Hak Cipta Dan Penggunaan Kembali: Lisensi Ini Mengizinkan Setiap
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP LAMPIRAN Media alternatif pop..., Aleksandra Ekhe Wahyu Nugroho, FIK UMN, 2019 Pemberitaan 1 News By Wahyu Acum Nugroho Mosi Tidak Percaya Musisi Soal RUU Permusikan Draft RUU Permusikan sepertinya menelorkan bukan polemik tapi pertanyaan dan penolakan dari sejumlah musisi terhadap musik, hal dasar yang menjadi kecintaan dan sumber penghidupan mereka. Sejak akun twitter Billboard Indonesia pertama kali mengunggah draft Rancangan Undang-Undang (RUU) Permusikan lalu di retweet oleh khalayak ramai, seperti bola salju timbul keramaian di linimasa yang berisi soal penolakan dari sejumlah musisi terhadap Rancangan RUU Permusikan ini. Ada banyak pasal yang dikritisi oleh musisi, diantaranya pasal 5 dan pasal 50 serta pasal 32 – 35 yang dicurigai sebagai ‗pasal karet‘ dan mengekang kebebasan berpendapat. ―Pasal 5 & 50 di RUU Permusikan juga sudah bertentangan dengan pasal 28 UUD 1945 juga tuh: ―Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang,‖ kata Arian, vokalis Seringai yang keberatan dengan Draft RUU Permusikan ini di akun twitternya. Menurut Arian, draft RUU Permusikan ini tidak perlu mengingat soal industri musik, hak cipya, perdagangan sudah diatur. ―RUU Permusikan buat gue gak perlu. masalah industri musik, hak cipta, perdagangan, & lainnya kan sudah ada UU-nya juga, disempurnakanlah. apalagi dalam RUU Permusikan banyak pasal2 karet yang mengekang kreativitas. di negara2 lain gak ada UU sejenis, karena memang gak perlu,‖ tambahnya. Senada dengan Arian, Iwan Fals lewat akun twitternya juga turut bereaksi soal pasal 5 dan 50 yang dinilainya mengundang banyak pertanyaan. ―Ini maksudnya gimana ya, dgn mendorong, memuat, memprovokasi, menistakan, mendorong, membawa pengaruh negatif & merendahkan…(RUU Permusikan),‖ ungkap Iwan Fals. Tak hanya penolakan musisi di media sosial, reaksi sejenis juga diutarakan oleh musisi Glenn Fredly. Bersama rekan-rekannya di Media alternatif pop..., Aleksandra Ekhe Wahyu Nugroho, FIK UMN, 2019 Kami Musik Indonesia (KAMI) yang tahun lalu sukses menggelar Konferensi Musik Indonesia di Ambon, ia terlibat langsung dalam pembahasan awal soal RUU Permusikan ini. ―Intinya adalah sejak awal saat ada Wacana RUU Permusikan dari DPR ini saat KAMI diundang dengar pendapat saat itu, usulan utama adalah pembenahan Tata Kelola Industri Musik,‖ ungkap Glenn kepada PHI, Kamis (31/1/2019). Sumber : https://pophariini.com/mosi-tidak-percaya-musisi-soal-ruu- permusikan/, 2019 Pemberitaan 2 News By Fari Etona Danilla, Arian 13, Hingga Jason Ranti Menolak RUU Permusikan Minggu malam, tanggal 3 Januari 2018 sejumlah musisi yang menamakan dirinya Koalisi Nasional Tolak RUU menyebarkan rilis pers sebagai penyataan sikap mereka untuk menolak Rancangan Undang Undang Permusikan yang sedang digodok di parlemen saat ini. Sejauh ini koalisi terdiri dari 250 musisi dari berbagai latar belakang berbeda dan mereka semua meramaikan media sosial dengan tagar #tolakRUUPermusikan dan #KNTLRUUP. Poin-poin pernyataan sikap itu menekankan bahwa RUU Permusikan itu ―Tidak Perlu dan Justru Berpotensi Merepresi Musisi‖ dan secara umum, RUU Permusikan ini memuat Pasal yang tumpang tindih dengan beberapa Undang-Undang yang sudah ada seperti: UU Hak Cipta, UU Serah-Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, dan UU ITE. Juga RUU ini bertolak belakang dengan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan, serta bertentangan dengan Pasal 28 UUD 1945 yang menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dalam negara demokrasi. Danilla Riyadi menambahkan, ―Kalau musisinya ingin sejahtera, sebetulnya sudah ada UU Pelindungan Hak Cipta dan lain sebagainya dari badan yang lebih mampu melindungi itu; jadi untuk apa lagi RUU Permusikan ini.‖ Media alternatif pop..., Aleksandra Ekhe Wahyu Nugroho, FIK UMN, 2019 Lalu Rara Sekar juga menemukan setidaknya 19 Pasal yang bermasalah. ―Mulai dari ketidakjelasan redaksional atau bunyi pasal, ketidakjelasan ―siapa‖ dan ―apa‖ yang diatur, hingga persoalan mendasar atas jaminan kebebasan berekspresi dalam bermusik‖ Selain itu perihal beberapa pasal karet salah satunya Pasal 5 memuat kalimat yang penuh dengan multi interpretasi dan bias, seperti ―mensita, melecehkan, menodai, dan memprovokasi.‖ Menurut Cholil Mahmud dari Efek Rumah Kaca, ―Pasal karet seperti ini membukakan ruang bagi kelompok penguasa atau siapapun untuk mempersekusi proses kreasi yang tidak mereka sukai‖. Problem lain adalah RUU Permusikan ini dianggap berpihak pada industri besar karena mensyaratkan pekerja musik harus berserfitfikat. Juga Pasal 10 yang tidak memberikan ruang kepada musisi untuk melakukan distribusi karyanya secara mandiri, Pasal ini sangat berpotensi memarjinalisasi musisi, terutama musisi independen. Menurut Jason Ranti, dengan mengatur tentang cara distribusi musik melalui ketentuan yang hanya bisa dijalankan oleh industri besar, maka Pasal ini menegasikan praktek distribusi karya musik yang selama ini dilakukan oleh banyak musisi yang tidak tergabung dalam label atau distributor besar. ―Ini kan curang,‖ tambah Jason Ranti. Selain itu, Endah Widiastuti dari Endah N Rhesa menambahkan bahwa ―Referensi pembuatan RUU ini tidak paham gerakan dan nafas kelompok musik bawah tanah.‖ Mondo Gascaro juga berpendapat tentang sertifikasi musisi bahwa ―Lembaga sertifikasi yang ada biasanya sifatnya tidak memaksa pelaku musik, tetapi hanya pilihan atau opsional‖. Selain itu, pasal-pasal terkait uji kompetensi ini berpotensi mendiskriminasi musisi autodidak untuk tidak dapat melakukan pertunjukan musik jika tidak mengikuti uji kompetensi. Demikian pula dengan Pasal 13 tentang kewajiban menggunakan label berbahasa Indonesia. Wilayah karya musik merupakan karya seni. ―Seni itu sendiri merupakan bahasa, sehingga penggunaan label berbahasa Indonesia pada karya seni seharusnya tidak perlu diatur‖ tambah Puti Chitara penyanyi solo dan juga vokalis Barasuara Media alternatif pop..., Aleksandra Ekhe Wahyu Nugroho, FIK UMN, 2019 Arian 13 menambahkan ―dengan kata lain, banyaknya pasal yang mengatur hal yang tidak perlu diatur ini menunjukkan bahwa RUU Permusikan ini tidak perlu‖ tegas Arian 13 dari band Seringai. ―Tujuan RUU ini jelas banget berpihaknya ke mana; yang mau dipadamkan jelas kebebasan berekspresi, berkarya, dan berbudaya serta manfaat ekonomi yang bisa dihasilkan dari situ oleh individu- individu‖ tegas Mondo Gascaro. Maka dari itu, Koalisi Nasional Tolak RUU Permusikan ini menuntut rancangan Undang-Undang ini dibatalkan. Sumber : https://pophariini.com/danilla-arian-13-hingga-jason-ranti- menolak-ruu-permusikan/ , 2019 Pemberitaan 3 News By Fari Etona #TolakRUUPermusikan Bergema Dari Berbagai Daerah Indonesia Pantauan Pop Hari Ini per hari Sabtu, 9 Februari 2019 ini melalui akun media sosial Instagram dan tagar #tolakRUUPermusikan telah bergema dari berbagai daerah di Indonesia. Melalui berbagai diskusi- diskusi yang digelar secara mandiri, beberapa kota bahkan sudah menyuarakan suaranya untuk menolak Rancanangan Undang Undang Permusikan yang langsung menuai kontroversi sejak berita tersebut pertama kali sampai ke para musisi Indonesia pada tanggal 28 Januari melalui berita yang dilansir Tirto dan diramaikan oleh cuitan Arian 13 Seringai di jagat Twitter. Dari pantauan tagar TolakRUUPermusikan di media sosial, sejumlah kota yang menyatakan dukungannya menolak RUU ini adalah Surabaya, Jogja, Malang, Cianjur, Bogor, Medan, Makassar, hingga Bali. Sementara itu berbagai diskusi yang mempertanyakan arah RUU ini pun secara kolektif bermunculan di berbagai kota lain seperti Bali, Padang, Bandung, Garut. Berbagai media baik nasional dan internasional juga turut memberitakan berita ini. Di antaranya Metro TV dan CNN. Media alternatif pop..., Aleksandra Ekhe Wahyu Nugroho, FIK UMN, 2019 Sementara itu petisi untuk menolak RUU Permusikan di di situs Change.org pun telah ditandangangai oleh lebih dari 250.000 orang dan kini menuju ke 300.000 tanda tangan. Dan Koalisi Nasional Tolak RUUP pun telah meluncurkan situs resminya http://tolakruupermusikan.com yang berfungsi sebagai pusat informasi resmi. Selain itu setelah lebih dari 250 musisi bergabung di barisan awal menyatakan suaranya menolak, hingga kini dukungan dari seluruh praktisi musik dan musisi hingga di luar musik terus berdatangan baik itu dari arus samping maupun utama. Mereka yang turut menolak adalah Raisa, Ari Lasso, Humania, hingga aktor Iko Uwais, serta sutradara Joko Anwar dan budayawan Sujiwo Tejo Di Surabaya sendiri lebih dari 150 orang menghadiri acara Diskusi Terbuka Bedah RUU Permusikan dan Kajian Terhadap Kebebasan Berekspresi Untuk Musisi di Bober Cafe, Surabaya, Jumat, 8 Februari kemarin. Diskusi ini dihadiri berbagai macam musisi lintas genre, lintas usia, lintas industri, rekan-rekan media lokal, Dewan Kesenian Jawa Timur, praktisi hukum serta audience umum yang menaruh perhatian dengan isyu ini. Diskusi yang berlangsung ser dan hangat ini akhirnya dengan sepakat menyatakan satu suara, TOLAK RUU PERMUSIKAN dan menghasilkan usulan/gagasan yang memperjuangkan #hakberkembang untuk seluruh