Tinjauan Historis Peran Panglima Bambang Sugeng Dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
TINJAUAN HISTORIS PERAN PANGLIMA BAMBANG SUGENG DALAM PERISTIWA SERANGAN UMUM 1 MARET 1949 Ahmad Munthohar, Wakidi dan Syaiful M. FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. SoemantriBrojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telepon (0721) 704 947, faximile (0721) 704 624 e-mail:[email protected] Hp. 089632579899 The object of this research is to the know the contribution commander of Bambang Sugeng in incident of March 1st 1949 general attack. The method that is used of this research is hostorical method. The data colleting tehcnique of this research are leterature tehcnique and documentation technique, whereas to analyze data the writer use qualitative data analyzing. Based on the result of the research that is done by the writer about role of Commander of Bambang Sugeng in incident of March 1st 1949 general attack, then a conclution can be taken that the role which is done by commader of Bambang Sugeng can be seen in the shape of his contribution such as idea, creativity, and his effort. His idea in the strategy command on January 1st 1949, in the creativity strategy command on March 15th 1949, and the effort in the secret instruction on Febuary 18th 1949. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa sajakah kontribusi Panglima Bambang Sugeng pada saat peristiwa serangan umum 1 Maret 1949. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai peran Panglima Bambang Sugeng dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran yang dilakukan oleh Panglima Bambang Sugeng dapat dilihat dalam bentuk kontribusinya baik berupa ide, aktifitas, dan usahanya. Dalam bentuk ide dapat dilihat pada perintah siasat serta instruksi rahasia seperti perintah siasat tertanggal 1 Januari 1949 dan instruksi rahasia tertanggal 18 Februari 1949 serta perintah siasat tertanggal 15 Maret 1949. Kata kunci: peran, peristiwa, serangan umum 1 maret 1949 PENDAHULUAN kemerdekaan dengan menggunakan senjata, Indonesia merdeka pada tanggal 17 tetesan darah dan air mata yang menetes Agustus 1945, banyak sudah yang telah seakan jadi penghias pada masa itu. Setelah dikorbankan demi meraih kemerdekaan era revolusi fisik berakhir bangsa Indonesia Indonesia hingga saat ini. Banyak sekali kembali berjuang dengan perjuangan melalui peristiwa yang dialami oleh bangsa ini, yakni diplomasi yang tiada henti-henti nya. Indonesia. Serangkaian peristiwa yang Serangkaian peristiwa pada saat itu muncul pada era revolusi fisik dari tahun amatlah banyak dan menarik untuk di ingat 1945-1949, jelas memaksa rakyat Indonesia dan diperbincangkan, namun bagi saya selaku berjuang mempertahankan kemerdekaan peneliti sangat tertarik sekali pada satu dengan perang menggunakan senjata. peristiwa, yakni Peristiwa Serangan Umum 1 Tidak ada pilihan terbaik pada saat itu Maret 1949. Sebagai peneliti saya sangat selain berperang membantu para pejuang tertarik dengan Peran Panglima Bambang Sugeng, selaku panglima komandan terhadap para pejuang yang dipimpinnya (Tim pertempuran Kepala Staf Divisi III/GM III Lembaga Analisis Informasi, 2000:58). daerah Yogyakarta. Panglima Bambang Peran Panglima Bambang Sugeng Sugeng adalah salah satu nama pahlawan dimulai sejak Agresi Militer Belanda Pertama yang terlupakan oleh bangsa ini, peran yakni pada tanggal 21 Juli 1947, pada saat itu Panglima Bambang Sugeng amatlah penting. Kolonel Bambang Sugeng telah diangkat Bagaimana tidak serangan umum yang menjadi kepala staf Divisi II/Sunan Gunung dilakukan selama kurang lebih enam jam itu Jati, Cirebon. ada kaitannya dengan intruksi rahasia yang Perjalanan reorganisasi divisi di Pulau dikeluarkan oleh Kolonel Bambang Sugeng, Jawa yang berjumlah 10 divisi dikurangi Panglima Komando Divisi III Jawa menjadi 7 divisi, dalam rangkaian Tengah kepada Letnan Kolonel Soeharto, reorganisasi tersebut Kolonel Bambang Komandan Wehrkreise III/Brigade X yang Sugeng di promosikan sebagai Kepala Staf meliputi daerah Yogyakarta Panglima Divisi II/Sunan Gunung Jati, Cirebon. Bambang Sugeng menginstruksikan kepada Di Jawa Tengah gerakan militer Letnan Kolonel Soeharto agar mengadakan Belanda dilancarkan secara serentak serangan secara besar-besaran terhadap menggunakan divisi B, menggunakan 2 Ibukota Republik Indonesia Yogyakarta brigade yaitu brigade T dan W. antara tanggal 25 Februari dan 1 Maret 1949 Pada saat itu Kepala Staf Divisi II (Julius Pour, 2012:91). Sunan Gunung Jati Kolonel Bambang Sugeng Secara de jure, Kolonel Bambang sudah menduga-duga dan memperkirakan Sugeng membawahi WK III yang dipimpin bahwa cepat atau lambat Purwokerto juga Letkol Soeharto. Beliau juga memiliki pasti akan di duduki oleh Belanda (Edi inisiatif melakukan perang gerilya secara Hartoto, 2012:38). terkoordinasi (Tim Lembaga Analisis Peran Kolonel Bambang Sugeng Informasi,2000:58). dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Meskipun peran Panglima Bambang Indonesia ini terdapat dalam buku karangan Sugeng tidak terlepas dari keterlibatan Edi Hartoto yang berjudul, Panglima Soeharto selaku Letnan Kolonel. Namun tetap Bambang Sugeng Panglima Komando peran Kolonel Bambang Sugeng sebagai Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja panglima Divisi III/Gubernur Militer III Jawa Kembali 1949 Dan Seorang Diplomat, beliau Tengah dan Yogyakarta tidak lah bisa mengungkapkan bahwa : Secara berangsur dikatakan kecil. telah datang di Banjarnegara Staf Resimen 16 Hal ini dibuktikan secara jelas bahkan dengan pimpinan Letnan Kolonel Moh. diungkap secara tegas oleh dua para tentara Bachroen, serta Staf Divisi II Sunan Gunung pemikir asal Sumatera Utara yang sama-sama Jati dengan Panglima nya Kolonel Gatot cerdas dan berprinsip keras. TB Simatupang Subroto dan Kepala Staf Kolonel Bambang dan A.H Nasution. Sugeng yang kemudian secara langsung Serangan Umum 1 Maret 1949 dalam memimpin pertahanan melawan Belanda di upaya merebut Ibukota Yogyakarta kembali Banjarnegara dan Wonosobo. semua dikendalikan atas inisiatif panglima Pertahanan Divisi II Sunan Gunung komandan pertempuran Kepala Staf Divisi Jati terutama di pusatkan di sekitar Cilacap, III/GM III Panglima Bambang Sugeng Purwokerto, Purbalingga, Brebes, dan Tegal sebagai bukti kepada dunia Internasional yang disusun menjadi beberapa sektor ( Edi bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) Hartoto, 2012:38-40). masih menunjukkan eksistensinya serta Pada saat Agresi Militer Belanda I ini, Republik Indonesia belumlah dihancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI), ini berhasil sepenuhnya. menemukan jati dirinya. Menghadapi Salah satu usaha Kolonel Bambang intensitas perlawanan TNI, Belanda terpojok Sugeng dalam serangan umum adalah, secara dan memaksa mereka kembali ke meja terus-menerus mengobarkan aktivitas gerilya perundingan. Peran Bambang Sugeng kembali di butuhkan pada saat persetujuan Renville Wehrkreise II Letkol M. Bachroen dan dimana pada saat itu penetapan pasukan komandan III Letkol Soeharto. masing-masing pihak (Republik Indonesia Instruksi itu merupakan kelanjutan dan Belanda ). dari perintah siasat nomor 4/S/Cop I. Secara serentak tinggal tetap (Stand tertanggal 1 Januari 1949 yang dikeluarkan Post ) di sepanjang daerah-daerah antara garis oleh Panglima Divisi III/GM III Jawa Tengah status quo. Pada saat itu dibentuk daerah yang Panglima Bambang Sugeng melawan secara akan dikosongkan oleh tentara (Militerized serentak pada Belanda sehebat-hebatnya yang Zone), sesuai garis status quo yang disepakati. dapat menarik perhatian dunia luar dan Pada waktu itu peran Kolonel membuktikan bahwa Tentara Nasional Bambang Sugeng sangat penting karena Indonesia (TNI), masih ada dan menunjukkan beliau mendapat kepercayaan untuk eksistensinya. memimpin delegasi militer Indonesia di Front Banyumas-Kedu. METODE PENELITIAN Perundingan dengan Belanda tersebut Di dalam penelitian, metode dilangsungkan di Kemit. Hal ini disebabkan merupakan faktor penting untuk memecahkan karena serangan militer Belanda waktu itu masalah yang turut menentukan keberhasilan tertahan di daerah tersebut. Delegasi militer suatu penelitian. Metode adalah cara utama yang di pimpin oleh Kepala Staf Divisi II yang dipergunakan untuk mencapai suatu Sunan Gunung Jati Kolonel Bambang Sugeng tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian tersebut terdiri dari tujuh anggota yaitu. hipotesis dengan menggunakan teknik serta Letnan Kolonel Kun Kamdani, Mayor alat tertentu (Winarno Surakhmad, 1982: Rakhmat, Mayor Panuju, Kapten 121). Subiyandino, Kapten Surono ( mantan menko Menurut Husin Sayuti menegaskan polkam dan ketua dewan harian angkatan 45), bahwa “metode merupakan cara kerja untuk Letnan Kusman, dan Letnan Suyoto (Edi dapat memahami objek yang menjadi sasaran Hartoto, 2012:41). ilmu yang bersangkutan” (Husin Sayuti, Usaha Panglima Bambang Sugeng 1989:32). Berdasarkan kedua pendapat selaku Panglima Divisi III Jawa Tengah, tersebut dapat disimpulkan bahwa metode bertanggung jawab terhadap daerah adalah suatu proses kerja yang digunakan Yogyakarta. Dalam menyikapi propaganda demi tercapai nya suatu tujuan. Belanda tersebut, tugas Bambang Sugeng Hadari Nawawi berpendapat bahwa: selaku Panglima Divisi III Jawa Tengah, Adapun yang dimaksud dari metode historis Barat dan Yogyakarta inilah yang tidak adalah prosedur pemecahan masalah dengan pernah dapat di lupakan baik bagi nusa dan menggunakan data masa lalu atau bangsa. peninggalan-peninggalan, baik untuk Serangan itu ada kaitannya dengan memahami kejadian atau suatu