PENGARUH KOREAN WAVE (BUDAYA KOREA)
DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI ANTARA
INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
OLEH :
WINDA KARLINA SEPTANSYAH
NIM. 160200291
DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua dan tak lupa nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Korean Wave (Budaya
Korea) Dalam Hubungan Diplomasi Antara Indonesia dengan Korea
Selatan”. Dan tak lupa sholawat beriring salam kita hadiahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang kaya akan ilmu seperti sekarang ini.
Tujuan dari penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu, penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kelak penulis dapat lebih baik dalam penyusunan karya ilmiah lainnya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
ii
Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Saidin, SH.M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, Ibu Puspa Melati Hasibuan.SH.M.Hum
Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,
Bapak Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku wakil Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Sutiarnoto MS, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
5. Dr. Sutiarnoto MS, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan banyak waktu untuk membantu penyempurnaan skripsi ini
dan memberikan banyak masukan serta bimbingan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Dr. Chairul Bariah, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan banyak waktu dengan sepenuh hati membimbing serta
memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan skripsi
ini.
7. Kepada seluruh dosen, staf administrasi dan pegawai yang telah
memberikan ilmu dan arahan kepada penulis selama menjalani
perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
8. Terkhusus kepada kedua orang tua saya tercinta, Mama Septanti
Rahmadani dan Papa Syahrul yang tak henti-hentinya memberikan
kasih sayang dan cintanya kepada penulis serta dukungan dan doa yang
iii
Universitas Sumatera Utara luar biasa selalu mengiringi langkah penulis sehingga penulis dapat
menyusun skripsi ini dengan baik. Terima kasih banyak Ma, Pa.
9. Kepada adik-adik saya tersayang, Wanda Aulia Septansyah, Warda
Sofiah Septansyah, Wadhiah Faihanah Septansyah, dan si ganteng Wafi
Ghaly Faeyza Septansyah, yang selalu memberikan penulis hiburan,
mendengarkan keluh kesah serta memberikan semangat dalam proses
penulisan skripsi ini.
10. Kepada BESTAM, Anisyah Ardianty, Syafira, Ayi Oudri, Salsa Shafira
yang selalu menemani penulis dari SMP hingga saat ini, yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis, can my kids call you the
Ahjummas later?
11. Kepada Cindy, Nisa, Salsa, Imam, Kiki, Sony dan Mahmud sahabat
kampus yang selalu menemani penulis dari hari pertama perkuliahan
hingga saat ini, yang selalu memberikan bantuan, nasehat, membagi
tawa canda keluh kesah bersama selama perkuliahan hingga skripsi ini
terselesaikan. Dan kepada Cindy Savitri Desano yang selalu ada
disamping penulis dari awal perkuliahan hingga mengambil jurusan
yang sama, penulis ucapkan terima kasih karena selalu bersama-sama
penulis melewati suka duka perkuliahan.
12. Kepada ILSA Commander’16, Hazza, Ipen, Inang, Rara, Cindy, Deayu,
Mahmud, Tania, Tika, Naya yang memberikan pengalaman berharga
dalam memimpin organisasi walaupun hanya selama 2 semester namun
menjadi kesan yang tersendiri dalam hati penulis.
iv
Universitas Sumatera Utara 13. Kepada Geng Cebu Sober, Hazza, Aidil, Cindy, Deayu, Salsa, Azka,
Tika, Tania, Willy, yang memberikan kesan luar biasa selama di
Philippines, let’s make another journey! Dan kepada Ainaya Fathia
Suyono, penulis ucapkan terima kasih telah mengingatkan, memarahi,
dan selalu memberikan positive vibes nya kepada penulis sehingga
penulis semangat dalam mengerjakan skripsi dan selesai dengan hati
gembira.
14. Kepada Alira Vania, Andini Saraswati, Anafi Nur’aini, pelajar
Indonesia yang menjalani pendidikan di Korea Selatan yang bersedia
meluangkan waktunya untuk diwawancarai penulis.
15. Kepada para barisan Oppa-oppa serta Ahjussi dan Eonnie drama, para
idol, playlist Spotify, teman-teman virtual Twitter, yang memberikan
hiburan, menyegarkan mata penulis dikala penat serta memberikan
inspirasi dalam penyusunan skripsi ini.
Demikian skripsi ini penulis buat agar dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi kita semua.
Aamiin.
Medan, April 2020
Winda Karlina Septansyah NIM. 160200291
v
Universitas Sumatera Utara ABSTRAK
Winda Karlina Septansyah* Dr. Sutiarnoto MS, SH.M.Hum** Dr. Chairul Bariah, SH.M.Hum***
Diplomasi budaya adalah upaya yang dinamis yakni menggunakan kebudayaan untuk meningkatkan kepentingan suatu negara dan pengakuan melalui kerja sama dan pertukaran budaya. Hal ini dimanfaatkan oleh Korea Selatan dalam meningkatkan hubungan luar negeri dengan menggunakan konten budaya yang sudah dikenal oleh masyarakat internasional. Korean Wave menjadi media yang sangat pas dalam mengenalkan Korea Selatan pada masyarakat internasional. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, pertama bagaimana terbukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan, kedua bagaimana implementasi tentang Korean Wave di Indonesia dan yang ketiga bagaimana pengaruh Korean Wave terhadap kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain melalui metode kepustakaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Metode pengumpulan data lainnya yang digunakan untuk mencari dan mempelajari data melalui wawancara berupa tanya jawab yang dilakukan melalui media sosial seperti Instagram, email, WhatsApp dengan pelajar Indonesia yang sedang maupun sudah selesai menyelesaikan pendidikan di Korea Selatan. Hasil yang diperoleh dari penelitian skripsi ini antara lain bahwa hubungan diplomatik Indonesia dengan Korea Selatan terjalin sangat baik dan berkembang secara signifikan dari tahun ke tahun. Perkembangan Korean Wave terbilang sangat sukses diterima dalam masyarakat Indonesia, dengan berkembangnya Korean Wave di Indonesia kedua negara ini sangat antusias untuk mengadakan kerja sama lebih banyak lagi di berbagai bidang yang dapat memberi keuntungan Indonesia dan Korea Selatan. Kata Kunci: Korean Wave, Kerja Sama, Indonesia, Korea Selatan.
______** Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ****** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...... ii
ABSTRAK ...... vi
DAFTAR ISI ...... vii
BAB I PENDAHULUAN ...... 1
A. Latar Belakang ...... 1
B. Rumusan Masalah ...... 8
C. Tujuan Penulisan ...... 8
D. Manfaat Penulisan ...... 8
E. Keaslian Penulisan...... 9
F. Tinjauan Pustaka ...... 11
G. Metode Penelitian ...... 13
H. Sistematika Penulisan ...... 17
BAB II TERBUKANYA HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA
INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN ...... 20
A. Sejarah Terbukanya Hubungan Diplomatik Antara Indonesia dengan
Korea Selatan ...... 20
B. Dasar Hukum Terbukanya Hubungan Diplomatik ...... 27
C. Perkembangan Korean Wave di Indonesia dan Korea Selatan ...... 68
vii
Universitas Sumatera Utara BAB III IMPLEMENTASI TENTANG KOREAN WAVE DI INDONESIA
...... 78
A. Awal Masuk Korean Wave di Indonesia ...... 78
B. Dampak Positif dan Negatif Masuknya Korean Wave di Indonesia 84
1. Dampak Positif Masuknya Korean Wave di Indonesia ...... 84
2. Dampak Negatif Masuknya Korean Wave di Indonesia ..... 87
C. Upaya yang Dapat Dilakukan Pemerintah Indonesia Terhadap
Masuknya Kultur Korean Wave di Indonesia ...... 91
BAB IV PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP KERJA SAMA
ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN ...... 95
A. Perkembangan Kerja Sama Antara Indonesia dengan Korea Selatan
...... 95
B. Pengaruh Korean Wave Terhadap Kerja Sama Antara Indonesia dengan
Korea Selatan dalam Berbagai Bidang ...... 101
1. Perdagangan...... 101
2. Pendidikan ...... 110
3. Sosial Budaya dan Pariwisata ...... 115
BAB V PENUTUP ...... 123
A. Kesimpulan ...... 123
B. Saran ...... 125
DAFTAR PUSTAKA ...... 127
viii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap negara pasti memiliki budaya yang hidup berdampingan dengan
dinamika kehidupan bermasyarakat. Adanya budaya adalah suatu bentuk
pemikiran manusia yang dihasilkan sebagai suatu rangkaian tindakan dan
aktivitas manusia yang berpola, dimana budaya tersebut didukung dan
diwariskan turun temurun oleh anggota masyarakat.
Menurut E.B. Tylor seorang antropologi Inggris (1832-1917)
mengemukakan bahwa budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia
sebagai anggota masyarakat.1
Secara umum wujud dari kebudayaan terbagi dua yakni material yang
dapat dilihat, dirasakan dan diraba sehingga lebih konkret dan mudah untuk
dipahami, yang kedua yakni nonmaterial dengan ciri hanya dapat dirasa
sehingga bersifat abstrak dan sulit untuk dipahami.2 Selain itu menurut pendapat
ahli J. J. Honigmann dalam bukunya yang berjudul “The World of Man”,
mengemukakan membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: (1) ideas, (2)
activities, and (3) artifact. Sejalan dengan pikiran ahli tersebut,
1 Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012) hlm. 28 2 Sri Rahaju Djatimurti Rita Hanafie, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2016) hlm. 40
1
Universitas Sumatera Utara 2
Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.
Wujud kebudayaan ini berfungsi mengatur, mengendalikan dan
memberi arah kepada tindakan, kelakukan dan perbuatan manusia
dalam masyarakat sebagai sopan santun.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
Wujud kebudayaan ini dinamakan sistem sosial karena berupa
tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini
bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem
sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan
berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat.
Sistem sosial ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat
konkret, dalam bentuk perilaku dan bahasa yang digunakan
berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud kebudayaan ini disebut juga dengan kebudayaan fisik.
Wujud kebudayaan ini hampir keseluruhannya merupakan hasil
fisik yang berasal dari aktivitas dan hasil karya manusia dalam
masyarakat. Bersifat konkret dan berupa benda-benda yang dapat
Universitas Sumatera Utara 3
diraba, dilihat dan difoto yang berwujud besar maupun kecil yang
dapat berbentuk materi atau artefak.3
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan dari bangsa Indonesia yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini berarti bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa, budaya, agama, ras dan bahasa. Budaya majemuk
(pluralistic) yang dimiliki bangsa Indonesia dimungkinkan karena berbagai faktor penyebab antara lain karena wilayah, penduduk ataupun kepentingan masyarakat itu sendiri.
Saat ini tidak dapat dipungkiri kebudayaan Indonesia juga dapat bergesek dengan budaya dari Negara lain. Yang artinya telah terjadi akulturasi dalam kebudayaan Indonesia karena disebabkan oleh efek persinggungan wilayah atau migrasi penduduk. Indonesia merupakan Negara berkembang, dewasa ini sangat mustahil jika Negara berkembang tidak mendapat pengaruh dari kebudayaan asing. Kebudayaan asing dimaksud yaitu yang positif, yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang dapat diperlukan untuk mengembangkan kebudayaan Indonesia. Sutan Takdir Alisyahbana berpendapat bahwa kebudayaan Indonesia harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan barat, antara lain teknologi, orientasi ekonomi, keterampilan berorganisasi dan ilmu pengetahuan.4
3 Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi, op.cit hlm 29-30 4 Sri Rahaju Djatimurti Rita Hanafie, op.cit hlm 54
Universitas Sumatera Utara 4
Kultur atau budaya memiliki fungsi yang unik. Di satu sisi dapat
menyatukan namun di satu sisi dapat memisahkan. Kultur, dengan kata lain,
memiliki konsekuensi berupa perbedaan. Perbedaan yang dimaksud mencakup
tiga hal, sebagai berikut:
a. Pertama, perbedaan dalam hal berhubungan dengan sesame
masyarakat. Pola hubungan sosial yang terbentuk dalam suatu
komunitas tertentu selalu merupakan hasil dari proses interaksi
kultural di antara masyarakat dalam komunitas tersebut.
b. Kedua, perbedaan yang dimaksud juga terwujud dalam sikap
terhadap waktu. Serangkaian pola interaksi tertentu akan
menghasilkan sikap terhadap waktu yang berbeda-beda. Terkait
dengan orientasi ke masa depan, masa kini atau masa lalu.
c. Ketiga, perbedaan juga mencakup dalam hal berhubungan dengan
lingkungan. Masing-masing tradisi kultural memiliki cara yang
berbeda-beda dalam melihat lingkungan dan posisi manusia
didalamnya.5
Saat ini kebudayaan yang sangat berkembang di berbagai belahan dunia yang dapat dirasakan oleh banyak pihak, tidak terpaku dari jenis kelamin, usia, tua maupun muda semua dapat merasakan budaya tersebut. Kebudayaan tersebut menjadi sebuah fenomena yang berkembang pesat di masyarakat dunia, fenomena yang dilahirkan oleh Korea Selatan, yakni fenomena Korean Wave atau Gelombang
Korea. Korean Wave adalah sebuah istilah yang sekarang populer digunakan
5 Mahmud Syaltout, Hizkia Yosias Polimpung dan Azis Rahmani, Dilema Kultural Dalam Strategi Diplomasi Indonesia di ASEAN, (Jakarta: UI Press, 2012) hlm 6-7
Universitas Sumatera Utara 5
menandakan bahwa kultur tersebut mendunia lewat musik, drama, film serta bahasanya. Perkembangan fenomena dari Korean Wave ini mendapat perhatian dunia, karena kemampuannya memikat banyak pihak terutama kalangan remaja.
Kemunculan fenomena Korean Wave mulai dapat dirasakan secara nyata terutama bagi negara-negara yang terkena dampaknya. Keberadaan drama-drama yang ditayangkan di saluran televisi lokal, menjamurnya barang-barang buatan
Korea, makanan Korea, atau sering diputarnya musik dari artis Korea kini terjadi di banyak tempat. Dalam skala lebih besarnya adalah mulai menjamurnya konser- konser artis asal Korea Selatan di berbagai negara.6 Indonesia termasuk negara yang mendapat pengaruh dari keberadaan dan masuknya Korean Wave. Di Indonesia sendiri dapat dirasakan keberadaan dari Korean Wave itu sangat familiar. Mulai dari radio, restoran dan iklan di televisi banyak yang memakai background music dari lagu-lagu pop Korea Selatan.
Korean Wave dijadikan Korea Selatan sebagai alat kebijakan untuk meningkatkan diplomasi kebudayaan dan diplomasi publik. Diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olah raga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri–ciri khas utama, misalnya propaganda dan lain–lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer.7
6 Pettisa Rustadi, Skripsi:”Korean Wave Sebagai Instrumen Diplomasi Korea Selatan Dilihat Dari Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme”, (Depok: Universitas Indonesia, 2012) hlm 2 7 https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pedoman-diplomasi-budaya dikunjungi pada 06/02/2020
Universitas Sumatera Utara 6
Sedangkan diplomasi publik bertujuan menumbuhkan opini masyarakat yang positif di negara lain melalui interaksi dengan kelompok-kelompok kepentingan.
Diplomasi publik mensyaratkan kemampuan komunikasi antar budaya karena terkait dengan berubahnya sikap masyarakat, saling pengertian dalam melihat persoalan-persoalan politik luar negeri. Di era informasi, pendapat masyarakat dapat secara efektif mempengaruhi tindakan pemerintah.8
Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diplomasi budaya adalah upaya yang dinamis yakni menggunakan kebudayaan untuk meningkatkan kepentingan suatu negara dan pengakuan melalui kerja sama dan pertukaran budaya. Hal ini dimanfaatkan oleh Korea Selatan dalam meningkatkan hubungan luar negeri dengan menggunakan konten budaya yang sudah dikenal oleh masyarakat internasional. Korean Wave menjadi media yang sangat pas dalam mengenalkan Korea Selatan pada masyarakat internasional.
Dengan demikian, penggunaan Korean Wave oleh pemerintahan Korea
Selatan termasuk ke dalam soft power. Soft power yakni kemampuan dalam membentuk pendapat orang lain, hampir sama dengan metode merayu dalam hubungan personal manusia. Sumber utama dari soft power suatu negara salah satunya yakni budaya. Dari sisi budaya sendiri yang paling berperan adalah kebudayaan populer dari negara tersebut, dalam hal ini Korean Wave sebagai instrument diplomasi Korea Selatan. Penggunaan ini berarti pemerintah memang sengaja menggunakan Korean Wave sebagai instrumen diplomasi dan menempatkannya secara legal sebagai bagian dari kebijakan luar negeri negaranya.
8 Sukawarsini Djelantik, Diplomasi Antara Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008) hlm 191
Universitas Sumatera Utara 7
Hal ini perlu ditekankan karena inti dari soft power terletak dari bagaimana negara sebagai aktor dalam Hubungan Internasional memang secara sengaja dan sadar menggunakan instrument tersebut. Apabila pemerintah tidak mengakuinya sebagai bagian dari kebijakannya maka instrument tersebut tidak valid untuk dikatakan sebagai soft power sebuah negara dan hanya masuk ke dalam kategori soft resources. Soft resources merupakan hal yang berpotensi untuk menghasilkan soft power bagi suatu negara.9
Diplomasi kebudayaan yang digunakan Korea Selatan dalam soft power- nya yang paling populer yakni berupa Korean Drama (drama Korea) dan Korean
Pop (music pop Korea). Pada saat ini Korean Wave sebagai pintu gerbang budaya
Korea Selatan diterima di hampir seluruh dunia, khususnya Indonesia. Mulai dari ditayangkannya drama Korea di saluran televisi nasional, pergelaran konser artis
Korea, serta momen yang masih hangat di Indonesia sendiri penampilan boyband
Super Junior dan iKON dalam Closing Ceremony Asian Games 2018.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas bagaimana pengaruh dari Korean Wave dalam hubungan diplomasi antara Indonesia dengan
Korea Selatan yang mempengaruhi kerja sama dalam bidang pendidikan, sosial budaya serta perdagangan dari kedua negara tersebut.
9 Pettisa Rustadi, op.cit hlm 18
Universitas Sumatera Utara 8
B. Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang diuraikan pada latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana terbukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan
Korea Selatan?
2. Bagaimana implementasi tentang Korean Wave di Indonesia?
3. Bagaimana pengaruh Korean Wave terhadap kerja sama antara
Indonesia dengan Korea Selatan?
C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dari permasalahan tersebut di
atas adalah:
1. Untuk mengetahui sejarah terbukanya hubungan diplomatik antara
Indonesia dengan Korea Selatan.
2. Untuk mengetahui implementasi dari Korean Wave di Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh dari Korean Wave terhadap kerja sama
antara Indonesia dengan Korea Selatan khususnya dalam pendidikan,
perdagangan dan sosial budaya.
D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan tentang
pengaruh suatu kebudayaan dalam kerja sama internasional dalam bidang
pendidikan, perdagangan maupun sosial budaya, khususnya menyangkut
Universitas Sumatera Utara 9
keberadaan kebudayaan asing di Indonesia. Selain itu, penulisan ini
diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya pada bidang yang
sama.
2. Secara Praktis
Penulisan ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar
mempunyai pandangan dan pemahaman mengenai pengaruh kebudayaan
dalam kerja sama internasional yang berkaitan dengan pendidikan,
perdagangan internasional serta sosial budaya, khususnya pengaruh Korean
Wave terhadap kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan.
E. Keaslian Penulisan Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Korean Wave (Budaya
Korea) dalam Hubungan Diplomasi Antara Indonesia dengan Korea
Selatan” pada dasarnya belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai berikut:
1. Pettisa Rustadi, Tahun 2012, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia, dengan judul “Korean Wave Sebagai
Instrumen Diplomasi Korea Selatan Dilihat Dari Paradgima Realisme,
Liberalisme dan Konstruktivisme”.
Permasalahan yang dibahas adalah:
a. Bagaimana Korean Wave sebagai instrumen diplomasi Korea Selatan
dibahas dari paradigma realisme, liberalisme dan konstruktivisme?
Universitas Sumatera Utara 10
2. Dafi Hifzillah, Tahun 2014, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul
“Peran Hallyu Bagi Korea Selatan Dalam Hubungan Bilateral Korea
Selatan-Indonesia”.
Permasalahan yang dibahas adalah:
a. Bagaimana peran Hallyu bagi Korea Selatan dalam hubungan bilateral
dengan Indonesia?
3. Ken Ratih Kumalasari, Tahun 2017, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, dengan judul “Pengaruh
Korean Wave Terhadap Hubungan Diplomatik Korea Selatan dengan
China”.
Permasalahan yang dibahas adalah:
a. Bagaimana pengaruh diplomasi budaya Korea Selatan melalui Korean
Wave terhadap perkembangan hubungan bilateral dengan China?
4. Khairina Firdani, Tahun 2019, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Peranan Korean
Wave Sebagai Sarana Soft Diplomacy Terhadap Penyebaran Budaya Korea
Selatan di Indonesia”.
Permasalahan yang dibahas adalah:
a. Bagaimana peranan Korean Wave sebagai sarana Soft Diplomacy
terhadap penyebaran budaya Korea Selatan di Indonesia?
Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti
tersebut di atas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun
pokok permasalahan yang dibahas dan berdasarkan pemeriksaan serta
Universitas Sumatera Utara 11
penelurusan kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada
tanggal 14 Agustus 2019, judul yang diangkat menjadi skripsi ini belum
pernah ditulis sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
F. Tinjauan Pustaka Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, jurnal-
jurnal, dan informasi dari internet. Untuk menghindari penafsiran ganda, maka
penulis memberikan penegasan batasan pengerian dari judul penelitian yang
diambil dari sudut ilmu hukum, penafsiran secara etimologis, maupun pendapat
dari para serjana terhadap beberapa pokok pembahasan maupun materi yang
akan dijabarkan dalam skripsi ini antara lain yaitu:
Pengaruh artinya daya kekuatan yang datang dari keadaan (kekuasaan
dan sebagainya); mempengaruhi dapat memberi pengaruh kepada.10
Korean Wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas
budaya pop Korea Selatan di berbagai negara.11 Hallyu atau Korean Wave
(Hangul: 한류) dalam bahasa Indonesia: "Gelombang Korea"12 adalah istilah
muncul pada pertengahan 1990an setelah Korea mengadakan hubungan
diplomatik dengan Tiongkok pada tahun 1992.13 Adanya Korean Wave banyak
masyarakat di dunia tertarik untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan Korea
Selatan.
Hubungan adalah sesuatu yang terjadi apabila dua orang atau hal atau
10 S. Wojowasito, Kamus Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan Menurut Pedoman Lembaga Bahasa Nasional, (Malang: C.V. Pengarang, 1999) hlm 289 11 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do dikunjungi pada tanggal 04/02/2020 12 https://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu dikunjungi pada tanggal 04/02/20 13 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do dikunjungi pada tanggal 04/02/2020
Universitas Sumatera Utara 12
keadaan saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan yang
lainnya.14 Hubungan dapat juga dikatakan sebagai suatu proses, cara atau
arahan yang menentukan atau menggambarkan suatu obyek tertentu yang
membawa dampak atau pengaruh terhadap obyek lainnya.
Istilah diploma berasal dari bahasa Latin dan Yunani yang dapat
diartikan sebagai surat kepercayaan. Kemudian kata diplomasi menjadi istilah
diplomat, diplomasi, dan diplomatik. 15Diplomasi, secara umum dapat dipahami
sebagai suatu aktivitas dalam mengimplementasikan dan memperjuangkan
kebijakan luar negeri suatu negara. 16 Diplomasi merupakan suatu cara
komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak termasuk negosiasi antara
wakil-wakil yang sudah diakui, praktik negara semacam itu sudah melembaga
sejak dahulu dan menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional.17
Diplomasi dapat berlangsung di forum-forum multilateral maupun di forum
terbatas yakni bilateral atau trilateral. Jika kebijakan luar negeri suatu negara
diartikan sebagai upaya pencapaian kepentingan nasional, maka bisa dikatakan
bahwa diplomasi merupakan garda depan kepentingan nasional tersebut,
diplomasi memegang peran yang amat penting dalam hal memperjuangkan
kepentingan nasional. 18 Diplomasi memiliki kaitan yang erat dengan politik
luar negeri, karena diplomasi merupakan implementasi dari kebijakan luar
negeri yang dilakukan oleh pejabat-pejabat resmi yang terlatih.
14 Erick Sidauruk, Skripsi: “Hubungan Eksekutif Desa dengan Legislatif Desa dalam Penetapan Peraturan Desa Tentang Pembangunan Fisik Desa Marga Kaya” , (Lampung: Universitas Lampung, 2010) hlm 41 15 C.S.T. Kansil, Modul Hukum Internasional, (Jakarta: Djambatan, 2002) hlm 71 16 Mahmud Syaltout, Hizkia Yosias Polimpung dan Azis Rahmani, op.cit hlm 1 17 Sumaryo Suryokusumo, Praktik Diplomasi, (Bandung: BP.IBLAM, 2004) hlm 2 18 Ibid
Universitas Sumatera Utara 13
Fungsi utama diplomasi adalah melindungi dan memajukan
kepentingan nasional. Untuk itu, setiap bangsa harus menentukan sendiri
sikapnya terhadap bangsa lain, dan juga harus menentukan arah tindakan yang
akan diambil dan dicapai dalam urusan internasional.19 Pelaksanaan diplomasi
bilateral dan ultilateral serta kegiatan sehari-hari dilaksanakan oleh para
diplomat dan perwakilan-perwakilan yang ditempatkan di luar negeri dan di
dalam organisasi-organisasi internasional.20
G. Metode Penelitian Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara
kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian,
sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.21
Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah
ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan
metode ilmiah.22 Menurut Sugiyono, metode penelitian adalah adalah cara-
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat
ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu,
sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahmi, memecahkan dan
mengantisipasi masalah.23
19 Syahmin, Hukum Diplomatik dalam Kerangka Studi Analisis, (Jakarta: PT RajagGrafindo Persada, 2008) hlm 5-6 20 Sukawarsini Djelantik, op.cit hlm 13 21 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003) hlm 24 22 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Depok: Prenadamedia Group, 2018) hlm 3 23 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009) hlm 6
Universitas Sumatera Utara 14
Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang
digunakan merupakan metode penelitian hukum normatif yang akan
dijabarkan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.
Penelitian hukum normatif bisa juga disebut sebagai penelitian hukum
doktrinal. Pada penelitian ini, sering kali hukum dikonsepsikan sebagai apa
yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum
yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan
berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas.24 Langkah
pertama dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum
primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan
dengan hukum internasional dan hukum nasional.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang
diperoleh secara langsung dari masyarakat (data primer) dan dari bahan-bahan
kepustakaan (data sekunder).25 Metode penelitian hukum secara normatif
menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut terdiri atas:
a) Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah segala aturan hukum yang penegakannya
24 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, op.cit hlm 124 25 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm 13
Universitas Sumatera Utara 15
atau pemaksaannya dilakukan oleh negara atau enforced by the state. Yang
memiliki otoritas hukum yang ditetapkan oleh suatu cabang kekuasaan
pemerintahan yang meliputi; undang-undang yang dibuat parlemen, putusan-
putusan pengadilan dan peraturan eksekutif atau administrasi.26 Hukum adat
tertulis dapat termasuk sebagai bahan hukum primer sepanjang keberadaan
masyarakat hukum adat yang menetapkan aturan adat tertulis itu diakui oleh
konstitusi dan/atau undang-undang, begitu juga dengan aturan hukum
internasional, perjanjian-perjanjian internasional dan hukum kebiasaan
internasional.27 Adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian
ini, antara lain sebagai berikut:
1. Konvensi Wina Tahun 1961
2. Vienna Convention on Consular Relations and Optional Protocols 1963
(Konvensi Wina Tahun 1963)
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang
Hubungan Luar Negeri
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1982 Tentang
Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta
Protokol Opsionalnya 1961 dan Pengesahan Konvensi Wina Mengenai
Hubungan Konsuler Beserta Protokol Opsionalnya 1963
5. Perjanjian Bilateral dan/atau Multilateral Antara Indonesia Dengan
Korea Selatan
6. dan lain-lain.
26 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019) hlm 143 27 Ibid, hlm 144
Universitas Sumatera Utara 16
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder pada umumnya berupa buku-buku hukum
yang berisi ajaran atau doktrin atau treaties; terbitan berkala berupa artikel-
artikel tentang ulasan hukum atau law review; dan narasi tentang arti istilah,
konsep, phrase, berupa kamus hukum atau ensiklopedi hukum, termasuk
juga segala karya ilmiah hukum yang tidak dipublikasikan atau yang dimuat
di koran atau majalah populer.28 Adapun bahan hukum sekunder dalam
penelitian ini adalah bahan-bahan kepustakaan yang menjelaskan lebih
lanjut dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dalam penelitian
ini terdiri dari sebagai berikut:
1. Buku-buku tentang Budaya.
2. Buku-buku tentang Hukum Diplomatik dan Konsuler.
3. Buku-buku tentang Perjanjian Internasional.
4. Jurnal Hukum Nasional
5. Jurnal Hukum Internasional
6. dan lain-lain. c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder.29 Bahan hukum tersier terdiri dari: a. Kamus umum Bahasa Indonesia b. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia
28 Ibid, hlm 145 29 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Loc. cit
Universitas Sumatera Utara 17
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian
kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan
meneliti bahan pustaka atau yang disebut data sekunder. Adapun data
sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari
buku-buku koleksi pribadi maupun pinjaman dari perpustakaan, literatur-
literatur, tulisan-tulisan para pakar, bahan kuliah yang relevan, artikel-artikel
baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-
dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan dan konvensi
internasional.
Tahap – tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:
a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan - bahan hukum
lainnya yang relevan dengan objek kajian.
b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel – artikel media
cetak dan elektronik, dokumen pemerintahan dan peraturan
perundangan.
c. Mengelompokkan data – data yang relevan dengan permasalahan.
H. Sistematika Penulisan
Sistem penulisan skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab
terbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan
materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN adalah bab yang menerangkan mengenai latar
belakang yang menjelaskan hal-hal yang menjadi alasan pemilihan
Universitas Sumatera Utara 18
judul penelitian kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah
diikuti dengan tujuan penulisan serta manfaat dari penulisan
penelitian ini. Pada bab ini juga membahas mengenai keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan serta metodologi penelitian yang
digunakan dan diakhiri dengan sistematika penulisan.
BAB II: TERBUKANYA HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA
INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN, bab ini akan
membahas sejarah terbukanya hubungan diplomatik pada umumnya
kemudian sejarah terbukanya hubungan diplomatik antara Indonesia
dengan Korea Selatan serta perkembangan dari Korean Wave di
Indonesia maupun di Korea Selatan.
BAB III: IMPLEMENTASI TENTANG KOREAN WAVE DI INDONESIA,
bab ini membahas implementasi Korean Wave di Indonesia, dimulai
dari awal masuk kemudian dampak positif dan negatif masuknya
Korean Wave di Indonesia serta membahas upaya apa yang dapat
dilakukan pemerintah Indonesia terhadap masuknya kultur tersebut
di Indonesia.
BAB IV: PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP KERJA SAMA
ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN, pada bab
ini membahas mengenai perkembangan kerja sama antara Indonesia
dengan Korea Selatan dan termasuk dibahas juga didalamnya
mengenai pengaruh dari Korean Wave terhadap kerja sama antara
Indonesia dengan Korea Selatan dalam bidang perdagangan,
Universitas Sumatera Utara 19
pendidikan dan sosial budaya.
BAB V: PENUTUP, bab ini berisi kesimpulan dari seluruh jawaban atas
rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dan saran dari
penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan
pembahasan mengenai pengaruh Korean Wave khususnya terhadap
kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TERBUKANYA HUBUNGAN DIPLOMATIK
ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN
A. Sejarah Terbukanya Hubungan Diplomatik Antara Indonesia dengan Korea Selatan
Indonesia dan Korea Selatan adalah dua negara yang memiliki beberapa persamaan dalam beberapa aspek. Korea Selatan merdeka pada tanggal 15
Agustus 1945, yang hanya berbeda dua hari dengan Indonesia yakni Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, kedua negara ini merdeka setelah mengalami penjajahan dari Jepang.
Kedua negara ini juga mengalami pergolakan politik pada tahun 1960- an. Di Korea Selatan pada 19 April 1960 terjadi demonstrasi besar-besaran di ibu kota sebagai bentuk protes terhadap upaya Presiden Syngman Rhee yang tetap mempertahankan kedudukan karena melakukan kecurangan dalam pemilu yang telah dilakukan pada 15 Maret 1960. Dalam aksi tersebut mahasiswa menuntut agar membatalkan hasil pemilu tersebut. Dalam kejadian tersebut total 184 orang tewas dan 6000 orang terluka akibat bentrokan dengan polisi,
Presiden Rhee dan kabinetnya bubar, Republik Pertama pada April 1960.
Revolusi ini merupakan perjuangan hak asasi manusia rakyat Korea yang pertama dalam sejarah Korea dan juga sebagai bentuk perjuangan demokrasi rakyatnya.30
30 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Korea_Selatan diakses pada 04/02/2020
20
Universitas Sumatera Utara 21
Sedangkan di Indonesia masa di mana pergolakan politik terjadi pada
pertengahan 1960-an, pada 1965-1966 merupakan masa transisi Orde Lama ke
Orde Baru. Presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno digulingkan setelah
21 tahun menjabat. Periode ini adalah salah satu periode paling penuh gejolak
dalam sejarah Indonesia. Pada tanggal 30 September 1965, enam perwira senior
Tentara Nasional Indonesia (TNI) tewas dalam sebuah peristiwa Gerakan 30
September. Mayor Jendral Soeharto memobilisasi pasukan dibawah
komandonya, melakukan permbesihan berdarah dari komunis di seluruh negeri,
diperkirakan menewaskan setengah juta jiwa dan menghancurkan Partai
Komunis Indonesia (PKI) yang secara resmi telah dipersalahkan atas peristiwa
tersebut oleh Soeharto.31 Akibat peristiwa di masing-masing negara tersebut
memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi serta demografinya.
Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan pada
tahun 2020 ini akan menginjak usia ke 47 tahun. Bahkan hubungan diplomatik
antara Indonesia dengan Korea Selatan telah tumbuh secara signifikan.
Hubungan diplomatik kedua negara mulai terjalin sejak September 1973,
sedangkan hubungan tingkat konsulatnya lebih dulu terjalin sejak Agustus
1966.32
Kerja sama ekonomi dan perdagangan juga berjalan sangat baik sejak
masa awal pemerintahan Orde Baru tahun 1966 dan terus meningkat hingga di
masa sekarang. Keberlanjutan hubungan bilateral dan kerja sama ekonomi yang
31 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1965-1966) diakses pada 04/02/2020 32 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 04/02/2020
Universitas Sumatera Utara 22
sangat baik hingga kini tersebut maka tidak mengherankan jika Korea Selatan
menjadi salah satu investor besar, penting, dan berpengaruh di Indonesia.33
Pembukaan hubungan konsulat tersebut ditindaklanjuti dengan
pembukaan kantor Konsulat Jenderal Korea di Jakarta pada tanggal 1 Desember
1966 dan pembukaan kantor Konsulat Jenderal Indonesia di Seoul pada tanggal
1 Juni 1968.34 Eratnya hubungan dan kerja sama bilateral tersebut antara lain
didukung oleh sifat komplementaritas sumber daya dan keunggulan yang
dimiliki masing-masing disamping proses kemajuan ekonomi dan politik kedua
negara yang sangat baik yang membuka peluang kerja sama di berbagai sektor
semakin terbuka lebar. Selain itu, kedua negara juga secara aktif saling
mendukung di berbagai forum-forum baik regional maupun internasional
seperti pencalonan-pencalonan pada organisasi internasional. 35 Sebagai
langkah pertama dimulainya hubungan kenegaraan resmi antara Korea Selatan
dan Indonesia, hubungan diplomatik tingkat konsuler membuka banyak
kesempatan bagi kedua negara untuk bekerja sama di berbagai bidang demi
tercapainya kepentingan suatu negara. Kunjungan bolak-balik sering dilakukan
oleh para pemimpin politik, ekonomi, sosial, dan budaya tiap-tiap negara
setelah dimulainya hubungan konsuler tersebut. Seiring dengan semakin
33 Erni Budiwanti, Cahyo Pamungkas, dan Saiful Hakam, “Pentingnya Studi Korea, Sejarah dan Kebudayaan untuk Memperkokoh Hubungan Ekonomi dan Kebudayaan antara Bangsa Indonesia & Bangsa Korea”, Pusat Penelitian Sumber Daya Regional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Juni 2014, hlm 1 34 Rini Afriantari dan Cindy Yosita Putri, “Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dalam Pengembangan Sektor Industri Kreatif di Indonesia”, Vol. 1 No. 1, Desember 2017, hlm 5 35 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu dikunjungi pada 04/02/2020
Universitas Sumatera Utara 23
meningkatnya hubungan kedua negara maka ditingkatkan ke tingkat diplomatik
penuh pada tanggal 18 September 1973. 36
Hubungan yang semakin erat antara kedua negara itu telah memajukan
saling pengertian dalam berbagai bidang, sementara pengertian bersama itu
semakin dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah nasional dan
internasional. Selanjutnya para menteri luar negeri dan para pejabat pemerintah
yang berkedudukan tinggi dari Indonesia dan Korea Selatan saling berkunjung
ke negara lawannya dengan maksud untuk tukar-menukar pandangan dalam
menentukan kebijakan politik-diplomatik maupun ekonomi, sosial budaya
antara negara Indonesia-Korea Selatan.37
Dari tahun 1966 hingga tahun 1970 perkembangan hubungan
persahabatan dari kedua negara ini sangat erat serta seringnya pertukaran
kunjungan pejabat tinggi dari kedua negara ini, mulai dari pertemuan Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia dan Ketua Parlemen Korea
Selatan, Menteri Luar Negeri serta pejabat-pejabat tinggi militer dari Indonesia
dan Korea Selatan. Semakin intensnya hubungan dari Indonesia dan Korea
Selatan ini membuat kedua negara ini menyetujui peningkatan hubungan luar
negeri dari tingkat konsuler ke tingkat diplomatik penuh yakni pada tanggal 18
September 1973, dengan persetujuan tersebut Konsulat Jenderal Indonesia
maupun Korea Selatan berubah menjadi Kedutaan Besar Republik Korea dan
Kedutaan Besar Republik Indonesia.
36 Rini Afriantari dan Cindy Yosita Putri, op.cit, hlm 5 37 Muh. Nizar Syarief, Skripsi: “Kerjasama Indonesia-Korea Selatan Di Bidang Manufaktur”, (Makassar: Universitas Hasanuddin, 2016), hlm 26
Universitas Sumatera Utara 24
Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik pada tahun 1973
melakukan kunjungan resmi ke Korea Selatan. Kunjungan Adam Malik ke
Seoul ketika itu mengakui Korea Selatan sebagai salah sebuah negara sahabat
lama dengan negara dan bangsa Indonesia. Pada saat itu, Adam Malik
menghargai pula keterangan-keterangan yang diberikan oleh Menteri Luar
Negeri Korea Selatan Kim Dong Jo dan menegaskan kembali dukungannya
bagi usaha-usaha pemerintah Indonesia terhadapa perdamaian dan penyatuan
melalui penerusan dialog Korea Utara-Korea Selatan yang tertuang pada
pernyataan konsensus dalam Sidang Umum PBB tertanggal 28 November
1973.38
Namun, intensitas hubungan antara kedua negara itu sedikit menurun
pada saat Korea Selatan dan Indonesia mengalami krisis ekonomi dan reformasi
bidang politik dan pemerintahan pada saat yang bersamaan. Berakhirnya
kepimimpinan politik ke tangan sipil membuat kedua Pemerintah sibuk untuk
menata kembali kehidupan politik dan ekonomi negaranya masing-masing.
Ketidak-jelasan sikap masing-masing pemimpin kedua negara terhadap satu
sama lain menyebabkan hubungan kedua negara makin mengalami penurunan
meskipun masih tetap berada di atas rata-rata.
Kerjasama di antara kedua pemerintah dilaksanakan secara
multidimensi dalam berbagai bidang, seperti perdagangan, investasi, energi,
sumber mineral, infrastruktur, pembangunan, teknologi informasi, pertanian,
perikanan, kehutanan, ketenagakerjaan, perjalanan wisata, kajian teknologi,
38 Yang Seung Yoon, 40 Tahun (1966-2005) Hubungan Indonesia-Korea Selatan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm 41
Universitas Sumatera Utara 25
pencegahan korupsi, pencegahan terorisme, industri pertahanan dan
penggunaan nuklir secara damai. Hubungan bilateral kedua negara memasuki
babak baru yang lebih penting dengan ditantanganinya Joint Declaration on
Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation between the
Republic of Indonesia and the Republic of Korea pada kunjungan Presiden Roh
Moo Hyun ke Jakarta tanggal 3-5 Desember 2006.39
Deklarasi Bersama itu ditandatangani oleh Kepala Negara kedua negara
saat itu yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Roh Moo
Hyun. Terdapat tiga pilar utama dalam kemitraan strategis tersebut yakni kerja
sama politik dan keamanan; kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi;
dan kerja sama sosial budaya yang telah disepakati. Deklarasi Bersama ini
diharapkan dapat mendorong Indonesia dan Korea Selatan lebih mempererat
hubungan persahabatan dan juga kerja sama yang lebih konkrit.
Sejak diberlakukannya Joint Declaration tersebut, investasi dan
perdagangan antar kedua negara terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Untuk mewujudkan pilar kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi,
kedua negara setuju untuk membentuk Indonesia-Korea Joint Task Force on
Economic Cooperation (JTF-EC) yang telah menyelenggarakan pertemuan
tahunan sejak tahun 2007. Pada tahun 2011, Indonesia-Korea JTF-EC
direvitalisasi menjadi Working Level Task Force Meeting (WLTFM) yang
39 Je Seong Jeon dan Yuwanto, Era Emas Hubungan Indonesia-Korea: Pertukaran Kultural Melalui Investasi dan Migrasi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2014), hlm 9
Universitas Sumatera Utara 26
melakukan pertemuan dua kali setahun untuk mengakomodasi perkembangan yang signifikan dalam kerjasama ekonomi kedua negara.40
Mekanisme bilateral yang ditempuh oleh kedua negara ialah dengan berbagai cara, dengan bentuk-bentuk dan forum kerjasama yang beragam.
Seperti Joint Commission, Working Level Task For, Defence Industry
Cooperation, AKFTA, IK-CEPA, Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF),
Indonesia-Korea Forestry Forum, Commision on Cultural Coorperation, Joint
Commitee and Logistic Meeting dan sebaginya. Hubungan diplomatik Korea
Selatan dan Indonesia harus dipandang juga dalam kerangka yang lebih luas, yaitu hubungan multilateral. Baik Indonesia maupun Korea Selatan, keduanya secara aktif berpartisipasi dalam organisasi-organisasi regional maupun global termasuk ASEAN, ARF, ASEAN+3, EAS, APEC, ASEM, Non-Blok, G-20,
PBB dan sebagainya yang berfungsi sebagai wadah lain bagi kedua negara untuk mempererat hubungan kedua negara serta memberikan sumbangsih terhadap masyarakat internasional dibalik kedekatan hubungan politik kedua negara.41
Korea Selatan dan Indonesia selama ini telah mengalami peningkatan berbagai kontak dan pertukaran. Peningkatan itu terutama terlihat mulai tahun
1980-an, melipui bidang politik, sosial-budaya dan ekonomi. Interaksi dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat Korea Selatan dan Indonesia pada masa kini, misalnya dalam pertukaran personel dalam wujud kunjungan kerja, pertukaran delegasi budaya dan olahraga, turis serta para pakar. Setelah
40 Muh. Nizar Syarief, op.cit, hlm 30 41 Ibid
Universitas Sumatera Utara 27
tercapainya hubungan kenegaraan scara resmi, kerja sama antarnegara diwujudkan secara nyata dalam bentuk persetujuan antar pemerintah.
Persetujuan itu merupakan dasar ikatan hubungan kerja sama selanjutnya yang akan dijalin oleh kedua negara dalam waktu-waktu mendatang. Sejak tahun
1971 hingga saat ini, Korea Selatan dan Indonesia sudah menandatangani beberapa persetujuan.
Hingga tahun 2015 terdapat 128 persetujuan antara Korea Selatan-
Indonesia yang sudah berlaku meliputi persetujuan bidang kerja sama ekonomi dan perdagangan, bidang kerja sama teknologi, bidang kerja sama transportasi, bidang kerja sama industri, bidang kerja sama tenaga kerja, bidang kerja sama kebudayaan dan sebagainya. Disamping mengembangkan hubungan kerja sama dibidang ekonomi, Korea Selatan dan Indonesia juga memperluas kerja sama dibidang yang lain seperti bidang transportasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, hukum, ataupun sumber daya dan lingkungan alam.
Perkembangan terakhir hubungan kerja sama yang terjalin antara Korea Selatan dan Indonesia tidak lagi terbatas pada hubungan kerja sama di tingkat pemerintahan, tetapi telah berkembang menjadi hubungan kerja sama ditingkat kemasyarakatan.42
B. Dasar Hukum Terbukanya Hubungan Diplomatik
Hukum diplomatik merupakan cabang dari hukum kebiasaan
internasional yang terdiri dari seperangkat aturan-aturan dan norma-norma
hukum yang menetapkan kedudukan dan fungsi para diplomat, termasuk
42 Yang Seung Yoon, op.cit, hlm 55
Universitas Sumatera Utara 28
bentuk-bentuk organisasional dari dinas diplomatik. 43 Hukum diplomatik
mempunyai lingkup yang lebih luas, bukan hanya mencakup hubungan
diplomatik, tetapi juga hubungan konsuler dan perwakilan negara-negara
pada organisasi internasional, khususnya organisasi internasional yang
memiliki tanggung jawab dan keanggotaannya bersifat universal. 44
Adapun yang memberi batasan bahwa hukum diplomatik
merupakan cabang dari hukum kebiasaan internasional yang terdiri dari
seperangkat aturan-aturan dan norma-norma hukum yang menetapkan
kedudukan dan fungsi para diplomat termasuk bentuk-bentuk
organisasional dari dinas diplomatik.45
Dapat disimpulkan bahwa hukum diplomatik adalah himpunan
peraturan-peraturan, asas-asas, dan ketentuan-ketentuan tentang fasilitas,
hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik sebagai bagian dari hukum
internasional yang paling mapan, dan sudah lama berkembang dalam
pergaulan dan kehidupan masyarakat antarbangsa.46
Hukum diplomatik ini sangat berhubungan dengan pemberian
kekebalan dan keistimewaan bagi para pejabat diplomatik dan konsuler
beserta keluarganya termasuk rumah kediaman mereka. Kekebalan dan
keistimewaan semacam itu juga diberikan kepada perwakilan diplomatik
dan konsuler agar mereka dapat melaksanakan tugas misi yang diemban dari
43 Syahmin, op.cit, hlm 8 44 Ibid, hlm 12 45 Edmund Jan Osmanczyk, ed Anthony Mango, Encyclopedia of the United Nations and International Agreements, (London: Routledge, 2003) hlm 977 46 Syahmin, op.cit, hlm 13
Universitas Sumatera Utara 29
negara masing-masing secara lancar tanpa adanya gangguan apapun. 47
Maka dari itu setiap negara penerima mempunyai kewajiban untuk
melindungi maupun mencegah para perwakilan diplomatik dan konsuler
dalam menjalani tugas dan misinya di negara penerima.
Menurut Ludwik Dembinski, in its traditional meaning the term
‘diplomatic law’ used to refer to the norms of international law governing
the status and functions of diplomatic missions exchanged by States having
established diplomatic relations, yang berarti istilah diplomatic law atau
hukum diplomatik digunakan untuk merujuk pada norma-norma hukum
internasional yang mengatur kedudukan dan fungsi misi diplomatik yang
dipertukarkan antara negara dengan membentuk hubungan diplomatik.48
Dari batasan dan pengertian yang telah disebutkan di atas dapat
ditarik kesimpulan adanya beberapa faktor yang penting yaitu hubungan
antar bangsa untuk merintis kerja sama dan persahabatan, hubungan
tersebut dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik termasuk para
pejabatnya, para pejabat tersebut harus diakui statusnya sebagai pejabat
diplomatik dan agar para pejabat itu dapat melakukan tugas diplomatiknya
dengan efisien mereka perlu diberikan hak-hak keistimewaan dan kekebalan
yang didasarkan atas aturan-aturan dalam hukum kebiasaan internasional
47 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2013) hlm 1 48 Ludwik Dembinski, The Modern Law of Diplomacy, (Netherlands: Martinus Nijhoff Publisher, 1988) hlm 1
Universitas Sumatera Utara 30
serta perjanjian-perjanjian lainnya yang menyangkut hubungan diplomatik
antar negara.49
Dalam Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961,
pengertian pembukaan hubungan diplomatik diterangkan pada pasal 2
yakni:
Article 2: “The establishment of diplomatic relations between States, and of
permanent diplomatic missions, takes place by mutual consent.”
Adapun arti dari article 2 tersebut ialah landasan yuridis pembukaan
hubungan diplomatik antara negara-negara terjadi dengan persetujuan
timbal balik. Demikian pula dengan pengadaan missinya. Dari pasal 2
Konvensi Wina 1961 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembukaan
hubungan diplomatik harus ada kesepakatan kedua belah pihak, yakni
negara pengirim dan negara penerima, selanjutnya kesepakatan untuk
membuka perwakilan tetap. Pembukaan hubungan diplomatik dan
pembukaan perwakilan tetap dalam Konvensi Wina merupakan dua hal
yang berbeda. Hal tersebut diartikan sebagai suatu negara dapat saja
membuka hubungan diplomatik tanpa diikuti pembukaan perwakilan tetap.
Pembukaan hubungan diplomatik dan pembukaan perwakilan tetap secara
hukum merupakan dua hal yang berbeda. 50
Di Indonesia sendiri, telah ditentukan dalam Pasal 9 Ayat (2) UU
No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, pembukaan hubungan
49 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 5 50 Eileen Denza, Diplomatic Law: Commentary on the Vienna Convention on Diplomatic Relations, (Oxford: Oxford University Press, 2016) hlm 20-21
Universitas Sumatera Utara 31
diplomatik dan pembukaan kantor perwakilan diplomatik ditetapkan dengan keputusan presiden. Dapat ditambahkan disini bahwa prinsip kesepakatan bersama yang terdapat dalam konvensi merupakan hasil kompromi rasional yang sepenuhnya sesuai dengan prinsip bahwa setiap pembatasan kedaulatan harus disetujui negara bersangkutan. 51
Negara dalam membina hubungan diplomatik dengan negara lain perlu adanya pengakuan (recognition) terlebih dahulu terhadap negara tersebut. Tanpa adanya pengakuan terhadap negara tersebut, maka pembukaan hubungan dan perwakilan diplomatik tidak bisa dilakukan.
Pengakuan dari suatu negara bukan berarti bahwa negara-negara yang mengakui negara baru terikat harus membuka hubungan diplomatik dengannya.52
Hak keterwakilan negara (right of legation) mempunyai dua dimensi. Pertama, hak keterwakilan negara secara aktif (droit de legation actif) yaitu hak untuk mengakreditasikan duta besarnya ke negara-negara lain. Kedua, hak keterwakilan negara secara pasif (droit de legation passif) yaitu untuk menerima wakil-wakil diplomatik yang diakreditasikan oleh negara-negara lain.53 Tidak setiap negara memiliki hak semacam itu, karena hanya negara yang merdeka dan berdaulat yang diakui dalam hal ini yang mampu. Akibatnya jika suatu negara mempunyai maksud untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara lain, yang pertama yang harus dipenuhi
51 Syahmin, op.cit, hlm 46 52 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 8 53 Ibid, hlm 6
Universitas Sumatera Utara 32
adalah bahwa negara itu merupakan suatu negara merdeka. Kedua, bahwa negara itu harus diakui oleh negara lain.54
Pembukaan hubungan diplomatik oleh suatu negara dengan negara lainnya biasanya dilakukan oleh negara yang sudah merdeka dan berdaulat, juga sudah diakui keberadaannya dalam hukum internasional (de jure recognition). Namun tidak menutup kemungkinan jika suatu negara sudah merdeka tapi tidak atau belum mau melakukan hubungan diplomatik berdasarkan beberapa faktor tertentu, misalnya faktor politik. Seperti Israel yang sudah terbentuk sejak 1947 sebagai negara merdeka dan berdaulat hingga kini masih banyak negara yang tidak atau belum mengadakan hubungan diplomatik, karena negara-negara tersebut termasuk Indonesia tidak atau belum mengakuinya.
Penerimaan suatu negara yang merdeka dan berdaulat sebagai negara anggota baru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun tidak bisa menjamin bagi negara tersebut untuk memperoleh pengakuan dari negara- negara anggota PBB lainnya. Dengan demikian pengakuan merupakan persyaratan yang penting bagi pembukaan hubungan diplomatik dengan suatu negara. Pengakuan dari suatu negara tersebut merupakan kondisi yang diperlukan dalam doktrin tradisional untuk pembukaan suatu misi diplomatik dan sesuai dengan norma hukum kebiasaan yang bersifat umum,
54 Loc.cit
Universitas Sumatera Utara 33
maka pembukaan hubungan diplomatik itu secara implisit pengakuan
terhadap negara itu memang diperlukan.55
Meskipun suatu negara yang merupakan negara yang sepenuhnya
berdaulat dan diakui oleh negara-negara lainnya, suatu negara belum tentu
harus membuka hubungan diplomatik dan perwakilan dengan negara
tersebut. Walaupun pengakuan dan pembukaan hubungan diplomatik
dengan negara lain merupakan suatu hak kedaulatan suatu negara, tetapi
dalam rangka menjaga perdamaian dan keamanan internasional,
mengembangkan hubungan persahabatan, mencapai kerja sama
internasional, perlunya suatu negara sebagai masyarakat internasional untuk
membina hubungan antar negara melalui membuka hubungan diplomatik
yang dikehendaki. Apalagi bagi negara berkembang perlunya untuk
membentuk dan mengembangkan hubungan bersahabat antar negara lewat
hubungan diplomatik untuk tercapainya kerja sama internasional dalam
rangka mengatasi masalah-masalah internasional dalam berbagai bidang,
misalnya dalam bidang ekonomi, sosial budaya maupun bidang-bidang
lainnya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan dalam piagam
PBB.56
Hubungan diplomatik antar negara biasanya dilakukan bukan saja
didasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti kepentingan ekonomi,
perdagangan dan investasi, tetapi juga faktor-faktor politik, solidaritas
55 Lihat resolusi yang dikeluarkan oleh Institute of International Law, Brussel session, Annuaaire, 1936 (III), Vol.39 56 Pasal 1 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Universitas Sumatera Utara 34
regional, ideology dan banyaknya warga negara suatu negara di negara lain yang perlu dilindungi termasuk kepentingan suatu negara di negara lain.
Setelah kedua negara melakukan kesepakatan bersama mengenai melakukan pembukaan hubungan diplomatik, maka kedua negara tersebut akan mengeluarkan suatu pernyataan bersama (Joint Communique) yang akan dikeluarkan pada waktu dan tempat yang sudah disetujui bersama (on an agreed date and venue). Setelah ada kesepakatan bersama untuk membuka hubungan diplomatik kedua negara bisa dilaksanakan secara timbal balik (on reciprocal basis).57
Cara melakukan hubungan diplomatik melalui perhubungan tertulis yang dilakukan antar suatu Kementerian Luar Negeri dan para kepala perwakilan diplomatik/konsuler asing dan sebaliknya, atau antara pemerintah dan pemerintah; (organisasi-organisasi internasional), pejabat- pejabat diplomatik satu dengan lainnya/masyarakat umumnya, pejabat- pejabat diplomatik dengan pejabat-pejabat pemerintah negara penerima
(organisasi internasional) adalah sebagai berikut:
1. Nota (Note)
Cara perhubungan dari Kementerian Luar Negeri terhadap
seorang kepala perwakilan diplomatik asing atau pembesar-
pembesar yang berpangkat tinggi dan sebaliknya. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa nota adalah nama umum untuk
surat-surat yang terutama dipergunakan dalam melaksanakan
57 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 51
Universitas Sumatera Utara 35
hubungan diplomatik. Nota yang ditujukan kepada/oleh Menteri
Luar Negeri, Duta Besar dan lain-lain, selalu dipergunakan bila:
- Persoalan yang dikemukakan penting sekali atau,
- Bila nota ingin diberikan sifat pribadi (personal note)58
2. Nota Diplomatik (Note Diplomatique)
Nota yang dikirimkan oleh sesuatu Pemerintah kepada
pemerintah lainnya, jadi perhubungan antara Kementerian Luar
Negeri Asing. Nota ini dipergunakan dalam hubungan surat
menyurat resmi antar pemerintah melalui perantaraan wakil
diplomatik yang diakreditir (Accredited Diplomatic
Representative).
3. Nota Kolektif (Note Collective)
Nota ini dikirimkan oleh suatu negara kepada beberapa negara
lainnya. Jadi dari sesuatu Kementerian Luar Negeri kepada
beberapa Kementerian Luar Negeri asing atau sebaliknya dari
beberapa KEMENLU asing kepada KEMENLU. Atau suatu
komunikasi tertulis yang diajukan dan ditandatangani bersama
ataupun yang erat hubungannya dengan kerja sama politik
mereka, dan ditujukan kepada negara yang berdiri sendiri di luar
persekutuan atau kerja sama mereka.
4. Nota-nota Identik (Identique Notes)
Bila dua negara atau lebih mengajukan sesuatu kepada negara
ketiga, menyampaikan nota-nota yang sama bunyinya, tetapi
58 Departemen Luar Negeri, Pedoman Tertib Diplomatik dan Protokol, Bp. 03-D, hlm 79
Universitas Sumatera Utara 36
masing-masing menandatanganinya. Jadi hampir sama dengan
nota kolektif, tetapi isinya berlainan.
5. Nota Verbale (Note Verbale)
Dipergunakan sebagai semacam bukti tertulis dan ringkasan
daripada suatu pembicaraan antar pemerintahan, baik langsung
maupun melalui wakil-wakilnya ataupun pemberitahuan pesan.
Karena penyampaian umumnya dilaksanakan langsung (by
hand), dengan keterangan lisan (oral communication) ataupun
sebagai penggantinya, dengan demikian tidak pula diberi paraf,
tidak pula diberikan penutup (complementary close). Nota-nota
semacam ini biasanya dibuat di bawah nama Menteri Luar
Negeri ataupun Kepala perwakilan, menurut keadaan.
6. Memorandum
Suatu pernyataan tertulis antar pemerintah, ataupun dari suatu
Kementerian Luar Negeri kepada Kedutaan/Perwakilan dan
sebaliknya. Memorandum dikirim dengan tidak ditandatangani
oleh Menteri Luar Negeri.
7. Aide Memoire
Suatu bukti tertulis secara informal (informal summary) dari
suatu pembicaraan diplomatik (diplomatic
interview/conversation) atau catatan tidak resmi dari sebuah
interview atau percakapan yang dilakukan antara Menteri Luar
Negeri dengan seorang duta asing. Catatan semacam ini
biasanya diserahkan oleh sang duta di KEMENLU atau pihak
Universitas Sumatera Utara 37
KEMENLU kepala sang duta, waktu ia sedang di KEMENLU.
Kegunaannya, untuk membantu pada ingatan (aid to memory),
mengenai hal-hal yang pernah di percakapkan.
8. Pro Memoria
Suatu bukti tertulis resmi dari sebuah percakapan/pembicaraan
yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri ataupun Kepala
Perwakilan. Nota-nota pro memoria ini biasanya ditinggalkan
oleh wakil-wakil diplomatik yang mengajukan, di tempat
Kementerian Luar Negeri. Demikian nota-nota dari pihak luar
negeri diserahkan kepada seorang wakil diplomatik di
Kementerian Luar Negeri itu juga, dengan memberitahukannya
terlebih dahulu atau memanggil. Pro memoria adalah sama
dengan aide memoire, bedanya pro memoria adalah lebih resmi,
sedangkan aide memoire tidak resmi.
9. Circular Notes (Nota Edaran)59
Suatu nota edaran dari Menteri Luar Negeri kepada anggota
Korp Diplomatik mengenai hal-hal yang menyangkut
kepentingan seluruh Korp dan perlu diketahui bersama.60
Jika suatu negara sudah menyetujui untuk pembukaan hubungan
diplomatik, maka langkah selanjutnya adalah memikirkan apakah harus
melakukan pembukaan suatu perwakilan diplomatik dan juga penyusunan
keanggotaan perwakilan tersebut baik dalam tingkatan maupun jumlah
59 J. Badri, Perwakilan Diplomatik dan Konsuler, (Jakarta: Tintamas, 1953) hlm 59 60 Edy Suryono dan Moenir Arisoendha, Hukum Diplomatik Kekebalan dan Keistimewaannya, (Bandung: Angkasa, 1991) hlm 26-28
Universitas Sumatera Utara 38
anggota staf perwakilan yang telah disetujui bersama atas dasar kewajaran
dan kepantasan (reasonable and normal). Sebagaimana disebutkan dalam
Konvensi Wina 1961, Pasal 11 (1) yang berbunyi:
Article 11 (1):
In the absence of specific agreement as to the size of the mission, the
receiving State may require that the size of a mission be kept within limits
considered by it to be reasonable and normal, having regard to
circumstances and conditions in the receiving State and to the needs of the
particular mission.61
Pembukaan hubungan diplomatik belum tentu diikuti oleh
pembukaan perwakilan diplomatik, hal tersebut disebabkan oleh seberapa
besar kepentingan suatu negara di negara lain dan juga dapat disebabkan
oleh masalah keuangan (financial constrain) menjadi faktor yang penting.
Article 5 (1) : the sending state may, after it has given due notification to
the receiving State concerned, accredit a head of mission or assign any
member of the diplomatic staff, as the case may be, to more than one State,
unless there is express objection by any of the receiving States.62 Mengenai
hal ini, apabila suatu negara yang tidak mempunyai perwakilan diplomatik
di negara lain, negara tersebut dapat melakukan perangkapan perwakilan
diplomatiknya di negara lain yang terdekat di negara tersebut, perangkapan
61 Wasito, Konvensi-Konvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler dan Hukum Perjanjian/Traktat, (Yogyakarta: Andi Offset, 1984) hlm 47 62 Pasal 5(1) Konvensi Wina 1961 Tentang Hubungan Diplomatik
Universitas Sumatera Utara 39
tersebut harus memperoleh kesepakatan dari negara dimana ia telah diakreditasikan.
Setelah dicapai kesepakatan untuk membuka perwakilan diplomatik ada beberapa hal yang juga perlu diperoleh kesepakatan bersama, seperti:
1. Tingkat Kepala Perwakilan.
Dalam pasal 14 Konvensi Wina 1961 Kepala Perwakilan
Diplomatik dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu:
a. Duta Besar (Ambassador) atau nuncio.
Duta Besar diartikan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan
Berkuasa Penuh (Ambassador Extraordinary and
Plenipotentiary) karena ia bukan saja sepenuhnya mewakili
Kepala Negara, tetapi juga rakyat, bangsa dan negara yang
mengirimnya. Khususnya bagi Takhta Suci yang
mengirimkan Kepala Perwakilannya di suatu negara
(katolik), memberikan nama sendiri “nuncio” yang
tingkatnya juga sama dengan Duta Besar.63 Mereka ini
karena diakreditasikan kepada Kepala Negara, harus
menyerahkan surat-surat kepercayaan (credentials, letter du
cre’dence) mereka kepada Kepala Negara.64
b. Duta (Envoy), Menteri (Minister), dan internuncious.
Pangkat ini setingkat lebih rendah dari Duta Besar, nuncio,
atau High Commissioner diakreditasikan kepada Kepala
63 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 54 64 Pasal 13 Konvensi Wina 1961
Universitas Sumatera Utara 40
Negara; dengan demikian mereka juga harus menyerahkan
surat-surat kepercayaan kepada Kepala Negara.65
c. Kuasa Usaha (Charge d’Affaires)
Dapat dibagi ke dalam dua katergori, yaitu:66
1) Kuasa Usaha Tetap (Charge d’affaires en pied)
Kuasa Usaha Tetap menyerahkan surat-surat
kepercayaannya kepada Menteri Luar Negeri dan bukan
kepada Kepala Negara.
2) Kuasa Usaha Sementara (Charge d’affaires ad interim)
Seorang diplomat yang mengepalai sebuah kedutaan
besar atau kantor diplomatik lainnya saat duta besar atau
jabatan lain yang setara sedang vakum.67
Article 19 (1): if the post of head of the mission is vacant, or if the head of the mission is unable to perform his functions as a charge d’affaires ad interim shall act provisionally as head of the mission. The name of the charge d’affaires ad interim shall be notified, either by the head of the mission or in case he is unable to do so, by the Ministry for Foreign Affairs of the sending State to the Ministry for Foreign Affairs of the receiving State or such other ministry as may be agreed. Article 19 (2): in cases where no member of the diplomatic staff of the mission is present in the receiving State, a member of the administrative and technical staff may, with the consent of the receiving State, be designated by the sending State to be in charge of the current administrative affairs of the mission.68 Dalam pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Konvensi Wina
1961 di atas dijelaskan bahwa saat sedang menunggu
65 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 55 66 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, (Bandung: PT. Alumni, 2003) hlm 480 67 https://id.wikipedia.org/wiki/Kuasa_usaha diakses pada 09/03/2020 68 Wasito, op.cit, hlm 48
Universitas Sumatera Utara 41
datangnya duta besar yang baru atau jika duta besar tidak
berada di negara akreditasi karena suatu hal, seorang
kuasa sementara akan bertindak sebagai kepala
perwakilan dan bahkan tugas tersebut juga dapat
dilaksanakan oleh seorang staf administrasi dan teknik
dalam hal tidak seorang pun anggota staf diplomatik
yang berada di tempat. Namun nama kuasa sementara
tersebut harus diberitahukan baik oleh Kepala
Perwakilan atau dalam hal ia tidak dapat melakukannya
oleh Kementerian Luar Negeri negara pengirim kepada
Kementerian Luar Negeri negara penerima, atau
kementerian lainnya yang telah disetujui.
2. Penentuan Besar atau Jumlah Staf Perwakilan.
Penentuan jumlah atau besarnya staf perwakilan juga harus
mencapai kesepakatan karena hal ini dianggap penting.
Meningkatnya jumlah staf perwakilan dapat menimbulkan
kesulitan bagi negara penerima apalagi jika negara penerima
tersebut adalah negara-negara kecil.69
Hal ini juga dianggap penting mengingat pada umumnya di
ibukota-ibukota negara tertentu tidak begitu mudah untuk
memperoleh akomodasi dan disamping itu negara penerima
dengan banyaknya staf perwakilan diplomatik yang ada di
negaranya harus memberikan kemudahan-kemudahan atau
69 Syahmin, op,cit, hlm 62
Universitas Sumatera Utara 42
keistimewaan yang cukup besar seperti pembebasan pajak bagi
pemasukan mobil-mobil dan barang-barang keperluan pribadi
para diplomatnya.70 Dalam Konvensi Wina 1961 telah
dijelaskan bahwa kedua negara dapat mengadakan adanya
persetujuan khusus yang mengatur tentang besarnya jumlah staf
perwakilan (specific agreement as to the size of the mission),
atau apabila tidak adanya persetujuan khusus diantara kedua
negara tersebut maka negara penerima dapat meminta besarnya
jumlah staf perwakilan dalam batas-batas pantas dan wajar
dengan pertimbangan bahwa keadaan dan kondisi di negara
penerima dan kebutuhan dari perwakilan tersebut (….the size of
a mission be kept within limits considered by it to be reasonable
and normal, having regard to circumstances and conditions in
the receiving State and the needs of the particular mission).71
3. Perangkapan Akreditasi di Negara Lain Dan di Organisasi
Internasional.
Sudah sedikit disinggung penulis di atas, bahwa bagi negara-
negara kecil yang berkembang yang posisinya tidak dapat
membuka perwakilan diplomatiknya di semua negara, karena
beberapa faktor baik dari segi finansial (keuangan) maupun
sumber daya manusianya. Namun untuk menunjang dan
menerapkan prinsip-prinsip dan tujuan yang termaktub dalam
70 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 56 71 Wasito, loc.cit
Universitas Sumatera Utara 43
Piagam PBB yakni untuk meningkatkan kerja sama
internasional, memelihara perdamaian dan keamanan
internasional serta menjalin hubungan persahabatan antar
negara, maka sangat penting untuk suatu negara membuka
hubungan diplomatik yang selanjutnya dapat membuka
perwakilan diplomatik dengan mengakreditasikan Duta
Besarnya ke negara lain.
Maka dari itu, terkadang sebuah Perwakilan Diplomatik suatu
negara juga bisa diakreditasikan ke suatu negara lainnya atau
bahkan lebih dari suatu negara. Seseorang Duta Besar atau staf
diplomatiknya yang lain kecuali diakreditasikan ke negara lain
atau beberapa negara lainnya juga bisa diakreditasikan ke suatu
Organisasi Internasional yang markas besarnya berada di negara
penerima atau bahkan di negara lain.72 Duta-duta Besar
Indonesia di negara-negara tertentu melakukan banyak
perangkapan, misalnya Duta Besar Republik Indonesia di
Polandia merangkap untuk Belarus, Duta Besar Republik
Indonesia di Myanmar merangkap untuk Nepal, dan lain-lain.
Article 5:
1. The sending State may, after it has given due notification to
the receiving State concerned, accredit a head of mission or
assign any member of the diplomatic staff, as the case may
72 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 60
Universitas Sumatera Utara 44
be, to more than one State, unless there is express objection
by any of the receiving States.
2. If the sending State accredits a head of mission to one or
more other States it may establish a diplomatic mission
headed by a charge d’affaires ad interim in each State where
the head of mission has not his permanent seat.
3. A head of mission or any member of the diplomatic staff of
the mission may act as representative of the sending State to
any international organization.
Dalam Pasal 5 Konvensi Wina 1961 di atas menjelaskan bahwa bukan hanya mengatur tentang perangkapan untuk satu negara lainnya atau lebih, tetapi juga perangkapan untuk Organisasi- organisasi Internasional yang lokasi markas besarnya ada di wilayah tempat negara penerima, tetapi juga bisa saja yang berada di negara ketiga.
Dalam hal akreditasi rangkap kepala Perwakilan Diplomatik lebih dari satu negara termasuk ke Organisasi Internasional
(multiple accreditations) tersebut yang paling utama ialah tidak adanya keberatan maupun penolakan yang dinyatakan secara resmi oleh negara penerima. Ada kalanya permintaan perangkapan akreditasi itu tidak memperoleh persetujuan dari negara dimana seseorang Kepala Perwakilan telah diakreditasi,
Universitas Sumatera Utara 45
karena ada persoalan-persoalan politik atau hubungan diantara
negara-negara tersebut kurang baik.73
Jika di suatu negara terdapat tuan rumah (host country) suatu
Organisasi Internasional, maka Kepala Perwakilan Diplomatik
di negara tersebut kemungkinan juga bisa diakreditasikan
kepada Organisasi Internasional yang ada di negara tersebut.
Contohnya, Indonesia menjadi host country dari organisasi
regional Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang
terdiri dari negara-negara yang ada di Asia Tenggara yakni
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei
Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja.74 Kantor
Sekretariat Tetap organisasi ASEAN ada di Jakarta, Indonesia,
maka semua Perwakilan Diplomatik dari negara-negara anggota
ASEAN yang ada di Jakarta masing-masing Duta Besarnya juga
diakreditasikan ke organisasi regional ASEAN tersebut.
1. Gedung Perwakilan Diplomatik (Diplomatic Premises)
The “premises of the mission” are the buildings or parts of buildings
and the land ancillary thereto, irrespective of the ownership, used
for the purposes of the mission including the residence of the head
of the mission75, dalam Konvensi Wina 1961 diberi pengertian dari
gedung perwakilan diplomatik yaitu gedung-gedung atau bagian dari
73 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 61 74 https://asean.org/asean/asean-member-states diakses pada 10/03/2020 75 Pasal 1 (i) Konvensi Wina 1961
Universitas Sumatera Utara 46
gedung-gedung tersebut dan tanah dimana gedung-gedung itu didirikan, tanpa melihat siapa pemiliknya, yang digunakan untuk keperluan perwakilan diplomatik termasuk kediaman Kepala
Perwakilan.
Ketentuan dalam pasal 21 Konvensi Wina 1961 dinyatakan bahwa: a. Negara penerima harus memberikan kemudahan untuk
mendapatkan tanah di wilayahnya, gedung yang perlu untuk misi
negara pengirim, tempat-tempat yang diperlukan untuk misinya
atau untuk membantu Perwakilan Diplomatik tersebut
memperoleh akomodasi dengan satu dan lain cara; b. Negara penerima juga diperlukan harus membantu perwakilan-
perwakilan untu memperoleh tempat dan cukup sesuai bagi
anggotanya.
Untuk keperluan gedung perwakilan diplomatik suatu negara membeli tanah atau gedung untuk keperluan misinya, namun jika tidak memungkinkan bisa juga menyewanya. Tak jarang negara pengirim melakukan sendiri untuk membangun gedung perwakilannya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan baik dari segi keamanan maupun kepentingan di negara penerima.
Perwakilan Diplomatik seperti Kedutaan Besar termasuk Rumah
Kediaman Duta Besar (Ambassador Residence) diperbolehkan untuk mengibarkan bendera termasuk pemasangan logo dari negaranya. Demikian juga mobil yang digunakan secara resmi oleh
Universitas Sumatera Utara 47
Duta Besar juga bisa menggunakan bendera negaranya. Penggunaan
bendera di mobil biasanya hanya dalam acara-acara resmi tertentu
terutama pada undangan-undangan resmi pemerintah, undangan di
kalangan diplomatik khususnya pada acara-acara jamuan resepsi
hari-hari nasional negara-negara lainnya yang akreditasi pada negara
penerima.76
Hal di atas sesuai dengan isi pasal 20 Konvensi Wina 1961, yakni
the mission and its head shall have the right to use the flag and
emblem of the sending State on the premises of the mission, including
the residence of the head of the mission, and on his means of
transport.77
Dalam keadaan-keadaan tertentu seperti adanya konflik atau
ketegangan dalam negeri dan untuk alasan keamanan, negara
penerima dapat meminta Duta-Duta Besar dari Perwakilan-
perwakilan Diplomatik tertentu untuk tidak menggunakan bendera
di mobil mereka.78
Article 22:
1. The premises of the mission shall be inviolable. The agents of the
receiving State may not enter them, except with the consent of
the head of the mission.
76 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 65 77 Wasito, loc.cit 78 Marjorie M. Whiteman, Digest of International Law jurume 7, (Washington: Government Printing Office, 1970) hlm 398
Universitas Sumatera Utara 48
2. The receiving State is under a special duty to take all appropriate
steps to protect the premises of the mission against any
instruction or damage and to prevent any disturbance of the
peace of the mission or impairment of its dignity.
3. The premises of the mission, their furnishings and other property
thereon and the means of transport of the mission shall be
immune from search, requisition, attachment or execution.79
Pasal 22 Konvensi Wina 1961 di atas menentukan ketentuan
tentang inviolability of the premises, yakni:
1. Gedung yang ditempati misi khusus sesuai dengan konvensi
ini tidak dapat diganggu gugat. Wakil-wakil negara penerima
tidak dibolehkan memasuki gedung tersebut, selain dengan
izin kepala misi diplomatik negara pengirim yang
diakreditasikan kepada negara penerima. Persetujuan
demikian dianggap ada bilamana terjadi kebakaran atau
musibah lain yang sangat membahayakan keamanan umum
dan hanya dalam hal tidak mungkin didapatkannya
persetujuan kepala misi permanen.
2. Negara penerima berkewajiban khusus untuk mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi gedung
misi khusus terhadap gangguan atau kerugian atau mencegah
terjadinya gangguan keamanan misi atau serangan terhadap
kehormatannya.
79 Wasito, op.cit, hlm 49
Universitas Sumatera Utara 49
3. Gedung misi khusus, perlengkapannya, dan properti lain di
atasnya yang dipergunakan dalam operasi misi khusus dan
sarana angkutan misi kebal terhadap penggeledahan,
penuntutan, penyitaan atau eksekusi.80
Pasal 24 Konvensi Wina 1961, mengatakan juga inviolability of
archives and documents bahwa arsip-arsip dan dokumen-
dokumen misi tidak dapat diganggu gugat, kapan saja dan di
mana saja mereka berada. Jika perlu barang-barang tersebut
harus dibubuhi tanda-tanda yang mudah dilihat. (the archives
and documents of the mission shall be inviolable at any time and
wherever they may be.)
Namun dalam hal aparat negara penerima mempunyai bukti-
bukti yang kuat bahwa gedung perwakilan itu digunakan untuk
tindakan-tindakan yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan negara penerima atau adanya
penyalahgunaan gedung Perwakilan Diplomatik tersebut untuk
tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan nasional atau
keamanan negara penerima, maka dalam rangka hak bela diri
(the right of self defense), gedung Perwakilan Diplomatik
tersebut bisa saja dimasuki oleh aparat keamanan setempat tanpa
izin dari Kepala Perwakilan Diplomatiknya.81
80 Syahmin, op.cit, hlm 167 81 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 66
Universitas Sumatera Utara 50
Jika terjadi kerusakan pada gedung Perwakilan Diplomatik yang
disebabkan oleh tidak terkendalinya para pengunjuk rasa
sehingga menimbulkan kerusakan pada gedung Perwakilan
tersebut yang cukup besar, maka negara penerima harus
menyatakan permintaan maafnya kepada Kepala Perwakilan
Diplomatik negara pengirim karena tidak bisa memenuhi
kewajibannya sebagaimana dinyatakan di dalam ketentuan
tersebut di atas yaitu untuk melindungi atau melakukan tindakan
pencegahan terhadap keamanan gedung tersebut. Disamping itu
apabila gedung perwakilan itu mengalami kerusakan yang cukup
parah termasuk kendaraan-kendaraan Perwakilan, maka otorita
negara penerima melalui Kementerian Luar Negerinya dapat
menawarkan perbaikan-perbaikan secukupnya terhadap
kerusakan-kerusakan semacam itu atas dasar ex gratia.82 83
Dalam Pasal 25 Konvensi Wina 1961 juga memberikan
kemudahan-kemudahan sepenuhnya kepada Perwakilan
Diplomatik asing di negara penerima agar mereka dapat
melaksanakan tugas-tugas yang diemban oleh Perwakilan
Diplomatik dari negara pengirim (the receiving State shall
82 Ibid, hlm 66-67 83 Ex gratia adalah suatu asas yang dipakai oleh negara penerima dalam menyelesaikan segala persoalan yang berkaitan dengan kerusakan gedung perwakilan asing termasuk mobil-mobil dan harta milik lainnya yaitu dengan memberikan kompensasi baik berupa penggantian maupun perbaikan terhadap kerusakan atau kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian negara penerima dalam memberikan perlindungan dan pencegahan.
Universitas Sumatera Utara 51
accord full facilities for the performance of the functions of the
mission).84
Semua biaya-biaya termasuk pembayaran-pembayaran harus
dibebaskan dari segala pungutan maupun pajak-pajak yang
berkaitan dengan tugas-tugas resmi dari Perwakilan Diplomatik
(the fees and changes levied by the mission in the course of its
official duties shall be exempt from all dues and taxes).85
Mengenai tempat kedudukan atau lokasi gedung-gedung
Perwakilan Diplomatik atau Kedutaan-kedutaan Besar Asing di
suatu negara memang secara eksplisit tidak disebutkan di dalam
Konvensi Wina 1961, namun sudah tentu sebagaimana telah
dinyatakan dalam komentar yang diberikan Komisi Hukum
Internasional bahwa gedung-gedung Perwakilan Diplomatik
akan didirikan di ibukora negara akreditasi atau lebih tepatnya
lokasi gedung itu berada di pusat dari pemerintahannya.86
Article 12:
The sending State may not without the prior express consent of
the receiving State, establish officers forming part of the mission
84 Wasito, loc.cit 85 Ibid, hlm 50 86 Conference on Diplomatic Relations, Official Documents, Vol. I, hlm 136
Universitas Sumatera Utara 52
in localities other than those in which the mission itself is
established.87
Dalam Pasal 12 Konvensi Wina 1961 di atas menjelaskan bahwa
Kedutaan Besar tidak diperbolehkan untuk mendirikan kantor-
kantor cabangnya diluar gedung Kedutaan Besar itu sendiri tanpa
adanya izin dari negara penerima seperti kantor untuk Atase
Pertahanan, Atase Perdagangan, Atase Pendidikan dan lainnya.
Sama halnya juga untuk penggunaan logo dan pengibaran
bendera kecuali di gedung Perwakilan Diplomatik (Diplomatic
Premises) dan di Rumah Kediaman Duta Besar (Ambassador
Residence).88
Fungsi dan Kewajiban Perwakilan Diplomatik.
Fungsi Perwakilan Diplomatik, baik Duta Besar maupun para
pejabat diplomatiknya adalah untuk mewakili negaranya dan mereka itu
bertindak sebagai suara dari Pemerintahnya disamping sebagai penghubung
antara Pemerintah negara pengirim dan negara penerima. Di negara
penerima, mereka mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi serta
melaporkan mengenai keadaan di negara penerima. Termasuk juga
memberikan perlindungan terhadap kepentingan negaranya dan warga
negaranya di negara penerima.89
87 Wasito, op.cit, hlm 46 88 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 68 89 Biswanath Sen, A Diplomat’s Handbook of International Law and Practice, (Netherlands: Martinus Nijhoff, 1965), hlm 46
Universitas Sumatera Utara 53
Dalam Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler sangat
rinci dijelaskan Fungsi dari Pejabat Konsuler yang dimuat dalam Pasal 5
yang memuat terdiri dari 13 poin Fungsi Pejabat Konsuler, lain halnya
dalam Konvensi Wina 1961 yang tidak begitu rinci. Walaupun dalam Pasal
3 ayat (2) Konvensi Wina 1961 memberikan peluang kepada Perwakilan
Diplomatik untuk melakukan tugas-tugas konsuler. Tugas konsuler dapat
sepenuhnya dilakukan oleh Perwakilan Diplomatik jika suatu negara
pengirim tidak membuka hubungan konsuler tetapi hanya membuka
hubungan diplomatik.
Fungsi Perwakilan Konsuler untuk memberikan perlindungan
hukum terhadap warga negaranya di luar negeri merupakan pencerminan
dari yurisdiksinya yang bersifat ekstra-teritorial (extraterritorial
jurisdiction is the legal ability of a government to exercise authority beyond
its normal boundaries)90 yakni para perwakilan tersebut harus diperlakukan
sebagaimana mereka tidak berada di wilayah negara penerima, tidak dapat
dikuasai oleh hukum dan peraturan di negara penerima dan hanya dikuasai
oleh hukum negara pengirim.91
Misalnya dalam hal terjadi musibah ataupun tindak kejahatan yang
dilakukan oleh warga negaranya, Perwakilan Konsuler dapat mengusahakan
untuk memberikan bantuan atau perlindungan hukum seperti mencarikan
pengacara, mencarikan penerjemah bagi yang tidak memahami bahasa
90 https://en.wikipedia.org/wiki/Extraterritorial_jurisdiction diakses pada 16/03/2020 91 Edy Suryono, Perkembangan Hukum Diplomatik, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1992), hlm 14
Universitas Sumatera Utara 54
negara setempat, mengupayakan banding dan lain-lain sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi Wina 1963 tersebut,92 seperti dalam Pasal 5
Konvensi Wina 1963 huruf e, “memberikan pertolongan dan bantuan kepada warga negara-warga negara, individu-individu dan badan-badan hukum kedua-duanya, dari negara pengirim” (...helping and assisting nationals, both individuals and bodies corporate, of the sending State).93
Fungsi Perwakilan Diplomatik dalam Konvensi Wina 1961 meliputi
5 tugas dan juga diberikan tugas-tugas konsuler. Dalam Pasal 3 Konvensi
Wina 1961 menetapkan fungsi Perwakilan Diplomatik yakni:
1. The functions of a diplomatic mission consist, inter alia, in:
(a) Representing the sending State in the receiving State;
(b) Protecting in the receiving State the interests of the sending
State and of its nationals, within the limits permitted by
international law;
(c) Negotiating with the Government of the receiving State;
(d) Ascertaining by all lawful means conditions and
developments in the receiving State, and reporting thereon
to the Government of the sending State;
(e) Promoting friendly relations between the sending State and
the receiving State, and developing their economic, cultural
and scientific relations.
92 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 70 93 Vienna Convention on Consular Relations 1963 (Konvensi Wina 1963)
Universitas Sumatera Utara 55
2. Nothing in the present Convention shall be construed as
preventing the performance of consular functions by a
diplomatic mission.
Bertambahnya jumlah negara dan organisasi-organisasi internasional, cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah menyebabkan interaksi antara aktor-aktor pemerintah dan non pemerintah menjadi sangat padat dalam merumuskan kerja sama di berbagai bidang demi tercapainya tujuan bersama. Tugas para pejabat diplomatik selanjutnya bukan saja terbatas pada pengamatan terhadap masalah-masalah politik, ekonomi kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan negara penerima yang bersangkutan ikut berusaha menangani masalah- masalah, baik yang bersifat regional maupun internasional.94
1. Mewakili Negaranya Negara Penerima (Representation)
Perwakilan Diplomatik yang dibuka oleh suatu negara ke
negara lain merupakan suatu perwakilan yang permanen (permanent
mission) dan mempunyai tugas dan fungsi yang cukup beragam (ius
representationis omnimodo) yaitu hak keterwakilan suatu negara
secara keseluruhan.95 Menurut Gerhard von Glahn, seorang wakil
diplomatik itu selain mewakili pemerintah negaranya, ia juga tidak
hanya bertugas dalam kesempatan seremonial saja, melainkan juga
dapat melakukan protes atau mengadakan penyelidikan ‘inquires’
94 Syahmin, op.cit, hlm 88 95 Ludwik Dembinski, op.cit, hlm 39
Universitas Sumatera Utara 56
atau meminta penjelasan pada pemerintah setempat. Ia mewakili
kebijaksanaan politik pemerintah negara pengirimnya.96
Fungsi utama dari seorang wakil diplomatik adalah mewakili
negara pengirim di negara penerima dan bertindak sebagai saluran
penghubung resmi antar pemerintah kedua negara. Bertujuan untuk
memelihara hubungan diplomatik antar negara yang menyangkut
fasilitas komunikasi kedua negara. Pejabat diplomatik sering kali
melaksanakan tugas, mengadakan perundingan dan menyampaikan
pandangan pemerintahnya di beberapa kesempatan yang penting
dan berharga kepada pemerintah negara penerima. 97
Tujuan pokok dari pembukaan hubungan diplomatik adalah
untuk memudahkan hubungan resmi antar negara dan para
diplomatnya dapat melakukan negosiasi dan menyampaikan
pandangan dari pemerintahnya mengenai berbagai masalah kepada
negara dimana dia diakreditasi. Dengan demikian apa yang
dilakukan oleh para diplomat dalam suatu perwakilan diplomatik di
negara penerima pada hakekatnya harus mencerminkan kepentingan
dari negara pengirim dan pemerintahnya. Mereka harus menjaga
harkat dan martabat serta kehormatan negaranya sebagai negara
yang berdaulat.98
96 Gerhard von Glahn, Law Among Nations: An Introduction to Public International Law Second Edition, (London: MacMillan&Co, 1970) hlm 385 97 Biswanath Sen, op.cit, hlm 47 98 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 71
Universitas Sumatera Utara 57
2. Melindungi Kepentingan Negara Pengirim dan Warga Negara
Pengirim (Protection).
Melindungi pribadi, harta benda dan kepentingan-
kepentingan dari pada warga negaranya yang berada di negara
pengirim. Perlindungan ini merupakan wewenang yang diberikan
Hukum Internasional kepada negara pengirim artinya negara
pengirim boleh melakukan perlindungan terhadap warga negaranya
yang berada di negara penerima, tetapi ini tidak wajib. Kewajiban
ini hanya timbul berdasarkan atas Hukum Nasional negara
pengirim.99 Di Indonesia sendiri sudah diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri,
perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia diatur di dalam
Pasal 18-24.
Jika dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan dalam
Konvensi Wina 1963 mengenai Hubungan Konsuler, khususnya
tugas-tugas dalam melindungi warga negaranya adalah cukup luas
dan rinci, dimana perlindungan tersebut walaupun secara terbatas,
tetapi dapat diberikan oleh Perwakilan Konsuler terhadap warga
negaranya khususnya dalam hal mereka mengalami musibah atau
terlibat di dalam tindak kejahatan di negara penerima, tanpa
mengabaikan undang-undang negara setempat. Hak yang dilakukan
oleh Perwakilan Konsuler semacam itu bisa disebut yurisdiksi
99 Edy Suryono dan Moenir Arisoendha, op.cit, hlm 24-25
Universitas Sumatera Utara 58
ekstrateritorial (extraterritorial jurisdiction), misalnya pemberian
perlindungan atau bantuan hukum seperti mengusahakan upaya
banding, mencarikan pengacara dan penerjemah bagi mereka dalam
proses peradilan di negara penerima. Namun perlindungan semacam
itu bukan semata-mata hanya bisa dilakukan oleh Perwakilan
Konsuler tetapi juga bisa dilakukan oleh Perwakilan Diplomatik,
khususnya jika tidak terdapat Perwakialn Konsulernya di negara
penerima.100
Perlindungan terhadap kepentingan negara pengirim
sebagaimana disebutkan dalam Konvensi Wina 1961 lebih banyak
menyangkut perlindungan diplomatik (diplomatic protection) yang
lebih berkaitan dengan tanggung jawab negara. Hal itu terjadi pada
kasus-kasus yang berhubungan dengan pelanggaran-pelanggaran
terhadap kewajiban internasional (international obligation).
Kepentingan dari negara pengirim apakah dari aspek politik atau
yang berhubungan dengan masalah-masalah perdagangan yang
dipercayakan dan menjadi urusannya, sebagai seorang Duta Besar
harus selalu waspada agar dapat melindungi kepentingan-
kepentingan semacam itu di neghara dimana ia diakreditasikan.
Kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain
mencakup berbagai aspek, dari masalah batas wilayah antara negara
negara tetangga sampai kepada masalah-masalah perdagangan,
100 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 72
Universitas Sumatera Utara 59
penerbangan, keuangan, bantuan militer, investasi dalam proyek-
proyek industry dan kemudahan-kemudahan untuk warga negaranya
di negara lain.101
Jika terjadi putus hubungan diplomatik antara negara
penerima dan negara pengirim, atau apabila terjadi seorang
Perwakilan Diplomatik ditarik untuk sementara maupun selamanya
dan tidak adanya Perwakilan Konsuler di negara penerima maka
negara pengirim dapat mempercayakan perlindungan atas
kepentingannya dan kepentingan warga negaranya kepada negara
ketiga dengan persetujuan negara penerima (....the sending State
may entrust the protection of its interest and those of its nationals to
a third State acceptable to the receiving State.)102
Atas permintaan negara pengirim, negara ketiga dapat
memberikan jasa-jasa baiknya (good offices) bukan saja untuk
melakukan pengawasan terhadap gedung Perwakilan Diplomatik
yang sudah dimiliki oleh negara pengirim di negara penerima, tetapi
juga memberikan perlindungan terhadap kepentingan negara
pengirim dan warga negaranya yang ada di negara penerima, asalkan
telag memperoleh persetujuan dari negara penerima.103 Bagi suatu
negara yang tidak mempunyai Perwakilan Diplomatik dan juga
Perwakilan Konsuler di negara lain, maka dengan persetujuan
101 Ibid, hlm 72-73 102 Pasal 45 (c) Konvensi Wina 1961 103 Sumaryo Suryokusumo, loc.cit, hlm 73
Universitas Sumatera Utara 60
negara penerima, negara termaksud bisa meminta jasa-jasa baik dari
suatu negara pengirim untuk memberikan perlindungan sementara
terhadap kepentingan negara tersebut termasuk kepentingan warga
negaranya di negara penerima (a sending State may with the prior
consent of a receiving State, and at the request of a third State not
represented in the receiving State, undertake the temporary
protection of the interests of the third State and of its nationals).104
3. Perundingan Dengan Negara Penerima (Negotiation)
Perundingan dimaksud merupakan salah satu fungsi misi
diplomatik dalam mewakili negaranya di negara penerima.
Namun, sering kali perundingan mengenai suatu masalah
tertentu dilakukan oleh utusan-utusan khusus, terutama jika hal
tersebut menyangkut masalah teknis. Gerhard von Glahn
mengatakan, “the original reason for the rise of diplomats the
intention of having a representative in a foreign capital
compowered to negotiable agreements with the receiving state,
was to “deal” directly with the foreign government”.105 Yakni
diplomat mewakilkan negara pengirim berurusan langsung
untuk melakukan perundingan dengan negara penerima.
Perundingan membahas berbagai permasalahan termasuk
kerja sama bilateral di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,
104 Pasal 46 Konvensi Wina 1961 105 Gerhard von Glahn, op.cit, hlm 385
Universitas Sumatera Utara 61
perdagangan, militer, ilmu pengetahuan dan lainnya. Kunjungan
berbagai misi termasuk kunjungan resmi Kepala Negara atau
Pemerintahan negara pengirim ke negara penerima yang selalu
memerlukan pembicaraan terlebih dahulu dengan negara
penerima dalam rangka memperlancar kunjungan-kunjungan
tersebut. Perundingan-perundingan tersebut dapat didahului
melalui pembicaraan pendahuluan (preliminary talks) antara
pihak Perwakilan Diplomatik yang biasanya dilakukan
sebelumnya oleh para pejabat diplomatik lainnya sebelum
dilakukan oleh Duta Besar untuk mencapai persetujuan terakhir.
Dalam hal perundingan bisa juga dilakukan oleh pejabat-pejabat
tinggi lainnya yang dikirim dari negara pengirim seperti dalam
tingkat Menteri dimana Duta Besar sebagai Kepala Perwakilan
berperan untuk mendampinginya termasuk pejabat diplomatik
lainnya.106
Dalam hal perundingan untuk membuat suatu persetujuan
mengenai suatu permasalahan berupa perjanjian (treaty),
persetujuan (agreement), maupun memorandum of
understanding107, maka Duta Besar dapat melakukan
perundingan dalam rangka perumusan persetujuan-persetujuan
tersebut, sampai kepada penandatanganan instrument bilateral
106 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 74 107 Memorandum of understanding menurut Black’s Law Dictionary adalah dasar penyusunan kontrak pada masa datang yang didasarkan pada hasil pemufakatan para pihak, baik secara tertulis maupun secara lisan.
Universitas Sumatera Utara 62
semacam itu tanpa diberikannya suatu kuasa penuh (full power)
dari pemerintahnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam
Konvensi Wina 1969 Tentang Hukum Perjanjian yang
menyatakan bahwa mengingat fungsinya dan tanpa memberikan
kuasa penuh dari pemerintah negara penerima yaitu Kepala
Perwakilan Diplomatik (Duta Besar) dianggap mewakili
negaranya untuk mengesahkan naskah suatu perjanjian antara
negara yang memberikan akreditasi dan negara dimana ia
diakreditasikan (…heads of diplomatic missions, for the purpose
of adopting the text of a treaty between the accrediting State and
the State to which they accredited).108
4. Laporan Perwakilan Diplomatik Kepada Pemerintahnya
(Reporting).
Fungsi Perwakilan Diplomatik yang penting lainnya adalah
menyangkut kewajiban untuk membuat dan memberikan laporan
kepada negaranya mengenai keadaan dan perkembangan negara
penerima dengan cara-cara yang sah dan tidak bertentangan dengan
hukum mengenai berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial
budaya dan lainnya. Mengadakan observasi atau menelaah dengan
sangat teliti setiap peristiwa yang terjadi di negara penerima yang
mungkin dapat mempengaruhi kepentingan negaranya dan jika
108 Pasal 7 (2) huruf b Konvensi Wina 1969 Tentang Hukum Perjanjian
Universitas Sumatera Utara 63
dianggap perlu, maka oleh pejabat diplomatik itu dikirim laporan
kepada pemerintahnya.109
Gerhard von Glahn mengatakan, “the basic duty of a
diplomat is to report to his government on political event, policies
and other related matters”110, hal ini adalah kewajiban mendasar
dari seorang Perwakilan Diplomatik yaitu memberikan laporan
kepada pemerintahnya mengenai peristiwa politik, kebijakan-
kebijakan dan masalah lainnya yang terjadi di negara penerima.
Dalam praktiknya hal tersebut juga dapat menjadi masalah jika cara
dalam mengumpulkan informasi tersebut dianggap sebagai tindakan
kriminal agen rahasia (spionase), atau data yang diperoleh secara
tidak sah menurut hukum dan kebiasaan internasional.
5. Meningkatkan Hubungan dan Kerja Sama antar Negara
(Promoting and Developing)
Fungsi Perwakilan Diplomatik yang tidak kalah pentingnya
adalah kewajiban meningkatkan hubungan persahabatan dengan
negara penerima dan mengembangkan hubungan ekonomi,
kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Perwakilan Diplomatik juga
bertugas untuk meningkatkan hubungan ekonomi perdagangan atas
dasar prinsip saling menguntungkan. Dalam mengadakan kerja sama
ekonomi dan perdagangan, negara-negara harus mempertimbangkan
109 Edy Suryono dan Moenir Arisoendha, loc.cit 110 Gerhard von Glahn, op.cit, hlm 386
Universitas Sumatera Utara 64
asas-asas saling menguntungkan (mutual benefit), saling
menghormati (mutual respect), saling tidak mencampuri urusan
dalam neegri masing-masing (non-interference) dan saling
pengertian (mutual understanding).111
Duta Besar sebagai Kepala Perwakilan Diplomatik bertugas
untuk meningkatkan pengertian antara dua negara dan karena itu
melibatkan bukan saja yang berhubungan dengan pemerintah negara
penerima tetapi juga dalam rangka menjelaskan kebijakan dan sikap
pemerintahnya dan pandangan mereka terhadap rakyat dan negara
melalui media dan dalam acara-acara yang layak serta memberikan
pengertian terhadap pemerintah dan rakyat mengenai maksud,
harapan, dan kehendak dari negaranya. Banyak berbagai cara atau
media yang bisa digunakan oleh seorang Duta Besar untuk mencapai
objek semacam itu. Salah satu cara yang paling efektif bagi seorang
Duta Besar adalah untuk berbicara dalam setiap kesempatan acara-
acara yang memungkinkan dan sekaligus untuk mempersiapkan
laporannya yang layak kepada pemerintahnya. Sekarang ini dari
Perwakilan Diplomatik suatu negara sering diundang untuk
berbicara didalam acara-acara umum untuk dan khususnya dalam
acara-acara dimana program khusus mengenai negaranya perlu
untuk disampaikan. Banyak negara yang menyambut program
111 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 76
Universitas Sumatera Utara 65
semacam itu oleh Duta Besarnya dan hal itu dapat membantu cara-
cara untuk meningkatkan pengertian.112
Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik
Dalam pelaksanaan kekebalan dan keistimewaan diplomatik di dalam Konvensi Wina 1961 dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:
1. Ratione Personae, para pejabat diplomatik termasuk
keluarganya yang merupakan begain dari rumah tangganya tidak
boleh diganggu gugat. Ia tidak boleh diganggu gugat, tidak boleh
ditangkap dan penahanan. Negara penerima harus mengambil
langkah-langkah yang layak untuk mencegah setiap serangan
atas diri, kebebasan dan martabatnya. Para pejabat diplomatik
juga kebal dari kekuasaan hukum pidana negara penerima
termasuk kebal dari kekuasaan hukum perdata dan acara (the
person of a diplomatic agent shall be inviolable. He shall not be
liable to any form of arrest or detention. The receiving State
shall treat him with due respect and shall take all appropriate
steps to prevent any attack on his person, freedom or dignity.
The members of the family of a diplomatic agent forming part of
his household shall, if they are not nationals of the receiving
State, enjoy the privilages and immunities specified in articles
29 to 36).113
112 Biswanath Sen, op.cit, hlm 67 113 Pasal 29 dan 37 Konvensi Wina 1961
Universitas Sumatera Utara 66
2. Ratione Materie, negara penerima sesuai dengan peraturan
perundang-undangannya yang berlaku mengizinkan pemasukan
dan memberikan pembebasan dari semua bea masuk, pajak dan
biaya lain-lain untuk barang-barang keperluan resmi Perwakilan
Diplomatik dan barang-barang keperluan pribadi dari seorang
pejabat diplomatik dan anggota keluarganya yang merupakan
bagian dari rumah tangganya termasuk barang-barang yang
dimaksudkan untuk kedudukannya (the receiving State shall, in
accordance with such laws and regulations as it may adopt,
permit entry of and grant exemption from all customs, duties,
taxes and related charges other than charges for storage,
cartage and similar services, on:
a. Article for the official use of the mission
b. Articles for personal use of a diplomatic agent or members
of his household, including articles intended for his
establishment)114
3. Ratione Temporis, para pejabat diplomatik dapat menikmati
kekebalan dan keistimewaan sejak mereka memasuki wilayah
negara penerima dalam perjalanan untuk menjalani tugasnya
atau bila sudah berada di wilayah itu sejak saat pengangkatannya
diberitahukan kepada Kementerian Luar Negeri negara
penerima. Kekebalan dan keistimewaan itu berakhir saat tugas
mereka berakhir, meninggalkan negara penerima atau pada
114 Pasal 36 (1) Konvensi Wina 1961
Universitas Sumatera Utara 67
waktu habisnya suatu masa yang layak untuk itu tetapi harus
tetap berlaku sampai waktu berangkat bahkan dalam keadaan
sengketa. Namun mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh mereka dalam melaksanakan tugasnya sebagai anggota
Perwakilan Diplomatik kekebalan itu tetap berlaku.115
4. Ratione Loci, kekebalan dan keistimewaan diberikan oleh para
diplomat di seluruh wilayah akreditasi di negara penerima dan
di wilayah negara ketiga yang telah memberikan visa apabila
visa itu diperlukan dalam perjalanan menuju atau kembali ke
tempat penugasan ataupun ketika kembali ke negaranya sendiri.
Kekebalan dan keistimewaan semacam itu juga diberikan
kepada keluarga mereka baik yang bepergian sendiri untuk
bergabung maupun dalam menyertai pejabat diplomatik
tersebut.116
Putusnya Hubungan Diplomatik
Pemutusan hubungan diplomatik suatu negara dengan negara lainnya merupakan keputusan sepihak yang pada hakikatnya didasarkan atas hak kedaulatannya sebagai negara. Sebagai realisasi dari keputusan tersebut maka negara untuk memutuskan hubungan diplomatik tersebut harus segera melakukan penutupan Perwakilan Diplomatiknya di negara penerima termasuk penarikan kembali (recall) para diplomatnya ke negaranya. Tindakan ini sudah tentu akan membuat negara pengirim untuk melakukan hal yang sama sesuai dengan asas
115 Pasal 39 Konvensi Wina 1961 116 Pasal 40 Konvensi Wina 1961
Universitas Sumatera Utara 68
timbal balik (reciprocity). 117 Karena tidak adanya aturan internasional, baik menurut kebiasaan maupun konvensi maka hal itu kemudian dilihat dari situasi dengan melihat kepada permasalahan maupun bentuknya, karena itu menjadikan tindakan untuk memutuskan hubungan diplomatik semacam itu sangat bersifat diskretif (discretionary act). Namun pada umumnya dalam hal pemutusan hubungan diplomatik diperbolehkan dalam hukum internasional karena adanya tekanan politik agar bisa merubah sikap negara lain yang dikehendaki atau untuk menghukum tindakan negara lain yang dianggap tidak sah.118
Keputusan dari suatu negara untuk memutuskan hubungan diplomatik menjadi mengikat kepada negara lainnya apabila keputusan itu telah secara resmi dinyatakan dalam bentuk apapun juga. 119 Keputusan tersebut memberikan kewajiban kepada kedua negara untuk menutup perwakilan masing-masing termasuk penarikan stafnya menurut waktu yang ditetapkan oleh negara yang mengambil prakarsa. Waktu tersebut sangar tergantung dari tingkat keseriusan dari keadaan dan pentingnya bagi negara yang bersangkutan terhadap langkah-langkah yang diambilnya dalam rangka keputusannya yang telah diambil tersebut.120
C. Perkembangan Korean Wave di Indonesia dan Korea Selatan
Perkembangan Korean Wave di Indonesia saat ini sangat
berkembang pesat. Banyak masyarakat Indonesia yang sangat antusias
dengan adanya Korean Wave ini, mulai dari industri hiburan Korea Selatan
117 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 179 118 Ibid, hlm 180 119 Farag Moussa, Manuel de Pratique Diplomatique: L’Ambassade, (Brussels: Bruylant, 1972), hlm 175 120 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 183
Universitas Sumatera Utara 69
seperti K-Drama dan K-Pop, kuliner Korea, fashion, dan juga produk kecantikan seperti skincare dan make up. Hal ini menunjukan adanya transformasi budaya Korea Selatan ke dalam budaya Indonesia. Media utama dalam perkembangan Korean Wave di Indonesia sendiri adalah televisi dan internet. Acara di televisi sangat beragam, acara yang ditampilkan tidak hanya berasal dari saluran televisi nasional saja namun saluran dari internasional pun sudah banyak muncul di televisi Indonesia, apalagi jika seseorang berlangganan TV kabel yang pastinya sangat banyak sekali menawarkan acara-acara dari saluran internasional. Selain itu, perkembangan teknologi yang sangat pesat dengan berbagai jenis alat komunikasi seperti smartphone yang memudahkan masyarakat Indonesia dalam mengakses internet dimana saja dan kapan saja.
Perkembangan Korean Wave di Indonesia dimulai pada saat saluran televisi swasta Indosiar menayangkan drama Korea Endless Love pada tahun 2001 lalu.121 Hal ini menjadi awal mula masuknya dan dikenalnya budaya Korea Selatan bagi masyarakat Indonesia yang sangat antusias dengan Korean Wave, pada tahun 2002 juga Korea Selatan menjadi tuan rumah FIFA World Cup banyak masyarakat Indonesia yang tertarik untuk membuka perhatiannya terhadap Korea Selatan. Sejak ditayangkannya drama Endless Love tersebut, Indosiar selanjutnya menayangkan beberapa
121 https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_acara_Indosiar diakses pada 31/03/2020
Universitas Sumatera Utara 70
drama Korea yang populer pada masanya, yakni Full House, Jewel in the
Palace dan Princess Hours pada awal tahun 2000an.122
Korean Wave sangat diminati oleh masyarakat Indonesia mulai dari
yang muda hingga tua. Korean Wave bukan suatu hal yang dianggap asing
di Indonesia, ini menunjukan bahwa keberhasilan budaya tersebut masuk
dan menyebar di kalangan masyarakat Indonesia. Selain drama, musik dan
film Korea mulai masuk ke Indonesia. Ditandai dengan banyaknya konser
musik dan fan meeting yang diadakan rutin dari artis maupun aktor Korea
Selatan.
Korean Wave berkembang sangat baik di Indonesia, dari segi
konsepsi budaya, budaya populer yang dibawa Korean Wave berada dalam
dimensi konkret yang terwujud dalam artifak-artifak budaya seperti lagu,
drama, film, musik, program televisi, makanan, dan bahasa. Sedangkan
dimensi abstrak yang berupa nilai, norma, kepercayaan, tradisi, dan makna,
terkandung secara tidak langsung dalam artifak budaya tersebut.123
Dengan demikian, berkembangnya Korean Wave di Indonesia
merupakan perwujudan globalisasi dalam dimensi komunikasi dan budaya.
Globalisasi dalam dimensi ini terjadi karena adanya proses mengkreasikan,
menggandakan, menekankan, dan mengintensifikasi pertukaran serta
122 https://keepo.me/lifestyle/5-drama-korea-generasi-pertama-yang-tayang-di-indonesia/ diakses pada 31/03/2020 123 Reza Widi Puspitasari, Skripsi:”Dukungan Pemerintah Korea Selatan Terhadap “Korean Wave” di Indonesia Pada Tahun 2005-2015”, (Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018), hlm 27
Universitas Sumatera Utara 71
kebergantungan informasi dalam dunia hiburan, dalam hal ini dunia hiburan
Korea Selatan. Kebergantungan ini masih dalam dimensi konkrit.124
Sedangkan perkembangan Korean Wave di Korea Selatan yaitu
negara asal dari kultur tersebut sangat maju. Menurut Alira Vania Putri
Dwipayana, mahasiswa Indonesia lulusan Korea University-Business
School dengan program beasiswa Korean Government Scholarship
Program (KGSP) mengatakan bahwa perkembangan Korean Wave di
Korea Selatan sendiri sangat maju karena warga Korea sendiri sangat
menyukai dan mengonsumsi budaya lokal, hal tersebut ditandai dengan
adanya market untuk Korean Wave itu sendiri.125
Korean Wave is a term now widely used to refer to the popularity of
Korean entertainment and culture across Asia and other parts of the world,
Hallyu or the “Korean Wave” first appeared during the mid-1990s after
Korea entered into diplomatic relations with China in 1992 and Korean TV
dramas and pop music gained great popularity in Chinese-speaking
communities. When one of the first successful TV dramas, What Is Love?
was aired by CCTV in 1997, it had an audience rating of 4.2%, meaning
that over 150 million Chinese viewers watched it.126
Berdasarkan website resmi Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan
Pariwisata Korea Selatan di atas yakni awal mula dikenalnya istilah Korean
124 Ibid, hlm 28 125 Hasil Wawancara dengan Alira Vania Putri Dwipayana, Korea Univesity, melalui - email pada tanggal 09/03/2020 126 http://www.korea.net/AboutKorea/Culture-and-the-Arts/Hallyu diakses pada 31/03/2020
Universitas Sumatera Utara 72
Wave tersebut adalah saat Korea Selatan dan China membuka hubungan diplomatik pada tahun 1992. Pada tahun 1997, drama Korea yang berjudul
What is Love? ditayangkan pertama kali di saluran TV CCTV China yang memiliki rating cukup tinggi yakni 4,2% yang artinya dinikmati lebih dari
150 juta penonton.
Dikutip dari website resmi Kedutaan Besar Republik Korea untuk
Republik Indonesia, musik pop Korea terutama musik tarinya mulai dikenal para remaja Tionghoa setelah diperkenalkan pada awal tahun 1997 oleh program radio bernama Seoul Music Room, di Beijing. Saat menentukan yang membuat budaya pop Korea berkobar di Tiongkok adalah konser boyband bernama H.O.T yang diselenggarakan di Beijing Workers’
Gymnasium, Februari 2000.
Laporan berita Korea memakai istilah Hallyu atau Korean Wave untuk menggambarkan konser ini. Korean Wave dikenal di dalam sebuah artikel terbitan Beijing Youth Daily pada awal November 1999 yang kemudian dikenal oleh masyarakat Korea hingga kini. Korean Wave semakin merambah ke aspek lainnya seperti budaya tradisional Korea, makanan, literatur dan bahasa yang menarik semakin banyak peminat.
Berdasarkan laporan terbaru, terdapat 987 organisasi terkait Korean Wave pada Juli 2013 dengan anggotanya berjumlah 9 juta orang; 234 (sekitar 6,8 juta orang) berada di Asia dan kepulauan Pasifik, 464 (sekitar 1,25 juta
Universitas Sumatera Utara 73
orang) di Amerika, 213 (sekitar 1,17 juta orang) di Eropa dan 76 (sekitar 60
ribu orang) di Afrika dan Timur Tengah.127
After the democratic process initiated, the country started to open
up to outside world. Prosperity levels started to rise. Finally, in 2010 there
was a concerted effort to export Korean cultural products. However, the
real boom came in 2012 with the release of Gangnam Style. When it went
viral of YouTube, people began to wonder about the Korean culture and as
a result of this increased interest Korean culture started to become more
popular.128
Dari penjelasan di atas Korean Wave mulai dikenal luas oleh
masyarakat dunia pada tahun 2010 saat Korea Selatan mulai mengekspor
budayanya sendiri agar dikenal oleh masyarakat dunia. Perkembangan
Korean Wave mulai terlihat pesat saat tren Gangnam Style yang dibawakan
oleh PSY mulai digemari banyak masyarakat, seperti yang dikatakan oleh
Andini Saraswati, mahasiswa Indonesia lulusan Korea University-Jurusan
Media Jurnalisme dan Sastra Inggris, saat tren Gangnam Style meledak
banyak masyarakat dunia mulai tertarik dengan budaya Korea dan budaya
tersebut sangat populer saat ini.129
Korean Wave yang memiliki market tersendiri di Korea Selatan
yang sangat diminati oleh masyarakat Korea maupun internasional yakni K-
127 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do diakses pada 31/03/2020 128 https://www.koreanexplorer.com.sg/articles/reasons-korean-culture-popular/ diakses pada 31/02/2020 129 Hasil Wawancara dengan Andini Saraswati, Korea University, melalui direct messages Instagram pada tanggal 09/03/2020
Universitas Sumatera Utara 74
Pop yang cukup menarik perhatian. K-Pop itu sendiri didominasikan oleh boyband, girlband¸ maupun mix boy-girl group, namun selain terdiri dari grup ada juga penyanyi solo dan band Korea yang tak kalah populernya.
Mereka yang terjun di dunia industri musik Korea sering dikenal sebagai
“idol”. Para idol ini tentunya memiliki karakteristik yang menarik dalam dirinya untuk mendapat perhatian publik, seorang idol harus memiliki wajah yang rupawan, bentuk fisik bagus, tubuh yang proporsional, hal ini juga dijadikan sebagai penyebaran face of Korean Wave itu sendiri.
K-Pop sebagai face of Korean Wave untuk memvisualisasikan kecantikan dan keunikan budaya Korea, setiap idol pastinya memiliki kemampuan vokal dan tari yang sangat baik. Hal ini berdasarkan latihan atau trainee yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, banyaknya perusahaan industri hiburan di Korea yang mendorong kepopuleran dari Korean Wave ini. Dalam beberapa tahun terakhir ini saja, sudah banyak sekali idol yang debut, seperti ITZY (2019) yang dibentuk oleh JYP Entertainment, Cherry Bullet (2019) dibentuk oleh FNC
Entertainment, Everglow (2019) dibawah naungan Yuehua Entertainment, dan lainnya.
Big 3 adalah sebutan untuk 3 perusahaan industri hiburan Korea yang sangat besar dan populer di Korea yakni SM Entertainment, JYP
Entertainment dan YG Entertainment. Ketiga agensi ini sangat populer dengan genre musik yang khas dari masing-masing idolnya. Pada tahun
Universitas Sumatera Utara 75
2019 SM Entertainment membuka divisi di Indonesia dengan nama SM
Entertainment Indonesia.
Selain K-Pop, drama Korea tentunya sangat populer di negaranya
sendiri. Para aktor dan aktris pun tak kalah populernya dari idol, para aktor
dan aktris Korea memiliki paras rupawan dan kemampuan akting yang
sangat bagus. Drama korea yang akhir baru saja tamat yaitu Crash Landing
On You yang ditayangkan di tvN mendapat rating penonton di Korea sangat
tinggi yakni 21,6% mengalahkan rating drama Goblin pada tahun 2017
sebesar 20,5% 130 angka tersebut menunjukan bahwa masyarakat Korea
sendiri sangat menyukai dan mengonsumsi budaya negaranya.
Selain itu peran pemerintah Korea Selatan sebagai pengawas dan
pendukung penyebaran Korean Wave. Badan pemerintah yang bertanggung
jawab atas hal ini adalah Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata
Korea Selatan atau Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST) yang
bertanggungjawab dan memiliki wewenang serta tugas dalam penyebaran
kebudayaan Korea Selatan. Selain membentuk badan pemerintah, terdapat
pula kebijakan-kebijakan yang diterapkan guna membantu penyebaran
Korean Wave.131
Over the past decade, Korean popular culture has spread
infectiously throughout the world. The term, “Korean wave,” has been used
to describe this rising popularity of Korean popular culture. The Korean
130 https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200217101042-220-475257/tamat-rating- drama-crash-landing-on-you-lewati-goblin diakses pada 31/03/2020 131 Reza Widi Puspitasari, op.cit, hlm 19
Universitas Sumatera Utara 76
wave exploded in the media across the world generating a ripple effect. The
Korean government took full advantage of this national phenomenon and
began aiding Korean media industries in exporting Korean pop culture.
This global expansion has contributed to enhancing South Korea’s national
image and its economy and has been seen as a tool for public diplomacy.
The Korean wave has fundamentally changed the perception and overall
national image of South Korea. Initially, the Korean wave was merely a
cultural phenomenon to a specific region; however, the growth and impact
far exceeded expectations by influencing the whole of Asia. Stemming from
a deep-rooted ancient heritage and a powerful cultural grip on its people,
Korea blossomed by developing in prosperity, democracy and liberalism.
Today, Korea is arguably one of the greatest national success stories of the
20th century.132
Saat ini Korean Wave populer di Korea bahkan di seluruh dunia, dari
hal ini Pemerintah Korea mengambil kesempatan dari fenomena Korean
Wave untuk membantu dan membangun industri media di Korea dalam hal
mengekspor budaya Korea. Perkembangan Korean Wave di Korea telah
berkontribusi untuk meningkatkan citra nasional Korea Selatan mulai dari
ekonomi dan Korean Wave dijadikan sebagai alat untuk diplomasi publik
yang menguntungkan bagi Korea Selatan. Awalnya Korean Wave sebuah
fenomena budaya di wilayah tertentu saja, namun pertumbuhan dan
perkembangannya jauh melebihi harapan dengan memengaruhi seluruh
132 Sue Jin Lee, ”The Korean Wave: The Seoul of Asia”, Vol. 2 No. 1, Spring 2011, hlm 85, 91
Universitas Sumatera Utara 77
dunia. Fenomena dari Korean Wave dapat dikatakan sebagai kisah sukses nasional terbesar saat ini di Korea Selatan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
IMPLEMENTASI TENTANG KOREAN WAVE DI INDONESIA
A. Awal Masuk Korean Wave di Indonesia
Seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa awal mula masuknya Korean Wave di Indonesia pada awal tahun 2000an dengan ditayangkannya drama-drama populer pada masanya, seperti Endless Love, Full
House, Jewel in the Palace, Princess Hours, Boys Before Flower, dan lainnya.
Drama-drama tersebut yang menjadi awal mula ketertarikan masyarakat
Indonesia dengan Korea Selatan. Alur cerita dalam drama-drama tersebut sangat kompleks namun disajikan secara singkat dan cerita yang ditampilkan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan begitu masyarakat menikmati alur cerita dengan mudah. Selain itu, dalam drama Korea tersebut juga menampilkan latar kehidupan Korea Selatan seperti tempat wisatanya, kuliner khas Korea Selatan, serta penggunaan pakaian tradisional
Korea Selatan yaitu Hanbok yang dipakai dalam drama kerajaan seperti dalam drama Jewel in the Palace. Sehingga masyarakat Indonesia yang menonton drama-drama tersebut tidak hanya tertarik dengan alur cerita di dalamnya tetapi juga tertarik dengan Korea Selatan keseluruhan.
Setelah sukses menarik perhatian masyarakat Indonesia dengan menyuguhkan drama-drama populer Korea Selatan, pada tahun 2011 saluran televisi Indosiar kembali menarik perhatian masyarakat Indonesia dengan menayangkan program musik Korea Selatan yakni Music Bank yang tayang
78
Universitas Sumatera Utara 79
setiap akhir pekan di hari Minggu. Acara program Music Bank ini menayangkan
chart atau penampilan dari idol yang sedang mempromosikan lagu terbaru
mereka. Dari sini masyarakat Indonesia mulai tertarik dengan musik Korea
Selatan, hingga mempelajari dance atau tarian yang dibawakan oleh idol.
Sehingga, mulailah tren dance cover ini mulai digemari oleh masyarakat
terutama remaja yakni menirukan gaya tarian dari idol mereka.
Menurut Alira, masuknya Korean Wave ke Indonesia ditandai dengan
meredupnya Taiwan Wave di Indonesia. Kemudian, Andini mengatakan bahwa
merebaknya music video dari idol Korea Selatan di internet yang semakin
mudah mengenal Korean Wave. K-Pop adalah produk dari Korean Wave yang
sangat diminati oleh kalangan muda, khususnya remaja berusia 10-17 tahun,
dengan suksesnya K-Pop di Indonesia ditunjukkan dengan diadakannya konser
musik artis asal Korea Selatan tersebut. Karena saat ia tidak sengaja menonton
music video dari boyband asal Korea Selatan yaitu Super Junior dan SHINee,
pada saat itulah dirinya tertarik dengan K-Pop. Berawal dari K-Pop juga Andini
memilih Korea Selatan sebagai negara tujuan dalam menempuh pendidikan
perguruan tinggi karena ia melihat potensi Korea Selatan dalam hal
entertainment, mulai dari media dan juga perfilmannya.133
Tahun 2012 adalah puncaknya Korean Wave, dimana lagu PSY yang
berjudul Gangnam Style sukses menyemarakkan seluruh dunia. Music videonya
ditonton sebanyak 2 miliar pada tahun itu dan mencetak rekor untuk pertama
kali di sejarah Youtube. Lagu Gangnam Style menempati urutan kedua selama
133 Hasil Wawancara dengan Alira Vania Putri Dwipayana dan Andini Saraswati, Korea University, melalui email dan direct messages Instagram pada tanggal 09/03/2020
Universitas Sumatera Utara 80
7 minggu secara berturut-turut di single chart Billborad Amerika Serikat tahun
2012, serta menempati posisi pertama di single chart Inggris. Lagu ini menjadi
lagu hit yang paling banyak dicintai masyarakat dunia dan K-Pop juga menjadi
merek tersendiri yang khas. Korean Wave yang dimulai dengan drama dan K-
Pop membuat masyarakat dunia ingin mengetahui Korea Selatan dan
memperoleh perhatian terhadap segala jenis budaya Korea. Hal ini merambat
luas ke fashion, kuliner, bahasa Korea, film dan lainnya.134 Di Indonesia pun
terkena fenomena Korean Wave hingga sekarang, banyak masyarakat yang
sudah terbiasa dengan budaya Korea Selatan ini. Jadi Korean Wave di Indonesia
bukanlah suatu hal yang baru dan asing bagi masyarakat.
Masuk dan berkembangnya Korean Wave di Indonesia terbilang cukup
sukses karena Korean Wave sendiri memiliki beberapa produk yang sangat
diminati banyak masyarakat Indonesia, seperti drama, film, musik, makanan
hingga make up dan skincare bagi kaum perempuan. Seperti yang sudah
dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa drama Korea lah yang menjadi
gerbang masuknya Korean Wave di Indonesia, setelah itu K-pop.
1. Drama
Drama Korea terbilang cukup sukses menjadi gerbang pembuka
jalan fenomena Korean Wave di Indonesia hingga saat ini drama Korea
sangat diminati oleh masyarakat. Drama Korea biasanya dikemas dalam 16
hingga 25 episode, hal ini yang membuat ketertarikan dari drama Korea,
134 http://world.kbs.co.kr/service/contents_view-PengaruhBudayaKorea diakses pada tanggal 01/04/2020
Universitas Sumatera Utara 81
alur cerita yang disuguhkan memberikan kesan di setiap episodenya, dengan bertemakan keluarga atau kisah cinta kehidupan remaja yang diberi berbagai konflik sehingga menimbulkan klimaks dan berakhir dengan bahagia namun tak jarang berakhir dengan akhir yang pahit.
Tidak hanya bertemakan keluarga atau kisah cinta, drama Korea menawarkan hal-hal baru yang dikemas dengan menarik juga. Tema kerajaan, kriminal, misteri hingga komedi menjadi penawaran yang bagus untuk ditonton sehingga tidak begitu berat dan menyenangkan. Latar tempat yang bagus menayangkan kehidupan Korea Selatan yang modern, tertib dan indah. Dalam drama Korea juga sering diperlihatkan makanan khas dari
Korea Selatan yang menggugah selera saat menontonnya. Hal-hal ini yang menarik antusiasme dari penonton Indonesia, selain alur cerita yang menarik dan juga pemain drama yang sangat menawan sehingga sangat disayangkan jika melewatkan setiap episodenya.
Kim Youna mengatakan dalam tulisannya yang berjudul Rising East
Asia ‘Wave’: Korean Media Go Global, drama Korea menjadi sangat populer jika dibandingkan dengan program televisi asing lainnya yakni karena disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan drama Korea sangat populer. Pertama, alur cerita yang terbilang lebih emosional dengan sentuhan sisi romantisme. Kedua, penonton remaja lebih tertarik dengan cerita yang terlihat nyata dengan kehidupan sehari-hari, maka dari itu biasanya drama Korea mencerita kehidupan keluarga kelas menengah dalam strata sosial. Ketiga, latar belakang cerita yang didominasi dengan
Universitas Sumatera Utara 82
gambaran kehidupan modern dan kehidupan tradisional. Poin ketiga ini
dapat dilihat dari beberapa drama Korea seperti Queen In-Hyun Man, The
King Two Hearts, Princess Hours, dan lainnya. Yang terakhir adalah tidak
hanya menyuguhkan kehidupan modern namun juga mengandung unsur
sejarah dan nilai moral yang tinggi. Salah satu ciri khasnya yakni
terkandung nilai moral ajaran Konfusius dalam setiap cerita. Misalnya
dalam drama The Birth of A Family yang bercerita tentang nilai-nilai
kebaikan dan sebuah ikatan kekeluargaan.135
2. Musik
Setelah drama Korea sukses di tanah air, produk Korean Wave
selanjutnya yang mengepakkan sayapnya yaitu K-Pop. K-Pop juga sukses
menark perhatian masyarakat karena K-Pop sendiri memiliki ciri khas yang
berbeda dari lainnya. Pertama, penyanyi didominasi dalam bentuk grup
seperti boyband dan girlband. Pembawa tongkat kesuksesan Korean Wave
dalam bentuk K-Pop yakni grup Super Junior, TVXQ, Big Bang, SHINee,
2NE1, SNSD kemudian yang fenomena yaitu penyanyi solo PSY yang
membawakan hit dan tren Gangnam Style. Kedua, selain bernyanyi para
idol ini juga menampilkan tarian yang menjadi ciri khas K-Pop. Ketiga,
bentuk badan yang proporsional dan juga wajah rupawan yang menjadi daya
tarik tersendiri dalam K-Pop. Keempat, K-Pop yang berasal dari musik
tradisional memiliki nilai jual lebih sekaligus menjadi karakteristik yang
135 Kim Youna, Rising East Asia ‘Wave’: Korean Media Go Global, in Thussu, Daya (ed). Media on the Move: Global Flow and Contra Flow, (London: Routledge, 2006), pp. 135-152, hlm 142
Universitas Sumatera Utara 83
membedakan dengan musik lainnya. Kelima, lirik lagu yang memiliki
makna mendalam walaupun beat lagu terdengar cepat dan riang namun lirik
tidak berkata demikian, seperti lagu You Were Beautiful yang dibawakan
oleh grup band Day6.
Suksesnya K-Pop ditandai dengan adanya fandom atau fanbase yaitu
kelompok khusus bagi penggemar grup musik, penyanyi solo maupun band
asal Korea Selatan. Di Indonesia sendiri sudah banyak fandom yang
terbentuk, misalnya di Medan sendiri ada My Day Medan, kelompok
penggemar band Day6.
3. Produk Kecantikan
Selain drama dan musik Korea, yang menarik perhatian masyarakat
terkhususnya bagi kaum perempuan yaitu pemain drama maupun idol
perempuan yang memiliki wajah yang mulus, bersinar serta putih. Melihat
fenomena ini sebuah merek produk kecantikan, Sarange, resmi memasuki
pasar Indonesia dan sekaligus memboyong Miss Korea 2009, Jooa Lee,
dalam acara peluncuran Triple Crown BB Cream.136 Tentunya bagi
perempuan penampilan nomor satu, para selebriti Korea yang memiliki
wajah yang putih dan mulus sangat mempesona sehingga hal ini
dimanfaatkan untuk mengenalkan produk kecantikan di Indonesia. Klaim
utama dari produk kecantikan Korea yakni putih, mulus serta glowing, dan
tak lupa produk anti aging mereka yang sangat ampuh untuk melawan
136 https://lifestyle.kompas.com/read/2014/09/07/230659320/Ini.Dia.Produk.Kosmetik.Pertama.Korea .yang.Masuk.Indonesia diakses pada 01/04/2020
Universitas Sumatera Utara 84
penuaan dini. Selain itu make up Korea pun sangat banyak diminati seperti
liptint dengan warna khas merah buah ceri dan eyeshadow kerlap kerlip
yang menawan. Dan make up look yang terlihat natural dan flawless.
4. Kuliner
Bagi penggemar drama Korea pasti sudah tak asing lagi dengan
penampakan dari makanan serta kuliner khas dari Korea Selatan. Hal ini
yang sering ditampilkan dalam adegan drama tersebut yang secara sengaja
maupun tidak menampilkan makanan yang menggugah selera. Sehingga
para penonton mulai penasaran dan bertanya-tanya bagaimana rasa dari
makanan tersebut. Makanan yang sering ditampilkan dalam drama yaitu
seperti ramyeon, tteokbokki, bibimbap, eomukguk, bingsoo, jjajangmyeon,
kimchi, dan lainnya. Biasanya makanan Korea terkenal dengan ciri khas
merah merona karena setiap makanan menggunakan pasta cabai yaitu
gochujang, bubuk cabai serta rasa asam yang segar. Akibat dari Korean
Wave di Indonesia sudah banyak restoran yang menyediakan masakan
Korea dan menjual makanan khas maupun snack asal Korea Selatan.
B. Dampak Positif dan Negatif Masuknya Korean Wave di Indonesia
1. Dampak Positif Masuknya Korean Wave di Indonesia
Masuknya Korean Wave di Indonesia dapat memberikan dampak
positif dan negatif. Dampak positif dari suatu kebudayaan yang masuk ke
suatu negara dapat memberikan pengetahuan terbaru. Korea Selatan
termasuk negara yang maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
lebih maju dibandingkan dengan Indonesia. Dengan masuknya Korean
Universitas Sumatera Utara 85
Wave di Indonesia, masyarakat Indonesia tertarik untuk mempelajari budaya dan bahasa Korea, menghargai setiap perbedaan dari budaya dan bahasa baru. Bagi pelajar dan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan negara lain selain Indonesia. Meningkatkan rasa solidaritas antar bangsa di berbagai negara.
Dilihat dari kehidupan Korea Selatan yang masyarakatnya sangat bekerja keras dan semangat dalam segala hal contohnya sebelum idol debut menjadi seorang artis K-Pop dirinya di-training selama beberapa tahun bahkan memakan waktu yang cukup lama hingga 7 tahun agar dapat debut menjadi seorang artis. Dari hal ini tercermin bahwa kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Korean Wave dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas diri, bekerja lebih keras, mengeksplor bakat dan kemampuan diri.
Saat ini perkembangan dari Korean Wave di Indonesia sangat sukses, bisa dilihat dari diadakannya konser, fan meeting, maupun fan sign dari idol dan pemain drama Korea Selatan. Hal ini juga dapat menambah devisa negara Indonesia, selain itu secara tidak langsung dengan datangnya para artis tersebut ke Indonesia dapat dijadikan ajang untuk mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Indonesia, Bali menjadi tujuan utama bagi para artis Korea Selatan untuk berwisata.
Fandom dari sebuah grup atau artis Korea biasanya cukup besar dan mempunyai anggota yang tidak sedikit serta tinggi rasa solidaritas sesama anggota. Dengan tergabungnya dalam suatu fandom maka dapat menambah
Universitas Sumatera Utara 86
teman baru dan juga koneksi yang luas. Fandom juga tersebar di berbagai
negara, maka dari itu tidak hanya mendapat teman baru yang sebangsa
namun juga mendapat teman baru dari berbagai negara lainnya.
Selain itu, dengan masuknya Korean Wave di Indonesia dapat
mempererat hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan.
Tak hanya itu, hubungan bilateral maupun multilateral meningkat dan
semakin kuat. Seperti diadakannya Korea Indonesia Film Festival (KIFF)
setiap bulan Oktober oleh Korean Cultural Center Indonesia.
Alira mengatakan bahwa dampak positifnya tentu hiburan yang
cukup mendidik (dalam banyak aspek). Korea sangat maju soal produksi,
sinematografi, marketing dan berbagai hal lainnya. Ini semua bisa dipelajari
awam dan professional. Korean Wave juga meningkatkan ekonomi kedua
negara. Singkatnya, masyarakat harus spending agar ekonomi berputar, this
works. Lalu, soal diplomasi budaya, tidak hanya Korean Wave masuk ke
Indonesia, meningkatnya porsi pasar Indonesia juga membuat Korea mau
tidak mau mempelajari dinamika budaya dan market Indonesia. Minor effect
dari Korean Wave adalah lulusan Korea seperti Alira menjadi mudah
mendapatkan kesempatan kerja.137
Sedangkan menurut Andini dampak positifnya masyarakat
Indonesia jadi lebih terbuka pikirannya dan jadi lebih menghargai budaya
negara lain. Bahkan banyak yang termotivasi untuk belajar bahasa asing dan
137 Hasil Wawancara dengan Alira Vania Putri Dwipayana, Korea University, melalui email pada tanggal 09/03/2020
Universitas Sumatera Utara 87
pergi mencari edukasi ke negara lain karena Korean Wave ini, lalu ia juga
berharap agar Indonesia bisa maju juga seperti negara pembawa fenomena
Korean Wave ini.138 Sama seperti Anafi Nur’aini, Sekretaris Persatuan
Pelajar Indonesia di Korea (PERPIKA), mahasiswi semester 5 Kumoh
National Institute of Technology jurusan IT Convergenve Engineering
dengan program beasiswa dari supervisor dan 50% tuition fee dari kampus
tersebut mengatakan bahwa dampak positif masuknya Korean Wave di
Indonesia adalah anak-anak muda memiliki semangat untuk belajar bahasa
asing khususnya Bahasa Korea, dan mungkin beberapa dari mereka semakin
semangat untuk bisa belajar lebih dan bisa menempuh pendidikan di
Korea.139
2. Dampak Negatif Masuknya Korean Wave di Indonesia
Segala sesuatu dalam dunia ini memiliki dua sisi, positif dan negatif.
Masuknya Korean Wave di Indonesia pasti juga membawa dampak negatif
terhadap masyarakat yang mudah terbawa oleh arus globalisasi. Pengaruh
globalisasi dapat mempengaruhi dan menyaingi budaya lokal karena budaya
asing yang masuk ke Indonesia, salah satunya adalah Korean Wave. Dalam
hal ini yang paling berpotensi mendapat dampak negatif yaitu remaja yang
masih belum bisa berpikiran dewasa dan sangat mudah mengikuti suatu arus
budaya.
138 Hasil Wawancara dengan Andini Saraswati, Korea University, melalui direct messages Instagram pada tanggal 09/03/2020 139 Hasil Wawancara dengan Anafi Nur’aini, Kumoh National Institute of Technology, melalui WhatsApp pada tanggal 01/04/2020
Universitas Sumatera Utara 88
Dampak negatif yang pertama yaitu lunturnya budaya Indonesia dan
berkurangnya minat terhadap budaya sendiri. Fenomena Korean Wave di
Indonesia bukanlah hal yang baru, masyarakat sudah sangat terbiasa dengan
budaya Korea. Akibat dari adanya fenomena Korean Wave menimbulkan
efek luar biasa yang kian menjalar dan secara continue akan mengikis minat
untuk mempelajari kultur budaya di negeri sendiri. Jika hal ini berlangsung
secara terus-menerus, tentunya akan dapat menimbulkan kebingungan
identitas diri pada remaja Indonesia.140 Bagi pelajar yang terlalu fanatik
terhadap idol mereka juga mengakibatkan menurunnya minat belajar dan
berpengaruh terhadap prestasi di sekolahnya karena ia hanya memikirkan
idolnya saja, mengikuti perkembangan idolnya, menonton konser,
streaming music video dan hal-hal lainnya yang sangat tidak
menguntungkan baginya.
Semakin berkembangnya Korean Wave di Indonesia menjadikan
kemungkinan plagiarisme atau peniruan semakin besar. Selain itu kegiatan
plagiarisme juga memberikan dampak negatif bagi plagiatnya. Mereka
menjadi tidak kreatif dan tidak bisa berkreasi sendiri, hal ini dapat
menjadikan seorang plagiat menjadi orang yang malas. Sedangkan dapat
kita lihat pada kenyataan yang terjadi di Indonesia, banyak boyband dan
juga girlband yang banyak bermunculan di layar kaca. Jika hal ini terus
140 Kiki Zakiah, Dian Widya Putri, dkk, “Menjadi Korean di Indonesia: Mekanisme Perubahan Budaya Indonesia-Korea”, Vol 12 (1), Juni 2019, hlm 98
Universitas Sumatera Utara 89
berlanjut, aliran musik Indonesia dapat berganti menjadi seperti musik
Korea dan dapat melunturkan musik asli Indonesia.141
Jika fandom membawa dampak positif dengan menambah teman,
koneksi dan juga rasa solidaritas, fandom juga dapat membawa dampak
negatif, yaitu munculnya fanwar. Fanwar adalah suatu istilah dalam dunia
K-Pop yang berarti para penggemar dari beberapa fandom melakukan
pertengkaran dan beradu argumen untuk menunjukkan bahwa arti atau grup
salah satunya adalah yang terbaik dari segalanya. Pertengkaran ini biasanya
dimulai dengan hal-hal sepele, seperti siapa yang lebih layak dalam
menerima penghargaan di acara musik. Fanwar dapat memicu kekerasan,
bullying¸ menyebarkan hoax, ujaran kebencian dan yang paling parah
adalah ancaman pembunuhan.
Alira mengatakan bahwa budaya fandom ini mendoktrin sense of
belonging yang berlebihan, para penggemarnya tidak segan-segan akan
melakukan apa saja demi idolanya terlihat baik di mata publik. Andini juga
mengatakan terciptanya fans yang fanatik, terlalu mendewa-dewakan Korea
(bukan hanya idolanya saja). Tidak memikirkan Indonesia sama sekali
malah menjelek-jelekan Indonesia. 142 Inilah hal teburuk dari masuknya
Korean Wave di Indonesia, apalagi kebanyakan dari fan fanatik tersebut
141 https://www.liputan6.com/citizen6/read/479145/positif-negatif-tren-hallyu-di- indonesia diakses pada tanggal 02/04/2020 142 Hasil Wawancara dengan Alira Vania Putri Dwipayana dan Andini Saraswati, Korea University, pada tanggal 10/03/2020
Universitas Sumatera Utara 90
adalah remaja yang terbilang masih labil, masih mencari jati diri dan belum
berpikiran dewasa dalam menghadapi suatu persoalan.
Selain itu Korean Wave juga membawa dampak budaya
konsumerisme, menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan
proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara
berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal
tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga
ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.143
Masyarakat menjadi konsumtif khususnya bagi fans fanatik, mereka akan
membeli barang-barang yang berkaitan dengan artisnya, terlepas dari itu
berguna atau tidak bagi dirinya, kemudian tujuan akhirnya untuk konsumsi
lebih banyak lagi hiburan dari artis tersebut. Anafi memperhatikan bahwa
bagi fans fanatik artis atau apapun yang bernuansa Korea, mereka tak segan
menghabiskan uangnya untuk mendukung artis tersebut.144 Ini juga dapat
menjadi perilaku hidup yang boros yang akan merugikan diri sendiri.
Rasa fanatisme para remaja Indonesia terhadap budaya Korea
menyebabkan remaja Indonesia lebih lebih tertarik untuk mempelajari
kebudayaan Korea seperti dance, bahasa Korea, dan sebagainya
dibandingkan mempelajari kebudayaan Indonesia seperti tari-tari
tradisional Indonesia dan sebagainya. Masyarakat Indonesia cenderung
lebih menyukai produk Korea. rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya
143 https://id.wikipedia.org/wiki/Konsumerisme diakses pada tanggal 02/04/2020 144 Hasil Wawancara dengan Anafi Nur’aini, Kumoh National Institute of Technology, pada tanggal 01/04/2020
Universitas Sumatera Utara 91
Indonesia sendiri. Hal tersebut kemudian terinternalisasi dalam kehidupan
remaja yang sangat berhubungan dengan perkembangan identitas diri
mereka. Internalisasi ini terlihat dari bagaimana mereka meniru gaya busana
(fashion), potongan rambut, lagu favorit bahkan logat bicara. Mereka juga
terlalu mendewa-dewakan produk Korea tersebut dan menganggap bahwa
produk Indonesia tidak ada apa-apanya.145
C. Upaya yang Dapat Dilakukan Pemerintah Indonesia Terhadap Masuknya Kultur Korean Wave di Indonesia
Globalisasi harus dipahami sebagai suatu gelombang yang melanda
dunia dalam hal interaksi yang menghubungkan seluruh aktivitas manusia
satu dengan lainnya. Meningkatnya interdependensi (saling
ketergantungan) tidak lagi dibatasi oleh batas-batas wilayah negara, sebagai
hasil hilangnya penghalang ruang dan waktu. Bukan saja ekonomi yang
mengalami globalisasi, kebudayan-kebudayaan kuno pun mulai digoncang
oleh banjir informasi yang memasuki pikiran manusia dengan begitu deras
sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang sangat cepat.146
Masuknya Korean Wave di Indonesia merupakan suatu contoh nyata
globalisasi. Globalisasi pada dasarnya merupakan suatu proses menjadi
global, mendunia, menyatu atau kesalingterhubungan antarnegara, sebagai
akibat dari perkembangan teknologi informasi, akibatnya tercipta suatu
kebudayaan dunia yang homogen namun saling tergantung satu sama lain.
145 Kiki Zakiah, Dian Widya Putri, dkk, loc.cit. 146 Yves Brunsvick dan Andre Danzin, Lahirnya Sebuah Peradaban: Goncangan Globalisasi, Terj. PeMad, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm 15
Universitas Sumatera Utara 92
147 Globalisasi sulit untuk dikendalikan, terutama karena cepatnya informasi
berkembang ke seluruh belahan dunia, maka dunia menjadi sempit, ruang
dan waktu menjadi sangat relatif. Dinding pembatas antarbangsa menjadi
semakin terbuka bahkan mulai hanyut oleh arus perubahan.148
Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban ganda, pertama yaitu
melestarikan warisan budaya bangsa dan kedua membangun kebudayaan
nasional yang modern. Pemerintah Indonesia diharapkan dapat membentuk
masyarakat yang mampu membangun dirinya sederajat dengan bangsa lain
dan tangguh menghadapi tantangan kemerosotan mutu lingkungan hidup
akibat arus ilmu dan teknologi modern ataupun tren global yang membawa
daya Tarik kuat kearah pola hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai
luhur bangsa.149
Tentunya dalam hal melestarikan warisan budaya Indonesia,
Pemerintah memerlukan masyarakat untuk dapat menjalan upaya ini.
Masyarakat harus paham bahwa Korean Wave adalah suatu fenomena yang
hanya masuk ke Indonesia bukan sebagai pembentuk identitas diri yang
baru. Masyarakat harusnya mampu mendongkrak budaya Indonesia agar
tidak luntur dan mampu bersaing dengan Korean Wave, Indonesia sangat
kaya akan keberagaman budaya, budaya Indonesia pun tak kalah hebatnya
dengan Korean Wave. Hanya saja media atau aktor budaya Indonesia
kurang diminati oleh masyarakat. Pemerintah Indonesia harus
147 Nengah Bawa Atmadja, Ajeg Bali: Gerakan, Identitas Kultural dan Globalisasi, (Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2013), hlm 19 148 Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi, op.cit hlm 62 149 Ibid,
Universitas Sumatera Utara 93
mengembangkan kebudayaan itu turut mengikutsertakan remaja Indonesia,
agar mereka bangga akan budaya sendiri dan tidak membanggakan budaya
milik negara lain secara berlebihan.
Pemerintah Indonesia harus menuntut masyarakat memiliki nilai-
nilai dan keterampilan sosial (the social values and skills) yang dapat
mendorong sarana beradaptasi dengan perubahan atau arus globalisasi
dalam kehidupan masyarakat. Pemerintah Indonesia harus mampu
mendorong masyarakat untuk melestarikan, menunjukkan dan mencintai
budaya kita sendiri dan bangga akan produk lokal Indonesia. Pemerintah
Indonesia harus mampu untuk membangun masyarakat yang kaya akan
budaya sendiri di tengah-tengah perkembangan Korean Wave di Indonesia,
peran lembaga pendidikan sangat penting untuk menggali ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pelestarian nilai-nilai dan moral bangsa Indonesia.
Dalam hal ini pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di
Seoul secara aktif melakukan promosi seni dan budaya Indonesia ke
berbagai kalangan di Republik Korea, seperti Indonesian Day di sekolah
dan museum, pembukaan kelas gamelan untuk masyarakat Republik Korea,
kelas Bahasa Indonesia di KBRI Seoul dan institusi-institusi di Republik
Korea, mengikuti festival atau pameran budaya termasuk kuliner dan
pariwisata.150 Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan membangun
150 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020
Universitas Sumatera Utara 94
kebudayaan nasional yang modern dan mampu bersaing dengan masuknya
Korean Wave di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP KERJA SAMA
ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN
A. Perkembangan Kerja Sama Antara Indonesia dengan Korea Selatan
Hubungan kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan sudah
terjalin sejak terbukanya hubungan diplomatik kedua negara tersebut pada
tahun 1973. Hubungan tingkat konsulat lebih dulu terbuka pada Agustus
1966. Kedua negara terus berupaya meningkatkan hubungan dan kerja sama
baik secara bilateral, regional maupun multilateral. Korea Selatan salah satu
negara yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia karena hubungan
diplomatik maupun hubungan bilateral kedua negara ini berlangsung sangat
baik dan mengalami peningkatan dalam setiap kerja sama yang disetujui.
Indonesia dan Korea Selatan mempunyai hubungan yang saling
melengkapi, kedua negara ini berupaya untuk saling mengisi satu sama lain.
Indonesia memerlukan modal atau investasi, teknologi serta produk-produk
teknologi. Dengan ini Korea Selatan berpotensi besar dalam menawarkan
peluang yang baik sebagai sumber modal atau investasi, menjadi alternatif
sumber teknologi khusunya di bidang heavy industry, information
technology, dan telekomunikasi. Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi
yang sehat dalam beberapa dekade terakhir memberikan peluang pasar yang
sangat besar, sumber alam dan mineral serta tenaga kerja.
95
Universitas Sumatera Utara 96
Bila kedua negara menjalin hubungan kerjasama maka akan
menghasilkan keuntungan bagi kedua negara. Dimana Korea Selatan
merupakan negara yang terus berinovasi dalam kemajuan teknologi dan
informasi, sumber daya manusia juga manajemen yang berkualitas dan
industri maju. Sedangkan Indonesia merupakan negara dengan kekayaan
yang melimpah, pasar domestik yang besar dan strategis, juga sumber daya
manusia yang sedang berkembang, stabilitas politik (yang relatif rendah),
dan upah kerja yang tergolong rendah.151
Kemudian, hubungan kedua negara terutama dalam aspek ekonomi
semakin intens dilaksanakan setelah ditandatanganinya deklarasi bersama
pembentukan kemitraan strategis (Joint Declaration on Strategic
Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 21st Century)
di Jakarta pada tanggal 4-5 Desember 2006. Joint declaration tersebut
meliputi 3 pilar kerjasama, yaitu: kerjasama politik dan keamanan;
kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi; serta kerjasama sosial
budaya. Joint declaration tersebut mendorong kedua negara untuk lebih
mempererat persahabatan dan menciptakan kerjasama yang lebih kongkrit.
Sejak saat itu, tren investasi dan perdagangan antara kedua negara terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.152
Hubungan dan kerja sama bilateral memasuki babak baru pada
kunjungan kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia tanggal 8-10
151 https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177 diakses pada 02/04/2020 152 Muh. Nizar Syarief, op.cit, hlm 2
Universitas Sumatera Utara 97
November 2017. Melalui “Republic of Korea-Republic of Indonesia Joint
Vision Statement for Co-Prosperity and Peace" kedua pemimpin negara
sepakat untuk meningkatkan status kemitraan menjadi special strategic
partnership, dengan fokus kerja sama pada empat area, yaitu: pertahanan
dan hubungan luar negeri, perdagangan bilateral dan pembangunan
infrastruktur, people-to-people exchanges, dan kerja sama regional dan
global. Eratnya hubungan dan kerja sama bilateral tersebut antara lain
didukung oleh sifat komplementaritas sumber daya dan keunggulan yang
dimiliki masing-masing disamping proses kemajuan ekonomi dan politik
kedua negara yang sangat baik yang membuka peluang kerja sama di
berbagai sektor semakin terbuka lebar. Selain itu, kedua negara juga secara
aktif saling mendukung di berbagai forum-forum baik regional maupun
internasional seperti pencalonan-pencalonan pada organisasi
internasional.153
Dari segi investasi hubungan kedua negara sangat mendalam.
Indonesia adalah negara tujuan penanaman modal asing yang pertama
dalam sejarah Korea Selatan. Pada tahun 2010, dilaporkan bahwa investasi
Korea Selatan tercatat lebih dari 1.778 juta dolar AS dan Pada tahun 2012
jumlah investasi Korea Selatan tercatat sebanyak 752 juta dollar AS.154
Korea Selatan tercatat sebagai investor kelima terbesar di Indonesia melalui
berbagai investasi di sektor manufaktur dasar, seperti baja dan petrokimia.
Pengembangan investasi di sektor tersebut dinilai dapat memperdalam
153 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020 154 Je Seong Jeon dan Yuwanto, op.cit¸ hlm 15
Universitas Sumatera Utara 98
struktur manufaktur nasional. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
mengatakan bahwa pemerintah tengah mendorong peningkatan investasi
dari Negeri Ginseng melalui berbagai kebijakan, seperti tax holiday.
Penguatan kemitraan kedua negara, menurutnya, dapat saling
menguntungkan. Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018
sekaligus peringatan hubungan diplomatik kedua negara yang telah terjalin
baik selama 45 tahun, mencatat enam perusahaan Negeri Ginseng yang
berkomitmen berinvestasi di Indonesia dengan total nilai US$446 juta.155
Pertama, LS Cable & System yang bermitra dengan PT Artha Metal
Sinergi untuk pengembangan sektor industri kabel listrik senilai US$50 juta
di Karawang, Jawa Barat. Kedua, Parkland menggelontorkan dana sebesar
US$75 juta untuk membangun industri alas kaki di Pati, Jawa Tengah.
Ketiga, Sae-A Trading menanamkan modalnya hingga US$36 juta untuk
sektor tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah. Keempat, Taekwang
Industrial akan membangun industri alas kaki senilai US$100 juta di Subang
dan Bandung, Jawa Barat. Kelima, World Power Tech dengan mitra
lokalnya PT NW Industries berinvestasi sebesar US$85 juta untuk
pengembangan industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat.
Keenam, InterVest dengan Kejora Ventures menamamkan modalnya
US$100 juta untuk jasa pembiayaan startup (modal ventura) di DKI
Jakarta.156
155 https://kemenperin.go.id/artikel/20371/Investasi-Korea-Selatan-Dipacu diakses pada tanggal 02/04/2020 156 https://kemenperin.go.id/artikel/20371/Investasi-Korea-Selatan-Dipacu diakses pada tanggal 02/04/2020
Universitas Sumatera Utara 99
Presiden Moon Jae-in menetapkan kebijakan New Southern Policy
yang mengarah pada peningkatan hubungan Korea Selatan dengan negara-
negara ASEAN dan India. Dalam konteks implementasi kebijakan New
Southern Policy, perkembangan penting yang dicatat adalah kunjungan
pertama Presiden Moon ke luar negeri pada bulan November 2017 adalah
ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Moon Jae-in dan
Presiden Joko Widodo sepakat untuk meningkatkan status hubungan kedua
negara menjadi “Special Strategic Partnership" yang dilandaskan pada
semangat kesamaan prinsip dan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan ekonomi
terbuka. Kedua pemimpin juga sepakat bahwa kemitraan kedua negara
bukanlah sekedar hubungan transaksional tetapi harus dilandasi semangat
saling membantu.157
Korea Selatan merupakan salah satu negara sumber investasi yang
strategis bagi Indonesia dan hal tersebut juga turut didukung dengan statistik
yang menunjukkan bahwa Indonesia juga merupakan salah satu tujuan
investasi Korea yang penting di luar negeri, dengan nilai investasi sebesar
USD 8,5 milyar. Dari data statistik, Indonesia menempati urutan ke-2
setelah Vietnam di antara 8 negara ASEAN (19.10%) dan ke-3 dari 91
negara tujuan investasi Korea di dunia (7.47%). Berdasarkan total nilai
realisasi investasi selama periode tahun 2012 – semester I 2018, Korea
menduduki urutan ke-4 dari 144 negara penyumbang investasi asing
langsung (foreign direct investment/ FDI) di Indonesia, di luar sektor hulu
157 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020
Universitas Sumatera Utara 100
migas dan keuangan. Mengacu kepada data BKPM sampai dengan triwulan
III 2018 tercatat 2.160 proyek dari Korea Selatan telah terealiasi dengan
nilai realisasi investasi sebesar US$ 1.370,08 juta, atau naik US$ 3,5 juta
dari periode yang sama di tahun 2017.158
Kerja sama di antara kedua pemerintah dilaksanakan secara
multidimensi dalam berbagai bidang, seperti perdagangan, investasi, energi,
sumber mineral, infrastruktur, pembangunan, teknologi informasi,
pertanian, perikanan, kehutanan, ketenagakerjaan, perjalanan wisata, kajian
teknologi, pencegahan korupsi, pencegahan terorisme, industri pertahanan
dan penggunaan nuklir secara damai. Mekanisme bilateral yang ditempuh
oleh kedua negara ialah dengan berbagai cara, dengan bentuk-bentuk dan
forum kerjasama yang beragam. Seperti Joint Commission, Working Level
Task For, Defence Industry Cooperation, AKFTA, IK-CEPA, Indonesia-
Korea Energy Forum (IKEF), Indonesia-Korea Forestry Forum,
Commision on Cultural Coorperation, Joint Commitee and Logistic
Meeting dan sebaginya. Hubungan diplomatik Korea Selatan dan Indonesia
harus dipandang juga dalam kerangka yang lebih luas, yaitu hubungan
multilateral. Baik Indonesia maupun Korea Selatan, keduanya secara aktif
berpartisipasi dalam organisasi-organisasi regional maupun global termasuk
ASEAN, ARF, ASEAN+3, EAS, APEC, ASEM, Non-Blok, G-20, PBB dan
sebagainya yang berfungsi sebagai wadah lain bagi kedua negara untuk
mempererat hubungan kedua negara serta memberikan sumbangsih
158 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020
Universitas Sumatera Utara 101
terhadap masyarakat internasional dibalik kedekatan hubungan politik
kedua negara.159
Indonesia dan Korea Selatan secara konsisten terus mengupayakan
penguatan hubungan-hubungan dan kerja sama dengan menyepakati
kerjasama ekonomi, perdagangan, serta investasi sebagai salah satu pilar
penting kemitraan strategis. Posisi Korea Selatan pada peringkat ketiga
untuk realisasi Penanaman Modal Asing, tampaknya tidak membuat
pemerintah Indonesia puas. Pemerintah melihat masih banyak potensi
investasi yang dapat ditawarkan, tidak hanya untuk memperoleh
keuntungan bagi kepentingan nasional, tetapi juga demi memperkuat
hubungan bilateral antara kedua negara. Forum Business Summit diharapkan
dapat mengakselerasi penguatan hubungan kedua negara di berbagai
bidang, karena dapat mencerminkan terdapatnya sikap saling percaya.
Secara lebih luas, hal ini dapat menjadi contoh bagi negara lainnya untuk
membuka peluang kerja sama yang serupa dengan Indonesia.160
B. Pengaruh Korean Wave Terhadap Kerja Sama Antara Indonesia dengan Korea Selatan dalam Berbagai Bidang
1. Perdagangan
Hubungan Indonesia dengan Korea Selatan dalam dekade
terakhir ini mengalami peningkatan dan semakin baiknya hubungan
keduanya menghasilkan banyak kerja sama yang saling mempererat
159 Muh. Nizar Syarief, loc.cit 160 Sita Hidriyah, ”Penguatan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan”, Vol. IX No. 06, Maret 2017, hlm 8
Universitas Sumatera Utara 102
hubungan kenegaraan Indonesia dan Korea Selatan. Indonesia dan
Korea Selatan merupakan mitra dagang utama satu sama lain.
Indonesia merupakan mitra dagang terbesar kedelapan Korea
Selatan untuk tujuan ekspor sedangkan Korea Selatan adalah mitra dagang terbesar Indonesia yang keempat. Korea Selatan sebagai negara middle power dapat mendukung Indonesia dalam membutuhkan sumber daya yang mumpuni untuk proyek-proyek infrastruktur, Indonesia memiliki pasar ekonomi yang sangat besar di Asia Tenggara, Korea Selatan dapat berinvestasi infrastruktur di
Indonesia yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut.
Tabel 4.1 Neraca Perdagangan Indonesia-Korea Selatan
Universitas Sumatera Utara 103
Sumber: BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian
Perdagangan161
Neraca perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan
menunjukan surplus karena nilai ekspor Indonesia lebih tinggi dari
nilai impor. Pola perdagangan antara Korea Selatan dan Indonesia
menunjukkan hubungan yang saling melengkapi. Korea Selatan
memiliki teknologi yang tinggi dan modal yang berlimpah,
sedangkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat besar.
Dengan demikian, ekspor barang Korea Selatan yang utama adalah
modal dan teknologi, sementara Indonesia sumber daya alam. Ekpor
Korea Selatan ke Indonesia bervariasi mulai dari produk minyak
bumi untuk mobil, sementara ekspor Indonesia ke Korea Selatan
berfokus pada sumber daya alam.
Shin Min-I, Periset dari Korea Institute for International
Economic Policy, mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan proyek
infrastruktur Indonesia masih tinggi, namun Indonesia memiliki
keterbatasan sumber daya. Ini menjadi peluang bagi Korea Selatan
untuk berinvestasi.162 Makin eratnya hubungan Indonesia dengan
Korea Selatan tidak terlepas dari efek fenomena Korean Wave yang
populer di masyarakat Indonesia. Dalam mengekspansi bisnis Korea
Selatan menggunakan para artisnya sebagai aktor pendukung, dalam
161 http://statistik.kemendag.go.id/balance-of-trade-with-trade-partner-country diakses pada 30/04/2020 162 https://www.cnbcindonesia.com/news/20180910122744-4-32455/berkat-kpop- hubungan-dagang-ri-korea-makin-mesra diakses pada 03/04/2020
Universitas Sumatera Utara 104
beberrapa kesempatan mempromosikan bisnis Korea Selatan
membawa serta artis-artisnya untuk memperkenalkan bisnis negara
tersebut. Misalnya saat acara Indonesia-Korea Business Summit
pada Maret 2017, Korea Selatan menghadirkan Lee Teuk leader
boyband Super Junior untuk mengenalkan industry hiburan dan
budaya Korea Selatan.163
Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja
sama bilateral dengan Korea Selatan di berbagai bidang terutama di
sektor industri, baik itu peningkatan perdagangan maupun investasi.
Guna membuka peluang sinergi lebih besar di antara kedua negara
ini, Menteri Perindustrian (Menperin) RI Airlangga Hartarto
menggelar pertemuan dengan Menteri Perdagangan, Industri dan
Energi (MoTIE) Korea Selatan, Sung Yun Mo. Pada sektor bisnis
dan ekonomi Indonesia dan Korea Selatan telah membuat banyak
kemajuan. Beberapa kerja sama strategis yang sudah dilakukan
meliputi joint task force untuk mempromosikan kerja sama
ekonomi. Menteri Sung Yun Mo menyampaikan, Indonesia
merupakan negara mitra yang penting bagi Korea. Dengan
terciptanya iklim usaha yang kondusif, sejumlah investasi industri
asal Korea Selatan masih terus ekspansif.164
163 https://www.cnbcindonesia.com/news/20180910122744-4-32455/berkat-kpop- hubungan-dagang-ri-korea-makin-mesra diakses pada 03/04/2020
164 https://kemenperin.go.id/artikel/20792/RI-Korsel-Perkuat-Kerja-Sama-Sektor- Industri-Prioritas-4.0 diakses pada 03/04/2020
Universitas Sumatera Utara 105
Sejak adanya kesepakatan untuk meningkatkan hubungan
bilateral pada level “strategic partnership" menjadi “special
strategic partnership" pada bulan November tahun 2017, total
perdagangan Korea-Indonesia pada tahun 2018 terus mengalami
peningkatan sebesar US$ 18,57 milyar atau naik 12,58% dari
periode sebelumnya. Komposisi nilai perdagangan bilateral tersebut
terdiri dari ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar US$ 10,35
miliar, impor Indonesia dari ROK sebesar US$ 8,22 miliar, dengan
surplus perdagangan sebesar US$ 2,13 miliar untuk Indonesia.
Nilai perdagangan non-migas ROK dan Indonesia pada
tahun 2018 periode Januari-November mencapai US$ 15,18 miliar.
Nilai ini meningkat 9,40% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai
perdagangan pada periode ini terdapat surplus dari sisi Indonesia
dengan nilai mencapai US$ 2,13 miliar. Nilai perdagangan kedua
negara terdiri dari ekspor ROK ke Indonesia sebesar US$ 8,21 miliar
dan impor sebesar US$ 10,34 miliar.165
Beberapa produk Indonesia yang permintaannya meningkat
adalah produk plywood, minyak nabati, alas kaki, dan produk
setengah jadi dari besi dan baja. Produk Indonesia yang meningkat
seperti produk plywood, minyak nabati, alas kaki, dan produk
setengah jadi dari besi dan baja. Produk non-migas utama ekspor
Indonesia ke Korea didominasi oleh produk primer seperti Batubara,
165 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 03/04/2020
Universitas Sumatera Utara 106
karet alam, biji tembaga, pulp wood dan lain-lain. Disamping
produk-produk tersebut, produk yang cukup berpotensi di pasar
Korea diantaranya: makanan olahan; produk perikanan; kopi; alas
kaki; furniture; plywood; produk tekstil termasuk benang; charcoal;
wood pellet; dan palm kernel shell.
Pada tahun 2012, Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk
menyusun Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership
(IK-CEPA) untuk mendorong peningkatan hubungan perdaagangan
dan ekonomi, dengan berlandaskan 3 (tiga) pilar utama yaitu akses
pasar perdagangan barang dan jasa; fasilitasi perdagangan dan
investasi; serta kerja sama dan capacity building.166
Dokumen “RI-RoK Joint Vision Statement for Co-
Prosperity and Peace" yang dikeluarkan di Istana Bogor tanggal 9
November 2017 menjadi landasan bagi bidang-bidang prioritas
kerja sama kedua negara. Untuk bidang ekonomi, prioritas kerja
sama yang disepakati antara lain, meningkatkan komunikasi
strategis pada tingkat tinggi melalui berbagai mekanisme konsultasi
bilateral yang ada, ataupun membentuk mekanisme baru, terus
meningkatkan dan memperluas hubungan investasi dan
perdagangan, termasuk untuk mencapai target perdagangan US$ 30
milyar pada tahun 2022 serta mendorong peningkatan akses pasar
produk-produk palm oil, buah-buahan dan produk perikanan
166 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 03/04/2020
Universitas Sumatera Utara 107
Indonesia ke Korea Selatan, Pemerintah Indonesia mendorong
perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk mengembangkan usaha
dan investasi di Indonesia, khususnya dalam mendukung percepatan
industrialisasi, pengembangan infrastruktur dan konektivitas, serta
pertumbuhan dan pembangunan di daerah-daerah.167
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan
Indonesia-Korea Selatan pada 2017 catatkan surplus US$78 juta dari
total nilai perdagangan yang mencapai US$17 miliar. Pemerintah
pun targetkan nilai perdagangannya akan meningkat hingga US$30
miliar pada 2022. 168 Kemudian berdasarkan data Badan Pusat
Statistik (BPS) yang diolah Kemendag, nilai total perdagangan
kedua negara pada 2018 mencapai USD 18,6 miliar. Neraca
perdagangan Indonesia-Korea Selatan pada 2018 surplus bagi
Indonesia sebesar USD 443,6juta. Korea Selatan menempati
peringkat ke-7 sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia serta
menempati urutan ke-6 sebagai negara sumber impor utama
Indonesia. Total ekspor Indonesia ke Korea Selatan pada 2018
tercatat sebesar USD 9,53 miliar atau naik 14 persen dari tahun
sebelumnya yang mencapai USD 8,20 miliar. Sementara itu, impor
Indonesia dari Korea Selatan pada 2018 mencapai USD 9,1 miliar
167 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 03/04/2020
168 https://kemenperin.go.id/artikel/20371/Investasi-Korea-Selatan-Dipacu diakses pada 03/04/2020
Universitas Sumatera Utara 108
atau naik 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai
USD 8,12 miliar.169
Ditargetkan pada awal tahun 2020 akan dilaksanakan
penandatanganan Indonesia-Korea Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IK-CEPA) oleh kedua negara ini, pada
dasarnya IK-CEPA merupakan rujukan kerangka standar seperti
ASEAN-Korea Free Trade Agreement. IK-CEPA merupakan
kemitraan komprehensif bidang perdagangan barang, jasa, investasi,
ketentuan asal barang, serta kerja sama ekonomi. Perjanjian IK-
CEPA mencakup enam kelompok kerja, yaitu terkait: perdagangan
barang dan jasa; investasi; ketentuan asal barang dan prosedur
kepabeanan; fasilitas perdagangan; kerja sama pengembangan
kapasitas; serta isu hukum dan kelembagaan. Dengan perjanjian
tersebut, nantinya Indonesia akan mendapatkan akses pasar untuk
produk industri, termasuk perikanan dan hortikultura di Korea
Selatan.170
Sementara sebagai timbal baliknya, Indonesia akan
memberikan akses pasar untuk bahan baku industri serta
memfasilitasi berbagai investasi Korea Selatan di Indonesia. Hal ini
diharapkan dapat mendorong nilai perdagangan kedua negara dan
169 https://www.kemendag.go.id/storage/files/nxw87iUl4vwPEk2dFupKfu9a9Ycws1RAfR6bn9Jb.pdf diakses pada 03/04/2020 170 Adrini Pujayanti, “Potensi dan Tantangan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan”, Vol. XI No. 23, Desember 2019, hlm 10
Universitas Sumatera Utara 109
investasi Korea Selatan di Indonesia. Di samping itu, pada sektor
perdagangan jasa, Indonesia akan mendapatkan skema khusus untuk
tenaga kerja. Dengan demikian, IK-CEPA menjadi penting di tengah
ketidakpastian ekonomi global saat ini, di mana Indonesia dan Korea
Selatan memerlukan terobosan untuk mendorong perdagangan dan
investasi di antara kedua negara. Melalui IK-CEPA, potensi kerja
sama ekonomi di antara kedua negara diharapkan juga akan semakin
menguat. Indonesia adalah satu-satunya negara di ASEAN yang
menjalin mitra strategis khusus dengan Korea Selatan. Dalam IK-
CEPA akan tercipta perdagangan produk-produk yang sifatnya
saling melengkapi dan mendorong investasi Korea Selatan ke
Indonesia. Adanya IK CEPA akan memudahkan transaksi kerja
sama industri antara kedua negara. Melalui IK-CEPA akan ada value
change industry yang diharapkan dapat meningkatkan perdagangan
kedua negara.171
Melalui IK-CEPA, dalam bidang perdagangan barang,
Indonesia akan mendapatkan akses pasar yang lebih baik untuk
produk industri, perikanan, dan pertanian di pasar Korea Selatan.
Sebaliknya, Indonesia akan memberikan akses pasar untuk bahan
baku industriyang memfasilitasi investasi Korea Selatan di
Indonesia sehingga kemitraan kedua pihak akan saling
menguntungkan. Sementara untuk akses pasar sektor jasa, Korea
171 Ibid,
Universitas Sumatera Utara 110
Selatan akan membuka kesempatan kerja bagi para profesional dan
tenaga ahli Indonesia. Sedangkan Indonesia akan memberikan
peningkatan akses pasar untuk sektor konstruksi, distribusi, gim
daring (online game), dan sektor jasa kesehatan. Dirjen Perundingan
Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan selaku Ketua
Tim Perunding Indonesia untuk IK-CEPA, Iman Pambagyo juga
menjelaskan, kemitraan komprehensif dalam IK-CEPA juga
terwujud dalam kerangka kerja sama dan peningkatan kapasitas
dalam berbagai sektor, antara lain industri, ekonomi kreatif,
kesehatan, dan tenaga kerja.172
2. Pendidikan
Pengaruh Korean Wave membawa dampak positif kepada
kalangan remaja yang semakin tertarik untuk mempelajari budaya baru
dan bahasa asing. Korean Wave di Indonesia memberikan semangat
baru kepada remaja untuk memotivasi dirinya agar balajar lebih keras
lagi dan memberikan motivasi untuk menempuh pendidikan di Korea
Selatan. Korea Selatan menjadi negara idaman bagi para penggemar
Korean Wave untuk menempuh pendidikan khususnya perguruan tinggi.
Banyak universitas ternama di Korea Selatan yang memberikan fasilitas
dan program studi menarik. Korea Selatan juga banyak memberikan
beasiswa bagi mahasiswa internasional. Banyak pelajar Indonesia yang
172 http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/berita/detail/deklarasi-bersama- penyelesaian-perundingan-ik-cepa-langkah-pasti-menuju-penandatanganan-perjanjian diakses pada tanggal 03/04/2020
Universitas Sumatera Utara 111
berminat untuk menempuh pendidikan di Korea Selatan. Salah satunya,
antusias tinggi pelajar Indonesia dalam Korean Education Fair,
pameran yang bekerja sama dengan beberapa universitas di Korea untuk
memberikan beasiswa dan peluang bagi para pelajar yang berminat.
Sesuai dengan kebijakan Presiden Moon Jae-in yakni New
Southern Policy yang memberikan peningkatan hubungan Korea
Selatan dengan negara-negara ASEAN dan India, Indonesia adalah
salah satu negara yang menjadi fokus utama kebijakan ini. Pada tahun
2009 Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani MOU di
bidang pendidikan. Bentuk kerja sama yang disetujui dalam MOU
tersebut yakni proyek penelitian bersama, pertukaran pengajar, pelajar,
peneliti, dan ahli lainnya, pertukaran informasi, pertemuan berkala,
konferensi, seminar, pameran, pertukaran bahan-bahan yang diperlukan,
pendirian pusat riset bersama, pelatihan dan bentuk kerja sama
pendidikan lainnya. Kedua negara telah melakukan pertukaran guru dan
tenaga pengajar, pertukaran ahli di bidang primary and secondary
education, kerja sama antar universitas/sekolah, recognition of degrees,
human resources development, pemberian beasiswa, joint research, dan
penyelenggaraan seminar/konferensi/pameran.173
Saat ini tercatat dua universitas di Republik Korea yang
memberikan pengajaran studi mengenai Indonesia yaitu Hankuk
University for Foreign Studies (HUFS) dan Busan University for
173 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 03/04/2020
Universitas Sumatera Utara 112
Foreign Studies (BUFS).174 Pengaruh Korean Wave di Indonesia
terwujud dengan didirikannya program studi bahasa Korea dan budaya
Korea ada 4 universitas yang menawarkan program studi tersebut yakni
Universitas Indonesia dengan jurusan Bahasa dan Sastra Korea,
Universitas Gadjah Mada dengan jurusan Bahasa dan Sastra Korea,
Universitas Nasional dengan jurusan ABA (Akademi Bahasa Asing)
Korea, dan Universitas Pendidikan Indonesia dengan jurusan
Departemen Pendidikan Bahasa Korea. Selain itu ada juga program
kursus bahasa Korea yakni di Universitas Hasanuddin sebagai mata
kuliah pilihan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Lambung Mangkurat
kursus berdurasi selama 6 bulan, dan Universitas Diponegoro kursus
berdurasi selama 16 minggu.175
Duta Besar Republik Korea Selatan untuk Indonesia Kim
Chang-Beom, mengatakan bahwa angka pertukaran pelajar terus
meningkat tiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat dengan adanya 1.000
pelajar Korea Selatan yang menempuh pendidikan di Indonesia. Begitu
pula sebaliknya, sekitar 1.500 pelajar Indonesia menempuh pendidikan
di Korea Selatan.176 Korea Selatan juga menawarkan beasiswa untuk
pelajar internasional yang ingin kuliah di Korea, ada dua pilihan
beasiswa yang ditawarkan oleh Korea Selatan yakni, beasiswa
174 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 03/04/2020
175 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2773/contents.do diakses pada tanggal 03/04/2020 176 https://www.liputan6.com/global/read/4155460/angka-pertukaran-pelajar-korea- selatan-dan-indonesia-terus-meningkat diakses pada tanggal 03/04/2020
Universitas Sumatera Utara 113
Pemerintah Korea dan beasiswa dari organisasi. Beasiswa Pemerintah
yang sangat populer yakni program Korean Government Scholarship
Program (KGSP) atau sekarang lebih dikenal dengan Global Korea
Scholarship (GKS).
Tabel 4.2 Penerimaan Beasiswa dari Korea Selatan
KGSP 2016 2017 2018 2019
Undergraduate Embassy 4 1 3 3
University 1 1 1 -
Graduate Embassy 11 5 7 16
University 12 11 13 10
Total 28 18 24 29
Sumber: Pengumuman GKS177
Beasiswa KGSP tersedia untuk program sarjana, pascasarjana,
dan penelitian sangat diminati karena fully funded dari Pemerintah
Korea, cakupan beasiswanya terdiri dari tiket pesawat pulang pergi
negara asal-Korea, tunjangan perpindahan tempat tinggal, biaya hidup,
asuransi kesehatan, sekolah bahasa (bahasa Korea), biaya kuliah,
tunjangan kemampuan bahasa Korea, biaya penelitian, biaya
pencetakan tesis atau disertasi dan tunjangan persiapan kembali ke
177 https://www.studyinkorea.go.kr/in/sub/gks/selectBoardList diakses pada tanggal 30/04/2020
Universitas Sumatera Utara 114
negara asal.178 Alira adalah salah satu pelajar Indonesia yang
mendapatkan kesempatan beasiswa KGSP, ia mendapat beasiswa kuliah
di Korea University-Business School salah satu universitas terbaik yang
ada di Korea Selatan, ia lulus pada Februari 2020.179 Jumlah penerima
KGSP tiap tahun dari Indonesia selalu naik dan paling besar kedua
setelah Vietnam.
Pemerintah Korea Selatan mempunyai tujuan untuk memberikan
kesempatan kepada mahasiswa internasional untuk memperoleh
pendidikan di lembaga pendidikan tinggi di Korea Selatan untuk
meningkatkan pertukaran pendidikan internasional dan mempererat
hubungan persahabatan antar negara. Jumlah Penerima yakni untuk
mahasiswa sarjana 120 orang dan pascasarjana 580 orang (dapat
berubah sewaktu-waktu), dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah
penerima dari Indonesia mengalami peningkatan dan setiap tahunnya
kuota penerima untuk Indonesia meningkat.
GKS memiliki dua jalur penerimaan beasiswa, yang pertama melalui
kedutaan dan yang kedua melalui jalur universitas yang dipilih.
Keduanya memiliki mekanisme penerimaan yang hampir sama namun
yang berbeda hanya pada letak penyerahan berkas dokumen beasiswa.
Untuk jalur kedutaan, pemohon mengirimkan berkas dokumennya ke
Kedutaan Besar Republik Korea di negara penerima dan untuk jalur
178 http://www.studyinkorea.go.kr/in/sub/gks/allnew_invite.do diakses pada tanggal 03/04/2020 179 Hasil Wawancara dengaen Alira Vania Putri Dwipayana, Korea University, pada tanggal 10/03/2020
Universitas Sumatera Utara 115
universitas pemohon mengirimkan berkas dokumen ke universitas
tujuan pemohon.
Sementara itu, Indonesia memberikan beasiswa di bidang seni
dan budaya bagi mahasiswa/pelajar Republik Korea. Beasiswa tersebut
adalah BSBI (Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia) dan Darmasiswa.
Pada tahun 2019 tercatat 2 (dua) orang peserta BSBI dan 21 orang
peserta program Darmasiswa. Sejak tahun 2009 hingga 2019, Indonesia
telah memberikan 240 beasiswa Darmasiswa dan 19 beasiswa BSBI
kepada para mahasiswa Republik Korea.180
3. Sosial Budaya dan Pariwisata
Kerjasama dalam bidang Sosial-Budaya Korea Selatan dan
Indonesia sendiri sudah diratifikasi oleh kedua belah pihak dan telah
ditanda tangani pada tahun 2000, hubungan sosial budaya kedua negara
ini berawal dari Korea Selatan yang sangat aktif dalam
menyelenggarakan berbagai kegiatan promosi budaya internasional di
negaranya, hal inilah yang dimanfaatkan oleh budayawan dan sejumlah
kelompok seni tari untuk memperkenalkan budaya Indonesia di Korea
Selatan.181 Dalam bidang sosial budaya, kedua negara aktif
menyelenggarakan berbagai promosi budaya seperti Korea Indonesia
Festival (2014), Korea-Indonesia Film Festival (2014), Korea-Indonesia
180 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 03/04/2020 181 Dewi Triwahyuni, Leonardo, and Aldean Tegar Gemilang, Diplomasi Budaya Korea Selatan Korea Selatan-Indonesia Di Indonesia, Bandung: Universitas Komputer Indonesia
Universitas Sumatera Utara 116
Week Festival (2014), Jakarta Seoul Festival (2015) dan Indonesia
Preliminary K-pop World Festival (2016).
Pemerintah Korea Selatan dianggap sukses dalam
mempromosikan budaya populernya melalui media seperti drama, film,
dan lagu. Fenomena Korean Wave tidak hanya muncul sebagai
pengaruh budaya, tapi juga membuat Korea Selatan terlihat lebih ramah
dan familiar di antara negara-negara Asia. Kesuksesan drama Korea
sedikit banyak menunjukkan superiorisme dari drama Barat
(Hollywood). Saat Asia mampu merepresentasikan dan menampilkan
nilai-nilainya kepada khalayak banyak. Korean Wave memiliki
kemampuan untuk mendominasi produksi dan distribusi produk budaya.
Dengan kata lain, memiliki implikasi nyata pada kekuatan ekonomi
Korea Selatan. Budaya populer dan media secara berkala
diidentifikasikan sebagai sumber soft power. Secara khusus budaya
populer Korea digunakan sebagai kekuatan untuk mendorong produk
budaya dan menaikkan perekonomian negara. Korea Selatan pun sukses
melakukannya baik di level regional maupun internasional. Korean
Wave kemudian menjadi refleksi kebanggaan nasional.182
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan
berkomitmen untuk lebih memperkuat hubungan persahabatan people
to people, serta memajukan dan mengembangkakn hubungan di
berbagai bidang seperti kebudayaan, seni, pendidikan, IPTEK dan
182 http://pmb.lipi.go.id/korean-wave-pariwisata-soft-power-dan-gerakan-ekspansi- budaya-pop/ diakses pada tanggal 04/04/2020
Universitas Sumatera Utara 117
pariwisata. Sejalan dengan semakin meningkatnya investasi dan bisnis
ROK di Indonesia, maka kehadiran orang Korea di Indonesia juga meningkat, semakin meningkatnya hubungan kedua negara ikut mendorong semakin tingginya intensitas people to people contact antara masyarakat Indonesia dan Korea. Hal ini diikuti dengan pembentukan Indonesia-Korea Friendship Association (IKFA) di
Jakarta pada awal 2007. Sebelumnya di Seoul, telah dibentuk Korea-
Indonesia Friendship Association (KIFA). Kedua organisasi tersebut memiliki tujuan untuk mengembangkan saling pengertian dan meningkatkan hubungan serta kerjasama antara masyarakat kedua negara melalui kegiatan-kegiatan sosial budaya yang pada gilirannya mendorong semakin eratnya hubungan kedua negara.
Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) adalah sebuah organisasi kebudayaan Korea yang berada di bawah Kedutaan Besar
Republik Korea untuk Indonesia dan Kementerian Kebudayaan,
Olahraga dan Pariwisata Republik Korea. KCCI diresmikan pada 18 Juli
2011 dan sejak itu telah menjadi sarana memperkenalkan kebudayaan
Korea di Indonesia. Peran utama KCCI adalah untuk memperkenalkan kebudayaan Korea kepada masyarakat Indonesia melalui berbagai macam pendekatan, seperti menggelar pameran kesenian, pementasan tari tradisional dan kontemporer, serta mengadakan beragam acara.
Korea Indonesia Film Festival (KIFF) adalah acara tahunan bagian dari
Korea Festival yang diadakan setiap bulan Oktober. Masih dengan misi
& tujuan KIFF yang sebelumnya adalah untuk memperkenalkan
Universitas Sumatera Utara 118
kehidupan sosial, kebudayaan dan tradisi warga Korea melalui film,
begitupula sebaliknya. Film adalah sebuah media dimana beragam sisi
kehidupan dapat kita lihat dan kita rasakan secara tidak langsung. Film
juga dapat membuat penonton mendapatkan pengalaman yang luas
tanpa harus mengalaminya.183
Presiden Moon Jae-in dalam wawancara eksklusif mengatakan
bahwa Indonesia menjadi negara yang penting karena Indonesia adalah
negara besar yang jumlah penduduknya menempati peringkat keempat
terbanyak di dunia. Indonesia memiliki beragam suku dan bahasa yang
merupakan satu kesatuan. Indonesia menunjukkan rasio pertumbuhan
ekonomi stabil hingga 5 persen. Indonesia menjadi negara penting di
ASEAN, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang
merakyat. Ia juga mendorong pembangunan ekonomi inklusif yang
mementingkan masyarakat luas. Pilar terpenting hubungan Indonesia-
Korea Selatan adalah masyarakat. Masyarakat Korea Selatan menyukai
alam, kebudayaan, dan makanan Indonesia sehingga rata-rata 350.000
orang Korea berkunjung ke Indonesia setahun. Ia mengatakan senang
dan berterima kasih karena masyarakat Indonesia juga menyukai budaya
Korea yang disebut Korean Wave, seperti drama Korea dan K-pop.
Keakraban di antara masyarakat kedua negara menjadi pendorong besar
183 https://www.cgv.id/kiff/ diakses pada tanggal 04/04/2020
Universitas Sumatera Utara 119
bagi Indonesia dan Korea Selatan untuk terus melakukan terobosan
dalam mempererat hubungan.184
Dalam bidang pariwisata, kedua negara setuju untuk
mempromosikan two way tourism dengan mempermudah urusan visa
bagi turis Indonesia ke Korea Selatan. Selain itu Indonesia mengundang
kerjasama perusahaan Korea Selatan dalam pembangunan sektor
pariwisata baru. Kedua negara telah menyepakati “Memorendum Saling
Pengertian Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah
Republik Korea Mengenai Kerjasama Di Bidang Pariwisata” pada tahun
2006, dalam kesepakatan ini Indonesia dan Korea Selatan bekerja sama
untuk meningkatkan dan memperkokoh kerjasama antar kedua negara
melalui bidang pariwisata dengan sikap saling menghormati dan juga
saling menguntungkan.
Kedua negara memiliki potensi pariwisata yang sangat tinggi.
Menurut data Korea Tourism Organization jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Republik Korea pada tahun 2018 sebanyak 15,346,879
orang. Mayoritas dari jumlah tersebut berasal dari Jepang, Taiwan dan
Hong Kong. Menurut data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI,
jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2018
sebesar 15.806.191 juta orang. Mayoritas wisatawan berasal dari
Tiongkok, Singapura, dan Malaysia.
184 https://www.visitkorea.or.id/article/wawancara-esklusif-presiden-korea-selatan-mr- moon-jae-in diakses pada tanggal 04/04/2020
Universitas Sumatera Utara 120
Tabel 4.3 Jumlah Wisatawan Indonesia-Korea Selatan
Uraian 2017 2018 2019
Wisatawan Indonesia ke Korea 230.837 249.067 252.000
Selatan
Wisatawan Korea Selatan ke 423.191 358.885 388.316
Indonesia
Sumber: Kerja Sama di Bidang Pariwisata Indonesia-Korea Selatan dan
Badan Pusat Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke
Indonesia.185186
Jumlah wisatawan Korea Selatan ke Indonesia pada 2018
berjumlah 358.885 orang, mengalami penurunan sebesar 15,28%
dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 423.191 orang. Sementara
wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korsel pada 2018 berjumlah
249.067, mengalami peningkatan 7,9% dibanding tahun 2017 yang
berjumlah 230.837 orang. Trend selama lima tahun terakhir (2013-
2018) menunjukkan jumlah wisatawan Republik Korea selalu berada
diatas 300.000 orang. Dalam lima tahun ke depan, wisatawan Republik
Korea yang berkunjung ke Indonesia diproyeksikan akan mengalami
peningkatan. Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya media
185 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 30/04/2020 186 https://www.bps.go.id/dynamictable/2018/07/30/1548/jumlah-kunjungan-wisman- menurut-kebangsaan-dan-bulan-kedatangan-tahun-2017---2020.html diakses pada tanggal 30/04/2020
Universitas Sumatera Utara 121
Republik Korea yang menjadikan Indonesia sebagai tempat syuting
berbagai variety show dan liputan mengenai tempat wisata maupun
budaya Indonesia di TV lokal Republik Korea. Indonesia dan Republik
Korea telah mendorong mempromosikan dan memajukan arus
wisatawan melalui udara dan laut antar kedua negara, melakukan
pertukaran pengalaman, kunjungan studi lapangan, studi banding dan
pertukaran informasi baik dalam hal pengembangan produk, pendidikan
dan pelatihan, maupun penelitian dan pengembangan, serta dengan
mendorong kerja sama sektor swasta.187 Indonesia berupaya untuk
meluaskan pasar pariwisata dan memperkenalkan mengenai Wonderful
Indonesia ke Seoul.
Jika dilihat dari tabel diatas jumlah wisatawan Korea Selatan ke
Indonesia pada tahun 2018 mengalami penurunan, hal ini diakibatkan
terjadinya bencana alam di berbagai wilayah Indonesia yang
menimbulkan kekhawatiran para wisatawan Indonesia sedang aman
atau tidak. Namun pada tahun 2019 jumlah wisatawan kembali naik,
destinasi yang menjadi pilihan utama para wisatawan asal Korea Selatan
itu adalah Bali dan Lombok, karena dua destinasi tersebut pernah
menjadi lokasi syuting variety show asal Korea Selatan.
KBRI Seoul secara aktif melakukan promosi seni dan budaya
Indonesia ke berbagai kalangan di Republik Korea melalui kegiatan-
kegiatan berkala di antaranya seperti, Indonesian Day di sekolah-
187 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 04/04/2020
Universitas Sumatera Utara 122
sekolah dan Museum; Kelompok Tari Tradisional Indonesia (KTTI)
yang berlatih setiap hari Sabtu di KBRI Seoul; Pembukaan kelas
gamelan untuk masyarakat Republik Korea; Memberikan kelas gamelan
di Seoul Institute of the Arts; Kelas Bahasa Indonesia di KBRI Seoul dan
Institusi – Institusi di Republik Korea. Beberapa keterlibatan KBRI
Seoul dalam kegiatan Sosial-Budaya juga dapat dilihat melalui
partisipasi aktif dalam berbagai forum, konferensi, hingga pameran,
seperti Seoul Friendship Fair, Seoul International Buddhism Expo,
Itaewon Global Village, ASEAN Culinary Festival, Korean Travel Fair,
Hanatour International Travel show, Modetour Travel Mart, Busan
Global Gathering, ASEM Pendidikan dan ASEM Budaya, hingga Busan
Film Festival.188
188 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 04/04/2020
Universitas Sumatera Utara
BAB V
PENUTUP A. KESIMPULAN
1. Terbukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan
berdasarkan Pasal 2 Konvensi Wina 1961, hubungan diplomatik dalam
hukum internasional diatur dalam Konvensi Wina 1961 Tentang Hubungan
Diplomatik dan Konvensi Wina 1963 Tentang Hubungan Konsuler. Kedua
konvensi ini yang melandasi dasar terbukanya suatu hubungan diplomatik
dan keterwakilan diplomatik antar dua negara, dalam Pasal 2 Konvensi
Wina 1961, pembukaan hubungan diplomatik terjadi dengan persetujuan
timbal balik (mutual consent). Sedangkan di Indonesia aturan lebih lanjut
diatur dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan
Luar Negeri. Indonesia dan Korea Selatan mulai terjalin sejak September
1973, sedangkan hubungan tingkat konsulatnya lebih dulu terjalin sejak
Agustus 1966. Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea
Selatan telah tumbuh secara signifikan, eratnya hubungan dan kerja sama
bilateral tersebut antara lain didukung oleh sifat komplementaritas sumber
daya dan keunggulan yang dimiliki masing-masing disamping proses
kemajuan ekonomi dan politik kedua negara yang sangat baik yang
membuka peluang kerja sama di berbagai sektor semakin terbuka lebar.
2. Implementasi tentang Korean Wave di Indonesia merupakan suatu bukti
nyata dari globalisasi. Mulai dari awal masuk hingga perkembangan Korean
Wave terbilang sangat sukses. Namun perlu diketahui bahwa suatu
kebudayaan yang masuk dapat memberikan dampak positif maupun negatif.
Positifnya bagi masyarakat Indonesia dapat dipelajari budaya baru, bahasa
123
Universitas Sumatera Utara 124
baru dan pengetahuan akan negara lain serta dapat memahami dan
menghargai budaya Korea. Selain itu dapat menjadi motivasi bagi remaja
yang untuk semakin semangat belajar dan menempuh pendidikan di Korea
Selatan. Sedangkan dampak negatifnya yaitu minat terhadap budaya sendiri
perlahan luntur, tidak mencintai produk budaya Indonesia, timbul sifat
fanatisme dalam diri remaja sehingga terlalu mendewakan Korea Selatan.
3. Pengaruh Korean Wave terhadap kerja sama antara Indonesia dengan Korea
Selatan mempunyai hubungan yang saling melengkapi, kedua negara ini
berupaya untuk saling mengisi satu sama lain. Dilihat segi investasi
hubungan kedua negara sangat mendalam. Indonesia adalah negara tujuan
penanaman modal asing yang pertama dalam sejarah Korea Selatan. Kerja
sama dalam bidang perdagangan Indonesia dan Korea Selatan merupakan
mitra dagang utama satu sama lain. Indonesia merupakan mitra dagang
terbesar kedelapan Korea Selatan untuk tujuan ekspor sedangkan Korea
Selatan adalah mitra dagang terbesar Indonesia yang keempat. Kerja sama
dalam bidang pendidikan jumlah penerima beasiswa dari Pemerintah Korea
Selatan untuk pelajar Indonesia tiap tahun mengalami kenaikan, selain itu
di beberapa universitas Korea Selatan juga dibuka kelas dan studi mengenai
Indonesia, begitupun sebaliknya. Kerja sama dalam bidang sosial budaya
dan pariwisata, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan
berkomitmen untuk lebih memperkuat hubungan persahabatan people to
people, serta memajukan dan mengembangkakn hubungan di berbagai
bidang seperti kebudayaan, seni, pendidikan, IPTEK dan pariwisata.
Universitas Sumatera Utara 125
B. SARAN
1. Terjalinnya hubungan diplomatik yang baik dari Indonesia dan Korea
Selatan perlu dipertahankan. Karena seiring dengan terjalinnya hubungan
yang baik antara Indonesia dan Korea Selatan dapat memberikan dorongan
terbentuknya kerja sama di berbagai lebih maju dan lebih intens. Jika sudah
terbentuk citra yang baik dari masing-masing negara maka akan lebih
memudahkan untuk menegosiasikan kerja sama apa saja yang akan dijalin
dari Indonesia dan Korea Selatan yang akan memberikan keuntungan bagi
kedua negara.
2. Pemerintah Indonesia harus menjalani kewajiban ganda yakni melestarikan
warisan budaya nasional dan membangun kebudayaan nasional yang
modern. Dengan masuknya Korean Wave diharapkan Pemerintah Indonesia
harus dapat menarik perhatian masyarakat untuk meningkatkan rasa
nasionalismenya dan tidak melupakan budaya nasionalnya sendiri.
Pemerintah Indonesia harus mampu mendorong masyarakat untuk
melestarikan, menunjukkan dan mencintai budaya kita sendiri dan bangga
akan produk lokal Indonesia. Pemerintah Indonesia harus mampu untuk
membangun masyarakat yang kaya akan budaya sendiri di tengah-tengah
perkembangan Korean Wave di Indonesia, peran lembaga pendidikan
sangat penting untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pelestarian nilai-nilai dan moral bangsa Indonesia.
3. Penandatanganan kerja sama Indonesia-Korea Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IK-CEPA) diharapkan harus segera terwujud,
Dengan perjanjian tersebut, nantinya Indonesia akan mendapatkan akses
Universitas Sumatera Utara 126
pasar untuk produk industri, termasuk perikanan dan hortikultura di Korea
Selatan. Sementara sebagai timbal baliknya, Indonesia akan memberikan akses pasar untuk bahan baku industri serta memfasilitasi berbagai investasi
Korea Selatan di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat mendorong nilai perdagangan kedua negara dan investasi Korea Selatan di Indonesia. Serta dapat meningkatkan kerja sama di berbagai bidang antara Indonesia dan
Korea Selatan.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Atmadja, Nengah Bawa. 2013. Ajeg Bali: Gerakan, Identitas Kultural dan Globalisasi. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang
Badri, J. 1953. Perwakilan Diplomatik dan Konsuler. Jakarta: Tintamas
Brunsvick, Yves dan Andre Danzin. 2005. Lahirnya Sebuah Peradaban: Goncangan Globalisasi. PeMad, penerjemah. Yogyakarta: Kanisius
Dembinski, Ludwik. 1988. The Modern Law of Diplomacy. Netherlands: Martinus Nijhoff Publisher
Denza, Eileen. 2016. Diplomatic Law: Commentary on the Vienna Convention on Diplomatic Relations. Oxford: Oxford University Press
Diantha, I Made Pasek. 2019. Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi Antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu
Efendi, Jonaedi dan Johnny Ibrahim. 2018. Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Depok: Prenadamedia Group
Glahn, Gerhard von. 1970. Law Among Nations: An Introduction to Public International Law Second Edition. London: MacMillan&Co
Hanafie, Sri Rahaju Djatimurti Rita. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: CV Andi Offset
Jeon, Je Seong dan Yuwanto. 2014. Era Emas Hubungan Indonesia-Korea: Pertukaran Kultural Melalui Investasi dan Migrasi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara
Kansil, C.S.T. 2002. Modul Hukum Internasional. Jakarta: Djambatan
Mauna, Boer. 2003. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni
Moussa, Farag. 1972. Manuel de Pratique Diplomatique: L’Ambassade. Brussels: Bruylant
Osmanczyk, Edmund Jan. 2003. Encyclopedia of the United Nations and International Agreements. Anthony Mango, editor. London: Routledge
127
Universitas Sumatera Utara 128
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers
Sen, Biswanath. 1965. A Diplomat’s Handbook of International Law and Practice. Netherlands: Martinus Nijhoff
Setiadi, Elly M, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi. Bandung: BP.IBLAM Suryokusumo, Sumaryo. 2013. Hukum Diplomatik dan Konsuler. Jakarta: PT. Tatanusa
Suryono, Edy. 1992. Perkembangan Hukum Diplomatik. Bandung: Penerbit Mandar Maju
Suryono, Edy dan Moenir Arisoendha. 1991. Hukum Diplomatik Kekebalan dan Keistimewaannya. Bandung: Angkasa
Syahmin. 2008. Hukum Diplomatik dalam Kerangka Studi Analisis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Syaltout, Mahmud, Hizkia Yosias Polimpung dan Azis Rahmani. 2012. Dilema Kultural Dalam Strategi Diplomasi Indonesia di ASEAN. Jakarta: UI Press
Wasito. 1984. Konvensi-Konvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler dan Hukum Perjanjian/Traktat. Yogyakarta: Andi Offset
Whiteman, Marjorie M. 1970. Digest of International Law jurume 7. Washington: Government Printing Office
Wojowasito, S. 1999. Kamus Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan Menurut Pedoman Lembaga Bahasa Nasional. Malang: C.V. Pengarang Yoon, Yang Seung. 2005. 40 Tahun (1966-2005) Hubungan Indonesia-Korea Selatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Peraturan Perundang-undangan
Universitas Sumatera Utara 129
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1982 Tentang Pengesahan
Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta Protokol Opsionalnya
1961 dan Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan Konsuler Beserta
Protokol Opsionalnya 1963
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan
Luar Negeri
Perjanjian Internasional
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
Vienna Convention on Diplomatic Relations and Optional Protocol 1961
Vienna Convention on Consular Relations and Optional Protocols 1963
Jurnal dan Artikel
Adrini Pujayanti, “Potensi dan Tantangan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan”, Vol. XI No. 23, Desember 2019
Departemen Luar Negeri, Pedoman Tertib Diplomatik dan Protokol, Bp. 03-D
Erni Budiwanti, Cahyo Pamungkas, dan Saiful Hakam, “Pentingnya Studi Korea, Sejarah dan Kebudayaan untuk Memperkokoh Hubungan Ekonomi dan Kebudayaan antara Bangsa Indonesia & Bangsa Korea”, Pusat Penelitian Sumber Daya Regional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Juni 2014
Kiki Zakiah, Dian Widya Putri, dkk, “Menjadi Korean di Indonesia: Mekanisme Perubahan Budaya Indonesia-Korea”, Vol 12 (1), Juni 2019
Kim Youna, Rising East Asia ‘Wave’: Korean Media Go Global, in Thussu, Daya (ed). Media on the Move: Global Flow and Contra Flow. London: Routledge, 2006
Rini Afriantari dan Cindy Yosita Putri, “Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dalam Pengembangan Sektor Industri Kreatif di Indonesia”, Vol. 1 No. 1, Desember 2017 Sita Hidriyah,”Penguatan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan”, Vol. IX No. 06, Maret 2017
Sue Jin Lee,”The Korean Wave: The Seoul of Asia”, Vol. 2 No. 1, Spring 2011
Universitas Sumatera Utara 130
Website
Association of Southeast Asian Nations https://asean.org/asean/asean-member-states diakses pada 10/03/2020
Kedutaan Besar Republik Indonesia Di Seoul, Republik Korea https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu dikunjungi pada 04/02/2020 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 03/04/2020 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 04/04/2020
Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do dikunjungi pada tanggal 04/02/2020 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do diakses pada 31/03/2020 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2773/contents.do diakses pada tanggal 03/04/2020
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pedoman-diplomasi-budaya dikunjungi pada 06/02/2020
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia https://www.kemendag.go.id/storage/files/nxw87iUl4vwPEk2dFupKfu9a9Ycws1 RAfR6bn9Jb.pdf diakses pada 03/04/2020 http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/berita/detail/deklarasi-bersama- penyelesaian-perundingan-ik-cepa-langkah-pasti-menuju-penandatanganan- perjanjian diakses pada tanggal 03/04/2020
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia https://kemenperin.go.id/artikel/20371/Investasi-Korea-Selatan-Dipacu diakses pada tanggal 02/04/2020 https://kemenperin.go.id/artikel/20792/RI-Korsel-Perkuat-Kerja-Sama-Sektor- Industri-Prioritas-4.0 diakses pada 03/04/2020
Korea Tourism Organization Jakarta https://www.visitkorea.or.id/article/wawancara-esklusif-presiden-korea-selatan- mr-moon-jae-in diakses pada tanggal 04/04/2020
Universitas Sumatera Utara 131
Korean Culture and Information Service http://www.korea.net/AboutKorea/Culture-and-the-Arts/Hallyu diakses pada 31/03/2020
Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia http://pmb.lipi.go.id/korean-wave-pariwisata-soft-power-dan-gerakan-ekspansi- budaya-pop/ diakses pada tanggal 04/04/2020
StudyinKorea run by Korean Government http://www.studyinkorea.go.kr/in/sub/gks/allnew_invite.do diakses pada tanggal 03/04/2020
Wikipedia https://en.wikipedia.org/wiki/Extraterritorial_jurisdiction diakses pada 16/03/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_acara_Indosiar diakses pada 31/03/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu dikunjungi pada tanggal 04/02/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Konsumerisme diakses pada tanggal 02/04/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Kuasa_usaha diakses pada 09/03/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1965-1966) diakses pada 04/02/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Korea_Selatan diakses pada 04/02/2020
Universitas Sumatera Utara