Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Jurnal Seni Budaya PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI FKIP UNSYIAH

Mistya Harlita, Tri Supadmi, Lindawati

ANALISIS UNSUR GERAK TARI MEUSEUKAT TUNANG DI DESA LHOK PUNTOY KECAMATAN MANGGENG KABUPATEN BARAT DAYA

Yuli Astuti, Ismawan

INTEGRASI NILAI BUDAYA ACEH MELALUI PEMBELAJARAN SENI

Dilla Tria Novita, Ahmad Syai, Tengku Hartati

RAGAM BENTUK SUNTENG DARA BAROE DI KOTA

Herliana, M.Pd

STUDI PENELUSURAN LULUSAN SMK ACEH PERIODE 2014 S.D 2018

Handika Pramana Putra, Martarosa, Novesar Jamarun

ANALISIS KARYA MUSIKALISASI PUISI GRUP NAN TUMPAH

Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Mistya Harlita, S.Pd*, Dra.Tri Supadmi,M.Sn. Lindawati, S.Pd., MA ANALISIS UNSUR GERAK TARI MEUSEUKAT TUNANG DI DESA LHOK PUNTOY KECAMATAN MANGGENG KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

Yuli Astuti, Ismawan INTEGRASI NILAI BUDAYA ACEH MELALUI PEMBELAJARAN SENI

Dilla Tria Novita1*, Ahmad Syai1, Tengku Hartati1 RAGAM BENTUK SUNTÊNG DARA BAROE DI KOTA BANDA ACEH

Herliana, M.Pd STUDI PENELUSURAN LULUSAN SMK ACEH PERIODE 2014 S.D 2018

Handika Pramana Putra, Martarosa, Novesar Jamarun ANALISIS KARYA MUSIKALISASI PUISI GRUP NAN TUMPAH

Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Jurnal Seni Budaya

Penanggung Jawab Ketua Program Studi

Piimpinan Redaksi Ismawan

Sekretaris Redaksi Lindawati

Staf Redaksi Muchsin PH Nurlaili Tengku Hartati Ramdiana

Penyunting Pelaksana Tri Supadmi Rida Safuan Selian Samsuri Yuli Astuti Ahmad Syai

Penyunting Ahli Dr. Rajab Bahry, M.Pd, Dr. Ari Palawi, S.Sn.,MA, Dr. M. Saleh, SH., M.Si Prof., Dr. Tati Narawati, M, Hum

Frekuwensi Terbit Februari, Agustus

Alamat Redaksi Jl. Inong Balee, Rukoh, Darussalam, Banda Aceh Telp.

Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Jurnal Seni Budaya PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI FKIP UNSYIAH Volume. V No.2. Agustus 2019 ISSN N0.2355-4002

Daftar isi

ANALISIS UNSUR GERAK TARI MEUSEUKAT TUNANG DI DESA LHOK PUNTOY KECAMATAN MANGGENG KABUPATEN ACEH BARAT DAYA Oleh: Mistya Harlita*, Tri Supadmi1, Lindawati1 1Program studi pendidikan sendratasik, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas syiah kuala *Email: [email protected]

INTEGRASI NILAI BUDAYA ACEH MELALUI PEMBELAJARAN SENI Oleh: Yuli Astuti, Ismawan Dosen Program Studi Pendidikan Sendratasik. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Usyiah [email protected]

RAGAM BENTUK SUNTÊNG DARA BAROE DI KOTA BANDA ACEH Oleh Dilla Tria Novita1*, Ahmad Syai1, Tengku Hartati1 1Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala *e-mail: [email protected]

STUDI PENELUSURAN LULUSAN SMK ACEH PERIODE 2014 S.D 2018 Oleh Herliana, M.Pd Lembaga Penjaminana Mutu Pendidikan (LPMP) Aceh Telp. (0651) 7556303, 7556304, Fax ( 0651 ) 7556305, 43779 http://www.lpmpnad.com Email: [email protected]

ANALISIS KARYA MUSIKALISASI PUISI GRUP NAN TUMPAH Handika Pramana Putra, Martarosa, Novesar Jamarun Pengkajian Musik, Program Pascasarjana Institut Seni Padangpanjang, Indonesia Email; [email protected] Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

ANALISIS UNSUR GERAK TARI MEUSEUKAT TUNANG DI DESA LHOK PUNTOY KECAMATAN MANGGENG Oleh: Mistya Harlita*, Tri Supadmi1, Lindawati1 Program studi pendidikan sendratasik, Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas syiah kuala *Email: [email protected]

ABSTRACT This study is entitled Analysis of the elements of the Meuseukat Tunang dance movement in Lhok Puntoy Village, Manggeng District, Southwest Aceh , while the problem in this study is how the energy, space and time elements of the Meuseukat Tunang dance in Lhok Puntoy Village, Manggeng District, Southwest Aceh Regency. This study aims to describe the elements of energy, space and time in the Meuseukat Tunang dance in Lhok Puntoy Village, Manggeng District, Southwest Aceh Regency. This research uses a qualitative approach and with descriptive research type. Data obtained using direct observation techniques, interviews and documentation. The analysis technique uses data reduction, data presentation and data verification. Research results show that the Meuseukat Tunang dance has 13 movements that use uneven power, meaning that there are agile and relaxed movements, this dance has a low, medium and high level of motion with wide and narrow range of motion. The tempo used in this dance varies, namely slow, medium and fast tempo which can give the impression of agility but also the soft side of the Meuseukat Tunang dance Keywords: elements of motion, Meuseukat Tunang dance`

PENDAHULUAN

Provinsi Aceh terdiri atas beberapa suku, masing-masing suku mempunyai budaya dan bahasa. Keanekaragaman seni dan budaya menjadikan provinsi ini menjadi daya tarik tersendiri, satu kebudayaan yang berkembang di Aceh ialah seni tari baik tari tradisional maupun tari kreasi baru yang dikembangkan dari tari-tari tradisi yang berkembang dan hidup di masyarakat Aceh itu sendiri. Aceh Barat Daya merupakan salah satu kabupaten di provinsi Aceh yang masih menjunjung tinggi nilai seni dan budayanya. Ada beberapa jenis tarian yang berasal dari Aceh Barat Daya antara lain Rapa’i Geleng, tari Meuseukat Tunang dan tari Hasyem Meulangkah. Seni tari merupakan seni yang paling tua umumnya dan yang paling erat hubungannya dengan segi-segi kehidupan manusia karena dalam sejarah peradaban manusia di dunia ini, tidak ada satu bangsapun yang tidak memiliki suatu bentuk tarian.Tari Meuseukat Tunang merupakan tari kreasi baru yang dikembangkan dari tari tradisional Rateb Meuseukat. Tari ini berkembang di Kecamatan Manggeng salah satunya di Desa Lhok Puntoy Kabupaten Aceh Barat Daya. Pada saat ini, tari Meuseukat Tunang ditampilkan dengan pola penggarapan yang baru, walaupun

341 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

terdapat pengembangan gerak atau konsep dalam tarian ini namun tidak menghilangkan esensi ketradisiannya. Pada dasarnya di dalam sebuah tari memiliki elemen-elemen tari. Elemen-elemen tari tersebut terdiri dari unsur tenaga, ruang dan waktu yang tidak dapat terpisahkan dengan karakteristik tarinya. Dalam tari Meuseukat Tunang sebagian besar kelompok penari menarikan tari Meuseukat Tunang dengan gerakan yang berbeda-beda. Gerakan tariannya sama, namun jika dilihat dari unsur gerak yaitu tenaga, ruang dan waktu tidak ada ada yang sama dari setiap penari. Sehingga seolah kita melihat gerakan yang dilakukan penari Meuseukat Tunang tidak kompak. Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis unsur gerak tari Meuseukat Tunang di Desa Lhok Puntoy Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2012:6), pendekatan kualitatif adalah “penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sugiyono (2014:22) mengemukakan “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Penelitian ini dilakukan di Desa Lhok Puntoy Kecamatan Manggeng Kabupaten Barat Daya yaitu di sanggar Putri Karya. Alasan penelitian ini dilakukan di sanggar Putri Karya karena tari Meuseukat Tunang memang tari yang berkembang di daerah Manggeng, dan tarian ini merupakan tarian yang dikembangkan oleh Zulbaidah selaku ketua dari Sanggar Putri Karya. Para penari tari Meuseukat Tunang pun merupakan penduduk asli daerah setempat dari generasi ke generasi. Selain itu, sanggar Putri Karya termasuk ke salah satu sanggar terbaik yang ada di Kecamatan Manggeng, yang memiliki kualitas yang cukup baik dalam hal tari Meuseukat Tunang. Para penari tari Meuseukat Tunang pun merupakan penduduk asli daerah setempat dari generasi ke generasi. Sumber data dalam penelitian ini didapatkan dari ketua sanggar Putri Karya, syahi sekaligus pelatih dan para penari tari Meuseukat Tunang. Selain itu juga diperoleh dokumentasi berupa video tari Meuseukat Tunang. Menurut Moleong (2012:92) “Subjek penelitian adalah sebagai pusat informasi tentang situasi dan kondisi dalam penelitian”. Subjek dalam penelitian ini dapat memberikan informasi terkait masalah penelitian mengenai analisis unsur gerak tari Meuseukat Tunang. Subjek dalam

342 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

penelitian ini adalah ketua yaitu Zulbaidah, Rosmayanti dan penari tari Meuseukat Tunang. Objek dalam penelitian ini adalah unsur gerak tari Meuseukat Tunang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang relevan dan akurat yaitu; a. Observasi Menurut Hadi dalam (Sugiyono, 2014:145) “Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapatkan informasi data tentang tari Meuseukat Tunang di Sanggar Putri Karya, informasi diperoleh dari ketua, pelatih dan penari. Observasi ini dilakukan dengan secara langsung terjun kelapangan dan melakukan pengamatan sesuai dengan lembar observasi yang telah dirancang sebelumnya, serta menyiapkan beberapa instrumen yang diperlukan. b. Wawancara Sugiyono (2014:317) “Wawancara adalah pertemuan informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Wawancara dilakukan secara terstruktur dilakukan dengan informan langsung yaitu Zulbaidah selaku ketua sanggar, Rosmayanti pelatih dari tari Meuseukat Tunang serta para penari dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah sebuah metode pengumpulan data dengan melihat dan menganalisis dokumen-dokumen yang memuat tentang sesuatu yang akan diteliti, atau merangkum data dan mengumpulkan informasi dalam bentuk video dan lainnya yang akan menjadi tujuan dalam penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh dalam bentuk foto dan video tari Meuseukat Tunang. Teknik analisis data adalah bagian terpenting dalam penelitian ini. Menurut Bogdan dalam (Sugiyono 2014:334) “Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain”. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah: a. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pengabstrakan dan penyederhanaan data bersumber dari observasi, wawancara, dan dokumentasi mengenai unsur tenaga, ruang dan waktu pada setiap ragam gerak tari Meuseukat Tunang. b. Peyajian Data Penyajian data merupakan data yang telah direduksi dari observasi dan wawancara, kemudian disajikan dalam bentuk laporan atau catatan lapangan tertulis mengenai unsur tenaga, ruang dan waktu pada setiap ragam gerak tari Meuseukat Tunang.

343 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

c. Verifikasi Data Verifikasi data adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Kesimpulan yang diambil adalah mengenai unsur tenaga, ruang dan waktu pada setiap ragam gerak tari Meuseukat Tunang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis merupakan suatu usaha untuk mengamati secara detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya untuk dikaji lebih lanjut. Unsur gerak tari merupakan suatu bagian-bagian dasar yang mendasari sebuah tarian. Unsur dasar tari tidak terlepas dari unsur gerak yaitu tenaga, ruang dan waktu. Tari Meuseukat Tunang berasal dari Kecamatan Manggeng, Kabupaten Aceh Barat Daya dan sudah berkembang sejak lama. Salah satu desa yang sampai sekarang masih melestarikan tari ini adalah desa Lhok Puntoy. Tari Meusukat Tunang sudah ada sejak tahun 1985 yang ditarikan oleh generasi pertama. Dahulunya tarian ini hanya disebut tarian Rateub Meuseukat oleh masyarakat sekitar. Tari Rateub Meuseukat tersebut hanya dilakukan dengan gerakan duduk dan syair-syair qasidah. Namun dulu, perkembangan tarian ini tidak lama dan hampir punah. Nama Meuseukat Tunang muncul diawali dari kejenuhan masyarakat terhadap tari Rateub Meuseukat yang geraknya dilihat kurang menarik. Sehingga pada tahun 2000-an, Zulbaidah selaku penari pertama pada masanya bersama teman-teman kembali menarikan tarian ini namun dengan perubahan konsep tari dan muncul dengan nama Meuseukat Tunang, yaitu tari Rateub Meuseukat yang lebih dikreasikan. Pada tahun 2017 tarian ini sudah mulai eksis di sekitar daerah Manggeng maupun luar daerah sampai sekarang. Tari Meuseukat Tunang sering ditampilkan di acara-acara pernikahan, sunat rasul, maupun acara-acara penyambutan tamu besar. Elemen gerak tari Meuseukat Tunang ada tiga macam, yaitu: 1. Tenaga Menurut Hadi (2011:12) “Tubuh seorang penari yang menggerakkan permainan secara lengkap kekuatan-kekuatan misterius, kekuatan itu adalah kekuatan yang tampak menyatu dalam tari bukan kekuatan fisik otot-otot para penari yang sungguh-sungguh menyebabkan itu terjadi. Kuat lemahnya gerak berhubungan dengan energi, kekuatan atau tenaga”. Unsur tenaga kuat dalam tari Meuseukat Tunang terdapat pada ragam gerak 3, ragam gerak 4, dan ragam gerak 7. Tenaga ringan terdapat dalam setiap ragam gerak. 2. Ruang Menurut Dibia (2006:125) “Gerak tari dapat dinikmati melalui persepsi ruang. Yang dimaksud dengan ruang disini bukan hanya arti harfiah, misalnya kamar atau kotak yang terdapat batasan-batasannya”. Jangkauan ruang gerak terbagi dua yaitu jangkauan ruang luas dan sempit. Ruang luas dalam tari Meuseukat Tunang terdapat pada ragam gerak 1, ragam gerak 2, ragam gerak 4, ragam gerak 7, ragam gerak 7, ragam gerak 9, ragam gerak 10, ragam gerak 11, ragam gerak 12, dan ragam 13. Ruang sempit pada tari Meuseukat Tunang meliputi ragam gerak 1, ragam gerak 3, ragam gerak 5, ragam gerak 6 dan ragam gerak 8.

344 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

3. Waktu Hadi (2007:70) mengutarakan “Aspek tempo dalam tari dapat dianalisis sebagai suatu kecepatan atau kelambatan sebuah irama gerakan. Jarak antara terlalu cepat dari cepat dan terlalu lambat dari lambat yang akan menentukan energy atau rasa geraknya, sehingga tempo- tempo semacam itu tersedia apabila seorang penari menginginkan dan mampu melakukannya”. Tari Meuseukat Tunang memakai tempo bervariasi yaitu lambat, sedang dan cepat. Tempo lambat dalam tari Meuseukat Tunang meliputi ragam gerak 1, ragam gerak 3, ragam gerak 6, ragam gerak 7, ragam gerak 9 dan ragam gerak 12. Tempo sedang meliputi ragam gerak 2, ragam gerak 4, ragam gerak 8, ragam 10 dan ragam gerak 11. Tempo cepat meliputi seluruh ragam gerak karna tempo cepat biasa digunakan pada saat pengulangan gerak di semua ragam gerak tari Meuseukat Tunang. Berikut uraian ragam gerak tari Meuseukat Tunang 1.Ragam Gerak 1

Gambar 1 Ragam Gerak 1 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Tenaga yang digunakan ringan, pada saat tangan diukel, dan direntangkan ke samping kanan. Kaki memakai tenaga ringan. b. Ruang Hitungan 1 sampai 8, ruang gerak tangan kanan seluas tangan direntangkan ke samping kanan dengan level sedang. Sedangkan tangan kiri diletakkan di depan dada, jangkauan ruang sempit dalam level sedang. Selanjutnya pada pengulangan gerak masih seperti posisi semula lalu membentuk pola lantai melingkar. Untuk kaki, saat hitungan 1 kaki kanan melangkah kedepan dan kemudian berlari-lari kecil membentuk barisan. Untuk hitungan selanjutnya kaki kanan sedikit jinjit dan kaki kiri berdiri biasa. c. Waktu Tempo dari hitungan 1 sampai dengan 8 Adagio yaitu lambat dan berekspresi dengan tempo 56 bpm

345 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

2. Ragam Gerak 2

Gambar 2 Ragam Gerak 2 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Pada hitungan 1 dan 2 saat mengayunkan tangan ke samping kanan dan samping kiri, tenaga yang digunakan tenaga ringan. Tenaga yang digunakan bertumpu pada lengan tangan. Kaki memakai tenaga kuat, pada saat kaki kanan melangkah ke samping kaki kiri dihentakkan dan sedikit di tekuk, begitu juga sebaliknya pada hitungan selanjutnya. b. Ruang Ruang gerak tangan pada hitungan 1 dan hitungan 2 sama secara berulang-ulang yaitu tangan diayunkan ke samping kanan lurus di depan dada dengan jari tangan dipetik, arah gerakan serong ke kanan dan ke kiri. Jangkauan ruang nya luas. Ruang gerak pada kaki jangkauan nya sempit, melangkah sedikit ke arah samping kanan atau kiri. c. Waktu Pada hitungan 1 dan 2 serta seterusnya, tempo yang digunakan Adagio 66-76 bpm

3. Ragam Gerak 3

Gambar 3 Ragam Gerak 3 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Pada hitungan 1-3 tenaga yang digunakan ringan, pada saat tangan secara bergantian membentuk siku-siku, pada hitungan ke 4 tenaga kuat terletak pada kaki yang melakukan hentakkan sebanyak dua kali. Pada saat hitungan 8 tenaga kuat, karna penari melompat dari berdiri ke posisi duduk. Tenaga kuat bertumpu pada kaki kanan.

346 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

b. Ruang Ruang gerak kedua tangan yang membentuk siku-siku sejajar dada sempit, hanya sebatas depan dada, dilakukan dengan level sedang, Jari tangan di petik ke samping kanan dan ke kiri secara bergantian. Pada hitungan ke 8 jangkauan ruang gerak luas yaitu pada saat penari melompat lalu duduk dengan kaki kanan menumpu badan. c. Waktu Pada hitungan 1-3 tempo yang digunakan tempo masih Adagio antara 66-76 bpm. Pada hitungan 4, tangan masih di posisi siku-siku, kaki dihentakkan dengan cepat.

4. Ragam Gerak 4

Gambar 4 Ragam Gerak 4 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Tenaga yang digunakan tenaga ringan, penari terlihat santai melakukan gerak. Pada saat pengulangan gerak tenaga digunakan kuat, pada saat penari menghentakkan kaki dengan lincah. b. Ruang Hitungan 1 Tangan kanan seluas setengah tangan direntangkan level sedang. Sedangkan tangan kiri seluas tangan direntangkan ke belakang namun dalam level rendah. Hitungan 2 Tangan kiri lengan atas ke depan level sedang dan lengan bawah ke depan level sedang. Tangan kanan jangkauannya serentangan tangan ke belakang level rendah. c. Waktu Tempo pada hitungan 1 -8 pertama sedang dengan tempo Allegro 120 bpm namun pada saat pengulangan gerak tempo menjadi naik 152 bpm

347 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

5. Ragam Gerak 5

Gambar 5 Ragam Gerak 5 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Tenaga yang digunakan ringan pada setiap hitungan dan penari terlihat santai saat melakukan gerak. b. Ruang Ruang gerak tangan dari hitungan 1-4 sempit, yaitu hanya menepuk tangan dan meletakkan kanan di depan paha. Pada hitungan 5-8 saat menepuk lantai jangkauan kecil hanya seluas rentangan tangan, posisi tangan kiri di depan dada, dilakukan secara bergantian. Gerakan dilakukan secara berulang-ulang. c. Waktu Gerak dari hitungan 1-8 dilakukan dengan sedang memakai tempo Moderattto dengan 87 bpm. Pada saat pengulangan gerak menjadi tempo Allegro yaitu 124 bpm

6. Ragam Gerak 6

Gambar 6 Ragam Gerak 6 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Pada hitungan 1-4 tenaga yang digunakan ringan, penari hanya melakukan gerak bersalam- salaman. Pada hitungan 5-8 tenaga kuat, dimana saat penari menepuk lantai. Tenaga kuat bertumpu pada kedua telapak tangan. Dan pada kaki yang menumpu badan saat bangun dan menunduk.

348 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

b. Ruang Jangkauan ruang gerak tangan sempit, yaitu seluas setengah rentangan tangan ke kanan dan ke kiri. Gerak yang dilakukan hanya gerak bersalam-salam, pada posisi duduk tinggi dan duduk rendah. Lalu menepuk lantai dan merentangkan tangan seluas setengah rentangan tangan ke samping. c. Waktu Pada hitungan 1-8 gerakan memakai tempo lambat di setiap perubahan gerak, yaitu tempo Adagio 52 bpm. Pada saat pengulangan gerak tempo menjadi cepat yaitu Allegro 120 bpm dan tempo akan terus naik hingga beberapa kali pengulangan gerak. 7. Ragam Gerak 7

Gambar 7 Ragam Gerak 7 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Pada saat penari mengayunkan tangan dari bawah, duduk dan berdiri sambil direntangkan, tenaga yang digunakan kuat dan bertumpu pada otot lengan atas. b. Ruang Hitungan 1 sampai hitungan 6, kedua tangan direntangkan ke samping dengan jangkauan ruang besar yaitu seluas rentangan tangan dengan level, seda ng,tinggi dan rendah. c. Waktu Pada hitungan pertama tempo digunakan lambat yaitu Adagio 54 bpm .Pada pengulangan gerak dan seterusnya tempo cepat yaitu Allegreto 104 bpm

8. Ragam Gerak 8

Gambar 8 Ragam Gerak 8 Foto: Mistya Harlita (2019)

349 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

a. Tenaga Pada hitungan 1-2, tenaga yang digunakan tenaga ringan sehingga penari terlihat santai. Pada hitungan 3-4 tenaga kuat terdapat pada gerakan menepuk lantai, kekuatan bertumpu pada telapak tangan. b. Ruang Ruang gerak tangan pada hitungan 1-2 sama secara berulang-ulang yaitu kedua tangan di bawa kesamping kanan dan kiri level sedang ruang gerak sempit. Pada hitungan 3-4 ruang gerak sempit hanya setengah luas rentangan tangan c. Waktu Tempo dari hitungan 1-4 sedang yaitu Adantino 80 bpm namun pada pengulangan gerak di hitungan 5-8 tempo menjadi Moderato 97 bpm dan akan semakin cepat.

9. Ragam Gerak 9

Gambar 9 Ragam Gerak 9 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Tenaga ringan pada setiap gerakan dari hitungan 1-8, tenaga kuat terdapat hanya pada gerak bertepuk tangan yang dilakukan penari. b. Ruang Pada hitungan 1-8 pertama ruang gerak saat memetik jari luas, yaitu seluas rentangan tangan. Di hitungan 1-8 gerak selanjutnya, kedua tangan di ayunkan lurus ke depan dilakukan secara bergantian kanan dan kiri. Gerakan dilakukan secara berulang-ulang. c. Waktu Hitungan 1-8 tempo lambat Adagio antara 54-56 bpm. Pada gerak selanjutnya tempo sedang dan menjadi cepat ketika melakukan pengulangan gerak yaitu Allegretto 120 bpm.

350 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

10. Ragam Gerak 10

Gambar 10 Ragam Gerak 10 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Tenaga ringan, pada saat menepuk lantai menggunakan tenaga kuat. Tenaga kuat terletak pada lengan dan telapak tangan. b. Ruang Hitungan 1-14 jangkauan ruang gerak tangan kecil, karna menggerakkan tangan di sekiataran depan dada. Selanjutnya gerak yang dilakukan badalah badan l menunduk dan kedua menepuk lantai, jangkauan ruang kecil hanya setengah putaran. c. Waktu Pada hitungan 1-7 saat memutar telapak tangan tempo sedang yaitu Moderato 104 bpm. Pada hitungan selanjutnya tempo cepat di tiap hitungan yaitu Allegro 127 bpm dan semakin cepat menjadi Vivace 173 bpm

11. Ragam Gerak 11

Gambar 11 Ragam Gerak 11 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Penari terlihat santai melakukan gerak dengan tenaga ringan dari awal hingga akhir hitungan b. Ruang Hitungan 1-2 ruangnya sempit, karna gerak kedua tangan hanya bertepuk didepan dada. Hitungan 3-4 Jangkauan tangan luas saat kedua tangan di bawa ke bahu.

351 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

c. Waktu Pada hitungan 1-8 gerak ini menggunakan tempo sedang hingga cepat yaitu Allegro 132- 138 bpm.

12. Ragam Gerak 12

Gambar 12 Ragam Gerak 12 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Tenaga yang digunakan penari tenaga ringan, sehingga penari terlihat santai melakukan gerakan. b. Ruang Ruang gerak tangan pada hitungan 1-4 sama secara berulang-ulang yaitu tangan di rentangkan dan diayunkan dari bahu ke depan luru dengan jari di ukel , jangkauan ruangnya luas, seluas rentangan tangan. c. Waktu Tempo dari hitungan 1-4 lambat namun naik menjadi cepat di hitungan 5-8 dan saat pengulangan gerak. Tempo Allegro 121 bpm.

13. Ragam Gerak 13

Gambar 13 Ragam Gerak 13 Foto: Mistya Harlita (2019)

a. Tenaga Pada gerak tangan tenaga ringan, karna hanya melakukan gerak yang lembut namun lincah. Pada gerak kaki tenaga yang digunakan kuat karna penari menghentakkan kaki sambil menari.

352 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

b. Ruang Pada hitungan 1-4 ruang gerak luas, seluas rentangan tangan, dimana tangan direntangkan dari belakang dibawa lurus ke depan dengan jari dipetik. Pada hitungan 5-8 tangan ditepuk di depan dada dan membentuk siku-siku sejajar dada arah depan dengan jangkauan ruangnya sempit. c. Waktu Tempo Moderato 104 bpm menjadi Tempo Allegro 112 bpm.

PENUTUP

Kesimpulan Tari Meuseukat Tunang dominan menggunakan tenaga yang kuat namun bervariasi dalam setiap ragamnya sehingga gerakannya terlihat lincah, heroik dan penuh semangat. Namun ada juga gerakan yang menggunakan tenaga ringan sehingga penari terlihat santai dan rileks. Ragam gerak tari Meuseukat Tunang yang memakai tenaga kuat antara lain ragam gerak 3, ragam gerak 4, dan ragam gerak 7. Ruang dalam tari Meuseukat Tunang menggunakan level rendah, sedang, dan tinggi. Baik pada tangan, kaki dan kepala. Jangkauan gerak dalam tari Meuseukat Tunang adalah sebagian besar luas, khususnya pada bagian tangan yang jangkauannya seluas rentangan tangan. Namun ada juga jangkauan gerak yang sempit. Arah hadap yang bervariasi, mulai dari depan, samping, belakang, dan serong. Ruang luas dalam tari Meuseukat Tunang meliputi ragam gerak 1, ragam gerak 2, ragam gerak 4, ragam gerak 7, ragam gerak 7, ragam gerak 9, ragam gerak 10, ragam gerak 11, ragam gerak 12, dan ragam 13. Ruang gerak sempit yaitu gerak yang dilakukan penari dengan jangkauan ruang yang kecil. Ruang sempit pada tari Meuseukat Tunang meliputi ragam gerak 1, ragam gerak 3, ragam gerak 5, ragam gerak 6 dan ragam gerak 8. Dalam ragam gerak sebagian besar ada proses dari lambat ke cepat. Pada saat gerak pertama menggunakan tempo lambat,namun pada saat pengulangan gerak menggunakan tempo yang cepat. Pada saat tempo lambat, penari terlihat rileks dan santai, pada saat tempo kuat, bisa mempengaruhi tenaga penari menjadi kuat. Tempo dalam tari Meuseukat Tunang meliputi tempo lambat, tempo sedang dan cepat yang terdapat dalam setiap ragam geraknya. Tempo lambat dalam tari Meuseukat Tunang meliputi ragam gerak 1, ragam gerak 3, ragam gerak 6, ragam gerak 7, ragam gerak 9 dan ragam gerak 12. Tempo sedang meliputi ragam gerak 2, ragam gerak 4, ragam gerak 8, ragam 10 dan ragam gerak 11. Tempo cepat meliputi seluruh ragam gerak karna tempo cepat biasa digunakan pada saat pengulangan gerak di semua ragam gerak tari Meuseukat Tunang.

353 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dibia, I Wayan, dkk. 2006. Tari Komunal. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara

Hadi, Y Sumandiyo. 2011. Koreografi. Yogyakarta: Cipta Media

Hadi, Y Sumandiyo. 2007. Sosiologi Tari. Yogyakarta: Media Abadi

Hadi, Y Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan Konteks.Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Moleong, J Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Moleong, J, Lexy. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung: Remaja Roesdakarya

Noor, Juliansyah. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta:Kencana

Poerwardarminta. 2006. Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Ridwan. 2006. Kamus Ilmiah Populer. Jakarta: Pustaka Indonesia

Soedarsono. 1977. Tari-Tarian Indonesia 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Sofyati, Lailisma dan Ikhsan. 2004. Tari-tarian. Banda Aceh: Sanggar Cut Nyak Dhien, Meuligo Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suwandi. 2005. Seni Tari. Yogyakarta: Perpustakaan Indonesia.

354 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

INTEGRASI NILAI BUDAYA ACEH MELALUI PEMBELAJARAN SENI

Oleh:

Yuli Astuti Ismawan Dosen Pendidikan Sendratasik FKIP Unsyiah [email protected]

Abstract This article aims to integrate cultural values, especially Aceh through learning arts. Starting from the swift flow of globalization which began to erode the nation's identity, the next generation is no longer sensitive to its culture. Integration of cultural values through art learning is learning done by linking cultural values with art learning. The process of integration of Islamic culture in Aceh in the study of art is an effort to shape the character of students who are moral and hold fast to monotheism. In this case the teacher is required to be able to provide a stimulus by choosing the right learning strategy to produce the nation's successors who love their culture. Teaching and learning by integrating the cultural values of Aceh into the learning process of art is expected to produce the next generation who have integrity, moral, ethical, and understanding with their endatu customs in accordance with applicable scientific principles. Keywords: Integration, Aceh Culture, Art Learning

PENDAHULUAN

Sekarang ini kita sudah masuk dalam era modernisasi yang dihadapkan dengan kemajuan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dan iptek. Pergeseran nilai-nilai budaya di Indonesia khususnya di Aceh sudah sangat memprihatinkan terutama pada kalangan generasi muda, baik dalam berprilaku, berpakain, bertutur kata, pergaulan bebas, gaya hidup maupun dalam berinteraksi sosial antara sesama masyarakat. Budaya kebarat-baratan semakin digemari generasi muda akibat dampak yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi yang semakin canggih. Derasnya arus globalisasi membuat identitas bangsa semakin terkikis. Aceh yang terkenal dengan budaya keislamannya menjadi salah satu daerah yang sekarang mudah menerima budaya luar sehingga timbul kekhawatiran budaya Islam akan semakin tersingkir dengan kemajuan teknologi. Bukan berarti tidak ada dampak positif yang ditimbulkan oleh kemajuan zaman. Di Aceh sudah banyak sekolah-sekolah yang bertaraf internasional yang mengharuskan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-sehari dalam mendidik anak bangsa, sehingga bukan tidak

355 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

mungkin kecintaan kepada budayanya sendiri sedikit demi sedikit menjadi pudar. Padahal bahasa memiliki peran besar bagi pembentukan karakter peserta didik dalam mencintai budayanya sendiri khususnya Aceh. Akibat dari kecintaannya kepada budaya luar generasi muda saat ini sudah tidak lagi mengindahkan nilai-nilai budaya yang sudah melekat pada masyarakat Aceh sendiri. Integrasi merupakan penyesuaian antara unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga saling mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat. Terkait dengan upaya penanaman nilai budaya di era globalisasai sekarang ini, lembaga pendidikan merupakan tempat yang tepat dan bertanggung jawab dalam membentuk karakter generasi bangsa yang berkarakter. Mulyana (2004) mengungkapkan “pendidikan sangat memerlukan penanaman nilai karena gejala-gejala kehidupan saat ini yang disebabkan oleh arus globalisasi berpotensi mengikis jati diri bangsa”. Penanaman nilai-nilai budaya Aceh dapat diwujudkan dengan cara mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran. Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara (dalam Bastomi, 1993, hlm. 20), merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak. Pendidikan seni di sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian (berakhlak karimah). Hal ini sejalan sebagaimana yang dinyatakan oleh Plato (dalam Rohidi, 2000, hlm. 5) bahwa pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena untuk membentuk suatu kepribadian yang baik dilakukan melalui pendidikan seni. Arti lainnya yaitu bahwa kesenian merupakan elemen yang esensial dalam pembentukan watak setiap individu dan faktor yang mendasari setiap penciptaan karya seni, oleh karena itu pendidikan seni sebagai subsistem dalam pendidikan nasional tidak dapat diabaikan. Pendidikan seni merupakan bagian dari rumpun pendidikan nilai. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan nilai earat kaitannya dengan pembentukan dan pengembangan watak bangsa. Pendidikan nilai adalah suatu proses budaya yang selalu berusaha meningkatkan harkat dan martabat manusia, membantu manusia berkembang dalam dimensi intelektual, moral, spiritual, dan estetika yang memuat nilai-nilai (Jazuli, 2008, hlm. 26). Selanjutnya Totok mengatakan bahwa pendidikan seni mempunyai tujuan ganda yaitu tujuan pribadi dan tujuan masyarakat. Bertujuan pribadi karena tujuan pendidikan seni bersifat unik. Dengan keunikannya,

356 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

pendidikan seni berbeda dengan bidak studi lainnya, sehingga dimasukkan dalam kurikulum (dalam konteks sekolah). Dalam tujuan masyarakat, pendidikan seni diajarkan karena memiliki kekhususan (dalam konteks masyarakat) dengan melihat dimensi ruang dan waktu. Keunikan pendidikan seni terletak pada dimensi estetik, dimensi espresif dan dimensi kreatif. Pada hakekatnya pendidikan seni adalah pendidikan melalui kegiatan estetik, ekspresi, dan kreatif (Sumaryanto F, 2016, hlm. 61). Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelajaran seni seorang guru sudah seharusnya mampu mengintegrasikan dan memanfaatkan nilai-nilai budaya khususnya budaya aceh dalam pembelajaran seni, karena dalam pembelajaran seni tidak hanya nilai keindahan yang selalu harus diulang-ulang. Dengan mengintegritasi nilai-nilai budaya Aceh diharapkan mampu membentuk karakter peserta didik yang mencintai dan menjaga kebudayaannya sendiri.

PEMBAHASAN karakter bangsa tidak bisa terlepas dari nilai-nilai-nilai budaya. Koentjaraningrat (2009, hlm. 144) menurut ilmu antropologi “kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.” Hal tersebut berarti bahwa budaya merupakan tindakan yang dilakukan manusia dengan belajar. Selanjutnya Koentjaraningrat (2009, hlm 150) menyatakan bahwa kebudayaan itu ada tiga wujudnya yaitu: (1) wujud kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya; (2) wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; (3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Merujuk pada teori Samani dan Haryanto (2012, hlm. 37) secara sederhana pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membentuk peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga) untuk menghadapi masa depan. Berbicara tentang masa depan maka nilai-nilai budaya hendaknya dapat diwarisi secara baik melalui proses pendidikan. Zamroni (2001) mengemukakan bahwa untuk menemukan wajah ke Indonesiaan dalam pendidikan, maka diperlukan kajian untuk memenuhi nilai-nilai dan orientasi budaya daerah yang memiliki nilai positif bagi praktek pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut

357 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

dibutuhkan kajian dalam proses pembelajaran di kelas yang melibatkan unsur budaya, khususnya dalam proses pembelajaran seni.

Nilai Budaya Masyarakat Aceh Sebelum membahas tentang nilai budaya Aceh, sudah selayaknya sebagai seorang pendidik mengetahui unsur-unsur kebudayaan sebagaimana yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2009, hlm. 165) yaitu (1) Bahasa; (2) Sistem pengetahuan; (3) Organisasi sosial; (4) Sistem peralatan hidup dan teknologi; (5) sistem mata pencaharian hidup dan teknologi; (6) Sistem religi; (7) Kesenian. Berbicara tentang nilai budaya, masyarakat Aceh dalam konteks ini lebih diarahkan pada nilai-nilai yang melekat pada sistem kebudayaannya yang religius. Sejak dulu adat dan budaya Aceh selalu disesuaikan dengan nilai-nilai Islam sehingga masyarakat Aceh lahir dan tumbuh dalam lingkungan dan pengaruh Islam yang begitu kuat. Kebudayaan Aceh sudah diatur dalam Qanun No.12 Tahun 2004, pada pasal 4 menyebutkan bahwa kebudayaan Aceh berfungsi untuk memperkokoh hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam semesta. Berdasarkan pasal 4 tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa budaya Aceh haruslah berpegang teguh pada wasiat nabi yang berbunyi “Hablumminallah hablumminannaas” agar dalam kehidupan selalu mendapat keridhaan Allah dan juga hubungan dengan sesama manusia dapat terjaga supaya tidak mudah tercerai-berai. Budaya yang religius dapat menentukan karakter seseorang, dengan keimanan yang dimiliki dalam dirinya maka seorang manusia akan selalu patuh dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Juaini (2014, hlm. 3) pengaruh kebudayaan Islam yang beraliran Syi’ah dan imaji mistik bercampur dengan seni budaya Aceh, kemudian seni budaya tersebut berkembang seiring berjalannya waktu. Ini yang membuat kesenian Aceh memiliki tema Islam yang sangat dominan disamping ajaran falsafah Islam yang begitu kuat. Hal ini dapat dilihat dalam lagu dan syair, pertunjukan musik, genderang, tarian, seni suara, kaligrafi, seni halus, hiasan epigrafik bangunan serta simbol-simbol artifisial lainnya. Sebagai media dakwah yang merujuk pada nilai-nilai seni budaya Aceh yang sara dengan simbol ritual masyarakat, yakni ibadat tauhid yang diekspresikan dalam bentuk tari Saman Gayo, Seudati, Rateeb Meuseukat, dan Likok Pulo.

358 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Pesan-pesan yang tersirat dalam tiap bentuk kesenian di Aceh baik dalam syair atau formasi gerakan meliputi pesan sosial, agama, dan nilai umum (shared value). Juaini (2014, hlm. 3) pesan agama dapat dilihat dari nilai instrinsik sebagai bentuk dan komposisi gerak yang sangat sistematis. Semua kesenian selalu dimulai dengan saleum (salam pembuka), puji-pujian, dan pesan (lanie). Secara ekstrinsik, bentuk sajian tari tidak dimainkan secara perorangan, melainkan secara berjamaah atau berkelompok. Tidak boleh berpasangan laki-laki dengan perempuan dalam setiap pertunjukan dan cara berbusana yang menutup aurat. Aturan itu melambangkan peran serta nilai-nilai Islam dalam tari tradisional. Dapat diambil kesimpulan bahwa nilai budaya masyarakat Aceh yang paling menonjol adalah nilai religius yang merupakan salah satu unsur kebudayaan. Unsur kebudayaan seperti kesenian juga mengandung nilai-nilai Islami dalam setiap liriknya. Bagian terpenting dalam pembelajaran adalah bagaimana seorang guru menanamkan nilai-nilai budaya kepada peserta didik dengan cara mengintegrasikannya dalam pembelajaran seni. Pembelajaran seni erat kaitannya dengan kebudayaan, namun sering sekali guru melupakan unsur kebudayaan lain yang ditanamkan kepada peserta didik, padahal nilai-nilai kebudayaan merupakan unsur yang paling penting dalam membentuk karakter siswa untuk mencintai budayanya sendiri.

Pembelajaran Seni Berbasis Karakter Nilai Budaya Islam Pendidikan seni merupakan salah satu cara meberikan bentuk perubahan karakter peserta didik untuk menjadi yang lebih baik. Soehardjo (2011, hlm. 66) berpendapat bahwa belajar berkesenian dengan diberikan rambu-rambu perubahan perilaku menunjukkan karakteristik pembelajaran yang akademik. Helen G. Dauglas (dalam Samani dan Hariyanto, 2012, hlm. 41) mengatakan bahwa “character isn’t inherited. One builds its daily by the way one thinks and acts, thought, action by action”. Artinya karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Selanjutnya Lickona (2015, hlm. 13) mengatakan bahwa karakter adalah kepemilikan akan hal-hal baik. Dari beberapa teori di atas dapat diambil kesimpulan bahwa melalui pembelajaran seni kita dapat membentuk pola pikir dan karakter siswa menjadi lebih baik dan akademik.

359 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Muslich (2013, hlm. 136-137) mengatakan bahwa pada dasarnya, pendidikan sebagai proses alih nilai mempunyai tiga sasaran: (1) Pendidikan bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai keseimbangan antara kemampuan kognitif dan psikomotorik di satu pihak serta kemampuan afektif di pihak lain. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pendidikan akan menghasilkan manusia yang berkepribadian, tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang luhur, serta mempunyai wawasan dan sikap kebangsaan dan menjaga serta memupuk jati dirinya. Dalam hal ini proses alih nilai dalam rangka proses pembudayaan; (2) Dalam sistem nilai yang “dialihkan” juga termasuk nilai-nilai keimanan dan ketakwaan, yang terpancar pada ketundukan manusia untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing, berakhlak mulia, serta senantiasa menjaga harmoni hubungan dengan Tuhan dengan sesama manusia, dan dengan alam sekitarnya. Implementasinya alih nilai ini merupakan proses pembinaan imtak; (3) Dalam alih nilai juga dapat ditransformasikan tata nilai yang mendukung proses industrialisasi dan penerapan teknologi, seperti penghargaan atas waktu, etos kerja tinggi, disiplin, kemandirian, kewirausahaan dan sebagainya. Dalam hal ini proses alih nilai merupakan proses pembinaan iptek. Oleh karena itu pembelajaran seni dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai budaya Islam kepada peserta didik mengingat saat ini sudah terjadi krisis moral pada kehidupan anak- anak dan remaja. Menyikapi secara kritis begitu pentingnya mengintegrasikan unsur budaya islam dalam proses pembelajaran seni seorang guru harus mampu memberikan rangsangan positif yang bersifat islami seperti memberikan contoh ayat Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa dengan belajar berkesenian seseorang juga telah belajar ilmu agama. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, keuletan, dan ketabahan. Jazuli (2016, hlm. 45) mengatakan bahwa guru pendidikan seni yang kompeten bila dapat memenuhi persyaratan diantaranya adalah (1) berwawasan luas, terampil, dan bertanggung jawab terhadap profesinya; (2) menguasai bidang ilmu (seni) dan kreatif dalam mengembangkan materi

360 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

pembelajaran; (3) memahami maturitas dan perkembangan siswa dalam belajar seni; (4) menguasai teori dan praktik dalam kerangka pembelajaran seni; (5) mampu merancang dan mengelola pembelajaran seni; (6) benar-benar memahami bahwa pendidikan seni merupakan pendidikan nilai dan alat pendidikan yang terus berproses dan berubah sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi, lingkungan sekitarnya. Selanjutnya Jazuli (2016, hlm. 45) mengatakan bahwa untuk mencapai kompetensi tersebut guru harus selalu berupaya: pertama, selalu menjalin interaksi akademik antarguru; kedua, harus senantiasa berusaha untuk memperoleh umpan balik dari siswanya; ketiga, perlu refleksi diri kepada sesama guru untuk meningkatkan kemampuannya; keempat, terlibat dalam komunitas guru, seperti ikut serta dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau asosiasi pendidik seni; kelima, aktif dalam forum ilmiah untuk meningkatkan wawasan dan profesinya. Mengingat pembelajaran seni berbasis karakter islam penting dilakukan, Samani dan Haryanto (2012, hlm. 79) berbagai karakter yang harus dimiliki oleh kaum muslimin baik menurut Al-Qur’an maupun hadist antara lain adalah: (1) menjaga harga diri; (2) rajin bekerja mencari rezeki; (3) bersilaturahmi, menyambung komunikasi; (4) berkomunikasi dengan baik dan menebar salam; (5) jujur, tidak curang, menepati janji dan amanah; (6) berbuat adil, tolong menolong, saling mengasihi dan saling menyayangi; (7) sabar dan optimis; (8) bekerja keras, bekerja apa saja asal halal; (9) kasih sayang dan hormat pada orang tua, tidak menipu; (10) pemaaf dan dermawan; (11) berempati, berbela rasa sebagai manifestasi kebaikan; (12) berkata benar, tidak berdusta; (13) selalu bersyukur; tidak sombong dan angkuh; (14) tidak sombong dan angkuh; (15) berbudi pekerti (akhlak) luhur; (16) berbuat baik dalam segala hal; (17) haus mencari ilmu, berjiwa kuriositas; (18) punya rasa malu dan iman; (19) berlaku hemat; (20) berkata yang baik atau diam; (21) berbuat jujur, tidak korupsi; (22) konsisten, istiqamah; (23) teguh hati, tidak putus asa; (24) bertanggung jawab; (25) cinta damai. Sumaryanto mengatakan bahwa pendidikan karakter mempunyai nilai yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. Secara konseptual kata etika dan moral mempunyai makna yang serupa yaitu sama-sama membicarakan perbuatan dan perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang nilai baik dan buruk. Namun penerapannya etika lebih pada tataran teoritis filosofis sebagai acuan untuk mengkaji sistem nilai, dan moral lebih pada tataran praksis sebagai

361 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

tolak ukur untuk menilai perbuatan seseorang. Sedangkan karakter menekankan pada aplikasi niai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari dan tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habitution) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik (Sumaryanto F, 2016, hlm. 57). Membentuk karakter religius kepada peserta didik dibutuhkan konsep karakter islam yang mendasarinya. Sebagaimana yang telah dijelaskan berdasarkan teori di atas bahwa karakter seseorang dapat dibentuk melalui dunia pendidikan kesenian dengan memanfaatkan kesenian tradisi sebagai upaya penanaman nilai-nilai budaya. Pendidikan karakter dinilai berhasil apabila peserta didik menunjukkan kebiasaan berperilaku baik. Perilaku baik akan muncul dan berkembang pada diri peserta didik apabila memiliki sikap positif terhadap konsep karakter yang baik dan terbiasa melakukannya. Oleh karena itu pendidikan karakter perlu dikemas dalam wadah yang komprehensif dan bermakna. Pendidikan karakter perlu diformulasikan dan dioperasionalkan melalui transformasi budaya dan kehidupan sekolah (Sumaryanto F, 2016, hlm: 57). Hasil temuan Yusoff dkk (2014) mengatakan bahwa kurikulum Integratif Islami pada bagian proses belajar mengajar di sekolah antara lain dapat mengintegrasikan nilai-nilai Islami pada saat penyampaian materi ajar yang dikaitkan dengan kehidupan nyata. Dalam kehidupan masyarakat Aceh yang berbudaya tinggi dan mengikuti syariat Islam senantiasa guru mampu mengaitkan bahan ajar dengan ayat Al-Qur’an, Hadist Nabi, Ijmak Ulama dan budaya lokal. Seandainya dapat memasukkan nilai-nilai Islami permasalahan kontekstual dalam masyarakat Aceh juga digunakan tata cara penyampaian pendapat yang dapat dijalankan oleh siswa dalam kerja kelompok. Kultur masyarakat sangat mendorong untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku arif guru dan siswa dalam menyelesaikan maslah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai intelektual, tabiat kearifan, nilai budaya, agar siswa dapat menyikapi bermacam-macam perbedaan secara toleransi, jujur, visioner, aktif dan dapat menghargai orang lain. Hasil temuan lain Syarif, dkk (2016) mengatakan bahwa integrasi nilai budaya sangat penting dilakukan dalam proses pembelajaran. Konsep ini bilai dimanfaatkan secara benar dalam

362 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

proses pembelajaran dapat menjadi pendorong yang kuat bagi peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan menggali nilai-nila budaya untuk diterapkan dalam pembelajaran diharapkan membangun karakter bangsa di dalam setiap peserta didik. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa dalam proses pembelajaran seni perencanaan yang matang dalam memilih materi pembelajaran merupakan salah satu upaya penting untuk membentuk karakter yang islami. Seorang siswa yang paham akan nilai-nilai agama akan memiliki pola pikir yang religius sehingga akan tertanam kejujuran, sopan santun, berjiwa besar, tabah, sabar, dan lain-lain. hal yang paling penting bagaiman seorang siswa mampu mentaati norma-norma yang berlaku dan memiliki etika baik itu dalam hubungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Integrasi Nilai-nilai Budaya Aceh Melalui Pembelajaran Seni Nilai-nilai budaya Aceh yang identik dengan nilai Islam dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran seni khususnya di Aceh. Dengan diintegrasikannya nilai-nilai budaya Islam di Aceh diharapkan siswa akan memiliki pemahaman tentang kebudayaannya sendiri sehingga menimbulkan kecintaan terhadap budayanya sendiri. Pembelajaran seni budaya integratif berbasis budaya merupakan proses pembelajaran seni di kelas dengan mengintegrasikan nilai- nilai kependidikan (karakter) dan satu atau beberapa materi-materi pelajaran lain yang memungkinkan, serta mewujudkan karakteristik budaya yang dimiliki. Dalam melaksanakan pembelajaran dibutuhkan desain pembelajaran yang meliputi empat komponen yang memiliki hubungan fungsional antara materi pembelajaran, kompetensi pembelajaran, strategi pembelajaran dan evaluasi pembelajara. Hubungan keempat komponen tersebut digambarkan sebagai berikut:

materi

evaluasi kompetensi

strategi Sumber: Muslich (2012, hlm. 66)

363 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Sumaryanto F (2016, hlm. 60) mengatakan bahwa “pengintegrasian nilai-nilai dan karakter pada pendidikan seni dapat pula dilakukan dengan mencantumkan dalam silabus mata pelajaran seni budaya. Cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: (1) menentukan kandungan nilai-nilai karakter dengan mengkaji lebih dahulu Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran Seni Budaya, (2) mencantumkan nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan dengan melihat keterkaitan SK/KD dengan indikator pada kolom terakhir pada silabus, (3) mencantumkan nilai-nilai karakter yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP”. Dengan demikian upaya pengembangan karakter melalui kesenian tradisional dibutuhkan strategi khusus dalam mencapai tujuan melalui konsep dan strategi dalam pembelajaran seni budaya khusunya dalam pembentukan karakter religius melalui kesenian tradisonal. Salah satu aplikasi pengintegrasian nilai-nilai budaya Aceh dalam proses pembelajaran seni khususnya di Aceh dapat dilakukan dengan cara menggunakan strategi atau pendekatan pelajaran misalnya dengan menggunakan pendekatan saintifik. Hosnan (2014, hlm. 34) mengatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Adapun langkah-langkah pembelajaran saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Dengan berpedoman pada langkah-langkah pembelajaran saintifik tentukan materi seni yang berkaitan dengan nilai budaya yang ingin diintegrasikan. Misalnya saja dengan memberikan contoh tari Rateb Meuseukat yang merupakan tari tradisional Aceh untuk diamati niali-nilai budaya Aceh yang terkandung dalam tarian tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru perlu menyiapkan video tari Rateb Meuseukat untuk kemudian diamati oleh siswa di sekolah. Setelah mengamati kegiatan selanjutnya adalah menanya atau mendiskusikan nilai- nilai budaya yang ada pada tari Rateb Meuseukat. Kegiatan ketiga adalah mencoba mengumpulkan informasi mengenai nilai-nilai budaya Aceh dari tarian Rateb Meuseukat. Langkah selanjutnya adalah menalar kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu

364 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Langkah terakhir adalah mengkomunikasikan hasil kesimpulan secara lisan, tertulis atau dengan menggunakan media lainya. Tentunya hal yang disimpulkan adalah yang berkaitan dengan nilai- nilai budaya Aceh yang ada dalam tarian Rateb Meuseukat. Pada akhir pembelajaran merupakan tugas seorang guru dalam mengintegrasikan niali- nilai budaya yang terkandung dalam tarian Rateb Meuseukat dengan pembelajaran seni yang telah didiskusikan. Dilihat dari syair:

Nyawoeng geutanyoe di dalam badan Barang pinjaman siat Tuhan brie Oh troeh bak watee ka geucok pulang Nyawoeng lam badan Tuhan peucre bree Artinya: Nyawa kita di dalam badan Barang pinjaman sebentar Tuhan berikan Bila tiba saatnya diambil kembali Nyawa di badan Tuhan pisahkan (sumber: Juaini, 2014)

Dalam syairnya yang merupakan cabang seni musik mengandung nilai Islami (berhubungan dengan pelajaran agama Islam), bahwa nyawa yang kita miliki merupakan pinjaman dari Allah SWT dan bila saatnya tiba Allah akan mengambil kembali nyawa yang telah dipinjamkan kepada kita selama kita hidup. Dilihat dari gerakannnya yang merupakan cabang dari seni tari, nilai-nilai budaya Aceh dapat diintegrasikan sebagai berikut (1) Kekompakan, kerja sama, tanggung jawab, disiplin: berhubungan dengan pelajaran PPKN, Ilmu Sosial, dan Pelajaran Agama Islam); (2) Nilai Religius : berhubungan dengan pelajaran Agama Islam. Cabang seni rupa disini berperan dalam properti penari seperti pakaian penari yang mengharuskan menutup aurat pada seluruh anggota tubuh hingga kepala karena semua penari adalah perempuan. Hal ini berhubungan dengan pelajaran agama. Oleh karena itu budaya Aceh yang kental dengan nilai agama dan sosialnya dapat diintegrasikan melalui pembelajaran seni. Contoh di atas merupakan salah satu cara mengintegrasikan nilai-nilai budaya Aceh. Diharapkan dengan adanya proses pembelajaran seni seperti ini dapat membentuk karakter peserta didik yang cinta dengan budaya sendiri dan memiliki karakter yang religius sehingga selalu tertanam nilai-

365 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

nilai yang hablumminallah hablumminannas, kejujuran, kesopanan, tenggang rasa, disiplin, dan lain-lain. hal yang terpenting adalah siswa mampu melestarikan budayanya dengan berbagai kaidah ilmu yang berlaku.

KESIMPULAN Pengajaran dan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai budaya Aceh ke dalam proses pembelajaran seni diharapkan dapat menghasilkan generasi penerus yang memiliki integriti, bermoral, beretika, dan faham dengan adat istiadat endatu mereka. Serta selalu menjunjung tinggi Allah SWT dan menjalankan sunnah Rasululllah Saw. Karakter anak harus dibina secara baik, peran orang tua, guru atau sekolah, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk meciptakan peserta didik yang memahami nilai-nilai budayanya. Seperti halnya di Aceh yang memiliki aturan syari’at Islam diharapkan siswa dapat mentaati peraturan dan norma-norma yang berlaku sesuai dengan hukum agama. Peserta didik yang memiliki karakter Islami adalah peserta didik yang Insyaa Allah akan senantiasa selalu meneladani Nabi Muhammad Saw.

DAFTAR PUSTAKA Bastomi, S. 1993. Nilai-nilai seni pewayangan. Semarang: Dahara Prize.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia

Jazuli, M. (2016). Optimalisasi Seni Pertunjukan Tradisional Dslsm Jagat Pendidikan Seni. Jurnal Seni Pertunjukan dan Pendidikan Seni. P34-49

Jazuli, M. (2008). Pendidikan Seni Budaya: Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang: UNNES Press.

Juani, Imam. (2014). Saman di Aceh. Banda Aceh: Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh

Koentjaranigrat. (2009). Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Lickona, Thomas. (2015). Character Matters. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyana Rohmat. (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Suatu pengantar. Bandung: Alfabeta

Muslich, Masnur. (2013). Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya

366 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Rohidi. (2000). Fungsi Upacara Tradisional Bagi Masyarakat Pendukung. Yogyakarta:Depdikbud.Tersedia:http://www.dikbud.co.id(19September2009)

Samani, Muchlas dan Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya

Soehardjo. (2011). Pendidikan Seni: Strategi penataan dan Pelaksanaan Pembelajaran Seni. Malang: Bayumedia Publishing

Sumaryanto F, Totok. (2016). Pembelajaran Musik Tradisional Sebagai Ruang Komunikasi Budaya dan Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal Seni Pertunjukan dan Pendidikan Seni. UNNES, P51-62.

Syarif, Erman, dkk. (2016). Integrasi Nilai Budaya Etnis Bugis Makassar dalam Proses Pembelajaran sebagai Salah Satu Strategi Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran, P-ISSN 2503-1201 E-ISSN 2503-5347

Yussof, Nurahimah, Mohd Isha Awang dan Ibrahim. (2014). Integrasi Nilai Islami dan Budaya Aceh Berdasarkan Kurikulum Karakter. Jurnal Humanus, Vol. XIII No.1 Th. 2014

Zamroni, (2001). Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraff Publishing

367 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

RAGAM BENTUK SUNTÊNG DARA BAROE DI KOTA BANDA ACEH Dilla Tria Novita1*, Ahmad Syai1, Tengku Hartati1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala *e-mail: [email protected]

ABSTRACT

This research is entitled Various Forms of Suntêng Dara Baroe in Banda Aceh City. The formulation of the problem of this research is how the various forms of baroe suntêng in Banda Aceh City. The purpose of this study is to describe information about how different forms of suntê virgin baroe in the city of Banda Aceh. This study used descriptive qualitative method . The research subjects were Mursyidah (senior artist in Banda Aceh City), Khairunnisa (Museum manager of Rumoh Aceh) and Mukhirah (Lecturer of PKK FKIP Unsyiah). While the objects studied in this study are the various forms of suntoe virgin baroe in the city of Banda Aceh. Data collection in this research was carried out through interviews, observations and documentation. The data analysis technique is data reduction, presenting data in the form of descriptions and drawing conclusions. The results showed that the current variety of suntê dara baroe in the city of Banda Aceh is still quite well maintained. The several types of suntêng are Cucok Ok (Bun Skewers), Culok Ok (Skewers Bun), Culok Ok Caterpillar Sangkadu (Skewers Circular Like a Caterpillar), Ceukam Sanggoy Bungong Keupula / Bungong Tajok (Skewers of Tanjung Flowers), Kembang Goyang, Kembang Goyang, Ayeum Gumbak and Preuk-preuk. Despite this, most people prefer the use of modified suntê dara baroe. This is due to the lack of public knowledge of the various forms of original suntêng. Also coupled with the modification efforts by the bridal makeup that exceeded the 30% requirement in producing a more beautiful form of suntêng to attract the attention of the community to the services they have. Keywords: variety, Suntêng form.

PENDAHULUAN

Kebudayaan merupakan seperangkat nilai dan norma yang dapat membentuk dan mengatur kehidupan di dalam suatu masyarakat. Herusatoto (Misbakhudin, 2016:54) menambahkan bahwa pada dasarnya kebudayaan menyimpan nilai-nilai tentang bagaimana tanggapan manusia terhadap dunia, lingkungan dan masyarakatnya serta merupakan seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan pokok bagi penentuan sikap yang akan dilakukan terhadap dunia luar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan adanya perbedaan kebiasaan hidup menjadikan budaya sebagai penentu ciri khas maupun identitas tersendiri dari masyarakat suatu wilayah. Berhubungan dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh masyarakat pada suatu wilayah, maka pemahamannya dapat dilakukan melalui simbol-simbol yang terdapat di dalam item-item kebudayaan di wilayah tersebut, salah satunya melalui ragam hias pakaian adat tradisional. Simbol-simbol tersebut seharusnya dilestarikan agar kelak nilai-nilai kebudayaan

368 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

yang terkandung di dalamnya tidak hilang dan dapat diwariskan kepada generasi penerus. Namun demikian, saat ini kesadaran masyarakat dalam menjaga warisan kebudayaan kian berkurang. Hal-hal yang berkenaan dengan pesan-pesan dari sutau kebudayaan sudah mulai dilupakan oleh banyak orang, bahkan tidak lagi digemari oleh generasi generasi. Aceh merupakan salah satu etnik yang mendiami wilayah Indonesia dengan corak kebudayaan yang beragam, termasuk pakaian adat. Pakaian adat daerah Aceh mengandung pesan dan nilai kebudayaan yang hendak ditampilkan oleh si pemakai sebagai cerminan kehidupan masyarakat Aceh. Pada pakaian adat Aceh, terdapat berbagai aksesoris pelengkap yang terbagi dalam beberapa bagian, yaitu bagian atas, bagian tengah dan bagian bawah. Bagian atas meliputi aksesoris bagian kepala hingga wajah, bagian tengah meliputi aksesoris yang terdapat pada bahu hingga lengan, dan bagian bawah yaitu aksesoris yang digunakan di bagian kaki. Saat ini aksesoris pada bagian kepala telah mengalami perubahan, sehingga banyak masyarakat kurang mengetahui bagaimana bentuk aslinya. Aksesoris di bagian kepala juga disebut suntêng. Sulaiman, dkk (1993: 35) menyebutkan bahwa suntêng yaitu hiasan kepala terdiri dari beberapa jenis, yaitu bungong tajok, bungong suntêng, ayeum gumbak, ulee ceumara dan di bagian dahi ada aksesoris yang dinamakan phatam dhoe. Penggunaan suntêng-suntêng tersebut pada awalnya dipakai dengan menusuk satu per satu pada batang pisang yang sudah dibungkus dengan rambut di bagian kepala wanita. Namun saat ini sebagian besar pemakaian suntêng pada dara baroe Aceh lebih pada penggunaan suntêng hasil modifikasi, dimana suntêng- suntêng tersebut tidak dipakai dengan menusuk satu per satu, melainkan telah dimodifikasi menjadi sebuah mahkota yang di dalam rangkaiannya terdiri dari beberapa jumlah suntêng. Salah satunya terjadi di wilayah pusat pemerintahan Aceh, yaitu kota Banda Aceh. Perubahan-perubahan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu akibat dari adanya globalisasi dan pengaruh dari unsur-unsur budaya luar. Untuk menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat yang jadi serba praktis dan hanya mementingkan unsur keindahan, maka terdapat beberapa perias yang telah memodifikasikan bentuk suntêng yang digunakan oleh dara baroe sehingga bentuk asli dari suntêng tersebut semakin tidak dikenal oleh masyarakat. Namun, berdasarkan informasi yang penulis temukan pada observasi awal, masih ada orang-orang yang tetap ingin melestarikan kebudayaan tradisional di Kota Banda Aceh dengan tujuan dapat mempertahankan keberadaan suntêng Aceh tersebut sebagai warisan asli budaya Aceh. Akan tetapi, walaupun masih terdapat orang-orang yang peduli dengan keberadaan bentuk tradisional suntêng Aceh, bukan berarti bentuk asli dari suntêng dara baroe Aceh tersebut mudah dipertahankan, terutama di Kota Banda Aceh.

369 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Margono (2014:36) menyatakan, “Pendekatan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau perkataan lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun langkah-langkahnya analisis data yang digunakan adalah, mereduksi data untuk menyederhanakan data, menyajikan data dalam bentuk deskripsi dan verifikasi data serta menarik kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Hasil penelitian dari hasil wawancara diperoleh bahwa saat ini ragam suntêng dara baroe di Kota Banda Aceh masih cukup terjaga keberadaannya. Adapun beberapa macam jenis suntêng tersebut adalah Cucok Ok (Tusuk Sanggul), Culok Ok (Tusuk Sanggul), Culok Ok Ulat Sangkadu (Tusuk Sanggul Melingkar Seperti Ulat), Ceukam Sanggoy Bungong Keupula/ Bungong Tajok (Tusuk Sanggul Bunga Tanjung), Kembang Goyang, Ayeum Gumbak dan Preuk-Preuk. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber pengurus museum Rumoh Aceh, diperoleh informasi bahwa perhiasan pada bagian kepala pengantin Aceh terdiri atas: 1) Perhiasan Telinga, yang terdiri dari: a. Subang Pinto Aceh Perhiasan subang ini berbentuk pinto Aceh (pintu Aceh) yang pada bagian bawah terdapat rumbai-rumbai sebagai hiasan tambahan dengan jalinan motif berbentuk pucuk pakis dan bunga. Pada bagian tengah terdapat motif bulat-bulatan kecil seperti telur ikan (Boh Eungkot) b. Subang Sepasang subang ini yang terbuat dari suasa dan permata. Pada bagian atas (Sigeude Subang) dihiasi dengan ukiran piligram motif tumpal, bola-bola kecil dan sarinya berupa batu permata merah dan bagian bawah atau kaki disebut “Bingke”. c. Subang Bungong Mata Uroe Subang ini terbuat dari emas dan permata yang menyerupai bunga matahari dengan ujung kelopak yang runcing. Bagian atas disebut “Sigeude Subang”. Selain itu terdapat pula hiasan berupa permata yang dimasukkan ke dalam pipa-pipa kecil berbentuk silinder yang disebut “Eumpung Mata”. Pada bagian tengah terdapat sari bunga (Dadamon), di belakang Sigeude Subang disebut Keuing Subang dan bagian kaki subang disebut Bingke.

2) Perhiasan Dahi Pada bagian dahi, terdapat beberapa perhiasan yang biasa disematkan untuk menambah keindahan bagi pengantin, yaitu:

370 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

a. Patam Dhoe (Hiasan Dahi) Patam Dhoe berbentuk seperti mahkota yang terbagi atas tiga bagian. Bagian tengah atas memakai ukiran piligram dengan motif tumpal dan sulur daun. Dihiasi dengan 5 butir batu permata serkonia putih. Bagian kiri dan kanan dihiasi dengan motif pohon, daun dan bunga berbentuk hati. b. Lapek Patam Dhoe (Alas Hiasan Dahi) Lapek Patam Dhoe merupakan bunga yang dipasang pada bagian dahi sebagai alas untuk Patam Dhoe. Bunga ini terbuat dari daun pisang sebagai alas yang dihiasi dengan bunga melati, kuncup melati dan rampoe mawar atau rampai bunga mawar. Selain memberikan keindahan, perhiasan ini juga membuat dahi pengantin tidak terasa sakit ketika mengenakan aksesoris Patam Dhoe.

3) Perhiasan Sanggul Aceh (Sunteng) Untuk menambah ciri khas dan keindahan sunteng Aceh, maka pada bagian sanggul pengantin diberikan beberapa tambahan perhiasan, yakni: a. Cucok Ok (Tusuk Sanggul) Cucok Ok merupakan setangkai tusuk sanggul yang bentuknya berupa rangkaian bunga dan bintang pecah delapan yang terbuat dari emas, terdiri dari tiga tingkat/susun. Bagian dari sari bunga terdiri dari silinder-silinder kecil berbentuk bunga mawar. b. Culok Ok (Tusuk Sanggul) Culok Ok adalah setangkai tusuk sanggul yang gagangnya terbuat dari tembaga. Bentuknya lurus seperti bunga cempaka yang terbuat dari emas. Terdiri dari tujuh kelopak dan empat sari bunga yang berbentuk per yang masing-masing ditatahkan permata Ceylon putih. c. Culok Ok Ulat Sangkadu (Tusuk Sanggul Melingkar Seperti Ulat) Perhiasan ini berbentuk melingkar yang menyerupai bentuk ulat. Namun pada bagian ujung atas Culok Ok Ulat Sangkadu ini terdapat sebuah kelopak bunga yang dihiasi dengan permata di bagian tengah. Selain itu, pada bagian tubuh perhiasan ini juga dihiasi dengan ukiran- ukiran. d. Ceukam Sanggoy Bungong Keupula/ Bungong Tajok (Tusuk Sanggul Bunga Tanjung) Ceukam Sanggoy adalah setangkai tusuk sanggul yang gagangnya terbuat dari tembaga dan rangkaian bunganya dari perak sepuh. Bentuknya seperti bunga tanjung yang terdiri dari sembilan tangkai. Masing-masing tangkai bersusun tiga, dirangkai pada sebuah lempengan yang melengkung dengan sederet rangkaian bunga. e. Kembang Goyang Kembang goyang merupakan salah satu hiasan pada bagian kepala yang terbuat dari tembaga atau perak. Bentuk dari kembang goyang ini ada yang berbentuk tunggal, bercabang dua atau bahkan bercabang tiga. Penggunaan hiasan ini biasanya berjumlah ganjil, yaitu satu, tiga atau lima.

371 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

f. Ayeum Gumbak Perhiasan ini dipakai untuk hiasan kepala pengantin perempuan Aceh yang ditempatkan di atas dahi kiri dan kanan. Selain itu hiasan ini juga digunakan pada topi pengantin pria (Kupiah Meukeutop). Karena bentuk dan ukirannya yang unik dan cantik, saat ini perhiasan ini juga digunakan sebagai bros yang menghiasi busana pengantin. g. Preuk-Preuk Bunga ini adalah salah satu pada bagian kepala pengantin wanita Aceh yang merupakan roncean atau untaian bunga. Panjangnya kurang lebih 25 cm dan di kedua ujungnya dihiasi bunga jeumpa (cempaka). Preuk-preuk dipakai didepan sanggul, kedua ujungnya menjuntai ke samping kiri dan kanan sanggul sampai melewati telinga.

Meskipun demikan, namun sebagian besar masyarakat lebih menyukai penggunaan suntêng dara baroe hasil modifikasi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap ragam bentuk suntêng asli yang sudah dipakemkan. Selain itu ditambah dengan adanya upaya pemodifikasian oleh para perias pengantin yang melebihi ketentuan sebesar 30% dalam menghasilkan bentuk suntêng yang lebih indah untuk menarik perhatian masyarakat kepada jasa yang mereka punya.

PEMBAHASAN

Kebudayaan merupakan sesuatu yang bersangkutan dengan akal budi manusia. Oleh karena itu ia menjadi hal yang sangat erat hubungannya dengan masyarakat dan peradaban. Kebudayaan tercipta karena adanya masyarakat, dan masyarakat dapat bertahan hidup jika dapat memegang teguh nilai-nilai dan norma-norma dari kebudayaan. Herusatoto (Misbakhudin, 2016:54) menjelaskan bahwa di dalam suatu kebudayaan terdapat nilai-nilai mengenai bagaimana sikap manusia terhadap dunia, lingkungan dan masyarakat yang menjadi landasan pokok di dalam kehidupan. Dengan demikian, kebudayaan yang tercipta di dalam suatu lingkungan masyarakat dapat merepresentasikan keadaan hidup masyarakat tersebut atau dengan kata lain dapat menjadi suatu penanda yang membedakan daerah tersebut dengan daerah yang lain. Aceh merupakan salah satu bagian wilayah dari negara Indonesia yang memiliki beragam corak kebudayaan yang membentuk identitas tersendiri bagi masyarakat Aceh. Namun seiring berjalannya waktu, skeberadaan budaya-budaya tersebut semakin memudar, terlebih di Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh merupakan wilayah pusat pemerintahan Aceh dimana kehidupan masyarakatnya semakin menjurus kearah kehidupan modern. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu akibat dari globalisasi dan juga pengaruh dari unsur-unsur budaya luar. Dengan demikian, perubahan budaya hidup masyarakat inilah yang menjadi fakor pendukung terjadinya perubahan atau pemudaran pada nilai-nilai budaya asli Aceh. Salah

372 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

satunya adalah perubahan yang terjadi pada ragam bentuk sunteng sebagai salah satu perhiasan yang biasa dikenakan pada busana dara baroe atau pengantin Aceh. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ningsih (2017:6) bahwasanya salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perubahan suatu budaya adalah adanya kontak dengan budaya lain. Hal ini akan menimbulkan perpaduan antara kebudayaan tersebut sehingga akan memunculkan suatu budaya baru. Penggunaan suntêng-sunteng tersebut pada awalnya dipakai dengan menusuk satu per satu pada batang pisang yang sudah dibungkus dengan rambut di bagian kepala wanita. Namun saat ini sebagian besar pemakaian suntêng pada dara baroe Aceh lebih pada penggunaan suntêng hasil modifikasi, dimana suntêng-suntêng tersebut tidak dipakai dengan menusuk satu per satu, melainkan telah dimodifikasi menjadi sebuah mahkota yang di dalam rangkaiannya terdiri dari beberapa jumlah suntêng. Terdapat perbedaan antara pakaian adat Aceh bagi kaum pria dan kaum wanita. Bagi kaum pria, warna pakaian adat Aceh adalah hitam yang melambangkan kebesaran. Terdiri dari baju, celana, kain sarung serta ditambah dengan pernak-pernik lainnya seperti kopiah dan juga rencong. Bagi kaum wanita, warna pakaian adat Aceh cenderung lebih cerah, seperti merah, hijau, kuning atau warna lainnya. Bagian-bagian pakaian adat Aceh bagi kaum wanita terdiri atas baju, celana, sarung dan perhiasan (Ibrahim, 2015). Keberadaan suntêng pertama kali ditemukan pada masa kerajaan Samudera Pasai, dimana suntêng dipakai sebagai perhiasan atau aksesoris penambah keindahan pada pakaian yang dipakai oleh para raja, ratu dan para bangsawan. Suntêng Aceh mengandung nilai-nilai keislaman yang sangat kental. Usman (2003:98-99) menjelaskan bahwa pada dasarnya di dalam kebudayaan Aceh, hakikat hidup manusia ditentukan oleh Allah. Suntêng sebagai bagian sari perhiasan kepala pengantin (dara baroe) Aceh terdiri dari beberapa jenis. Sulaiman, dkk (1993: 35) menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis suntêng yaitu bungong tajok, bungong suntêng, ayeum gumbak, ulee ceumara dan di bagian dahi ada aksesoris yang dinamakan phatam dhoe. Selain itu, saat ini keberagaman suntêng khususnya di Kota Banda Aceh saat ini telah mengalami banyak pergeseran dari kaidah aslinya. Kebanyakan para pengantin kurang mengenal bentuk tradisional dari suntêng sehingga lebih memilih untuk menggunakan suntêng hasil modifikasi. Sangat disayangkan bahwa hasil pemodifikasian suntêng tersebut sebagian besar telah menghilangkan kaidah dasar dan bentuk asli suntêng yang telah diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Aceh. Padahal untuk menjaga kelestarian bentuk suntêng tersebut, modifikasi yang diizinkan hanya sebanyak 30 persen sedangkan 70 persennya harus tetap mempertahankan bentuk asli. Sebagian besar proses modifikasi ini dilakukan oleh para perias

373 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

pengantin yang berlomba-lomba menarik perhatian konsumen dengan cara melakukan inovasi- inovasi terhadap bentuk suntêng dan tatanan rias lainnya sehingga lebih terlihat modern dan indah tanpa mempedulikan makna dan pesan yang diwariskan oleh nenek moyang melalui suntêng tersebut. Oleh karena itu, untuk menjaga dan melestarikan bentuk tata rias pengantin Aceh (termasuk suntêng), maka diperlukan kesadaran masyarakat dan pemerintah dalam upaya tersebut. Hal ini disebabkan karena apabila nilai-nilai kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek moyang tidak dijaga, maka kebudayaan-kebudayaan tersebut kian lama kian memudar sehingga para generasi berikutnya akan kehilangan warisan budaya yang telah menjadi suatu ciri khas.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa saat ini ragam suntêng dara baroe di Kota Banda Aceh masih cukup terjaga keberadaannya. Adapun beberapa macam jenis suntêng tersebut adalah Cucok Ok (Tusuk Sanggul), Culok Ok (Tusuk Sanggul), Culok Ok Ulat Sangkadu (Tusuk Sanggul Melingkar Seperti Ulat), Ceukam Sanggoy Bungong Keupula/ Bungong Tajok (Tusuk Sanggul Bunga Tanjung), Kembang Goyang, Ayeum Gumbak dan Preuk-Preuk. Walaupun ragam jenis suntêng ini masih terjaga keberadaannya sampai sekarang, namun sebagian besar masyarakat lebih menyukai penggunaan suntêng dara baroe hasil modifikasi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap ragam bentuk suntêng asli yang sudah dipakemkan.Selain itu, dalam tatanan rias pengantin Aceh saat ini sudah tidak menggunakan seluruh jenis suntêng, para rias pengantin biasanya hanya memakaikan beberapa jenis suntêng saja. Hasil modifikasi tersebut merupakan ide dari para perias pengantin yang berlomba-lomba menciptakan bentuk suntêng dara baroeagar terkesan lebih cantik, indah, mewah dan modern sehingga wujud asli suntêng tradisional warisan nenek moyang masyarakat Aceh kian memudar dan dikhawatirkan akan hilang. Hasil pemodifikasian ini hanya fokus pada unsur keindahan saja tanpa mempedulikan keberadaan makna yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya. Untuk itu diperlukan kesadaran yang besar baik dari pemerintah maupun

374 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

masyarakat untuk tetap menjaga dan melestarikan bentuk suntêng dara baroe sebagai warisan leluhur agar tidak mengalami kepunahan

DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, Anwar, dkk. 1984. Arti Lambang Dan Fungsi Tata Rias Pengantin dalam Menanamkan Nilai-nilai Budaya Provinsi Sumatera Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Margono. 2014. Metodologi Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Misbakhudin. 2016. TRADISI SLUP-SLUPAN: Akulturasi Islam dan Budaya Jawa di Rembang Jawa Tengah. Jurnal Sabda, 11(2): 53-64. Ningsih, Dewi. 2017. Perubahan Sosial Budaya Suku Sakai Kampung Minas Barat Kecamatan Minas Kabupaten Siak. Jurnal JOM FISIP, 4(2): 1-12.

Sulaiman, Nasruddin, dkk. 1993. Pakaian Adat Tradisional Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Usman, Abdul Rani. 2003. Sejarah Peradaban Aceh: Suatu Analisis Interaksionis, Integrasi dan Konflik. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

375 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

STUDI PENELUSURAN LULUSAN SMK ACEH PERIODE 2014 S.D 2018

Herliana, M.Pd Lembaga Penjaminana Mutu Pendidikan (LPMP) Aceh Jl. Banda Aceh – Medan Km. 12,5 Desa Niron Kec. Suka Makmur Kab. Aceh Besar 23361 Telp. (0651) 7556303, 7556304, Fax ( 0651 ) 7556305, 43779 http://www.lpmpnad.com Email: [email protected]

Abstrak Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kondisi lulusan SMK Aceh pada periode 2014 s.d 2018, termasuk untuk informasi terkait (1) Kondisi siswa masuk dan lulus, (2) Kondisi lulusan bekerja, (3) Kondisi lulusan berwirausaha, (4) Kondisi lulusan melanjutkan, dan (5) Kondisi lulusan tidak bekerja (menganggur). Sampel penelitian ini adalah 140 dari total 217 SMK di Provinsi Aceh. Pengumpulan data dilakukan menggunakan instrumen isian Excel Sheet dengan analisis data statistik deskriptif terkait kondisi lulusan pada kategori bekerja, berwirausaha, melanjutkan dan menganggur. Hasil penelusuran alumni menunjukkan bahwa terdapat beberapa Kompetensi Keahlian yang lebih diminati daripada Kompetensi Keahlian lainnya, termasuk Teknik Komputer Jaringan (TKJ), Teknik/ Teknik Bisnis Sepeda Motor (TBSM), dan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif. Pada periode 2014 s.d 2018, terdapat 22.53% lulusan bekerja sesuai kompetensi, 12.57% bekerja tidak sesuai kompetensi, 15.05% melanjutkan sesuai kompetensi, 10.00% melanjutkan tidak sesuai kompetensi, 8.26% berwirausaha sesuai kompetensi, 5.41% berwirausaha tidak sesuai kompetensi, 10.06% menganggur, dan 16.13% tidak terdata.Tingginya tingkat pengangguran dari lulusan SMK perlu ditindaklanjuti dengan program yang lebih efektif untuk meningkatkan daya saing lulusan SMK untuk dterima di industri pengguna, selain mendorong kewirausahaan di bidang yang sesuai dengan kompetensi yang dipelajari.

Kata Kunci: penelusuran alumni, lulusan bekerja, lulusan berwirausaha, lulusan melanjutkan, lulusan menganggur.

A. Pendahuluan Sesuai amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003), pendidikan kejuruan merupakan pendidikan yang ditujukan untuk mempersiapkan peserta didik siap bekerja dalam bidang tertentu sesuai kompetensi keahlian yang diminati. Dalam hal ini, kesiapan bekerja juga dapat dipahami sebagai kemampuan untuk bekerja pada industri maupun bekerja secara mandiri sebagai wirausahawan pada bidang yang dipelajari. Tingkat kesiapan ini mengacu kepada kemampuan siswa menuntaskan tagihan kompetensi dalam proses pembelajaran yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor: 464/D.D5/Kr/2018 Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar Bidang Keahlian (C1), Dasar Program Keahlian

376 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

(C2) Dan Kompetensi Keahlian (C3). Pada akhirnya siswa SMK dinyatakan lulus setelah memenuhi Standar Kompetensi Lulusan pada Kurikulum 2013 (Permendikbud Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasiona Pendidikan SMK-MAK). Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) juga menjadi dasar kriteria kualitas layanan pendidikan SMK. Dengan layanan pendidikan kejuruan yang terstandar diharapkan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, efektif dan efisien dalam pengelolaan sumberdaya yang tersedia. Pendidikan kejuruan di Indonesia terangkum dalam sembilan Bidang Keahlian sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 06/D.D5/KK/2018 Tahun 2018 tentang Spektrum Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Kesembilan Bidang Keahlian tersebut selanjutnya mengatur struktur kurikulum yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran selama tiga atau empat tahun penyelenggaraan SMK. Hal ini diamanahkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 07/D.D5/KK/2018 Tahun 2018 tentang Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). Lebih rinci, sembilan Bidang Keahlian tersebut meliputi (1) Teknologi dan Rekayasa dengan 13 Program Keahlian dan 58 Kompetensi Keahlian, (2) Energi dan Pertambangan, dengan tiga Program Keahlian dan 6 Kompetensi Keahlian, (3) Teknologi Informasi dan Komunikasi, dengan dua Program Keahlian dan enam Kompetensi Keahlian, (4) Kesehatan dan Pekerjaan Sosial dengan lima Program Keahlian dan tujuh Kompetensi Keahlian, (5) Agribisnis dan Agroteknologi, dengan enam Program Keahlian dan 20 Kompetensi Keahlian, (6) Kemaritiman, dengan empat Program Keahlian dan 10 Kompetensi Keahlian, (7) Bisnis dan Manajemen, dengan tiga Program Keahlian dan lima Kompetensi Keahlian, (8) Pariwisata, dengan empat Program Keahlian dan enam Kompetensi Keahlian, dan (9) Seni dan Industri Kreatif, dengan delapan Program Keahlian dan 17 Kompetensi Keahlian. Total seluruhnya adalah sembilan Bidang Keahlian, dengan 48 Program Keahlian dan 142 Kompetensi Keahlian, yang 34 di antaranya merupakan Program Keahlian dengan masa studi empat tahun. Dengan pendidikan tiga dan empat tahun ini diharapkan lulusan dapat bekerja di industri, menjalankan wirausaha, atau melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi sesuai kompetensinya. Secara nasional, harapan pemerintah adalah lulusan SMK dapat bekerja dan/atau beriwirausaha dengan masa tunggu enam bulan setelah kelulusan. Namun demikian, data penelusuran alumni di berbagai wilayah di Indonesia menunjukkan rendahnya tingkat kebekerjaan lulusan SMK. Hal ini diungkapkan juga oleh Khurniawan (2019) bahwa tidak

377 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

semua SMK memiliki fasilitas dengan kualitas yang sama sehingga mampu menghasilkan lulusan dengan keterampilan sesuai standar; keahlian lulusan SMK ditemukan juga belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan industri; dan lulusan belum memiki aksesy yang cukup untuk memeperoleh informasi kerja. Untuk mengetahui kondisi lulusan, dibutuhkan sebuah studi penelusuran alumni. Studi penelusuran alumni lebih lanjut adalah untuk mengukur dan melacak kinerja lulusan sehingga dalam hal ini dapat diperoleh indikator yang jelas tentang profil lulusan (Sagala, dkk: 2019). Informasi dari penelusuran alumni dapat berupa kondisi kebekerjaan, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimanfaatkan dalam kehidupan siswa pasca kelulusan. Selain itu penelusuran alumni juga dapat memberikan informasti tentang penerapan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama belajar di SMK di industri tempat bekerja. Kebermanfaatan ini akan menggambarkan efektifitas pembelajaran di SMK dan refererensi utama untuk perbaikan kurikulum untuk sesuai dengan kebutuhan industri. Kegiatan penelusuran alumni ditujukan untuk memperoleh informati terkait kinerja lulusan dalam menerapkan keterampilannya di pihak pengguna. Selain itu studi penelusuran alumni juga akan menggali informasi terkait rata-rata masa tunggu lulusan memperoleh pekerjaan pertama, persentase lulusan yang bekerja pada bidang yang sesuai/ tidak sesuai dengan yang dipelajari selama menjadi siswa, dan kegiatan siswa lainnya terkait tingkat dan jenis pekerjaan yang digeluti. Sebagaimana dijelaskan oleh Nursubiyantoro (2016) “Peran alumni dalam peningkatan mutu program studi merupakan hal penting yang tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan pengelola program studi, kontribusi alumni yang baik terhadap sumbangan pemikiran dan finansial kepada program studi….”. Dalam hal ini, data penelusuran alumni memegang peranan penting dalam kemajuan dan peningkatan kualitas kinerja SMK, termasuk penataan kurikulum sesuai kebutuhan industri, memastikan pemutakhiran materi ajar dan pemanfaatan alumni untuk akses kebekerjaan lulusan SMK. Data penelusuran alumni menggambarkan kinerja siswa pasca kelulusan; yang pada akhirnya akan menggambarkan kondisi keberkerjaan secara nasional. Sebagaimana penelitian Slamet (2016) terkait kondisi alumni SMK secara nasional tahun 2012-2014, bahwa (1) proporsi jumlah siswa SMA:SMK pada tahun 2014 adalah 51%:49%; (2) peningkatan jumlah siswa SMK tidak mendukung pertumbuhan ekonomi; (3) peningkatan jumlah siswa SMK menyebabkan tingkat pengangguran lulusan SMK makin tinggi. Temuan ini selanjutnya menjadi dasar atas rekomendasi bahwa untuk menentukan proporsi jumlah siswa SMA dan SMK yang dibuka untuk layanan pendidikan menengah perlu didasarkan atas kebutuhan tenaga kerja secara lokal, nasional dan internasional. Dengan adanya data hasil penelusuran alumni, manajemen sekolah dapat menganalisis kondisi kinerjanya dalam menyiapkan kurikulum yang tepat untuk siswa. Selain itu, manajemen sekolah dapat mencari dukungan yang tepat berdasarkan kondisi tersebut, baik dari industri, orang tua maupun dari masyarakat. Baiti dan Munadi (2014) menemukan bahwa terdapat

378 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

pengaruh pengalaman praktik, prestasi belajar dasar kejuruan, dukungan orang tua secara sendiri maupun bersama – sama terhadap kesiapan kerja, setelah melakukan penelitian terhadap lulusan SMK di Kabupaten Sleman. Penelitian serupa dibutuhkan untuk dilakukan di berbagai wilayah untuk mengetahui efektifitas kinerja menajemen dan akademik di SMK untuk dapat mengantarkan lulusan yang sikap, pengetahuan dan keterampilannya sesuai dengan kebutuhan industri. Berdasarkan Data Pokok SMK Direktorat Jenderal Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (PSMK) (http://datapokok.ditpsmk.net) saat ini Aceh memiliki 217 SMK dengan jumlah siswa 55,877 (Negeri : 49,028 Swasta : 6,849) pada lebih dari 45 Kompetensi Keahlian, tersebar di 23 kabupaten/ kota. Jumlah siswa seluruhnya yang tercatat pada Data Pokok SMK adalah 55,877 siswa ( Negeri : 49,028 Swasta : 6,849), dengan jumlah rombel 2,363 ( Negeri : 2,023 Swasta : 340), diasuh oleh 6,178 guru ( Negeri : 5,373 Swasta : 805),. Kabupaten Aceh Utara, Kota , dan Kabupaten Aceh Timur menempati jumlah siswa tertinggi dengan masing-masing pada angka 5.124, 5.901, dan 4.309. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) lulusan SMK periode Agustus 2014-2018 (%) secara nasional menunjukkan angka 11% dengan persentase TPT tertinggi terjadi pada tahun 2015, yaitu 12.65%. Provinsi dengan TPK tertinggi adalah Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Banten. Dalam urutan TPK 34 provinsi ini, Aceh menempati urutan ke 12 dengan angka TPK 10.72%. Provinsi dengan TPR terendah adalah Provinsi Bali, Kalimantan Utara dan Yogyakarta. Bali sebagai provinsi dengan TPT terendah diduga terkait dengan majunya bidang pariwisata yang memberi peluang kebekerjaan bagi angkatan kerja serta peluang wirausaha yang beragam dengan potensi sumberdaya alam yang baik (Ditjen Dikdasmen: 2019). Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kondisi lulusan SMK Aceh pada periode 2014 s.d 2018, dengan menfokuskan pada Kompetensi Keahlian yang terjaring dari 140 SMK; (1) Kondisi siswa masuk dan lulus, (2) Kondisi lulusan bekerja, (3) Kondisi lulusan berwirausaha, (4) Kondisi lulusan melanjutkan, dan (5) Kondisi lulusan tidak bekerja (menganggur). Dengan mengetahui kondisi lulusan SMK, pihak terkait termasuk pemerintah pusat dan daerah melalui lembaga-lembaga pengelola bidang pendidikan, lembaga terkait bidang keahlian pada pendidikan kejuruan, industri pengguna, dan masyarakat pemerhati pendididikan dapat merencanakan, mengawasi dan menindaklanjuti program pendidikan kejuruan menjadi lebih efektif, berdaya guna dan mampu mendorong tingkat kebekerjaan lulusan SMK Aceh ke tingkat yang lebih baik.

B. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel Informasi terkait kondisi siswa dan alumni SMK Aceh diperoleh dari pengumpulan data Tahun 2019 untuk Revitalisasi SMK Aceh, dengan melibatkan responden manajemen

379 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

sekolah dari 140 SMK yang tersebar di 23 kabupaten/ kota, meliputi 45 kompetensi keahlian berdasarkan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 (termasuk revisi berdasarkan Spektrum sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4678/D/KEP/MK/2016 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan). Data ini merujuk pada siswa masuk dan lulus pada Tahun 2014 s.d 2019, dengan fokus pada lulusan bekerja, berwirausaha, atau melanjutkan dengan katagori sesuai/ tidak sesuai bidang keahlian. Perbedaan nama bidang/ program/ kompetensi keahlian dalam penelusuran ini sesuai dengan nomenklatur yang menjadi dasar penerapan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 di sekolah sasaran.

2. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan statistik deskriptif terhadap data siswa dan alumni dengan kategori siswa masuk dan lulus, dan lulusan bekerja, beriwirausaha, melanjutkan dan menganggur.

3. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar cek, daftar isian online dan offline, dan dilanjutkan dengan verifikasi data melalui kunjungan enumerator. Instrumen disebarkan kepada responden manajemen sekolah yang diwakili oleh tim pengembang 140 SMK untuk diisi secara online melalui google form dan isian offline pada lembar excel sheet.

4. Prosedur Penelitian Pengumpulan data penelitian ini dilakuan pada Mei s.d Agustus 2018. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data siswa dan alumni dari SMK sasaran mengikuti langkah sebagai berikut: a. Menyebarkan instrumen online google form dan instrumen offline berupa lembar isian excel sheet kepada 140 SMK sasaran; b. Melakukan verifikasi data terhadap data siswa dan alumni melalui wawancara konfirmasi dan pengecekan data pada dokumen sekolah dan bila perlu pada Data Pokok Pendidikan (Dapodik); c. Pengolahan data sesuai kateogori siswa dan alumni dan sub kategori pada alumni (bekerja, berwirausaha, melanjutkan dan tidak bekerja), d. Melakukan analisis hasil penelusuran dengan mengacu kepada referensi untuk mendpatkan informasi kondisi SMK sesuai SNP; e. Melakukan kajian, penafsiran dan simpulan kondisi siswa dan alumni berdasarkan data siswa dan alumni.

380 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

C. Hasil dan Pembahasan 1. Kondisi Siswa SMK Aceh Tren pertumbuhan siswa yang masuk ke SMK menunjukkan semakin tingginya minat masyarakat terhadap pendidikan vokasi. Sejak tahun 2014, pertumbumbuhan siswa yang diterima di SMK di Aceh terus meningkat di berbagai bidang keahlian, walaupun di sebagian program keahlian menurun.

Growth 10% 9% 9.39% 8% 7% 6% 5% 4.63% 4% 3% 3.24% 2% 1.68% 1% 0% 0% 2014 2015 2016 2017 2018 Growth 0% 9.39% 4.63% 1.68% 3.24%

Gambar 1 Pertumbuhan Siswa SMK Diterima Provinsi Aceh Periode 2014 -2018

Pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun; periode 2014 – 2018 terjadi pada tahun 2015. Pada tahun ini terjadi kenaikan pertumbuhan sebesar 9,39% atau bertambah sebanyak 1.017 orang dari tahun 2014, sehingga total siswa SMK diterima pada tahun itu mencapai 11.848 orang. Selanjutnya pada tahun 2016 pertumbuhan jumlah siswa SMK yang diterima mengalami penurunan, pertumbuhan yang terjadi hanya sebesar 4,63% meskipun secara kuantitas mengalami kenaikan sebanyak 549 orang. Pertumbuhan tahun berikutnya kembali mengalami penurunan sebesar 1,68% walaupun secara kuantitas bertambah 208 orang dari jumlah siswa tahun sebelumnya. Pada tahun 2018 pertumbuhan siswa SMK mencapai 3,24%; pada tahun 2018 ini penambahan siswa SMK diterima hanya sebanyak 409 orang. Dengan demikian rata-rata pertumbuhan siswa SMK pertahuan selama periode 2014 – 2018 berada pada angka lebih dari 3,5%.

381 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

25%

20% 20.16%

15%

10%

5%

0% 0% 2014 2018

Gambar 2 Pertumbuhan Siswa SMK Diterima Provinsi Aceh Periode 2014 – 2018

Berdasarkan data penerimaan siswa di 140 SMK yang terjaring, jumlah siswa SMK pada tahun 2018 beragam dari Kompetensi Keahlian. Jumlah siswa tertinggi pada tahun ini adalah pada Kompetensi Keahlian Teknik Komputer Jaringan (TKJ) dengan total 7.570 siswa dari 42 SMK. Jumlah terendah adalah pada Kompetensi Keahlian Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman (PPT) dan Teknik Elektronika Industri dengan total 24 siswa dari masing-masing 1 SMK.

382 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman (PPT) 24 Teknik Elektronika Industri 24 Pengolahan Minyak, Gas dan Petrokimia 26 TPBO (Teknik Perbaikan Bodi Otomotif) 40 Kesehatan Reproduksi Hewan 72 PATISERI 75 Desain Produksi Kriya Kayu 75 Teknik Ototronik 79 DPK Tekstil 91 Busana Butik 93 Teknik Konstruksi Kayu 198 Geologi Pertambangan 200 Teknik Geomatika 213 Teknik Fabrikasi Logam Manufacture/DPK Logam/Teknik… 292 Teknik Jaringan Akses 364 Usaha Perjalanan Wisata/Pariwisata 376 Teknik Pendingin dan Tata Udara 459 Tata Kecantikan 552 Electrical Avionic/Permesinan Pesawat Udara/Airframe… 596 Akom. Perhotelan 613 Bisnis Konstruksi dan Properti 631 Keperawatan 684 Tata Boga 718 Teknik Mesin/Teknik Permesinan 724 Farmasi 760 Teknologi Hasil Pertanian/Teknik Pertanian/Agribisnis… 855 Nautika Kapal Niaga/Penangkapan Ikan/Teknik Kapal… 905 Teknik Audio Video 958 Teknik Gambar Bangunan/Desain Permodelan dan Informasi… 966 Design Grafika/Produksi Grafika 1113 Rekayasa Perangkat Lunak 1142 Teknik Pengelasan 1213 Agribisnis Perikanan Air Tawar/Perikanan 1233 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 1494 Agribisnis Aneka Ternak/Ternak Ruminansia/Unggas 1576 Agribisnis Tanaman Perkebunan 2060 Bisnis Daring dan Pemasaran/Pemasaran 2083 Agribisnis Tanaman Pangan & Holtikultura 2186 Multimedia 2697 Administrasi Perkantoran/Perkantoran/Otomatisasi Tata… 3812 Tata Busana 4305 Akuntansi dan Keuangan Lembaga/Akuntansi/Perbankan dan… 4636 Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 5685 Teknik Bisnis Sepeda Motor/Teknik Sepeda Motor/Teknik… 6239 Teknik Komputer dan Jaringan 7570 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

Gambar 3 Jumlah Siswa SMK Diterima Provinsi Aceh 2014-2018 Berdasarkan Jurusan

Minat terhadap pendidikan kejuruan tertentu dapat disebabkan oleh kesempatan kerja/ berwirausaha yang berkembang di lingkungan masyarakat, namun dapat juga terjadi karena kurangnya sosialisasi dari manajemen sekolah dan pemerintah daerah terkait manfaat dari pendidikan kejuruan secara umum dan bidang keahlian secara khusus. Selain itu, pengetahuan masyarakat dan pemerintah daerah terkait pasar kerja/usaha di masa depan juga dapat menjadi

383 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

salah satu latar belakang kurang berkembangnya bidang-bidang tertentu yang potensial. Hal ini membutuhkan penelitian dan dukungan lebih lanjut untuk dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap bidang-bidang keahlian di pendidikan kejuruan di Aceh. Berdasarkan hasil pemetaan di 140 SMK selama lima tahun terakhir bidang/kompetensi keahlian yang paling banyak menerima siswa adalah jurusan Teknik Komputer dan Jaringann(TKJ), yang mencapai 12,47% atau berjumlah 7.570 orang dari total 60.695 siswa diterima pada periode 2014 s.d 2018. Peringkat ke dua yang menerima siswa terbanyak adalah Teknik (Bisnis) Sepeda Motor/Teknik Sepeda Motor, dilanjutkan oleh jurusan Akuntansi dan Lembaga Keuangan dan kompetensi keahlian lainnya. Sementara itu Kompetensi Keahlian yang paling sedikit menerima siswa pada periode ini adalah Pemuliaan dan Pembenihan Tanaman, Teknik Elektronika Industri, Pengolahan Minyak, Gas dan Petrokimia dan beberapa kompetensi keahlian lainnya. Daftar terperinci terlampir.

Tabel 1 Persentase Jumlah Siswa SMK Diterima Berdasarkan Jurusan Periode 2014 – 2018

Minat masyarakat terhadap bidang keahlian tertentu sebagaimana dibahas di atas, berkaitan juga dengan jumlah SMK yang menyediakan bidang tersebut dengan jumlah kelas sesuai kebutuhan pada saat penerimaan siswa baru. Dengan sistem penerimaan berdasarkan nilai akhir dari jenjang sebelumnya dan hasil wawancara, dapat dipastikan tidak seluruh siswa peminat bidang tertentu dapat ditampung. Dalam hal ini, minat masyarakat dan kesediaan kelas pada bidang tertentu perlu menjadi bahasan terus menerus dalam manajemen sekolah dan pemerintah daerah untuk memastikan keberlangsungan bidang keahlian dan kebermanfaatannya bagi masyarakat.

384 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Tabel 2. Jumlah SMK dan Siswa Diterima 2014 s.d 2019 JUM Jumlah Siswa Diterima PAKET NO LAH KEAHLIAN/JURUSAN TO SMK 2014 2015 2016 2017 2018 TAL 1 Teknik Komputer dan Jaringan 41 1279 1629 1556 1510 1596 7570 2 Teknik Bisnis Sepeda 40 902 1117 1269 1391 1560 6239 Motor/Teknik Sepeda Motor/Teknik Otomotif 3 Teknik Kendaraan Ringan 33 1007 1179 1237 1124 1138 5685 Otomotif 4 Akuntansi dan Keuangan 22 935 943 890 931 937 4636 Lembaga/Akuntansi/Perbankan dan Keuangan Mikro/Perbankan Syariah 5 Busana Butik/Tata Busana 27 581 740 851 995 1138 4305 6 Administrasi 21 723 778 761 792 758 3812 Perkantoran/Perkantoran/Otoma tisasi Tata Kelola Kantor 7 Multimedia 16 487 465 519 513 713 2697 8 Agribisnis Tanaman Pangan & 20 350 466 476 436 458 2186 Holtikultura 9 Bisnis Daring dan 15 473 391 401 410 408 2083 Pemasaran/Pemasaran 10 Agribisnis Tanaman 14 454 453 443 364 346 2060 Perkebunan 11 Agribisnis Aneka 15 419 326 297 272 262 1576 Ternak/Ternak Ruminansia/Unggas 12 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 12 219 264 341 321 349 1494 13 Agribisnis Perikanan Air 13 245 212 271 257 248 1233 Tawar/Perikanan 14 Teknik Pengelasan 12 196 209 268 302 238 1213 15 Rekayasa Perangkat Lunak 9 213 167 252 252 258 1142 16 Teknik Gambar 13 193 217 163 248 292 1113 Bangunan/Desain Permodelan dan Informasi Bangunan 17 Teknik Audio Video 9 197 234 192 170 173 966 18 Nautika Kapal 8 189 222 192 173 182 958 Niaga/Penangkapan Ikan/Teknik Kapal Penangkapan Ikan

385 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

19 Teknologi Hasil 11 130 180 235 208 152 905 Pertanian/Teknik Pertanian/Agribisnis Pengolaan Hasil Pertanian 20 Farmasi 5 145 159 190 200 161 855 21 Teknik Mesin/Teknik 3 114 154 148 195 149 760 Permesinan 22 Tata Boga 7 117 101 131 185 190 724 23 Design Grafika/Produksi 4 177 96 145 163 137 718 Grafika 24 Keperawatan 5 131 128 133 167 125 684 25 Bisnis Konstruksi dan Properti 5 109 120 152 120 130 631 26 Akom. Perhotelan 7 159 104 97 132 121 613 27 Electrical Avionic/Permesinan 1 77 134 141 120 124 596 Pesawat Udara/Airframe Powerplant 28 Tata Kecantikan 5 116 112 95 106 123 552 29 Teknik Pendingin dan Tata 4 81 97 103 99 79 459 Udara 30 Usaha Perjalanan 2 82 72 57 72 93 376 Wisata/Pariwisata 31 Teknik Jaringan Akses 3 44 89 106 69 56 364 32 Teknik Fabrikasi Logam 3 51 54 53 66 68 292 Manufacture/DPK Logam/Teknik Fabrikasi Logam 33 Teknik Geomatika 2 52 45 50 41 25 213 34 Geologi Pertambangan 1 68 46 41 22 23 200 35 Teknik Konstruksi Kayu 4 62 47 35 20 34 198 36 DPK Tekstil 1 5 21 12 28 27 93 37 Teknik Ototronik 1 0 28 24 17 22 91 38 Desain Produksi Kriya Kayu 1 9 11 21 21 17 79 39 PATISERI 1 25 0 9 19 22 75 40 Kesehatan Reproduksi Hewan 1 15 21 14 11 14 75 41 Teknik Perbaikan Bodi 1 0 17 17 19 19 72 Otomotif (TPBO) 42 Pengolahan Minyak, Gas dan 1 0 0 9 16 15 40 Petrokimia 43 Teknik Elektronika Industri 1 0 0 0 0 26 26 44 Pemuliaan dan Perbenihan 1 0 0 0 24 0 24 Tanaman (PPT) 45 Pengolahan Hutan 1 0 0 0 4 8 12 Total 10.831 11.848 12.397 12.605 13.014 60.695

386 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Terbatasnya ruang kelas atau SMK yang menyediakan bidang keahlian yang diminati di satu wilayah dapat menjadi alasan kurangnya jumlah siswa pada bidang tersebut. Perlu pembahasan lebih lanjut terkait dengan ketersediaan sarana dan prasaran dan pendidik/tenaga kependidikan untuk menunjang peningkatan jumlah siswa di SMK, terutama pada bidang-bidang yang menjadi potensi daerah Aceh. Demikian pula, terkait regulasi, prosedur dan sistematika legal untuk buka-tutup program keahlian oleh pemerintah daerah harus menjadi acuan utama manajemen sekolah dalam melmastikan bidang keahlian yang sesuai untuk dibuka dengan pernyiapan sarana/prasarana dan tenaga pendidik yang standar.

2. Kondisi Lulusan/Alumni SMK Aceh Tingkat keberhasilan SMK dapat dilihat dari jumlah lulusan yang bekerja/ berwirausaha sesuai dengan bidang keahlian yang dipelajarinya. Pada periode 2014 s.d 2018 sebagian besar dari 51.809 lulusan SMK di Aceh mengunakan keahliannya untuk bekerja, melanjutkan pendidikan dan berwirausaha. Hal ini terlihat dari data bahwa 23.744 orang atau 62,09% lulusan menerapkan keahliannya di berbagai bidang pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahlian yang dipelajarinya. Sedangkan 37,91% lulusan juga dapat bekerja/melanjutkan/berwirausaha walaupun tidak sesuai dengan keahlian yang dipelajari di SMK. Selain bekerja dan BERWIRUSAHA beriwirausaha, sebesar 25,05% lulusan TIDAK SESUAI KEAHLIAN, melanjutkan pendidikannya ke jenjang 5.41% Diploma dan Sarjana di berbagai bidang keahlian. Data hasil pemetaan TIDAK TERDATA, ini menunjukkan bahwa 15.05% dari 16.13% BEKERJA SESUAI total lulusan melanjutkan pendidikan KEAHLIAN, 22.53% sesuai dengan bidang keahlian yang ditempuhnya di SMK, sementara MENGANGGUR, 10.06% 10,00% di antaranya melanjutkan

BEKERJA TIDAK pendidikan bukan pada bidang SESUAI keahlian yang sama. Penelitian lebih KEAHLIAN, 12.57% lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui latar belakang besarnya

MELANJUTKAN MELANJUTKAN jumlah lulusan yang melanjutkan BERWIRAUSAHA TIDAK SESUAI SESUAI bukan pada bidang keahlian yang SESUAI KEAHLIAN, KEAHLIAN, KEAHLIAN, 10.00% 15.05% sama. Ketersediaan dan keterjangkauan 8.26% bidang pendidikan yang sama pada pendidikan tinggi lokal menjadi asumsi utama terjadinya kondisi ini, selain ketersediaan lapangan kerja dan minat siswa pada bidang tersebut. Lulusan bekerja sesuai bidang keahlian yang ditekuni di SMK lebih banyak pada bidang keahlian Teknik (Bisnis) Sepeda Motor, dilanjutkan oleh Teknik Kendaraan Ringan (Otomotif), Teknik Komputer Jaringan, dan Busana Butik (Tata Busana). Hal ini menunjukkan bahwa minat dan/atau kesempatan kerja bersama industri lebih besar pada bidang-bidang ini dibandingkan dengan bidang lainnya. Sebagai perbandingan, bidang lainnya yang berkaitan erat dengan potensi wilayah kabupaten/kota di Aceh di bidang pertanian, perkebunan dan ternak

387 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

seperti Kesehatan Reproduksi Hewan belum menempati posisi yang baik untuk diterimanya siswa SMK sebagai tenaga kerja. Alumi yang tidak mendapat kesempatan bekerja di bidangnya memilih untuk tetap bekerja dengan industri/pengusa lokal pada bidang yang berbeda. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait kondisi ini; asumsi bahwa minimnya lembaga dan industri yang terjangkau di bidang tersebut dapat menjadi bahasan utama manajemen sekolah dan pemerintah daerah untuk menyikapinya dengan mempersiapkan siswa berwirausaha di bidang tersebut.

0 Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman (PPT) 0 0 Pengolahan Hutan 2 10 Teknik Elektronika Industri 2 0 Kesehatan Reproduksi Hewan 9 15 PATISERI 9 21 Desain Produksi Kriya Kayu 9 130 Teknik Fabrikasi Logam Manufacture/DPK Logam/Teknik Fabrikasi… 9 66 Teknik Konstruksi Kayu 10 21 TPBO (Teknik Perbaikan Bodi Otomotif) 11 4 Teknik Ototronik 13 45 DPK Tekstil 13 5 Pengolahan Minyak, Gas dan Petrokimia 14 54 Teknik Geomatika 19 124 Teknik Jaringan Akses 23 145 Design Grafika/Produksi Grafika 36 88 Usaha Perjalanan Wisata/Pariwisata 54 40 Keperawatan 59 15 Geologi Pertambangan 60 Tata Kecantikan 147 67 142 Teknik Pendingin dan Tata Udara 71 110 Teknologi Hasil Pertanian/Teknik Pertanian/Agribisnis Pengolaan Hasil… 79 125 Tata Boga 86 87 Akom. Perhotelan 88 162 Teknik Gambar Bangunan/Desain Permodelan dan Informasi Bangunan 89 262 Nautika Kapal Niaga/Penangkapan Ikan/Teknik Kapal Penangkapan Ikan 98 219 Teknik Audio Video 105 135 Bisnis Konstruksi dan Properti 108 233 Rekayasa Perangkat Lunak 108 219 Teknik Mesin/Teknik Permesinan 111 210 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 125 135 Agribisnis Aneka Ternak/Ternak Ruminansia/Unggas 130 260 Electrical Avionic/Permesinan Pesawat Udara/Airframe Powerplant 130 221 Teknik Pengelasan 134 78 Agribisnis Perikanan Air Tawar/Perikanan 135 201 Farmasi 141 458 Bisnis Daring dan Pemasaran/Pemasaran 198 377 Agribisnis Tanaman Pangan & Holtikultura 263 887 Busana Butik/Tata Busana 264 558 Multimedia 327 297 Agribisnis Tanaman Perkebunan 410 580 Administrasi Perkantoran/Perkantoran/Otomatisasi Tata Kelola Kantor 444 1473 Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 499 683 Akuntansi dan Keuangan Lembaga/Akuntansi/Perbankan dan… 522 1606 Teknik Bisnis Sepeda Motor/Teknik Sepeda Motor/Teknik Otomotif 633 1022 Teknik Komputer dan Jaringan 795 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800

Sesuai Bidang keahlian Tidak Sesuai Bidang keahlian

Gambar 5. Kondisi Lulusan Bekerja

388 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Tantangan lain dalam mengelola lulusan SMK adalah memastikan lulusan mampu berwirausaha di bidang yang dipelajarinya. Data lulusan yang terjaring dalam pemetaan periode 2014 s.d 2018 ini menunjukkan bahwa Kompetensi Keahlian Busana Butik/ Tata Busana menempati posisi tetinggi sebagai Kompetensi Keahlian yang melahirkan lebih banyak wirausahawan. Dibandingkan dengan bidang/kompetensi keahlian lainnya yang potensial di daerah seperti pertanian dan peternakan, Busana Butik/Tata Busana mampu melahirkan 964 wirausahawan baru di bidang garmen selama periode 2014 s.d 2019, atau sebesar 25.24% dari total lulusan kompetensi keahlian ini. Selain itu Bisnis Daring dan Pemasaran (termasuk Kompetensi Keahlian Pemasaran) juga menghasilkan banyak lulusan beriwirausaha dengan total 250 wirausahawan atau 11.83% dari total 2.213 orang lulusan selama periode yang sama. Selain itu bidang Pertanian termasuk Agribisnis Aneka Ternak/Ternak Ruminansia/Unggas, Agribisnis Perikanan Air Tawar/Perikanan, Agribisnis Tanaman Pangan & Holtikultura, dan Agribisnis Tanaman Perkebunan juga lebih banyak menghasilkan wirausahawan dibandingkan bidang/kompetensi keahlian lainnya. Tidak tersedinya modal usaha, kurangnya dukungan peningkatan keterampilan berwirausaha dan terbatasnya minat pasar di lingkungan tempat tinggal siswa menjadi alasan utama kurangnya wirausahawan di kalangan alumni SMK di Aceh, menurut manajemen sekolah. Selain itu, beberapa kompetensi kesulitan menemukan kesempatan untuk berwirausaha sesuai bidang yang dipelajari karena keahlian tersebut cenderung digunakan dalam industri menengah ke atas, seperti Perhotelan, Nautika Kapal Niaga/ Penangkap Ikan, Administrasi Perkantoran, dan sebagainya. Namun demikian, sejumlah alumni yang mengalami kendala dalam berwirausaha sesuai bidang keahlian tetap mendapat kesempatan untuk berwirausaha walaupun tidak sesuai dengan bidang keahlian yang ditekuninya selama menjadi siswa di SMK. Perbandingan jumlah alumni berwirausaha sesuai/tidak sesuai dengan bidang keahliannya dirangkum dalam diagram berikut.

389 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

0 Kesehatan Reproduksi Hewan 0 0 TPBO (Teknik Perbaikan Bodi Otomotif) 0 0 Teknik Ototronik 0 0 Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman (PPT) 0 0 PATISERI 18 1 Pengolahan Hutan 2 3 Geologi Pertambangan 0 3 Teknik Jaringan Akses 3 3 Teknik Elektronika Industri 3 3 DPK Tekstil 7 4 Pengolahan Minyak, Gas dan Petrokimia 0 5 Teknik Fabrikasi Logam Manufacture/DPK Logam/Teknik Fabrikasi… 18 5 Teknik Konstruksi Kayu 16 7 Usaha Perjalanan Wisata/Pariwisata 14 7 Desain Produksi Kriya Kayu 11 12 Rekayasa Perangkat Lunak 24 13 Design Grafika/Produksi Grafika 23 16 Tata Kecantikan 52 17 Teknik Geomatika 10 17 Tata Boga 47 17 Bisnis Konstruksi dan Properti 28 17 Akom. Perhotelan 12 22 Teknik Pendingin dan Tata Udara 33 23 Keperawatan 20 35 Teknik Mesin/Teknik Permesinan 53 36 Teknik Pengelasan 43 39 Nautika Kapal Niaga/Penangkapan Ikan/Teknik Kapal Penangkapan… 29 40 Farmasi 38 48 Teknologi Hasil Pertanian/Teknik Pertanian/Agribisnis Pengolaan… 59 49 Electrical Avionic/Permesinan Pesawat Udara/Airframe Powerplant 0 54 Agribisnis Perikanan Air Tawar/Perikanan 35 67 Teknik Audio Video 81 67 Teknik Gambar Bangunan/Desain Permodelan dan Informasi… 33 86 Agribisnis Tanaman Pangan & Holtikultura 176 88 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 104 105 Busana Butik/Tata Busana 964 107 Agribisnis Tanaman Perkebunan 140 122 Multimedia 115 141 Agribisnis Aneka Ternak/Ternak Ruminansia/Unggas 96 175 Bisnis Daring dan Pemasaran/Pemasaran 250 206 Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 368 218 Administrasi Perkantoran/Perkantoran/Otomatisasi Tata Kelola… 258 249 Akuntansi dan Keuangan Lembaga/Akuntansi/Perbankan dan… 313 295 Teknik Bisnis Sepeda Motor/Teknik Sepeda Motor/Teknik Otomotif 442 379 Teknik Komputer dan Jaringan 341 0 200 400 600 800 1000 1200

Tidak Sesuai Bidang Keahlian Sesuai Bidang Keahlian

Gambar 6. Kondisi Lulusan Berwirausaha

Selain bekerja dan berwirausaha, sejumlah lulusan SMK memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang Diploma dan Sarjana. Kompetensi keahlian yang memiliki persentase tertinggi melanjutkan ke pendidikan tinggi di bidang ilmu yang sama adalah Keperawatan (49.46%). Di saat yang sama kompetensi keahlian ini juga menjadi salah satu penyumbang persentase tertinggi untuk melanjutkan tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang dipelajari, yaitu sebesar 16.67%. Sementara itu kompetensi lain yang paling banyak melanjutkan adalah

390 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Geologi Pertambangan, sebesar 44% dari 200 lulusan sepanjang tahun 2014 s.d 2019, namun 40% dari lulusan melanjutkan tersebut bukan pada bidang ilmu yang sama. Kondisi lulusan yang memilih melanjutkan, berdasarkan keterangan guru, dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi, selain karena kurang tersedianya jenis pekerjaan pada kompetensi tersebut dan kurang mampunya lulusan bersaing dengan tenaga kerja dari luar daerah untuk pekerjaan dimaksud. Isu lain terkait dengan lulusan melanjutkan tidak sesuai bidang keahliannya adalah tidak tersedianya jurusan yang sesuai di perguruan tinggi lokal, sehingga siswa memilih beralih bidang ilmu pada pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, karena ketersediaan program pendidikan yang sama di banyak lembaga pendidikan tinggi, Kompetensi Keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga/Akuntansi/Perbankan dan Keuangan Mikro/ Perbankan Syariah juga menjadi salah satu penyumbang lulusan melanjutkan, sebesar 32.88% dari total lulusan 4.237 orang sepanjang tahun 2014 s.d 2019, dengan 23.91% dari total tersebut melanjutkan sesuai kompetensi keahliannya, dan 8.97% di antaranya melanjutkan ke bidang keahlian yang berbeda. Situasi yang sama juga terjadi pada Kompetensi Keahlian Administrasi Perkantoran/Perkantoran/Otomatisasi Tata Kelola Kantor, di mana 17.47% atau 658 orang dari 3.766 lulusan melanjutkan pendidikan di bidang ilmu yang sama, sedangkan 9.08% dari total tersebut melanjutkan di bidang ilmu yang berbeda. Lebih rinci terkait kondisi lulusan SMK melanjutkan pendidikan sesuai/ tidak sesuai dengan Kompetensi Keahlian yang dipelajari di SMK dapat dilihat pada bagan berikut.

391 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

0 Teknik Ototronik 0 0 Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman (PPT) 0 14 PATISERI 0 1 Pengolahan Hutan 1 4 TPBO (Teknik Perbaikan Bodi Otomotif) 2 0 Teknik Elektronika Industri 7 80 Geologi Pertambangan 8 7 Desain Produksi Kriya Kayu 9 6 Pengolahan Minyak, Gas dan Petrokimia 11 6 Teknik Fabrikasi Logam Manufacture/DPK Logam/Teknik… 12 4 DPK Tekstil 13 14 Teknik Konstruksi Kayu 13 12 Teknik Geomatika 18 3 Kesehatan Reproduksi Hewan 23 19 Teknik Jaringan Akses 27 81 Tata Boga 28 87 Tata Kecantikan 41 60 Akom. Perhotelan 45 41 Usaha Perjalanan Wisata/Pariwisata 52 39 Teknik Pendingin dan Tata Udara 54 24 Teknik Mesin/Teknik Permesinan 70 61 Teknologi Hasil Pertanian/Teknik Pertanian/Agribisnis… 72 56 Teknik Audio Video 73 29 Bisnis Konstruksi dan Properti 80 39 Nautika Kapal Niaga/Penangkapan Ikan/Teknik Kapal… 86 47 Electrical Avionic/Permesinan Pesawat Udara/Airframe… 88 79 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 90 86 Teknik Pengelasan 103 154 Agribisnis Perikanan Air Tawar/Perikanan 110 127 Teknik Gambar Bangunan/Desain Permodelan dan… 121 142 Agribisnis Aneka Ternak/Ternak Ruminansia/Unggas 138 100 Design Grafika/Produksi Grafika 146 112 Farmasi 196 106 Rekayasa Perangkat Lunak 226 514 Busana Butik/Tata Busana 237 224 Agribisnis Tanaman Perkebunan 244 92 Keperawatan 273 167 Bisnis Daring dan Pemasaran/Pemasaran 343 347 Multimedia 389 307 Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 433 212 Agribisnis Tanaman Pangan & Holtikultura 465 342 Administrasi Perkantoran/Perkantoran/Otomatisasi Tata… 658 403 Teknik Bisnis Sepeda Motor/Teknik Sepeda Motor/Teknik… 733 380 Akuntansi dan Keuangan Lembaga/Akuntansi/Perbankan… 1013 554 Teknik Komputer dan Jaringan 1044 0 200 400 600 800 1000 1200

Tidak Sesuai Keahlian Sesuai Keahlian

Gambar 7. Kondisi Lulusan Melanjutkan

392 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Selain bekerja, berwirausaha dan melanjutkan pendididikan, sejumlah lulusan terjaring dalam data tidak bekerja (menganggur), sebesar 5.213 orang atau 10.06% dari total 51.809 lulusan pada periode 2014 s.d 2018. Jumlah ini tidak termasuk 8.537 orang lulusan yang tidak terdata dari 45 kompetensi keahlian dalam pemetaan ini.

Tabel 3. Kondisi Lulusan Menganggur

KONDISI LULUSAN 2014-2018 JUMLAH N TOTAL % LULUSAN PAKET KEAHLIAN/JURUSAN LULUSAN O LULUSA MENGANGGU MENGANGU N R R 1 Administrasi Perkantoran/ 3766 480 12.75% Perkantoran/ Otomatisasi Tata Kelola Kantor 2 Agribisnis Aneka Ternak/Ternak 1.047 149 14.23% Ruminansia/Unggas 3 Agribisnis Perikanan Air 858 123 14.34% Tawar/Perikanan 4 Agribisnis Tanaman Pangan & 2.026 127 6.27% Holtikultura 5 Agribisnis Tanaman Perkebunan 1.947 321 16.49% 6 Akom. Perhotelan 514 110 21.40% 7 Akuntansi dan Keuangan 4.237 419 9.89% Lembaga/Akuntansi/Perbankan dan Keuangan Mikro/Perbankan Syariah 8 Teknologi Hasil Pertanian/Teknik 680 43 6.32% Pertanian/ Agribisnis Pengolaan Hasil Pertanian 9 Bisnis Daring dan 2.113 174 8.23% Pemasaran/Pemasaran 10 Bisnis Konstruksi dan Properti 570 13 2.28% 11 Busana Butik/Tata Busana 3.819 234 6.13% 12 Desain Produksi Kriya Kayu 64 0 0.00% 13 Teknik Konstruksi Kayu 180 11 6.11% 14 Teknik Gambar Bangunan/Desain 797 83 10.41% Permodelan dan Informasi Bangunan 15 Design Grafika/Produksi Grafika 587 78 13.29% 16 Teknik Fabrikasi Logam 185 3 1.62% Manufacture/DPK Logam/Teknik Fabrikasi Logam 17 DPK Tekstil 92 7 7.61% 18 Multimedia 2.411 190 7.88%

393 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

19 Nautika Kapal Niaga/Penangkapan 738 166 22.49% Ikan/Teknik Kapal Penangkapan Ikan 20 PATISERI 56 0 0.00% 21 Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman belum ada lulusan (PPT) 22 Pengolahan Minyak, Gas dan 40 0 0.00% Petrokimia 23 Rekayasa Perangkat Lunak 883 159 18.01% 24 Tata Boga 684 98 14.33% 25 Teknik Bisnis Sepeda Motor/Teknik 5.508 574 10.42% Sepeda Motor/Teknik Otomotif 26 Teknik Elektronika Industri 26 1 3.85% 27 Teknik Geomatika 171 12 7.02% 28 Teknik Kendaraan Ringan Otomotif 4.907 543 11.07% 29 Teknik Komputer dan Jaringan 5.768 604 10.47% 30 Teknik Mesin/Teknik Permesinan 587 28 4.77% 31 Teknik Ototronik 39 22 56.41% 32 Teknik Pengelasan 829 52 6.27% 33 Teknik Instalasi Tenaga Listrik 1.128 57 5.05% 34 Teknik Jaringan Akses 209 10 4.78% 35 Teknik Pendingin dan Tata Udara 411 19 4.62% 36 Tata Kecantikan 533 38 7.13% 37 Usaha Perjalanan Wisata/Pariwisata 393 105 26.72% 38 TPBO (Teknik Perbaikan Bodi 53 2 3.77% Otomotif) 39 Teknik Audio Video 758 65 8.58% 40 Farmasi 760 24 3.16% 41 Pengolahan Hutan 12 3 25.00% 42 Keperawatan 552 26 4.71% 43 Geologi Pertambangan 200 14 7.00% 44 Electrical Avionic/Permesinan 596 0 0.00% Pesawat Udara/Airframe Powerplant 45 Kesehatan Reproduksi Hewan 75 26 34.67% TOTAL 51.809 5.213 10.06%

Kompetensi Keahlian penyumbang paling tinggi untuk lulusan tidak bekerja pada Bidang Keahlian Teknologi dan Rekayasa adalah Teknik Kendaraan Ringan Otomotif dan Teknik Bisnis Sepeda Motor/ Teknik Sepeda Motor yang mencapai masing-masing 543 orang (11.07%) dan 574 orang (10.42%) pada periode 2014 s.d 2018. Pada Bidang Keahlian Teknologi Informasi dan Komunikasi terdapat Kompetensi Keahlian Teknik Komputer Jaringan (TKJ) yang menyumbang 604 orang (7.71%) lulusan menganggur pada periode yang sama. Selanjutnya pada Program

394 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Keahlian Bisnis dan Manajemen, Kompetensi Keahlian Akuntansi dan Keuangan Lembaga/Akuntansi/Perbankan dan Keuangan Mikro/Perbankan Syariah yang juga berkontribusi lulusan menganggur sebanyak 419 (9.89%) orang pada periode yang sama. Kompetensi Keahlian di atas merupakan Kompetensi Keahlian yang paling diminati oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari tingginya jumlah siswa yang masuk pada periode 2014 s.d 2018, yaitu sebesar 4.848 (TKJ), 4.282 (Teknik/Teknik Bisnis Sepeda Motor), dan 4.022 (Akuntansi dan Keuangan Lembaga/ Akuntansi/ Perbankan dan Keuangan Mikro/ Perbankan Syariah). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui latar belakang tingginya lulusan tidak bekerja dari Kompetensi Keahlian di atas.

D. Kesimpulan dan Rekomendasi 1. Kesimpulan Kesulitan membangun jejaring alumni pada umumnya, menurut pengakuan tim Bursa Kerja Khusus (BKK) pada saat verifikasi terkait dengan mudahnya siswa mengganti nomor telepon pribadi namun tidak melaporkan hal tersebut ke pihak sekolah. Manajemen sekolah telah berupaya untuk membangun komunikasi sejak awal kelulusan siswa dengan melakukan verifikasi ulang data diri siswa, mengembangkan media sosial sekolah dan khususnya untuk forum alumni, mengembangkan website sekolah dan menyelenggarakan kegiatan-kegaitan alumni. Namun demikian, di beberapa sekolah upaya ini belum maksimal dan sebagian besar lulusan tidak lagi berkomunikasi dengan sekolah terkait karir dan pekerjaan maupun kondisi melanjutkan atau berwirausaha. Selain itu sebagian siswa berasal dari daerah luar kabupaten/kota di mana sekolah berlokasi, sehingga kepindahan siswa kembali ke daerah asalnya sulit untuk ditelusuri oleh tim manajemen sekolah. Situasi di mana hubungan komunikasi tidak berlanjut setelah kelulusan, tidak saja menjadi kendala bagi pihak manajemen sekolah dalam upaya tindak lanjut pengembangan sekolah berdasarkan data lulusan, namun juga menjadi salah satu sebab kurang tersampaikannya informasi kepada lulusan terkait kesempatan kerja di bidangnya, yang berakibat pada tidak terbangunnya akses lulusan terhadap kesempatan kerja. Tingginya persentase siswa masuk ke beberapa Kompetensi Keahlian diduga karena banyaknya Kompetensi Keahlian tersebut dibuka di SMK yang tersebar di 23 kabupaten/kota. Namun tingginya persentase siswa masuk juga mengarah kepada tingginya lulusan menganggur. Selain itu, tingginya persentase lulusan melanjutkan ke bidang yang sama di perguruan tinggi juga diduga karena banyaknya tersedia program yang sama di perguruan tinggi negeri/ swasta di kabupaten/kota. Terbatasnya bidang studi pada Kompetensi Keahlian tertentu di perguruan tinggi lokal memungkinkan beralihnya lulusan SMK ke bidang studi berbeda di perguruan tinggi. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait minat dan peralihan minat lulusan SMK pada bidang tertentu di perguruan tinggi. Pada periode 2014 s.d 2018, terdapat 22.53% lulusan bekerja sesuai kompetensi, 12.57% bekerja tidak sesuai kompetensi, 15.05% melanjutkan sesuai kompetensi, 10.00% melanjutkan tidak sesuai kompetensi, 8.26% berwirausaha sesuai kompetensi, 5.41% berwirausaha tidak sesuai kompetensi, 10.06% menganggur, dan 16.13% tidak terdata. Kompetensi Keahlian Teknik Bisnis Sepeda Motor, Teknik Kendaraan RIngan Otomotif, Teknik Komputer Jariangan, dan tata Busana menunjukkan persentase lebih tinggi untuk lulusan bekerja di kompetensi yang sama. Selain itu Kompetensi Keahlian yang relatif lebih diminati masyrakat, sekaligus memberi peluang berwirausaha lebih tinggi dari pada Kompetensi Keahlian lain adalah Kompetensi

395 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Keahlian Tata Busana, sementara Kompetensi Keahlian Administrasi dan Keuangan, dan Teknik Komputer Jaringan menunjukkan persentase yang lebih tinggi untuk lulusan melanjutkan di kompetensi yang sama.

2. Rekomendasi Pemetaan kondisi siswa dan alumni SMK di 23 kabupaten/ kota menunjukkan bahwa 16.13% dari total 51.809 lulusan tidak terdata oleh manajemen sekolah, bahkan beberapa kompetensi keahlian tidak memiliki data lebih dari 28% alumninya. Hal ini tidak saja terjadi pada kompetensi keahlian dengan jumlah siswa yang besar, namun juga pada kompetensi- kompetensi keahlian yang meluluskan siswa kurang dari 100 orang/ tahunnya. Kondisi alumni kurang terdata di antaranya ada pada kompetensi keahlian Teknologi Hasil Pertanian/Teknik Pertanian/Agribisnis Pengolaan Hasil Pertanian (30.59% dari 680 lulusan), Bisnis Konstruksi dan Properti (28.07% dari 570 lulusan), Tata Boga (29.53% dari 684 lulusan), dan kompetensi- kompetensi lainnya. Untuk memastikan lulusan memenuhi tuntutan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan SNP dan sesuai dengan kebutuhan industri pengguna, dibutuhkan studi penelusuran alumni yang lebih komprehensif, sistematis dan berkelanjutan. Bagi lulusan sendiri, hubungan yang terjalin melalui penelusuran alumni dapat meningkatkan akses informasi terhadap pekerjaan pada bidang keahliannya. Selain itu dengan tindak lanjut hasil penelusuran alumni, lulusan dapat memperoleh dukungan dan bantuan peningkatan kompetensi sesuai kebutuhan calon industri pengguna atau kebutuhan membangun wirausaha secara mandiri. Beberapa bentuk tindak lanjut hasil pemetaan mutu alumni dapat berupa pengembangan program pembelajaran berdasarkan masukan dari alumni, perbaikan kurikulum dan penyediaan sarana/prasarana yang sesuai dengan kondisi industri tempat alumni bekerja, dan pemanfaatan alumni sebagai mitra pelaksanaan pembelajaran. Untuk itu berdasarkan pembahasan di atas, dapat direkomendasikan strategi untuk mengoptimalkan kegiatan penelusuran dan selanjutnya memanfaatkan data tersebut untuk peningkatan kualitas lulusan sebagai berikut:

Tabel 4. Rekomendasi Optimalisasi Penelusuran Dan Pemanfaatan Data Alumni untuk Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berwirausaha

INDIKATOR STRATEGI KEGIATAN STRATEGI Optimalisasi penelusuran/ Pelatihan BKK bagi %SMK yang memiliki pendataan alumni Pengurus BKK. tim BKK aktif. ·Bimbingan Teknis % SMK yang memiliki pelaksanaan tracer study data penelusuran alumni berbasis web secara berkala secara berkala dan dan berkelanjutan. berkelanjutan. Optimalisasi Pemanfaatan Workhop Analisis Hasil % SMK penyelenggara Data Alumni Penelusuran Alumni. BKK dan kegiatan dukungan penempatan kerja/ wirausaha lulusan.

396 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Workshop School % SMK penyelenggara Development Plan untuk kegiatan dengan pengembangan SMK keterlibatan alumni. berdasarkan hasil Penelusuran Alumni. Optimalisasi peran Pelatihan Guru Bimbingan Jumlah guru BK yang Bimbingan Karir/ Konseling/ Bimbingan lulus pelatihan. Bimbingan Konseling Karir. dalam penyiapan soft skill Pendampingan % SMK yang siswa dan alumni. Penyelenggaraaan didampingi untuk Bimbingan Karir dan penyelenggaraan Konseling di sekolah. bimbingan karir/ konseling sesuai standar. Kolaborasi Ekonomi ·Pengadaan Business Center % SMK dengan antara SMK dengan di setiap SMK. business centre yang DU/DI dikelola siswa dengan dampingan guru. ·Mengembangkan produk/ % SMK dengan layanan unggulan lokal produk/ayanan unggulan yang laku jual secara yang diterima pasar berkelanjutan. lokal secara berkelanjutan. ·Sosialisasi dan % SMK yang penyelenggaraan market menyelenggarakan day untuk meningkatkan market day dan kegiatan animo masyarakat terhadap sejenis bersama DU/DI produk-produk SMK. untuk promosi produk/ layanan unggulan. Penyerapan tenaga kerja Workshop Link and Match % SMK yang mengikuti lulusan SMK oleh DU/DI (pertemuan antara BKK dan workshop Link and dan Peningkatan industri yang potensial) Match Wirausaha Alumni. Penyelenggaraan Job Fair % SMKK yang oleh BKK sesuai menyelenggarakan Job Kompetensi Keahlian yang Fair oleh tim BKK. tersedia. Workshop dan/atau % SMK yang pelatihan penguatan menyelenggarakan keterampilan wirausaha workshop dan/atau bagi alumni berdasarkan pelatihan penguatan data hasil penelusuran keterampilan wirausaha alumni. bagi alumni berdasarkan data hasil penelususran alumni.

397 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

% SMK dengan lulusan >30% bekerja dan/atau berwirausaha.sesuai bidang keahlian.

Untuk itu strategi Penelusuran Dan Pemanfaatan Data Alumni diharapkan dapat memberi informasi terkait kondisi siswa dan alumni. Pada akhirnya diharapkan data tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan program yang lebih efektif untuk menurunkan angka lulusan menganggur, bekerja dan/ atau berwirausaha tidak sesuai kompetensi keahliannya, dan melanjutkan bukan pada bidang yang dipelajarinya di SMK. Rekomendasi strategi, kegiatan berikut indikator di atas diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah Daerah Aceh, dalam hal ini Dinas Pendidikan Aceh bersama lembaga terkait untuk dipertimbangkan dalam penyusunan program pengembangan pendidikan kejuruan di Provinsi Aceh.

Daftar Pustaka

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4496) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670). Jakarta. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 34 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Pendidikan SMK-MAK. 20 Desember 2018. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1689. Jakarta. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor: 464/D.D5/Kr/2018 Tentang Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Muatan Nasional (A), Muatan Kewilayahan (B), Dasar Bidang Keahlian (C1), Dasar Program Keahlian (C2) Dan Kompetensi Keahlian (C3). 30 Agustus 2018. Jakarta. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 06/D.D5/KK/2018 Tahun 2018 tentang Spektrum Keahlian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). 7 Juni 2018. Jakarta. Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 07/D.D5/KK/2018 Tahun 2018 tentang Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK). 7 Juni 2018. Jakarta. Baiti, Ahmad Awaludin dan Sudji Munadi. 2014. Pengaruh pengalaman praktik, prestasi belajar dasar kejuruan dan dukungan orang tua terhadap kesiapan kerja siswa smk. Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 4, nomor 2. Data Pokok SMK Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. http://datapokok.ditpsmk.net. Diunduh tanggal 8 Oktober 2019.

398 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Khurniawan, Arie wibowo. 2019. Profil Lulusan SMK Terhadap Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 2018 2019. Vocational Education Policy, White Paper. Volume 1 Nomor 9. Nursubiyantoro, Eko dan Puryani. 2016. Perancangan Sistem Penelusuran Alumni (Tracer Study) Berbasis Web. Jurnal Optimasi Sistem Industri Vol 9 No 2. Sagala, Robert, Tatang Permana dan Enda Permana. 2019. Studi Penelusuran Lulusan SMK Program T-Tep yang Kerja Di Industri Kota Bandung. Journal of Mechanical Engineering Education, Vol. 6, No. 1. Slamet Ph. 2016. Konstribusi Kebijakan Peningkatan Jumlah Siswa SMK Terhadap Pembangunan Ekonomi Indonesia. Cakrawala Pendidikan, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta XXXV, No. 3.

399 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

ANALISIS KARYA MUSIKALISASI PUISI GRUP NAN TUMPAH Handika Pramana Putra, Martarosa, Novesar Jamarun Pengkajian Musik, Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Padangpanjang, Indonesia Email; [email protected]

Abstract

Poetry musicalisation is a form of art process that combines elements of poetry and music as a new form in expressing expressions in literary works of art, especially poetry, is a creative product of artists in Padang. The Nan Tumpah Group carries out and pursues musicalisation of poetry from poetry from 2013 to 2019, as well as a forum for gathering art activists; theater directors, screenwriters, music artists and other art activists gathered together to pour the idea of creation into a work of art in a musical format of poetry. The skill to work on (compose) musical composition of poetry is greatly influenced by the creativity of the creator in interpreting poetry as outlined in the form of music. Nan Tumpah's group's musical musical poetry is musicically dissected to see the results of interpretations of poetry into the form and structure of music. The method used is a qualitative method with the presentation of descriptive analytical data. Data collection was carried out based on observations, observations, audio- video documentation, and interviews with a number of master figures. Based on the results of the study, it can be concluded that the process of making a piece of music in the context of musical poetry is done by setting the rhythm as a medium of interpretation of the atmosphere that is built on music that illustrates the meaning of poetry in poetic verses.

Keywords: Poetry Musicization, Nan Tumpah Group

PENDAHULUAN

Musikalisasi puisi merupakan bentuk apresiasi seni puisi dengan melibatkan musik yang mencerminkan pada konsep dan bentuk terbaru dalam pengungkapan ekspresinya. Sekaligus menjadi alternatif bagi masyarakat luas untuk dapat menikmati karya sastra khususnya puisi. Dengan kata lain, musikalisasi puisi merupakan jenis kesenian yang sengaja dirancang dan diciptakan untuk dipertontonkan atau ditampilkan kepada masyarakat melalui panggung pertunjukan. Salah satu grup yang aktif menekuni musikalisasi puisi yaitu grup Nan Tumpah, sudah melakukan beberapa produksi pergelaran seni pertunjukan musikalisasi puisi sejak tahun 2013 sampai sekarang. Pada tahun 2015 grup Nan Tumpah meluncurkan album musikalisasi puisi

400 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

yang betajuk “Sebelum Sepi Setelah Puisi” yang berisikan 10 musikalisasi puisi yang digarap dari puisi-puisi penyair Sumatera Barat dan Nasional. Grup Nan Tumpah merupakan wadah berkumpulnya para penggiat seni, baik sutradara teater, penulis naskah, komposer musik dan penggiat seni musikalisasi puisi yang berdiri semenjak tahun 2010 di Padang Sumatera Barat. Sejak pertama berdiri, Nan Tumpah selalu aktif berkarya dan mengkomunikasikan karyanya kepada masyarakat. Karena itulah dapat diasumsikan bahwa grup Nan Tumpah adalah salah satu kelompok seni khususnya musikalisasi puisi paling produktif di Sumatera Barat. Dalam proses penciptaan sebuah karya musikalisasi puisi, tentunya seorang kreator harus memiliki kemampuan menghasilkan produk yang kreatif. Kemampuan untuk menyesuaikan satu makna dalam memadukan kedua unsur seni ini bukanlah sesuatu yang mudah, ada batasan sehingga sebuah karya dapat dikategorikan sebagai musikalisasi puisi. Tan Lioe Le dalam Raudal (2015: 6) mengatakan bahwa dalam menciptakan musikalisasi puisi, puisi terlebih dahulu lalu digarap komposisi musik yang sesuai dengan interpretasi dari puisi itu tanpa mengubah susunan kata yang ada dalam puisi. Tidaklah termasuk musikalisasi puisi apabila terlebih dahulu dibuat musiknya baru dimasukkan puisi, atau puisi dan musik dibuat secara bersamaan. Maka penulisan ini akan menganalisis karya-karya musikalisasi puisi untuk melihat bentuk musik, karya-karya yang akan dijadikan sample untuk dianalisis yaitu; “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu” puisi Karta Kusumah, “Malam Warna-Warni” puisi Muhammad Ibrahim Ilyas, “Lautan” puisi W.S Rendra. Untuk mengungkapkan dari sudut pandang subjektif dan objektif, bagaimana analisis musik karya musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”, “Malam Warna-warni”, “Lautan”?

1. STUDI LITERATUR

Beberapa literatur yang berhasil didapatkan antara lain: pertama Royke B, dkk, (2009) “Musikalisasi Puisi : hatiku selembar daun” Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Buku membahas tentang perjalanan hidup si penyair. Relasi musik dan puisi dalam musikalisasi puisi hatiku selembar daun terdapat keselarasan antara makna puisi dan musiknya. Buku ini mengemukakan fokus pada analisa musik dalam karya musikalisasi yang di ciptakan Arya Dipayana. Heryanti, (2016), Tesis, yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Bermusikalisasi Puisi Melalui Teknik Pemodelan Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Pringsewu: Teori Pemodelan. Laporan penelitian Heryanti tersebut diinformasikan mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam bermusikalisasi puisi dengan teknik permodelan pada siswa kleas X SMA Negeri 1 Pringsewu. Dalam tulisan ini khususnya meningkatkan hasil belajar siswa dalam bermusikalisasi puisi. Sukarti, (2016), Jurnal, yang berjudul “Pembelajaran Musikalisasi Puisi Melalui Model Pengajaran Langsung. dalam penelitian ini terdapat beberapa materi yang berkaitan dengan objek

401 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

penelitian. Jurnal ini membahas mengenai pengajaran langsung musikalisasi puisi . jurnal ini juga membahas mengenai aspek garapan musikalisasi puisi. Eka Erlina Austianti, (2014), Tesis, “Kajian Tekstual Musikalisasi Puisi Karya Untung Basuki” Tesis ini membahas keterkaitan musikalisasi puisi karya Untung Basuki dengan Art Song, dalam penelitian ini terdapat beberapa kaitan dengan objek penelitian, peneltian ini juga membahas mengenai analisa musik dalam karya musikalisasi puisi.

Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapat data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Alasan menggunakan pendekatan kualitatif deskrptif karena penelitian tidak melakukan pemolesan atau pengujian, melainkan berusaha menelusuri, memahami, menjelaskan gejala dan kaitan hubungan antara segala yang diteliti yaitu mengenai proses kreatif karya musikalisasi puisi. Penelitian melakukan proses tanya jawab secara lisan, wawancara dilakukan dengan beberapa nara sumber yaitu pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan subjek penelitian untuk mendapat keterangan dan informasi yang diperlukan dalam pengumpulan data. Selanjutnya penelitian observasi untuk memperoleh data penelitian untuk mengamati objek yang akan diteliti. Kemudian pengamatan diperkuat dengan wawancara secara langsung untuk mendapatkan informasi yang digali oleh sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara didukung oleh beberapa instrument seperti handphone, handycam, tipe recorder, dan kamera digital. Kamera digunakan untuk mengambil gambar atau merekam kejadian pada saat penelitian di lapangan sebagai data penelitian. Hal terpenting dalam penelitian lapangan adalah bahwa metode-metode tersebut dilaksanakan secara objektif.

Hasil Dan Pembahsan

A. Komunitas Nan Tumpah

1. Profil Nan Tumpah

Komunitas seni Nan Tumpah adalah grup independen yang bersifat non-profit (nirlaba). Pada saat diresmikan, grup ini bernama Teater Nan Tumpah. Nan Tumpah didirikan oleh Mahatma Muhammad, Yosefintia Sinta, dan Halvika Padma pada bulan desember 2009. Grup Nan Tumpah diresmikan dalam pergeralan seni pertunjukan pertamanya 9 oktober 2010. Pada penerapannya, grup Nan Tumpah adalah paguyuban kesenian dan buka perusahaan. Kegiatannya tetap bersifat amatir, dalam pengertian para anggotanya tidak memperoleh hasil dari pergelaran

402 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

sebagai penopang biaya hidup sehari-hari. Kami mensubsidi sendiri kegiatan, sebuah ‘hobi serius’ yang dilakoni secara dedikatif, ikhlas, dan gembira (Wawancara, Mahatma 4 juli 2019).

Nama Nan Tumpah adalah sebuah istilah yang mengartikan proses yang berkelanjutan kemudian mencapai kesempurnaan ketika ditumpahkan di atas panggung. Tentu saja untuk menumpahkan segala bentuk kreativitas di atas panggung membutuhkan proses yang sangat panjang. Dimulai ketika berusaha mengenali, memahami, menggairahi, memberikan pengertian, memberika penghargaan, membuat, berfikir kritis dan memiliki kepekaan rasa sehingga kreativitas tersebut mencapai klimaksnya ketika ditumpahkan di atas panggung. Demikianlah harapan yang coba dibangun delapan tahun kebelakang tercatat dalam komunitas seni (Wawancara, Mahatma 4 Juli 2019).

Program rutin grup Nan Tumpah meliputi program Nan Tumpah Akhir Pekan yang diselenggarakan setiap sabtu dan minggu dalam bentuk nonton bareng dan diskusi; program empat bulanan ke rumah Nan Tumpah yang diselenggarakan bersama masyarakat di sekitar sekretariatnya, Korong Kasai, Kasang, Padangpariaman; program tahunan Nan Tumpah masuk sekolah yang rutin tersenggara sejak tahun 2011 dalam bentuk pelatihan dan pertunjukan di sekolah menenangah di Sumatera Barat; dan program festival seni dua tahunan Pekan Nan Tumpah yang telah diselenggarakan sejak 2011.

Nan Tumpah adalah komunitas produktif dalam menghasilkan karya seni pertunjukan di Sumatera Barat. Beranggota 45 orang yag aktif serta puluhan anggota pasif dan kerabat yang terdaftar dan bertahan. Anggota terdiri dari berbagai kalangan kelompok usia. Grup Nan Tumpah juga memiliki lima laboratorium seni yang bekerjasama dengan instansi pendidikan yakni; laboratorium seni STKIP Dharma Bakti Lubuk Alung, laboratorium Teataer SMA Ekasakti Padang, laboratorium sanggar sastra siswa SMP Pertiwi 1 padan, dan laboratorium musikalisasi puisi dan teater di SMA Negeri 2 Padang.

Grup Nan Tumpah merupakan kelompok seni yang menghasikan karya-karya musikalisasi puisi yang berkembang di Sumatera Barat. bergerak di bidang seni pertunjukan musikalisasi puisi, grup Nan Tumpah berkontribusi dalam mengembangkan seni sastra khususnya puisi. Doris Humhprey (dalam Robby Suhendra, 2016: 38) menyatakan seni adalah buah karya dari kreativitas manusia, seni juga berarti proses dan produk dari memilih medium, dan satu set nilai- nilai yang dikirimkan melalui ekpresi.

Grup Nan Tumpah sudah melakukan beberapa produksi pegelaran seni pertunjukan musikalisasi puisi, yaitu; “konser musikalisasi puisi Nan Tumpah Muda” musikalisasi puisi ciptaan Mahatma Muhammad dari puisi-puisi karya penyair Sumatera Barat dan Nasional di teater utama Taman Budaya Sumatera Barat pada bulan desember 2013, “konser musikalisasi puisi 14 februari” oleh grup 7 keliling (medan) Wing Sentot (Mataram) dan Grup Nan Tumpah

403 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

(padang) di gedung Teater utama Taman Budaya Sumatera Barat februari 2015. Lima Repertoar Musik Puisi, musikalisasi puisi garapan Mahatma Muhammad dan Tenku Raja Ganesha dari puisi-puisi karya Leon Agusta dalam Festival Musikalisasi Puisi Barat di Gedung Teater Utama Taman Budaya Sumatra Barat, Oktober 2016. Distorsi Mangapik Daun Kunyik dan Tiga Musik Puisi, komposisi musik Mahatma Muhammad, dalam Padang Indian Ocean Music Festival (PIOMFest) 2017, di Bawah Jembatan Siti Nurbaya, Muara Padang, Desember 2017. Musik-puisi Nan Tumpah di Bumi, musikalisasi puisi ciptaan Mahatma Muhammad dan Tenku Raja, dalam Festival Bumi di Lantai 4 Gedung Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatra Barat, Oktober 2018.

Gambar 1 Foto Album Musikalisasi Puisi Nan Tumpah (Foto Handika, 4 Juli 2019)

Beberapa prestasi yang dihasilkan oleh grup Nan Tumpah dalam lomba musikalisasi puisi adalah; juara 1 dalam lomba musikalisasi puisi se-Sumatera Barat (tim muda SMA 2 Padang laboratorium Nan Tumpah di sekolah menengah atas) juni 2013 di Museum Adytiawarman Sumatera Barat, juara 3 lomba musikalisasi puisi se-Sumatera Barat (tim muda SMA 2 Padang laboratorium Nan Tumpah di sekolah menengah atas) juni 2013 di Tanjung Pinang kepulauan Riau, juara 1 lomba musikalisasi puisi se-Sumatera Barat (tim muda SMA 2 Padang laboratorium Nan Tumpah di sekolah menengah atas) februari 2014 di Universitas Bung Hatta Padang, juara 3 lomba musikalisasi puisi se-Sumatera Barat (tim muda SMA 2 Padang laboratorium Nan Tumpah di sekolah menengah atas) mei 2014 di Museum Adytiawarman Sumatera Barat.

404 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

2. Musikalisasi Puisi Grup Nan Tumpah a. Bentuk musikalisasi puisi

Hamdy Salad mengklasifikasi bentuk musikalisasi menjadi beberapa ragam bentuk antara lain instrumentalisasi puisi, laguisasi puisi, metalisasi puisi, orkestrasi puisi, dan digitalisasi puisi (2015: 130). Dalam hal ini, grup Nan Tumpah menggunakan bentuk laguisasi puisi dalam musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”, “Malam Warna-warni”, “Lautan”. Menurut Hamdi Salad (2015: 133), laguisasi puisi atau memelodikan puisi, disebut juga memelodikan kata dalam puisi merupakan salah satu ragam bentuk musikalisasi puisi yang proses penciptaan lagu atau nyanyiannya diberangkatkan dari teks puisi.

Dalam laguisasi puisi, prinsip menjaga orisinalitas puisi merupakan hal utama, sehingga dalam prosesnya tidak mengubah materi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”, “Malam Warna-warni”, “Lautan”. Dengan demikian hanya unsur musik yang diubah, dan atau diselaraskan dengan makna, ruh, dan nilai yang tersirat dalam puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”, “Malam Warna-warni”, “Lautan” tanpa mengubah kata, larik, maupun baitnya. Oleh karena itu, dalam proses penciptaan laguisasi puisi, penggubah harus menghayati benar makna puisi. Dari penghayatan tersebut kemudian muncul stimulant untuk menyusun melodi, ritme, harmoni, dan unsur-unsur musik lainnya. b. Konsep Musikalisasi Puisi

Menurut Hamdy Salad (2015: 151) ragam konsep musikalisasi puisi dapat ditengarai melalui tiga kemungkinan ekspresi, yaitu sebagai ragam pertunjuka, sebagai ragam seni musik, dan sebagai ragam apresiasi sastra. Dalam hal ini, grup Nan tumpah sebagai penggarap musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”, “Malam Warna-warni”, “Lautan” dengan konsep sebagai ragam seni pertunjukan. Penggubah membuat musikalisasi puisi ini untuk ditampilkan kepada khalayak melalui panggung pertunjukan guna memenuhi event musikalisasi puisi. Dalam penyajiannya, musikalisasi puisi ini mensyaratkan adanya beberapa orang sebagai pemain dan diwujudkan melalui bentuk pertunjukan yang teateral. Sifat teateral tersebut dapat diwujudkan melalui bentuk visual penyajian musikalisasi puisi tersebut seperti formasi, kostum, ekpsresi, wajah, bahkan bisa juga properti yang disesuaikan dengan puisi.

Pada pengarapan musikalisasi puisi instrumen musik dalam karya”Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu” memakai; vokal, violin, gitar, bass, dan djimbe; “Malam Warna- warni” memakai; vokal, gitar, bass, djimbe; “Lautan” memakai; vokal, saluang, bansi, gitar, bass, djimbe.

405 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Terkait persiapan proses penggarapan karya musikalisasi puisi oleh grup Nan Tumpah yaitu memilih puisi, karena puisi merupakan unsur utama dari musikalisasi puisi. ketetapan dalam pemilihan puisi dapat membantu proses penggarapan musikalisasi puisi. Pemilihan puisi dalam garapan musikalisasi puisi oleh grup Nan Tumpah merupakan puisi-puisi yang sudah terpublikasi dulu. Artinya grup Nan Tumpah memenuhi unsur-unsur pokok dalam proses kreatif penciptaan musikalisasi puisi. Pemilihan puisi ini dikaitkan kepada sample yang akan penulis analisis terhadap proses penciptaan musikalisasi puisi.

Pertama, puisi dari Karta Kusumah, seorang penyair Sumatera Barat yang cukup banyak membuat puisi-puisi dan sudah membuat buku khusus puisi yang bertajuk “Air Mata Dalam Kemasan: Kumpulan Puisi Karta” yang dicetak pada tahun 2016. Pada puisi yang berjudul “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu” merupakan salah satu puisi yang sudah dimusikalisasikan oleh grup Nan Tumpah. Puisi tersebut diambil oleh grup Nan Tumpah dalam buku Ontologi Puisi: Kuda Pacu (Fitra, 2013: 24), kemudian dimusikalisasikan oleh grup Nan tumpah pada tahun 2015 (Wawancara, 4 Juli 2019).

Kedua, puisi “Malam Warna-warni” adalah sebuah puisi yang ditulis oleh Muhammad Ibrahim Ilyas pada tahun 1997, saat mengikuti proses pertukaran seniman muda Asia di Saitama Arts Theater yang berada di Uemine Yono-shi Saitama-ken Jepang (Wawancara, Wahyu 1 Juli 2019). Puisi tersebut telah dipublikasikan dalam buku ontologi puisi Ziarah Kemerdekaan (2013: 29). Puisi ini dimusikalisasikan oleh grup Nan Tumpah pada tahun 2012 pada saat itu arransemen dibantu oleh Wahyu ardiyan dan rajibus Nari Masda (Wawancara Mahatma, 4 Juli 2019).

Ketiga, puisi “Lautan” adalah sebuah puisi yang ditulis oleh W.S Rendra, puisi tersebut di publikasikan dalam buku kumpulan puisi dengan judul “Sajak-sajak Sepatu Tua” (Rendra, 1995: 17). Puisi ini dimusiklaisasikan pada tahun 2013 oleh grup Nan Tumpah. Pada album musikalisasi puisi yang dirilis oleh Nan Tumpah Pada Tahun 2015, pusi “Lautan” merupakan salah satu yang masuk ke dalam album tersebut.

B. Analisis Musikalisasi Puisi Grup Nan Tumpah

Analisis dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008: 37), adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antara bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Biasanya meliputi pemecahan sebuah susunan musik kedalam unsur musik yang relatif sederhana seperti bentuk. Dalam musik, bentuk berdasarkan susunan rangka lagu yang ditentukan menurut bagian-bagian kalimatnya (Bonoe, 2003: 151). Dalam proses penciptaan musik, komponis merangkai bahan-bahan musikal yang dimilikinya, menyusun dan mengembangkannya hingga menjadi sebuah komposisi. Suatu

406 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

penciptaan karya musik diawali dengan sebuah ide tema atau ide dasar musikal, yang kemudian dapat diperluas dan dikembangkan lebih lanjut. Musik hampir selalu digubah berdasarkan satu atau lebih ide musikal yang disebut tema. Ide ini mempersatukan nada-nada musik serta terutama bagian-bagian komposisi yang dibunyikan satu per satu sebagai kerangka. Sebuah tema sendiri terdiri dari elemen-elemen yang mengandung melodi, ritme, dan harmoni yang dipadukan untuk memberikan karakter atau individualitas yang berbeda pada ide musikal (Miller dalam Eka Erlina 2014: 60). Bentuk musik dapat dilihat juga secara praktis sebagai ‘wadah’ yang di isi oleh komponis dan diolah sedemikian rupa hingga menjadi musik yang hidup (Prier, 1996: 2) Grup Nan Tumpah mempunyai satu album musikalisasi puisi yang di liris pada tahun 2015. Karya yang menjadi sample untuk di analisis terdapat dalam album tersebut. Penulis mengambil 3 karya musikalisasi puisi yaitu; “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu” puisi Karta Kusuma, “Malam Warna-warni” puisi Muhammad Ibrahim Ilyas, “Lautan” puisi W.S Rendra. Analisis musik bertujuan untuk mengungkap keselarasan antara teks puisi yang telah diinterpretasikan dengan arransemen musik melalui proses kreatif penciptaan musikalisasi puisi oleh grup Nan Tumpah.

A. Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu

Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu” mempunyai bentuk lagu satu bagian (dalam satu bagian terdapat tiga bagian besar A–B-C) yang terdiri dari; introduksi, interlude, transisi, development, retransisi, rekapitulasi. Bagian (A) terletak pada birama 49 sampai 98, (B) pada birama 102 sampai 122, (C) pada birama 126 sampai 190. 1. Bagian Introduksi Pada awal musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis lagi Puisi Untuk Kamu” di awali dengan introduksi pada birama 1 sampai 48. Muttaqin (2008: 133) mengatakan introduksi adalah suatu seksi instrumental di bagian permulaan suatu lagu yang biasanya diikuti langsung oleh pernyataan tema atau bagian utama. Bagian introduksi, suasana musik yang dibangun menggambarkan kerinduan melalui tangga nada Cm dengan sukat ¾ dengan progres akor Cm – G# - Fm – G. Tjahjono (2011: 174) mengatakan bahwa penggunaan tangga minor dipakai untuk puisi-puisi atau lagu yang berjiwa melankolis, sendu, sedih, duka, pesimistis. Untuk lebih jelasnya lihat notasi introduksi berikut.

407 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 7. Bagian introduksi musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk kamu”

2. Motif Motif merupakan bagian terkecil dari sebuah lagu (Pono Bonoe, 2003: 283). Motif pada musikalsiasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu” terletak pada birama 49. Untuk lebih jelasnya lihat notasi motif berikut.

Notasi 8. Motif Pada Musikalisasi Puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

3. Melodi pokok Melodi utama pada musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu” dimainkan oleh vokal terletak pada birama 49 sampai 56. Pada bait awal puisi “Serasa mampu aku tulis lagi puisi untuk kamu”. Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

408 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 9. Melodi Pokok Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

4. Bagian (A) Struktur frase pada bagian (A) terdiri dari 49 birama dalam 2 periode masing-masing terdiri dari fase anteseden dan konsekuen. Suasana musik yang dibangun menggambarkan suasana. Hal ini tampak pada bait berikut.

Serasa mampu aku tulis lagi puisi untuk kamu tentang jam-jam malam yang tak bisa aku lerai orang-orang yang bergerak menjauhi pantai, juga tembakan lampu-lampu kota menjelang hujan reda

Untuk lebih jelasnya lihat notasi berikut.

Notasi 10. Frase Anteseden Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

Notasi 11. Frase Konsekuen Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

409 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 12. Frase Anteseden Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

Notasi 13. Frase Konsekuen Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

interlude violin pada birama 80 sampai 98 suasana musik menggambarkan suasana kesedihan atau dukacita atas kerinduan kepada sosok yang disayang. Schopenhauer (dalam Waesberghe, 2016: 60) mengatakan, musik bukan menyatakan suatu sukacita atau suatu dukacita tertentu, melainkan sukacita atau dukacita itu sendiri. Jadi secara abstrak esensi perasaan- perasaan seperti sukacita dan dukacita tanpa sesuatu ketentuan aksidental manapun juga. Sekalipun perasaan-perasaan dinyatakan secara abstrak, tetapi esensinya lengkap sekali.

410 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 14. Interlude Violin Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

Notasi 15. Transisi Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

5. Bagian (B) Struktur melodi vokal terdiri dari frase anteseden dan konsekuen. Suasana musik yang dibangun menggambarkan kepiluan pada bait: Tapi, kata-kata lebih buta dari mata di kepalaku, di dadaku, segalanya saling serbu

Notasi 16. Frase Anteseden Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

Notasi 17. Frase Konsekuen Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

411 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 18. Bagian Retransisi Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

6. Bagian (C) Pada bagian (C) terjadi modulasi birama 126 sampai 190, perubahan tonika akor C minor menjadi C mayor. Suasana musik yang dibangun mengambarkan sebuah pengharapan terhadap sosok yang dirindukan, terlihat pada bait “maukah kau jadi penyembuhnya, sekali lagi saja”. akor a minor berubah (overtone) A mayor pada bait “penyembuhnya” menandakan pengharapan. Untuk lebih jelasnya lihat notasi berikut;

Notasi 19. Bagian Modulasi Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

412 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 20. Perubahan Akor Minor ke Mayor Pada Musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

413 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

7. Harmoni Harmonisasi yang terdapat dalam musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu” merupakan unsur kreatif yang mendukung keselarasan nada-nadanya, yaitu progesi akor yang disertakan dalam analisis harmoni sebagai tinjauan musikologis. Pada birama 1 sampai 80 progresi akor Cm – G# - Fm - G. Selanjutnya bagian interlude pada birama 81 sampai 97 progresi akor Bes – G# - Bes – G# - G. Pada bagian (B) dengan progesi akor Es - Fm – Gm – Fm - G. Pada bagian (C) birama 126 modulasi terjadi pada birama 126 sampai 190 dengan pogresi akor C – Dm – F – G – C – Am – Dm – F – G – C. Diakhiri Perfect Autentic Cadens untuk menuju akor tonika pada birama 190. Untuk lebih jelas lihat notasi bagian (C) berikut.

Notasi 21. Perfect Autentic Cadens akor bergerak dari V-I

414 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

B. Malam Warna-Warni Musikalisasi puisi “Malam Warna-warni” memiliki bentuk dan struktur musik satu bagian (A) yang terdiri dari introduksi, bagian A, transisi, interlude, coda. Dimainkan dengan Tangga nada Fis=Do, ditulis dalam sukat ¾. 1. introduksi Pada awal musikalisasi puisi “Malam Warna-warni” terdapat introduksi dimulai pada birama 1 sampai 17 melodi dimainkan oleh instrumen gitar. Bagian ini suasana musik dibangun mengambarkan suasana di kota Jepang. Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

Notasi 22. Bagian Introduksi Pada Musikalisasi puisi “Malam Warna-warni” 2. Motif Motif pada musikalisasi puisi “Malam Warna-warni” terdapat pada birama 18. Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

Notasi 23. Bagian Motif Pada Musikalisasi Puisi “Malam Warna-warni”

415 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

3. Melodi Pokok Melodi pokok pada musikalisasi puisi “Malam Warna-warni” terletak pada birama 18 sampai 25.

Notasi 24. Melodi Pokok Pada Musikalisasi Puisi “Malam Warna-warni” 4. Bagian A Pada lagu bagian A terdiri dari frase anteseden pada birama 18 sampai 25 dan konsekuen pada birama 26 sampai 33. Untuk lebih jelasnya lihat notasi berikut.

Notasi 25. Frase Anteseden Pada Musikalisasi Puisi “Malam Warna-warni”

Notasi 26. Frase Konsekuen Pada Musikalisasi Puisi “Malam Warna-warni” 5. Transisi Pada bagian transisi terdapat perubahan tempo lebih cepat dari sebelumnya. Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

416 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 27. Perubahan Tempo pada bagian Transisi “Malam Warna-warni”

Terlihat pola ritme yang rapat pada birama 68 sampai 91, suasana musik yang dibangun menggambarkan ingin bertemu terlihat pada bait berikut. berdirilah di depan pintu, angin musim dingin yang ku tiupkan dari sinikan menghantarkan kau pada kenangan Betapapun pahitnya, tetaplah berharap

Untuk lebih jelasnya lihat notasi 22 berikut.

Notasi 28. Pola Ritme Pada Musikalisasi Puisi “Malam Warna-warni”

417 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

6. Interlude Pada bagian interlude, melodi dimainkan oleh instrumen gitar pada birama 91 sampai 107. Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

Notasi 29. Bagian Interlude Pada Musikalisasi Puisi “Malam Warna-warni”

7. Bagian coda Musikalisasi “Malam Warna-warni” coda terletak pada birama 107 sampai 232. Pada bagian coda terjadi pengulangan awal birama 1 sampai 32 pada birama 211 sampai 232. Untuk lebih jelasnya lihat notasi 24 pada musikalisasi puisi “Malam Warna-warni”

418 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 30. Bagian Coda Pada Musikalisasi Puisi “Malam Warna-warni”

8. Harmoni Harmoni yang terdapat dalam musikalisasi puisi “Malam Warna-warni merupakan unsur kreatif yang mendukung keselarasan nada-nada yaitu pada progresi akor. Dalam garapan musikalisasi puisi “Malam Warna-warni” menggunakan tanda mula 6# (Fis)=Do dengan sukat ¾ dan diakhiri Perfect Autentic Cadence. Progresi akor pada bagian introduksi dan (A) adalah IV – V – III – VI – II – V – I. Untuk lebih jelasnya lihat notasi berikut;

Notasi 31. Progres Akor Introduksi dan Bagian A Pada Musikalisasi Puisi “Malam Warna-warni”

419 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 32. Perfect Autentic Cadens birama 130 akor Bergerak V-I

C. Lautan

Musikalisasi puisi “Lautan” merupakan bentuk dan stuktur musik dua bagian dengan skema A-B, bagian A terletak pada birama 17 sampai 67, interlude terjadi pada birama 68 sampai 107. Bagian B terdapat pada birama 128 sampai 148. Musikalsiasi puisi ini diarransemen dalam pemakaian saluang dan bansi instrumen tradisi Sumatera Barat. Suasana musik yang dibangun pada karya musikalisasi puisi “Lautan” kepada wilayah interpretasi di pesisir pantai Sumatera Barat.

1. Introduksi Pada awal musikalisasi puisi “Lautan” terdapat introduksi pada birama 33 sampai 67, Suasana musik yang dibangun menggambarkan suasana pantai dengan memberikan bunyi efek suara burung pada track album musikalisasi puisi grup Nan Tumpah. Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

420 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 33. Bagian Introduksi Pada Musikalisasi Puisi “Lautan” 1. Motif Motif merupakan bagian terkecil dari sebuah lagu (Ponoe Bonoe. 2003: 283). Motif pada musikalisasi puisi “Lautan” dapat dilihat pada notasi berikut.

Notasi 34. Motif Pada Terdapat Birama 17-18 Musikalisasi Puisi “Lautan” 2. Melodi Pokok Melodi utama pada musikalisasi puisi “Lautan” ini terletak pada birama 17 sampai 19 dimainkan oleh vokal. Suasana musik dibangun dalam melodi pokok menggambarkan suasana ketika memandang alam, terlihat pada bait “daratan adalah rumah kita, dan lautan adalah kebebasan” Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

Notasi 35. Melodi Pokok Pada Musikalisasi Puisi “Lautan”

421 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

3. Bagian A Bagian A terdiri dari 15 birama, struktur frase terdiri dari anteseden dan konsekuen. Frase yaitu sebuah unit kalimat melodi yang terdiri atas beberapa motif (Leon Stein, 1969: 17). Panjang dari sebuah frase sangat berfariasi, frase bisa jadi berjumlah satu birama atau bisa jadi berjumlah lebih, tergantung kepada meter, ritme, tempo, dan desain dari sebuah lagu. Suasana musik yang dibangun pada musikalisasi puisi “Lautan” menggambarkan suasana alam yang berada di tepi pantai.

Notasi 36. Frase Anteseden Pada Musikalisasi Puisi “Lautan”

Notasi 37. Frase konsekuen Pada Musikalisasi Puisi “Lautan” 4. Interlude

Pada bagian interlude, melodi dimainkan oleh vokal pada birama 68 sampai 91. Dilanjutkan interlude pada instrumen saluang dan bansi pada birama 91 sampai 107. Unsur ketradisian Minangkabau muncul pada bagian ini, dengan improvisasi vokal, saluang, dan bansi. Melodi bansi dan saluang membawa imajinasi ke suasana pantai Sumatera Barat. Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

422 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 38. Improvisasi Vokal Pada Bagian Interlude

Notasi 39. Improvisasi Saluang dan Bansi Bagian Interlude

5. Bagian B Bagian B pada birama 128 sampai 148, terdiri dari frase anteseden pada birama 116 sampai 119 dan frase konsekuen pada birama 120 sampai 123. Untuk lebih jelas lihat notasi berikut.

Notasi 40. Frase Anteseden Pada Musikalisasi Puisi “Lautan”

423 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Notasi 41. Frase Konsekuen Pada Musikalisasi Puisi “Lautan” 6. Harmoni

Harmoni adalah bentuk ilmu yang menyusun nada sehingga berbentuk akor. Dalam garapan musikalisasi puisi “Lautan” menggunakan tanda mula 2# (D)= Do dengan sukat 4/4, namun pada bagian-bagian seperti progesi akor pada birama 18 sampai 33 I – VI – II – V yang di pakai dalam repertoar ini sebagai berikut. Selanjutnya pada birama 34 sampai 51 progres akor yang dimainkan IV – III – II – III – V – V. Untuk lebih jelasnya lihat notasi berikut;

Notasi 42. Progresi akor Pada Musikalisasi Puisi “Lautan”

Notasi 43. Proges Akor Pada Musikalisasi Puisi “Lautan”

424 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

D. Hubungan Teks dan Melodi Musik juga dapat berperan dalam lingustik, sebab fenomena musikal seringkali tersebar dan dipinjam oleh instrumen-instrumen lain yang bersifat non-musik misalnya yaitu puisi dalam ilmu sastra sebagai media (instrumen) agar lebih mudah dapat memahami puisi. Maka studi-studi terhadap fenomena musik khususnya antara teks puisi dan melodi musik terkait transfer linguistik ke dalam musik, penulis analisis guna mengungkap hubungan antara teks dan melodi musik pada karya musikalisasi puisi grup Nan Tumpah. Sebagaiman dikatakan Nettle (2012: 246) mengemukakan konsep wilayah musik memiliki masalah yang sama dengan yang dihadapi oleh para pengguna konsep pada wilayah kebudayaan antara lain ialah kesulitan memformulasikan kriteria untuk mengidentifikasi wilayah (administratif), dan tidak adanya perangkat untuk mengukur kadar kesamaan musik atau kesatuan style atau gaya musik. Identifikasi unsur musik pada karya musikalisasi puisi menunjukan sejumlah perbedaan esensial dalam perubahan, yaitu membangun suasana pada teks puisi dan melodi musik dalam karya “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”, “Malam Warna-warni”, “Lautan”. Secara khusus, menghubungkan puisi yang dituangkan ke dalam garapan musikalisasi puisi pada karya grup Nan Tumpah. Dengan kata lain, perubahan yang dimaksud adalah interpretasi teks dari sebuah kerinduan kepada sosok yang di cintai (Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu), menanti kepulangan (Malam Warna-warni), dan kebebasan laksana lautan luas (Lautan). Musik antara lain merupakan salah satu wahana untuk berkomunikasi, dan musik memiliki keterkaitan erat dengan sistem-sistem lain, terutama bahasa. Lagu dan teks merupakan konsep yang tak dapat dipisahkan. Dalam tulisannya, Nettle (2012: 274) terdapat dua kategori sebagai cara menganalisis untuk membedakan hubungan musik dan bahasa ke dalam dua kategori; (1) Hubungan musik dan bahasa yang bersifat general, dan tidak perlu di cari dalam item-item spesifik dalam musik, (2) Hubungan spesifik antara lirik dan musik dari komposisi- komposisi individu atau suatu wujud musik. Dalam konteks ini, terdapat kategori ke dua yang juga dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yakni: (1) Hubungan antara musik dan makna lirik (2) Hubungan struktural antara musik dan teks. Secara general bahasa dan musik memiliki banyak kesamaan. Unsur-unsur yang sama antara keduanya adalah waktu (ritme) dan tekanan (aksen) dalam melodi. Nettle (2012: 275) menyatakan bahwa, hubungan antara unsur atau ciri-ciri musik dan linguistik seperti baris, sajak, stanza, yang hanya ada dalam puisi. Hubungan antara unsur-unsur dan linguistik yang ditemukan dalam bahasa secara umum, misalnya tekanan, panjang nada, dan intonasi. Dalam melihat hubungan antara teks dan melodi lagu, sejauh mana struktur melodi mengakomodasi teks. Bila dilihat dari musikalisasi puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”, terlihat bahwa tekanan kuat suku kata dari kata-katanya terletak pada awal suku kata. Bila dikaitkan hubungan dengan melodi lagu, maka terlihat setiap suku kata yang bertekanan kuat dalam suku katanya juga terletak pada tekanan kuat pada melodinya. Ini terlihat dari gambaran

425 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

teks dan melodi musik berikut dengan kata-kata yang bertekanan digaris bawahi. Untuk lebih jelasnya lihat notasi berikut.

Notasi 44. Hubungan teks dan melodi pada Musikalisasi Puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

Pada gambar notasi 42 dapat dilihat bahwa terdapat keselarasan antara melodi dan teks yaitu, kalimat teks puisi diawali dengan notasi ½ ketukan, setiap akhir kalimat lagu (puisi) diakhiri dengan menggunakan notasi panjang berdurasi lebih dari 3 ketukan seperti yang dapat dilihat pada notasi berikut;

Notasi 45. Notasi Panjang pada akhir Frase Musikalisasi Puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”

426 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Begitu juga dengan musikalisasi puisi “Malam Warna-warni”, dimana tekanan kuat dari suku kata teksnya terletak pada awal suku katanya. Hubungannya dengan melodi lagu dapat dinyatakan bahwa setiap kata yang tekanan kuat dari suku kata teks lagunya biasanya diletakkan pada nada dengan tekanan kuat pada birama yang berhubungan dengan melodi lagu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambaran melodi dan teks di bawah ini. Setiap suku kata yang bertekanan kuat dalam teks digaris bawahi.

Notasi 46. Keselarasan Penekanan Antara Teks dan Melodi Musikalisasi Puisi“Malam Warna-warni”

Demikian juga halnya dengan musikalisasi puisi “Lautan”, terlihat bahwa tekanan suku kata dari kata-katanya terletak pada suku kata ke dua dan ketiga. Namun demikian hubungannya dengan melodi dapat dilihat bahwa setiap suku kata yang bertekanan kuat terletak pada tekanan kuat pada melodinya. Hal ini dapat dilihat pada teks musikalisasi puisi “Lautan” berikut.

Notasi 47. Keselarasan Penekanan Antara Teks dan Melodi Musikalisasi Puisi“Lautan”

Pada umumnya karya-karya musikalisasi puisi grup Nan Tumpah khususya pada keselarasan terdapat hubungan antara penekanan teks puisi dan melodi pada musik. Dari ketiga larya yang telah dianalisis untuk melihat hubungan teks puisi dengan melodi, terlihat penekanan- penekanan suku kata yang didukung tekanan pada melodi. Guna memberikan suasana musik

427 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

yang dibangun mendukung kepada makna dari puisi “Serasa Mampu Aku Tulis Lagi Puisi Untuk Kamu”, “Malam Warna-warni”, “Lautan” itu sendiri.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis struktur dan tekstur dari bentuk musik pada rumusan masalah kedua, dapat disimpulkan bahwa, grup Nan Tumpah menyikapi hubungan puisi dan musik ini berdasarkan interpretasi dari makna puisi yang kemudian di olah (gubah) menyesuaikan bait syair pada puisi itu sendiri, menjadi sebuah karya komposisi musik dalam wujud musikalisasi puisi. Dengan demikian tekstur musik pada karya-karya musikalisasi puisi grup Nan Tumpah lebih membangun kepada suasana, guna mendukung makna daripada puisi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan terkait melodi dan teks pada makna puisi.

Jika di pandang dari segi penekanan kata dalam bentuk lagu, maka dapat dilihat bahwa hasilnya adalah beberapa karya musikalisasi grup Nan Tumpah mempunyai kesamaan penekanan kata pada lagu dalam pendekatannya terhadap puisi. Penekanan suku kata yang dimaksud terdapat pada frase musik yang juga sama dengan frase pada karya puisinya, dan pemenggalan suku kata sama sekali tidak mengalami perubahan yang dapat merubah makna dari syair puisi dalam konteks karya musikalisasi puisi grup Nan Tumpah.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Al-lail, Rasya. (2007). “Membuka Pintu Kebahagiaan, terj. Ade Hidayat”. Yogyakarta: Kanasius. A. Glover, John, Ronning, Royce R. and Reynolds, Cecil R. ed (2013). “Perspectives on Individual Differences; Handbook of Creativity”, New York: Business Media. Campbell, David. (2012). “Mengembangkan Kreativitas, terj. Ade Hidayat”. Jakarta: Qultum Media. Constantine Andriopoulus, Patrick Dawson. (2009). “Managing Change, Creativity and Innovation”. London: Sage Publication Deb, Tapomoy, (2006). “Strategic Approach to Human Resource Management; Concept, Tools and Aplication”. New Delhi: Atlantic Publishing, Eka Erlina Austianti, (2014), Tesis, “Kajian Tekstual Musikalisasi Puisi Karya Untung Basuki” Tesis, Program Pascasarjana, Universitas gadjah Mada Yogyakarta. Murray R. Spiegel, dkk. (2009). “Teori dan Soal-soal Probalitas dan Statistik, Edisi ke dua, terj. Refina Indriasari”. Jakarta: Penerbit Erlangga Munandar, Utami. (1998). “Kreativitas Sepanjang Masa”. Jakarta: Pusat Sinar Harapan Royke B, dkk, (2009) “Musikalisasi Puisi : hatiku selembar daun” Vol. 10 No. 1, Desember, hal. 81-93.

428 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

Salad, Hamdi. (2015). “Panduan Wacana dan Apresiasi Musikalisasi Puisi”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soeharto. (1986). “Belajar Membuat Lagu”. Jakarta: PT Gramedia. Suyanto, M. (2005). “Strategi Perencangan Iklan”. Yogyakarta: Offset. Semiawan, Conny. (1997). “Perspektif Pendidikan Anak Berbaka”t. Jakarta: PT Grasindo. Sukarti. (2016). “Pembelajaran Musikalisasi Puisi Melalui Model Pengajaran Langsung. Jurnal Bastra, Vol 3, No. 1, Juni, hal. 53-64. Toha Sarumpet, Riris K. (2002). “Sastra Masuk Sekolah”. Manggelang: Indonesia Tera Tjahjono, Tengsoe. (2011). “Mendaki Gunung Puisi Ke Arah Kegiatan Apresiasi”.Malang: Bayumedia Publishing Anggota IKAPI. Wallas, Graham. (1970). “The Art Of Thougth”. England: Penguin Books

429 Jurnal Seni Budaya Vol. V No.2. Agustus 2019 Program Studi Pendidikan Seni FKIP Unsyiah ISSN NO 2355-4002

430