

Merdeka memiliki banyak batasan sedangkan pasca kemerdekaan hingga

sekarang pasca reformasi telah jauh lebih bebas. Nilai dari elemen sosial

budaya yang terus ada pada Lapangan Merdeka adalah nilai politik, ini

tentunya disebabkan karena Lapangan Merdeka sejak awal dibangunnya

merupakan lapangan terbuka di pusat kita, yang salah satu fungsinya adalah

tempat pemerintah yang berkuasa menunjukkan kekuasannya, sedangkan

masa kini masyarakat kota Medan lebih menilai bahwa Lapangan Merdeka

adalah lapangan terbuka tempat masyarakat berolahraga.

5.4 Persepsi Masyarakat terhadap Perubahan Bentuk Fisik dan

Pemanfaatan Ruang Lapangan Merdeka Medan

Setelah dilakukan kajian literatur mengenai perubahan pemanfatan

ruang pada Lapangan Merdeka Medan perperiode, kemudian dikaitkan

dengan teori Carr (1992) yang memaparkan kriteria ruang terbuka yang

berhasil yaitu Meaningful, Democratic dan Responsive, terdapat beberapa

aspek yang memberi pengaruh besar terhadap persepsi masyarakat yaitu

Sejarah, Atribut Fisik, serta Sosial Budaya. Ketiganya apabila mengalami

perubahan maka akan memberi pengaruh pada persepsi masyarakat terhadap

suatu tempat. Ketiga elemen tersebut yang dianalisa pada lokasi kajian, yaitu

Lapangan Merdeka Medan. Berdasarkan hasil analisa data kuesioner yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 99

disebarkan kepada responden didapat nilai rata-rata dan nilai rata-rata total sebagai berikut (Tabel 5.10)

Tabel 5.10 Nilai Rata-Rata Total Variabel pada lokasi penelitian

Permasalahan Variabel Nilai Rata-Rata Persepsi Sejarah 4,26 Masyarakat Atribut Fisik 3,98 Sosial Budaya 4,18 Nilai Rata-Rata Total 4,14

Berdasarkan kajian terhadap variabel Sejarah, Atribut Fisik, dan Sosial

Budaya, Nilai rata-rata tertinggi adalah variabel sejarah dengan nilai 4,26.

Nilai ini termasuk kedalam kategori Persepsi Masyarakat sangat baik dengan interval score 4,2 ≤ X ≤ 5. Sedangkan nilai terendah adalah variabel atribut fisik dengan nilai 3,98. Nilai pada variabel atribut fisik termasuk kedalam kategori Persepsi Masyarakat baik dengan interval score 3,4 ≤ X < 4,2. Ini menjelaskan bahwa aspek yang paling dominan berpengaruh pada persepsi masyarakat terhadap perubahan bentuk fisik dan pemanfaatan ruang pada

Lapangan Merdeka Medan adalah aspek sejarah, sesuai dengan teori menurut

Powell (1994), bahwa tempat bersejarah memiliki kaitan dengan cara hidup masyarakat dan memiliki arti bagi perkembangan sosial budaya masyarakat dalam suatu kota. Namun demikian perubahan bentuk pada atribut fisik yang ada pada Lapangan Merdeka Medan yang diikuti penambahan fungsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 100

memiliki pengaruh terhadap persepsi masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari

tujuan mayoritas responden mengunjungi Lapangan Merdeka Medan, yaitu

dengan tujuan berolahraga yang disebabkan karena keberadaan jalur sentleban

lari yang ditambahkan dalam atribut fisik Lapangan Merdeka Medan. Pada

Ruang Terbuka Publik di pusat kota lainnya tidak terdapat sentleban lari, hasil

peneletitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa masyarakat merasa

butuh dan setuju dengan keberadaan sentleban lari pada Lapangan Merdeka

Medan, hingga menghasilkan persepsi masyarakat bahwa Lapangan Merdeka

Medan adalah tempat masyarakat untuk berolahraga.

5.5 Rangkuman Wawancara Narasumber Kunci

Hasil wawancara kepada narasumber kunci yang dilakukan pada penelitian ini adalah data yang menjadi dasar untuk dapat mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang pada lapangan Merdeka Medan perperiode serta menghubungkan antara data primer dan data sekunder (Tabel 5.11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 101

Tabel 5.11 Rangkuman Wawancara Narasumber Kunci

No. Aspek Indikator Narasumber Hasil Wawancara Kunci 1. Sejarah Nilai Tempat Bapak Brigjen “ Lapangan Merdeka Medan (Purn) H. telah melewati perjalanan Mochammad Ali panjang dan menjadi saksi Imran Siregar sejarah kota Medan. Dari awal dibangunnya pada masa Kolonial Belanda, saat itu dinamakan Esplanade, lalu berganti nama menjadi Fukuraido pada masa pendudukan Jepang, dan pada masa kemerdekaan berganti nama menjadi Lapangan Merdeka, lapangan ini lapangan ini menjadi tempat penguasa menunjukkan kekuasaannya.” Ibu Dra. Misnah “ Bagi orang yang tidak Shalihat M.Hum mengetahui sejarah, Lapangan Merdeka hanya dinilai dari apa yang ada sekarang. Karena tidak ada pusat informasi mengenai perjalanan sejarah Lapangan Merdeka Medan, pengunjung jadi hanya mengetahui kalau Lapangan Merdeka itu hanya memiliki nilai ekonomi, pusat kuliner.” Pengalaman Bapak Dr. Phil. “ Salah satu bukti Lapangan Ichwan Azhari, Merdeka adalah saksi sejarah MS perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan adalah dengan dibangunnya Monumen Proklamasi. Dulunya monumen bersejarah ini dapat dilihat dari 4 sisi, namun altar sisi Timur, tempat terukir prasasti peresmian Monumen telah diratakan dan dibangun tembok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 102

Tabel 5.11 (lanjutan) No. Aspek Indikator Narasumber Hasil Wawancara Kunci yang menjadi pembatas dengan area parkir dan tempat berjualan buku. Ini terjadi tentunya karena kepentingan ekonomi, tugu monumen bersejarah jadi hilang keasliannya.” Bapak Ir. “Menurut saya elemen fisik Soehardi Hartono, yang paling signifikan dari MSc Lapangan Merdeka adalah Monumen Proklamasi, tidak ada yang lain. Namun kondisinya sekarang setelah ada kios-kios tempat berjualan buku bekas, menjadi kurang mendapat ruang apresiasi yang cukup karena jaraknya yang terlalu dekat dengan deretan kios-kios tersebut.” 2. Atribut Bentuk Fisik Bapak Ir. “ Keberadaan Merdeka Walk Fisik Soehardi Hartono, dan kios buku di Lapangan MSc Merdeka, kalau dilihat dari 2 sudut pandang berbeda, secara fungsi keberadaan keduanya oke tetapi dari segi penataan dan desainnya seharusnya tidak seperti itu. Dengan adanya deretam kios buku itu menghalangi view dari arah stasiun kereta api ke arah dalam Lapangan Merdeka,dan sebaliknya kita yang sedang berada di Lapangan Merdeka merasa dengan adanya keberadaan keduanya membuat kita dibelakangi, karena orientasinya yang ke jalan raya bukan ke arah dalam Lapangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 103

Tabel 5.11 (lanjutan) No. Aspek Indikator Narasumber Hasil Wawancara Kunci Merdeka. Itu sangat tidak mendukung bahkan tidak menghormati nilai historis Lapangan Merdeka sama sekali.” Ibu Dra. Misnah “ Dulu Lapangan Merdeka Shalihat M.Hum benar-benar Lapangan Hijau Terbuka yang asri, tanpa pembatas, tetapi sekarang tidak lagi terlihat area lapangan hijaunya dari luar karena dibangun bangunan permanen disekelilingnya. Yang paling berbekas dalam ingatan mengenai Lapangan Merdeka tentunya aspek alaminya. Area Lapangan Hijau dan pohon trembesinya. Karena itulah yang awalnya menjadi identitas Lapangan Merdeka Medan sebagai alun-alun kota Medan.” Fasilitas Ibu Dra. Misnah “ Pohon Trembesi didatangkan, Shalihat M.Hum ditanam dan dirawat sebagai bagian dari Lapangan Merdeka. Keberadaannya telah menyatu dengan Lapangan Merdeka dan ikut membangun makna Lapangan Merdeka sebagai alun-alun kota yang asri dan nyaman bagi masyarakat kota Medan juga sebagai elemen hijau kota” 3. Sosial Aktivitas Bapak Ir. “ Keberadaan Merdeka Walk Budaya Soehardi Hartono, dan deretan kios buku secara MSc fungsi dapat mendatangkan orang ke Merdeka Walk, iya, dari segi ekonomi memberikan dampak baik, bisa jadi iya. Saya tidak menyoroti fungsi ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 104

Tabel 5.11 (lanjutan) No. Aspek Indikator Narasumber Hasil Wawancara Kunci tersebut, yang saya kritisi adalah cara menata dan membangunnya tidak memberikan kesempatan masyarakat atau pengunjung untuk mengapresiasi Lapangan

merdeka yang sarat dengan nilai historisnya, hanya sebagai lapangan biasa sebagai tempat berkegiatan populer seperti berolahraga dan berwisata kuliner.” Interaksi Bapak Dr. Phil. “Pada masa Kolonial Belanda, Ichwan Azhari, Lapangan Merdeka menjadi MS lokasi penghijauan pusat kota, selain itu pemerintah kolonial Belanda mengadakan pasar malam, berbagai pameran dan juga pesta budaya. Selain dihadiri oleh bangsa Belanda dan kaum bangsawan Kesultanan Deli, sesekali juga diadakan pesta rakyar kuli Perkebunan Tembakau di Lapangan Merdeka. Tujuannya agar perputaran ekonomi di kalangan kuli perkebunan tetap dikuasai Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, Lapangan Merdeka menjadi tempat mobilisasi dukungan rakyat ke pemerintah pendudukan Jepang dan juga rapat-rapat umum. Fungsi Lapangan Merdeka sebagai tempat interaksi sosial lebih leluasa dan intensif pada era awal kemerdekaan sampai tahun 2000an sebelum dibangun Merdeka Walk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 105

Tabel 5.11 (lanjutan) No. Aspek Indikator Narasumber Hasil Wawancara Kunci Dengan adanya bangunan- bangunan permanen mengelilingi Lapangan Merdeka seperti restoran, cafe, tempat berjualan buku bekas bahkan kantor polisi, dapat dikatakan nilai historis Lapangan Merdeka menjadi hilang” Bapak Brigjen “ Yang paling menonjol (Purn) H. menurut saya pada Lapangan Mochammad Ali Merdeka Medan yang terus ada Imran Siregar dari awal hingga sekarang, adalah makna politik. Lapangan Merdeka adalah simbol kekuasaan penguasa atau pemerintah. Ini dapat dilihat dari awal dibangunnya Lapangan Merdeka, pemerintah Belanda membangun tugu Tamiang sebagai monumen peringatan bagi pasukan Belanda yang gugur saat perang Tamiang. Pada masa pendudukan Jepang, tugu Tamiang ini dihancurkan kemudian Jepang membangun tugu pengganti sebagai tanda penguasaan mereka di kota Medan. Lalu setelah kemerdekaan Indonesia tugu tersebut dihancurkan dan dibangun tugu proklamasi sebagai pengingat perjuangan bangsa serta momen dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan di Kota Medan, di Lapangan Merdeka.”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Lapangan Merdeka Medan adalah ruang terbuka di pusat kota Medan yang memiliki perjalanan sejarah panjang dimulai dari awal pembangunannya pada masa kolonial Belanda. Seiring pergantian periode yang terjadi di Indonesia khususnya di kota Medan, Lapangan Merdeka mengalami beberapa kali perubahan baik dari nama, fisik maupun pemanfaatan. Hal ini tentunya dipengaruhi faktor politik, sosial budaya, dan ekonomi. Perubahan fisik dan pemanfaatan Lapangan Merdeka Medan memberi pengaruhi terhadap persepsi masyarakat kota Medan.

Sejak awal dibangunnya, Lapangan Merdeka Medan memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan lapangan terbuka lainnya, dimulai dari masa kolonial Belanda Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat penguasa menunjukkan kekuasaannya. Lapangan Merdeka tidak hanya menjadi pusat kegiatan masyarakat kota Medan, namun juga sebagai tempat berlangsungnya upacara resmi yang diadakan oleh pemerintah. Keunikan inilah yang menjadi karakteristik khas dari sebuah lapangan terbuka yang memiliki nilai politik dan

106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 107

merupakan tempat yang sangat penting keberadaannya bagi sebuah kota

(Nasution, 2000).

Sebuah ruang terbuka publik di pusat kota yang baik memiliki 3 kriteria seperti yang diungkapkan oleh Carr (1994), bahwa ruang terbuka tersebut memberikan makna bagi masyarakat, dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat dari segala lapisan akan keberadaan ruang terbuka publik di pusat kota, serta dapat dapat dikunjungi dan digunakan masyarakat tanpa batasan srata sosial tertentu.

Melalui observasi, penyebaran kuesioner serta wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini, ketiga kriteria tersebut diketahui ada pada Lapangan Merdeka Medan.

Namun seiring dengan perkembangan zaman, dan meningkatnya kebutuhan masyarakat kota Medan, terjadi perubahan pemanfaatan dan fisik pada area Lapangan

Merdeka. Hal ini tentunya mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap Lapangan

Merdeka.

Dari hasil analisa yang dilakukan peneliti mengenai persepsi masyarakat terhadap perubahan bentuk fisik dan pemanfaatan ruang yang terjadi pada Lapangan

Merdeka Medan, diketahui bahwa persepsi masyarakat berdasarkan Interval Score yang dipakai peneliti dalam penelitian ini adalah baik, namun begitu diketahui pula bahwa telah terjadi perubahan makna pada Lapangan Merdeka bagi masyarakat kota

Medan. Lapangan Merdeka kini dikenal sebagai Lapangan Terbuka tempat masyarakat berolahraga dan bersosialisasi. Berdasarkan hasil wawancara beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 108

narasumber kunci dan kemudian dikaitkan dengan hasil penyebaran kuesioner kepada responden, diketahui bahwa persepsi masyarakat terhadap perubahan pemanfaatan ruang pada Lapangan Merdeka Medan dominan dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat terhadap sejarah tempat. Diketahui pula bahwa sejarah tempat adalah merupakan aspek yang peling mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap suatu tempat.

Ditinjau dari segi perubahan dan penambahan elemen fisik yang ada pada

Lapangan Merdeka Medan, ada beberapa elemen fisik yang dinilai tidak tepat keberadaannya di Lapangan Merdeka baik dari segi desain, peletakan, maupun fungsinya. Keberadaan bangunan permanen yang mengelilingi Lapangan Merdeka menjadikan Lapangan Merdeka tidak lagi terasa terbuka karena view dari luar maupun dari dalam lapangan menjadi terhalang massa bangunan. Selain itu kondisi

Monumen Proklamasi bahkan dinilai memprihatinkan dan menjadi bukti bahwa

Lapangan Merdeka tidak diapresiasi nilai historisnya. Namun demikian keberadaan fungsi tambahan penunjang kegiatan ekonomi serta keberadaan sentleban lari pada

Lapangan Merdeka Medan dinilai masyarakat secara bentuk dan fungsi baik, masyarakat merasa membutuhkan dan setuju dengan keberadaannya sebagai fasilitas berolahraga serta dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk mengunjungi

Lapangan Merdeka serta tentunya memberi kontribusi bagi peningkatan perekonomian masyarakat kota Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 109

6.2 Saran

• Perlu diadakan edukasi kepada pengunjung mengenai perjalanan sejarah yang

terjadi di lapangan Merdeka Medan. Upaya ini dapat diwujudkan dengan

dibangunnya sebuah pusat informasi yang dapat dengan mudah diakses

pengunjung agar pengunjung dapat mengetahui dan menyadari nilai historis

dari Lapangan Merdeka Medan.

• Dikembalikannya kondisi monumen proklamasi seperti sebelum adanya

bangunan permanen deretan kios tempat berjualanan buku bekas dan tempat

parkir yang menutupi sisi timur monumen sehingga tidak dapat dilihat oleh

pengunjung Lapangan Merdeka. Monumen Proklamasi dikembalikan

bentuknya sehingga dapat dilihat dari keempat sisi, agar tugu yang menjadi

bukti peristiwa bersejarah yang pernah terjadi di Lapangan Merdeka tersebut

dapat menjadi elemen yang membantu mengembalikan apresiasi masyarakat

terhadap nilai historis Lapangan Merdeka Medan.

• Dilakukan penataan ulang terhadap fungsi sosial ekonomi yang dibangun

mengelilingi Lapangan Merdeka Medan. Bangunan-bangunan tersebut tidak

lagi merupakan bangunan permanen yang menutupi view Lapangan Merdeka

dan menjadikan Lapangan Merdeka semakin kehilangan makna historisnya.

Dengan demikian rasa nyaman pengunjung juga akan meningkat karena

benar-benar merasa sedang berada di Lapangan Terbuka, tidak lagi merasa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 110

dibelakangi bangunan permanen dan terhalang view nya ke arah luar

Lapangan Merdeka.

• Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian-penelitian

mengenai konservasi ruang terbuka publik di pusat kota lainnya, terutama di

pulau Sumatera.

• Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menilai perspektif pengambil

keputusan maupun swasta selaku stakeholder, sehingga kedepannya perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 111

Daftar Pustaka

Adrian, M., & Setioko, B. (2017, August). Faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan identitas kota di kawasan kota tua muara tebo kabupaten tebo

provinsi jambi. In Prosiding Seminar Nasional Inovasi Dalam

Pengembangan SmartCity (Vol. 1, No. 1).

Ahmad, A. G. (2010). Pemuliharaan bangunan warisan di :

Pengalaman dan cabaran masa hadapan. Penerbit Universiti Sains

Malaysia.

Azzaki, M. R., & Suwandono, D. (2013). Persepsi masyarakat terhadap aktivitas

ruang terbuka publik di Lapangan Pancasila Simpang Lima, Semarang.

Ruang, 1(2), 231-240.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan. 2012. Sejarah Kota

Medan. Pemerintah Kota Medan, Medan. 193 hal.

Bintari, B. (2011). Informasi Visual Dalam Arsitektur Rupa Ruang Kota. JURNAL

ARSITEKTUR, 1(2).

Carmona, M., Heath, T., Tiesdell, S., & Oc, T. (2010). Public places, urban

spaces: the dimensions of urban design. Routledge.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 112

Carr, S., Stephen, C., Francis, M., Rivlin, L. G., & Stone, A. M. (1992). Public

space. Cambridge University Press.

Christyawaty, E. (2011). Rumah Tinggal Tjong A Fie: Akulturasi dalam Arsitektur

Bangunan pada Akhir Abad Ke-19 di Kota Medan. Jurnal Sangkhakala, 14(27).

Darmawan, E. (2009). Ruang publik dalam arsitektur kota. Badan Penerbit

Universitas Diponegoro.

Ernawati, J. (2011). Faktor-faktor Pembentuk Identitas Suatu Tempat. Local

Wisdom: Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal, 3(2), 01-09.

Gehl, J. (2001). Three types of outdoor Activities and quality of out door space in

Gehl (1996). life between Buildings using public space. Arkitektens

Forlag, skive, 11-40.

Gehl, J. (2011). Life between buildings: using public space. Island press.

Ginting, N., Rahman, N. V., & Nasution, A. D. (2017). Increasing tourism in Karo

District, Indonesia based on place identity. Environment-Behaviour

Proceedings Journal, 2(5), 177-184.

Ginting, N., & Veronica, S. (2016). Pariwisata Berbasis Masyarakat Pasar Buah

Berastagi. Proceeding Temu Ilmiah IPLBI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 113

Hakim, R., & Utomo, H. (2003). Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap.

Jakarta: Bumi Aksara.

Horovitz, J. (2000) The Seven Secrets of Service Strategy. Harlow: Financial

Times-Prentice Hall.

Hutagaol, N. M. (2016). Labuan Deli Kota Pelabuhan Tradisional Port City Deli

Labuan Traditional. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah,

1(2).

Jenkins, J. M., & Pigram, J. J. (2006). Outdoor recreation. In A Handbook of

leisure studies (pp. 363-385). Palgrave Macmillan, London.

Joesoef, D. (2004). Borobudur. Penerbit Buku Kompas.

Kallus, R. (2001). From abstract to concrete: Subjective reading of urban space.

Journal of Urban Design, 6(2), 129-150.

Kartikasari, M., & Wahyono, H. (2014). Persepsi Masyarakat terhadap

Pemugaran Taman Mustika di Kota Blora sebagai Ruang Terbuka Publik.

Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 3(4), 681-692.

Kostof, S. (1991). The city shaped: Urban patterns and meanings through history.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 114

Lalli, M. (1992). Urban-related identity: Theory, measurement, and empirical

findings. Journal of environmental psychology, 12(4), 285-303.

Loderichs, M. A., Buiskool, D. A., & van Diessen, J. R. (1997). Medan: beeld van

een stad. Asia Maior.

Marisa, A., & Yusof, N. A. (2020). Factors influencing the performance of

architects in construction projects. Construction Economics and Building,

20(3).

Nasution, A.D. (2000). Perancangan Kawasan Lapangan Merdeka Medan.

Nasution, A. D., & Zahrah, W. (2012). Public open space privatization and quality

of life, case study Merdeka Square Medan. Procedia-Social and Behavioral

Sciences, 36, 466-475.

Nasution, A. D., & Zahrah, W. (2014). Community perception on public open

space and quality of life in Medan, Indonesia. Procedia-Social and

Behavioral Sciences, 153, 585-594.

Nugroho, B. A. (2018). Identitas Kota: Pembangunan Imaji Kota melalui Karya

Seni di Ruang Publik. Jurnal Rupa, 3(1), 44-54.

Oktavia, C., & Mahendra, A. S. (2016). Konsep Ekshibisi Dinamika Lalu Lintas di

Bangunan Prasarana Transportasi Umum. Jurnal Sains dan Seni ITS, 5(2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 115

Pane, I. F., & Harisdani, D. D. (2013). Kajian" Sense of Place" Terhadap Usaha

Peningkatan Pariwisata Kota Medan.

Park, C. L. (2005). Religion and meaning. Handbook of the psychology of religion

and spirituality, 2, 357-379.

Powell (1994). Survey and Repair of Traditional Buildings: A Conservation and

Sustainable Approach. Donhead Publishing Ltd., Shaftesbury.

PRIHASTOTO, P. (2003). KAJIAN KUALITAS RUANG PUBLIK PADA ALUN-

ALUN KOTA PURWOREJO (Doctoral dissertation, Program Pasca

Sarjana Universitas Diponegoro).

Rahmawati, A. L., Wahid, J., & Nasution, A. D. (2010). Citra Lapangan Merdeka

Medan Menurut Apresiasi Perempuan (Doctoral dissertation, Tesis MT,

Universitas Sumatera Utara).

Rapoport, A. (1969). House form and Cultua. London-University College: New

Delhi: Prentice-hall of India Private Ltd, 73.

Ruback, R. B., Pandey, J., & Kohli, N. (2008). Evaluations of a sacred place: Role

and religious belief at the Magh Mela. Journal of Environmental

Psychology, 28(2), 174-184.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 116

Rukayah, R. S., & Juwono, S. (2018). Arsitektur dan Desain Kota Hibrida Pada

Kantor Pos Dan Alun-alun di Medan. Tata Loka, 20, 317-330.

Tabata, R. S., Yamashiro, J., & Cherem, G. (Eds.). (1992). Joining hands for

quality tourism: interpretation, preservation, and the travel industry:

proceedings of the Heritage Interpretation International Third Global

Congress, November 3-8, 1991, Honolulu, Hawaii, USA. University of

Hawaii, Sea Grant Extension Service.

Thamrin, Husni. (2003). Lapangan Merdeka Medan sebagai Ruang Terbuka

Publik di Pusat Kota.

Tonapa, Y. N., Rondonuwu, D. M., & Tungka, A. E. (2015). Kajian konservasi

bangunan kuno dan kawasan bersejarah di Pusat Kota Lama Manado.

SPASIAL, 2(3), 121-130.

Ujang, N., & Zakariya, K. (2015). Place Attachment and the Value of Place in the

Life of the Users. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 168, 373- 380.

Whyte, W. H. (1980). The social life of small urban spaces.

Wynveen, C. J., Kyle, G. T., & Sutton, S. G. (2012). Natural area visitors' place

meaning and place attachment ascribed to a marine setting. Journal of

Environmental Psychology, 32(4), 287-296.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 117

Zerubavel, E. (1996). Social memories: Steps to a sociology of the past.

Qualitative sociology, 19(3), 283-299.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 118

LAMPIRAN - 1

KUESIONER PENELITIAN

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN

RUANG TERBUKA KOTA

(STUDI KASUS : LAPANGAN MERDEKA MEDAN)

Petunjuk pengisian kuesioner :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 119

Data Responden : Nama : Email/No Hp : Alamat/Domisili : Tempat, Tanggal Lahir : Pendidikan Terakhir : 1. SMA 2. Sarjana (S1) 3. Magister (S2) 4. Doktor (S3) 5. Profesi F.Status Pekerjaan : 1. Pelajar/Mahasiswa 2. Pegawai Negeri Sipil 3. Pegawai BUMN 4. Pegawai Swasta 5. TNI/POLRI 6. Wiraswasta 7. Ibu Rumah Tangga

SEJARAH

Lapangan Merdeka Medan adalah Ruang Terbuka Publik yang ada di pusat kota Medan, dan keberadaannya telah ada sejak masa pemerintahan kolonial Belanda di Kota Medan.

Lapangan Merdeka Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 120

Ketika melihat foto dokumentasi Lapangan Merdeka Medan di atas saya merasa bangga memiliki Lapangan Merdeka sebagai ruang terbuka di pusat kota tempat saya tinggal.

Ketika berada di dalam kawasan Lapangan Merdeka saya dapat merasakan kemegahannya sebagai Lapangan Terbuka di pusat kota.

Perjalanan Sejarah Lapangan Merdeka Medan

Lapangan Merdeka tahun 1880an Perayaan hari proklamasi tahun 1950 Pidato presiden Soekarno tahun 1955

Setelah melihat foto dokumentasi perjalanan sejarah Lapangan Merdeka Medan diatas memberi saya pengetahuan bahwasanya Lapangan Merdeka Medan adalah tempat bersejarah dan membuat saya ingin ikut serta menjaga makna sejarah yang terkandung pada tempat tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 121

Tugu Proklamasi

Ketika melihat tugu proklamasi yang masih berdiri di Lapangan Merdeka hingga sekarang, saya merasa bahwa Lapangan Merdeka memiliki makna penting dalam perjalanan perkembangan kota Medan.

ATRIBUT FISIK

Seiring berjalannya waktu Lapangan Merdeka Medan mengalami beberapa perubahan dan penambahan aspek pendukung ktivitas pada bentuk fisiknya. Diantara beberapa aspek yang ada pada Lapangan Merdeka tersebut dapat dilihat dari beberapa foto dibawah ini :

Pohon Trembesi Raksasa B. Pendopo

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 122

C. Area Parkir D. Jalur Sentleban Lari

E. Taman Olah Raga F. Taman Bermain

G. Merdeka Walk H. Tempat Berjualan Buku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 123

I.Tugu Juang J. Taman Sekeliling lapangan

K. Tiang Bendera L. Lapangan Rumput di Tengah

M. Gerbang Utama Sisi Selatan N. Jembatan Penyebrangan ke Stasiun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 124

O. Mushola P. Jalur Trotoar Keliling Q. Kantor Polisi

Ketika mengunjungi Lapangan Merdeka Medan, saya merasa suka terhadap bentuk dari elemen fisik berikut ini :

Pohon Trembesi Raksasa

Pendopo

Area Parkir

Jalur Sentleban Lari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 125

Taman Olah Raga

Taman Bermain

Merdeka Walk

Tempat Berjualan Buku

Tugu Juang

Taman Sekeliling Lapangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 126

Tiang Bendera

Lapangan Rumput di Tengah

Gerbang Utama di Sisi Selatan

Jembatan Penyeberangan ke Stasiun Kereta Api

Mushola

Jalur Trotoar Keliling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 127

Kantor Polisi

Ketika mengunjungi Lapangan Merdeka Medan, elemen fisik yang paling berbekas pada ingatan saya adalah :

Pohon Trembesi Raksasa

Pendopo

Area Parkir

Jalur Sentleban Lari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 128

Taman Olah Raga

Taman Bermain

Merdeka Walk

Tempat Berjualan Buku

Tugu Juang

Taman Sekeliling Lapangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 129

Tiang Bendera

Lapangan Rumput di Tengah

Gerbang Utama di Sisi Selatan

Jembatan Penyeberangan ke Stasiun Kereta Api

Mushola

Jalur Trotoar Keliling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 130

Kantor Polisi

Ketika mengunjungi Lapangan Merdeka Medan, saya merasakan manfaat dari elemen berikut ini :

Pohon Trembesi Raksasa

Pendopo

Area Parkir

Jalur Sentleban Lari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 131

Taman Olah Raga

Taman Bermain

Merdeka Walk

Tempat Berjualan Buku

Tugu Juang

Taman Sekeliling Lapangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 132

Tiang Bendera

Lapangan Rumput di Tengah

Gerbang Utama di Sisi Selatan

Jembatan Penyeberangan ke Stasiun Kereta Api

Mushola

Jalur Trotoar Keliling

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 133

Kantor Polisi

SOSIAL BUDAYA

Sejak awal dibangunnya Lapangan Merdeka oleh pemerintah kolonial Belanda, Lapangan Merdeka yang dahulunya dinamakan Esplanade difungsikan sebagai pusat interaksi sosial masyarakat. Penggunaannya pada masa kolonial hanya diperuntukkan bagi kalangan masyarakat belanda dan juga kalangan dengan status sosial tertentu. Seiring waktu, interaksi masyarakat yang terjadi di Lapangan Merdeka mengalami perubahan.

Suasana Esplanade (1893) Pasar Malam di Espalade (1923) Tribun Penonton Sepak Bola di Esplanade (1925)

Masyarakat Kota Medan terdiri dari berbagai suku dan status sosial, ketika saya datang ke Lapangan Merdeka saya merasa bahwa Lapangan Merdeka saat ini telah dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik untuk melakukan interaksi sosial maupun melakukan kegiatan sosial. Oleh karena itu saya merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan memiliki nilai sosial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 134

Upacara 17 Agustus Solat Ied Senam Jantung Sehat

Merdeka Walk Masyarakat Berolah Raga Lari Tempat Berjualan Buku Bekas

Pemerintah menyelenggarakan upacara-upacara kenegaraan di Lapangan Merdeka Medan, seperti acara upacara peringatan 17 Agustus, peringatan Hari Kesaktian Pancasila dan lain-lain. Melihat hal ini saya merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai politik.

Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat diadakannya kegiatan religius tahunan, seperti solat IED, Acara Tabligh Akbar, Acara MTQ dan lain-lain. Melihat hal ini saya merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai religius.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 135

Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat diakannya festival kebudayaan, seperti festival budaya melayu dan lain-lain. Dengan adanya acara-acara tersebut di Lapangan Merdeka saya merasa bahwa Lapangan Merdeka Medan bernilai budaya.

Pada Lapangan Merdeka terdapat kegiatan ekonomi seperti makan dan minum, di Merdeka Walk, berbelanja buku dan lain-lain, melihat hal ini saya merasa Lapangan Merdeka memiliki nilai ekonomi.

Lapangan Merdeka Medan menjadi tempat masyarakat berolah raga seperti lari, bersepeda dan lain-lain, melihat hal ini saya merasa Lapangan Merdeka Medan bernilai Kesehatan dan Olah Raga.

Dari nilai-nilai tersebut, nilai yang menurut saya paling dominan pada Lapangan Merdeka Medan adalah :

Nilai Sosial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 136

Nilai Politik

Nilai Religius

Nilai Budaya

Nilai Ekonomi

Nilai Kesehatan dan Olah Raga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 137

LAMPIRAN - 2

UJI VALIDITAS PERTANYAAN KUESIONER

Dari hasil analisa, nilai yang diperoleh dari skor item dan skor jumlah dibandingkan dengan r tabel. R tabel dicari pada signifikan 5% dengan uji 2 sisi dan n =20, maka diperoleh r tabel sebesar 0.444, jika r hasil analisis kurang dari (<) r tabel, maka kesimpulannya adalah item-item pertanyaan tersebut tidak valid.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 138

Tabel Rangkuman Uji Validitas Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Pemanfaatan Ruang Terbuka Kota

No Item R Hitung Keterangan Interpretasi 1 0,485 ≥ 0,444 VALID 2 0,578 ≥ 0,444 VALID 3 0,456 ≥ 0,444 VALID 4 0,472 ≥ 0,444 VALID 5 0,513 ≥ 0,444 VALID 6 0,652 ≥ 0,444 VALID 7 0,479 ≥ 0,444 VALID 8 0,641 ≥ 0,444 VALID 9 0,496 ≥ 0,444 VALID 10 0,631 ≥ 0,444 VALID 11 0,505 ≥ 0,444 VALID 12 0,485 ≥ 0,444 VALID 13 0,468 ≥ 0,444 VALID 14 0,648 ≥ 0,444 VALID 15 0,505 ≥ 0,444 VALID 16 0,492 ≥ 0,444 VALID 17 0,520 ≥ 0,444 VALID 18 0,532 ≥ 0,444 VALID 19 0,712 ≥ 0,444 VALID 20 0,470 ≥ 0,444 VALID 21 0,615 ≥ 0,444 VALID 22 0,693 ≥ 0,444 VALID 23 0,591 ≥ 0,444 VALID 24 0,517 ≥ 0,444 VALID 25 0,575 ≥ 0,444 VALID 26 0,651 ≥ 0,444 VALID 27 0,621 ≥ 0,444 VALID 28 0,526 ≥ 0,444 VALID 29 0,720 ≥ 0,444 VALID 30 0,547 ≥ 0,444 VALID 31 0,591 ≥ 0,444 VALID 32 0,631 ≥ 0,444 VALID 33 0,689 ≥ 0,444 VALID 34 0,629 ≥ 0,444 VALID 35 0,692 ≥ 0,444 VALID 36 0,647 ≥ 0,444 VALID 37 0,567 ≥ 0,444 VALID 38 0,747 ≥ 0,444 VALID 39 0,584 ≥ 0,444 VALID 40 0,709 ≥ 0,444 VALID 41 0,557 ≥ 0,444 VALID

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 139

42 0,594 ≥ 0,444 VALID 43 0,686 ≥ 0,444 VALID 44 0,783 ≥ 0,444 VALID 45 0,732 ≥ 0,444 VALID 46 0,641 ≥ 0,444 VALID 47 0,704 ≥ 0,444 VALID 48 0,557 ≥ 0,444 VALID 49 0,455 ≥ 0,444 VALID 50 0,614 ≥ 0,444 VALID 51 0,664 ≥ 0,444 VALID 52 0,699 ≥ 0,444 VALID 53 0,548 ≥ 0,444 VALID 54 0,664 ≥ 0,444 VALID 55 0,699 ≥ 0,444 VALID 56 0,548 ≥ 0,444 VALID 57 0,448 ≥ 0,444 VALID 58 0,616 ≥ 0,444 VALID 59 0,655 ≥ 0,444 VALID 60 0,719 ≥ 0,444 VALID 61 0,546 ≥ 0,444 VALID 62 0,466 ≥ 0,444 VALID 63 0,719 ≥ 0,444 VALID 64 0,465 ≥ 0,444 VALID 65 0,445 ≥ 0,444 VALID 66 0,463 ≥ 0,444 VALID 67 0,511 ≥ 0,444 VALID

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 140

LAMPIRAN - 3

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Variabel No Pertanyaan

Lapangan Merdeka Medan adalah Ruang Terbuka Publik yang ada di pusat kota Medan, dan keberadaannya telah ada sejak masa pemerintahan kolonial Belanda di Kota Medan. Lapangan Merdeka telah melewati beberapa periode dimulai dari periode Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan sekarang, Pasca Reformasi sebagai ruang terbuka publik di pusat kota Medan 1 Apakah saudara mengetahui mengenai makna sejarah yang terdapat pada Lapangan Merdeka Medan? Sejarah 2 Apakah sejarah yang ada pada Lapangan Merdeka Medan memberi anda rasa bangga dan rasa memiliki terhadap Lapangan Merdeka Medan? Seiring perubahan periode dimulai dari periode Kolonial Belanda, Lapangan Merdeka Medan mengalami beberapa perubahan dan Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan sekarang Pasca Reformasi, terdapat beberapa elemen fisik yang telah ada pada Lapangan merdeka dan terjadi pula penambahan aspek pendukung aktivitas pada bentuk fisiknya. Diantara beberapa elemen seperti, Pohon Trembesi, Lapangan Rumput, Tugu-tugu Peringatan, jalur Sentleban lari, Merdeka Walk, Tempat berjualan buku bekas, area parkir dan lain-lain. Atribut 1 Menurut persepsi saudara apakah ada elemen fisik yang saudara rasa bermanfaat keberadaannya di Lapangan Merdeka pada masing- Fisik masing periode tersebut diatas? 2 Menurut persepsi saudara apakah ada elemen fisik yang menurut saudara sangat membekas diingatan saudara pada masing-masing periode tersebut diatas? Sejak awal dibangunnya Lapangan Merdeka oleh pemerintah kolonial Belanda, Lapangan Merdeka yang dahulunya dinamakan Esplanade difungsikan sebagai pusat interaksi sosial masyarakat. Penggunaannya pada masa kolonial hanya diperuntukkan bagi kalangan masyarakat Belanda dan juga kalangan dengan status sosial tertentu. Seiring waktu,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 141

interaksi masyarakat yang terjadi di Lapangan Merdeka mengalami perubahan. 1 Menurut persepsi saudara apakah pada periode-periode yaitu periode Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Sosial Baru dan sekarang, Pasca Reformasi, Lapangan Merdeka Medan Budaya dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan interaksi sosial maupun kegiatan sosial? 2 Menurut persepsi saudara apakah pada periode-periode yaitu periode Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan Pasca Reformasi, Lapangan Merdeka Medan memiliki nilai politik bagi pemerintah? 3 Merurut persepsi saudara apakah pada periode-periode yaitu periode Kolonial Belanda, Pendudukan Jepang, Kemerdekaan, Orde Baru dan Pasca Reformasi, Lapangan Merdeka Medan memiiki nilai-nilai seperti nilai budaya, nilai religius, nilai ekonomi serta nilai kesehatan dan olah raga?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 142

LAMPIRAN - 4

Daftar Narasumber Kunci

No. Nama Kategori Narasumber 1. Brigjen (Purn) H. Mochammad Tokoh Masyarakat Ali Imran Siregar (Ketua PEPABRI Sumut) 2. Dra. Misnah Shalihat M.Hum Birokrat

(Kepala Seksi Perlindungan dan Pengawasan, Bidang Sejarah Purbakala, Dinas Budaya dan Pariwisata Sumatera Utara) 3. Dr. Phil. Ichwan Azhari, MS Akademisi dan Sejarawan

(Dose Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan) 4. Ir. Soehardi Hartono, MSc Praktisi Arsitektur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA