Perkembangan Pendidikan Di Padang Panjang (1906-1942)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perkembangan Pendidikan Di Padang Panjang (1906-1942) PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI PADANG PANJANG (1906-1942) Gandhi Wahyudi1 Meri Erawati2 Budi Juliardi3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK This study discusses the development of education in Padang Panjang years 1906- 1942. In Padang Panjang are the schools established by the Dutch government and the schools established by the natives, namely School of Islam. Additionally in Padang Panjang also appeared parties and organizations that affect the movement of the future. The emergence of parties and organizations would greatly influenced by figures of education in Padang Panjang. Radical ideologies also spread in Padang Panjang which causes Padang Panjang become red city Sumatra. The purpose of this research to explain about the condition of education in Padang Panjang in early year 1900. Then, to know the factors that caused Padang Panjang can be education center in dutch period1900-1942 and how the schools that in Padang Panjang can roles in movement period. In this reserach, the researcher used four step, there are Heuristic, Critic, Interpretation, and Historiografi. The result of this research is in West Sumatera, before there are modren schooll, have built institute of education it named Surau. Its also in Padang Panjang before XX century, surau- surau change be institute of education that can make the ducths goverment interest about it. The dutchs goverment also built International school to operate their etchical politic. The International schools not attractive for the students in the time. They more interest with Islamic schools. The students interesting about Islamic schools can be seen from many students from another region come to this school. Besides, the interest also caused by Islamic religion is mayority religion in the region. The schools that outside in Padang Panjang very play roles in movement period. It can see that there are organization from political party in Padang Panjang. The rise of organization and politic party not apart from roles of schools in Padang Panjang. Keywords : Development, Education, Western Education, Islamic Education 1Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat. 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat. 3 Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat. PENDAHULUAN untuk mengisi pekerjaan-pekerjaan tertentu Padang Panjang adalah sebuah kota dalam pemerintahan, dan dalam kehidupan yang terletak di Provinsi Sumatera Barat. sehari-hari.5 Sekolah Nagari pada saat itu Pada masa kolonial Belanda, Padang belum memiliki dampak berarti bagi Panjang merupakan tujuan orang untuk masyarakat. menimba ilmu pengetahuan. Berbicara Pada awal abad XX setelah tentang pendidikan di Padang Panjang tentu diberlakukannya politik etis mulai dibangun tidak lepas dari sekolah-sekolah yang sekolah di daerah Padang Panjang.6 Sekolah merupakan lembaga pendidikan. Selain tersebut seperti sekolah yang didirikan oleh karena letaknya yang strategis dalam jalur Bangsa Barat dan juga ada sekolah model perdagangan, Padang Panjang juga Barat yang didirikan oleh pribumi dan menjadikan pendidikan sebagai daya tarik sekolah Islam. bagi pribumi yang berada di luar daerah Selain sekolah model Barat yang untuk berkunjung ke kota tersebut. merupakan implementasi dari politik etis, Pendidikan di Padang Panjang sangat ada juga sekolah Agama yang merupakan komplit dikarenakan adanya sekolah-sekolah respon terhadap politik etis. Sekolah tersebut Barat dan sekolah Islam. Sangat menarik seperti sekolah Sumatra Thawalib dan jika melihat sejarah Padang Panjang dari sisi Diniyah di Padang Panjang. Salah satu hal pendidikan yang ada di kota tersebut pada yang menarik di Padang Panjang pada saat masa kolonial, karena disamping sebagai itu dalam dunia pendidikan ialah, mereka tempat menimba ilmu pendidikan kota ini juga ikut membuat sebuah perkumpulan juga sebagai tempat munculnya berbagai untuk kepentingan murid. Perkumpulan tokoh Intelektual. Pendidikan juga membuat tersebut umumnya menjadi sebuah Padang Panjang berperan pada masa organisasi dan membawa Padang Panjang ke pergerakan. Lahirnya suatu sistem ranah politik. Tidak hanya itu, sekolah dan pendidikan bukanlah hasil suatu tokoh-tokoh juga ikut andil dalam 7 perencanaan menyeluruh melainkan langkah terbentuknya organisasi politik tersebut. demi langkah melalui eksperimentasi dan didorong oleh kebutuhan praktis di bawah Batasan dan Rumusan Masalah pengaruh kondisi sosial, ekonomi dan Berkaitan dengan latar belakang politik4. Menariknya para pelajarnya juga masalah di atas, maka objek kajian yang ikut membantu pada masa pergerakan, dan akan dibahas adalah Perkembangan adanya ide-ide radikal yang terus Pendidikan di Padang Panjang, sedangkan berkembang dikalangan pelajar dan guru batasan waktunya ialah tahun1906-1942. untuk melawan kolonialisme melalui Rumusan masalah dalam penelitian sekolah-sekolah yang ada di kota tersebut. ini adalah"Bagaimana kondisi pendidikan di Ide-ide radikal itu justru muncul dari Padang Panjang pada awal tahun 1906, dan sekolah-sekolah agama yang di bangun oleh Sejauh mana sekolah-sekolah yang ada di pribumi. Padang Panjang berperan pada masa Pada abad XIX di Sumatera Barat pergerakan”. memang sudah mulai berdiri sekolah yang dibentuk sendiri oleh pemerintah kolonial 5 Belanda. Sekolah sekuler pertama yang Elizabeth E. Graves, Minangkabau paling berhasil di Minangkabau dikenal Modren (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007) Hlm 153 dengan sebutan Sekolah Nagari (Nagari 6 Schools). Sekolah Nagari mulanya didirikan Politik etis adalah politik balas di daerah perbukitan seperti Puar Datar, Rao, budi yang diterapkan oleh belanda tujiuan Matur dan juga dipusat-pusat pasar dan politik etis dapat disimpuilkan sebagai usaha administratif di dataran tinggi seperti untuk mencapai kesejahteraan melalui Bukittinggi, Batusangkar, dan Solok. Tujuan irigasi, transmigrasi, reformasi, awal pendirian sekolah adalah untuk pendewasaan, perwakilan, dan semua hal menciptakan warga yang baik (good citizen), pendidikan memainkan peranan penting 7 Deliar Noer Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942(LP3ES) Hlm 4 S. Nasution. Sejarah Pendidikan 57. Indonesia (Bandung: Jemmars, 1987)hlm 1. Tujuan Penelitian tahap yaitu Heuristik, Kritik Sumber, Tujuan Penelitian ini untuk Interpretasi dan Historiografi. Model Mengetahui kondisi pendidikan di Padang Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini Panjang pada awal tahun 1900 dan ialah studi Pustaka 12 Mengetahui peran sekolah-sekolah yang ada Sumber sejarah adalah “segala di Padang Panjang pada masa pergerakan. sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan tentang sesuatu kenyataan atau Kerangka Konseptual kegiatanmanusia pada masa lalu (past Pendidikan adalah sebuah sistem actuality)13. Sumber yang telah peneliti yang terencana untuk mewujudkan suasana temukan ialah seperti buku Deliar Noer belajar dan proses pembelajaran atau dengan judul “Gerakan Modren Islam”. pelatihan agar peserta didik dapat Selanjutnya buku dari I Djumhur dengan mengembangkan potensi dirinya secara aktif judul “Sejarah Pendidikan”. Selanjutnya sehingga memiliki kekuatan spritual buku dari Departemen Pendidikan dan keagamaan, emosional, pengendallian diri, Kebudayaan dengan judul “Pendidikan di kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta Indonesia dari Jaman ke Jaman”. keterampilan yang diperlukan dirinya dan Selanjutnya buku dari H. C Ricklefs dengan masyarakat.8 judul “Sejarah Indonesia Moderen”, Pendidikan Islam adalah proses Selanjutnya buku dari Herry Mohammad, pembentukan individu berdasarkan ajaran Dkk dengan judul “Tokoh-tokoh Islam yang islam untuk mencapai derajat tinggi berpengaruh Abad 20”. Kemudian kritik sehingga mampu menunaikan fungsi ke- sumber sejarah meliputi kritik ekstern dan khalifahannya dan berhasil mewujudkan kritik intern.kritik ekstern di dalam kebahagiaan dunia dan akhirat.9 Politik Etis penelitian ilmu sejarah umumnya ialah Politik yang diperjuangkan untuk menyangkut keaslan atau keautentikan mengadakan desentralisasi, kesejahteraan bahan yang digunakan dalam pembuatan rakyat serta efesiensi10. Pendidikan dan sumber sejarah, seperti prasasti, dokumen, emansipasi bangsa Indonesia secara dan naskah. Selanjutnya menafsirkan fakta berangsur-angsur itulah inti Politik Etis. sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga Tujuan Politik Etis dapat disimpulkan menjadi satu kesatuan yang harmonis dan sebagai usaha mencapai kesejahteraan masuk akal dan menjadi sebuah karya dalam melalui irigasi, transmigrasi, reformasi, penulisan yang disebut historiografi. 14 pendewasaan, perwakilan, dan dalam semua hal Pendidikan memainkan peranan Hasil Penelitian dan Pembahasan penting11. Politik Etis sering juga disebut politik balas budi. A. Pendidikan di Padang Panjang awal tahun 1900 METODOLOGI Pada awal tahun 1900 pendidikan Berdasarkan masalah yang diteliti di padang panjang masih berupa lembaga jenis penelitian ini menggunakan metode pendidikan surau. Surau yang ada di Padang sejarah yang bersifat deskriptif analitis yang Panjang waktu itu bernama Surau Jembatan sesuai dengan prosedur penelitian sejarah Besi. Pelajaran-pelajaran yang memang dan studi ini dilaksanakan dalam beberapa biasa di berikan seperti fiqh dan tafsir Al- Qur’an merupakan pelajaran utama dalam surau tersebut. Dengan masuknya Haji 8 Hamdani, Dasar-Dasar Abdullah Ahmad dan Haji Rasul mengajar Kependidikan, Bandung: Pustaka Setia, disurau ini setelah mereka kembali dari 2011. Hlm 21 Mekkah kira-kira pada tahun 1904, pelajaran 9 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode Klasik dan Pertengahan,
Recommended publications
  • Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Indonesia (1926-1965)
    PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PEREMPUAN INDONESIA (1926-1965) E-JURNAL Oleh: Esti Nurjanah 13406241069 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PEREMPUAN INDONESIA (1926-1965) Oleh: Penulis 1 : Esti Nurjanah Penulis 2 : Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd. ABSTRAK Hajjah Rangkayo Rasuna Said merupakan tokoh Sumatera Barat sekaligus pahlawan nasional Indonesia yang berperan memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia tahun 1926-1965. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang kehidupan Hajjah Rangkayo Rasuna Said, (2) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pada masa kolonial tahun 1926-1945, (3) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1946-1965. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah Kuntowijoyo yang terdiri dari lima tahap. Pertama pemilihan topik. Kedua pengumpulan data (heuristik) yang terdiri dari sumber primer dan sekunder. Ketiga kritik sumber (verifikasi). Keempat penafsiran (interpretasi). Kelima penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini adalah: (1) Hajjah Rangkayo Rasuna Said memiliki latar belakang keluarga yang berasal dari kalangan ulama dan pengusaha terpandang. Faktor lingkungan yang syarat dengan adat Minang dan agama Islam, mempengaruhi kepribadiannya sehingga tumbuh menjadi perempuan berkemauan keras, tegas, dan taat pada syariat Islam, (2) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dimulai dengan bergabung dalam Sarekat Rakyat tahun 1926. Pada masa pendudukan Belanda hingga Jepang, dirinya aktif mengikuti berbagai organisasi. Beliau dikenal sebagai orator ulung, pendidik yang tegas serta penulis majalah, (3) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pasca kemerdekaan Indonesia lebih banyak di bidang politik. Beliau terus mengembangkan karirnya dalam Parlemen mulai tingkat lokal hingga nasional di Jakarta.
    [Show full text]
  • Bab Ii Profil Buya Hamka
    17 BAB II PROFIL BUYA HAMKA A. Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan Buya Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah merupakan nama asli dari Buya Hamka yang biasa kita kenal, beliau lahir di desa Tanah Sirih kenagarian Sungai Batang ditepi Danau maninjau, pada tanggal 14 Muharam 1326 Hijriah bertepatan pada tanggal 17 februari 19081. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang alim dan taat menjunjung tinggi agama.Ayahnya bernama Syekh Abdul Karim Amrullah. Beliau mengawali pendidikannya dengan membaca Al-Qur’an bertempat dirumahnya sendiri ketika beliau pindah dari maninjau ke Padang Panjang pada tahun 19142.Dan setahun kemudian ketika umur 7 tahun beliau dimasukkan oleh ayahnya ke sekolah desa. Pada tahun 1916 beliau menimba ilmu di sekolah Pasar Usang Padang Panjang. Pagi hari beliau pergi ke sekolah dan sore harinya ia berada di surau bersama teman sebayanya. Inilah kebiasaan beliau sehari-hari pada masa kecilnya. Dua tahun kemudian ketika beliau berusia 10 tahun ayahnya mendirikan sebuah pesantren di Padang Panjang dengan nama Sumatera Thawalib. Dengan harapan kelak Hamka menjadi Ulama seperti dirinya, kemudian Hamka kembali menimba ilmu dipesatren ini. Kehausan Hamka dalam menunutut ilmu memang terlihat sangat besar sekali. Ketidak puasannya dengan metode yang ia dapat dari ayahnya menyebabkan 1Hamka (Haji Abdul Karim Amrullah), Kenang-kenangan Hidup, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, h 9.s 2Hamka, ibid, h 28 18 beliau berusaha meninggalkan tanah sumatera menuju tanah jawa, beliau mengawali pengembaraannya dari kota Yogyakarta. Dari sinilah kelihatan bahwa kota ini mempunyai makna yang berarti dalam pertumbuhan sebagai pejuang dan pemikir dikemudian hari. Beliau sendiri mengakui bahwa kota inilah ia menemukan islam sebagai sesuatu yang hidup dan menmberikan sebuah pendirian dan perjuangan yang dinamis.3 B.
    [Show full text]
  • Rahmah El Yunusiyyah Kartini Padang Panjang (1900-1969)
    Nafilah Abdullah RAHMAH EL YUNUSIYYAH KARTINI PADANG PANJANG (1900-1969) Nafilah Abdullah Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] ABSTRAK Rahmah El- Yunusiyyah adalah Kartini Padang Panjang, seorang Pahlawan tanpa tanda jasa. Tokoh Rahmah El- Yunusiyyah adalah seorang wanita tokoh pembaharuan dari Padang Panjang yang sempat hidup pada tiga zaman yaitu zaman penjajahan kolonial Belanda, zaman penjajahan Jepang, dan zaman Kemerdekaan, namun sampai saat ini pemerintah Indonesia belum memberikan penghargaan sebagai pahlawan Nasional. Mengapa penelitian ini dilakukan? Secara historis, Tokoh Rahmah El-Yunusiyyah pada zaman Belanda telah mendirikan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang (1923). Memberikan dukungan pada Kongres Sumpah Pemuda (1928). Memimpin gerakan menentang dua buah peraturan Belanda, yaitu Ordonantie Kawin Bercatat dan Ordonantie Sekolah Liar pada tahun 1932. Pada pendudukan Jepang, mempersiapkan murid- murid Diniyah Puteri mengikuti pelatihan P3K dan Palang Merah sebagai ganti tenaga sukarela dalam pertempuran (1943). Memberikan dukungan penuh dalam pembentukan pasukan Gyugun, yang menurutnya sangat strategis sebagai alat mencapai kemerdekaan Indonesia (1944). Menjadi pengurus ADI (Anggota Daerah Ibu) tingkat Sumatera Tengah yang bertujuan menentang pemerintahan Jepang yang menggunakan gadis remaja untuk dijadikan wanita penghibur, dan menuntut ditutupnya rumah bordil. Menjadi ketua Ha Ha No Kai dari Gyugun Ko En Kai. menjadi anggota Ha Ha No Kai, anggota Peninjau Sumatera Cuo Sang In. Anggota Mahkamah Islam Tinggi Vol. 10, No. 2, Juli-Desember 2016/ISSN: 1978-4457 (p), 2548-477X (o) 51 Rahmah El Yunusiyyah Kartini Padang Panjang (1900-1969) (MIT)Bukit Tinggi. Masa Kemerdekaan bersama beberapa Perwira Gyugun dan Tokoh masyarakat Padang Panjang membentuk tentara Keamanan Rakyat (TKR). Menjadikan Diniyyah Puteri sebagai dapur umum bagi para pejuang seperti Laskar Sabilillah, Sabil Muslimat, dan Hizbullah.
    [Show full text]
  • Quran Manuscript from Kerinci
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 137 International Conference on Qur'an and Hadith Studies (ICQHS 2017) QURAN MANUSCRIPT FROM KERINCI: THE PROOF THAT THERE IS A CONNECTION BETWEEN HARAMAIN (MEKKAH AND MADINAH AT THAT TIME) AND KERINCI BACK IN THE EIGHTEENTH TO NINETEENTH CENTURY Zarfina Yenti Sulthan Thaha Saifuddin State Islamic Univercity Jambi [email protected] Abstract Qur'an manuscript dated back in 18 to 19th century often written and copied by hand and part of an important cultural heritage in Indonesia and often found in various cities in Indonesia, including Kerinci. There had been lots of attention lately on the old Qur'an manuscript from Indonesia, but most of them are concentrated in big cities in Indonesia, not Kerinci. This old manuscript found in Kerinci belong to Syekh Ahmad Khatib, a very well-known Islamic scholar, who was educated in Makkah and Madinah in the late 19th to early 20th century. According to the watermark found in the paper used in this old manuscript, the manuscript was dated back in the 18th century and written on an old Europen paper. It finds that this old Quran manuscript is written beautifully using nasakh calligraphy that was often used at that time but with no illuminations. Even without illumination, this Qur'an manuscript is written beautifully and was written differently then other Quran manuscript found in the archipelago, making it a very rare finding among other manuscript found in Jambi. It was brought back by Syekh Muhammad Khatib from Mekkah after he had finished his study back in the early 20th century.
    [Show full text]
  • FENOMENA PERGESERAN KONFLIK PEMIKIRAN ISLAM DARI TRADISIONALIS Vs MODERNIS KE FUNDAMENTALIS Vs LIBERALIS
    20 FENOMENA PERGESERAN KONFLIK PEMIKIRAN ISLAM DARI TRADISIONALIS vs MODERNIS KE FUNDAMENTALIS vs LIBERALIS Khoirul Huda* Abstract: A new mode of religious conflict has emerged in Indonesia following the fall of the old regime in the country. The conflict in point is that between the fundamentalists and the liberals, one that means that the nuance of the conflict is no longer organizational any more than it is ideological. We now rarely hear about the conflicts between the traditionalists and the modernists, just as we now rarely are capable of differentiating their basic tenets. The difference between the two has now become to a large extent vague. In the meantime, conflicts are now taking place between the fundamentalists and the liberals on almost regular basis. Hence, we hear the conflict for example between the FUUI and Ulil Abshar Abdalla who received death threat from the afro-mentioned organization. And also the so-called Monas Tragedy, which for some reflects the real tension between the two currents of thought. This paper is designed to analyze this conflictual phenomenon and the implication that may emerge thereof by using the Post- structural theory, which is the continuation of the structuralist theory of Levi-Strauss. What we mean by the Post-structural theory is that which is developed by Michel Foucault (d. 1984) where he speaks of the archeology of knowledge and the genealogy of power. In Foucault’s theory, the former is to do with the organization of documents, their classification, their distribution and management in an orderly manner so as to enable us to differentiate between which are relevant and which are not.
    [Show full text]
  • Perlawanan Ulama Minangkabau Terhadap Kebijakan Kolonial Di Bidang Pendidikan Awal Abad Xx
    PERLAWANAN ULAMA MINANGKABAU TERHADAP KEBIJAKAN KOLONIAL DI BIDANG PENDIDIKAN AWAL ABAD XX Erman (Dosen Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol. Email: [email protected]) Abstract The resistance of Minangkabau’s scholars against colonial policy of education in the early of 20th century started from a scientific study has revealed that the pre-conditions that led to the birth of the movement is the penetration of the colonial government against the people in this area and plan the implementation of policies in the field of education, namely Ordinance 1928 and teachers’ Ordinance in 1932. This historical experience was seen by scholars Minangkabau might impede the freedom and the rights to broadcast the Islamic religion. Various reactions appeared and Islamic ideology seems to be the main driving to oppose colonial rule related teachers’ ordinancy and illegal schools. The spirit of nationalism that was born at the beginning of the 20th century were also encouraged scholars to take the fight against the colonial policy. In line with this goal, the scholars utilizing the network that has been built on Islamic educational institutions in the past to build a resource (strength) and then to form a committee as institutional resistance. Resistance itself they did in the form of protests by the general meeting of Minangkabau’s scholars and then proceed with the delivery of vote of no confidence to the colonial government. The resistance impacted the emerging alliance of young and old scholars, the birth of a radical political party in Minangkabau and the pressure of the colonial government Key Words: Resistance, Minangkabau’s Ulema, Colonial, Education PENDAHULUAN oleh Audrey Kahin sebagai refleksi munculnya pergerakan nasionalisme dan anti-kolonial Pada permulaan abad ke-20, Minangkabau pertama di Minangkabau.
    [Show full text]
  • SHEIKH DJAMIL DJAHO and SOCIO-RELIGIOUS CRITICISM of MINANGKABAU MUSLIM: a Study on Taz|Kirat Al-Qulu>B Fi> Mu‘A>Mala>T ‘Alla>M Al-Guyu>B
    Analisa Journal of Social ScienceThe Map and ofReligion SMA/SMK Islamic Education Teachers’ Competencies in Central Java Website Journal :Umi http://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/analisa Muzayanah, Siti Muawanah, Nur Laili Noviani, Zakiyah, Setyo Boedi Oetomo, Nugroho Eko Atmanto https://doi.org/10.18784/analisa.v3i02.651 SHEIKH DJAMIL DJAHO AND SOCIO-RELIGIOUS CRITICISM OF MINANGKABAU MUSLIM: A Study on Taz|kirat al-Qulu>b Fi> Mu‘a>mala>t ‘Alla>m al-Guyu>b Saeful Bahri Office of Religious Research and ABSTRACT Development Jakarta [email protected] This article discusses the socio-religious critique of Sheikh Djamil Djaho on the religious and socio-society conditions in Minangkabau. Analysis of the content Paper received: 08 August 2018 and approach of social history-intellectuals was used to dissect the contents of the Paper revised: 06 – 16 November 2018 book Taz|kirat al-Qulu>b associated with social-religious context in the policy at the Paper approved: 15 December 2018 beginning of the 20th century. Based on the analysis of texts it is known that Sheikh Djaho expressed his criticism towards several groups. Among the groups are (1) scholars, (2) worshippers, (3) Sufism experts, and (4) experts of the world. According to Sheikh Djaho, the four groups might include gurur (faction), when they use intelligence in their respective fields as masks, not in honesty. This study shows three points. First, the presence of Sheikh Djaho’s criticism departs from the reality of the life of the clergy and layman at that time. Second, the reality of social life keeps a text alive in society.
    [Show full text]
  • 1 Surau Jembatan Besi
    SURAU JEMBATAN BESI: CIKAL BAKAL LAHIRNYA PENDIDIKAN ISLAM MODERN DI PADANGPANJANG Oleh Witrianto1 Pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Batasan ini berlaku baik untuk pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan mendidik atau pendidikan bisa terjadi di tempat-tempat yang memang disediakan untuk itu, seperti sekolah dengan guru sebagai pendidiknya, atau di rumah dengan orangtua yang dengan kata, sikap, dan perilakunya berusaha untuk membentuk sikap, pandangan hidup anak-anaknya. Saudara atau teman dapat juga menjadi pendidik, karena penolakan atau penerimaan mereka terhadap perilaku seseorang menentukan seseorang itu untuk dapat mempertahankan sikap atau mengharuskan mengubah sikap atau perilaku. Dalam masyarakat sederhana, pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mengajarkan budaya, yaitu mengajar anak untuk mengetahui dan mengamalkan nilai- nilai dan tatacara yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini berjalan secara informal, anak belajar melalui pengamatan pada lingkungannya dan orang-orang yang terdekat dengan dia. Sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tertentu diketahui dalam pengamatan atau pengalaman. Jadi dalam masyarakat sederhana, semua orang yang lebih tua dan berpengalaman adalah pendidik, begitu pula alam sekitarnya. Namun, dalam masyarakat yang lebih kompleks, makin banyak yang harus diketahui anak untuk bisa hidup dalam lingkungan masyarakatnya dengan baik, karena itu anak tidak dapat lagi belajar “dengan sendirinya”. Seseorang memerlukan cara yang lebih efisien untuk dapat menerima transmisi budaya dan pengetahuan yang begitu banyak. Untuk itu diperlukan adanya pendidikan yang formal dengan guru sebagai pendidik dan terbagi dalam berbagai jenjang dan kekhususan. 1 Penulis adalah staf pengajar Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas, saat ini sedang menempuh pendidikan di Program S-3 Program Studi Pembangunan Pertanian Universitas Andalas Padang.
    [Show full text]
  • Majalah Soearti Sebagai Media Massa Persatuan Tarbiyah Islamiyah (1937 – 1945)
    ISSN 1411-1764 e-ISSN 2722-3515 Vol. 2 No. 4 Tahun 2020 Majalah Soearti sebagai Media Massa Persatuan Tarbiyah Islamiyah (1937 – 1945) Mira Liswar1(*), Hendra Naldi2 1,2 Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang *[email protected] Abstract This article is a historical study that discusses Soearti magazine as the Perti mass media. This research is a Press History study with the aim of the research to describe Soearti's journey as Perti's mass media, the background of the emergence of Soearti magazine, and the role of Soearti magazine for Perti. This study uses the historical method which relies on four steps of activities namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The conclusion obtained that the Mass Media Modernization Movement is strongly influenced by the differences between the Old and the People who gave birth to Intellectuals in West Sumatra. The presence of criticism from Young Group Clerics was responded with great care by the Old People so that there would be no war like the padri wars that had happened before. In 1935 Perti held a conference which was held in Bukittinggi which gave birth to the Statutes and Bylaws of the Tarbiyah Islamiyah Association. The first Tarbiyah Islayah Association will publish magazines, religious books and general knowledge books. In 1937 Perti as the official media was Soearti Magazine. After becoming the official media of the Tarbiyah Islamiyah Union, Soearti became a response to the differences between the Old and Young. The step taken by the Old Man is essentially an anticipatory step so that the understanding of Sunniyah Shafi'iyah still survive in Minangkabau.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Merupakan
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan dimensi yang dimiliki manusia, seperti dimensi keberagamaan, individual, sosial dan susila dapat digali dan dikembangkan. Pengembangan dimensi-dimensi itu menuntut penyediaan pelayanan pendidikan yang kondusif sesuai dengan tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemenuhan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan menyebabkan terjadinya perubahan pada penyediaan pelayananan pendidikan yang kondusif, tidak saja pada aspek substansi seperti kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana dan hubungan sekolah dengan masyarakat tetapi juga pada aspek manajemen pendidikan. Lembaga pendidikan adalah wadah tempat terjadinya proses pelayanan pendidikan yang terus menerus berupaya untuk melakukan perubahan baik pada aspek substansi maupun manajemen sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, politik, demografi dan globalisasi agar mampu memberikan pelayanan pendidikan yang kondusif dalam rangka optimalisasi pengembangan potensi peserta didik dan pemenuhan tuntutan masyarakat akan pelayanan pendidikan yang baik. Lembaga pendidikan yang tidak mampu memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diyakini tidak diminati masyarakat atau peserta didik dan secara perlahan-lahan akan mengalami inertia yang pada akhirnya akan mati. 1 2 Perubahan
    [Show full text]
  • A. Introduction in the Early of the 20Th Century, West Sumatra Was One of the Most Dynamic Regions in the Netherlands Indies
    THE REFUSAL AGAINST 1925 TEACHER ORDINANCE IN WEST SUMATRA: ITS CONDITIONS, COURSE, AND AFTERMATH Muhammad Yuanda Zara, Ph.D. Abstract Worried with the rise of modernist Muslim movement coming from the Middle East, in 1925 Netherlands Indies Government issued and applied Teacher Ordinance (Goeroe Ordonnantie) in several regions in Netherlands Indies. It stipulated, among others, that every Muslim teacher must report himself to district head so that the district head could immediately issue a letter of identification, that Islamic teachers must keep the list of their students and religious subjects given to them, and the situation in which the right of teaching would be canceled, for example if the Islamic teachers provoke their students to condemn the Government. The Ordinance had been successfully applied and the Government planned to extend it to other regions, including West Sumatra. Yet, the majority of Islamic teachers throughout West Sumatra refused the plan. The refusal against 1925 Teacher Ordinance, in the form of mass demonstration and negotiation, influenced almost all of Islamic teachers in West Sumatra and reduced existing social and religious gaps in Minangkabau society due to the same feeling of dissatisfaction. Eventually, the Government canceled the application plan of the Ordinance in West Sumatra, showing the effectiveness of the social movement organized by Islamic teachers in West Sumatra. Keywords: Teacher Ordinance, social movement, Islamic teachers, West Sumatera, Islam and colonialism Abstrak Khawatir dengan kebangkitan gerakan Islam modernis yang datang dari Timur Tengah, pada tahun 1925 Pemerintah Kolonial Hindia Belanda mengeluarkan dan menerapkan Goeroe Ordonnantie (Ordonansi Guru) untuk beberapa daerah di Hindia Belanda.
    [Show full text]
  • BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sejalan Dengan
    BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan dan pergerakan nasional, maka pers sebagai salah satu bagian penting dalam menumbuhkan kesadaran nasional juga bermunculan di Minangkabau, termasuk di Padangpanjang.1 Padangpanjang masa kolonial menjadi tempat awal pembaharuan pendidikan modern Islam di Minangkabau. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak berdiri sekolah modern seperti Diniyah School (1916), Sumatera Thawalib (1918), dan Diniyah Puteri (1923). 2 Selain dalam hal pendidikan modern, Padangpanjang memiliki tradisi persuratkabaran awal di Minangkabau. Tradisi persuratkabaran itumuncul seiring dengan kemajuan pendidikan yang dicapai masyarakat dan merebaknya paham nasionalisme. Surat kabar tersebut diantaranya Al-Munir (1911), Boedi Tjaniago (1922), Djago! Djago!(1923), Soeara Moerid (1926), Barito Minangkabau (1926), Semangat Moeda (1931), Kodrat Moeda (1932)3, dan banyak lagi. Salah satu hal yang menarik dalam dunia pendidikan dan persuratkabaran di Padangpanjang adalah kemunculan dari organisasi yang ada kala itu sebagai penggeraknya. Organisasi tersebut diantaranya Perserikatan Anak Negeri Boekit 1 Witrianto, “Dari Surau Ke Sekolah: Sejarah Pendidikan di Padang panjang 1904-1942”, Thesis, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2000), hlm. 195. 2 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta:LP3ES,1982). 3Ahmat Adam, Suara Minangkabau: Sejarah dan Bibliografi Akhbar dan Majalah di Sumatera Barat ( Kuala Lumpur: Universiti Malaya,2012), hlm.211. 1 Soeroengan Padangpanjang (1919),
    [Show full text]