Universitas Indonesia Mata Uang Emas

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Universitas Indonesia Mata Uang Emas UNIVERSITAS INDONESIA MATA UANG EMAS KESULTANAN ACEH DAN SAMUDERA PASAI, KAJIAN NUMISMATIK DAN ARKEOLOGIS SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora NITA LESTARI NPM: 0806343696 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI DEPOK 2014 ABSTRAK Nama : NITA LESTARI Program Studi : ARKEOLOGI Judul: Mata uang emas Kesultanan Samudra Pasai dan Aceh Darusalam, Kajian Numismatik dan Arkeologis. Skripsi ini membahas mengenai mata uang emas yang dikeluarkan oleh Kesultanan Samudra Pasai dan Aceh Darusalam. Data utama berupa mata uang emas didapatkan dari koleksi milik Museum Bank Indonesia yang dikaji menggunakan kajian Numismatik dan Arkeologis. Penelitian ini memfokuskan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada mata uang tersebut, baik hiasan, ukuran, bentuk, mutu, berat, dan isi tulisan. Dalam melakukan penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai metode penelitian, yakni meliputi pengumpulan data, deskripsi, analisis, dan diakhiri dengan kesimpulan. Kata kunci: Mata uang emas( Dirham ), Numismatik, dan Arkeologi Mata uang …, Nita Lestari, FIB UI, 2014 ABSTRACT Name : NITA LESTARI Study Program : ARCHAEOLOGY Title : Samudra Pasai and Aceh Darusalam Sultanate’s Gold Currency, a Numismatic and Archaeological Research. The gold currency of Samudra Pasai and Aceh Darusalam Sultanate is the base of this research. The gold currency as the main data of this research are taken from Bank Indonesia Museum’s collection and studied by numismatic and archaeological study. This research are focusing on the transformation of the gold currency itself, particularly the ornament, size, shape, quality, weight and the inscription. Some stages as the research’s method are done to make this research, which are collecting data, description, analyzing the data, and ended with a conclusion. Keyword(s): Gold currency (Dirham), Numismatic, Archaeology. Mata uang …, Nita Lestari, FIB UI, 2014 Mata uang …, Nita Lestari, FIB UI, 2014 dipecahkan tanpa mengurangi nilai, dan BAB I mudah dipindahkan. PENDAHULUAN Tidak hanya itu mata uang yang I.1 Latar Belakang terbuat dari logam dapat memberikan Berdasarkan penelitian, manusia informasi mengenai dimensi waktu telah lama mengenal uang, tepatnya ketika (temporal dimension), dimensi tempat asal sistem barter tersebut sudah tidak pembuatan dan penemuan (spatial digunakan lagi. Sistem barter merupakan dimension), dan dimensi bentuk (formal suatu kondisi dimana pada waktu yang dimension) yang terdiri dari; atribut bentuk bersamaan terdapat keinginan yang sama (shape), ukuran (size), gaya (stylistic), dan dari pihak-pihak yang melakukan teknologi (technological) dari mata uang pertukaran akan suatu barang (double logam pada masa itu (Aruan, 2003:4). Hal confidence of wants) (Idris, H.R.,dkk, ini yang menyebabkan mata uang logam 2008:75). Dalam perkembangannya sistem sebagai uang penuh (full bodied money) barter dianggap tidak praktis dan dapat yang artinya nilai uang yang tertera merugikan salah satu pihak yang dipermukaannya sama dengan nilai yang melakukan pertukaran. Adanya kondisi terkandung didalamnya. tersebut menyebabkan terjadinya penggunaan uang sebagai media tukar. Dalam penelitian Arkeologi, mata Secara umum uang memiliki fungsi uang logam dianggap sebagai artefak sebagai perantara untuk pertukaran barang bertanggal mutlak yang memuat nama dengan barang, sehingga dapat raja/ penguasa, angka tahun terbitnya dan menghindari perdagangan secara barter. adanya hiasan-hiasan atau tulisan yang Dalam penelitian ini akan tertera pada kedua sisinya (Mundardjito, membahas mengenai mata uang yang 1978:47). Hal ini yang menyebabkan mata berbahan logam. Logam yang biasa uang memiliki peranan yang penting bagi digunakan sebagai mata uang terdiri dari penelitian arkeologi dan sejarah. Cabang emas, perak, perunggu, tembaga, dan ilmu sejarah yang mempelajari dan alumunium. Bahan logam dipilih sebagai meneliti mata uang kuno disebut 1 mata uang/ alat tukar dikarenakan numismatik, berasal dari kata nomisma memiliki nilai yang dapat ditentukan, (bahasa Yunani) (Trigangga, 2003:7). tahan lama, tidak mudah rusak, mudah 1Numismatik: 1.Aktivitas mengoleksi atau mengumpulkan koin, uang kertas (Bank note), Mata uang …, Nita Lestari, FIB UI, 2014 Penelitian ini akan dibahas mata uang timah, busuk dan yang paling kecil disebut emas Kesultanan Samudra Pasai dan Aceh keuëh/pëng (Zainuddin, 1960:70). Adapun Darussalam koleksi Museum Bank catatan Cheng Ho abad XIII menyebutkan Indonesia lebih mendalam. Kesultanan kesultanan Samudra Pasai telah Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam menggunakan mata uang yang terbuat dari pertama di Nusantara yang mengeluarkan timah (Kusmiati, 1977:3). mata uang berbahan logam mulia atau I.2 Rumusan Masalah: emas sebagai alat tukar yang resmi dan sah. Derham yang dikeluarkan pada masa Dari uraian diatas maka masalah pemerintahan Sultan Muhammad Malik pada penelitian ini adalah Az-Zahir (1297-1326) sampai saat ini 1. Atribut-atribut apa saja yang masih dianggap sebagai derham tertua terdapat pada mata uang ? (Alfian, 1979:8). Mata uang emas tersebut 2. Inskripsi apa yang terdapat dinamakan derham atau dirham. Derham2 pada mata uang ? berasal dari kata dirham (drachma, bahasa 3. Bagaimana kaitannya antara Persia) merupakan mata uang emas nama-nama dan gelar sultan warisan peradaban Persia (Idris, H.R.,dkk, yang terdapat pada mata uang 2008:90). tersebut dengan sejarah Berdasarkan berita-berita Asing Kesultanan Samudra Pasai dan mengenai kerajaan ini menyebutkan pada Aceh Darusalam ? masa pemerintahan Sultan Malikul Saleh 4. Bagaimana perkembangan dari telah mengeluarkan mata uang yang terdiri mata uang Kesultanan Samudra dari; derham emas, derham perak, gupang Pasai dan Aceh Darusalam? I.3 Tujuan Penelitian: medali dan alat tukar lainnya. 2. Istillah ini berasal Dari uraian diatas maka dari kata Numisma (Bahasa Latin) dan Nomisma (BahasaYunani) yang berarti koin atau mata uang penelitian ini bertujuan untuk (Kamus Istilah Dasar Numismatik). 2Istilah Derham atau Dirham: 1. Mata uang mengetahui perkembangan sejarah berbahan emas yang dipakai pada masa atau kronologis Kesultanan pemerintahan Islam masa lalu atau oleh badan Samudra Pasai dan Aceh atau organisasi Islam masa kini 2. Di Tanah Arab Darusalam. dipergunakan untuk menyebutkan mata uang yang I.4 Gambaran Data: terbuat dari logam (Kamus Istilah Dasar Numismatik). Mata uang …, Nita Lestari, FIB UI, 2014 Pada penelitian ini data yang tersebut. Data picktorial merupakan data– digunakan merupakan hasil penelitian data yang berupa gambar-gambar dan koinemas Islam (derham mas) koleksi peta-peta lama. Museum Bank Indonesia. Koleksi tersebut terdiri dari 6 keping derham (emas), 18 keping derham Kesultanan Samudra Pasai BAB II dan 16 keping derham Kesultanan Aceh. SEJARAH KESULTANAN SAMUDERA PASAI Memiliki bentuk lingkaran/bulat3, DAN KESULTANAN ACEH DARUSSALAM berdiameter±1mm, mutu ±13 karat, berat II.1 Sejarah Kesultanan Samudra Pasai ±0,50 gram, memiliki hiasan motif lingkaran- lingkaran kecil, dan terdapat tulisan-tulisan Munculnya kesultanan Samudra Pasai huruf Arab pada kedua bagian mata uang seiring dengan runtuhnya kekuasaan kerajaan tersebut. Tulisan-tulisan atau inskripsi4 yang Sriwijaya di Selat Malaka. Sebelumnya terdapat pada kedua bagian tersebut biasanya kedudukkan Sriwijaya diganti oleh kerajaan bertuliskan nama sultan dan ungkapan sultan Melayu di Jambi yang juga berkuasa di yang telah mengeluarkan mata uang tersebut Malaka, akan tetapi pusat kerajaan ini atau sultan yang sedang berkuasa. dipindahkan kepedalaman yaitu Minangkabau, sehingga pengawasan terhadap I.5 Metode Penelitian: selat Malaka berkurang (Muhamad Ibrahim, Metode penelitian ini terdiri dari 1991: 53). Hal ini yang menyebabkan beberapa tahapan. Penelitian ini diawali kesultanan Samudra Pasai menggantikan dengan melakukan pengumpulan data. kedudukan kerajaan Melayu di Selat Malaka. Pengumpulan data terdiri data verbal dan Kronologis Kesultanan Samudera data picktorial. Pengumpulan data verbal Pasai : Kesultanan Samudra Pasai ini didirikan terdiri dari sumber-sumber tertulis, oleh Sultan Malik as-Saleh (1270-1297 M). naskah-naskah kuno, catatan atau berita- Sultan ini digantikan oleh puteranya yang berita Asing dan juga pengamatan lansung bernama Sultan Muhammad (1297-1326 M) mengenai ukuran, bentuk, bahan dan (Alfian,1979:15). Setelah sultan mangkat hiasan yang terdapat pada mata uang beliau digantikan oleh Sultan Mahmud Malik az-Zahir (1326-1345 M). Ketika sultan sedang 3Bulat : bentuk lingkaran sempurna dengan jarak melakukan tugas keluar Pasai, sultan sisi-sisi dari titik pusatnya sama, nama lainya temu gelang. Soeroso,hal.47. 2004 digantikan sementara oleh adiknya yang 4 Inskripsi : tulisan, pahatan atau guratan huruf- bernama Sultan Mansur Malik az-Zahir (1326) huruf yang mengandung pesan pada permukaan benda/bangunan. Soeroso,hal.47:2004. Mata uang …, Nita Lestari, FIB UI, 2014 akan tetapi sultan Mansur melakukan Mahmud (1477-1500 M). Sultan digantikan kesalahan karena telah mengambil wanita oleh Sultan Abd.Allah Malik az-Zahir (1501- dari istana. Hal ini yang membuat Sultan 1513 M). Kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud membuangnnya ke Tamiang Zain al-Abidin (1513-1524 M). Pada masa (Alfian.1979:17). sultan ini Kesultanan Samudera Pasai mengalami kemunduran, yakni tahun 1521 Kemudian setelah sultan ini mangkat diserang oleh Portugis dan tahun1524 berhasil digantikan oleh Sultan Ahmad Malik az-Zahir ditaklukan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, (1346-1383 M). Pada tahu 1361 Kesultanan yaitu Sultan dari Kesultanan
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Trauma, Gender, and Traditional Performance In
    UNIVERSITY OF CALIFORNIA Los Angeles The Art of Resistance: Trauma, Gender, and Traditional Performance in Acehnese Communities, 1976-2011 A dissertation submitted in partial satisfaction of the requirements for the degree Doctor of Philosophy in Women’s Studies by Kimberly Svea Clair 2012 ABSTRACT OF THE DISSERTATION The Art of Resistance: Trauma, Gender, and Traditional Performance in Acehnese Communities, 1976-2011 by Kimberly Svea Clair Doctor of Philosophy in Women’s Studies University of California, Los Angeles, 2012 Professor Susan McClary, Chair After nearly thirty years of separatist conflict, Aceh, Indonesia was hit by the 2004 Indian Ocean tsunami, a disaster that killed 230,000 and left 500,000 people homeless. Though numerous analyses have focused upon the immediate economic and political impact of the conflict and the tsunami upon Acehnese society, few studies have investigated the continuation of traumatic experience into the “aftermath” of these events and the efforts that Acehnese communities have made towards trauma recovery. My dissertation examines the significance of Acehnese performance traditions—including dance, music, and theater practices—for Acehnese trauma survivors. Focusing on the conflict, the tsunami, political and religious oppression, discrimination, and hardships experienced within the diaspora, my dissertation explores the ii benefits and limitations of Acehnese performance as a tool for resisting both large-scale and less visible forms of trauma. Humanitarian workers and local artists who used Acehnese performance to facilitate trauma recovery following the conflict and the tsunami in Aceh found that the traditional arts offered individuals a safe space in which to openly discuss their grievances, to strengthen feelings of cultural belonging, and to build solidarity with community members.
    [Show full text]
  • Peran Pemuda Terhadap Tinggalan Nisan Bersejarah Di Gampong Ateuk Jawo (Banda Aceh)
    PERAN PEMUDA TERHADAP TINGGALAN NISAN BERSEJARAH DI GAMPONG ATEUK JAWO (BANDA ACEH) SKRIPSI Diajukan oleh : FARID QHAIRI NIM. 150501046 Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY DARUSSALAM BANDA ACEH 2020 M / 1441 H i ii iii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan Ridha-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul PERAN PEMUDA TERHADAP TINGGALAN NISAN BERSEJARAH DI GAMPONG ATEUK JAWO (BANDA ACEH) sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar S1 di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Kemudian shalawat dan salam tidak lupa kita hantarkan kepada Rasulullah SAW, beserta doa yang selalu teriring untuk para sahabat beliau yang telah memperjuangkan Islam sehingga kita dapat merasakan nikmatnya berada dalam Islam. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, saran, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Husaini Husda, M.Pd. sebagai pembimbing I dan Ibu Hamdina Wahyuni, M.Ag. sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan serta telah sudi meluangkan waktunya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian ucapan terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Drs. Fauzi Ismail, M.Si, ketua Prodi Sejarah Kebudayaan Islam, Sanusi, S.Ag., M.Hum. beserta stafnya. Selanjutnya kepada penasehat akademik Bapak Muhammad Thaib Muhammad, Lc., M.Ag. kemudian kepada bidang akademik dan bagian umum Bapak Syamsuddin, S.Pd. beserta stafnya dan para iv dosen yang telah mendidik penulis selama kuliah di Fakultas Adab dan Humaniora.
    [Show full text]
  • Mei 2019 Edisi 9 1 Journal of Islamic Law Studies, Center of Islamic And
    Mei 2019 Edisi 9 ADAT INSTITUTIONS IN ACEH GOVERNMENT: A CONSTITUTIONAL PERSPECTIVE Yunani Abiyoso, Ali Abdillah, Ryan Muthiara Wasti, Ghunarsa Sujatnika and Mustafa Fakhri All Authors are Lecturer at Faculty of Law, Universitas Indonesia Corresponding author email: [email protected] Acknowledgement This paper based on research titled “Adat Constitution in Indonesia: Analysis on Form of Government in Aceh in Indonesia Constitutional System”, funded by Research Grant Faculty of Law, Universitas Indonesia, 2017. Abstracts The existence of adat (customary law) in Indonesia becomes a source of value for the survival of the nation. Each region in Indonesia has different adat that can be used as a reference for the form of governmental system in Indonesia. The 1945 Constitution has recognized the existence of adat government that consisting of various forms of adat that have been adopted long before the 1945 Constitution existed. The existence of adat cannot be separated from national and Islamic values. This research was conducted to find out form of adat institution in Aceh and how the integration of such adat governance in local government system based into national law. Thus, to achieve the objectives, this study was conducted by normative juridical research method with historical approach and comparison with other indigenous peoples in Indonesia. Keywords: constitution; adat government; Aceh INTRODUCTION Adat (custom) in Indonesia is an integral part of the national constitutional system. Adat became the forerunner of the existence of this state since the character of the nation is formed from customs that have been built by each region. Adat in every region in Indonesia varies, usually in accordance with the values left by the ancestors in the region.
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan A
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aceh merupakan negeri istimewa. Aceh memiliki keunikan yang sangat kental akan nilai-nilai Islam yang telah menjadi urat nadi dalam kehidupan masyarakatnya sejak dulu sampai sekarang. Kegemilangan Aceh yang diraih sejak dulu hingga sekarang telah banyak memberikan inspirasi, yang tidak hanya bagi Indonesia, melainkan juga menjadi inspirasi bagi bangsa lain, dalam bentuk perjuangannya. Aceh merupakan salah satu bangsa yang berada di Pulau Sumatera yang memiliki tradisi militer, sekaligus pernah menjadi bangsa terkuat di Selat Malaka, meliputi wilayah Sumatra yang merupakan bagian paling utara dan paling barat dari kepulauan Indonesia. Di sebelah barat terbentang Lautan Hindia, sedangkan di sebelah utara dan timurnya terletak Selat Malaka, yang merupakan jalan perniagaan yang begitu ramai, yang telah dilalui banyak kapal- kapal pedagang dari berbagai negeri di Asia terutama dari Indonesia, Tiongkok dan India. Tidak heran jika kemudian, banyak bangsa lain yang ingin masuk dan menjajah (menguasai) negeri tersebut, karena di sana terdapat kekayaan rempah- rempah yang begitu laris diburu dari berbagai negara manapun. Sebagai kerajaan yang terletak di pinggiran pantai, Aceh mempunyai peran politik yang jitu dan mempunyai armada laut yang kuat, sehingga dengan mudah ia dapat mengawasi para pedagang yang singgah di daerah kekuasaannya. Dalam sebuah karya yang ditulis oleh orang asing dan penulis Indonesia mengenai sejarah Aceh disebutkan bahwa, Sultan Iskandar Muda merupakan seorang pemimpin yang paling terkenal dari deretan nama-nama sultan yang memerintah di Kerajaan Aceh. Di bawah pemerintahan sultan, Kerajaan Aceh dapat mencapai kejayaan dalam bidang politik, agama, ekonomi, hukum dan kebudayaan.1 1 Rusdi Sufi, Pahlawan Nasional Sultan Iskanda Muda, (Jakarta: proyek Inventarisasi dan Dokumntasi Sejarah Nasional, 1995) hlm.
    [Show full text]
  • Abangta Raja Pariaman 51, 55 Abbas Ibn Muhammad Al-Ashi 61, 193 Abbasid Nobility 45 Abd Al-Jamal 53-4 Abd Al-Rahman Al-Zahir 84
    Index Abangta Raja Pariaman 51, 55 Baiturrahman Mosque 204, 209, 225, Abbas ibn Muhammad al-Ashi 61, 193 233 Abbasid nobility 45 Bali 15, 214 Abd al-Jamal 53-4 Banda Aceh, see Koetaradja Abd al-Rahman al-Zahir 84-90 Barus 31, 35, 160, 187, 244-5 Abd al-Ra’uf al-Singkili 10, 11, 41, 44, Batak 5, 68 60 blanda item 218 Abdullah al-Ashi 13 Bugis 12, 61 Abdülhamid, sultan 91 Bukhari al-Jauhari 53-4 Abdülmecid, sultan 81, 91, 163, 259-72 Bustan al-salatin 46 – 53, 120-1, 123, 126, Abu Tammam 43 210 Abu’l-Khayr ibn Hajar, shaykh 52 Adat Aceh 46 Caliphate, see Ottoman Empire ‘Ala’ al-Din Ahmad Syah, sultan 12, Charles II 8, 124-5, 252-7 61, 130 China 1, 29, 31, 98 ‘Ala’ al-Din Johan Syah, sultan 46 Cik Di Simpang (Tgk.) 13 ‘Ala’ al-Din Mansur Syah, sultan 52, Cik Di Tiro 194 85-6 Cik Kutakarang (Tgk.) 193 ‘Ala’ al-Din Ri‘ayat Syah al-Qahhar (r. Cot Meuligue 3 1537-1571), sultan 46, 49-51, 55, 69, Cut Nyak Dien 193, 212, 214, 229 133 ‘Ala’ al-Din Ri‘ayat Syah Sayyid al- Danish East India Company 132 Mukammil (r. 1589-1604), sultan 44, Darul Islam 17-8, 183, 212 51, 52, 53, 55 Daud Beureu’eh 17-8, 183 Ali Mughayat Syah, sultan 46-8, 58 Daud Syah, sultan 92, 185, 190-1, 217 Ali Mughayat Syah al-Mukammil, Delhi, sultanate of 4, 43 sultan 141 didong 203 Al-Raniri, see Nur al-Din al-Raniri Dutch East India Company, see VOC Alwi Abi Bakr b.
    [Show full text]
  • The Sultanate of Aceh Darussalam As a Constructive Power
    International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 11 [Special Issue – August 2011] The Sultanate of Aceh Darussalam As A Constructive Power Mehmet Ozay1 1Faculty of Education Universiti Teknologi Malaysia 81310 Skudai, Johor Bahru, Malaysia Phone: +60 12 64 77 125 E-mail: [email protected]; [email protected] Abstract This paper argues that the Sultanate of Aceh had commenced a watershed apparently in its relation with the centre of Islamic world to construct a new political concept of Pan-Islamism in the very early decades of the 16th century and as its succession in the 19th century. The mutual relationship between the center and its periphery shares substantive responsibility in a manner of being constructive. Concerning the inter-relational approach between the centre and its periphery of Islamic world, the relation of Aceh with the Ottoman State became one of the hallmarks of the development of Pan-Islamism. Thus this article reexamines the ways in which Acehnese sultans’ promoting Pan-Islamist ideology in relation with the Ottoman State on the basis of contemporary news and commentaries in the journal of Basiret which was published for about 60 news commencing before the appalling Dutch war until June 1874 in Constantinople. Key Words: Pan-Islamism, Basiret, Ottoman, Indian Ocean, Aceh 1.Introduction This paper revisits not only the relationships between the Sultanate of Aceh Darussalam and the Ottoman State but also and the conceptual development of the Pan-Islamic world view in the context of the center and the periphery of Islamic world. The writer employs an approach that is an alternative view to the conventional understanding of center-periphery relations in terms of Islamic states, and the relations between the Ottoman State and the Sultanate of Aceh Darussalam.
    [Show full text]
  • Sistem Pendidikan Islam Di Indonesia
    SISTEM PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA https://uia.e-journal.id/Tahdzib/article/view/qq DOI: https://doi.org/10.34005/tahdzib/v4i1/qq Oleh: Drs. Dahrun Sajadi, MA Universitas Islam As-syafi’iyah [email protected] Abstrak: (In English) The birth of Islam which was brought by Allah's Apostle, in the 7th century AD, gave rise to an extraordinary driving force, which has been experienced by mankind. Islam is a giant movement that has been running throughout the ages in its growth and development. The entry and development of Islam in Indonesia from a historical and sociological perspective is very complex and there are many problems, especially regarding the history of the early development of Islam. There is a difference between the old opinion and the new opinion. The old opinion states that Islam entered Indonesia in the 13th century AD and the new opinion states that Islam first entered Indonesia in the 7th century AD. Aceh area. The arrival of Islam to Indonesia was carried out peacefully, it can be seen through trade routes, da'wah, marriage, Sufism and tarekat teachings, as well as arts and education, all of which support the rapid process of Islam entering and developing in Indonesia. Islamic education activities in Aceh were born, grew and developed along with the development of Islam in Aceh. The mass conversion of society to Islam during the Islamic kingdom in Aceh could not be separated from the influence of the royal rulers and the role of scholars and poets. Aceh has been the center of Islamic studies since the time of Sultan Malik Az-Zahir, with an informal education system in the form of halaqoh.
    [Show full text]
  • The Historical Basis of Aceh Socio-Economics Development (1511-1904)
    Tarih Kültür ve Sanat Ara ştırmaları Dergisi (ISSN: 2147 -0626) Journal of History Culture and Art Research Vol. 1, No. 2, June 2012 Revue des Recherches en Histoire Culture et Art Copyright © Karabuk University http://kutaksam.karabuk.edu.tr/index.php اث ار وا وا DOI: 10.7596/taksad.v1i2.37 The Historical Basis of Aceh Socio-Economics Development (1511-1904) Mehmet Özay Abstract It is vital to see the connection between experiences in history and contemporary developments in almost all corners of the world. Regions which appear as leading powers in economic developments have historically had their own particular dynamics. In the event that the dynamics of the past uncover the true means to go forward, it will trigger the path of progress at an unexpected time, when similar conditions are met. Taking this condition into account with regard to Aceh, we see that Aceh has been a potential candidate for the newly emerging economic development centers in Southeast Asia after the disastrous event on 26 th December, 2004, pursuant to which the Memorandum of Understanding (MoU) in Helsinki was signed by the related sides on 15 th August, 2005. To assess and evaluate the possibilities and opportunities that open up before Aceh Province by virtue of the MoU, the tradition of economic developments in history should be revisited and evaluated. It might be assumed that the reflections from the past will certainly enlighten the future. This article suggests that the economic development of the Sultanate of Aceh Darussalam in the past might be a starting point for all parties in Aceh Province to deduce exactly how to deal with prevailing difficulties so as to commence economic progress in the region.
    [Show full text]
  • Read This Article
    International Seminar for UNESCO Integral Study of the Silk Roads: Roads of Dialogue: “India and the Roman world between 1st and 4th Century A.D.”, “India’s Cultural Relationship with East and Southeast Asia during the 4th to 13th Century A.D.”. 19-24 December 1990. Madras, India. Trade Contacts with the Indonesian Archipelago: 6th to 14th Centuries E. Edwards McKinnon Sea routes from South India and Sri Lanka to the Indonesian islands of Sumatra, Java, Bali, Kalimantan, Sulawesi and beyond appear to have been established by the beginning of the Christian era. Tangible evidence for such contacts appears in the form of Romano-Indian rouletted ware of the first or second centuries A.D. found in the Buni area of West Java (Walker & Santoso 1977) and, more recently, from controlled excavations at Sembiran on the north coast of Bali (Ardika 1989). An early bronze Buddha of Amaravati type from Sulawesi indicates possible connections with Sri Lanka by the c5. Evidence of Indianising influences, from Sanskrit inscriptions written in Tamil Grantha characters of the early/mid fifth century, appears in East Kalimantan and West Java. Monsoons: the crossing of the Oceans. The monsoon winds, which carried ships across the Indian Ocean, blow for six months of the year in one direction and for the other six in the opposite way. Although the changeover periods are somewhat squally, with unsteady winds, the monsoons themselves provide favorable conditions to blow ships from Arabia to China and back. From the end of October to January or February, the northeast monsoon carried ships from Java and Sumatra to Sri Lanka and South India in relatively fine weather.
    [Show full text]
  • Downloaded from Brill.Com09/30/2021 05:45:05PM Via Free Access 100 Research Note
    Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 170 (2014) 99–106 bki brill.com/bki Research Note ∵ A Wall in the Woods* Note on the Recently Discovered Site at Kreung Jeureungeh, North Aceh R. Michael Feener Visiting Associate Professor, Department of Near Eastern Languages and Civilizations, Harvard University, Cambridge, MA [email protected] Abstract This short note presents a preliminary report on a recently discovered site in North Aceh. It presents some initial information and illustrations of an usual stone formation, and communicates some potential readings of it drawing on perspectives from geog- raphy, vulcanology, and the broader archaeological and historical contexts of northern Sumatra. Keywords Indonesia – Sumatra – Aceh – archaeology – history This brief note is to call attention to a recent find at a previously unknown site in northeast Sumatra.The broad area stretching between the modern cities of Medan and Banda Aceh is known for some particularly rich archaeological sites, including a number of Hoabinhian shell middens (McKinnon 1991), and * I would like to thank Nanda Amalia, Oskar Jailani, Geuchik Abdul Manaf, Mukhtar, Qamarul- lah and Yus from Sawang for their help in accessing the site. I am also grateful to John Miksic, © r. michael feener, 2014 | doi: 10.1163/22134379-17001006 This is an open access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-Noncommercial 3.0 Unported (CC-BY-NC 3.0) License. Downloaded from Brill.com09/30/2021 05:45:05PM via free access 100 research note figure 1 The ‘wall’ at Kreung Jeureungeh an extensive collection of medieval Muslim tombstones at Pasai, just outside Lhokseumawe, North Aceh (Guillot and Kalus 2008).
    [Show full text]
  • KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN ISKANDAR MUDA DI KESULTANAN ACEH DARUSSALAM (1607-1636 M) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab Dan Il
    KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN ISKANDAR MUDA DI KESULTANAN ACEH DARUSSALAM (1607-1636 M) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Ana Nur Susilowati NIM. 11120112 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2016 KEMENTERIAN AGAMA T}NTYERSTTAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA ffi FAKTJLTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA tf,io Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 5 t39 49 Fax. (02'74) 552883 Yogyakarta 55281 PENGESAHANTUGAS AKHIR Nomor : B-654/Un.02lD NPP.00.9 I 1212016 Tugas Akhir denganjudul : KEBUAKAN EKONOMI SULTAN ISKANDAR MUDA DI KESULTANAN ACEH DARUSSALAM ( 1607-1636 M ) yang dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : ANA NLrR SUSLOVr'ATI Nomor Induk Mahasiswa | 1l1ZO1\2 Telah diujikan pada ; Selasa, 22 November 2016 Nilai u.jian Tugas Akhir : B+ dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Adab dan Ilmu Buclaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta TIM UJIANTUGAS AKHIR Ketua Sidaog Herawati, S.Ag., M.Pd. NrP . 19'120424 199903 2 003 Penguji II Drs. M,A. 199503 1 001 NlP. 197 r0430 199703 Z 002 NrP. 19600224 198803 | 001 MOTTO Jika tak bisa memberi manfaat jangan membahayakan, Jika tak bisa membahagiakan jangan membuat sedih, Jika tak bisa memuji maka jangan mencaci. -Yahya Bin Muadz- Inspiration, Action, and Perspiration -Anonym- iv PERSEMBAHAN Penulis mempersembahkan pada: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Ibu Lestari, almarhum Bapak Suharjo, dan seluruh keluarga; Keluarga di Nasyiatul Aisyiyah; Seluruh pihak yang sudah membantu skripsi ini. v ABSTRAK Kebijakan Ekonomi Sultan Iskandar Muda di Kesultanan Aceh Darussalam (1607-1636 M) Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda memberikan kontribusi kebijakan dan dinamika baru bagi perkembangan ekonomi Aceh Darussalam.
    [Show full text]