JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR MALAM CIBADAK, CISAUK, TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: RAKA BELLA RIFKY 1112111000027

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

2018

i

ii

iii

iv

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa mengenai bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam Cibadak yang berada di Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam serta menjelaskan faktor pendukung dalam rangka mempertahankan aktifitas perdagangan mereka. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif deskriptif. Kerangka teoritis yang digunakan dalam skripsi in adalah teori Jaringan yang dikemukakan oleh Marc Granovetter yang terdiri dari empat point utama yaitu (1) Norma dan Kepadatan Jaringan, (2) Ikatan Lemah atau Ikatan Kuat Aktor, (3) Peran Lain Yang Menjembatani Aktor (4) Konsep Keterlekatan.

Dari hasil analisa dengan menggunakan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat norma yang mengatur jaringan pedagang yang ada dipasar malam, terdapat ikatan lemah yang diciptakan para aktor sehingga menimbulkan ikatan kuat, terdapat peran lain yang menjembatani para aktor ini dalam berinteraksi yaitu peran media komunikasi serta konsep keterlekatan yang menjelaskan hubungan antar sesama pedagang maupun pembeli. Selain dengan jaringan sosial yang dibentuk oleh pedagang bahwa ditemukan juga faktor lain yang merupakan faktor pendukung bagi pedagang untuk terus tetap bertahan dalam aktifitas perdagangannya.

Kata kunci : jaringan sosial, pedagang, pasar, fungsi jaringan.

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin dan kuasanya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “JARINGAN SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMIS DI PASAR MALAM CIBADAK CISAUK TANGERANG”, meskipun dalam penulisannya jauh dari kata sempurna. Dalam memulai penulisan skripsi hingga akhir nya terselesaikan, penulis bertemu dengan orang-orang hebat yang membantu mengatasi kendala yang penulis alami selama menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, atas segala bantuannya penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah memberi saran dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si, selaku Sekretaris Prodi Sosiologi yang telah memberi masukan untuk skripsi ini. 5. Kasyfiyullah, M.Si sebagai dosen pembimbing sekaligus orangtua dan teman yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih Pak Kesepz atas kesabaran, pengertian, waktu dan ilmunya dalam membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada mahasiswa. 7. Kedua orang tua penulis, Bapak Rio dan Ibu Widarsih yang telah setia mendoakan dan memberikan semangat tenaga dan pikiran kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. 8. Ketua pengelola serta para pedagang di Pasar Malam Cibadak yang telah bersedia membantu penulis dalam rangka pencarian data penelitian skripsi.

vi

9. Keluarga besar Sosiologi A 2012, Ara, Alby, Arif, Reza, Ayurose, Ayufit, Divya, Nisbel, Rahmi, Aul, dan teman-teman lainnya, terimakasih atas ilmu dan pembelajaran berharganya. 10. Sahabat Para Pejuang Skripsi, Eni dan Nisbel yang sama-sama berjuang dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi. 11. Teman-teman Translator Epitome, Desi, Ira, Ocha, Melin, Sulis, Agnes, yang telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman Q-Guava PRJ 2017, Sandra, Icha, Juni, Felice, dan teman-teman lainnya yang juga memberikan semangat untuk penulis menyelesaikan skripsi ini.

Demikianlah ucapan terima kasih, semoga segala bantuan dan dukungannya mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Maka dengan ini penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Jakarta, 01 Maret 2018 Penulis

Raka Bella Rifky

vii

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………………….iv

KATA PENGANTAR………...... v

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………...ix

BABI PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ...... 1 B. Pertanyaan Penelitian……………………………………………… ...... 7 C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………………………… ...... 7 D. Tinjauan Pustaka ...... 8 E. Kerangka Konsep ...... 17 1. Jaringan Sosial ...... 17 2. Pedagang ...... 18 3. Pasar ...... 19 F. Kerangka Teori ...... 20 G. Metode Penelitian ...... 22 1. Pendekatan Penelitian ...... 22 2. Subjek Penelitian ...... 23 a. Lokasi Penelitian ...... 25 b. Waktu Penelitian ...... 25 3. Sumber Data Penelitian...... 25 a. Data Primer ...... 26 b. Data Sekunder ...... 26 4. Teknik Pengumpulan Data ...... 26 a. Observasi ...... 26 b. Wawancara ...... 27 5. Metode Analisis Data ...... 29 H. Sistematika Penulisan ...... 29 BABII SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK

A. Letak Geografis Pasar Malam Cibadak ...... 31 B. Kondisi Demografis Kelurahan Suradita ...... 33 C. Perkembangan Dan Kondisi Pasar Malam Cibadak ...... 35 D. Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak ...... 45

viii

E. Pendapatan Para Pedagang Pasar Malam Cibadak ...... 47

BABIII BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK

A. Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam Cibadak ...... 50 1. Norma ...... 50 2. Ikatan Lemah Dan Kuatnya Aktor ...... 53 3. Peran Lain Yang Menjembatani Aktor...... 57 4. Keterlekatan Sosial ...... 59 B. Faktor Pendukung Kebertahanan Pedagang Pasar Malam Cibadak………………… ...... 65 1. Peran Sosial Media Sebagai Pemasaran Produk………………………………………… ...... 65 2. Lokasi Dan Sarana Prasarana Pasar Malam Cibadak ...... 67 3. Penentuan Harga ...... 70 BABIV PENUTUP

A. Kesimpulan ...... 72 B. Saran ...... 73 Daftar Pustaka………………………………………………………………………… ...... x

Lampiran…………………………………………………………………………… ...... xii

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait Jaringan Sosial…………….12 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Suradita Menurut Jenis Kelamin…………………32 Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Tingkat Pendidikan……....32 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Jenis Pekerjaan…………...33 Tabel 2.4 Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan…………….39 Tabel 2.5 Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak………………………..43 Tabel 2.6 Pendapatan Pedagang Pasar Malam Cibadak………………………..46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Tempat Pasar Malam………………………………31 Gambar 2.2 Suasana Jalan Raya Serpong-Cisauk……………………………41 Gambar 2.3 Suasana Pasar Malam……………………………………………42 Gambar 2.4 Suasana Parkir Motor Pasar Malam Cibadak……………………..44 Gambar 2.5 Suasana Parkir Mobil Pasar Malam Cibadak……………………44

x

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penyataan Masalah

Pasar dapat disebut juga sebagai pusat perekonomian dan perdagangan

yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat.

Sebagai tempat yang sentral, tentu saja pasar memiliki daya tarik, menurut Alma

(2004:105) pasar terdiri dari beberapa elemen, diantaranya: (1) Lokasi pasar yang

strategis, mencakup aksebilitas dan sarana prasarana (2) Kelengkapan barang

yaitu variasi barang dagang yang ada di pasar (3) Pelayanan yang diberikan

kepada konsumen (4) Kenyamanan dan keamanan yang meliputi aparat keamanan

dan pos keamanan, (5) Fasilitas – fasilitas pendukung meliputi tempat parkir,

tempat ibadah, toilet, bank, dan lain-lain.

Di setiap daerah pastinya memiliki salah satu sarana pra-sarana yang satu

ini. Menurut Fuad (2000: 11), jenis pasar dibagi menjadi dua berdasarkan cara

transaksinya yaitu Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Pasar Tradisional

merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya

transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar

menawar, sedangkan didalam Pasar Modern tidak bertransaksi secara langsung,

melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode).

Jika kita lihat dari jenisnya, pasar malam atau bisa disebut juga sebagai

pasar kaget termasuk kedalam jenis pasar tradisional karena penjual dan pembeli

1

dipertemukan disuatu tempat secara langsung untuk melakukan proses transaksi jual-beli berupa adanya transaksi tawa-menawar. Tidak seperti pasar kebanyakan, keberadaan pasar malam ini tidak berlangsung setiap hari melainkan pada hari dan waktu tertentu saja. Karena letaknya yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat, pembeli yang datang ke pasar malam tersebut pun beraneka ragam mulai dari anak-anak, remaja sampai dengan dewasa. Begitu beraneka ragamnya pengunjung pasar malam tersebut, disana juga tidak begitu nampak perbedaan antara kaum kelas atas (orang kaya) dan kaum kelas bawah (orang miskin), semuanya dilihat sama saja. Selain sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi masyarakat, adanya pasar malam ini dijadikan sebagai sarana untuk sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga seperti membeli makanan, sekedar jalan-jalan ataupun bermain wahana permainan pada malam hari setelah seharian melakukan aktifitas. Itulah yang menjadi keunikan sebuah pasar malam.

Situasi dan kondisi di Pasar Malam Cibadak ini cukup ramai karena pasar ini terhubung langsung ke Jalan Raya Serpong - Cisauk yang merupakan salah satu jalan akses menuju Kecamatan Serpong. Oleh karenanya ramai oleh pengunjung yang datang namun segala aktifitas perdagangan di pasar tersebut berlangsung tertib karena ada pengelola pasar yang bertugas mengawasi situasi dan kondisi di pasar malam. Selain dari adanya pengelola pasar, terdapat juga tukang parkir yang tugasnya melakukan penataan parkir dan untuk parkir di Pasar

Malam Cibadak sudah cukup aman karena para pengunjung yang datang dikenakan sejumlah biaya parkir untuk menjaga kendaraan mereka. Untuk sepeda

2

motor dikenakan biaya seribu rupiah sedangkan untuk mobil dikenakan biaya dua ribu rupiah. Walaupun dari segi keamanan tidak diragukan lagi namun pemilik kendaraan tetap harus menjaga barang bawaannya masing-masing dan tidak meninggalkan barang berharganya pada kendaraan karena itu juga sangat berbahaya.

Masyarakat tertarik dengan adanya pasar malam ini karena harga barang yang ditawarkan relatif lebih murah dan dengan adanya pasar malam ini sekaligus menjadi lapangan pekerjaan para pengangguran. Yang dimana mereka ini tidak punya pekerjaan tetap, bisa dijadikan peluang bagi mereka untuk mendapatkan rezeki. Oleh karenanya, disini banyak para pemuda yang menjajakan apa yang mereka jual disini sembari mengisi kekosongan saat mereka tidak memiliki pekerjaan. Didalam pasar malam ini juga terdapat beberapa aturan yang juga harus disepakati bersama seperti halnya para pedagang yang ingin membuka lapak di pasar malam harus berkoordinasi dengan pengelola (Ketua)

Pasar Malam Cibadak.

Suasananya yang ramai dan juga mendukung bagi para pedagang menjajakan dagangan serta hubungan yang terjadi antara pedagang dengan pedagang lainnya atau bahkan dengan pembeli terjalin lebih mudah karena tidak ada pembatasan bagi mereka untuk berbincang satu sama lain. Perbincangan yang terjalin diantara mereka dapat menimbulkan suatu jaringan yang menarik.

Interaksi yang terjalin juga tanpa adanya rekayasa dan suasananya begitu hangat.

3

Menurut Kusnadi (2000) keterikatan individu dalam hubungan sosial merupakan pencerminan diri sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat, hubungan sosial yang dilakukan oleh individu merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan keberadaannya. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam hal kuantitas dan kualitas, juga intensitas hubungan sosial yang dilakukannya, sekalipun terbuka luas peluang bagi individu untuk melakukan hubungan sosial secara maksimal. Hubungan tersebut bukan hanya melibatkan dua individu, melainkan juga banyak individu. Hubungan antar individu tersebut akan membentuk jaringan sosial yang sekaligus merefleksikan terjadinya pengelompokkan sosial dalam kehidupan masyarakat. Para pedagang di pasar malam ini pastinya mempunyai sebuah kepentingan yaitu ingin mencari rejeki dan kebanyakan dari mereka memang mempertahankan kehidupannya dengan cara berdagang seperti ini dan membentuk kelompok untuk dapat mempertahankan keberadaan mereka juga. Dan pastinya dalam membentuk kelompok itu dibutuhkan sebuah komunikasi.

Dalam berkomunikasi diantara mereka terbentuklah sebuah kelompok- kelompok tertentu yang terbentuk dalam suatu jaringan. Jaringan menurut Robert

M. Z. Lawang (2004) dalam Damsar menyatakan bahwa :

“Ikatan yang terjadi antara orang atau kelompok yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan ini diikat oleh sebuah kepercayaan. Terdapat ikatan melalui hubungan sosial menjadi suatu kerjasama, bukan kerja bersama-sama. Jaring ini tidak dapat berdiri sendiri kalau satu simpul putus keseluruhan jaring tersebut tidak bisa berfungsi lagi, sampai simpul tersebut diperbaiki.” (2009:157-158).

4

Dengan kata lain jaringan ini merupakan suatu hubungan antar individu yang dikaitkan dengan simpul dan ikatan. Simpul disini dilihat melalui aktor individu dalam jaringan sedangkan ikatan merupakan hubungan antar para aktor tersebut. Hubungan ini kemudian diikat melalui kepercayaan dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Karena jika satu ikatan tersebut putus maka ikatan dalam jaringan tersebut tidak dapat berfungsi kembali.

Studi tentang jaringan ini dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi berhubungan antara satu sama lain dan ikatan ini digunakan sebagai pelicin dalam memperoleh sesuatu, dan juga sebagai jembatan untuk memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial. (Powell dan Smith-Doer

1994 dalam Damsar 2009:158-159).

Bisa disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa jaringan memberi manfaat yang baik untuk saling bertukar informasi diantara para aktor. Selain itu dengan adanya jaringan, individu akan bisa lebih mudah berhubungan satu sama lain dan hubungan antara individu dengan individu lainnya ini juga bisa membawa keuntungan bagi masing-masing pihak. Para pedagang ini membentuk sebuah jaringan sebagai akibat dari komunikasi yang terjalin diantara mereka. Salah satu bentuk komunikasi yang terjalin diantara mereka biasanya akan terdapat perbincangan seperti bagaimana supaya kedepannya pengembangan pasar malam ini bisa berjalan dengan sukses dan bagaimana mereka ini bisa terus eksis dalam berdagang.

5

Disisi lain juga jaringan ternyata bisa terbentuk diantara pedagang dengan pembeli yang mereka tidak saling kenal satu sama lain namun pembeli cenderung bertambah dikarenakan banyak pembeli yang merekomendasikan pembeli lainnya untuk datang dan berbelanja di pasar malam tersebut dengan berbagai alasan seperti karena harganya murah, berkualitas dan sebagainya.

Oleh karena itu jaringan sosial mempunyai peranan penting bagi pedagang di pasar malam karena ini dapat memudahkan para pedagang dalam mengais rezeki untuk bertahan hidup di zaman sekarang yang untuk mencari pekerjaan saja sulit maka dari itu mereka beralih untuk menjadi pedagang. Dan itu menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk mengkaji bagaimana jaringan sosial yang mereka bentuk bisa berdampak besar bagi para pedagang di pasar malam tersebut.

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, penulis menjadikan pedagang pasar malam sebagai subjek dalam penelitian ini yang akan dilihat sebagai aktor dalam sebuah jaringan dan penulis mengkaji dengan menggunakan metode deksriptif analisis dengan melihat gambaran yang terjadi secara langsung di pasar malam lalu kemudian menganalisisnya perihal kontribusi para pedagang terhadap jaringan sosial di pasar malam Desa Cibadak. Masalah penelitian ini perlu untuk dikaji khususnya yang mengkaji kaitan antara jaringan sosial dengan para pedagang.

6

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, rumusan

masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam di Desa

Cibadak Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang?

2. Apa saja faktor pendukung bagi kebertahanan pedagang dalam

melakukan aktifitas perdagangannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan menggambarkan

bagaimana bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam di Desa

Cibadak Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

kontribusi positif dalam dunia keilmuan khsusnya tentang jaringan

sosial antar sesama pedagang di pasar malam sebagai acuhan dalam

penelitian yang relevan.

2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan

memperbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang

7

berkaitan dengan jaringan sosial antar sesama pedagang di pasar

malam.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

siapa saja yang ingin mengetahui tentang jaringan sosial antar sesama

pedagang di pasar malam.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

mayarakat dalam membentuk jaringan sosial antar sesama pedagang

di pasar malam.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian, dibutuhkan perbandingan dengan penelitian sebelumnya yang relavan dengan penelitian ini. Literatur yang dikutip merupakan kajian yang relevan dengan fokus bahasan peneliti. Berikut literaturnya:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ichsan Pramatya pada tahun

2013 yang berjudul “Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gambir

Tanjung Pinang (Studi PKL Sayur-sayuran)”. Dalam penelitian ini, Ichsan menggunakan metode deskriptif kualitatis dan data yang diperoleh berupa data primer yang didapatkan dari wawancara dan data sekunder yang didapatkan dari studi pustaka. Teori yang digunakan oleh Ichsan yaitu modal sosial dalam jaringan oleh Robert M.Z Lawang. Hasil penelitiannya adalah adanya nilai modal sosial yang terbentuk dan terjalin diantara pedagang dari aturan-aturan

8

informal yang menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta dilaksanakan secara bersama-sama seperti budaya gotong-royong, tolong menolong, penempatan lapak usaha, aturan membayar retribusi parkir, sampai ketertiban tempat usaha dan waktu berjualan adalah norma-norma yang dibangun ditaati bersama dan menjadi tumbuh dengan baik. Ini mencerminkan norma informal berlanjut kepada timbulnya kepercayaan (trust) diantara pedagang PKL

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Mita Permata Sari pada tahun

2016 yang berjudul “Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam (Studi Kasus

Pasar Malam Srengseng Sawah Jakarta Selatan)”. Dalam penelitian ini, Mita menggunakan metode kualitatif desktiptif dan kemudian data yang diperoleh berupa data primer dan data sekunder. Teori yang digunakan oleh Mita yaitu teori jaringan sosial Barry Wellman. Hasil penelitiannya adalah jaringan terbentuk karena adanya ikatan antar aktor berupa hubungan antara pedagang dengan pedagang, pedagang dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan pedagang dengan pembeli.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny Apriliani pada tahun 2014 yang berjudul “Peran Jaringan Sosial

Nelayan Pada Pemasaran Tuna, Cakalang, Dan Tongkol: Studi Kasus Di Kota

Kendari”. Dalam penelitian ini, Riesti, Christina dan Tenny menggunakan metode kualitatif dan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

9

adalah teori yang dikemukakan oleh Ruddy (2007) yang mengemukakan bahwa

Jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan sosial dibagi menjadi tiga jenis yaitu (1) Jaringan kekuasaan (power) yaitu hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan sosial yang bermuatan kekuasaan, atau dibentuk dan sengaja diatur oleh kekuasaan. (2) Jaringan kepentingan

(interest) yaitu hubungan yang dibentuk oleh hubungan sosial yang bermuatan kepentingan, bermakna pada tujuan-tujuan khusus dan (3) Jaringan perasaan

(sentiment) terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan perasaan dan hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan dan tindakan sosial. Hasil penelitiannya adalah jaringan sosial antar nelayan dengan bos tidak hanya terbatas pada jaringan kerja produksi saja, namun atas kehidupan sosial lainnya dan jaringan sosial ini ternyata membawa manfaat yaitu memberikan keuntungan meningkatkan efisiensi usaha penangkapan dan pemasaran untuk dikembangkan di Kota Kendari.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Johan Jatu Wibawa Putra pada tahun 2010 yang berjudul “Jaringan Sosial Pengusaha Tempe Dalam

Kelangsungan Usaha Di Debegan”. Dalam penelitian ini Johan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder yang merupakan hasil dari wawancara dan observasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori tindakan sosial Max Weber. Hasil dari penelitiannya adalah hubungan sosial yang terjadi diantara produser tempe

10

yang didasarkan pada hubungan yang berkaitan dengan keberlangsungan usaha dari aspek permodalan, sumber daya manusia, produksi serta pemasaran.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Robertus Kennedy pada tahun

2010 yang berjudul “Jaringan Sosial Industri Kecil (Studi Kasus Tentang Modal

Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di Sentra Industri Kerajinan Kulit di

Dusun Manding”. Dalam penelitian ini Robertus menggunakan metode kualitatif dan data yang diperoleh merupakan hasil dari observasi (pengamatan langsung) dan wawancara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori jaringan oleh Robert M.Z Lawang. Hasil penelitiannya bahwa pola jaringan sosial bersifat informal dengan cakupan internal dan eksternal. Pembentukan jaringan sosial melalui interaksi dan komunikasi yang mendalam melahirkan kepercayaan diantara mereka yang merupakan modal sosial jaringan itu sendiri.

Adanya paguyuban Karya Sejahtera sebagai bentuk konkrit jaringan kerjasama untuk mempertahankan dan mengembangkan kegiatan industri kecil kerajinan kulit.

11

Tabel 1.1

Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait Jaringan Sosial

No Peneliti dan Metodologi Teori Temuan Penelitian Judul

1 Ichsan  Deskriptif Modal Sosial dalam  Adannya nilai Pramatya. kualitatif Jaringan (Lawang, modal sosial 2013.  Data 2004) yang terbentuk primer dan dan terjalin Modal Sosial sekunder. diantara Pedagang  Wawancar pedagang dari Kaki Lima a dan aturan-aturan Di Jalan kepustakaa informal yang Gambir n berlaku di Tanjung  Terdapat 6 kelompok Pinang (Studi informan pedagang PKL Sayur- mampu mereka sayuran) patuhi.  Jaringan sosial yang berkembang di kelompok pedagang diawali dengan norma-norma informal yang berfungsi sebagai aturan- aturan yang harus dipatuhi bersama agar tercipta suatu kerjasama.

2 Mita Permata  Metode Teori Jaringan Barry Jaringan terbentuk Sari. 2016. Kualitatif Wellman (dalam Ritzer, karena adanya ikatan Jaringan deskriptif 2009: 470) yang antar aktor berupa Sosial  Data primer membahas jaringan- hubungan antara Pedagang dan sekunder. jaringan yang saling pedagang dengan  Wawancara menghubungkan antar pedagang, pedagang

12

Pasar Malam mendalam, aktor. dengan kelompok, Observasi, kelompok dengan (Studi Kasus Dokumentasi kelompok, dan Pasar Malam pedagang dengan Srengseng pembeli. Sawah Jakarta Selatan)

3 Riesti  Metode Jaringan sosial ditinjau  Jaringan sosial Triyanti, kualitatif dari tujuan hubungan antar nelayan Christina  Teknik simple sosial yang membentuk dengan bos Yuliaty dan random jaringan sosial dibagi tidak hanya Tenny sampling menjadi tiga jenis yaitu terbatas pada Apriliani.  Terdapat 16 (1) Jaringan kekuasaan jaringan kerja 2014. informan (power) (2) Jaringan produksi saja,  Observasi, kepentingan (interest) namun atas Peran wawancara, dan (3) Jaringan kehidupan Jaringan dokumen, perasaan (sentiment) sosial lainnya. Sosial Studi pustaka. (Ruddy, 2007)  Jaringan sosial Nelayan memberikan Pada keuntungan Pemasaran meningkatkan Tuna, efisiensi usaha Cakalang, penangkapan Dan dan pemasaran Tongkol: untuk Studi Kasus dikembangkan Di Kota di Kota Kendari Kendari Johan Jatu  Deskriptif Teori tindakan sosial Hubungan antara Wibawa kualitatif Max Weber. Ia melihat jaringan sosial yang Putra.  Data bahwa tindakan sosial berdasarkan pada individu dalam hubungan individu primer dan 2010. data merespon suatu hal atau sangat berkaitan Jaringan 4 sekunder peristiwa dilakukan dengan Sosial  Wawancar sepanjang tindakan keberlangsungan Pengusaha a dan tersebut memberikan usaha dari aspek Tempe observasi arti subjektif kepada permodalan, sumber Dalam  Maximum tindakan itu. daya manusia, Kelangsunga variation produksi serta n Usaha Di sampling pemasaran. Debegan

13

5 Robertus  Metode Jaringan didasarkan  Pola jaringan Kennedy. Kualitatif kepada ikatan sosial bersifat 2010.  Observasi kekeluargaan, informal (pengamat pertemanan, atau dengan Jaringan an persahabatan, memiliki cakupan Sosial langsung) pola hubungan sosial internal dan Industri dan yang bersifat kepatuhan eksternal. Kecil (Studi wawancara (patron-klien),  Pembentukan Kasus kesetiaan. (Lawang, jaringan sosial Tentang 1994) melalui Modal Sosial interaksi dan dalam komunikasi Pembentukan yang Jaringan mendalam Sosial di melahirkan Sentra kepercayaan Industri diantara Kerajinan mereka yang Kulit di merupakan Dusun modal sosial Manding jaringan itu sendiri  Adanya paguyuban Karya Sejahtera sebagai bentuk konkrit jaringan kerjasama untuk mempertahank an dan mengembangk an kegiatan industry kecil kerajinan kulit

*Sumber: Jurnal, Skripsi, Tesis dan Disertasi penelitian terdahulu terkait Jaringan Sosial

14

Sebagai pembanding, berikut persamaan serta perbedaan antara literatur sebelumnya dengan penelitian ini:

Literatur pertama oleh Ichsan Pramatya, persamaan ditemukan pada metodologi penelitian yang dipakai penulis yaitu kualitatif deskriptif.

Perbedaannya, secara mendasar yaitu Ichsan melihat fenomena pedagang ini untuk menjelaskan modal sosial dari pedagang tersebut sedangkan penulis disini melihat pedagang untuk menjelaskan jaringan sosialnya. Dari segi tempat dan lokasi yang dilakukan oleh Ichsan berbeda dengan penulis.

Literatur kedua oleh Mita Permata Sari, persamaan ditemukan pada fokus penelitian yaitu hubungan antar aktor membentuk pola jaringan sosial didalam pasar malam Cibadak itu sendiri. perbedaannya adalah bahwa Mita menggunakan teori jaringan Barry Wellman untuk menjelaskan pola jaringan sosial sedangkan penulis menggunakan teori jaringan oleh Mark

Granovetter. Selain menjelaskan pola hubungan jaringan sosial penulis juga menjelaskan faktor pendukung lain bagi para pedagang ini untuk mempertahankan aktifitas perdagangannya.

Literatur ketiga oleh Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny

Apriliani. Kesamaan terdapat pada melihat permasalahan dari sudut pandang pola jaringan sosial. Perbedaannya terletak pada studi kasus dan teori yang digunakan berbeda. Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny

Apriliani menggunakan teroi jaringan sosial oleh Ruddy yaitu jaringan dibagi menjadi 3: (1) Jaringan kekuasaan (power) (2) Jaringan kepentingan

15

(interest) dan (3) Jaringan perasaan (sentiment). Sedangkan penulis menggunakan prinsip konheren jaringan sosial Mark Granovetter dalam memahami hubungan antar aktor yang membentuk pola jaringan sosial.

Literatur keempat oleh Johan Jatu Wibawa Putra., kesamaan terletak pada metodologi penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Perbedaannya, secara signifikan ditemukan pada subjek penelitian dan lokasi tempat penelitian juga berbeda. Demikian pula dengan teori, Johan Jatu Wibawa

Putra menggunakan teori tindakan sosial oleh Max Weber, sedangkan penulis menggunakan teori Mark Granovetter dalam memahami hubungan antar aktor yang membentuk pola jaringan sosial.

Terakhir, literatur dari Robert Kennedy. Perbedannya, dari segi tema dan studi kasus yang diteliti berbeda serta teori yang digunakan juga berbeda. Teori yang digunakan oleh Robertus adalah teori Robert M.Z

Lawang yang berpendapat bahwa didalam jaringan didasarkan kepada ikatan kekeluargaan, pertemanan, atau persahabatan, memiliki pola hubungan sosial yang bersifat kepatuhan (patron-klien), kesetiaan.

Sedangkan penulis menggunakan teori jaringan Marc Granovetter dalam memahami hubungan antar aktor yang membentuk jaringan sosial.

Berdasarkan 5 penelitian terdahulu yang terkait dengan jaringan sosial pada umumnya menggunakan metode penelitian kualitatif dengan instrument wawancara, observasi, dan kajian pustaka. Namun, dalam penelitian ini penulis menggunakan Teori Jaringan Sosial menggunakan

16

prinsip jaringan sosial dalam memahami hubungan antar aktor yang

membetuk pola jaringan sosial antar pedagang di pasar malam.

Penelitian ini penting untuk menjelaskan kaitan antara jaringan

sosial dengan pedagang di pasar malam yang dilihat dari hubungan antar

aktor yang kemudian membentuk pola jaringan sosial serta menjelaskan

sampai kepada tahap konflik yang terjadi di pasar malam dan juga faktor

pendukung selain jaringan sosial bagi para pedagang ini dalam

mempertahankan kegiatan perdagangannya.

E. Kerangka Konsep

a. Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta

antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu

kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi

bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Hubungan

sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi

antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat

resiprosikal (Damsar, 2002:157).

Suparlan (1982:1-2) Jaringan sosial merupakan proses

pengelompokkan yang terdiri atas sejumlah orang (sedikitnya tiga orang)

yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan

17

melalui hubungan sosial yang ada. Melalui hubungan sosial tersebut,

mereka dapat dikelompokkan sebagai satu kesatuan sosial.

b. Pedagang

Pedagang adalah seseorang yang memperjual belikan barang

kepada konsumen baik itu secara langsung ataupun tidak langsung

dengan tujuan untuk memperoleh dan mencari keuntungan. Menurut

Sugiharsono, Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli

barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan

tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan

menjualnya dalam partai kecil atau persatuan.

Menurut Geertz dalam Damsar (1997: 107) dapat disimpulkan bahwa

pedagang dibagi atas:

1. Pedagang profesional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas

perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi

keluarga.

2. Pedagang semi profesional adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya

untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan

merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga. Derajat tambahan

tersebut berbeda pada setiap orang dan masyarakat.

3. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau

barang dari hasil aktivitas atas substensi untuk memenuhi ekonomi

rumah tangga.

18

4. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan

karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu

luang. Pedagang jenis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan

sebagai sarana untuk memperoleh uang, malahan mungkin saja

sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang. c.Pasar

Menurut Damsar (1997: 101) istilah pasar dalam kajian sosiologi ekonomi diartikan sebagai salah satu lembaga paling penting dalam institusi ekonomi yang menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi, berfungsinya pasar tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang. Aspek yang tidak kalah menarik dalam pasar adalah aspek ruang dan waktu serta tawar- menawar yang terjadi di pasar.

Secara sederhana pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Transaksi yang terjadi bisa berupa jual beli produk, baik barang maupun jasa. Namun, semakin berkembangnya zaman kini penjual dan pembeli tidak harus bertemu di suatu tempat untuk melakukan transaksi, tetapi cukup melalui sarana elektronik, seperti telepon, atau melalui internet.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka teori jaringan yang dikemukakan oleh Mark Granovetter. Granovetter (1985) mengetengahkan gagasan mengenai pengaruh struktur sosial terutama yang dibentuk berdasarkan

19

jaringan terhadap manfaat ekonomis khususnya menyangkut kualitas informasi.

Menurutnya terdapat empat prinsip utama yang melandasi pemikiran mengenai adanya hubungan pengaruh antara jaringan sosial dengan manfaat ekonomi yakni: pertama, norma (norm). Kedua, lemah atau kuatnya ikatan (ties). Ketiga, peran lain yang menjembatani aktor dan yang terakhir, adanya konsep keterlekatan (embededness) dalam kaitannya dengan perilaku ekonomi.

Dalam penelitian ini, pendekatan jaringan sosial digunakan untuk menganalisis keterkaitan hubungan-hubungan sosial dari pedagang di pasar malam dengan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dalam rangka mempertahankan keberadaan aktivitas perdagangannya. Adanya jaringan ini juga berguna untuk mengetahui informasi yang berhubungan dengan peluang dagang di pasar malam ataupun peluang dagang di tempat lainnya selain di pasar malam. Para pedagang di pasar malam dalam menjalankan aktivitas dagangnya akan membentuk hubungan dengan siapa saja sejauh hubungan yang terjadi mempunyai arti penting baginya secara sosial maupun ekonomi.

Jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan. Tingkatan jaringan menurut Damsar (2009) adalah dapat dilihat dari 3 tingkatan yaitu: (1) Jaringan mikro, adalah jaringan sosial yang terjalin antar individu atau antar pribadi.

Jaringan ini merupakan suatu jaringan yang selalu ditemukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Memiliki 3 fungsi yaitu sebagai pelicin, jembatan, dan sebagai perekat. Sebagai pelicin, jaringan sosial memberikan kemudahan untuk mengakses bermacam barang atau sumber daya langka seperti informasi, barang,

20

jasa, kekuasaan, dan sebagainya. Sebagai jembatan, jaringan ini dapat memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dengan demikian, ikatan yang ada dapat menjembatani pembentukan hubungan sosial dengan pihak lain, yang dapat pula bermuara pada pembentukan jaringan sosial baru. Sebagai perekat, jaringan sosial antar individu memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial. Dalam hal ini muncul sebuah kepercayaan dan tingkat keuntungan bersama antara kedua belah pihak dan kemudian terikat satu sama lain. (2) Jaringan meso, adalah hubungan yang dibangun oleh para aktor di dalam kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan. Jaringan sosial ini dapat ditemui dalam berbagai kelompok seperti ikatan alumni (pelatihan, sekolah, atau perguruan tinggi), paguyuban (ikatan keluarga bedasarkan marga), ikatan profesi

(Ikatan Dokter , Ikatan Sosiologi Indonesia, dsb). (3). Jaringan makro, adalah jaringan yang terbentuk antar dua kelompok atau lebih. Dengan demikian jaringan makro dapat berupa ikatan antar pedagang berupa organisasi, institusi, atau negara. (Damsar, 2011: 160-166).

Dalam hal ini, pendekatan tentang jaringan sosial digunakan untuk menganalisis hubungan-hubungan sosial yang terjadi antar pedagang di pasar malam dan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki untuk melancarkan usaha yang dimilikinya.

21

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono (2007) metode penelitian

kualitatif adalah:

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Kriteria dalam metode penelitian kualitatif ini adalah data yang pasti. Untuk mendapatkan data yang pasti maka diperlukan sumber data dan berbagai teknik pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif melakukan analisis data merupakan hal yang penting untuk membangun hipotesis.” (2007: 1-3).

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan

tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1998:5). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan metode kualitatif dimana teori berperan penting dalam

membentuk hasil penelitian. Hasil penelitian ini menggambarkan pola terbentuknya

jaringan sosial pedagang di pasar malam. Penulis menggunakan pendekatan

kualitatif agar lebih mendalami dalam mengeksplorasi permasalahan dan

menekankan makna jaringan sosial sampai kepada tahap konflik.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti didasarkan oleh kriteria-kriteria tertentu dan bukan dari sembarang informan. Subjek penelitian yang diambil adalah para pedagang di pasar malam, pengelola pasar malam dan pembeli di tempat pasar

22

malam Desa Cibadak sebanyak 8 orang informan yang menjadi subjek dalam penelitian ini. 4 orang infoman utama dengan 4 informan pendukung. Dalam menentukan subjek penelitian ini, penulis memilih informan dengan kriteria-kriteria tertentu yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Berikut merupakan data mengenai informan:

Table 1.2 Profil Informan

No Nama Jenis Jenis Dagangan Usia Pendidikan Etnis Informan Kelamin Terakhir 1. Titi Perempuan Baju Dalam 25th SMA Sunda 2. Sarimin Laki-laki Dompet Dan 21th SMP Lampung Aksesoris 3. Yanti Perempuan 27th SMA Sunda “Kriuk”

4. Saripuddin Laki-laki Aksesoris HP 29th SMP Lampung

5. Rahmat Laki-laki Pengelola dan 49th SMA Padang pedagang kaos kaki 6. Desi Perempuan Pembeli 24th Karyawan - 7. Melinda Perempuan Pembeli 22th Mahasiswa - 8. Ulfa Perempuan Pembeli 35th Ibu Rumah - Tangga Sumber: Data Wawancara Informan, 2017

Pemilihan informan tersebut dipilih atas dasar tiga hal; (1)

mendapatkan data kasus yang terbilang unik dan spesifik, (2) menyeleksi

anggota populasi subjek penelitian guna mendapatkan data yang akurat, (3)

23

mengindentifikasi beragam informasi dengan investigasi yang mendalam

(Neuman, 2007: 143).

Adapun kriteria dari subjek penelitian ini adalah: (1) merupakan orang yang berpengaruh dalam jalannya aktivitas perdagangan di pasar malam; (2) subjek merupakan orang yang terlibat langsung dalam aktivitas yang dilakukan di pasar malam.

Dalam temuan di lapangan, mayoritas para pedagang yang bekerja sebagai pedagang di pasar malam adalah dari suku Sunda dan Padang. Dari segi informan, peneliti mengambil bedasarkan usia yang bervariasi mulai dari 20 Tahun sampai dengan umur 50 Tahun dan dari usia dan jenis dagangan yang ditawarkan pun berbeda-beda karena setiap pedagang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Desa Cibadak Kecamatan Cisauk

Kelurahan Suradita dan berada didekat Jalan Raya Cisauk b. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini mulai dari

mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data yang didapat adalah

dari bulan September 2017 sampai dengan Februari 2018.

24

3. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2005: 157) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ada dua macam, yakni data primer dan data sekunder.

a. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara dan

observasi (pengamatan langsung) dengan mengamati lingkungan sekitar

di pasar malam dan tanya jawab kepada para pedagang di pasar malam

Desa Cibadak.

b. Data Sekunder yaitu data yang meliputi buku-buku, artikel, dan jurnal

melalui media online yang berhubungan dengan topik dalam penelitian

ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam sebuah penelitian, karena sesuai yang kita tahu bahwa tujuan dari

penelitian itu sendiri adalah untuk mencari data. Dengan melihat dari segi cara

atau pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan

adalah dengan dilakukan observasi serta wawancara.

a. Observasi

Menurut Marshall (1995) dalam Sugiyono menyatakan bahwa

“throught observation, the reseacher learn about behavior and the meaning

25

attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang

perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Dengan melihat berbagai macam pengertian observasi yang telah

dikemukakan diatas maka dalam penelitian ini peneliti ingin melihat

gambaran kegiatan, mengobservasi bagaimana pola pembentukan atau

jaringan sosial antar pedagang di pasar malam. Observasi ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa luas jaringan sosial yang dimiliki oleh pedagang

di pasar malam. Dalam melakukan kegiatan observasi, penulis melakukan

beberapa kali observasi, hal ini bertujuan agar mengetahui perilaku dan

interaksi yang terjadi antara beberapa informan dalam lingkungan pasar

malam.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti dan juga peneliti ingin mengetahui hal-

hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau

setidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. (Sugiyono, 2007:

72). Dengan melihat pengertian dari pendapat diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa interview (wawancara) merupakan suatu alat

komunikasi langsung dengan cara mengumpulkan data yang

26

mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara

lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data. Hal ini

merupakan cara penulis berhubungan langsung dengan sumber data.

Wawancara ini suatu alat pengumpulan data dengan menggunakan

metode tanya jawab atau pertanyaan dan jawaban yang dikemas secara

lisan kepada ruang lingkup pedagang pasar malam.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan data-data mengenai bagaimana jaringan sosial mendorong eksistensi pedagang di pasar malam dan juga mendapatkan gambaran dari informan yang tidak dapat ditangkap melalui teknik obeservasi. Dalam proses wawancara, penulis menggunakan alat bantu berupa perekam suara untuk merekam wawancara antara peneliti dengan informan. Kemudian data yang telah terkumpul dianalisis bedasarkan hasil dari penelitian tersebut. Dalam proses wawancara terdapat hambatan yang penulis hadapi yaitu pertama tertutupnya para pedagang dengan pihak pengelola pasar malam dengan penulis, sehingga penulis harus aktif melakukan pendekatan dengan para pedagang dengan pihak pengelola pasar malam tersebut. Kendala kedua yang dihadapi adalah wawancara dengan informan dilakukan sampai tiga kali pada beberapa informan karena kurangnya informasi yang didapatkan sehingga membutuhkan waktu tambahan untuk mendapatkan data yang diinginkan serta hambatan ketiga adalah karena waktu. Karena waktu wawancara yang dilakukan malam hari sehingga membuat penulis terhambat untuk

27

melakukan wawancara secara mendalam kepada informan. Selain itu,

penulis juga harus menyesuaikan waktu dari informan, misalnya ketika

banyak pembeli yang datang maka wawancara dengan informan tersebut pun

ikut terhenti.

5. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul maka teknik selanjutnya adalah pengolahan data.

Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007: 183-184) analisis

data kualitatif dilakukan beberapa tahapan. Pertama, reduksi data seperti

memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Adapun yang

direduksi dalam penelitian ini adalah data mengenai permasalahan penelitian

yang kemudian dilakukan ke dalam yaitu: bentuk jaringan sosial yang terbentuk

di Pasar Malam Cibadak serta faktor pendukung pedagang dalam

mempertahankan aktifitas perdagangannya. Kedua, penyajian data yang

merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data

ini dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar, keterkaitan serta tabel yang

dilengkapi dengan uraian penjelasan. Ketiga, teknik pengumpulan data untuk

menganalisis data dengan menyusun kata-kata dalam tulisan yang lebih luas

dengan kerangka sosiologi. Keempat, penarikan kesimpulan yang merupakan

kegiatan yang berupa pengambilan intisari dan penyajian data yang merupakan

hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian atau kesimpulan awal yang

28

sifatnya sudah matang, serta merupakan tahap akhir dari keseluruhan hasil penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun pembahasan menjadi beberapa bagian dari sistemaika penulisan sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN. Pada bab ini, penulis menguraikan masalah yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, perumusan masalah dan tujuan dari penelitian Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam. Bagian ini, penulis juga menguraikan teori-teori jaringan sosial – yakni ikatan antar aktor – yang dipakai sebagai kerangka dari penelitian ini. Juga pada bagian ini, penulis menguraikan metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab II SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK. Pada bab ini berisi sejarah dan perkembangan pedagang di pasar malam, realitas kehidupan masyarakat di pasar malam – kondisi sarana prasarana, kondisi perdagangan, dan kondisi perekonomian pedagang pasar malam.

Bab III BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK.

Pada bab ini merupakan bagian terpenting dari penulisan skripsi, berisikan tentang pembahasan teori yang dikonversikan kepada data-data yang ditemukan.

29

Bab IV PENUTUP. Pada bab ini berisi kesimpulan skripsi ini sekaligus menjadi penutup. Juga pada bagian ini berisi masukan atau rekomendasi untuk para peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang jaringan sosial.

30

BAB II

SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK

A. Letak Geografis Kelurahan Suradita

Lokasi penelitian ini terletak di Jalan Raya Cisauk, Desa Cibadak,

Kelurahan Suradita, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang.

Lokasi Pasar Malam

Gambar 2.1 Peta Lokasi Tempat Pasar Malam

31

B. Kondisi Demografis Kelurahan Suradita

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Suradita Menurut Jenis Kelamin Bulan Oktober 2017

NO Jenis Kelamin Jumlah Penduduk

1 Laki-laki 14.594

2 Perempuan 14.103

TOTAL 28.697

(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di kelurahan, jumlah penduduk

Kelurahan Suradita adalah 28.697 jiwa atau Kepala Keluarga (KK), yang

terdiri dari 14.594 Kepala Keluarga (KK) laki-laki dan 14.103 Kepala

Keluarga (KK) perempuan. Jika melihat jumlah penduduk dari segi jenis

kelamin, maka dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki adalah yang

paling banyak yaitu 14.594 jiwa dan jumlah penduduk yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 14.103 jiwa. Jadi dapat disimpulkan bahwa

ternyata perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak beda

jauh selisihnya hanya sekitar 400 jiwa ini artinya keduanya sebenarnya

mempunyai peran yang sama dan tidak terlalu menonjol kesenjangan

gendernya. Kalau dalam persen, bisa dibilang 50 % - 50 %.

32

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Tingkat Pendidikan Bulan Oktober 2017

NO Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1 Tidak Tamat SD 3.938 4.182

2 Tamat SD 3.407 3.298

3 Tamat SLTP 3.052 2.898

4 Tamat SLTA 2.568 2.681

5 Diploma 591 563

6 S1 429 415

7 S2 321 308

8 S3 0 0

(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)

Dengan melihat data jumlah penduduk Suradita berdasarkan tingkat pendidikan, bisa dilihat jumlah penduduk yang tidak sampai tamat SD (Sekolah

Dasar) memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dan bahkan penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu S1, S2 dan S3 jumlah penduduknya yang paling rendah. Ini berarti dengan jumlah penduduk yang tidak sampai tamat SD menjadi PR bagi pemerintah sekitar mengapa masih ada saja penduduk yang tidak mengeyam pendidikan yang tinggi padahal saat ini saja sekolah SD sudah gratis. Dimana kita tahu bahwa tingkat pendidikan menjadi tolak ukur kualitas penduduk disuatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang

33

dienyam oleh penduduk maka semakin baik pula kualitas SDM yang ada dalam suatu wilayah. Namun selain tingkat pendidikan, harus dilengkapi dengan berbagai keterampilan melalui pelatihan-pelatihan.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Jenis Pekerjaan Bulan Oktober 2017

NO Pekerjaan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1 PNS 2.912 1.961

2 Karyawan Swasta 4.848 3.333

3 Pedagang 806 1.194

4 Buruh 2.555 2.828

5 Jasa Lain 585 597

6 Pengangguran 3.746 3.286

(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)

Dengan melihat jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan, bisa dilihat penduduk wilayah Suradita paling banyak bekerja sebagai karyawan swasta. Dan mirisnya lagi bisa dilihat kalau penduduk yang tidak bekerja atau pengangguran ini menempati jumlah penduduk terbanyak kedua. Lagi dan lagi yang menjadi PR pemerintah setempat mengapa bisa sekian banyak jumlah penduduk yang tidak bekerja padahal sudah dijabarkan pada data jumlah penduduk berdasarkan rentang

34

usia bahwa usia-usia produktif atau usia bekerja menempati jumlah terbanyak penduduknya.

Berdasarkan pemaparan penyajian data diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa permasalahan yang dihadapi pemerintah setempat adalah rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki usia angkatan kerja dan juga jumlah masyarakat penganggurannya yang masih banyak dikarenakan lapangan pekerjaan yang tidak tersedia. Oleh karena itulah masyarakat dengan usia angkatan kerja yang tidak terdidik dan tidak mempunyai keahlian tertentu, menjadikan berdagang sebagai salah satu mata pencaharian yang harus mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagaimana data diatas bahwa masyarakat yang ada di Kelurahan

Suradita yang pekerjaannya sebagai pedagang memiliki jumlah yang cukup banyak.

C. Perkembangan Dan Kondisi Pasar Malam Cibadak

Pasar malam ini dibangun pada tahun 2007 atau sekitar 10 tahun yang

lalu dan awalnya Pasar Malam Cibadak ini tidak ramai pedagang sebagaimana

sekarang ini. Dulu hanya terdapat 10 pedagang yang berdagang di pasar malam

ini. Pasar Malam Cibadak ini tidak seperti pasar kebanyakan yang mempunyai

lapak permanen seperti kios, namun hanya berbentuk tenda untuk lapaknya.

Namun seiring berjalannya waktu banyak pedagang lain yang tertarik untuk bisa

menjajakan dagangannya disini dan mereka berasal dari daerah lain. Menurut

data terakhir yang diperoleh oleh penulis dari wawancara kepada ketua

pengelola bahwa jumlah lapak disini mengalami peningkatan yaitu saat ini

35

sebanyak 88 lapak. Untuk masalah perizinan dalam membangun pasar ini sudah mendapatkan izin dari pemerintah setempat yaitu Kelurahan Suradita. Hubungan yang terjalin diantara Kelurahan Suradita dengan pasar malam ini juga hanya sebatas masalah perizinan.

Pasar malam ini terbentuk karena adanya inisiatif dari beberapa pedagang yang ingin membuka pasar malam di wilayah Suradita untuk bisa meningkatkan pendapatannya dan pada akhirnya ketua dari para pedagang ini bertemu dengan bapak Suyoto yang mempunyai tanah kosong didaerah Desa

Cibadak yang masuk ke dalam wilayah Suradita. Bapak Suyoto ini mempunyai hubungan saudara terhadap ketua pengelola di pasar malam ini. Keberadaan pasar malam ini sebenarnya begitu penting bagi keberadaan jaringan sosial pedagang pasar malam. Dibentuknya pasar malam ini sebenarnya mempunyai tujuan yaitu untuk mengembangkan usaha bagi yang berdagang dan juga untuk mencari rejeki bagi yang tidak punya pekerjaan.

Pasar malam ini hanya buka setiap Rabu malam. Penentuan Rabu malam ini karena sebelumnya para pedagang sudah membuka pasar malam sejenisnya di tempat lain seperti di Pasar Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi dan sudah disepakati kalau di malam tersebut para pedagang tidak ada kegiatan lain.

Kegiatan berdagang yang mereka lakukan di pasar malam ini berlangsung dimulai dari jam 5 sore sampai dengan jam 10 malam, namun waktunya tidak tetap. Dari sekian jumlah pedagang dari 88 lapak yang ada, ketua pengelola pasar malam tersebut membagi pedagang berdasarkan jenis dagangan yang

36

dijual. Seperti kelompok pedagang baju, kelompok pedagang aksesoris HP, kelompok pedagang mainan, kelompok pedagang sandal dan lain-lain. Namun di pasar malam ini mayoritas adalah pedagang yang menjual makanan dan pakaian.

Mengapa demikian? Karena memang pembeli disini lebih banyak memenuhi kebutuhan primer seperti makanan dan pakaian dengan harga yang cukup terjangkau untuk kalangan masyarakat yang menengah kebawah. Untuk jenis pedagang lainnya seperti pedagang mainan juga relatif banyak karena pengunjung anak-anak yang datang juga lumayan banyak. Selain itu untuk jenis pedagang makanan di pasar malam ini banyak berbagai macam makanan, seperti pedagang sosis bakar, tahu bulat, pedagang seblak, pedagang buahan-buahan, dan jenis makanan lainnya yang memang kebanyakan menjual makanan cemilan.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis ditemukan hal yang menarik yaitu orang yang berdagang di pasar malam ini tak hanya berasal dari Desa Cibadak itu sendiri melainkan ada yang berasal dari luar daerah wilayah Cibadak seperti yang sudah dijelaskan ada yang dari daerah

Bogor, Tangerang, bahkan diluar Pulau Jawa seperti , Lampung dan juga Padang. Mereka yang berasal dari Pulau Jawa ini merupakan penduduk yang merantau dan tinggal di Desa Cibadak. Adapun alasan mengapa mereka jauh-jauh datang ke daerah ini karena memang mereka harus bisa bertahan hidup ditengah masyarakat dengan bekerja sebagai pedagang karena kebanyakan dari

37

mereka tidak mengeyam pendidikan yang tinggi dan tidak mempunyai keahlian tertentu selain berdagang.

Jenis dagangan yang ada di pasar malam ini beraneka ragam, seperti pedagang baju anak-anak maupun dewasa, pedagang makanan, wahana mainan anak-anak seperti kincir angin dan komidi putar, pedagang aksesoris dan dompet, perabotan rumah tangga, dan barang kebutuhan hidup lainnya. Didalam

Pasar Malam Cibadak ini, kondisi perdagangannya sudah cukup tertib dan berjalan dengan baik. Terdapat struktur seperti pemilik lahan, pengelola pasar malam, dan para pedagang. Pemilik lahan ini bisa dikatakan dia seorang yang disegani di lingkungan pasar malam oleh pengelola maupun pedagang itu sendiri. Pengelola Pasar Malam Cibadak atau bisa dikatakan ketua dari para pedagang disini mempunyai tugas sebagai pemberi keputusan dalam pembagian lapak dan posisi nya pun disegani oleh pedagang karena dia yang akan mengatur dalam pembagian lapak juga dengan adanya ketua pengelola ini sebagai pengatur ketertiban dan keamanan dilingkungan pasar malam yang dibantu oleh beberapa rekannya.

Dalam kegiatan di pasar malam ini, terdapat beberapa aturan yang mesti ditaati oleh seluruh pedagang. Di Pasar Malam Cibadak, terdapat pedagang baru dan pedagang lama. Aturan bagi kedua jenis pedagang ini bahwa pedagang baru tidak boleh seenaknya menempati lapak untuk berjualan. Mereka harus mengkonfirmasikan kepada pengelola apakah lapak tersebut sudah ada yang ditempati terlebih dahulu oleh pedagang lama. Jika belum ada yang menempati,

38

pedagang baru boleh menempati tempat tersebut tetapi jika sudah ditempati, mereka tidak boleh menempati lapak tersebut. Kecuali ketika pedagang lama sudah tidak berjualan selama 3 kali dalam 3 minggu, barulah pedagang baru berhak atas lapak berjualan tersebut.

Bagi para pedagang yang ingin berjualan di pasar malam ini juga mempunyai kewajiban untuk membayar uang sewa seperti uang listrik dan uang sewa lapak. Untuk biaya listrik sendiri yaitu berkisar 5.000 rupiah dan untuk uang sewa lapak berkisar antara 30.000 sampai dengan 35.000 rupiah per hari.

Kewajiban yang mesti dibayarkan oleh setiap pedagang tentunya berbeda satu sama lain ini dikarenakan setiap pedagang berbeda-beda dalam menggunakan lapak ataupun menggunakan listrik. Jika penggunaan listrik dan penyewaan lapaknya lebih banyak tentu akan bertambah biaya sewanya. Setelah pedagang melakukan beberapa kewajiban yang sudah disebutkan, maka mereka akan mendapatkan haknya yaitu mendapatkan aliran listrik serta tempat atau lapak yang layak untuk mereka berdagang. Adapun perbedaan harga lapak itu didasari dari luas lapak dan jenis barang dagangan yang dijual.

. Untuk mengetahui jumlah pedagang di pasar malam ini baik dari pedagang lapak maupun pedagang kaki lima dengan berbagai jenis barang dagangannya dapat dilihat pada tabel berikut:

39

Tabel 2.4 Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan Di Pasar Malam

NO Jenis Barang Pedagang Pedagang Jumlah Dagangan Lapak Kaki Lima

1 Sepatu/Sandal/Tas/Akseso 8 - 8

ris/HP

2 Pakaian/Baju/Luar/Dalam 10 - 10

3 Makanan Dan Minuman 3 20 23

4 Buah-buahan 5 3 8

5 Ikan 5 1 6

6 Wahana Permainan 3 - 3

7 Mainan 10 - 10

8 Kaos Kaki 10 - 13

9 Buku Anak-anak/Majalah 7 - 7

10 Jam - 3 3

JUMLAH 61 27 88

40

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Rahmat, Ketua (Pengelola) Pasar Malam

Cibadak, 2017)

Dari tabel 2.7 diatas dapat dilihat, jumlah pedagang lapak lebih banyak

daripada jumlah pedagangan kaki lima. Memang pada dasarnya pasar malam ini

hanya diperuntukkan untuk pedagang yang memang ingin membangun lapak.

Bisa kita lihat juga kalau pedagang kaki lima itu didominasi oleh pedagang

makanan ataupun minuman ini dikarenakan seiring berjalannya waktu, ketua

pengelola juga ingin ada pedagang yang menjual makanan supaya warga sekitar

juga bisa kulineran dan tak hanya sekedar membeli barang kebutuhan rumah

tangga saja sehingga diberikanlah tempat bagi para pedagang makanan yang

ingin berjualan.

Didalam Pasar Malam Cibadak ini selain ada unsur pedagang dan

pembeli, ditemukan berbagai jenis pedagang dilihat dari jenis dagangannya. Ada

jenis karakteristik anggota pedagang di Pasar Malam Cibadak, yakni:

a. Pedagang Lama; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang

berdagang sebagai mata pencaharian utamanya dan memang sudah

berdagang cukup lama di pasar malam sehingga mempunyai lapak

tetap.

b. Pedagang Baru; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang baru

memulai berdagang pada waktu yang belum lama dan untuk lapak

41

sendiri mereka harus menunggu pedagang lama sampai tidak

berjualan sementara waktu baru bisa menempati lapak tersebut. c. Pedagang Kaki Lima; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang

memang tidak mempunyai lapak yang tetap seperti pedagang lama

maupun pedagang baru dan kebanyakan mereka hanya menjual

makanan dan minuman saja seperti tukang bakso, tukang somay dan

lain-lain. (Sumber: Wawancara dengan Pengelola (Ketua) Pasar

Malam Desa Cibadak)

Gambar 2.2 Suasana Jalan Raya Serpong-Cisauk Dan Pasar Malam

42

Seperti kita lihat pada Gambar 2.2 diatas, pasar ini letaknya cukup

strategis karena terletak di Jalan Raya Serpong - Cisauk dan dengan adanya

pasar malan yang berada di sisi kanan dan kiri jalan tersebut, ternyata sedikit

menimbulkan kemacetan karena ramainya pengunjung yang melewati jalan

tersebut. Pasar malam ini buka setiap Rabu malam memang banyak

pengunjung yang berkunjung untuk sekedar melepas penat setelah seharian

beraktifitas atau berbelanja barang kebutuhan, makan bersama keluarga dan

lain sebagainya. Pasar malam ini menjual barang kebutuhan harian seperti

pakaian, barang-barang elektronik, makanan tradisional, perabotan rumah

tangga, aksesoris dompet, dan lain sebagainya.

Gambar 2.3 Suasana Pasar Malam Seperti yang terlihat pada Gambar 2.3, suasana pasar malam yang ramai dan juga mendukung bagi para pedagang menjajakan dagangan serta hubungan yang terjadi antara pedagang dengan pedagang lainnya atau bahkan dengan

43

pembeli terjalin lebih mudah karena tidak ada pembatasan bagi mereka untuk berbincang satu sama lain. Perbincangan yang terjalin diantara mereka dapat menimbulkan suatu jaringan yang menarik. Interaksi yang terjalin juga tanpa adanya rekayasa dan suasananya begitu hangat.

Gambar 2.4 Suasana Parkir Motor Pasar Malam Cibadak

Gambar 2.5 Suasana Parkir Mobil Pasar Malam Cibadak

44

Seperti yang sudah dijelaskan pasar malam ini terdapat lahan parkir yang ini merupakan hal yang penting. Disini para pengunjung dikenakan biaya parkir sebanyak dua ribu rupiah untuk kendaraan bermotor. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 dan

Gambar 2.5 diatas.

Selain dari segi keuntungan, dengan adanya pasar malam ini bisa dijadikan tempat hiburan bagi masyarakat juga. Apalagi untuk anak-anak kecil disana juga terdapat wahana permainan anak dan atas dasar ini juga lah yang membuat keberadaan pasar malam masih bertahan sampai saat ini.

D. Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak

Menurut data dari ketua pengelola pasar malam cibadak terdapat beberapa sarana dan prasarana yang disediakan disini. Baik bagi pedagang maupun pengunjung pasar malam itu sendiri. Adanya sarana dan prasarana ini keberadaannya juga penting sebagai fasilitas yang disediakan di pasar malam ini. Berikut jumlah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar malam ini dalam bentuk tabel.

45

Tabel 2.8

Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak

No Sarana Prasarana Jumlah

1 Lapak Makanan 37

2 Lapak Aksesoris (HP, Dompet, Sendal, 28

Mainan Dan Lain-lain)

3 Lapak Pakaian 10

4 Lapak Wahana Permainan 3

5 WC Umum 1

6 Parkir 2

Sumber: Hasil Wawancara dengan Ketua Pengelola Pasar Malam

Dari data diatas yang diperoleh penulis dari ketua pengelola pasar malam bisa dilihat kalau kelompok lapak makanan adalah yang paling terbanyak lapaknya di Pasar Malam Cibadak dengan jumlahnya sebanyak 37 buah lapak. Mengapa demikian? Karena memang disini warga sekitar lebih antusias untuk membeli makanan maka dari itu ketua pengelola lebih memperbanyak pedagang makanan. Untuk posisi kedua yang terbanyak lapaknya adalah untuk lapak Aksesoris yaitu sebanyak 28 buah lapak.

46

Selain itu yang lebih disayangkan adalah jumlah WC Umum yang tersedia hanya satu buah dimana ini sangat kontras jumlahnya dengan pengunjung pasar malam yang lumayan banyak dan ramai. Dan juga dilokasi pasar juga masih minim mengenai kebersihannya karena hampir minim ditemukan tempat sampah, biasanya kebersihan dilakukan setelah pasar malam tutup oleh beberapa orang dari yang mengurus parkir atau pedagang makanan disitu yang memang dagangannya mesti menggunakan tempat sampah tersendiri.

E. Pendapatan Para Pedagang Pasar Malam Cibadak

Tentunya untuk pendapatan yang dimiliki oleh pedagang di pasar malam ini berbeda-beda satu sama lain. Ini dikarenakan jenis dagangan yang dijajakan oleh pedagang pun berbeda-beda. Selain itu juga pendapatan mereka pastinya dipengaruhi oleh suasana pasar dan pengunjung yang datang. Kalau misalkan pasar sedang ramai pembeli, para pedagang akan mendapatkan pendapatan yang lebih banyak. Berikut ini adalah data pendapatan beberapa para pedagang di pasar malam.

47

Tabel 2.9 Pendapatan Pedagang Pasar Malam Cibadak

No Nama Jenis Jenis Pendapa Informan Kelamin Dagangan tan per

hari

1 TN Perempuan Baju Dalaman 150.000

1.000.00

0

2 SP Laki-laki Dompet Aksesoris 200.000

500.000

3 YN Perempuan Snack “Kriuk” 300.000

–400.000

4 SZ Laki-laki Aksesoris HP 500.000

750.000

Sumber: Data Wawancara Informan, 2017

Berdasarkan tabel diatas, bisa kita lihat pendapatan terendah dimiliki oleh pedagang snack “kriuk”, karena memang ketika penulis melakukan observasi, barang dagangan pedagang tersebut tidak banyak dan karena memang

48

barang dagangannya pun hanya makanan kecil saja yang harganya juga murah.

Jumlah pendapatan para pedagang pasar malam Cibadak sebenarnya cukup rata dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh pedagang pasar malam sekitar 200 ribu sampai dengan 500 ribu rupiah per hari. Namun dalam hari-hari tertentu seperti bulan puasa ataupun hari raya pendapatan yang didapatkan bisa sampai sekitar lebih dari 2-5 juta rupiah. Seperti informan Saripuddin mengungkapkan:

“Dulu juga pembelinya ngga seramai sekarang dan lebih laku zaman sekarang dari yang dulu. jadi ya ada peningkatan gitu.apalagi kalo pas puasa menjelang Lebaran, saya bisa dapet duit sekitar 4 jutaan. Kalo hari biasa ya ngga sampe 1 juta juga, cukup buat kebutuhan sehari-hari. ”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017)

Berdasarkan hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan perhari-hari nya bagi para pedagang ini bisa dikatakan tidak tetap yang berarti bahwa pendapatan ini tidak tentu dan tergantung pada situasi dan kondisi dan tingkat konsumtif masyarakat sekitar. Misalnya pada hari raya seperti puasa dan lebaran. Oleh karena itu berbelanja di hari raya memang sudah seperti kebiasaan masyarakat yang dilakukan secara terus menerus terutama bagi pembeli di pasar malam ini untuk memenuhi kebutuhan pokok ataupun kebutuhan sekunder lainnya. Jadi tidak akan heran ketika pasar malam dikunjungi oleh banyak pembeli dibanding hari biasa. Hal tersebut berdampak baik bagi para pedagang karena dengan adanya hari raya bisa dimanfaatkan oleh mereka untuk meningkatkan pendapatan mereka.

49

BAB III

BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK

Pembahasan pada bab ini berdasarkan keseluruhan data yang berhasil penulis dapatkan dari penelitian lapangan terkait dengan bentuk jaringan sosial di dalam Pasar

Malam Cibadak, selanjutnya penulis akan lakukan analisa data dengan meminjan kajian dari Mark Granovetter terkait dengan pembahasannya mengenai jaringan sosial.

1. Norma

Dalam pandangan Doob (1985) norma adalah “a standart of desirable behavior”. Norma adalah peraturan-peraturan yang dari situ manusia diharapkan mematuhinya dalam hubungannya dengan orang lain. Norma tidak hanya menyediakan petunjuk-petunjuk perilaku yang baik dalam situasi tertentu tetapi juga memberikan ekspetasi mengenai bagaimana orang lain akan merespon perilakunya. Dengan kata lain, norma sering merujuk pada sekumpulan aturan yang diharapkan dan diikuti oleh anggota. masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Berkaitan dengan jaringan sosial,

Granovetter menjelaskan tentang norma ini sebagai tata berperilaku. Menurutnya

Norma seperti aturan main yang dapat membawa pengaruh pada penyelenggaraan jaringan itu sendiri.

Berkaitan dengan norma, di dalam pasar malam Cibadak ini tentunya terdapat beberapa aturan yang mengatur perilaku-perilaku aktor atau pedagang ini agar aktivitas perdagangan berjalan dengan baik. Beberapa aturan di pasar malam Cibadak ini lebih menyangkut kepada aturan pembagian lapak. Seperti informan Titi menuturkan:

50

“palingan gini mas kalo masalah lapak kalo yang udah nempatin ditempat itu sampe tiga kali ngga masuk (dagang) nanti bakalan jadi milik yang baru. terus kalo misalnya dia ga dagang, bisa ditempatin gitu.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017).

Hal menarik yang ditemukan oleh penulis adalah ternyata dalam pembagian lapak dipasar malam ini bisa sampai menimbulkan sebuah konflik. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya pembagian lapak disini sudah ditentukan oleh ketua pengelola dengan pedagang dengan adanya harga per lapaknya. Dan di pasar malam ini juga tidak ada suatu persyaratan khusus untuk mendapatkan wilayah atau lapak yang strategis karena pada dasarnya perbedaan hanya terletak pada besarnya lapak. Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan Yanti, menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan pembagian lapak. “…sama rata sih, soalnya mau dimana ditempatinnya sama aja. Yang penting ikutin aturan yang dibikin ketua aja sih mas.”(Wawancara dengan Yanti, 8

November 2017)

Dalam pembagian lapak ada perbedaan yang didapatkan pedagang lama dengan pedagang yang baru. Perbedaannya adalah dari segi kepemilikan lapak.Pedagang baru tidak bisa seenaknya saja menempati lapak jika lapak tersebut sudah menjadi milik pedagang lama dan ini harus dikonfirmasikan kepada ketua pengelolanya supaya bisa diselesaikan, balik lagi bahwa peran adanya ketua pengelola ini bisa dibilang penting sebagai penengah diantara para pedagang. Seperti informan Saripuddin menuturkan:

“… palingan mungkin yang ngga tahu peraturan disini asal nempatin lapak aja padahal itu udah tempat pedagang lama. Paling disitu sih masalahnya tp ngga berlangsung lama karena masing-masing udah ngerti.”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017).

51

Informan Rahmat sebagai ketua pengelola Pasar Malam memberikan argumennya:

“paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru belum tahu aturan main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik pedagang lama, biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik. Secara kekeluargaan. Dan biasanya juga udah sadar dengan posisinya masing-masing kalo mereka pedagang lama maupun pedagang baru.” (Wawancara dengan Rahmat, 15 November 2017)

Berdasarkan hasil pemaparan yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik kesimpulan mengenai norma atau aturan yang berlaku di pasar malam Cibadak ini membawa pengaruh kepada jaringan pedagang yang ada di pasar malam tersebut yakni ditemukannya konflik yang terjadi diantara pedagang maupun dengan pengelola bahwasannya terdapat ketimpangan yang terjadi berupa pembagian lapak yang tidak merata. Oleh sebab itu melahirkan konflik berupa rasa kecemburuan yang dialami pedagang atas pendistribusian lapak dan juga sikap senioritasan yang terdapat pada pedagang lama. Akibatnya menimbulkan semacam kolaborasi dan kompetisi bagi para pedagang dalam memperebutkan lapak yang sesuai dengan keinginan. Karena di dalam pasar malam ini tidak ada kelompok yang berkuasa antara satu dengan yang lainnya.

Adanya ketua pengelola sebagai satu-satunya pemilik kekuasaan (power) tertinggi di pasar malam tersebut, hal tersebut sudah dapat diselesaikan dengan baik oleh para pedagang di pasar malam atas dasar kesadaran yang dimiliki masing-masing individu.

52

2. Ikatan Lemah Dan Kuat Aktor

Penelitian yang dilakukan oleh Granovetter (1973; 1974; 1983) memperlihatkan bahwa suatu ikatan, apapun bentuknya; lemah atau kuat, memberikan kemudahan dalam menjalankan kehidupan. Ikatan yang lemah ditandai dengan waktu dan emosi yang kurang intensif dan ikatan lemah tersebut bisa menjadi ikatan yang jaringannya kuat memberikan basis motivasi yang lebih besar untuk saling membantu. Granovetter melihat bahwa ikatan seperti ini penting dalam kehidupan kita. Ikatan lemah menjadi kuat antara dua aktor misalnya dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya. Tanpa adanya ikatan seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total. Seorang individu tanpa adanya ikatan akan menemukan dirinya dalam keadaan terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat yang lebih luas dan ini dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam membangun jaringan sosial.

Jika kita kaitkan mengenai ikatan kuat dan lemah yang terjalin diantara aktor

(pedagang) ini, bisa dijelaskan bahwa ikatan lemah merupakan hubungan perkenalan yang terjalin diantara para pedagang yang membawa dampak yang baik bagi keberlangsungan berdagang. Seperti informan Titi menuturkan:

“dulu suami saya emang udah dagang di pasar malam ini, jadi ya itung- itung bantuin suami juga disini, suami tahu juga dari temannya mas yang suka dagang di pasar malam yang ada di Cibogo. Saya sama suami selain di pasar malam Cibadak kadang juga suka ikut juga ke pasar malam yang ada di Cibogo dari temannya itu. Pokoknya yah semakin banyak kenalan makin banyak aja jalan buat dagangnya.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

53

Selain informan Titi, informan Saripuddin juga menuturkan bahwa mulainya ia berdagang disini bagaimana ia membangun hubungan perkenalan atau pertemanan dengan orang lain “..Tau dari temen, kebetulan temen saya disini juga dagang disini, temen saya ya si ketua pengelola itu. Saya ditawarin dagang disini”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017).

Setelah terjalin hubungan perkenalan atau pertemanan ini yang terus berjalan dengan intens dikarenakan mereka yang selalu bertemu setiap minggunya, terjalin hubungan yang begitu akrab dan ini direalisasikan dengan beberapa kegiatan diluar pasar malam sebagaimana biasanya. Informan Saripuddin menuturkan: “..palingan realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya main bola, atau sekedar makan-makan sih”(Wawancara dengam Saripuddin, 15 November 2017).

Adanya kegiatan yang terjadi diluar pasar malam ini juga diungkapkan oleh informan Sarimin: “…paling kalo ketemuan kita suka maen bareng, kayak main bola dan lain-lain mas. Kalo kumpul seringnya paling dipasar malam ini.”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017).

Setelah ikatan lemah itu terjalin secara terus-menerus dan baik, maka ikatan lemah ini bisa berubah menjadi sebuah ikatan kuat yang bisa menyebabkan suatu kualitas hubungan itu menjadi baik. Jadi ketika para pedagang ini sudah menjalin keakraban, maka hubungan yang terjalin pun seperti layaknya saudara atau keluarga.

Seperti yang dituturkan informan Sarimin: “..beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah kayak keluarga lah kalo dipasar malam”(Wawancara dengan Sarimin, 8

November 2017). Informan Titi juga mengungkapkan hal yang senada:

54

“hubungannya baik-baik aja. Malah kalo lagi sepi ya suka ngobrol. Obrolin apa aja lah sambil curhat-curhat gitu, kadang kalo yg udah kenal lama, udah kayak keluarga, kalo ada acara hajatan ada yang nikahan, misalnya, saya suka bantu- bantu.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

Selain untuk meningkatkan kualitas hubungan, adanya ikatan kuat atau lemah ini juga bisa membawa manfaat bagi para pedagang untuk bisa membangun jaringan yang lebih luas. Seperti yang dituturkan oleh informan Saripuddin:

“sejauh ini saya membangun jaringan udah baik, karena saya ikut beberapa kelompok pedagang dan itu ada manfaatnya juga, jadi kalo saya mau dagang dimana aja udah banyak kenal, jadi ngga usah ribet-ribet lagi.”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017)

Informan Titi juga menuturkan bahwa jaringan yang ia bentuk membawa manfaat ketika ia dan suami ingin berdagang ditempat lain:

“kalo saya sama suami udah keliling mas, kadang satu rombongan ke daerah sekitaran serpong tangerang dagangnya. Jadi misalnya kalo udah ada temen didaerah mana gitu gampang masuknya (dagangnya) gitu.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

Namun disamping ikatan yang terjalin diantara sesama pedagang ini berjalan dengan baik, penulis juga menemukan gesekan-gesekan berupa konflik yang didasari dengan kesalahpahaman diantara mereka. Seperti yang dituturkan informan Rahmat yang merupakan ketua pengelola Pasar Malam Cibadak:

“paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru belum tahu aturan main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik pedagang lama, biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik. Secara kekeluargaan.” (Wawancara dengan Rahmat, 8 November 2017)

Sebagaimana informan Rahmat, informan Yanti juga menyampaikan hal yang sama mengenai konfik yang terjadi.

55

“paling bukan konflik sih, kayak mungkin pedagang yang baru yang belum tahu aturannya asal nempatin lapak gitu padahal kan itu punya pedagang lama. Tapi ya masalahnya ngga berlarut-larut, langsung dikasih tahu gitu sama ketuanya. Udah kelar masalahnya.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).

Konflik yang terjadi tidak lebih dari sekedar persaingan diantara pedagang yang menjajakan dagangan yang sama. Seperti yang diungkapkan informan Titi:

“paling kalo yang sama-sama dagangannya sama agak gimana gitu ya, agak suka cemburu ya, wajar. tapi baik-baik aja sih, ngga ada masalah.. ngga pernah yang berantem-berantem gitu sih masalah saingan.” (Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya kalau beberapa pedagang disini memiliki dagangan yang sama untuk diperjual-belikan. Namun hal ini bukan menjadi alasan bagi mereka untuk saling bersaing secara besar-besaran sampai memecah kekerabatan yang terjalin diantara mereka. Persaingan yang terjadi diantara mereka masih dalam kategori persaingan yang sehat. Seperti yang diungkapkan informan Titi:

“kalo sama pedagang yang sama-sama jual kolor begini sih ya hubungannya baik-baik aja, ngga ada sih kayak rebutan pelanggan atau gimana kan rejeki udah ada yang ngatur juga mas. Kalau yang beda dagangan sih hubungannya biasa aja mas” (Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai ikatan lemah dan ikatan kuatnya aktor yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik kesimpulan bahwa bagaimana ikatan lemah yang terjalin diantara pedagang ini bisa menjadi sebuah ikatan yang kuat yang diawali dengan hubungan pertemanan yang terjalin secara intens dan itu membawa dampak yang nyata salah satunya dengan bagaimana mereka mempertahankan kegiatan

56

perdagangannya dengan cara membangun jaringan yang luas diberbagai tempat yaitu pasar malam yang ada diwilayah Cisauk.

3. Peran Lain Yang Menjembatani Aktor

Granovetter dalam Damsar (2009) berpendapat bahwa inti penting dari sebuah ikatan tidak terletak pada kualitas ikatan yang tercipta dalam sebuah kelompok akan tetapi lebih pada cara yang dilakukan untuk membangun jaringan. Hal ini karena dengan membangun jaringan seorang individu secara tidak langsung terikat. Selain itu, ia juga menekankan pada keuntungan strategi yang dapat membuat individu terikat dengan berbagai jaringan yang berbeda-beda. Implikasinya adalah arus informasi dapat mengalir dari satu jaringan dengan jaringan lainnya.

Didalam Pasar Malam Cibadak ini terdapat para aktor seperti pedagang, pembeli dan juga pengelola. Ditemukan juga bahwa terdapat peran lain yang ternyata keberadaannya juga begitu penting didalam mereka berinteraksi satu sama lain terutama yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan. Salah satu nya adalah dengan media komunikasi yaitu telepon dan layanan pesan singkat atau yang kebanyakan orang menyebutnya SMS. Peran media komunikasi semacam ini ternyata membawa dampak yang baik bagi para aktor dalam berinterkasi terutama bagi pedagang dan juga pembeli.

Seperti informan Titi mengungkapkan: “… hubungannya baik-baik aja, kadang juga ada yang suka pesen lewat telepon atau ngga pake whatsapp jadi pas yang beli mau dateng kesini jadi enak barang pesenannya udah ada gitu. ”(Wawancara dengan Titi, 8

November 2017). Hal yang senada juga disampaikan oleh informan Desi sebagai

57

langganan salah satu pedagang di pasar malam ini bahwa media komunikasi berperan penting. “kalo sama langganan sampe kenal nama malah, biasanya buat kontek-kontek lewat telepon barang pesenan saya udah ada apa belum. Sebatas pesenan aja”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017).

Selain sebagai “jembatan” bagi para pedagang dengan pembeli, adanya peran media komunikasi ini juga berperan penting bagi para pedagang untuk membuat hubungan kekerabatan mereka semakin erat. Seperti informan Saripuddin menuturkan:

“realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya main bola, atau sekedar makan-makan sih, kadang kita juga suka komunikasi lewat group whatsapp buat janjian kalo misalnya mau jalan-jalan gitu satu kelompok dagang.”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017).

Begitu juga dengan informan Titi yang menyampaikan bahwa komunikasi yang terjalin diantara mereka tidak hanya melalui tatap muka namun juga dengan telepon ataupun SMS sebagai media komunikasinya walaupun menurutnya komunikasi secara langsung lebih baik :”biasanya sih kadang lewat chat di Whatsapp sms, atau telepon, juga tapi seringnya sih sama pedagang disini ngobrol aja langsung gitu lebih enak”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017).

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai peran lain yang menjembatani aktor yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik kesimpulan bahwa peran lain yang ditemukan di dalam Pasar Malam Cibadak adalah media komunikasi sebagai sarana yang menjembatani bagi para aktor untuk berkomunikasi. Media komunikasi yang ditemukan berupa telepon atau SMS yang menggunakan alat komunikasi HP

(Handphone). Dengan adanya media komunikasi ini memberikan semacam kemudahan

58

bagi para pedagang untuk bisa lebih membangun interaksi yang intens yang melahirkan hubungan pertemanan dengan pedagang lainnya sehingga terbentuklah jaringan diantara mereka untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi dalam berdagang.

4. Keterlekatan Sosial

Dalam membahas jaringan, Granovetter menggunakan analisis konsep keterlekatan. Granovetter memandang bahwa keterlekatan sosial berlangsung pada realitas relasi sosial antar aktor ekonomi. Keterlekatan sosial terkandung dalam relasi inter-personal aktor ekonomi dan jaringan sosial. Dengan demikian keterlekatan sosial diekspresikan dalam interaksi aktor dengan aktor lain. Granovetter (1990) membedakan dua bentuk keterlekatan, yaitu: a. Keterlekatan Relasional

Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara para aktor. Konsep dari “disituasikan secara sosial” bermakna tindakan ekonomi yang berhubungan dengan orang lain atau dikaitkan dengan individu lain. Dalam membahas ini penulis akan mengkaitkan hubungan antara pedagang di pasar malam Cibadak dan pembeli yang suka berkunjung ke pasar malam tersebut. Mengenai bagaimana hubungan yang terjalin diantara pedagang dengan pembeli yang merupakan unsur paling utama didalam aktifitas ekonomi perdagangan. Menurut beberapa informan hubungan yang terjalin cukup baik. Sebagaimana informan Titi “…baik-baik aja sih,

59

malah ada yang jadi pelanggan mas, pesen-pesen daleman gitu” (Wawancara dengan

Titi, 8 November 2017).

Hubungan yang tercipta diantara pedagang dengan pembeli ini disebut dengan hubungan pelanggan untuk menjelaskan keterlekatan relasional. Hubungan pelanggan ini juga ditemukan oleh penulis bahwa adanya hubungan pertemanan dan juga keramahan yang membuat proses jual-beli lebih terasa akrab. Seperti yang diungkapkan oleh informan Yanti:

“…Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen disediain, pokoknya selalu stock barang biar pelanggan ngga kabur. selain itu kalo emamg pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen lah gitu istilahnya.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).

Hubungan pertemanan ini bisa mempengaruhi penetapan harga dalam aktifitas perdagangan bahkan interaksi yang terjain diantara keduanya juga berada diluar pasar malam tersebut. Seperti yang juga diungkapkan oleh informan Sarimin:

“…Kayak tetangga kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih harga murah meriah. Kadang juga suka bantuin mereka kalo pelanggan lagi ada hajatan ataupun acara-acara syukuran gt suka ngundang-ngundang.”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017).

Informan Desi juga menutukan hal yang senada: “.. hubungannya baik aja, malahan disini ada saya langganan beli makanan. Kalo kesini pasti saya mampir ke dagangannya mas. Waktu itu sempet juga saya nikahan, saya ngundang juga pedagang tersebut, udah jadi temen baik juga”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017).

Informan Melinda juga menuturkan hal yang senada: “ hubungannya biasa aja sih mas, ya ada yang ramah kalo kita nanya-nanya harga doang gitu, ada yang ngerayu juga biar

60

laku dikasih murah lagi gitu asal belinya banyak.”(Wawancara dengan Melinda, 8

November 2017).

b. Keterlekatan Struktural

Keterlekatan Struktural adalah keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan hubungan yang lebih luas. Jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan institusi atau struktur sosial. Thomas J. Sullivan dan Kendrick S. Thompson (1984) mengemukakan bahwa struktur sosial merupakan pola interaksi yang terorganisir dalam suatu kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, ketika individu yang satu dengan individu yang lain pasti terjadi yang namanya interaksi atau komunikasi yang lambat laun akan menciptakan sebuah perkumpulan individu atau yang dapat kita sebut dengan kelompok. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis, ditemukan beberapa kelompok yang terbentuk baik didalam maupun diluar pasar malam sebagai akibat dari jaringan sosial yang terbentuk didalamnya. Namun sebelumnya, penulis akan menjabarkan terlebih dahulu hubungan yang terjalin diantara para pedagang sampai akhirnya terbentuklah kelompok tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis, di pasar malam Cibadak ini hubungan yang tejalin diantara sesama pedagang berjalan dengan cukup baik. Seperti yang dituturkan oleh Titi “……hubungannya baik-baik aja. Malah kalo lagi sepi ya suka ngobrol. Obrolin apa aja lah sambil curhat-curhat.” (Wawancara dengan Titi, Rabu 8 November 2017).

61

Para pedagang selain melakukan kegiatan perdagangan, ternyata hubungan mereka terjalin diluar itu. Mereka juga tidak jarang melakukan obrolan yang membuat hubungan diantara mereka bisa dibilang begitu akrab. Informan Sarimin juga mengatakan hal yang demikian “….beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah kayak keluarga lah kalo dipasar malam. kalo diluar pasar malam, biasanya kita juga ngumpul-ngumpul sih.” (Wawancara dengan Sarimin, Rabu 8 November 2017).

Dari hubungan yang terjalin diantara pedagang dapat disimpulkan bahwa mereka begitu saling menjaga dan memelihara hubungan baik sehingga menimbulkan sebuah hubungan pertemanan. Komunikasi yang terjalin diantara para pedagang ini juga lebih dari sekedar membicarakan hal-hal seperti kondisi pasar malam dan sebagainya namun juga mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi seperti layaknya keluarga. Komunikasi yang terjalin secara terus menerus ini diantara sesama pedagang ini tidak hanya terjadi di lingkungan pasar malam, namun juga terjalin diluar lingkungan pasar malam sehingga terbentuklah suatu perkumpulan atau kelompok.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan adanya kelompok. Salah satunya kelompok yang terdapat didalam pasar malam yaitu kelompok Arisan. Seperti yang diungkapkan informan Titi:

“Ga ada. Palingan ya bayar iuran arisan aja, tapi sistemnya ngga yang kocokan, mainnya giliran. Yang dapet arisan setiap sebulan sekali. manfaatnya ya sih ya kalo buat yang baru dagang disini kan bisa lebih kenal, kan ngga mungkin cuma ngerumpi doang disini kan, nah makanya diadain arisan, biar lebih akrab. Biar lebih tahu masing-masing gitu mas. Kan ini pedagangnya juga dari berbagai daerah juga, dengan adanya kelompok arisan kita sih ngerasa lebih disatukan aja manfaat yang saya rasakan sih lumayan jadi banyak temen trus kalo ada apa-apa enak jadinya bisa dibantu” (Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

62

Adanya kelompok arisan ini juga dibenarkan oleh informan Yanti namun informan tidak mengikuti kelompok tersebut. “… Ada sih, ya kelompok arisan itu, makan-makan ngumpul-ngumpul, tapi saya mah ngga ngikut. Soalnya saya ngurus anak juga tapi disini banyak sih yang ngikut. (Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).

Selain kelompok arisan, disini juga terdapat kelompok yang dibentuk berdasarkan jenis dagangannya. Seperti yang dituturkan oleh informan Sarimin yang merupakan anggota dari kelompok aksesoris dan dompet. “…. kan disini ada ketua nya, yang ngatur mana aja kelompok yang dagang daleman, dagang baju anak-anak, dagang aksesoris dompet, nah saya satu rombongan sama kelompok aksesoris dompet mas.”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017). Hal yang sama diungkapkan oleh informan Yanti yang masuk kedalam kelompok makanan. “…Disini ada sih selain dari kelompok arisan, ada kelompok pedagang makanan nah kebetulan saya ikut yang kelompok makanan. ”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017)

Untuk masuk kedalam keanggotaan salah satu kelompok yang ada di pasar malam tersebut tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan bisa dibilang cukup mudah. Semua pedagang yang ada disana bebas memilih kelompok yang mereka inginkan. Pastinya para pedagang masuk kedalam kelompok tertentu karena mempunyai alasan dan kebanyakan dari mereka memang ingin memperkuat hubungan kekerabatan mereka dengan pedagang lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan Titi “… ya tahu nya dari sesama pedagang disini aja mas, jadi pas saya tahu ada kelompok arisan ya saya ikutan gitu dan ingin bisa lebih kenal dengan pedagang lainnya.”(Wawancara dengan informan Titi, 8 November 2017).

63

Sebagaimana informan Titi yang mengikuti kelompok Arisan, informan Yanti yang mengikuti salah satu kelompok di pasar malam Cibadak mengatakan:

“… ya saya ikut ya kelompok pasar malam ini saja mas. Sesama pedagang makanan prosesnya dari jenis dagangan yang kita jual palingan, kalo yang jual makanan ya ikutkelompok penjual makanan, yang jual baju ikut kelompok baju.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).

Selain dari kelompok yang terbentuk didalam pasar malam, juga ditemukan adanya kelompok yang terbentuk diluar Pasar Malam Cibadak. Salah satu pedagang yang ada di pasar malam ini ada yang ikut turut aktif dalam kelompok diluar pasar malam yaitu informan Saripuddin. Ia mengatakan bahwa untuk mengikuti organisasi ini tidak dilandaskan dengan pemaksaan karena memang sifatnya tidak mengikat dan mewajibkan pedagang lainnya untuk ikut. Sebagaimana yang diungkapkan informan

Saripuddin:

“…kalau saya sendiri sih ikut IPC (Ikatan Pedagang Cisauk) disitu isinya pedagang semua yang ada di daerah Cisauk yang memang ikut kelompok ini, jadi kalo ada pasar malam seain di Pasar Maam Cibadak ini kayak di Pasar Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi ya kita bisa nimbrung jualan tapi ya ngga semua yang dipasar malam ini ikut keompok itu, disitu ngga ada paksaan kalo mau ikut apa engga.” Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017).

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai keterlekatan sosial dalam menjelaskan jaringan sosial pedagang ini dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep ini bisa dikatakan begitu penting. Bisa kita lihat pada keterlekatan relasional dimana disiniah terjadinya interaksi antara pedagang dengan pembeli yang ketika interaksi ini berjalan terus menerus secara intens maka akan menghasilkan hubungan pelanggan atau bahkan lebih seperti hubungan pertemanan yang baik yang membawa manfaat bagi keduanya.

64

Hubungan sosial yang terjadi juga bukan hanya terjadi pada pembeli dengan pedagang melainkan dengan sesama pedagang dan disini mereka mengembangkan relasi-relasi sosialnya diluar pasar malam dengan membentuk berbagai macam kelompok tidak lain untuk bisa mempertahankan kegiatan berdagangnya.

B.Faktor Pendukung Kebertahanan Pedagang Pasar Malam Cibadak

Dalam sub bab ini penulis akan membahas berbagai macam faktor pendukung selain jaringan sosial itu sendiri yang merupakan salah satu faktor utama kebertahanan bagi para pedagang untuk bisa selalu melakukan aktifitas perdagangannya. Faktor pendukung kebertahanan para pedagang ini adalah bagaimana strategi mereka agar bisa terus berdagang dimana kita tahu bahwa kegiatan berdagang ini sebagai mata pencaharian utama bagi mereka. Ada beberapa faktor pendukung yang ditemukan oleh penulis. Berikut penjelasannya:

1. Peran Media Sosial Sebagai Pemasaran Produk

Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Media sosial dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian dasar yaitu: a. Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Seperti

Facebook, Whatsapp, MySpace, LinkedIn, dan lain lain. b. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan obrolan dan diskusi. Seperti Google Talk, Yahoo! M, Skype, dan lain-lain.

65

c. Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video, dan music. Seperti Youtube, Slideshare, Flickr, dan lain-lain. d. Social Game, media sosial berupa permainan yang dapat dilakukan atau dimainkan bersama-sama. Seperti Koongregate, Doof, Café.com, dan lain-lain. Keberadaan media sosial ini memang sudah menjadi hal yang lumrah dan wajar di era perkembangan teknologi saat ini. Media Sosial memungkinkan manusia untuk bisa saling berkomunikasi satu sama lain dimanapun mereka berada dan kapanpun, tidak peduli seberapa jauh jarak mereka, dan tidak peduli siang ataupun malam.

Seiring dengan berjalannya waktu media sosial ini mempunyai peran yang cukup penting dan membawa dampak yang besar pada kehidupan kita saat ini. Salah satu manfaat media sosial ini yang berkaitan dengan faktor pendukung kebertahanan para pedagang ini salah satunya adalah pemasaran. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi memberikan semacam kemudahan bagi masyarakat terutama yang memang mata pencahariannya berdagang untuk mempromosikan barang dagangannya. Dengan adanya media sosial penjual yang sudah dimudahkan dengan adanya “lapak gratis” yang disediakan di dunia maya tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis, ditemukan bahwa dalam mempertahankan kegiatan berdagang, para pedagang ini tidak hanya terpaku kepada satu tempat di Pasar Malam Cibadak ini saja, melainkan juga berdagang lewat sosial media seiring dengan mengikuti perkembangan zaman. Seperti yang diungkapkan Saripuddin:

66

“kalo saya dagang ga cuma di pasar malam ini saja sih, sekarang kan teknologi udah macem-macem saya jualan juga di Whatsapp gitu promoin barang dagangan saya, di Facebook juga saya sebar. Lumayan ada aja yang nyangkut (membeli).”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017)

Informan Sarimin mengungkapkan hal yang senada. Ia menuturkan:

“oh saya jualan ngga cuma disini aja, saya juga kadang- kadang suka keliling komplek gitu nawar-nawarin dompet. Kalo ngikutin jaman sekarang ya saya juga suka naro gambar dagangan saya di group whatsaap hasilnya ya lumayan, kalo lagi laku ya laku aja. kalo ngga ya dagangin aja ketemen sekitar.”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017)

Bisa dikatakan bahwa nampaknya beberapa pedagang yang ada di Pasar

Malam Cibadak ini sudah melek akan teknologi terutama teknologi informasi dan komunikasi salah satunya adalah koneksi internet yang terhubung kepada media sosial.

Dengan adanya peran media sosial ini sebagai “jalan lain” bagi mereka yang membawa manfaat dalam meningkatkan pendapatannya selain berdagang di pasar malam.

2. Lokasi Dan Sarana Prasarana Pasar Malam Cibadak

Dalam sub bab berikutnya penulis membahas bagaimana lokasi Pasar Malam Cibadak ini menjadi salah satu faktor pendukung selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, memang pasar malam ini dilihat dari aspek aksesibilitas nya terletak cukup strategis berada di pinggir Jalan Raya Serpong – Cisauk yang merupakan akses jalan besar yang ada didaerah Cisauk, memungkinkan berbagai kendaraan melintasi jalan tersebut yang pada akhirnya mampir untuk berbelanja di pasar malam tersebut.

Selain dari aksesibilitas jalan, Pasar Malam Cibadak juga terletak sangat dekat dengan pemukiman setempat yaitu Komplek Sekretariat Negara (Komplek Sekneg) dan juga

Perumahan Nasional Suradita (Perumnas Suradita) dan ini juga menjadisalah satu

67

keuntungan bagi para pedagang disini dalam kegiatan berdagangnya karena cukup banyak warga setempat yang memang datang berkunjung kesana. Hal demikian sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan Titi: “ya cukup ramai, ngga kayak dulu masih sepi. Pasar malam nya kan deket sama Perumnas dan Desa Cibadak.

Lumayan strategis lah gitu buat dagang. Apalagi deket jalan raya juga kan.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017).

Hal yang serupa juga dituturkan oleh informan Saripuddin. Ia mengungkapkan bahwa berdagang di Pasar Malam Cibadak ini ternyata membuat omzet dia lebih meningkat dibandingkan ketika ia berdagang di tempat lain:

”dibanding pasar malam yang lain yang saya biasa dagang, ini yang emang paling lumayan dapetin pendapatannya dibandingkan yang lain. Kalo pasar malam lain kayak di mekarwangi disitu kurang strategis. Kalo disini kan deket sama perum sama kampong, jadi banyak yang suka mampir kesini.”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017)

Omzet yang tinggi akan membuat para pedagang lebih banyak memperoleh keuntungan dan dapat digunakan untuk kebutuhan mereka sehari- hari. Apabila omzet mereka mengalami penurunan maka pedagang tersebut sudah dipastikan tidak memperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Arifinal

Chaniago dalam Irmawan (1995: 14) bahwa omzet merupakan jumlah pendapatan yang di dapat dari hasil penjualan suatu barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu agar memperoleh keuntungan.

Selain dari lokasi yang menjadi salah satu faktor pendukung kebertahanan para pedagang ini bertahan di pasar malam ini, adanya sarana prasarana yang disediakan juga mempengaruhi bagaimana perilaku konsumen. Jika sarana dan prasarana yang

68

disediakan memadai pembeli akan merasa nyaman. Sesuai dengan pendapat Daici dalam Irmawan (2009:55) bahwa sistem pengelolaan yang baik sebagai pelayanan sebuah pasar kepada masyarakat luas akan berdampak pada pesatnya kegiatan ekonomi pada sebuah pasar.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ternyata sarana dan prasarana yang disediakan di Pasar Malam Cibadak ini kurang begitu memadai. Seperti yang diungkapkan Informan Desi sebagai pembeli: ”kurang puas. kalo menurut saya kurang memadai ya, disini lahannya cukup sempit. Apalagi kalo lagi musim ujan tuh, pasti becek-becek. Kamar kecil juga Cuma satu. tapi ya ngga terlalu masalah, paling kalo males biasa suka pesen aja”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017)

Selain informan Desi, informan Melinda juga mengungkapkan: “dibilang puas juga engga ya, kesini juga karena barangnya murah aja. kadang malesnya kesini. kalo lagi ujan tuh, pasti becek banyak tanah. Kalo bisa sih di semen aja jalannya biar ga becek.”(Wawancara dengan Melinda, 8 November 2017). Hal yang serupa juga disampaikan oleh informan Ulfa yang juga sebagai pembeli. Ia mengungkapkan: "cukup puas sih, walau kadang-kadang suka dempet-dempetan ya mau gimana lagi namanya juga pasar malem. Yang penting barangnya murah”(Wawancara dengan Ulfa, 8

November 2017).

Ketidakpuasan para pembeli ini terhadap sarana dan prasarana yang disediakan di pasar malam Cibadak memang begitu nampak, namun mereka tidak begitu memperhatikan hal tersebut karena memang motivasinya mereka berkunjung hanya

69

mengincar harganya yang murah dan ini pastinya membawa dampak yang baik dengan pembeli yang selalu datang dan berbelanja bagi pedagang di pasar malam ini.

Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko (2001:225) yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong keinginan individu untuk melakukan keinginan tertentu guna mencapai tujuan. Jika seseorang tidak memiliki keinginan untuk membeli, maka frekuensi atau tingkat keseringan pun juga tidak ada.

3. Penentuan Harga

Dalam sub bab berikutnya masih terkait dengan faktor pendukung kebertahanan pedagang Pasar Malam Cibadak yaitu penentuan harga. Dalam melakukan transaksi jual beli pastinya terdapat negosiasi mengenai harga barang tersebut. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa ada beberapa pedagang yang menerapkan “harga teman”.

Harga teman disini diartikan sebagai penetapan harga yang didasarkan hubungan tertentu antara pedagang dan pembeli seperti hubungan kekerabatan atau pertemanan dan biasanya harga tersebut dijual lebih murah kepada pembelinya. Informan Sarimin menuturkan:

“hubungan baik mas, langganan mah ada aja sih. Kalo ada yang mau beli ya syukur kalo ada yang lewat doang ngga beli, ya ngga apa-apa. Palingan kalo emang yang beli itu kenal ya harganya dikasih murah sih. Kayak tetangga kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih harga murah meriah”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017)

Selain informan Sarimin yang menerapkan “harga teman”, informan Yanti pun mengungkapkan hal yang kurang lebih sama:

70

“Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen disediain, pokoknya selalu stock batrang biar pelanggan ngga kabur.selain itu kalo emamg pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen lah gitu istilahnya.Nanti saya juga suruh promosiin dagangan saya ke teman yg lain, jadi sama-sama enak.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017)

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai penentuan harga yang menjadi salah satu faktor pendukung kebertahanan pedagang dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penetapan harga yang didasari hubungan kekerabatan ini membawa dampak yang baik untuk pedagang itu sendiri. Karena dengan harga yang ditawarkan kepada pembeli lebih murah membuat pembeli merasa puas akan hal itu dan mempengaruhi pembeli untuk melakukan pembelian secara berulang dan mempromosikan barang dagangan si pedagang kepada calon pembeli lainnya.

71

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, pada bab ini

penulis akan menarik kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian

dan merupakan tahap akhir dari keseluruhan hasil penelitian. Berikut uraiannya

secara lebih terperinci guna menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Jaringan sosial sebagai jalan bagi pedagang dalam mempertahankan

eksistensinya dalam berdagang yang dibentuk dari adanya norma, ikatan lemah

– kuat aktor, peran lain yang menjembatani aktor serta adanya konsep

keterlekatan.

1.Adanya norma sebagai aturan yang diberlakukan bagi pedagang sebagai acuan

dalam berperilaku.

2. Adanya ikatan lemah – kuat dibentuk dari interaksi yang terjadi diantara para

pedagang.

3. Adanya peran media komunikasi yang menjembatani para pedagang dalam

berinteraksi satu sama lain.

4. Adanya keterlekatan sosial yang merupakan relasi sosial yang terjadi diantara

sesama pedagang maupun pembeli.

Selain dari jaringan sosial, ditemukan juga faktor pendukung lain bagi

para pedagang ini dalam mempertahankan kegiatan perdagangannya yakni:

72

Pertama, adanya peran media sosial sebagai salah satu strategi untuk

memasarkan barang dagangannya. Kedua, lokasi Pasar Malam Cibadak yang

cukup strategis dan yang terakhir, adanya penentuan harga yang ditetapkan

berdasarkan hubungan pertemanan hingga memunculkan istiah “harga teman”

yang membawa keuntungan baik bagi pembeli maupun pedagang itu sendiri.

B. Saran

Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian di lapangan maka penulis bermaksud memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah sekitar maupun bagi penelitian yang selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Setempat

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa keberadaan pasar merupakan salah satu sumber daya yang penting terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Untuk itu perlu adanya perhatian dari pemerintah setempat terutama mengenai sarana dan prasarana yang ada di pasar malam tersebut mengingat antusias warga yang cukup besar untuk berkunjung namun tidak diiringi dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Salah satu nya adalah mengenai infrastruktur yang ada berupa jalanan yang becek yang masih berupa rerumputan ketika hujan datang.

2.Bagi Peneliti Selanjutnya

Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya yang memang tertarik untuk meneliti tentang jaringan sosial pedagang pasar malam adalah:

73

a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun referensi yang terkait dengan jaringan sosial pedagang pasar malam agar hasil penelitiannya dapat lebih baik dan lebih lengkap lagi. b. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan diri dalam proses pengambilan dan pengumpulan data serta ditunjang pula dengan wawancara dengan sumber yang kompeten dalam kajian jaringan sosial pedagang pasar malam sehingga penelitian dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

74

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Agusyanto, R. 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Bruner, Edward. 1998, “Jaringan Sosial” dalam Parsudi Suparlan. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Geertz, Cliford. 1973. Tafsir Kebudayaan. Terjemahan. : Kanisius.

Kusnadi. 2000. “Nelayan: Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial”. Bandung: Humaniora Utama Press.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

M.Fuad, Christine H, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus Y.E.F. 2000. Pengantar Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Nasution, S. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Powell. W. W. and L. Smith-Doer. 1994. Network and Economic Life. New York: Princeton University Press.

Wellman, Barry and S.D Berkowitz, eds. 1998. Social Structure: A Network Approach. Cambridge: Cambridge University Press

x

Sumber Jurnal Dan Skripsi Ichsan Pramatya. 2013. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gambir Tanjung Pinang (Studi PKL Sayur- sayuran). Universitas Maritim Raja Ali Haji. Program Studi Sosiologi. Vol 4 no. 1. 2013. Diunduh 9 November 2017. (http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/JURNAL-ICHSAN- PRAMATYA-080569201048-SOSIOLOGI-2013.pdf)

Novitasari, 2015. Jaringan Sosial Buruh didalam Serikat Buruh Pada Perusahaan PT. Tirta Mahakam Resources TBK. Program Studi Sosiatri. Vol 3 no. 4. diunduh pada 9 November 2017. (http://ejournal.sos.fisip- unmul.ac.id/site/?p=802)

Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny Apriliani. 2014. Peran Jaringan Sosial Nelayan Pada Pemasaran Tuna, Cakalang, Dan Tongkol: Studi Kasus Di Kota Kendari diunduh pada 9 November 2017.(http://ejournal.balitbang.kkp.go.id/index.php/sosek/article/view/1223/112 0)

Johan Jatu Wibawa Putra. 2010. Jaringan Sosial Pengusaha Tempe Dalam Kelangsungan Usaha Di Debegan. Universitas Sebelas Maret. diunduh pada 9 November 2017 (https://eprints.uns.ac.id/2685/1/175251801201109101.pdf)

Robertus Kennedy. 2010. Jaringan Sosial Industri Kecil (Studi Kasus Tentang Modal Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di Sentra Industri Kerajinan Kulit di Dusun Manding. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Diunduh pada 9 November 2017. (http://e-journal.uajy.ac.id/3258/ )

Mita Restu Permata Sari. 2016. Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam( Studi Kasus di Pasar Malam Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Skripsi S1, Jurusan Sosiologi UIN Jakarta.

Sumber Tesis

Irmawan, Bimbi. 2009. Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belum Berfungsinya Pasar Baru Sebagai Pengganti Pasar Lama Muaralabah Kabupaten Solok Selatan (Tesis). Universitas Negeri Semarang. Diunduh pada 9 November 2017 https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/924/40/article.pdf

xi

Artikel

Dede Kosasih, 2010. Pasar Tradisional: Ruang Publik yang Makin Terpinggirkan http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/1963072619900

11-DEDE_KOSASIH/PDF/Artikel/1Pasar_Tradisional.pdf

Sumber Wawancara

Wawancara dengan Titi (Pedagang Baju Dalam) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Sarimin (Pedagang Dompet Dan Aksesoris) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Yanti (Pedagang Snack “Kriuk”) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Saripudin (Pedagang Aksesoris HP) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 15 November 2017.

Wawancara dengan Rahmat (Pengelola/Pedagang Kaos Kaki) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Desi (Pembeli) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Melinda (Pembeli) di lokasi Pasar Malan Cibadak pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Ulfa (Pembeli) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November 2017.

Lain-lain

Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017

xii

Lampiran I. Transkrip Wawancara

Informan Pedagang Pasar Malam Cibadak

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Titi

Jenis Informan : Pedagang Baju Dalam

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 25Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Etnis : Sunda

Tempat Tinggal : Cibadak

Pendapatan : kalo rame bisa sampe 1juta, kalo sepi ya 150-200rb

Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?

Informan : “Kalo dagang sih udah dari masih gadis, tapi juga sambil kerja dulu, kira-kira udah 10 tahunan lah gitu”

Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama atau sambilan?

Informan : “ini jadi mata pencaharian utama”

Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?

Informan : “dulu suami saya emang udah dagang di pasar malam ini, jadi ya itung- itung bantuin suami juga disini, suami tahu juga dari temannya mas yang suka dagang

xiii

di pasar malam yang ada di Cibogo. Saya sama suami selain di pasar malam Cibadak kadang juga suka ikut juga ke pasar malam yang ada di Cibogo dari temannya itu.

Pokoknya yah semakin banyak kenalan makin banyak aja jalan buat dagangnya.”

Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?

Informan : “ya cukup ramai, ngga kayak dulu masih sepi. Pasar malam nya kan deket sama perumnas dan desa cibadak. Lumayan strategis lah gitu buat dagang. Apalagi deket jalan raya juga kan.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?

Informan : “hubungannya baik-baik aja. Malah kalo lagi sepi ya suka ngobrol. Obrolin apa aja lah sambil curhat-curhat gitu hehe. ”

Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?

Informan : “kadang sih hubungannya suka ketemu gitu diluar pasar”

Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya? Informan : “biasanya sih kadang lewat chat di whatsapp sms, atau telepon, juga tapi seringnya sih sama pedagang disini ngobrol aja langsung gitulebih enak”

Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana cara mengatasinya?

Informan : “ngga ada konflik gimana-gimana sih mas, hubungannya baik-baik aja, fair-fair aja sepengetahuan saya mah”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang berbeda?

Informan : “kayaknya kalo sama pedagang yang sama-sama jual kolor begini sih ya hubungannya baik-baik aja, ngga ada sih kayak rebutan pelanggan atau gimana kan rejeki udah ada yang ngatur juga mas. Kalau yang beda dagangan sih hubungannya biasa aja mas”

Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya dan apa tujuannya?

xiv

Informan : “kalo saya sih disini ikutan kelompok arisan khusus pasar malam, jadi ketemu diluar pasarnya sama pedagag disini ya dari situ mas”

Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam kelompok tersebut?

Informan : “ya saya ikut kelompok arisan itu”

Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal? Informan : “dikelompok arisan mah informal saja”

Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?

Informan : “ya tahu nya dari sesama pedagang disini aja mas, jadi pas saya tahu ada kelompok arisan ya saya ikutan gitu dan ingin bisa lebih kenal dengan pedagang lainnya.”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan kelompok tersebutt

Informan : “Hubungannya antar kelompok sih baik-baik aja”

Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?

Informan : “Ga ada. Palingan ya bayar iuran arisan aja, tapi sistemnya ngga yang kocokan, mainnya giliran. Yang dapet arisan setiap sebulan sekali.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang tersebut?

Informan : “baik-baik aja kok mas yang diobrolin juga palingan tentang jualannya gimana laku apa ngga, yang penting mah asik-asik aja disini.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?

Informan : “kalo kelompok arisan ini dengan kelompok lainnya sih hubungannya baik-baik saja ya mas. Karena ya masing-masing kelompok kan sendiri- sendiri aja, beda juga urusannya.”

Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?

Informan : “manfaatnya ya sih ya kalo buat yang baru dagang disini kan bisa lebih kenal, kan ngga mungkin cuma ngerumpi doang disini kan, nah makanya diadain arisan

xv

, biar lebih akrab. Kan ini pedagangnya juga dari berbagai daerah juga, dengan adanya kelompok arisan kita sih ngerasa lebih disatukan aja manfaat yang saya rasakan sih lumayan jadi banyak temen trus kalo ada apa-apa enak jadinya bisa dibantu ”

Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?

Informan : “paling kalo yang sama-sama dagangannya sama agak gimana gitu ya,agak suka cemburu ya, wajar. tapi baik-baik aja sih, ngga ada masalah.. ngga pernah yang berantem-berantem gitu sih masalah saingan. ”

Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama pedagang? Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?

Informan : “paling yang kelompok arisan itu sama yang rombongan gitu mas. Jadi yang dagang baju daleman kayak saya satu rombongan gitu satu mobil, yang dagang baju juga sama kayak gitu sama dagang aksesoris juga satu rombongan.”

Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatf dalam melakukan hubungan tersebut?

Informan : “semuanya ya sama-sama inisiatif kok, yang ramah-ramah juga nanti bakalan banyak kawannya disini, jadi jaga hubungan baik aja”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?

Informan : “baik-baik aja sih, malah ada yang jadi pelanggan mas, pesen- pesen daleman gitu”

Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa bulan sekali pembeli tetap beli?

Informan : “biasanya sih suka pesen-pesen daleman yang jadi pembeli tetap mas.

Paling seminggu dua minggu dia suka dateng kesini gitu.”

Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang dengan pembeli?

Informan : “hubungannya baik-baik aja, kadang juga ada yang suka pesen lewat telepon atau ngga pake whatsapp jadi pas yang beli mau dateng kesini jadi enak barang pesenannya udah ada gitu”

Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?

xvi

Informan : “baik-baik saja, justru kan ketuanya disini, yang ngasih kita lapak, jadi harus baik.”

Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?

Informan : “ngga ada pertemuan sama ketua sih, palingan mah diomongin langsung dilapak disini kayak buat lapak dan sebagainya mas. “

Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang? Informan : “namanya dagang kadang rame kadang sepi, tergantung sikon aja sih mas. Cuma kalo dulu sih sepi sekarang udah ramean mas”

Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan? Sudah seberapa jauh?

Informan : “kalo saya sama suami udah keliling mas, kadang satu rombongan ke daerah sekitaran serpong tangerang dagangnya. Jadi misalnya kalo udah ada temen didaerah mana gitu gampang masuknya (dagangnya) gitu.”

Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah udah sesuai?

Informan : “udah baik, bagi lapaknya sesuai tempat lapak yang saya tempatin juga udah lumayan rame”

Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?

Informan : “palingan gini mas kalo masalah lapak kalo yang udah nempatin ditempat itu sampe tiga kali ngga masuk (dagang) nanti bakalan jadi milik yang baru. terus kalo misalnya dia ga dagang, bisa ditempatin gitu.”

Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?

Informan : “di bedain sih mas. Pedagang lama disini lapaknya biasanya ngga boleh ditempatin sama yang baru kecuali kalo ada izinnya gitu. Kalo pedagang baru biasanya nyambung gitu, ngga bisa milih lapak seenaknya.”

Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?

Informan : “puas-puas aja sih mas”

xvii

Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?

Informan : “ngga sih, karena disini tempatnya udah lumayan strategis kok mas”

Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat yang strategis?

Informan : “ngga ada persaingan yang gimana-gimana, karena tempatnya udah lumayan strategis”

Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah hanya terbatas di pasar malam ini saja?

Informan :”palingan dari rumah kerumah aja sih, kalo emang ada yang mau beli ya syukur ngga juga ngga apa-apa, tapi ya utamanya di pasar malam sih, keliatan untungnya soalnya kan mereka (pembeli) kesini emang sengaja buat belanja”

xviii

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Sarimin

Jenis Informan : Pedagang Dompet Dan Aksesoris

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 21 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Tempat Tinggal : Cisauk Etnis Lampung

Pendapatan : 200-500rb

Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?

Informan : “dagang sih baru kemaren-kemaren, ada sih 3 mingguan”

Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama atau sambilan?

Informan : “pekerjaan utama, satu-satunya kerjaan, demi menyambung hidup”

Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?

Informan : “ya ikut-ikutan aja, kan ada ketuanya dari temen juga ngasih tahu mas”

Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?

Informan : “cukup ramai, omzet dagang juga selalu ada lebih. Kadang ada sepinya adanya ramenya juga. Ga tentu sih”

Interviewer : Bagaimana hubungan antara pedagang dengan pedagang yang lainnya?

Informan : “beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah kayak keluarga lah kalo dipasar malam”

Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?

xix

Informan :”kalo diluar pasar malam, biasanya kita juga ngumpul-ngumpul gitu.

Biasanya janjian dulu lewat telepon nanti kan banyak yang dateng biasanya”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang berbeda?

Informan : “ya kalo kali kalo dagangannya sama mah, rejeki udah ada yang ngatur mas, santai saja sih mas. Kalo sama dagangan yang beda juga biasa saja sih. Malah lebih akur”

Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya dan apa tujuannya?

Informan : “paling kalo ketemuan kita suka maen bareng, kayak main bola dan lain- lain mas. Kalo kumpul seringnya paling dipasar malam ini.”

Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam kelompok tersebut?

Informan :”Cuma dipasar malam ini saja mas”

Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal?

Informan : “ngga ada yang formal sih, disini mah yang diutamain ramah aja sama sesama pedagang, bisa berbaur”

Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?

Informan : “kalo ada pedagang baru mau masuk ke pasar malam ini sih biasanya bakalan di bilangin ke ketuanya. Biasanya sih nanti bakalan dibilangin pembayaran lapak dan sebagainya. Gitu mas..”

Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?

Informan : “peraturannya ya kalo sampe tiga kali ngga dagang, nanti lapaknya bisa diambil sama yang baru.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang tersebut?

xx

Informan : “beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah kayak keluarga lah kalo dipasar malam”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?

Informan : “baik-baik aja sih, selama ngga ngusik ya ngga ada yang mesti dikhawatirin.”

Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?

Informan : “diluar pasar malem sih biasanya, kita suka makan-makan, nongkrong- nongkrong bareng, manfaatnya ya nambah temen, sharing-sharing gimana buat kedepannya nanti”

Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?

Informan : “ngga ada organisasi mas, paling ya suka kumpul diluar, main futsal bareng”

Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?

Informan : “baik-baik aja sama pedagang disini, kalo lagi sepi biasanya selalu ngobrol juga sama kelompok pedagang yang lain”

Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?

Informan : “ah kita mah ngga ada saingan-saingan disini, saling support aja sama pedagang-pedagang yang lain”

Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama pedagang?

Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?

Informan : “kan disini ada ketua nya, yang ngatur mana aja kelompok yang dagang daleman, dagang baju anak-anak, dagang asesoris dompet, nah saya satu rombongan sama kelompok asesoris dompet mas.”

Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatif dalam melakukan hubungan tersebut?

xxi

Informan : “kita disini mah saling ramah aja, saling sapa, saling ngobrol. Jangan sombong lah gitu istilahnya mah”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?

Informan : “hubungan baik mas, langganan mah ada aja sih. Kalo ada yang mau beli ya syukur kalo ada yang lewat doang ngga beli, ya ngga apa-apa. Palingan kalo emang yang beli itu kenal ya harganya dikasih murah sih. Kayak tetangga kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih harga murah meriah. Kadang juga suka bantuin mereka kalo pelanggan lagi ada hajatan ataupun acara-acara syukuran gt suka ngundang-ngundang”

Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa bulan sekali pembeli tetap beli?

Informan : “ada sih pelanggan mah. Kadang suka beli dua minggu sekali.”

Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang dengan pembeli?

Informan : “ya paling saya suka kasih harga murah mentok-mentok. Intinya sih saya ramah aja sama pelanggan. Nanti mereka juga beli kok, Insya Allah”

Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?

Informan : “hubungannya biasa aja sih, palingan kayak ada masalah mengenai pembayaran iuran listrik yang mesti tepat waktu, kalo ngga tepat waktu ya bakalan ditegur sama ketua pengelola tapi ngga lama sih. ”

Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?

Informan : “ngga ada pertemuan, ketemu ya cuma dilapangan aja. Yang diomongin ya seputar lapak aja. Biasanya kalo ada lapak kosong kita ngomong sama ketua buat isi lapak kosongnya, lumayan buat nambah barang dagangan.”

Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang? Informan :”pengalamannya sih ya awalnya sih dulu susah banget buat jualan, masalah tempatnya tapi sekarang pas udah dipasar malam ini, saya bisa punya tempat buat dagang gitu, jadi ngga bingung. Dulu bingung mau jualan dimana.”

xxii

Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan? Sudah seberapa jauh?

Informan : “saya sih itungannya masih baru ya dagang disini juga, tapi ya sebagai pedagang baru disini sebisa mungkin saya baik sama pedagang lainnya, kalo kita baik kan nanti juga kalo ada pasar malam lagi diajak lagi. Yang penting jangan buat masalah aja.”

Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah udah sesuai?

Informan : “sudah sesuai sih mas, karena saya disini pedagang baru ya lapaknya ikut yang tambahan, ngga boleh buat geser lapak sama pedagang lama. Untungnya saya disini tempatnya ditengah, lumayan rame sih.”

Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?

Informan : “main untung-untungan aja sih, kalo pedagang lama kan udah tahu gimana lapak yang strategis dan bisa milih, kalo pedagang baru kan ngga bisa milih, disitu ada lapak kosong bisa kita tempatin kalo ngga ada ya palingan gentian sama yang dagang udah lama. Perasaannya ya kadang suka cemburu tapi ya udah mau gimana lagi”

Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?

Informan : “gimana ya dibilang puas juga engga sih biasa aja”

Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?

Informan : “pernah sih waktu itu saya kan masih pedagang baru yah mau nempatin satu lapak yang agak kedepan tapi ternyata ada yang udah nempatin nah otomatis saya gabisa nempatin harus minta ijin dulu sama ketuanya. Kalo misalkan yang dagang libur ya saya bisa nempatin”

Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat yang strategis?

Informan : “Persaingan sih gaada ya mas, kan bisa diomongin baik-baik”

Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah hanya terbatas di pasar malam ini saja?

xxiii

Informan : oh saya jualan ngga cuma disini aja, saya juga kadang-kadang suka keliling komplek gitu nawar-nawarin dompet. Kalo ngikutin jaman sekarang ya saya juga suka naro gambar dagangan saya di group whatsaap hasilnya ya lumayan, kalo lagi laku ya laku aja. kalo ngga ya dagangin aja ketemen sekitar.

Interviewer : Bagaimana proses transaksinya jika berdagang di sosial media?

Informan : “Kadang kalo ada yang suka pesen di whatsapp kita datengin kerumahnya sih, nanti ya bayarnya langsung ditempat. Lagian biasanya sih yang beli juga udah kenal sama saya.”

Interviewer : Apakah terbantu dengan adanya sosial media sebagai media promosi dagang?

Informan : “terbantu aja. Jadi ga selamanya andelin dari pasar malam aja, bisa dimanfaatin lah gitu facebook dan whatsapp nya. Disamping buat chattingan doang”

xxiv

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Yanti

Jenis Informan : Pedagang Snack “Kriuk”

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 27 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Tempat Tinggal : Cibadak

Etnis : Sunda

Pendapatan : Kalo rame sekitar 300-400rb

Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?

Informan : “belum lama sih, baru 1,5 tahun nan mas”

Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama atau sambilan?

Informan : “sampingan sih, suami saya soalnya kerja, jadi itung-itung bantuin suami”

Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?

Informan : “dari temen, disini kan ada ketuanya, nah kebetulan ketuanya itu temennya suami saya mas”

Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?

xxv

Informan : “kadang rame kadang sepi, kadang ramenya kalo awal-awal bulan sih,pada belanja bulanan gitu, hari gajian.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?

Informan : “Baik sih, malahan kalo misalkan saya belanja disini juga harganya dikurangin, karena kan teman, sesama pedagang gitu.”

Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?

Informan : “katanya sih ada organisasi gitu, tapi saya ngga ikut juga sih.”

Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?

Informan :”diluar pasar malam sih, kita masih ngobrol mas”

Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya?

Informan :”ngga ada ketemuan gimana gitu, paling cuma dipasar malam. kalo papasan dijalan, ya nyapa gitu mas, nanya nanti dagang ngga gitu sih.”

Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana cara mengatasinya?

Informan : “paling bukan konflik sih, kayak mungkin pedagang yang baru yang belum tahu aturannya asal nempatin lapak gitu padahal kan itu punya pedagang lama.

Tapi ya masalahnya ngga berlarut-larut, langsung dikasih tahu gitu sama ketuanya.

Udah kelar masalahnya.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang berbeda

xxvi

Informan : “kebetulan yang jualan kriuk cuma saya disini, jadi ya ngga merasa ada saingan gitu. Kalo sama yang beda dagangan sih ya kita berusaha baik aja.kan masing-masing, dagangannya juga beda”

Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya dan apa tujuannya?

Informan : “Ada sih, ya kelompok arisan itu, makan-makan ngumpul-ngumpul, tapi saya mah ngga ngikut. Soalnya saya ngurus anak juga tapi disini Banyak sih yang ngikut. Disini ada sih selain dari kelompok arisan, ada kelompok pedagang makanan nah kebetulan saya ikut yang kelompok makanan. ”

Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam kelompok tersebut?

Informan : “anggota tetap kelompok penjual makanan”

Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal? Informan

: “Engga disini sih lebih kepda informal”

Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?

Informan : ya prosesnya dari jenis dagangan yang kita jual palingan, kalo yang jual makanan ya ikut kelompok penjual makanan, yang jual baju ikut kelompok baju.”

Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?

Informan : “biasanya sih kalo pedagang baru lapaknya nungguin kalo pedagang lama ga dagang, baru boleh ditempatin. Tapi kalo pedagang lama dateng,

xxvii

nanti paling dibilangin sama ketua nya enaknya gimana trus mau ditempatin dimana.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang tersebut?

Informan : “Hubungan antar anggota pedagang disini semuanya baik disini jarang juga ada konflik yang gimana-gimana. Ya pokoknya semaunya ga jauh dari lapak aja sih”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?

Informan : kalo sesama kelompok yang saya ikut yaitu kelompok makanan dengan kelompok baju, kelompok aksesoris dan lainnya baik-baik aja ya, lagian juga jenis dagangannya beda satu sama lain. Jadi ya ngga ada masalah.

Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?

Informan : “Yah kita jadinya kenal sama beberapa pedagang disini dan jadi akrab karena kebersamaan juga”

Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?

Informan : “ngga ada organisasi yang gimana gimana, disini mah udah kayak keluarga sendiri aja.”

Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?

Informan : “Hubungan sama kelompok yang lain sih baik-baik semua dan biasanya sih yang diomongin lapak lagi dan lapak lagi aja gajauh jauh dari lapak dan seputar situasi pasar malam”

xxviii

Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?

Informan : “sebenarnya ada dua sih yang nempatin lapak ini, jadi kalo misalnya saya dagang, dia ga dagang, begitu sebaliknya. Malah saya sama dia jadinya kerjasama gitu.”

Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama pedagang?

Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?

Informan : “yang saya ikut ya kelompok pasar malam ini saja mas. Sesama pedagang makanan. ”

Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatf dalam melakukan hubungan tersebut?

Informan : “Ya kita sih disini saling sapa aja kalo kita ga sibuk ya kita saling sapa”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli? Informan : “baik kok, malah ada langganan yang suka pesen.”

Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa bulan sekali pembeli tetap beli?

Informan : “biasanya yang udah langganan bakalan nanya kriuk yang ini ada stok ngga gitu. Biasanya pada dateng seminggu sekali.”

Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang dengan pembeli?

xxix

Informan : “Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen disediain, pokoknya selalu stock batrang biar pelanggan ngga kabur.selain itu kalo emamg pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen lah gitu istilahnya.Nanti saya juga suruh promosiin dagangan saya ke teman yg lain, jadi sama-sama enak.”

Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?

Informan : “Baik juga emang harus baik sama pengelola. Selama saya disini juga ngga pernah ada masalah sama dia, kalo punya masalah dan hubunganya ngga baik nanti kita juga yang sulit, yang ada ntar ngga punya lapak diganti sama orang baru”

Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?

Informan : “Gaada pertemuan sih kalo di luar jadi ketemunya di pasar malam saja.kadang kalo ketuanya suka mampir kesini, yang diomongin gimana jualannya gitu”

Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?

Informan : “Saya sih enakan tahun tahun dulu kalau tahun sekarang tambah- tambah susah kayaknya. Jualannya masih enak julannya kalo sekarang kan makin susah ya jualannya dari segi ekonomi juga agak mahal jadi agak susah, paling enak mah kalo abis lebaran gitu ramai”

Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?

Sudah seberapa jauh?

xxx

Informan : “dulu sih jualan lebih enak, soalnya barang-barangnya masih murah, kalo sekarang kan udah agak mahal. Jadi ya berharap banget kalo rame jualannya.”

Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah udah sesuai?

Informan : “sesuai aja, lagian yang dagang kriuk cuma saya. Jadi sebenarnya ngga ngaruh juga mau ditempatin dimana gitu. Rejeki udah ada yang atur. Yang penting usaha.”

Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?

Informan : “sama rata sih, soalnya mau dimana ditempatinnya sama aja. Yang penting ikutin aturan yang dibikin ketua aja sih mas.”

Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?

Informan : “kalo yang udah jualan dari dulu sih bisa milih tempat dimana aja karena emang lapaknya masih banyak yang kosong tapi kalo sekarang kan udah banyak yang dagang jadi ngga bisa milih, syukur-syukur ada lapak kosong. ”

Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?

Informan : “yah puas kan disini semua disamain”

Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak? Informan

: “Engga sih kan sudah sesuai masing-masing”

Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat yang strategis?

xxxi

Informan :“Yang jelas kalo pedagang lama biasanya udah punya lapak tetap dan

Pedagang baru bisa masuk kalo pedagang lama ga datang. Jadi boleh diisi sama pedagang baru kalo pedagang lamanya ga datang.”

Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah hanya terbatas di pasar mala mini saja?

Informan :”gaada jualan dimana-mana sih paling ya cuma dipasar malam ini aja, kalo emang lagi ga pengen dagang di pasar malam, biasanya dirumah sih, jualin aja ke tetangga gitu dirumah”

xxxii

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Saripudin

Jenis Informan : Pedagang Aksesoris HP

Hari/Tanggal : Rabu, 15 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 18.30 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 29 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Tempat Tinggal : Cisauk

Etnis : Lampung

Pendapatan : 500ribu-750ribu

Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?

Informan : “sekitaran 5 tahunan mas”

Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama atau sambilan?

Informan : “Jadi profesi utama sih di pasar malam ini”

Interviewer : Bagaimana anda bisa tahu informasi tentang pasar malam disini?

Informan : “Tau dari temen, kebetulan temen saya disini juga dagang disini, temen saya ya si ketua pengelola itu. Saya ditawarin dagang disini”

Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?

xxxiii

Informan :”dibanding pasar malam yang lain yang saya biasa dagang, ini yang emang paling lumayan dapetin pendapatannya dibandingkan yang lain. Kalo pasar malam lain kayak di mekarwangi disitu kurang strategis. Kalo disini kan deket sama perum sama kampong, jadi banyak yang suka mampir kesini.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?

Informan : “Hubungannya ya baik-baik saja sih udah kayak keluarga”

Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?

Informan :”kalo disini kita sih saling kenal dan saling dukung aja satu sama lain,yang penting ngga ada yang ngusik atau rese lah gitu. ”

Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya?

Informan :“ realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya main bola, atau sekedar makan-makan sih, kadang kita juga suka komunikasi lewat group whatsapp buat janjian kalo misalnya mau jalan-jalan gitu satu kelompok dagang”

Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana cara mengatasinya?

Informan : “paling konfliknya ya kebanyakan pedagang baru yang ngga tahu peraturan main nempatin lapak aja sih, biasanya kan harus hubungi pengelola dulu baru dagang. Cara menyelesaikannya ya dengan hubungi pengelola gimana enaknya gitu palingan”

xxxiv

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang berbeda?

Informan : “kalau saya sendiri sama pedagang yang dagangan sama sama saya ya biasa aja ya, ngga ada cemburuan yang gimana. Rejeki mah udah ada yang ngatur.

Kalo sama dagangan yang beda hubungannya biasa aja sih, kadang suka ngobrol juga.”

Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya dan apa tujuannya?

Informan : “kalo saya sendiri sih palingan ikut kelompok yang pedagang aksesoris

HP. Tujuannya ya biar makin akrab aja sama orang-orang sini terusnya biar bisa saling sharing-sharing aja gitu.”

Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam kelompok tersebut?

Informan : “anggota tetap”

Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal?

Informan :”informal soalnya ya ngga ada peraturan yang gimana-gimana toh kan tujuannya buat sekedar berbagi pengalaman dan cerita aja”

Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?

Informan : “saya tahu dari temen aja terus yaudah dimasukin temen akhirnya ikut kelompok itu deh”

Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?

xxxv

Informan : “peraturannya ya paling kalo mau jualan harus ngasih tahu pengelola dulu biar ngga bentrok sama pedagang lama sama ya palingan jangan rese aja.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang tersebut?

Informan : “Hubungannya ya baik-baik aja sih, udah kayak temen aja disini. Asik- asik juga orangnya. Ngga ada slek-slek. Apa aja mah di omongin disini.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?

Informan : “sama anggota kelompok lainnya hubungannya baik-baik aja sih,yang dibicarakan ya seputar pasar malam, gimana jualannya rame apa engga di lapak pasar malam itu.pokoknya saling ngasih informasi aja sih.”

Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?

Informan : “manfaatnya ya lumayan sih buat nambah relasi dan kerabat aja, nambah temen nambah rejeki lah gitu.”

Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?

Informan : “kalau saya sendiri sih ikut IPC (Ikatan Pedagang Cisauk) disitu isinya pedagang semua yang ada di daerah Cisauk.jadi kalo ada pasar malam didaerah lain selain di Cibadak kayak di Pasar Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi, ya kita bisa nimbrung jualan tapi ya ngga semua yang dipasar malam ini ikut itu, disitu ngga ada paksaan kalau mau ikut apa engga”

Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?

xxxvi

Informan :“hubungannya ya baik dan harus baik dong supaya nanti kalo ada apa- apa kita bisa minta bantuan, kalo mau jualan kita punya kenalan kan enak”

Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?

Informan : “ngga ada persaingan yang gimana-gimana sih,persaingannya sehat aja, rejeki udah ada yang ngatur.”

Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama pedagang? Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?

Informan : “di pasar malam ini sih palingan kelompoknya didasarin sama jenis dagangan yang dijual pedagangnya. Kalau yang dagang baju ya sama kelompok pedagang baju, yang jual makanan ya gabungnya sama kelompok pedagang makanan.”

Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatif dalam melakukan hubungan tersebut?

Informan : “semuanya sih sesama pedagang ya ramah aja, saling menjaga hubungan baik.”

Interviewer : Apakah ada pertemuan rutin yang terjalin antar kelompok yang satu dengan kelompok lain?

Informan : “kalo saya kan ikut IPC ya jadi sama kelompok itu ada aja pertemuannya kayak ngumpul bareng sharing ya kadang-kadang kalo lagi ada rejeki ya jalan-jalan”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?

Informan : “harus baik dong biar laku dagangannya.”

xxxvii

Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa bulan sekali pembeli tetap beli?

Informan : “pembeli tetap sih ada cuma ya ngga banyak palingan sebulan sekali.”

Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang dengan pembeli?

Informan : “caranya ya baik aja ucapan sama pembelinya palingan kalo pembelinya nawar ya kita kasih.”

Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola? Informan :

“Baik-baik aja sih.”

Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?

Informan : “kalo sama pengelola sendiri sih ngga ada pertemuan rutin, palingan ya ketemunya di pasar malam ini aja. Yang dibicarain juga banyak hal sih, tentang pasar malam, dagangan, ya kalo ada yang punya acara biasanya dia ngasih tau. Gitu aja sih..”

Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?

Informan : “saya pertama kali datang kesini tahun 2011 merantau dari

Lampung, terusnya ya sama temen juga disini bertahan hidup dan akhirnya sama temen kita dagang sampai disini (Cisauk). Dulu juga pembelinya ngga seramai sekarang dan lebih laku zaman sekarang dari yang dulu. jadi ya ada peningkatan gitu.apalagi kalo pas puasa menjelang Lebaran, saya bisa dapet duit sekitar 4 jutaan.

Kalo hari biasa ya ngga sampe 1 juta juga, cukup buat kebutuhan sehari-hari. ”

xxxviii

Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?

Sudah seberapa jauh?

Informan : “sejauh ini saya membangun jaringan udah baik, karena saya ikut beberapa kelompok pedagang dan itu ada manfaatnya juga, jadi kalo saya mau dagang dimana aja udah banyak kenal, jadi ngga usah ribet-ribet lagi.”

Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah udah sesuai?

Informan : “udah sesuai sih, udah rame juga lapaknya”

Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?

Informan : “ngga ada tempat strategis atau yang rame gitu, semuanya sama aja.”

Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?

Informan : “semuanya sih disini dari segala arah rame aja, jadi ngga ada sih kayaknya tempat strategis.”

Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?

Informan : “puas aja, lagian dimana dimana pembagian lapaknya udah rame”

Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?

Informan : “ngga ada protes sih kayaknya sejauh ini, biasa aja. Lagian bukan tempat juga yang ngaruh laku ngganya dagangan.”

Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat yang strategis?

xxxix

Informan : “jarang sih kejadian seperti itu, palingan mungkin yang ngga tahu peraturan disini asal nempatin lapak aja padahal itu udah tempat pedagang lama. Paling disitu sih masalahnya tp ngga berlangsung lama karena masing-masing udah ngerti.”

Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah hanya terbatas di pasar mala mini saja?

Informan : “kalo saya dagang ga cuma di pasar malam ini saja sih, sekarang kan teknologi udah macem-macem saya jualan juga di whatsapp gitu promoin barang dagangan saya, di facebook juga saya sebar. Lumayan ada aja yang nyangkut

(membeli).”

Interviewer : Bagaimana proses transaksinya jika berdagang di sosial media?

Informan :”langsung datang ketempat yang pesan. Nanti biasanya janjian dimana sekalian bayar, kalo lebih gampangnya lagi ya transfer nanti saja gojekin barangnya gitu.”

Interviewer : Apakah terbantu dengan adanya sosial media sebagai media promosi dagang?

Informan : “lumayan lah terbantu. Kan bisa dipromosiin juga ke orang yang biasa mesen ke saya, nanti biasanya saya kasih nomor whatsapp saya nanti gimana- gimana nya harganya bayarnya bisa diomongin disitu”

xl

Informan Pengelola Pasar Malam Cibadak

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Rahmat

Jenis Informan : Pengelola (Ketua) Pasar Malam Cibadak

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 49 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Tempat Tinggal : Cisauk

Etnis : Padang

Interviewer : Bagaimana awal kemunculan pasar malam cibadak sampai bisa ramai seperti sekarang?

Informan : “Pertama-tama sama temen-temen kan kebetulan yang sama-sama pedagang, dan kita pada dukung satu sama lain trus akhirnya saya sama temen-temen pedagang yang lain cari lahan buat pasar malam. setelah itu ya dapat didaerah cibadak ini yaitu bapak Suyoto yang juga sodara saya.

Pasar malam ini muncul sekitar 10 tahun lalu, dan kira-kira itu tahun 2007.

Bukanya setiap rabu malam dan dulu itu baru ada 10 pedagang aja. Kalo sekarang udah ramai, banyak yang dagang. Ada orang sunda, Sumatra, padang, yang memang merantau disini. ”

xli

Interviewer : Sudah berapa lama mengelola pasar malam di cibadak?

Informan : “Dari 2007 sampai sekarang”

Interviewer : Bagaimana pembagian lapak di pasar malam cibadak ini?

Informan : “dulu kita musyarawah dulu nih sama pedagang, kira-kira bakalan kena berapa untuk menyewa tanah ini buat jadi pasar malam karena ya disini kita masih numpang.”

Interviewer : Apakah pernah terjadi konflik antar pedagang karena masalah lapak?

Informan : “paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru belum tahu aturan main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik pedagang lama, biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik.

Secara kekeluargaan.”

Interviewer : Apakah ada keuntungan yang diambil oleh pihak pengelola dengan adanya pasar malam Cibadak?

Informan :”ngga ada keuntungan yang gimana sih. Paling kalo saya sih ambil untung dari yang masangin listrik disini, kalo dari lapaknya kan kita bayar ke yang punya tanah.”

Interviewer : Peran apa yang diberikan oleh pengelola terhadap adanya pasar malam Cibadak?

Informan : “ya sebenarnya sih itung-itung bantuin orang cari rejeki yah.

Selain itu juga disini saya jadi yang menengahkan kalo ada masalah. Dan saya yang buat aturan juga supaya bisa tertib dalam jalanin pasar malam dibantu

xlii

rekan-rekan juga seperti tukang parkir sama ada yang bantu temen atau rekan lah gitu yang bantu saya”

Interviewer : bagaimana masalah perizinan di pasar malam ini?

Informan : “sudah dapat izin sih dari lurah Suradita kalo bakalan ada pasar malam disini, perannya ya cuma minta izin doang, ngga ada bantuan kayak gimana-gimana”

xliii

Informan Pembeli Pasar Malam Cibadak

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Desi

Jenis Informan : Karyawati

Usia : 24 Tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 20.00WIB / Pasar Malam Cibadak

Tempat Tinggal : Komplek Sekneg Suradita

Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?

Informan : “baik aja, malahan disini ada saya langganan beli makanan.

Kalo kesini pasti saya mampir ke dagangannya mas. Waktu itu sempet juga saya nikahan, saya ngundang juga pedagang tersebut, udah jadi temen baik juga”

Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?

Informan : “paling kalo sama langganan mah harga biasa, dia juga udah tahu kalo saya beli segitu harganya segitu. Paling kalo sama pedagang yang lain kalo saya nawar kadang dikasih kadang juga engga mas.”

Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?

Informan : “kalo langganan saya sih harganya segitu aja, udah sepakat.

Paling kalo ada tulisan kayak manga sekilo 10ribu gitu ya ngga bisa ditawar lagi itu mas,”

xliv

Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?

Informan : “kalo sama langganan sampe kenal nama malah, biasanya buat kontek- kontek lewat telepon barang pesenan saya udah ada apa belum. Sebatas pesenan aja”

Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari datang?

Informan : “harganya ya murah gitu trus juga deket rumah, ngga jauh.

Ngga rutin juga sih, paling sebulan sekali, paling banyak dua minggu sekali”

Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?

Informan : “ya saya udah langganan makanan kriuk, kalo kesini pasti ngga pernah lewatin beli itu mas. Yang lain nya ya kalo lagi butuh aja, saya beli.

Kayak dompet, celana”

Interviewer : Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar malam ini? Apakah merasa puas?

Informan :”kurang puas. kalo menurut saya kurang memadai ya, disini lahannya cukup sempit. Apalagi kalo lagi musim ujan tuh, pasti becek- becek. Kamar kecil juga Cuma satu. tapi ya ngga terlalu masalah, paling kalo males biasa suka pesen aja.”

xlv

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Melinda

Jenis Informan : Mahasiswa

Usia : 22 Tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Tempat Tinggal : Griya Suradita

Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?

Informan : “biasa aja sih mas, ya ada yang ramah kalo kita nanya-nanya harga doang gitu, ada yang ngerayu juga biar laku dikasih murah lagi gitu asal belinya banyak.”

Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?

Informan : “kalo yang ada tulisan harganya sih ya ngga bisa ditawar mas, palingan kalo nawar juga saya ngga jauh-jauh amat paling seribu dua ribu, ya pasti itu dikasih sih biasanya. Soalnya barang disini kan udah murah”

Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?

Informan : “kalo yang ada tulisan harganya sih ya ngga bisa ditawar mas, palingan kalo nawar juga saya ngga jauh-jauh amat paling seribu dua ribu, ya pasti itu dikasih sih biasanya. Soalnya barang disini kan udah murah”

xlvi

Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?

Informan : “ngga sih, ngga ada yang kenal. Cuma sebatas muka aja. ”

Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari datang? Informan : “udah pasti karena murah barangnya, jarang juga sih kesini, palingan sebulan sekali itu juga kalo lagi pengen, kalo ngga ya ngga.”

Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?

Informan : “kebanyakan sih makanan, sama buah-buahan, baju atau celana juga tapi ngga sering”

Interviewer : Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar malam ini? Apakah merasa puas?

Informan : “dibilang puas juga engga ya, kesini juga karena barangnya murah aja. kadang malesnya kesini kalo lagi ujan tuh, pasti becek banyak tanah.

Kalo bisa sih di semen aja jalannya biar ga becek.”

xlvii

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Ulfa

Jenis Informan : Ibu Rumah Tangga

Usia : 35 Tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 20.30 WIB / Pasar Malam Cibadak

Tempat Tinggal : Jalan Patuha

Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?

Informan : “ah biasa aja, ngga ada yang gimana-gimana. Kalo kita beli ya dilayanin”

Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?

Informan : “mau nawar juga kadang ragu sih soalnya udah murah, ngga enak sama pedagangannya mas”

Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?

Informan : “harga pas kebanyakan, kadang ada juga harganya yang lebih mahal dari biasanya”

Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?

Informan : “engga kenal”

Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari datang?

xlviii

Informan : “ paling kalo lagi mood aja jalan kesini, ngga rutin-rutin banget. Kalo ada barang bagus ya kita beli mas”

Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?

Informan : “paling sering barang kaya baju gitu sih”

Interviewer :Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar malam ini? Apakah merasa puas?

Informan :”cukup puas sih, walau kadang-kadang suka dempet- dempetan yam au gimana lagi namanya juga pasar malem. Yang penting barangnya murah”

xlix

Lampiran II. Dokumentasi

Suasana Perdagangan Di Pasar Malam Cibadak

l

Suasana Perpakiran Pasar Malam Cibadak

li

Suasana Jalan Raya Serpong Cisauk

lii