PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA GENOTIPE UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) ASAL KABUPATEN SIMALUNGUN DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH:

ANISSA YASMIN 140301176 AGROTEKNOLOGI - PEMULIAAN TANAMAN

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

i Universitas Sumatera Utara

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA GENOTIPE UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) ASAL KABUPATEN SIMALUNGUN DI DATARAN RENDAH

SKRIPSI

OLEH:

ANISSA YASMIN 140301176 AGROTEKNOLOGI - PEMULIAAN TANAMAN

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019

vii Universitas Sumatera Utara

vii Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANISSA YASMIN : Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Genotipe Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Asal Kabupaten Simalungun Di Dataran Rendah dibimbing oleh ROSMAYATI dan EMMY HARSO KARDHINATA.

Kabupaten Dairi dan Simalungun merupakan dua daerah dengan produksi ubi jalar tertinggi di Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan di lahan masyarakat Desa Suka Raya, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ± 41 mdpl mulai bulan Juli sampai dengan November 2018, menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 1 faktor perlakuan. Faktor pelakuan yang digunakan adalah genotipe dengan 8 genotipe yaitu genotipe Silimakuta Desa Bintang Mariah, genotipe Purba Desa Tiga Runggu, genotipe Purba Desa Nagorih Ritonga, genotipe Dolok Silau Desa Perasmian, genotipe Pamatang Silimahuta Desa Mardinding, genotipe Dolok Perdamean Desa Sirube-rube, genotipe lokal Cengkeh Turi, dan varietas unggul nasional Beta-1. Parameter yang diamati adalah karakter morfologi, panjang sulur tanaman, jumlah umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman, dan rataan bobot umbi per plot. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan genotip lokal asal Silimakuta Desa Bintang Mariah mampu menghasilkan produksi tertinggi dibandingkan dengan beberapa genotipe lokal asal Simalungun lainnya.

Kata Kunci : ubi jalar, genotipe, adaptasi, dataran rendah

i Universitas Sumatera Utara ABSTRACT

ANISSA YASMIN : Growth and Production of Several Sweet Potato Genotypes (Ipomoea batatas L.) from Simalunngun in the Lowlands Supervised by oleh ROSMAYATI and EMMY HARSO KARDHINATA. . Dairi and are two region which have the highest sweet potato production in Sumatera Utara. This research was conducted in Desa Suka Raya, Pancur Batu, Deli Serdang with altitude ± 41meters asl,began from July to November 2018. This research used factorial randomized block design with one factor. The treatment factor used was genotype with 8 genotypes that is genotype Silimakuta Desa Bintang Mariah, genotype Purba Desa Tiga Runggu, genotype Purba Desa Nagorih Ritonga, genotype Dolok Silau Desa Perasmian, genotype Pamatang Silimahuta Desa Mardinding, genotype Dolok Perdamean Desa Sirube-rube, genotype lokal Binjai Cengkeh Turi, dan national varieties Beta-1. The parameters observed were morphology characters, vine length, the number of tuber per plant, tuber weight per plant, and average tuber weight. The results showed that genotype treatment of Silimakuta Desa Bintang Mariah has the highest production compared to the other Simalungun local genotypes.

Key word : sweetpotato, genotype, adaptation, lowlands

ii Universitas Sumatera Utara RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 12 Mei 1996 anak pertama dari

3 bersaudara dari Ayahanda Yasmin dan Ibunda Farida Hanum Harahap.

Tahun 2014 penulis lulus dari SMA Negeri 15 Medan dan pada tahun

2014 masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Penulis memilih minat Pemuliaan Tanaman, Program Studi Agroteknologi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota

HIMAGROTEK (Himpunan Mahasiswa Agroteknologi), asisten praktikum di

Laboratorium Agronomi serta Laboratorium Pemuliaan Tanaman Perkebunan.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Perkebunan

Negara (PTPN) III Kebun Membang Muda pada tahun 2017.

iii Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Pertumbuhan dan Produksi Beberapa

Genotipe Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Asal Kabupaten Simalungun di Dataran

Rendah” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Ir. Emmy Harso Kardhinata, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan selanjutnya.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2019

Penulis

iv Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i

ABSTRACT ...... ii

RIWAYAT HIDUP ...... iii

KATA PENGANTAR ...... iv

DAFTAR ISI ...... v

DAFTAR TABEL ...... vi

DAFTAR GAMBAR ...... vii

DAFTAR LAMPIRAN ...... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ...... 1 Tujuan Penelitian ...... 3 Hipotesis Penelitian ...... 3 Kegunaan Penelitian ...... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ...... 4 Syarat Tumbuh Tanah ...... 6 Iklim ...... 7 Keragaman Ubi Jalar di ...... 7 Perkembangan Budidaya Ubi Jalar di Sumatera Utara ...... 8 Adaptasi Genotipe Lokal ...... 9 Respon Tanaman pada Budidaya di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah ...... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...... 12 Bahan dan Penelitian ...... 12 Metode Penelitian ...... 12

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ...... 14 Pembuatan Guludan ...... 14 Persiapan Bibit ...... 14 Penanaman ...... 14 Pemupukan Dasar ...... 14 Pemeliharaan Tanaman ...... 15 Penyiraman ...... 15

v Universitas Sumatera Utara

Penyulaman ...... 15 Pengangkatan Batang ...... 15 Penyiangan dan Pembumbunan ...... 15 Pengendalian Hama dan Penyakit ...... 15 Panen ...... 16 Peubah Amatan ...... 16 Karakter Morfologi ...... 16 Panjang Sulur Tanaman (cm) ...... 21 Jumlah Umbi per Sampel (umbi) ...... 21 Bobot Umbi per sampel (g) ...... 22 Bobot Umbi per plot (cm) ...... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...... 23 Karakter Morfologi ...... 23 Panjang Sulur Tanaman (cm) ...... 35 Jumlah Umbi per Tanaman (umbi) ...... 37 Bobot Umbi per Tanaman (g) ...... 38 Bobot Umbi per Plot (g) ...... 39 Pembahasan ...... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ...... 46 Saran ...... 46

DAFTAR PUSTAKA ...... 47

LAMPIRAN ...... 50

viivi Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No Hal.

1 Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotipe P1 Asal 23 Kabupaten Simalungun, Kecamatan Silimakuta, Desa Dusun Bintang Mariah ...... 2 Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotipe P2 Asal 25 Kabupaten Simalungun, Kecamatan Purba, Desa Tiga Runggu ..... 3 Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotipe P3 Asal 27 Kabupaten Simalungun, Kecamatan Purba, Desa Nagorih Ritonga ...... 4 Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotipe P4 Asal 29 Kabupaten Simalungun, Kecamatan Dolok Silau, Desa Perasmian 5 Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotipe P5 Asal 31 Kabupaten Simalungun, Kecamatan Pamatang Silimahuta, Desa Mardinding ...... 6 Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotipe P6 Asal 33 Kabupaten Simalungun, Kecamatan Dolok Perdamean, Desa Sirube-rube ...... 7 Panjang Sulur Tanaman 3-10 MST (cm) ...... 35 8 Jumlah Umbi per Tanaman (umbi) ...... 37 9 Bobot Umbi per Tanaman (g) ...... 38 10 Bobot Umbi per Plot (g) ...... 49 11 Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotipe P7 Asal Binjai, 55 Cengkeh Turi ......

vii Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

No Hal.

1 Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipe P1 ...... 24

2 Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipe P2 ...... 26

3 Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipe P3 ...... 28

4 Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipe P4 ...... 30

5 Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipe P5 ...... 32

6 Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipe P6 ...... 34

7 Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipe P7 ...... 56

viii Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

No Hal. 1 Bagan penanaman pada plot...... 50

2 Bagan plot penelitian ...... 51

3 Perhitungan kebutuhan pupuk ...... 52

4 Jadwal kegiatan pelaksanaan...... 53

5 Lokasi Penelitian dan Kode Genotipe Ubi Jalar Asal 54 Simalungun ...... 6 Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipe P7 ...... 55

7 Deskripsi Varietas Beta-1 ...... 57

8 Gambar Pucuk Keseluruhan Genotipe Simalungun ...... 58

9 Gambar Daun Tua Keseluruhan Genotipe Simalungun ...... 59

10 Gambar Batang Keseluruhan Genotipe Simalungun ...... 60

11 Gambar Umbi Keseluruhan Genotipe Simalungun...... 61

12 Gambar Tanaman Genotipe Simalungun ...... 62

13 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 3 MST ...... 63

14 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 4 MST ...... 64

15 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 5 MST ...... 65

16 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 6 MST ...... 66

17 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 7 MST ...... 67

18 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 8 MST ...... 68

19 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 9 MST ...... 69

20 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 10 MST ...... 70

21 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Jumlah Umbi per 71 Tanaman ......

ix Universitas Sumatera Utara

22 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Bobot Umbi per 72 Tanaman ...... 23 Data Pengamatan dan Sidik Ragam Bobot Umbi per 73 Tanaman ...... 24 Foto kegiatan penelitian ...... 74...

viix Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Latar Belakang Para ahli botani dan pertanian memperkirakan bahwa daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Hingga kemudian seorang ahli botani Soviet, Nikolai Ivanovich Vavilov memastikan daerah pusat asal usul tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Pada tahun 1960-an, seluruh provinsi di Indonesia telah menanam ubi jalar dan pada tahun 1968 Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia. Varietas ubi jalar di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari ribuan jenis, namun masyarakat awam pada umumnya mengenal ubi jalar berdasarkan warna umbinya (ILO, 2013).

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS), angka produksi ubi jalar pada tahun 2013-2016 terus mengalami penurunan yaitu sebesar

2.386.729 ton pada tahun 2013, 2.382.658 ton pada tahun 2014, 2.297.634 ton pada tahun 2015, 2.168.386 ton pada tahun 2016, bahkan berdasarkan angka ramalan yang dirilis BPS angka produksi ubi jalar akan turun menjadi 2.022.526 ton pada tahun 2017 (Badan Pusat Statistik, 2017).

Tanaman ubi jalar diusahakan petani mulai dataran rendah sampai dengan dataran tinggi dan mampu beradaptasi pada daerah yang kurang subur dan kering.

Faktor penyebab rendahnya hasil produksi ubi jalar di tingkat petani antara lain adalah teknik bercocok tanam yang masih kurang baik, penggunaan varietas atau klon-klon lokal yang berdaya hasil rendah, faktor lingkungan tumbuh dimana produktivitas tanaman ubi jalar sangat ditentukan oleh faktor lingkungan tumbuh, dan kemampuan adaptasi varietas terhadap lingkungan. Oleh karena permasalahan

Universitas Sumatera Utara 2

tersebut penerapan teknologi sangat diperlukan dalam memperbaiki hasil ubi jalar, diantaranya berupa penggunaan varietas unggul baru guna mengatasi varietas unggul lama yang telah mengalami kemunduran genetik (Sumarwoto et al., 2008).

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi ubi jalar dan berada pada urutan ke-6 sebagai provinsi penghasil ubi jalar terbesar di

Indonesia. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik Provinsi

Sumatera Utara tahun 2017, total produksi ubi jalar provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 yaitu sebesar 91.531,4 ton dengan pusat produksi ubi jalar terbesar yaitu Kabupaten Dairi dan Simalungun. Angka produksi ubi jalar di Kabupaten

Dairi mencapai 20.670,2 ton, sedangkan pada Kabupaten Simalungun produksi ubi jalar sebesar 19.637,8 ton.

Varietas lokal ubi jalar umumnya memiliki sifat spesifik lokasi, apabila ditanam di daerah lain hasilnya tidak maksimal (Jusuf et al., 2008). Informasi tentang karakterisasi plasma nutfah ubi jalar yang hidup dan dibudidayakan di suatu tempat sangat penting, terutama untuk mengetahui varietas dengan potensi hasil yang tinggi baik untuk biomasa maupun kualitas ubi. Selain itu evaluasi varietas yang ada terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan akan sangat berarti di masa yang akan datang, dimana ekstensifikasi dihadapkan pada pemanfaatan lahan marginal (Mukminah, 2005).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengamati pertumbuhan dan produksi genotipe lokal asal dataran tinggi Kabupaten Simalungun di dataran rendah sehingga dapat mendukung usaha ekstensifikasi ubi jalar lokal dan peningkatan produksi ubi jalar Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara 3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi genotipe-genotipe ubi jalar asal dataran tinggi Kabupaten Simalungun di dataran rendah.

Hipotesis Penelitian

Genotipe-genotipe ubi jalar asal dataran tinggi Kabupaten Simalungun mampu tumbuh dan berproduksi pada penanaman di dataran rendah.

Kegunaan Penulisan

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan serta sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara 4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Sistematika ubi jalar adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Convolvulales Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea batatas L. (Van Steenis, 2003).

Sistem perakaran tanaman ubi jalar terdiri atas akar serabut yang menyerap unsur hara dan air, dan tempat berdirinya tanaman, dan akar penyimpanan yang merupakan akar lateral yang menyimpan produk hasil fotosintesis. Sistem perakaran pada tanaman ini diperoleh dari perbanyakan vegetatif yang dimulai dengan pembentukan akar adventif yang berkembang menjadi akar serabut primer, yang kemudian bercabang menjadi akar lateral. Saat tanaman matang, akar pensil tebal yang mengalami lignifikasi diproduksi. Akar lainnya yang tidak mengalami lignifikasi, berdaging dan tebal, disebut sebagai akar penyimpanan. Tanaman yang tumbuh dari biji membentuk akar yang khas dengan poros pusat dengan cabang lateral. Kemudian, poros pusat berfungsi sebagai akar penyimpanan (Huaman, 1999).

Batang ubi jalar bentuknya membulat atau agak angular pada potongan melintang. Warna batang dominan hijau, kuning, ungu, dan kombinasi dari ketiganya. Sejumlah lenticel terdapat pada permukaan batang. Adakalanya terdapat rambut pada permukaan batang yang masih muda, tetapi cenderung rontok sejalan dengan bertambahnya umur tanaman

(Wahyuni dan Wargiono, 2012).

Universitas Sumatera Utara 5

Daun ubi jalar memiliki bentuk sederhana dan tersusun secara spiral di batang dengan pola filotaksis 2/5. Tergantung pada kultivar, tepi helaian daun bisa utuh, bergerigi atau melengkung. Bentuk kerangka daun ubi jalar dapat berbentuk bulat, bentuk ginjal, berbentuk hati, segitiga sama sisi, berbentuk tombak, berbentuk cuping, dan hampir terbagi-bagi. Jumlah lobus umumnya berkisar dari

3 hingga 7. Warna daun bisa hijau kekuningan, hijau atau bisa memiliki pigmentasi ungu di sebagian atau semua helaian daun (Huaman, 1999).

Bunga ubi jalar muncul menyendiri atau dalam bentuk rangkaian bunga yang tumbuh secara vertikal pada ketiak daun. Setiap bunga memiliki lima unit sepal dan lima lembar petal yang bergabung bersama membentuk corong/tube mahkota/corolla. Kemampuan berbunga klon/varietas ubi jalar bervariasi. Pada kondisi yang normal, terdapat klon/varietas yang tidak berbunga, berbunga sangat sedikit hingga sangat banyak. Umur mulai berbunga juga sangat bervariasi, demikian pula warna bunganya, bervariasi dari putih, putih keunguan, ungu keputihan, dan ungu (Wahyuni dan Wargiono, 2012).

Buah ubi jalar berbentuk kapsul. Kapsul berubah warna menjadi cokelat ketika matang. Setiap kapsul mengandung satu hingga empat biji yang sedikit pipih di satu sisi dan cembung di sisi lainnya. Bentuk biji bisa tidak teratur, sedikit bersiku-siku atau bundar; warnanya berkisar dari coklat ke hitam; dan ukurannya kira-kira 3 mm. Embrio dan endosperm dilindungi oleh testa yang tebal, sangat keras dan kedap air (Huaman, 1999).

Ubi jalar menghasilkan umbi sebagai hasil pertumbuhan sekunder dari beberapa akar ubi (tuberous root) pada zona perakaran (lapisan tanah sedalam 20-

25 cm). Sebagian besar ubi berkembang dari bakal calon umbi yang terdapat pada

Universitas Sumatera Utara 6

system akar serabut. Bagian-bagian umbi meliputi pangkal ubi (proximal end) yang berhubungan dengan batang melalui tangkai ubi (root stalk) dimana terdapat banyak mata tunas adventif yang nantinya bakal tumbuh menjadi tanaman muda.

Selanjutnya adalah bagian tengah ubi yang merupakan bagian lebih membesar dan pucuk/ujung ubi yang letaknya paling jauh dari tangkai ubi (distal end)

(Wahyuni dan Wargiono, 2012).

Syarat Tumbuh

Iklim

Penyebaran tanaman ubi jalar terletak pada 30º LU dan 30º LS, di

Indonesia yang beriklim tropis tanaman ubi jalar dapat ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Ubi jalar yang ditanam pada ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut akan memperpanjang masa panen dan menurunkan hasil umbi (Deputi Menegristek, 2008).

Tanaman ubi jalar membutuhkan udara panas dan lembab, dengan kandungan air yang cukup. Suhu udara yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ubi jalar sekitar 21º – 27º C dengan lama penyinaran 10 – 12 jam.

Tanaman ubi jalar dapat berproduksi sepanjang tahun apabila tumbuh di tempat terbuka dan tidak menghendaki banyak air (Suparman, 2007).

Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan berkisar antara

500-5000 mm/tahun. Curah hujan optimal agar ubi jalar berproduksi berkisar antara 750-1500 mm/tahun. Oleh karena itu, produksi ubi jalar yang optimal tercapai pada musim kemarau. Waktu penanaman ubi jalar di lahan kering yaitu pada musim hujan, sedangkan di lahan sawah ubi jalar ditanam pada sesudah panen tanaman padi (Deputi Menegristek, 2008).

Universitas Sumatera Utara 7

Tanah

Jenis tanah yang dikehendaki tanaman ubi jalar untuk mendukung pertumbuhannya adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik. Ubi jalar yang ditanam pada tanah kering yang pecah-pecah akan mudah diserang hama penggerek (Cylass sp.). Sebaliknya apabila ubi jalar ditanam pada tanah yang becek atau berdrainase buruk akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, ubi mudah busuk, berkadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol (Deputi Menegristek, 2008).

Tanaman ubi jalar termasuk tanaman yang tidak memilih jenis-jenis tanah.

Ubi jalar dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur seperti tanaman palawija lainnya. Apabila tanaman ubi jalar ditanam di tanah yang subur akan menyebabkan pertumbuhan tajuk yang lebat sedangkan umbinya akan sedikit dan berukuran kecil (Suparman, 2007).

Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada hampir setiap jenis tanah, jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik, dengan pH 5,5-7,5. Ubi jalar dapat ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi, terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah yang cukup lembab.

Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus tersedia air yang memadai (Makruf dan Iswadi, 2015).

Keragaman Ubi Jalar di Indonesia

Indonesia mempunyai plasma nutfah yang tersebar di hampir seluruh daerah, salah satunya adalah tanaman ubi jalar dengan variasi yang tinggi. Hingga tahun 2013, Bank Gen Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Balai

Universitas Sumatera Utara 8

Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik

Pertanian (BB Biogen), telah mengoleksi sekitar 10.700 aksesi sumber daya genetik (SDG) tanaman pangan dan ±1.650 aksesi di antaranya adalah ubi jalar

(Minantyorini dan Setyowati, 2016).

Di Indonesia terdapat berbagai sebutan untuk ubi jalar antar lain setilo di

Lampung, gadong di Aceh, gadong enjolor (), hui atau boled (Sunda), ketela rambat atau muntul di Jawa Tengah, telo di Madura/Jawa Timur, watata di

Sulawesi Utara, katila (Dayak), mantang di Banjar Kalimantan, katabang di

Sumbawa, uwi di Bima, lame jawa di Makassar, patatas di Ambon, ima di

Ternate, dan batatas atau hipere di Papua. Varietas ubi jalar di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari ribuan jenis. Di Indonesia terdapat sekitar 23 varietas yang sudah dilepas atau diperkenalkan untuk budidaya oleh Kementerian Tanaman

Pangan hingga 2012 (Anonim, 2013).

Varietas lokal masih merupakan pilihan utama konsumen tradisionil untuk konsumsi langsung karena rasanya enak walaupun umurnya panjang. Varietas lokal di Indonesia sangat beragam. Menurut Yen (1982) Indonesia merupakan salah satu pusat keanekaragaman genetik ubijalar terbesar di Asia Pasifik.

Mok dan Schneider (1992) telah mengumpulkan 1251 aksesi ubijalar dari seluruh daerah di Indonesia, yang sebagian besar (577 aksesi) berasal dari Irian Jaya

(Papua) (Rahayuningsih, 2003).

Perkembangan Budidaya Ubi Jalar di Sumatera Utara

Sumatera Utara merupakan salah satu sentra produksi ubi jalar di

Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara 2017, luas panen ubi jalar provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 adalah 6.378,6 ha

Universitas Sumatera Utara 9

dengan total produksi ubi jalar yaitu sebesar 91.531,4 ton. Angka tersebut jauh menurun dari tahun 2015 yaitu dengan luas panen 8.952 ha dengan produksi mencapai 122.362 ton. Sentra produksi ubi jalar di Provinsi Sumatera Utara dalah

Kabupaten Dairi dan Simalungun.

Provinsi Sumatera Utara merupakan sentra produksi ubi jalar urutan kedua di Pulau Sumatera setelah Sumatera Barat. Selain sebagai makanan pokok bagi sebagian penduduk, ubi jalar juga digunakan sebgai bahan baku industri pakan dan pangan (tepung, gula cair, alkohol, dll). Di dataran tinggi Sumut ditanam varietas ubi jalar taiwan yang berwarna merah dengan daging umbi berwarna ungu. Ubi jalar tersebut diekspor dalam bentuk segar oleh eksportir tertentu secara bebas (tanpa ikatan) (Gurning dan Haloho, 2005).

Ubi jepang atau ubi madu diketahui memiliki beberapa keunggulan di antaranya memiliki rasa yang manis dan waktu panen relatif lebih singkat bila dibandingkan dengan ubi jalar biasa. Melalui PT. Vindia Agro Industri (VAI) yang beralamat di Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun, sebanyak 12 ton ubi jalar beku siap dikirim ke Thailand. Perusahaan yang didirikan sekitar tahun 2007 ini, memiliki kapasitas produksi sekitar 40 ton sebulan. Perusahaan mendapatkan bahan baku ubi jalar dari kelompok-kelompok petani mitra yang tersebar di Kabupaten Simalungun dan Dairi. Ubi yang ditanam oleh petani mitra

PT. VAI diketahui dibudidayakan secara organik dan optimal tumbuh di atas

1000 mdpl (BBKP Belawan, 2017).

Adaptasi Genotipe Ubi Jalar Lokal

Uji adaptasi adalah kegiatan uji lapang dibeberapa agroekologi bagi tanaman semusim, untuk mengetahui keunggulan dan interaksi varietas terhadap

Universitas Sumatera Utara 10

lingkungan. Varietas pembanding adalah varietas unggul, yang digunakan sebabgai pembanding dalam uji adaptasi dan uji observasi untuk mengetahui keunggulan galur harapan dan/atau calon varietas yang di uji (Permentan, 2006).

Dalam rangka pelepasan suatu varietas unggul perlu diadakan uji adaptasi bagi tanaman semusim dan atau uji observasi bagi tanaman tahunan serta tanaman semusim yang dibebaskan dari uji adaptasi dengan memenuhi kaidah-kaidah statistik. Penilaian secara objektif dilakukan terhadap hasil pengujian agar diperoleh hasil yang sebaik-baiknya sebelum dilepas secara resmi kepada masyarakat. Agar pelaksanaan uji berjalan sesuai dengan harapan, perlu disusun panduan uji adaptasi/uji observasi sebagai pedoman dalam pelaksanaannya

(Permentan, 2011).

Varietas lokal ubi jalar umumnya memiliki sifat spesifik lokasi, apabila ditanam di daerah lain hasilnya tidak maksimal. Keuntungan dari varietas yang memiliki adaptasi luas adalah dapat memberikan hasil yang tinggi pada agroekosistem yang beragam, sedangkan kerugiannya adalah belum tentu disukai di daerah tersebut karena mungkin kualitas umbinya tidak sesuai dengan selera konsumen. Lingkungan fisik makro yang mempengaruhi adaptasi tanaman antara lain jenis tanah, ketinggian tempat, temperatur, letak lintang, iklim, dan musim

(Jusuf et al., 2008).

Genotipe tanaman yang adaptif umumnya mengembangkan strategi adaptasi yang unik untuk mendapatkan unsur hara tertentu dari dalam tanah sedangkan genotipe yang tidak adaptif umumnya mengandalkan pupuk sebagai sumber hara yang siap tersedia (Bertham dan Nusantara, 2011).

Universitas Sumatera Utara 11

Respon Tanaman pada Budidaya di Dataran Tinggi dan Dataran Rendah

Kualitas umbi ubi jalar selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Umbi varietas Sari yang ditanam di dataran tinggi Kawi lebih manis rasanya dan lebih kering teksturnya daripada yang ditanam di daerah Malang. Berdasarkan hasil penelitian Rahardjo et al. (1994) menunjukkan bahwa kadar gula umbi di dataran tinggi Pacet, Bogor (1150 m dpl) lebih tinggi daripada di dataran rendah Cimanggu, Bogor (240 m dpl)

(Rahayuningsih, 2003).

Berdasarkan penelitian Nurnasari dan Djumali (2010) pada hasil korelasi antara unsur-unsur lingkungan dengan beberapa parameter amatan terlihat bahwa elevasi berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan umur tanaman, sedangkan temperatur dan kelembapan relatif berpengaruh terhadap tinggi tanaman, panjang, lebar daun, serta umur tanaman. Adapun curah hujan dan jumlah hari hujan selama masa hidup tanaman berpengaruh terhadap lebar daun dan umur tanaman.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kentang yang ditanam di daerah dengan suhu tinggi menghasilkan umbi yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah bersuhu rendah. Kentang umumnya ditanam di daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000 m dpl. Penanaman kentang di dataran medium (300-700 m dpl) memungkinkan terjadinya perubahan karakter morfologis yang berhubungan dengan perbedaan proses metabolisme yang terjadi pada dua kondisi berbeda

(Handayani et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara 12

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu

Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat ±41 mdpl, dari bulan Juli sampai dengan November 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit stek batang ubi jalar varietas Beta-1, bibit stek batang ubi jalar varietas lokal Binjai, bibit stek ubi jalar genotipe G1,

G10, G6, G7, G8, dan G9 asal Simalungun, pupuk Urea, TSP dan KCl, insektisida, fungisida, dan bahan-bahan lainnya yang mendukung penelitian.

Alat yang digunakan adalah cangkul, pisau/cutter, pacak sampel, meteran, timbangan analitik, gembor, serta alat-alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) 1 faktor dengan perlakuan genotipe ubi jalar yaitu:

P1 = Genotipe Silimakuta, Desa Bintang Mariah

P2 = Genotipe Purba, Desa Tiga Runggu

P3 = Genotipe Purba, Desa Nagorih Ritonga

P4 = Genotipe Dolok Silau, Desa Perasmian

P5 = Genotipe Pamatang Silimahuta, Desa Mardinding

P6 = Genotipe Dolok Perdamean, Desa Sirube-rube

P7 = Genotipe Binjai, Cengkeh Turi

P8 = Varietas Beta-1

Universitas Sumatera Utara 13

Jumlah blok : 4 blok

Jumlah plot/guludan : 32 guludan

Jarak antar plot/ guludan : 50 cm

Jarak antar blok : 100 cm

Panjang guludan : 200 cm

Jarak tanam : 30 cm

Jumlah tanaman per plot/guludan : 6 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 192 tanaman

Jumlah sampel per plot : 4 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 128 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yij = µ + ρi + Pj + ϵij

i = 1, 2, 3,4 (r) j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8 (P)

Yij : Hasil pengamatan pada blok ke-i genotipe ubi jalar terhadap perubahan

lingkungan di dataran rendah

µ : Nilai tengah umum

ρi : Efek blok ke-i

Pj : Efek dari genotipe ubi jalar pada taraf ke-j

ϵij : Efek galat pada blok ke-i dalam kombinasi daya adaptasi genotipe

ubi jalar pada taraf ke-j

Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5 %.

Universitas Sumatera Utara 14

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal pertanaman yang digunakan dibersihkan dari gulma, kemudian lahan diolah dan digemburkan dengan menggunakan cangkul dengan kedalaman sekitar

20 cm, setelah itu dibuat plot dengan ukuran 200 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 50 cm dengan jarak antar blok 50 cm, dan jarak antar plot 50 cm. Pada sekeliling daerah dibuat parit drainase sedalam 30 cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian. u

Pembuatan Guludan

Pembuatan guludan dilakukan setelah persiapan lahan dengan ukuran

200 cm x 100 cm dengan ketinggian 30 cm, jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Persiapan Bibit

Bibit yang digunakan adalah varietas Beta-1, varietas lokal Binjai, dan genotipe asal dataran tinggi Simalungun G1, G10, G6, G7, G8, dan G9. Panjang stek batang 20 cm dan ukuran bibit relatif sama.

Penanaman

Stek batang ditanam tegak lurus dengan pangkal stek dibenamkan

(1/3 bagian stek) sehingga 2/3 bagian stek di atas tanah, jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm. Di setiap lubang tanam ditanami dengan 1 stek.

Pemupukan Dasar

Pupuk dasar diberikan sesuai dengan dosis anjuran yaitu pupuk Urea sebanyak 200 kg/ha (setara 40 g/plot) dan KCl sebanyak 100 kg/ha (setara 20 g/plot) pada saat tanaman berumur 1 MST dan 6 MST, serta pupuk SP-36

Universitas Sumatera Utara 15

diberikan seluruhnya sebanyak 100 kg/ha (setara 20 g/plot) pada saat tanaman berumur 1 MST. Aplikasi pupuk dasar dilakukan dengan cara ditugal atau secara larikan di sekitar tanaman (Pusat Litbang Tanaman Pangan, 2012).

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi kelembaban tanah pada lahan pertanaman. Penyiraman dapat dilakukan pada pagi atau sore hari menggunakan gembor.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada saat 1 MST setelah penanaman di lapangan bertujuan untuk mengganti adanya stek yang rusak atau tidak tumbuh.

Pengangkatan Batang

Pengangkatan batang bertujuan mencegah terbentuknya umbi-umbi kecil.

Pengangkatan atau pembalikan batang dilakukan saat adanya akar yang tumbuh pada ruas-ruas batang.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dilakukan untuk mengendalikan gulma sekaligus menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma agar perakaran tanaman tidak terganggu. Pembumbunan dilakukan pada umur 4 MST hingga 8 MST dengan interval satu minggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan cara manual dengan mencabut tanaman yang terserang penyakit dan diganti dengan tanaman transplanting.

Universitas Sumatera Utara 16

Panen

Panen dilakukan pada saat ubi jalar berumur 20 MST dengan kriteria panen dapat dilihat dengan warna daun mulai menguning dan kemudian rontok.

Panen dilakukan dengan cara mencangkul guludan dan mengangkat batang tanaman hingga terlihat bagian umbi di dalam tanah.

Peubah Amatan

Karakter Morfologi

Pengamatan karakter-karakter morfologi yang dijadikan peubah amatan penelitian ini berpedoman pada buku Descriptors for Sweet Potato (1991) yang dikeluarkan oleh International Board for Plant Genetic Resource (IBPGR).

Kemampuan Membelit

Kemampuan membelit merupakan kemampuan tanaman merambat untuk memanjat pancang yang terletak berdekatan pada tanaman. Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

Morfologi Batang

- Tipe Batang

Karakter tipe batang ditetapkan berdasarkan panjang batang utama pada

tanaman ubi jalar. Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari

penanaman.

- Diameter Ruas Batang

Diameter ruas batang diukur dengan jangka sorong, nilai diameter ruas

batang dihitung berdasarkan rata-rata diameter dari minimal 3 ruas

batang yang terletak di bagian tengah batang utama. Pengamatan karakter

ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

Universitas Sumatera Utara 17

- Panjang Ruas Batang

Panjang ruas batang diukur dengan penggaris atau meteran kain dari

pangkal tangkai daun sebelumnya hingga pangkal tangkai daun

berikutnya. Nilai panjang ruas batang dihitung berdasarkan rata-rata

panjang dari minimal 3 ruas batang yang terletak di bagian tengah batang

utama. Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

- Warna Utama Batang

Warna utama batang diamati secara visual, warna utama batang

merupakan warna yang menutupi area batang secara dominan yang

dievaluasi dengan mengamati seluruh batang dari pangkal hingga ujung.

Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

- Warna Sekunder Batang

Warna sekunder batang diamati secara visual, warna sekunder batang

dievaluasi dengan mengamati batang muda. Pengamatan karakter ini

dilakukan setelah 90 hari penanaman.

- Rambut Batang

Rambut batang diamati secara visual dengan melihat tingkat banyaknya

rambut pada ujung batang. Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90

hari penanaman.

Morfologi Daun

- Bentuk Umum Daun

Bentuk umum daun diamati secara visual, daun yang diamati

merupakan daun-daun yang terletak di bagian tengah batang.

Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

Universitas Sumatera Utara 18

- Tipe Lobus / Cuping

Lobus merupakan lekukan yang terdapat pada satu helai daun. Tipe

lobus / cuping diamati secara visual, daun yang diamati adalah daun

pada bagian tengah batang. Pengamatan karakter ini dilakukan setelah

90 hari penanaman.

- Jumlah Lobus / Cuping

Jumlah lobus diamati secara visual dengan menghitung jumlah lobus

dari satu helai daun, daun yang diamati adalah daun pada bagian

tengah batang. Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari

penanaman.

- Bentuk Lobus Bagian Tengah

Bentuk lobus bagian tengah merupakan bentuk lekukan pada bagian

tengah daun yang berbatasan dengan ibu pertulangan daun.

Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

- Ukuran Daun (cm)

Perhitungan nilai ukuran daun diambil dari nilai rata-rata setidaknya

3 daun yang terletak di bagian tengah batang. Daun diukur dari lobus

pangkal daun hingga ke ujung daun dengan menggunakan penggaris.

Pengukuran karakter ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

- Warna Pertulangan Daun

Warna pertulangan daun diamati dengan melihat secara visual

distribusi pigmen antosianin (ungu) yang ditunjukkan pada

pertulangan di bawah permukaan daun. Pengamatan karakter ini

dilakukan setelah 90 hari penanaman.

Universitas Sumatera Utara 19

- Warna Daun Tua

Warna daun tua diamati dengan melihat warna yang mendominasi atau

secara luas terdapat pada daun di bagian tengah batang dari beberapa

tanaman. Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari

penanaman.

- Warna Daun Pucuk

Warna daun pucuk diamati melihat warna yang mendominasi atau

secara luas terdapat pada daun pucuk dari beberapa tanaman.

Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

- Panjang Tangkai Daun (cm)

Panjang tangkai daun dihitung dari pangkal tangkai daun hingga

pangkal daun, nilai panjang tangkai daun diamnil dari rata-rata 3 daun

di bagian tengah dari batang utama. Pengamatan karakter ini dilakukan

setelah 90 hari penanaman.

- Warna Tangkai Daun

Pengamatan warna tangkai daun dilakukan dengan mengamati

distribusi pigmen antosianin (ungu) pada tangkai daun. Daun yang

diamati adalah daun yang terdapat pada bagian tengah batang utama.

Pengamatan karakter ini dilakukan setelah 90 hari penanaman.

Morfologi Umbi

- Bentuk Formasi Umbi

Pengamatan formasi umbi dilakukan dengan melihat secara visual

bentuk susunan umbi pada batang di bawah tanah. Pengamatan

dilakukan setelah pemanenan.

Universitas Sumatera Utara 20

- Panjang Tangkai Umbi

Panjang tangkai umbi diukur dari pangkal batang sampai pangkal umbi

dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan setelah

pemanenan.

- Bentuk Umbi

Bentuk umbi diamati dengan melihat bentuk garis ditunjukkan pada

bagian longitudinal umbi. Pengamatan dilakukan setelah pemanenan.

- Cacat Umbi

Karakter cacat umbi yang diamati adalah ada atau tidaknya

retakan/bagian yang pecah pada umbi yang disebabkan oleh

pertumbuhan tanaman itu sendiri atau akibat cekaman air. Nilai cacat

pada umbi diambil dari rata-rata kecatatan umbi yang terlihat pada

10 tanaman. Pengamatan dilakukan setelah pemanenan.

- Tebal Korteks (mm)

Tebal korteks diamati dengan mengukur ketebalan korteks dengan alat

ukur jangka sorong. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan.

- Warna Utama Kulit Umbi

Warna utama kulit umbi merupakan warna yang menutupi area

terbesar dari kulit umbi. Pengamatan dilakukan setelah pemanenan.

- Intensitas Warna Kulit Umbi

Intensitas warna kulit diamati secara visual sesuai dengan karakteristik

intensitas warna kulit yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara 21

- Warna Sekunder Kulit Umbi

Warna sekunder kulit umbi merupakan warna yang hanya menutupi

sebagian kecil kulit umbi. Pengamatan dilakukan setelah pemanenan.

- Warna Utama Daging Umbi

Warna utama daging umbi merupakan warna yang menutupi area

terbesar dari bagian longitudinal atau silang daging umbi. Pengamatan

dilakukan setelah pemanenan.

- Warna Sekunder Daging umbi

Warna sekunder daging umbi merupakan warna terbesar kedua yang

menutupi bagian longitudinal atau silang dari daging umbi atau warna

lain selain warna utama. Pengamatan dilakukan setelah pemanenan.

- Distribusi Warna Sekunder Daging Umbi

Distribusi warna sekunder daging umbi diamati setelah pemanenan dan

dilakukan dengan pengamatan visual.

Panjang Sulur Tanaman (cm)

Pengamatan panjang sulur diukur dari pangkal sulur (diatas permukaan tanah) sampai ke titik tumbuh, dan diukur setiap minggu mulai dari 3 MST sampai 10 MST.

Jumlah Umbi per Tanaman (umbi)

Jumlah umbi dihitung dengan menghitung jumlah umbi yang didapat setelah dipanen. Kriteria umbi yang dihitung adalah umbi yang sudah membengkak dan bentuknya lebih besar dari akar. Umbi yang dihitung adalah setiap umbi yang berasal dari rumpun tanaman sampel. Pengamatan dilakukan setelah pemanenan

Universitas Sumatera Utara 22

Bobot Umbi per Tanaman (gr)

Rata-rata bobot umbi dihitung setelah panen menggunakan timbangan analitik setelah panen dengan menimbang semua umbi yang terdapat pada sampel setelah sebelumnya umbi dibersihkan dari akar dan kotoran-kotoran yang menempel.

Bobot Umbi per Plot (g)

Bobot umbi per plot diukur pada akhir penelitian dengan menimbang seluruh umbi dalam 1 plot. Sebelum ditimbang, umbi dibersihkan dari akar dan kotoran yang menempel kemudian ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Universitas Sumatera Utara 23

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Karakter Morfologi

Tabel 1. Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotip P1 Asal Kabupaten Simalungun, Kecamatan Silimakuta, Desa Dusun Bintang Mariah

No Parameter P1 1 Lilitan Tidak melilit 2 Tipe batang Sangat menyebar (>250 cm) 3 Diameter ruas batang Tipis (4-6 mm) 4 Panjang ruas batang Sedang (7-9 cm) 5 Warna dominan batang Sebagian besar ungu tua 6 Warna sekunder batang Hijau pada pucuk 7 Rambut batang Jarang 8 Bentuk umum daun Cuping 9 Tipe lobus Dangkal 10 Jumlah lobus 5 11 Bentuk lobus tengah Semi elliptic 12 Ukuran daun Sedang (8-15 cm) 13 Warna tulang daun Hijau 14 Warna daun tua Hijau 15 Warna daun pucuk Ungu kedua permukaan 16 Panjang tangkai daun Pendek (10-20 cm) 17 Warna tangkai daun Hijau dengan warna ungu dekat batang 18 Bentuk formasi umbi Berkerumun terbuka 19 Panjang tangkai umbi Pendek (2-5 cm) 20 Bentuk umbi Bulat elips 21 Cacat umbi Sedikit 22 Tebal korteks Sedikit tebal (2-3 mm) 23 Warna utama kulit umbi Ungu tua 24 Intensitas warna kulit umbi Intermediate 25 Warna sekunder kulit umbi Tidak ada 26 Warna utama daging umbi Berpigmen antosianin 27 Warna sekunder daging umbi Ungu tua 28 Distribusi warna sekunder Berbentuk cincin lebar pada korteks 29 Kadar getah Sedikit 30 Reaksi oksidasi Sedikit

Universitas Sumatera Utara 24

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 1. Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipa P1 : (a) Daun Pucuk Ubijalar, (b) Daun Tua Ubijalar, (c) Batang Ubijalar, (d) Umbi Ubijalar, (e) Daging Umbi Ubijalar, (f) Tanaman Ubijalar

Universitas Sumatera Utara 25

Tabel 2. Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotip P2 Asal Kabupaten Simalungun, Kecamatan Purba, Desa Tiga Runggu

No Parameter P2 1 Lilitan Tidak melilit 2 Tipe batang Sangat menyebar (>250 cm) 3 Diameter ruas batang Tipis (4-6 mm) 4 Panjang ruas batang Sedang (6-9 cm) 5 Warna dominan batang Hijau 6 Warna sekunder batang Tidak ada 7 Rambut batang Sedang 8 Bentuk umum daun Bentuk hati 9 Tipe lobus Sangat dangkal 10 Jumlah lobus 5 11 Bentuk lobus bagian tengah Bergigi 12 Ukuran daun Besar (16-25 cm) 13 Warna pertulangan daun Hijau 14 Warna daun tua Hijau 15 Warna daun pucuk Hijau dengan tepi ungu 16 Panjang tangkai daun Pendek (10-20 cm) 17 Warna tangkai daun Hijau

Universitas Sumatera Utara 26

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipa P2 : (a) Daun Pucuk Ubijalar, (b) Daun Tua Ubijalar, (c) Batang Ubijalar, (d) Tanaman Ubijalar

Universitas Sumatera Utara 27

Tabel 3. Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotip P3 Asal Kabupaten Simalungun, Kecamatan Purba, Desa Nagorih Ritonga No Parameter P3 1 Lilitan Tidak melilit 2 Tipe batang Menyebar (151-250 cm) 3 Diameter ruas batang Tipis (4-6 mm) 4 Panjang ruas batang Pendek (3-5 cm) 5 Warna dominan batang Hijau 6 Warna sekunder batang Tidak ada 7 Rambut batang Tidak ada 8 Bentuk umum daun Bentuk hati 9 Tipe lobus Sangat dangkal 10 Jumlah lobus 7 11 Bentuk lobus bagian tengah Bergigi 12 Ukuran daun Besar (16-25 cm) 13 Warna pertulangan daun Hijau 14 Warna daun tua Hijau 15 Warna daun pucuk Hijau dengan tepi ungu 16 Panjang tangkai daun Agak panjang (21-30 cm) 17 Warna tangkai daun Hijau

Universitas Sumatera Utara 28

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 3. Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipa P3 : (a) Daun Pucuk Ubijalar, (b) Daun Tua Ubijalar, (c) Batang Ubijalar, (d) Tanaman Ubijalar

Universitas Sumatera Utara 29

Tabel 4. Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotip P4 Asal Kabupaten Simalungun, Kecamatan Dolok Silau, Desa Perasmian No Parameter P4 1 Lilitan Tidak melilit 2 Tipe batang Menyebar (151-250 cm) 3 Diameter ruas batang Sedikit tebal (7-9 mm) 4 Panjang ruas batang Tipis (4-6 cm) 5 Warna dominan batang Hijau dengan banyak bintik ungu 6 Warna sekunder batang Hijau pada buku batang 7 Rambut batang Lebat 8 Bentuk umum daun Bentuk hati 9 Tipe lobus Sangat dangkal 10 Jumlah lobus 3 11 Bentuk lobus bagian tengah Semi elliptic 12 Ukuran daun Sedang (8-15 cm) Warna pertulangan daun Semua tulang daun sebagian besar 13 ungu 14 Warna daun tua Hijau 15 Warna daun pucuk Sebagian besar ungu 16 Panjang tangkai daun Pendek (10-20 cm) 17 Warna tangkai daun Hijau dengan warna ungu dekat daun 18 Bentuk formasi umbi Berkerumun terbuka 19 Panjang tangkai umbi Pendek (2-5 cm) 20 Bentuk umbi Bulat telur terbalik 21 Cacat umbi Sedikit 22 Tebal korteks Sangat tebal (>4 mm) 23 Warna utama kulit umbi Krim 24 Intensitas warna kulit umbi Pucat 25 Warna sekunder kulit umbi Tidak ada 26 Warna utama daging umbi Kuning pucat 27 Warna sekunder daging umbi Tidak ada 28 Distribusi warna sekunder Tidak ada 29 Kadar getah Sedikit 30 Reaksi oksidasi Banyak

Universitas Sumatera Utara 30

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4. Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipa P4 : (a) Daun Pucuk Ubijalar, (b) Daun Tua Ubijalar, (c) Batang Ubijalar, (d) Tanaman Ubijalar

Universitas Sumatera Utara 31

Tabel 5. Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotip P5 Asal Kabupaten Simalungun, Kecamatan Pamatang Silimahuta, Desa Mardinding

No Parameter P5 1 Lilitan Sangat melilit 2 Tipe batang Sangat menyebar (>250 cm) 3 Diameter ruas batang Tipis (4-6 mm) 4 Panjang ruas batang Pendek (3-5 cm) 5 Warna dominan batang Sebagian besar ungu 6 Warna sekunder batang Hijau pada pucuk 7 Rambut batang Sedang 8 Bentuk umum daun Cuping 9 Tipe lobus Agak dalam 10 Jumlah lobus 5-7 11 Bentuk lobus tengah Semi elliptic 12 Ukuran daun Sedang (8-15 cm) Warna pertulangan daun Semua tulang daun sebagian besar 13 ungu 14 Warna daun tua Hijau 15 Warna daun pucuk Sebagian besar ungu 16 Panjang tangkai daun Pendek (10-20 cm) Warna tangkai daun Keseluruhan atau sebagian besar 17 ungu 18 Bentuk formasi umbi Berkerumun tertutup 19 Panjang tangkai umbi Pendek (2-5 cm) 20 Bentuk umbi Bulat elips 21 Cacat umbi Sedikit 22 Tebal korteks Sangat tebal (>4 mm) 23 Warna utama kulit umbi Krim 24 Intensitas warna kulit umbi Pucat 25 Warna sekunder kulit umbi Tidak ada 26 Warna utama daging umbi Kuning pucat 27 Warna sekunder daging umbi Tidak ada 28 Distribusi warna sekunder Tidak ada 29 Kadar getah Banyak 30 Reaksi oksidasi Banyak

Universitas Sumatera Utara 32

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 5. Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipa P5 : (a) Daun Pucuk Ubijalar, (b) Daun Tua Ubijalar, (c) Batang Ubijalar, (d) Umbi Ubijalar, (e) Daging Umbi Ubijalar, (f) Tanaman Ubijalar

Universitas Sumatera Utara 33

Tabel 6. Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotip P6 Asal Kabupaten Simalungun, Kecamatan Dolok Perdamean, Desa Sirube-rube No Parameter P6 1 Lilitan Tidak melilit 2 Tipe batang Menyebar (151-250 cm) 3 Diameter ruas batang Tipis (4-6 mm) 4 Panjang ruas batang Pendek (3-5 cm) 5 Warna batang utama Sebagian besar ungu tua 6 Warna batang sekunder Hijau pada pucuk 7 Rambut batang Jarang 8 Bentuk umum daun Segitiga 9 Tipe lobus Dangkal 10 Jumlah lobus 3 11 Bentuk lobus tengah Semi elliptic 12 Ukuran daun Sedang (8-15 cm) 13 Warna pertulangan daun Hijau 14 Warna daun tua Hijau 15 Warna daun pucuk Ungu kedua permukaan 16 Panjang tangkai daun Pendek (10-20 cm) 17 Warna tangkai daun Hijau 18 Bentuk formasi umbi Berkerumun terbuka 19 Panjang tangkai umbi Sedang (6-8 cm) 20 Bentuk umbi Bulat elips 21 Cacat umbi Tidak ada 22 Tebal korteks Sedang (2-3 mm) 23 Warna utama kulit umbi Ungu tua 24 Intensitas warna kulit umbi Gelap 25 Warna sekunder kulit umbi Tidak ada 26 Warna utama daging umbi Berpigment antosianin 27 Warna sekunder daging umbi Ungu tua 28 Distribusi warna sekunder Bentuk cincin besar pada daging umbi 29 Kadar getah Banyak 30 Reaksi oksidasi Sedikit

Universitas Sumatera Utara 34

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 6. Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipa P6: (a) Daun Pucuk Ubijalar, (b) Daun Tua Ubijalar, (c) Batang Ubijalar, (d) Umbi Ubijalar, (e) Daging Umbi Ubijalar, (f) Tanaman Ubijalar

Universitas Sumatera Utara 35

Panjang Sulur Tanaman (cm)

Data pengamatan dan sidik ragam panjang sulur ubi jalar dapat dilihat pada Lampiran 13-20 yang menunjukkan bahwa secara umum beberapa genotipe ubi jalar memberikan pengaruh nyata berdasarkan panjang sulur pada 3-10 MST.

Panjang sulur tanaman ubi jalar 3-10 MST pada beberapa genotip ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan sulur panjang tanaman 3 - 6 MST (cm) Umur Tanaman (MST) Genotipe 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST P1 = Silimakuta, Ds. 3,34 d 7,01 d 17,25 e 38,87 d Bintang Mariah P2 = Purba, Ds. Tiga 6,58 bc 14,22 bc 37,80 c 56,35 c Runggu P3 = Purba, Ds. Nagorih 17,39 a 31,65 a 69,14 b 104,88 ab Ritonga P4 = Dolok Silau, Ds. 4,01c 9,02c 18,44 d 26,98 d Perasmian P5 = Pamatang Silimahuta, 7,78 bc 17,93 bc 49,82 bc 81,12 bc Ds. Mardinding P6 = Dolok Perdamean, Ds. 9,38 b 16,66 bc 30,56 cd 49,23 c Sirube-rube P7 = Binjai, Cengkeh Turi 8,79 b 18,41 b 37,64 c 50,98 c P8 = Varietas Beta-1 13,90 a 29,38 a 87,95 a 132,45 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%

Universitas Sumatera Utara 36

Lanjutan Tabel 7. Rataan sulur panjang tanaman 7 - 10 MST (cm) Umur Tanaman (MST) Genotipe 7 MST 8 MST 9 MST 10 MST P1 = Silimakuta, Ds. Bintang 61,75 d 82,97 c 108,56 c 141,15 bc Mariah P2 = Purba, Ds. Tiga Runggu 83,71 c 106,76 b 128,62 b 152,02 b P3 = Purba, Ds. Nagorih 143,25 ab 168,14 a 205,12 a 239,5 a Ritonga P4 = Dolok Silau, Ds. 42,65 d 57,00 c 78,51 c 99,54 c Perasmian P5 = Pamatang Silimahuta, 128,86 b 158,98 a 200,84 a 233,68 a Ds. Mardinding P6 = Dolok Perdamean, Ds. 74,65 c 104,38 b 128,33 b 153,96 b Sirube-rube P7 = Binjai, Cengkeh Turi 68,39 c 69,82 c 92,26 c 106,44 c P8 = Varietas Beta-1 159,93 a 186,65 a 206,23 a 230,28 a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5% Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa panjang sulur pengamatan 3 MST pada ubi jalar varietas Beta-1 (13,90 cm) mempunyai panjang sulur tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan genotip lokal asal Silimakuta Desa Tiga Runggu

(17,39 cm), namun berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya. Pada

4 MST pada ubi jalar varietas Beta-1 (29,38 cm) mempunyai panjang sulur tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan genotip lokal asal Silimakuta Desa Tiga

Runggu (31,65 cm), namun berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya.

Pada 5 MST pada ubi jalar varietas Beta-1 (87,95 cm) mempunyai panjang sulur tertinggi yang berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya. Pada 6 MST pada ubi jalar varietas Beta-1 (132,45 cm) menghasilkan panjang sulur tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan genotip lokal asal Silimakuta, Desa Tiga Runggu

(108,44 cm), namun berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya. Pada

7 MST pada ubi jalar varietas Beta-1 (159,93 cm) menghasilkan panjang sulur tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan genotip lokal asal Silimakuta, Desa

Universitas Sumatera Utara 37

Tiga Runggu (143,25 cm) namun berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya. Pada 8 MST pada ubi jalar Varietas Beta-1 (186,65 cm) menghasilkan panjang sulur tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan genotip lokal asal

Silimakuta Desa Tiga Runggu (168,14 cm), dan genotip lokal asal Pamatang

Silimahuta Desa Mardinding (158,98 cm), namun berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya. Pada 9 MST pada ubi jalar Varietas Beta-1 (206,23 cm), menghasilkan panjang sulur tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan genotip lokal asal Silimakuta Desa Tiga Runggu (205,12 cm), dan genotip lokal asal

Pamatang Silimahuta Desa Mardinding (200,84 cm) , namun berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya. Pada 10 MST genotip lokal asal Silimakuta

Desa Tiga Runggu (239,51 cm) menghasilkan panjang sulur tertinggi yang berbeda tidak nyata dengan ubi jalar Varietas Beta-1 (230,28 cm) dan genotip lokal asal Pamatang Silimahuta Desa Mardinding (233,68 cm), namun berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya.

Jumlah Umbi per Tanaman (umbi)

Data pengamatan dan sidik ragam rataan jumlah umbi dapat dilihat pada

Lampiran 21 yang menunjukkan bahwa jumlah umbi beberapa genotipe ubi jalar memberikan pengaruh nyata.

Universitas Sumatera Utara 38

Tabel 8. Rataan Jumlah Umbi per Tanaman (g) Dataran Perlakuan Rendah ....umbi.... P8 = Varietas Beta-1 3,44 a P3 = Purba, Ds. Nagorih Ritonga 2,56 b P7 = Binjai, Cengkeh Turi 2,06 bc P2 = Purba, Ds. Tiga Runggu 1,88 cd P1 = Silimakuta, Ds. Bintang Mariah 1,44 d P6 = Dolok Perdamean, Ds. Sirube-rube 1,38 d P5 = Pamatang Silimahuta, Ds. Mardinding 1,00 e P4 = Dolok Silau, Ds. Perasmian 0,31 f Rataan 1,85 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5% Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa pada ubi jalar Varietas Beta-1 mempunyai jumlah umbi yang berbeda nyata (3,44 umbi) dengan genotip ubi jalar lokal lainnya. Ubi jalar Varietas Beta-1 mempunyai jumlah umbi tertinggi yaitu dengan rataan 3,44 umbi, sedangkan jumlah umbi terendah dihasilkan oleh genotipe asal Dolok Silau, Desa Perasmian dengan rataan 0,31 umbi.

Bobot Umbi per Tanaman (g) dan Perkiraan Produktivitas (ton/ha)

Data pengamatan dan sidik ragam rataan bobot umbi dapat dilihat pada

Lampiran 22 yang menunjukkan bahwa bobot umbi beberapa genotipe ubi jalar memberikan pengaruh nyata.

Rataan bobot umbi ubi jalar pada beberapa genotip ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 9.

Universitas Sumatera Utara 39

Tabel 9. Rataan Bobot Umbi/Tanaman (g) dan Perkiraan Produktivitas (ton/ha) Dataran Perlakuan Rendah ....g/tan...... ton/ha... P8 = Varietas Beta-1 298,28 a 4,27 P1 = Silimakuta, Ds. Bintang Mariah 155,80 ab 2,23 P6 = Dolok Perdamean, Ds. Sirube-rube 149,29 bc 2,14 P7 = Binjai, Cengkeh Turi 147,11 c 2,11 P5 = Pamatang Silimahuta, Ds. 83,14 d 1,19 Mardinding P3 = Purba, Ds. Nagorih Ritonga 11,20 d 0,16 P4 = Dolok Silau, Ds. Perasmian 6,14 e 0,09 P2 = Purba, Ds. Tiga Runggu 5,62 e 0,08 Rataan 107,07 107,07 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5% Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada ubi jalar Varietas Beta-1 menghasilkan bobot umbi yang berbeda nyata (298,28 g) dengan genotip ubi jalar lokal lainnya, namun tidak berbeda nyata dengan bobot umbi genotip lokal

Silimakuta Desa Bintang Mariah (155,80 g). Ubi jalar Varietas Beta-1 menghasilkan bobot umbi per tanaman tertinggi yaitu 298,28 g, sedangkan bobot umbi per tanaman terendah dihasilkan oleh genotipe lokal Purba Desa Tiga

Runggu yaitu 5,62 g.

Bobot Umbi per Plot (g)

Data pengamatan dan sidik ragam rataan bobot umbi per plot dapat dilihat pada Lampiran 23 yang menunjukkan bahwa rataan bobot umbi per plot pada beberapa genotipe ubi jalar memberikan pengaruh nyata.

Rataan rataan bobot umbi per plot pada beberapa genotip ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 10.

Universitas Sumatera Utara 40

Tabel 10. Rataan Bobot Umbi per plot (g) Perlakuan Rataan ....g.... P8 = Varietas Beta-1 1.709,02 a P7 = Binjai, Cengkeh Turi 919,58 ab P1 = Silimakuta, Ds. Bintang Mariah 885,32 ab P6 = Dolok Perdamean, Ds. Sirube-rube 864,64 b P5 = Pamatang Silimahuta, Ds. Mardinding 335,07 c P3 = Purba, Ds. Nagorih Ritonga 54,73 d P2 = Purba, Ds. Tiga Runggu 29,21 d P4 = Dolok Silau, Ds. Perasmian 24,56 e Rataan 602,76 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5% Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada bobot umbi per plot, ubi jalar

Varietas Beta-1 menghasilkan bobot umbi per plot yang berbeda tidak nyata nyata dengan genotip lokal Binjai Cengkeh Turi (919,58 g) dan Silimakuta Desa

Bintang Mariah (885,32 g), namun berbeda nyata dengan genotip lokal ubi jalar lainnya. Ubi jalar Varietas Beta-1 menghasilkan bobot umbi per plot tertinggi yaitu 1.709,02 g, sedangkan bobot umbi terendah dihasilkan oleh genotipe lokal

Dolok Silau Desa Perasmian yaitu dengan bobot 24,56 g per plot.

Pembahasan

Karakter morfologis beberapa genotipe ubi jalar lokal asal Kabupaten Simalungun di dataran rendah

Karakter morfologi tanaman yang dapat mencerminkan pertumbuhan genotipe ubi jalar asal dataran tinggi Simalungun di dataran rendah beberapa diantaranya adalah karakter morfologi tipe batang, diameter ruas batang, panjang ruas batang, ukuran daun, dan panjang tangkai daun. Karakter-karakter tersebut merupakan karakter kuantitatif yang dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan bahkan sebagian besar lebih dipengaruhi oleh lingkungan sehingga dapat

Universitas Sumatera Utara 41

mempresentasikan pertumbuhan ubi jalar. Sedangkan karakter morfologis seperti warna batang tanaman, warna daun tua, warna daun pucuk, warna tangkai daun, warna daging utama, warna daging sekunder, warna kulit umbi utama merupakan karakter kualitatif yang dominan dipengaruhi oleh genetik ubi jalar tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataan Wahyuni dan Wargiono (2012) yang menyatakan bahwa karakter morfologi yang bersifat stabil dan tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan antara lain bentuk daun, warna daun tua, warna daun muda, tangkai daun, tulang daun dan batang, warna kulit ubi dan daging ubi. Sedangkan karakter morfologi yang mudah berubah karena dipengaruhi oleh lingkungan meliputi panjang sulur, panjang tangkai daun, ukuran daun, dan hasil ubi.

Berdasarkan karakter morfologi tipe batang, diameter ruas batang, panjang ruas batang, ukuran daun, dan panjang tangkai daun diketahui bahwa genotipe P1 memiliki tipe batang sangat menyebar (>250 cm), diameter ruas batang tipis

(4-6 mm), panjang ruas batang sedang (7-9 cm), ukuran daun sedang (8-15 cm), dan panjang tangkai daun pendek (10-20 cm). Genotipe P2 memiliki tipe batang sangat menyebar (>250 cm), diameter ruas batang tipis (4-6 mm), panjang ruas batang sedang (6-9 cm), ukuran daun besar (16-25 cm), dan panjang tangkai daun pendek (10-20 cm). Genotipe P3 memiliki tipe batang menyebar (151-250 cm), diameter ruas batang tipis (4-6 mm), panjang ruas batang pendek (3-5 cm), ukuran daun besar (16-25 cm), dan panjang tangkai daun agak panjang (21-30 cm).

Genotipe P4 memiliki tipe batang menyebar (151-250 cm), diameter ruas batang sedikit tebal (7-9 mm), panjang ruas batang tipis (4-6 cm), ukuran daun sedang

(8-15 cm), dan panjang tangkai daun pendek (10-20 cm). Genotipe P5 memiliki tipe batang sangat menyebar (>250 cm), diameter ruas batang tipis (4-6 mm),

Universitas Sumatera Utara 42

panjang ruas batang pendek (3-5 cm), ukuran daun sedang (8-15 cm), dan panjang tangkai daun pendek (10-20 cm). Genotipe P6 memiliki tipe batang menyebar

(151-250 cm), diameter ruas batang tipis (4-6 mm), panjang ruas batang pendek

(3-5 cm), ukuran daun sedang (8-15 cm), dan panjang tangkai daun pendek

(10-20 cm). Karakter morfologi yang ditampilkan menunjukkan variasi dari setiap genotiprnya, menurut Guritno et.al (1994) dalam Hayati et.al (2016), faktor penyebab terjadinya variasi antar tanaman akibat terjadinya perbedaan genetik, perbedaan lingkungan tumbuh dan interaksi antara keduanya. Pada tanaman ubi jalar terdapat interaksi yang tinggi antara genotip dengan lingkungan, sehingga pada setiap jenis tanah dan tipe iklim memerlukan klon-klon yang sesuai dengan lingkungannya.

Respons pertumbuhan dan produksi beberapa genotipe ubi jalar lokal asal Kabupaten Simalungun di dataran rendah

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa secara umum ubi jalar varietas Beta-1 mempunyai panjang sulur tertinggi pada 5-9 MST dibandingkan dengan ubi jalar genotip lokal lainnya. Genotip lokal asal Purba Desa Nagorih

Ritonga mempunyai panjang sulur tertinggi pada 3, 4, dan 10 MST dibandingkan dengan ubi jalar genotip lainnya. Hasil ini menunjukkan bahwa genotip lokal asal

Simalungun memiliki pertumbuhan panjang sulur yang lebih dominan dibandingkan dengan pembentukan umbinya. Suminarti dan Novrianti (2017) menyatakan bahwa tanaman ubi jalar tidak mempunyai kemampuan yang baik dalam mengelola keseimbangan agronomiknya. Hal ini dapat diwujudkan melalui tingginya laju pertumbuhan tajuk (shoot) yang tidak selalu diikuti dengan tingginya pembentukan umbi secara proporsional.

Universitas Sumatera Utara 43

Berdasarkan data pengamatan panjang sulur diketahui bahwa secara umum genotip ubi jalar lokal asal Dolok Silau Desa Perasmian mempunyai panjang sulur terendah dibandingkan dengan genotip Simalungun lainnya, dimana panjang sulur genotip ini pada 10 MST adalah 99,54 cm. Panjang sulur yang rendah dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban udara, keadaan tanah, topografi, curah hujan dan sifat tanah. Berdasarkan penelitian Rahmannisa et.al (2011) diketahui bahwa karakter panjang sulur memiliki nilai variasi fenotipe dan genotipe yang sangat rendah dan heritabilitas yang rendah karena dalam pewarisannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Berdasarkan Mau et.al

(2013) lokasi yang berbeda memiliki efek berbeda pada ekspresi genetik pertumbuhan vegetatif klon ubi jalar yang diuji.

Berdasarkan data rataan jumlah umbi diketahui bahwa varietas Beta-1 mempunyai jumlah umbi tertinggi (3,44 umbi) dibandingkan dengan genotip lokal lainnya. Sedangkan jumlah umbi terendah dihasilkan oleh genotip lokal asal

Dolok Silau Desa Perasmian (0,31 umbi). Jumlah umbi pada ubi jalar dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah dosis pupuk KCl, tekstur tanah, kelembaban tanah dan suhu lingkungan. Menurut Hayati et al. (2016), berat dan jumlah umbi ubi jalar dipengaruhi oleh faktor lingkungan salah satunya adalah suhu. Suhu yang tinggi dapat memicu terjadinya proses oksidasi dari hormon indol acetic acid (IAA) yang dapat menghambat pembentukan umbi, sedangkan hormon giberelin acid (GA) mengalami peningkatan yang mengakibatkan sulur lebih berkembang daripada pembentukan umbi.

Berdasarkan data rataan bobot umbi per tanaman diketahui bahwa varietas

Beta-1 mampu menghasilkan bobot umbi tertinggi (298,28 g), sedangkan bobot

Universitas Sumatera Utara 44

umbi terendah dihasilkan oleh genotipe lokal Purba Desa Tiga Runggu yaitu

5,62 g per tanaman. Dari 6 genotipe lokal asal Simalungun yang digunakan diperoleh data bahwa genotipe Silimakuta Desa Bintang Mariah dapat menghasilkan bobot umbi per tanaman tertinggi (155,80 g) dibandingkan dengan genotipe lokal asal Simalungun lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan hasil produksi pada ubi jalar dapat dipengaruhi oleh kondisi genetik dari tanaman, lingkungan tempat budidaya dilakukan, kultur teknis yang digunakan, dan faktor kemampuan petani. Hasil penelitian ini sejalan dengan Jusuf et al. (2008) yang menemukan bahwa efek genotipe, lingkungan atau interaksi genotipe dengan lingkungan signifikan terhadap hasil ubi jalar.

Berdasarkan data rataan bobot umbi per plot diketahui bahwa varietas

Beta-1 mampu menghasilkan bobot umbi tertinggi (1709,02 g), diikuti oleh genotip lokal Binjai Cengkeh Turi (919,58 g) dan genotip Silimakuta Desa

Bintang Mariah (885,32 g). Hasil ini menunjukkan bahwa secara produksi genotip lokal asal Silimakuta Desa Bintang Mariah telah dapat bersaing dengan produksi umbi dari genotip lokal dataran rendah, hal ini mengindikasikan bahwa genotip lokal asal Silimakuta Desa Bintang Mariah dapat tumbuh baik namun tidak dapat berproduksi tinggi di dataran rendah dengan lingkungan di dataran rendah.

Berdasarkan penelitian Mau et.al (2013) diketahui bahwa interaksi genotipe dengan lokasi menunjukkan bahwa komponen hasil dan karakter hasil umbi dari klon ubi jalar yang dievaluasi berubah mengikuti perubahan lingkungan, dan besarnya perubahan ini ditentukan oleh latar belakang genetik klon.

Berdasarkan data produksi umbi per plot dapat dilihat bahwa genotip lokal asal dataran tinggi Kabupaten Simalungun yang dapat menghasilkan rata-rata

Universitas Sumatera Utara 45

bobot umbi terendah adalah genotip Dolok Silau Desa Perasmian (24,56 g) dan

Purba, Desa Tiga Runggu (29,21 g). Hasil ini menunjukkan bahwa kedua genotip tersebut yang berasal dari dataran tinggi dengan ketinggian 1160 mdpl dan 1367 mdpl belum dapat menghasilkan umbi dengan maksimal yang dapat disebabkan oleh faktor lingkungan tempat penelitian dilakukan salah satunya adalah suhu.

Suhu mempengaruhi intensitas radiasi matahari yang diterima oleh daun, proses fotosintesis dan respirasi tanaman sehingga mempengaruhi metabolisme tanaman dalam pembentukan umbi. Hal ini sesuai dengan Handayani et al (2011) yang menyatakan bahwa kentang yang ditanam di daerah dengan suhu tinggi menghasilkan umbi yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah bersuhu rendah, hal ini memungkinkan terjadinya perubahan karakter morfologis yang berhubungan dengan perbedaan proses metabolisme yang terjadi pada dua kondisi berbeda.

Universitas Sumatera Utara 46

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Genotipe-genotipe lokal asal dataran tinggi Simalungun dilihat berdasarkan karakter morfologi tipe batang, diameter ruas batang, panjang ruas batang, ukuran daun, dan panjang tangkai daun diketahui dapat tumbuh pada penanaman di dataran rendah. Dari 6 genotipe lokal asal Simalungun yang digunakan dalam penelitian, genotip lokal Simalungun asal Purba Desa Nagorih

Ritonga memiliki panjang sulur tertinggi pada 3, 4, dan 10 MST. Produksi genotipe-genotipe lokal asal Simalungun di dataran rendah berdasarkan peubah amatan bobot umbi per tanaman mengalami penurunan secara signifikan, namun berdasarkan produksi diketahui bahwa genotip lokal Simalungun asal Silimakuta

Desa Bintang Mariah memiliki rata-rata hasil tertinggi yaitu 2,23 ton/ha dibandingkan dengan genotipe lokal asal Simalungun lainnya.

Saran

Disarankan untuk menggunakan genotip lokal Simalungun asal Silimakuta

Desa Bintang Mariah untuk penanaman di dataran rendah.

Universitas Sumatera Utara 47

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2017. Produksi Ubi Jalar Menurut Provinsi 2013-2017. Diakses melalui http://www.pertanian.go.id pada 20 Februari 2018.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2017. Produksi Ubi Jalar menurut Kabupaten/Kota (ton) 2012–2016. Diakses melalui https://sumut.bps.go.id/ pada 7 April 2018.

______. 2017. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Ubi Jalar 2006 - 2016. Diakses melalui https://sumut.bps.go.id/ pada 8 April 2018.

BBKP Belawan. 2017. Ekspor Ubi Jalar ke Thailand. Balai Besar Karantina Pertanian Belawan. Diakses melalui https://bbkpbelawan.karantina.pertanian.go.id pada 8 April 2018. Bertham, Rr. Y. H. dan A. D. Nusantara. 2011. Mekanisme Adaptasi Genotipe Baru Kedelai dalam Mendapatkan Hara Fosfor dari Tanah Mineral Masam. J. Agron. Indonesia 39 (1) : 24 – 30.

CIP, AVRDC, IBPGR. 1991. Descriptors for Sweet Potato. Z. Huaman (ed.). Int. Board for Plant Genetic Resource. Rome, Italy. 52 pp.

Deputi Menegristek. 2008. Ubi Jalar/Ketela Rambat (Ipomoea batatas L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Diakses melalusi http://www.ristek.go.id/ pada 8 April 2018.

Gurning, T. M. dan L. Haloho. 2005. Cara Budidaya Ubi Jalar untuk Ekspor di Sumatera Utara. Dalam Prosiding Peningkatan Produksi Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian Pangan. Bogor, September 2006. Hal 586-593.

Hayati, M., Nurhayati, A. Marliah, M. Khalil. 2016. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Klon Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) di Dataran Menengah Saree, Kabupaten Aceh Besar. J. Floratek 11 (1): 44-50.

Handayani, T., E. Sofiari, dan Kusmana. 2011. Karakterisasi Morfologi Klon Kentang di Dataran Medium. Buletin Plasma Nutfah 17 (2) : 116-121.

Huaman, Z. 1999. Sweetpotato Germplasm Management (Ipomoea batatas). Training Manual. International Potato Center (CIP). 218 pp.

ILO. 2013. Kajian Ubi Jalar dengan Pendekatan Rantai Nilai dan Iklim Usaha di Kabupaten Jayawijaya. Laporan Studi. ILO – PCdP2 UNDP. Hal 1-81.

Universitas Sumatera Utara 48

Jusuf, M., St. A. Rahayuningsih, T.S. Wahyuni, dan J. Restuono. 2008. Adaptasi dan Stabilitas Hasil Klon Harapan Ubi Jalar. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27(1) : 37-41.

Makruf, E. dan H. Iswadi. 2015. Kumpulan Informasi Teknologi (KIT) : Budidaya Tanaman Umbi-umbian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu.

Mau, Y. S., A. S. S. Ndiwa, I G. B. A. Arsa, S. S. Oematan. 2013. Growth And Yield Stability Of Sweet Potato Clones Across Four Locations In East Nusa Tenggara. Agrivita 35 (1) : 95 – 102.

Minantyorini dan M. Setyowati. 2016. Potensi Hasil Aksesi Plasma Nutfah Ubi Jalar di Dataran Tinggi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Bul. Plasma Nutfah 22 (1) : 31–40.

Mukminah, F. 2005. Evaluasi Beberapa Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L. (Lam.)) yang Tahan Kering dari Berbagai Daerah Di Sumsel. Universitas Tridinanti, Palembang.

Nurnasari, E. dan Djumali. 2010. Pengaruh Kondisi Ketinggian Tempat Terhadap Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung. Buletin Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri 2 (2) :45-59.

Permentan. 2006. Pengujian, Penilaian, Pelepasan dan Penarikan Varietas. Peraturan Menteri Pertanian. Nomor : 37/Permentan/OT.140/8/2006.

______.2011. Metoda Baku Uji Adaptasi dan Uji Observasi. Peraturan Menteri Pertanian. Nomor : 61/Permentan/OT.140/10/2011.

Rahayuningsih, St. A. 2003. Profil Varietas Unggul Ubijalar Sari: Beradaptasi Luas, dan Berumur Genjah. Bul. Palawija 5 (6) : 57–67.

Rahardjo, M., R. Fathan, I. Nasution dan M. Djazuli. 1994. Pola Pertumbuhan, Serapan Hara, Akumulasi Karbohidrat Dan Gula Ubijalar Pada Agroekologi Berbeda. Dalam Rahayuningsih, St. A. 2003. Profil Varietas Unggul Ubijalar Sari: Beradaptasi Luas, dan Berumur Genjah. Bul. Palawija 5 (6) : 57–67.

Rahmannisa, S. L., B. Waluyo, dan A. Karuniawan. 2011. Penampilan Parameter Genetik Varietas Lokal Ubi Jalar Asal Cilembu Jawa Barat. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2011. Bogor, 15 November 2011. Hal 675-684.

Van Steenis, C. G. G. J. 2003. Flora : Untuk Sekolah di Indonesia. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara 49

Suparman, 2007. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Azka Press. Bandung.

Sumarwoto, T. Wirawati, dan R. Frisanto. 2008. Uji Varietas Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) pada Berbagai Jenis Pupuk Organik Alami dan Pupuk Buatan (N, P, dan K). Jurnal Pertanian Mapeta 10 (3) : 203-210.

Suminarti, N. E. dan R. Novrianti. 2017. Pengaruh Defoliasi dan Posisi Penanaman Stek Batang pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Lam. Var. Sari. Jurnal Biodjati 2 (1) : 21 – 29.

Wahyuni, T. S. dan J. Wargiono, 2012. Ubi Jalar: Inovasi Teknologi dan Prospek Pengembangan. Morfologi dan Anatomi Tanaman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Universitas Sumatera Utara 50

Lampiran 1. Bagan Penanaman

c

X

X

d

X

a

X

X

X

e

b

Keterangan: a = Panjang plot 200 cm b = Lebar plot 100 cm c = Jarak tanaman pertama dari ujung plot 25 cm d = Jarak tanam 30 cm e = Jarak tanaman terakhir dari ujung plot 25 cm

Universitas Sumatera Utara 51

Lampiran 2. Bagan Plot Penelitian

I II III IV

200 cm

100 cm P3 P4 P5 P1 U

B T 50 P2 cm P7 P4 P3

50 cm S

P4 P5 P3 P7

P7 P1 P2 P8

P6 P2 P1 P4

P8 P6 P8 P5

P1 P8 P7 P6

P5 P3 P6 P2

Universitas Sumatera Utara 52

Lampiran 3. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Dasar Untuk Tanaman Ubi Jalar Jarak Tanam : 30 x 100 cm

Luas Lahan : 12,5 m x 12 m = 150 m2

Luas Plot : 2 m x 1 m = 2 m2

Dosis anjuran Urea : 200 Kg/ha

Dosis anjuran SP-36 : 100 Kg/ha

Dosis anjuran KCl : 100 Kg/ha

Maka dikonversikan ke lahan dengan ukuran plot 2 m x 1 m adalah :

Kebutuhan Urea : 2 m2 x 200 kg = 0,04 Kg/Plot 10000 m2 = 40 g/Plot

Kebutuhan SP-36 : 2 m2 x 100 kg = 0,02 Kg/Plot 10000 m2 = 20 g/Plot Kebutuhan KCl : 2 m2 x 100 kg = 0,02 Kg/Plot 10000 m2 = 20 g/Plot

Universitas Sumatera Utara 53

Lampiran 4. Jadwal Kegiatan Pelaksanaan

Pelaksanaan Minggu ke- No. Penelitian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 Persiapan Lahan X Pembuatan X 2 Guludan Persiapan Bahan X 5 Tanam 6 Penanaman X Pemupukan X X 7 Dasar Pemeliharaan 8 Tanaman Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan Penyulaman X X Penyiangan dan Disesuaikan dengan kondisi lapangan Pembumbunan Pengangkatan Batang X X X X X X X Pengendalian Hama dan Disesuaikan dengan kondisi lapangan Penyakit 9 Panen Pengamatan 10 Parameter Panjang Sulur (cm) X X X X X X X Jumlah Umbi per Sampel (umbi) Bobot Umbi per Sampel (g) Rataan Bobot Umbi (g) Bobot Umbi per Plot (g)

Universitas Sumatera Utara 54

Lampiran 5. Lokasi Asal Genotipe Ubi Jalar Asal Simalungun

Ketinggian Kode Kabupaten Kecamatan Desa Tempat Titik Koordinat (mdpl) P1 Simalungun Silimakuta Dusun 1429 N 2°56'47.2128" Bintang E 98°36'54.2412" Mariah P2 Tiga 1367 N 2°54'55.3536" Runggu E 98°39'51.6816" P3 Nagorih 1285 N 2°51'0.3024" Ritonga E 98°44'23.2656" P4 Dolok Silau Perasmian 1160 N 3°2'2.6484" E 98°40'32.052" P5 Pamatang Mardinding 1407 N 2°56'10.3632" Silimahuta E 98°34'46.5204" P6 Dolok Sirube-rube 1205 N 2°48'55.9296" Perdamean E 98°48'48.1104"

Universitas Sumatera Utara 55

Lampiran 6 . Karakter Morfologi Genotipe P7

Tabel 11. Karakter Morfologis Tanaman Ubi Jalar Genotip P7 Asal Kecamatan Binjai Utara, Desa Cengkeh Turi No Parameter P7 1 Lilitan Tidak melilit 2 Tipe batang Menyebar (151-250 cm) 3 Diameter ruas batang Tipis (4-6 mm) 4 Panjang ruas batang Pendek (3-5 cm) 5 Warna batang utama Sebagian besar ungu 6 Warna batang sekunder Hijau pada pucuk 7 Rambut batang Jarang 8 Bentuk umum daun Hampir terbagi 9 Tipe lobus Sangat dalam 10 Jumlah lobus 6 11 Bentuk lobus bagian tengah Oblanceolate (lanset sungsang) 12 Ukuran daun Agak Besar (8-15 cm) Warna pertulangan daun Bintik ungu pada pangkal tulang daun 13 utama 14 Warna daun tua Hijau 15 Warna daun pucuk Sebagian besar ungu 16 Panjang tangkai daun Agak panjang (21-30 cm) Warna tangkai daun Hijau dengan ungu pada pangkal dan 17 ujung tangkai 18 Bentuk formasi umbi Berkerumun terbuka 19 Panjang tangkai umbi Pendek (2-5 cm) 20 Bentuk umbi Bulat 21 Cacat umbi Sedikit 22 Tebal korteks Tebal (3-4 mm) 23 Warna utama kulit umbi Krim 24 Intensitas warna kulit umbi Pucat 25 Warna sekunder kulit umbi Tidak ada 26 Warna utama daging umbi Kuning pucat 27 Warna sekunder daging umbi Oranye 28 Distribusi warna sekunder Menutupi semua daging umbi 29 Kadar getah Sedikit 30 Reaksi oksidasi Sedikit

Universitas Sumatera Utara 56

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 7. Karakter Morfologis Tanaman Ubijalar Genotipa P7 : (a) Daun Pucuk Ubijalar, (b) Daun Tua Ubijalar, (c) Batang Ubijalar, (d) Umbi Ubijalar, (e) Daging Umbi Ubijalar, (f) Tanaman Ubijalar

Universitas Sumatera Utara 57

Lampiran 7. Deskripsi Varietas Beta-1 Dilepas Tanggal : 19 Mei 2009 SK Mentan : 2217/Kpts/SR.120/5/2009 Nama klon harapan : MSU 01015-07 Asal : Hasil persilangan bebas induk betina MSU 01015.MSU 01015 berasal dari Persilangan varietas Kidal dengan BB 97281-16 Tipe tanaman : Menyebar Umur panen : 4–4,5 bulan Diameter buku ruas : Tipis Panjang buku ruas : Pendek Warna dominan sulur : Hijau Warna sekunder sulur : Ungu pada buku-buku Bentuk daun dewasa - Bentuk kerangka daun : Segitiga sama sisi - Kedalaman cuping daun : Tidak ada - Jumlah cuping : Bercuping satu - Bentuk cuping pusat : Gerigi Ukuran daun dewasa : Sedang Warna tulang daun permukaan bawah: Semua tulang daun berwarna ungu Warna helai daun - Warna daun dewasa : Hijau - Warna daun muda : Hijau dengan ungu melingkari tepi daun Pigmentasi dan panjang tangkai daun - Pigmentasi pada tangkai daun : Hijau, pangkal dan tangkai ungu - Panjang tangkai daun : Sedang Bentuk umbi : Elip panjang Susunan pertumbuhan umbi : Menyebar Panjang tangkai umbi : Pendek Warna kulit umbi : Merah Warna daging umbi : Oranye tua Rasa umbi : Enak dan manis Kandungan/kadar - Bahan kering : 25,3% - Serat (basis kering) : 4,04% - Gula reduksi (basis kering) : 8,18% - Vitamin C (basis basah) : 16,5 mg/100 g - Betakarotin (basis basah) : 12.032 µg/100 g Ketahanan terhadap hama/penyakit : Agak tahan penyakit kudis dan agak tahan hama boleng (Cylas formicarius ) Rata-rata hasil : 25,6 t/ha Potensi hasil : 35,7 t/ha Keterangan lain : Kandungan beta-karotin tinggi, rasa enak, cocok ditanam pada lahan tegalan dan sawah sesudah tanaman padi Pemulia : M. Jusuf, St.A. Rahayuningsih, Tinuk S.W., Joko Restuono, Gatot Santoso Pascapanen : Erliana Ginting

Universitas Sumatera Utara 58

Lampiran 8. Gambar Pucuk Keseluruhan Genotipe Simalungun

(P1) (P2)

(P3) (P4)

(P5) (P6)

(P7) (P8)

Universitas Sumatera Utara 59

Lampiran 9. Gambar Daun Tua Keseluruhan Genotipe Simalungun

(P1) (P2)

(P3) (P4)

(P5) (P6)

(P7) (P8)

Universitas Sumatera Utara 60

Lampiran 10. Gambar Batang Keseluruhan Genotipe Simalungun

(P1) (P2)

(P3) (P4)

(P5) (P6)

(P7) (P8)

Universitas Sumatera Utara 61

Lampiran 11. Gambar Umbi Keseluruhan Genotipe Simalungun

Pada umur 5 bulan belum ada umbi terbentuk

(P1) (P2)

Pada umur 5 bulan belum ada umbi terbentuk

(P3) (P4)

(P5) (P6)

(P7) (P8)

Universitas Sumatera Utara 62

Lampiran 12. Gambar Tanaman Genotipe Simalungun

(P1) (P2)

(P3) (P4)

(P5) (P6)

(P7) (P8)

Universitas Sumatera Utara 63

Lampiran 13. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 3 MST

Data Panjang Sulur 4 MST (cm) Blok Total Perlakuan Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 0,30 3,35 4,90 4,80 13,35 3,34 P2 6,30 6,53 2,95 10,53 26,30 6,58 P3 6,43 6,18 25,23 31,75 69,58 17,39 P4 7,50 2,63 2,65 3,28 16,05 4,01 P5 4,23 8,73 16,00 2,18 31,13 7,78 P6 14,60 4,48 7,55 10,88 37,50 9,38 P7 8,53 13,45 3,30 9,88 35,15 8,79 P8 17,9 12,9 13,1 11,7 55,60 13,90 Total 65,78 58,23 75,68 84,98 284,65 71,16 Rataan 8,22 7,28 9,46 10,62 35,58 8,90

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm......

P1 0.11 0.44 0.72 0.50 1.77 0.44 P2 0.85 0.65 0.55 0.98 3.03 0.76 P3 0,86 0,83 1,36 1,49 4,55 1,14 P4 0.88 0.53 0.54 0.60 2.54 0.64 P5 0.88 0.53 0.54 0.60 2.54 0.64 P6 0.68 0.88 0.92 0.48 2.96 0.74 P7 1.07 0.73 0.80 0.86 3.45 0.86 P8 0.94 1.05 0.58 0.89 3.47 0.87 Total 6.66 6.26 6.62 6.91 26.45

Rataan 0.83 0.78 0.83 0.86 0.83

Sidik Ragam Panjang Sulur 3 MST (cm)

SK db JK KT Fhit F0,05 Ket Blok 3 0.03 0.01 0.18 3.07 tn Perlakuan 7 1.64 0.23 4.79 2.49 * Galat 21 1.03 0.05 Total 31 2.70 KK : 26,76 % Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 64

Lampiran 14. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 4 MST

Data Panjang Sulur 4 MST (cm) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 1,20 7,23 9,25 10,38 28,05 7,01 P2 13,38 13,50 7,20 22,80 56,88 14,22 P3 14,40 12,78 35,53 63,90 126,60 31,65 P4 16,23 5,65 5,90 8,30 36,08 9,02 P5 9,50 18,05 38,45 5,73 71,73 17,93 P6 22,05 8,95 15,45 20,20 66,65 16,66 P7 18,53 27,73 7,70 19,68 73,63 18,41 P8 35,00 27,60 27,70 27,20 117,50 29,38 Total 130,28 121,48 147,18 178,18 577,10 144,28 Rataan 16,28 15,18 18,40 22,27 72,14 18,03

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 0.33 0.68 0.98 0.73 2.72 0.68 P2 1.14 0.96 0.86 1.29 4.24 1.06 P3 1.17 1.12 1.42 1.80 5.52 1.38 P4 1.18 0.79 0.81 0.95 3.73 0.93 P5 0.97 1.18 1.24 0.80 4.19 1.05 P6 1.27 0.96 1.07 1.13 4.43 1.11 P7 1.25 1.35 0.87 1.20 4.67 1.17 P8 1.55 1.45 1.45 1.44 5.89 1.47 Total 8.87 8.49 8.69 9.34 35.39 8.85 Rataan 1.11 1.06 1.09 1.17 4.42 1.11

Sidik Ragam Panjang Sulur 4 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F0,05 Ket Blok 3 0.05 0.02 0.36 3.07 tn Perlakuan 7 1.72 0.25 5.35 2.49 * Galat 21 0.97 0.05 Total 31 2.74 KK : 19,40% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 65

Lampiran 15. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 5 MST

Data Panjang Sulur 5 MST (cm) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 1,90 26,55 34,70 5,85 69,00 17,25 P2 32,75 39,75 22,98 55,73 151,20 37,80 P3 31,03 33,30 84,68 127,58 276,58 69,14 P4 26,18 13,25 13,15 21,18 73,75 18,44 P5 24,93 51,10 84,58 38,68 199,28 49,82 P6 34,13 21,13 30,88 36,10 122,23 30,56 P7 33,25 47,35 22,15 47,80 150,55 37,64 P8 109,20 85,30 82,90 74,40 351,80 87,95 Total 293,35 317,73 376,00 407,30 1394,38 348,59 Rataan 36,67 39,72 47,00 50,91 174,30 43,57

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 0.46 1.05 1.53 0.80 3.83 0.96 P2 1.50 1.41 1.28 1.70 5.89 1.47 P3 1.44 1.50 1.80 2.11 6.86 1.72 P4 1.39 1.11 1.11 1.30 4.91 1.23 P5 1.33 1.61 1.66 1.53 6.13 1.53 P6 1.49 1.27 1.37 1.39 5.51 1.38 P7 1.51 1.61 1.20 1.65 5.97 1.49 P8 2.04 1.94 1.92 1.88 7.77 1.94 Total 11.15 11.48 11.88 12.36 46.87 11.72 Rataan 1.39 1.44 1.48 1.55 5.86 1.46

Sidik Ragam Panjang Sulur 5 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F0,05 Ket Blok 3 0.10 0.03 0.62 3.07 tn Perlakuan 7 2.47 0.35 6.35 2.49 * Galat 21 1.17 0.06 Total 31 3.74 KK : 16,08% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 66

Lampiran 16. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 6 MST

Data Panjang Sulur 6 MST (cm) Blok Perlakuan Total Rataan 1,00 2,00 3,00 4,00 ...... cm...... P1 3,25 46,40 62,23 43,60 155,48 38,87 P2 47,20 56,15 40,40 81,65 225,40 56,35 P3 49,33 54,88 151,50 163,80 419,50 104,88 P4 34,25 19,23 20,38 34,08 107,93 26,98 P5 47,48 79,25 113,20 84,55 324,48 81,12 P6 54,75 33,68 46,23 62,25 196,90 49,23 P7 44,68 58,15 35,00 66,08 203,90 50,98 P8 167,40 116,30 141,90 104,20 529,80 132,45 Total 448,33 464,03 610,83 640,20 2163,38 540,84 Rataan 56,04 58,00 76,35 80,03 270,42 67,61

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 0.62 1.34 1.78 1.26 5.00 1.25 P2 1.66 1.58 1.51 1.87 6.62 1.65 P3 1.63 1.72 2.17 2.22 7.73 1.93 P4 1.50 1.26 1.30 1.51 5.57 1.39 P5 1.59 1.81 1.83 1.90 7.13 1.78 P6 1.70 1.47 1.57 1.72 6.46 1.61 P7 1.64 1.72 1.40 1.81 6.57 1.64 P8 2.22 2.07 2.15 2.02 8.46 2.11 Total 12.56 12.97 13.71 14.30 53.54 13.39 Rataan 1.57 1.62 1.71 1.79 6.69 1.67

Sidik Ragam Panjang Sulur 6 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F0,05 Ket Blok 3 0.23 0.08 1.48 3.07 tn Perlakuan 7 2.15 0.31 6.04 2.49 * Galat 21 1.07 0.05 Total 31 3.44 KK : 13,47% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 67

Lampiran 17. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 7 MST

Data Panjang Sulur 7 MST (cm) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 6,28 77,90 98,20 64,63 247,00 61,75 P2 70,23 78,93 71,53 114,15 334,83 83,71 P3 79,45 98,93 198,83 195,80 573,00 143,25 P4 46,40 28,88 35,90 59,43 170,60 42,65 P5 90,10 126,95 150,15 148,23 515,43 128,86 P6 77,38 48,53 65,00 107,70 298,60 74,65 P7 62,03 69,65 53,68 88,23 273,58 68,39 P8 204,70 138,10 168,80 128,10 639,70 159,93 Total 636,55 667,85 842,08 906,25 3052,73 763,18 Rataan 79,57 83,48 105,26 113,28 381,59 95,40

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 0.85 1.60 1.96 1.48 5.90 1.47 P2 1.83 1.78 1.78 2.02 7.41 1.85 P3 1.84 1.99 2.30 2.29 8.42 2.10 P4 1.63 1.44 1.54 1.75 6.36 1.59 P5 1.86 2.06 2.03 2.16 8.12 2.03 P6 1.85 1.65 1.74 2.00 7.24 1.81 P7 1.79 1.83 1.63 1.95 7.20 1.80 P8 2.31 2.14 2.23 2.11 8.79 2.20 Total 13.97 14.49 15.21 15.76 59.44 14.86 Rataan 1.75 1.81 1.90 1.97 7.43 1.86

Sidik Ragam Panjang Sulur 7 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F0,05 Ket Blok 3 0.23 0.08 1.93 3.07 tn Perlakuan 7 1.72 0.25 6.09 2.49 * Galat 21 0.85 0.04 Total 31 2.80 KK : 10,81% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 68

Lampiran 18. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 8 MST

Data Panjang Sulur 8 MST (cm) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 12,70 100,68 129,18 89,33 331,88 82,97 P2 90,93 98,70 98,75 138,68 427,05 106,76 P3 112,63 123,48 217,98 218,48 672,55 168,14 P4 65,18 38,53 51,30 73,00 228,00 57,00 P5 114,88 170,83 177,08 173,15 635,93 158,98 P6 119,53 98,70 77,83 121,45 417,50 104,38 P7 75,73 38,53 63,58 101,45 279,28 69,82 P8 245,30 160,90 193,00 147,40 746,60 186,65 Total 836,85 830,33 1008,68 1062,93 3738,78 934,69 Rataan 104,61 103,79 126,08 132,87 467,35 116,84

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 1.13 1.83 2.08 1.71 6.75 1.69 P2 1.94 1.92 1.93 2.11 7.90 1.98 P3 1.97 2.08 2.34 2.34 8.73 2.18 P4 1.79 1.57 1.70 1.85 6.91 1.73 P5 2.00 2.20 2.11 2.23 8.54 2.13 P6 2.05 1.92 1.89 2.06 7.92 1.98 P7 1.88 1.57 1.75 2.01 7.21 1.80 P8 2.39 2.21 2.29 2.17 9.05 2.26 Total 15.15 15.30 16.08 16.47 63.00 15.75 Rataan 1.89 1.91 2.01 2.06 7.88 1.97

Sidik Ragam Panjang Sulur 8 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F0,05 Ket blok 3 0.15 0.05 1.49 3.07 tn perlakuan 7 1.30 0.19 5.55 2.49 * galat 21 0.70 0.03 total 31 2.16 KK : 9,30% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 69

Lampiran 19. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 9 MST

Data Panjang Sulur 9 MST (cm) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 32,65 124,88 163,65 113,08 434,25 108,56 P2 108,40 119,90 125,50 160,68 514,48 128,62 P3 147,63 154,95 268,35 249,55 820,48 205,12 P4 89,48 56,15 75,23 93,20 314,05 78,51 P5 155,48 221,98 218,58 207,33 803,35 200,84 P6 146,00 107,65 115,48 144,18 513,30 128,33 P7 87,68 91,70 74,88 114,80 369,05 92,26 P8 269,50 172,00 218,50 164,90 824,90 206,23 Total 1036,80 1049,20 1260,15 1247,70 4593,85 1148,46 Rataan 129,60 131,15 157,52 155,96 574,23 143,56

Sidik Ragam Panjang Sulur 9 MST (cm)

SK Db JK KT Fhit F0,05 KET Blok 3 5580,47 1860,16 1,32 3,07 tn Perlakuan 7 78159,50 11165,64 7,94 2,49 * Galat 21 29549,62 1407,12 Total 31 113289,59 KK : 26,13% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 70

Lampiran 20. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Panjang Sulur 10 MST

Data Panjang Sulur 10 MST (cm) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 72,33 156,55 192,95 142,78 564,60 141,15 P2 132,35 147,95 149,23 178,55 608,08 152,02 P3 178,38 187,48 307,30 284,88 958,03 239,51 P4 115,83 73,60 100,20 108,53 398,15 99,54 P5 183,58 257,60 251,25 242,30 934,73 233,68 P6 167,70 140,33 142,13 165,70 615,85 153,96 P7 110,13 100,90 85,03 129,70 425,75 106,44 P8 297,70 193,40 244,30 185,70 921,10 230,28 Total 1257,98 1257,80 1472,38 1438,13 5426,28 1356,57 Rataan 157,25 164,64 200,19 191,41 678,28 169,57

Sidik Ragam Panjang Sulur 10 MST (cm) SK DB JK KT F.Hitung 5% KET Blok 3 4942,31 1647,44 1,11 3,07 tn Perlakuan 7 91744,12 13106,30 8,82 2,49 * Galat 21 31202,29 1485,82 Total 31 127888,72 KK : 22,73 % Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 71

Lampiran 21. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Jumlah Umbi per Tanaman

Data Jumlah Umbi (umbi) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 1,25 1,50 1,50 1,50 5,75 1,44 P2 1,50 1,25 2,00 2,75 7,50 1,88 P3 1,75 1,25 4,00 3,25 10,25 2,56 P4 0,25 0,75 0,00 0,25 1,25 0,31 P5 0,75 1,50 1,00 0,75 4,00 1,00 P6 1,50 1,00 1,00 2,00 5,50 1,38 P7 1,50 2,75 1,25 2,75 8,25 2,06 P8 3,50 3,50 3,50 3,25 13,75 3,44 Total 12,00 13,50 14,25 16,50 56,25 14,06 Rataan 1,50 1,69 1,78 2,06 7,03 1,76

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 0,35 0,39 0,39 0,38 1,50 0,37 P2 0,30 0,19 0,35 0,50 1,34 0,33 P3 0,39 0,27 0,69 0,62 1,97 0,49 P4 0,08 0,15 0,00 0,08 0,30 0,08 P5 0,23 0,35 0,17 0,19 0,94 0,24 P6 0,38 0,23 0,27 0,48 1,35 0,34 P7 0,39 0,54 0,31 0,54 1,78 0,45 P8 0,65 0,65 0,65 0,63 2,58 0,65 Total 2,75 2,76 2,84 3,41 11,76 2,94 Rataan 0,34 0,35 0,35 0,43 1,47 0,37

Sidik Ragam Jumlah Umbi (umbi)

SK Db JK KT Fhit F0,05 Ket KK Blok 3 0,04 0,01 1,11 3,07 tn 28,70 Perlakuan 7 0,82 0,12 10,47 2,49 * Galat 21 0,23 0,01 Total 31 1,09 KK : 28,70% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 72

Lampiran 22. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Bobot Umbi per Tanaman

Data Bobot Umbi per Tanaman (g) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 101,78 169,13 230,05 122,23 623,19 155,80 P2 4,11 4,05 5,63 8,69 22,49 5,62 P3 7,86 7,94 14,87 14,12 44,79 11,20 P4 4,59 16,97 0,00 3,01 24,56 6,14 P5 29,28 124,72 138,25 40,32 332,56 83,14 P6 223,06 65,75 66,41 241,95 597,16 149,29 P7 16,77 261,30 67,01 243,38 588,45 147,11 P8 308,10 296,70 302,40 285,90 1193,10 298,28 Total 695,54 946,55 824,61 959,59 3426,30 Rataan 86,94 118,32 103,08 119,95 107,07

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 1.90 2.17 2.24 1.97 8.28 2.07 P2 0.48 0.31 0.54 0.82 2.15 0.54 P3 0.78 0.94 1.20 1.18 4.10 1.02 P4 0.32 0.46 0.00 0.28 1.06 0.26 P5 1.19 1.29 1.42 0.85 4.75 1.19 P6 2.18 0.91 1.46 2.12 6.67 1.67 P7 1.17 2.39 1.43 2.18 7.17 1.79 P8 2.49 2.47 2.48 2.45 9.90 2.47 Total 10.51 10.94 10.78 11.85 44.07 11.02 Rataan 1.31 1.37 1.35 1.48 5.51 1.38

Sidik Ragam Bobot Umbi per Tanaman (g)

SK Db JK KT Fhit F0,05 Ket Blok 3 0.13 0.04 0.34 3.07 tn Perlakuan 7 16.18 2.31 18.70 2.49 * Galat 21 2.59 0.12 Total 31 18.90 KK : 25,52% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 73

Lampiran 23. Data Pengamatan dan Sidik Ragam Bobot Umbi per Plot

Data Bobot Umbi per Plot (g) Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 407,13 883,76 1192,33 1058,06 3541,28 885,32 P2 16,44 24,34 31,04 45,01 116,83 29,21 P3 38,53 42,21 69,50 68,66 218,90 54,73 P4 18,35 67,86 0,00 12,04 98,25 24,56 P5 117,11 498,87 492,16 232,12 1340,26 335,07 P6 901,61 274,31 696,84 1585,79 3458,55 864,64 P7 442,87 1489,05 695,72 1050,68 3678,32 919,58 P8 1559,00 2401,69 1600,78 1274,61 6836,08 1709,02 Total 3501,04 5682,09 4778,37 5326,97 19288,47 Rataan 437,63 710,26 597,30 665,87 602,76

Transformasi Log x+1 Blok Perlakuan Total Rataan 1 2 3 4 ...... cm...... P1 2.61 2.95 3.08 3.02 11.66 2.91 P2 1.24 1.40 1.51 1.66 5.81 1.45 P3 1.60 1.64 1.85 1.84 6.92 1.73 P4 1.29 1.84 0.00 1.12 4.24 1.06 P5 2.07 2.70 2.69 2.37 9.83 2.46 P6 2.96 2.44 2.84 3.20 11.44 2.86 P7 2.06 3.33 2.56 3.02 10.98 2.74 P8 3.19 3.38 3.20 3.11 12.88 3.22 Total 17.01 19.68 17.74 19.34 73.77 18.44 Rataan 2.13 2.46 2.22 2.42 9.22 2.31

Sidik Ragam Bobot Umbi per Plot (g)

SK Db JK KT Fhit F0,05 Ket Blok 3 0.61 0.20 1.42 3.07 tn perlakuan 7 17.36 2.48 17.39 2.49 * Galat 21 2.99 0.14 Total 31 20.96 KK : 16,38% Keterangan : tn = tidak nyata * = nyata

Universitas Sumatera Utara 74

Lampiran 24. Foto Kegiatan Penelitian

Kondisi lahan 12 MST

Kondisi lahan 20 MST (saat panen)

Universitas Sumatera Utara