Etnografi Kue Keranjang Dalam Masyarakat Tionghoa Di Pasar Lama-Tangerang
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ETNOGRAFI KUE KERANJANG DALAM MASYARAKAT TIONGHOA DI PASAR LAMA-TANGERANG Nova Aryanti dan Drs. Hilarius S. Taryanto (Pembimbing) Program Studi Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik [email protected] ABSTRAK Skripsi ini mendeskripsikan Kue Keranjang dalam masyarakat Tionghoa di Pasar Lama. Kue Keranjang merupakan bagian dari kebudayaan Tionghoa yang berkaitan dengan teknologi pengolahan makanan. Kue Keranjang yang selalu dikaitkan dengan Perayaan Imlek, ikut berpindah bersamaan dengan perpindahan orang Tionghoa ke Indonesia, khususnya Pasar Lama. Kue Keranjang di pertahanankan sebagai sebuah tradisi secara turun-temurun dan selalu dikaitkan dengan pelaksanaan perayaan Imlek. Kue Keranjang bagi Masyarakat Tionghoa di Pasar Lama memiliki peranan penting sebagai sesaji, atribut penunjuk identitas, dan komoditas. Pembahasan Kue Keranjang menjadi sebuah perantara untuk mendapatkan gambaran tentang kebudayaan Masyarakat Tionghoa. Kue Keranjang juga memberikan gambaran tentang bagaimana agama leluhur Masyarakat Tionghoa menjadi bagian dalam kebudayaan mereka sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan. ABSTRACT This undergraduate thesis describes Kue Keranjang in Chinese Society at Pasar Lama. Kue Keranjang is a part of Chinese culture which is related with food processing technology. Along with the movement of Chinese people to Indonesia. Kue Keranjang that is always associated with Chinese New Yaer, also moved to Indonesia, especially Pasar Lama. Kue Keranjang is maintained to be a tradition throughout generations. For Chinese Society at Pasar Lama, Kue Keranjang has important roles as offering, identity indicator attribute, and commodity. 1 Explanation about Kue Keranjang can be intermediary to get a description about the culture of Chinese Society. Kue Keranjang also gives description about how the religion of Chinese can be a part of their culture. Therefore, both of them cannot be separated. Key Word : food; tradition; offered food; identity; commodity 1. Pendahuluan Masyarakat Indonesia secara umum mengenal Masyarakat Tionghoa di Indonesia sebagai salah satu kelompok minoritas. Leluhur mereka berpindah ke wilayah nusantara (sebutan Indonesia sebelum merdeka) dan menetap sejak awal abad ke-9 dengan tujuan utama melakukan perdagangan. Sebagian besar orang Tionghoa yang memutuskan untuk merantau ke luar dari tanah airnya memiliki latar belakang kehidupan ekonomi yang sulit di negaranya. Perpindahan secara besar-besaran bangsa Tionghoa ke Nusantara terjadi pada abad ke-15(Usman 2009: 1—2). Masyarakat Tionghoa yang merantau ke negara-negara lain biasanya hidup secara berkelompok sehingga dapat ditemukan pemukiman orang Tionghoa yang seringkali disebut pecinan1atau Chinatown. Kota Tangerang merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki banyak kantong-kantong pemukiman orang Tionghoa. Dari sejumlah wilayah di Tangerang yang dijadikan tempat bermukim oleh orang Tionghoa, terdapat kawasan Pasar Lama2 sebagai pecinan di Tangerang. Kawasan Pasar Lama berada di pinggiran sungai Cisadane, lebih tepatnya di wilayah RW 03 dan 04 Kelurahan Sukasari, Kecamatan 1 tempat pemukiman orang Cina, biasanya merupakan pusat perdagangan yang berdampingan dengan rumah-rumah pemukiman. 2 Pasar Lama sangat erat dengan kehidupan keagamaan penganut agama Budha, Konghucu, dan Tao dengan adanya Kelenteng Boen Tek Bio (yang juga merangkap Vihara Padumuttara) disana. Kantor Majelis Konghucu Indonesia cabang Tangerang juga berada disana yang sangat aktif menyelenggarakan kegiatan keagamaan bagi pemeluk agama Konghucu.. Pasar Lama juga dikenal sebagai pusat perdagangan Kue Keranjang di Kota Tangerang. Kue Keranjang selalu membanjiri toko-toko makanan yang ada di Pasar Lama mendekati Perayaan Imlek. 2 Tangerang, Kota Tangerang. Kawasan ini merupakan pusat pemukiman, perdagangan dan pelaksanaan sejumlah perayaan penting oleh masyarakat Tionghoa di Kota Tangerang. Kawasan ini dikenal sebagai tempat wisata keagamaan, budaya dan kuliner bagi masyarakat umum yang datang dari dalam dan luar wilayah kota Tangerang. Masyarakat Tionghoa yang bermukim di Pasar Lama hingga saat ini masih menjalankan sejumlah tradisi3 yang telah diturunkan oleh leluhur mereka yang pertama kali datang dari Cina. Pelaksanaan tradisi tersebut menjadi bagian dari kebudayaan mereka, termasuk Perayaan Tahun Baru Imlek. Perayaan Tahun Baru Imlek yang juga disebut Festival Musim Semi adalah pesta rakyat yang paling utama dalam almanak Tionghoa, baik di Cina maupun di negara lain yang memiliki penduduk keturunan Tionghoa, seperti Indonesia. (Danandjaja 2007 :366). Pelaksanaan perayaan Imlek ini masih mengacu kepada apa yang dilakukan oleh leluhur atau orang tua mereka. Ada banyak sekali makanan yang disediakan dalam perayaan ini dan yang paling dikenal dan khas dengan perayaan ini adalah Kue Keranjang atau dodol cina. Kue Keranjang di Cina merupakan salah satu makanan simpanan di musim dingin dan juga menjadi bagian dari sajian yang diletakkan di meja abu atau altar di rumah dan Kelenteng atau Vihara untuk dipersembahkan kepada leluhur dan dewa. Kue Keranjang juga hadir dalam perayaan Imlek yang dilaksanakan oleh Masyarakat Tionghoa di Pasar Lama. Secara visual, Kue Keranjang yang ada di Pasar Lama dan Cina memiliki bentuk yang sama, tetapi terdapat perbedaan peranan Kue Keranjang dalam perayaan Imlek terkait dengan perbedaan kondisi sosial-budaya yang dimiliki. Kue Keranjang bagi Masyarakat Tionghoa di Pasar Lama bukan hanya sebuah tradisi yang dipertahankan untuk pemenuhan nutrisi tetapi juga memiliki beberapa peranan lain yang berkaitan dengan upacara keagamaan dan identitas mereka sebagai orang Tionghoa. 2. Metode Penelitian Penelitian mengenai Kue Keranjang ini secara keseluruhan dimulai sekitar bulan Desember 2013 hingga April 2014 yang menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif. Penulis menjadi instrumen penelitian, mengikuti asumsi- asumsi kultural 3 Tradisi berasal dari kata tradere dalam bahasa Latin yang berarti menyampaikan, meneruskan, dan yang digunakan dalam arti kandungan-kandungan masa lalu yang diteruskan ke asa kini dan masa depan (Simatupang 2013: 232) dalam (Tasma 2014: 9) 3 sekaligus mengikuti data. Penelitian ini menekankan pada pemahaman suatu masyarakat melalui sebuah objek yang dikenal dengan konsep Material Culture Studies (MNC) (Ian Woodward 2007 :4). Dalam hal ini pemahaman mengenai masyarakat Tionghoa melalui sebuah objek, yaitu Kue Keranjang. Proses pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan, wawancara mendalam, dan studi pustaka. Ketiganya saling mendukung terhadap data yang dapat dikumpulkan. Penulis melakukan pengamatan terhadap proses pembuatan di Pabrik Kue Keranjang Ny. Pang di Kota Tangerang. Pengamatan dilakukan selama satu minggu dari dua minggu masa produksi yang dilakukan menjelang perayaan Imlek dan juga dilakukan terhadap malam perayaan Imlek di Pasar Lama yang terpusat di Kelenteng Boen Tek Bio. Penulis juga melakukan pengamatan selama wawancara mendalam berlangsung terkait dengan informan yang sedang diwawancara. Hasil pengamatan selama wawancara tersebut dapat melengkapi, menguatkan atau melemahkan informasi yang diberikan oleh informan dalam wawancara serta menjadi bahan pertimbangan dari penulis terhadap pengumpulan data selanjutnya. Wawancara mendalam dengan informan dilakukan penulis untuk mendapatkan informasi yang tidak bisa didapatkan melalui pengamatan saja, seperti pandangan dan pikiran.. Penulis melakukan wawancara mendalam dengan pemilik pabrik kue keranjang, warga Tionghoa yang bermukim di Pasar Lama, pengurus Boen Tek Bio, dan kepala lab uji makanan. Informan-informan tersebut dipilih penulis atas rekomendasi tokoh-tokoh masyarakat di kawasan tersebut, seperti petugas kelurahan yang tinggal disana, ketua RW, ketua RT, dan pengurus Boen Tek Bio. Penulis kemudian melakukan studi pustaka untuk melengkapi sejumlah data yang tidak bisa didapatkan atau ditemukan di lapangan. Bapak Oey Tjin Eng yang merupakan pengurus di Kelenteng Boen Tek Bio dan warga RW 04 kelurahan Sukasari, meminjamkan kepada penulis buku-buku yang pernah disusun dan diterbitkan oleh perkumpulan yang ada di Kelenteng Boen Tek Bio. Buku-buku tersebut memberikan informasi yang terperinci mengenai kegiatan peribadatan dan juga pelaksanaan perayaan Imlek di Kelenteng. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai Masyarakat Tionghoa baik berupa skripsi maupun jurnal juga dijadikan referensi untuk membangun penjelasan mengenai Perayaan Imlek, sejarah Masyarakat Tionghoa di 4 Pasar Lama dan melengkapi informasi-informasi mengenai istilah-istilah yang digunakan oleh mereka. Buku-buku dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya mengenai makanan juga menjadi acuan utama penulis dalam membangun kerangka pemikiran. 3. Kerangka Konsep Sebagaimana telah diungkapkan oleh Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar . Hampir seluruh yang tindakan yang dilakukan oleh manusia adalah kebudayaan karena, bahkan bagian yang ia bawa sejak lahir juga dirombak olehnya menjadi sebuah tindakan berkebudayaan (Kontjeraningrat, 2009:144-145) Tindakan makan menjadi salah satu kebutuhan dasar yang sudah ada sejak lahir dan tidak dapat diabaikan yang dirombak menjadi sebuah tindakan berkebudayaan. Manusia mengatur kapan mereka harus makan, apa yang harus dimakan, serta bagaimana mereka harus melakukannya dengan cara yang mereka anggap pantas dan hal itu didapatkan dengan belajar. Makanan yang menjadi objek penting dalam kegiatan makan