View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by KUKILA Kukila 20, 2017 Social media and illegal trade in Indonesian raptors 1 The illegal trade of Indonesian raptors through social media GUNAWAN1, AHMAD PARIDI1 AND RICHARD A. NOSKE2 1Perkumpulan Suaka Elang, Perum. Indraprasta, Jl. Samiaji 3, no.10, Bantarjati, Bogor, Indonesia. Email:
[email protected]; 2Centre for Biodiversity and Conservation Science, University of Queensland, St Lucia, Queensland, 4072, Australia. Summary. The use of social media in Ringkasan. Penggunaan media sosial telah Indonesia is changing traditional trading merubah metode perdagangan di methods in the country, and this extends to Indonesia, dan hal ini juga memperluas the sale of protected wildlife such as jangkauan penjualan satwaliar dilindungi raptors. Between January and December seperti raptor. Antara bulan Januari dan 2015 the authors monitored 38 Facebook Desember 2015 penulis melakukan groups and recorded 2,471 individuals monitoring terhadap 38 grup Facebook dan from 21 diurnal raptor species being mencatat 2471 ekor dari 21 jenis raptor offered for sale. Most were juveniles, and yang ditawarkan, yang sebagian besar the Black-winged Kite Elanus caeruleus pada usia remaja, di mana Elang Tikus was the most frequently offered species. Elanus caeruleus adalah jenis yang paling The peak of raptor trading was in July and sering ditawarkan. Perdagangan raptor August, coincident with the breeding paling banyak terjadi pada bulan Juli dan season of most raptors as many birds are Agustus di mana hal ini berkaitan dengan taken as nestlings. Regular scrutiny of musim berbiak, karena sebagian besar social media sites and increased punitive raptor diambil pada saat masih di sarang.