AKTUAL Edisi 47

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

AKTUAL Edisi 47 AKTUAL Edisi 47 / 3 - 17 Januari 2016 1 2 AKTUAL Edisi 47 / 3 - 17 Januari 2016 AKTUAL PENDIRI M Danial Nafis KOMISARIS Yudi Latif PEMIMPIN REDAKSI Faizal Rizki Arief SEKRETARIS REDAKSI Tsurayya Zahra REDAKTUR SENIOR Satrio Arismunandar, Hendrajit, Eko Maryadi SIDANG REDAKSI Faizal Rizki Arief, Satrio Arismunandar, Hendrajit, Wahyu Romadhony REDAKTUR Wahyu Romadhony, Nebby Mahbubirrahman, Sukardjito, Ismed Eka Kusuma, Tino Oktaviano (Foto) ASISTEN REDAKTUR Zaenal Arifin, M Vidia Wirawan, Karel Stefanus Ratulangi, Wisnu Yusep, Arbie Marwan STAF REDAKSI Soemitro, Fadlan Syam Butho, Nailin In Saroh, Mochammad Zaky Kusumo, Novrizal Sikumbang, Dadang Sah, Agung Rizki, Warnoto (TV), Junaidi (Foto), Munzir (Foto), Leonina K Lahama, Najamuddin Arfah, Refli Mulyadi, Eko Sumaryanto (Foto Komersial) DESAIN GRAFIS Shofrul Hadi, Nelson Nafis NETWORK Tri Wahyudi (Hd), Rendra SMC Taufik, Iqbal Maulana KONTRIBUTOR LUAR NEGERI Fitra Ismu (Meksiko) REPORTER DAERAH Masriadi Sambo Sengkarut di Pelindo (Aceh), Damai Oktafianus Mendrofa (Medan), Muhammad Dasuki (Semarang), Ahmat Haris B (Surabaya), Muchammad Nasrul Hamzah Pembaca yang budiman, maka KPK bisa menuntutnya. (Malang), A, Bobby Andalan (Denpasar), Andri Akhir tahun ini kondisi Dan hal yang sama, Kepolisian Wawan MS Husen (Palu), Vina Fatma Sari ekonomi politik sangat tidak juga bisa menuntutnya. (Bandung), Labib Zamani (Yogyakarta) menggembirakan. Banyak sekali Yang sangat menarik di kasus DIREKTUR OPERASIONAL Rinrin kegaduhan politik dan ekonomi ini adalah dugaan keterlibatan Sukmariana terjadi. Di bidang hukum pun ada beberapa petinggi negara dan MANAGER KEUANGAN Kasep Natakusumah STAF KEUANGAN Zulkarnain, Vinka H P banyak catatan yang sangat tidak lingkungan Istana. Sengkarut HRD & KESEKRETARIATAN Nuryana menggembirakan. Pelindo tidak lagi soal Rj Lino, SIRKULASI Widhi Maulana, Bayu Aji Beberapa kasus sangat tapi siapa saja yang diuntungkan MARKETING OFFICER Dedy Kusnaedi, Rhiza Adittya sensitif muncul di penghujung oleh RJ Lino. Ini jadi bola salju akhir tahun ini. Aktual mencatat politik yang akan tetap ramai di ALAMAT REDAKSI Graha Aktual: Jl. Tebet Barat VIII no.50 Jakarta ada dua kasus sensitif yakni tahun 2016. Selatan, Indonesia Kode pos: 12810 kasus Freeport dan Pelindo. Dalam Rubrik Hukum, isu yang Telp. 021 83794508 ( Hunting ) Kasus Freeport kami sudah sangat menarik adalah kasus hukum Fax. 021 83794706 membahasnya di edisi lalu. di Rumah Sakit Sumber Waras yang [email protected] Kini giliran kasus Pelindo. diduga bisa menyeret Gubernur [email protected] Laporan Utama kali ini, kami DKI Jakarta yang kerap dipanggil menyajikan soal sengkarut Ahok itu. Kasus ini menjadi menarik Pelindo. Kasus ini mencapai karena laporan BPK menyatakan puncaknya ketika Direktur RJ bahwa ada kerugian negara Lino diberhentikan setelah dalam proses pembelian rumah Rekomendasi Pansus Pelindo di sakit tersebut oleh Pemprov DKI. DPR memberi rekomendasi untuk Keterlibatab Gubernur Ahok di memberhentikan Lino. kasus ini diduga amat besar. Namun yang menarik, KPK Kami juga menyajikan dan Polri bahkan juga masuk dan beberapa artikel laian yang mencium aroma tidak sedap di hangat buat pembaca. dalam kasus ini dengan sangkaan Selamat Tahun Baru 2016... yang berbeda. Artinya, kalau terbukti Lino melakukan korupsi Redaksi AKTUAL Edisi 47 / 3 - 17 Januari 2016 3 Daftar Isi Edisi 46|Tahun ke-4|3 - 17 Januari 2016 Laporan Utama 14 AKTUAL REVIEW 24 Pak JK, Sudahlah... Musibah Jatuhnya Pesawat T-50i TNI AU Jatuhnya pesawat TNI AU selama ini sering dikaitkan Presiden Joko Widodo wajib dengan pernyataan bahwa alutsista itu sudah usang hukumnya memberhentikan atau terlalu tua. Sehingga “wajar” jika jatuh, karena masa Rini Soemarno dari jabatannya pakainya sudah kadaluwarsa. Namun, untuk pesawat sebagai Menteri BUMN. Bila T-50i pernyataan itu tidak akurat, karena pesawat ini belum Presiden bergeming atas lama bergabung dengan TNI AU. Ini juga pesawat yang rekomendasi Pansus Pelindo II, dibeli dalam keadaan baru, bukan pesawat bekas pakai. bisa berujung pada pemakzulan. 34 HUKUM 28 “Dwelling Time” dan Konflik Pembelian Tanah RS Sumber Waras Menyimpang Kepentingan di Pelindo II Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melalui hasil audit investigasinya khusus untuk pembelian tanah RS SW Pelindo II dan pihak swasta menyimpulkan adanya enam penyimpangan, mulai dari tahap pengelola TPS justru punya perencanaan, pembentukan harga hingga penyerahan hasil. kepentingan yang sama untuk memperlama “dwelling time.” 40 EKONOMI Evaluasi Kinerja 2015 Tak Sesuai Harapan, SKK Migas Berharap 2016 Lebih Baik Lagi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memberi 30 Susahnya Menggusur Rini Sang catatan, sepanjang tahun 2015 ini pada sektor Migas, “Pemain Samping Serba Guna” pemerintah masih belum mampu menyediakan infrastruktur yang memadai sebagai sarana Menggusur Rini Sumarno? Nah memfasilitasi peningkatan penyerapan domestik. ini jauh lebih kompleks daripada yang dibayangkan banyak 44 INTERNASIONAL kalangan. Indonesia Tolak Bergabung di Koalisi Militer Saudi Indonesia menolak bergabung dalam koalisi militer Islam yang digalang Arab Saudi. Selain hal itu bertentangan dengan prinsip politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia tak ingin terseret arus konflik perkubuan di Timur Tengah. 46 LIFE Cegah dan Sembuhkan Kanker dengan Metode AMAS Saat ini ada metode sederhana dalam mencegah sekaligus menyembuhkan kanker yang disebut “AMAS Test” (Anti-Malignan Antibody Serum test), sangat bermanfaat untuk ‘skrining’ dan memonitor kanker. Yang terbaik dari cara ini yakni, relatif murah dalam hal biaya serta sangat akurat 95 persen. 3 Tatap Redaksi 12 Lensa Aktual 38 Kilas Hukum 5 Terkini 16 Kilas Nasional 42 Kilas Ekonomi 6 Kaki Hari 20 Kilas Politik 50 Oase 4 AKTUAL Edisi 47 / 3 - 17 Januari 2016 TERKINI Adkerson tetap di posisi CEO. Sepanjang 2015, harga kedua komoditas unggulan Freeport yakni emas dan tembaga terus terjun bebas yang membuat pihak Freeport terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja besar-besaran terhadap karyawannya. Sementara, nilai saham Freeport sendiri terus menurun, pada perdagangan hari Senin (28/12) di lantai bursa harga saham perusahaan yang memiliki operasi tambang emas di Indonesia itu turun hingga 61 sen atau sekitar 8,1 persen menjadi USD 6,95 per lembar. Pada bulan Agustus lalu, Freeport mengumumkan rencana efisiensi besar-besaran yang mencakup pemotongan belanja, produksi dan sekitar 10 persen dari tenaga kerjanya. Menteri BUMN Benarkan guna menjabat sebagai pelaksana Perlu diketahui, James R. Moffett Telah Copot RJ Lino tugas direktur utama dan direktur alias Jim Bob juga beken di Tanah Air sampai terpilih direktur utama dan karena polemik surat Menteri ESDM Kementerian BUMN direktur yang definitif. Sudirman Said yang menyatakan membenarkan bahwa telah Sebagaimana diketahui RJ bahwa pemerintah sudah menyetujui memberhentikan Richard Joost Lino Lino dinyatakan sebagai tersangka perpanjangan kontrak Freeport. Surat sebagai Direktur Utama PT Pelindo oleh KPK dalam kasus pengadaan tersebut ditujukan Sudirman kepada II (IPC). Pemberhentian ini berkaitan Quay Container Crane tahun Jim Bob. dengan kasus hukum yang menimpa 2010, sementara Ferialdy Noerlan Belakangan dia juga santer RJ Lino dan Direktur Pelindo II dinyatakan sebagai tersangka kasus dikabarkan pernah bertemu salah Ferialdy Noerlan. pengadaan mobil crane 2013 oleh seorang anggota keluarga Wakil Sesuai prosedur, Dewan Bareskrim Polri. /Ismed Eka Kusuma Presiden Jusuf Kalla. Namun Komisaris pun telah menyampaikan belum jelas apa maksud dan tujuan pertimbangannya kepada pertemuan itu. /Sukardjito Kementerian BUMN. Langkah James R. Moffett Mundur Dewan Komisaris ini dilakukan Jadi Bos Besar Freeport untuk memastikan bahwa kegiatan perseroan bisa tetap berjalan James R. Moffett Direktur utama dengan optimal. Untuk itu keduanya (Executive Chairman) sekaligus diminta agar tidak dibebani tugas pendiri perusahaan Freeport- untuk mengelola perusahaan karena McMoRan mengundurkan diri dari masalah hukum yang dihadapinya. jabatannya. Oleh karena itu, Menteri BUMN Demikian dikutip dari laman AP Rini Soemarno pun memutuskan yang ditulis pada Senin (28/12). untuk memberhentikan keduanya Pengunduran diri Moffet akibat dengan hormat dari jabatannya. dari menurunnya harga komoditas “Biarlah mereka dapat andalan perusahaan tambang yang berkonsentrasi menyelesaikan kasus berbasis di Amerika Serikat tersebut. hukum masing-masing,” kata Rini Moffet yang ikut mendirikan dalam siaran persnya, Jakarta, Rabu Freeport-Mcmoran pada tahun 1969 (23/12). itu, rencananya baru resmi mundur Kemudian, Rini pun pada hari Kamis (31/12) mendatang. menginstruksikan kepada Dewan Jim Bob biasa disapa itu akan Komisaris Pelindo II untuk menunjuk digantikan oleh Direktur Independen REUTERS anggota direksi yang ada sementara Gerald J Ford. Sementara Richard C AKTUAL Edisi 47 / 3 - 17 Januari 2016 5 KAKI HARI YUDI LATIF Basis Budaya Pengembangan Teknologi dan Industri embangunan dan Ini negeri, kekayaan alamnya perkembangan teknologi, nomor tiga di dunia. Tetapi di negeri baik untuk alasan seruah ini, tantangan pembangunan kemakmuran ataupun masih berkisar pada persoalan- demi mencegah dampak persoalan mendasar: keperluan Pnegatifnya, tidak bisa ditundukkan mengurangi angka kemiskinan, hanya pada prinsip-prinsip kemampuan menyediakan lapangan keteknikan atau rasio instrumental kerja, penyediaan air bersih, dan semata. Idealnya, perkembangan kenyataan makin bubrahnya ini harus ditarik ke jangkar sosio- keseimbangan ekosistem. kultural tempat dialog-dialog Ini
Recommended publications
  • Analisis Eksitensi Partai Politik Lokal Di Aceh Pasca Perdamaian
    Serambi Akademica Vol. 9, No. 4, pISSN 2337–8085 Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Mei 2021 eISSN 2657- 0998 Analisis Eksitensi Partai Politik Lokal Di Aceh Pasca Perdamaian Usman Universitas Abulyatama [email protected] ABSTRAK Artikel ini membahas tentang eksistensi Partai Aceh, sebagai kekuatan politik lokal pada pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, pasca perdamaian. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui eksistensi Partai Politik Lokal Aceh sebagai kekuatan sosial politik lokal, dan berbagai dinamika baik konflik internal, hingga turunnya kekuatan politik lokal dan suara pemilih setiap pelaksanaan pemilihan umum legislataf dan pemilihan kepala daerah. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif meliputi pengumpulan data melalui buku, jurnal, media massa dan dokumen lainnya. Teknik penelitian yang di gunakan adalah teknik penelitian studi literatur. Tahapan yang di lakukan dalam penelitian ini yaitu kritik atau analisis sumber, dan interpretasi (menafsirkan sumber). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis. Dari serangkaian proses penelitian yang dilakukan, penulis memperoleh kesimpulan bahwa pasca damai Aceh telah terjadi transisi politik, dari kekuatan perlawanan senjata, ke perjuangan melalui Partai Politik Lokal. Eksistensi partai politik lokal salah satu partai mantan kombatan adalah Partai Aceh (PA). Sejak pemilu dan pilkada selama tiga periode, Partai Aceh (PA) mampu mendapatkan suara mayoritas, namun dalam tiga dekade tersebut terjadi penurunan suara pemilih
    [Show full text]
  • The Latent Transformation Process of the Free Aceh Movement Ideology After the Peace Agreement
    PJAEE, 17 (6) (2020 THE LATENT TRANSFORMATION PROCESS OF THE FREE ACEH MOVEMENT IDEOLOGY AFTER THE PEACE AGREEMENT Rusli Yusuf Department of Pancasila and Civic Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Syiah Kuala) Email: [email protected] Maimun Department of Pancasila and Civic Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Syiah Kuala) Email: [email protected] Sanusi Department of Pancasila and Civic Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Syiah Kuala) Email: [email protected] TM. Jamil Department of Economic Education, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Syiah Kuala) Email: [email protected] Rusli Yusuf, Maimun, Sanusi, TM. Jamil : The Latent Transformation Process of the Free Aceh Movement Ideology After The Peace Agreement -- Palarch’s Journal of Archaeology of Egypt/Egyptology 17(6), ISSN 1567-214x Keywords: Transformation of Ideology, Latent Process, Free Aceh Movement and Post- peace ABSTRACT Gerakan Aceh Merdeka (GAM), translated as the Free Aceh Movement, was established in 1976 with the aim of separation from the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI). After more than 30 years of rebellion against the central government, the two sides reconciled in 2005. One of the most important points agreed upon is that Aceh remains within the framework of the Unitary Republic of Indonesia. However, once the peace agreement was completed, former GAM combatants could still promote their ideology and symbols in latent forms in their families, in formal organizations and in the community at large. This research aims to describe in detail and analyze the latent process of the ideological transformation of the Free Aceh Movement conducted by former GAM combatants through their families, formal institutions or the social environment in general.
    [Show full text]
  • 1 Summary Minutes of Meeting Un-Ngo
    SUMMARY MINUTES OF MEETING UN-NGO-Donor-Red Cross-Government Coordination Meeting Tuesday, 16 June 2015 Chaired by: Rajan Gengaje, Head of OCHA (Full presentations are available on the OCHA Indonesia website) The meeting was opened by Douglas Broderick, UN Resident Coordinator/Humanitarian Coordinator. He briefed on the planned reconfiguration of OCHA’s presence in Indonesia on 1 July 2015 noting that OCHA will remain focused on supporting the Government of Indonesia and humanitarian community on preparedness and response, and also enhancing liaison with ASEAN. The RC/HC further highlighted some of the current challenges that global humanitarian action is facing. The number and scale of global humanitarian crises are exceeding resources available. International humanitarian community needs to be more innovative and find new ways to generate the resources needed to meet growing humanitarian needs. 1. Security Update – UNDSS In Heram, Abepura, Papua, a joint security team was deployed to the residential compound following a mob attack that killed two and critically injured another on 8 June 2015. Ten houses and eight motorcycles were also burnt in the incident. In Aceh, the police clashed with four armed men in East Aceh regency suspected as the members of an armed group led by Din Minimi. 2. Humanitarian Update – UNOCHA BNPB reported that as of 7 June 2015, 695 disaster events occurred between January to April 2015. In May 2015 alone, BNPB reported 28 events with a total of 21 casualties and hundreds of houses damaged. Floods are the most common natural disaster while landslides are the second most frequent natural disaster with the higest number of casualties (19 people).
    [Show full text]
  • Din Minimi, the Strange Story of an Armed Group in Aceh
    Din Minimi: The Strange Story Of An Armed Group In Aceh, Indonesia ©2015 IPAC 1 No Need for Panic: Planned and Unplanned Releases of Convicted Extremists in Indonesia ©2013 IPAC 1 DIN MINIMI: THE STRANGE STORY OF AN ARMED GROUP IN ACEH, INDONESIA 15 October 2015 IPAC Report No.23 contents I. Introduction .........................................................................................1 II. Din Minimi: Background ...................................................................2 A. The Beginning ...............................................................................2 B. The Crimes Attributed to Din Minimi ......................................3 C. The TNI Killings ...........................................................................4 D. The Police and Military on Different Paths ...............................5 III. Din Minimi’s Demands ......................................................................6 IV. The Connection to Teungku Mukhtar and the Norway Group ...7 A. Mukhtar and the Extremists .......................................................7 B. Involvement of a GAM Splinter Group? ...................................8 V. Conclusion ...........................................................................................9 Din Minimi: The Strange Story Of An Armed Group In Aceh, Indonesia ©2015 IPAC 1 I. INTRODUCTION Ten years after a much-lauded peace agreement ended a 30-year insurgency in Aceh, a peculiar armed group has emerged there with ties to former rebels, petty criminals and violent extremists
    [Show full text]
  • Militarised Masculinity and the Rise of a New Local Political Elite in Post Conflict Aceh
    Militarised Masculinity and the Rise of a New Local Political Elite in Post Conflict Aceh This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy of Murdoch University 2018 Sait Abdulah Bachelor of Public Administration (Dipenogoro University, Indonesia) Master of Policy and Administration (Flinders University, Australia) I declare that this thesis is my own account of my research and contains as it main content work which has not previously been submitted for a degree at any tertiary education institution. …………………………… Sait Abdulah i Abstract This thesis offers a feminist political economy analysis of the rise of a new local political elite in post-conflict Aceh. The scholarly literature on this topic has highlighted the roles of patrimonial political economy and democratisation processes in the GAM (Gerakan Aceh Merdeka, Free Aceh Movement) ex-commanders’ transition into a civilian political elite. However, this literature does not adequately explain gendered processes involved in how this elite has ideologically legitimated its hold on power, to win supporters and marginalise rivals through the reconfiguration of a militarised, hegemonic masculinity. The argument of the present thesis draws on interviews with former GAM commanders and rank and file soldiers, other civilian leaders, government officials, NGOs and women activists involved in post- conflict reintegration programs. The thesis argues that certain images and practices of a militarised, hegemonic masculinity have allowed the ex-commanders to position themselves as a dominant group over other GAM groups in the context of new local political contestations. To assert their authority and leadership, the ex-commanders have acted to retain their honoured status via two gendered ideological constructions.
    [Show full text]
  • Case Study of Amnesty Plan for Din Minimi Group in East Aceh
    Al-Ahkam, Vol 28 No 2 (2018): 245-262 DOI: http://dx.doi.org/10.21580/ahkam.2018.28.2.2420 Copyright © 2018 al-Ahkam Ruler of Interests, Political Interests, or Law Enforcement: Case Study of Amnesty Plan for Din Minimi Group in East Aceh Yusi Amdani Fakultas Hukum Universitas Samudera, Langsa Aceh e-mail: [email protected] Abstract The aim of this paper is the concept of the settlement of criminal cases committed Din Minimi Group. The amnesty is the prerogative of the President specified in the Constitution of 1945. Amnesty NRI is a form of pardon to political prisoners to be free from legal sanctions. The legal basis for amnesty stipulated in the Emergency Law No. 11 of 1954 on Amnesty and Abolition. The method used in this paper is a conceptual approach. Related to peace efforts in Aceh, the President has issued Presidential Decree No. 22 of 2005 on Amnesty and Abolition against GAM members. Once that happens again insurgency by Din Minimi caused dissatisfaction with the policy of the Governing of Aceh. Counterinsurgency is done by giving amnesty to the group Din Minimi so willing to surrender. When viewed in this aspect of the law, amnesty if forced to give to Din Minimi, it is destructive to the prevailing laws in Indonesia. Do not rule out the possibility of regulation will hit Indonesia polemic, so the solution had to pay attention to various aspects of both of the victim, the offender, and the community by not disregard the rule of law and justice. [] Tujuan penulisan ini adalah konsep penyelesaian kasus pidana yang dilakukan kelompok Din Minimi.
    [Show full text]
  • Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Transformasi Politik Dari Gerakan Bersenjata Menjadi Partai Politik Lokal Aceh
    Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Transformasi Politik dari Gerakan Bersenjata Menjadi Partai Politik Lokal Aceh Santi Andriyani.1 Alumni Program Studi Ilmu Politik, IISIP Jakarta Abstrak Temuan dari penelitian, pertama, konflik di Aceh mempunyai latar belakang yang panjang (DI/ TII, GAM, DOM) yang bermuara dengan adanya MoU Helsinki 2005, yang melahirkan kebijakan Otonomi Khusus dan memberikan wewenang berupa pembentukan partai politik lokal Aceh. Kebijakan dari pemerintah pusat ini merupakan wujud dari proses transformasi politik (dari gerakan bersenjata menjadi partai politik lokal Aceh). Kedua, dalam perkembangannya, Partai politik lokal Aceh belum secara maksimal berkontribusi untuk kemajuan masyarakat Aceh khususnya dalam bidang ekonomi dan politik. Dalam bidang politik, secara empiris elite yang berada dalam partai politik lokal Aceh terlibat korupsi bantuan sosial, interen eks kombatan partai lokal dalam pemilihan kepala daerah melakukan intimidasi terhadap sebagian masyarakat Aceh. Kemudian ada kasus salah satu mantan anggota GAM yang bernama Din Minimi, karena tidak menerima dana kompensasi melakukan pemberontakan terhadap elite GAM yang duduk di pemerintahan. Kesimpulan penelitian transformasi politik dari Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menjadi partai politik lokal Aceh belum menyentuh pada kepentingan masyarakat Aceh secara menyeluruh. The findings of the study, firstly, the conflict in Aceh had a long background (DI / TII, GAM, DOM) which led to the 2005 Helsinki MoU, which gave rise to the Special Autonomy policy and authorized the formation of local Acehnese political parties. The policy of the central government is a manifestation of the process of political transformation (from armed movement to local Aceh political party). Secondly, in its development, Aceh’s local political party has not maximally con- tributed to the progress of the people of Aceh, especially in the economic and political fields.
    [Show full text]
  • Transformasi Konflik Aceh Dan Relasi Sosial-Politik Di Era Desentralisasi
    Artikel ISSN: 0852-8489 e- ISSN: 2460-8165 Transformasi Konflik Aceh dan Relasi Sosial-Politik di Era Desentralisasi Penulis: Suadi Zainal Dipublikasikan oleh: LabSosio, Pusat Kajian Sosiologi FISIP-UI Diterima: Agustus 2015; Disetujui: Juli 206 MASYARAKAT, Jurnal Sosiologi, diterbitkan oleh LabSosio, Pusat Kajian Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia. Jurnal ini menjadi media informasi dan komunikasi dalam rangka pengembangan sosiologi di Indonesia. Redaksi MASYARAKAT mengundang para sosiolog, peminat sosiologi dan para mahasiswa untuk berdiskusi dan menulis secara bebas dan kreatif demi pengembangan sosiologi di Indonesia. Untuk kriteria dan panduan penulisan artikel maupun resensi buku, silahkan kunjungi tautan berikut: www.journal.ui.ac.id/mjs Untuk mengutip artikel ini (ASA Style): Zainal, Suadi. 2016. “Transformasi Konflik Aceh dan Relasi Sosial-Politik di Era Desentralisasi.” MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi 21(1):81-108. SK Dirjen Dikti Akreditasi Jurnal No. 80/DIKTI/Kep/2012 Transformasi Konflik Aceh dan Relasi Sosial- Politik di Era Desentralisasi Suadi Zainal Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Malikussaleh Email: [email protected] Abstrak Tulisan ini menganalisis penyelesaian konflik berkepanjangan antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia melalui nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) Helsinki yang berimplikasi terhadap pergantian undang-undang bagi Aceh. Beberapa studi yang telah ada, menyatakan MoU Helsinki sebagai win-win solution telah berjalan
    [Show full text]
  • Gender Dan Ideologi Maskulinitas Pada Periode Pasca MOU Helsinki Aceh
    Gender dan Ideologi Maskulinitas pada periode Pasca MOU Helsinki Aceh Sait Abdullah STIA LAN Bandung E-mail: [email protected] Abstrak Proses demobilisasi dan reintegrasi mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebagai akibat dari perjanjian damai (MOU) Helsinki telah memicu munculnya elit politik lokal baru khususnya dari kalangan mantan komandan GAM. Sejumlah peneliti telah mengaitkan kemunculan elit baru ini dengan konflik antar elite lokal akan alokasi sumber daya ekonomi. Namun apa yang menjadi gap penelitian ini khususnya aspek yang tidak dikaji dalam penelitian-penelitian mereka sebelumnya adalah tentang dimensi gender kritis terhadap dominasi mantan komandan GAM yang terwakili oleh lembaga, KPA (Komisi Peralihan Aceh). Argumen dari makalah ini adalah dalam situasi damai pasca konflik, mantan komandan GAM perlu merumuskan kembali status elit mereka, melalui re-konstitusi maskulinitas hegemonik dan ideologi militeristik. Maskulinitas hegemonik adalah sebuah ideologi kelelakian yang melegitimasi kekuasaan dan status mantan komandan atas laki-laki lain (dan perempuan) dalam masyarakat Aceh. Maskulinitas hegemonik ini ditopang oleh ideologi militeristik yang dipertahankan yang pada akhirnya memperkuat status sosial para mantan komandan GAM atas elit sipil GAM serta para mantan kombatan lainnya.Kata Kunci: Agency theory, government governance, besaran institusi, kinerja, Indonesia Government Index (IGI), dan Indeks Pembangunan Manusia. Kata kunci: Gender, Maskulinitas, elite, dan kekuasaan Gender and Ideology of Masculinity in the Post-MOU Helsinki Aceh period Abstract The process of demobilisation and reintegration of ex-combatants of the Free Aceh Movement (GAM) as a result of the Helsinki Peace Agreement (MOU) has triggered the emergence of a new local political elite, especially from among former GAM commanders.
    [Show full text]