Identitas Etnis Tionghoa Padang Masa Pemerintah Hindia Belanda Padang’S Ethnic Chinese Identity During Dutch East Indies Period
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Identitas Etnis Tionghoa…(Erniwati) 185 IDENTITAS ETNIS TIONGHOA PADANG MASA PEMERINTAH HINDIA BELANDA 3ADANG’S ETHNIC CH,NESE IDE17,TY DURING DUTCH EAST INDIES PERIOD Erniwati Universitas Negeri Padang. Jl. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar Barat, Padang Utara, Kota Padang. e-mail: [email protected] Naskah Diterima:8 Januari 2019 Naskah Direvisi:13 Juni 2019 Naskah Disetujui: 28 Juni 2019 DOI: 10.30959/patanjala.v11i2.482 Abstrak Artikel ini menjelaskan tentang identitas etnis Tionghoa yang ada di Padang pada masa Pemerintah Hindia Belanda. Mengkonstruksi identitas etnis Tionghoa di Padang menggunakan metode sejarah melalui studi pustaka dan arsip dengan menelusuri sumber-sumber berupa buku, arsip Pemerintah Hindia Belanda, dokumen perkumpulan sosial, budaya, dan pemakaman Heng Beng Tong serta Hok Tek Tong. Data yang diperoleh kemudian dikritik dan dikronologiskan untuk menghasilkan karya historiografi. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa identitas etnis Tionghoa di Padang masa Pemerintah Hindia Belanda dipengaruhi oleh penataan masyarakat di daerah koloni oleh pemerintah Hindia Belanda dengan menerapkan sistem pemukiman (wijkenstelsel), pembagian masyarakat melalui Indische Staatregeling serta berbagai aturan lainnya. Penerapan sistem tersebut membentuk identitas etnis Tionghoa di Padang di mana secara politis berada di bawah kontrol Pemerintah Hindia Belanda, namun secara social dan budaya masih berorientasi kepada kebudayaan Tionghoa. Kata kunci: etnis Tionghoa, identitas, Padang, Pemerintah Hindia Belanda. Abstract This article aims to explain the Chinese in Padang during the Dutch East Indies government. Constructing a Chinese identity in Padang use historical methods through library studies and archives by tracing sources such as books, Dutch East Indies government archives, documents on social and funeral associations Heng Beg Tong and Hok Tek Tong. The data obtained, critical and chronologist to produce historiography works. The findings of this article indicate that the ethnic Chinese identity in Padang during the Dutch East Indies government by implementing settlement system (wijkwnstelsel), classification of communities through the Indische Staatregeling and other rules. The implementation of the system formed a Chinese ethnic identity in Padang where it was politically under the control of the Dutch East Indies government, but socially and culturally still oriented to Chinese culture. Keywords: Chinese ethnic, identity, Padang, Dutch East Indies Government. A. PENDAHULUAN di luar daratan Tiongkok (Chinese Tionghoa adalah suatu etnis yang Oversease). ,stilah —Tionghoa“ lahir dari telah menjadi bagian dari kebhinekaan di gerakan kebudayaan yang dipelopori oleh Indonesia yang hadir jauh sebelum Tiong Hwa Hwe Koan (THHK) sejak datangnya bangsa Barat. Istilah etnis tahun 1900 untuk mempopulerkan istilah Tionghoa digunakan untuk menunjukkan —Tionghoa“ seEagai pengganti istilah kepada orang-orang Tionghoa yang tinggal —Chinese“ yang digunakan oleh bangsa 186 Patanjala Vol. 11 No. 2 Juni 2019: 185 - 201 Barat dan kata —Chinezen“ yang digunakan terbuka yang sampai menimbulkan korban oleh Pemerintah Hindia Belanda1. jiwa. Padahal dari sisi kuantitas, etnis Keberadaan etnis Tionghoa di Tionghoa disebut sebagai kelompok hampir di seluruh kota di Indonesia tidak minoritas yang telah berinteraksi dengan terlepas dari fenomena diaspora yang masyarakat Padang dalam waktu yang sudah terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Pada kenyataannya, dominasi lama oleh orang-orang Tionghoa keluar kelompok mayoritas seperti Minangkabau, dari daratan Tiongkok. Proses diaspora membuat etnis Tionghoa melebur ke etnis Tionghoa keluar dari daratan dalamnya, tanpa kehilangan identitas asli Tiongkok didorong oleh faktor interen mereka (Erniwati, 2003: 70). yang terjadi di Tiongkok dan faktor Proses adaptasi yang panjang eksteren tempat mereka yang baru, salah memberikan keunikan tersendiri terhadap satu daerah diaspora etnis Tionghoa adalah masing-masingnya, sehingga ditemukan kota-kota di Nusantara (Indonesia), keberagaman etnis Tionghoa yang tinggal termasuk Padang. di Indonesia. Kearifan lokal masing- Hidup sebagai kelompok minoritas masing kota di Indonesia akan di tengah masyarakat Indonesia yang memberikan dampak yang berbeda plural menjadi hal yang tidak mudah untuk terhadap pembentukan identitas etnis dijalani etnis Tionghoa di Indonesia. Tionghoa yang tinggal di wilayahnya, Secara historis, kebijakan Pemerintah seperti etnis Tionghoa Padang akan Hindia Belanda telah menempatkan etnis berbeda dengan etnis Tionghoa yang Tionghoa sebagai kelompok yang terpisah tinggal di Jawa, Medan, Riau, Makasar, dan berbeda dari masyarakat tempatan. Bangka, dan mereka yang tinggal di daerah Sejumlah catatan tindak kekerasan yang lainnya. Akibatnya generalisasi yang menimpa etnis Tionghoa dari berbagai selama ini diberikan tentang etnis rezim politik di Indonesia menunjukkan Tionghoa perlu ditinjau kembali. bahwa posisi etnis ini sangatlah rentan, Fokus kajian artikel ini adalah baik dalam tataran lokal maupun nasional. dinamika pembentukan identitas etnis Di Indonesia, konflik antara penduduk Tionghoa di Padang pada masa setempat dengan etnis Tionghoa paling Pemerintahan Hindia Belanda. Periode ini banyak terjadi jika dibandingkan dengan menjadi landasan pembentukan identitas negara Asia Tenggara yang lainnya Tionghoa oleh politik lokal. Di satu sisi, (Suryadinata, 2005: 181). Padahal tindak lokalitas Padang yang berfungsi sebagai kekerasan menjadi suatu tragedi yang daerah rantau identik dengan merusak nilai-nilai humanitas dan Minangkabau. Meskipun demikian, meninggalkan ingatan pilu serta trauma, penduduk Padang sebetulnya sangat sehingga beberapa etnis Tionghoa akhirnya beragam karena sifatnya yang terbuka ada yang memilih meninggalkan terhadap berbagai pendatang. Indonesia. Ada beberapa kajian terdahulu yang Narasi kekerasan terhadap etnis patut dirujuk sebagai sumber acuan. Tionghoa sebagai masa lalu yang kelam Pertama adalah buku yang berjudul Paco- mengisi hampir perjalanan sejarah Paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota beberapa kota besar di Indonesia. di Indonesia pada Abad ke-20 dan Fenomena berbeda ditemukan di Padang, Penggunanaan Ruang Kota karya Freek etnis Tionghoa menjalani kehidupan yang Colombijn yang diterbitkan pada tahun terjaga tanpa diwarnai dengan konflik 2006 oleh penerbit Ombak. Buku ini mengulas mengenai keberadaan etnis Tionghoa yang menjadi bagian dari 1 Lihat lebih lanjut Erniwati, 2016, 140 Tahun penduduk Padang. Colombijn melihat Heng Beng Tong: Sejarah Perkumpulan Tionghoa 1876-2016, Depok: Komunitas bagaimana kontribusi etnis Tionghoa Bambu, hlm. 1. dalam bidang perdagangan, terutama Identitas Etnis Tionghoa…(Erniwati) 187 tentang pemanfaatan ruang Padang sebagai mencoba menggambarkan bahwa etnis wilayah budaya, pusat perdagangan, Tionghoa juga memiliki keinginan untuk pemerintahan, transportasi, dan pendidikan menMadi Eagian dari —.e-Jawa-an“ tempat sejak Pemerintah Hindia Belanda. Untuk mereka berdomisili dan menjadi bagian mengatasi konflik antarsesama pengguna dari lingkungan tersebut. ruang, maka master plan dibutuhkan agar Rustopo mampu membangun model ruang untuk penggunaan umum dan penelitian sejarah dengan merekonstruksi simbolik yang memberikan ciri khas karya sejarah kebudayaan dan bisa Padang bisa digunakan dengan baik. dipertanggungjawabkan secara akademik. Penelitian Colombijn tersebut Ia memakai teori konvergensi dari William berguna untuk memberi pemahaman Stern, yakni hasil pertemuan (konvergensi) tentang Padang sebagai suatu wilayah antara faktor pribadi dan lingkungan yang lokalitas dengan kedinamisan yang digambarkan pada etnis Tionghoa dalam kentara, terutama dalam penggunaan proses menjadi Jawa pada 1895-1998. konsep ruang pada kemajemukan Kajian menggunakan silsilah dan faktor masyarakat yang berada di dalamnya. lingkungan, mulai dari keluarga, tetangga, Kelompok etnis Tionghoa sebagai hingga budaya. Pola kebudayaan Jawa minoritas yang mempertahankan yang disampaikan Geertz menjadi rujukan eksistensinya dalam berbagai bidang, dalam mengamati simbol ke-Jawa-an mana terutama bidang perekonomian. Persaingan yang diadopsi. dagang antara etnis Tionghoa dengan Gambaran Rustopo dan Willmott Minangkabau disandingkan dengan tentang integrasi budaya Jawa dengan pembangunan eksistensi diri untuk identitas etnis Tionghoa memiliki mendapatkan tempat tersendiri dalam perbedaan dengan etnis Tionghoa di ruang Padang. Meskipun etnis Tionghoa Padang. Pengintegrasian budaya Jawa pada digambarkan oleh Colombijn berusaha identitas etnis Tionghoa diserap secara untuk mendapatkan ruang di Padang, individu ataupun kelompok setelah melalui namun dinamika kebudayaan berdasarkan beberapa proses adaptasi pribadi-pribadi situasi politik yang tidak tetap di tataran yang kemudian men-Jawa-kan diri di lokal maupun nasional, tidak tergambarkan Surakarta. Hal ini menggambarkan bahwa dalam penjelasannya. Inilah yang menjadi pengaruh lokalitas begitu memengaruhi pembeda antara tulisan Colombijn dengan kepribadian etnis Tionghoa dan mengikuti tulisan ini. pola-pola kehidupan setempat. Namun di Selanjutnya, dua karya yakni Padang, etnis Tionghoa tetap menjaga Menjadi Jawa: Orang-orang Cina dan budaya leluhurnya melalui perkumpulan Kebudayaan Jawa di Surakarta 1895-1998 marga, perkumpulan sosial, budaya, dan karya Rustopo dan The Chinese of pemakaman Himpunan Bersatu Teguh Semarang: A Changing Minority (HBT) dan Himpunan Tjinta Teman Community in Indonesia karya Willmott. (HTT), meskipun pengaruh budaya Dua karya ini merupakan