Implementasi Program Reforma Agraria Nasional Di Kota Banjarbaru

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Implementasi Program Reforma Agraria Nasional Di Kota Banjarbaru I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di antara faktor-faktor produksi, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa tanah menempati prioritas penting bagi manusia. Bagi Bangsa Indonesia hubungan manusia dengan tanah merupakan hal yang sangat mendasar dan asasi. Jika hal ini tidak tersusun dengan baik, akan lahir kemiskinan bagi sebagian terbesar rakyat Indonesia demikian pula akan terjadi ketidakadilan (BPN RI, 2007). Winoto (2007) mengemukakan bahwa kemiskinan terutama disebabkan oleh lemahnya akses masyarakat terhadap sumber-sumber ekonomi dan sumber-sumber politik termasuk yang terutama adalah tanah. Sementara Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (2007) mengatakan akar utama persoalan keagrariaan Indonesia adalah struktur ketidakadilan yang telah lama terbangun. Telah terjadi konsentrasi penguasaan dan pemilikan tanah. Akses masyarakat terhadap tanah – sebagai sumber kehidupan – masih lemah. Kelahiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang lebih dikenal sebagai UUPA, harusnya disambut gembira oleh bangsa Indonesia, karena Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (2) UUPA, menjamin setiap warga negara Indonesia, baik laki- laki maupun perempuan untuk mendapatkan hak sama untuk akses sumber- sumber agraria, mendapatkan manfaat dan hasilnya. Namun dalam implementasinya ternyata bertolak belakang, karena hanya segelintir orang yang dapat mengakses dan menikmati sumber-sumber agraria, sementara sebagian besar lainnya hanya menjadi penonton. Tidak ada perlindungan bagi golongan warga negara yang lemah terhadap sesama warga negara yang kuat kedudukan ekonominya sebagaimana dikehendaki dalam Penjelasan UUPA Bab II (6). Sejarah peradaban manusia di masa lampau telah membuat sekelompok kecil orang lebih beruntung dan menguasai begitu banyak sumber-sumber ekonomi, termasuk tanah dan sumber-sumber daya agraria lainnya dan sebagian besar orang lainnya hanya menguasai sebagian kecil, bahkan lebih banyak lagi yang tidak menguasai sama sekali (Nirwana, 2003). Senada dengan pendapat tersebut, Tjondronegoro (2001) mengatakan bahwa dahulu tanah dikuasai oleh suku-suku bangsa (tribes/clans dan lain-lain) untuk wilayah perburuan, kemudian untuk pertanian setelah mereka menetap. Di Indonesia ketika feodalisme muncul, raja-raja menguasai tanah dalam batas wilayah kerajaannya. Petani yang tinggal di wilayah itu menjadi sumber tenaga kerja untuk penghasil pangan. Semua negara apapun sistemnya (kapitalis, sosialis atau populis) berusaha mengatur hal penguasaan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk memberikan memberikan kesejahteraan dan kemakmuran kepada rakyatnya, walaupun setiap Negara memiliki cara yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan tersebut. Kelahiran UUPA merupakan political will dari Negara atas kondisi agraria Indonesia pada saat itu. Dan pemberlakuan UUPA tersebut dimaksud sebagai arahan bagi pelaksanaan seluruh sektor agraria secara umum demi kesejahteraan dan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia (bhumibhakti adhiguna) sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Dasar Republik Indonesia 1945. 2 Dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPRI RI) tanggal 09 Nopember 2001 telah dikeluarkan ketetapan MPR RI Nomor: IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam. Ketetapan ini merupakan momentum yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk menata ulang ketidakadilan sebagaimana dimaksud Winoto di atas. Menurut Abdurrahman (2002) sesungguhnya, keluarnya TAP MPR RI Nomor: IX//MPR/2001 adalah komitmen politik untuk memberikan dasar dan arahan bagi pengelolaan tanah dan sumberdaya alam secara kesinambungan, adil dan ramah lingkungan. Dalam kaitan itu kemudian diterbitkan Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003, tentang Kebijakan Nasional Di Bidang Pertanahan yang memberi amanat kepada BPN RI untuk menata-ulang kondisi pertanahan di Indonesia dan kemudian ditegaskan kembali dengan keluarnya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional. Sebagai implementasi dari amanat tersebut di atas, BPN RI melaksanakan Program Reforma Agraria Nasional di seluruh Indonesia.1 Untuk itu dalam menjalankan tugasnya BPN RI telah menetapkan Sebelas Agenda yang saling menunjang dan dilakukan secara serentak mulai dilaksanakan sejak tahun 2006 sebagai acuan untuk melanjutkan cita-cita luhur bangsa Indonesia, yaitu menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan kesejahteraan sosial bagi seluruh bangsa 1 Adapun tujuan Program Reforma Agraria Nasional sebagaimana yang dicantum dalam Reforma Agraria (BPN RI, 2007): (a) Menata kembali ketimpangan struktural penguasaan dan penggunaan tanah ke arah yang lebih adil; (b) mengurangi kemiskinan; (c) menciptakan lapangan kerja; (d) memperbaiki akses rakyat kepada sumber-sumber ekonomi, terutama tanah; (e) mengurangi sengketa dan konflik pertanahan; (f) memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup; dan (g) meningkatkan ketahanan pangan. 3 Indonesia, dimana dalam salah satu Sebelas Agenda tersebut juga disinggung masalah partisipasi, yaitu: Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat;.2 Presiden Sukarno pada tahun 1960 pernah mengatakan dalam pidatonya berjudul Djalan Revolusi Kita (DJAREK): ” Revolusi Indonesia tanpa landreform adalah sama saja dengan gedung tanpa alas, sama saja dengan pohon tanpa batang, sama saja dengan omong besar tanpa isi” (Sutarto, 2007). Sementara Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyatakan bahwa Pemerintah akan melaksanakan program Reforma Agraria secara bertahap dan menegaskan bahwa: ”prinsip tanah untuk keadilan dan kesejahteraan rakyat”. (Koran Tempo, 2007) Sebagai negara agraris, Indonesia seharusnya ditopang oleh petani-petani yang memiliki cukup lahan, baik sebagai petani subsisten maupun petani penghasil komoditas untuk dapat menjamin keberlangsungan hidupnya dan keluarga. Namun menurut Kepala BPN RI, ternyata yang menguasai tanah-tanah (baik perorangan maupun badan hukum) di Indonesia tidak lebih dari 0,02% dari jumlah penduduk dengan luas tanah yang mereka kuasai lebih dari 56% dari luas wilayah Indonesia. 2 Sebelas Agenda BPN RI dimaksud adalah: (1) Membangun kepercayaan masyarakat pada BPN RI (trust building) melalui dua dimensi: (a) pembenahan ke dalam; dan (b)pembenahan ke luar. (2) Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran tanah, serta sertipikat secara menyeluruh di seluruh Indonesia; (3) Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah; (4) Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah konflik di seluruh tanah air, dengan membentuk Tim Penanganan Masalah Pertanahan Pasca Gempa dan Tsunami terutama di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara; (5) Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis, melalui langkah-langkah konkret; (6) Membangun Sistem Informasi dan Manajemen Pertanahan (SIMTANAS) dan sistem pengaman dokumen di seluruh Indonesia; (7) Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat; (8) Membangun database penguasaan dan pemilikan tanah skala nasional; (9) Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan pertanahan yang ditetapkan; (10) Menata kelembagaan BPN RI; dan (11) Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan 4 Sementara itu data kemiskinan di Indonesia pada 2006 telah mencapai 39,05 juta jiwa atau 17,75% dari total populasi penduduk Indonesia. Di kawasan perdesaan angka kemiskinan mencapai 21,90%. Hal ini menunjukan kemiskinan paling banyak diderita oleh penduduk perdesaan yang pada umumnya adalah petani. Rakyat yang miskin ini sekitar 90% adalah pekerja. Kemiskinan yang dialaminya terutama disebabkan oleh minim atau tiadanya akses mereka kepada faktor-faktor produksi termasuk tanah (BPN RI, 2007). Untuk mengurai kemiskinan sebagaimana disebutkan di atas, maka oleh Pemerintah dilaksanakan Program Reforma Agraria Nasional di berbagai daerah. Salah satu kegiatan implementasi Program Reforma Agraria Nasional adalah pembagian tanah (land redistribution) seluas 9,25 juta hektar sangat disadari tidak cukup, karenanya diperlukan program posta3 pembagian tanah sebagai tindak lanjut, yang memberi kesempatan kepada petani untuk memperoleh bantuan dan pendampingan, seperti bantuan modal, pemasaran, pelatihan, pemberian bibit, aspek manajemen, teknologi dan sebagainya. Menurut Long (1987) strategi untuk menyusun kembali struktur sosiologi-ekonomi di kawasan-kawasan pedesaan adalah melalui reformasi tanah. Bahkan dalam Deklarasi Pembaruan Agraria, Yogyakarta 1998, disebutkan kekeliruan pembangunan yang mendasar adalah tidak ditempatkannya pembaruan agraria yang berupa penataan kembali penguasaan, penggunaan, pemanfaatan, 3 Meminjam istilah Gunawan Wiradi, POSTA yang berarti “sesudah”, diambil dari kata POST (Inggeris) atau dalam Latin modern POSTA. Lihat Gunawan Wiradi: Tantangan Gerakan Pembaruan Agraria Posta Tap-MPR No.IX/2001. Dalam Jurnal Analisis Sosial Vo.7, No.3 Desember 2002. 5 peruntukan dan pemeliharaan sumber-sumber agraria sebagai pra-kondisi dari pembangunan. Terlepas dari pentingnya reforma agraria sebagai salah satu cara mengatasi persoalan kemiskinan melakukannya, tidaklah mudah. Dari pengalaman negara-negara yang melakukan reforma agraria memerlukan kekuatan politik pemerintah yang solid, memerlukan informasi yang memadai menyangkut persoalan dan potensi agraria itu sendiri, perkembangan sosial politik yang menuntut adanya partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan
Recommended publications
  • Hubungan Pendidikandan Perceived Benefit Dengan Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional Sebagai Peserta Pbpu (Mandiri) Pada Masyarakat Di Kabupaten Banjar
    ISSN : ISSN 2442-4986 An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 7 (2) Desember 2020 : 132-138 https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ANN/article/view/3922 HUBUNGAN PENDIDIKANDAN PERCEIVED BENEFIT DENGAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL SEBAGAI PESERTA PBPU (MANDIRI) PADA MASYARAKAT DI KABUPATEN BANJAR RELATIONSHIP OF EDUCATION AND PERCEIVED BENEFIT WITH THE PARTICIPATION OF NATIONAL HEALTH ASSURANCE AS PBPU PARTICIPANTS (INDEPENDENTS) IN COMMUNITY IN BANJAR DISTRICT Asrinawaty1* Ahmad Zacky Anwary2, Yupisa Darma3 1,2,3 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAB Banjarmasin Jl. Adhyaksa. No.2. Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Indonesia *Email: [email protected] ABSTRACT South Kalimantan province according to data from the BPJS Kesehatan Banjarmasin Branch Office, the number of participants in the regency of the working area of this branch office includes Banjar district 218,746 (40.46%), Banjarbaru City 152,837 (69.45%), Kotabaru Regency 142,870 (44, 94%), Kabupaten Tanah Bumbu 150,684 (48.71%), Tanah Laut District 163,212 (47.88%), Barito Kuala Regency 136,241 (44.12%) and Banjarmasin City 471,027 (73.02%). The district with the lowest UHC achievement was the Banjar Regency. The purpose of this study was to determine the relationship between education and perceived benefits with the participation of the National Health Insurance as PBPU (independent) in the community of Banjar Regency. Quantitative research method with analytic observational design through cross sectional approach. The population in this study were all family heads who live and reside in Banjar Regency. The sample used a formula according to Stanley Lemezhow with cluster techniques divided into 2 types of urban and rural sub-districts with a total sample of 196.
    [Show full text]
  • Studi Tata Ruang Kota Rancangan Van Der Pijl Kasus: Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan
    TATALOKA T A T A VOLUME 14; NOMOR 2; MEI 2012, 142-155 © 2012 BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP L O K A Studi Tata Ruang Kota Rancangan Van Der Pijl Kasus: Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan A Study Of Spatial Planning By Van Der Pijl Case: Banjarbaru City, South Kalimantan Naimatul Aufa1 dan Pakhri Anhar Diterima: 24 Maret 2012 Disetujui: April 29, 2012 Abstrak: Kota Banjarbaru adalah kota rancangan seorang arsitek bernama Van der Pijl di ta- hun 1953 yang mulanya direncanakan sebagai ibukota propinsi Kalimantan, menggantikan Kota Banjarmasin. Rencana ini dibatalkan, dan kota ini akhirnya mulai dilupakan, bias dan membaur dengan perkembangan kota dan diperparah dengan hilangnya arsip sejarah kota tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tata ruang Kota Banjarbaru rancangan Van der Pijl. Untuk itu digunakan paradigma penelitian naturalistik yang bertujuan untuk menemukan pola-pola yang mungkin dapat dikembangkan menjadi hasil penelitian. Berdasarkan hasil analisis, diketahui Kota Banjarbaru rancangan Van der Pijl memiliki ke- samaan konsep dengan kota-kota yang dirancang pada awal abad ke-20, yaitu konsep men- ciptakan kota baru di luar kota, pada lingkungan yang masih asli dengan suasana sepi dan lingkungan yang alami. Konsep ini dikenal dengan garden city concept yang diperkenalkan oleh Ebenezer Howard. Kesamaan pola ini juga diketahui dengan adanya satu pusat kota se- bagai area pemerintahan, terdapat ruang-ruang terbuka hijau (taman-taman), dan kawasan perumahan yang lokasinya berdampingan dengan kawasan perkantoran, kawasan perindus- trian, dan kawasan perniagaan. Kata Kunci: Van der Pijl, Banjarbaru, Ruang, Kota, Taman Abstract: Banjarbaru city is a city designed by an architect named Van der Pijl in 1953.
    [Show full text]
  • Chemical Engineering
    Chemical Engineering 1 W E L C O M E T O B E S T 2 0 1 9 On behalf of the Organizing Committee, I take a great pride in welcoming all the attendees of the Broad Exposure to Science and Technology (BEST 2019). Allow me to express my sincere appreciation to all distinguished speakers and participants for joining the conference. I would also like to thank all the members of BEST 2019 Committee and the International Advisory Board for their support and effort in preparing this conference. They have prepared this event eagerly to assure all activities during the conference would proceed perfectly. BEST 2019 conference will include plenary lecturers and many oral communications to allow as many as possible attendants to present their scientific results on the different of engineering field. The manuscript which have presented orally will be published in IOP Conference Series: Materials Science and Engineering under peer-reviewed process. I hope that the conference will provide you a wonderful forum to share your experiences and discuss recent issues in science and technology. It will give you the opportunity to meet and interact with the leading scientists, engineers, and researchers, friends and colleagues as well as sponsors and exhibitors. Finally, I would like to thank, Universitas Pendidikan Nasional, Denpasar, Sorbonne Universités - UTC Compiègne France, Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia, BKK-PII, for supporting this event. Hopefully, we can continue our collaboration in developing science and technology in upcoming activities. Thank you, Organizing Committee BEST 2019 ALFIRANO, Ph.D — Chairman Dr. Endarto Y. WARDHONO — Co-Chairman 2 REKTOR SPEECH Dear participans, On behalf of the international and local organizing committees of the Broad Exposure to Science and Technology 2019 (BEST-2019), I express my warmest welcome to all participants of the BEST-2019 conference.
    [Show full text]
  • Hitung Bini: Ethno-Mathematics in Banjarese Society
    Hitung Bini: Ethno-Mathematics in Banjarese Society Sessi Rewetty Rivilla1, Lathifaturrahmah1 and Yusran Fauzi1 1Mathematics Teaching Study Program, Islamic State University of Antasari, Jalan A. Yani Km. 4,5, Banjarmasin, Indonesia Keywords: Hitung Bini, Ethno-mathematics, Arithmetic Operation Abstract: Banjarese elders who had never attended either formal or non-formal schools have implemented relatively unique arithmetic operation. The arithmetic operation does not use calculators nor writing tools but can produce a quick and precise calculation. This kind of arithmetic operation is commonly used in everyday life and well-known as hitung bini. This study aimed to describe hitung bini as one of ethno-mathematics found in Banjarese cultures then analyze it from mathematics viewpoints. This study used explorative method with qualitative approach. The data were collected through observation, interview, and documentation. The findings of the study obtained that hitung bini operation actually conforms to formal arithmetic procedures in math which includes place value rules and basic arithmetic operation properties such as commutative, associative, distributive, identity and inverse. 1. INTRODUCTION procedures. It is necessary to answer if hitung bini is relatively fast and accurate in the view of Ethno-mathematics is a culture product which mathematical operation procedures. This study develops in particular society group and links to performed an analysis of hitung bini as one of ethno- mathematical calculation (D’Ambrosio, 2001; Rosa mathematic product from the viewpoint of & Orey, 2011). A certain culture product in certain mathematics. society has its own specialty and distinctive feature which is different from that of other regions. This is 2. LITERATURE REVIEW due to diversity of cultures that develop in each region.
    [Show full text]
  • Survei Arkeologi Di Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan Archaeological Survey in Pulau Laut, Kotabaru Re
    Nia Marniati Etie Fajari SURVEI ARKEOLOGI DI PULAU LAUT, KABUPATEN Balai Arkeologi Kalimantan Selatan KOTABARU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Jalan Gotong Royong IIRT 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan; email: [email protected] ARCHAEOLOGICAL SURVEY IN PULAU LAUT, KOTABARU REGENCY, SOUTH KALIMANTAN Diterima 21 Juli 2016 Direvisi 28 September 2016 PROVINCE Disetujui 2 November 2016 Abstrak. Kotabaru yang berada di pesisir tenggara Pulau Kalimantan memiliki sejarah menarik, yang ditandai oleh keberadaan kerajaan Islam, seperti Kusan, Pagatan, Batulicin, Sebamban, dan Pulau Laut. Keletakannya yang berada pada jalur pelayaran di Selat Makassar, membuat kerajaan-kerajaan tersebut berperan besar dalam perdagangan. Faktor ketersediaan sumber daya alam yang melimpah, juga menarik perhatian pemerintah Hindia Belanda untuk melakukan eksploitasi batu bara di Pulau Laut. Latar belakang sejarah tersebut membuat wilayah Kotabaru, khususnya Pulau Laut menarik untuk ditelusuri lebih dalam. Permasalahan dalam penelitian ini adalah apa bentuk data arkeologi di Pulau Laut? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan sebaran data arkeologi di Pulau Laut. Penelitian bersifat eksploratif dengan tahapan pengumpulan data yang terdiri atas studi pustaka dan survei arkeologi di wilayah yang menjadi lokasi penelitian, yaitu di Desa Sigam, Sebelimbingan, Selaru, Semayap, Lontar, dan Teluk Tamiang. Data yang ditemukan dianalisis dengan membuat klasifikasi berdasarkan tipenya, yaitu artefaktual dan fitur. Analisis keruangan juga dilakukan untuk menggambarkan hubungan antarfitur yang ditemukan di satu situs. Hasil analisis menggambarkan riwayat sejarah di Pulau Laut, terkait dengan Kerajaan Pulau Laut yang berpusat di Sigam, infrastruktur pendukung pertambangan batu bara pada masa Hindia Belanda di Sebelimbingan, dan lokasi strategis Pulau Laut yang menjadi salah satu faktor pendukung aktivitas kehidupan masa lalu di wilayah tersebut.
    [Show full text]
  • Kinerja Pelayanan Angkutan Kota Di Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan Public Transportation Performance in Banjarbaru O
    KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PUBLIC TRANSPORTATION PERFORMANCE IN BANJARBARU OF SOUTH KALIMANTAN PROVINCE 1Nunuj Nurdjanah dan 2Fita Kurniawati 1Puslitbang Transportasi Jalan dan Perkeretaapian, Jl. Medan Merdeka Timur No. 5, Jakarta-Indonesia 2Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Jl. Medan Merdeka Timur No. 5, Jakarta-Indonesia [email protected] [email protected] Diterima: 1 Agustus 2016, Direvisi: 8 Agustus 2016, Disetujui: 29 Agustus 2016 ABSTRACT As a strategic area, Banjarbaru has a very important influence on the economic, social, cultural in South Kalimantan. The urban growth development of Banjarbaru were influenced by the interaction mechanism of the various related activities. In order to accelerate better interaction mechanism within those activities which are separated by distance, it requires transportation system as path connecting the origin and destination to improve people's mobility services. The urban growth of Banjarbaru has increased the travel needs which required additional public transport services. For this, the existing routes transport need to be evaluated to find out it has meet the travel needs. This study aims to evaluate the existing of public transportation and the route network as the basis for the development plan of the future urban transportation route in Banjarbaru. The research method conducted are field observations, interviews with the users and transport operators, operational survey of the public transport (including travel time, waiting time, and the passengers demand). The results of the study are the utility of public transport in Banjarbaru are still low due to the length of travel time and waiting time. Besides the limited route of public transport network services (there are only two route: route A and route B) thus there are many residential area which are not covered yet.
    [Show full text]
  • Penelitian Fakultas 2017
    Penelitian Fakultas 2017 PENELITIAN FKIP Tahun 2017 Pembiayaan Sendiri Oleh Peneliti No Judul Analisis Implementasi Sistem Penjaminan Mutu dan 1 Akreditasi pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP ULM Identifikasi Kecerdasan Emosional, ECGN dan 2 Hubungannya dengan Hasil Belajat: Brainstorming Method Kemampuan Guru PJOK Sekolah Dasar Bersertifikat dan 3 Yang Tidak Bersertifikat Pendidik dalam Menyusun Perangkat Pembelajaran Kemampuan menganalisis dan mengevaluasi soal evaluasi pada mahasiswa pengikut mata kuliah Entomologi tahun 4 2016/2017 di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP ULM Banjarmasin Motivasi Guru Pendidikan Jasmani SLTP di Kalimantan 5 Selatan Berjenjang Pendidikan DII Melanjutkan Pendidikan S1 Pendidikan Jasmani Pada JPOK FKIP ULM 6 Pendidikan Karakter Pengaruh Bike Interval Training Terhadap Peningkatan 7 Daya Tahan Jantung Paru Anggota Club Cycle Bajai Banjarmasin Pengaruh Latihan Leg Press Terhadap Peningkatan 8 Kekuatan Otot Tungkai Pada Pemain Bulutangkis Pengembangan Handout Fitoremediasi pada mata kuliah Pengantar Bioteknologi berbasiskan studi kemampuan 9 purun tikus ( Eleocharis dulcis ) dalam menurunkan kadar Chrom (Cr) limbah sasirangan Pengembangan Penuntun Praktikum Mikrobiologi 10 (Antimikroba) berbasis Media Visual Digital Politeness in Using Banjarese and American English 11 Personal Subject Pronouns by English Department Students of Lambung Mangkurat University Problem-Based Learning in English Writing Classroom: A 12 Study on Students’ Perceptions toward Its Impacts Problem-Based
    [Show full text]
  • Mahkamah Agu Mahkamah Agung Republik Indo Mahkamah Agung Republik Indonesia Hkamah Agung Republik Indonesia Epublik Indonesia
    Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id P U T U S A N Nomor 20/PID.SUS/2019/PT BJM Mahkamah AgungDEMI KEADILAN BERDASARKANRepublik KETUHANAN YANG Indonesia MAHA ESA Pengadilan Tinggi Banjarmasin yang memeriksa dan mengadili perkara- perkara pidana Pemilu dalam peradilan tingkat banding, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa: Nama Lengkap : NURDIN,S.Pdi. Bin SANI; Tempat Lahir : Banjarmasin; Umur / Tanggal Lahir : 51 Tahun / 7 Juni 1967; Jenis Kelamin : Laki-laki; Kebangsaan : Indonesia; Tempat Tinggal : Komplek Taman Citra Trikora No.D1 Rt.14 Kelurahan Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin Kota Banjarbaru; Agama : Islam; Pekerjaan : PNS ( Kepala SDN 2 Guntung Manggis ); Mahkamah AgungTerdakwa tidak ditahan; Republik Indonesia Terdakwa dipersidangan tidak hadir; PengadilanTinggi tersebut ; Telah membaca : I. Penetapan Ketua Pengadilan Tinggi Banjarmasin tanggal 31 Januari 2019 Nomor 20/PID.SUS/2019/PT.BJM tentang Penujukan Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini; II. Berkas perkara dan surat-surat lainnya yang bersangkutan dengan perkara ini serta salinan resmi Putusan Pengadilan Negeri Banjarbaru Nomor 20/Pid.Sus/2019/PN.Bjb. tanggal 24 Januari 2019 yang mana selengkapnya adalah sebagai berikut : 1. Menyatakan terdakwa NURDIN, S.Pdi BIN SANI telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”turut serta dengan sengaja melanggar larangan pelaksanaan kampanye yaitu melaksanakan kampanye di tempat pendidikan”; 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana Mahkamah Agungpenjara selama 3 Republik(tiga) bulan dan pidana denda Indonesia sebesar Rp. 2.000.000,- (Dua Juta Rupiah), dengan ketentuan apabila pidana Halaman 1 dari 31 halaman, Putusan Nomor 20/PID.SUS/2019/PT BJM Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan.
    [Show full text]
  • ZONASI TINGKAT KERENTANAN BANJIR DI KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Enu Bahtiar Setiawan1), Fadly H. Yusran2), Fakhrur Razie2
    EnviroScienteae 11 (2015) 136-142 ISSN 1978-8096 ZONASI TINGKAT KERENTANAN BANJIR DI KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN Enu Bahtiar Setiawan1), Fadly H. Yusran2), Fakhrur Razie2), Rina Mustika3) 1) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat e-mail: [email protected] 2) Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat 3) Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Keywords: Flood, Zoning Level of Flood Susceptibility, ,Chart of Flood Susceptibility. Abstract Zoning Level of Flood Susceptibility in Banjarbaru City, South Kalimantan. This research aims to formulate the control guide line of flood susceptibility in Banjarbaru, South Kalimantan Province. The goal is ac hieved through thest ages of study as follows: 1. Analyzing the characteristics of Banjarbaru City consisting of a) the use of land; b) rain fall; c) physical characteristics of land (infiltration); and d) on steepness, 2. Conducting the zoning level of flood susceptibility in Banjarbaru City, and 3 .Producing a chart of flood susceptibility for Banjarbaru City. This research applies descriptive method that consists of data gathering, data processing and data analysis. Determining the high suspectibility of flood is done by weighting indicators of flood through the closing of land, the rain intensity, the physical characteristics of land (infiltration), and the tilt of slope. uper weighting, classification of flood susceptibility is carried out. Thecategory of level is done by multiplying variable values with the variable weight. Of fload susceptibilityis divided into four categories: very fragile, ,fragile, somewhat fragile, and not fragile. This research results flood susceptibility zoning level that aims to identify the areas that are fragile to flood, so this region can be analysed to prevent and handle flood.
    [Show full text]
  • The Correlation Between Students' Vocabulary Mastery and Listening Ability
    Proceedings of the 1st INACELT ISBN: 978 - 602 - 60251-1-1 (International Conference on English Language Teaching) The correlation between students’ vocabulary mastery and listening ability Saadillah [email protected] Nazariah UIN Antasari Banjarmasin Jalan Ahmad Yani Km.4,5 Banjarmasin, South Kalimantan Abstract This research described the correlation between vocabulary mastery and listening ability of the eleventh grade students at Integrated Islamic Senior High School Qardhan Hasana Banjarbaru. The problems that should be answered in this research were: (1) how is the students‟ vocabulary mastery? (2) How is the students‟ ability in listening ability? 3) Is there any significant correlation between students‟ vocabulary mastery and their listening ability? The subject of this research was the eleventh grade students at Integrated Islamic Senior High School Qardhan Hasana Banjarbaru. There were 75 students in the eleventh grade. The data of this research were collected through: written test and documentary. Then all data are analyzed with quantitative method and by using inductive method to draw conclusion. By using product moment formula, the final result shows that rxy is 0.557. For N = 75, r table in 5% fault is 0.227 and 1% fault is 0.296. It appears that rxy is more than r table. It means that the null hypothesis (Ho) wss denied and the hypothesis alternative (Ha) is accepted. It can be concluded that there is a significant correlation between students’ vocabulary mastery and listening ability. The direction of correlation is positive correlation and sufficient category. Keywords: Vocabulary, Mastery, Listening, Ability, Correlation INTRODUCTION In learning English, many aspects should be developed and mastered by the learners.
    [Show full text]
  • Clustering Analysis of Plantation-Potential Area in South Kalimantan Province, Indonesia
    IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science (IOSR-JAVS) e-ISSN: 2319-2380, p-ISSN: 2319-2372. Volume 12, Issue 1 Ser. II (January 2019), PP 71-80 www.iosrjournals.org Clustering Analysis of Plantation-Potential Area in South Kalimantan Province, Indonesia Abdul Hakim Muslim1, Dr. Ir. H. Hamdani, M.S2, Dr. Ir. H. Muhammad Fauzi Makki, MP3. Faculty of AgriculutureLambung Mangkurat University Jl. A. Yani Simpang Empat Banjarbaru Corresponding Author: Abdul Hakim Muslim Abstract: There is a strong role of natural resources in driving the economy of South Kalimantan Province, namely mining-quarrying and agriculture. But in 2016-2021 South Kalimantan Province’s Regional Medium- Term Development Plan (Rencana Pembangunan JangkaMenengah Daerah-RPJMD) shows that the government prioritizes the development of agriculture and agro-industry rather than mining. More specifically the agricultural sub-sector is the plantation, which has direct linkage with agro-industry. This study aims to identify the potential of the South Kalimantan region according to the regency/ municipality, so there will be identified as superior and unseeded areas in cultivating the plantation subsector. The next objective is to detect whether there is a business agglomeration in the plantation subsector in South Kalimantan.. This research uses cluster determinant variables, namely variable production of plantations, farmers, height of land, fertile land, and contribution of plantations in GRDP. Cluster analysis with non-hierarchical methods resulted in 3 (three) clusters. The first cluster was characterized as a non-superior area of plantation, consisting of Barito Kuala, Tapin, HSS, HSU, Banjarmasin and Banjarbaru Regencies. Cluster 2 is a superior plantation area, consisting of Kotabaru Regency and Tanah Bumbu.
    [Show full text]
  • In Search of Middle Indonesia
    In Search of Middle Indonesia Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte KITLV, Leiden Henk Schulte Nordholt KITLV, Leiden Editorial Board Michael Laffan Princeton University Adrian Vickers Sydney University Anna Tsing University of California Santa Cruz VOLUME 292 Power and Place in Southeast Asia Edited by Gerry van Klinken (KITLV) Edward Aspinall (Australian National University) VOLUME 4 The titles published in this series are listed at brill.com/vki In Search of Middle Indonesia Middle Classes in Provincial Towns Edited by Gerry van Klinken Ward Berenschot LEIDEN • BOSTON 2014 The realization of this publication was made possible by the support of KITLV (Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies). Cover illustration: TERNATE: An unguarded moment outside the market as evening falls. With the World Cup competition underway in South Africa, Ternateans went to considerable lengths to show support for their favourite teams, including complete re-decoration of their motorbikes—this one sports the Brazilian flag. As the matches played out in the middle of the night (local time), winning supporters paraded through the streets in such vehicles, waving giant flags. June 2010: photo by S. Chris Brown. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data In search of Middle Indonesia : middle classes in provincial towns / edited by Gerry van Klinken, Ward Berenschot. pages cm. -- (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land en Volkenkunde, ISSN 1572-1892 ; volume 292) (Power and place in Southeast Asia ; volume 4) Includes bibliographical references and index. ISBN 978-90-04-26300-0 (hardback : acid-free paper) -- ISBN 978-90-04-26343-7 (e-book) 1.
    [Show full text]