Paskibraka: Sejarah Dan Masa Kini 25 Aug 2014 , Lainnya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Paskibraka: Sejarah Dan Masa Kini 25 Aug 2014 , Lainnya Paskibraka: Sejarah dan Masa Kini 25 Aug 2014 , lainnya Paskibraka atau singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka selalu menjadi pusat perhatian pada upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. Setiap tahunnya, para pelajar SMA/SMK bersaing ketat mengikuti kegiatan seleksi yang dilaksanakan berjenjang mulai di tingkat kecamatan, kota/kabupaten, provinsi, hingga nasional. Saat ini sepasang pemuda (putra-putri) dari 34 provinsi di Indonesia akan bertugas mengibarkan Sang Merah Putih di Istana Merdeka pada puncak peringatan 17 Agustus 2014. Sejarah Paskibraka tidak terlepas dari bendera pusaka Sang Merah Putih yang kali pertama dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Saat terjadi agresi militer Belanda pertama, ibukota Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta. Peringatan pertama proklamasi kemerdekaan RI diselenggarakan di Yogyakarta, tepatnya saat ini di Istana Kepresidenan Yogyakarta. Mayor (L) Husein Mutahar, salah satu ajudan Presiden Soekarno – disapa sebagai Kak Mut, diberikan tugas untuk melaksanakan peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Saat itu beliau memiliki pemikiran bahwa sebaiknya pengibaran bendera dilakukan oleh pemuda (putra-putri) dari seluruh Indonesia. Pengibaran bendera saat itu dilakukan oleh lima pemuda (putra-putri) yang tinggal di sekitar Yogyakarta yang merupakan perwakilan daerah. Angka lima dipakai sebagai salah satu pemaknaan dari Pancasila. Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan agresi militer kedua. Hal itu mengakibatkan diasingkannya Presiden Soekarno ke Pulau Bangka. Sebelum diasingkan, Bung Karno memberikan mandat istimewa kepada Kak Mut. Bung Karno berkata, “Apa yang terjadi terhadap diriku, aku sendiri tidak tahu. Dengan ini aku memberikan tugas kepadamu (secara) pribadi. Dalam keadaan apapun juga, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga bendera kita dengan nyawamu. Ini (bendera) tidak boleh jatuh ke tangan musuh. Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya Engkau mengembalikannya kepadaku sendiri dan tidak kepada siapapun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andai kata Engkau gugur dalam menyelamatkan bendera ini, percayakan tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkan ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya.” Saat itu Kak Mut terdiam. Dalam usahanya melaksanakan tugas menyelamatkan Sang Saka Merah Putih, Kak Mut melepaskan benang penyambungnya sehingga terbentuklah dua kain, yaitu kain berwarna merah dan kain berwarna putih. Kain berwarna merah dipakaikan melingkari perut dan diikat kuat, sedangkan kain berwarna putih diletakan pada dasar tas. Pasukan musuh pun tak menyadari hal tersebut dan selamatlah Sang Saka Merah Putih. Sang Saka Merah Putih dikembalikan kepada Bung Karno melalui perantara Bapak Soedjono sekitar bulan Juni 1949. Saat itu Presiden memerintahkan Kak Mut untuk menyerahkan bendera pusaka kepada Pak Soedjono yang saat itu bertugas sebagai delegasi perundingan RI dan dapat menemui Bung Karno di pengasingan. Setelah Kak Mut mengetahui jadwal keberangkatan Pak Soedjono ke Pulau Bangka, Kak Mut segera menyambungkan kembali Sang Saka Merah Putih tepat di tiap lubang jahitan awalnya. Namun sayangnya, meski dilakukan dengan sangat hati-hati, terdapat kesalahan jahit sekitar 2 cm dari ujungnya. Akhirnya Sang Saka Merah Putih pun diserahkan ke Pak Soedjono dan tuntaslah tugas yang diamanatkan Bung Karno kepada Kak Mut. Bung Karno kembali ke Ibukota Yogyakarta pada 6 Juli 1949 tentunya bersama bendera pusaka Sang Saka Merah Putih. Peringatan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1949 pun dilaksanakan di Istana Gedung Agung Yogyakarta. Pada saat itulah terakhir kali Sang Saka Merah Putih berkibar pada peringatan Kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta karena akhir Desember 1949, Sang Dwi Warna bersama Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Jakarta. Sejak tanggal 17 Agustus 1950, Sang Saka Merah Putih dikibarkan di tiang Istana Merdeka setiap tanggal 17 Agustus hingga akhirnya diduplikatkan. Pada tahun 1967, Presiden Soeharto memerintahkan Kak Mut untuk menangani kembali terkait pengibaran bendera. Dengan ide dasar dan pelaksanaan upacara tahun 1946, Kak Mut mengembangkan formasi pengibaran menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok 17 (pengiring/pemandu), kelompok 8 (inti), dan kelompok 45 (pengawal). Hal itu merupakan gambaran dari hari kemerdekaan Indonesia, yaitu 17-8-45. Pada waktu itu, dengan situasi dan kondisi yang ada, beliau melibatkan putra-putri daerah yang ada di Jakarta dan menjadi anggota organisasi kepanduan (saat ini disebut Pramuka) untuk melaksanakan tugas pengibaran Bendera Pusaka. Pada tanggal 17 Agustus 1968, petugas pengibar Bendera Pusaka adalah para pemuda utusan provinsi. Akan tetapi, belum seluruh provinsi mengirimkan utusan, sehingga masih harus ditambah oleh mantan anggota pasukan tahun 1967. Pasukan inilah yang merupakan perwujudan pertama ide Paskibraka dan yang terakhir kali mengibarkan Bendera Pusaka. Pada tahun 1969, Bendera Pusaka diduplikatkan. Hal ini dengan alasan kondisi Bendera Pusaka yang sudah terlalu tua sehingga tidak mungkin lagi untuk dikibarkan. Tanggal 5 Agustus 1969, di Istana Negara Jakarta, berlangsung upacara penyerahan Duplikat Bendera Pusaka Merah Putih dan Reproduksi Naskah Proklamasi oleh Presiden Soeharto kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I seluruh Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar di seluruh Ibukota Provinsi/Daerah Tingkat I dapat dikibarkan Duplikat Bendera Pusaka dan diadakan pembacaan naskah Proklamasi bersamaan dengan upacara peringatan Hari Proklamasi 17 Agustus di Istana Merdeka Jakarta. Selanjutnya, Duplikat Bendera Pusaka dan Reprodusi Naskah Proklamasi juga diserahkan kepada Daerah Tingkat II/ Kabupaten-Kotamadya dan perwakilan-perwakilan Republik Indonesia di luar negeri. Saat itu nama pasukan yang bertugas sebagai pasukan pengibar bendera pusaka belumlah dikenal sebagai Paskibraka. Barulah pada tahun 1973, Kak Idik Sulaeman melontarkan suatu nama untuk anggota pengibar bendera pusaka dengan sebutan Paskibraka. “Pas” berasal dari Pasukan, “kib” dari kata dasar pengibar, yaitu kibar, “ra” berasal dari bendera, dan “ka” dari pusaka. Bukan sekali duplikasi bendera pusaka dilakukan. Sejak pertama dilakukan pada 1969, duplikat bendera pusaka juga dibuat pada tahun 1985. “Pada dasarnya, semua bendera Merah Putih yang berkibar pada tanggal 17 Agustus adalah pusaka (baca: duplikat pusaka)”, itu adalah pesan yang disampaikan Kak Dharminto (salah satu pembina Paskibraka Nasional) kepada penulis sekitar tahun 2007-an. Disampaikan dengan maksud bahwa semua warga negara khususnya pemuda harus mampu menjadi pengawal Sang Merah Putih, mengawal cita-cita dan semangat kemerdekaan, melanjutkan perjuangan dengan mengisi kemerdekaan, dan harus menghormati Sang Merah Putih sebagai salah satu simbol kedaulatan, jati diri, dan pemersatu bangsa. Saat ini setiap tahunnya dilaksanakan kegiatan Seleksi Paskibraka yang berjenjang mulai tingkat kecamatan hingga provinsi, khususnya di Jakarta. Meski minat pelajar tidak seperti dulu namun Paskibraka tetap merupakan salah satu model generasi muda saat ini. Setiap tahunnya di Jakarta Barat terpilih dua puluh lima pelajar yang tergabung sebagai Paskibraka di tingkat Kota Jakarta Barat. Di kota/kabupaten lain atau provinsi mungkin bisa berbeda jumlahnya sesuai dengan kebutuhan/kondisi wilayah masing-masing. Begitu pula formasi Paskibraka yang dipakai pada pelaksanaan tugas pengibaran/penurunan bendera meskipun pada dasarnya mengacu kepada formasi 3 kelompok 17-8-45. Angka 17-8-45 yang merepresentasikan suatu kelompok tidak berkaitan langsung dengan jumlah anggota kelompoknya. Misal pada kelompok 17 tidaklah harus berjumlah 17 orang, begitu pula kelompok 8 yang biasanya berjumlah 12 orang dan kelompok 45. Di tingkat nasional, kelompok 45 yang bertugas di Istana Merdeka adalah anggota Paspampres. Pada awal direncanakan, kelompok 45 terdiri atas mahasiswa/taruna AKABRI (sekarang Akmil-Akpol) tetapi karena libur perkuliahan dan kendala transportasi, akhirnya diputuskanlah kelompok 45 diambil dari Paspampres. Pada upacara setiap tanggal 17 Agustus yang biasanya dilakukan oleh Paskibraka dengan mengibarkan duplikat bendera pusaka, tidak semua pemerintah kota/kabupaten dan provinsi yang melaksanakan penurunan bendera. Setiap tahun, Paskibraka di Jakarta Barat tidak hanya disiapkan untuk upacara pengibaran (penaikan) bendera, melainkan tugas penurunan bendera walau hanya dihadiri oleh kalangan internal anggota Purna Paskibraka Indonesia Jakarta Barat. Para anggota Paskibraka Tingkat Nasional yang terpilih pasti akan kembali ke daerah asalnya dan membawa pesan sebagai duta pemuda teladan serta membagikan ilmu yang didapat kepada pemuda-pemuda lain di daerahnya. Begitu pula dengan Paskibraka Tingkat Provinsi dan Kota/Kabupaten. Usai pelatihan dan pelaksanaan tugasnya, mereka kembali ke daerah asalnya. Menjadi seorang Paskibraka Tingkat Nasional tentu menjadi suatu prestasi dan penghargaan tersendiri. Namun di luar itu, seorang Paskibraka Tingkat Nasional belum tentu lebih baik dari teman-temannya di tingkat provinsi, maupun kota/kabupaten. Bahkan belum tentu lebih baik dari pelajar lain yang bukan anggota Paskibraka. Menjadi Paskibraka bukanlah hanya soal melaksanakan tugas pengibaran bendera dan baris-berbaris, melainkan juga bagaimana mengisi kemerdekaan dengan berpartisipasi aktif membangun bangsa. Mario Martin Wakil Ketua I PPI Jakarta Barat ~~*) Sejarah Paskibraka Sumber Buku Penyelenggaraan Paskibraka etc .
Recommended publications
  • Dictionary on Comprehensive Security in Indonesia: Acronym and Abbreviations
    Dictionary on Comprehensive Security in Indonesia: Acronym and Abbreviations Kamus Keamanan Komprehensif Indonesia: Akronim dan Singkatan Dr. Ingo Wandelt Kamus Keamanan Komprehensif Indonesia : Akronim dan Singkatan 1 Dictionary on Comprehensive Security in Indonesia: Acronym and Abbreviations Kamus Keamanan Komprehensif Indonesia: Akronim dan Singkatan Dr. Ingo Wandelt November 2009 2 Dictionary on Comprehensive Security in Indonesia : Acronym and Abbreviations Kamus Keamanan Komprehensif Indonesia : Akronim dan Singkatan 1 Dictionary on Comprehensive Security in Indonesia: Kamus Keamanan Komprehensif Indonesia: Acronym and Abbreviations Akronim dan Singkatan By: Disusun Oleh: Dr. Ingo Wandelt Dr. Ingo Wandelt Published by: Diterbitkan oleh : Friedrich Ebert Stiftung (FES) Indonesia Office Friedrich Ebert Stiftung (FES) Indonesia Office Cover Design & Printing: Design & Percetakan: German-Indonesian Chamber of Industry and Commerce (EKONID) Perkumpulan Ekonomi Indonesia-Jerman (EKONID) All rights reserved. Hak cipta dilindungi Undang-undang. Not for commercial use or unauthorized distribution. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi terbitan ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari FES Indonesia. Tidak untuk diperjualbelikan. Second Edition Edisi Kedua Jakarta, November 2009 Jakarta, November 2009 ISBN: 978-979-19998-5-4 ISBN: 978-979-19998-5-4 2 Dictionary on Comprehensive Security in Indonesia : Acronym and Abbreviations Kamus Keamanan Komprehensif Indonesia : Akronim dan Singkatan 3 Content I Daftar Isi Foreword ...........................................................................................
    [Show full text]
  • Pembentukan Karakter Cinta Tanah Air Melalui Upacara Bendera Pada Kelas Tinggi Di Mi Walisongo Jerakah Kecamatan Tugu Kota Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017
    PEMBENTUKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MELALUI UPACARA BENDERA PADA KELAS TINGGI DI MI WALISONGO JERAKAH KECAMATAN TUGU KOTA SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Oleh: RIZKY SAVIRA NIM: 133911086 FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017 PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Rizky Savira NIM : 133911086 Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: PEMBENTUKAN KARAKTER CINTA TANAH AIR MELALUI UPACARA BENDERA PADA KELAS TINGGI DI MI WALISONGO JERAKAH KECAMATAN TUGU KOTA SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Secara keseluruhan adalah hasil penelitian/ karya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, 14 Juni 2017 Pembuat Pernyataan, Rizky Savira NIM: 133911086 . ii KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295 Fax. 7615387 Semarang 50185 PENGESAHAN Naskah skripsi dengan: Judul : Pembentukan Karakter Cinta Tanah Air Melalui Upacara Bendera Pada Kelas Tinggi di MI Walisongo Jerakah Kecamatan Tugu Kota Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 Nama : Rizky Savira NIM : 133911086 Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Program Studi : S1 telah diujikan dalam sidang munaqosyah oleh Dewan Penguji Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Semarang, 21 Juni 2017 DEWAN PENGUJI Ketua/ Penguji Sekretaris/ Penguji H. Fakrur Rozi, M.Ag. Dr. Syamsul Ma’arif, M.Ag. NIP. 19691220 199503 1001 NIP. 19741030 200212 1002 Penguji I, Penguji II, Zulaikhah, M.Ag, M.Pd.
    [Show full text]
  • Honour Guard Free
    FREE HONOUR GUARD PDF Dan Abnett | 416 pages | 20 Oct 2015 | GAMES WORKSHOP | 9781784960049 | English | United States Honor Guard | Definition of Honor Guard by Merriam-Webster A guard of honour GBalso honor Honour Guard USalso ceremonial guardis a guard, usually military in nature, appointed to receive or guard a head of state or other dignitaries, the fallen in war, or to attend at state ceremonials, especially funerals. In military weddings, especially those of commissioned officers, a guard, composed usually of service members of the same branch, form the Saber arch. In principle any military unit could act as a guard of honour. However, in some countries certain units are specially designated to serve as a guard of honour, as well as other public duties. Guards of Honour also serve in the civilian world for fallen police officers and other civil servants. Certain religious bodies, especially Churches of Honour Guard Anglican Communion and the Methodist movement, have the tradition of an Honour Guard Honour Guard the funeral of an ordained elder, in which all other ordained elders present "guard the line" between the door of the church and the grave, or hearse if the deceased is to be buried elsewhere or cremated. Guards of honour have been mounted by a number of military forces, uniformed paramilitary organizations, and civilian emergency services. Composed of Honour Guard, troops, it is very similar in its formation style to equivalent units in the French Army. The Republican Guard includes a military band and a cavalry unit, the uniform and traditions of which Honour Guard based on those of the famous Berber cavalry, the Numidian cavalrythe French cavalry, and the Arab cavalry, as well as infantry.
    [Show full text]
  • UU 24 Tahun 2009
    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2009 2009 TENTANG BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. bahwa pengaturan tentang bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia belum diatur di dalam bentuk undang-undang; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan; Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN. BAB I . - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara adalah Sang Merah Putih. 2. Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi nasional yang digunakan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Lambang Negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
    [Show full text]
  • The Architecture in Comparison with Tugu Nasional 国家オベリスクと比較した建築
    日本建築学会技術報告集 第 25 巻 第 60 号,977-982,2019 年 6 月 AIJ J. Technol. Des. Vol. 25, No.60, 977-982, Jun., 2019 DOI https://doi.org/10.3130/aijt.25.977 国家オベリスクと比較した建築 THE ARCHITECTURE IN −ニューヨーク国際博覧会(1964)に COMPARISONTHE ARCHITECTURE WITH TUGU IN COMPAR NASIONALISON 国家オベリスクと比較した建築 −WITHIndonesian TUGU Pavilion NASIONAL in 1964 New York World’s おけるインドネシア館 その 2 − Fair Part 2 − ―ニューヨーク国際博覧会(1964)におけ --Indonesian Pavilion in 1964 New York るインドネシア館 その 2― World’s Fair Part 2-- Harry KURNIAWANーーーー * 1 ハリー クルニアワンーー* 1 Keywords: Indonesian pavilion in 1964 New York World Fair and Tugu Nasional Harry KURNIAWAN *1, 2 ハリー クルニアワン - * Indonesian Pavilion, Tugu Nasional, Monument, Architecture, (National Obelisk) were built in the same period of Nation-Building NationalismKeywords: ProjectsIndonesian through pavilion the insame 1964 collaboration New York Worldwork ofFair President and Tugu Sukarno Nasional (as Indonesian Pavilion, Tugu Nasional, monument, architecture, nationalism the(National patron) Obelisk) and Soedarsono were built (as inthe the architect). same period Both buildingsof Nation displayed-Building several similarities as the result of the nature of Sukarno and Soedarsono キーワード: Projects through the same collaboration work of President Sukarno (as キーワード: workthe patron method.) and The Soedarsono purpose of(as the the study, architect) through. Both the buildings comparison, displayed is to インドネシア館,国家オベリスク,記念碑,建築,ナショナリズム インドネシア館、国家オベリスク、記念碑、建築、ナショナリズム getseveral further similarities description as the about result the of thearchitecture nature of Sukarnoof Indonesian and Soedarsono pavilion. Itwork is identified method. The that purpose Indonesian of the study,Pavilion through was an the identical comparison, twin isof toTugu get Nasionalfurther description that created about to live the in architectureand for different of Indonesian environment.
    [Show full text]
  • Status Kewarganegaraan Ganda Dilihat Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
    SIGn Jurnal Hukum Vol. 2, No. 1 (September 2020) 043 – 054 e-ISSN: 2685 – 8606 || p-ISSN: 2685 – 8614 STATUS KEWARGANEGARAAN GANDA DILIHAT DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Glery Lazuardi Mahasiswa Program Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana Universitas Jayabaya, Jakarta Email Korespondensi: [email protected] Tanggal Penyerahan: 27 Juli 2020 Tanggal Publikasi: 12 Agustus 2020 Abstract. This study aims to analyze the status of dual citizenship in terms of Law Number 12 of 2006 on Citizenship of the Republic of Indonesia. This research uses normative legal research methods. Normative legal research is research conducted by conducting a study of statutory regulations, namely Law Number 12 of 2006 on Citizenship of the Republic of Indonesia, whether it is relevant to be applied to a legal problem. The legal problem in this study is the citizenship status of Gloria Natapradja. In 2016, Gloria Natapradja was dismissed as an official of the Heirloom Flag raiser after having French citizenship, who followed the citizenship of her biological father. After conducting research, it is known, the state has an obligation to protect the rights of citizens. The state should pay attention and protect citizens regarding the status of citizens. The problems experienced by Gloria Natapradja, because citizenship Keywords: status can be seen as not yet the maximum role of the government Citizens; to protect citizens. The issue of citizenship in Gloria Natapradja Citizenship Status; requires the government to review the regulation of citizenship Obligations; status as regulated in Law Number 12 of 2006 on Citizenship of the Rights; Republic of Indonesia.
    [Show full text]
  • Kegiatan Deputi Bidang Pengendalian Dan Evaluasi T.A
    Kegiatan Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi T.A. 2019 Jakarta 18 Desember 2019 INFOGRAFIS PELAKSANAAN KEGIATAN DEPUTI PENGENDALIAN DAN EVALUASI Sudah Terlaksana Akan Dilaksanakan Lintas Kedeputian dan Kementerian Kegiatan Yang Telah Terlaksana Rapat Koordinasi Pengendalian Pembinaan FGD PENYUSUNAN ALAT UKUR Ideologi Pancasila Komunitas Pemuda PENGENDALIAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN Jakarta, 8 Maret 2019 Jakarta, 13 – 15 Maret 2019 Purna Paskibraka Indonesia, Resimen BNPT, Lemhannas, NII Crisis Center, Kemenristekdikti, KemenkoPMK, Kemenag, Kemendikbud, Kemkominfo, Mahasiswa, Duta-Duta KemenPPPA, Kemenpora, Kemendagri, BNN Kegiatan Yang Telah Terlaksana PENGENDALIAN PEMBINAAN IDEOLOGI RAPAT KERJASAMA PENYUSUNAN ALAT PANCASILA MELALUI PENGENALAN UKUR DENGAN UNIVERSITAS UDAYANA OLAHRAGA DI KSPN KEP. SERIBU Kepulauan Seribu, 16 Maret 2019 Denpasar, 24 – 26 Maret 2019 KOTI, PPI, Masyarakat Kepulauan Seribu Universitas Udayana Kegiatan Yang Telah Terlaksana RAPAT KOORDINASI PENGENDALIAN FGD PENGENDALIAN DAN PENYUSUNAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA ALAT UKUR PEMBINAAN IDEOLOGI KOMUNITAS PEMUDA PANCASILA DI LINGKUNGAN UMKM Jakarta, 1 April 2019 Bogor, 4 – 6 April 2019 KOTI, PPI, Menwa Kemenko Perekonomian, SMESCO, BNN, KemenPPPA, Kemenpar, BKPM, BPOM, Kemendag, KemenKUKM, IWAPI, IPMI Kegiatan Yang Telah Terlaksana RAPAT LANJUTAN ANTAR KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA KOORDINASI DENGAN PUSAT KAJIAN PENGENDALIAN PEMBINAAN IDEOLOGI PANCASILA PROVINSI YOGYAKARTA PANCASILA Bekasi, 25 – 28 Juli 2019 Yogyakarta, 29 – 31
    [Show full text]
  • Edisi Agustus 2016
    Edisi Agustus 2016 SEMANGAT Edition KEMERDEKAAN Semangat Pagi Rekan-rekan BCL&Ders, Edisi ketiga dengan tema Semangat Kemerdekaan. Terima kasih kepada Bernard, Caca, Mila dan Tesar yang sudah bersedia menjadi cover majalah. Dalam edisi kali ini, redaksi akan memaparkan beberapa fakta menarik yang belum kalian ketahui seputar kemerdekaan negara kita. Redaksi mengucapkan selamat datang buat Oktaria yang sekaligus menjadi bagian dari redaksi Styliste. Bagi yang berulangtahun di bulan Agustus, kami ucapkan Selamat ulang tahun. Semoga semangat kalian dapat membangun negeri ini.. Jangan lupa ya kita ada acara bersama yang bisa kalian lihat di Edisi akhir halaman. Tradisi Salam Redaksi …. Okt - Lisa, Okta, Kania - Kebudayaan Fakta Unik Seputar Kemerdekaan Indonesia 2016 Hal. 3 10 fakta unik yang belum Anda ketahui terkait kemerdekaan Indonesia Paskibraka Hal. 7 Sejarah paskribraka terbentuk dan atribut atau seragam. Tampil segar dalam nuansa kemerdekaan Indonesia Hal. 10 Dengan padanan warna merah putih sesuai dengan warna bendera bangsa kita, kita akan terlihat elegan dan cantik. EDISI AGUSTUS 2016 | 2 Fakta Unik Seputar Kemerdekaan Indonesia EDISI AGUSTUS 2016 | 3 Proklamator di balik layar. Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya "lebih dari dua" proklamator. Saat setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah Laksamana Maeda, Jl. Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir saat rapat din hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya. Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta dan calon proklamator yang gagal: Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. "Huh, diberi kesempatan membuat sejarah tidak mau", gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.
    [Show full text]
  • Paskibraka Member Selection Using a Combination of AHP and TOPSIS Methods on the Office of Youth and Sports of Kutai Kartanegara Regency
    E3S Web of Conferences 31, 10010 (2018) https://doi.org/10.1051/e3sconf/20183110010 ICENIS 2017 Paskibraka Member Selection Using A Combination Of AHP and TOPSIS Methods On The Office Of Youth And Sports Of Kutai Kartanegara Regency Septya Maharani 1,* , Heliza Rahmania Hatta 1 , Afif Nur Anzhari 1 , Dyna Marisa Khairina 1 1Departemen of Computer Science. Faculty of Computer Science and Information Technology, Mulawarman Unversity, Samarinda- Indonesia Abstract. Paskibraka as troops whose job is to flap the heritage duplicates flag. To become a Paskibraka a selection that participants are high school students are made. Because the number of participants of the selection of many support systems to facilitate the assessment process is made. This system uses Analytical Hierarchy Process (AHP) to determine the weight value criteria that comprise the value of the interview, health, physical, .height and value rules for marching as well as using Technique For Others Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) methods to seek best alternative participants. The calculation results of 21 alternative names best male and female of the participants and their school origin. The system has also been tested by performing the calculations manually using Microsoft Excel (Ms.Excel) to calculate the calculation of the system using AHP and TOPSIS. 1 Introduction the decision-making process effective in solving problems that are semi-structured and unstructured [2]. In Paskibraka elections a several main criteria on which Decision support system (DSS) is an interactive to base an assessment is conducted. The assessment is information system that provides information, modeling, then processed manually in order to get some of the and data manipulation.
    [Show full text]
  • Ii TINGKAT KESEGARAN JASMANI CALON PASKIBRAKA
    TINGKAT KESEGARAN JASMANI CALON PASKIBRAKA KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Olahraga Oleh: Ristanti Puji Astuti NIM 13603144007 PROGRAM STUDI ILMUKEOLAHRAGAAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2017 ii PERSETUJUAN Skripsi dengan judul "Tingkat Kesegaran Jasmani Calon Paskibraka Kabupaten Sleman Tahun 201 T' yang disusun oleh Ristanti Puji Astuti, NIM 13603144007 ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diujikan. Yogyakarta, T Juli 2017 Pembimbing, Dr. Yustinus Sukarrnin, M.S. NIP 19550716 198403 1 003 III PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Tingkat Kesegaran Jasmaiti Calon Paskibraka Kabupaten Sleman Tahun 2017" ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuah sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim. Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah ash, jika tidak ash, saya siap menerima sanksi ditunda yuisium pada periode berikutnya. Yogyakarta, 2> Juli 2017 Yang menyatakan, Ristanti Puji Astuti NIM•13603144007 IV PENGESAHAN Skripsi dengan judul "Tingkat Kesegaran Jasmani Calon Paskibraka Kabupaten Sleman Tahun 2017" yang disusun oleh Ristanti Puji Astuti, NIM 13603144007 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal, 21 Juli 2017 dan dinyatakan lulus. DEWAN PENGUJI Nama Jabatan Dr. Yustinus Sukarmin, M.S. Ketua Penguji Drs. Margono, M.Pd. Sekretaris Pen Drs. Suryanto, M.Kes. Yogyakarta, Agustus 2017 Fakultas llmu Keolahragaan ~,,:::::!:,(!'ekan, v MOTTO 1. Jangan takut gagal, karena keberhasilan selalu dilewati dengan sandungan. 2. Mencoba untuk lebih baik harus didasari dengan usaha dan kesabaran.
    [Show full text]
  • Voa) in Reporting the U.S.’ – Indonesia Relations to the Indonesian Public (2001 – 2009): Analysis on Programs “Apa Kabar Amerika”, “Dunia Kita” and “Warung Voa”
    THE USE OF VOICE OF AMERICA (VOA) IN REPORTING THE U.S.’ – INDONESIA RELATIONS TO THE INDONESIAN PUBLIC (2001 – 2009): ANALYSIS ON PROGRAMS “APA KABAR AMERIKA”, “DUNIA KITA” AND “WARUNG VOA” By GANIS WICAKSONO 016201100068 A thesis presented to the Faculty of Humanities President University In partial fulfillment of the requirements for Bachelor’s Degree in International Relations Concentration in Diplomacy 2015 THESIS ADVISER RECOMMENDATION LETTER This thesis entitled The Use Of Voice Of America (VOA) In Reporting the U.S.’ – Indonesia Relations To the Indonesian Public (2001 – 2009): Analysis on Programs “Apa Kabar Amerika”, “Dunia Kita” and “Warung VOA” prepared and submitted by Ganis Wicaksono in partial fulfillment of the requirements for the degree of Bachelor in the Faculty of Humanities has been reviewed and found to have satisfied the requirements for a thesis fit to be examined. I therefore recommend this thesis for Oral Defense. Cikarang, Indonesia, April , 2015 _______________________________ Dr. Endi Haryono, M.Si ii DECLARATION OF ORIGINALITY I declare that this thesis, entitled The Use Of Voice Of America (VOA) In Reporting the U.S.’ – Indonesia Relations To the Indonesian Public (2001 – 2009): Analysis on Programs “Apa Kabar Amerika”, “Dunia Kita” and “Warung VOA” is, to the best of my knowledge and belief, an original piece of work that has not been submitted, either in whole or in part, to another university to obtain a degree. Cikarang, Indonesia, April , 2015 _____________________________ Ganis Wicaksono iii PANEL OF EXAMINER APPROVAL SHEET The Panel of Examiners declare that the thesis entitled The Use Of Voice Of America (VOA) In Reporting the U.S.’ – Indonesia Relations To the Indonesian Public (2001 – 2009): Analysis on Programs “Apa Kabar Amerika”, “Dunia Kita” and “Warung VOA“ that was submitted by Ganis Wicaksono majoring in International Relations from the Faculty of Humanities was assessed and approved to have passed the Oral Examinations on April 2015.
    [Show full text]
  • Mahasiswa - and Was Right About It! Tony Liddicoat Provided Guidance on the Theoretical Aspects of the Thesis in the Early Stages of My Candidature
    ‘Warring Words’: Students and the state in New Order Indonesia, 1966-1998 A thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy of the Australian National University. Elisabeth Jackson Southeast Asia Centre Faculty of Asian Studies June 2005 CERTIFICATION I, Elisabeth Jackson, declare that this thesis, submitted in fulfillment of the requirements for the award of Doctor of Philosophy at the Australian National University, is wholly my own work unless otherwise referenced or acknowledged. It has not been submitted for qualifications at any other academic institution. …………………………. Elisabeth Jackson 3 June 2005 ii ACKNOWLEDGEMENTS I have been incredibly fortunate to have the support of a great many wonderful people throughout the course of researching and writing this thesis. First and foremost, I would like to thank Virginia Hooker for her enthusiasm for this project and her faith in my ability to do it. Her thoughtful criticisms gently steered me in the right direction and made it possible for me to see the bigger picture. I also owe enormous thanks to Ed Aspinall, who encouraged me to tackle this project in the first place and supported me throughout my candidature. He was also an invaluable source of expertise on student activism and the politics of the New Order and his extensive comments on my drafts enabled me to push my ideas further. Virginia and Ed also provided me with opportunities to try my hand at teaching. Tim Hassall’s considered comments on the linguistic aspects of this thesis challenged me to think in new ways about Indonesian language and helped to strengthen the thesis considerably.
    [Show full text]