{PDF EPUB} Cermin Merah by Nano Riantiarno Bank Naskah Teater & Naskah Drama
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Read Ebook {PDF EPUB} Cermin Merah by Nano Riantiarno Bank Naskah Teater & Naskah Drama. PANGGUNG MULA-MULA GELAP. GELAP SEKALI. TIBA-TIBA TERDENGAR TERIAKAN KETAKUTAN SEORANG LAKI- LAKI. PANGGUNG MASIH TETAP GELAP. Download naskah di bandarnaskah.blogspot.com Sampai mati……. Su! Su! Sunni! Kenapa jadi begini? Kenapa kau pergi? Kenapa aku ada di sini? Kenapa mesti ada hal-hal yang mendorong kita melakukan hal-hal? Kenapa kamu tidak mau menurut? Kenapa waktu kamu masih ada, rasanya semua terang dan jelas. Tanpa kabut. Tiap kupandangi diriku di kaca, maka kulihat ujud seorang laki-laki yang utuh. Lalu sekarang, kau entah ada di mana? Jarak dan tembok memisahkan kita. Semua yang terlihat jadi samara-samar. Bukan maksudku melakukan itu. Terjadi begitu saja, didorong oleh kekuatan yang ajaib! Seperti alir sungai yang dibendung, makin tinggi bendungannya makin banyak air yang tertampung dan tekanan untuk molos mencari aliran lain makin besar. Lalu suatu saat air tak terbendung lagi sedang tekanan makin besar, makin besar. Dan tiba- tiba bendungan jebol! Kau tanamkan bibit di sini. Tumbuh sedikit demi sedikit hingga berbunga, waktu kelopak bunga itu merekah, dia bersuara seperti terompet. Suaranya memekakkan telinga. Dan Sunniii…gemanya! Gemanya melengking! Tak tahan aku untuk tidak berbuat apa-apa. Dan bisik-bisik itu. Bisik-bisik yang memerintahkan aku supaya melakukan niatku, musnahkan! Musnahkan Hancurkan! Hancurkan biar jadi abu sekalian. Dari abu kembali jadi abu, kata bisik-bisik itu dalam telinga. Su, perempuan biasa. Tidak cantik tetapi punya daya tarik yang luar biasa, kegairahan hidupnya seperti kuda tak terkendali! Salahku memang, mengawini perempuan bekas pelacur. Padahal tadinya sudah kurelakan, dia bekerja, aku juga bekerja. Tapi Su selalu bilang padaku : ah, kamu tidak pernah bisa memberiku apa-apa selain anak. Ya, itu kenyataan. Dan karena itu pula dia berhak menutup mataku, mulutku dan menahan gerak semua anggota tubuhku. Tapi memang semua itu termasuk dalam perjanjian. Dan kami sudah saling menjanjikannya, dulu waktu dia kukawini. Kenyataan ini mampu kutahan sampai beberapa lamanya, 3 anak. Cuma itu katanya yang bisa kuberikan padanya, ya! Tapi lihat muka anak-anak itu satu persatu kalau mereka masih hidup. Lihat dengan teliti. Seperti siapa mereka? Adakah persamaannya denganku? Sama sekali tidak. Yang sulung entah seperti siapa? Yang kedua entah seperti siapa dan yang ketiga kulitnya hitam pekat dengan mata yang bulat dan rambut keriting kecil-kecil. Anakkukah itu? Anak Su! Aku pernah punya pikiran mungkinkah ada dokter-dokter jahil yang senang menukar-nukar bayi di RS bersalin, atau perawat-perawatnya. Tapi hal itu tidak mungkinkan? Mereka pasti menghormati sekali sumpah jabatan. Tapi aku bisa memastikan anak yang ketiga bukan anakku! klik di sini untuk download naskah teater selengkapnya. Naskah Drama Cermin Karya Nano Riantiarno. Tahukah kamu mengapa aku masih tetap bisa menahan diri selama ini? Masih tetap mendampinginya meski jantung perih bukan main? Karena aku mencintai Su! Karena aku sudah bersumpah untuk tetap setia apapun yang sudah dia lakukan. (BERTERIAK) banci! Laki-laki lemah! Tidak punya tangan besi! Pendirian yang rapuh! Ya aku tahu matamu menuduhku begitu. Tidak apa-apa. Aku sama sekali tidak marah. Ini memang termasuk dalam perjanjian. Kataku selalu pada Su : lakukan tapi tanpa perasaan cinta. O, kelemahan. Apa yang kau ciptakan selama ini sebagai akibat? Mesiu apa yang kau padatkan dalam tabung bersumbu?ketidaktentraman? kekacau-balauan pikiran? Kecurigaan? Keganasan? Kegilaan? Pembalasan dendam tanpa ampun? Semua sudah kulakukan. Jadilah laki-laki maka kau harus membunuh. Jadilah laki-laki maka kau berhak merusak apa saja. Jadilah laki-laki maka dirimu akan kau rubah menjadi empat dinding penjara setebal satu kaki tanpa jendela. Jadilah laki-laki maka sebetulnya kau meriam siap ditembakkan! Dan malam itu sudah kunobatkan diriku sendiri jadi laki-laki. Laki-laki dengan naluri hewani yang dibiarkan lepas ikatannya. Dan kesetiaan, di mana dia harus ditempatkan? Adakah perkataan itu masih punya arti untuk semua orang? Su pernah menjanjikan padaku. Aku juga pernah sampai anakku yang ketiga dilahirkan. Anakku? Anak Su! Sekarang apa yang terjadi? Apa yang sudah dilakukan Su? Apa yang sudah dilakukan? Mana tuah dari keselarasan seperti yang selama ini selalu kau bicarakan? Miliki kesetiaan, lalu orang akan jadi seperti dikebiri, Cuma sanggup melihat hal-hal yang baik saja. Satu saat jika kebetulan terlihat keburukan-keburukan yang sebetulnya sudah menjadi mimpi buruknya selama berjam-jam dia tidur, maka dia akan bilang dengan mata merah : ah, itu Cuma baying-bayang bukan kekuatan, padahal terbalik! Waktu kesabaranku habis, aku menyatakan pada Su supaya menghentikan segala kegiatannya. Maksudku baik, demi anak-anak dan masa depan keluarga. Nama baik, kataku padanya. Asuhlah anak-anakmu di rumah, kalau bosan sulamkan baju-baju hangat. Atau kalau mau bekerja juga. Bekerjalah, tapi yang pantas! Tapi kau tahu yang terjadi kemudian. Su lebih gila lagi, dia seperti kuda lepas kendali. Apa yang terjadi, kataku dalam hati. Kalau dulu aku masih tidak peduli, sekarang keadaannya berbeda. Umurku mulai menginjak masa tua. Aku butuh ketenangan. Aku butuh perempuan yang kucintai dan mencintaiku. Aku butuh perhatian dan diperhatikan. Dan semuanya sudah terjadi akibat dari kau, O, kelemahan, Besok aku akan dihukum mati. Pertama kali dalam penjara. Sudah kubunuh 6 orang dan melukai 3 orang. Betulkah itu? Sebegitu besarkah tenagaku waktu itu? O , aku tidak tahu. Nano Riantiarno. Lelaki semampai ini biasa di panggil Nano, mulai berkesenian sejak tahun 1965 di Cirebon, Jawa Barat, ketika ia menjadi anggota TTA (Tunas Tanah Air). Sejak 1 Maret 1977 ia memimpin Teater Koma, grup teater yang telah mementaskan ratusan lakon baik di televisi, Panggung TIM maupun Gedung Kesenian Jakarta. “Drama saya merupakan hiburan”, katanya. Dengan suasana penuh musik dan nyanyi, dramanya yang telah berhasil menyedot banyak penonton antara lain ‘Opera Ikan Asin’ saduran karya Bertolt Brecht, ‘Opera Salah Kaprah’ olahan dari The Comedy of Errors karya Shakespeare, ‘Kenapa Leonardo’ karya Evald Flisar. Kecuali naskah olahan karya asing, ia juga mementaskan cerita buatannya sendiri, misalnya ‘Rumah Kertas’ , ‘Maaf-Maaf-Maaf’ dan ‘Opera Kecoa’ . Di luar panggung, ia menulis skenario film, paling tidak sudah ada 17 judul yang ia buat, misalnya, ‘Dr. Siti Pertiwi’ , ‘Sang Juara’ , ‘Gaun Pengantin’ dan ‘Jakarta-Jakarta’ . Untuk yang disebut terakhir, pada Festival Film Indonesia Ujung Pandang (1978), ia berhasil mendapatkan Piala Citra. Dramawan yang juga pernah menjabat redaktur majalah Zaman ini mulai main drama di sekolah menengah, di Cirebon, kota kelahirannya, 1964. Suatu Kali, untuk pementasan Caligula pemeran utamanya sakit. “Saya disuruh menggantikannya. Selama 10 hari saya dilatih keras. Akhirnya saya berhasil,” katanya. Sejak itu ia terus menekuni dunia panggung dan lupa pada cita-citanya menjadi professor. Lepas SMA, ia masuk Akademi Teater Nasional (ATNI) Jakarta. Kemudian ia bergabung ke dalam grup Teater Populer, pimpinan Teguh Karya. Tahun 1975, untuk mengenal kehidupan teater rakyat dan kesenian tradisi di pelbagai tempat, anak kelima (dari tujuh bersaudara) M. Soemardi ini melakukan perjalanan keliling Indonesia. Juga berkeliling Jepang atas undangan Japan Foundation (1987 & 1997). Mendapat undangan dari Goethe Institut untuk mengikuti Berliner Fetspiele, dan Theatre Treffen Funfzig di Berlin. Mengunjungi negara-negara Skandinavia, Inggris, Perancis, Belanda, Italia, Afrika Utara, Turki, Yunani, Jerman, Kamboja, Thailand, Tiongkok, Cekoslowakia dan Slovemia dalam kurun waktu 1986-2013. Partisipan pada International World Festival 1987 dan New Order Seminar 1988, yang keduanya di gelar Australia National University, Canberra, Australia ini, pernah memperbincangkan teater Indonesia di Cornell University, Ithaca, Amerika Serikat (1990), berbicara mengenai teater Indonesia di kampus-kampus universitas di Sydney, Monash-Melbourne, Adelaide dan Perth (1992). Pada 1996, ia menjadi partisipan aktif pada Session 340, Salzburg Seminar di Austria dan beberapa kali menjadi juri Festival Film Indonesia, Festival Sinetron Indonesia dan Festival Teater Jakarta. Kenapa Leonardo (2008) Pernah menjadi anggota Komite Artistik Seni Pentas untuk KIAS (Kesenian Indonesia di Amerika Serikat, 1991-1992), anggota Board of Artistic Art Summit Indonesia (2004 & 2007) dan ketua kelompok kerja film indonesia, Direktorat Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Konseptor dari Jakarta Performing Art Market/PASTOJAK (Pasar Tontonan Jakarta I – 1997), yang diselenggarakan selama sebulan penuh di TIM ini, juga pernah menyutradari Sampek Engtay di Singapura (2001), dengan pekerja dan para pemain dari Singapura. Salah satu pendiri Asia Art Net/AAN (1998), sebuah organisasi seni pertunjukan yang beranggotakan sutradara-sutradara Asia ini, pernah menjabat sebagai artistic founder dan evaluator dari PPAS/Practise Performing Arts School di singapura. Evaluator di akademi Seni Kebangsaan Kuala Lumpur, Malaysia dann pengajar di Akademi Kesenian Melayu Riau. Menikah dengan Ratna Madjid, yang juga seorang aktor teater dan penggiat seni. Dikaruniai tiga orang putra orang putra, Satria Rangga Buana, yang kini menjadi aktor Teater Koma, dan Rasapta Candrika, yang juga ikut membantu dalam setiap pementasan Teater Koma dan Gagah Tridarma Prastya. Bersama Teater Koma, seniman teater yang berdomisili di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan ini, yakin teater bisa menjadi salah