Pola Komunikasi Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar Dan KH
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180 Pola Komunikasi Dakwah KH. Abdullah Gymnastiar dan KH. Jalaluddin Rakhmat BAMBANG SAIFUL MA’ARIF Fakultas Dakwah Unisba, Jl. Tamansari No.1 Bandung, email: [email protected] Abstract Two prominent da’i in Indonesia become the centre of this research. Based on Rhetorical Criticism which focused on communication actors, message, and language factors, this paper examines the rhetoric style of two da’i: KH Jalaluddin Rakhmat and KH Abdullah Gymnastiar. A thorough litera- ture study was conducted over texts written by those two Islamic schol- ars. Paired with interview and observation on each majlis, research has found that da’i point of view concerning his audience is matched with their communication style. Moreover, life history, personal capacity, and different emphasis in religious exercisizing became factors which deter- mine their rhetoric style. Kata kunci: pola komunikasi, komunikasi dakwah I. PENDAHULUAN bukan paksaan, itulah salah satu fungsi komunikasi dakwah. Oleh karenanya, dakwah Komunikasi dakwah menyampaikan Islam dilakukan dengan cara persuasif. pesan-pesan keagamaan dalam berbagai Pesannya dipahami dan diamalkan oleh tatanan agar jamaahnya terpanggil dan umat. Komunikasi dakwah berlangsung merasakan pentingnya nilai Islam dalam dengan menggunakan simbol dan lambang- kehidupan. Di antara tatanan komunikasi lambang, karena manusia adalah makhluk dakwah adalah interpersonal, publik, dan bersimbol (symbolicum animale). Lambang bermedia. Pada tataran interpersonal, adalah ekspresi dari manusia (Tasmara, komunikator dakwah (dai) mengajak orang- 1987: 3). perorang mengamalkan Islam. Pada tataran Dakwah Islam berupaya untuk publik, dai memasyarakatkan nilai Islam di menegakkan kepribadian yang berakhlaqul berbagai majelis taklim, pesantren dan karimah. Herman Soewardi (2003: 26) masjid. Sedangkan pada tataran media, da’i mengajukan 3 (tiga) tujuan operasional menyebarluaskan ajaran agama dengan dakwah, yaitu: menjadikan orang lurus dan menggunakan media. benar dengan melakukan kebaikan dan Penyebarluasan ajaran Islam menghilangkan kemungkaran (amar ma’ruf dilaksanakan oleh siapa saja, baik di desa dan nahyi munkar); melahirkan kekuatan maupun di kota secara bijak dan damai. pada diri seseorang melalui karya-karyanya; Jamaah “tergugah, tanpa melalui tekanan karsa; tinggi profesionalisme di bidang fisik, untuk berubah” (Brown, 1972: 9). masing-masing. Dakwah Islam diarahkan Mengadakan perubahan melalui kesadaran, pada terbinanya kesalehan pribadi dan 161 BAMBANG S. MA’ARIF. Pola Komunikasi Dakwah KH.Abd. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin R. sosial. Al-Quran dan Nabi Saw. Sedangkan K.H. Sejarah mencatat bahwa para kiai Salimuddin A. Rahman, MA. (dosen PTS di telah memberikan sumbangan kepada Bandung [dalam Gandaatmadja, Shodiq dan bangsa Indonesia sejak dulu. Sebagai Firdaus, 1989: 151]) menyatakan, pribadi, ia melaksanakan dakwah di KH. Jalaluddin Rakhmat tulisannya masyarakat. Sebagai pimpinan pesantren, ia cukup ilmiah karena dilengkapi dengan sci- membimbing masyarakat untuk mandiri dan entific research yang menyoroti Islam, memeroleh kemajuan dalam berbagai namun isinya bertentangan dengan norma- bidang, sehingga mereka dapat mem eroleh norma akidah dan akhlak Islam. penerangan batin. “Pesantren berperan Aktivis dakwah lain, lebih menonjolkan dalam kegiatan politik, kegiatan wadahnya seperti: LDII, dan Hizbut Tahrir perdagangan, dan pembukaan daerah (HT). Hizbut Tahrir (HT) mendakwahkan pemukiman baru” (Rahardjo, 1995: 10). Kiai pentingnya sistem khilafah di dunia modern memberikan kontribusinya bagi penguatan karena sistem pemerintahan modern yang kehidupan beragama Muslim. diterapkan di berbagai negeri Islam tidak Dakwah Islam seharusnya dilaksana- mampu menjawab problematika umat Islam kan secara bijak (QS 16:125). Namun, dalam Alih-alih metode menyelesaikan masalah, kenyataannya seringkali tidak seperti itu. sistem demokrasi, malah justru Komunikasi dakwah seringkali belum mampu menyebabkan kemunduran Umat; Jemaah membuka pemikiran dan kesadaran umat. Tabligh (JT) mengampenyakan pentingnya Pesan-pesan agama mestinya dilaksanakan meninggalkan rumah untuk berkhidmat dengan simpatik dan rasional, namun fakta (khuruj) pada masyarakat Muslim. menunjukkan masih banyak orang Islam Banyak fakta ironis keberagamaan yang bertaklid. Akibatnya, kaum Muslim Muslim yang perlu dikoreksi, di antaranya: masih belum mampu berpikir kritis, intoleransi dan kekerasan semuanya mengekor (Suminto [ed], 1989:88). berkelindan pada ajaran dan doktrin para Media massa sebagai sumber ulama … Al-Quran secara mudah dan jelas informasi dan hiburan utama umat Islam telah mengajarkan segala kebaikan untuk dalam mengusung nilai-nilai edukatif lebih umatnya. Peristiwa buruk yang menimpa banyak sifat informasi hiburan (edutainment masyarakat Muslim sesungguhnya dan infotainment), dengan tetap bersumber dari penyimpangan terhadap menonjolkan bisnisnya, bukan sebagai ajaran Al-Quran (Poerhassan, 2002: 6). yang bisa dianut. Media massa banyak Sampai satu dasawarsa yang lalu, mengekspos cerita misteri dan mistik yang orientasi masyarakat beragama hanya ramai disambut oleh masyarakat; seolah- didominasi oleh organisasi sosial keagamaan olah dapat memuaskan keingintahuan tradisional (konvensional), seperti Nahdlatul mereka gaib. Padahal, kebenaran peng- Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Persatuan ungkapan “dunia gaib” di televisi tidak pernah Islam (Persis). Sepertinya tak ditemukan tuntas, karena sulit untuk dibuktikan terobosan baru yang lebih menggigit. kebenarannya. Akibatnya, pikiran logis dan Padahal, bila dicermati secara seksama, ada kritis umat terbelenggu; berpikir kurang satu terobosan dakwah Islam yang dilakukan rasional. oleh pribadi-pribadi, misalnya KH. Abdullah Sekelompok aktivis dakwah mencap Gymnastiar dan KH. Jalal. Di saat kondisi kelompok luar golongannya sebagai “kafir” dakwah menjadikan umat Islam cenderung (dalam Helmi, 1986). Sementara itu, KH. pasif, isi pesan komunikasi dakwah KH. A. Athian M. Ali Da’i, Ketua Forum Ulama Gym terasa sejuk dan mengayomi. Ummat Indonesia (FUUI), mencap KH. Kedua figur dakwah ini diambil Jalaluddin Rakhmat “telah keluar dari Islam” sebagai kajian utama tulisan ini karena: (1) karena berpaham Syi’ah yang menghujat Secara struktural tidak berada dalam sahabat Nabi Saw. yang justru dihargai oleh organisasi sosial keagamaan konvensional, 162 MIMBAR, Vol. XXV, No. 2 (Juli - Desember 2009): 161-180 seperti NU, Muhammadiyah, dan Mathla’ Beragama Jamaahnya di Bandung?” ul-Anwar; (2) Tidak lahir dari ‘atas’ Penelitian ini bermaksud untuk dengan prakarsa pemerintah (Departemen memeroleh Pola Komunikasi Dakwah kedua Agama RI), tetapi dari jemaah pengajian; Kiai ini dalam membina kehidupan beragama (3) Membangun organisasi dakwah yang jamaahnya di Bandung. berbasis jemaah; (4) Sama-sama memiliki Sedangkan tujuannya untuk visi membangun umat Islam; dan (5) mengungkap konsep baru tentang: Banyak menyosialisasikan tema-tema (1) Karakteristik komunikator dakwah KH. akhlak dan persaudaraan Islami. Abdullah Gymnastiar dan KH. Jalaluddin Figur KH. Jalaluddin Rakhmat, sebagai Rakhmat sebagaimana tercermin pada intelektual Muslim dan bercitra akademis gaya komunikasinya; (Malik, 1992: 156), membina generasi muda (2) Bidang-bidang kehidupan beragama untuk berpikir kritis-rasional, bersikap non- sebagai konteks komunikasi dakwah sektarian, dan bermental positif untuk kedua Kiai melalui komunikasi meraih prestasi. Peduli kepada mereka yang dakwahnya; tertindas dan lemah (al-mustadl’afin), (3) Isi pesan, dan struktur pesan dan jenis memiliki komitmen untuk ‘Pencerahan imbauan pesan komunikasi dakwah Pemikiran’. KH. Jalal membawa jemaahnya Kedua kiai dalam membina kehidupan ke pemikiran yang positif, mental sportif. beragama jemaahnya; Jemaah Aa Gym adalah tamu-tamu (4) Saluran komunikasi dakwah kedua Kiai yang silih berganti, mengalir bak air. Satu dalam membina kehidupan beragama angket yang disebarkan oleh pengurus jamaahnya; Jemaah Majelis Taklim Tanah Abang (5) Konsepsi ‘jamaah pengajian’ menurut Jakarta kepada para Ibu peserta kunjungan kedua Kiai; ke Daarut Tauhiid (DT) menginformasikan (6) Pola komunikasi dakwah kedua Kiai bahwa, “85 % motivasi Ibu-Ibu datang ke dalam membina kehidupan beragama Daarut Tauhiid adalah karena ingin melihat jemaahnya di Bandung; KH. A. Gym dari dekat.” (Tabloid MQ, (7) Faktor-faktor yang membentuk pola Pebruari 2006: 8). Penulis mencermati, komunikasi dakwah kedua kiai ini pengajian Aa Gym selalu ramai dikunjungi sebagaimana tampak pada gaya jamaah, baik muda maupun tua, laki-laki komunikasi keduanya. maupun perempuan, untuk mendengarkan Penelitian ini berguna bagi: siraman rohani Kiainya. (1) Temuan Dunia akademis yang dapat Uraian di atas menunjukkan bahwa dijadikan sebagai satu langkah bagi dakwah KH. A. Gym dan KH. Jalal dapat pengembangan ilmu komunikasi diterima oleh jamaah di luar organisasi dakwah dari filosofinya. keagamaan konvensional, seperti (2) Ingin memerkuat teori-teori dan konsep Muhammadiyah, NU, dan Persis. Tampak yang ada yang dipergunakan. kedua kiai dalam mempersuasi jamaahnya (3) Manfaat praktis-pragmatis jika ada memiliki cara tersendiri. Berdasarkan sifatnya konsultatif berupa konsep untuk pemaparan di atas, penulis merasa perlu menguatkan teori dan perspektif, mengajukan masalah ini dalam penelitian ini maksimalnya pada kebijakan yang yaitu, “Pola Komunikasi Dakwah KH. Abdullah bersifat akademik. Gymnastiar dan KH. Jalaluddin Rakhmat dalam Membina Kehidupan Beragama II. PEMBAHASAN Jemaahnya di Bandung.” Rumuskan