JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards JLBG ISSN: 2086-7794, e-ISSN: 2502-8804 Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015 e-mail: [email protected] - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

Sub-Segmentasi Sesar Pada Segmen Kumering Antara Danau Ranau Hingga Lembah Suoh, Barat

Subdivision Of Segmentation In Kumering Segment Between Ranau Lake To Suoh Valley, West Lampung

Sonny Aribowo1,2, Dicky Muslim1, Winantris1, Danny H. Natawidjaja3, Mudrik R. Daryono3

1Universitas Padjadjaran, Bandung 2Loka Uji Teknik Penambangan dan Mitigasi Bencana, Liwa, LIPI 3Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Bandung Naskah diterima 08 November 2017, selesai direvisi 2017, dan disetujui 2017 e-mail: [email protected] ABSTRAK Sesar merupakan sesar mendatar yang tersusun atas beberapa segmen. Evolusi sesar memainkan peranan penting terhadap retakan permukaan akibat gempabumi dan juga pencabangan sesar. Segmen Kumering merupakan sesar yang menjadi sumber gempabumi yang bersifat merusak pada tahun 1933 dan 1994. Kami melakukan delineasi pada Segmen Kumering berdasarkan interpretasi pada citra SRTM dengan resolusi 30 m untuk memberikan pandangan yang paling mutakhir mengenai sesar yang menjadi sumber gempa tersebut. Kami juga melakukan tinjauan untuk dimensi dari sub-segmen dalam hubungannya dengan offset sesar maksimum. Dari hasil interpretasi citra teridentifikasi 12 sub-segmen yang dibatasi oleh adanya step dan/atau tekukan serta hilangnya jejak morfologi pada kenampakan citra. Kompleksitas sesar mendatar tergambarkan dalam hubungan antara jumlah step dan atau tekukan dengan panjang maksimum offset sesar. Tren linear menunjukkan bahwa jarak offset maksimum yang semakin panjang pada segmen sesar yang lebih panjang dan memiliki jumlah step dan/atau tekukan yang semakin sedikit. Hasil penelitian memberikan gambaran yang lebih baik secara resolusi. Hasil ini juga membuktikan adanya pencabangan sesar yang berasosiasi dengan sesar utama pada lingkungan vulkanik. Kata kunci: sesar mendatar, segmen sesar, offset sesar, SRTM30, Kumering, Sesar Sumatra

ABSTRACT Sumatran fault is well known as highly segmented strike-slip fault. The evolution of fault segmentation plays crucial role to the dimension of earthquake ruptures as well as fault splays. Kumering Segment of the Sumatran Fault Zone allegedly as the source of Liwa’s 1933 and 1994 earthquakes. To update the prediction of geometrical attribute of strike-slip system in the Sumatran Fault Zone,we delineate sub-segmentation in the Kumering Segment based on SRTM30 imagery. We studied the dimension of each subsegments and correlate them to the maximum fault offset. From imageries interpretation, we identify twelve subdivision of Kumering Segment bounded by step and the subdued of geomorphic trace. We show strike-slip complexity by relationship between number of steps with maximum fault offset length. Linear trend shows that our data fit with previous study, which concluded that faults have longer segments and fewer steps when their offsets increase. This article also intended to obtain better understanding in characterizing source of earthquake triggered by right lateral Sumatran Fault. Our results provide better resolution for fault segmentation. The results may also reveal the orientation of secondary fault formed by splaying associated with first order fault in the volcanic environment. Keywords: strike-slip fault, fault segment, fault offset, SRTM30, Kumering, Sumatran Fault.

31 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 31 - 45

PENDAHULUAN Sumatra merupakan salah satu sumber dari beberapa Sesar mendatar memiliki arsitektur yang kompleks gempabumi yang merusak di Pulau Sumatra dengan sejumlah segmen yang memiliki panjang (Supartoyo dan Surono, 2008). Identifikasi dari bervariasi yang terpisahkan oleh adanya sesar tekukan yang terjadi pada sistem sesar mendatar yang paralel (steps) (de Joussineau dan Aydin, juga sangat penting dalam memperkirakan 2009). Segmentasi sesar dan evolusi segmen sesar kejadian gempabumi pada masa mendatang. memiliki hubungan yang relevan dengan dinamika Segmen sesar memiliki peranan secara langsung dan ukuran dari besaran offset akibat pergeseran terhadap dinamika dan ukuran dari retakan yang pada jalur sesar (de Joussineau dan Aydin, 2009). terjadi pada saat gempabumi (Barka dan Kadinsky- Dalam sebuah sistem sesar mendatar yang menjadi Cade, 1988; Shaw dan Dieterich, 2007; Wesnousky, sumber gempabumi, sesar bukanlah merupakan 2006). Gempabumi yang bersifat merusak telah sebuah struktur planar yang sederhana, tetapi terjadi di daerah Liwa, Kabupaten Lampung terdapat juga tekukan (bends), daerah yang Barat, Provinsi Lampung pada tahun 1933 dan tertekan (jogs), percabangan (branches) dan step 1994 (Widiwijayanti drr., 1996; Soehaimi drr., (Shaw, 2006). Daerah tekukan pada sistem sesar 2002) Gempabumi yang terjadi bersumber dari mendatar terdapat elemen seperti tekukan terlepas pergerakan Segmen Kumering yang merupakan (releasing bends) dan tekukan tertahan (restraining salah satu segmen dari 19 segmen Sesar Sumatra bends), tekukan sesar terlepas dan tekukan sesar (Gambar 2) yang memiliki karakteristik sesar tertahan adalah lokasi dimana terjadi deformasi mendatar (strike-slip) menganan atau dekstral transtensional dan transpresional (Gambar 1) (Sieh dan Natawidjaja, 2000). Sesar Sumatra, (Cunningham dan Mann, 2007). Umumnya fitur- dalam hal ini merupakan sesar mendatar yang fitur struktur yang terbentuk dalam konfigurasi terjadi karena pengaruh subduksi miring (oblique) sesar mendatar pada skala regional dapat terekam dimana tegangan antar lempeng dipartisi ke dalam pada ekspresi geomorfik pada skala yang lebih sistem strike-slip yang paralel di dalam zona kecil (Burbank dan Anderson, 2012). depan busur maupun busur belakang (Sieh dan Penelitian mengenai struktur geologi di daerah Natawidjaja, 2000). tektonik aktif penting dilakukan karena sesar Nomenklatur Segmen Kumering merujuk

Gambar 1. Konfigurasi sesar mendatar dan struktur yang terbentuk di dalamnya (dimodifikasi dari Christie-Blick dan Biddle, 1986; Ye drr, 2015)

32 Sub-Segmentasi Sesar Pada Segmen Kumering Antara Danau Ranau Hingga Lembah Suoh, Lampung Barat kepada Sieh dan Natawidjaja (2000). Pemilihan Tatanan Geologi nomenklatur tersebut merupakan nomenklatur yang Daerah penelitian merupakan bagian dari Lajur paling update dan berdasarkan pada hasil analisis Barisan yang terletak sejajar dengan Pulau Sumatra yang cukup valid. Nomenklatur ini menggantikan (Gafoer drr., 1994). Daerah penelitian terletak di beberapa nomenklatur seperti segmen Semangko bagian selatan Lajur Barisan dengan Danau Ranau (Katili dan Hehuwat, 1967), Sesar Sukabumi berperan sebagai daerah depresi yang terbentuk (Koswara dan Santoso, 1995; Suwijanto drr., karena mekanisme transtensional Sesar Sumatra. 1996) dan segmen Ranau – Suoh (Bellier dan Daerah penelitian termasuk ke dalam Peta Geologi Sébrier, 1994; Pramumijoyo drr., 1994, Soehaimi Lembar Kotaagung (Amin drr., 1994) dan Peta drr., 2013). Segmen Ranau – Suoh terdiri dari 7 Geologi Lembar Baturaja (Gafoer drr., 1994) sub-segmen (Soehaimi drr., 2013; Soehaimi drr., (Gambar 2). 2014). Daerah penelitian tersusun oleh 3 kelompok batuan Maksud dari penelitian ini adalah mendapatkan yaitu Batuan Vulkanik Kuarter, Batuan Piroklastik pola struktur geologi detail pada daerah yang aktif Kuarter – Tersier dan Batuan Vulkanik Tersier secara tektonik. Sedangkan tujuan dari penelitian (Gafoer drr., 1994; Amin drr., 1994, Natawidjaja ini adalah mengetahui sub-segmentasi sesar dan Kesumadharma, 1993; Pramumijoyo drr., aktif pada Segmen Kumering. Selain itu juga 1994; Suwijanto drr., 1996). Secara rinci masing- menggambarkan kompleksitas sesar mendatar masing kelompok batuan ini dibagi lagi ke dalam yang dilihat dari hubungan antara jumlah step beberapa satuan batuan (Koswara dan Santoso, dan atau tekukan dengan panjang maksimum 1995) antara lain : offset sesar. Sub-segmentasi (subdivision of Batuan gunungapi Kuarter (Qhv dan Qv) yang segmentation) terbagi berdasarkan kepada seksi tersusun atas batuan gunungapi Seminung yang sesar (fault section). Seksi sesar (fault section) berupa lava andesit basaltis dan breksi lahar dengan adalah bagian dari segmentasi yang terbagi sisipan tuf pasiran; batuan gunungapi Kukusan dikarenakan perubahan arah strike dan/atau berupa lava andesit, batuan gunungapi Pesagi perubahan kinematik gerak sesar (Daryono, 2016).

Gambar 2. A. Tatanan tektonik Pulau Sumatra dan segmentasi Sesar Sumatra. B Segmentasi Sesar Sumatra di bagian selatan. Segmentasi Sesar Sumatra berdasarkan Sieh dan Natawidjaja (2000). Lingkaran merah pada gambar sebelah kiri dan garis merah pada gambar sebelah kanan menunjukkan lokasi dari Segmen Kumering.

33 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 31 - 45 berupa lava andesit dan breksi lahar dan batuan berumur Kuarter dan Tersier di daerah penelitian gunungapi Sekincau berupa breksi lahar. Batuan tersebut terpotong oleh Sesar Sumatra. Sesar gunungapi ini berumur Plistosen – Holosen. Sumatra merupakan sesar transform dipengaruhi oleh subduksi miring (oblique) dimana tegangan Batuan piroklastik yang tersusun atas Tuf Ranau antar lempeng dipartisi ke dalam sistem strike-slip (QTr) (van Bemmelen, 1949; Marks, 1956; Bellier yang paralel di dalam zona depan busur maupun drr., 1999; Gasparon, 2005) atau Tuf Liwa berumur busur belakang (Sieh dan Natawidjaja, 2000) dan Plio-Plistosen. Tuf Ranau yang diambil dari daerah berhubungan dengan pemekaran di Laut Andaman Way Robok menunjukkan umur 0,55+0,15 Ma, dan juga konsekuensi dari rotasi Paparan Sunda, dimana sampel yang diambil merupakan sampel sehingga sesar ini diduga terinisiasi pada Miosen dari lokasi yang menunjukkan offset aliran sungai Tengah (McCarthy dan Elders, 1997). sebesar 2750+200 m (Bellier drr., 1999). Geometri sesar Sumatra dan hubungan antara Batuan Vulkanik Tersier yang tersusun atas breksi sesar mendatar dan kaldera gunungapi ditafsirkan gunungapi Formasi Bal yang berumur Miosen menggunakan citra satelit (Bellier drr., 1991; Tengah – Miosen Akhir dan batuan gunungapi Bellier dan Sebrier, 1995; Bellier drr., 1997; Bellier basaltis-andesitis Formasi Hulusimpang yang drr., 1999; Bellier dan Sébrier, 1994). Berdasarkan berumur Oligosen – Miosen Awal. interpretasi tersebut terungkap adanya lompatan Secara stratigrafi (Gambar 3), batuan gunungapi sesar (stepover), cekungan pull-apart dan struktur Kuarter (Qv dan Qhvs) menindih selaras Tuf Ranau volkanik di sepanjang Sesar Sumatra. Di bagian (QTr) yang tersebar luas di daerah penelitian. Pada selatan Sesar Sumatra, Bellier dan Sebrier (1994) beberapa lokasi di sepanjang daerah penelitian, mengungkapkan bahwa bentuk Danau Ranau saat Tuf Ranau menindih secara tidak selaras Formasi ini merupakan hasil dari sebuah releasing stepover Bal (Tmba). Formasi Bal menindih secara tidak yang sangat besar. Dalam publikasi ini dijelaskan selaras Formasi Hulusimpang (Tomh). Batuan bahwa batas dari dua sesar paralel berada di utara

Gambar 3. Peta geologi regional daerah penelitian (dimodifikasi dari Amin drr., 1994; Gafoer drr., 1994). Sesar Sumatra Segmen Kumering berdasarkan Natawidjaja drr., (2016).

34 Sub-Segmentasi Sesar Pada Segmen Kumering Antara Danau Ranau Hingga Lembah Suoh, Lampung Barat dan selatan Danau Ranau, yang pada prosesnya, morfologinya (Sieh & Natawidjaja, 2000; sesar yang berada di selatan Danau Ranau sudah Natawidjaja drr., 2017, dalam proses penelaahan). tidak aktif lagi pada saat ini. Salah satu metode yang sering digunakan adalah dengan melakukan analisis aliran sungai. Laju pergeseran (slip rate) di bagian selatan Sesar Metode ini mencocokkan bentuk morfologi dan Sumatra adalah 6+4 mm/tahun dimana besar slip menggeserkannya ke posisi sebelum tergeser akibat rate dengan pergerakan dekstral dari masing- gempabumi (Daryono, 2016). Dari jarak offset masing segmen Sesar Sumatra yang semakin yang diukur tentunya memiliki jarak simpangan besar ke arah utara dipengaruhi oleh deformasi (uncertainties), yang didapatkan dari pengukuran yang terjadi pada daerah cekungan busur depan lebar sungai yang mengalami pergeseran tersebut (Bellier dan Sebrier, 1995), yang didukung (Burbank dan Anderson, 2012). Dari hubungan oleh publikasi mengenai deformasi berdasarkan antara jumlah step dan/atau tekukan dengan pengukuran geodetik (Duquesnoy drr., 1996) yang panjang maksimum offset, dilakukan plotting memperlihatkan pergeseran dekstral sebesar 70 ke dalam grafik hasil analisis statistik dari cm. publikasi mengenai segmentasi sesar mendatar Sesar Sumatra tersegmentasi ke dalam 19 segmen, (de Joussineau dan Aydin, 2009). Dalam analisis salah satunya adalah Segmen Kumering. Sesar ini, digunakan istilah step sebagai step dan juga Sumatra segmen Kumering terdapat di bagian sebagai pengganti istilah tekukan, dikarenakan selatan Sesar Sumatra dengan panjang 150 km step dan tekukan tersebut memainkan peranan yang terbentang antara lembah Suoh sampai ke yang serupa dalam inisiasi dan batas retakan dalam daerah contractional jog di Bengkulu (Gambar sistem sesar (King, 1986). 2) (Sieh dan Natawidjaja, 2000). Pada segmen Kumering, zona transtensional berupa tekukan dan stepovers berada di Danau Ranau dan lembah Suoh HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Natawidjaja dan Kesumadharma, 1993; Sieh dan Sesar Kumering merupakan salah satu segmen Natawidjaja, 2000; Bellier dan Sébrier, 1994). pada Sesar Sumatra yang membentang Daerah tekukan juga teridentifikasi di Sungay Way sepanjang 130 km. Segmen ini membentang Rekuk yang dekat dengan Danau Ranau (Aribowo dari daerah yang dipengaruhi elemen dan Yudhicara, 2015) kontraksional di daerah Bukit Kampak, baratlaut Kota Bintuhan sampai ke Lembah METODE PENELITIAN Suoh (Gambar 4). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ujung baratlaut dari Sesar Kumering data citra model elevasi digital SRTM dengan mencerminkan daerah yang dipengaruhi resolusi 30 meter yang dapat diunduh dari portal komponen kontraksional pada bagian utara USGS (earth explorer.usgs.gov). Selain itu data dari jalur sesar. Di bagian tengah sesar, terdapat juga didapat dari observasi lapangan untuk melihat jejak sesar Segmen Kumering tersebut Metode Danau Ranau yang diyakini merupakan pada penelitian ini adalah melakukan identifikasi kaldera yang produknya terpotong oleh Sesar struktur untuk menentukan delineasi dari sub- Kumering. Offset aliran sungai tampak jelas segmentasi Segmen Kumering. Dari data DEM terlihat pada aliran sungai Way Rekuk, Way ini akan diproses untuk menghasilkan visualisasi Heni dan Way Menjadi. Pada ujung tenggara seperti hillshade, slope dan ekstraksi kontur yang dari Sesar Kumering, memperlihatkan batas memperlihatkan karakterisasi zona sesar dan akhir dari Sesar Kumering dan Sesar Semangko identifikasi dari penanda geomorfik (Zielke drr., yang dipisahkan oleh lembah step-over ­Suoh. 2015; Daryono, 2016). Pada ujung ini berkembang komponen- Untuk menentukan hubungan antara jumlah komponen normal yang menandakan adanya step dengan panjang maksimum offset, kani pola releasing dari sesar mendatar. menggunakan data hasil interpretasi batas antar segmentasi dan panjang pegeseran sungai. Di sisi selatan Sesar Kumering, teridentifikasi Pergeseran dalam sistem sesar mendatar dapat adanya sesar yang juga aktif, yaitu Sesar Liwa diidentifikasi dengan melihat kepada bentuk (Gambar 4). Identifikasi struktur tersebut

35 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 31 - 45

Gambar 4. Peta interpretasi struktur sesar aktif dan tidak aktif di daerah penelitian didasarkan pada ekspresi geomorfik berupa gawir sesar di bagian timur dan bukit sesar di kelurusan yang tajam, offset minor, sungai bagian baratnya. Di lapangan, jejak geomorfik yang terpancung (beheaded river) dan juga tersebut terdeteksi oleh adanya endapan teras ekspresi pembelokan punggungan antara Sesar sungai pada ketinggian 620 m dan sungai pada Kumering dan Sesar Liwa. saat sekarang berada pada ketinggian 580 Pada artikel ini akan dijabarkan secara rinci m (Gambar 7). Jejak sesar tidak tampak di Sesar Kumering pada bagian timur Danau permukaan pada km ~78,6 dan terpisah dengan Ranau. Daerah tersebut meliputi daerah Liwa sub-segmen Bumiwaras dengan jarak ~200 m. hingga ke Suoh. Pemilihan lokasi tersebut Sub-segmen Bumiwaras (Gambar 6) memiliki dikarenakan Kota Liwa merupakan daerah panjang ~2,1 km dengan arah U1390T. Sub- yang terkena dampak langsung gempabumi segmen ini ditandai oleh adanya garis lurus yang bersumber dari Sesar Sumatra pada pada citra. Di ujung tenggara sub-segmen Segmen Kumering. Kilometer awal adalah ini berbatasan terdapat fitur tekukan yang kilometer 75 akan diukur pada ujung Sesar diinterpretasikan sebagai tekukan sesar terlepas Kumering di utara Gunung Seminung, dan (releasing bend) minor. Fitur tekukan sesar kilometer terakhir (km130) akan diukur pada tersebut membentuk sebuah kolam sesar (sag bagian utara lembah Suoh (Gambar 5). pond) dan menjadi batas antara Sub-segmen Sub-segmen Kotabaru ( Gambar 6 ) memiliki Bumiwaras dengan Sub-segmen Gunungratu. panjang ~3,6 km dengan arah U1450T . Sub-segmen Gunungratu (Gambar 6) memiliki Ditandai dengan adanya bukit sesar (SR) yang panjang ~2,9 km dengan arah U1410T. Jejak memperlihatkan ekspresi tekukan pada km geomorfik di permukaan tidak terlalu tampak 75,5; km 76,5 dan km 77,5. Pada km 77, jejak dikarenakan tertutup endapan aluvium. geomorfik tampak memperlihatkan adanya Pentarikhan struktur ini berdasarkan pada komponen ekstensional yang memisahkan adanya pola tekukan sesar di ujung baratlaut

36 Sub-Segmentasi Sesar Pada Segmen Kumering Antara Danau Ranau Hingga Lembah Suoh, Lampung Barat

Gambar 5. Peta interpretasi struktur dan pembagian sub-segmentasi untuk Segmen Kumering di sebelah timur Danau Ranau yang berbatasan dengan Sub-segmen itu juga terdapat bukit sesar (SR) di sekitar Bumiwaras dan jejaknya ditarik lurus dengan aliran sungai yang tergeserkan (Gambar 8). adanya kelurusan tebing menuju arah tenggara. Pada ujung baratlaut sub-segmen ini, tampak Pada ujung baratlaut, batas Sub-segmen adanya tekukan perubahan azimuth jejak diinterpretasikan berhenti pada batas yang sesar. Perubahan azimuth sesar sebesar ~200 memperlihatkan jejak geomorfik Sub-Segmen menyambungkan jejak geomorfik Sub-segmen Tanjungan yang tampak jelas pada citra. Tanjungan dan Sub-segmen Seblat. Sub-segmen Kedamaian (Gambar 6) memiliki Sub-segmen Seblat (Gambar 8) memiliki panjang jarak ~7,5 km dengan arah U1230T. Jejak ~3,9 km dengan azimuth U1340T. Jejak sesar terlihat geomorfik sesar pada citra tidak terlalu tampak, sangat jelas pada model elevasi digital citra SRTM tetapi interpretasi Pentarikhan dilakukan dengan resolusi 30 m. Pada sub-segmen ini adanya berdasarkan dengan adanya tekuk lereng pada offset aliran sungai (RO) kilometer 87, kilometer 88 dan kilometer 89 sebesar ­~300 m terlihat sangat km 76 dan km 78 (Gambar 5). Jejak Sub- baik dan representatif untuk dilakukan perhitungan segmen Kedamaian ini boleh jadi merupakan pergeseran dan laju pergeseran sesar. Berdasarkan pencabangan (splay) dari Sesar Kumering. kenampakan pada citra, batas antara Sub-segmen Garis Sub-segmen Kedamaian membentuk Seblat dengan Sub-segmen Padangdalom, dibatasi sudut ~100 dengan Sub-segmen Gunungratu. oleh jejak geomorfik yang tidak terlihat sepanjang Sub-segmen Tanjungan (Gambar 6 dan 7 m. Gambar 8) memiliki panjang ~2,5 km dengan Sub-segmen Padangdalom (Gambar 9) arah U1320T. Pada ujung baratlaut sub- memiliki panjang ~5 km dengan azimuth segmen ini ditandai oleh adanya tekuk lereng. U1350T. Ujung baratlaut sub-segmen ini Kemenerusan sub-segmen sesar ini dapat diinterpretasikan berupa kolam sesar (SP) teridentifikasi dengan baik pada model elevasi sepanjang 300 m. Interpretasi tersebut juga digital resolusi 30 m. Jejak geomorfik yang didukung oleh informasi masyarakat sekitar, teridentifikasi antara lain adalah adanya offset bahwa daerah ini merupakan rawa yang aliran sungai (RO) pada kilometer 86 (Gambar tertutupi oleh vegetasi berupa rerumputan 8), kilometer 87, kilometer 88 dan kilometer yang sangat rapat dan tinggi. Ke arah tenggara 89 sebesar ~­ 300 m (Gambar 8). Selain dari kolam sesar tersebut, terdapat daerah

37 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 31 - 45

Gambar 6. Peta interpretasi struktur sesar aktif dan sub-segmentasi pada km 75 – km 87 lembah lurus yang sempit (LV) (Gambar 9). yang berdekatan sebelum gempabumi menjadi Jejak sesar terlihat memotong aliran sungai melebar dikarenakan longsor tersebut. Jejak Way Robok. Meskipun tidak terlihat adanya sesar terlihat sangat jelas hingga kilometer jejak pergeseran sungai pada aliran Way ~94,8, akan tetapi Pentarikhan sesar Robok. Pada lembah Way Robok terdapat diinterpretasikan menerus hingga kilometer bukit sesar yang menunjukkan adanya rona ~96 berdasarkan kepada adanya rona kelurusan tekukan (Gambar 10). Rona tekukan ini yang tampak samar dan perbedaan ketinggian terdapat di ujung tenggara lembah lurus (LV) pada kedua sisi sesar (Gambar 8). Jarak antara pada sub-segmen Padangdalom. Lembah Sub-segmen Padangdalom dan Sub-segmen Way Robok mengalami longsor hebat pada Sukabumi adalah 12 m. saat gempabumi tahun 1994. Tebing lembah Sub-segmen Sukabumi (Gambar 10) memiliki

Gambar 7. Lokasi yang diinterpretasikan terdapat pergeseran vertikal dari endapan teras sungai (Aribowo dan Yudhicara, 2015)

38 Sub-Segmentasi Sesar Pada Segmen Kumering Antara Danau Ranau Hingga Lembah Suoh, Lampung Barat

Gambar 8. Peta interpretasi struktur sesar aktif dan sub-segmentasi pada km 85 – km 91

Gambar 9. Peta interpretasi struktur aktif dan sub-segmentasi pada km 90 – km 96 panjang ~ 10,2 km dengan azimuth U1300T. panjang ~7,8 km dengan arah U1350T. Ujung Pada ujung baratlaut, jejak sesar berupa baratlaut sub-segmen ini terpotong oleh sesar tekukan transpresional yang membentuk bukit minor dengan pergerakan sinistral. Pada kecil di bawahnya pada km 96 hingga km 97. ujung tenggara sesar, batasnya merupakan Azimuth tekukan tersebut membentuk sudut pencabangan menjadi dua sub-segmen yaitu ~1200 dengan arah Sub-segmen Sukabumi. Sub-segmen Pematangwaringin dan Sub- Pada kilometer 97 hingga kilometer 100 segmen Kejadian. Pada Gambar 11, terlihat terpetakan fitur geomorfik berupa lembah lurus di bagian selatan sesar ini terdapat dua sub- (LV), selain itu juga teridentifikasi adanya segmen sesar dari Segmen Liwa. bukit sesar (SR) pada kilometer 104. Ujung Sub-segmen Pematangwaringin (Gambar 12) tenggara sub-segmen Sukabumi terdapat merupakan komponen ekstensional dari Sesar sesar sinistral minor yang memotong dan Kumering. Bidang sesar normal memiliki arah menjadi batas Sub-segmen Sukabumi dengan U1430T dan U1340E, membentuk pencabangan Sub-Segmen Malbui. Sesar sinistral tersebut ekorkuda (horsetail splay). Sub-segmen menggeser kedua Sub-segmen sesar tersebut Pematangwaringin dan Sub-segmen Kejadian sejauh ~300 m. di bagian selatan, membentuk sebuah cekungan Sub-segmen Malbui (Gambar 11) memiliki pull apart (PAB). Jejak geomorfik sesar sub-

39 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 31 - 45

Gambar 10. Lembah sungai Way Robok dan jejak Sesar Sumatra Segmen Kumering

Gambar 11. Peta interpretasi struktur sesar aktif dan sub-segmentasi pada km 96 – km 108 segmen Pematangwaringin terhenti pada Sub-segmen Kejadian berada di sebelah kilometer ~118. Sejauh 2,3 km arah tenggara selatan Sub-Segmen Pematangwaringin, dari ujung sub-segmen ini teridentifikasi jejak memiliki arah U1350T. Ujung utara pada sesar yang juga membentuk cekungan pull kilometer ~114,5 hingga kilometer ~118 apart (PAB) yang terhubung dengan Sesar membentuk komponen ekstensional yang Sumatra Segmen Semangko Timur (Gambar membentuk cekungan pull apart (Gambar 12). 12). Pada kilometer ~118 hingga kilometer

40 Sub-Segmentasi Sesar Pada Segmen Kumering Antara Danau Ranau Hingga Lembah Suoh, Lampung Barat

Gambar 12. Peta interpretasi struktur sesar aktif dan sub-segmentasi pada km 107 – km 119

Gambar 13. Peta interpretasi struktur sesar aktif dan sub-segmentasi pada km 115 – km 135

~122 merupakan sesar mendatar, kemudian didapatkan dari indentifikasi sesar aktif selain pada kilometer ~122 sampai kilometer ~130 hal yang disebutkan di atas adalah data jumlah merupakan komponen normal yang memiliki offset sungai dan jarak offset sungai. hubungan step over dengan Sesar Sumatra Dari data tersebut didapatkan hubungan Segmen Semangko Barat (Gambar 12). antara jarak maksimum dari offset dengan Berdasarkan identifikasi dan interpretasi jejak jumlah step atau tekukan pada segmen sesar struktur aktif pada citra dengan resolusi 30 m (Gambar 14). Hal tersebut mengindikasikan didapatkan data mengenai sub-segmentasi yang kompleksitas jejak sesar mendatar yang ditandai oleh adanya step, tekukan, hilangnya terbagi ke dalam beberapa segmen. Analisis jejak sesar pada kenampakan morfologi dan tersebut dibandingkan dengan hasil analisis perubahan kinematika sesar. Data yang pada 50 sesar mendatar yang ada di dunia yang

41 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 31 - 45

Gambar 14. Hubungan antara jarak offset sesar maksimum dengan jumlah step per km dari hasil penelitian dan publikasi data penelitian terdahulu. Publikasi mengenai penelitian terdahulu bersumber dari penelitian mengenai segmentasi sesar mendatar dan referensi di dalamnya (de Joussineau dan Aydin, 2009) memiliki jarak segmen antara puluhan meter kilometer. Analisis juga dilakukan terhadap hingga ratusan kilometer. Data 49 segmen sub-segmen yang memiliki offset pergeseran tersebut didapatkan dari artikel yang membahas sungai. Sebanyak tiga sub-segmen memiliki tentang segmentasi sepanjang sistem sesar jarak offset maksimum. Masing-masing mendatar (de Joussineau dan Aydin, 2009). memiliki jarak 315+70 m, 335+127 m dan Sesar mendatar tersebut diantaranya adalah 330+87 m. Jarak rata-rata offset untuk sesar untuk skala global (Stirling drr., 1996), di Kumering sebanding dengan hasil publikasi Benua Amerika (Langenheim drr., 2001, dari Natawidjaja drr. (2017, dalam proses Jachens drr., 2002; Pachell dan Evans, 2002; penelaahan) yang melakukan perhitungan Cembrano drr., 2005; Rovida dan Tibaldi, jarak offset dari 3 buah offset utama. Ke-3 buah 2005), di Benua Asia (Lawrence drr., 1992; pasangan offset utama tersebut terlihat sangat Sieh dan Natawidjaja, 2000; Fu dan Awata, jelas pada citra SRTM dengan resolusi 30 m. 2006; Maruyama dan Lin, 2002; Nemer dan de Jousineau dan Aydin (2009) menunjukkan Meghraoui, 2006; Rhodes drr., 2004; Walker hubungan antara jumlah step per kilometer dan Jackson, 2002; Walker drr., 2006), di dengan panjang maksimum offset sesar adalah Benua Eropa (Brankman dan Aydin, 2014) trend linear berupa hubungan pangkat negatif dan di daerah Turki yang merupakan daerah (negative power law relationship) dimana y = transkontinen Eurasia (Le Pichon, 2001; Tatar 0,26x-081 dengan koefisien korelasi, 2R = 0,74. Hal drr., 2004). tersebut di atas menunjukkan bahwa semakin Analisis data pada penelitian ini ditunjukkan panjang segmen sesar dan semakin besar jarak pada hasil plotting antara hubungan jarak maksimum offset, maka akan memiliki jumlah offset maksimum untuk satu segmen step atau tekukan yang semakin sedikit. Hasil Kumering adalah 320+80 m dan jumlah step analisis menunjukkan plotting data terhadap dan/atau tekukan adalah 0,147 buah dalam satu trend linear menginterpretasikan bahwa

42 Sub-Segmentasi Sesar Pada Segmen Kumering Antara Danau Ranau Hingga Lembah Suoh, Lampung Barat

Segmen Kumering dan sub-segmentasinya terlaksananya penelitian ini. Ucapan terimakasih memperlihatkan hubungan yang masuk dalam juga dihaturkan kepada Kyle E. Bradley Ph.D. hubungan pangkat negatif tersebut. atas diskusi yang sangat membantu penulis mengenai delineasi Sesar Sumatra dan Tuf Ranau. Terimakasih juga diucapkan kepada Ibu Yudhicara KESIMPULAN yang juga sedang mengerjakan disertasi di daerah Identifikasi dan delineasi struktur sesar aktif Liwa atas diskusinya. Terimakasih juga dihaturkan akan semakin baik jika dilakukan pada citra kepada Bapak Ir. Benyamin Sapiie, Ph.D. sebagai penelaah dan Bapak Ir. Oki Oktariadi M. Si. dengan resolusi yang lebih tinggi. Hasil sebagai editor atas masukan yang sangat berharga delineasi struktur di Segmen Kumering sampai dalam karya tulis ini. ke Lembah Suoh memperlihatkan adanya sub- segmentasi yang dibatasi oleh adanya step dan/ atau tekukan serta hilangnya jejak morfologi DAFTAR PUSTAKA pada citra SRTM dengan resolusi 30 m. Amin, T.C., Sidarto, S., Santoso, S., dan Gunawan, W. 1994. Geologi Lembar Kotaagung, Sumatera Sub-segmentasi pada Segmen Kumering terbagi (The Geology of The Kotaagung Quadrangle, atas 11 sub-segmen yang memperlihatkan Sumatera), Lembar (Qudrangle) 1010, jejak geomorfik yang bervariasi pada setiap Sekala (Scale) 1: 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Departemen sub-segmennya. Jejak geomorfik yang Pertambangan dan Energi. memungkinkan untuk melakukan perhitungan jarak offset sesar adalah berupa offset aliran Aribowo, S., dan Yudhicara, Y. 2015. Development sungai yang terdeteksi pada Sub-segmen of River Terraces at the Releasing Bend of the Bumiwaras, Tanjungan dan Seblat. Jejak offset Sumatran Fault Zone near Ranau Lake, Southern Sumatra. The 2nd International Conference and aliran sungai tampak jelas pada citra SRTM The 1st Joint Conference Faculty of Geology resolusi 30 m di Sub-segmen Tanjungan Universitas Padjadjaran with Faculty of Science dan Seblat, sedangkan jejak di Sub-segmen and Natural Resources University Malaysia Bumiwaras tidak terlalu jelas. Akan tetapi Sabah. 81 - 85. 29 September 2015. Bandung. hasil pengolahan citra digital menghasilkan Barka, A. A., dan Kadinsky-Cade, K. 1988. Strike- delineasi aliran sungai yang memperlihatkan slip fault geometry in Turkey and its influence adanya offset aliran sungai tersebut. on earthquake activity. Tectonics. doi:10.1029/ Hasil analisis menunjukkan plotting data terhadap TC007i003p00663 trend linear menginterpretasikan bahwa Segmen Bellier, O., Sebrier, M., Pramumijoyo, M. 1991. Kumering dan sub-segmentasinya memperlihatkan La Grande Faille de Sumatra : Geometrie, hubungan yang masuk dalam hubungan pangkat cinematique et quantite de displacement mises negatif (negative power law relationship) en evidence par l’imagerie sateliitaire. C.R. yang mendukung hasil analisis peneliti Acad. Sci. Paris, Ser. I, 312: 1219-1226. terdahulu. Hubungan pangkat negatif tersebut mengindikasikan kompleksitas sesar mendatar Bellier, O., dan Sébrier, M. 1994. Relationship between bahwa semakin panjang segmen sesar dan semakin tectonism and volcanism along the Great besar jarak maksimum offset, maka akan memiliki Sumatran Fault Zone deduced by spot image jumlah step atau tekukan yang semakin sedikit. analyses. Tectonophysics, 233(3-4): 215–231. doi:10.1016/0040-1951(94)90242-9

Bellier, O., dan Sébrier, M. 1995. Is the slip rate variation in UCAPAN TERIMA KASIH the accommodated by fore- Penelitian ini didanai oleh Karyasiswa LIPI dan arc stretching? Geophysical Research Letters, DIPA UPT Loka Uji Teknik Penambangan dan 22(15): 1969–1972. doi:10.1029/95GL01793 Mitigasi Bencana, Liwa. Ucapan terimakasih Bellier, O., Sébrier, M., Pramumijoyo, S., Beaudouin, disampaikan kepada Bapak Asep Mulyono, MT. T., Harjono, H., Bahar, I., dan Forni, O. 1997. serta seluruh rekan-rekan di UPT yang membantu Paleoseismicity and seismic hazard along the

43 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 31 - 45

Great Sumatran Fault (). Journal of The Baturaja Qudrangle, Sumatera), Lembar Geodynamics, 24(1-4): 169–183. doi:10.1016/ (Quadrangle) 1011, Sekala (Scale) 1: 250.000. S0264-3707(96)00051-8 Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Departemen Pertambangan dan Energi. Bellier, O., Bellon, H., Sébrier, M., Sutanto, dan Maury, R. C. 1999. K-Ar age of the Ranau Tuffs: Gasparon, M. 2005. Chapter 9 : Quartenary volcanicity. Implications for the Ranau caldera emplacement Dalam Barber, A.J., Crow, M. J. and Milsom, J.S. and slip-partitioning in Sumatra (Indonesia). (penyunting) “Sumatra : Geology, Resources and Tectonophysics, 312(2-4): 347–359. doi:10.1016/ Tectonic Evolution”. 31: 120-130. Geological S0040-1951(99)00198-5 Society, London, Memoirs.

Brankman, C.M. dan Aydin, A. 2004. Uplift and Katili, J.A. and Hehuwat, F. 1967. On the occurrence contractional deformation along a segmented of large transcurrent fault in Sumatra, Indonesia. strike-slip fault system: The Gargano Journal of Geoscience, Osaka City University, Promontory, southern Italy. Journal of Structural 10: 5-17. Geology, 26: 807–824. King, G. C. P. 1986. Speculations on the geometry of the Burbank, D. W & R. S. Anderson. 2012. Tectonic initiation and termination processes of earthquake Geomorphology. Wiley-Blackwell. UK. 454 hal. rupture and its relation to morphology and geological structure. Pure Applied Geophysics, Cembrano, J., Gonzalez, G., Arancibia, G., Ahumada, 124: 567. I., Olivares, V., dan Herrera, V. 2005. Fault zone development and strain partitioning in an Koswara, A., dan Santoso. 1995. Geologi rinci daerah extensional strike-slip duplex: A case study from Liwa, Lampung Barat, Sumatera Selatan skala the Mesozoic Atacama fault system, Northern 1:50.000. Jurnal Geologi Dan Sumberdaya Chile. Tectonophysics 400: 105–125. Mineral, VI: 23–32.

Cunningham, W., dan Mann, P. 2007. Tectonics of strike- Jachens, R.C., Langenheim, V.E., dan Matti, J.C. 2002. slip restraining and releasing bends. Geological Relationship of the 1999 Hector Mine and 1992 Society, London, Special Publications, 1–12. Landers fault ruptures to offsets on Neogene doi:10.1144/SP290.1 faults and distribution of late Cenozoic basins in the Eastern California Shear Zone. Bulletin Daryono, M. R., 2016. Paleoseismologi Tropis di Seismology Society of America 92: 1592–1605. Indonesia (Dengan Kasus di Sesar Sumatra, Sesar Palukoro-Matano, dan Sesar Lembang. Langenheim, V.E., Grow, J.A., Jachens, R.C., Dixon, Disertasi. Institut Teknologi Bandung. 189 hal. G.L., and Miller, J.J., 2001, Geophysical Tidak dipublikasikan constraints on the location and geometry of the Las Vegas Valley Shear Zone, Nevada, Tectonics, de Joussineau, G., dan Aydin, A. 2009. Segmentation 20: 189–209. along strike-slip faults revisited. Pure and Applied Geophysics, 166(10-11): 1575–1594. Lawrence, R.D., Hasan Khan, S., dan Nakata, T. 1992. doi:10.1007/s00024-009-0511-4. Chaman Fault, Pakistan-Afghanistan. Annales Tectonicae, 6: 196–223. Duquesnoy, Th., Bellier, O., Kasser, M., Sebrier, M., Vigny C., Bahar, I., 1996. Deformation related to Le Pichon, X., Sengor, A.M.C., Demirbag, E., Rangin, the 1994 Liwa earthquake derived from geodetic C., Imren, C., Armijo, R., Gorur, N., Cagatay, measurements. Geophysical Research Letter, 23: N., Mercier de Lepinay, B., Meyer, B., Saatcilar, 3055-3058. R., dan Tok, B. 2001. The active Main Marmara Fault. Earth and Planetary Science Letter, 192: Fu, B., dan Awata, Y. 2006. Displacement and timing 595–616. of left-lateral faulting in the Kunlun Fault Zone, northern Tibet, inferred from geologic and Marks, 1956. Stratigraphic lexican of Indonesia, geomorphic features, Journal of Asian Earth Publikasi Keilmuan, No. 87 Seri Geologi. Sciences. 29: 253–265 Direktorat Geologi, Bandung.

Gafoer, S., Amin, T. C. dan Pardede, R. 1994. Geologi Maruyama, T. dan Lin, A. 2002. Active strike- Lembar Baturaja, Sumatera (The Geology of slip faulting history inferred from offsets of

44 Sub-Segmentasi Sesar Pada Segmen Kumering Antara Danau Ranau Hingga Lembah Suoh, Lampung Barat

topographic features and basement rocks: A Shaw, B. E., dan Dieterich, J. H. 2007. Probabilities for case study of the Arima-Takatsuki Tectonic line, jumping fault segment stepovers, Geophysicsal southwest Japan, Tectonophysics, 344: 81–101. Research Letters, 34, L01307: 1–5. http://doi. org/10.1029/2006GL027980 McCarthy, A. J. dan Elders, C.F. 1997. Cenozoic deformation in Sumatra: oblique subduction Sieh, K., dan Natawidjaja, D. 2000. Neotectonics and the development of the Sumatran Fault of the Sumatran fault, Indonesia. Journal of System. Dalam Fraser, A. J. dan Matthews, S. Geophysical Research, 105(B12): 28295. J. (penyunting) Petroleum Geology of Southeast doi:10.1029/2000JB900120 Asia. Geological Society, London, Special Publications, 126: 355-363. Soehaimi, A., Widarto, D. S., Masturyono, M., dan Effendi, I. 2002. The Seismotectonic Database Natawidjaja, D. H., dan Kesumadharma, S. 1993. as Main Parameters for Prediction of The Karakterisasi Gerakan Tanah dan Sesar Aktif Tectonic Earthquake Hazard Level at Liwa, West untuk Pengembangan Daerah Liwa, Kab. Lampung District. Proceedings Indonesian Lampung Barat. Proceedings Indonesian Association of Geologist. 1: 265–276). Association of Geologist. 519 – 535. Soehaimi, A., Marjiyono, K., dan Muslim, D. Natawidjaja, D. H., Bradley. K., Daryono, M. R., 2013. The Sumatran Active Fault and Its Aribowo, S. dan Herrin, J., 2017. Late Paleoseismicity. 4th International INQUA Quaternary eruption of the Ranau Caldera and Meeting on Paleoseismology, Active Tectonics new geological slip rates of the Sumatran Fault and Archeoseimology (PATA). Aachen. Zone in Southern Sumatra, Indonesia (Dalam proses penelaahan untuk Geoscience Letter). Soehaimi, A., Muslim, D., Kamawan., I., dan Negara. R. S. 2014. Microzonation of The Liwa City Nemer, T. dan Meghraoui, M. .2006. Evidence of on the Great Sumatera Active Fault and Giant coseismic ruptures along the Roum fault Ranau Volcanic Complex in South Sumatera, (Lebanon): A possible source for the AD 1837 Indonesia. Dalam Lollino, G., Manconi A., earthquake, Journal of Structural Geology. 28: Guzetti, F., Culshaw, M., Bobrowsky, P., Luino, 1483–1495. F. (penyunting) “Engineering Geology for Society and Territory_Vol. 5”. doi: 10.1007/978- Pachell, M.A., dan Evans, J.P. 2002. Growth, linkage, 3-319-09048-1_194. and termination processes of a 10-km-long strike-slip fault in jointed granite: The Gemini Stirling, M.W., Wesnousky, S.G., dan Shimazaki, K. fault zone, Sierra Nevada, California. Journal of 1996. Fault trace complexity, cumulative slip, Structural Geology, 24: 1903–1924. and the shape of the magnitude-frequency distribution for strike-slip faults: A global Pramumijoyo, S., Natawidjaja, D. H., Kumoro, Y., dan survey. Geophysical Journal International, 124: Sudaryanto. 1994. Geologi parameter gempa 833–868. Liwa. Proceedings Indonesian Association of Geologist, 784–788. Supartoyo dan Surono. 2008. Katalog Gempabumi Merusak Indonesia Tahun 1629 - 2006. Pusat Rovida, A., dan Tibaldi, A. 2005. Propagation of strike- Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, slip faults across Holocene volcano-sedimentary Badan Geologi. deposits, Pasto, Colombia. Journal of Structural Geology, 27 : 1838–1855. Suwijanto, Burhan, G., dan Bahar, I., 1996. Remote sensing application for the Liwa earthquake Rhodes, B.P., Perez, R., Lamjuan, A., dan Kosuwan, S. evaluation and preparation of hazard mitigation. 2004. Kinematics and tectonic implications of Report on Remote Sensing Application for the MaeKuang Fault, northern Thailand. Journal Natural Resources Management, Project TA. No. of Asian Earth Sciences, 24: 79–89. 1910-INO (ADB-BPPT).

Shaw, B. E. 2006. Initiation propagation and termination Tatar, O., Piper, J.D.A., Gu¨rsoy, H., Heimann, A., and of elastodynamic ruptures associated with Kocbulut, F., 2004, Neotectonic deformation segmentation of faults and shaking hazard. in the transition zone between the Dead Sea Journal of Geophysical Research: Solid Earth, Transform and the East Anatolian fault Zone, 111(8): 1–14. doi:10.1029/2005JB004093. Southern Turkey: A palaeomagnetic study of

45 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 8 No. 1, April 2017: 31 - 45

the Karasu Rift Volcanism, Tectonophysics, 385: 17–43. Widiwijayanti, C., Deverchere, J., Louat, R., Sebrier, M., Harjono, H., Diament, M., dan Hidayat, D. van Bemmelen R., The Geology of Indonesia and 1996. Aftershock sequence of the 1994, Mw 6.8, Adjacent Archipelago. The Hague : Government Liwa earthquake (Indonesia): Seismic rupture Printing Office. process in a volcanic arc. Geophysical Research Letters, 23(21): 3051–3054. Walker, R., dan Jackson, J. 2002, Offset and evolution of the Gowk fault, S.E. Iran: a major intra- Ye, J., Liu, M., dan Wang, H. 2015. A numerical study continental strike-slip system, Journal of of strike-slip bend formation with application Structural Geology, 24: 1677–1698. to the Salton Sea pull-apart basin. Geophysical Research Letter, 42. doi:10.1002/2015GL063180 Walker, R.T., Bayasgalan, A., Carson, R., Hazlett, R., McCarthy, L., Mischler, J., Molor, E., Zielke, O., Klinger, Y., dan Arrowsmith, J. R. 2015. Sarantsetseg, P., Smith, L., Tsogtbadrakh, B., Fault slip and earthquake recurrence along strike- dan Thompson, G. 2006. Geomorphology and slip faults - Contributions of high-resolution structure of the Jid right-lateral strike-slip fault geomorphic data. Tectonophysics, 638: 43–62. in the Mongolian Altay mountains, Journal of doi:10.1016/j.tecto.2014.11.004 Structural Geology, 28: 1607–1622.

Wesnousky, S. G. 2006. Predicting the endpoints of earthquake ruptures. Nature, 444 (7117): 358– 360. http://doi.org/10.1038/nature05275

46