GERAKAN EUROSCEPTIC PARTY TERHADAP KEUTUHAN

UNI EROPA

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Departemen ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

ANDI NURUL ANNISA RAMLI AS E131 14 016

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

ii

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gerakan Eurosceptic Party Terhadap Keutuhan Uni Eropa” sebagai syarat kelulusan dalam program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Terlepas dari segala kekurangan yang terdapat di dalamnya, penulis berharap tulisan ini dapat memberikan kontribusi tambahan ke dalam pemahaman setiap orang yang membutuhkan informasi mengenai pembahasan terkait. Skripsi ini didedikasikan terkhusus kepada Ayahanda tercinta Ramli Andi Saripada serta Ibunda tercinta Nikmah dan juga Andi Nurul Safitri serta keluarga besar yang tanpa lelah telah memberikan dukungan materil maupun moril sehingga penulis dapat tetap termotivasi untuk mendapatkan gelar sarjana ini. Dalam Penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesmpatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Ibu Rektor Universitas Hasanuddin beserta jajarannya. 2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin beserta jajarannya. 3. Bapak H. Darwis, MA, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional dan juga sabagai Pembimbing I dan Bapak Aswin Baharuddin, S.IP, MA selaku Pembimbing II yang telah dengan baik memberikan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan sesuai harapan. 4. Seluruh dosen Ilmu Hubungan Internasional yang telah membagikan ilmu serta pengalamannya. 5. Seluruh staf akademik FISIP dan Jurusan yang telah memberikan seluruh nasehat serta bantuan administratif. 6. Seluruh staf Perpustakaan Nasional RI, CSIS, dan Perpustakaan Unhas yang telah memberikan kemudahan perizinan dan bantuan selama penelitian. 7. Anggun Suci Ananda a.k.a Nandaa/kakanggun, Fadlilah Qur’ani Anwar a.k.a Veronica/Sepor yang selalu mendukung dan tidak pernah hilang malah sering muncul tiba-tiba, I‟m sooo lucky to have you, pamit duluan buat kata pengantar skripsi yaaa. Heri Prasetyo A.P & Hafidah Ulfah, Muhammad Ikhsanulmuarifal, Rahmat Riyanto sejak penulis sekolah sampai akhir kuliah selalu jadi penyelamat dan tidak pernah bilang tidak kalau penulis meminta tolong. 8. Ondy yang selalu menemani penulis sejak awal masuk kuliah dan Elimo yang selalu ada saat penulis begadang sampai subuh menyusun skripsi dan juga ikut penelitian ke Jakarta. 9. AGRESI 2014 yang telah jadi keluarga baru dan selalu berikan pengalaman menarik dan buat penulis sangat betah untuk datang kuliah. Kakti, Wira sang penyemangat nabung demi liburan akhir semester, ditunggu dollar-dollarnya lagi, Gandhi wanita yang selalu ada sejak P2MB jurusan, KKN sampai print skripsi, Qoanita yang selalu bawa barang-barang dan makanan unique, Kiki teman proposal, penelitian, dan

iv

skripsi yang tujuan awal penelitiannya untuk main ke GI, Kokas dan PIM. Rani, Ikur, Rahmi, Febe pejuang wisuda periode maret, Tiwi nitijen yang selalu muncul dikolom komentarnya Suzy, Felix yang menyadarkan penulis kalau Fakultas ke Wcafe sangat jauh, Ija, Anita, Marwah, Ichachan, Tina, Husnul, Nisa ukhty-ukhty ku yang selalu jadi tempat penulis bertanya soal apapun, Aisy, Icha teman KTI yang sangat lincah, Mario, Hadi, Uni, Teguh, Wulan, Zulmi, Afu tim Mobile Legend Agresi yang pantang menyerah sampai subuh untuk ngeRank, Bang Izal Mawapresnya Agresi, Utsop, Isni, Inggi, Ani, Tirza, Aul, Devina, Anna, Ulfa, Suci, Aca semangat ngeskripsi siss, Batara, Ferdi, Dhika, Bang Caca, Bang Aan yang kadang jadi tempat penulis bertanya saat semester- semester awal, Hendro saat maba selalu antar jemput dan teman les di Pare, Arbi yang memotivasi penulis dengan mengirimkan foto selfienya menggunakan toga, Kak Nisa, Asri, Fila semangat lanjut kuliahnya sis, Nina, Jonah, Ummu, Abu teman-teman Agresi yang pindah ke Ekonomi dan STAN yang jadi teman maba dan dulu biasa antar penulis pulang. 10. PsikopatCupu yang selalu menghibur dengan tingkah lakunya, Rekha teman kamar yang balihonya ada dimana-mana, Naca & Gizcka dokter Gigi cantik tapi agak aneh-aneh, Yudhi sensei yang atur feed Instagramku, Fatah & Ocan horang terlanjur kaya, serta teman-teman KKN Malaysia 96, Kakak Lani dan Amal cewek bersuara 5 oktaf, penulis pamit ke Baruga duluan ya sis #kamibanggaKKNAsean 11. TheBmbtz yang tanpa planning langsung berangkat liburan, pantang pulang sebelum dapat tempat dan foto yang keren. 12. Kak Dwi ,dan Edys yang telah membantu penulis mencari referensi bacaan untuk penyusunan skripsi. 13. Teman-teman serta kakak-kakak KTI dan Prisma, Kak Jabal, Kak Ria, Kak Jusman, Kak Adi yang sangan berperan dalam pengembangan karakter dan wawasan penulis, serta Fatwa, Eko, dan Masli kanda-kanda teman lomba KTI dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebut satupersatu. 14. Senior-senior yang membantu selama perkuliahan dan pembuatan Skripsi, Kak Tilla yang selalu menolong penulis dan selalu menenangkan penulis saat ujian hasil, Kak Chandra, Kak Mashita yang skripsinya penulis gunakan sebagai acuan dalam pembuatan skripsi, Kak Avy, Kak Budi, Kak Tari yang selalu memotivasi. 15. Teman-teman Indonesian Future Leaders (IFL) yang juga berperan dalam pembentukan karakter penulis. 16. Teman-teman sekolah Penulis 17. Pihak lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Makassar, 10 Maret 2018

Andi Nurul Annisa Ramli As

v

ABSTRAK

Andi Nurul Annisa Ramli AS, E13114016, “Gerakan Eurosceptic Party Terhadap Keutuhan Uni Eropa” dibawah bimbingan H. Darwis selaku Pembimbinng I dan Aswin Baharuddin selaku Pembimbing II, pada Departmen Ilmu Hubunngan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Penelitian ini menggambarkan tentang peningkatan perolehan suara Eurosceptic Party dalam Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014 yang mengantarkan Front National dari Perancis, United Kingdom Independence Party (UKIP) dari Inggris dan Five Star Movement dari Italia masuk kedalam Parlemen Uni Eropa. Pembahasan difokuskan kepada strategi yang digunakan ketiga partai Eurosceptic dalam kampanyenya sehingga berhasil membuat pemilih di negara masing-masing beralih untuk memilih mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan perolehan suara Eurosceptic Party serta dampaknya terhadap Uni Eropa. Tipe penelitian adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah library research, dimana data-data bersumber dari buku, jurnal, dokumen, artikel, surat kabar, maupun dari media elektronik (internet). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan perolehan suara partai Eurosceptic diakibatkan kegagalan kebijakan- kebijakan Uni Eropa. Dimana penerapan kebijakan Uni Eropa dinilai semakin memburuk khususnya di Perancis, Inggris dan Italia. Hal tersebutlah yang menyebabkan meluasnya terhadap opini publik. Oleh itu, para pemilih cenderung lebih memilih partai dengan kebijakan yang lebih menguntungkan terhadap negaranya.

Kata Kunci: Eurosceptic, Front National, UKIP, Five Star Movement, Pemilu Parlemen Uni Eropa

vi

ABSTRACT

Andi Nurul Annisa Ramli AS, E13114016, "Eurosceptic Party Movement to the integrity of European Union” under the supervision of H. Darwis as Supervisor I and Aswin Baharuddin as Supervisor II, Department of International Relations, Faculty of Social and Political Sciences, Hasanuddin University. This reseach portrays the rise of Eurosceptic Party votes in European Elections 2014 which brought the Front National of France, the United Kingdom Independence Party (UKIP) of Britain and the Five-Star Movement of Italy into the EU Parliament. This reseach focused on the strategy used by Eurosceptic Parties in the campaign so they successed making voters in their contries switch to vote them. The aims of this reseach to find out the facts that cause the rise of Eurosceptic Party votes and the impact to the European Union. The type of research used is qualitative. Data collecting technique used is library research, such as from books, journals, documents, articles, newspapers, or from electronic media (internet). The results of this study showed that rise of Eurosceptic Party votes caused by the failure of European Union‟s policies. Because of the worsening of European Union policy implementation in France, Britain and Italy. It causes the spread of Euroscepticism to public opinion. Therefore, voters tend to prefer parties with a more benefical policies to their countries.

Keywords: Eurosceptic, Front National, UKIP, Five-Star Movement, EU Parliament Election

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...... vi HALAMAN PENGESAHAN ...... vi HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI ...... viii KATA PENGANTAR ...... iiii ABSTRAK ...... vi ABSTRACT ...... vii DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR BAGAN...... x DAFTAR TABEL ...... xi BAB I ...... 1 PENDAHULUAN...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 6 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...... 6 1. Tujuan Penelitian ...... 6 2. Kegunaan Penelitian ...... 7 D. Kerangka Konseptual ...... 7 1. Regionalisme ...... 7 2. Euroscepticism ...... 9 E. Metode Penelitian...... 15 1. Tipe Penelitian ...... 15 2. Teknik Pengumpulan Data ...... 16 3. Jenis Data...... 16 4. Teknik Analisis Data ...... 16 5. Metode Penulisan ...... 17 BAB II ...... Error! Bookmark not defined. TINJAUAN PUSTAKA...... Error! Bookmark not defined. A. Regionalisme ...... Error! Bookmark not defined. B. Euroscepticism ...... Error! Bookmark not defined.

viii

BAB III...... 31 FENOMENA EUROSCEPTIC DAN EUROSCEPTIC PARTY DI UNI EROPA ...... 31 A. Tinjauan Historis Perkembangan Eurosceptic di Uni Eropa ...... 31 B. Dinamika Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2009 dan 2014 . 35 C. Eurosceptism di Partai Uni Eropa ...... 45 1. Front National Party di Perancis...... 46 3. Five Star Movement di Italia ...... 67 D. Kebijakan-Kebijakan Uni Eropa ...... 73 BAB IV ...... Error! Bookmark not defined. DAMPAK PENINGKATAN PEROLEHAN SUARA EUROSCEPTIC PARTY PADA PEMILIHAN UMUM PARLEMEN UNI EROPA TAHUN 2014 TERHADAP KEUTUHAN UNI EROPA ...... Error! Bookmark not defined. A. Faktor Penyebab Peningkatan suara Eurosceptic Party pada Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014 ...... Error! Bookmark not defined. D. Dampak Peningkatan Pemilih Eurosceptic Party Terhadap Uni Eropa Error! Bookmark not defined. BAB V ...... 94 PENUTUP ...... 94 A. Kesimpulan ...... 94 B. Saran ...... 95 DAFTAR PUSTAKA ...... 97

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir ...... 11

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Dua Pendekatan terhadap Integrai Uni Eropa ...... Error! Bookmark not defined. Tabel 3.1 Hasil Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2009 ...... 38 Tabel 3.2 Hasil Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014 ...... 43 Tabel 3.3 Opini Publik Warga Negara Perancis terhadap Uni Eropa ...... 47 Tabel 3.4 Opini Publik Warga Negara Perancis terhadap Parlemen Uni Eropa ... 48 Tabel 3.5 Opini Publik Warga Negara Perancis terhadap Komisi Uni Eropa ...... 49 Tabel 3.6 Opini Publik Warga Negara Perancis terhadap Bank Sentral Uni Eropa ...... 49 Tabel 3.7 Data Pengangguran 2005-2014 ...... 53 Tabel 3.8 Opini Publik Warga Negara Inggris terhadap Parlemen Uni Eropa ..... 59 Tabel 3.9 Opini Publik Warga Negara Inggris terhadap Komisi Uni Eropa ...... 60 Tabel 3.10 Opini Publik Warga Negara Inggris terhadap Bank Sentral Uni Eropa ...... 60 Tabel 3.11 Opini Publik Warga Negara Italia terhadap Parlemen Uni Eropa ...... 69 Tabel 3.12 Opini Publik Warga Negara Italia terhadap Komisi Uni Eropa ...... 69 Tabel 3.13 Opini Publik Warga Negara Italia terhadap Bank Sentral Uni Eropa . 70

xi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Integrasi Eropa yang dikenal sebagai Uni Eropa (European Union) memiliki sejarah yang panjang. Pada awalnya, integrasi Uni Eropa bernama

Komunitas Batu Bara dan Baja Eropa (European Coal and Stel Community) yang didirikan oleh enam negara (inner six) di Paris, Perancis pada 1951

(Djaja, 2015, p. 225). Kemudian integrasi Uni Eropa lebih diperluas lagi ke semua bidang ekonomi dan pada 1958 terjadi perubahan nama menjadi

Masyarakat Ekonomi Eropa (European Economic Community). Seiring dengan berjalannya waktu, integrasi Uni Eropa memperlihatkan perkembangan yang pesat dan semakin banyak negara yang bergabung menjadi anggota. Hal tersebut juga diikuti dengan semakin berkembangnya kerjasama yang diatur oleh integrasi ini. Pada 7 Febuari 1992 dengan ditandatanganinya Treaty on European Union (TEU) di Maastricht, menandakan perubahan nama EC menjadi Uni Eropa (European Union) dan mulai berlaku pada 1 November 1993.

Uni Eropa juga memiliki pembagian badan-badan yang menjalankan peranan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Peran legislatif dijalankan oleh

Parlemen Uni Eropa (), yang bertugas membuat undang- undang maupun peraturan dengan Dewan Uni Eropa (European Council), berwenang untuk menyetujui maupun menolak anggota Komisi Uni Eropa

(European Commission) serta mengatur dan juga menetapkan anggaran Uni

Eropa ( European Union, 2017).

1

Setelah ditandatanganinya Perjanjian Lisbon (Lisbon Treaty), maka kekuasaan Parlemen Uni Eropa juga semakin besar. Hal tersebut dikarenakan

Parlemen Uni Eropa berwenang mengatur isi undang-undang terkait sektor yang diatur dalam Perjanjian Lisbon diantaranya terkait pertanian, imigrasi, kebijakan energi, anggaran, lingkungan dan perlindungan konsumen (Treaty of Lisbon , 2007, pp 11-86).

Dalam proses intergrasi regional, ada beberapa tahapan yang harus dilalui mulai dari tahapan terrendah sampai tahapan tertinggi. Tahap tersebut dimulai dari pasar bebas, uni pabean, pasar bersama, uni ekonomi dan akan menjadi suatu integrasi ekonomi. Pada tahapan akhir integrasi ekonomi diharapkan adanya penyatuan moneter, fiscal, sosial, dan kebijakan-kebijakan politik. Uni Eropa telah sampai pada tahapan integrasi politik (Aziz, 2013).

Integrasi politik dinilai sebagai hilangnya kedaulatan suatu negara anggota, karena integrasi politik merupakan institusi supranasional yang memiliki norma dan nilai yang mengatur perilaku anggotanya serta bersifat menigikat (Kingsolver, 2011). Tahapan ini sejalan dengan yang terjadi di Uni

Eropa, dimana para negara anggota wajib mematuhi dan melaksanakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Parlemen Uni Eropa.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa juga tidak begitu saja diterima oleh negara anggota, hal tersebut berimplikasi munculnya berbagai respon negatif. Beberapa negara yang tergabung pada Uni Eropa menyatakan tidak puas akan kinerja dan sistem Uni Eropa. Ketidakpuasan tersebut dikemukakan oleh beberapa partai politik yang tergabung dalam Parlemen

Uni Eropa. Partai-partai tersebutlah yang sering menolak kebijakan dan

2 integrasi Uni Eropa (Taggart & Szczerbiar, 2012, p. 35) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Partai Skeptis Uni Eropa (Eurosceptic Party).

Terkait dengan isu Eurosceptic Party, pada Pemilihan Umum Parlemen

Uni Eropa tahun 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 22 hingga 25 Mei

2014, dan saat itu diikuti oleh 28 negara anggotanya. Hasil dari pemilihan umum tersebut sangat mengejutkan, karena partai-partai Eurosceptic berhasil meningkatnya perolehan suara. Hasil dari pemilihan umum menunjukkan bahwa sepertiga dari kursi Parlemen Uni Eropa diduduki oleh kelompok partai Eurosceptic (BBC, 2014).

Beberapa partai yang mencapai keberhasilan adalah Front National di

Perancis yang merupakan partai Non-attached Members (NI), United

Kingdom Independence Party di Inggris dan Five Star Movement di Italia yang tergabung dalam Europe of Freedom and Direct Democracy Group

(EFDD). Pada Pemilu Parlemen 2014 Front National memperoleh 24,86% suara dan berhak memperoleh 23 kursi pada Parlemen Uni Eropa. Pada pemilihan umum parlemen 2009 Front National memperoleh suara 6,34% atau hanya memperoleh 3 kursi parlemen (France Politique, 2014). Sedangkan

United Kingdom Independence Party pada Pemilihan Umum Parlemen Uni

Eropa 2014 mendapat 26,77% dengan jumlah 24 kursi dan pada tahun 2009

United Kingdom Independence Party hanya memperoleh 16,9% atau 13 kursi

(European Parliament, 2014). Five Star Movement mendapat 17 kursi parlemen pada pemilu tahun 2014 dengan presentase 21,2% (European

Parliament, 2014) sedangkan pemilihan umum parlemen 2009 Five Star

Movement belum ikut serta. Hal tersebut memperlihatkan kenaikan yang

3 sangat pesat pada Front National, United Kingdom Independence Party dan

Five Star Movement dan menandakan bahwa masyarakat Perancis, Inggris dan Italia saat ini lebih mendukung partai penganut Euroscepticism.

Front National dikenal sebagai partai politik yang mengkritik kebijakan

Uni Eropa terkait imigrasi, Eurozone, integrasi Uni Eropa (Noll, 2015).

Kebijakan Uni Eropa dinilai tidak menguntungkan bagi Perancis, mungkin bagi perusahaan yang membutuhkan pekerja, kebijakan terkait imigran membawa dampak yang positif (Front National, 2013), tetapi Front National berpendapat bahwa dengan masuknya imigran maka akan menimbulkan permasalahan baru bagi Perancis seperti hilangnya identitas nasional Perancis, menghabiskan banyak anggaran, serta dapat menimbulkan konflik antar etnis dan meningkatnya islamisasi.

Front National juga mengkritik tentang mata uang Euro. Kemerosotan

Euro membuat pertumbuhan perekonomian negara-negara kawasan yang menggunakan mata uang Euro (Eurozone) juga menurun. Perancis mengalami nilai tukar yang begitu tinggi. Selain itu, Euro juga terbukti tidak dapat menyelesaikan permasalahan krisis moneter pada tahun 2008, hal tersebut yang membuat Uni Eropa semakin sulit untuk keluar dari krisis utang dan dapat menyebabkan resiko terjadi resesi (BBC, 2011).

Front National terang-terangan menyebutkan bahwa anti Uni Eropa, sebab Perancis merupakan negara yang memiliki kekuatan yang kuat serta merupakan negara berdaulat, hal tersebut dinilai bisa membebaskan Perancis dari Uni Eropa. Uni Eropa dianggap sudah tidak sesuai dengan tujuan awal terbentuknya, dan memberikan pengaruh buruk bagi Perancis. Kebijakan Uni

4

Eropa hanya membuka perbatasan, dimana akan mendorong semakin banyaknya pengangguran, kemiskinan, ketidakamanan, dan masuknya imigrasi massal.

Kemudian United Kingdom Independence Party (UKIP) juga berpendapat bahwa Inggris dapat menjadi negara mandiri yang mampu berdiri sendiri tanpa Uni Eropa serta mempunyai masa depan ekonomi (Lestari,

2017, p. 1027). UKIP berpendapat bahwa Inggris merupakan pengekspor barang terbesar untuk Uni Eropa, jadi negara-negara Uni Eropa yang bergantung kepada Inggris, bukan sebaliknya. Ekspor Inggris untuk negara- negara Uni Eropa sebesar 44% dari total ekspor Inggris (Webb & Keep, 2016, p. 3). Selain itu, UKIP memberi perhatian terhadap kasus imigran, UKIP termasuk partai yang mengkampanyekan anti-imigran sebelum Pemilihan

Umum Parlemen 2014 dan UKIP cenderung rasis serta xenophobia (Deutsche

Welle, 2014).

Sedangkan Five Star Movement (M5S) merupakan partai yang terbentuk saat 2009, dan pada pemilihan umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014 berhasil memperoleh 21.15% dengan 17 kursi parlemen (European

Parliament, 2014). M5S juga menyatakan sebagai anti Uni Eropa bahakan

M5S membuat petisi untuk melakukan referendum keluar dari Eurozone

(Barigazzi, 2016). Tidak hanya itu, M5S juga mengkritik kebijakan Uni Eropa terkait imigran.

Dari hasil Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014, menunjukkan peningkatan perolehan jumlah suara partai eurosceptic pada parlemen Uni Eropa dan hal tersebut merupakan tantangan bagi keutuhan dan

5 keberlangsungan Uni Eropa, karena Uni Eropa merupakan suatu

Regionalisme yang paling mapan terutama dalam bidang ekonomi dan pada saat ini mengalami berbagai masalah (Munandar, 2005). Oleh karena itu, penulis menganggap bahwa permasalahan yang terjadi di Uni Eropa menarik dan penting untuk diangkat sebagai suatu karya ilmiah dengan judul “Gerakan

Eurosceptic Party terhadap keutuhan Uni Eropa”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Penelitian ini berfokus pada penyebab dan dampak peningkatan perolehan suara dalam pemilihan umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014.

Penulis mengambil tiga partai Eurosceptic di beberapa negara yaitu Front

National di Perancis, United Kingdom Independence Party di Inggris dan Five

Star Movement di Italia. Dengan batasan tersebut, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apa yang menyebabkan peningkatan suara Eurosceptic Party pada

Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014?

2. Bagaimana dampak peningkatan pemilih Eurosceptic Party terhadap Uni

Eropa setelah Pemilihan Umum Parlemen 2014?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tentang dampak keberhasilan Eurosceptic Party pada

Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014 terhadap keutuhan Uni

Eropa yang berfokus pada kemenangan Front National di Perancis, United

Kingdom Independence Party di Inggris dan Five Star Movement di Italia, yaitu :

6

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan apa saja faktor yang menyebabkan

kemenangan Eurosceptic Party pada Pemilihan Umum Parlemen Uni

Eropa tahun 2014.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan dampak yang terjadi pada Uni Eropa

dengan adanya Eurosceptic Party pada parlemennya.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran maupun rujukan informasi bagi para akademisi Hubungan

Internasional, terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kemenangan

Eurosceptic Party pada Parlemen Uni Eropa 2014, serta dampak yang terjadi pada Uni Eropa setelah pemilihan tersebut berlangsung. Penelitian ini juga untuk menjadi referensi bagi para peneliti-peneliti berikutnya yang ingin mengembangkan ataupun membahas penelitian sejenis lebih lanjut lagi.

D. Kerangka Konseptual

1. Regionalisme

Regionalisme merupakan suatu konsep mengenai bangsa yang terdapat disebuah kawasan geografis tertentu yang bekerjasama melalui organisasi dengan keanggotaan yang terbatas dan mempunyai tujuan untuk mengatasi masalah fungsionalisme, militer dan politik. Regionalisme juga merupakan kerjasama untuk mengatasi permasalahan yang berada diantara Uniliteralisme dan Universalisme. Regionalisme sendiri didasari pada Piagam Perserikatan

Bangsa-bangsa (PBB) sebagai kegiatan pelengkap dan tujuan organisasi dunia, dan menekankan bahwa tindakan regional harus sesuai dan selaras dengan tujuan dan prinsip PBB (Plano & Olton, 1990, p. 281).

7

Menurut Schiff & Winters, ada beberapa tujuan untuk mengidentifikasi

Regionalisme yang pertama adalah pemerintah negara yang bersangkutan ingin menggabungkan diri mereka dengan tujuan bisa membuat kebijakan yang lebih baik (better policies). Kedua, berupaya untuk mendapatkan akses yang lebih besar kepada ekonomi global atau setidaknya mendapatkan keuntungan ekonomi dengan beberapa negara yang terlibat dalam satu organisasi kewilayahan. Ketiga, karena adanya globalisasi, mengharuskan negara-negara untuk melakukan efisiensi dalam kegiatan ekonomi mereka.

Dengan pembentukan organisasi kewilayahan maka tujuan ini bisa terwujud dan yang terakhir adalah lingkup global yang semakin bertumbuh menyebabkan negara tidak bisa lagi bertindak sendiri dan membutuhkan kerjasama dengan negara lain. Oleh karena itu, mereka mencoba untuk memberikan sebagian kedaulatan negara kepada negara lain demi terciptanya tujuan nasionalnya (Trisnanto, 2010, p. 3).

Menurut Tsabelis dan Garret, beberapa bentuk dari regionalisme ialah

Intergovernmentalism dan Supranationalism. Intergovernmentalism merupakan konsep yang mengarah pada sebuah peraturan dimana negara memegang kontrol. Dengan kata lain, negara dapat mengontrol dan bekerjasama satu sama lain dalam hal kepentingan bersama. Sedangkan pada konsep supranationalism dimana ada perantara dalam pengambilan keputusan, dimana pemerintah memutuskan untuk mendelegasikan seseorang sebagai penanggungjawab dalam pengambilan keputusan (lembaga internasional) semua negara-negara anggotanya. Supranasionalisme juga

8 mengacu pada pengalihan wewenang pembuat keputusan, dari suatu negara ke lembaga terpusat.

Dalam hal ini, Uni Eropa merupakan suatu badan Supranasional yang mengatur atau bertanggungjawab atas negara-negara anggotanya dan Uni

Eropa mempunyai kekuasaan penuh atas kebijakan maupun keputusan yang dikeluarkan untuk negara anggotanya.

2. Euroscepticism

Menurut Tanggart, Euroscepticism merupakan suatu gagasan yang menggambarkan tentang oposisi Uni Eropa. Euroscepticism dikelompokkan menjadi dua yaitu Soft Euroscepticism dan Hard Euroscepticism (Taggart &

Szczerbiak, 2001, p. 7).

Soft Euroscepticism tidak menyiratkan atau memperlihatkan diri sebagai oposisi terhadap integrasi Uni Eropa, tetapi tetap ada kekhawatiran dari pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh Uni Eropa. Akan tetapi Soft

Euroscepticism tetap mendukung eksistensi Uni Eropa dan keanggotaannya.

Sedangkan Hard Euroscepticism merupakan oposisi Uni Eropa yang menyiratkan penolakannya atas integrasi Eropa secara langsung. Para Hard

Euroscepticism keberatan atas integrasi ekonomi dan politik Uni Eropa karena dinilai merugikan. Partai-partai yang anti-Uni Eropa juga tergolong pada

Hard Euroscepticism, karena para partai melihat isu-isu yang terjadi di Uni

Eropa sebagai isu yang vital dan seringkali kebijakan yang dilakukan Uni

Eropa dinilai sebagai kebijakan yang salah dan dapat merugikan negaranya.

9

Menurut N.S Sandvika dalam Euro-Scepticism as Party Strategy:

Persistence and Change in Party-Based Opposition to European Integration, partai politik yang menganut Euroscepticism, cenderung lebih melihat terkait ideologi nasionalisme negaranya. Y. Kim dalam tulisannya yang bejudul

History and Influence of Euroscepticism on British Politics, berpendapat bahwa Euroscepticism menjadi bibit dari perkembangan xenophobia di Uni

Eropa dan menyebabkan kenaikan popularitas para partai sayap kanan, karena mereka dapat memberi kepercayaan kepada publik bahwa keanggotaan negaranya di Uni Eropa bukanlah sebuah hal yang baik (Ultan & Ornek,

2015, p. 53).

Alur berpikir pada penelitian ini didasari atas dinamika kawasan Eropa.

Lebih spesifiknya adalah Uni Eropa. Uni Eropa menjadi suatu badan

Supranasionalis yang menangani negara-negara di Eropa dan dalam konstitusinya, memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh negara-negara anggotanya. Kebijakan yang dikeluarkan

Uni Eropa ini membawa pendapat pro dan kontra dari masyarakat Eropa dan memunculkan sekelompok orang yang menjadi oposisi Uni Eropa atau yang biasa disebut Eurosceptic.

Eurosceptic menjadi suatu isu yang menyebar diberbagai negara Uni

Eropa, kemudian menimbulkan Eurosceptic Party. Penulis memilih Front

National dari Perancis, United Kingdom Independence Party dari Inggris dan

Five Star Movement dari Italia tersebut sebagai sampel dalam penelitian ini karena ketiga partai mendaptakan perolehan suara yang cukup signifikan pada

Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014.

10

Adanya perpindahan suara pemilih yang pada awalnya pro-Uni Eropa kemudian menjadi Eurosceptic menandakan bahwa paham Euroscepticism telah menyebar dan mempengaruhi masyarakat Perancis, Inggris dan Italia.

Faktor peningkatan perolehan suara Eurosceptic Party pada Pemilihan umum parlemen 2014 serta dampaknya terhadap Uni Eropa dianalisia dengan konsep

Regionalisme dan Euroscepticism. Dimana penggunaan regionalisme digunakan untuk membahas terkait Uni Eropa, baik kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan sehingga menjadi faktor pemicu meningkatnya Eurosceptic.

Kemudian penggunaan Euroscepticism digunakan untuk melihat pandangan- pandanngan partai Eurosceptic terhadap Uni Eropa. Secara jelas alur berpikir dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir

Dinamika Kawasan Eropa Front National

Eurosceptic Uni Eropa United Kingdom Party Independence Party

Five Star Movement

Regionalisme Euroscepticism

11

Kemudian rujukan penelitian sebelumnya yang menjadi acuan penulis, yang pertama Chandra Satria Setiabudi dengan judul Pengaruh Kebijakan

Pengungsi Uni Eropa terhadap Perkembangan Gerakan Eurosceptic di Eropa.

Penelitian tersebut berfokus pada bagaimana Uni Eropa menyelesaikan krisis pengungsi berkepanjangan hingga pada pembentukan kebijakan yang harus diterapkan oleh seluruh negara anggota, sehingga menimbulkan respon dari kalangan Eurosceptic dan beranggapan bahwa kebijakan-kebijakan tersebut merugikan negaranya masing-masing. Kemudian penulis mengambil beberapa negara yang dijadikan sebagai sampel yaitu Jerman, Inggris dan juga

Hongaria.

Tujuan dari penelitian tersebut adalah melihat bagaimana efektivitas

Common European Asylum System (CEAS) yang merupakan program dari

Komisi Eropa untuk Urusan Dalam Negeri (Commissioner for Home Affairs) dan telah dibuat sejak tahun 1999 dengan menganut prinsip-prinsip dasar sesuai Konvensi Genewa 1951 mengenai perlindungan pengungsi bahwa pemberian suaka dibutuhkan untuk orang-orang yang lari dari penganiayaan dan bahaya yang serius. Serta bagaimana pengaruh penerapan kebijakan pengungsi Uni Eropa terhadap perkembangan gerakan Eurosceptic di Inggris,

Jerman dan Hongaria.

Pada kerangka konseptual penulis mengambil konsep Regonalisme,

Keamanan Manusia dan Populisme untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penyusunan tulisan adalah kualitatif deskriptif dari data-data ilmiah yang dikumpulkan melalui cara library research.

(Setiabudi, 2017).

12

Rujukan lainnya yaitu Mashita Dewi Tidore dengan judul Dinamika

Referendum Inggris di Uni Eropa (Studi kasus Referendum Brexit). Penelitian ini berfokus pada latar belakang serta referendum-referendum yang dilaksanakan Inggris terhadap Uni Eropa yang membuat terjadinya Brexit pada 23 Juni 2016.

Tujuan dari penelitian tersebut adalah menjelaskan bagaimana dinamika referendum Brexit serta bagaimana respon negara-negara Uni Eropa terhadap referendum Brexit. Teori kerangka konsep yang digunakan adalah

Regionalisme, Kepentingan Nasional dan Euroscepticism. Penulis menggunakan konsep Regionalisme karena sejalan dengan konsep terbentuknya Uni Eropa yang mencerminkan karakteristik dari sebuah regionalism, kemudian penggunaan konsep Kepentingan Nasional karena hal tersebutlah yang menjadi latar belakang utama Inggris melakukan referendum untuk meninggalkan Uni Eropa. Sedangkan Euroscepticism yang merupakan suatu istilah atau paham terkait skeptik Uni Eropa. Penggunaan konsep ini berhubungan erat dengan penyebab meningkatnya suara mayoritas Inggris yang telah kehilangan kepercayaannya terhadap Uni Eropa sehingga referendum Brexit dapat terjadi. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-analitik, dengan metode penulisan kualitatif. Untuk teknik pengumpulan data peneliti menggunakan Library Research (Tidore, 2017).

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini yaitu,

Dampak Keberhasilan Eurosceptic Party pada Pemilihan Umum Parlemen

Uni Eropa tahun 2014 terhadap keutuhan Uni Eropa. Pada kerangka konseptual, konsep yang akan digunakan adalah Regionalisme dan

13

Euroscepticism. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apasaja faktor yang mempengaruhi kemenangan Eurosceptic Party pada Pemilihan Umum

Parlemen Uni Eropa tahun 2014 serta bagaimana dampaknya kepada Uni

Eropa.

Penggunaan konsep Regionalisme digunakan karena kerjasama- kerjasama yang lakukan oleh negara anggota Uni Eropa telah sampai kepada kerjasama dalam bentuk tertinggi, dimana terjadi integrasi ekonomi yang pada tingkat tertinggi akan mampu mencapai kesatuan ekonomi dan fiscal secara menyeluruh serta Uni Eropa telah masuk pada integrasi politik hal ini mencerminkan bentuk Regionalisme, kemudian konsep Euroscepticism digunakan untuk melihat pandangan-pandangan partai Eurosceptic terhadap

Uni Eropa. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan data-data yang dikumpulkan melalui cara library research.

Dari kedua penelitian sebelumnya, perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan terletak pada objek penelitian. Dimana penelitian Chandra

Satria Setiabudi lebih berfokus membahas terkait efektivitas Common

European Asylum System (CEAS) dan pengaruh penerapan kebijakan pengungsi Uni Eropa yang membuat semakin berkembangnya Eurosceptic di

Inggris, Jerman dan Hongaria. Dengan katalain peneliti terdahulu berfokus kepada isu imgran di negara penerima imigran terbanyak dan juga merupakan negara-negara dengan tingkat Eurosceptic tinggi dan lebih membahas terkait program Uni Eropa yaitu CEAS. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini melihat peningkatan suara Eurosceptic Party, walaupun kedua penelitian melihat tentang Eurosceptic dan membahasnya dengan

14 menggunakan konsep Regionalisme, akan tetapi fokus pada pembahasan berbeda, dimana penelitian yang dilakukan peneliti saat ini lebih mengarah kepada peningkatan suara partai Eurosceptic, selain itu pemilihan negara

Eurosceptic yang dijadikan sampelpun berbeda.

Kemudian penelitian kedua oleh Mashita Dewi Tidore terkait Dinamika

Referendum Brexit. Pada penelitian ini, peneliti lebih berfokous kepada referendum yang dilakukan Inggris sehingga terjadi Brexit serta respon dari negara anggota Uni Eropa terkait Brexit, walaupun penulis memilih negara yang sama serta menggunakan konsep Euroscepticism, akan tetapi isu yang dibahas pada penelitian ini cukup berbeda, dimana penulis melihat terkait partai yang ada di Inggris, sedangkan peneliti terdahulu membahas terkait

Inggris lebih spesifik hingga terjadinya Brexit.

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan penulis adalah kualitatif. Penulis memilih metode penelitian ini, karena penulis ingin, menggambarkan atau mendeskripsikan tentang faktor-faktor apa saja yang mendorong kemenangan atau peningkatan perolehan suara Eurosceptic Party pada pemilu Parlemen

Uni Eropa 2014 dan bagaimana dampaknya kepada Uni Eropa sendiri.

Metode ini digunakan karena sesuai dengan kebutuhan penelitian, dimana penulis ingin mendeskripsikan secara keseluruhan data yang didapatkan.

Metode penelitian kualitatif juga memusatkan penelitian secara intensif kepada suatu objek tertentu dan mempelajarinya sebagai sebuah kasus. Serta dalam metode ini juga, penulis pengumpulkan data yang digunakan

15 berdasarkan data-data yang relevan dengan kasus yang penulis teliti. Dengan kata lain dalam metode ini mengharuskan mengumpulkan data dari berbagai sumber.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah melalui metode

Library Research. Dimana data-data yang dibutuhkan dalam penelitian didapat melalui berbagai sumber seperti buku, jurnal, dokumen, artikel, surat kabar, maupun dari media elektronik seperti internet. Peneliti melakukan berbagai penelitian di berbagai perpustakaan seperti Perpustakaan Universitas

Hasanuddin, Perpustakaan Nasional RI, dan Centre for Strategic and

International Studies (CSIS).

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh bukan dari sumbernya secara langsung.

Sumber data sekunder berupa sumber dari buku, majalah ilmiah, maupun dokumen-dokumen terkait. Data sekunder ini juga dibutuhkan penulis untuk mendukung analisis dan pembahasan yang maksimal. Adapun data yang dibutuhkan yaitu, data yang beraitan dengan Eurosceptic Party serta

Pemilihan Parlemen Uni Eropa tahun 2014.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah teknik analisis kualitatif. Teknik ini menganalisis permasalahan yang digambarkan berdasarkan pada fakta yang terjadi. Setelah itu, fakta tersebut dikaitkan

16 dengan fakta yang lain sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan.

Sedangkan untuk data kuantitatif yaitu berupa data angka-angka statistik yang dapat menguatkan analisis kualitatif.

5. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah deduktif. Dimana dalam penelitian ini penulis memaparkan secara umum kemudian diakhiri dengan penarikan kesimpulan yang lebih spesifik.

17

BAB III

FENOMENA EUROSCEPTIC DAN EUROSCEPTIC PARTY DI UNI

EROPA

A. Tinjauan Historis Perkembangan Eurosceptic di Uni Eropa

Istilah Eurosceptic merupakan istilah yang merujuk kepada orang-orang

Eropa yang meragukan keberadaan Uni Eropa. Pada majalah The Times pada tahun 1986 dituliskan bahwa berdasarkan kamus Bahasa Inggris Oxford

(Oxford English Dictionary) Euro-sceptic diartikan sebagai orang-orang yang tidak antusias dengan peningkatan kekuasaan Uni Eropa (Spiering &

Harmnsen, 2014, p. 15).

The word sceptic denotes a member of one of the ancient Grek schools of philosophy, or more specifically that of Pyrrho, who believed that real knowledge of things is impossible (Euractiv, 2013).

Menurut Mehlika Ozlem Ultan dan Serdar Ornek dalam jurnal

Euroscepticism in The European Union Euroscepticism terbagi menjadi

“Euro”, “Sceptic” dan “-ism”. Kata Sceptic sendiri berasal dari Grek schools of philosophy. Eurosceptic merupakan warga Uni Eropa ataupun politisi yang menganggap dirinya skeptik atau kritis. Mereka merasa ragu dan terdapat ketidakpuasan akan Uni Eropa. Eroscepticism sendiri serupa dengan Euro- phobia, Euro-criticism (ketakutan terhadap Uni Eropa). Kata Euroscepticism digunakan media untuk menarik perhatian para elit politik dan akademisi yang mengakibatkan banyaknya perbedaan konotasi ataupun makna tentang

Eurosceptic. Walaupun banyak makna dan pendapat yang berbeda tentang konsep Eurosceptic secara spesifik, akan tetapi secara umum Eurosceptic

31 bermakna penolakan terhadap Uni Eropa. Eurosceptic hampir terdapat disetiap kalangan terutama dikalangan para actor politikus, dan paham ini juga hampir terdapat diseluruh negara anggota Uni Eropa dengan level dan jumlah yang berbeda antara satu negara dengan negara lainnya (Christian,

2013).

Saat ini, Eurosceptic semakin meningkat dikarenakan negara-negara mulai khawatir akan terlalu banyak kedaulatan yang diberikan kepada Uni

Eropa, terlebih lagi saat 2008 terjadi krisis moneter di Eurozone dan membuat meningkatnya dukungan warga Uni Eropa kepada partai-partai populis dan

Eurosceptic (Vasilevska, 2016, pp. 1949-1950).

Pada awalnya fenomena Eurosceptic dikenal sejak tahun 1960an. Akan tetapi fenomena tersebut hanya digunakan oleh masyarakat Inggris saja sebagai ungkapan masyarakat yang tidak setuju atau tidak menginginkan adanya integrasi Inggris bersama Uni Eropa. Euroscepticism menjadi sangat popular ketika Perdana Menteri wanita Inggris, Margaret Theacher menyampaikan pidato dengan judul “Bruges Spech” pada 20 September 1988.

Dimana dalam pidatonya Margaret Theacher mengatakan bahwa “We have not successfully rolled back the frontiers of the state in Britain, only to se them reimposed at a European level, with a European superstate exercising a new dominance from Brussels” (European Sources, 2016, p. 2).

Margaret Theacher juga percaya bahwa Inggris secara eksklusif merupakan negara besar yang berhak memiliki kedaulatan penuh terhadap negaranya, dan bahwa keanggotaan Inggris di Uni Eropa telah mengakibatkan kedaulatan tersebut diambil secara perlahan dan membuat otoritas pemerintah

32 domestik Inggris terganggu. Sejak pidato tersebut maka Euroscepticism semakin di perbincangkan di kalangan masyarakat Eropa.

Seiring dengan berjalannya waktu, Euroscepticpun menjadi sebuah tantangan baru bagi keberlangsungan Uni Eropa di masa depan. Media memfokuskan permasalahan Eurosceptic dan menjadikannya sebagai sebuah fenomena yang menyita perhatian masyarakat. Permasalahan Eurosceptic selalu dikaitkan dengan permasalahan ekonomi, hingga kedaulatan negara anggota Uni Eropa.

Pada awalnya Eurosceptic hanya berfokus pada Eropa Utara. Bagi

Inggris, Swedia dan Denmark, permasalahan ekonomi dan pembuatan mata uang tunggal (Euro) menjadi pokok utama atas lahirnya Eurosceptic.

Biasanya para masyarakat maupun partai Eurosceptic memfokuskan pada kerugian-kerugian negara mereka dengan bergabungnya di Uni Eropa.

Pemberlakuan mata uang tunggal (Euro) dinilai akan menjatuhkan perekonomian negara anggota Uni Eropa, karena para Eurosceptic berpendapat bahwa munculnya Euro membuat ketidak stabilan ekonomi maupun kemiskinan. Serta para Eurosceptic menganggap bahwa Uni Eropa bukan lagi suatu lembaga supranasional melainkan sebuah superbirokrasi yang dinilai mengarah kepada kediktatoran (Munzilin, 2016).

Sejak ditandatangani Treaty of Maastricht di kota Maastricht pada tanggal 7 Febuari 1992 dan diberlakukan pada 1 November 1993, menandakan bahwa Uni Eropa telah memasuki tahapan integrasi politik serta penyatuan ekonomi dan moneter (economic and monetary Union). Dimana pada perjanjian tersebut memberikan peranan lebih besar kepada Parlemen

33

Uni Eropa dalam prosedur persetujuan dan prosedur koordinasi legislasi diperluas pada bidang baru, yaitu trans-European networks, kebijakan industri, perlindungan konsumen, pendidikan, pelatihan vokasi, kepemudaan dan budaya. Tidak hanya itu, perjanjian Maastrict juga mengatur ekonomi dan moneter dimana terdiri dari beberapa komponen yaitu, setiap negara-negara anggota Uni Eropa harus berkoordinasi dalam kebijakan ekonominya, setiap negara-negara anggota Uni Eropa harus menyediakan pengawasan multilateral dalam koordinasi kebijakan ekonominya, dan pemberlakuan finansial dan anggaran yang disiplin (The Maastricht and Amsterdam

Treaties, 1992, pp. 1-4).

Sejak berlakunya Treaty of Maastricht, Uni Eropa mulai menghadapi berbagai masalah besar, serta terjadi penurunan dukungan masyarakat terhadap Uni Eropa. Permasalah ini juga yang menunjukkan adanya gap atau jarak antara pemerintah, elit politik dan masyarakat Eropa. Hal tersebut yang memunculkan bangkitnya konsep Eurosceptic. Kemudian fenomena besar lainnya yang terjadi pada Uni Eropa adalah saat Belanda dan Perancis menolak projek Uni Eropa atau ketika Treaty of Lisbon diratifikasi.

Kekecewaan masyarakat Eropa terhadap pembangunan ekonomi kemudian merambat pada politik (Condruz-Bacescu, 2014, p. 53).

Isu Eurosceptism semakin popular dalam politik Inggris, dimana pada

Pemilu Parlemen Uni Eropa tahun 2004 partai Eurosceptism Inggris atau

United Kingdom Independence Party berhasil memperoleh 16% suara atau 12 kursi parlemen, kemudian pada pemilu parlemen 2009 UKIP kembali memperoleh suara 16,9% dan mengalahkan Labor Party incumbent.

34

Perolehan suara UKIP kemudian naik pada Pemilihan Umum Parlemen tahun

2014, dimana United Kingdom Independence Party mendapat 26,77% dengan jumlah 24 kursi. Tidak hanya di Inggris, hasil pemilihan di Perancis dan Italia juga memperlihatkan dukungan kepada partai Eurosceptic yang naik, seperti

Front National di Perancis yang memperoleh 24,86% suara dan berhak memperoleh 23 kursi pada Parlemen Uni Eropa, , dan Five Star Movement mendapat 17 kursi parlemen pada 2014 dengan presentase 21,2% (European

Parliament, 2014). Hasil tersebut memperlihatkan bahwa Eurosceptism semakin meningkat dan partai Eurosceptic ditiga negara tersebut berhasil masuk pada Parlemen Uni Eropa.

Terdapat beberapa terminologi yang berbeda tetapi serupa terkait

Eurosceptism. Kata Eurosceptism pada Perancis sendiri adalah

“souverainisme”, “soverainistes”, dan “Eurosceptique”. Soverainistes dalam bahasa Perancis memiliki artian “serangan berlebihan” dari institusi Eropa atau suatu bentuk penolakan terhadap kekuasaan Uni Eropa yang dinilai mengambil kedaulatan Perancis. Sedangkan untuk Italia, kata Euroscepticism lebih dikenal dengan l‟Eurosceticismo yang juga memiliki artian sebagai oposisi dari Uni Eropa (Viviani, 2010, p. 158).

B. Dinamika Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2009 dan

2014

Parlemen Uni Eropa yang didirikan pada tanggal 30 Maret 1962, dan sebelum disebut dengan nama Dewan Bersama Komunitas Batu Bara dan

Baja Eropa (European Coal and Stel Community Common Assembly). Seiring dengan adanya perkembangan Komunitas Ekonomi Eropa (European

35

Economic Community), Komunitas Energi Atom Eropa (European Atomic

Energy Community), maka diperlukan adanya perubahan-perubahan yang dapat mencakup kedua organisasi tersebut. Hal tersebut yang menyebabkan

Parlemen Uni Eropa dibentuk dengan beranggotakan 142 orang yang mengumpulkan pertama kali pada tanggal 19 Maret 1958 di Strasbourg,

Perancis (The European Parliament, 2017, p. 1).

Awal pembentukannya, proses pemilihan anggota Parlemen Uni Eropa tidak dipilih secara langsung. Anggota Parlemen Uni Eropa dipilih melalui masing-masing Parlemen negara-negara anggotanya. Pemilihan secara langsung diawali melalui proses negosiasi yang dilaksanakan di Konferensi

Tingkat Tinggi (The Summit Conference) pada tanggal 9 Desember sampai tanggal 10 Desember 1974 di Paris. Hasil dari keputusan forum tersebut adalah pemilihan sebaiknya dilaksanakan pada tahun 1978 atau setelah tahun

1978. Pelaksanaan pemilihan langsung disepakati dengan ditandatanganinya

Keputusan serta Undang-Undang mengenai Pemilihan Umum Parlemen

Eropa di Brussels tanggal 20 September 1976. Kemudian negara-negara anggota meratifikasi dan secara resmi berlaku pada bulan Juli tahun 1978.

Kemudian Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa dipilih secara langsung untuk pertama kalinya pada tanggal 7 Juni sampai tanggal 10 Juni 1979 (The

European Parliament, 2017).

Parlemen Uni Eropa memiliki beberapa badan politik yang memiliki fungsi serta tugas yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Badan- badan dalam Parlemen Uni Eropa, yaitu Biro (the Bureau) merupakan badan yang bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan financial,

36 organisasional dan administratif yang terdiri dari Presiden Parlemen Uni

Eropa dan Wakil Presiden Parlemen Uni Eropa. Selanjutnya Konferensi

Presiden (The Conference of president) yang terdiri dari Pimpinan kelompok politik bersama Presiden Parlemen Uni Eropa. Konferensi bertugas menetapkan agenda Parlemen Uni Eropa dan merupakan otoritas yang bertanggungjawab untuk membentuk komposisi dan kompotensi komite.

Kemudian Kuestor (Quaestors) yang merupakan badan yang bertanggungjawab atas permasalah administrative dan financial dengan lima anggota dan memiliki masa jabatan selama dua setengah tahun. Berikutnya

Konferensi Pimpinan Komite (The conference of Commite Chairs) yang merupakan badan yang berkoordinasi kerja dari Komita dan memastikan kerjasama antar Komite, dan yang terakhir Konferensi Pimpinan Delegasi

(The Conference of Delegation Chairs) yang terdiri dari pimpinan dari setiap

Komite (The European Parliament, 2017, p. 2).

Uni Eropa telah melaksanakan delapan kali Pemilihan Umum Parlmen dan dilaksanakan dalam rentan waktu lima tahun sekali. Pemilihan umum

Parlemen Uni Eropa pertama kali dilaksanakan pada 7 Juni 1979 hingga 10

Juni 1979. Kemudian tanggal 14 Juni 1984, lima tahun berikutnya pada 15

Juni 1989 hingga 18 Juni 1989. Selanjutnya, 9 Juni 1994 hingga 12 Juni 1994.

Periode berikutnya dilaksanakan pada 10 Juni 1999 hingga 13 Juni 1999.

Kemudian pada tahun 2004 pemilihan umum Parlemen Uni Eropa kembali dilaksanakan lagi dan merupakan periode kenam. Serta periode ketujuh dilaksanakan pada 4 Juni 2009 hingga 7 Juni 2009 dan periode kedelapan

37 pada tanggal 22 Mei 2014 hinngga 25 Mei 2015 (European Commision, 2014, p. 11).

Tabel 3.1 Hasil Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2009

Akronim Nama kursi Persentase

European United Left/Nordic Gren GUE/NGL 35 4.57% Left Group of the Progressive Alliance of S&D Sosialists and Demokrats in the 196 25.59% European Parliament

Grens/EFA The Grens/European Fre Alliance 57 7.44%

Alliance of Liberals and Demokrats for ALDE 83 10.83% Europe

Group of the European People's Party EPP 274 35.77% (Christian Demokrats)

European Conservatives and ECR 57 7.44% Reformists

Europe of fredom and democracy EFD 31 4.05% Group

Non-atached Members – Members not NI 33 4.31% belonging to any political group

Total 766 100% Sumber: Results of the 2009 European elections. European Parliamen

Dalam pemilihan umum parlemen 2009 ada beberapa partai politik dari berbagai negara yang ikut serta. Dari kelompok partai parlemen sendiri ada delapan yaitu, The European People‟s Party (EPP), Progressive Alliance of

Sosialists and Demokrats (S&D), European Conservatives and Reformist

(ECR), Alliance of Liberals and Demokrats for Europe (ALDE), European

United Left/Nordic Gren Left (GUE/NGL), The Grens/European free

38

Alliance (Gren/EFA), Europe of freedom and Direct Democracy Group

(EFDD), Non-attached Members (NI).

Dalam pemilihan umum Parlemen Uni Eropa tahun 2009, kelompok The

European People‟s Party (EPP), mendapatkan perolehan suara terbanyak sebesar 35.77% dari seluruh negara bagian yang mendapatkan 274 kursi parlemen, dengan kuota kursi Parlemen Uni Eropa saat itu sebesar 766 kursi.

EPP merupakan grup politik yang didirikan oleh partai-partai Demokrat

Kristen pada tahun 1976 (Jasen, 1998, p. 3), tapi saat ini keanggotaannya mencakup partai konservatif dan aliran tengah-kanan lainnya. EPP mencakup beberapa partai-partai besar di Uni Eropa seperti Christian Demokratic Union of German (CDU), The Republicans France (LR), People‟s Party Spain (PP) dan beberapa partai lainnya di Uni Eropa kecuali pada Britania Raya.

Peringkat dua Progressive Alliance of Sosialists and Demokrats (S&D) dengan perolehan suara 25.59% yaitu 196 kursi. Kelompok S&D didirikan oleh kelompok sosialis pada 29 Juni 1953 yang menjadikannya sebagai kelompok kedua tertua dalam Parlemen Uni Eropa, kelompok ini kebanyakan terdiri dari partai sosial-demokratik, dan beralihan tengah-kiri (Staab, 2011, p.

67).

Ketiga Alliance of Liberals and Demokrats for Europe (ALDE), dengan

83 kursi parlemen dengan persentase 10.83%. ALDE merupakan aliansi transnasional dari kedua partai yaitu aliansi liberal dan demokrat. Serta ada berbagai macam kelompok independen dalam kelompok ini (Alliance of

Liberals and Democrats for Europe, 2016), ALDE mendukung adanya

39 integrasi Uni Eropa dan penyatuan mata uang (Eurozone) dan ekonomi neoliberal (Phinnemore & McGowan, 2013).

The Grens/ (Gren/EFA), merupakan kelompok politik yang beraliran nasionalis, regionalis dan merupakan kelompok sayap kanan (Staab, 2011, p. 67), kelompok ini dibentuk sebelum pemilihan

Parlemen Uni Eropa ke-5 tahun 1999 (Peterson & Shackleton, 2012, p. 341).

Pada pemilu Parlemen Uni Eropa Gren/EFA menempati posisi kempat dengan perolehan suara 7.44% atau 57 kursi parlemen. Gren/EFA terdiri dari partai- partai yang memiliki negara-negara yang tidak memiliki kewarganegaraan, kepentingan politik regionalis dan merupakan minoritas, seperti The Dutch

European Transparent (2004-2009) dan The Swedish Pirate Party (2009-

2014).

Kemudian European Conservatives and Reformists (ECR) juga mendapatkan 7.44% dengan 57 kursi. ECR merupakan kelompok politik yang beraliran Eurosceptic dan anti-federalis di Uni Eropa. Kelompok ini beraliran center-right untuk right-wing (Toemmel, 2014, p. 158). Salah satu partai besar yang tergabung didalamnya adalah Conservative Party of the United

Kingdom dan Law and Justice (PiS) Poland.

Selanjutnya European United Left/Nordic Gren Left (GUE/NGL) merupakan kelompok politik sayap kiri pada Parlemen Uni Eropa yang didirikan pada 1995 (Trechsel, 2013, p. 72) dan mendapatkan 4.57% atau 35 kursi. GUE/NGL beraliran sosialis dan komunis, dan memiliki anggota politik yaitu Progressive Party of Working People, Communist Party of Bohemia and

Moravia, People's Movement against the EU, Left Alliance, freench

40

Communist Party dan Left Party (Left Front), Communist Party of Réunion

(Alliance of the Overseas), The Left, Stefan Eck (independent),

Syriza (Coalition of the Radical Left), Popular Unity, Sinn Féin, Luke 'Ming'

Flanagan(independent), Italian Left, Communist Refoundation Party (The

Other Europe), Barbara Spinelli (independent), Sosialist Party, Party for the

Animals (Partij voor de Dieren), Left Bloc, Portuguese Communist Party

(Unitary Demokratic Coalition), United Left dan Anova-Nationalist

Brotherhood (Plural Left), Podemos (We Can), The Peoples Decide (Los

Pueblos Deciden), Left Party, dan Sinn Féin.

Non-attached Members (NI) yang mendapat 33 kursi parlemen atau

4.31%. NI merupakan anggota Parlemen Uni Eropa yang tidak berada dalam kelompok politik. Ideologi politik kelompok ini adalah konservatisme, nasionalisme, liberal sosial, populisme, komunisme dan neo-nazisme dan merupakan kelompok politik sayap kanan (Trilling, 2009). Anggota dari NI diantaranya Hans-Peter Martin's List, freedom Party, Alliance for the Future of Austria (formerly freedom Party), Flemish Interest, Atack, Front National,

Jobbik, Northern League, formerly Labour, Party for freedom, Greater

Romania Party, New Generation Party – Christian Demokratic, Union

Progress and Democracy, British National Party British Demokratic Party, dan Demokratic Unionist Party.

Terakhir, Europe of freedom and Direct Democracy Group (EFDD) mendapat 31 kursi parlemen dengan persentase 4.05%, kelompok ini merupakan kelompok Eurosceptic pada Parlemen Uni Eropa (Kaeding &

Switek, 2014, p. 399). EFDD merupakan kelanjutan dari Europe freedom and

41

Democracy (EFD). EFDD merupakan kelompok sayap kanan serta menentang

Uni Eropa serta integrasi Eropa (BBC News, 2014). Partai politik anggota

EFDD adalah Party of free Citizens, Independent MEP, The Patriots,

Alternative for Germany, Order and Justice, Liberty, Sweden Demokrats, UK

Independence Party dan Five Star Movement.

Pada Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014 setiap negara- negara anggota diberikan kebebasan dalam menentukan tanggal pemilihan umum parlemen akan dilaksanakan, dimulai 22 Mei 2014 hingga 25 Mei 2014 dan dengan menggunakan hukum nasional negara masing-masing anggota.

Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014 tersebut tidak diselenggarakan secara serentak dan bersama-sama (European Union

Parliament, 2014, p. 1). Pada 25 Mei 2014 pemilihan umum diselenggarakan oleh 21 negara anggota. Republik Ceko, Irlandia, Latvia, Malta, Belanda,

Slovakia dan Inggris memilih menyelenggarakan pemilihan umum diantara tanggal 22 Mei 2014 hingga tanggal 24 Mei 2014. Inggris menyelenggarakan pemilihan umum pada tanggal 22 Mei 2014 dan Irlandia melaksanakan pemilihan umum pada tanggal 23 Mei 2014. Hasil kolektif dari Pemilihan

Umum Parlemen tahun 2014 di 28 negara anggota tersebut akan diumumkan dalam jangka waktu tiga hari setelah tanggal terakhir pelaksanaan pemilihan umum yaitu pada tanggal 28 Mei 2014.

Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa menganut prinsip proporsional degresif (degressive proportionality), yaitu jumlah anggota parlemen ditentukan oleh banyaknya jumlah penduduk atau rakyat suatu negara

(Cegielka, 2011, p. 32). Jumlah anggota Parlemen Uni Eropa tahun 2009

42 sebanyak 766 orang dengan jumlah partai politik sebanyak 196. Akan tetapi saat Kroasia bergabung dalam Uni Eropa pada tahun 2013, jumlah anggota

Parlemen Uni Eropa mengalami pengurangan pada Pemilihan Umum

Parlemen Uni Eropa tahun 2014, dimana anggota Parlemen Uni Eropa saat ini beranggotakan sebanyak 751 orang dengan jumlah partai 203 partai politik, dan pada Pemilihan Umum Parlemen tahun 2014 terdapat 55 partai baru yang berhasil masuk dalam parlemen Uni Eropa (European Parliament, 2014, p. 2).

Tabel 3.2 Hasil Pemilihan Umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014

Akronim Nama kursi Persentase

European United Left/Nordic Gren GUE/NGL 52 6.92% Left Group of the Progressive Alliance of S&D Sosialists and Demokrats in the 191 25.43% European Parliament

Grens/EFA The Grens/European Fre Alliance 50 6.66%

Alliance of Liberals and Demokrats for ALDE 67 8.92% Europe

Group of the European People's Party EPP 221 29.43% (Christian Demokrats)

European Conservatives and ECR 70 9.32% Reformists

Europe of fredom and democracy EFD 48 6..39% Group

Non-atached Members – Members not NI 52 6.92% belonging to any political group

Total 751 100% Sumber: Results of the 2014 European elections. European Parliament

43

Kemudian pada Pemilihan Umum Parlemen 2014, The European

People‟s Party (EPP) mendapat 29.43% yaitu 221 kursi, Progressive Alliance of Sosialists and Demokrats (S&D) 191 kursi dengan 25.43%, European

Conservatives and Reformists (ECR) 70 kursi atau 9.32%, Alliance of

Liberals and Demokrats for Europe (ALDE) dengan perolehan 8.92% 67 kursi, European United Left/Nordic Gren Left (GUE/NGL) 52 kursi dengan persentase 6.92%, The Grens/European free Alliance (Gren/EFA) 6.66% atau

50 kursi, Europe of freedom and Direct Democracy Group (EFDD) 48 kursi atau 6.39%, dan yang terakhir Non-attached Members (NI) dengan perolehan kursi 52 atau 6.92% (European Parliament, 2014).

Pada pemilu 2009 dan 2014, ada beberapa partai politik yang mendapat kenaikan perolehan suara yang cukup signifikan seperti Front National dari kelompok partai Non-attached Members (NI) yang memperoleh 24,86% suara saat pemilihan di Perancis dan berhak memperoleh 23 kursi pada

Parlemen Uni Eropa, sedangkan pada pemilihan umum parlemen 2009 Front

National hanya memperoleh suara 6,34% atau hanya memperoleh 3 kursi parlemen (France Politique, 2014). Front National berhasil memperoleh kenaikan suara sebesar 18.52%.

Untuk United Kingdom Independence Party (UKIP) pada pemilihan umum parlemen 2014 mendapat 26,77% dengan jumlah 24 kursi pada pemilihan umum di Inggris sedangkan pada tahun 2009 UKIP hanya berhasil memperoleh 16,9% atau 13 kursi (European Parliament, 2014), dan Five Star

Movement (M5S) mendapat 17 kursi parlemen pada 2014 dengan presentase

21,2% pada pemilihan umum di Italia (European Parliament, 2014) sedangkan

44 pada pemilihan umum parlemen 2009, Five Star Movement belum terbentuk, kedua partai ini juga tergabung dalam kelompok partai Europe of freedom and Direct Democracy Group (EFDD). Ketiga partai politik ini dikenal sebagai partai yang skeptik akan Uni Eropa. Ketiga partai juga diketahui sama-sama menolak kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa.

Secara keseluruhan pemilihan umum Parlemen Uni Eropa tahun 2014 tersebut membuat beberapa kelompok politik juga memperoleh penaikan suara, terutama kelompok politik yang membawahi ketiga partai tersebut, seperti kelompok partai Non-attached Members (NI) yang berhasil menaikkan suaranya sebanyak 2.61% dan Europe of freedom and Direct

Democracy Group (EFDD) yang juga berhasil memperoleh kenaikan suara

2.34% pada Pemilihan Umum Parlemen tahun 2014.

C. Eurosceptism di Partai Uni Eropa

Pada awal kemunculannya Eurosceptic dinilai hanya sebagai sindrom

Inggris, yang hanya tersebar di negara Inggris saja akan tetapi saat ini telah merambah ke benua Eropa. Dari sekian banyak kritik Eurosceptic, isu imigran, Eurozone dan integrasi Uni Eropa yang sering menjadi pokok dari kritik para penganut Eurosceptic. Sebab mereka beranggapan bahwa kedaulatan negara mereka terancam dengan adanya integrasi Uni Eropa. Ada beberapa partai yang tergolong sebagai Eurosceptic Party, diantaranya Front

National Party di Perancis, United Kingdom Independent Party (UKIP) di

Inggris dan Five Star Movement di Italia.

Eurosceptic menjadi lebih relevan setelah ketiga partai yaitu, Front

National Party di Perancis, United Kingdom Independent Party (UKIP) di

45

Inggris dan Five Star Movement di Italia tersebut yang merupakan

Eurosceptic Party berhasil meningkatkan perolehan suara di negaranya masing-masing pada Pemilihan Umum Parleman Uni Eropa tahun 2014 serta mendapat beberapa kursi di Parlemen Uni Eropa.

1. Front National Party di Perancis

Perancis merupakan salah satu negara penggagas terbentuknya Uni

Eropa atau yang lebih dikenal dengan negara inner six. Sejarah awal terbentuknya Uni Eropa adalah dimulai saat Menteri Luar Negeri Perancis

Robert Schuman mengusulkan untuk mempresentasikan rencana kerjasama yang lebih mendalam antara negara-negara Eropa yang kemudian disebut

Schuman Plan (European Union, 2011).

Sebagai salah satu negara yang menjadi inisiator dari terbentuknya Uni

Eropa, saat ini opini rakyat Perancis telah banyak berubah. Sebagian besar rakyat Perancis yaitu sebanyak 55% menganggap Uni Eropa berada di petunjuk yang salah atau sudah tidak sejalan lagi dengan tujuan awalnya dan hanya 16% yang menganggap Uni Eropa berada di petunjuk yang benar.

Kemudian 12% beranggapan bahwa Uni Eropa tidak berada pada petunjuk yang salah maupun benar dan 18% menyatakan tidak tahu.

46

D73.2 Saat ini, secara umum apakah anda akan berpendapat bahwa Uni Eropa berjalan pada arah yang benar atau salah?

Tabel 3.3 Opini Publik Warga Negara Perancis terhadap Uni Eropa

Berjalan Berjalan Tidak % pada arah pada arah kedua- Tidak Tahu yang benar yang salah duanya EU 28 25 38 23 14 Belgia 31 44 22 3 Bulgaria 43 14 21 22 Republik Ceko 29 36 26 9 Denmark 39 38 16 7 Jerman 26 38 28 8 Estonia 35 17 26 22 Irlandia 37 25 19 18 Yunani 18 60 18 4 Spanyol 25 44 19 12 Perancis 16 55 12 17 Croatia 33 25 29 18 Italia 15 40 24 21 Cyprus 23 42 22 15 Latvia 37 21 24 18 Lithuania 49 13 23 15 Luxembourg 17 43 29 11 Hungaria 32 25 35 8 Malta 39 12 26 23 Netherland 41 31 15 13 Austria 23 47 23 7 Poland 32 20 30 18 Portugal 21 49 17 13 Rumania 46 23 15 16 Slovenia 31 29 31 9 Slovakia 26 40 27 7 Finlandia 33 38 22 7 Swedia 24 49 19 8 Inggris 19 36 31 14 Turki 33 30 9 28 Republik Makedonia 47 22 19 12 Iceland 37 36 6 21 Montenegro 49 14 17 20 Serbia 42 13 22 23 Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014 (European Commission, 2014, p. 88).

47

Selain itu sebanyak 44% rakyat Perancis menyatakan tidak puas dengan demokrasi yang dijalankan Uni Eropa serta 43% yang menyatakan puas terhadap demokrasi tersebut. Selain ketidakpuasan akan demokrasi Uni

Eropa, masyarakat Perancis juga memiliki tingkat ketidak percayaan yang tinggi terhadap Parlemen Uni Eropa, Komisi Uni Eropa, dan Bank Sentral Uni

Eropa.

QA15.1 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda percaya atau tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Parlemen Uni Eropa

Tabel 3.4 Opini Publik Warga Negara Perancis terhadap Parlemen Uni Eropa

Cenderung Cenderung Tidak % Tidak Tahu Percaya Percaya

18 35 47 Perancis

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014

Sebanyak 47% rakyat Perancis tidak percaya akan Parlemen Uni Eropa dan hanya 35% yang menyatakan percaya serta 18% menyatakan tidak tahu atau berada pada keputusan yang abu-abu terhadap Parlemen Uni Eropa

(European Commission, 2014, p. 56).

48

QA15.2 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda cenderung percaya atau cenderung tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Komisi Uni Eropa

Tabel 3.5 Opini Publik Warga Negara Perancis terhadap Komisi Uni Eropa

% Cenderung Cenderung Tidak Tidak Tahu Percaya Percaya

32 47 21 Perancis

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014

Kemudian pada lembaga Komisi Uni Eropa, sebanyak 47% yang tidak percaya akan kinerja lembaga ini, dan 32% yang percaya serta 21% menyatakan tidak tahu terhadap lembaga Komisi Uni Eropa (European

Commission, 2014, p. 57).

QA15.3 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda cenderung percaya atau cenderung tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Bank Sentral Uni Eropa

Tabel 3.6 Opini Publik Warga Negara Perancis terhadap Bank Sentral Uni Eropa

% Cenderung Cenderung Tidak Tidak Tahu Percaya Percaya

23 28 49 Perancis

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014

49

Tingkat ketidak percayaan tertinggi adalah pada lembaga Bank Sentral

Uni Eropa. Sebanyak 49% rakyat Perancis yang tidak percaya akan Bank

Sentral Uni Eropa, serta 28% yang masih percaya dengan Bank Sentral Uni

Eropa dan 23% menyatakan tidak tahu (European Commission, 2014, p. 58).

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan eurobarometer, tingkat

Eurosceptic di Perancis menunjukkan angka yang dinilai cukup tinggi. Hal ini yang menyebabkan munculnya partai-partai poitik yang mewadahi aspirasi para eurosceptic tersebut dan menjadikannya sebagai politik nyata. Partai politik yang tergolong Eurosceptic dalam sistem politik Perancis salah satunya adalah Front National.

Front National didirikan oleh Jean-Marie Le Pen pada tahun 1972 (Ray,

2015). Jean-Marie Le Pen memimpin Front National selama 39 tahun, sejak tahun 1972 hinga tahun 2011, kemudian Jean-Marie Le Pen digantikan oleh anaknya yaitu Marine Le Pen, yang hingga saat ini masih menjabat sebagai pemimpin partai Front National (Stockemer, 2014, p. 2).

Pada awal terbentuknya, Front National menolak akan Ideologi Ultra

Liberalisme dan terdapat aspek populis dalam Ideologi partai Front National.

Akan tetapi saat ini Front National menampilkan Ideologi sebagai sosialisme, hal tersebut sejalan dan tergambarkan dengan yang hal-hal dilakukan Front

National, seperti membela pemberlakuan upah minimal, pemberlakuan jam kerja mingguan yang pendek. Peningkatan status para pegawai negeri, serta mempertahankan sistem keamanan sosial (Social-security system) (Mayer &

Sineau, 2002, p. 46).

50

Melalui program-program kebijakan politiknya, Front National dengan tegas menentang adanya integrasi Uni Eropa dengan berbagai kebijakan dan kekuasaan yang dimiliki. Terdapat beberapa isu yang dikritik oleh Front

National, yaitu mata uang tunggal Euro, imigrasi dan integrasi Eropa.

Kebijakan Uni Eropa terkait imigran dinilai tidak menguntungkan bagi

Perancis. Mungkin bagi perusahaan yang membutuhkan pekerja seperti buruh dengan upah rendah, kebijakan terkait imigran membawa dampak yang positif

(Front National, 2013). Perancis juga banyak kedatangan imigran korban perang yang mencari suaka politik. Front National berpendapat bahwa dengan masuknya imigran maka akan menimbulkan permasalahan baru bagi

Perancis seperti hilangnya identitas nasional Perancis, menghabiskan banyak anggaran, serta membahayakan stabilitas sosial karena sulit tercapainya asimilasi. Hal tersebut yang menimbulkan banyaknya konflik antar etnis dan meningkatnya islamisasi serta permasalahn sosial. Imigran juga dinilai sebagai sebuah perkara yang mahal yang harus ditanggung oleh negara penerima imigran.

Pemerintah Perancis harus menyediakan anggaran yang cukup banyak untuk imgran, kurang lebih 70 miliar Euro pertahunnya dan yang harus dihabiskan untuk imigran. Tidak hanya itu, jumlah imigran yang masuk di

Perancis juga setiap tahunnya semakin bertambah. Pada tahun 2007 sebanyak

19.985 imigran yang masuk ke Perancis, kemudian di tahun 2010 jumlah imigran yang masuk naik sebesar 61% sehingga menjadi 32.123 (Front

National, 2013). Dalam laporan Migration and Migrant Population Statistics tahun 2013, Perancis menempati peringkat ketiga dengan jumlah imigran

51 terbanyak di Uni Eropa, sebanyak 332.600 jiwa (European Commission,

2015).

Pada tanggal 1 Januari 2014 lembaga Statistik eurostat menyatakan sebesar 4.157.500 warga asing yang tinggal di Perancis, dan sejumlah

1.451.800 jiwa merupakan warga negara Uni Eropa dan 2.705.700 jiwa merupakan warga negara non Uni Eropa. Bertambahnya penduduk yang masuk di Perancis, menandakan semakin banyaknya pengangguran ditiap tahunnya.

Dalam Unemployment rate 2005-2014 sejak tahun 2009 sampai dengan

2014, tingkat pengangguran di Perancis bertambah banyak tiap tahunnya, pada tahun 2009 sebanyak 9.1% atau 5.852.210 dari jumlah keseluruhan penduduk Perancis dan 2014 sebanyak 10.3% atau 6.811.390 jiwa.

52

Tabel 3.7 Data Pengangguran 2005-2014

% 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 EU 28 9.0 8.2 7.2 7.0 9.0 9.6 9.7 10.5 10.9 10.2 Area Euro 9.1 8.4 7.5 7.6 9.6 10.2 10.2 11.4 12.0 11.6 Belgia 8.5 8.3 7.5 7.0 7.9 8.3 7.2 7.6 8.4 8.5 Bulgaria 10.1 9.0 6.9 5.6 6.8 10.3 11.3 12.3 13.0 11.4 Republik Ceko 7.9 7.1 5.3 4.4 6.7 7.3 6.7 7.0 7.0 6.1 Denmark 4.8 3.9 3.8 3.4 6.0 7.5 7.6 7.5 7.0 6.6 Jerman 11.2 10.1 8.5 7.4 7.8 7.0 58 5.4 5.2 5.0 Estonia 8.0 5.9 4.6 5.5 13.5 16.7 12.3 10.0 8.6 7.4 Irlandia 4.4 4.5 4.7 6.4 12.0 13.9 14.7 14.7 13.1 11.3 Yunani 10.0 9.0 8.4 7.8 9.6 12.7 17.9 24.5 27.5 26.5 Spanyol 9.2 8.5 8.2 11.3 17.9 19.9 21.4 24.8 26.1 24.5 Perancis 8.9 8.8 8.0 7.4 9.1 9.3 9.2 9.8 10.3 10.3 Croatia 13.0 11.6 9.9 8.6 9.3 11.8 13.7 15.8 17.4 17.2 Italia 7.7 6.8 6.1 6.7 7.7 8.4 8.4 10.7 12.1 12.7 Cyprus 5.3 4.6 3.9 3.7 5.4 6.3 7.9 11.9 15.9 16.1 Latvia 10.0 7.0 6.1 7.7 17.5 19.5 16.2 15.0 11.9 10.8 Lithuania 8.3 5.8 4.3 5.8 13.8 17.8 15.4 13.4 11.8 10.7 Luxembourg 4.6 4.6 4.2 4.9 5.1 4.6 4.8 5.1 5.9 6.0 Hungaria 7.2 7.5 7.4 7.8 10.0 11.2 11.0 11.0 10.2 7.7 Malta 6.9 6.8 6.5 6.0 6.9 6.9 6.4 6.3 6.4 5.8 Netherland 5.9 5.0 4.2 3.7 4.4 5.0 5.0 5.8 7.3 7.4 Austria 5.6 5.3 4.9 4.1 5.3 4.8 4.6 4.9 5.4 5.6 Poland 17.9 13.9 9.6 7.1 8.1 9.7 9.7 10.1 10.3 9.0 Portugal 8.8 8.9 9.1 8.8 10.7 12.0 12.9 15.8 16.4 14.1 Rumania 7.1 7.2 6.4 5.6 6.5 7.0 7.2 6.8 7.1 6.8 Slovenia 6.5 6.0 4.9 4.4 5.9 7.3 8.2 8.9 10.1 9.7 Slovakia 16.4 13.5 11.2 9.6 12.1 14.5 13.7 14.0 14.2 13.2 Finlandia 8.4 7.7 6.9 6.4 8.2 8.4 7.8 7.7 8.2 8.7 Swedia 7.7 7.1 6.1 6.2 2.3 8.6 7.8 8.0 8.0 7.9 Inggris 4.8 5.4 5.3 5.6 7.6 7.8 8.1 7.9 7.6 6.1 Iceland 2.6 2.9 2.3 3.0 7.2 7.6 7.1 6.0 5.4 5.0 Norway 4.5 3.4 2.5 2.5 3.2 3.6 3.3 3.2 3.5 3.5 Turki 9.5 9.0 9.1 10.0 13.0 11.1 9.1 8.4 9.0 9.9 Amerika Serikat 5.1 4.6 4.6 5.8 9.3 9.6 8.9 8.1 7.4 6.2 Jepang 4.4 4.1 3.8 4..0 5.1 5.0 4.6 4.3 4.0 3.6 Sumber : Unemployment rate 2005-2014 (Eurostat, 2017).

Berdasarkan laporan Tren Transatlantik 2014 (Transatlantic Trends 2014

Report) terkait kekhawatiran negara-negara Uni Eropa terhadap imigrasi Uni

Eropa dan Non Uni Eropa. Angka statistik menunjukkan bahwa publik dari

53

Perancis lebih menghawatirkan dan memperhatikan terkait imigran dari luar

Uni Eropa. Sebanyak 59% publik Perancis memilih takut atau khawatir akan masuknya imigran dari luar negara Uni Eropa dan 44% akan imigran negara anggota Uni Eropa (The Migration Observatory, 2016).

Banyaknya imigran yang masuk ke Perancis salah satunya disebabkan oleh perjanjian Uni Eropa terkait Kontrol perbatasan, yaitu Perjanjian

Schengen (Schengen Treaty). Dimana pada perjanjian tersebut berisikan tentang

1. Penghapusan Pemeriksaan di perbatasan internal

2. Seperangkat aturan yang berlaku untuk orang yang melintasi

perbatasan eksternal dari negara-negara anggota Uni Eropa

3. Harmonisasi kondisi masuk dan aturan visa tinggal pendek

4. Kerjasama polisi ditingatkan (termasuk hak pengawasan lintas batas)

5. Kerjasama yudisial yang lebih kuat melalui sistem ekstradisi yang lebih

cepat dan pengiriman penegakan pengadilan pidana

6. Pembentukan dan pengembangan Sistem Informasi Schengen

(Schengen Information System).

Negara-negara yang menandatangani Schengen treaty adalah Perancis,

Jerman, Belgia, Luksemburg, Belanda, Italia, Spannyol, Portugal, Yunani,

Austria, Denmark, Findlandia, Swedia, Republik Ceko, Estonia, Latvia,

Lithuania, Hungaria, Malta, Polandia, Slovenia, dan Slovakia negara ini merupakan member Uni Eropa. Selain itu, negara diluar member Uni Eropa yang juga menandatangani perjanjian tersebut adalah Swiss, Liechtenstein,

Eslandia, Norwergia (Diplomatie France, 2014).

54

Kemudian Front National menawarkan kebijakan untuk mengurangi intensitas atas arus imigran yang masuk di Perancis. Kebijakan yang ditawarkan Front National adalah:

1. Mengurangi kuota masuk imigran dalam jangka lima tahun dari

200.000 pertahun menjadi 10.000 pertahunnya, dengan memberlakukan

syarat imigran yang masuk harus memiliki kemampuan dan

berkontribusi positif bagi Perancis.

2. Penghapusan reUnifikasi keluarga

3. Pengurangan drastic jumlah izin pencari suaka di Perancis

4. Membatalkan Perjanjian Schengen yang berdampak pada bebasnya

orang untuk masuk ke Perancis. Perancis harus mengambil alih kendali

perbatasannya.

5. Mengurangi izin tinggal maksimal 10 tahun menjadi 3 tahun, dengan

Kontrol yang ketat untuk memperbaruhi izin tinggal

6. Renegosiasi Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia terutama

Pasal delapan yang digunakan untuk mempromosikan imigrasi dan

meningkatkan imigrasi ke Perancis.

7. Memberantas imigrasi illegal melalui pengusiran yang sistematis dan

menghapus peraturan yang sistematis. Selain itu, menghapus peraturan

yang berpotensi mendatangkan imigran illegal

8. Penerapan prioritas nasional dengan mendorong perusahaan untuk

memprioritaskan warga negara Perancis dalam rekrutmen tentang kerja

9. Peningkatan kerjasama terutama dengan negara-negara Afrika.

Pemberian bantuan pembangunan sebagai pengganti kerjasama yang

55

berkaitan dengan arus dan prosedur imigrasi. Upaya tersebut

diharapkan dapat mengembalikan imigran illegal kembali ke negara

asal (France 24, 2014).

Isu lain yang dikritik Front National tentang mata uang tunggal Euro.

Penggunaan mata uang tunggal dinilai menimbulkan banyak permasalahan.

Kemerosotan Euro membuat pertumbuhan perekonomian negara-negara kawasan yang menggunakan mata uang Euro (Eurozone) juga menurun. Euro juga dinilai gagal memenuhi janji untuk mewujudkan kemakmuran, lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Penggunaan Euro berdampak negatif terhadap perekonomian Perancis. Serta Perancis mengalami nilai tukar atau kurs Euro yang begitu tinggi, yang menyebabkan relokasi dan deindustrialisasi. Euro juga terbukti tidak dapat menyelesaikan permasalahan krisis moneter pada tahun 2008, hal tersebut yang membuat Uni

Eropa semakin sulit untuk keluar dari krisis utang dan dapat menyebabkan resiko terjadi resesi (BBC, 2011).

Front National menganggap krisis yang dialami Uni Eropa merupakan tahap awal dan akan terus berlanjut menjadi efek domino. Krisis yang dialami Yunani, Irlandia dan Portugal akan mengancam negara lain seperti

Italia, Spanyol,dan Belgia. Atas permasalahan tersebut, Front National mengusulkan beberapa kebijakan yang dinilai dapat memperbaiki kondisi ekonomi tersebut, yaitu:

1. Menolak kebijakan penghematan (austerity) yang digunakan sebagai

upaya melindungi mata uang. Austerity akan menimbulkan

permasalahan baru yang bisa berdampak bagi masyarakat pekerja dan

56

kelas menengah, pensiunan, pegawai negeri sipil dan usaha kecil dan

menengah.

2. Menolak penggunaan Euro dan menggunakan kembali mata uang

nasional Perancis.

3. Memperkenalakn kembali mata uang Perancis yaitu franc diikuti

dengan pemuulihan Bank Perancis (Banque de France) (Leveque,

2012).

Front National terang-terangan menyebutkan bahwa mereka merupakan anti Uni Eropa, sebab Perancis merupakan negara yang memiliki kekuatan yang kuat serta merupakan negara berdaulat, hal tersebut dinilai bisa membebaskan Perancis dari Uni Eropa. Uni Eropa dianggap sudah tidak sesuai atau melenceng dari tujuan awal terbentuknya, dan memberikan pengaruh buruk bagi Perancis. Kebijakan Uni Eropa hanya membuka perbatasan, dimana akan mendorong semakin banyaknya pengangguran, kemiskinan, ketidakamanan, dan masuknya imigrasi massal.

Front National juga mengusulkan beberapa kebijakan terkait integrasi

Uni Eropa, kebijakan tersebut antara lain adalah

1. Menuntut adanya renegosiasi Perjanjian Integrasi Eropa, utamanya

artikel lima perjanjian Uni Eropa (Treaty on European Union).

Perubahan harus dilakukan dengan menghormati kedaulatan,

identitas nasional, bahasa dan budaya dan pelayanan masyarakat

dengan kebijakan yang jelas.

57

2. Mengembalikan kedaulatan Perancis dengan memerintahkan

Kementerian Kedaulatan untuk mengkoordinasikan renegosiasi

terhadap berbagai kedaulatan Perancis yang hilang.

3. Perancis kembali menguasai perbatasannya melalui kerjasama

dengan negara Eropa lainnya tanpa melalui institusi supranasional

yang mewadahi. Perancis dapat bekerjasama dengan negara yang

memiliki kepentiigan yang sama terkait isu-isu seperti imigrasi,

perdagangan internasional dan perpindahan modal.

4. Perancis mengembalkan keutamaan hukum nasional dengan hukum

Uni Eropa

5. Membentuk kerjasama antar negara-negara Eropa tanpa melalui

institusi supranasional (Front National, 2013).

58

2. United Kingdom Independence Party di Inggris

Euroscepticism dalam konteks Inggris memiliki makna menolak keanggotaan Inggris dalam keanggotaan Uni Eropa atau lebih diartikan sebagai hard Eurosceptism. Inggris memang dikenal sebagai negara pencetus

Eurosceptism, hal tersebut sejalan dengan tigkat ketidakpercayaan masyarakat

Inggris yang tinggi akan lembaga-lembaga Uni Eropa.

QA15.1 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda percaya atau tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Parlemen Uni Eropa

Tabel 3.8 Opini Publik Warga Negara Inggris terhadap Parlemen Uni Eropa

Cenderung Cenderung Tidak % Tidak Tahu Percaya Percaya

21 57 22 Inggris

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014 ( European Commission, 2014, p. 56).

Pertama, sebanyak 57% masyarakat Inggris yang tidak percaya akan

Parlemen Uni Eropa, dan hanya 21% yang mempercayai Parlemen Uni Eropa

(European Commission, 2014, p. 56).

59

QA15.2 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda cenderung percaya atau cenderung tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Komisi Uni Eropa

Tabel 3.9 Opini Publik Warga Negara Inggris terhadap Komisi Uni Eropa % Cenderung Cenderung Tidak Tidak Tahu Percaya Percaya

17 48 35 Inggris

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014 (European Commission, 2014, p. 57).

Kemudian sebanyak 48% warga Inggris yang tidak mempercayai Komisi

Uni Eropa dan hanya 17% yang pempercayai serta 35% mengatakan tidak tahu (European Commission, 2014, p. 57) .

QA15.3 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda cenderung percaya atau cenderung tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Bank Sentral Uni Eropa

Tabel 3.10 Opini Publik Warga Negara Inggris terhadap Bank Sentral Uni Eropa

% Cenderung Cenderung Tidak Tidak Tahu Percaya Percaya

18 43 39 Inggris

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014 ( European Commission, 2014, p. 58).

60

Sedangkan untuk Bank Sentral Uni Eropa sebanyak 43% warga negara

Inggris yang tidak percaya dan 18% yang mempercayainya sedangkan 35% tidak tahu (European Commission, 2014, p. 58).

Inggris merupakan negara yang sangat menolak penggunaan euro, serta

Inggris tidak termasuk dalam zona Euro (eurozone), menurut Inggris penggunaan mata uang tunggal bukanlah sebuah solusi yang baik bagi Uni

Eropa, melainkan hanya akan berdampak buruk bagi negara-negara penggunanya dan Inggris berkeras untuk tetap bertahan menggunakan

Poundsterling. Bagi Inggris Poundsterling bukan sekedar mata uang, melainkan merupakan symbol dari negara mereka. Tidak hanya itu,

Poundsterling juga merupakan mata uang tertua yang ada didunia dan masih digunakan sampai saat ini (Putri, 2016).

Dalam European Commission Standard : Eurobarometer 81-Spring

2014, terdapat data terkait opini publik masyarakat Eropa terhadap Mata uang tunggal Euro, sebanyak 73% masyarakat Inggris menyatakan penolakan akan penggunaan Euro dan menginginkan untuk tetap bertahan menggunakan mata uang negara mereka, Poundsterling. Hal tersebutlah yang menempatkan

Inggris sebagai negara ke dua dengan penolakan penggunaan Euro terbanyak, kemudian hanya 16% yang mendukung Inggris utuk beralih menggunakan

Euro serta sebanyak 11% tidak berpendapat atau tidak tahu (European

Commission, 2014, p. 20).

61

QA17.1. Apa pendapat anda terkait pertanyaan berikut? Tolong berikan pendapat apakah anda mendukung atau melawannya. Ekonomi dan moneter Uni Eropa dengan penyatuan satu mata uang tunggal, Euro Diagram 3.1 Opini Publik Masyarakat Eropa terhadap Mata uang tunggal, Euro

Sumber: European Commission Standard Eurobarometer 81-Spring 2014 (European Commission, 2014, p. 20).

Salah satu pembuktian bahwa Inggris merupakan Hard Euroscepticism adalah sebagian besar rakyat Inggris beranggapan bahwa Inggris lebih baik keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Sebanyak 45% warga Inggris tidak setuju jika Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa, sementara itu mayoritas rakyat Inggris sebesar 61% menyetujui jika Inggris lebih baik keluar dari Uni

Eropa. Hal tersebut memungkinkan adanya partai-partai yang menampung aspirasi para Euroscepticism rakyat Inggris melalui program-program politiknya. United Kingdom Independence Party merupakan partai

Eurosceptic yang didirikan oleh Alan Sked bersama para anggota Liga Anti

62

Federalis (Anti-Federalist League). Liga anti-federalis merupakan suatu kelompok penekan (Pressure group) yang dibentuk untuk menentang

Perjanjian Maastricht (Ford & Goodwin, 2014, p. 21). Liga anti federalis didirikan pada November 1991 oleh Alan Sked sebagai upaya untuk menjadikan dirinya sebagai salah satu calon kandidat dalam pemilihan umum pada tahun 1992. Kemudian pada tahun 2006 UKIP dipimpin oleh Nigel

Farague yang menggantikan Roger Knapman (Hunt, 2014).

Dalam situs resminya, UKIP terang-terangan mengkampanyekan keluarnya Inggris dari keangggotaan Uni Eropa serta menolak kebijakan Uni

Eropa yang dinilai menintervensi kedaulatan Inggris. Hal ini didasari atas kebanggan terhadap Inggris yang dinilai sebagai suatu negara yang mandiri dan tidak bergantung pada Uni Eropa. UKIP juga berusaha mengendalikan kontrol perbatasan Inggris dari masuknya imigran, karena Inggris merupakan negara ke dua dengan imigran terbanyak di tahun 2013, yaitu sebesar 526.000 jiwa (European Commission, 2015).

Sebanyak 26 negara menandatangani Perjanjian Schengen, tetapi Inggris tidak termasuk didalamnya. Hal tersebut yang membuat Inggris memiliki kebijakan imigrasi yang berbeda dengan negara Uni Eropa lainnya. Imigrasi

Inggris terbagi menjadi lima kategori, yaitu bekerja dalam waktu lama, pelajar, pekerja, dan pengunjung jangka pendek, pengungsi, pencari suaka,

Inggris juga memiliki kewajiban Internasional untuk menerima pengungsi yang melarikan diri dari penganiayaan.

63

Pekerja maupun pelajar yang tergolong didalam imigrasi ekonomi, atau berimigrasi dengan alasan kegiatan ekonomi. Dalam imigrasi ekonomi dibagi menjadi dua perilaku berdasarkan asal negara para imigran, yaitu imigran yang berasal dari anggota Uni Eropa dan imigrasi yang berasal dari negara non Uni Eropa. Imigran yang berasal dari negara Uni Eropa tidak termasuk imigrasi yang diberlakukan kontrol imigrasi dengan artian bebas masuk ke

Inggris dan bersaing mendapatkan pekerjaan. Sedangkan, imigran yang berasal dari luar Uni Eropa harus mengajukan permohonan untuk masuk di

Inggris melalui Sistem Berdasarkan Poin (Points Based System). Points Based

System memiliki beberapa kriteria sebelum masuk ke Inggris, yaitu kemampuan, kualifikasi dan pengalaman. Points Based System memiliki lima tingkatan kriteria (five tiers) (Work Permit United Kingdom, 2015) yaitu:

1. Tingkat 1 (Tier I): Kategori ini diperuntukkan bagi "imigran yang

bernilai tinggi” seperti: pengusaha, investor, dan orang yang

memiliki 'bakat luar biasa‟

2. Tingkat 2 (Tier 2): Kategori ini diperuntukkan bagi „pekerja

terampil‟ yang mendapat tawaran pekerjaan di Inggris. Meliputi:

pekerja terampil yang dikirim ke Inggris oleh sebuah perusahaan

internasional, pekerja terampil yang jumlahnya terbatas di Inggris,

dan duta agama dan olahragawan.

3. Tingkat 3 (Tier 30: Kategori ini diperuntukkan bagi pekerja

berketerampilan rendah untuk mengisi kekurangan tenaga kerja

sementara. Pemerintah Inggris sejauh ini tidak pernah

64

mengalokasikan visa dalam kategori ini. Sehingga tidak

memungkinkan mengajukan permohonan untuk kategori tingkat 3.

4. Tingkat 4 (Tier 4): Kategori ini diperuntukkan bagi pelajar berusia di

atas 16 tahun yang ingin belajar di Inggris. Pelajar yang mengajukan

persyaratan ini harus sudah diterima di lembaga pendidikan yang

terdaftar di Inggris sebelum mengajukan permohonan.

5. Tingkat 5 (Tier 5): Kategori ini terdiri dari enam sub-tingkatan

pekerja temporer. Selain itu, juga termasuk yang bergerak dalam

bidang kreatif dan olahraga, amal, pekerja agama, dan skema

mobilitas pemuda yaitu skema yang memungkinkan sekitar 55.000

pemuda setiap tahun bekerja di Inggris pada hari libur kerja. Visa ini

diberikan kepada pemuda yang berasal dari negara-negara yang

mempunyai perjanjian dengan Inggris yaitu: Australia, Kanada,

Jepang, Monako, Selandia Baru, Korea Selatan, 130 dan Taiwan.

Tidak semua tingkatan pada Five tiers diperbolehkan menetap secara permanen di Inggris. Hanya tingkat 1 dan 2 yang dapat memiliki kesempatan untuk tinggal permanen di Inggris dan memenuhi persyaratan dan permohonan izin tinggal. Serta pada ahun 2012, diberlakukan untuk pertamakali peraturan minimal gaji bagi pengaju permohonan tinggal permanen. Hanya orang berpenghasilan 35,000 Euro atau lebih pertahunnya yang dapat mengajukan izin tinggal.

Pada tingkat empat yang engatur persoalan pelajar, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu pelajar harus memiliki konfirmasi penerimaan yang valid unuk belajar di lembaga pendidikan Inggris, memiliki

65 kemampuan berbahasa Inggris yang memenuhi persyaratan dan memiliki uang yang cukup untuk memenuhi biaya dan kebutuhan hidup.

Kemudian beberapa kebijakan yang ditawarkan UKIP kepada imigran antara lain adalah, imigran diharuskan menanggung sendiri biaya hidup selama lima taun yang meliputi asuransi kesehatan (kecuali perawatan medis darudat), pendidikan maupun perumahan. Tidak hanya itu, UKIP juga menawarkan visa berdasarkan poin (Points based Visa System) untuk imigran dan perizinan waktu kerja yang terbatas. Selain itu, asuransi kesehatan menjadi syarat bagi para imigran dan wisatawan yang akan masuk ke Inggris.

UKIP juga menaruh perhatian terkait penjagaan dan pelestarian sejarah, agama, tradisi dan nilai-nilai budaya asli Inggris. Karena UKIP menilai banyaknya imigran yang membawa tradisi, agama dan kebudayaannya akan membuat Inggris kehilangan identitas nasionalnya (United Kingdom

Independence Party, 2015).

Isu imigrasi juga menarik perhatian publik Inggris pada periode 2012 dan 2013. Imigrasi menagalami peningkatan 20% dibulan Januari 2012 menjadi 38% di bulan Agustus 2013. Menurut survei Lembaga Tingkah Laku

Sosial Inggris (British Sosial Atitudes survey) pada tahun 2013 mayoritas warga Inggris sebanyak 56.5% menginginkan pengurangan jumlah imigran.

Serta dalam survei terkait isu publik yang paling penting yang diadakan pada bulan Mei 2014, isu imigran mendapat posisi pertama dengan angka 45%, kemudian isu Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service) dengan persentasi sebesar 43% dan isu ekonomi berada diperingkat ketiga dengan persentasi 32% (The Migration Observatory, 2016).

66

Dalam hal perekonomian sendiri, UKIP mendukung adanya perdagangan bebas antara negara Eropa. UKIP menginginkan perdagangan bebas tersebut dilakukan tanpa institusi supranasional Uni Eropa, dan beranggapan bahwa ekonomi Inggris akan lebih baik jika Inggris keluar dari keanggotaan Uni

Eropa.

3. Five Star Movement di Italia

Five Star Movement dibentuk oleh Beppe Grillo yang merupakan seorang komedian dan blogger, bersama dengan Gianroberto Casaleggio pada

4 Oktober 2009. Setelah kematian Casaleggio pada April 2016, Grillo menunjuk beberapa orang untuk menjadi direktur yaitu Alessandro Di Batista,

Luigi Di Maio, Roberto Fico, Carla Ruocco, Carlo Sibilia dan Grillo sebagai kepala politik dari Five Star Movement (Redazione Ansa, 2014).

Sebelum terbentuknya, pada 16 Juli 2005 Beppe Grillo menawarkan proposal yang kemudian diunggah ke blog pribadinya, untuk mengadakan sebuah pertemuan (Repubblica.it, 2003). Koordinasi dari pertemuan aktivis ini diadopsi dari Howard Dean pada 2003 untuk kampanye Partai Demokrat

Amerika Serikat. Pertemuan ini membahas tentang beberapa topic seperti

"teknologi dan inovasi", "pers-komunikasi", "etis konsumerisme", "mata uang studi", "tidak insinerator" (Bufacchi, 2003).

Hal ini merupakan langkah awal Grillo untuk mencalonkan diri pada

Oktober 2005 sebagai perdana menteri. Kemudian pada tanggal 14 Juni 2017

Beppe Grillo mengemukakan sebuah gagasan yaitu Vaffanculo Day atau V- day. Pada acara V-day, V diartikan sebagai Vendeta atau merupakan sebuah symbol bagaimana warga Italia menyerang Normadania dan sekutu selama

67

Perang Dunia II. Selain itu, V diartikan sebagai angka 5 pada angka romawi dan kemudian dijadikan symbol Five Star Movement (Grillo, 2007).

Five Star Movement dianggap sebagai gerakan populis, anti- establishment, environmentalist anti-globalist dan Eurosceptic. Grillo sendiri menyebutnya bahwa Five Star Movement sebagai "populis". Para anggotanya menekankan bahwa Five Star Movement bukanlah sebuah partai melainkan sebuah "gerakan" dan mungkin tidak termasuk dalam paradigma kiri-kanan tradisional (Franzosi, Marone, & Salvati, 2015, pp. 111-112).

Pada Parlemen Uni Eropa, Five Star Movement menjadi bagian dari kelompok politik Eropa freedom and Direct Democracy (EFDD), bersama dengan United Kingdom Independence Party dan beberapa partai-partai sayap kanan lainnya. Pada bulan Januari 2017, anggota Five Star Movement mengusulkan kepada Grillo untuk bergabung dengan kelompok politik

Alliance of Liberals and Demokrats for Europe (ALDE), namun Five Star

Movement menolak dan ingin tetap menjadi bagian dari EFDD (Repubblica

Italy, 2017).

68

QA15.1 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda percaya atau tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Parlemen Uni Eropa

Tabel 3.11 Opini Publik Warga Negara Italia terhadap Parlemen Uni Eropa

Cenderung Cenderung Tidak % Tidak Tahu Percaya Percaya

35 47 18 Italia

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014 (European Commission, 2014, p. 56).

Warga Italia sendiri dinilai juga sebagai warga yang cukup skeptik terhadap Uni Eropa, hal tersebut ditunjukkan dengan angka ketidakpercayaan warga Italia pada lembaga- lembaga Uni Eropa. Pada Parlemen Uni Eropa sebanyak 48% masyarakat Italia yang tidak percaya, dan 33% yang mempercayai Parlemen Uni Eropa, serta 18% menyatakan tidak tahu

(European Commission, 2014, p. 56).

QA15.2 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda cenderung percaya atau cenderung tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Komisi Uni Eropa

Tabel 3.12 Opini Publik Warga Negara Italia terhadap Komisi Uni Eropa

Cenderung Cenderung Tidak % Tidak Tahu Percaya Percaya

28 45 27 Italia

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014 (European Commission, 2014, p. 57).

69

Kemudian, sebanyak 45% masyarakat Italia yang tidak percaya terhadap

Komisi Uni Eropa dan hanya 28% yang pempercayai dan 27% berpendapat tidak tahu (European Commission, 2014, p. 57).

QA15.3 Dan bagaimana pendapat anda, apakah anda cenderung percaya atau cenderung tidak percaya pada Institusi Uni Eropa Bank Sentral Uni Eropa

Tabel 3.13 Opini Publik Warga Negara Italia terhadap Bank Sentral Uni Eropa

Cenderung Cenderung Tidak % Tidak Tahu Percaya Percaya

22 59 26 Italia

Sumber: Public Opinion in The EU- Spring 2014 ( European Commission, 2014, p. 58). Serta ketidak percayaan masyarakat Italia kepada lembaga Bank Sentral

Uni Eropa adalah yang paling tinggi, sebanyak 52% yang tidak percaya akan lembaga Bank Sentral Uni Eropa dan hanya 22% yang mempercayai Bank

Sentral Uni Eropa (European Commission, 2014, p. 58).

Akan tetapi untuk penggunaan mata uang tunggal Euro, masyarakat

Italia masih merespon dengan baik penggunaan Euro. Terlihat pada survey terkait Opini Publik Masyarakat Eropa terhadap Mata uang tunggal, Euro

(lihat Diagram 3.1) sebanyak 53% warga Italia yang mendukung untuk tetap menggunakan Euro, kemudian 29% menyatakan tidak menginginkan Italia untuk menggunakan Euro, serta sebanyak 17% tidak memberikan tenggapan terhadap mata uang tunggal, Euro (European Commission, 2014, p. 20).

70

Dalam kampanyenya, Grillo mengemukakan The "Seven Points for

Europe" dimana berisikan tentang abolition of the Fiscal Compact (the intergovernmental treaty signed in March 2012), adoption of eurobonds, alliance among Mediterranean countries for a common policy, exclusion of investments in innovation from the 3 percent limit on budget deficit, financing of agricultural and livestock activities in order to increase domestik consumption, abolition of the obligation to have a balanced budget (a constitutional amendment approved in Italy in 2012), and referendum on

Italy's membership in the euro. The focus was on the economy, but clearly these proposals (and particularly Point 7) questioned central aspects of

European.

Tidak hanya ketujuh poin tersebut, Five Star Movement juga mengkritik tentanng kebijakan eurozone serta kebijakan imigran. Grillo berpendapat bahwa dengan adanya eurozone atau penggunaan mata uang tunggal euro akan memperparah krisis pada Italia dan semakin banyak yang menghendaki pembubaran Uni Eropa (Ciptowiyono, 2014).

Selain Grillo, Carlo Sibila yang merupakan anggota parlemen Uni Eropa dari Five Star Movement, menegaskan bahwa partainya hanya menginginkan

Italia untuk keluar dari zona Euro agar dapat memiliki kemerdekaan moneter sendiri. Tidak hanya itu, Grillo berkampanye kepada rakyat Italia untuk memepertimbangkan keanggotaan Italia di Uni Eropa melalui sebuah referendum.

Berkaitan dengan masalah imigran, walikota Roma, Virginia Raggi yang juga merupakan anggota partai Five Star Movement mengatakan agar tidak

71 adalagi imigran yang datang ke Italia, mengingat Italia pada tahun 2013 menempati posisi ke empat dengan jumlah negara penerima imigran terbanyak yaitu 307.500 jiwa (European Commission, 2015).

Di Italia sendiri, warga negara asing yang pemegang ijin untuk tinggal di

Italia hingga akhir tahun 2013 berjumlah 4.922.085 jiwa dari populasi Italia sejumlah 60.782.668 jiwa, dengan angka perbandingan 8,1%. Kemudian persentase jumlah warga asing pemegang ijin tinggal perempuan 52,7%, dan yang berusia di bawah umur lebih dari 1 juta (Dossier Statistico, 2014).

Berdasarkan Laporan Tren Transatlantik 2014 (Transatlantic Trends

2014 Report) terkait kekhawatiran negara-negara Uni Eropa terhadap imigrasi

Uni Eropa dan Non Uni Eropa. Angka statistik menunjukkan bahwa publik dari Italia merupakan negara kedua dengan tingkat kekhawatiran tertinggi terhadap masuknya imigran, hasil survey menunjukkan sebanyak 76% memilih khawatir akan masuknya imigran non Uni Eropa dan 51% publik

Italia yang khawatir akan masuknya imigran dari negara Uni Eropa (The

Migration Observatory, 2016).

Selain itu, menurut Virginia Raggi dengan masuknya imigran akan membuat kondisi lingkungan sosial Italia akan semakin memburuk. Selama ini, Italia menampung lebih banyak imigran dibanding negara lainnya karena negara-negara di Utara Eropa dan Uni Eropa yang tidak ingin atau menolak untuk mengambil bagian dalam mengatasi krisis, bahkan mereka menutup perbatasan untuk mencegah arus imigran yang masuk (Ciptowiyono, 2014).

72

D. Kebijakan-Kebijakan Uni Eropa

Uni Eropa memiliki kebijakan-kebijakan ataupun program kerja yang yang harus dilakukan. Program kerja tersebut berbentuk Kebijakan Uni Eropa dalam bidang HAM di kawasan dan Dunia, Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan

Bersama Uni Eropa/ Commons Foreign and Security Policy (CFSP), Program kerjasama Uni Eropa, dan kemitraan Program Perdagangan Uni Eropa di

Dunia.

Kebijakan Uni Eropa dalam bidang HAM di kawasan dan Dunia, dalam hal ini Uni Eropa berusaha memastikan bahwa semua hak asasi manusia baik hak-hak sipil, politik, ekonomi, social maupun budaya dihormati dimanapun, sebagaimana yang diterapkan dalam Deklarasi Universal tentang Hak Asasi

Manusia dan ditegaskan kelbali dalam Konferensi Dunia tentang Hak Asasi

Manusia tahun 1993. Uni Eropa juga mengedepankan hak-hak wanita, anak- anak, kaum minoritas serta pengungsi. Sebagaimana yang di terapkan pada

Perjanjian Lisbon, Uni Eropa berpedoman kepada prinsi-prinsip demokrasi, supremasi hukum, kesemestaan dan keutuhan hak asasi manusia serta kebebasan fundamental, penghormatan pada martabat manusia, prinsip-prinsip kesetaraan dan solidaritas, serta penghormatan pada prinsip-prinsip Piagam

PBB dan hukum internasional.

Uni Eropa juga berjuang untuk melawan rasisme, xenophobia, dan bentuk- bentuk lain dari diskriminasi berdasarkan agama, jenis kelamin, usia, kecacatan dan orientasi seksual. Uni Eropa memiliki pula perhatian khusus akan hak asasi manusia dalam kaitannya dengan suaka dan migrasi (European External Action

Serice, 2014).

73

Pada Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama Uni Eropa/

Commons Foreign and Security Policy (CFSP), Uni Eropa memiliki kebijakan luar negeri maupun keamanannya sendiri, yang memungkinkan untuk berbicara dan bertindak sebagai satu kesatuan dalam permasalahan dunia.

Negara-negara Anggota Uni Eropa memiliki nilai penting dan pengaruh yang lebih besar ketika mereka bertindak secara bersama-sama sebagai Uni Eropa daripada bertindak sendiri-sendiri. Hal tersebut yang membuat ditandatanganinya Traktat Lisabon pada tahun 2009 yang menciptakan jabatan

Perwakilan Tinggi untuk Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan, atau merupakan Wakil Presiden Komisi Eropa, serta dibentuknya Layanan

Diplomatik Eropa Layanan Hubungan Luar Negeri Eropa/European External

Action Service (EEAS).

Peran Kebijakan Luar Negeri serta Keamanan Uni Eropa adalah untuk memelihara perdamaian dan memperkuat keamanan internasional sesuai dengan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB, mendorong kerjasama internasional dan mengembangkan serta mengkonsolidasikan demokrasi dan supremasi hukum serta penghormatan hak asasi manusia dan kebebasan-kebebasan yang mendasar.

Untuk Program Kebijakan Kawasan Uni Eropa, menyangkut tentang hal- hal yang terjadi di negara-negara yang berbatasan dengan Uni Eropa dan akan memiliki dampak terhadap Uni Eropa sendiri. Tantangan-tantangan yang dihadapi dinegara-negara tetangga sering kali sama dengan yang dihadapi didalam Uni Eropa. Kebijakan-kebijakan regional Uni Eropa memberikan sebuah forum untuk mengatasi tantangan-tantangan bersama dan mendorong

74 kebijakan-kebijakan penting lainnya mulai dari hak asasi manusia hingga masalah iklim.

Kemakmuran, stabilitas dan keamanan di negara-negara yang terletak di sebelah timur dan selatan Uni Eropa merupakan kepentingan bersama.

Kebijakan 59 (European Neighbourhood Policy) mencakup lebih dari perjanjian-perjanjian perdagangan dan kerjasama di antaranya ikatan politik, peningkatan integrasi ekonomi, peningkatan mobilitas dan hubungan antar warga. Rencana-rencana aksi bilateral terbuka bagi negara-negara tersebut yang ingin mempererat hubungan dengan Uni Eropa. Melengkapi ENP, dengan berupaya untuk meningkatkan hubungan politik dan perdagangan antara Uni

Eropa dengan Armenia, Azerbaijan, Belarusia, Georgia, Moldova dan Ukraina. mendukung langkah-langkah praktis yang menyokong transisi menuju demokrasi di negara-negara di kawasan Mediterania Selatan.

Kemudian dalam Kemitraan Program Perdagangan Uni Eropa di Dunia, walaupun jumlah penduduk Uni Eropa hanya 7% dari jumlah penduduk dunia, persentase Produk Domestik Bruto (PDB) Uni Eropa adalah 25,8% dari PDB dunia, dan perdagangannya dengan negara-negara lainnya di dunia mencapai sekitar 20% dari ekspor dan impor global dan tidak termasuk perdagangan antar negara-negara anggota Uni Eropa. Hal ini menandakan bahwa Uni Eropa merupakan salah satu pelaku perdagangan terbesar di dunia, importir dan eksportir terbesar, investor terbesar, perekonomian terbesar dalam hal PDB, dan penerima investasi asing langsung nomor satu karena perdagangan dewasa ini tidak mencakup hanya barang-barang (Sucipto, 2016).

75

Uni Eropa memiliki juga kebijakan perdagangan untuk Eropa serta perdagangan dengan negara-negara lain yang menciptakan pertumbuhan dan lapangan kerja didalam negeri. Hal tersebut merupakan upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan. Perdagangan yang terbuka dan adil mendorong adanya persaingan sekaligus memberikan manfaat bagi para konsumen. Uni Eropa percaya pada sistem yang berdasarkan aturan, yang berpusat pada Organisasi Perdagangan Dunia/World Trade Organisation

(WTO) dan mekanisme-mekanisme multilateralnya. Uni Eropa akan menyambut baik kemajuan dalam perundingan-perundingan perdagangan multilateral, yang dikenal sebagai DOHA Round. Namun untuk sementara, Uni

Eropa juga melaksanakan perundingan-perundingan perdagangan bilateral

(Sucipto, 2016).

Ada beberapa kebijakan Uni Eropa yang diterapkan untuk seluruh negara anggota, seperti kebijakan Four Freedoms. Istilah four freedoms bermula dari tujuan yang tertuang dalam Balance of Competences Report on the Single

Market untuk menciptakan wilayah tanpa adanya batas internal untuk menjamin kebebasan pergerakan barang, jasa, modal dan tenaga kerja, dan diberlakukan sejak 1 Januari 1993 (Government, 2014, p. 13). Oleh sebab itu, four freedoms dalam pasar tunggal yang diterapkan Uni Eropa diantaranya kebebasan pergerakan barang (free movement of goods), kebebasan pergerakan jasa (free movement of services and freedom of establishment), kebebasan pergerakan modal (free movement of capital) serta kebebasan pergerakan individu/tenaga kerja (free movement of persons (and citizenship), including free movement of workers).

76

Pasar tunggal yang diterapkan Uni Eropa ditujukan agar diantara negara anggota Uni Eropa tercipta sebuah wilayah tanpa adanya batas internal maupun hambatan regulasi pada kebebasan pergerakan barang dan jasa. Pasar tunggal dalam Uni Eropa berfungsi untuk menstimulasi kompetisi dan perdagangan, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas dan membantu mengurangi harga (European Commission, 2016). Namun, tujuan awal dari kebijakan tersebut adalah the movement of „economically active‟, baik untuk pekerja maupun self-employed guna mendukung pengembangan tenaga kerja Uni

Eropa.

Gagasan tersebut ditujukan untuk mendukung perkembangan pasar tenaga kerja Uni Eropa ketika para tenaga kerja akan mampu berpindah dari satu negara ke negara lain dalam Uni Eropa untuk mengisi skills and employment gaps serta untuk meningkatkan kesempatan ekonominya (Government, 2014, p. 13). Salah satu kebebasan diantara Four Freedoms yang dijamin oleh Uni

Eropa adalah kebebasan pergerakan tenaga kerja. Melalui kebebasan pergerakan tenaga kerja, Maka tenaga kerja Uni Eropa berhak untuk pindah dan menetap di negara anggota Uni Eropa lain. Lalu, terdapat pula hak untuk memasuki wilayah negara anggota Uni Eropa lain dan menetap bagi anggota keluarga dari tenaga kerja Uni Eropa tersebut. Selain itu, setiap warga negara

Uni Eropa berhak untuk bekerja di negara anggota Uni Eropa lain dan mendapat perlakuan yang sama dengan warga negara (nationals) di negara tersebut. Namun, bagi beberapa negara aksesi kebebasan pergerakan tenaga kerja ini masih dibatasi (Schmid-Drüner, 2016).

77

Kebebasan pergerakan tenaga kerja tersebut tertuang dalam Directive

2004/38/EC on the right of citizens of the Union and their family members to move and reside freely within the territory of the Member States; Regulation

(UNI EROPA) No 492/2011 on freedom of movement for workers within the

Union; Regulation (EC) No 883/2004 on the coordination of social security systems and its Penentangan Inggris terkait implementing Regulation (EC) No

987/2009 (Schmid-Drüner, 2016).

Aturan mengenai kebebasan tenaga kerja dalam Uni Eropa menyebutkan bahwa setiap warga negara Uni Eropa memiliki hak untuk mencari pekerjaan di negara anggota lain yang sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi tenaga kerja (national workers) di negara tersebut. Tenaga kerja tersebut berhak untuk menerima assistance yang sama dari kantor ketenagakerjaan nasional sebagaimana yang diberikan pada tenaga kerja (national workers) di negara anggota tujuan (host Member State), tanpa ada diskriminasi berdasarkan kewarganegaraan dan juga memiliki hak untuk menetap di negara tujuan dalam periode yang cukup panjang untuk mencari pekerjaan, melamar kerja dan direkrut sebagai tenaga kerja. Hak tersebut diterapkan secara merata bagi seluruh tenaga kerja dari negara anggota lain, walaupun mereka berada pada kontrak permanen, tenaga kerja musiman, cross-border workers maupun provide services. Tenaga kerja tersebut tidak boleh mendapat diskriminasi, seperti persyaratan bahasa yang melampaui kewajaran dan diperlukan untuk pekerjaan tersebut (Schmid-Drüner, 2016).

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari peneliitian diatas menyangkut Gerakan Eurosceptic Party di Uni

Eropa Terhadap Keutuhan Uni Eropa, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor peningkatan perolehan suara Front National, United Kingdom

Independence Party (UKIP) dan Five Star Movement dipengaruhi oleh

dua isu, yaitu isu imigran dan penggunaan mata uang tunggal, Euro.

Kebijakan Uni Eropa memasukkan imigran tanpa melihat keadaan

domestik negara penerima imigran serta kegagalan Euro yang dapat

menimbulkan efek domino kepada negara anggota Uni Eropa membuat

pemilih mencari partai dengan kebijakan yang menguntungkan bagi

negaranya. Hal tersebut juga menjadi bentuk perlawanan terhadap

penerapan kebijakan yang selama ini diterapkan Uni Eropa, oleh karena

itu publik cenderung memilih Eurosceptic Party yang dinilai dapat

menampung aspirasi para pemilih yang semakin sceptic.

2. Dampak dari masuknya eurosceptic party kedalam Parlemen Uni Eropa

adalah memudarnya elite politik pro-Uni Eropa, yang akan membuat

parlemen Uni Eropa kehilangan dukungan politisi-politisi yang

menyetujui setiap kebijakan-kebijakannya. Kebijakan free movement of

worker merupakan kebijakan yang paling ditentang oleh para

eurosceptic party kerena kebijakan tersebut membebaskan pergerakan

tenaga kerja untuk masuk mencari kerja di negara Uni Eropa lainnya.

94

Hal ini menyebabkan terjadi pergerakan masyarakat yang tidak

seimbang dan menjadikan perpindahan individu dari negara miskin ke

negara kaya. Selain itu, dampak dari adanya eurosceptic party adalah

keberhasilan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa.

B. Saran

Dalam mengatasi maupun mengurangi persoalan terkait euroscepticism, maka penulis menyarankan beberapa solusi yang semestinya dilakukan oleh Uni

Eropa, yaitu sebagai berikut:

1. Uni Eropa yang mempunyai kekuasaan penuh atas negara anggotannya

sebaiknya melihat kondisi setiap negara anggota sebelum mengeluarkan

kebijakan, karena tidak semua negara Uni Eropa mempunyai keadaan

domestik yang sama. Oleh karena itu, sebelum Uni Eropa membuat suatu

kebijakan, harus melakukan konsulidasi terlebih dahulu kepada negara

anggotanya, hal tersebut bertujuan untuk menyatukan pandangan.

Penyatuan pandangan ini penting dilakukan agar kebijakan yang akan

dikeluarkan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan dan akan

meminimalisir timbulnya perlawanan terhadap Uni Eropa.

2. Untuk menghindari pertentangan antara eurosceptic party dan Uni Eropa,

sebaiknya Uni Eropa lebih meninjau lagi kebijakan-kebijakan yang telah

diterapkan agar Uni Eropa dapat meminimalisir pertumbuhan Eurosceptic

terutama juga pada kebijkan Free Movement of Worker serta memberikan

beberapa kriteria standar untuk individu-individu yang ingin memasuki

salah satu negera Uni Eropa untuk bekerja. Kriteria tersebut sebaiknya

ditetapkan oleh negara anggota masing-masing sebab mereka lebih

95 mengetahui keaadaan domestik negaranya dan lebih menegetahui kriteria pekerja seperti apa yang sedang mereka cari, sehingga ada pembatasan bagi arus individu yang ingin mencari kerja di negara Uni Eropa lainnya.

96

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Djaja, W. (2015). Sejarah Eropa (Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modern). Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Ford, R., & Goodwin, M. J. (2014). Revolt on the Right: Explaining Support for the Radical Right in Britain. London: Routledge.

Government, H. (2014). Review of the Balance of Competences between the United Kingdom and the European Union, Single Market: Free Movement of Persons. London: Crown.

Jasen, T. (1998). The European People's Party. British: MacMillans Press.

Kaeding, M., & Switek, N. (2014). Die Europawahl 2014 : Spitzenkandidaten, Protestparteien, Nichtwahler. Jerman: Springer VS.

Peterson, J., & Shackleton, M. (2012). The Institutions of the European Union. Oxford: Oxford University Press.

Phinnemore, D., & McGowan, L. (2013). A Dictionary of the European Union. France: Routledge.

Plano, J. C., & Olton, R. (1990). Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Putra A Bardin.

Schiff, M., & Winters, L. A. (2003). Regional Integration and Development. Washington DC: the World Bank and Oxford University Press.

Spiering, M., & Harmnsen, R. (2014). Euroscepticism: Party Politics, National Identity, and European Integration. Amsterdam: Rodopi.

Staab, A. (2011). The European Union Explained, Second Edition: Instutions, Actor, Global impact. Bloomington: Indiana University Press.

Stockemer, D. (2014, Agust). The "New" Ideoogy of Front National (FN) under Marine Le Pen: A slight change with a big impact. European Consortium for Political Research , 1-18.

Szczerbiak, A., & Taggart, P. (2008). Opposing Europe? The Comparative Party Politics of Eurosceptism. New York: Oxford University Press.

Taggart, P., & Szczerbiar, A. (2012, April). The Party Politics of Eurosceptism in EU Member and Candidate State. The Sussex European Institute . Brighton, East Sussex, United Kingdom: University of Sussex.

97

Toemmel, I. (2014). The European Union: What it is and how it Works. New York: palgrave Macmillan.

Trechsel, A. H. (2013). Towards a Federal Europe. New York: Routledge Taylor & Francis Group.

Jurnal :

Cegielka, K. (2011). Degressive Proportionality in the Europen Parliament. Mathematical Economics Vol 7 no 14 , 31-38.

Condruz-Bacescu, M. (2014). Euroscepticism Across Europe: Drivers and Challenges. Bucharest University of Economic Studies, Romania Vol 6 Issue 2 , 52-59.

Franzosi, P., Marone, F., & Salvati, E. (2015). Populism and Euroscepticism in the Italian Five Star Movement. The International Spectator Volume 50 no 2 , 109-124.

Hananomi, F. (2015). Dampak Domino krisis Eurozone terhadap Italia. Jom FISIP Volume 2 No.1 , 1-13.

Lestari, I. S. (2017). Penarikan Diri Inggris dari Uni Eropa. eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 5, Nomor 3 , 1027.

Mansfield, E. D., & Milner, H. V. (1999). The New Wave of Regionalism. International Organization, Vol. 53, No 3 , 589-627.

Taggart, P., & Szczerbiak, A. (2001). Parties, Positions and Europe : Euroscepticism in the EU Candidate States of Central and Eastern Europe. Prosing Europe Research Network No 46, 2 , 7-11.

Trisnanto, A. (2010). EROPA DALAM ASIA: ADOPSI ATAU IMITASI? ASEAN dalam Konteks Integrasi dengan Model EU. Jurnal Interaktif Universitas Brawijaya, Vol 1, No 1 , 2-3.

Tsabelis, G., & Garrett, G. (2001). The Institutional Foundations of Intergovernmentalism and Supranationalism in the European Union. International Organization Volume 55, 2 , 357-390.

Ultan, M. O., & Ornek, S. (2015). Euroscepticism In The European Union. International Journal of Social Sciences Vol. VI. No. 2 , 53.

Vasilevska, M. (2016). The EU Integration and Further Challenges. The International journall of Social and Humanities Invention Vol 3 issue 3 , 1946-1951.

98

Vasilopoulou, S. (2009). The Case of the European Extreme Right. Varieties of Euroscepticism , 3-23.

Viviani, L. (2010). Euroscetticismo: la nascita di un nuovo cleavage? Societa mutamentopolitica vol 1 no 1 , 157-179.

Vierasu, T., & Onofrei, G. (2013). A Different Europe. Economic Sciences V , 213-220.

Viviani, L. (2010). Euroscetticismo: la nascita di un nuovo cleavage? Societa mutamentopolitica vol 1 no 1 , 157-179.

Dokumen :

European Commision. (2014). Report on the 2014 European Parliament election. European Union: European Union website.

European Parliament. (1992). The Maastricht and Amsterdam Treaties. Maastricht : European Parliament website.

European Sources Online. (2016). Information Guide Euroscepticism. Wales: Cardiff University Press.

Webb, D., & Keep, M. (2016). In Brief: UK-EU economic relations. Briefing Paper Number 06091 , 3.

Skripsi dan Tesis :

Aziz, A. (2013). Sejarah dan perkembangan Uni Eropa. Skripsi . Jogjakarta, Jawa Barat, Indonesia: Universitas Negeri Yogyakarta.

Hansen, H. S. (2008, June 2). Euroscepticism - A multidimention understanding of the concept and a comparative analysis of public skeptikism in Britain and Denmark. Master Thesis- European Studies . Denmark: Aalborg University.

Munandar, H. (2005, May 10). Pengaruh penguatan Integrasi Uni Eropa terhadap Keberadaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Thesis . Yogyakarta, Jawa Barat, Indonesia: Universitas Muhammadiah Yogyakarta.

Munzilin, K. (2016). Faktor-faktor Kemenangan Kelompok Eurosceptic dalam Referendum Inggris tahun 2016. BAB III Dinamika Perkembangan Eurosceptic di Uni Eropa dan Referendum Inggris tahun 2016 . Yogyakarta, Indonesia: Universitas Muhammadiah Yogyakarta.

99

Putri, E. D. (2016, Febuary 2). Arti Penting Poundsterling bagi Inggris dalam Uni Eropa. Skripsi . Bandung, Indonesia: Universitas Brawijaya.

Setiabudi, C. S. (2017, Juni 13). Pengaruh Kebijakan Pengungsi Uni Eropa terhadap Perkembangan Gerakan Eurosceptic di Eropa. Skripsi . Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia: Universitas Hasanuddin.

Sitepu, P. A. (2003). Konsep Integrasi Regionalisme dalam Studi Hubungan Internasional. Sumatera, Indonesia: Universitas Sumatera Utara.

Tidore, M. D. (2017, Febuari 28). Referendum Inggris di Uni Eropa (Studi kasus Referendum Brexit). Skripsi . Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia: Universitas Hasanuddin.

Web Site :

Alliance of Liberals and Democrats for Europe. (2016). Our History. Retrieved November 22, 2017, from Alliance of Liberals and Democrats for Europe website: https://alde-cor.eu/our-history/

Barigazzi, J. (2016, December 5). The Italian Movement that could remake Europe. Retrieved December 12, 2017, from Politico website: https://www.google.co.id/amp/s/www.politico.eu/article/italys-5star- movement-referendum-sunday-matteo-renzi/amp/

BBC Indonesia. (2011, November 11). Pertumbuhan Ekonomi Zona Euro Menurun. Retrieved October 6, 2017, from BBC Indonesia Web Site: http://www.bbc.com/indonesia/mobile/dunia/2011/11/111110_euroecono my.shtml

BBC News. (2014, June 26). Groups in the European Parliament. Retrieved November 22, 2017, from BBC United Kingdom website: http://www.bbc.co.uk/democracylive/europe-28035100

Bufacchi, I. (2003, May 22). L'economia secondo i grillini: provocazioni, ma c'è anche buon senso . Retrieved November 28, 2017, from Sole 24 Ore Web site: http://mobile.ilsole24ore.com/solemobile/main/art/notizie/2012-05- 22/nelle-proposte-provocazioni-anche-063747.shtml?uuid=Ab8McLgF

Center of Economic Performance. (2004). North and South Jurnal Center Piece. Retrieved Febuary 26, 2018, from http://cep.lse.ac.uk/pubs/download/CP163,

100

Christian. (2013, September 29). Who are the Eurosceptics? Dipetik November 29, 2017, dari Association of Accredited Public Policy Advocates to the European Union website: http://www.aalep.eu/who-are-eurosceptics

Ciptowiyono, I. (2014, April 8). Uni Eropa Ditentang dari segala Penjuru. Retrieved November 27, 2017, from Kompasiana website: https://www.google.com/url?q=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.co m%2Fisharyanto%2Funi-eropa-ditentang-dari-segala- penjuru_54f7b60da33311991d8b47e4&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNGy 1J6AtorswaGr8IeImYStNcwmSA

Deutsche Welle. (2014, April 24). Partai Anti Eropa di Inggris Makin Kuat. Retrieved November 3, 2017, from Deutsche Welle Web Site: http://m.dw.com/id/partai-anti-eropa-di-inggris-makin-kuat/a-17587556

Diplomatie France. (2014). List of Schengen Area Member state. Retrieved December 2, 2017, from France Diplomatie web site: https://www.diplomatie.gouv.fr/en/coming-to-france/getting-a- visa/article/list-of-schegen-area-member

Dossier Statistico. (2014). Laoran Statistik Keimigrasian 2014. Retrieved December 1, 2017, from Dossier Statistico website: http://www.google.com/url?q=http%3A%2F%2Fwww.dossierimmigrazi one.it%2Fdocnews%2Ffile%2F2014_Scheda%2520Dossier%2520indon esiano.pdf&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNGGCE3JLHk3Pwhu2t6GxDK kDqJKRQ

Euractiv. (2013, January 25). Euroscepticism: More than a British phenomenon. Retrieved November 2013, 2017, from Euractiv Web site: https://www.euractiv.com/section/med- south/linksdossier/euroscepticism-more-than-a-british-phenomenon/

European Commission. (2015). Migration and migrant population statistics. Retrieved December 1, 2017, from European Commission website: http://www.google.com/url?q=http%3A%2F%2Fec.europa.eu%2Feurost at%2Fstatistics- explained%2Findex.php%2FMigration_and_migrant_population_statistic s&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNGCW4zyttuMtlJ23eV6EM2TkDMF-g

European Commission. (2014, July). Public Opinion in the European Union. Retrieved November 27, 2017, from European Commission web site: http://ec.europa.eu/commfrontoffice/publicopinion/archives/eb/eb81/eb8 1_first_en.pdf

101

European Commission. (2014, June). Standard Eurobarometer 81 Spring 2014 : Tables of Result. Retrieved November 27, 2017, from European Commission Web site: http://ec.europa.eu/commfrontoffice/publicopinion/archives/eb/eb81/eb8 1_anx_en.pdf

European Commission. (2016). The European Single Market. Retrieved Febuary 26, 2018, from EC website: http://ec.europa.eu/growth/single- market/index_en.htm

European External Action Serice. (2014). EEAS Website. Retrieved Febuary 27, 2018, from http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/keyeupolicies/humanrights/in dexid.htm

European Parliament. (2014, July 1). European Parliament : Result of the 2009 European Election. Retrieved November 13, 2014, from European Parliament Web Site: http://www.europarl.europa.eu/elections2014- results/en/widget-country-uk-2009.html

European Parliament. (2014, July 1). European Parliament : Result of the 2014 European Election. Retrieved November 3, 2017, from European Parliament Web Site: http://www.europarl.europa.eu/elections2014- results/en/widget-country-it-2014.html

European Parliament. (2014). Result of the2014 European Election. Retrieved November 3, 2017, from European Parliament website: http://www.europarl.europa.eu/elections2014-results/en/country-results- it-2014.html

European Union. (2017, September 29). European Parliament. Retrieved October 4, 2017, from European Union Web Site: https://europa.eu/european- union/about-eu/institutions-bodies/european-parliament_en

European Union. (2011). A Peacful Europe - The beginnings of cooperation. Retrieved November 25, 2017, from European Union Website: https://europa.eu/european-union/about-eu/history/1945-1959_en

European Union Parliament. (2014). The 2014 European Elections: This Time it's Different. Retrieved November 22, 2017, from European Union Parliament website: http://www.europarl.europa.eu/pdfs/news/expert/background/20140210B KG35568/20140210BKG35568_en.pdf

102

European Parliament. (2014). Review: European and National Elections Figured Out. Retrieved November 22, 2017, from http://www.europarl.europa.eu/pdf/elections_results/review.pdf

Eurostat. (2017, July 3). Unemployment rate 2005-2014. Dipetik 1 3, 2018, dari Eurostat website: http://ec.europa.eu/eurostat/statistics- explained/index.php/File:Unemployment_rate_2005- 2016_(%25)_new.png

France 24. (2014, May 28). What does France's National Front stand for? Retrieved November 27, 2017, from France 24 web site: https://www.google.co.id/amp/s/amp.france24.com/en/20140528-france- national-front-policy-eu

France Politique. (2014, August 6). Résultats élections européennes 1979 1984 1989 1994 1999 2004 2009 2014. Retrieved October 6, 2017, from france politique web site: http://www.france-politique.fr/histoire- elections-europeennes.htm

Front National. (2013, December 13). Immigration : à l‟UMP, tout n‟est que posture et imposture. Retrieved October 6, 2017, from Front National web site: http://www.frontnational.com/2013/12/immigration-a-lump- tout-nest-que-posture-et-imposture/

Front National. (2013). le confirme : le FN est en tête chez les ouvriers, les salariés, les chômeurs et les fonctionnaires . France: Front National web site.

Grillo, B. (2007, June 14). Vaffanculo-Day. Retrieved November 28, 2017, from Beppe Grillo blog: http://www.beppegrillo.it/m/2007/06/vaffanculoday.html

Hunt, A. (2014, November 21). UKIP : The story of the UUK Independence Party's. Retrieved November 27, 2017, from BBC UK News: http://www.bbc.com/news/uk-politics- 21614073http://www.bbc.com/news/uk-politics-21614073

Kingsolver, J. D. (2011, April 30). Retrieved October 5, 2017, from Prospects for Continued European Political Integration: http://polisci.indiana.edu/undergraduate/theses/Kingsolver.pdf

Leveque, P. E. (2012, Marc 19). Marine Le Pen: son programme economique. Retrieved November 27, 2017, from lexpress.fr website: https://www.google.co.id/amp/s/www.lexpress.fr/actualite/politique/mari ne-le-pen-son-programme-economique_1450967.amp.html

103

Mayer, N., & Sineau, M. (2002). France : The Front National. Retrieved November 29, 2017, from Cevipot Web site: http://www.cevipof.com/DossCev/elec2002/Enjeux/pdf/FN%20- %20VD%202001.pdf

Noll, A. (2015, Marc 23). Pemerintah Prancis Divonis Mati Politisi. Retrieved October 6, 2017, from Deutsche Welle web site: http://m.dw.com/id/pemerintah-perancis-divonis-mati-politis/a-18334147

Ray, M. (2015). Front National. Retrieved November 27, 2017, from Britannica web site: https://www.britannica.com/topic/National-Front-political- party-France

Redazione Ansa. (2014, November 28). M5S supporters give thumbs up to Grillo directorate. Retrieved November 28, 2017, from Ansa news web site: http://www.ansa.it/english/news/2014/11/28/m5s-supporters-give- thumbs-up-to-grillo-directorate_36728cc6-397b-4138-b39e- 971aa1ef521d.html

Repubblica Italy. (2017, June 9). Parlamento Ue: salta il passaggio a eurogruppo Alde. Verhofstadt: "Poche garanzie". Retrieved November 28, 2017, from Repubblica.it web site: http://www.repubblica.it/politica/2017/01/09/news/m5s_europarlamento_ alde-155680742/

Repubblica.it. (2003, July 7). Il candidato che viene da Internet così Dean conquista i democratici. Retrieved November 28, 2017, from Reppublica Italy web site: http://ricerca.repubblica.it/repubblica/archivio/repubblica/2003/07/07/il- candidato-che-viene-da-internet-cosi.html

Schmid-Drüner, M. (2016). Free Movement of Workers. Retrieved Febuary 27, 2018, from http://www.europarl.europa.eu/atyourservice/en/displayFtu.html?ftuId=F TU_3.1.3.html

The European Parliament. (2017). The European Parliament : Organisation and operation. Retrieved November 22, 2017, from The European Parliament website: http://www.europarl.europa.eu/ftu/pdf/en/FTU_1.3.3.pdf

The European Parliament. (2017). The European Parliament: Historical Background. Retrieved November 22, 2017, from European Union: http://www.europarl.europa.eu/ftu/pdf/en/FTU_1.3.1.pdf

104

The Migration Observatory. (2016, November 28). UK Public Opinion toward Immigration: Overall Attitudes and Level of Concern. Retrieved Desember 3, 2017, from The Migration Observatory website: http://www.google.com/url?q=http%3A%2F%2Fwww.migrationobservat ory.ox.ac.uk%2Fresources%2Fbriefings%2Fuk-public-opinion-toward- immigration-overall-attitudes-and-level-of- concern%2F&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNHkQe_fnm7vsoyGCK5IiemJ fAOnbQ

Trilling, D. (2009, July 23). Who do you think you are kidding? Retrieved November 22, 2017, from Newstateman website: https://www.newstatesman.com/uk-politics/2009/07/party-griffin-bnp- european

United Kingdom Independence Party. (2015). UKIP 2015 Election Manifesto Launch. Retrieved November 27, 2017, from United Kingdom Independence Party WEB SITE: http://www.ukip.org/ukip_manifesto_summary.

Work Permit United Kingdom. (2015). UK Five Tier Points- Based Immigration System. Retrieved Desember 2, 2017, from workpermit.com web site: http://www.google.com/url?q=http%3A%2F%2Fworkpermit.com%2Fim migration%2Funited-kingdom%2Fuk-five-tier-points-based- immigration- system&sa=D&sntz=1&usg=AFQjCNFQVCZsmrKHxZqg2Sp3KDnq3I 2pyQ

105