J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 33 – 39 (2020) J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 33 – 39 (2020)

p-ISSN 2089-9858 e-ISSN 2502-3314

Insidensi Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) dan Kepadatan Populasi Serangga Vektor Diaphorina citri pada Tanaman Jeruk di Pulau Siompu Kabupaten Selatan

Incidence of Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) and Population of Insect Vector Diaphorina citri on Citrus Plants at Siompu Island, South Buton District

Serli Ratu1), Muhammad Taufik2), dan Andi Khaeruni2*)

1 Program Studi Agronomi Pascasarjana Universitas Halu Oleo 2 Jurusan Proteksi Tanaman FP Universitas Halu Oleo

ABSTRAK

Jeruk keprok siompu merupakan salah satu tanaman unggulan Tenggara. Produktivitas jeruk keprok siompu semakin menurun karena adanya gangguan penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) yang disebabkan Liberobacter asiaticum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat insidensi penyakit CVPD dan populasi serangga vektor Diaphorina citri di Pulau Siompu Kabupaten Buton Selatan Propinsi Sulawesi Tenggara. Pengamatan dilakukan di empat desa lokasi pertanaman jeruk keprok Siompu, yaitu Desa Kaimbulawa, Waindawula, Batu Awu dan Tongali. Variabel yang diamati adalah kondisi pertanaman jeruk, gejala penyakit CVPD, insidensi penyakit CVPD dan populasi serangga vektor D. citri. Data yang diperoleh dianalisis dengan tabulasi sederhana. Rata-rata kejadian penyakit CVPD di Desa Kaimbulawa sebesar 74,45%, di Desa Waindawula sebesar 56,52%, di Desa Batu Awu sebesar 4,45% dan di Desa Tongali sebesar 6,65%. Serangga vektor D. citri ditemukan di dua lokasi pengamatan yakni di Desa Kaembulawa dengan rata-rata populasi 4,11 ekor/pohon dan di Desa Waindawula dengan rata-rata populasi 1,06 ekor/pohon. Kata kunci :CVPD, Diaphorina citri, Liberobacter asiaticum, Jeruk Keprok Siompu

ABSTRACT

Siompu tangerines are one of the superior plants of . The productivity of Siompu Keprok oranges is decreasing due to the attack of Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) caused by Liberobacter asiaticum. This study aims to determine the incidence rate of CVPD disease and population of vector insect Diaphorina citri in Siompu Island, South Buton , Southeast Sulawesi Province. Observations were made in four villages where Siompu tangerines had been planted, they were Kaimbulawa, Waindawula, Batu Awu and Tongali villages. The variables observed were general condition of citrus plantations, CVPD disease symptoms, CVPD disease incidence and D. citri vector insect population. The data obtained were analyzed by simple tabulation. The average incidence of CVPD in Kaimbulawa Village was 74.45%, in Waindawula Village was 56.52%, in Batu Awu Village was 4.45% and in Tongali Village was 6.65%. D.citri vector insects were found in two observation locations namely in Kaembulawa Village with an average population of 4.11 individuals / tree and in Waindawula Village with an average population of 1.06 individuals / tree. Keywords : CVPD, Diaphorina citri, Liberobacter asiaticum, Keprok Orange of Siompu

*) Penulis untuk korespondensi, E-mail : [email protected]

33 J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 33 – 39 (2020)

PENDAHULUAN Kabupaten Buton Selatan (Khaeruni et al. 2019). Studi penelitian ini menjadi implementasi yang Jeruk keprok (Citrus reticulata) kultivar penting bahwa ancaman meningkatnya keparahan siompu merupakan tanaman tradisional penduduk penyakit CVPD di perkebunan jeruk di Sulawesi Pulau Siompu di Kabupaten Buton Selatan, Tenggara, terkhusus di Pulau Siompu sebagai lokasi Sulawesi Tenggara. Pulau kecil dengan luas sekitar pengembangan jeruk keprok Siompu. Penelitian ini 53,6 km persegi itu terletak di barat daya Pulau bertujuan untuk mengetahui tingkat kondisi Buton, berpenduduk sekitar 22.544 jiwa (BPS pertanaman jeruk keprok Siompu, kejadian penyakit Kabupaten Buton, 2020). Hampir seluruh daratan CVPD dan populasi D.citri di Pulau Siompu Pulau Siompu merupakan susunan batu kapur yang Kabupaten Buton Selatan. keras dan tajam, menjadi tempat tumbuh Jeruk Siompu, karenanya jeruk Siompu memiliki BAHAN DAN METODE PENELITIAN keistimewaan yang tidak dimiliki oleh jeruk asal daerah lainnya. Jeruk siompu termasuk jenis Lokasi dan Waktu Penelitian keprok yang memiliki rasa manis dan aromatik Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Siompu yang lebih tinggi dibandingkan dengan hampir Kabupaten Buton Selatan, pada bulan Januari – semua jenis jeruk unggulan di tanah air (Emi Maret 2020. Budiyati & Sugiyono, 2017). Jeruk Siompu Bahan dan Alat memiliki potensi pasar yang besar dan merupakan Bahan yang digunakan adalah tanaman salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat di jeruk keprok Siompu, dan alat utama yang Pulau Siompu. Namun selama lebih dari 10 tahun digunakan adalah kamera untuk mengambil terakhir tanaman Jeruk Siompu sudah mulai dokumentasi, pisau dan gunting untuk memotong langkah (Azis, 2011) Berdasarkan hasil wawancara sampel daun jeruk, counter untuk menghitung dengan Kepala BPP Kecamatan Siompu terjadi jumlah tanaman, kompas untuk menetapkan arah penurunan produksi jeruk Siompu tahun 2018 mata angin, aspirator dan botol koleksi untuk adalah 5.88% dan tahun 2019 sebanyak 63.75%. menangkap serangga vektor. Penyakit CVPD yang juga dikenal dengan penyakit Huanglongbing disebabkan oleh bakteri Lokasi Pengamatan Liberobacter asiaticum merupakan salah satu Lokasi pengamatan ditentukan secara penyakit penting pada tanaman jeruk di seluruh purposive, lokasi pengamatan insidensi penyakit dunia (Garnier et al., 2000; Batool et al., 2007; ditentukan berdasarkan keberadaan gejala khas Ghosh et al., 2019). Penularan CVPD dapat penyakit CVPD dilakukan di empat desa yang melalui berbagai cara, diantaranya: (a) vektor, (b) memiliki lokasi pertanaman jeruk terbanyak di mata tempel, (c) bibit tanaman sakit, dan (d) ranting Pulau Siompu yaitu Desa Kaimbulawa, Desa tanaman jeruk yang sakit karena CVPD (BPTP, Waindawula, Desa Batu Awu dan Desa Tongali. 2002). Serangga vektor utama CVPD adalah Untuk pengamatan populasi serangga vektor D. citri Diaphorina citri Kuw. (Homoptera : Psyllidae) berdasarkan keberadaan serangga vektor D. citri di (Tirtawidjaja & Suharsojo, 1990; Wirawan & Desa Kaimbulawa dan Desa Waindawula. Jumlah Subandiyah, 2000; Ghosh et al., 2019). populasi jeruk yang diamati untuk insidensi Keberadaan penyakit CVPD di Sulawesi penyakit adalah keseluruhan tanaman yang ada di Tenggara pertama kali dilaporkan oleh Taufik et al. lokasi pengamatan sebanyak 180 pohon di Desa (2010). Keberadaan patogen terdeteksi dengan Kaimbulawa, 410 pohon di Desa Waindawula, 275 teknik PCR yang berhasil mengamplikasi fragment pohon di Desa Batu Awu, dan 669 pohon di Desa DNA bakteri L. asiaticusyang berukuran sekitar Tongali. Untuk pengamatan serangga vektor D. 1.160 bp. Lebih lanjut Taufik et al. (2010) citri dilakukan dengan mengamati 10% dari melaporkan bahwa kejadian penyakit CVPD populasi tanaman di lokasi pengamatan. berdasarkan gejala adalah 51,57% di Kabupaten Variabel Pengamatan: Kolaka, 57,42% Konawe dan 38,01 % di Kabupaten Konawe Selatan, namun selama Kondisi Umum Pertanaman Jeruk pengamatan di lapangan belum ditemukan serangga Pengamatan dilakukan terhadap kondisi vector D. citri. Sembilan tahun kemudian tim umum pertanaman jeruk keprok Siompu di lokasi peneliti dari Universitas Halu Oleo kembali pengamatan yang berpengaruh terhadap melaporkan keberadaan penyakit CVPD di perkembangan penyakit CVPD seperti: umur Sulawesi Tenggara, dan menemukan serangga tanaman, keberadaan tanam lain sebagai tanaman vektor D. citri di Desa Kaembulawa Kec. Siompu sela, perlakuan pemangkasan dan jarak tanam.

Insidensi Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) ...... 34 J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 33 – 39 (2020)

Gejala Penyakit CVPD dijumpai tanaman lain, seperti tanaman ubi kayu, Gejala penyakit yang ditemukan di jagung dan sayur-sayuran. Tanaman jarang lapangan dideskripsikan sesuai dengan gejala khas dipangkas, sehingga terdapat cabang-cabang yang CVPD yang menunjukkan gejala klorosis dengan tidak produktif, sedangkan kondisi pertanaman di tingkat keparahan yang berbeda-beda pada setiap Desa Batu Awu tidak ditemukan tanaman lain dan lokasi pengamatan berdasarkan kriteria yang di Desa Tongali ditemukan tanaman lain tetapi dikemukakan oleh Putra et al. (2013) jumlahnya sedikit, juga tanaman rutin dilakukan pemangkasan pada bagian tanaman yang sudah Insidensi Penyakit CVPD tidak produktif dan terserang penyakit, juga Pengamatan insidensi penyakit CVPD ditemukan adanya pelepah daun kelapa yang dilakukan pada semua tanaman jeruk keprok dijadikan penutup tanah dan disekeliling pohon siompu yang terdapat dalam lokasi pengamatan. jeruk ditutupi dengan sabuk kelapa juga tanaman Tanaman dikatakan bergejala apabila terdapat daun rutin disiram dengan air cucian beras. yang menunjukkan gejala khas CVPD berupa gejala Jarak tanam tidak teratur pada semua klorosis tanpa memperhitungkan berat-ringannya pertanaman jeruk di keempat desa tersebut, karena gejala. disesuaikan dengan kondisi lahan, tanaman ditanam Insidensi penyakit dihitung dengan rumus : di lapisan tanah diantara bebatuan, sehingga jarak I = (A/B) x 100%, I = Insidensi penyakit, tanam relatif rapat (1-2 m). Lahan kebun umumnya A= jumlah tanaman yang bergejala CVPD, berupa bebatuan dengan sedikit lapisan tanah. B = jumlah tanaman yang diamati. Pengamatan Tidak adanya pemangkasan pada bagian kejadian penyakit dilakukan sebanyak 4 kali dengan tanaman jeruk yang bergejala CVPD menjadi selang waktu 2 minggu. Pengamatan dilakukan sumber inokulum yang efektif untuk penularan ke pada tanggal 1 Februari – 14 Maret 2020. tanaman sehat. Umur tanaman yang sudah tidak produktif, keberadaan tanaman lain sebagai Populasi Vektor Diaphorina citri Kuw tanaman sela akan mepercepat penularan CVPD ke Pengamatan populasi serangga vektor tanaman sekitarnya melalui perantara vektor D.citri dilakukan pada tanaman sampel sebanyak sehingga menjadi penyebab tingginya insidensi 10% dari populasi tanaman pada setiap lokasi penyakit di lapangan. Nurhadi (2014) menyatakan pengamatan. Tanaman sampel ditentukan secara bahwa laju perkembangan penyakit bergantung acak berdasarkan garis diagonal. pada: (1) kehadiran sumber inokulum dan populasi Populasi serangga vektor D. citri ditangkap vektor, yang ditentukan oleh intensitas tindakan dan dikumpulkan menggunakan aspirator dan pengendalian, (2) ketersediaan sumber inokulum, dimasukkan ke dalam botol koleksi. Hasil dan (3) umur kebun pada saat terjadi infeksi penangkapan dari seluruh tanaman sampel dihitung pertama. Paudyal (2015), menyatakan bahwa faktor secara manual. Pengamatan dilakukan sebanyak utama dalam pengelolaan CVPD di lapangan adalah empat kali dengan interval pengamatan 2 minggu. menghilangkan sumber inokulum melalui eradikasi Pengamatan dilakukan pada tanggal 1 Februari – 14 selektif (pemangkasan ranting yang bergejala) dan Maret 2020. pengendalian vektor. HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Serangan Penyakit CVPD Berdasarkan pengamatan visual di Kondisi Umum Pertanaman Jeruk lapangan, tanaman jeruk yang bergejala penyakit Pulau Siompu memiliki dua kecamatan CVPD yang ditemukan di Pulau Siompu yang yakni Kecamatan Siompu dan Kecamatan Siompu menunjukkan gejala menguning atau klorosis Barat. Keempat lokasi pengamatan yakni Desa dengan tingkat klorosis berat, sedang dan ringan. Kaimbulawa, Waindawula, Batu Awu dan Tongali Gejala penyakit CVPD yaitu klorosis atau daunnya berada di Kecamatan Siompu. Keempat desa ini menguning, warna tulang daun menjadi hijau tua, memiliki pertanaman jeruk yang dikelola oleh daunnya lebih tebal, kaku dan ukurannya menjadi petani dan menunjukkan gejala khas CVPD, umur lebih kecil (Wijaya, 2003; Ghosh et al., 2019). tanaman lebih dari 5 tahun, umur tanaman yang Klorosis ringan dengan lamina daun masih hijau diamati di Desa Kaimbulawa dan Waindawula 75% dan tulang daun hijau, klorosis sedang dengan berumur 15 tahun dan 25% berumur 5 tahun. Di lamina daun sebagian menguning daan tulang daun Desa Batu Awu dan Desa Tongali tanaman 95% tetap hijau sedangkan pada klorosis berat lamina berumur 7 tahun dan 15% berumur 5 tahun. daun berwarna kuning secara keseluruhan. Hal ini Kondisi pertanaman di Desa Kaimbulawa dan sesuai dengan pernyataan Putra, et al. (2013) Waindawula, diantara tanaman jeruk keprok siompu

35 Serli Ratu, Muhammad Taufik, dan Andi Khaeruni J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 33 – 39 (2020)

melaporkan bahwa terdapat terdapat 3 tipe gejala klorosis berat memiliki warna lamina yang menjadi klorosis, yaitu klorosis ringan, klorosis sedang dan kuning pada semua permukaan daun, dan warna klorosis berat. Daun yang menunjukkan gejala tulang daun tetap hijau, serta daun menjadi kaku. klorosis ringan memiliki warna tulang daun hijau Gejala klorosis pada tanaman jeruk yang dengan lamina daun yang masih tetap hijau, daun ditemukan di Desa Kaimbulawa dan Waindawula menjadi tebal dan kaku. Daun yang menunjukkan adalah gejala klorosis berat (Gambar 1a dan 1b), di gejala klorosis sedang warna lamina menguning Desa Tongali menunjukkan gejala klorosis sedang pada sebagian permukaan daun, tulang daun (Gambar 1c) dan di Desa Batu Awu menunjukkan warnanya tetap hijau, daun menjadi lebih tebal dan gejala klorosis ringan (Gambar 1d). kaku. Sedangkan daun yang memiliki gejala

a b c d

Gambar 1. Gejala CVPD pada daun jeruk Siompu di Desa Kaimbulawa (a), Desa Waindawula (b), Desa Tongali (c) dan Desa Batu Awu (d)

Tanaman yang mengalami infeksi berat di disebabkan oleh umur tanaman atau daun, intensitas Desa Kaimbulawa dan Waidawula, hampir semua serangan, kondisi iklim atau perbedaan strain daun secara merata menunjukkan gejala klorosis bakteri L. asiaticum yang menyerang tanaman. yang berat sementara gejala klorosis pada tanaman Adiartayasa, et. al (2012), melaporkan hasil jeruk yang bergejala sedang, gejala hanya tidak pengamatan terhadap gejala penyakit CVPD pada menyeluruh pada tanaman tetapi hanya sebagian tanaman jeruk di Kabupaten Karangasem dan permukaan daun pada satu atau dua percabangan menemukan adanya variasi gejala klorosis. yang ada dan daun-daun yang terinfeksi masih Perbedaan gejala klorosis tersebut diduga terdapat pada tangkai bagian ujung. Gejala ringan disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan, yang didapatkan pada pertanaman jeruk di Desa kemungkinan asal bibit dan variasi distribusi bakteri Batu Awu, hanya ditemukan gejala klorosis ringan yang tidak beraturan pada tanaman. pada ujung-ujung daun dari 1 atau 2 tangkai. Gejala tersebut sama dengan gejala CVPD yang Insidensi Penyakit CVPD dilaporkan oleh peneliti-peneliti sebelumnya Pengamatan insidensi penyakit CVPD pada (Wijaya, 2003; Wahyuningsih, 2009; Taufik et al, tanaman jeruk keprok Siompu dari pengamatan 2010; Melani et al., 2018). Wirawan, et. al. (2003), pertama sampai pengamatan keempat pada masing- menduga perbedaan gejala klorosis ini dapat masing lokasi pengamatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Insedensi penyakit CVPD pada tanaman jeruk di lokasi pengamatan Lokasi Insidensi penyakit (%) pada pengamatan ke-i No Pengamatan I II III IV

1 Kaimbulawa 73.89 73.89 74.44 75.56 2 Waindawula 56.34 56.34 56.59 56.83 3 Batu Awu 4.36 4.36 4.36 4.73 4 Tongali 6.58 6.58 6.73 6.73

Hasil analisis pengamatan terhadap 73,89 – 75,56%, Desa Waindawula berkisar antara insidensi tanaman jeruk yang menunjukkan gejala 56,34 – 56,83%, Desa Batu Awu berkisar antara khas CVPD di Desa Kaimbulawa berkisar antara 4,36 – 4,73% dan Desa Tongali berkisar antara 6,58

Insidensi Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) ...... 36 J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 33 – 39 (2020)

– 6,73% (Tabel 1). Data pada Tabel 1 tersebut Populasi Serangga Vektor D. citri menunjukkan bahwa insidensi yang tinggi (di atas Hasil pengamatan terhadap populasi D.citri 50%) terdapat di Desa Kaembulawa dan selama empat kali pengamatan selama 2 bulan Waindawula, dan selama 2 bulan pengamatan didapatkan vektor D.citri di dua lokasi pengamatan terjadi peningkatan insidensi penyakit sebesar yakni di Desa Kaembulawa dan Waindawula 1,67% di Desa Kaembulawa dan 0,49% di Desa (Gambar 2A dan 2B). Waidawula.

a b

Gambar 2. D.citri pada tanaman jeruk di Desa Kaimbulawa (a) D.citri pada tanaman jeruk di DesaWaindawula (b).

Jumlah D.citri yang ditemukan di Desa dengan kisaran populasi 3,44 - 4,78 ekor/pohon, Kaembulawa dan Waindawula berbeda-beda tiap dan Waidawula didapatkan kisaran 0,95 - 1,25 kali pengamatan. Dari empat kali pengamatan ekor/pohon, sebagimana ditampilkan pada Tabel dapat didapatkan D. citri di Desa Kaembulawa 2.

Tabel 2. Rata-rata populasi serangga vektor pertanaman Lokasi Rata-rata Populasi Serangga Vektor (ekor) pada Pengamatan No Pengamatan ke-i I II III IV 1 Kaimbulawa 4.22 3.44 4.78 4.00 2 Waindawula 1.05 1.00 1.25 0.95 3 Batu Awu 0.00 0.00 0.00 0.00 4 Tongali 0.00 0.00 0.00 0.00

Wijaya (2007), menyatakan bahwa seekor Kabupaten Gianyar Bali meningkat dari serangga D. citri telah mampu menularkan penyakit 51% pada awal pengamatan menjadi 80% pada pada tanaman jeruk dan semakin banyak jumlah akhir pengamatan. Albrecht et al., (2014), vektor makin cepat muncul gejala penyakit CVPD. mengemukakan bahwa keberadaan vektor D. citri Keberadaan sumber inokulum yang tinggi dan dan sumber inokulum CVPD yang tinggi dapat serangga vektor D. citri secara bersamaan di meningkatkan insidensi penyakit sampai 90% lapangan mempercepat penularan dan tanaman jeruk yang ditanam dalam green house. meningkatkan insidensi penyakit, hal ini dapat Tingginya insidensi penyakit CVPD di terjadi pada lokasi pengamatan di Desa Kaimbula, Kaimbulawa dan Waindawula sangat erat kaitannya dengan insidensi penyakit 73,89 – 75,56% 70% dan dengan keberadaan serangga vektor D. Citri. Hasil keberaan vektor D. citri ±4 ekor/pohon dapat pengamatan populasi serangga vektor pada meningktkan insidensi penyakit sebesar 1,67% pengamatan ketiga di dua lokasi pengamatan dalam waktu 2 minggu. Fenomena yang hampir menunjukkan angka tertinggi 4,78 dan 1,25 ekor, sama dikemukakan oleh Wijaya et al. (2010) bahwa jika dihitung jumlah hari dari pengamatan pertama selama 2 tahun pengamatan keberadaan vektor D. sampai pengamatan ketiga adalah 21 hari, dimana citri menyebabkan pertambahan luas serangan jumlah hari tersebut merupakan satu siklus hidup CVPD di Desa Taro Kecamatan Tegallalang D. citri, hal ini didukung oleh pernyataan Otto et.

37 Serli Ratu, Muhammad Taufik, dan Andi Khaeruni J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 33 – 39 (2020)

al (2014), bahwa siklus hidup D. citri berlangsung Penelitian dan Pengabdian Masyarakat antara 16 – 18 hari pada kondisi panas, sedangkan Universitas Udayana pada kondisi dingin sampai 45 hari. Penularan Albrecht, U., D.G. Hall, K.D. Bowman. 2014. patogen melalui rantai makanan disebutkan oleh Transmission Efficiency of Candidatus trophic transmission from Hurd (2003) sebagai “ Liberibacter asiaticus and Progressionof host to host via the food chain ”. Interaksi Huanglongbing Disease in Graft-and Psyllid- mutualisme tersebut berlangsung sangat lama. inoculated Citrus. HORTSCIENCE. Hipotesis yang diajukan adalah : 1) Tekanan seleksi 49(3):367–377 berlangsung ke arah tanaman yang dapat menyediakan makanan terbaik bagi vektor, 2) Azis, S. 2011. Jeruk Siompu Buton, Buah Yang Tekanan seleksi berlangsung ke arah serangga yang Hampir Punah. Antara Sultra. Sulawesi dapat menjadi tempat berkembangbiak dan Tenggara. menempatkan patogen pada lokasi dalam tanaman BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. yang paling menguntungkan bagi bakteri, 3) 2002). Pengenalan Penyakit CVPD pada Tekanan seleksi berlangsung ke arah yang dapat Tanaman Jeruk dan Upaya memanipulasi vektor agar penularan terjadi secara Penggendaliannya. Sulawesi Selatan. efektif. Keberadaan tanaman sela, sumber BPS Kabupaten Buton. 2020. Kabupaten Buton inokulum yang selalu tersedia, dan aktivitas D. citri Selatan dalam Angka. CV. Metro Graphia sebagai serangga vektor menularkan penyakit . Sulawesi Tenggara. CVPD dari tanaman terinfeksi ke tanaman sehat Batool, A.,Y. Iftikhar, S. M. Mughal, M. M. Khan, yang dapat menyebabkan kerusakan pada daun dan M. J. Jaskani, M. Abbas, I. A. Khan. 2007. pucuk tanaman jeruk akibatnya pertumbuhan Citrus Greening Disease – A major cause of tanaman jeruk menjadi terhambat serta tidak citrus decline in the world – A Review. Hort. sempurna, bahkan kerusakan yang berat dapat Sci. (Prague). 34 (4): 159–166 menyebabkan kematian tanaman jeruk Siompu. Keberadaan D. citri pada tanaman jeruk siompu di Emi, B. dan Sugiyono. 2017. Potensi Desa Kaembulawa dan Waindawula menyebabkan Pengembangan Jeruk Keprok Siompu di penyebaran bakteri L. asiaticum lebih cepat Lahan Sub Optimal Buton. Balai Besar diperkuat dengan hasil pengamatan kejadian Pengkajian dan Pengembangan Teknologi penyakit tertinggi di desa Kaembulawa 75,56% Pertanian. Jawa Timur. dengan populasi D. citri 3,44 – 4,78 ekor per pohon. Garnier, M., Jagoueix-Eveillard S., Cronje, P. R., Le Roux, H. F. and Bove, J. M. 2000. KESIMPULAN Genomic Characterization of a Liberibacter Present in an Ornamental Rutaceous Tree, 1. Insidensi tanaman yang bergejala CVPD Calodendrum capense, in the Western Cape masing-masing sebesar 74,45% di Desa Province of South Africa. Proposal of ‘Ca Kaimbulawa, 56,52% di Desa Waindawula, Liberibacter africanus subsp. capensis’. 4,45% di Desa Batu Awu dan di Desa Tongali International Journal Of Systematic and sebesar 6,65%. Evolutionary Microbiology. 50(6): 2119 – 2. Insidensi penyakit CVPD tertinggi ditemukan 2125. di Desa Kaimbulawa (74,45%) dan terendah di Desa Waindawula (4,45%). Ghosh, D.K., M. Motghare, S. Gowd. 2019. Citrus 3. Keberadaan serangga vektor D. citri di pulau Greening : Overview of the Most Severe Siompu ditemukan di desa Kaimbulawa dan Disease of Citrus. Advanced Agricultural Waindawula. Rata-rata populasi serangga Research & Technology Journal. 2(1): 83- vektor tertinggi ditemukan di desa 100 Kaimbulawa 4,11 ekor/pohon Hurd, H. 2003. Manipulation of medically important insect vectors by their parasite. DAFTAR PUSTAKA Ann. Rev. Entomol. 48: 141 – 162 Adiartayasa, W., I G P Wirawan.I N Wijaya dan I G Melani R., adiartayasa W, Wijaya IN. 2018. N Bagus. 2012. Akhir Kajian Penyakit Deteksi penyakit Citrus Vein Phloem CVPD pada Tanaman Jeruk di Kabupaten Degeneration (CVPD) dengan teknik Karangasem. Laporan Riset Lembaga Polymerase Chain Reaction (PCR) pada daun

Insidensi Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) ...... 38 J. Berkala Penelitian Agronomi 8 (1) : 33 – 39 (2020)

tanaman jeruk yang memiliki pola gejala Diaphorina citri Kuwayama (Homoptera: klorosis berbeda. Jurnal Agroekoteknologi Psyllidae) dan Deteksi CVPD dengan Tropika. 7(2): 164-173 Teknik PCR. Jurnal Entomologi . 7(2): 78-87 Nurhadi, 2015. Penyakit Huanglongbing tanaman jeruk (Candidatus liberibacter asiaticus): Wirawan, I. G. P., S. Subandiyah. 2000. Penelitian Ancaman dan strategi pengendalian. Aspek Biologi Molekul Penyakit CVPD Pengembangan Inovasi Pertanian. 8 (1): 21- Tanaman Jeruk. Seminar Sehari 32 Penghimpunan Fotopatologi Indonesia, Malang. Otto, E., Susi,W., dan Yunimar. 2014. Pengenalan dan Pengendalian Hama Kutu Loncat Jeruk Wirawan, I.G.P., L. Sulistyowati, I. N Wijaya,. (CVPD). Balitjestro. Balitbangtan. 2003. Mekanisme Tingkat Molekul Infeksi Kementerian Pertanian. Penyakit CVPD pada Tanaman Jeruk dan Peran Diaphorina citri Kuw. Sebagai Paudyal, K. P. 2015. Technological Advances in Serangga Vektor. Denpasar. Lembaga Huanglongbing (HLB) or Citrus Greening Penelitian Universitas Udayana. Disease Management. Journal of Nepal Agricultural Research Council.1 :41-50 Putra, G.P., Dintya., Wayan, A., dan Made, S. 2013. Aplikasi Teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) Terhadap Variasi Gejala Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) pada Beberapa Jenis Daun Tanaman Jeruk. Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2(2) : 82 -91. Taufik, M., A. Khaeruni, T. Pakky, dan Giyanto.2010, Deteksi keberadaan Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction) di Sulawesi Tenggara, Jurnal HPT. 10 (1) : 73- 79. Tirtawidjaja, S. dan R. Suharsojo. 1990. Penyakit CVPD merupakan bahaya laten bagi tanaman jeruk di Indonesia. Perlindungan Tanaman Menunjang Terwujudnya Pertanian Tangguh dan Kelestarian Lingkungan. PT. Agricon. 299 – 310. Khaeruni, A., Mariadi, T. Pakky, A. A. Anas, Yusran, A. Basri. 2019. Laporan Pemetaan Serangan Organisme Pengganggu Tanaman Jeruk dan Strategi Pengelolaannya.Kerjasama Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Haluoleo.Kendari. Wijaya, I. N. 2007. Penularan Penyakit CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) oleh Diaphorina citri Kuwayama (Homoptera: Psyllidae) pada Tanaman Jeruk Siam. Agritrop. 26 (4) : 140-146. Wijaya, I. N., W. Adiartayasa, M. Sritamin, K. A. Yuliadhi. 2010. Dinamika Populasi

39 Serli Ratu, Muhammad Taufik, dan Andi Khaeruni