: SELERA LOKAL MENJADI SELERA NASIONAL Michael H.B. Raditya Institut Seni [email protected]

Abstrak Dangdut Koplo merupakan sebuah kesenian yang berasal dari masyarakat dengan geo-kultur tertentu, yakni Pantura dan Jawa Timur. Namun demikian, dangdut koplo tetap merupakan bagian dari genre musik dangdut secara umum. Perkembangan dangdut koplo semakin terejwantahkan jika bertolak dari konstelasi yang terjadi belakangan. Hal ini turut terejawantahkan dengan masifnya genre ini di televisi. Namun di awal perkembangannya, genre ini tidak terlalu mulus, terlebih ketika Inul Daratista naik kelas dari panggung hajatan ke panggung televisi. Hal ini turut merubah kiblat dangdut ala Rhoma menjadi dangdut koplo. Naiknya intensitas atensi masyarakat akan dangdut koplo telah menjadi lonjakan besar bagi masyarakat pelakunya. Dangdut koplo seakan menjadi selera bersama, selera lokal yang menasional. Namun yang menjadi persoalan adalah eksploitasi dangdut koplo mulai tidak wajar. Singkat kata, artikel ini akan menilik kembali persoalan selera dan estetika lokal yang menasional. Proses analisis yang didapat bahwa estetika dangdut koplo turut dikonstruksi kembali oleh televisi

Kata Kunci: Dangdut Koplo, Estetika, distribusi, lokalitas, nasional

Pendahuluan menciptakan hal yang baru dengan intepretasi Tidak dipungkiri bahwa dangdut merupakan masyarakatnya. Singkat kata, hal ini turut diartikan genre musik paling fenomenal di Indonesia. sebagai proses apropriasi masyarakat lokal. Kekuatan dangdut tidak hanya terdapat pada aspek Jika menilik kembali pada persoalan seni musikal, namun turut terdapat pada aspek yang paling dasar. Kesenian merupakan salah satu kontekstual. Dalam hal ini, dangdut selalu unsur dari tujuh unsur kebudayaan, selain sistem diibaratkan dekat dengan rakyat. Selain alunan religi, bahasa, ilmu pengetahuan, sistem kekerabatan, musiknya yang membuat untuk bergoyang, teks dari mata pencarian, dan teknologi (Koentjaraningrat, lagu dangdut turut menceritakan keketiran dan cerita- 1979). Dalam pembicaraan kebudayaan yang lebih cerita sedih layaknya yang dialami oleh masyarakat. general, tidak ada budaya yang asli dari sebuah Nilai kesamaan tersebut menumbuhkan loyalitas tempat. Kebudayaan merupakan proses dari kebersamaan yang menyeluruh untuk masyarakat. perjalanan panjang dan terdapat banyak pengaruh- Jika ditilik dari perkembangannya, dangdut pengaruh yang ada. Selalu terjadi proses akulturasi, merupakan campuran dari beberapa jenis musik yang asimilasi, bahkan hibridasi kebudayaan yang terjadi ada. Hal ini mengindikasikan bahwa dangdut pada sebuah proses kebudayaan. merupakan campuran atau kombinasi dari musik- Dalam hal ini masyarakat mengartikan musik yang telah berkembang sebelumnya di musik dangdut dengan budaya setempat dan Indonesia. Secara eksplisit, hal ini dapat dihubungkan menciptakannya lagi menjadi sesuatu yang baru dengan adanya pengaruh akan kontekstual yang bahkan berbeda dari dangdut sebelumnya, dan salah terjadi. satunya adalah dangdut koplo asal Jawa Timur yang Eksistensi dangdut dapat terjaga karena jenis berkembang pesat di Pantura. Dangdut koplo yang musik ini mau mengalami perkembangan seiring berkembang di turut menjadi pembahasan dengan perubahan zaman yang turut mempengaruhi yang menarik. Setidaknya selera masyarakat akan kebudayaan, manusia, hingga pola pikir masyarakat. dangdut koplo itu sendiri menjadi pembahasan yang Selain itu, munculnya genre baru dalam musik tidak menarik, terlebih ketika dangdut koplo menasional. terlepas dari kreativitas para komposer, penulis lagu, Bila dilihat dari asal muasalnya, penamaan musisi, masyarakat dan kebudayaan setempat. Dangdut, dibentuk karena adanya suara “dang” dan Kebudayaan setempat mempunyai cara tersendiri “dut”, pada tabla atau yang menjadi ciri dalam menerjemahkan segala sesuatu, serta khas dari jenis music tersebut. Suara kendangan menjadikan genre ini mempunyai ketukan yang unik dangdut turut terpengaruh atas kontekstual yang dan pas. Jika bertolak dari etimologinya, sebenarnya terjadi di masyarakat. Di antara jenis musik yang kata dangdut sendiri dimaksudkan sebagai kata mempengaruhi, eksistensi musik tradisi, daerah, atau cemoohan atau ejekan bagi orkes Melayu dengan dapat kita sebut lokal, tetap terjaga. Di mana musik gaya Hindustan yang mengikuti suara tabla dengan dengan unsur etnik Indonesia, khususnya Jawa cara membunyikan suara terentu sehingga terdengar Timur, turut berkontestasi dengan dangdut. Musik “..dangduuut” (Banoe,2003:108). Dari etimologi daerah tetap mempunyai kekuatan tersendiri, seperti dangdut tersebut, secara eksplisit dapat diketahui Didi Kempot, Trio Macan, dll (Suseno, 2005: 34-52). bahwa musik dangdut merupakan perpaduan dari Dari beberapa unsur dan pengaruh musik musik melayu dan musik india, dan menghasilkan yang mempengaruhi Dangdut, terbukti bahwa harmonisasi suara baru, yaitu dangdut. Menurut dangdut merupakan musik yang melebihi genre Suseno, istilah Dangdut baru muncul dan dikenal luas musik biasanya. Dangdut dapat lebih adaptif sesuai pada tahun 1970-an, kata dangdut diindikasikan perkembangan zaman. Hal ini merupakan berasal dari bunyi kendang yang biasanya digunakan keistimewaan dangdut, karena dangdut dapat dalam pertunjukan dangdut, seperti tabla. Di saat itu menerima unsur musik dari mana pun untuk Billi Silabumi hanya mengejek genre (musik dikombinasikan. Senada dengan hal tersebut, dangdut) baru dengan kata dangdut di media massa. Lockard (1998) menyatakan bahwa: Alhasil media turut mempunyai kontribusi yang Dangdut emerged from the cultural cukup besar dengan menjadikan musik campuran ini melting pot of Jakarta, a city sometimes menjadi musik Dangdut (2005:24-27). compared to the spicy Indonesian salad Sebenarnya cikal bakal Musik Dangdut gado-gado because of its assimilation and sendiri telah berkembang sejak tahun 1950an, intermingling of peoples and ideas arriving berawal dari perkembangan musik yang sangat from outside. dipengaruhi oleh perkembangan zaman disaat itu. Lockard menekankan bahwa dangdut merupakan Diawali dengan Musik Melayu Deli, Melayu Deli ini percampuran layaknya makanan gado-gado, yang merupakan musik Indonesia dengan sentuhan dapat diartikan bahwa dangdut merupakan Semenanjung Melayu (Weintraub, 2010). Lagunya percampuran dari banyak jenis musik lainnya. Alhasil terdengar sangat melayu, seperti lagu Mainang dalam perkembangannya dangdut tidak akan pernah Sayang, Serampang Dua belas, dll. Setelah Deli lekang oleh waktu atau zaman. Melayu, Unsur Pop yang telah terkenal dan sedang Senada dengan Lockard, Sumadjo mengatakan naik daun, membentuk Pop Melayu. Pada saat itu bahwa: musik berkiblat pada genre pop dan pop Melayu. Identitas adalah keselarasan di Adanya kebosanan dengan Pop, maka muncul nuansa antara unsure-unsur yang berbeda-beda, musik unsur India, pada saat itu film India merajai kesimetrisan dan keseimbangan yang serasa perfilman dan acara televisi di Indonesia. Tak di antara mereka yang berbeda-beda, yang dipungkiri bahwa Musik India pada saat itu menjadi menciptakan keteraturan dalam sebuah kiblat musik masyarakat, khususnya jawa. keutuhan. Sifat ini menjadi identitas apabila Setelah India, adanya nilai agama yang kuat sistem hubungan abstar yang sama mempengaruhi unsur Timur tengah masuk ke dalam berulang-ulang diwujudkan dalam kuantitas tataran musik Indonesia, dan saat itu musik Arabian Nampak. Sebuah identitas akan berubah atau timur tengah menjadi kiblat, seperti halnya kalau sistem hubungan abstarknya yang kasidahan, dan lagu bertema Islam lainnya. Secara membetuk pola tertentu juga berubah. kontekstual, di kala itu persebaran pengaruh India (2010:52) dan Timur Tengah turut dipengaruhi oleh keputusan Hal ini membuktikan bahwa cairnya jenis musik ini Soekarno yang menutup jalur distribusi barat di kala menjadikan identitas dari dangdut semakin kuat. itu (HB Raditya, 2013). Paska dari musik timur Bercampurnya segala elemen musik menjadi sebuah tengah, terlebih pengaruh yang diberikan Soeharto di kesatuan baru yang membuat masyarakat tidak kala itu membuka peluang barat kembali kehilangan unsur apapun. Dalam hal ini dangdut berkontestasi dalam industri di Indonesia, dan musik menjelma sebagai sebuah partikel budaya di dalam rock kembali hadir di Indonesia secara legal (HB masyarakat. Raditya, 2013). Sebenarnya, tidak hanya rock yang Tidak hanya itu, keberadaan musik dangdut berpengaruh di kala itu, adalah musik latin dan fusion turut berpengaruh pada fungsi simboliknya pada yang ikut menjadi kiblat musik dangdut. Setelah masyarakat, di mana nilai kebersamaan hadir. musik-musik rock dan barat mencapai puncaknya, Acapkali dangdut turut menjadi media berbagi dan muncul musik beraliran atau midi. Musik bersilahturahmi masyarakat pada waktu-waktu tertentu. Dangdut sebagai perayaan di setiap acara membuat terkadang dangdut koplo dipisahkan dari masyarakat. Bahkan, dangdut turut dijadikan media dangdut, namun sejatinya tidak. politik untuk mengumpulkan massa –atau Pada perkembangannya, dangdut koplo menjadikan bintang dangdut sebagai anggota partai. tersebar di jawa timur, dan persebaran paling luasnya Hal tersebut terjadi ketika Partai Golkar terdapat di jalur pantura. Hal tersebut terbukti dengan menggunakan sebagai lambang mereka banyaknya grup dangdut koplo di sepanjang jalur (Weintraub, 2010: 148). Masyarakat terpesona pantura, dan pemasangan lagu dangdut koplo di dengan hingar bingar sang raja Dangdut. Namun sepanjang jalan pantura bila kita menaiki transportasi dalam perkembangannya, dangdut yang diusung massal di sana. Persebaran dangdut koplo ke daerah Rhoma tidak sendiri, terdapat dangdut lainnya yang lainya dapat dirasakan ketika fenomena Inul Daratista muncul di kala itu, yakni Dangdut Koplo. masuk ke industri musik nasional. Persebaran Secara historis, asal kata dangdut sama dangdut koplo makin luas bahkan sporadis. dangdut gamangnya seperti penamaan dangdut koplo koplo mempunyai tempat tersendiri pada sekarang. Istilah Koplo itu sendiri masih dalam batas pertelevisian Indonesia, bahkan dangdut koplo abu-abu. Jika ditelusuri dari KBBI Edisi Keempat menggantikan peran dangdut di televisi. Pedangdut Tahun 2008, terdapat kata Koplo (kop.lo) yang yang menjunjung orisinalitas dangdut semakin berartikan dungu (dalam bahasa jawa). Namun tergeser posisinya. Sehingga terdapat sentiment- terdapat makna lainnya, yakni, Koplo pil yang sentimen tersendiri, hal tersebut terbukti ketika, mengandung zat psikotropika. Pembacaan lainnya penulis mendatangi sebuah seminar, yang di dalam yang membahas tentang dangdut koplo oleh seminar tersebut terdapat anggota dari Dangdut, Weintraub (2010), beliau menerangkan bahwa: istilah beliau menyatakan bahwa “menurut Rhoma Irama, koplo yang mengacu pada gaya pementasan, irama Koplo bukanlah jenis dari Dangdut, Koplo bukan gendang, tempo-cepat. Menurut pemahamannya Dangdut”. Pembacaan yang saya lakukan atas hal ini istilah ini berasal dari “pil koplo”, musik koplo adalah akibat patronase yang terbatas dari pelaku dulunya merupakan cara mengungkapkan perasaan dangdut. Terlebih suasana makin keruh ketika teler tentang gaya tarian yang dianggap orang sebagai industri musik dangdut pada tahun belakangan ini hal yang “sulit dipercaya” atau “ajaib”. Dangdut menjadikan dangdut koplo sebagai kiblat. koplo tercipta pada awal sampai pertengahan 1990- Dangdut koplo pada perkembagannya telah an, dan meledak pada era pasca-soeharto. Pada menyebar ke seluruh penjuru, demam Inul daratista dasarnya, dangdut koplo tercipta di Jawa Timur, menjadi lonjakan yang sangat besar terhadap dangdut tetapi tidak dapat dipastkan asalnya secara rinci. koplo. Hal tersebut membuat dangdut koplo semakin Dangdut koplo diperkirakan tidak berasal dari jawa berkembang dan semakin dapat dinikmati oleh para timur, tetapi hanya berkembang saja. Hal tersebut pendengar musik Indonesia. Entah apakah dangdut dikarenakan, gendangan yang masuk ke koplo merupakan musik resistensi atas dangdut jawa timur sekitar tahun 1980an dan berkembang lazimnya, atau sebagai pencarian jati diri dari musik pada permainan musik di Jawa Timur (Weintraub, itu sendiri. Jika menilik dari segi performance, 2010:252). Alhasil tidak dapat dipungkiri dangdut koplo sangat menonjolkan performa yang perkembangannya yang menyebar secara luas. enerjik. Kekuatan dangdut koplo adalah ke-enerjikan Pada faktor musik, musiknya sangat kental musik dan penyanyi. Namun hal ini turut membuat dengan pengaruh berbagai gaya musikal, termasuk stigma yang merugikan, karena dominan penyanyi metal, house, dangdut dan jaipongan. Pada iringan dangdut koplo berpenampilan seksi. Persebaran yang musik dangdut koplo, dominasi tabla/kendang yang meluas juga dikuatkan oleh pernyataan Weintraub bersuarakan “dang” lebih dominan dibanding “dut”, bahwa : Grup-grup/Orkes Melayu (O.M.) dangdut atau teknik menggeser tangan di lapisan kulit koplo juga berjaya di berbagai daerah, sebagaimana tabla/kendang tersebut, dan dampak yang terjadi terbukti dari VCD “Dangdut Koplo” yang dipasarkan ketika “dang” lebih dominan membuat suasana hingga ke Maluku. (2010:251). Tidak hanya itu, semakin lebih semarak (HB Raditya, 2013). tahun 2015 ini, terdapat acara televisi yang berjudul Penglihatan saya terhadap dominasi “dang” pada “Bintang Pantura”, hingga dua seri. dangdut koplo juga memberikan perbedaan dengan Hal tersebut membuktikan bahwa dangdut yang didominasi “dut”, sehingga persebaran Dangdut koplo yang berkembang sangat memberikan ruang joget tersendiri pada dangdut. pesat. Dangdut koplo telah dikonsumsi oleh berbagai Sedangkan dalam mengisi hal yang sama pada musik kalangan dari pelbagai daerah. Pengkonsumsian jenis dangdut koplo, koplo melakukan banyak sengga’an- musik ini di berbagai daerah membuat persebaran sengga’an seperti halnya “dum plak ting ting joss” dangdut koplo semakin menyeluruh. atau lainnya. Adanya perbedaan yang terjadi Dangdut koplo merupakan karya kreasi dari permainan tabla atau kendang Jawa Barat, tetapi rasa musik dangdut itu sendiri. Jika ditilik dari yang keluar kini telah berbeda. Permainan kendang oraganologi yang digunakan, tidak ada perbedaan Jawa Barat yang sedikit lebih lambat, dirubah yang signifikan. Seperti halnya, gitar, organ, bass, menjadi permainan Jawa Timur yang sangat cepat drum, suling, kecimpring, dan pemain tabla/kendang. dan enerjik. Banyak senggaan-senggan yang tidak Hal yang membedakan adalah cara memainkan alat seharusnya digunakan tetapi digunakan, seperti musik tersebut. Hal ini merujuk pada intepretasi permaian tabla dang/tang yang disertai teriakan pemain lokal terhadap dangdut tersebut. Para pemain pemain di saat penyanyi bernyanyi. Namun hal itulah mengartikan alat musik tersebut dan menterjemahkan yang membuat penonton senang, hal tersebut sebagai dengan gaya yang mereka punya, dan hal yang paling pemacu untuk dapat berjoged dan mengkonsumsi terlihat dalam musik dangdut koplo adalah permainan jenis musik ini. /kendang. Pemain tabla dangdut yang biasanya Keberhasilan para pemusik dangdut koplo menonjolkan gesekan kulit tangan dan kulit tabla adalah ketika para penonton berinteraksi secara yang menghasilkan suara “dutt”, diartikan lain dalam langsung, seperti ikut berjoged, menonton, hingga penggunaan tabla, tetapi dalam dangdut koplo saweran. Dalam hal ini, terdapat pembedaan yang permainan tabla/kendang diterjemahkan dengan cukup tipis antara dangdut dan dangdut koplo, di adanya habitus dari para pemain, seperti halnya mana ketika dangdut dimainkan, joged yang terjadi musik keroncong, jaipong, house, melayu dan dangut adalah joged-joged dangdut pada umumnya, karena itu sendiri. Alhasil bunyi yang lebih ditonjolkan temponya yang mendayu-dayu atau sebagainya. adalah bunyi “dang”. Bunyi “dang” yang Sedangkan pada dangdut koplo joged yang terjadi mendominasi permainan musik dangdut koplo turut adalah joged-joged yang bebas, yang lepas, dan tanpa diartikan sebagai pengatur tempo. Untuk para terkontrol. Kekuatan joged mempunyai arti yang pendengar, suara kendang menjadi pemacu detak sangat penting pada dangdut koplo, yakni sebagai jantung para penonton untuk terus dapat berjoget se- keberhasilan pemain, juga sebagai pusat interaksi, enerjik mungkin. Penggunaan kendang biasanya serta pertukaran atau transfer kebudayaan lewat dipadu padankan dengan suara pemain yang berteriak musik dangdut koplo ini. Pada umumnya, para seperti “uuuuuu aaa”, “tumpak ting ting “joss””, atau penonton sangat suka berjoged, adapun alasan dari “asolole”, teriakan-teriakan tersebut membuat salah satu penonton yang bernama Hendi: suasana semakin meriah dan kondusif dalam “Koplo itu musiknya uelok, enak, permainan. unik kui lho, ada perpaduan antara musik Pola permainan kendang mempunyai moderen dan etnik, jadinya itu enak banget kekuatan pada musik ini, dan pada faktanya, buat goyang” permainan kendang memang sangat digemari oleh Goyang mejadi hal yang lumrah bagi musik rakyat para penonton, salah satunya adalah Benny: seperti halnya musik dangdut koplo ini. Musik Ya, kalau dangdut koplo itu, yang kerakyatan yang diusung lewat daerah. bikin seneng kendangnya, itu enak banget, Hal lainnya yang membuat dangdut koplo denger aja pun tu meriah, enak ,bikin menjadi hal yang unik adalah permainan lagu goyang dan asik gitu, bikin semangat tersebut. Permainan lagu yang dibawakan biasanya mainan kendangnya itu” lagu-lagu dangdut koplo, semua jenis lagu seperti Permainan kendang menjadi energi musik yang halnya pop, rock, melayu dan yang dikonversi cukup kuat. Jika disadari hal tersebutlah yang menjadi versi dangdut koplo. Lazimnya dalam satu membedakan permainan dangdut dan permainan lagu yang dibawakan, pada verse pertama adalah dangdut koplo. Permainan kendang “dang/tang” versi asli, tetapi ketika sudah di verse kedua, diartikan sebagai intepretasi pemain dari permainan tabla/kendang bermain mengawali, dan lagu tersebut jaipongan, ronggeng, tayub, musik house, dangdut, berubah dengan kendang dan alunan musik ala semua digabungkan. Hal ini dapat diartikan sebagai dangdut koplo. Dangdut koplo juga mengusung lagu- manualisasi tempo. Permainan kendang dengan nada lagu yang dekat dengan masyarakat, yang hampir “dang/tang” menjadi karakteristik permainan semuanya dihapal oleh masyarakat, sehingga /kendang Pantura atau Jawa Timuran. penonton dapat bernyanyi dan berjoged ketika lagu Di dalam dangdut koplo, terdapat unsur dangdut koplo dimainkan. menarik lainnya, yakni sengga’an. Tidak semua Di Jawa Timur dan Pantura, dangdut koplo pemain kendang dapat memainkan sengga’an- kerap digunakan pada acara masyarakat, seperti: sengga’an, contohnya para pemain tabla/kendang perkawinan, ulang tahun polisi, khitanan, upacara dari Jawa Barat, walaupun menurut sejarah, keagaman atau sebagainya. Setidaknya penggunaan tabla/kendang yang digunakan di konversi dari ini lah yang menjadikan dangdut koplo menjadi sengat dengan dengan masyarakat. Di sini lah peran hingga harga pertunjukan dari musisi nasional seakan kesenian pada masyarakat, kesenian menjadi hal yang menjadi jurang pemisah antara lokal dan sentral. sangat kuat, baik secara peran, fungsi, guna, hingga Alhasil harus adanya upaya masyarakat akan musik alasan kontekstual lainnya. Bertolak dari pertunjukan itu sendiri. Bertolak dari pernyataan Fredrich dangdut, Sumardjo mengatakan bahwa: Nietzche, seorang filosofer asal Jerman, yang “Seni adalah puncah budaya menyatakan bahwa “tanpa musik, hidup pastilah karena seni berkaitan erat dengan religi sebuah kekeliruan”. Tentunya masyarakat suku atau masyarakat. Seni menghadirkan mempunyai pola produksi, distribusi, hingga yang halus, tak Nampak menjadi Nampak konsumsinya masing-masing. Dalam hal ini dangdut dan berwujud” (2010:30) koplo menjadi bukti ejawantah dari otonomnya Seni adalah puncak dari sebuah acara dan sangat masyarakat. berkaitan erat dengan masyarakat seperti halnya Asumsi kedua adalah, penalaran estetis dangdut koplo ini. dapat diartikan sebagai penalaran selera (Kant via Jika menilik dari pola estetika, dangdut Hauskeller, 2015:35). Hal ini mengartikan bahwa koplo tidak dapat diartikan sebagai sebuah estetis didasarkan pada selera masyarakat. Selera keindahan. Namun estetika yang dapat dilihat dari hal masyarakat didasarkan pada pola-pola kebudayaan ini adalah kenyamanan dari masyarakatnya (Kant via yang dibangun. Namun selera lekang oleh kelas, Hauskeller, 2015). Menambahkan Kant, Sumadjo seperti pada penelitian Lono Simatupang pada tesis mengatakan bahwa: masternya tentang dangdut, di mana dangdut tetap Seni yang halus, yang transenden diperdengarkan dari kelas sosial bawah hingga atas itu tidak bernama, tidak bisa dikatakan. sekalipun, walau dengan alasan adanya habitus Logika dan estetika berbeda, logika selalu (1996). Dalam hal ini selera menjadi persoalan yang mereruksi estetika dan estetika dimiskinkan transeden, dibentuk berdasarkan proses. oleh logika. Sedang sumbuer pengalaman Asumsi ketiga adalah televisi yang seni itu ada intuisi manusia, di bawah menjadikan dangdut koplo dapat dikonsumsi sadarnya. Seni itu irasional. (2010:33) khalayak lintas geo-kultur. Persebarannya tidak lagi Alhasil padanan ini menjelaskan bahwa seni irasional pada hal transportasi, namun pada tayangan televisi dan kenyamanan merupakan perihal kebudayaan, yang terjadi setiap hari. Setidaknya lebih dari dua baik bersifat terwujud, maupun sebaliknya. Baik stasiun televisi mempertontonkan dangdut di setiap bersifat laten, maupun konkret. Dalam hal ini Kant malam, baik tajuk konser hingga tajuk kontestasi. turut menjelaskan secara rinci: Alhasil hal tersebut lah yang menjadikan selera And its about embodied and masyarakat yang menonton televisi menjadi terpatri. sensory. Art or what is defined as art Dalam hal ini, walau penonton mempunyai kuasa engages aesthetic processe but is not their memegang remot televisi, namun dengan kehadiran necessary or ultimate expression. The dangdut pada stasiun televisi lain tetap teringat. Bagi aesthetic is primary. The aesthetics forms para pendengar, maka dangdut koplo di televisi are what human beings are already centered semakin mematri selera. Sedangkan bagi mereka within as human beings.( via Hobart dan yang kurang menyukai, kehadiran dangdut koplo Kapferer, 2005:5) membentuk pola pikir layaknya oposisi biner, di Dapat dimaksudkan bahwa estetika merupakan mana adanya kesadaran yang kuat akan adanya sesuatu yang intuitif, tetapi sudah terjadi pada habitus kehadiran dari oposisi lainnya. manusia sebagai individu. Estetika merupakan sebuah nilai keindahan dari sebuah karya dan ciptaan. Simpulan Ciptaan yang menggunakan sesuatu yang disebut Dari ketiga hal tersebut, dapat intuitif, tidak menggunakan logika. Semua diartikulasikan bahwa dangdut koplo merupakan berdasarkan kenikmatan akan seni. Dari hal ini, upaya alternatif dalam mempertunjukan kesenian di penggunaan koplo dengan segala perkembangannya daerah. Hal ini turut membentuk pola selera adalah estetika masyarakatnya. masyarakat semakin kuat. Bertolak dari sarana transportasi, hingga peredarannnya di televisi, hal ini Selera Lokal Menjadi Selera Sentral (Nasional) turut membentuk pola masyarakat semakin kuat. Pola Asumsi pertama saya adalah, musisi dangdut persebaran seperti ini merupakan pola yang bersifat koplo adalah upaya musikal paling real yang imanent –tidak disadari–, dan hegemonik. Alhasil dipergunakan untuk masyarakat sekitar. Aksesibilitas selera lokal masyarakat pantura, menjadi selera masyarakat daerah terhadap musisi dangdut nasional sentral, atau dapat disebut selera nasional. merupakan hal yang muskil. Perbedaan tempat, Daftar Pustaka A. Lockard, Craig. 1998. Dance of Life, Popular WIDODO, -. LELAGON DOLANAN ANAK DAN Music and Politics in Southeast Asia. PENDIDIKAN KARAKTER. Harmonia: Honolulu: University of Hawai’I Press. Journal of Arts Research and Education, Budi Suseno, Dharmo. 2005. Dangdut Musik Rakyat. [S.l.], v. 10, n. 2, Apr. 2011. ISSN 2355- Yogyakarta: Kreasi Wacana. 3820. Available at: Kapferer, Bruce dan Hobart, Angela. 2005. . Berghagn Books doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v10 Hauskeller, Michael. 2015. Seni, Apa itu? i2.62. Yogyakarta: Kanisius Aesijah, S. (2011). MUSIK DANGDUT: SUATU Koentjaraningrat, 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. KAJIAN BENTUK MUSIK. Harmonia: Jakarta: Aksara Baru. Journal Of Arts Research And Education, N. Weintraub, Andrew. 2010. Dangdut Stories , A 10(1). Social and Musical History of Indonesia’s doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v10 Most . New York: Oxford i1.50 University Press, inc. WADIYO, -. Musik Dangdut di Kalangan Remaja Raditya, Michael H.B. 2013. “Esensi Senggakan Kota Semarang (Dangdut Music of pada Dangdut Koplo Sebagai Identitas Adolescent Society in Semarsmg City). Musikal”. Tesis pada Pengkajian Seni Harmonia: Journal of Arts Research and Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Education, [S.l.], v. 5, n. 3, Jul. 2011. ISSN Pascarajana Universitas Gadjah Mada. 2355-3820. Available at: Simatupang, G.R. Lono Lastoro. 1996. “The . A Study of Popular Music in Indonesia”. doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v5i Tesis pada Departement of Anthropology 3.819. and Sociology Monash University. Wawancara. Sumardjo, Jakob. 2010. Estetika Paradoks. Bandung: 1. Benny. Pada tanggal 4 Januari 2013. Sunan Ambu Press. 2. Hendi. Pada tanggal 2 Januari 2013. Adi Sam, T. (2011). PERMAINAN ANAK YANG MENGGUNAKAN NYANYIAN (Kajian Wilayah: Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). Harmonia: Journal Of Arts Research And Education, 10(2). doi:http://dx.doi.org/10.15294/harmonia.v10 i2.57