KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN DI PERAIRAN DESA PENGUDANG, KABUPATEN BINTAN

Faisyal Febrian, [email protected] Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH

Arief Pratomo, ST, M.Si Dosen Jurusan Ilmu Kelautan FIKP-UMRAH

Dr. Febrianti Lestari, S.Si, M.Si Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP-UMRAH

ABSTRAK

Febrian, Faisyal.2016.Kelimpahan dan Keanekaragaman Gastropoda di Perairan Desa Pengudang, Kabupaten Bintan, Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji. Pembimbing I: Arief Pratomo, ST. M.Si. Pembimbing II: Dr. Febrianti Lestari, S.Si, M.Si.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2016. Penelitian ini dilakukan pada kawasan litoral perairan Desa Pengudang, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2016. Penelitian ini dilakukan pada kawasan litoral perairan Desa Pengudang, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan. Dijumpai sebanyak 17 jenis Gastropoda kelimpahan sebesar 40,03ind/m2. Keanekaragaman spesies Gastropoda dengan kondisi keanekaragaman “sedang”. Indeks keseragaman jenis Gastropoda tergolong keseragaman yang tinggi, sedangkan keseragamannya tergolong “sedang”. Untuk indeks dominansi Gastropoda tergolong pada nilai dominansi “rendah”.

Kata kunci :Gastropoda, Keanekaragaman, kelimpahan,DesaPengudang. ABSTRACT

Febrian Faisyal.2016. Density and Diversity of Gastropods in Coastal Water Pengudang, Bintan regency, Thesis. Tanjungpinang: Department of Marine Sciences, Faculty of Marine Sciences and Fisheries, Maritime University of Raja Ali Haji. Supervisor I: AriefPratomo, ST. M.Sc. Supervisor II: Dr. Febrianti Lestari, S.Si, M.Sc.

This study was conducted in March and May 2016. The study was conducted in the littoral region waters Pengudang village, TelukBintan, Bintan regency. This study was conducted in March and May 2016. The study was conducted in the littoral region waters Pengudang village, TelukBintan, Bintan regency. Found as many as 17 kinds of gastropod abundance of 40.03 ind / m2. Gastropod species diversity with diversity condition of "being". Uniformity index types of gastropods at relatively high uniformity, while uniformity classified as "moderate". Gastropod for dominance index value belonging to the dominance of "low".

Key words: gastropods, diversity, abundance, Pengudang village.

PENDAHULUAN METODE

A. Latar belakang A. Waktu dan Tempat Penelitian Gastropoda merupakan siput Penelitian ini dilaksanakan pada penghuni perairan dengan dasar perairan bulan Maret hingga Mei 2016. Penelitian ini halus dan beradaptasi sebagai peliang. Kaki dilakukan pada kawasan litoral perairan depan Polinices disebut propodium Desa Pengudang, Kecamatan Teluk Bintan, berfungsi untuk menggali substrat pasir. Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Beberapa siput yang hidup sessile, melekat Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada pada spons atau batu, kakinya mengecil. gambar. Pada jenis pelagis seperti Limacina dan Carinaria, kaki mengalami modifikasi menjadi sirip untuk berenang disebut parapodia, dan siput berenang terbalik (Suwignyo.dkk, 2005). Gastropoda adalah hewan dasar yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber makanan dan bersifat menyaring substrat (filter feeder). Keberadaannya atau sebarannya banyak dijumpai pada kawasan litoral yaitu kawasan yang dipengaruhi oleh aktifitas pasang surut air laut. Perairan Pulau Bintan memiliki potensi Gastropoda yang berlimpah. Kondisi ini didukung oleh ketersediaan habitat B. Prosedur Penelitian ataupun ekosistem yang baik sebagai tempat Penelitian ini menggunakan metode hidup, pemijahan, serta pengasuhan biota survei yang dilakukan secara langsung pada Gastropoda. Beberapa jenis biota ini ada objek yang diteliti tanpa ada perlakuan yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan khusus. Data yang digunakan dalam memiliki penyebaran yang luas di sekitar penelitian ini meliputi data primer dan data perairan Bintan. sekunder. Data primer adalah data utama Pada kawasan litoral perairan Desa yang diambil secara langsung oleh peneliti Pengudang Kabupaten Bintan ditumbuhi meliputi data jenis dan jumlah Gastropoda, vegetasi lamun yang juga menjadi habitat data substrat, serta data kondisi fisika kimia bagi biota Gastropoda. Berdasarkan hasil perairan. Sedangkan data sekunder yang penelitian Wati (2013), kelimpahan total digunakan sebagai data pendukung Gastropoda sebesar 17.56 ind/m2, dengan didapatkan dari instansi terkait, penelitian nilai keanekaragaman Gastropoda pada terdahulu, jurnal, abstrak, laporan kegiatan perairan Desa Pengudang berkisar antara serta sumber lain yang relevan dan 1.80 – 2.09. Kisaran nilai tersebut berhubungan. menggambarkan bahwa komunitas Gastropoda di Desa Pengudang dapat 1. Penentuan Stasiun Pengamatan dikategorikan memiliki keanekaragaman Penentuan titik pengamatan yang sedang. didasarkan atas pertimbangan secara Oleh karena itu untuk melihat purposive sampling dengan perbedaan perubahan kondisi habitat pada kawasan aktifitas yang ada. litoral Desa Pengudang melalui keberadaan Gastropoda maka mendorong peneliti untuk 2. Pengamatan Gastropoda melakukan penelitian terkait Kelimpahan Pengamatan Gastropoda dilakukan dan Keanekaragaman Gastropoda di perairan pada area pasang surut pada kawasan zona Desa Pengudang Kabupaten Bintan pada litoral (pasang tertinggi dan surut terendah). saat ini. Pengamatan Gastropoda dilakukan dengan mengunakan line transek sepanjang 50 meter dan diletakkan plot dengan ukuiran 1 x 1 meter dengan jarak 10 meter dari satu plot ke plot lainnya dan satu transek ke transek dan Ph dilakukan dengan ulangan pagi, lainnya sejauh 20 meter. Konsep/gambaran siang, dan sore. transek pengamatan dapat dilihat pada gambar. F. Pengolahan Data 1. KelimpahanGastropoda Kelimpahan individu gastropoda mengacu pada rumus kelimpahan menurut Fahrul (2007) yaitu: Ki = Ni /A Keterangan: Ki : kelimpahan jenis (ind/m2) Ni : Jumlah spesies jenis ke-i (ind) A : luas area pengamatan (m2)

2. Keanekaragaman Jenis

Gastropoda 3. Pengambilan Sampel Gastropoda Keanekaragaman menggambarkan Pengambilan sampel Gastropoda jumlah individu jenis dan penyebaran dilakukan pada kawasan zona litoral pada individu menggunakan indeks Shannon – saat surut dengan mengambil Gastropoda Wiener (Bengen, 2000) yaitu: yang berada pada permukaan substrat dan di dalam substrat sampai sedalam 5 cm (Syari,2005). Pengambilan sampel ∑ ( ) Gastropoda menggunakan plot 1 x 1 meter dengan menaruhnya pada kantong sampel Keterangan : dan dibedakan pada setiap plotnya. H’ : Indeks Keanekaragaman Pengambilan dilakukan secara langsung ni : jumlah individu jenis ke-i dengan tangan. N : Jumlah seluruh jenis 4. IdentifikasiJenis Gastropoda Contoh Gastropoda yang sudah Dengan nilai : diawetkan, dilakukan identifikasi untuk Nilai H’ > 3 keanekaragaman spesies tinggi mengetahui jenis Gastropoda yang Nilai H’ 1 ≤ H’ ≤ 3 keanekaragaman spesies ditemukan. Identifikasi dilakukan dengan sedang melihat bentuk cangkang, warna, corak dan Nilai H’ < 1 keanekaragaman spesies rendah jumlah putaran cangkang. Setiap jenis yang ditemukan dicocokan karakteristik 3. Indeks Keseragaman morfologinya dengan melihat pada web Equabilitas atau keseragaman identifikasi biota. Web identifikasi yang adalah penyebaran individu antar spesies digunakan antara lain yaitu : yang berbeda dan diperoleh dari hubungan http://www.marinespecies.com , dan antara keanekaragaman (H’) dengan http://www.seashellhub.com. keanekaragaman maksimum dengan menggunakan rumus menurut Bengen E. Pengukuran Parameter Fisika- (2000) yaitu: Kimia Perairan E = Pengukuran parameter kualitas air dilakukan sebagai data pendukung dalam Dimana : menggambarkan kondisi perairan pada E = Indekskeseragaman lokasi penelitian. Pengukuran parameter H’= Indekskeanekaragaman perairan yang dilakukan adalah suhu, S = JumlahJenis salinitas, kecepatan arus, pH, DO. Pengujian juga dilakukan dengan Pengukuran kualitas perairan dilakuan pendugaan indeks keseragaman (E), dimana sebanyak 3x pengulangan.Untuk pengukuran semakin besar nilai E menunjukkan Kualitas perairan yang meliputi Salinitas dan kelimpahan yang hampir seragam dan Kecepatan arus dilakukan pada saat pasang merata antar jenis) .Indeks keseragaman dan surut, sedangkan pengukuran Suhu, DO, berkisar antara 0-1. Bila indeks keseragaman kurang dari 0,4 maka ekosistem tersebut dari Desa Berakit. Dengan luas wilayah berada dalam kondisi tertekan dan Desa Pengudang 54 Km2, terdiri dari 7 RT,3 mempunyai keseragaman rendah. Jika RW dan 2 Dusun. Desa pengudang indeks keseragaman antara 0,4 sampai 0,6 Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan maka ekosistem tersebut pada kondisi Kepulauan Riau memiliki batasan wilayah kurang stabil dan mempunyai keseragaman yang Administratif sebagai berikut : sedang. Jika indeks keseragaman lebih dari 0,6 maka ekosistem tersebut dalam kondisi - Sebelah Utara : stabil dan mempunyai keseragaman tinggi Berbatasan dengan Laut (Syari, 2005). Cina Selatan 4. Indeks Dominansi - Sebelah Selatan : Rumus indeks dominansi Simpson Berbatasan dengan Desa (c) menurut Margalef (1958) dalam Toapaya Utara Setyobudiandi (2009) yaitu : - Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa C = ∑ ( ) Sri Bintan Dimana : - Sebelah Timur : C = Indeks dominansi Simpson Berbatasan dengan Desa Ni =Jumlahindividuspesieske-i Berakit N = Jumlahindividuseluruhspesies Desa Pengudang merupakan Desa yang Nilai dari indeks dominansi Simpson berada di Pulau Bintan dan berbatasan memberikan gambaran tentang dominasi langsung dengan Laut Cina Selatan di organisme dalam suatu komunitas ekologi. sebelah Utara. Sebagian besar wilayah Desa Indeks ini dapat menerangkan bilamana pengudang merupakan dataran rendah dan suatu jenis lebih banyak terdapat selama pesisir pantai, Sedangkan dari sebelah Timur pengambilan data. dan Barat diapit oleh 2 Desa yaitu Desa Sri IndeksDominansi(C) Kategori Bintan dan Desa Berakit. Iklim di Desa 0,00 < C ≤ 0,50 Rendah Pengudang pada umumnya sama halnya 0,50 < C ≤ 0,75 Sedang dengan iklim-iklim didesa lain yakni 0,75 < C ≤ 1,00 Tinggi beriklim tropis. Hal tersebut mempunyai Sumber : penilaianindekdominansi Odum, pengaruh langsung terhadap kehidupan (1983)dalam Setyobudiandi (2009) masyarakat yang bertempat tinggal didesa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan. G. Analisis Data Data yang diperoleh di tabulasi B. Klasifikasi Biota Gastropoda di secara keseluruhan. Untuk kualitas perairan Perairan Desa Pengudang akan mengacu kepada Baku Mutu Air Laut 1. Identifikasi Jenis Gastropoda untuk Biota Laut (KEPMEN LH no 51 tahun Setelah melakukan identifikasi jenis 2004). Selanjutnya di analisis secara Gastropoda yang ada pada kawasan litoral deskriftif Kuantitatif dengan studi literatur Desa Pengudang, berhasil dijumpai dan penelitian terdahulu, serta jurnal yang sebanyak 4 ordo, 10 family, 13 genus dan 17 diterbitkan. Data yang diperoleh disajikan spesies dalam bentuk tabel dan grafik Hasil menunjukkan bahwa dijumpai 2 ordo diantaranya , Neogastropoda, Panpulmonata, dan HASIL DAN PEMBAHASAN Cycloneritimorpha. Untuk family dijumpai sebanyak 10 family yaitu Cerithiidae, A. Gambaran Umum Lokasi , Potamididae, Trochidae, penelitian Nassariidae, Melongenidae, Columbellidae, Desa Pengudang merupakan bagian Buccinidae , Pyramidellidae, dan nerithidae. dari Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Sebanyak 13 genus dijumpai diantaranya Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Pada Cerithium, Clypeomorus, Rhinoclavis, awalnya Desa Pengudang merupakan bagian , Cerithideopsilla, Cantharidus, Nassarius, Volema, Anachis, Pyrene, Phos, 3. Perbandingan Jenis Gastropoda Otopleura dan Clithon. tahun 2013 dan 2016 2. Sebaran Jenis Gastropoda Berdasarkan hasil penelitian terdahulu Berdasarkan sebaran dari 17 jenis mengenai keanekaragaman jenis Gastropoda Gastropoda yang teridentifikasi pada setiap yang hidup pada wilayah litoral yang stasiun secara lengkap dapat dilihat pada dominan lamun dibandingkan dengan jenis- Dari data sebaran jenis Gastropoda jenis Gastropoda yang hidup pada area yang didapat pada stasiun 1, stasiun 2 dan litoral yang dominan pasir secara lengkap stasiun 3 ditemukan bahwa jenis Anachis dipaparkan lengkap pada tabel. atrata, Cerithium tenellum, Cerithium Jenis Gastropoda zonatum, Clithon oualaniense, Clypeomorus No Tahun 2013 (Dominan Tahun 2016 moniliferus, Nassarius nodifer, Nassarius Lamun) (Dominan Pasir) pullus,Otopleura auriscati dan jenis 1 Chicoreus torrefactus Anachis atrata Rhinoclavis vertagus dapat ditemukan pada 2 Cerithium atratum Batillaria zonalis keseluruhan stasiun. Jenis Cerithideopsilla Cantharidus cingulata ditemukan pada stasiun 2 dan 3 Muricodrupa fiscella sanguineus stasiun 3. jenis Batillaria zonalis, Cerithideopsilla 4 Nassarius coronatus cingulate Cantharidus sanguineus, dan Rhinoclavis aspera hanya ditemukan pada stasiun 3. 5 Pleuroploca trapezium Cerithium salebrosum Pseudovertagus Sedangkan Jenis Cerithium salebrosum, Cerithium tenellum 6 phylarchus Phos senticosus, Pyrene punctata hanya ditemukan pada stasiun 2. Dan jenis Volema 7 Pyrene scripta Cerithium zonatum myristica hanya ditemukan pada stasiun 1 8 Rhinoclavis aspera Clithon oualaniense saja. Clypeomorus Jika dilihat dari tempat 9 Strombus epidromis moniliferus ditemukannya, maka terbagi 4 yaitu di 10 Strombus urceus Nassarius nodifer permukaan, di dasar substrat, dipermukaan Nassarius pullus dan didasar substrat, serta yang ditemukan 11 Tectarius tectumpersieum diketiganya. Jenis-jenis yang ditemukan di 12 Thais armigera Otopleura auriscati permukaan yaitu : Anachis atrata, Batillaria Phos senticosus 13 zonalis, Cantharidus sanguineus, Pyrene punctate Cerithideopsilla cingulata, Cerithium 14 Rhinoclavis aspera tenellum , Cerithium zonatum, Clithon 15 oualaniense, Clypeomorus moniliferus, Rhinoclavis vertagus 16 Nassarius nodifer, Nassarius pullus, Phos Volema myristica senticosus dan jenis Volema myristica. 17 Jenis-jenis yang ditemukan di dasar substrat Total 12 17 Anachis atrata, Cerithium salebrosum, Sumber : Data Penelitian (2016) Cerithium tenellum, Clypeomorus Melihat dari tabel bahwa terlihat moniliferus, Nassarius nodifer, Nassarius jelas jenis-jenis Gastropoda yang ditemukan pullus, Otopleura auriscati, Phos senticosus, pada penelitian yang dilakukan di tahun Phos senticosus, Phos senticosus, Pyrene 2013 (pada kawasan lamun) lebih sedikit punctate, Rhinoclavis aspera, Rhinoclavis dengan total 12 jenis, sedangkan pada vertagus, Volema myristica. Dan jenis yang penelitian yang dilakukan saat ini (tahun ditemukan di permukaan dan di dasar 2016) pada kawasan litoral yang dominan substrat yaitu jenis Nassarius nodifer, pasir ditemukan sebanyak 17 jenis. Spesies Nassarius pullus, Phos senticosus dan Gastropoda yang ada di area dominan lamun Volema myristica. Sedangkan spesies yang dan litoral dominan pasir sangat berbeda. ditemukan diketiganya yaitu jenis Anachis Namun terdapat 1 spesies yang dijumpai atrata, Cerithium tenellum, Clypeomorus pada kedua lokasi tersebut yaitu jenis moniliferus dan Nassarius pullus. Rhinoclavis aspera.

C. Kelimpahan Gastropoda di kelimpahan tertinggi terjadi pada jenis lain Perairan Desa Pengudang yaitu Strombus urceus. Perbedaan 1. Kelimpahan Gatropoda Setiap kelimpahan jenis yang dominan ini diduga Stasiun Penelitian dipengaruhi oleh habitat atau tipe area yang Untuk setiap stasiun penelitian menjadi fokus penelitian yaitu pada area yang dihitung kelimpahan Gastropodanya litoral yang dominan lamun dengan area didapatkan nilai yang berbeda antara satu zona litoral dominan pasir yang secara dengan yang lainnya. umum tidak ditumbuhi oleh lamun. Hal ini dilihat bahwa kelimpahan tertinggi menggambarkan bahwa perbedaan area pada stasiun I yaitu jenis Cerithium tenellum habitat bagi Gastropoda, juga akan dengan kelimpahan sebesar 27,92 ind/m2, menentukan jenis-jenis Gastropoda yang dan pada stasiun II diketahui bahwa berasosiasi didalamnya. kelimpahan jenis Gastropoda tertinggi Membandingkan dari penelitian terjadi pada jenis Clithon oualaniense yang dilakukan oleh Budiman (2015) di dengan kelimpahan sebesar 12.04 ind/m2. perairan Desa Busung, rata-rata kelimpahan Pada stasiun III kelimpahan tertinggi terjadi tertinggi juga terjadi pada family Cerithidae pada jenis Batillaria zonalis dengan yaitu pada jenis Cerithium nesioticum. kelimpahan sebesar 27,2 ind/m2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah Dari hasil perhitungan rata-rata (2013) di perairan Senggarang keseluruhan jenis Gastropoda seperti tertera menggambarkan bahwa kelimpahan pada gambar 4 dapat dilihat bahwa tertinggi juga terjadi family Cerithidae yaitu kelimpahan jenis Gastropoda tertinggi pada jenis Cerithium atratum. terjadi pada jenis Cerithium tenellum dengan kelimpahan sebesar 15,59 ind/m2 (38.94%), Kelimpahan Total Perstasiun dan jenis dengan kelimpahan terendah yaitu Cantharidus sanguineus dan Pyrene 60 punctata dengan kelimpahan rata-ratanya 50 hanya sebesar 0,01 ind/m2 (0.03%). 40 Kelimpahan yang tinggi pada jenis 30 20 Cerithium tenellum dari family Cerithidae 10 umumnya terjadi dikarenakan jenis ini 0 memiliki sebaran yang luas dapat dilihat Stasiun Stasiun Stasiun

Nilai Kelimpahan (ind/m2) Kelimpahan Nilai 1 2 3 bahwa jenis ini telah menempati keseluruhan th.2013 stasiun penelitian dengan demikian 12.2 21.16 19.32 menggambarkan bahwa jenis ini memiliki th.2016 36.44 35.8 47.84 sebaran yang luas. Dari asumsi peneliti, memperlihatkan hasil penelitian yang diduga bahwa jenis ini memiliki adaptasi dilakukan Wati pada tahun 2013 didapatkan yang baik dan dapat hidup pada berbagai nilai kelimpahan pada stasiun 1 sebesar 12.2 jenis tipe substrat yang mendukung jenis ini ind/m2, pada stasiun 2 sebesar 21.16 ind/m2 untuk berkembang biak dengan baik dan pada stasiun 3 sebesar 19.32 ind/m2. sehingga kelimpahannya menjadi tinggi Kelimpahan Gastropoda yang didapatkan pada perairan Desa Pengudang. Hal ini dari hasil penelitian tahun 2016 yang sesuai dengan pendapat Syaffitri (2003) diambil pada 3 stasiun dengan tipikal jenis Gastropoda pada kelas Cerithidae aktifitas yang berbeda diperoleh hasil merupakan jenis yang paling banyak kelimpahan total Gastropoda di stasiun I dijumpai serta jenis yang memiliki sebesar 36,44 ind/m2, sedangkan pada penyebaran paling luas di ekosistem stasiun II total kelimpahan Gastropoda perairan. Jenis ini adalah kelompok asli sebesar 35,8 ind/m2, serta pada stasiun III penghuni ekosistem perairan laut dan kelimpahan Gastropoda sebesar 47,84 ditemukan hidup pada substrat pasir hingga ind/m2. Melihat dari hasil tersebut, maka lumpur serta memiliki kelimpahan yang disimpulkan bahwa kelimpahan tertinggi cukup tinggi. terdapat pada stasiun III dan terendah pada Melihat dari penelitian terdahulu stasiun II. Kelimpahan yang tinggi pada yang dilakukan oleh Wati (2013) di perairan stasiun III dikarenakan pada stasiun ini Desa Pengudang, menggambarkan merupakan kawasan inti konservasi lamun di Desa Pengudang, sehingga ada larangan dominan lamun kelimpahan Gastropodanya untuk menjadikan area tersebut untuk area lebih rendah, ini disebabkan oleh rapatnya pemanfaatan dan tidak terdapat aktifitas area lamun di perairan Desa Pengudang yang mempengaruhinya sehingga pada sehingga tidak menyediakan ruang yang kawasan ini masih terjaga dengan baik. cukup bagi biota Gastropoda untuk bergerak Sedangkan pada stasiun II diketahui menjadi leluasa mencari makan. Ini dilihat dari lokasi/ area pemanfaatan dan penangkapan Gastropoda yang hidup pada kawasan lamun ikan, kerang, siput, serta biota lain oleh yang menempel pada daun maupun batang masyarakat sehingga selalu terjadi aktifitas lamun, dan tidak menempel pada permukaan di area tersebut, sehingga dapat substrat karena dipenuhi oleh sistem akar mempengaruhi kondisi biota-biota yang dan rizoma lamun yang menghalangi, hidup di area ini termasuk Gastropoda. sehingga menghambat Gastropoda dalam Ternyata setelah dilihat dari tipe substrat di mencari makanan. Seperti yang diketahui stasiun III yang jenis substratnya lebih halus bahwa Gastropoda bersifat filter feeder yaitu “pasir berlumpur” mencirikan bahwa dengan tipikal hidup yang menyaring mengandung bahan organik yang lebih substrat dasar. tinggi dibandingkan dengan stasiun I dan II Gastropoda adalah hewan dasar dengan kondisi substrat pasir, ini juga yang memanfaatkan bahan organik sebagai diduga menjadi faktor yang menentukan sumber makanan dan bersifat menyaring kelimpahan Gastropoda yang melimpah substrat (filter feeder). Keberadaannya atau pada stasiun III. sebarannya banyak dijumpai pada kawasan litoral yaitu kawasan yang dipengaruhi oleh 2. Perbandingan Kelimpahan aktifitas pasang surut air. Pada kawasan ini Tahun 2013 dan 2016 menjadi tempat hidup bagi organisme Bila dilihat dari hasil analisis perairan salah satunya adalah Gastropoda. mengenai total kelimpahan Gastropoda yang Kawasan zona litoral ini juga memiliki dilakukan pada saat penelitian Wati tahun berbagai ekosistem pendukung serta 2013 dan pada saat penelitian ini tahun 2016 Keanekaragaman hayati lainnya terutama didapati perbedaan nilai kelimpahan total bagi potensi pesisir yang khas di perairan Gastropodanya. Dari hasil perbandingan tropis dan bagi kehidupan biota mengenai kelimpahan total Gastropoda di (Romimohtarto dan Juwana , 2007). tahun 2013 dan tahun 2016 D. Keanekaragaman, Keseragaman Kelimpahan Total Gastropoda dan Dominansi th.2013 dan th.2016 1. Keanekaragaman Gastropoda di Perairan Desa Pengudang 4045 3035 Keanekaragaman Gastropoda 2025 menggambarkan banyaknya spesies yang 1015 05 dijumpai pada suatu wilayah. Hasil yang Tahun Tahun telah didapatkan dan dibandingkan dengan 2013 2016

Nilai Kelimpahan (Ind/M2) Kelimpahan Nilai penelitian terdahulu yang dilakukan pada Kelimpahan 17.56 40.03 tahun 2013 seperti tertera pada gambar Total

Keanekaragaman Gastropoda

Dari gambar terlihat bahwa 2.5 berdasarkan penelitian Wati (2013), 2 kelimpahan total Gastropoda pada kawasan 1.5 litoral area padang lamun sebesar 17,56 ind/m2, sedangkan penelitian pada tahun 1 2016 yang dilakukan peneliti pada kawasan 0.5 litoral yang dominan pasir mendapati nilai KeanekaragamanNilai 0 kelimpahan sebesar 40,03 ind/m2. Terlihat Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 jelas bahwa kelimpahan lebih tinggi terdapat Th.2013 2.09 1.8 1.81 pada kawasan litoral yang dominan pasir, Th.2016 1.57 2.16 1.97 sedangkan pada kawasan litoral yang Jika dilihat dari hasil perhitungan Keseragaman Gastropoda

indeks keanekaragaman jenis Gastropoda didapatkan hasil keanekaragaman jenis 1 0.8 berkisar antara 1,57 – 2,16. Menurut Fachrul 0.6 (2007) bahwa kisaran nilai indeks 0.4 0.2 keanekaragaman dengan Nilai H’ > 3= 0 keanekaragaman spesies tinggi, Nilai H’ 1 ≤ Stasiun Stasiun Stasiun 1 2 3

H’ ≤ 3= keanekaragaman spesies sedang, Keseragaman Nilai Th.2013 0.81 0.52 0.78 dan Nilai H’ < 1= keanekaragaman spesies rendah. Dengan demikian kondisi Th.2016 0.47 0.65 0.59 keanekaragaman jenis Gastropoda di Indeks keseragaman berkisar antara perairan Pengudang tergolong sedang. 0-1. Bila indeks keseragaman kurang dari Menurut penelitian yang dilakukan 0,4 maka ekosistem tersebut berada dalam oleh Wati (2013) Indeks keanekaragaman kondisi tertekan dan mempunyai (H’) komunitas Gastropoda pada perairan keseragaman rendah. Jika indeks Desa Pengudang berkisar antara 1.80 – 2.09. keseragaman antara 0,4 sampai 0,6 maka Kisaran nilai tersebut menggambarkan ekosistem tersebut pada kondisi kurang bahwa komunitas Gastropoda di Desa stabil dan mempunyai keseragaman sedang. Pengudang dapat dikategotikan memiliki Jika indeks keseragaman lebih dari 0,6 maka keanekaragaman yang sedang. Hasil analisis ekosistem tersebut dalam kondisi stabil dan nilai keanekaragaman total pada tahun 2013 mempunyai keseragaman tinggi (Syari, dan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar. 2005). Dari hasil penelitian tahun 2016 menunjukkan nilai keseragaman berada pada Keanekaragaman Total

2.00 kisaran 0,47 – 0,65 dengan demikian kondisi keseragaman terkategorikan sedang dengan 1.50 kondisi ekosistem kurang stabil. 1.00 Menurut penelitian yang dilakukan 0.50 oleh Wati (2013)Nilai keseragaman (E) di Desa Pengudang berkisar antara 0.52 – 0.81 0.00 Tahun 2013 Tahun 2016 dengan kategori keseragaman sedang. Keanekaragama KeanekaragamanNilai Kisaran nilai tersebut menggambarkan 1.90 1.90 n Total bahwa komunitas Gastropoda di Desa Dilihat dari gambar nilai Pengudang dapat dikategorikan memiliki keanekaragaman total pada tahun 2013 keseragaman dalam kondisi yang kurang sebesar 1,9 dan pada tahun 2016 juga stabil. Hasil analisis nilai keseragaman total sebesar 1,9. Dengan demikian nilai pada tahun 2013 dan tahun 2016 dapat keanekaragaman total dikategorikan sedang. dilihat pada gambar

Keseragaman Total 2. Keseragaman Gastropoda di Perairan Desa Pengudang 0.80 Keseragaman Gastropoda 0.70 0.60 menggambarkan jumlah spesies yang 0.50 dijumpai pada suatu perairan semakin 0.40 0.30 seragam maka mencirikan bahwa perairan 0.20 tersebut masih tergolong baik. Hasil indeks 0.10 Nilai KeseragaanNilai 0.00 keseragaman yang telah didapatkan dan Tahun Tahun dibandingkan dengan penelitian terdahulu 2013 2016 yang dilakukan pada tahun 2013 tertera pada Keseragaman 0.70 0.57 gambar 9. Total

Dilihat dari gambar nilai keseragaman total pada tahun 2013 sebesar 0.7 dan pada tahun 2016 sebesar 0.57. Dengan demikian nilai keseragaman total pada tahun 2013 terkategorikan tinggi, sedangkan pada tahun 2016 dikategorikan sedang. Dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 sebesar 0.45. Dengan demikian tahun 2013 jumlah Gastropoda pada setiap nilai dominansi total pada tahun 2013 jenis lebih seragam. terkategorikan rendah, sedangkan pada 3. Dominansi Gastropoda di tahun 2016 juga dikategorikan rendah. Perairan Desa Pengudang Dominansi Gastropoda E. Kondisi Parameter Perairan menggambarkan dominan satu jenis spesies Parameter yang diukur meliputi parameter yang dijumpai pada suatu perairan semakin fisika dan kimia yang menjadi faktor dominan suatu spesies tertentu, maka pembatas kehidupan Gastropoda disuatu mencirikan bahwa perairan tersebut kurang perairan. Faktor fisika dan kimianya baik. Hasil indeks keseragaman yang telah diantaranya salinitas, suhu, Keasaman didpatkan dan dibandingkan dengan perairan dan kelarutan oksigen. Untuk lebih penelitian terdahulu yang dilakukan pada jelasnya dapat dilihat pada tabel tahun 2013 seperti tertera pada gambar Hasil Rata- Parameter Satuan Dominansi Gastropoda ST 1 ST 2 ST 3 rata

o 0.8 Salinitas /oo 32.28 33.32 33.10 32.90 0.6 0.4 pH - 8.24 8.15 8.57 8.32 0.2 0 Oksigen Terlarut mg/L 6.96 6.52 6.86 6.78 Stasiu Stasiu Stasiu Suhu oC 29.79 28.86 29.67 29.44

Nilai Dominansi Nilai n 1 n 2 n 3 Sumber : Data penelitian (2016) Th.2013 0.21 0.41 0.37

Th.2016 0.54 0.22 0.59 1. Salinitas Menurut hasil penelitian yang Dilihat dari data tabel diatas nilai tertera pada gambar diketahui bahwa nilai salinitas perairan berada pada kisaran o o indeks dominansi berada pada kisaran 0,22 – 32,28 /oo hingga 33,32 /oo, dengan rata-rata 0,59. Hasil ini menunujukkan bahwa salinitas secara keseluruhan mencapai o dominansi pada stasiun I dan III tergolong 32,9 /oo. Menurut KEPMEN LH (2004) sedang, sedangkan pada stasiun II tergolong salinitas yang baik bagi kehidupan o kedalam dominansi yang rendah. Menurut organisme aquatic pada kisaran 33-34 /oo. penelitian yang dilakukan oleh Wati (2013) Mengacu dari kondisi tersebut maka rata- Nilai dominansi (D) Gastropoda pada rata salinitas masih baik bagi kehidupan perairan Desa Pengudang berkisar antara Gastropoda, meskipun pada stasiun 1 kurang 0.21 – 0.41. Dengan demikian, kondisi dari batasan optimal yang ditentukan oleh Indeks dominansi tergolong rendah KEPMEN LH. Namun demikian, selisih dikatakan tidak ada spesies yang dominan. antara data salinitas tersebut tidak terlalu Hasil analisis nilai dominansi total pada signifikan. tahun 2013 dan tahun 2016 dapat dilihat Berdasarkan hasil penelitian pada gambar. menunjukkan bahwa kelimpahan Gastropoda masih tergolong tinggi, karena Dominansi Total Gastropoda memiliki tingkat adaptasi yang baik terhadap salinitas. Hal ini sesuai dengan 0.50 pendapat Gross, (1972) dalam Metungun, 0.40 (2011) Dimana kondisi salinitas yang 0.30 optimal bagi kehidupan biota Gastropoda berada pada kisaran 25-40 0/ . Mengacu 0.20 00 pada pendapat tersebut maka kondisi

Nilai Dominansi Nilai 0.10 salinitas di perairan Desa Pengudang masih 0.00 dalam kondisi yang sesuai bagi kehidupan Tahun 2013 Tahun 2016 Gastropoda. Series1 0.33 0.45

2. Suhu Dilihat dari gambar nilai dominansi Suhu merupakan faktor yang total pada tahun 2013 sebesar 0.33 dan pada penting bagi kehidupan organisme di laut karena mempengaruhi aktivitas metabolisme mg/L. Maka berdasarkan data oksigen atau pun perkembangbiakan organisme terlarut yang didapatkan peneliti dari hasil tertentu (Effendi, 2003). Dari hasil penelitian pengukuran dilapangan menunjukkan bahwa didapatkan hasil pengukuran suhu pada DO diperairan Desa Pengudang berada pada kisaran 28.86°C – 29,79°C dengan rata – kisaran normal. Menurut Effendi (2003) rata suhu perairan sebesar 29,44 °C. kisaran oksigen terlarut diperairan laut Menurut KEPMEN LH (2004) suhu yang antara 7 – 11 mgL dengan sumber oksigen baik bagi kehidupan organisme aquatic pada terlarut diperairan berasal dari difusi oksigen kisaran 28-30 °C . Berdasarkan dari data yang berada di atmosfer serta aktifitas tersebut maka bisa disimpulkan bahwa fotosintesis oleh tumbuhan air dan kondisi rata-rata suhu diperairan Desa fitoplankton. Pengudang masih baik bagi kehidupan 5. Substrat Gastropoda. Hutabarat dan Evans (1985) Substrat dibedakan atas beberapa dalam Ayunda (2011) bahwa Gastropoda kelompok besar yaitu jenis substrat pasir, dilaut dapat hidup dengan baik pada suhu kerikil, dan lumpur. Dari hasil ayakan 25-32 0C. Dengan demikian kondisi suhu diperoleh persentase masing-masing fraksi diperairan desa pengudang masih berada substrat yang dapat dilihat pada tabel pada kisaran yang baik untuk habitat hidup Persentase Fraksi Gastropoda Lokasi Jenis Substrat Kerikil Pasir Lumpur

Stasiun 3. Derajat Keasaman 1 21.48 65.76 12.76 PASIR Besaran pH berkisar antara 0 – 14, Stasiun 2 21.41 63.79 14.80 PASIR nilai pH kurang dari 7 menunjukkan Stasiun PASIR lingkungan yang asam sedangkan nilai 3 15.25 56.93 27.82 BERLUMPUR diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, Sumber : Data penelitian (2016) untuk pH = 7 disebut sebagai netral(Kordi, 2007). Dari hasil Penelitian, didapatkan Dari hasil pengayakan substrat, keasaman perairan berada pada kisaran 8,15 kondisi substrat dari stasiun 1 dan stasiun 2 – 8.57dengan rata – rata 8,32. Menurut terdiri dari jenis substrat pasir sedangkan KEPMEN LH (2004) pH yang baik bagi pada stasiun 3 terdiri dari jenis substrat pasir kehidupan organisme aquatic pada kisaran berlumpur. Berdasarkan hasil perhitungan 7-8,5. Berdasarkan dari data tersebut maka kelimpahan Gastropoda, bahwa kelimpahan bisa disimpulkan bahwa kondisi rata-rata tertinggi didapati pada stasiun 3. Kondisi ini suhu diperairan Desa Pengudang masih baik terjadi karena jenis substrat yang ada pada bagi kehidupan Gastropoda. stasiun 3 lebih harus berbanding dengan Menurut Effendi (2003), sebagian stasiun lainnya, sehingga pada substrat yang besar biota akuatik sensitif terhadap halus memiliki bahan organik yang tinggi perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar dibandingkan pada substrat yang kasar. 7 – 8,5. Dengan demikian, dilihat dari hasil Menurut Wood (1987) dalam Siddik (2012), rata-rata nilai derajat keasaman (pH) yang yang mengatakan bahwa pada sedimen yang didapatkan pada pengukuran langsung halus kandungan bahan organik tersedia dilapangan, peneliti mendapatkan nilai pH dalam jumlah yang lebih banyak dibanding perairan Desa Pengudang masih berada pada dengan kondisi substrat yang kasar. Bahan rentang batas optimal yang baik bagi organik pada substrat dimanfaatkan oleh kehidupan Gastropoda. Gastropoda sebagai bahan makanan melalui 4. Oksigen Terlarut penyaringan (filter feeder). Hasil pengukuran oksigen terlarut di perairan Pengudang berada pada kisaran 6,52 – 6,96mg/L, dengan rata – rata oksigen KESIMPULAN DAN SARAN terlarut sebesar 6,78 mg/L. Berdasarkan hasil tersebut, kondisi Oksigen Terlarut pada A. Kesimpulan perairan Pengudang sesuai dengan kisaran Adapun kesimpulan dari hasil optimal. Menurut KEPMEN LH (2004) penelitian antara lain: kondisi Oksigen Terlarut yang layak untuk 1. Pada tahun 2013 di kawasan litoral kehidupan organisme aquatik adalah > 5 dominan lamun perairan Desa Pengudang dijumpai 12 jenis Dari hasil penelitian dapat Gastropoda diantaranya : Chicoreus diuraikan saran penelitian yang torrefactus, Cerithium atratum, diantaranya : Muricodrupa fiscella, Nassarius 1. Perlunya penelitian lanjutan coronatus, Pleuroploca trapezium, untuk melihat keanekaragan Pseudovertagus phylarchus, Pyrene Gastropoda pada tahun-tahun scripta, Rhinoclavis aspera, Strombus berikutnya, epidromis, Strombus urceus, 2. Perlu dilakukan penelitian Tectarius tectumpersieum, Thais perbandingan pada daerah armigera. Sedangkan pada tahun litoral yang terdapat lamun. 2016 pada kawasan litoral dominan pasir ditemukan sebanyak 17 jenis Gastropoda diantaranya; Anachis DAFTAR PUSTAKA atrata, Cerithium tenellum, Cerithium zonatum, Clithono ualaniense, Clypeomorus moniliferus, Bengen. D. 2000. Ekosistem dan Nassarius nodifer, Nassarius pullus, sumberdaya alam pesisir dan Otopleura auriscati ,Rhinoclavis laut serta prinsip vertagus, Batillaria zonalis, pengelolaannya. Pusat Kajian Cantharidus sanguineus, Rhinoclavis, Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Cerithium salebrosum, Phos IPB: Bogor. senticosus, Pyrenepunctate, Dahuri. R.2003.Keanekaragaman Hayati Cerithideopsilla cingulate, Volema Laut Aset Pembangunan myristica. Berkelanjutan 2. Nilai kelimpahan total Gastropoda Indonesia.Gramedia Pustaka pada tahun 2013 di kawasan litoral Utama: Jakarta. area padang lamun sebesar 17,56 Effendi. H.2003.Telaah Kualitas Air Bagi ind/m2, sedangkan penelitian pada Pengelolaan Sumberdaya dan tahun 2016 yang dilakukan peneliti Lingkungan Perairan.Kanisius: pada kawasan litoral yang dominan Yogyakarta. pasir mendapati nilai kelimpahan Fachrul, M.F.2007.Metode Sampling sebesar 40,03 ind/m2. Terlihat jelas Ekologi.Bumi Aksara: Jakarta. bahwa kelimpahan lebih tinggi Keputusan Menteri Lingkungan Hidup terdapat pada kawasan litoral yang (KepMen LH) No. 51 Tahun dominan pasir, 2004.Baku Mutu Air Laut Untuk 3. Diketahui bahwa kelimpahan Biota.Jakarta. Gastropoda terhitung lebih tinggi Metungun. J, Juliana, Mariana. Y. B. 2011. pada area litoral dominan pasir (tahun Kelimpahan Gastropoda Pada 2016) dibandingkan dengan kawasan Habitat Lamun di Perairan litoral yang dominan lamun (tahun Teluk Un Maluku Tenggara. 2013). Keanekaragaman spesies Jurnal. Pengembangan Pulau – Gastropoda pada tahun 2013 dan Pulau Kecil. Politeknik tahun 2016 cenderung relatif sama Perikanan Negeri Tual. dengan kondisi keanekaragaman Nontji. A. 2007. Laut Nusantara. Intan “sedang”. Indeks keseragaman jenis Sejati: Klaten. Gastropoda pada tahun 2013 Nybakken. J. W. 1988. Biologi Laut Suatu tergolong keseragaman yang tinggi Pendekatan sedangkan pada tahun 2016 Ekologis.Gramedia:Jakarta. keseragamannya tergolong “sedang”. Romimohtarto, K, Juwana, S, 2007. Biologi Untuk indeks dominansi Gastropoda laut:Ilmu pengetahuan tentang baik pada tahun 2013 dan 2016 biota laut: Djambatan, Jakarta. tergolong pada nilai dominansi Sarmanu. S.I.A. 2014. Keanekaragaman “rendah”. GastropodaPada Zona Intertidal Tengah (Midle Intertidal B. Saran Zone)Dan Zona Intertidal Bawah (Lower Intertidal Zone)Daerah Padang Lamun Desa Waai. Jurnal Biopendix, 1 (1), 2014.

Setyobudiandi. I, Sulistiono. F, Yulianda. C, Kusmana. S, Hariyadi. A. Damar. A, Sembiring, Bahtiar. 2009. Sampling dan Analisis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB: Bogor. Supriharyono. 2007. Konservasi ekosistem sumberdaya hayati di wilayah pesisir dan laut tropis. Pustaka pelajar: yogyakarta. Suwignyo. dkk.2005.Avertebrata Air Jilid 1.Penebar Swadaya: Jakarta Syari. I. A.2005. Asosiasi gastropoda di ekosistem padang lamun perairan Pulau Lepar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB: Bogor. Wahab. K. 2014. Keanekaragaman Gastropoda Di Padang LamunPulau Penyengat. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang. Wati. T. K. 2013. Keanekaragaman Gastropoda Di Padang LamunPerairan Desa Pengudang Kabupaten Bintan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji: Tanjungpinang. Wijayanti, M. 2007. Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos, Tesis, Universitas Diponegoro: Semarang. http://www.marinespecies.org http://www.seashellhub.com.