MUSIK ORKESTRA DI KOTA MEDAN: KAJIAN SEJARAH SENI

T E S I S

Oleh

Herna Hirza NIM. 097037002

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 1 1

Universitas Sumatera Utara MUSIK ORKESTRA DI KOTA MEDAN: KAJIAN SEJARAH SENI

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Seni (M.Sn.) dalam Program Studi Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

Herna Hirza NIM. 097037002

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 1 1

Universitas Sumatera Utara

Judul Tesis : MUSIK ORKESTRA DI KOTA MEDAN: KAJIAN SEJARAH SENI Nama : Herna Hirza Nomor Pokok : 097037002 Program Studi : Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Drs. Muhammad Takari, M.Hum, Ph.D. Drs.Heristina Dewi M.Pd Nip.19651221 199103001 Nip. 196605271994032010

Ketua Anggota

Program Studi Magister (S2) Fakultas Ilmu Budaya Penciptaan dan Pengkajian Seni Dekan, Ketua,

Drs. Irwansyah Harahap, M.A. Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19621221 199703 1 001 NIP. 19511013 197603 1 001

Tanggal lulus: 15 Agustus 2011

Universitas Sumatera Utara Telah diuji pada Tanggal 15 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI UJIAN TESIS

Ketua : Drs. Irwansyah Harahap, M.A. ( ______)

Sekretaris : Drs. Torang Naiborhu, M.Hum. ( ______)

Anggota I : Drs. Muhammad Takari,M.Hum,PH.d ( ______)

Anggota II : Drs. Heristina Dewi, M.Pd ( ______)

Anggota III : Dr. Budi Agustono M.S ( ______)

Universitas Sumatera Utara

INTISARI

Musik Orkestra sudah hadir di Kota Medan pada tanggal 11 September 1945. Tetapi musik orkestra mulai tumbuh dan berkembang di Kota Medan pada era tahun 1970-an. RRI Medan merupakan salah satu wadah dimana musik orkestra tumbuh dan berkembang dengan baik dengan nama orkestra RRI Medan. Di era yang sama musik orkestra juga hadir di TVRI Medan dengan nama orkestra radio dan televisi yang merupakan gabungan antara orkestra radio dan televisi. Di tempat yang sama di era tahun 1990-an hadir pula orkestra dalam versi keroncong/seriosa dengan nama Puspa Irama yang dipimpin oleh Mulyono. Musik orkestra juga pernah hadir di Taman Budaya Medan dengan nama orkestra caparita 77 yang dipimpin oleh Mulyono tepatnya pada era tahun 1990-an. Musik orkestra sudah pernah tumbuh dan berkembang dengan baik di era 1970-an sampai awal tahun 2000-an. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan juga disebabkan meninggalnya orang-orang yang dianggap berjasa di dalam musik orkestra, disamping pendanaan yang minim yang tidak sesuai dengan pola kerja yang dianggap berat dan rumit, Selain itu disebabkan hadirnya televisi-televisi swasta dan radio- radio swasta yang menawarkan acara-acara hiburan yang lebih menarik dan variatif sehingga membuat siaran musik orkestra kalah bersaing di masyarakat sehingga akhirnya ditinggalkan dan tidak beraktifitas lagi sampai saat ini.

Musik orkestra di kota Medan: Kajian Sejarah Seni ini dicermati melalui penelitian dengan rumusan bagaimana sejarah musik orkestra di Kota Medan, yang juga diperdalam kajian terhadap perubahannya, kontinuitasnya, masa jaya, masa kritis, dan berubah menjadi orkes-orkes kecil. Permasalahan diatas dibahas berdasarkan Teori evolusi musik yaitu untuk melihat perkembangan dan pergeseran kebudayaan, karena teori evolusi musik juga berkaitan dengan sejarah musik. Teori difusi juga digunakan untuk melihat proses persebaran kebudayaan secara geografis yang dibawa oleh bangsa-bangsa yang migrasi yaitu para pedagang dan pelaut asing. Observasi, studi pustaka, dan wawancara merupakan hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini, yang kemudian hasilnya dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa memasuki awal tahun 2000-an keberadaan musik orkestra di kota medan sudah tidak mendapatkan perhatian yang baik bagi sebagian besar masyarakat Kota Medan yang disebabkan oleh kemajuan tehnologi sehingga masyarakat lebih menyukai lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu yang sifatnya grup anak muda yang lebih menarik dan variatif dibandingkan musik orkestra yang kaku dan monoton. Musik orkestra juga dinilai kalah bersaing dengan aliran musik lainnya yang lebih easy listening. Namun walaupun demikian sudah pernah tercatat di dalam sejarah bahwa musik orkestra di Kota Medan sudah pernah berjaya di era tahun 1970-an sampai awal 2000-an.

Kata kunci: orkestra, sejarah

Universitas Sumatera Utara ABSTRAC

Music existed in Medan since September 11th, 1945. But orchestra grew and develops since 1970’s. Radio Republic of (RRI) is the place where the orchestra developed well called RRI Medan orchestra. In the same era music orchestra also existed at Republic of Indonesia Television (TVRI) called Radio and Television orchestra. In the same place in the area of 1990’s also presented orchestra name keroncong or seriosa called Puspa Irama lead by Mulyono. Music Orchestra also presented at Taman Budaya Medan called by Caparita 77 lead by Mulyono at 1990’s. Music Orchestra developed well at 1970’s until beginning of 2000’s. by the time went by and the dead of the peoples who had dedicated their life to the music orchestra, beside the minimum of financed and the unsuitable with the work frame which is heavy and complicated, another reason because of the presented of private television station and private radio station which is played entertain program which is better and more interesting this cause the music orchestra can not compete and at the end people left it and forget it.

Music orchestra in Medan: This art history study observed by research with the formulation by the orchestra in Medan, and also deeper research on the changes, continuity, popular, critical moment, and changes into small orchestra. This problem study by theory of musical evolution by sees the development and the cultural changes, because musical evolution theory also related with history of music. Diffusion theory also uses to see the distribution of culture by geography approach which is taken by the migration of the traders and the foreign sailors. Observation, library studies and interview are the important element in this research and the result will be analysis. The result of the research showed, since 2000’s the existence of music orchestra no longer get good attention from the peoples of Medan by the cause of the high technology and make the people prefer dangdut music and the from group of young people band which is interesting and varietal compare to the music orchestra which is bored. Music orchestra also can not compete with other music which is easy listening. Even though the orchestra music written in the history of Medan and had well known in the era of 1970’s until beginning of 2000’s

Keywords: orchestra, history

Universitas Sumatera Utara PRAKATA

Alhamdullillah rasa syukur yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Allah SWT

karena berkat taufik dan hidayahnyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selayaknyalah penulis mengucapkan terima kasih kepada para informan yang telah begitu

banyak memberikan informasi berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, khususnya kepada

Friany Nainggolan, Harun, Hendrik Perangin-angin, Rubino yang setiap saat selalu terbuka

menerima wawancara dengan penulis. Juga ucapan terima kasih buat para informan lain yang

namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Namun demikian, secara khusus penulis berterima kasih kepada seluruh dosen/staf

pengajar di Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas Sumatera Utara yang telah secara langsung maupun tidak langsung membantu terselesaikannya tesis ini, khususnya tim

pembimbing yang terdiri dari Drs. Muhammad Takari P.Hd dan Drs Heristina Dewi M.Pd yang

sangat banyak membantu penyelesaian tesis ini, yang ditulis dalam rangka memenuhi salah satu

syarat mencapai gelar Magister pada Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni Universitas

Sumatera Utara.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Drs. Irwansyah, M.A. selaku Ketua Program

Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni dan Drs.Torang Naiborhu, M.Hum selaku Sekretaris

Program Studi Penciptaan dan Pengkajian Seni atas arahan dan bimbingan serta kemudahan yang

telah banyak diberikan kepada penulis.

Universitas Sumatera Utara Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Universitas Sumatera Utara yang telah banyak

memberikan kemudahan dalam penyelesaian tesis ini. Secara khusus penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya Drs. Syahron Lubis, M.A. Juga kepada Dr.

Budi agustono selaku penguji sekaligus juga ikut membantu membimbing, penulis ucapkan terima kasih.

Ijinkan juga penulis mengucapkan terima kasih setulusnya kepada ibunda Hj. Mar’ein yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan penulis sampai akhirnya dapat menyelesaikan pendidikan Magister ini, juga almarhum ayahanda Arlizar AR terima kasih atas segala kasih sayangnya. Seluruh kakak-kakak dan adik-adik serta ponakan (kak Yeni, kak

Irma, kak Yanti, Godex, Yasser, Ayah JJ, Om eyi, Om Aci, Olla, JJ, Hani, Haqi, Naya, Fati, dan yang tersayang Da Zet yang juga turut serta membantu secara moral dan material penulis ucapkan terima kasih setulusnya.

Dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini tidak luput dari kesalahan, kekurangan baik menyangkut substansi maupun redaksi penulisannya.

Semua kesalahan serta kekurangan yang ada dalam tesis ini sudah pasti merupakan tanggung jawab penulis, namun demikian semoga tesis ini bermanfaat bagi musisi-musisi terkait khususnya.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1: Biola……………………………………………………. 98 Gambar 2: Biola Alto………………………………………………. 100 Gambar 3: ……………………………………………………. 103 Gambar 4: ……………………………………………. 105 Gambar 5: ……………………………………………………. 106 Gambar 6: Klarinet…………………………………………………. 108 Gambar 7: ………………………………………………. 112 Gambar 8: ………………………………………………….. 117 Gambar 9: …………………………………………………. 118 Gambar 10:Keyboard……………………………………………….. 120 Gambar 11:Grand ……………………………………………. 121 Gambar 12:Trompet………………………………………………… 126 Gambar 13:………………………………………………… 126 Gambar 14:Conga…………………………………………………… 127 Gambar 15:Triangle…………………………………………………. 127 Gambar 16:Timbales………………………………………………… 128 Gambar 17:Cowbell…………………………………………………. 128 Gambar 18:Lonceng…………………………………………………. 129 Gambar 19:Harpa……………………………………………………. 129 Gambar 20:Baby Piano……………………………………………… 130 Gambar 21:Berbagai Denah Musik Orkestra……………………….. 130

Universitas Sumatera Utara Gambar 22:Berbagai Denah Musik Orkestra……………………….. 131 Gambar 23:Berbagai Denah Musik Orkestra……………………….. 132 Gambar 24:Berbagai Denah Musik Orkestra……………………….. 133 Gambar 25:Berbagai Simbol Dalam Memimpin Musik Orkestra….. 134 Gambar 26:Berbagai Ekpresi Dalam Memimpin Musik Orkestra…. 135 Gambar 27:Berbagai Simbol Dalam Memimpin Musik Orkestra….. 136 Gambar 28:Berbagai Bentuk Orkestra Menurut Cara Memainkannya 137 Gambar 28:Ansamble Gesek………………………………………… 137 Gambar 29:Ansamble Perkusi……………………………………….. 137 Gambar 31:Ansamble Tiup………………………………………….. 140 Gambar 32:Ansamble Tiup………………………………………….. 141 Gambar 33:Orkestra Tradisional (Asean)…………………………… 142 Gambar 34:Orkestra Tradisional (Jawa dan Asia)………………….. 143

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1: Keberadaan Program Kegiatan Musik Orkestra di RRI Medan

Pada Tahun 1950 sampai 2000

Universitas Sumatera Utara GLOSARIUM

Acting :Kemampuan bergaya didepan kamera :Alat musik yang sumber bunyinya berasal dari udara /ditiup Araskabu :Salah satu lagu karya Lily Suheiri dalam bentuk medley mencerita Kan perjuangan melawan penjajah Ansamble :Bentuk permainan musik yang memakai sedikit pemain Berkisar 5 sampai 6 pemain saja Beat :Ketukan didalam suatu lagu Hall :Ruangan besar untuk penampilan musik orkestra Chamber Classical :Permainan musik diruangan kecil yang memakai jumlah pemain Dan alat musik yang sedikit pula :Salah satu jenis komposisi Barat Continuo :Alat musik sejenis dimana ketika tutsnya ditekan Dia akan berbunyi terus menerus Chordophone :Alat musik yang sumber suaranya berasal dari senar Conducter :Pemimpin didalam musik orkestra dan paduan suara Easy Listening :Musik yang enak didengar/mudah dicerna seperti beraliran Dangdut dan pop Encore :Tepuk tangan panjang oleh penonton, meminta bonus lagu supaya Dimainkan ulang (penghargaan dari penonton) Electrophone :Alat musik yang sumber suaranya berasal dari aliran listrik Homophony :Komposisi musik yang memakai suara sejenis Beat :Ketukan didalam suatu lagu Intermission/Break :Tanda istirahat Idiophone :Alat musik yang sumber suaranya berasal dari badan alat musik

Universitas Sumatera Utara Itu sendiri Live :Pertunjukan musik yang disiarkan secara langsung Membranophone :Alat musik yang sumber suaranya berasal dari kulit Maestro :Pakar musik March :Tempo lagu dengan birama ¾ New York Phillharmonic :Kelompok orkestra yang tertua berdiri tahun 1842 di New York Non pitched :Alat musik jenis perkusi yang tidak mempunyai nada dasar Open stage :Pentas terbuka Overture :Salah satu jenis komposisi klasik Barat Poliphony :komposisi musik yang memakai banyak jenis suara Primitive :Masyarakat yang terbelakang Repertoar :Naskah/partitur musik Re-aransement :Komposisi musik yang di tulis kembali oleh orang lain Soprano :Suara tinggi khusus perempuan Tuxedo :Sejenis baju yang dipakai untuk pertunjukan musik orkestra (terkesan mahal dan mewah)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herna Hirza

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 15 oktober 1975

Alamat : JL.Kapt.Sumarsono Helvetia Medan (Graha Metropltn)

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Dosen Universitas Negeri Medan

Guru SMP AL.AZHAR Medan

Pendidikan :Sarjana Pendidikan (S.Pd) dari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, Jurusan Seni Musik, lulus tahun 2000

Pada tahun akademi 2009/2010 diterima menjadi mahasiswa pada Program Studi

Magister (S2) Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 15 Agustus 2011

Herna Hirza NIM: 097037002

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL………………………………………………….. i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………....ii

HALAMAN PERNYATAAN…………………………………… …iii

ABSTRACT ………………………………………………………… iv

INTISARI……………………………………….…………………… v

PRAKATA………………………………………………………….. vi

DAFTAR ISI…….………………………………………………….. vii

DAFTAR TABEL………………………………………………….. viii

DAFTAR GAMBAR..……………………………………………… ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP…….………………………………… x

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang………………………………………… 1

1.2. Rumusan Masalah………………………………………10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………10

Universitas Sumatera Utara 1.4. Tinjauan Pustaka………………………………..………11

1.5. Landasan Teori………………………..……………… 13

1.6. Metode Penelitian………………………………………16

1.7. Sistematika Penulisan…………………………………. 24

BAB II GAMBARAN MUSIK ORKESTRA DI INDONESIA DAN DI DUNIA

2.1. Pengertian Orkestra………………………………………….. 27

2.2. Sejarah Musik Orkestra di Dunia……………………...... 34

2.3. Sejarah Musik Orkestra di Indonesia ()……...... 37

2.4. Konser-Konser di Indonesia…………………………………. 49

BAB III GAMBARAN MUSIK ORKESTRA DI TAMAN

BUDAYA MEDAN, RRI MEDAN, TVRI MEDAN

3.1. Sejarah Musik Orkestra di Kota Medan…………………… 51

3.1.1. Peran Taman Budaya Terhadap Musik Orkestra….. 51

3.1.2. Latar Belakang Taman Budaya Medan…………… 52

3.1.3. Pentas Terbuka……………………………………. 53

Universitas Sumatera Utara 3.1.4. Gedung Pameran…………………………………. 54

3.1.5. Gedung Utama Atau Teater Tertutup…………….. 54

3.1.6. Sanggar Musik……………………………………. 55

3.1.7. Sanggar Tari……………………………………… 56

3.1.8. Sanggar Teater…………………………………… 56

3.1.9. Program Kegiatan Musik Orkestra di TBM…….. 56

3.1.10. Keberadaan Musik Orkestra di TBM……………. 57

3.1.11.Terhentinya Program Musik Orkestra di TBM……. 59

3.2. Sejarah Musik Orkestra di TVRI Medan………………… 59

3.2.1. Latar Belakang TVRI Medan…………………… 59

3.2.2. Struktur Organisasi di TVRI Medan…………… 61

3.2.3. Peran TVRI Medan Terhadap Musik Orkestra… 61

3.2.4. Program Musik Orkestra di TVRI Medan……… 63

3.3. Sejarah Musik Orkestra di RRI Medan………………… 63

3.3.1. Latar Belakang RRI Medan…………………… 63

3.3.2. Keberadaan Program Penyiaran Musik Orkestra 67

Universitas Sumatera Utara 3.3.3. Aspek Penyiaran Dalam Produksi……………… 68

3.3.4. Keberadaan Musik Orkestra Pada Program

Musik di RRI Medan ………………………… 69

3.3.5. Program Program Musik Orkestra di RRI Medan 71 3.3.6.

Perbandingan Musik Orkestra di 3 Lokasi pelitian 72 3.3.7. Perubahan-

Perubahan Yang Terjadi Terhadap

Musik Orkestra di Kota Medan ………………… 74

3.4. Instrumentasi di 3 Lokasi Penelitian Musik

Orkestra di Medan...... 75

3.5. Perbandingan Dengan Instrumen Musik Orkestra di Eropa. 77

3.6. Denah Pemain…………………………………………… 79

3.7. Proses Rekaman……………………...... 79

3.8. Proses Latihan…………………………………………. 81

3.9. Pengalaman Jadi Pemain……………………………… 83 3.10.

Menonton Live…………………………………….. 84 3.11. Tayangan

Musik Orkestra di Kota Medan………….. 84

3.12. Penikmat Musik Orkestra di Kota Medan…………… . 85

Universitas Sumatera Utara 3.13. Donatur Untuk Musik Orkestra di Kota Medan……….. 86

3.14. Biografi Komponis Musik Orkestra di Kota Medan…... 87

3.15. Lagu/Partitur Yang di Gunakan Musik Orkestra Medan 91

BAB IV PENGELOMPOKAN ALAT-ALAT MUSIK ORKESTRA

4.1. (kelompok alat musik gesek)…………. 93

4.1.1.Violine (Biola)…………………………………. 93

4.1.2.Tinjauan Sejarah Biola…………………………. 95

4.1.3.Konstruksi Biola………….…………………….. 96

4.1.4.Karakter Suara dan Register Wilayah Alto…….. 97

4.1.5. (Biola Alto)………………………………. 98

4.1.6.Wilayah Nada Biola Alto………………………. 99

4.1.7.Cello…………………………………………… 100

4.1.8.Penyeteman dan Jangkauan Nada Pada Cello..... 102

4.1.9.Busur Cello……………………………………… 102

4.1.10.Teknik Bermain……………………………...... 102

4.1.11.Vibrato………………………………………. 103

Universitas Sumatera Utara 4.1.12.Glisando…………………………………………. 103

4.1.13.Penggunaan Cello…………………………...... 103

4.1.14.Kwartet dan Ansamble……………………...... 104

4.1.15.Double Bass……………………………………... 104

4.2. /Kelompok Alat Musik Tiup Kayu... 105

4.2.1.Jenis Instrumen Musik Tiup Kayu………………. 105

4.2.1.1. Tunggal……………………………. 104 4.2.1.2.

Reed Ganda………………...... 106

4.2.2. Flute……………………………………………... 106

4.2.2.1.Open Flute………………………………. 107

4.2.2.2.Closed Flute…………………………….. 107

4.2.3. Klarinet…………………………………………. 107 4.2.4.

Saxophone………………………………………. 108

4.2.5. …………………………………………….. 108

4.3. Brasswind Section /Kelompok Alat Musik Tiup Logam 109

4.3.1.Trompet………………………………………….. 110

4.3.1.1.Jenis Trompet……………………………. 110

Universitas Sumatera Utara 4.3.2.……………………………………………… 111

4.3.3.French ……………………………………… 111

4.3.4.Trombone………………………………………… 112

4.4. Percussion Section/Kelompok Alat MusikPukul………. 113

4.4.1.Idiophone…………………………………………. 113

4.4.2.Berdasarkan Fungsi Permainan Musik Orkestra…. 114

4.4.3.Instrumen Musik Perkusi Bernada…………………… 114

4.4.4.Instrumen Musik Perkusi Tidak Bernada……………. 114

4.4.5.Fungsi Perkusi……………………………………….. 115

4.4.5.1.………………………………………… 115

4.4.5.2.Drumbass…………………………………… 116

4.4.5.3.Snare ……………………….. ………. 116

4.4.5.4.Cymbal…………………………………….. 117

4.4.5.5.Timpani……………………………………. 117

4.4.5.6.Drum………………………………………. 118

4.4.6.Harpa………………………………………………. 119

Universitas Sumatera Utara 4.4.7.Keyboard………………………………………….. 120

4.4.7.1.Piano……………………………………… 121

4.4.7.2.Organ…………………………………….. 122

4.4.8.Pemimpin Orkestra (kondukter atau Dirigen)……. 122

4.4.8.1.Aba-Aba Kondukter……………………… 123

4.4.8.2.Tongkat Dirigen…………………………. 123

4.4.8.3.Persiapan Dirigen………………………… 124

4.4.8.4.Kondukter-Kondukter Terkenal Dunia……. 124

4.4.8.5.Kondukter-Kondukter Terkenal Indonesia… 125

4.4.8.6.Gambar Alat Musik Di Orkestra………….. 126

4.4.8.7. Gambar Denah Musik Orkestra…………. 132

4.4.8.8. Gambar Simbol Musik Orkestra…………. 136

4.4.8.9. Gambar Bentuk Musik Orkestra

Menurut Cara Memainkannya ………….. 137

4.4.8.10.Ansamble Gesek………………………… 137

4.4.8.11.Ansamble Perkusi……………………………… 138

Universitas Sumatera Utara 4.4.8.12.Ansamble Tiup………………………………… 140

4.4.8.13.Orkestra Tradisional…………………………… 142

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan…………………………………………………… 144

5.2. Saran………………………………………………………. 147

GLOSARIUM

LAMPIRAN GAMBAR

LAMPIRAN FOTO

LAMPIRAN PARTITUR LAGU

Universitas Sumatera Utara

INTISARI

Musik Orkestra sudah hadir di Kota Medan pada tanggal 11 September 1945. Tetapi musik orkestra mulai tumbuh dan berkembang di Kota Medan pada era tahun 1970-an. RRI Medan merupakan salah satu wadah dimana musik orkestra tumbuh dan berkembang dengan baik dengan nama orkestra RRI Medan. Di era yang sama musik orkestra juga hadir di TVRI Medan dengan nama orkestra radio dan televisi yang merupakan gabungan antara orkestra radio dan televisi. Di tempat yang sama di era tahun 1990-an hadir pula orkestra dalam versi keroncong/seriosa dengan nama Puspa Irama yang dipimpin oleh Mulyono. Musik orkestra juga pernah hadir di Taman Budaya Medan dengan nama orkestra caparita 77 yang dipimpin oleh Mulyono tepatnya pada era tahun 1990-an. Musik orkestra sudah pernah tumbuh dan berkembang dengan baik di era 1970-an sampai awal tahun 2000-an. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan juga disebabkan meninggalnya orang-orang yang dianggap berjasa di dalam musik orkestra, disamping pendanaan yang minim yang tidak sesuai dengan pola kerja yang dianggap berat dan rumit, Selain itu disebabkan hadirnya televisi-televisi swasta dan radio- radio swasta yang menawarkan acara-acara hiburan yang lebih menarik dan variatif sehingga membuat siaran musik orkestra kalah bersaing di masyarakat sehingga akhirnya ditinggalkan dan tidak beraktifitas lagi sampai saat ini.

Musik orkestra di kota Medan: Kajian Sejarah Seni ini dicermati melalui penelitian dengan rumusan bagaimana sejarah musik orkestra di Kota Medan, yang juga diperdalam kajian terhadap perubahannya, kontinuitasnya, masa jaya, masa kritis, dan berubah menjadi orkes-orkes kecil. Permasalahan diatas dibahas berdasarkan Teori evolusi musik yaitu untuk melihat perkembangan dan pergeseran kebudayaan, karena teori evolusi musik juga berkaitan dengan sejarah musik. Teori difusi juga digunakan untuk melihat proses persebaran kebudayaan secara geografis yang dibawa oleh bangsa-bangsa yang migrasi yaitu para pedagang dan pelaut asing. Observasi, studi pustaka, dan wawancara merupakan hal penting yang dilakukan dalam penelitian ini, yang kemudian hasilnya dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa memasuki awal tahun 2000-an keberadaan musik orkestra di kota medan sudah tidak mendapatkan perhatian yang baik bagi sebagian besar masyarakat Kota Medan yang disebabkan oleh kemajuan tehnologi sehingga masyarakat lebih menyukai lagu-lagu dangdut dan lagu-lagu yang sifatnya grup band anak muda yang lebih menarik dan variatif dibandingkan musik orkestra yang kaku dan monoton. Musik orkestra juga dinilai kalah bersaing dengan aliran musik lainnya yang lebih easy listening. Namun walaupun demikian sudah pernah tercatat di dalam sejarah bahwa musik orkestra di Kota Medan sudah pernah berjaya di era tahun 1970-an sampai awal 2000-an.

Kata kunci: orkestra, sejarah

Universitas Sumatera Utara ABSTRAC

Music orchestra existed in Medan since September 11th, 1945. But music orchestra grew and develops since 1970’s. Radio Republic of Indonesia (RRI) is the place where the orchestra developed well called RRI Medan orchestra. In the same era music orchestra also existed at Republic of Indonesia Television (TVRI) called Radio and Television orchestra. In the same place in the area of 1990’s also presented orchestra name keroncong or seriosa called Puspa Irama lead by Mulyono. Music Orchestra also presented at Taman Budaya Medan called by Caparita 77 lead by Mulyono at 1990’s. Music Orchestra developed well at 1970’s until beginning of 2000’s. by the time went by and the dead of the peoples who had dedicated their life to the music orchestra, beside the minimum of financed and the unsuitable with the work frame which is heavy and complicated, another reason because of the presented of private television station and private radio station which is played entertain program which is better and more interesting this cause the music orchestra can not compete and at the end people left it and forget it.

Music orchestra in Medan: This art history study observed by research with the formulation by the history of music orchestra in Medan, and also deeper research on the changes, continuity, popular, critical moment, and changes into small orchestra. This problem study by theory of musical evolution by sees the development and the cultural changes, because musical evolution theory also related with history of music. Diffusion theory also uses to see the distribution of culture by geography approach which is taken by the migration of the traders and the foreign sailors. Observation, library studies and interview are the important element in this research and the result will be analysis. The result of the research showed, since 2000’s the existence of music orchestra no longer get good attention from the peoples of Medan by the cause of the high technology and make the people prefer dangdut music and the song from group of young people band which is interesting and varietal compare to the music orchestra which is bored. Music orchestra also can not compete with other music which is easy listening. Even though the orchestra music written in the history of Medan and had well known in the era of 1970’s until beginning of 2000’s

Keywords: orchestra, history

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Musik adalah ekspresi kebudayaan manusia yang mengandung unsur-unsur keindahan, yang diekspresikan melalui dimensi ruang dan waktu. Dimensi ruang ini umumnya dikaitkan dengan tangga nada atau modus, yang terdiri lagi atas frekuensi bunyi, interval, ambitus, melodi, motif melodi, frase, bentuk, dan lainnya. Sementara dimensi waktu terdiri dari unsur-unsurnya seperti meter (birama), tanda birama, aksentuasi, fungtuasi, siklus, ritmik, up beat, down beat, dan hal-hal sejenis. Setiap kebudayan memiliki konsep dan aplikasi tersendiri tentang dimensi waktu dan ruang di dalam musik. Di dalam kebudayaan India dimensi ruangnya secara umum disebut dengan raga dan dimensi waktunya disebut dengan tala. Dalam musik Timur Tengah dimensi ruang disebut dengan maqamat dan waktu disebut dengan iqaat. Dalam musik Jawa dimensi ruang disebut dengan tangga nada selendro dan pelog, dengan modusnya yang disebut dengan pathet. Demikian pula untuk musik-musik lainnya di seluruh dunia (Malm.1977; 78). Selain itu, budaya musik ini ada yang disajikan secara solo saja, ada pula yang disajikan secara bersama, baik dengan instrumentasi atau vokal, atau campuran keduanya. Ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan budaya dalam masyarakat tersebut. Ada pula musik yang disajikan bersifat rahasia. Misalnya tradisi marhusip, yaitu nyanyian untuk berpacaran dalam kebudayaan Mandailing disajikan khusus oleh seorang pemuda kepada kekasihnya dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Ada juga musik yang disajikan secara duet atau trio, sebagaimana yang lazim dipraktekkan pada kebudayaan musik populer Batak Toba, seperti kelompok Trio Lasidos, Trio Ambisi, Trio Amsisi, dan lainnya. Selain dari dimensi ruang yang berorientasi melodis, sebagaimana musik dalam kebudayaan masyarakat dunia Timur, maka dalam beberapa tradisi musikal ada juga dimensi ruang yang berorientasi harmonik, sebagaimana umumnya musik Barat, termasuk tradisi orkestranya. Musik dengan ciri harmonik ini menjadi bahagian dari identitas musik Barat. Tradisi musik harmoni ini dapat disajikan dalam tekstur homofoni maupun polifoni.

Harmoni dalam musik Barat adalah salah satu teori musik yang mengajarkan bagaimana menyusun suatu rangkaian akord-akord, agar musik tersebut dapat enak didengar dan selaras. Di sini dipelajari tentang penggunaan berbagai nada secara bersama-sama dan akord-akord musik yang terjadi dengan sesungguhnya ataupun yang tersirat. Studi ini sering merujuk kepada studi tentang progresi harmoni, gerakan dari satu nada secara berbarengan ke nada yang lain, dan prinsip-prinsip struktural yang mengatur progresi tersebut. Dalam musik Barat, harmoni sering

Universitas Sumatera Utara mengacu kepada aspek-aspek vertikal musik yang dibedakan dari gagasan tentang garis melodi atau aspek horisontalnya (http://id.wikipedia.org/wiki/harmoni). Di Eropa, genre musik yang menggunakan unsur harmonik di antaranya adalah: orkestra, tradisi dalam gereja Katolik seperti penggunaan modus-modus aeolian, lidian, dorian, miksolidian, frigian, dan ionian. Begitu juga dengan musik-musik rakyat di Semenanjung Balkan, Bulgaria, Irlandia, Inggris, dan berbagai tempat di wilayah budaya Barat. Musik dengan ciri harmonik ini juga menyebar ke berbagai tempat, seiring dengan persebaran orang-orang Eropa ke seluruh dunia, terutama di Amerika. Di sini terdapat musik country, bluegrass, cowboy, dan juga berakulturasi dengan , bossanova, reggae, dan lain-lainnya. Salah satu yang paling menonjol adalah genre musik orkestra. Musik orkestra adalah kelompok musik instrumental yang terdiri dari banyak instrumen yang terdiri dari seksi gesek, seksi tiup kayu, seksi tiup logam, dan seksi pukul , yang dimainkan secara bersama-sama dengan membaca sebuah partitur atau naskah lagu yang sudah disiapkan terlebih dahulu yang dipimpin oleh seorang konduktor sebagai seorang pemimpin lagu (Fuadi.2009;144). Di Sumatera utara, khususnya di Kota Medan sejauh pengamatan penulis, musik orkestra pernah ada di Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan yang dikenal pada era 1970-an dengan nama orkestra televisi dan radio (OTR), dan pada era 1990-an muncul lagi musik orkestra dengan nama Puspa Irama dilokasi yang sama. Di Taman Budaya Medan (TBM) juga pernah ada musik orkestra pada era 1990-an yang disebut orkestra Caparita 77, Kemudian ada lagi musik orkestra di Radio Republik Indonesia (RRI) Medan yang disebut Orkestra RRI, yang awalnya di dasawarsa 1970-an diketuai oleh Max Sapulete, dan kemudian dilanjutkan oleh Ahmad Sa’aba. Orkestra-orkestra ini tumbuh di dasawarsa 1970-an sampai 1990-an. Tetapi memasuki awal tahun 2000-an dan sampai saat ini orkestra-orkestra tersebut sudah tidak ada lagi, yang tersisa hanyalah cerita-cerita saja, semuanya hanya tinggal kenangan. Namun demikian, di era tahun 2000-an ini ada juga bentuk-bentuk orkestra kecil (orkes kamar) yang eksis di Kota Medan, seperti di Medan Music, Vivo Music, di Unimed yang digunakan untuk mengiringi wisuda ahli madya, sarjana, magister, dan doktor di bawah pimpinan Erison Koto.11 Oleh karena keadaan tersebut, maka penulis merasa tertarik dan merasa layaklah keberadaan musik orkestra yang pernah ada dahulu di Sumatera utara khususnya di Kota Medan diteliti dan ditulis sebagai bahan dokumentasi sejarah seni. Selain itu ketertarikan penulis untuk mengkaji keberadaan orkestra yang pernah ada ini adalah bahwa genre, struktur, dan gaya musiknya selain dalam gaya Eropa, para komposer dan seniman pemusik orkestra Medan ini juga memiliki ciri khas Medan. Yang di maksud dengan ciri khas Medan disini adalah munculnya lagu-lagu tradisi seperti Sai anjumau, O.Tano Batak, lagu-lagu dangdut Simalakama,

1 Erizon Koto adalah seorang dosen luar biasa di sendratasik Unimed, mereka ini adalah kelompok generasi muda yang berjuang dan ingin meneruskan keberadaan musik orkestra di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara Araskabu, lagu-lagu keroncong/seriosa yang semua itu di aransemen dengan gaya musik orkestra hal ini tidak terdapat ditempat lain. Di era tahun 1970- an dimana pada waktu itu kondisi politik di Indonesia belum begitu stabil dan tingkat perekonomian sebagian besar masyarakat Indonesia juga masih jauh dari kesan sederhana, namun musik orkestra telah hadir dan memberikan hiburan ditengah-tengah masyarakat. Pada saat itu tidak semua masyarakat memiliki televisi di rumah, karena pada saat itu televisi masih dianggap barang mewah, dan masyarakat yang tidak memiliki televisi hanya bisa menyaksikan penayangan musik orkestra di Balai Desa menonton secara beramai-ramai disana. Sampai awal tahun 2000-an orkestra ini dapat hidup dan berkembang di Kota Medan karena fungsional dalam masyarakat. Masyarakat selalu menantikan siaran televisi dan radio yang menyajikan pertunjukan musik orkestra secara langsung (live), karena pada saat itu belum munculnya stasiun televisi swasta dan tidak ada pilihan acara yang lain. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998 membuat keterpurukan di sana sini, termasuk juga kelangsungan hidup musik orkestra yang sempat menghilang beberapa saat. Namun seiring dengan perkembangan politik dan ekonomi yang semakin membaik, sehingga dengan demikian keadaan musik orkestra juga mengalami pertumbuhan kembali dengan kata lain beraktifitas kembali. Namun memasuki awal tahun 2000- an jaman keemasan orkestra sudah dapat dikatakan selesai, ini disebabkan oleh kondisinya yang tidak lagi fungsional. Disamping itu stasiun-stasiun televisi swasta dan stasiun-stasiun radio swasta bermunculan dengan konsep hiburan populer, seperti dangdut, musik populer, campur sari, lawakan oleh Sri Mulat, dan lain-lain yang lebih menarik dan variatif sehingga menggerus keberadaan musik orkestra di Kota Medan. Oleh karena itu maka penelitian ini bertujuan menulis sisi sejarah orkestra di Kota Medan yang pernah ada. Kemungkinan penelitian ini dapat digunakan untuk kerja revitalisasi bagi pihak-pihak yang perduli terhadapnya. Berkenaan dengan fungsi musik, menurut Alam P. Merriam memberikan contoh sepuluh fungsi musik, yang menurutnya telah dikaji oleh para pengkaji musik sampai dasawarsa 1960-an terutama dalam disiplin etnomusikologi, yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi penghayatan estetika, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, (8) fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan dan (10) fungsi pengintegrasian masyarakat (Merriam,1964 ;219-226). Dengan melihat contoh-contoh fungsi musik di atas, maka musik orkestra di Kota Medan, menurut penulis memiliki fungsi-fungsi: hiburan, komunikasi, kesinambungan kebudayaan, pengintegrasian masyarakat, estetika, perlambangan, reaksi jasmani dan seterusnya. Di luar kesepuluh fungsi tersebut, menurut penulis musik orkestra di Kota Medan juga memiliki fungsi enkulturasi budaya, yaitu sarana pendidikan musik bagi para pemusik dan penontonnya. Dalam

Universitas Sumatera Utara hal ini adalah musik orkestra Barat yang diserap oleh masyarakat Kota Medan. Selain itu, musik orkestra ini sebenarnya memiliki fungsi penguat identitas media masa penyiaran umum (publik) yaitu TVRI Medan dan RRI Medan. Semua fungsi musik tersebut tidak bisa dilepaskan dari sejarah dan konsep musik, khususnya orkestra, termasuk perjalanannya secara difusi dari Eropa ke Indonesia dan khususnya Kota Medan. Musik dapat dihasilkan melalui beberapa bentuk antara lain: melalui vokal, yaitu musik yang disajikan dengan menggunakan suara manusia sebagai medianya yang biasa disebut dengan menyanyi. Kemudian melalui bentuk instrumental yaitu musik yang di sajikan dengan menggunakan instrumen atau alat musik sebagai medianya, termasuk juga dalam hal ini musik orkestra. Salah satu genre musik adalah musik klasik yang biasanya mengacu pada musik yang dibuat atau berakar dari tradisi kesenian Barat, musik Kristiani dan musik orkestra yang mencakup periode dari sekitar abad ke 9 sampai abad ke 21. Musik hadir saat dipertunjukkan, bila seseorang hanya terampil membaca nada dan imajinasi yang baik tanpa adanya permainan musik, maka tidak dapat disangkal bahwa musik tidak akan hadir. Musik benar-benar hadir hanya bila dipertunjukkan. Satu-satunya cara untuk memahami musik adalah dengan belajar memainkannya, apapun alat musiknya atau menggunakan suara manusia sebagai alat musiknya. (Djohan,2000;125). Musik tidak bisa terlepas dari kehidupan kita sehari-hari. Hampir di manapun kita berada kita bisa menikmati musik seperti di bus, di restoran, bahkan di gedung pertunjukkan dan tempat-tempat fasilitas umum lainnya. Musik ini bisa diperdengarkan melalui tape rekorder, radio, televisi, dvd bahkan yang paling praktis melalui telepon selular, yang semuanya itu untuk mengiringi berbagai aktifitas manusia, dan juga sebagai hiburan agar pikiran yang terbebani oleh berbagai macam pekerjaan dan masalah dapat menjadi segar kembali. Dengan mendengarkan musik membuat suasana batin menjadi menyenangkan, menyuguhkan rindu, sendu, bahagia maupun haru. Itulah sebabnya mengapa peranan musik tidak bisa dipisahkan dalam aktivitas manusia sehari-hari. Perkembangan musik yang pesat di Indonesia melahirkan berbagai aliran atau genre musik antara lain: keroncong, seriosa, populer, dangdut, bahkan musik klasik yang dianggap oleh sebagian orang musik yang serius juga turut memberi warna di dunia musik Indonesia. Aliran atau genre musik tersebut di atas juga dimainkan didalam bentuk musik orkestra, ada orkestra keroncong, orkestra seriosa, orkestra pop, orkestra dangdut, dan orkestra musik klasik. Musik juga dapat ditampilkan dalam beberapa bentuk Antara lain: bentuk penyajian musik ditampilkan secara satu orang, dua orang, tiga orang bahkan bisa lebih dari itu. Musik orkestra yang ada di Kota Medan, menurut pengamatan penulis, yang juga sebagai pemain biola dan piano, umumnya memakai pemain dalam penampilan panggungnya berkisar 25 hingga 30

Universitas Sumatera Utara pemain. Jumlah tersebut masih dibilang terlalu minim untuk sebuah musik orkestra, tetapi hal itu semua tergantung dari situasi dan kondisi di daerah masing-masing.22 Di dalam permainan musik orkestra, pemusik di tuntut untuk bisa memainkan alat musik, sambil membaca sebuah komposisi musik atau partitur musik atau naskah musik yang telah tertulis untuk sebuah alat musik. Belajar memainkan alat musik memerlukan tingkat kedisiplinan dan kesungguhan yang tinggi dan waktu belajar yang tinggi pula. Salah satu aliran musik yang memerlukan tingkat kedisiplinan dan keseriusan yang tinggi adalah musik orkestra. Musik orkestra yang ada di Kota Medan hampir memiliki kesamaan unsur dengan musik orkestra yang ada di Barat, terutama terlihat pada alat musik yang dipakai missalnya biola, biola alto, cello, kontra bass, flute, klarinet, horn, , trombon, oboe, timpani, triangle, maracas dan sama- sama dipimpin oleh satu orang dirigen/kondukter (pemimpin musik orkestra) dan masih banyak lagi lainnya. Musik orkestra juga dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis antara lain: orkestra teater, orkestra simponi, orkestra gesek, orkestra tiup, orkestra pukul, orkestra radio, orkestra studio, orkestra café, dan lain sebagainya (Fuadi,2009;145). Kita tahu bahwa masyarakat Kota Medan adalah masyarakat yang heterogen, yang terdiri dari berbagai macam agama, berbagai macam suku, berbagai macam tingkat pendidikan, berbagai macam status sosial yang berbeda-beda dan merupakan masyarakat yang mobilitas kesibukannya tinggi. Hal ini pulalah yang membuat tingkat keseleraan terhadap suatu aliran musik menjadi berbeda-beda pula. Untuk musik orkestra di Kota Medan sambutan masyarakat tidaklah sebagus musik populer maupun musik dangdut, penikmat musik orkestra di Kota Medan adalah sebagian besar musisi-musisi yang terlibat langsung didalam musik orkestra tersebut. Padahal bisa dikatakan, masyarakat Kota Medan adalah masyarakat yang senang akan hiburan khususnya musik. Di sisi lain grup-grup Band di Indonesia ikut juga terpengaruh untuk menggabungkan alat-alat musik orkestra di dalam penampilan panggung atau rekaman mereka. Biasanya alat-alat musik orkestra yang dipakai seperti instrumen gesek yaitu biola, biola alto, cello, contra bass, instrumen tiup kayu yaitu flute, oboe, klarinet, instrumen tiup logam yaitu terompet, trombone, bahkan instrumen pukul yaitu timpani, ringbell, kastanyet, cymbal, dan lain-lain. Namun hal yang cukup penting dalam perjalanan orkestra adalah terjadinya masa pasang surut sejak keberadaanya di Indonesia sebagai pengaruh difusi (persebaran) kebudayaan. Menurut Gaetner,”unsur-unsur kebudayaan masa lampau adalah dengan membuat klasifikasi benda-benda menurut tempat asalnya dan menyusunnya berdasarkan persamaan unsur-unsur tersebut.” 1.2 Rumusan Masalah

2Chamber orchestra (atau di Indonesiakan orkes kamar) yang berada diluar negeri memiliki jumlah pemain 50 orang dan disebut dengan small ensemble. Ada lagi orchestra atau philharmonic orchestra yang memiliki jumlah pemain 100 orang .(sumber: www.wikipedia.org)

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapatlah ditentukan yang menjadi rumusan masalahnya adalah bagaimana perubahan, keberkelanjutan, masa jaya, masa runtuh musik orkestra di Kota Medan. Selain itu di uraikan juga beberapa orang komponis ternama Kota Medan yang membidangi musik orkestra yaitu: Mulyono, Max Sapulete, Ahmad Sa’aba, dan lain-lain. Mereka dipandang oleh masyarakat dan seniman memiliki kapasitas dan kapabilitas sebagai tokoh orkestra di Kota Medan pada era 1970-an sampai awal tahun 2000-an .

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan, keberkelanjutan, masa jaya, masa runtuh musik orkestra di Kota Medan. Tujuan ini selaras dengan perumusan masalah yang mengkaji sejarah orkestra di Kota Medan, juga dilengkapi dengan biografi beberapa orang komponis musik orkestra Kota Medan.

1.3.1 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai sebuah studi banding terhadap pertumbuhan dan perkembangan musik orkestra yang berada di luar Kota Medan, juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap khasanah musik orkestra di Kota Medan sehingga dapat menumbuhkembangkan kembali musik orkestra di Kota Medan, dan menjadikan musik orkestra sebagai bagian dari nafas kehidupan musisi-musisi itu sendiri. Disamping itu juga sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir memperoleh gelar Magister Seni di Program Studi Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

1.4 Tinjauan Pustaka

Studi ini berangkat dari kenyataan yang ada di Kota Medan, tidak jauh berbeda umumnya dengan musik orkestra yang ada di Indonesia juga mengalami masa pasang surut. Bahwa sepanjang pengetahuan penulis sampai saat ini buku-buku yang secara khusus berisikan tentang musik orkestra sangatlah jarang dan langka khususnya yang berbahasa Indonesia lengkap untuk diperoleh. Di sini ada beberapa buku-buku yang penulis gunakan sebagai acuan penulis dalam mengungkapkan berbagai hal mengenai musik orkestra. Di antaranya adalah sebagai berikut: Skripsi mahasiswa Sendratasik Universitas Negeri Medan yang berjudul “Program musik klasik di RRI Medan pada tahun 1950-2000” oleh Dedi Purnama. Skripsi ini menjelaskan tentang musik klasik yang menjadi salah satu program siaran di RRI Medan.Dedi Purnama juga mengkaji aspek perubahan dan kontinuitas program musik klasik, Ia menggunakan pendekatan sejarah dan penelitian lapangan. Namun di dalam skripsi ini tidak ada contoh lagu-lagu dalam bentuk partitur, kalaupun ada hanyalah sedikit saja.

Universitas Sumatera Utara Selain itu juga ada Skripsi mahasiswa Sendratasik Universitas Negeri Medan lainnya yang berjudul “Peranan musik orkestra dalam ibadah di Gereja Pantekosta Tabernakel” oleh Natanael. Ia mengkaji mengenai peranan dan fungsi musik orkestra untuk mengiringi ibadah umat Kristen di Gereja, disertai dengan contoh-contoh lagu. Di samping itu juga dari jurnal Ilmiah Harmoni, terbitan Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah salah satu artikelnya yang berjudul “Mengenal lebih dekat musik orkestra” oleh Fuadi, berisi gambaran umum musik orkestra, termasuk instrumentasi, sejarah, perkembangan, dan proses difusinya di Indonesia. Tulisan ini sangat membantu penulis di dalam penulisan tesis ini.

Buku Sejarah Musik 1 oleh Karl-Edmund Prier sj juga penulis pakai sebagai acuan. Buku ini menjelaskan tentang sejarah dan perkembangan musik dari masa prasejarah (5000 SM) sampai zaman akhir (711-332SM).

Untuk menambah wawasan tentang musik orkestra di dunia Barat, penulis juga membaca buku yang berjudul “The study of ” oleh Samuel Adler, dari Eastman School of Music of the University of Rochester 1989, Buku ini berisi kajian yang mendalam tentang instrumentasi di dalam orkestra dalam kebudayaan Barat, yang disertai dengan contoh-contoh lagu dari masing-masing instrumen. Buku “The History of the Orchestration and Orchestral Instrument” oleh P.Beeker, New York 1963 yang menjelaskan sejarah orkestra di dunia dilengkapi dengan penjelasan mengenai alat musik orkestra.

Buku-buku, sumber dan daftar pustaka diatas penulis gunakan sebagai acuan dalam rangka mendeskripsikan dan menganalisis keberadaan musik orkestra di dunia, di Indonesia, dan khususnya di Kota Medan. Tentu saja kajian ini sangat berdimensi sejarah. Namun demikian, sejarah yang dimaksud bukanlah sejarah umum, tetapi sejarah seni (orkestra), yang juga melibatkan peran komponis, dirigen, pemusik, stage manager, manajemen di tiga lokasi penelitian yaitu Taman Budaya Medan, TVRI Medan, dan RRI Medan. Kajian ini tentu saja melalui pendekatan multidisiplin dan interdisiplin ilmu.

1.5. Landasan teori Musik orkestra merupakan warisan dari budaya Barat yang masuk, tumbuh, dan berkembang di Indonesia khususnya Kota Medan. Perkembangan musik orkestra tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dan penyebarannya dari satu benua ke benua lain atau dari satu wilayah ke wilayah lain. Dalam kaitan dengan penyebaran musik orkestra ini, studi ini mengombinasikan teori difusi dengan pendekatan sejarah. Teori difusi menjelaskan penyebaran dari seorang yang dianggap penting atau dari pusat perkotaan yang dalam waktu tertentu dibawa orang lain ke pedesaan (Koentjaraningrat,1980;123-125). Dalam kaitannya dengan musik orkestra, jenis musik ini masuk dari Eropa ke Nusantara di bawa oleh pedagang, pelaut, dan, penjajah Belanda. Melalui merekalah akhirnya musik orkestra ini berkembang dari satu tempat

Universitas Sumatera Utara ke tempat lain sampai akhirnya sampai ke Medan. Selain teori difusionis ini, studi ini juga memakai pendekatan sejarah yaitu ingin menyingkap proses diakronik perkembangan musik orkestra dari tahun 1970-an sampai awal tahun 2000-an. Dalam kaitan dengan pendekatan sejarah ini akan diungkap aspek-aspek sosial dan struktural dari perkembangan musik orkestra dari satu periode ke periode tertentu. Dengan menyingkap proses diakronik musik okestra ini akan di mengerti perkembangan dari satu periode tertentu ke periode lainnya. Dalam hubungannya dengan aspek diakronik ini musik orkestra yang berkembang sampai masa puncaknya tidak bisa dipisahkan dari dinamika sosial yang muncul saat itu. Artinya dalam setiap tahapan waktu musik orkestra ini tentu saling terkait dengan perkembangan masyarakat pendukungnya. Sementara itu masyarakat pendukung jenis musik ini sangat terkait dengan kebijakan pemerintah. Dengan memahami ini akan diketahui aspek-aspek sosial yang mendorong jenis musik ini sampai masa puncaknya sekaligus diketahui penyebab ditinggalkannya jenis musik ini oleh masyarakat pendukungnya. Pendekatan sejarah terhadap musik, khususnya musik jazz dilakukan oleh GuntherSchuller,Jazz:AHistoricalPerspective (http://www.tannerlectures.utah.edu/lectures/documents/schuller97.pdf , 1996). Dalam menjelaskan perkembangan musik jazz, etnomusikolog ini memakai pendekatan sejarah untuk melacak asal mula sejarah jazz yang berasal dari Afrika Barat dengan semua elemen musiknya dari wilayah ini kemudian dibawa para budak ke Amerika dan negara Eropa lainnya. Setelah sampai di negara Paman Sam jazz ini mengalami evolusi dan improvisasi, terutama lagi setelah munculnya klub musik jazz seperti yang bermain secara ensembel seperti gaya New Orleans dan Kelompok musik jazz King Oliver Jazz. Dengan musik jazz yang wilayah asalnya memadukan unsur ritual, etnik, dan dansa setelah sampai di Amerika mengalami perubahan. Selain Gunther Schuller, etnomusikolog lain yang memakai pendekatan sejarah terhadap perkembangan musik rock adalah Samuele Bacchiocchi, The Nature of :From A Historical Perspective (Endtime Issues No. 34, 1994). Melalui pendekatan sejarah Samuele Bacchiocchi membagi tahapan perkembangan musik rock lewat dimensi waktu. Dalam tulisannya ini ia memulai melacak awal penyebaran musik rock, lalu di tahun 1960-an dengan mengambil contoh grup musik the Beattles, yang menjadi bagian penting dalam mempromosikan musik ini di mana para pemusiknya memakai obat-obatan terlarang dan menolak agama Kristen. Pada tahun 1970- an terjadi perubahan dalam musik rock yang di masa ini tercermin dari pemunculan pemujaan terhadap tahyul dan setan, kemudian di tahun 1980-an berubah lagi musik rock menjadi vulgar dan profan. Studi dari Samele Bacchiocchi ini sangat menarik dan membantu kajian musik orkestra ini dalam menggunakan perspektif sejarah terhadap perkembangan musik. Meskipun belum ditemukan kajian perspektif sejarah dalam perkembangan orkestra, tetapi dua studi yang dikerjakan dua etnomusikolog ini sangat relevan jika dipakai dalam melihat perkembangan musik orkestra di Medan.

Universitas Sumatera Utara 1.6 Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan pendekatan yang bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa tulisan atau pernyataan dari seseorang atau suatu perilaku aktor, maupun gejala tertentu yang dapat diamati oleh seorang penulis. Masalah utama dari penelitian ini adalah menelusuri sejarah keberkelanjutan dan perkembangan musik orkestra di tiga lokasi penelitian khususnya di Kota Medan. Sejauh ini di wilayah Sumatera Utara, orkestra hanya ada di Kota Medan. Maka penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Medan saja, yang terfokus pada tiga lokasi yaitu Taman Budaya Medan (TBM), Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan, dan Radio Republik Indonesia (RRI) Medan.

1.6.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di Taman Budaya Medan, TVRI Medan, RRI Medan. Karena ketiga lokasi tersebut merupakan wadah yang berkecimpung di bidang seni, yang merupakan tempat untuk menciptakan dan mempertunjukan hasil karya seni. Taman Budaya Medan adalah sebuah lokasi yang dibangun oleh Pemerintah Kota Medan untuk tempat bermusyawarah, seminar, rekaman, latihan, pertunjukan, perlombaan, dan mengembangkan seni khususnya bagi seniman Kota Medan yang tergabung ke dalam organisasi Dewan Kesenian Medan juga Dewan Kesenian Sumatera Utara, atau kelompok-kelompok seni yang terkait. Dewan Kesenian Medan beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, di sebelah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (dahulu Sekolah Menengah Musik Negeri) 11 Medan. Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan adalah sebuah institusi bahagian dari Departemen atau Kementerian Informasi dan Komunikasi, yang bertujuan menyiarkan program- program penerangan kepada masyarakat melalui media televisi. TVRI Medan di antara siarannya adalah berisi berita, ekonomi, politik, budaya, seni, dan lain-lain. Salah satu yang menjadi ikonnya di dasawarsa 1970- an sampai 1990-an adalah Orkestra TVRI Medan. Alamatnya adalah di Jalan Putri Hijau Medan, di depan Hotel J.W. Marriot. Sementara RRI Medan juga adalah lembaga penyiaran yang berada di bawah Kementerian Informasi dan Komunikasi. Dahulu disebut jugta dengan RRI Nusantara III Medan, kemudian berubah menjadi RRI Nusantara I Medan. Kini menjadi RRI Pro II FM. Di RRI ini juga diisiarkan berbagai acara seperti berita nasional, berita daerah, musik dengan berbagai genrenya, dan tidak lupa juga iklan. Setiap tahun dahulunya di RRI dilaksanakan lomba bintang radio dan televisi. Di kalangan pegawai negeri sipil dahulunya di lingkungan RRI banyak yang merupakan pemain musik orkestra, walau kini orkestranya tidak beraktifitas lagi. Alamat RRI adalah di Jalan Gatot Subroto, Medan.

Universitas Sumatera Utara 1.6.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini keseluruhannya adalah berupa data kualitatif . Sumber data yang digunakan dalama penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan juga sekaligus wawancara di lokasi penelitian. Data Sekunder merupakan dokumentasi berupa buku-buku, jurnal-jurnal, dan lain sebagainya. Penelitian ini menggunakan data informasi dengan menggunakan kata-kata, dan juga data musikal. Semua teknis analisis data kualitatif berkaitan erat dengan metode pengumpulan data, yaitu observasi partisipatif dan wawancara mendalam. Jenis data kualitatif kebanyakan di gunakan pada penelitian kualitatif, penelitian deskriptif, penelitian historis dan penelitian filosofi. Data kualitatif bersifat subjektif, karena peneliti yang menggunakan data kualitatif berusaha sedapat mungkin untuk menghindari sikap subjektif yang dapat mengaburkan objektifitas data penelitian.

1.6.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data harus dilakukan dengan tertib dan hati-hati sehingga data yang diperoleh bermanfaat. Metode/teknik yang digunakan dalam pengumpulan data disertai alasannya perlu dijelaskan. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan studi kepustakaan.

1.6.3.1. Observasi Observasi atau pengamatan sebagai suatu teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini. Penulis memang bertempat tinggal di wilayah Kota Medan, dan semenjak rancangan penelitian ini dibuat, penulis sudah melakukan beberapa hal yaitu, pertama penulis mendatangi ketiga lokasi yang dijadikan tempat penelitian untuk sekedar mengamati dan mengadakan sedikit tanya jawab dengan para musisi. Kedua, penulis juga mengunjungi lokasi- lokasi di luar lokasi penelitian guna mencari perbandingan dan perbedaan musik orkestra. Semua itu di lakukan dengan wawancara. Ketiga, penulis pernah ikut terlibat langsung dalam kegiatan musik orkestra di tiga lokasi penelitian tersebut sebagai pemain biola, piano, dan keyboard ini juga yang menjadi salah satu alasan penulis mengapa berani mengangkat musik orkestra di dalam penelitian ini disebabkan karena sudah mengalami dan melihat langsung yang terjadi di lapangan sebelumnya. Dalam pengumpulan data, penulis sengaja telah mengamati berbagai bentuk seni pertunjukan musik, baik yang dilaksanakan tiga lokasi penelitian, maupun di luar dari lokasi penelitian tersebut. Di Taman Budaya Sumatera Utara hampir setiap bulannya dilaksanakan seni pertunjukan musik, tetapi pertunjukan musik yang mengarah ke musik orkestra ataupun ansamble sangatlah jarang dipertunjukan. Kebanyakan hanyalah pertunjukan musik yang lebih

Universitas Sumatera Utara bersifat ke grup band anak muda. Dahulunya pada era tahun 1990- an pertunjukan musik orkestra berskala besar pernah dilaksanakan di Gedung Utama Taman Budaya Sumatera Utara Medan dibawah pimpinan Mulyono. Musik orkestra tersebut memakai instrumen lengkap yang terdiri dari instrumen biola I dengan delapan pemain, biola II dengan tujuh pemain, instrumen trombone dengan dua pemain, instrumen klarinet dengan dua pemain, instrumen dengan dua pemain, satu buah drum, satu buah keyboard (dimana penulis sendiri yang menjadi pemainnya), satu buah gitar bass, dan beberapa orang vokalis. Proses latihan untuk pertunjukan musik orkestra memakan waktu yang lumayan lama, latihan dilaksanakan dua kali dalam seminggu, dan ketika mendekati hari pelaksanaan acara pertunjukan musik orkestra waktu latihan bisa menjadi setiap hari. Para pemain musik orkestra berasal dari latar belakang yang sangat beragam yaitu ada yang dari pegawai Taman Budaya itu sendiri, ada dari siswa-siswi Sekolah Menengah Musik Negeri Medan (termasuk penulis sendiri), ada dari pegawai TVRI Medan, ada dari mahasiswa Universitas Sumatera Utara, ada dari Nomensen dan masih banyak lagi. Semua musisi –musisi musik orkestra ini juga berbeda- beda dalam segi umur, dari umur delapan belas tahun sampai umur empat puluh tahun bahkan lebih. Tidak ada perbedaan gender di sini, wanita dan pria berada di posisi yang sama dalam pertunjukan musik orkestra. Yang menjadi fokus perhatian utama pada penelitian ini adalah untuk mengamati bagaimana keberkelanjutan dan perkembangan musik orkestra yang ada di Taman Budaya Medan (TBM), TVRI Medan, dan RRI Medan khususnya di era tahun 1970-an sampai awal tahun 2000-an, juga mengamati pertunjukan musik yang bagaimana sajakah yang sering dilaksanakan di tiga lokasi tersebut, serta hal-hal lain yang terjadi pada pelaksanaannya dilapangan.

1.6.3.2. Wawancara Dalam melakukan wawancara, peneliti tidak bisa mendekati informan, sumber informasi atau guru bagi si peneliti, dan langsung meminta tentang topik yang diketahui. Hal ini bisa mengejutkannya dan bahkan mungkin menganggap si peneliti sebagai mahluk asing yang harus dihindari atau dihancurkan. (Spadley,1979;67) memberikan tahap dalam wawancara yaitu: salam, memberikan penjelasan proyek penelitian yang dilakukan, mengajukan pertanyaan, menampilkan kepentingan, menciptakan situasi hipotesis (membuat hipotesis), mengajukan pertanyaan bersahabat, dan mohon pamit. Berkaitan dengan tema penelitian ini adalah tentang musik orkestra di Kota Medan: kajian sejarah seni, penulis menentukan informan pokoknya adalah Hendrik Perangin-angin, seorang pemusik juga seorang guru dan pegawai negeri di Taman Budaya Medan yang cukup banyak berkiprah di bidang musik. Hendrik Perangin -angin juga ikut terlibat dalam pertunjukan musik orkestra di Taman Budaya Medan juga di TVRI Medan sebagai pemain gitar melodi juga Klarinet. Melalui wawancara yang di lakukan dengan Hendrik Perangin-angin, maka dapat

Universitas Sumatera Utara diperoleh informasi tentang keberkelangsungan musik orkestra di Taman Budaya Medan. Selanjutnya wawancara di lakukan dengan beberapa seniman (musisi) lainnya guna mendapatkan data yang menyeluruh, baik tentang keberkelanjutan perkembangan musik orkestra di Taman Budaya Medan, maupun perkembangan musik orkestra pada umumnya. Sedangkan informan yang penulis jumpai di TVRI Medan adalah Harun yang juga sebagai salah satu pemain musik orkestra pada jaman keemasan dahulu (era tahun 1970-an sampai 1990-an) kini beliau masih bekerja sebagai karyawan di TVRI Medan sedangkan musisi- musisi yang lain kebanyakan sudah meninggal termasuk pimpinan musik orkestra itu sendiri yaitu Mulyono. Kemudian informan yang penulis jumpai di RRI Medan adalah Friany Nainggolan, Gleny Silitonga, dan Taufik. Ketiganya adalah pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan dan dulunya di era tahun 1970- an dan 1990- an terlibat juga sebagai pemain biola di lingkungan RRI Medan. Mereka bertiga merupakan alumni Sekolah Musik Negeri Medan. Sayang sekali Max Sapulete tidak bisa penulis wawancarai dengan maximal karena saat ini beliau telah berusia lebih kurang 70 tahun, disamping itu kemampuan daya ingat beliau sudah banyak berkurang.

Data yang sudah di dapatkan semuanya merupakan data yang bersifat kulitatif. Etnografis yang kemudian diartikan sebagai deskripsi tentang bangsa-bangsa yang berasal dari kata ethnos dan graphein. Ethnos berarti bangsa atau suku bangsa, sedangkan graphein adalah tulisan atau uraian. (Winnick,1915;193) mendefenisikan etnografis sebagai … the study of individual culture. Hal yang sama dikatakan oleh Adamson E.Hoebel. Menurut Hoebel (1966; 8), etnografis adalah … To write about peoples … menulis tentang masyarakat. Penulisannya mengacu pada studi deskriptif. Dalam perkembangan dewasa ini, etnografi tidak hanya merupakan paparan saja, tanpa interpretasi. (Keesing,1989;250) mendefenisikannya sebagai pembuatan dokumentasi dan analisis budaya tertentu dengan mengadakan penelitian lapangan. Artinya dalam mendeskripsikan suatu kebudayaan seorang etnografer haruslah bisa melukisan secara sistematis dan analisis suatu kebudayaan kelompok, masyarakat atau suku bangsa yang dihimpun dari lapangan dalam kurun waktu yang sama. Menurut Muhajir (2002:142) analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan data dokumen lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya bagi orang lain. Data yang berhasil dikumpulkan dikategorikan berdasarkan pokok dan sub pokok masalahnya. Setiap sumber data di seleksi dan di bandingkan antara satu dengan lainnya agar diperoleh data yang benar-benar dapat di pertanggung-jawabkan secara ilmiah karena data tersebut nantinya digunakan sebagai laporan akhir penelitian ini. Seluruh data yang telah di seleksi dan dikategorisasi tersebut akhirnya diinterpretasikan secara kronologis, dan eksplanatif berdasarkan sejarahnya, sesuai dengan teori-teori yang terkait.

Universitas Sumatera Utara Keseluruhan data yang sudah di dapatkan dilapangan berbentuk kata-kata, narasi, teks dan pola tingkah laku manusia diwujudkan dalam bentuk deskripsi tulisan. Semua data yang didapat dilapangan tidak semuanya bisa diambil, tetapi harus disaring kembali yang mana yang cocok dan tidak cocok untuk tujuan penelitian dan melakukan pengumpulan data, karena data yang ada pada suatu hasil pengamatan maupun wawancara sangat bervariasi dan beragam. kegiatan mereduksi data, yaitu memilih, mengelompokan dan memisahkan semua data-data yang sudah terkumpul untuk penyajian hasil analisis data mutlak diperlukan. Penyajian hasil analisis data di lakukan dengan mendeskripsikan semua hasil reduksi data dalam bentuk teks atau narasi. Deskripsi dalam penyajian data lebih di tekankan pada sejarah pasang surut musik orkestra di Kota Medan. Akhirnya, melalui penyajian data dapat ditarik kesimpulan terhadap sejarah musik orkestra di Kota Medan.

Atas dasar penjelasan di atas maka proses penyajian hasil analisis data dilaksanakan melalui informasi naratif. Penyajian hasil analisis data juga melampirkan beberapa notasi, gambar, dan foto sebagai pendukung.

1.7 Sistematika Penulisan

Bagaimanapun juga tesis ini ditulis mengikuti sistematika penulisan ilmiah. Tulisan ini secara umum dibagi kedalam V bab. Setiap bab merupakan satu kesatuan yang utuh dan berisi satu rangkaian tulisan yang padu. Selengkapnya Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan

Bab II menjelaskan mengenai gambaran musik orkestra yang ada di dunia dan di Indonesia. Dimana masing-masing sub bab menjelaskan tentang keberadaan musik orkestra yang ada di dunia dan juga di Indonesia.

Bab III menjelaskan mengenai gambaran musik orkestra yang ada di Kota Medan yaitu Taman Budaya Medan, TVRI Medan, dan RRI Medan. Masing-masing sub bab menjelaskan tentang keberadaan dan keberkelanjutan musik orkestra di Kota Medan disertai biografi beberapa tokoh komponis musik orkestra di Kota Medan.

Bab IV menjelaskan mengenai pengelompokan alat-alat musik orkestra. Dimana masing- masing sub bab berisi uraian mengenai alat-alat musik yang sering digunakan di dalam suatu pertunjukan musik orkestra yang terdiri dari empat seksi, yang disertai juga dengan gambar- gambar dari alat musik tersebut.

Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran. Terakhir tesis ini juga disertai dengan daftar pustaka, daftar table, daftar informan, glosarium, lampiran peta, lampiran gambar,

Universitas Sumatera Utara lampiran foto, dan juga lampiran lagu-lagu/partitur yang digunakan didalam musik orkestra baik dalam bentuk notasi angka maupun notasi balok.

Universitas Sumatera Utara BAB II

GAMBARAN MUSIK ORKESTRA DI INDONESIA DAN DUNIA

Pada Bab II ini penulis mendeskripsikan secara umum tentang keberadaan musik orkestra yang ada di dunia dan di Indonesia. Deskripsi ini akan memberikan wawasan dan dimensi tentang apa itu orkestra, perkembangannya, para tokoh-tokohnya seperti komposer, dirigen, pemain alat-alat musik yang menonjol, dan lain-lainnya. Deskripsi yang digunakan merujuk kepada pendekatan sejarah yaitu melalui dimensi ruang dan waktu. Ruang terdiri dari tempat, pelaku, pendukung, masyarakat umum, dan sejenisnya. Waktu di deskripsikan sejak awal, ada, dan perkembangan, sampai keadaan terkini. Ketika orang mendengar kata orkestra hal yang terlintas dalam benaknya kemungkinan besar adalah sekumpulan musisi mengenakan tuxedo dan di pimpin oleh seorang kondukter yang memainkan lagu-lagu serius dan berat, yang dapat memakan waktu tiga puluh menit sampai sembilan puluh menit. Lalu bagaimana dengan orkestra pop, atau orkestra yang membawakan lagu-lagu pop? Tidak juga demikian. Di satu sisi memang banyak orkestra besar di seluruh dunia yang mengikuti standar-standar atau tradisi baku klasik. Orkestra konvensional ini atau dikenal dengan orchestra Phillharmonic atau orchestra symphony umumnya selalu menampilkan overture, concerto dan simphony yang dibawakan secara lengkap, sebagai contoh New York Phillharmonic Orchestra, London Phillharmonic Orchestra, dan Boston Simphony Orchestra. Orkestra pop adalah sebutan untuk orkestra besar yang konfigurasi instrumentasinya sama seperti orkestra simponi, namun repertoarnya lebih beragam, tidak didominasi oleh overture, concerto, dan simphony saja seperti layaknya pada orchestra philharmonic, namun juga menampilkan cuplikan opera dan Broadway musical serta musik film, lagu-lagu pop, dan tradisional yang diaransemen secara simponi dan tentunya komposisi-komposisi klasik yang populer. Saat Twillite Orchestra pimpinan Addie MS menampilkan pertunjukkan musik klasik, orkestra ini tidak membawakannya secara pop dalam arti ketentuan tertulis maupun tidak tertulis (dipartitur) yang diubah, tetapi tetap membawakannya dengan apa adanya. Jadi istilah pop di sini adalah pada seleksi atau pilihannya pada karya-karya klasik yang populer bukan pada cara membawakannya yang tetap harus mematuhi partitur asli yang ditulis komponisnya. Orkestra pop yang terkemuka antara lain adalah Boston pop orchestra dan Cincinati pop orchestra di Amerika. (htpp://www twillite orchestra.org).

2.1. Pengertian Orkestra Istilah orkestra menurut John Spitzer pada masa Yunani dan Romawi kuno menunjuk pada tingkatan dasar dari sebuah panggung terbuka, juga untuk menunjukan tempat di depan panggung. Pada awal abad XVII tempat ini di gunakan untuk menempatkan para pemain musik

Universitas Sumatera Utara yang mengiringi nyanyian dan tarian. Pada abad XVII, arti dari istilah orkestra di perluas untuk para pemain musik sendiri dan sebagai identitas mereka sebagai sebuah ensambel. Di Italia, kelompok pemain musik yang serupa disebut dengan: capella, coro, concerto groso, simfonia, atau gli stromenti. Hal serupa juga terjadi di Roma pada awal dan akhir tahun 1679. Demikian juga di Prancis, juga terdapat istilah les dan les concertantes. Analisis tentang orkestra sejak abad XVIII sampai sekarang mengungkapkan sebuah rangkaian ciri-ciri yang saling berhubungan, yang antara lain: a. Orkestra didasarkan atas alat musik gesek yang terdiri dari keluarga biola dan double bass. b. Kelompok alat musik gesek ini disusun kedalam bagian-bagian dimana para pemusik selalu memainkan not yang sama dalam satu suara. c. Alat musik tiup kayu, tiup logam dan perkusi tampil dalam jumlah yang berbeda sesuai dengan periode dan lagu-lagu yang ditampilkan. d. Orkestra sesuai dengan waktu, tempat dan daftar lagu yang dimainkan selalu memperlihatkan standar instrumentasi yang luas. e. Biasanya orkestra yang telah berdiri terorganisasi dengan anggota-anggota yang mapan, mengadakan latihan dan pentas yang rutin, mempunyai sturktur organisasi dan dana. f. Karena orkestra membutuhkan banyak pemain musik, untuk memainkan hal yang sama dalam waktu yang bersamaan, orkestra memerlukan tingkat kecakapan musikal yang tinggi untuk memainkan dengan tepat pada nada- nada yang tertulis. g. Orkestra dikoordinasi langsung dengan satu pusat yang berawal pada abad XVII dan XVIII oleh pemain utama biola pertama atau oleh pemain keyboard, yang selanjutnya mulai abad XVII dikoordinasi oleh seorang conducter. h. Orkestra is a large group of instrument who play together on various instrument, usually including strings, woodwind instrument, brasswind instrument dan percussion section. Perkembangan awal orkestra yaitu pada jaman Barok (1720) yang merupakan bentuk orkestra kecil yang hanya terdiri dari instrumen gesek (enam biola, tiga biola alto, dan dua cello). Pada jaman klasik (1790) instrumen trompet, timpani dan horn mulai digunakan. Ciri khas dari orkestra klasik dengan menggunakan seksi gesek yang lebih besar (empat belas biola, enam biola alto, empat cello, dan dua double bass), dan dua pemain untuk setiap instrumen flute, oboe, klarinet, horn, trompet dan timpani. Bentuk orkestra jaman Romantik (1850) memiliki seksi gesek yang lebih besar lagi (tiga puluh biola, dua belas biola alto, sepuluh cello, dan delapan double bass), woodwind dan wind, Muncul instrumen baru seperti tuba dan harpa. (fuadi, 2009). Dua orang komposer terkenal yaitu Wagner dan Berlioz adalah tokoh yang banyak menulis karya-karya untuk format orkestra yang sangat besar tersebut. Orkestra dapat bertahan dengan bentuknya yang besar ini sampai awal tahun 1900-an, namun semakin lama semakin berkurang karena alasan ekonom dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara Orkestra adalah sebuah grup yang terdiri dari musisi-musisi yang memainkan alat musik. Pada abad ke-17 dan ke-18, orkestra-orkestra kecil bermunculan yang di pimpin oleh seorang kondukter. Kondukter tersebut memiliki gaya yang berbeda-beda dalam merekrut anggotanya. George Frederic Handel komposer asal Jerman hanya memilih musisi-musisi terbaik, sedangkan Johan Sebastian Bach asal Jerman merekrut hampir semua musisi yang ada dikotanya, Joseph Haydn asal Austria yang juga disebut bapak Simponi memiliki anggota tetap untuk bekerja sama, namun disaat yang sama, ada juga musisi-musisi yang berkeliling dari kota satu ke kota lainnya, sambil menciptakan suatu karya yang dapat memamerkan kehebatannya bermain musik. Di abad ke-18, semakin banyak komposer yang memiliki orkestra sendiri untuk menunjukkan karyanya kepada masyarakat, mereka sering disebut dengan “academy”. Pada abad ke-19 di tahun 1815 terbentuklah Boston Handel dan Haydn Society, di tahun 1842 terbentuk lagi New York Phillharmonic dan Vienna Phillharmonic, kemudian menyusul The Halle orchestra pada tahun 1858 di Manchester. Pada tahun 1803 seorang kondukter bernama Francois Antoine Habeneck mengembangkan tekni-teknik dalam orkestra, salah satunya adalah dengan melatih instrumen gesek terpisah dari instrumen lainnya. Teknik lainnya adalah teknik memberi tanda masuk kepada pemain yang memainkan bagiannya. Teknik-teknik ini kemudian tersebar keseluruh Eropa dalam setiap pertunjukkan orkestra. Kemudian disamping itu ada beberapa instrumen tambahan yang tidak wajib digunakan dalam orkestra namun masih dapat dikatakan standar dalam orkestra, untuk instrumen gesek, instrumen tambahannya adalah harpa, untuk instrumen tiup kayu, instrumen tambahannya adalah , english horn, bass , dan contrabasson, dan untuk instrumen tiup logam, instrumen tambahanya adalah trompet. Orkestra adalah kelompok musik instrumental yang sangat terkenal di negara Barat. Seperti kota besar yang ada di dunia, Jakarta juga memiliki beberapa orkestra sebagai akibat dari penyebaran atau difusi kebudayaan. Pertumbuhan orkestra di Indonesia tidaklah sebagus di negara Barat, kehadiran orkestra di Indonesia telah membangkitkan beragam fenomena kebudayaan. Berkumpulnya enampuluh sampai tujuhpuluh musisi bahkan lebih dalam sebuah orkestra sehingga dapat membentuk komunitas baru. Berpadunya beragam alat musik dalam suatu orkestra dapat menciptakan suatu bentuk penampilan musik yang indah dan menakjubkan. Suatu musik orkestra yang berkualitas tinggi tidak akan muncul tanpa adanya keahlian yang memadai. Kemampuan penguasaan teknik dalam memainkan alat musik mutlak di perlukan dalam sebuah orkestra, karena daya tarik utama dari musik adalah bunyi sebagai sumber estetik yang harus terus di gali. Keindahan bunyi yang mempesona hanya bisa di munculkan dengan teknik permainan yang baik pula. Pertunjukan musik orkestra ketika menampilkan dua puluh lima pemain biola yang bermain dengan gerakan serempak memunculkan pesona audio visual tersendiri. Permainan melodi yang lincah dan cemerlang oleh flute seperti burung yang berkicau dengan riangnya. Gerakan tangan conducter untuk memberikan aba-aba merupakan bagian dari pertunjukan

Universitas Sumatera Utara orkestra, yang bertugas memberikan stimulus kepada para musisi orkestra dalam upaya mengekspresikan ide-ide musikal kepada pendengar, dan para musisipun bertindak sesuai perintah conductor dengan memainkan alat musiknya. Orkestra merupakan gabungan dari sekelompok musisi yang kemudian membentuk menjadi sebuah komunitas. Hubungan mereka dalam komunitas adalah hubungan antar pribadi yang tidak terbedakan. Individu-individu yang tergabung dalam orkestra berasal dari berbagai latar belakang kelompok sosial yang berbeda, ada yang berstatus pelajar, mahasiswa, guru dan sebagainya, mereka berkumpul untuk satu tujuan yang sama yaitu menghadirkan sebuah pertunjukan musik. Ciri komunitas yang lain adalah adanya kesamaan, Simbol-simbol yang dipergunakan menunjuk pada kesamaan tingkat, missalnya mereka merasakan adanya perasaan, perlakuan dan instruksi yang sama dari pimpinan, dalam hal ini adalah conductor. Dalam komunitas orkestra, hubungan antara individu menjadi lebih terbuka tanpa ada unsur formal didalamnya, senda gurau yang kental senantiasa mewarnai komunitas tersebut. Non rasional yang terjadi dalam hubungan antar individu dalam sebuah komunitas lebih menunjuk kepada dominannya fungsi perasaan dan intuisi. Yang berkembang adalah segi afektif dan voluntatif, sedangkan fungsi rasio kurang dominan karena orang lebih digerakkan oleh aspek kesadaran dan kehendak. Hubungan yang seperti ini mengandalkan perasaan sebagai modal utamanya.Hal ini dapat diamati apabila komunitas orkestra sedang beristirahat disela-sela latihan, seseorang melontarkan joke maka yang lain segera menimpali secara spontan dengan joke yang lebih menggigit pula. Dalam acara pentas musik orkestra beberapa hal penting yang perlu diperhatikan adalah: (1) Pementasan musik orkestra memiliki karekteristik susunan acara yang khusus, biasanya ada dua hal penting yang harus diperhatikan yaitu orkestra tampil sendiri sebagai satu kelompok musik orkestra membawakan repertoar klasik atau komposisi tertentu, dan hal lainnya adalah kelompok musik orkestra mengiringi artis vokal atau permainan solo instrumen. (2) Pembawa acara untuk program ini sangatlah penting untuk menghidupkan suasana yang tidak bisa digantikan fungsinya oleh multimedia, tetapi klasifikasi pembawa acara untuk pentas ini adalah semi formal dan smart elegance, tidak boleh terlalu formal tetapi juga tidak terlalu bebas, yang penting memiliki kemampuan berbahasa inggris yang cukup, karena akan banyak menyebut judul repertoar asing dan nama komposernya yang mayoritas berasal dari Eropa, pentas musik orkestra biasanya sangat memerlukan seorang pembawa acara sebagai pengantar untuk musik yang akan ditampilkan. Penyebutan harus secara berurutan yaitu judul repertoar, karya siapa, atau re- aransemen oleh siapa. Penampilan pentas musik orkestra ada tiga jenis yaitu konser klasik, pop konser dan kombinasi antara keduanya. Untuk pentas konser musik klasik biasanya memainkan repertoar atau komposisi klasik standar karya musik para maestro masa lampau atau bisa juga karya komposer baru, durasi repertoar relatif agak panjang, satu repertoar bisa mencapai lima belas

Universitas Sumatera Utara menit dan durasi pentas mencapai sembilan puluh menit, terdiri dari dua sesi pementasan dan selalu ada intermission/break ditengahnya sekitar dua puluh menit. Untuk pop konser seluruh repertoar adalah lagu-lagu pop yang diaransemen dengan orkestra musik, sebenarnya ini tergolong pentas musik pop biasa dengan tampilan artis-artis yang diiringi kelompok musik orkestra, dan tidak perlu dibagi dalam dua sesi. Untuk pentas kombinasi klasik dan pop, sebaiknya di bagi dalam dua sesi untuk memberi kesempatan kepada para penonton ketika memasuki dua jiwa musik yang memerlukan apresiasi berbeda. Pemilihan repertoar musik klasik dan pop diupayakan yang memiliki durasi lima sampai enam menit dan dipilih yang memiliki tempo cepat, missalnya march, waltz, soft rock dan lain sebagainya. Pada akhir pentas khususnya konser musik klasik, ada tradisi yang disebut “outstanding ovation” yaitu adegan dimana para penonton bertepuk tangan panjang sambil berdiri, ini pertanda kelompok musik orkestra tersebut diminta tampil lagi untuk memberi bonus penampilan kepada penonton yang sering disebut dengan “encore”. Dan yang tidak kalah pentingnya pada pentas musik orkestra adalah memanggil kondukter sebelum tampil yaitu setelah pemain musik siap diatas panggung, para pemain musik biasanya berdiri memberi hormat kepada konduktor.

2.2. Sejarah Musik Orkestra di Dunia Musik orkestra berkembang pertama sekali terjadi pada zaman Barok (1720), pada saat itu orkestra dalam bentuk sederhana sudah mulai terbentuk. Susunan instrumentasinya terdiri dari: untuk instrumen gesek: enam biola, tiga viola, dan dua cello. Ciri-ciri utama dari orkestra zaman Barok ini adalah menggunakan continuo (instrumen harpsichords dimana suara yang dihasilkan berbunyi terus-menerus). Kemudian berkembang lagi masuk ke zaman Klasik (1790), pada saat itu susunan instrumentasinya mulai ada penambahan sedikit dari zaman Barok yang terdiri dari: empat belas biola, enam viola, empat cello, dua double bass, dua pemain untuk flute, dua pemain untuk oboe, dan dua pemain untuk klarinet. Penambahan instrumen yang dipakai antara lain: digunakannya instrumen trompet, timpani dan walaupun masih jarang dipakai. Ciri-ciri utama dari orkestra zaman Klasik ini adalah tidak menggunakan continuo (instrumen harpsichords dimana suara yang dihasilkan berbunyi terus-menerus), tetapi instrumen di ganti dengan instrumen gesek yang lebih besar lagi. Setelah berakhir zaman Klasik, maka perkembangan orkestra masuk ke zaman Romantik (1850). Susunan instrumentasinya lebih besar lagi dari zaman Barok dan Klasik. Penambahan instrumen yang dipakai antara lain: tiga puluh biola, dua belas viola, sepuluh cello, delapan double bass, dan instrumen brasswind dan woodwind sudah mulai digunakan termasuk juga instrumen tuba dan harpa. Tetapi bentuk orkestra yang besar ini tidak bertahan lama, pada awal

Universitas Sumatera Utara tahun 1900-an bentuk orkestra berangsur-angsur mengalami penurunan jumlah instrumen. (Fuadi,2009;144-145). New York Phillharmonic Orchestra adalah orkestra simfoni tertua di Amerika Serikat yang didirikan pada tahun 1842, berpusat di New York City. Orkes ini memainkan sebagian besar konsernya di Avery Fisher Hall. New York Phillharmonic telah lama dianggap sebagai salah satu orkestra terbaik di dunia. Pada bulan Desember 2004, orkes ini mencatat rekor dengan lebih dari 14.000 kali pertunjukkan. Sejak tahun 2002, New York Phillharmonic dipimpin oleh direktur musik Lorin Maazel yang akan mengakhiri tugasnya pada 2008-2009 kemudian pada 2009-2010 Maazel digantikan oleh kondukter Alan Gilbert. (http://id.wikipedia.org/ny_phillharmonic). Di samping New York Phillharmonic orchestra, ada lagi Berlin Phillharmonic Orchestra atau disingkat dengan BPO merupakan salah satu orkestra terkemuka di dunia. Saat ini kondukter yang pokok adalah Chief Sir Simon Rattle yang dikenal karena memperjuangkan tentang musik klasik kontemporer. BPO juga mendukung beberapa ansamble orkes kamar. Pada tahun 1957 Helmut Calgeer mendirikan orkes kamar Tubingen (Tubinger Kammerorchestra) dengan tujuan menjalin, memelihara, dan memperdalam hubungan persahabatan dengan universitas-universitas asing dan organisasi pemuda. Saat ini orkestra tersebut memiliki tujuh puluh orang pemusik, lima belas di antaranya sudah pernah manggung di Jakarta. Sejak berdirinya orkestra ini telah banyak mengundang ansamble asing ke televisi Bingen dan mereka sendiri dengan dukungan dari kementerian luar negri Jerman: Goethe Institute telah mengadakan konser dilebih dari sembilan puluh negara di lima kontinen, dibawah pimpinan Gudni A Emilsson, orkestra ini juga pernah tampil di Jakarta pada tahun 2003 dalam rangka pembukaan gedung teater Goethe Institute. Beberapa komponis musik kamar adalah Johan Sebastian Bach, karya-karyanya: Bradenburg Concerto no. 1-23, Ludwig van Beethoven: Trio in B Flat Major op.97 “Archduke”, Johannes Brahms: Quartet in G Minor Op.25, Claudde Debusy: Quartet in G Minor, Antonin Dvorak: Quartet in F Major Op.96, Joseph Haydn: Quartet Op. 20 no.4 dan no.5, Felix Mandellson: Quartet in E Flat Major op.12, Wolfgang Amadeus Mozart: Quartet in E Flat Major Op.12, Boyca, Pergolessi, Schubert, Johannes Brahms, Johan Frederic Handel, Johannes Brahms, Kominsky, Couperin, Kabalewsky, Corelli, dan masih banyak lagi lainnya. Disamping itu juga ada chamber yaitu orkestra kecil yang dimainkan didalam ruangan yang kecil, dan dihadiri oleh penonton yang sedikit pula. Biasanya chamber classical music itu biasa dilaksanakan oleh para bangsawan untuk menghibur tamu-tamu kehormatan. Jenis alat musiknya pun sederhana, hanya alat musik gesek dan tiup seperti: cello, biola, viola, harpa, gitar, , oboe, klarinet, piccolo, recorder, tuba, dan sebagainya. Tidak jarang juga ada chamber classical music menggunakan piano, kebiasaan ini berkembang sejak zaman Baroc sampai romantic, sementara pada zaman klasik modern biasa dilaksanakan di gedung yang luas dengan ribuan penonton.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Sejarah Musik Orkestra di Indonesia Hadirnya musik orkestra di Indonesia disebabkan oleh adanya kontak dengan bangsa- bangsa Barat di seluruh dunia. Pengaruh Barat dalam hal seni telah banyak terjadi di Indonesia, berawal sejak datangnya para pedagang-pedagang Portugis, yang kemudian disusul oleh datangnya orang-orang Belanda yang berlayar, singgah, dan merapat di pulau Jawa pada akhir abad XVI. Francis Drake mendarat di pantai Selatan Jawa yang menulis di dalam buku perjalanannya yang mengatakan bahwa musisi kapal telah memainkan musik untuk seorang raja dan raja tersebut membalas dengan permainan musiknya. Musisi kapal tersebut terdiri dari satu orang pemain trompet dan empat orang pemain instrumen gesek. Trompet merupakan instrumen yang paling penting di kapal yang digunakan sebagai tanda-tanda penghormatan. Kemudian musik juga dibawa oleh pedagang-pedagang Portugis yang dimainkan oleh para budak-budak kapal yang terdiri dari orang-orang India, Afrika, dan Asia Tenggara. (sumarsan.94). Pengaruh Barat terhadap seni khususnya musik sangatlah menonjol. Di istana-istana di Jawa Tengah (khususnya Jogyakarta) musik Barat telah menyusup dan masuk ke dalam ansamble Jawa. Salah satu komposisi gending dan lagu-lagu yang telah menggunakan instrumen musik Barat yang digunakan untuk mengiringi tari Putri Bedaya dan tari Serimpi Keraton Jogyakarta adalah genderang, trompet, trombone, dan juga sekali-sekali juga ada klarinet. (Soedarsono,1990;61-62). Pertunjukkan musik yang diadakan di Keraton Jogyakarta mengalami kemajuan yang cukup pesat yaitu pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VIII (1921-1939). Kehadiran Walter Spies salah satu pemusik Barat pada tahun 1923 membuat pengaruh besar terhadap perkembangan kehidupan musikal di Keraton Jogyakarta. Beliau dipekerjakan di lingkungan Kraton Jogyakarta sebagai seorang instruktur musik dan dirigen pada Kraton Orkestra Jogyakarta dengan gaji seratus poundsterling yang di bayar perbulannya. (Stewell,1980;21). Sebelum Kraton Orkestra Jogyakarta terbentuk, sudah ada namanya Orkestra Societet de Vereeniging yang terbentuk pada tahun 1822 dibawah pimpinan Attilio Genocchi berasal dari Italia dan juga Carl Gotsch berasal dari Austria (Wina). Orkestra ini didirikan oleh para pengusaha perkebunan di Jogyakarta (Butenweg,1966;139-152). Perkembangan dan kemajuan musik orkestra di Indonesia pernah mengalami masa pasang-surut. Tepatnya pada tahun 1950- an pernah menjadi zaman keemasan dan zaman kejayaan musik orkestra. Namun sangat disayangkan tidak adanya bukti-bukti rekaman gambar maupun rekaman suara, catatan fisik, foto-foto dokumentasi, piagam penghargaan, dan lain- lainnya. Maka atas dasar pengalaman inilah kondukter Twillite Orkestra dibawah pimpinan Addie MS terinspirasi untuk segera mungkin membuat album rekaman dan buku tentang perjalanan dan perkembangan Twillite Orchestra selama lebih dari sepuluh tahun berdiri. Disamping itu juga hadir Nusantara Symphony Orchestra (NSO) dibawah koordinasi Miranda

Universitas Sumatera Utara Goeltom yang khusus membawakan repertoar musik klasik Barat dari komposisi karya Johann S Bach, Wolfgang Amadeus Mozart, Ludwig van Beethoven dan sebagainya. Di sebabkan adanya krisis ekonomi yang pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1998 sehingga membuat keterpurukkan diberbagai bidang, termasuk kelangsungan hidup musik orkestra itu sendiri. Jadwal kegiatan konser musik orkestra oleh Twillite Orkestra berkurang drastis dari lima kali mengadakan konser selama setahun menjadi satu kali saja dalam setahun.(Fuadi,2009;144-145). Di Medan pada khususnya dan Indonesia pada umumnya, bukannya tidak ada orkestra, hanya saja belum ada pertunjukkan orkestra yang ditampilkan khusus di concert hall ataupun semacam opera house yang ditampilkan secara berkesinambungan, misalnya sebulan sekali atau tiga bulan sekali, akibatnya musisi orkestra di Kota Medan hanyalah mentok di situ-situ saja, susah untuk maju dan jika mau berkembang terpaksa harus ke luar negeri. (sumber: direktur artistik irama musik studio Medan DR. Christine Utomo). Di Singapura setiap bulannya digelar konser musik orkestra klasik di Concert Hall, hal itu bisa berjalan karena pemerintahannya memang menyediakan anggarannya, sehingga para senimannyapun merasa diperhatikan dan termotivasi untuk berkarya. Tetapi lain halnya di Indonesia, khususnya kota Medan, anggarannya hanya diperuntukkan pada seni budaya asli Indonesia, sehingga konser musik klasik disponsori oleh pihak swasta. Orkestra sudah ada di Indonesia sejak tahun 1918. Antara tahun 1922 sampai 1980 orkestra mengalami masa pasang surut. Pada periode 1980 sampai 1990 sejarah mencatat orkes simponi Institut Seni Indonesia (ISI) dengan kondukter Yazeed Djamin. Pada tahun 1990-an sampai saat ini Addie MS dengan Twillite Orchestranya tampil sebagai orkestra garda depan. Musik orkestra bukan saja indah secara artistik, tetapi juga perlu dan berguna. Di luar negeri musik orkestra dimanfaatkan sebagai alat diplomasi budaya. Di samping itu perkembangan musik orkestra juga merupakan salah satu pertanda kemajuan suatu bangsa. (Leksono.2004;52) Bila kita melihat kembali ke masa Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1945 saat itu belum banyak masyarakat Indonesia yang mengetahui tentang musik orkestra. Musik orkestra merupakan salah satu bentuk adaptasi dari budaya Barat atau dapat dikatakan sebagai suatu warisan. Pada masa-masa awal kemerdekaan Republik Indonesia, dunia perpolitikan dan perekonomian Indonesia masih belum stabil, roda pemerintahan belum dapat berjalan dengan baik, dan pada saat itu pula musik orkestra belum mengalami perkembangan yang cukup berarti. Jangankan untuk membentuk musik orkestra, hanya untuk bisa makan saja pada waktu itu sangatlah susah, dan juga tidak semua rakyat Indonesia bisa mengecap manisnya dunia pendidikan, karena pada saat itu yang bisa bersekolah hanyalah anak-anak yang orang tuanya berkemampuan ekonomi tinggi. Jadi bisalah dikatakan bahwa pada awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia musik orkestra belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Setelah memasuki era tahun 1970-an maka aktifitas musik orkestra mulai berjalan.

Universitas Sumatera Utara Musik orkestra mulai mengalami perkembangan ketika beberapa pemuda-pemudi Indonesia kembali ke tanah air setelah menjalani pembelajaran musik di luar negeri. Hal ini tentunya memiliki pengaruh yang sangat besar, karena musisi tersebut dapat mempelajari perkembangan yang ada di luar Indonesia dan mencoba mengembangkan musik yang ada di Indonesia, Perkembangan tersebut tentunya didukung oleh tokoh-tokoh musik yang mengenyam pendidikan musik Barat di Indonesia. Salah satu tokoh yang memiliki peran besar dalam perkembangan musik orkestra di Indonesia adalah Amir Pasaribu. Melalui tokoh ini, musik orkestra di Indonesia mulai mencapai titik terang dan terus mengalami perkembangan pesat di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya jumlah peminat yang mempelajari alat musik yang terdapat di sebuah orkestra. Seiring dengan perkembangan jaman peran pemerintahpun sangat diharapkan untuk menyebarluaskan musik orkestra kepada masyarakat melalui dimasukannya pendidikan musik sejak dini di sekolah-sekolah umum. (http:www//web ache.google). Di era 1900-an beberapa kelompok orkestra di Jakarta diantaranya Batavia Phillharmonic Orchestra (1942), orkes radio Jakarta (1950), orkes studio Jakarta (1950), orkes simponi Jakarta (1978), Nusantara Simphony Orchestra (1988) dan Twillite Orchestra (1991). Sementara itu diperiode yang sama 1990-an kelompok orkestra milik institusi pendidikan seperti orkes simponi Institut Seni Indonesia (ISI) Jogyakarta dan Mahaditra dari Universitas Indonesia juga aktif namun dalam wilayah terbatas. Orkes simfoni Jakarta (OSJ) sudah pernah tampil di auditorium Radio Republik Indonesia (RRI) pada tanggal 27 Januari 201033, setelah bertahun-tahun tidak mampu tampil akibat keterbatasan dana, maka direktur utama lembaga penyiaran publik (LPP-RRI) Parni Hadi berkomitmen bahwa tidak boleh RRI sampai tidak mempunyai orkes simponi. Penampilan kembali OSJ bertepatan dengan diresmikannya Auditorium Jusuf Ronodipuro, beliau adalah salah satu pendiri RRI dan juga pembaca teks proklamasi berdirinya negara kesatuan Republik Indonesia yang didapatnya dari kantor berita Antara. Untuk setiap penampilan di Auditorium RRI sendiri diperlukan biaya sekitar tiga ratus juta rupiah, sedangkan jika OSJ ini tampil di tempat lain maka biaya setiap penampilan bisa mencapai lima ratus juta rupiah. Waktu yang di butuhkan untuk setiap penampilan berkisar dua hingga tiga jam. OSJ ini di bawah pimpinan kondukter Amir Katamsi, para pemain musik adalah karyawan RRI itu sendiri, sehingga tugas mereka sehari-hari hanyalah bermain musik. OSJ pada penampilan perdananya membawakan lagu-lagu yang tidak terlalu berat sehingga mampu menarik minat para pendengar yang berjumlah tiga ratus lama puluh orang. (http://www.orkes simfoni_jak).

3 Pada era tahun 1970‐an sebagian besar pemain musik Orkestra simponi Jakarta (OSJ) berasal dari Kota Medan yang hijrah ke Jakarta untuk meneruskan karir bermusiknya di sana.

Universitas Sumatera Utara The Jakarta Symphony adalah sebuah kelompok Phillharmonic yang berdomisili di Jakarta. Kelompok ini bermula dari pertemuan tokoh-tokoh yang pada era 1970-an bersama- sama berprestasi disebuah orkes yang sudah ada yaitu Orkes Simfoni Djakarta. Tokoh-tokoh itu antara lain adalah Toni Suwandi, Embong Rahardjo, Suka Harjana, F.X. Sutopo, Amir Katamsi dan kawan-kawan. Bersama F.Kuswardianto kelompok itu memberi nama baru pada Orkes Simfoni Djakarta yang legendaris itu, yaitu The Jakarta Symphony. Kemudian bergabung pula beberapa musisi muda Indonesia berbakat lainnya seperti Juhari Saleh, Didik SSS, Gatot Santoso, dan lain-lain. Kemudian ada lagi orkestra yang cukup terkenal pada era tahun 1960-an yaitu Chandra Kirana Orchestra adalah orkestra lengkap pimpinan Diah Iskandar yang merupakan musisi yang setia pada musik orkestra, dan sampai pada saat ini masih aktif menyanyi dan bahkan giat mencari bibit-bibit baru buat penyanyi orkestra. Chandra Kirana orchestra merupakan pendamping orkes studio Jakarta (OSJ) dalam program siaran Radio Republik Indonesia (RRI). Diah Iskandar mencoba untuk menghidupkan kembali kejayaan Chandra kirana Orchestra pada era tahun 1960-an yang pada saat itu dibawah pimpinan ayahnya sendiri. Chandra Kirana Orchestra juga mengisi acara TVRI dibawah pimpinan Elfa Secioria, seorang musisi muda terkenal pada saat itu. Sekarang ini orkestra di Indonesia hanya ada dua yaitu: Magenta Orchestra pimpinan Andi Rianto dan Twillite Orchestra pimpinan Addie MS. Pada bulan Februari 2010, Jakarta Chamber Orchestra (JCO)34 telah melakukan pertunjukkan kuartet biola berkolaborasi dengan pemain biola asal Belanda yang tergabung dalam viola quartet di gedung pusat perfilman Usmar Ismail kuningan dengan kondukter Avip Priatna. Sebanyak dua puluh lima musisi dari JCO mengiringi penampilan kuartet biola Belanda tersebut. Karya musik klasik yang dibawakan cukup beragam mulai dari Zaman Baroc hingga kontemporer diantaranya karya G. F. Handel, G.P.Telemann, Onnokrijn serta karya musisi klasik dari Indonesia yaitu Haryo Soejoto. (http://www.usmarismail.com). Twillite orchestra (selanjutnya disebut TO) telah memegang peran dalam mengangkat musik dalam negeri khususnya dalam rangka melestarikan lagu-lagu Nasional gubahan para komponis Indonesia dan lagu-lagu tradisional. Dibantu oleh Victorian Phillharmonic orchestra dan Twillite chorus, Addie MS telah merekam ulang lagu kebangsaan Indonesia Raya ciptaan W.R.Supratman dalam versi aransemen orkes aslinya oleh Jos Cleber dan lagu Nasional lainnya dalam sebuah album berjudul “simponi negeriku”. Kemudian tahun 2004 TO kembali membuat sebuah rekaman yang menampilkan seluruh repertoar klasik berjudul , album ini menjadi album klasik pertama yang direkam secara langsung oleh orkes simponi Indonesia dan diedarkan untuk umum, selain itu TO juga telah berperan serta dalam mengangkat dan

4Chamber orchestra adalah orkes kamar, orkes dalam satuan kecil sesuai dengan kebutuhan ruang terbatas (http://books.google.co.id).

Universitas Sumatera Utara mengekspos artis dan musisi Indonesia pada publik dalam negeri. Dengan demikian memberikan kesempatan untuk meningkatkan serta mengembangkan bakat artistiknya dari waktu ke waktu. Eksistensi selama lebih dari sepuluh tahun TO sejak berdiri dari tahun 1991 dapat terwujud berkat peran dan dukungan Indra U. Bakrie sebagai patner dan Oddie Agam. Kondisi di Indonesia berbeda dengan kondisi di negara lain, dimana orkestra di luar negeri mendapat dukungan dari pemerintah setempat dan masyarakat, sedangkan orkestra di Indonesia tidaklah demikian adanya. Di awal tahun 2011 TO mempersembahkan konser secara live pada tanggal 12 Februari 2011 di Balai Sarbini Jakarta dengan kondukter sang maestro Addie MS. Penayangan ini juga dilanjutkan di Metro tv pada juni 2011 dengan tema “nodame cantabile” alasan mengangkat tema ini karena nodame cantabile merupakan anima, drama dan movie yang populer di Jepang bahkan di dunia. Karya-karya yang ditampilkan antara lain: Rhapsody in Blue by George Gershwain, No.2 in c Minor op.181 Moderato by Ssergei R, III Allegro Scherzando by Sergei R. Kemudian Mandiri Sekuritas juga mempersembahkan konser TO Cantabile 2 pada tanggal 16 juli 2011 di Aula Simfoni Jakarta yang merupakan kelanjutan dari konser Catabile 1, masih dengan tema yang sama yaitu nodame cantabile yang menampilkan karya-karya klasik terbaik dari komponis besar seperti: Glinka, Tchaikovsky, Beethoven, Ravel, dan Dvorak. Pianist Kazuha Nakahawa juga tampil membawakan karya Ravel, dan ada juga duet Michael Siswanto (biola) dan Felicitanesca (piano) membawakan sonata dari Beethoven. TO juga menggelar konser pendahuluan sebelum konser utama pada tanggal 21 juli 2009 di Sydney Opera House, Australia denga tema “Indonesia a touch of harmony” diadakan di Ballroom XXI Djakarta Theater pada tanggal 16 juli 2009. Ini merupakan pertama kalinya orkestra Indonesia tampil di Sydney, sehingga dengan demikian masyarakat Australia mengetahui bahwa Indonesia memiliki budaya yang beranekaragam tidak hanya gamelan tetapi juga orkestra. Artis pendukungnya seperti: Utha Likumahua, Levi Gunardi (pianist), Johannes (soprano), paduan suara TO juga membawakan lagu-lagu Indonesia seperti: Indonesia Pusaka, dan Bengawan Solo juga lagu-lagu daerah Indonesia yang dirangkai menjadi medley. Untuk konser di Sydney Opera House, TO berkolaborasi bersama penyanyi tenor Australia yaitu Stephen Smith dan Jessica (juara Australian Idol 2008). Disamping TO ada lagi Magenta orkestra yang merupakan orkestra pop pertama di Indonesia yang dipelopori oleh Indra U Bakrie dengan melibatkan Andi Rianto sebagai music director. Pagelaran pertama Magenta Orkestra (selanjutnya disebut MO) diadakan pada tanggal 20 april 2004 di Plenary Hall Jakarta Convention Center dengan tema “the sound of colour”. Penampilan gaya pop yang lebih santai dan kaya warna menjadi esensi yang ingin disampaikan MO, yang memadukan unsur musik, tata panggung, tata cahaya, kostum, visualisasi, talkshow, serta sinematografi. Kehadiran MO merupakan angin segar bagi perkembangan orkestra di Indonesia, dimana orkestra selalu diidentikan dengan musik klasik. Pergelaran perdana

Universitas Sumatera Utara melibatkan 164 orang musisi, 14 orang penyanyi, juga beberapa group band terkenal dengan kondukter Oni Krisnerwinto, durasi waktu 120 menit, jumlah penonton berkisar 3000-an, undangan tidak diperjualbelikan, penonton terdiri dari pemimpin perusahaan berbagai industri, pejabat pemerintah, organizing company, media elektronik/cetak, seniman, pelajar/mahasiswa dan banyak lagi. Lounching MO melibatkan 101 orang pemain, 51 orang , 6 orang rhytm section, 4 orang backing vocal, 1 orang kondukter, berbagai artis dan group band terkenal seperti Titi DJ, Krisdayanti, Ruth Sahanaya, Sheila Madjid, Agnes Monica, Padi dan masih banyak lagi. Dengan kehadiran MO, masyarakat diharapkan dapat membawa orkestra back to basic, mengembalikan musik sebagai bunyi-bunyian yang bisa dinikmati telinga. Musik sama seperti bunyi, bersifat universal, musik juga dapat dinikmati oleh segala usia, golongan, dan bangsa. Dengan adanya MO diharapkan menjadikan musik orkestra sebagai musik yang mudah dicerna dan dimengerti (easy listening). Yang tidak kalah menariknya adalah Indonesia memiliki orkestra musik tradisional pertama di dunia. Bila di Barat sudah ratusan tahun memiliki musik orkestra modren yang digunakan sampai sekarang ini, tetapi di Timur lahir orkestra musik tradisional yang mewakili dari seluruh wilayah Indonesia. Orkestra musik tradisional ini tergabung dalam Indonesian National orchestra (INO). Ino melakukan pertunjukkan perdana sebagai uji coba performance di Balairung gedung Sapta Pesona pada tanggal 12 Mei 2010, yang difasilitasi oleh Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata yang dipimpin oleh Franky Raden. Menurut beliau Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan budaya musik yang tidak terbatas, lebih dari lima puluh alat musik tradisional dari berbagai daerah di tanah air dimainkan dalam pergelaran tersebut. (http://indonesia proud.wordpress.com). Di samping itu ada lagi Orkestra Angklung yang telah mengukir prestasi dikancah Internasional ditangan Daeng Udjo seorang maestro angklung, sebanyak 5.102 orang di Washington DC telah berhasil memainkan angklung dengan baik dan mencatat rekor di Guinnes Books of Records. Lagu-lagu yang dibawakan pada Festival Indonesia 2011 yang digelar KBRI Washington DC di kaki monumen nasional kebangsaan Amerika di antaranya: we are the world dan take me home country road yang diiringi para penyanyi dari Elfa’s Singer dan Sherina. Peserta orkestra angklung tidak hanya berasal dari Washington DC tetapi juga dari New york dan telah diakui sebagai seni budaya asli Indonesia. (http://gobatak.com/gondang batak untuk dunia). Disamping itu juga pada tanggal 9 April 2011 pernah diadakan acara pertunjukan seni dan budaya “gondang orkestra untuk dunia” yang ditayangkan di TVRI selama dua malam berturut-turut.Tigor Situmorang bertindak sebagai komposer, arranger, dan kondukter dalam pertunjukan ini. Acara ini menampilkan “gondang orkestra untuk dunia” yang fokus pada perkusi Batak (gondang) serta dikombinasikan dengan musik tradisional Indonesia dan musik dunia lainnya. Tayangan berdurasi satu jam setengah ini mendapat apresiasi dan dukungan dari Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia yang diwakili oleh Drs. Sulistyo TK.MM. Artis-artis yang turut serta memeriahkan acara ini antara lain: Tiar Nababan, Stack Brother,

Universitas Sumatera Utara Roland Sinaga, Billy Banjarnahor, dan artis nasional Ita Purnama Sari, direksi TVRI, para Duta Besar dan masih banyak lagi lainnya. (http://www.gobatak.com).

2.4. Konser-konser di Indonesia (Jakarta) A Symphoni of Hope, konser perdana yang digelar pada tanggal 28 agustus 2000 di Grandballroom Hotel Mulia ini memainkan symphony no. 10 in g minor karya Mozart, concerto for flute in D Major karya F.J Haydn. Konser ini didukung oleh flutist ternama Indonesia Embong Raharjo. Opera pada tahun 2002 di Gelora bung Karno bekerjasama dengan Kua Etnika yang dipimpin oleh N. Riantiarno. Penampilan prima dalam membawakan simponi no.5 karya Beethoven mendapat sambutan hangat dari Abdurahman Wahid President Republik Indonesia saat itu. Konser Orkestra di gedung kesenian Jakarta pada tanggal 23 Mei 2003 membawakan missa solemnis in C Major k.337 karya Mozart bersama Aning Katamsi (soprano), Christoper Abimanyu (tenor), Luciana (alto), Ranier (bass). Konser orkestra pada acara feel the spirit 2005 di Birawa Assembly Hall-Bidakara, membawakan karya John Rutter dalam feel the spirit, beberapa karya G.F. Handel, Andrew loyd dan Leonard Bernstein. (http://wikipedia).

Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN MUSIK ORKESTRA DI KOTA MEDAN (TAMAN BUDAYA MEDAN (TBM), RRI MEDAN DAN TVRI MEDAN)

Di dalam tesis ini penulis hanya ingin mengungkapkan sejarah perkembangan dan keberkelanjutan musik orkestra pada era tahun 1970-an sampai awal tahun 2000-an yang mana pada masa-masa tahun ini dianggap sebagai zaman keemasan dan kejayaan musik orkestra di Kota Medan. Mengapa penulis tidak menguraikan keberadaan musik orkestra dari tahun 1945 sampai akhir tahun 1960-an? Penulis berpendapat bahwa dikarenakan pada waktu itu Republik Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya, juga ditambah lagi pada saat itu kondisi perekonomian dan dunia perpolitikan Indonesia masih belum stabil sehingga belum ada perkembangan yang berarti terhadap keberadaaan musik orkestra di Kota Medan pada saat itu. Musik orkestra di Kota Medan mulai menampakkan aktifitasnya yang berarti yaitu pada era tahun 1970-an. Di tahun inilah penulis ingin menguraikannya dengan jelas.

3.1. Sejarah Musik Orkestra di Kota Medan. 3.1.1. Peran Taman Budaya Medan (TBM)Terhadap Musik Orkestra Taman Budaya Medan (TBM) merupakan pusat seni tempat berkumpulnya para seniman kota Medan. Di Taman Budaya Medan, kegiatan seni budaya yang indah merupakan cerminan terhadap kehidupan masyarakatnya, di Taman Budaya medan terdapat sanggar teater, tari, musik, dan rupa/lukis serta kegiatan seni lainnya. Taman Budaya Medan merupakan tempat berkarya putra/putri kota Medan dalam bidang seni musik, drama, tari, lukis dan lain sebagainya. Upaya mendasar menjadikan kebudayaan Sumatera Utara lebih maju dan berkembang, tentunya tidak terlepas dari keberadaan TBM sendiri. Keberadaan TBM harus lebih disosialisasikan, sehingga akan lebih dikenal masyarakat dan pencinta seni, yang pada gilirannya masyarakat pun merasa membutuhkan adanya TBM, bahkan bersedia ikut sebagai pelaku atau penikmat berbagai kegiatan seni dan budaya yang diselenggarakannya.

3.1.2. Latar Belakang Taman Budaya Medan (TBM)

Taman Budaya Sumatera Utara atau lebih dikenal dengan sebutan Taman Budaya Medan (TBM), secara institusional merupakan instansi pemerintah yang bidang tugasnya berkenaan dengan pembangunan nasional Indonesia di bidang kebudayaan pada tingkat propinsi. TBM berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut sebagai unit pelaksana teknis dinas (UPTD). Peran TBM tertuang dalam pelaksanaan kegiatan teknis antara lain: Pembinaan dan peningkatan mutu seni melalui penelitian aspek-aspek mutu seni budaya, pembinaan organisasi kesenian, pelatihan seni bagi masyarakat, penyuluhan berbagai aspek seni budaya bagi masyarakat, diskusi, seminar, sarasehan, lokakarya, ceramah dan penataran kesenian. Kegiatan

Universitas Sumatera Utara pertunjukan berupa pameran, pergelaran, pementasan, pertukaran seni antar propinsi dan antar negara, menampilkan kegiatan seni pada even regional, nasional dan internasional dan dokumentasi dan informasi seni melalui pengumpulan dan pengolahan data kesenian secara tertulis, rekaman auditif dan visual. TBM di samping menjalankan peran sebagai fasilitator sekaligus merupakan dinamisator bagi upaya pembinaan dan pengembangan kebudayaan di Sumut. Kompleks TBM berada diareal seluas 8.216 meter persegi di kawasan yang sangat strategis, yakni di jalan Perintis kemerdekaan no.33 Medan, bersebelahan dengan sekolah menengah kejuruan negeri 11 Medan (dulunya sekolah menengah Musik). Lokasi TBM cukup strategis berada di jalan yang padat dilalui oleh kendaraan dari berbagai jurusan, sehingga mudah untuk di kunjungi, dan sekitar 75 meter dari Universitas HKBP Nommensen Medan.

3.1.3. Pentas Terbuka Bangunan pentas terbuka atau open stage, sesuai dengan namanya berada di alam terbuka, terletak pada bagian barat kompleks TBM, digunakan untuk pementasan dan perlombaan berbagai cabang seni untuk umum juga digunakan untuk tempat latihan bagi sanggar-sanggar seni lainnya. Di depan pentas terbuka ini sengaja dibuat bangku-bangku panjang dari semen yang membentuk banyak anak tangga (bertingkat-tingkat), dan disekitar pentas terbuka tersebut juga dikelilingi oleh pepohonan dan hamparan rumput sehingga membuat suasana menjadi lebih hidup. Umumnya pementasan-pementasan seni yang dilaksanakan di pentas terbuka ini tidak memungut biaya apapun, dan penonton juga bebas untuk semua umur tidak terkecuali anak-anak, bahkan pedagang-pedagang makanan dan minuman bebas masuk dan berjualan disekitar pentas terbuka tersebut. Penonton juga boleh makan dan minum, tertawa dan bercanda bahkan pacaran sambil menyaksikan berbagai pementasan seni. .

3.1.4. Gedung Pameran Untuk menggelar kegiatan seni rupa, seni lukis termasuk seni pahat, keramik dan kerajinan, TBM memiliki gedung pameran, yang digunakan untuk pameran karya-karya para seniman Sumatera Utara (Sumut) dan seniman dari Jakarta, Padang, Pakan Baru, Batam, Jambi dan lain sebagainya. Gedung ini terletak di tengah-tengah kompleks TBM dengan memakai pintu kaca yang menghadap ke jalan raya. Setiap diadakan berbagai pameran-pameran seni antusias masyarakat kota Medan khususnya masyarakat pencinta seni untuk menyaksikannya sangatlah tinggi. Pameran-pameran seni selalu dilaksanakan selama tiga hari ataupun sampai enam hari berturut-turut. Hal ini dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat seni di kota Medan agar dapat menyaksikannya.

3.1.5. Gedung Utama atau Teater Tertutup

Universitas Sumatera Utara Gedung utama merupakan gedung pertunjukan utama dengan kapasitas penonton sekitar 600 orang, umumnya menjadi pilihan utama tempat mempergelarkan berbagai cabang seni, seperti teater, tari, musik, sastra dan berbagai macam perlombaan-perlombaan seni lainnya. Kadang-kadang gedung utama juga digunakan untuk perpisahan sekolah dari tingkat TK sampai SMU, juga digunakan untuk acara-acara pesta pernikahan dan lainnya. Gedung utama dilengkapi dengan pendingin ruangan sehingga penonton nyaman didalamya dan juga didukung oleh tata lampu dan sound-sytem yang baik. Gedung utama merupakan gedung pementasan seni yang paling besar di antara banyak gedung yang ada di TBM. Umumnya pementasan seni yang dilaksanakan di gedung utama ini mewajibkan penonton untuk membayar tiket. Harga tiket cukup murah dari sepuluh ribu rupiah sampai dua puluh ribu rupiah.

3.1.6. Sanggar Musik Gedung untuk sanggar musik ini tidak dilengkapi dengan pentas, hanya dikhususkan untuk tempat latihan musik baik yang merupakan program TBM maupun oleh grup-grup musik masyarakat kota Medan. Sarana pendukungnya berupa drum, piano, gitar melodi,gitar bass, keyboard dan sejumlah peralatan musik lainnya. Musik Orkestra Caparita 77 pimpinan bapak Mulyono juga melaksanakan latihan di sanggar musik ini. Sanggar musik ini dikelilingi oleh jendela kaca besar sehingga memudahkan orang-orang yang lewat untuk berhenti dan menyaksikan proses latihan musik didalamnya. Sanggar musik tidak dilengkapi pendingin udara hanya sebuah kipas angin sederhana, sehingga membuat proses latihan seni kurang nyaman.

3.1.7. Sanggar Tari Gedung ini setiap harinya digunakan untuk kegiatan latihan tari dari sanggar-sanggat tari yang bersekretariat di TBM dan sesekali juga dipakai oleh sanggar-sanggar teater. Gedung ini dilengkapi dengan sebuah pentas dengan kapasitas penonton 150 orang cukup luas dan besar, dan di sisi kiri dan kanan terpasang kaca besar. Workshop, ceramah, sarasehan, diskusi, dan pementasan juga sesekali dilaksanakan di gedung ini.

3.1.8. Sanggar Teater

Gedung teater juga dilengkapi oleh pentas, dengan kapasitas penonton 200 orang. Gedung ini diutamakan untuk tempat latihan teater dan sesekali untuk latihan tari dan juga digunakan untuk workshop, ceramah, sarasehan dan diskusi. Gedung ini termasuk gedung baru, dan letaknya agak sedikit dibelakang bersebelahan dengan gedung utama dan perpustakaan.

3.1.9. Program Kegiatan Musik Orkestra di Taman Budaya Medan (TBM)

Universitas Sumatera Utara Dari sekian banyak program kegiatan seni yang pernah di laksanakan di TBM ini, musik orkestra adalah yang paling jarang di laksanakan. Penulis sudah mewawancarai beberapa seniman TBM yaitu Hedrik Perangin-angin dan Rubino yang dulunya pernah aktif dalam kegiatan musik orkestra. Hasil wawancara yang penulis dapatkan adalah sebagai berikut, Kegiatan musik orkestra di TBM sudah pernah di laksanakan sejak tahun 1980-an dibawah pimpinan Slamet Iman Santoso /mantan guru sekolah Musik Negeri Medan (sekarang sudah pensiun), para anggota pemain adalah siswa-siswi Sekolah Menengah Musik Negeri Medan itu sendiri, namun setelah itu lama tidak beraktivitas, baru setelah era tahun 1990-an di bawah pimpinan Mulyono kegiatan musik orkestra di TBM mulai beraktvitas kembali. Kelompok orkestra ini beranggotakan siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan negeri 11 Medan (termasuk penulis sendiri), tenaga pegawai dari TBM itu sendiri. Beberapa pemain musik dari universitas Nommensen, dan juga beberapa pemain musik dari TVRI Medan. Kegiatan musik orkestra ini di laksanakan sehubungan dengan adanya agenda kegiatan seni di TBM. Musik orkestra ini di beri nama orkestra Caparita 77 Medan. Tetapi kehadiran orkestra Caparita 77 medan inipun tidak berjalan lama, pada awal tahun 2000-an musik orkestra di Taman Budaya Medan mulai menghilang sampai saat ini disebabkan tidak adanya pihak donatur sebagai penyandang dana bagi musik orkestra tersebut, disamping semakin susah untuk mengumpulkan para musisi-musisi kota Medan dikarenakan kesibukan masing-masing untuk ikut bergabung di dalam musik orkestra, dan kurang tersedianya peralatan dan soundsystem yang mendukung kegiatan musik orkestra, dan masih banyak lagi hambatan lainnya.

3.1.10. Keberadaan Musik Orkestra di Taman Budaya Medan (TBM) Keberadaan musik orkestra di TBM tidaklah berjalan dengan efektif dan berkesinambungan disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: masih sedikitnya pemain/musisi yang bisa meluangkan waktunya untuk bergabung di musik orkestra di sebabkan berbagai kesibukan masing-masing, karena musik orkestra memerlukan banyak pemain dengan beragam alat musik, di samping itu tidak adanya pendukung dana dan motivator bagi keberlangsungan musik orkestra tersebut. Kehadiran musik orkestra di TBM hanya bersifat sekunder, TBM lebih menyokong dan mendukung seni-seni yang bersifat tradisi, walaupun tidak tertutup kemugkinan hadirnya seni– seni non tradisi. Sehingga beberapa alasan tadi membuat keberlangsungan musik orkestra tidak berjalan dengan baik sampai saat ini di TBM. Berikut ini adalah susunan Orkestra Caparita 77 Medan pada tahun era tahun 1990-an : 1. 1st : 10 orang

2. 2nd Violin : 7 orang

3. Cello : 2 orang

Universitas Sumatera Utara 4. Flute : 3 orang

5. Clarinet : 3 orang

6. Saxophone alto : 2 orang

7. Trompet : 2 orang

8. Horn : 1 orang

9. Keyboard : 1 orang (penulis sebagai pemain)

10. Gitar : 1 orang

11. Bass : 1 orang

12. Drum : 1 orang

Berikut adalah judul komposisi musik orkestra Caparita 77 Medan yang pernah dipagelarkan di gedung utama TBM : 1. Simalakama (dangdut) 2. Saianju mao (lagu daerah batak) 3. Araskabu 4. Jembatan merah (keroncong) 5. Pahlawan merdeka (keroncong) 6. Bengawan Solo (keroncong) 7. The Power of love (Barat) 8. dan lain sebagainya

3.1.11. Terhentinya Program Musik Orkestra di TBM Keberadaan musik orkestra di TBM secara perlahan tetapi pasti telah berakhir dan berhenti pada sekitar awal tahun 2000-an sampai saat ini, di tambah dengan meninggalnya dua orang seniman yang sangat berjasa terhadap keberlangsungan musik orkestra di TBM yaitu Muhammad Nuh dan Mulyono sehingga dengan demikian membuat keberlangsungan musik orkestra semakin jauh di lupakan. Alasan minimnya pendanaan dan kurangnya donatur menjadi penyebab utama terhentinya program musik orkestra di TBM, dan lagi disamping itu TBM hanya lebih memfokuskan ke seni-seni yang sifatnya tradisi saja.

3.2. Sejarah Musik Orkestra di Televisi Republik Indonesia (TVRI) Medan 3.2.1. Latar Belakang TVRI Medan

Universitas Sumatera Utara Tahun 1967 eksperiment dari Letnan Kolonel Chb Wahid Lubis berhasil menangkap siaran televisi Malaysia dan Bangkok di Medan dan ternyata peristiwa tersebut telah membuahkan hasil dalam dunia pertelevisian di Indonesia. Ide untuk mendirikan stasiun televisi di Medan diprakarsai oleh para pejabat di Sumatera Utara yang bergerak dibidang media dan telekomunikasi. TVRI Medan adalah stasiun televisi regional Indonesia milik TVRI yang mengudara dikawasan Sumatera Utara, berdiri pada tanggal 28 agustus 1970 yang bertujuan untuk memperoleh berbagai informasi terutama yang menyangkut kegiatan pembangunan. Stasiun TVRI Medan pernah berhenti siaran pada tahun 2003, dengan tidak beroperasinya seluruh transmisi TVRI tersebut berarti seluruh siaran TVRI tidak bisa lagi diterima masyarakat hingga ke pelosok Sumatera Utara, dan ini jelas sangat merugikan masyarakat khususnya yang selama ini hanya menangkap siaran TVRI saja. Penyebab berhentinya siaran TVRI Medan adalah akibat tidak adanya anggaran untuk membiayai kegiatan operasional stasiun televisi milik pemerintah di Sumatera Utara pada waktu itu, namun kemudian siaran berhasil dilanjutkan kembali sampai saat ini. TVRI Medan yang berlokasi di jalan Putri Hijau Medan, yang berdekatan dengan Hotel JW. Mariot berada di lokasi yang sangat strategis dan ramai dilalui kendaraan bermotor dari berbagai arah. Dahulu di awal berdirinya TVRI Medan sebagai satu-satunya TVRI milik pemerintah merupakan TVRI kebanggaan kota Medan. Masyarakat akan sangat bangga jika bisa tampil mengisi acara di TVRI Medan, Namun kejayaan yang pernah diraih TVRI Medan kini menjadi hilang. Salah satu sebab TVRI kurang diminati oleh masyarakat kota Medan disebabkan tumbuh menjamurnya berbagai televisi swasta yang mengemas acara yang beraneka ragam dan cukup menarik dan variatif, sementara acara-acara yang ditayangkan oleh TVRI Medan jauh tertinggal dan terkesan tidak menarik, Sehingga boleh dikatakan sampai saat ini TVRI Medan sepi peminat, bahkan bisa dikatakan sudah hampir ditinggalkan masyarakat kota Medan khususnya.

3.2.2. Struktur Organisasi TVRI Medan Kepala stasiun medan membawahi antara lain kepala bidang program dan pengembangan usaha, kepala bidang berita, kepala bidang keuangan, kepala bidang teknik, dan kepala bagian umum yang membawahi lagi kepala sub bagian sumber daya manusia dan kepala sub. bagian perlengkapan. Masing-masing kepala bidang diatas membawahi kepala seksi program, kepala seksi produksi berita, kepala sub.bagian bendahara, kepala seksi teknik produksi ini membawahi lagi kepala seksi teknik transmisi dan kepala seksi fasilitas transmisi.

3.2.3. Peran TVRI Medan Terhadap Musik Orkestra Musik orkestra di TVRI Medan pertama sekali hadir pada era tahun 1970-an dengan nama Simponi orkestra klasik dibawah pimpinan Max Sapulete.Disamping itu TVRI Medan juga

Universitas Sumatera Utara memiliki orkestra Radio dan Televisi yang merupakan gabungan dari orkestra di RRI Medan dan TVRI Medan yang juga dibawah pimpinan Max Sapulete. Sebagian para musisi adalah berasal dari SMM (sekolah menengah musik, sekarang SMK Negeri 11 Medan). Musik orkestra di era tahun 1970-an hadir bertepatan dengan masa kampanye Golkar, dan musik orkestra pada saat itu dijadikan sarana bagi dunia politik di Indonesia dalam rangka ikut menyukseskan kampanye Golkar. Sedangkan di era tahun 1980-an dan 1990-an situasi politik di Indonesia masih dapat dikatakan terkendali dengan baik, tidak ada kejadian-kejadian yang berarti didalam dunia politik di Indonesia yang membuat musik orkestra bisa ikut tampil. Banyak sekali prestasi yang diraih oleh musik orkestra di era tersebut antara lain: musik orkestra pernah mengiringi artis Asean pada era tahun 1970-an sampai 1980-an, jumlah pemainnya pada waktu itu cukup banyak berkisar lebih kurang enam puluh pemain yang berasal dari sekolah musik, TVRI, dan RRI Medan. Orkestra radio dan televisi ini juga pernah mengiringi pemilihan bintang remaja radio dan televisi di Jakarta pada tahun 1976, selanjutnya orkestra radio dan televisi juga pernah mengiringi artis safari dari Medan sampai Ujungpandang dalam rangka kampanye golkar pada tahun 1977, orkestra radio dan televisi bersama radio televisi Malaysia (RTM) pernah berkolaborasi yang dipimpin oleh Juhari Saleh di Jakarta pada era tahun 1970-an. Jadi bisalah dikatakan bahwa orkestra radio dan televisi Medan pernah berjaya di era tahun 1970-an sampai 1980-an. Seiring dengan itu di era yang sama 1970-an sampai 1990-an TVRI Medan juga pernah membuat program acara di televisi khusus musik orkestra keroncong dengan nama Puspa Irama pimpinan Mulyono (disini penulis terlibat sebagai pemain biola). Program acara ini penulis ikuti hampir berlangsung lebih kurang tiga tahun dengan waktu tampil tiga bulan sekali, beberapa lagu-lagu yang dibawakan antara lain Jenang Gulo, Bengawan Solo, Sri Mersing, Sepasang Mata Bola, Love Is A Many Splendered thing, Danny Boy, Sebelum Kau Pergi, Kau selalu di Hatiku, Strangers In The Night, Kaulah Segalanya, keroncong Bahana Pancasila, (lihat lampiran) dan masih banyak lagi lainnya dengan jumlah musisi yang relatif kecil berkisar lebih kurang lima belas pemain. Namun sangat disayangkan sekarang semuanya hanya tinggal kenangan, saat ini acara musik orkestra di TVRI Medan sudah tidak beraktifitas lagi bahkan yang lebih menyayat hati studio rekamanpun sudah tidak bisa beroperasi lagi ditambah dengan banyaknya instrumen musik yang sudah dilelang oleh pihak TVRI Medan.

3.2.4. Program Musik Orkestra di TVRI Medan Keberadaan musik orkestra di TVRI Medan agak mendapat perhatian yang lumayan baik dari pada di TBM. Musik orkestra Keroncong yang menjadi salah satu program acara tetap di TVRI Medan mampu bertahan cukup lama dari tahun 1990-an sampai awal tahun 2000-an. Namun secara perlahan tetapi pasti akhirnya terhenti juga penyiarannya sampai saat ini. Penyebabnya juga sama dengan TBM, masalah minimnya pendanaan dan biaya oprasional

Universitas Sumatera Utara pemain yang cukup tinggi sehingga TVRI Medan tidak sanggup untuk itu. Di samping itu penyebab yang paling utama adalah tumbuh menjamurnya berbagai macam stasiun televisi swasta (RCTI, SCTV, TPI, ANTV, Metro TV, Trans TV) yang memiliki program acara jauh lebih bervariasi dan jauh lebih menarik daripada siaran musik orkestra keroncong TVRI Medan.

3.3. Sejarah Musik Orkestra Di Radio Republik Indonesia (RRI) Medan 3.3.1. Latar Belakang RRI Medan Menurut Kamarsjah dalam tulisannya berjudul Radio di Sumatera dalam buku Sedjarah Radio di Indonesia (1953:11), sejarah berdirinya penyiaran Radio di Sumatera Utara, khususnya di Medan dimulai kira-kira tahun 1930. Usaha pertama ini dipelopori oleh direktur Nibem pengusaha bioskop bernama Meyer. Badan penyiaran ini sifatnya partikelir dan oleh penyelenggaranya dinamakan Mova (meyers omroep voor allen). Kehadiran Radio swasta ini menarik minat tuan-tuan kebon Belanda untuk membangun stasiun penyiaran yang bernama Avrom (algemene vereneging radio omroep Medan) yang didirikan tahun 1930 yang diprakasai oleh maskapai perkebunan Belanda di Sumatera Timur (muin,1993;19). Pesawat radio masih sangat terbatas jumlahnya dan merupakan barang mewah, bahasa siaranpun kebanyakan berbahasa Belanda dengan pemutaran musik-musik seperti waltz, tango, dan klasik. Keterpencilan siaran radio dari khalayak luas mendorong tumbuhnya Nirom (nederlands indeche radio omroep) yang didirikan tahun 1934 yang berlokasi dijalan Serdang no.28 Medan. (gani,1953;11), namun orientasinya tetap elit meskipun sudah disiarkan lagu-lagu Said Abdullah, Syekh Moh Albar, dan Tengku Adlan serta lagu-lagu gambus dan keroncong stambul. Semangat kebangsaan yang mekar dihati putra/putri Indonesia untuk menjadikan budaya Indonesia tuan rumah dinegeri sendiri, mendorong tokoh-tokoh Indonesia di Sumatera Utara seperti Adi Negoro, Dr.Amir, Madong Lubis, GB.Josua, Dr.Radja Saudin, RM.Sarsidi dan lain- lain mendirikan Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran (PPRK) cabang Medan. PPRK Medan ini dibentuk pada tanggal 4 oktober 1940 yang diresmikan oleh PPRK pusat Mr.Oetojo. Sementara itu orientasi siaran Nirom mulai memperhatikan aspirasi khalayak Indonesia melalui PPRK yang nantinya dikemudian hari Nirom menyerahkan penyiaran penyelenggaraan siaran timur kepada PPRK. Siaran PPRK pertama diresmikan pada tanggal 1 November 1940 dan pada saat itu juga penyerahan penyelenggaraan siaran timur dari Nirom kepada PPRK. Sejak itu warna Indonesia dalam budaya dan musik mendominasi angkasa Sumatera Utara. Kondisi ini berakhir setelah tentara pendudukan Jepang tiba di Indonesia pada 12 Maret 1942, dan saat itu organisasi PPRK tidak dapat bergerak lagi. Selama menduduki Indonesia, Jepang menyadari pentingnya siaran radio. Pemancar Nirom kepunyaan Belanda di Medan dibumi hanguskan oleh Belanda sendiri beberapa saat sebelum Jepang masuk ke Medan pada bulan Maret 1942. Usaha Jepang yang pertama adalah

Universitas Sumatera Utara memerintahkan kepada penduduk yang memiliki pesawat radio untuk mendaftarkan pesawat radionya dan menyimpannya di kantor polisi. Kebijaksanaan ini dimaksudkan untuk mencegah agar rakyat dapat mendengar siaran-siaran luar negeri. Politik Jepang terhadap pegawai-pegawai penyiaran radio Medan yang disebut Medan hoso kyoku juga berlainan dengan politik terhadap pegawai jawatan pemerintah lainnya. Kalau pada jawatan ini Jepang masih terus menggunakan pegawai lama, maka tidak demikian halnya dengan Medan hoso kyoku (penyiaran radio Medan). Mereka mengangkat pegawai baru yang tidak pernah bekerja di Nirom, untuk itu diadakan testing yang diikuti oleh sekitar empat ratus pemuda pelamar dan dari jumlah itu mereka hanya memilih tujuh orang diantaranya Kamarsyah, Ibrahim, M.Arief, Raden Abd, Achmad Depari, dan M.Sani. Tidaklah berlebihan jikalau dikatakan bahwa mereka yang lulus terbukti pada zaman Revolusi maupun zaman pembangunan tetap memegang peranan penting dalam perjuangan radio di Indonesia. Suara para penyiar Medan hoso kyoku mulai terdengar diudara pada awal tahun 1943, para penyiar diajarkan berbahas Jepang. Tiap pembukaan dan penutupan serta pengutaraan mengenai sesuatu yang khusus harus didahului dalam bahasa Jepang, setelah itu baru disusul dengan bahasa Indonesia. Dalam waktu yang bersamaan didirikan pula hoso kyoku didaerah- daerah lain seperti di Padang, Bukit Tinggi, dan lainnya. Pembangunan studio baru mucul sampai beberapa bulan sebelum berakhir pada tahun 1944. Jepang berencana agar segera mendirikan studio-studio dan pemancar hoso kyoku yang berpusat di Bukit Tinggi. Bom atom terhadap Hirosyma dan Nagasaki mengakhiri perang dunia ke dua di Pasifik. Tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada negara sekutu. Tiga hari kemudian tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan keseluruh dunia. Kejadian ini tidak disia-siakan oleh para pegawai dari Medan hoso kyoku (penyiaran radio Medan) untuk mengambil alih semua peralatan penyiaran radio. Pada tanggal 11 September 1945 lahirlah Radio Republik Indonesia Medan yang beralamat di jalan Serdang no.28 Medan, kemudian berpindah alamat ke jalan Bintang, dan akhirnya berpindah lagi ke jalan Gatot Subroto no.214 sampai saat ini.

3.3.2. Keberadaan Program Penyiaran Musik Orkestra di RRI Medan Selain menyiarkan berita, RRI Medan sudah sejak lama menyelenggarakan program siaran hiburan seperti kesenian yang dimulai sejak zaman pra kemerdekaan. Tahun 1950 program siaran hiburan yang ada antara lain seperti sandiwara radio, lagu-lagu daerah, dan musik orkestra (klasik Eropa), tetapi pada mulanya RRI Medan menyiarkan musik orkestra klasik melalui piringan hitam (PH). Menurut Friany Nainggolan mengatakan bahwa penyiaran musik orkestra sudah dilakukan secara langsung sejak tahun 1950-an yang diberi nama orkestra studio Medan.

Universitas Sumatera Utara Orkestra ini hanya membawakan lagu-lagu pop saja (non klasik Eropa), seperti langgam melayu, keroncong ciptaan Lily Suheiri yang diaransemen untuk kebutuhan orkestra. Terinspirasi oleh orkestra studio Medan maka terbentuklah orkestra radio Medan pada sekitar tahun 1950- an yang dipimpin oleh Achmad Saaba dengan membawakan lagu klasik Eropa, anggotanya diambil dari seluruh musisi orkestra studio Medan ditambah anggota dari corps musik Brimob Medan sebagai pemain Brass section (alat musik tiup logam). Sebagian besar anggota orkestra diangkat menjadi pegawai kontrak oleh RRI Medan khusus sebagai musisi, Kemudian pada tahun 1972 diangkat lagi menjadi pegawai negeri sipil. Menurut Friany Nainggolan bahwa pada periode tahun 1970-an sampai 1980-an kegiatan musik orkestra dilingkungan RRI Medan sudah sangat baik, hal ini terlihat dari program yang dijalankan oleh kelompok musik orkestra dengan mengadakan latihan setiap hari pada jam kerja, dari senin sampai sabtu bertempat di Auditorium RRI Medan. Hal ini dilakukan guna menunjang kualitas permainan para musisi dalam memainkan musik orkestra yang akan disiarkan secara langsung. Pada saat itu yang menjabat sebagai Kepala seksi musik dan hiburan adalah Sovjan Saaba. Para musisi musik orkestra RRI Medan tidaklah belajar musik melalui jalur pendidikan melainkan mereka belajar langsung dengan orang-orang asing yang berprofesi sebagai musisi atau misionaris yang datang ke Medan, ada juga belajar dari kawan yang sudah mengerti akan musik klasik Barat. Walaupun demikian kemampuan musisi-musisi tersebut dapat dikatakan baik dan mereka juga mampu membaca notasi balok. Siaran musik orkestra dengan piringan hitam (PH) dan pita reel bahannya dikirim langsung dari radio Nederland di Belanda dan juga ada kiriman dari deutsche welle di Jerman. Komposisi lagu yang disiarkan antara lain: overture “the cahlief from Baghdad” karya Francoise Boieldieu, suite uit het ballet “het zwanenmeer” karya Tschaikovski, simponi “tweede simfonie “ karya A.Borodien, eine kleine nacht music k.525 karya Mozart (lihat lampiran) dan masih banyak lagi. Pada era akhir tahun 1990- an sampai tahun 2000-an, RRI Medan menyiarkan musik orkestra sudah menggunakan compact disc (CD).

3.3.3. Aspek Penyiaran Dalam Produksi Sebelum terlaksananya program musik orkestra di RRI Medan, terlebih dahulu melewati beberapa rangkaian kerja, antara lain: mendapat nota produksi dari Kabid (kepala bidang) Produksi dan menyusun naskah acara. Menyusun naskah untuk siaran radio khusus musik orkestra berbeda dengan penyusunan naskah pada surat kabar, majalah, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena media radio hanya dapat dinikmati dengan telinga atau hanya dapat didengar, dan setelah didengar dia akan lewat begitu saja tidak dapat diulang lagi, dan audiencenya juga tidak terbatas.

Universitas Sumatera Utara Menurut Friany Nainggolan dalam menuliskan naskah penyiaran musik orkestra di RRI Medan membutuhkan kemampuan yang sesuai dimiliki oleh penulis naskah, naskah haruslah menceritakan mengenai apa dan bagaimana musik orkestra yang akan disiarkan tersebut. Peranan seorang penyiar sangat menentukan. Berikut adalah rekaman naskah acara penyiaran musik orkestra di RRI Medan. Naskah Acara Nama acara :Musik Orkestra Siaran :29 Februari 2000 (tiap hari selasa) Program :1/pukul 15.30 wib Produser :Drs. Joni Raymond Saragih Naskah :Friany Nainggolan Peneliti :Rumondang Tobing SH Penyelia :Suharyadi Achmad Narator :Sri Rejeki Operator :Syahrial/James Simurat

3.3.4. Keberadaan Musik Orkestra Pada Program Musik di RRI Medan Keberadaan orkestra radio Medan sebagai pendukung siaran live musik, telah tumbuh dengan baik di RRI Medan. Orkestra tersebut terbentuk pada tahun 1950-an dipimpin oleh Achmad Sa,aba yang mendapat tempat pada siaran langsung dan didanai oleh RRI Medan sendiri, para musisi sebagian besar merupakan pegawai RRI Medan yang dikhususkan sebagai tenaga spesial musik orkestra. Menurut Friani Nainggolan, keberadaan orkestra radio Medan dimulai dengan keberadaan orkestra studio Medan terlebih dahulu yang dipimpin oleh Liliy Suheiri. Orkestra ini membawakan lagu-lagu pop Indonesia. Seiring dengan itu barulah terbentuk orkestra radio Medan yang membawakan lagu-lagu klasik, dan sama-sama berjaya pada masa itu. Namun setelah itu pada tahun 1966, orkestra studio Medan dan orkestra radio Medan bergabung menjadi satu dengan menamakan diri menjadi Orkestra Simponi Medan. Berikut adalah formasi orkestra simponi Medan pada tahun 1966: 1. Kondukter :1 orang 2. 1st Violin :14 orang 3. 2nd Violin :13 orang 4. Violin Alto :2 orang 5. Cello :2 orang 6. Flute :1 orang 7. Klarinet :3 orang 8. Saxophone Alto :4 orang 9. Trompet :5 orang 10. Trombone :3 orang 11. Horn :2 orang 12. Akkordion :2 orang

Universitas Sumatera Utara 13. Piano :2 orang 14. Bass :2 orang

Berikut adalah judul komposisi yang pernah disiarkan dalam program penyiaran musik orkestra di RRI Medan: 1.Disiarkan secara live antara lain: -overture gosi fan tutte karya Mozart -Eiene kliene nacht music k.525 karya Mozart -Zieguenerlibe waltz karya Lehar -Ole guapa tango karya Malando

2.Disiarkan melalui piringan hitam, pita reel, kaset dan compact disc (CD) antara lain: -Overture “the cahlief from Baghdad” karya Francoise Boieldieu -Suite uit het ballet “het zwanenmeer” karya P. Tschaikovski -Symphony “tweede simfonie” karya A.Borodien -A short guide to musical instrumen

3.3.5. Program Musik Orkestra Di RRI Medan Menurut Frianny Nainggolan pada akhir era 1990-an sampai awal tahun 2000-an, RRI Medan menyiarkan musik orkestra sudah dengan menggunakan compact disc (CD), hal ini disebabkan karena sudah tidak aktifnya lagi musik orkestra RRI Medan yang juga disebabkan oleh kemajuan tehnologi. Beliau juga mengatakan bahwa siaran ini tidak lagi berjalan dengan baik karena pembinaan yang sudah mulai tidak jelas dengan alasan keterbatasan pendanaan, disamping itu penggemar acara musik orkestra sudah mulai berkurang banyak, hal ini disebabkan dari kemajuan industri musik popular yang mulai mewabah keseluruh kalangan masyarakat, dari kaum muda sampai kaum tua, mereka sudah tidak lagi menyukai musik orkestra dan beralih ke musik-musik gaya baru pada waktu itu sampai saat sekarang ini. Selain itu juga karena sudah mulai menjamurnya stasiun-stasiun radio swasta (Kiss FM, Lafem 88 FM, Rodesha FM, Citra Buana FM, Lite FM dan lain-lain) yang menawarkan banyak pilihan acara siaran lagu- lagu popular dari segala bentuk aliran musik yang dianggap lebih menarik dan variatif dari pada musik orkestra RRI Medan. Penyiaran musik orkestra di RRI Medan menurut Friany Nainggolan berhenti sejak awal tahun 2000-an. Hal ini disebabkan karena pendanaan yang sangat minim dan semakin terasa sangat tidak sesuai dengan pola kerja yang dianggap berat dan rumit.

3.3.6. Perbandingan Musik Orkestra di Tiga Lokasi Penelitian Musik orkestra khususnya di Kota Medan pertama sekali lahir dan berkembang seiring dengan di kumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya pada tahun 1945 di RRI Medan. RRI Medan merupakan tempat yang paling berjasa terhadap tumbuh kembangnya musik orkestra, yang juga memiliki pemain-pemain musik berbakat dan berdisiplin.

Universitas Sumatera Utara Musik orkestra di RRI Medan sudah lama berkolaborasi dengan musik orkestra di TVRI Medan dengan nama Orkestra Radio dan Televisi. Orang-orang yang berjasa antara lain Max Sapulete, Mulyono, Muhammad Nuh dan Achmad Saaba. Telah banyak prestasi-prestasi yang diraih sejak terbentuknya orkestra radio dan televisi ini, baik dalam sekala Nasional maupun Internasional. Dan sampai saat ini musik orkestra di RRI Medan dan TVRI Medan sudah tidak ada lagi seiring dengan meninggalnya orang-orang yang dianggap sangat berjasa dalam keberadaan musik orkestra tersebut. Orkestra musik Keroncong dengan nama Puspa Irama yang disiarkan TVRI Medan pertiga bulan sekali dan sudah bertahun-tahun mengisi acara hiburan di TVRI Medan akhirnya dengan berbagai alasan khususnya masalah pendanaan akhirnya dihentikan oleh TVRI Medan. Perkembangan musik orkestra di RRI Medan dengan di TVRI Medan dahulunya sama- sama telah mencapai hasil yang boleh dibilang memuaskan. Hanya saja yang cukup sangat prihatin adalah perkembangan musik orkestra di Taman Budaya Medan. Dikarenakan program kerja TBM hanya lebih terfokus ke seni tradisi sehingga kehadiran musik orkestra kurang mendapat perhatian. Walaupun demikian sudah tercatat dalam sejarah bahw TBM telah pernah mengadakan pergelaran musik orkestra yang besar dengan nama Orkestra Caparita 77 dibawah kepemimpinan Mulyono dan Muhammad Nuh dan sukses. Namun kesuksesan tersebut tidak berarti apa-apa, karena setelah pergelaran besar tersebut berakhir, maka berakhir pula keberadaan musik orkestra di TBM sampai saat ini, dengan alasan yang sama yaitu masalah pendanaan. Di samping itu kelihatan perbedaan yang sangat mencolok dari segi usia para pemain musik yaitu para pemain musik orkestra di TBM sebagian besar masih berusia muda, umur berkisar dari dua puluh tahun sampai empat puluh tahun. Sedangkan para pemain musik orkestra di TVRI Medan sebagian besar telah berusia lanjut, sehingga ketika disiarkan di televisi menjadi kurang menarik. Kemudian pemain musik orkestra di RRI Medan usianya bermacam ragam, ada yang muda (masih sekolah dan kuliah) juga ada yang berusia lanjut. Lagu-lagu yang dibawakan oleh musik orkestra di RRI Medan dibawah pimpinan Max Sapulete dan Achmad Saaba adalah lagu-lagu klasik, antara lain karya komposer: Mozart, Ludwig van Beethoven, Johan Sebastian Bach, Frederic Chopin dan lain sebagainya. Lagu-lagu yang dibawakan oleh musik orkestra di TVRI Medan adalah lagu-lagu yang beraliran Keroncong dan Seriosa, yang sebagian besar adalah karya Mulyono, antara lain: Bengawan Solo, Sepasang Mata Bola, Jenang Gulo, Sri Mersing dan lain sebagainya. Sedangkan lagu-lagu yang dibawakan oleh musik orkestra di TBM adalah campuran antara lagu Barat, lagu tradisi, lagu dangdut, dan juga lagu keroncong, yang juga karya dari Mulyono, antara lain The Power of Love, dangdut Simalakama, Sai anju mau, Araskabu dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara 3.3.7. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Terhadap Musik Orkestra di Kota Medan Musik orkestra di Kota Medan pernah mencapai zaman keemasan di era tahun 1970- an sampai era tahun 1990-an. Namun seiring dengan berjalannya waktu lambat laun keberadaan musik orkestra di Kota Medan akhirnya menghilang. Salah satu penyebabnya adalah musik orkestra kalah bersaing ditengah kemajuan industri musik di Indonesia yang semakin pesat. Munculnya lagu-lagu dangdut dalam irama dan syair lagu yang cukup mempesona, juga munculnya group-group band anak muda membawakan lagu-lagu yang cukup easy listening, munculnya berbagai televisi swasta yang setiap hari selalu menghadirkan musik-musik yang up to date, munculnya radio-radio swasta yang juga setiap hari selalu dengan setia menghadirkan musik-musik yang sangat menghibur, semuanya ini membuat keberadaan musik orkestra semakin dilupakan. Keberadaan musik orkestra yang masih bertahan dengan format dan susunan yang kaku dan monoton, serta lagu-lagu yang kurang menarik membuat keberadaannya di Kota Medan tidak mendapat tempat di hati masyarakat Kota Medan khususnya. Sebenarnya musik orkestra yang ada di Kota Medan apabila di poles, dibentuk, dan diaransemen ulang dengan sedemikian rupa menggunakan format yang lebih modren dan menarik sesuai dengan permintaan pasar, sehingga memiliki nilai jual di pasaran kemungkinan besar musik orkestra pasti bisa bertahan dan diterima masyarakat Kota Medan. Namun sepertinya orang-orang yang terkait belum menyadari hal itu dengan baik, akhirnya pergelaran musik orkestra menjadi tidak menarik untuk dinikmati dan akhirnya ditinggalkan.

3.4. Instrumentasi di Tiga lokasi Penelitian Musik Orkestra di Kota Medan Di tiga lokasi penelitian musik orkestra, masing-masing lokasi memiliki perbedaan dalam jumlah pemain dan alat musik yang dipakai. Orkestra yang ada di TVRI Medan memakai 4 orang untuk pemain biola 1 (Buyung, Keepler dll), 3 orang untuk pemain biola 2 (Herna, Maina Sari, Dinar, Desi), untuk biola alto tidak ada pemain, 1 orang untuk pemain cello (Didi), 1 orang untuk pemain contrabass (nama tidak diketahui), 1 orang untuk pemain ukelele (nama tidak diketahui), 1 orang untuk pemain alat musik pendamping ukelele (nama tidak diketahui), 2 orang untuk pemain flute (Uyuni, Normasiah), 2 orang untuk pemain klarinet (Tahan Perjuangan, Muhammad.Nuh), 1 orang untuk pemain horn (Amat Frebuat). (disini peneliti terlibat sebagai pemain biola 2), dan beberapa orang penyanyi yang dipimpin oleh seorang kondukter Mulyono. Lagu-lagu yang dibawakan adalah beraliran seriosa/ keroncong, antara lain: keroncong Bahana Pancasila, keroncong Jembatan Merah, keroncong Tanah Airku, Bengawan Solo, Jenang Gulo dan lain sebagainya. Orkestra yang ada di Taman Budaya Medan memakai jumlah pemain musik lebih banyak dibandingkan yang ada di TVRI Medan, antara lain 5 orang untuk pemain biola 1 (Buyung, Sharif, Dani dan lain-lain), 4 orang untuk pemain biola 2 (Maina Sari, Siti Khumaidah, Rasida Dewi, Keepler Sianturi, biola alto tidak ada pemain, 1 orang untuk pemain cello (Iswandana), 1

Universitas Sumatera Utara orang untuk pemain drum (Aci Acuh), 1 orang untuk pemain gitar (Hendrik Perangin-angin), 1 orang untuk pemain bass (Hendric), 1 orang untuk pemain keyboard (di sini peneliti terlibat sebagai pemain keyboard), 2 orang untuk pemain klarinet (Tahan Perjuangan, Muhammad Nuh), 3 orang untuk pemain flute (Helena, Patarina, Theodora), 1 orang untuk pemain saxophone (Masriadi), 1 orang untuk pemain trompet (nama tidak diketahui), 2 orang untuk pemain trombone (Susilo, Jamudin) dan beberapa orang penyanyi yang dipimpin oleh seorang kondukter yaitu Muhammad Nuh. Lagu-lagu yang dibawakan beraliran seriosa, keroncong, dangdut, pop Barat/pop Indonesia, dan lagu daerah (tradisi) antara lain: dangdut Simalakama, Sai anju mau, O.Tano Batak, keroncong Jembatan Merah, Araskabu, lagu pop Barat berjudul The Power of Love, Strangers in the night, lagu pop Indonesia berjudul Kaulah Segalanya, Kau Selalu di Hatiku, Sebelum Kau Pergi (lihat lampiran) dan masih banyak lagi. Musisi-musisi yang bermain di Taman Budaya Medan sebagian juga terlibat dalam orkestra yang ada di TVRI Medan, begitu pula sebaliknya. Orkestra yang ada di RRI Medan memakai alat musik antara lain : biola 1, biola 2, biola alto, klarinet, saxophone alto, trompet, horn, akordion, piano, dan bass, dan juga di pimpin oleh seorang kondukter yaitu Max Sapulete dan Achmad Saaba. Lagu-lagu yang dibawakan kebanyakan beraliran klasik yang berjudul Eine Kleine Nachtmusik k.525 dari Mozart dan juga beraliran pop. (lihat lampiran).

3.5. Perbandingan Dengan Instrumen Musik Orkestra di Eropa Instrumen-instrumen yang dipakai pada orkestra yang ada di Eropa hampir memiliki kesamaan unsur dengan instumen-instrumen yang dipakai pada orkestra di kota Medan. Kesamaan instrumen-instrumen tersebut bisa terlihat antara lain pada musik orkestra klasik dan orkestra pop memakai instrumen biola, biola alto, cello, Contrabass, flute, klarinet, french horn, saxophone, trompet, trombone, piano dan sama-sama dipimpin oleh seorang kondukter yang posisinya berada dihadapan para pemain musik. Disamping itu orkestra yang ada di kota Medan juga memakai instrumen musik modren dalam penampilan panggung antara lain memakai instrumen keyboard, gitar melodi, gitar bass, dan satu set drum. Namun instrumen harpa tidak pernah sama sekali dipakai, karena di Kota Medan tidak memiliki pemain instrumen harpa, dan harus mendatangkan pemain dari Jakarta, namun hal itu tidaklah mungkin sanggup, karena akan memakan biaya yang besar. Musik orkestra yang ada di Kota Medan dalam hal jumlah pemain sangatlah minim bila dibandingkan dengan orkestra di luar negeri. Jumlah pemain musik orkestra di Kota Medan hanyalah berkisar dua puluh sampai dua puluh lima pemain itupun tidak tetap dan bisa berubah- ubah. Sedangkan orkestra di luar negeri untuk small ansamble saja bisa berjumlah lebih kurang lima puluh orang pemain, dan untuk orkestra besar seperti Phillharmonic Orchestra bisa berjumlah seratus orang lebih. Dan ini merupakan perbandingan yang sangat mencolok.

Universitas Sumatera Utara Untuk tata pentas dan kostum para pemain musik orkestra di luar negeri memang sudah sangat modren juga berkesan mewah dan berkelas. Para penonton musik orkestra di luar negeripun sebagian besar adalah memang orang-orang yang menyukai dan mengerti musik orkestra dan sangat menghargai dan menghormati musik orkestra tersebut. Selama pergelaran musik orkestra berlangsung, para penonton tidak satupun berbicara,tertawa-tawa, apalagi bercanda. Semuanya begitu terhanyut dan menikmati sajian musik orkestra yang sedang dipergelarkan tersebut. Tetapi lain halnya dengan musik orkestra di Kota Medan, untuk tata pentas dan kostum pemain musik masih sangat sederhana sekali dan jauh dari kesan mewah dan berkelas. Semua itu disebabkan tidak adanya penyandang dana dan donatur bagi musik orkestra di Kota Medan, ditambah lagi Pemerintah Daerah Kota Medan yang tidak memberikan perhatian bagi keberadaan musik orkestra tersebut. Lain halnya di luar negeri di sana pemerintahnya betul-betul perhatian, mendukung, dan membantu keberadaan musik orkestra tersebut.

3.6. Denah Pemain Di dalam penampilan aksi panggung musik orkestra di tiga lokasi penelitian, masing- masing lokasi denah pemain tidak jauh berbeda. Tempat pemain musik orkestra diatur sedemikian rupa dan disesuaikan dengan seberapa luasnya panggung yang tersedia. Untuk pemain instrumen gesek, posisinya berada dibarisan depan di bagian kanan, sedangkan untuk pemain instrumen tiup, posisinya berada dibarisan depan juga tetapi di bagian kiri (bersebelahan), untuk instrumen keyboard, posisinya berada dibarisan depan tetapi ditengah- tengah antara pemain instrumen gesek dan tiup, kemudian di sebelah pemain keyboard, ada pemain gitar melodi dan bass, dan posisi paling belakang pada tengah-tengah adalah Instrumen drum . Seorang kondukter atau pemimpin orkestra berada diposisi paling depan tetapi di samping kiri pemain, kondukter tidak di posisikan ditengah-tengah karena dikhwatirkan akan menghalangi pandangan penonton untuk melihat aksi pemain dan penyanyi secara utuh. (lihat lampiran).

3.7. Proses rekaman Di TVRI Medan, musik orkestra yang akan disiarkan haruslah melewati proses rekaman suara terlebih dahulu, orkestra di TVRI tidak pernah ditampilkan secara langsung (live), sehingga kesalahan-kesalahan dari pemain bisa diperbaiki dan hasilnya akan lebih baik lagi. Untuk proses rekamannya, pertama sekali direkam dahulu melodi instrumen gesek, setelah semua lagu-lagu untuk instrumen gesek selesai direkam, langkah selanjutnya adalah merekam melodi untuk instrumen tiup pada semua lagu yang akan dibawakan. Selanjutnya apa yang sudah direkam

Universitas Sumatera Utara antara melodi dari instrumen gesek dan tiup tadi dengan teknik perekaman digabung menjadi satu, sehingga terdengarlah musik iringan untuk lagu yang sudah harmonis. Langkah terakhir adalah penyanyi melakukan rekaman suara dengan iringan melodi dan akor-akor lagu yang sudah direkam tadi, dengan demikian maka selesailah proses rekaman suara. Untuk tahap berikutnya adalah rekaman gambar, seluruh pemain musik dan penyanyi diharapkan hadir tepat waktu pada tempat yang disediakan biasanya di studio penyiaran di TVRI Medan, proses rekaman gambar juga dihadiri oleh beberapa orang kameramen, penata lampu, penata gerak,penata make-up, penata suara dan busana. Pemain musik memakai kostum/pakaian yang sama yaitu atasnya batik hijau ataupun batik putih bercorak dan bawahnya celana panjang berwarna hitam, sedangkan untuk penyanyi, pakaian disesuaikan dengan judul lagu dan pada umumnya memakai kostum milik pribadi. Karena didalam rekaman gambar ini lagu dan musik sudah direkam terlebih dahulu, maka didalam rekaman gambar ini yang sangat diperlukan adalah kemampuan acting pemain musik dan penyanyi, sehingga kualitas gambar menjadi lebih baik. Untuk pemain biola sangat penting sekali agar dapat menggesek biola dengan gerakan bow yang teratur naik turunnya, agar dapat kelihatan indah ketika disaksikan dilayar kaca, demikian pula untuk pemain instrumen tiup diusahakan seragam dan kompak. Pada dasarnya semua pemain musik harus kompak dan teratur dalam proses rekaman gambar ini. Proses rekaman gambar memakan waktu lebih kurang dua jam, biasanya lagu-lagu yang dibawakan hanyalah berjumlah enam lagu saja dengan masa tayang di televisi selama tiga puluh menit. Setelah selesai rekaman gambar, yang paling ditunggu-tunggu oleh pemain dan penyanyi adalah pembagian honorarium. Untuk pemain musik semua honornya sama berkisar RP.75.000 (pada tahun 1995), tetapi apabila pemain tidak hadir ketika proses latihan maka honorarium akan dipotong, honararium untuk penyanyi lebih besar sedikit dibanding pemain musik. Namun walaupun honorarium kecil, tidak membuat pemain dan penyanyi berkecil hati, tetap semangat demi menyalurkan bakat-bakat musik yang ada.

3.8. Proses latihan Tayangan musik orkestra di TVRI Medan dilakukan pertiga bulan sekali, dibawah pimpinan Mulyono, beliau juga salah satu pegawai di lingkungan TVRI Medan. Para pemain musik berjumlah lebih kurang duapuluh orang, dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan serta umur yang berbeda-beda pula, ada mahasiswa, guru, wiraswata, pegawai negeri sipil di lingkungan Taman Budaya Medan, pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan, bahkan ada pensiunan pegawai negeri, umur pemain berkisar dari umur 23 tahun sampai umur 50 tahun. Proses latihan musik orkestra dilaksanakan dua kali dalam seminggu sebanyak delapan kali latihan saja, kehadiran para musisi dicatat dan nantinya turut mempengaruhi jumlah honorarium yang akan diterima.

Universitas Sumatera Utara Latihan dilaksanakan di TVRI Medan disalah satu studio rekaman yang sedang tidak digunakan buat sementara, latihan dilaksanakan dari jam tiga sore sampai jam lima sore. Umumnya aransemen lagu cukup sederhana dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan dari para musisi itu sendiri dan semua lagu adalah hasil aransemen Mulyono. Untuk penyanyi, proses latihannya dilakukan secara terpisah tidak bergabung dengan para musisi. Selama proses latihan canda dan tawa antara sesama musisi sering muncul, tanpa membedakan tua muda proses latihan berjalan dalam suasan yang santai namun tetap serius. Proses latihan musik orkestra di Taman Budaya Medan dilaksanakan dua kali dalam seminggu, namun kehadiran para musisi tidak perlu dicatat, para musisi hanya diberi honorarium ketika acara pergelaran akbar telah selesai hanya sekali itu saja diberikan. Musik orkestra di Taman Budaya Medan juga dipimpin oleh Mulyono dengan dibantu oleh teman sejawat beliau yaitu Muhammad Nuh. Aransemen lagu-lagu yang dibawakan agak sedikit beragam, dan semua lagu sebagian besar hasil aransemen Mulyono. Biasanya setelah satu jam latihan, ada waktu istirahat sebentar untuk minum yang sudah disediakan oleh panitia berupa teh manis dan kopi, setelah itu latihan dimulai kembali hingga berakhir jam lima sore, tetapi jika mendekati waktu acara, latihan bisa berakhir menjelang maghrib. Latihan dilaksanakan diruang kaca yang berukuran besar dan letaknya ditengah- tengah gedung sehingga bagi siapapun yang melewati ruang kaca tersebut pastilah berhenti untuk singgah sebentar sekedar menonoton para musisi yang sedang berlatih, sehingga ini membuat para musisi lebih bersemangat berlatih. Canda dan tawa, ejekan-ejekan kecil, teriakan-teriakan antara sesama musisi, penyanyi, kondukter, dan juga pengunjung di sekitar yang menonton juga sering terjadi, sehingga memberi kesan akrab dan menyenangkan.

3.9. Pengalaman Jadi Pemain Penulis masih duduk dibangku Sekolah Menengah Musik Negeri Medan pada waktu itu sekitar tahun 1995-an. Bertepatan pada saat itu disekolah diadakan kegiatan praktek pengalaman lapangan (PPL) di Taman Budaya Medan (TBM), dari situlah penulis diajak untuk bergabung dalam kegiatan musik orkestra baik yang diadakan di TBM, RRI Medan dan TVRI Medan. Di TBM penulis memainkan instrumen keyboard, dan di TVRI Medan dan RRI Medan penulis memainkan instrumen biola. Kedua instrumen tersebut penulis pelajari selama menimba ilmu di Sekolah Menengah Musik Negeri Medan, dengan instrumen piano sebagai instrumen mayor (pilihan pertama) dan biola sebagai instrumen minor (pilihan kedua). Banyak kendala yang dihadapi penulis selama mengikuti kegiatan musik orkestra, dikarenakan ini merupakan pengalaman pertama penulis ikut bergabung di musik orkestra tersebut, tetapi karena adanya saling membantu antara sesama musisi sehingga semuanya bisa dilewati dengan baik. Rasa persaudaraan cukup terbina dengan baik sesama para musisi, tidak ada yang merasa hebat, merasa pintar ataupun merasa kaya semuanya sama dan memainkan

Universitas Sumatera Utara partitur yang sama, judul lagu yang sama, waktu mulai latihan yang sama, waktu selesai latihan yang sama, dan dipimpin oleh kondukter yang sama pula.

3.10. Menonton Live Pertunjukan musik orkestra di Taman Budaya Medan terbesar pernah dilaksanakan secara langsung (live), dan dipertunjukkan di Gedung Utama Taman Budaya Medan pada era tahun 1990-an, pertunjukkan tersebut berlangsung dari pukul 20.00 wib hingga berakhir pukul 22.00 wib, penonton yang hadir cukup banyak terbukti semua kursi terisi penuh. Jika pertunjukkan orkestra di Eropa selalu bertepuk tangan sambil berdiri sebagai rasa penghormatan dan kebahagiaan akan musik yang sudah ditampilkan tadi, namun lain halnya dengan pertunjukkan orkestra di Taman Budaya Medan, dimana penonton bertepuk tangan namun tetap duduk dikursinya masing-masing, dan kadang-kadang penonton juga suka berteriak-teriak apabila kebetulan ada teman atau saudaranya yang sedang tampil diatas panggung. Ini merupakan suatu hal yang sangat bertolak belakang dengan pertunjukkan musik orkestra di Eropa.

3.11. Tayangan Musik Orkestra Di Kota Medan Untuk musik orkestra yang ditayangkan di TVRI Medan umumnya penontonnya adalah orang-orang terdekat dari para musisi dan penyanyi itu sendiri. Reaksi masyarakat Kota Medan akan adanya tayangan musik orkestra pun dianggap biasa-biasa saja. Hal itu dikarenakan teknik penayangan musik orkestra yang terkesan kaku sehingga kurang menarik untuk ditonton dan berkesan monoton. Selain itu, sebagian musisi banyak yang sudah berusia lanjut sehingga ketika disiarkan melalui televisi kurang memiliki nilai estetika dengan demikian menambah kesan tayangan musik orkestra betul-betul tidak menarik. Di sisi lain lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu seriosa dan keroncong yang menggunakan tempo lambat, sehingga tepat sekali jika dikatakan bahwa tayangan musik orkestra ini hanyalah cocok untuk dinikmati oleh orang-orang yang berusia lanjut. Umumnya yang menikmati tayangan musik orkestra ini adalah para pemain musik orkestra itu sendiri, dan juga teman-teman seprofesi. Lamanya waktu tayang musik orkestra berkisar tiga puluh menit, tepatnya dari pukul 18.30 wib sampai 19.00 WIB itu pun sering tidak ditayangkan sampai habis karena setelah tayangan musik orkestra akan berlanjut ke tayangan berita daerah yang harus ditayangkan pada pukul 19.00 WIB tepat. Namun walaupun demikian sudah tercatat dalam sejarah bahwa musik orkestra di TVRI Medan sudah pernah bertahan mengisi acara di televisi dari tahun 1970-an sampai awal tahun 2000-an. Seiring dengan berjalannya waktu maka disebabkan banyaknya hambatan-hambatan yang terjadi dilapangan antara lain masalah minimnya pendanaan dan tingginya biaya oprasional dan lain-lain hal, maka tayangan musik orkestra di TVRI Medan lambat launpun menghilang sampai saat ini, sungguh sangat disayangkan.

Universitas Sumatera Utara 3.12. Penikmat Musik Orkestra Di Kota Medan Penikmat musik orkestra di Kota Medan mempunyai pangsa pasarnya sendiri. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa musik orkestra jauh berbeda dengan musik-musik popular yang lebih easy listening dan lebih disukai oleh sebagian besar anak muda saat ini walaupun tidak tertutup kemungkinan orang dewasa juga. Bisa dikatakan bahwa penggemar musik orkestra itu adalah para musisi-musisi yang berkecimpung dan bergabung di dalam musik orkestra tersebut, dan kalaw pun ada penikmat dari luar biasanya hanya sedikit sekali mereka sudah pasti orang-orang tua yang sedikit banyak mengerti dan paham musik orkestra. Apabila musik orkestra ditampilkan di TVRI Medan, RRI Medan, dan TBM maka biasanya para musisi-musisi yang terlibat tersebut menghubungi teman-teman satu profesi mereka juga keluarga-keluarga mereka untuk menyaksikan dan mendengarkan acara tersebut. Disamping itu juga ada beberapa orang dari dinas-dinas terkait.

3.13. Donatur Untuk Musik Orkestra di Kota Medan Penayangan musik orkestra yang ada di TVRI Medan yang sudah berlangsung cukup lama itu merupakan salah satu program acara yang di buat oleh pihak TVRI Medan itu sendiri yang memiliki tujuan memberikan hiburan kepada masyarakat Kota Medan, maka secara otomatis pula pendanaannya pun murni menjadi tanggung jawab TVRI Medan itu sendiri tanpa ada campur tangan dari pihak swasta begitu pula adanya dengan di RRI Medan, dan TBM. Jadi masalah pendanaan ataupun donatur dikembalikan ke instansi yang menyelenggarakan musik orkestra tersebut.

3.14 . Biografi Komponis-Komponis Musik Orkestra di Kota Medan 1. Mulyono Mulyono lahir pada tahun 1944 adalah salah seorang pegawai negeri sipil di lingkungan TVRI Medan. Pria yang sehari-hari selalu memakai kopiah ini berperawakan kurus dan tidak terlalu tinggi yang bertempat tinggal di daerah Binjai, adalah seorang yang sangat komitmen dijalur musik. Pendidikan musik beliau dapatkan ketika bergabung di korps tentara musik di Yogyakarta (dulunya sik dam tetapi kalaw sekarang setingkat ajudan jendral). Banyak lagu-lagu yang sudah diaransemen beliau dalam bentuk musik orkestra, antara lain yang beraliran keroncong/seriosa, pop Barat/Indonesia, lagu-lagu daerah, dan lagu-lagu dangdut. Salah satu aransemen yang pernah beliau pimpin dan yang memiliki durasi waktu yang lumayan panjang adalah “Araskabu” ciptaan Lily Suheiri lagu ini menceritakan masa-masa perjuangan melawan penjajah. Aransemen ini hadir dalam bentuk medley, dan memakai tempo lagu yang selalu berubah-ubah, dari tempo lambat ke tempo sedang kemudian tempo cepat dan akhirnya kembali

Universitas Sumatera Utara ke tempo lambat lagi disertai dengan pemakaian melodi-melodi lagu yang bervariasi. Penulis juga ikut dalam memainkan aransemen lagu araskabu ini pada alat musik keyboard. Mulyono salah satu seniman dan komposer yang dinilai berjasa dalam tumbuh kembangnya musik orkestra di Kota Medan. Sepak terjang beliau didalam tumbuh kembangnya musik orkestra di Kota Medan tidak diragukan lagi. Namun kini beliau sudah meninggal dunia dalam usia 67 tahun pada sekitar tahun 2005 lalu.

2. Max Sapulete Max Sapulete lahir pada tahun 1932 berdarah Ambon, tetapi tumbuh dan besar di Aceh. Tercatat sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan sampai golongan IVa. Aktif membidangi musik orkestra di Kota Medan khususnya di RRI Medan sejak tahun 1960-an sampai awal tahun 2000-an. Beliau belajar musik dari ayahnya disertai dengan banyak membaca buku-buku music. Alat musik yang beliau kuasai antara lain biola, klarinet, dan saxophone. Beliau juga sering diminta untuk menangani musik orkestra untuk acara-acara yang sifatnya hiburan yang sering ditampilkan di hotel-hotel berbintang di Kota Medan dan juga di Gubernuran Medan, salah satunya redaksi Koran Harian Waspada Medan pernah meminta beliau untuk mengisi suatu acara dengan memakai musik orkestra lengkap dengan nama orkestra Pengharapan di tahun 1999. Saat ini beliau berusia lebih kurang tujuh puluh tahun (70) dan sayang sekali tidak bisa penulis ajak wawancara dengan baik dengan alasan gangguan kesehatan. Beliau memiliki anak yang juga bekerja di lingkungan yang sama. Sepak terjang beliau di dunia musik orkestra sudah tidak diragukan lagi, peran serta beliau sangatlah besar di dunia musik orkestra khususnya di Kota Medan. Kini beliau sedang menikmati masa pensiunnya beserta anak dan cucu, dan sekarang beliau bertempat tingal di Pasar V Setia Budi Medan.

3. Achmad Saaba Achmad Saaba lahir pada tanggal 31 oktober 1937, yang bertempat tinggal di wilayah Helvetia Medan. Beliau tercatat sebagai pegawai negeri sipil di lingkungan RRI Medan dari tahun 1965 sampai 1993. Aktif membidangi musik orkestra khususnya di RRI Medan dari sejak tahun 1960-an sampai 1990-an. Banyak prestasi-prestasi yang sudah dicapai dibawah kepemimpinan Achmad Saaba, antara lain terbentuknya Orkestra Sympony Medan yang dipimpin oleh beliau sendiri dan sudah pernah mengadakan pergelaran musik orkestra di gedung kesenian Medan pada tahun 1966 dan 1970. (lihat lampiran). Achmad Saaba memiliki seorang anak yang bernama Julivan Saaba yang merupakan sahabat penulis semasa kuliah strata-1 dahulu, yang juga menggeluti bidang musik seperti ayahnya. Kini Achmad Saaba sudah meninggal dunia, dan sepak terjangnya di dunia musik orkestra sudah tercatat didalam sejarah dan patut diacungi jempol.

4. Lily Suheiri

Universitas Sumatera Utara Lily Suheiri lahir di Kota Bogor pada tahun 1915, dia bersama ibunya pindah ke Sumatera Utara dan bersekolah di sekolah Belanda (HIS), salah seorang temannya adalah Jendral Jamin Gintings. Lily Suheiri mempunyai bakat musik dan banyak belajar pada orang Jerman, dan hanya sempat duduk di kelas I MULO, kemudian dia mengembangkan bakatnya di bidang musik. Lily Suheiri meninggal di Rumkit Dam II Bukit Barisan pada tanggal 2 Oktober 1979, dia dimakamkan di Makam Pahlawan jalan Sisingamangaraja Medan dengan upacara militer. Di masa hidupnya beliau memiliki empat orang anak. Dalam masa hidupnya Lily Suheiri telah menggubah 135 buah lagu. Setelah delapan tahun meninggal, Direktur Radio Alnora yaitu H. Adnan Lubis menerbitkan buku berjudul “Lily Suheiri Dalam Kenangan”. Jika anda mendengar suara jam berdentang enam kali, suara dengus lokomotif yang menarik gerbong-gerbong penumpang, tidak lama kemudian terdengar derum pesawat Mustang, diiringi rentetan tembakan bertubi-tubi ke kereta api yang sedang berhenti di Stasiun kecil Araskabu. Itulah komposisi musik atau instrumentalia Araskabu gubahan komponis kenamaan Lily Suheiri. Apa yang dijelmakan oleh Lily Suheiri dalam bentuk komposisi musik adalah gambaran sejarah yang monumental di zaman pendudukan Jepang tahun 1944, peristiwa yang menyayat hati itu juga dialami oleh Lily Suheiri juga. Hari itu masih pagi, bunyi peluit kondektur pertanda kereta api berangkat meninggalkan Stasiun besar Medan menuju Pematang Siantar. Dalam gerbong penumpang terdapat rombongan sandiwara Kinsei Geki Dang pimpinan Hadeli Hasibuan yang akan mengadakan pertunjukkan di Pematang Siantar. Begitu kereta api berhenti di Stasiun kecil Araskabu, begitu pula muncul pesawat Mustang Sekutu menukik dan memuntahkan peluru bertubi-tubi. Suasana di Stasiun tersebut menjadi menakutkan dan menyedihkan. Lily Suheiri melihat salah seorang penyanyi Miss Diding meninggal akibat terjangan peluru, dan beberapa anggota musik mengalami luka-luka. Rencana pertunjukkan di Pematang Siantar dengan sendirinya batal. Peristiwa tragis Araskabu sangat menggetarkan jiwa seniman Lily Suheiri, apalagi ikut langsung mengalaminya, sehingga muncullah komposisi musik berupa instrumentalia Araskabu yang cukup menggetarkan bagi para pendengarnya. Bagian terakhir dari komposisi musiknya mengekspresikan penuh semangat pantang menyerah. Walaupun Inggris dan Nica menguasai Kota Medan, namun Lily Suheiri menggelorakan semangat pemuda dengan sebuah lagunya berjudul “ Pemuda Indonesia”. Lily Suheiri pernah menjadi tahanan Nica, setelah bebas dia pergi ke Pematang Siantar dan menjadi anggota musik tentara gajah II dengan pangkat Letnan II dan akhirnya hijrah ke Bukit Tinggi. (google.co.id).

3.15. Lagu-lagu/Partitur Yang DiGunakan Musik Orkestra Di Kota Medan Adapun lagu-lagu yang digunakan oleh musik orkestra Kota Medan biasanya disajikan dalam bentuk partitur berupa notasi balok dan notasi angka yang memuat setiap instrument. Namun ada juga partitur lagu yang ditulis secara umum melodinya saja perbahagian. Terutama

Universitas Sumatera Utara untuk lagu-lagu keroncong. Lagu-lagu yang digunakan dapat diklasifikasikan kedalam lagu-lagu orkestra yg berasal dari Eropa missalnya: la Cumparsita, Eine Kleinch Nach music, Romance Diamor, dan lain-lain, lagu-lagu pop Indonesia missalnya: Sebelum Kau Pergi, Kau Selalu Di Hatiku, Kaulah Segalanya, dan lain-lain, lagu-lagu tradisi Sumatera Utara missalnya: Saianju Mau, Molo Borngin, Selayang Pandang, Pucuk Pisang, Dodoy Sidodoy dan lain-lain, lagu-lagu keroncong missalnya: Jangan Di Tanya, Bandar Jakarta, Sampul Surat, Irama Malam, Bahana Pancasila, Kecewa, dan lain-lain, lagu-lagu pop Barat missalnya: The Power of Love, Danny Boy, Strangers In The Night, Love Is A Many Splendered Thing, dan lain lain, kemudian yang cukup menonjol adalah lagu-lagu ciptaan lily Suheri yang disajikan secara orkestra terutama pada masa-masa awal perkembangan orkestra tahun 1960-an missalnya: Araskabu, Bunga Rampai, dan lain-lain (khusus untuk partitur lagu-lagu Lily Suheiri tidak bisa penulis dapatkan karena pihak keluarga Max Sapulete sangat keberatan untuk memberikan copiannya kepada penulis, dengan alasan barang berharga). Selain itu lagu-lagu orkestra di kota medan sebagian besar diaransemen oleh lily Suheiri, Max Sapulete, Achmad Sa,aba dan Mulyono mereka inilah orang-orang yang dianggap berjasa dalam mengaransemen lagu-lagu orkestra di kota medan. (lihat lampiran)

Universitas Sumatera Utara BAB IV PENGELOMPOKKAN ALAT-ALAT MUSIK ORKESTRA

Di dalam pertunjukkan musik orkestra banyak sekali alat musik yang digunakan. Dalam kajian musikologi terhadap keberadaan orkestra, alat-alat musik tersebut dapat dikelompokan menjadi empat bagian. Keempat bagian tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.

4.1 String Section (Kelompok Alat Musik Gesek) Alat musik gesek adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari tali atau senar yang ditegangkan. Cara memainkannya bisa dengan cara digesek dengan menggunakan alat penggesek yang disebut dengan bow, tetapi bisa juga dengan cara dipetik (plugged) dengan menggunakan jari pada tangan kanan. Alat musik gesek disebut juga dengan alat musik chordophone. Alat musik gesek di dalam suatu penampilan musik orkestra berperan sebagai melodi utama (melodi pokok). Dengan adanya melodi-melodi yang indah serta teknik permainan yang lincah membuat penampilan suatu musik orkestra menjadi hidup dan bergairah. Berikut ini akan dijelaskan mengenai masing-masing alat musik gesek yang ada di dalam orkestra. 4.1.1. Violine (Biola)

Violine atau biola didalam suatu penampilan musik orkestra merupakan rajanya orkestra. Biola berfungsi sebagai pembawa melodi utama atau melodi pokok. Jangkauan wilayah nada pada biola sangat luas dan tinggi, bisa mencapai empat oktaf lebih, hal ini yang membuat biola kaya akan melodi-melodi. Jangkauan wilayah nada pada biola hampir sama pada alat musik piano dapat menjangkau nada-nada tinggi dan juga rendah. Alat musik biola memiliki empat senar / tali. Senar empat untuk nada G, senar tiga untuk nada D, senar dua untuk nada A, senar satu untuk nada E. Didalam partitur lagu untuk biola menggunakan kunci G. Alat untuk menggesek biola disebut dengan penggesek atau Bow. Teknik permainan tangga nada, tri suara dan interval sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan dalam memainkan biola. Untuk bisa memainkan alat musik biola dengan baik dan benar dan bisa memproduksi nada yang indah membutuhkan waktu yang lama dengan disertai intesitas latihan yang cukup lumayan lama juga. Kesabaran, ketekunan, keseriusan, dan kegigihan mutlak diperlukan dalam berlatih alat musik biola ini. Biola digunakan pada orkestra klasik dan modren. Harga untuk sebuah biola standar berkisar Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000 lebih, tergantung tipe dari biola tersebut. Untuk mendapatkan dan membeli biola sudah banyak dijual di took-toko di kota Medan, khususnya didaerah kesawan dan pusat-pusat perbelanjaan. Biola termasuk alat musik yang banyak disenangi untuk dipelajari, baik itu ditempat-tempat les privat musik atau pun di lembaga-lembaga musik di kota Medan. Laki-laki dan wanita sama-sama menyenangi alat musik biola. Rata-rata mereka yang mengikuti les privat musik untuk biola di kota Medan ini berumur antara 10 sampai 25 tahun lebih. Biola juga memerlukan perawatan yang telaten oleh pemain biola itu sendiri. Perawatan biola tidaklah begitu susah. Biola harus di

Universitas Sumatera Utara jemur di bawah sinar matahari supaya menghindari lembab dan jamuran. Badan biola yang terbuat dari kayu digosok dengan kain dicampur sedikit dengan minyak kayu putih supaya terlihat bersih dan mengkilat, sehingga dengan demikian kualitas suara biola bisa lebih baik lagi. Superioritas biola diatas instrumen-instrumen lain dalam koordinasi permainan musik orkestra tidak dapat dipungkiri lagi. Semua bayang-bayang ekspresif dapat diproduksi oleh nada- nada biola yang bervariasi. Jangkauan dinamik biola luas mulai dari pianissimo (sangat lembut) hingga fortessimo (sangat kuat). Di dalam orkestra besar terdapat tigapuluh pemain biola, enambelas diantaranya ialah biola pertama dan empatbelas lainnya memainkan bagian biola dua.

4.1.2. Tinjauan Sejarah Biola Pada mulanya biola digunakan bersama instrumen musik lainnya untuk mengiringi tarian. Saat itu biola dianggap sebagai alat musik dari kalangan bawah namun kemudian menjadi instrumen solo selama abad ke -17. Biola berasal dari Italia pada sekitar tahun 1500-an. Instrumen gesek ini mulanya berasal dari instrumen seperti viele, fiedel, rebec dan lira da braccio pada masa Renaisance. Walaupun demikian tampaknya ada instrumen lain bernama dengan enam dawai di Eropa, yang telah ada sebelum biola dan keberadaanya berdampingan dengan rebec dan keluarganya selama sekitar 200 tahun. Pada tahun 1600- an biola memperoleh penghargaan yang lebih baik setelah digunakan sebagai instrumen pengiring opera-opera Italia seperti Orfeo (1607) karya Claudio Monteverdi. Para pembuat biola pertama yang berasal dari Italia utara diantaranya Gasparo da salo. Biola terdahulu berukuran lebih pendek, lehernya lebih tebal dan kurang membelok kebelakang dari permukaan biola, papan jari yang lebih pendek, kam-nya lebih datar dan dawainya terbuat murni dari usus binatang. Busur biola yang pertama juga memiliki desain berbeda dengan biola sekarang. Perubahan konstruktif yang mendasar, yang menghasilkan bunyi lebih keras, dan nada yang lebih bagus terjadi pada abad ke-18 dan 19. Pada pertengahan abad ke-18 biola adalah instrumen solo terpopuler di Eropa. Biola juga dijadikan alat musik pada orkestra, alat yang paling penting dimainkan di era Barok dan Klasik (1750-1820), dan pada orkestra modern juga masih menjadi alat yang paling penting untuk dimainkan. Kelompok biola berkembang dengan jumlah lebih dari pemainnya yang dimainkan diruang kecil terdiri dari dua biola yaitu viola dan cello.Di antara para pencipta tunggal dan para pencipta karya-karya untuk biola adalah Bach, W.A Mozart, Ludwig van Beethoven, Debussy, dan lainnya.

4.1.3. Konstruksi Biola Panjang biola normal berukuran 4/4 mencapai 60 cm. Walaupun demikian ada juga yang lebih kecil yaitu berukuran 2/4 dan ½ yang dapat dimainkan oleh pelajar yang masih muda. Salah satu dari keluarga instrumen gesek yang lain yaitu: biola alto, cello dan contra bass. Secara detail bagian-bagian biola meliputi:

Universitas Sumatera Utara a. table/belly yaitu perut, b. ribs atau papan samping yang memisahkan diantara papan depan dengan papan belakang c. neck yaitu leher diantara bagian kepala dan badan biola, d. peg box, yaitu kotak penala yang berada dibagian kepala, e. scroll yaitu hiasan ukir diujung bagian kepala, f. tail yaitu penambat ujung dawai-dawai di bagian bawah perut, g. bridge yaitu keping pembatas tegangan dawai yang berada diantara tail dan nut h. finger board yaitu bidang yang terdapat dibagian depan leher yang terbentang hingga pertengahan belly, dan i. lobang suara (sound hole).

4.1.4. Karakter Suara dan Register Biola

Di antara karakteristik terbaik biola adalah bunyi yang mendesing dan bisa dimainkan dengan cepat. Bisa dimainkan dengan baik seperti melodi-melodi yang ada pada lirik lagu. Para pemain biola juga bisa menciptakan efek yang bagus dengan teknik berikut ini. Dengan menggunakan jari tanpa stik dengan cara memetik senar-senarnya. Gerakan luwes yang teratur dari jari tangan kiri ke atas dan ke bawah senar untuk menghasilkan nada naik turun. Register biola adalah yang tertinggi diantara instrumen gesek, yaitu dari nada G (g kecil) sampai C3. Berikut adalah gambar jangkauan wilayah suara biola pada sangkar nada. (Sugiyanto :2000 17- 22)

Gambar 1 : Biola

4.1.5. Biola Alto (Viola) Hingga pada akhir tahun 1700-an, biola alto atau viola, mempunyai sejarah yang sama dengan biola. Secara material viola sama dengan biola, tetapi ukurannya lebih besar dan

Universitas Sumatera Utara proporsinya lebih bervariasi. Rata-rata ukuran utuh panjang viola adalah di antara 1 hingga 4 inci lebih panjang dari biola, yaitu 16 inci atau 14 cm. Viola kecil untuk anak-anak panjangnya hingga 12 inchi. Titi nadanya berada 1 kwint lebih rendah dari biola dan biasanya digunakan sebagai instrumen harmoni, baik dalam ensambel gesek maupun orkes simphoni. Biasanya ada 10 biola alto dalam orkestra. Biola alto umumnya memberi kesan suram dan nada yang dalam sebagai efek yang membingkai kesedihan pada karakter lagu melankolis. 4.1.6. Wilayah Nada Biola Alto Seperti biola, viola dipegang dengan cara meletakkan bagian belakang table di bawah dagu dan bersandar di bahu. Biola alto berukuran sedikit lebih besar dan di tala 1 kwint dari 1 dawai ke dawai berikut secara menurun. Viola mempunyai kualitas nada yang lebih hangat dan gelap dibanding biola. Jangkauan wilayah nada viola adalah dari nada C (c kecil) sampai D2. Berikut adalah gambar jangkauan wilayah suara biola alto pada sangkar nada.

Cara bermain biola alto ialah sama seperti ber

ukuran fisik biola alto lebih besar dan berat dari biola, memberikan konsekwensi teknis yang lebih sulit dan menantang. Terdapat bukti bahwa pemain biola yang bermain biola alto beberapa bulan mengalami peningkatan teknis ketika kembali pada biola. Ke empat dawai biola alto dilaras dalam kwint. Penalaan ini benar-benar berada 1 kwint di bawah biola dan 1 oktaf di atas cello. Dawai ke-4 ditala menjadi nada C, 1 oktaf di bawah C tengah, sedangkan ke-3 dawai berikutnya yang lebih rendah di tala lebih tinggi menjadi G, D dan A. ke 3 nada selain C tersebut juga terdapat dalam biola, walaupun ada 3 nada yang di tala sama dengan biola namun kwalitas nada dan warna bunyinya berbeda. Biola alto memainkan peranan penting dalam musik kamar.

Gambar 2: Biola Alto

Universitas Sumatera Utara 4.1.7. Cello Empat instrumen utama di dalam keluarga instrumen berdawai yaitu biola, biola alto, cello dan contra bass di buat secara sama. Instrumen-instrumen tersebut di buat dari potongan- potongan kayu yang direkatkan, tidak pernah di paku bersama-sama. Badan instrumen adalah cekungan, dengan begitu menjadi sebuah kotak resonansi untuk bunyi. Di dalam keluarga instrumen berdawai, cello atau selo adalah instrumen bersuara tenor. Walaupun berbentuk seperti biola, cello lebih besar dan di pegang diantara lutut pemain. Yang demikian ini dapat menghasilkan bunyi indah dari nada-nadanya yang paling rendah sampai nada tinggi. Cello merupakan intrumen yang popular. Cello yang di letakkan di tanah ini mempunyai tinggi hampir 5 kaki, merupakan suara bass dalam kelompok alat musik gesek (string). Cello juga merupakan instrumen solo yang bagus jika berada ditangan pemain yang baik pula. Cello mempunyai suara 1 oktaf di bawah biola alto dan mempunyai nada suara yang penuh dan kuat. Cello merupakan salah satu instrumen yang paling ekspresif dan multifungsi. Kata cello berasal dari Italia yaitu double bass (violin cello). Dalam suatu simponi orkestra jumlah cello biasanya antara 2 hingga 10 buah. Cello tidak terlalu banyak di gunakan dalam musik pop, namun terkadang digunakan juga dalam proses rekaman musik pop dan rock. Berikut adalah gambaran jangkauan wilayah suara cello pada sangkar nada.

Sebagai anggota dari instrumen berdawai yang memiliki suara yang rendah, secara sederhana range atau jangkauan wilayah nada pada instrumen cello adalah dari nada C (c besar) sampai g1.

4.1.8. Penyeteman dan Jangkauan Nada Pada Cello Cello mempunyai 4 dawai yang merujuk pada angka atau nada dasar mereka, yang mempunyai 5 interval : dawai A (nada tertinggi I ), dawai D (II), dawai G (III), dan dawai C (IV terendah). Dawai-dawainya lebih rendah 1 oktaf dari biola alto dan 1 oktaf lebih rendah dari biola. Cello pada umumnya terbuat dari kayu, sebuah cello tradisional mempunyai atap dari kayu sprule, dengan kayu untuk bagian belakang, samping dan lehernya. Dawai cello terbuat dari usus binatang, logam atau bahan sintetis. 4.1.9. Busur Cello Secara tradisional, busur dibuat dari kayu Brazil, ada pula busur yang terbuat dari serat karbon yang lebih kuat dari kayu. Busur yang paling banyak digunakan para siswa biasanya

Universitas Sumatera Utara terbuat dari serat fiber. Panjang busur biasanya sekitar 13 cm, dengan tinggi 3 cm dan lebar 1,5 cm.

4.1.10. Teknik Bermain Cello dimainkan dalam posisi duduk, beratnya ditopang oleh sebuah endepin yang disandarkan dilantai, dan bagian bawahnya diposisikan diantara lutut, sedangkan bagian atasnya diposisikan didada bagian atas.Bagian leher cello diletakkan diatas pundak kiri, busurnya ditarik secara horizontal melintasi dawai.

4.1.11. Vibrato Gambar 3 : Cello Vibrato adalah goyangan kecil dalam sebuah nada, yang dianggap lebih ekspresif. Hal Ini dihasilkan dari perputaran lengan bagian atas pada tulang sendi bahu cellist, yang akan menyalurkan getarannya ke lengan bagian bawah.

4.1.12. Glisando

Glisando atau meluncur adalah sebuah teknik bermain dengan cara meluncurkan jari keatas atau kebawah tanpa melepaskan dawai. Hal ini akan menghasikan nada yang naik turun dengan lembut, tanpa nada yang terpisah.

4.1.13. Penggunaan Cello Cello merupakan bagian dari orkestra Simponi standar. Biasanya dalam orkestra melibatkan 8 (delapan) sampai 12 (duabelas) cellist. Dalam bagian cello, dengan tempat duduk standar orkestra diposisikan disebelah kiri (sebelah kanan penonton) bagian depan. Cello merupakan bagian penting dalam orkestra. Semua karya simponi menggunakan cello. Pada beberapa pertunjukan, cello juga dapat mengisi melodi untuk beberapa saat sebelum kembali berperan sebagai harmoni. Banyak karya sonata untuk Cello dan Piano. Diantaranya yang ditulis oleh Beethoven, chopin, Debussy, dan lainnya, dan ada juga karya tunggal untuk cello.( Sugiyanto, 2000;17-22) 4.1.14. Kwartet dan Ansamble

Universitas Sumatera Utara Cello merupakan bagian string kwartet tradisional, sebagaimana juga string kwintet, sextet, atau trios dan campuran ansamble lainnya. 4.1.15. Double Bass Anggota instrumen berdawai yang bersuara terendah dalam keluarga biola adalah double bass (disebut juga bass). Bass juga merupakan instrumen yang berukuran paling besar, dengan tinggi 6 (enam) kaki. Karena bass berukuran sangat tinggi seorang pemain bass harus berdiri atau duduk diatas bangku ketika memainkannya. Double bass berevolusi dari biola sejak tahun 1500- an, ia digunakan pada orkestra klasik. Secara sederhana range atau jangkauan wilayah nada pada instrumen double bass adalah dari nada E1 (E kontra) sampai C (c besar). Berikut adalah gambar jangkauan wilayah suara double bass pada sangkar nada.

Gambar 4 : Double Bass 4.2. Woodwind Section/Kelompok Alat Musik Tiup Kayu

Instrumen musik tiup kayu merupakan instrumen musik yang menghasilkan suara dari getaran pada celah sempit yang terdapat pada tepi instrumen saat di tiup oleh pemainnya. Kebanyakan instrumen musik ini dulunya dibuat dari kayu, namun beberapa diantaranya seperti saxophone dan hampir semua jenis flute, umumnya terbuat dari bahan lain seperti logam atau plastik.

4.2.1. Jenis Instrumen Musik Tiup Kayu 4.2.1.1. Reed Tunggal Instrumen musik ini menggunakan sebuah reed- penghasil suara, biasanya terbuat dari kayu tipis, rotan ataupun plastik yang diikat pada khusus. Saat udara

Universitas Sumatera Utara ditiupkan diantara reed dan mouthpiece, reed akan bergetar dan getaran itulah yang menghasilkan suara. Intrumen dengan reed tunggal di antaranya adalah klarinet dan saxophone.

4.2.1.2. Reed Ganda Instrumen musik jenis reed ganda menggunakan 2 buah reed yang menjepit satu sama lain, saat ditiup ke dua sisi tersebut akan menghasilkan getaran yang menimbulkan suara pada instrumen. Instrumen yang termasuk dalam kategori ini contohnya adalah Oboe. Ada dua jenis sub kategori: (1) exposed, reed terletak pada bibir pemain. Contoh instrumen: oboe dan ; (2) Double reed capped, reed diletakan pada lubang dan ditutup dengan penutup khusus. Untuk memainkannya pemain meniupkan udara kedalam lubang tersebut. Contoh instrumen :sejenis bagpipe, yaitu instrumen musik tradisional Inggris dan Skotlandia.

4.2.2. Flute Jenis instrumen musik ini menghasilkan suara saat udara ditiup pada sisi dari lubang khusus yang terdapat pada badan instrumen. Flute digunakan pada orkestra klasik dan modren. Terdapat dua sub kategori pada jenis instrumen musik ini yaitu:

Gambar 5: Flute

4.2.2.1. Open Flute Kebanyakan jenis flute yang umum dikenal merupakan instrumen yang termasuk dalam kategori open flute. Saat dimainkan bibir pemain membentuk suatu aliran udara pada sisi sehingga menimbulkan resonansi suara. Contoh yang paling mendekati dalam hal ini adalah cara yang umum dilakukan untuk menghasilkan bunyi saat meniup sebuah botol.

4.2.2.2. Closed Flute

Saat instrumen ini dimainkan, udara yang ditiupkan oleh pemain akan dibentuk oleh instrumen dan mengarahkan pada celah khusus sehingga menghasilkan bunyi. Contoh instrumen :peluit dan rekorder.

4.2.3 Klarinet

Klarinet adalah instrumen musik dari keluarga woodwind, namanya diambil dari penambahan akhiran “et” yang berarti kecil pada kata Italia “clarino” yang berarti terompet. Sama seperti saxophone, klarinet dimainkan dengan menggunakan satu reed /single reed.

Universitas Sumatera Utara Klarinet merupakan keluarga instrumen terbesar, dengan ukuran dan pitch yang berbeda-beda. Kata klarinet umumnya merujuk pada soprano Klarinet Bes yang merupakan Klarinet terumum.Pemain Klarinet disebut Klarinetis. Ada banyak jenis klarinet, beberapa sangat langka yaitu:Piccolo klarinet dalam As,

Soprano Klarinet basses horn dalam F, Alto klarinet dalam Es dan sebagainya. Piccolo digunakan pada orkestra klasik.

4.2.4. Saxophone Saxsophone adalah instrumen yang masih tergolong dalam keluarga woodwind. Saxsophone biasanya terbuat dari logam dan dimainkan menggunakan single reed seperti klarinet, suara yang dihasilkannya cukup kuat. Saxsophone umumnya dihubungkan dengan popular musik, music dan jazz, tapi awalnya ditujukan sebagai instrumen orkestra dan band militer. Pemain saxsophone disebut saxsophonist. Beberapa nama pemain saxsophonist Indonesia yang terkenal adalah Embong Raharjo.

4.2.5. Oboe

Oboe adalah alat musik double reed jenis woodwind. Kata “obo” berasal dari bahasa Prancis hautbois, berarti “highwood”. Alat musik ini kadang-kadang masih disebut hautboy dalam bahasa inggris. Seorang musikus yang memainkan obo disebut oboist. Dibandingkan dengan instrumen woodwind lainnya, oboe memiliki suara yang jernih dan melengking. Suara oboe dapat terdengar jelas dalam ansamble yang besar, sehingga suaranya dapat dengan mudah didengar ketika tuning. Oboe digunakan didalam orkestra klasik. (Sugiyanto,2000;17-22)

Universitas Sumatera Utara

4.3. Brasswind Section (Kelompok Alat Musik Tiup Logam) Instrumen musik tiup logam atau dikenal dalam bahasa inggris sebagai brasswind instrumen adalah alat musik yang menghasilkan suara yang berasal dari getaran bibir pemainnya saat meniup melalui tabung resonator (pada jenis instrumen tertentu disebut sebagai mouthpiece). Instrumen musik ini dikenal juga sebagai labrosones yang berarti instrumen yang dibunyikan oleh getaran bibir. Pandangan umum para sarjana menganggap istilah instrumen musik tiup logam seharusnya didefenisikan berdasarkan bagaimana suara dihasilkan, dan bukan didefenisikan pada bahan yang digunakan untuk membuat instrumen tersebut. Dengan demikian, tidak ada kerancuan pendefenisian terhadap instrumen musik yang masuk kedalam kategori ini sementara bahan pembuatnya adalah kayu, sementara disisi lain instrumen musik tiup kayu seperti saxophone terbuat dari logam. Instrumen musik tiup logam modern umumnya terbagi dalam dua keluarga besar yaitu:

(a) instrumen musik tiup logam berkatup atau disebut dengan valued, jenis instrumen musik ini

menggunakan seperangkat katup (tiga atau empat katup) dimainkan dengan menggunakan

tangan. Fungsi katup ini adalah memindah‐mindahkan panjang jalan suara sebelum melewati

corong depan. Termasuk dalam keluarga ini adalah semua Instrumen musik tiup logam yang

ada seperti : terompet, horn (French horn), sausaphone, dan tuba.

(b) Instrumen musik tiup logam sorong atau disebut dengan slide, jenis instrumen musik ini

menggunakan sistem sorong untuk mengubah panjang pendeknya jalan suara sebelum

melewati corong depan. Contoh instrumen musiknya yaitu trombone.

4.3.1. Trompet Trompet adalah alat musik tiup logam, terletak pada jajaran tertinggi diantara tuba, trombone, dan French horn. Trompet di pitch Bes. Trompet hanya memiliki tiga tombol, dan pemain trompet harus menyesuaikan untuk mendapatkan nada yang berbeda dan suara yang dihasilkannya cukup tinggi. Trompet digunakan didalam orkestra klasik dan orkestra pop. Pemain trompet disebut juga trompetist.

4.3.1.1. Jenis Trompet

Universitas Sumatera Utara Jenis yang paling umum adalah trompet in Bes, tapi trompet C,D,Es dan A juga dapat ditemukan. Trompet C paling umum dipakai dalam orkestra Amerika, dengan bentuknya yang lebih kecil memberikan suara yang lebih cerah dan hidup dibandingkan dengan trompet Bes.

4.3.2. Tuba Tuba adalah salah satu jenis alat musik tiup yang terbuat dari logam. Tuba merupakan alat musik dengan ukuran terbesar dan suara terendah dalam keluarga alat musik brass. Tuba pertama kali muncul pada abad ke-19, kini merupakan anggota alat musik dalam orkestra modern. Alat musik brass dapat menghasilkan suara karena getaran dari bibir pemainnya. Getaran bibir pemain alat musik ini akan mengalirkan udara menuju pipa. Nada yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh panjang dan bentuk pipa, tekanan bibir dan kecepatan aliran udara yang dihasilkan. Pipa sengaja didesain berbentuk silindris agar suara yang dihasilkan memiliki kualitas baik. Tombol untuk mengatur nada hanya tiga buah, untuk menghasilkan nada tertentu pemain tuba harus mengkombinasikan tombolnya yang ditekan dengan tekanan bibir. Tuba dibagi beberapa jenis berdasarkan ukuran dan tinggi nada yang dihasilkannya yaitu: contra bass tuba, bass tuba, tenor tuba, dan subkontabass tuba (jarang ditemukan). Tuba digunakan didalam orkestra klasik.

4.3.3. French Horn French horn biasanya dimainkan dalam sebuah pertunjukan . Alat musik ini memiliki corong yang menghadap kedepan (front-) sehingga suara yang dihasilkannya sesuai dengan arah pemainnya. French horn kadang juga disertakan dalam konser-konser musik orkestra klasik. Alat musik ini dapat mengeluarkan suara yang berbeda-beda, baik suara yang terdengar sangat halus hingga yang sangat keras. French horn memiliki tiga katup pengatur yang dimainkan dengan tangan kiri.

4.3.4. Trombone Seperti pada alat musik tiup logam lainnya, suara yang dihasilkan trombone berasal dari getaran bibir. Nama trombone sendiri diambil dari bahasa Itali yaitu tromba yang artinya “trompet” lalu ditambah akhiran one yang berarti besar. Dilihat dari ukurannya, trombone memang lebih besar dari pada trompet, dan ia digunakan didalam orkestra klasik dan orkestra pop. Pemain trombone disebut trombonist.

Gambar 7: Trombone

Universitas Sumatera Utara 4.4. Percussion section /Kelompok Alat Musik Pukul Instrumen perkusi pada dasarnya merupakan benda apapun yang dapat menghasilkan suara, baik karena dipukul, dikocok, digosok, diadukan atau dengan cara apapun yang dapat membuat getaran pada benda tersebut. Istilah instrumen perkusi biasanya digunakan pada benda yang digunakan sebagai pengiring dalam suatu permainan musik. Antropolog dan sejarawan umumnya berpendapat, instrumen musik pukul merupakan alat bantu bermain musik pertama yang pernah diciptakan, sementara suara manusia merupakan alat musik pertama yang digunakan manusia. Instrumen perkusi seperti tangan, kaki, tongkat, batu dan batang kayu sangat mungkin masuk sebagai generasi selanjutnya dalam evolusi musik. Instrumen perkusi diklasifikasikan kedalam bermacam-macam kriteria, kadang-kadang bergantung pada konstruksinya, adat-istiadat, fungsi dalam teori musik dan orkestra.

4.4.1. Idiophone Idiophone adalah instrumen yang cara menghasilkan suara melalui badan instrumen itu sendiri. Contoh instrumen yang termasuk dalam kategori idiophone adalah : bell, simbal, hi-hat, , triangle, vibrafon, xylofon,timpani,marakas, gong, drum, bellyra dan sebagainya.

4.4.2. Berdasarkan Fungsi Pada Permainan Musik Orkestra Pengklasifikasian berdasarkan fungsi dibedakan pada instrumen perkusi bernada dan instrumen perkusi tidak bernada. Sebagai contoh, beberapa instrumen perkusi (seperti marimba dan timpani) menghasilkan suara pada intonasi yang kuat sehingga dapat memainkan melodi dan berfungsi menciptakan harmoni dalam permainan musik. Instrumen lain seperti simbal dan snaredrum menghasilkan suara tidak bernada.

4.4.3. Instrumen Musik Perkusi Bernada Instrumen perkusi dalam kelompok ini kadang-kadang disebut juga “tuned”, “pitced”. Contoh instrumen perkusi bernada :chimes, glass harmonika, lira, marimba, timpani, vibrafon, xylofon, table dan sebagainya.

4.4.4. Instrumen Musik Perkusi Tidak Bernada Instrumen yang termasuk dalam kategori ini kadang-kadang disebutkan sebagai “non- pitced”, “unturned”. Ini disebabkan suara yang dihasilkan oleh instrumen memiliki frekuensi yang kompleks sehingga tidak dapat ditentukan sebagai sebuah nada. Contoh instrumen perkusi tidak bernada yaitu : kastanyet, simbal, gong, snaredrum, tom-tom, rain stik dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara 4.4.5. Fungsi Perkusi Instrumen musik perkusi tidak hanya dimainkan sebagai pengiring/ irama, melainkan sebagai melodi dan memainkan harmoni. Perkusi, dianggap sebagai “tulang punggung” atau “jantung” dari sebuah pertunjukan musik, dalam permainan seringkali dikolaborasikan bersama instrumen bass. Pada musik jazz dan musik popular, bassis dan drummer dikelompokan sebagai seksi ritmis. Kebanyakan musik-musik klasik untuk sebuah orkestra penuh mengikutsertakan sepasang timpani meski tidak digunakan secara aktif dalam keseluruhan pertunjukan (hanya mengisi bagian-bagian tertentu). Juga triangle dan simbal digunakan dalam pertunjukan. Barulah pada abad ke-20 instrumen musik perkusi mulai digunakan didalam pertunjukan musik klasik. Dalam setiap jenis musik, perkusi memainkan peranan penting. Dalam marching band, perkusi digunakan sebagai penjaga tempo, dan beat yang memungkinkan para pemain berjalan secara serempak dan dalam irama dan kecepatan yang sama. Disebabkan ragam jenis instrumen perkusi yang luas, tidak jarang ditemukan ansamble musik besar dengan keseluruhan instrumen yang dimainkan adalah instrumen perkusi, ritmis, dan harmoni, semua muncul dan hidup sehingga menjadi pertunjukan yang menarik.

4.4.5.1. Gong Gong merupakan alat musik pukul yang sering digunakan untuk musik tradisional. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan, apabila nadanya masih belum sesuai, gong dikerok sehingga lapisan perunggunya lebih tipis. Gong tidak pernah digunakan pada orkestra klasik maupun orkestra pop. Namun gong juga sering digunakan untuk menandakan suatu acara misalnya peresmian gedung baru dan pembukaan acara yang sifatnya formal.

4.4.5.2. Drumbass Drumbass merupakan instrumen drum dalam keluarga instrumen musik perkusi dengan diameter berukuran besar untuk menghasilkan suara dalam intonasi nada rendah (bass). Jenis umum yang dilihat/didengar dalam penampilan orkestra atau konser band adalah drumbass konser. Drumbass digunakan dalam penampilan musik orkestra pop, dan dalam musik popular abad ke-20 sebagai komponen drumkit dalam jenis musik jazz dan rock. Dalam musik klasik, efek drumbass seringkali digunakan untuk memberikan atau menambahkan tekanan pada suatu bagian dalam permainan musik.

4.4.5.3. Snare drum merupakan drum yang dilengkapi dengan beberapa baris tali senar (terbuat dari kabel baja atau plastik) yang direntangkan secara melintang pada sisi sebelah bawah dan ia termasuk kedalam keluarga membranophone (terbuat dari kulit yang ditegangkan). Snare drum dibunyikan dengan cara dipukul dengan pemukul yang disebut drum stik ,ia juga digunakan di

Universitas Sumatera Utara dalam orkestra pop dan tidak digunakan di dalam orkestra klasik, dan berfungsi sebagai pembawa tempo lagu. 4.4.5.4. Simbal Simbal merupakan alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul, (ke dua badannya saling diadu), ia juga termasuk ke dalam keluarga Idiophone. Simbal juga masuk dalam alat musik yang bertempo cadas. Instrumen ini sering dipakai didalam suatu pertunjukkan Marching Band, terbuat dari logam yang berwarna kuning, suara yang dihasilkannya sangat nyaring, berfungsi sebagai pembawa rythem, ia hanya sekali-sekali saja muncul di tiap lagu, biasanya di awal lagu, ditengah lagu, dan di akhir lagu.

Gambar 8: Cymbal

4.4.5.5. Timpani Menurut Henry George Farmer (1988) dalam bukunya, Historical facts for the Arabian Musical Influence, cikal bakal timpani berasal dari arab. Alat musik pukul ini diperkenalkan ke benua Eropa pada abad ke-13 M oleh orang arab. Timpani atau keetle drum adalah bagian dari simponi orkestra yang memiliki suara yang paling keras dan merupakan satu-satunya membranophone dengan definite pitch.Tingkat volume suara dan pitch dari timpani sangat dipengaruhi oleh keadaan sekitar seperti tingkat kelembaban dan temperatur.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 9: Timpani

4.4.5.6. Drum Cara memainkan drum dipukul dengan tangan atau sebuah batang, drum terbuat dari kulit yang di tegangkan. Jenis-jenis drum antara lain: kendang, timpani, snare drum, , tom- tom, beduk dan lain-lain. Orang yang memainkan drum disebut drummer. Dewasa ini kebanyakan dan hampir semua pemain drum adalah berjenis kelamin lelaki, walaupun wanita juga pernah ada, mungkin disebabkan karena instrumen ini membutuhkan ketahanan fisik yang kuat di dalam memproduksikan suaranya. Di dalam orkestra klasik drum tidak digunakan, diganti dengan instrumen timpani dan konga. Tetapi pada orkestra pop drum sudah pasti digunakan, fungsinya untuk mengatur tempo lagu. Dengan hadirnya drum, maka suasana lagu menjadi hidup dan semangat. Drum memiliki suara yang cukup kuat dan menggelegar, sehingga pemainnya sendiripun menggunakan penutup kuping dalam berlatih. (Sugiyanto,2000;17-22)

4.4.6. Harpa Harpa atau dalam bahasa Inggris disebut dengan adalah merupakan jenis alat musik petik. Seringkali alat musik ini diilustrasikan bersama dengan para malaikat. Bentuknya tinggi, umumnya berwarna emas dan memiliki senar, biasanya berbentuk dasar segitiga, seringkali hadir bersamaan dengan orkestra simponi, bersamaan dengan suara vokal, suara flute atau bisa juga dengan jazz bass dan drum. Sebuah harpa dapat dimainkan baik dengan tangan, ataupun kaki seperti yang ditemui pada pedal harpa. Harpa dapat dimainkan secara solo atau bisa juga dalam bagian sebuah ansamble. Harpa memiliki berbagai jenis variasi bentuk, ukuran dan berat. Namun kesemuanya itu tetap memiliki tiga bagian utama yaitu: papan suara (sound board), leher (neck), senar (string). Harpa modern biasanya berbentuk triangular. Variasi ukuran sebuah harpa bisa mencapai dua kaki (60 cm) hingga enam kaki (180 cm) dan memiliki dua puluh dua sampai empat puluh tujuh buah senar. Harpa dengan ukuran yang lebih kecil bisa dipangku sambil dimainkan. Sedangkan yang berukuran besar biasanya diletakkan dilantai. Harpa merupakan salah satu instrumen yang tertua dan konon telah digunakan sejak jaman mesir kuno dan untuk jenis harpa yang terbaru adalah harpa elektrik.

Universitas Sumatera Utara Pemusik harpa Indonesia yaitu Heidi Awvy, Usi Pieter dan Maya Hasan, beliau adalah perempuan kelahiran Hongkong, pernah mengisi lagu kasih tak sampai bersama grup band Padi di tahun 2001.

4.4.7. Keyboard Kibor (bahasa Inggris: keyboard) adalah alat musik yang cara menghasilkan suaranya dengan menggunakan arus listrik. Keyboard memiliki beragam suara instrumen, semua suara instrumen bisa dihasilkan oleh keyboard. Di dalam orkestra pop, keyboard merupakan instrumen penting yang harus digunakan. Namun di dalam orkestra klasik, peranan keyboard digantikan dengan piano. Fungsinya untuk mempertegas jalannya suatu akord lagu yang dimainkan dan juga sebagai pembawa melodi. Badan keyboard cukup ringan bisa dibawa kemana-mana oleh satu orang saja. (Eko,2006;35)

Gambar 10:Keyboard

4.4.7.1. Piano Cara memainkan piano sama dengan keyboard dan organ dengan menggunakan jari jemari tangan. Pada abad ke-XX munculah piano elektrik, nada suaranya terdengar melalui amplifier dan loudspeaker. Dari sisi mutu suara, piano elektrik tidak ada bedanya dengan piano biasa. Piano merupakan instrumen penting yang harus digunakan pada orkestra klasik, yang berfungsi sebagai pembawa melodi lagu. Suara piano cukup indah terdengar. (Kodijat,2002;32)

Gambar 11: Grand piano

Universitas Sumatera Utara 4.4.7.2. Organ Organ adalah alat musik yang mempunyai suara yang unik, karena suaranya berkelanjutan selama tuts masih ditekan, berbeda dengan piano, organ mempunyai karakteristik keterikatan tempo yang lemah namun memiliki frekwensi yang baik. Oleh karena itu organ adalah pengiring yang baik dalam kelompok paduan suara non musisi. Organ jarang digunakan didalam orkestra klasik melainkan pada orkestra pop.

4.4.8. Pemimpin Orkestra (Kondukter atau Dirigen) berarti mengkondak, bertindak sebagai kondukter (conducter), mendireksi, memimpin orkes, berdiri didepan orkes memimpin dan mengatur derap ritmik dengan menggunakan sepotong tongkat kecil. Kondukter (dirigen) sudah dikenal dalam abad ke-15, karena karya musik pada saat itu belum mengenal pembagian birama yang baku sehingga kehadiran seorang dirigen sangat dibutuhkan. Sampai abad ke-18 seorang dirigen masih menggunakan tongkat panjang dan berat, lebih dari satu depa panjangnya. Cara menggunakannya dengan menderapkan tongkat tersebut kelantai. Tongkat dalam bentuknya yang sekarang diperkenalkan oleh Wheber dalam suatu konser di kota Dresden pada tahun 1817. Felix Mendellshon mempergunakan tongkat dalam suatu konser di Leipzig pada tahun 1835. Pelatih musik orkestra juga merangkap sebagai pemimpin orkestra, sehingga ditangan pemimpin inilah kelompok orkestra itu akan menjadi baik. Pemimpin ibarat nafas didalam orkestra. Pemimpin orkestra adalah denyut suatu pertunjukan orkestra dan dialah wajah suatu penyajian orkestra. Seorang pemimpin orkestra bisa dianggap sebagai ilmuwan orkestra. Seorang pemimpin orkestra sebaiknya memiliki kemampuan (1) menguasai teori musik dan praktek musik, (2) terampil membaca notasi musik, (3) menguasai teknik paduan suara, (4) memiliki kepekaan nada yang kuat, (5) mengetahui pengetahuan tentang repertoar, memiliki seni medireksi, (6) sehat jasmani dan rohani, serta berwibawa.

4.4.8.1. Aba-Aba Kondukter

Gerakan tangan dirigen, disamping memberi pukulan birama, juga berfungsi untuk mengingatkan paduan suara atau orkestra akan hal-hal yang sudah dipelajari dan dilatih sebelumnya. Ini berarti bahwa kerjanya meliputi antara lain: memberi syarat untuk memulai, memberi dan menjaga kecepatan (tempo) lagu, menuntun suara-suara dalam menjiwai lagu, mendukung pengucapan yang tepat, membantu paduan suara dan orkestra dalam menghadapi kesulitan dan lain sebagainya. Intinya gerakan-gerakan tersebut harus dibatasi pada hal-hal penting, sederhana dan jelas.

4.4.8.2. Tongkat Dirigen Tongkat dirigen adalah tongkat tipis panjang terbuat dari logam, kayu, fiber glass, dan serat karbon yang digunakan seorang kondukter paduan suara dan orkestra untuk menunjukkan

Universitas Sumatera Utara irama dan ekspresi. Tetapi untuk memimpin paduan suara, tongkat dirigen mengganggu ketepatan interpretasi musik, dan untuk memimpin orkestra dirigen menggunakan tongkat kecil yang ringan berwarna putih, alasannya aba-aba dirigen harus jelas terlihat oleh para instrumentalis dari tempat yang jauh. Walaupun demikian memimpin orkestra tanpa tongkatpun tidak kalah indahnya. Untuk itu dianjurkan agar memimpin orkestra tanpa tongkat untuk mencapai segala efek dengan gerak tangan dan jari, karena dari jauh gerak jari tampak jauh lebih jelas dari pada tongkat yang kurus tersebut.

4.4.8.3. Persiapan Dirigen Dirigen merupakan pusat perhatian didalam suatu orkestra dan paduan suara, oleh karena itu seorang dirigen menuntut suatu sikap yang dapat mempengaruhi seluruh pemain di panggung maupun publik. Ketenangan adalah syarat penting pada diri seorang dirigen. Cara berdiri harus dalam posisi yang tidak kaku, kaki jangan terlalu merapat, sebelah kaki berpijak kokoh sebelah lainnya agak mundur pada jarak tertentu sehingga dengan leluasa menggerakkan tangan, kepala dan bagian atas tubuh. Pandangan dirigen mengarah ke pemain musik ataupun paduan suara dengan perantaraan mata yang mengajak semua untuk berkonsentrasi. (http://books.google.co.id)

4.4.8.4. Kondukter-kondukter Terkenal Dunia

Kondukter-kondukter terkenal di dunia ini antara lain adalah sebagai berikut.

1. Maestro Velery Gergier, salah satu kondukter terkemuka Rusia. Merupakan kondukter tersibuk dari tahun 2010, tidak kurang 88 konser dan pertunjukan dilaksanakan dalam waktu 1 tahun, 2. Michael Tilson Thomas, berasal dari Amerika, melakukan 87 konser pada tahun 2010. 3. Sir Simon Rattle 4. Gustavo Dudamel 5. Herbert Blomstedt 6. Paavo Jarvi 7. Mariss Janson, kondukter berusia 57 tahun, menerima banyak penghargaan dan telah tampil dengan banyak musisi orkestra dunia antara lain: Phillharmonic Wiener, orchestra la scala dan Rotterdam Phillharmonic orchestra. (Error! Hyperlink reference not valid.).

4.4.8.5. Kondukter-Kondukter Terkenal Indonesia

Beberapa kondukter terkenal Indonesia adalah sebagai berikut: 1. 2.Purwacaraka 3.Djaduk Ferianto 4.Addie MS

Universitas Sumatera Utara 5.Tya Subyakto 6.Dwiki Darmawan dan lain-lain.

Mereka dinilai sangat berjasa terhadap kemajuan dan perkembangan dunia musik orkestra di Indonesia. Banyak prestasi dan penghargaan yang sudah mereka raih baik dalam tingkat Nasional maupun Internasional, dan mereka juga membawa harum nama Indonesia di tingkat dunia. Sampai saat ini mereka tetap eksis dan konsekuen berada di jalur musik orkestra dan sering melakukan konser-konser yang juga sering ditampilkan melalui televisi. Sambutan masyarakat Indonesia terhadap keberadaan mereka sangatlah positif, ini disebabkan musik orkestra yang mereka tampilkan hadir dalam format baru yang lebih enerjik dan memukau, dimana lagu-lagu yang mereka tampilkan sudah cukup akrab ditelinga masyarakat Indonesia.

Gambar 4.4.9. Berbagai Alat Musik yang Selalu Dipakai Dalam Pertunjukan Musik Orkestra

Gambar 12:Trompet 1111112:Trompet

Universitas Sumatera Utara

Gambar 14: Conga

Gambar 15: Triangle

94

Universitas Sumatera Utara

Gambar 16: Timbales

Gambar 17: Cowbell

Universitas Sumatera Utara

Gambar 18: Lonceng

Gambar 19 : Harpa

Universitas Sumatera Utara

Berbagai Denah Musik Orkestra d

Gambar 20: Baby Piano

Universitas Sumatera Utara

Gambar 22

Berbagai Denah Musik Orkestra

Universitas Sumatera Utara

Gambar 23 Berbagai Denah Musik Orkestra

Berbagai Denah Musik Orkestra

Universitas Sumatera Utara Gambar 24

Berbagai Denah Musik Orkestra

Universitas Sumatera Utara

4.4.11 Gambar 25

Berbagai Simbol Dalam Memimpin Musik Orkestra

Universitas Sumatera Utara Gambar 26

Berbagai Ekspresi Dalam Memimpin Musik Orkestra

Universitas Sumatera Utara

Gambar 27

Berbagai Simbol Dalam Memimpin Musik Orkestra

Universitas Sumatera Utara

4.4.12. Gambar 28 Berbagai Bentuk Orkestra Menurut Cara Memainkan

4.4.12.1 Ansamble Gesek

Universitas Sumatera Utara

Gambar 29

4.4.12.2. Ansamble Perkusi

Universitas Sumatera Utara Gambar 30

Ensamble Perkusi

Universitas Sumatera Utara Gambar 31

4.4.12.3. Ansamble Tiup

Universitas Sumatera Utara Gambar 32

Ensamble Tiup

Universitas Sumatera Utara

Gambar 33

4.4.13. Orkestra Tradisional

Universitas Sumatera Utara Gambar 34 Orkestra Tradisional (Jawa dan Asia)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diketahui hasil-hasil penelitian terhadap musik orkestra yang pernah ada khususnya di tiga lokasi penelitian tersebut antara lain sebagai berikut.

Dalam bagian kesimpulan ini penulis akan menjawab rumusan masalah yang terdapat di Bab I yaitu sejauh apa sejarah musik orkestra dikota medan. Hasilnya adalah musik orkestra sudah hadir di kota Medan tepatnya pada tanggal 11 September 1945 seiring dengan Proklamasi

Universitas Sumatera Utara Kemerdekaan Republik Indonesia juga bersamaan dengan lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI Medan). Pada saat itu musik orkestra belum banyak dikenal oleh masyarakat kota Medan, karena musik orkestra merupakan adaptasi dari budaya Barat atau dapat dikatakan sebagai suatu warisan. Musik orkestra pertama sekali tumbuh dan berkembang di RRI Medan kemudian berkembang di TVRI Medan terakhir berkembang lagi di Taman Budaya Medan. Sedangkan pada awal-awal tahun kemerdekaan Indonesia, musik orkestra belum menunjukkan perkembangan yang berarti, disebabkan pada saat itu dunia perpolitikan dan perekonomian Indonesia belum stabil dan suasana masih belum kondusif. Maka memasuki era tahun 1970-an disinilah musik orkestra mulai beraktifitas.

Orang-orang yang sangat berjasa terhadap perkembangan musik orkestra di kota Medan seperti Lily Suheiri3,5,Max Sapulete, Mulyono, Achmad Saaba dan lain-lain yang sebagian besar sudah meninggal dunia, dan sampai saat ini belum banyak musisi yang mampu menggantikan mereka untuk bisa membentuk kembali musik orkestra yang sempat berjaya dahulu.

Dari aspek lagu-lagu yang digunakan para seniman medan ini dinilai sangat kreatif dalam penciptaan dan pengaransemennanya. Lagu-lagu yang digunakan mencakup lagu-lagu Barat/Eropa, pop, keroncong, dangdut, melayu dan batak toba. Ini menunjukkan bahwa walaupun musik orkestra berasal dari Eropa, tetapi orang-orang Medan mencoba membumikannya dengan cara memberi sentuhan-sentuhan kebudayaan Medan dan Sumatera Utara secara umum dengan harapan bahwa musik orkestra ini menjadi milik orang Medan dan mempunyai identitas sendiri sama seperti di Eropa.

Era tahun 1970-an sampai awal 2000-an merupakan zaman kejayaan bagi perkembangan dan pertumbuhan musik orkestra di kota Medan, banyak prestasi-prestasi yang membanggakan yang sudah diraih oleh musik orkestra di kota Medan baik dalam skala nasional maupun internasional. Namun seiring dengan berjalannya waktu sehingga banyak hambatan dan kendala yang terjadi dilapangan khususnya mengenai masalah minimnya pendanaan dan tingginya biaya operasional pemain, sehingga memasuki awal tahun 2000-an musik orkestra secara perlahan tetapi pasti sampai saat ini sudah tidak beraktifitas lagi di tiga lokasi tersebut, hanya orkes kamar (orkes-orkes kecil yang terdiri dari dua atau tiga orang pemain) yang dilaksanakan oleh tempat- tempat les private musik (Medan Musik, Irama Musik, Vivo Musik dan lain-lain) saja yang bisa bertahan sampai saat ini.

Berdasarkan kajian seni, kehadiran musik orkestra di kota Medan pada era tahun 1970-an sampai awal 2000-an merupakan masa gemilang dan masa jayanya musik orkestra. Banyak musisi-musisi berbakat dan berdisiplin serta berkemauan tinggi terhadap musik orkestra pada masa tersebut. Namun kini semuanya sudah berakhir semuanya tinggal kenangan, TVRI Medan,

55 Monument /patung Lily Suheiri serta Taman Lily Suheiri sekarang ini bisa dinikmati di Kota Medan

Universitas Sumatera Utara RRI Medan dan Taman Budaya Medan ternyata dinilai tidak mampu untuk tetap bisa melestarikan keberadaan musik orkestra yang pernah ada dahulu, disamping tidak didukung oleh pendanaan yang baik, minimnya perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah setempat, banyaknya waktu yang diperlukan dalam proses pelaksanaan musik orkestra, banyaknya musisi- musisi yang dibutuhkan didalam pelaksanaan musik orkestra dan seiring dengan berjalannya waktu kelangkaan musisi-musisi pun terjadi, dan yang paling sedihnya lagi ternyata musik orkestra tidak mendapatkan rating dan perhatian masyarakat Kota Medan karena dinilai acaranya tidak menarik dan kurang bersifat menghibur, disamping itu juga musik orkestra kalah bersaing dengan acara-acara musik lainnya yang jauh lebih menarik. Sehingga dengan alasan-alasan tersebut keberadaan musik orkestra di kota Medan sampai saat ini sudah tidak ada lagi.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya dan beberapa simpulan yang telah dibuat, ada beberapa saran yang perlu dikemukakan, mengingat musik orkestra juga merupakan ciri keberadaban suatu bangsa.

1. Dalam kenyataannya, Pemerintah Daerah Kota Medan khususnya Dinas Pariwisata dan Kebudayan kurang berkontribusi terhadap keberadaan musik orkestra di kota Medan, juga kurang memberikan perhatian serius. Saran penulis kiranya Pemerintah Kota Medan mau untuk lebih tanggap dan peduli ikut membantu tumbuh dan kembangnya musik orkestra di kota Medan dan menjadikan musik orkestra salah satu ikonnya kota Medan dengan hadirnya lagu-lagu daerah Sumatera Utara yang cukup indah dan beragam sehingga bisa dinikmati oleh masyarakat kota Medan khususnya.

2. Kiranya TVRI Medan, RRI Medan, dan Taman Budaya Medan sebagai wadah kesenian di kota Medan yang cukup besar mau berkomitmen dan berusaha untuk menghadirkan kembali musik orkestra yang sempat berjaya dahulu.

3. Kiranya musisi-musisi muda di kota Medan yang ada di sekolah musik, di perguruan- perguruan tinggi juga di tempat-tempat les private musik dengan penuh semangat dan kesadaran yang tinggi mau bergerak, berjuang, dan berkorban untuk menghidupkan kembali musik orkestra di kota Medan dengan dana yang dihimpun dari masing-masing pemain musik orkestra tersebut. Jika semua itu betul-betul dilaksanakan secara baik pasti cepat atau lambat masa keemasan dan kejayaan musik orkestra pada waktu era tahun 1970-an sampai awal 2000-an yang lalu pasti dapat terulang kembali bahkan dengan konsep dan suasana yang jauh lebih menarik lagi.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR INFORMAN

1. Nama :Max Sapulete Umur :70 tahun

Pekerjaan :Aranger musik orkestra Medan (pensiunan RRI Medan)

Alamat :Pasar V Setia Budi Medan

2. Nama :Friany Nainggolan Umur :5o tahun Pekerjaan :PNS RRI Medan (pemain musik orkestra untuk alat Musik Biola). Masa kerja :1986 s/d sekarang

3. Nama :Glenny Silitonga Umur :50 tahun Pekerjaan :PNS RRI Medan (pemain musik orkestra untuk alat Musik Biola). Masa kerja :1986 s/d sekarang

4. Nama :Hendrik Perangin-angin Umur :40 tahun Pekerjaan :PNS Taman Budaya Medan (musisi, seniman, dan pemain Musik orkestra untuk alat musik Klarinet dan Gitar). Masa kerja :1990 s/d sekarang

5. Nama :Rubino

Universitas Sumatera Utara Umur :40 tahun Pekerjaan :PNS Taman Budaya Medan (musisi, seniman, dan pemain musik orkestra untuk alat musik Trombone) Masa kerja :1990 s/d sekarang

6. Nama :Harun Umur :50 tahun Pekerjaan :PNS TVRI Medan (pemain musik orkestra untuk Alat musik Biola). Masa kerja :1986 s/d sekarang

7. Nama :Wiflihani Umur :35 tahun Pekerjaan :Dosen Seni Musik Unimed (pemain musik orkestra di era Tahun 1990 Untuk alat musik Biola). Masa Kerja :2006s/d sekarang

8. Nama :Iswandana Umur :32 tahun Pekerjaan :PNS Unimed (pemain musik orkestra di era tahun 1990-an Untuk alat musik cello) Masa kerja :2005 s/d sekarang

9. Nama :Dedi Purnama

Universitas Sumatera Utara Umur :25 tahun Pekerjaan :Guru Swasta di Medan (pemain musik orkestra di era tahun 1990-an, untuk alat musik biola). Masa Kerja : 2010 s/d sekarang

10.Nama :Erizon Koto Umur :40 tahun Pekerjaan :Dosen honorer di Unimed (kondukter, arranger, dan pemain Musik orkestra di lingkungan Unimed). Masa Kerja :2006 s/d sekarang

11.Nama :Amat Frebuat Umur :45 tahun Pekerjaan :Guru di SMK Negeri 11 Medan (sekolah musik) Pemain musik orkestra di era tahun 1990-an, untuk alat Musik French Horn. Masa Kerja :1993 s/d sekarang

12.Nama :Maina Sari Umur :40 tahun Pekerjaan :Guru di SMU Negeri (di Batu Bara) Pemain musik orkestra Era tahun 1990-an, untuk alat musik Biola Masa Kerja :2010 s/d sekarang

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Adler, Samuel. 1989.The Study of Orchestration. Eastman School of Music of The University Of Rochester Anderson. Orchestration.1924 Boston New York Anonim, Sejarah Radio di Indonesia. Djakarta: Kementrian Penerangan-Djawatan RRI 1953 Anonim, Peneliti RRI Nusantara 1 Medan TIM 1995. Medan: Stasiun RRI Nusantara 1 Medan Anonim, 1999. Buku Panduan Penulisan Tesis PPS. Universitas Negeri Padang Anonim. Aplikasi SPSS Untuk Penyusunan Skripsi dan Tesis. 2007. USU Press Anonim. Masyarakat Kesenian di Indonesia. 2008. Studia Kultura FS USU Anonim. Seni Budaya dan Ketrampilan. Tim Bina Karya Guru. Jakarta: Erlangga Adami, Bachtiar. 2011. Analisa Pentingnya Musik Bagi Anak. Bungin, Burhan. 2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial: Jakarta: Kencana Prenada Media Group Djohan. 2003. Psikologi Musik. Yogyakarta: Buku Baik Fuadi. 2009. Mengenal lebih Dekat Musik Orkestra. Semarang: Jurnal Harmonia Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti Sejarah. UI Press Hugiono dan Poerwantana. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Rineka Cipta Hamdi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. UMM Press Harahap, Syamsul Muin. 1993. RRI Nusantara 1 Medan Koentjaraningrat. 1980. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: Universitas Indonesia Press Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kodijat, M.Latifah. 2002. Penuntun Mengajar Piano. Djambatan

Universitas Sumatera Utara Kodijat, M.Latifah. 2006. Tangga Nada dan Trinada. Djambatan Leksono, Ninok. 2001. Twillite Orchestra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of music. Nothwestren University Press Mulyanto, S. Eko. 2006. Mahir Bermain Keyboard Tunggal. Kawan Pustaka Natanael, Wibisono. 2011. Peranan Musik Orkestra Dalam ibadah di Gereja. Skripsi. Unimed Pornama, Dedi. 2011. Program Musik Klasik di RRI Medan Pada Tahun 1950-2001. Skripsi Unimed Poerwadarminta, WJS. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Paeni, Muhlis. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia (Seni Pertunjukan dan Seni Media). Jakarta Raja Grafindo Persada R.M. Soedarsonon. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press R.M. Soedarsono. 1999. Kebudayaan Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa : Masyarakat Seni Petunjukan Indonesia (MSPI) Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Institut Tehnologi Bandung (ITB) Sumarsan. 2003. Gamelan: Interaksi Budaya dan Perkembangan Musik di Jawa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saripin, dkk. 1976. Sejarah Kesenian Indonesia. Jakarta: Pradya Paramita Sedyawati, Edi. 1991. Seni Dalam Masyarakat Indonesia (Bunga Rampai). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan Sigar, Edi dan Ernawati. 2003. Buku Pintar Pariwisata Nusantara. Delapratasa Spitzer, John. 2001. The New Grove Dicyionary of Music and . London: Macmillan Stevenson, Victor. The Music Maker. Methuen of Australia

Universitas Sumatera Utara

Sumarno, Edi. 2005. Teori dan Metode Dalam Ilmu Sejarah. Studia Kultura Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Takari, Muhammad. 2008. Manajemen Seni. Studia Kultura FS Universitas Sumatera Utara Thursan, Hakim. 2004. Teknik Praktis Belajar Biola dan Gitar. Kawan Pustaka

http://www.definitionline.com/pengertian musik (20 juli 2011) http://id.answer.yahoo.com (20 juli 2011) http://id.wikipedia.org/ny-phillharmonic http://www.orkes simponi-Jakarta http://www.tokoh Indonesia.com/biografi http://jurnal dikti.go.id/seni musik popular

118

Universitas Sumatera Utara