View metadata, citation and similar papers at core.ac.ukDOI: https://doi.org/10.15548/tabuah.v21i2.64 brought to you by CORE provided by Rumah jurnal Fakultas Adab dan Humaniora UIN IB

AZYUMARDI AZRA SEBAGAI SEJARAWAN ISLAM Lukmanul Hakim Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang e-mail: [email protected]

Abstrak Historiografi Islam di Melayu Nusantara selama ini banyak ditulis oleh penulis sejarah yang bukan berlatar belakang sejarah, mereka menulis sejarah sebatas minat kebetulan yang tidak terarah dengan baik, sehingga sulit menghasilkan karya sejarah yang benar-benar ilmiah. Di tengah kondisi ini muncullah Azyumardi Azra sebagai salah seorang penulis sejarah yang berlatar belakang sejarah. Pentingnya studi sejarah akademis untuk melahirkan sejarawan professional, tidak lagi amatir. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis posisi Azyumardi Azra sebagai sejarawan Islam. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sejarah. Latar belakang pendidikan Azra dari Departemen Sejarah Columbia University Amerika Serikat dan telah melahirkan beberapa tulisan yang membicarakan sejarah Islam pada umumnya, khususnya Islam di dunia Melayu Nusantara sehingga Azra dikelompokkan kepada sejarawan professional. Azra telah memberi warna Islam dan kesadaran sejarah umat Islam bagi pertumbuhan dan pengembangan historiografi Islam yang lebih komprehensif dengan menggunakan berbagai pendekatan di wilayah dunia Islam Melayu-Nusantara khususnya dan dunia Islam secara keseluruhan. Kata Kunci: Azyumardi Azra, pendekatan sejarah, sejarawan professional, Islam.

Abstract Islamic historiography in Malay Archipelago has been written by many historical writers who are not historical background, they write a history of limited interest that is not well-directed coincidence, making it difficult to produce a truly scientific work of history. In the middle of this condition Azyumardi Azra emerged as one of the historical writers with historical background. The importance of the study of academic history to the birth of professional historians, no longer amateurs. This paper aims to analyze Azyumardi Azra's position as an Islamic historian. The approach used is historical approach. Azra's educational background from the Department of History of Columbia University of the United States and has spawned several writings that discuss the history of Islam in general, especially Islam in the Malay Archipelago world so that Azra grouped to professional historians. Azra has given the color of Islam and Muslim historical awareness to the growth and development of more comprehensive historiography of Islam by using various approaches in the Malay-Islamic Nusantara world in particular and the Islamic world as a whole.

Keywords: Azyumardi Azra, historical approach, professional historian, Islam.

11 12 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

A. Pendahuluan dilakukan oleh mereka yang Kuntowijoyo mengklasifikasi berkecimpung di berbagai disiplin sejarawan dari latar belakang pendidikan keilmuan, studi sejarah bangsa ke dalam tiga kelompok, yaitu: Pertama, pada umumnya memang masih sejarawan profesional. Kedua, sejarawan didominasi oleh mereka yang tidak dari disiplin lain. Ketiga, sejarawan dari memiliki disiplin ilmu sejarah. masyarakat.1 Sejarawan profesional Mestika Zed mengemukakan merupakan ujung tombak bagi penulisan bahwa studi sejarah kritis ilmiah sejarah, karena mereka yang memiliki menemukan momentumnya tatkala tanggungjawab terbesar dalam perkem- Leopold Von Ranke (1795-1886) bangan historiografi.2 Sejarawan menguraikan perlunya studi penulisan akademis merupakan kelompok yang sejarah secara profesional dengan secara sadar mengklaim diri sebagai pengaturan-pengaturan disiplin yang sejarawan dan mendapat pengakuan ketat dan mandiri.6 Dalam konteks demikian. Mereka adalah sejarawan yang profesionalitas itu, Mestika Zed paling sadar tentang apa yang dikerjakan mengatakan bahwa tanpa keahlian dan mempunyai pendapat yang penuh akademis, sulit menghasilkan karya pertimbangan tentang apa yang sejarah yang benar-benar ilmiah.7 ditulisnya. Namun Kuntowijoyo Pentingnya studi sejarah akademis untuk menyayangkan hanya sedikit dari mereka melahirkan sejarawan profesional, tidak yang produktif.3 Bahkan Mestika Zed lagi amatir atau menulis sejarah sebatas sekalipun menyetujui adanya tuntutan minat kebetulan yang tidak terarah dan pengakuan profesionalitas dalam dengan baik. penulisan sejarah di kalangan mereka, B. Pembahasan tetapi ia cenderung meragukan kemampuan jaminan kesarjanaan untuk 1. Lingkungan Keluarga dan Sistem melahirkan profesionalitas yang tinggi.4 Sosial Minangkabau Kurangnya sejarawan profesional Azyumardi Azra (selanjutnya di Indonesia menurut Mohammad Ali disebut Azra), lahir di Lubuk Alung, telah mengakibatkan minimnya sebuah daerah kecil di Sumatera sejarawan yang mengabdikan diri pada Barat, pada tanggal 4 Maret 1955.8 penyelidikan ilmiah dan kecilnya Arti nama Azra cukup puitis: perhatian terhadap pentingnya fakta ‘permata hijau’, meski ia baru sebagai dasar penafsiran sejarah serta mengetahui hal ini bertahun-tahun penyusunannya ke dalam narasi sejarah.5 kemudian, dari seorang Profesor asal Tanpa bermaksud mengecilkan arti penting karya penulisan sejarah yang

1Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, 6Mestika Zed, Pengantar Studi, h. 104 (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), h. 66-88. 7Ibid., h. 105 2Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, 8Oman Fathurrahman, “Prof. Dr. Azyumardi (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994), h. 2. Azra, MA: Mewujudkan “Mimpi” IAIN Menjadi 3 Ibid. UIN”, dalam Badri Yatim dan Hamid Nasuhi, (Ed)., 4Mestika Zed, Pengantar Studi Historiografi, Membangun Pusat Keunggulan Studi Islam: Sejarah (Padang: Proyek Peningkatan Pengembangan PT. dan Profil Pimpinan IAIN Jakarta 1957-2002, Universitas Andalas, 1984), h. 105 (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2002), h. 222. Lihat juga 5Mohammad Ali, Beberapa Masalah tentang Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Historiografi Indonesia. dalam Soedjatmoko, dkk Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, (eds), Historiografi Indonesia Sebuah Pengantar, 2005), h. 392 (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), h. 4

Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora Lukmanul Hakim 13

Iran yang dijumpainya dalam sebuah dilahirkan tahun 1955. Sesudah Azra konferensi di Luar Negeri.9 masih ada lagi tiga orang adik: Ayahnya bernama Bagindo pertama, Azwirman, yang meninggal Azikar, secara akademik tidak pada usia sekitar 20 tahun karena berkaitan langsung dengan dunia penyakit jantung bawaan, lalu adik pendidikan. Ia sebagai tukang kayu, perempuan, Azmailis, yang kini pedagang kopra dan cengkeh, tetapi menetap di Parung, Kabupaten Bogor; memiliki kemauan yang kuat untuk dan terakhir Buyung Azril, yang 10 menetap di Lubuk Alung. Jadi, Azra menyekolahkan anak-anaknya. 12 Ayah Azra berasal dari Dusun Duku memiliki 8 orang saudara. Sungai Limau, tidak jauh dari Berbeda dengan tradisi para Pariaman. Sementara ibunya berasal pemuda Minang pada umumnya, Azra dari Dusun Cimpago Kampuang tidak mendapatkan pendidikan Dalam.11 Pada akhir 1940-an orang tradisional keagamaan di atau tua Azra pindah ke Lubuk Alung, langgar. Umumnya, pemuda Minang yang belakangan sering disingkat menjelang usia remaja, setiap sore dan ‘LA’, yang terletak sekitar 25 km di malam hari pergi ke surau, menginap Selatan Kota Pariaman, dan sekitar 30 di sana untuk belajar mengaji, shalat, km di sebelah Utara Kota Padang. dan ibadah-ibadah lainnya. Tetapi, Awal tahun 1950-an orang tua Azra Azra tidak pernah merasakan itu. Ia dikarunai dua orang anak laki-laki. menerima pendidikan agama langsung Namun sayang, kedua kakak laki-laki dari ibunya sendiri, Ramlah, guru Azra tidak berumur panjang. Setelah agama yang lulusan Madrasah al- itu, sekitar tahun 1951, orangtua Azra Manar. Madrasah ini merupakan dikaruniai seorang anak perempuan warisan dari para tokoh pembaharuan yang diberi nama Ra’azni, yang di Sumatera Barat,13 yang pemikiran- setelah menikah sampai kini menetap pemikirannya banyak dipengaruhi di Jambi. Lalu, pada tahun 1953 oleh gerakan pembaharuan Rasyid kembali dikaruniai anak perempuan Ridha14 di Mesir. yang diberi nama Azriati, yang Harus diakui, bahwa daerah sekarang menetap di Lubuk Alung. Sumatera Barat merupakan tempat Setelah Azriati inilah Azra baru lahirnya tokoh-tokoh Islam ternama.

9Andina Dwifatma, Cerita Azra: Biografi pada tahun 1279 H di al-Qalamun, suatu desa di Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, (Jakarta: Libanon yang letaknya tidak jauh dari kota Tarabuls Erlangga, 2011), h. 1 Syam. Menurut keterangan, ia berasal dari keturunan 10Oman Fathurrahman, “Prof. Dr. Azyumardi Husain, cucu Nabi Muhammad Saw. Oleh karenanya, Azra, MA: Mewujudkan “Mimpi” IAIN Menjadi ia memakai gelar Sayyid di depan namanya. Pada hari UIN”, dalam Badri Yatim dan Hamid Nasuhi, (Ed)., kamis 22 Agustus 1935 Rasyid Rida mengantar Amir Membangun Pusat …, h. 300-301. Saudi, Abdul Azis, ke Suez dengan mengendarai 11Azyumardi Azra, “Semarak Ramadhan, mobil, ia pulang pada hari itu juga dan langsung jatuh Bukan Konsumerisme”, dalam Lies Marcoes, dkk., sakit, kemudian wafat. Sebelumnya dia telah menderita Kembali ke Jati Diri: Ramadhan dan Tradisi Pulang penyakit tekanan darah tinggi. Walaupun Rasyid Rida Kampung dalam Masyarakat Muslim Urban, memiliki pemikiran bebas, pembaharuan Rasyid Rida (Bandung: Mizan, 2013), h. 24 sedikit banyaknya dipengaruhi oleh Jamaluddin al- 12Ibid., h. 26 Afghani dan Muhammad Abduh lewat majalah al- 13Oman Fathurrahman, “Prof. Dr. Azyumardi Urwat al-Wutsqa. Pembaharuan yang dilontarkan Azra, MA: Mewujudkan “Mimpi” IAIN Menjadi Rasyid Rida setidaknya mencakup masalah pemikiran UIN”, dalam Badri Yatim dan Hamid Nasuhi, (Ed)., agama, pendidikan dan sistem pemerintahan. Lebih Membangun Pusat…, h. 300 lanjut lihat Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran 14Rasyid Rida lahir pada tanggal 27 Jumada al- Modern dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Ula 1282 H/23 September 1865 M, tapi dalam arsip Persada, 2013), h. 113-130 Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Usmani, ia lahir Volume 21 No. 2, Edisi Juli-Desember 2017 14 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

Di tempat ini, muncul tokoh-tokoh belum menikah, ke luar wilayah pembaharuan nasional dalam bidang Minangkabau.20 politik, intelektual, pendidikan, Sistem sosio-ekonomi maupun keagamaan. Untuk sekedar Minangkabau dengan tradisi menyebut nama, Imam Bonjol, Merantaunya, yaitu anak muda , , Mohammad meninggalkan kampung halaman Hatta, Sultan Syahril, Mohammad untuk mengadu untung, secara khas Natsir dan lain-lainnya, berasal dari 15 bertujuan mengambil manfaat dari Minangkabau. Menurut Deliar Noer, kesempatan-kesempatan baru yang bahwa di daerah inilah tanda-tanda ditawarkan perkembangan baru di pertama pembaharuan itu dapat dalam dan di luar Alam Minangkabau diamati pada waktu daerah-daerah lain itu sendiri. Merantau merupakan seakan-akan masih merasa puas suatu tradisi yang dipandang mulia di dengan praktek-praktek tradisional 16 kalangan masyarakat Minangkabau mereka. dan sering diidealisasikan sebagai Jadi, dapat dipahami jika jalan yang tepat menuju kedewasaan kemudian Azra juga punya dan keberhasilan, ini mengambil-alih kecenderungan untuk meneruskan ritus inisiasi menuju kehidupan tradisi para pendahulunya di Padang.17 dewasa. Sistem sosial Minangkabau Karena itu, sejak kecil, kendati memfasilitasi dan mendorong dibesarkan di lingkungan Islam terjadinya eksodus kaum laki-laki, modernis, Azra justeru merasa asyik terutama anak muda yang belum dalam tradisi Islam tradisional. menikah, ke luar wilayah Menurut Azra, pengalaman ke- Minangkabau. Islaman yang lebih intens justeru 2. Latar Belakang Pendidikan dan didapatkan setelah mempelajari tradisi Intelektual yang Membentuk ulama dan kecenderungan intelektual Pemikiran Azyumardi Azra mereka.18 Merantau adalah salah satu dari tiga karakteristik19 yang paling Pendidikan awal Azra dimulai sering dihubungkan dengan orang dari sekolah Dasar (sekarang namanya Minang. Praktek Merantau orang SD Negeri 01 Lubuk Alung) tahun Minang tidak hanya sekadar sebuah 1963 yang terdapat di dekat produk dari urbanisasi, tetapi telah rumahnya, jaraknya 10 menit jalan berakar secara mendalam dalam kaki dari rumahnya.21 Setelah itu sejarah dan sistem sosial dilanjutkan ke sekolah Pendidikan Minangkabau. Sistem sosial Guru Agama Negeri (PGAN) Padang. Minangkabau memfasilitasi dan Di sekolah menengah ini, bakat Azra mendorong terjadinya eksodus kaum sebagai seorang yang cerdas sudah laki-laki, terutama anak muda yang kelihatan, yakni di bidang ilmu hitung

15Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Relasi 18Idris Thaha, “Memahami Azyumardi Azra”, Islam dan Negara dalam Perspektif Modernis dan dalam Azyumardi Azra, Islam Substantif: Agar Umat Fundamentalis, (Magelang: Indonesia Tera, 2001), h. Tidak Jadi Buih, (Bandung: Mizan, 2000), h. 19 54 19Tiga karakteristik yang paling sering 16Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di dihubungkan dengan orang Minangkabau. Pertama, Indonesia 1900-1942, (Jakarta: LP3ES, 1996), Cet. ke- tradisi Merantau. Kedua, Keimanan dan praktik Islam VIII, h. 38-65 yang kuat. Ketiga, matrilineal. 17Kamaruzzaman Bustaman Ahmad, Wajah 20Azyumardi Azra, Surau: Pendidikan Islam Baru Islam di Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi, (Jakarta: 2004), h. 294 Logos Wacana Ilmu, 2003), h. 37 21Andina Dwifatma, Cerita Azra…, h. 6 Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora Lukmanul Hakim 15

atau matematika.22 Ketika berada di lewat di depan rumahnya. Dari sinilah Padang, Azra lebih sering minat Azra membaca buku mulai menyibukkan diri dengan membaca tumbuh. Sebelum melanjutkan buku-buku cerita dan komik yang ia sekolah di PGAN Gunung Pangilun sewa di kios penyewa di samping Padang, ia sudah pernah membaca Bioskop Raya, Pasar Raya Kota banyak novel dan cerita para pujangga Padang. Azra menyewa buku, baru.24 khususnya buku-buku cerita dan 23 Setelah menyelesaikan sekolah komik. di PGAN tahun 1975, ayahnya Membaca bukanlah hal yang menghendaki Azra agar kuliah di baru bagi Azra, sejak masih di Lubuk Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alung, Azra sudah terbiasa membaca Padang. Namun, Azra tidak berminat, potongan-potongan Koran. Di Pasar ia menginginkan kuliah di Institut Lubuk Alung Azra sering menemukan Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Koran-koran bekas yang terbuang (IKIP) atau belajar sejarah di karena tidak terpakai lagi, ia Universitas Andalas (UNAND). memungut dan membacanya. Bahkan, Namun orang tuanya tetap jauh sebelum masuk Sekolah Dasar, menginginkan Azra agar kuliah di Azra sudah diajari membaca oleh Perguruan Tinggi Agama Islam itu. orang tuanya. Mula-mula ia diajari Akhirnya, Azra menentukan sikapnya mengeja huruf nama-nama bus antar yaitu kuliah di IAIN yang ada di kota (ANS dan NPM) yang sering Jakarta.25 Orang tua Azra

22Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan…, Merantau adalah istilah Melayu, Indonesia, h. 393 dan Minangkabau yang sama arti dan pemakaiannya 23Azyumardi Azra, “Semarak Ramadhan, dengan akar kata “rantau”. Rantau menurut Winstedt, Bukan Konsumerisme”, dalam Lies Marcoes, dkk., Iskandar dan Purwadaminta ialah kata benda yang Kembali ke Jati Diri…, h. 32 berarti dataran rendah atau daerah aliran sungai, jadi 24Ibid., h. 33 biasanya terletak dekat ke atau bagian dari daerah 25Hal ini didasarkan pada pertimbangan, bahwa pesisir. “Merantau” ialah kata kerja yang berawalan di Kota Metropolitan ini adalah tempat yang sangat “me” yang berarti “pergi ke rantau”. Tetapi dari sudut kosmopolit dan sangat kondusif untuk menghirup sosiologi, istilah ini sedikitnya mengandung enam tradisi intelektual. Setidaknya banyak putra Minang unsur pokok berikut: Pertama, meninggalkan yang punya nama besar dan pernah Merantau di kampung halaman. Kedua, dengan kemauan sendiri. Jakarta, seperti Muhammad Natsir, Buya Hamka, dan Ketiga, untuk jangka waktu lama atau tidak. Keempat, sejumlah nama lainnya. Lebih lanjut lihat Abuddin dengan tujuan mencari penghidupan, menuntut ilmu Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan…, h. 393. atau mencari pengalaman. Kelima, biasanya dengan Menurut Mochtar Naim, salah satu penyebab maksud kembali pulang. Keenam, merantau ialah orang Merantau adalah faktor pendidikan. Faktor lembaga sosial yang membudaya. pendidikan terbukti telah menjadi faktor pendorong Kriteria pertama yakni meninggalkan kampung yang mampu merangsang yang lainnya, karena setiap halaman pergi merantau memberi ruang bergerak pelajar yang pergi ke rantau membukakan jalan untuk untuk menafsirkan pengertian “jarak” menurut pelajar yang berikutnya. Cerita-cerita tentang perkembangan waktu, kendatipun konotasi pergi ke kemajuan dan keberhasilan yang terdengar dalam rantau pabila saja tetap ada. Oleh sebab itu, di masa pencapaian pendidikan oleh para pelajar ini di rantau dahulu ketika tanah air orang Minangkabau masih mendorong yang muda-muda untuk mengikuti jejak terbatas pada luhak yang tiga, pergi ke pantai timur langkahnya. Para lulusan yang masih muda-muda ini atau ke pantai barat sudah dipandang “merantau”. biasanya tidak kembali pulang, tetapi sebaliknya Namun, sekalipun wilayah Minangkabau kemudian menetap di rantau. Banyak di antaranya yang bertambah luas dan mencakup seluruh pantai barat dan kemudian menjadi orang-orang penting. Dengan bagian timur Sumatera bagian tengah, istilah menyebut nama dari beberapa tokoh Minangkabau “merantau” tetap dapat dipakai bila orang pergi ke yang terkenal di rantau saja kadangkala sudah cukup tempat yang disebutkan tadi. Jadi seseorang dari untuk membangkitkan keinginan anak-anak muda Bukittinggi atau tempat lain di pedalaman sudah Minangkabau yang masih di kampung untuk mengikuti menganggap dirinya merantau, sekalipun dia hanya jejak langkah mereka. pergi ke Padang. Malah dalam percakapan sehari-hari Volume 21 No. 2, Edisi Juli-Desember 2017 16 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

mengizinkan, ia bisa masuk tanpa tes Training’, tidak diikutinya karena di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta terlanjur menjadi salah satu trainer.28 karena nilai ujian negaranya bagus. Azra pun semakin kritis dan Maka pada tahun 1976, resmilah Azra aktif, pada bulan Maret tahun 1978, tercatat sebagai siswa Fakultas Azra menggelar demonstarsi kecil- Tarbiyah IAIN Ciputat Jurusan kecilan di lingkungan kampus. Azra Bahasa Arab, jurusan ini dipilihnya berorasi bersama beberapa kawan, sebagai bekal bila suatu hari nanti ia antara lain Pipip Ahmad Rifa’i dan berhasil melanjutkan sekolah ke Iqbal Abdurraruf Saimima asal Mesir. Waktu itu role model saya Maluku. Waktu itu yang diprotes Buya Hamka. Saya ingin sekali seperti adalah masuknya aliran kepercayaan beliau, termasuk jalan hidup sekolah 26 dalam Garis Besar Haluan Negara ke Mesir itu, tuturnya. Namun, Azra (GBHN) sebagai hasil dari Sidang lekas bosan belajar bahasa, Azra tidak Umum Majelis Permusyawaratan betah berkutat menghafalkan rumusan Rakyat (MPR) pasca pemilu 1977.29 kaidah-kaidah (qawa’id dan nahwu- Akibat dari demonstrasi ini, Azra sharaf) bahasa Arab yang menurutnya jatuh sakit, di lengan dan kakinya terlalu rumit dan teknis. Azra lebih muncul ruam-ruam kemerahan seperti menikmati mempelajari berbagai melepuh. Azra sempat melewatkan pemikiran yang sifatnya konseptual. beberapa hari dengan menginap di RS Maka setelah memperoleh gelar Cipto Mangunkusumo, barangkali sarjana muda (BA) di tahun 1980, karena stres kata Azra. Azra pindah ke Jurusan Pendidikan Agama Islam untuk memperoleh gelar Pengalaman ini tidak Doktorandus (Drs.).27 membuatnya kapok, Azra tetap aktif di Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Semenjak di Ciputat, Azra mulai di mana Azra terpilih menjadi Ketua terlibat dalam kegiatan Umum (1979-1981). Periode ini kemahasiswaan. Pertama kali Azra adalah masa-masa sulit dalam ikut Masa Perkenalan Calon Anggota aktivisme kemahasiswaan intra- (Maperca) HMI Cabang Ciputat, institut. Aktivisme mahasiswa yang meski tidak komplet. Ada beberapa bergejolak sepanjang 1978-1979 sesi yang tidak ia ikuti, karena masih membuat rezim Orde Baru, melalui harus pulang ke Gang Mas, Benhil. Mendiknas Daoed Joesoef Azra, yang kemudian oleh para memaksakan Normalisasi Kehidupan juniornya di HMI dikenal sebagai Kampus (NKK). Ini adalah ‘Kak Edy’ lulus Maperca. Inilah salah terminologi Orde Baru yang antara satu dari dua pelatihan formal yang lain ditandai dengan pembubaran pernah Azra ikuti di lingkungan HMI. Dewan Mahasiswa dan pembentukan Lainnya adalah ‘Intermediate Badan Kepemimpinan Training’, sedangkan ‘Advanced Kemahasiswaan (BKK). Para aktivis hanya pergi ke kota yang dekat saja dengan tujuan yang dimaksud oleh Mochtar Naim. Lebih lanjut lihat dimaksudkan di atas sampai akhir ini masih dianggap Mochtar Naim, Merantau: Pola Migrasi Suku sebagai merantau. Minangkabau, Edisi Ketiga, (Jakarta: Rajawali Pers, Tetapi dewasa ini, karena Sumatera Barat dari 2013), h. 3-4, dan 13. sudut politik dan budaya telah menjadi satu wilayah, 26Andina Dwifatma, Cerita Azra…, h. 12-13 dan penduduk Sumatera Barat tidak lagi menganggap 27Ibid., h. 13 dirinya terbagi-bagi ke dalam berbagai sub-kelompok, 28Ibid., h. 13-14 mereka jadi terbiasa menggunakan kata merantau 29Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan…, hanya untuk bepergian ke luar Sumatera Barat. h. 394. Lihat juga Andina Dwifatma, Cerita Azra…, h. Pengertian inilah dari istilah “merantau” yang 14 Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora Lukmanul Hakim 17

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pun bawah pimpinan Buya Hamka pada tidak bisa lagi ‘mengaum’ terlalu tahun 1978. Azra merasa pekerjaan ini keras, seperti harimau yang giginya cocok untuknya, Azra banyak dipaksa dicabut. membaca dan mengamati, senang Pada saat yang sama, Azra aktif menulis, dan Panji Masyarakat adalah di HMI Cabang Ciputat, Azra tempat yang sangat pas untuk mengawali karirnya di Departemen mengembangkan semua itu. Tugas Penerangan yang bertanggungjawab pertamanya adalah turut menyiapkan menerbitkan Bulletin ‘Pemersatu’, laporan utama. Dalam waktu tidak kemudian menjadi Ketua III, sampai lama, Azra menjadi wartawan organik ikut bersaing sebagai calon Ketua Panji Masyarakat bersama Umum pada tahun 1980. Azra kalah Komaruddin Hidayat dan Iqbal suara dari Pipip Ahmad Rifa’i. Abdurrauf Saimima. Majalah Panji Memutuskan tidak ikut dalam Masyarakat memang merekrut cukup kepengurusan Pipip, Azra akhirnya banyak alumni IAIN. Dimulai dengan terpilih pada Konferensi Cabang Marwan Saridjo, yang kemudian (Konperca) berikutnya sebagai Ketua mencapai karir puncaknya di Umum HMI Cabang Ciputat periode Departemen Agama, Afif Hamka, 30 Bahtiar Effendi, Badri Yatim (alm), 1982-1983. Namun demikian, 32 terdapat hal yang patut dicatat, yaitu dan Didin Sirajuddin AR. bahwa Azra dari sejak awal bukan Selama di Panji Masyarakat ini, hanya sebagai seorang aktivis Azra sering kebagian tugas lapangan yang terlibat dalam hal-hal menyiapkan laporan utama pragmatis, melainkan Azra juga menyangkut berbagai isu aktual, baik sebagai seorang pemikir. Hal ini nasional dan internasional. Selain itu, terlihat, bahwa pada saat Azra Azra bertanggungjawab membuat memegang jabatan di dua organisasi laporan tentang dunia Islam, yang bagi intra dan ekstra kampus, Azra juga Azra sangat menguntungkan. Dengan sebagai wartawan di majalah Panji menangani rubrik luar negeri, Azra Masyarakat (1979-1982). Di media tidak hanya dapat mengikuti yang dirintis/dipimpin Buya Hamka perkembangan Islam mancanegara, ini, Azra mulai rajin menulis untuk tetapi sekaligus memperkuat berbagai kolom, dan karenanya kemampuan bahasa Inggris karena menjadi terbiasa membuat sebuah harus membaca berbagai sumber tulisan atau artikel. Bakat dan dalam bahasa internasional tersebut. kemampuannya ini berlanjut hingga Azra meninggalkan Panji Masyarakat sekarang, Azra sebagai Rektor yang hanya ketika ia harus berangkat ke paling produktif menulis.31 Amerika pada tahun 1986 untuk sekolah. Meski demikian, ia terus Fakhry Ali adalah kawan yang 33 pertama mengajak Azra bergabung mengirim tulisan dan laporannya. dengan majalah Panji Masyarakat di

30Ibid., h. 17 bunga’. Tetapi, kecenderungan ini berangsur-angsur 31Ibid berkurang seiring dengan kedewasaan intelektualnya. 32Andina Dwifatma, Cerita Azra…, h. 18 Azra merasa sangat berutang budi kepada Panji 33Bagi Azra, dunia kewartawanan merupakan Masyarakat, bukan hanya secara ekonomis, tetapi juga sarana paling baik untuk mengasah intelektualime. secara intelelektual dan sosial. Berkat Panji Dalam berbagai laporan dan tulisannya di Panji Masyarakat lah Azra dapat masuk ke dalam Masyarakat, Azra berusaha tampil ilmiah dan lingkungan yang lebih luas, berhubungan dengan akademis dengan sering menggunakan kerangka teori berbagai narasumber berita, dan juga terlatih tertentu. Akibatnya, tulisannya jadi agak ‘berbunga- melakukan wawancara. Azra pernah mewawancarai Volume 21 No. 2, Edisi Juli-Desember 2017 18 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

Setelah selesai kuliah di IAIN34, Selanjutnya melalui program Azra pernah mencoba menempuh Columbia University President karir pekerjaan di Lembaga Riset Followship, Azra melanjutkan Kebudayaan Nasional (LRKN) LIPI studinya pada Departemen Sejarah di pada tahun 1982 sampai 1983. Akan universitas yang sama dan belajar tetapi, Azra tidak bertahan lama sejarah di sana. Melalui jurusan ini, ia bekerja di situ, karena merasa tidak memperoleh gelar MA yang kedua terlalu cocok dengan pimpinannya, pada tahun 1989 dan ditambah gelar yaitu Dr. Alfian, yang M. Phil pada tahun 1999 dalam bidang menghendakinya untuk tidak menulis sejarah. Akhirnya, dari Jurusan artikel-artikel kritis di berbagai media Sejarah ini Azra memperoleh gelar massa yang mengkritik keras berbagai Ph.D-nya dua tahun kemudian, kebijakan pembangunan pemerintah. tepatnya pada tahun 1992. Untuk Untuk itu Azra memutuskan ke luar menyelesaikan program S3-nya ini dari lembaga tersebut. Dua tahun Azra menulis disertasi yang kemudian, tepatnya pada pertengahan belakangan menjadi salah satu tahun 1985, Azra diminta bergabung pemikiran besar dan orisinil yang sebagai tenaga pengajar di dihasilkannya. Judul disertasi tersebut almamaternya sendiri, IAIN Syarif selengkapnya adalah The Hidayatullah Jakarta oleh Prof. Dr. Transmission of Islamic Reformism to yang saat itu sebagai Indonesia: Networks of Middle Eastrn Rektor.35 and Malay Indonesia Ulama in the Perkembangan bakat dan Seventeenth and Eighteen Centuries. keahlian Azra dalam bidang keilmuan Disertasi ini merupakan hasil mulai tumbuh ketika pada tahun 1986, penelitian selama lebih dari dua tahun Azra memperoleh beasiswa dari di berbagai kota dan perpustakaan, Fulbright yang disediakan pemerintah mulai dari Banda Aceh, Sumatera Amerika Serikat untuk melanjutkan Barat, Jakarta, Ujung Pandang, program Studi S2 di Universitas Yogyakarta, Kairo, Mekkah, Madinah, Leiden, New York City, Columbia, New York Amerika Serikat 37 dan belajar sejarah di sana. Dalam sampai Ithaca (New York State). tempo dua tahun ia berhasil Usai menggondol dua gelar MA, menyelesaikan program MA-nya pada satu M. Phil dan satu gelar Ph. D-pun, Departemen Bahasa-bahasa dan Azra masih antusias untuk berangkat Kebudayaan Timur Tengah (1988). lagi mengikuti program Post Doctoral Tesis yang ditulisnya saat itu berjudul: di Universitas Oxford selama satu The Rise and Decline of The tahun 1995-1996. Saat kembali pada Minangkabau Surau: A Traditional tahun 1996 inilah Azra secara Islamic Education Institusional in perlahan tapi pasti mulai menuai hasil West Sumatera During The Dutch dari benih yang di pupuknya. Azra Colonial Government.36 melanjutkan aktivitasnya sebagai tokoh-tokoh dan pimpinan politik sejak dari Mendagri masing-masing Raushanfikr Usada, Firman el Amny Amir Mahmud, Gubernur DKI Tjokropranolo dan Azra, M. Subhan Azra, dan Emily Sakina Azra. Anak mantan aktivis Angkatan Belia Islam Malaysia keduanya lahir di New York, Amerika Serikat, semasa (ABIM) Anwar Ibrahim. Lebih lanjut lihat Ibid., h. 19. Azra kuliah, sedangkan yang lainnya lahir di Cirendeu 34Setahun setelah menyelesaikan pendidikan Ciputat. Lebih lanjut lihat Abuddin Nata, Tokoh-tokoh sarjananya, tepatnya pada tanggal 13 Maret 1983, Azra Pembaharuan…, h. 395 pun menyunting gadis idamannya, Ipah Farihah, yang 35Ibid. merupakan adik kelasnya di IAIN Syarif Hidayatullah 36Ibid. Jakarta. Kini ia dikaruniai tiga putra dan satu putri, 37Ibid. Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora Lukmanul Hakim 19

Editor in Chief di Jurnal Studia Melihat potensi yang demikian besar Islamika. Melalui jurnal yang kini itu, maka Prof. Dr. M. Quraish Shihab, menjadi jurnal keagamaan yang memintanya untuk duduk dalam terakreditasi nilai A ini, Azra banyak jajaran pimpinan sebagai Pembantu menuangkan pemikiran-pemikiran Rektor Bidang Akademik IAIN Syarif genuin-nya, sehingga namanya segera Hidayatullah Jakarta. Jabatan ini dikenal di dunia keilmuan semula di tolaknya, karena ingin internasional, khususnya oleh para menjadi seorang sarjana yang pemerhati Islam Asia Tenggara.38 independen (Independent Scholar) Azra-pun segera menjadi favorit menjadi pengamat, atau peneliti saja. beberapa Perguruan Tinggi di Luar Setelah mengemukakan berbagai argumentasi penolakan akhirnya Azra Negeri untuk menjadikannya sebagai 40 dosen tamu (visiting professor). Pada menerima juga jabatan tersebut. tahun 1997, misalnya, Azra menjadi Seiring dengan terjadinya dosen tamu di University of perubahan pada kepemimpinan Philippines, Diliman, dan University nasional, di mana Prof. Dr. M. Quraish Malaya. Sebelumnya Azra juga Shihab diangkat sebagai Menteri pernah menjadi visiting fellow pada Agama, Azra pun dengan tanpa Southeast Asian Studies, Oxford banyak hambatan yang berarti Centre for Islamic Studies, Oxford diangkat sebagai Rektor IAIN Syarif University, selain mengajar di St. Hidayatullah Jakarta. Komentar yang Anthony College. Sejak tahun 1997 ia berikan saat diangkat jadi Rektor hingga sekarang, Azra juga menjadi adalah “Saya jadi Rektor karena anggota pada Selection Committee of musibah reformasi”. Kendati menjadi SEASREP (Southeast Asian Regional orang nomor satu yang super sibuk di Exchange Program), yang IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tapi diorganisasi oleh Toyota Foundation ia adalah seorang ilmuwan yang amat dan The Japan Foundation. Azra juga produktif dan dianggap orang sebagai menjadi penguji luar (exsternal selebritis intelektual.41 axamine) bagi tesis dan disertasi pada Namun jabatan yang demikian University Malaya, Leiden bergengsi di IAIN Syarif Hidayatullah University, The Australian University, 39 Jakarta ini tidak mengubah sikap dan dan University of Melbourne. pola hidupnya yang sederhana. Ia Selama di IAIN Syarif tetap bersahaja dan menjalani gaya Hidayatullah Jakarta, selain menjadi hidup seperti orang lain pada Editor in Chief Jurnal Studia umumnya. Ia begitu tinggi Islamika, Azra juga diserahi komitmennya untuk memajukan dan tanggungjawab sebagai Wakil mengangkat derajat ummat Islam Direktur Pusat Pengkajian Islam dan melalui lembaga pendidikan yang Masyarakat (PPIM) IAIN Syarif dipimpinnya disertai dengan sikapnya Hidayatullah Jakarta hingga tahun yang tegas dan penuh amanah. 1997. Setelah itu, karir akademik dan Kejujuran dan sikap amanahnya keilmuan Azra semakin meningkat benar-benar teruji. Hal ini dapat seiring dengan semakin banyaknya dilihat dari tindak dan pengawasan tulisan yang ia sampaikan pada yang dilakukannya terhadap berbagai berbagai kesempatan forum seminar, kegiatan yang dilakukannya terutama baik di dalam maupun di Luar Negeri. dari aspek keuangan. Ia tidak segan-

38Ibid., h. 396 40Ibid. 39Ibid. 41Ibid., h. 397 Volume 21 No. 2, Edisi Juli-Desember 2017 20 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

segan mengambil tindakan tegas and Religion, USA, (2004-sekarang); terhadap bawahannya yang Libfor All, USA (2006-sekarang); melakukan pelanggaran.42 Center for The Study of Contemporary Azra seorang Guru Besar Islam (CSCI), University of Kehormatan Universitas Melbourne Melbourne, (2005-2007); Tripartite (2006-2009), anggota Dewan for Inter-Fatih Cooperation, New Penyantun International Islamic York (2006-sekarang); anggota World University, Islamabad Pakistan (2005- Economic Forum’s Global Agenda Council on The West-Islam Dialogue, sekarang), Komite Akademis The 44 Institute for Muslim Society and Davos (2008-sekarang). Culture (IMSC), International Aga Pada tahun 2005, Azra Khan University London (2005- mendapat The Asian Foundation 1010). Dalam bidang ilmu Award dalam rangka 50 tahun TAF pengetahuan dan riset, Azra adalah atas peran pentingnya dalam anggota Akademi Ilmu Pengetahuan modernisasi pendidikan Islam; dalam Indonesia (AIPI, 2005-sekarang); rangka Peringatan Hari Kemerdekaan anggota Dewan Riset Nasional (DRN, RI, pada 15 Agustus 2005 mendapat 2005-sekarang). Juga anggota Anugerah Bintang Mahaputra Utama Southeast Asian Regional Axchange RI atas konstribusinya dalam Program (SEARSREP), Tokyo (1999- pengembangan Islam modern; dan 2001); Asian Research Foundation- pada bulan September 2010, Azra Asia Muslim Action Network (ARF- mendapat pengharagaan CBE AMAN), Bangkok (2004-sekarang); (Commander of the Order of British The Habibie Center Scholarship Empire) dari Ratu Elizabeth, Kerajaan (2005-sekarang); Ford Foundation Inggris atas jasa-jasanya dalam International Fellowship Program hubungan antar-agama dan (IFP-IIEF), (2006-sekarang); Asian peradaban.45 Sebelumnya, tahun 2009, Scholarship Foudation (ASF), Azra terpilih sebagai salah satu di Bangkok (2006-sekarang); Asian antara “The 500 Most Influential Public Intelectual (API), The Nippon Muslim Leaders” dalam bidang Foundation, Tokyo (2007-sekarang); Scholarly (kesarjanaan/keilmuan) anggota Selection Commite Senior oleh Prince Waleed bin Talal Center Fellow Program AMINEF-Fulbright for Muslim-Christian Understanding, (2008).43 Georgetown University, Washington Selain itu, Azra menjadi anggota DC dan The Royal Islamic Strategic Dewan Pendiri Kemitraan- Studies Centre, Amman, Yordania di bawah pimpinan Prof. John Esposito Partnership for Governance Reform 46 in Indonesia (2004-sekarang); Dewan dan Prof Ibrahim Kalin. Penasehat United Nations Democracy Kemudian pada 28 Aguatus Fund (UNDEF, New York), (2006- 2014, Azra mendapat MIPI Award 2008); International IDEA (Institute untuk kategori Pengamat for Democracy and Electoral Pemerintahan dari Masyarakat Ilmu Assistance) Stocholm, (2007- Pemerintahan Indonesia (MIPI). sekarang); Institute of Global Ethics Selanjutnya, pada 4 Agustus 2014,

42Ibid. 45Ibid. 43Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi 46Azyumardi Azra, Transformasi Politik Islam: dan Modernisasi di Tengah Tangtangan Milenium III, Radikalisme, Khilafatisme dan Demokrasi, (Jakarta: (Jakarta: Kencana, 2012), h. 323 Kerjasama Penerbit Kencana dengan PPIM UIN 44Ibid., h. 324 Jakarta, 2016), h. 319 Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora Lukmanul Hakim 21

Azra dianugerahi Commendations tulisan kolom Azra muncul di dari Kementerian Luar Negeri Jepang beberapa media tulis; Tempo, Forum atas jasa-jasanya dalam memperkuat Keadilan, Panji Masyarakat, Gatra, saling pengertian antara Jepang dan Kompas dan Media Indonesia. Dan Indonesia; dan 18 September 2014, sebelumnya, pada pekan ketiga Juli Azra terpilih sebagai salah satu dari 1999, kolom Azra muncul di tiga tiga penerima anugerah bergengsi majalah dengan tema berbeda: di Fukuoka Prize 2014 Jepang atas jasa Gatra berjudul: “Oligarki Parpol”, di dan konstribusinya yang signifikan Tempo tentang “Re-Inventing dalam peningkatan pemahaman Oposisi”, dan di Forum Keadilan masyarakat International terhadap bertajuk ”Fraksi Islam”. Tak heran budaya Asia; dia juga pada 25 Juni kalau kemudian Azra sering dijadikan 2015 menerima penghargaan narasumber bagi wartawan yang ‘Cendekiawan Berdedikasi 2015’ menginginkan berita menarik dan oleh Harian Kompas; pada 20 Agustus patut disimak pembaca. Semua itu 2015 menyampaikan ‘Sarwono menunjukkan bahwa pemikiran Azra, Memorial Lecture’ dalam rangka yang saat itu menjabat Rektor IAIN peringatan 48 tahun LIPI, dan pada 21 Syarif Hidayatullah Jakarta, memang Agustus 2015 menerima ‘Achmad jernih, faktual, akurat dan tajam.48 Bakrie Award’ 2015 dalam bidang Produktifitas Azra yang di Pemikiran Sosial. Azra juga termasuk lingkungan tetangganya dikenal 10 ilmuwan terbaik Indonesia versi sebagai “Pak Mardi” dalam menulis Webometrics data pada Februari 2015. punya beberapa kebiasaan tertentu, Data Oktober 2015 versi Webometrics Pertama, Azra bisa menulis di mana Azra termasuk 20 Top Scientist saja, bahkan di mobil atau di pesawat Indonesia dan berada pada urutan ke- sekalipun, karena menulis bagi Azra 7 dari 1000 orang di dunia. merupakan keharusan. Oleh karena itu, ia terbiasa menulis kapanpun, tidak tergantung mood. Kedua, Azra terbiasa menulis dengan tulisan 3. Minat dan Penulis Sejarah tangan. Ia tidak terbiasa menggunakan Azra adalah tokoh pemikir yang laptop, karena hurufnya terlalu kecil, tidak pernah diam. Obsesinya yang begitu juga papan ketiknya terlalu besar untuk mengubah pemikiran sempit, sehingga tidak bebas Islam di Indonesia, telah ditorehkan geraknya. Dengan kebiasaannya ini, melalui karya-karya jeniusnya, baik Azra mengaku bisa menghasilkan 49 dalam bentuk tulisan artikel dan esai sebuah tulisan dengan cepat. Di yang dimuat di berbagai media massa samping itu, Azra membiasakan maupun sejumlah buku yang pernah bangun sekitar pukul 03.00 pagi. diterbitkannya.47 Namanya sering Setelah Shalat Isya dan Shalat menghiasi berbagai media karena Tahajud, ia langsung duduk di depan analisisnya yang memang tajam. komputer untuk membuat tulisan Menyambut tahun baru 2000 dan sampai waktu shubuh tiba, kemudian millennium ke-3, misalnya tulisan- bersama isteri, Azra melakukan

47Idris Thaha, “Memahami Azyumardi Azra”, Universitas Berkelas Dunia dan Universitas Riset”, dalam Azyumardi Azra, Islam Substantif…, h. 29 dalam Hamid Nasuhi, Dari Ciputat, Cairo, Hingga 48Ibid., h. 19 Columbia: UIN Jakarta Menembus Masyarakat 49Oman Faturrahman, “Prof. Dr. Azyumardi Global, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 220-221 Azra, MA: Mengantarkan UIN Jakarta Menjadi Volume 21 No. 2, Edisi Juli-Desember 2017 22 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

jogging untuk memelihara kebugaran mulai tumbuh ketika ia menyelesaikan fisiknya. PGA 6 Tahun di Padang. Setelah lulus Kemampuan Azra menulis PGA, Azra ingin masuk ke IKIP Padang, atau belajar sejarah di dengan cepat karena sejak 1978, ia 52 terbiasa menulis sajak dan cerita Universitas Andalas Padang, karena pendek berbahasa Indonesia atau tertarik dengan bidang tersebut. Inggris. Sajaknya sering dimuat di Selama bersekolah di PGAN Padang, harian Indonesia Times dan majalah nilai Azra untuk Mata Pelajaran Panji Masyarakat. Selain itu, sejak sejarah selalu bagus. Niat ini di belajar di Luar Negeri, Azra juga dorong pula oleh Pak Anasrul, Guru Sejarah.53 sering menulis esai ilmiah, di samping itu tetap menulis puisi, kendati hanya Di sisi lain, pengaruh orang lain untuk koleksi pribadi. Bahkan Azra cukup terasa bagi Azra di dalam mengaku pernah menulis sebuah sajak menetapkan pilihannya mengambil panjang berjudul: “Antara L.A. dan bidang sejarah. Hal ini terlihat misal, Manhattan”, yang berisi catatan ketika Prof. Dr. Harun Nasution perjalanan Azra dari kampung “menetapkan” agar ia mengambil halamannya, Lubuk Alung, hingga bidang sejarah.54 Figur Harun sampai ke tempat belajarnya di Pulau Nasution bagi IAIN Jakarta Manhattan, New York City, mempunyai posisi yang sangat Amerika.50 penting. Bukan saja ia menjadi Rektor untuk dua periode dan kemudian Menulis sajak atau cerpen merangsang Azra untuk menjadi Direktur Pascasarjana selama mengembangkan imajinasi, dan di beberapa periode, tetapi lebih dari itu buku-buku yang ia tulis menjadi teks situlah sebenarnya terletak kreatifitas 55 intelektual, yakni bagaimana book bagi seluruh mahasiswa IAIN. seseorang belajar mengembangkan Khusus bagi Azra sosok Prof. imajinasinya. Bagi Azra, yang seorang Dr. Harun Nasution adalah figur sejarawan, imajinasi berperan sangat sentral semacam jaringan intelektual signifikan dalam studi sejarah, karena yang terbentuk di kawasan IAIN dalam kajian sejarah, seringkali fakta Ciputat semenjak paroan kedua ditemukan terpotong-potong, dan baru dasawarsa 70-an. Sentralitas Prof. Dr. bisa dijelaskan serta menjelaskan Harun Nasution di dalam jaringan itu, banyak hal jika sudah dianalisa tentu saja banyak ditopang oleh dengan menggunakan imajinasi untuk kapasitas intelektualnya, dan merekonstruksi dan kemudian oleh kedudukan formalnya menginterpretasikannya.51 sebagai Rektor dan sekaligus salah 56 Benih-benih minat Azra dalam seorang pengajar di IAIN Jakarta. bidang sejarah sebenarnya sudah Dalam kapasitas terakhir ini, Ia memegang beberapa Mata Kuliah,

50Ibid., h. 221 56Diantara Dosen IAIN Jakarta yang 51Ibid. “ditetapkan” oleh Prof. Dr. Harun Nasution untuk 52Ibid., h. 224 mengambil bidang yang diambil adalah Din 53Andina Dwifatma, Cerita Azra…, h. 12 Syamsuddin yang mengambil bidang Politik Islam dan 54Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Wajah Mulyadi Kartanegara yang mengambil bidang Baru Islam…, h. 296 Pemikiran Islam. Hal ini dilakukan oleh Prof. Dr. 55Fuad Jabali dan Jamhari (Peny.), IAIN: Harun Nasution demi kepentingan IAIN Jakarta kelak. Modernisasi Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos Lebih lanjut lihat Azyumardi Azra, “Epilog: Wacana Wacana Ilmu, 2002), h. 42 tentang Islam Masa Reformasi”, dalam Azyumardi Azra, Islam Substantif:…, h. 448 Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora Lukmanul Hakim 23

terutama menyangkut Sejarah konvensional (old history), melainkan Perkembangan Pemikiran Islam, yang lebih critical dan interpretative terbukti menjadi salah satu sarana history. Dalam istilah yang lebih awal menuju pembentukan jaringan populer: “sejarah sosial” (social intelektual antara Prof. Dr. Harun history). Hasil belajar sejarah di Nasution dan mahasiswa- Universitas Columbia, secara agak mahasiswanya.57 Begitulah, hidup tipikal terlihat dari senior Azra memang penuh misteri dan rahasia, sealmamater, sejarawan Kuntowijoyo. banyak atau ada keinginan sendiri, Azra pantas berbangga, apalagi tetapi karena alasan tertentu orang ia beruntung bisa berguru sejarah harus melakukan sesuatu ‘yang lain’. kepada dua orang sarjana terkemuka “Yang lain” itu, secara terduga yang sangat kuat dalam bidang kajian mengandung blessing in disguise, sejarah pada area masing-masing. yang dalam perjalanan hidup Pertama adalah Profesor William R. selanjutnya bahkan terbukti sangat 58 Roff, ahli sejarah Islam Asia menentukan. Demikian, in Tenggara, khususnya untuk periode restropective saya merasa beruntung modern, akhir abad ke-19 dan ke-20, “ditetapkan” Pak Harun untuk seperti terlihat dalam karyanya, The mempelajari sejarah. Origin of Malay Nationalism (1972). Tahun 1986, Azra memperoleh Dari Roff, Azra banyak belajar beasiswa dari Fullbright yang tentang Comparative Study of Muslim disediakan pemerintah AS untuk Societes, perbandingan historis melanjutkan program S2 di sosiologis antara masyarakat- Universitas Columbia, New York, masyarakat Muslim. Dalam konteks Amerika Serikat, dan belajar sejarah ini, Azra menekankan perbandingan di sana. Belajar di Columbia, yang tradisi intelektualisme dan keilmuan sampai sekarang masih merupakan di antara ulama di kawasan Arab salah satu dari perguruan Ivy League, dengan dunia Melayu-Indonesia.59 tiga universitas paling top di kawasan Sarjana terkemuka kedua yang Northeast Amerika, bagi Azra sangat banyak berjasa bagi Azra adalah istimewa, tidak hanya karena Profesor Richard W. Bulliet, ahli Columbia merupakan universitas sejarah Islam pada masa awal, tertua kedua di Amerika setelah khususnya tentang konvensi, Universitas Harvard yang keduanya perpindahan agama masyarakat- berdiri pada paruh kedua abad ke-18, masyarakat di Timur Tengah ke dalam tetapi juga karena kekuatannya yang Islam. Bulliet terkenal sebagai sarjana khas dalam kajian sejarah. pertama yang menerapkan Belajar sejarah di Universitas quantitative history, sejarah Columbia bagi Azra telah kuantitatif, untuk menjelaskan memberikan perspektif yang fenomena konversi ke dalam Islam, dirasakan lain dari yang lain. Belajar seperti terlihat dalam karyanya, sejarah di sini bukan belajar Conversion to Islam in the Medieval

57Azyumardi Azra, “Jaringan ‘Ulama Timur 58Azyumardi Azra, “Epilog: Wacana tentang Tengah dan Indonesia Abad ke-17: Sebuah Esai untuk Islam Masa Reformasi”, dalam Azyumardi Azra, Islam 70 Tahun Prof. Harun Nasution”, dalam Panitia Substantif…, h. 448 Penerbitan buku dan Seminar 70 Tahun Harun 59Oman Faturrahman, “Prof. Dr. Azyumardi Nasution Bekerjasama dengan Lembaga Studi Agama Azra, MA: Mengantarkan UIN Jakarta Menjadi dan Filsafat, Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: Universitas Berkelas Dunia dan Universitas Riset”, 70 Tahun Harun Nasution, (Jakarta: Lembaga Studi dalam Hamid Nasuhi, Dari Ciputat…, h. 228 Agama dan Filsafat, 1989), h. 358-359. Volume 21 No. 2, Edisi Juli-Desember 2017 24 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

Period (1988). Selain itu, Bulliet juga President Fellowship, Azra pun sangat menekankan pentingnya posisi melanjutkan studinya di Departemen kawasan Muslim di luar dunia Arab, Sejarah, universitas yang sama. Dan di yang selama ini menduduki atau tambah gelar M. Phil pada 1990. disebut oleh sebahagian peneliti Barat Akhirnya, dari jurusan sejarah ini sebagai “wilayah marjinal” dalam pula, Azra memperoleh gelar Ph. D- sejarah dan kajian historis Islam. Tak nya dua tahun kemudian, tepatnya heran, kecenderungan keilmuan pada 1992. Dan untuk menyelesaikan seperti ini juga kemudian sangat S3-nya ini, Azra menulis disertasi, tipikal pada pemikiran-pemikiran yang belakangan menjadi salah satu Azra.60 pemikiran besar dan orisinil yang Pengembaraan dan pengalaman dihasilkannya. Judul disertasi tersebut intelektual dan keilmuan Azra belajar selengkapnya adalah: “The di Negeri Paman Sam ini, membuat Transmission of Islamic Reformism to Azra semakin percaya bahwa ia benar- Indonesia ‘Ulama in the Seventeenth benar beruntung memperoleh blessing and Eighteenth Centuries”. Disertasi in disguise dengan mendalami bidang Azra ini merupakan hasil penelitian sejarah. Melalui perspektif sejarah, selama lebih dari dua tahun di Azra merasa lebih siap untuk berbagai kota dan perpustakaan, mulai mengamati dan memahami bidang- dari Banda Aceh, Sumatera Barat, bidang keilmuan lain. Mungkin di sini Jakarta, Ujung Pandang, Yogyakarta, ada benarnya klaim kalangan Kairo, Makkah, Madinah, Leiden, sejarahwan bahwa history is mother of New York City, sampai ke Ithaca all knowledge.61 (New York State). Oleh karena itu, Azra tidak Dalam konteks keilmuan Islam menyia-nyiakan kesempatan yang Indonesia, pemikiran Azra dalam diperolehnya tersebut, dan dalam disertasinya ini bisa dibilang sangat tempo dua tahun menyelesaikan singnifikan, terutama karena ia program MA-nya pada Departemen merupakan sarjana pertama yang Bahasa-bahasa dan Kebudayaan menyelidiki sejarah sosial dan Timur Tengah (1988). Tesis yang intelektual ulama, berikut jaringan ditulisnya saat itu berjudul: “The Rise keilmuan dan pemikiran ke- and Decline of the Minangkabau Islamannya di Indonesia, khususnya Surau: A Traditional Islamic dalam kaitannya dengan Educational Institution in Wast perkembangan pemikiran Islam di pusat-pusat keilmuan Islam di Timur Sumatra During the Dutch Colonial 62 Government” yang diterjemahkan dan Tengah. diterbitkan menjadi Surau: Hingga menjelang akhir 2002, Pendidikan dalam Transisi dan paling tidak Azra telah menerbitkan Modernisasi, (Jakarta: Logos Wacana empat buku yang secara khusus titik Ilmu, 2003). fokus kajiannya dalam bidang sejarah. Belum puas dengan pendidikan Keempat buku Azra tersebut adalah: yang diperolehnya, dan arena Pertama, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara memperoleh Columbia University Abad XVII dan XVIII, (Bandung:

60Ibid 62Oman Faturrahman, “Prof. Dr. Azyumardi 61Azyumardi Azra, “Epilog: Wacana tentang Azra, MA: Mengantarkan UIN Jakarta Menjadi Islam Masa Reformasi”, dalam Azyumardi Azra, Islam Universitas Berkelas Dunia dan Universitas Riset”, Substantif…, h. 440 dalam Hamid Nasuhi, Dari Ciputat…, h. 229 Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora Lukmanul Hakim 25

Mizan, 1994). Buku ini berasal dari Pendidikan Islam Tradisional dalam disertasi Azra yang berjudul: The Transisi dan Modernisasi, yang Transmission of Islamic Reformism to diterbitkan oleh penerbit Logos Indonesia: Network of Middle Eastrn Wacana Ilmu Jakarta. Buku ini and Malay Indonesia ‘Ulama’ in the merupakan terjemahan dari Tesis Azra Seventeenth and Eightteenth sewaktu di Columbia University tahun Centuries, yang dipertahankannya 1988 dengan judul aslinya: The Rise pada Columbia University, New and Decline of the Minangkabau: A York.63 Kedua, Renaisans Islam Asia Traditional Islamic Educational in Tenggara: Sejarah Wacana & West Sumatera During the Dutch Kekuasaan, (Bandung: Rosdakarya, Colonial Government.66 1999). Meskipun karya kedua Azra Tulisan Azra yang bernuansa dalam bidang sejarah ini merupakan sejarah yang diterbitkan secara kumpulan artikel serius tentang bersama-sama dengan penulis lain, di sejarah Islam di Asia Tenggara, antaranya adalah: Pertama, Yayasan Buku Utama memilihnya “Kebangkitan Islam akan Muncul dari sebagai buku terbaik dalam bidang Melayu”, Abu Zahra (ed), Politik humaniora dan ilmu-ilmu sosial untuk 64 Demi Tuhan: Nasionalisme Religius periode 2009. Ketiga, Islam di Indonesia, (Bandung: Pustaka Nusantara: Jaringan Global dan Hidayah, 1996). Kedua, “Kebangkitan Lokal, (Bandung: Mizan, 2002). Buku Islam akan Muncul dari Melayu”, ini merupakan kumpulan makalah dalam Moeflich Hasbullah, Asia yang di Bahasa Indonesia dari naskah Tenggara Konsentrasi Baru: buku berbahasa Inggris. Keempat, Kebangkitan Islam, (Jakarta: Fokus Historiografi Islam Kontemporer: Media, 2003). Ketiga, “Historiografi Wacana Aktualitas, dan Aktor Islam Indonesia: Antara Sejarah Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka 65 Sosial, Sejarah Total dan Sejarah Utama, 2002). Pinggir”. Tulisan ini diterbitkan oleh Tahun 2003, Azra menerbitkan penerbit Mizan bekerjasama dengan bukunya yang berjudul: Surau: Yayasan Festifal Istiqlal tahun 2007,

63Buku ini telah mengalami beberapa kali cetak dan Aktor Sejarah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, ulang, diantaranya: Tahun 1999, Disertasi Azra 2002), h. x diterbitkan dalam Bahasa Arab, Syabkat al-Ulama’: 65Buku ini merupakan kumpulan 40 tulisan Harkat al-Tawashul Bayn al-Syarq al-Awsath wa al- substantif Azra dengan tema sejarah yang disampaikan Arkhabil fi al-Qarn 17-18 M, (Jakarta: PPIM, 1999). pada forum-forum ilmiah serta kajian serius, dan ditulis Tahun 2004, terbit lagi edisi revisi Disertasinya, The untuk beberapa media massa. Di sisi lain, buku ini Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia: secara umum juga menganalisis dan mengkritisi Network of Malay-Indonesian and Middle Eastern perkembangan teori-teori dan konsep-konsep sejarah ‘Ulama’ in the Seventeenth and Eighteenth Centuries, (Islam) dan dilengkapi dengan tulisan-tulisan yang (Crows Nest, Australia: Honolulu: Leiden: Allen menggambarkan dan memaparkan sosok, figur, dan Unwin: Hawai University Press: KITL). Buku ini tokoh sejarah yang telah menorehkan tinta emas dalam diterbitkan kembali 2007, Jaringan Ulama Timur sejarah perkembangan Islam. Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan 66Buku ini mengungkapkan surau sebagai XVIII, (Jakarta: Kencana, 2007). Tahun 2013 buku ini lembaga pendidikan Islam di Minangkabau. Surau diterbitkan kembali dalam Edisi Perenial, Jaringan sebagai basis pembaharuan di Minangkabau, peran Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad surau sebagai lembaga pendidikan Islam, kondisi XVII & XVIII: Akar Pembaruan Islam Indonesia, pendidikan surau pada masa transisi, pergeseran peran (Jakarta: Kencana, 2013). surau oleh dan beberapa wacana tentang 64Idris Thaha, “Pengantar Editor: Akar-akar agenda pengembangan surau ke depan. Dalam Historiografi Islam”, dalam Azyumardi Azra, mengungkapkan semuanya itu, Azra menggunakan Historiografi Islam Kontemporer: Wacana Aktualitas, pisau analisis dan pendekatan sejarah. Lebih lanjut lihat Azyumardi Azra, Surau…, h. vii Volume 21 No. 2, Edisi Juli-Desember 2017 26 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

yang dieditori oleh Komaruddin ditekuninya dan menjadi pilihan Hidayat dan Ahmad Gaus AF, pokoknya yaitu dalam bidang sejarah. Menjadi Indonesia: 13 Abad Di samping dunia tulis menulis, Eksistensi Islam di Bumi Nusantara. kiprah dan keterlibatan praktis Azra Keempat, “Mengglobalkan Islam sebagai budayawan juga menghiasi Indonesia” dalam Prisma, Volume 29, kehidupannya. Hal ini ditandai dengan Nomor: 4, Oktober 2010. Kelima, pandangan-pandangan Azra dan “Historiografi Kontemporer pengakuan orang lain terhadap Azra Indonesia”. Tulisan ini terdapat di sebagai budayawan. Azra mengatakan dalam buku yang dieditori oleh Henri bahwa agama, termasuk Islam Chambert-Loir dan Hasan Muarif mengandung simbol-simbol sistem Ambary, yang diterbitkan oleh sosio-kultural yang memberikan suatu penerbit Yayasan Obor Indonesia konsepsi tentang realitas dan tahun 2011, Panggung Sejarah: rancangan untuk mewujudkannya. Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Tetapi, simbol-simbol yang Lombard. Keenam, “Dinamika menyangkut realitas ini tidak selalu Peradaban : Peluang harus sama dengan realitas yang di Tengah ‘Kemerosotan’ Peradaban terwujud secara ril dalam kehidupan Barat”, Tulisan ini merupakan masyarakat. Dalam pengertian ini, kumpulan beberapa tulisan dalam agama dipahami sebagai suatu “sistem rangka Seminar Internasional: budaya” (cultural system).67 Peradaban Islam Melayu, Sekaligus Launching/Pembukaan Program Pada hari Selasa akhir Doktor (S3) Peradaban Islam Melayu September 2010 adalah hari Nusantara, (Palembang: IAIN Raden bersejarah dan berbahagia bagi Azra, Fatah, 21 September 2011). Ketujuh, ia dianugerahi gelar Commander of “Kedatangan Islam dan Islamisasi”, The Order of British Empire (CBE) dalam Taufik Abdullah dan A. B. dari Kerajaan Inggris, Ratu Elizabeth, Lapian, Indonesia dalam Arus di Jakarta. Gelar itu diserahkan Duta Sejarah, Jilid 3, (Jakarta: PT. Ichtiar Besar Inggris untuk Indonesia, Martin Baru van Hoeve, 2012). Kedelapan, Hatfull.68 Pada tahun 2014, Azra juga “Jaringan Ulama Kosmopolitan: dianugerahkan Fukuoka Prizei, The Catatan Pengembaraan Intelektual”, Fukuoka Prize adalah sebuah award dalam Komaruddin Hidayat, dkk, yang dianugerahkan oleh Kota Dari Pesantren untuk Dunia: Kisah- Fukuoka dan The Yokatopia kisah Inspiratif Kaum , (Jakarta: Foundation, Jepang sebagai PPIM UIN Syarif Hidayatullah penghargaan atas capaian tertinggi Jakarta, 2016). individu atau organisasi dalam melestarikan kebudayaan Asia, Tulisan-tulisan Azra selama ini Fukuoka Prize 2014 diberikan kepada yang terdiri dari puluhan buku dan tiga penerima (Laurates); Profesor bukan titik fokus kajiannya dalam Ezra F. Vogel, Guru Besar Sosiologi bidang sejarah, tetapi pisau analisis Emeritus Harvard University yang dan pendekatan yang dilakukan Azra dianugerahi grand prize; Azyumardi dalam buku-bukunya tersebut tetap Azra, Guru Besar Sejarah Universitas pada bidang yang selama ini telah Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai penerima academic

67Azyumardi Azra, Konteks Berteologi di 68Jurnal Wisuda, 16 Oktober 2010/8 Indonesia: Pengalaman Indonesia, (Jakarta: Dzulka’idah 1431 H, h. 93 Paramadina, 1999), h. 11 Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora Lukmanul Hakim 27

prize; dan Danny Young, Budayawan Azra, Azyumardi, Islam Substantif: Agar (Hongkong) untuk arts and culture Umat Tidak Jadi Buih, Bandung: prize. Mereka dipilih Dewan juri di Mizan, 2000 69 antara 239 nominees dri 29 negara. ____, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pada tahun 2015 Azra adalah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999 salah satu dari enam tokoh yang ____, Surau: Pendidikan Islam Tradisional mendapatkan Penghargaan Achmad dalam Transisi dan Modernisasi, Bakri (PAB) ke-XIII. Keenam tokoh Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2003 dari berbagai latar belakang bidang ini dipilih dan ditetapkan sebagai ____, Pendidikan Islam: Tradisi dan penerima PAB ke-XIII oleh Dewan Modernisasi di Tengah Tangtangan Juri yang bekerja independen. Azra Milenium III, Jakarta: Kencana, 2012 dianugerahi penghargaan sebagai ____, Transformasi Politik Islam: ilmuwan pemikiran sosial yang telah Radikalisme, Khilafatisme dan menyumbang khazanah pengetahuan Demokrasi, Jakarta: Kerjasama ke-Islaman. Khususnya tentang dunia Penerbit Kencana dengan PPIM UIN Islam sebagai jaringan ide yang Jakarta, 2016 mengalir dari satu kawasan ke kawasan lain dengan dinamis dan ____, Konteks Berteologi di Indonesia: saling mengilhami.70 Pengalaman Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1999 C. Kesimpulan ____, “Jaringan ‘Ulama Timur Tengah dan Azra adalah seorang sejarawan Indonesia Abad ke-17: Sebuah Esai professional lulusan Departemen Sejarah untuk 70 Tahun Prof. Harun Nasution”, di Universitas Columbia, New York, dalam Panitia Penerbitan buku dan Amerika Serikat dan telah banyak Seminar 70 Tahun Harun Nasution melahirkan karya-karya sejarah yang Bekerjasama dengan Lembaga Studi berbicara tentang sejarah Islam di Agama dan Filsafat, Refleksi wilayah di dunia Melayu Nusantara dan Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 dunia Islam pada umumnya. Azra juga Tahun Harun Nasution, Jakarta: dibesarkan dalam latar sosio-kultural Lembaga Studi Agama dan Filsafat, Minangkabau yang melahirkan tokoh- 1989 tokoh intelektual, baik nasional maupun international dan ia mengabdikan dirinya ____, “Semarak Ramadhan, Bukan di dunia pendidikan khususnya di Konsumerisme”, dalam Lies Marcoes, Universitas Islam Negeri Syarif dkk., Kembali ke Jati Diri: Ramadhan Hidayatullah Jakarta. dan Tradisi Pulang Kampung dalam Masyarakat Muslim Urban, Bandung: *** Mizan, 2013 Daftar Kepustakaan ____, “Jaringan Ulama Kosmopolitan:

Catatan Pengembaraan Intelektual”, Ali, Mohammad, Beberapa Masalah tentang dalam Dari Pesantren untuk Dunia: Historiografi Indonesia. dalam Kisah-kisah Inspiratif Kaum Santri, Soedjatmoko, dkk (eds), Historiografi Jakarta: PPIM UIN Syarif Hidayatullah Indonesia Sebuah Pengantar, Jakarta: Jakarta, 2016 Gramedia Pustaka Utama, 1995

69“Fukuoka Frize”, Republika, 25 September 70Mantan Rektor UIN Jakarta Raih 2014 Penghargaan Achmad Bakrie, viva.co.id, Jum’at, 21 Agustus 2015 Volume 21 No. 2, Edisi Juli-Desember 2017 28 Azyumardi Azra sebagai Sejarawan Islam

Bustamam-Ahmad, Kamaruzzaman, Relasi Islam dan Negara dalam Perspektif Noer, Deliar, Gerakan Moderen Islam di Modernis dan Fundamentalis, Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, Magelang: Indonesia Tera, 2001 1996, Cet. ke-VIII ____, Wajah Baru Islam di Indonesia, Rusli, Ris’an, Pembaharuan Pemikiran Yogyakarta: UII Press, 2004 Modern dalam Islam, Jakarta: PT. Raja Dwifatma, Andina, Cerita Azra: Biografi Grafindo Persada, 2013 Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra, Sularto, St., (ed), Penghargaan Kompas: Jakarta: Erlangga, 2011 Cendikiawan Berdidikasi 2008-2016, Fathurrahman, Oman, “Prof. Dr. Azyumardi Jakarta: Buku Kompas, 2016 Azra, MA: Mewujudkan “Mimpi” IAIN Thaha, Idris, “Memahami Azyumardi Azra”, Menjadi UIN”, dalam Badri Yatim dan dalam Azyumardi Azra, Islam Hamid Nasuhi, (Ed)., Membangun Substantif: Agar Umat Tidak Jadi Buih, Pusat Keunggulan Studi Islam: Sejarah Bandung: Mizan, 2000 dan Profil Pimpinan IAIN Jakarta ____, “Pengantar Editor: Akar-akar 1957-2002, Jakarta: IAIN Jakarta Press, Historiografi Islam”, dalam Azyumardi 2002 Azra, Historiografi Islam ____, “Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA: Kontemporer: Wacana Aktualitas, dan Mengantarkan UIN Jakarta Menjadi Aktor Sejarah, Jakarta: Gramedia Universitas Berkelas Dunia dan Pustaka Utama, 2002 Universitas Riset”, dalam Hamid Zed, Mestika, Pengantar Studi Historiografi, Nasuhi, Dari Ciputat, Cairo, Hingga Padang: Proyek Peningkatan Columbia: UIN Jakarta Menembus Pengembangan PT. Universitas Masyarakat Global, Jakarta: UIN Andalas, 1984 Jakarta Press, 2000 “Fukuoka Frize”, Republika, 25 September 2014 Jabali, Fuad dan Jamhari (Peny.), IAIN: Modernisasi Islam di Indonesia, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002 Jurnal Wusuda, 16 Oktober 2010/8 Dzulka’idah 1431 H Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013 ____, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1994 Mantan Rektor UIN Jakarta Raih Penghargaan Achmad Bakrie, viva.co.id, Jum’at, 21 Agustus 2015 Naim, Mochtar, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau, Edisi Ketiga, Jakarta: Rajawali Pers, 2013 Nata, Abuddin, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005

Majalah Ilmiah Tabuah: Ta’limat, Budaya, Agama dan Humaniora