TINJAUAN HISTORIS PERAN PANGLIMA BAMBANG SUGENG DALAM PERISTIWA SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

Ahmad Munthohar, Wakidi dan Syaiful M. FKIP Unila Jalan. Prof. Dr. SoemantriBrojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 Telepon (0721) 704 947, faximile (0721) 704 624 e-mail:[email protected] Hp. 089632579899

The object of this research is to the know the contribution commander of Bambang Sugeng in incident of March 1st 1949 general attack. The method that is used of this research is hostorical method. The data colleting tehcnique of this research are leterature tehcnique and documentation technique, whereas to analyze data the writer use qualitative data analyzing. Based on the result of the research that is done by the writer about role of Commander of Bambang Sugeng in incident of March 1st 1949 general attack, then a conclution can be taken that the role which is done by commader of Bambang Sugeng can be seen in the shape of his contribution such as idea, creativity, and his effort. His idea in the strategy command on January 1st 1949, in the creativity strategy command on March 15th 1949, and the effort in the secret instruction on Febuary 18th 1949.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa sajakah kontribusi Panglima Bambang Sugeng pada saat peristiwa serangan umum 1 Maret 1949. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik kepustakaan dan teknik dokumentasi, sedangkan untuk menganalisis data menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai peran Panglima Bambang Sugeng dalam peristiwa serangan umum 1 Maret 1949, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran yang dilakukan oleh Panglima Bambang Sugeng dapat dilihat dalam bentuk kontribusinya baik berupa ide, aktifitas, dan usahanya. Dalam bentuk ide dapat dilihat pada perintah siasat serta instruksi rahasia seperti perintah siasat tertanggal 1 Januari 1949 dan instruksi rahasia tertanggal 18 Februari 1949 serta perintah siasat tertanggal 15 Maret 1949.

Kata kunci: peran, peristiwa, serangan umum 1 maret 1949

PENDAHULUAN kemerdekaan dengan menggunakan senjata, merdeka pada tanggal 17 tetesan darah dan air mata yang menetes Agustus 1945, banyak sudah yang telah seakan jadi penghias pada masa itu. Setelah dikorbankan demi meraih kemerdekaan era revolusi fisik berakhir bangsa Indonesia Indonesia hingga saat ini. Banyak sekali kembali berjuang dengan perjuangan melalui peristiwa yang dialami oleh bangsa ini, yakni diplomasi yang tiada henti-henti nya. Indonesia. Serangkaian peristiwa yang Serangkaian peristiwa pada saat itu muncul pada era revolusi fisik dari tahun amatlah banyak dan menarik untuk di ingat 1945-1949, jelas memaksa rakyat Indonesia dan diperbincangkan, namun bagi saya selaku berjuang mempertahankan kemerdekaan peneliti sangat tertarik sekali pada satu dengan perang menggunakan senjata. peristiwa, yakni Peristiwa Serangan Umum 1 Tidak ada pilihan terbaik pada saat itu Maret 1949. Sebagai peneliti saya sangat selain berperang membantu para pejuang tertarik dengan Peran Panglima Bambang Sugeng, selaku panglima komandan terhadap para pejuang yang dipimpinnya (Tim pertempuran Kepala Staf Divisi III/GM III Lembaga Analisis Informasi, 2000:58). daerah . Panglima Bambang Peran Panglima Bambang Sugeng Sugeng adalah salah satu nama pahlawan dimulai sejak Agresi Militer Belanda Pertama yang terlupakan oleh bangsa ini, peran yakni pada tanggal 21 Juli 1947, pada saat itu Panglima Bambang Sugeng amatlah penting. Kolonel Bambang Sugeng telah diangkat Bagaimana tidak serangan umum yang menjadi kepala staf Divisi II/Sunan Gunung dilakukan selama kurang lebih enam jam itu Jati, Cirebon. ada kaitannya dengan intruksi rahasia yang Perjalanan reorganisasi divisi di Pulau dikeluarkan oleh Kolonel Bambang Sugeng, Jawa yang berjumlah 10 divisi dikurangi Panglima Komando Divisi III Jawa menjadi 7 divisi, dalam rangkaian Tengah kepada Letnan Kolonel Soeharto, reorganisasi tersebut Kolonel Bambang Komandan Wehrkreise III/Brigade X yang Sugeng di promosikan sebagai Kepala Staf meliputi daerah Yogyakarta Panglima Divisi II/Sunan Gunung Jati, Cirebon. Bambang Sugeng menginstruksikan kepada Di Jawa Tengah gerakan militer Letnan Kolonel Soeharto agar mengadakan Belanda dilancarkan secara serentak serangan secara besar-besaran terhadap menggunakan divisi B, menggunakan 2 Ibukota Republik Indonesia Yogyakarta brigade yaitu brigade T dan W. antara tanggal 25 Februari dan 1 Maret 1949 Pada saat itu Kepala Staf Divisi II (Julius Pour, 2012:91). Sunan Gunung Jati Kolonel Bambang Sugeng Secara de jure, Kolonel Bambang sudah menduga-duga dan memperkirakan Sugeng membawahi WK III yang dipimpin bahwa cepat atau lambat juga Letkol Soeharto. Beliau juga memiliki pasti akan di duduki oleh Belanda (Edi inisiatif melakukan perang gerilya secara Hartoto, 2012:38). terkoordinasi (Tim Lembaga Analisis Peran Kolonel Bambang Sugeng Informasi,2000:58). dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Meskipun peran Panglima Bambang Indonesia ini terdapat dalam buku karangan Sugeng tidak terlepas dari keterlibatan Edi Hartoto yang berjudul, Panglima Soeharto selaku Letnan Kolonel. Namun tetap Bambang Sugeng Panglima Komando peran Kolonel Bambang Sugeng sebagai Pertempuran Merebut Ibu Kota Djogja panglima Divisi III/Gubernur Militer III Jawa Kembali 1949 Dan Seorang Diplomat, beliau Tengah dan Yogyakarta tidak lah bisa mengungkapkan bahwa : Secara berangsur dikatakan kecil. telah datang di Banjarnegara Staf Resimen 16 Hal ini dibuktikan secara jelas bahkan dengan pimpinan Letnan Kolonel Moh. diungkap secara tegas oleh dua para tentara Bachroen, serta Staf Divisi II Sunan Gunung pemikir asal Sumatera Utara yang sama-sama Jati dengan Panglima nya Kolonel Gatot cerdas dan berprinsip keras. TB Simatupang Subroto dan Kepala Staf Kolonel Bambang dan A.H Nasution. Sugeng yang kemudian secara langsung Serangan Umum 1 Maret 1949 dalam memimpin pertahanan melawan Belanda di upaya merebut Ibukota Yogyakarta kembali Banjarnegara dan Wonosobo. semua dikendalikan atas inisiatif panglima Pertahanan Divisi II Sunan Gunung komandan pertempuran Kepala Staf Divisi Jati terutama di pusatkan di sekitar Cilacap, III/GM III Panglima Bambang Sugeng Purwokerto, Purbalingga, Brebes, dan Tegal sebagai bukti kepada dunia Internasional yang disusun menjadi beberapa sektor ( Edi bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) Hartoto, 2012:38-40). masih menunjukkan eksistensinya serta Pada saat Agresi Militer Belanda I ini, Republik Indonesia belumlah dihancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI), ini berhasil sepenuhnya. menemukan jati dirinya. Menghadapi Salah satu usaha Kolonel Bambang intensitas perlawanan TNI, Belanda terpojok Sugeng dalam serangan umum adalah, secara dan memaksa mereka kembali ke meja terus-menerus mengobarkan aktivitas gerilya perundingan. Peran Bambang Sugeng kembali di butuhkan pada saat persetujuan Renville Wehrkreise II Letkol M. Bachroen dan dimana pada saat itu penetapan pasukan komandan III Letkol Soeharto. masing-masing pihak (Republik Indonesia Instruksi itu merupakan kelanjutan dan Belanda ). dari perintah siasat nomor 4/S/Cop I. Secara serentak tinggal tetap (Stand tertanggal 1 Januari 1949 yang dikeluarkan Post ) di sepanjang daerah-daerah antara garis oleh Panglima Divisi III/GM III Jawa Tengah status quo. Pada saat itu dibentuk daerah yang Panglima Bambang Sugeng melawan secara akan dikosongkan oleh tentara (Militerized serentak pada Belanda sehebat-hebatnya yang Zone), sesuai garis status quo yang disepakati. dapat menarik perhatian dunia luar dan Pada waktu itu peran Kolonel membuktikan bahwa Tentara Nasional Bambang Sugeng sangat penting karena Indonesia (TNI), masih ada dan menunjukkan beliau mendapat kepercayaan untuk eksistensinya. memimpin delegasi militer Indonesia di Front Banyumas-Kedu. METODE PENELITIAN Perundingan dengan Belanda tersebut Di dalam penelitian, metode dilangsungkan di Kemit. Hal ini disebabkan merupakan faktor penting untuk memecahkan karena serangan militer Belanda waktu itu masalah yang turut menentukan keberhasilan tertahan di daerah tersebut. Delegasi militer suatu penelitian. Metode adalah cara utama yang di pimpin oleh Kepala Staf Divisi II yang dipergunakan untuk mencapai suatu Sunan Gunung Jati Kolonel Bambang Sugeng tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian tersebut terdiri dari tujuh anggota yaitu. hipotesis dengan menggunakan teknik serta Letnan Kolonel Kun Kamdani, Mayor alat tertentu (Winarno Surakhmad, 1982: Rakhmat, Mayor Panuju, Kapten 121). Subiyandino, Kapten Surono ( mantan menko Menurut Husin Sayuti menegaskan polkam dan ketua dewan harian angkatan 45), bahwa “metode merupakan cara kerja untuk Letnan Kusman, dan Letnan Suyoto (Edi dapat memahami objek yang menjadi sasaran Hartoto, 2012:41). ilmu yang bersangkutan” (Husin Sayuti, Usaha Panglima Bambang Sugeng 1989:32). Berdasarkan kedua pendapat selaku Panglima Divisi III Jawa Tengah, tersebut dapat disimpulkan bahwa metode bertanggung jawab terhadap daerah adalah suatu proses kerja yang digunakan Yogyakarta. Dalam menyikapi propaganda demi tercapai nya suatu tujuan. Belanda tersebut, tugas Bambang Sugeng Hadari Nawawi berpendapat bahwa: selaku Panglima Divisi III Jawa Tengah, Adapun yang dimaksud dari metode historis Barat dan Yogyakarta inilah yang tidak adalah prosedur pemecahan masalah dengan pernah dapat di lupakan baik bagi nusa dan menggunakan data masa lalu atau bangsa. peninggalan-peninggalan, baik untuk Serangan itu ada kaitannya dengan memahami kejadian atau suatu keadaan yang instruksi rahasia Kolonel Bambang Soegeng, berlangsung pada masa lalu, terlepas dari Panglima Komando Divisi III Jawa Tengah, keadaan masa sekarang maupun untuk kepada Letnan Kolonel Soeharto, Komandan memahami kejadian atau keadaan masa Wehrkreise III/Brigade X yang meliputi sekarang dalam hubungannya dengan daerah Yogyakarta, agar “mengadakan kejadian atau keadaan masa lalu, untuk gerakan serangan besar-besaran terhadap kemudian hasilnya juga dapat dipergunakan Ibukota (RI di Yogyakarta yang di duduki untuk meramalkan kejadian atau keadaan pasukan Belanda)” antara 25 Februari dan 1 masa yang akan datang (Hadari Nawawi, Maret 1949 (Julius Pour, 2012:91). 1993: 78-79). Dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Pendapat lain mengatakan bahwa : Maret 1949 peran Bambang Sugeng sangat “Metode historis adalah proses menguji dan signifikan. Setidaknya ada Instruksi rahasia menganalisis secara kritis rekaman dari masa tertanggal 18 Februari 1949 ke komandan lalu” (Louis Gottschalk, 1986: 32).

Metode historis adalah suatu cara atau konsep yang sangat bervariasi yang dapat jalan penelitian yang menggunakan proses dikelompokkan dalam dua kelompok atau pengunpulan data, penganalisaan data dari lebih. suatu peristiwa-peristiwa, yang perlu Dalam mencari dan mendapat konsep pemahaman yang harus diinterprestasikan variabel penelitian ini peneliti mendapatkan secara kritis agar bisa dijadikan bahan dalam sumber yang relevan dari Perpustakaan penulisan sejarah serta bisa merekonstruksi Daerah Lampung (PUSDA) dan Perpustakaan suatu fakta dan menarik kesimpulan secara Universitas Lampung. benar. “Menurut pendapat S.Margono, Tujuan penelitian historis adalah Variabel adalah konsep yang mempunyai membuat rekontruksi masa lampau secara variasi nilai, variabel juga dapat diartikan objektif dan sistematis dengan cara sebagai pengelompokkan yang logis dari dua mengumpulkan, memverifikasikan, meng- atau lebih atribut” (S.Margono, 1996:133). ujikan bukti-bukti untuk memperoleh Menurut Pendapat Muhammad Ali, kesimpulan. Variabel menunjukkan pada gejala, Dalam penelitian historis,validitas dan karakteristik, atau yang kemunculannya reabilitas hasil yang dicapai sangat ditentukan berbeda-beda pada setiap subyek oleh sifat data yang ditentukan pula oleh (Muhammad Ali, 1992:26). sumber datanya. Menurut pendapat Suharsimi Sifat data historis diklasifikasikan: Arikunto, “Variabel adalah objek penelitian -Data Primer, yakni data autentik. Data yang atau apa yang menjadi inti perhatian suatu langsung dari tangan pertama tentang masalah penelitian” (Suharsimi Arikunto, 2002:96). yang diungkapkan atau data asli. Dari pendapat-pendapat di atas dapat -Data Sekunder, yakni data yang mengutip diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dari sumber lain sehingga tidak bersifat variabel penelitian adalah suatu objek yang autentik karena sudah diperoleh dari tangan mempunyai nilai dan arti yang menjadi pusat kedua, ketiga dan selanjutnya, atau data tidak perhatian dalam sebuah penulisan penelitian. asli (Budi Koestoro dan Basrowi, 2006:122). Dalam penelitian ini variabel yang Menurut Nugroho Notosusanto digunakan adalah variabel tunggal dengan langkah-langkah dalam penelitian historis, fokus penelitian pada peran Panglima yaitu : Bambang Sugeng dalam usaha merebut 1. Heuristik adalah proses mencari untuk kembali Ibukota Yogyakarta tahun 1949. menemukan sumber-sumber sejarah. Dalam penelitian ini penulis Menggu 2. Kritik adalah menyelidiki apakah jejak nakan beberapa teknik, yaitu teknik sejarah itu asli atau palsu. kepustakaan dan dokumentasi. Menurut 3. Interpretasi adalah setelah mendapatkan pendapat Nawawi teknik studi kepustakaan fakta-fakta yang diperlukan maka kita dilaksanakan dengan cara mendapatkan harus merangkaikan fakta-fakta itu sumber-sumber data yang diperoleh dari menjadi keseluruhan yang masuk akal. perpustakaan yaitu dengan mempelajari buku- 4. Historiografi adalah suatu kegiatan buku literatur yang berkaitan dengan masalah penulisan dalam bentuk laporan hasil yang diteliti (Nawawi, 1993:133). penelitian (Nugroho Notosusanto, Menurut Koenjaraningrat, “Teknik 1984:11). kepustakaan merupakan cara pengumpulan Berdasarkan langkah-langkah penelitian data dan informasi dengan bantuan historis, maka langkah-langkah kegiatan bermacam-macam materi yang terdapat di penelitian yang akan peneliti lakukan adalah ruang perpustakaan, misalnya dalam bentuk sama seperti contoh di atas. koran, naskah, catatan, kisah sejarah, Dalam tahap penelitian terdapat dokumen-dokumen dan sebagainya yang variabel penelitian, variabel penelitian adalah relevan dengan penelitian (Koenjaraningrat, suatu bentuk 1983: 133). Teknik dokumentasi adalah segala yang harus dilakukan, sehingga dalam macam usaha peneliti dalam upaya menganalisis atau mengambil tindakan mengambil serta mengabadikan nantinya akan berdasarkan pemahaman gambar-gambar atau segala macam bentuk yang didapat dari penyajian tersebut. kejadian peristiwa yang sesuai dengan 3. Vertifikasi data adalah menarik sebuah masalah yang peneliti akan cari dengan kesimpulan secara utuh setelah semua mendokumentasikan nya sebagai bukti yang makna-makna yang muncul dari data dapat dipercayai kebenarannya. yang sudah diuji kebenarannya, sehingga Menurut Nawawi, “Teknik akan diperoleh suatu kesimpulan yang dokumentasi adalah cara mengumpulkan data jelas kebenaran dan kegunaannya (Budi melalui sumber tertulis terutama berupa arsip- Koestoro dan Basrowi, 2006:121). arsip dan termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah yang akan HASIL DAN PEMBAHASAN di teliti.”(Nawawi, 1993: 134). Berdasarkan pendapat di atas peneliti Yogyakarta atau biasa disebut Jokja akan melakukan penelitian dengan teknik ini adalah salah satu kota besar Pulau Jawa. dokumentasi, peneliti akan berusaha mencari Yogyakarta yang biasa juga disebut kota dan mengumpulkan buku-buku, surat kabar, terpelajar ini menyimpan berbagai peristiwa artikel, film, arsip bersejarah tentang Peran yang tidak dapat dilupakan oleh bangsa Panglima Bambang Sugeng Dalam usaha Indonesia, bagaimana tidak berbagai peristiwa merebut kembali Ibukota Yogyakarta tahun sesudah kemerdekaan Indonesia terjadi di 1949. kota ini. Data yang terdapat dalam penelitian Tidak dapat dipungkiri bahwa ini adalah data kualitatif dengan demikian Yogyakarta adalah daerah yang sangat teknik analisis data yang digunakan dalam istimewa dan bersejarah bagi bangsa penelitian ini adalah teknik analisis data Indonesia. Yogyakarta yang merupakan kualitatif yaitu data yang berupa fenomena- Ibukota dan pusat pemerintahan Daerah fenomena yang terjadi yang dikumpulkan Istimewa Yogyakarta (DIY), dan sekaligus dalam bentuk laporan dan karangan para tempat kedudukan bagi Sultan Yogyakarta sejarahwan sehingga memerlukan pemikiran dan Adipati Pakualam. dalam menyelesaikan masalah penelitian. Dalam Babad Gianti, Yogyakarta atau Tahapan-tahapan dalam proses Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama analisis data kualitatif meliputi: yang diberikan Paku Buwono II (raja 1. Reduksi data, adalah sebuah proses Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti pemulihan, pemusatan perhatian pada nama pesanggrahan Gartitawati : Yogyakarta penyederhanaan, pengabtrakan dan berarti Yogya yang kerta, Yogya yang transformasi data yang muncul dari makmur, sedangkan Ngayogyakarta catatan tertulis dilapangan. Reduksi data Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan juga merupakan bentuk analisis yang yang paling utama. tajam, menggolongkan, mengarahkan, Sumber lain mengatakan, nama serta membuang yang tidak perlu dan Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota mengorganisir data sampai akhir bisa Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. menarik sebuah kesimpulan. Dalam penggunaannya sehari-hari, 2. Penyajian data, adalah penyajian data Yogyakarta lazim diucapkan Jogja (karta) yang dibatasi sebagai kumpulan atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa). informasi tersusun, memberi Di daerah Yogyakarta sendiri berita kemungkinan adanya penarikan proklamasi kemerdekaan Indonesia yang kesimpulan dan pengambilan tindakan. disiarkan oleh kantor berita Domei Dengan penyajian data tersebut akan tersebut berhasil diterima dengan baik oleh dapat dipahami apa yang terjadi dan apa kantor berita Domei Yogyakarta pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945 pukul 12.00 menunaikan ibadah sembahyang Jum’at di siang hari. Berita proklamasi kemerdekaan mesjid-mesjid, maka kesempatan yang baik yang disiarkan dalam bentuk pidato tersebut itu dimanfaatkan oleh para wartawan Domei membuat seluruh masyarakat Yogyakarta sebagai media penyebar luasan berita merasa senang dan gembira, Indonesia proklamasi. merdeka, Indonesia telah bebas dari Para wartawan itu kemudian bergerak penjajahan. dan berhasil menyebarkan berita proklamasi Berita Proklamasi yang telah meluas itu ke Mesjid Besar (di alun-alun Utara) dan di seluruh Jakarta segera disebarkan ke Mesjid Pakualaman (Tashadi, 1991:55). seluruh Indonesia. Pada pagi hari tanggal 17 Awal Kemerdekaan Republik Indonesia Agustus itu juga, teks Proklamasi telah pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari terjadi revolusi fisik antara nya ialah Kantor Domei, Waida B. palenewen. berpindahnya Ibukota Republik Indonesia ke Ia menerima teks itu dari seorang Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini wartawan Domei, yang bernama Syahruddin. dilakukan dikarenakan adanya banyak Segera ia memerintahkan F. Wuz seorang rongrongan dan tekanan dari negara asing markonis supaya disiarkan tiga kali berturut- salah satunya ialah, Belanda masih ingin turut. Baru dua kali F. Wuz menyelesaikan berkuasa di Indonesia setelah Jepang tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan dikalahkan Sekutu. radio. Tentara Belanda ikut membonceng Ia mengetahui berita Proklamasi itu bersama pasukan Sekutu yang bertugas telah tersiar ke luar lewat udara. Dengan melucuti dan memulangkan tawanan Jepang marah-marah orang Jepang itu dari Indonesia. Kedatangan pasukan-pasukan memerintahkan agar penyiaran berita itu serikat itu disambut baik oleh Presiden dihentikan (Marwati Djoened Poesponegoro Soekarno, akan tetapi setelah diketahui bahwa Nugroho Notosusanto, 1993:94). pasukan Serikat/Inggris itu datang membawa Dengan segala usaha dan akal secara orang-orang NICA (Netherlands Indies Civil sembunyi-sembunyi para wartawan dan Administration) sikap masyarakat Indonesia petugas menyebarkannya dan pada akhirnya mulai berubah, mereka mencurigai bahwa dapat disebar-luaskan di daerah Yogyakarta, Belanda akan kembali menancapkan kuku Berhubung Proklamasi Kemerdekaan penjajahan di Indonesia kembali. jatuh pada hari Jum’at penyebaran berita Ketegangan antara pasukan Republik tersebut dapat diterima oleh masyarakat dengan tentara NICA dan Sekutu pada Yogyakarta dengan mudah, para wartawan awalnya disebabkan oleh: (1) tumpang-tindih tersebut beserta para petugas dan markonis (over lapping) kewenangan melucuti senjata memanfaatkan keadaan dan kesempatan tentara Jepang;(2) keinginan tentara Sekutu dengan memberitahukannya ke masjid-masjid untuk begitu saja membebaskan tawanan dan disiarkan pada sidang khutbah Sholat perang dan interniran di kawasan RI telah Jum’at. Menyinggung harga diri sebuah bangsa yang Berita proklamasi kemerdekaan berdaulat; dan (3) pada prinsipnya Belanda Indonesia tersebut disiarkan di Masjid Besar. memang berniat mengendalikan RI yang Tetapi terdengar berita dari Gunseikan Bu merdeka (Tim Lembaga Analisis Informasi, yang melarang disiarkannya berita Proklamasi 2000:3). itu. Namun berita proklamasi itu sudah Karena menghindari hal yang tidak di diterima oleh para petugas, markonis dan inginkan dan tetap menjaga keamanan negara wartawan kantor berita Domei yang terdiri maka pada tanggal 3 Januari 1946 Presiden dari bangsa Indonesia. Republik Indonesia mengadakan rapat untuk Secara sembunyi-sembunyi, dari memindahkan Ibukota dari Jakarta ke mulut kemulut akhirnya dapat disebar- Yogyakarta . luaskan. Lebih-lebih karena pada waktu itu Hanya Yogyakarta lah yang sangat adalah hari Jum’at di mana ummat Islam aman pada saat itu. Tanggal 3 Januari 1946, karena menyadari situasi gawat darurat, seluruh masyarakat di daerah Yogyakarta Soekarno menggelar rapat memindahkan ibu namun hal itu dirasakan wajar dikarenakan kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Hanya mereka berfikir hari itu adalah hari dimana Yogya yang dirasa aman dari gangguan Angkatan Perang RI mengadakan latihan Belanda. Fasilitas di kota ini pun cukup perang sesuai dengan pengumuman terdahulu, memadai untuk menjadi Ibukota sementara. hal ini sesuai dengan apa yang ada pada buku Bandara Adisucipto yang sekarang yang berjudul Panglima Bambang Sugeng menjelma atau berganti nama menjadi Panglima Komando Pertempuran Merebut Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto pada Ibu Kota Djogja Kembali 1949 Dan Seorang tanggal 21 Februari 2004. Adalah saksi bisu Diplomat halaman 5 : Selang beberapa bulan dimana terjadinya peristiwa pertama Kolonel Bambang Sugeng mengemban tugas penyerangan Belanda kepada Indonesia. Panglima Divisi III, Panglima telah Bandar Udara Internasional Adi Sutjipto yang menentukan bahwa pada tanggal 19 dulu bernama daerah Maguwo atau Lapangan Desember 1948 sebagai mulainya latihan Terbang Maguwo ini adalah salah satu tempat perang untuk seluruh pasukan Divisi III, paling historis bagi bangsa Indonesia. namun justru tanggal 19 Desember 1948 Tepat pada tanggal 19 Desember 1948 tersebut Belanda melancarkan Agresi Militer pukul 05.15 dini hari, pesawat terbang dari II dengan menyerang Ibukota Republik pihak Belanda memborbardir Maguwo dan Indonesia di Yogyakarta. tepat pada pukul 08.00 Maguwo dikuasai oleh Sesuai dengan garis kebijaksanaan Belanda dan pukul 16.00 menguasai Kota yang telah diputuskan oleh KSAP / Panglima Yogyakarta. Besar , maka di daerah Divisi III Hal ini terdapat dalam buku Sejarah juga dibentuk Wehrkreise-wehrkreise untuk Daerah Jawa Tengah yang diterbitkan oleh melakukan perlawanan secara gerilya (Edi Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Hartoto, 2012:5). Sejarah Nasional Jakarta Tahun 1994, yang Karena adanya serangan tersebut, pada ditulis oleh Tim Penulis Moh Oemar dan tanggal 19 Desember 1948, para pemimpin kawan-kawan : Serangan ke Yogyakarta 19 pemerintahan berkumpul di istana dan Desember 1948 secara mendadak pada pukul bersidang di bawah pimpinan Presiden 05.15 dengan pesawat udara (Lapangan Soekarno untuk membicarakan segala sesuatu Terbang Maguwo, dengan delapan pemburu yang berkaitan dengan serangan Belanda. & pemohon Lockheed dan Mitchell). Sidang ini ternyata merupakan sidang Dalam peristiwa ini yang tertahan di yang penting dan menelurkan keputusan Maguwo adalah deputi pilot (opsir piket) bersejarah. Salah satu keputusan menyatakan Kasmiran, sehingga gugur bersama 40 anak bahwa Mr. Syafrudin Prawiranegara, Menteri buahnya (06.00-07.00). Pada pukul 08.00 Kemakmuran yang sedang berada di Maguwo dikuasai Belanda dan pukul 16.00 Sumatera dengan perantara radio diberi kuasa menguasai Yogyakarta. untuk membentuk Pemerintah Darurat Belanda kemudian berhasil menahan Republik Indonesia, jika Pemerintah Pusat presiden, wakil presiden, KSAU Komodor oleh karena keadaan, tidak mungkin Surjadarma, dan lain-lain, sedangkan menjalankan lagi kewajibannya (Tashadi, Panglima Besar Soedirman, T.B Simatupang, 1991:138). Kol. AH. Nasution, dan lain-lain Serangan Umum 1 Maret 1949, meninggalkan kota untuk mengadakan terhadap Ibukota Yogyakarta yang dilakukan gerilya. Serangan Belanda dari darat melintasi secara serentak oleh para pejuang gerilya, garis demarkasi Perjanjian Renville (Moh beserta rakyat, dan Tentara Nasional Oemar, 1994:217). Indonesia pada waktu itu merupakan bukti Hari Minggu pagi tanggal 19 bahwa bangsa Indonesia dalam usaha Desember 1948 Yogyakarta sebagai Ibukota mempertahankan kemerdekaan nya masih RI masih terlihat tenang dan damai memang memiliki semangat persatuan yang tinggi, terdengar suara tembakan disana-sini oleh selain membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada Serangan Umum 1 Maret beberapa jam, akan berpengaruh besar 1949 juga membuktikan kepada seluruh dunia terhadap perjuangan Indonesia melawan Internasional bahwa Tentara Nasional Belanda. Indonesia masih ada dan menunjukkan 2. Keberadaan banyak wartawan asing di eksistensinya. Hotel Merdeka Yogyakarta, serta masih Kontribusi Panglima Bambang adanya anggota delegasi UNCI (KTN) Sugeng dalam merebut kembali Ibukota serta pengamat militer dari PBB. Yogyakarta pada saat itu adalah dengan 3. Langsung di bawah wilayah Divisi III/GM mengeluarkan ide dan inisiatif, dengan III sehingga tidak perlu persetujuan Panglima melawan propaganda Belanda bahwa TNI /GM lain dan semua pasukan memahami dan sudah dihancurkan, dan Pemerintahan menguasai situasi/daerah operasi. Republik Indonesia sudah tidak ada lagi Selain mengeluarkan Perintah Siasat dengan mengeluarkan perintah siasat disertai tertanggal 1 Januari 1949 Kolonel Bambang usaha perlawanan yang dilakukan secara sugeng juga mengeluarkan perintah siasat terus-menerus kepada pihak Belanda. tertanggal 15 Maret 1949, yang isinya Guna mewujudkan keinginannya mengacu pada melakukan perlawanan secara tersebut Kolonel Bambang Sugeng sebagai terus menerus dari tanggal 15 Maret sampai Panglima Divisi III, melalui Perintah Siasat dengan 1 April 1949 sebagai tindakan No.4/SD/Cop/I tanggal 1 Januari 1949, antisipasi Belanda apabila melakukan memerintahkan Letnan Kolonel Moch. tindakan balas dendam. Bachroen sebagai Komandan Wehrkreise I, Selain bentuk dan isi dari perintah Letnan Kolonel Sarbini sebagai Komandan siasat tersebut untuk melakukan serangan Wehrkreise II, dan Letnan Kolonel Soeharto secara besar-besaran dan spektakuler, Komandan Wehrkreise III. Panglima Bambang juga melakukan usaha Segera mengadakan perlawanan persiapan sebelum perintah siasat tersebut serentak terhadap Belanda pada tanggal 17 dikirim kepada penerima Perintah Siasat Januari 1949, agar timbul suasana Kolonel Bambang Sugeng. pemberontakan terhadap kekuasaan Belanda, Ditunjukkan untuk, Letkol Moch. yang dapat perhatian dunia luar untuk Bakhrum selaku cdt daerah I serta pemimpin menyatakan kebohongan keterangan- Brigade 8, Letkol Sarbini selaku cdt daerah II keterangan Belanda (Edi Hartoto, 2012:52). serta pimpinan Sub Teritorium wilayah Kedu, Subyek Perintah Siasat Kolonel dan Letkol Soeharto selaku cdt. Daerah III Bambang Sugeng No.4/S/Cop.I. tertanggal 1 serta pemimpin brigade 10. Januari itu ditunjukkan untuk, Letkol Moch. Dalam pengiriman Perintah Siasat Bakhrum selaku cdt daerah I serta pemimpin tersebut Kolonel Bambang Sugeng Brigade 8, Letkol Sarbini selaku cdt daerah II mengadakan Rapat sebagai langkah siapakah serta pimpinan Sub Teritorium wilayah Kedu, seorang yang akan memimpin jalannya suatu dan Letkol Soeharto selaku cdt. Daerah III serangan tersebut dan sekaligus menentukan serta pemimpin brigade 10. orang tersebut mampu menjalankan perintah Semua dilakukan panglima Bambang siasat tersebut sesuai dengan apa yang telah Sugeng agar Serangan Umum 1 Maret 1949 direncanakan dan dipikirkan. dapat dilakukan secara besar-besaran dan Hal ini sudah direncanakan jauh-jauh serentak, agar Ibukota Yogyakarta dapat hari sebelumnya oleh Kolonel Bambang kembali pada Republik Indonesia. Sugeng dan dalam perjalanan mengumpulkan Alasan Panglima Bambang Sugeng gerilyawan dan menyusun strategi ditemani melakukan serangan langsung ke pusat oleh perwira teritorialnya, Letkol Dokter W. jantung Ibukota Yogyakarta adalah sebagai Hutagalung. berikut: Kolonel Bambang Sugeng dan Letkol 1. Yogyakarta adalah Ibukota RI, sehingga Hutagalung setelah menjumpai Kol. bila dapat direbut walau hanya untuk Simatupang di Banaran pada tanggal 18 Februari 1949, berjalan menuju suatu situasi besaran terhadap Ibukota yang agar untuk bertemu dengan Letkol Soeharto. . Dan dilakukan antara tanggal 25 Februari 1949 dari pertemuan tersebut dokter Hutagalung sampai dengan 1 Maret 1949 dengan menulis catatan pada tahun 1986 berikut isi mempergunakan bantuan pasukan-pasukan dari catatatan dokter Hutagalung tersebut. dari Brigade IX” (Tim Lembaga Analisis Panglima Divisi (Kol.Bambang Informasi, 2000:48). Soegeng)membuka rapat dengan kata-kata: Serangan Umum 1 Maret 1949, “Bersama ini dibuka rapat dan dipersilahkan dilakukan atas kontribusi ide Kolonel dr. Hutagalung untuk mengurai tujuan. Bambang Sugeng selaku Panglima Divisi Penulis (Hutagalung) berdiri, ulurkan tangan III/Gubernur Militer III Jawa Tengah dan pada saudara Soeharto dan mengatakan: Yogyakarta ini, terlaksana secara baik dan “Saudara Soeharto, saya ucapkan selamat teratur di bawah kendali Kolonel Bambang pada saudara Soeharto oleh karena Sugeng, mengenai operasi militer ini di dalam ditakdirkan memegang peranan penting dalam buku yang diterbitkan SESKOAD (Sekolah perjuangan kita. staf dan Komando Angkatan Darat) tertulis Nama Soeharto akan dicantumkan sebagai berikut : "Serangan umum yang akan dengan tinta mas dalam sejarah perjuangan dilaksanakan oleh WK III sesungguhnya untuk kemerdekaan RI”. Lalu diuraikan merupakan operasi sentral dari seluruh rencana serangan umum terhadap operasi yang dilaksanakan oleh GM III Yogyakarta.kemudian ditanya: “Bersediakah Kolonel Bambang Sugeng. saudara Soeharto untuk melaksanakan? Pasukan tetangga yang pada saat itu Jawab: Siap. Saudara Bambang Soegeng dan sedang melakukan operasi untukmengimbangi penulis (Hutagalung) kemudian kembali ke serangan umum WK III ialah pasukan GM II lereng Gunung Sumbing (lokasi markas yang melaksanakan operasi di daerah gubernur militer) (Tim Lembaga Analisis (Solo) dan Wehrkreis II Divisi III Informasi, 2000: 62-63). yang melaksanakan operasi di daerah Saat terjadi Serangan Umum 1 Maret Kedu/. 1949 Kolonel Bambang Sugeng membuat Serangan dadakan secara serentak dari sebuah Instruksi Rahasia yang bertujuan segala penjuru pada tanggal 1 Maret 1949, untuk mengadakan serangan secara serentak, telah membuka mata dunia Internasional dan besar-besaran dan spektakuler, dan secara membawa Ibukota Republik Indonesia yaitu terus-menerus yang sebagai bukti eksistensi Yogyakarta, Kembali pada Indonesia Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih ada Serangan Umum 1 Maret 1949 secara dan terus mengadakan perlawanan untuk psychologis dan politis mempunyai efek merebut Ibukota Yogyakarta kembali dari menambah kepercayaan rakyat terhadap tangan Belanda. pejuang kita. Panglima Divisi III Kolonel Bambang Secara politis dapat memberikan Sugeng telah memerintahkan Serangan dukungan kepada pejuang-pejuang diplomat Umum 1 Maret 1949 atas Yogyakarta kita di forum Internasional atau pun meja mempunyai efek yang besar terhadap jalannya perundingan lainnya (Dewan Harian Nasional diplomasi, baik di Jakarta-Bangka maupun di Angkatan 45, 1976:195). Lake Succes, Amerika Serikat (Edi Hartoto, Dengan demikian dapat disimpulkan 2012:54). bahwa Serangan Umum 1 Maret 1949, dapat Tanggal 18 Februari 1949 pukul membuat kesatuan rakyat, serta para pejuang 20.00, Kolonel Bambang Soegeng selaku Indonesia bersatu dan bahu membahu untuk Gubernur Militer III/Panglima Divisi III mempertahankan kemerdekaan Indonesia. mengeluarkan instruksi rahasia kepada Letkol Setelah berakhirnya serangan umum dan Soeharto, selaku komandan Daerah III. diadakan penarikan mundur tentara Belanda Isi instruksi tersebut “Untuk dari pos-posnya maka Yogyakarta mutlak mengadakan gerakan serangan besar- sudah kembali kepada Republik Indonesia.

Akhirnya, sehubungan dengan Maret 1949 tindakan itu dituangkan Kolonel penarikan mundur tentara Belanda dari pos- Bambang Sugeng dalam Perintah Siasat posnya, maka Panglima divisi III Kolonel kedua nya yang bertanggal 15 Maret 1949. Bambang Sugeng memerintahkan kepada Meskipun pada hakikatnya peran yang setiap pasukan TNI Divisi III untuk menerima dilakukan Panglima Bambang Sugeng dalam penyerahan kota-kota dari tentara Belanda bentuk Kontribusi ide itu dituangkannya pada sesuai dengan daerah operasinya masing- perintah siasat dan instruksi rahasia, namun masing (SWKS). jelas dalam ide tersebut mengandung perintah Demikian juga secara khusus atau aktifitas untuk melakukan suatu gerakan memerintahkan kepada Komandan WK III perlawanan besar-besaran dan dadakan yang Letkol Soeharto agar menerima penyerahan dipimpin Letkol Soeharto sebagai Komandan Ibu Kota Yogyakarta dari tentara Belanda Wehkreise III dengan menggunakan bala (Edi Hartoto, 2012:65). bantuan pasukan Brigade IX pimpinan Mayor Berdasarkan data-data yang telah dan mencegah bantuan masuk dikemukakan di atas, mengenai Tinjauan Yogyakarta. Historis Peran Panglima Bambang Sugeng Namun pada dasarnya kontribusi yang Dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Maret dilakukan Bambang Sugeng dalam perannya 1949, peran Bambang Sugeng selaku sebagai Panglima sangat berarti pada saat Panglima Divisi dan Gubernur Militer III Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Jawa Tengah dan Yogyakarta dalam kontribusinya tidak bisa di katakan sedikit. KESIMPULAN Hal ini dikarenakan secara “De Dari hasil pembahasan yang dilakukan Jure”, Panglima Bambang Sugeng oleh peneliti pada bab sebelumnya mengenai membawahi Wehrkreise III (WK III) yang Tinjauan Historis Peran Panglima Bambang dipimpin Letkol Soeharto. Sugeng Dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Kontribusi Panglima Bambang Maret 1949, dapat diambil kesimpulan Sugeng juga memiliki inisiatif melakukan sebagai berikut : perang gerilya secara terarah atau 1. Peran Panglima Bambang Sugeng terkoordinasi. dibuktikan dalam peristiwa serangan umum 1 Inisiatif Kolonel Bambang Sugeng Maret 1949 dalam bentuk kontribusi ide serta tersebut dituangkan dalam : inisiatif yang tertuang dalam perintah siasat 1. Perintah Siasat No. 4/S/Cop.I, tertanggal 1 Panglima Bambang Sugeng Januari 1949, No.4/S/Cop.I.tertanggal 1 Januari 1949 dan 2. Instruksi Rahasia tertanggal 18 Februari perintah Siasat No. 9/PS/49 tertanggal 15 1949 dan, Maret 1949 serta instruksi rahasia Panglima 3. Perintah Siasat No. 9/PS/49, tertanggal 15 Bambang Sugeng Tertanggal 18 Februari Maret 1949. 1949. Hal ini membuktikan bahwa suatu Ini membuktikan pada saat serangan kebenaran historis bahwa Kolonel Bambang umum 1 Maret 1949 dan pada saat bergerilya Sugeng adalah salah satu tokoh pahlawan bersama para pejuang dan Tentara Nasional yang ikut membantu dalam serangan umum 1 Indonesia (TNI) memiliki peran yang sangat Maret 1949, bahkan Bambang Sugeng secara Signifikan meskipun kontribusi dalam bentuk terus-menerus mengobarkan aktivitas gerilya ide dan inisiatif namun pada akhirnya, dalam terhadap para pejuang yang di pimpinnya. pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949 Dari awal Belanda mengeluarkan berkat jasa Letnan Kolonel Soeharto lah propaganda nya hingga kembali nya Ibukota sebagai Komandan Wehkreise III yang Yogyakarta kepada Republik Indonesia. melakukan serangan dari awal hingga Selesai serangan umum 1 maret 1949 akhirnya dapat merebut Ibu Kota Yogyakarta Kolonel Bambang Sugeng tidak henti- kembali. hentinya melakukan gerilya agar tidak lagi 2. Dalam bentuk perintah siasat ada kekhawatiran pasca Serangan Umum 1 tertanggal 1 Januari 1949, Panglima Bambang Sugeng memerintahkan kepada Letkol Moch. Brigade 9 Ahmad Yani. Bachroen sebagai Komandan Wehrkreise I, 4. Dalam bentuk perintah siasat Letkol Sarbini sebagai Komandan Wehrkreise tertanggal 15 Maret 1949, Kolonel Bambang II, dan Letkol Soeharto sebagai Komandan Sugeng memerintahkan seluruh pasukan Wehrkreise III, untuk segera mengadakan Divisi III agar tetap melakukan perlawanan perlawanan serentak terhadap Belanda pada terus-menerus dari tanggal 15 Maret sampai tanggal 17 Januari 1949. Agar timbul suasana dengan tanggal 1 April 1949 sebagai tindakan pemberontakan terhadap kekuasaan Belanda, antisipasi dari pihak Belanda supaya tidak yang dapat perhatian dunia luar untuk melakukan tindakan balasan, menyatakan kebohongan keterangan- 5. Akhirnya Serangan Umum 1 Maret keterangan Belanda Kolonel Bambang 1949 secara serentak, besar-besaran, dan Sugeng megeluarkan Counter Issue melawan dadakan dari segala penjuru kota Yogyakarta propaganda Belanda. itu pun membuahkan hasil yang gemilang dan 3. Dalam bentuk instruksi rahasia memuaskan. Serangan yang hanya tertanggal 18 Februari Kolonel Bambang berlangsung selama enam jam mampu Sugeng memerintahkan kepada Komandan memukul mundur pihak Belanda dan Daerah III Letkol Soeharto di Panjatan mengembalikan Yogyakarta sebagai ibukota (Yogyakarta) agar melakukan gerakan Republik Indonesia, ini sekaligus serangan besar-besaran terhadap ibukota membuktikan kepada dunia bahwa antara tanggal 25 Februari sampai dengan Propaganda Belanda salah danTentara tanggal 1 Maret 1949 dengan menggunakan Nasional Indonesia masih menunjukkan bantuan pasukan eksistensinya.

DAFTAR PUSTAKA kembali 1949 dan seorang diplomat. Ali, Muhammad. 1992. Strategi Penelitian Kompas.Jakarta. Pendidikan. Angkasa : Bandung. Koenjaraningrat. 1983. Metode-Metode Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Masyarakat. PT Gramedia: Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka Citra : Jakarta Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Basrowi, dan Koestoro, Budi. 2006. Strategi Pendidikan. Rineka Cipta : Jakarta. Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Yayasan Kampusina. Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. 1993. Penelitian Terapan. Gajah Mada Dewan Harian Nasional Angkatan 45 Pusat Pers : Yogyakarta. Dokumentasi Sejarah Perjuangan 45.1976. Pengalaman Dan Notosusanto Nugroho, Poeponegoro Marwati Pandangan Tentang Djoened. 1993. Sejarah Nasional Perjuangan 45. Firma Aries Lima. Indonesia VI. Balai Pustaka : Jakarta.

Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. Oemar, Moh dkk. 1994. Sejarah Daerah (diterjemahkan oleh Nugroho Jawa Tengah. Proyek Inventarisasi Notosusanto). PenerbitYayasan UI : Dan Dokumentasi Sejarah Nasional. Jakarta. Cv Dwi Karya. Jakarta.

Hartoto, Edi. 2012 . Panglima Bambang Pour, Julius. 2012. Sepanjang Hayat Bersama sugeng panglima komando Rakyat 100 Tahun Sultan Hamengku pertempuran merebut ibu kota djogja Buwono IX. Kompas. Jakarta.

Sayuti, Husin. 1989. Pengantar Metodologi Yogyakarta. Proyek Inventarisasi Dan Riset. Fajar Agung. Jakarta. Dokumentasi Sejarah Nasional: Jakarta. Surakhmad,Winarno.1982.Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito : Bandung. Tim Lembaga Analisis Informasi. 2000.Kontroversi Serangan Umum 1 Tashadi.1991. Sejarah Revolusi Kemerdekaan Maret 1949. Media Pressindo : (1945-1949) Di Daerah Istimewa Yogyakarta