EKSISTENSI KEBUDAYAAN SUKU TAMIL

TESIS

OLEH:

SEPTY DENSO DAMANIK 167047004

MAGISTER SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara EKSISTENSI KEBUDAYAAN SUKU TAMIL MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sosial dalam Program Studi Sosiologi Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SEPTY DENSO DAMANIK 167047004

MAGISTER SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Telah diuji pada Tanggal: 14 Desember 2019

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Risnawaty Sinulingga, M.Th Anggota 1. Drs. Agustrisno, M.Si 2. Prof. Rizabuana Ismail, M.Phil,PhD 3. Drs. Henri Sitorus, M.Si

Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN

Judul Tesis

“EKSISTENSI KEBUDAYAAN SUKU TAMIL MEDAN”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sosial pada Program Sosiologi Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri, atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi- sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 14 Desember 2019

Penulis,

Septy Denso Damanik

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil Medan menjadi suatu sistem konsep yang diwariskan dalam bentuk suatu identitas diri manusia baik itu dengan cara berkomunikasi, melestarikan, dan memperkembangkan pengetahuan mereka tentang kehidupan dan sikap-sikap terhadap kehidupan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui seperti apa eksistensi kebudayaan suku Tamil Medan serta faktor apa yang mempengaruhi perubahan kebudayaan suku Tamil tersebut. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan metode wawancara, dan observasi lokasi penelitian didaerah “kampung madras” Medan. Hasil Penilitian yang telah peneliti ketahui bahwa Eksistensi Kebudayaan suku Tamil Medan masih tetap eksis dan mengalami perubahan sosial akan kebudayaan dengan mengkaji 7 (tujuh) unsur kebudayaan Universal yang peneliti teliti yaitu meliputi unsur bahasa, sistem mata pencaharian, sistem kekerabatan, sistem pengetahuan, kesenian, sistem perlengkapan hidup dan religi.

Kata Kunci :Eksistensi, Kebudayaan, Perubahan Sosial

v

Universitas Sumatera Utara

vi

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang maha Esa, atas bantuan dan tuntunan-

Nya penyusunan tesis dengan judul “ Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil di Kota

Medan” dapat diselesaikan.

Penulis telah berusaha menampilkan tesis ini dalam kondisi yang terbaik dan setepat mungkin, namun karena keterbatasan dan kelemahan yang ada, pasti terbuka kemungkinan kesalahan. Untuk itu penyusun mengharap masukan positif dari semua pihak untuk perbaikan tesis ini.

Dengan penuh kerendahan hati penyusun menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung, turut andil dan memotivasi penyelesaian tesis ini, antar lain kepada :

1. Dr. Muriyanto Amin, S.Sos, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Rizabuana, M.Phil, P.hD selaku Ketua Program Studi Magister

Sosiologi sekaligus dosen pembanding yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, pemikiran, dan dukungan

dalam penulisan tesis ini.

3. Prof. Risnawaty Sinulingga M.Th selaku pembimbing I yang telah

memberi banyak masukan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

4. Bapak Drs. Agustrisno M.SP selaku pembimbing II yang telah memberi

banyak masukan serta meluangkan waktu banyak dalam arahan penulisan

tesis ini.

vii

Universitas Sumatera Utara 5. Prof Rizabuana M.Phil selaku dosen pembanding dalam ujian tesis, yang

telah memberikan masukan dan koreksi demi penyempurnaan

penyusunan tesis ini.

6. Bapak Drs. Henri Sitorus M.Si selaku dosen pembimbing penguji tamu

dalam ujian tesis ini, yang telah memberikan masukan dan arahan dalam

penyempurnaan tesis ini.

7. Orangtua serta keluarga tercinta yang selama ini tak henti-hentinya untuk

mendoakan saya serta memberikan motivasi, semangat dan dukungan

baik moril maupun materil selama menjalankan perkuliahan hingga

proses penyelesaian tesis ini.

8. Terimakasih kepada teman dan sahabat yang selama ini selalu membantu

dalam hal pemikiran, ide dan tindakan selama menjalankan penelitian

tesis saya terkhusus kepada Deasy Vita Yessikha Nainggolan dan Dita

Permata Sari Ginting.

9. Terimakasih kepada rekan saya Benri Turnip yang telah mendukung saya

dalam penulisan dan penelitian sampai akhir proses penyelesaian tesis ini.

10. Terimakasih kepada sahabat sekaligus teman seperjuangan di Magister

Sosiologi yaitu Tri Quari Handayani dan Hikma Santi Selian yang selama

ini membantu dalam hal pemikiran, ide dan dukungan selama proses tesis

hingga tetap setia didalam penyelesaian tesis ini.

11. Seluruh rekan-rekan seperjuangan pada Program Studi Magister

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, khususnya angkatan 2016 yaitu : Jenni Solin, Syahran Saputra,

viii

Universitas Sumatera Utara Donal Tampubolon, Mhd.Risky, dan Ricky atas bantuan dan dukungan

yang diberikan selama perkuliahan.

12. Seluruh kerabat dekat India terkhusus suku Tamil dan suku Punjabi yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan informasi akurat

selama proses penelitian berlangsung demi penyelesaian tesis ini.

Segala bantuan dan dukungan mereka dapat menjadi amal dan dilimpahi berkat yang luar biasa oleh Tuhan yang maha kuasa, terimakasih.

Medan, 14 Desember 2019

Septy Denso Damanik

ix

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PENGESAHAN ...... ii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ...... iii ABSTRACT ...... iv ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL...... xiii DAFTAR GAMBAR ...... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kebudayaan ...... 7 2.1.1 Unsur-Unsur Kebudayaan ...... 9 2.1.2 Bahasa ...... 10 2.1.3 Sistem Mata Pencaharian ...... 18 2.1.4 Sistem Kekerabatan (Pernikahan)...... 19 2.1.5 Perlengkapan Hidup (Mehendi) ...... 22 2.1.6 Kesenian ...... 23 2.1.7 Sistem Pengetahuan (Pendidikan) ...... 25 2.1.8 Religi ...... 26 2.2 Identitas Suku Tamil Medan ...... 27 2.3 Penyebab Perubahan Sosial Budaya ...... 30 2.3.1 Kajian Perubahan Sosial ...... 30 2.3.2 Faktor Penyebab Perubahan ...... 30 2.4 Eksistensi Dalam Perspektif Sosiologi...... 32

x

Universitas Sumatera Utara 2.5 Sejarah Masuknya Suku Tamil Medan ...... 33 2.6 Penelitian Terdahulu ...... 35 2.7 Kerangka Konsep ...... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian...... 39 3.2 Lokasi Penelitian ...... 42 3.3 Penetuan Informan ...... 42 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...... 43 3.4.1 Wawancara ...... 43 3.4.2 Observasi ...... 45 3.4.3 Dokumentasi ...... 46 3.5 Sumber Data Dalam Penelitian ...... 46 3.5.1 Data Primer ...... 46 3.5.2 Data Sekunder ...... 47 3.6 Analisis Data ...... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Geografi Kota Medan ...... 49 4.2 Pemerintah Kota Medan ...... 51 4.3 Kedatangan Suku Tamil Medan ...... 52 4.4 Deskripsi Lokasi Penelitian...... 62 4.4.1 Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil Medan ...... 69 4.5 Eksistensi Suku Tamil Medan Berdasarkan Unsur Kebudayaan ...... 71 4.5.1 Karakteristik Informan...... 71 4.5.2 Bahasa ...... 72 4.5.3 Sistem Mata Pencaharian ...... 76 4.5.4 Sistem Kekerabatan ( Perkawinan) ...... 80 4.5.5 Perlengkapan Hidup (Mehendi) ...... 86 4.5.6 Kesenian ...... 89

xi

Universitas Sumatera Utara 4.5.7 Sistem Pengetahuan (Pendidikan) ...... 93 4.5.8 Religi ...... 96

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Eksistensi Bahasa Tamil ...... 105 5.1.1 Bahasa ...... 105 5.1.2 Faktor Perubahan Bahasa ...... 107 5.2 Eksistensi Sistem Mata Pencaharian Tamil ...... 108 5.2.1 Sistem Mata Pencaharian ...... 108 5.2.2 Faktor Sistem Mata Pencaharian ...... 108 5.3 Eksistensi Sistem Kekerabatan (Perkawinan) ...... 109 5.3.1 Perkawinan ...... 109 5.3.2 Faktor Perubahan Sistem Perkawinan ...... 110 5.4 Eksistensi Perlengkapan Hidup (Mehendi) ...... 111 5.4.1 Mehendi ...... 111 5.4.2 Faktor Perubahan Mehendi ...... 112 5.5 Eksistensi Kesenian Tamil ...... 113 5.5.1 Kesenian ...... 113 5.5.2 Faktor Perubahan Kesenian ...... 114 5.6 Eksistensi Sistem Pengetahuan (Pendidikan)...... 115 5.6.1 Pendidikan ...... 115 5.6.2 Faktor Perubahan Pendidikan ...... 116 5.7 Eksistensi Religi ...... 116 5.7.1 Religi ...... 116 5.7.2 Faktor Perubahan Religi ...... 118 5.8 Eksistensi Suku Tamil Medan ...... 119 5.9 Faktor Perubahan Sosial Budaya Pada Suku Tamil Medan ... 120 5.9.1Kampung Madras (The Little India) ...... 120 5.9.2 Perubahan Sosial Budaya Suku Tamil Sejak Adanya Little India ...... 122

xii

Universitas Sumatera Utara 5.9.3 Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya Pada Suku Tamil ...... 124 5.9.4 Pengaruh Perubahan Sosial Budaya Pada Eksistensi Suku Tamil ...... 124 5.1.0 Identitas Etnik Suku Tamil Medan ...... 126 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ...... 129 6.2 Saran ...... 131 Daftar Pustaka ...... 133

xiii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Tabel 1 ...... 18 Tabel.2 ...... 57 Tabel.3 ...... 64 Tabel.4 ...... 73 Tabel.5 ...... 85 Tabel.6 ...... 106

xiv

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Gambar. 1 ...... 64 Gambar. 2 ...... 70 Gambar. 3 ...... 71 Gambar. 4 ...... 76 Gambar.5 ...... 77 Gambar. 6 ...... 77 Gambar. 7 ...... 78 Gambar. 8 ...... 79 Gambar. 9 ...... 80 Gambar. 10 ...... 91 Gambar. 11 ...... 95 Gambar. 12 ...... 100 Gambar. 13 ...... 111 Gambar. 14 ...... 113 Gambar. 15 ...... 113 Gambar. 16 ...... 125 Gambar. 17 ...... 127

xv

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kota Medan adsalah kota terbesar ketiga di Indonesia setelah dan

Surabaya, dan kota terbesar diluar pulau Jawa. Kota Medan terkenal dengan multikulturalismenya, menyebabkan kehidupan manusia sangat lekat dengan budaya yang membesarkan dirinya dan melalui budaya itu pula menciptakan dunia disekitar dirinya. Kota Medan adalah kota multietnis yang mana penduduknya terdiri dari orang-orang dengan latar belakang budaya dan agama yang berbeda-beda.

Selain etnis Melayu sebagai penghuni awal Medan didominasi oleh suku

Jawa, Batak, Tionghoa, Mandailing dan India. Medan sendiri berasal dari bahasa

Tamil “Maidhan” atau “Maidhanam” yang berarti lapangan atau tempat yang luas dan kemudian teradopsi kebahasa Melayu. (sumber : internet )

Mengetahui tentang budaya India menjadi daya tarik tersendiri, dimana budaya India juga menjadi salah satu budaya yang cukup akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia dan mampu menawan semua pemikatnya, hal ini diperlihatkan dari unsur kebudayaan India yang sangat menarik hati dan memiliki keunikan serta ciri khas sendiri dimata masyarakat Indonesia maupun dimata dunia.

Keberadaan suku Tamil dikota Medan sendiri berawal dari gelombang migrasi masif orang Tamil ke Sumatera Utara (dahulu dengan sebutan Sumatera

Timur) yang terjadi ketika dibukanya tembakau Deli pada abad ke-19 yang dipelopori oleh Jacobus Nienhuys. Orang Tamil tersebut dipekerjakan sebagai

1

Universitas Sumatera Utara buruh di pabrik-pabrik tembakau Deli. Kalau dikaji dterdahulu “flashback”

Bangsa India sudah datang jauh sebelum perkebunan tersebut dibuka. Pada tahun

1872 ditemukan batu tertulis ( kira-kira 12 kilometer dari Barus) dan batu tersebut berhasil diterjemahkan pada tahun 1932 dan menurut penafsiran berdagang. M.A. Loderichs (1997), et al., Medan; Beeld van een Stad, (Purmeren d: Asia Maior ).

Dengan populasi sekitar 77 juta jiwa yang tersebar diseluruh dunia, suku

Tamil adalah salah satu bangsa tanpa negara yang tertua dan terbesar di dunia modern. Suku Tamil berjumlah 15,36% dari populasi Sri Lanka; 5,91% dari populasi India; 5,83% dari populasi Mauritius; 5% dari populasi Singapura; serta

5,7% dari populasi Malaysia. Di Indonesia, ada sekitar 75 ribu orang Tamil di

Indonesia, baik yang asli maupun keturunan. Sekitar 40 ribu jiwa tinggal di

Sumatera Utara. (Diaspora Tamil in Indonesia - Tamil Nation. 15 Januari 2015)

Menelusuri kedatangan orang Tamil ke Deli Serdang bisa diperkirakan pada abad pertama Masehi Keterangan tersebut didapati dari buku tua yang berjudul Manimegelei karangan pujangga Sitenar yang aslinya terbit pada abad pertama Masehi dan sangat populer di India. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa orang-orang India beretnik Tamil bersama rombongannya di sebuah kampung yang bernama Haru (sekarang menjadi Karo). (Brahma Putro. 1981)

Mengenai karya tulis Luckman Sinar menyatakan bahwa bersama para pedagang India, turut pula para seniman pengukir candi dan pendeta Hindu.

Diantara aktivitasnya adalah perkawinan antara orang India pendatang dengan pribumi Sumatera Utara, terutama wanita Batak. Menurut Hikayat Sianjur Mula-

2

Universitas Sumatera Utara mula, aksara Batak diciptakan dari kawasan ini, namun memiliki kesamaan dengan aksara yang lazim digunakan dalam bahasa Sanskerta. (Tengku Luckman

Sinar. 1988)

Diawal abad XX, masyarakat India Medan menyadari mereka sangat memerlukan suatu wadah yang dapat menghubungkan dengan sesama bangsa

India baik yang sudah menetap di Medan maupun yang baru datang. Pada 1 Juli

1913 dibentuklah sebuah perkumpulan yang bernama Deli Hindu Sabba yang disahkan oleh Gubernur Sumatera Timur pada saat itu.

Dilihat dari kajian historis menunjukkan orang-orang India etnik Tamil, sudah melakukan kontak budaya dengan penduduk di Sumatera, khususnya yang menjadi Sumatera Utara sekarang ini. Mereka datang dengan tujuan berdagang, penyebaran agama, dan budaya. Dimasa lalu pekerjaan orang-orang Tamil banyak disosialisasikan dengan pekerjaan kasar seperti, kuli perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang mengandalkan otot. Hal ini terkait latar belakang mereka yang berasal dari golongan dengan tingkat pendidikan yang rendah di India. Namun berbeda dengan orang-orang

Tamil yang datang hijrah secara mandiri ke Medan. Pada umumnya mata pencaharian mereka adalah berdagang tekstil dan rempah-rempah dipusat pasar kota Medan. (Tengku Luckman Sinar. 1988).

Bahasa yang digunakan masyarakat Tamil didalam keluarganya adalah bahasa Tamil. Sedangkan bahasa pergaulan sosial dengan orang yang bukan

Tamil biasanya digunakan bahasa Indonesia (dialek Medan).

3

Universitas Sumatera Utara Untuk berkomunikasi sehari-harinya sesama masyarakat Tamil, pada umumnya menggunakan bahasa Tamil, Seiring berjalannya waktu etnis Tamil mengalami degradasi identitas etniknya. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat

Tamil yang kurang menguasai bahasa Tamil.

Hal ini menyebabkan etnis Tamil sekarang tidak begitu fasih dalam penggunaan bahasa Tamil, kebanyakan para orang tua yang lancar berbahasa

Tamil, sedangkan para remaja tidak begitu lancar dan bahkan tidak lagi mengetahui bahasa Tamil, bahkan orang tua juga banyak yang tidak mampu lagi menggunakan bahasa itu disekitar lingkungan keluarga. Masyrakat Tamil terkenal pada masyarakat umum dengan panggilan “orang keeling” awalnya sebutan tersesbut terjadi pada masa colonial Belanda yang dikarenakan lidah orang

Belanda kesulitan untuk mengucapkan kata Kalingga, maka terucap dengan kata

Kalinggen dan oleh masyarakat pribumi yang menginginkan kemudahan mempersingkatnya menjadi keling.

“Orang-orang India melintas: tubuh tinggi, kurus, dan hitam, hanya mengenakan kain mengitari pinggang, dipasang antara kakinya, tak ubahnya seperti celana pendek. Kepala mereka memakai sejenis surban… Juga wanita-wanita Keling terdapat disana; ramping, tinggi, dan agung”.

Kutipan diatas adalah bahasa imajinatif Szekely-Lulofs tentang penampilan fisik orang India di Kota Medan, salah satu etnis yang terabaikan dan terlupakan dalam historiografi Indonesia. Penolakan yang terjadi pada masyarakat

Tamil yang enggan disebut dengan panggilan “Keling”, oleh sebab itu jiks mereka mencapai tahap ekonomi yang lebih tinggi, mereka akan menjauhkan diri dari sebutan yang memiliki stigma atau anggapan negatif yang berarti kelas bawahan.

4

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil wawancara singkat yang telah dilakukan oleh peneliti pada beberapa suku Tamil masing-masing tiga orang dari agama yang berbeda yaitu, Hindu, Buddha, Kristen dan Islam. Ditemukan bahwa tidak banyak yang mengikuti perhimpunan Tamil atau komunitas Tamil. Biasanya yang memiliki perhimpunan Tamil yang memeluk agama Hindu dan Buddha. Masyarakat Tamil yang paling mengetahui tentang keetnisan Tamil adalah yang beragama Hindu.

Dengan adanya kebudayaan dari semua unsur budaya yang dihasilkan ataupun diciptakan oleh manusia itu sendiri terkait tujuh unsur kebudayaan universal yakni diantaranya : religi, bahasa, ekonomi, teknologi, kekerabatan/perkawinan , pendidikan, dan kesenian. Berikut ini penulis melihat secara sudut pandang bagaimana kebudayaan suku Tamil Medan dan dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti merasa sangat tertarik untuk meneliti mengenai “Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil Medan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan

beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain:

1. Bagaimana eksistensi kebudayaan suku Tamil Medan?

2. Apakah faktor yang mengakibatkan perubahan Eksistensi Kebudayaan suku

Tamil Medan?

5

Universitas Sumatera Utara 1.3 Tujuan Peneliti dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan

pemahaman yang lengkap tentang Perkembangan Kebudayaan suku Tamil dan

Eksistensi orang Tamil di Kota Medan. Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Mengetahui seperti apa eksistensi kebudayaan suku Tamil Medan.

2. Mengetahui faktor yang mengakibatkan perubahansosial dan budaya pada suku

Tamil di Medan. b. Manfaat Penelitian

1. Mengingat kajian sejarah tentang orang India belum mendapat tempat dalam

historiografi Indonesia, maka studi ini bermanfaat untuk mengisi

kekuranganitu dengan menghadirkan sejarah kehidupan sehari-

hari orang India di Kota Medan.

2. Saat ini sebagian besar kajian sejarah lokal Kota Medan masih didominasitema

-tema politik, karenanya studi ini barang kali dapat menjadi batu loncatan

untuk studi yang akan datang, studi yang lebih besar dan beraneka ragam

mengenai pengalaman hidup sehari-hari masyarakat atau orang kebanyakan.

6

Universitas Sumatera Utara BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab dua berisi mengenai berbagai teori sekaligus konsep yang digunakan sebagai rujukan dalam berfikir dan menganalis data yang didapatkan dilapangan.

Secara umum bagian tinjauan pustaka menguraikan teori dan konsep mengenai

Eksitensi Kebudayaan suku Tamil Tamil medan serta penyebab perubahan sosial akan eksistemsi kebudayaan Tamil tersebut.

2.1 Pengertian Kebudayaan

Pengertian kebudayaan secara umum adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang kompleks yang mencakup pengetahuan, keyakinan, seni, susila, hukum adat dan setiap kecakapan, dan kebiasaan. Kebudayaan merupakan hasil interaksi kehidupan bersama. Manusia sebagaianggota masyarakat senantiasa mengalami perubahan-perubahan.

Suatu gerak konjungsi atau perubahan naik turunnya gelombang kebudayaan suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu disebut dinamika kebudayaan. Dalam proses perkembangannya, kreativitas dan tingkat peradaban masyarakat sebagai pemiliknya sehingga kemajuan kebudayaanyang ada pada suatu masyarakat sesungguhnya merupakan suatu cermin dari kemajuan peradaban masyarakat tersebut.

Gazalba (1979 : 72) mendefenisikan kebudayaan sebagai “cara berfikir dan cara merasa(kebudayaan bathiniah) yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suaturuang dan satu waktu”.

7

Universitas Sumatera Utara Geerts secara jelas mendefinisikannya 3 (tiga) konsep kebudayaan yaitu, ide, perilkau dan pengetahuan. Kebudayaan adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan memberikan penilaian-penilaiannya; suatu pola makna yang ditransmisikan secara historik diwujudkan di dalam bentuk-bentuk simbolik. Sehingga pada akhirnya konsep budaya lebih merupakan sebagai pedoman penilaian terhadap gejala-gejala yang dipahami oleh si pelaku kebudayaan tersebut. Makna berisi penilaian-penilaian pelaku yang ada dalam kebudayaan tersebut. Dalam kebudayaan, makna tidak bersifat individual tetapi publik, ketika sistem makna kemudian menjadi milik kolektif dari suatu kelompok.

Kebudayaan dewasa ini dipengaruhi oleh perkembangan yang pesat, dan manusia modern sadar akan hal ini. Kesadaran ini merupakan suatu kepekaan yang mendorong manusia agar dia secara kritis menilai kebudayaan yang sedang berlangsung. Dan untuk bisa dicapai hasil ini, harus memiliki gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan kebudayaan dewasa ini. Untuk bisa diketahui hasil gambaran tersebut, manusia perlu melihat perkembangannya sendiri latar belakang tahapan kebudayaan dulu.

Artinya, kebudayaan diperoleh dari belajar, kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar. Diatidak diturunkan secara biologis atau pewarisan melalui unsur genetis saja. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia yang digerakan oleh kebudayaan dengan perilaku makhluk lain yang tingkahlakunya digerakan olehinsting. Ketika baru dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut digerakkan oleh insting dan

8

Universitas Sumatera Utara naluri. Insting atau naluri ini tidaktermasuk dalam kebudayaan, tetapi dapat mempengaruhi kebudayaan.

Menurut Undang Undang pasal 3 ayat (1) UUD 1945 yaitu “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai- nilai budayanya.”

2.1.1 Unsur-Unsur Kebudayaan

Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa didunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan.

Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan didalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :

1. Bahasa

2. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (pertanian,peternakan, sistem

produksi, distribusi).

3. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,sistem

hukum, perkawinan).

4. Sistem peralatan hidup

9

Universitas Sumatera Utara 5. Kesenian

6. Sistem pengetahuan

7. Religi

2.1.2 Bahasa

Sebagai salah satu diantara bilangan kecil bahasa klasik yang tinggal di dunia, bahasa Tamil mempunyai tradisi kesusasteraan yang sukar dilunturkan sejak lebih dua alaf. Tulisan bahasa Tamil memang sedikit perubahannya sepanjang tempoh tersebut. Kesannya, kesusasteraan klasik banyak diterapkan dalam pertuturan harian seperti kesusasteraan modern. Murid-murid sekolah

Tamil, contohnya, masih diajar aksara-aksara yang diketahui belajar aksara tersebut sekitar abad pertama masehi.

Bahasa Tamil merupakan bahasa klasik dan bahasa utama dalam keluarga bahasa Dravida. Bahasa dravida adalah salah satu bahasa-bahasa kuno didunia.

Asal-usul bahasa Tamil tidak begitu jelas. Namun, bahasa ini berkembang di India sebagai bahasa yang kaya dengan sasteranya. Lebih dari 55 % catatan epigrafik di

India ditemukan dalam bahasa Tamil. Bahasa Tamil mempunyai sastera yang tertua dikalangan bahasa Dravida.

Karya sastera ini di India dipelihara dalam manuskrip daun Palma Orang

Tamil di Indonesia, sudah menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam berinteraksi dengan sesama orang Tamil maupun dengan etnis di luar Tamil. Interaksi sosial ini membuat mereka berbaur dengan masyarakat yang berbeda etnis dan hal ini yang membuat mereka lebih fasih berbahasa Indonesia. (Moeliono dalam Sneddon 2003:73).

10

Universitas Sumatera Utara Adapun di Negara India bagian selatan khusunya suku Tamil ternyata masyarakat Tamil menolak belajar bahasa Hindi dimana bahasa Hindi adalah bahasa Persatuan dari seluruh etnik yang ada Negara India karena, orang Tamil merasa peradaban mereka lebih tinggi dari Hindi. Lebih jauh mereka merasa sebagai aslinya India, moyang kebudayaan India. Alasan mereka sederhana karena babad Mahabarata dan Ramayana hanya menyebut wilayah-wilayah di India bagian selatan tepatnya daerah Tamil Nandu. Bila di Jawa dua epos ini bermakna sekedar bunga cerita namun di India ini bagai tutur Adam dan Hawa dikitab suci religi asal Timur Tengah. Peradaban juga diukur kata Tamil dengan kekayaan huruf dalam bahasa. Jumlah huruf dalam bahasa Latin punya 26 huruf, bahasa

Hindi 53 huruf, maka bahasa Tamil mengenal 247 huruf. Kesimpulan tesis mereka bila disederhanakan kurang lebih adalah kebudayaan Hindu berkembang pertama kali dari wilayah kami demikian pula India dan Hindu di seluruh dunia; dan akan selalu demikian.Berikut tabel dengan menejelaskan jenis bahasa yang digunakan di Negara India yaitu:

11

Universitas Sumatera Utara Bahasa Keluarga/Rumpun Negara Assam Indo-Arya, Timur Assam Benggala Indo-Arya, Timur Andaman & Nicobar Islands, Tripura, West Bengal Bodo Tibeto-Burman Assam Dogri Indo-Arya, Utara Jammu dan Kashmir Gujarati Indo-Arya, Barat Dadra dan Nagar Haveli, Daman dan Diu, Gujarat Hindi berbagai Indo-Arya, Kepulauan Andaman dan Nikobar, Arunachal Pradesh, Bihar, Chandigarh, Chhattisgarh, Haryana, Himachal Pradesh, Jharkhand, Madhya Pradesh, Rajasthan, Uttar Pradeshdan Uttarakhand Kannada Dravida, Selatan Karnataka. Kashmir Dardic Jammu dan Kashmir Konkani Indo-Arya, Selatan Goa, Karnataka, Maharashtra, Kerala Maithili Indo-Arya, Timur Bihar Malayalam Dravida, Selatan Kerala, Andaman dan Nikobar, Lakshadweep, Puducherry Manipuri Tibeto-Burman Manipur Marathi Indo-Arya, Selatan Maharashtra, Goa, Dadra & Nagar Haveli, Daman dan Diu, Madhya Pradesh, Karnataka Nepal Indo-Arya, Utara Sikkim, West Bengal, Assam Oriya Indo-Arya, Timur Orissa Punjabi Indo-Arya Chandigarh, Delhi, Haryana, Punjab Sansekerta Indo-Arya Non-bahasa daerah. Santhali Munda Santhal suku-suku dari Chota Nagpur Dataran Tinggi (terdiri dari negara bagian Bihar,

17

Universitas Sumatera Utara Chattisgarh, Jharkhand, Orissa) Sindhi Indo-Arya, Northwestern Bahasa non daerah. Tamil Dravida, Selatan Tamil Nadu, Andaman & Nicobar Islands, Puducherry ; Telugu Dravida, Selatan-Tengah Andaman & Nicobar Islands, Andhra Pradesh, Puducherry; Urdu Indo-Arya, Tengah Jammu dan Kashmir, Andhra Pradesh, Delhi, Bihar, Uttar Pradesh. Tabel 1. Jenis Bahasa yang digunakan di Negara India Sumber : Internet

2.1.3 Mata Pencaharian.

Pada sistem mata pencaharian hidup merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus yang mejadikan kehidupan manusia terus meningkat.

Dalam tingkat sebagai food gathering. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan (Koentrajaningrat, 2002).

Sistem perekonomian masyarakat India dilembah Sungai Indus sangat bergantung pada pengolahan lahan pertanian disekitar sungai. Dikawasan ini, petani menanam padi, gandum, sayuran, buah-buahan, dan kapas. Selain itu mereka juga beternak sapi, kerbau, domba, dan babi. Selain pertanian dan peternakan, perdagangan juga merupakan aspek perekonomian penting bagi masyarakat lembah Sungai Indus. Kelebihan hasil pertanian membuat mereka dapat melakukan perdagangan dengan bangsa lain terutama dengan penduduk

Mesopotamia. Barang dagangan yang diperjual-belikan masyarakat lembah

Sungai Indus adalah barang-barang dari perunggu dan tembaga, bejana dari perak dan emas, serta perhiasan dari kulit dan gading.(sumber http://www.hariansejarah. id/2017/01/sejarah-india-kuno-peradaban-lembah.html)

18

Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Sistem Kekerabatan (Perkawinan)

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatandari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar.

Menurut Chony dalamAli Imron (2005:27) Sistem kekerabatan dijelaskan bukan hanya saja karena adanya ikatan perkawinan atau karena adanya hubungan keluarga, tetapi karena adanya hubungan darah”. Selain itu Chony juga mengungkapkan bahwa kunci pokok sistem perkawinan adalah kelompok keturunan atau linegedan garis keturunan atau descent.Anggota kelompok keturunan saling berkaitan karena mempunyai nenek moyang yang sama, kelompok keturunan ini dapat bersifat patrilineal atau matrilineal.

Menurut Thalib (1980), perkawinan ialah suatu perjanjian yang suci kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni, kasih-mengasihi, tenteram dan bahagia.Gardiner & Myers (dalam Papalia, Olds &

Feldman, 2004) menambahkan bahwa perkawinan menyediakan keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan kasih sayang, pemenuhan seksual, pertemanan dan kesempatan untuk pengembangan emosional seperti sumber baru bagi identitas dan harga diri.Perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin dan suci antara laki-laki dan perempuan yang saling mengasihi, yang disahkan melalui agama kepercayaan masing-masing dan hukum yang berlaku.

19

Universitas Sumatera Utara Ditinjau dari kebudayaan masyarakat manapun, perkawinan merupakan sebuah hubungan yang memiliki makna suci atau sakral, dengan tujuan meneruskan generasi manusia. Perkawinan akan melibatkan sistem religi, ekonomi, kekerabatan, dan sistem sosial lainnya. Upacara perkawinan ini dalam kebudayaan Tamil disebut thirumanam. Berasal dari dua kata thiru dan manam.

Kata thiru berarti tentang, berasal dari atau berhubungan dengan Tuhan, di sisi lain kata manam berarti menyatukan. Jadi kata thirumanam dalam perspektif agama Hindu adalah penyatuan kedua jenis manusia atau kehendak Tuhan Yang

Maha Esa.

Sistem perkastaan pada etnik Tamil tidak terlepas dari system perkawinan dengan tradisi perjodohan ,pada umumnya timbul akibat perbedaan asal dan warna kulit, ketika pada tahun 1500 SM bangsa Arya memasuki India. Bangsa

Arya ini berkulit putih dan berbahasa Sanskerta. Kemudian bangsa

Aryamenyerang bangsa Dravida dan berhasil menaklukkan bangsa Dravida sehingga akhirnya bangsa Dravida terdesak kesebelah selatan India. Kulit mereka lebih putih dibandingkan dengan penduduk asli.

Maka dengan adanya system kasta agar keturunan dan warna kulit bangsa

Arya tetap terjaga dan tidak bercampur-baur dengan penduduk asli, yaitu bangsa

Dravida. Menurut Harahap 2012 : 21-22. Berikut pembagian kasta menurut kepercayaan dan tradisi suku Tamil :

1. Brahmana, yaitu kasta para pendeta agama Hindu yang merupakan lapisan

tertinggi pada masyarakat.

2. Ksatria, yaitu kasta para bangsawan dan tentara.

20

Universitas Sumatera Utara 3.Waisya, yaitu kasta para pedagang dan kasta ini dianggap sebagai

kelompok lapisan menengah pada masyarakat, jenis kasta tidak terbatas

pada beberapa jenis saja melainkan jenis kasta berdasar pada jenis

pekerjaan yang dilakukan.

4. Sudra, yaitu kasta yang dimiliki oleh kebanyakan atau rakyat jelata

5. Didalam sistem kasta terdapat kelompok yang masyarakat yang tidak

memiliki kasta atau budak. Adapun mereka yang tidak berkasta disebut

kaum Pria.

(Martaniah, 1998) menyatakan bahwa kebudayaan akan mempengaruhi motif sosial. Maka dapat diperkirakan bahwa budaya kasta pada etnis India akan mempengaruhi motif sosial mereka. Motif sosial merupakan motif yang mendasari aktifitas yang dilakukan individu dalam reaksinya terhadap orang lain

(Borkowitz dalam Martaniah, 1998). Motif sosial terdiri dari motivasi afiliasi, berprestasi dan berkuasa.

Dalam sistem kasta, orang Tamil menduduki golongan kasta Sudra. Hal ini sesuai dengan kasta mereka ketika didatangkan sebagai buruh di perkebunan Deli.

Falsafah hidup orang India Tamil berbunyi “Yathum Ure, Yawerum Kellir“ yang artinya bahwa mereka harus menjaga budaya dan tingkah laku dalam bermasyarakat dimanapun mereka berada. Solidaritas kelompok diantara orang

Tamil masih kuat yakni berupa sistem tolong menolong atau yang disebut dengan

“Uthewi Sheitel”. Solidaritas mereka diwujudkan pada saat mengadakan kegiatan perkawinan, rangkaian upacara kematian dan acara hari-hari besar mereka. Sistem tolong menolong ini memiliki prinsip timbal balik, orang yang pernah ditolong

21

Universitas Sumatera Utara harus membantu mereka ketika membutuhkan dan demikian pula sebaliknya

(Florence, 2008).

Sesuai dengan anggapan adat lama, maka perkawinan pada suku bangsa

Tamil dipengaruhi oleh Sistem Klen dan Sistem Kasta. Perkawinan mereka bersifat endogami klen. Misalnya, seseorang yang berasal dari Muntheliyer

(pemilik modal) harus mencari jodoh dari klen yang sama. Namun golongan muda mengatakan adat seperti itu sudah tidak dipegang teguh lagi. Dalam penentuan jodoh, orang tua masih sangat berperan, dan sebagian para anak menyatakan kurang senang (sumber: http//:e-journal.uajy.ac.id/1601/3/2TA12254).

2.1.5 Perlengkapan Hidup ( Mehendi )

Peralatan dan perlengkapan hidup merupakan total semua teknik yang dimiliki sekelompok orang, tersusun dari semua cara melakukannya serta berbuat.

Perihal ini berkenaan dengan perkumpulan serta pemrosesan resep mentah guna dibentuk suatu media kerja, pakaian, alat transportasi serta kebutuhan lainnya layaknya benda material. Salah satu dari perlengkapan India yang sangat melekat dengan khas dari adat istiadat mereka yaitu pakaian adat India, warna-warni dan gaya pakaian tradisional bergantung pada berbagai faktor, terutama iklim dan tradisi mehendi di dalam pernikahan umat India.

“Mehendi pertama kali diperkenalkan ke India oleh bangsa Mogul pada abad ke-12 Masehi. Pada mulanya Mehendi biasa dipakai oleh wanita Arab atau

India ketika akan mengadakan acara pernikahan. Menurut tradisi pernikahan India tidak lengkap tanpa adanya upacara Mehendi sehingga ritual ini wajib dan harus dilakukan saat akan menikah. Henna atau bubuk pacar akan diaplikasikan atau

22

Universitas Sumatera Utara digunakan pada saat malam sebelum hari pernikahan dan biasanya disebut dengan hari pacar. Selain mempelai wanita anggota keluarga wanita juga diaplikasikan henna. Tradisi pemakaian Mehendi dikenal dengan salah satu dari beberapa rangkaian proses pernikahan orang India yang wajib dilakukan pada saat resepsi / acara pernikahan bagi perempuan India yang beragama Hindu, Budha, Islam ataupun Kristen.

2.1.6 Kesenian

Kesenian dapat dimaknai berupa semua keinginan manusia pada keindahan. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu timbul dari penglihatan imajinasi yang dapat menyumbangkan kebahagiaan mental untuk manusia. Secara garis besar, kita bisa mampu memetakan rupa seni dalam tiga jenis, yaitu seni rupa, seni suara (musik) serta seni tari.

Jika dilihat dari segi alat musik, suku India yang dulu sampai sekarang telah mengalami perubahan, ini terlihat dari corak, warna, dan lain-lain. Misalnya alat musik Tempura, yang dulunya hanya berwarna sesuai dengan warna kayunya, sekarang sudah ditambahi dengan warna yang lain, lebih mengkilap dan diperhalus, dan begitu juga dengan alat musik lainnya.

Menurut (Malm 1977) musik seni India biasanya selalu dikatakan dimulai dengan himne yang dilatarbelakangi oleh tradisi Veda, yaitu berupa teks suci masyarakat Arya, dan materi-materi lainnya yang dapat ditambahkan dan berkembang selama beberapa abad. Rig Veda adalah bentuk tradisi Veda yang paling awal dan tetap dipertahankan hingga kini. Beberapa teksnya dirancang kembali dalam bentuk yang disebut Yajur Veda. Sementara itu Sama Veda terdiri

23

Universitas Sumatera Utara dari teks-teks pilihan dari sumber yang sama dengan yang dipergunakan pada upacara keagamaan. Di sisi lain Atharva Veda adalah sekumpulan teks-teks yang berbeda, diturunkan dari magik keagamaan rakyat dan mantera-mantera.

Tradisi Veda dianggap hanya untuk budaya kasta yang lebih tinggi, dan disebabkan alam kegamaannya, yang memiliki tulisan-tulisan singkat yang begitu kuat mengkoreksi pertunjukan. Secara metafisis, getaran fisik yang menghasilkan suara musikal yang disebut nada, tidak akan terselesaikan dengan cara menghubungkannya dengan dunia spiritual. Sisa-sisa dari tradisi ini memperlihatkan adanya hubungan antara musik India Lama dan musik klasik sampai sekarang ini, musik dan tariannya dikatakan mempunyai berbagai variasi unsur dramatis. Berbagai sumber teori penting lainnya untuk musik India adalah karya Matanga, yang bertajuk Brhaddesi pada abad kesepuluh. Juga karya

Sangaradewa, yang bertajuk Sangita Ratnakara, pada abad ketiga belas, ditulis sejak datangnya ide-ide musik dari Timur Tengah yang dibawa oleh pemerintahan

Moghul.

Ahli-ahli teori musik India dari abad keenam belas sampai abad kedua puluh secara kontinu mencoba mensintesis kedua budaya ini dan kemudian menstandardisasinya. Kalau kita berbicara musik India maka yang paling menonjol adalah ide dan terapan dimensi waktu yang disebut tala, juga dimensi ruang yang disebut dengan raga. Baik praktik musik lama dan modern, secara umum menghasilkan tujuh svara, pada sebuah oktaf (saptaka). Ketujuh svara tersebut mempunyai nama-nama khusus, tetapi hanya silabis pertamanya dari tiap-

24

Universitas Sumatera Utara tiap namanya yang umum dipergunakan untuk menuliskan nada-nada ini. (Sumber

: http//:e-journal.uajy.ac.id/1601/3/2TA12254).

2.1.7 Sistem Pengetahuan (Pendidikan)

Dalam arti lain, pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah atau tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena dua hal. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.

Pengetahuan orang Tamil sangat dipengaruhi oleh tradisi leluhur mereka.

Sebagian besar kehidupan orang Tamil adalah hasil kebudayaan yang diturunkan dari generasi kegenerasi. Sehingga banyak dari mereka menjalankan apa yang telah diwariskan para leluhurnya tanpa mengetahui dengan jelas nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Menurut keterangan dari Himpunan Parisadha Hindu

Dharma Indonesia di Medan, orang-orang dari suku bangsa Tamil di Sumatera

Utara telah banyak yang bergelar sarjana kedokteran dan sarjana hukum. Ini menunjukkan bahwa orang Tamil juga tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran dan hukum selain bidang ekonomi yang sebelumnya lebih banyak diminati. Perubahan pola berfikir orang-orang Tamil terbukti dalam sistem mata pencaharian.

25

Universitas Sumatera Utara Sebelumnya orang-orang Tamil hanya menjadi buruh kebun hingga kemudian menjadi pedagang atau pekerjaan lain yang lebih baik lagi. Menurut mereka, bekerja dan tinggal didaerah perkebunan membuat mereka lambat atau ketinggalan perkembangan jaman. Pada umumnya, orang Tamil berfikir secara praktis dalam hal pendidikan untuk anak-anaknya. Bagi mereka yang berekonomi menengah kebawah, akan menyekolahkan anak-anaknya sampai tingkat SMP

(Sekolah Menengah Pertama) atau SMA (Sekolah Menengah Atas). Jika mereka sudah bisa bekerja, biasanya si anak akan berhenti sekolah. Namun bagi orang

Tamil yang berekonomi menengah keatas, akan menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Dengan harapan nantinya akan menjadi pengusaha atau menjadi seorang yang lebih sukses dari orang tuanya.

2.1.8 Religi

Religi dapat diartikan yaitu suatu mekanisme yang teratur antara keyakinan serta praktek keagamaan yang berkaitan bersama hal-hal suci serta tidak terkira oleh akal. Sistem keagamaan terhimpun atas, sistem kepercayaan, sistem nilai serta keseharian hidup, pembicaraan keagamaan, serta kegiatan keagamaan.Jangan sekali-kali berpikir dalam bingkai sempit bahwa orang India

Tamil pasti beragama Hindu. India yang kita kenal sekarang dan dahulu luas sekali wilayah dan pengaruhnya. Dari sisi agama, sebagian besar India Tamil adalah Islam, jadi bukan mualaf dari agama Hindu atau agama lainnya. Sebagian lagi, orang India Tamil memeluk agama Buddha dan Kristen Katolik.

Dalam kasus tersebut mereka melebur menjadi bagian integral dari etnik dan budaya komunitas tempatan, sehingga sulit untuk mengidentifikasi sosok

26

Universitas Sumatera Utara kultural mereka kecuali hanya dari warisan penampilan fisik seperti dikemukakan oleh Hasan Muarif Ambari (2008). Gejala yang sama juga terlihat kecenderunganya pada pendatang migran Tamil kemudian, yaitu mereka yang berpindah ke Sumatera Utara pada abad ke-19 dan sesudahnya. Proses-proses adaptasi sosial budaya komunitas Tamil Medan khususnya berlangsung lebih intensif dengan komunitas-komunitas tempatan jika dibandingkan dengan orang- orang Punjab. Kenyataan bahwa orang-orang Tamil telah terfragmentasi berdasarkan agama, membuat mereka lebih terbuka untuk berubah,sehingga identitas suku Tamil berangsur-angsur hilang. Bahkan kalangan Tamil Muslim sudah mengidentifikasi diri kedalam komunitas yang kesatuan sesama agama dibandingkan dengan kesatuan sebagai sesama warga etnik Tamil.

(sumber :siwa kumar.blogspot.com/2011/01/pluralitas-Tamil dikota medan.html).

2.2. Indetitas Suku Tamil Medan

Identitas etnik sebagai suatu konstrak yang kompleks yang mencakup komitmen dan perasaan kebersamaan pada suatu kelompok, mengevaluasi positif tentang kelompoknya, mempunyai minat dan pengetahuan tentang kelompok,serta keterlibatan dalam aktivitas sosial dari kelompok (Phinney, 1992).

Masyarakat Tamil sudah lama menetap di Kota Medan, berbagai sejarah telah menceritakan awal mula kedatangan mereka ke Indonesia. Ada yang menyebutkan pada zaman pra sejarah, sejarah dan juga setelah kemerdekaan

Indonesia. Dengan waktu yang cukup lama tersebut, masyarakat Tamil sudah menjadi bagian dari warga negara Indonesia. Tamil paling banyak berada di provinsi Sumatera Utara dan tersebar di Medan, Binjai, Sibolga, Tanjung Balai,

27

Universitas Sumatera Utara Pematang Siantar, dan Tebing Tinggi. Jumlah penduduk etnis Tamil di Sumatera

Utara 70.000 jiwa (Kompas, 2008). Tetapi tidak diketahui pasti berapa jumlahnya sekarang terkhusus di Kota Medan karena tidak ada pemetaan berdasarkan jumlah suku lagi. Etnis India terbagi lagi menjadi beberapa suku, yang paling banyak di

Kota Medan adalah etnis Tamil dan Punjabi.

Di India terkenal dengan susunan kasta. Setiap golongan memiliki kedudukan sosial yang sangat tajam batasan-batasannya, sehingga lahir dan mati dalam golongannya dan tidak dapat dirubah (Waluya, 2007). Sistem kasta di India ini timbul karena perbedaan asal dan warna kulit. Etnis Tamil dapat dikenali dengan mudah dari ciri-ciri fisiknya, yaitu berkulit gelap, memiliki bulu yang lebat, gigi putih dan kumis tebal, sedangkan etnis Punjabi memiliki kulit yang putih, badan besar dan tinggi, hidung mancung dan biasanya brewokan. Punjabi berasar dari bangsa Arya, ketika mereka memasuki India pada tahun 1500 SM kulit mereka lebih putih dibandingkan dengan penduduk asli yang menyebabkan timbulnya perbedaan kasta agar keturunan dan warna kulit bangsa Arya tetap terjaga dan tidak bercampur dengan penduduk asli, yaitu bangsa Dravida

(Florence, 2008).

Fenomena perkawinan campuran pada etnis Tamil dengan etnis selain

Tamil membuka diri mereka untuk berubah dan mengalami proses adaptasi sosial.

Etnis Tamil juga dapat dijumpai diberbagai agama, kebanyakan mereka menganut agama Hindu dan Buddha kemudian Kristen dan juga Islam (Tempo, 2015). Adat

Istiadat Tamil melekat pada agama Hindu dan Buddha sehingga pada agama

Kristen dan Islam adat istiadat Tamil tidak begitu kelihatan. Agama yang mereka

28

Universitas Sumatera Utara anut membuat diri etnik Tamil sendiri lebih memprioritaskan dalam perubahan sesuai dengan agamanya. Identitas suku Tamil berangsur-angsur hilang mengakibatkan solidaritas sesama etnis Tamil tidak begitu kuat (Lubis, 2005).

Masyarakat Tamil sedikit yang mengikuti komunitas Tamil atau perhimpunan Tamil. Biasanya yang mengikuti perhimpunan Tamil ialah mereka yang memeluk agama Hindu dan Buddha, sehingga yang paling mengetahui keetnisan Tamil adalah yang beragama Hindu kemudian disusul oleh Buddha,

Kristen dan Islam umumnya banyak yang tidak tahu mengenai etnis Tamil.

Seiring berjalannya waktu etnis Tamil mengalami degradasi identitas etnik. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat Tamil yang kurang menguasai bahasa

Tamil. Bahasa Tamil yang menggunakan bahasa Dravida ini memiliki banyak abjad sehingga menyulitkan untuk dikuasai, apalagi kaum muda yaitu remaja.

Menurut tokoh Tamil di Kota Medan, Moses Alegasan (2015) mengatakan pada saat ini etnis Tamil yang tinggal di Kota Medan merupakan keturunan ketiga atau keempat dari keturunan aslinya yang berasal langsung dari India.

Hal ini menyebabkan etnis Tamil sekarang tidak begitu fasih dalam penggunaan bahasa Tamil, kebanyakan para orang tua yang lancar berbahasa

Tamil, sedangkan para remaja tidak begitu lancar dan bahkan tidak lagi mengetahui bahasa daerah etnis tamil yang menjadi bagian dari identitas diri mereka.

29

Universitas Sumatera Utara 2.3. Penyebab Perubahan Sosial-Budaya

2.3.1 Kajian Perubahan Sosial

Masyarakat sebagai manusia pasti mengalami perubahan-perubahan di dalam perjalanan hidupnya, meskipun perubahan tersebut kurang menarik dalam artian tidak begitu mencolok.Perubahan-perubahan hanya akan dapat ditemukan oleh seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada waktu yang lampau (Soerjono Soekanto, 2006: 87).

Kegiatan pengkajian perubahan sosial sering dikaitkan dengan sejarah suatu komunitas masyarakat yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda, sehingga bisa dipakai sebagai ancangan kajian perubahan sosial secara lebih mendalam. Ciri utama dari kajian semacam itu akan mencakup domain (ekonomi, budaya, politik dan lain-lain) apa yang paling berpengaruh. Perubahan sosial selalu bersumber dari keadaan spesifik, dari suatu kondisi masyarakat sehingga dapat dipakai untuk menjelaskan perubahan sosial yang terjadi (kajian itu mencakup jaringan sosial, organisasi sosial atau domain tertentu, meliputi ekonomi, hukum, politik, pendidikan dll) (Sudarno Wiryohandoyo, 2002:

46).Perubahan sosial tentu saja tidak terjadi begitu saja, pada umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan itu terjadi, yang mana ada faktor internal ataupun juga faktor eksternal masyarakat.

2.3.2 Faktor Penyebab Perubahan

Faktor yang berasal dari dalam yaitu: Pertama, bertambah dan berkurangnya penduduk. Pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan perubahan jumlah dan persebaran wilayah pemukiman. Wilayah pemukiman yang

30

Universitas Sumatera Utara semuala terpusat pada satu wilayah (desa)akan berubah terpencar karena faktor pekerjaan. Begitupun juga dengan berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya.

Kedua, adanya penemuan-penemuan baru. Misalnya saja teknologi, yang mana bisa mengubah cara berinteraksi individu dengan orang lain. Dengan teknologi juga bisa menggantikan tenaga manusia dalam kegiatan produksi di sektor industri. Karena dengan menggunakan teknologi bisa lebih efektif dan efesien dalam pengerjaannya.

Ketiga, pertentangan atau konflik, yang mana sebuah konflik akan terjadi ketika ada perbedaan kepentingan atau terjadi ketimpangan sosial. Hal ini disebabkan karena setiap individu mempunyai kemampuan yang tidak sama dalam meraih sumber daya yang ada.

Keempat, terjadinya pemberontakan atau revolusi, hal ini masih berkaitan erat dengan faktor sebelumnya yaitu konflik sosial, dengan adanya pemberontakan tentunya akan melahirkan berbagai perubahan, karena pihak pemberontak akan memaksakan tuntutannya, yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan ekonomi, pergantian kekuasaan dan sebagainya.Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar,diantaranya:

Soekanto (1982) berpendapat bahwa, terjadinya bencana alam atau yang mempengaruhi kondisi lingkungan fisik. Kondisi ini kadang memaksa masyarakat suatu daerahuntuk mengungsi. Dan ketika masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka juga harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru itu. Selain itu adanya pembangunan sarana fisik juga sangat memengaruhi perubahan aktifitas masyarakat.

31

Universitas Sumatera Utara Kedua, peperangan. Hal itu bisa memicu terjadinya perubahan sosial lantaran pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologinya dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.

Ketiga, adanya pengaruh dari kebudayaan masyarakat lain. jika pengaruh dari kebudayaan lain dapat diterima tanpa paksaan maka disebut demonstration effect Jika saling menolak disebut cultural animosity Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang semakin lama akan menggeser unsur-unsur kebudayaan asli.

2.4 Eksistensi dalam Perspektif Sosiologi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan yangmerupakan suatu keberadaan.

Konsep eksistensi menurut Dagun (Kartika, 2012: 15) dalam kehidupan sosial manusia yang terpenting adalah keadaan dirinya sendiri atau eksistensi dirinya sendiri.

Eksistensi dapat diartikan sesuatu yang menganggap keberadaan manusia tidaklah statis, artinya manusia senantiasa bergerak dari kemungkinan ke kenyataan. Proses ini berubah bila kini menjadi sesuatu yang mungkin maka besok akan berubah menjadi kenyataan karena manusia itu mempunyai kebebasan untuk bergerak. Bereksistensi berarti berani mengambil keputusan yang menentukan bagi hidupnya. Konsekuensinya jika kita tidak bisa mengambil keputusan dan tidak berani berbuat maka kita tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya.

Dalam perspektif Sosiologi, setiap komunitas atau kelompok masyarakat mempunyai bermacam-macam tujuan yang diinginkannya dan atas dasar kriteria

32

Universitas Sumatera Utara menentukan suatu pilihan diantara tujuan-tujuan yang saling bersaingan, lalu menilai alat yang mungkin bisa dipakai untuk mencapai tujuan. Hal ini mungkin mencakup pengumpulan informasi, mencatat kemungkinan-kemungkinan serta hambatan-hambatan yang terdapat dalam lingkungan dan mencoba meramalkan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dari berbagai alternatif tindakan itu dan akhirnya suatu pilihan dibuat atas alat yang dipergunakan dengan pertimbangan eksistensinya.

Misalnya saja, keberadaan sarana komunikasi memberikan dampak yang signifikan di berbagai bidang seperti sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidang- bidang lainnya. Komunikasi tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi dapat dilakukan dengan berbagai media sosial seperti dunia maya. Dengan pesatnya perkembangan new media, telah memberikan dampak terhadap situs-situs komunikasi, dari sekedar email dan chatting, menjadi media sosial atau jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Path, Snapchat. Siapa yang tak ingin eksistensinya diakui oleh orang lain? Semua orang pasti mau dan bahkan berusaha untuk mewujudkannya, Begitu pula dengan remaja, mereka yang dalam usia masih belia itu lebih suka ketika memiliki sebuah hal yang dapat dibanggakan.Sementara itu dalam ruang lingkup media sosial, mendapat perhatian dan menumbuhkan citra dapat dikategorikan dengan ke-eksistensian diri

(Nasrulloh, 2016).

2.5 Sejarah Masuknya Suku Tamil Medan

Suku bangsa Tamil telah datang ke Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu, tidak ada tahun yang pasti mengenai kedatangannya ke Indonesia untuk yangpertama kalinya. Kapan dan bagaimana pertama sekali orang India pindah ke

33

Universitas Sumatera Utara Indonesia tidak diketahui dengan pasti. Hal ini telah disurvei oleh peneliti denganm menanyakan beberapa orang suku India Tamil. Ketua Parisada Hindu

DharmaIndonesia, Narain Sami, SH mengatakan kemungkinan suku Tamil pertama sekali datang ke Sumatera Utara sekitar tahun 1602, tetapi beliau juga tidakbegitu pasti.

Kedatangan orang-orang India dalam jumlah besar dan hingga sekarang menetap dan membentuk suatu komunitas diberbagai bagian wilayah Sumatera timur dan khususnya Medan baru terjadi sejak pertengahan abad ke-19, yaitu sejak dibukanya industri perkebunan di Tanah Deli.

Pengamatan juga yang dilakukan oleh Sinar (2008), mereka sudah berada di Indonesia sejak tahun 717 Masehi. Untuk lebih rincinya penulis akan menulis berdasarkan kutipan dari buku karangan beliau dan dari Wikipedia bahasa

Indonesia, ensiklopedia bebas. Pernyataan berikut ini yaitu halaman 30 s/d 35 adalah hasil dari ringkasan yang dibuat peneliti yang diambil dari Sinar (2008:1-

17), menyebutkan kedatangan berbagai etnis India ke Pantai Timur Sumatera dan pantai Barat Sumatera Utara sudah lama sekali sebelum Masehi.

Hal ini dapat dilihat dari candi yang terdapat di Padang Lawas dan patung

Adytiawarman di Pagaruyung. Kedatangan mereka ini sangat berdampakterhadap perdagangan dan adat budaya masyarakat dipantai Barat SumateraUtara dan mereka membawa aksara Pallawa. Peranan etnis India dari Malabar(Malabari) dapat ditelusuri dari hikayat tentang masuknya Islam ke Sumatera. Pada saat yang bersamaan, kota Medan mengalami perkembangan yang begitu pesat. Modernitas

Kota Medan padaawal abad ke-20 yang menawarkan berbagai kesempatan kerjatelah menarik minat berbagai kelompok sosial, termasuk orangIndia yang

34

Universitas Sumatera Utara berstatus “bekas kuli kontrak”. Selain bekas kuli,modernitas kota Medan juga menarik para pendatang baru dari India.

Ini semakin memperkuat bahwa suku Tamil telah lama masuk ke Sumatera

Utara. Sejak kedatangannya sekitar akhir abad ke 18 dan awal abad ke-19, suku bangsa Tamil mulai menyebar ke beberapa daerah di Sumatera Utara, antara lain:

Langkat, Binjai, Medan, Lubuk Pakam, Tebing Tinggi, dan Pematang Siantar.

Daerah-daerah tersebut yang dikenal memiliki potensi besar di sektor perkebunan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Ria Luinne Tabita Pakpahan (2015) mengenai Analisa Musik Dan Teks

Padhu India Tamil Dalam Liturgi Anglikan Holy Trinity Di Medan (Metode

Kualitatif). Padhu memiliki peranan penting sebagai salah satu media pemujaan terhadapTuhan. Hal ini menunjukan bagi suku Tamil pemujaan adalah sesuatu yang mutlak(padhe) adalah sebuah nyanyian untuk sebuah peribadatan suku

Tamildalam bahasa India, untuk menyatakan sebuah pujian atau penyembahan kepadaTuhan dalam sebuah peribadatan di Gereja Anglikan Holy Trinity

Hasil penelitian ini menunjukan melalui tata cara (liturgy) peribadatan

Gereja Holy Trinity yang menggunakan padhu dalam peribadatan suku India

Tamil. Penulis melihat peranan padhu sangat penting, sebagai media bagi jemaat untuk memuji dan memuliakan Tuhan secara kekristenan di Gereja Anglikan Holy

Trinity. Dalam hal ini penulis akan melihat fungsi dan penerapan-penerapan lagu- lagu pujian atau nyanyian padhu pada tata acara peribadatan suku India Tamil.

Kemudian menuliskan (transkripsi) lagu-lagu tersebut dalam notasi balok dengan metode analisis musik barat. Penulis juga melihat peribadatan Gereja Holy Trinity yang menggunakan lagu-lagu tersebut dalam peribadatan. Terlebih lagi penulis

35

Universitas Sumatera Utara akan menterjemahkan lagu-lagu dengan lirik atau makna bahasa India Tamil kedalam bahasa Indonesia.

A. Zebar (2010) Pemilihan Bahasa Oleh Masyarakat India Tamil Di Kota

Medan (Metode Kualitatif). Cukup nBanyak yang telah melakukan penelitian tentang bahasa-bahasa daerah baik dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis maupun semantik, namun sepanjang pengetahuan penulis belum ada yang secara khusus meneliti Bahasa India terutama dari disiplin ilmu sosiolinguistik. Padahal kalau dilihat dari sejarah kedatangan orang Tamil ke Indonesia mereka sudah cukup lama tinggal bahkan ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Tidak hanya itu, banyak juga kata-kata yang diambil dari bahasa Tamil yang diserap menjadi bahasa Indonesia.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata responden pada dasarnya adalah bilingual dan menggunakan bahasa tersebut secara bebas yaitu bahasa Tamil dan Indonesia. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin mempengaruhi pemilihan bahasa terhadap suku Tamil terutama untuk kelompok atau golongan orang tua Tingkat pendidikan dan pekerjaan tidak berpengaruh pada pemilihan bahasa Tamil baik pada ranah keluarga maupun pada ranah yang lain.

Erika M. Nadeak (2011) Mehendi (Tradisi seni hias tubuh dalam pernikahan orang India dan Perkembangannya) Studi Etnografi tentang tradisi

Mehendi didaerah kampung kubur, Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan

Petisah, Kota Medan. Tulisan ini menjelaskan bagaimana peranan tradisi Mehendi ini dalam pernikahan India yang kini dapat berkembang menjadi milik umum bukan hanya orang India saja bahkan sudah menjadi “trend” bagi kalangan dunia

36

Universitas Sumatera Utara gaya masa kini yang mana tradisi Mehendi ini merupakan warisan budaya dari

India yang sudah ada dan di jalankan sejak zaman nenek moyang mereka dulu dan tradisi ini masih berlanjut hingga saat ini.

Hasil penelitian menunjukkan, tradisi Mehendi merupakan salah satu dari beberapa rangkaian proses pernikahan orang India yang wajib dilakukan pada saat resepsi/acara pernikahan bagi perempuan India yang beragama Hindu, Budha,

Islam ataupun Kristen yang mana proses melukiskan Mehendi dalam pernikahan masyarakat India dianggap sebuah tradisi yang diturunkan oleh para leluhur India.

37

Universitas Sumatera Utara 2.7 Kerangka Konsep

KEBUDAYAAN

1. Bahasa 2. Sistem Mata Pencaharian 3. Sistem Kekerabatan (Pernikahan) 4. Perlengkapan Hidup (Mehendi) 5. Kesenian 6. Sistem Pengetahuan (Pendidikan ) 7. Religi

Faktor Eksternal Perubahan Faktor Internal Sosial-Budaya

EKSISTENSI SUKU TAMIL

38

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Bab ketiga berisi metode penelitian dan tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti saat mengumpulkan bahan-bahan yang didapatkan saat penelitian. Secara umum bagian metode penelitian berisi metode penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, tehnik pengumpulan data, sumber data dalam penelitian serta analisis data.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian mengenai eksistensi kebudayaan Suku Tamil Medan akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (2013), penelitian kualitatif merupakan kajian yang melibatkan pendekatan interpretif naturalistik dengan mempelajari fenomena yang ada dan mencoba untuk memahami dan menafsirkan. Selain itu menurut Creswell (2003:198), penelitian kualitatif merupakan proses penelitian berdasarkan metodelogi penelitian tertentu untuk menyelidiki masalah sosial atau masalah manusia, dimana peneliti membangun gambaran yang kompleks dan bersifat holistik dengan menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan informan secara rinci dan melakukan penelitian dalam situasi yang alamiah (natural).

Dalam tataran teoritik, ada beberapa asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian kualitatif sebagaimana dikatakan Merriam (Creswell, 1994:1450) asumsi-asumsi tersebut adalah: a. Peneliti kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses dari pada hasil atau

produk.

39

Universitas Sumatera Utara b. Peneliti kualitatif tertarik pada makna, yaitu bagaimana orang berusaha

memahami kehidupan, pengalaman, dan struktur lingkungan mereka. c. Penelitian kualitatif merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan

analisis data. Data diperoleh melalui instrumen manusia dari pada melalui

inventarisasi (inventories), kuesioner, atau pun melalui mesin. d. Penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan field work. Artinya, peneliti

secara fisik terlibat lansung dengan orang, latar (setting), tempat, atau institusi

untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya. e. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada proses,

makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar-

gambar. f. Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dalam arti peneliti membangun

abstraksi, konsep, hipotesis dan teori.

Penelitian ini mempunyai 3 tujuan utama, yaitu menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore), kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain), ketiga kuantitatif kurang dari kualitatif

(quantitative less than qualitative).

Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, penelitian ini secara praktis berusaha untuk mengkaji peristiwa kehidupan nyata yang dialami oleh subjek penelitian ini secara holistik dan bermakna. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam- dalamnya untuk memahami eksistensi Suku Tamil Medan. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan

40

Universitas Sumatera Utara fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Penelitian kualitatif lebih menekan pada persoalan kedalaman (kualitas) data bukan kuantitas data (Kriyantono, 2009:56).

Periset adalah bagian intergral dari data, artinya periset ikut aktif dalam menentukan jenis data yang diinginkan. Dengan demikian, periset menjadi instrument riset yang harus terjun lansung dilapangan. Karena itu penelitian kualitatif bersifat subjektif dan hasilnya kasuistik, bukan untuk digeneralisasikan.

Dengan demikian, desain riset dapat berubah atau disesuaikan dengan perkembangan riset terutama mengkaji eksistensi Kebudayaan Suku Tamil

Medan.

Penelitian dengan metode kualitatif membantu peneliti untuk memahami kapasitas Masyarakat umum akan perkembangan terkini mengenai eksistensi kebudayaan Suku Tamil Medan. Ini dimungkinkan terjadi karena peneliti tertarik pada pengambaran akan kebudayaan yang merupakan unsur kebudayaan universal dariSuku Tamildan eksistensi kebudayaan Suku Tamil yang muncul sejak abad ke-18 sampai sekarang melalui pengalaman, pengakuan orang dan realita yang ada dilapangan.

Adapun tipe penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan desain eksploratif adalah penelitian yang bertujuan untuk memetakan suatu objek secara relatif mendalam atau dengan kata lain penelitian eksploratif adalah penelitian yang dilakukan untuk mencari sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadi sesuatu dan dipakai manakala kita belum mengetahui secara persis dan spesifik mengenai objek penelitian kita. Peneliti mengungkapkan penelitian ekploratif ini secara kualitatif. Sugiyono (2007:49)

41

Universitas Sumatera Utara menyatakan “dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetap oleh Spradley dalam Sugiyono (2007:49) dinamakan Sosial Situation atau situasi sosial atau obyek penelitian ini penelitian dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat tertentu”. Sugiyono (2007:50) menyatakan bahwa sebenarnya dalam obyek penelitian bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi bisa berupa peristiwa alam, kendaraan dan lain-lain.

Melalui metode tersebut akan dipaparkan eksistensi kebudayaan suku

Tamil Medan. Dalam metode tersebut, peneliti akan tetap menguraikan cara pandang masyarakat umum dan orangTamilakan eksistensi Suku Tamildari sudut pandang sosiologi dan budaya.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan, adapun alasan lokasi penelitian tersebut dipilih karenakanpenduduk terbesar orang India di Sumatera Utara yaitu bertempat di Kota Medan. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih mendalam bagaimana Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil Medan.

3.3 Penentuan Informan

Penentuan informan dipilih secara sengaja (purposive) dengan memilih informan kunci yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai terhadap objek penelitian. Konsepsi penentuan informan diawali dengan pendalaman kondisi wilayah penelitian, terutama daerah-daerah yang didominasi orang India

Tamil dan masyarakat umum yang hidup berdampingan dengan orang India yang ada dikota Medan. Maka dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah orang

Tamil dan beberapa tokoh masyarakatTamil yang menjadi bagian penting akan

42

Universitas Sumatera Utara eksistensi kebudayaan suku Tamil tersebut, sedangkan informan utama adalah salah satu ketua perhimpunan dan tokoh agama orang IndiaTamil dikota Medan.

Dalam penelitian tentang Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil Medan, yang dimaksud sebagai subjek penelitian adalah individu atau seseorang yang menjadi bagian dari kajian penelitian, tetapi juga sebagai informan. Melalui informan ini pulalah peneliti akan memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dengan Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil Medan.

Oleh karena itu jumlah informan tidak menjadi penentu dalam penelitian ini tetapi kelengkapan data yang dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini antara lain adalah :

Tabel 2. Daftar Informan

No Informan Jumlah 1. Tokoh Agama 4 2. Tokoh Masyarakat 2 3. PNS 1 4. Pegawai Swasta 2 5. Pedagang 6

3.4 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menerapkan tiga metode pengumpulan data yang lazim untuk penelitian kualitatif, yaitu wawancara

(interview), observasi(observation) dan dokumentasi (document).

3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah salah satu perangkat metodologi favorit bagi peneliti kualitatif (Denzin dan Lincoln, 2010, 495). Ia menambahkan lagi bahwa wawancara adalah bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar. Jadi

43

Universitas Sumatera Utara wawancara adalah perangkat untuk memproduksi pemahaman situasional yang bersumber dari episode-episode interaksional khusus. Metode ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik personel seorang peneliti, termasuk ras, kelas sosial, kesukuan dan gender (Denzin dan Lincoln, 2010, 495). Tujuan wawancara sendiri adalah untuk mengumpulkan informasi dan bukan untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat informan.

Teknik wawancara terdiri dari jenis yaitu: wawancara terstruktur

(structured interview), wawancara semi terstruktur (semi structured interview), dan wawancara tidak terstruktur (unstructured interview). Wawancara terstrukur adalah wawancara yang sesuai dengan pedoman penelitian, apabila muncul kejadian diluar pedoman tersebut maka hal tersebut tidak dihiraukan. Wawancara semi struktur adalah wawancara yang dilakukan dengan mengembangkan instrumen penelitian. Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori wawancara mendalam yang pelaksanaanya bebas dan terbuka dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara ini sudah termasuk kedalam wawancara mendalam yang pelaksanaanya bebas dan terbuka dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Wawancara mendalam biasanya disebut dengan wawancara tidak terstruktur karena menerapkan metode interview secara lebih mendalam, luas dan terbuka dibandingkan wawancara terstruktur, hal ini dilakukan untuk mengetahui pendapat , persepsi dan pengalaman seseorang.

Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini berusaha mencari pendapat persepsi, motivasi dan hal dan hal-hal khusus lainnya yang dianggap penting dan bersifat alamiah.

44

Universitas Sumatera Utara Penelitian (wawancara) ini dilakukan dengan beberapa tahap, yang pertama tahap penjajakan, kedua yaitu pencarian narasumber yang berkaitan dengan objek penelitian, dan yang terakhir wawancara. Pada tanggal 1 September

2018 penjajakan dilakukan. Ini merupakan tahap melihat lokasi penelitian, sosial budaya masyarakat dari tempat penelitian, serta melihat interaksi yang terjadi diwilayah yang menjadi objek kajian penelitian tersebut. Kemudian pada tanggal

5September 2018 juga peneliti langsung mencari tempat ibadah suku

TamilMedan. Ketika peneliti sampai pada tempat ibadah dan meminta izin untuk melakukan wawancara dan melakukan observasi langsung.Peneliti melihat suasana tempat ibadah yang sangat nyaman dan tentram dimana ada salah satu pengurus di Kuil tempat ibadah agama Hindu suku Tamil Medan.

3.4.2 Observasi

Metode observasi adalah metode pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Metode observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Metode observasi ini digunakan untuk mengamati secara langsung dilapangan. Teknik observasi ini terdiri dari tiga jenis yaitu: observasi turut serta (participant observation), observasi terus terang dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan pengamatan tak terstruktur (unstructured observation).

Penelitian ini menggunakan observasi pengamatan tak terstruktur

(unstructured observation) dengan cara peneliti mencatat apa yang ditemukan dilapangan lalu direfleksikan kedalam hasil penelitian melaui informasi-informasi

45

Universitas Sumatera Utara yang diperoleh baik dari pemerintah maupun dari masyarakat diamati kembali oleh peneliti.

3.4.3 Dokumentasi

Menurut Koentjoroningrat (1997:34), metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang bersifat berdokumentasi atau catatan. Metode dokumentasi dapat dikelompokkan kedalam 2 yaitu: dokumentasi dalam arti luas yaitu berfoto-foto, moment, dan rekaman. Sedangkan dokumen dalam arti sempit adalah kumpulan data verbal yang berbentuk tulisan. Adapun kegunaan metode ini adalah mencari data yang kaitannya dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Metode dokumentasi ini mencakup keseluruhan karena data yang digunakan tidak hanya berupa catatan atau arsip yang berkaitan dengan penelitian.

Penelitian mengenai Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil medan menggunakan beberapa dokumentasi hasil penelitian yang dilakukan peneliti ditempat peneliti, seperti Kuil Shri Marriamman Medan yang terletak dijalan

Teuku Umar, kawasan kampung keling atau sekarang yang disebut The Little

Indiaserta tempat tempat yang menjadi indentitas India Tamil Medan.

3.5 Sumber Data dalam penelitian

3.5.1 Data primer

Penelitian ini menggunakan data primer dalam bentuk verbal atau kata- kata yang diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, yaitu subjek penelitian atau informan yang berkenaan dengan variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung (Arikunto, 2010:22). Dalam hal ini peneliti mengamati seluruh gerak gerik dan setiap kata yang diucapkan dalam wawancara, terutama

46

Universitas Sumatera Utara masyarakat suku Tamil dan masyarakat umum yang akan menjadi salah satu informan peneliti.

3.5.2 Data sekunder

Data sekunder juga digunakan dalam penelitian ini sebagai data pelengkap dan pembanding. Sumber data sekunder yang dimaksud berupa data dalam bentuk laporan, arsip, buku, artikel ilmiah, hasil seminar, dan lain-lain yang berupa dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data-data ini sangat membantu peneliti untuk mengetahui sejarah dan latar belakang mengenai eksistensi kebudayaan suku Tamil Medan.

3.6 Analisis data

Miles dan Huberman seperti yang dikutip oleh (2006:20-24), menyebutkan ada tiga langkah pengelohan data kualitatif, yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion verification).

Berdasarkan pada penjelasan yang telah dikembangkan oleh Salim

(2006:22-23), dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan,

dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi dan transformasi

data kasar yang diperoleh.

2. Penyajian data (data display). Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi

informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Display data atau penyajian data yang lazim digunakan ini adalah dalam

bentuk teks naratif.

47

Universitas Sumatera Utara 3. Penarikan kesimpulan dan verfikasi (conclusion drawing and verification).

Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan

mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat

keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena

dan proporsi.

48

Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL PENELITIAN

Gambaran umum daerah penelitian seluruh penjabaran atau penjelasan pada bab IV diambil dari katalog BPS : 1102001.1275/1403.1275 Medan Dalam

Angka 2015 dan Buku Saku Data Pokok Statistik Kota Medan 2014 yang telah disederhanakan. Secara umum bagian ini berisi seperti peta lokasi persebaran, sejarah masuknya suku Tamil di Kota Medan, lokasi penelitian suku Tamil

Medan.

4.1 Geografi Kota Medan

Secara geografis Kota Medan terletak antara 2º.27’ - 2º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’ Bujur Timur. Kota Medan terletak antara 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.

Kota Medan merupakan salah satu dari 26 Daerah Tingkat II di Sumatera

Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 Km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatas langsung dengan

Kabupaten Deli Serdang. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai

Babura dan Sungai Deli. Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2007 berkisar antara 23,2º C –

24,2º C dan suhu maksimum berkisar antara 30,4º C – 33,6º C serta menurut

Stasiun Sampali suhuminimumnya berkisar antara 31,6º C – 35,8º C dan suhu maksimum berkisar antara 29,1ºC – 32,9ºC. Selanjutnya mengenai kelembaban

49

Universitas Sumatera Utara udara di wilayah Kota Medan rata-rata 79% - 93,5%. dan sebesar 1,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 3,81 mm. Hari hujan di

Kota Medan pada tahun 2007 rata-rata per bulan 17 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali perbulannya 227,67 mm dan pada Stasiun Polonia perbulannya 209,42 mm.

PETA KOTA MEDAN

Gambar 1. Peta Kota Medan Sumber : Google

50

Universitas Sumatera Utara 4.2 Pemerintah Kota Medan

Administrasi pemerintahan Kota Medan yang dipimpin oleh seorang

Walikota pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2000 lingkungan (berdasarkan BPS tahun 2015 tapi sekarang sudah

2001 lingkungan). Untuk mengetahui banyaknya kelurahan dan lingkungan menurut kecamatan di kota Medan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 3 Banyaknya Kelurahan dan Lingkungan Menurut Kecamatan Kota Medan Kelurahan Lingkungan Tahun/Kecamatan Kelurahan (Village) Administrative Year/Districts Units (1) (2) (3) 2004 151 2 000 2005 151 2 000 2006 151 2 000 2007 9 1. Medan Tuntungan 6 2. Medan Johor 8 3. Medan Amplas 6 4. Medan Denai 12 5. Medan Area 12 6. Medan Kota 6 7. Medan Maimun 5 8. Medan Polonia 6 9. Medan Baru 6 10. Medan Selayang 6 11. Medan Sunggal 7 12. Medan Helvetia 7 13. Medan Petisah 6 14. Medan Barat 11 15. Medan Timur 9 16. Medan Perjuangan 7 17. Medan Tembung 6 18. Medan Deli 6 19. Medan Labuhan 5 20. Medan Marelan 6 21. Medan Belawan Kota Medan 151 Medan City

Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kota Medan

51

Universitas Sumatera Utara 4.3 Kedatangan Suku Tamil Medan

Asal-usul masuknya masyarakat India Tamil berkaitan erat dengan masa prasejarah. Etnis India sudah berada di Indonesia sejak abad ke-3 Masehi.

Kedatangan berbagai etnis India ke Pantai Timur Sumatera dan pantai Barat

Sumatera Utarasudah sangat lama ada sebelum Masehi, pada awalnya mereka menyebarkan agama Hindu dan yang terakhir juga membawa agama Budha terutama masa arusangin dari India ke Barus pada bulan November dan Desember

(Sinar 2008 : 1).

Namun batu bersurat itu ditemukan dengan keadaan yang sudah pecah dan terbagi atas duabagian tetapi dari teks yang masih dapat dibaca bahwa prasasti itu berangkat tahun1010 saka (1088 M) dan mencatat sebuah hadiah dari sekumpulan orang yangdisebut “seribu lima ratus”. Maka pada abad ke-11 Masehi bahasa

Tamil sudah digunakan dalam dokumen-dokumen umum di Pulau Sumatera

(Guillot 2002: 17).Pada tahun 1863 dikota Medan didirikan Industri perkebunan

(permulaanyaitu perkebunan tembakau) yang dirintis oleh Jacobus Nienhys. Pada masa itubanyak buruh dari Cina, India dan Pulau Jawa yang didatangkan oleh pengusaha-pengusaha perkebunan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja.

Selain mereka yangdidatangkan sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan kekota Medan untuktujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia(Suprayitno, 2005).

Harahap (2013:1) menjelaskan kehadiran buruh Tamil lambat laun membuatpendatang menjadi tinggal sementara bahkan ada yang menetap menjadi warga negara Indonesia dan sampai sekarang masih terlihat keberadaan mereka di

Kota Medan. Di Sumatera Utara hingga kini diperkirakan ada sekitar 67.000

52

Universitas Sumatera Utara orang warga keturunan India. Menurut situs pengelola jaringan India diperantuanjumlah perantauan India diseluruh dunia sekitar 20 juta orangpada tahun 2000-an. Status mereka ada dua macam. Pertama, mereka yang berstatussebagai warga negara India, namun bekerja di negara lain dan yang kedua ialahketurunan India yang sudah menjadi warga negara ditempatnya merantau termasuk diIndonesia.

Dimasa lalu pekerjaan orang-orang Tamil banyak diasosiasikan dengan pekerjaan kasar, seperti kuli perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu,dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan otot. Hal ini terkaitdengan latar belakang orang Tamil yang datang ke Medan, yaitu mereka yang berasa ldari golongan dengan tingkat pendidikan yang rendah di India.

Orang-orang Tamil yang datang secara mandiri ke Medan pada umumnya memiliki jenis mata pencaharian hidup sebagai pedagang. Etnis Tamil masuk dalam bangsa Dravida. Ciri-ciri fisiknya kulit yang berwarna hitam atau gelap, dengan jambang atau bulu dada, disamping memiliki gigi yang putih bersih dan juga hidung mancung, berkumis lebat merupakan ciri khas etnis Tamil.Sedangkan perempuan Tamil ada ciri-ciri lain yaitu adanya potte (tanda bulat yang diletakkan didahinya dengan warna seperti kuning, merah, hitam, biru dan lain-lain).

Pemakaian Wallewi (gelang plastik berwarna merah, hijau, biru atau kuning tercampur warna emas), pemakaian sari dan manggal sutra (Manjakaure atau

Thalli), tanda kawin yang telah menikah. (Brahmaz Putro, 1981. Karo dari Jaman ke Jaman. Medan: Yayasan Massa.)

53

Universitas Sumatera Utara Diantaranya menjadi pedagang tekstil, dan pedagang rempah-rempah di pusat-pusat pasar di Medan. Selain itu mereka juga banyak yang bekerja sebagai supir angkutan barang, bekerja ditoko-toko Cina, dan menyewakan alat-alat pesta.

Selain itu banyak juga yangmelakoni usaha sebagai penjual makanan, misalnya martabak keling. Pada umumnya, mereka yang berjualan rempah-rempah, tekstil dan menjual makanan adalah orang-orang Tamil yang beragama Islam. Memasuki abad ke-16 dari catatan Portugis orang Benggali (dari PropinsiBengal), Kling (dari kerajaan Kalingga atau Tamil) dan Gujarat, ramai sekali berdagang ke Sumatera dan beberapa diantaranya menikah dengan penduduk Sumatera. Didalam prasasti

Tanjore ada ditulis negeri-negeri yang ditaklukkan IndraColadewa-I tercatat

Kerajaan Panai (Pannai) di Padang Lawas.

Negeri itu dicatatan sebagai “water in its bathing gats” atau disebut dengan Pannai yaitu yangdimaksud Padang Lawas (Sinar 2008 : 6).Sekitar abad ke 18 dan awal abad ke 19 etnik Tamil kemudian menyebar dibeberapa daerah di

Sumatera Utara antara lain Binjai, Langkat, Medan, LubukPakam, Tebing Tinggi, dan Pematangsiantar. Daerah-daerah tersebut yang dikenal memiliki potensi besar perkebunan. Awalnya etnik Tamil bekerja sebagai buruh dan kuli angkut atau sais kereta lembu di perkebunan. Secara perlahan terjadi peralihan mata pencaharian.

Dari awalnya yang bekerja sebagai kuli di perkebunan beralih menjadi pedagang, supir pengangkutan barang dagangan, karyawan swasta dan pemerintahan. Hal ini mengakibatkan sebagian etnik Tamil mulai berpindah kekota-kota yang dekat dengan sentra perdagangan dan pusat kota.

Menurut catatan Sinar (2008) dalam bukunya Sejarah Medan Tempo

Doeloekedatangan orang-orang India dalam jumlah besar terjadi sejak

54

Universitas Sumatera Utara pertengahan abad ke-19 dan hingga sekarang menetap dan membentuk komunitas diberbagai wilayah Sumatera Timur dan khususnya kota Medan, yaitu sejak dibukanya industrim perkebunan di Tanah Deli yang dirintis oleh Jacobus

Nienhys sejak 1863, merekaingin mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Mereka dipekerjakan oleh Nienhys, seorang keturunan Belanda pengusaha perkebunan tembakau yang dikenalsebagai tembakau Deli. Mereka mendapat hak konsesi tanah di Martubung dariSultan Mahmud Deli untuk menanam tembakau Deli yang kualitasnya baik danberbau harum sebagai pembalut cerutu. Kemudian Nienhys berhasil memperoleh kontrak tanah di

Tanjung Sepassai dari Sultan Deli untuk jangka waktu 99 tahun (http://siwa- kumar.blogspot.com/2011/pluralitas-Tamil-di-kota-medan.html).

Tembakau inilah yang membuat Tanah Deli menjadi termasyur di duniaInternasional, yang mana pada akhirnya dikenal sebagai “Het Dollar Land” atau“Tanah Sejuta Dollar”. Oleh sebab itu semakin banyak saja para buruh dan tenagakerja yang didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli baik sebagaiburuh perkebunan, supir, penjaga malam serta buruh-buruh bangunan atau kuli pembuat jalan serta penarik kereta lembu.

Dari beberapa kutipan sejarah, mengenai gelombang kedatangan orang

Tamildi Sumatera Utara, hanya gelombang terakhirlah yang menyebutkan bagaimanaproses kedatangan masyarakat Tamil kekota Medan. Gelombang terakhirkedatangan orang Tamil ke Deli Serdang yaitu pada tahun 1872 sebagai kuli kontrakperkebunan bersamaan dengan orang-orang Jawa yang dipekerjakan waktu itu sekitarratusan orang jumlahnya dengan penghasilan rata-rata 96 dolar perbulan. Tahun 1874sudah dibuka 22 perkebunan dengan memakai kuli bangsa

55

Universitas Sumatera Utara Cina 4.476 orang, kuli Tamil 459 orang, dan orang Jawa 316 orang. Imigran dari

India yang datang untuk berdagang antara lain adalah orang-orang dari India

Selatan (Tamil Muslim) dan juga orang Bombayserta Punjabi (Mani 1980: 58).

Menurut A. Mani (1980 : 46) bahwa diluar pekerja kontrak di perkebunan,orang-orang India yang lain juga banyak datang ke Medan untuk berpartisipasi memajukan berbagai sektor usaha yang sedang tumbuh di kota ini, mereka disebutkaum Chettiars atau Chettis, selain itu ada juga kelompok lain yang disebut kaumVellalars atau Mudaliars, kaum Sikh dan orang-orang Uttar

Pradesh. Selain itu jugaterdapat orang-orang Sindi, Telegu, Bamen, Gujarati,

Maratti (Maharasthra), danyang lainnya.Daerah pemukiman etnik Tamil yang dapat dikenal di kota Medan adalah Kampung Keling atau sebahagian orang menyebutnya “Kampung Madras”, tepatnya disekitar Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan Baru.Selain itu pada awalnya Kampung Madras atau

Kampung Kubur merupakan tanahwakaf atau tanah pemberian dari Pemerintah

Belanda bagi orang-orang keturunan India yang beragama Islam (Muslim).

Adapun tulisan yang mengkaji tentang kehidupan orang India adalah sebuah artikel yang ditulis A. Mani, seorang sosiolog dari Institute of Southeast

Asian Studies Singapura, dengan judul Indians in . Sampai saat ini, tulisan A. Mani (2008) merupakan studi sosiologi yang paling menyeluruh mengenai etnis India di Sumatera Utara. Artikel ini membahas tentang migrasi, kondisi sosial-ekonomi, lembaga keagamaan, dan organisasi sosial budaya orang India di Sumatera Utara.

Keberadaan orang India di wilayah itu semakin jelas sewaktu pengusaha swasta Barat mengembangkan perkebunan tembakau di Sumatera Timur pada

56

Universitas Sumatera Utara akhir abad ke-19. Kebutuhan tenaga kerja yang tidak didapatkan dari penduduk lokal telah mendorong pengusaha perkebunan mendatangkan tenaga kerja asing dari luar daerah. Salah satu di antaranya adalah orang India yang dipekerjakan sebagai kuli kontrak. Pada tahun 1883, jumlah kuli kontrak dari India diperkebunan mencapai 1.528 orang, kemudian meningkat menjadi 3.360 orang pada tahun 1898.

Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan arus kedatangan orang India keperkebunan. Para pekerja kontrak berasal dari India telah membentuk kelompok sosial tersendiri dalam masyarakat perkebunan di Sumatera Timur. Y.Subbarayal,

Prasasti Perkumpulan Pedagang Tamil di Barus, suatu peninjauan kembali, dalam

Claude Guillot (ed.), Lobu Tua Sejarah Awal Barus, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2002). Tenaga kerja kontrak yang pertama dikerahkan ke perkebunan

Sumatera Timur pada akhir abad ke-19 adalah orang Cina, kemudian menyusul orang India dan Jawa. Jan Breman, Menjinakkan Sang Kuli; Politik Kolonial,

Tuan Kebun dan Kuli diSumatera Timur pada awal abad ke-20, (Jakarta: Pustaka

Utama Grafiti, 1997),Thee Kian Wie, Plantation Agriculture and Export

Growth an Economics History of East Sumatra; 18631942, (Jakarta :LEKNASLIP

I, 1977).

Berdasarkan teori yang diangkat dalam penelitian tentang Eksistensi

Kebudayaan Suku Tamil Medan tersebut peneliti menggunakan kajian mengenai eksistensi dalam perspektif sosiologi, kebudayaan, dan penyebab perubahan sosial dalam kebudayaan Tamil Medan tersebut.Dimana suku Tamil yang kaya akan kebudayaan yang sangat indah yang dimiliki orang India khususnya suku Tamil, dan dari berbagai aspek unsur kebudayaan terdapat hal-hal yang menjadi bahan

57

Universitas Sumatera Utara kajian peneliti didalam menggali eksistensi kebudayaan suku Tamil. Apakah didalam unsur kebudayaan tersebut terdapat perubahan ataupun pergeseran nilai budaya pada masa kini pasca masa kolonial terhadap suku Tamil. Hal itu semua dapat dilihat dari kacamata sosiologi dimana dari jaman kejaman perubahan akan selalu, dan hal yang paling mendasar dari perubahan manusia adalah diri sendiri.

Persebaran Daerah Suku Tamil

Gambar 2. Peta Persebaran Suku Tamil Sumber : Google Peta

Pada umumnya orang-orang Tamil hidup secara berkelompok.

Biasanya,mereka membuat perkampungan sendiri. Daerah pemukiman orang

Tamil yangsangat dikenal adalah Kampung Keling atau sebagian orang mengenalnya dengan“Kampung Madras”. Kawasan Kampung Keling terletak di

58

Universitas Sumatera Utara Kota Medan, tepatnyadisekitar Kecamatan Medan Petisah dan Kecamatan Medan

Baru. Selain dikampung Keling, komunitas Tamil juga terdapat dikampung

Anggerung.Kawasan ini terletak di Kelurahan Anggerung, Kecamatan Medan

Polonia, namun di kawasan ini komunitas Tamil tidak banyak jika dibandingkan dengan kawasan Kampung Keling.

Gambar 3. Peta Kawasan Komunitas Tamil yang mulai menyebar di Kota Medan diantaranya Kelurahan Petisah ( Kecamatan Medan Petisah ), Kelurahan Anggerung (Kecamatan Medan Polonia), dan Kelurahan Darat ( Kecamatan Medan Baru ). Sumber : Google Peta

Kawasan Kampung Keling terbentang seluas 10 Hektar. Disekitarkawasan

Kampung Keling ini terdapat Kuil Shri Mariaman dan Kuil ShriSubramaniam, tidak begitu jauh dari kawasan Kampung Keling berdiri SekolahRaksana dan

Sekolah Dharma Putra milik orang Tamil. Kawasan ini pernahmempunyai komunitas India yang besar. Namun karena keadaan ekonomi yangsulit sehingga banyak dari mereka yang berpindah kekawasan atau kedaerah lainnya agar perekonomiannya lebih baik. Sehingga saat ini, kawasan Kampung Keling banyak dihuni oleh orang-orang etnis Cina.

59

Universitas Sumatera Utara Kampung Keling diperkirakan telah ada sejak tahun 1884 Masehi. Ini dibuktikan dengan dibangunnya Kuil Shri Mariaman sebagai tempat ibadah suku bangsa Tamil yang beragama Hindu pada tahun 1884 Masehi tersebut. Kampung

Keling ini memang bukan perkampungan Tamil tertua di Sumatera Utara. Ada sekitar lebih dari 13 daerah yang didiami suku bangsa keturunan Tamil, diantaranya yaitu di Tanjung Keling (Kuala), Tanjung Jati, Binjai, Buluh Cina,

Sei Semayang, Glugur Rimbun, Medan Tuntungan, Helvetia (Kampung Banten),

Saentis, Sampali, Batang Kuis, Lubuk Pakam, dan di daerah perkebunan Bekala.

Lubuk Pakam termasuk salah satu daerah sebaran terbesar komunitas Tamil di

Sumatera Utara selain Medan dan Tebing Tinggi. Mereka bermukim dilahan seluas 2 Hektar yang disediakan pada zaman kolonial Belanda. Kini ada sekitar

300 jiwa atau 79 KK (kepala keluarga) bersuku bangsa Tamil.

Pada masa sekarang ini pemukiman orang Tamil sudah menyebar di sejumlah tempat di seluruh Medan dan sekitarnya, seperti diuraikan dalam tabel berikut.

Tabel. 4 Konsentrasi Pemukiman Orang Tamil di Medan dan Sekitranya

N NO NAMA LOKASI MAYORITAS RUMAH IBADAH AGAMA

1 1 Jl. Teratai, Jl.Dr. Hindu, Buddha Kuil Shri Mariamman Cipto 2 Hindu, Islam Dulu ada kuil, tapi sudah dipind 2 Kesawan ahkan ke Kuil kaliaman sekarang (jl Taruma /Kediri) 3 Sudah digusur kira- Kuil Muniandi 3 “Pondok Seng” kira 10 tahun Di Jl. Muara Takus

60

Universitas Sumatera Utara (Jl. T. Cik di Tiro) lalu, dulunya Kristen, “dianggap dewa yang berlaku Buddha, Hindu jahat” 4 Kuil Subramaniam (digunakan 4 Kebun Bunga Hindu, Islam oleh kaum Chetty yg tinggal di Jl, Mesjid); juga ada mesjid org Tamil Kampung5 Hindu Kuil Shri Mariamman; kuil 5 Keling/Desa Madras Sikh, Hulu 6 6 Kampung Kubur Hindu, Islam, Buddha, Mesjid org Tamil(South Indian Kristen Moslem Muslim) 7 7 Jl. Taruma/Kediri Hindu Kuil Kaliamman Komplek8 Jl. Kang- Orang Telenggu, 8 kung /Jl. Darat/ Jl. agama Hindu, Kuil Mariamman Abdullah Lubis Buddha, Islam, Katolik Kampung9 Buddha Ada vihara, ada kuil, ada gereja 9 Anggrung/Jl. Tamil Indonesia Polonia/Gang A,B,C,D, E/ Jl. Mongonsidi/Jl. Karya Kasih Pantai1 Burung, Hindu, Buddha, Ada kuil Shri Mariamman 10 Kampung Aur, kristen, Islam Sukaraja, Kebun Sayur/dekat Kowilhan; Jl. Mangkubumi Jl.Pasundan,1 Jl. Hindu, Buddha Ada kuil Guru Bakti, ada kuil S 11 PWS, Sikambing, hri Mariamman Jl. Sekip, Jl. Karya Sei Agul, Jl. Sei Sikambing Kampung1 12 Durian/Medan timur Hindu Ada kuil Shri Mariamman Jl.1 S. Parman/ Buddha, Hindu, Kuil Shri Mariamman, ada 13 G.Pasir, G. Sauh/ Jl. Kristen vihara Buddha, ada mesjid, ada Hayam Wuruk, gereja. Pabrik Es (Jl. S.Parman/dkt St. Thomas) Jl.1 Malaka, Jl. Hindu 14 Gaharu, Jl. Serdang

61

Universitas Sumatera Utara Glugur,1 Jl. Bilal, Hindu, Buddha Kuil Shri Mariamman 15 Pulo Brayan/Lr 7, 21,22, 23, Sampali, Mabar Pasar1 III Pd Bulan, Hindu, Buddha, Islam Ada kuil shri Mariamman 16 Jl. Sei Serayu Karang Sari Polonia, Tanjung Sari, Medan Sunggal 1 Hindu, Buddha, Kuil Shri Mariamman 17 Desa Helvetia Kristen Katolik Kampung1 Lalang, Katolik, Hindu, Kuil Shri Mariamman 18 Diski Buddha, Islam Kuala1 Bekala, Hindu Kuil Shri Mariamman 19 Tuntungan/Pondok Keling (daerah kebun) Binjai/Timbang2 Hindu, Buddha, Islam Kuil Shri Mariamman 20 Langkat Langkat/Padang2 Hindu, Islam Kuil Shri Mariamman Cermin (daerah 21 kebun), Tj Beringin, Selesai (daerah kebun), Tanjung Jati (daerah kebun), Tanjung Pura Lubuk2 Pakam, Hindu, Buddha, Islam Kuil Subramaniam 22 Batang Kuis Tebing2 Hindu, Buddha, Islam Kuil shri Mariamman 23 Tinggi/Kampung Keling Pertumbukan/Deli2 Hindu, Islam 24 Serdang 2 25 Kisaran/ Asahan Hindu Sumber : https://ipie3.wordpress.com/2009/06/06/komunitas-Tamil-dalam- kemajemukan-masyarakat-di-sumatera-utara/

4.4 Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi Lokasi penelitian merupakan kondisi wilayah persebaran masyarakat suku TamilMedan yang berada didaerah Kampung Madras, dan kuil

Shri Marriaman yang merupakan kuil tertua umat Hindu Tamil dikota Medan.

62

Universitas Sumatera Utara Kawasan ini terletak disekitar Kecamatan Medan Polonia dan Medan Petisah.

Begitu memasukinya kita akan langsung merasa seperti di India. Selain karena akan sangat mudah menjumpai orang-orang berparas India, sejumlah bangunan yang identik dengan masyarakat Hindu India pun ada.Kota Medan adalah kota multietnik. Berbagai macam etnik, suku dan budaya hidup rukun di Medan.

Diantara berbagai suku yang menetap di Medan, ada sebuah perkampungan unik karena dihuni oleh warga keturunan India. Kampung unik tersebut dikenal dengan nama Kampung Madras atau Kampung Keling yang terletak diantara dua kecamatan yakni kecamatan Medan Petisah dan Medan

Polonia. Diperkampungan tua ini, tak hanya masyarakatnya saja yang keturunan

India, tapi bangunan-bangunan serta budayanya juga sangat khas India.

Kawasan ini seluas sekira 10 hektare merupakan sebuah kuil Hindu tertua di Medan tepat berada Jalan Teuku Umar No.18, kuil ini dibangun pada tahun

1881 untuk memuja Dewi Mariamman. Pintu gerbangnya dihiasi oleh gopuram atau semacam gapura. Gopuram adalah menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan dipintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India Selatan.

Keunikan dari Kampung Madras Medan dapat dilihat dan ditemui dari segi masyarakat yang mendiaminya. Mereka yang ada disana berasal dari etnis India.

Tak hanya itu, bangunan dan budaya yang ada di perkampungan tua tersebut juga bernuansa India. Kuil ini menjadi tempat ibadah umat Hindu dan menjadi ikon

Kampung Madras Medan. Selain kuil, juga terdapat kawasan perniagaan ditempat ini. Tak hanya itu, toko pakaian khas India juga tersedia ditempat ini, Kuil ini sering dipenuhi umat Hindu Tamil apabila festival Deepawali dan

63

Universitas Sumatera Utara diadakan disini. Berikut lampiran foto-foto yang menujukkan Kampung Madras adalah benar-benar disebut salah satu "The Little India" di Kota Medan.

Gambar 4. Kuil Shri Marriaman Sumber : Dokumentasi Kuil Shri Marriaman Medan Tahun 2018

Gambar 5. Kuil Shri Marriaman Sumber : Dokumentasi Kuil Shri Marriaman Medan Tahun 2018

Kuil ini dikelola oleh salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar

Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah „gopuram‟, yaitu

64

Universitas Sumatera Utara menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil

Hindu dari India Selatan atau semacam gapura.

Gerbang The Little India Medan

Gambar 6. The Little India Sumber : Dokumentasi Tahun 2019

Kehadiran Gapura Little India merupakan pertama di Indonesia serta ketiga di Asia Tenggara setelah Little India yang ada di Singapura dan Malaysia.

Dikedua negara tetangga itu, Little India merupakan pusat hunian warga turunan

India sekaligus pusat kuliner dan handicraft khas India, termasuk pejualan rempah-rempah, kain, serta kuil spiritualnya dan kehadiran gapura yang berada di

Kampung Madras ini diharapkan dapat menjadi simbol persatuan di Kota Medan dengan masyarakatnya yang beragam kultur maupun agama. Adapun tujuan didirikannya the Little India atas swadaya masyarakat India Kota Medan. Gerbang ini merupakan sebuah perwujudan eksistensi warga etnis India yang telah sekian lama berakulturasi kedalam budaya lokal. Di Medan ini juga menjadi cerminan wujud toleransi yang tinggi antar warga kota Medan.

65

Universitas Sumatera Utara Toko Baju Khas India

Gambar 7. Toko Baju Khas India Sumber : Dokumetasi Tahun 2018

Bangunan-bangunan lain yang khas India bisa anda temukan melalui kawasan perniagaan seperti toko-toko baju yang ada di perkampungan ini. Salah satu yang menarik adalah adanya toko baju khas India yang dapat anda temukan saat jalan-jalan ke wilayah ini.

66

Universitas Sumatera Utara Toko Musik Barathi

Gambar 8. Toko Musik Barathi Sumber : Dokumentasi Tahun 2018 Sesuai dengan namanya toko baju khas India kita seperti "dipindahkan" langsung ke India. Musik india mengalum keras dari toko musik, penjaja sari dan aksesoris khas India mudah ditemui sepanjang mata memandang, dan orang-orang ras Dravida berseliweran. Semua ciri khas India dapat ditemukan disini, bahkan aneka kue khas India juga dijajakan disini. Kue-kue India itu ditawarkan dalam beragam bentuk dengan warna yang cukup mencolok mata.

67

Universitas Sumatera Utara Kuliner Pagaruyung

Gambar 9. Kuliner Pagaruyung Sumber : Dokumentasi Tahun 2018

Lokasi kuliner ini cukup strategis karena berada di tengah-tengah kota

Medan. Tidak terlalu sulit bagi pendatang untuk menemukannya. Pusat Kuliner

Pagaruyung ini tidak jauh dari hotel Cambridge, Masjid Ghaudiyah, Kuil Shri

Mariamman dan Sun Plaza. Meski kini sudah banyak bermunculan pusat-pusat kuliner baru dikota Medan namun Pagaruyung masih cukup favorit karena keragaman dan kekhasan makanannya. Di Pagaruyung ini memiliki makanan khas tersendiri yaitu martabak telur ala India dan mie keling alias mie rebus ala Medan.

Kedua makanan ini rasanya sulit Anda temukan ditempat lain.

Kawasan Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, Kampung Madras, Medan,

Sumatera Utara yang dikelilingi bangunan komersil maupun publik ini memberi pengaruh kepada masyarakat kota Medan. Dimana terdapatnya beragam jenis fungsi bangunan publik yang bergerak dalam bidang bisnis dan fungsi bangunan komersil menyebabkan kawasan ini berkembang sebagai kawasan elite. Dengan kondisi eksisting yang mendukung, masyarakat lebih mudah dalam berolah mata pencaharian secara efektif khususnya masyarakat suku Tamil India dikota Medan

68

Universitas Sumatera Utara yang berinteraksi dengan mata pencaharian berbisnis dan berekonomi kuliner dan usaha pertokoan lainnya. Hal ini justru mengidentifikasikan kawasan Kampung

Madras sebagai perkumpulan komunitas suku Tamil India sebagai Sejarah

Perkembangan dan Peradaban Suku Tamil India dikota Medan.

Dengan dibangunnya Little India Hate ini bisa terwujud berkat kerjasama semua pihak. Ini bukan sebagai Pembatas antar satu etnis, tapi perwujudan eksistensi etnis India yang telah sekian lama bersama kita. Semoga pembangunan

Little India ini menjadi khasanah yang memperkaya jati diri Kota Medan. Tentu saya berharap ini menambah wawasan mengenai eksistensi suku India Tamil

Medan.

4.4.1 Eksistensi Kebudayaan Suku Tamil Medan

Kebudayaan India penuh dengan sinkretisme dan pluralisme budaya, kebudayaan ini terus menyerap adat istiadat, tradisi, dan pemikiran dari penjajah, dan imigran sambil terus mempertahankan tradisi yang sudah mapan, dan menyebarluaskan budaya India ke tempat-tempat lain di Asia khususnya di kota

Medan sendiri. Kebudayaan tradisional India Tamil memiliki hierarki sosial yang relatif ketat. Sejak usia dini, anak-anak diajari tentang peran, dan kedudukan mereka dalam masyarakat.tradisi ini diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa- dewa, dan roh yang dianggap berperan penting, dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka.

Bagi orang-orang Tamil yang sudah menetap di Sumatera Utara,

di Medan,mereka tetap menjalankan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan budayanya. Untuk melaksanakan kegiatan keagamaannya, orang Tamil kemudian mendirikan Perhimpunan Shri Mariamman Kuil sebagai kuil yang pertama di kota

69

Universitas Sumatera Utara Medan. Pada masa sekarang ini jumlah kuil yang tersebar di kota Medan ada sekitar 30-an. Hubungan antara orang-orang Tamil dengan berbagai etnik di

Sumatera Utara telah berlangsung sejak abad ketiga Masehi. Menurut Luckman

Sinar kedatangan berbagai etnik dari India ke pantai timur dan barat

Sumatera Utara sudah berlangsung sebelum abad pertama Masehi. Mereka ini membawa agama Hindu dan kemudian agama Buddha.

Dalam sistem kasta di India ditetapkan stratifikasi sosial, dan pembatasan dalam kehidupan sosial di India. Kelas-kelas sosial dibentuk oleh ribuan kelompok herediter yang mempraktikkan endogami, yang umum disebut jati atau kasta. Orang India sangat menghargai nilai-nilai kekeluargaan tradisional.

Walaupun demikian, rumah-rumah diperkotaan sekarang lebih sering hanya didiami oleh keluarga inti. Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi, dan sosial untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga besar. Dikawasan pedesaan masih umum dijumpai anggota keluarga dari tiga hingga empat generasi yang tinggal di bawah satu atap. Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga sering diselesaikan secara patriarkisme. Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tua mereka atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuan pengantin pria, dan pengantin wanita. Pernikahan dipandang sebagai ikatan seumur hidup, dan angka perceraian sangat rendah. Walaupun demikian, pernikahan dini masih merupakan tradisi yang umum. Separuh dari populasi wanita India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usia dewasa menurut hukum.

Masakan India mencakup berbagai masakan khas dari berbagai kawasan di

India. Ciri khas masakan India adalah pemakaian bumbu serta rempah-

70

Universitas Sumatera Utara rempahyang beraneka ragam. Makanan pokok orang India adalah beras dan gandum. Rempah-rempah seperti, merica aslinya berasal dari anak benua India.

Cabai menjadi populer dikalangan masyarakat India khususnya Tamilberkat diperkenalkan oleh orang Portugis dan menjadi suatu kebiasaan hingga sekarang.Pakaian tradisional berbeda-beda menurut masing-masing suku India.

Warna-warni, dan gaya pakaian tradisional bergantung pada berbagai faktor, terutama iklim. Pakaian berupa kain yang disampirkan merupakan gaya busana yang populer suku India.

Wanita mengenakan pakaian yang disebut Sarre, dan pria mengenakan pakaian yang disebut Dhoti atau Lungi. Pakaian dari kain yang dijahit juga populer, seperti Salwar Kameez yang dikenakan wanita. Pria mengenakan

Kurtaberikut Piyama, selain celana panjang, dan kemeja gaya Eropa yang jugapopuler. Walaupun demikian, suku India juga terdapat hari raya sekuler yang dirayakan tanpa memandang kasta, dan kepercayaan.

Hari raya yang dikenal di seluruh India,misalnya , Ganesh

Chaturthi, Ugadi, Thai , Holi, Onam,Vijayadasami, Durga Puja, Idul Fitri,

Bakr-Id, Natal, Buddha Jayanti, dan Vaisakhi.

4.5 Eksistensi Suku Tamil Medan Berdasarkan Unsur Kebudayaan

4.5.1 Karakteristik Informan

Dalam penelitian kualitatif, informan sengaja dipilih oleh peneliti karena mampu memberikan informasi tentang masalah yang akan diteliti. Untuk itu peneliti melakukan penggalian data sumber terpercaya langsung dari masyarakat yang berdarah suku Tamil sebagai informan penelitiannya. Informan yang di ambil peneliti yaitu masyarakat yang berdarah Tamil yang berumur 20 tahun

71

Universitas Sumatera Utara keatas atau telah menempati daerah penelitian tersebut selama +25 tahun,masyarakat yang berdarah Tamil, serta tokoh adat yang berdarah Tamil sebagai Key Informan.

4.5.2 Bahasa

Bahasa India dikenal juga sebagai bahasa Indo-Arya, yang tersebar luas di

2/3 (dua pertiga) India bagian Utara termasuk Pakistan, Banglades, Sri Lanka dan

Nepal. Di India bahasa Indic yang paling dominan adalah Hindi, Urdu (sangat mirip dengan bahasa Hindi), Bengali, Punjabi, Marathi, Gujarat, Oriya dan

Assam. Bahasa Urdu, dan Punjabi begitu juga Sindhi digunakan juga di Pakistan sementara Bengali juga merupakan bahasa Bangladesh.Bahasa Dravida pada umumnya terdapat di India Selatan walaupun ada juga di Sri Lanka dan di

Pakistan. Terdapat lebih kurang 30 bahasa Dravida.

Dikota Medan sendiri suku Tamil merupakan populasi terbanyak dari

Keturunan suku India, masyarakat Tamil yang tinggal di Medan didalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia atau dialek Medan, tetapi beberapa dari suku Tamil sendiri menggunakan bahasa Tamildalam komunikasi antar sesama keluarga ataupun kerabat.Dalam upacara-upacara adat seperti pesta perkawinan, upacara meninggal, beribadah dan berbagai aspek kebudayaan lainnya, bahasa Tamil masih terus dipakai meskipun banyak juga yang tidak mengerti arti mantera atau doa yang disampaikan oleh pemuka agama atau ketua adat maupun pendeta mereka. Begitu juga dengan lagu-lagu rohani yang mereka kumandangkan di Kuil dan Vihara, rata-rata doa dan lagunya dalam bahasa Tamil.

Adapun ranah yang menjadi objek penelitian ini adalah sebanyak 7 (tujuh) ranah berdasarkan angket yang diberikan kepada informan yang mana angket

72

Universitas Sumatera Utara tersebut berisi (empat) pertanyaan yang berhubungan dengan pemilihan bahasa dengan pengelompokan sebagai berikut: a. Ranah rumah (lingkungan keluarga) b. Ranah masyarakat atau pergaulan c. Ranah adat-istiadat

Berikut adalah persentase pilihan bahasa dari masing-masing ranah.

Persentase Pilihan Pemilihan bahasa Jumlah Bahasa dari Masing- Masing Ranah BI BT BIT BIng BIIn BIngT g 1. Ranah Rumah 54,0% 15,5% 30,2% 0,2% 0,2% 0,0% 100% 2.Ranah Masyarakat 69,5% 17,0% 17,3% 0,0% 0,3% 0,0% 100% 4. Ranah Adat 67,3% 20,1% 12,6% 0,0% 0,0% 0,0% 100% Rata-rata 64.3% 18,9% 16,4% 0,0% 0,4% 0,1% 100% Tabel. 5Persentase Pemilihan Bahasa Sumber : Data Peneliti Tahun 2018

Dilihat dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan bahasa oleh masyarakat India Tamil adalah Bahasa Indonesia sebesar 64.3% setelah itu disusul Bahasa Tamil 18,9%, Bahasa Indonesia dan Tamil 16.4%, Bahasa

Indonesia dan Inggris 0,4% dan yang terakhir adalah Bahasa Inggris dan Tamil hanya 0,1%. Sedangkan Bahasa Inggris dianggap 0 % karena persentase yang diambil adalah persentase yang satu desimal. Bahasa Tamil masih digunakan dan eksis dikalangan etnis Tamil di Kota Medan. Hal ini didukung dari hasil 2 (dua) pertanyaan dalam wawancara dengan masyarakat Tamil yang terpilih sebagai informan berikut wawancara informan utama :

Wawancara :

“Masih, bahasa Tamil sering digunakan dalam acara sembahayang dan para orangtua yang masih selalu berkomunikasi sesama Tamil walaupun bahasa Tamil dan dicampur dengan bahasa Indonesia karena tidak terlalu mahir saya juga sebagai orangtua agar selalu mendidik dan membiasakan bahasa

73

Universitas Sumatera Utara daerah Tamil agar tidak luntur dan punah bahasa tersebut.” (Mitthoon Krisna, 1 Oktober 2018 ).

Wawancara :

“Ada, masih ada suku tamil yang tidak mengerti akan bahasa Tamil untuk mengucapkan, saya juga dalam berkomunikasi tidak lancar tetapi jika mendengar kerabat dalam berbicara bahasa Tamil saya paham apa yang dibicarakan mereka hanya tidak lancar dalam pengucapan.”( Devaraj, 28 November 2018 )

Demikian jugapernyataan yang sama dari beberapa wawancara dengan informan kunci :

Wawancara :

“saya dalam mengucapkan bahasa Tamil tidak sungguh lancar akan bahasa Tamil, dari mulai saya kecil bersama orangtua lebih sering menggunakan bahasa Indonesia adapun menggunakan bahasa Tamil apabila hanya berada dalam acara acara khusus saja selebihnya saya menggunakan bahasa Indonesia dan disamping itu juga saya bejualan lebih sering ketemu masyarakat umum dengan menggunakan bahasa Indonesia.” (Manju, 1 November 2018).

Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan yang merupakan suatu keberadaan. Konsep eksistensi menurut Dagun (Kartika,

2012: 15) dalam kehidupan sosial manusia yang terpenting adalah keadaan dirinya sendiri atau eksistensi dirinya sendiri. Eksistensi bahasa Tamil Medan masih terlihat dari sebagian masyarakat Tamil yang menggunakan bahasa Tamil didalam kehidupan sehari-hari, yaitu seperti wawancara beberapa masyarakat Tamil sebagai berikut Riswan sebagai informan utama:

Wawancara :

“Saya masih sering menggunakan bahasa Tamil bersama keluarga saya, orangtua dan sesama suku tamil apabila ketemu dimanapun tetapi dengan

74

Universitas Sumatera Utara campuran bahasa Indonesia karena tidak sepenuhnya saya paham akan bahasa Tamil tersebut .” (Riswan Mathavan , 28 Oktober 2019).

Demikian juga pernyataan yang sama diutarakan oleh informan yang bernama Manugrin sebagai informan tambahan yaitu :

Wawancara :

“Saya selaku pinanditha/pendeta agama Hindu selalu membiasakan kepada keluarga,anak-anak dan kepada seluruh jemaat saya dalam berbahasa Tamil, mengutamkan bahasa daerah kepada sesama suku itu adalah hal yang terpenting, agar bahasa tersebut tidak pudar dan luntur dan harus bangga dengan apa yang menjadi bagian dari hidup kita.” ( Manugrin, 29 November 2018 )

Hal yang sama juga dikatakan informan yang bernama Wijayasebagai informan kunci yaitu :

Wawancara :

“Dikeluarga saya sebagian menggunakan bahasa Tamil didalam komunikasi sehari-hari, dan jika pada saat kumpul keluarga juga menggunakan bahasa Tamil, ada beberapa yang tidak menggunakan bahasa Tamil untuk kalangan muda mudinya dikarenakan kurang paham dalam berbahasa Tamil. Dan saya pribadi menggunakan bahasa Tamil apabila ada sesama kerabat menggunakan bahasa Tamil.” ( Wijaya Kusuma Roni, 5 November 2018).

Hal yang sama juga dikatakan informan yang bernama Rani sebagai informan tambahan yaitu :

Wawancara :

“Saya sebagai ibu rumah tangga didalam berkomunikasi selalu menggunakan bahasa Tamil kepada anak-anak saya dan membiasakan agar anak-anak saya mengerti bahasa daerahnya, walau pun anak saya tidak terlalu lancar dengan bahasa campur-campur dengan bahasa Indonesia saya tetap berusaha mengajarkan agar bahasa daerah tidak punah.” (Rani, 3 November 2018).

Dari hasil penelitian peneliti dari hasil wawancara dengan informan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa eksistensi bahasa Tamil

75

Universitas Sumatera Utara bermaksud untuk menunjukkan indentitas etnis Tamil.Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa yakni untukmengidentifikasi suatu kelompok. Ini berartidengan bahasa dapat diketahui identitas seorangbaik individu maupun ketompok, seperti yang dikatakan oleh informan yang bernama Wijaya Kusuma Roni.

“Dikeluarga saya sebagian menggunakan bahasa Tamil didalam komunikasi sehari-hari, dan jika pada saat kumpul keluarga juga menggunakan bahasa Tamil, dan beberapa menggunakan bahasa Tamil untuk kalangan muda mudinya dikarenakan kurang paham dalam berbahasa Tamil. Dan saya pribadi menggunakan bahasa Tamil apabila ada teman maupun saudara menggunakan bahasa Tamil.” (Wijaya Kusuma Roni, 5 November 2018).

Maka, berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa Bahasa Tamil dapatdigunakan untuk menunjukkan identitas personalanggota etnis Tamil, karena setiap individu mempunyaigaya berbahasa yang berbeda dari orang lain.

Bahasa Tamil masih eksis hingga saat ini dikarenakan bahasa mereka dapat mengidentifikasi kesukuan atau etnis Tamil itu sendiri, bahasa Tamil sering digunakan dalam acara sembahayang dan orangtua yang masih berkomunikasi bahasa Tamil walaupun bahasa Tamil tersebutdiucapkanbercampuran dengan bahasa Indonesia, hal ini dikarenasetiap etnis biasanya mempunyai bahasamasing-masing yang berbeda dari etnislainnya. Maka bahasa Tamil selalu eksis di kalangan etnis Tamil sebagai identitas budaya mereka.

4.5.3 Sistem Mata Pencaharian Kedatangan orang-orang India dalam jumlah besar dan hingga sekarang menetap dan membentuk suatu komunitas di berbagai bagian wilayah Sumatera

Utara, migran dari India yang datang untuk berdagang antara lain adalah orang- orang dari India Selatan (Tamil Muslim) dan juga orang Bombay serta Punjabi di luar pekerja kontrak di perkebunan. Orang-orang India yang lain juga banyak datang ke Medan untuk berpartisipasi memajukan berbagai sektor usaha yang

76

Universitas Sumatera Utara sedang tumbuh dikota Medan. seperti kaum Chettiars atau Chettis (yang berprofesi sebagai pembunga uang, pedagang dan pengusaha kecil, kaum

Vellalars dan Mudaliars (kasta petani yang juga terlibat dalam usaha dagang); kaum Sikh dan orang-orang Uttar Pradesh, Selain itu juga terdapat orang-orang

Sindi, Telegu, Bamen, Gujarati, Maratti (Maharasthra) hingga saat ini masyarakat diaspora India yang ada di Medan terdapat kurang lebih 40.000 jiwa.

Dari hasil wawancara bersama informan masyarakat Tamil Medan dan berisi 2 (dua) pertanyaan. Seperti hasil wawancara dengan Rani sebagai informan utama di bawah ini:

Wawancara :

“Saya seorang wirausaha, sehari-hari saya memasak jika ada pesanan seperti cathering, adapun pesanan yang saya terima dikalangan Tamil sendiri seperti diacara-acara pernikahan dan perayaan acara dewa-dewi, masakan yang saya masak seperti makanan khas india yaitu kari kambing, manisan seperti laddo, gulab jamun dan masakan khas Indonesia lainya (Rani, 3 November 2018)

Hal yang sama juga dikatakan oleh informan yang bernama Manugrin yaitu sebagai informan kunci:

Wawancara :

“Profesi saya seorang pindanditha agama Hindu atau lebih sering dikenal sebagai seorang pendeta , dan saya bertugas di Kuil Shri Marriaman jalan Zainul Arifin yang merupakan kuil tertua umat hindu di Kota Medan. Sehari- hari saya juga berjualan dagang susu lembu bersama keluarga saya.” (Manugrin, 15 November 2018).

Demikian juga pernyataan yang sama diutarakan oleh informan yang bernama Manju sebagai informan kunci yaitu :

77

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Saya bekerja sebagai wirausaha, adapun usaha yang saya kerjakan berdagang bumbu dan rempah-rempah di pasar pada pagi hari dan martabak telur pada sore hari di pagaruyung, kegiatan berdagang saya lakukan setiap hari, hari minggu pun saya tetap berjualan apabila ada acara keluarga dan acara khusus lainnya saya libur berjualan ( Manju, 5 November 2018 )

Salah satu kuliner kota Medan ala India yang tetap eksis yaitu kuliner pagaruyung Konsep eksistensi menurut Dagun (Kartika, 2012: 15) dalam kehidupan sosial manusia yang terpenting adalah keadaan dirinya sendiri atau eksistensi dirinya sendiri.

Tidak sedikit orang tamil yang berjualan martabak dan makanan lainnya yang bernuansa India disekitaran kampung madras begitu juga tampak banyak kelihatan orang tamil yang lalu lalang pada malam hari dengan mengenakan pakaian adat mereka untuk melakukan kegiatan yang sedang mereka tuju ataupun yang sedang menyantap kuliner di pagaruyung tersebut.

Gambar 10. Masyarakat Tamil Sumber : Dokumentasi Peneliti 2018

78

Universitas Sumatera Utara Hal yang sama juga dikatakan oleh informan yang bernama Deva sebagai informan tambahan yaitu :

Wawancara :

“Pekerjaan sehari-hari saya adalah seorang penjahit pakaian dan martabak telur, banyak yang menjahit kepada saya terkhusus untuk baju-baju India yang dipesan .” ( Deva, 4 Desember)

Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih, pola pikir serta lingkungan diluar dapat membentuk seseorang menjadi lebih eskis dalam segala aspek kehidupan, salah satu dalam pekerjaan masyarakat Tamil yang condong dalam wirausaha seperti, jualan martabak, jualan bumbu dan susu lembu nyatanya ada yang bekerja dibidang pemerintahan dan pegawai swasta, adapun wawancara informan yang mengalami perubahan mata pencaharian pasca masa kolonial yaitu Rajesh sebagai informan utama:

Wawancara :

“Pekerjaan saya seorang PNS di Kota Medan, saya sendiri tamatan SMA , sebelum menjadi PNS dulunya honorer setelah saya diangkat menjadi PNS saya melanjutkan sekolah S-1 saya” ( Rajesh Kumar, 5 November 2018)

Demikian juga pernyataan yang sama diutarakan oleh informan yang bernama Wijaya sebagai informan kunci yaitu :

Wawancara :

“Pekerjaan saya seorang pegawai swasta disalah satu perusahaan swasta yang berada dikota Medan dan sudah tahun ketiga saya bekerja diperusahaan swasta tersebut, dan keluarga saya sendiri mayoritas berwirausaha, dan orangtua saya sendiripun berwirausaha”. ( Wijaya Kusuma Roni, 5 November 2018).

Hal yang sama juga dikatakan salah satu informan bernama Devaraj sebagai informan tambahan yaitu :

79

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Saya bekerja sebagai karyawan toko komputer disalah satu tempat di Kota Medan, saya pribadi sudah banyak pengalaman dalam bekerja, dan saya pernah bekerja di pabrik Malaysia. Pemilik perusahaanny orang India suku Tamil, dan setelah saya bekerja selama 3 tahun saya kembali ke Indonesia dan bekerja kembali disalah satu pabrik yang berada di Jakarta. Tidak lama kemudian saya pun kembali ke kota asal saya Medan.” (Devaraj, 1 Desember 2018).

Dari hasil penelitian peneliti yang didapatkan dari hasil wawancara bersama informan adalah bahwa masyarakat etnis Tamil secara perlahan mulai merubah kebiasaan bermatapencaharian dari wirausaha seperti, jualan martabak, jualan bumbu dan susu lembu beralih keprofesi yang membutuh keahlian dan pendidikan seperti bekerja di Perusahaan atau Dinas Pemerintahan. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada suku Tamil Medan yang bekerja dibawah garis kemiskinan dan pengangguran.

Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor ekonomi/finansial pada kalangan tamil dan gaya hidup masyarakat tamil yang masih tradisional sehingga masih menjunjung nilai adat budaya India yang dimana etnis Tamil termasuk kelompok minoritas di Indonesia, sehingga susah untuk menjangkau lebih dalam sumber mata pencaharian. Eksistensi mata pencaharian Tamil tersebutmenunjukan kaitanupaya etnis Tamil untuk memperoleh taraf hidup yang layak dikota Medan. Dimana seiring perkembangan jaman dan tuntutan hidup etnis Tamil harus beralih memiliki pekerjaan dan profesi yang lebih menjamin demi memenuhi kebutuhan hidup mereka.

4.5.4 Sistem Kekerabatan (Perkawinan)

Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tuamereka atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan

80

Universitas Sumatera Utara persetujuanpengantin pria, dan pengantin wanita.Pernikahan dipandang sebagai ikatanseumur hidup, dan angka perceraian sangat rendah.Walaupun demikian,pernikahan dini masih merupakan tradisi yang umum. Separuh dari populasiwanita India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usiadewasa menurut hukum. Sejak usia dini, anak-anak diajari tentang peran, dan kedudukan mereka dalam masyarakat.tradisi ini diperkuat dengan kepercayaan kepada dewa-dewa, dan roh yang dianggap berperan penting, dan tak terpisahkan dari kehidupan mereka.Dalam sebuah pernikahan India sistem sangat berperan di

India ditetapkan sebagai stratifikasi sosial, dan pembatasan dalam kehidupan sosial di India.

Walaupun demikian, rumah-rumah diperkotaan sekarang lebih seringhanya didiami oleh keluarga inti.Hal ini disebabkan keterbatasan ekonomi, dansosial untuk hidup bersama dalam sebuah keluarga besar.Di Medanmasih umum dijumpai anggota keluarga dari tiga hingga empat generasi yangtinggal di bawah satu atap.Masalah-masalah yang timbul dalam keluarga seringdiselesaikan secara patriarkisme.

Mayoritas terbesar orang India menikah setelah dijodohkan oleh orang tuamereka atau anggota keluarga yang dituakan, namun dengan persetujuanpengantin pria, dan pengantin wanita.Pernikahan dipandang sebagai ikatanseumur hidup,dan angka perceraian sangat rendah.Walaupun demikian,pernikahan dini masih merupakan tradisi yang umum.Separuh dari populasiwanita India menikah sebelum mencapai usia 18 tahun yang merupakan usiadewasa menurut hukum.Berikut 2 (dua) pertanyaan dalam melengkapi isiwawancara sebagai berikut dengan informan kunci :

81

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Iya masih, masyarakat Tamil permasalahan kasta dan perjodohan sampai saat ini tetap berlaku dikalangan Tamil, adapun suku Tamil yang masih menggunakan sistem kasta yaitu suku Tamil yang berada didalam Kasta tertinggi seperti kasta Ksatria dan Brahmana dan meraka masih kental dengan adat dan tradisi yang ada sejak berpuluh tahun yang lalu. Karena pandangan saya sendiri kasta itu hanya cerita dizaman kerajaan India yang membeda-bedakan secara kelompok pekerjaan dan tidak selayaknya diterapkan didalam kehidupan modern sekarang.” ( Manugrin, 15 November 2018.

Demikian juga pernyataan yang sama diutarakan oleh informan yang bernama Anjeli sebagai informan utama yaitu :

Wawancara :

“Didalam keluarga saya mengenai sistem kasta dalam pernikahan masih sangat ditentukan dan menikah harus sesama suku tamil,”. ( Anjeli, 17 November 2018)

Hal yang sama juga dikatakan informan yang bernama Riswan sebagai informan kunci yaitu : Wawancara :

“Keluarga saya masih sangat kental dengan adat-istiadat yang telah menjadi tradisi orang India khususnya Tamil, karena orangtua saya masih memandang penting sistem kasta dalam hal pernikahan. Hal ini bisa terbukti pada saat saya menjalin hubungan khusus dengan salah satu wanita Tamil tetapi dengan kasta yang berbeda setelah orangtua saya tahu bahwa wanita tersebut berasal dari kasta yang berbeda orangtua saya untuk berhubungan dengannya.” (Riswan Mathavan, 13 November 2018).

82

Universitas Sumatera Utara Gambar 11. Dokumentasi Pernikahan Adat Suku Tamil

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2018

Sistem kasta dalam pernikahan masyarakat Tamil Medan,terdapat beberapa masyarakat Tamil Medan yang menerapkan sistem kasta yaitupada kasta tertinggi dari Hindu Tamil yaitu Ksatria dan Brahmana. Namun seiring berkembangannya zaman dan selaku warga negara Indonesia kebanyakan suku

Tamil yang menolak adanya sistem kasta dalam sebuah hubungan sesama suku

Tamil sendiri. Terbukti di suku Tamil Medan sendiri yang merupakan kasta terendah (sudra) lebih menunjukkan eksistensi dan kemampuan mereka didalam perubahan hidup dibandingkan kasta tinggi, niat untuk belajar dan maju lebih tertanam pada prinsip suku Tamil yang berada dikasta bawah. Berikut beberapa wawancara informan terkait yang tidak memberlakukan sistem kasta yaitu informan utama:

Wawancara :

“Keluarga saya tidak terlalu melihat pernikahan dalam kastakarena sejauh ini masalah kasta di Indonesia tidak terlalu berlaku lain hal di negara India sana, cukup jelas diperbincangkan masalah kasta menjadi tolak ukur pernikahan seseorang. orangtua saya hanya berpesan kepada kami anak- anaknya jika boleh untuk memilih menikahlah sesama suku kita supaya

83

Universitas Sumatera Utara keturunan tetap terjaga, menikah dengan sesama suku tanpa padangan kasta.” (Manju, 11 November 2018)

Demikian juga pernyataan yang sama diutarakan oleh informan yang bernama Devaraj sebagai informan tambahan yaitu :

Wawancara :

Dikeluarga saya tidak terlalu penting melihat kasta disamping keluarga saya dan nenek moyang saya secara turun-temurun seorang Kristen Katholik., kakak saya menikah dengan agama Hindu jika dilihat dari kasta memiliki perbedaan kasta, tidak menjadi permasalah dikeluarga kami.” (Devaraj, 7 November 2018)

Hal yang sama juga dinyatakan oleh informan yang bernama Mithoon sebagai informan kunci yaitu :

Wawancara :

“Masyarakat India yang sudah menjadi warga negara asli Indonesia tidak lagi memandang suatu yang penting mengenai kasta, tidak menjadi tolak ukur perbedaan kasta, dan jika dilihat dari kasta bisa tergolong lebih maju dan sukses yang memiliki kasta rendah (sudra) dibandingkan kasta tinggi (Kstaria). Itu semua dikarenakan kesadaran mereka jauh lebih tinggi dan kemauan untuk lebih sukses lebih tinggi, bukan berarti kasta tinggi tidak tergolong sukses karena menurut saya dalam hal kasta sama saja, maka hal kasta menurut saya tidak menjadi tolak ukur dalam pernikahan beda kasta.” (Mithoon Krisna, 10 November 2018).

Hal yang sama juga dinyatakan oleh informan yang bernama Deva sebagai informan tambahan yaitu :

Wawancara :

“Dikeluarga saya lebih banyak tidak mempermasalahkan sistem kasta dalam hubungan pernikahan dibandingkan masih memandang kasta dalam menjalin silahturahmi hubungan pernikahan. saya sendiri menikah dengan suku batak dan beragama nasrani dan saya sendiri sudah diangkat menjadi boru batak setelah menikah dengan suku batak. Suami saya marga manurung dan saya diangkat menjadi boru sinaga.” ( Deva, 13 November 2019).

84

Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian didapat kesimpulan kebanyakan etnis Tamil dalam hal perkawinan tidak lagi memegang teguhprinsip kasta di dalam etnis mereka.

Namun masih ada juga orangtua yang masih memandang penting sistem kasta dalam hal pernikahan.Masyarakat Tamil yang masih memandang sistem kasta dalam perjodohan sampai saat ini tetap berlaku dikalangan Tamil, adapun suku

Tamil yang masih menggunakan sistem kasta yaitu suku Tamil yang berada didalam Kasta tertinggi seperti kasta Ksatria dan Brahmana dan meraka masih kental dengan adat dan tradisi yang ada sejak berpuluh tahun yang lalu.

Namun, orang India yang telah menjadi warga negara Indonesia tidak terlalu memandang sistem kasta dalam suatu hubungan perkawinan, seperti salah satu informan tamil yakni :

“Masyarakat India yang sudah menjadi warga negara asli Indonesia tidak lagi memandang suatu yang penting mengenai kasta, tidak menjadi tolak ukur perbedaan kasta, dan jika dilihat dari kasta bisa tergolong lebih maju dan sukses yang memiliki kasta rendah (sudra) dibandingkan kasta tinggi (Kstaria). Itu semua dikarenakan kesadaran mereka jauh lebih tinggi dan kemauan untuk lebih sukses lebih tinggi, bukan berarti kasta tinggi tidak tergolong sukses karena menurut saya dalam hal kasta sama saja, maka hal kasta menurut saya tidak menjadi tolak ukur dalam pernikahan beda kasta.” (Mithoon Krisna, 10 November 2018).

Eksistensi perkawinan adat etnis Tamil di kota Medan dapat dilihat dari masih adanya kawin campur antara etnis Tami dengan non Tamil.

Perkembangan jaman dan perbedaan generasi mengakibatkan dinamika dalam perkawinan etnis Tamil saat ini. Eksistensi tersebut menunjukkan bahwa etnis

Tamil sebagai suku bangsa yang sudah berpikir maju dan modern menyadari etnis Tamilmempunyai kesatuan kebudayaanyang membuatnya berbeda dari suku bangsa yang lain namun tetap dapat menyatu dan hidup dalam lingkar perkawinan dengan etnis non Tamil. Di era kini kasta atau pun perkawinan yang

85

Universitas Sumatera Utara mengharuskan sesama etnis apalagi kasta adalah anggapan golongan tua.

Generasi muda etnis Tamil sudah menyadari bahwa mereka memiliki identitas dan kesatuan kebudayaan mereka sendiri namun mereka tidak merasa berbeda dari warga masyarakat yang lain.

4.5.5 Perlengkapan Hidup (Mehendi)

Mehendi merupakan seni ukiran pada bagian tubuh atau yang biasa disebut tatto temporer, yang mana seni ukiran pada bagian tubuh ini adalah suatu hal yang menjadi keharusan yang digunakan pada saat resepsi pernikahan bagi perempuan

India. Pernikahan India tidak lengkap tanpa adanya upacara Mehendi.Berikut 2

(dua) pertanyaan dan hasil wawancara dari masyarakat tamil mengenai mehendi berikut wawancara informan kunciyaitu :

Wawancara :

“Hiasan mehendi hanya dipakai acara pernikahan oleh pengantin wanita dan dihiasi sepanjang ujung kuku sampai atas siku tangan begitu juga dengan kaki pengantin, guna mehendi untuk meperhias calon pengantin agar lebih kelihatan cantik dan tradisi tersebut ada sejak ribuan tahun yang lalu di India, dan seluruh umat India yang ada dipenjuru dunia apabila menikah pihak si perempuan wajib menghias dirinya dengan mehendi atau kalau di Indonesia disebut daun pacar..” (Manju, 25 Oktober 2018)

Demikian juga pernyataan yang sama diutarakan oleh informan utama yang bernama Rani yaitu : Wawancara :

“Mehendi atau henna sudah sangat banyak digunakan untuk kalangan masyarakat umum Indonesia, dan mehendi sudah menjadi suatu tradisi orang India sejak lama khususnya diacara pernikahan, juga terdapat banyak motif yang menarik. Untuk acara pernikahan pemakaian mehndi untuk pengantin wanita sudah dilakukan 2 hari sebelum acara pernikahan berlangsung.” (Rani, 4 Desember 2018).

86

Universitas Sumatera Utara Hal yang sama juga dikatakan oleh informan yang bernama Mithoon sebagai informan tambahan yaitu:

Wawancara :

“Mehendi sendiri biasannya selalu dilakukan pada saat acara pernikahan, dan mehndi dilakukan oleh si calon penganti wanita, mehendi digunakan dikedua tangan maupun dikedua kaki pengantin wanita.” ( Mithoon Krisna, 29 November 2018).

Gambar 12. Mehendi Sumber : Dokumentasi Peneliti Tahun 2018

Seni Mehendi pada kebudayaan India sudah sangat terkenal dari zaman dahulu hingga sekarang, kegiatan Mehendi dilakukan pada saat sebelum dilakukannya pernikahan guna sebagai perhiasan pada calon pengantin perempuan yang akan menikah. Khususnya di Medan sendiri masyarakat Tamil sangat kental dengan seni Mehendi pada saat acara-acara pernikahan. Berikut juga beberapa wawancara terhadap masyarakat Tamil yaitu Devaraj sebagai informan kunci :

Wawancara :

“Mehendi sendiri sudah menjadi tradisi turun-temurun orang India, jadi setiap ada acara pernikahan mempelai wanita wajib menggunakan mehndi

87

Universitas Sumatera Utara ditangan dan dikakinya sesuai motif yang diinginkan. Dan keluarga saya terlahir dengan kepercayaan agama Nasrani yaitu Katholik, ketika kakak saya menikah juga menggunkan mehndi dan ini dilakukan atas dasar keinginan dan bisa saja tidak menggunakan mehndi, tetapi ciri khas dari pernikahan orang India adalah menggunakan mehendi.” (Devaraj, 2 November 2018)

Demikian juga yang dikatakan informan yang bernama Riswan sebagai informan kunci yaitu:

Wawancara :

“Mehendi ciri khas dari pernikahan orang India, dam negara-negara Timur Tengah seperti, Arab,Pakistan, India dan lain sebagainya terlebih di India mehendi sangat fenomenal dan tradisi ini sudah ada sejak lama dan turun- temurun, sehingga orang India dalam acara pernikahan akan selalu menggunakan mehndi.” ( Riswan Mathavan, 11 November 2018)

Hal yang sama juga diungkapkan informan yang bernama Roni sebagai informan utama yaitu :

Wawancara :

“Mehendi adalah perhiasan diri untuk si pengantin wanita, dan calon pengantin biasanya melakukan kegiatan menghias mehndi 3 atau 2 hari sebelum berlangsungnya pernikahan. Apabila pihak keluarga pengantin misal, kakak, adik perempuan, tante , keponakan atau saudara lainnya yang juga ingin menggunakan mehndi juga bisa dilakukan, andai saja perbedaan bentuk dan jenis mehendi untuk si calon pengantin agak berbeda dengan sanak saudara ataupun kerabat yang menggunakan mehendi tersebut.” ( Roni Wijaya Kusuma, 11 November 2018)

Hal yang sama juga diutarakan informan yang bernama Anjeli sebagai informan tambahan yaitu :

Wawancara :

“Mehendi sendiri didalam pernikahan orang India sangat penting, karena mehendi bagian dari memperhias diri agar kelihatan lebih menarik dan lebih cantik, pemakaian mehendi dilakukan dikedua tangan wanita dan dikedua kaki wanita.” ( Anjeli, 5 November 2018).

88

Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian wawancara yang dilakukan peneliti mengatakan bahwa alat ukir mehendi menjadi yang terpopuler dan dikenal sebagai ciri khas dalam penggunaannya dalam kelengkapan pernikahan India. Tradisi mehendi tersebut sudah ada zaman nenek moyang India dan secara turun-temurun dilakukan untuk menghias pengatin wanita dalam acara pernikahan dan tak hanya diacara-acara penting saja, bagi perempuan India, henna sudah jadi tampilan sehari-hari yang umum dipakai. Eksistensi mehendi menjadi warna tersendiri bagi orang India sehingga tradisi mehendi menjadi sangat fenomenal baik itu kalangan masyarakat India maupun masyarakat umum dan menjadi trend sendiri bagi peminat masing-masing orang. Tidak sedikit masyarakat

Indonesia yang tertarik pada seni ukir mehendi untuk melengkapi pernikahannya, misalnya saja pada pernikahan Jawa, melayu, Aceh hampir sumua dari pengantin wanita menggunakan seni ukir mehendi atau henna yang dikenal masyarakat umum pada pernikahan mereka.

4.6.6 Kesenian

Musik India, perkembangan musik India dimulai kira-kira sejak abad ke-2 setelah masehi. Bangsa Arya yang bermigrasi ke India membawa pengaruh yang besar terhadap perkembangan musik di India. Musik bagi bangsa India memiliki arti tersendiri, yang pengaruhnya sangat besar terhadap magis, religius, kesusastraan, ilmu, dan seni lainnya. Permulaan dan inspirasi bagi musik India adalah memuja para dewa dan dewi.

Berikut 2 (dua) pertanyaan yangmerupakan hasil wawancara dari beberapa informan yaitu berikut informan utama :

89

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Alat musik yang dipakai suku Tamil yaitu Kanjira (drum) salah satu alat musik khas Tamil yang sangat tradisional dan masih eksis sampai sekarang, kanjira dilakukan pada saat acara-acara tertentu saja seperti sembhanyang menggunakan kanjira yang dimainkan oleh salah satu jemaat sambil menyanyikan lagu-lagu ibadah umat hindu dikuil. Kanjira juga digunakan pada acara-acara perayaan dewa dewi di kuil andai saja kanjira yang digunakan ukuran besar , dan acara-acara pernikahan Tamil kanjira selalu penting untuk kelengkapan iringan musik.” ( Mithoon Krisna, 1 November 2018).

Demikian juga pernyataan yang dikatakan oleh informan yang bernama

Anjeli sebagai informan utama yaitu :

Wawancara :

“Musik Tamilcukup jarang digunakan kecuali diacara-acara khusus, sedangkan lagu-lagu Tamil sering diputar, dikeluarga saya hampir setiap hari memutar lagu Tamil, baik itu lagu sembhayang maupun lagu umum berbahasa Tamil, dan untuk dikalangan masyarakat umum sebagian dari masyarakat tidak begitu memahami lagu Tamil. Cukup jarang masyarakat umum menyukai lagu Tamil dibandingkan lagu hindi (bollywood) yang sangat populer ditelinga masyarakat Indonesia.” (Anjeli, 28 November 2018)

Hal yang sama dikatakan oleh informan yang bernama Deva sebagai informan kunci yaitu :

Wawancara :

“Perkembangan musik Tamil dikalangan Tamil sangat digemari, tetapi ada sebagian masyarakat Tamil yang tidak suka dengan lagu Tamil tersebut, yakni salah satu keponakan saya tidak tergolong suka dengan musik Tamil dikarenakan dia tidak mengerti akan arti lagu tersebut dan tidak dibiasakan untuk mendengar. Jika dilihat dari segi bahasa Tamil merupakan salah satu bahasa yang cukup susah dibandingkan bahasa Hindi yang sering ditelinga masyarakat umum, sehingga bahasa dan pengucapannya sangat berbeda. Oleh sebab itu sebagian dari masyarakat Tamil sendiri masih ada yang belum mengetahui akan seni musik dari Tamil sendiri.” ( Deva, 19 November 2018)

90

Universitas Sumatera Utara Hal yang sama dikatakan oleh informan bernama Rajesh sebagai informan tambahan yaitu : Wawancara :

“Untuk alat musik Tamil lebih dominan digunakan alat seruling dan kanjira , dan cara bermain kanjira digendangkan oleh tangan sambil diiringi oleh lantunan lagu yang akan dinyanyikan, dan biasanya alat tersebut digunakan pada saat acara-acara khusus seperti sembhanyang di Kuil.” ( Rajesh Kumar, 20 November 2018).

Eksistensi merupakan keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan yang merupakan suatu keberadaan tertentu. Eksistensi musik pada masyarakat Tamil Medan cukup kental dikalangan masyarakat khususnya masyarakat Tamil sendiri, berikut juga beberapa wawancara masyarakat Tamil yaitu manugrin sebagai informan kunci :

Wawancara :

“Kesenian suku Tamilsangat disenangani oleh masyarakat Tamil sendiri maupun masyarakat umum, adapun musik dan lagu Tamil lebih sering dilakukan pada saat acara-acara khusus saja, Misalnya acara perayaan dewa-dewi tidak jarang terlihat kaula muda-mudi yang berperan dalam permainan kanjira sambil diringin oleh lagu-lagu sembhayang Tamil,.” (Manugrin, 18 November 2018).

Demikian juga pernyataan yang sama diutarakan oleh informan yang bernama Manju sebagai informan kunci yaitu :

Wawancara :

“Biasanya lagu-lagu Tamil sangat populer dikalangan suku Tamil, baik itu lagu umum masyarkat Tamil ataupun lagu sembhayang. Saya sendiri suka dengan lagu-lagu Tamil, disamping saya menikmati musik dan lagunya juga saya mempelajari makna dari lagu tersebut.” ( Manju, 13 November 2018).

Hal yang sama dinyatakan oleh informan yang bernama Riswan sebagai informan tambahan yaitu :

91

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Alat-alat seni musik hanya digunakan pada saat acara-acara tertentu saja, seperti acara sembhayang/ibadah setiap hari Selasa dan Jumat, acara perayaan dewa-dewi seperti Perayaan Amman Tiruvilla, navaratri, deepawali dan acara-acara lainnya. Seiringin berjalannya alat musik lagu persembahan Hindu juga dikumandangkan oleh jemaat yang datang diacara sembhanyang tersebut.” ( Riswan Mathavan, 26 November 2018).

Dari hasil penelitian wawancara peneliti terhadap informan bahwa masyarakat suku Tamil medan masih melakukan irama musik tamil dan alat musik tamil pada acara-acara khusus seperti perikahan dan upacara sembhayangadapun musik dan lagu Tamil lebih sering dilakukan pada saat acara-acara khusus saja, seperti acara sembhayang dan acara perayaan dewa- dewi, dan para pemain alat musik lebih dominan pada anak-anak generasi muda- mudi yang aktif dalam perannya diacara tersebut. Misalnya acara perayaan dewa-dewi tidak jarang terlihat kaula muda-mudi yang berperan dalam permainan kanjira sambil diringin oleh lagu-lagu sembhayang Tamil, partispasi generasi muda-mudi Tamil terhadap kegiatan musik dan kegiatan lainnya sangat baik dan sangat kompak satu sama lain,

Bahkan didalam kehidupan sehari-hari orang tamil selalu memutar lagu- lagu tamil baik itu lagu sembhayang atau lagu bahasa tamil . Maka tidak heran jika kita pernah melihat orang India Tamil memutar lagu sembhayang dirumah dan di Kuil .

Eksistensi kesenian musik tamil jelas tergambar dan masih dilakukan dikalangan masyarakat tamil , kanjira digunakan pada saat mengiringi lagu sembahayang di Kuil dan acara pernikahan. Alat musik kanjira juga digunakan dalam perpaduan konsep musik modern pada pernikahan India Tamil.

92

Universitas Sumatera Utara 4.5.7 Sistem Pengetahuan (Pendidikan)

Pengetahuan orang Tamil sangat dipengaruhi oleh tradisi leluhur mereka.

Sebagian besar kehidupan orang Tamil adalah hasil kebudayaan yang diturunkan dari generasi kegenerasi. Sehingga banyak dari mereka menjalankan apa yang telah diwariskan para leluhurnya tanpa mengetahui dengan jelas nilai-nilai yang terkandung didalamnya.Berkaitan dengan pendidikan Tamil, sedikit sebanyak telah memberi kesan kepada perkembangan pendidikan Tamil di kota Medan.

Secara tidak langsung peran masyarakat Tamil pada tingkat pendidikan terus kekal dan berkembang hingga hari ini.

Jumlah Informan Berdasarkan Pendidikan

Jumlah Informan Orang Dewasa Remaja Jumlah Persentase BerdasarkanJenja tua ng Lk Pr Lk Pr Lk Pr (%) Pendidikan SD 5 17 3 2 1 0 28 14% SMP 11 6 7 17 3 3 47 23,5% SMA 10 5 19 18 18 28 98 49% Sarjana 7 0 8 0 8 4 27 13,5% Total 33 28 37 37 30 35 200 100% Tabel 6. Jumlah Informan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Dari hasil pemaparan tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase paling tinggi adalah 49% dimana informan sudah menempuh pendidikan SMA.

Sedangkan persentase pendidikan terrendah adalah SD dengan jumlah 14%.

Adapun 2 (dua) pertanyaan dan hasil wawancara terhadap informan mengenai pendidikan adalah sebagai berikut merupakan informan utama :

93

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Saya menamatkan sekolah sampai jenjang SMA disalah satu sekolah negeri yang berada di kota Medan, setelah saya tamat sekolah kemudian saya langsung bekerja membantu orangtua saya berdagang”. (Anjeli, 13 November 2018 )

Demikian juga pernyataan yang sama diutarakan oleh informan yang bernama Roni sebagai informan kunci yaitu :

Wawancara :

“Saya sekolah disalah satu perguruan swasta katholik yang berada di kota Medan hingga jenjang SMA, setelah tamat sekolah saya ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, tetapi dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan dengan kesibukan profesi yang saya jalani, maka saya sampai saat ini masih memperoleh sampai tingkat SMA saja”. (Roni Wijaya Kusuma, 28 November 2018).

Hal yang sama dinyatakan oleh informan bernama Devaraj sebagai informan kunci, yaitu :

Wawancara :

“Pendidikan yang saya dapatkan sampai jenjang SMK, saya sekolah dibidang kejurusan otomotif, saya senang dengan otomotif sehingga saya mengambil jurusan otomotif disalah satu SMK yang ada di Medan”. (Devaraj, 13 November 2018).

Hal yang sama juga dinyatakan oleh informan bernama Rani sebagai , yaitu informan tambahan :

Wawancara :

”Saya menamatkan sekolah saya hanya sampai SMP dikarenaka kondisi keluarga saya tidak memungkinkan untuk melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih saya pun menerima pendidikan sampai SMP saja, dan seteleh tamat sekolah saya mencari pekerjaan dan membuka usaha sendiri guna mencukupi keluarga saya”. (Rani, 20 November 2018).

94

Universitas Sumatera Utara Demikian hal yang sama dinyatakan oleh informan bernama Mithoon informan utama, yaitu :

Wawancara :

“Dikeluarga saya semua mengecap pendidikan dasar yang dibuat oleh pemerintah, saya sendiri menjalankan jenjang pendidikan sampai tingkat SMA dan kemudian saya melanjutkan sekolah keagamaan Hindu yang sekarang menjadi profesi saya yaitu seorang pinanditha atau pendeta agama Hindu di Kuil Shri Mariamman”. ( Mithoon Krisna, 13 November 2018)

Wawancara diatas yang telah dilakukan terkait sistem pendidikan terhadap masyarakat Tamil Medan, tidak sedikit yang berada pada jenjang SMA, dan rata-rata berada pada tingkat SMA sesuai dengan peraturan Pemerintah dengan wajib belajar 9 (sembilan) tahun. Dari hasil persentase dan wawancara terkait bidang pendidikan diatas patut diapresiasikan, dikarenakan hampir seluruh masyarakat Tamil Medan mengecap sebuah pendidikan formal yang diterapkan oleh pemerintah, bahkan untuk masyarakat Tamil sendiri ada sampai ditingkat Universitas. Berikut beberapa wawancara masyarakat Tamil pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu sebagai informan kunci :

Wawancara :

“Tingkat pendidikan yang saya kecap sampai jenjang strata 1 atau sarjana tingkat satu dikuliah bidang agama Hindu, dan sekarang saya sedang melajutkan program studi jenjang strata 2 disalah satu perguruan tinggi yang berada di kota Medan, saya berprofesi sebagai guru mata pelajaran agama Hindu dan juga berprofesi sebagai pinanditha atau pendeta di Kuil. (Riswan Mathavan, 27 November 2018).

Demikian juga pernyataan yang sama yang diutarakan oleh informan yang bernama Rajesh sebagai informan tambahan yaitu :

95

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Dibidang pendidikan formal yang saya capai, saya memperoleh sampai ketingkat SMA pada awal saya memulai kerja dan setelah saya menjadi abdi negara (PNS) saya melanjutkan studi S-1 saya disalah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Medan” (Rajesh Kumar, 6 Desember 2018)

Dari hasil penelitian melalui wawancara yang peneliti lihat bahwa orang suku tamil medan pada tingkat pendidikan masih lebih mendominasi pada tingkat

SMA , untuk masalah pendidikan suka tamil medan tergolong aktif bisa dilihat dari persentasi dan wawancara informan diatas, walaupun masih ada masyarakat tamil yang hanya mengecap sampai tingkat pendidikan SMP dan SD setidaknya kesadaran akan pentingnya sebuah pendidikan masih terlintas dibenak pemikiran mereka dan faktor lingkungan sekitar yang mempengaruhi pola pikir untuk melihat segala aspek kehidupan.

Namun hal-hal yang berkaitan dengan jenjang pendidikan suku Tamil medan yang mendominasi pada tingkat SMA dikarenakan faktor ekonomi/finasial yang kurang mampu untuk melanjutkan ketingkat pendidikan yang lebih tinggi.

Suku Tamil Medan setelah tamat sekolah banyak yang bekerja sebagai wirausaha.

Jika dilihat perkembangan teknologi dan zaman semakin canggih sekarang pentingnya skill dan ilmu seseorang untuk mencapai kehidupan yang sejahtera.

4.6.8 Religi

Kebanyakan Orang India memeluk agama Hindu. Agama Hindu yang diturunkan dari India juga berpengaruh besar dengan orang India Tamil yang berada di Indonesia. Berikut 5 (lima) pertanyaan danhasil wawancaramengungkapkan seperti berikut informan utama.

96

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Suku Tamil mayoritas penganut Hindu, dan sebagian penganut agama Budha, Katholik dan Islam,hanya diajaran Hindu yang dapat menceritakan adanya kasta, dan saya pendeta hindu sangat menghargai semua yang ada pada ajaran Hindu yang saya yakini terlebih lagi menghargai perbedaan diantar umat beragama.”. ( Manugrin, 15 November 2018)

Wawancara :

“Keyakinan yang dianut oleh umat Hindu Tamil , keyakinan pada Tuhan dengan dewa-dewi persembahan kami, ada banyak dewa-dewi yang kami sembah kurang lebih 3 juta dewa dewi , tetapi pada dasarnya hanya ada 2 awal mula keyakinan hindu yaitu kepada Dewa Krisna dan Dewa Siwa sehingga banyaknya titisan dari kedua dewa tersebut.Sejauh yang saya alami kebudayaan dan tradisi suku Tamil tidak terlepas dari ajaran Agama Hindu, dimana bentuk ajaran Hindu dapat terlihat dari tradisi yang kami alami seperti masa sejarah adanya Hindu, misalnya saja kasta , diajaran Hindu sendiri yang dapat menceritakan adanya kasta” ( Sheren, 8 Januari 2019)

Hal sama diungkapkan oleh informan kunci yaitu Anjeli :

Wawancara :

“Perayaan-perayaan agama Hindu selalu diadakan setiap tahunan, banyak masyarakat umat Hindu Tamil diseluruh Sumatera Utara yang merayakan perayaan dewa-dewi dimasing-masing kuil, para tamu undangan dari berbagai daerah turut serta hadir dalam perayaan tersebut, tidak hanya sesama umat Hindu saja yang menghadiri acara keagamaan Hindu sendiri, antusias masyarakat umum juga turut berpartispasi dalam acara tersebut karena siapa saja bisa ikut dan melihat langsung acara perayaan-perayaan umat Hindu dimanapun berada”. ( Anjeli, 15 November 2018)

Berikut wawancara dengan informan tambahan :

Wawancara :

“Agama Hindu mempercayai adanya kelahiran kembali ( reinkarnasi ) setelah mati dan mempercayai karma semasa hidup, “apa yang kau perbuat itu lah yang kau dapatkan dikehidupan selanjutnya”. Agama Hindu memiliki asal mula dewa sebagai keyakinan kami yaitu Dewa Siwa dan Dewa Krisna dan memiliki banyaktitisan dewa-dewi lainnya kurang lebih ada hampir 3 ribu dewa dewi dari titisan dewa Siwa dan Krisna. Dan ajaran Hindu juga

97

Universitas Sumatera Utara memiliki pantanga dalam memakan makanan yaitu tidak diperbolehkan memakan daging Lembu ( Sapi ), karena lembu sendiri dianggap adalah Ibu dari segala umat karena dari air susu lembu seluruh umat dapat meminum susu murni yang sangat bermanfaat, oleh sebab itu Hewan lembu pantang bagi kami untuk dimakan”. ( Riswan Mathavan, 17 November 2018)

Gambar 13. Acara Sembhayang Umat Hindu Tamil Sumber : Dokumentasi Tahun Peneliti 2018

Eksistensi ataupun keberadaan agama Tamil didominasi oleh agama Hindu dan disusul oleh agama Buddha, Katholik dan Islam. Berikut beberapa wawancara masyarakat Tamil yaitu mithoon sebagai informan kunci :

Wawancara :

“Untuk umat suku Tamil yang beragama Hindu ada juga yang mengalami perpindahan agama , Hindu ke Kristen, Hindu ke Islam dan Hindu ke Buddha begitu sebaliknya, faktor yang mempengaruhi yaitu karena faktor pernikahan, suku Tamil yang menikah dengan berbeda agama pasti akan pindah atau sebaliknya, adapun perpindahan keyakinan pasti mengalami pertentangan dimasing-masing keluarga”.( Mithoon Krisna, 1 November 2018 ).

Berikut wawancara dengan informan tambahan yaitu :

Wawancara :

“Saya penganut ajaran agama Hindu, dan hampir seluruh keluarga saya menganut ajaran agama Hindu, istri saya juga Hindu, dan saya selalu hadir dan aktif apabila ada acara-acara dari keagamaan di Kuil yang

98

Universitas Sumatera Utara diselenggarakan. Anak-anak saya sendiri juga aktif untuk melakukan sembhayang mingguan di Kuil bersama istri saya”. ( Rajesh Kumar, 4 Desember 2018).

Berikut wawancara yang dilakukan terhadapa devaraj sebagai informan utama :

Wawancara :

“Saya Nasrani, orangtua saya juga seorang nasrani (Katholik) , dan kakak saya menikah dengan suku Tamil yang beragama Hindu, dan tidak ada pun pertentangan sama keluarga saya, karena bagi saya pribadi semua agama itu sama saja, semua mengajarkan kebaikan, hanya ajaran dan caranya saja yang berbeda-berbeda”. ( Devaraj, 10 November 2018 )

Berikut wawancara dengan informan Kunci yaitu :

Wawancara :

“Didalam ajaran agama Hindu tidak ada satu pun yang bertentangan dengan kebudayaan atau tradisi yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, peran aktif selalu ditunjukkan oleh masyarakat Tamil sendiri didalam melaksanakan ibadah ataupun perayaan-perayaan dewa-dewi, itu semua demi pemujaan yang sakral sesuai ajaran agama yang telah dilakukan setiap upacara keagamaan Hindu, jika Masalahnya adalah satu, kasta. Banyak masyarakat keturunan Tamil sendiri yang merasa kasta dalam agama Hindu merugikan bagi diri sendiri. Dalam masalah ekonomi dan kesejahteraan hidup. Brahmana adalah kasta untuk kaum pendeta Hindu, ksatria adalah kasta para pegawai. Sedang wassa adalah kasta kaum golongan punggawa atau pengawal dan kasta terendah adalah sudra kastanya para kaum buruh. Umumnya Tamil yang berpindah agama merupakan Tamil berkasta sudra.”. (Roni Wijaya Kusuma, 29 November 2018).

99

Universitas Sumatera Utara

Gambar 14. Acara perayaan dewa-dewi yang disebut “Amman Tiruvilla”

Gambar 15 Sumber : Dokumentasi Peneliti 2018

Beberapa rangkaian acara perayaan keagamaan umat Hindu Tamil yang diadakan setiap Tahun yaitu perayaan Amman Tiruvilla yang mereka percayai sebagai keyakinan mereka dalam beragama. Dan kegiatan perayaan ini dilaksanakan 4 hari secara berturut-turut , dimana tampak masyarakat umum antusias melihat bahkan turut serta dalam kegiatan tersebut dan umat Hindu Tamil tidak pernah membatasi masyarakat umum didalam perayaan dewa-dewi mereka.

100

Universitas Sumatera Utara Adapun beberapa suku Hindu Tamil yang berpindah agama dikarenkan faktor pernikahan yang berbeda keyakinan dan faktor lainnya yaitu kasta. Banyak masyarakat keturunan Tamil yang merasa kasta dalam agama Hindu merugikan mereka. Terlebih dalam artian masalah ekonomi dan kesejahteraan hidup.

Brahmana adalah kasta untuk kaum pendeta Hindu, ksatria adalah kasta para pegawai. Sedang wassa adalah kasta kaum golongan punggawa atau pengawal dan kasta terendah adalah sudra kastanya para kaum buruh. Umumnya Tamil yang berpindah agama merupakan tamil berkasta sudra.

Artinya terkait pergeseran nilai agama berpengaruh pada ide, perilaku dan artepak/benda (Geertz 1992) , jika perpindahan agama terjadi pada suku Tamil maka berpengruh terhadap perilaku ataupun artepak , misal saja suku Hindu Tamil yang berpindah kepecayaan menjadi Muslim atau Nasrani secara otomatis pasti tindakan dan kebiasaan mereka akan berubah dari sisi kepercayaan yang dianut begitu juga artepak/benda yang menjad simbol dari masing-masing kepercayaan, dan jika dilihat dari sudut pandang kasta yang mengakibatkan terjadinya perpindahan agama dapat mengarah pada suatu ide seseorang , karena beberapa tamil mengaku sistem kasta sangat merugikan bagi kaum sudra sehingga berdampak pada sosial-ekonomi mereka. Seperti salah satu informan yang dikatakan seperti ini :

Banyak masyarakat keturunan Tamil sendiri yang merasa kasta dalam agama Hindu merugikan bagi diri sendiri. Dalam masalah ekonomi dan kesejahteraan hidup. Brahmana adalah kasta untuk kaum pendeta Hindu, ksatria adalah kasta para pegawai. Sedang wassa adalah kasta kaum golongan punggawa atau pengawal dan kasta terendah adalah sudra kastanya para kaum buruh. Umumnya Tamil yang berpindah agama merupakan Tamil berkasta sudra.”. (Roni Wijaya Kusuma, 29 November 2018).

101

Universitas Sumatera Utara Dari hasil penelitian wawancara yang peneliti lakukan bahwa sebagian besar suku Tamil peganut agama Hindu, dan disusul oleh Buddha, Kristen dan

Islam. Didalam ajaran agama Hindu yang peneliti teliti diajaran hindu mempercayai adanya kehidupan kembali ( reinkarnasi ) dan memuja para dewa dewi sebagai alat komunikasi antar Tuhan. Seperi salah satu informan katakan yaitu :

Agama Hindu mempercayai adanya kelahiran kembali ( reinkarnasi ) setelah mati dan mempercayai karma semasa hidup, “apa yang kau perbuat itu lah yang kau dapatkan dikehidupan selanjutnya”. Agama Hindu memiliki asal mula dewa sebagai keyakinan kami yaitu Dewa Siwa dan Dewa Krisna dan memiliki banyaktitisan dewa-dewi lainnya kurang lebih ada hampir 3 ribu dewa dewi dari titisan dewa Siwa dan Krisna. Dan ajaran Hindu juga memiliki pantanga dalam memakan makanan yaitu tidak diperbolehkan memakan daging Lembu ( Sapi ), karena lembu sendiri dianggap adalah Ibu dari segala umat karena dari air susu lembu seluruh umat dapat meminum susu murni yang sangat bermanfaat, oleh sebab itu Hewan lembu pantang bagi kami untuk dimakan”. ( Riswan Mathavan, 17 November 2018)

Maka dari hasil penelitian juga menggambarkan dari informan utama, kunci dan tambahan eksistensi agama tamil menjadi pusat keberadaan identitas

Tamil yang dominan, terlebih untuk agama Hindu, tampak tergambar jelas perayaan-perayaan dewa dewi yang mereka lakukan setiap tahunnya menjadi suatu tradisi dan bagian dari kebudayaan tamil yang sangat antusias mereka rayakan.

Kasta juga berpengaruh besar dalam ajaran agama Hindu, sejak zaman nenek moyang mereka sistem kasta diterapkan dan sejarah itu masih berperan penting bagi pemeluk Hindu umumnya. Dari wawancara diatas sudah sangat terlihat jelas bagaimana ajaran agama hindu dan kebudayaan yang menjadi eksistensi suatu agama.

102

Universitas Sumatera Utara Salah satu gambar yang menujukkan proses kegiatan sebelum dan berlangsugnya ibadah setiap hari Jum’at pada salah satu kuil Hindu . Umat Tamil sejak dini diajarkan dan ikut serta dalam upacara-upacara yang menyamgkut keagamaan mereka dan tampak tidak banyak umat Hindu tamil yang melakukan ibadah ini disebabkan karena faktor pekerjaan dan kesibukan pribadi lainnya.

103

Universitas Sumatera Utara BAB V

PEMBAHASAN

Eksistensi Kebudayaan suku Tamil Medan sangat tergambar jelas dan masih eksis dikalangan masyarakat Tamil sendiri maupun masyarakat Umum, terbukti dengan masih dapat mampu memberikan nilai-nilai budaya mereka sehingga Suku Tamil Medan mampu menghipnotis masyarakat Umum walaupun kelompok tamil merupakan suatu kelompok minoritas di Indonesia dan mereka sadar akan hal tersebut dengan menjunjung tinggi ciri khas dan identitas suku tamil yang masih menjadi pusat perhatian masyarakat, dengan adanya peresmian dari Pemerintah Kota medan dengan julukan The Little India yang berada di Kota

Medan dikampung madras telah menunjukkan eksistensi Suku Tamil medan , hal tersebut menunjukkan suatu apresiasi yang pantas untuk didukung dalam menjaga keberagaman suku yang ada dikota Medan.

Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Suku Tamil medan dapat dilihat dari faktor internal dan faktor eksternal, meliputi berbagai macam aspek yaitu aspek sosial, budaya, ekonomi, teknologi, maupun ilmu pengetahuan.

Begitu halnya pada Kebudayaan suku Tamil dan Eksistensi orang Tamil di Kota

Medan. Terjadi perubahan sosial budaya setelah adanya berbagai kemajuan dan pembangunan berbagai macam sektor seperti perubahan kawasan lama Kampung

Keling menjadi kawasan modern. Faktor-faktor fisik ini mempengaruhi kecepatan dan perluasan pemukiman. Sedangkan faktor sosial yang berkenaan dengan pemukiman penduduk ini adalah demografi, struktur sosial, organisasi sosial dan relasi sosial diantara penduduk yang menghuni pemukiman tersebut (Nursid

Sumaatmadja, 1988). Jika dilihat dari perubahan Eksistensi Kebudayaanyang

104

Universitas Sumatera Utara dialami oleh suku Tamil Medan dari zaman penjajah sampai zaman reformasi sekarang mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu dimana pada masa

Voc Belanda kebanyakan dari mereka suku Tamil mengadu nasib dengan menjadi kuli perkebunan. Dalam catatan Badan Warisan Sumatera (BWS), rombongan pertama orang Tamil yang datang ke Medan sebanyak 25 pada tahun 1873.

Mereka dipekerjakan oleh Nienhuys, seorang Belanda pengusaha perkebunan tembakau, yang dikenal sebagai tembakau Deli.

Setelah itu, semakin banyak saja para buruh dan tenaga-tenaga kerja yang didatangkan dari India untuk bekerja di Tanah Deli entah sebagai buruh perkebunan, supir, penjaga malam, sais kereta lembu, dan membangun jalan serta waduk. Itu karena kaum Tamil terkenal sebagai pekerja keras yang patuh kepada atasannya. Hingga akhir 1975 pada masa orde lama-orde baru jumlah kuli Jawa dan Tamil mencapai seribu orang. Selain para kuli kontrak yang datang melalui

Penang atau Singapura mereka datang juga melalui bangsa India lainnya, seperti dari Punjab, India Utara yang pada umumnya menganut agama Sikh, Bombay, dan bangsa Chettyar yang pintar berbisnis. Mereka tidak bekerja sebagai kuli di perkebunan, melainkan membuka usaha sendiri dan bekerja di sektor lain. Dan hingga sampai pada masa reformasi sekarang perubahan dari Eksistensi

Kebudayaan suku tamil dapat dijelaskan peneliti dengan data yang akurat dan terpernci yakni antara lain :

5.1. Eksistensi Bahasa Tamil

5.1.1 Bahasa

Jika dilihat dari hasil penelitian penelitian pada kehidupan sehari-hari masyarakat tamil dalam berkomunikasi antara suku tamil hanya dilakukan pada

105

Universitas Sumatera Utara pada orangtua saja dan itupun tidak semua orangtua dan orang dewasa ingin menggunakan bahasa Tamil dikarenakan tidak terlalu lancar dalam pengartian bahasa tamil, juga untuk kalangan kelompok remaja sedikit yang ingin berkomunikasi dengan bahasa tamil hampir rata-rata muda mudi tamil menggunakan bahasa Indonesia dan dialek Medan pada umumnya. Bahasa daerah tamil sering dipergunakan apabila pada saat acara-acara tertentu, seperti acara ibadah dikarenakan lagu-lagu sembahang menggunakan bahasa Tamil dan semua penyampaian doa-doa yang dilakukan pinaditha (pendeta) Hindudengan mantra- mantra pada agama Hindu diucapkan dalam bahasa tamil. Dalam upacara-upacara adat seperti pesta perkawinan, upacara meninggal, dan berbagai aspek kebudayaan lainnya. Perbedaan usia dan profesi seseorang sangat mempengaruhi penggunaan bahasa hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara informan serta observasi peneliti terdapat 7 (tujuh) informan, masing-masing dari kalangan berbedadiantaranya kelompok golongan remaja, menyusul kelompok dewasa dan Orang tua. Adapun hasil wawancara tersebut terdapat 3 informan yang tidak mengerti akan penggunaan bahasa tamil dan 3 informan yang mengerti dalam penggunaan bahasa tamil.

Hal ini terjadi karena semakin muda usia mereka maka semakin jarang mereka menggunakan bahasa Tamil karena mereka lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan kegiatan-kegiatan di luar rumah atau diluar lingkungan mereka. Namun, faktor orang tua yang tidak ingin memaksa atau membiasakan untuk berbicara menggunakan bahasa Tamil dengan anak mereka sejak kecil juga sangat berpengaruh.

106

Universitas Sumatera Utara 5.1.2 Faktor Perubahan Bahasa

Etnis Tamil mengalami pertambahan dan pengurangan jumlah generasi.

Persebaran suku Tamil juga mempengaruhi perubahan sosial dan budayanya.

Wilayah pemukiman yang semula terpusat pada satu wilayah (desa) akan berubah terpencar karena faktor pekerjaan. Faktor kontak dan komunikasi dengan kebudayaan masyarakat lain juga mempengaruhi perubahan sosial budaya di bidang bahasa. Hubungan yang dilakukan secara fisik antara dua masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh timbal balik. Hal ini berarti tiap-tiap masyarakat mempengaruhi masyarakat lain, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat lain yang bersangkutan.

Berikut wawancara salah satu informan :

Wawancara :

“Saya tidak pernah berbicara sesama suku tamil dengan bahasa tamil, karena saya ga mengerti bahasa tamil, dimanapun saya berkomunikasi saya selalu menggunakan bahasa Indonesia ” ( devrat, 3 November 2018 )

Jika dilihat faktor dari dalam (internal) yang menyebabkan bahasa Tamil memudar yaitu kurangnya ajaran dan dorongan dari dalam keluarga untuk tetap mempertahankan bahasa Tamil itu sendiri, sedangkan faktor dari luar (ekternal) yang paling berpengaruh dalam keutuhan bahasa daerah Tamil yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar tempat tinggal, yang notabene bertempat tinggal dikalangan masyarakat umum yang seluruh masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia ,adapun kampung madras dijalan teuku umar yang merupakan salah satu tempat yang dijuluki sebagai The Little of India khususnya Tamil dan di sana juga tidak terlalu intens di dalam menggunakan bahasa Tamil.

107

Universitas Sumatera Utara 5.2 Eksistensi Sistem Mata Pencaharian Tamil

5.2.1 Sistem Mata Pencaharian

Beberapa dari masyarakat Tamil juga telah mengalami progress pasca masa kolonial yang datang ke Indonesia sebagai buruh kasar jika dilihat dari hasil wawancara terdapat 7 (tujuh) informan diantaranya dari kalangan remaja, dewasa dan orangtua dan terdapat berbagai jenis sumber mata pencaharian dari suku tamil yaitu 3(tiga) orang tamil sebagai pedagang dan 3 (tiga) orang tamil sebagai

`pegawai diantaranya 1 (satu) pegawai negeri , 1(satu) pegawai swasta dan 1

(satu) karyawan toko.

Maka dengan adanya sistem perdagangan dan penyebaran agama serta budaya pada suku Tamil yang terjadi pada masa kolonial Belanda dahulu, telah mengalami perkembangan pada masyarakat Tamil Medan sekarang dimana pada saat masa kolonial suku tamil hanya bekerja sebagai buruh kasar, namun seiring berkembangnya jaman masyarakat tamil telah menujukkan suatu prestasi dengan gambaran tersendiri dengan berperan dalam pekerjaan sebagai PNS dan bekerja di

Perusahaan Swasta yang cukup bergengsi, sehingga tanggapan masyarakat lain yang hanya memandang Tamil hanya bekerja sebagai pedagang martabak telur tidaklah semua seperti tanggapan yang seperti dikatakan

5.2.2 Faktor Perubahan Mata Pencaharian

Jika dilihat sejarah pada masa kolonial dahulu yang notabene suku Tamil merupakan pekerja buruh kasar diperkebunan yang didatangkan ke Indonesia.

Sejauh ini juga masih ada beberapa suku Tamil yang bekerja dibawah garis kemiskinan seperti buruh kasar, buruh upah, tukang parkir, jualan martabak yang paling terkenal dan jualan rempah-rempah yang hidup di kota Medan. Namun

108

Universitas Sumatera Utara masyarakat Tamil kini terlihat melakukan perubahan dalam diri dalam bidang ekonomi melihat kebutuhan dan perkembangan perekonomian di Medan. Tidak sedikit orang Tamil yang berjualan martabak dan makanan lainnya yang bernuansa India di sekitaran Kampung Madras begitu juga tampak banyak kelihatan orang Tamil yang lalu lalang pada malam hari dengan mengenakan pakaian adat mereka untuk melakukan kegiatan yang sedang mereka tuju ataupun yang sedang menyantap kuliner di Pagaruyung tersebut.

Mereka juga memiliki keinginan dan kemampuan berbaur dengan masyarakat umum lainnya sangat bersahabat, sehingga pergaulan dan gaya hidup mereka sudah tergolong modern, dan itu terbukti dari adanya eksitensi suku Tamil yang berperan di dalam bidang pekerjaan di bawah naungan pemerintahan maupun swasta, dan hal tersebut menunjukkan perubahan yang menggerakkan diri sendiri dari gambaran (image) mereka pasca masa kolonial, seperti wawancara sebagai berikut :

Wawancara :

“Pekerjaan saya seorang PNS di Kota Medan, bila dilihat dari latar belakang keluarga saya, hanya saya pribadi yang bekerja dibidang pemerintahan dan kebanyakan dari keluarga saya berwirausaha, saya memiliki 2 (dua ) anak perempuan, menurut saya sangat perlunya mengecap sebuah pendidikan walaupun kemampuan orangtua saya dulu tidak sanggup mencapai sampai jenjang pendidikan yang sangat tinggi.” ( Rajesh Kumar, 5 November 2018)

5.3 Eksistensi Sistem Kekerabatan (Pernikahan)

5.3.1 Pernikahan

Pernikahan tamil berpengaruh besar terhadap ajaran Hindu yang melakukan adanya suatu sistem kasta, bagi warga Tamil Medan tidak sedikit suku

109

Universitas Sumatera Utara Tamil yang masih menjalankan kasta dalam sebuah hubungan pernikahan, bagi suku tamil kasta merupakan warisan turun-temurun nenek moyang mereka yang harus dijalankan sesuai dengan konsep ajaran agama Hindu yang telah meraka anut. Dikota Medan merupakan populasi suku Tamil terbesar di Indonesia yang bertempat tinggal, jika dilihat dari hasil wawancara peneliti terhadap 7 (informan) diantaranya dari kalangan kelompok remaja, dewasa dan orangtua mengenai sistem kekerabatan / kasta pada masyarakat Tamil terdapat 3 (tiga) informan yang masih menjadikan sebuah tradisi dalam pernikahan berdasarkan kasta dan 4

(empat) informan yang menolak adanya sistem kasta dalam masyarakat tamil, hanya masyarakat Tamil Medan tertentu saja yang menerapkan sistem kasta yang notabene merupakan kasta Tinggi dari Hindu Tamil yaitu Ksatria dan Brahmana.

Namun seiring berkembangannya zaman dan selaku warga negara

Indonesia kebanyakan suku Tamil yang menolak adanya sistem kasta dalam sebuah hubungan sesama suku Tamil sendiri. Terbukti di suku Tamil Medan sendiri yang merupakan kasta terendah (sudra) lebih menunjukkan eksistensi dan kemampuan mereka didalam perubahan hidup dibandingkan kasta tinggi, niat untuk belajar dan maju lebih tertanam pada prinsip suku Tamil yang berada dikasta bawah.

5.3.2 Faktor Perubahan Perkawinan

Beberapa kalangan kasta Tamil yang tinggi yang masih memegang teguh prinsip kasta dalam perjodohan didalam keluarga mereka. Hal ini dikarenakan mereka mengangggap melanggar aturan apabila menikah dengan yang berbeda kasta. Sampai saat ini masih ada beberapa dari suku Tamil yang menggunakan prinsip kasta. Namun ada pula sebagian besar dari suku Tamil yang telah

110

Universitas Sumatera Utara meninggalkan sistem kasta tersebut. Mereka berpendapat bahwa mereka bukan lagi hidup dizaman kerajaan tamil kuno yang masih menggunakan sistem kasta dalam kehidupannya, maka kebiasaan dan tradisi menjadi perpaduan dengan melihat keberagaman suku,sehingga menimbulkan pola pikir yang majudan berkembang yang pada akhirnya kebanyakan dari masyarakat tamil menolak adanya sistem kasta dan sangat tidak layak digunakan di negara Indonesia saat ini tegas dari mereka yang menolak sistem kasta.

Senada dengan wawancara yang dikatakan oleh informan yang bernama

Rani yaitu:

Wawancara :

“Dikeluarga saya tidak memepermasalahkan sistem kasta dalam hubungan pernikahan. saya sendiri menikah dengan suku batakberagama nasrani tidak menikah dengan sesama suku saya dan saya sudah diangkat menjadi boru batak setelah menikah dengan suku batak. Suami saya marga manurung dan saya diangkat menjadi boru sinaga.” ( Rani, 13 November 2018).

5.4 Eksistensi Perlengkapan Hidup (Mehendi)

5.4.1 Mehendi

Dari hasil penelitian menunjukkan, tradisi Mehendi merupakan salah satu dari beberapa rangkaian proses pernikahan orang India yang wajib dilakukan pada saat resepsi/acara pernikahan bagi perempuan India yang beragama Hindu, Budha,

Islam ataupun Kristen yang mana proses melukiskan Mehendi dalam pernikahan masyarakat India dianggap sebuah tradisi yang diturunkan oleh para leluhur India dan proses ini mereka jadikan sampai saat ini sebagai warisan budaya dari para leluhur yang masih harus dijaga dan dipertahankan bagi masyarakat India di manapun berada, sehingga sampai saat ini mereka tetap melestarikannya tetapi

111

Universitas Sumatera Utara kini tradisi Mehendi ini telah berkembang bukan hanya milik India saja tetapi sudah menjadi milik umum.

Peneliti mewawancarai 7 (tujuh) informan diantaranya dari kalangan kelompok remaja, dewasa dan orangtua, dari ketujuh informan tersebut dominan mengatakan dalam tradisi Mehendi selalu digunakan dalam acara pernikahan

India,dikarenakan mehendi merupakan hiasan dalam mempercantik dan memperindah pengantin.

5.4.2 Faktor Perubahan Mehendi

Perlengkapan perhiasan mehendi tersebut didalam pernikahan orang India sudah menjadi keunikan tersendiri bagi mereka maupun masyarakat umum. Orang

India sangat menjunjung tinggi nilai seni budaya yang sudah tertanam sejak zaman nenek moyang mereka. Maka ketika seluruh umat agama orang India baik itu, Hindu, Buddha, Islam, Sikh dan Kristen apabila melakukan acara pernikahan mereka akan tetap menggunakan mehendi sebagai tradisi mereka.

Namun dengan eksisnya hiasan mehendi sehingga menjadi trend bagi kalangan masyarakat umum, tidak sedikit masyarakat umum yang juga menggunakan mehendi dalam acara pernikahannya maupun ingin mencoba dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dengan rasa penuh antusis mengukir tangan mereka dengan ukiran mehendi, berikut wawancara informan :

Wawancara :

“Mehendi sendiri sudah menjadi tradisi turun-temurun orang India, jadi setiap ada acara pernikahan mempelai wanita wajib menggunakan mehendi ditangan dan dikakinya sesuai motif yang diinginkan. Dan keluarga saya kebanyakan penganut agama Nasrani yaitu Katholik , pada saat kakak saya menikah menggunkan mehendi bahkan masyarakat umum juga senang memakai mehendi ,.” (Devaraj, 2 Desember 2018).

112

Universitas Sumatera Utara

Gambar 16. Dokumentasi pengantin menggunakan Mehndi

Sumber : Dokumentasi Peneliti 2018

5.5 Eksistensi Kesenian Tamil

5.5.1 Kesenian

Dari hasil penelitian peneliti terkait kesenian pada masyarakat Tamil

Medan, peneliti mewawancarai 7 (tujuh) informan diantaranya berasal dari kalangan remaja, dewasa dan orangtua. Jika ditinjau hasil wawancara tersebut terdapat 6 (enam) informan yang masing mengatakan bahwa kesenian tamil masih tetap eksis dan 1 (satu) informan cukup jarang dalam mendengarkan musik-musik tamil.Maka yang menjadi salah satu pusat perhatian dikalangan masyarakat tamil sehingga kesenian tamil masih tetap eksis yaitu irama lagu serta alat musik kanjira adapun nilai kesnian yang tinggi pada masyarakat tamil sering dilakukan di rumah ibadah (kuil) dalam melakukan sembhayang mingguan yang dilakukan pada hari Selasa dan Minggu. Namun didalam kehidupan sehari-hari alat musik dan lagu Tamil sangat jarang diterapkan adapun beberapa kalangan tertentu saja yang mendengarkan lagu Tamil dan alat musik seperti Kanjira dipergunakan pada saat latihan guna melakukan acara sembahyang maupun pernikahan.

113

Universitas Sumatera Utara 5.5.2 Faktor Perubahan Kesenian

Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang semakin lama akan menggeser unsur- unsur kebudayaan asli. Begitu pun perubahan sosial pada unsur kebudayaan kesenian masyarakat Tamil Medan. Salah satu kesenian alat musik suku Tamil yaitu kanjira, dimana kanjira digunakan dengan acara-acara khusus seperti acara sembhanyang, perayaan dewa-dewi dan pernikahan. Namun dengan seiring berkembangnya zaman alat musik kanjira dapat dipadukan dengan alat musik modern seperti, keyboard. Pada moment khusus seperti di acara pernikahan

Tamil, alunan musik khas Tamil saat resepsi pernikahan dipadukan dengan alat musik modern lainnya demi memperindah nuansa. Seperti salah satu wawancara sebagai berikut :

Wawancara :

“Kesenian suku Tamil sangat disenangani oleh masyarakat Tamil sendiri maupun masyarakat umum, adapun musik dan lagu Tamil lebih sering dilakukan pada saat acara-acara khusus saja, seperti acara sembhayang dan acara perayaan dewa-dewi , dan para pemain alat musik lebih dominan pada anak-anak generasi muda-mudi yang aktif dalam perannya diacara tersebut. Dan disaat moment seperti acara festival tamil atau pesta musik tamil dan alat musiknya sering dipadukan dengan alat musik modern .” (Manugrin, 18 November 2018).

114

Universitas Sumatera Utara Gambar. 17 Dokumentasi Kesenian Tahun 2018

(a) Gambar Buku Lagu Persembahan Dewa Dewi Umat Hindu

(b) Gambar alat musik kanjira

5.6 Eksistensi Sistem Pengetahuan (Pendidikan )

5.6.1 Pendidikan

Jika ditinjau dari hasil penilitian peneliti yang terkait pada sistem pendidikan terhadap masyarakat Tamil Medan, peneliti mewancarai 7 (tujuh) informan diantaranya dari kalangam remaja, dewasa dan orangtua, dan hasil wawancara yang diperoleh yaitu 1 (satu) informan yang tamat SMP, 5 (lima) informan tamat SMA/SMK dan 1 (satu) informan tamat S1, rata-rata berada pada tingkat SMA. Dari hasil wawancaraterkait bidang pendidikan patut diapresiasikan sehingga lebih mendorong suku tamil Medan dan kelak akan meningkat pada pendidikan yang lebih tinggi, dikarenakan hampir seluruh masyarakat Tamil

115

Universitas Sumatera Utara Medan mengecap pendidikan formal yang diterapkan oleh pemerintah, bahkan untuk masyarakat Tamil sendiri sudah ada sampai ditingkat Universitas.

5.6.2 Faktor Perubahan Pendidikan

Terdapat perubahan dalam bidang ilmu pendidikan bagi masyarakat Tamil.

Pada umumnya pandangan masyarakat India atau masyarakat umum yang menilai suku Tamil hanya bekerja sebagai penjual martabak telur atau sebagai buruh kasar pada masa kolonial sekarang sudah mengalami perubahan yang cukup signifikan.

Adanya dorongan dan motivasi yang mereka alami, yaitu dorongan dari diri sendiri dan dorongan dari orang lain, yang menilai bahwa pendidikan itu sangat berharga dan penting demi menunjang kecerdasan pribadi. Seperti salah satu wawancara :

Wawancara :

“Dibidang pendidikan formal yang saya capai , saya memperoleh sampai ketingkat SMA pada awal saya memulai kerja dan setelah saya menjadi PN) saya melanjutkan studi S-1 saya disalah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Medan”. ( Rajesh Kumar, 6 Desember 2018).

5.7 Eksistensi Religi

5.7.1 Religi

Dari hasil tinjauan peneliti terhadap penilitian dengan beberapa wawancara yang dilakukan peneliti memawancarai 7 (tujuh) informan diantaranya pada kalangan kelompok remaja, dewasa dan orangtua, maka dari hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu 6 (enam) informan dengan penganut agama Hindu dengan menjalankan segala bentuk ajaran yang berlaku dalam agama hindu dan 1 (satu) informan penganut agama nasrani (katholik

116

Universitas Sumatera Utara Dari 7 (tujuh) unsur kebudayaan universal peneliti bependapat bahwa unsur budaya yang paling eksis adalah unsur religi, mengapa unsur religi? dikarenakan keterkaitan antara beberapa unsur dalam religi tergambar jelas, misalnya saja dari unsur bahasa dimana mantra ataupun bacaan doa Hindu digunakan dalam bahasa tamil,unsur kesenian tamil, alat musik maupun lagu-lagu sembayang yang memakai bahasa Tamil dilakukan pada saat sembayang atau pun acara-acara penting dalam perayaan dewa dewi mereka, dan sistem kasta dalam pernikahan Tamil sudah menjadi suatu tradisi peradaban tamil sejak zaman dulu, dan kajian dari segala unsur kebudayaan Tamilterbentuk dalam ajaran agama

Hindu.Aturan masyarakat Tamil terkait sistem religi yang mayoritas suku Tamil penganut agama Hindu, suku Tamil Medan sangat indentik dengan perayaan keagamaan serta adat-istiadatnya, dengan adanya perayaan acara keagamaan yang dilakukan setiap tahun menjadi pengaruh besar terhadap masyarakat Tamil untuk turut serta dalam perayaan tersebut seperti acara tahunan yang selalu diadakan yaitu penyembahan dewa-dewi (Amman Tiruvilla ), depawali ( Hari raya bagi umat India), Acara festival Holy (warna warni) semua kegiatan tahunan akan diadakan pada masyarakat tamil medan. Adapun perayaan seperti Amman

Tiruvilla dilakukan secara bergantian dimasing-masing kuil yang ada di Kota

Medan maupun diluar kota Medan seperti Pematangsiantar, Tebing, Pakam,

Binjai dan Kisaran. Masyarakat umum juga antusias dalam perayaan yang diadakan umat Hindu Tamil, dan respon baik datang dari berbagai kalangan masyarakat umum akan perayaan yang dilakukan oleh umat Hindu Tamil.

117

Universitas Sumatera Utara 5.7.2 Faktor PerubahanReligi

Adapun beberapa suku Hindu Tamil yang berpindah agama dikarenakan faktor pernikahan yang berbeda keyakinan dan faktor lainnya yaitu kasta. Banyak masyarakat keturunan Tamil yang merasa kasta dalam agama Hindu merugikan mereka. Terlebih dalam artian masalah ekonomi dan kesejahteraan hidup.

Brahmana adalah kasta untuk kaum pendeta Hindu, ksatria adalah kasta para pegawai. Sedang wassa adalah kasta kaum golongan punggawa atau pengawal dan kasta terendah adalah sudra kastanya para kaum buruh. Umumnya Tamil yang berpindah agama merupakan Tamil berkasta sudra.

Artinya terkait pergeseran nilai agama berpengaruh pada ide, perilaku dan artepak/benda (Geertz 1992). Artinya adalah perpindahan agama terjadi pada suku

Tamil maka berpengaruh terhadap perilaku ataupun artepak, misal saja suku

Hindu Tamil yang berpindah kepecayaan menjadi Muslim atau Nasrani secara otomatis pasti tindakan dan kebiasaan mereka akan berubah dari sisi kepercayaan yang dianut begitu juga artepak/benda yang menjadi simbol dari masing-masing kepercayaan, dan jika dilihat dari sudut pandang kasta yang mengakibatkan terjadinya perpindahan agama dapat mengarah pada suatu ide seseorang, karena beberapa Tamil mengaku sistem kasta sangat merugikan bagi kaum sudra sehingga berdampak pada sosial-ekonomi mereka.

Adapun faktor yang mempengaruhi mengenai pergeseran nilai terhadap suatu agama tertentu yaitu faktor dari luar (eksternal) dikarenakan terjadinya pernikahan beda keyakinan seseorang sehingga mempengaruhi pergeseran nilai kepercayaan terhadap umat Tamil yang beragama Hindu. Seperti wawancara sebagai berikut :

118

Universitas Sumatera Utara Wawancara :

“Untuk umat suku Tamil yang beragama Hindu ada juga yang mengalami perpindahan agama , Hindu ke Kristen, Hindu ke Islam dan Hindu ke Buddha begitu sebaliknya, faktor yang mempengaruhi yaitu karena faktor pernikahan, suku Tamil yang menikah dengan berbeda agama otomatis akan pindah atau sebaliknya”. ( Mithoo Krisna, 1 November 2018).

5.8 Eksistensi Suku Tamil Medan

Ditengah kemajuan zaman saat ini, eksistensi budaya Suku Tamil di

Medan semakin menurun. Hal ini disebabkan banyaknya interaksi dengan budaya dan etnis lain yang masuk ke Medan dari berbagai daerah. Interaksi ini sayangnya tidak dibarengi dengan kesadaran bahwa Suku Tamil berada di wilayah yang bukan kampung halaman asli mereka. Seharusnya mereka tetap menjaga budaya mereka di tanah perantauan seperti kota Medan.

Selanjutnya, generasinyalah yang melunturkan nilai-nilai budaya Suku

Tamil itu sendiri. Dimana orang tua dan anak muda Suku Tamil enggan menerapkan nilai-nilai budaya Suku Tamil dalam kehidupan. Dari tata cara berbicara misalnya, mayoritas masyarakat tidak menggunakan bahasa daerah

Suku Tamil dalam berbagai aktivitasnya. Selain itu kesadaran orang tua untuk menanamkan nilai-nilai Suku Tamil kepada anak-anaknya melalui interaksi di rumah yang sebetulnya bisa menjadi pondasi awal pengenalan budaya Suku Tamil sejak dini sangat minim, bahkan cenderung menghilang.Penyebab selanjutnya, pengaruh globalisasi yang tidak dapat dielakkan. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat telah mengaburkan batas teritorial negara dimana arus informasi menjadi mudah dan murah untuk didapatkan. Hal ini ternyata berdampak pada gaya hidup masyarakat Suku Tamil di kota Medan.

119

Universitas Sumatera Utara Dalam berkesenian misalnya, masyarakat Suku Tamil kini lebih dominan menyukai alat musik dan lagu modern saat ini di banding lagu daerah Tamil.

Didalam kehidupan sehari-hari alat musik dan lagu Tamil sangat jarang diterapkan adapun beberapa kalangan tertentu saja yang mendengarkan lagu

Tamil dan alat musik seperti Kanjira dipergunakan pada saat latihan guna melakukan acara sembahyang maupun pernikahan. Perubahan dan pergeseran warisan budaya Suku Tamil ini sangat dirasakan. Apabila hal ini tidak ditangani secara serius bukan tidak mungkin kebudayaan Suku Tamil di Kota Medan akan hilang dimasa akan datang. Belum banyak yang menyadari pentingnya kebudayaan bagi suatu generasi di daerahnya. Pentingnya budaya Suku Tamil bagi masyarakat Tamil adalah terkait identitas.

Identitas merupakan integritas. Individu yang tidak memiliki identitas yang jelas maka tidak memiliki integritas yang kuat. Sementara suatu daerah apabila tidak mempunyai identitas maka dipertanyakan keberadaanya. Pentingnya kebudayaan bagi suatau daerah sehingga mendapat perhatian PBB, UNESCO dalam aktivitasnya menghimbau seluruh negara agar memperhatikan aspek kebudayaan dalam pembangunannya. Di Indonesia, keragaman budaya dihargai dan diakui oleh negara yang termuat secara tegas pada pasal 28I ayat (3) dan pasal

32 ayat (1) UUD 1945.

5.9 Faktor Perubahan Sosial Budaya Pada Suku Tamil Medan

5.9.1 Kampung Madras ( The Little India )

Lokasi wisata kuliner Pagaruyung berada pada kawasan Kampung Keling atau Kampung Madras yang identik dengan Little India di Kota Medan. Suasana wisata kuliner inilah yang membangkitkan nuansa etnik yang berada di Kota

120

Universitas Sumatera Utara Medan seakan-akan kita sedang berada di India. Kampung Madras yang lebih dikenal dengan Kampung Keling merupakan sebuah potensi unik bagi industri pariwisata Kota Medan. Kampung Keling merupakan nama lain dari sebuah nama

Kampung Madras di Kota Medan. Kampung ini sebagai tempat tinggal bagi warga keturunan India, dimana warga keturunan India juga ikut mewarnai sejarah perjalanan Kota Medan. Kampung Madras merupakan landmark yang cukup dikenal sebutan Kampung Keling. Disebut dengan panggilan keling karena mengikuti panggilan popular bagi etnis keturunan India yang umumnya berkulit keling atau gelap.

Ketika etnis penduduk India semakin banyak dan interaksi antar mereka lebih intens, maka lambat laun bermunculan perkampungan komunitas-komunitas

India di wilayah kesultanan Deli tersebut. Salah satunya yang cukup dikenal dan banyak dikunjungi oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara adalah

Kampung Keling. Komunitas keturunan India yang lebih banyak adalah dari etnis

Tamil, dimana mereka kebanyakan berprofesi sebagai pedagang dan pekerja diluar perkebunan. Kondisi sosial tersebut yang membuat kawasan Pagaruyung yang berada pada Kampung Madras ini menjadi terkenal dan mempunyai ciri khas tersendiri sehingga dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke lokasi wisata Pagaruyung tersebut. Keberadaannya yang berdekatan dengan icon Kota

Medan lainnya yaitu kuil Shri Marimman, pusat belanja SUN Plaza, maupun masjid Ghaudiyah sebagai peninggalan sejarah yang memberi nilai lebih terhadap

Pagaruyung. Tak heran pengunjungnya datang dari berbagai lapisan masyarakat.

Baik bersama keluarga, rekan dan relasi.

121

Universitas Sumatera Utara Kondisi Kampung Madras ini dahulu memang tidak serupa dengan sekarang. Yang mendiaminya makin beragam tidak hanya keturunan India.

Tentang kebiasaan dan kebudayaan, sebagian masih tersisa tapi sebagian lagi hilang ditelan zaman. Salah satu yang telah terkikis adalah toneel yakni seni drama yang dilengkapi tarian dan nyanyian India. Di tahun 80an, toneel sempat populer dikalangan masyarakat keturunan India. Tapi lebih dari satu dasarwarsa toneel sudah tidak diperlihatkan lagi. Tak ada lagi generasi yang meneruskannya.

Sama juga dengan kegiatan keagamaan diikuti dengan mengarak kereta kencana. Terakhir, kereta kencana diarak tahun 1972. Sesudahnya tidak pernah dilakukan lagi. Beberapa keturunan India yang ada di Medan mengaku beberapa saudara masih tinggal di India. Waktu nenek dan kedua orang tuanya masih hidup, sesekali ada keluarga dari negeri asal datang berkunjung. Tapi sekarang sudah tidak. Boleh dibilang mereka telah putus hubungan dengan keluarga di India.

Tidak tahu lagi siapa dan dimana mereka. Lama telah menjadi bagian dari negara

Indonesia membuat beberapa keturunan India ini tidak merindukan tanah leluhurnya.

5.9.2 Perubahan Sosial Budaya Suku Tamil Sejak Adanya Little India

Proses perubahan sosial budaya yang terjadi pada Suku Tamil melalui tiga tahap, sebagaimana Soekanto (2008, hlm. 288-291) yaitu:

1) Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan;

2) Saluran-saluran perubahan sosial dan Kebudayaan;

3) Disorganisasi dan Persepsi masyarakat suku Tamil terhadap wisatawan.

Kondisi masyarakat suku Tamil dapat diidentifikasi melalui hakikat dan sifat masyarakat pedesaan sebelum adanya berbagai macam pembangunan objek

122

Universitas Sumatera Utara pariwisata maupun pendukungnya pada tahun 1999. Hakikat serta sifat masyarakat pedesaan terlihat pada bentuk-bentuk kelompok sosial yang dimiliki masyarakat pedesaan yaitu kelompok paguyuban atau gemainschaft. Masyarakat

Suku Tamil saling mengenal satu sama lain, mereka saling mengenal hampir satu desa karena mereka pun dapat dikategorikan sebagai keluarga besar sehingga dalam satu desa masih ada ikatan darah yang terjalin. Adapun dampak perubahan sosial budaya suku tamil di Kampung Madras (Little India) setelah menjadi lokasi wisata adalah sebagai berikut:

A. Dampak positif

1) Membuat Kampung Madras sebagai kampung keling terkenal hingga ke

mancanegara.

2) Menyediakan lapanga pekerjaan.

3) Memberi bantuan sosial.

4) Meningkatkan eksistensi kesenian tradisional.

5) Meningkatnya taraf hidup masyarakat etnis tamil dan sekitarnya karena

adanya pendidikan dan teknologi

6) Tersedianya fasilitas-fasilitas umum salah satunya adalah jalan raya.

B. Dampak negatif

1) Terjadi kepadatan penduduk

2) Hilangnya sifat-sifat masyarakat pedesaan

3) Pencemaran lingkungan

4) Rendahnya pengawasan sosial

5) Kemacetan

6) Meningkatnya kriminalitas

123

Universitas Sumatera Utara 5.9.3 Faktor Penyebab Perubahan Sosial Budaya Pada Suku Tamil

Perubahan sosial budaya yang terjadi pada suku Tamil di kota Medan tentunya memiliki faktor penyebab terjadinya hal tersebut.

1) Faktor dari dalam suku Tamil:

a. Sikap suku Tamil yang menerima perubahan dengan mudah serta mudah

pula terjadinya proses imitasi.

b. Kebutuhan suku Tamil dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonomi yang

meningkat.

2) Faktor dari luar suku Tamil:

a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain yang berasal dari kebudayaan

masyarakat perkotaan oleh para wisatawan ataupun dari kebudayaan

masyarakat pendatang yang menetap di daerah kampung keling dan

melakukan kontak dengan suku Tamil.

b. Sistem pendidikan formal yang baru dan dimiliki oleh suku Tamil berupa

bertambahnya kuantitas dan kualitas sekolah mulai dari tingkat Play

Group, Taman kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Serta meningkatnya

pemahaman akan pentingnya pendidikan.

c. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang diidentifikasi melalui sikap

suku Tamil yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan

oleh berbagai objek pariwisata beserta sarana pendukung yang lainnya.

5.9.4 Pengaruh Perubahan Sosial Budaya Pada Eksistensi Suku Tamil

Perubahan sosial budaya yang terjadi pada suku Tamil dikategorikan sebagai perubahan sosial budaya yang cepat. Berbagai macam pembangunan baik fasilitas umum maupun objek pariwisata dan sarana pendukung lainnya, serta

124

Universitas Sumatera Utara teknologi berkembang di kota Medan dalam kurun waktu 15 tahun. Perubahan sosial budaya banyak diakibatkan oleh modernisasi dan globalisasi yang menyabar keseluruh penjuru dunia. Perubahan sosial budaya tersebut tentunya akan menimbulkan dampak yang dirasakan oleh masyarakat yang mengalami perubahan, sebagaimana dalam Murdiyatmoko (2008, hlm. 19) Modernisasi memiliki dua dampak, yaitu :

1) Dampak positif antara lain terciptanya masyarakat yang dinamis

untuk mencapai keadaan yang maju, adil dan sejahtera;

2) Dampak negatif antara lain munculnya berbagai masalah sosial

contohnya adalah kriminalitas, kesenjangan sosial, konflik sosial.

Pada suku Tamil yang mengalami proses perubahan sosial budaya juga menimbulkan dampak positif maupun dampak negatif yaitu:

A. Dampak positif

1) Membuat suku Tamil melalui kampung madras terkenal hingga ke

mancanegara

2) Menyediakan lapangan pekerjaan

3) Memberi bantuan sosial

4) Meningkatkan eksistensi kesenian tradisional

5) Meningkatnya taraf hidup suku Tamil karena adanya pendidikan dan

teknologi

6) Tersedianya fasilitas-fasilitas umum salah satunya adalah jalan raya

B. Dampak negatif

1) Terjadi kepadatan penduduk

2) Hiangnya sifat-sifat masyarakat pedesaan

125

Universitas Sumatera Utara 3) Pencemaran lingkungan

4) Rendahnya pengawasan sosial

5) Kemacetan

6) Meningkatnya kriminalitas.

Berdasarkan hasil analisa terkait kondisi perubahan sosial dan budaya, dapat dijelaskan bahwa kondisi sosial dan budaya suku Tamil Madras sudah cukup membaur dengan masyarakat Kota Medan. Tidak terlihat komunitas yang sangat mendominasi sehingga jati diri Kampung Madras sebagai Kampung Keling atau Little India sedikit memudar. Kondisi ini memiliki sedikit nilai positif, dimana masyarakat tidak dikotak-kotak dan dibeda-bedakan berdasarkan suku dan ras. Hanya saja, identitas dari keturunan India perlahan-lahan mulai memudar.

Terkait kondisi budaya, dapat ditarik beberapa permasalahan berdasarkan hasil analisa yaitu kegiatan kebudayaan yang perlahan mulai hilang. Hal ini erat kaitannya dengan masalah sosial dimana warga yang sudah hilang identitas keturunan India-nya sehingga hilang juga nilai budaya yang dianutnya. Beberapa contoh kecil seperti kegiatan kebudayaan India, festival-festival yang biasanya diadakan, perayaan-perayaan holy dan lain sebagainya.

5.1.0 Identitas Etnik Suku Tamil Medan

Masyarakat suku Tamil sebagian besar memeluk agama Hindu.

Kulithitam, hidung mancung dan kumis lebat menjadi ciri fisik masyarakat

Tamil.Etnik Tamil yang merupakan kelompok etnik bangsa Dravida danpendukung kebudayaan Tamil yang berasal atau mempunyai daerah kebudayaandari India Selatan. Mereka dapat dengan mudah dikenali dari ciri-ciri fisiknyaseperti memiliki kulit yang berwarna hitam atau gelap, dengan jambang

126

Universitas Sumatera Utara atau buludada, di samping memiliki gigi yang putih bersih dan juga hidung mancung,berkumis lebat merupkan ciri khas etnik Tamil.

Fenomena perkawinan campuran pada etnis Tamil dengan etnis selainTamil membuka diri mereka untuk berubah dan mengalami proses adaptasi sosial.Etnis Tamil juga dapat dijumpai di berbagai agama, kebanyakan merekamenganut agama Hindu dan Buddha kemudian Kristen dan juga Islam.

Adat Istiadat Tamil melekat pada agama Hindu dan Buddha sehingga padaagama

Kristen dan Islam adat istiadat Tamil tidak begitu kelihatan. Agama yangmereka anut membuat diri mereka lebih terbuka untuk berubah sesuai denganagamanya.

Identitas suku Tamil berangsur-angsur hilang mengakibatkansolidaritas sesama etnis Tamil tidak begitu kuat. Masyarakat Tamilsedikit yang mengikuti komunitas

Tamil atau perhimpunan Tamil. Biasanya yangmengikuti perhimpunan Tamil ialah mereka yang memeluk agama Hindu danBuddha, sehingga yang paling mengetahui keetnisan Tamil adalah yang beragamaHindu kemudian disusul oleh

Buddha, Kristen dan Islam umumnya banyak yangtidak tahu mengenai etnis

Tamil.

Masyarakat Tamil biasanya hidup berkelompok, mereka membuatperkampungan sendiri, yang terkenal di Kota Medan adalah kampung

Madrasatau sering disebut kampung Keling. Seiring berjalannya waktu mereka tergusurke daerah pinggiran seperti kampung Anggrung dan kampung Kubur karenafaktor ekonomi (Kompasiana, 2010). Masih bisa ditemukan dibeberapa titik diKota Medan yang merupakan permukiman masyarakat Tamil yang biasanyamemiliki agama Hindu atau Buddha. Pada agama Kristen dan Islam umumnyamereka sudah tinggal menyebar di kota Medan. Hal ini menyebabkan

127

Universitas Sumatera Utara merekatidak memiliki lingkungan yang beretnis sama dengan mereka karena tempattinggal yang minoritas Tamil, mengakibatkan sulit untuk mempunyai temansebaya yang beretnis sama. Tidak hanya di lingkungan tempat tinggal, tetapi dilingkungan sekolahpun etnis Tamil sulit menemukan teman sebaya yang beretnissama.

Seiring berjalannya waktu etnis Tamil mengalami degradasi identitasetnik.

Hal ini dapat dilihat dari masyarakat Tamil yang kurang menguasai bahasaTamil.

Bahasa Tamil yang menggunakan bahasa Dravida ini memiliki banyakabjad sehingga menyulitkan untuk dikuasai, apalagi kaum muda yaitu remaja.

Masyarakat etnis Tamil sekarang tidak begitu fasih dalam penggunaan bahasaTamil, kebanyakan para orang tua yang lancar berbahasa Tamil, sedangkan pararemaja tidak begitu lancar dan bahkan tidak lagi mengetahui bahasa

Tamil,bahkan orang tua juga banyak yang tidak mampu lagi menggunakan bahasa itu dilingkungan keluarga.

Etnis Tamil sudah lama berada di Kota Medan, tetapi semakin lamakeberadaan mereka semakin tidak terasa. Kebudayaan dan identitas etnik merekatidak terlalu kelihatan, sehingga selayaknya identitas etnik mereka tetap terjagaagar menjadi warisan budaya dan penarik wisatawan ke Kota Medan dan menjadikekayaan Indonesia.

128

Universitas Sumatera Utara BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil temuan peneliti yang berkaitan tentang eksistensi kebudayaan suku Tamildi Kota Medan telah mengalami banyak perubahan dari masing- masing unsur kebudayaan yang peneliti temukan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi dari masing-masing unsur yaitu faktor internal maupun faktor eksternal.

Ketujuh unsur kebudayaan yang peneliti temukan hal yang paling melekat dengan suku Tamil itu adalah kepercayaan ataupun religi yang mereka anut, yaitu kepercayaan Hindu,dimana sebagian besar adat-istiadat dan tradisi suku Tamil atau suku India lainnya yang menganut ajaran Hindu tidak terlepas dari religi yang mereka anut, karena ciri khas dan keunikanya terdapat di kepercayaan yang mereka anut. Dan keberadaan agama Hindu sendiri merupakan agama tertua yang ada didunia, dan mayoritas penganut Hindu ialah orang India, dan di Indonesia sendiri penganut Hindu terbesar berada di Pulau Dewata Bali.

Dan unsur kebudayaan lainnya seperti bahasa, jika dilihat faktor dari dalam yang menyebabkan bahasa Tamil memudar yaitu kurangnya ajaran dan dorongan dari dalam keluarga untuk tetap mempertahankan bahasa Tamil itu sendiri, sedangkan faktor dari luar yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar tempat tinggal, yang notabene bertempat tinggal dikalangan masyarakat umum yang seluruh masyarakat Indonesia menggunakan bahasa Indonesia. Adapun Kampung

Madras di Jalan Teuku Umar yang merupakan salah satu tempat yang dijuluki

129

Universitas Sumatera Utara sebagai The Little of India khususnya Tamil dan disana juga tidak terlalu intens didalam menggunakan bahasa Tamil.

Dari unsur kebudayaan mata pencaharian, yakni jika dilihat faktor dari dalam dan melihat kembali sejarah pada masa kolonial dahulu yang notabene suku Tamil merupakan pekerja buruh kasar diperkebunan yang didatangkan ke

Indonesia , sejauh ini juga masih ada beberapa suku Tamil yang bekerja dibawah garis kemiskinan seperti buruh kasar, buruh upah, tukang parkir yang hidup di kota Medan, sedangkangkan faktor eksternal yakni masyarakat Tamil sendiri secara keinginan dan kemampuan berbaur dengan masyarakat umum lainnya sangat bersahabat, sehingga pergaulan dan gaya hidup mereka sudah tergolong modern, dan itu terbukti dari adanya eksitensi suku Tamil yang bereperan didalam bidang pekerjaan dibawah naungan pemerintahan maupun swasta, dan hal tersebut menunjukkan perubahan yang menggerakkan diri sendiri dari gambaran (image) mereka pasca masa kolonial.

Dan yang terkait dari unsur kebudayaan lainnya seperti, bahasa, sistem kekerabatan, sistem pengetahuan, perlengkapan hidup, kesenian, sistem mata pencaharian dan religi masing-masing mengalami perubahan baik itu perubahan dari dalam maupun dari luar dan eksistensi kebudayaan suku Tamil dikota Medan masih tergolong sangat aktif dan dianggap penting bagisuku Tamil sendiri maupun sesama masyarakat umum, dikarenakan ketertarikan dan keunikan tersendiri bagi budaya India yang mengakibatkan keberadaan mereka masih sangat dikagumi.

130

Universitas Sumatera Utara 6.2 SARAN

Peneliti sangat mengharapkan dengan adanya keberadaan suku Tamil dikota Medan sekaligus mendapat julukan The little of India di Kota Medan agar kebudayaan Tamil tetap terjaga dan utuh.Diantara ketujuh unsur kebudayaan yang peneliti temukan ada satu unsur kebudayaan yang harus lebih diperhatikan suku

Tamil yaitu, bahasa Tamil ini dapat dipertahankan untuk itu dianjurkan khususnya kepada masyarakat Tamil agar lebih berusaha untuk mempertahankan bahasa maupun kebudayaan Tamil dengan membuka kursus bahasa Tamil lagi dan mempraktekkan bahasa tersebut di berbagai ranah.

Diharapkan adanya kesadaran para remaja atau pemuda untuk menggunakan bahasa Tamil apabila berjumpa dengan antarsuku agar bahasa

Tamil tidak akan punah dalam waktu 10 atau 20 tahun lagi sebagaimana perkiraan peneliti maupun dari orang-orang tua dimana kemungkinan besar hal ini akan terjadi seandainya tidak segera diantisipasi. Dengan punahnya bahasa Tamil ini maka akan berkurang pula salah satu bahasa daerah di Indonesia dan Medan khususnya. Para orang tua suku Tamil diharapkan agar memaksa anak mereka untuk menggunakan bahasa Tamil sejak dari bayi sebagaimana yang diterapkan oleh suku Cina.

Unsur Kebudayaan lainnya seperti religi, sistem kekerabatan, organisasi, perlengkapan hidup, matapencaharian dan kesenian sudah termasuk aspek nilai yang perlu lebih dikuatkan lagi dari hal yang sudah terbentuk maupun hal-hal yang mendarah daging yang telah mengalami perubahan yang lebih baik agar lebih bijaksana lagi dalam mengambil keputusan dalam hidup dan bermasyarakat.

131

Universitas Sumatera Utara Peneliti juga mengharapkan agar adanya perhatian dari pemerintah

Indonesia khususnya Badan Pusat Statistik Kota Medan untuk lebih memperhatikan suku India karena begitu minimnya informasi yang dapat diperoleh mengenai suku India ini bahkan dalam Buku Saku Data Pokok Statistik

Kota Medan (Badan Pusat Statistik Kota Medan), suku India tidak tercantum.

Untuk itu sangat diharapkan agar selesai sensus tahun 2016 ini keberadaan suku

India sudah terdaftar di BPS kota Medan.

132

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Medan 2014. Medan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Medan.

Breman Jan (2005), op.cit., 95-123, 152-158; Ann Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatra, 1870-1979, (Yogyakartas: Karsa); dan Mohammad Said (1977), Koeli Kontrak Tempo Doeloe dengan Derita dan Kemarahannya, (Medan: Waspada).

Clifford and Herminanto. 2013. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar . Jakarta : Bumi Aksara

Clifford, Geertz (1983), Abangan, Santri dan Priyayi Dalam Masyarakat Jawa, Jakarta; Pustaka Jaya.

Clifford, Geertz (1992) Tafsir Kebudayaan, Kanisius Press, Yogyakarta

Cliffs Englewood Hall,; serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia, William P. Malm, Cudamani, 1980. Pengantar Agama Hindu untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Yayasan Dharma Sarathy.

Diaspora Tamil in Indonesia 2015 - Tamil Nation. 15 Januari

Florence. (2008). Moral Ekonomi Pedagang India. Skripsi. (Tidak diterbitkan). Medan: Universitas Sumatera Utara

Hasselgren Johan (2008) , Batak Toba di Medan; Perkembangan Identitas Etno- Religius Batak Toba di Medan, 1912-1965. (Medan: Bina Media Perintis ).

Historis (1966-1986). Skripsi Sarjana Sejarah Fakultas Sastra USU Medan.

Katzner, Kenneth 1997. The Languages of The World, Third Edition, London and New York : Routledge. Khan Inayat , 2002. Dimensi Mistik, Musik dan Bunyi, Yogyakarta: Pustaka Sufi,

Koentjaraningrat, 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: PT. Dian Rakyat Cetakan Ke-4

Lauer, Robert. H. 1993. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.

Loderich. A.M (1997), et al., Medan; Beeld van een Stad, (Purmerend: Asia Maior ).

133

Universitas Sumatera Utara Lubis. B Zulkifli (2009), “Kajian Awal Tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan; Adaptasi dan Jaringan Sosial, Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI

Luckman Sinar Tengku (2005), Sejarah Medan Tempo Doeloe, (Medan: Satgas MABMI Medan ).

Luckman Sinar Tengku (2008), Orang India di Sumatera Utara, (Medan: Forkala Sumut ).

M. Winslow, A Comprehensive Tamil and English Dictionary. New Delhi: Asian Education Service.

Malihah, Elly & Kolip, Usman. (2011). Pengantar Antropologi. Bandung: CV. Maulana Media Grafika

Malm. P William, 1977. Music Cultures of the Pacific, Near East, and Asia.New Jersey: Prentice Mani. A (2008), “Sikh in Multi-ethnic Indonesia”, dalam Samsul A. B. & Arunajeet Kaur (ed.), Sikh in Southeast Asia; Negotiating an Identity, (Singapore: ISEAS)

Mattulada .1997.” Sketsa Pemikiran Tentang Kebudayaan, Kemanusiaan, dan Lingkungan Hidup” Hasanuddin University Press . Medan. Medan: Sekolah Pascasarjana Universtitas Sumatera Utara.

Murdiyatmoko, Janu. (2008). Sosiologi Memehami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung : Grafindo Media Pratama

Napitupulu Martua Burju, 1992. Eksistensi Masyarakat Tamil di Kota Medan: Suatu Tinjauan

Padmo Soegijanto (2004) , Bunga Rampai Sejarah Sosial Ekonomi Indonesia (Yogyakarta: Aditya Media Yogyakarta), hlm. 40- 44.

Passchier Cor, “Medan; Urban Development by Planters and Entrepreneurs 1870- 1940”, dalam Peter J. M. Nas (ed.), Issues in Urban Development; Case Studies from Indonesia, (Nederland: Research School CNWS University Leden, 1995).

Pelzer. J Karl (1985), Toean Keboen dan Petani; Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di Sumatra Timur 1863-1947, (Jakarta: Sinar Harapan ).

Putro Brahma, 1981. Karo dari Jaman ke Jaman. Medan: Yayasan Massa.

S.A, Kobalen, 2004. Idealnya Sebuah Perkawinan Hindu Tamil. Jakarta : Pustaka Mitra Jaya.

134

Universitas Sumatera Utara Sinar Barsyah-II, Luckman 2008. Orang India di Sumatera Utara penerbit FORKALA –Sumut

Smith-Symour, (1986) Charlotte, MacMillan Dictonary of Anthropology, London, MacMillan Reference Books..

Soekanto, Soerjono. (1991). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafinda Persada.

Subbarayalu. Y (2002) , “Prasasti Perkumpulan Pedagang Tamil di Barus; Suatu Peninjauan Kembali”, dalam Claude Guillot (ed.), Lobu Tua Sejarah Awal Barus, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), hlm. 17.

Sudjoko. 2001. Pengantar Seni Rupa. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Synnott, Anthony. 2007. Tubuh Sosial Simbolisme: Diri, dan Masyarakat, Yogyakarta ; Jalasutra

Wertheim. F.M (1999) , Masyarakat Indonesia dalam Transisi; Studi Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana ), hlm. 145-146.

Wie Kian Thee,(1977) Plantation Agriculture and Export Growth an Economics History of East Sumatra; 1863-1942, (Jakarta : LEKNASLIPI). Zebar, A. 2010. Tesis Pemilihan Bahasa Oleh Masyarakat India Tamil Di Kota

Internet (PDF) Mengenal Budaya Masyarakat Tamil di Kota. Available from: https://www.researchgate.net/publication/301771357_Mengenal_Budaya_ Masyarakat_Tamil_di_Kota_Medan_Knowing_Tamil_Culture_in_Medan http://www.hariansejarah.id/2017/01/sejarah-india-kuno-peradaban-lembah.html diunduh tanggal 5 Desember 2018 siwa-kumar.blogspot.com/2011/01/pluralitas-Tamil dikota medan.html https://ipie3.wordpress.com/2009/06/06/komunitas-Tamil-dalam-kemajemukan- masyarakat-di-sumatera-utara/ https://www.bps.go.id/KegiatanLain/view/id/127; diunduh tanggal 5 Agustus 2018 http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/19; diunduh tanggal 10 November jam 01:20 e-journal.uajy.ac.id/1601/3/2TA12254;diunduh tanggal 16 Agustus 2018 repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/55425/3/Chapter%20II;diunduh 3 September 2018

135

Universitas Sumatera Utara http://arbanicollection.com/index.php?ipdCART=hal&hal_id=6&alias=hena- mehndi. http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/1922997-tips-cara-membuat- memakai-hena/ http://inongspace.blogspot.com/2008/07/mahendi-hena-hmm.htm http://kemayu.info/uncategorized/mahendi.html www.shrimahawishnu.com

Kompasiana, 2010: Kampung Madras, Sejarah Kecil Kota Medan

136

Universitas Sumatera Utara DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Septy Denso Damanik

Tempat tanggal lahir : Jakarta, 07 September 1991

Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

No HP : +62 81397773549

Email : [email protected]

Alamat di KTP : Jl. Bantuan No.24 Perumnas Rindam Komplek Setia Negara

Pematangsiantar

Pengalaman Kerja:

- Pegawai Honorer Pemkab Simalungun 2014-2016

Pendidikan Formal:

- S2 Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara, Medan (2016-2019) - S1 Program Studi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Medan (2010-2014) - SMA Kristen Methodist, Pematangsiantar (2007-2010) - SMP Swasta Tamansiswa, Pematangsiantar (2004-2007) - SD Swasta Tamansiswa, Pematangsiantar (1998-2004)

Prestasi dan Pengalaman Organisasi:

- Organisasi GMKI Kota Medan 2011-2014 - Sekretaris Organisasi Persatuan Muda Mudi Milenial Pematangsiantar tahun 2017-2019 - Juara 3 Umum SMP tahun 2005 - Juara 1 Vocal Solo Putri tingkat SMA tahun 2008 - Juara 1 Vocal Solo Putri tingkat SMA tahun 2009 - Juara 1 Vocal Solo Putri tingkat SMA tahun 2010 - Juara 3 Vocal Solo Tingkat SMA sekota Pematangsiantar tahun 2009 - Juara harapan 3 Vocal Solo lomba menyanyi Simalungun Pematangsiantar tahun 2009

137

Universitas Sumatera Utara - Juara 4 Vocal Solo lomba menyanyi Umum Pematangsiantar.

Medan, 28 Januari 2020

( SEPTY DENSO DAMANIK )

138

Universitas Sumatera Utara