WORKSHOP Infografik

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

WORKSHOP Infografik Kelas INFOGRAFIK Speak Loudly speak visually! KENAPA INFOGRAFIK? Otak manusia lebih cepat menyerap gambar 60.000 kali lebih cepat dibanding tulisan Sekarang lagi zamannya Media Sosial dan era digital MEDIUM PALING EFEKTIF untuk penyerapan informasi Infographics 61% Commercials 55% Power Points/slide 48% Articles with images 46% Articles with text only 38% forbes.com 2017 INFOGRAPHIC IN POP CULTURE Kenapa populer dan efektif? 1. Lebih mudah dipahami 2. Lebih menarik 3. Kemungkinan Viral 4. Portable dan dapat diembed 5. Meningkatkan brand awarness 6. Increase traffic, suscribers, followers 7. Kelihatan expert Anak Krakatau diyakini jadi penyebab tsunami Tsunami yang menghantam sebagian wilayah Banten dan Lampung bagian selatan, menyisakan tanda tanya. Tak diawali oleh gempa dengan magni- tude besar, para ahli akhirnya meyakini peran Gunung Anak Krakatau di baliknya. Informasi simpang siur saat tsunami menghantam pada Sabtu (22/12/2018) malam. Sempat dibantah, akhirnya diputuskan bahwa tsunami melan- da--mengingat Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) tidak memiliki alat pendeteksi tsunami yang ditimbulkan gempa vulkanik. Setelah melakukan kajian, BMKG dan lembaga-lembaga pemangku data kebencanaan saat konferensi pers, Senin (24/12), meyakini bahwa 64 hektare wilayah Barat Daya lereng Anak Krakatau kolaps pada 22 Desember 2018, dan 24 menit kemudian longsoran inilah yang menghasilkan tsunami. Kondisi cuaca ekstrem yang ditandai dengan curah hujan tinggi dan air pasang, juga sudah diperingatkan BMKG dan masih berlaku hingga 25 Desember yang akan datang. Kondisi tersebut turut berkontribusi terhadap tsunami yang melanda. Kesimpulan para ahli terkonfirmasi dengan foto udara yang diambil rombongan Panglima TNI saat mengitari wilayah terdampak bencana. Tampak enda- pan batu apung yang merupakan material dari Anak Krakatau, di sekitar wilayah tersebut. Data tidal gauge di sekitar Banten, Serang, dan Bandar Lampung juga mengonfirmasinya. Tidal gauge adalah alat yang memantau tinggi permukaan laut, sehingga dapat menilai pasang-surutnya air laut yang kemungkinan disebabkan tsunami. Gunung Anak Krakatau terletak di wilayah rumit, batas Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia. Rangkaian tremor aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terjadi sejak Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut. Katalog tsunami yang ditulis S.L. Soloviev dan Ch.N. Go bertarikh 1974, wilayah Selat Sunda beberapa kali dilanda tsunami yang dipicu gempa bumi (1722, 1852, dan 1958), erupsi atau aktivitas Gunung Krakatau (416, 1883, dan 1928), serta penyebab lain yang belum diketahui (1851, 1883, dan 1889). Pada letusan 135 tahun lalu, luncuran awan panas Krakatau ke dasar laut diduga kuat membangkitkan tsunami hingga 40 meter. Para ahli mengakuinya sebagai salah satu erupsi gunung api dengan daya hancur paling dahsyat dalam sejarah. Anak Krakatau, bentukan baru sejak 1929, sedang "tumbuh" menjadi gunung api kerucut (strato) muda. Saat ini, statusnya masih Level II atau Waspada, meski ditengarai menjadi penyebab tsunami di Selat Sunda, Sabtu (22/12/2018) malam. Tidak ada perubahan status atas gunung api aktif tersebut hingga Minggu (23/12/018). Masih terjadi lontaran material pijar dalam radius 2 km dari pusat erupsi. Sementara sebaran abu vulkanis tergantung dari arah dan kecepatan angin. Ada sejumlah teori yang mengarahkan Anak Krakatau sebagai penyebab utama tsunami di Selat Sunda kali ini. Di antaranya, erupsi yang rutin terjadi menyebabkan sebagian badan gunung kolaps ke laut. Kedua, awan panas bergerak dan masuk ke laut, menimbulkan gelombang. Ketiga, ada lava yang masuk dengan cepat ke laut. Dari ketiga teori, mengerucut pada salah satunya; sebagian badan gunung kolaps ke laut. Dua lainnya gugur, menurut para ahli yang dilansir media, karena letusan Anak Krakatau tergolong kecil. Tidak sampai menimbulkan awan panas dan lava dalam jumlah besar. CARA MEMBUAT INFOGRAFIK 1. Tentukan cerita Infografik DATA DRIVEN PROBLEM/QUESTION APPROACH DATA DRIVEN Produksi Durian Nasional Provinsi Penghasil Durian 2011 883,96 Ribu Ton Jawa Timur 233.715 Ton 2012 888,13 Jawa Barat 107.110 2013 759,05 Jawa Tengah 102.451 2014 859,11 Sumatera Utara 65.530 2015 995,73 Sumatera Barat 52.502 Konsumsi Masyarakat Indonesia . 2011 0,42 Kg/Kapita/Tahun 2012 0,99 Kg/Kapita/Tahun 2013 1,41 Kg/Kapita/Tahun 2014 0,96 Kg/Kapita/Tahun 2015 0,93 Kg/Kapita/Tahun Luas Lahan Durian 2011 69.045 Hektare 2012 63.189 2013 61.246 2014 67.779 2015 72.525 Bagaimana awalnya bisa terjun ke dunia bulu tangkis dan menjadi atlet? Awalnya saya melihat para senior saya yang sudah berprestasi di tingkat dunia, seperti Tan Joe Hok, Eddy Yusuf, dan Ferry Sonneville. Jadi saya berpikir bahwa Indonesia lewat bulu tangkis kelihatannya bisa bersaing dengan atlet-atlet di level dunia. Itu menjadi motivasi awal saya untuk lebih menekuni bulu tangkis. Momen paling berkesan bagi Anda selama menjadi pemain? Tahun 1972 saat pertama kali saya terjun di kejuaraan internasional. Itu pertama kali saya mengikuti kejuaraan sekelas All England. Saat itu ganda putra Indonesia masih dipandang sebelah mata oleh lawan-lawan kita. Saya bersama Ade Chandra mewakili Indonesia di nomor ganda putra. Keikutsertaan dalam ajang ini menjadi berkesan buat saya karena selain baru pertama kali ikut, saya pun bisa langsung keluar sebagai juara bersama Ade. Apakah saat itu ditargetkan menjadi juara? Sebetulnya tidak ya. Kita saat itu masih jarang bertanding dan langsung terjun ke turnamen seberat All England. Saya dan Ade chandra tahu diri juga. Tetapi kita punya motivasi, apalagi mereka belum tahu permainan kita seperti apa, jadi kita bermain semangat saja saat itu. Lawan paling tangguh yang pernah Anda hadapi? Paling tangguh justru dari teman sendiri, yaitu pasangan Johan Wahyudi dan Tjun Tjun. Waktu itu Indonesia hanya punya dua pasang ganda putra, saya dan Ade Chandra, satu pasang lagi Johan/Tjun Tjun. Setiap hari latihan bersa- ma hanya empat orang ini saja, jadi sudah saling mengenal permainan masing-masing. Sudah berapa lama Anda menjadi pelatih? Saya berhenti dari pertandingan internasional pada 1988. Setelah itu baru saya belajar untuk meniti karier sebagai pelatih di PB Djarum, khususnya di sektor ganda putra. Pada saat itu, PB Djarum lebih fokus ke sektor tunggal putra dan belum ada ganda putra. Maka setelah pensiun saya meminta kepada pimpinan untuk membentuk sektor ganda. Sejak 1988 sektor ganda putra mulai berdiri dan sampai saat ini telah berkembang menjadi ganda putri dan ganda campuran juga. Tak banyak yang bisa sukses sebagai pemain dan pelatih, apa resep Anda? Sejujurnya waktu itu saya juga ragu-ragu. Setelah cukup berhasil menjadi atlet apakah kalau menjadi pelatih bisa melahirkan juara-juara dunia? Oleh karena itu, pada 1988 itu saya tidak langsung berani menjadi pelatih nasional. Saya meminta waktu kepada pimpinan PB Djarum untuk magang selama dua tahun sebelum terjun menjadi pelatih ganda putra. Sedangkan kalau bicara kesuksesan ya datangnya karena belajar dari para senior yang sudah lebih berpengalaman. Apakah pernah ada tawaran dari negara lain yang datang? Kalau tawaran pasti ada ya. Saya sih hanya berpikir bahwa sepanjang karier sebagai pemain, segala kebutuhan saya dibiayai oleh organisasi PBSI dan juga oleh negara. Jadi ya bisa dikatakan saya ini punya "utang". Setelah saya tidak menjadi atlet maka ini kesempatan saya untuk membayar utang tersebut, mengembalikan apa yang sudah diberikan oleh organisasi dan negara. Saya berpikir apa yang bisa saya sumbangkan untuk negara? Tenaga, pikiran, waktu, dan mencoba untuk meneruskan tradisi yang bagus di bulu tangkis Indonesia. Jadi ya saya tidak mau lah ke mana-mana. Atlet muda sekarang dianggap kurang termotivasi sehingga minim prestasi, pendapat Anda? Sebetulnya sih tidak semua seperti itu. Umumnya dipandang seperti itu karena atlet-atlet muda sekarang mudah puas. Apalagi dengan fasilitas seperti sekarang yang luar biasa, ada bonus, hadiah, penghargaan, kadang-kadang itu bisa menjadi sisi positif dan bisa menjadi sisi negatif. Artinya kalau si atlet mudah puas, ya sudah selesai, merasa cukup, dan kehilangan motivasi. Tetapi sebetulnya tidak bisa disamaratakan, masih ada atlet-atlet yang meski sudah menjadi juara hebat, mereka masih memiliki motiviasi yang besar. Seperti Liliyana Natsir, meskipun sudah juara di mana-mana tetapi motivasi bertandingnya masih sangat luar biasa. Lalu, saya lihat ganda putra kita yang sangat menjanjikan, Kevin dan Marcus, saya melihat mereka itu tidak mudah puas. Saya berharap makin banyak atlet-atlet muda yang meniru mereka. Setelah saya tidak menjadi atlet maka ini kesempatan saya untuk membayar utang tersebut, mengembalikan apa yang sudah diberikan oleh organisasi dan negara. ? PROBLEM QUESTION APPROACH What are common interests of your audience? What is important to them? BAGAIMANA MENGURANGI RESIKO KECELAKAAN SAAT BERSEPEDA DI MUSIM HUJAN? Bagaimana agar orang peduli dengan konten infografik kita? TOPIK YANG SEDANG HANGAT HARUS BISA MEMECAHKAN MASALAH 2. pILIH TIPE INFOGRAFIK STATISTIK TIMELINE PROSES KOMPARASI INFORMASI 3. MENGUMPULKAN DATA BANK DATA GOOGLING SURVEY INTERVIEW 4. DESIGN GAMBAR BESAR YANG EYE CATHCING JUDUL HIGHLIGHT WARNA KONTRAS DAN KOMBINASI WARNA YANG SIMPEL ALUR YANG JELAS TEMPLATE GRATIS CANVA PICKTOCHART 5. PROMOTE Share di media sosial, nebeng # Bekerjasama dengan blogger Posting di forum (sesuai konten infografik) TIPS 1. Cari referensi (ATM) 2. Sketch 3. Font jelas / mudah terbaca 4. Sumber yang terpercaya 5. Logo untuk identitas TERIMA KASIH.
Recommended publications
  • History of Badminton
    Facts and Records History of Badminton In 1873, the Duke of Beaufort held a lawn party at his country house in the village of Badminton, Gloucestershire. A game of Poona was played on that day and became popular among British society’s elite. The new party sport became known as “the Badminton game”. In 1877, the Bath Badminton Club was formed and developed the first official set of rules. The Badminton Association was formed at a meeting in Southsea on 13th September 1893. It was the first National Association in the world and framed the rules for the Association and for the game. The popularity of the sport increased rapidly with 300 clubs being introduced by the 1920’s. Rising to 9,000 shortly after World War Π. The International Badminton Federation (IBF) was formed in 1934 with nine founding members: England, Ireland, Scotland, Wales, Denmark, Holland, Canada, New Zealand and France and as a consequence the Badminton Association became the Badminton Association of England. From nine founding members, the IBF, now called the Badminton World Federation (BWF), has over 160 member countries. The future of Badminton looks bright. Badminton was officially granted Olympic status in the 1992 Barcelona Games. Indonesia was the dominant force in that first Olympic tournament, winning two golds, a silver and a bronze; the country’s first Olympic medals in its history. More than 1.1 billion people watched the 1992 Olympic Badminton competition on television. Eight years later, and more than a century after introducing Badminton to the world, Britain claimed their first medal in the Olympics when Simon Archer and Jo Goode achieved Mixed Doubles Bronze in Sydney.
    [Show full text]
  • Facts and Records
    Badminton England Facts and Records Index (cltr + click to jump to a particular section): 1. History of Badminton 2. Olympic Games 3. World Championships 4. Sudirman Cup 5. Thomas Cup 6. Uber Cup 7. Commonwealth Games 8. European Individual Championships 9. European Mixed Championships 10. England International Caps 11. All England Open Badminton Championships 12. England’s Record in International Matches 13. The Stuart Wyatt Trophy 14. International Open Tournaments 15. International Challenge Tournaments 16. English National Championships 17. The All England Seniors’ Open Championships 18. English National Junior Championships 19. Inter-County Championships 20. National Leisure Centre Championships 21. Masters County Challenge 22. Masters County Championships 23. English Recipients for Honours for Services to Badminton 24. Recipients of Awards made by Badminton Association of England Badminton England Facts & Records: Page 1 of 86 As at May 2021 Please contact [email protected] to suggest any amendments. Badminton England Facts and Records 25. English recipients of Awards made by the Badminton World Federation 1. The History of Badminton: Badminton House and Estate lies in the heart of the Gloucestershire countryside and is the private home of the 12th Duke and Duchess of Beaufort and the Somerset family. The House is not normally open to the general public, it dates from the 17th century and is set in a beautiful deer park which hosts the world-famous Badminton Horse Trials. The Great Hall at Badminton House is famous for an incident on a rainy day in 1863 when the game of badminton was said to have been invented by friends of the 8th Duke of Beaufort.
    [Show full text]
  • Maailmameistrivõistlused Sulgpallis. Meeste Paarismäng
    MAAILMAMEISTRIVÕISTLUSED SULGPALLIS. MEESTE PAARISMÄNG Jrk Aasta & võistluspaik Riik Kuld Riik Hõbe Riik Pronksid 1977 Tjun TJUN Christian HADINATA Bengt FRÖMAN Ray STEVENS 1 INA INA SWE ENG Malmö (Swe) Johan WAHJUDI Ade CHANDRA Thomas KIHLSTRÖM Mike TREDGETT F: 15:6, 15:4 PF T/F: 7:15, 11:15 PF H/C: 8:15, 10:15 1980 Christian HADINATA Hariamanto KARTONO Misbun SIDEK Flemming DELFS 2 INA INA MAS DEN Jakarta (Ina) Ade CHANDRA Rudy HERYANTO Jalani SIDEK Steen SKOVGAARD F: 5:15, 15:5, 15:7 PF C/H: 9:15, 10:15 PF K/H: 7:15, 7:15 1983 Steen FLADBERG Martin DEW Christian HADINATA Joo-Bong PARK 3 DEN ENG INA KOR Kopenhaagen (Den) Jesper HELLEDIE Mike TREDGETT Bobby ERTANTO Eun-Ku LEE F: 15:10, 15:10 PF H/E: 16:18, 11:15 PF D/T: 8:15, 15:2, 4:15 1985 Joo-Bong PARK Yongbo LI Liem Swie KING Mark CHRISTENSEN 4 KOR CHN INA DEN Calgary (Can) Moon-Soo KIM Bingyi TIAN Hariamanto KARTONO Michael KJELDSEN F: 5:15, 15:7, 15:9 PF P/K: 11:15, 15:17 PF L/T: 16:18, 18:14, 3:15 1987 Yongbo LI Jalani SIDEK Jens Peter NIERHOFF Joo-Bong PARK 5 CHN MAS DEN KOR Peking (Chn) Bingyi TIAN Razif SIDEK Michael KJELDSEN Moon-Soo KIM F: 15:2, 8:15, 15:9 PF L/T: 4:15, 4:15 PF S/S: 16:17, 4:15 1989 Yongbo LI Hongyong CHEN Jalani SIDEK Rudy GUNAWAN 6 CHN CHN MAS INA Jakarta (Ina) Bingyi TIAN Kang CHEN Razif SIDEK Eddy HARTONO F: 15:3, 15:12 PF L/T: 10:15, 9:15 PF C/C: 11:15, 7:15 1991 Joo-Bong PARK Jon HOLST-CHRISTENSEN Bagus SETIADI Yongbo LI 7 KOR DEN INA CHN Kopenhaagen (Den) Moon-Soo KIM Thomas LUND Imay HENDRA Bingyi TIAN F: 15:10, 12:15, 17:16 PF P/K: 2:15, 12:15 PF
    [Show full text]
  • Ferry Sonneville
    FERRY SONNEVILLE _. Karya dan Pengabdiannya MILIK DEPDIKBUD TIDAK DIPERDAGANGKAN FERRY SONNEVILLE Karya dan Pengabdiannya Oleh: Wisnu Subagyo p . 1 Nomor lnduk : I Tanggal ii 0 ,_DEC 20W DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL PROYEK INVENTARISASI DAN DOKUMENTASI SEJARAH NASIONAL JAKARTA 1985 SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL KEBUDAY AAN Proyek lnventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional (IDSN) yang berada pada Direktorat Sejarah dan Nilai Tradi­ sional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah berhasil menerbitkan seri buku-buku biografi tokoh dan pahlawan nasional. Saya menyambut dengan gembira hasil penerbitan tersebut. Buku-buku tersebut dapat diselesaikan berkat adanya kerja sama antara para penulis dengan tenaga-tenaga di dalam proyek. Karena baru merupakan langkah pertama, maka dalam buku-buku hasil Proyek IDSN itu masih terdapat kelemahan dan kekurangan. Diharapkan hal itu dapat disempurnakan pada masa yang akan datang. Usaha penulisan buku-buku kesejarahan wajib kita ting­ katkan untuk memupuk, memperkaya dan memberi corak pa­ da kebudayaan nasional dengan tetap memelihara dan mem­ bina tradisi dan peninggalan sejarah yang mempunyai nilai perjuangan bangsa, kebanggaan serta kemanfaatan nasional. Saya meng1'arapkan dengan terbitnya buK.u-buku ini da­ pat menarribah sarana penelitian dan kepustakaan yang diperlu­ kan untuk pembangunan bangsa dan negara, khususnya pem- iii bangunan kebudayaan. Akhirnya saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan ini. Jakarta, Desember 1984 Direktur Jenderal Kebudayaan )f M� Prof. Dr. Haryati Soebadio NIP. 1301191 23 iv KATA PENGANTAR Proyek lnventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional merupakan salah satu proyek dalam lingkungan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudaya­ an, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang antara lain mengerjakan penulisan biografi "tokoh" yang telah berjasa da­ lam masyarakat.
    [Show full text]
  • Sport, Politics and Ethnicity: Playing Badminton for Indonesia1
    SPORT, POLITICS AND ETHNICITY: PLAYING BADMINTON FOR INDONESIA1 Colin Brown2 Faculty of Media, Society and Culture Curtin University of Technology The scholarly study of sport – in which ‘sports are viewed as cultural products that develop within sociohistorical contexts’3 -- is now well-established. However, the literature suffers from two important and related defects. One of these defects is its geographical focus. As van Bottenburg notes in his study Global Games the scholarly literature on sport: ‘is mainly limited to developments in the Western world. Information on the other continents is at best fragmentary, often collected in wide- ranging surveys’.4 In particular, relatively little has been written on sport and politics in the Asian context. South Asia is perhaps best served, for reasons which are mentioned below, but even here the coverage is slight compared with that of Europe and North America. The second defect is that the sports which have been studied are overwhelmingly those of European/North American origin, and in which peoples from these two traditions are still dominant. Very little has been written on sports where Europeans and Americans are not dominant, or at least major participants. In part, this undoubtedly reflects the cultural and ethnic origins of most sports scholars. But there also seems to be an assumption operating here that the important sports are the 1 This paper was presented to the 15th Biennial Conference of the Asian Studies Association of Australia in Canberra 29 June-2 July 2004. It has been peer-reviewed and appears on the Conference Proceedings website by permission of the author who retains copyright.
    [Show full text]
  • Mens Doubles All England 1899 to 2009
    MENS DOUBLES 1899 to 2009 1899 - D.W. Oakes/Stewart Marsden Massey (England) 1900 - H.L. Mellersh/F.S. Collier (England) 1901 - H.L. Mellersh/F.S. Collier (England) 1902 - H.L. Mellersh/F.S. Collier (England) 1903 - Stewart Marsden Marsden Massey/E.L. Huson (England) 1904 - Albert Davis Prebble/Henry Norman Marrett (England) 1905 - C.T.J. Barnes/Stewart Marsden Massey (England) 1906 - Henry Norman Marrett/George Alan Thomas (England) 1907 - Albert Davis Prebble/Norman Wood (England) 1908 - Henry Norman Marrett/George Alan Thomas (England) 1909 - Frank Chesterton/Albert Davis Prebble (England) 1910 - Henry Norman Marrett/George Alan Thomas (England) 1911 - P.D. Fitton/Ernest Edward Shedden Hawthorn (England) 1912 - Henry Norman Marrett/George Alan Thomas (England) 1913 - Frank Chesterton/George Alan Thomas (England) 1914 - Frank Chesterton/George Alan Thomas (England) 1915-1919 - Cancelled during World War I 1920 - Archibald Frank Engelbach/Raoul du Roveray (England) 1921 - Sir George Alan Thomas/Frank Percy Hodge (England) 1922 - Guy Sautter (England)/Frank Devlin (Ireland) 1923 - Frank Devlin/Gordon 'Curly' Mack (Ireland) 1924 - Sir George Alan Thomas/Frank Percy Hodge (England) 1925 - Herbert Uber/A.K. Jones (England) 1926 - Frank Devlin/Gordon 'Curly' Mack (Ireland) 1927 - Frank Devlin/Gordon 'Curly' Mack (Ireland) 1928 - Sir George Alan Thomas/Frank Percy Hodge (England) 1929 - Frank Devlin/Gordon 'Curly' Mack (Ireland) 1930 - Frank Devlin/Gordon 'Curly' Mack (Ireland) 1931 - Frank Devlin/Gordon 'Curly' Mack (Ireland) 1932 - Donald C. Hume/Raymond Morris 'Bill' White (England) 1933 - Donald C. Hume/Raymond Morris 'Bill' White (England) 1934 - Donald C. Hume/Raymond Morris 'Bill' White (England) 1935 - Donald C.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Bulutangkis Atau Juga Sering Disebut Badminton Adalah
    PUSAT PELATIHAN DAN PERTANDINGAN BULUTANGKIS DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Bulutangkis atau juga sering disebut badminton adalah olahraga yang menggunakan raket yang dapat dimainkan oleh dua pemain (single) atau dua pasangan berlawanan (ganda), yang bermain dengan posisi berlawanan dan dibatasi oleh jaring/net. Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga yang populer di Indonesia. Selain banyak diminati oleh warga masyarakat dari berbagai kalangan dan kelompok usia, cabang olahraga ini juga telah menjadi lambang supremasi Indonesia di arena internasional. Atlet-atlet bulutangkis terbaik Indonesia telah berhasil mengangkat harkat dan martabat bangsa lewat prestasi yang mereka raih, antara lain juara Thomas cup, Sudirman Cup, Sea Games, Asian Games,dan Olimpiade. Secara historis Indonesia bahkan telah melahirkan legenda-legenda bulutangkis dunia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Susi Susanti, dan lainnya.1 Nama Indonesia di pentas olahraga dunia identik dengan olahraga bulutangkis. Ketika cabang olahraga lain belum menunjukkan prestasi mendunia, bulutangkis sudah memberikan sejumlah trofi bergengsi, yang dimulai dari turnamen klasik dan tertua di dunia, All England. Era kejayaan Indonesia di ajang bulutangkis bermula dari munculnya Rudy Hartono yang tujuh kali berturut-turut menjuarainya sejak 1968-1974. Dua tahun berselang, Rudy kembali mengangkat piala event yang menjadi impian semua pebulutangkis tersebut, sekaligus menobatkan dirinya sebagai pemain legendaris karena mencatat rekor delapan kali jadi juara. 1 http://artikelindonesia.com diakses tanggal 30 Maret 2010. ANDREAS AGUNG PRADICTO | 070112710 | BAB I 1 PUSAT PELATIHAN DAN PERTANDINGAN BULUTANGKIS DI YOGYAKARTA Prestasi bulutangkis Indonesia di tanah Inggris lainnya dicapai oleh juara-juara baru, seperti Liem Swie King (1978-79, 1981), Ardy Wiranata (1991) dan Heryanto Arbi (1993-1994) di sektor tunggal putra.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga Bulutangkis
    Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan Pusat Pelatihan Bulutangkis di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Olahraga bulutangkis merupakan olahraga yang sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia. Mulai dari masyarakat bawah hingga masyarakat atas dapat memainkan olahraga ini. Bagi masyarakat Indonesia, bulutangkis merupakan olahraga yang paling diandalkan untuk membawa nama bangsa di persaingan olahraga internasional. Indonesia mempunyai sejarah yang hebat antara tahun 70-an hingga 80-an, melalui tangan seven magnificient Indonesia, yaitu Rudi Hartono, Liem Swie King, Herman, Tjun Tjun, Christian Handinata, Johan W., dan Iie Sumirat merajai dunia bulutangkis internasional, dilanjutkan pada tahun 90-an, lewat pasangan Alan Budikusuma dan Susi Susanti, yang juga berhasil membesarkan nama bangsa Indonesia lewat cabang olahraga bulutangkis. Lewat prestasi anak bangsa tersebut nama bangsa Indonesia mulai dikenal bahkan disegani oleh negara-negara lain di dunia bulutangkis internasional. Seiring berjalannya waktu, olahraga bulutangkis semakin dikenal dan digemari oleh masyarakat, tidak hanya di negara ini, tetapi juga negara-negara lain. Negara lain mulai berlomba-lomba untuk memperkuat atlit bulutangkisnya. Olahraga ini mulai menjadi salah satu olahraga yang bergengsi, hingga bermunculan nama-nama baru yang menjadi pemain baru di cabang bulutangkis, mencoba meruntuhkan dominasi negara Cina dan Indonesia, dua negara yang menjadi barometer kekuatan bulutangkis dunia. Mulai dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, negara-negara seperti Korea Selatan, India, hingga negara Eropa seperti Denmark (PB PBSI, 2004). Ketika negara lain berlomba untuk meningkatkan prestasinya, Indonesia justru mengalami keterpurukan dan degradasi performa yang salah satunya diakibatkan oleh tidak berjalannya sistem pembinaan atlit-atlit muda, sehingga kesulitan mencari pengganti serta penerus yang sepadan untuk memperkuat Indonesia di pentas olahraga internasional.
    [Show full text]
  • Svetska Prvenstva
    SVJETSKA PRVENSTVA (1977-2010 ) Malmo– 1977 M - Flemming Delfs (DEN) Ž - Lene Koppen (DEN) MM - Tjun Tjun/Johan Wahjudi (INA) ŽŽ - Etsuko Toganoo/Erniko Ueno (JPN) MŽ - Steen Skovgaard/Lene Koppen (DEN) Jakarta– 1980 M - Rudy Hartono (INA) Ž - Verawaty Wiharjo (INA) MM - Ade Chandra/Christian Hadinata (INA) ŽŽ - Nora Perry/Jane Webster (ENG) MŽ - Christian Hadinata/Imelda Wiguno (INA) Kopenhagen– 1983 M - Icuk Sugiarto (INA) Ž - Li Lingwei (CHN) MM - Steen Fladberg/Jesper Helledie (DEN) ŽŽ - Lin Ying/Wu Dixi (CHN) MŽ - Thomas Kihlstrom/Nora Perry (SWE/ENG) Calgary– 1985 M - Han Jian (CHN) Ž - Han Aiping (CHN) MM - Park Joo Bong/Kim Moon Soo (KOR) ŽŽ - Han Aiping/Li Lingwei (CHN) MŽ - Park Joo Bong/Yoo Sang Hee (KOR) Peking– 1987 M - Yang Yang (CHN) Ž - Han Aiping (CHN) MM - Li Yongbo/Tian Bingyi (CHN) ŽŽ - Lin Ying/Guan Weizhen (CHN) MŽ - Wang Pengren/Shi Fangjing (CHN) Jakarta– 1989 M - Yang Yang (CHN) Ž - Li Lingwei (CHN) MM - Li Yongbo/Tian Bingyi (CHN) ŽŽ - Lin Ying/Guan Weizhen (CHN) MŽ - Park Joo Bong/Chung Myung Hee (KOR) Kopenhagen– 1991 M - Zhao Jianhua (CHN) Ž - Tang Jiuhong (CHN) MM - Park Joo Bong/Kim Moon Soo (KOR) ŽŽ - Guan Weizhen/Nong Qunhua (CHN) MŽ - Park Joo Bong/Chung Myung Hee (KOR) Birmingam– 1993 M - Joko Suprianto (INA) Ž - Susi Susanti (INA) MM - Ricky Subagja/Rudy Gunawan (INA) ŽŽ - Nong Qunhua/Zhou Lei (CHN) MŽ - Thomas Lund/Catrine Bengtsson (DEN/SWE) Lausanne– 1995 M - Heryanto Arbi (INA) Ž - Ye Zhaoying (CHN) MM - Rexy Mainaky/Ricky Subagja (INA) ŽŽ - Gil Young Ah/Jang Hye Ock (KOR) MŽ - Thomas Lund/Marlene
    [Show full text]
  • Dr Oon Chong Teik: Shuttlecock and Stethoscope
    Dr Oon Chong Teik: Shuttlecock and Stethoscope The Memoirs of an Extraordinary Sportsman FastCounter by bCentral Oon Chong Teik joined the V.I. from Batu Road School in 1948 and left in September 1954. He considered his time at the V.I. a good learning curve for life for he was a very unpredictable student academically. He could do extremely very well in his exams at times; then do so badly that the Headmaster, Mr F. Daniel, once asked him to leave school! Chong Teik's interests at the V.I. were mainly sporting. He was a middle distance athlete, good enough to be called on to represent Hepponstall House. He even competed in the Selangor Schools sports, winning the under-15 440 yards event with a time of 58 seconds. But his main love was badminton, not least of all because his father was a vice-president of the Selangor Badminton Association and his uncle was none other than the legendary Wong Peng Soon. He represented the V.I. in that sport, winning the 1951 Boys Open Doubles and the 1952 Boys Singles, and captaining the school team. Beyond the school hall other triumphs were also notched, beginning with his capture of the Selangor Schools Singles and Doubles number one titles. In 1953, Chong Teik's expanding badminton prowess brought him, with partner Jennie Lim, the Coronation Mixed Doubles title and the Selangor Junior Doubles title shared with Lai Fook Ying, who was the best non-V.I. player at that time. That same year, at age 16, matched against boys much older than himself, he won the inaugural Malayan schoolboys singles championship.
    [Show full text]
  • Badminton World Federation Bwf Handbook Ii
    HANDBOOK I I LAWS OF BADMINTON | REGULATIONS BADMINTON WORLD FEDERATION BWF HANDBOOK II (Laws of Badminton & Regulations) 2010/2011 It is the duty of everyone concerned with badminton to keep themselves informed about the BWF Statutes COPYRIGHT ALL RIGHTS RESERVED Permission to reprint material in this book, either wholly or in part in any form whatsoever, must be obtained from the Badminton World Federation Updated 25 May 2010 by BADMINTON WORLD FEDERATION Stadium Badminton Kuala Lumpur Batu 3 ½ , Jalan Cheras 56000 Kuala Lumpur, Malaysia Tel: +603-9283 7155 / 6155 / 2155 Fax: +603-9284 7155 E-Mail: [email protected] Web: www.bwfbadminton.org CONTENTS 2 Laws of Badminton ....................................................................................................... 4 Laws of Badminton (Appendix 1-6) ............................................................................ 14 Recommendation to Technical Officials ..................................................................... 30 General Competition Regulations ............................................................................... 41 Appendix 1 - International Representation Chart ..................................................... 80 Appendix 2 - Specifications for International Standard Facilities ........................... 81 Appendix 3 – Anti Doping Regulations ....................................................................... 83 Appendix 4 – Players’ Code of Conduct ..................................................................... 120 Appendix
    [Show full text]
  • Download Article
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 278 2nd Yogyakarta International Seminar on Health, Physical Education, and Sport Science (YISHPESS 2018) 1st Conference on Interdisciplinary Approach in Sports (CoIS 2018) The Promise of a Holistic Ecological Approach to Study Badminton Talent Development in Indonesia Hysa Ardiyanto Caly Setiawan Master Program in Sport Sciences Faculty of Sport Sciences Universitas Negeri Yogyakarta Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia Yogyakarta, Indonesia [email protected] [email protected] Abstract—the current research in talent development using mixed doubles category in Badminton World Federation the holistic ecological approach highlights the vital role of the (BFW) World Rankings Week 28 updated on 12 July 2018. environment. Theoretically, athletic talent development’s environment contributes to the success of youth athletes’ Even though Indonesian badminton talent development transition to elite senior levels. The international achievement has gained success in international stage, research addressing of Indonesian badminton seems to be inviting for investigation this topic is limited. What seems to be well documented in the as it fulfills the criteria of successful talent development literature about badminton in Indonesia includes some aspects environment. Unfortunately, little is known about badminton’s such as the effects of training method towards badminton talent development environment in Indonesia. The existing skills [7, 8, 9], the development of badminton skill learning research tended to focus on individual athletes and [10, 11] and physical test for badminton talent identification underestimated the environment as an important factor. This [12]. In general, the research on sport talent in Indonesia paper aims to review literature in talent development in sport tended to focus on the individual athlete and underestimated concept and research from the holistic ecological perspective.
    [Show full text]