Pemanfaatan Ruang Di Kawasan Pecinan Meester Jatinegara Berbasis Pada Aktivitas Ekonomi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PE CINAN M EESTER JATINEGA RA BERBASIS PADA AKTIVITAS EKONOMI Dewi Astuti, Gagoek Hardiman, R. Siti Rukayah ISSN: 2721-8686 (online) PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN PECINAN MEESTER JATINEGARA BERBASIS PADA AKTIVITAS EKONOMI Dewi Astuti ABSTRAK Prodi Arsitektur Universitas Gunadarma Dalam perkembanganya kota telah mengalami perubahan struktur ruang [email protected] fisik maupun aktivitas sosial budaya pada masyarakatnya, akan tetapi ada beberapa bagian tertentu dalam kawasan yang memiliki latar belakang Gagoek Hardiman sejarahyang tidak lekang oleh waktu. Kawasan Pecinan Meester PDIAP Universitas Diponegoro Jatinegara dalam kajian ini merupakan sebuah gambaran kondisi masa [email protected] lalu dan perkembangannya saat ini. Kajian penelitian ini memfokuskan mengenai pentingnya ruang dalam dimensi waktu yang dilihat dari R. Siti Rukayah perubahan sosial budaya. Sebagai sebuah bentuk peninggalan sejarah PDIAP Universitas Diponegoro sebuah kota, kawasan Pecinan juga memiliki karakteristik aktivitas [email protected] ekonomi, sosial dan budaya sesuai dengan ciri-cirinya sebagai daerah perdagangan. Kajian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dan pemikiran berdasarkan fenomena empiris di Kawasan Pecinan Meester Jatinegara dengan strategi penelitian induktif yang dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan konseptual dan kaitannya dengan pemanfaatan ruang kawasan Pecinan yang berdasarkan aktivitas ekonomi. Hasil dari kajjian ini adalah temuan mengenai pemanfaatan ruang kawasan Pecinan Meester jatinegara yang berdasarkan pada aktivitas ekonomi. KATA KUNCI: Kawasan Pecinan, Pemanfaatan Ruang, Aktivitas Ekonomi PENDAHULUAN bertempat tinggal dikawasan pedalaman. Sehingga Kawasan Pecinan yang ada di Indonesia, lahirlah konsep Stad En Voorsteden (Kota Terdepan) hampir semuanya memiliki fungsi sebagai sentra yang menjadi pusat perbelanjaan Batavia, seperti perdagangan dan permukiman dengan latar Pasar Barroe, Pasar Senen, Tanah Abang, yang belakang sejarah dan kebudayaan. Dalam merupakan Chineesche Winkelbuurt dikawasan sejarahnya ketekunan etnis Tionghoa dalam urban sampai abad ke 20 (Lohanda, 2005). berdagang dan berbisnis dengan pribumi Kawasan Pecinan, seperti halnya yang menjadikan usaha dan perekonomian mereka kuat dijabarkan pada pendahuluan, bahwa setelah dan sukses yang pada akhirnya membuat peristiwa Tragedi Pembantaian 10.000 etnis pemerintah Kolonial Belanda memberi berbagai Tionghoa pada tahun 1740, kawasan Pecinan peraturan terhadap perkembangan ekonomi etnis terbagi menjadi beberapa kawasan di Batavia, Tionghoa. Pemerintah Batavia melakukan upaya diantaranya Asemka, Glodok, Pancoran, Passer pencegahan dengan mengutus pasukannya untuk Baroe, Pasar Tanah Abang dan Petak Sembilan. mengumpulkan seluruh orang Tionghoa dengan Kawasan lain sebagai Pecinan yang banyak dalih akan dideportasi ke Srilangka, akan tetapi bermunculan setelah pusat kota Batavia dalih ini telah diketahui oleh orang Tionghoa dipindahkan ke Weltevreden diawal abad ke-19, sehingga terjadi kerusuhan yang pada akhirnya salah satu kawasan Pecinan tersebut adalah terjadi pembantaian massal terhadap 10.000 jiwa kawasan Pecinan Meester Cornelis Senen etnis Tionghoa pada tanggal 11 Oktober 1740 di (Jatinegara. wilayah Angke (Wijayakusuma, 2005). Setelah peristiwa yang terjadi tahun 1740 di Agar peristiwa pemberontakkan tersebut tidak Batavia, kawasan Pecinan tersebar diberbagai terulang, maka orang Tionghoa dikumpulkan dalam daerah. Jatinegara merupakan salah satu sisa-sisa Chinnese Kamp yang dikenal dengan nama Glodok, kawasan Pecinan yang ada akibat peristiwa konsentrasi permukiman yang masih berada dalam tersebut. Kawasan Meester Jatinegara memiliki radius jarak tembak meriam Belanda, mereka juga keunikan tersendiri baik dari sejarah maupun dilarang bergaul terlalu dekat dengan pribumi atau kegiatan manusianya yang hingga sampai dengan SIAR 2020: Seminar IlmiahArsitektur| 162 saat ini ramai dan tetap kepada keberadaannya yang menunjukkan dengan jelas sebagai daerah sebagai kawasan yang tumbuh dengan karakteristik perdagangan. Beberapa bangunan tua bersejarah, aktivitas ekonomi, hal menarik lainnya ialah, bahwa di antaranya antara lain Stasiun Kereta Api Kawasan Pecinan Meester Jatinegara dikuasai oleh Jatinegara, Gereja GPIB Koinonia, bangunan bekas pergerakan ekonomi masyarakat kelas menengah markas Kodim 0505 (rumah Bupati Meester), Pasar kebawah, yang berbeda dengan kawasan Lama Jatinegara, rumah dengan arsitektur perdagangan Pecinan lainnya. Selain sebagai Tionghoa, kelenteng, dan gedung SMP 14 Jatinegara tempat permukiman etnis Tionghoa, kawasan (di samping City Plaza). Sayangnya, tidak banyak Pecinan Meester dalam kegiatan dan aktivitas yang mengetahui tentang masa lalu bangunan- perekonomian juga membaur dengan etnis lain, bangunan tersebut. Gedung SMP 14 misalnya, tidak sehingga terjadi simbiosis yang menarik dalam diketahui sejarahnya demikian juga dengan kawasan ini. bangunan Stasiun Jatinegara dan Kantor Pos Mengenai ciri khas budaya untuk masyarakat Jatinegara (Nasional Kompas, 2014). etnis Tionghoa dalam kawasan ini masih dapat Wilayah Jatinegara mulai berkembang cepat dilihat sebagai sebuah kehidupan sosial pada awal abad ke 20, tepatnya sekitar tahun 1905, kemasyarakatan, sebagai contoh keberadaan seiring dengan perluasan wilayah Batavia. Ada dua klenteng di tengah-tengah kegiatan ekonomi di kawasan Pecinan yang cukup popular di Jakarta, sekitar ruang kawasan yang masih menjalankan yakni kawasan Glodok Pancoran dan sekitarnya rutinitas dan pelbagai perayaan. Dari aktivitas (Kota) di Jakarta Barat serta kawasan Meester, sosial yang terjadi dimasyarakat kawasan ini Jatinegara di Jakarta Timur. Beberapa ratus meter memiliki karakteristik sebagai kawasan dengan dari kawasan Pecinan Meester ini terdapat gedung- aktivitas ekonomi dan sosial budaya dengan gedung bekas tangsi militer Belanda yang didirikan pemanfaatan ruang kawasan. oleh Van Imhoff. Dikawasan yang sekarang menjadi Kompleks perumahan Jenderal Urip Sumohardjo, TINJAUAN PUSTAKA pihak TNI AD masih mampu menjaga KAWASAN PECINAN JATINEGARA DALAM PROSES kelestariannya. Banyak gedung-gedung berasitektur PERKEMBANGAN KOTA Belanda direnovasi tanpa merubah bentuk aslinya Kawasan Pecinan Meester Jatinegara (Kabar Indonesia, 2014). Walau tak dipungkiri, merupakan salah satu kawasan Pecinan di Jakarta banyak pula gedung-gedung bersejarah seperti sisa yang saat ini keberadaannya cukup merana, karena benteng Belanda (penjara wanita Bukit Duri) dan jika melihat Surat Keputusan Gubernur DKI No. tempat bekas pabrik senjata di Tong Tek (seberang 475/1993 tentang bangunan Cagar Budaya (BCB), Pasar Lama Jatinegara) telah lenyap akibat ada sekitar 216 gedung yang dikategorikan pembangunan proyek perluasan kali Ciliwung. golongan A (bentuk asli tidak boleh dirubah dan Bahkan gedung bekas Kodim 0505 di depan Stasiun dirubuhkan), maka dalam hal ini pada kawasan KA Jatinegara ditelantarkan begitu saja, padahal Pecinan Meester tidak ada satupun bangunan yang dahulu bangunan tersebut merupakan rumah termasuk dalam kategori BCB. Begitupun dengan residen Bupati Meester (Kabar Indonesia, 2014). Perda no.9/1999, bahwa hanya ada empat kawasan Rumah-rumah yang ada di kawasan pecinan yang ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya, biasanya berdempet-dempetan dengan bentuk yakni Kota Tua, Menteng, Kebayoran Baru dan Situ bangunan yang hampir sama. Bentuk dasar rumah- Babakan. Sehingga kawasan Pecinan Meester toko di daerah Pecinan, dindingnya terbuat dari Jatinegara tidak termasuk kedalam kawasan cagar bata dan atapnya berbentuk perisai dari genting. budaya, padahal di kawasan pecinan Meester Sudah jarang rumah yang terbuat dari kayu dan Jatinegara terdapat bangunan – bangunan beratap jerami karena sering terjadi kebakaran yang bersejarah yang perlu dijaga kelestariannya. Seperti diakibatkan oleh petasan dan mercon. Bentuk atap di Kawasan Pasar lama Jatinegara di sekitar yang umumnya dipakai di daerah Pecinan adalah Klenteng Hok Tek Cen Sin (Vihara Amurvha Bhumi) model Ngang Shan dan Hsuan Shan (Handinoto, yang telihat menyatu dengan kios-kios pedagang, 2009). Ilmu ruang atau feng shui sering diterapkan serta banyaknya bangunan berarsitektur Tionghoa pada bangunan rumah-ruko pada masa lampau. yang ditelantarkan begitu saja oleh pemiliknya. Untuk membantu menentukan arah, para pakar Kawasan ini sedang mengalami pembangunan yang menggunakan kompas khusus. Lalu, untuk sangat signifikan seperti yang terjadi di Jl. Jatinegara menunjuk ukuran mereka menggunakan penggaris Barat (proyek normalisasi sungai atau kali Ciliwung) khusus yang panjangnya 43 cm (Handinoto, 2009). dan Jl. Bekasi Barat (proyek perluasan Stasiun Teknik seperti ini telah digunakan sejak abad ke-17. Jatinegara). Salah satu keunikan di kawasan Pecinan Jika berfungsi sekaligus sebagai toko, lantai satu Meester Jatinegara adalah, aktivitas ekonominya diisi dengan barang-barang toko. Lantai dua dipakai SIAR 2020: Seminar IlmiahArsitektur| 163 sebagai tempat tinggal. Loteng – yang berasal dari Aktivitas perdagangan dan jasa dimulai dari ujung kata lou-ding – dimungkinkan untuk menahan kawasan yakni Jalan Pasar lama, pada gambar 1 panas ruangan dan mengisolasi lantai dasar menunjukkan sudut antar jalan utama dan jalan sehingga hanya dihuni pada waktu malam hari menuju Kawasan Pecinan (Jalan Pasar Lama) yang (Lombard, 2008). Menurut penelitian di suatu ditandai dengan bangunan berarsitektur Tionghoa daerah Pecinan yang terdiri dari deretan ruko, 60 yang digunakan sebagai kios atau ruko, seperti persen dari luas lantai