PENGARUH KOREAN WAVE (BUDAYA KOREA)

DALAM HUBUNGAN DIPLOMASI ANTARA

INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH :

WINDA KARLINA SEPTANSYAH

NIM. 160200291

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita semua dan tak lupa nikmat kesehatan dan kesempatan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Korean Wave (Budaya

Korea) Dalam Hubungan Diplomasi Antara Indonesia dengan Korea

Selatan”. Dan tak lupa sholawat beriring salam kita hadiahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang kaya akan ilmu seperti sekarang ini.

Tujuan dari penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan. Untuk itu, penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar kelak penulis dapat lebih baik dalam penyusunan karya ilmiah lainnya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan serta dukungan dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

ii

Universitas Sumatera Utara 2. Prof. Dr. Saidin, SH.M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, Ibu Puspa Melati Hasibuan.SH.M.Hum

Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

Bapak Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum

Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Sutiarnoto MS, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum

Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Sutiarnoto MS, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membantu penyempurnaan skripsi ini

dan memberikan banyak masukan serta bimbingan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Dr. Chairul Bariah, SH.M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan banyak waktu dengan sepenuh hati membimbing serta

memberikan masukan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan skripsi

ini.

7. Kepada seluruh dosen, staf administrasi dan pegawai yang telah

memberikan ilmu dan arahan kepada penulis selama menjalani

perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Terkhusus kepada kedua orang tua saya tercinta, Mama Septanti

Rahmadani dan Papa Syahrul yang tak henti-hentinya memberikan

kasih sayang dan cintanya kepada penulis serta dukungan dan doa yang

iii

Universitas Sumatera Utara luar biasa selalu mengiringi langkah penulis sehingga penulis dapat

menyusun skripsi ini dengan baik. Terima kasih banyak Ma, Pa.

9. Kepada adik-adik saya tersayang, Wanda Aulia Septansyah, Warda

Sofiah Septansyah, Wadhiah Faihanah Septansyah, dan si ganteng Wafi

Ghaly Faeyza Septansyah, yang selalu memberikan penulis hiburan,

mendengarkan keluh kesah serta memberikan semangat dalam proses

penulisan skripsi ini.

10. Kepada BESTAM, Anisyah Ardianty, Syafira, Ayi Oudri, Salsa Shafira

yang selalu menemani penulis dari SMP hingga saat ini, yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis, can my kids call you the

Ahjummas later?

11. Kepada Cindy, Nisa, Salsa, Imam, Kiki, Sony dan Mahmud sahabat

kampus yang selalu menemani penulis dari hari pertama perkuliahan

hingga saat ini, yang selalu memberikan bantuan, nasehat, membagi

tawa canda keluh kesah bersama selama perkuliahan hingga skripsi ini

terselesaikan. Dan kepada Cindy Savitri Desano yang selalu ada

disamping penulis dari awal perkuliahan hingga mengambil jurusan

yang sama, penulis ucapkan terima kasih karena selalu bersama-sama

penulis melewati suka duka perkuliahan.

12. Kepada ILSA Commander’16, Hazza, Ipen, Inang, Rara, Cindy, Deayu,

Mahmud, Tania, Tika, Naya yang memberikan pengalaman berharga

dalam memimpin organisasi walaupun hanya selama 2 semester namun

menjadi kesan yang tersendiri dalam hati penulis.

iv

Universitas Sumatera Utara 13. Kepada Geng Cebu Sober, Hazza, Aidil, Cindy, Deayu, Salsa, Azka,

Tika, Tania, Willy, yang memberikan kesan luar biasa selama di

Philippines, let’s make another journey! Dan kepada Ainaya Fathia

Suyono, penulis ucapkan terima kasih telah mengingatkan, memarahi,

dan selalu memberikan positive vibes nya kepada penulis sehingga

penulis semangat dalam mengerjakan skripsi dan selesai dengan hati

gembira.

14. Kepada Alira Vania, Andini Saraswati, Anafi Nur’aini, pelajar

Indonesia yang menjalani pendidikan di Korea Selatan yang bersedia

meluangkan waktunya untuk diwawancarai penulis.

15. Kepada para barisan Oppa-oppa serta Ahjussi dan Eonnie drama, para

idol, playlist Spotify, teman-teman virtual Twitter, yang memberikan

hiburan, menyegarkan mata penulis dikala penat serta memberikan

inspirasi dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian skripsi ini penulis buat agar dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga skripsi ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi kita semua.

Aamiin.

Medan, April 2020

Winda Karlina Septansyah NIM. 160200291

v

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Winda Karlina Septansyah* Dr. Sutiarnoto MS, SH.M.Hum** Dr. Chairul Bariah, SH.M.Hum***

Diplomasi budaya adalah upaya yang dinamis yakni menggunakan kebudayaan untuk meningkatkan kepentingan suatu negara dan pengakuan melalui kerja sama dan pertukaran budaya. Hal ini dimanfaatkan oleh Korea Selatan dalam meningkatkan hubungan luar negeri dengan menggunakan konten budaya yang sudah dikenal oleh masyarakat internasional. Korean Wave menjadi media yang sangat pas dalam mengenalkan Korea Selatan pada masyarakat internasional. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, pertama bagaimana terbukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan, kedua bagaimana implementasi tentang Korean Wave di Indonesia dan yang ketiga bagaimana pengaruh Korean Wave terhadap kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain melalui metode kepustakaan berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, literatur-literatur, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Metode pengumpulan data lainnya yang digunakan untuk mencari dan mempelajari data melalui wawancara berupa tanya jawab yang dilakukan melalui media sosial seperti Instagram, email, WhatsApp dengan pelajar Indonesia yang sedang maupun sudah selesai menyelesaikan pendidikan di Korea Selatan. Hasil yang diperoleh dari penelitian skripsi ini antara lain bahwa hubungan diplomatik Indonesia dengan Korea Selatan terjalin sangat baik dan berkembang secara signifikan dari tahun ke tahun. Perkembangan Korean Wave terbilang sangat sukses diterima dalam masyarakat Indonesia, dengan berkembangnya Korean Wave di Indonesia kedua negara ini sangat antusias untuk mengadakan kerja sama lebih banyak lagi di berbagai bidang yang dapat memberi keuntungan Indonesia dan Korea Selatan. Kata Kunci: Korean Wave, Kerja Sama, Indonesia, Korea Selatan.

______** Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ****** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

vi

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... ii

ABSTRAK ...... vi

DAFTAR ISI ...... vii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1

A. Latar Belakang ...... 1

B. Rumusan Masalah ...... 8

C. Tujuan Penulisan ...... 8

D. Manfaat Penulisan ...... 8

E. Keaslian Penulisan...... 9

F. Tinjauan Pustaka ...... 11

G. Metode Penelitian ...... 13

H. Sistematika Penulisan ...... 17

BAB II TERBUKANYA HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA

INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN ...... 20

A. Sejarah Terbukanya Hubungan Diplomatik Antara Indonesia dengan

Korea Selatan ...... 20

B. Dasar Hukum Terbukanya Hubungan Diplomatik ...... 27

C. Perkembangan Korean Wave di Indonesia dan Korea Selatan ...... 68

vii

Universitas Sumatera Utara BAB III IMPLEMENTASI TENTANG KOREAN WAVE DI INDONESIA

...... 78

A. Awal Masuk Korean Wave di Indonesia ...... 78

B. Dampak Positif dan Negatif Masuknya Korean Wave di Indonesia 84

1. Dampak Positif Masuknya Korean Wave di Indonesia ...... 84

2. Dampak Negatif Masuknya Korean Wave di Indonesia ..... 87

C. Upaya yang Dapat Dilakukan Pemerintah Indonesia Terhadap

Masuknya Kultur Korean Wave di Indonesia ...... 91

BAB IV PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP KERJA SAMA

ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN ...... 95

A. Perkembangan Kerja Sama Antara Indonesia dengan Korea Selatan

...... 95

B. Pengaruh Korean Wave Terhadap Kerja Sama Antara Indonesia dengan

Korea Selatan dalam Berbagai Bidang ...... 101

1. Perdagangan...... 101

2. Pendidikan ...... 110

3. Sosial Budaya dan Pariwisata ...... 115

BAB V PENUTUP ...... 123

A. Kesimpulan ...... 123

B. Saran ...... 125

DAFTAR PUSTAKA ...... 127

viii

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Setiap negara pasti memiliki budaya yang hidup berdampingan dengan

dinamika kehidupan bermasyarakat. Adanya budaya adalah suatu bentuk

pemikiran manusia yang dihasilkan sebagai suatu rangkaian tindakan dan

aktivitas manusia yang berpola, dimana budaya tersebut didukung dan

diwariskan turun temurun oleh anggota masyarakat.

Menurut E.B. Tylor seorang antropologi Inggris (1832-1917)

mengemukakan bahwa budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang

meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat

istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia

sebagai anggota masyarakat.1

Secara umum wujud dari kebudayaan terbagi dua yakni material yang

dapat dilihat, dirasakan dan diraba sehingga lebih konkret dan mudah untuk

dipahami, yang kedua yakni nonmaterial dengan ciri hanya dapat dirasa

sehingga bersifat abstrak dan sulit untuk dipahami.2 Selain itu menurut pendapat

ahli J. J. Honigmann dalam bukunya yang berjudul “The World of Man”,

mengemukakan membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: (1) ideas, (2)

activities, and (3) artifact. Sejalan dengan pikiran ahli tersebut,

1 Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2012) hlm. 28 2 Sri Rahaju Djatimurti Rita Hanafie, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Yogyakarta: CV Andi Offset, 2016) hlm. 40

1

Universitas Sumatera Utara 2

Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,

nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.

Wujud kebudayaan ini berfungsi mengatur, mengendalikan dan

memberi arah kepada tindakan, kelakukan dan perbuatan manusia

dalam masyarakat sebagai sopan santun.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan

berpola dari manusia dalam masyarakat.

Wujud kebudayaan ini dinamakan sistem sosial karena berupa

tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini

bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem

sosial ini terdapat aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan

berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya dalam masyarakat.

Sistem sosial ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat

konkret, dalam bentuk perilaku dan bahasa yang digunakan

berinteraksi dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud kebudayaan ini disebut juga dengan kebudayaan fisik.

Wujud kebudayaan ini hampir keseluruhannya merupakan hasil

fisik yang berasal dari aktivitas dan hasil karya manusia dalam

masyarakat. Bersifat konkret dan berupa benda-benda yang dapat

Universitas Sumatera Utara 3

diraba, dilihat dan difoto yang berwujud besar maupun kecil yang

dapat berbentuk materi atau artefak.3

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan dari bangsa Indonesia yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu, bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini berarti bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa, budaya, agama, ras dan bahasa. Budaya majemuk

(pluralistic) yang dimiliki bangsa Indonesia dimungkinkan karena berbagai faktor penyebab antara lain karena wilayah, penduduk ataupun kepentingan masyarakat itu sendiri.

Saat ini tidak dapat dipungkiri kebudayaan Indonesia juga dapat bergesek dengan budaya dari Negara lain. Yang artinya telah terjadi akulturasi dalam kebudayaan Indonesia karena disebabkan oleh efek persinggungan wilayah atau migrasi penduduk. Indonesia merupakan Negara berkembang, dewasa ini sangat mustahil jika Negara berkembang tidak mendapat pengaruh dari kebudayaan asing. Kebudayaan asing dimaksud yaitu yang positif, yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang dapat diperlukan untuk mengembangkan kebudayaan Indonesia. Sutan Takdir Alisyahbana berpendapat bahwa kebudayaan Indonesia harus diciptakan sebagai sesuatu yang baru dengan mengambil banyak unsur dari kebudayaan barat, antara lain teknologi, orientasi ekonomi, keterampilan berorganisasi dan ilmu pengetahuan.4

3 Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi, op.cit hlm 29-30 4 Sri Rahaju Djatimurti Rita Hanafie, op.cit hlm 54

Universitas Sumatera Utara 4

Kultur atau budaya memiliki fungsi yang unik. Di satu sisi dapat

menyatukan namun di satu sisi dapat memisahkan. Kultur, dengan kata lain,

memiliki konsekuensi berupa perbedaan. Perbedaan yang dimaksud mencakup

tiga hal, sebagai berikut:

a. Pertama, perbedaan dalam hal berhubungan dengan sesame

masyarakat. Pola hubungan sosial yang terbentuk dalam suatu

komunitas tertentu selalu merupakan hasil dari proses interaksi

kultural di antara masyarakat dalam komunitas tersebut.

b. Kedua, perbedaan yang dimaksud juga terwujud dalam sikap

terhadap waktu. Serangkaian pola interaksi tertentu akan

menghasilkan sikap terhadap waktu yang berbeda-beda. Terkait

dengan orientasi ke masa depan, masa kini atau masa lalu.

c. Ketiga, perbedaan juga mencakup dalam hal berhubungan dengan

lingkungan. Masing-masing tradisi kultural memiliki cara yang

berbeda-beda dalam melihat lingkungan dan posisi manusia

didalamnya.5

Saat ini kebudayaan yang sangat berkembang di berbagai belahan dunia yang dapat dirasakan oleh banyak pihak, tidak terpaku dari jenis kelamin, usia, tua maupun muda semua dapat merasakan budaya tersebut. Kebudayaan tersebut menjadi sebuah fenomena yang berkembang pesat di masyarakat dunia, fenomena yang dilahirkan oleh Korea Selatan, yakni fenomena Korean Wave atau Gelombang

Korea. Korean Wave adalah sebuah istilah yang sekarang populer digunakan

5 Mahmud Syaltout, Hizkia Yosias Polimpung dan Azis Rahmani, Dilema Kultural Dalam Strategi Diplomasi Indonesia di ASEAN, (Jakarta: UI Press, 2012) hlm 6-7

Universitas Sumatera Utara 5

menandakan bahwa kultur tersebut mendunia lewat musik, drama, film serta bahasanya. Perkembangan fenomena dari Korean Wave ini mendapat perhatian dunia, karena kemampuannya memikat banyak pihak terutama kalangan remaja.

Kemunculan fenomena Korean Wave mulai dapat dirasakan secara nyata terutama bagi negara-negara yang terkena dampaknya. Keberadaan drama-drama yang ditayangkan di saluran televisi lokal, menjamurnya barang-barang buatan

Korea, makanan Korea, atau sering diputarnya musik dari artis Korea kini terjadi di banyak tempat. Dalam skala lebih besarnya adalah mulai menjamurnya konser- konser artis asal Korea Selatan di berbagai negara.6 Indonesia termasuk negara yang mendapat pengaruh dari keberadaan dan masuknya Korean Wave. Di Indonesia sendiri dapat dirasakan keberadaan dari Korean Wave itu sangat familiar. Mulai dari radio, restoran dan iklan di televisi banyak yang memakai background music dari lagu-lagu pop Korea Selatan.

Korean Wave dijadikan Korea Selatan sebagai alat kebijakan untuk meningkatkan diplomasi kebudayaan dan diplomasi publik. Diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olah raga, dan kesenian, ataupun secara makro sesuai dengan ciri–ciri khas utama, misalnya propaganda dan lain–lain, yang dalam pengertian konvensional dapat dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer.7

6 Pettisa Rustadi, Skripsi:”Korean Wave Sebagai Instrumen Diplomasi Korea Selatan Dilihat Dari Paradigma Realisme, Liberalisme dan Konstruktivisme”, (Depok: Universitas Indonesia, 2012) hlm 2 7 https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pedoman-diplomasi-budaya dikunjungi pada 06/02/2020

Universitas Sumatera Utara 6

Sedangkan diplomasi publik bertujuan menumbuhkan opini masyarakat yang positif di negara lain melalui interaksi dengan kelompok-kelompok kepentingan.

Diplomasi publik mensyaratkan kemampuan komunikasi antar budaya karena terkait dengan berubahnya sikap masyarakat, saling pengertian dalam melihat persoalan-persoalan politik luar negeri. Di era informasi, pendapat masyarakat dapat secara efektif mempengaruhi tindakan pemerintah.8

Pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa diplomasi budaya adalah upaya yang dinamis yakni menggunakan kebudayaan untuk meningkatkan kepentingan suatu negara dan pengakuan melalui kerja sama dan pertukaran budaya. Hal ini dimanfaatkan oleh Korea Selatan dalam meningkatkan hubungan luar negeri dengan menggunakan konten budaya yang sudah dikenal oleh masyarakat internasional. Korean Wave menjadi media yang sangat pas dalam mengenalkan Korea Selatan pada masyarakat internasional.

Dengan demikian, penggunaan Korean Wave oleh pemerintahan Korea

Selatan termasuk ke dalam soft power. Soft power yakni kemampuan dalam membentuk pendapat orang lain, hampir sama dengan metode merayu dalam hubungan personal manusia. Sumber utama dari soft power suatu negara salah satunya yakni budaya. Dari sisi budaya sendiri yang paling berperan adalah kebudayaan populer dari negara tersebut, dalam hal ini Korean Wave sebagai instrument diplomasi Korea Selatan. Penggunaan ini berarti pemerintah memang sengaja menggunakan Korean Wave sebagai instrumen diplomasi dan menempatkannya secara legal sebagai bagian dari kebijakan luar negeri negaranya.

8 Sukawarsini Djelantik, Diplomasi Antara Teori dan Praktik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008) hlm 191

Universitas Sumatera Utara 7

Hal ini perlu ditekankan karena inti dari soft power terletak dari bagaimana negara sebagai aktor dalam Hubungan Internasional memang secara sengaja dan sadar menggunakan instrument tersebut. Apabila pemerintah tidak mengakuinya sebagai bagian dari kebijakannya maka instrument tersebut tidak valid untuk dikatakan sebagai soft power sebuah negara dan hanya masuk ke dalam kategori soft resources. Soft resources merupakan hal yang berpotensi untuk menghasilkan soft power bagi suatu negara.9

Diplomasi kebudayaan yang digunakan Korea Selatan dalam soft power- nya yang paling populer yakni berupa Korean Drama (drama Korea) dan Korean

Pop (music pop Korea). Pada saat ini Korean Wave sebagai pintu gerbang budaya

Korea Selatan diterima di hampir seluruh dunia, khususnya Indonesia. Mulai dari ditayangkannya drama Korea di saluran televisi nasional, pergelaran konser artis

Korea, serta momen yang masih hangat di Indonesia sendiri penampilan boyband

Super Junior dan iKON dalam Closing Ceremony Asian Games 2018.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas bagaimana pengaruh dari Korean Wave dalam hubungan diplomasi antara Indonesia dengan

Korea Selatan yang mempengaruhi kerja sama dalam bidang pendidikan, sosial budaya serta perdagangan dari kedua negara tersebut.

9 Pettisa Rustadi, op.cit hlm 18

Universitas Sumatera Utara 8

B. Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang diuraikan pada latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana terbukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan

Korea Selatan?

2. Bagaimana implementasi tentang Korean Wave di Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh Korean Wave terhadap kerja sama antara

Indonesia dengan Korea Selatan?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dari permasalahan tersebut di

atas adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah terbukanya hubungan diplomatik antara

Indonesia dengan Korea Selatan.

2. Untuk mengetahui implementasi dari Korean Wave di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh dari Korean Wave terhadap kerja sama

antara Indonesia dengan Korea Selatan khususnya dalam pendidikan,

perdagangan dan sosial budaya.

D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan yang dapat diambil dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kepustakaan tentang

pengaruh suatu kebudayaan dalam kerja sama internasional dalam bidang

pendidikan, perdagangan maupun sosial budaya, khususnya menyangkut

Universitas Sumatera Utara 9

keberadaan kebudayaan asing di Indonesia. Selain itu, penulisan ini

diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya pada bidang yang

sama.

2. Secara Praktis

Penulisan ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar

mempunyai pandangan dan pemahaman mengenai pengaruh kebudayaan

dalam kerja sama internasional yang berkaitan dengan pendidikan,

perdagangan internasional serta sosial budaya, khususnya pengaruh Korean

Wave terhadap kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan.

E. Keaslian Penulisan Dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Korean Wave (Budaya

Korea) dalam Hubungan Diplomasi Antara Indonesia dengan Korea

Selatan” pada dasarnya belum pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan judul penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai berikut:

1. Pettisa Rustadi, Tahun 2012, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Indonesia, dengan judul “Korean Wave Sebagai

Instrumen Diplomasi Korea Selatan Dilihat Dari Paradgima Realisme,

Liberalisme dan Konstruktivisme”.

Permasalahan yang dibahas adalah:

a. Bagaimana Korean Wave sebagai instrumen diplomasi Korea Selatan

dibahas dari paradigma realisme, liberalisme dan konstruktivisme?

Universitas Sumatera Utara 10

2. Dafi Hifzillah, Tahun 2014, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul

“Peran Hallyu Bagi Korea Selatan Dalam Hubungan Bilateral Korea

Selatan-Indonesia”.

Permasalahan yang dibahas adalah:

a. Bagaimana peran Hallyu bagi Korea Selatan dalam hubungan bilateral

dengan Indonesia?

3. Ken Ratih Kumalasari, Tahun 2017, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, dengan judul “Pengaruh

Korean Wave Terhadap Hubungan Diplomatik Korea Selatan dengan

China”.

Permasalahan yang dibahas adalah:

a. Bagaimana pengaruh diplomasi budaya Korea Selatan melalui Korean

Wave terhadap perkembangan hubungan bilateral dengan China?

4. Khairina Firdani, Tahun 2019, Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Peranan Korean

Wave Sebagai Sarana Soft Diplomacy Terhadap Penyebaran Budaya Korea

Selatan di Indonesia”.

Permasalahan yang dibahas adalah:

a. Bagaimana peranan Korean Wave sebagai sarana Soft Diplomacy

terhadap penyebaran budaya Korea Selatan di Indonesia?

Pada dasarnya penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti

tersebut di atas tidak sama dengan penelitian ini, baik dari segi judul maupun

pokok permasalahan yang dibahas dan berdasarkan pemeriksaan serta

Universitas Sumatera Utara 11

penelurusan kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada

tanggal 14 Agustus 2019, judul yang diangkat menjadi skripsi ini belum

pernah ditulis sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

F. Tinjauan Pustaka Penelitian ini memperoleh bahan tulisannya dari buku-buku, jurnal-

jurnal, dan informasi dari internet. Untuk menghindari penafsiran ganda, maka

penulis memberikan penegasan batasan pengerian dari judul penelitian yang

diambil dari sudut ilmu hukum, penafsiran secara etimologis, maupun pendapat

dari para serjana terhadap beberapa pokok pembahasan maupun materi yang

akan dijabarkan dalam skripsi ini antara lain yaitu:

Pengaruh artinya daya kekuatan yang datang dari keadaan (kekuasaan

dan sebagainya); mempengaruhi dapat memberi pengaruh kepada.10

Korean Wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas

budaya pop Korea Selatan di berbagai negara.11 Hallyu atau Korean Wave

(Hangul: 한류) dalam bahasa Indonesia: "Gelombang Korea"12 adalah istilah

muncul pada pertengahan 1990an setelah Korea mengadakan hubungan

diplomatik dengan Tiongkok pada tahun 1992.13 Adanya Korean Wave banyak

masyarakat di dunia tertarik untuk mempelajari bahasa dan kebudayaan Korea

Selatan.

Hubungan adalah sesuatu yang terjadi apabila dua orang atau hal atau

10 S. Wojowasito, Kamus Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan Menurut Pedoman Lembaga Bahasa Nasional, (Malang: C.V. Pengarang, 1999) hlm 289 11 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do dikunjungi pada tanggal 04/02/2020 12 https://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu dikunjungi pada tanggal 04/02/20 13 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do dikunjungi pada tanggal 04/02/2020

Universitas Sumatera Utara 12

keadaan saling mempengaruhi dan saling bergantung antara satu dengan yang

lainnya.14 Hubungan dapat juga dikatakan sebagai suatu proses, cara atau

arahan yang menentukan atau menggambarkan suatu obyek tertentu yang

membawa dampak atau pengaruh terhadap obyek lainnya.

Istilah diploma berasal dari bahasa Latin dan Yunani yang dapat

diartikan sebagai surat kepercayaan. Kemudian kata diplomasi menjadi istilah

diplomat, diplomasi, dan diplomatik. 15Diplomasi, secara umum dapat dipahami

sebagai suatu aktivitas dalam mengimplementasikan dan memperjuangkan

kebijakan luar negeri suatu negara. 16 Diplomasi merupakan suatu cara

komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak termasuk negosiasi antara

wakil-wakil yang sudah diakui, praktik negara semacam itu sudah melembaga

sejak dahulu dan menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional.17

Diplomasi dapat berlangsung di forum-forum multilateral maupun di forum

terbatas yakni bilateral atau trilateral. Jika kebijakan luar negeri suatu negara

diartikan sebagai upaya pencapaian kepentingan nasional, maka bisa dikatakan

bahwa diplomasi merupakan garda depan kepentingan nasional tersebut,

diplomasi memegang peran yang amat penting dalam hal memperjuangkan

kepentingan nasional. 18 Diplomasi memiliki kaitan yang erat dengan politik

luar negeri, karena diplomasi merupakan implementasi dari kebijakan luar

negeri yang dilakukan oleh pejabat-pejabat resmi yang terlatih.

14 Erick Sidauruk, Skripsi: “Hubungan Eksekutif Desa dengan Legislatif Desa dalam Penetapan Peraturan Desa Tentang Pembangunan Fisik Desa Marga Kaya” , (Lampung: Universitas Lampung, 2010) hlm 41 15 C.S.T. Kansil, Modul Hukum Internasional, (Jakarta: Djambatan, 2002) hlm 71 16 Mahmud Syaltout, Hizkia Yosias Polimpung dan Azis Rahmani, op.cit hlm 1 17 Sumaryo Suryokusumo, Praktik Diplomasi, (Bandung: BP.IBLAM, 2004) hlm 2 18 Ibid

Universitas Sumatera Utara 13

Fungsi utama diplomasi adalah melindungi dan memajukan

kepentingan nasional. Untuk itu, setiap bangsa harus menentukan sendiri

sikapnya terhadap bangsa lain, dan juga harus menentukan arah tindakan yang

akan diambil dan dicapai dalam urusan internasional.19 Pelaksanaan diplomasi

bilateral dan ultilateral serta kegiatan sehari-hari dilaksanakan oleh para

diplomat dan perwakilan-perwakilan yang ditempatkan di luar negeri dan di

dalam organisasi-organisasi internasional.20

G. Metode Penelitian Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara

kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian,

sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.21

Metode penelitian adalah suatu cara untuk memecahkan masalah

ataupun cara mengembangkan ilmu pengetahuan dengan menggunakan

metode ilmiah.22 Menurut Sugiyono, metode penelitian adalah adalah cara-

cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat

ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu,

sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahmi, memecahkan dan

mengantisipasi masalah.23

19 Syahmin, Hukum Diplomatik dalam Kerangka Studi Analisis, (Jakarta: PT RajagGrafindo Persada, 2008) hlm 5-6 20 Sukawarsini Djelantik, op.cit hlm 13 21 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2003) hlm 24 22 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Depok: Prenadamedia Group, 2018) hlm 3 23 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009) hlm 6

Universitas Sumatera Utara 14

Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan

dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang

digunakan merupakan metode penelitian hukum normatif yang akan

dijabarkan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif bisa juga disebut sebagai penelitian hukum

doktrinal. Pada penelitian ini, sering kali hukum dikonsepsikan sebagai apa

yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in book) atau hukum

yang dikonsepsikan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berperilaku masyarakat terhadap apa yang dianggap pantas.24 Langkah

pertama dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum

primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan

dengan hukum internasional dan hukum nasional.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang

diperoleh secara langsung dari masyarakat (data primer) dan dari bahan-bahan

kepustakaan (data sekunder).25 Metode penelitian hukum secara normatif

menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut terdiri atas:

a) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah segala aturan hukum yang penegakannya

24 Jonaedi Efendi dan Johnny Ibrahim, op.cit hlm 124 25 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm 13

Universitas Sumatera Utara 15

atau pemaksaannya dilakukan oleh negara atau enforced by the state. Yang

memiliki otoritas hukum yang ditetapkan oleh suatu cabang kekuasaan

pemerintahan yang meliputi; undang-undang yang dibuat parlemen, putusan-

putusan pengadilan dan peraturan eksekutif atau administrasi.26 Hukum adat

tertulis dapat termasuk sebagai bahan hukum primer sepanjang keberadaan

masyarakat hukum adat yang menetapkan aturan adat tertulis itu diakui oleh

konstitusi dan/atau undang-undang, begitu juga dengan aturan hukum

internasional, perjanjian-perjanjian internasional dan hukum kebiasaan

internasional.27 Adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian

ini, antara lain sebagai berikut:

1. Konvensi Wina Tahun 1961

2. Vienna Convention on Consular Relations and Optional Protocols 1963

(Konvensi Wina Tahun 1963)

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang

Hubungan Luar Negeri

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1982 Tentang

Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta

Protokol Opsionalnya 1961 dan Pengesahan Konvensi Wina Mengenai

Hubungan Konsuler Beserta Protokol Opsionalnya 1963

5. Perjanjian Bilateral dan/atau Multilateral Antara Indonesia Dengan

Korea Selatan

6. dan lain-lain.

26 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019) hlm 143 27 Ibid, hlm 144

Universitas Sumatera Utara 16

b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder pada umumnya berupa buku-buku hukum

yang berisi ajaran atau doktrin atau treaties; terbitan berkala berupa artikel-

artikel tentang ulasan hukum atau law review; dan narasi tentang arti istilah,

konsep, phrase, berupa kamus hukum atau ensiklopedi hukum, termasuk

juga segala karya ilmiah hukum yang tidak dipublikasikan atau yang dimuat

di koran atau majalah populer.28 Adapun bahan hukum sekunder dalam

penelitian ini adalah bahan-bahan kepustakaan yang menjelaskan lebih

lanjut dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dalam penelitian

ini terdiri dari sebagai berikut:

1. Buku-buku tentang Budaya.

2. Buku-buku tentang Hukum Diplomatik dan Konsuler.

3. Buku-buku tentang Perjanjian Internasional.

4. Jurnal Hukum Nasional

5. Jurnal Hukum Internasional

6. dan lain-lain. c) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan atau petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder.29 Bahan hukum tersier terdiri dari: a. Kamus umum Bahasa Indonesia b. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia

28 Ibid, hlm 145 29 Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Loc. cit

Universitas Sumatera Utara 17

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian

kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan

meneliti bahan pustaka atau yang disebut data sekunder. Adapun data

sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain berasal dari

buku-buku koleksi pribadi maupun pinjaman dari perpustakaan, literatur-

literatur, tulisan-tulisan para pakar, bahan kuliah yang relevan, artikel-artikel

baik yang diambil dari media cetak maupun media elektronik, dokumen-

dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan dan konvensi

internasional.

Tahap – tahap pengumpulan data melalui studi pustaka adalah sebagai berikut:

a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan bahan - bahan hukum

lainnya yang relevan dengan objek kajian.

b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui, artikel – artikel media

cetak dan elektronik, dokumen pemerintahan dan peraturan

perundangan.

c. Mengelompokkan data – data yang relevan dengan permasalahan.

H. Sistematika Penulisan

Sistem penulisan skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab

terbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan

materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN adalah bab yang menerangkan mengenai latar

belakang yang menjelaskan hal-hal yang menjadi alasan pemilihan

Universitas Sumatera Utara 18

judul penelitian kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah

diikuti dengan tujuan penulisan serta manfaat dari penulisan

penelitian ini. Pada bab ini juga membahas mengenai keaslian

penulisan, tinjauan kepustakaan serta metodologi penelitian yang

digunakan dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II: TERBUKANYA HUBUNGAN DIPLOMATIK ANTARA

INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN, bab ini akan

membahas sejarah terbukanya hubungan diplomatik pada umumnya

kemudian sejarah terbukanya hubungan diplomatik antara Indonesia

dengan Korea Selatan serta perkembangan dari Korean Wave di

Indonesia maupun di Korea Selatan.

BAB III: IMPLEMENTASI TENTANG KOREAN WAVE DI INDONESIA,

bab ini membahas implementasi Korean Wave di Indonesia, dimulai

dari awal masuk kemudian dampak positif dan negatif masuknya

Korean Wave di Indonesia serta membahas upaya apa yang dapat

dilakukan pemerintah Indonesia terhadap masuknya kultur tersebut

di Indonesia.

BAB IV: PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP KERJA SAMA

ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN, pada bab

ini membahas mengenai perkembangan kerja sama antara Indonesia

dengan Korea Selatan dan termasuk dibahas juga didalamnya

mengenai pengaruh dari Korean Wave terhadap kerja sama antara

Indonesia dengan Korea Selatan dalam bidang perdagangan,

Universitas Sumatera Utara 19

pendidikan dan sosial budaya.

BAB V: PENUTUP, bab ini berisi kesimpulan dari seluruh jawaban atas

rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dan saran dari

penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan

pembahasan mengenai pengaruh Korean Wave khususnya terhadap

kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

TERBUKANYA HUBUNGAN DIPLOMATIK

ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN

A. Sejarah Terbukanya Hubungan Diplomatik Antara Indonesia dengan Korea Selatan

Indonesia dan Korea Selatan adalah dua negara yang memiliki beberapa persamaan dalam beberapa aspek. Korea Selatan merdeka pada tanggal 15

Agustus 1945, yang hanya berbeda dua hari dengan Indonesia yakni Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, kedua negara ini merdeka setelah mengalami penjajahan dari Jepang.

Kedua negara ini juga mengalami pergolakan politik pada tahun 1960- an. Di Korea Selatan pada 19 April 1960 terjadi demonstrasi besar-besaran di ibu kota sebagai bentuk protes terhadap upaya Presiden Syngman Rhee yang tetap mempertahankan kedudukan karena melakukan kecurangan dalam pemilu yang telah dilakukan pada 15 Maret 1960. Dalam aksi tersebut mahasiswa menuntut agar membatalkan hasil pemilu tersebut. Dalam kejadian tersebut total 184 orang tewas dan 6000 orang terluka akibat bentrokan dengan polisi,

Presiden Rhee dan kabinetnya bubar, Republik Pertama pada April 1960.

Revolusi ini merupakan perjuangan hak asasi manusia rakyat Korea yang pertama dalam sejarah Korea dan juga sebagai bentuk perjuangan demokrasi rakyatnya.30

30 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Korea_Selatan diakses pada 04/02/2020

20

Universitas Sumatera Utara 21

Sedangkan di Indonesia masa di mana pergolakan politik terjadi pada

pertengahan 1960-an, pada 1965-1966 merupakan masa transisi Orde Lama ke

Orde Baru. Presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno digulingkan setelah

21 tahun menjabat. Periode ini adalah salah satu periode paling penuh gejolak

dalam sejarah Indonesia. Pada tanggal 30 September 1965, enam perwira senior

Tentara Nasional Indonesia (TNI) tewas dalam sebuah peristiwa Gerakan 30

September. Mayor Jendral Soeharto memobilisasi pasukan dibawah

komandonya, melakukan permbesihan berdarah dari komunis di seluruh negeri,

diperkirakan menewaskan setengah juta jiwa dan menghancurkan Partai

Komunis Indonesia (PKI) yang secara resmi telah dipersalahkan atas peristiwa

tersebut oleh Soeharto.31 Akibat peristiwa di masing-masing negara tersebut

memberikan dampak terhadap kondisi ekonomi serta demografinya.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan pada

tahun 2020 ini akan menginjak usia ke 47 tahun. Bahkan hubungan diplomatik

antara Indonesia dengan Korea Selatan telah tumbuh secara signifikan.

Hubungan diplomatik kedua negara mulai terjalin sejak September 1973,

sedangkan hubungan tingkat konsulatnya lebih dulu terjalin sejak Agustus

1966.32

Kerja sama ekonomi dan perdagangan juga berjalan sangat baik sejak

masa awal pemerintahan Orde Baru tahun 1966 dan terus meningkat hingga di

masa sekarang. Keberlanjutan hubungan bilateral dan kerja sama ekonomi yang

31 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1965-1966) diakses pada 04/02/2020 32 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 04/02/2020

Universitas Sumatera Utara 22

sangat baik hingga kini tersebut maka tidak mengherankan jika Korea Selatan

menjadi salah satu investor besar, penting, dan berpengaruh di Indonesia.33

Pembukaan hubungan konsulat tersebut ditindaklanjuti dengan

pembukaan kantor Konsulat Jenderal Korea di Jakarta pada tanggal 1 Desember

1966 dan pembukaan kantor Konsulat Jenderal Indonesia di pada tanggal

1 Juni 1968.34 Eratnya hubungan dan kerja sama bilateral tersebut antara lain

didukung oleh sifat komplementaritas sumber daya dan keunggulan yang

dimiliki masing-masing disamping proses kemajuan ekonomi dan politik kedua

negara yang sangat baik yang membuka peluang kerja sama di berbagai sektor

semakin terbuka lebar. Selain itu, kedua negara juga secara aktif saling

mendukung di berbagai forum-forum baik regional maupun internasional

seperti pencalonan-pencalonan pada organisasi internasional. 35 Sebagai

langkah pertama dimulainya hubungan kenegaraan resmi antara Korea Selatan

dan Indonesia, hubungan diplomatik tingkat konsuler membuka banyak

kesempatan bagi kedua negara untuk bekerja sama di berbagai bidang demi

tercapainya kepentingan suatu negara. Kunjungan bolak-balik sering dilakukan

oleh para pemimpin politik, ekonomi, sosial, dan budaya tiap-tiap negara

setelah dimulainya hubungan konsuler tersebut. Seiring dengan semakin

33 Erni Budiwanti, Cahyo Pamungkas, dan Saiful Hakam, “Pentingnya Studi Korea, Sejarah dan Kebudayaan untuk Memperkokoh Hubungan Ekonomi dan Kebudayaan antara Bangsa Indonesia & Bangsa Korea”, Pusat Penelitian Sumber Daya Regional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Juni 2014, hlm 1 34 Rini Afriantari dan Cindy Yosita Putri, “Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dalam Pengembangan Sektor Industri Kreatif di Indonesia”, Vol. 1 No. 1, Desember 2017, hlm 5 35 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu dikunjungi pada 04/02/2020

Universitas Sumatera Utara 23

meningkatnya hubungan kedua negara maka ditingkatkan ke tingkat diplomatik

penuh pada tanggal 18 September 1973. 36

Hubungan yang semakin erat antara kedua negara itu telah memajukan

saling pengertian dalam berbagai bidang, sementara pengertian bersama itu

semakin dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah nasional dan

internasional. Selanjutnya para menteri luar negeri dan para pejabat pemerintah

yang berkedudukan tinggi dari Indonesia dan Korea Selatan saling berkunjung

ke negara lawannya dengan maksud untuk tukar-menukar pandangan dalam

menentukan kebijakan politik-diplomatik maupun ekonomi, sosial budaya

antara negara Indonesia-Korea Selatan.37

Dari tahun 1966 hingga tahun 1970 perkembangan hubungan

persahabatan dari kedua negara ini sangat erat serta seringnya pertukaran

kunjungan pejabat tinggi dari kedua negara ini, mulai dari pertemuan Ketua

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia dan Ketua Parlemen Korea

Selatan, Menteri Luar Negeri serta pejabat-pejabat tinggi militer dari Indonesia

dan Korea Selatan. Semakin intensnya hubungan dari Indonesia dan Korea

Selatan ini membuat kedua negara ini menyetujui peningkatan hubungan luar

negeri dari tingkat konsuler ke tingkat diplomatik penuh yakni pada tanggal 18

September 1973, dengan persetujuan tersebut Konsulat Jenderal Indonesia

maupun Korea Selatan berubah menjadi Kedutaan Besar Republik Korea dan

Kedutaan Besar Republik Indonesia.

36 Rini Afriantari dan Cindy Yosita Putri, op.cit, hlm 5 37 Muh. Nizar Syarief, Skripsi: “Kerjasama Indonesia-Korea Selatan Di Bidang Manufaktur”, (Makassar: Universitas Hasanuddin, 2016), hlm 26

Universitas Sumatera Utara 24

Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik pada tahun 1973

melakukan kunjungan resmi ke Korea Selatan. Kunjungan Adam Malik ke

Seoul ketika itu mengakui Korea Selatan sebagai salah sebuah negara sahabat

lama dengan negara dan bangsa Indonesia. Pada saat itu, Adam Malik

menghargai pula keterangan-keterangan yang diberikan oleh Menteri Luar

Negeri Korea Selatan Kim Dong Jo dan menegaskan kembali dukungannya

bagi usaha-usaha pemerintah Indonesia terhadapa perdamaian dan penyatuan

melalui penerusan dialog Korea Utara-Korea Selatan yang tertuang pada

pernyataan konsensus dalam Sidang Umum PBB tertanggal 28 November

1973.38

Namun, intensitas hubungan antara kedua negara itu sedikit menurun

pada saat Korea Selatan dan Indonesia mengalami krisis ekonomi dan reformasi

bidang politik dan pemerintahan pada saat yang bersamaan. Berakhirnya

kepimimpinan politik ke tangan sipil membuat kedua Pemerintah sibuk untuk

menata kembali kehidupan politik dan ekonomi negaranya masing-masing.

Ketidak-jelasan sikap masing-masing pemimpin kedua negara terhadap satu

sama lain menyebabkan hubungan kedua negara makin mengalami penurunan

meskipun masih tetap berada di atas rata-rata.

Kerjasama di antara kedua pemerintah dilaksanakan secara

multidimensi dalam berbagai bidang, seperti perdagangan, investasi, energi,

sumber mineral, infrastruktur, pembangunan, teknologi informasi, pertanian,

perikanan, kehutanan, ketenagakerjaan, perjalanan wisata, kajian teknologi,

38 Yang Seung Yoon, 40 Tahun (1966-2005) Hubungan Indonesia-Korea Selatan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), hlm 41

Universitas Sumatera Utara 25

pencegahan korupsi, pencegahan terorisme, industri pertahanan dan

penggunaan nuklir secara damai. Hubungan bilateral kedua negara memasuki

babak baru yang lebih penting dengan ditantanganinya Joint Declaration on

Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation between the

Republic of Indonesia and the Republic of Korea pada kunjungan Presiden Roh

Moo Hyun ke Jakarta tanggal 3-5 Desember 2006.39

Deklarasi Bersama itu ditandatangani oleh Kepala Negara kedua negara

saat itu yaitu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Roh Moo

Hyun. Terdapat tiga pilar utama dalam kemitraan strategis tersebut yakni kerja

sama politik dan keamanan; kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi;

dan kerja sama sosial budaya yang telah disepakati. Deklarasi Bersama ini

diharapkan dapat mendorong Indonesia dan Korea Selatan lebih mempererat

hubungan persahabatan dan juga kerja sama yang lebih konkrit.

Sejak diberlakukannya Joint Declaration tersebut, investasi dan

perdagangan antar kedua negara terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Untuk mewujudkan pilar kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi,

kedua negara setuju untuk membentuk Indonesia-Korea Joint Task Force on

Economic Cooperation (JTF-EC) yang telah menyelenggarakan pertemuan

tahunan sejak tahun 2007. Pada tahun 2011, Indonesia-Korea JTF-EC

direvitalisasi menjadi Working Level Task Force Meeting (WLTFM) yang

39 Je Seong Jeon dan Yuwanto, Era Emas Hubungan Indonesia-Korea: Pertukaran Kultural Melalui Investasi dan Migrasi, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2014), hlm 9

Universitas Sumatera Utara 26

melakukan pertemuan dua kali setahun untuk mengakomodasi perkembangan yang signifikan dalam kerjasama ekonomi kedua negara.40

Mekanisme bilateral yang ditempuh oleh kedua negara ialah dengan berbagai cara, dengan bentuk-bentuk dan forum kerjasama yang beragam.

Seperti Joint Commission, Working Level Task For, Defence Industry

Cooperation, AKFTA, IK-CEPA, Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF),

Indonesia-Korea Forestry Forum, Commision on Cultural Coorperation, Joint

Commitee and Logistic Meeting dan sebaginya. Hubungan diplomatik Korea

Selatan dan Indonesia harus dipandang juga dalam kerangka yang lebih luas, yaitu hubungan multilateral. Baik Indonesia maupun Korea Selatan, keduanya secara aktif berpartisipasi dalam organisasi-organisasi regional maupun global termasuk ASEAN, ARF, ASEAN+3, EAS, APEC, ASEM, Non-Blok, G-20,

PBB dan sebagainya yang berfungsi sebagai wadah lain bagi kedua negara untuk mempererat hubungan kedua negara serta memberikan sumbangsih terhadap masyarakat internasional dibalik kedekatan hubungan politik kedua negara.41

Korea Selatan dan Indonesia selama ini telah mengalami peningkatan berbagai kontak dan pertukaran. Peningkatan itu terutama terlihat mulai tahun

1980-an, melipui bidang politik, sosial-budaya dan ekonomi. Interaksi dan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat Korea Selatan dan Indonesia pada masa kini, misalnya dalam pertukaran personel dalam wujud kunjungan kerja, pertukaran delegasi budaya dan olahraga, turis serta para pakar. Setelah

40 Muh. Nizar Syarief, op.cit, hlm 30 41 Ibid

Universitas Sumatera Utara 27

tercapainya hubungan kenegaraan scara resmi, kerja sama antarnegara diwujudkan secara nyata dalam bentuk persetujuan antar pemerintah.

Persetujuan itu merupakan dasar ikatan hubungan kerja sama selanjutnya yang akan dijalin oleh kedua negara dalam waktu-waktu mendatang. Sejak tahun

1971 hingga saat ini, Korea Selatan dan Indonesia sudah menandatangani beberapa persetujuan.

Hingga tahun 2015 terdapat 128 persetujuan antara Korea Selatan-

Indonesia yang sudah berlaku meliputi persetujuan bidang kerja sama ekonomi dan perdagangan, bidang kerja sama teknologi, bidang kerja sama transportasi, bidang kerja sama industri, bidang kerja sama tenaga kerja, bidang kerja sama kebudayaan dan sebagainya. Disamping mengembangkan hubungan kerja sama dibidang ekonomi, Korea Selatan dan Indonesia juga memperluas kerja sama dibidang yang lain seperti bidang transportasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan, hukum, ataupun sumber daya dan lingkungan alam.

Perkembangan terakhir hubungan kerja sama yang terjalin antara Korea Selatan dan Indonesia tidak lagi terbatas pada hubungan kerja sama di tingkat pemerintahan, tetapi telah berkembang menjadi hubungan kerja sama ditingkat kemasyarakatan.42

B. Dasar Hukum Terbukanya Hubungan Diplomatik

Hukum diplomatik merupakan cabang dari hukum kebiasaan

internasional yang terdiri dari seperangkat aturan-aturan dan norma-norma

hukum yang menetapkan kedudukan dan fungsi para diplomat, termasuk

42 Yang Seung Yoon, op.cit, hlm 55

Universitas Sumatera Utara 28

bentuk-bentuk organisasional dari dinas diplomatik. 43 Hukum diplomatik

mempunyai lingkup yang lebih luas, bukan hanya mencakup hubungan

diplomatik, tetapi juga hubungan konsuler dan perwakilan negara-negara

pada organisasi internasional, khususnya organisasi internasional yang

memiliki tanggung jawab dan keanggotaannya bersifat universal. 44

Adapun yang memberi batasan bahwa hukum diplomatik

merupakan cabang dari hukum kebiasaan internasional yang terdiri dari

seperangkat aturan-aturan dan norma-norma hukum yang menetapkan

kedudukan dan fungsi para diplomat termasuk bentuk-bentuk

organisasional dari dinas diplomatik.45

Dapat disimpulkan bahwa hukum diplomatik adalah himpunan

peraturan-peraturan, asas-asas, dan ketentuan-ketentuan tentang fasilitas,

hak-hak istimewa dan kekebalan diplomatik sebagai bagian dari hukum

internasional yang paling mapan, dan sudah lama berkembang dalam

pergaulan dan kehidupan masyarakat antarbangsa.46

Hukum diplomatik ini sangat berhubungan dengan pemberian

kekebalan dan keistimewaan bagi para pejabat diplomatik dan konsuler

beserta keluarganya termasuk rumah kediaman mereka. Kekebalan dan

keistimewaan semacam itu juga diberikan kepada perwakilan diplomatik

dan konsuler agar mereka dapat melaksanakan tugas misi yang diemban dari

43 Syahmin, op.cit, hlm 8 44 Ibid, hlm 12 45 Edmund Jan Osmanczyk, ed Anthony Mango, Encyclopedia of the United Nations and International Agreements, (London: Routledge, 2003) hlm 977 46 Syahmin, op.cit, hlm 13

Universitas Sumatera Utara 29

negara masing-masing secara lancar tanpa adanya gangguan apapun. 47

Maka dari itu setiap negara penerima mempunyai kewajiban untuk

melindungi maupun mencegah para perwakilan diplomatik dan konsuler

dalam menjalani tugas dan misinya di negara penerima.

Menurut Ludwik Dembinski, in its traditional meaning the term

‘diplomatic law’ used to refer to the norms of international law governing

the status and functions of diplomatic missions exchanged by States having

established diplomatic relations, yang berarti istilah diplomatic law atau

hukum diplomatik digunakan untuk merujuk pada norma-norma hukum

internasional yang mengatur kedudukan dan fungsi misi diplomatik yang

dipertukarkan antara negara dengan membentuk hubungan diplomatik.48

Dari batasan dan pengertian yang telah disebutkan di atas dapat

ditarik kesimpulan adanya beberapa faktor yang penting yaitu hubungan

antar bangsa untuk merintis kerja sama dan persahabatan, hubungan

tersebut dilakukan melalui pertukaran misi diplomatik termasuk para

pejabatnya, para pejabat tersebut harus diakui statusnya sebagai pejabat

diplomatik dan agar para pejabat itu dapat melakukan tugas diplomatiknya

dengan efisien mereka perlu diberikan hak-hak keistimewaan dan kekebalan

yang didasarkan atas aturan-aturan dalam hukum kebiasaan internasional

47 Sumaryo Suryokusumo, Hukum Diplomatik dan Konsuler, (Jakarta: PT. Tatanusa, 2013) hlm 1 48 Ludwik Dembinski, The Modern Law of Diplomacy, (Netherlands: Martinus Nijhoff Publisher, 1988) hlm 1

Universitas Sumatera Utara 30

serta perjanjian-perjanjian lainnya yang menyangkut hubungan diplomatik

antar negara.49

Dalam Vienna Convention on Diplomatic Relations 1961,

pengertian pembukaan hubungan diplomatik diterangkan pada pasal 2

yakni:

Article 2: “The establishment of diplomatic relations between States, and of

permanent diplomatic missions, takes place by mutual consent.”

Adapun arti dari article 2 tersebut ialah landasan yuridis pembukaan

hubungan diplomatik antara negara-negara terjadi dengan persetujuan

timbal balik. Demikian pula dengan pengadaan missinya. Dari pasal 2

Konvensi Wina 1961 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembukaan

hubungan diplomatik harus ada kesepakatan kedua belah pihak, yakni

negara pengirim dan negara penerima, selanjutnya kesepakatan untuk

membuka perwakilan tetap. Pembukaan hubungan diplomatik dan

pembukaan perwakilan tetap dalam Konvensi Wina merupakan dua hal

yang berbeda. Hal tersebut diartikan sebagai suatu negara dapat saja

membuka hubungan diplomatik tanpa diikuti pembukaan perwakilan tetap.

Pembukaan hubungan diplomatik dan pembukaan perwakilan tetap secara

hukum merupakan dua hal yang berbeda. 50

Di Indonesia sendiri, telah ditentukan dalam Pasal 9 Ayat (2) UU

No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, pembukaan hubungan

49 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 5 50 Eileen Denza, Diplomatic Law: Commentary on the Vienna Convention on Diplomatic Relations, (Oxford: Oxford University Press, 2016) hlm 20-21

Universitas Sumatera Utara 31

diplomatik dan pembukaan kantor perwakilan diplomatik ditetapkan dengan keputusan presiden. Dapat ditambahkan disini bahwa prinsip kesepakatan bersama yang terdapat dalam konvensi merupakan hasil kompromi rasional yang sepenuhnya sesuai dengan prinsip bahwa setiap pembatasan kedaulatan harus disetujui negara bersangkutan. 51

Negara dalam membina hubungan diplomatik dengan negara lain perlu adanya pengakuan (recognition) terlebih dahulu terhadap negara tersebut. Tanpa adanya pengakuan terhadap negara tersebut, maka pembukaan hubungan dan perwakilan diplomatik tidak bisa dilakukan.

Pengakuan dari suatu negara bukan berarti bahwa negara-negara yang mengakui negara baru terikat harus membuka hubungan diplomatik dengannya.52

Hak keterwakilan negara (right of legation) mempunyai dua dimensi. Pertama, hak keterwakilan negara secara aktif (droit de legation actif) yaitu hak untuk mengakreditasikan duta besarnya ke negara-negara lain. Kedua, hak keterwakilan negara secara pasif (droit de legation passif) yaitu untuk menerima wakil-wakil diplomatik yang diakreditasikan oleh negara-negara lain.53 Tidak setiap negara memiliki hak semacam itu, karena hanya negara yang merdeka dan berdaulat yang diakui dalam hal ini yang mampu. Akibatnya jika suatu negara mempunyai maksud untuk membuka hubungan diplomatik dengan negara lain, yang pertama yang harus dipenuhi

51 Syahmin, op.cit, hlm 46 52 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 8 53 Ibid, hlm 6

Universitas Sumatera Utara 32

adalah bahwa negara itu merupakan suatu negara merdeka. Kedua, bahwa negara itu harus diakui oleh negara lain.54

Pembukaan hubungan diplomatik oleh suatu negara dengan negara lainnya biasanya dilakukan oleh negara yang sudah merdeka dan berdaulat, juga sudah diakui keberadaannya dalam hukum internasional (de jure recognition). Namun tidak menutup kemungkinan jika suatu negara sudah merdeka tapi tidak atau belum mau melakukan hubungan diplomatik berdasarkan beberapa faktor tertentu, misalnya faktor politik. Seperti Israel yang sudah terbentuk sejak 1947 sebagai negara merdeka dan berdaulat hingga kini masih banyak negara yang tidak atau belum mengadakan hubungan diplomatik, karena negara-negara tersebut termasuk Indonesia tidak atau belum mengakuinya.

Penerimaan suatu negara yang merdeka dan berdaulat sebagai negara anggota baru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun tidak bisa menjamin bagi negara tersebut untuk memperoleh pengakuan dari negara- negara anggota PBB lainnya. Dengan demikian pengakuan merupakan persyaratan yang penting bagi pembukaan hubungan diplomatik dengan suatu negara. Pengakuan dari suatu negara tersebut merupakan kondisi yang diperlukan dalam doktrin tradisional untuk pembukaan suatu misi diplomatik dan sesuai dengan norma hukum kebiasaan yang bersifat umum,

54 Loc.cit

Universitas Sumatera Utara 33

maka pembukaan hubungan diplomatik itu secara implisit pengakuan

terhadap negara itu memang diperlukan.55

Meskipun suatu negara yang merupakan negara yang sepenuhnya

berdaulat dan diakui oleh negara-negara lainnya, suatu negara belum tentu

harus membuka hubungan diplomatik dan perwakilan dengan negara

tersebut. Walaupun pengakuan dan pembukaan hubungan diplomatik

dengan negara lain merupakan suatu hak kedaulatan suatu negara, tetapi

dalam rangka menjaga perdamaian dan keamanan internasional,

mengembangkan hubungan persahabatan, mencapai kerja sama

internasional, perlunya suatu negara sebagai masyarakat internasional untuk

membina hubungan antar negara melalui membuka hubungan diplomatik

yang dikehendaki. Apalagi bagi negara berkembang perlunya untuk

membentuk dan mengembangkan hubungan bersahabat antar negara lewat

hubungan diplomatik untuk tercapainya kerja sama internasional dalam

rangka mengatasi masalah-masalah internasional dalam berbagai bidang,

misalnya dalam bidang ekonomi, sosial budaya maupun bidang-bidang

lainnya. Hal tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip dan tujuan dalam piagam

PBB.56

Hubungan diplomatik antar negara biasanya dilakukan bukan saja

didasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti kepentingan ekonomi,

perdagangan dan investasi, tetapi juga faktor-faktor politik, solidaritas

55 Lihat resolusi yang dikeluarkan oleh Institute of International Law, Brussel session, Annuaaire, 1936 (III), Vol.39 56 Pasal 1 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Universitas Sumatera Utara 34

regional, ideology dan banyaknya warga negara suatu negara di negara lain yang perlu dilindungi termasuk kepentingan suatu negara di negara lain.

Setelah kedua negara melakukan kesepakatan bersama mengenai melakukan pembukaan hubungan diplomatik, maka kedua negara tersebut akan mengeluarkan suatu pernyataan bersama (Joint Communique) yang akan dikeluarkan pada waktu dan tempat yang sudah disetujui bersama (on an agreed date and venue). Setelah ada kesepakatan bersama untuk membuka hubungan diplomatik kedua negara bisa dilaksanakan secara timbal balik (on reciprocal basis).57

Cara melakukan hubungan diplomatik melalui perhubungan tertulis yang dilakukan antar suatu Kementerian Luar Negeri dan para kepala perwakilan diplomatik/konsuler asing dan sebaliknya, atau antara pemerintah dan pemerintah; (organisasi-organisasi internasional), pejabat- pejabat diplomatik satu dengan lainnya/masyarakat umumnya, pejabat- pejabat diplomatik dengan pejabat-pejabat pemerintah negara penerima

(organisasi internasional) adalah sebagai berikut:

1. Nota (Note)

Cara perhubungan dari Kementerian Luar Negeri terhadap

seorang kepala perwakilan diplomatik asing atau pembesar-

pembesar yang berpangkat tinggi dan sebaliknya. Pada

umumnya dapat dikatakan bahwa nota adalah nama umum untuk

surat-surat yang terutama dipergunakan dalam melaksanakan

57 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 51

Universitas Sumatera Utara 35

hubungan diplomatik. Nota yang ditujukan kepada/oleh Menteri

Luar Negeri, Duta Besar dan lain-lain, selalu dipergunakan bila:

- Persoalan yang dikemukakan penting sekali atau,

- Bila nota ingin diberikan sifat pribadi (personal note)58

2. Nota Diplomatik (Note Diplomatique)

Nota yang dikirimkan oleh sesuatu Pemerintah kepada

pemerintah lainnya, jadi perhubungan antara Kementerian Luar

Negeri Asing. Nota ini dipergunakan dalam hubungan surat

menyurat resmi antar pemerintah melalui perantaraan wakil

diplomatik yang diakreditir (Accredited Diplomatic

Representative).

3. Nota Kolektif (Note Collective)

Nota ini dikirimkan oleh suatu negara kepada beberapa negara

lainnya. Jadi dari sesuatu Kementerian Luar Negeri kepada

beberapa Kementerian Luar Negeri asing atau sebaliknya dari

beberapa KEMENLU asing kepada KEMENLU. Atau suatu

komunikasi tertulis yang diajukan dan ditandatangani bersama

ataupun yang erat hubungannya dengan kerja sama politik

mereka, dan ditujukan kepada negara yang berdiri sendiri di luar

persekutuan atau kerja sama mereka.

4. Nota-nota Identik (Identique Notes)

Bila dua negara atau lebih mengajukan sesuatu kepada negara

ketiga, menyampaikan nota-nota yang sama bunyinya, tetapi

58 Departemen Luar Negeri, Pedoman Tertib Diplomatik dan Protokol, Bp. 03-D, hlm 79

Universitas Sumatera Utara 36

masing-masing menandatanganinya. Jadi hampir sama dengan

nota kolektif, tetapi isinya berlainan.

5. Nota Verbale (Note Verbale)

Dipergunakan sebagai semacam bukti tertulis dan ringkasan

daripada suatu pembicaraan antar pemerintahan, baik langsung

maupun melalui wakil-wakilnya ataupun pemberitahuan pesan.

Karena penyampaian umumnya dilaksanakan langsung (by

hand), dengan keterangan lisan (oral communication) ataupun

sebagai penggantinya, dengan demikian tidak pula diberi paraf,

tidak pula diberikan penutup (complementary close). Nota-nota

semacam ini biasanya dibuat di bawah nama Menteri Luar

Negeri ataupun Kepala perwakilan, menurut keadaan.

6. Memorandum

Suatu pernyataan tertulis antar pemerintah, ataupun dari suatu

Kementerian Luar Negeri kepada Kedutaan/Perwakilan dan

sebaliknya. Memorandum dikirim dengan tidak ditandatangani

oleh Menteri Luar Negeri.

7. Aide Memoire

Suatu bukti tertulis secara informal (informal summary) dari

suatu pembicaraan diplomatik (diplomatic

interview/conversation) atau catatan tidak resmi dari sebuah

interview atau percakapan yang dilakukan antara Menteri Luar

Negeri dengan seorang duta asing. Catatan semacam ini

biasanya diserahkan oleh sang duta di KEMENLU atau pihak

Universitas Sumatera Utara 37

KEMENLU kepala sang duta, waktu ia sedang di KEMENLU.

Kegunaannya, untuk membantu pada ingatan (aid to memory),

mengenai hal-hal yang pernah di percakapkan.

8. Pro Memoria

Suatu bukti tertulis resmi dari sebuah percakapan/pembicaraan

yang dilakukan oleh Menteri Luar Negeri ataupun Kepala

Perwakilan. Nota-nota pro memoria ini biasanya ditinggalkan

oleh wakil-wakil diplomatik yang mengajukan, di tempat

Kementerian Luar Negeri. Demikian nota-nota dari pihak luar

negeri diserahkan kepada seorang wakil diplomatik di

Kementerian Luar Negeri itu juga, dengan memberitahukannya

terlebih dahulu atau memanggil. Pro memoria adalah sama

dengan aide memoire, bedanya pro memoria adalah lebih resmi,

sedangkan aide memoire tidak resmi.

9. Circular Notes (Nota Edaran)59

Suatu nota edaran dari Menteri Luar Negeri kepada anggota

Korp Diplomatik mengenai hal-hal yang menyangkut

kepentingan seluruh Korp dan perlu diketahui bersama.60

Jika suatu negara sudah menyetujui untuk pembukaan hubungan

diplomatik, maka langkah selanjutnya adalah memikirkan apakah harus

melakukan pembukaan suatu perwakilan diplomatik dan juga penyusunan

keanggotaan perwakilan tersebut baik dalam tingkatan maupun jumlah

59 J. Badri, Perwakilan Diplomatik dan Konsuler, (Jakarta: Tintamas, 1953) hlm 59 60 Edy Suryono dan Moenir Arisoendha, Hukum Diplomatik Kekebalan dan Keistimewaannya, (Bandung: Angkasa, 1991) hlm 26-28

Universitas Sumatera Utara 38

anggota staf perwakilan yang telah disetujui bersama atas dasar kewajaran

dan kepantasan (reasonable and normal). Sebagaimana disebutkan dalam

Konvensi Wina 1961, Pasal 11 (1) yang berbunyi:

Article 11 (1):

In the absence of specific agreement as to the size of the mission, the

receiving State may require that the size of a mission be kept within limits

considered by it to be reasonable and normal, having regard to

circumstances and conditions in the receiving State and to the needs of the

particular mission.61

Pembukaan hubungan diplomatik belum tentu diikuti oleh

pembukaan perwakilan diplomatik, hal tersebut disebabkan oleh seberapa

besar kepentingan suatu negara di negara lain dan juga dapat disebabkan

oleh masalah keuangan (financial constrain) menjadi faktor yang penting.

Article 5 (1) : the sending state may, after it has given due notification to

the receiving State concerned, accredit a head of mission or assign any

member of the diplomatic staff, as the case may be, to more than one State,

unless there is express objection by any of the receiving States.62 Mengenai

hal ini, apabila suatu negara yang tidak mempunyai perwakilan diplomatik

di negara lain, negara tersebut dapat melakukan perangkapan perwakilan

diplomatiknya di negara lain yang terdekat di negara tersebut, perangkapan

61 Wasito, Konvensi-Konvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler dan Hukum Perjanjian/Traktat, (Yogyakarta: Andi Offset, 1984) hlm 47 62 Pasal 5(1) Konvensi Wina 1961 Tentang Hubungan Diplomatik

Universitas Sumatera Utara 39

tersebut harus memperoleh kesepakatan dari negara dimana ia telah diakreditasikan.

Setelah dicapai kesepakatan untuk membuka perwakilan diplomatik ada beberapa hal yang juga perlu diperoleh kesepakatan bersama, seperti:

1. Tingkat Kepala Perwakilan.

Dalam pasal 14 Konvensi Wina 1961 Kepala Perwakilan

Diplomatik dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu:

a. Duta Besar (Ambassador) atau nuncio.

Duta Besar diartikan sebagai Duta Besar Luar Biasa dan

Berkuasa Penuh (Ambassador Extraordinary and

Plenipotentiary) karena ia bukan saja sepenuhnya mewakili

Kepala Negara, tetapi juga rakyat, bangsa dan negara yang

mengirimnya. Khususnya bagi Takhta Suci yang

mengirimkan Kepala Perwakilannya di suatu negara

(katolik), memberikan nama sendiri “nuncio” yang

tingkatnya juga sama dengan Duta Besar.63 Mereka ini

karena diakreditasikan kepada Kepala Negara, harus

menyerahkan surat-surat kepercayaan (credentials, letter du

cre’dence) mereka kepada Kepala Negara.64

b. Duta (Envoy), Menteri (Minister), dan internuncious.

Pangkat ini setingkat lebih rendah dari Duta Besar, nuncio,

atau High Commissioner diakreditasikan kepada Kepala

63 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 54 64 Pasal 13 Konvensi Wina 1961

Universitas Sumatera Utara 40

Negara; dengan demikian mereka juga harus menyerahkan

surat-surat kepercayaan kepada Kepala Negara.65

c. Kuasa Usaha (Charge d’Affaires)

Dapat dibagi ke dalam dua katergori, yaitu:66

1) Kuasa Usaha Tetap (Charge d’affaires en pied)

Kuasa Usaha Tetap menyerahkan surat-surat

kepercayaannya kepada Menteri Luar Negeri dan bukan

kepada Kepala Negara.

2) Kuasa Usaha Sementara (Charge d’affaires ad interim)

Seorang diplomat yang mengepalai sebuah kedutaan

besar atau kantor diplomatik lainnya saat duta besar atau

jabatan lain yang setara sedang vakum.67

Article 19 (1): if the post of head of the mission is vacant, or if the head of the mission is unable to perform his functions as a charge d’affaires ad interim shall act provisionally as head of the mission. The name of the charge d’affaires ad interim shall be notified, either by the head of the mission or in case he is unable to do so, by the Ministry for Foreign Affairs of the sending State to the Ministry for Foreign Affairs of the receiving State or such other ministry as may be agreed. Article 19 (2): in cases where no member of the diplomatic staff of the mission is present in the receiving State, a member of the administrative and technical staff may, with the consent of the receiving State, be designated by the sending State to be in charge of the current administrative affairs of the mission.68 Dalam pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Konvensi Wina

1961 di atas dijelaskan bahwa saat sedang menunggu

65 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 55 66 Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, (Bandung: PT. Alumni, 2003) hlm 480 67 https://id.wikipedia.org/wiki/Kuasa_usaha diakses pada 09/03/2020 68 Wasito, op.cit, hlm 48

Universitas Sumatera Utara 41

datangnya duta besar yang baru atau jika duta besar tidak

berada di negara akreditasi karena suatu hal, seorang

kuasa sementara akan bertindak sebagai kepala

perwakilan dan bahkan tugas tersebut juga dapat

dilaksanakan oleh seorang staf administrasi dan teknik

dalam hal tidak seorang pun anggota staf diplomatik

yang berada di tempat. Namun nama kuasa sementara

tersebut harus diberitahukan baik oleh Kepala

Perwakilan atau dalam hal ia tidak dapat melakukannya

oleh Kementerian Luar Negeri negara pengirim kepada

Kementerian Luar Negeri negara penerima, atau

kementerian lainnya yang telah disetujui.

2. Penentuan Besar atau Jumlah Staf Perwakilan.

Penentuan jumlah atau besarnya staf perwakilan juga harus

mencapai kesepakatan karena hal ini dianggap penting.

Meningkatnya jumlah staf perwakilan dapat menimbulkan

kesulitan bagi negara penerima apalagi jika negara penerima

tersebut adalah negara-negara kecil.69

Hal ini juga dianggap penting mengingat pada umumnya di

ibukota-ibukota negara tertentu tidak begitu mudah untuk

memperoleh akomodasi dan disamping itu negara penerima

dengan banyaknya staf perwakilan diplomatik yang ada di

negaranya harus memberikan kemudahan-kemudahan atau

69 Syahmin, op,cit, hlm 62

Universitas Sumatera Utara 42

keistimewaan yang cukup besar seperti pembebasan pajak bagi

pemasukan mobil-mobil dan barang-barang keperluan pribadi

para diplomatnya.70 Dalam Konvensi Wina 1961 telah

dijelaskan bahwa kedua negara dapat mengadakan adanya

persetujuan khusus yang mengatur tentang besarnya jumlah staf

perwakilan (specific agreement as to the size of the mission),

atau apabila tidak adanya persetujuan khusus diantara kedua

negara tersebut maka negara penerima dapat meminta besarnya

jumlah staf perwakilan dalam batas-batas pantas dan wajar

dengan pertimbangan bahwa keadaan dan kondisi di negara

penerima dan kebutuhan dari perwakilan tersebut (….the size of

a mission be kept within limits considered by it to be reasonable

and normal, having regard to circumstances and conditions in

the receiving State and the needs of the particular mission).71

3. Perangkapan Akreditasi di Negara Lain Dan di Organisasi

Internasional.

Sudah sedikit disinggung penulis di atas, bahwa bagi negara-

negara kecil yang berkembang yang posisinya tidak dapat

membuka perwakilan diplomatiknya di semua negara, karena

beberapa faktor baik dari segi finansial (keuangan) maupun

sumber daya manusianya. Namun untuk menunjang dan

menerapkan prinsip-prinsip dan tujuan yang termaktub dalam

70 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 56 71 Wasito, loc.cit

Universitas Sumatera Utara 43

Piagam PBB yakni untuk meningkatkan kerja sama

internasional, memelihara perdamaian dan keamanan

internasional serta menjalin hubungan persahabatan antar

negara, maka sangat penting untuk suatu negara membuka

hubungan diplomatik yang selanjutnya dapat membuka

perwakilan diplomatik dengan mengakreditasikan Duta

Besarnya ke negara lain.

Maka dari itu, terkadang sebuah Perwakilan Diplomatik suatu

negara juga bisa diakreditasikan ke suatu negara lainnya atau

bahkan lebih dari suatu negara. Seseorang Duta Besar atau staf

diplomatiknya yang lain kecuali diakreditasikan ke negara lain

atau beberapa negara lainnya juga bisa diakreditasikan ke suatu

Organisasi Internasional yang markas besarnya berada di negara

penerima atau bahkan di negara lain.72 Duta-duta Besar

Indonesia di negara-negara tertentu melakukan banyak

perangkapan, misalnya Duta Besar Republik Indonesia di

Polandia merangkap untuk Belarus, Duta Besar Republik

Indonesia di Myanmar merangkap untuk Nepal, dan lain-lain.

Article 5:

1. The sending State may, after it has given due notification to

the receiving State concerned, accredit a head of mission or

assign any member of the diplomatic staff, as the case may

72 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 60

Universitas Sumatera Utara 44

be, to more than one State, unless there is express objection

by any of the receiving States.

2. If the sending State accredits a head of mission to one or

more other States it may establish a diplomatic mission

headed by a charge d’affaires ad interim in each State where

the head of mission has not his permanent seat.

3. A head of mission or any member of the diplomatic staff of

the mission may act as representative of the sending State to

any international organization.

Dalam Pasal 5 Konvensi Wina 1961 di atas menjelaskan bahwa bukan hanya mengatur tentang perangkapan untuk satu negara lainnya atau lebih, tetapi juga perangkapan untuk Organisasi- organisasi Internasional yang lokasi markas besarnya ada di wilayah tempat negara penerima, tetapi juga bisa saja yang berada di negara ketiga.

Dalam hal akreditasi rangkap kepala Perwakilan Diplomatik lebih dari satu negara termasuk ke Organisasi Internasional

(multiple accreditations) tersebut yang paling utama ialah tidak adanya keberatan maupun penolakan yang dinyatakan secara resmi oleh negara penerima. Ada kalanya permintaan perangkapan akreditasi itu tidak memperoleh persetujuan dari negara dimana seseorang Kepala Perwakilan telah diakreditasi,

Universitas Sumatera Utara 45

karena ada persoalan-persoalan politik atau hubungan diantara

negara-negara tersebut kurang baik.73

Jika di suatu negara terdapat tuan rumah (host country) suatu

Organisasi Internasional, maka Kepala Perwakilan Diplomatik

di negara tersebut kemungkinan juga bisa diakreditasikan

kepada Organisasi Internasional yang ada di negara tersebut.

Contohnya, Indonesia menjadi host country dari organisasi

regional Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) yang

terdiri dari negara-negara yang ada di Asia Tenggara yakni

Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Brunei

Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar dan Kamboja.74 Kantor

Sekretariat Tetap organisasi ASEAN ada di Jakarta, Indonesia,

maka semua Perwakilan Diplomatik dari negara-negara anggota

ASEAN yang ada di Jakarta masing-masing Duta Besarnya juga

diakreditasikan ke organisasi regional ASEAN tersebut.

1. Gedung Perwakilan Diplomatik (Diplomatic Premises)

The “premises of the mission” are the buildings or parts of buildings

and the land ancillary thereto, irrespective of the ownership, used

for the purposes of the mission including the residence of the head

of the mission75, dalam Konvensi Wina 1961 diberi pengertian dari

gedung perwakilan diplomatik yaitu gedung-gedung atau bagian dari

73 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 61 74 https://asean.org/asean/asean-member-states diakses pada 10/03/2020 75 Pasal 1 (i) Konvensi Wina 1961

Universitas Sumatera Utara 46

gedung-gedung tersebut dan tanah dimana gedung-gedung itu didirikan, tanpa melihat siapa pemiliknya, yang digunakan untuk keperluan perwakilan diplomatik termasuk kediaman Kepala

Perwakilan.

Ketentuan dalam pasal 21 Konvensi Wina 1961 dinyatakan bahwa: a. Negara penerima harus memberikan kemudahan untuk

mendapatkan tanah di wilayahnya, gedung yang perlu untuk misi

negara pengirim, tempat-tempat yang diperlukan untuk misinya

atau untuk membantu Perwakilan Diplomatik tersebut

memperoleh akomodasi dengan satu dan lain cara; b. Negara penerima juga diperlukan harus membantu perwakilan-

perwakilan untu memperoleh tempat dan cukup sesuai bagi

anggotanya.

Untuk keperluan gedung perwakilan diplomatik suatu negara membeli tanah atau gedung untuk keperluan misinya, namun jika tidak memungkinkan bisa juga menyewanya. Tak jarang negara pengirim melakukan sendiri untuk membangun gedung perwakilannya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan baik dari segi keamanan maupun kepentingan di negara penerima.

Perwakilan Diplomatik seperti Kedutaan Besar termasuk Rumah

Kediaman Duta Besar (Ambassador Residence) diperbolehkan untuk mengibarkan bendera termasuk pemasangan logo dari negaranya. Demikian juga mobil yang digunakan secara resmi oleh

Universitas Sumatera Utara 47

Duta Besar juga bisa menggunakan bendera negaranya. Penggunaan

bendera di mobil biasanya hanya dalam acara-acara resmi tertentu

terutama pada undangan-undangan resmi pemerintah, undangan di

kalangan diplomatik khususnya pada acara-acara jamuan resepsi

hari-hari nasional negara-negara lainnya yang akreditasi pada negara

penerima.76

Hal di atas sesuai dengan isi pasal 20 Konvensi Wina 1961, yakni

the mission and its head shall have the right to use the flag and

emblem of the sending State on the premises of the mission, including

the residence of the head of the mission, and on his means of

transport.77

Dalam keadaan-keadaan tertentu seperti adanya konflik atau

ketegangan dalam negeri dan untuk alasan keamanan, negara

penerima dapat meminta Duta-Duta Besar dari Perwakilan-

perwakilan Diplomatik tertentu untuk tidak menggunakan bendera

di mobil mereka.78

Article 22:

1. The premises of the mission shall be inviolable. The agents of the

receiving State may not enter them, except with the consent of

the head of the mission.

76 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 65 77 Wasito, loc.cit 78 Marjorie M. Whiteman, Digest of International Law jurume 7, (Washington: Government Printing Office, 1970) hlm 398

Universitas Sumatera Utara 48

2. The receiving State is under a special duty to take all appropriate

steps to protect the premises of the mission against any

instruction or damage and to prevent any disturbance of the

peace of the mission or impairment of its dignity.

3. The premises of the mission, their furnishings and other property

thereon and the means of transport of the mission shall be

immune from search, requisition, attachment or execution.79

Pasal 22 Konvensi Wina 1961 di atas menentukan ketentuan

tentang inviolability of the premises, yakni:

1. Gedung yang ditempati misi khusus sesuai dengan konvensi

ini tidak dapat diganggu gugat. Wakil-wakil negara penerima

tidak dibolehkan memasuki gedung tersebut, selain dengan

izin kepala misi diplomatik negara pengirim yang

diakreditasikan kepada negara penerima. Persetujuan

demikian dianggap ada bilamana terjadi kebakaran atau

musibah lain yang sangat membahayakan keamanan umum

dan hanya dalam hal tidak mungkin didapatkannya

persetujuan kepala misi permanen.

2. Negara penerima berkewajiban khusus untuk mengambil

langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi gedung

misi khusus terhadap gangguan atau kerugian atau mencegah

terjadinya gangguan keamanan misi atau serangan terhadap

kehormatannya.

79 Wasito, op.cit, hlm 49

Universitas Sumatera Utara 49

3. Gedung misi khusus, perlengkapannya, dan properti lain di

atasnya yang dipergunakan dalam operasi misi khusus dan

sarana angkutan misi kebal terhadap penggeledahan,

penuntutan, penyitaan atau eksekusi.80

Pasal 24 Konvensi Wina 1961, mengatakan juga inviolability of

archives and documents bahwa arsip-arsip dan dokumen-

dokumen misi tidak dapat diganggu gugat, kapan saja dan di

mana saja mereka berada. Jika perlu barang-barang tersebut

harus dibubuhi tanda-tanda yang mudah dilihat. (the archives

and documents of the mission shall be inviolable at any time and

wherever they may be.)

Namun dalam hal aparat negara penerima mempunyai bukti-

bukti yang kuat bahwa gedung perwakilan itu digunakan untuk

tindakan-tindakan yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan negara penerima atau adanya

penyalahgunaan gedung Perwakilan Diplomatik tersebut untuk

tindakan-tindakan yang merugikan kepentingan nasional atau

keamanan negara penerima, maka dalam rangka hak bela diri

(the right of self defense), gedung Perwakilan Diplomatik

tersebut bisa saja dimasuki oleh aparat keamanan setempat tanpa

izin dari Kepala Perwakilan Diplomatiknya.81

80 Syahmin, op.cit, hlm 167 81 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 66

Universitas Sumatera Utara 50

Jika terjadi kerusakan pada gedung Perwakilan Diplomatik yang

disebabkan oleh tidak terkendalinya para pengunjuk rasa

sehingga menimbulkan kerusakan pada gedung Perwakilan

tersebut yang cukup besar, maka negara penerima harus

menyatakan permintaan maafnya kepada Kepala Perwakilan

Diplomatik negara pengirim karena tidak bisa memenuhi

kewajibannya sebagaimana dinyatakan di dalam ketentuan

tersebut di atas yaitu untuk melindungi atau melakukan tindakan

pencegahan terhadap keamanan gedung tersebut. Disamping itu

apabila gedung perwakilan itu mengalami kerusakan yang cukup

parah termasuk kendaraan-kendaraan Perwakilan, maka otorita

negara penerima melalui Kementerian Luar Negerinya dapat

menawarkan perbaikan-perbaikan secukupnya terhadap

kerusakan-kerusakan semacam itu atas dasar ex gratia.82 83

Dalam Pasal 25 Konvensi Wina 1961 juga memberikan

kemudahan-kemudahan sepenuhnya kepada Perwakilan

Diplomatik asing di negara penerima agar mereka dapat

melaksanakan tugas-tugas yang diemban oleh Perwakilan

Diplomatik dari negara pengirim (the receiving State shall

82 Ibid, hlm 66-67 83 Ex gratia adalah suatu asas yang dipakai oleh negara penerima dalam menyelesaikan segala persoalan yang berkaitan dengan kerusakan gedung perwakilan asing termasuk mobil-mobil dan harta milik lainnya yaitu dengan memberikan kompensasi baik berupa penggantian maupun perbaikan terhadap kerusakan atau kerugian yang diakibatkan oleh kelalaian negara penerima dalam memberikan perlindungan dan pencegahan.

Universitas Sumatera Utara 51

accord full facilities for the performance of the functions of the

mission).84

Semua biaya-biaya termasuk pembayaran-pembayaran harus

dibebaskan dari segala pungutan maupun pajak-pajak yang

berkaitan dengan tugas-tugas resmi dari Perwakilan Diplomatik

(the fees and changes levied by the mission in the course of its

official duties shall be exempt from all dues and taxes).85

Mengenai tempat kedudukan atau lokasi gedung-gedung

Perwakilan Diplomatik atau Kedutaan-kedutaan Besar Asing di

suatu negara memang secara eksplisit tidak disebutkan di dalam

Konvensi Wina 1961, namun sudah tentu sebagaimana telah

dinyatakan dalam komentar yang diberikan Komisi Hukum

Internasional bahwa gedung-gedung Perwakilan Diplomatik

akan didirikan di ibukora negara akreditasi atau lebih tepatnya

lokasi gedung itu berada di pusat dari pemerintahannya.86

Article 12:

The sending State may not without the prior express consent of

the receiving State, establish officers forming part of the mission

84 Wasito, loc.cit 85 Ibid, hlm 50 86 Conference on Diplomatic Relations, Official Documents, Vol. I, hlm 136

Universitas Sumatera Utara 52

in localities other than those in which the mission itself is

established.87

Dalam Pasal 12 Konvensi Wina 1961 di atas menjelaskan bahwa

Kedutaan Besar tidak diperbolehkan untuk mendirikan kantor-

kantor cabangnya diluar gedung Kedutaan Besar itu sendiri tanpa

adanya izin dari negara penerima seperti kantor untuk Atase

Pertahanan, Atase Perdagangan, Atase Pendidikan dan lainnya.

Sama halnya juga untuk penggunaan logo dan pengibaran

bendera kecuali di gedung Perwakilan Diplomatik (Diplomatic

Premises) dan di Rumah Kediaman Duta Besar (Ambassador

Residence).88

Fungsi dan Kewajiban Perwakilan Diplomatik.

Fungsi Perwakilan Diplomatik, baik Duta Besar maupun para

pejabat diplomatiknya adalah untuk mewakili negaranya dan mereka itu

bertindak sebagai suara dari Pemerintahnya disamping sebagai penghubung

antara Pemerintah negara pengirim dan negara penerima. Di negara

penerima, mereka mengikuti berbagai perkembangan yang terjadi serta

melaporkan mengenai keadaan di negara penerima. Termasuk juga

memberikan perlindungan terhadap kepentingan negaranya dan warga

negaranya di negara penerima.89

87 Wasito, op.cit, hlm 46 88 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 68 89 Biswanath Sen, A Diplomat’s Handbook of International Law and Practice, (Netherlands: Martinus Nijhoff, 1965), hlm 46

Universitas Sumatera Utara 53

Dalam Konvensi Wina 1963 tentang Hubungan Konsuler sangat

rinci dijelaskan Fungsi dari Pejabat Konsuler yang dimuat dalam Pasal 5

yang memuat terdiri dari 13 poin Fungsi Pejabat Konsuler, lain halnya

dalam Konvensi Wina 1961 yang tidak begitu rinci. Walaupun dalam Pasal

3 ayat (2) Konvensi Wina 1961 memberikan peluang kepada Perwakilan

Diplomatik untuk melakukan tugas-tugas konsuler. Tugas konsuler dapat

sepenuhnya dilakukan oleh Perwakilan Diplomatik jika suatu negara

pengirim tidak membuka hubungan konsuler tetapi hanya membuka

hubungan diplomatik.

Fungsi Perwakilan Konsuler untuk memberikan perlindungan

hukum terhadap warga negaranya di luar negeri merupakan pencerminan

dari yurisdiksinya yang bersifat ekstra-teritorial (extraterritorial

jurisdiction is the legal ability of a government to exercise authority beyond

its normal boundaries)90 yakni para perwakilan tersebut harus diperlakukan

sebagaimana mereka tidak berada di wilayah negara penerima, tidak dapat

dikuasai oleh hukum dan peraturan di negara penerima dan hanya dikuasai

oleh hukum negara pengirim.91

Misalnya dalam hal terjadi musibah ataupun tindak kejahatan yang

dilakukan oleh warga negaranya, Perwakilan Konsuler dapat mengusahakan

untuk memberikan bantuan atau perlindungan hukum seperti mencarikan

pengacara, mencarikan penerjemah bagi yang tidak memahami bahasa

90 https://en.wikipedia.org/wiki/Extraterritorial_jurisdiction diakses pada 16/03/2020 91 Edy Suryono, Perkembangan Hukum Diplomatik, (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1992), hlm 14

Universitas Sumatera Utara 54

negara setempat, mengupayakan banding dan lain-lain sesuai dengan ketentuan dalam Konvensi Wina 1963 tersebut,92 seperti dalam Pasal 5

Konvensi Wina 1963 huruf e, “memberikan pertolongan dan bantuan kepada warga negara-warga negara, individu-individu dan badan-badan hukum kedua-duanya, dari negara pengirim” (...helping and assisting nationals, both individuals and bodies corporate, of the sending State).93

Fungsi Perwakilan Diplomatik dalam Konvensi Wina 1961 meliputi

5 tugas dan juga diberikan tugas-tugas konsuler. Dalam Pasal 3 Konvensi

Wina 1961 menetapkan fungsi Perwakilan Diplomatik yakni:

1. The functions of a diplomatic mission consist, inter alia, in:

(a) Representing the sending State in the receiving State;

(b) Protecting in the receiving State the interests of the sending

State and of its nationals, within the limits permitted by

international law;

(c) Negotiating with the Government of the receiving State;

(d) Ascertaining by all lawful means conditions and

developments in the receiving State, and reporting thereon

to the Government of the sending State;

(e) Promoting friendly relations between the sending State and

the receiving State, and developing their economic, cultural

and scientific relations.

92 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 70 93 Vienna Convention on Consular Relations 1963 (Konvensi Wina 1963)

Universitas Sumatera Utara 55

2. Nothing in the present Convention shall be construed as

preventing the performance of consular functions by a

diplomatic mission.

Bertambahnya jumlah negara dan organisasi-organisasi internasional, cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah menyebabkan interaksi antara aktor-aktor pemerintah dan non pemerintah menjadi sangat padat dalam merumuskan kerja sama di berbagai bidang demi tercapainya tujuan bersama. Tugas para pejabat diplomatik selanjutnya bukan saja terbatas pada pengamatan terhadap masalah-masalah politik, ekonomi kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, tetapi juga dengan negara penerima yang bersangkutan ikut berusaha menangani masalah- masalah, baik yang bersifat regional maupun internasional.94

1. Mewakili Negaranya Negara Penerima (Representation)

Perwakilan Diplomatik yang dibuka oleh suatu negara ke

negara lain merupakan suatu perwakilan yang permanen (permanent

mission) dan mempunyai tugas dan fungsi yang cukup beragam (ius

representationis omnimodo) yaitu hak keterwakilan suatu negara

secara keseluruhan.95 Menurut Gerhard von Glahn, seorang wakil

diplomatik itu selain mewakili pemerintah negaranya, ia juga tidak

hanya bertugas dalam kesempatan seremonial saja, melainkan juga

dapat melakukan protes atau mengadakan penyelidikan ‘inquires’

94 Syahmin, op.cit, hlm 88 95 Ludwik Dembinski, op.cit, hlm 39

Universitas Sumatera Utara 56

atau meminta penjelasan pada pemerintah setempat. Ia mewakili

kebijaksanaan politik pemerintah negara pengirimnya.96

Fungsi utama dari seorang wakil diplomatik adalah mewakili

negara pengirim di negara penerima dan bertindak sebagai saluran

penghubung resmi antar pemerintah kedua negara. Bertujuan untuk

memelihara hubungan diplomatik antar negara yang menyangkut

fasilitas komunikasi kedua negara. Pejabat diplomatik sering kali

melaksanakan tugas, mengadakan perundingan dan menyampaikan

pandangan pemerintahnya di beberapa kesempatan yang penting

dan berharga kepada pemerintah negara penerima. 97

Tujuan pokok dari pembukaan hubungan diplomatik adalah

untuk memudahkan hubungan resmi antar negara dan para

diplomatnya dapat melakukan negosiasi dan menyampaikan

pandangan dari pemerintahnya mengenai berbagai masalah kepada

negara dimana dia diakreditasi. Dengan demikian apa yang

dilakukan oleh para diplomat dalam suatu perwakilan diplomatik di

negara penerima pada hakekatnya harus mencerminkan kepentingan

dari negara pengirim dan pemerintahnya. Mereka harus menjaga

harkat dan martabat serta kehormatan negaranya sebagai negara

yang berdaulat.98

96 Gerhard von Glahn, Law Among Nations: An Introduction to Public International Law Second Edition, (London: MacMillan&Co, 1970) hlm 385 97 Biswanath Sen, op.cit, hlm 47 98 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 71

Universitas Sumatera Utara 57

2. Melindungi Kepentingan Negara Pengirim dan Warga Negara

Pengirim (Protection).

Melindungi pribadi, harta benda dan kepentingan-

kepentingan dari pada warga negaranya yang berada di negara

pengirim. Perlindungan ini merupakan wewenang yang diberikan

Hukum Internasional kepada negara pengirim artinya negara

pengirim boleh melakukan perlindungan terhadap warga negaranya

yang berada di negara penerima, tetapi ini tidak wajib. Kewajiban

ini hanya timbul berdasarkan atas Hukum Nasional negara

pengirim.99 Di Indonesia sendiri sudah diatur di dalam Undang-

Undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri,

perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia diatur di dalam

Pasal 18-24.

Jika dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan dalam

Konvensi Wina 1963 mengenai Hubungan Konsuler, khususnya

tugas-tugas dalam melindungi warga negaranya adalah cukup luas

dan rinci, dimana perlindungan tersebut walaupun secara terbatas,

tetapi dapat diberikan oleh Perwakilan Konsuler terhadap warga

negaranya khususnya dalam hal mereka mengalami musibah atau

terlibat di dalam tindak kejahatan di negara penerima, tanpa

mengabaikan undang-undang negara setempat. Hak yang dilakukan

oleh Perwakilan Konsuler semacam itu bisa disebut yurisdiksi

99 Edy Suryono dan Moenir Arisoendha, op.cit, hlm 24-25

Universitas Sumatera Utara 58

ekstrateritorial (extraterritorial jurisdiction), misalnya pemberian

perlindungan atau bantuan hukum seperti mengusahakan upaya

banding, mencarikan pengacara dan penerjemah bagi mereka dalam

proses peradilan di negara penerima. Namun perlindungan semacam

itu bukan semata-mata hanya bisa dilakukan oleh Perwakilan

Konsuler tetapi juga bisa dilakukan oleh Perwakilan Diplomatik,

khususnya jika tidak terdapat Perwakialn Konsulernya di negara

penerima.100

Perlindungan terhadap kepentingan negara pengirim

sebagaimana disebutkan dalam Konvensi Wina 1961 lebih banyak

menyangkut perlindungan diplomatik (diplomatic protection) yang

lebih berkaitan dengan tanggung jawab negara. Hal itu terjadi pada

kasus-kasus yang berhubungan dengan pelanggaran-pelanggaran

terhadap kewajiban internasional (international obligation).

Kepentingan dari negara pengirim apakah dari aspek politik atau

yang berhubungan dengan masalah-masalah perdagangan yang

dipercayakan dan menjadi urusannya, sebagai seorang Duta Besar

harus selalu waspada agar dapat melindungi kepentingan-

kepentingan semacam itu di neghara dimana ia diakreditasikan.

Kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain

mencakup berbagai aspek, dari masalah batas wilayah antara negara

negara tetangga sampai kepada masalah-masalah perdagangan,

100 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 72

Universitas Sumatera Utara 59

penerbangan, keuangan, bantuan militer, investasi dalam proyek-

proyek industry dan kemudahan-kemudahan untuk warga negaranya

di negara lain.101

Jika terjadi putus hubungan diplomatik antara negara

penerima dan negara pengirim, atau apabila terjadi seorang

Perwakilan Diplomatik ditarik untuk sementara maupun selamanya

dan tidak adanya Perwakilan Konsuler di negara penerima maka

negara pengirim dapat mempercayakan perlindungan atas

kepentingannya dan kepentingan warga negaranya kepada negara

ketiga dengan persetujuan negara penerima (....the sending State

may entrust the protection of its interest and those of its nationals to

a third State acceptable to the receiving State.)102

Atas permintaan negara pengirim, negara ketiga dapat

memberikan jasa-jasa baiknya (good offices) bukan saja untuk

melakukan pengawasan terhadap gedung Perwakilan Diplomatik

yang sudah dimiliki oleh negara pengirim di negara penerima, tetapi

juga memberikan perlindungan terhadap kepentingan negara

pengirim dan warga negaranya yang ada di negara penerima, asalkan

telag memperoleh persetujuan dari negara penerima.103 Bagi suatu

negara yang tidak mempunyai Perwakilan Diplomatik dan juga

Perwakilan Konsuler di negara lain, maka dengan persetujuan

101 Ibid, hlm 72-73 102 Pasal 45 (c) Konvensi Wina 1961 103 Sumaryo Suryokusumo, loc.cit, hlm 73

Universitas Sumatera Utara 60

negara penerima, negara termaksud bisa meminta jasa-jasa baik dari

suatu negara pengirim untuk memberikan perlindungan sementara

terhadap kepentingan negara tersebut termasuk kepentingan warga

negaranya di negara penerima (a sending State may with the prior

consent of a receiving State, and at the request of a third State not

represented in the receiving State, undertake the temporary

protection of the interests of the third State and of its nationals).104

3. Perundingan Dengan Negara Penerima (Negotiation)

Perundingan dimaksud merupakan salah satu fungsi misi

diplomatik dalam mewakili negaranya di negara penerima.

Namun, sering kali perundingan mengenai suatu masalah

tertentu dilakukan oleh utusan-utusan khusus, terutama jika hal

tersebut menyangkut masalah teknis. Gerhard von Glahn

mengatakan, “the original reason for the rise of diplomats the

intention of having a representative in a foreign capital

compowered to negotiable agreements with the receiving state,

was to “deal” directly with the foreign government”.105 Yakni

diplomat mewakilkan negara pengirim berurusan langsung

untuk melakukan perundingan dengan negara penerima.

Perundingan membahas berbagai permasalahan termasuk

kerja sama bilateral di bidang politik, ekonomi, sosial budaya,

104 Pasal 46 Konvensi Wina 1961 105 Gerhard von Glahn, op.cit, hlm 385

Universitas Sumatera Utara 61

perdagangan, militer, ilmu pengetahuan dan lainnya. Kunjungan

berbagai misi termasuk kunjungan resmi Kepala Negara atau

Pemerintahan negara pengirim ke negara penerima yang selalu

memerlukan pembicaraan terlebih dahulu dengan negara

penerima dalam rangka memperlancar kunjungan-kunjungan

tersebut. Perundingan-perundingan tersebut dapat didahului

melalui pembicaraan pendahuluan (preliminary talks) antara

pihak Perwakilan Diplomatik yang biasanya dilakukan

sebelumnya oleh para pejabat diplomatik lainnya sebelum

dilakukan oleh Duta Besar untuk mencapai persetujuan terakhir.

Dalam hal perundingan bisa juga dilakukan oleh pejabat-pejabat

tinggi lainnya yang dikirim dari negara pengirim seperti dalam

tingkat Menteri dimana Duta Besar sebagai Kepala Perwakilan

berperan untuk mendampinginya termasuk pejabat diplomatik

lainnya.106

Dalam hal perundingan untuk membuat suatu persetujuan

mengenai suatu permasalahan berupa perjanjian (treaty),

persetujuan (agreement), maupun memorandum of

understanding107, maka Duta Besar dapat melakukan

perundingan dalam rangka perumusan persetujuan-persetujuan

tersebut, sampai kepada penandatanganan instrument bilateral

106 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 74 107 Memorandum of understanding menurut Black’s Law Dictionary adalah dasar penyusunan kontrak pada masa datang yang didasarkan pada hasil pemufakatan para pihak, baik secara tertulis maupun secara lisan.

Universitas Sumatera Utara 62

semacam itu tanpa diberikannya suatu kuasa penuh (full power)

dari pemerintahnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam

Konvensi Wina 1969 Tentang Hukum Perjanjian yang

menyatakan bahwa mengingat fungsinya dan tanpa memberikan

kuasa penuh dari pemerintah negara penerima yaitu Kepala

Perwakilan Diplomatik (Duta Besar) dianggap mewakili

negaranya untuk mengesahkan naskah suatu perjanjian antara

negara yang memberikan akreditasi dan negara dimana ia

diakreditasikan (…heads of diplomatic missions, for the purpose

of adopting the text of a treaty between the accrediting State and

the State to which they accredited).108

4. Laporan Perwakilan Diplomatik Kepada Pemerintahnya

(Reporting).

Fungsi Perwakilan Diplomatik yang penting lainnya adalah

menyangkut kewajiban untuk membuat dan memberikan laporan

kepada negaranya mengenai keadaan dan perkembangan negara

penerima dengan cara-cara yang sah dan tidak bertentangan dengan

hukum mengenai berbagai aspek seperti politik, ekonomi, sosial

budaya dan lainnya. Mengadakan observasi atau menelaah dengan

sangat teliti setiap peristiwa yang terjadi di negara penerima yang

mungkin dapat mempengaruhi kepentingan negaranya dan jika

108 Pasal 7 (2) huruf b Konvensi Wina 1969 Tentang Hukum Perjanjian

Universitas Sumatera Utara 63

dianggap perlu, maka oleh pejabat diplomatik itu dikirim laporan

kepada pemerintahnya.109

Gerhard von Glahn mengatakan, “the basic duty of a

diplomat is to report to his government on political event, policies

and other related matters”110, hal ini adalah kewajiban mendasar

dari seorang Perwakilan Diplomatik yaitu memberikan laporan

kepada pemerintahnya mengenai peristiwa politik, kebijakan-

kebijakan dan masalah lainnya yang terjadi di negara penerima.

Dalam praktiknya hal tersebut juga dapat menjadi masalah jika cara

dalam mengumpulkan informasi tersebut dianggap sebagai tindakan

kriminal agen rahasia (spionase), atau data yang diperoleh secara

tidak sah menurut hukum dan kebiasaan internasional.

5. Meningkatkan Hubungan dan Kerja Sama antar Negara

(Promoting and Developing)

Fungsi Perwakilan Diplomatik yang tidak kalah pentingnya

adalah kewajiban meningkatkan hubungan persahabatan dengan

negara penerima dan mengembangkan hubungan ekonomi,

kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Perwakilan Diplomatik juga

bertugas untuk meningkatkan hubungan ekonomi perdagangan atas

dasar prinsip saling menguntungkan. Dalam mengadakan kerja sama

ekonomi dan perdagangan, negara-negara harus mempertimbangkan

109 Edy Suryono dan Moenir Arisoendha, loc.cit 110 Gerhard von Glahn, op.cit, hlm 386

Universitas Sumatera Utara 64

asas-asas saling menguntungkan (mutual benefit), saling

menghormati (mutual respect), saling tidak mencampuri urusan

dalam neegri masing-masing (non-interference) dan saling

pengertian (mutual understanding).111

Duta Besar sebagai Kepala Perwakilan Diplomatik bertugas

untuk meningkatkan pengertian antara dua negara dan karena itu

melibatkan bukan saja yang berhubungan dengan pemerintah negara

penerima tetapi juga dalam rangka menjelaskan kebijakan dan sikap

pemerintahnya dan pandangan mereka terhadap rakyat dan negara

melalui media dan dalam acara-acara yang layak serta memberikan

pengertian terhadap pemerintah dan rakyat mengenai maksud,

harapan, dan kehendak dari negaranya. Banyak berbagai cara atau

media yang bisa digunakan oleh seorang Duta Besar untuk mencapai

objek semacam itu. Salah satu cara yang paling efektif bagi seorang

Duta Besar adalah untuk berbicara dalam setiap kesempatan acara-

acara yang memungkinkan dan sekaligus untuk mempersiapkan

laporannya yang layak kepada pemerintahnya. Sekarang ini dari

Perwakilan Diplomatik suatu negara sering diundang untuk

berbicara didalam acara-acara umum untuk dan khususnya dalam

acara-acara dimana program khusus mengenai negaranya perlu

untuk disampaikan. Banyak negara yang menyambut program

111 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 76

Universitas Sumatera Utara 65

semacam itu oleh Duta Besarnya dan hal itu dapat membantu cara-

cara untuk meningkatkan pengertian.112

Kekebalan dan Keistimewaan Diplomatik

Dalam pelaksanaan kekebalan dan keistimewaan diplomatik di dalam Konvensi Wina 1961 dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu:

1. Ratione Personae, para pejabat diplomatik termasuk

keluarganya yang merupakan begain dari rumah tangganya tidak

boleh diganggu gugat. Ia tidak boleh diganggu gugat, tidak boleh

ditangkap dan penahanan. Negara penerima harus mengambil

langkah-langkah yang layak untuk mencegah setiap serangan

atas diri, kebebasan dan martabatnya. Para pejabat diplomatik

juga kebal dari kekuasaan hukum pidana negara penerima

termasuk kebal dari kekuasaan hukum perdata dan acara (the

person of a diplomatic agent shall be inviolable. He shall not be

liable to any form of arrest or detention. The receiving State

shall treat him with due respect and shall take all appropriate

steps to prevent any attack on his person, freedom or dignity.

The members of the family of a diplomatic agent forming part of

his household shall, if they are not nationals of the receiving

State, enjoy the privilages and immunities specified in articles

29 to 36).113

112 Biswanath Sen, op.cit, hlm 67 113 Pasal 29 dan 37 Konvensi Wina 1961

Universitas Sumatera Utara 66

2. Ratione Materie, negara penerima sesuai dengan peraturan

perundang-undangannya yang berlaku mengizinkan pemasukan

dan memberikan pembebasan dari semua bea masuk, pajak dan

biaya lain-lain untuk barang-barang keperluan resmi Perwakilan

Diplomatik dan barang-barang keperluan pribadi dari seorang

pejabat diplomatik dan anggota keluarganya yang merupakan

bagian dari rumah tangganya termasuk barang-barang yang

dimaksudkan untuk kedudukannya (the receiving State shall, in

accordance with such laws and regulations as it may adopt,

permit entry of and grant exemption from all customs, duties,

taxes and related charges other than charges for storage,

cartage and similar services, on:

a. Article for the official use of the mission

b. Articles for personal use of a diplomatic agent or members

of his household, including articles intended for his

establishment)114

3. Ratione Temporis, para pejabat diplomatik dapat menikmati

kekebalan dan keistimewaan sejak mereka memasuki wilayah

negara penerima dalam perjalanan untuk menjalani tugasnya

atau bila sudah berada di wilayah itu sejak saat pengangkatannya

diberitahukan kepada Kementerian Luar Negeri negara

penerima. Kekebalan dan keistimewaan itu berakhir saat tugas

mereka berakhir, meninggalkan negara penerima atau pada

114 Pasal 36 (1) Konvensi Wina 1961

Universitas Sumatera Utara 67

waktu habisnya suatu masa yang layak untuk itu tetapi harus

tetap berlaku sampai waktu berangkat bahkan dalam keadaan

sengketa. Namun mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan

oleh mereka dalam melaksanakan tugasnya sebagai anggota

Perwakilan Diplomatik kekebalan itu tetap berlaku.115

4. Ratione Loci, kekebalan dan keistimewaan diberikan oleh para

diplomat di seluruh wilayah akreditasi di negara penerima dan

di wilayah negara ketiga yang telah memberikan visa apabila

visa itu diperlukan dalam perjalanan menuju atau kembali ke

tempat penugasan ataupun ketika kembali ke negaranya sendiri.

Kekebalan dan keistimewaan semacam itu juga diberikan

kepada keluarga mereka baik yang bepergian sendiri untuk

bergabung maupun dalam menyertai pejabat diplomatik

tersebut.116

Putusnya Hubungan Diplomatik

Pemutusan hubungan diplomatik suatu negara dengan negara lainnya merupakan keputusan sepihak yang pada hakikatnya didasarkan atas hak kedaulatannya sebagai negara. Sebagai realisasi dari keputusan tersebut maka negara untuk memutuskan hubungan diplomatik tersebut harus segera melakukan penutupan Perwakilan Diplomatiknya di negara penerima termasuk penarikan kembali (recall) para diplomatnya ke negaranya. Tindakan ini sudah tentu akan membuat negara pengirim untuk melakukan hal yang sama sesuai dengan asas

115 Pasal 39 Konvensi Wina 1961 116 Pasal 40 Konvensi Wina 1961

Universitas Sumatera Utara 68

timbal balik (reciprocity). 117 Karena tidak adanya aturan internasional, baik menurut kebiasaan maupun konvensi maka hal itu kemudian dilihat dari situasi dengan melihat kepada permasalahan maupun bentuknya, karena itu menjadikan tindakan untuk memutuskan hubungan diplomatik semacam itu sangat bersifat diskretif (discretionary act). Namun pada umumnya dalam hal pemutusan hubungan diplomatik diperbolehkan dalam hukum internasional karena adanya tekanan politik agar bisa merubah sikap negara lain yang dikehendaki atau untuk menghukum tindakan negara lain yang dianggap tidak sah.118

Keputusan dari suatu negara untuk memutuskan hubungan diplomatik menjadi mengikat kepada negara lainnya apabila keputusan itu telah secara resmi dinyatakan dalam bentuk apapun juga. 119 Keputusan tersebut memberikan kewajiban kepada kedua negara untuk menutup perwakilan masing-masing termasuk penarikan stafnya menurut waktu yang ditetapkan oleh negara yang mengambil prakarsa. Waktu tersebut sangar tergantung dari tingkat keseriusan dari keadaan dan pentingnya bagi negara yang bersangkutan terhadap langkah-langkah yang diambilnya dalam rangka keputusannya yang telah diambil tersebut.120

C. Perkembangan Korean Wave di Indonesia dan Korea Selatan

Perkembangan Korean Wave di Indonesia saat ini sangat

berkembang pesat. Banyak masyarakat Indonesia yang sangat antusias

dengan adanya Korean Wave ini, mulai dari industri hiburan Korea Selatan

117 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 179 118 Ibid, hlm 180 119 Farag Moussa, Manuel de Pratique Diplomatique: L’Ambassade, (Brussels: Bruylant, 1972), hlm 175 120 Sumaryo Suryokusumo, op.cit, hlm 183

Universitas Sumatera Utara 69

seperti K-Drama dan K-Pop, kuliner Korea, fashion, dan juga produk kecantikan seperti skincare dan make up. Hal ini menunjukan adanya transformasi budaya Korea Selatan ke dalam budaya Indonesia. Media utama dalam perkembangan Korean Wave di Indonesia sendiri adalah televisi dan internet. Acara di televisi sangat beragam, acara yang ditampilkan tidak hanya berasal dari saluran televisi nasional saja namun saluran dari internasional pun sudah banyak muncul di televisi Indonesia, apalagi jika seseorang berlangganan TV kabel yang pastinya sangat banyak sekali menawarkan acara-acara dari saluran internasional. Selain itu, perkembangan teknologi yang sangat pesat dengan berbagai jenis alat komunikasi seperti smartphone yang memudahkan masyarakat Indonesia dalam mengakses internet dimana saja dan kapan saja.

Perkembangan Korean Wave di Indonesia dimulai pada saat saluran televisi swasta Indosiar menayangkan drama Korea Endless Love pada tahun 2001 lalu.121 Hal ini menjadi awal mula masuknya dan dikenalnya budaya Korea Selatan bagi masyarakat Indonesia yang sangat antusias dengan Korean Wave, pada tahun 2002 juga Korea Selatan menjadi tuan rumah FIFA World Cup banyak masyarakat Indonesia yang tertarik untuk membuka perhatiannya terhadap Korea Selatan. Sejak ditayangkannya drama Endless Love tersebut, Indosiar selanjutnya menayangkan beberapa

121 https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_acara_Indosiar diakses pada 31/03/2020

Universitas Sumatera Utara 70

drama Korea yang populer pada masanya, yakni Full House, Jewel in the

Palace dan Princess Hours pada awal tahun 2000an.122

Korean Wave sangat diminati oleh masyarakat Indonesia mulai dari

yang muda hingga tua. Korean Wave bukan suatu hal yang dianggap asing

di Indonesia, ini menunjukan bahwa keberhasilan budaya tersebut masuk

dan menyebar di kalangan masyarakat Indonesia. Selain drama, musik dan

film Korea mulai masuk ke Indonesia. Ditandai dengan banyaknya konser

musik dan fan meeting yang diadakan rutin dari artis maupun aktor Korea

Selatan.

Korean Wave berkembang sangat baik di Indonesia, dari segi

konsepsi budaya, budaya populer yang dibawa Korean Wave berada dalam

dimensi konkret yang terwujud dalam artifak-artifak budaya seperti lagu,

drama, film, musik, program televisi, makanan, dan bahasa. Sedangkan

dimensi abstrak yang berupa nilai, norma, kepercayaan, tradisi, dan makna,

terkandung secara tidak langsung dalam artifak budaya tersebut.123

Dengan demikian, berkembangnya Korean Wave di Indonesia

merupakan perwujudan globalisasi dalam dimensi komunikasi dan budaya.

Globalisasi dalam dimensi ini terjadi karena adanya proses mengkreasikan,

menggandakan, menekankan, dan mengintensifikasi pertukaran serta

122 https://keepo.me/lifestyle/5-drama-korea-generasi-pertama-yang-tayang-di-indonesia/ diakses pada 31/03/2020 123 Reza Widi Puspitasari, Skripsi:”Dukungan Pemerintah Korea Selatan Terhadap “Korean Wave” di Indonesia Pada Tahun 2005-2015”, (Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2018), hlm 27

Universitas Sumatera Utara 71

kebergantungan informasi dalam dunia hiburan, dalam hal ini dunia hiburan

Korea Selatan. Kebergantungan ini masih dalam dimensi konkrit.124

Sedangkan perkembangan Korean Wave di Korea Selatan yaitu

negara asal dari kultur tersebut sangat maju. Menurut Alira Vania Putri

Dwipayana, mahasiswa Indonesia lulusan Korea University-Business

School dengan program beasiswa Korean Government Scholarship

Program (KGSP) mengatakan bahwa perkembangan Korean Wave di

Korea Selatan sendiri sangat maju karena warga Korea sendiri sangat

menyukai dan mengonsumsi budaya lokal, hal tersebut ditandai dengan

adanya market untuk Korean Wave itu sendiri.125

Korean Wave is a term now widely used to refer to the popularity of

Korean entertainment and culture across Asia and other parts of the world,

Hallyu or the “Korean Wave” first appeared during the mid-1990s after

Korea entered into diplomatic relations with China in 1992 and Korean TV

dramas and pop music gained great popularity in Chinese-speaking

communities. When one of the first successful TV dramas, What Is Love?

was aired by CCTV in 1997, it had an audience rating of 4.2%, meaning

that over 150 million Chinese viewers watched it.126

Berdasarkan website resmi Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan

Pariwisata Korea Selatan di atas yakni awal mula dikenalnya istilah Korean

124 Ibid, hlm 28 125 Hasil Wawancara dengan Alira Vania Putri Dwipayana, Korea Univesity, melalui - email pada tanggal 09/03/2020 126 http://www.korea.net/AboutKorea/Culture-and-the-Arts/Hallyu diakses pada 31/03/2020

Universitas Sumatera Utara 72

Wave tersebut adalah saat Korea Selatan dan China membuka hubungan diplomatik pada tahun 1992. Pada tahun 1997, drama Korea yang berjudul

What is Love? ditayangkan pertama kali di saluran TV CCTV China yang memiliki rating cukup tinggi yakni 4,2% yang artinya dinikmati lebih dari

150 juta penonton.

Dikutip dari website resmi Kedutaan Besar Republik Korea untuk

Republik Indonesia, musik pop Korea terutama musik tarinya mulai dikenal para remaja Tionghoa setelah diperkenalkan pada awal tahun 1997 oleh program radio bernama Seoul Music Room, di Beijing. Saat menentukan yang membuat budaya pop Korea berkobar di Tiongkok adalah konser boyband bernama H.O.T yang diselenggarakan di Beijing Workers’

Gymnasium, Februari 2000.

Laporan berita Korea memakai istilah Hallyu atau Korean Wave untuk menggambarkan konser ini. Korean Wave dikenal di dalam sebuah artikel terbitan Beijing Youth Daily pada awal November 1999 yang kemudian dikenal oleh masyarakat Korea hingga kini. Korean Wave semakin merambah ke aspek lainnya seperti budaya tradisional Korea, makanan, literatur dan bahasa yang menarik semakin banyak peminat.

Berdasarkan laporan terbaru, terdapat 987 organisasi terkait Korean Wave pada Juli 2013 dengan anggotanya berjumlah 9 juta orang; 234 (sekitar 6,8 juta orang) berada di Asia dan kepulauan Pasifik, 464 (sekitar 1,25 juta

Universitas Sumatera Utara 73

orang) di Amerika, 213 (sekitar 1,17 juta orang) di Eropa dan 76 (sekitar 60

ribu orang) di Afrika dan Timur Tengah.127

After the democratic process initiated, the country started to open

up to outside world. Prosperity levels started to rise. Finally, in 2010 there

was a concerted effort to export Korean cultural products. However, the

real boom came in 2012 with the release of Gangnam Style. When it went

viral of YouTube, people began to wonder about the Korean culture and as

a result of this increased interest Korean culture started to become more

popular.128

Dari penjelasan di atas Korean Wave mulai dikenal luas oleh

masyarakat dunia pada tahun 2010 saat Korea Selatan mulai mengekspor

budayanya sendiri agar dikenal oleh masyarakat dunia. Perkembangan

Korean Wave mulai terlihat pesat saat tren Gangnam Style yang dibawakan

oleh PSY mulai digemari banyak masyarakat, seperti yang dikatakan oleh

Andini Saraswati, mahasiswa Indonesia lulusan Korea University-Jurusan

Media Jurnalisme dan Sastra Inggris, saat tren Gangnam Style meledak

banyak masyarakat dunia mulai tertarik dengan budaya Korea dan budaya

tersebut sangat populer saat ini.129

Korean Wave yang memiliki market tersendiri di Korea Selatan

yang sangat diminati oleh masyarakat Korea maupun internasional yakni K-

127 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do diakses pada 31/03/2020 128 https://www.koreanexplorer.com.sg/articles/reasons-korean-culture-popular/ diakses pada 31/02/2020 129 Hasil Wawancara dengan Andini Saraswati, Korea University, melalui direct messages Instagram pada tanggal 09/03/2020

Universitas Sumatera Utara 74

Pop yang cukup menarik perhatian. K-Pop itu sendiri didominasikan oleh boyband, girlband¸ maupun mix boy-girl group, namun selain terdiri dari grup ada juga penyanyi solo dan band Korea yang tak kalah populernya.

Mereka yang terjun di dunia industri musik Korea sering dikenal sebagai

“idol”. Para idol ini tentunya memiliki karakteristik yang menarik dalam dirinya untuk mendapat perhatian publik, seorang idol harus memiliki wajah yang rupawan, bentuk fisik bagus, tubuh yang proporsional, hal ini juga dijadikan sebagai penyebaran face of Korean Wave itu sendiri.

K-Pop sebagai face of Korean Wave untuk memvisualisasikan kecantikan dan keunikan budaya Korea, setiap idol pastinya memiliki kemampuan vokal dan tari yang sangat baik. Hal ini berdasarkan latihan atau trainee yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Selain itu, banyaknya perusahaan industri hiburan di Korea yang mendorong kepopuleran dari Korean Wave ini. Dalam beberapa tahun terakhir ini saja, sudah banyak sekali idol yang debut, seperti ITZY (2019) yang dibentuk oleh JYP Entertainment, Cherry Bullet (2019) dibentuk oleh FNC

Entertainment, Everglow (2019) dibawah naungan Yuehua Entertainment, dan lainnya.

Big 3 adalah sebutan untuk 3 perusahaan industri hiburan Korea yang sangat besar dan populer di Korea yakni SM Entertainment, JYP

Entertainment dan YG Entertainment. Ketiga agensi ini sangat populer dengan genre musik yang khas dari masing-masing idolnya. Pada tahun

Universitas Sumatera Utara 75

2019 SM Entertainment membuka divisi di Indonesia dengan nama SM

Entertainment Indonesia.

Selain K-Pop, drama Korea tentunya sangat populer di negaranya

sendiri. Para aktor dan aktris pun tak kalah populernya dari idol, para aktor

dan aktris Korea memiliki paras rupawan dan kemampuan akting yang

sangat bagus. Drama korea yang akhir baru saja tamat yaitu Crash Landing

On You yang ditayangkan di tvN mendapat rating penonton di Korea sangat

tinggi yakni 21,6% mengalahkan rating drama Goblin pada tahun 2017

sebesar 20,5% 130 angka tersebut menunjukan bahwa masyarakat Korea

sendiri sangat menyukai dan mengonsumsi budaya negaranya.

Selain itu peran pemerintah Korea Selatan sebagai pengawas dan

pendukung penyebaran Korean Wave. Badan pemerintah yang bertanggung

jawab atas hal ini adalah Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata

Korea Selatan atau Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST) yang

bertanggungjawab dan memiliki wewenang serta tugas dalam penyebaran

kebudayaan Korea Selatan. Selain membentuk badan pemerintah, terdapat

pula kebijakan-kebijakan yang diterapkan guna membantu penyebaran

Korean Wave.131

Over the past decade, Korean popular culture has spread

infectiously throughout the world. The term, “Korean wave,” has been used

to describe this rising popularity of Korean popular culture. The Korean

130 https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20200217101042-220-475257/tamat-rating- drama-crash-landing-on-you-lewati-goblin diakses pada 31/03/2020 131 Reza Widi Puspitasari, op.cit, hlm 19

Universitas Sumatera Utara 76

wave exploded in the media across the world generating a ripple effect. The

Korean government took full advantage of this national phenomenon and

began aiding Korean media industries in exporting Korean pop culture.

This global expansion has contributed to enhancing ’s national

image and its economy and has been seen as a tool for public diplomacy.

The Korean wave has fundamentally changed the perception and overall

national image of South Korea. Initially, the Korean wave was merely a

cultural phenomenon to a specific region; however, the growth and impact

far exceeded expectations by influencing the whole of Asia. Stemming from

a deep-rooted ancient heritage and a powerful cultural grip on its people,

Korea blossomed by developing in prosperity, democracy and liberalism.

Today, Korea is arguably one of the greatest national success stories of the

20th century.132

Saat ini Korean Wave populer di Korea bahkan di seluruh dunia, dari

hal ini Pemerintah Korea mengambil kesempatan dari fenomena Korean

Wave untuk membantu dan membangun industri media di Korea dalam hal

mengekspor budaya Korea. Perkembangan Korean Wave di Korea telah

berkontribusi untuk meningkatkan citra nasional Korea Selatan mulai dari

ekonomi dan Korean Wave dijadikan sebagai alat untuk diplomasi publik

yang menguntungkan bagi Korea Selatan. Awalnya Korean Wave sebuah

fenomena budaya di wilayah tertentu saja, namun pertumbuhan dan

perkembangannya jauh melebihi harapan dengan memengaruhi seluruh

132 Sue Jin Lee, ”The Korean Wave: The Seoul of Asia”, Vol. 2 No. 1, Spring 2011, hlm 85, 91

Universitas Sumatera Utara 77

dunia. Fenomena dari Korean Wave dapat dikatakan sebagai kisah sukses nasional terbesar saat ini di Korea Selatan.

Universitas Sumatera Utara

BAB III

IMPLEMENTASI TENTANG KOREAN WAVE DI INDONESIA

A. Awal Masuk Korean Wave di Indonesia

Seperti yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya bahwa awal mula masuknya Korean Wave di Indonesia pada awal tahun 2000an dengan ditayangkannya drama-drama populer pada masanya, seperti Endless Love, Full

House, Jewel in the Palace, Princess Hours, Boys Before Flower, dan lainnya.

Drama-drama tersebut yang menjadi awal mula ketertarikan masyarakat

Indonesia dengan Korea Selatan. Alur cerita dalam drama-drama tersebut sangat kompleks namun disajikan secara singkat dan cerita yang ditampilkan sangat dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan begitu masyarakat menikmati alur cerita dengan mudah. Selain itu, dalam drama Korea tersebut juga menampilkan latar kehidupan Korea Selatan seperti tempat wisatanya, kuliner khas Korea Selatan, serta penggunaan pakaian tradisional

Korea Selatan yaitu Hanbok yang dipakai dalam drama kerajaan seperti dalam drama Jewel in the Palace. Sehingga masyarakat Indonesia yang menonton drama-drama tersebut tidak hanya tertarik dengan alur cerita di dalamnya tetapi juga tertarik dengan Korea Selatan keseluruhan.

Setelah sukses menarik perhatian masyarakat Indonesia dengan menyuguhkan drama-drama populer Korea Selatan, pada tahun 2011 saluran televisi Indosiar kembali menarik perhatian masyarakat Indonesia dengan menayangkan program musik Korea Selatan yakni Music Bank yang tayang

78

Universitas Sumatera Utara 79

setiap akhir pekan di hari Minggu. Acara program Music Bank ini menayangkan

chart atau penampilan dari idol yang sedang mempromosikan lagu terbaru

mereka. Dari sini masyarakat Indonesia mulai tertarik dengan musik Korea

Selatan, hingga mempelajari dance atau tarian yang dibawakan oleh idol.

Sehingga, mulailah tren dance cover ini mulai digemari oleh masyarakat

terutama remaja yakni menirukan gaya tarian dari idol mereka.

Menurut Alira, masuknya Korean Wave ke Indonesia ditandai dengan

meredupnya Taiwan Wave di Indonesia. Kemudian, Andini mengatakan bahwa

merebaknya music video dari idol Korea Selatan di internet yang semakin

mudah mengenal Korean Wave. K-Pop adalah produk dari Korean Wave yang

sangat diminati oleh kalangan muda, khususnya remaja berusia 10-17 tahun,

dengan suksesnya K-Pop di Indonesia ditunjukkan dengan diadakannya konser

musik artis asal Korea Selatan tersebut. Karena saat ia tidak sengaja menonton

music video dari boyband asal Korea Selatan yaitu Super Junior dan SHINee,

pada saat itulah dirinya tertarik dengan K-Pop. Berawal dari K-Pop juga Andini

memilih Korea Selatan sebagai negara tujuan dalam menempuh pendidikan

perguruan tinggi karena ia melihat potensi Korea Selatan dalam hal

entertainment, mulai dari media dan juga perfilmannya.133

Tahun 2012 adalah puncaknya Korean Wave, dimana lagu PSY yang

berjudul Gangnam Style sukses menyemarakkan seluruh dunia. Music videonya

ditonton sebanyak 2 miliar pada tahun itu dan mencetak rekor untuk pertama

kali di sejarah Youtube. Lagu Gangnam Style menempati urutan kedua selama

133 Hasil Wawancara dengan Alira Vania Putri Dwipayana dan Andini Saraswati, Korea University, melalui email dan direct messages Instagram pada tanggal 09/03/2020

Universitas Sumatera Utara 80

7 minggu secara berturut-turut di single chart Billborad Amerika Serikat tahun

2012, serta menempati posisi pertama di single chart Inggris. Lagu ini menjadi

lagu hit yang paling banyak dicintai masyarakat dunia dan K-Pop juga menjadi

merek tersendiri yang khas. Korean Wave yang dimulai dengan drama dan K-

Pop membuat masyarakat dunia ingin mengetahui Korea Selatan dan

memperoleh perhatian terhadap segala jenis budaya Korea. Hal ini merambat

luas ke fashion, kuliner, bahasa Korea, film dan lainnya.134 Di Indonesia pun

terkena fenomena Korean Wave hingga sekarang, banyak masyarakat yang

sudah terbiasa dengan budaya Korea Selatan ini. Jadi Korean Wave di Indonesia

bukanlah suatu hal yang baru dan asing bagi masyarakat.

Masuk dan berkembangnya Korean Wave di Indonesia terbilang cukup

sukses karena Korean Wave sendiri memiliki beberapa produk yang sangat

diminati banyak masyarakat Indonesia, seperti drama, film, musik, makanan

hingga make up dan skincare bagi kaum perempuan. Seperti yang sudah

dijelaskan dalam bab sebelumnya, bahwa drama Korea lah yang menjadi

gerbang masuknya Korean Wave di Indonesia, setelah itu K-pop.

1. Drama

Drama Korea terbilang cukup sukses menjadi gerbang pembuka

jalan fenomena Korean Wave di Indonesia hingga saat ini drama Korea

sangat diminati oleh masyarakat. Drama Korea biasanya dikemas dalam 16

hingga 25 episode, hal ini yang membuat ketertarikan dari drama Korea,

134 http://world.kbs.co.kr/service/contents_view-PengaruhBudayaKorea diakses pada tanggal 01/04/2020

Universitas Sumatera Utara 81

alur cerita yang disuguhkan memberikan kesan di setiap episodenya, dengan bertemakan keluarga atau kisah cinta kehidupan remaja yang diberi berbagai konflik sehingga menimbulkan klimaks dan berakhir dengan bahagia namun tak jarang berakhir dengan akhir yang pahit.

Tidak hanya bertemakan keluarga atau kisah cinta, drama Korea menawarkan hal-hal baru yang dikemas dengan menarik juga. Tema kerajaan, kriminal, misteri hingga komedi menjadi penawaran yang bagus untuk ditonton sehingga tidak begitu berat dan menyenangkan. Latar tempat yang bagus menayangkan kehidupan Korea Selatan yang modern, tertib dan indah. Dalam drama Korea juga sering diperlihatkan makanan khas dari

Korea Selatan yang menggugah selera saat menontonnya. Hal-hal ini yang menarik antusiasme dari penonton Indonesia, selain alur cerita yang menarik dan juga pemain drama yang sangat menawan sehingga sangat disayangkan jika melewatkan setiap episodenya.

Kim Youna mengatakan dalam tulisannya yang berjudul Rising East

Asia ‘Wave’: Korean Media Go Global, drama Korea menjadi sangat populer jika dibandingkan dengan program televisi asing lainnya yakni karena disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan drama Korea sangat populer. Pertama, alur cerita yang terbilang lebih emosional dengan sentuhan sisi romantisme. Kedua, penonton remaja lebih tertarik dengan cerita yang terlihat nyata dengan kehidupan sehari-hari, maka dari itu biasanya drama Korea mencerita kehidupan keluarga kelas menengah dalam strata sosial. Ketiga, latar belakang cerita yang didominasi dengan

Universitas Sumatera Utara 82

gambaran kehidupan modern dan kehidupan tradisional. Poin ketiga ini

dapat dilihat dari beberapa drama Korea seperti Queen In-Hyun Man, The

King Two Hearts, Princess Hours, dan lainnya. Yang terakhir adalah tidak

hanya menyuguhkan kehidupan modern namun juga mengandung unsur

sejarah dan nilai moral yang tinggi. Salah satu ciri khasnya yakni

terkandung nilai moral ajaran Konfusius dalam setiap cerita. Misalnya

dalam drama The Birth of A Family yang bercerita tentang nilai-nilai

kebaikan dan sebuah ikatan kekeluargaan.135

2. Musik

Setelah drama Korea sukses di tanah air, produk Korean Wave

selanjutnya yang mengepakkan sayapnya yaitu K-Pop. K-Pop juga sukses

menark perhatian masyarakat karena K-Pop sendiri memiliki ciri khas yang

berbeda dari lainnya. Pertama, penyanyi didominasi dalam bentuk grup

seperti boyband dan girlband. Pembawa tongkat kesuksesan Korean Wave

dalam bentuk K-Pop yakni grup Super Junior, TVXQ, Big Bang, SHINee,

2NE1, SNSD kemudian yang fenomena yaitu penyanyi solo PSY yang

membawakan hit dan tren Gangnam Style. Kedua, selain bernyanyi para

idol ini juga menampilkan tarian yang menjadi ciri khas K-Pop. Ketiga,

bentuk badan yang proporsional dan juga wajah rupawan yang menjadi daya

tarik tersendiri dalam K-Pop. Keempat, K-Pop yang berasal dari musik

tradisional memiliki nilai jual lebih sekaligus menjadi karakteristik yang

135 Kim Youna, Rising East Asia ‘Wave’: Korean Media Go Global, in Thussu, Daya (ed). Media on the Move: Global Flow and Contra Flow, (London: Routledge, 2006), pp. 135-152, hlm 142

Universitas Sumatera Utara 83

membedakan dengan musik lainnya. Kelima, lirik lagu yang memiliki

makna mendalam walaupun beat lagu terdengar cepat dan riang namun lirik

tidak berkata demikian, seperti lagu You Were Beautiful yang dibawakan

oleh grup band Day6.

Suksesnya K-Pop ditandai dengan adanya fandom atau fanbase yaitu

kelompok khusus bagi penggemar grup musik, penyanyi solo maupun band

asal Korea Selatan. Di Indonesia sendiri sudah banyak fandom yang

terbentuk, misalnya di Medan sendiri ada My Day Medan, kelompok

penggemar band Day6.

3. Produk Kecantikan

Selain drama dan musik Korea, yang menarik perhatian masyarakat

terkhususnya bagi kaum perempuan yaitu pemain drama maupun idol

perempuan yang memiliki wajah yang mulus, bersinar serta putih. Melihat

fenomena ini sebuah merek produk kecantikan, Sarange, resmi memasuki

pasar Indonesia dan sekaligus memboyong 2009, Jooa Lee,

dalam acara peluncuran Triple Crown BB Cream.136 Tentunya bagi

perempuan penampilan nomor satu, para selebriti Korea yang memiliki

wajah yang putih dan mulus sangat mempesona sehingga hal ini

dimanfaatkan untuk mengenalkan produk kecantikan di Indonesia. Klaim

utama dari produk kecantikan Korea yakni putih, mulus serta glowing, dan

tak lupa produk anti aging mereka yang sangat ampuh untuk melawan

136 https://lifestyle.kompas.com/read/2014/09/07/230659320/Ini.Dia.Produk.Kosmetik.Pertama.Korea .yang.Masuk.Indonesia diakses pada 01/04/2020

Universitas Sumatera Utara 84

penuaan dini. Selain itu make up Korea pun sangat banyak diminati seperti

liptint dengan warna khas merah buah ceri dan eyeshadow kerlap kerlip

yang menawan. Dan make up look yang terlihat natural dan flawless.

4. Kuliner

Bagi penggemar drama Korea pasti sudah tak asing lagi dengan

penampakan dari makanan serta kuliner khas dari Korea Selatan. Hal ini

yang sering ditampilkan dalam adegan drama tersebut yang secara sengaja

maupun tidak menampilkan makanan yang menggugah selera. Sehingga

para penonton mulai penasaran dan bertanya-tanya bagaimana rasa dari

makanan tersebut. Makanan yang sering ditampilkan dalam drama yaitu

seperti ramyeon, tteokbokki, bibimbap, eomukguk, bingsoo, jjajangmyeon,

kimchi, dan lainnya. Biasanya makanan Korea terkenal dengan ciri khas

merah merona karena setiap makanan menggunakan pasta cabai yaitu

gochujang, bubuk cabai serta rasa asam yang segar. Akibat dari Korean

Wave di Indonesia sudah banyak restoran yang menyediakan masakan

Korea dan menjual makanan khas maupun snack asal Korea Selatan.

B. Dampak Positif dan Negatif Masuknya Korean Wave di Indonesia

1. Dampak Positif Masuknya Korean Wave di Indonesia

Masuknya Korean Wave di Indonesia dapat memberikan dampak

positif dan negatif. Dampak positif dari suatu kebudayaan yang masuk ke

suatu negara dapat memberikan pengetahuan terbaru. Korea Selatan

termasuk negara yang maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

lebih maju dibandingkan dengan Indonesia. Dengan masuknya Korean

Universitas Sumatera Utara 85

Wave di Indonesia, masyarakat Indonesia tertarik untuk mempelajari budaya dan bahasa Korea, menghargai setiap perbedaan dari budaya dan bahasa baru. Bagi pelajar dan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan negara lain selain Indonesia. Meningkatkan rasa solidaritas antar bangsa di berbagai negara.

Dilihat dari kehidupan Korea Selatan yang masyarakatnya sangat bekerja keras dan semangat dalam segala hal contohnya sebelum idol debut menjadi seorang artis K-Pop dirinya di-training selama beberapa tahun bahkan memakan waktu yang cukup lama hingga 7 tahun agar dapat debut menjadi seorang artis. Dari hal ini tercermin bahwa kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Korean Wave dapat memotivasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas diri, bekerja lebih keras, mengeksplor bakat dan kemampuan diri.

Saat ini perkembangan dari Korean Wave di Indonesia sangat sukses, bisa dilihat dari diadakannya konser, fan meeting, maupun fan sign dari idol dan pemain drama Korea Selatan. Hal ini juga dapat menambah devisa negara Indonesia, selain itu secara tidak langsung dengan datangnya para artis tersebut ke Indonesia dapat dijadikan ajang untuk mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Indonesia, Bali menjadi tujuan utama bagi para artis Korea Selatan untuk berwisata.

Fandom dari sebuah grup atau artis Korea biasanya cukup besar dan mempunyai anggota yang tidak sedikit serta tinggi rasa solidaritas sesama anggota. Dengan tergabungnya dalam suatu fandom maka dapat menambah

Universitas Sumatera Utara 86

teman baru dan juga koneksi yang luas. Fandom juga tersebar di berbagai

negara, maka dari itu tidak hanya mendapat teman baru yang sebangsa

namun juga mendapat teman baru dari berbagai negara lainnya.

Selain itu, dengan masuknya Korean Wave di Indonesia dapat

mempererat hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan.

Tak hanya itu, hubungan bilateral maupun multilateral meningkat dan

semakin kuat. Seperti diadakannya Korea Indonesia Film Festival (KIFF)

setiap bulan Oktober oleh Korean Cultural Center Indonesia.

Alira mengatakan bahwa dampak positifnya tentu hiburan yang

cukup mendidik (dalam banyak aspek). Korea sangat maju soal produksi,

sinematografi, marketing dan berbagai hal lainnya. Ini semua bisa dipelajari

awam dan professional. Korean Wave juga meningkatkan ekonomi kedua

negara. Singkatnya, masyarakat harus spending agar ekonomi berputar, this

works. Lalu, soal diplomasi budaya, tidak hanya Korean Wave masuk ke

Indonesia, meningkatnya porsi pasar Indonesia juga membuat Korea mau

tidak mau mempelajari dinamika budaya dan market Indonesia. Minor effect

dari Korean Wave adalah lulusan Korea seperti Alira menjadi mudah

mendapatkan kesempatan kerja.137

Sedangkan menurut Andini dampak positifnya masyarakat

Indonesia jadi lebih terbuka pikirannya dan jadi lebih menghargai budaya

negara lain. Bahkan banyak yang termotivasi untuk belajar bahasa asing dan

137 Hasil Wawancara dengan Alira Vania Putri Dwipayana, Korea University, melalui email pada tanggal 09/03/2020

Universitas Sumatera Utara 87

pergi mencari edukasi ke negara lain karena Korean Wave ini, lalu ia juga

berharap agar Indonesia bisa maju juga seperti negara pembawa fenomena

Korean Wave ini.138 Sama seperti Anafi Nur’aini, Sekretaris Persatuan

Pelajar Indonesia di Korea (PERPIKA), mahasiswi semester 5 Kumoh

National Institute of Technology jurusan IT Convergenve Engineering

dengan program beasiswa dari supervisor dan 50% tuition fee dari kampus

tersebut mengatakan bahwa dampak positif masuknya Korean Wave di

Indonesia adalah anak-anak muda memiliki semangat untuk belajar bahasa

asing khususnya Bahasa Korea, dan mungkin beberapa dari mereka semakin

semangat untuk bisa belajar lebih dan bisa menempuh pendidikan di

Korea.139

2. Dampak Negatif Masuknya Korean Wave di Indonesia

Segala sesuatu dalam dunia ini memiliki dua sisi, positif dan negatif.

Masuknya Korean Wave di Indonesia pasti juga membawa dampak negatif

terhadap masyarakat yang mudah terbawa oleh arus globalisasi. Pengaruh

globalisasi dapat mempengaruhi dan menyaingi budaya lokal karena budaya

asing yang masuk ke Indonesia, salah satunya adalah Korean Wave. Dalam

hal ini yang paling berpotensi mendapat dampak negatif yaitu remaja yang

masih belum bisa berpikiran dewasa dan sangat mudah mengikuti suatu arus

budaya.

138 Hasil Wawancara dengan Andini Saraswati, Korea University, melalui direct messages Instagram pada tanggal 09/03/2020 139 Hasil Wawancara dengan Anafi Nur’aini, Kumoh National Institute of Technology, melalui WhatsApp pada tanggal 01/04/2020

Universitas Sumatera Utara 88

Dampak negatif yang pertama yaitu lunturnya budaya Indonesia dan

berkurangnya minat terhadap budaya sendiri. Fenomena Korean Wave di

Indonesia bukanlah hal yang baru, masyarakat sudah sangat terbiasa dengan

budaya Korea. Akibat dari adanya fenomena Korean Wave menimbulkan

efek luar biasa yang kian menjalar dan secara continue akan mengikis minat

untuk mempelajari kultur budaya di negeri sendiri. Jika hal ini berlangsung

secara terus-menerus, tentunya akan dapat menimbulkan kebingungan

identitas diri pada remaja Indonesia.140 Bagi pelajar yang terlalu fanatik

terhadap idol mereka juga mengakibatkan menurunnya minat belajar dan

berpengaruh terhadap prestasi di sekolahnya karena ia hanya memikirkan

idolnya saja, mengikuti perkembangan idolnya, menonton konser,

streaming music video dan hal-hal lainnya yang sangat tidak

menguntungkan baginya.

Semakin berkembangnya Korean Wave di Indonesia menjadikan

kemungkinan plagiarisme atau peniruan semakin besar. Selain itu kegiatan

plagiarisme juga memberikan dampak negatif bagi plagiatnya. Mereka

menjadi tidak kreatif dan tidak bisa berkreasi sendiri, hal ini dapat

menjadikan seorang plagiat menjadi orang yang malas. Sedangkan dapat

kita lihat pada kenyataan yang terjadi di Indonesia, banyak boyband dan

juga girlband yang banyak bermunculan di layar kaca. Jika hal ini terus

140 Kiki Zakiah, Dian Widya Putri, dkk, “Menjadi Korean di Indonesia: Mekanisme Perubahan Budaya Indonesia-Korea”, Vol 12 (1), Juni 2019, hlm 98

Universitas Sumatera Utara 89

berlanjut, aliran musik Indonesia dapat berganti menjadi seperti musik

Korea dan dapat melunturkan musik asli Indonesia.141

Jika fandom membawa dampak positif dengan menambah teman,

koneksi dan juga rasa solidaritas, fandom juga dapat membawa dampak

negatif, yaitu munculnya fanwar. Fanwar adalah suatu istilah dalam dunia

K-Pop yang berarti para penggemar dari beberapa fandom melakukan

pertengkaran dan beradu argumen untuk menunjukkan bahwa arti atau grup

salah satunya adalah yang terbaik dari segalanya. Pertengkaran ini biasanya

dimulai dengan hal-hal sepele, seperti siapa yang lebih layak dalam

menerima penghargaan di acara musik. Fanwar dapat memicu kekerasan,

bullying¸ menyebarkan hoax, ujaran kebencian dan yang paling parah

adalah ancaman pembunuhan.

Alira mengatakan bahwa budaya fandom ini mendoktrin sense of

belonging yang berlebihan, para penggemarnya tidak segan-segan akan

melakukan apa saja demi idolanya terlihat baik di mata publik. Andini juga

mengatakan terciptanya fans yang fanatik, terlalu mendewa-dewakan Korea

(bukan hanya idolanya saja). Tidak memikirkan Indonesia sama sekali

malah menjelek-jelekan Indonesia. 142 Inilah hal teburuk dari masuknya

Korean Wave di Indonesia, apalagi kebanyakan dari fan fanatik tersebut

141 https://www.liputan6.com/citizen6/read/479145/positif-negatif-tren-hallyu-di- indonesia diakses pada tanggal 02/04/2020 142 Hasil Wawancara dengan Alira Vania Putri Dwipayana dan Andini Saraswati, Korea University, pada tanggal 10/03/2020

Universitas Sumatera Utara 90

adalah remaja yang terbilang masih labil, masih mencari jati diri dan belum

berpikiran dewasa dalam menghadapi suatu persoalan.

Selain itu Korean Wave juga membawa dampak budaya

konsumerisme, menjadikan seseorang atau kelompok yang menjalankan

proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara

berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal

tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga

ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan.143

Masyarakat menjadi konsumtif khususnya bagi fans fanatik, mereka akan

membeli barang-barang yang berkaitan dengan artisnya, terlepas dari itu

berguna atau tidak bagi dirinya, kemudian tujuan akhirnya untuk konsumsi

lebih banyak lagi hiburan dari artis tersebut. Anafi memperhatikan bahwa

bagi fans fanatik artis atau apapun yang bernuansa Korea, mereka tak segan

menghabiskan uangnya untuk mendukung artis tersebut.144 Ini juga dapat

menjadi perilaku hidup yang boros yang akan merugikan diri sendiri.

Rasa fanatisme para remaja Indonesia terhadap budaya Korea

menyebabkan remaja Indonesia lebih lebih tertarik untuk mempelajari

kebudayaan Korea seperti dance, bahasa Korea, dan sebagainya

dibandingkan mempelajari kebudayaan Indonesia seperti tari-tari

tradisional Indonesia dan sebagainya. Masyarakat Indonesia cenderung

lebih menyukai produk Korea. rasa cinta dan kebanggaan terhadap budaya

143 https://id.wikipedia.org/wiki/Konsumerisme diakses pada tanggal 02/04/2020 144 Hasil Wawancara dengan Anafi Nur’aini, Kumoh National Institute of Technology, pada tanggal 01/04/2020

Universitas Sumatera Utara 91

Indonesia sendiri. Hal tersebut kemudian terinternalisasi dalam kehidupan

remaja yang sangat berhubungan dengan perkembangan identitas diri

mereka. Internalisasi ini terlihat dari bagaimana mereka meniru gaya busana

(fashion), potongan rambut, lagu favorit bahkan logat bicara. Mereka juga

terlalu mendewa-dewakan produk Korea tersebut dan menganggap bahwa

produk Indonesia tidak ada apa-apanya.145

C. Upaya yang Dapat Dilakukan Pemerintah Indonesia Terhadap Masuknya Kultur Korean Wave di Indonesia

Globalisasi harus dipahami sebagai suatu gelombang yang melanda

dunia dalam hal interaksi yang menghubungkan seluruh aktivitas manusia

satu dengan lainnya. Meningkatnya interdependensi (saling

ketergantungan) tidak lagi dibatasi oleh batas-batas wilayah negara, sebagai

hasil hilangnya penghalang ruang dan waktu. Bukan saja ekonomi yang

mengalami globalisasi, kebudayan-kebudayaan kuno pun mulai digoncang

oleh banjir informasi yang memasuki pikiran manusia dengan begitu deras

sebagai akibat dari kemajuan teknologi yang sangat cepat.146

Masuknya Korean Wave di Indonesia merupakan suatu contoh nyata

globalisasi. Globalisasi pada dasarnya merupakan suatu proses menjadi

global, mendunia, menyatu atau kesalingterhubungan antarnegara, sebagai

akibat dari perkembangan teknologi informasi, akibatnya tercipta suatu

kebudayaan dunia yang homogen namun saling tergantung satu sama lain.

145 Kiki Zakiah, Dian Widya Putri, dkk, loc.cit. 146 Yves Brunsvick dan Andre Danzin, Lahirnya Sebuah Peradaban: Goncangan Globalisasi, Terj. PeMad, (Yogyakarta: Kanisius, 2005), hlm 15

Universitas Sumatera Utara 92

147 Globalisasi sulit untuk dikendalikan, terutama karena cepatnya informasi

berkembang ke seluruh belahan dunia, maka dunia menjadi sempit, ruang

dan waktu menjadi sangat relatif. Dinding pembatas antarbangsa menjadi

semakin terbuka bahkan mulai hanyut oleh arus perubahan.148

Pemerintah Indonesia memiliki kewajiban ganda, pertama yaitu

melestarikan warisan budaya bangsa dan kedua membangun kebudayaan

nasional yang modern. Pemerintah Indonesia diharapkan dapat membentuk

masyarakat yang mampu membangun dirinya sederajat dengan bangsa lain

dan tangguh menghadapi tantangan kemerosotan mutu lingkungan hidup

akibat arus ilmu dan teknologi modern ataupun tren global yang membawa

daya Tarik kuat kearah pola hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai

luhur bangsa.149

Tentunya dalam hal melestarikan warisan budaya Indonesia,

Pemerintah memerlukan masyarakat untuk dapat menjalan upaya ini.

Masyarakat harus paham bahwa Korean Wave adalah suatu fenomena yang

hanya masuk ke Indonesia bukan sebagai pembentuk identitas diri yang

baru. Masyarakat harusnya mampu mendongkrak budaya Indonesia agar

tidak luntur dan mampu bersaing dengan Korean Wave, Indonesia sangat

kaya akan keberagaman budaya, budaya Indonesia pun tak kalah hebatnya

dengan Korean Wave. Hanya saja media atau aktor budaya Indonesia

kurang diminati oleh masyarakat. Pemerintah Indonesia harus

147 Nengah Bawa Atmadja, Ajeg Bali: Gerakan, Identitas Kultural dan Globalisasi, (Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang, 2013), hlm 19 148 Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi, op.cit hlm 62 149 Ibid,

Universitas Sumatera Utara 93

mengembangkan kebudayaan itu turut mengikutsertakan remaja Indonesia,

agar mereka bangga akan budaya sendiri dan tidak membanggakan budaya

milik negara lain secara berlebihan.

Pemerintah Indonesia harus menuntut masyarakat memiliki nilai-

nilai dan keterampilan sosial (the social values and skills) yang dapat

mendorong sarana beradaptasi dengan perubahan atau arus globalisasi

dalam kehidupan masyarakat. Pemerintah Indonesia harus mampu

mendorong masyarakat untuk melestarikan, menunjukkan dan mencintai

budaya kita sendiri dan bangga akan produk lokal Indonesia. Pemerintah

Indonesia harus mampu untuk membangun masyarakat yang kaya akan

budaya sendiri di tengah-tengah perkembangan Korean Wave di Indonesia,

peran lembaga pendidikan sangat penting untuk menggali ilmu pengetahuan

dan teknologi melalui pelestarian nilai-nilai dan moral bangsa Indonesia.

Dalam hal ini pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di

Seoul secara aktif melakukan promosi seni dan budaya Indonesia ke

berbagai kalangan di Republik Korea, seperti Indonesian Day di sekolah

dan museum, pembukaan kelas gamelan untuk masyarakat Republik Korea,

kelas Bahasa Indonesia di KBRI Seoul dan institusi-institusi di Republik

Korea, mengikuti festival atau pameran budaya termasuk kuliner dan

pariwisata.150 Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan membangun

150 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020

Universitas Sumatera Utara 94

kebudayaan nasional yang modern dan mampu bersaing dengan masuknya

Korean Wave di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP KERJA SAMA

ANTARA INDONESIA DENGAN KOREA SELATAN

A. Perkembangan Kerja Sama Antara Indonesia dengan Korea Selatan

Hubungan kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan sudah

terjalin sejak terbukanya hubungan diplomatik kedua negara tersebut pada

tahun 1973. Hubungan tingkat konsulat lebih dulu terbuka pada Agustus

1966. Kedua negara terus berupaya meningkatkan hubungan dan kerja sama

baik secara bilateral, regional maupun multilateral. Korea Selatan salah satu

negara yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia karena hubungan

diplomatik maupun hubungan bilateral kedua negara ini berlangsung sangat

baik dan mengalami peningkatan dalam setiap kerja sama yang disetujui.

Indonesia dan Korea Selatan mempunyai hubungan yang saling

melengkapi, kedua negara ini berupaya untuk saling mengisi satu sama lain.

Indonesia memerlukan modal atau investasi, teknologi serta produk-produk

teknologi. Dengan ini Korea Selatan berpotensi besar dalam menawarkan

peluang yang baik sebagai sumber modal atau investasi, menjadi alternatif

sumber teknologi khusunya di bidang heavy industry, information

technology, dan telekomunikasi. Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi

yang sehat dalam beberapa dekade terakhir memberikan peluang pasar yang

sangat besar, sumber alam dan mineral serta tenaga kerja.

95

Universitas Sumatera Utara 96

Bila kedua negara menjalin hubungan kerjasama maka akan

menghasilkan keuntungan bagi kedua negara. Dimana Korea Selatan

merupakan negara yang terus berinovasi dalam kemajuan teknologi dan

informasi, sumber daya manusia juga manajemen yang berkualitas dan

industri maju. Sedangkan Indonesia merupakan negara dengan kekayaan

yang melimpah, pasar domestik yang besar dan strategis, juga sumber daya

manusia yang sedang berkembang, stabilitas politik (yang relatif rendah),

dan upah kerja yang tergolong rendah.151

Kemudian, hubungan kedua negara terutama dalam aspek ekonomi

semakin intens dilaksanakan setelah ditandatanganinya deklarasi bersama

pembentukan kemitraan strategis (Joint Declaration on Strategic

Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 21st Century)

di Jakarta pada tanggal 4-5 Desember 2006. Joint declaration tersebut

meliputi 3 pilar kerjasama, yaitu: kerjasama politik dan keamanan;

kerjasama ekonomi, perdagangan dan investasi; serta kerjasama sosial

budaya. Joint declaration tersebut mendorong kedua negara untuk lebih

mempererat persahabatan dan menciptakan kerjasama yang lebih kongkrit.

Sejak saat itu, tren investasi dan perdagangan antara kedua negara terus

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.152

Hubungan dan kerja sama bilateral memasuki babak baru pada

kunjungan kenegaraan Presiden Moon Jae-in ke Indonesia tanggal 8-10

151 https://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177 diakses pada 02/04/2020 152 Muh. Nizar Syarief, op.cit, hlm 2

Universitas Sumatera Utara 97

November 2017. Melalui “Republic of Korea-Republic of Indonesia Joint

Vision Statement for Co-Prosperity and Peace" kedua pemimpin negara

sepakat untuk meningkatkan status kemitraan menjadi special strategic

partnership, dengan fokus kerja sama pada empat area, yaitu: pertahanan

dan hubungan luar negeri, perdagangan bilateral dan pembangunan

infrastruktur, people-to-people exchanges, dan kerja sama regional dan

global. Eratnya hubungan dan kerja sama bilateral tersebut antara lain

didukung oleh sifat komplementaritas sumber daya dan keunggulan yang

dimiliki masing-masing disamping proses kemajuan ekonomi dan politik

kedua negara yang sangat baik yang membuka peluang kerja sama di

berbagai sektor semakin terbuka lebar. Selain itu, kedua negara juga secara

aktif saling mendukung di berbagai forum-forum baik regional maupun

internasional seperti pencalonan-pencalonan pada organisasi

internasional.153

Dari segi investasi hubungan kedua negara sangat mendalam.

Indonesia adalah negara tujuan penanaman modal asing yang pertama

dalam sejarah Korea Selatan. Pada tahun 2010, dilaporkan bahwa investasi

Korea Selatan tercatat lebih dari 1.778 juta dolar AS dan Pada tahun 2012

jumlah investasi Korea Selatan tercatat sebanyak 752 juta dollar AS.154

Korea Selatan tercatat sebagai investor kelima terbesar di Indonesia melalui

berbagai investasi di sektor manufaktur dasar, seperti baja dan petrokimia.

Pengembangan investasi di sektor tersebut dinilai dapat memperdalam

153 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020 154 Je Seong Jeon dan Yuwanto, op.cit¸ hlm 15

Universitas Sumatera Utara 98

struktur manufaktur nasional. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto

mengatakan bahwa pemerintah tengah mendorong peningkatan investasi

dari Negeri Ginseng melalui berbagai kebijakan, seperti tax holiday.

Penguatan kemitraan kedua negara, menurutnya, dapat saling

menguntungkan. Indonesia-Korea Business and Investment Forum 2018

sekaligus peringatan hubungan diplomatik kedua negara yang telah terjalin

baik selama 45 tahun, mencatat enam perusahaan Negeri Ginseng yang

berkomitmen berinvestasi di Indonesia dengan total nilai US$446 juta.155

Pertama, LS Cable & System yang bermitra dengan PT Artha Metal

Sinergi untuk pengembangan sektor industri kabel listrik senilai US$50 juta

di Karawang, Jawa Barat. Kedua, Parkland menggelontorkan dana sebesar

US$75 juta untuk membangun industri alas kaki di Pati, Jawa Tengah.

Ketiga, Sae-A Trading menanamkan modalnya hingga US$36 juta untuk

sektor tekstil dan garmen di Tegal, Jawa Tengah. Keempat, Taekwang

Industrial akan membangun industri alas kaki senilai US$100 juta di Subang

dan Bandung, Jawa Barat. Kelima, World Power Tech dengan mitra

lokalnya PT NW Industries berinvestasi sebesar US$85 juta untuk

pengembangan industri manufaktur turbin dan boiler di Bekasi, Jawa Barat.

Keenam, InterVest dengan Kejora Ventures menamamkan modalnya

US$100 juta untuk jasa pembiayaan startup (modal ventura) di DKI

Jakarta.156

155 https://kemenperin.go.id/artikel/20371/Investasi-Korea-Selatan-Dipacu diakses pada tanggal 02/04/2020 156 https://kemenperin.go.id/artikel/20371/Investasi-Korea-Selatan-Dipacu diakses pada tanggal 02/04/2020

Universitas Sumatera Utara 99

Presiden Moon Jae-in menetapkan kebijakan New Southern Policy

yang mengarah pada peningkatan hubungan Korea Selatan dengan negara-

negara ASEAN dan India. Dalam konteks implementasi kebijakan New

Southern Policy, perkembangan penting yang dicatat adalah kunjungan

pertama Presiden Moon ke luar negeri pada bulan November 2017 adalah

ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut, Presiden Moon Jae-in dan

Presiden Joko Widodo sepakat untuk meningkatkan status hubungan kedua

negara menjadi “Special Strategic Partnership" yang dilandaskan pada

semangat kesamaan prinsip dan nilai-nilai demokrasi, HAM, dan ekonomi

terbuka. Kedua pemimpin juga sepakat bahwa kemitraan kedua negara

bukanlah sekedar hubungan transaksional tetapi harus dilandasi semangat

saling membantu.157

Korea Selatan merupakan salah satu negara sumber investasi yang

strategis bagi Indonesia dan hal tersebut juga turut didukung dengan statistik

yang menunjukkan bahwa Indonesia juga merupakan salah satu tujuan

investasi Korea yang penting di luar negeri, dengan nilai investasi sebesar

USD 8,5 milyar. Dari data statistik, Indonesia menempati urutan ke-2

setelah Vietnam di antara 8 negara ASEAN (19.10%) dan ke-3 dari 91

negara tujuan investasi Korea di dunia (7.47%). Berdasarkan total nilai

realisasi investasi selama periode tahun 2012 – semester I 2018, Korea

menduduki urutan ke-4 dari 144 negara penyumbang investasi asing

langsung (foreign direct investment/ FDI) di Indonesia, di luar sektor hulu

157 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020

Universitas Sumatera Utara 100

migas dan keuangan. Mengacu kepada data BKPM sampai dengan triwulan

III 2018 tercatat 2.160 proyek dari Korea Selatan telah terealiasi dengan

nilai realisasi investasi sebesar US$ 1.370,08 juta, atau naik US$ 3,5 juta

dari periode yang sama di tahun 2017.158

Kerja sama di antara kedua pemerintah dilaksanakan secara

multidimensi dalam berbagai bidang, seperti perdagangan, investasi, energi,

sumber mineral, infrastruktur, pembangunan, teknologi informasi,

pertanian, perikanan, kehutanan, ketenagakerjaan, perjalanan wisata, kajian

teknologi, pencegahan korupsi, pencegahan terorisme, industri pertahanan

dan penggunaan nuklir secara damai. Mekanisme bilateral yang ditempuh

oleh kedua negara ialah dengan berbagai cara, dengan bentuk-bentuk dan

forum kerjasama yang beragam. Seperti Joint Commission, Working Level

Task For, Defence Industry Cooperation, AKFTA, IK-CEPA, Indonesia-

Korea Energy Forum (IKEF), Indonesia-Korea Forestry Forum,

Commision on Cultural Coorperation, Joint Commitee and Logistic

Meeting dan sebaginya. Hubungan diplomatik Korea Selatan dan Indonesia

harus dipandang juga dalam kerangka yang lebih luas, yaitu hubungan

multilateral. Baik Indonesia maupun Korea Selatan, keduanya secara aktif

berpartisipasi dalam organisasi-organisasi regional maupun global termasuk

ASEAN, ARF, ASEAN+3, EAS, APEC, ASEM, Non-Blok, G-20, PBB dan

sebagainya yang berfungsi sebagai wadah lain bagi kedua negara untuk

mempererat hubungan kedua negara serta memberikan sumbangsih

158 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020

Universitas Sumatera Utara 101

terhadap masyarakat internasional dibalik kedekatan hubungan politik

kedua negara.159

Indonesia dan Korea Selatan secara konsisten terus mengupayakan

penguatan hubungan-hubungan dan kerja sama dengan menyepakati

kerjasama ekonomi, perdagangan, serta investasi sebagai salah satu pilar

penting kemitraan strategis. Posisi Korea Selatan pada peringkat ketiga

untuk realisasi Penanaman Modal Asing, tampaknya tidak membuat

pemerintah Indonesia puas. Pemerintah melihat masih banyak potensi

investasi yang dapat ditawarkan, tidak hanya untuk memperoleh

keuntungan bagi kepentingan nasional, tetapi juga demi memperkuat

hubungan bilateral antara kedua negara. Forum Business Summit diharapkan

dapat mengakselerasi penguatan hubungan kedua negara di berbagai

bidang, karena dapat mencerminkan terdapatnya sikap saling percaya.

Secara lebih luas, hal ini dapat menjadi contoh bagi negara lainnya untuk

membuka peluang kerja sama yang serupa dengan Indonesia.160

B. Pengaruh Korean Wave Terhadap Kerja Sama Antara Indonesia dengan Korea Selatan dalam Berbagai Bidang

1. Perdagangan

Hubungan Indonesia dengan Korea Selatan dalam dekade

terakhir ini mengalami peningkatan dan semakin baiknya hubungan

keduanya menghasilkan banyak kerja sama yang saling mempererat

159 Muh. Nizar Syarief, loc.cit 160 Sita Hidriyah, ”Penguatan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan”, Vol. IX No. 06, Maret 2017, hlm 8

Universitas Sumatera Utara 102

hubungan kenegaraan Indonesia dan Korea Selatan. Indonesia dan

Korea Selatan merupakan mitra dagang utama satu sama lain.

Indonesia merupakan mitra dagang terbesar kedelapan Korea

Selatan untuk tujuan ekspor sedangkan Korea Selatan adalah mitra dagang terbesar Indonesia yang keempat. Korea Selatan sebagai negara middle power dapat mendukung Indonesia dalam membutuhkan sumber daya yang mumpuni untuk proyek-proyek infrastruktur, Indonesia memiliki pasar ekonomi yang sangat besar di Asia Tenggara, Korea Selatan dapat berinvestasi infrastruktur di

Indonesia yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kedua negara tersebut.

Tabel 4.1 Neraca Perdagangan Indonesia-Korea Selatan

Universitas Sumatera Utara 103

Sumber: BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian

Perdagangan161

Neraca perdagangan antara Indonesia dengan Korea Selatan

menunjukan surplus karena nilai ekspor Indonesia lebih tinggi dari

nilai impor. Pola perdagangan antara Korea Selatan dan Indonesia

menunjukkan hubungan yang saling melengkapi. Korea Selatan

memiliki teknologi yang tinggi dan modal yang berlimpah,

sedangkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat besar.

Dengan demikian, ekspor barang Korea Selatan yang utama adalah

modal dan teknologi, sementara Indonesia sumber daya alam. Ekpor

Korea Selatan ke Indonesia bervariasi mulai dari produk minyak

bumi untuk mobil, sementara ekspor Indonesia ke Korea Selatan

berfokus pada sumber daya alam.

Shin Min-I, Periset dari Korea Institute for International

Economic Policy, mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan proyek

infrastruktur Indonesia masih tinggi, namun Indonesia memiliki

keterbatasan sumber daya. Ini menjadi peluang bagi Korea Selatan

untuk berinvestasi.162 Makin eratnya hubungan Indonesia dengan

Korea Selatan tidak terlepas dari efek fenomena Korean Wave yang

populer di masyarakat Indonesia. Dalam mengekspansi bisnis Korea

Selatan menggunakan para artisnya sebagai aktor pendukung, dalam

161 http://statistik.kemendag.go.id/balance-of-trade-with-trade-partner-country diakses pada 30/04/2020 162 https://www.cnbcindonesia.com/news/20180910122744-4-32455/berkat-kpop- hubungan-dagang-ri-korea-makin-mesra diakses pada 03/04/2020

Universitas Sumatera Utara 104

beberrapa kesempatan mempromosikan bisnis Korea Selatan

membawa serta artis-artisnya untuk memperkenalkan bisnis negara

tersebut. Misalnya saat acara Indonesia-Korea Business Summit

pada Maret 2017, Korea Selatan menghadirkan Lee Teuk leader

boyband Super Junior untuk mengenalkan industry hiburan dan

budaya Korea Selatan.163

Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kerja

sama bilateral dengan Korea Selatan di berbagai bidang terutama di

sektor industri, baik itu peningkatan perdagangan maupun investasi.

Guna membuka peluang sinergi lebih besar di antara kedua negara

ini, Menteri Perindustrian (Menperin) RI Airlangga Hartarto

menggelar pertemuan dengan Menteri Perdagangan, Industri dan

Energi (MoTIE) Korea Selatan, Sung Yun Mo. Pada sektor bisnis

dan ekonomi Indonesia dan Korea Selatan telah membuat banyak

kemajuan. Beberapa kerja sama strategis yang sudah dilakukan

meliputi joint task force untuk mempromosikan kerja sama

ekonomi. Menteri Sung Yun Mo menyampaikan, Indonesia

merupakan negara mitra yang penting bagi Korea. Dengan

terciptanya iklim usaha yang kondusif, sejumlah investasi industri

asal Korea Selatan masih terus ekspansif.164

163 https://www.cnbcindonesia.com/news/20180910122744-4-32455/berkat-kpop- hubungan-dagang-ri-korea-makin-mesra diakses pada 03/04/2020

164 https://kemenperin.go.id/artikel/20792/RI-Korsel-Perkuat-Kerja-Sama-Sektor- Industri-Prioritas-4.0 diakses pada 03/04/2020

Universitas Sumatera Utara 105

Sejak adanya kesepakatan untuk meningkatkan hubungan

bilateral pada level “strategic partnership" menjadi “special

strategic partnership" pada bulan November tahun 2017, total

perdagangan Korea-Indonesia pada tahun 2018 terus mengalami

peningkatan sebesar US$ 18,57 milyar atau naik 12,58% dari

periode sebelumnya. Komposisi nilai perdagangan bilateral tersebut

terdiri dari ekspor Indonesia ke Korea Selatan sebesar US$ 10,35

miliar, impor Indonesia dari ROK sebesar US$ 8,22 miliar, dengan

surplus perdagangan sebesar US$ 2,13 miliar untuk Indonesia.

Nilai perdagangan non-migas ROK dan Indonesia pada

tahun 2018 periode Januari-November mencapai US$ 15,18 miliar.

Nilai ini meningkat 9,40% dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai

perdagangan pada periode ini terdapat surplus dari sisi Indonesia

dengan nilai mencapai US$ 2,13 miliar. Nilai perdagangan kedua

negara terdiri dari ekspor ROK ke Indonesia sebesar US$ 8,21 miliar

dan impor sebesar US$ 10,34 miliar.165

Beberapa produk Indonesia yang permintaannya meningkat

adalah produk plywood, minyak nabati, alas kaki, dan produk

setengah jadi dari besi dan baja. Produk Indonesia yang meningkat

seperti produk plywood, minyak nabati, alas kaki, dan produk

setengah jadi dari besi dan baja. Produk non-migas utama ekspor

Indonesia ke Korea didominasi oleh produk primer seperti Batubara,

165 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 03/04/2020

Universitas Sumatera Utara 106

karet alam, biji tembaga, pulp wood dan lain-lain. Disamping

produk-produk tersebut, produk yang cukup berpotensi di pasar

Korea diantaranya: makanan olahan; produk perikanan; kopi; alas

kaki; furniture; plywood; produk tekstil termasuk benang; charcoal;

wood pellet; dan palm kernel shell.

Pada tahun 2012, Indonesia dan Korea Selatan sepakat untuk

menyusun Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership

(IK-CEPA) untuk mendorong peningkatan hubungan perdaagangan

dan ekonomi, dengan berlandaskan 3 (tiga) pilar utama yaitu akses

pasar perdagangan barang dan jasa; fasilitasi perdagangan dan

investasi; serta kerja sama dan capacity building.166

Dokumen “RI-RoK Joint Vision Statement for Co-

Prosperity and Peace" yang dikeluarkan di Istana Bogor tanggal 9

November 2017 menjadi landasan bagi bidang-bidang prioritas

kerja sama kedua negara. Untuk bidang ekonomi, prioritas kerja

sama yang disepakati antara lain, meningkatkan komunikasi

strategis pada tingkat tinggi melalui berbagai mekanisme konsultasi

bilateral yang ada, ataupun membentuk mekanisme baru, terus

meningkatkan dan memperluas hubungan investasi dan

perdagangan, termasuk untuk mencapai target perdagangan US$ 30

milyar pada tahun 2022 serta mendorong peningkatan akses pasar

produk-produk palm oil, buah-buahan dan produk perikanan

166 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 03/04/2020

Universitas Sumatera Utara 107

Indonesia ke Korea Selatan, Pemerintah Indonesia mendorong

perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk mengembangkan usaha

dan investasi di Indonesia, khususnya dalam mendukung percepatan

industrialisasi, pengembangan infrastruktur dan konektivitas, serta

pertumbuhan dan pembangunan di daerah-daerah.167

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, neraca perdagangan

Indonesia-Korea Selatan pada 2017 catatkan surplus US$78 juta dari

total nilai perdagangan yang mencapai US$17 miliar. Pemerintah

pun targetkan nilai perdagangannya akan meningkat hingga US$30

miliar pada 2022. 168 Kemudian berdasarkan data Badan Pusat

Statistik (BPS) yang diolah Kemendag, nilai total perdagangan

kedua negara pada 2018 mencapai USD 18,6 miliar. Neraca

perdagangan Indonesia-Korea Selatan pada 2018 surplus bagi

Indonesia sebesar USD 443,6juta. Korea Selatan menempati

peringkat ke-7 sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia serta

menempati urutan ke-6 sebagai negara sumber impor utama

Indonesia. Total ekspor Indonesia ke Korea Selatan pada 2018

tercatat sebesar USD 9,53 miliar atau naik 14 persen dari tahun

sebelumnya yang mencapai USD 8,20 miliar. Sementara itu, impor

Indonesia dari Korea Selatan pada 2018 mencapai USD 9,1 miliar

167 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 03/04/2020

168 https://kemenperin.go.id/artikel/20371/Investasi-Korea-Selatan-Dipacu diakses pada 03/04/2020

Universitas Sumatera Utara 108

atau naik 9 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai

USD 8,12 miliar.169

Ditargetkan pada awal tahun 2020 akan dilaksanakan

penandatanganan Indonesia-Korea Comprehensive Economic

Partnership Agreement (IK-CEPA) oleh kedua negara ini, pada

dasarnya IK-CEPA merupakan rujukan kerangka standar seperti

ASEAN-Korea Free Trade Agreement. IK-CEPA merupakan

kemitraan komprehensif bidang perdagangan barang, jasa, investasi,

ketentuan asal barang, serta kerja sama ekonomi. Perjanjian IK-

CEPA mencakup enam kelompok kerja, yaitu terkait: perdagangan

barang dan jasa; investasi; ketentuan asal barang dan prosedur

kepabeanan; fasilitas perdagangan; kerja sama pengembangan

kapasitas; serta isu hukum dan kelembagaan. Dengan perjanjian

tersebut, nantinya Indonesia akan mendapatkan akses pasar untuk

produk industri, termasuk perikanan dan hortikultura di Korea

Selatan.170

Sementara sebagai timbal baliknya, Indonesia akan

memberikan akses pasar untuk bahan baku industri serta

memfasilitasi berbagai investasi Korea Selatan di Indonesia. Hal ini

diharapkan dapat mendorong nilai perdagangan kedua negara dan

169 https://www.kemendag.go.id/storage/files/nxw87iUl4vwPEk2dFupKfu9a9Ycws1RAfR6bn9Jb.pdf diakses pada 03/04/2020 170 Adrini Pujayanti, “Potensi dan Tantangan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan”, Vol. XI No. 23, Desember 2019, hlm 10

Universitas Sumatera Utara 109

investasi Korea Selatan di Indonesia. Di samping itu, pada sektor

perdagangan jasa, Indonesia akan mendapatkan skema khusus untuk

tenaga kerja. Dengan demikian, IK-CEPA menjadi penting di tengah

ketidakpastian ekonomi global saat ini, di mana Indonesia dan Korea

Selatan memerlukan terobosan untuk mendorong perdagangan dan

investasi di antara kedua negara. Melalui IK-CEPA, potensi kerja

sama ekonomi di antara kedua negara diharapkan juga akan semakin

menguat. Indonesia adalah satu-satunya negara di ASEAN yang

menjalin mitra strategis khusus dengan Korea Selatan. Dalam IK-

CEPA akan tercipta perdagangan produk-produk yang sifatnya

saling melengkapi dan mendorong investasi Korea Selatan ke

Indonesia. Adanya IK CEPA akan memudahkan transaksi kerja

sama industri antara kedua negara. Melalui IK-CEPA akan ada value

change industry yang diharapkan dapat meningkatkan perdagangan

kedua negara.171

Melalui IK-CEPA, dalam bidang perdagangan barang,

Indonesia akan mendapatkan akses pasar yang lebih baik untuk

produk industri, perikanan, dan pertanian di pasar Korea Selatan.

Sebaliknya, Indonesia akan memberikan akses pasar untuk bahan

baku industriyang memfasilitasi investasi Korea Selatan di

Indonesia sehingga kemitraan kedua pihak akan saling

menguntungkan. Sementara untuk akses pasar sektor jasa, Korea

171 Ibid,

Universitas Sumatera Utara 110

Selatan akan membuka kesempatan kerja bagi para profesional dan

tenaga ahli Indonesia. Sedangkan Indonesia akan memberikan

peningkatan akses pasar untuk sektor konstruksi, distribusi, gim

daring (online game), dan sektor jasa kesehatan. Dirjen Perundingan

Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan selaku Ketua

Tim Perunding Indonesia untuk IK-CEPA, Iman Pambagyo juga

menjelaskan, kemitraan komprehensif dalam IK-CEPA juga

terwujud dalam kerangka kerja sama dan peningkatan kapasitas

dalam berbagai sektor, antara lain industri, ekonomi kreatif,

kesehatan, dan tenaga kerja.172

2. Pendidikan

Pengaruh Korean Wave membawa dampak positif kepada

kalangan remaja yang semakin tertarik untuk mempelajari budaya baru

dan bahasa asing. Korean Wave di Indonesia memberikan semangat

baru kepada remaja untuk memotivasi dirinya agar balajar lebih keras

lagi dan memberikan motivasi untuk menempuh pendidikan di Korea

Selatan. Korea Selatan menjadi negara idaman bagi para penggemar

Korean Wave untuk menempuh pendidikan khususnya perguruan tinggi.

Banyak universitas ternama di Korea Selatan yang memberikan fasilitas

dan program studi menarik. Korea Selatan juga banyak memberikan

beasiswa bagi mahasiswa internasional. Banyak pelajar Indonesia yang

172 http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/berita/detail/deklarasi-bersama- penyelesaian-perundingan-ik-cepa-langkah-pasti-menuju-penandatanganan-perjanjian diakses pada tanggal 03/04/2020

Universitas Sumatera Utara 111

berminat untuk menempuh pendidikan di Korea Selatan. Salah satunya,

antusias tinggi pelajar Indonesia dalam Korean Education Fair,

pameran yang bekerja sama dengan beberapa universitas di Korea untuk

memberikan beasiswa dan peluang bagi para pelajar yang berminat.

Sesuai dengan kebijakan Presiden Moon Jae-in yakni New

Southern Policy yang memberikan peningkatan hubungan Korea

Selatan dengan negara-negara ASEAN dan India, Indonesia adalah

salah satu negara yang menjadi fokus utama kebijakan ini. Pada tahun

2009 Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani MOU di

bidang pendidikan. Bentuk kerja sama yang disetujui dalam MOU

tersebut yakni proyek penelitian bersama, pertukaran pengajar, pelajar,

peneliti, dan ahli lainnya, pertukaran informasi, pertemuan berkala,

konferensi, seminar, pameran, pertukaran bahan-bahan yang diperlukan,

pendirian pusat riset bersama, pelatihan dan bentuk kerja sama

pendidikan lainnya. Kedua negara telah melakukan pertukaran guru dan

tenaga pengajar, pertukaran ahli di bidang primary and secondary

education, kerja sama antar universitas/sekolah, recognition of degrees,

human resources development, pemberian beasiswa, joint research, dan

penyelenggaraan seminar/konferensi/pameran.173

Saat ini tercatat dua universitas di Republik Korea yang

memberikan pengajaran studi mengenai Indonesia yaitu Hankuk

University for Foreign Studies (HUFS) dan University for

173 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 03/04/2020

Universitas Sumatera Utara 112

Foreign Studies (BUFS).174 Pengaruh Korean Wave di Indonesia

terwujud dengan didirikannya program studi bahasa Korea dan budaya

Korea ada 4 universitas yang menawarkan program studi tersebut yakni

Universitas Indonesia dengan jurusan Bahasa dan Sastra Korea,

Universitas Gadjah Mada dengan jurusan Bahasa dan Sastra Korea,

Universitas Nasional dengan jurusan ABA (Akademi Bahasa Asing)

Korea, dan Universitas Pendidikan Indonesia dengan jurusan

Departemen Pendidikan Bahasa Korea. Selain itu ada juga program

kursus bahasa Korea yakni di Universitas Hasanuddin sebagai mata

kuliah pilihan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Lambung Mangkurat

kursus berdurasi selama 6 bulan, dan Universitas Diponegoro kursus

berdurasi selama 16 minggu.175

Duta Besar Republik Korea Selatan untuk Indonesia Kim

Chang-Beom, mengatakan bahwa angka pertukaran pelajar terus

meningkat tiap tahunnya. Hal itu dapat dilihat dengan adanya 1.000

pelajar Korea Selatan yang menempuh pendidikan di Indonesia. Begitu

pula sebaliknya, sekitar 1.500 pelajar Indonesia menempuh pendidikan

di Korea Selatan.176 Korea Selatan juga menawarkan beasiswa untuk

pelajar internasional yang ingin kuliah di Korea, ada dua pilihan

beasiswa yang ditawarkan oleh Korea Selatan yakni, beasiswa

174 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 03/04/2020

175 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2773/contents.do diakses pada tanggal 03/04/2020 176 https://www.liputan6.com/global/read/4155460/angka-pertukaran-pelajar-korea- selatan-dan-indonesia-terus-meningkat diakses pada tanggal 03/04/2020

Universitas Sumatera Utara 113

Pemerintah Korea dan beasiswa dari organisasi. Beasiswa Pemerintah

yang sangat populer yakni program Korean Government Scholarship

Program (KGSP) atau sekarang lebih dikenal dengan Global Korea

Scholarship (GKS).

Tabel 4.2 Penerimaan Beasiswa dari Korea Selatan

KGSP 2016 2017 2018 2019

Undergraduate Embassy 4 1 3 3

University 1 1 1 -

Graduate Embassy 11 5 7 16

University 12 11 13 10

Total 28 18 24 29

Sumber: Pengumuman GKS177

Beasiswa KGSP tersedia untuk program sarjana, pascasarjana,

dan penelitian sangat diminati karena fully funded dari Pemerintah

Korea, cakupan beasiswanya terdiri dari tiket pesawat pulang pergi

negara asal-Korea, tunjangan perpindahan tempat tinggal, biaya hidup,

asuransi kesehatan, sekolah bahasa (bahasa Korea), biaya kuliah,

tunjangan kemampuan bahasa Korea, biaya penelitian, biaya

pencetakan tesis atau disertasi dan tunjangan persiapan kembali ke

177 https://www.studyinkorea.go.kr/in/sub/gks/selectBoardList diakses pada tanggal 30/04/2020

Universitas Sumatera Utara 114

negara asal.178 Alira adalah salah satu pelajar Indonesia yang

mendapatkan kesempatan beasiswa KGSP, ia mendapat beasiswa kuliah

di Korea University-Business School salah satu universitas terbaik yang

ada di Korea Selatan, ia lulus pada Februari 2020.179 Jumlah penerima

KGSP tiap tahun dari Indonesia selalu naik dan paling besar kedua

setelah Vietnam.

Pemerintah Korea Selatan mempunyai tujuan untuk memberikan

kesempatan kepada mahasiswa internasional untuk memperoleh

pendidikan di lembaga pendidikan tinggi di Korea Selatan untuk

meningkatkan pertukaran pendidikan internasional dan mempererat

hubungan persahabatan antar negara. Jumlah Penerima yakni untuk

mahasiswa sarjana 120 orang dan pascasarjana 580 orang (dapat

berubah sewaktu-waktu), dapat dilihat dari tabel diatas bahwa jumlah

penerima dari Indonesia mengalami peningkatan dan setiap tahunnya

kuota penerima untuk Indonesia meningkat.

GKS memiliki dua jalur penerimaan beasiswa, yang pertama melalui

kedutaan dan yang kedua melalui jalur universitas yang dipilih.

Keduanya memiliki mekanisme penerimaan yang hampir sama namun

yang berbeda hanya pada letak penyerahan berkas dokumen beasiswa.

Untuk jalur kedutaan, pemohon mengirimkan berkas dokumennya ke

Kedutaan Besar Republik Korea di negara penerima dan untuk jalur

178 http://www.studyinkorea.go.kr/in/sub/gks/allnew_invite.do diakses pada tanggal 03/04/2020 179 Hasil Wawancara dengaen Alira Vania Putri Dwipayana, Korea University, pada tanggal 10/03/2020

Universitas Sumatera Utara 115

universitas pemohon mengirimkan berkas dokumen ke universitas

tujuan pemohon.

Sementara itu, Indonesia memberikan beasiswa di bidang seni

dan budaya bagi mahasiswa/pelajar Republik Korea. Beasiswa tersebut

adalah BSBI (Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia) dan Darmasiswa.

Pada tahun 2019 tercatat 2 (dua) orang peserta BSBI dan 21 orang

peserta program Darmasiswa. Sejak tahun 2009 hingga 2019, Indonesia

telah memberikan 240 beasiswa Darmasiswa dan 19 beasiswa BSBI

kepada para mahasiswa Republik Korea.180

3. Sosial Budaya dan Pariwisata

Kerjasama dalam bidang Sosial-Budaya Korea Selatan dan

Indonesia sendiri sudah diratifikasi oleh kedua belah pihak dan telah

ditanda tangani pada tahun 2000, hubungan sosial budaya kedua negara

ini berawal dari Korea Selatan yang sangat aktif dalam

menyelenggarakan berbagai kegiatan promosi budaya internasional di

negaranya, hal inilah yang dimanfaatkan oleh budayawan dan sejumlah

kelompok seni tari untuk memperkenalkan budaya Indonesia di Korea

Selatan.181 Dalam bidang sosial budaya, kedua negara aktif

menyelenggarakan berbagai promosi budaya seperti Korea Indonesia

Festival (2014), Korea-Indonesia Film Festival (2014), Korea-Indonesia

180 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 03/04/2020 181 Dewi Triwahyuni, Leonardo, and Aldean Tegar Gemilang, Diplomasi Budaya Korea Selatan Korea Selatan-Indonesia Di Indonesia, Bandung: Universitas Komputer Indonesia

Universitas Sumatera Utara 116

Week Festival (2014), Jakarta Seoul Festival (2015) dan Indonesia

Preliminary K-pop World Festival (2016).

Pemerintah Korea Selatan dianggap sukses dalam

mempromosikan budaya populernya melalui media seperti drama, film,

dan lagu. Fenomena Korean Wave tidak hanya muncul sebagai

pengaruh budaya, tapi juga membuat Korea Selatan terlihat lebih ramah

dan familiar di antara negara-negara Asia. Kesuksesan drama Korea

sedikit banyak menunjukkan superiorisme dari drama Barat

(Hollywood). Saat Asia mampu merepresentasikan dan menampilkan

nilai-nilainya kepada khalayak banyak. Korean Wave memiliki

kemampuan untuk mendominasi produksi dan distribusi produk budaya.

Dengan kata lain, memiliki implikasi nyata pada kekuatan ekonomi

Korea Selatan. Budaya populer dan media secara berkala

diidentifikasikan sebagai sumber soft power. Secara khusus budaya

populer Korea digunakan sebagai kekuatan untuk mendorong produk

budaya dan menaikkan perekonomian negara. Korea Selatan pun sukses

melakukannya baik di level regional maupun internasional. Korean

Wave kemudian menjadi refleksi kebanggaan nasional.182

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan

berkomitmen untuk lebih memperkuat hubungan persahabatan people

to people, serta memajukan dan mengembangkakn hubungan di

berbagai bidang seperti kebudayaan, seni, pendidikan, IPTEK dan

182 http://pmb.lipi.go.id/korean-wave-pariwisata-soft-power-dan-gerakan-ekspansi- budaya-pop/ diakses pada tanggal 04/04/2020

Universitas Sumatera Utara 117

pariwisata. Sejalan dengan semakin meningkatnya investasi dan bisnis

ROK di Indonesia, maka kehadiran orang Korea di Indonesia juga meningkat, semakin meningkatnya hubungan kedua negara ikut mendorong semakin tingginya intensitas people to people contact antara masyarakat Indonesia dan Korea. Hal ini diikuti dengan pembentukan Indonesia-Korea Friendship Association (IKFA) di

Jakarta pada awal 2007. Sebelumnya di Seoul, telah dibentuk Korea-

Indonesia Friendship Association (KIFA). Kedua organisasi tersebut memiliki tujuan untuk mengembangkan saling pengertian dan meningkatkan hubungan serta kerjasama antara masyarakat kedua negara melalui kegiatan-kegiatan sosial budaya yang pada gilirannya mendorong semakin eratnya hubungan kedua negara.

Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) adalah sebuah organisasi kebudayaan Korea yang berada di bawah Kedutaan Besar

Republik Korea untuk Indonesia dan Kementerian Kebudayaan,

Olahraga dan Pariwisata Republik Korea. KCCI diresmikan pada 18 Juli

2011 dan sejak itu telah menjadi sarana memperkenalkan kebudayaan

Korea di Indonesia. Peran utama KCCI adalah untuk memperkenalkan kebudayaan Korea kepada masyarakat Indonesia melalui berbagai macam pendekatan, seperti menggelar pameran kesenian, pementasan tari tradisional dan kontemporer, serta mengadakan beragam acara.

Korea Indonesia Film Festival (KIFF) adalah acara tahunan bagian dari

Korea Festival yang diadakan setiap bulan Oktober. Masih dengan misi

& tujuan KIFF yang sebelumnya adalah untuk memperkenalkan

Universitas Sumatera Utara 118

kehidupan sosial, kebudayaan dan tradisi warga Korea melalui film,

begitupula sebaliknya. Film adalah sebuah media dimana beragam sisi

kehidupan dapat kita lihat dan kita rasakan secara tidak langsung. Film

juga dapat membuat penonton mendapatkan pengalaman yang luas

tanpa harus mengalaminya.183

Presiden Moon Jae-in dalam wawancara eksklusif mengatakan

bahwa Indonesia menjadi negara yang penting karena Indonesia adalah

negara besar yang jumlah penduduknya menempati peringkat keempat

terbanyak di dunia. Indonesia memiliki beragam suku dan bahasa yang

merupakan satu kesatuan. Indonesia menunjukkan rasio pertumbuhan

ekonomi stabil hingga 5 persen. Indonesia menjadi negara penting di

ASEAN, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang

merakyat. Ia juga mendorong pembangunan ekonomi inklusif yang

mementingkan masyarakat luas. Pilar terpenting hubungan Indonesia-

Korea Selatan adalah masyarakat. Masyarakat Korea Selatan menyukai

alam, kebudayaan, dan makanan Indonesia sehingga rata-rata 350.000

orang Korea berkunjung ke Indonesia setahun. Ia mengatakan senang

dan berterima kasih karena masyarakat Indonesia juga menyukai budaya

Korea yang disebut Korean Wave, seperti drama Korea dan K-pop.

Keakraban di antara masyarakat kedua negara menjadi pendorong besar

183 https://www.cgv.id/kiff/ diakses pada tanggal 04/04/2020

Universitas Sumatera Utara 119

bagi Indonesia dan Korea Selatan untuk terus melakukan terobosan

dalam mempererat hubungan.184

Dalam bidang pariwisata, kedua negara setuju untuk

mempromosikan two way tourism dengan mempermudah urusan visa

bagi turis Indonesia ke Korea Selatan. Selain itu Indonesia mengundang

kerjasama perusahaan Korea Selatan dalam pembangunan sektor

pariwisata baru. Kedua negara telah menyepakati “Memorendum Saling

Pengertian Antara Pemerintah Republik Indonesia Dan Pemerintah

Republik Korea Mengenai Kerjasama Di Bidang Pariwisata” pada tahun

2006, dalam kesepakatan ini Indonesia dan Korea Selatan bekerja sama

untuk meningkatkan dan memperkokoh kerjasama antar kedua negara

melalui bidang pariwisata dengan sikap saling menghormati dan juga

saling menguntungkan.

Kedua negara memiliki potensi pariwisata yang sangat tinggi.

Menurut data Korea Tourism Organization jumlah wisatawan yang

berkunjung ke Republik Korea pada tahun 2018 sebanyak 15,346,879

orang. Mayoritas dari jumlah tersebut berasal dari Jepang, Taiwan dan

Hong Kong. Menurut data Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI,

jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia pada tahun 2018

sebesar 15.806.191 juta orang. Mayoritas wisatawan berasal dari

Tiongkok, Singapura, dan Malaysia.

184 https://www.visitkorea.or.id/article/wawancara-esklusif-presiden-korea-selatan-mr- moon-jae-in diakses pada tanggal 04/04/2020

Universitas Sumatera Utara 120

Tabel 4.3 Jumlah Wisatawan Indonesia-Korea Selatan

Uraian 2017 2018 2019

Wisatawan Indonesia ke Korea 230.837 249.067 252.000

Selatan

Wisatawan Korea Selatan ke 423.191 358.885 388.316

Indonesia

Sumber: Kerja Sama di Bidang Pariwisata Indonesia-Korea Selatan dan

Badan Pusat Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke

Indonesia.185186

Jumlah wisatawan Korea Selatan ke Indonesia pada 2018

berjumlah 358.885 orang, mengalami penurunan sebesar 15,28%

dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 423.191 orang. Sementara

wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Korsel pada 2018 berjumlah

249.067, mengalami peningkatan 7,9% dibanding tahun 2017 yang

berjumlah 230.837 orang. Trend selama lima tahun terakhir (2013-

2018) menunjukkan jumlah wisatawan Republik Korea selalu berada

diatas 300.000 orang. Dalam lima tahun ke depan, wisatawan Republik

Korea yang berkunjung ke Indonesia diproyeksikan akan mengalami

peningkatan. Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya media

185 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 30/04/2020 186 https://www.bps.go.id/dynamictable/2018/07/30/1548/jumlah-kunjungan-wisman- menurut-kebangsaan-dan-bulan-kedatangan-tahun-2017---2020.html diakses pada tanggal 30/04/2020

Universitas Sumatera Utara 121

Republik Korea yang menjadikan Indonesia sebagai tempat syuting

berbagai variety show dan liputan mengenai tempat wisata maupun

budaya Indonesia di TV lokal Republik Korea. Indonesia dan Republik

Korea telah mendorong mempromosikan dan memajukan arus

wisatawan melalui udara dan laut antar kedua negara, melakukan

pertukaran pengalaman, kunjungan studi lapangan, studi banding dan

pertukaran informasi baik dalam hal pengembangan produk, pendidikan

dan pelatihan, maupun penelitian dan pengembangan, serta dengan

mendorong kerja sama sektor swasta.187 Indonesia berupaya untuk

meluaskan pasar pariwisata dan memperkenalkan mengenai Wonderful

Indonesia ke Seoul.

Jika dilihat dari tabel diatas jumlah wisatawan Korea Selatan ke

Indonesia pada tahun 2018 mengalami penurunan, hal ini diakibatkan

terjadinya bencana alam di berbagai wilayah Indonesia yang

menimbulkan kekhawatiran para wisatawan Indonesia sedang aman

atau tidak. Namun pada tahun 2019 jumlah wisatawan kembali naik,

destinasi yang menjadi pilihan utama para wisatawan asal Korea Selatan

itu adalah Bali dan Lombok, karena dua destinasi tersebut pernah

menjadi lokasi syuting variety show asal Korea Selatan.

KBRI Seoul secara aktif melakukan promosi seni dan budaya

Indonesia ke berbagai kalangan di Republik Korea melalui kegiatan-

kegiatan berkala di antaranya seperti, Indonesian Day di sekolah-

187 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 04/04/2020

Universitas Sumatera Utara 122

sekolah dan Museum; Kelompok Tari Tradisional Indonesia (KTTI)

yang berlatih setiap hari Sabtu di KBRI Seoul; Pembukaan kelas

gamelan untuk masyarakat Republik Korea; Memberikan kelas gamelan

di Seoul Institute of the Arts; Kelas Bahasa Indonesia di KBRI Seoul dan

Institusi – Institusi di Republik Korea. Beberapa keterlibatan KBRI

Seoul dalam kegiatan Sosial-Budaya juga dapat dilihat melalui

partisipasi aktif dalam berbagai forum, konferensi, hingga pameran,

seperti Seoul Friendship Fair, Seoul International Buddhism Expo,

Itaewon Global Village, ASEAN Culinary Festival, Korean Travel Fair,

Hanatour International Travel show, Modetour Travel Mart, Busan

Global Gathering, ASEM Pendidikan dan ASEM Budaya, hingga Busan

Film Festival.188

188 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 04/04/2020

Universitas Sumatera Utara

BAB V

PENUTUP A. KESIMPULAN

1. Terbukanya hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea Selatan

berdasarkan Pasal 2 Konvensi Wina 1961, hubungan diplomatik dalam

hukum internasional diatur dalam Konvensi Wina 1961 Tentang Hubungan

Diplomatik dan Konvensi Wina 1963 Tentang Hubungan Konsuler. Kedua

konvensi ini yang melandasi dasar terbukanya suatu hubungan diplomatik

dan keterwakilan diplomatik antar dua negara, dalam Pasal 2 Konvensi

Wina 1961, pembukaan hubungan diplomatik terjadi dengan persetujuan

timbal balik (mutual consent). Sedangkan di Indonesia aturan lebih lanjut

diatur dalam Undang-undang Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan

Luar Negeri. Indonesia dan Korea Selatan mulai terjalin sejak September

1973, sedangkan hubungan tingkat konsulatnya lebih dulu terjalin sejak

Agustus 1966. Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Korea

Selatan telah tumbuh secara signifikan, eratnya hubungan dan kerja sama

bilateral tersebut antara lain didukung oleh sifat komplementaritas sumber

daya dan keunggulan yang dimiliki masing-masing disamping proses

kemajuan ekonomi dan politik kedua negara yang sangat baik yang

membuka peluang kerja sama di berbagai sektor semakin terbuka lebar.

2. Implementasi tentang Korean Wave di Indonesia merupakan suatu bukti

nyata dari globalisasi. Mulai dari awal masuk hingga perkembangan Korean

Wave terbilang sangat sukses. Namun perlu diketahui bahwa suatu

kebudayaan yang masuk dapat memberikan dampak positif maupun negatif.

Positifnya bagi masyarakat Indonesia dapat dipelajari budaya baru, bahasa

123

Universitas Sumatera Utara 124

baru dan pengetahuan akan negara lain serta dapat memahami dan

menghargai budaya Korea. Selain itu dapat menjadi motivasi bagi remaja

yang untuk semakin semangat belajar dan menempuh pendidikan di Korea

Selatan. Sedangkan dampak negatifnya yaitu minat terhadap budaya sendiri

perlahan luntur, tidak mencintai produk budaya Indonesia, timbul sifat

fanatisme dalam diri remaja sehingga terlalu mendewakan Korea Selatan.

3. Pengaruh Korean Wave terhadap kerja sama antara Indonesia dengan Korea

Selatan mempunyai hubungan yang saling melengkapi, kedua negara ini

berupaya untuk saling mengisi satu sama lain. Dilihat segi investasi

hubungan kedua negara sangat mendalam. Indonesia adalah negara tujuan

penanaman modal asing yang pertama dalam sejarah Korea Selatan. Kerja

sama dalam bidang perdagangan Indonesia dan Korea Selatan merupakan

mitra dagang utama satu sama lain. Indonesia merupakan mitra dagang

terbesar kedelapan Korea Selatan untuk tujuan ekspor sedangkan Korea

Selatan adalah mitra dagang terbesar Indonesia yang keempat. Kerja sama

dalam bidang pendidikan jumlah penerima beasiswa dari Pemerintah Korea

Selatan untuk pelajar Indonesia tiap tahun mengalami kenaikan, selain itu

di beberapa universitas Korea Selatan juga dibuka kelas dan studi mengenai

Indonesia, begitupun sebaliknya. Kerja sama dalam bidang sosial budaya

dan pariwisata, Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan

berkomitmen untuk lebih memperkuat hubungan persahabatan people to

people, serta memajukan dan mengembangkakn hubungan di berbagai

bidang seperti kebudayaan, seni, pendidikan, IPTEK dan pariwisata.

Universitas Sumatera Utara 125

B. SARAN

1. Terjalinnya hubungan diplomatik yang baik dari Indonesia dan Korea

Selatan perlu dipertahankan. Karena seiring dengan terjalinnya hubungan

yang baik antara Indonesia dan Korea Selatan dapat memberikan dorongan

terbentuknya kerja sama di berbagai lebih maju dan lebih intens. Jika sudah

terbentuk citra yang baik dari masing-masing negara maka akan lebih

memudahkan untuk menegosiasikan kerja sama apa saja yang akan dijalin

dari Indonesia dan Korea Selatan yang akan memberikan keuntungan bagi

kedua negara.

2. Pemerintah Indonesia harus menjalani kewajiban ganda yakni melestarikan

warisan budaya nasional dan membangun kebudayaan nasional yang

modern. Dengan masuknya Korean Wave diharapkan Pemerintah Indonesia

harus dapat menarik perhatian masyarakat untuk meningkatkan rasa

nasionalismenya dan tidak melupakan budaya nasionalnya sendiri.

Pemerintah Indonesia harus mampu mendorong masyarakat untuk

melestarikan, menunjukkan dan mencintai budaya kita sendiri dan bangga

akan produk lokal Indonesia. Pemerintah Indonesia harus mampu untuk

membangun masyarakat yang kaya akan budaya sendiri di tengah-tengah

perkembangan Korean Wave di Indonesia, peran lembaga pendidikan

sangat penting untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknologi melalui

pelestarian nilai-nilai dan moral bangsa Indonesia.

3. Penandatanganan kerja sama Indonesia-Korea Comprehensive Economic

Partnership Agreement (IK-CEPA) diharapkan harus segera terwujud,

Dengan perjanjian tersebut, nantinya Indonesia akan mendapatkan akses

Universitas Sumatera Utara 126

pasar untuk produk industri, termasuk perikanan dan hortikultura di Korea

Selatan. Sementara sebagai timbal baliknya, Indonesia akan memberikan akses pasar untuk bahan baku industri serta memfasilitasi berbagai investasi

Korea Selatan di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat mendorong nilai perdagangan kedua negara dan investasi Korea Selatan di Indonesia. Serta dapat meningkatkan kerja sama di berbagai bidang antara Indonesia dan

Korea Selatan.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Atmadja, Nengah Bawa. 2013. Ajeg Bali: Gerakan, Identitas Kultural dan Globalisasi. Yogyakarta: LKiS Printing Cemerlang

Badri, J. 1953. Perwakilan Diplomatik dan Konsuler. Jakarta: Tintamas

Brunsvick, Yves dan Andre Danzin. 2005. Lahirnya Sebuah Peradaban: Goncangan Globalisasi. PeMad, penerjemah. Yogyakarta: Kanisius

Dembinski, Ludwik. 1988. The Modern Law of Diplomacy. Netherlands: Martinus Nijhoff Publisher

Denza, Eileen. 2016. Diplomatic Law: Commentary on the Vienna Convention on Diplomatic Relations. Oxford: Oxford University Press

Diantha, I Made Pasek. 2019. Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group

Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi Antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu

Efendi, Jonaedi dan Johnny Ibrahim. 2018. Metode Penelitian Hukum Normatif dan Empiris. Depok: Prenadamedia Group

Glahn, Gerhard von. 1970. Law Among Nations: An Introduction to Public International Law Second Edition. London: MacMillan&Co

Hanafie, Sri Rahaju Djatimurti Rita. 2016. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: CV Andi Offset

Jeon, Je Seong dan Yuwanto. 2014. Era Emas Hubungan Indonesia-Korea: Pertukaran Kultural Melalui Investasi dan Migrasi. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara

Kansil, C.S.T. 2002. Modul Hukum Internasional. Jakarta: Djambatan

Mauna, Boer. 2003. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni

Moussa, Farag. 1972. Manuel de Pratique Diplomatique: L’Ambassade. Brussels: Bruylant

Osmanczyk, Edmund Jan. 2003. Encyclopedia of the United Nations and International Agreements. Anthony Mango, editor. London: Routledge

127

Universitas Sumatera Utara 128

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers

Sen, Biswanath. 1965. A Diplomat’s Handbook of International Law and Practice. Netherlands: Martinus Nijhoff

Setiadi, Elly M, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. 2009. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suryokusumo, Sumaryo. 2004. Praktik Diplomasi. Bandung: BP.IBLAM Suryokusumo, Sumaryo. 2013. Hukum Diplomatik dan Konsuler. Jakarta: PT. Tatanusa

Suryono, Edy. 1992. Perkembangan Hukum Diplomatik. Bandung: Penerbit Mandar Maju

Suryono, Edy dan Moenir Arisoendha. 1991. Hukum Diplomatik Kekebalan dan Keistimewaannya. Bandung: Angkasa

Syahmin. 2008. Hukum Diplomatik dalam Kerangka Studi Analisis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Syaltout, Mahmud, Hizkia Yosias Polimpung dan Azis Rahmani. 2012. Dilema Kultural Dalam Strategi Diplomasi Indonesia di ASEAN. Jakarta: UI Press

Wasito. 1984. Konvensi-Konvensi Wina Tentang Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsuler dan Hukum Perjanjian/Traktat. Yogyakarta: Andi Offset

Whiteman, Marjorie M. 1970. Digest of International Law jurume 7. Washington: Government Printing Office

Wojowasito, S. 1999. Kamus Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan Menurut Pedoman Lembaga Bahasa Nasional. Malang: C.V. Pengarang Yoon, Yang Seung. 2005. 40 Tahun (1966-2005) Hubungan Indonesia-Korea Selatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Peraturan Perundang-undangan

Universitas Sumatera Utara 129

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1982 Tentang Pengesahan

Konvensi Wina Mengenai Hubungan Diplomatik Beserta Protokol Opsionalnya

1961 dan Pengesahan Konvensi Wina Mengenai Hubungan Konsuler Beserta

Protokol Opsionalnya 1963

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999 Tentang Hubungan

Luar Negeri

Perjanjian Internasional

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

Vienna Convention on Diplomatic Relations and Optional Protocol 1961

Vienna Convention on Consular Relations and Optional Protocols 1963

Jurnal dan Artikel

Adrini Pujayanti, “Potensi dan Tantangan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan”, Vol. XI No. 23, Desember 2019

Departemen Luar Negeri, Pedoman Tertib Diplomatik dan Protokol, Bp. 03-D

Erni Budiwanti, Cahyo Pamungkas, dan Saiful Hakam, “Pentingnya Studi Korea, Sejarah dan Kebudayaan untuk Memperkokoh Hubungan Ekonomi dan Kebudayaan antara Bangsa Indonesia & Bangsa Korea”, Pusat Penelitian Sumber Daya Regional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Juni 2014

Kiki Zakiah, Dian Widya Putri, dkk, “Menjadi Korean di Indonesia: Mekanisme Perubahan Budaya Indonesia-Korea”, Vol 12 (1), Juni 2019

Kim Youna, Rising East Asia ‘Wave’: Korean Media Go Global, in Thussu, Daya (ed). Media on the Move: Global Flow and Contra Flow. London: Routledge, 2006

Rini Afriantari dan Cindy Yosita Putri, “Kerjasama Indonesia dan Korea Selatan dalam Pengembangan Sektor Industri Kreatif di Indonesia”, Vol. 1 No. 1, Desember 2017 Sita Hidriyah,”Penguatan Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea Selatan”, Vol. IX No. 06, Maret 2017

Sue Jin Lee,”The Korean Wave: The Seoul of Asia”, Vol. 2 No. 1, Spring 2011

Universitas Sumatera Utara 130

Website

Association of Southeast Asian Nations https://asean.org/asean/asean-member-states diakses pada 10/03/2020

Kedutaan Besar Republik Indonesia Di Seoul, Republik Korea https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu dikunjungi pada 04/02/2020 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 02/04/2020 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada 03/04/2020 https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu diakses pada tanggal 04/04/2020

Kedutaan Besar Republik Korea untuk Republik Indonesia http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do dikunjungi pada tanggal 04/02/2020 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2741/contents.do diakses pada 31/03/2020 http://overseas.mofa.go.kr/id-id/wpge/m_2773/contents.do diakses pada tanggal 03/04/2020

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pedoman-diplomasi-budaya dikunjungi pada 06/02/2020

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia https://www.kemendag.go.id/storage/files/nxw87iUl4vwPEk2dFupKfu9a9Ycws1 RAfR6bn9Jb.pdf diakses pada 03/04/2020 http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/berita/detail/deklarasi-bersama- penyelesaian-perundingan-ik-cepa-langkah-pasti-menuju-penandatanganan- perjanjian diakses pada tanggal 03/04/2020

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia https://kemenperin.go.id/artikel/20371/Investasi-Korea-Selatan-Dipacu diakses pada tanggal 02/04/2020 https://kemenperin.go.id/artikel/20792/RI-Korsel-Perkuat-Kerja-Sama-Sektor- Industri-Prioritas-4.0 diakses pada 03/04/2020

Korea Tourism Organization Jakarta https://www.visitkorea.or.id/article/wawancara-esklusif-presiden-korea-selatan- mr-moon-jae-in diakses pada tanggal 04/04/2020

Universitas Sumatera Utara 131

Korean Culture and Information Service http://www.korea.net/AboutKorea/Culture-and-the-Arts/Hallyu diakses pada 31/03/2020

Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia http://pmb.lipi.go.id/korean-wave-pariwisata-soft-power-dan-gerakan-ekspansi- budaya-pop/ diakses pada tanggal 04/04/2020

StudyinKorea run by Korean Government http://www.studyinkorea.go.kr/in/sub/gks/allnew_invite.do diakses pada tanggal 03/04/2020

Wikipedia https://en.wikipedia.org/wiki/Extraterritorial_jurisdiction diakses pada 16/03/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_acara_Indosiar diakses pada 31/03/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Hallyu dikunjungi pada tanggal 04/02/20 https://id.wikipedia.org/wiki/Konsumerisme diakses pada tanggal 02/04/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Kuasa_usaha diakses pada 09/03/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia_(1965-1966) diakses pada 04/02/2020 https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Korea_Selatan diakses pada 04/02/2020

Universitas Sumatera Utara