BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjuan Museum
2.1.1. Pengertian Museum
Museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat
untuk pameran tetap benda-benda bernilai yang patut
mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah,
seni dan ilmu, tempat menyimpan benda-benda kuno.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990).
2.1.2. Fungsi, Peran, dan Tujuan Museum
Fungsi
a. Sebagai dokumentasi dan penelitian ilmiah.
b. Untuk mengumpulkan, menjaga suatu warisan alam
dan budaya.
c. Konservasi dan preservasi.
d. Penyebaran dan pemanfaatan ilmu untuk umum.
e. Pengenalan dan penghubung sebuah kesenian.
f. Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa.
g. Visualisasi warisan alam dan budaya.
h. Cerminan pertumbuhan dan peradaban umat
manusia.
9
i. Pembangkit rasa bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(Sutaarga,1983)
10
Peran
Peran dari museum menurut ICOM (International Council of
Museum), yaitu :
a. Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
b. Pusat penyaluran ilmu untuk umum.
c. Sebagai sumber informasi dan inspirasi.
d. Pusat meningkatkan apresiasi kesenian dan budaya.
e. Obyek pariwisata, media pembinaan pendidikan sejarah,
alam, ilmu pengetahuan dan budaya.
Tujuan
Tujuan adanya museum secara umum menurut ICOM yaitu:
Bertujuan untuk menyelidiki, memelihara, dan memamerkan
kepada khalayak ramai untuk sebuah pendidikan,
pengajaran, dan penikmatan akan bukti-bukti nyata berupa
benda-benda dari manusia dan lingkungannya
11
2.1.3. Klasifikasi Museum
Klasifikasi museum menurut (Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia, Nomor 66 Tahun 2015 Tentang
Museum)
Museum berdasarkan Status hukumnya
a. Milik Swasta
Milik swasta yang dimaksud yaitu : Masyarakat
Hukum adat dan setiap orang. Dengan syarat harus
memenuhi beberapa syarat dan ketentuannya.
b. Milik Pemerintah
- Pemerintah Pusat
- Pemerintah Daerah
Berdasarkan jenis koleksinya.
a. Museum Umum
Ciri dari museum umum mempunyai koleksi
penunjang dari cabang-cabang ilmu pengetahuan
alam, teknologi, dan ilmu pengetahuan sosial.
b. Museum Khusus
Ciri dari museum khusus mempunyai koleksi
penunjang satu cabang ilmu saja, contohnya
museum ilmu dan teknologi, ethnografi, astronomi,
antropologi, dan kesenian.
Berdasarkan ruang lingkup wilayah, tugasnya dan status
hukum pendirian dan tujuan penyelenggaraan.
12
a. Museum Nasional
b. Museum Propinsi
c. Museum Lokal
2.1.4. Konsep Penataan Koleksi Museum
Pendekatan Kronologi
Penataan koleksi yang bersifat kronologis dari waktu
ke waktu yang menceritakan sebuah cerita melalui
susunan benda koleksi secara berurutan sesuai dengan
alur masuk pengunjung hingga pintu keluar museum.
Pendekatan Tematik
Penyajian benda koleksi yang menekankan pada
tema didukung dengan cerita tertentu.
Pendekatan Taksonomik
Penyajian koleksi yang dikelompokan atau
klasifikasi berdasarkan dari gaya, kualitas, kegunaan,
periode dan pembuatan.
(Arbi, 2012.)
13
2.1.5. Pencahayaan Museum
Arah Pencahayaan
Downlight
Pencahayaan yang arahnya berasal dari atas dan
cahayanya mengarah pada objek yang berada
dibawahnya.
Uplight
Pencahayaan yang arahnya berasal dari bawah dan
arah lampu mengarah ke atas. Pencahayaan uplight
memberikan kesa megah dan memunculkan dimensi.
Backlight
Posisi lampu berada pada belakang objek suatu
benda memberikan kesan pada benda dan
memperjelas bentuk objek.
Sidelight
Arah cahaya yang diarahkan pada sisi samping objek
untuk memperjela aksen benda yang berada pada
samping objek.
Frontlight
Arah cahaya bersal dari depan objek membuat kesan
benda lebih natural.
Pencahayaan pada museum disarankan
meminimalisir radiasi ultra violet dengan intensitas
cahaya sebesar 50 lux agar koleksi utama terhindar
14
kerusakan yang dikarenakan pencahayaan yang tidak
sesuai.
2.2. Musik Tradisional Jawa Barat
2.2.1. Pengertian Musik Tradisional
Musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun,
dipertahankan sebagai sarana hiburan, ada tiga komponen
yang saling berkaitan diantaranya seniman, musik, dan
masyarakat sebagai penikmatnya. (Tumbijo, 1977)
2.2.2. Daftar Alat Musik Tradisional di Jawa Barat
A. Alat musik pukul / ditepuk
1. Bonang
Bonang adalah alat musik yang terbuat dari bahan
logam perunggu yang dimainkan dengan cara dipukul
dengan menggunakan alat bantu pemukul, bentuk
Bonang seperti Gong, namun bentuknya berukuran lebih
kecil.
Gambar 2.1 Bonang
Sumber : https://su.wikipedia.org/wiki/Bonang (3 April 2020)
15
2. Jengglong
Jengglong merupakan salah satu alat musik tradisional
Jawa Barat (Sunda) yang penggunaannya dengan cara
dipukul. Jengglong mirip dengan alat musik goong, yang
membedakan hanya ukuran lebih kecil dan suaranya
lebih ringan, terdiri dari 6 jengglong yang digantung.
Jengglong terbuat dari perunggu, kuningan, atau besi
dengan diameter 30 – 40 cm.
Gambar 2.2 Jenglong
Sumber : diction.id (03 April 2020)
3. Saron
Saron merupakan salah satu instrumen gamelan
instrumen. Cara menabuhnya dengan bergantian antara
saron 1 dan saron 2. Cepat lambatnya dan keras
lemahnya penabuh tergantung dengan komando
16
Gambar 2.3 Saron
Sumber : id.wikipedia.org (03 April 2020)
4. Kendang
Kendang adalah alat musik berbentuk tabung terbuat
dari kayu nangka dengan tutup tabung dari kulit binatang
dan dibunyikan dengan tangan tanpa alat bantu.
Fungsinya untuk pengatur irama lagu. Tempo dan
kekuatan pukulan menjadi kunci dalam memainkannya.
Gambar 2.4 Kendang
Sumber : id.wikipedia.org (03 April 2020)
17
5. Kulanter
Kulanter bentuk dan bahannya seperti kendang, hanya
ukurannya yang lebih kecil.
Gambar 2.5 Kulanter
Sumber : www.datasunda.org (03 April 2020)
6. Gong
Gong merupakan alat musik yang terbuat dari leburan
logam (perunggu dengan tembaga), gong ditabuh
dengan pemukul kayu yang ujungnya di balut karet,
katun, atau benang.
Gambar 2.6 Gong
Sumber : jatinangor.itb.ac.id (03 April 2020)
18
7. Gambang
Gambang adalah jenis waditra alat pukul yang sumber
bunyinya terbuat dari bilah-bilah kayu, dimainkan
dengan cara dipukul dengan alat bantu pemukul.
Gambar 2.7 Gambang
Sumber : id.wikipedia.com (03 April 2020)
8. Celempung
Alat musik yang terbuat dari bambu, dibuat dari kulit
bambu dan memanfaatkan resonasi di dalam ruas
bambu untuk menghasilkan suara. Ada 2 jenis
celempung, yaitu : celempung bambu gambar 2.8 dan
celempung kayu gambar 2.9
Gambar 2.8 Celempung Bambu
Sumber : infobudaya.net (03 April 2020)
19
Gambar 2.9 Celempung Kayu
Sumber : Dokumen Pribadi (17 November 2019)
9. Arumba
Alat musik yang terbuat dari bambu yang dimainkan
secara bersamaan untuk menghasilkan sebuah musik.
Komposisi esemble dari arumba terdiri dari Angklung
Solo, Gambang Melodi, Gambang Pengiring, Bass,
Gambang Pengiring, Bass Lodong, dan juga Gendang.
Gambar 2.10 Arumba
Sumber : angklungudjo.com (03 April 2020)
20
10. Calung
Alat musik yang terbuat dari bambu, cara untuk
memainkannya yaitu dipukul menggunakan alat
pemukul khusus pada ruas bambu untuk menghasilkan
suara merdu dengan nada-nada yang berbeda.
Jenis-jenis calung
1. Calung Gamelan, gambar 2.11
2. Calung Jingjing, gambar 2.12
3. Calung Renteng, gambar 2.13
4. Calung Bumbung (ukurannya lebih besar), gambar
2.14
5. Calung rantay, gambar 2.15
Gambar 2.11 Calung Gamelan
Sumber : budayajawa.id (03 April 2020)
21
Gambar 2.12 Calung Jinjing
Sumber : id.wikipedia.com (04 April 2020)
Gambar 2.13 Calung Renteng
Sumber : Dokumen Pribadi (17 November 2019)
Gambar 2.14 Calung Bumbung
Sumber : Dokumen Pribadi (17 November 2019)
22
Gambar 2.15 Calung Rantay
Sumber : Dictio.id (04 April 2020)
11. Dogdog Lojor
Berasal dari daerah Banten selatan. Alat musik satu ini
memiliki bentuk seperti bedug, hanya saja memiliki
bentuk yang lebih kecil dan memanjang. Dogdog Lojor
ini biasanya digunakan untuk mengiringi berbagai
acara adat seperti seren taun, ruwatan dan lain-lain.
Gambar 2.16 Dogdog Lojor
Sumber : negerikuindonesia.com (04 April 2020)
23
B. Alat musik tiup
1. Karinding
Karinding terbuat dari bambu ataupun pelepah pohon
aren, umumnya karinding bambu untuk digunakan para
laki-laki, sedangkan karinding pelepah pohon aren untuk
digunakan bagi perempuan. Cara memainkan dengan
cara ditiup pada bagian tiga ruas sembari tangan
memukul bagian salah satu sisinya untuk menghasilkan
suara.
Gambar 2.17 Karinding
Sumber : merdeka.com (04 April 2020)
2. Suling
Terbuat dari bambu dan memiliki empat hingga enam
lubang sebagai pengatur melodi.
Gambar 2.18 Suling
Sumber : Dictio.id (04 April 2020)
24
3. Toleat
Sebuah alat musik tiup yang terbuat dari bambu mirip
dengan suling, tapi nada yang dihasilkannya berbeda.
Berasal dari daerah Subang Jawa Barat
Gambar 2.19 Toleat
Sumber : kotasubang.com (04 April 2020)
4. Tarompet
Taromept / Terompet khas Jawa Barat ini adalah alat
musik tiup khas jawa barat untuk mengiringi pencak silat
kuda renggong dangdut dan lain nya.
Gambar 2.20 Tarompet
Sumber : disparbud.jabarprov.go.id (04 April 2020)
25
C. Alat musik petik
1. Kecapi
a. Kecapi Indung atau Induk yang memiliki ukuran lebih
besar dan berdawai 18-20 sebagai instrumen
pemimpin intro dan tempo, gambar 2.21.
b. Kecapi Rincik atau anak dimainkan sebagai iringan
mengisi jeda-jeda antar nada dengan frekuensi tinggi
gambar 2.22.
c. Kecapi siter
Bentuk kecapi siter merupakan perkembangan baru
yang dianggap lebih praktis dibandingkan kecapi
indung. Kecapi ini sering disebut kecapi kawih,
berfungsi sebagai melodi lagu gambar 2.23.
Gambar 2.21 Kecapi Indung
Sumber : Dokumen Pribadi (17 November 2019)
26
Gambar 2.22 Kecapi Rincik
Sumber : Dokumen Pribadi (17 November 2020)
Gambar 2.23 Kecapi Siter
Sumber : google/kecapisiter.com (04 April 2020)
27
2. Jentreng
Sekilas mirip dengan kecapi. Namun, jentreng memiliki
ukuran lebih kecil serta memiliki hanya 7 buah senar.
Gambar 2.24 Jentreng
Sumber : disparbud.jabarprov.go.id (04 April 2020)
D. Alat musik gesek
1. Rebab
Terbuat dari bahan kayu, cara memainkan digesek
seperti memainkan biola
Gambar 2.25 Rebab
Sumber : id.wikipedia.org (04 April 2020)
28
2. Tarawangsa
Tarawangsa merupakan salah satu alat musik sunda
yang berusia cukup tua. Memiliki 2 dawai. Kesenian dari
daerah sumedang.
Gambar 2.26 Tarawangsa
Sumber : Dictio.id (03 April 2020)
E. Alat musik getar
1. Angklung
Angklung merupakan alat musik bernada ganda, suara
angklung dihasilkan dari benturan bambu potongan
bambu pada bagian dalam yang menghasilkan nada
suara yang bergetar.
29
Gambar 2.27 Angklung
Sumber : id.wikipedia.org (04 April 2020)
d. Angklung Gubrag
Di Kampung Cipining, Bogor, ada kesenian
angklung Gubrag yang peruntukannya sebagai
bagian dari ritus menanam padi.
Gambar 2.28 Angklung Gubrag
Sumber : indonesiakarya.com (04 April 2020)
(Kubarsyah, 1994).
30
2.3. Cara Memainkan Alat Musik Tradisional Jawa Barat
2.3.1. Alat Musik Pukul
1. Bonang
Cara memainkan alat musik bonang dengan cara dipukul
menggunakan alat bantu pemukul (panakol) (gambar 2.30)
dengan posisi bonang disusun dengan bentuk V atau siku-
siku. Bonang mempunyai 14 penclon, 7 penclon dibagian
kanan dan 7 penclon di bagian kiri. Penclon disusun
berdasarkan nada tinggi hingga rendah, nada tinggi
(penclon terkecil) berada pada ujung kanan pemain
berurutan hingga nada rendah (penclon terbesar).
(Nuryana, 2014)
Gambar 2.29 Posisi dan Tangga Nada Bonang
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Agustus 2020)
31
Gambar 2.30 Panakol Bonang
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Agustus 2020)
2. Jengglong
Cara memainkan alat musik bonang dengan cara dipukul
menggunakan alat bantu pemukul (panakol) (gambar 2.32)
dengan posisi jengglong disusun dengan bentuk V atau
disusun menggantung seperti gong. Penclon jengglong
berjumlah 6 terdiri dari nada 5 (la), 1 (da), 2 (mi), 3 (na), 4
(ti), dan 5 (la). (Nuryana, 2014).
Gambar 2.31 Posisi dan Tangga Nada Jengglong
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Agustus 2020)
32
Gambar 2.32 Panakol Jengglong
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Agustus 2020)
3. Saron
Cara memainkan alat musik saron dengan cara tangan
kanan memukul lembaran logam dengan penabuh
(panakol) (gambar 2.34) dan tangan kiri
memeganglembaran logam yang sudah dipukul
sebelumnya untuk menghilangkan suara dengungan yang
tersisa dari pukulan nada sebelumnya. (Nuryana, 2014)
Gambar 2.33 Posisi dan Tangga Nada Saron
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Agustus 2020)
33
Gambar 2.34 Panakol Saron
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Aguatus 2020)
4. Kendang dan Kulanter
Kendang dan Kulanter dimainkan dengan cara ditepuk
secara bergantian dikedua sisi dengan menggunakan
tangan tanpa alat bantu. Bagian kendang dan kulanter yang
ditepuk adalah kendang besar (kendang indung) sisi muka
bagian atas disebut kumpyang dan bagian bawah disebut
gedug, sedangkan kendang kecil (kulanter) sisi muka
bagian atas disebut kutiplak dan bagian bawah disebut
kutipung. (Nuryana, 2014).
34
Gambar 2.35 Posisi Kendang dan Kulanter
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Agustus 2020)
5. Gong
Cara memainkan gong dengan cara dipukul dengan
menggunakan alat pembantu (panakol) (gamba 2.37).
Gong terdiri dari 1 hingga 2 penclon, yakni gong kecil
(kempul) gong besar (goong) disusun berhadapan dan
digantung menggunakan tali pada rancak, gong kecil
berada di sebelah kiri pemain sedangkan gong besar
berada di sebelah kanan pemain.
35
Gambar 2.36 Posisi gong
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Agustus 2020)
Gambar 2.37 Panakol Gong
Sumber : https://aaridwan.wordpress.com/2014/09/02/165/ (14
Agustus 2020)
6. Celempung
Cara memainkan celempung dengan cara memukul bagian
hinis bambu dengan menggunakan alat bantu pemukul
yang terbuat dari bambu atau kayu yang ujungnya dibalut
36
dengan kain, alur sembilu celempung dipukul secara
bergantian dan tangan kiri untuk mengatur suara yang
keluar dari bungbung (badan) celempung, (wikipedia.org)
7. Calung
Alat musik yang terbuat dari bambu yang dimainkan
dengan cara memukul bilah ruas bambu yang tersusun
berdasarkan tangga nada pentatonic yaitu da-mi-na-ti-la
yang sering digunakan untuk masyarakat sunda.
8. Dogdog Lojor
Cara memainkan dogdog lojor dengan cara ditepuk
menggunakan tangan tanpa menggunakan alat bantu dan
menghasilkan sebuah suara ‘dog..dog..’ bunyi tersebut
menjadi asal mula penamaan alat musk ini.
37
2.3.2. Alat Musik Tiup
1. Karinding
Memainkan karinding dengan cara menempelkan ruas
tengah untuk ditiup sambil disentil dengan telunjuk yang
akan menimbulkan resonasi suara.
2. Suling
Suling dimainkan dengan cara meniup pada bagian ujung
suling dan menempatkan jari-jari tangan pada lubang suling
sesuai dengan tangga nada.
Dalam musik sunda dikenal dengan beberapa alunan nada
- Laras Pelog Degung
da mi na ti la da [ 1 2 3 4 5 1] atau selaras dengan do
si sol fa mi do
Gambar 2.38 Laras Pelog Degung
Sumber : https://beseuliantra.staff.telkomuniversity.ac.id/belajar-
memainkan-suling-sunda/ (14 Agustus 2020)
38
- Laras Madenda atau sorog
da mi na ti la da [ 1 2 3 4 5 1] atau selaras dengan fa
mi do si la fa
Gambar 2.39 Laras Madenda Sorog
Sumber : https://beseuliantra.staff.telkomuniversity.ac.id/belajar-
memainkan-suling-sunda/ (14 Agustus 2020)
- Salendro
da mi na ti la da [ 1 2 3 4 5] atau selaras dengan re do
la sol fa re
Gambar 2.40 Laras Salendro
Sumber : https://beseuliantra.staff.telkomuniversity.ac.id/belajar-
memainkan-suling-sunda/ (14 Agustus 2020)
39
3. Toleat
Toleat dimainkan dengan cara meniup pada bagian ujung
dan menempatkan jari-jari tangan pada lubang toleat, suara
yang dihasilkan toleat menyerupai saxophone, (Dwi, 2020).
2.3.3. Alat Musik Petik
1. Kacapi
Kacapi dimainkan dengan cara dipetik menggunakan jari
tangan kanan dan jari tangan kiri, dalam memainkan kacapi
(khususnya suku sunda), ada 3 teknik petikan yaitu teknik
Dijambret, Sitreuk Toel dan Dijeungkalan.
2. Jentreng
Cara memainkan alat musik jentreng dengan
menggunakan jari kiri-kanan dipetik dan ditoel.
2.3.4 Alat Musik Gesek
1. Rebab
Cara memainkan rebab dengan digesek seperti
memainkan biola namun rebab hanya mempunyai 3 dawai,
40
2. Tarawangsa
Tarawangsa memiliki dua dawai, namun hanya satu dawai
yang bisa dibunyikan dengan cara digesek menggunakan
tangan kanan, selebihnya dawai tersebut dipetik dengan
jari telunjuk tangan kiri untuk menghasilkan bunyi.
2.3.5. Alat Musik Getar
1. Angklung
Cara memainkan angklung dengan cara digetarkan, cara
memegang angklung dengan benar sebagai berikut :
- Ruang angklung yang besar berada pada sebelah
kanan.
- Tangan kanan mengengam angklung pada bagian
bawah, sedangkan tangan kiri memegang angklung
pada bagian tengah atas.
- Tangan kanan bertugas untuk menggetarkan
angklung sedangkan tangan kiri tidak ikut digerakan
karena hanya memegang angklung. Gerakan tangan
kanan kearah kanan ke kiri dilakukan dengan cepat
dari pergelangan kanan.
41
2.4. Media Interaktif
2.4.1. Pengertian Interaktif
Interaktif berasal dari kata interaksi, yaitu, hal saling melakukan
aksi, berhubungan, mempengaruhi, antar hubungan. Interaksi
terjadi karena adanya hubungan sebab akibat, yaitu adanya
aksi dan reaksi.
Menurut Warsita (2008) “Interaktif adalah hal yang terkait
dengan komunikasi dua arah atau suatu hal bersifat saling
melakukan aksi, saling aktif dan berhubugan serta adanya
timbal balik antara satu dengan yang lainnya”.
2.4.2. Sarana Interaktif
Sebuah media yang memberikan pembelajaran interaktif dalam
bentuk 3D, suara, grafik, video, animasi, dan menciptakan
interaksi. (Cheng: 2009)
a. Sarana Multimedia Interaktif
Media yang memberikan pembelajaran interaktif dalam
bentuk 3D, Suara, grafik, video, animasi dan menciptakan
interaksi.
1. Digital Multimedia
Digital Multimedia sebagai Papan informasi koleksi
ditampilkan melalui LED Touchsreen yang memuat
informasi terkait museum dan koleksi berbagai macam
42
alat musik tradisional dalam bentuk tulisan dan video
animasi (audio dan visual).
b. Sarana Zona Interaktif
4. Ruang Alat Musik
Penyediaan ruang alat musik yang digunakan untuk
memperkenalkan alat musik tradisional secara
langsung sehingga pengunjung dapat menyentuh
langsung dan mengetahui tekstur, material, dan dapat
mengenali bunyi yang dihasilkan dari masing-masing
jenis alat musik yang berbeda dan dibunyikan secara
bebas oleh pengunjung museum. Ruang alat musik
menjadi salah satu bentuk interaktif yang memunculkan
sebuah interaksi langsung antara pengunjung dengan
alat musik.
5. Ruang Bunyi
Sebuah ruang yang memberikan pengalaman
pengenalan bunyi yang dikemas lebih modern dan
menyenangkan bertujuan untuk meningkatkan daya
tarik minat pengunjung dalam ruang museum. Sarana
penunjang pada ruang bunyi berupa pendeteksi gerak
perangkat yang dapat mendeteksi objek bergerak
khususnya orang, sebuah detektor gerak sering
43
diintegrasikan sebagai komponen sistem yang
otomatis melakukan tugas atau alert pengguna gerak
di suatu area sistem gerak berfungsi ketika pengunjung
melewati daerah yang terpasang pendeteksi gerak
akan mengeluarkan bunyi alat musik tradisional.
6. Panggung Pementasan
Menampilkan beberapa kesenian musik dari daerah
jawa barat dan mengajak pengunjung untuk ikut
bermain alat musik angklung yang nantinya akan
dipandu dan diarahkan oleh musisi alat musik
tradisional.
7. Ruang Kelas Alat Musik Tradisional
Sarana ruang belajar alat musik untuk pengunjung
yang berminat belajar memainkannya.
44
2.5. Neo Vernakular
Neo vernakular adalah penerapan elemen arsitektur yang telah
ada baik fisik berupa bentuk dan konstruksi maupun non fisik berupa
penerapan sebuah konsep kebudayaan, filosofi, kepercayaan, tata
ruang dengan bertujuan untuk melestarikan unsur lokal dan budaya
yang telah terbentuk oleh tradisi yang kemudian sedikit maupun
banyaknya mengalami pembaruan suatu karya yang lebih modern.
(Putra, 2013)
Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular,
sebagai berikut :
1. Bentuk-bentuk yang menerapkan unsur budaya, lingkungan
termasuk iklim setempat diungkapkan kedalam bentuk fisik
arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornament)
2. Elemen yang diterapkan berupa elemen dan elemen non fisik
berupa budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak dan lainnya
sebagai acuan konsep perancangan.
3. Perancangan pada arsitektur Neo Vernakular tidak murni
menerapkan prinsip bangunan vernakular melainkan
menghasilkan sebuah karya baru yang mengutamakan
penampilan visualnya. (Susanto, 2014)
Perbandingan antara arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo
Vernakular, sebagai berikut :
45
Table 2.1 Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular, Neo-Vernakular
Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo
46
2.6. Jenis – Jenis Panggung
Panggung merupakan sarana untuk tempat pertunjukan adanya
interaksi antara pemain atau penampil dengan penonton. Adapun
beberapa jenis-jenis panggung antara lain :
1. Panggung Arena
Panggung arena yang penontonnya melingkar atau duduk
mengelilingi panggung, karena bentuknya yang dikelilingi oleh
penonton dari berbagai arah mengharuskan penataan set dekor
yang tepat dan memperhatikan dari segi bentuk, ukuran, dan
penempatannya agar bisa dilihat dari berbagai sisi.
Gambar 2.41 Panggung Arena
Sumber : nolteater.blogspot.com (16 April 2020)
2. Panggung Proscenium
Panggung Proscenium atau biasa disebut dengan panggung
bingkai, bingkai pada panggung dipasang dengan layar atau
gorden sebagai pemisah area pemain dengan penonton
47
pertunjukan dari satu arah. Dengan adanya bingkai pemisah
pengaturan tata panggung dapat dilakukan tanpa sepengetahuan
penonton dan bisa berganti-ganti set pada saat pertunjukan
berlangsung.
Gambar 2.42 Panggung Proscenium
Sumber : nolteater.blogspot.com (16 April 2020)
3. Panggung Thrust
Panggung Thrust hampir sama dengan Panggung Proscenium
tetapi dua per tiga bagian depannya menjorok ke arah
penonton, bagian depan yang menjorok ini dimanfaatkan di sisi
kanan dan kiri panggung sebagi tempat untuk duduk penonton.
48
Gambar 2.43 Panggung Thrust
Sumber : nolteater.blogspot.com (16 April 2020)
4. Auditorium
Sebuah ruangan yang luas bisa digunakan sebagai ruang
pertemuan atau pertunjukan. Biasanya untuk pertunjukan
panggung berada ditengah, auditorium terletak mengelilingi
panggung pertunjukan dengan demikian arah hadap pementas
akan menghadap langsuk ke penonton.
49
Gambar 2.44 Auditorium
Sumber : vesaintegra.com (16 April 2020)
2.7. Tata Akustik
2.7.1. Pengertian Tata Akustik
Tata Akustik adalah pengolahan suatu bunyi terhadap
suatu ruang untuk menghasilkan kualitas suara yang tertata
dan nyaman untuk didengar, tata akustik bertujuan sebagai
unsur penunjang terhadap keberhasilan sistem audio di dalam
ruang sehingga menimbulkan efek-efek fisik, emosional, dan
menimbulkan kesan terhadap seseorang di dalam sebuah
ruangan.
50
2.7.2. Sifat Bunyi pada Ruang Tertutup
1. Refleksi Bunyi (Pemantulan Bunyi)
Bunyi menabrak atau memantul apabila menabrak sebuah
permukaan sebelum sampai ke pendengar. Pemantulan
terjadi akibat dari bentuk ruang maupun dari bahan pelapis
permukaan sebuah ruang. Permukaan dengan bentuk
cembung akan menyebarkan gelombang bunyi sedangkan
permukaan cekung menyebabkan pemantulan bunyi yang
terpusat dan tidak menyebar. Pelapis permukaan penyerap
bunyi berfungsi menghilangkan permasalahan pemantulan
dan gema pada sebuah ruang.
Gambar 2.45 Refleksi Bunyi
Sumber : Doelle (1990)
2. Absorbs Bunyi (Penyerapan Bunyi)
Permukaan lembut dan berpori akan mengakibatkan bunyi
terserap, penataan akustik yang baik membutuhkan
penyerapan bunyi yang tinggi. Lapisan penyerap bunyi
biasanya terdapat pada dinding, lantai, dan langit-langit
51
3. Diffusi Bunyi (Penyebaran Bunyi)
Bunyi dapat menyebar ke atas, ke bawah maupun ke
seliling arah di dalam ruang tertutup.
4. Difraksi Bunyi (Pembelokan Bunyi)
Gelombang bunyi dibelokan di sekitar penghalang, sudut,
kolom dan balok.
2.7.3. Bentuk Ruang yang Tepat
Doelle (1995:95) menyebutkan bahwa bentuk ruang dapat
mempengaruhi kualitas bunyi.
1. Bentuk Ruang Persegi (Hexagonal Shape)
Bentuk yang paling umum untuk dipakai, mempunyai
keuntungan dari pentuk persegi tingkat keseragaman suara
yang tinggi dan seimbang antara suara awal dan akhir.
Gambar 2.46 Bentuk Lantai Persegi
Sumber : Doelle (1990)
52
2. Bentuk Lantai Kipas (Fan Shape)
Keuntungan dari bentuk lantai kipas menampung lebih
banyak penonton dan memberikan sudut pandang
maksimum bagi penonton. Adapun kekurangannya yaitu
dari segi akustiknya kurang baik, dikarenakan bentuk
dinding samping yang melebar menyebabkan pemantulan
memunculkan gema dan pemusatan bunyi sehingga
ruangan memiliki akustik tidak seragam.
Gamba 2.47 Denah ruang bentuk kipas
Sumber : Doelle (1990)
3. Bentuk Tapal Kuda (Horse-shoe Shape)
Bentuk dindingnya akan membuat jarak penonton dengan
pemain menjadi lebih dekat. Kekurangan dari bentuk ini
dinding pada bagain belakang yang cekung akan
mengakibatkan penyerapan suara terlalu tinggi di bagian
belakang.
53
Gambar 2.48 Ruang bentuk tapal kuda
Sumber : Doelle (1990)
4. Bentuk Lantai Hexagonal (Hexagonal Shape)
Bentuk hexagonal dapat membuat penonton sangat dekat
dengan sumber bunyi.
Gambar 2.49 Bentuk Hexagonal
Sumber : Doelloe (1990)
2.8. Studi Antropometri
2.8.1. Antropometri anak-anak dan dewasa, tinggi mata dan
ketinggian vitrine yang sesuai.
Tinggi mata anak-anak dengan usia 6 tahun berada pada
kisaran 98 – 108 cm, tinggi mata anak-anak dengan usia 11
54
tahun berada pada kisaran 125 – 147 cm dan tinggi mata orang dewasa berada pada kisaran 153 – 160 cm. Ketinggian vitrine bawah idealnya berada pada tinggi kisaran 80 – 90 cm. jika peletakan vitrine pada ketinggian 30 – 40 cm saat mengamati orang dewasa akan menunduk demikian pula dengan peletakan vitrine pada ketinggian 160 sulit bagi anak-anak untuk mengamati benda koleksi yang didisplay.
Gambar 2.50 tinggi vitrine dengan tinggi mata rata-rata
Sumber : (Julius Panero, 1979)
55
Gambar 2.51 tinggi vitrine dengan tinggi mata rata-rata
Sumber : (Julius Panero, 1979)
2.8.2. Sudut pandang dan jarak pengamatan
Sudut pandang pria dan wanita sama dengan kisaran 35º -
50º hanya dibedakan oleh tinggi mata, untuk tinggi mata
perempuan dengan rata-rata 143 cm, sedangkan pria dengan
rata-rata 154 cm.
Jarak minimal pengamatan terhadap obyek yang didispay
minimal berjarak 33 – 40 cm, dan jarak optimal pengamatan
pada jarak 45 – 55 cm, serta jarak maksimal berada pada jarak
56
71 – 73 cm. disesuaikan dengan besar kecilnya obyek yang diamati berikut adalah jarak yang sesuai dengan besaran benda koleksi yang diamati.
Tabel 2.2 Jarak dan Besaran Benda Koleksi
Benda Ukuran Dimensi (cm) Jarak pandang (cm)
2D Kecil Photo~A4 30~60
Sedang A3~A1 60~120
Besar A0~kelipatannya 120~170
3D Kecil 20 x 20 x 20 30~100
Sedang 150 x 150 x 150 120~160
Besar 300 x 300 x 300 300~500
Gambar 2.52 sudut pandang dan tinggi mata
Sumber : (Julius Panero, 1979)
57
2.9. Studi Banding dan Analisanya
Berupa pengumpulan data hasil dokumentasi dan survey lapangan
pada fasilitas yang sejenis
Museum Sri Baduga
a. Lokasi :
Jl. BKR No.185, Pelindung Hewan, Kec. Astanaanyar, Kota
Bandung, Jawa Barat 40243
b. Fasilitas :
1. Area Parkir
2. Panggung Pementasan Outdoor
3. Loket
4. Area Pameran Tetap
5. Area Pameran Tidak Tetap
6. Auditorium
7. Toilet & Mushola
8. Kantor Museum
Gambar 2.53 Area Parkir Gambar 2.54 Panggung pementasan
Sumber : Google/ Museum Sumber : Google/ Museum Sri
Baduga.com (03 April 2020) Sri Baduga.com (03 April 2020)
58
Gambar 2.55 Loket Gambar 2.56 Area pameran tetap
Sumber : Official NET News Sumber : Dokumen Pribadi (03 April 2020) (17 November 2019)
Gambar 2.57 Area pameran Gambar 2.58 Auditorium temporer Sumber : Google/ Museum Sri Baduga Sumber : Dokumen Pribadi (03 April 2020) (17 November 2019)
Gambar 2.59 Mushola
Sumber : Dokumen Pribadi
(17 November 2019)
59
c. Alur Sirkulasi
1. Kendaraan
Pencapaian masuk ke gedung.
Potensi : Akses keluar masuk kendaraan hanya
menggunakan 1 gerbang, mengakibatkan terjadinya
penumpukan di suau titik ketika arus keluar masuk
kendaraan pengunjung meningkat.
Gambar 2.60 Sirkulasi kendaraan
Sumber : Dokumen Pribadi (20 November 2019)
2. Alur pengunjung dengan koleksi pameran
Alur yang disarankan (Suggested)
Kemampuan ruang/display koleksi dalam mengarahkan
pengunjung untuk melalui jalur yang sudah disiapkan
namun pengunjung masih diberi kesempatan untuk
memilih jalur sesuai keinginannya
60
Gambar 2.61 Sirkulasi Museum Sri Baduga
Sumber : Dokumen Pribadi (20 November 2019)
Alur yang diarahkan (Directed)
Mengarahkan pengunjung untuk bergerak dalam arah
sesuai alur yang sudah direncanakan.
Gambar 2.62 Sirkulasi Museum Sri Baduga
Sumber : Dokumen Pribadi (20 November 2019)
61
d. Sarana untuk menampilkan koleksi benda museum
1. Vitrine Tengah
Sebuah kotak kaca tempat untuk menyimpan benda koleksi
yang tidak boleh disentuh dan menjamin keamanan benda
koleksi didalamnya dan bisa dilihat dari berbagai arah.
Gambar 2.63 Vitrine tengah
Sumber : Dokumen Pribadi (17 November 2019)
2. Balok Alas
Benda koleksi diletakkan diatas kotak memberikan
keleluasaan bagi pengunjung dalam mengamatinya.
Tampilan ini tidak memberikan pelindungan dari debu.
Gambar 2.64 Balok alas
Sumber : Dokumen Pribadi (17 November 2019)
62
3. Panel
Sebuah bidang yang dapat digunakan sebagi sarana
memamerkan benda koleksi
Gambar 2.65 panel
Sumber : Dokumen Pribadi (17 November 2019)
4. Vitrine Dinding
Kotak kaca tempat untuk menyimpan benda koleksi yang
tidak boleh disentuh dan menjamin keamanan benda
koleksi didalamnya dan hanya bisa dilihat 1-3 arah pandang
karena terhimpit atau menempel pada dinding.
Gambar 2.66 Vitrine Dinding
Sumber : Dokumen pribadi (17 November 2019)
63