LAND REFORM DAN KONDISI PEREKONOMIAN PETANI MASA PEMERINTAHAN REZA PAHLEVI (1941-1979)

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Disusun oleh: Burhanudin Muhammad (1113022000013)

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

ABSTRAK

Modernisasi Shah Reza Pahlevi di sektor pertanian memiliki peran yang vital dalam mengembangakan perekonomian nasional Iran. Masyarakat pertanian di pedesaan Iran telah mengalami perubahan literatur sosio- ekonomi pada masa pemerintahan Shah Reza. Program Revolusi Putih (white revolution) terutama land reform (reformasi agraria) dijadikan sebagai pilar utama dalam memajukan perekonomian petani pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perekonomian petani Iran pada masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi terutama saat diterapkanya program land reform (1962-1974). Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah pada umumnya yaitu: heuristik, vertifikasi, interpretasi, dan historiografi disertai pendekatan ekonomi dan politik. Temuan dalam penelitian ini adalah bahwasanya land reform tidak menjadikan perekonomian petani pedesaan menjadi lebih baik bahkan bisa dikatakan bahwa program land reform menuai kegagalan. Faktor utama yang membuat stagnasi ekonomi petani pedesaan di antara lain; rumitnya birokrasi (undang-undang land reform) dan kurangnya dukungan pemerintah dalam menyuplai logistik pertanian dan kurangnya teknisi/pegawai yang kompeten. Akibatnya, banyak lahan pertanian terbengkalai dan menyebabkan petani lebih memlilih berigrasi ke kota dan beralih profesi menjadi buruh pabrik untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Penelitian ini diteliti menggunakan sumber bahasa Inggris atau sumber sekunder lainya.

Kata Kunci: Perekonomian, Petani, Revolusi Putih, Land reform, Modernisasi dan Shah Reza Pahlevi.

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Subhanahu wa Ta‟ala, karena berkah, rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Land reform dan Kondisi Pertanian Iran masa Pemerintahan Shah Reza Pahlevi (1941-1979)”. Shalawat beserta salam selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad Shallallah „Alayhi wa Sallam yang telah mengahantarkan manusia ke jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini. Di balik selesainya skripsi ini, terdapat perjuangan orang-orang yang selalu mendukung penulis baik dari segi materiil maupun moril. Oleh karena itu, penulis banyak mengucap terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak-pihak yang terkait dalam selesainya skripsi ini. Penulis mempersembahkan ucapan terima kasih tersebut kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Sumarti dan Bapak M. Fadil. Terima kasih banyak untuk do‟a, nasihat, motivasi, dukungan serta kasih sayang tiada hentinya kepada penulis. Semoga Allah S.W.T selalu memberikan karunia-Nya. Amin. 2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A., selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Uin Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak H. Nurhasan, M.A., selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Ibu Solikhatus Sa‟diyah, M. Pd., selaku Sekertaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam. 4. Bapak Saiful Umam, M.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah sepenuh hati membimbing penulis sehingga terselesaikanya skripsi ini. Terima kasih atas masukan, arahan dan perhatianya selama penulis menyusun skripsi ini. 5. Kepada seluruh Dekanat dan Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berbagi ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menjadi mahasiswa aktif di Fakultas Adad dan Humaniora.

ii

6. Adik-adik penulis, Ridwan dan Yasmin yang selalu mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis. 7. Kepada Nenek Kati, Bibi Nur, Bibi Minah, Bibi Tri, Paman Ali, Paman Manijo, Paman Jono, Paman Mustofa dan seluruh Keluarga Besar Kakek Miskiran (alm) yang telah memberikan dukungan tanpa henti kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. M. Arifin, sahabat sekaligus kakak keponakan yang selalu menghibur penulis dikala penat. 9. Kawan-kawan sekelas penulis di Konsentrasi Timur-Tengah khususnya; Putri, Linda, Elis, Yuni, Lia, Izmi, Sania, Fida, Lukman, Ilham, Fahmi, Ipan, dan Hanifan. Terima kasih telah menghiasi kehidupan penulis semasa kuliah dan membantu perjuangan penulis hingga akhir. Kepada teman seperbimbingan, Atikulloh yang telah berjuang dan berdiskusi bersama dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan kepada seluruh teman-teman Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Angkatan 2013. 10. Kawan-kawan lintas kontrakan “The Kirikira”; Dalhar, Rizki, Faisal, Reza, Ade, Yudha, Fadil, Papau, Halimah, Fergy dan Syifa Putri. Terima kasih atas waktu dan kebersamaanya. 11. Teman-teman KKN 57 GEMPITA, Winda, Ulfah, Faizah, dan Putri. Dan juga Mang Husni dan Yudi selaku Ketua dan Wakil Pemuda Kp. Ngasuh, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. 12. Terakhir kepada seluruh pihak baik individu maupun kelompok yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu, rasa hormat dan terima kasih selalu tercurah kepada kalian yang telah memberikan semangat, bantuan, dan doa kepada penulis.

Jakarta, 17 Oktober 2018 Burhanudin Muhammad

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... iv DAFTAR TABEL ...... vi BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Identifikasi Masalah ...... 5 C. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 5 D. Tujuan Penelitian ...... 6 E. Manfaat Penelitian ...... 6 F. Tinjauan Pustaka ...... 6 G. Kerangka Teori ...... 8 H. Metodologi Penelitian ...... 9 I. Sistematika Penulisan ...... 11 BAB II IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA PAHLEVI ...... 12 A. Profil Negara Iran ...... 12 1. Geografis Negara Iran ...... 12 2. Topografi ...... 12 3. Kelompok Etnis dan Agama ...... 14 4. Sejarah Pemerintahan Iran ...... 15 B. Biografi Shah Reza Pahlevi (1941-1979) ...... 24 C. Kondisi Sosial Masyarakat Iran di bawah Pemerintahan Shah Reza Pahlevi (1941-1979) ...... 29 D. Modernisasi Iran Masa Shah Reza Pahlevi ...... 34 BAB III KEBIJAKAN EKONOMI SHAH REZA PAHLEVI ...... 37 A. Kebijakan Ekonomi Shah Reza Pahlevi ...... 37

iv

B. Revolusi Putih (White Revolution) ...... 40 C. Kebijakan Land reform (1962-1974) ...... 47 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN PETANI IRAN SAAT LAND REFORM MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA PAHLEVI (1941-1979) ...... 55 A. Dampak Land reform Terhadap Petani ...... 55 B. Kondisi Perekonomian Petani saat Land reform ...... 57 BAB V PENUTUP ...... 65 A. Kesimpulan ...... 65 B. Saran ...... 66 DAFTAR PUSTAKA ...... 67 LAMPIRAN ...... 72

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1: Daftar Pekerjaan dan Jumlah Kelas Menengah ...... 31 Tabel 2.2: Jumlah Kelas Menengah dan Kelas Bawah ...... 32 Tabel 4.2: Jumlah Petani yang Menerima Lahan ...... 58 Tabel 4.3: GDP Iran ...... 61 Tabel 4.4: Pendapatan Sektor Pertanian Pendapatan Sektor Pertanian...... 62

vi

DAFTAR ISTILAH

Absentee: Merupakan pemilik lahan pertanian yang mempunyai lahan di luar kecamatan dia tinggal. Bazzar: Sebutan untuk kaum pedagang Iran. Feodalisme: Adalah sistem sosial atau politik yang memberikan kekuasaan yang besar kepada golongan bangsawan. Front Nasional: Sebuah gerakan oposisi pemerintahan yang dianggap sebagaiorganisasi tertua dan terbesar yang beroperasi di Iran. Pendukung setia organisasi ini ialah kaum bazzar (pedangang) dan kelas menengah ( pegawai negeri, mahasiswa, pekerja kantoran dll). Land Reform: Reformasi pertanahan atau perombakan struktur pertanahan. Le Rosey: Sebuah sekolahan yang berada di Swiss dan merupakan tempat Shah Reza Pahlevi menuntut ilmu. SAVAK: Sebuah organisasi intelijen Iran yang bertugas untuk menangkap, menculik bahkan mengeksekusi orang- orang yang menentang Pemerintahan Shah Reza Pahlevi. Revolusi Putih/ White Revolution: Merupakan program reformasi di bidang ekonomi dan politik yang pengaruhnya berlangsung hingga tahun 1978. Westernisasi: Merupakan sebuah proses di mana masyarakat berada dalam pengaruh budaya Barat dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, industri dan lainnya. Shah: Istilah ini digunakan oleh orang Iran yang berarti “raja”.

vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sejak Perang Dunia I, Iran sudah mendapat intervensi asing dari Inggris dan Russia.1 Dinasti yang berkuasa saat itu, Dinasti Qajar tidak mampu melemahkan belenggu kekuatan asing, hingga pada akhirnya munculah Reza Khan, seorang jenderal Brigade Cossack2 sekaligus ayah dari Shah Reza Pahlevi yang mampu meredam intervensi asing di Iran.3 Atas prestasinya tersebut4, Reza Khan diangkat sebagaiPerdana Menteri oleh Shah Ahmad5 (1909-1925) pada 23 Oktober 1923.6 Namun, dua tahun setelahnya pada bulan Oktober 1925 Shah Ahmad dikudeta oleh Reza Khan dan sekaligus mengakhiri kekuasaan Dinasti Qajar di Iran. Alhasil Reza Khan kemudian diangkat sebagaiShah (raja) Iran pada tahun 1926 dan menandai terbentuknya dinasti baru di Iran, yakni Dinasti Pahlevi (1926-1979).7 Keberhasilan Reza Khan membangun dinasti baru sejak 1926 menandai keseriusanya dalam menjadikan Iran lebih baik lagi dari sebelumnya. Langkah pertama yang dilakukan Reza Khan adalah

1 Intervensi Inggris di Iran yaitu ingin melindungi jalur perdagangan ke India. sedangkan Rusia ingin memperluas wilayah jajahannya di Iran. 2 Brigade Cossack merupakan satuan pasukan khusus Iran halnya seperti Navy Seals milik AS dan S.A.S Inggris. Brigade ini dibentuk pada tahun 1878 oleh Kolonel Alexey Ivanovitch Dumantovitch.(Lihat; The Life and Times of the Shah) 3 Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, (New York, Cambridge University Press, 2008) h, 63. 4 Pada saat yang sama, Reza Khan ditugaskan oleh Vosuq Ad-Daula (PM Iran) untuk meredam perlawanan gerakan Jangali di Provinsi Gilan. Reza Khan sukses menjalankan tugasnya dengan baik. Dengan itu, reputasi Reza Khan segera melejit. Brigadir Jenderal William E. R. Dickson (Inggris) mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan Reza Khan. 5 Shah Ahmad adalah penguasa terakhir dari Dinasti Qajar. 6 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London, University of California Press, 2009), h. 18. 7 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, h. 18.

1

2

membentuk militer yang modern untuk memusatkan kekuatan negara.8 Kemudian dia memperkenalkan teknik finansial modern di bagian keuangan negara. Salah satu prestasi terbesar semasa pemerintahan Reza Khan ialah berhasil membangun kereta Trans-Iran untuk memajukan perekonomian desa-kota.9 Namun, Reza Khan tidak mampu menstabilkan hubungan ekonomi, eksploitasi minyak (Anglo- Iran Oil Company) dan pendidikan. Ketika Perang Dunia II berkecamuk, Reza Khan menyatakan bahwa Iran adalah negara netral. Akan tetapi Inggris (Sekutu)10 menjadikan Iran sebagaibasis militernya jika sewaktu-waktu Jerman menyerang ladang minyak Iran. Pada tahun 1941 Sekutu terdesak dan kilang minyak di Khuzestan terancam. Di saat bersamaan, Reza Khan melakukan kontak dengan Jerman.11 Inggris mulai khawatir terhadap sikap Reza Khan yang membelot kepada Jerman. Reza Khan menegaskan bahwa Iran adalah negara netral tetapi disangkal oleh Inggris.12 Akhirnya pada 25 Agustus 1941 Sekutu menginvasi Iran dan memaksa Reza Khan mundur sebagairaja Iran. Kemudian Inggris mengangkat Shah Reza Pahlevi, yaitu putra mahkota Reza Khan sebagaiRaja Iran yang baru pada 16 september 1941. Setelah dia lengser, Reza Khan diasingkan oleh Inggris ke Johannesburg, Afrika Selatan dan meninggal disana pada 26 Juli 1944.13

8 Kamyab Shahriri, “Modernization Process in Iran: Historical Overview”, Macrothink Institute, Vol. 4, No. 1, pp 269-282 (January., 2017), h. 274. 9 M. Reza Ghods, “Goverment and Society in Iran 1926-1934”, Middle Esatern Studies, Vol.27, No.2, pp. 219-230, ( Apr., 1991), h. 221. 10 Blok sekutu terdiri dari Amerika Serikat, Inggris lalu Rusia. 11 Kontak Iran berupa melakukan ekspor-impor dengan Jerman karena Iran sedang membangun pabrik baja dan Jerman menyumbang hampir setengahnya. Baja dari Jerman merupakan yang terbaik saat itu sehingga Iran tak ragu untuk mendatangkanya langsung dari sana. Jerman menyumbang sekitar 41% ekspor ke Iran ( lihat Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran. h, 434) 12 Sekutu mengultimatum Iran untuk mengusir warga Jerman yang berada di Iran sebagai upaya bahwa Iran tetap netral. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Reza Khan. 13 Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to Islamic Republic. h, 434.

3

Pada saat penobatan dirinya sebagairaja baru Iran, Shah Reza Pahlevi masih berusia dua puluh satu tahun.14 Shah Reza lahir pada tanggal 26 Oktober 1919. Dia mempunyai saudari kembar yang bernama Putri Asraf Pahlevi. Pada saat kudeta yang mengakhiri kekuasaan Dinasti Qajar, Shah Reza masih berusia dua tahun.15 Memasuki usia sebelas tahun, Shah Reza harus berpisah dengan orang tuanya karena menempuh pendidikan di Swiss. Selama lima tahun di Swiss, dia menuntut ilmu di salah satu lembaga pendidikan yang bernama Le Rosey.16 Pada 11 Mei 1936 dia kembali ke Iran. Empat bulan kemudian tepatnya pada September 1936 dia melanjutkan studinya di sebuah akademi militer yang ada di Teheran. Shah Reza Pahlevi lulus dari akademi militer tahun 1938 dan menerima pangkat Letnan Muda, dia langsung bekerja di bawah komando ayahnya. Dengan diangkatnya Shah Reza Pahlevi sebagaipemimpin Iran yang baru, Inggris, AS dan Rusia berlomba- lomba untuk menanamkan paham mereka di Iran dengan mudah. Ditambah lagi, Iran pasca Perang Dunia II mengalami kesulitan ekonomi akibat naiknya harga-harga barang dan kelangkaan bahan kebutuhan pokok. Saat itu pengaruh Amerika Serikat terhadap Iran sangat kuat sehingga membuat Shah Reza Pahlevi meminta bantuan dalam segi finansial kepada AS.17 Shah Reza menginginkan Iran menjadi negara yang modern seperti Amerika Serikat dan negara-negara dengan industri maju layaknya Eropa.18 Pertama-tama untuk merealisasikan ambisi besarnya tersebut, Shah Reza melakukan perbaikan pada insfrastuktur negara Dia berhasil membangun bedungan raksasa Dezful, , dan Majel

14 Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, 434. 15 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of the Shah, (University of California Press, USA, 2009), h. 24. 16 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of the Shah, h. 30. 17 Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, 246. 18 Inggris, Rusia, Jerman Prancis dan Belanda pada saat itu merupakan negara dengan industri yang selangkah lebih maju jika dibandingkan dengan Iran.

4

untuk mendukung sektor pertanian Iran. Lalu membangun jalan raya sejauh 13.000 mil, rel kereta sepanjang 500 mil yang menghubungkan kota dan desa untuk memperbesar jalur distribusi dan perdagangan. Di sektor industri, Shah Reza Pahlevi menjadikan kota-kota besar seperti Teheran, Isfahan, dan Rasht sebagai pusat bisnis pembangunan Iran kemudian mencanangkan program Revolusi Putih. Program revolusi putih adalah program pembangunan nasional berjangka panjang yang mencakup modernisasi seluruh bidang (industri, kesehatan, pendidikan, pertanian dan lainya).19 Revolusi Putih diluncurkan pada bulan Januari 196320. Awalnya terdiri dari 6 poin, kemudian bertambah menjadi 12 poin pada pertengahan 1960-an dan akhirnya pada akhir tahun 1970-an menjadi 19 poin.21 Di sektor pertanian, Shah Reza Pahlevi mengesahkan program ambisius land reform (reformasi agrarian) yang bertujuan untuk memajukan pertanian Iran dan menghapuskan kontrol tuan tanah terhadap petani. Reformasi tanah mengalihkan tanah dari kepemilikan perorangan (tuan tanah) menjadi kepemilikan kolektif milik pemerintah. Artinya hanya ada pemilik tunggal yang menguasai lahan di Iran, yaitu pemerintah Iran. Program ini mulai beroperasi pada tahun 1962 dan memiliki tiga tahapan pembagian lahan. Tahap pertama dimulai pada 1962, yang kedua diterapkan pada 1963 dan tahapan terakhir pada 1968.22 Kebijakan land reform ini mendapat respon negatif dari petani dan tuan tanah karena kebijakan tersebut memaksa petani harus beradaptasi dengan pembagian tanah baru dari pemerintah. Sedangkan para tuan tanah harus menjual tanahnya kepada pemerintah. Selain itu,

19 The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Pahlavi” dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah- Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998 )diakses pada 31 Agustus 2018, pkl 19.40. 20 Ali M. Ansari,” The Myth of the White Revolution: Mohammad Reza Shah, „Modernization‟ and the Consolidation of Power. Middle Eastern Studies, pp. 1-24, h. 12. 21 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of the Shah, h. 601. 22 Helmut Richards,” Land reform and Agribusiness in Iran”, MERIP Reports, No.43, pp. 3-18+24 (Dec., 1975), h. 6-8.

5

land reform juga bertujuan untuk membasmi feodalisme dan mendirikan kapitalisme di sektor non-reform. Program yang digadang- gadang untuk memodernisasi Iran tersebut tidak berjalan dengan baik.23 Banyak petani yang mengeluh terhadap kebijakan baru yang merumitkan tersebut. Menurut Daniel Craig, masalah utama land reform di Iran adalah minimnya suplai logistik pertanian dan kurangnya keseriusan pemerintah untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi petani Iran.24

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi. Pertama, penulis ingin menelusuri lebih lanjut tentang land reform, sebab akibat yang ditimbulkan oleh land reform. kedua penulis ingin mengetahui kondisi perekonomian petani Iran pada saat dipimpin oleh Shah Reza Pahlevi. Bertolak dari latar belakang tersebut penulis hendak membahas tentang dinamika perekonomian khususnya kaum petani memberi pengaruh terhadap perekonmian nasional Iran.

C. Batasan dan Rumusan Masalah Dari sejumlah identifikasi masalah di atas Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis akan memberi batasan pada permasalahan yaitu dari masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi dari tahun 1941 hingga tahun 1979. Penelitian akan lebih difokuskan pada program land reform dan perekonomian petani Iran. Berangkat dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah penulis sebagaiberikut: 1. Bagaimana kondisi sosial masyarakat Iran di masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi 1941-1979?

23 Mohammad G. Majd, “Land reform Policies in Iran”, Oxford Journal, No 04, Vol 69, (Nov 1987), h, 844. 24 Daniel Craig, “The Impact of Land reform of an Iranian Village”, Middle East Journal. No 2, Vol 32, (1978) h, 153.

6

2. Bagaimana kebijakan ekonomi pemerintahan Iran di masa Shah Reza Pahlevi 1941-1979? 3. Bagaimana kondisi perekonomian petani Iran masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi pada saat land reform?

D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Iran di masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi 1941-1979. 2. Untuk mengetahui kebijakan ekonomi Pemerintah Iran di masa Shah Reza Pahlevi. 3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi ekonomi kaum petani Iran pada masa land reform.

E. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini secara umum diharapkan dapat memberi gambaran mengenai sejarah ekonomi Iran pada masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi pada tahun 1941 hingga peristiwa Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan kita mengenai sejarah modern Iran. 3. Sebagaikontribusi untuk bidang akademik yang penulis teliti. 4. Memberikan sumbangan hasil penelitian bagi UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Adab dan Humaniora serta jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

F. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka terkait dengan judul yang akan diteliti. Tinjauan pustaka pertama ialah buku karya Joanna De Groot Religion, Culture, and Politics in Iran: From The Qajar to Khomeini. Dalam buku tersebut terdapat sub-bab yang berjudul “A Story of Cultures and

7

Communities”. Dalam sub-bab tersebut Joana menjelaskan tentang persebaran pangan dari desa ke seluruh wilayah Iran pada abad ke-19. Kemudian dia menganalisis secara detail kehidupan rakyat Iran yang tinggal di desa dan di kota. Dia juga menelaah bagaimana dampak yang ditimbulkan land reform bagi para petani Iran.25 Buku ini penting bagi penulis untuk mengetahui lebih dalam bagaimana kehidupan umum para buruh dan para petani. Buku karya Evrand Abrahamian yang berjudul A History of Modern Iran. Dalam buku Evrand menjelaskan modernisasi Iran dari zaman Dinasti Qajar hingga pecahnya Revolusi Islam Iran 1979. Evrand juga menjelaskan transformasi sosial-ekonomi masyarakat Iran terutama petani pada saat program Revolusi Putih diluncurkan. Menurutnya, Revolusi Putih juga telah menyebabkan ketegangan sosial dan politik yang memicu Revolusi Islam Iran pada tahun 1979.26 Kemudian jurnal karya Abol Hassan Danesh yang berjudul Land reform, State Policy and Social Change in Iran. Jurnal ini diterbitkan oleh UAS (Urban Anthropology and Studies of Cultural Systems and World Economic Development). Dalam jurnal ini Hassan menganalisa akar permasalahan kegagalan land reform Shah Reza yang berimbas kepada pembangunan daerah tertinggal dan produktfitas ekonomi negara. Dia juga melakukan kajian terhadap transformasi agraria Iran bila dilihat dari konteks politik.27 Jurnal karya Kurusz Shahbaz yang berjudul Iran‟s White Revolution yang diterbitkan oleh Sage Publications Inc. Dalam jurnal ini Shahbaz menjelaskan secara detail mengenai Revolusi Putih Shah Reza. Menurut Shahbaz, dampak dari Revolusi Putih tidak hanya di

25 Joanna De Groot, Religion, Culture, and Politics in Iran: From The Qajar to Khomeini, (London, I.B. Tauris & Co. Ltd, 2007) h, 14-17. 26 Evrand Abrahamian, ”A History of Modern Iran”, (New York, Cambridge University Press, 2008), h, 67. 27 Abol Hassan Danesh, “Land Reform, State Policy and Social Change In Iran,” Urban Antrhopology and Studies of Cultural System and World Economic Development, Vol. 21, No. 2, pp. 153-179 (Summer, 1992). h. 154-169.

8

Iran saja tapi juga di Timur-Tengah terutama dengan mitra dagang Iran dalam urusan ekspor-impor.28 Lalu buku Nasir Tamara yang berjudul Revolusi Iran. Buku ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Nasir merupakan satu-satunya wartawan asal Indonesia yang berada di dalam pesawat Boeing 707 Air France yang membawa tokoh utama Revolusi Islam Iran, Ayatullah Ruhullah Khomeini. Dalam bukunya Nasir membahas statistik land reform dan tahapan pembagian tanah pada saat land reform. Dia mejelaskan secara rinci munculnya Dinasti Pahlevi hingga kejatuhannya pada 1979 dan. Pada buku ini juga dijelaskan isu-isu yang menjadi permasalahan di Iran seperti krisis Iran-AS atau masalah emansipasi wanita. Hal yang membedakan penelitian diatas dengan penelitian ini yakni penulis lebih rinci membahas land reform, dampak-dampak yang disebabkan land reform bagi perekonomian petani Iran. G. Kerangka Teori Pada penelitian ini penulis menerapkan teori sebagailandasan dari pembahasan land reform dan Kondisi perekonomian Petani Iran masa Pemerintahan Shah Reza Pahlevi (1941-1979). Penulis menggunakan Teori Corvee Economy (ekonomi rodi). Suatu negara dikatakan menganut teori ekonomi rodi jika memiliki empat kriteria, yaitu: Pertama, harus mempunyai sistem pertanian yang beda dengan negara lain. Artinya suatu negara harus memiliki inovasi di bidang pertanian yang berbeda dengan negara lain. Kedua, mempunyai produk pertanian yang surplus. Di Iran, beras dan gandum menjadi komoditi ekspor utama pada sektor pertanian. Ketiga, petani bergantung kepada tuan tanah. Petani Iran sangat bergantung terhadap tuan tanah. Karena tuan tanah paham betul kebutuhan petani. Tuan tanah tahu persis kapan petani harus mendapatkan pasokan air untuk

28 Kurush Shahbaz,” Iran‟s White Revolution,” Sage Publications, Inc. Vol.126, No. 1, pp.17-21 (Spring.1963), h. 17-21.

9

mengairi lahan, mendapatkan benih untuk ditanam, dan waktu bagi hasil panen dengan petani.29 Kemudian yang terakhir memiliki kondisi teknik pertanian yang kurang memadai. Contoh kasus di Iran, teknik cocok tanam petani masih menggunakan sistem primitif yang menyebabkan kurang efisiensinya waktu dan tenaga. Artinya petani yang harusnya panen dalam setahun dua sampai tiga kali, tetapi karena sistem bercocok tanam yang primitif mereka hanya bisa panen sekali dalam semusim karena masih mengandalkan hujan. Menurut Karl Marx, sistem ekonomi di atas diperlukan sebuah rezim untuk memerintah. Kenapa demikian? Karena orang yang berkuasa tahu persis permasalahan- permasalahan rakyatnya, terutama dalam bidang pertanian. Teori di atas saling bersinggungan dengan kondisi petani di Iran, karena Iran memiliki empat kriteria yang sama persis seperti yang diutarakan oleh Karl Marx. 30

H. Metodologi Penelitian Metode Penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian sejarah dan pendekatan sosiologis. Metode penelitian sejarah sendiri mempunyai empat proses yakni pemilihan topik, heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. 1. Pemilihan Topik Pada bagian ini penulis memilih kondisi perekonomian petani Iran pada masa pemerintahan Reza Pahlevi. adapun metode yang digunakan oleh penulis adalah deskripsi-analisis yang dilanjutkan dengan perencanaan penelitian. Dalam penulis mengemukakan permasalahan garis besar yang akan dibahas. 2. Heuristik

29 V.I Lenin, The Development of Capitalism in Russia, vol III, ( Moscow, Progress Publisher, 1977) h. 191-193. 30 V.I Lenin, The Development of Capitalism in Russia, vol III, ( Moscow, Progress Publisher, 1977) h. 191-193.

10

Pada penelitian ini penulis menggunakan studi kepustakaan. Langkah awal yang dilakukan penulis adalah mencari sumber baik berupa buku, monograf, e-book, surat kabar, jurnal dan undang- undang Pemerintahan Iran pada masa Shah Reza Pahlevi terkait dengan land reform yang terdapat di internet seperti Libgen, Booksc, SAGE, Jstore, Taylor and Francis dan e-resources Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu penulis juga mendapatkan sumber lainya dari Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidyatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Karena keterbatasan penulis dalam memahami bahasa Iran, penulis hanya menggunakan sumber-sumber berbahasa Inggris sebagaisumber pendukung dalam penelitian ini. 3. Kritik Sumber Langkah selanjutnya yaitu kritik sumber baik secara internal maupun eksternal dengan cara penyeleksian dan pengujian data Agar relevan dengan permasalahan dari tema yang penulis teliti berupa batasan waktu memulai pada dan waktu berakhir dari penelitian ini yakni pada 1941-1979. Kemudian data tersebut diklasifikasikan berdasarkan permasalahan yang penulis butuhkan. Proses kritik merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh kesimpulan dari data yang sudah diklasifikasikan. Sumber yang penulis gunakan ialah sumber sekunder yang berasal dari jurnal, artikel dan sumber sekunder lainnya. 4. Interpretasi Selanjutnya adalah proses intepretasi yakni, menggabungkan data yang telah diklasifikasi dan disimpulkan, kemudian ditarik sintesis dari kesimpulan tersebut agar menjadi sebuah argumen atau eksplanasi. Sehingga setiap fakta yang terangkum pada sumber tersebut mendapatkan makna tentang kondisi perekonomian petani di masa pemerintahan Reza Pahlevi hingga Revolusi Islam Iran 1941- 1979. Kemudian analisis ini berupa pendekatan-pendekatan yang

11

dilakukan penulis dalam memahami perkembangan yang terjadi pada para petani di masa Shah Reza.

I. Sistematika Penulisan Pada bagian ini penulis akan membagi sub pembahasan dalam lima bab, yaitu: BAB I, Pendahuluan. Bagian ini memuat Latar belakang, Identifikasi Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangk Teori, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II, Iran Masa Pemerintahan Syah Reza Pahlevi. Bab ini mencakup tentang Profil Negara Iran, Biografi Shah Reza Pahlevi, Kondisi Sosial Masyarakat Iran Di Bawah Pemeritahan Shah Reza Pahlevi (1941-1979) dan Modernisasi Iran Masa Shah Reza Pahlevi. BAB III, Kebijakan Pemerintahan Shah Reza Pahlevi di Bidang Ekonomi. Bab ini membahas tentang Kebijakan Ekonomi Shah Reza Pahlevi, Revolusi Putih dan Kebijakan Land reform. BAB IV, Kondisi Perekonomian Petani Iran Masa Pemerintahan Shah Reza Pahlevi (1941-1979). Bab ini membahas tentang dampak Kebijakan Land reform terhadap Kehidupan Petani. BAB V berisi tentang kesimpulan penelitian dari penulis dan saran-saran untuk penetilian selanjutnya.

BAB II IRAN PADA MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA PAHLEVI

A. Profil Negara Iran 1. Geografis Negara Iran Republik Islam Iran yang dahulu disebut Persia adalah negara yang terletak di kawasan Asia barat daya antara 25 dan 40 derajat garis lintang utara serta 44 dan 63 derajat garis bujur timur.1 Iran memiliki luas wilayah kurang lebih sekitar 1.645.000 km²2, sekitar seperlima dari daratan Amerika Serikat. Iran adalah negara terbesar ketujuh belas di dunia. Berbatasan langsung dengan Turki dan Irak di sebelah barat dan Afghanistan dan Pakistan di sebelah timur.3 Disebelah utara berbatasan dengan Turkmenistan, Laut Kaspia Armenia dan Azerbaijan. Sedangkan disebelah selatan ada Teluk Persia dan Teluk Oman4. 2. Topografi Wilayah Iran sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan barisan gunung, oleh karena itu Iran juga disebut pusat dataran tinggi yang rata-rata memiliki ketinggian 900 meter. Topografi Iran terdiri dari pegunungan terjal yang mengelilingi daerah pedalaman yang tinggi. Rantai utamanya adalah Pegunungan Zagros, kemudian serangkaian pegunungan paralel yang diselingi dataran yang membagi dua negara dari barat laut ke tenggara. Banyak puncak di Zagros melebihi 3.000 meter di atas permukaan laut, dan setidaknya lima

1 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran dari Dinasti Acahemenia sampai Revolusi Islam Iran, (The Cultural Section of Embassy of The Islamic of Iran, 2009), h, 3. 2 Ahmad Tehrani,” Economic Development in Iran”, Pakistan Institute of International Affairs, Vol. 21, No. 1, pp. 21-27, (Frist Quarter, 1968), h. 21. 3 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran: A Country Studies”, (Washington, Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 2008) h, 84. 4 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran dari Dinasti Acahemenia sampai Revolusi Islam Iran, (The Cultural Section of Embassy of The Islamic of Iran, 2009), h, 4.

12

13

puncak di wilayah selatan-tengah negara ini lebih tinggi dari 4.000 meter. Rantai pegunungan Zagros berlanjut ke Iran bagian tenggara, ketinggian rata-rata menurun drastis hingga kurang dari 1.500 meter. Rentang sempit tapi tinggi, Pegunungan Alborz, melapisi pesisir Laut Kaspia. Gunung berapi Damavand (5.600 meter) terletak di pusat Alborz merupakan puncak tertinggi negara ini dan gunung tertinggi di daratan Eurasia di sebelah barat kisaran Hindu Kush.5 Bagian timur dataran tinggi ditutupi oleh dua padang pasir, Dasht-e Kavir (gurun garam) dan Dasht-e Lut (gurun tak berpenghuni). Kecuali beberapa oasis yang tersebar, padang pasir ini tidak berpenghuni. Iran memiliki dua dataran rendah yang menonjol, yakni dataran Khuzestan di barat daya dan dataran pantai Laut Kaspia di utara. Panjang rata-rata dataran Khuzestan adalah sama dengan dataran Mesopotamia yang panjangnya kurang lebih 160 kilometer. Sebagian besar Dataran Khuzestan ditutupi dengan rawa-rawa. Dataran pesisir Kaspia lebih panjang dan sempit. Dataran ini meluas sekitar 640 kilometer di sepanjang pantai Kaspia, namun lebarnya kurang dari 50 kilometer. Di selatan Khuzestan, ada bentangan luas Teluk Persia dan Teluk Oman di mana Pegunungan Zagros mengelilingi pantai. Ada dataran rendah yang cukup luas di pesisir timur dan barat kota Bushehr dan di sepanjang Selat Hormuz, namun curah hujan tahunan di kedua wilayah tersebut terlalu rendah dan tidak dapat diandalkan untuk mempertahankan pertanian beragama yang menjadi ciri Dataran Khuzestan dan dataran pantai Kaspia.6 Sampai abad ke-20, ketika jalan raya dan rel kereta api dibangun melalui pegunungan untuk menghubungkan pusat-pusat kota, lembah- lembah yang berada di pegunungan ini juga relatif masih terisolasi satu sama lain. Pegunungan terjal tersebut juga menghalangi akses dari

5 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h. 85. 6 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h. 85.

14

Teluk Persia ke Laut Kaspia. Iran tidak memiliki sungai besar, hanya sungai Karun saja yang dapat di lewati oleh kapal. 7 Negara ini memiliki beberapa iklim yang berbeda-beda. Di sisi utara (dataran pesisir Kaspia) suhu amat rendah dan membekukan, tetapi tetap lembap. Suhu di musim panas jarang mencapai 29 °C. Penguapan tahunan adalah 680 mm di dataran bagian timur dan lebih dari 1700 mm di sisi barat. Suhu di barat relatif lebih rendah terutama di permukiman-permukiman lereng pegunungan Zagros. Dataran pesisir Teluk Persia, dan Teluk Oman di Iran selatan memiliki musim dingin yang sejuk, namun jika musim panas daerah tersebut lembap dan panas. Curah hujan rata-rata di Iran berkisar antara 25-30 cm.8 3. Kelompok Etnis dan Agama Menurut sensus tahun 1966, rakyat Iran berjumlah 25.600.000 jiwa. Sebanyak 65% orang hidup di desa sedangkan 35% lainya hidup di kota.9 Iran terdiri dari 30 provinsi, 250 kota dan 70.000 desa.10 Kota-kota seperti , Isfahan, Tabriz, Qazwin, Hamadan, Kerman, Yazd, Ahvaz, Masyhad, Abadan, Qom, Khash, Bam dan Kermansyah adalah beberapa kota yang paling banyak dijadikan destinasi bagi para transmigran. Pada tahun 1966, sebanyak 50% dari total populasi rakyat Iran berprofesi sebagaipetani. Sedangkan 35% lainya berprofesi sebagaiburuh yang mayoritas berasal dari kelas menengah.11 Kelompok etnis utama di Iran adalah Persia 65% , orang Azerbaijan 16%, Kurdi 7%, Lurs 6%, Arab 2%, Baluchi 2%, Turkmen 1%, kelompok suku Turki seperti Qashqai 1%, dan kelompok non- Persia, non-Turki seperti orang Armenia, Assyria, dan Georgia kurang dari 1%. Bahasa Persia merupakan bahasa nasional Iran. Bahasa lain

7 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran: A Country Studies”, h, 84. 8 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran dari Dinasti Acahemenia sampai Revolusi Islam Iran, (The Cultural Section of Embassy of The Islamic of Iran, 2009), h, 8. 9 Ahmad Tehrani, “Economic Development In Iran”, h, 1. 10 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h, 108-109. 11 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h, 105.

15

yang digunakan adalah dialek Azeri Turki dan Turki, Kurdi, Luri, Arab, dan Baluchi.12 Sekitar 90% dari total populasi penduduk Iran adalah beragama Islam Syiah. Kemudian 8% lainya ada Islam Sunni yang mayoritas penganutnya adalah orang-orang Kurdi dan Turki. Agama Kristen, Yahudi, Zoroaster menduduki peringkat ketiga dengan sekitar 2% dari total populasi.13 4. Sejarah Pemerintahan Iran Dinasti Qajar berkuasa di Iran selama kurang lebih 150 tahun (1779-1924). Nama Qajar diambil dari salah seorang pimpinan mereka, yaitu Qajar Noyan, putra Sertaq Noyan, yang bekerja pada Dinasti Ilkhan sebagaitutor Gazan Khan. Karir kepemimpinan Qajar Noyan berakhir di tangan Raja Baidu karena dianggap bersekongkol dengan penguasa sebelumnya, Gaykatu. Dengan kematian Qajar Noyan, anggota suku Qajar hidup berpencar. Sebagian mereka hidup Tapal14, sebagian lagi hidup di Astarabad dan Turkistan. Pada awal abad ke-16, suku Qajar memainkan peranan penting dalam perjalanan sejarah Islam. Mereka bersama suku-suku dari Turki lainya bergabung menjadi dengan tentara Qizilbash untuk mendirikan Dinasti Syafawi pada 1501 M.15 Pada masa pemerintahan Shah Abbas I (1587–1629M)16, konsentrasi suku Qajar terpecah. Sebagian dikirim ke Georgia untuk menjaga wilayah kerajaan di utara dan sebagian lagi dikirim ke Provinsi Khurasan untuk menahan serangan suku Uzbek dan sebagian lagi dikim ke Mazandaran untuk menghentikan pemberontakan suku Turkoman. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pertama

12 Artikel ini diakses dari “Library of Congress – Federal Research Division, Country Profile: Iran”, diakses pada 10 Juni 2017, pkl 4.29 WIB. 13 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, “Iran : A Country Studies”, h, 118-119. 14 Tapal adalah batas antara Suriah dan Iran pada masa pemerintahan Abu Said. 15 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, ( Jakarta, Tazkia Publishing, 2012), h, 58. 16 Shah Abbas I merupakan salah satu pemimpin Dinasti Syafawiyah (1501– 1736) dan seorang raja yang paling terkenal di antara raja lainya. Dinasti Syafawiyah berada dalam puncak kejayaan pada masa Shah Abbas I.

16

bergabung dengan Dinasti Afsyari, kelompok kedua tidak diketahui lagi keberadaanya, sedangkan yang ketiga terpecah menjadi Qajar Yukharibasi dan Qajar Asysyaqbasy. Seiring jatuhnya Dinasti Syafawi pada abad ke-18, Iran memasuki masa pergolakan politik dan sosial yang panjang. Suku Bakhtiari, Kurdi dan suku-suku lainya saling berperang untuk menguasai Iran.17 Namun pada akhir abad ke-18, Agha Muhammad Khan (1742- 1797)18 yang merupakan penguasa suku Koyunlu19 berhasil menguasai Iran.20 Setelah berhasil menaklukan rivalnya Qajar Yukharibasy, Agha membentuk aliansi dengan suku Bakhtiary dan Afsyari untuk menaklukan wilayah tengah Iran. Dengan bantuan Haji Ibrahim, penguasa Provinsi Syiraz, Agha Muhammad Khan berhasil menaklukan Dinasti Zand dan menjadi penguasa seluruh wilayah Iran. Setelah itu, Agha Muhammad Khan memindahkan ibu kota kerajaan ke Teheran dan menobatkan dirinya sebagaipendiri sah Dinasti Qajar.21 Pada masa pemerintahannya, ibu kota Teheran tumbuh dari sebuah desa menjadi sebuah kota majemuk yang berpenduduk sekitar 15.000 orang. Saat memimpin ekspedisi kedua ke Georgia, Āghā Moḥammad dibunuh oleh dua pembantunya.22Warisan-warisan utama pemerintahannya adalah Iran yang bersatu dan sebuah dinasti yang memerintah sampai tahun 1925. Agha Muhammad Khan digantikan oleh keponakanya, Fath Ali Shah (1797-1834). Di bawah kepemimpinanya, Dinasti Qajar mengalami perkembangan yang pesat.

17 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 58. 18 Merupakan pendiri Dinasti Qajar yang memerintah dari tahun 1794 hingga 1797 M. 19 Koyunlu adalah merupakan anak suku Qajar Asysyaqbasy. 20 Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to Islamic Republic, (United Kingdom, Cambridge University Press, 2007), h, 126. 21 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 58-58 22 The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Agha Mohammad Khan” pada artikel https://www.britannica.com/biography/Agha-Mohammad-Khan, (20 Juli 1998) diakses pada 8 Februari 2018 pkl. 12.06 WIB.

17

Dia mengganti tradisi kesukuan dengan mengembangkan birokrasi negara pada seluruh level pemerintahan.23 a. Masuknya Pengaruh Eropa Pendekatan bangsa Eropa ke Iran dipelopori oleh orang-orang Portugis, yang menguasai Selat Hormuz24 pada abad ke-17 untuk kepentingan perdagangan. Pada saat itu, Hormuz merupakan daerah strategis jalur perdagangan internasional yang menghubungkan wilayah Arab dan Hindia. Pada awal abad ke-19, Dinasti Qajar mulai mendapat tekanan dari dua kekuatan besar dunia, Inggris dan Rusia. Kepentingan Inggris di Iran lantaran ingin melindungi rute perdagangan ke India, sementara Rusia ingin memperluas wilayah jajahanya.25 Dinasti Qajar tidak mau tunduk terhadap Rusia, akhirnya pecahlah perang antara Rusia dengan Dinasti Qajar yang dimenangkan oleh Rusia. Fath Ali Shah dipaksa menandatangani Perjanjian Gulistan (1812) dan Perjanjian Turkomanchai (1828).26 Dalam perjanjian tersebut Dinasti Qajar harus rela menyerahkan Provinsi Erivan dan Nakhichevan ke Rusia dan harus kehilangan wilayahnya yang berada di Kaukasus. Perjanjian tersebut mengakibatkan ekonomi rakyat Iran lumpuh karena Rusia menerapkan pajak yang tinggi untuk rakyat Iran. Akibatnya pemberontakan meletus di mana-mana dan stabilitas politik Diansti Qajar terganggu. Kondisi tersebut berlangsung hingga Fath Ali Shah meninggal dunia pada tahun 1834 M.27 Ia digantikan oleh Muhammad Shah (1834-1848). Pergantian kekuasaan tersebut berjalan lancar berkat keterlibatan diplomatik

23 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 59. 24 Merupakan selat yang memisahkan Iran dengan Uni Emirat Arab. Selat ini terletak antara Teluk Oman dengan Teluk Persia. 25 Glen E. Curtis and Eric Hooglund, Iran : A Country Studies,(Washington, Library of Congress Cataloging-in-Publication Data, 2008) h, 22. 26 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, ( Jakarta, Tazkia Publishing, 2012), h. 61. 27 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 62.

18

Inggris dan Rusia. Pada masa Muhammad Shah, Dinasti Qajar semakin gencar melakukan modernisasi di bidang militer. Dinasti Qajar berhasil mendirikan sebuah pabrik senjata di Iran. Namun keberhasilan tersebut harus dibayar mahal karena semakin kuatnya pengaruh asing di Iran. Produk-produk Inggris dan Rusia membanjiri Iran. Kondisi tersebut mengakibatkan perekonomian rakyat lumpuh karena produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk impor yang harganya lebih murah.28 Pengaruh Inggris dan Rusia yang begitu kuat menyebabkan kebencian dan perlawanan dari rakyat Iran. Munculah gerakan Ismailiah yang menentang kekuasaan Muhammad Shah karena terlalu loyal kepada Barat. Dinasti Qajar dan Inggris bereaksi dengan segera menghancurkan gerakan tersebut. Perlawanan yang cukup serius terhadap Dinasti Qajar muncul oleh kelompok yang mengatas namakan gerakan Mesiah atau Babi. Sebelum menyerang gerakan Babi, Muhammad Shah meninggal dunia terlebih dahulu dan digantikan oleh Nasirudin Shah (1848-1896) atas kehendak Inggris dan Russia. Nasiruddin berhasil membasmi gerakan Babi dalam sekejab. Kuatnya intervensi Inggris dan Russia telah mendorong terjadinya percepatan modernisasi Dinasti Qajar.29 Pembaharuan di bidang militer dilakukan berdasarkan model yang berkembang di Eropa. Hal serupa juga diaplikasikan pada bidang birokrasi dan administrasi. Dengan demikian, semakin banyak orang Iran yang mendapatkan pendidikan modern ala Eropa. Di masa Nasiruddin pula digalakkan penerjemahan buku dari berbagai penjuru Eropa ke dalam bahasa Persia. Masa ini bisa disebut juga kebangkitan awal dunia pendidikan Iran di kemudian hari.30

28 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 63. 29 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 64-65. 30 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 65-66.

19

Modernisasi yang dilakukan Nasiruddin Shah menimbulkan kebencian dan perlawanan di kalangan rakyat Iran. Para intelektual dan kalangan terdidik lulusan sistem pendidikan Barat mengkritik para diktator dan praktik korupsi di kalangan pemerintahan yang semakin luas. Para pengusaha, pedangang dan pengrajin lokal melayangkan protes atas konsesi yang diberikan Nasiruddin kepada Inggris dan Rusia. Lalu kaum petani juga melakukan hal serupa karena rendahnya daya jual hasil pertanian mereka yang disebabkan oleh banyaknya produk asing yang beredar di Iran. Ulama pun melakukan kritik dan perlawanan terhadap Dinasti Qajar. Mereka memandang bahwa kekuatan asing akan membahayakan keberadaan Agama Islam di Iran. Pembatasan yuridiksi ulama atas lembaga pendidikan dan tanah wakaf yang secara historis berada di tangan mereka, pengambialihan masjid dan tempat-tempat suci, pengurangan gaji dan tunjangan ulama merupakan beberapa faktor yang menyebabkan para ulama melakukan demonstrasi.31 Kemarahan rakyat akhirnya berkembang menjadi perlawanan yang bersifat nasional. Pada tahun 1891-1892, rakyat Iran berdemonstrasi menentang pemberian konsensi monopoli tembakau terhadap Inggris. Gerakan tersebut kemudian disebut sebagaiThe Tobacco Movement. Mendapatkan desakan dari rakyatnya sendiri membuat Nasiruddin harus membatalkan konsesi dengan Inggris pada tahun 1892. Keberhasilan gerakan ini membuat Dinasti Qajar harus menanggung hutang 500.000 poundsterling, sebagaikompensasi atas pembatalan konsesi yang telah dibuat tersebut. Untuk membayar hutang Nasiruddin akhirnya meminjam kepada Russia. Russia tidak menyia-nyiakan kesempatan emas tersebut dan langsung memberikan

31 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 66.

20

pinjaman kepada Dinasti Qajar. Akhirnya dari pinjaman tersebut, pengaruh Russia yang tadinya sudah lemah kembali menguat lagi.32 Kembalinya Russia ke Iran semakin mendorong perlawanan rakyat terhadap Dinasti Qajar dan hegemoni asing. Akhirnya pada tahun 1896 Nasiruddin Shah dibunuh oleh salah seorang pengikut al- Afghani yang bernama Mirza Reza Kirmani. Nasiruddin Shah digantikan oleh puteranya, Muzaffarudin Shah (1896-1907 M). Di bawah pemerintahan Muzaffarudin Shah Dinasti Qajar semakin melemah. Masa kekuasaanya lebih banyak diwarnai oleh campur tangan Inggris dan Russia. Oposisi rakyat semakin kuat karena sikap Muzaffarudin yang menghambur-hamburkan uang untuk keliling Eropa. Alhasil kas negara menjadi kosong dan harus mencari pinjaman ke negara lain.33 Pada tahun 1900, Muzaffarudin Shah mendapat pinjaman dari Rusia sebesar 2,4 juta poundsterling dengan imbalan pemberian konsesi yang lebih luas di bidang perdagangan dan perpajakan. Dua tahun berselang pada 1902 Shah kembali menerima pinjaman sebesar 10 juta rubel untuk membangun jalan raya Julfa-Teheran melalui Tabriz dan Qazwin. Karena hutang yang semakin menumpuk dan tak kunjung membaiknya ekonomi negara, kebencian opoisisi rakyat meledak lagi. Situasi yang semakin tak terkendali tersebut akhirnya melahirkan Revolusi Konstitusional (1905-1911).34 Revolusi tersebut ialah tuntutan rakyat Iran kepada Muzaffarudin untuk menidirikan Majelis Nasional. Majelis ini berdiri pada Agustus 1906 dan merupakan majelis nasional pertama yang berdiri di Iran. Dengan

32 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 66-67. 33 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h,. 67-68. 34 Taufik Abdullah, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta, Perpustakaan Nasional RI, cet II, 2003), h, 175.

21

kehadiran Majelis ini, kehidupan sosial rakyat Iran sedikit mengalami perubahan hingga meninggalnya Muzaffarudin pada 1907.35 Namun kondisi tersebut berubah seketika anak Muzaffarudin yaitu Muhammad Ali Shah (1907-1909) naik takhta pada 1907. Ia sangat membenci Majelis Nasional karena membatasi otoritas kekuasaanya. Melalui Brigade Cossack, Muhammad Ali Shah berhasil membekukan Majelis Nasional dan membunuh beberapa pengikutnya. Kejadian tersebut membuat perlawanan rakyat terhadap Dinasti Qajar semakin menjadi-jadi. Perlakuan Muhammad Ali tersebut justru menjadi bumerang bagi dirinya yang dilengserkan dari takhtanya oleh rakyat pada 1909. Ia digantikan oleh putranya, Ahmad (1909-1925), yang merupakan penguasa terakhir Dinasti Qajar. Di bawah kekuasaan Ahmad Shah, Dinasti Qajar tak mengalami kemajuan yang berarti. Sebaliknya, kesatuan dan kedaulatan Dinasti Qajar justru terpecah-pecah. Wilayah utara Iran berada dalam kekuasaan Rusia sedangkan di selatan dikuasai Inggris. Hanya Iran bagian tengah yang menjadi zona netral. Di tambah juga Iran dijadikan sebagaimedan perang selama PD I semakin membuat Dinasti Qajar terpojok dan menghancurkan perekonomian Iran. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh Reza Shah yang merupakan komandan Brigade Cossack pada saat itu. Pada tahun 1923, Reza Shah memaksa para penguasa Dinasti Qajar berlibur ke Eropa dan disaat bersamaan ia mengonsolidasikan kekuasaanya dan menyingkirkan rival politiknya. Dengan dukungan militer yang terdidik secara modern dan terlatih, Reza Shah kemudian berhasil mengontrol sebagian besar birokrasi pemerintahan di tambah lagi ia beraliansi dengan Kabinet Ziaudin dan Qawam as-Sultanah. Akhirnya pada tahun 1925 Reza Shah sukses mengakhiri kekuasaan Dinasti Qajar dan melengserkan Ahmad Shah.36

35 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 69. 36 Muhammad Syafii Antonio dan Tim TAZKIA, Ensiklopedia Perdaban Islam Persia, h, 69-71.

22

Ia kemudian menjadikan dirinya sebagairaja Iran dan mendirikan kerajaan konstitusional sekaligus pendiri Dinasti Pahlevi.37 b. Modernisasi Reza Khan (1925-1941) Reza Khan menjabat sebagairaja Iran dari tahun 1925 hingga 1941. Pada masanya, ia menggunakan kekuatan militer dan birokrasi pemerintahan sebagaisebuah pondasi yang kokoh dalam melegitimasi kekuasaanya. Pendapatan negara pada masa Reza Khan berasal dari tiga sumber utama yaitu: royalti minyak, bea cukai, ekstraksi pajak dari barang-barang konsumsi seperti beras, rempah dll. Sebenarnya minyak sudah lama ditemukan di Iran pada tahun 191138, sumber lain mengatakan bahwa minyak ditemukan pada 1908 oleh Willan Knox D‟Arcy.39 Barulah pada tahun setelah penemuan itu, eksplorasi besar- besaran dilakukan pemerintah Iran bersama Anglo Iran Oil Company (Inggris) untuk mendongkrak pendapatan negara. Langkah selanjutnya yang dilakukan Reza Khan yakni menata ulang sistem perpajakan. Dalam penataan sistem perpajakan ini kontribusi asing terlihat begitu besar. Reza Khan mendatangkan Dr Millspaugh, seorang pakar adsministrasi keuangan asal Amerika.40 Reza Khan memberi tugas kepada Arthur untuk menciptakan sistem perpajakan yang efisien dan dinamis. Akhirnya, dalam kurun waktu lima tahun, Arthur berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik.41 Pendapatan pemerintah semakin meningkat setelah Perang Dunia I. Pajak baru diberlakukan pada berbagai barang konsumsi, terutama gula, teh, tembakau, kapas, dan opium. Pendapatan bea cukai

37 Hamka, “Sejarah Umat Islam Jilid III”, (Jakarta, Bulan Bintang, 1960), h, 478. 38 Evrand Abrahamian, ”A History of Modern Iran”, (New York, Cambridge University Press, 2008), h, 67. 39 “Sejarah Pemenuan Minyak di Dunia” dalam artikel https://migas.esdm.go.id/post/read/Sejarah-Penemuan-Minyak-di-Dunia (15 Januari 1014), diakses pada 8 April 2018 pkl 19.51 WIB. 40 Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to Islamic Republic, (United Kingdom, Cambridge University Press, 2007), h, 610. 41 Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to Islamic Republic, h. 611.

23

melonjak dari 51 juta rials pada tahun 1921, menjadi 93 juta rials pada tahun 1925, dan selanjutnya menjadi 675 juta rials pada tahun 1940. Pendapatan dari pajak konsumen meningkat dari 38 juta rials pada tahun 1925 menjadi 180 juta pada tahun 1940. Pajak atas gula dan teh mulai berlaku pada tahun 1926 dan menghasilkan 122 juta rials pada tahun 1928, meningkat menjadi 421 juta pada tahun 1938, dan 691 juta di tahun 1940. Dengan kata lain, pendapatan dari gula dan teh saja meningkat enam kali lipat. Total Pendapatan pemerintah meningkat dari 246 juta rials pada tahun 1925-1926 menjadi 3.610 juta rials pada tahun 1940-1941. Inggris memperkirakan bahwa pada tahun 1935 lebih dari 34 persen dari pendapatan ini digunakan untuk angkatan bersenjata. Dengan penghasilan yang melimpah tersebut, Reza Khan melakukan modernisasi besar-besaran di berbagai sektor. Di sektor transportasi, mula-mula dia memperluas sistem transportasi dengan membangun Keteta Api Trans-Iran untuk mempermudah perdagangan dari desa ke kota dan sebaliknya.42 Keberadaan sistem transportasi modern pada tahun 1930an mendorong pertumbuhan industri yang kemudian dipromosikan pemerintah sebagaiupaya untuk modernisasi Iran. Pembangunan pabrik-pabrik industri merupakan prioritas utama Reza Khan. Antara tahun 1925-1935 jumlah pabrik industri (tidak termasuk pengolahan minyak bumi) meningkat 100% selama masa pemerintahan Reza Khan. Pada tahun 1941 jumlah pabrik modern meningkat menjadi 346, di mana 146 adalah instalasi besar. Pabrik besar ini mencakup tiga puluh tujuh pabrik tekstil, delapan kilang gula, delapan perusahaan kimia, dua pabrik kaca, satu pabrik pengolahan tembakau, dan lima pabrik pengolahan teh. Tujuan dibangunya pabrik-pabrik tersebut ialah untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap barang-barang

42 Peter Avery dkk, Cambridge History of Iran, Vol 7: From Nadir Shah to Islamic Republic. h, 612.

24

impor dan juga mendorong industrialisasi dengan menaikkan tarif pajak, membiayai industri modern, dan memberlakukan monopoli pemerintah. Pertumbuhan industri ini berkembang di lima pusat kota besar, di mana 75 % pabrik modern berada di kota-kota besar seperti Tehran, Tabriz, Isfahan, Provinsi Gilan dan Mazandaran. Modernisasi mempercepat laju kehidupan melalui perubahan budaya, pendidikan, dan norma sosial tradisional. Dengan bertambahnya pabrik-pabrik industri secara pesat, otomatis membuka lapangan pekerjaan baru bagi rakyat Iran. Populasi di Tehran sendiri meningkat dari lebih dari 196.000 pada tahun 1922 menjadi sekitar 700.000 pada tahun 1941. Hal tersebut disebabkan karena kebijakan Reza Shah yang ingin menjadikan Tehran sebagaipusat komersial dan perdangangan di Iran.

B. Biografi Shah Reza Pahlevi (1941-1979) Nama aslinya adalah Mohammad Reza Pahlevi, atau lebih dikenal dengan Reza Pahlevi, merupakan Shah (raja) terakhir Dinasti Pahlevi (1941-1979). Ia lahir di Tehran, Iran pada 26 Oktober 1919. Reza Pahlevi adalah putra sulung dari pasangan Tadj Ol-Molouk43 dan Reza Khan (lahir 15 Maret 1878), seorang perwira militer yang menjadi penguasa Iran dan pendiri Dinasti Pahlevi pada tahun 1925. Adapun adik dan kakak kandung Reza Pahlevi di antaranya , Shams Pahlavi, Ali Reza Pahlavi, Hamdamsaltaneh Pahlavi, Abdul Reza Pahlavi, Ahmad Reza Pahlavi, Mahmud Reza Pahlavi, Fatimeh Pahlavi, Hamid Reza Pahlavi, dan Gholam Reza Pahlavi.44

43 Tadj Ol-Molouk merupakan sebuah gelar yang disematkan kepada Ibu Shah Reza Pahlevi yang berarti “mahkota raja”. Nama aslinya adalah Nimtaj. Sumber: Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London, University of California Press, 2009) h. 9. 44Shapour Ghasemi, “” dari: www.iranchamber.com/history/pahlavi/pahlavi.php diakses pada 4 Februari pk1 9.20 WIB.

25

Pada tahun 1931, Reza Pahlevi menempuh pendidikan dasarnya di Swiss (Le Rosey School for Boys) dan kembali ke Iran pada tahun 1936. Kemudian ia mendaftar di sekolah militer Tehran dan lulus pada tahun 1938 dan sudah mendapatkan lisensi pilot. Reza Pahlevi sangat menyukai olahragaseperti sepak bola dan bermain ski.45 Pada tahun 1939, saat usianya baru menginjak 20 tahun, Reza Pahlevi menikah dengan Puteri Fawzia Fuad yang merupakan saudari Raja Mesir yakni Raja Farouq I. Namun pada 1949 pasangan tersebut bercerai. Setelah itu, Reza Pahlevi menikah lagi dengan seorang blasteran Jerman-Iran bernama Soraya Esfandiari pada tahun 1950.46 Kemudian pada tahun 1959 untuk ketiga kalinya ia menikah kembali dengan Farah Diba. Dari hasil penikahannya dengan Farah Diba, Reza Pahlevi dikaruniai empat orang anak, di antaranya: di antaranya Farahnaz Pahlavi, Leila Pahlavi, Ali-Reza Pahlavi, dan Reza Pahlavi.47 Reza Pahlevi menjadi Shah Iran karena mandat dari Inggris. Pada tahun 1941, Uni Soviet dan Inggris memiliki kekhawatiran Reza Khan akan bekerja sama dengan Nazi Jerman untuk membebaskan dirinya dari pengawasan Uni Soviet dan Inggris. Akibatnya Uni Soviet dan Inggris melakukan intervensi ke Iran yang memaksa Reza Khan turun dari jabatanya sebagaishah Iran. Tak lama setelah peristiwa itu, Inggris mengirim Reza Khan ke pengasingan. Reza Pahlevi kemudian menggantikan ayahnya menjadi shah pada 16 September 1941.48 Shah

45 Encyclopedia of World Biography, “Mohammad Reza Pahlevi Biography”, diakses pada 7 Februari 2018, pukul 11.27 WIB, dari: http://www.notablebiographies.com/Ni-Pe/Pahlavi-Mohammad-Reza.html 46 Iran Chamber Society, “Mohammad Reza Shah Pahlavi: Arya Mehr and Shahanshah (King of the King)” diakses pada 04 Februari 2018 pukul 21.00 WIB dari: http://www.iranchamber.com/history/mohammad_rezashah/mohammad_rezashah.ph p 47 “”, diakses pada 7 Februari pukul 14.22 WIB, dari: https://www.thefamouspeople.com/profiles/mohammad-reza-pahlavi-5691.php 48 The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah Pahlavi” dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-

26

Reza Pahlevi memerintah di Iran dari 16 September 1941 sampai 11 Februari 1979.49 Pada dekade awal pemerintahannya 1941-1949, Shah Reza Pahlevi di sibukkan dengan masalah internal dalam pemerintahannya. Atas persetujuan Majlis (parlemen), Ahmad Qavam resmi diangkat menjadi perdana menteri pada tahun 1946. Karena latar belakangnya seorang sosialis, Qavam lebih condong ke Rusia dan menginginkan Iran melakukan kerja sama dalam ekspor minyak. Namun hal tersebut ditolak oleh Amerika, karena pada saat itu dominasi Amerika di Iran sangat kuat. Usulan Qavam tersebut mengakibatkan dirinya dicopot dari jabatanya sebagaiperdana menteri. Kemudian tahun 1949-1953 giliran gerakan nasionalis mendominasi pemerintahan yang dipimpin oleh Mohammad Mossadegh. Mossaddegh menjabat sebagaiperdana menteri Iran dari tahun 1951 hingga 1953.50 Pada bulan Maret 1951 Mosaddegh menjamin sebuah RUU di Majlis untuk menasionalisasi perusahaan minyak asal Inggris (Anglo-Iran Oil Company).51 Konflik dan perselisihan antara Shah Reza Pahlevi dan Mosaddegh terus berlangsung. Pada bulan Agustus 1953, Shah Reza Pahlevi mencoba untuk memberhentikan Mosaddegh dari jabatannya sebagaiperdana menteri. Namun, justru Shah Reza yang dipaksa meninggalkan negara oleh pendukung Mosaddegh yang mayoritas

Shah-Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998) diakses pada 4 Februari 2018, pukul 20.38 WIB. 49 Encyclopedia Britannica, “Mohammad Reza Shah Pahlevi” 50 The Editors of Encyclopedia Britanica,” Mohammad Mosaddeq” dari https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Mosaddeq, (20 juli 1998) diakses pada 9-Februari 2018, pkl 19.11 WIB. 51 The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah Pahlavi” dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza- Shah-Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998) diakses pada 4 Februari 2018, pukul 20.38 WIB.

27

merupakan kaum kelas menengah.52 Dengan dukungan dan bantuan terselubung dari Amerika Serikat dan Inggris, Shah Reza Pahlevi berhasil kembali ke tampuk kekuasaan.53 Kedekatan khusus yang terjalin antara Reza Pahlevi dengan Amerika Serikat dan Inggris ini menimbulkan ketidaksukaan dikalangan pemimpin Islam. Karena yang dilakukan Reza Pahlevi sama dengan westernisasi Iran.54 Di bawah pemerintahan Shah Reza Pahlevi, nasionalisasi industri minyak tetap dipertahankan, walaupun pada tahun 1954 Iran menandatangani sebuah kesepakatan untuk membagi pendapatan dengan asosiasi internasional yang baru terbentuk dan bertanggung jawab untuk mengelola produksi. Dengan bantuan Amerika Serikat, Reza Pahlevi kemudian melanjutkan program pembangunan nasional yang disebut “Revolusi Putih”, termasuk pembangunan jalur kereta api dan udara yang diperluas, sejumlah proyek bendungan dan irigasi, pemberantasan penyakit seperti malaria, dorongan dan dukungan pertumbuhan industri, dan land reform. Selain itu, ia juga membentuk korps melek huruf dan korps kesehatan untuk populasi pedesaan yang besar.55 Pada tahun 1960an dan 1970an, Reza Pahlevi juga berusaha mengembangkan kebijakan luar negeri yang lebih independen dan menjalin hubungan kerja dengan Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur.56

52 Kelas menengah terdiri dari kaum berpendidikan seperti mahasiswa, guru, professor dan kaum berpendidikan lainya. 53The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah Pahlavi” dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah- Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998) diakses pada 4 Februari 2018, pukul 20.38 WIB. 54 Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya”, diakses pada 7 Februari 2018 pukul 13.01 WIB, dari: http://global.liputan6.com/read/2161078/16-1-1979-shah-iran-reza-pahlevi-lari-dari- negaranya 55 Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, (New York, Cambridge University Press, 2008) h. 134. 56 The Editors of Encyclopaedia Britannica,” Mohammad Reza Shah Pahlavi” dalam artikel https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-

28

Pada pertengahan tahun 1970-an, Shah Reza Pahlevi mulai menyusun rencana proyek-proyek besar untuk pembangunan nasional Iran dalam rangka menindaklanjuti program Revolusi Putih 1963. Pembiayaan proyek nasional ini mengandalkan pendapatan minyak Iran yang cukup besar. Revolusi Putih memperkuat dukungan dari dalam negeri (domestik) untuk Shah Reza.57 Namun di samping kemajuan sosial-ekonomi yang dicapai oleh Shah Reza Pahlevi yang disebutkan di atas, ia juga menghadapi kritik politik terus-menerus dari mereka yang merasa bahwa reformasi tersebut tidak berjalan cukup baik dan mendapat kritik religius dari mereka yang percaya westernisasi bertentangan dengan Islam. Masyarakat kelas menengah Iran merasa tidak puas dengan apa yang dilakukan Shah Reza Pahlevi. Karena mereka menganggap Revolusi Putih hanya memberi keuntungan kepada keluarga kerajaan, dan para kaum bangsawan.58 Selain itu, oposisi terhadap Shah Reza Pahlevi sendiri disebabkan oleh peraturan otokratisnya, korupsi di pemerintahannya, distribusi kekayaan minyak yang tidak merata dan westernisasi yang dipaksakan.59 Pada 8 September 1978, terjadi pemberontakan rakyat karena tidak puas dengan kinerja pemerintahan Shah Reza Pahlevi. Kerusuhan dan kekacauan meluas di kalangan kelas bawah, kelas menengah, Ulama Syiah, pedagang dan mahasiswa yang berdampak pada tumbuhnya dukungan untuk untuk Ayatollah Ruhollah Khomeini, seorang pemimpin religius Islam Syiah. Ayatollah Khomeini mengekspresikan ketidakpuasan terhadap kebijakan Shah Reza Pahlevi tersebut dengan menyerukan penggulingan terhadap pemerintahannya. Khomeini menginginkan Iran kembali kepada

Shah-Pahlavi#ref279698 (22 Juli 1998) diakses pada 4 Februari 2018, pukul 20.38 WIB. 57 Encyclopedia Britannica, “Mohammad Reza Shah Pahlevi” 58 Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya” 59 Encyclopedia Britannica, “Mohammad Reza Shah Pahlevi”

29

tradisi Islam. Dua bulan setelah kejadian pemberontakan dan kerusuhan Iran tersebut, ribuan masa memenuhi jalanan Iran, dan menghancurkan seluruh simbol yang berbau Barat.60 Akibat pemberontakan yang meluas di seluruh Iran sejak tahun 1978, akhirnya Dinasti Pahlevi Runtuh pada 1979. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama Revolusi Islam Iran. Setelah itu Shah Reza Pahlevi meninggalkan Iran bersama keluarganya pada 16 Januari 1979 dan Khomeini mengambil alih kendali. Ia mengunjungi beberapa negara dan sempat tinggal di Amerika sembari menjalankan perawatan medis. Mengetahui Reza Pahlevi sedang berada di AS, warga Iran marah besar. Sehingga ujung dari Revolusi Islam Iran ditandai dengan penyerangan Kedutaan Besar AS di Iran.61 Reza Pahlevi mendapat suaka dari Presiden Mesir saat itu Anwar Sadat untuk menetap di Mesir sampai ia wafat karena kanker pada 27 Juli 1980.62

C. Kondisi Sosial Masyarakat Iran di bawah Pemerintahan Shah Reza Pahlevi (1941-1979) Masyarakat Iran pada abad ke-20 ini dapat dikomposisikan dalam tiga kelas, yaitu; Lapisan masyarakat kelas atas atau kelas elite, kelas menengah dan kelas bawah. Kelas elite merupakan lapisan yang tertinggi dan terpandang di antara tiga kelas sosial masyarakat Iran. Mereka (kelas atas) terdiri dari pengusaha, aristokrat, keluarga kerajaan, tuan tanah pribumi, bangsawan pribumi, ulama besar, ketua suku, dan sebagainya. Mereka memainkan peran yang vital dalam

60 Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya”, diakses pada 7 Februari 2018 pukul 13.01 WIB, dari: http://global.liputan6.com/read/2161078/16-1-1979-shah-iran-reza-pahlevi-lari-dari- negaranya 61 Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya”, diakses pada 7 Februari 2018 pukul 13.01 WIB, dari: http://global.liputan6.com/read/2161078/16-1-1979-shah-iran-reza-pahlevi-lari-dari- negaranya 62 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London, University of California Press, 2009), h. 598.

30

mengembangkan perekonomian negara.63 Tuan tanah dan keluarga kerajaan sudah jelas mereka memiliki andil yang besar terhadap petani. Karena mereka (tuan tanah) yang menyalurkan lahan kepada petani. Pada tahun 1960, para tuan tanah diperkirakan memiliki 80- 85% dari 42 juta hektar64 lahan yang bisa dibudidayakan.65 Sementara itu masyarkat kelas atas muncul sekelompok elite industri baru yang berasal dari borjuasi kecil dan sebagian lainnya berasal dari tuan tanah (dulunya) yang menginvestasikan sebagian kekayaannya untuk bisnis dan perdagangan. Bagaimanapun juga, hampir semua lapisan kelas elit Iran adalah penguasa lahan. 66 Di antara kelas atas dan kelas bawah, terdapat kelas menengah. Kelas menegah terdiri dari dua bagian yaitu kaum pengusaha/wirausaha dan kaum terpelajar. Tabel di bawah ini merupakan jumlah keseluruhan masyarakat kelas menengah Iran. Pada tahun 1956, jumlah orang yang menempati profesi wirausahawan berkisaran antara 200.000-300.000 orang.67 Dari jumlah tersebut, bisnis yang paling banyak diminati para pengusaha adalah commerce dan retail dengan 264,200 orang. Kemudian sektor konstruksi bangunan dan manufaktur berada di posisi kedua yang menarik minat para wirausahawan yaitu berjumlah sekitar 16,300 orang.68 Bagian utama lain dari kelas menengah ini adalah kaum intelektual. Keterampilan yang beragam dan talenta mereka dalam

63 James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, Middle East Journal, Vol.17, No.4, pp. 400-418. (Autum, 1963) h, 401. 64 Eric Hooglund, “Iran Agricultural Inheritance”, MERIP Reports, No.99, pp. 15-19 (Sep., 1981), h. 15. 65 James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 401. 66 James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 403. 67 James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 408 68 James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 408

31

dunia pendidikan telah menjadikan nilai sosial-ekonomi69 bagi kelas menengah. Jumlah kaum terpelajar lebih banyak dibandingkan dengan kaum wirausahawan yaitu sekitar 332,000 orang. Pada tabel di bawah, kaum intelektual yang bekerja pada birokrasi pemerintahan lebih besar dibandingkan mereka para pekerja ahli ataupun teknis yaitu 175,900 berbanding 93,200 orang.70 Tabel 2.1: Daftar Pekerjaan dan Jumlah Kelas Menengah.71

Lapisan masyarakat yang terakhir adalah kelas bawah yang mempunyai massa paling banyak jika dibandingkan dengan lapisan sebelumnya. Keberadaan kelas bawah dipertimbangkan keberadaanya karena mereka (kelas bawah) berkoneksi langsung dengan kelas atas, terutama hubungan antara petani dengan tuan tanahnya. Kelas bawah

69 Nilai ekonomis kaum intelektual mereka terdapat di fungsi, kinerja dan layanan di sektor pelayanan publi dan bagian birokrasi pemerintahan. 70 James A. Bill, “The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 408. 71 James A. Bill, “The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 418.

32

terdiri dari empat bagian; pertama kelas pekerja, kedua petani pemilik tanah (mandiri), ketiga petani tanpa tanah atau yang biasa disebut petani penyewa dan yang terakhir yaitu massa kesukuan. Pertama kelas pekerja, menurut sensus pada tahun 1956 kelas pekerja terdiri dari dua juta orang dan lebih dari separuh pekerja Iran berada pada bidang konstruksi, manufaktur dan kerajinan seperti yang terdapat dalam tabel di bawah. Mereka yang menjadi pekerja adalah orang- orang yang berusia produktif yang berumur 17-40 tahun. Kelas pekerja dapat dibedakan lagi menjadi dua macam, mereka yang bekerja desa dan yang di kota. Sebagian besar karyawan swasta yang bekerja di kota-kota besar disebut juga pekerja industri.72 Tabel 2.2: Jumlah Kelas Menengah dan Kelas Bawah73

72 James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 409. 73 James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 415.

33

Pada tahun 1956-an pekerja Iran menjadi sasaran eksploitasi yang parah. Sebagian pabrik terutama tekstil mengabaikan undang- undang pekerjaan. Misalnya larangan untuk mempekerjakan anak- anak di bawah usia 12 tahun. Namun, pabrik tekstil terkadang mempekerjakan anak-anak usia enam sampai tujuh tahun.74 Kedua, kelas para petani. Pada tahun 1960-an masyarakat Iran umumnya adalah masyarakat agraris. Produksi pertanian Iran merupakan yang terbesar kedua setelah minyak yaitu berkisar antara 40-50 %. Hampir 80% rakyat Iran hidup di desa dan bekerja sebagaipetani. Di antara semua kelas petani, ada satu kelompok kecil yang menempati posisi lebih tinggi dalam struktur kekuasaan, yaitu pemilik tanah (mandiri). Petani yang mempunyai lahan sendiri meskipun itu kecil tetap lebih baik daripada petani penggarap yang mempunyai lahan garapan luas. Keuntungan yang diraih petani mandiri yaitu: pertama, bisa menikmati hasil panennya sendiri tanpa memikirkan bagi hasil. Kedua menjadi tuan tanah bagi lahan pertanianya sendiri. Ketiga, tidak memikirkan pajak. Lain halnya dengan petani penggarap yang harus memikirkan bagi hasil dengan tuan tanah. Kerja di bawah tekanan tuan tanah, harus mencapai target yang telah disepakati antara keduanya dan masih banyak lagi PR petani penggarap yang harus diselesaikan terhadap tuan tanah.75 Intinya adalah, semua kelas sosial saling membutuhkan satu sama lain. Oleh karena itu yang satu tidak akan dapat bertahan tanpa bantuan yang lainya. Misalnya, tuan tanah tidak akan mendapat hasil panen yang maksimal jika tidak menggunakan jasa petani penggarap, dan begitupun sebaliknya.76

74 James A. Bill, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 408. 75 James A. Bill, “The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h, 408 76 James A. Bill, “The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, h,

34

D. Modernisasi Iran Masa Shah Reza Pahlevi Iran merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sektor pertanian dan perminyakan merupakan dua bidang yang menjadi andalan APBN Iran. Selain kaya akan sumber daya alam, letak negara ini strategis yang bisa dibilang sebagaijalur alternatif penghubung antara benua Asia-Eropa. Oleh karenanya, Iran menjadi rebutan oleh negara-negara super power seperti Amerika, Inggris, Rusia (dulu Uni Soviet) dan Jerman. Pada masa Perang Dunia I, Iran menjadi medan pertempuran antara Sekutu dan Poros. Dari sejarah itulah Shah Reza Pahlevi terobsesi untuk memodernisasikan militer di Iran. Dia sangat berambisi menjadikan Iran sebagainegara dengan militer terbaik dan terkuat di kawasan Teluk. Modernisasi militr ini mengharuskan Shah Reza sebagian besar dana belanja Iran khusus untuk bidang militer. Untuk menujudkan cita-citanya, Shah Reza melakukan kerja sama militer dengan Amerika Serikat dan Israel. Pada masanya tersebut, kekuatan Iran sangat tergantung pada Amerika Serikat. Amerika memberikan bantuan berupa persenjataan dan perlatan militer yang canggih pada masa itu. Pada tahun 1947, Iran menerima pinjaman dari Amerika Serikat sekitar 25 juta dollar untuk membiayai militer Iran. Masih di tahun yang sama, AS kembali memberi pinjaman kepada Majlis (parlemen) sebesar 10 juta dollar.77 Dana tersebut digunakan Shah untuk membeli perlengakapan militer dan mendirikan polisi rahasia yang bernama SAVAK. Organisasi ini dibentuk pada tahun 1957 berkat bantuan oleh CIA78 dan MOSSAD.79

77 Rene Theberge, “Iran, Ten Years After Revolution”, MERIP Reports, No.18, pp. 3-22 ( June., 1973), h 6. 78 CIA (Central Intelligence Agency) adalah organisasi intelijen milik pemerintah Amerika Serikat yang bertugas memperoleh informasi dan menganalisa perusahaan, pemerintah dan individu-individu tertentu untuk diberikan pada pihak- pihak pemerintah yang berwenang. Lihat: Jary D.Gray. Demokrasi Barbar ala Amerika. (Jakarta, Gema Insani Press, 2007)h. 57-58. 79 Mossad adalah badan intelijen milik Israel dan dianggap badan intelijen terbaik dan paling ditakuti di dunia. Organisasi ini didirikan pada Desember 1949.

35

Shah Reza memilih Mayor Jenderal Teymur Bakhtiar sebagaipimpinan SAVAK. Bakhtiar tak segan-segan menindas siapa saja yang berani menentang pemerintah termasuk komunis, fundamentalisme Islam dan anti-monarkis laninya.80 Bakhtiar menjabat sebagaipemimpin SAVAK dari 1957-1961. Pada masanya, SAVAK merupakan pasukan yang paling ditakuti di Iran. Pasukan ini bertugas menculik dan mengeksekusi siapa saja yang berani menentang Shah Reza. Salah satu tokoh yang menjadi korban keganasan SAVAK adalah Ali Syari‟ati. Ia dieksekusi oleh SAVAK pada 19 Juni 1977. Syari'ati dianggap sebagaisalah satu pemimpin filosofis paling berpengaruh dari Iran pada masa pra- revolusi. Pengaruh dan popularitas pemikirannya terus dirasakan di seluruh masyarakat Iran bertahun-tahun kemudian. Dia merupakan salah satu dari tiga cendikiawan Iran yang terkenal pada zamanya bersama dengan Murtadha Muttahari dan Sayyd Husein Nasr. Tahun 1963, Shah Reza megesahkan program modernisasinya yang disebut White Revolution. Revolusi ini merupakan titik balik perkembangan Iran. Ekspansi industri, moderniasi negara berhasil dicapai oleh Shah Reza dengan cara mengorbankan nilai-nilai keislaman.81 Puncaknya pada awal tahun 1970-an, pendapatan minyak Iran naik dan disaat yang sama Iran mengakhiri perjanjian dengan perusahaan minyak Barat yang dipimpin oleh British Petroleum. Dengan ini Iran memiliki kendali penuh terhadap minyak tanpa campur tangan asing.82 Pada 1977, Shah Reza mempunyai angkatan laut terbesar di Teluk Persia, angkatan udara terbesar di Asia Barat dan pasukan

80 Gholam Reza Afkhami, Th Life and Times of The Shah, (London, University of California Press, 2009), h. 381. 81 https://www.britannica.com/place/Iran/The-White-Revolution#ref315913 diakses pada 10-April-2018, pkl 22.14 WIB. 82 https://www.britannica.com/place/Iran/The-White-Revolution#ref315913 diakses pada 10-April-2018, pkl 22.35 WIB

36

terbesar kelima di dunia.83 Berkat alokasi dana yang melimpah dan bantuan dari AS, militer angkatan darat Iran memiliki 1000 tank modern, 400 helikopter, kapal hovercraft sebanyak 28 unit, 100 artileri jarak jauh, 2500 rudal Marverick, 173 pesawat tipe F4, 141 unit pesawat tempur tipe F5, 10 unit tipe F14, dan 10 pesawat transportasi tipe Boeing 707.84 Adapun pesawat tempur F-4 dilengkapi dengan roket kendali Phoenix. Kemudian pada angkatan laut dipersenjatai dengan pesawat pengintai P-36, puluhan kapal patrol, 3 buah kapal selam, 4 buah kapal Destroyer Spruance, dan hydroglissuer yang dapat mendarat di air dangkal.85 Kemudian pada 1978 Shah Reza kembali menganggarkan dana sebesar $12 juta untuk menambah kekuatan militernya. Kali ini Shah membeli 160 buah pesawat F16, 80 buah pesawat tipe F14, 160 pesawat F16, 209 pesawat F4, 3 buah kapal penghancur, dan 10 buah kapal selam yang dilengkapi nuklir.86 Kekuatan militer yang spektakuler ini menjadikan Iran sebagainegara yang disegani dikawasan Timur-Tengah. Shah Reza Pahlevi berhasil mengukuhkan keududukan Iran sebagai“polisi” di kawasan Teluk.

83 Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, ( New York, Cambridge University Press, 2008) h. 124. 84 Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, ( New York, Cambridge University Press, 2008) h. 124. 85 Chaerul Saleh, Peranan Imam Khomeini dalam Revolusi Islam Iran 1977- 1979, (Depok-Universitas Indonesia Press, 1996) h. 54. 86 Ervand Abrahamian, A History of Modern Iran, h. 125.

BAB III KEBIJAKAN EKONOMI SHAH REZA PAHLEVI

A. Kebijakan Ekonomi Shah Reza Pahlevi Reza Pahlevi resmi menjadi raja Iran pada tahun 1941, usianya pada saat itu genap 22 tahun. Masih terlalu muda bagi Reza Pahlevi untuk memimpin sebuah negara. Akhirnya situasi tersebut dimanfaatkan Inggris untuk memperkuat pengaruhnya di Iran. Shah Reza menghabiskan dekade awal pemerintahannya dengan bersitegang dengan oposisi. Ancaman pertama datang dari Ahmad Qavam. Qavam adalah perdana menteri Iran pada 1946-1947. Qavam merupakan orang yang anti-Amerika. Oleh karenanya, ia lebih memilih membuat perjanjian dengan Uni Soviet tentang minyak. Namun Iran pada saat itu lebih condong ke Amerika. Rencana Qavam ditolak oleh Amerika dan dia dipaksa untuk mengundurkan diri.1 Ancaman selanjutnya datang dari Mohammad Mossaddegh, Front Nasional2 pada awal tahun 1950-an dan krisis Azerbaijan.3 Sampai tahun 1953, Reza Pahlevi bergelut dengan oposisi pemerintahannya sehingga kebijakan ekonomi kurang berkembang.4

1 Rene Theberge, “Iran, Ten Years After Revolution”, MERIP Reports, No.18, pp. 3-22 ( June., 1973), h. 6. 2 Front Nasional merupakan sebuah organisasi politik yang didirikan oleh Mohammad Mosadegh pada 24 Oktober 1949. Organisasi ini merupakan oposisi pemerintah dan bisa dianggap sebagai organisasi tertua dan terbesar yang beroperasi di Iran. Pendukung setia organisasi ini ialah kaum bazzar (pedangang) dan kelas menengah ( pegawai negeri, mahasiswa, pekerja kantoran dll). 3 Sepanjang tahun 1940-an, Azerbaijan menduduki tempat penting dalam kebijakan luar negeri Uni Soviet. Wilayah ini adalah tempat di mana krisis pertama Perang Dingin yang dipicu oleh penolakan Uni Soviet untuk mengembalikan kendali Azerbaijan atas wilayah Iran pada akhir Perang Dunia II. Soviet didukung oleh separatis Kurdi dan membentuk Republik Rakyat Azerbaijan. Namun atas desakan Inggris dan AS, akhirnya negara boneka Uni Soviet dibubarkan dan Stalin (pemimpin Soviet) dan menarik pasukan Soviet pada akhir 1946. 4 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London, University of California Press, 2009), h. 112-114.

37

38

Sementara itu negara Iran merupakan "showplaces of development”5 bagi Barat. Barat meyakini cepat atau lambat Iran akan menjadi negara maju karena sumber daya alam yang melimpah, terutama minyak. Oleh karena itu, Shah Reza Pahlevi sangat berambisi untuk mengembangkan perekonomian Iran. Dalam upaya untuk meralisasikan niatnya tersebut, Shah Reza memperluas pembangunan sektor industri, menjalin kerja sama dengan negara-negara asing dan memberi hak istimewa kepada para investor asing yang ingin berinvestasi ke Iran. Keistimewaan yang diberikan Shah Reza dalam menerapkan kebijakan tersebut adalah menghapus bea cukai.6 Kebijakan ini meningkatkan investasi asing yang ada di Iran terutama masalah impor barang. Alhasil banyak bermunculan bank- bank komersil7. Jumlah bank komersil meningkat antara tahun 1974 dan 1977 dari 24 unit mejadi 36 unit berkat kebijakan liberalisasi perdagangan yang diterapkan Shah Reza.8 Pertumbuhan ekonomi menunjukan progress yang menjanjikan bagi Iran. Kemudian jumlah pabrik-pabrik meningkat pesat dari tahun 1970-1974 yang semula berjumlah 1700 unit menjadi 2700 unit.9 Iran menunjukkan tingkat pertumbuhan yang mengesankan karena GNP Iran setiap tahunnya meningkat rata-rata hampir 10% dalam dekade terakhir yang membuat Iran menjadi negara dengan GNP tertinggi kedua di Asia setelah Jepang.10 Ada dua tipe pabrik pada saat itu. Yang pertama ialah pabrik yang mempekerjakan banyak orang dengan gaji yang kecil. Kedua, pabrik yang mempekerjakan sedikit orang tapi dengan gaji yang tinggi.11

5 Rene Theberge, “Iran, Ten Years After Revolution”, h. 8. 6 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran, (The Cultural Section of Embassy of The Islamic Republic of Iran, 2009) h. 526. 7 Bank komersial adalah jenis bank yang menyediakan jasa seperti menerima deposito dan memberikan pinjaman usaha & produk-produk investasi dasar. 8 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran, h. 527. 9 Muhammad Hasyim Assagaf, Lintasan Sejarah Iran, h. 527. 10 Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h. 8. 11 Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h. 9.

39

Strategi kedua yang diterapkan Shah Reza Pahlevi ialah apa sering disebut dengan neokolonialisme12, yang menyerukan kombinasi antara pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan dari situasi tertinggal (standar hidup yang rendah) di Iran. Perusahaan-perusahaan yang terafiliasi ke dalam sistem neokolonialisme mengandalkan situasi pertumbuhan ekonomi tersebut, karena pertumbuhan ekonomi neokolonialisme memungkinkan untuk meningkatkan konsumsi dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Sistem ini merupakan suatu bentuk dominasi baru yang tidak hanya memerlukan peningkatan jumlah sumber daya alam namun juga merupakan sebuah alat transformasi semua orang untuk menjadi konsumen yang membeli produk dari perusahaan multinasional. Inti dari strategi ini adalah mengorganisir pasar yang berbasis global.13 Negara-negara kapitalis dan badan internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional telah menyusun rencana land reform dari jauh-jauh hari yang menyebabkan urbanisasi meningkat. Proses ini dimulai di Iran dengan apa yang disebut White Revolution. Kontrol neokolonialisme ini melibatkan kelas elit untuk mengelola dan menggunakan surplus ekonomi yang dihasilkan dari sektor pertanian. Kontrol rakyat terhadap nilai kerja mereka dapat menghancurkan ketergantungan mereka pada pasar konsumsi.14

12 Neokolonialisme adalah merupakan satu bentuk “penjajahan” baru antara bangsa yang memiliki kekuatan yang lebih dengan bangsa-bangsa yang memiliki kekuatan yang lemah. Penjajahan dalam bentuk baru itu tidak lagi memandang kolonialisme sebagai penjajahan fisik di mana pemerintahan dan penguasaan atas semua sumberdaya dilakukan secara langsung oleh suatu bangsa terhadap bangsa lain. Neokolonialisme berwujud keterpengaruhan yang sangat kuat bahkan ketergantungan satu bangsa terhadap bangsa lain untuk melakukan berbagai hal terhadap apa pun yang diinginkan oleh bangsa lain, misalnya dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, hukum, dan sebagainya. Dalam keadaan seperti itu maka kedaulatan bangsa yang bersangkutan menjadi semu karena tak pernah bisa untuk sepenuhnya menetukan kebijakannya sendiri. 13 Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h.8. 14 Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h.8.

40

Hasil sebuah laporan tahun 1972 dari Badan Pusat Statistik Iran menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi rumah tangga tahunan di Iran telah meningkat 7% selama dua tahun terakhir, dengan pengeluaran makanan meningkat sebesar 4%.15 Pada tahun 1975, Iran mengalami defisit sebesar US$ 1,7 miliar dan hal ini diiringi dengan terjadinya inflasi. Krisis ini semakin memburuk karena lemahnya keuangan pemerintah yang membuat keadaan semakin parah. Melihat situasi tersebut, banyak pabrik-pabrik swasta yang melilih untuk tutup dan mengakhiri penanaman modalnya di Iran. Akibatnya pengangguran merajalela dan kesenjangan antara si miskin dan si kaya terlihat begitu nyata.16

B. Revolusi Putih (White Revolution) Pada pertengahan tahun 1940-an hingga awal tahun 1950-an, politik Iran semakin didominasi oleh isu nasionalisasi minyak. Musuh lama Reza Shah, Sayyid Ziauddin Tabataba'i, Ahmad Qavam, dan Dr. Mohammad Mosaddegh kembali ke panggung politik. Dari tahun 1944 hingga 1951 tercatat Majelis sudah melakukan enam kali pergantian perdana menteri hingga diangkatnya Mosaddegh menjadi perdana menteri pada tahun 1951 hingga 1953.17 Hal itu menandakan bahwa ada ketidakstabilan politik di tubuh pemerintah Iran dalam menghadapi intervensi asing.18 Karir politik Mosaddegh dimulai

15 Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h. 9. 16 Rene Theberge,” Iran, Ten Years After Revolution”,h. 10. 17 Said Amir Arjomand, “The Turban for The Crown: The Islamic Revolution in Iran”( New York, Oxford University Press, 1988), h. 71-72. 18 Inggris melalui perusahaan minyak Anglo-Iran Oil Company sangat berambisi untuk menguasai minyak Iran dengan alasan untuk menelihara kemerdekaan, kedaulatan dan integritas wilayah Iran. Karena iri dengan Inggris, Russia juga melayangkan permintaan untuk mengeksploitasi sumber minyak di bagian utara, namun ditolak oleh Iran yang akhirnya menimbulkan keretakan hubungan di antara keduanya. Setelah PD II berakhir, Russia tak kunjung menarik pasukan nya dari Iran sebelum permintaannya dikabulkan oleh Iran. Akhirnya pada bulan Oktober 1945 setelah melalui negosiasi panjang, Iran mengabulkan permintaan Russia untuk mengeksploitasi sumber minyak Iran bagian utara.

41

ketika Revolusi Konstitusional (1905-1907).19 Setelah itu karirnya semakin gemilang dalam panggung perpolitikan Iran. Pada saat Mosaddegh berumur 24 tahun, dia sudah menjadi anggota Parlemen Iran perwakilan dari Isfahan.20 Kemudian pada tahun 1925 ketika Reza Khan diangkat menjadi Shah, Mossadegh berhenti sementara dari dunia politik karena berselisih paham dengan rezim Reza Khan. Pada tahun 1944, Mosaddegh kembali menjadi anggota parlemen Iran.21 Kali ini ia menjadi pemimpin Front Nasional, yaitu sebuah organisasi yang bertujuan untuk membangun demokrasi dan mengakhiri kehadiran asing dalam politik Iran.22 Mohammad Mosaddegh merupakan seorang nasionalis yang memperjuangkan aspirasi rakyat Iran. Pendukung Mossadegh mayoritas adalah dari kelas menengah seperti kaum bazzar23, guru, dosen, pegawai negeri, pengacara dan lainya.24 Pada waktu pemerintahannya Mossadegh menginginkan kontrol penuh pada tiap- tiap bidang birokrasi pemerintahan seperti keuangan negara oleh orang pribumi dan tak ada campur tangan asing. Kemudian Mosaddegh membuat undang-undang tentang nasionalisasi Perusahaan Minyak Anglo-Iran yang disahkan pada tanggal 2 Mei 1951 yang membuat Inggris murka. Front Nasional berpendapat bahwa upaya yang

19 Revolusi Konstitusional adalah dalah pemberontakan rakyat Iran di bawah pimpinan ulama yang bertujuan untuk mendapatkan negara yang adil dan demokratis di Iran serta menentang campur tangan pihak asing di Iran. 20 Stephen Kinzer, All the Shah's men: an American coup and the roots of Middle East terror, (New Jersey, John Wiley & Sons.Inc, 2003), h. 54. 21 https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Mosaddeq diakses pada 3 Desember 2018, pkl 12.50 WIB. 22 Peter Avery dkk, The Cambridge History Of Iran Volume 7, From Nadir Shah To The Islamic Republic, ( United States Of America : Cambridge University Press, 1991), h. 276. 23 Secara bahasa Bazzar merupakan tempat berdangang. Bazzar adalah sebuah istilah yang diterapkan pada kelas komersial heterogen Iran yang terletak di pusat- pusat kota. Bazaar terbesar Iran, yang terletak di pusat Teheran, telah menjadi pusat sejarah ekonomi dan politik negara ini sejak akhir abad ke-19.( The Iran Premier, http://iranprimer.usip.org/resource/bazaar diakses pada 14 Januari 2018 pkl 12.10 PM) 24 Said Amir Arjomand, “The Turban for The Crown: The Islamic Revolution in Iran”( New York, Oxford University Press, 1988), h. 72-73.

42

dilakukan Mosaddegh menasionalisasi minyak Iran merupakan pencapaian yang luar biasa sebagaiperdana menteri. Itu adalah penerapan akhir prinsip kedaulatan nasional Iran yang paling penting dalam bidang sumber daya alam, minyak, dan dengan demikian menyelesaikan aspek teleologi Revolusi Konstitusional. 25 Karena tindakannya yang terhitung berani tersebut, Mosaddegh juga harus siap menerima segala konsekuensi atas kebijakannya yang memancing amarah Inggris. Inggris melakukan serangan balasan dengan mengembargo ekonomi Iran yang membuat perekonomian Iran lumpuh. Sejak nasionalisasi minyak AIOC (Anglo Iran Oil Company) pada tahun 1952, dominasi Inggris terhadap Iran melemah dan Amerika Serikat mengambil alih Iran dari tangan Inggris. Isu yang beredar mengatakan bahwa AS ingin menguasai minyak Iran.26 Perebutan kekuasaan antara Shah Reza yang pro-Barat dan Mosaddegh pro-rakyat terjadi yang memaksa Shah Reza melarikan diri ke Baghdad pada Agustus 1953. Pada saat itu pengaruh Mosaddegh terhadap parlemen sangat kuat karena dia merupakan politikus senior Iran sekaligus perdana menteri Iran. Tak lama setelah Shah Reza meninggalkan Iran, pada tanggal 13 Agustus 1953 Mosaddegh dikudeta oleh Shah Reza melalui bantuan dinas intelijen Amerika Serikat dan Inggris. Operasi kudeta tersebut diberi nama operasi Ajax.27 Akhirnya, kudeta yang direncanakan Shah Reza dan CIA berhasil menggulingkan Mosaddegh. Shah Reza menujuk Jenderal Fazlollah Zahedi (1955-1957) untuk menggantikan posisi Mosaddegh

25 Teleologi merupakan sebuah keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan. Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. 26 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, (London, University of California Press, 2009), h. 193-194. 27 Gholam Reza Afkhami, The Life Time and The Shah, h. 156.

43

sebagaiperdana menteri.28 Shah Reza beserta keluarga kembali dari pengasingan setelah beberapa hari menggungsi ke Irak.29 Akibat peristiwa tersebut, Shah Reza memutuskan untuk mengekang semua gerakan oposisi pemerintah. Shah Reza menggunakan SAVAK sebagaialat untuk mencekal siapa saja yang berani menentang pemerintah.30 Shah Reza pun lebih berhati-hati dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan parlemen. Karena khawatir Zahedi akan berkhianat seperti Mosaddegh, maka pada April 1955 Shah Reza mengirim Fazlollah Zahedi sebagaiduta besar untuk PBB di Jenewa.31 Sejak tahun 1954-1962, Shah Reza melakukan pergantian perdana menteri untuk mempersiapkan pembangunan sosial dan ekonomi untuk masa depan Iran. Terhitung ada sebanyak lima kali pergantian perdana menteri, antara lain yaitu: Fazlollah Zahedi (1953-1955), Hossein Ala (1955-1957), Manuchehr Eqbal (1957-1960), Ja‟far Sharif-Emami (1960-1961) dan Ali Amini (1961-1962). Kelima perdana menteri di atas dirasa kurang berkontribusi bagi kemajuan perekonomian Iran hingga ditujuknya Amir Assadollah Alam (1962- 1964) sebagaiperdana menteri. Alam merupakan teman dekat Shah Reza, ia juga berkontribusi dalam kudeta terhadap Mosaddegh pada 1953. Keistimewaan yang membuat Shah Reza tertarik dengan perdana menteri barunya yaitu karena Alam merupakan lulusan Akademi Pertanian Karaj32. Artinya, lebih mengerti tentang masalah pertanian daripada mayoritas perdana menteri sebelumnya. Salah satu peristiwa penting pada masanya

28 Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah h. 156. 29 https://www.britannica.com/place/Iran/Wartime-and-nationalization-of-oil diakses pada 21-Maret 2018, pkl 8-32 WIB. 30 Brendan January, The , (USA, Twenty-First Century Books Minneapolis, 2008) h. 25. 31 https://www.britannica.com/biography/Fazlollah-Zahedi diakses pada 1 April 2018, pkl 11.45. 32 http://www.iichs.ir/News-1669/Amir-Asadollah-Alam-/?id=1669 diakses pada 2-April-2018, pkl 11.20 WIB.

44

sebagaiperdana menteri ialah pengesahan program modernisasi Revolusi Putih atau yang biasa disebut White Revolution.33 Akhirnya pada tanggal 24 Januari 1963, Shah Reza dan Perdana Menteri Asadollah Alam meresmikan program modernisasi White Revolution yang terdiri dari enam elemen dasar yakni: 1. Pencabutan sistem feodal34 dengan mengesahkan undang- undang land reform pada 9 Januari 1962 yang ditetapkan oleh kabinet35. Kebijakan land reform adalah kebijakan di mana para pemilik tanah diambil sebagian tanahnya sesuai dengan peraturan pemerintah dan pemerintah memberikan kompensasi atas tanah yang diambil tersebut.36 Kebijakan land reform ini dirumuskan dalam beberapa tahap. 2. Mengesahkan undang-undang tentang nasionalisasi hutan dan padang rumput. 3. Penjualan pabrik milik negara kepada sektor swasta untuk membiayai reformasi agraria. 4. Reformasi hukum pemilu untuk memperpanjang hak pilih untuk perempuan. 5. Pengesahan RUU untuk membangun dan memfasilitasi pelaksanaan hukum wajib pendidikan37. 6. Mendirikan lembaga untuk para pekerja industri.38 Program ini adalah serangkaian reformasi yang besar pengaruhnya di Iran yang berlangsung sampai tahun 1978. Program reformasi Shah Reza Pahlevi dibangun untuk membangun dan

33 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”, The University of Chicago Press on behalf of the Southern Political Science Association, Vol. 32, No. 1, pp. 19-40 (Feb., 1970) h. 31. 34Merupakan sistem feodal yang diterapkan oleh pemerintah Iran untuk membuat pertanian lebih maju dari sebelumnya. 35 Gholam Reza Afkhani, The Life and Times of The Shah, (USA, University of California Press, 2009) h. 231. 36 Asghar Schirazi, Islamic Development Policy: The Agrarian Question in Iran, (Lynne Rienner Publisher, USA: 1993) h, 10-12. 37 Gholam Reza Afkhani, The Life and Times of The Shah, h. 231. 38 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”, h. 31.

45

memperkuat kelas-kelas yang mendukung sistem tradisional39. Shah Reza menginginkan Revolusi Putih sebagailangkah menuju kemajuan ekonomi dan politik, karena pada dasarnya land reform ialah sebuah master plan sekaligus desakan dari Amerika Serikat kepada Shah Reza untuk segera “memodernisasi” Iran.40 Revolusi Putih adalah suatu cara bagi Shah Reza untuk melegitimasi Dinasti Pahlevi. Sebagian besar program ini ditujukan untuk kaum petani Iran, sebuah golongan masyarakat di mana Shah Reza berharap dapat menjadikan sekutu. Salah satu alasan Shah Reza meluncurkan Revolusi Putih yaitu untuk menyingkirkan pengaruh para tuan tanah lama dan menciptakan basis dukungan baru di antara para petani dan kelas pekerja untuk melawan kelas menengah.41 Oleh karena itu, Revolusi Putih di Iran mewakili sebuah upaya Shah Reza Pahlevi untuk menyatukan kelas menengah dan kelas bawah. Shah Reza memang memiliki perhatian dan keterikatan khusus terhadap para petani untuk mendapat dukungan melawan kelas menengah. Semangat inilah yang mendorong Shah Reza memproklamirkan Revolusi putih dan peresmian program land reform. Peresmian program ini ditanggapi dengan baik oleh perdana menteri Amir Abbas Huvayda (1965-1977) yang menekankan perlunya perubahan ke arah lebih maju. Huvayda menyatakan bahwa “jika ingin mendirikan sistem baru, maka anda tidak dapat membangunnya dengan fondasi yang lama”.42 Dari sepenggal pernyataan Huvayda tersebut tersirat bahwa Revolusi Putih adalah suatu terobosan baru ke arah yang lebih maju.

39 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”, h. 35. 40Cyrus Yeganeh, “The Agrarian Structure of Iran: From Land reform to Revolution”, Springer, Vol. 1, No. 3, pp.67-84 (Spring, 1985) h. 74. 41 Sussan Siavoshi, Liberal Nationalism in Iran: The failure of a movement, (Boulder, Colorado: Westview Press, 1990) h. 23. 42 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”,h. 32.

46

Pemerintahan Revolusi Putih telah dibentuk sedemikian rupa untuk menghasilkan usaha yang maksimal. Pemerintah memperbaiki fasilitas umum di pelabuhan, dan memperluas jalur kereta api Trans-Iran yang menghubungkan Teheran dengan Mashad, Tabriz, serta Isfahan. Proyek ini adalah lanjutan dari pemerintahan Reza Khan yang sempat tertunda. Shah Reza melakukan pengaspalan pada jalan protokol yang mengubungkan Tehran dengan kota-kota industri. Selanjutnya pemerintah memperbaiki kilang minyak, menambah jumlah bendungan hidroelektrik, serta mendirikan pabrik baja di Ahwaz dan Isfahan. Negara juga memperkuat sektor swasta dengan memasang tarif industri konsumen dan menyalurkan pinjaman berbunga rendah melalui industri dan Bank Pembangunan Pertambangan kepada pengusaha segera setelah peresmian program tersebut.43 Antara 1953 sampai 1975, jumlah pabrik kecil meningkat dari 1.500 unit menjadi lebih dari 7.000 unit. Pabrik berukuran sedang bertambah dari 300 sampai lebih dari 800, dan pabrik yang berukuran besar (jumlah karyawanya lebih dari 500 orang pekerja) yang sebelumnya kurang dari 100 unit menjadi lebih dari 150 unit. Di antara pabrik-pabrik tersebut adalah tekstil, alat mesin, dan pabrik perakitan mobil yang terletak di kota-kota besar seperti Teheran, Isfahan, Shiraz, Tabriz, Ahwaz, Arak, dan Kermanshah. Shah Reza juga membangun bendungan Dez di Khuzestan dan pabrik nuklir di Bushire.44 Negara juga menekankan modernisasi dengan program sosial. Jumlah lembaga pendidikan tumbuh tiga kali lipat setelah diluncurkannya Revolusi Putih. Pada sektor pendidikan, pendaftaran di taman kanak-kanak meningkat dari 13.300 anak menjadi 221.990 anak; di sekolah dasar dari 1.640.000 siswa sampai 4.080,00 siswa; di sekolah menengah meningkat dari 370.000 menjadi 741.000; di

43 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”,h. 33-34. 44 Ervand Abraham, A History of Modern Iran, (New York, Cambridge University Press, 2008) h. 133.

47

sekolah kejuruan dari 14.240 menjadi 227.000.45 Sedangkan di level perguruan tinggi, jumlah mahasiswa meningkat dari 24.885 sampai 145.210; dan di perguruan tinggi luar negeri dari 18.000 sampai 80.000. Terlebih lagi, sebuah Korps Keaksaraan yang dibentuk sebagaibagian integral dari Revolusi Putih. Ini membantu menaikkan tingkat melek huruf dari 26% menjadi 42%. Kemudian pada sektor kesehatan, pemerintah berhasil meningkatkan jumlah dokter dari 4.000 menjadi 12.750; lalu perawat yang sebelumnya hanya berjumlah 1.969 meningkat menjadi 4.105. Begitupun klinik medis yang bertambah dari 700 unit menjadi 2.800 unit; dan tempat tidur rumah sakit dari 24.100 buah sampai 48.000 buah.46 Perbaikan ini, bersamaan dengan penghapusan penyakit jiwa dan epidemi47 anak-anak, meningkatkan populasi keseluruhan dari 18.954.706 pada tahun 1956 menjadi 33.491.000 pada tahun 1976. Korps Keaksaraan dan Kesehatan membentuk cabang khusus yang dirancang untuk memperluas fasilitas pendidikan dan medis, terutama informasi mengenai pengendalian kelahiran kepada perempuan yang menghasilkan struktur kelas sosial yang kompleks.48 C. Kebijakan Land Reform (1962-1974) Land reform berasal dari bahasa Inggris “land” yang berarti tanah dan reform yang artinya perubahan atau perombakan.49 Istilah land itu sendiri mempunyai arti yang berbagai macam, sedangkan istilah reform berarti mengubah kearah yang lebih baik, jadi land reform berkaitan dengan perubahan struktur secara institusional yang mengatur hubungan manusia dengan tanah. Land reform berarti perombakan terhadap struktur pertanahan, akan tetapi sebenarnya yang

45 Ervand Abraham, A History of Modern Iran, h. 134. 46 Ervand Abraham, A History of Modern Iran, h. 134. 47 Merupakan penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah luas yang menimbulkan banyak korban. 48 Ervand Abraham, A History of Modern Iran, h. 134. 49https://maferdyyuliussh.wordpress.com/landreform-dalam-pembaruan- hukum-agraria/ diakses pada 27 April pkl 3.57 WIB.

48

dimaksudkan bukan hanya perombakan terhadap struktur penguasaan pertanahan, melainkan perombakan terhadap hubungan manusia dengan manusia berkenaan dengan tanah. Secara historis, reformasi tanah berarti reformasi sistem penguasaan atau redistribusi hak kepemilikan tanah. Konsep land reform telah berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan berbagai fungsi yang telah dilakukan tanah sendiri: sebagai faktor produksi, penyimpan nilai dan kekayaan, simbol status, atau sumber pengaruh sosial dan politik.50 Karena itu, reformasi tanah menjadi identik dengan reformasi agraria atau perbaikan struktur agraria, yang terdiri dari sistem penguasaan lahan, pola budidaya, organisasi pertanian, skala operasi pertanian, syarat- syarat sewa, dan lembaga kredit pedesaan.51 Latar belakang dan tujuannya pun tergantung kepada faktor- faktor yang memungkinkan adanya suatu land reform, termasuk didalamnya adalah tekanan demografi penduduk, sistem-sistem sosial yang tidak seimbang, tekanan nasionalisme, kegelisahan masyarakat desa terhadap pemerintah dan kekerasan (penjajahan) dari luar.52 Jika mengacu dari pengertian di atas, land reform di Iran dikategorikan sebagaisebuah alat untuk meningkatkan pengaruh politik bagi penguasa saat itu, yaitu Shah Reza. Jadi land reform merupakan sebuah alat perubahan sosial dalam perkembangan ekonomi yang tergabung dalam revolusi putih. Land reform pertama dikenalkan oleh Hasan Arsanjani (1922-1969) pada tahun 1961. Pada saat itu Hasan Arsanjani tergabung dalam kabinet Ali Amini dan menjabat sebagaimenteri pertanian. Selama tahap pertama land reform, sistem pembagian tanah sudah mulai membingungkan para petani. Kepada tuan tanah lama (sebelum revolusi putih), petani tahu kapan

50 https://www.britannica.com/topic/land-reform diakses pada 18 Desember 2018, pkl 19.39 WIB. 51 https://www.britannica.com/topic/land-reform diakses pada 18 Desember 2018, pkl 19.39 WIB. 52https://maferdyyuliussh.wordpress.com/landreform-dalam-pembaruan- hukum-agraria/ diakses pada 27 April pkl 3.57 WIB.

49

pembagian tanah akan dilakukan. Tuan tanah lama paham dengan kebutuhan dan keperluan petani. Namun, peraturan baru menyebutkan bahwa petani wajib bergabung dengan koperasi pedesaan yang dikelola oleh Kementerian Pertanian dan Pedesaan jika ingin mendapatkan tanah.53 Hal tersebut memberatkan petani karena harus melalui mekanisme baru yang rumit. Beberapa langkah nyata telah diambil untuk menerapkan distribusi tanah di seluruh wilayah pedesaan Iran, namun kesulitan yang serius telah mengganggu program tersebut, dan beberapa di antaranya berhubungan langsung dengan masalah modernisasi. Salah satu perkembangan penting misalnya, menyangkut keragu-raguan para petani untuk beralih ke pejabat pemerintah melawan tuan tanah lama. Para petani tidak paham dengan kebijakan pejabat pemerintah (tuan tanah baru). Dengan tuan tanah lama, petani selalu tahu kapan dia bisa mendapatkan apa yang dia butuhkan seperti peralatan pertanian atau pupuk. Pada pertengahan 1967, 7.600 koperasi pertanian telah dibentuk, namun hanya ada 1.200 manajer dan asisten manajer untuk mengarahkan mereka.54 Koperasi pertanian ini dibentuk dengan tujuan untuk pangadaan sarana pertanian, pemasaran hasil pertanian, pengadaan pupuk, obat- obatan, pengadaan barang konsumsi dan lain sebagainya. Karena kekurangan sumber daya manusia, pemerintah segera merekrut pejabat baru yang dilatih dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan. Pemerintah melakukan upaya awal yang jelas untuk mendapatkan kesetiaan dan komitmen para pejabat land reform dengan melakukan sumpah kepada para pegawainya sebagaimana yang telah tercantum dalam pembentukan Majlis ke-21 tahun 1963. Mayoritas mereka yang menjadi pegawai land reform adalah lulusan Akademi Pertanian Karaj

53 Ervand Abraham, A History of Modern Iran, h. 133. 54 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”, The University of Chicago Press on behalf of the Southern Political Science Association, Vol. 32, No. 1, pp. 19-40 (Feb., 1970) h. 34.

50

yang dipilih langsung oleh Majlis, terlepas dari kenyataan bahwa mereka tidak paham mengenai politik.55 Pada tahun 1964 sampai 1968, surat kabar Iran memuat banyak artikel tentang kegagalan pegawai land reform. Beberapa orang pejabat di Provinsi Khumayn, Kirman, Gilan, Kurdistan, Tavalish, Darab, dan Qum telah dipecat dari jabatan mereka dan dituduh menyalahgunakan wewenang, korupsi, dan ketidakmampuan dalam menjalankan tugas. Dalam situasi kekurangan tenaga kerja yang besar, ada dua hal yang melemahkan yakni indiferensi dan ketidakmampuan di antara anggota yang ada. Sebagian besar program diselenggarakan sesuai dengan pola tradisional.56 Periode 1968 sampai dengan 1978 pemerintah menyaksikan dua jenis perubahan sosial baru: urbanisasi dan ekspansi pendidikan yang jauh lebih cepat. Pada tahun tersebut juga penduduk perkotaan Iran meningkat dari 31% menjadi 47% dari total keseluruhan penduduk (dari 6 menjadi 16 juta). Dari beberapa kota besar yang ada di Iran, Teheran menjadi tujuan favorit para pelaku urbanisasi. Land reform Iran diklasifikasikan sebagaianti feodal yang dirancang untuk memberantas feodalisme, guna membangun kapitalisme di sektor non- reformasi namun gagal.57 Land reform secara mendasar mengubah kepemilikan tanah di Iran, mengubah sistem kepemilikan lahan yang didominasi oleh kepemilikan tunggal (orang-orang kaya, tuan tanah, ulama) menjadi kepemilikan nasional. Pembagian lahan pada saat land reform tebagi dalam 3 tahapan, yaitu:

55 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”, h. 35. 56 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”, h. 35. 57 Said Amir Arjomand, The Turban for The Crown: The Islamic Revolution in Iran ( New York, Oxford University Press, 1988) h. 74.

51

1. Tahap Pertama Land reform di Iran mulai dikenalkan oleh pemerintah oleh pada tahun 1961 oleh Hasan Arsanjani yang pada saat itu menjabat sebagaimenteri petanian di Kabinet Ali Amini.58 Namun peresmian programnya baru dilaksanakan pada 9 Januari 1962. Tahap pertama land reform, yaitu: 1. Tuan tanah hanya berhak mempunyai 1 desa di berbagai desa. Dikecualikan perkebunan anggrek, teh, rumah petani, pepohonan yang dikerjakan oleh mesin. 2. Pemilik tanah akan mendapat ganti rugi selama 10 tahun (kemudian menjadi 15 tahun) berdasarkan jumlah yang sebelumnya mereka dapat dari pemerintah. 3. Prioritas pertama diberikan kepada mereka yang sudah mempunyai lahan pertanian, kemudian kedua kepada buruh tani. Seluruh penerima lahan harus bergabung kepada koperasi.59 4. Di provinsi yang tidak menyediakan pembagian lahan lantaran tanahnya tidak subur seperti Qom dan Khuzestan, para petani tidak boleh sewenang-wenang untuk mengentikan kontraknya sebagaipetani. Untuk selanjutnya bagian petani dinaikan 5% di tanah yang beririgasi dan 10% di tanah yang tak beririgasi.60 Para tuan tanah tidak kehilangan akal untuk rnenghindarkan kerugian besar pada mereka. Mereka bebas menentukan desa yang mereka miliki; tentu mereka pilih yang terbesar. Mereka mencoba dari sering berhasil menggabungkan beberapa desa menjadi satu. Mereka

58http://www.iranicaonline.org/articles/arsanjani-hasan-journalist-and- politician-1922-69 diakses pada 27-Sep-2018, pkl 23.00 WIB. 59 Koperasi ini dibentuk oleh untuk mempermudah pembiayaan dalam usaha tani. 60 Nasir Tamara, “Revolusi Iran” ( Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2017) h, 91-92.

52

berikan desa-desa yang diimiliki kepada seluruh anak dari keluarga mereka, tapi ini merupakan perjanjian di bawah tangan.61 2. Tahap Kedua Tahap kedua reformasi tanah diresmikan pada tanggal 17 Februari 1963 tetapi baru dilaksanakan setelah diamandemen di bulan Mei 1964. Undang-undang tersebut mengatur masalah tanah yang belum disentuh oleh tahap pertama: tanah-tanah (desa) yang dipilih tuan tanah untuk disimpan. Ada lima pilihan: dikerjakan, dijual kepada petani, dibagi dengan pembagian hasil sebagaiganti rugi, disewa selama 30 tahun, atau diusahakan bersama antara pemilik dan petani. Kebanyakan pemilik tanah lebih memilih sistem penyewaan atau penggunaan sebagaitanah pertanian. Dengan jalan ini mereka dapat menekankan kemauannya pada petani. Juga hubungan sub-feodal dapat dipertahankan melalui sistem sewa yang berlangsung 30 tahun ini sedangkan harganya diperbaiki setiap saat. Keterlambatan pembayaran sewa selama 3 bulan menyebabkan hak pemakai dicabut dan dipindahkan pada petani lain.62 Tahap kedua ini menyentuh lebih banyak orang yakni kurang lebih 1.600.000 bila dibandingkan dengan tahap pertama yang berjumlah 700.000 orang. Pada kenyataannya, sedikit sekali petani yang mendapatkan kepemilikan tanah: 57.164 menyewa tanah dan 156.279 mengolahnya berkat sistem pembagian hasil. Seluruhnya hanya 210.000 petani yang kernudian sungguh-sungguh memiliki tanah.63 Ada fenomena penting yang terjadi di tahap kedua ini. Pertama yaitu kekuasaan negara benar-benar masuk ke pelosok desa- desa, menggantikan kekuasaan tuan tanah lama. Kedua, para penajabat

61 Nasir Tamara, “Revolusi Iran” ( Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2017) h, 92. 62 Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 94. 63 Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 94.

53

pemerintah yang ditugaskan di desa tidak mengerti bahasa daerah yang menyebabkan hubungan mereka dengan petani menjadi kurang baik.64 3. Tahap Ketiga Karena tahap kedua dianggap tidak berhasil, maka dibuatlah tahap ketiga yang meskipun sudah dirumuskan pada 9 Januari 1966, namun peresmianya baru dilaksanakan pada bulan Oktober 1968.65 Pelaksanaannya dimulai pada tanah-tanah milik sosial dan Agama di tahun 1971. Tujuan dibentuknya tahap ketiga merupakan evaluasi dari tahap-tahap sebelumnya yang dinilai kurang berhasil sekaligus tahap akhir penerapan land reform.66 Pada tahap ketiga, tanah yang masih tersisa di tangan tuan tanah harus dijual kepada pemerintah atau dibagi kepada petani. Tapi kebanyakan pemilik tanah memilih untuk menjualnya karena tuan tanah tidak mampu menanggung kerugian yang disebabkan oleh pemerintah. Kalau dihitung seluruhnya, dari tahap pertama sampai tahap ketiga jumlah tanah yang dibagikan kepada petani adalah 1.638.000 hektar. Tanah pertanian telah meningkat jumlahnya di tahun 1960-1974 yang mencapai antara 12 dan l6 juta hektar. Kendala yang paling besar bagi petani di Iran adalah masalah air. Seringkali saluran air rusak dan memaksa mereka untuk membeli pompa-pompa air. Bagi petani yang tak mampu membeli pompa air, mau tidak mau mereka harus menyewa pada petani lain atau menyewa kepada tuan tanah dengan tarif yang sedikit lebih mahal.67 Program ini telah menyebabkan mayoritas tuan tanah kehilangan lahan tanamnya. Melalui pelaksanaan program land reform, pemerintah pusat mencoba untuk menghilangkan otoritas monopoli secara keseluruhan dari kelas tuan tanah atas pedesaan untuk

64 Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 94. 65 Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 97. 66 Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 94-95. 67 Nasir Tamara, “Revolusi Iran” h, 96.

54

menggantikannya dengan otoritasnya sendiri.68 Oleh karena itu program ini ditentang oleh mayoritas tuan tanah dan petani.69

68 Heather Lehr Wagner, The Iranian Revolution, ( New York, Chelsea Houre Publishers, 2010), h. 42. 69 James A. Bill, “Modernization and Reform From Above: The Case of Iran”, The University of Chicago Press on behalf of the Southern Political Science Association, Vol. 32, No. 1, pp. 19-40 (Feb., 1970) h. 35.

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN PETANI IRAN SAAT LAND REFORM MASA PEMERINTAHAN SHAH REZA PAHLEVI (1941-1979)

A. Dampak Land Reform Terhadap Petani Pada dekade 1960-an produksi pertanian di Timur Tengah menunjukan kemunduran karena berbagai masalah seperti buruknya saluran irigasi, erosi tanah, dan juga penebangan hutan dalam skala besar. Selain itu, keuntungan dari hasil pertanian di beberapa negara di Timur Tengah seperti Irak, Iran, dan Suriah lebih banyak dinikmati penduduk kota dari pada petani itu sendiri. 1 Nikki R. Keddie berasumsi bahwa pada tahun 1960-an setelah peresmian program land reform, sektor pertanian menyumbang laba yang lebih besar daripada sektor industri.2 Tetapi pendapatan pada sektor pertanian tersebut tidak diimbangi dengan investasi yang cukup dari pemerintah.3 Alhasil pada awal tahun 1970-an pendapatan negara dari sektor pertanian turun. Akibatnya, kekuatan ekonomi monarki dan kelas pemilik lahan melemah yang menyebabkan dukungan kelas pemilik tanah untuk administrasi nasional dan lokal tidak dapat disangkal. Pergeseran dukungan sosial dan politik pemilik lahan dan kepala suku kepada birokrat baru dan pengusaha baru sangat berpotensi terjadi. Dari sudut pandang pembagian lahan, hampir 90% dari 60.000 desa terkena dampak land reform. Namun dari 90% tersebut, hanya 30% penduduk desa yang mendapatkan dampak positif

1 Nikki R. Keddie, “The Iranian Village Before and After Land reform” , Sage Publications, Ltd, Vol. 3, No. 3, pp. 69-91 (July.,1968).h. 70. 2 Nikki R. Keddie, “The Iranian Village Before and After Land reform”, h. 70. 3 Pemerintah memberikan investasi seadanya pada sektor pertanian pedesaan. Investasi itu seperti pada jaringan irigasi yang tradisional, yang penting untuk mempertahankan tingkat produktiftas minimum. Intinya yaitu memaksimalkan perlatan yang ad ajika peralatan itu masih bisa digunakan dengan baik.

55

56

dari proses ini dan sisanya masih belum tersentuh oleh kebijakan. Konsekuensi utama dari land reform yakni menyebabkan pertumbuhan pertanian kapitalis yang semakin gencar dilakukan oleh negara maupun swasta.4 Land reform telah menyebabkan munculnya berbagai usaha pertanian baru yang dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu: Pertama, perusahaan tradisional yang berukuran kecil atau sedang seperti perkebunan keluarga.5 Kedua, perusahaan kapitalis berskala besar seperti agribisnis yang mempekerjakan tenaga kerja lepas. Ketiga yaitu perusahaan agribisnis yang berskala nasional bahkan internasional yang melakukan perdagangan dengan negara-negara asing. Untuk perusahaan yang ketiga ini, buruh yang mereka kerjakan sudah berada di level profesional.6 Program land reform menjadi tumpuan utama untuk menata ulang dan merubah kehidupan sosial petani pedesaan. Namun faktanya reformasi ini menuai hasil yang buruk. Di antara penyebabnya yaitu: Pertama, mayoritas petani tidak menghasilkan barang untuk kebutuhan pasar namun produksi untuk kebutuhan sehari-hari. Kedua, karena hasil pertanian tersebut untuk dikonsumsi sendiri, maka laba dari sektor pertanian menurun dan menyebabkan para petani tidak bisa mendapatkan investasi untuk pupuk, benih, traktor dan perlatan pertanian lainya.7 Ketiga, hutang permanen petani; yaitu para petani penyewa yang tidak mempunyai hak permanen atas tanah yang mereka garap harus berhutang kepada tuan tanah untuk mencukupi kehidupan

4 Cyrus Yeganeh, “The Agrarian Structure of Iran: From Land reform to Revolution”, Springer, Vol. 1, No. 3, pp.67-84 (Spring, 1985) h. 76. 5 Pada saat itu air menjadi masalah bagi petani karena seringkali terjadi kelangkaan air di daerah utara Iran. Daerah utara Iran memang dikenal tandus jadi seringkali air menjadi permasalahan pokok dalam produksi pertanian. 6 Cyrus Yeganeh, “The Agrarian Structure of Iran: From Land reform to Revolution”, Springer, h. 76 7 Mereka bertani menggunakan tenaga sendiri, dalam artian masih menggunakan cara pertanian tradisional yang masih mengandalkan hewan peliharaan sebagai motor penggerak.

57

sehari-harinya. Oleh karena itu, petani mau tidak mau harus melakukan dua hal, yaitu: a. Petani kecil yang menjual tanaman sebelum masa panen dengan harga yang tidak menguntungkan. b. Petani yang mendapat lahan namun dijual ke tuan tanah supaya mendapatkan laba yang besar. Kemudian para petani yang sudah mendapatkan tanah itu memilih untuk menjadi petani bagi hasil atau petani pekerja upahan (tidak ada petani yang mampu mengerjakan lahan berhektar-hektar hanya dengan menggunakan hewan dan peralatan seadanya). Pemerintah dalam hal ini hanya membuat sistem yang komprehensif dan membagi-bagikan lahan saja. Minimnya tunjuangan dari pemerintah, sehingga banyak petani yang memilih menjual lahan mereka daripada harus mengejakan sendirian. Singkatnya, petani penyewa dan mayoritas petani pada umumnya sebelum land reform hidup dalam kemiskinan, ketidaktahuan dan ketidakmampuan terus menerus.8

B. Kondisi Perekonomian Petani saat Land reform Berdasarkan pembahasan di atas, pada sub-bab kedua ini penulis akan menjabarkan mengenai kondisi perekonomian petani yang disajikan dalam bentuk data analisis. Penulis mengklasifikasikan dalam tiga bagian di antaranya yaitu: Pertama, penulis akan menguraikan luas pembagian lahan yang dibagikan pemerintah kepada petani. Kedua penulis akan menjelaskan mengenai pendapatan per kapita pada sektor pertanian. Pada bagian terakhir, penulis akan menjabarkan produksi pertanian Iran pada masa land reform 1962- 1974. Antara tahun 1962-1971 pemerintah mulai membagi-bagikan

8 Ismail Ajami, “ Land reform and Modernisation of the Farming Structure in Iran”, Oxford Agrarian Studies, pp. 120-131, (2007) h. 120.

58

lahan kepada para petani dalam rangka mengsukseskan program land reform.9 Lahan yang dapat ditanami di Iran berkisar antara 42 juta hektar persegi. Sebagian besar lahan tersebut dimiliki oleh tuan tanah absentee. Absentee adalah pemilik lahan pertanian yang mempunyai tanah di luar kecamatan dia tinggal. Mereka (absentee) mempekerjakan para petani upahan untuk menggarap lahan pertanian. Sistem pembagian upahnya pun bermacam-macam, ada yang menggunakan sistem bagi hasil, namun tak jarang pula petani yang meminta upah berupa uang, itu semua tergantung kesepakatan di awal antara tuan tanah dan petani tersebut.10 Dari 42 juta hektar lahan tersebut, 22 juta hektar digarap sendiri oleh absentee. Sebagian besar lahan yang digarap oleh absentee ini ditanami buah-buahan, kacang-kacangan dan perekebunan teh. Kemudian 20 juta hektar lahan sisanya didistribusikan kepada 2 juta petani dalam tiga tahapan pembagian lahan. Mayoritas petani seharusnya mendapatkan 10 hektar lahan. Akan tetapi, espektasi pemerintah tak sejalan dengan realita seperti tabel yang di bawah ini. 11 Tabel 4.1: Jumlah Petani yang Menerima Lahan12

Rata-rata Provinsi Petani Lahan Diterima jumlah (Ha) penerima (Ha) Teheran 146.714 985.604 6,7 Isfahan 69.680 176.042 2,5 Fars 141.931 586.765 4,1

9 Eric Hooglund, “Iran Agricultural Inheritance”, MERIP Reports, No.99, Land and Labor, pp. 15-19 (Sep., 1981), h. 15. 10 Eric Hooglund,” Iran Agricultural Inheritance”, h. 16. 11 Eric Hooglund,” Iran Agricultural Inheritance”, h. 16. 12 M. G. Majd, “On the Relationship between Land reform and Rural-Urban Migration in Iran 1966-1976”, Middle East Journal, Vol.46, No. 3, pp. 440-445 (Summer 1992), h. 445

59

Lorestan 62.633 331.330 5,3 Bakhtaran 78.073 629.292 8,1 Hamedan 86.971 773.334 8,9 TOTAL 586.002 3.428.367 5,9

Tabel di atas merupakan sampel dari land reform di enam provinsi berbeda. Teheran menjadi penyumbang terbesar jumlah petani yang menerima lahan yaitu berjumlah 146,714 ribu petani. Mayoritas per kepala keluarga petani menerima 6,7 hektar lahan pertanian. Kemudian provinsi Fars menjadi penyumbang terbesar kedua dengan jumlah 141,931 ribu petani dengan penerima lahan rata-rata 4,1 hektar per kepala keluarga.13 Di urutan ketiga ada provinsi Hamedan dengan jumlah petani 86,971 ribu dan per kepala keluarga mendapatkan lahan 8,9 hektar. Provinsi Bakhtaran, Isfahan dan Lorestan masing-masing berada di urutan keempat, kelima dan keenam dalam penerima lahan pada survey di atas. Sekitar 78,073 ribu kepala keluarga di Bakhtaran rata- rata menerima lahan 8,1 hektar. Sedangkan di Isfahan, terdapat 69,689 petani yang per kepala keluarganya menerima 2,5 hektar lahan pertanian. Provinsi Lorestan yang berada di barat Iran menyumbang 62,633 ribu petani yang setiap kepala keluarga mendapaatkan jatah lahan sebesar 5,3 hektar. Dari keseluruhan provinsi di atas pada masa land reform (1962-1971) menunjukan bahwa lahan terbesar yang diterima per kepala keluarga (petani) hanya 8,9 hektar. Artinya tidak ada petani yang menerima lahan 10 hektar seperti yang dijanjikan oleh pemerintah. Kenapa demikian? Hal itu disebabkan tiap-tiap provinsi memiliki luas lahan pertanian yang berbeda-beda, luas provinsi yang beda dan kepadatan penduduk antara provinsi satu dengan yang lain pun juga tidak sama. 10 hektar lahan bagi tiap petani yang dijanjikan

13 M. G. Majd, “On the Relationship between Land reform and Rural-Urban Migration in Iran 1966-1976”, h. 445

60

oleh pemerintah hanyalah sebuah teori, sedangkan realisasi di lapangan berbeda karena adanya perbedaan luas lahan pada tiap-tiap provinsi. 14 Itu menandakan bahwa program pembagian lahan kepada petani terbukti tidak efektif dalam menyejahterakan kehidupan petani. Tabel di atas merupakan pembagian lahan menurut M. Gholi Majd. Majd menulis bahwa sekitar 2,214 orang petani menerima lahan pada saat land reform. Kemudian Eric Hoglund yang merupakan salah satu pakar tentang Iran juga berasumsi ada sekitar 2 juta petani yang menerima lahan dari pemerintah. Hal itu menunjukkan bahwa terdapat kemiripan di antara dua sejarawan di atas mengenai jumlah petani yang menerima manfaat pada saat land reform 1962-1974. Dilihat dari data-data di atas, penulis juga sepakat bahwasanya petani yang menerima lahan pada saat land reform menyentuh angka 2 jutaan.15 Pendapatan di sektor pertanian dari tahun ke tahun pada masa land reform mengalami pasang surut namun tidak berpengaruh pada kesetabilan ekonomi negara karena pendapatan minyak Iran dapat meng-cover semuanya. Bank Sentral Iran mencatat bahwa GDP pada tahun 1959 mencapai 275,778 juta Rials ($ 3,696 juta) dengan pendapatan per kapita $100-130. Kemudian pada tahun 1963 meningkat menjadi $180, setelah itu naik ke angka $265 pada tahun 1968. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar yaitu sekitar 26% dari keseluruhan pendapatan Iran (Tabel 2). Sektor perdagangan dan industri juga tak kalah penting dengan pertanian.16

14 M. G. Majd, “On the Relationship between Land reform and Rural-Urban Migration in Iran 1966-1976”,h. 445. 15 M. G. Majd, “On the Relationship between Land reform and Rural-Urban Migration in Iran 1966-1976”, 440-455. 16 Peter Avery dkk, The Cambridge History Of Iran Volume 7, From Nadir Shah To The Islamic Republic, ( United States Of America : Cambridge University Press, 1991), h. 618.

61

Tabel 4.2: GDP Iran17

Kedua sektor itu masing masing menyumbang 14% dan 16% dari total keseluruhan pendapatan negara. Pendapatan per kapita naik ke angka $350 pada tahun 1974. Sektor pertanian tak cukup berpengaruh terhadap naiknya pendapatan per kapita pada tahun ini karena pada saat itu pemerintah mengimpor secara massif bahan-bahan pangan yang berimbas pada stagnasi pertanian. Satu-satunya alasan kenapa pendapatan per kapita masih tetap stabil walaupun pertanian mengalami kemunduran ialah pendapatan minyak mulai membawa peruntungan bagi Iran.18

17 Peter Avery dkk, The Cambridge History Of Iran Volume 7, From Nadir Shah To The Islamic Republic, h. 619. 18 M. G. Majd, “The Political Economy of Land reform in Iran” h. 74

62

Kinerja sektor pertanian sangat krusial bagi masyarakat pedesaan karena sejatinya pertanian merupakan sumber utama pekerjaan dan pendapatan di daerah pedesaan. Di bawah ini adalah jumlah penghasilan pertanian di sembilan provinsi Iran di antaranya yaitu: Gilan, Mazanderan, Azerbaijan Timur, Fars, Isfahan, Hamedan, Lorestan, Markazi(Tehran), dan Bahktaran (dulunya Kermanshahan).19 Tabel 4.3: Pendapatan Sektor Pertanian Pendapatan Sektor Pertanian20

Produksi Iran (per Sembilan % total pertanian Ton) Provinsi Gandum 5,625,000 3,352,000 59.6 Padi 1,008,000 858,000 85.1 Kapas 439,600 377,400 85.9 Gula 3,639,000 1,694,000 46.6 Buah buahan 1,337,100 725,500 54.3 Sayuran 2,083,400 1,158,000 55.6 Makanan ternak 1,339,400 767,300 57.3 Kacang Polong 144,000 104,400 72.5 Minyak nabati 67,000 40,900 61 Tembakau 15,400 7,700 50 Total 15,697,900 9,085,200 57.9

Sembilan provinsi di atas merupakan wilayah yang paling produktif menghasilkan produk pertanian dibandingan provinsi lainya. Tabel 3 di atas merupakan sensus produksi pertanian khususnya di sembilan provinsi dan umumnya di Iran pada tahun 1972-73.21 Jika dilihat dari tabel di atas, produksi gandum merupakan yang terbesar di

19 M.G. Majd and V.F. Nowshirvani, “Land reform in Iran Revisited: New Evidence on The Result of Land reform in Nine Provinces”,( Middle East Institute, Columbia University, New York 2008), h. 446. 20 M.G. Majd and V.F. Nowshirvani, “Land reform in Iran Revisited: New Evidence on The Result of Land reform in Nine Provinces”, h. 447 21 M.G. Majd and V.F. Nowshirvani, “Land reform in Iran Revisited: New Evidence on The Result of Land reform in Nine Provinces”, h. 447.

63

antara produksi pertanian lainya yakni 3,352,000 ton. Hampir sepertiga produksi padi berasal dari sini, terutama di Gilan dan Mazanderan. Menurut data yang penulis temukan, lahan padi yang ada di Gilan sekitar 220.000 hektar dan 120.000 hektar di Mazanderan. Dan rata-rata per-provinsi tersebut menghasilkan 908,520 ton bahan pertanian. Jika dikalkulasikan, produksi pertanian di provinsi-provinsi di atas adalah 57,9%. Artinya setengah produksi pertanian Iran berasal dari sini. Sembilan provinsi tersebut sudah cukup untuk mewakili seluruh wilayah Iran dalam menentukan berhasil atau tidaknya program land reform.22 Menurut analisis penulis, kesalahan yang dilakukan pemerintahan Shah Reza sehingga menyebabkan program land reform gagal adalah kurangnya persiapan yang matang dalam melaksanakan program. Kenapa demikian? Karena Shah Reza baru memegang tampu kekuasaan lagi pada tahun 1954 setelah dikudeta oleh Mossadegh. Sedangkan program land reform dilaksanakan pada tahun 1962. Artinya Shah Reza hanya memiliki waktu sembilan tahun untuk mempersiapkan semuanya. Dan dalam persiapan tersebut terjadi kemelut di kalangan pemerintah. Seperti seringnya terjadi pergantian perdana menteri yang menyebabkan kurangnya kekompakan di kalangan pemerintahan sendiri. Tercatat kurang lebih ada sembilan kali pergantian perdana menteri selama periode kedua masa pemerintahan Shah Reza. Sembilan kali pergantian perdana menteri dalam kurun waktu 22 tahun (1954-1976) menandakan bahwa kondisi pemerintahan sedang tidak stabil. Mungkin jika Shah Reza mempersiapkan program ini dengan matang (dari jauh-jauh hari) hasilnya pasti tidak akan mengecewakan bagi masyarakat Iran yang mayoritas berprofesi sebagaipetani.23

22 John Connell,” Economic Change in Iranian Village”, Middle East Journal, Vol. 28, No. 3, pp. 309-314 (Summer,1974), h. 309. 23 Gholam Reza Afkhami, The Life Time and The Shah, h.

64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Pada masa pemerintahan Shah Reza Pahlevi dicetuskan lah program ambisius yang dikenal dengan land reform (reformasi agraria). Tujuan dari dibentuknya program ini adalah untuk memperbaiki dan memajukan perekonomian masyarakat kelas bawah (petani). Namun dalam prakteknya program ini gagal menjadi tumpuan petani untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Dari 55.000 desa yang tergabung dalam program land reform, hanya 30% saja desa yang mendapat manfaat dari program ini. Land reform juga dikeluhkan mengubah sistem kepemilikan tunggal (tuan tanah) menjadi kepemilikan nasional (pemerintah). Lahan yang dibagikan oleh pemerintah tidak semuanya bisa ditanami sehingga membuat petani semakin sengsara. Program land reform gagal dalam memperbaiki kondisi perekonomian petani Iran. Akibatnya mereka menjadi kecewa dengan program dan tidak percaya dengan pemerintah. Perubahan kondisi sosial nampak begitu jelas. Terjadi eksodus besar- besaran petani terjadi pada akhir tahun 1969-an yang menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak yang terbengakalai. Alhasil produksi pertanian menurun selama tahun 1970-an dan berimbas pada stagnasi pertanian Iran. Para petani berlaih profesi menjadi buruh di kota-kota besar. Konsekuensi politik dari program land reform adalah terjadinya demonstrasi besar-besaran yang berkontribusi terhadap Revolusi Islam Iran 1979 dan sekaligus menandai berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Pahlevi. Mungkin kesulitan terbesar yang dihadapi oleh program reformasi tanah adalah kekurangan tenaga teknis, manajerial, dan organisasi yang serius.

65

66

B. Saran Dari penelitian di atas, penulis secara khusus ingin menyajikan sejarah land reform di Iran. Pada peneltian ini diteliti menggunakakan sumber sekunder, akan lebih baik lagi jika kajian ini diperbanyak menggunakan sumber-sumber primer atau sumber sejaman yang ditulis oleh pemerintah Iran pada saat itu ataupun para aktivis land reform. Kepada penulis lain yang hendak meneliti tentang land reform di Iran, penulis menyarankan kajian yang lebih komperhensif lagi karena masih banyak kekurangan dalam kajian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku Abdullah, Taufik, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, cet II, 2003. Abrahamian, Ervan. A Histroy of Modern Iran. New York: Cambridge University Press, 2008. Afkhami, Gholam Reza, The Life and Times of The Shah, Los Angeles and London: University of California Press, 2009. Arjomand, Said Amir, The Turban for The Crown: The Islamic Revolution in Iran, New York, Oxford University Press, 1988. AssAghaf, Muhammad Hasyim, Lintasan Sejarah Iran: Dari Dinasti Achaemenia ke Republik Revolusi Iran. Jakarta: The Cultural Section Of Embassy Of The Islamic Republic Of Iran. 2009 Avery, Peter, The Cambridge History of Iran Vol. 7, From Nadir Shah to the Islamic Republic, United States of America: Cambridge University Press, 1991. Curtis, Glen E. and Eric Hooglund, Iran : A Country Studies, Washington: Library of Congress Cataloging in Publication Data, 2008. Eriyanto, Analisi Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta, PT LKiS Pelangi Aksara, 2002. Hamka, Sejarah Umat Islam Jilid III, Jakarta: Bulan Bintang, 1960. January, Brendan, The Iranian Revolution, Minneapolis, USA, Twenty-First Century Books Minneapolis, 2008. Kartodirjo, Sartono, Pendekatan Ilmu Sosial dan Penelitian Sejarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995. Kinzer, Stephen, All the Shah's Men: an American Coup and The Roots of Middle East Terror, New Jersey: John Wiley & Sons .Inc, 2003. Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yoga, 1994. Lenin, V.I, The Development of Capitalism in Russia, vol III, Moscow, Progress Publisher, 1977. Lockman, Zachary, Workers and Working Classes in the Middle East: Struggles, Histories, Historiography, New York: State University of New York Press, 1994. Saleh, Chaerul, Peranan Imam Khomeini dalam Revolusi Islam Iran 1977-1979, Depok: Universitas Indonesia Press, 1996. Schirazi, Asghar, Islamic Development Policy: The Agrarian Question in Iran, USA, Lynne Rienner Publisher, 1993. Siavoshi, Sussan, Liberal Nationalism in Iran: The Failure of a Movement, Colorado: Westview Press, 1990. Soares, Benjamin F, Otayek, Rene. Islam and Muslim Politics in Africa. New York : Palgrave Macmillan, 2007.

67

68

Tamara, Nasir, Revolusi Iran, Jakarta, Kepustakaan populer Gramedia, 2017. Upton, Joseph M, The History of Modern Iran an Interpretation, Massachusetts : Harvard University Press. 1970. Wagner, Heather Lehr, The Iranian Revolution, New York, Chelsea Houre Publishers, 2010. Jurnal Ajami, Ismail, “Land reform and Modernisation of the Farming Structure in Iran”, Oxford Agrarian Studies, 2007. Ansari, Ali M, “The Myth of the White Revolution: Mohammad Reza Shah, „Modernization‟ and the Consolidation of Power”, Middle Eastern Studies, 2010. Bill, James A, “Modernization and Reform from Above: The Case of Iran”, The University of Chicago Press on behalf of the Southren Political Sciene Association, Vol.32, No.1, 1970. Bill, James A, “ The Social and Economic Foundations of Power in Contamporary Iran”, Middle East Journal, Vol.17, No.4, 1963. Bourdieu, Pierre, The Logic of Practice, California: Stanford University Press, 1990. Craig, Daniel, “ The Impact of Land reform of an Iranian Village”, Middle East Journal, Vol.32, No.2, 1978. Ghods, M. Reza, “Government and Society in Iran 1926-1934”, Middle Esatern Studies, Vol.27, No.2, 1991. Hooglund, Eric “Iran Agricultural Inheritance”, MERIP Reports, No.99, 1981. Keddie, Nikki R, “The Iranian Village Before and After Land reform”, Sage Publications, Ltd. Vol.3, No.3, 1968. Majd, Mohammad G “Land reform Policies in Iran”, Oxford Journal, Vol.69, No.4, 1987. Majd, Mohammad G, “ On the Relationship between Land reform and Rural-Urban Migration in Iran 1966-1976” Middle East Journal, Vol.46, No.3, 1992 Richards, Helmut, “Land reform and Agribusiness in Iran”, Middle East Research and Information Project, No. 43, 1975. Shahriri, Kamyab,” Modernization Process in Iran: Historical Overview”, Macrothink Institute, Vol. 4, No. 1, 2017. Tehrani, Ahmad, “Economic Development in Iran”, Pakistan Institute of International Affairs, Vol.21, No.1, 1968. Yeganeh, Cyrus, “ The Agrarian Structure of Iran: From Land reform to Revolution” Springer, Vol.1, No.3, 1985.

Sumber Artikel Maferdy Yulius “ Land Reform Dalam Pembaruan Hukum Agraria” dalam artikel https://maferdyyuliussh.wordpress.com/landreform-dalam-

69

pembaruan-hukum-agraria/ (April 2008) diakses pada 27 April pkl 3.57 WIB. Encyclopedia Britanica, https://www.britannica.com/biography/Agha- Mohammad-Khan, diakses pada 8-Feb-2018 pkl. 12.06 PM. https://www.britannica.com/biography/Fazlollah-Zahedi diakses pada 1 April 2018, pkl 11.45. http://www.iichs.ir/News-1669/Amir-Asadollah-Alam-/?id=1669 diakses pada 2-April-2018, pkl 11.20 WIB. https://www.britannica.com/place/Iran/The-White Revolution#ref315913 diakses pada 10-April-2018, pkl 22.14 WIB. https://www.britannica.com/place/Iran/The-White- Revolution#ref315913 diakses pada 10-April-2018, pkl 22.35 WIB. https://www.britannica.com/place/Iran/Wartime-and-nationalization- of-oil diakses pada 21-Maret 2018, pkl 8-32 WIB. https://www.britannica.com/place/ancient-Iran/Persian-dynasties dikases pada 19 Desember, pkl 14.19 WIB. Andreas Gerry Tuwo, “Shah Iran Reza Pahlevi Lari dari Negaranya”, diakses pada 7 Februari 2018 pukul 13.01 WIB, dari: http://global.liputan6.com/read/2161078/16-1-1979-shah-iran- reza-pahlevi-lari-dari-negaranya. Mohammad Reza Pahlavi”, diakses pada 7 Februari pukul 14.22 WIB, dari: https://www.thefamouspeople.com/profiles/mohammad- reza-pahlavi-5691.php. https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah- Pahlavi#ref279698 diakses pada 31 Agustus 2018, pkl 19.40. Encyclopedia Britannica, “Mohammad Reza Shah Pahlevi” diakses pada 4- Februari 2018, pukul 20. 38 WIB, dari: https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Reza-Shah- Pahlavi. https://www.britannica.com/biography/Mohammad-Mosaddeq, diakses pada 9-Februari 2018, pkl 19.11 WIB. www.iranchamber.com/history/pahlavi/pahlavi.php diakses pada 4 Februari pukul 19.20 WIB. Encyclopedia of World Biography, “Mohammad Reza Pahlevi Biography”, diakses pada 7 Februari 2018, pukul 11.27 WIB, dari: http://www.notablebiographies.com/Ni-Pe/Pahlavi- Mohammad-Reza.html Iran Chamber Society, “Mohammad Reza Shah Pahlavi: Arya Mehr and Shahanshah (King of the King)” diakses pada 04 Februari 2018 pukul 21.00 WIB dari: http://www.iranchamber.com/history/mohammad_rezashah/moh ammad_rezashah.php https://migas.esdm.go.id/post/read/Sejarah-Penemuan-Minyak-di- Dunia diakses pada 8-April-2018, pkl 19.51

LAMPIRAN-LAMPIRAN

70

71

Lampiran 1

Peta Negara Iran

Sumber: https://charterforcompassion.org/maps-of-iran diakses pada 31 Desember 2018, pkl 10.48 WIB.

72

Lampiran 1

Dinasti yang Berkuasa di Iran Kekaisaran Median 728-550 SM Kekaisaran Akhaemenia 559-330 SM Periode Helenistik dan Kekaisaran Selukia 330-247 SM Kekaisaran Parthia 224-651 M Kekaisaran Sasania 640-829 M Invasi Arab dan masuknya Islam 821-1055 M Zaman Pertengahan 1038-1157 M Kekaisaran Seljuk 1220-1335 M Kekaisaran Mongol 1380-1501 M Dinasti Timurid dan Turki Utsmani 1502-1736 M Dinasti Safawi 1723-1736 M Dinasti Zand 1750-1779 M Dinasti Qajar 1794-1925 M Dinasti Pahlevi 1925-1979 M Ket: SM ( Sebelum Masehi) M (Masehi)

Sumber: “Ancient Iran” by: T. Cuyler Young, Mark J. Dresden, Adrian David Hugh Bivar dan Roman Ghrisman dalam artikel https://www.britannica.com/place/ancient-Iran/Persian-dynasties diakses pada 19 Desember 2018, pkl 14.45 WIB.

73

Lampiran 2

Shah Reza Pahlevi berpidato dan meresmikan program White Revolution

Sumber: Catherine Legrand, Jacques Legrand: Shah-i Iran. Creative Publishing International (farsi edition), Minnetonka, MN 1999, S. 94. IR/RR dalam artikel https://en.wikipedia.org/wiki/White_Revolution diakses pada 15 September 2018, pkl 21.00 WIB.

74

Lampiran 3

Petani memanen gandum menggunakan sabit, Provinsi Fars 1979

Sumber: “Iran‟s Agricultural Inheritance” by: Eric Hooglund , MERIP Reports, No.99, 1981.

75

Lampiran 4

Petani membangun jalur irigasi dengan menggunakan peralatan tradisional, Provinsi Fars 1978.

Sumber: Iran‟s Agricultural Inheritance by: Eric Hooglund , MERIP Reports, No.99, 1981.

76

Lampiran 5

Perdana Menteri Iran masa Pemerintahan Shah Reza Pahlevi

77

Sumber: Gholam Reza Afkhami, The Life and Times of The Shah, Los Angeles and London: University of California Press, 2009.

78

Lampiran 6

Jenis tanaman yang ada di Iran

Sumber: “The University of Texas at Austin” dalam artikel “Iran Maps” https://legacy.lib.utexas.edu/maps/iran.html diakses pada 31 Desember 2018, pkl 10.30 WIB.